WHAT
JESUS SAID
Part 21/24 - Stephen Bohr
RELIGION AND POLITICS
https://www.youtube.com/watch?v=Lz87bS7JhUo
Dibuka dengan doa.
Page 275, as
Jesus was about to begin His ministry, He was anointed with the Holy Spirit. (Luke 4:18; Acts 10:38; Matthew 3:16). This empowered Jesus to preach the undiluted truth, and it also enabled
Him to perform great signs and wonders in the name of His Father (Luke 4:16-21). Satan seeing that Jesus had come to
contest his authority, whipped the world of the occult into a frenzy (Mark 1:21-24). You can see this by all of the encounters
that Jesus had with demon possessed individuals during His ministry. Multitudes
followed Jesus because He proclaimed the truth with authority, and performed
great miracles of healing. In this, He was revealing the loving character of
His Father to the world (Mark 3:8-10; Matthew 4:25; John 12:19; 14:8-10). And Satan did not like it. In His
conflicts with the religious leaders Jesus never quoted the rabbis, He always
quoted the Word of God as His authority. In contrast, the scribes taught the
traditions of men and therefore had no authority (Matthew 7:28-29;
13:54; John 7:15, 46; Mark 11:27-28; Luke
2:41-50). In fact, if you go with me to Matthew 7:28 and 29, it says there, “28 And so it was, when Jesus had ended these
sayings, that the people were astonished at His teaching, 29 for He taught them as
One having authority, and not as the scribes.”
Hal. 275. Saat Yesus akan memulai ministriNya, Dia
diurapi oleh Roh Kudus (Lukas 4:18; Kisah
10:38; Matius 3:16). Ini memberi Yesus kuasa untuk menyampaikan
kebenaran yang tidak bercampur apa pun, dan juga menyanggupkan Dia melakukan
tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar dalam nama Bapa (Lukas 4:16-21). Setan yang melihat bahwa Yesus telah datang untuk
menandingi kekuasaannya, menggerakkan dunia okult secara luar biasa (Markus 1:21-24). Kita bisa melihat ini dari
semua pertemuan Yesus dengan orang-orang yang kerasukan setan selama
ministriNya. Orang banyak mengikuti Yesus karena Dia menyampaikan kebenaran
dengan autoritas dan membuat mujizat-mujizat besar dalam penyembuhan. Dalam hal
ini, Dia menyatakan karakter BapaNya yang pengasih kepada dunia (Markus 3:8-10; Matius 4:25; Yohanes 12:19;
14:8-10). Dan Setan tidak menyukainya. Dalam konflikNya dengan para
pemimpin rohani, Yesus tidak pernah mengutip dari para rabi, Dia selalu
mengutip Firman Allah sebagai autoritasNya. Sebaliknya, para ahli Taurat
mengajarkan tradisi manusia dan oleh karenanya tidak punya autoritas (Matius 7:28-29;
13:54; Yohanes 7:15, 46; Markus
11:27-28; Lukas 2:41-50). Bahkan, mari bersama saya ke
Matius 7:28-29, dikatakan di sana, “28
Dan demikianlah, ketika Yesus telah mengakhiri
perkataan-perkataan ini, orang-orang itu pun
takjub pada pengajaran-Nya, 29
sebab Ia mengajar mereka sebagai Orang yang memiliki
autoritas, dan tidak seperti ahli-ahli
Taurat.”
The Jewish leaderships had developed a type of apostolic succession similar
to the idea that is held by Roman Catholics. They defended their traditions by
this idea of a succession of oral traditions from the times of Moses till the
time of Jesus. According to this concept Moses supposedly received many oral
traditions from God that he never committed to writing in the Scriptures.
According to the rabbis, these oral traditions were passed on from generation
to generation in unbroken succession, from the times of Moses to the rabbis of
Christ's day. This is what Jesus meant when He deplored that the rabbis sat in
Moses seat. Now that's an interesting expression. In Matthew 23:2, the word
“seat” is the word καθέδρα [kathedra] in Greek. Have you ever heard that the
pope supposedly speaks ex-cathedra?
The word “cathedra” means the throne, “ex” means “from” the throne, and
according to the papacy when the pope speaks from the throne, his teachings are
infallible even if they're based on tradition.
So Jesus deplored that the rabbi sat on Moses’ cathedra. This erroneous
concept of divine revelation led to the controversy over κορβᾶν [korban] in Mark 7, where certain technical terms
were used by Jesus to define and explain the rabbinical view.
Para pemimpin Yahudi telah membangun sejenis suksesi
apostolik yang mirip dengan konsep yang dipunyai Roma Katolik. Mereka
mempertahankan tradisi mereka dengan konsep suksesi tradisi yang diturunkan secara
oral dari zaman Musa hingga ke zaman Yesus. Menurut konsep ini Musa diyakini
telah menerima banyak tradisi oral dari Allah yang tidak pernah dia tulis dalam
Kitab Suci. Menurut para rabi, tradisi-tradisi oral ini diturunkan dari
generasi ke generasi dalam suksesi yang tidak terputus sejak zaman Musa hingga
ke rabi-rabi di zaman Kristus. Inilah
yang dimaksud Yesus ketika Dia sangat menentang para rabi duduk di tahkta Musa.
Nah, itu adalah istilah yang menarik. Di Matius 23:2, kata “takhta” adalah kata
καθέδρα [kathedra] dalam bahasa Greka. Pernahkah kalian mendengar bahwa
Paus diyakini bicara ex-kathedra? Kata “kathedra” berarti “takhta”, “ex”
berarti “dari” takhta. Dan menurut Kepausan, ketika Paus berbicara dari
takhtanya, ajarannya tidak bisa salah (= harus diterima sebagai kebenaran)
walaupun itu berdasarkan tradisi.
Jadi Yesus menentang para rabi duduk di kathedra Musa.
Konsep pengungkapan ilahi yang salah ini menyebabkan perselisihan tentang κορβᾶν [korban] di Markus 7, di mana istilah-istilah teknis tertentu
dipakai Yesus untuk mendefinisikan dan menjelaskan pandangan para rabi.
Some of those expressions are for example holding the tradition of the
elders, that's verse 4 of Mark 7, “things which
they have received and hold” that indicates
a process of transmission.
Another expression in verse 13, “tradition which
you have handed down”.
These are technical expressions that explain the supposed passing on of
oral traditions from Moses till the times of Jesus Christ.
Beberapa dari istilah itu misalnya, memegang tradisi
para tua-tua, itu Markus 7:4, “Hal-hal yang telah
mereka warisi dan pegang” yang mengindikasikan suatu proses transmisi.
“4 dan ketika mereka pulang dari pasar, mereka juga
tidak makan kecuali mereka membasuh. Dan ada banyak hal
lain yang telah mereka warisi dan pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi, tabung-tabung tembaga dan dipan-dipan.”
Ungkapan lain di ayat 13, “adat istiadat (tradisi)mu yang telah kamu
wariskan”.
“13
menjadikan Firman
Allah tidak berlaku melalui adat istiadatmu, yang telah kamu wariskan. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu
lakukan.’
Ini adalah istilah-istilah teknis yang menurut mereka menjelaskan diturunkannya tradisi oral dari Musa hingga
ke zaman Yesus Kristus.
Jesus openly
rebuked these traditions that were not based on the Word of God. In fact, Jesus told them that they laid
aside the Commandment of God, in fact they rejected the Commandment of God and
made of none effect the Word of God, and practiced vain worship because they
supposedly passed on these traditions.
In Mark 7 Jesus showed how the Law of κορβᾶν [korban] ~ which we already studied in a previous
presentation ~ κορβᾶν [korban] based on tradition, annul the force of the
fifth Commandment that says “honor your
father and your mother”. In case somebody wasn't here for that
presentation, the rabbis had the Law of κορβᾶν [korban] or the tradition of κορβᾶν [korban] where children could dedicate all of their
possessions to the temple and when their parents would come to them and they
were in financial need, they could say to the children, “Would you please give
us some help?” The children will say, “Sorry, everything we have was dedicated
to the temple.” And so that tradition contradicted the written Commandment that
says “honor your Father and your mother”.
Yesus secara
terbuka menegur tradisi-tradisi ini yang tidak berdasarkan Firman Allah. Faktanya, Yesus memberitahu
mereka bahwa mereka telah mengesampingkan Perintah Allah, bahkan sesungguhnya
mereka menolak Perintah Allah, dan menjadikan Firman Allah tidak berlaku, dan
mempraktekkan ibadah yang sia-sia karena mereka menurunkan tradisi-tradisi yang diyakini ini.
Di Markus 7 Yesus menunjukkan bagaimana Hukum κορβᾶν [korban] ~ yang sudah kita pelajari di presentasi sebelumnya ~ κορβᾶν [korban] yang berdasarkan tradisi,
membatalkan kekuatan Perintah ke-5 yang mengatakan “Hormatilah ayahmu
dan ibumu”. Barangkali
ada yang tidak hadir dalam presentasi itu, jadi para rabi punya Hukum κορβᾶν [korban] atau tradisi κορβᾶν [korban] di mana anak-anak boleh
mendedikasikan semua harta mereka kepada Bait Suci dan ketika orangtua mereka
yang kesulitan ekonomi datang kepada mereka, mereka berkata kepada anak-anak
ini, “Maukah kalian memberi kami sedikit bantuan?” Anak-anak akan berkata,
“Maaf, kami sudah mendedikasikan semuanya ke Bait Suci.” Maka tradisi itu
bertentangan dengan Perintah Allah yang tertulis yang mengatakan, “Hormatilah ayahmu
dan ibumu”.
In John 18:28 we find another example of the absurdity of their traditions.
The religious leaders would not go into the Praetorium, that is the palace of
Pilate, for fear of defiling themselves ceremonially. If they went in the
Praetorium at that time they would be ceremonially unclean, and they would not
be able to keep the Passover meal. However, at the same time they were laying
plans to defile their hands with the blood of Jesus by killing Him. Their
tradition annulled the Commandment of God “thou shalt not
kill”. Their tradition annulled the written
Commandment of God.
Di Yohanes 18:28, kita melihat contoh lain dari
keganjilan tradisi mereka.
“28
Lalu mereka membawa Yesus dari
Kayafas ke Praetorium (istana Pilatus), saat itu dini
hari. Tetapi mereka sendiri tidak masuk ke Praetorium, kalau
tidak, mereka akan menjadi najis; itu agar mereka boleh makan Passahnya.”
Para pemimpin rohani tidak mau masuk ke Praetorium, itu
istana Pilatus, karena takut menajiskan diri secara seremonial. Andai mereka
masuk ke Praetorium waktu itu, mereka akan menjadi “tidak bersih” secara
seremonial dan mereka tidak akan boleh ambil bagian dalam makan daging
Passahnya. Namun demikian, di waktu yang sama mereka sedang membuat rencana
untuk menajiskan tangan mereka dengan darah Yesus dengan membunuhNya. Tradisi
mereka membatalkan Perintah Allah “Jangan membunuh”. Tradisi mereka membatalkan
Perintah Allah yang tertulis.
The same could be said about the Sabbath. You know, we're reviewing some
things that we studied previously to set the stage for what we were going to
discuss in the next several minutes. The traditions of the elders had burdened the
Sabbath and disfigured it. Remember, we studied this, how they
disfigured the Sabbath? The Sabbath of the rabbis was not the Sabbath
which Jesus created. Yes, it was
the same day, but it was kept in the wrong way. Because it was based on
tradition, it was a false Sabbath, a counterfeit Sabbath, a Sabbath of their
own creation, based on human tradition.
Hal yang sama bisa dikatakan tentang Sabat. Kalian tahu,
kita mengulang beberapa hal yang sudah kita pelajari sebelumnya untuk
mempersiapkan untuk apa yang akan kita bahas dalam beberapa menit berikutnya. Tradisi para tua-tua telah
membebani Sabat dan membuatnya cacat. Ingat, kita sudah
mempelajari ini, tentang bagaimana mereka telah membuat Sabat cacat? Sabat para rabi bukanlah Sabat
yang diciptakan Yesus. Iya, harinya sama, tetapi dipelihara
dengan cara yang salah. Karena itu didasarkan pada tradisi, itu adalah Sabat
yang palsu, Sabat tiruan, Sabat ciptaan mereka sendiri berdasarkan tradisi
manusia.
The greatest controversies of Jesus with the Pharisees was over the proper
way to keep the Sabbath. Mark 3:1-6 which we looked at previously tells us that
Jesus healed a man with a withered hand, and to the Pharisees this was a very serious
sin. And yet at that very moment they were laying plans to kill Him. In other
words, it was wrong to heal someone with a withered hand, but it was okay to
plan to kill a person on the Sabbath.
Thus many
traditions had come into the Jewish religion and Jesus rebuked each and every
one of them by appealing to the authority of the written Word of God, not oral
tradition.
Perselisihan yang terbesar Yesus dengan orang-orang
Farisi ialah mengenai cara yang tepat memelihara Sabat. Markus 3:1-6 yang sudah
kita simak sebelumnya, mengatakan kepada kita bahwa Yesus menyembuhkan
seseorang yang tangannya lumpuh, dan bagi orang-orang Farisi itu adalah dosa
yang sangat serius. Namun di waktu yang sama mereka sedang membuat rencana
untuk membunuh Dia. Dengan kata lain, menyembuhkan seseorang yang lumpuh
tangannya itu salah, tetapi membuat rencana untuk membunuh seseorang pada hari
Sabat itu tidak apa-apa.
Dengan demikian, banyak
tradisi telah masuk ke dalam agama orang Yahudi dan Yesus mencela setiap
tradisi tersebut dengan menunjuk ke autoritas Firman Allah yang tertulis, bukan
tradisi oral.
Now because the multitudes followed Jesus He began to have grave troubles
with the religious establishment. The religious leaders were losing their
flocks because of the teachings of Jesus because Jesus was teaching from the written Word
with authority. The scribes were teaching based on tradition, and so
the teaching of Jesus had power. The religious leaders did not like the fact
that multitudes were following Jesus because they loved His teachings. In Mark
11:18 we find these words, “18 And the scribes and chief priests
heard it and sought how they might destroy Him; for they feared Him,
because all the people were astonished at His teaching.”
You see, Jesus was popular, and the religious leaders were losing their
popularity. The priests (that would be equivalent to the pastors these days),
the scribes (would be equivalent to the theologians today), and the elders
(equivalent to the administrators today), were filled with rage at the
popularity of Jesus. They were losing their authority with the people.
Nah, karena orang banyak mengikuti Yesus, Dia mulai
mendapat masalah yang serius dari institusi relijius. Para pemimpin rohani
kehilangan domba-domba mereka karena ajaran Yesus, karena Yesus mengajar dari Firman Allah yang tertulis dengan
autoritas. Para ahli Taurat mengajar berdasarkan tradisi, maka
ajaran Yesus punya kuasa. Para pemimpin rohani tidak suka faktanya bahwa banyak
orang mengikuti Yesus karena mereka mencintai ajaranNya. Di Markus 11:18 kita
menemukan kata-kata ini, “18
Dan ahli-ahli Taurat dan imam-imam
kepala mendengar hal itu, dan berusaha bagaimana mereka bisa membinasakan Dia, sebab
mereka takut pada-Nya, karena semua orang
takjub akan pengajaran-Nya.”
Kalian lihat,
Yesus itu populer, dan para pemimpin agama sedang kehilangan popularitas
mereka. Imam-imam (ini setara para pendeta zaman sekarang), ahli-ahli Taurat
(ini setara para theolog sekarang), dan para tua-tua (setara para pengurus jemaat sekarang), dipenuhi amarah pada popularitas Yesus. Mereka
sedang kehilangan autoritas mereka pada masyarakat.
After Jesus resurrected
Lazarus, the Pharisees revealed their true sentiments. We find those sentiments
in John 11:47 and 48, and chapter 12:19, it says there, “ 47 Then the chief priests
and the Pharisees gathered a council and said, ‘What shall we do? For this
Man works many signs. 48 If
we let Him alone like this, everyone will believe in Him, and the Romans will
come and take away both our place and nation.’…” what was their fear? That if everyone believed
in Jesus, the religion of
the Jews would be irrelevant, and the Romans would take away their religion and
their nation. This was for them a national emergency. Then in chapter 12:19, “ 19 The Pharisees therefore said among
themselves, ‘You see that you are accomplishing nothing. Look, the world
has gone after Him!’…” What was the great fear of the religious
leaders in the times of Christ? They feared losing their authority and
popularity. They were in fear of losing their church members, if you please.
The popularity of Jesus because of what He taught, led the religious leaders to
plot His death (Matthew 16:21; 26:3; John 11:53).
Setelah Yesus membangkitkan Lazarus, orang-orang Farisi
mengungkapkan sentimen mereka yang
sesungguhnya. Kita dapatkan sentimen mereka ini di Yohanes 11:47-48 dan 12:19,
dikatakan di sana, “47 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil
Mahkamah Agama untuk berkumpul dan
berkata, ‘Apakah yang harus kita buat? Sebab Orang itu membuat banyak
mujizat. 48 Jika kita biarkan
Dia, semua orang akan mempercayaiNya dan
orang-orang Roma akan datang dan akan merampas baik kedudukan kita maupun bangsa kita.’…” apa yang mereka takutkan? Bahwa jika semua orang mempercayai Yesus, agama
orang Yahudi tidak ada artinya lagi dan bangsa Roma akan menghapus agama dan bangsa mereka. Bagi mereka ini adalah kondisi
darurat nasional. Kemudian di pasal 12:19, “…19 Maka
kata orang-orang Farisi di antara mereka
sendiri, ‘Kamu lihat, bahwa kamu tidak menghasilkan
apa-apa. Lihatlah, seluruh dunia sudah
mengikuti Dia…” Apa ketakutan terbesar para pemimpin rohani di zaman
Kristus? Mereka takut kehilangan autoritas mereka dan popularitas mereka.
Mereka takut kehilangan anggota jemaat mereka, katakanlah demikian. Ketenaran
Yesus karena apa yang Dia ajarkan, membuat para pemimpin rohani merencanakan
kematiannya (Matius 16:21; 26:3; Yohanes 11:53).
Now there were many religious groups or denominations in
the days of Christ. There were the Pharisees, the Sadducees, the Herodians, the
Zealots, and the Essenes, among others. Although all of these were Jewish sects,
and each claimed to have the truth revealed by God, they had contradictory and
divergent doctrines. For example the Sadducees did not believe in the
resurrection, they did not believe in an afterlife. But the Pharisees believed
both. Like the Protestant denominations today, there are divergences of
doctrines within the churches. These religious sects despise each other.
However, in a national emergency they all came together to get rid of public
enemy number one (Matthew 26:57-67). We might say
that they all banded together in a great ecumenical movement. The same day Herod and Pilate became friends
according to Luke 23:12, they had been deadly enemies before. And the Sadducees
and Pharisees who were theological enemies, laid aside their differences, and
joined forces to kill Jesus, according to Luke 23:6 through 8. Even the
Herodians and the Pharisees came together, Mark 3:6.
Nah, ada banyak kelompok
relijius atau denominasi di zaman Kristus. Diantaranya ada golongan Farisi,
Saduki, Herodian, Zelot, dan Esines. Walaupun semua mereka ini sekte Yahudi dan
masing-masing mengklaim memiliki kebenaran yang dinyatakan oleh Allah, mereka
punya doktrin yang bertentangan dan berbeda. Misalnya golongan Saduki tidak
percaya pada kebangkitan, mereka tidak percaya ada kelanjutan hidup setelah kematian. Tetapi golongan Farisi mempercayai keduanya. Seperti
denominasi-denominasi Protestan sekarang, ada perbedaan dalam
doktrin di antara gereja-gereja. Sekte-sekte relijius ini saling membenci.
Namun, dalam kondisi darurat nasional mereka semuanya bersatu untuk
menyingkirkan musuh publik nomor satu (Matius
26:57-67). Bisa kami katakan mereka semuanya bersekutu
dalam suatu gerakan ekumeni akbar. Hari yang sama Herodes dan Pilatus menjadi
teman menurut Lukas 23:12, sebelumnya mereka adalah musuh bebuyutan. Dan
golongan Saduki dan Farisi yang adalah musuh theologi, mengesampingkan
perbedaan mereka dan bergabung untuk membunuh Yesus, menurut Lukas 23:6-8.
Bahkan golongan Herodian dan Farisi, bersatu. Markus 3:6, “6 Lalu keluarlah orang-orang Farisi
dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian terhadap Dia, bagaimana mereka bisa
membunuhNya.”
When the
preaching of truth causes the religious leaders to lose their authority with
their members, they are willing to use extreme measures (Matthew 22:29, 33-35, 46). Do you think that something like this is
going to happen again when the Loud Cry comes and multitudes are leaving
Babylon? When
the Loud Cry is given, when the call is given “come out of her, My people!” the same thing is going to be repeated all over
again.
Ketika dikhotbahkannya kebenaran membuat para pemimpin
rohani kehilangan autoritas mereka pada anggota-anggotanya, mereka siap
menggunakan tindakan yang ekstrem (Matius 22:29,
33-35, 46). Menurut kalian apakah sesuatu yang seperti ini akan
terjadi lagi ketika Seruan Nyaring datang dan banyak orang berbondong-bondong meninggalkan Babilon? Ketika Seruan Nyaring dikumandangkan, ketika seruan diberikan untuk “keluarlah darinya,
umatKu!” (Wahyu 18:4), hal yang sama akan terulang kembali sekali lagi.
The leaders
could not answer the arguments of Jesus, they could not defeat Jesus with the
power of persuasion based on the Word of God, so they resorted to extreme
measures. The fact that Jesus was not educated in their schools and yet He knew
so much about the Scriptures, filled them with rage. Religious spies were sent by
the leaders to constantly watch Jesus in order to find an excuse to nail Him (John 11:57; Luke 6:7; 4:1; 20:20).
The Jews were
forbidden by Roman Law to execute the death penalty, so they had to find a way
to gain the support of the secular power to be successful in killing Jesus. You
see, the
church as church could not execute the death penalty according to John
18:31, so they could not fulfill their desires of killing Jesus as a church. So they had
to find a way in which they could enlist the Roman state so that the Roman
state would do what the church wanted. In other words, the church appealed to
the power of the state in order to accomplish their objectives (Matthew 27:1-2). In fact, Jesus
was tried first in a religious court and when He was found worthy of death in
the religious court, He was taken to the civil power to appeal for His
execution (John 18:19-24, 28-31).
Have you read
this in the gospels, what did they do with Jesus after the Sanhedrin was there
and they did His religious trial, where did they go? They went to Pontius
Pilate because they needed the approval of the state to kill Jesus, because as
a church they could not execute the death penalty.
Para pemimpin tidak
bisa menjawab argumentasi-argumentasi Yesus, mereka tidak bisa mengalahkan
Yesus dengan memakai kuasa persuasif berdasarkan Firman Allah, maka mereka beralih ke
tindakan ekstrem. Fakta bahwa Yesus tidak dididik di sekolah-sekolah mereka
namun Dia tahu begitu banyak tentang Firman Allah, membuat mereka dipenuhi
amarah. Mata-mata dikirim oleh para pemimpin untuk senantiasa mengawasi Yesus
dengan tujuan mencari alasan untuk menyalahkan Dia. (Yohanes 11:57; Lukas 6:7; 4:1; 20:20)
Menurut Hukum Roma
orang Yahudi dilarang mengeksekusi hukuman mati, maka mereka harus mencari
jalan untuk mendapatkan dukungan kekuasaan sipil supaya bisa membunuh Yesus.
Kalian lihat, gereja sebagai
gereja tidak dapat mengeksekusi hukuman mati menurut Yohanes
18:31, jadi sebagai gereja mereka tidak bisa memuaskan keinginan mereka untuk membunuh Yesus. Jadi
mereka harus mencari jalan bagamana mereka bisa menggunakan pemerintahan Roma,
supaya Pemerintah Roma akan melakukan apa yang diinginkan gereja. Dengan kata
lain, gereja memohon kepada kekuasaan negara dengan tujuan mencapai objektif mereka (Matius 27:1-2). Bahkan, Yesus lebih dulu diadili dalam pengadilan
agama dan ketika Dia didapati layak mati oleh pengadilan agama, Dia dibawa
kepada kekuasaan sipil untuk memohonkan eksekusiNya (Yohanes 18:19-24, 28-31).
Pernahkah kalian membaca di kitab-kitab Injil, apa yang
mereka lakukan pada Yesus setelah Sanhedrin ada di sana dan mereka mengadakan
pengadilan relijiusNya, ke mana mereka pergi? Mereka pergi ke Pontius Pilatus
karena mereka membutuhkan persetujuan
negara untuk membunuh Yesus, karena sebagai gereja mereka tidak
bisa mengeksekusi hukuman mati.
Is this the same
type of thing that happened during the 1260 years of papal supremacy? You know,
you say to the papacy, “You know you slew the saints of the Most High.”
They say, “No, No!
We didn't. It was the state.”
But what
happened was, that a trial, a religious trial, was done for the person who was
considered a heretic, and the church did not execute that person. What the
church did was appeal to the secular power to do what the church wanted.
It's kind of
like the story of Elijah that we studied in our last presentation.
Apakah hal ini seperti yang terjadi selama 1260 tahun masa kejayaan Kepausan? Kalian tahu, kita berkata kepada
Kepausan, “Tahukah kalian, kalian telah membunuh orang-orang saleh Yang Mahatinggi?” Mereka
mengatakan, “Tidak, tidak! Bukan kami. Itu pemerintah.”
Tetapi apa yang terjadi ialah, sebuah penghakiman,
penghakiman relijius, dikenakan kepada orang yang dianggap bidat, dan gereja
tidak mengeksekusi orang itu. Apa yang dilakukan gereja ialah minta kepada
kekuasaan sekuler untuk melakukan apa yang diinginkan gereja. Ini mirip kisah
Elia yang sudah kita pelajari di presentasi kita yang lalu.
Now, practically
all the accusations leveled against Jesus were based on supposed violations of
the first table of the Law, with which Caesar had nothing to do, or even wanted
anything to do. (John 18:19-24, 28-31)
What did they
accuse Jesus?
ü Did they accuse Jesus of committing
adultery? No!
ü Did they accuse Jesus of dishonoring His parents?
No!
ü Did they accuse Jesus of killing? No!
ü Did they accuse Jesus of stealing? No!
ü Of bearing false witness? No!
ü Of coveting? No!
Jesus had
violated no civil Laws of Rome. He was innocent in the sight of Rome. So they
accused Jesus concerning the first table of the Law.
ü Was Jesus accused of making Himself God?
Yes!
And what does the first Commandment say? “You shall have no
other gods before Me”.
ü Was Jesus accused of taking the name of the
Lord God in vain? Yes, He was.
You say when was that? It was when Jesus said
“Before Abraham was, I am”. For them, He has taken the name of the Lord God in
vain, because He was applying it to Himself.
ü Was Jesus accused of violating the fourth
Commandment, of violating the Sabbath? Yes!
All of the
accusations were accusations concerning the first table of the Law.
Nah, praktis semua tuduhan yang dituduhkan Yesus
itu berdasarkan pelanggaran-pelanggaran dari loh batu Hukum yang pertama yang tidak terbukti, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Kaisar, dan yang Kaisar
bahkan tidak mau berurusan dengannya. (Yohanes 18:19-24, 28-31).
Apa yang mereka tuduhkan Yesus?
ü Apakah mereka menuduh Yesus
berzinah? Tidak!
ü Apakah mereka menuduh Yesus
tidak menghormati orangtuaNya? Tidak!
ü Apakah mereka menuduh Yesus
telah membunuh? Tidak!
ü Apakah mereka menuduh Yesus
telah mencuri? Tidak!
ü Telah bersaksi dusta? Tidak!
ü Telah mengingini milik orang?
Tidak!
Yesus tidak melanggar Hukum Sipil Roma. Dia tidak
bersalah di pemandangan Roma. Maka mereka menuduh Yesus mengenai loh batu Hukum
yang pertama.
ü Apakah Yesus dituduh
menjadikan DiriNya Allah? Ya!
Dan Perintah yang pertama
mengatakan apa? “Jangan engkau punya allah lain di
hadapanKu.” (Keluaran
20:3)
ü Apakah Yesus dituduh memakai nama Tuhan Allah sembarangan? Ya.
Kalian berkata, kapan itu? Itu
ketika Yesus berkata, “sebelum Abraham ada, Aku selalu ada.” (Yohanes
8:58). Bagi mereka,
Dia telah memakai nama Tuhan Allah sembarangan, karena Dia mengaplikasikanNya kepada DiriNya sendiri.
ü Apakah Yesus dituduh melanggar
Perintah keempat, melanggar Sabat? Ya!
Semua tuduhan adalah mengenai loh batu Hukum yang
pertama.
Is that going to
be true about God's remnant at the end of time, are they going to be accused over religious
issues rather than over civil issues? Absolutely!
If Jesus had
stolen, or killed, or bore false witness, the Roman government could have
legitimately condemned Him for a violation of Roman civil Law. But Jesus had
broken no civil Law of Rome. At first all accusations against Jesus were of a
religious nature.
Apakah ini akan terjadi pada umat Allah yang sisa pada akhir zaman,
apakah mereka akan dituduh
mengenai isu-isu relijius dan bukan isu-isu sipil? Tepat sekali!
Andai Yesus pernah mencuri, atau membunuh, atau bersaksi
dusta, Pemerintah Roma bisa secara sah menghukumNya karena melanggar Hukum
sipil Roma. Tetapi Yesus tidak melanggar Hukum sipil Roma. Jadi pertama, semua
tuduhan terhadap Yesus bersifat relijius.
Now here comes
an interesting detail. When Pilate told the religious leaders that their
accusations were of a religious nature and therefore they should judge Him by
their ecclesiastical Law, did Pilate say, “You know that everything you're
saying here is a violation of your religious Laws, that doesn't have anything
to do with me. Go and judge Him according to your Law not according to the Laws
of Rome.”
What
happened? They openly pre-fabricated ~
because they had to find some sin of Jesus against the Roman empire ~ what did
they say? “This man forbade to pay taxes to Caesar.” (John 18:19-24, 28-31). Would that be a violation of Roman Law?
Absolutely. Was it true? Liars! Jesus had said “render therefore to Caesar that which is Caesar's and to God that which is
God's”. They were
openly lying.
They also said
to him, they said to Pilate, “This man said that He was a king.”
And so Pilate,
you know when Pilate hears that Jesus supposedly had said that He was a king,
he took Him into his private quarters, because that would have been sedition
against the Roman government, to proclaim another king. And so he says to
Jesus, “Are You a king?” And Jesus says, “My kingdom is not of this world. If
My kingdom were of this world My followers would fight so that I would not be
delivered to the Romans.” And after Jesus said that to Pilate, he says, “This
man is no risk to the throne of Caesar, He says His kingdom is not of this
world. No problem whatsoever.”
So the accusations of tax evasion, and the
accusation of Him proclaiming Himself a king, still did not convince Pilate to
condemn Jesus. Three times Pilate stated that the Roman state had found no fault with
Jesus (John 19:4, 6; 18:37-38). And you have all of these details in the
verses in parentheses. Only the church leaders found fault with Him. His
accusers even used or employed what? False witnesses to condemn Him (Matthew 26:60).
Sekarang ini detail yang menarik. Ketika Pilatus
memberitahu para pemimpin rohani bahwa tuduhan-tuduhan mereka itu bersifat
relijius dan karenanya mereka harus menghakimi Yesus menurut Hukum keagamaan
mereka, apakah Pilatus berkata, “Kalian tahu, semua yang kalian katakan di sini
adalah pelanggaran atas Hukum keagamaan kalian, ini tidak ada kaitannya dengan
saya. Pergilah dan hakimi Dia menurut Hukum kalian, bukan menurut Hukum Roma.”
Apa yang terjadi? Mereka terang-terangan memalsukan ~
karena mereka harus menemukan kesalahan Yesus terhadap kekaisaran Roma ~ apa
yang mereka katakan? “Orang ini melarang kita membayar pajak kepada Kaisar.” (Yohanes 18:19-24, 28-31). Apakah ini
menjadi pelanggaran Hukum Roma? Tentu saja. Apakah ini benar? Bohong! Yesus
mengatakan “Serahkanlah kepada Kaisar barang-barang yang milik Kaisar, dan kepada Allah barang-barang yang kepunyaan Allah.” (Matius 22:21). Mereka
terang-terangan berbohong.
Mereka juga
berkata kepadanya, kepada Pilatus, “Orang ini mengatakan Dia seorang raja.”
Maka Pilatus, ketika mendengar bahwa Yesus dituduh pernah berkata bahwa Dia seorang raja, dia membawa Yesus
masuk ke kamar pribadinya, karena memproklamasikan seorang raja yang lain, itu merupakan hasutan untuk memberontak teradap
Pemerintah Roma. Maka dia berkata kepada Yesus, “Apakah Engkau seorang raja?”
Dan Yesus berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Seandainya
Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku akan
melawan supaya Aku tidak diserahkan kepada
orang Yahudi…”(Yohanes 8:36). Dan setelah Yesus berkata itu kepada Pilatus, dia berkata, “Orang ini bukan
ancaman bagi takhta Kaisar, Dia mengatakan kerajaanNya bukan dari dunia ini.
Jadi tidak ada masalah.”
Maka
tuduhan-tuduhan tidak membayar pajak dan bahwa Yesus memproklamasikan Dirinya
raja, masih tidak meyakinkan Pilatus untuk menghukum Yesus. Tiga kali Pilatus menyatakan
bahwa Pemerintah Roma tidak menemukan kesalahan pada Yesus (Yohanes 19:4, 6; 18:37-38). Dan semua detailnya ada di
ayat-ayat dalam kurung. Hanya para pemimpin rohani yang menemukan kesalahan
pada Yesus. Para penuduhNya bahkan memakai jasa apa?
Saksi palsu untuk menghukumNya (Matius 26:60).
The trial of
Jesus was a travesty in justice. It violated both Jewish and Roman Law. A
question screams for an answer. Why would Pilate, who was representing the
civil power, condemn a Man to death whom he had declared innocent three times
during His trial? The gospels give us the reason. Pilate feared a tumult. He feared
a riot. And there had been riots before of the Jews against the Roman
government with Pilate ruling. And so he was at the point where the emperor was
not going to put up with Pilate anymore. He says, “I can't afford to have a
riot here.” And so he decided that instead of having a riot, he would do what
the religious leaders and the multitudes wanted to do. The religious leaders
threatened Pilate, telling him that they would accuse him to the emperor and
have him removed from office if he did not deliver Jesus to death (John 19:12; Matthew 27:24-25).
Is it just
possible at
the end of time the religious leaders to gain public favor or to gain votes
~ you know what The Great Controversy says ~ they will give in to what the churches want,
even though they know that it's wrong? Absolutely! The voice of the
leaders of the church and their members led Pilate to condemn Jesus. Jesus could not depend on the protection of civil
Laws. His only hope was in God.
Pengadilan Yesus merupakan parodi keadilan. Itu melanggar
baik Hukum Yahudi maupun Hukum Roma. Suatu pertanyaan menuntut jawaban. Mengapa
Pilatus, yang mewakili kekuasaan sipil, menghukum mati Orang yang telah
dinyatakannya sendiri tiga kali selama penghakimanNya bahwa Orang itu tidak
bersalah? Kitab-kitab injil memberikan alasannya. Pilatus takut keributan. Dia
takut muncul kerusuhan. Sudah pernah ada kerusuhan dari orang Yahudi terhadap
Pemerintah Roma di masa kepemimpinan Pilatus. Maka dia sedang berada di tempat
di mana Kaisar tidak akan bersabar terhadap Pilatus lagi. Dia berkata, “Aku
tidak bisa mengambil resiko terjadi kerusuhan lagi di sini.” Maka dia
memutuskan supaya tidak terjadi kerusuhan, dia akan melakukan apa yang
diinginkan para pemimpin rohani dan massa. Para pemimpin rohani mengancam
Pilatus, mengatakan padanya bahwa mereka akan menuduhnya di hadapan Kaisar dan membuat dia dipecat
dari jabatannya jika dia tidak menyerahkan Yesus untuk dihukum mati (Yohanes 19:12; Matius 27:24-25).
Apakah ada kemungkinan di akhir masa para pemimpin rohani demi mengambil hati
atau mendapatkan suara ~ kalian tahu apa yang dikatakan Great Controversy ~ mereka akan menyerah kepada apa yang diinginkan gereja-gereja,
walaupun mereka tahu itu salah? Tentu saja! Suara para pemimpin
gereja dan anggota-anggotanya membuat Pilatus menghukum Yesus. Yesus tidak bisa
mengandalkan perlindungan Hukum sipil. Satu-satunya harapanNya adalah pada
Allah.
Satan exerted his influence upon a
threefold union: Pilate, Judas, and Caiaphas (Luke 22:53; John 13:2; 6:70; 8:44). It is no coincidence
that Jesus called Judas the “son of perdition” (John 17:12), the very
name that is given to the papacy in 2 Thessalonians 2:3 and 4. The process of
Jesus’ condemnation is important. Judas was one of the inside circle. He was
not an outsider. He was someone that claimed to be a follower of Jesus, and a
supporter of Jesus. But he was actually working to undermine Christ. The
process of Jesus’ condemnation is important. Judas, one of the inside circle
delivered Jesus into the hands of the religious power. And the religious power
delivered Jesus into the hands of the secular power to be killed (Luke 22:1-6; Matthew 26: 14-16).
You know, it's very common today for
Christians to say the Muslims are the enemies of Christians, isn't that true? Communism
or socialism is the enemy of the church. And they don’t realize that Bible
prophesy says that the church is going to be the enemy of God’s faithful
remnant. Just like Judas was an insider, in the same way at the end
of time those who will be opposed to the remnant church, are those who claim to
be religious.
Setan memasukkan pengaruhnya pada persekutuan segitiga:
Pilatus, Yudas, dan Kayafas (Lukas 22:53; Yohanes
13:2; 6:70; 8:44) . Bukan kebetulan Yesus menyebut Yudas “anak kebinasaan” (Yohanes 17:12), sebutan yang sama yang diberikan kepada Kepausan di 2 Tesalonika 2:3-4.
Proses penghukuman Yesus itu penting. Yudas itu berasal dari lingkaran dalam
murid-murid Yesus. Dia bukan orang luar. Dia adalah seseorang yang mengklaim
sebagai pengikut Yesus dan pendukung Yesus. Tetapi sesungguhnya dia bekerja
untuk menjatuhkan Kristus. Proses penghukuman Yesus itu penting. Yudas berasal
dari lingkaran dalam Yesus yang menyerahkan Yesus ke tangan penguasa agama. Dan penguasa
agama menyerahkan Yesus ke tangan penguasa sekuler untuk dibunuh (Lukas 22:1-6; Matius 26: 14-16). Kalian
tahu, sekarang ini orang Kristen biasa mengatakan bahwa Muslimlah musuh
Kristen, tidakkah begitu? Komunisme atau sosialisme itu musuh gereja. Dan
mereka tidak menyadari nubuatan
Alkitab mengatakan bahwa gerejalah yang akan menjadi musuh umat sisa Allah yang
setia. Sama seperti Yudas itu orang dalam, dengan cara yang sama
di akhir masa mereka yang
melawan gereja yang sisa adalah mereka yang mengklaim relijius.
The enemy of
Jesus par excellence was the supreme pontiff Caiaphas. You say, “Well, is he called
the supreme pontiff?” Yes! Pontifex Maximus. He was the one who
gave the death decree against Jesus (Luke 22:1-6; Matthew 26: 14-16), and it was he who said that getting rid
of Jesus would keep the nation from falling apart and being destroyed by the
Romans (John 11:48). Is that argument going to be used again: “It's necessary for one man to die and that
the nation not perish”? Yeah, it's
going to be said in the United States of America. Many of the religious leaders
would have accepted Jesus because they knew that He was telling the truth but
they did not receive Him for fear of losing the religious stature and influence
over the people (see John 12:42-43).
Musuh Yesus yang tiada tandingannya adalah pontif (kepala
agama) tertinggi Kayafas. Kalian berkta, “Nah, apakah dia disebut pontif
tertinggi?” Ya! Pontifex Maximus (gelar yang sama yang dimiliki Paus). Dialah
yang mengeluarkan perintah untuk membunuh Yesus (Lukas 22:1-6; Matius
26: 14-16) dan dialah yang mengatakan
bahwa menyingkirkan Yesus akan mencegah bangsa itu dari kehancuran dan
dibinasaskan oleh bangsa Roma (Yohanes
11:48). Apakah argumentasi itu akan
dipakai lagi? “bahwa lebih berguna bagi kita
jika satu orang harus mati untuk bangsa ini, dan
bukan seluruh bangsa kita ini yang harus binasa”
(Yohanes 11:50). Iya, itu akan diperdengarkan di Amerika Serikat. Banyak pemimpin rohani mau
menerima Yesus karena mereka tahu bahwa Dia bicara kebenaran, tetapi mereka
tidak berani menerimaNya karena takut kehilangan kedudukan relijiusnya dan pengaruhnya
pada masyarakat (Yohanes 12:42-43).
The religious
leaders influenced a willingly blind people to cry out for the blood of Jesus (Matthew 27:20). Because the people had a blind respect for
their leaders, they submitted to the teachers of their leaders, and to their will.
What led primarily to the hatred against
Jesus was that He was unwilling to take over the political system of the world
of that time. He refused to take the throne and to govern politically. This was
the same temptation that Jesus faced in the wilderness when Satan offered Jesus
all the kingdoms of the world, if He would just worship him for a moment. It
was the same temptation that came to Jesus when Judas, the crowd instigated by
Judas, attempted to take Him by force to make Him a king (John 6:15). Jesus totally separated church and state (John 18:36-37; Matthew 26:51-53; Luke 9:54-56; 20:35). He said, “My kingdom is not of this world”. So how many kingdoms did Jesus recognize?
He recognized two kingdoms:
1.
“My kingdom”
2.
and the kingdom
of the world.
Jesus said, “render therefore to Caesar that which is
Caesar's” ~ that's the
civil power; “and to God the things that are
God's”. In other
words, we owe a duty to Caesar, and we owe a duty to God.
Para pemimpin rohani mempengaruhi rakyat yang rela
dibutakan supaya berteriak menuntut darah Yesus (Matius 27:20). Karena rakyat menghormati secara buta para pemimpin
mereka, mereka menurut kepada guru-guru pemimpin mereka, dan tunduk pada kehendak mereka. Apa yang terutama menyebabkan
kebencian pada Yesus ialah Dia tidak mau mengambil alih sistem politik dunia
pada waktu itu. Dia menolak merebut takhta dan memerintah secara politis. Ini
adalah pencobaan yang sama yang dihadapi Yesus di padang gurun ketika Setan
menawari Yesus semua kerajaan dunia, asal Dia mau menyembahnya sebentar saja. Itu adalah pencobaan
yang sama yang datang ke Yesus ketika massa yang digerakkan oleh Yudas berusaha
memaksa untuk menobatkan Dia menjadi raja (Yohanes 6:15). Yesus
sama sekali memisahkan antara gereja dengan negara (Yohanes 18:36-37; Matius 26:51-53; Lukas 9:54-56; 20:35). Dia berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yohanes 18:36). Jadi
sekarang Yesus mengakui ada berapa kerajaan? Dia mengakui ada dua kerajaan:
1.
“KerajaanKu”.
2.
Dan kerajaan dunia.
Yesus berkata, “Serahkanlah kepada
Kaisar barang-barang yang milik Kaisar…” ini kekuasaan
sipilnya, “…dan kepada Allah barang-barang yang kepunyaan Allah…” (Matius 22:21), dengan kata lain
kita punya kewajiban kepada Kaisar, dan kita punya kewajiban kepada Allah.
Now let's give
an example.
v When it comes to finances, what do we owe
to God? Our tithes.
v When it comes to the government, we don't
like it, right? But when it comes to the government, what do we owe the
government? Our taxes.
Is it proper to
take the church's tithes to give to the civil power, or take the taxes of the civil
power to support the church? No! We're supposed to render to Caesar when it's
Caesar's; to God when it’s God’s; and not mingle the two. Because when you
mingle the church with the state, you are committed to the power of the state.
The Jews would
have gladly accepted Jesus if He had taken over the reins of the civil power.
But Jesus said, No! “My kingdom is
not of this world”. Jesus realized
that the only way in which the state could be transformed was if the principles
of His kingdom were planted in the human heart.
Sekarang contohnya.
v Bila berkaitan dengan
finansial, apa utang kita kepada Allah? Persepuluhan kita.
v Bila berkaitan dengan
Pemerintah ~ kita tidak menyukainya, bukan? ~ tapi bila berkaitan dengan
Pemerintah, apa utang kita kepada Pemerintah? Pajak kita.
Apakah benar mengambil persepuluhan gereja untuk
memberikannya kepada kekuasaan sipil, atau mengambil uang pajak dari kekuasaan
sipil untuk mendukung gereja? Tidak! Kita harus menyerahkan kepada Kaisar bila
itu milik Kaisar, dan kepada Allah bila itu milik Allah; dan tidak mencampur keduanya.
Karena bila kita mencampur gereja dengan negara, kita terikat ke kekuasaan
negara.
Orang Yahudi akan menerima Yesus dengan senang hati
andaikan Dia mau mengambil alih pimpinan kekuasaan
sipil. Tetapi Yesus berkata, Tidak! “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Yesus menyadari satu-satunya
jalan negara bisa diubahkan ialah jika prinsip-prinsip kerajaanNya ditanamkan
di hati manusia.
In reality Jesus
was a king of a spiritual kingdom of grace. But He could not yet take over the
kingdom of glory. As I mentioned in one of the previous lectures,
Ø Jesus was anointed (Matthew 26:2) was He not, like kings were anointed? Yes!
Ø Did He have a triumphal procession to where
He was going to be crowned? (Luke 19:37-38) Absolutely!
Ø Was He crowned? Yeah, really strange crown,
a crown of thorns (John 19:2, 3).
Ø Did He wear a king's robe? (John 19:2; Mark 15:17). They dressed Him in purple.
Ø Did they put a reed in His right hand which
would be equivalent to the scepter? (Matthew 27:29) Yes!
Because when they gave Him the reed, they
bowed before Him, and rendered Him homage as a king.
Ø He was introduced by Pilate, “Behold, your
king!” (Matthew 27:11).
Ø
His royal throne was a cross (Matthew 27:31-37).
Ø And He even had a royal inscription above
His throne or the cross, which said, “Jesus of Nazareth, the king of the Jews” (John 19:19).
He was a Jew, He was a king, but He was not
a king of the kingdom of glory, but of the kingdom of grace (Luke 17:21). But the Jews wanted Him to become a king of
the secular power, they wanted Him to take over the secular power.
Dalam kenyataannya Yesus memang seorang raja dari
kerajaan spiritual kasih karunia. Dia belum bisa mengambil alih kerajaan kemuliaan.
Seperti yang saya sebutkan dalam salah satu ceramah,
Ø Yesus diurapi (Matius 26:2), bukankan Dia diurapi seperti raja-raja diurapi? Ya!
Ø Apakah Dia mengalami prosesi
kebesaran ke mana Dia akan dimahkotai? (Lukas 19:37-38). Tentu saja!
Ø Apakah Dia dimahkotai? Ya,
mahkota yang ajaib pula, mahkota dari duri (Yohanes 19:2, 3).
Ø Apakah Dia mengenakan sebuah
jubah raja? (Yohanes 19:2; Markus 15:17)
Mereka memberiNya pakaian
berwarna ungu.
Ø Apakah mereka meletakkan
sebatang buluh di tangan kananNya yang setara dengan tongkat raja? (Matius 27:29) Ya!
Karena ketika mereka
memberikan buluh itu kepadaNya, mereka membongkok memberi hormat di hadapanNya, dan memberiNya penghormatan
seperti kepada raja.
Ø Pilatus memperkenalkanNya “Lihat, Rajamu!” (Matius 27:11).
Ø
Takhta kerajaanNya ialah
sebuah salib (Matius 27:31-37).
Ø Dan bahkan Dia punya tulisan
di atas takhtaNya atau di salib yang bunyinya, “Yesus dari Nazaret, raja orang Yahudi” (Yohanes 19:19).
Dia seorang Yahudi, Dia
seorang raja, tetapi Dia bukan raja kerajaan kemuliaan, melainkan kerajaan
kasih karunia (Lukas 17:21). Tetapi orang Yahudi mau Dia menjadi raja kekuasaan sekuler, mereka mau
Dia mengambilalih kekuasaan sekuler.
But before the
people could belong to the kingdom of glory, the kingdom of God had to be in their
hearts. The principles of Christ's kingdom had to be implanted in the life.
Jesus rejected the throne of worldly glory, which in a few centuries the Antichrist
would accept. This is the reason why the Jewish leadership and the
multitudes ~ now, this is very important ~ chose Barabbas instead of Jesus.
Barabbas personified their aspirations far better than Jesus. Do you know who Barabbas
was and what his crime was? It was a crime of sedition, the gospels say.
Sedition against whom? Against the Roman government. He was a guerrilla
fighter. He wanted to overthrow the Roman government. And the Jews, that's
what they wanted, that's why they said, “We like Barabbas better than what we
like Jesus.” Barabbas wanted an earthly kingdom and caused an insurrection and
a sedition against the Roman government. If Jesus had done this, He would have
been accepted as their Messiah.
Tetapi sebelum manusia bisa masuk dalam kerajaan
kemuliaan, kerajaan Allah harus lebih dulu ada di hati mereka. Prinsip-prinsip
kerajaan Kristus harus ditanamkan dalam hidup. Yesus telah menolak takhta
kemuliaan duniawi, yang beberapa abad kemudian diterima oleh si Antikristus. Inilah alasannya mengapa para pemimpin Yahudi dan orang banyak ~
nah, ini sangat penting ~ memilih
Barabbas dan bukan Yesus. Barabbas mempersonifikasikan aspirasi
mereka jauh lebih baik daripada Yesus. Tahukah kalian siapa Barabbas dan apa kejahatannya? Kejahatan menghasut, kata
kitab-kitab injil. Menghasut terhadap siapa? Terhadap pemerintahan Roma. Dia
seorang pejuang gerilya, dia mau
menjatuhkan pemerintah Roma. Dan orang-orang Yahudi, itulah yang
mereka inginkan, itulah mengapa mereka berkata, “Kami lebih menyukai Barabbas
daripada Yesus!” Barabbas menginginkan suatu
kerajaan duniawi dan menimbulkan kerusuhan dan pemberontakan terhadap
pemerintah Roma. Seandainya Yesus mau melakukan itu, Dia akan mereka terima
sebagai Messias mereka.
When the Jews
said, “We have no king
but Caesar!” they withdrew from the theocracy. God was no longer their king. That was a
critical moment. When Pilate brings Jesus and Barabbas and he puts them side by
side, and he says, “Behold your king!” Was Jesus their king? Did Jesus want
to be their king? Yes! But what did the
leadership and the populace say? “We have no king but Caesar!”, they rejected
the King of kings and they accepted the kingdom of the secular power. They
chose a murderer and an evil doer in place of the holy Son of God. (John 18:29-30).
Is this going
to happen again in the end time? You’d better believe it.
Ketika orang Yahudi berkata, “Kami tidak punya raja selain Kaisar!” (Yohanes 19:15) mereka menarik diri dari theokrasi. Allah tidak lagi menjadi raja mereka.
Ini momen yang kritis. Ketika Pilatus membawa Yesus dan Barabbas keluar dan menempatkan
mereka berdampingan dan dia berkata, “Lihat, ini Rajamu!” (Yohanes 19:14). Apakah Yesus Raja mereka? Apakah Yesus mau menjadi Raja mereka? Ya! Tetapi
apa yang dikatakan para pemimpin dan masyarakat? “Kami tidak punya raja selain Kaisar!” mereka menolak Raja segala raja, dan mereka menerima kerajaan kekuasaan
sekuler. Mereka memilih seorang pembunuh dan pelaku kejahatan di tempat Anak
Allah yang suci (Yohanes 18:29-30).
Apakah ini
akan terjadi lagi di akhir masa? Percayalah!
The Jews were
offered two possible kingdoms:
1.
Barabbas who
would bring salvation from the Romans (Luke 23:18-19)
2.
and Jesus who
would deliver them from the bondage of sin.
They made a
fatal choice.
Bangsa Yahudi ditawari dua kerajaan:
1.
Barabbas yang akan membawa pembebasan dari bangsa Roma (Lukas 23:18-19).
2.
Dan Yesus yang akan menyelamatkan mereka dari belenggu
dosa.
Mereka membuat pilihan yang fatal.
In an ironic
twist ~ now, notice this, what did they believe? They believed that by getting Rome to kill
Jesus the nation would be saved. But by getting Rome to kill Jesus, they caused
what they wish to prevent. Let's go to the bottom of page 280. In an
ironic twist, the Jewish nation was destroyed by the very power they had used
to kill Jesus, the Roman empire (Luke 19:41-44; 21:20). What they thought to accomplish by
killing Jesus, fell back upon them. The civil power they had used for their
purposes, became their destroyer.
Let me ask you, are the kings of the earth
going to rise against the harlot at the end of time that they fornicated with,
and they're going to hate the harlot? See, that's the end time fulfillment. But
it's no longer one king, it is the kings of the whole world that will hate the
harlot. And they will make her desolate and naked. And they will eat her flesh,
and burn her with fire. That's a way of saying that they're really going to be
mad at her.
What they feared would happen if they
did not kill Jesus, happened because they killed Him. The very nation they used to destroy
Jesus took away their nation and place.
Secara ironis ~ nah, simak ini, apa yang mereka yakini? Mereka meyakini bahwa dengan
membuat Roma membunuh Yesus, bangsa Yahudi akan selamat. Tetapi dengan membuat
Roma membunuh Yesus mereka justru menimbulkan apa yang ingin mereka cegah.
Mari ke bagian bawah hal. 280. Secara ironis, bangsa Yahudi dihancurkan oleh
kuasa yang sama yang mereka pakai untuk membunuh Yesus: kekaisaran Roma (Lukas 19:41-44;
21:20). Apa yang mereka sangka bisa mereka capai dengan membunuh Yesus, justru
berbalik merugikan mereka. Kekuasaan sipil
yang mereka pakai untuk tujuan tersebut, menjadi kuasa yang
menghancurkan mereka.
Coba saya tanya, apakah raja-raja bumi akan bangkit melawan si perempuan
pelacur pada akhir masa, dengan siapa mereka telah berzinah, dan mereka akan
membenci perempuan pelacur itu? Lihat, itulah penggenapan akhir masa. Tetapi
waktu itu bukan hanya satu raja, melainkan raja-raja seluruh dunia yang akan
membenci perempuan pelacur itu. Dan mereka akan membuatnya terlantar, dan
telanjang. Mereka akan makan dagingnya, dan membakarnya dengan api. Itu cara
mengatakan bahwa mereka benar-benar akan murka padanya.
Apa yang mereka takutkan akan
terjadi jika mereka tidak membunuh Yesus, justru terjadi sungguh karena mereka
membunuhNya. Bangsa yang sama
yang mereka pakai untuk membunuh Yesus, melenyapkan bangsa mereka dan tempat
mereka.
Have you ever
read those statements in the Spirit of Prophecy where Ellen White states that “national apostasy leads to national ruin”? And she's saying it in the context of the
national Sunday Law. When the United States enacts a Sunday Law and enforces it,
and persecutes those who do not abide by that human Law, contrary to the
Law of God; at that very
moment, the nation will have committed apostasy, national apostasy, and that
national apostasy will lead ~ like to the Jewish nation ~ it will lead to
national ruin.
Pernahkah kalian
membaca pernyataan-pernyataan di Roh Nubuat di mana Ellen White menyatakan
bahwa “kemurtadan nasional mengakibatkan
kehancuran nasional”? Dan dia mengatakannya dalam konteks Undang-undang Hari Minggu Nasional.
Ketika Amerika Serikat menetapkan sebuah
Undang-undang Hari Minggu dan memaksakannya, dan mempersekusi mereka yang
tidak menuruti Hukum manusia
tersebut yang bertentangan dengan Hukum Allah; pada saat itulah,
bangsa itu telah melakukan kemurtadan, kemurtadan nasional, dan kemurtadan
nasional itu akan mengakibatkan ~ seperti pada bangsa Yahudi ~ itu akan
mengakibatkan kehancuran nasional.
Now let's go to
our next section, “Reviving the Experience of Jesus”. The
greatest enemies of God's people throughout the course of history have not been
outsiders but insiders. Let me ask you, did Cain and Abel both claim to
serve God and to worship God? Absolutely! Did Cain really worship God? He
claimed to. But did he worship God in his own way? Yes, he did. Did Abel obey God and worship God the
way that God had commanded? Absolutely! And when Abel received God's blessing
what happened with Cain? Cain got furious and he killed his brother.
So let me ask
you, was the
original controversy over keeping God's command and worship? And Cain
even received a mark. There you have the first hint of the Mark of the Beast.
And by the way, at the end
of time, those who receive the Mark of the Beast, do you know what's
going to happen? It will be a sign of protection, that means that Babylon
will protect them. But what would you rather have, the protection of
the Beast, or would you have the seal of God and the protection of God? That
choice is very easy, folks.
Nah, mari kita ke bagian berikutnya, “Menghidupkan Kembali Pengalaman Yesus”. Musuh
terbesar umat Allah sepanjang sejarah bukanlah orang-orang luar, melainkan
orang-orang dalam. Coba saya tanya, apakah Kain dan Habel
sama-sama mengklaim menyembah Allah dan beribadah kepada Allah? Tepat sekali!
Apakah Kain benar-benar beribadah kepada Allah? Dia mengklaim begitu. Tetapi
apakah dia beribadah kepada Allah dengan caranya sendiri? Ya, benar. Apakah
Habel mematuhi Allah dan beribadah pada Allah menurut cara yang diperintahkan
Allah? Benar sekali! Dan ketika Habel menerima berkat Allah apa yang terjadi
dengan Kain? Kain murka dan dia bunuh saudaranya.
Jadi coba saya tanya, apakah perselisihan yang asli itu mengenai pemeliharaan perintah
Allah dan ibadah?
Dan Kain bahkan menerima sebuah tanda. Di sana kita
melihat pertama kalinya disebut tentang
Tanda Binatang. Dan di
akhir masa, mereka yang menerima Tanda Binatang, tahukah kalian
apa yang akan terjadi pada mereka? Itu adalah sebuah tanda proteksi, artinya Babilon akan melindungi
mereka. Tetapi lebih baik punya apa, proteksi Binatang atau
Meterai Allah dan proteksi Allah? Pilihannya sangat mudah, Saudara-saudara.
Let me ask you
v who was it that persecuted the prophets of
God during the Old Testament period?
It was the people that the prophets were
sent to. It was not the Babylonians, the Egyptians, or any other nation,
secular nation. It was actually the people to whom the prophets were sent, were
the ones that persecuted the people prophets.
Let me ask you,
v who is it that led to the crucifixion of
Jesus?
It was the nation, the religious nation
that Jesus came to. It was not some outside power, it was the church of the day
that persecuted Jesus.
v Who persecuted the faithful of God during
the 1260 years?
During the 1260 years it was the papal
church that persecuted the saints of the Most High according to Daniel 7:25 as
well as parallel verses in Revelation chapter 13.
So you have some
who
claimed to serve God, persecuting others who are truly serving God.
Coba saya tanya,
v Siapa yang mempersekusi
nabi-nabi Allah di zaman Perjanjian Lama?
Yaitu orang-orang kepada siapa
nabi-nabi itu diutus. Bukan bangsa Babilon atau Mesir, atau bangsa lainnya,
bangsa sekuler. Justru orang-orang kepada siapa nabi-nabi itu diutus, merekalah yang mempersekusi para nabi.
Coba saya tanya,
v Siapa yang mengakibatkan
penyaliban Yesus?
Itu adalah bangsa yang
relijius yang
didatangi Yesus. Itu bukan kekuasaan dari luar, itu adalah gereja
di zaman itu yang mempersekusi Yesus.
v Siapa yang mempersekusi umat
setia Allah selama 1260 tahun?
Selama 1260 tahun, gereja
Kepausan yang mempersekusi orang-orang saleh Yang Mahatinggi menurut Daniel
7:25, dan ayat-ayat paralel di Wahyu pasal 13.
Jadi mereka yang
mengklaim beribadah kepada Allah, mempersekusi yang lain yang benar-benar
beribadah kepada Allah.
But of course at
the end time, the enemies of the church are going to be
the Muslims, the Buddhists, the secular individuals in the world, the
socialists, the communists, are going to be the enemies of the church, you’d
think? No! The pattern is the same from the beginning till the end. Cain
and Abel, the prophets, Jesus, the church during the 1260 years, it is always the
established church that ends up persecuting those who are faithful to God.
v The Father sent Jesus to His own and they
received Him not, they killed Him (John 1:11).
v Judas was an insider as I mentioned, who
betrayed Jesus to His enemies.
v Jesus sent Stephen and other messengers to
the Jewish nation after the death of Jesus, and they stoned them, and they
killed them (Matthew 23:34; Acts
7)
v Even after the death of Christ messengers
were sent.
For example, Saul of Tarsus.
You know, did Saul of Tarsus claim to be a
follower of God? Did he claim to have the true religion? But what did he do? He
persecuted those who were faithful to Jesus Christ.
v Likewise the apostate Christian church in
the Middle Ages persecuted God's faithful people, and slaughtered them by the
millions.
In fact the process which the Inquisition followed
~ for those who have studied the Inquisition ~ during this period was very
similar to the one that the Jewish Sanhedrin followed in the condemnation of
Jesus. Just read about the martyrdom of John Huss.
John Huss was a priest in Prague, it used to
be Czechoslovakia. And you know he was teaching that we need to trust in Jesus.
He denounced the corruption of the established church, of the Roman Catholic
church at that time. He didn't win any friends. And so the pope said, “You know,
we need to bring this guy, and we need to have a trial for him.” And so the
emperor Sigismund promised John Huss that he would give him safe conduct from Prague
down to Constance in southern Germany. And even though the friends of Huss told
him, “Don't go, because you know, the emperor is not going to keep his word”,
he decided to go anyway. And the minute that he arrived, he was put in prison where
he spent months in prison before any due process. Finally, he was taken to the
cathedral for a religious trial and they actually said, “Did you teach this? Did
you teach that? Did you write this? Did you write that?” When he said, “Yes!” they said, “This man is worthy of death.” This
is an ecclesiastical trial. But did the church actually kill John Huss? No! They
needed the endorsement of whom? Of the emperor. And so they went to the emperor
and they said to Sigismund, “You know, this man is teaching heresy. The church
has decided that he teaches heresy, so you need to give a decree for him to be slain,
for him to be killed.” And Sigismund said, “But wait a minute, I gave him safe
conduct, I promised that he would be able to go back to Prague safe and sound.”
And they said, “Oh, but you don't have to keep your word with heretics.” And so
John Huss was delivered to the secular power and he was burned alive. That's
the way the mechanism worked.
Tetapi tentu saja pada akhir masa, musuh-musuh gereja
adalah orang-orang Muslim, Buddhis, individu-individu sekuler di dunia,
orang-orang sosialis, orang-orang komunis, mereka yang menjadi musuh-musuh
gereja, kalian sangka
begitu? Tidak! Polanya
tetap sama dari awal hingga akhir. Kain dan Habel, para nabi,
Yesus, gereja selama 1260 tahun, selalu
gereja yang didukung pemerintah yang akhirnya mempersekusi mereka yang setia kepada Allah.
v Allah Bapa mengutus Yesus
kepada bangsaNya sendiri, dan mereka tidak menerimaNya, mereka membunuhNya (Yohanes 1:11).
v Yudas adalah orang dalam,
seperti yang sudah saya katakan, yang mengkhianati Yesus kepada musuh-musuhNya.
v Yesus mengutus Stefanus dan
beberapa utusan lainnya kepada bangsa Yahudi setelah kematian Yesus, dan mereka
merajam orang-orang itu, dan membunuh mereka (Matius 23:34; Kisah
7)
v Bahkan setelah kematian
Kristus, utusan-utusan masih dikirim.
Misalnya, Saulus dari Tarsus.
Kalian tahu apakah Saulus dari
Tarsus mengklaim sebagai pengikut Allah? Apakah dia mengklaim mengikuti agama
yang benar? Tetapi apa yang dia lakukan? Dia mempersekusi mereka yang setia
kepada Yesus Kristus.
v Begitu juga dengan gereja
Kristen yang murtad di zaman Abad Pertengahan yang mempersekusi umat Allah yang
setia, dan membunuh jutaan dari mereka.
Bahkan proses Inkuisisi
mengikuti ~ bagi mereka yang telah
mempelajari Inkuisisi ~ selama periode ini keadaan sangat mirip dengan yang
dilakukan Sanhedrin Yahudi dalam menghakimi Yesus. Baca saja tentang kematian syahid John Huss.
John Huss adalah seorang imam
di Praha, dulu namanya Tsekoslovakia. Dan kalian tahu, dia mengajarkan bahwa
kita perlu mempercayai Yesus. Dia mencela korupsi yang terjadi di dalam gereja
yang didukung pemerintah, gereja Roma Katolik pada
masa itu. Dia tidak memenangkan teman. Maka Paus berkata, “Kalian tahu, kita
perlu membawa orang ini
kemari, dan kita perlu mengadili dia.” Maka kaisar Sigismund
menjanjikan John Huss bahwa dia akan menjamin perjalanan yang aman dari Praha
sampai ke Konstanz di Jerman selatan. Dan
walaupun teman-teman Huss memberitahu dia, “Jangan pergi, karena si kaisar
tidak akan memegang janjinya”, tetapi dia memutuskan untuk tetap pergi. Dan
begitu dia tiba, dia dijebloskan ke dalam penjara, di mana dia menghabiskan
waktu berbulan-bulan sebelum dia
disidang. Akhirnya, dia dibawa ke katedral untuk diadili secara
agama. Dan mereka berkata, “Apakah kamu mengajarkan ini? Apakah kamu
mengajarkan itu? Apakah kamu menulis ini? Apakah kamu menulis itu?” Dan ketika
dia menjawab “Ya”, mereka berkata, “Orang ini layak mati.” Ini di pengadilan
agama. Tetapi apakah gereja benar-benar membunuh John Huss? Tidak! Mereka membutuhkan persetujuan siapa? Kaisar. Maka mereka datang ke
kaisar dan mereka berkata kepada Sigismund, “Orang ini mengajarkan ajaran
bidat. Gereja sudah menetapkan bahwa dia mengajarkan yang bidat, maka Raja perlu mengeluarkan titah supaya dia dihabisi, supaya dia
dibunuh.” Dan Sigismund berkata, “Tapi tunggu dulu, saya sudah menjanjikan
jaminan perjalanan yang aman, saya berjanji bahwa dia bisa pulang ke Praha dengan aman dan selamat.” Dan mereka berkata, “Oh,
kalau sama orang-orang bidat Raja tidak perlu memegang janji.”
Maka John Huss diserahkan kepada kekuasaan sekuler dan dia dibakar hidup-hidup.
Begitulah cara kerja mekanismenya.
Is that the same
as what happened with Jesus? A religious trial by the Sanhedrin and then
delivered to the secular power to be destroyed.
In the Inquisition
the accused ~ and this is just a review ~ was taken first before a religious court,
and tried there. Witnesses were not allowed to defend the accused’s case. Torture
was employed to force the accused to confess his in quotation marks “crimes”.
The defendant's goods were confiscated, and the sentence of death was
pronounced. The accused was then delivered to the secular power to be
destroyed. This is the identical process the church of Christ, they followed in
condemning Jesus. Jesus repeatedly told His
disciples that they would repeat the scenes of His life. You have many texts
here that are in parentheses where Jesus says, “What I went through, you are going to go through as well.” (John 15:18-19; 16:1-2; 17:14-20; Luke 21:12-17; Mark 13:5-14)
Revelation 12:1
to 5 describes Satan's attempt to kill Jesus and then in chapter 12:6 and verse
14 as well as verse 17 we have a description of his attempt to kill the remnant
of God.
Apakah ini sama dengan yang terjadi pada Yesus? Dihakimi di pengadilan agama oleh Sanhedrin, dan kemudian diserahkan
kepada kekuasaan sekuler untuk dihabisi.
Di Inkuisisi, si tertuduh ~ ini hanya pengulangan ~
pertama dibawa ke hadapan pengadilan agama, dan diadili di sana. Saksi-saksi
tidak diizinkan membela kasus si tertuduh. Siksaan dikenakan untuk memaksa si
tertuduh mengakui dalam tanda kutip “kejahatan”nya. Harta si tertuduh disita,
dan dijatuhi vonis hukuman mati. Tertuduh kemudian diserahkan kepada kekuasaan
sekuler untuk dihabisi. Ini adalah proses yang identik yang diikuti gereja Krisus, dalam menghukum Yesus. Yesus berulang-ulang berkata
kepada murid-muridNya, bahwa adegan-adegan dalam hidupNya ini akan terulang
lagi. Ada banyak ayat di sini dalam kurung di mana Yesus berkata, “Apa yang pernah Aku alami, kamu juga akan
mengalaminya.” (Yohanes 15:18-19; 16:1-2; 17:14-20; Lukas
21:12-17; Markus 13:5-14).
Wahyu 12:1-5 menggambarkan
usaha Setan untuk membunuh Yesus, kemudian di pasal 12:6, 14, juga 17, ada
deskripsi usaha Setan untuk membunuh umat Allah yang sisa.
The greatest enemies of God's people
in the last days will be others who profess to serve Jesus Christ. In persecuting the people of God, those
who claim to serve God will feel that they by persecuting the faithful, they
are doing God a favor. Notice John 16:1-2 Jesus expressed the principle, He
said to His disciples, “1 These things I have spoken to you, that you should not be made to stumble. 2 They will put you out of the
synagogues…” at the end of time its “churches”, “… 2 They will put you out of the
synagogues, yes, the time is
coming that whoever kills you will think that he
offers God service.” Wow!
Musuh terbesar umat Allah di akhir masa ialah orang-orang lain yang mengaku
beribadah kepada Yesus Kristus. Dalam mempersekusi umat
Allah, mereka yang mengklaim menyembah Allah akan merasa bahwa mereka berbuat
kebaikan untuk Allah dengan mempersekusi orang-orang yang setia. Simak Yohanes
16:1-2, Yesus memberikan prinsipnya, Dia berkata kepada murid-muridNya, “1 Hal-hal ini telah Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan jatuh. 2 Mereka akan mengeluarkan kamu dari
sinagog-sinagog…” di akhir masa itu
“gereja-gereja”, “…2 Mereka akan mengeluarkan kamu dari
sinagog-sinagog, ya, akan
datang saatnya bahwa siapa pun yang membunuh
kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.” Wow!
Now let's
continue here. The United States of America is the greatest nation in the history of
the world, not because it has more people, not because it has the
greatest military, not because it has the greatest economic prosperity, it is
great because
of the principles upon which this nation was founded, the First Amendment to
the Constitution guarantees three rights to citizens:
1.
the first right
is “congress shall make no
Law respecting the establishment of religion”.
In other words, congress cannot make any Law that establishes
any religious observance.
So let me ask you, would a national Sunday
Law be a violation of the first clause of the First Amendment? Yes! Because it would be establishing by Law in
congress the observance of Sunday, as a religious observance; it would clearly
be unconstitutional.
So the first right is, this
right of the
government not establishing any religious observance.
2.
Here's the
second right: “nor
prohibiting the free exercise thereof”.
In other words, the government cannot write any
Law, the congress cannot write any Law that forbids you from practicing your
religion.
So it cannot establish any religious
observance, and on the other hand it cannot forbid you from practicing the religion
that you feel that you should practice.
3.
And the third
right is the right, the civil rights “or abridging the freedom of speech…” is this in danger these days? You’d better
believe it. “…or
abridging the freedom of speech, or of the press…” which is a big problem these days “…or the right of the people to peaceably assemble
and to petition the government for a redress of grievances”
So the First
Amendment to the Constitution guarantees full religious and civil rights. But
listen carefully, when the government violates religious rights, immediately you also lose
your civil rights. And the greatest civil right is the right to life.
Sekarang mari kita lanjut. Amerika Serikat adalah bangsa yang terbesar di sejarah
dunia, bukan karena dia memiliki lebih banyak penduduk, bukan
karena dia memiliki militer yang paling besar, bukan karena memiliki kemakmuran
ekonomi terbesar, dia besar karena
prinsip-prinsip di atas mana bangsa ini didirikan, Amandemen Pertama Konstitusinya yang menjamin tiga hak kepada rakyatnya:
1.
Hak yang pertama ialah, “Kongres tidak akan membuat undang-undang mengenai penetapan
agama”.
Dengan kata lain, kongres tidak bisa membuat undang-undang apa pun untuk menentukan praktek agama apa pun.
Jadi coba saya tanya, apakah
sebuah undang-undang Hari Minggu nasional merupakan pelanggaran klausul pertama
Amandemen Pertama ini? Ya! Karena itu berarti menentukan melalui undang-undang oleh kongres, pemeliharaan hari
Minggu sebagai praktek relijius; jelas itu tidak konstitusional.
Maka hak yang pertama ialah, hak Pemerintah untuk tidak menetapkan
pemeliharaan agama apa pun.
2.
Ini hak yang kedua: “maupun
melarang kebebasan mempraktekkannya”.
Dengan kata lain, Pemerintah tidak bisa menulis undang-undang apa pun, kongres
tidak bisa menulis undang-undang apa pun yang melarang kita mempraktekkan
agama kita.
Jadi Pemerintah tidak bisa menentukan praktek agama apa pun, dan di pihak
lain dia tidak bisa melarang kita mempraktekkan agama apa pun yang
mau kita praktekkan.
3.
Dan hak yang ketiga ialah hak sipil: “atau membatasi kebebasan berkata-kata…” apakah hal ini sedang terancam
sekarang? Percayalah! “…atau
membatasi kebebasan berkata-kata atau kebebasan pers…” yang merupakan masalah besar sekarang “…atau hak rakyat untuk berkumpul secara damai dan
menyampaikan petisi kepada Pemerintah untuk memperbaiki apa-apa yang dikeluhkan.”
Jadi Amandemen Pertama Konstitusi
menjamin penuh hak-hak relijius dan sipil. Tetapi dengarkan baik-baik, ketika Pemerintah melanggar
hak-hak relijius, kita langsung juga akan kehilangan hak-hak sipil,
dan hak sipil yang terbesar adalah hak
untuk hidup.
You know there's
two stories in the book of Daniel that illustrate the first two clauses to the
First Amendment.
v You have the story in Daniel chapter 3.
In Daniel chapter 3 did the king establish
religion? Yes! What did he do? He raised
up an image and he commanded everyone to worship the image. Was he establishing
a religious observance? Yes! Was
what he was doing illegitimate? Absolutely, he could not establish religious
observances.
Let me ask you what happened when he violated
that part of the First Amendment? Even in the Old Testament which said that the
civil power has no right to establish any religious observance, what came as a
result? The three young men lost their right to life, which is the greatest
civil right; and they were thrown into the fiery furnace, which is a symbol of
the final tribulation. And if it had not been for the Son of God ~ who by the way
in verse 28 is called the Angel which is the same Angel of Daniel 12:1, Michael the Archangel ~ if it had not
been for Michael standing up, and going into the furnace with them, they would
have been incinerated.
v the other story that illustrates the second
clause “or forbidding the free exercise thereof” is the story of Daniel in the lion's den.
That's a little bit different than the
story of the three young men, because the Law of Darius was that no one could
pray or make a request of a man or a god for 30 days. He's forbidding the right to pray. He's
not establishing a religious observance, he's forbidding the right to pray, the
free exercise, and what happened with Daniel? Daniel said, “Well, I’ll shut the
windows so as not to aggravate them”? No! That would have shown cowardice. And
so the Bible says that Daniel opened the windows of his room and he prayed toward
Jerusalem three times a day, just as he had done before. Did he lose his civil
rights after the religious Law was enacted? Absolutely! And if it had not been
for the angel that came into the lion's den, Daniel would have been cat food.
Kalian tahu, ada dua kisah di kitab Daniel yang
menggambarkan kedua klausul Amandemen Pertama:
v Kisah yang di Daniel pasal 3.
Di Daniel pasal 3 apakah raja
menetapkan agama? Ya!
Apa yang dilakukannya? Dia mendirikan sebuah patung dan
dia memerintahkan semua orang untuk menyembah patung itu. Apakah dia menetapkan praktek suatu agama?
Ya! Apakah yang dia lakukan itu tidak sah? Tentu saja, dia tidak boleh menentukan praktek-praktek
agama.
Coba saya tanya, apa yang
terjadi ketika dia melanggar bagian dari Amandemen Pertama tersebut? Bahkan di
zaman Perjanjian Lama dikatakan bahwa kekuasaan sipil tidak punya hak untuk
menetapkan praktek agama apa pun. Apa akibatnya? Ketiga orang muda kehilangan
hak hidup mereka, yang adalah hak sipil yang terbesar; dan mereka dilemparkan
ke dalam tungku api yang menyala, yang merupakan simbol dari masa kesukaran
besar yang terakhir. Dan andaikan bukan karena Anak Allah ~ yang di ayat 28 disebut Malaikat, yaitu
Malaikat yang sama di Daniel 12:1, Mikhael Sang Penghulu Malaikat ~ andaikan
bukan karena Mikhael berdiri dan masuk ke dalam tungku api bersama mereka,
mereka sudah habis terbakar.
v Kisah yang lain menggambarkan
klausul kedua “maupun melarang kebebasan mempraktekkannya”, ialah kisah Daniel di kandang singa.
Ini sedikit berbeda dari kisah
ketiga orang muda; karena Hukum Darius ialah, tidak ada yang boleh berdoa
atau membuat permohonan kepada manusia maupun Allah selama 30 hari. Dia
membatasi hak orang berdoa. Dia tidak menetapkan praktek suatu agama, tapi dia melarang orang berdoa, kebebasan mempraktekkan
agama. Dan apa yang terjadi dengan Daniel? Daniel berkata, “Nah, aku tutup saja
jendelanya supaya tidak membuat marah mereka”, begitu? Tidak! Itu namanya pengecut. Maka Alkitab mengatakan
bahwa Daniel membuka jendela kamarnya dan dia berdoa ke arah Yerusalem tiga
kali sehari, sama seperti yang biasa
dilakukannya. Apakah dia kehilangan hak sipilnya setelah undang-undang itu
ditetapkan? Tentu saja! Dan andaikan bukan karena ada malaikat yang masuk ke
dalam kandang singa, Daniel sudah menjadi makanan kucing.
So this shows
very clearly what happens when the first clause of the First Amendment and the
second clause of the First Amendment are violated, the result is that you lose
the civil rights, that are found in the third clause of the Amendment.
v The First Amendment guarantees religious and
civil liberties.
The drafters of the Constitution guaranteed
these rights ~ they're not allowances, they are rights given to us by God ~ because they knew what happened when the
church appealed to the state to crucify Jesus.
Ø They write, they knew, that with Jesus the
church had appealed to the state, and the result was Jesus losing His life.
Ø They also knew what happened in Europe with
the mechanisms such as the Inquisition.
They knew that. They write about it. They say,
“In this country that we're establishing, there is not going to be a union of
church and state like there was in Europe during the 1260 years. We're going to
establish a different kind of government.”
Ø They also knew what happened in the
territory of the United States because there was no United States during the
colonial period.
Do you know that in the colonial period you
had to belong by Law to the established church? If you did not go to church on Sunday,
you would be fined, you would be imprisoned, and in three of the colonies if
you insisted on not going to church on Sunday, you could suffer the death
penalty! In the colonial period before the constitutional period when there was
no United States, because the colonies were actually colonies of Great Britain.
If you wanted to occupy a position in the civil government in the colonial
period, you had to belong to the established church; furthermore you had to
return your tithes to the civil power, and the civil power paid the ministers.
Maka ini menunjukkan dengan sangat jelas apa yang terjadi
jika klausul yang pertama dari Amandemen Pertama dan klausul kedua dari
Amandemen Pertama dilanggar, akibatnya ialah kita kehilangan hak-hak sipil yang
ada di klausul ketiga dari Amandemen itu.
v Amandemen Pertama menjamin kebebasan beragama dan
kebebasan sipil.
Pembuat konsep Konstitusi
menjamin hak-hak ini ~ ini bukan hanya izin, ini adalah hak-hak yang
diberikan kita oleh Allah ~ karena mereka tahu apa yang terjadi, ketika gereja mengajukan permintaan kepada Pemerintah untuk menyalibkan Yesus.
Ø Mereka menulis, mereka sudah
tahu kejadian yang dialami Yesus, yaitu gereja minta kepada Pemerintah, dan
akibatnya ialah Yesus kehilangan nyawaNya.
Ø Mereka juga sudah tahu apa
yang terjadi di Eropa dengan mekanisme semacam Inkuisisi.
Mereka sudah tahu itu. Mereka
menulis tentang itu. Mereka berkata, “Di
negara ini yang sedang kita dirikan, tidak akan bakal ada persatuan antara
gereja dengan pemerintah
seperti yang ada di Eropa selama 1260 tahun. Kita akan mendirikan pemerintahan
yang berbeda.”
Ø Mereka juga sudah tahu apa
yang terjadi di teritori Amerika Serikat, karena selama periode kolonial belum
ada negara Amerika Serikat.
Tahukah kalian bahwa di
periode kolonial, menurut Hukum, orang harus menjadi anggota gereja yang didukung pemerintah? Jika ada yang tidak ke gereja pada hari Minggu, orang
itu didenda, orang itu dipenjara, dan di tiga koloni jika ada yang bersikeras tidak mau ke gereja pada hari Minggu,
orang itu bisa kena hukuman mati! Di periode kolonial sebelum periode
Konstitusi, sebelum ada negara Amerika
Serikat, karena koloni-koloni itu sesungguhnya adalah koloni-koloni Britania
Raya. Jika orang mau punya jabatan di pemerintahan sipil di zaman kolonial, dia
haruslah anggota gereja yang didukung
pemerintah. Selain itu dia harus mengembalikan persepuluhannya
kepada kekuasaan sipil, dan kekuasaan sipil yang membayar para pendeta.
You know the
story of Roger Williams? He had to flee from the Massachusetts Bay colony in 1629
and 1630 in the dead of winter, freezing cold. If it hadn't been for the native
Americans, he would have died. And he established the state of Rhode Island whose
capital is Providence. Why do you suppose it's called Providence? He
established a colony, he said no religious tests to come here, as long as
you're willing to work hard and obey the civil Laws, you're welcome here. And
bunches of people went there from every religion under the sun, and it became a
very prosperous colony.
Kalian tahu cerita Roger Williams? Dia harus melarikann
diri dari koloni Massachusetts Bay di 1629-1630 di tengah-tengah musim salju
yang dinginnya luar biasa. Andaikan dia tidak ditolong orang-orang pribumi
Amerika, dia sudah mati. Dan dia mendirikan negara bagian Rhode Island, yang
ibukotanya dinamai Providence. Menurut kalian mengapa itu disebut Providence? (Providence artinya
pemeliharaan Allah). Dia mendirikan sebuah koloni, dia berkata, “Untuk datang kemari tidak perlu
ujian agama, selama orang mau bekerja keras dan mematuhi Hukum sipil, dia
diterima baik di sini.” Dan banyak orang pergi ke
sana dari segala macam agama yang ada di bawah langit, dan itu menjadi koloni
yang sangat makmur.
Today we see a move on the part of
many religious leaders of joining church and state.
Ø It can be seen in the desire to mandate
prayer in public schools,
Ø it can be seen in the desire to have the
government pay for religious education, particularly among conservative Christians,
Ø it can be seen by the desire to teach the
Bible as a part of the public school curriculum,
Ø it can be seen in the desire to have the
government give funds to private charitable religious organizations.
Religious
leaders are saying, “Tear down the wall!” But when this happens, the final
scenes of the life of Jesus will be repeated with His faithful people. The
Beast with horns like a lamb will end up speaking like a dragon. Revelation 17 describes this climactic moment.
The
harlot church, Roman Catholicism, will influence the kings of the earth to
impose her agenda in union with the Protestant churches. She will be helped by
her daughter's (apostate Protestantism). Under this triple union, the
multitudes will do to God's final remnant what the Jewish nation did with Jesus.
In Revelation 18:1-5
God gives a clarion call for God's people to get out of this system before
human probation closes.
Hari ini kita melihat gerakan di pihak banyak pemimpin rohani untuk
mempersatukan gereja dengan negara.
Ø Ini terlihat dalam keinginan
untuk mengharuskan adanya doa di sekolah-sekolah negeri,
Ø ini bisa dilihat dalam
keinginan agar Pemerintah yang menanggung biaya edukasi relijius, terutama di
antara golongan Kristen konservatif.
Ø ini bisa dilihat dalam
keinginan untuk mengajarkan Alkitab sebagai bagian dari kurikulum sekolah
negeri,
Ø ini bisa dilihat dalam
keinginan agar Pemerintah memberikan dana kepada organisasi-organisasi amal relijius milik swasta yang bergerak di bidang kemanusiaan.
Para pemimpin rohani berkata, “Runtuhkan temboknya!” (maksudnya tembok pembatas antara agama dan
negara), tetapi jika ini terjadi, adegan-adegan terakhir kehidupan
Yesus akan terulang lagi pada umatNya yang
setia. Binatang dengan tanduk seperti domba pada akhirnya akan bicara seperti
naga. Wahyu 17 menggambarkan momen yang klimaks ini. Gereja yang murtad, Roma Katolikisme, akan mempengaruhi
raja-raja bumi untuk memaksakan agendanya, bersatu dengan gereja-gereja
Protestan. Dia akan dibantu
oleh anak-anak perempuannya (Protestantisme murtad). Di bawah
persekutuan segitiga ini, orang banyak akan berbuat kepada umat Allah yang sisa, yang terakhir, sebagaimana bangsa Yahudi dulu berbuat kepada Yesus.
Di Wahyu 18:1-5 Allah memberikan seruan nyaring agar umat
Allah keluar dari sistem ini sebelum berakhirnya masa kemurahan Allah bagi
manusia.
Now I want to
end by reading a chilling statement that was written by Ellen White in the Review and Herald April 14, 1896. Here she
states that God's remnant people are going to go through the same experiences
that Jesus went through. This is how it reads, “The forces (powers) of
darkness will unite with human agents…” who are the powers of darkness? “…The forces (powers) of
darkness…” Satan and his
angels “…will unite with human agents…” those are human beings “…who have given themselves into the control
of Satan…” and now listen to this“…and the
same scenes that were exhibited at the trial, rejection, and crucifixion of
Christ will be revived…” did you catch that? Are we going to have the same experience that Jesus
went through? Absolutely! And then she writes,
“…Through yielding to satanic influences, men will be transformed
(merged) into fiends…” what are fiends?
Demons! So once again, “…Through yielding to satanic influences, men will be
transformed (merged) into fiends and those who were created in the image of
God, who were formed to honor and glorify their Creator, will become the
habitation of dragons, and Satan will see in an apostate race his masterpiece
of evil — men who
reflect his own image.” (RH April 14, 1896 par. 7)
Sekarang saya mau mengakhiri dengan
membacakan pernyataan yang mengerikan yang ditulis oleh Ellen White di Review
and Herald 14 April 1896. Di sini dia menyatakan bahwa umat Allah yang sisa akan menjalani
pengalaman yang sama yang dialami Yesus. Beginilah bunyinya, “…Kuasa kegelapan akan bersatu dengan agen-agen
manusia…” siapakah kuasa kegelapan? “…Kuasa kegelapan…” Setan dan malaikat-malaikatnya, “…akan bersatu dengan agen-agen manusia…” ini manusia-manusia, “…yang telah menyerahkan diri mereka di
bawah kendali Setan,…” sekarang dengarkan ini, “…dan adegan-adegan yang sama yang
ditunjukkan di pengadilan, penolakan, dan penyaliban Kristus akan dihidupkan
kembali…” apa kalian menangkap ini?
Apakah kita akan mendapat pengalaman
yang sama yang dialami Yesus? Tepat sekali! Lalu Ellen White
menulis, “…Dengan
menyerah kepada pengaruh sataniah, manusia akan diubahkan menjadi momok…” momok
itu apa? Setan. Jadi sekali lagi, “…Dengan menyerah kepada pengaruh sataniah, manusia akan
diubahkan menjadi momok dan mereka yang diciptakan dalam keserupaan Allah, yang
dibentuk untuk menghormati dan memuliakan Pencipta mereka, akan menjadi tempat
kediaman naga-naga, dan Setan akan melihat dalam satu ras yang murtad ini karya
agungnya yang jahat: manusia-manusia
yang memantulkan keserupaannya sendiri.” (RH
April 14, 1896 par. 7)
So the final war
is between:
a group, a small
group, that reflects Christ's image,
and
another group
that fully reflects Satan's image.
That is the
final battle.
The final battle is not the nations of the East versus the
nations of the West. It is not a political war, it is a religious war over
the Commandments of God and worship. Those are the issues. Satan
distracts Christians and says, “Look to the Middle East, the Jews are going to
be attacked. It's the Russians! It's the Muslims!” And Satan has the Christians looking over
there for the fulfillment of prophecy, and meanwhile prophecy is being
fulfilled in Rome and in the United States. And people can't see it because
they're looking in the wrong place. Satan is a master of deflection. He leads
people to watch where the conflict isn't, so that people don't understand where
the conflict is.
And we as
Adventist, folk, we have the message for the world, so that they’ll know what
Satan's agenda is, what Satan's strategy is. His strategy is to deflect
people's minds to the Middle East, and at the same time have apostate
Christianity grow in the West, and people cannot even recognize it because they
are looking in the wrong place.
Can you imagine
a world where the wicked reflect perfectly the character of Satan? Ellen White
states that this world is going to be like a jungle, this world is going to
be a
place of war and discord, and rioting. There will be no Law. It'll be
like Jerusalem when the Romans surrounded it. It will be like France during the
French Revolution, there will be no Law and order. And if Jesus does not intervene
to protect His people, His people would cease to exist. “If those days were not shortened…” it says in Matthew 24, “…no flesh would be alive. But because of
the elect, God is going to shorten those days.” Praise the Lord!
Jadi peperangan yang terakhir adalah antara:
satu kelompok, satu kelompok yang kecil,
yang memantulkan keserupaan dengan Kristus,
dan
satu kelompok lain yang
sepenuhnya memantulkan keserupaan Setan.
Itulah peperangan yang terakhir.
Peperangan yang terakhir bukan antara bangsa-bangsa di Timur melawan
bangsa-bangsa di Barat. Itu bukan
sebuah perang politis, itu adalah peperangan relijius mengenai
Perintah-perintah Allah dan ibadah. Itulah isu-isunya. Setan
mengalihkan perhatian orang-orang Kristen dan berkata, “Lihat ke Timur Tengah, orang-orang Yahudi akan diserang!
Itu orang-orang Rusia! Itu orang-orang Muslim!” Dan Setan membuat orang-orang Kristen memandang ke sana sebagai penggenapan nubuatan, sementara nubuatan sedang
digenapi di Roma dan di Amerika Serikat. Dan orang-orang tidak bisa melihatnya karena mereka
memandang ke tempat yang salah. Setan adalah ahli pembelok. Dia membawa orang
untuk melihat ke mana konfliknya tidak di sana, supaya orang tidak paham di mana konfliknya.
Dan kita sebagai orang-orang Advent, Saudara-saudara,
kita memiliki pekabaran bagi dunia, supaya mereka tahu apa agenda Setan, apa
strategi Setan. Strateginya ialah untuk membelokkan pikiran manusia ke Timur Tengah,
dan pada waktu yang sama membuat Kekristenan murtad berkembang di Barat, dan
manusia bahkan tidak bisa mengenalinya karena mereka sedang memandang ke tempat
yang salah.
Bisakah kalian bayangkan sebuah dunia di mana orang-orang
jahat memantulkan karakter Setan? Ellen White menyatakan bahwa dunia ini akan seperti hutan
rimba, dunia ini akan menjadi sebuah tempat peperangan dan perselisihan dan kerusuhan.
Tidak ada Hukum. Keadaannya akan seperti Yerusalem ketika tentara Roma
mengepungnya. Seperti Perancis pada saat Revolusi Perancis, tidak akan ada Hukum dan
ketertiban. Dan jika Yesus tidak campur tangan untuk melindungi
umatNya, umatNya akan lenyap semua. “22 Dan kecuali
hari-hari itu dipersingkat, tidak
ada yang hidup yang akan selamat; tetapi
demi orang-orang pilihan, hari-hari itu akan dipersingkat.” (Matius 24:22). Puji Tuhan!
So we need to be
committed to Jesus, we need to claim Psalm 91, folks, we need to claim that Psalm
where God says, “a thousand may
fall on one side and ten thousand on the other but it will not come to you” because we have a personal intimate
relationship with the Lord. I pray that after this class we will form that
intimate relationship.
Jadi kita perlu setia
kepada Yesus, kita perlu mengklaim Mazmur 91, Saudara-saudara, kita perlu
mengklaim Mazmur di mana Allah berkata, “7 Seribu
orang akan jatuh di sisimu, dan sepuluh ribu
di tangan kananmu, tetapi itu tidak akan mendekatimu” (Mazmur 91:7) karena kita punya hubungan pribadi yang intim dengan
Tuhan. Semoga setelah kelas ini kita akan membentuk hubungan yang intim
tersebut.
13
01 25