Monday, November 28, 2022

EPISODE 10/22 ~ BELIEVE HIS PROPHETS ~ THE PRIMARY TESTS OF A PROPHET ~ STEPHEN BOHR

BELIEVE HIS PROPHETS

Part 10/22 - Stephen Bohr

THE PRIMARY TESTS OF A PROPHET

https://www.youtube.com/watch?v=i3K_bg3Yd80

 

 

Dibuka dengan doa

 

 

If you take a look at your syllabus you'll find that from page 107 through page 282 we have the tests of a true prophet applied to Ellen G. White.

Immediately before page 107, actually beginning on page 103 through page 106 we have the biblical tests of a prophet.

So basically page 103 to 106 gives the biblical test of a prophet and then beginning with page 107 through 282 those biblical tests are applied to Ellen White, to see if Ellen White passes the test.

So the great majority of this first volume of the syllabuses deals with the tests of a true prophet.

 

Jika kita menyimak diktat kita, kalian akan melihat bahwa mulai hal. 107 hingga hal. 282 ada ujian untuk menentukan tulen tidaknya seorang nabi yang diaplikasikan kepada Ellen G. White.

Tepat sebelum hal. 107, mulai di hal. 103 hingga hal. 106, ada ujian untuk menentukan ketulenan seorang nabi menurut Alkitab.

Maka pada dasarnya hal. 103-106 itulah ujian ketulenan seorang nabi menurut Alkitab, kemudian mulai dari hal. 107-282 ujian-ujian dari Alkitab itu diaplikasikan kepada Ellen White, untuk melihat apakah Ellen White lulus ujian tersebut.

Jadi mayoritas isi dari jilid pertama diktat ini membahas tentang ujian-ujian ketulenan seorang nabi.

 

 

Now we're going to take a look, we're going to page 103 in our syllabus, and we're going to see what biblical tests need to be applied to anyone who claims to be a true prophet.

I’d like to begin by reading a statement from Review and Herald, May 25, 1905 where Ellen White warns that in the last days there will be more and more false prophets. This is what she wrote, “There will be those who will claim to have visions. When God gives you clear evidence that the vision is from Him, you may accept it, but do not accept it on any other evidence; for  people are going to be led more and more astray in foreign countries and in America.”

So she's saying we need to present the biblical tests to determine whether an individual who claims the gift of prophecy is a true prophet.

 

Nah, kita akan melihat, kita ke hal. 103 dari diktat kita dan kita akan melihat ujian-ujian di Alkitab yang perlu diaplikasikan kepada siapa pun yang mengklaim sebagai seorang nabi yang tulen.

Saya ingin mulai dengan membaca sebuah pernyataan dari Review and Herald, 25 Mei, 1905, di mana Ellen White memperingatkan bahwa di hari-hari akhir akan ada semakin banyak nabi-nabi palsu. Inilah yang ditulisnya, “…Akan ada orang-orang yang mengklaim memiliki penglihatan-penglihatan. Bilamana Allah memberimu bukti yang jelas bahwa penglihatan itu berasal dariNya, kalian boleh menerimanya, tetapi jangan menerimanya berdasarkan bukti lain apapun; karena manusia akan semakin lama semakin disesatkan baik di negeri-negeri asing maupun di Amerika.” 

Jadi Ellen White berkata, kita perlu mempresentasikan ayat-ayat Alkitab untuk menentukan apakah seseorang yang mengklaim memiliki karunia nubuat itu seorang nabi yang tulen.   

 

 

Now the Bible tells us that in the last days there are going to be false prophets. I’m going to read a couple of  passages from Scripture that show that close to the end of time there are going  to be false prophets.

The first of these is found in Matthew 24:11 and then we will read verse 24. Here Jesus is giving His Olivet discourse and He says, “11 Then many false prophets will rise up and deceive many…” And you know that Matthew 24 has a double application, it applies to the destruction of Jerusalem, but it also applies to events close to the end of the world. And so Jesus is saying, “11 Then many false prophets will rise up and deceive many…”  and then in verse 24 Jesus continues His sermon by saying, “ 24 For false christs and false prophets will rise and show great signs and wonders…”   interesting “…signs and wonders to deceive, if possible, even the elect.”

And by the way if you read the Greek construction of this statement, “to deceive if possible the very elect” what it really means in the Greek is, that these signs and wonders will be an attempt to deceive the elect, but it will not be possible to deceive them. So this is just a potential thing, it is not going to happen “to deceive if possible the very elect”.

So there will be false prophets at the end of time.

 

Nah, Alkitab memberitahu kita bahwa di hari-hari akhir akan ada nabi-nabi palsu. Saya akan membacakan dua bacaan dari Alkitab yang menunjukkan bahwa dekat-dekat akhir masa akan ada nabi-nabi palsu.

Yang pertama ditemukan di Matius 24:11, kemudian kita akan membaca ayat 24. Di sini Yesus sedang menyampaikan ceramahNya di bukit Zaitun, dan Dia berkata, 11 Lalu banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang…”  Dan kita tahu bahwa Matius 24 itu punya aplikasi ganda, itu diaplikasikan kepada penghancuran Yerusalem tetapi itu juga diaplikasikan kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi dekat-dekat akhir dunia. Maka Yesus berkata, “…11 Lalu banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang…”  kemudian di ayat 24, Yesus melanjutkan khotbahNya dengan berkata, 24 Sebab mesias-mesias (kristus-kristus) palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar…” menarik, “…tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar untuk menyesatkan sekiranya mungkin, bahkan orang-orang pilihan…” 

Nah, jika kita membaca kalimat pernyataan ini dalam bahasa Greeka untuk menyesatkan sekiranya mungkin bahkan orang-orang pilihan…”  yang dimaksud sesungguhnya dalam bahasa Greeka ialah tanda-tanda dan mujizat-mujizat tersebut merupakan upaya untuk menyesatkan orang-orang pilihan, namun itu tidak akan berhasil menyesatkan mereka. Jadi ini hanyalah suatu potensi, tapi tidak akan berhasil, “…untuk menyesatkan sekiranya mungkin bahkan orang-orang pilihan…” 

Jadi di akhir zaman akan ada nabi-nabi palsu.

 

 

The second passage that I want to read concerning the false prophecy manifestation at the end of time is found in Matthew 7:15 and then verses 22 and 23, and by the way you'll find these quotations at least these references in your syllabus. I simply have added the text to my notes, so I don't have to take the time to look them up in Scripture.

Matthew 7:15 says, 15 Beware of false prophets, who come to you in sheep’s clothing, but inwardly they are ravenous wolves.”  So false prophets hide their true identity and it's interesting they come in sheep's clothing, and the sheep is a symbol of Christ, they come claiming to follow Christ.

Going down to verse 21 of Matthew 7, Jesus states, 21 Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’…” will these be Christians if they're saying, “Lord, Lord”? Sure!  “…21 Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ shall enter the kingdom of heaven, but he who does the will of My Father in heaven. 22 Many will say to Me in that day,…”    this is at the end of time, “…‘Lord, Lord, have we not…” what?  “…prophesied in Your name, cast out demons in Your name, and done many wonders in Your name?’…” were these Christians who were doing these things, are these individuals who claim to be Christians? Absolutely! Why would they be doing this in the name of Jesus if they didn't actually believe in Jesus? Now notice the answer of Jesus, “…23 And then I will declare to them, ‘I never knew you; depart from Me, you who practice lawlessness!’…” And as I mentioned before the word that is used there is,  ἀνομία [anomia] which is translated in 1 John 3:4 in the King James Version “transgression of the Law”. In other words, this could very well be translated “you transgressors of the Law”. So you'll notice that those who are false prophets will encourage people to what? To disobey God's Law.

 

Bacaan kedua yang mau saya bacakan mengenai manifestasi nubuatan palsu pada akhir zaman ditemukan di Matius 7:15 kemudian di ayat 22-23, dan kalian akan menemukan kutipan-kutipan ini, sedikitnya referensinya di diktat kalian. Saya tambahkan teksnya ke catatan saya supaya tidak usah buang waktu mencarinya di Kitab Suci.

Matius 7:15 mengatakan, 15 Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu, yang datang kepadamu dengan  kulit domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas…”  Jadi nabi-nabi palsu menyembunyikan identitas asli mereka, dan yang menarik mereka datang dalam kulit domba, dan domba adalah lambang Kristus, mereka mengklaim mengikuti Kristus.

Lanjut ke ayat 21 Matius 7, Yesus menyatakan, 21 Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu ‘Tuhan, Tuhan!…” Apakah mereka ini orang-orang Kristen bila mereka berkata, “Tuhan, Tuhan”? Tentu saja!   “…21 Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari itu banyak orang akan berseru kepada-Ku…”  ini di akhir zaman, “…‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami…”  apa?  “…bernubuat dalam nama-Mu, dan mengusir setan dengan nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat dalam nama-Mu?’…” apakah mereka ini orang-orang Kristen yang melakukan hal-hal ini? Apakah individu-individu ini mengklaim sebagai orang Kristen? Tentu saja! Mengapa mereka melakukannya dalam nama Yesus seandainya mereka tidak percaya pada Yesus? Sekarang simak jawaban Yesus, “…23 Pada waktu itulah Aku akan menyatakan kepada mereka, ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari Aku, kamu sekalian yang mempraktekkan ketidakadanya Hukum!…” Dan seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, kata yang dipakai di sini adalah ἀνομία [anomia] yang diterjemahkan di 1 Yohanes 3:4 di KJV sebagai “pelanggaran Hukum”. Dengan kata lain, ayat ini bisa saja diterjemahkan “kamu sekalian yang pelanggar Hukum!…” Jadi kalian lihat bahwa mereka yang adalah nabi-nabi palsu akan mendorong manusia untuk apa? Untuk tidak mematuhi Hukum Allah.

 

 

Now the question is, if there will be false prophets, there must be true ones. Is that correct? Yes! So must we test the prophets to see which is the genuine manifestation and which is the counterfeit? There must be tests applied. The apostle Paul told us that we're supposed to test the gift of prophecy. In 1 Thessalonians 5:19-21 the apostle Paul wrote, 19 Do not quench the Spirit. 20 Do not despise prophecies. 21 Test all things; hold fast what is good. 22 Abstain from every form of evil.” So he says, test all things, which would mean testing the gift of prophecy.

 

Nah pertanyaannya ialah, jika akan ada nabi-nabi palsu, tentunya akan ada yang tulen. Benarkah? Ya! Jadi haruskah kita menguji nabi-nabi itu untuk melihat mana yang adalah manifestasi yang tulen dan mana yang palsu? Ujian-ujian itu harus diaplikasikan. Rasul Paulus memberitahu kita bahwa kita haruslah menguji karunia nubuat. Di 1 Tesalonika 5:19-21 rasul Paulus menulis, 19 Janganlah memadamkan Roh. 20 Janganlah menghina nubuatan-nubuatan. 21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah erat-erat apa yang baik. 22 Jangan ikut ambil bagian dalam segala jenis kejahatan…”  Jadi kata Paulus, ujilah segala sesuatu, yang artinya ujilah karunia nubuat.

 

 

So the question is, are there biblical tests that we can apply to determine if an individual is a true prophet or a counterfeit prophet? The answer is absolutely yes!

We have four primary tests of a true prophet, and then we have many secondary tests. Let's take a look first of all at the first primary test that we need to apply to an individual who claims the gift of prophecy.

 

Jadi pertanyaannya ialah, apakah ada ujian-ujian alkitabiah yang bisa kita aplikasikan untuk menentukan apakah seseorang itu seorang nabi yang tulen atau nabi yang palsu? Jawabannya adalah tentu saja ada!

Ada empat ujian utama untuk menguji apakah seseorang itu nabi tulen, kemudian juga ada ujian-ujian sekunder. Mari kita lihat dulu ujian-ujian utama yang harus kita aplikasikan kepada seseorang yang mengklaim karunia nubuat.

 

 

 

THE FIRST TEST

is that any prophet that arises needs to teach in harmony with all of the previous revelation. In other words, the teachings of someone who claims the gift of prophecy have to be in absolute harmony with all of the revealed information that was given before in the Scriptures. In other words, any true prophet that rises will not be an innovator. A true prophet will be a restorer. A prophet will not seek to change any truth that has been given before, but will agree, amplify, and confirm, the truth as it has been given.

There's a Bible text that refers to this particular test, that we need to apply to an individual who claims the gift of prophecy. And that text we use over and over again, it's a good one, Isaiah 8:20, “ 20 To the Law and to the testimony!...” at this point when Isaiah wrote, there were some prophets that arose, so what he's saying is, in his day anyone who spoke as a prophet had to agree with the Law which would be the writings of Moses, and the Testimony which we've already identified as the gift of what? Prophecy. So it says,  “…20 To the Law and to the testimony…”  that is according to Scripture “…If they do not speak according to this word, it is because there is no light in them.”

So if somebody comes teaching contrary to what the Bible has to say, we can know that that person is not a true prophet.

 

 

UJIAN YANG PERTAMA

adalah setiap nabi yang bangkit harus mengajarkan selaras dengan semua wahyu yang telah diberikan sebelumnya. Dengan kata lain, ajaran seseorang yang mengklaim mendapat karunia nubuat harus mutlak serasi dengan semua informasi yang telah dinyatakan, yang telah diberikan sebelumnya di Kitab Suci. Dengan kata lain, nabi yang sejati yang bangkit itu bukanlah seorang inovator (penemu sesuatu yang baru). Nabi yang sejati adalah seorang pemulih (memulihkan yang sudah ada), dan seorang nabi tidak akan berusaha mengubah kebenaran apa pun yang telah diberikan sebelumnya, melainkan akan menyetujui, menjelaskan, dan mengkonfirmasi kebenaran yang telah diberikan.

Ada sebuah ayat Alkitab yang mengacu kepada ujian khusus ini bahwa kita harus mengaplikasikannya kepada orang yang mengklaim memiliki karunia nubuat. Dan ayat itu kita pakai berulang-ulang, ini ayat yang bagus. Yesaya 8:20, 20 Bandingkan dengan Hukum dan dengan Kesaksian…”  pada saat itu ketika Yesaya menulis ini, ada beberapa nabi yang bangkit, jadi Yesaya mengatakan ini, di zamannya bila ada orang yang bicara sebagai nabi, haruslah itu serasi dengan Hukum, yaitu tulisan-tulisan Musa, dan dengan Kesaksian, yang sudah kita identifikasi sebagai karunia apa? Nubuat. Jadi dikatakan,   “…20 Bandingkan dengan Hukum dan dengan Kesaksian…”  maksudnya sesuai isi Kitab Suci,   “…Jika mereka tidak berbicara sesuai dengan perkataan ini, itu karena tidak ada terang di dalam mereka…” 

Jadi jika ada yang datang mengajarkan yang bertentangan dengan apa yang dikatakan Alkitab, kita tahu bahwa orang tersebut bukanlah nabi yang sejati.

 

 

The apostle Paul expressed this principle in another way. In 1 Corinthians 14:32 the apostle Paul explained, 32 And the spirits of the prophets are subject to the prophets.” Basically that means that any individual who claims to have the spirit of prophecy must agree with previous prophets. So the apostle Paul says,  “the spirits of the prophets are subject to the prophets”.  True prophets will always call God's people to be obedient to the Scriptures and specifically to the Law of God. False prophets many times will perform signs and wonders, but they will encourage God's people to be disobedient to God's Word, and specifically to God's holy Law.

I read this passage before but I’m going to read it again, it's found in Deuteronomy 13:1-5 this is the prime passage in the Old Testament that distinguishes between a true prophet and a false one. It has to do with the attitude of a person towards the Law of God. Notice Deuteronomy 13:1-5, here Moses is giving the definition of what a true prophet needs to teach in contrast to a false prophet. 1 If there arises among you a prophet or a dreamer of dreams, and he gives you a sign or a…” what?  “…a wonder…” so here you have signs and wonders, the same expressions that we found in Matthew 24. Remember we just read that? So if an individual rises, and he performs a sign and a wonder  “…and the sign or the wonder comes to pass…” but now notice, what is linked with this?  “…of which he spoke to you, saying, ‘Let us go after other gods’—which you have not known—‘and let us serve them,’ you shall not listen to the words of that prophet…” even if he performs signs and wonders,  “… you shall not listen to the words of that prophet or that dreamer of dreams, for the Lord your God is testing you to know whether you…” and now there are several synonymous words  “…whether you love the Lord your God with all your heart and with all your soul.  You shall walk after the Lord your God…” when the Bible uses the word “walk” it's speaking about “conduct”, it is speaking about your behavior. In the New Testament it says, he who says that he is in Jesus, needs to walk even as He walked”. It means that you need to behave as Jesus behaved. And so when it says here in verse 3,   “… you shall not listen to the words of that prophet or that dreamer of dreams, for the Lord your God is testing you to know whether you (1) love the Lord your God with all your heart and with all your soul. You shall (2) walk after the Lord your God…” and now comes another word that further defines that, “…and (3) fear Him…” and then it says, and what?  “…and (4) keep His commandments and (5) obey His voice…” and then comes another synonymous term  “…you shall (6) serve Him and (7) hold fast to Him. But that prophet or that dreamer of dreams shall be put to death…” the one that performs a sign and wonder, but tells people to go astray from the Law of God,  “…that prophet or that dreamer of dreams shall be put to death because he has spoken in order…” now notice this,  “…to turn you away from the Lord your God, who brought you out of the land of Egypt and redeemed you from the house of bondage…” and now notice,  “…to entice you from the way in which the Lord your God commanded you to walk. So you shall put away the evil from your midst.”

 

Rasul Paulus menyatakan prinsip ini dengan cara yang lain. Di  Korintus 14:32, rasul Paulus menjelaskan, 32 Dan roh-roh pada nabi-nabi harus tunduk kepada nabi-nabi…”  Pada dasarnya itu berarti bahwa siapa pun yang mengklaim memiliki roh nubuat haruslah serasi dengan nabi-nabi sebelumnya. Jadi rasul Paulus berkata, “…roh-roh pada nabi-nabi harus tunduk kepada nabi-nabi…”  Nabi-nabi yang sejati selalu akan memanggil umat Allah supaya patuh kepada Kitab Suci, khususnya kepada Hukum Allah. Nabi-nabi palsu sering kali membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat namun mereka akan mendorong umat Allah untuk tidak patuh kepada Firman Allah, khususnya kepada Hukum Allah yang kudus.

Saya sudah membacakan ini sebelumnya tetapi saya akan membacakannya lagi. Ini terdapat di Ulangan 13:1-5, ini adalah bacaan utama di Perjanjian Lama untuk membedakan seorang nabi sejati dari nabi yang palsu. Ini berkaitan dengan sikap seseorang terhadap Hukum Allah. Simak Ulangan 13:1-5, di sini Musa memberikan definisi apa yang harus diajarkan seorang nabi yang sejati dibandingkan dengan seorang nabi palsu.

1 Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberikan kepadamu suatu  tanda atau…” apa? “…suatu mujizat…” jadi di sini dikatakan ada tanda-tanda dan mujizat-mujizat, istilah yang sama yang kita temukan di Matius 24, ingat kan kita baru membacanya? Maka jika muncul seseorang dan dia membuat suatu tanda dan suatu mujizat,  “…2 dan tanda atau mujizat itu terjadi…”  tetapi sekarang simak, apa yang terkait dengan ini,   “…dan dia berkata kepadamu, katanya, ‘Mari kita mengikuti allah-allah lain’ ~ yang tidak kaukenal ~ ‘dan mari kita berbakti kepada mereka’, 3 janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi itu…” walaupun dia membuat tanda dan mujizat,  “…3 janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi itu

atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, sedang menguji kamu untuk mengetahui, apakah kamu…”  dan sekarang ada beberapa kata yang bersinonim, “…apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. 4 Engkau harus  berjalan menurut TUHAN, Allahmu…”  bilamana Alkitab menggunakan kata “berjalan”, itu bicara tentang “tindakan”, itu bicara tentang sikap kita. Di Perjanjian Baru dikatakan,   “6 Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia sendiri wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yoh. 2:6). Artinya kita harus bersikap sebagaimana Yesus bersikap. Maka ketika di ayat 3 di sini dikatakan, “…3 janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, sedang menguji kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh (1) mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. 4 Engkau harus (2) berjalan menurut TUHAN, Allahmu…” dan sekarang muncul kata lain yang menjelaskannya lebih lanjut  “…dan (3) takut akan Dia…” lalu dikatakan, dan apa?   “… dan (4) memelihara Perintah-perintahNya, dan (5) mendengarkan suara-Nya…”  lalu ada istilah sinonim lainnya, “…engkau harus (6) melayani Dia  dan (7) berpaut erat-erat padaNya. 5  Tetapi nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati…”  yang telah membuat tanda dan mujizat tetapi menyuruh orang untuk menyimpang dari Hukum Allah. “…nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati  karena Ia telah berbicara untuk…”  sekarang simak ini, “…untuk mengalihkan kamu dari TUHAN, Allahmu yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan…” dan sekarang simak, “…untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk kau jalani. Demikianlah harus engkau singkirkan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.”

 

 

Is the principle clear? If an individual claims to be a true prophet and he says, “Folks, you don't have to keep the Sabbath, the Sabbath was for the Jews. You don't have to worry about what you eat, you can have your pork chops, the Bible says that the prayer sanctifies your pork chop.” Immediately you know that that individual is not a true messenger of God, because what they teach is not in harmony with God's Word, even if they should slay people in the spirit,  even if they should speak in tongues, even if they should apparently perform miracles of healing, you can know that that person is not a true prophet, not a true messenger of God, because what they teach is not in harmony with God's Word.

The first test of a prophet, the litmus test of a prophet is whether that prophet teaches in harmony with God's holy Word.

 

Apakah prinsipnya jelas? Jika seseorang mengklaim sebagai nabi sejati dan dia berkata, “Saudara-saudara, kalian tidak usah memelihara Sabat, Sabat itu untuk bangsa Yahudi. Kalian tidak usah pusing apa yang kalian makan, kalian boleh makan babi, Alkitab berkata bahwa doa menguduskan daging babi kalian.” Segera kalian tahu bahwa orang itu bukanlah utusan Allah yang tulen, karena apa yang mereka ajarkan itu tidak selaras dengan Firman Allah, walaupun mereka bisa membuat orang-orang berjatuhan (kebiasaan di gereja Pentakosta dan karismatik orang-orang berjatuhan ke lantai yang menurut mereka itu perbuatan Roh Kudus), walaupun mereka bisa bicara dalam bahasa-bahasa, walaupun mereka ternyata bisa membuat mujizat penyembuhan, kita bisa tahu bahwa orang itu bukanlah nabi yang tulen, bukan utusan Allah yang sejati, karena apa yang mereka ajarkan tidak sesuai dengan Firman Allah.

Ujian pertama seorang nabi, ujian tentang benar tidaknya seseorang adalah nabi, ialah apakah nabi tersebut mengajarkan yang selaras dengan Firman Allah yang kudus.

 

 

 

THE SECOND TEST

Now let's go to the second test. The second test of a true prophet is “by their fruits ye shall know them”,  the personal life of the prophet, and the ministry of the prophet must bring honor and glory to God, and must be productive in leading people to Jesus Christ.

 

 

UJIAN YANG KEDUA

Sekarang mari kita ke ujian kedua. Ujian kedua tentang ketulenan seorang nabi ialah dari buahnyalah kamu akan  mengenal mereka.” (Mat. 7:20), kehidupan pribadi nabi itu, dan ministri nabi itu haruslah menghormati dan memuliakan Allah, dan haruslah produktif dalam membawa manusia kepada Yesus Kristus.

 

 

In Matthew 7:15-20 we find this particular test described. 15 Beware of false prophets, who come to you in sheep’s clothing…” so it’s speaking about prophets  “…but inwardly they are ravenous wolves. 16 You will know them by their…” what?  “…by their fruits. Do men gather grapes from thornbushes or figs from thistles? 17 Even so, every good tree bears good fruit…”  it's speaking about prophets, right? “…every good tree bears good fruit but a bad tree bears bad fruit. 1A good tree cannot bear bad fruit, nor can a bad tree bear good fruit. 19 Every tree that does not bear good fruit is cut down and thrown into the fire. 20 Therefore by their fruits you will know them.”

You have to look at the life of the prophet. Is the prophet in it for popularity and for profit P R O F I T. Is the prophet in for glory for himself? Are the fruits of his labor such that he leads people to follow the Lord and to obey the Lord's will? The fruit of the life of the prophet and the ministry of the prophet must be positive, or else the prophet is not of God.

 

Di Matius 7:15-20 kita mendapatkan ujian khusus ini dideskripsikan. 15 Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu, yang datang kepadamu dengan kulit domba…”  jadi ini bicara tentang nabi-nabi, “…tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.16 Kamu akan mengenal mereka dari…”  apa?  “…buahnya. Apakah orang mengumpulkan buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik…”  ini bicara tentang nabi-nabi, benar?   “…setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik tetapi pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 18 Pohon yang baik itu tidak bisa menghasilkan buah yang tidak baik demikian pula pohon yang tidak baik tidak bisa menghasilkan buah yang baik. 19 Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 20 Jadi dari buahnyalah kamu akan  mengenal mereka…” 

Kita harus melihat kehidupan si nabi. Apakah nabi itu menjadi nabi demi ketenaran dan keuntungan? Apakah nabi itu menjadi nabi demi kemuliaan bagi dirinya sendiri? Apakah buah jerih payahnya itu untuk membawa orang mengikuti Tuhan dan mematuhi kehendak Tuhan? Buah kehidupan nabi itu dan ministri nabi itu haruslah positif, kalau tidak nabi itu tidak berasal dari Allah.

 

 

Ellen White amplified this. In the book Counsels to the Church pages 92 and 93  ~ and you want to write this down in your notes, pages 92 and 93, it is in the section where we deal with applying these tests to Ellen White, but you might want to write it down here. She says, “Let  the  Testimonies  be   judged  by  their…” what?  “…fruits.  What  is  the  spirit  of  their teaching?...” In other words, does the teaching of the writings of Ellen White lead you closer to Jesus or does it lead you astray from Jesus? It leads you much closer to Jesus, right? It's led my life much closer to Jesus.  You can't read Desire of Ages, folks, and not be closer to Jesus. You can't read Steps to Christ and Christ’s Object Lessons and Thoughts from the Mount of Blessing and Ministry of Healing without being drawn much closer to Jesus Christ. So Ellen White's says, “…What  is  the  spirit  of  their teaching? What has been the  result of their influence?...” see, their influence on other people. She says,  “…All who desire to do so can acquaint themselves with the  fruits of these visions...” she's talking, “You can see the trajectory of my work. You can see the fruits.” She continues saying,  “…For seventeen years God has seen fit to let them survive…” that is her Testimonies  “…and strengthen against the opposition of Satan's forces and the influence of human agencies that have aided Satan in his work.    God   is   eithe teachin Hi church,   reprovin their   wrongs   and strengthening their faith, or He is not. This work  is of God, or it is not…” So you can't say Ellen White wasn't of God or of the Devil she was of herself. She says it is of God or it isn't. In fact she continues saying,   “…God does nothing in partnership with Satan. My work…”  she says, “…bears the stamp of God or the stamp of the enemy. There is  no halfway work in the matter. The Testimonies are of the Spirit of God, or of the Devil…” she sets the bar really high, doesn't she? She continues saying,  “…As the Lord has manifested Himself through the Spirit of prophecy, past, present, and future have passed before me. I have been shown faces that I had never seen, and years afterward I knew them when I saw them. I have been aroused from my sleep with a vivid sense of subjects previously presented to my mind; and I have written, at midnight, letters that have gone across the continent and, arriving at a crisis, have saved great disaster to the cause of God…” and in this syllabus you find several examples, the Salamanca vision, the Indiana camp meeting Testimony, what she did in the pantheism crisis,  letters arrived right at the right time when they needed to arrive to save the church from calamity, from a major disaster. Certainly those are fruits that show that God was guiding her. She continued saying, “… A power has impelled me to reprove and rebuke wrongs that I had not thought of. Is this work…” she asks,  “…from  above or from beneath?

Would the Devil rebuke sin? I rather doubt whether the Devil would rebuke sin, and rebuke sinners, because the Devil loves us to practice sin.

 

Ellen White menjelaskan ini. Di buku Counsels to the Church hal. 92-93, ~ dan kalian perlu menulis ini di diktat kalian, hal. 92-93, ini ada di bagian di mana kita bicara tentang mengaplikasikan ujian-ujian ini pada Ellen White, tetapi mungkin kalian mau mencatatnya di sini. Ellen White berkata,   “…Hendaknya Kesaksian-kesaksian diukur oleh…”  apa?    “…buah-buah mereka. Apakah roh dari ajaran mereka? …”  Dengan kata lain, apakah ajaran tulisan-tulisan Ellen White membawa kita lebih dekat kepada Yesus atau apakah itu membawa kita menjauh dari Yesus. Itu membawa kita lebih dekat kepada Yesus, benar? Itu telah membawa hidup saya lebih dekat kepada Yesus. Kita tidak bisa membaca Steps to Christ, dan Christ’s Object Lessons, dan Thoughts from the Mount of Blessing, dan Ministry of Healing tanpa merasa tertarik lebih dekat kepada Yesus Kristus. Jadi Ellen White berkata,  “…Apakah roh dari ajaran mereka? Apakah hasil dari pengaruh mereka?…”  lihat, pengaruh mereka pada orang lain. Ellen White berkata, “…Semua yang ingin melakukannya, bisa mengenalkan diri mereka kepada buah-buah dari penglihatan-penglihatan tersebut…”  Ellen White bicara, “Kalian bisa melihat jalur trayek pekerjaanku, kalian bisa melihat buah-buahnya.” Dia melanjutkan berkata,  “…Selama 17 tahun Allah menganggapnya tepat mengizinkan mereka tetap bertahan…” yaitu Kesaksian-kesaksiannya, “…dan menguatkannya terhadap perlawanan kekuatan Setan dan pengaruh agen-agen manusia yang telah membantu Setan dalam pekerjaannya. Allah itu mengajar gerejaNya, menegur kesalahan-kesalahan mreka dan menguatkan iman mereka, atau Dia tidak. Pekerjaan ini adalah pekerjaan Allah, atau itu bukan…” Jadi kita tidak bisa mengatakan Ellen White bukan dari Allah dan bukan dari Setan, dia dari dirinya sendiri. Ellen White berkata, itu berasal dari Allah, atau bukan. Bahkan dia melanjutkan berkata,     “…Allah tidak melakukan kerjasama apa pun dengan Setan. Pekerjaanku…”  katanya,    “…menyandang stempel Allah atau stempel si musuh. Tidak ada pekerjaan yang setengah-setengah dalam hal ini. Kesaksian-kesaksian itu berasal dari Roh Allah, atau dari Iblis…”  dia menempatkan standarnya sangat tinggi, bukan? Ellen White melanjutkan berkata,    “…Sebagaimana Tuhan telah memanifestasikan DiriNya melalui Roh nubuat, maka waktu lampau, waktu sekarang, dan waktu akan datang lewat di depanku. Aku pernah ditunjuki wajah-wajah yang belum pernah aku lihat, dan bertahun-tahun kemudian aku mengenal mereka ketika aku bertemu mereka. Aku pernah dibangunkan dari tidurku dengan suatu perasaan yang nyata tentang hal-hal yang sebelumnya sudah disampaikan kepada pikiranku; dan aku pernah menulis di tengah malam, surat-surat yang menyeberangi benua dan yang tiba pada saat krisis, yang telah menyelamatkan pekerjaan Allah dari bencana besar…” dan di diktat ini kalian akan menemukan beberapa contoh, penglihatan Salamanca, kesaksian Indiana Camp Meeting, apa yang dia lakukan saat krisis Panteisme, surat-surat tiba tepat waktu ketika mereka diperlukan tiba untuk menyelamatkan gereja dari bencana, dari bencana besar. Tentu saja itulah buah-buah yang menunjukkan bahwa Allah yang membimbingnya. Dia melanjutkan berkata,  “…Suatu kuasa telah mendorong aku untuk menegur dan mencela kesalahan-kesalahan yang tadinya tidak aku pikirkan. Apakah pekerjaan ini…”  Ellen White bertanya,    “…berasal dari atas atau dari bawah? …”  Akankah Iblis menegur dosa? Saya ragukan apakah Iblis akan menegur dosa, dan menegur pendosa, karena Iblis suka kita bikin dosa.

 

 

So the second test that we need to apply to an individual who claims to be a prophet is whether the fruits of their personal life, and the fruits of their ministry, are positive.

And the first test that we studied is that their teachings must square with every revelation that has been given before.

 

Jadi ujian kedua yang perlu kita aplikasikan kepada orang yang mengklaim sebagai nabi adalah apakah buah-buah kehidupan pribadinya, dan buah-buah ministrinya, itu positif.

Dan ujian yang pertama yang sudah kita pelajari ialah bahwa ajaran mereka harus selaras dengan setiap wahyu yang sudah pernah diberikan sebelumnya.

 

 

 

THE THIRD TEST

The third primary test of a true prophet is that a true prophet will teach that Jesus came to this world in our flesh, He came to this world as a real Man, He came to this world as a real human being.

Now I’m going to talk for a few moments about the Roman Catholic’s view of the humanity of Christ and the humanity of Mary His mother, and I’m doing this for a special reason. It's not enough simply to say that Jesus came with human flesh, He came as a Man; we must understand that Jesus came with the humanity of His converted brethren. In other words, Jesus came with a sinful nature that was under the influence and power of the Holy Spirit. He, in other words, He did not have the nature  of Adam before the fall. He had the nature the human nature of Adam after the fall, but under the control of the Holy Spirit, that sinful nature never expressed itself in sin. He condemned sin in our flesh. So we have to go one step beyond simply saying that Jesus came, you know, with a human body like us, and with a brain like us. He came with the human nature of His converted brethren. Jesus, in other words, we could say was born “born-again”.

 

 

UJIAN YANG KETIGA

Ujian utama ketiga tentang keaslian seorang nabi ialah, seorang nabi yang sejati akan mengajarkan bahwa Yesus datang ke dunia ini dengan daging kita, Dia datang ke dunia ini sebagai Manusia sejati. Dia datang ke dunia ini benar-benar sebagai manusia.

Sekarang saya akan bicara sejenak tentang pandangan Roma Katolik mengenai kemanusiaan Kristus dan kemanusiaan Maria, ibuNya, dan saya melakukan ini demi tujuan yang khusus. Tidak cukup hanya mengatakan Yesus datang dengan daging manusia, Dia datang sebagai seorang Manusia; kita harus memahami bahwa Yesus datang dengan kemanusian saudara-saudaraNya yang sudah bertobat, dengan kata lain, Yesus datang dengan sifat alami manusia berdosa yang tunduk di bawah pengaruh dan kuasa Roh Kudus. Dengan kata lain Dia tidak memiliki kodrat alami Adam  sebelum kejatuhannya dalam dosa. Yesus memiliki kodrat alami Adam setelah kejatuhannya, namun di bawah kendali Roh Kudus, kodrat alami manusia berdosa itu tidak pernah menyatakan dirinya dalam dosa. Yesus menghukum dosa dengan daging kita. Jadi kita harus maju selangkah melampaui hanya berkata bahwa Yesus datang dengan tubuh manusia seperti kita, dan dengan otak seperti kita. Dia datang dengan kodrat alami saudara-saudaraNya yang sudah bertobat. Dengan kata lain, bisa kita katakan Yesus lahir dalam kondisi “sudah mengalami kelahiran baru”.

 

 

Now let me present to you the Roman Catholic’s view. According to Roman Catholic theology ~ and there are many scholars in the church who have similar Roman Catholic thinking when it comes to Christ, unfortunately ~ according to Roman Catholic theology there are two reasons why Mary had to be conceived with an immaculate or sinless human nature. Have you ever heard of the doctrine of the Immaculate Conception? You know many people have the misconception that that means that Christ was conceived immaculately. That's not what that doctrine teaches. What the doctrine teaches is that Mary was born without any taint of sin, she was born with a sinless nature like Adam before the fall, that's basically the idea.

 

Sekarang mari saya presentasikan kepada kalian pandangan Roma Katolik. Menurut theologi Roma Katolik ~ dan sayangnya, ada banyak pakar di gereja yang memiliki pemikiran yang sama dengan pemikiran Roma Katolik sehubungan dengan Kristus ~ menurut theologi Roma Katolik ada dua alasan mengapa Maria harus lahir dengan kodrat alami manusia yang tanpa noda atau tidak berdosa. Pernahkah kalian mendengar tentang doktrin Pembuahan yang Tanpa Dosa? Kalian tahu, banyak orang salah paham bahwa itu berarti Kristus dibuahi tanpa dosa. Bukan itu yang diajarkan doktrin ini. Apa yang diajarkan doktrin ini ialah Maria yang lahir tanpa noda dosa, dia lahir dengan kodrat alami tanpa dosa seperti Adam sebelum kejatuhannya, itulah konsepnya pada dasarnya.

 

 

In other words, there are two reasons we're going to find why the Roman Catholic Church teaches this.

1.    Because only an immaculate and sinless Mary could bring into the world an immaculate and sinless Jesus.

Are you understanding the first reason? So they have to say, you know, Mary that had a sinful nature could not bring into the world Jesus with a sinless nature, and so you have to say that Mary did not inherit the results of the fall, she had the nature of Adam before the fall. This is the first reason. Because if Mary was not born immaculate and sinless she could not bring into the world a Savior who was immaculate and sinless, that is, with the nature of Adam before the fall.

Allow me to read you some statements from Roman Catholics sources that teach this view. I’m taking all of these statements from the book The Glories of Mary it was written by St. Alphonsus Liguori, a Roman Catholic saint. Not only a Roman Catholic saint but he is also a doctor of the church, which is one of the few doctors of the Roman Catholic Church. He was actually canonized as a saint. And this individual wrote a book called The Glories of Mary where he gathered all of the wisdom of Roman Catholicism concerning Mary up to the day that he lived. So I’m going to take several quotations from the book that he wrote.

a.    First of all he's quoting the words of St. Bridget

“Mary was conceived without sin that the divine Son might be born of her without sin.” Of course the question is, if Mary was born without sin and she was born from her parents, then her parents would have had to be born without sin too. And so you start having theological problems here. That is found on page 296 of the book The Glories of Mary.

Incidentally it's a fascinating book, we have that book here in stock at Secrets Unsealed. It's a thick book and it is a blasphemous book I might say. The things that are said, Mary is really a rival of Jesus in Roman Catholic theology. She's actually higher than Jesus in Roman Catholic theology, in the mentality of people in Roman Catholicism. You can tell jokes about the Pope, but you cannot tell any jokes about Mary, because that is sacred. She is the mother, she's the Holy Mother, so don't say anything bad about her.

And by the way, Mary was a wonderful woman, don't get me wrong. You know we shouldn't trash Mary because of the Roman Catholic’s view of Mary where they exalt her higher than what the Bible does. She was a wonderful woman, many positive qualities of Mary, but she was not the mother of God, she was not born immaculate, she wasn't conceived immaculately, she did not ascend bodily to Heaven, she does not intercede for sinners. So we need to recognize that she was a wonderful woman but let's not take it to a level where the Bible does not take it.

On page 297 we find this statement, “Corruption is a disgrace of human nature; and as Jesus was not subject of it, Mary was also exempted; for the flesh of Jesus is the  flesh of Mary.” Interesting.

Here's another one, For not only is it true that the flesh of Jesus is the same as that of Mary, but the flesh of our Savior, even after His resurrection, remained the same that He had taken from His mother.” In other words, Jesus did not have our flesh, He had the flesh of Mary His mother, and His mother had the nature of Adam before the fall. Are you understanding what I’m saying?

b.    Now he quotes St. Damien.

And St. Damien had these words to say, this is in page 311 of his book. “...the flesh of the Virgin, taken from Adam, did not admit of the stain of Adam.” So she took the nature of Adam but not the stain of Adam, she took the nature of Adam before the fall.

Here's another one, Glories of Mary pg. 299,  “…the Blessed Virgin  never committed any actual sin,…”  so they not only believed that she had a nature of Adam before the fall, but she had never actually sinned. And we're going to see that there's a reason why they believe that she was conceived immaculately, and she never committed sin. That's the second reason why they teach this doctrine. Finish reading this statement.   “…the Blessed Virgin  never committed any actual sin, not even a venial one…”    because the Catholic Church says that there's a venial sin and there's mortal sin. I won't get into that. “…Otherwise, she would not have been a mother worthy of Jesus Christ; for the ignominy of the mother would also have been that of the Son, for  He would have had a sinner for His mother.”

And so it's inconceivable that Mary could have ever sinned, because then Jesus would have had a sinful mother, and that can't be possible according to Roman Catholic theology.

Here's another one. this is page 25,  this is of the publication by the Knights of Columbus in the book or the pamphlet The Mother of Jesus page 25, it says this, Mary  would  have  inherited  sin  anthe  penalties  of  sin,  if  God  had  not preserved her from them. As a result, hers was a condition similar to our first parents  before the fall.” So in other words, Mary took the nature of Adam before the fall, so that Jesus could take the nature of Adam before the fall.

The first reason is because if Jesus was going to be born with a sinless nature, His mother had to be sinless.

 

2.    But there's a second reason why the Roman Catholic Church teaches that Mary had to have a sinless nature, and that has to do with her intercessory role supposedly after she went to Heaven

You see, Mary, according to Roman Catholic theology, is the intermediary between us and Christ, and then Christ goes to God in our behalf. And the reason why is because in Roman Catholic theology ~ this is not officially but in practical terms ~ Jesus is inaccessible but Mary is so much closer to us. And so what we do is we go to Mary, then Mary begs her Son, and then the Son begs the Father. She is the Mediatrix. And by the way that's an official position of the Roman Catholic Church. She is the Mediatrix between human beings and God. But in order to mediate before God she could not have a sinful nature, and she could never have sinned, because a sinner cannot represent us before God.

Are you understanding the second reason?

 

Dengan kata lain, ada dua alasan yang akan kita temukan mengapa gereja Roma Katolik mengajarkan ini.

1.    Karena hanya seorang Maria yang tidak bernoda dan tidak berdosa yang bisa membawa seorang Yesus yang tidak bernoda dan tidak berdosa ke dunia.

Apakah kalian paham alasan pertama? Maka mereka berkata seorang Maria yang memiliki kodrat alami manusia berdosa tidak akan bisa menghadirkan Yesus ke dunia dengan kodrat alami yang tanpa dosa, karena itu kita harus mengatakan bahwa Maria tidak mewarisi akibat kejatuhan Adam, Maria memiliki kodrat alami Adam sebelum kejatuhannya. Inilah alasan yang pertama. Karena andai Maria tidak dilahirkan tidak bernoda dan tidak berdosa, dia tidak akan bisa menghadirkan ke dunia seorang Juruselamat yang tidak bernoda dan tidak berdosa, yaitu dengan kodrat alami Adam sebelum kejatuhannya.

Izinkan saya membacakan kalian beberapa pernyataan dari sumber-sumber Roma Katolik yang mengajarkan pandangan ini. Saya mengambil pernyataan-pernyataan itu dari buku The Glories of Mary, yang ditulis oleh St. Alphonsus Liguori, seorang santo Roma Katolik. Bukan hanya seorang santo Roma Katolik, tapi dia juga seorang doktor gereja, salah satu dari beberapa gelintir doktor gereja Roma Katolik. Dia dikanonisasi menjadi seorang santo (orang kudus), dan orang ini menulis sebuah buku yang berjudul The Glories of Mary di mana dia mengumpulkan semua hikmat Roma Katolikisme mengenai Maria hingga saat dia hidup. Jadi saya akan mengambil beberapa kutipan dari buku yang ditulisnya itu.

a.    Pertama-tama dia mengutip kata-kata St. Bridget.

“…Maria dibuahi tanpa dosa, sehingga Anak yang ilahi boleh dilahirkan darinya tanpa dosa…”  Tentu saja pertanyaannya ialah, jika Maria lahir tanpa dosa dan dia lahir dari orangtuanya, maka orangtuanya juga harus lahir tanpa dosa. Maka mulai muncul masalah theologis di sini.  Kutipan itu terdapat di hal. 296 buku The Glories of Mary.

Nah, ini adalah buku yang menarik. Buku ini ada di stock kami di Secrets Unsealed. Bukunya tebal dan bisa saya katakan itu adalah buku yang menghujat. Apa yang dikatakan di buku itu, Maria sesungguhnya adalah saingan Yesus dalam theologi Roma Katolik. Maria sesungguhnya lebih tinggi derajatnya daripada Yesus dalam theologi Roma Katolik, dalam mentalitas orang-orang penganut Roma Katolikisme. Orang boleh bergurau tentang Paus, tetapi orang tidak boleh bergurau tentang Maria, karena dia sakral. Dialah Ibu Suci, jadi tidak boleh bicara sembarangan tentangnya.

Nah, ketahuilah, Maria adalah seorang perempuan yang luar biasa, jangan berpikir salah tentang saya. Kita jangan merendahkan Maria karena pandangan Roma Katolik tentang Maria yang meninggikannya lebih tinggi daripada apa yang dilakukan Alkitab. Maria adalah perempuan yang sangat baik, punya banyak kualitas yang positif, tapi dia bukan Ibu Allah, dia tidak dilahirkan tanpa noda, dia tidak dibuahi tanpa noda, dia tidak naik ke Surga, dia tidak menjadi perantara bagi orang-orang berdosa. Jadi kita harus mengakui bahwa dia adalah seorang perempuan yang luar biasa, tetapi jangan membawanya ke derajat di mana Alkitab tidak membawanya.

Di hal. 297 kita dapati pernyataan ini, “…Kerusakan adalah suatu pencemaran kodrat alami manusia; dan sebagaimana Yesus tidak tunduk kepadanya, Maria juga dibebaskan darinya; karena daging Yesus adalah daging Maria…” Menarik.

Ini ada yang lain,  “…Bukan saja itu benar bahwa daging Yesus adalah daging Maria, tetapi daging Juruselamat kita bahkan setelah kebangkitanNya, tetap adalah daging yang sama yang diambilNya dari ibuNya…”  Dengan kata lain Yesus tidak punya daging seperti daging kita, Dia memiliki daging Maria ibunya, dan ibuNya memiliki kodrat alami Adam sebelum kejatuhannya. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?

b.    Sekarang dia mengutip dari St. Damien.

Dan St. Damien mengatakan demikian ~ ini di hal. 311 bukunya ~     “…daging Sang Perawan yang diambil dari Adam, tidak termasuk noda Adam.” (Liguori,  The Glories of Mary p. 311). Maka Maria mengambil kodrat alami Adam tetapi tidak noda Adam, Maria mengambil kodrat alami Adam sebelum kejatuhannya.

Ini ada yang lain, Glories of Mary hal. 299,   “…Perawan yang diberkati tidak pernah melakukan dosa apa pun…”  jadi mereka bukan hanya meyakini Maria memiliki kodrat alami Adam sebelum kejatuhan, tetapi Dia benar-benar tidak pernah berbuat dosa. Dan kita akan melihat bahwa ada alasan mengapa mereka meyakini bahwa Maria dibuahi tanpa noda, dan dia tidak pernah berbuat dosa. Inilah alasan kedua mengapa mereka mengajarkan doktrin ini. Selesaikan membaca pernyataan ini,    “…Perawan yang diberkati tidak pernah melakukan dosa apa pun, bahkan tidak sebuah dosa yang ringan…”  karena gereja Katolik berkata ada dosa yang ringan (yang tidak mematikan) dan ada dosa yang mengakibatkan kematian. Saya tidak akan membahas itu.  “…Jika tidak demikian, Maria tidaklah layak menjadi ibu Yesus Krisitus; karena noda si ibu juga akan menjadi noda si Anak, berarti Dia memiliki seorang pendosa sebagai ibuNya. …” 

Maka tidak bisa diterima akal bahwa Maria pernah berbuat dosa, karena kalau begitu Yesus memiliki seorang ibu yang berdosa dan menurut theologi Roma Katolik, itu tidak mungkin terjadi.

Nih ada yang lain, ini hal. 25, ini diterbitkan oleh Knights of Columbus di buku atau pamflet The Mother of Jesus, hal. 25, yang mengatakan, “…Maria akan mewarisi dosa dan hukuman dosa seandainya Allah tidak menjauhkannya dari itu. Akibatnya, kondisinya adalah kondisi yang sama dengan kondisi orangtua kita yang pertama sebelum kejatuhan mereka.” Jadi dengan kata lain, Maria mengambil sifat alami Adam sebelum kejatuhan, agar Yesus bisa mengambil sifat alami Adam sebelum kejatuhan.

Alasan pertama ialah karena jika Yesus harus dilahirkan dengan kodrat alami yang tidak berdosa, ibuNya haruslah tidak berdosa.

 

2.    Tetapi ada alasan kedua mengapa gereja Roma Katolik mengajarkan bahwa Maria harus memiliki kodrat alami yang tidak berdosa, dan itu berkaitan dengan perannya sebagai perantara ~ seperti yang mereka percayai ~ setelah dia naik ke Surga.

Kalian lihat, menurut theologi Roma Katolik, Maria adalah perantara antara kita dengan Kristus, kemudian Kristus pergi ke Bapa untuk kita. Dan alasannya ialah karena dalam theologi Roma Katolik ~ ini tidak resmi tetapi secara praktisnya ~ Yesus itu tidak bisa diakses, tetapi Maria jauh lebih dekat kepada kita. Maka apa yang kita lakukan ialah kita datang ke Maria, lalu Maria memohon AnakNya, kemudian Sang Anak memohon BapaNya. Maria adalah perantara. Dan ketahuilah, itulah posisi resmi gereja Roma Katolik. Maria adalah perantara antara manusia dengan Allah. Tetapi supaya bisa menjadi perantara di hadapan Allah dia tidak boleh memiliki kodrat alami berdosa dan dia tidak boleh pernah berdosa, karena seorang pendosa tidak bisa mewakili kita di hadapan Allah.

Apakah kalian paham alasan kedua?

  

 

And so she had to take the nature of Adam before the fall, so that Jesus could also have the same nature. And so that she could intercede for us, and Jesus could intercede for us as well.

 

Maka Maria harus mengambil kodrat alami Adam sebelum kejatuhannya, sehingga Yesus bisa memiliki kodrat alami yang sama. Supaya dia bisa menjadi perantara kita dan Yesus bisa menjadi perantara kita juga.

 

 

I want to read a couple of statements from Roman Catholic theology on this issue of Mary as the sinless intercessor, so to speak. This is in the book Glories of Mary pg. 293. God could preserve angels in heaven spotless, in the midst of the devastation that surrounded them; was He, then, unable to  preserve the mother of his Son and the Queen of angels from the common fall of men?Interesting! God was able to preserve the angels from sin so wouldn't He be able to preserve Mary from the stain of original sin, or/and from actually committing sin?

 

Saya mau membacakan dua pernyataan dari theologi Roma Katolik tentang isu Maria sebagai perantara tanpa dosa, katakanlah demikian. Ini ada di buku Glories of Mary hal. 293. “…Allah bisa memelihara para malaikat di Surga tanpa noda, di tengah-tengah kehancuran yang mengelilingi mereka; kalau begitu apakah Dia tidak mampu memelihara ibu dari AnakNya, dan Ratu para malaikat dari kejatuhan biasa manusia?” …”  Menarik! Allah bisa memelihara para malaikat dari dosa maka tidakkah Dia bisa memelihara Maria dari noda dosa asal dan/atau dari benar-benar berbuat dosa?

 

 

In The Glories of Mary page 289 St. Gregory is quoted. “St. Gregory says…” writes Liguori,  “ ‘that an enemy cannot undertake to  appease his Judge, who is at the same time the injured Party; for if he did, instead of appeasing Him, he would provoke Him to greater  wrath.’ And therefore, as Mary was  to  be  the mediatrix of peace between men and God, it was of the utmost importance that she should not herself appear as a sinner and as an enemy of God, but that she should appear in all things as a friend, and  free from every stain of sin.” That's the Roman Catholic view.

 

Di The Glories of Mary hal. 289, mengutip St. Gregory.  “…St. Gregory berkata, …”  tulis Liguori,    “…’bahwa seorang musuh tidak bisa berbuat untuk meredakan amarah Hakimnya, yang pada waktu yang sama adalah Pihak yang dirugikan; karena andai dia bisa, bukannya meredakan amarahNya, dia malah akan memprovokasiNya menjadi semakin marah.’ Dan karena itu, karena Maria harus menjadi perantara damai antara manusia dan Allah, adalah sangat penting Maria sendiri tidak tampil sebagai seorang pendosa dan musuh Allah, melainkan dia harus tampil dalam segala hal sebagai seorang teman, dan terbebas dari setiap noda dosa …”  Itulah pandangan Roma Katolik.

 

 

And with regards to Christ, it is the view that is taught by many Adventist scholars in the Adventist Church, that Christ took the nature of Adam before the fall, He did not take our sinful human nature, because if He took our sinful nature, then Jesus would be a sinner. The fundamental misconception of this is that the Bible does not define sin as having a sinful nature,  but it defines sin as responding to the sinful nature.

Ellen White said that there's only one definition of sin in the Bible, and that is 1 John 3:4, sin is when you choose to transgress the Law of God, then you become a sinner. Having a sinful nature does not mean that you're a sinner, you're a sinner only when you allow that sinful nature to express itself in action, in thought, or in word. Jesus had the sinful nature of man, the fallen nature of Adam, but He also from His conception had the Holy Spirit to give Him control of the sinful nature so that His sinful nature never sinned. Are you understanding what I’m saying? Having a sinful nature is not sin.

And by the way, is it possible for human beings to live a life of victory over sin in sinful flesh? Yes!

 

Dan sehubungan dengan Kristus, pandangan yang diajarkan oleh banyak pakar Advent di gereja Advent ialah, bahwa Kristus mengambil kodrat alami Adam sebelum kejatuhannya, Dia tidak mengambil kodrat manusia berdosa seperti kita, karena jika Dia mengambil kodrat alami kita yang berdosa, maka Yesus akan menjadi orang yang berdosa.

Kesalahan fundamental dari konsep ini ialah Alkitab tidak menjabarkan dosa sebagai memiliki kodrat alami manusia berdosa, melainkan dosa adalah bereaksi kepada kodrat alami manusia berdosa tersebut.

Ellen White berkata bahwa hanya ada satu definisi dosa di Alkitab, dan itu ada di 1 Yohanes 3:4, dosa ialah ketika kita memilih untuk melanggar Hukum Allah, lalu kita menjadi seorang pendosa. Memiliki kodrat alami manusia berdosa tidak berarti kita seorang pendosa. Kita menjadi pendosa hanya bila kita mengizinkan kodrat alami manusia berdosa tersebut menyatakan dirinya dalam perbuatan, pikiran atau perkataan. Yesus memiliki kodrat alami manusia berdosa, kodrat Adam setelah dia berdosa; tetapi Yesus juga dari saat pembuahanNya, memiliki Roh Kudus yang mengendalikan kodrat alami manusia berdosa itu sehingga kodrat alami manusia berdosa milikNya tidak pernah berbuat dosa. Apakah kalian paham apa yang saya katakan? Memiliki kodrat alami manusia berdosa itu bukan dosa.

Dan apakah mungkin bagi manusia untuk menjalani suatu kehidupan mengalahkan dosa dalam dagingnya? Ya!

 

 

Now, let's notice what the Bible view is of this issue. This is an extremely important issue and I might say that two or three weeks ago I was in the city of Medellin Columbia, Biblical Research Institute, was invited down there. You know, the head of the Biblical Research Institute, Angel Manuel Rodriguez and some others, because they're having troubles down there with certain doctrinal deviations, like they're having issues with the Trinity and they're having issues with Lunar Sabbath, and issues with the Feast-keepers and you know all the things that we're experiencing here; the winds have blown from the north towards the south. And so they organized this symposium at our Seventh-Day Adventist University where I taught for six years, and they invited me to present the specific subject on the nature of Christ. And it was amazing as I presented this view to see that the 650 pastors that were present there, it was almost like they had never heard this before, because  many of them you know came to me they said, “This is not the standard Adventist view, is it?”

I said, “Well, it isn't now, but it was before 1949, in Bible readings for the home, it was in all of the publications, even in Ellen White. Before 1949. And I can prove that.” And I did in my presentation. I had three hours of presentation there with them, and I read statements from the Spirit of Prophecy and from the Bible. I said, “It used to be.”

 

Sekarang mari kita simak apa pandangan Alkitab mengenai isu ini. Ini adalah isu yang amat sangat penting, dan saya mau katakan bahwa 2-3 minggu yang lalu saya di kota Medellin Columbia, Biblical Research Insitute, saya diundang ke sana. Kalian tahu, kepala Biblical Research Institute, Angel Manuel Rodriguez dan beberapa yang lain, karena mereka sedang menghadapi masalah di sana dengan penyimpangan-penyimpangan doktrinal tertentu, seperti isu dengan Trinitas, dan isu dengan Lunar Sabat, dan isu dengan para pemelihara Perayaan-perayaan Yahudi, dan semua hal yang kita alami di sini; angin telah meniup dari utara ke selatan. Maka mereka mengorganisasikan symposium ini di Universitas MAHK di mana saya pernah mengajar selama 6 tahun, dan mereka mengundang saya untuk menyampaikan subjek khusus tentang kodrat alami Kristus. Dan yang mengagumkan saat saya mempresentasikan pandangan ini, saya melihat ke-650 orang pendeta yang hadir di sana, seolah-olah mereka tidak pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya karena banyak dari mereka datang ke saya dan berkata, “Ini bukan pandangan standar Advent, kan?”

Kata saya, “Nah, sekarang bukan, tetapi sebelum 1949 inilah pandangan Advent, dalam bacaan-bacaan Alkitab di rumah, dalam segala penerbitannya, bahkan di tulisan-tulisan Ellen White.  Sebelum 1949, dan saya bisa membuktikan itu.” Dan saya buktikan dalam presentasi saya. Presentasi saya sepanjang tiga jam di sana bersama mereka, dan saya membacakan pernyataan-pernyataan dari Roh Nubuat dan dari Alkitab. Saya berkata, “Dulu itulah pandangannya.”

 

 

Let me say something, folks, in the early 1950s there was a detour in the Seventh-Day Adventist Church,  and we have to come to terms with this, and we have to admit it. There was a detour in Adventist theology and it came as a result of the Walter Martin affair. I won't get into all of the details of that, but

ü  our view of righteousness by faith,

ü  our view of the nature of Christ,

ü  our view of the atonement,

ü  and our view of the Godhead,

changed. And that has been taught for 60 years. And so what has happened is practically all of our pastors and all of our theologians these days have this new view, which is totally contrary to the view that was held by our pioneers, and that was held by Ellen White.


 

Izinkan saya mengatakan sesuatu, Saudara-saudara, di awal 1950an di gereja MAHK terjadi penyimpangan, dan kita harus menerima kondisi itu, dan itu harus kita akui. Ada penyimpangan dalam theologi Advent dan itu adalah akibat kasus Walter Martin. Saya tidak akan membahas semua detail darinya, tetapi

ü  pandangan kami tentang pembenaran oleh iman,

ü  pandangan kami tentang kodrat alami Kristus,

ü  pandangan kami tentang pendamaian,

ü  dan pandangan kami tentang Keallahan

berubah. Dan hal itu diajarkan selama 60 tahun. Maka apa yang terjadi ialah, praktis semua pendeta kami dan semua theolog kami hari ini mempunyai pandangan yang baru itu, yang seluruhnya bertentangan dengan pandangan-pandangan yang dipegang oleh para pioner kami, dan yang dipegang oleh Ellen White.

 

 

Let's see what the Bible has to say.

1 John 4:1-3 ~ we're still dealing with the third test ~  Jesus has come in the flesh. 1 John 4:1-3 how important is this in determining whether an individual's a true prophet or not? Do you think St. Alphonsus Liguori, was he a true prophet? He's a false prophet. And all the people he quotes were false prophets, because he is giving to Christ and to Mary a nature that was not theirs according to Scripture.

Notice 1 John 4:1-3,1 Beloved, do not believe every spirit, but test the spirits, whether they are of God; because many…” what? Ah listen, it's talking about prophets,  “…because many false prophets have gone out into the world…” how do you know the true from the false?  “…By this you know, the Spirit of God…” and the Spirit of God speaks through the prophets, right?  “…By this you know, the Spirit of God, every spirit that confesses that Jesus Christ has come in the flesh is of God, and every spirit that does not confess that Jesus Christ has come in the flesh is not of God…” and this is even more serious because it says,  “…And this is the spirit of the Antichrist, which you have heard was coming, and is now already in the world.” If you don't have the coming of Jesus in the flesh right, that is what? The spirit of Antichrist according to this passage. So we better make sure that we have this right.

And Ellen White had it right.

 

Mari kita lihat apa yang dikatakan Alkitab.

1 Yohanes 4:1-3 ~ kita masih membahas ujian yang ketiga ~ Yesus sudah datang sebagai Manusia. Seberapa pentingnyakah untuk menentukan apakah seseorang adalah nabi yang sejati atau bukan? Menurut kalian apakah St. Alphonsus Liguori seorang nabi tulen? Dia seorang nabi palsu. Dan semua orang yang dia kutip tulisannya adalah nabi-nabi palsu karena dia memberikan kepada Kristus dan kepada Maria suatu kodrat alami yang bukan milik mereka menurut Kitab Suci.

Simak 1 Yohanes 4:1-3, 1 Saudara-saudaraku yang terkasih, janganlah percaya pada setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak…”  apa? Ah, dengarkan, ini bicara tentang nabi-nabi,  “…sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah keluar ke dunia…”  bagaimana kita membedakan yang tulen dari yang palsu?   “…2 Dengan ini kita mengenal Roh Allah…”  dan Roh Allah bicara melalui nabi-nabi, bukan?   “…2 Dengan ini kita mengenal Roh Allah,  setiap roh yang mengakui bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai Manusia, berasal dari Allah, 3  dan setiap roh yang tidak mengakui Yesus Kristus telah datang sebagai Manusia, tidak berasal dari Allah…”  dan ini lebih parah, karena dikatakan, “…Dan ini adalah roh antikristus, yang telah kamu dengar bahwa ia akan datang, dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia…”  Jika orang tidak memiliki konsep yang benar tentang kedatangan Yesus sebagai Manusia, itu adalah apa? Menurut ayat ini itulah roh Antikristus. Jadi pastikan konsep yang kita miliki itu benar. Ellen White memiliki konsep yang benar.

 

 

You will find statements in the material that we're not going to have time to cover, where I apply these tests to Ellen White in your syllabus. The great majority of pages in the syllabus deal with proving that Ellen White passes all of these tests.  I hope that you're going to read it.  But I want you to see the biblical test so that then you can go to the writings of Ellen White and say,  “Now let me apply all of these tests to Ellen White for myself.” Because I can tell you, but that doesn't have the same convicting power as you saying, “Okay, now I know what the tests are, I’m going to go, and I’m going to check it out for myself.” And once you've checked it out, you will be solid. Nothing will be able to move you.

 

Kalian akan mendapatkan pernyataan-pernyataan di materi di dikat kalian yang tidak akan sempat kita liput, di mana saya mengaplikasikan ujian-ujian ini kepada Ellen White. Bagian terbesar halaman-halaman di diktat itu bicara tentang pembuktian bahwa Ellen White telah lulus semua ujian ini. Saya berharap kalian akan membacanya. Tetapi saya ingin kalian melihat ujian-ujian alkitabiah itu supaya nanti kalian bisa pergi ke tulisan-tulisan Ellen White dan berkata, “Nah, saya akan mengaplikasikan sendiri ujian-ujian ini ke Ellen White.” Karena saya bisa memberitahu kalian, tetapi itu tidak akan memiliki kuasa meyakinkan yang sama seperti seandainya kalian berkata, “Oke, sekarang saya tahu apa saja ujian itu, dan saya akan mengeceknya sendiri.” Dan begitu kalian sudah mengeceknya, pendapat kalian akan menjadi solid, tidak akan ada yang bisa mengguncang kalian.

 

 

At the Incarnation did Jesus take human flesh? John 1:14, 14 And the Word became flesh and dwelt among us, and we beheld His glory, the glory as of the only begotten of the Father, full of grace and truth.” Did the Word become flesh? Yes, He did. Whose flesh did He inherit? Do we have the genealogy of Jesus?  We have the genealogy in Matthew chapter 1, right? Have you examined that list of ancestors of Jesus? There you have the adulterer Solomon, you have that apostate king towards the end of the history of Israel, or actually you have a couple of extremely wicked kings at the end of the history, you have in that genealogy the liar Abraham, and the murderer David, and Jesus came from that lineage. Did Jesus inherit the nature of His ancestors? Yes, He did, albeit when He was born His sinful human nature that He received was under the control of the Holy Spirit from the moment of His conception.  It's because if that wasn't the case, Jesus could have never overcome. We cannot overcome just with the sinful nature that we receive. It has to be regenerated by the Holy Spirit. Jesus had that from His birth. From His birth His sinful nature was under the control of the Holy Spirit, in each moment. And therefore it never expressed itself in acts of sin. Are you following me or not?

 

Pada waktu inkarnasi, apakah Yesus mengambil tubuh manusia? Yohanes 1:14, 14 Dan Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai satu-satunya yang berasal dari  Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran…”  Apakah Firman menjadi Manusia? Ya, benar. Kedagingan siapa yang diwarisiNya? Apakah kita tahu silsilah Yesus? Silsilahnya ada di Matius pasal 1, benar? Sudahkah kalian memeriksa daftar nenek moyang Yesus? Di sana ada Salomo si pezinah, ada raja yang murtad menjelang akhir sejarah Israrel, atau ada dua orang raja yang amat sangat jahat di bagian akhir sejarah, dalam silsilah itu ada Abraham si pembohong, dan Daud si pembunuh, dan Yesus datang dari garis keturunan tersebut. Apakah Yesus mewarisi kodrat alami nenek moyangNya? Ya, benar, namun demikian ketika Dia lahir, kodrat alami manusia berdosa yang diterimaNya berada di bawah kendali Roh Kudus, mulai dari saat pembuahanNya. Karena andaikan tidak demikian, Yesus tidak akan pernah bisa mengalahkan dosa. Kita tidak bisa mengalahkan dosa hanya dengan kodrat alami manusia berdosa yang kita terima. Kodrat alami itu harus dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Yesus sudah mengalami itu dari saat Dia lahir.  Dari saat kelahiranNya, kodrat alami berdosaNya berada di bawah kendali Roh Kudus setiap saat. Dan itulah mengapa kodrat tersebut tidak pernah menyatakan dirinya dalam perbuatan dosa. Apakah kalian paham atau tidak?

 

 

Ellen White in Desire of Ages has a statement where she says that it would have been an almost infinite humiliation for Jesus to take the nature of Adam before the fall, but He took it after 4’000 years of sin. That statement alone says that He did not take the nature of Adam before the fall, it would have been an almost infinite humiliation for Him to do that, but He didn't,  He took the nature of Adam after 4’000 years of sin. That statement alone makes it very, very clear.  But there are many others.

Notice Hebrews 2:14-18,14 Inasmuch then as the children have partaken of flesh and blood, He Himself likewise shared in the same…” now let me ask you what “the same” mean? What part of “same” don't you understand? Who are “the children”? Adam and Eve? No! Us!  “…14 Inasmuch then as the children have partaken of flesh and blood, He Himself likewise shared in the same, that through death He might destroy him who had the power of death, that is the Devil, 15 and release those who through fear of death were all their lifetime subject to bondage. 16 For indeed He does not give aid to angels…” other versions say “He did not take the inheritance of angels”,  “…but He does give aid to the seed of Abraham…” and now notice verse 17.  “…17 Therefore, in…”   most things He had to be made like His brethren ~ therefore in some things He had to be made like His brethren,  “…17 Therefore, in all things He had to be made like His brethren…” now what does “all” mean? Now, who are His brethren? Listen carefully, Jesus did not take the nature of a drunk that has never been born again, are you with me? He took the regenerated sinful nature of Adam. Was Adam converted after he sinned? Did a new power enter into his life that would give him power to overcome? Yes. When he was converted the Holy Spirit came into his life to give him victory over his sinful nature. That's where Jesus started at His conception. It's not rocket science. It's not ultra complicated. The brethren of Jesus ~ if you read the expression “brethren” in the New Testament, it refers to His converted brethren. The word “brethren” never refers to a sinner who has not been regenerated by the Holy Spirit

You remember, one time  the brothers of Jesus and the mother of Jesus, they went to where Jesus was speaking, because they were afraid He was going to have a nervous breakdown, and they wanted to take Him home. And they said to Him,  “By the way, your mother and your brothers are outside.” What did Jesus say? “My mother and My brothers are those who do the will of My Father.” Those are His converted brethren. He took the nature of His converted brethren, are you with me? And so it says there,  “…17 Therefore, in all things He had to be made like His brethren that He might be a merciful and faithful High Priest in things pertaining to God, to make propitiation for the sins of the people.  18 For in that He Himself has suffered, being tempted…” in what nature was He tempted? In all things, it says, right?   “…He is able to…” what?  “…to aid those who are…” what?  “…those who are tempted.”

 

Ellen White di Desire of Ages memiliki pernyataan di mana dia berkata bahwa bagi Yesus untuk mengambil kodrat alami Adam sebelum kejatuhannya, itu sudah nyaris suatu aib yang tidak terbilang; tetapi Dia malah mengambilnya setelah 4’000 tahun keberdosaan manusia. Pernyataan itu saja bahwa Dia tidak mengambil kodrat alami Adam sebelum kejatuhanNya, yang nyaris sudah merupakan aib yang tidak terbilang bagiNya seandainya Dia melakukan itu namun Dia tidak melakukannya, Dia malah mengambil kodrat alami Adam setelah 4’000 tahun keberdosaan. Pernyataan itu saja membuatnya amat sangat jelas. Tetapi ada banyak pernyataan yang lain.

Simak Ibrani 2:14-18, 14 Oleh sebab itu sebagaimana anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia Sendiri juga mengambil bagian dalam hal yang sama…”  nah, coba saya tanya, apa artinya “yang sama”? Bagian mana dari “yang sama” yang tidak kita pahami? Siapa yang dimaksud dengan “anak-anak”? Adam dan Hawa? Bukan! Kita!   “…14 Oleh sebab itu sebagaimana anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia Sendiri juga mengambil bagian dalam hal yang sama.  Agar supaya oleh kematian-Nya Ia bisa memusnahkan dia yang berkuasa atas maut,  yaitu Iblis. 15 dan membebaskan mereka yang karena takutnya kepada maut, seumur hidupnya berada di bawah perhambaan.  16 Sebab sesungguhnya, Dia tidak mengambil kodrat malaikat-malaikat bagi DiriNya sendiri, melainkan Dia mengambil bagi DiriNya sendiri kodrat benih Abraham…” dan sekarang simak ayat 17, “…17 Itulah sebabnya, dalam…”  kebanyakan hal, Dia harus dijadikan sama dengan saudara-saudaraNya ~ dalam beberapa hal Dia harus dijadika sama dengan saudara-saudaraNya   “…17 Itulah sebabnya, dalam segala hal Ia harus dijadikan sama dengan saudara-saudara-Nya…”  nah, apa artinya “segala”? Siapakah “saudara-saudara”Nya? Dengarkan baik-baik, Yesus tidak mengambil kodrat alami seorang pemabuk yang belum pernah dilahirkan kembali. Apakah kalian paham? Yesus mengambil kodrat alami Adam yang berdosa yang sudah mengalami kelahiran baru. Apakah Adam bertobat setelah dia berbuat dosa? Apakah ada kuasa baru yang masuk dalam hidupnya yang memberinya kuasa untuk mengalahkan dosa? Ya. Ketika dia bertobat, Roh Kudus masuk ke dalam hidupnya untuk memberinya kemenangan atas kodrat alami orang berdosa yang dimilikinya. Di titik inilah Yesus mulai saat pembuahanNya. Ini bukan sains roket yang sulit. Ini tidak ultra rumit. Saudara-saudara Yesus ~ jika kita membaca istilah “saudara-saudara” di Perjanjian Baru, itu mengacu kepada saudara-saudaraNya yang sudah bertobat. Kata “saudara-saudara” tidak pernah mengacu kepada seorang pendosa yang belum mengalami kelahiran baru oleh Roh Kudus.

Kalian ingat, suatu ketika saudara-saudara Yesus dan ibunya, mereka mendatangi tempat di mana Yesus sedang bicara karena mereka khawatir Dia kelelahan dan mereka ingin membawaNya pulang. Dan orang-orang berkata kepadaNya, “IbuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar.” Apa kata Yesus? “IbuKu dan saudara-saudaraKu adalah mereka yang melakukan kehendak BapaKu.” (Mat. 12:50).  Mereka itu adalah saudara-saudaraNya yang sudah bertobat. Apakah kalian paham? Yesus mengambil kodrat alami saudara-saudaraNya yang sudah bertobat. Apakah kalian paham? Maka dikatakan di sana, “…17 Itulah sebabnya, dalam  segala hal Ia harus dijadikan sama dengan saudara-saudara-Nya  supaya Ia  bisa menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia dalam segala hal yang berkaitan dengan Allah, untuk membuat perdamaian bagi dosa seluruh umat. 18 Sebab sebagaimana Ia sendiri telah menderita karena dicobai…”  Dia dicoba dalam hal apa? Dikatakan dalam segala hal, bukan? “…maka Ia dapat…” apa?   “…menolong mereka yang…”  apa?   “…mereka yang dicobai.”

 

 

Let me give you an illustration. Let's suppose that Superman existed. I think it's a good illustration. Let's suppose that Superman existed. Does Superman have powers that we don't? Of course he does. So Superman appears in that door, actually appears at the front door, and we're out there, and Superman says, “Folks, follow me!” wuusshh he flies off into the air. Is that fair? Why not? Because he has powers I don't.

Could Jesus ask me to follow His example if He had powers I don't? You see, at the very root of this is the  possibility of following the example of Jesus, because Jesus suffered being tempted, He is able to help those who are tempted, because He's gone over the ground, the same ground as us. Did Jesus still have His human nature when He resurrected? Yes, but listen carefully to what I’m going to say. When Jesus resurrected He had holy flesh, the sinful nature was removed.

You say, “Wait a minute!”

Yeah! When we resurrect will the sinful nature be removed? Of course it will be. We cannot have now holy flesh, we will have our sinful nature until Jesus comes and this body is transformed into the similitude of the glorious body of Jesus. We cannot have, Ellen White says, sinless flesh; but we can have a victorious character, we can have a holy character, because Jesus is able to help us, because He was tempted as we are.

 

Coba saya berikan sebuah ilustrasi. Mari kita anggap Superman sungguh ada. Menurut saya ini ilustrasi yang baik. Anggap saja Superman sungguh ada. Apakah Superman punya kemampuan yang tidak kita punyai? Tentu saja. Jadi Superman muncul di pintu, tepatnya muncul di pintu depan, dan kita ada di luar sana, dan Superman berkata, “Saudara-saudara, ikutlah saya!” wuuussh dia terbang pergi ke angkasa. Apakah itu adil? Mengapa tidak? Karena dia memiliki kemampuan yang tidak kita miliki.

Bisakah Yesus minta saya untuk mengikuti teladanNya jika Dia memiliki kemapuan yang tidak saya miliki? Kalian lihat, di bagian paling mendasar dari ini adalah kemungkinan kita bisa mengikuti teladan Yesus, karena Yesus sudah menderita dicobai, Dia bisa menolong mereka yang dicobai, karena Dia sudah pernah mengalami yang sama, sama dengan yang kita alami. Apakah Yesus masih memiliki kodrat manusiawinya saat Dia bangkit? Ya, tetapi dengarkan baik-baik kepada apa yang akan saya katakan. Ketika Yesus bangkit, Dia memiliki tubuh yang kudus, kodrat keberdosaannya telah disingkirkan.

Kalian berkata, “Tunggu sebentar!”

Oya! Saat kita dibangkitkan apakah kodrat alami keberdosaan kita akan disingkirkan? Tentu saja. Sekarang kita tidak bisa memiliki tubuh yang kudus, kita tetap akan memiliki kodrat alami yang berdosa hingga nanti Yesus datang, dan tubuh kita ini diubahkan menjadi serupa dengan tubuh Yesus yang mulia. Ellen White berkata, sekarang kita tidak bisa memiliki tubuh yang bebas dosa; tetapi kita bisa memiliki karakter yang bisa menaklukkan dosa, kita bisa memiliki karakter yang kudus karena Yesus bisa menolong kita, karena Dia sudah pernah dicobai sebagaimana kita.

 

 

When Jesus resurrected He still was a human being. Notice Luke 24:36-43, 36 Now as they said these things, Jesus Himself…” this is in the upper room  “…stood in the midst of them, and said to them, ‘Peace to you.’ 37 But they were terrified and frightened, and supposed they had seen a spirit. 38 And He said to them, ‘Why are you troubled? And why do doubts arise in your hearts? 39 Behold…” what? Did Jesus have hands and feet after His resurrection? Yeah. “…39 Behold My hands and My feet, that it is I Myself. Handle Me and see, for a spirit does not have…” what?  “…flesh and bones as you see I have.’ 40When He had said this, He showed them His hands and His feet. 41 But while they still did not believe for joy, and marveled, He said to them, ‘Have you any food here?’…” basically He's saying, “Do spirits eat?”  “…42 So they gave Him a piece of a broiled fish and some honeycomb. 43 And He took it and ate in their presence.”

 

Ketika Yesus bangkit, Dia masih tetap Manusia. Simak Lukas 24:36-43, 36 Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus sendiri…”  ini terjadi di ruang yang di loteng,   “…berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka, ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ 37 Tetapi mereka sangat ngeri dan ketakutan dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. 38 Dan Ia berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? 39 Lihatlah…”  apa? Apakah Yesus punya tangan dan kaki setelah kebangkitanNya? Iya. “…39 Lihatlah  tangan-Ku dan kaki-Ku, bahwa ini adalah Aku sendiri; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak punya…”  apa?   “…daging dan tulang, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." 40 Setelah berkata ini, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. 41 Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka, ‘Adakah padamu makanan di sini?’…”  pada dasarnya Dia berkata, “Apakah roh itu makan?”   “… 42 Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan panggang dan sedikit sarang madu. 43 Dan Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.”

 

 

Did Jesus ascend to Heaven with a victorious human nature, victorious over sin? He most certainly did. Is He still that victorious human being in Heaven? Yes. 1 Timothy 2:5, you don't even have to look it up, you've read it many times, 5 For there is one God and one Mediator between God and men, the Man…” Jesus Christ or  “…Christ Jesus.”

He is still a Man up there, and He still has the human nature that He had while He was here, but it is a glorified human nature.

 

Apakah Yesus naik ke Surga dengan kodrat alami manusia yang telah menang atas dosa? Betul sekali. Apakah Dia masih Manusia yang menang atas dosa di Surga? Ya.  1 Timotius 2:5, kalian bahkan tidak usah mencarinya di Alkitab, kalian sudah begitu sering membacanya, 5 Karena Allah itu satu, dan satu Pengantara antara Allah dan manusia, yaitu Manusia…”  Yesus Kristus atau    “…Kristus Yesus…”  Di atas sana Dia masih Manusia, dan Dia masih memiliki kodrat manusia yang dimilikiNya selagi Dia hidup di dunia, tetapi itu adalah kodrat manusia yang sudah dimuliakan.

 

 

Final text that I want us to deal with in this particular section, the third test of a true prophet, is found in Romans 8:3-4, “ For what the Law could not do in that it was weak through the flesh, God did by sending His own Son in…” what?  “…in the likeness of…” sinless flesh… oh thank you very much, and these are brand new glasses too, “…by sending His own Son in the likeness of sinful flesh…” was the flesh of Jesus like ours? Yes. And now notice,   “…on account of sin: He condemned sin in the flesh…” in what kind of flesh did Jesus condemn sin? In sinful flesh He condemned sin. Did Jesus ever allow His sinful nature to express itself? Never. In sinful flesh He condemned sin, that's what the text is saying. Verse 4, now notice what the purpose of this is, “…that the righteous requirement of the Law might be fulfilled in us,…” does His victory over sin and sinful flesh have anything to do with us? It has everything to do with us.  “…that the righteous requirement of the Law might be fulfilled in us, who do not walk…”  what does “walk” mean? Aaah, it has to do with conduct or behavior “…who do not walk according to the flesh but according to the Spirit.” Did Jesus walk according to the flesh? No! Did He have sinful flesh? Yes. Did He walk according to flesh? No! Can we have sinful flesh and not walk according to the flesh? That's the reason why Jesus condemned sin in the flesh according to Romans 8:3-4, vitally important.

And Ellen White teaches it all over her writings, her writings are in harmony with the Bible, the fruit of a seventy year ministry can be clearly seen, and she teaches that Jesus was a real human being with our human nature, our regenerated human nature.

 

Ayat terakhir yang saya mau kita bahas dalam bagian khusus ini, ujian ketiga tentang ketulenan seorang nabi, terdapat di Roma 8:3-4, 3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan Hukum karena itu lemah oleh kedagingan, telah dilakukan oleh Allah dengan  mengutus Anak-Nya Sendiri dalam…”  apa?   “…dalam keserupaan dengan…”  kedagingan yang tidak berdosa… oh, terima kasih banyak, padahal ini kacamata baru, “…dengan mengutus AnakNya Sendiri dalam keserupaan  dengan kedagingan yang berdosa…”  apakah kedagingan Yesus sama dengan kedagingan kita? Ya! Dan sekarang simak,   “…karena dosa, Ia telah menghukum dosa dalam kedagingan…” dalam kedagingan macam apa Yesus menghukum dosa? Dalam kedaginganNya yang berdosa Dia menghukum dosa. Apakah Yesus pernah mengizinkan kodrat alamiNya yang condong kepada dosa untuk menyatakan dirinya? Tidak pernah. Dalam kedagingan yang berdosa Dia menghukum dosa, itulah yang dikatakan ayat ini. Ayat 4, sekarang simak apa tujuannya,  “…4 supaya tuntutan Hukum yang benar boleh digenapi di dalam kita…”  apakah kemenangan Yesus atas dosa dan kedagingan yang berdosa ada kaitannya dengan kita? Itu seluruhnya berkaitan dengan kita. “…4 supaya tuntutan Hukum yang benar boleh digenapi di dalam kita, yang tidak berjalan…”  apa artinya “berjalan”? Aaah, itu berkaitan dengan tindakan atau sikap, “…yang tidak berjalan menurut daging, tetapi menurut Roh…”  apakah Yesus berjalan menurut daging? Tidak! Apakah Yesus memiliki kedagingan manusia berdosa? Ya. Apakah Yesus berjalan menurut kedagingan itu? Tidak! Bisakah kita memiliki kedagingan manusia berdosa tapi tidak berjalan menurut daging? Itulah alasannya mengapa Yesus menghukum dosa dalam daging menurut Roma 3:3-4, sangat penting.

Dan Ellen White mengajarkan ini di semua tulisannya. Tulisan-tulisannya itu selaras dengan Alkitab, buah  dari ministrinya selama 70 tahun tampak jelas, dan dia mengajarkan bahwa Yesus adalah benar-benar Manusia yang memiliki kodrat alami manusia seperti kita, kodrat alami manusia kita yang sudah dilahirkan baru.

 

 

 

THE FOURTH TEST

Let's go to the fourth test. We only have 5 minutes left and we're going to cover number 4. We're not going to deal a lot with this, but I want to read two biblical texts on this test. Test # 4, the fourth of the primary tests is,  that a prophet who claims to be true must give predictions that are fulfilled. In other words, the predictions of a true prophet need to be fulfilled. If a prophet gives predictions and they're not fulfilled, well, then the individual is a false prophet. However, there's a caveat here.  Sometimes prophets will give a prophecy that is conditional. And listen carefully, sometimes the condition is not even expressed, so if it's not fulfilled it must be because of a change of circumstances. Remember the story of Jonah? In 40 days Nineveh will be destroyed if you don't repent. Is that what he preached? No! Categorically he said, “In 40 days Nineveh will be destroyed.” And he actually got mad because God made it conditional. There was no condition in his prophecy. And yet because the circumstances changed, the prophecy changed.

Let me ask you this, what would you think of a God that even though the Ninevites repented who would say, “I said I was going to destroy them, and I don't care if they repented, he's a true prophet. Kill them.”

Did a change in the attitude of the people determined a change in the council? Yes!

Was Jonah a false prophet? He was a true prophet.

 

 

UJIAN YANG KEEMPAT

Mari kita ke ujian keempat. Kita hanya punya waktu 5 menit yang tersisa dan kita akan meliput # 4. Kita tidak akan bisa membahas banyak, tetapi saya mau membacakan dua ayat Alkitab tentang ujian ini.

Ujian # 4, test utama keempat ialah, seorang nabi yang mengklaim sebagai nabi tulen haruslah memberikan prediksi yang digenapi. Dengan kata lain, prediksi-prediksi seorang nabi yang tulen haruslah ada penggenapannya. Jika seorang nabi memberikan prediksi-prediksi yang tidak digenapi, nah, maka orang itu adalah seorang nabi palsu. Namun ada syaratnya di sini. Terkadang nabi-nabi memberikan suatu nubuatan yang bersyarat. Dan dengarkan baik-baik, terkadang syarat tersebut tidak dinyatakan. Jadi jika nubuatan itu tidak terjadi, itu harus karena ada perubahan kondisi. Ingat kisah Yunus? Dalam 40 hari Niniwe akan dihancurkan jika tidak bertobat. Itukah yang dikhotbahkan Yunus? Tidak! Lebih tepatnya dia berkata, “Dalam 40 hari Niniwe akan dihancurkan.” Dan dia marah karena Allah menjadikan itu bersyarat. Dalam nubuatan yang disampaikannya tidak ada syaratnya. Namun begitu karena kondisinya berubah, nubuatan itu berubah.

Coba saya tanya, bagaimana kita menganggap Allah yang walaupun bangsa Niniwe sudah bertobat masih berkata, “Aku sudah mengatakan akan menghancurkan mereka, Aku tidak peduli apakah mereka bertobat. Dia adalah nabi yang benar. Bunuhlah mereka.”

Apakah perubahan sikap penduduk Niniwe menentukan suatu perubahan dalam dewan pertimbangan? Iya!

Apakah Yunus seorang nabi palsu? Dia seorang nabi tulen.

 

 

Incidentally in your syllabus pages 145 to 158 ~ you’d better read this because I’m going to test you on this ~ there are two expositions there, on a vision that Ellen White had in 1856, it's known as The 1856 Vision. It is used by every enemy of Ellen White against Ellen White, where she seemed to predict that there were some people there alive that would go through the plagues and would be eaten by worms at the Second Coming of Christ; and so they say, “Never happened, all those people are dead. False prophet.” You have to read the explanation that is provided by Roger Coon. And there's another explanation by the White Estate. You have the same situation as with Jonah, and there are other examples there of prophecies that were conditional, even though there was no expression of conditionality in it. 

 

Nah, di diktat kalian hal. 145-158 ~ sebaiknya kalian baca ini karena saya akan menguji kalian tentang itu ~ ada dua penjelasan di sana tentang penglihatan Ellen White di 1856 yang dikenal sebagai “Penglihatan 1856. Ini dipakai oleh setiap musuh Ellen White untuk menyerang Ellen White, di mana sepertinya dia memprediksi bahwa ada beberapa orang di sana yang masih hidup yang akan mengalami malapetaka-malapetaka terakhir dan akan dimakan oleh cacing-cacing saat Kedatangan Kedua Kristus; maka mereka berkata, “Itu tidak pernah terjadi. Semua orang itu sudah mati. Jadi nabi palsu.” Kalian harus membaca penjelasan yang diberikan oleh Roger Coon. Dan ada penjelasan lain oleh The White Estate. Ada situasi yang sama seperti kasus Yunus, dan ada contoh-contoh lain di sana tentang nubuatan-nubuatan yang bersyarat, walaupun tidak ada ungkapan persyaratan di dalamnya.

 

 

So when we say that the predictions need to be fulfilled, you need to look at all the circumstances to see if the prophecy was conditional. Are you understanding what I’m saying?

 

Jadi bila kita berkata bahwa prediksi-prediksi itu harus digenapi, kita harus melihat ke semua kondisinya untuk melihat apakah nubuatan itu bersyarat. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?

 

 

Now let's read these two texts that speak of this fourth test of a true prophet.

Jeremiah 28:9, “ As for the prophet who prophesies of peace, when the word of the prophet comes to pass, the prophet will be known as one whom the Lord has truly sent.” Fulfilled prediction.

 

Sekarang mari kita  baca dua ayat yang bicara tentang ujian yang keempat ini bagi seorang nabi yang tulen.

Yeremia 28:9, 9 Sedangkan bagi nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, bilamana nubuat nabi itu terjadi, nabi itu akan dikenal sebagai seorang yang benar-benar diutus oleh TUHAN…”  Prediksi yang digenapi.

 

 

The second text is found in Deuteronomy 18:21-22,“ 21 And if you say in your heart, ‘How shall we know the word which the Lord has not spoken?’…” this is the opposite side of the coin, see? The one in Jeremiah 28:9 says if what the prophet said comes to pass, you can know that he's a true prophet. But now you have the other side of the coin.   “… 21 And if you say in your heart, ‘How shall we know the word which the Lord has not spoken?’ 22 when a prophet speaks in the name of the Lord,  if the thing does not happen or come to pass, that is the thing which the Lord has not spoken; the prophet has spoken it presumptuously; you shall not be afraid of him.”

 

Ayat kedua ada di Ulangan 18:21, 21 Dan jika kamu berkata dalam hatimu, Bagaimanakah kami bisa mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN?…”  ini sisi mata uang yang berbeda, lihat? Yang di Yeremia 28:9 mengatakan jika apa yang dikatakan si nabi terjadi sungguh, maka kita boleh tahu dia adalah nabi tulen. Tetapi sekarang sisi kebalikan dari mata uang itu.  “…21 Dan jika kamu berkata dalam hatimu, Bagaimanakah kami bisa mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? 22 Apabila seorang nabi bicara dalam nama TUHAN, jika hal itu tidak terjadi atau digenapi, maka itulah hal yang tidak difirmankan TUHAN; nabi itu telah lancang mengatakannya, janganlah kamu takut padanya.”

 

 

Fulfilled predictions are a test of a true prophet, but always remembering that there might be some conditional element, and you have to look at all of the circumstances to know if there was some conditional element in the prophecy.

 

Prediksi-prediksi yang digenapi adalah ujian seorang nabi yang tulen, tetapi selalu ingat mungkin ada elemen persyaratan, dan kita harus melihat ke semua kondisinya untuk mengetahui apakah ada elemen persyaratan dalam nubuatan tersebut.

 

 

So the four primary tests of a true prophet are:

1.    Any person who claims to be a prophet, their teachings must be in harmony with everything that God gave before in the Holy Scriptures.

2.    The fruit of the personal life and of the ministry of the prophet must be positive, it must be seen that God was leading that prophet.

3.    A true prophet must teach that Jesus came in the flesh, as we have expounded upon it.

4.    And the final test of the primary test is that the predictions of a prophet must be fulfilled but we must take into account the conditionality fact.

 

Maka keempat ujian utama seorang nabi yang tulen adalah:

1.    Siapa pun yang mengklaim sebagai nabi, ajarannya haruslah serasi dengan segala yang telah diberikan Allah sebelumnya di dalam Kitab Suci.

2.    Buah kehidupan pribadi dan ministri nabi itu haruslah positif, harus terlihat bahwa Allah yang memimpin kehidupan nabi itu.

3.    Seorang nabi yang tulen harus mengajarkan bahwa Yesus sudah datang sebagai Manusia, seperti yang sudah kami kupas panjang lebar.

4.    Dan ujian utama yang terakhir ialah prediksi-prediksi seorang nabi haruslah digenapi tetapi kita harus mempertimbangkan faktor persyaratannya.

 

 

28 11 22