Thursday, June 30, 2022

EPISODE 12/14 ~ THE BOOK OF HEBREWS ~ CHAPTER 11 ~ THE GALLERY OF FAITH ~ WALTER VEITH

THE BOOK OF HEBREWS

Part 12/14 – Walter Veith

CHAPTER 11 ~ THE GALLERY OF FAITH

https://www.youtube.com/watch?v=-SvttQu0ZMs

 

Dibuka dengan doa

 

 

This is to me one of the most magnificent chapters in the whole Bible because it is so encouraging. And it's almost impossible to take one chapter and to elevate it above any other, but it's just that it brings it down to the personal level. And it also, well, tells us about some of the problems that we have in the world today.

So in chapter 10 we already addressed the big three spiritual components of the Christian walk: faith, hope, and love.

And in chapter 11 we hone in on Faith, without which it is impossible to please God.

1 Corinthians 13:13 says, 13 And now abideth faith, hope, charity, these three; but the greatest of these is charity.”

Now this word “charity” is the same as the KJV translates as the word “love” in other portions of Scripture, like for example in 1 Thessalonians 1:3,3 Remembering without ceasing your work of faith, and labour of love, and patience of hope in our Lord Jesus Christ, in the sight of God and our Father.”

So the same word,  ἀγάπη [agapē] is translated "charity" over here and "love" over there. Now this word "charity" comes from the word "caritas" and it has an element of works associated with it. So personally I would have liked it if they had just translated it as "love" even though there are different forms of love, but this particular "love" as we know is the selfless love,  the ἀγάπη [agapē] love.

1 Thessalonians 5:8 says, 8 But let us, who are of the day, be sober, putting on the breastplate of faith and love; and for an helmet, the hope of salvation.” Interesting the helmet of course covers the cognitive part of the brain, and it is the one where we have not only faith and love, but where we embrace this hope, that things can change.

 

Bagi saya ini adalah salah satu pasal yang paling luar biasa di seluruh Alkitab karena ini begitu membesarkan hati. Dan nyaris tidak mungkin mengambil satu pasal dan meninggikannya di atas yang lain, tetapi hanya saja pasal ini membawanya turun ke tingkat pribadi. Dan dia juga memberitahu kita mengenai masalah-masalah yang kita hadapi di dunia hari ini.

Jadi di pasal 10 kita sudah membahas tiga komponen besar spiritual dari kehidupan Kristen: iman, pengharapan, dan kasih.

Dan di pasal 11 kita fokus ke Iman, tanpa iman mustahil itu diperkenan Allah. (Ibr. 11:6).

1 Korintus 13:13 berkata, 13 Dan sekarang tinggal iman, pengharapan dan amal; tiga ini. Tetapi yang paling besar dari semua ini ialah amal…” 

Nah, kata “amal” ini adalah kata yang sama yang diterjemahkan KJV di bagian lain Kitab Suci dengan kata “kasih”, seperti di 1 Tesalonika 1:3, “…3 Mengingat selalu pekerjaan imanmu, dan kerja keras kasihmu dan kesabaran pengharapanmu dalam Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.”

Jadi kata yang sama ἀγάπη [agapē] diterjemahkan “amal” di sini dan “kasih” di sana.

Nah, kata “amal” ini berasal dari kata “caritas” (bah. Latin) dan mengandung unsur perbuatan yang terkait padanya. Maka secara pribadi saya lebih suka seandainya mereka menerjemahkannya “kasih” walapun ada macam-macam bentuk kasih, tetapi “kasih” yang ini, seperti yang kita ketahui adalah kasih yang tanpa pamrih, kasih ἀγάπη [agapē].

1 Tesalonika 5:8 mengatakan, 8 Tetapi biarlah kita, yang adalah orang-orang siang, sadar, mengenakan baju zirah iman dan kasih; dan sebagai ketopongnya, pengharapan keselamatan.” Menarik, ketopong tentu saja menutupi bagian kognitif dari otak, dan adalah tempat di mana kita tidak hanya memiliki iman dan kasih, tetapi di mana kita memegang pengharapan ini, bahwa kondisi bisa berubah.

 

 

Some people think that a gospel that tells us of what is going to happen in the world like Matthew 24 for example, deprives us of hope. But in actual fact when we see the things developing around us, and we see the way in which the world is going, our hope should not be fastened upon anything down here, we should lift up our eyes and our heads and look because our salvation draweth near.  And that should be the Christian hope.

Romans 8:24 says, 24 For we are saved by hope, but hope that is seen is not hope; for what a man seeth, why doth he yet hope for? 25 But if we hope for that we see not, then do we with patience wait for it”

So hope is incredibly important, and we must cling to it.

 

Ada yang berpikir bahwa injil yang memberitahu kita apa yang akan terjadi di dunia seperti Matius pasal 24 misalnya, melenyapkan harapan kita. Tetapi sesungguhnya, ketika kita melihat perkembangan situasi di seputar kita, dan kita melihat ke mana arah dunia ini sedang menuju, harapan kita janganlah disandarkan pada apa pun di dunia ini, kita harus mengangkat mata kita dan kepala kita dan melihat ke atas karena keselamatan kita sudah semakin dekat (Luk. 21:28). Dan seharusnya itulah pengharapan orang Kristen.

Roma 8:24 mengatakan, 24 Sebab kita diselamatkan oleh pengharapan. Tetapi pengharapan yang tampak, bukan pengharapan; sebab apa yang dilihat manusia,  mengapa masih diharapkannya?  25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, maka kita menantikannya dengan sabar. …” 

Jadi pengharapan itu sangat penting, dan kita harus berpegang erat padanya.   

 

 

So the question is how great must our faith be?

Matthew 17:20 says, 20 And Jesus said unto them, ‘Because of your unbelief. For verily I say unto you, If ye have faith as a grain of mustard seed, ye shall say unto this mountain, Remove hence to yonder place; and it shall remove; and nothing shall be impossible unto you.’…”

So we must have faith, even if it is the size of a mustard seed.

 

Jadi pertanyaannya ialah, seberapa besarkah iman kita seharusnya?

Matius 17:20 mengatakan, 20 Dan Yesus berkata kepada mereka, ‘Karena kurangnya  percayamu.  Sebab sungguh Aku berkata kepadamu, ‘Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi,  kamu akan berkata kepada gunung ini: Pindah dari sini ke tempat di sana,’ --maka gunung itu akan pindah; dan takkan ada yang mustahil bagimu.’…”

Jadi kita harus punya iman, walaupun itu hanya sebesar biji sesawi. 

 

 

But there's another question that arises then. Should it stay a mustard seed?

Luke 13:18, 18 Then said He, ‘Unto what is the kingdom of God like, and whereunto shall I resemble it? 19 It is like a grain of mustard seed, which a man took, and cast into his garden; and it grew, and waxed a great tree; and the fowls of the air lodged in the branches of it.”

So our faith should not remain the size of a mustard seed. It should grow. It should wax into a great tree. And the only way in which we can accomplish that is by experience, repeated experience, continuous walk in the way.

 

Tetapi ada pertanyaan lain yang muncul. Apakah dia harus tetap selamanya sebesar sebiji sesawi?

Lukas 13:18, 18 Maka kata Yesus, ‘Seperti apakah Kerajaan Allah itu, dan dengan apakah akan Aku menyamakannya? 19 Ia seumpama sebuah biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; dan biji itu tumbuh, dan menjadi pohon yang besar; dan burung-burung di udara bersarang di cabang-cabangnya.”

Jadi iman kita tidak boleh terus selamanya ukuran sebuah biji sesawi. Dia harus tumbuh. Dia harus tumbuh menjadi sebatang pohon yang besar. Dan satu-satunya cara bagaimana kita bisa mencapai itu ialah dengan pengalaman, pengalaman yang berulang-ulang, berjalan terus-menerus di jalan itu.

 

 

So what is the definition of faith?

 

Jadi apakah definisi iman?

 

 

Hebrews 11:1

1 Now faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen.”

To me one of the most amazing definitions that  I’ve ever read in my life, partly  because it is so nonsensical. Because faith cannot be substance,  and it cannot be evidence of things not seen. It is an impossibility.

I always use a rather silly example, but let me use it again.

If you are in a court of Law and the judge asks the witness to come forward and to testify as to what he has seen and the witness says,  “Your Honor, this is what I did not see.”

Then that would be a pretty nonsensical thing to do, and the case would be dismissed.

 

Ibrani 11:1

1 Nah, iman adalah substansi (wujud) dari hal-hal yang diharapkan, bukti dari hal-hal yang tidak dilihat.”

Bagi saya ini salah satu definisi yang paling mengagumkan yang pernah saya  baca dalam hidup saya, sebagian karena ini begitu tidak masuk akal. Karena iman tidak bisa menjadi substansi (wujud) dan dia tidak bisa menjadi bukti dari hal-hal yang tidak dilihat. Itu suatu kemustahilan.

Saya selalu memakai contoh yang rada konyol, tetapi izinkan saya memakainya lagi.

Jika kita ada di pengadilan dan si hakim minta kepada saksi untuk maju dan memberikan kesaksian tentang apa yang telah dilihatnya, dan saksi ini berkata, “Yang Mulia, inilah yang tidak saya lihat.”

Maka itu menjadi perbuatan yang sangat tidak masuk akal, dan kasusnya akan dibubarkan.

 

 

So “faith is the substance  of things hoped for”. So if you're hoping for something ~ let's say you hope for a gift, such as a new car ~ does the faith in this hoping for this car provide the substance?  In other words, if you have faith that you will one day get a car, can you go and sit in the car and drive away? The answer is No!

But what if your faith is so strong that you are absolutely convinced that the substance, the car, is yours even though you cannot yet see it? Well, then it is something else.

And what is “evidence of things” that you have “not seen”?

“Provide us with the evidence of what you saw.”

“No, Your Honor, this is the evidence of what I did not see.”

It doesn't make any sense.

But this is the definition of faith, and without it, it is impossible to please God.  So we need to study it in some detail.

 

Jadi “iman adalah substansi (wujud) dari hal-hal yang diharapkan”. Maka jika kita mengharapkan sesuatu ~ katakanlah kita mengharapkan suatu pemberian, misalnya sebuah mobil baru ~ apakah iman yang ada dalam pengharapan untuk mobil ini menjadikan dia terwujud? Dengan kata lain, jika kita punya iman suatu hari kita akan mendapat mobil baru, bisakah kita pergi dan duduk di mobil itu sekarang dan mengendarainya? Jawabannya ialah Tidak!

Tetapi bagaimana jika iman kita begitu kuat sehingga kita benar-benar yakin substansi itu, mobil itu, adalah milik kita walaupun kita belum bisa melihatnya? Nah, kalau begitu, itu beda.

Dan apakah itu  “bukti dari hal-hal yang tidak…”  pernah  “…dilihat”?

“Berikan kita bukti dari apa yang kamu lihat.”

“Tidak, Yang Mulia, ini adalah bukti dari apa yang tidak saya lihat.”

Ini tidak masuk akal.

Tetapi inilah definisi iman, dan tanpa itu, mustahil membuat Allah berkenan (Ibr. 11:6). Maka kita perlu mempelajarinya dengan lebih mendetail.

 

 

Here's a statement from the Spirit of Prophecy. To the distressed father, seeking for the tender love and pity of Christ to be exercised in behalf of his afflicted son, Jesus said: If thou canst believe, all things are possible to him that believeth.’ All things are possible with God, and by faith we may lay hold on His power.  But faith is not sight; faith is not feeling; faith is not reality.  Faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen.’  To abide in faith is to put aside feeling and selfish desires, to walk humbly with the Lord, to appropriate His promises, and apply them to all occasions, believing that God will work out His own plans and purposes in your heart and life by the sanctification of your character; it is to rely entirely, to trust implicitly, upon the faithfulness of God. If this course is followed, others will see the special fruits of the Spirit manifested in the life and character.” (Special Testimonies on Education pg. 115)

 

Di sini ada pernyataan dari Roh Nubuat.    “…Kepada ayah yang sedang bingung memohon kasih rahmat dan belas kasihan Kristus bagi anaknya yang menderita, Yesus berkata, ‘Jika kamu bisa percaya, segala sesuatu itu mungkin bagi dia yang percaya.’ (Mark. 9:23). Segala hal itu mungkin bagi Allah, dan melalui iman kita bisa mengandalkan kuasaNya. Tetapi iman itu bukan penglihatan, iman bukan perasaan, iman bukan realita. ‘Iman adalah substansi (wujud) dari hal-hal yang diharapkan, bukti dari hal-hal yang tidak dilihat.’ (Ibr.11:1). Untuk tetap beriman berarti mengesampingkan perasaan dan keinginan egois, untuk berjalan bersama Tuhan dengan rendah hati, untuk menerima janji-janjiNya dan mengaplikasikannya kepada setiap keadaan, meyakini bahwa Allah akan mengerjakan rancanganNya dan tujuanNya Sendiri di hati dan hidup kita lewat pengudusan karakter kita; untuk bersandar sepenuhnya, untuk mempercayai tanpa keraguan pada kesetiaan Allah.  Jika jalan ini diikuti, orang lain akan melihat buah-buah Roh yang istimewa terwujud dalam hidup dan karakter kita.” (Special Testimonies on Education hal. 115)

 

 

It's very important that love (should be: Faith) is not evidence, it is not feeling, it is not reality. It is something that you appropriate that is not yet there. So sometimes people when they become discouraged feel that God has abandoned them, but the Word of God says, “I will never leave you nor forsake you”.

So then faith must pierce the shadow and grab hold of the Substance, and say even though I don't see it, even though the circumstances are stacked against me, by faith I will accept that He has not left me nor forsaken me. And we will need this faith more and more as we approach the times that are ahead of us.

 

Sangatlah penting bahwa iman itu bukan bukti, itu bukan perasaan, itu bukan kenyataan. Itu adalah sesuatu yang kita terima, yang belum ada. Jadi terkadang ketika orang menjadi kecil hati, merasa Allah telah meninggalkan mereka, tetapi Firman Allah berkata, “Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu maupun tidak mempedulikan kamu.” (Ibr. 13:5)

Kalau begitu iman haruslah menembus bayangan dan memegang Substansinya, dan walaupun saya tidak melihatnya, walaupun situasi memusuhi saya, saya berkata, dengan iman, saya akan menerima bahwa Dia tidak meninggalkan saya maupun mengabaikan saya. Dan kita akan semakin membutuhkan iman demikian saat kita mendekati masa-masa yang ada di hadapan kita.

 

 

So in my own words I tried to summarize as following:

Society rests on a faith which is rooted in man. This is what we see on a daily basis. We see it in the media every single day. We have been schooled to place our faith in man, and in the inventions of man. Every advertisement that we see in the media makes a promise and is successful insofar as men believe it, and act upon it. The entire economy runs on this principle from our first breath to our last. We trust the physician that delivers the infant, we trust the formulas which are fed to them, the food we eat, the stores we buy our food from, the education we receive, the science we learn, the bankers that take care of our finances, the preachers we listen to, the religious systems we belong to, the decisions of those that rule over us, and the news that feed us. If we trust all of these things, we can be in serious-serious trouble. Many follow blindly and do so without questioning the sources, and those that do are branded conspiracy theorists and fanatics, and they are often removed from society.

 

Maka dengan kata-kata saya sendiri, saya berusaha menyimpulkannya sbb.:

Masyarakat bersandar pada suatu iman yang berakar pada manusia. Inilah yang kita lihat sehari-hari. Kita melihatnya di media setiap hari. Kita telah dididik untuk menempatkan percaya kita pada manusia dan pada ciptaan manusia. Setiap iklan yang kita lihat di media memberikan janji, dan itu berhasil selama manusia mempercayainya dan bertindak sesuai dengannya. Seluruh perekonomian berjalan pada prinsip ini dari tarikan nafas kita yang pertama hingga yang terakhir. Kita mempercayai para dokter yang menangani kelahiran bayi-bayi, kita mempercayai susu formula yang disuapkan kepada mereka, makanan yang kita makan, toko-toko di mana kita membeli makanan kita, pendidikan yang kita terima, ilmu-ilmu yang kita pelajari, para bankir yang mengurus keuangan kita, para pengkhotbah yang kita dengarkan, sistem-sistem relijius yang kita ikuti, keputusan-keputusan mereka yang berkuasa atas kita, dan berita-berita yang disuapkan kita. Jika kita mempercayai semua ini, kita bisa berada dalam masalah yang amat sangat serius. Banyak orang mengikuti dengan buta tanpa mempertanyakan sumbernya, sementara mereka yang mempertanyakan dicap sebagai penganut teori konspirasi dan para fanatik, dan sering mereka disingkirkan dari masyarakat.

 

 

So in all of the above there are three elements.

v   there's a promise,

if you buy this; this and this will happen.

v   there's faith,

I’m sure it will happen.

v   and there's a response,

you buy it. Whether it is a statement that you buy from the lips of your teacher, whether it is a statement that you buy from the lips of your pastor, whether it is a statement that you buy from the lips of the bankers, or the politicians, if you buy it, and you have faith in it, you vote for it. And sometimes you vote yourself into oblivion.

 

Jadi di semua yang disebutkan di atas ada tiga unsur.

v   Ada janji,

jika kita membeli ini; maka ini dan ini akan terjadi.

v   Ada iman,

kita yakin itu akan terjadi.

v   Dan ada respons,

kita membelinya. Apakah itu suatu pernyataan yang kita beli dari bibir guru kita, apakah itu suatu pernyataan yang kita beli dari bibir pendeta kita, apakah itu suatu pernyataan yang kita beli dari bibir para bankir, atau politikus, jika kita beli dan kita mempercayainya, kita mendukungnya. Dan terkadang kita mendukung sampai diri kita sendiri hilang.

 

 

So the same criteria apply to the voice of God in the Scriptures, and in nature, but who has believed?

Psalms 50:1 and onward says,  “ 1 A psalm for Asaph. The God of gods, the Lord hath spoken, and He hath called the earth. From the rising of the sun, to the going down thereof. 2 Out of Sion the loveliness of His beauty. 3 God shall come manifestly: our God shall come, and shall not keep silence. A fire shall burn before Him: and a mighty tempest shall be round about Him. (Douay-Rheims Bible)

That's the promise of the second coming.

Question is, do we believe this? Are we so acquainted with His character that we actually look forward to this? Or are we afraid that things are not right in our lives, or are we afraid of change and rather cling to what we have, a shadow of a world, and deny the Substance,  this faith that has been promised, the Substance  that has been promised?

So Isaiah 53:1 mournfully asks, 1 Who hath believed our report? And to whom is the arm of the LORD revealed?”

Sadly the answer is, most have not believed the report. And even within God's supposed people there are people that say, “Oh, please don't let Him come yet.”

 

Maka kriteria yang sama berlaku untuk suara Allah di Kitab Suci, dan untuk alam, tetapi siapa yang percaya?

Mazmur 50:1 dan seterusnya berkata, 1 Mazmur Asaf. Allah segala allah, TUHAN Allah, telah berfirman, dan Dia telah memanggil bumi. Dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya. 2 Dari Sion, keelokan keindahanNya. Allah akan datang dalam wujud, 3 Allah kita akan datang dan tidak akan diam. Suatu api akan menyala di hadapan-Nya, dan badai yang dahsyat akan mengelilingiNya.” (Douay-Rheims Bible)

Inilah janji Kedatangan Kedua.

Pertanyaannya ialah, apakah kita mempercayai ini? Apakah kita sudah begitu mengenal karakterNya sehingga kita benar-benar menantikan ini? Atau apakah kita takut bahwa ada yang tidak benar dengan hidup kita, atau apakah kita takut pada perubahan dan lebih suka menggandoli apa yang kita punya, bayangan dari dunia, dan menolak Substansinya, iman yang telah dijanjikan itu, Substansi yang telah dijanjikan?

Jadi Yesaya 53:1 dengan sedih bertanya,  1 Siapakah yang sudah percaya kepada laporan kami? Dan kepada siapakah lengan TUHAN dinyatakan?” Yang menyedihkan, kebanyakan tidak mempercayai laporan itu. Dan bahkan di atara yang mengaku umat Allah, mereka berkata, “Oh, moga-moga Dia jangan datang dulu.”

 

 

Hebrews 11:2-3

So Hebrews 11:2 says, 2 For by it…” by faith  “…the elders obtained a good report.”

And then comes the list of those that gave us this good report. Verse 3, “3 Through faith we understand that the worlds were framed by the Word of God, so that things which are seen were not made of things which do appear.” That's the first statement of faith in Hebrews chapter 11. By faith we understand that the worlds were framed by the Word of God, and that the things that we see were not made from things, but they were made “ex nihilo” out of nothing. I almost want to use an explicit, and say, how much of the world actually believes this? A tiny, tiny minority believes this. Does the educational system of the world believe this? Absolutely not! What is taught in our schools, what's even taught in our primary schools? Anything but this. In fact the exact opposite is being embraced by the world. The theory of Evolution has totally negated verse 3, it has been swallowed not only by the philosophers of science but by the very scientists that are producing the substances which are supposed to save humanity in the days that we are living in.

 

Ibrani 11:2-3

Jadi Ibrani 11:2 mengatakan,2 Sebab oleh imanlah para leluhur telah mendapatkan laporan yang baik…”  Kemudian muncul daftar mereka yang telah memberi kita laporan baik ini. Ayat 3, “…3 Melalui iman kita mengerti, bahwa dunia-dunia telah dirancang oleh Firman Allah, sehingga hal-hal  yang terlihat tidak dibuat dari apa yang kita lihat…”  Itulah pernyataan iman yang pertama di Ibrani pasal 11. Melalui iman kita mengerti bahwa dunia-dunia dirancang oleh Firman Allah, dan bahwa hal-hal yang kita lihat tidak dibuat dari benda-benda yang ada, tetapi mereka dibuat “ex-nihilo” dari yang tidak ada. Saya nyaris mau memakai kata yang eksplisit dan berkata, seberapa banyak dari dunia ini yang mempercayai ini? Hanya minoritas yang amat sangat kecil yang mempercayai ini. Apakah sistem pendidikan dunia mempercayai ini? Sama sekali tidak! Apa yang diajarkan sekolah-sekolah kita, bahkan yang diajarkan di Sekolah Dasar kita? Apa saja kecuali ini. Bahkan yang sebaliknya yang dianut oleh dunia. Teori Evolusi sudah seluruhnya menyangkal ayat 3, itu sudah ditelan bulat-bulat bukan hanya oleh para filsuf sains tetapi juga oleh para ilmuwan yang sama yang menciptakan substansi-substansi yang dianggap menyelamatkan kemanusiaan di hari-hari di mana kita sekarang hidup.

 

 

So the question is does the world have faith? And the answer is No, it does not have faith, particularly if it believes the lie that is being propagated in the world regarding this very issue. So it's a sad state of affairs that the very first statement of faith is negated by the entire scientific world and embraced by the religious world. So even the supposed people of God that stand in the pulpit will defend the voice of science over and above the Word of God, a very sad state of affairs.

 

Maka pertanyaannya ialah, apakah dunia punya iman? Jawabannya ialah Tidak, dunia tidak punya iman, terutama jika dia mempercayai kebohongan yang disebarkan di dunia mengenai isu ini. Jadi ini adalah kondisi yang menyedihkan, bahwa pernyataan iman yang pertama disangkal oleh seluruh dunia saintifik yang dianut oleh dunia relijius. Jadi, bahkan mereka yang dianggap umat Allah yang berdiri di atas mimbar membela suara sains di atas Firman Allah, suatu kondisi yang amat sangat menyedihkan.

 

 

Hebrews 11:4

And as we go down the line Hebrews 11:4, “4 By faith Abel offered unto God a more excellent sacrifice than Cain, by which he obtained witness that he was righteous, God testifying of his gifts: and by it he being dead yet speaketh…”  that is the second statement, it goes right back to the garden of Eden.  “…by faith Abel offered a more excellent sacrifice…” if we ask ourselves, the religious systems of the world, do they embrace the religion of Abel, that the Substitute should die for us, that there would be an atonement that would pay the price for our sins? If you take the great religious systems of the world, they all deny it. And even in the Christian world it is denied as verily as Cain denied it. And we've seen in the previous chapters how they deny the atonement of Jesus Christ, and how the whole world can sit around one table in a happy ecumenism with those that deny the atonement of Christ and claim that they are brothers and sisters in Christ.

 

Ibrani 11:4

Dan sambil kita lanjutkan Ibrani 11:4, 4 Karena iman, Habel telah mempersembahkan kepada Allah kurban yang lebih baik daripada kurban Kain, dengan mana ia memperoleh kesaksian bahwa ia benar, Allah bersaksi atas persembahan-persembahannya; dan melalui itu, walaupun ia mati, namun ia masih bicara…”  ini adalah pernyataan yang kedua, yang kembali ke taman Eden. “…4 Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah kurban yang lebih baik…”  Jika kita bertanya kepada diri sendiri, sistem relijius dunia, apakah mereka menganut agama Habel, bahwa Seorang Pengganti harus mati bagi kita, bahwa nanti akan ada pendamaian yang akan membayarkan harga dosa kita? Jika kita lihat sistem-sistem relijius dunia yang besar-besar, mereka semua menyangkalnya. Dan bahkan di dunia Kristen, itu disangkal sama seperti Kain menyangkalnya. Dan kita sudah melihat di pasal-pasal sebelumnya bagaimana mereka menyangkal pendamaian Yesus Kristus, dan bagaimana seluruh dunia bisa duduk mengelilingi satu meja dalam eukumenisme yang ceria bersama-sama dengan mereka yang menyangkal pendamaian Kristus dan mengklaim mereka itu saudara-saudara laki-laki dan perempuan dalam Kristus.

 

 

Now the sad state of affairs is that the people that are involved in these systems are blissfully unaware of the official teaching, because they've never learned to question, they have been ritualized, and that is why it is so important for the enemy of souls to ensure that people are ritualized, so that they block out their cognitive functions. The faith of Abel is not the faith of the religious world, nor is it the faith of many in the supposed Christian world.

 

Nah, kondisi yang menyedihkan ialah orang-orang yang terlibat dalam sistem-sistem ini sama sekali tidak menyadari ajaran yang resmi, karena mereka tidak pernah belajar mempertanyakan, mereka sudah diritualisasi, dan itulah mengapa begitu penting bagi musuh jiwa-jiwa (Setan) untuk memastikan bahwa orang-orang diritualisasi supaya mereka memblokir fungsi kognitif mereka. Iman Habel bukanlah agama dunia ini, maupun agama dari banyak mereka di dunia yang mengaku sebagai Kristen.

 

 

Hebrews 11:5

Verse 5,  “…5 By faith Enoch was translated that he should not see death; and was not found, because God had translated him. For before his translation he had this testimony, that he pleased God.”

Now Enoch serves as a type for the anti-deluvian world, that God would fulfill His promises. And Enoch was taken to Heaven just as Elijah was, without seeing death, as a guarantor for those living at the end of time who will be alive when the Lord will come, that they too will be able to see God without facing death first.

 

Ibrani 11:5

Ayat 5, 5 Karena iman, Henokh diubahkan supaya ia tidak mengalami kematian; dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum pengangkatannya, ia memiliki kesaksian ini, bahwa ia berkenan kepada Allah.”

Nah, Henokh berfungsi sebagai suatu tipe bagi dunia pra-airbah, bahwa Allah akan memenuhi janji-janjiNya. Dan Henokh dibawa ke Surga sebagaimana Elia, tanpa melihat kematian, sebagai jaminan bagi mereka yang masih akan hidup di akhir zaman ketika Tuhan datang, bahwa mereka juga akan bisa melihat Allah tanpa lebih dulu mengalami kematian.

 

 

Now is this believed in the world today? Well, I’ve heard many many sermons.  I’ve heard even the Nobel laureates of this world, like the Desmond Tutu’s of this world, stating that the story of the resurrection is an allegory, that it never happened, or the Jesus Seminar  that says Jesus was probably eaten by dogs, there was never a resurrection, this is purely a story, a figment of the imagination. And this is the supposed Christian world, the Nobel laureates and the bishops of this world?



Nah, apakah ini dipercayai di dunia sekarang ini? Nah, saya telah mendengar banyak-banyak khotbah. Saya telah mendengar bahkan para pemenang hadiah Nobel dunia ini, seperti para Desmond Tutu *) dunia ini, yang menyatakan bahwa kisah kebangkitan itu kiasan, bahwa itu tidak pernah terjadi. Atau yang dikatakan kelompok Jesus Seminar **) bahwa Yesus itu kira-kira dimakan anjing, tidak pernah ada kebangkitan, itu semata-mata suatu dongeng, ciptaan dari imajinasi saja. Dan ini datang dari yang mengaku sebagai dunia Krisiten, para pemenang Nobel dan para uskup dunia ini.

 

*)       Desmond Tutu itu Theolog dan Uskup Anglikan Afrika Selatan, menjabat Uskup Agung Cape Town – wafat Des. 2021

 

**)         kelompok yang dibentuk di Amerika tahun 1985 yang mempelajari tokoh Yesus. Pendirinya mati tahun 2005 dan tidak lama kemudian kelompok ini berhenti berfungsi walaupun tidak pernah dibubarkan secara resmi).

 

 

“By faith Enoch…” is that believed in the world today? No, but he's in the Hall of Fame  as is Abel. So it is difficult to walk with God in the midst of a wicked world with myriads of temptations. But Enoch did. Was this written down long after the translation of Enoch as a reminder of his achievements, or was it an example of what we can achieve by faith in the time that we are living in?  These things are written says the Bible for our example, everything in the Bible is written for our example. And every word in the Bible is God breathed, that is what we have to accept by faith. And if you want to have the faith of Enoch then you must walk with God in the midst of a world as it is today, where every imagination of the heart is continually evil, as it was in the antediluvian day.

1 Corinthians 10:11 says, 11 Now all these things happened unto them for ensamples, and they are written for our admonition, upon whom the ends of the world are come.”

 

5 Karena iman, Henokh…”  apakah ini dipercayai di dunia hari ini? Tidak, tetapi Henokh masuk “Kategori Orang-orang yang Dihormati Karena Pencapaian Mereka”, seperti juga Habel. Jadi memang sulit berjalan bersama Allah di tengah-tengah dunia yang jahat dengan pencobaan yang tidak terbilang jumlahnya. Tetapi Henokh berhasil. Apakah ini ditulis jauh setelah pengangkatan Henokh untuk memperingati pencapaiannya atau apakah ini suatu contoh dari apa yang bisa kita capai melalui iman di zaman di mana kita hidup sekarang? Kata Alkitab hal-hal ini ditulis untuk teladan kita, segala yang ada di Alkitab itu ditulis bagi teladan kita. Dan setiap perkataan di Alkitab itu diilhami oleh Allah, itulah yang harus kita terima dengan iman. Dan jika kita mau memiliki iman Henokh, maka kita harus hidup bersama Allah di tengah-tengah dunia sebagaimana adanya hari ini, di mana setiap imajinasi hati terus-menerus jahat, seperti di zaman pra-airbah.

1 Korintus 10:11 berkata, 11 Nah, semua hal ini telah menimpa mereka sebagai contoh, dan mereka ditulis untuk menjadi peringatan bagi kita, yang kepada siapa akhir dunia akan tiba.”

 

 

So what are the consequences of not having faith? And we see that the world doesn't have faith. It doesn't believe anything that is written in those first three pillars of faith, or a minute fraction of the world believes it.

 

Jadi apa konsekuensinya tidak memiliki iman? Dan kita melihat bahwa dunia tidak punya iman, yang tidak mempercayai apa pun yang tertulis di ketiga pilar iman yang pertama, atau hanya sebagian yang sangat kecil dari dunia yang mempercayainya.

 

 

Hebrews 11:6

Well, verse 6 is the consequence. 6 But without faith it is impossible to please Him. For he that cometh to God must believe that He is, and that He is a rewarder of them that diligently seek Him.”

The religious world has said they can embrace Atheists, as long as they are people that walk according to the common good. But without faith in God it is impossible to please Him.

 

Ibrani 11:6

Nah, ayat 6 adalah konsekuensinya. 6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin  berkenan kepada Allah. Sebab dia yang datang kepada Allah,  harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah adalah pemberi hadiah kepada mereka yang rajin mencari Dia.”

Dunia relijius berkata mereka bisa merangkul para atheis selama mereka adalah orang-orang yang hidup demi kepentingan orang banyak. Tetapi tanpa iman pada Allah, itu mustahil berkenan padaNya.

 

 

So God's gallery of faithful men and women includes people from all walks of life, from the most noble to the most ignoble occupations; and from the highest to the lowest stature in society. The issues of faith also stand in stark contrast to the issues that the most brilliant minds in this world hold dear. It is the absolute antithesis of what the world believes. Let's continue.

 

Jadi galeri Allah dari laki-laki dan perempuan yang setia termasuk orang-orang dari segala macam kehidupan, dari profesi yang paling mulia hingga yang paling hina; dari status yang paling tinggi hingga yang paling rendah dalam masyarakat. Isu iman ini juga berdiri dalam kontras yang sangat jelas terhadap isu konsep-konsep yang disayangi oleh mereka yang paling brilyan di dunia. Itu adalah antithesis mutlak dari apa yang diyakini dunia. Mari kita lanjutkan.

  

 

Hebrews 11:7

7 By faith Noah…” in fact you don't even have to go further than that, already the world stumbles  “…being warned of God of things not seen as yet, moved with fear, prepared an ark to the saving of his house; by the which he condemned the world, and became heir of the righteousness which is by faith.” What a magnificent verse!

I remember when I was an Atheist and an Evolutionist, and I switched to becoming a believer in God's Word and in Creation, I had so many discussions with my colleagues; and one of my colleagues ~ who by the way who was an elder in the church, in the Christian church ~ when I asked him what about the universal flood, he said, “There was no universal flood.” Because he was a paleontologist and they don't believe in the universal flood. In fact Evolution cannot tolerate a universal flood. And so I asked him what about it, and he said, “No, it's a figment of the imagination.”

Then I said to him, but what about Jesus? He's an elder in the church! What about Jesus, He said, when the flood came it took them all away.

And his answer was, “Jesus was lying, or He was ignorant.”

 

Ibrani 11:7

7 Karena iman, Nuh…”  malah kita tidak perlu pergi lebih jauh lagi, dunia sudah jatuh tersandung, “…setelah diperingatkan Allah tentang hal-hal yang belum kelihatan, bertindak dengan gentar, mempersiapkan sebuah bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dengan tindakan mana ia telah menghukum dunia, dan menjadi ahliwaris kebenaran, yaitu melalui iman.” Betapa luar biasanya ayat ini!

Saya ingat ketika saya seorang Atheis dan Evolusionis, dan saya pindah menjadi orang yang mempercayai Firman Allah dan Penciptaan, saya berdiskusi begitu banyak dengan kolega-kolega saya, dan salah satu dari kolega saya ini ~ yang kebetulan juga seorang tua-tua gereja, di gereja Kristen ~ ketika saya bertanya padanya tentang air bah universal, dia berkata, “Tidak ada air bah universal.” Karena dia seorang ahli paleontologi (ilmu fosil tanaman dan hewan) dan mereka tidak percaya pada air bah universal. Bahkan golongan Evolusi tidak menoleransi air bah universal. Maka saya tanya kepadanya bagaimana tentang itu dan dia berkata, “Tidak, itu cuma ciptaan imajinasi.” Lalu saya katakan kepadanya, bagaimana tentang Yesus? Dia ini seorang tua-tua di gereja loh! Bagaimana dengan Yesus? Yesus mengatakan air bah datang dan menyapu habis dunia (Mat. 24:39). Dan jawabannya ialah, “Yesus bohong atau Dia tidak tahu apa-apa.”

 

 

“By faith Noah…” it's a sad state of affairs, that my academic colleagues didn't have any faith in terms of what Noah believed. And so they have influenced thousands and thousands against what the Bible defines as faith.

There are organizations run on campuses by the Christian world that represent Christianity and they make it their business at the universities to train people to turn their backs on the “myths” of the Bible so that they do not look like fools in the eyes of science. Well, one day they will look like fools in the eyes of God, because the Bible says, “the fool says in his heart there is no God” (Psa. 14:1),  and the fool says in his heart there was no flood.

Let's continue our walk of faith. The world really is in trouble so far.

 

7 Karena iman, Nuh…”  ini adalah kondisi yang menyedihkan, bahwa kolega-kolega akademis saya tidak punya iman apa pun sehubungan dengan apa yang diyakini Nuh. Maka mereka telah mempengaruhi beribu-ribu orang untuk tidak mempercayai apa yang dikatakan Alkitab sebagai iman.

Ada organisasi-organisasi yang dijalankan oleh dunia Kristen di kampus-kampus yang mewakili Kekristenan dan sasaran mereka ialah melatih di universitas-universitas agar orang-orang berpaling dari “mitos-mitos” Alkitab, supaya mereka tidak terlihat seperti orang-orang bodoh di mata sains. Nah, suatu hari mereka akan terlihat seperti orang-orang bodoh di mata Allah, karena Alkitab berkata, “…Orang bebal berkata dalam hatinya, Tidak ada Allah…” (Maz. 14:1) dan orang bebal berkata dalam hatinya tidak ada air bah.

Mari kita lanjutkan perjalanan iman kita. Dunia benar-benar dalam masalah sampai sejauh ini.

 

 

Hebrew 11:8-10

8 By faith Abraham, when he was called to go out into a place which he should after receive for an inheritance, obeyed; and he went out, not knowing whither he went. 9 By faith he sojourned in the land of promise, as in a strange country, dwelling in tabernacles with Isaac and Jacob, the heirs with him of the same promise: 10 For he looked for a City which hath foundations, whose builder and maker is God.”

Well, how many people believe that in the world today? This is the gallery of faith.

Abraham when he didn't even know where he was going to go, obeyed. He left his home, he left his family, and he went. And he wandered in a strange country dwelling in tabernacles and he was waiting for a City which has foundations whose builder and maker is God, a literal City. And people say that this is foolishness.  And so the world today preaches a Millennialism or Millenniumism on this earth. Either way they are not looking for a City. Roman Catholicism and conservative Protestantism teach a millennialism. There is no Millennium and the kingdom of God  will be eternal and the church will rule here on earth.

The Bible says,  “My kingdom is not of this world” (John 18:36).

So how do you reconcile those two issues?

And the Protestant world ~ the Pentecostal world in particular ~ they teach a millennium, a thousand years of peace and safety upon this earth, when the Bible knows nothing. In fact when they say “peace and safety” the Bible says “…sudden destruction will come upon them...” (1 Thessa 5:3) 

 

Ibrani 11:8-10

8 Karena iman, Abraham ketika ia dipanggil untuk berangkat ke tempat yang kemudian akan diterimanya sebagai milik pusakanya, patuh; dan ia berangkat tanpa mengetahui ke mana ia pergi. 9 Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di negeri asing,  tinggal dalam tenda-tenda dengan Ishak dan Yakub, ahliwaris-ahliwaris bersamanya dari janji yang sama. 10 Sebab ia menanti-nantikan Kota yang mempunyai fondasi, yang pembangun dan pembuatnya ialah Allah.”

Nah, berapa banyak orang di dunia hari ini yang mempercayai ini? Inilah galeri iman.

Abraham ketika dia tidak tahu ke mana dia akan pergi, dia patuh. Dia meninggalkan rumahnya, dia meninggalkan sanak kerabatnya, dan dia berangkat. Dan dia mengembara di negeri yang asing, hidup dalam tenda-tenda, dan dia menatikan sebuah Kota yang punya fondasi yang pembangun dan pembuatnya ialah Allah, sebuah Kota literal. Dan orang-orang mengatakan ini kebodohan. Maka dunia hari ini mengkhotbahkan suatu Millenialisme atau Milleniumisme di bumi ini. Apa pun itu, mereka tidak mencari sebuah Kota. Roma Katolikisme dan Protestan konservatif mengajarkan Millenialisme. Tidak ada Millenium  dan kerajaan Allah akan kekal dan gereja akan memerintah di bumi ini.  

Alkitab mengatakan, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini…” (Yoh. 18:36). 

Jadi bagaimana kita bisa mempertemukan kedua isu itu?

Dunia Protestan~ terutama yang Pentekosta ~ mereka mengajarkan suatu Millenium, 1’000 tahun damai dan aman di bumi ini, padahal Alkitab tidak mengatakan apa-apa. Bahkan ketika mereka berkata, “…‘damai’ dan ‘aman’…” Alkitab berkata   “…kebinasaan tiba-tiba akan menimpa mereka…” (1 Tesa. 5:3)

 

 

So if you read Matthew 24, surely it doesn't speak about peace and safety. So how many people have the faith of Abraham? How many people are willing to “come out of her, My people” (Rev. 18:4) to walk destitute in the world ~ spiritually speaking ~ without comfort, waiting and looking for a City that God has prepared for them that love Him? Very-very few. But that is a requirement. God says, “Come out of her, My people”, and if you refuse to come out because you love the shadow and refuse the Substance,  then you have a problem.

 

Maka kalau kita membaca Matius 24, jelas itu tidak bicara tentang damai dan aman. Jadi berapa orang yang memiliki iman Abraham? Berapa orang yang rela untuk Keluarlah darinya, hai umat-Ku” (Wah. 18:4), untuk hidup kekurangan di dunia ~ bicara secara spiritual ~ tanpa kenyamanan, menunggu dan mengharapkan suatu Kota yang telah disiapkan Allah bagi mereka yang mengasihi Dia? Amat sangat sedikit. Tetapi itulah persyaratannya. Allah berkata Keluarlah darinya, hai umat-Ku” dan jika kita menolak untuk keluar karena kita menyukai bayangannya dan menolak Substansinya, maka kita punya masalah.

 

 

Hebrews 11:11-12

Hebrews 11:11 is an interesting one because it says, 11 Through faith also Sara herself received strength to conceive seed, and was delivered of a child when she was past age, because she judged Him faithful who had promised…” Well, if you want to talk about mustard seed faith, then I think Sara qualifies. What did she do when the angel announced that she was going to conceive? She laughed because she thought it impossible. And when she was confronted, she says, “No, no, no, I didn't, I didn't laugh, no, no, no.” But she had this tiny little seed of faith, and she's placed into the Hall of Fame. That can surely give us some courage as  to how much God expects in terms of us. We have many weaknesses, but there she is in the Hall of Fame.  “…12 Therefore sprang there even of one, and him as good as dead…” speaking about Abraham,  “… so many as the stars of the sky in multitude, and as the sand which is by the sea shore innumerable.”

 

Ibrani 11:11-12

Ibrani 11:11 adalah ayat yang menarik karena dia mengatakan, 11 Karena iman juga Sara sendiri  beroleh kekuatan untuk mengandung benih, dan melahirkan  seorang anak ketika usianya sudah lewat, karena ia menilai Dia yang telah berjanji, itu setia…”  Nah, jika kita mau bicara tentang iman sebesar biji sesawi, maka menurut saya Sarah memenuhi syaratnya. Apa yang dilakukannya ketika malaikat itu mengumumkan bahwa dia akan mengandung? Dia tertawa karena dia pikir itu mustahil. Dan ketika dia ditanya, dia berkata, “Tidak, tidak, tidak, saya tidak tertawa, tidak, tidak, tidak.” Tetapi dia memiliki benih mungil iman ini, dan dia ditempatkan di “Kategori Orang-orang yang Dihormati Karena Pencapaian Mereka”. Tentunya ini bisa memberi kita dorongan tentang seberapa besarnya iman yang diharapkan Allah dari kita. Kita punya banyak kelemahan, tetapi Sara ada di Kategori Orang-orang yang Dihormati” itu.  “…12 Itulah sebabnya, muncul dari satu orang, dan dia itu sudah sama dengan orang mati…”  bicara tentang Abraham,   “…sebegitu banyak jumlahnya seperti bintang di langit, dan seperti pasir di tepi pantai laut, yang tidak terhitung banyaknya.”

 

 

Hebrew 11:13-14

“Faith is the Substance  of things hoped for the evidence of things not seen” (ay. 1). He believed there was a City, he believed it was going to be his abode, and he was willing to wander amongst  this wilderness of this world, not having received the promises ~ because it says in verse 13,13 These all died in faith, not having received the promises, but having seen them afar off, and were persuaded of them, and embraced them, and confessed that they were strangers and pilgrims on the earth. 14 For they that say such things declare plainly that they seek a country…” and this should be our attitude. These all died in their faith not having received the promises. And if we go to the book of Daniel, Daniel was also told to wait for the promise because in verse 13 of chapter 12 we read, 13 But go thou thy way till the end be: for thou shalt rest, and stand in thy lot at the end of the days.”  You will go and sleep, Daniel, but when you are resurrected then you will be heirs of the promise, together with Abraham, and Isaac, and Jacob, and Sarah, and all those that believed the promises of God.

Now we are living in a time when we have an opportunity, and I believe it is a very distinct opportunity, that we will be able like Enoch, to see the coming of the Lord without seeing death. So embrace the promises. Grab hold of the Substance.

 

Ibrani 11:13-14

1 Nah, iman adalah substansi (wujud) dari hal-hal yang diharapkan, bukti dari hal-hal yang tidak dilihat.” (ay. 1).  Dia percaya ada sebuah Kota, dia percaya itu akan menjadi tempat tinggalnya, dan dia rela mengembara di tengah-tengah padang gurun dunia ini, tanpa menerima janji-janji itu ~ karena dikatakan di ayat 13, 13 Mereka semua ini mati dalam iman, tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi karena telah melihat semua itu dari jauh,  dan telah diyakinkan akan adanya itu semua, dan telah memeluk semua itu dan telah mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan peziarah di bumi ini. 14 Sebab mereka yang berkata demikian,  menyatakan dengan jelas, bahwa mereka mencari suatu negeri…”  dan ini yang harus menjadi sikap kita. Mereka semua itu mati dalam iman mereka, belum menerima janji-janji itu. Dan bila kita ke kitab Daniel, Daniel juga disuruh menunggu janji itu karena di pasal 12:13 kita  baca, 13 Tetapi engkau, lanjutkanlah hidupmu sampai akhirnya, karena engkau akan beristirahat, dan akan berdiri di bagian dan tempatmu pada hari-hari akhir.” Kamu akan pergi tidur, Daniel, tetapi ketika kamu dibangkitkan maka kamu akan menjadi ahliwaris janji itu, bersama dengan Abraham, dan Ishak, dan Yakub, dan Sara, dan semua mereka yang mempercayai janji-janji Allah.

Sekarang kita hidup di suatu zaman di mana kita punya kesempatan, dan saya percaya ini adalah kesempatan yang sangat khas, bahwa kita akan bisa seperti Henokh, melihat kedatangan Tuhan tanpa merasakan kematian. Jadi peluklah janji-janji itu. Peganglah erat-erat Substansinya.

 

 

Hebrews 11:15

Verse 15 tells us there's no turning back. “…15 And truly, if they had been mindful of that country from whence they came out, they might have had opportunity to have returned.”

If we borrow from verse 38 (ch. 10) for a moment,38 Now the just shall live by faith: but if any man draw back, My soul shall have no pleasure in him.” If you've made this decision to follow this walk, and the obstacles become so great that you think that you cannot surmount them, if the Anakim are too large for you, then trust in the promises, don't be like the ten spies, be like the two. Say, “Yes, I can do this together with God. We can move this mountain and tell it to move from there to there and the obstacle will go away. Are we facing obstacles? Absolutely! Is there legislation on the cards that will put us in a straight place? Absolutely! And where is our hope? Where is our strength? Where's our help going to come from? By faith, grab hold of the Substance! 

 

Ibrani 11:15

Ayat 15 memberitahu kita tidak ada jalan putar balik. 15 Dan sesungguhnya, seandainya mereka memikirkan negeri dari mana mereka telah keluar, mereka bisa saja mempunyai kesempatan untuk kembali.”

Jika kita meminjam dari pasal 10:38 sejenak, 38 Nah, orang benar akan hidup oleh iman. Tetapi jika siapa pun mengundurkan dirinya, Aku tidak berkenan kepadanya.”  Jika kamu sudah membuat keputusan ini untuk mengikuti perjalanan ini, dan penghalang-penghalangnya begitu besar sampai kamu mengira kamu tidak bisa mengatasinya, jika orang-orang Enak itu terlalu besar bagimu, maka percayalah pada janji-janji itu, jangan seperti ke-10 orang pengintai, jadilah seperti yang 2 orang. Katakan, “Ya, saya bisa melakukan ini bersama dengan Allah. Kami bisa memindahkan gunung ini, menyuruhnya untuk pindah dari sini ke sana, dan penghalang-penghalang itu akan lenyap. Apakah kita sekarang sedang menghadapi halangan-halangan? Tepat sekali! Apakah ada peraturan yang sedang disiapkan yang akan menempatkan kita di tempat yang sulit? Benar sekali! Dan di mana harapan kita? Di mana kekuatan kita? Dari mana bantuan kita akan datang? Dengan iman, peganglah erat-erat pada Substansinya!

 

 

So they could have returned. Did the Israelites want to return to Egypt? Absolutely! Did Abraham return? No! But he lingered, he lingered for a while in Haran, and he had to have a second call to come out. And the same with this world. There are two calls to come out of Babylon and the final call is right now. Because many a Protestant soul and many a Christian soul is lingering in Haran, they should come out. They should come out and go into the wilderness, and wait for the Heavenly City because this earthly one will not become a reality.

 

Jadi mereka bisa saja kembali. Apakah orang Israel ingin kembali ke Mesir? Tepat sekali! Apakah Abraham kembali? Tidak! Tetapi dia berhenti, dia berhenti sejenak di Haran, dan dia harus dipanggil kedua kalinya untuk keluar. Dan dunia ini sama. Ada dua panggilan untuk keluar dari Babilon, dan panggilan yang terakhir adalah sekarang. Karena banyak orang Protestan dan banyak orang Kristen yang berhenti di Haran, mereka harus keluar. Mereka harus keluar dan pergi ke padang gurun, dan menunggu Kota Surgawi karena yang duniawi ini tidak akan menjadi kenyataan.

 

 

Hebrews 11:16

Verse 16, “16 But now they desire a better country, that is, an heavenly: wherefore God is not ashamed to be called their God, for He hath prepared for them a City.”

I think we should study this a little bit further. So in other words, if you believe that there is a literal Heavenly City that God has prepared for them that love Him; then God is not ashamed to be called your God, wherefore God is not ashamed to be called their God. This is amazing. So in other words, those that are the laughing stock of the world, who believe that Jesus Christ is going to come again and take us to where He is also according to John chapter 14, you become the laughingstock of the world, then God is not ashamed to be your God.

 

Ibrani 11:16

Ayat 16, 16 Tetapi sekarang mereka merindukan negeri yang lebih baik, yaitu yang surgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah Kota bagi mereka.”

Saya pikir, kita perlu mempelajari ini lebih banyak. Dengan kata lain, jika kita percaya ada sebuah Kota Surgawi yang literal yang telah disiapkan Allah bagi mereka yang mengasihi Dia, maka Allah tidak malu disebut Allah kita, karena Allah tidak malu disebut Allah mereka. Ini mengagumkan. Jadi dengan kata lain, mereka yang menjadi objek tertawaan dunia, mereka yang percaya bahwa Yesus Kristus akan datang kembali lagi dan membawa kita ke mana Dia juga berada, menurut Yohanes pasal 14, kita menjadi bahan tertawaan dunia, maka Allah tidak malu disebut Allah kita.

 

 

Hebrews 2:11 said, remember?  11 For both He that sanctifieth and they who are sanctified are all of one: for which cause He is not ashamed to call them brethren.”

So God is not only not ashamed to be our God, He is not ashamed to call us brethren, brothers and sisters in Christ. This is amazing. So let the world laugh, and let us have faith.

So if God is not ashamed to be our God, and to call us brethren, then we should not be ashamed either even though the world mocks.

 

Ingat, Ibrani 2:11 berkata, 11 Sebab baik Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua adalah dari satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara…”  Jadi Allah bukan hanya tidak malu menjadi Allah kita, Dia tidak malu memanggil kita saudara, saudara laki-laki dan perempuan dalam Kristus. Ini mengagumkan. Biar saja dunia menertawakan, biarlah kita tetap punya iman. Jadi jika Allah tidak malu menjadi Allah kita dan memanggil kita saudara, maka kita jangan malu juga walaupun dunia mengejek kita.

  

 

Psalms 119:80 says, 80 Let my heart be sound in Thy statutes; that I be not ashamed.”

In other words, study the Word of God, accept it as the truth from Genesis to Revelation.

Oh, the book of Genesis was not written by Moses, it had more than one author, chapter 1 is different to chapter 2. Chapter 1 talks only of אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym],  chapter 2 talks about יְהֹוָה [YaHWeH] אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym].

So are there now two authors, because in the first chapter it talks about God as plural, and in the second chapter gives the Creator a name יְהֹוָה [YaHWeH],  the "I am”, is it now a second author? 

And what about all the other books? Were they written by the people that wrote them?

Oh no, they were written after the event, like the book of Daniel for example, long after the event.

Excuse me, Daniel predicts to our present day! So no matter where they want to place him, they are in trouble.

 

Mazmur 119:80 berkata,  80 Biarlah hatiku teguh dalam ketetapan-ketetapan-Mu, supaya jangan aku malu.” Dengan kata lain, pelajarilah Firman Allah, terimalah itu sebagai kebenaran, dari Kejadian sampai Wahyu.

Oh, kitab Kejadian itu tidak ditulis Musa, penulisnya lebih dari satu orang, pasal 1 itu beda dengan pasal 2. Pasal 1 hanya bicara tentang אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym],  pasal 2 bicara tentang  יְהֹוָה [YaHWeH] אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym].

Jadi, apakah sekarang ada dua penulis karena di pasal 1 itu bicara tentang Allah dalam bentuk jamak, dan di pasal 2 diberikan nama Sang Pencipta יְהֹוָה [YaHWeH], “Sang Aku ada”, apakah itu lalu penulisnya beda?

Bagaimana dengan semua buku yang lain? Apakah mereka ditulis oleh orang-orang yang menulis mereka?

Oh, tidak, semua itu ditulis kemudian, seperti misalnya kitab Daniel, itu ditulis jauh setelah peristiwanya.

Maafkan saya, Daniel menubuatkan hingga ke zaman kita sekarang. Jadi tidak peduli di mana mereka mau menempatkan Daniel, mereka kena masalah.

 

 

The question is did Jesus believe the book of Genesis was written by Moses? He referred to it many times, and He told the scribes and Pharisees  “as it is written”,  “Moses said the following”, so He believed that Moses wrote it. If Jesus believed it, that should be good enough for me.

How many times did we read what Paul wrote about Moses?

Or what about the book of Job? Was Job a mythological figure? Just a silly story in the Bible? But Jesus Himself said that the righteousness of Job would save him in the day of calamity.  So Jesus believed in Job.

 

Pertanyaannya ialah, apakah Yesus mempercayai kitab Kejadian ditulis Musa? Dia merujuk kepada kitab itu banyak kali, dan Dia mengatakan kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, “seperti tertulis”, “Musa berkata sebagai berikut”, jadi Yesus percaya Musa yang menulisnya. Jika Yesus mempercayainya, itu cukup buat saya.

Berapa kali kita membaca apa yang ditulis Paulus tentang Musa?

Atau bagaimana tentang kitab Ayub? Apakah Ayub itu sosok mitos? Hanya sebuah dongeng konyol dalam Alkitab? Tetapi Yesus Sendiri berkata bahwa kebenaran Ayub menyelamatkan dia di hari bencana besar. (Yehez. 14:14). Jadi Yesus percaya Ayub.

 

 

And we can take chapter after chapter in the Bible, and we can see that Paul quoted them. He quoted the book of Leviticus, he quoted the book of Numbers, he quoted the book of Exodus, he quoted the book of Genesis, he quoted the book of Job, he quoted all of these books, he quoted the Psalms. He believed. Jesus believed. But His followers don't. They think someone else wrote it. No, no, no, we must not be ashamed, and we must let our hearts be “sound in Thy statutes”. As it is written, so it is. Irrespective of what some brilliant person ~ even if he has a white coat on ~ has to say.

 

Dan kita bisa mengambil pasal demi pasal di Alkitab, dan kita bisa melihat bahwa Paulus mengutip mereka. Dia mengutip dari kitab Imamat, dia mengutip dari kitab Bilangan, dia mengutip dari kitab Keluaran, dia mengutip dari kitab Kejadian, dia mengutip dari kitab Ayub, dia mengutip dari semua kitab itu, dia mengutip kitab Mazmur. Dia percaya. Yesus percaya. Tetapi pengikut-pengikutNya tidak. Mereka berpikir orang lain yang menulis kitab-kitab itu. Tidak, tidak,tidak, kita jangan malu, kita harus membuat hati kita  “teguh dalam ketetapan-ketetapan-Mu” (Maz. 119:80),  sebagaimana tertulis, begitulah adanya, tidak peduli apa yang dikatakan oleh orang yang brilyan ~ walaupun dia seorang ilmuwan.

 

 

Romans 1:16, 16 For I am not ashamed of the gospel of Christ: for it is the power of God unto salvation to every one that believeth; to the Jew first, and also to the Greek.”

2 Timothy 1:12, 12 For the which cause I also suffer these things. Nevertheless I am not ashamed, for I know whom I have believed, and am persuaded that He is able to keep that which I have committed unto Him against that day.”

We need to have this experience. We need to trust. We need to develop faith.

Romans 10:11 says, 11 For the Scripture saith, ‘Whosoever believeth on Him shall not be ashamed.’…”

These are wonderful promises but if they are not “yea” and “amen” in our lives, they mean nothing.

Matthew 10:32 says, 32 Whosoever therefore shall confess Me before men, him will I confess also before My Father which is in heaven.”

And then Luke 12:8 tells us,  that He will confess us before angels of God if we confess Jesus before men. 8 Also I say unto you, ‘Whosoever shall confess Me before men, him shall the Son of man also confess before the angels of God.’…”

So we mustn't be ashamed.

 

Roma 1:16, 16 Karena aku tidak malu dengan injil Kristus; karena Injil adalah kekuatan Allah yang membawa kepada keselamatan bagi setiap orang yang percaya, pertama-tama bagi orang Yahudi, dan juga bagi orang Yunani.”

2 Timotius 1:12, 12 Untuk tujuan itulah aku juga menderita hal-hal ini. Namun demikian aku tidak malu; karena aku tahu siapa yang aku percayai,  dan aku yakin bahwa Dia mampu memeliharakan apa yang telah kupercayakan kepadaNya hingga pada hari Tuhan.”

Kita perlu pengalaman ini. Kita perlu mempercayai. Kita perlu mengembangkan iman.

Roma 10:11 berkata, 11 Karena Kitab Suci berkata, ‘Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan malu.’…”

Ini adalah janji-janji yang indah, tetapi jika ini tidak kita “iya” dan “amin”kan dalam hidup kita, mereka tidak berarti apa-apa.

Matius 10:32 berkata, 32 Karena itu barangsiapa yang akan mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”

Kemudian Lukas 12:8 mengatakan kepada kita bahwa Dia akan mengakui kita di hadapan para malaikat Allah jika kita mengakui Yesus di hadapan manusia. 8 Juga Aku berkata kepadamu, ‘Barangsiapa yang akan mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.’…”

Jadi kita jangan merasa malu.

 

 

I remember what it was like when I first started. How am I going to do this?  By practice! It becomes possible, to say this is the way it is, this is what I believe, and I don't care what you say and what you say to the contrary, the Word of God says it, and I have come to believe it. And it is the Word of God, and it is immutable. Then if we are enemies as a consequence, let it be so.

 

Saya ingat bagaimana rasanya ketika pertama saya mulai. Bagaimana saya harus melakukan ini? Lewat latihan!  Itu menjadi mungkin, mengatakan demikianlah yang seharusnya, inilah yang saya percayai, dan saya tidak peduli apa yang dikatakan orang lain, dan apa yang dikatakan orang lain yang bertentangan dengan itu, Firman Allah mengatakan demikian, dan saya sudah meyakininya. Dan itulah Firman Allah, dan itu tidak akan berubah. Lalu, jika sebagai akibatnya kita menjadi musuh, biarlah demikian.

 

 

Hebrews 11:17-19

Verse 17 continues with the faith of Abraham and says, “17 By faith Abraham, when he was tried, offered up Isaac: and he that had received the promises offered up his only begotten son…” this must have been an amazing test, and it was given of course as a type of the great sacrifice that Jesus was made. This was a far greater challenge than what Adam and Eve had, and this came after millennia of sin on the planet. And Abraham stood the test. He had many faults, and many failures, but here he believed God, which is more than what Adam and Eve did. They had a simple test. This was a far more difficult test to perform. And then it says,  “…18 Of whom it was said, that in Isaac shall thy seed be called. 19 Accounting that God was able to raise him up, even from the dead; from whence also he received him in a figure…” so the Bible says that Abraham was virtually dead ~ speaking in terms of his productive or reproductive capacity ~ when he conceived Isaac; and now he was asked to offer him. But he believed God, and he believed that God was able to raise him up from the dead. He believed in the resurrection. And so he was prepared to do it, if God requested it.

 

Ibrani 11:17-19

Ayat 17 berlanjut dengan iman Abraham dan berkata, 17 Karena iman, Abraham tatkala ia diuji, mempersembahkan Ishak. Dan ia, yang telah menerima janji itu, mempersembahkan anaknya yang satu-satunya…” ini tentunya suatu ujian yang mengagumkan, dan tentu saja ini diberikan sebagai suatu tipe (simbol) dari pengorbanan besar yang dialami Yesus. Ini adalah tantangan yang jauh lebih besar daripada yang dihadapi Adam dan Hawa, dan ini terjadi setelah ribuan tahun kehadiran dosa di planet ini. Dan Abraham lulus dalam ujian itu. Dia punya banyak kesalahan dan banyak kegagalan, tetapi di sini dia mempercayai Allah, dan itu lebih daripada apa yang dilakukan Adam dan Hawa. Adam dan Hawa ujiannya sederhana. Ujian Abraham ini jauh lebih sulit untuk dijalani. Kemudian dikatakan,18 tentang siapa dikatakan, bahwa dalam Ishaklah benihmu akan disebut. 19 Mempertimbangkan bahwa Allah mampu membangkitkan dia bahkan dari antara orang mati; dari mana ia juga telah menerimanya secara kiasan…”  jadi Alkitab berkata bahwa Abraham itu praktis sudah mati ~ bicara tentang kemampuannya mereproduksi ~ ketika dia membuahi Ishak; dan sekarang dia disuruh mempersembahkan Ishak. Tetapi Abraham mempercayai Allah, dan dia percaya Allah mampu membangkitkan Ishak dari orang mati. Abraham mempercayai kebangkitan. Maka dia bersedia melakukannya jika itu yang diminta Allah.

 

 

Hebrews 11:20

Hebrews 11:20 says,  “…20 By faith Isaac blessed Jacob and Esau concerning things to come.” So he inherited this faith. He also had to walk his way and find his way to this faith. And he had to wrestle with the Angel, and yes, his hip was put out of joint. But sometimes it's necessary that we go through this world with a limp, or maybe lose an arm or an eye, rather than lose the kingdom of God.

 

Ibrani 11:20

Ibrani 11:20 berkata, 20 Karena iman, Ishak memberkati Yakub dan Esau mengenai hal-hal yang akan datang.”  Jadi dia mewarisi iman itu. Dia juga harus menjalani hidupnya sendiri dan menemukan jalannya ke iman ini. Dan dia harus bergumul dengan Malaikat itu, dan ya, pinggulnya menjadi keluar dari sendinya, tetapi terkadang kita perlu menjalani hidup kita di dunia ini dengan pincang, atau mungkin kehilangan satu lengan atau satu mata, daripada kehilangan kerajaan Allah.

 

 

Let's go through a chiasm in chapter 11, and this one has an A, B, C, D,  and a C’, B’, A’, structure. In other words there's again a central portion in the middle that we need to highlight.

 

Mari kita ke sebuah kiasma di pasal 11, dan ini ada struktur A, B, C, D, dan C’, B’, A’. Dengan kata lain, lagi-lagi ada porsi sentral di tengah yang perlu kita tekankan.

 

        

A:           Hebrews 11:13 (a)  “these all died in the faith.”

A’:          and if we go to the counterpart which is A’ asterisk, it's Hebrews 11:19,  “…accounting that God was able to raise him up even from the dead…”  

So this is the issue of faith, they all died in the faith.  What was the faith? He believed that He could raise him from the dead. So he had faith.

B:           Hebrews 11:13, “…not having received the promises but having seen them afar off…”

B’:          the counterpart is, Hebrews 11:17, “…by faith Abraham when he was tried offered up Isaac, and he that had received the promises offered up his only begotten son…”

So this is basically a chiastic structure with a contrast in it.  So “not having received the promises” he was still waiting for the City, but he never received it. But he did receive Isaac and he was asked to offer him, and he was willing to offer his only begotten son, his one and only, his unique, his μονογενής [monogenēs]. So that was faith. And then,

C:           Hebrews 11:14, “...for they that say such things declare plainly that they seek a country...”

C’:          and Hebrews 11:16,  C’ is the counterpart with an asterisk,  “…but now they desire a better country that is a Heavenly…”

D:           what is the center of this chiasm? Hebrews 11:15,  “…and truly if they had been mindful of that country from which they came out, they might have had opportunity to have returned…” Why didn't they return? Because their faith became Substance,  they believed what God had said, and the Bible says it was accredited to them for righteousness.  

 

A:           Ibrani 11:13 (a)  “Mereka semua ini mati dalam iman”.

A’:          dan jika kita ke pasangannya yaitu A’, itu Ibrani 11:19,Mempertimbangkan bahwa Allah mampu membangkitkan dia bahkan dari antara orang mati…”

Maka   ini adalah isu iman, mereka semuanya mati dalam iman. Iman apa? Dia mempercayai bahwa Allah bisa membangkitkan Ishak dari orang mati. Jadi dia punya iman.

B:           Ibrani 11:13, “…tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi karena telah melihat semua itu dari jauh…”

B’:          pasangannya ialah Ibrani 11:17, “Karena iman, Abraham tatkala ia diuji, mempersembahkan Ishak. Dan ia, yang telah menerima janji itu, mempersembahkan anaknya yang satu-satunya.  

Maka pada dasarnya ini adalah struktur kiastik dengan perbandingan di dalamnya. Maka “tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu” dia masih terus menantikan Kota itu, tetapi dia tidak pernah menerimanya. Tetapi dia menerima Ishak, dan dia diminta mempersembahkannya, dan dia rela mempersembahkan anak satu-satunya, anaknya yang tidak ada duanya itu, anaknya yang unik, anaknya yang  μονογενής [monogenēs]. Jadi itulah yang namanya iman. Kemudian,

C:           Ibrani 11:14, "Sebab mereka yang berkata demikian,  menyatakan dengan jelas, bahwa mereka mencari suatu negeri."

C’:          dan Ibrani 11:16, C’ pasangannya,  “Tetapi sekarang mereka merindukan negeri yang lebih baik, yaitu yang surgawi.”  

D:            Apa bagian tengah dari kiasma ini? Ibrani 11:15, “Dan sesungguhnya, seandainya mereka memikirkan negeri dari mana mereka telah keluar, mereka bisa saja mempunyai kesempatan untuk kembali”.  Mengapa mereka tidak kembali? Karena iman mereka telah menjadi Substansi. Mereka mempercayai apa yang telah dikatakan Allah, dan Alkitab mengatakan bahwa itu diperhitungkan kepada mereka sebagai kebenaran.

 

 

Hebrews 11:21

Verse 21, “21 By faith, Jacob when he was a dying, blessed both the sons of Joseph; and worshipped, leaning upon the top of his staff.”

He was an old man, in other words, and he kept his faith to his old age. And when Joseph brought his sons, he reversed the blessing. And Joseph was most unpleased, and tried to take his hand and change the blessing, but with his prophetic eye he saw the future, and “by faith Jacob when he was dying, blessed both the sons of Joseph” taking the younger and placing him above the older, and he worshipped, leaning upon the top of his staff because he was old. 

 

Ibrani 11:21

Ayat 21,  “21 Karena iman, Yakub ketika akan mati, memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah, sambil bersandar pada kepala tongkatnya.” Dia seorang yang sudah tua, dengan kata lain, dia memelihara imannya hingga ke usia lanjutnya. Dan ketika Yusuf membawa anak-anaknya, dia menukar berkatnya. Dan Yusuf tidak senang dan berusaha mengangkat tangan Yakub dan mengganti berkat itu, tetapi dengan mata batinnya Yakub melihat masa depan, dan Karena iman, Yakub ketika akan mati, memberkati kedua anak Yusuf”, menempatkan yang lebih muda di atas yang lebih tua. Dan Yakub menyembah, sambil bersandar di bagian atas tongkatnya karena dia sudah tua.

 

 

Now if of course you have the Douay-Rheims Bible (DRB) which is the Jesuit version it reads,  “by faith Jacob dying, blessed each of the sons of Joseph, and adored the top of his rod. Now this is such a ridiculous translation. But the world thinks that it is fine to associate with people that propagate idolatry to this sense; they've removed the Second Commandment of idolatry out of their catechism, and therefore changed the wording, so that it includes idolatry in this section. It is absolutely astounding that people can go that far.

 

Nah, tentu saja jika kita lihat di Douay-Rheims Bible (DRB) yang adalah versi Jesuit, tertulis, 21 Karena iman, Yakub ketika akan mati, memberkati masing-masing anak Yusuf, dan memuja kepala tongkatnya.” Nah, ini adalah terjemahan yang begitu konyol. Tetapi dunia menganggapnya baik-baik saja berasosiasi dengan orang-orang yang menyebarkan penyembahan berhala dengan pengertian ini; mereka telah menghapus Perintah Kedua tentang penyembahan berhala dari katekismus mereka, dan dengan demikian mengubah perkataannya supaya di bagian ini  dimasukkan penyembahan berhala. Benar-benar mengherankan bagaimana manusia rela berbuat sejauh itu.

 

 

Hebrews 11:22

22 By faith, Joseph when he died, made mention of the departing of the children of Israel; and gave commandment concerning his bones.” This in itself is another interesting one, because Joseph knew that the children of Israel were going to depart and he gave strict instructions that his bones should be taken out and carried away. And the Bible tells us that that is exactly what happened, when they left Egypt they took the bones of Joseph with them. And now we have archaeologists in the world ~ the scientific white coats of this planet ~  who tell us that they have found the tomb of Joseph and his bones in Egypt!  Is that faith? No! That is believing the lie, so that you can propagate the lie, and make the Word of God to non-effect. The world does not fit into chapter 11 of the book of Hebrews.

 

Ibrani 11:22

22 Karena iman, Yusuf menjelang matinya menyebut tentang keluarnya orang-orang Israel; dan memberi perintah tentang tulang-belulangnya.” Ini berdiri sendiri adalah ayat yang menarik karena Yusuf tahu bahwa bangsa Israel akan keluar dan dia memberikan instruksi ketat bahwa tulang-tulangnya harus dikeluarkan dan dibawa pergi. Dan Alkitab mengatakan kepada kita bahwa tepat itulah yang terjadi, ketika mereka meninggalkan Mesir, mereka membawa serta tulang-tulang Yusuf bersama mereka. Dan sekarang ada para arkeolog (ahli purbakala) dunia ~ ilmuwan-ilmuwan berjubah putih di planet ini ~ yang mengatakan kepada kita bahwa mereka telah menemukan kuburan Yusuf dan tulang-tulangnya di Mesir! Apakah itu iman? Bukan! Itu mempercayai kebohongan, supaya  bisa menyebarkan kebohongan itu dan membuat Firman Allah jadi tidak berarti. Dunia tidak cocok masuk ke pasal 11 kitab Ibrani.

 

 

So where Joseph prevailed we can also prevail.

It says in Galatians 5:16, 16 This I say then, ‘Walk in the Spirit, and ye shall not fulfil the lust of the flesh.”

Here was a man who had integrity, and he fought against the lusts of the flesh, and ran away from the wife of the one that he was serving; and we can do the same. And he kept his integrity, and he kept his faith, and in fact Joseph is one of those examples in the Bible that smacks  of perfection just like Daniel. But when Daniel prayed, he associated himself with those that were sinful, he never elevated himself in any way.

 

Jadi di mana Yusuf berhasil menang, kita juga bisa menang.

Dikatakan di Galatia 5:16, 16 Jadi ini yang kukatakan, ‘Hiduplah dalam Roh, maka kamu tidak akan menuruti nafsu daging.’

Di sinilah seseorang yang punya integritas, dan dia bergumul dengan nafsu daging, dan lari dari istri orang yang dilayaninya; dan kita bisa melakukan yang sama. Dan dia mempertahankan integritasnya, dan dia mempertahankan imannya, dan sesungguhnya Yusuf adalah salah satu teladan dalam Alkitab yang memberikan rasa kesempurnaan, persis seperti Daniel. Tetapi ketika Daniel berdoa, dia mengasosiasikan dirinya dengan mereka yang berdosa, dia tidak pernah meninggikan dirinya dalam bentuk apa pun.

 

 

Hebrews 11:23-27

Verse 23, “ 23 By faith, Moses when he was born, was hid three months of his parents, because they saw he was a proper child…” so this actually refers to the faith of the parents. And then this amazing statement, these parents,   “…and they were not afraid of the king's commandment.” And if we go to Moses himself, “24 By faith, Moses when he was come to years, refused to be called the son of Pharaoh's daughter…” he could have become the next pharaoh.  “…25 Choosing rather to suffer affliction with the people of God, than to enjoy the pleasures of sin for a season; 26 Esteeming the reproach of Christ greater riches than the treasures in Egypt: for he had respect unto the recompence of the reward…” he believed the promises of God and so  “…27 By faith he forsook Egypt, not fearing the wrath of the king: for he endured, as seeing Him who is invisible.”

So he had “the Substance  of things hoped for, the evidence of things not seen”. Both his parents and he were not afraid of the king's command. Moses not fearing the wrath of the king.

 

Ibrani 11:23-27

Ayat 23,  23 Karena iman, Musa setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya…”  jadi ini sebenarnya bicara tentang iman orangtuanya. Kemudian pernyataan yang luar biasa ini, kedua orangtua ini,   “…dan mereka tidak takut akan perintah raja…”  Dan jika kita ke Musa sendiri, “…24 Karena iman,  Musa setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun,…”  padahal dia bisa menjadi Firaun berikutnya, “…25 ia lebih memilih menderita sengsara bersama umat Allah daripada menikmati kenikmatan dosa untuk suatu masa. 26 Menghargai penghinaan demi Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada harta di  Mesir, sebab ia menghargai  balasan pahalanya…”  dia mempercayai janji-janji Allah, maka,  “…27 Karena iman ia telah meninggalkan Mesir, tidak takut akan murka raja, karena Ia menjalaninya dengan tabah, sebagaimana ia melihat Dia yang tidak kelihatan.”

Jadi Musa memiliki Substansi (wujud) dari hal-hal yang diharapkan, bukti dari hal-hal yang tidak dilihat.” Baik orangtuanya dan dirinya tidak takut pada perintah raja. Musa tidak takut pada murka raja.

 

 

The question I have for the people living in the world today, do they have fear for the wrath of the king? Is there a king? Is there one that we should fear that is a counterpart of the king of Egypt? Is there one that says, “Who is the Lord that I should obey His voice? I am above the Bible and I will decide what is right and wrong, and I will determine the common good for all of humanity, and I will decree that my mark shall become the mark of obedience in the entire world. And if you do not follow my mark you will not be able to buy or sell. And I will force and coerce you to do it.” Is there such a king? “And if you do not do it, I will put you in prison, and I will slaughter you in the end. And I will deprive you of your children!” Is there such a king? Is there such a king who could issue death decrees, such as that who can force  you to partake in rituals of death?

Well, they were not afraid of the king's command, and neither was Moses afraid of the wrath of the king. So then neither should we. This is an example of faith. This is the time that we are living in.

 

Pertanyaan yang saya punya bagi manusia yang hidup di bumi sekarang ini, apakah mereka takut pada murka raja itu? Apakah ada seorang raja? Apakah ada yang harus kita takuti yang adalah pasangan raja Mesir? Apakah ada yang berkata, “Siapakah Tuhan itu yang harus kudengarkan suaraNya? Aku lebih tinggi daripada Alkitab dan aku yang akan menentukan apa  yang benar apa yang salah, dan aku yang akan menentukan apa kebaikan bersama buat seluruh kemanusiaan, dan aku yang akan mengeluarkan titah agar tandaku menjadi tanda kepatuhan di seluruh dunia. Dan jika kamu tidak mematuhi tandaku, kamu tidak akan bisa berjual-beli. Dan aku akan memaksa dan mendesak kamu untuk melakukannya.” Apakah ada raja yang seperti ini? “Dan jika kamu tidak melakukannya, aku akan menjebloskan kamu ke penjara, dan akhirnya aku akan membantai kamu. Dan aku akan melenyapkan semua anakmu!” Apakah ada raja seperti ini? Apakah ada raja seperti ini yang bisa mengeluarkan titah untuk membunuh yang bisa memaksa kita mengambil bagian dalam ritual-ritual kematian?

Nah, mereka tidak takut pada titah raja itu, begitu pula Musa tidak takut pada murka raja itu. Kalau begitu kita juga jangan. Ini adalah suatu teladan iman. Inilah saatnya di mana kita hidup.

 

 

Hebrews 11:28-29

Hebrews 11:28, “28 Through faith he kept the passover, and the sprinkling of blood, lest He that destroyed the firstborn should touch them…”  so now we're going back into the religious connotation. What did he believe? He believed in the efficacy of the blood of the Lamb for our salvation, and not the decree of an earthly king that promises you an utopia and a truly human life here on this planet, and calls that salvation; when it is a pile of potash. “…29 By faith they passed through the Red sea as by dry land: which the Egyptians assaying to do were drowned.”

We are facing a Jordan experience, and we will have to go through that sea very shortly. The armies will be behind us, and the rope of faith will dangle from the sky without a hook in front of us, and we will have to grab hold of it, and swing across the chasm, if we want to get into that other land.

Is it difficult to face the wrath of the powerful? Is it difficult to be despised by those who should count you as brothers and sisters in Christ? Will our faith hold when church and state and false brethren, and sometimes well-meaning brethren, are great against us? Will we hold on to our faith?

 

Ibrani 11:28-29

Ibrani 11:28, 28 Karena iman, ia memelihara Passah dan pemercikan darah, supaya jangan Dia yang membinasakan anak-anak sulung menyentuh mereka…”  jadi sekarang kita kembali ke konotasi relijiusnya. Apa yang diyakininya? Dia meyakini kemanjuran darah Anak Domba untuk keselamatan kita, dan bukan titah seorang raja dunia yang menjanjikan suatu kehidupan utopia yang manusiawi di sini di planet ini dan menyebut itu keselamatan padahal itu hanya seonggok garam abu.  “…29 Karena iman, mereka telah melintasi Laut Merah seakan itu di tanah kering, yang  ketika orang-orang Mesir mencobanya, tenggelam.”

Kita sedang menghadapi suatu pengalaman Yordan, dan tidak lama lagi kita akan harus melalui laut itu. Tentara akan ada di belakang kita, dan tali iman akan terjuntai dari langit tanpa pengait di hadapan kita, dan kita akan harus menangkapnya dengan cepat, dan mengayun menyeberangi jurang jika kita mau tiba di negeri seberang.

Apakah sulit menghadapi murka mereka yang berkuasa? Apakah sulit dibenci oleh mereka yang seharusnya menganggap kita saudara dalam Kristus? Akankah iman kita bertahan saat gereja dan Pemerintah dan saudara-saudara palsu, dan terkadang saudara-saudara yang bermaksud baik, sangat menentang kita? Akankah kita berpegang teguh pada iman kita?

 

 

Hebrews 11:30-31

Verse 30, “30 By faith the walls of Jericho fell down, after they were compassed about seven days…” this number seven appears over and over again in the Scripture, and it will be just as important in the time that we live in.  “…31 By faith the harlot Rahab perished not with them that believed not, when she had received the spies with peace.”  In the same way the stones are beginning to cry out. And I believe that many a person will grab hold of the Substance, and leave the shadow behind. And there are many-many Rahab’s in the world, many religious systems contain many-many people that will embrace the truth, and say, “ Surely the Lord God is with you. And I know that this city, this earthly city will be destroyed, therefore I will cast my lot and hang a red lint, testifying my faith in the blood of the Lamb, out of the window on the wall.”  And “on the wall” means in accordance with the Law, and that portion of the wall never tumbled down but the rest did. 

 

Ibrani 11:30-31

Ayat 30,  30 Karena iman, tembok-tembok Yerikho  runtuh, setelah tembok-tembok itu dikelilingi sekitar tujuh hari…”  angka 7 ini muncul berulang-ulang di Kitab Suci, dan itu sama pentingnya di zaman di mana kita hidup. “…31 Karena iman, Rahab perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang tidak percaya, ketika ia telah menerima pengintai-pengintai itu dengan damai…”  Dengan cara yang sama batu-batu mulai berseru. Dan saya yakin banyak orang akan memegang erat-erat Substansinya dan meninggalkan bayangannya. Dan ada banyak Rahab-Rahab di dunia, banyak sistem relijius yang berisikan banyak-banyak orang yang akan memeluk kebenaran dan berkata, “Benarlah Tuhan Allah bersama dengan kamu. Dan saya tahu kota ini, kota duniawi ini akan dibinasakan, karena itu saya  akan mengambil resiko dan menggantungkan tali merah keluar jendela di dinding, menjadi kesaksian iman saya dalam darah Anak Domba.” Dan “di dinding” berarti sesuai dengan Hukum, dan porsi dinding itu tidak pernah runtuh sementara yang lainnya runtuh.

 

 

Hebrews 11:32-35

Hebrews 11:32, “32 And what shall I more say? For the time would fail me to tell of Gideon, and of Barak, and of Samson, and of Jephthae; of David also, and Samuel, and of the prophets…”  I mean just reading this list is absolutely amazing. How much faith did they really have? Gideon, how much faith did he have? What he did do in the end? Didn't he erect idols and start worshipping them? What about Barak? Barak was so afraid he wouldn't go unless the female prophet accompanied him, and so he was deprived of the glory and a woman conquered his enemy.  What about Samson? Is he in the Hall of Fame? Yes, he is! Did he mess up in his life? Absolutely. Did he stick to his vows? He really struggled, he had a serious problem. And what about Jephthae? And what about David? The only one here who is squeaky clean is Samuel. What about the prophets? All of them had ~ the Bible says ~ like passions such as we are, but the difference is they had faith, even if it was like a mustard seed. So it tells us, “…33 Who through faith subdued kingdoms, wrought righteousness, obtained promises, stopped the mouths of lions, 34 quenched the violence of fire, escaped the edge of the sword, out of weakness were made strong, waxed valiant in fight, turned to flight the armies of the aliens. 35 Women received their dead raised to life again; and others were tortured, not accepting deliverance; that they might obtain a better resurrection.”

What a marvelous gallery of faith! It gives us hope when we look at these people.

 

Ibrani 11:32-35

Ibrani 11:32, 32 Dan apa lagi yang harus aku katakan? Sebab waktunya akan kurang bagiku untuk menceriterakan tentang Gideon, dan Barak, dan Simson, dan Yefta, dan Daud juga, dan Samuel dan para nabi…”  maksud saya, hanya dengan membaca daftar ini saja sudah mengagumkan. Berapa banyak iman yang mereka miliki sesungguhnya? Gideon, berapa banyak iman yang dia miliki? Apa yang dilakukannya pada akhirnya? Bukankah dia mendirikan patung-patung dan mulai menyembah mereka? Bagaimana dengan Barak? Barak begitu takutnya dia tidak mau berangkat kecuali ditemani oleh seorang nabiah, sehingga dia kehilangan kemuliaan, dan seorang perempuanlah yang menaklukkan musuhnya. Bagaimana dengan Simson? Apakah dia ada di “Kategori Orang-orang yang Dihormati Karena Pencapaian Mereka”? Ya, benar! Apakah dia merusak hidupnya? Tentu saja. Apakah dia memegang sumpahnya? Dia benar-benar bergumul, dia punya masalah yang serius. Dan bagaimana dengan Yefta? Dan bagaimana dengan Daud? Satu-satunya yang bersih cling adalah Samuel. Bagaimana dengan para nabi? Kata Alkitab mereka semuanya mempunyai nafus-nafsu sama seperti kita, bedanya ialah mereka punya iman walaupun cuma sebesar biji sesawi. Jadi kita diberitahu, “…33 yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengerjakan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, 34 memadamkan api yang dahsyat, lolos dari mata pedang, dari  kelemahan telah dibuat kuat, menjadi gagah berani dalam peperangan, dan telah membuat pasukan-pasukan asing kabur berlarian. 35 Ibu-ibu telah menerima kembali milik mereka yang mati, dibangkitkan; dan yang lain disiksa, menolak dibebaskan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik.”

Betapa luar biasanya galeri iman ini! Memberi kita harapan bila kita melihat orang-orang ini.

 

 

Hebrews 11:36-38

Verse 36, “36 And others had trial of cruel mockings and scourgings, yea, moreover of bonds and imprisonment…” I think he's including himself there. “…37 They were stoned, they were sawn asunder…” referring to Stephen for example, where he stood by and watched them stone him to death; or Isaiah that was sawn asunder, they  “…were tempted, were slain with the sword, they wandered about in sheepskins and goatskins; being destitute, afflicted, tormented; 38 of whom the world was not worthy. They wandered in deserts, and in mountains, and in dens and caves of the earth.”

 

Ibrani 11:36-38

Ayat 36, 36 Dan yang lain mengalami ujian ejekan yang kejam dan didera, ya, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan…”  menurut saya Paulus memasukkan dirinya di sini.  “…37 Mereka dirajam, digergaji jadi dua…”  merujuk ke Stefanus misalnya, di mana dia (Paulus) berdiri dan menyaksikan mereka merajamnya sampai mati; atau Yesaya yang digergaji jadi dua. Mereka  “…diuji, dibunuh dengan pedang, mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing, dalam kekurangan, kesusahan dan tersiksa, 38 bagi siapa dunia ini tidak layak. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dan dalam liang-liang dan  gua-gua bumi.”

 

 

So I thought  I’d include a picture of the cover of Foxe's Book of Martyrs. I don't know how many of you have read it. It is an exceedingly depresive book to read because it just lists one after the other, it is like a modern Christian Hall of Fame,  like a Hebrews chapter 11 of the Christian world.


 

Saya memutuskan untuk memasukkan sampul depan buku Foxe’s Book of Martyrs. Saya tidak tahu berapa banyak dari kalian yang pernah membaca buku ini. Ini adalah buku yang sangat membuat depresi yang membacanya karena isinya terus-menerus tentang martir-martir, ini seperti “Kategori Orang-orang yang Dihormati” bagi tokoh-tokoh Kristen, seperti Ibrani pasal 11-nya  dunia Kristen.

 

 

Revelation 6:9, 9 And when he had opened the Fifth Seal, I saw under the altar the souls of them that were slain for the Word of God, and for the testimony which they held.”

When I read Revelation it says that he was on the isle of Patmos, says John, “for the Word of God and the Testimony.”

This should make us think as a people  “to the Word and to the Testimony” ~ “to the Law and to the Testimony if they speak not according to this word, they have no light in them” ~ and the remnant of the seed that keep the Commandments of God and hold to the testimony.

When are we as a people going to wake up to these realities? Here they are waiting under the altars, and their lives were a testimony in itself, not only the words that they spoke.

 

Wahyu 6:9, 9 Dan ketika Anak Domba itu membuka Meterai yang Kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena Firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki.”

Ketika saya membaca kitab Wahyu, dikatakan bahwa dia ada di pulau Patmos, kata Yohanes, “…karena Firman Allah dan kesaksian Yesus Kristus.(Wah. 1:9).

Ini haruslah membuat kita berpikir sebagai umat, “bandingkan dengan Firman dan Kesaksian” ~ 20 Bandingkan dengan Hukum dan dengan Kesaksian. Jika mereka tidak berbicara sesuai dengan kata-kata tersebut, itu karena tidak ada terang di dalam mereka.(Yes. 8:20) ~ dan umat yang sisa yang memelihara Perintah-perintah Allah dan berpegang pada Kesaksian.

Kapankah kita sebagai umat akan menyadari realita ini? Di sini mereka sedang menunggu di bawah mezbah, dan hidup mereka merupakan kesaksian sendiri, bukan hanya kata-kata yang mereka ucapkan.

 

 

Hebrews 11:39-40

Verse 39, “39 And these all, having obtained a good report through faith, received not the promise…” so this should make us think,  “…40 God having provided some better thing for us, that they without us should not be made perfect.” Everybody is lying in state  except a few that served as a type  and as an encouragement to those that should come after, such as Enoch, such as Elijah, such as Moses that was resurrected, such as the first fruits that came out of the grave and Jesus took the captives with Him. But for the rest of humanity, the Abraham’s, the Abel's, even the Adam’s of this world, they're all lying and resting waiting for the resurrection. Nobody has received the promise because they together with us should be made perfect. We are living in that time ~  the Bible says ~ “of whom the world was not worthy” (Heb. 11:38).

 

Ibrani 11:39-40

Ayat 39, 39 Dan mereka ini semua, yang telah mendapatkan laporan yang baik karena iman, tidak memperoleh apa yang dijanjikan…”  jadi ini harus membuat kita berpikir,   “…40 Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita, bahwa mereka tanpa kita tidak akan dijadikan sempurna.” Semua dalam keadaan mati, kecuali beberapa yang berfungsi sebagai tipe dan dorongan bagi mereka yang akan hadir kemudian, misalnya Henokh, misalnya Elia, misalnya Musa yang dibangkitkan, misalnya buah-buah sulung yang keluar dari kubur dan dibawa Yesus sebagai tawanan bersamaNya. Tetapi seluruh kemanusiaan yang lain, para Abraham, para Habel, bahkan para Adam dunia ini, mereka semuanya tidur dan beristirahat menantikan kebangkitan. Tidak ada seorang pun yang sudah menerima janji itu karena mereka bersama-sama dengan kita harus dijadikan sempurna. Kita sedang hidup di zaman itu ~ kata Alkitab ~ bagi siapa dunia ini tidak layak.” (ay. 38).

 

 

Three times in the KJV the words are “walk worthy”,

v   Ephesians 4:1,

1 therefore, the prisoner of the Lord, beseech you that ye walk worthy of the vocation wherewith ye are called.” When we are called we have a particular task, we're not supposed to sit on the knowledge and keep it to ourselves, we are supposed to share, we are supposed to be αποστέλλω [apostéllo], sent, Σιλωάμ [Silōam]  as Jesus was sent so we are to be sent, we have a particular vocation.  "Walk worthy" of that vocation.

v   Colossians 1:10,

10 That ye might walk worthy of the Lord unto all pleasing, being fruitful in every good work, and increasing in the knowledge of God.”

So if we want to “walk worthy” study the Bible. Not only study the Bible, have fruits in accordance with the Word.

v   And then 1 Thessalonians 2:12,

12 That ye would walk worthy of God, who hath called you unto His kingdom and glory...” waiting for that City.

Now in a previous one we already said a house without someone inside it to share it with, to have this ἀγάπη [agapē] relationship with, is empty. We're not looking for a house, we're looking for a home. So the actual relationship should be with God. So “walk worthy” of God.

 

Tiga kali di KJV kata-katanya ialah  “hidup layak”,

v   Efesus 4:1,

1 Sebab itu, seorang tawanan  karena Tuhan, memohon kepadamu supaya kamu hidup layak dengan panggilan dengan mana kamu dipanggil.” Bila kita dipanggil, kita punya tugas tertentu, kita tidak boleh duduk di atas pengetahuan tersebut dan menyimpannya untuk diri kita sendiri, kita harus membagikannya, kita harus menjadi αποστέλλω [apostéllo], diutus, Σιλωάμ [Silōam] sebagaimana Yesus diutus, demikian pula kita diutus, kita punya panggilan yang khas, “hidup layak” sesuai panggilan itu.

v   Kolose 1:10,

10 Agar kamu bisa hidup layak bagi Tuhan supaya diperkenan dalam segala hal, berbuah dalam segala perbuatan baik, dan bertambah dalam pengetahuan tentang Allah.” Jadi jika kita mau “hidup layak” pelajarilah Alkitab. Bukan hanya mempelajari Alkitab, tetapi berbuah sesuai dengan Firman.

v   Kemudian 1 Tesalonika 2:12,

12 Agar kamu mau hidup layak bagi Allah, yang telah memanggil kamu ke KerajaanNya dan kemuliaan-Nya…” menantikan Kota itu.

Nah, di pembahasan sebelumnya, kita sudah mengatakan sebuah rumah tanpa penghuni di dalamnya, untuk berbagi, untuk memiliki hubungan ἀγάπη [agapē] ini, itu hampa. Kita tidak mencari sebuah rumah, kita mencari hubungan kekeluargaan. Maka hubungan yang sesungguhnya seharusnya ialah dengan Allah. Jadi “hidup layak”-lah  bagi Allah.

 

 

May God give us the courage and the strength to emulate those that went before us because the times that we are heading towards, will require that all of their attributes are consolidated in our very beings.

Let us pray.

 

Semoga Allah memberi kita keberanian dan kekuatan untuk meniru mereka yang hidup sebelum kita, karena zaman ke mana kita sekarang menuju akan membutuhkan semua atribut mereka terkonsolidasi dalam diri kita.

Mari kita berdoa.

 

 

 

29 06 22