THE GREAT PROPHECIES OF THE OLD TESTAMENT 1
Part 05/25 - Stephen Bohr
SIGHING AND CRYING IN JERUSALEM
https://www.youtube.com/watch?v=QSpkCjP3y9k&list=PLIWJyuxBfZ7je1L5eNH11ROzC-CaAKO3E&index=5
Dibuka
dengan doa.
Let's go to
Revelation 6:14-17 this is describing the second coming of Christ and I want
you to notice here the reaction of the wicked or the lost. It says there in Revelation
6:14, “14 Then the sky receded as a scroll when it
is rolled up, and every mountain and island was moved out of its
place. 15 And the kings of the earth, the great
men, the rich men, the commanders, the mighty men, every slave and every
free man, hid themselves in the caves and in the rocks of the
mountains, 16 and said to the mountains and rocks, ‘Fall on
us and hide us from the face of Him who sits on the throne and from the
wrath of the Lamb! 17 For the great day of His wrath has
come, and who is able to stand?’…”
So the question is,
is everyone going to be hiding in the caves and pleading for the rocks to fall
upon them? The question is, who in this terrible calamity will be able to
stand?
Mari ke Wahyu 6:14-17, ini menggambarkan kedatangan
kedua Kristus dan saya mau kalian menyimak di sini reaksi orang-orang jahat
atau yang tidak selamat. Dikatakan di Wahyu 6:14, “14 Lalu menyusutlah
langit bagaikan gulungan kitab yang digulung, dan setiap gunung dan pulau pun pindah dari
tempatnya. 15 Dan raja-raja di bumi, dan pembesar-pembesar, orang-orang kaya, perwira-perwira, orang-orang perkasa, dan setiap
budak serta setiap orang merdeka menyembunyikan diri di dalam gua-gua dan celah
batu-batu karang di gunung-gunung. 16 Dan mereka berkata kepada
gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu, ‘Runtuhlah menimpa kami dan
sembunyikanlah kami dari wajah Dia, yang duduk di atas takhta dan dari murka Sang Domba!’ 17 Sebab
sudah tiba hari besar murkaNya, dan siapakah yang dapat bertahan? …”
Jadi
pertanyaannya ialah apakah semua orang akan bersembunyi di gua-gua memohon agar
batu-batu menimpa mereka? Pertanyaannya ialah, siapakah yang akan
sanggup bertahan di malapetaka yang mengerikan ini?
The very next
chapter has the answer. Those who are sealed with the Seal of God.
Let's read Revelation 7:1-3, “1
After these things I saw four angels standing at the four corners of the
earth, holding the four winds of the earth, that the wind should not blow
on the earth, on the sea, or on any tree. 2 Then I saw another angel ascending from the
east, having the seal of the living God. And he cried with a loud voice to the
four angels to whom it was granted to harm the earth and the sea, 3 saying, ‘Do not harm the earth, the sea,
or the trees…” in other words, don't bring about
this calamity that we read immediately before. In this context it says, “…‘Do
not harm the earth, the sea, or the trees till we have sealed the servants of
our God on their foreheads.’…”
Pasal
berikutnya memberikan jawabannya. Mereka
yang dimeteraikan dengan Meterai Allah. Mari kita baca Wahyu 7:1-3, “1 Setelah hal-hal itu
aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan
keempat angin bumi supaya angin tidak
bertiup di darat, di laut, atau di pohon mana
pun. 2 Lalu aku melihat
seorang malaikat lain naik dari timur, sambil membawa meterai Allah yang hidup;
dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang diberi wewenang untuk mencelakai bumi dan laut, 3 katanya, ‘Janganlah mencelakai bumi, atau laut, atau
pohon-pohon…” dengan
kata lain, jangan mendatangkan bencana ini yang baru kita baca sebelumnya. Dalam konteks ini,
dikatakan, “…‘Janganlah mencelakai
bumi, atau laut, atau pohon-pohon, sampai
kami telah memeteraikan hamba-hamba Allah
kami pada dahi mereka!’…”
So what is
described in verses 14 to 17 of chapter 6 is not going to come until the sealing
takes place. And the purpose of the sealing is to protect the sealed from the calamities
that are going to befall the earth in the previous chapter.
Jadi apa
yang digambarkan di Wahyu 6:14-17 tidak akan terjadi hingga pemeteraian
selesai. Dan tujuan pemeteraian
ialah untuk melindungi mereka yang dimeteraikan dari bencana-bencana yang akan
menimpa dunia di pasal sebelumnya.
Now the guiding
principle that we need to apply in studying this story from Ezekiel is found in
a comparison between Revelation 7:1-4 and Ezekiel 8 and 9. So in other words,
in order to understand the sealing in Revelation 7:1-4 we need to understand it
in the light of a story that we find in the Old Testament in Ezekiel 8 and 9.
Ezekiel 9 describes the type that was
fulfilled with the literal Jews, in literal Jerusalem, in the literal land of
Israel. However, the fulfillment of this in
Revelation is not with the literal Jews, in the literal land of Israel;
it is
with spiritual Jews, in the entire world. The type is limited, the anti-type is global
and spiritual. That's the principle that we need to apply, as we look at the
typology between the Old Testament story and the book of Revelation,
v the Ezekiel type describes God‘s
own professed people in the Middle East who were in apostasy.
v However, the book
of Revelation
anti-type describes the Christian world that claims to serve God,
but is also in apostasy.
Nah,
rumus pemandunya yang perlu kita aplikasikan dalam mempelajari kisah yang ada
di kitab Yehezkiel, ada dalam perbandingan antara Wahyu 7:1-4 dan Yehezkiel
pasal 8-9. Jadi dengan kata lain, untuk bisa memahami pemeteraian di Wahyu
7:1-4, kita perlu memahaminya menurut kisah yang kita dapati di Perjanjian Lama
di Yehezkiel pasal 8-9.
Yehezkiel 9 menggambarkan tipe yang
digenapi oleh bangsa Yahudi literal, di Yerusalem literal, di negara Israel
literal. Namun, di kitab Wahyu penggenapannya bukanlah dengan bangsa Yahudi literal di negara
Israel literal, melainkan dengan
Yahudi spiritual di seluruh dunia. Tipenya lokal,
terbatas, antitipenya global dan spiritual. Itulah prinsip yang harus kita
aplikasikan, saat kita menyimak tipologi antara kisah Perjanjian Lama dan kitab
Wahyu.
v Tipenya di kitab Yehezkiel menggambarkan umat milik Allah sendiri di Timur Tengah yang berada dalam kemurtadan.
v Namun antitipenya di kitab Wahyu menggambarkan dunia
Kristen yang mengklaim mengabdi kepada Allah, namun juga berada
dalam kemurtadan.
Now who was to
blame for the apostasy among God's people in the book of Ezekiel, with literal
Jerusalem, literal Israel, with the literal Jews who professed to serve the
Lord? The
main guilt was with the religious leaders because they misguided the people.
Notice Jeremiah 5:31, “31 The prophets
prophesy falsely, and the priests rule by their own power;…” and now notice, the people are also guilty because it says
“…and My people love to
have it so. But what will you do in the end?”
People these days trust their
religious leaders blindly, what they say from the pulpit ~
because they say this is a spiritual leader, this person has to have it right,
no doubt about it. But the people in the days of Ezekiel were in apostasy
because of what was being done by the prophets and by the priests, that were
the spiritual leaders of Israel. Ezekiel 22:26 picks up on this, “ 26 Her priests
have violated My Law and profaned My holy things; they have
not distinguished between the holy and unholy…” that means the holy and the common,
“…nor have they made known the
difference between the unclean and the clean; and they have hidden
their eyes from My Sabbaths, so that I am profaned among them.”
What a picture! The
religious leaders were profaning the Sabbath, they were not teaching the people
to distinguish between that which was holy and that which was common, they were
violating the Law of God, and they were profaning that which was holy. That was
the condition of the people in the days of Ezekiel.
Nah, siapa yang disalahkan untuk kemurtadan yang ada di
antara umat Allah di kitab Yehezkiel, dengan Yerusalem literal, Israel literal,
dengan bangsa Yahudi literal yang mengaku mengabdi kepada Tuhan? Kesalahan yang utama ada pada para pemimpin
rohani karena mereka menyesatkan umat. Simak
Yeremia 5:31, “31 Para nabi bernubuat palsu dan para
imam memimpin dengan kuasa mereka sendiri…” dan sekarang simak, umatnya juga
bersalah karena dikatakan, “…dan umat-Ku menyukai yang demikian! Tetapi apakah yang akan kamu perbuat, akhirnya?…”
Sekarang ini orang percaya buta kepada para
pemimpin rohani mereka, apa yang mereka katakan dari mimbar ~
karena menurut mereka ini kan pemimpin rohani, pasti orang ini tidak mungkin
salah, tidak diragukan lagi. Tetapi orang-orang di zaman Yehezkiel berada dalam
kemurtadan karena apa yang dilakukan oleh nabi-nabi dan imam-imam yang adalah pemimpin-pemimpin rohani Israel.
Yehezkiel 22:26 menyinggung ini, “…26 Imam-imamnya
telah melanggar Hukum-Ku dan menajiskan
hal-hal yang kudus bagi-Ku; mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan
yang tidak kudus…” artinya antara yang kudus dengan yang
biasa, “…mereka juga tidak
mengajarkan perbedaan antara yang najis dengan yang tahir; dan mereka
menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di
tengah-tengah mereka.”
Luar
biasa gambarnya! Para pemimpin rohani menajiskan Sabat, mereka tidak mengajar
umat untuk membedakan antara yang kudus dan yang biasa, mereka melanggar Hukum
Allah, dan mereka menajiskan apa yang kudus. Itulah kondisi masyarakat di zaman
Yehezkiel.
So now let's summarize
chapter 1 of Ezekiel, going all the way through chapter 12 of this book. This
is happening in the year 592 BC. Most of these chapters we're going to summarize
the content, because we can't read all of the material. I would encourage you
to read the passages that we find in Ezekiel 1 through Ezekiel 12.
Jadi
sekarang mari kita simpulkan pasal 1 Yehezkiel, terus hingga pasal 12. Ini
terjadi di tahun 592 BC. Kebanyakan dari pasal-pasal ini akan kita simpulkan
isinya karena kita tidak bisa membaca semua materinya. Saya anjurkan kalian
membaca ayat-ayat yang ada di Yehezkiel pasal 1 hingga 12.
In chapter 1
As we saw in our previous
study, a
chariot comes from the north, that is where? Heaven. Where is the chariot
moving to? It is moving to the Jerusalem Temple. What is it moving
there for? To perform a work of investigative judgment, to separate between the sealed and
those who do not have the seal before destruction comes upon Israel. This
throne is surrounded by cherubim like we studied in our previous presentation. That's
chapter 1.
Di pasal
1
Seperti
yang kita lihat di pelajaran kita sebelumnya, sebuah kereta datang dari utara, itu mana?
Surga. Ke mana kereta itu menuju? Kereta itu menuju Bait Suci Yerusalem. Untuk apa dia ke sana? Untuk melaksanakan suatu
pekerjaan penghakiman investigasi, untuk
memisahkan antara yang dimeteraikan dan mereka yang tidak mendapat meterai
sebelum kebinasaan datang pada Israel. Takhta ini dikelilingi oleh kerubim
seperti yang sudah kita pelajari di presentasi sebelumnya. Itu pasal 1.
Now chapters 2
through 6
describe the
spiritual condition of those who profess to serve God. All kinds of abominations are mentioned
in these chapters that tell us how the people were living in apostasy, those
who claimed to serve God.
Sekarang pasal 2
hingga 6
Menggambarkan
kondisi spiritual dari mereka yang mengaku mengabdi kepada Allah. Segala jenis kekejian
disebutkan di pasal-pasal ini, yang memberitahu kita bagaimana orang-orang pada waktu itu hidup
dalam kemurtadan, mereka yang mengaku mengabdi kepada Allah.
Chapter 7
Therefore, tells us that because of the apostasy that is described in
chapters 2-6 God is going to bring about destruction upon Jerusalem, and upon His
apostate people. Let's read chapter 7:1-4, “1 Moreover the word
of the Lord came to me,
saying, 2 ‘And
you, son of man, thus says the Lord God to
the land of Israel, ‘An end! The end has come upon the four corners of the land…”
Do we have the idea of “four corners” in Revelation 7? Four
angels at the four corners? God is going to say, “The winds are going to be released, now destruction is going to come
from the four corners.” Verse 3, “…3 Now the end has come upon you, and I will send My anger against you; I
will judge you according to your ways, and I will repay you for all your…”
what? A key word, “…all your abominations. 4 My eye will not spare
you, nor will I have pity; but I will repay your ways,…” and once again
“…and your abominations will be in your midst; then you shall know that I am the Lord!’…” Destruction is
coming from the four corners of the land, is what God is saying. Of course,
this is speaking about the land where Israel lived, it's local, with the
literal Jews. Revelation is going to pick up on this, and it's going to apply it to
the global Christian world, and spiritual Israel, those who are
children of Abraham because they have embraced truly Jesus Christ as Savior and
Lord.
Pasal 7
Karena itu pasal ini memberitahu kita karena
kemurtadan yang digambarkan di pasal-pasal 2-6, Allah akan mendatangkan kehancuran atas Yerusalem dan
atas umatNya yang murtad. Mari kita baca Yehezkiel 7:1-4, “1 Selain itu
datanglah firman TUHAN kepadaku, mengatakan,
2 ‘Dan engkau, anak manusia,
beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tanah Israel: ‘Suatu kesudahan! Kesudahan itu telah tiba pada keempat penjuru
negeri itu…” apakah kita tahu konsep “empat ujung”
di Wahyu 7? Empat malaikat di empat ujung? Allah akan mengatakan, “Angin-angin akan dilepaskan, sekarang
kehancuran akan datang dari keempat ujung.”
Ayat 3, “…3
Kini kesudahan telah tiba padamu dan Aku akan mencurahkan murka-Ku ke atasmu; Aku akan menghakimi engkau selaras
dengan tingkah lakumu, dan Aku akan membalaskan kepadamu segala…” apa? Sebuah kata kunci, “…segala kekejianmu. 4 MataKu tidak akan meloloskan kamu, dan
Aku tidak akan berbelas kasihan, tetapi Aku akan membalaskan kepadamu tingkah
lakumu…” dan sekali lagi, “…dan kekejian-kekejianmu akan ada di tengah-tengah kamu, maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah
TUHAN.’…” Kehancuran akan
datang dari keempat penjuru negeri, itulah yang dikatakan Allah. Tentu saja ini
bicara tentang negeri di mana Israel saat itu tinggal, itu lokal, terjadi pada
bangsa Yahudi literal. Kitab
Wahyu akan mengambil ini, dan akan mengaplikasikannya kepada dunia Kristen
global dan Israel spiritual, yaitu mereka yang adalah anak-anak
Abraham karena mereka benar-benar menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat
dan Tuhan. (Galatia 3:29)
And then we come to
chapter
8.
God promised the
destruction of the city because of the abominations that were being committed
in Jerusalem. Chapter 8 provides a list of the abominations that were being
committed, and it presents this list in escalating severity. God shows
Ezekiel an abomination that's being committed in the city, and Ezekiel says, “Wow! Lord, that's terrible!” The Lord
says, “You haven't seen anything yet.
There are greater abominations than these.” And so throughout the chapter
you have a list of abominations, culminating in the greatest abomination, and
we're going to see that in a moment.
What does the word
“abomination” mean? Well, let's notice just one verse where we find the meaning
of “abomination”, what the people were doing in the city. Deuteronomy 7:25 and
26 God is instructing Israel as they're about to enter the promised land, “ 25 You shall burn the
carved images of their gods with fire; you shall not covet the silver
or gold that is on
them…” that is the idols, “…nor take it for yourselves, lest you be snared by it; for it is an…” what? “…an
abomination to the Lord your
God…” So what is the abomination? It is worshiping Idols. Verse 26, “… 26 Nor shall you bring an
abomination into your house…” speaking about
idols, “…lest you be doomed to destruction like it. You shall utterly detest it and utterly abhor
it, for it is an accursed
thing.” So what is the abomination relating to? It is relating to idolatry.
Kemudian
kita tiba di pasal 8.
Allah
berjanji kota Yerusalem akan dihancurkan karena kekejian-kekejian yang sedang
dilakukan di Yerusalem. Pasal 8 memberikan daftar
kekejian-kekejian yang sedang dilakukan, dan daftar itu semakin
lama semakin parah. Allah menunjukkan Yehezkiel suatu kekejian yang sedang
dilakukan di dalam kota, dan Yehezkiel berkata, “Wow! Tuhan, itu parah!” Tuhan berkata, “Itu belum apa-apa. Masih
ada kekejian-kekejian yang lebih besar daripada ini.” Maka sepanjang pasal itu ada sebuah daftar kekejian-kekejian, yang
mengerucut pada kekejian yang paling besar, dan nanti akan kita
lihat itu apa.
Apa arti kata “kekejian”? Nah, mari kita simak satu
ayat saja di mana kita mendapatkan makna
dari “kekejian”, apa yang sedang dilakukan orang-orang di dalam
kota. Ulangan 7:25-26, Allah sedang memberi petunjuk kepada Israel saat mereka
akan memasuki tanah perjanjian. “25 Engkau harus
membakar patung-patung dewa-dewa mereka
dengan api; engkau tidak boleh mengingini perak
dan emas yang ada pada mereka…” maksudnya
pada patung-patung itu, “…maupun mengambilnya bagi dirimu sendiri, supaya jangan engkau
terjerat karenanya, sebab hal itu adalah…”
apa? “…suatu
kekejian bagi TUHAN, Allahmu…” Jadi kekejiannya itu apa? Menyembah berhala.
Ayat 26, “…26 Maupun
janganlah engkau membawa sesuatu kekejian masuk ke dalam rumahmu…” bicara tentang patung-patung berhala, “…supaya jangan engkau pun dihukum binasa seperti itu; engkau harus sama sekali membencinya dan sama sekali merasa
jijik terhadapnya, sebab itu adalah barang yang terkutuk…” Jadi kekejian itu berkaitan dengan apa?
Itu berkaitan dengan penyembahan berhala.
Now what was the
greatest abomination that was being committed by those who profess to
serve God? At the top of the list of abominations being committed by those who
professed to serve the Lord was that the religious leaders were worshiping the
sun god. God promised that this abomination would lead to desolation. There
you have the expression “abomination of desolation”, the abomination leads to desolation or to destruction, so to
speak. Sun worship was the straw that broke the camel’s back. It was the drop
that filled the cup. Let's read about this terrible abomination, the greatest
of all, worshiping the sun. Ezekiel 8:16-18, “16 So He brought me into the inner
court of the Lord’s house; and there, at the door
of the temple of the Lord,…” this happening in the very Church of the day
“…between the porch and the altar, were about twenty-five men with their backs toward the
temple of the Lord…” what are they doing when they’re worshiping the sun? They are turning
their backs on the Lord. So once again, there “…were about twenty-five men with their backs toward the
temple of the Lord and their faces toward the
east, and they were worshiping the sun toward the east….” And so God says, “Because
of this great sin along with all of the other abominations, the idolatry, I am
going to destroy the city.” In other words, the abomination will lead to
desolation. It says in Ezekiel 8:17 and 18,
“17 And He said to me, ‘Have you
seen this, O son of
man? Is it a trivial thing to the house of Judah to commit the abominations
which they commit here? For they have filled the land with violence; then
they have returned to provoke Me to anger. Indeed they put the branch to their
nose. 18 Therefore I also will act in fury. My eye
will not spare nor will I have pity; and though they cry in My ears with a
loud voice, I will not hear them.’…” Why were they worshiping idols?
Because they had forgotten their Creator, correct? They forgot the Creator.
Nah,
apakah kekejian yang paling besar yang
dilakukan oleh mereka yang mengaku mengabdi kepada Allah? Di
puncak daftar kekejian-kekejian yang sedang dilakukan mereka yang mengaku
mengabdi kepada Tuhan ialah
para pemimpin rohani sedang menyembah dewa matahari. Allah
berjanji bahwa kekejian ini akan mengakibatkan penelantaran. Inilah istilah itu
“kekejian yang
mengakibatkan penelantaran”, kekejian
yang menyebabkan penelantaran atau kehancuran, katakanlah demikian. Penyembahan
kepada matahari adalah jerami terakhir yang mematahkan punggung unta, itu
adalah tetes terakhir yang membuat isi cawan itu
tumpah. Mari kita baca tentang kekejian yang mengerikan
ini, kekejian yang paling besar dari semuanya, menyembah matahari.
Yehezkiel 8:16-18, “16 Maka Dia membawa aku ke halaman dalam
rumah TUHAN; dan di sana, di pintu masuk ke
bait TUHAN,…” ini
terjadi di gereja satu-satunya di zaman itu, “…di antara serambi
dan mezbah ada kira-kira dua puluh lima orang laki-laki, dengan punggung mereka menghadap bait TUHAN…” apa yang mereka lakukan ketika mereka menyembah
matahari? Mereka memunggungi Tuhan. Maka sekali lagi, “…ada kira-kira dua puluh lima orang laki-laki, dengan punggung mereka menghadap bait
TUHAN dan wajah
mereka menghadap ke sebelah timur, dan
mereka sedang menyembah matahari ke arah timur…” Maka
kata Allah, “Karena dosa yang besar ini bersama
dengan semua kekejian lain, penyembahan berhala, Aku akan menghancurkan kota
ini.” Dengan kata lain, kekejian itu akan
mengakibatkan penelantaran. Dikatakan di Yehezkiel 8:17-18 “…17 Dan Dia berkata kepadaku, ‘Sudahkah
kaulihat itu, hai anak manusia? Apakah
hal yang sepele bagi kaum Yehuda untuk melakukan kekejian-kekejian yang mereka lakukan di sini? Karena mereka telah
memenuhi negeri ini dengan kekerasan, lalu mereka berbalik untuk menyulut murkaKu.
Sungguh, mereka telah meletakkan ranting di
hidung mereka (mengejek
Tuhan). 18 Oleh karena itu Aku juga akan bertindak dalam murka-Ku. Aku tidak akan merasa
sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Dan kalaupun mereka berseru-seru di telinga-Ku dengan suara yang nyaring, Aku
tidak akan mendengarkan mereka.” Mengapa mereka menyembah berhala?
Karena mereka sudah melupakan Pencipta mereka, benar? Mereka telah melupakan
Sang Khalik.
What relationship
is there between creation and worship? Let's go to a statement first of all
from Ellen White in The Great Controversy page
438 and then we're going to read from Psalm 95.
Ellen White wrote, “Had the Sabbath been universally kept, man's thoughts and affections would have been led to
the Creator as the object of reverence and worship, and there would never have been an idolater,
an atheist, or an infidel…” because as people
kept the Sabbath they would be remembering that there's only one Creator, the
true God, every week they would be remembering that. She continues, “…The keeping of the
Sabbath is a sign
of loyalty to the true God, ‘Him that made heaven, and earth,
and
the sea, and the fountains
of waters.’ It follows that the message
which commands men to worship God and keep His commandments will especially call
upon
them
to keep the
fourth commandment...” which is the sign
of the Creator.
Hubungan
apakah yang ada antara Penciptaan dan Ibadah? Mari kita lebih dulu ke
pernyataan Ellen White di The Great
Controversy hal. 438, kemudian kita akan membaca dari Mazmur 95.
Ellen
White menulis, “…Andaikan Sabat dipelihara
secara universal, pikiran dan perasaan manusia akan dituntun kepada Sang
Pencipta sebagai objek kehormatan dan penyembahan, dan tidak akan pernah ada
seorang penyembah berhala, seorang atheis, atau seorang kafir…” karena bila manusia memelihara Sabat, mereka akan ingat bahwa hanya ada
satu Pencipta, Allah yang sejati, setiap minggu mereka akan ingat hal itu.
Ellen White melanjutkan, “…Pemeliharaan
Sabat adalah suatu tanda kesetiaan kepada Allah yang sejati, ‘Dia yang menjadikan langit dan bumi, dan
laut dan mata-mata air’. Logisnya pekabaran yang memerintah manusia untuk
menyembah Allah dan mematuhi perintah-perintahNya akan terutama memanggil mereka untuk memelihara Perintah Keempat…” yang adalah tanda Sang Pencipta.
What sign did God
establish at creation to remind Adam and Eve that He was the Creator? The Sabbath.
The
Sabbath in Exodus 31 is called the sign between God and Israel,
it was the reminder, the weekly reminder that God was the Creator.
If they had always kept the Sabbath they would not have worshiped other gods,
especially the sun god.
Tanda apa
yang dibuat Allah di Penciptaan untuk mengingatkan Adam dan Hawa bahwa Dia
adalah Sang Pencipta? Hari Sabat. Hari
Sabat di Keluaran 31 disebut
tanda antara Allah dan Israel, itulah pengingatnya, pengingat mingguannya bahwa
Allah adalah Sang Pencipta. Andaikan mereka selalu memelihara
Sabat, mereka tidak akan menyembah dewa-dewa lain, apalagi dewa matahari.
Now notice the
relationship between creation and worship. Let me ask you why do we worship the
Creator? Why do creatures worship the Creator? Well, because He is just that, He's
the Creator, right? Now let's notice Psalm 95:1-6, “1 Oh come, let us
sing to the Lord! Let us shout joyfully to the
Rock of our salvation. 2 Let
us come before His presence with thanksgiving; let us shout joyfully to Him
with psalms. 3 For…”
that means because “… the Lord is the great God, and the great King above all gods. 4In His hand are the deep places of the
earth; the heights of the hills are His
also. 5 The
sea is His, for He
made it;…” is this referring to the Creator? Yes
or No? Yeah, it says, “…the heights of the
hills are His also. 5 The sea is His, for He made it; and His
hands formed the dry land…” and now what should be the response because God is a Creator and
He owns everything? It continues saying, “…6 Oh come, let us worship and bow
down. Let us kneel before the Lord our Maker.” Why do we kneel before the Lord our Maker? Because He's our
Creator and He deserves our worship, correct?
And what is the
sign that He gave that He is the Creator? The holy Sabbath.
Sekarang simak hubungan antara Penciptaan dan
penyembahan. Coba saya tanya, mengapa kita menyembah Sang Pencipta? Mengapa
makhluk ciptaan menyembah Sang Pencipta? Justru karena
Dialah Sang Pencita, benar? Sekarang mari kita simak Mazmur 95:1-6, “1O, datanglah,
marilah kita bernyanyi untuk TUHAN! Marilah kita bersorak dengan gembira kepada
Gunung batu keselamatan kita. 2 Biarlah kita menghadap hadirat-Nya dengan pujian syukur, marilah kita bersorak-sorak
pada-Nya dengan nyanyian mazmur. 3
Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar di atas segala allah. 4 Bagian-bagian bumi yang paling
dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunung pun kepunyaan-Nya. 5
Laut itu kepunyaan-Nya, karena Dialah yang
menjadikannya…” apakah
ini merujuk kepada Sang Pencipta? Ya atau Tidak? Ya, dikatakan, “…puncak gunung-gunung pun kepunyaan-Nya. 5 Laut itu
kepunyaan-Nya, karena Dialah yang
menjadikannya, dan tangan-Nyalah yang membentuk daratan…”
dan sekarang bagaimanakah seharusnya responnya karena Allah
adalah Sang Pencipta dan Dia Pemilik segalanya? Dikatakan selanjutnya, “…6 Datanglah, marilah kita menyembah dan
sujud, marilah kita berlutut di hadapan TUHAN Pencipta kita…” Mengapa kita harus berlutut di hadapan
Tuhan Pencipta kita? Karena Dialah Pencipta kita dan Dia layak menerima sembah
sujud kita, benar?
Dan
apakah tanda yang Dia berikan bahwa Dialah Sang Pencipta? Hari Sabat yang
kudus.
Now Ezekiel chapter
20 repeatedly describes Sabbath desecration by the literal Jewish nation. Let's
read, this is a very extensive passage but I'm going to read the entire passage
because of the importance of the Sabbath that is mentioned in this passage. It
says there in verse 12, “12 Moreover I also gave them…” the Jewish Sabbath?
Okay, you're still awake out there.
“…I also gave them My Sabbaths,…” you know why it's
His Sabbath? Because He was the One that rested first, it's His Sabbath before
it's ours. “…I also gave them
My Sabbaths, to be…” what? Aaah, “…a sign between them
and Me, that they might know that I am the Lord who sanctifies them….” in other words, that sets them apart. Yet how did Israel react? “…13 Yet the house of
Israel rebelled against Me in the wilderness; they did not walk in My
statutes; they despised My judgments, ‘which, if a man does, he shall live by
them’; and they greatly defiled…” here's the first
reference, they defiled what?
“…My Sabbaths. Then I said I would pour out My fury on them…” why was God going to pour out His fury upon them? Because they
defiled His Sabbaths. So once again,
“…Then I said I would pour out My fury on them in the wilderness,
to consume them. 14 But
I acted for My name’s sake, that it should not be profaned before the Gentiles,
in whose sight I had brought them out. 15 So I also raised My hand in an oath to them in
the wilderness, that I would not bring them into the land which I had
given them, ‘flowing
with milk and honey,’ the glory of all lands, 16 because they despised My judgments and did not walk
in My statutes…” and here it is again, the second
time “…but profaned My
Sabbaths;…” and what was the result of profaning the Sabbath? “…for their heart went after their…” what?
“…idols…” Would that have happened if they had
kept the Sabbath? Of course not! How could they worship an idol, giving that
creative power, if they kept the Sabbath which points that there's only one
true Creator? “… 17 Nevertheless My eye
spared them from destruction. I did not make an end of them in the wilderness. 18 ‘But I said to their children
in the wilderness, ‘Do not walk in the statutes of your fathers, nor observe
their judgments, nor defile yourselves with…” here's it’s again “…with their…” what? “…with their idols. 19 I am the Lord your God: Walk in My
statutes, keep My judgments, and do them; 20 hallow…” here it is again,
what? “…My Sabbaths, and they will be a sign between Me and you, that
you may know that I am the Lord your God.’…” When we keep the Sabbath, we are recognizing that we are God's
separated people, dedicated people, and that God is our God, that the Creator
is our God.
So Israel's history
was one of constant desecration of the Sabbath, which would have reminded them
of the Creator, and made it impossible for them to worship idols, particularly
the sun.
Nah, Yehezkiel pasal 20 berulang-ulang
menggambarkan penajisan Sabat oleh bangsa Yahudi literal. Mari kita baca, ini adalah kutipan yang panjang tetapi
saya akan membacakan keseluruhannya karena di sini disebutkan pentingnya
pemeliharaan Sabat. Dikatakan di sana, “12 Selain itu, Aku juga memberikan kepada mereka…”
Sabat Yahudi? Oke, ternyata kalian tidak tertidur di sana. “…Aku juga memberikan kepada mereka
hari-hari Sabat-Ku untuk menjadi…” apa? Aaaah, “…pertanda di antara Aku dan
mereka, supaya mereka boleh tahu bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan
mereka…” dengan kata lain, yang memisahkan mereka. Tetapi, bagaimana reaksi Israel? “…13 Tetapi kaum
Israel memberontak terhadap Aku di padang gurun; mereka tidak hidup menurut
ketetapan-ketetapan-Ku, mereka membenci keputusan-keputusan-Ku, yang, kalau manusia
melakukannya, ia akan hidup karenanya. Dan mereka juga sangat
menajiskan…” ini
referensi yang pertama, mereka menajiskan apa? “…hari-hari Sabat-Ku. Maka Aku berkata Aku
akan mencurahkan murka-Ku ke atas
mereka…” mengapa Allah akan mencurahkan murkaNya
ke atas mereka? Karena mereka menajiskan Sabat-sabatNya. Jadi sekali lagi, “…Maka Aku berkata, Aku akan mencurahkan murka-Ku ke atas mereka di padang gurun, untuk membinasakan mereka. 14 Tetapi
Aku bertindak demi nama-Ku, supaya namaKu jangan dinajiskan di hadapan
bangsa-bangsa lain, yang melihat sendiri
waktu Aku membawa mereka ke luar. 15 Maka,
Aku juga mengangkat tanganKu dalam
sumpah kepada mereka di padang gurun, bahwa
Aku tidak akan membawa mereka masuk ke tanah yang telah Kuberikan kepada
mereka, yang berlimpah-limpah susu dan madunya, tanah yang paling mulia dari semua negeri, 16 karena mereka membenci keputusan-keputusanKu dan tidak hidup
menurut ketetapan-ketetapan-Ku…” ini ada lagi, kedua kalinya, “…melainkan menajiskan hari-hari
Sabat-Ku…” dan
apa akibatnya menajiskan Sabat? “…sebab hati mereka
mengikuti…” apa? “…berhala-berhala mereka…” Apakah
itu akan terjadi andaikan mereka memelihara Sabat? Tentu saja tidak! Mana
mungkin mereka menyembah berhala, menganggap berhala itu
punya kuasa mencipta, jika mereka memelihara Sabat yang menunjuk bahwa hanya
ada satu Pencipta yang sejati? “…17 Namun demikian mataKu meloloskan mereka dari
kebinasaan. Aku tidak menghabisi mereka di padang gurun. 18 Tetapi Aku berkata kepada anak-anak mereka di
padang gurun, ‘Janganlah kamu hidup menurut ketetapan-ketetapan bapak-bapakmu, maupun mengikuti keputusan-keputusan mereka, maupun menajiskan dirimu dengan…” ini
ada lagi, “…dengan…” apa? “…berhala-berhala mereka.
19 Akulah TUHAN, Allahmu: Hiduplah menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan turutilah keputusan-keputusanKu, dan lakukan
mereka. 20 Kuduskanlah…” ini dia lagi, apa? “…hari-hari Sabat-Ku, dan itu menjadi tanda
di antara Aku dan kamu, supaya kamu boleh tahu, bahwa
Akulah TUHAN, Allahmu…” Bila
kita memelihara Sabat, kita sedang mengakui kita adalah umat Allah yang telah
dipisahkan, umatNya yang telah didedikasikan, dan bahwa Allah adalah Allah
kita, bahwa Sang Pencipta adalah Allah kita.
Jadi
sejarah Israel itu dipenuhi oleh penajisan Sabat yang terus-menerus, yang
andaikan mereka pelihara itu akan mengingatkan mereka akan Sang Pencipta dan
membuat mereka tidak mungkin menyembah berhala, terutama menyembah matahari.
But not everybody
in the city of Jerusalem was practicing false worship and the abominations. So
when destruction came, it would not be fair to destroy them along with everyone
else. And so God says, “We are going to
separate a group by placing a seal on them, and when the destruction comes,
they will be protected from the destruction.”
Ezekiel 9:1-4, “1Then He called out
in my hearing with a loud voice, saying, ‘Let those who have charge over the
city draw near, each with a deadly
weapon in his hand.’…” see, destruction is coming.
“…2 And
suddenly six men came from the direction of the upper gate, which faces north,
each with his battle-ax in his hand. One Man among them was clothed with linen…” who is this? The
high priest was clothed in linen. “…One Man among them…” and by the way this is a description of the Day of Atonement,
because it's separating the righteous from the unrighteous, which happened on
the Day of Atonement. “…One man among them
was clothed with linen and had a writer’s inkhorn at His side.
They went in and stood beside the bronze altar. 3 Now the glory of the God of Israel had gone up
from the cherub, where it had been, to the threshold of the temple. And
He…” that is the Lord,“…called to the Man clothed with
linen, who had the
writer’s inkhorn at His side; 4 and
the Lord said to him, ‘Go through
the midst of the city, through the midst of Jerusalem, and put a mark on
the foreheads…” does this have any relationship with
chapter 7 of the book of Revelation, putting a mark on the forehead?
Absolutely! “…put a mark on the
foreheads of the men…” now here's the characteristic, “…who sigh and cry over all the
abominations that are done within it.’…”
Tetapi
tidak semua orang di kota Yerusalem mempraktekkan ibadah palsu dan
kekejian-kekejian. Jadi ketika kehancuran datang, tidaklah adil jika mereka
ikut dibinasakan bersama orang-orang lainnya. Maka Allah berkata, “Kami
akan memisahkan satu kelompok dengan memasang meterai pada mereka, dan ketika
penghancuran tiba mereka akan terlindung dari penghancuran itu.”
Yehezkiel 9:1-4,
“1 Lalu Dia berseru dalam pendengaranku dengan suara yang nyaring, mengatakan, ‘Hendaknya
mereka yang diberi kuasa atas kota itu
mendekat, masing-masing dengan alat pemusnah di tangannya’…” lihat,
penghancuran akan datang. “…2 Dan tiba-tiba enam orang laki-laki datang dari
jurusan pintu gerbang atas, yang menghadap ke utara, masing-masing dengan kapak pemukul di tangannya. Satu Orang di
antara mereka berpakaian lenan…” Siapa ini? Imam Besar memakai pakaian
lenan. “…Satu
Orang di antara mereka…” dan ketahuilah ini adalah gambaran Hari
Pendamaian/Grafirat, karena memisahkan orang-orang benar dari yang tidak benar,
yang terjadi pada Hari Pendamaian. “…Satu Orang di antara mereka berpakaian
lenan dan di sisiNya ada sebuah alat
penulis. Mereka ini masuk dan berdiri di samping mezbah tembaga. 3 Pada
saat itu kemuliaan Allah Israel sudah terangkat dari atas kerub, tempatnya
semula, ke atas ambang pintu Bait Suci. Dan Dia…” yaitu
Tuhan, “…memanggil
Orang yang berpakaian lenan dan yang mempunyai alat penulis di sisiNya; 4
dan TUHAN berfirman kepadaNya, ‘Pergilah menjelajahi tengah kota, ke tengah-tengah Yerusalem dan berilah tanda pada dahi…” apakah ini ada hubungannya dengan Wahyu
pasal 7, memberikan sebuah tanda di dahi? Tentu saja! “…berilah tanda pada dahi orang-orang…”
nah, sekarang karakteristiknya “…yang berkeluh kesah dan meratap
karena segala kekejian yang dilakukan di dalam kota itu.’…”
So there was a group that was sighing
and crying because of all of the false worship that was going on, particularly the
worship of the sun god. The Man clothed in linen appears to be Jesus Christ.
At this point we
know why God
came to Jerusalem, chapter 1, right? He came to Jerusalem, chapter 1,
what did He come for? He came to perform a work of judgment, to separate the
righteous from the unrighteous before the destruction of the city. The
description is that the work of the High Priest in the Most Holy Place on the Day of
Atonement when Israel was divided into two groups: (1) those who sighed
and cried and (2) those who were practicing the abominations in the City.
By the way the Man who
is clothed in linen according to Leviticus 16:4 would be a reference
to Christ, because speaking about the High Priest, it says, “ 4 He
shall put the holy linen tunic…” this is on the Day
of Atonement “…and the linen trousers
on his body; he shall be girded with a linen sash, and with the linen turban he
shall be attired. These are holy
garments…” So this is describing the Day of
Atonement the separation of the righteous from the unrighteous, the sealing of
those who sigh and cry, so that when destruction comes they are protected. Are
you starting to catch an interesting picture here?
Jadi ada sekelompok orang yang sedang
berkeluh kesah dan meratap karena segala penyembahan palsu yang sedang terjadi, terutama penyembahan pada dewa matahari. Orang
laki-laki yang berpakaian lenan tampaknya adalah Yesus Kristus.
Pada saat
ini kita tahu mengapa Allah
datang ke Yerusalem, pasal 1, benar? Dia datang ke Yerusalem, pasal 1, untuk
melakukan apa? Dia datang untuk mengerjakan suatu pekerjaan penghakiman, untuk memisahkan orang yang
benar dari yang tidak benar sebelum kota itu dihancurkkan.
Deskripsinya ialah tentang pekerjaan
Imam Besar di Bilik Mahakudus pada Hari Pendamaian ketika Israel
terbagi menjadi dua kelompok: (1) mereka yang berkeluh kesah dan meratap, dan
(2) mereka yang sedang mempraktekkan kekejian-kekejian di kota itu.
Nah, Orang
yang berpakaian lenan menurut kitab Imamat 16:4 mengacu kepada Kristus,
karena bicara tentang Imam Besar, dikatakan, “4 Ia harus
mengenakan tunik lenan yang kudus…” ini pada Hari Pendamaian, “…dan celana lenan di tubuhnya,
ia harus memakai ikat pinggang lenan, dan ia
akan dipakaikan serban lenan; semua itu
adalah pakaian yang kudus…” Jadi
ini menggambarkan Hari Pendamaian, pemisahan mereka yang benar dari yang tidak
benar, pemeteraian mereka yang berkeluh kesah dan meratap, supaya ketika penghancurkan tiba, mereka terlindung. Apakah
kalian mulai menangkap gambar yang menarik di sini?
Now after
separating the righteous from the unrighteous, destruction would come upon
those who were not sealed. Notice Ezekiel 9:5-7, “5 To the others He said in
my hearing, ‘Go after Him through the city and kill…” in other words,
after the sealing; “...do not let your eye spare, nor have any pity. 6 Utterly slay
old and young men,
maidens and little children and women; but do not come near anyone on
whom is the mark;
and begin…” where? “…at My sanctuary.’…” why at the sanctuary? Who was guilty of the apostasy according
to what we notice? The religious leaders. So they are much more responsible
than the people whom they deceived. And so it says. “…So they began with the elders
who were before
the temple. 7 Then
He said to them, ‘Defile the temple, and fill the courts with the slain. Go
out!’ And they went out and killed in the city.”
But now we need to
notice, go back a little bit and see that something happened before the
destruction came. I just wanted you to see that there's a sealing and after
the sealing comes the destruction.
Nah, setelah memisahkan mereka yang benar dari yang
tidak benar, penghancuran akan datang kepada mereka yang tidak dimeterai. Simak
Yehezkiel 9:5-7, “5 Dan kepada yang
lain-lain Dia berfirman dalam pendengaranku,
‘Ikutilah Dia di belakangNya menjelajahi kota itu dan bunuhlah,…” dengan
kata lain, setelah selesai pemeteraian; “…janganlah biarkan
matamu melepaskan, maupun berbelas kasihan.
6 Bunuhlah semuanya,
orang-orang tua dan muda, dara-dara dan anak-anak kecil dan perempuan-perempuan;
tetapi janganlah mendekati siapa pun yang
memiliki tanda itu, dan mulailah…” di
mana? “…dari Bait SuciKu!’ …” mengapa dari Bait Suci? Siapa yang
bersalah atas kemurtadan yang terjadi menurut apa yang tadi kita simak? Para
pemimpin rohani. Jadi mereka lebih bertanggungjawab daripada orang-orang yang
mereka sesatkan. Maka dikatakan, “… Maka mereka mulai dengan tua-tua yang ada di depan bait Suci. 7
Kemudian Dia berfirman kepada mereka: ‘Najiskanlah Bait Suci itu
dan penuhilah pelataran-pelatarannya dengan orang-orang yang terbunuh.
Pergilah!’ Dan mereka pergi dan membunuh di
dalam kota…”
Tetapi
sekarang kita perlu memperhatikan, mundur sedikit, bahwa ada sesuatu yang
terjadi sebelum penghancuran datang. Saya hanya mau kalian melihat bahwa ada pemeteraian, dan setelah
pemeteraian itu datanglah penghancuran.
But now we need to
go back to chapter 10, or forward to chapter 10. After the work of the sealing
was complete, the Most Holy Place Shekinah ~ you know what the Shekinah is, right? The glory that was in The
Most Holy Place, representing the presence of God ~ It departed from the sanctuary and “national apostasy led
to national ruin”. Does that sound familiar? The abomination that leads to
desolation, if you please.
The Man clothed in
linen then did what? After the sealing took place He poured out the coals of
the censer upon the city and it was consumed. This is referring to the High
Priest who waved the incense before the Lord, which represents the prayers of
God's people, the prayers of the saints. But now the censer is thrown down,
which means that the censer is no longer interceding. This is the close of probation.
The Shekinah glory, the presence of God is about to depart from the city. And
when It departs from the city, the city has no defense against Nebuchadnezzar
and his armies that come to destroy those who did not sigh and cry because of
the abominations.
Tetapi
sekarang kita perlu kembali ke pasal 10, atau maju ke pasal 10. Setelah pekerjaan
pemeteraian selesai, Shekinah
yang di Bilik Mahakudus ~ kalian tahu Shekinah itu apa, bukan?
Kemuliaan yang ada di Bilik Mahakudus, yang mewakili kehadiran Allah ~ Shekinah
itu meninggalkan Bait Suci,
dan “kemurtadan nasional
mengakibatkan kehancuran nasional”. Apakah
itu terdengar familier? Kekejian yang mengakibatkan penelantaran, katakanlah
demikian.
Orang
yang berpakaian lenan kemudian berbuat apa? Setelah pemeterian selesai, Dia
mencurahkan bara api dari pedupaan ke atas kota itu dan kota itu pun terbakar.
Ini merujuk kepada Imam Besar yang biasanya melambaikan dupa di hadapan Tuhan,
yang melambangkan doa-doa umat Allah, doa-doa orang-orang saleh. Tetapi
sekarang pedupaan itu dilemparkan ke bawah, artinya pedupaan itu tidak lagi
melakukan pekerjaan perantaraan. Inilah
saat tutupnya pintu kasihan. Kemuliaan Shekinah, kehadiran Allah
akan segera meninggalkan kota itu. Dan ketika Dia meninggalkan kota, kota itu
tidak punya pertahanan terhadap Nebukadnezar dan tentaranya yang datang untuk
menghancurkan mereka yang tidak berkeluh kesah dan meratap karena kekejian-kekejian
itu.
And so in Ezekiel
10:1 and 2 we find these words, “1 And I looked, and there in
the firmament that was above the head of the cherubim, there appeared
something like a sapphire stone, having the appearance of the likeness of a
throne. 2 Then
He…” the One seated on the throne “…spoke to the Man clothed with
linen…” who is whom? Jesus, “…and said, ‘Go in among the
wheels, under the cherub, fill Your hands with coals of fire from among
the cherubim, and scatter them over
the city.’ And He went in as I watched.” What is going to
happen now with the fire that used to intercede? It is going to consume the city.
The coals that interceded no longer intercede, the coals are now cast on the
city, and the city is going to burn because intercession has come to an end.
Maka di Yehezkiel 10:1-2 kita temukan kata-kata
ini, “1 Lalu aku melihat, sungguh, di atas
cakrawala yang di atas kepala kerub-kerub tampak sesuatu yang menyerupai batu safir, yang bentuknya menyerupai sebuah takhta,
2 Lalu Ia…” yang duduk di atas takhta, “…bicara kepada Orang yang berpakaian lenan itu…” yang adalah siapa? Yesus, “…dan berkata, ‘Masuklah di antara roda-rodanya, di bawah kerub,
penuhilah tanganMu dengan bara api dari antara
kerubim itu dan serakkan mereka di seluruh kota itu.’ Dan Dia masuk sementara
aku mengawasi…” Apa yang sekarang akan terjadi dengan api yang tadinya dipakai untuk
menjadi perantara? Itu akan membakar habis
kota itu. Bara api yang tadinya menjadi perantara, tidak lagi menjadi
perantara; bara api sekarang dilemparkan ke kota itu, dan kota itu akan
terbakar karena perantaraan telah berakhir.
But the Shekinah
did not leave just instantly. Notice Ezekiel 11:22 and 23, the Shekinah glory left the Temple of
Jerusalem and it lingered on the Mount of Olives. I wish I had time to
go into the abomination of desolation as it was fulfilled in the destruction of
Jerusalem for the second time, but you can find that in the Matthew 24 series,
my favorite study notes of all time, Matthew chapter 24, and the series;
because it's a different way of understanding Bible prophecy in chronological
order. You have all of the events as they will occur in a straight line. That's
not true of Daniel. Daniel has repetitive cycles, it flashbacks and then goes
forward. Revelation is even more complicated, it goes backwards-forwards, it
goes in cycles, and unless you know how to decode the book, you're not going to
know where you're at. But Matthew is simple because everything is in strict
chronological order.
Tetapi
Shekinah itu tidak pergi begitu saja. Simak Yehezkiel 11:22-23, kemuliaan Shekinah meninggalkan
Bait Suci Yerusalem dan tinggal sebentar di atas Bukit Zaitun.
Sayang saya tidak punya waktu membahas kekejian yang mengakibatkan penelantaran
sebagaimana itu digenapi dalam penghancuran Yerusalem kedua kalinya, tetapi
kalian bisa menemukannya di seri Matius 24, makalah yang paling hebat, Matius
pasal 24 dan serinya; karena itu
memahami nubuatan Alkitab dengan cara yang lain, yaitu dalam
urutan kronologis. Di sana terdapat semua peristiwa sebagaimana mereka akan
terjadi dalam satu garis lurus.
Di Daniel tidak begitu. Di kitab Daniel ada siklus-siklus yang diulang-ulang,
ada kilas balik dan kemudian meloncat ke depan. Kitab Wahyu bahkan lebih rumit,
dia maju-mundur, dia berputar dalam siklus-siklus, dan kecuali kita tahu
bagaimana menguraikan kode kitab itu, kita tidak akan tahu di mana posisi kita.
Tetapi kitab Matius itu sederhana karena segala sesuatu dalam urutan kronologis
yang ketat.
So in Ezekiel 11:22
and 23 ~ by the way Jesus after He said,
“Your house is left unto you desolate” He went and He sat on the Mount of Olives, and gave Matthew 24
~ “22 So the cherubim lifted up
their wings, with the wheels beside them, and the glory of the God of
Israel was high above
them. 23 And the
glory of the Lord went up from the midst of
the city…” so let me ask you, is the Shekinah
going to abandon the city now? The protection of the city is leaving. It says, “… 23 And the glory of
the Lord went up from the midst of
the city and…” what did it do? It “…stood on the
mountain, which is on
the east side of the city…” What is the
mountain east of the city? It is the Mount of Olives.
Maka di Yehezkiel 11:22-23 ~ nah, Yesus setelah Dia
berkata, “Rumahmu telah
ditinggalkan kepadamu terlantar” (Matius 23:38), Dia pergi dan Dia duduk di Bukit Zaitun dan
menyampaikan Matius 24 ~ “22 Maka kerub-kerub itu mengangkat sayap-sayap mereka, dengan roda-rodanya di sisi mereka, dan kemuliaan
Allah Israel berada tinggi di atas mereka. 23
Dan
kemuliaan TUHAN naik ke atas dari tengah-tengah kota…” jadi
coba saya tanya, apakah Shekinah akan menelantarkan kota itu sekarang?
Pelindung kota itu akan meninggalkannya. Dikatakan, “…23 Dan kemuliaan TUHAN naik ke atas
dari tengah-tengah kota dan berhenti di atas gunung yang di sebelah timur kota…” Bukit
apa yang ada di sebelah timur kota Yerusalem? Itulah Bukit Zaitun.
And what followed
the departure of the Shekinah from the city? 2 Chronicles 36:17 to 19 is going
to speak about the destruction of the City by fire. It says there, “17 Therefore He brought against
them the king of the Chaldeans, who killed their young men with the sword
in the house of their sanctuary, and had no compassion on young man or virgin,
on the aged or the weak; He gave them all
into his hand. 18 And
all the articles from the house of God, great and small, the treasures of the
house of the Lord, and the treasures of the king
and of his leaders, all these he
took to Babylon. 19 Then
they burned the house of God, broke down the wall of Jerusalem, burned all its
palaces with fire, and destroyed all its precious possessions.”
The abomination
that led to desolation, because of the apostasy and idolatry in the city; the
greatest abomination being the worship of the sun by the leadership.
Dan apa yang mengikuti perginya Sang Shekinah dari kota itu? 2
Tawarikh 36:17-19 akan berbicara tentang penghancuran kota itu dengan api. “17 Oleh karena itu, TUHAN mendatangkan raja orang Kasdim untuk melawan
mereka; yang membunuh teruna-teruna mereka
dengan pedang dalam rumah kudus mereka, dan tidak punya belas kasihan pada teruna maupun
gadis, pada yang tua atau yang lemah. TUHAN menyerahkan mereka semua ke dalam tangannya. 18 Dan semua perkakas rumah Allah, besar dan kecil, harta dari rumah TUHAN, dan harta raja dan para
panglimanya, semuanya itu dia bawa ke
Babilon. 19 Lalu mereka membakar rumah Allah,
merobohkan tembok Yerusalem, membakar semua
puri dalam kota itu dengan api, dan memusnahkan
segala perabotannya yang berharga…” Kekejian
yang mengakibatkan penelantaran karena kemurtadan dan penyembahan berhala di
dalam kota; dan kekejian yang paling besar adalah
menyembah matahari oleh para pemimpin.
Now some people
might say, “Well, Pastor Bohr, are you saying that the City was destroyed
because people didn't keep the Sabbath?” That's exactly what I'm saying and
that's exactly what the Bible says. Let's notice Jeremiah 17:21-27, “ 21 Thus says the Lord,…” by the way Jeremiah was the prophet just before the captivity,
okay? During the reign of King Josiah. “… 21 Thus says the Lord, ‘Take heed to yourselves, and
bear no burden…” when?
“…on the Sabbath day, nor bring it in by the gates of Jerusalem; 22 nor carry a burden out
of your houses…” when?
“…on the Sabbath day, nor do any work, but hallow…” excuse me, “…the Sabbath day, as I commanded your fathers.’ 23 But they did not obey
nor incline their ear, but made their neck stiff, that they might not hear
nor receive instruction. 24 ‘And
it shall be, if you heed Me carefully,’ says the Lord, ‘to bring no burden through
the gates of this city on the Sabbath day, but hallow the Sabbath day, to
do no work in it,…” what would happen if they were
observing the Sabbath? “…25 then
shall enter the gates of this city kings and princes sitting on the throne of
David, riding in chariots and on horses, they and their princes, accompanied by
the men of Judah and the inhabitants of Jerusalem; and this city shall remain
forever…” What would happen if they were
observing the Sabbath and respecting the Creator and not worshiping the sun?
The city would remain forever, it would not be destroyed. But what happened if
they didn't keep the Sabbath? Let's continue reading, it continues in verse 26, “… 26 And they shall come from
the cities of Judah and from the places around Jerusalem, from the land of
Benjamin and from the lowland, from the mountains and from the
South, bringing burnt offerings and sacrifices, grain offerings and incense,
bringing sacrifices of praise to the house of the Lord…” Wow! The city was going to be tremendously blessed. But now
notice, “…27 ‘But if you will not heed Me to hallow
the Sabbath day, such as not carrying a burden when entering the gates of
Jerusalem on the Sabbath day, then I will kindle a fire in its
gates, and it shall devour the palaces of Jerusalem, and it shall not
be quenched.’…”
Did the
destruction of the city have anything to do with the profanation of the
Sabbath? Absolutely! The city would have remained forever if they' kept
the Sabbath, because in keeping the Sabbath they would be confessing their
belief in the Creator, they would be worshiping the Creator, it was the sign
between God and Israel, it was a sign that He was their God. In other words, it
was more than a day, it was the evidence that they serve the Lord. But if they
trampled on the Sabbath, and they worshiped idols, and they worshiped the sun,
that means that they forgot the Sabbath. Are you following me or not?
Nah, mungkin ada orang yang akan berkata, “Nah,
Pastor Bohr, apakah Anda mengatakan bahwa kota itu dihancurkan karena
orang-orang tidak memelihara Sabat?”
Persis itulah yang saya katakan. Mari kita simak Yeremia 17:21-27, “21 Beginilah firman TUHAN,…” nah, Yeremia adalah nabi tepat sebelum
penawanan Babilon, oke? Selama pemerintahan raja Yosia. “…21 Beginilah firman TUHAN, ‘Hendaknya kamu
ingat, dan jangan memikul beban…” kapan? “…pada hari Sabat, maupun membawanya masuk melalui
pintu-pintu gerbang Yerusalem; 22 maupun
membawa beban keluar dari rumahmu…” kapan? “…pada hari Sabat; maupun melakukan pekerjaan apa pun, tetapi kuduskanlah…” apa? “…hari Sabat, seperti yang telah
Kuperintahkan kepada nenek moyangmu. 23 Namun mereka tidak menurut maupun mendengarkan, melainkan bertegar tengkuk, sehingga mereka tidak mau mendengarkan maupun
menerima petunjuk. 24 ‘Dan akan terjadi, apabila kamu sungguh-sungguh
mendengarkan Aku,’ demikianlah firman TUHAN, ‘untuk
tidak membawa masuk beban melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari
Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat untuk
tidak melakukan pekerjaan pada hari itu,…” apa yang akan terjadi jika mereka
memelihara Sabat? “…25 maka akan masuk melalui pintu-pintu gerbang kota ini raja-raja dan pangeran-pangeran, yang duduk di atas takhta
Daud, dengan mengendarai kereta-kereta dan kuda-kuda, mereka dan pangeran-pangeran mereka, didampingi oleh orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem; dan kota
ini akan tetap ada untuk selama-lamanya…” Apa yang akan terjadi jika mereka memelihara Sabat dan
menghormati Sang Pencipta dan tidak menyembah matahari? Kota itu akan selamanya
ada, tidak akan dihancurkan. Tetapi apa yang terjadi jika mereka tidak
memelihara Sabat? Mari kita lanjutkan membaca, ini berlanjut di ayat 26, “…26 Dan orang akan datang dari kota-kota Yehuda dan dari tempat-tempat
sekitar Yerusalem, dari tanah Benyamin dan dari dataran
rendah, dari pegunungan, dan dari Selatan,
dengan membawa kurban bakaran, kurban sembelihan, kurban sajian dan kemenyan,
membawa kurban syukur ke dalam rumah TUHAN…” Wow! Kota itu akan sangat diberkati.
Tetapi sekarang simak, “…27 Tetapi apabila kamu tidak mau menurut
Aku untuk menguduskan hari Sabat, dengan
misalnya tidak membawa beban saat melalui
pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka Aku akan menyalakan api di
pintu-pintu gerbangnya, dan api itu akan
memakan habis istana-istana Yerusalem, dan api
itu tidak akan dipadamkan.’…”
Apakah penghancuran kota itu ada hubungannya dengan penajisan
hari Sabat? Tepat sekali! Kota itu bisa tetap ada selamanya
andaikan mereka tetap memelihara Sabat, karena dengan memelihara Sabat berarti
mereka mengakui iman mereka pada Sang Pencipta, mereka akan beribadah kepada
Sang Pencipta, itu adalah tanda antara Allah dengan Israel, itu adalah sebuah
tanda bahwa Dia adalah Allah mereka. Dengan kata lain, itu bukan semata-mata
sebuah hari, itu adalah bukti bahwa mereka mengabdi kepada Tuhan. Tetapi jika
mereka menginjak-injak Sabat, dan mereka menyembah berhala-berhala, dan mereka
menyembah matahari, itu artinya mereka telah melupakan Sabat. Apakah kalian
mengikuti saya atau tidak?
Now let's apply
this to the end time. Is Sunday worship idolatry? Is it the same to worship the
sun as it is to worship on the day of the sun? Some people say, “No, there's no similarity.” Yes, there
is!
Let's ask three
questions:
1.
who created the sun? God.
2.
Was it created for worship? No, it
was created as a secular object, not for worship.
3.
So what happens if you make the sun
an object of worship? What is that called? Idolatry.
Now let's ask three additional
questions:
4.
who created the first day of the week,
the day of the sun, who created it? God. God did.
5.
Did He create the first day for
worship? No, it's a common day of work, “six days you shall labor and do all
your work”.
6.
So what happens if you make Sunday a
day of worship? It's idolatry.
It doesn't matter if it's an object or if it's a day, anything
that man makes for worship that God did not make for worship is idolatry.
Sekarang
mari kita aplikasikan ini ke akhir zaman. Apakah ibadah hari Minggu itu
penyembahan berhala? Apakah sama menyembah matahari dengan beribadah pada hari
matahari? Ada orang yang berkata, “Tidak, tidak ada persamaannya.” Tentu saja ada! Mari
kita ajukan tiga pertanyaan:
1. Siapa
yang menciptakan matahari? Allah.
2. Apakah
matahari diciptakan untuk disembah? Tidak, itu diciptakan sebagai benda
sekuler, bukan untuk disembah.
3. Kalau
begitu apa yang terjadi jika kita menjadikan matahari sebuah objek untuk
disembah? Apa namanya itu? Penyembahan berhala.
Sekarang
mari kita ajukan tiga pertanyaan tambahan:
4. Siapa
yang menciptakan hari pertama dari setiap minggu, hari yang dipakai manusia untuk
menyembah matahari, siapa yang menciptakan hari itu?
Allah. Allah yang menciptakannya.
5. Apakah
Allah menciptakan hari yang pertama itu untuk ibadah? Tidak, itu sebuah hari
biasa untuk bekerja, “enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu” (Keluaran 20:9).
6. Jadi apa
yang terjadi jika kita menjadikan hari Minggu hari ibadah? Itu penyembahan
berhala.
Tidak jadi soal apakah itu sebuah
objek atau itu sebuah hari, apa
pun yang dibuat manusia untuk ibadah, yang tidak dibuat Allah untuk ibadah, itu
penyembahan berhala.
Now let's take two
stories from the Bible that show how serious this is. You've heard of Belshazzar, some call him Belshezaar, I call him
Belshazzer. Anyway, on the final night before the fall of Babylon he was
celebrating a banquet with a thousand of his luminaries and dignitaries, and he
did something very serious. He called for the holy vessels of the sanctuary to
be brought, to use them for the secular purpose of drinking wine in them. Let's
read chapter 5 of Daniel verses 1-4, “1 Belshazzar the king…” of what nation? Babylon,
“…made a great feast for a thousand of his lords, and…” what did he do? He
“…drank wine in the presence of the thousand…” now listen carefully. “…2 While he tasted the wine,…” did the wine have anything to do with him not distinguishing the
holy from the common? Yeah, because it says,
“…2 While
he tasted the wine, Belshazzar gave the command to bring the gold and silver
vessels which his father Nebuchadnezzar had taken from the temple
which had been in
Jerusalem, that the king and his lords, his wives, and his concubines might
drink from them…” using holy vessels for a common
purpose. It continues saying, verse 3, “...3 Then they brought the gold vessels that had been
taken from the temple of the house of God which had been in Jerusalem; and the king and his lords, his
wives, and his concubines drank from them…” is wine playing a very important point here, a very important
aspect in this story? Absolutely! “…4 They
drank wine,…” and now notice, because they drank wine they fell into
idolatry, correct? And so it says, “…4 They
drank wine, and…” what was the result? They “…praised the gods of gold and
silver, bronze and iron, wood and stone….” In other words, drinking
wine led to idolatry, and not being able to distinguish between that which was
holy and that which was common. In other words, Belshazzar’s sin was that he took
something that was holy and he treated it as if it was common.
Sekarang mari kita ambil dua kisah dari Alkitab
yang menunjukkan betapa seriusnya ini. Kalian sudah pernah mendengar tentang
Belsyazar, pada malam terakhir sebelum jatuhnya Babilon, dia sedang mengadakan
pesta jamuan dengan seribu dari orang-orang terkemuka dan petinggi-petingginya,
dan dia melakukan sesuatu yang sangat serius. Dia minta agar bejana-bejana
kudus dari Bait Suci dikeluarkan, mau dipakai mereka untuk tujuan sekuler minum
anggur dari bejana-bejana itu. Mari kita baca Daniel 5:1-4, “1 Raja Belsyazar…”
dari bangsa apa? Babilon, “…mengadakan perjamuan besar
untuk seribu dari para pembesarnya, dan…” apa
yang dilakukannya? Dia “…minum anggur di hadapan
seribu orang itu…” sekarang
dengarkan baik-baik, “…2 Sementara dia minum anggur…” apakah anggur itu ada hubungannya
dengan dia tidak bisa membedakan yang kudus dari yang biasa? Iya, karena
dikatakan, “…2 Sementara dia minum anggur, Belsyazar menitahkan orang untuk membawa keluar bejana-bejana dari emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya,
dari dalam Bait Suci yang ada di Yerusalem, supaya raja dan para
pembesarnya, para isterinya dan para gundiknya boleh minum dari bejana-bejana itu…” memakai
bejana-bejana yang kudus untuk tujuan yang biasa. Selanjutnya dikatakan, ayat 3, “…3 Kemudian mereka membawa keluar bejana-bejana dari emas yang diambil dari dalam Bait Suci, Rumah
Allah yang ada di Yerusalem, lalu raja dan
para pembesarnya, para isterinya dan para
gundiknya
minum dari bejana-bejana itu…” apakah anggur memainkan poin yang
penting di sini, aspek yang sangat penting di kisah ini? Tentu saja! “…4 Mereka
minum anggur dan…” sekarang
simak, karena mereka minum anggur, mereka jatuh dalam penyembahan
berhala, benar? Jadi dikatakan, “…4 Mereka
minum anggur dan…” apa akibatnya? Mereka “…memuja dewa-dewa dari emas dan
perak, kuningan, besi, kayu dan batu…” dengan kata lain, minum anggur membawa kepada penyembahan berhala, dan
tidak bisanya membedakan antara apa yang kudus dengan apa yang biasa.
Dengan kata lain, dosa Belsyazar
ialah dia mengambil sesuatu yang kudus dan memperlakukannya sebagai sesuatu
yang biasa.
But now we have a
different story, but before we get to that different story, let's read what
happened to Belshazzar, chapter 5:22 through 24, there's a handwriting on the
wall and the wise men of Babylon cannot interpret the meaning of the
handwriting on the wall. So eventually Daniel comes before Belshazzar. And somebody might say, “Well, Belshazzar didn't know that those were holy vessels.” Hmph,
didn't know? Let's read, this is Daniel speaking to Belshazzar, “22 But you his son,
Belshazzar, have not humbled your heart, although you knew all this…” because he just told him the story of Nebuchadnezzar's insanity
where he became a vegetarian for seven years, because it says, he ate the grass
of the field, and by the way it worked, because it clarified his mind. I'm not
really making a point of that, but anyway verse 23,
“… 23 And
you have lifted yourself up against the Lord of heaven. They have brought
the vessels of His house before you, and you
and your lords, your wives and your concubines, have drunk wine from them. And
you have praised the gods…” here's the
idolatry, “…you have praised the
gods of silver and gold, bronze and iron, wood and stone, which do not see
or hear or know; and the God who holds your
breath in His hand and owns all your ways, you have not glorified…” what was it that didn't allow him to distinguish the holy from
the common? He was drunk with wine.
Does wine play a
role in the book of Revelation? It does, not only in Revelation, in Habakkuk.
Don't think that we're just filling in with this. You say, “When are we going to get to Habakkuk?” Well, when we have the
background then we're going to understand Habakkuk a lot better.
Tetapi sekarang ada kisah yang lain, namun sebelum
kita ke kisah yang lain itu, mari kita
baca apa yang terjadi pada Belsyazar, Daniel 5:22-24, ada tulisan di
dinding, dan orang-orang pintar Babilon tidak bisa menerjemahkan makna tulisan
yang di dinding itu. Maka akhirnya Daniel tampil di hadapan Belsyazar. Dan
mungkin ada yang bilang, “Nah, Belsyazar tidak tahu itu bejana-bejana
kudus.” Hmph! Tidak tahu? Mari kita baca, ini Daniel bicara kepada Belsyazar, “22 Tetapi tuanku, Belsyazar, anaknya, tidak merendahkan
diri, walaupun tuanku sudah mengetahui semua
ini…” karena Daniel baru saja memberitahu dia
kisah bagaimana Nebukadnezar menjadi gila, dan dia menjadi vegetarian selama
tujuh tahun, karena dikatakan dia makan rumput di padang, dan ketahuilah itu
manjur, karena itu menjernihkan pikirannya. Bukan poin itu
yang mau saya tekankan. Nah, ayat 23, “…23 Dan tuanku telah meninggikan diri sendiri
terhadap Tuhan Surgawi. Mereka telah membawa
bejana-bejana dari RumahNya ke hadapan tuanku, dan tuanku, serta para pembesar tuanku, para isteri dan para gundik
tuanku telah minum anggur dari dalam bejana-bejana itu; dan tuanku telah memberi puji-puian kepada dewa-dewa…” ini penyembahan berhalanya, “…tuanku telah memberi puji-puian kepada dewa-dewa dari perak
dan emas, dari kuningan, besi, kayu dan
batu, yang tidak dapat melihat, atau mendengar, atau mengetahui, dan Allah yang
menggenggam nafas tuanku dan yang memiliki semua
jalan tuanku, tidak tuanku muliakan…” Apa yang
menghalangi Belsyazar membedakan yang kudus dari yang biasa? Dia mabuk dengan
anggur.
Apakah
anggur memainkan peranan di kitab Wahyu? Ya, bukan hanya di Wahyu, juga di
Habakuk. Jangan mengira kita hanya menggantikannya dengan ini. Kalian berkata, “Kapan
kita akan tiba di Habakuk?” Nah, setelah
kita punya latar belakangnya, lalu kita akan memahami
Habakuk secara lebih baik.
We have a different
story. You see, Belshazzar’s sin was that he took what was holy and he treated
it like it was common. But we have another story where the sons of Aaron took that which was
common, and they presented it as if it was holy. God had instructed
that fire needed to be taken from the altar of sacrifice, because He rained
that fire from heaven, that was holy fire. And yet Nadab and Abihu took strange
fire before the Lord, a common fire maybe from where they were cooking, or who
knows where. I don't think they had matches back then, but it was a common
fire, not the holy fire that God had rained from heaven.
Now let me ask you,
if you looked at that fire, would it look just
like ordinary fire? Sure. If you put your finger in that fire, would it burn
your finger just like any other kind of fire? Absolutely! If you study the
chemical properties of both fires, would they be alike? Yes! What made the fire
that God rained on the altar holy fire? The fact that God had made it holy.
Common fire might look like it, but it wasn't holy.
And so in verses
8-10 of Leviticus 10, we find, “8 Then the Lord spoke to Aaron, saying, …”
Why did these
young men offer common fire as if it was holy? Aaah, here's the secret:
“…8 Then
the Lord spoke to Aaron, saying, ‘9 Do not drink wine or intoxicating drink, you, nor your
sons with you, when you go into the tabernacle of meeting, lest you die…” In what condition were Nadab and Abihu?
They were drunk. And then it continues, “…It
shall be a statute forever throughout your generations, 10 that you may…” now notice, what is the reason for not
drinking wine? “…10 that you may distinguish between holy and unholy…” that is the common, “…and between unclean and clean,…” and then something else “…11 and that you may teach the children of Israel all the statutes which
the Lord has
spoken to them by the hand of Moses.”
Ada kisah
yang lain. Kalian lihat, dosa Belsyazar ialah dia mengambil apa yang kudus dan
dia perlakukan itu seperti sesuatu yang biasa. Tetapi ada kisah lain di mana anak-anak Harun mengambil apa
yang biasa dan mereka mempresentasikannya sebagai sesuatu yang kudus. Allah telah menginstruksikan bahwa api harus
diambil dari mezbah kurban, karena Allah yang telah menurunkan api itu dari
langit, itu api yang kudus. Namun Nadab dan Abihu memakai api yang asing di
hadapan Tuhan, api biasa, mungkin diambil dari tempat
mereka masak atau entah mana. Saya pikir di zaman itu mereka tidak punya korek
api, tapi itu api biasa, bukan api kudus yang diturunkan Allah dari langit.
Sekarang
coba saya tanya, jika kita lihat api itu, apakah api itu tampaknya seperti api
biasa? Tentu saja. Jika kita masukkan jari kita ke api itu, apakah api itu akan membakar jari kita
sama seperti jenis api yang lain? Tentu saja! Jika kita pelajari konten kimiawi dari
kedua api itu, apakah hasilnya sama? Ya! Apa yang membuat api yang diturunkan
Allah ke mezbah itu api yang kudus? Fakta bahwa Allah yang membuatnya kudus.
Api biasa mungkin saja tampaknya sama, tapi itu tidak kudus.
Maka di Imamat 10:8-10 kita dapati, “8 Lalu TUHAN bicara kepada Harun, mengatakan…” mengapa
orang-orang muda itu mempersembahkan api yang biasa seakan-akan itu kudus?
Aaah. Inilah rahasianya, “…8 Lalu TUHAN bicara
kepada Harun, mengatakan, 9 ‘Jangan minum anggur atau minuman
yang memabukkan, engkau maupun anak-anak laki-lakimu bersamamu,
bila engkau masuk ke dalam Kemah Pertemuan, atau engkau mati…” Nadab dan Abihu waktu itu dalam kondisi
apa? Mereka sedang mabuk. Kemudian dilanjutkan, “…Itu akan menjadi suatu ketetapan untuk
selamanya bagi seluruh keturunanmu. 10
supaya engkau bisa…” sekarang
simak, apa alasannya untuk tidak minum anggur? “…10 supaya engkau bisa membedakan antara yang kudus
dengan yang tidak kudus…” yaitu yang biasa, “…dan antara yang najis dengan yang tidak
najis…” lalu ada lagi, “…11 dan agar engkau
boleh mengajarkan kepada umat Israel
segala ketetapan yang telah difirmankan TUHAN kepada mereka dengan perantaraan
Musa.”
Ellen White wrote
this, “Among professed Christians there are
idolaters, men and women who are
not sealed by God. Many have
subverted the Christian faith into idolatry, giving to a man-made institution the glory and honor that God requires for His Sabbath
day, and compelling others to
worship this idol. Such ones will surely be visited with
God's retributive judgments, which are to be poured out
without mixture of mercy upon the unrepentant despisers of God's law.” (Manuscript
Releases,
Vol. 19, p. 244).
Ellen
White menulis ini, “…Di antara mereka yang
mengaku Kristen, ada yang menyembah berhala, laki-laki dan perempuan yang tidak
dimeteraikan oleh Allah. Banyak yang telah merongrong iman Kristen menuju penyembahan berhala, memberikan kepada lembaga buatan
manusia kemuliaan dan hormat yang diminta Allah bagi hari SabatNya, dan memaksa
orang lain untuk menyembah berhala itu. Mereka yang demikian ini pasti akan
didatangi oleh hukuman balasan dari Allah, yang akan dicurahkan tanpa campuran
belas kasihan kepada orang-orang pembenci Hukum Allah yang tidak mau bertobat.” (Manuscript
Releases,
Vol. 19, hal. 244)
Are you catching
the picture? Now there are many Christians who are idolators, they don't know
they're idolators by observing the day of the sun which is a man-made Institution
for worship. If it's a man-made
institution, would it be idolatry to keep a man-made institution as if it were
holy? Of course.
You know what human
beings have done?
v They've taken a
common day of work, and they've made it holy;
v and they've taken
the holy day and they've made it common.
If God accepts
that, He's going to have to apologize to Belshazzar, and Nadab and Abihu
because the principle is the same.
Apakah
kalian menangkap gambarnya? Nah, ada banyak
orang Kristen yang menyembah berhala, mereka tidak tahu bahwa mereka
penyembah berhala dengan memelihara hari matahari yang adalah
suatu lembaga buatan manusia untuk ibadah. Jika itu adalah lembaga buatan
manusia, bukankah itu penyembahan berhala memelihara lembaga buatan manusia
tersebut seakan-akan itu kudus? Tentu saja.
Tahukah
kalian apa yang telah diperbuat manusia?
v Mereka telah mengambil sebuah hari kerja biasa, dan
mereka menjadikannya kudus;
v dan mereka telah mengambil sebuah hari yang kudus
dan mereka membuatnya menjadi hari biasa.
Andaikan
Allah menerima itu, Dia harus minta maaf kepada Belsyazar, dan Nadab dan Abihu
karena prinsipnya sama.
Now let's talk a
little bit about memorials. It is common knowledge that historical memorials must be observed
on the same day when the original event occurred, correct? For example,
what day do we celebrate the Declaration of Independence of the United States?
July 4th. Why do we do it July 4th? Why don't we do it on
August 4th? It's a day, it's a month, so why not August 4th?
Because that's not when the original event occurred. To commemorate it, you have to
commemorate it on the same day on which the original event occurred.
What day do they
read the 3,000 names at the World Trade Center? On the 11th of September. Well,
isn't October 11th just as
good? No! Why not? Because that is not when the original event took place. You
see, you can only celebrate an original event on the day in which it occurred.
My wife and I were
married on December 23, we've been married for 52 years almost. It's a long
time, patient woman. Actually, if you talk to her ~ I can give you her phone
number ~ she'll say pretty nice things about me. Anyway we celebrate our
anniversary on December 23. Why do you think we celebrate our anniversary
December 23? Because that's the day we got married. How do you think my wife
would think if I said, “You know, we've
been doing this for 52 years, same day, same day, same day, let's celebrate our
anniversary this year on my birthday June 26.” What would she say? “Have you been drinking the Kool-Aid?”
She wouldn't say that because she knows that I don't drink. But my point is
that you have to celebrate an original event on the same day on which it
occurred.
Nah, mari
kita bicara sediki tentang peringatan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa peringatan suatu
peristiwa sejarah harus dilakukan pada hari yang
sama ketika peristiwa yang asli itu terjadi, benar? Misalnya, pada hari mana kita merayakan
Proklamasi Kemerdekaan Amerika Serikat? Juli 4. Mengapa pada Juli 4, mengapa
tidak pada Agustus 4? Ada harinya, ada bulannya, jadi mengapa bukan Agustus 4?
Karena peristiwa aslinya tidak terjadi pada tanggal itu. Untuk memperingati sesuatu, kita harus memperingati pada
hari yang sama peristiwa yang asli tersebut terjadi.
Kapan
mereka membacakan ke 3’000 nama di World Trade Center? Pada 11 September. Nah, bukankah 11 Oktober sama saja? Tidak! Mengapa
tidak? Karena itu bukan saat ketika peristiwa yang asli terjadi. Kalian lihat,
kita hanya bisa memperingati suatu peristiwa pada hari peristiwa yang asli itu
terjadi.
Istri
saya dan saya menikah pada 23 Desember, kita sudah menikah selama hampir 52
tahun. Waktu yang lama, perempuan yang sabar. Sesungguhnya jika kalian tanya
dia ~ saya bisa memberi kalian nomor teleponnya ~ dia akan mengatakan hal-hal
yang cukup bagus tentang saya. Nah, kami merayakan ulangtahun pernikahan pada
23 Desember. Menurut kalian mengapa kami merayakan ulangtahun pernikahan kami
pada 23 Desember? Karena pada hari itulah kami menikah. Menurut kalian apa yang
akan dipikirkan istri saya jika saya
berkata, “Kita
sudah melakukan ini selama 52 tahun, hari yang sama, hari yang sama, hari yang
sama. Ayo tahun ini kita rayakan hari pernikahan kita pada hari ulangtahunku,
26 Juni.” Apa yang
akan dikatakan istri saya? “Kamu mabuk Kool-Aid?” Tentu saja dia tidak akan berkata begitu karena dia tahu saya tidak
minum minuman keras. Tetapi poin saya ialah, kita harus merayakan suatu
peristiwa pada hari yang sama peristiwa tersebut terjadi.
Do you know
that Pope John Paul II, and Benedict XVI, as well as Francis I, have said that
we need to keep Sunday in honor of the Creator? That is not possible because God did not
rest on Sunday from creation, He rested on the Sabbath. You have to
rest on the same day that God rested to commemorate it. So to say, “Oh, my Sabbath is Sunday.” I say, “Right, it's your Sabbath. But it's not the
Lord's Sabbath.” Are you following me?
Tahukah kalian bahwa Paus Yohanes Paulus II, dan
Benediktus XVI, dan juga Francis I, mengatakan bahwa kita harus memelihara hari
Minggu untuk menghormati Sang Pencipta? Itu mustahil karena Allah tidak berhenti dari
penciptaan pada hari Minggu, Allah berhenti pada hari Sabat. Untuk
memperingatinya, kita harus berhenti pada hari yang sama Allah berhenti.
Jadi kalau ada yang mengatakan, “Sabat saya hari Minggu.” Saya katakan, “Betul, itu sabatmu,
tetapi itu bukan Sabat Tuhan.” Apakah
kalian mengikuti saya?
Now Revelation
17 has the final fulfillment of this. The final and global fulfillment of the
Ezekiel type. This chapter describes a harlot who is committing
fornication with the kings of the earth. God promises to make her desolate.
v She is identified
as Babylon, and gives fermented wine to all the inhabitants of the planet.
As a result they cannot distinguish between holy and
common, and they fall into idolatry.
v In Bible prophecy
we know that the harlot woman represents an apostate church.
Ø This is a church
that claims to love and serve Christ yet tramples upon the Sabbath, and exalts
the idolatrous Sunday.
v The harlot
represents an apostate church, she is a global church because she sits on nations,
multitudes, tongues, and peoples.
v She mingles
religion with politics, because we are told that she fornicates with the kings
of the earth.
v She has daughters that
were born from her at certain point later on in her career, because she's the mother
of harlots.
v She gives her abominable
wine ~ this is going to be our next study, first session tomorrow morning ~ she
gives abominable wine ~ by the way not Earnest & Julio Gallow ~ not wine
literal wine, because at the end Babylon represents a spiritual system, a
global system.
The wine is a symbol. The fornication is not going to bed
literally, it's spiritual fornication, and at the end it's global. She gives
her abominable wine, a false doctrine to the world, which makes impossible for
them to distinguish between holy and secular day of worship, and as a result
they fall into idolatry.
v She has a history
of shedding the blood of God's faithful people.
v And she claims to
have changed God's Law. The Little Horn thought it could change God's Law.
Nah Wahyu 17 adalah penggenapan dari ini. Penggenapan terakhir dan global dari tipe
Yehezkiel. Pasal
ini menggambarkan seorang perempuan pelacur yang melakukan perzinahan dengan
raja-raja bumi. Allah berjanji akan membuat perempuan ini terlantar.
v Perempuan pelacur ini diidentifikasi sebagai
Babilon, dan memberikan anggur yang terfermentasi kepada semua penghuni bumi.
Akibatnya mereka tidak bisa
membedakan antara yang kudus dari yang biasa dan mereka jatuh ke dalam
penyembahan berhala.
v Di nubuatan Alkitab kita tahu bahwa perempuan
pelacur itu melambangkan sebuah gereja yang murtad.
Ø Ini adalah sebuah gereja yang mengklaim mengasihi
dan mengabdi kepada Kristus, namun menginjak-injak Sabat, dan
meninggikan hari Minggu berhala.
v Perempuan pelacur itu mewakili sebuah gereja
murtad, dia adalah sebuah gereja global karena dia digambarkan duduk di atas bangsa-bangsa,
orang banyak, bahasa-bahasa, dan suku-suku.
v Dia mencampurkan agama dengan politik, karena kita
diberitahu bahwa dia berzinah dengan raja-raja bumi.
v Dia punya anak-anak perempuan yang lahir darinya di
suatu saat di bagian belakang sejarahnya, karena dia disebut “Ibu dari
perempuan-perempuan pelacur”.
v Dia memberikan anggur kekejiannya ~ ini akan
menjadi topik pelajaran kita berikutnya, sesi pertama besok pagi ~ dia
memberikan anggur kekejiannya ~ nah, itu bukan Earnest & Julio Gallow ~ bukan anggur literal, karena di masa akhir
Babilon melambangkan sebuah sistem spiritual, sebuah sistem global.
Anggurnya itu sebuah simbol.
Perzinahannya bukan naik ke ranjang secara literal, itu perzinahan spiritual,
dan pada akhirnya itu global. Dia
memberikan anggur kekejiannya, yaitu doktrin yang palsu kepada dunia yang
membuat orang mustahil bisa membedakan antara hari ibadah yang kudus dan
sekuler, dan akibatnya mereka jatuh ke dalam penyembahan berhala.
v Dia punya sejarah mencurahkan darah umat setia
Allah.
v Dan dia mengklaim telah mengubah Hukum Allah.
Tanduk Kecil berpikir untuk mengubah Hukum Allah.
Now let's go to our
last section because time is flying by. A matter of authority. The final
controversy will not be over a matter of days primarily, behind the day is the issue of authority.
When we keep the Sabbath it is a sign that we are obedient to the Creator, and
when we keep Sunday it is a sign that we are obedient to the power who claims
to have changed the day. It's the same controversy that existed in the Garden
of Eden. Only God used a different way of testing Adam and Eve. At the
beginning God tested with a tree, at the end He tests with a day. What was the
issue in the Garden of Eden? If Eve abstained from eating from the tree, she
would be respecting the authority of whom? The authority of God. If she ate the
fruit, she would be obeying the authority of whom? Of Satan. Behind the tree
was the issue of which authority are you going to obey. Are you following me?
That's in the Garden of Eden.
Nah, mari
kita ke bagian akhir pelajaran kita karena waktu hampir habis. Tentang masalah
autoritas/kewenangan. Pertentangan yang terakhir bukanlah masalah hari,
utamanya. Di balik isu hari itu adalah isu
kewenangan/autoritas. Bila kita memelihara Sabat itulah tandanya
kita patuh kepada Sang Pencipta, dan bila kita memelihara hari Minggu itulah
tanda kita patuh kepada kuasa yang mengklaim telah mengubah hari ibadah itu.
Itulah pertentangan yang sama yang ada di Taman Eden. Hanya saja Allah menggunakan
cara yang berbeda untuk Adam dan Hawa. Pada mulanya Allah menguji dengan
memakai sebuah pohon; di bagian akhir Allah menguji dengan memakai sebuah hari.
Apa isunya di Taman Eden? Andaikan Hawa tidak makan dari pohon pengetahuan itu,
berarti dia menghormati autoritas siapa? Autoritas Allah. Jika Hawa memakan
buahnya, berarti dia mematuhi autoritas siapa? Setan. Di balik pohon itu ialah
isu autoritas siapa yang akan dipatuhi. Apakah kalian mengikuti saya? Itu di
Taman Eden.
At the end it's going to be an issue
of a day that is going to determine which side you are on, whether you
respect the authority of God by keeping the day He has established, or the
authority of Satan and the day that he has led to be adopted in the Christian
World. Sadly Protestantism was never able to sever her relationship with the
mother church. The Protestants never totally
forsook the mother because they brought with them many of her doctrines. Among
her doctrines:
v the idea that the dead
aren't dead,
v that the soul
leaves the body at death, the immortality of the soul,
v she also adopted
from the papacy the idea that hell will burn forever,
v and she embraced
from the papacy the idea that Sunday is a day that we should honor God as the Creator.
And therefore the
Protestant churches will return to mother.
Pada akhir zaman isunya ialah sebuah
hari yang akan menentukan di sisi
siapa kita berada, apakah kita menghormati autoritas Allah dengan memelihara
hari yang Dia tentukan, atau autoritas Setan dan hari yang dibuat Setan supaya
diikuti dunia Kristen.
Disayangkan,
Protestantisme tidak pernah benar-benar bisa memutuskan hubungannya dengan
gereja induknya. Orang-orang Protestan tidak pernah benar-benar
meninggalkan si ibu karena mereka membawa bersama mereka banyak dari
doktrinnya. Di antaranya:
v konsep bahwa orang mati tidak mati,
v bahwa nyawa meninggalkan tubuh pada waktu kematian,
jadi ada kekekalan nyawa,
v dia juga mengadopsi dari kepausan konsep bahwa
neraka akan selamanya menyala,
v dan dia memeluk konsep dari kepausan bahwa
hari Minggu adalah hari di mana kita harus menghormati Allah sebagai Sang Pencipta.
Oleh
karena itu gereja-gereja Protestan akan kembali kepada ibu mereka.
Notice this last
remarkable statement that we find by John O'Brien, who for decades taught at
the University of Notre Dame near Andrews University. He challenges the Protestants,
and at the end of the statement he makes a very interesting remark. Let's read
this statement. By the way he was author of over 40 books, very well known, he
wrote, challenging Protestants. “But since Saturday not Sunday is specified in the Bible, isn't
it curious that non-Catholics who profess to take their religion directly from
the Bible and not from the church, observes Sunday instead of
Saturday?...” isn’t it strange,
he says. “…Yes, of course it is inconsistent. But this
change was made about 15 centuries before Protestantism was born and by that time the custom was universally
observed…” and then he says to
Protestants, “…Protestants have continued the custom, even though it rests upon the
authority of the Catholic Church and not upon an explicit text in the Bible…” and now comes the key portion. “…That observance remains as a reminder of the Mother Church
from which the non-Catholic sects broke away, like a boy running away from home
but still carrying in his pocket a picture of his mother or a lock of her
hair…” (The Faith of Millions ~ Huntington, Indiana:
Our
Sunday Visitor,
Inc.,
1974) p. 400,
401)
Are you catching
the picture? Protestantism never severed its relationship with the mother and
therefore it will once again come back to mother.
Simak
pernyataan terakhir yang mengagumkan ini yang ditulis oleh John O’Brien, yang
selama puluhan tahun mengajar di Universitas Notre Dame dekat Universitas
Andrews. Dia menantang orang-orang Protestan, dan di bagian akhir pernyataan
itu dia membuat komentar yang sangat menarik. Mari kita baca pernyataannya. Nah, ketahuilah dia menulis
lebih dari 40 buku, sangat terkenal. Dia menulis, menantang
orang-orang Protestan, “…Tetapi karena Sabtu bukan
Minggu yang tertulis di Alkitab, apakah tidak aneh non-Katolik yang mengaku
mengambil agama mereka langsung dari Alkitab dan bukan dari gereja, memelihara
hari Minggu dan bukan Sabtu?…” apakah ini tidak aneh, katanya, “…Ya,
tentu saja itu tidak konsisten. Tetapi perubahan ini sudah dibuat sekitar 15
abad sebelum Protestantisme lahir, dan pada saat itu kebiasaan tersebut sudah
dipelihara secara universal…” Lalu katanya kepada orang-orang Protestan, “…Mereka (Protestant) telah melanjutkan
kebiasaan itu walaupun itu berdasarkan autoritas gereja Katolik dan bukan berdasarkan
ayat tertentu di Alkitab…” dan sekarang bagian kuncinya. “…Pemeliharan hari Minggu
itu dipertahankan sebagai pengingat
Gereja Induknya dari mana
sekte-sekte non-Katolik telah memisahkan diri, seperti seorang anak yang
melarikan diri dari rumah tetapi tetap menyimpan di sakunya foto ibunya atau
seikat rambut ibunya …” (The Faith of Millions ~ Huntington, Indiana: Our Sunday Visitor,
Inc.,
1974 hal. 400,
401)
Apakah
kalian menangkap gambarnya? Protestantisme tidak pernah memutuskan hubungannya
dengan Gereja Induknya dan oleh karena itu dia akan kembali lagi kepada ibunya.
Did you understand
this study? How important is the Sabbath? It's a matter of life and death.
The Sabbath is the Seal of God, the sign of God, that we worship the true God,
that is the only true God that we owe Him our worship, because He's the Creator.
Every week we remember that. That's what the reason why by the way in the
fourth commandment it says “Remember the Sabbath day to keep it
holy”. Why would God say “Remember the Sabbath day to keep it
holy”? Because we might fall into what? Forgetting that the Sabbath
is holy. And so God wants us to keep the Sabbath joyfully, not by force. He
wants us to joyfully embrace the observance of the Sabbath, not because we have
to, but because we love our Lord, we want to please Him and obey His authority.
Apakah
kalian memahami pelajaran ini? Seberapa pentingnyakah Sabat? Itu adalah masalah hidup dan mati.
Sabat adalah Meterai Allah,
Tanda Allah, bahwa kita menyembah Allah yang sejati, bahwa Dialah satu-satunya
Allah yang benar, dan kita berutang ibadah kita kepadaNya karena Dialah Sang
Pencipta. Setiap minggu kita mengingat itu. Itulah alasannya
mengapa di Perintah Keempat dikatakan, “8 Ingatlah hari Sabat, untuk dipelihara kekudusannya” (Keluaran 20:8). Mengapa
Allah berkata, “8
Ingatlah hari Sabat, untuk dipelihara kekudusannya”? Karena kita bisa apa? Lupa bahwa
Sabat itu kudus. Dan Allah mau kita memelihara Sabat dengan sukacita, bukan
karena terpaksa. Dia mau kita melakukan
pemeliharaan Sabat dengan sukacita bukan karena kita harus, melainkan karena
kita mengasihi Tuhan kita, kita mau menyenangkan Dia dan mematuhi autoritasNya.
30 04 25