Wednesday, January 15, 2025

EPISODE 21/24 ~ WHAT JESUS SAID ~ RELIGION AND POLITICS ~ STEPHEN BOHR

 

WHAT JESUS SAID

Part 21/24 - Stephen Bohr

RELIGION AND POLITICS

https://www.youtube.com/watch?v=Lz87bS7JhUo

 

Dibuka dengan doa.

 

 

Page 275, as Jesus was about to begin His ministry, He was anointed with the Holy Spirit. (Luke 4:18; Acts 10:38; Matthew 3:16). This empowered Jesus to preach the undiluted truth, and it also enabled Him to perform great signs and wonders in the name of His Father (Luke 4:16-21). Satan seeing that Jesus had come to contest his authority, whipped the world of the occult into a frenzy (Mark 1:21-24). You can see this by all of the encounters that Jesus had with demon possessed individuals during His ministry. Multitudes followed Jesus because He proclaimed the truth with authority, and performed great miracles of healing. In this, He was revealing the loving character of His Father to the world (Mark 3:8-10; Matthew 4:25; John 12:19; 14:8-10). And Satan did not like it. In His conflicts with the religious leaders Jesus never quoted the rabbis, He always quoted the Word of God as His authority. In contrast, the scribes taught the traditions of men and therefore had no authority (Matthew 7:28-29; 13:54; John 7:15, 46; Mark 11:27-28; Luke 2:41-50). In fact, if you go with me to Matthew 7:28 and 29, it says there,  28 And so it was, when Jesus had ended these sayings, that the people were astonished at His teaching, 29 for He taught them as One having authority, and not as the scribes.”

 

Hal. 275. Saat Yesus akan memulai ministriNya, Dia diurapi oleh Roh Kudus (Lukas 4:18; Kisah 10:38; Matius 3:16).  Ini memberi Yesus kuasa untuk menyampaikan kebenaran yang tidak bercampur apa pun, dan juga menyanggupkan Dia melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar dalam nama Bapa (Lukas 4:16-21). Setan yang melihat bahwa Yesus telah datang untuk menandingi kekuasaannya, menggerakkan dunia okult secara luar biasa (Markus 1:21-24). Kita bisa melihat ini dari semua pertemuan Yesus dengan orang-orang yang kerasukan setan selama ministriNya. Orang banyak mengikuti Yesus karena Dia menyampaikan kebenaran dengan autoritas dan membuat mujizat-mujizat besar dalam penyembuhan. Dalam hal ini, Dia menyatakan karakter BapaNya yang pengasih kepada dunia (Markus 3:8-10; Matius 4:25; Yohanes 12:19; 14:8-10). Dan Setan tidak menyukainya. Dalam konflikNya dengan para pemimpin rohani, Yesus tidak pernah mengutip dari para rabi, Dia selalu mengutip Firman Allah sebagai autoritasNya. Sebaliknya, para ahli Taurat mengajarkan tradisi manusia dan oleh karenanya tidak punya autoritas (Matius 7:28-29; 13:54; Yohanes 7:15, 46; Markus 11:27-28; Lukas 2:41-50). Bahkan, mari bersama saya ke Matius 7:28-29, dikatakan di sana, 28 Dan demikianlah, ketika Yesus telah mengakhiri perkataan-perkataan ini, orang-orang itu pun takjub pada pengajaran-Nya, 29 sebab Ia mengajar mereka sebagai Orang yang memiliki autoritas, dan tidak seperti ahli-ahli Taurat.”

 

 

The Jewish leaderships had developed a type of apostolic succession similar to the idea that is held by Roman Catholics. They defended their traditions by this idea of a succession of oral traditions from the times of Moses till the time of Jesus. According to this concept Moses supposedly received many oral traditions from God that he never committed to writing in the Scriptures. According to the rabbis, these oral traditions were passed on from generation to generation in unbroken succession, from the times of Moses to the rabbis of Christ's day. This is what Jesus meant when He deplored that the rabbis sat in Moses seat. Now that's an interesting expression. In Matthew 23:2, the word “seat” is the word καθέδρα [kathedra] in Greek. Have you ever heard that the pope supposedly speaks ex-cathedra?

The word “cathedra” means the throne, “ex” means “from” the throne, and according to the papacy when the pope speaks from the throne, his teachings are infallible even if they're based on tradition.

So Jesus deplored that the rabbi sat on Moses’ cathedra. This erroneous concept of divine revelation led to the controversy over κορβᾶν [korban] in Mark 7, where certain technical terms were used by Jesus to define and explain the rabbinical view.

 

Para pemimpin Yahudi telah membangun sejenis suksesi apostolik yang mirip dengan konsep yang dipunyai Roma Katolik. Mereka mempertahankan tradisi mereka dengan konsep suksesi tradisi yang diturunkan secara oral dari zaman Musa hingga ke zaman Yesus. Menurut konsep ini Musa diyakini telah menerima banyak tradisi oral dari Allah yang tidak pernah dia tulis dalam Kitab Suci. Menurut para rabi, tradisi-tradisi oral ini diturunkan dari generasi ke generasi dalam suksesi yang tidak terputus sejak zaman Musa hingga ke  rabi-rabi di zaman Kristus. Inilah yang dimaksud Yesus ketika Dia sangat menentang para rabi duduk di tahkta Musa. Nah, itu adalah istilah yang menarik. Di Matius 23:2, kata “takhta” adalah kata καθέδρα [kathedra] dalam bahasa Greka. Pernahkah kalian mendengar bahwa Paus diyakini bicara ex-kathedra? Kata “kathedra” berarti “takhta”, “ex” berarti “dari” takhta. Dan menurut Kepausan, ketika Paus berbicara dari takhtanya, ajarannya tidak bisa salah (= harus diterima sebagai kebenaran) walaupun itu berdasarkan tradisi.

Jadi Yesus menentang para rabi duduk di kathedra Musa. Konsep pengungkapan ilahi yang salah ini menyebabkan perselisihan tentang κορβᾶν [korban] di Markus 7, di mana istilah-istilah teknis tertentu dipakai Yesus untuk mendefinisikan dan menjelaskan pandangan para rabi.

 

 

Some of those expressions are for example holding the tradition of the elders, that's verse 4 of Mark 7, things which they have received and hold that indicates a process of transmission.

Another expression in verse 13, “tradition which you have handed down”.

These are technical expressions that explain the supposed passing on of oral traditions from Moses till the times of Jesus Christ.

 

Beberapa dari istilah itu misalnya, memegang tradisi para tua-tua, itu Markus 7:4, Hal-hal yang telah mereka warisi dan pegang yang mengindikasikan suatu proses transmisi.

4 dan ketika mereka pulang dari pasar, mereka juga tidak makan kecuali mereka membasuh. Dan ada banyak hal lain yang telah mereka warisi dan pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi, tabung-tabung tembaga dan dipan-dipan.”

Ungkapan lain di ayat 13, “adat istiadat (tradisi)mu yang telah kamu wariskan”.

13 menjadikan Firman Allah tidak berlaku melalui adat istiadatmu, yang telah kamu wariskan.  Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.’

Ini adalah istilah-istilah teknis yang menurut mereka menjelaskan diturunkannya tradisi oral dari Musa hingga ke zaman Yesus Kristus.

 

 

Jesus openly rebuked these traditions that were not based on the Word of God. In fact, Jesus told them that they laid aside the Commandment of God, in fact they rejected the Commandment of God and made of none effect the Word of God, and practiced vain worship because they supposedly passed on these traditions.

In Mark 7 Jesus showed how the Law of κορβᾶν [korban] ~ which we already studied in a previous presentation ~ κορβᾶν [korban] based on tradition, annul the force of the fifth Commandment that says “honor your father and your mother”.  In case somebody wasn't here for that presentation, the rabbis had the Law of κορβᾶν [korban] or the tradition of κορβᾶν [korban] where children could dedicate all of their possessions to the temple and when their parents would come to them and they were in financial need, they could say to the children, “Would you please give us some help?” The children will say, “Sorry, everything we have was dedicated to the temple.” And so that tradition contradicted the written Commandment that says “honor your Father and your mother”.

 

Yesus secara terbuka menegur tradisi-tradisi ini yang tidak berdasarkan Firman Allah. Faktanya, Yesus memberitahu mereka bahwa mereka telah mengesampingkan Perintah Allah, bahkan sesungguhnya mereka menolak Perintah Allah, dan menjadikan Firman Allah tidak berlaku, dan mempraktekkan ibadah yang sia-sia karena mereka  menurunkan tradisi-tradisi yang diyakini ini.

Di Markus 7 Yesus menunjukkan bagaimana Hukum κορβᾶν [korban] ~ yang sudah kita pelajari di presentasi sebelumnya ~ κορβᾶν [korban] yang berdasarkan tradisi, membatalkan kekuatan Perintah ke-5 yang mengatakan “Hormatilah ayahmu dan ibumu”. Barangkali ada yang tidak hadir dalam presentasi itu, jadi para rabi punya Hukum κορβᾶν [korban] atau tradisi κορβᾶν [korban] di mana anak-anak boleh mendedikasikan semua harta mereka kepada Bait Suci dan ketika orangtua mereka yang kesulitan ekonomi datang kepada mereka, mereka berkata kepada anak-anak ini, “Maukah kalian memberi kami sedikit bantuan?” Anak-anak akan berkata, “Maaf, kami sudah mendedikasikan semuanya ke Bait Suci.” Maka tradisi itu bertentangan dengan Perintah Allah yang tertulis yang mengatakan, “Hormatilah ayahmu dan ibumu”. 

 

 

In John 18:28 we find another example of the absurdity of their traditions. The religious leaders would not go into the Praetorium, that is the palace of Pilate, for fear of defiling themselves ceremonially. If they went in the Praetorium at that time they would be ceremonially unclean, and they would not be able to keep the Passover meal. However, at the same time they were laying plans to defile their hands with the blood of Jesus by killing Him. Their tradition annulled the Commandment of God “thou shalt not kill”.  Their tradition annulled the written Commandment of God.

 

Di Yohanes 18:28, kita melihat contoh lain dari keganjilan tradisi mereka.

28 Lalu mereka membawa Yesus dari Kayafas ke Praetorium (istana Pilatus),  saat itu dini hari. Tetapi  mereka sendiri tidak masuk ke Praetorium, kalau tidak, mereka akan menjadi najis; itu agar mereka boleh  makan Passahnya.”

Para pemimpin rohani tidak mau masuk ke Praetorium, itu istana Pilatus, karena takut menajiskan diri secara seremonial. Andai mereka masuk ke Praetorium waktu itu, mereka akan menjadi “tidak bersih” secara seremonial dan mereka tidak akan boleh ambil bagian dalam makan daging Passahnya. Namun demikian, di waktu yang sama mereka sedang membuat rencana untuk menajiskan tangan mereka dengan darah Yesus dengan membunuhNya. Tradisi mereka membatalkan Perintah Allah “Jangan membunuh”. Tradisi mereka membatalkan Perintah Allah yang tertulis.

 

 

The same could be said about the Sabbath. You know, we're reviewing some things that we studied previously to set the stage for what we were going to discuss in the next several minutes. The traditions of the elders had burdened the Sabbath and disfigured it. Remember, we studied this, how they disfigured the Sabbath? The Sabbath of the rabbis was not the Sabbath which Jesus created. Yes,  it was the same day, but it was kept in the wrong way. Because it was based on tradition, it was a false Sabbath, a counterfeit Sabbath, a Sabbath of their own creation, based on human tradition.

 

Hal yang sama bisa dikatakan tentang Sabat. Kalian tahu, kita mengulang beberapa hal yang sudah kita pelajari sebelumnya untuk mempersiapkan untuk apa yang akan kita bahas dalam beberapa menit berikutnya. Tradisi para tua-tua telah membebani Sabat dan membuatnya cacat. Ingat, kita sudah mempelajari ini, tentang bagaimana mereka telah membuat Sabat cacat? Sabat para rabi bukanlah Sabat yang diciptakan Yesus. Iya, harinya sama, tetapi dipelihara dengan cara yang salah. Karena itu didasarkan pada tradisi, itu adalah Sabat yang palsu, Sabat tiruan, Sabat ciptaan mereka sendiri berdasarkan tradisi manusia.

 

 

The greatest controversies of Jesus with the Pharisees was over the proper way to keep the Sabbath. Mark 3:1-6 which we looked at previously tells us that Jesus healed a man with a withered hand, and to the Pharisees this was a very serious sin. And yet at that very moment they were laying plans to kill Him. In other words, it was wrong to heal someone with a withered hand, but it was okay to plan to kill a person on the Sabbath.

Thus many traditions had come into the Jewish religion and Jesus rebuked each and every one of them by appealing to the authority of the written Word of God, not oral tradition.

 

Perselisihan yang terbesar Yesus dengan orang-orang Farisi ialah mengenai cara yang tepat memelihara Sabat. Markus 3:1-6 yang sudah kita simak sebelumnya, mengatakan kepada kita bahwa Yesus menyembuhkan seseorang yang tangannya lumpuh, dan bagi orang-orang Farisi itu adalah dosa yang sangat serius. Namun di waktu yang sama mereka sedang membuat rencana untuk membunuh Dia. Dengan kata lain, menyembuhkan seseorang yang lumpuh tangannya itu salah, tetapi membuat rencana untuk membunuh seseorang pada hari Sabat itu tidak apa-apa.

Dengan demikian, banyak tradisi telah masuk ke dalam agama orang Yahudi dan Yesus mencela setiap tradisi tersebut dengan menunjuk ke autoritas Firman Allah yang tertulis, bukan tradisi oral.

 

 

Now because the multitudes followed Jesus He began to have grave troubles with the religious establishment. The religious leaders were losing their flocks because of the teachings of Jesus because Jesus was teaching from the written Word with authority. The scribes were teaching based on tradition, and so the teaching of Jesus had power. The religious leaders did not like the fact that multitudes were following Jesus because they loved His teachings. In Mark 11:18 we find these words, 18 And the scribes and chief priests heard it and sought how they might destroy Him; for they feared Him, because all the people were astonished at His teaching.”

You see, Jesus was popular, and the religious leaders were losing their popularity. The priests (that would be equivalent to the pastors these days), the scribes (would be equivalent to the theologians today), and the elders (equivalent to the administrators today), were filled with rage at the popularity of Jesus. They were losing their authority with the people.

 

Nah, karena orang banyak mengikuti Yesus, Dia mulai mendapat masalah yang serius dari institusi relijius. Para pemimpin rohani kehilangan domba-domba mereka karena ajaran Yesus, karena Yesus mengajar dari Firman Allah yang tertulis dengan autoritas. Para ahli Taurat mengajar berdasarkan tradisi, maka ajaran Yesus punya kuasa. Para pemimpin rohani tidak suka faktanya bahwa banyak orang mengikuti Yesus karena mereka mencintai ajaranNya. Di Markus 11:18 kita menemukan kata-kata ini, 18 Dan ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala mendengar hal itu, dan berusaha bagaimana mereka bisa membinasakan Dia, sebab mereka takut pada-Nya, karena semua orang takjub akan pengajaran-Nya.”

Kalian lihat, Yesus itu populer, dan para pemimpin agama sedang kehilangan popularitas mereka. Imam-imam (ini setara para pendeta zaman sekarang), ahli-ahli Taurat (ini setara para theolog sekarang), dan para tua-tua (setara para pengurus jemaat sekarang), dipenuhi amarah pada popularitas Yesus. Mereka sedang kehilangan autoritas mereka pada masyarakat.

 

 

After Jesus resurrected Lazarus, the Pharisees revealed their true sentiments. We find those sentiments in John 11:47 and 48, and chapter 12:19, it says there, “ 47 Then the chief priests and the Pharisees gathered a council and said, ‘What shall we do? For this Man works many signs. 48 If we let Him alone like this, everyone will believe in Him, and the Romans will come and take away both our place and nation.’…” what was their fear? That if everyone believed in Jesus, the religion of the Jews would be irrelevant, and the Romans would take away their religion and their nation. This was for them a national emergency. Then in chapter 12:19, 19 The Pharisees therefore said among themselves, ‘You see that you are accomplishing nothing. Look, the world has gone after Him!’…”  What was the great fear of the religious leaders in the times of Christ? They feared losing their authority and popularity. They were in fear of losing their church members, if you please. The popularity of Jesus because of what He taught, led the religious leaders to plot His death (Matthew 16:21; 26:3; John 11:53).

 

Setelah Yesus membangkitkan Lazarus, orang-orang Farisi mengungkapkan sentimen mereka yang sesungguhnya. Kita dapatkan sentimen mereka ini di Yohanes 11:47-48 dan 12:19, dikatakan di sana, 47 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan  berkata, ‘Apakah yang harus kita buat? Sebab Orang itu membuat banyak mujizat. 48 Jika kita biarkan Dia, semua orang akan mempercayaiNya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas baik kedudukan kita maupun bangsa kita.’…”  apa yang mereka takutkan? Bahwa jika semua orang mempercayai Yesus, agama orang Yahudi tidak ada artinya lagi dan bangsa Roma akan menghapus agama dan bangsa mereka. Bagi mereka ini adalah kondisi darurat nasional. Kemudian di pasal 12:19,   “…19 Maka kata orang-orang Farisi di antara mereka sendiri, ‘Kamu lihat, bahwa kamu tidak menghasilkan apa-apa. Lihatlah, seluruh dunia sudah mengikuti Dia…”  Apa ketakutan terbesar para pemimpin rohani di zaman Kristus? Mereka takut kehilangan autoritas mereka dan popularitas mereka. Mereka takut kehilangan anggota jemaat mereka, katakanlah demikian. Ketenaran Yesus karena apa yang Dia ajarkan, membuat para pemimpin rohani merencanakan kematiannya  (Matius 16:21; 26:3; Yohanes 11:53).

 

 

Now there were many religious groups or denominations in the days of Christ. There were the Pharisees, the Sadducees, the Herodians, the Zealots, and the Essenes, among others. Although all of these were Jewish sects, and each claimed to have the truth revealed by God, they had contradictory and divergent doctrines. For example the Sadducees did not believe in the resurrection, they did not believe in an afterlife. But the Pharisees believed both. Like the Protestant denominations today, there are divergences of doctrines within the churches. These religious sects despise each other. However, in a national emergency they all came together to get rid of public enemy number one (Matthew 26:57-67). We might say that they all banded together in a great ecumenical movement.  The same day Herod and Pilate became friends according to Luke 23:12, they had been deadly enemies before. And the Sadducees and Pharisees who were theological enemies, laid aside their differences, and joined forces to kill Jesus, according to Luke 23:6 through 8. Even the Herodians and the Pharisees came together, Mark 3:6.

 

Nah, ada banyak kelompok relijius atau denominasi di zaman Kristus. Diantaranya ada golongan Farisi, Saduki, Herodian, Zelot, dan Esines. Walaupun semua mereka ini sekte Yahudi dan masing-masing mengklaim memiliki kebenaran yang dinyatakan oleh Allah, mereka punya doktrin yang bertentangan dan berbeda. Misalnya golongan Saduki tidak percaya pada kebangkitan, mereka tidak percaya ada kelanjutan hidup setelah kematian. Tetapi golongan Farisi mempercayai keduanya. Seperti denominasi-denominasi Protestan sekarang, ada perbedaan dalam doktrin di antara gereja-gereja. Sekte-sekte relijius ini saling membenci. Namun, dalam kondisi darurat nasional mereka semuanya bersatu untuk menyingkirkan musuh publik nomor satu (Matius 26:57-67).  Bisa kami katakan mereka semuanya bersekutu dalam suatu gerakan ekumeni akbar. Hari yang sama Herodes dan Pilatus menjadi teman menurut Lukas 23:12, sebelumnya mereka adalah musuh bebuyutan. Dan golongan Saduki dan Farisi yang adalah musuh theologi, mengesampingkan perbedaan mereka dan bergabung untuk membunuh Yesus, menurut Lukas 23:6-8. Bahkan golongan Herodian dan Farisi, bersatu. Markus 3:6, 6 Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian terhadap Dia, bagaimana mereka bisa membunuhNya.”

 

 

When the preaching of truth causes the religious leaders to lose their authority with their members, they are willing to use extreme measures (Matthew 22:29, 33-35, 46). Do you think that something like this is going to happen again when the Loud Cry comes and multitudes are leaving Babylon? When the Loud Cry is given, when the call is given “come out of her, My people!” the same thing is going to be repeated all over again.

 

Ketika dikhotbahkannya kebenaran membuat para pemimpin rohani kehilangan autoritas mereka pada anggota-anggotanya, mereka siap menggunakan tindakan yang ekstrem (Matius 22:29, 33-35, 46). Menurut kalian apakah sesuatu yang seperti ini akan terjadi lagi ketika Seruan Nyaring datang dan banyak orang berbondong-bondong meninggalkan Babilon? Ketika Seruan Nyaring dikumandangkan, ketika seruan diberikan untuk  “keluarlah darinya, umatKu!” (Wahyu 18:4), hal yang sama akan terulang kembali sekali lagi.

 

 

The leaders could not answer the arguments of Jesus, they could not defeat Jesus with the power of persuasion based on the Word of God, so they resorted to extreme measures. The fact that Jesus was not educated in their schools and yet He knew so much about the Scriptures, filled them with rage. Religious spies were sent by the leaders to constantly watch Jesus in order to find an excuse to nail Him (John 11:57; Luke 6:7; 4:1; 20:20).

The Jews were forbidden by Roman Law to execute the death penalty, so they had to find a way to gain the support of the secular power to be successful in killing Jesus. You see, the church as church could not execute the death penalty according to John 18:31, so they could not fulfill their desires of killing Jesus as a church. So they had to find a way in which they could enlist the Roman state so that the Roman state would do what the church wanted. In other words, the church appealed to the power of the state in order to accomplish their objectives (Matthew 27:1-2). In fact, Jesus was tried first in a religious court and when He was found worthy of death in the religious court, He was taken to the civil power to appeal for His execution (John 18:19-24, 28-31). 

Have you read this in the gospels, what did they do with Jesus after the Sanhedrin was there and they did His religious trial, where did they go? They went to Pontius Pilate because they needed the approval of the state to kill Jesus, because as a church they could not execute the death penalty.

 

Para pemimpin tidak bisa menjawab argumentasi-argumentasi Yesus, mereka tidak bisa mengalahkan Yesus dengan memakai kuasa persuasif berdasarkan Firman Allah, maka mereka beralih ke tindakan ekstrem. Fakta bahwa Yesus tidak dididik di sekolah-sekolah mereka namun Dia tahu begitu banyak tentang Firman Allah, membuat mereka dipenuhi amarah. Mata-mata dikirim oleh para pemimpin untuk senantiasa mengawasi Yesus dengan tujuan mencari alasan untuk menyalahkan Dia. (Yohanes 11:57; Lukas 6:7; 4:1; 20:20)

Menurut Hukum Roma orang Yahudi dilarang mengeksekusi hukuman mati, maka mereka harus mencari jalan untuk mendapatkan dukungan kekuasaan sipil supaya bisa membunuh Yesus. Kalian lihat, gereja sebagai gereja tidak dapat mengeksekusi hukuman mati menurut Yohanes 18:31, jadi sebagai gereja mereka tidak bisa memuaskan keinginan mereka untuk membunuh Yesus. Jadi mereka harus mencari jalan bagamana mereka bisa menggunakan pemerintahan Roma, supaya Pemerintah Roma akan melakukan apa yang diinginkan gereja. Dengan kata lain, gereja memohon kepada kekuasaan negara dengan tujuan mencapai objektif mereka (Matius 27:1-2).  Bahkan,  Yesus lebih dulu diadili dalam pengadilan agama dan ketika Dia didapati layak mati oleh pengadilan agama, Dia dibawa kepada kekuasaan sipil untuk memohonkan eksekusiNya (Yohanes 18:19-24, 28-31).

Pernahkah kalian membaca di kitab-kitab Injil, apa yang mereka lakukan pada Yesus setelah Sanhedrin ada di sana dan mereka mengadakan pengadilan relijiusNya, ke mana mereka pergi? Mereka pergi ke Pontius Pilatus karena mereka membutuhkan persetujuan negara untuk membunuh Yesus, karena sebagai gereja mereka tidak bisa mengeksekusi hukuman mati.

 

 

Is this the same type of thing that happened during the 1260 years of papal supremacy? You know, you say to the papacy, “You know you slew the saints of the Most High.

They say, “No, No! We didn't. It was the state.”

But what happened was, that a trial, a religious trial, was done for the person who was considered a heretic, and the church did not execute that person. What the church did was appeal to the secular power to do what the church wanted.

It's kind of like the story of Elijah that we studied in our last presentation.

 

Apakah hal ini seperti yang terjadi selama 1260 tahun masa kejayaan Kepausan? Kalian tahu, kita berkata kepada Kepausan, “Tahukah kalian, kalian telah membunuh orang-orang saleh Yang Mahatinggi?” Mereka mengatakan, “Tidak, tidak! Bukan kami. Itu pemerintah.”

Tetapi apa yang terjadi ialah, sebuah penghakiman, penghakiman relijius, dikenakan kepada orang yang dianggap bidat, dan gereja tidak mengeksekusi orang itu. Apa yang dilakukan gereja ialah minta kepada kekuasaan sekuler untuk melakukan apa yang diinginkan gereja. Ini mirip kisah Elia yang sudah kita pelajari di presentasi kita yang lalu.

 

 

Now, practically all the accusations leveled against Jesus were based on supposed violations of the first table of the Law, with which Caesar had nothing to do, or even wanted anything to do. (John 18:19-24, 28-31)

What did they accuse Jesus?

ü   Did they accuse Jesus of committing adultery? No!

ü   Did they accuse Jesus of dishonoring His parents? No!

ü   Did they accuse Jesus of killing? No!

ü   Did they accuse Jesus of stealing? No!

ü   Of bearing false witness? No!

ü   Of coveting? No!  

Jesus had violated no civil Laws of Rome. He was innocent in the sight of Rome. So they accused Jesus concerning the first table of the Law.

ü   Was Jesus accused of making Himself God? Yes!  

And what does the first Commandment say?  “You shall have no other gods before Me”.

ü   Was Jesus accused of taking the name of the Lord God in vain? Yes,  He was.

You say when was that? It was when Jesus said “Before Abraham was, I am”. For them, He has taken the name of the Lord God in vain, because He was applying it to Himself.

ü   Was Jesus accused of violating the fourth Commandment, of violating the Sabbath? Yes!  

All of the accusations were accusations concerning the first table of the Law.

 

Nah, praktis semua tuduhan yang dituduhkan Yesus itu berdasarkan pelanggaran-pelanggaran dari loh batu Hukum yang pertama yang tidak terbukti, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Kaisar, dan yang Kaisar bahkan tidak mau berurusan dengannya. (Yohanes 18:19-24, 28-31).

Apa yang mereka tuduhkan Yesus?

ü   Apakah mereka menuduh Yesus berzinah? Tidak!

ü   Apakah mereka menuduh Yesus tidak menghormati orangtuaNya? Tidak!

ü   Apakah mereka menuduh Yesus telah membunuh? Tidak!

ü   Apakah mereka menuduh Yesus telah mencuri? Tidak!

ü   Telah bersaksi dusta? Tidak!

ü   Telah mengingini milik orang? Tidak! 

Yesus tidak melanggar Hukum Sipil Roma. Dia tidak bersalah di pemandangan Roma. Maka mereka menuduh Yesus mengenai loh batu Hukum yang pertama.

ü   Apakah Yesus dituduh menjadikan DiriNya Allah? Ya!

Dan Perintah yang pertama mengatakan apa? “Jangan engkau punya allah lain di hadapanKu.(Keluaran 20:3)

ü   Apakah Yesus dituduh  memakai nama Tuhan Allah sembarangan? Ya.

Kalian berkata, kapan itu? Itu ketika Yesus berkata, “sebelum Abraham ada, Aku selalu ada.” (Yohanes 8:58). Bagi mereka, Dia telah memakai nama Tuhan Allah sembarangan, karena Dia mengaplikasikanNya kepada DiriNya sendiri.

ü   Apakah Yesus dituduh melanggar Perintah keempat, melanggar Sabat? Ya! 

Semua tuduhan adalah mengenai loh batu Hukum yang pertama.

 

 

Is that going to be true about God's remnant at the end of time, are they going to be accused over religious issues rather than over civil issues? Absolutely!

If Jesus had stolen, or killed, or bore false witness, the Roman government could have legitimately condemned Him for a violation of Roman civil Law. But Jesus had broken no civil Law of Rome. At first all accusations against Jesus were of a religious nature.

 

Apakah ini akan terjadi pada umat Allah yang sisa pada akhir zaman, apakah mereka akan dituduh mengenai isu-isu relijius dan bukan isu-isu sipil? Tepat sekali!

Andai Yesus pernah mencuri, atau membunuh, atau bersaksi dusta, Pemerintah Roma bisa secara sah menghukumNya karena melanggar Hukum sipil Roma. Tetapi Yesus tidak melanggar Hukum sipil Roma. Jadi pertama, semua tuduhan terhadap Yesus bersifat relijius.

 

 

Now here comes an interesting detail. When Pilate told the religious leaders that their accusations were of a religious nature and therefore they should judge Him by their ecclesiastical Law, did Pilate say, “You know that everything you're saying here is a violation of your religious Laws, that doesn't have anything to do with me. Go and judge Him according to your Law not according to the Laws of Rome.” 

What happened?  They openly pre-fabricated ~ because they had to find some sin of Jesus against the Roman empire ~ what did they say? “This man forbade to pay taxes to Caesar.” (John 18:19-24, 28-31). Would that be a violation of Roman Law? Absolutely. Was it true? Liars! Jesus had said “render therefore to Caesar that which is Caesar's and to God that which is God's”. They were openly lying.

They also said to him, they said to Pilate, “This man said that He was a king.”

And so Pilate, you know when Pilate hears that Jesus supposedly had said that He was a king, he took Him into his private quarters, because that would have been sedition against the Roman government, to proclaim another king. And so he says to Jesus, “Are You a king?” And Jesus says, “My kingdom is not of this world. If My kingdom were of this world My followers would fight so that I would not be delivered to the Romans.” And after Jesus said that to Pilate, he says, “This man is no risk to the throne of Caesar, He says His kingdom is not of this world. No problem whatsoever.” 

So the accusations of tax evasion, and the accusation of Him proclaiming Himself a king, still did not convince Pilate to condemn Jesus. Three times Pilate stated that the Roman state had found no fault with Jesus (John 19:4, 6; 18:37-38). And you have all of these details in the verses in parentheses. Only the church leaders found fault with Him. His accusers even used or employed what? False witnesses to condemn Him (Matthew 26:60).  

 

Sekarang ini detail yang menarik. Ketika Pilatus memberitahu para pemimpin rohani bahwa tuduhan-tuduhan mereka itu bersifat relijius dan karenanya mereka harus menghakimi Yesus menurut Hukum keagamaan mereka, apakah Pilatus berkata, “Kalian tahu, semua yang kalian katakan di sini adalah pelanggaran atas Hukum keagamaan kalian, ini tidak ada kaitannya dengan saya. Pergilah dan hakimi Dia menurut Hukum kalian, bukan menurut Hukum Roma.”

Apa yang terjadi? Mereka terang-terangan memalsukan ~ karena mereka harus menemukan kesalahan Yesus terhadap kekaisaran Roma ~ apa yang mereka katakan? “Orang ini melarang kita membayar pajak kepada Kaisar.” (Yohanes 18:19-24, 28-31).  Apakah ini menjadi pelanggaran Hukum Roma? Tentu saja. Apakah ini benar? Bohong! Yesus mengatakan Serahkanlah kepada Kaisar barang-barang yang milik Kaisar, dan kepada Allah barang-barang yang kepunyaan Allah.” (Matius 22:21). Mereka terang-terangan berbohong.

Mereka juga berkata kepadanya, kepada Pilatus, “Orang ini mengatakan Dia seorang raja.” Maka Pilatus, ketika mendengar bahwa Yesus dituduh pernah berkata bahwa Dia seorang raja, dia membawa Yesus masuk ke kamar pribadinya, karena memproklamasikan seorang raja yang lain, itu merupakan hasutan untuk memberontak teradap Pemerintah Roma. Maka dia berkata kepada Yesus, “Apakah Engkau seorang raja?” Dan Yesus berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Seandainya Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku akan melawan supaya Aku tidak diserahkan kepada orang Yahudi…”(Yohanes 8:36). Dan setelah Yesus berkata itu kepada Pilatus, dia berkata, “Orang ini bukan ancaman bagi takhta Kaisar, Dia mengatakan kerajaanNya bukan dari dunia ini. Jadi tidak ada masalah.

Maka tuduhan-tuduhan tidak membayar pajak dan bahwa Yesus memproklamasikan Dirinya raja, masih tidak meyakinkan Pilatus untuk menghukum Yesus. Tiga kali Pilatus menyatakan bahwa Pemerintah Roma tidak menemukan kesalahan pada Yesus  (Yohanes 19:4, 6; 18:37-38). Dan semua detailnya ada di ayat-ayat dalam kurung. Hanya para pemimpin rohani yang menemukan kesalahan pada Yesus. Para penuduhNya bahkan memakai jasa apa? Saksi palsu untuk menghukumNya (Matius 26:60).

 

 

The trial of Jesus was a travesty in justice. It violated both Jewish and Roman Law. A question screams for an answer. Why would Pilate, who was representing the civil power, condemn a Man to death whom he had declared innocent three times during His trial? The gospels give us the reason. Pilate feared a tumult. He feared a riot. And there had been riots before of the Jews against the Roman government with Pilate ruling. And so he was at the point where the emperor was not going to put up with Pilate anymore. He says, “I can't afford to have a riot here.” And so he decided that instead of having a riot, he would do what the religious leaders and the multitudes wanted to do. The religious leaders threatened Pilate, telling him that they would accuse him to the emperor and have him removed from office if he did not deliver Jesus to death (John 19:12; Matthew 27:24-25).

Is it just possible at the end of time the religious leaders to gain public favor or to gain votes ~ you know  what The Great Controversy says ~ they will give in to what the churches want, even though they know that it's wrong? Absolutely! The voice of the leaders of the church and their members led Pilate to condemn Jesus. Jesus  could not depend on the protection of civil Laws. His only hope was in God.

 

Pengadilan Yesus merupakan parodi keadilan. Itu melanggar baik Hukum Yahudi maupun Hukum Roma. Suatu pertanyaan menuntut jawaban. Mengapa Pilatus, yang mewakili kekuasaan sipil, menghukum mati Orang yang telah dinyatakannya sendiri tiga kali selama penghakimanNya bahwa Orang itu tidak bersalah? Kitab-kitab injil memberikan alasannya. Pilatus takut keributan. Dia takut muncul kerusuhan. Sudah pernah ada kerusuhan dari orang Yahudi terhadap Pemerintah Roma di masa kepemimpinan Pilatus. Maka dia sedang berada di tempat di mana Kaisar tidak akan bersabar terhadap Pilatus lagi. Dia berkata, “Aku tidak bisa mengambil resiko terjadi kerusuhan lagi di sini.” Maka dia memutuskan supaya tidak terjadi kerusuhan, dia akan melakukan apa yang diinginkan para pemimpin rohani dan massa. Para pemimpin rohani mengancam Pilatus, mengatakan padanya bahwa mereka akan menuduhnya di hadapan Kaisar dan membuat dia dipecat dari jabatannya jika dia tidak menyerahkan Yesus untuk dihukum mati (Yohanes 19:12; Matius 27:24-25).

Apakah ada kemungkinan di akhir masa para pemimpin rohani demi mengambil hati atau mendapatkan suara ~ kalian tahu apa yang dikatakan Great Controversy ~ mereka akan menyerah kepada apa yang diinginkan gereja-gereja, walaupun mereka tahu itu salah? Tentu saja! Suara para pemimpin gereja dan anggota-anggotanya membuat Pilatus menghukum Yesus. Yesus tidak bisa mengandalkan perlindungan Hukum sipil. Satu-satunya harapanNya adalah pada Allah.

 

 

Satan exerted his influence upon a threefold union: Pilate, Judas, and Caiaphas (Luke 22:53; John 13:2; 6:70; 8:44). It is no coincidence that Jesus called Judas the “son of perdition” (John 17:12), the very name that is given to the papacy in 2 Thessalonians 2:3 and 4. The process of Jesus’ condemnation is important. Judas was one of the inside circle. He was not an outsider. He was someone that claimed to be a follower of Jesus, and a supporter of Jesus. But he was actually working to undermine Christ. The process of Jesus’ condemnation is important. Judas, one of the inside circle delivered Jesus into the hands of the religious power. And the religious power delivered Jesus into the hands of the secular power to be killed (Luke 22:1-6; Matthew 26: 14-16).

You know, it's very common today for Christians to say the Muslims are the enemies of Christians, isn't that true? Communism or socialism is the enemy of the church. And they don’t realize that Bible prophesy says that the church is going to be the enemy of God’s faithful remnant. Just like Judas was an insider, in the same way at the end of time those who will be opposed to the remnant church, are those who claim to be religious.

 

Setan memasukkan pengaruhnya pada persekutuan segitiga: Pilatus, Yudas, dan Kayafas (Lukas 22:53; Yohanes 13:2; 6:70; 8:44) . Bukan kebetulan Yesus menyebut Yudas anak kebinasaan(Yohanes 17:12), sebutan yang sama yang diberikan kepada Kepausan di 2 Tesalonika 2:3-4. Proses penghukuman Yesus itu penting. Yudas itu berasal dari lingkaran dalam murid-murid Yesus. Dia bukan orang luar. Dia adalah seseorang yang mengklaim sebagai pengikut Yesus dan pendukung Yesus. Tetapi sesungguhnya dia bekerja untuk menjatuhkan Kristus. Proses penghukuman Yesus itu penting. Yudas berasal dari lingkaran dalam Yesus yang menyerahkan Yesus ke tangan penguasa agama. Dan penguasa agama menyerahkan Yesus ke tangan penguasa sekuler untuk dibunuh (Lukas 22:1-6; Matius 26: 14-16). Kalian tahu, sekarang ini orang Kristen biasa mengatakan bahwa Muslimlah musuh Kristen, tidakkah begitu? Komunisme atau sosialisme itu musuh gereja. Dan mereka tidak menyadari nubuatan Alkitab mengatakan bahwa gerejalah yang akan menjadi musuh umat sisa Allah yang setia. Sama seperti Yudas itu orang dalam, dengan cara yang sama di akhir masa mereka yang melawan gereja yang sisa adalah mereka yang mengklaim relijius.

 

 

The enemy of Jesus par excellence was the supreme pontiff Caiaphas. You say, “Well, is he called the supreme pontiff?” Yes!  Pontifex Maximus. He was the one who gave the death decree against Jesus (Luke 22:1-6; Matthew 26: 14-16), and it was he who said that getting rid of Jesus would keep the nation from falling apart and being destroyed by the Romans (John 11:48). Is that argument going to be used again: “It's necessary for one man to die and that the nation not perish”? Yeah, it's going to be said in the United States of America. Many of the religious leaders would have accepted Jesus because they knew that He was telling the truth but they did not receive Him for fear of losing the religious stature and influence over the people (see John 12:42-43).

 

Musuh Yesus yang tiada tandingannya adalah pontif (kepala agama) tertinggi Kayafas. Kalian berkta, “Nah, apakah dia disebut pontif tertinggi?” Ya! Pontifex Maximus (gelar yang sama yang dimiliki Paus). Dialah yang mengeluarkan perintah untuk membunuh Yesus (Lukas 22:1-6; Matius 26: 14-16) dan dialah yang mengatakan bahwa menyingkirkan Yesus akan mencegah bangsa itu dari kehancuran dan dibinasaskan oleh bangsa Roma (Yohanes 11:48). Apakah argumentasi itu akan dipakai lagi? “bahwa lebih berguna bagi kita jika satu orang harus mati untuk bangsa ini, dan bukan seluruh bangsa kita ini yang harus binasa” (Yohanes 11:50). Iya, itu akan diperdengarkan di Amerika Serikat. Banyak pemimpin rohani mau menerima Yesus karena mereka tahu bahwa Dia bicara kebenaran, tetapi mereka tidak berani menerimaNya karena takut kehilangan kedudukan relijiusnya dan pengaruhnya pada masyarakat (Yohanes 12:42-43).

 

 

The religious leaders influenced a willingly blind people to cry out for the blood of Jesus (Matthew 27:20). Because the people had a blind respect for their leaders, they submitted to the teachers of their leaders, and to their will.  What led primarily to the hatred against Jesus was that He was unwilling to take over the political system of the world of that time. He refused to take the throne and to govern politically. This was the same temptation that Jesus faced in the wilderness when Satan offered Jesus all the kingdoms of the world, if He would just worship him for a moment. It was the same temptation that came to Jesus when Judas, the crowd instigated by Judas, attempted to take Him by force to make Him a king (John 6:15). Jesus totally separated church and state (John 18:36-37; Matthew 26:51-53; Luke 9:54-56; 20:35). He said, “My kingdom is not of this world”. So how many kingdoms did Jesus recognize? He recognized two kingdoms:

1.   “My kingdom”

2.   and the kingdom of the world.

Jesus said, “render therefore to Caesar that which is Caesar's” ~ that's the civil power; “and to God the things that are God's”. In other words, we owe a duty to Caesar, and we owe a duty to God.

 

Para pemimpin rohani mempengaruhi rakyat yang rela dibutakan supaya berteriak menuntut darah Yesus (Matius 27:20). Karena rakyat menghormati secara buta para pemimpin mereka, mereka menurut kepada guru-guru pemimpin mereka, dan tunduk pada kehendak mereka. Apa yang terutama menyebabkan kebencian pada Yesus ialah Dia tidak mau mengambil alih sistem politik dunia pada waktu itu. Dia menolak merebut takhta dan memerintah secara politis. Ini adalah pencobaan yang sama yang dihadapi Yesus di padang gurun ketika Setan menawari Yesus semua kerajaan dunia, asal Dia mau menyembahnya sebentar saja. Itu adalah pencobaan yang sama yang datang ke Yesus ketika massa yang digerakkan oleh Yudas berusaha memaksa untuk menobatkan Dia menjadi raja (Yohanes 6:15). Yesus sama sekali memisahkan antara gereja dengan negara (Yohanes 18:36-37; Matius 26:51-53; Lukas 9:54-56; 20:35). Dia berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yohanes 18:36). Jadi sekarang Yesus mengakui ada berapa kerajaan? Dia mengakui ada dua kerajaan:

1.   “KerajaanKu”.

2.   Dan kerajaan dunia.

Yesus berkata, Serahkanlah kepada Kaisar barang-barang yang milik Kaisar…”  ini kekuasaan sipilnya,   “…dan kepada Allah barang-barang yang kepunyaan Allah…” (Matius 22:21), dengan kata lain kita punya kewajiban kepada Kaisar, dan kita punya kewajiban kepada Allah.

 

 

Now let's give an example.

v   When it comes to finances, what do we owe to God? Our tithes.

v   When it comes to the government, we don't like it, right? But when it comes to the government, what do we owe the government? Our taxes.

Is it proper to take the church's tithes to give to the civil power, or take the taxes of the civil power to support the church? No! We're supposed to render to Caesar when it's Caesar's; to God when it’s God’s; and not mingle the two. Because when you mingle the church with the state, you are committed to the power of the state.

The Jews would have gladly accepted Jesus if He had taken over the reins of the civil power. But Jesus said, No! “My kingdom is not of this world”. Jesus realized that the only way in which the state could be transformed was if the principles of His kingdom were planted in the human heart.

 

Sekarang contohnya.

v   Bila berkaitan dengan finansial, apa utang kita kepada Allah? Persepuluhan kita.

v   Bila berkaitan dengan Pemerintah ~ kita tidak menyukainya, bukan? ~ tapi bila berkaitan dengan Pemerintah, apa utang kita kepada Pemerintah? Pajak kita.

Apakah benar mengambil persepuluhan gereja untuk memberikannya kepada kekuasaan sipil, atau mengambil uang pajak dari kekuasaan sipil untuk mendukung gereja? Tidak! Kita harus menyerahkan kepada Kaisar bila itu milik Kaisar, dan kepada Allah bila itu milik Allah; dan tidak mencampur keduanya. Karena bila kita mencampur gereja dengan negara, kita terikat ke kekuasaan negara.

Orang Yahudi akan menerima Yesus dengan senang hati andaikan Dia mau mengambil alih pimpinan kekuasaan sipil. Tetapi Yesus berkata, Tidak! “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Yesus menyadari satu-satunya jalan negara bisa diubahkan ialah jika prinsip-prinsip kerajaanNya ditanamkan di hati manusia.

 

 

In reality Jesus was a king of a spiritual kingdom of grace. But He could not yet take over the kingdom of glory. As I mentioned in one of the previous lectures,

Ø    Jesus was anointed (Matthew 26:2) was He not, like kings were anointed? Yes!  

Ø    Did He have a triumphal procession to where He was going to be crowned? (Luke 19:37-38) Absolutely!

Ø    Was He crowned? Yeah, really strange crown, a crown of thorns (John 19:2, 3).

Ø    Did He wear a king's robe? (John 19:2; Mark 15:17). They dressed Him in purple. 

Ø    Did they put a reed in His right hand which would be equivalent to the scepter? (Matthew 27:29) Yes!

Because when they gave Him the reed, they bowed before Him, and rendered Him homage as a king.

Ø    He was introduced by Pilate, “Behold, your king!” (Matthew 27:11).

Ø    His royal throne was a cross (Matthew 27:31-37).

Ø    And He even had a royal inscription above His throne or the cross, which said, “Jesus of Nazareth, the king of the Jews” (John 19:19).

He was a Jew, He was a king, but He was not a king of the kingdom of glory, but of the kingdom of grace (Luke 17:21). But the Jews wanted Him to become a king of the secular power, they wanted Him to take over the secular power.

 

Dalam kenyataannya Yesus memang seorang raja dari kerajaan spiritual kasih karunia. Dia belum bisa mengambil alih kerajaan kemuliaan. Seperti yang saya sebutkan dalam salah satu ceramah,

Ø    Yesus diurapi (Matius 26:2), bukankan Dia diurapi seperti raja-raja diurapi? Ya! 

Ø    Apakah Dia mengalami prosesi kebesaran ke mana Dia akan dimahkotai? (Lukas 19:37-38). Tentu saja!

Ø    Apakah Dia dimahkotai? Ya, mahkota yang ajaib pula, mahkota dari duri (Yohanes 19:2, 3).

Ø    Apakah Dia mengenakan sebuah jubah raja? (Yohanes 19:2; Markus 15:17)

Mereka memberiNya pakaian berwarna ungu. 

Ø    Apakah mereka meletakkan sebatang buluh di tangan kananNya yang setara dengan tongkat raja? (Matius 27:29)  Ya!

Karena ketika mereka memberikan buluh itu kepadaNya, mereka membongkok memberi hormat di hadapanNya, dan memberiNya penghormatan seperti kepada raja.

Ø    Pilatus memperkenalkanNya “Lihat, Rajamu!” (Matius 27:11).

Ø    Takhta kerajaanNya ialah sebuah salib (Matius 27:31-37).

Ø    Dan bahkan Dia punya tulisan di atas takhtaNya atau di salib yang bunyinya, “Yesus dari Nazaret, raja orang Yahudi” (Yohanes 19:19).

Dia seorang Yahudi, Dia seorang raja, tetapi Dia bukan raja kerajaan kemuliaan, melainkan kerajaan kasih karunia (Lukas 17:21). Tetapi orang Yahudi mau Dia menjadi raja kekuasaan sekuler, mereka mau Dia mengambilalih kekuasaan sekuler.

 

 

But before the people could belong to the kingdom of glory, the kingdom of God had to be in their hearts. The principles of Christ's kingdom had to be implanted in the life. Jesus rejected the throne of worldly glory, which in a few centuries the Antichrist would accept. This is the reason why the Jewish leadership and the multitudes ~ now, this is very important ~ chose Barabbas instead of Jesus. Barabbas personified their aspirations far better than Jesus. Do you know who Barabbas was and what his crime was? It was a crime of sedition, the gospels say. Sedition against whom? Against the Roman government. He was a guerrilla fighter. He wanted to overthrow the Roman government. And the Jews, that's what they wanted, that's why they said, “We like Barabbas better than what we like Jesus.” Barabbas wanted an earthly kingdom and caused an insurrection and a sedition against the Roman government. If Jesus had done this, He would have been accepted as their  Messiah.

 

Tetapi sebelum manusia bisa masuk dalam kerajaan kemuliaan, kerajaan Allah harus lebih dulu ada di hati mereka. Prinsip-prinsip kerajaan Kristus harus ditanamkan dalam hidup. Yesus telah menolak takhta kemuliaan duniawi, yang beberapa abad kemudian diterima oleh si Antikristus. Inilah alasannya mengapa para pemimpin Yahudi dan orang banyak ~ nah, ini sangat penting ~ memilih Barabbas dan bukan Yesus. Barabbas mempersonifikasikan aspirasi mereka jauh lebih baik daripada Yesus. Tahukah kalian siapa Barabbas dan apa kejahatannya? Kejahatan menghasut, kata kitab-kitab injil. Menghasut terhadap siapa? Terhadap pemerintahan Roma. Dia seorang pejuang gerilya, dia mau menjatuhkan pemerintah Roma. Dan orang-orang Yahudi, itulah yang mereka inginkan, itulah mengapa mereka berkata, “Kami lebih menyukai Barabbas daripada Yesus!” Barabbas menginginkan suatu kerajaan duniawi dan menimbulkan kerusuhan dan pemberontakan terhadap pemerintah Roma. Seandainya Yesus mau melakukan itu, Dia akan mereka terima sebagai Messias mereka.

 

 

When the Jews said, “We have no king but Caesar!” they withdrew from the theocracy. God was no longer their king. That was a critical moment. When Pilate brings Jesus and Barabbas and he puts them side by side, and he says, “Behold your king!” Was Jesus their king? Did Jesus want to be their king? Yes!  But what did the leadership and the populace say? “We have no king but Caesar!”, they rejected the King of kings and they accepted the kingdom of the secular power. They chose a murderer and an evil doer in place of the holy Son of God. (John 18:29-30).

Is this going to happen again in the end time? You’d better believe it.

 

Ketika orang Yahudi berkata, “Kami tidak punya raja selain Kaisar!” (Yohanes 19:15) mereka menarik diri dari theokrasi. Allah tidak lagi menjadi raja mereka. Ini momen yang kritis. Ketika Pilatus membawa Yesus dan Barabbas keluar dan menempatkan mereka berdampingan dan dia berkata, “Lihat, ini Rajamu!” (Yohanes 19:14). Apakah Yesus Raja mereka? Apakah Yesus mau menjadi Raja mereka? Ya! Tetapi apa yang dikatakan para pemimpin dan masyarakat? “Kami tidak punya raja selain Kaisar!” mereka menolak Raja segala raja, dan mereka menerima kerajaan kekuasaan sekuler. Mereka memilih seorang pembunuh dan pelaku kejahatan di tempat Anak Allah yang suci (Yohanes 18:29-30).

Apakah ini akan terjadi lagi di akhir masa? Percayalah!

 

 

The Jews were offered two possible kingdoms:

1.    Barabbas who would bring salvation from the Romans (Luke 23:18-19)

2.    and Jesus who would deliver them from the bondage of sin.

They made a fatal choice.

 

Bangsa Yahudi ditawari dua kerajaan:

1.    Barabbas yang akan membawa pembebasan dari bangsa Roma (Lukas 23:18-19).

2.    Dan Yesus yang akan menyelamatkan mereka dari belenggu dosa.

Mereka membuat pilihan yang fatal.

 

 

In an ironic twist ~ now, notice this, what did they believe? They believed that by getting Rome to kill Jesus the nation would be saved. But by getting Rome to kill Jesus, they caused what they wish to prevent. Let's go to the bottom of page 280. In an ironic twist, the Jewish nation was destroyed by the very power they had used to kill Jesus, the Roman empire (Luke 19:41-44;  21:20). What they thought to accomplish by killing Jesus, fell back upon them. The civil power they had used for their purposes, became their destroyer.

Let me ask you, are the kings of the earth going to rise against the harlot at the end of time that they fornicated with, and they're going to hate the harlot? See, that's the end time fulfillment. But it's no longer one king, it is the kings of the whole world that will hate the harlot. And they will make her desolate and naked. And they will eat her flesh, and burn her with fire. That's a way of saying that they're really going to be mad at her.

What they feared would happen if they did not kill Jesus, happened because they killed Him. The very nation they used to destroy Jesus took away their nation and place.

 

Secara ironis ~ nah, simak ini, apa yang mereka yakini? Mereka meyakini bahwa dengan membuat Roma membunuh Yesus, bangsa Yahudi akan selamat. Tetapi dengan membuat Roma membunuh Yesus mereka justru menimbulkan apa yang ingin mereka cegah. Mari ke bagian bawah hal. 280. Secara ironis, bangsa Yahudi dihancurkan oleh kuasa yang sama yang mereka pakai untuk membunuh Yesus: kekaisaran Roma (Lukas 19:41-44;  21:20). Apa yang mereka sangka bisa mereka capai dengan membunuh Yesus, justru berbalik merugikan mereka. Kekuasaan sipil  yang mereka pakai untuk tujuan tersebut, menjadi kuasa yang menghancurkan mereka.

Coba saya tanya, apakah raja-raja bumi akan bangkit melawan si perempuan pelacur pada akhir masa, dengan siapa mereka telah berzinah, dan mereka akan membenci perempuan pelacur itu? Lihat, itulah penggenapan akhir masa. Tetapi waktu itu bukan hanya satu raja, melainkan raja-raja seluruh dunia yang akan membenci perempuan pelacur itu. Dan mereka akan membuatnya terlantar, dan telanjang. Mereka akan makan dagingnya, dan membakarnya dengan api. Itu cara mengatakan bahwa mereka benar-benar akan murka padanya.

Apa yang mereka takutkan akan terjadi jika mereka tidak membunuh Yesus, justru terjadi sungguh karena mereka membunuhNya. Bangsa yang sama yang mereka pakai untuk membunuh Yesus, melenyapkan bangsa mereka dan tempat mereka.

 

 

Have you ever read those statements in the Spirit of Prophecy where Ellen White states that “national apostasy leads to national ruin”? And she's saying it in the context of the national Sunday Law. When the United States enacts a Sunday Law and enforces it, and persecutes those who do not abide by that human Law, contrary to the Law of God; at that very moment, the nation will have committed apostasy, national apostasy, and that national apostasy will lead ~ like to the Jewish nation ~ it will lead to national ruin.

 

Pernahkah kalian membaca pernyataan-pernyataan di Roh Nubuat di mana Ellen White menyatakan bahwa “kemurtadan nasional mengakibatkan kehancuran nasional”? Dan dia mengatakannya dalam konteks Undang-undang Hari Minggu Nasional. Ketika Amerika Serikat menetapkan sebuah Undang-undang Hari Minggu dan memaksakannya, dan mempersekusi mereka yang tidak menuruti Hukum manusia tersebut yang bertentangan dengan Hukum Allah; pada saat itulah, bangsa itu telah melakukan kemurtadan, kemurtadan nasional, dan kemurtadan nasional itu akan mengakibatkan ~ seperti pada bangsa Yahudi ~ itu akan mengakibatkan kehancuran nasional.

 

 

Now let's go to our next section, Reviving the Experience of Jesus. The greatest enemies of God's people throughout the course of history have not been outsiders but insiders. Let me ask you, did Cain and Abel both claim to serve God and to worship God? Absolutely! Did Cain really worship God? He claimed to. But did he worship God in his own way? Yes,  he did. Did Abel obey God and worship God the way that God had commanded? Absolutely! And when Abel received God's blessing what happened with Cain? Cain got furious and he killed his brother.

So let me ask you, was the original controversy over keeping God's command and worship? And Cain even received a mark. There you have the first hint of the Mark of the Beast.

And by the way, at the end of time, those who receive the Mark of the Beast, do you know what's going to happen? It will be a sign of protection, that means that Babylon will protect them. But what would you rather have, the protection of the Beast, or would you have the seal of God and the protection of God? That choice is very easy, folks.

 

Nah, mari kita ke bagian berikutnya, Menghidupkan Kembali Pengalaman Yesus. Musuh terbesar umat Allah sepanjang sejarah bukanlah orang-orang luar, melainkan orang-orang dalam. Coba saya tanya, apakah Kain dan Habel sama-sama mengklaim menyembah Allah dan beribadah kepada Allah? Tepat sekali! Apakah Kain benar-benar beribadah kepada Allah? Dia mengklaim begitu. Tetapi apakah dia beribadah kepada Allah dengan caranya sendiri? Ya, benar. Apakah Habel mematuhi Allah dan beribadah pada Allah menurut cara yang diperintahkan Allah? Benar sekali! Dan ketika Habel menerima berkat Allah apa yang terjadi dengan Kain? Kain murka dan dia bunuh saudaranya.

Jadi coba saya tanya, apakah perselisihan yang asli itu mengenai pemeliharaan perintah Allah dan ibadah?

Dan Kain bahkan menerima sebuah tanda. Di sana kita melihat pertama kalinya disebut tentang Tanda Binatang. Dan di akhir masa, mereka yang menerima Tanda Binatang, tahukah kalian apa yang akan terjadi pada mereka? Itu adalah sebuah tanda proteksi, artinya Babilon akan melindungi mereka. Tetapi lebih baik punya apa, proteksi Binatang atau Meterai Allah dan proteksi Allah? Pilihannya sangat mudah, Saudara-saudara.

 

 

Let me ask you

v   who was it that persecuted the prophets of God during the Old Testament period?

It was the people that the prophets were sent to. It was not the Babylonians, the Egyptians, or any other nation, secular nation. It was actually the people to whom the prophets were sent, were the ones that persecuted the people prophets.

Let me ask you,

v   who is it that led to the crucifixion of Jesus?

It was the nation, the religious nation that Jesus came to. It was not some outside power, it was the church of the day that persecuted Jesus.

v   Who persecuted the faithful of God during the 1260 years?

During the 1260 years it was the papal church that persecuted the saints of the Most High according to Daniel 7:25 as well as parallel verses in Revelation chapter 13.

So you have some who claimed to serve God, persecuting others who are truly serving God.

 

Coba saya tanya,

v   Siapa yang mempersekusi nabi-nabi Allah di zaman Perjanjian Lama?

Yaitu orang-orang kepada siapa nabi-nabi itu diutus. Bukan bangsa Babilon atau Mesir, atau bangsa lainnya, bangsa sekuler. Justru orang-orang kepada siapa nabi-nabi itu diutus, merekalah yang mempersekusi para nabi.

Coba saya tanya,

v   Siapa yang mengakibatkan penyaliban Yesus?

Itu adalah bangsa yang relijius yang didatangi Yesus. Itu bukan kekuasaan dari luar, itu adalah gereja di zaman itu yang mempersekusi Yesus.

v   Siapa yang mempersekusi umat setia Allah selama 1260 tahun?

Selama 1260 tahun, gereja Kepausan yang mempersekusi orang-orang saleh Yang Mahatinggi menurut Daniel 7:25, dan ayat-ayat paralel di Wahyu pasal 13.

Jadi mereka yang mengklaim beribadah kepada Allah, mempersekusi yang lain yang benar-benar beribadah kepada Allah.

 

 

But of course at the end time, the enemies of the church are going to be the Muslims, the Buddhists, the secular individuals in the world, the socialists, the communists, are going to be the enemies of the church, you’d think? No! The pattern is the same from the beginning till the end. Cain and Abel, the prophets, Jesus, the church during the 1260 years, it is always the established church that ends up persecuting those who are faithful to God.

v   The Father sent Jesus to His own and they received Him not, they killed Him (John 1:11).

v   Judas was an insider as I mentioned, who betrayed Jesus to His enemies.

v   Jesus sent Stephen and other messengers to the Jewish nation after the death of Jesus, and they stoned them, and they killed them (Matthew 23:34; Acts 7)

v   Even after the death of Christ messengers were sent.

For example, Saul of Tarsus.

You know, did Saul of Tarsus claim to be a follower of God? Did he claim to have the true religion? But what did he do? He persecuted those who were faithful to Jesus Christ.

v   Likewise the apostate Christian church in the Middle Ages persecuted God's faithful people, and slaughtered them by the millions.

In fact the process which the Inquisition followed ~ for those who have studied the Inquisition ~ during this period was very similar to the one that the Jewish Sanhedrin followed in the condemnation of Jesus. Just read about the martyrdom of John Huss.

John Huss was a priest in Prague, it used to be Czechoslovakia. And you know he was teaching that we need to trust in Jesus. He denounced the corruption of the established church, of the Roman Catholic church at that time. He didn't win any friends. And so the pope said, “You know, we need to bring this guy, and we need to have a trial for him.” And so the emperor Sigismund promised John Huss that he would give him safe conduct from Prague down to Constance in southern Germany. And even though the friends of Huss told him, “Don't go, because you know, the emperor is not going to keep his word”, he decided to go anyway. And the minute that he arrived, he was put in prison where he spent months in prison before any due process. Finally, he was taken to the cathedral for a religious trial and they actually said, “Did you teach this? Did you teach that? Did you write this? Did you write that?” When he said, “Yes!”  they said, “This man is worthy of death.” This is an ecclesiastical trial. But did the church actually kill John Huss? No! They needed the endorsement of whom? Of the emperor. And so they went to the emperor and they said to Sigismund, “You know, this man is teaching heresy. The church has decided that he teaches heresy, so you need to give a decree for him to be slain, for him to be killed.” And Sigismund said, “But wait a minute, I gave him safe conduct, I promised that he would be able to go back to Prague safe and sound.” And they said, “Oh, but you don't have to keep your word with heretics.” And so John Huss was delivered to the secular power and he was burned alive. That's the way the mechanism worked.

 

Tetapi tentu saja pada akhir masa, musuh-musuh gereja adalah orang-orang Muslim, Buddhis, individu-individu sekuler di dunia, orang-orang sosialis, orang-orang komunis, mereka yang menjadi musuh-musuh gereja, kalian sangka begitu? Tidak! Polanya tetap sama dari awal hingga akhir. Kain dan Habel, para nabi, Yesus, gereja selama 1260 tahun, selalu gereja yang didukung pemerintah yang akhirnya mempersekusi mereka yang setia kepada Allah.

v   Allah Bapa mengutus Yesus kepada bangsaNya sendiri, dan mereka tidak menerimaNya, mereka membunuhNya (Yohanes 1:11).

v   Yudas adalah orang dalam, seperti yang sudah saya katakan, yang mengkhianati Yesus kepada musuh-musuhNya.

v   Yesus mengutus Stefanus dan beberapa utusan lainnya kepada bangsa Yahudi setelah kematian Yesus, dan mereka merajam orang-orang itu, dan membunuh mereka (Matius 23:34; Kisah 7)

v   Bahkan setelah kematian Kristus, utusan-utusan masih dikirim.

Misalnya, Saulus dari Tarsus.

Kalian tahu apakah Saulus dari Tarsus mengklaim sebagai pengikut Allah? Apakah dia mengklaim mengikuti agama yang benar? Tetapi apa yang dia lakukan? Dia mempersekusi mereka yang setia kepada Yesus Kristus.

v   Begitu juga dengan gereja Kristen yang murtad di zaman Abad Pertengahan yang mempersekusi umat Allah yang setia,  dan membunuh jutaan dari mereka.

Bahkan proses Inkuisisi mengikuti ~  bagi mereka yang telah mempelajari Inkuisisi ~ selama periode ini keadaan sangat mirip dengan yang dilakukan Sanhedrin Yahudi dalam menghakimi Yesus. Baca saja tentang kematian syahid John Huss.

John Huss adalah seorang imam di Praha, dulu namanya Tsekoslovakia. Dan kalian tahu, dia mengajarkan bahwa kita perlu mempercayai Yesus. Dia mencela korupsi yang terjadi di dalam gereja yang didukung pemerintah, gereja Roma Katolik pada masa itu. Dia tidak memenangkan teman. Maka Paus berkata, “Kalian tahu, kita perlu membawa orang ini kemari, dan kita perlu mengadili dia.” Maka kaisar Sigismund menjanjikan John Huss bahwa dia akan menjamin perjalanan yang aman dari Praha sampai ke Konstanz di Jerman selatan. Dan walaupun teman-teman Huss memberitahu dia, “Jangan pergi, karena si kaisar tidak akan memegang janjinya”, tetapi dia memutuskan untuk tetap pergi. Dan begitu dia tiba, dia dijebloskan ke dalam penjara, di mana dia menghabiskan waktu berbulan-bulan sebelum dia disidang. Akhirnya, dia dibawa ke katedral untuk diadili secara agama. Dan mereka berkata, “Apakah kamu mengajarkan ini? Apakah kamu mengajarkan itu? Apakah kamu menulis ini? Apakah kamu menulis itu?” Dan ketika dia menjawab “Ya”, mereka berkata, “Orang ini layak mati.” Ini di pengadilan agama. Tetapi apakah gereja benar-benar membunuh John Huss? Tidak!  Mereka membutuhkan persetujuan siapa? Kaisar. Maka mereka datang ke kaisar dan mereka berkata kepada Sigismund, “Orang ini mengajarkan ajaran bidat. Gereja sudah menetapkan bahwa dia mengajarkan yang bidat, maka Raja perlu mengeluarkan titah supaya dia dihabisi, supaya dia dibunuh.” Dan Sigismund berkata, “Tapi tunggu dulu, saya sudah menjanjikan jaminan perjalanan yang aman, saya berjanji bahwa dia bisa pulang ke Praha dengan aman dan selamat.” Dan mereka berkata, “Oh, kalau sama orang-orang bidat Raja tidak perlu memegang janji.” Maka John Huss diserahkan kepada kekuasaan sekuler dan dia dibakar hidup-hidup. Begitulah cara kerja mekanismenya.

 

 

Is that the same as what happened with Jesus? A religious trial by the Sanhedrin and then delivered to the secular power to be destroyed.

In the Inquisition the accused ~ and this is just a review ~ was taken first before a religious court, and tried there. Witnesses were not allowed to defend the accused’s case. Torture was employed to force the accused to confess his in quotation marks “crimes”. The defendant's goods were confiscated, and the sentence of death was pronounced. The accused was then delivered to the secular power to be destroyed. This is the identical process the church of Christ, they followed in condemning Jesus. Jesus  repeatedly told His disciples that they would repeat the scenes of His life. You have many texts here that are in parentheses where Jesus says, “What I went through, you are going to go through as well.” (John 15:18-19; 16:1-2; 17:14-20; Luke 21:12-17; Mark 13:5-14)

Revelation 12:1 to 5 describes Satan's attempt to kill Jesus and then in chapter 12:6 and verse 14 as well as verse 17 we have a description of his attempt to kill the remnant of God.

 

Apakah ini sama dengan yang terjadi pada Yesus? Dihakimi di pengadilan agama oleh Sanhedrin, dan kemudian diserahkan kepada kekuasaan sekuler untuk dihabisi.

Di Inkuisisi, si tertuduh ~ ini hanya pengulangan ~ pertama dibawa ke hadapan pengadilan agama, dan diadili di sana. Saksi-saksi tidak diizinkan membela kasus si tertuduh. Siksaan dikenakan untuk memaksa si tertuduh mengakui dalam tanda kutip “kejahatan”nya. Harta si tertuduh disita, dan dijatuhi vonis hukuman mati. Tertuduh kemudian diserahkan kepada kekuasaan sekuler untuk dihabisi. Ini adalah proses yang identik yang diikuti gereja Krisus, dalam menghukum Yesus. Yesus berulang-ulang berkata kepada murid-muridNya, bahwa adegan-adegan dalam hidupNya ini akan terulang lagi. Ada banyak ayat di sini dalam kurung di mana Yesus berkata, “Apa yang pernah Aku alami, kamu juga akan mengalaminya.” (Yohanes 15:18-19; 16:1-2; 17:14-20; Lukas 21:12-17; Markus 13:5-14).

Wahyu 12:1-5 menggambarkan usaha Setan untuk membunuh Yesus, kemudian di pasal 12:6, 14, juga 17, ada deskripsi usaha Setan untuk membunuh umat Allah yang sisa.

 

 

The greatest enemies of God's people in the last days will be others who profess to serve Jesus Christ. In persecuting the people of God, those who claim to serve God will feel that they by persecuting the faithful, they are doing God a favor. Notice John 16:1-2 Jesus expressed the principle, He said to His disciples, 1 These things I have spoken to you, that you should not be made to stumble. They will put you out of the synagogues…”  at the end of time its “churches”, “… They will put you out of the synagogues, yes, the time is coming that whoever kills you will think that he offers God service.” Wow!

 

Musuh terbesar umat Allah di akhir masa ialah orang-orang lain yang mengaku beribadah kepada Yesus Kristus. Dalam mempersekusi umat Allah, mereka yang mengklaim menyembah Allah akan merasa bahwa mereka berbuat kebaikan untuk Allah dengan mempersekusi orang-orang yang setia. Simak Yohanes 16:1-2, Yesus memberikan prinsipnya, Dia berkata kepada murid-muridNya, 1 Hal-hal ini telah Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan jatuh. 2 Mereka akan mengeluarkan kamu dari sinagog-sinagog…”  di akhir masa itu “gereja-gereja”, “…2 Mereka akan mengeluarkan kamu dari sinagog-sinagog, ya,  akan datang saatnya bahwa siapa pun yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.” Wow!

 

 

Now let's continue here. The United States of America is the greatest nation in the history of the world, not because it has more people, not because it has the greatest military, not because it has the greatest economic prosperity, it is great because of the principles upon which this nation was founded, the First Amendment to the Constitution guarantees three rights to citizens:

1.    the first right is “congress shall make no Law respecting the establishment of religion”.

In other words, congress cannot make any Law that establishes any religious observance.

So let me ask you, would a national Sunday Law be a violation of the first clause of the First Amendment? Yes!  Because it would be establishing by Law in congress the observance of Sunday, as a religious observance; it would clearly be unconstitutional.

So the first right is, this right of the government not establishing any religious observance.

2.    Here's the second right: “nor prohibiting the free exercise thereof”.

In other words, the government cannot write any Law, the congress cannot write any Law that forbids you from practicing your religion.

So it cannot establish any religious observance, and on the other hand it cannot forbid you from practicing the religion that you feel that you should practice.

3.    And the third right is the right, the civil rights “or abridging the freedom of speech…” is this in danger these days? You’d better believe it. “…or abridging the freedom of speech, or of the press…” which is a big problem these days “…or the right of the people to peaceably assemble and to petition the government for a redress of grievances”

So the First Amendment to the Constitution guarantees full religious and civil rights. But listen carefully, when the government violates religious rights, immediately you also lose your civil rights. And the greatest civil right is the right to life.

 

Sekarang mari kita lanjut. Amerika Serikat adalah bangsa yang terbesar di sejarah dunia, bukan karena dia memiliki lebih banyak penduduk, bukan karena dia memiliki militer yang paling besar, bukan karena memiliki kemakmuran ekonomi terbesar, dia besar karena prinsip-prinsip di atas mana bangsa ini didirikan, Amandemen Pertama Konstitusinya yang menjamin tiga hak kepada rakyatnya:

1.    Hak yang pertama ialah, “Kongres tidak akan membuat undang-undang mengenai penetapan agama”.

Dengan kata lain, kongres tidak bisa membuat undang-undang apa pun untuk menentukan praktek agama apa pun.

Jadi coba saya tanya, apakah sebuah undang-undang Hari Minggu nasional merupakan pelanggaran klausul pertama Amandemen Pertama ini? Ya! Karena itu berarti menentukan melalui undang-undang oleh kongres, pemeliharaan hari Minggu sebagai praktek relijius; jelas itu tidak konstitusional. 

Maka hak yang pertama ialah, hak Pemerintah untuk tidak menetapkan pemeliharaan agama apa pun.

2.    Ini hak yang kedua:  maupun melarang kebebasan mempraktekkannya”.

Dengan kata lain, Pemerintah tidak bisa menulis undang-undang apa pun, kongres tidak bisa menulis undang-undang apa pun yang melarang kita mempraktekkan agama kita.

Jadi Pemerintah tidak bisa menentukan praktek agama apa pun, dan di pihak lain dia tidak bisa melarang kita mempraktekkan agama apa pun yang mau kita praktekkan.

3.     Dan hak yang ketiga ialah hak sipil: atau membatasi kebebasan berkata-kata…” apakah hal ini sedang terancam sekarang? Percayalah! “…atau membatasi kebebasan berkata-kata atau kebebasan pers…” yang merupakan masalah besar sekarang “…atau hak rakyat untuk berkumpul secara damai dan menyampaikan petisi kepada Pemerintah untuk memperbaiki apa-apa yang dikeluhkan.”

Jadi Amandemen Pertama Konstitusi menjamin penuh hak-hak relijius dan sipil. Tetapi dengarkan baik-baik, ketika Pemerintah melanggar hak-hak relijius, kita langsung juga akan kehilangan hak-hak sipil, dan hak sipil yang terbesar adalah hak untuk hidup.

 

 

You know there's two stories in the book of Daniel that illustrate the first two clauses to the First Amendment.

v   You have the story in Daniel chapter 3.

In Daniel chapter 3 did the king establish religion? Yes!  What did he do? He raised up an image and he commanded everyone to worship the image. Was he establishing a religious observance? Yes!  Was what he was doing illegitimate? Absolutely, he could not establish religious observances.

Let me ask you what happened when he violated that part of the First Amendment? Even in the Old Testament which said that the civil power has no right to establish any religious observance, what came as a result? The three young men lost their right to life, which is the greatest civil right; and they were thrown into the fiery furnace, which is a symbol of the final tribulation. And if it had not been for the Son of God ~ who by the way in verse 28 is called the Angel which is the same Angel of Daniel 12:1,  Michael the Archangel ~ if it had not been for Michael standing up, and going into the furnace with them, they would have been incinerated.

v   the other story that illustrates the second clause  “or forbidding the free exercise thereof” is the story of Daniel in the lion's den.

That's a little bit different than the story of the three young men, because the Law of Darius was that no one could pray or make a request of a man or a god for 30 days. He's forbidding the right to pray. He's not establishing a religious observance, he's forbidding the right to pray, the free exercise, and what happened with Daniel? Daniel said, “Well, I’ll shut the windows so as not to aggravate them”? No! That would have shown cowardice. And so the Bible says that Daniel opened the windows of his room and he prayed toward Jerusalem three times a day, just as he had done before. Did he lose his civil rights after the religious Law was enacted? Absolutely! And if it had not been for the angel that came into the lion's den, Daniel would have been cat food.

 

Kalian tahu, ada dua kisah di kitab Daniel yang menggambarkan kedua klausul Amandemen Pertama:

v   Kisah yang di Daniel pasal 3.

Di Daniel pasal 3 apakah raja menetapkan agama? Ya! Apa yang dilakukannya? Dia mendirikan sebuah patung dan dia memerintahkan semua orang untuk menyembah patung itu. Apakah dia menetapkan praktek suatu agama? Ya! Apakah yang dia lakukan itu tidak sah? Tentu saja, dia tidak boleh menentukan praktek-praktek agama. 

Coba saya tanya, apa yang terjadi ketika dia melanggar bagian dari Amandemen Pertama tersebut? Bahkan di zaman Perjanjian Lama dikatakan bahwa kekuasaan sipil tidak punya hak untuk menetapkan praktek agama apa pun. Apa akibatnya? Ketiga orang muda kehilangan hak hidup mereka, yang adalah hak sipil yang terbesar; dan mereka dilemparkan ke dalam tungku api yang menyala, yang merupakan simbol dari masa kesukaran besar yang terakhir. Dan andaikan bukan karena Anak Allah ~ yang di ayat 28 disebut Malaikat, yaitu Malaikat yang sama di Daniel 12:1, Mikhael Sang Penghulu Malaikat ~ andaikan bukan karena Mikhael berdiri dan masuk ke dalam tungku api bersama mereka, mereka sudah habis terbakar.

v   Kisah yang lain menggambarkan klausul kedua  maupun melarang kebebasan mempraktekkannya”,  ialah kisah Daniel di kandang singa.

Ini sedikit berbeda dari kisah ketiga orang muda; karena Hukum Darius ialah, tidak ada yang boleh berdoa atau membuat permohonan kepada manusia maupun Allah selama 30 hari. Dia membatasi hak orang berdoa. Dia tidak menetapkan praktek suatu agama, tapi dia melarang orang berdoa, kebebasan mempraktekkan agama. Dan apa yang terjadi dengan Daniel? Daniel berkata, “Nah, aku tutup saja jendelanya supaya tidak membuat marah mereka”, begitu? Tidak! Itu namanya pengecut. Maka Alkitab mengatakan bahwa Daniel membuka jendela kamarnya dan dia berdoa ke arah Yerusalem tiga kali sehari, sama seperti yang biasa dilakukannya. Apakah dia kehilangan hak sipilnya setelah undang-undang itu ditetapkan? Tentu saja! Dan andaikan bukan karena ada malaikat yang masuk ke dalam kandang singa, Daniel sudah menjadi makanan kucing.

 

 

So this shows very clearly what happens when the first clause of the First Amendment and the second clause of the First Amendment are violated, the result is that you lose the civil rights, that are found in the third clause of the Amendment.

v   The First Amendment guarantees religious and civil liberties.

The drafters of the Constitution guaranteed these rights ~ they're not allowances, they are rights given to us by God  ~  because they knew what happened when the church appealed to the state to crucify Jesus.

Ø  They write, they knew, that with Jesus the church had appealed to the state, and the result was Jesus losing His life.

Ø  They also knew what happened in Europe with the mechanisms such as the Inquisition.

They knew that. They write about it. They say, “In this country that we're establishing, there is not going to be a union of church and state like there was in Europe during the 1260 years. We're going to establish a different kind of government.”

Ø  They also knew what happened in the territory of the United States because there was no United States during the colonial period.

Do you know that in the colonial period you had to belong by Law to the established church? If you did not go to church on Sunday, you would be fined, you would be imprisoned, and in three of the colonies if you insisted on not going to church on Sunday, you could suffer the death penalty! In the colonial period before the constitutional period when there was no United States, because the colonies were actually colonies of Great Britain. If you wanted to occupy a position in the civil government in the colonial period, you had to belong to the established church; furthermore you had to return your tithes to the civil power, and the civil power paid the ministers.

 

Maka ini menunjukkan dengan sangat jelas apa yang terjadi jika klausul yang pertama dari Amandemen Pertama dan klausul kedua dari Amandemen Pertama dilanggar, akibatnya ialah kita kehilangan hak-hak sipil yang ada di klausul ketiga dari Amandemen itu.

v   Amandemen Pertama menjamin kebebasan beragama dan kebebasan sipil. 

Pembuat konsep Konstitusi menjamin hak-hak ini ~ ini bukan hanya izin, ini adalah hak-hak yang diberikan kita oleh Allah ~ karena mereka tahu apa yang terjadi, ketika gereja mengajukan permintaan kepada Pemerintah untuk menyalibkan Yesus.

Ø    Mereka menulis, mereka sudah tahu kejadian yang dialami Yesus, yaitu gereja minta kepada Pemerintah, dan akibatnya ialah Yesus kehilangan nyawaNya.

Ø    Mereka juga sudah tahu apa yang terjadi di Eropa dengan mekanisme semacam Inkuisisi.

Mereka sudah tahu itu. Mereka menulis tentang itu. Mereka berkata, “Di negara ini yang sedang kita dirikan, tidak akan bakal ada persatuan antara gereja dengan pemerintah seperti yang ada di Eropa selama 1260 tahun. Kita akan mendirikan pemerintahan yang berbeda.”

Ø    Mereka juga sudah tahu apa yang terjadi di teritori Amerika Serikat, karena selama periode kolonial belum ada negara Amerika Serikat.

Tahukah kalian bahwa di periode kolonial, menurut Hukum, orang harus menjadi anggota gereja yang didukung pemerintah? Jika ada yang tidak ke gereja pada hari Minggu, orang itu didenda, orang itu dipenjara, dan di tiga koloni jika ada yang bersikeras tidak mau ke gereja pada hari Minggu, orang itu bisa kena hukuman mati! Di periode kolonial sebelum periode Konstitusi, sebelum ada negara Amerika Serikat, karena koloni-koloni itu sesungguhnya adalah koloni-koloni Britania Raya. Jika orang mau punya jabatan di pemerintahan sipil di zaman kolonial, dia haruslah anggota gereja yang didukung pemerintah. Selain itu dia harus mengembalikan persepuluhannya kepada kekuasaan sipil, dan kekuasaan sipil yang membayar para pendeta.

 

 

You know the story of Roger Williams? He had to flee from the Massachusetts Bay colony in 1629 and 1630 in the dead of winter, freezing cold. If it hadn't been for the native Americans, he would have died. And he established the state of Rhode Island whose capital is Providence. Why do you suppose it's called Providence? He established a colony, he said no religious tests to come here, as long as you're willing to work hard and obey the civil Laws, you're welcome here. And bunches of people went there from every religion under the sun, and it became a very prosperous colony.

 

Kalian tahu cerita Roger Williams? Dia harus melarikann diri dari koloni Massachusetts Bay di 1629-1630 di tengah-tengah musim salju yang dinginnya luar biasa. Andaikan dia tidak ditolong orang-orang pribumi Amerika, dia sudah mati. Dan dia mendirikan negara bagian Rhode Island, yang ibukotanya dinamai Providence. Menurut kalian mengapa itu disebut Providence? (Providence artinya pemeliharaan Allah). Dia mendirikan sebuah koloni, dia berkata, “Untuk datang kemari tidak perlu ujian agama, selama orang mau bekerja keras dan mematuhi Hukum sipil, dia diterima baik di sini. Dan banyak orang pergi ke sana dari segala macam agama yang ada di bawah langit, dan itu menjadi koloni yang sangat makmur.

 

 

Today we see a move on the part of many religious leaders of joining church and state.

Ø    It can be seen in the desire to mandate prayer in public schools,

Ø    it can be seen in the desire to have the government pay for religious education, particularly among conservative Christians,

Ø    it can be seen by the desire to teach the Bible as a part of the public school curriculum,

Ø    it can be seen in the desire to have the government give funds to private charitable religious organizations.

Religious leaders are saying, “Tear down the wall!” But when this happens, the final scenes of the life of Jesus will be repeated with His faithful people. The Beast with horns like a lamb will end up speaking like a dragon.  Revelation 17 describes this climactic moment. The harlot church, Roman Catholicism, will influence the kings of the earth to impose her agenda in union with the Protestant churches. She will be helped by her daughter's (apostate Protestantism). Under this triple union, the multitudes will do to God's final remnant what the Jewish nation did with Jesus.

In Revelation 18:1-5 God gives a clarion call for God's people to get out of this system before human probation closes.

 

Hari ini kita melihat gerakan di pihak banyak pemimpin rohani untuk mempersatukan gereja dengan negara.

Ø    Ini terlihat dalam keinginan untuk mengharuskan adanya doa di sekolah-sekolah negeri,

Ø    ini bisa dilihat dalam keinginan agar Pemerintah yang menanggung biaya edukasi relijius, terutama di antara golongan Kristen konservatif.

Ø    ini bisa dilihat dalam keinginan untuk mengajarkan Alkitab sebagai bagian dari kurikulum sekolah negeri,

Ø    ini bisa dilihat dalam keinginan agar Pemerintah memberikan dana kepada organisasi-organisasi amal relijius milik swasta yang bergerak di bidang kemanusiaan.

Para pemimpin rohani berkata, “Runtuhkan temboknya!” (maksudnya tembok pembatas antara agama dan negara), tetapi jika ini terjadi, adegan-adegan terakhir kehidupan Yesus akan terulang lagi pada umatNya yang setia. Binatang dengan tanduk seperti domba pada akhirnya akan bicara seperti naga. Wahyu 17 menggambarkan momen yang klimaks ini. Gereja yang murtad, Roma Katolikisme, akan mempengaruhi raja-raja bumi untuk memaksakan agendanya, bersatu dengan gereja-gereja Protestan. Dia akan dibantu oleh anak-anak perempuannya (Protestantisme murtad). Di bawah persekutuan segitiga ini, orang banyak akan berbuat kepada umat Allah yang sisa, yang terakhir, sebagaimana bangsa Yahudi dulu berbuat kepada Yesus.  

Di Wahyu 18:1-5 Allah memberikan seruan nyaring agar umat Allah keluar dari sistem ini sebelum berakhirnya masa kemurahan Allah bagi manusia.

 

 

Now I want to end by reading a chilling statement that was written by Ellen White in the Review and Herald April 14, 1896. Here she states that God's remnant people are going to go through the same experiences that Jesus went through. This is how it reads, “The forces (powers) of darkness will unite with human agents…” who are the powers of darkness?  “…The forces (powers) of darkness…” Satan and his angels  “…will unite with human agents…” those are human beings  “…who have given themselves into the control of Satan…”  and now listen to this“…and the same scenes that were exhibited at the trial, rejection, and crucifixion of Christ will be revived…” did you catch that? Are we going to have the same experience that Jesus went through? Absolutely! And then she writes,  “…Through yielding to satanic influences, men will be transformed (merged) into fiends…” what are fiends? Demons! So once again, “…Through yielding to satanic influences, men will be transformed (merged) into fiends and those who were created in the image of God, who were formed to honor and glorify their Creator, will become the habitation of dragons, and Satan will see in an apostate race his masterpiece of evil men who reflect his own image.” (RH April 14, 1896 par. 7)

 

Sekarang saya mau mengakhiri dengan membacakan pernyataan yang mengerikan yang ditulis oleh Ellen White di Review and Herald 14 April 1896. Di sini dia menyatakan bahwa umat Allah yang sisa akan menjalani pengalaman yang sama yang dialami Yesus. Beginilah bunyinya, “…Kuasa kegelapan akan bersatu dengan agen-agen manusia…”  siapakah kuasa kegelapan? “…Kuasa kegelapan…” Setan dan malaikat-malaikatnya, “…akan bersatu dengan agen-agen manusia…” ini manusia-manusia, “…yang telah menyerahkan diri mereka di bawah kendali Setan,…”  sekarang dengarkan ini,  “…dan adegan-adegan yang sama yang ditunjukkan di pengadilan, penolakan, dan penyaliban Kristus akan dihidupkan kembali…”  apa kalian menangkap ini? Apakah kita akan mendapat pengalaman yang sama yang dialami Yesus? Tepat sekali! Lalu Ellen White menulis,  “…Dengan menyerah kepada pengaruh sataniah, manusia akan diubahkan menjadi momok…” momok itu apa? Setan. Jadi sekali lagi, “…Dengan menyerah kepada pengaruh sataniah, manusia akan diubahkan menjadi momok dan mereka yang diciptakan dalam keserupaan Allah, yang dibentuk untuk menghormati dan memuliakan Pencipta mereka, akan menjadi tempat kediaman naga-naga, dan Setan akan melihat dalam satu ras yang murtad ini karya agungnya yang jahat: manusia-manusia yang memantulkan keserupaannya sendiri.” (RH April 14, 1896 par. 7)

 

 

So the final war is between:

a group, a small group, that reflects Christ's image,

and

another group that fully reflects Satan's image.

That is the final battle.

The final battle is not the nations of the East versus the nations of the West. It is not a political war, it is a religious war over the Commandments of God and worship. Those are the issues. Satan distracts Christians and says, “Look to the Middle East, the Jews are going to be attacked. It's the Russians! It's the Muslims! And Satan has the Christians looking over there for the fulfillment of prophecy, and meanwhile prophecy is being fulfilled in Rome and in the United States. And people can't see it because they're looking in the wrong place. Satan is a master of deflection. He leads people to watch where the conflict isn't, so that people don't understand where the conflict is.

And we as Adventist, folk, we have the message for the world, so that they’ll know what Satan's agenda is, what Satan's strategy is. His strategy is to deflect people's minds to the Middle East, and at the same time have apostate Christianity grow in the West, and people cannot even recognize it because they are looking in the wrong place.

Can you imagine a world where the wicked reflect perfectly the character of Satan? Ellen White states that this world is going to be like a jungle, this world is going to be a place of war and discord, and rioting. There will be no Law. It'll be like Jerusalem when the Romans surrounded it. It will be like France during the French Revolution, there will be no Law and order. And if Jesus does not intervene to protect His people, His people would cease to exist. “If those days were not shortened…” it says in Matthew 24, “…no flesh would be alive. But because of the elect, God is going to shorten those days.” Praise the Lord!

 

Jadi peperangan yang terakhir adalah antara:

satu kelompok, satu kelompok yang kecil,

yang memantulkan keserupaan dengan Kristus,

dan

satu kelompok lain yang

sepenuhnya memantulkan keserupaan Setan.

Itulah peperangan yang terakhir.

Peperangan yang terakhir bukan antara bangsa-bangsa di Timur melawan bangsa-bangsa di Barat. Itu bukan sebuah perang politis, itu adalah peperangan relijius mengenai Perintah-perintah Allah dan ibadah. Itulah isu-isunya. Setan mengalihkan perhatian orang-orang Kristen dan berkata, “Lihat ke Timur Tengah, orang-orang Yahudi akan diserang! Itu orang-orang Rusia! Itu orang-orang Muslim! Dan Setan membuat orang-orang Kristen memandang ke sana sebagai penggenapan nubuatan, sementara nubuatan sedang digenapi di Roma dan di Amerika Serikat. Dan orang-orang tidak bisa melihatnya karena mereka memandang ke tempat yang salah. Setan adalah ahli pembelok. Dia membawa orang untuk melihat ke mana konfliknya tidak di sana, supaya orang tidak paham di mana konfliknya.

Dan kita sebagai orang-orang Advent, Saudara-saudara, kita memiliki pekabaran bagi dunia, supaya mereka tahu apa agenda Setan, apa strategi Setan. Strateginya ialah untuk membelokkan pikiran manusia ke Timur Tengah, dan pada waktu yang sama membuat Kekristenan murtad berkembang di Barat, dan manusia bahkan tidak bisa mengenalinya karena mereka sedang memandang ke tempat yang salah.

Bisakah kalian bayangkan sebuah dunia di mana orang-orang jahat memantulkan karakter Setan? Ellen White menyatakan bahwa dunia ini akan seperti hutan rimba, dunia ini akan menjadi sebuah tempat peperangan dan perselisihan dan kerusuhan. Tidak ada Hukum. Keadaannya akan seperti Yerusalem ketika tentara Roma mengepungnya. Seperti Perancis pada saat Revolusi Perancis, tidak akan ada Hukum dan ketertiban. Dan jika Yesus tidak campur tangan untuk melindungi umatNya, umatNya akan lenyap semua. 22 Dan kecuali hari-hari itu  dipersingkat, tidak ada yang hidup yang akan selamat; tetapi demi orang-orang pilihan, hari-hari itu akan dipersingkat.” (Matius 24:22). Puji Tuhan!

 

 

So we need to be committed to Jesus, we need to claim Psalm 91, folks, we need to claim that Psalm where God says, “a thousand may fall on one side and ten thousand on the other but it will not come to you” because we have a personal intimate relationship with the Lord. I pray that after this class we will form that intimate relationship.

 

Jadi kita perlu setia kepada Yesus, kita perlu mengklaim Mazmur 91, Saudara-saudara, kita perlu mengklaim Mazmur di mana Allah berkata, 7 Seribu orang akan jatuh di sisimu, dan sepuluh ribu di tangan kananmu, tetapi itu tidak akan mendekatimu (Mazmur 91:7) karena kita punya hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan. Semoga setelah kelas ini kita akan membentuk hubungan yang intim tersebut.

 

 

 

13 01 25