Monday, December 26, 2022

EPISODE 14/22 ~ BELIEVE HIS PROPHETS ~ THE ALPHA-OMEGA APOSTASY 1

 

BELIEVE HIS PROPHETS

Part 14/22 - Stephen Bohr

THE ALPHA-OMEGA APOSTASY 1

https://www.youtube.com/watch?v=0WWgjYJH9Fs

 

Dibuka dengan doa

 

We're discussing how Satan is attempting to undermine the biblical doctrine of Creation and I want to read this statement from Ellen White,  Signs of the Times March 20, 1879, where she explains the reason why scholars, theologians, would want to try to reconcile the story of Creation in Genesis with the Evolutionary hypothesis. There's a reason why they do this. Notice this statement. And  many  who  profess  to  believe  the  Bible  are  at  a  loss  to  account  for the wonderful things which are found in the earth with the view that Creation week was only seven literal days and that the world is now only  about six thousand years old…” So people who profess in the Bible, Ellen White says, they're at a loss to account for the possibility that this could have happened in six literal days, about 6’000 years ago. So what do they do to try to reconcile science so-called with the biblical record of Creation? Notice,  “…These ~ to free themselves from difficulties thrown in their way by infidel geologists ~  adopt the view that the six days of Creation were six vast, indefinite periods, and the day of God's rest was another indefinite period; making senseless the Fourth Commandment of God's holy Law. Some eagerly receive this position; for it destroys the force of the Fourth Commandment, and they feel a freedom from its claims upon them.”  (Signs of the Times, March 20, 1879 )

 

Kita sedang membahas bagaimana Setan berusaha mendongkel doktrin Alkitab tentang Penciptaan, dan saya ingin membacakan pernyataan ini dari Ellen White. Signs of the Times, 20 Maret 1879, di mana Ellen White menjelaskan alasannya mengapa para pakar Alkitab, theolog, ingin berusaha mempersatukan kisah Penciptaan di kitab Kejadian dengan hipotesa Evolusi. Ada alasan mengapa mereka berbuat begitu. Simak pernyataan ini,  Dan banyak yang mengaku meyakini rekor Alkitab tidak bisa menjelaskan hal-hal yang luar biasa yang ditemukan di dunia dengan konsep bahwa minggu Penciptaan itu hanya tujuh hari literal, dan bahwa dunia ini sekarang hanya sekitar 6’000 tahun usianya. …”  Jadi kata Ellen White, manusia yang mengaku meyakini Alkitab, tidak bisa menjelaskan kemungkinan bahwa Penciptaan bisa terjadi dalam enam hari literal sekitar 6’000 tahun yang lalu. Jadi apa yang mereka berusaha lakukan untuk mempersatukan yang dianggap sains dengan rekor alkitabiah tentang Penciptaan? Simak, “…Mereka ini ~ untuk membebaskan diri mereka dari kesulitan yang dilemparkan ke hadapan mereka oleh geolog-geolog tak bertuhan ~ telah mengadopsi pandangan bahwa keenam hari Penciptaan adalah enam periode panjang yang tidak terbatas, dan hari perhentian Allah adalah periode yang lain lagi yang tidak terbatas; dengan demikian menjadikan Perintah Keempat dari Hukum Allah yang kudus tidak masuk akal. Ada yang sangat bersedia menerima posisi ini, karena ini menghancurkan kekuatan Perintah Keempat, dan mereka merasa terbebas dari klaim Hukum itu atas mereka. …” (Signs of the Times, March 20, 1879, Spiritual Gifts Vol. 3 hal. 91-92)

 

 

So basically they kill two birds with one stone, so to speak.

1.   First of all, they say, see, we can reconcile the geologic column with the story of Creation if we make the days of Creation long periods of time. So you can keep both. You just have to reinterpret the days.

2.   and then they say, and a fringe benefit or a bonus is, that if the days were real long, then we get rid of what? We get rid of the Sabbath as a literal day that we're supposed to keep.

The old devils are real devil.

 


Jadi pada dasarnya, mereka membunuh dua burung sekali timpuk, katakanlah begitu.

1.   Pertama mereka berkata, lihat, kita bisa mempersatukan kolom geologis dengan kisah Penciptaan jika kita jadikan hari-hari Penciptaan periode waktu yang panjang. Jadi kita bisa mempertahankan kedua-duanya. Kita hanya perlu menafsirkan ulang hari-harinya.

2.   Lalu mereka berkata, dan bonus keuntungannya ialah, jika hari-hari itu betul-betul waktu yang panjang, maka kita bisa menyingkirkan apa? Kita bisa menyingkirkan Sabat sebagai hari yang literal yang harus kita pelihara.

Iblis-iblis tua itu betul-betul iblis.

 

 

Now let's talk about concordists or accommodationists.

Ellen White has warned against the attempt to accommodate the Bible record to the assumptions of science.

One thing I want to make clear is, that in your syllabus I placed material that I feel is especially relevant for now.

ü   This issue of Creation-Evolution

has very important relevance right now in the time we're living.

ü   I included a long material on the Indiana Camp-Meeting,

because music is a problem we have now, worship we have now, a problem. That's why I included that there, and I hope you'll read it.

ü   Another problem that the Church has now is the encroachments of Pantheism.

It's not called Pantheism, it's called contemplative prayer, it's called spiritual formation, but really it is a pantheistic worldview that is trying to penetrate the Adventist church in an insidious way.

And so that's why I included these three examples of how God has protected His church through the Spirit of Prophecy. And the only way we can protect ourselves today is to go back to the Spirit of Prophecy, because God gave the Spirit of Prophecy for that purpose. That's the reason why we're dedicating so much time to this issue, and what Ellen White has to say about it, and it would be good for the church to do this.

 

Sekarang mari kita bicara tentang para penyelaras atau para akomodator.

Ellen White sudah memperingatkan terhadap usaha untuk mengakomodasi rekor Alkitab kepada asumsi sains.

Satu hal yang ingin saya buat jelas ialah, di diktat kalian saya sudah memasukkan materi yang menurut saya relevan untuk masa sekarang ini.

ü   Isu tentang Penciptaan-Evolusi

ini punya relevansi yang sangat penting sekarang ini di masa hidup kita sekarang.

ü   Saya telah memasukkan materi yang panjang tentang Camp-Meeting di Indiana,

karena sekarang kita punya masalah di musik dan ibadah. Itulah mengapa saya memasukkan materi itu di sana. Moga-moga kalian baca.

ü   Problem yang lain lagi ialah gereja sekarang ini disusupi Pantheisme.

Namanya bukan Pantheisme, namanya disebut doa kontemplasi, formasi spiritual, tetapi sesungguhnya itu adalah pandangan pantheis yang mendunia, yang berusaha mempenetrasi masuk ke gereja Advent secara diam-diam.

Itulah mengapa saya memasukkan tiga contoh ini tentang bagaimana Allah melindungi gerejaNya melalui Roh Nubuat. Dan satu-satunya cara kita bisa melindungi diri kita sendiri sekarang ini ialah kembali ke Roh Nubuat, karena Allah memberikan Roh Nubuat demi tujuan tersebut. Itulah mengapa kita mendedikasikan begitu banyak waktu untuk isu ini, dan apa yang dikatakan Ellen White tentang isu ini, dan sebaiknya gereja berbuat demikian.

 

 

And incidentally the Fundamental Belief on Creation at General Conference is going to be strengthened, there's going to be some words added to the Fundamental Belief making it absolutely clear, they're adding that the days of Creation were just like the days of now. And there are people, there are at least twenty five at Annual Council that voted against the strengthening of that particular Fundamental Belief. So it shows that there are some in the church that actually believe in Evolution. Down south from here there are several scholars of the Adventist Church who have embraced Evolution.

 

Dan kebetulan, Keyakinan Fundamental tentang Penciptaan di General Conference itu akan diperkuat, akan ada beberapa perkataan yang ditambahkan ke Keyakinan Fundamental itu, menjadikannya benar-benar jelas. Mereka sedang menambahkan bahwa hari-hari Penciptaan itu persis sama dengan hari-hari yang sekarang ini.

Dan ada orang-orang, ada sedikitnya 25 orang di Annual Council yang memberikan suara menentang penguatkan Keyakinan Fundamental tersebut. Jadi ini membuktikan bahwa ada orang-orang di dalam gereja yang ternyata meyakini Evolusi. Ke arah selatan tempat ini ada beberapa pakar Alkitab dari gereja Advent yang memeluk teori Evolusi.

 

 

Now let's go to this statement.  “Inferences erroneously drawn from facts observed in nature have, however, led to…”  what? “…to supposed conflict between science and revelation; and in the effort to restore harmony…”  notice how they're going to try to restore harmony “… interpretations of Scripture have been adopted that undermine and destroy the force of the Word of God. Geology has been thought to contradict the literal interpretation of the Mosaic record of the Creation. Millions of years, it is claimed, were required for the evolution of the earth from chaos; and in order to…”  what? What's the next word? “… to accommodate…” what does “accommodate” mean? That means to, you know, it will accommodate the story of Creation to what scientists say. So that you can have both. So she says,  “…and in order to accommodate the Bible to this supposed revelation of science, the days of Creation are assumed to have been vast, indefinite periods, covering thousands or even millions of years…” and then she says,  “…Such a conclusion is wholly uncalled for. The Bible record is in harmony with itself and with the teaching of nature.” (Education p, 128-129)

Did you notice the use of the word “accommodate”?

 

Sekarang mari ke pernyataan ini. “…Akan tetapi kesimpulan yang salah yang telah diambil dari fakta-fakta yang tampak di alam, mengakibatkan…”  apa?  “…seolah-olah ada konflik antara sains dengan pernyataan Allah. Dan demi upaya untuk memulihkan keharmonisan…”  simak bagaimana manusia akan berusaha memulihkan keharmonisan,  “…maka dipakailah penafsiran Kitab Suci yang merusak dan menghancurkan kekuatan Firman Allah. Geologi dianggap bertentangan dengan catatan interpretasi Musa mengenai Penciptaan yang literal. Berjuta-juta tahun diklaim dibutuhkan bagi bumi untuk berevolusi dari kekacauan, dan supaya…”  apa? Apa kata berikutnya?    “…dan supaya mengakomodasikan…”  apa artinya “mengakomodasi”? Itu artinya, menyelaraskan kisah Penciptaan kepada apa kata para ilmuwan supaya bisa menyenangkan kedua belah pihak. Jadi Ellen White berkata,    “…dan supaya mengakomodasikan Alkitab dengan penemuan yang dianggap ilmiah ini, maka hari-hari Penciptaan diasumsikan sebagai waktu yang panjang yang tidak terbatas, meliputi ribuan bahkan jutaan tahun…”  Kemudian Ellen White berkata,  “…Kesimpulan seperti ini sama sekali tidak tepat. Catatan Alkitab itu serasi dengan dirinya sendiri, dan dengan apa yang diajarkan alam.” (Education hal, 128-129).

Apakah kalian melihat dipakainya kata “mengakomodasi”?

 

 

The vast majority of scholars both Adventist and non-Adventists agree that the writer of Genesis wanted us to understand that the days of Creation were literal, consecutive, continuous 24-hour days. But some of them are saying that science has proven that the writer was wrong, and therefore we must reinterpret and accommodate the biblical account of Creation, to fit the discoveries of contemporary science. They come up with all sorts of alternative explanations such as Pantheism, Progressive Creation, Punctuated Equilibrium, Theistic Evolution, Intelligent Design, all of these ways try to accommodate the story of Creation to the discoveries of science so-called.

 

Mayoritas besar pakar-pakar Alkitab, baik yang Advent maupun yang non-Advent, sependapat bahwa penulis kitab Kejadian mau kita mengerti bahwa hari-hari Penciptaan itu hari-hari 24-jam yang literal, berurutan, tidak terputus. Tetapi beberapa dari mereka mengatakan bahwa sains telah membuktikan bahwa penulis itu salah, dan oleh karenanya kita harus menginterpretasikannya kembali dan mengakomodasikan kisah Penciptaan yang alkitabiah, agar serasi dengan penemuan-penemuan sains yang kontemporer. Mereka memunculkan segala macam penjelasan alternatif seperti Pantheisme, Progressive Creation (Penciptaan Progresif), Punctuated Equilibrium (Keseimbangan  Bersela *), Theistic Evolution (Evolusi Theistis), Intelligent Design (Desain Intelijen **), semua cara ini berusaha mengakomodsikan kisah Penciptaan kepada penemuan-penemuan yang dianggap sebagai sains.

 

*) suatu hipotesa bahwa perkembangan evolusi ditandai oleh masa-masa spesifikasi yang cepat di antara periode-periode panjang di mana hanya ada sedikit atau sama sekali tanpa perubahan.

**) suatu perdebatan yang dianggap saintifik tetapi bukan, tentang eksistensi Allah berdasarkan teori  saintifik perihal asal usul kehidupan.

 

 

Now I'm going to skip this part of this conversation with this pastor because I told this story yesterday, where he said, “Yes, I believe that the writer of Genesis believed that the days were literal, but he was wrong and science has proven that the days were actually long periods of time.”

 

Sekarang saya akan meloncati bagian dari pembicaraan dengan pastor ini karena saya sudah menceritakannya kemarin, di mana dia berkata, “Ya, saya percaya bahwa penulis kitab Kejadian meyakini bahwa hari-hari Penciptaan itu literal, tapi dia keliru, dan sains sudah membuktikan bahwa hari-hari itu sebenarnya periode waktu yang panjang.”

 

 

When Seventh-Day Adventists critics question the literal days of Creation ~ listen, this is a very important point ~ they must also question the reliability of the writings of Ellen G. White.

 

Ketika para pengritik MAHK mempertanyakan hari-hari literal Penciptaan ~ dengarkan, ini poin yang sangat penting ~ mereka tentunya harus mempertanyakan juga keandalan tulisan-tulisan Ellen G. White.

 

 

Now we're taking it a step further. Is Ellen White absolutely explicit that the days of Creation were literal 24-hour days? Is there any way around it? Is there any way to accommodate Ellen White to the Evolutionary theory? Absolutely not! So if you believe that the days of Creation were long periods of time, you have to disbelieve what? You have to disbelieve the Spirit of Prophecy.  And that's what's happening. 

Ellen White was categorical that the days of Creation were literal 24-hour days. In fact she claims that she was carried back to Creation and was shown that the days of Creation were like every other day. And even though I read this statement yesterday, I will read it again.

Spirit of Prophecy Vol. 1 page 85  “I was then carried back to the Creation…” who would you believe, somebody that was carried back to Creation, or somebody who's just conjecturing and assuming, and you know, just speculating about these things? I would prefer the inspired record.  “…I was then carried back to the Creation and was shown that the first week, in which God performed the work of Creation in six days and rested on the seventh day, was just like every other week. The great God in His days of Creation and day of rest, measured off the first cycle as a sample for successive weeks till the close of time….” now what part of that is hard to understand?

 

Sekarang kita akan maju selangkah lebih jauh. Apakah Ellen White mutlak eksplisit bahwa hari-hari Penciptaan adalah hari-hari literal 24 jam? Apakah ada cara lain untuk memahami itu? Apakah ada cara apa pun untuk mengakomodasikan Ellen White ke teori Evolusi? Sama sekali tidak! Maka jika orang meyakini bahwa hari-hari Penciptaan itu periode waktu yang panjang, dia harus melepaskan keyakinan akan apa? Dia harus melepaskan keyakinan pada Roh Nubuat. Dan itulah yang terjadi.

Ellen White itu harga mati, bahwa hari-hari Penciptaan adalah hari-hari 24 jam yang literal. Bahkan dia mengklaim bahwa dia dibawa kembali ke waktu Penciptaan dan ditunjukkan bahwa hari-hari Penciptaan itu sama seperti hari-hari kita. Dan walaupun saya sudah membacakan pernyataan ini kemarin, saya akan membacakannya lagi.

Spirit of Prophecy Vol. 1 hal. 85, “Lalu aku dibawa kembali ke saat Penciptaan…”  kita mau percaya pada siapa? Seseorang yang dibawa kembali ke saat Penciptaan, atau seseorang yang hanya menduga, dan berasumsi, dan hanya berspekulasi tentang hal-hal ini? Kalau saya yang milih catatan yang diinspirasi. “…Lalu aku dibawa kembali ke saat Penciptaan dan ditunjukkan bahwa minggu yang pertama di mana Allah bekerja mencipta selama enam hari dan berhenti pada hari ketujuh, itu sama seperti minggu-minggu yang lain. Allah yang mahabesar di saat hari-hari Penciptaan dan hari perhentian, menakar dan memisahkan siklus yang pertama sebagai pola bagi minggu-minggu berikutnya hingga akhir zaman…”(Spiritual Gifts, volume 3, hal. 90)   Nah, bagian mana dari ini yang sulit dimengerti?

 

 

Testimonies To Ministers page 135, “When the Lord declares that He made the world in six days and rested on the seventh day, He means the day of twenty-four hours, which He has marked off by the rising and setting of the sun.”

 

Testimonies to Ministers, p. 135 “Ketika Tuhan menyatakan bahwa Dia telah menciptakan dunia dalam enam hari dan berhenti pada hari ketujuh, yang dimaksudNya ialah hari yang 24 jam, yang telah ditandaiNya dengan terbit dan terbenamnya matahari.”

 

 

So the days are determined by the sun as is the week, not, no such lunisolar calendar for the week or for the Sabbath. The week that we have today is the same week of Creation, the seventh day today is the same seventh day.

And I never cease to be amazed by some Christians who will say, “How do you know that the Sabbath today is the same Sabbath of the days of Christ?

And I look at them and I smile and I say, “Which day do you keep?”

“Oh, I keep Sunday.”

“Why?”

“Well, because Jesus resurrected that day.”

“So you're saying that the day that you keep, the Sunday that you keep, is the same day of the resurrection of Christ? That would mean that the Sabbath is the same Sabbath.” [Laughter]

And then they came.  They say, “Yeah, but how do you know that the Sabbath of the times of Jesus is the Sabbath of Creation?”

And I say, “Because Jesus created it, and He would not keep the wrong day.” [Laughter]

People seek for all kinds of excuses to get rid of the Sabbath.

It has been said that if you tell a lie enough times, people will eventually come to believe that it is the gospel truth. This is what has happened with the theory of Evolution. What began as a theory in the days of Darwin, is today accepted as scientific fact. It is an ideology today. And anyone who  disagrees with this, is looked upon as an ignoramus.

 

Jadi hari-hari ditentukan oleh matahari sebagaimana mingguannya, bukan penanggalan lunisolar untuk mingguan maupun untuk Sabat. Mingguan yang kita miliki sekarang itu sama dengan mingguan Penciptaan, hari ketujuh sekarang ini adalah hari ketujuh yang sama waktu itu.

Dan saya tidak pernah habis kagum terhadap beberapa orang Kristen yang mengatakan, “Bagaimana kita bisa tahu bahwa Sabat hari ini itu sama dengan Sabat di zaman Kristus?

Dan saya memandang mereka dan saya berkata sambil tersenyum, “Anda memelihara hari yang mana?”

“Oh, saya memelihara hari Minggu.”

“Mengapa?”

“Nah, karena Yesus bangkit pada hari itu.”

“Jadi sekarang Anda berkata bahwa hari yang Anda pelihara, hari Minggu yang Anda pelihara sekarang, adalah hari yang sama saat kebangkitan Kristus? Berarti kalau begitu Sabatnya juga Sabat yang sama.”

Lalu mereka baru sadar. Mereka berkata, “Iya, tetapi dari mana Anda tahu bahwa Sabat di zaman Yesus adalah Sabat di waktu Penciptaan?”

Dan saya berkata, “Karena Yesus yang menciptakannya, dan Dia pasti tidak akan memelihara hari yang salah.”

Manusia mencari segala jenis alasan untuk menyingkirkan Sabat.

Ada pepatah yang mengatakan jika kita mengatakan kebohongan yang sama cukup sering, akhirnya orang percaya bahwa itulah kebenaran yang hakiki. Itulah yang terjadi dengan teori Evolusi. Apa yang awalnya muncul sebagai suatu teori di zaman Darwin, hari ini diterima sebagai fakta saintifik. Sekarang itu menjadi suatu ideologi. Dan siapa pun yang tidak sepaham dengan ini, dianggap sebagai orang dungu.

 

Concerning the theory of Evolution Ellen White once stated ~  I love the way she expressed this, “The genealogy of our race, as given by inspiration, traces back its origin, not to a line of developing germs, mollusks, and quadrupeds, but to the  great Creator.” ( PP 45)

Going to make a monkey of yourself? Fine. You know, you have that right. But I came from the hands of the Creator, I did not come from a jellyfish.

 

Mengenai teori Evolusi, Ellen White pernah menyatakan ~ saya suka caranya mengekspresikan ini, “…Silsilah bangsa manusia seperti yang dinyatakan oleh inspirasi, melacak kembali asal usulnya bukan ke serentetan benih yang berkembang, kerang-kerangan, dan hewan berkaki empat, tetapi kepada Sang Pencipta Agung.” ( Patriarchs and Prophets hal. 45)

Mau membuat dirimu monyet? Boleh saja. Kalian punya hak itu. Tetapi saya berasal dari tangan Sang Pencipta, saya tidak berasal dari ubur-ubur.

 

 

Now there are things happening in the Adventist Church. Some of our theologians have jumped on the Evolutionary bandwagon, and teach that the days of Creation were millions of years, and that there was death long before sin entered the world, and that the geologic column proves this beyond a shadow of a doubt. And I'm going to mention some names now because they've gone on the record. I'm not sharing anything secret, any private conversation. They've gone on the record:

ü   the late Richard Hammill

who for many years was president at Andrews University. He was the  president there when I was a student in the seminary. He also served as one of the Vice Presidents of the General Conference ~ once explained how, after examining the geologic column, he had to accommodate the Bible to the discoveries of modern geology. And now I will read his statement.

“I had to recognize that the forms of life that we are acquainted with mostly, like the ungulate hoof animals, the primates, man himself, exist only in the very top little layer of the Holocene, and that many forms of life were extinct before these ever came in, which, of course, is a big step for a Seventh-day Adventist when you are taught that every form of life came into existence in six days. . . I had felt it for many years but finally there in about 1983 I had to say to myself ‘Thats right.’…” that was the geologic column is right.  “…The steadily accumulating evidence in the natural world has forced a reevaluation in the way that I look at and understand and interpret parts of the Bible.”

The same is being done with women's ordination. This issue of women's ordination ~ forgive the detour ~ it is not really about women's ordination, it is about how you interpret the Bible, whether you accommodate the Bible to what you want, that is the big issue. It’s hermeneutics, methods of interpreting Scripture. Accommodating Scripture to what culture wants today. Well, let's leave that behind.

ü   Let's talk about Ronald Numbers

one time Seventh-Day Adventist Ronald Numbers, who was the grandson of a former General Conference President, Branson, explains in the introduction of his book The Creationists how and why he gave up his Adventist views on a literal seven-day Creation week, and became an agnostic. This is how he expressed it, Having thus decided to follow  science rather than Scripture on the subject of origins, I quickly, though not painlessly, slid down the proverbial slippery slope toward unbelief.” Interesting, huh?

In 1982 Numbers served as an expert witness in favor of Evolution against a Creationist lawyer by the name of Bird. Notice what Numbers affirmed about Bird’s assessment of him.  “Bird   publicly   labeled   me   an   ‘Agnostic’.   The  tag   still   feels   foreign   and uncomfortable, but rather  accurately reflects my theological uncertainty.”

An agnostic does not deny the existence of God. An agnostic simply says, “I don't know. I am uncertain.” And that's what he's saying, he's saying, I became an agnostic.

Ellen white as if writing personally to Numbers long ago, predicted what would happen if science falsely so-called should supplant the biblical account of Creation. And here is her statement, “I have been shown that without Bible history, geology can prove nothing. Relics found in the earth do give evidence of a state of things differing in many respects from the present. But the time of their existence, and how long a period these things have been in the earth, are  only to be understood by Bible history. It may be innocent to conjecture beyond Bible history, if our suppositions do not contradict the facts found in the sacred Scriptures. But when men  leave the Word of God in regard to the history of Creation, and seek to account for God's creative works upon natural principles…” now notice the terminology  “…they are upon a boundless ocean of uncertainty.” (Spiritual Gifts Vol. 3 p. 93)

Is that the very word that Ronald Numbers used? Absolutely! It would have been a good idea for him to read this statement from Ellen White, it would spare him a lot of anguish.

Notably an agnostic is not the same as an atheist. An atheist denies the existence of God, but an agnostic is uncertain whether God exists, thus it is notable that Ellen White should use the expression “boundless ocean of uncertainty” to describe those who are not sure that the biblical account of Creation can be trusted.

 

Nah, ada peristiwa-peristiwa yang terjadi di gereja Advent. Beberapa theolog kita telah meloncat ke kereta Evolusi, dan mengajarkan bahwa hari-hari Penciptaan itu jutaan tahun, dan bahwa kematian jauh sebelum dosa masuk ke dunia, dan bahwa kolom geologis membuktikan ini tanpa sedikit pun keraguan. Dan saya akan menyebutkan beberapa nama sekarang karena itu sudah diketahui resmi. Saya tidak mengungkapkan apa-apa yang rahasia, pembicaraan pribadi. Ini sudah ada dalam catatan:

ü   Mendiang Richard Hammill,

yang selama banyak tahun menjabat Presiden di Universitas Andrews. Dia presidennya di sana saat saya seorang mahasiswa di seminari. Dia juga menjabat sebagai salah satu Wakil Presiden General Conference ~ pernah menjelaskan bagamana, setelah memeriksa kolom geologis, dia harus mengakomodasikan Alkitab kepada penemuan-penemuan geologi modern. Sekarang saya akan membacakan pernyataannya.

“…Harus saya akui bahwa bentuk-bentuk kehidupan yang kebanyakan kita kenal, seperti binatang yang berkuku, primata, manusia sendiri, hanya ada di bagian teratas lapisan kecil Holosen (lapisan kita sekarang), dan banyak bentuk kehidupan sudah punah sebelum yang ini pernah ada, ini tentunya adalah langkah yang besar bagi seorang MAHK yang diajar bahwa setiap bentuk kehidupan muncul dalam waktu enam hari... Saya telah merasakannya selama bertahun-tahun, tetapi akhirnya sekitar 1983 saya harus berkata kepada diri saya sendiri, ‘Itu benar.’ …”  maksudnya kolom geologisnya benar.    “…Alasan-alasan yang terkumpul terus mengalir dari alam telah memaksa saya mengevaluasi kembali cara saya memandang, dan memahami, dan menafsirkan bagian-bagian dari Alkitab. …” 

Hal yang sama yang terjadi dengan Pengurapan Perempuan. Isu Pengurapan Perempuan ~ maafkan penyimpangan ini ~ sesungguhnya bukan tentang pengurapan perempuan, tetapi tentang bagaimana kita menginterpretasikan Alkitab, apakah kita mengakomodasikan Alkitab kepada apa yang kita mau, itulah isu pentingnya. Itulah hermeneutika, cara menginterpretasikan Kitab Suci. Mengakomodasikan Kitab Suci kepada apa yang diinginkan peradaban sekarang. Nah, kita tinggalkan saja ini.

ü   Mari kita bicara tentang Ronald Numbers,

mantan MAHK, Ronald Numbers yang adalah cucu dari seorang mantan presiden General Conference, Branson, menjelaskan dalam pengantar bukunya The Creationists, bagaimana dan mengapa dia meninggalkan pandangan Adventnya tentang minggu Penciptaan 7 hari yang literal dan menjadi seorang agnostik. Beginilah dia menggambarkannya, “…Setelah memutuskan untuk mengikuti sains daripada Kitab Suci mengenai isu asal usul (dunia), dengan cepat namun bukan tanpa penderitaan, seperti kata pepatah aku meluncur menuruni lereng yang licin menuju ke ketidakpercayaan…”  Menarik, bukan?

Di 1982 dia muncul sebagai saksi ahli membela Evolusi melawan seorang pengacara yang meyakini Penciptaan yang bernama Bird. Simak apa afirmasi Numbers tentang penilaian Bird atas dirinya. “…Bird secara publik melabel aku  seorang ‘agnostik’. Label itu masih terasa asing dan tidak nyaman, namun cukup akurat merefleksikan ketidakpastian theologiku.”

Seorang agnostik tidak menolak adanya Allah. Seorang agnostik semata-mata berkata, “Saya tidak tahu. Saya tidak pasti.” Dan itulah yang dikatakan Numbers. Dia berkata, “Aku menjadi agnostik.”

Ellen White, seolah-olah menulis secara pribadi kepada Numbers di masa lalu, sudah menubuatkan apa yang akan terjadi jika apa yang salah yang disebut sebagai sains menggantikan kisah alkitabiah tentang Penciptaan. Dan inilah pernyataannya,  “…Kepadaku telah ditunjukkan bahwa tanpa  sejarah di Alkitab, geologi tidak bisa membuktikan apa-apa. Peninggalan-peninggalan yang ditemukan di bumi memberikan alasan untuk meyakini adanya suatu kondisi yang berbeda dalam banyak hal dengan yang ada hari ini. Tetapi waktu eksistensi mereka, dan seberapa lamanya periode barang-barang ini berada dalam bumi, hanya bisa dipahami dengan sejarah Alkitab. Mungkin tidak salah untuk menduga di luar sejarah, jika perkiraan-perkiraan kita tidak bertentangan dengan fakta-fakta yang ada di Kitab Suci. Tetapi bila manusia meninggalkan Firman Allah terkait sejarah Penciptaan, dan berusaha menjelaskan karya kreasi Allah berdasarkan prinsip-prinsip alami…” sekarang simak terminologinya,  “…mereka terapung-apung di atas lautan ketidakpastian yang tidak ada batasnya.” (Spiritual Gifts Vol. 3 hal. 93),

Itu kan perkataan yang sama yang dipakai Ronald Numbers? Tepat sekali! Andaikan dia membaca pernyataan Ellen White ini, itu akan meloloskannya dari banyak penderitaan.

Simak, seorang agnostik tidak sama dengan seorang atheis. Seorang atheis menyangkal adanya Allah, tetapi seorang agnostik itu tidak pasti apakah ada Allah. Karena itu layak disimak bahwa Ellen White menggunakan ungkapan “lautan ketidakpastian yang tidak ada batasnya” untuk menggambarkan mereka yang tidak yakin apakah kisah Penciptaan yang alkitabiah bisa dipercayai.

 

 

In another place Ellen White explains why human knowledge cannot be fully trusted in the matter of origins and what happens when men of science and theologians lose their confidence in the trustworthiness of the Bible on this particular subject. I want you to notice how she constantly emphasizes the need for the Word of God. She says,  Human knowledge of both material and spiritual things is partial and imperfect; therefore many are unable to…” what's the next word? Hmm,  “… harmonize their views of science with Scripture statements….” notice:  “…their views of science with Scripture statements. Many   accept   mere   theories   and   speculations   as scientific facts, and they think that  God's Word is to be tested  by the teachings of science falsely so-called.’ (1 Timothy 6:20)…” that's a quotation from 1 Timothy 6:20. “…The Creator and His works are beyond their comprehension; and because they  cannot  explain  these  by   natural  laws,  Bible  history  is  regarded  as unreliable. Those who doubt…” now notice what the slippery slope is  “…Those who doubt the reliability of the records of the Old and New Testaments too often go a  step further and doubt the existence of God…” notice that they don't deny, they what? They  “…doubt the existence of God and attribute infinite power to…” what?  “…nature…” that's Pantheism, folks.  “…Having  let go their anchor, they are left to beat about upon the rocks of infidelity.   (                   Great Controversy p. 522)

 

Di tempat lain Ellen White menjelaskan mengapa pengetahuan manusia tidak bisa dipercaya sepenuhnya dalam hal asal mula kehidupan dan apa yang terjadi ketika manusia-manusia sains dan theolog kehilangan keyakinan mereka dalam kebenaran Alkitab tentang topik khusus ini. Saya mau kalian menyimak bagaimana dia secara konstan menekankan pentingnya Firman Allah. Ellen White berkata, “…Pengetahuan manusia baik tentang hal-hal materi maupun spiritual hanyalah sebagian dan tidak sempurna; karena itu banyak yang tidak bisa…”  apa kata berikutnya? Hmm,  “…menyelaraskan pandangan sains mereka dengan pernyataan-pernyataan Kitab Suci…”  simak,   “…pandangan sains mereka dengan pernyataan-pernyataan Kitab Suci. Banyak yang menerima hanya teori dan spekulasi sebagai fakta-fakta saintifik, dan mereka berpikir Firman Allah  harus diuji oleh ajaran-ajaran ‘yang salah yang disebut sebagai sains’ (1 Timotius 6:20) …”  ini kutipan dari 1 Timotius 6:20. “…Sang Pencipta dan karyaNya di luar jangkauan pengertian mereka; dan karena mereka tidak bisa menjelaskan ini dengan hukum alam, sejarah Alkitab dianggap tidak bisa dipercaya. Mereka yang meragukan…” sekarang simak lereng yang licin itu apa,    “…Mereka yang meragukan kebenaran rekor Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sering melangkah lebih jauh dan tidak mempercayai adanya Allah…”  simak, mereka bukan menyangkal, mereka apa? Mereka “…tidak mempercayai adanya Allah dan mengatribusikan kekuasaan yang tidak terbatas kepada…” apa? “…alam.…”  ini Pantheisme, Saudara-saudara. “…Setelah melepaskan jangkar mereka, mereka dibiarkan menghantam batu-batu ketidakadanya iman.” (Great Controversy hal. 522)

 

 

Would it be well for us to listen to the prophet?

Is she relevant today in a denomination that where some are starting to question whether we can trust the account of Creation?

Now the question is, did God use Evolution as His method of Creation? The god of Evolution and the God of the Bible are totally incompatible. The Scriptures describe God as loving, kind, and good. He made everything what? Perfect. And cares for His creation. In stark contrast, the process of Evolution is cruel, and merciless. Notice how one writer described the Evolutionary process.  Evolution presents a  bloody,  ruthless  struggle for existence from the very beginning, where there is  much…” what?  “…much waste of living substance and many false starts and blind alleys.” (  Here I Stand p. 277)

 

Baikkah bagi kita untuk mendengarkan nabi?

Apakah hari ini Ellen White relevan dalam sebuah denominasi di mana ada beberapa yang mulai mempertanyakan apakah kita bisa mempercayai kisah Penciptaan?

Sekarang pertanyaannya ialah, apakah Allah menggunakan Evolusi sebagai metodeNya dalam Penciptaan? Allah Evolusi dan Allah Alkitab itu sama sekali tidak kompatibel. Kitab Suci menggambarkan Allah sebagai mengasihi, penuh rahmat, dan baik. Dia menciptakan segalanya bagaimana? Sempurna. Dan Dia peduli pada ciptaanNya. Berbeda langit dan bumi, proses Evolusi itu kejam, dan tidak mengenal belas kasihan. Simak bagaimana seorang penulis menggambarkan proses Evolusi. “…Evolusi menyajikan suatu perjuangan untuk eksistensi yang penuh darah dan kejam sedari awal, di mana terdapat banyak…” apa?   “…pemborosan zat hidup dan banyak permulaan yang salah dan jalan yang buntu…”  ( Here I Stand hal. 277)

 

 

The Bible portrays Jesus as the Creator. The question is would Jesus who instructed His disciples to pick up all that remained, that nothing be lost, after He had fed the four thousand and the five thousand, would He use such a wasteful method to create? Evolution functions on the basis of the survival of the fittest, the strong win and the weak don't survive, they disappear. Evolution is a method of trial and error, it is a method that requires significant time to iron out the glitches in the process. Does such a method reflect your view of God? Is God such that He could not get things right the first time? The idea of cruelty and death before sin is an attack on God's wisdom, it is an attack on His omnipotence because God had to use Evolution, trial and error, full of glitches. Couldn't He just do it right the first time? Furthermore, it is an onslaught against God's goodness. Would a God whose eye is on the sparrow, who even has the hairs on our heads numbered, use such a cruel and wasteful method? Are you understanding how this give God a black eye?

 

Alkitab menggambarkan Yesus sebagai Sang Pencipta. Pertanyaannya ialah, apakah Yesus yang memerintahkan para muridNya untuk mengumpulkan semua makanan yang tersisa supaya tidak ada yang terbuang setelah Dia memberi makan 4’000 dan 5’000 orang, akan menggunakan suatu metode yang begitu boros dalam mencipta? Evolusi berfungsi atas dasar bertahannya yang paling kuat, yang kuat yang menang, yang lemah tidak bertahan, mereka lenyap. Evolusi adalah suatu metode trial and error, dan suatu metode yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk membereskan semua cacat dalam prosesnya. Apakah metode seperti ini merefleksikan pandangan kita tentang Allah? Apakah Allah seperti ini Dia tidak sanggup menghasilkan produk yang sempurna pada pertama kalinya? Konsep adanya kekejaman dan kematian sebelum dosa merupakan serangan atas hikmat Allah, serangan kepada kemahakuasaanNya karena Allah harus menggunakan Evolusi, trial and error, penuh cacat. Apakah Tuhan tidak bisa menciptakan sekali sudah sempurna? Lebih lanjut itu merupakan serangan keras atas kebaikan Allah. Akankah Allah yang mataNya mengawasi burung pipit, yang bahkan mengetahui jumlah rambut di kepala kita, menggunakan metode yang begitu kejam dan boros? Apakah kalian paham bagaimana ini menjatuhkan konsep Allah?

 

 

Now there's something more. The Bible describes an unbroken chain of events.

1.   Adam and Eve were created perfect.

2.   They had a literal fall into sin,

3.   as a result, sin entered the world and passed to all men,

4.   therefore death came in, in consequence of sin.

5.   Therefore we need a Redeemer from sin.

6.   In order to have any hope of a new world, where there is no sin and no death, there is a chain that depends on Creation.

If there was death before sin, then the link between Creation and Redemption is broken. Are you with me or not? Because it would mean that death does not come as a result of what? Of sin. If death doesn't come as a result of sin, then redemption is not redemption from sin. The link between Creation and Redemption is broken because Redemption is deliverance from death.

 

Nah, masih ada sesuatu yang lain. Alkitab menggambarkan suatu rantai peristiwa yang tidak terputus.

1.   Adam dan Hawa diciptakan sempurna.

2.   Mereka jatuh dalam dosa secara literal.

3.   Akibatnya, dosa masuk ke dalam dunia dan diwarisi oleh semua manusia.

4.   Karena itu kematian masuk, sebagai akibat dosa.

5.   Maka kita membutuhkan seorang Penebus dari dosa.

6.   Agar mempunyai harapan untuk sebuah dunia yang baru di mana tidak ada dosa dan tidak ada kematian, ada rantai yang bergantung pada Penciptaan.

Andai sebelum dosa ada kematian, maka mata rantai antara Penciptaan dan Penebusan terputus. Apakah kalian paham atau tidak? Karena itu akan berarti kematian bukanlah akibat apa? Akibat dosa. Andai kematian bukan akibat dosa, maka penebusan bukan penebusan dari dosa. Mata rantai antara Penciptaan dan Penebusan terputus karena Penebusan adalah pembebasan dari kematian.

 

 

A Roman Catholic theologian Karl Schmits-Moorman ~ and this is quoted in Creation Catastrophe and Redemption page 112  ~  has this to say ~ remember he's a Roman Catholic, “The notion of the traditional view of redemption as reconciliation and ransom from the consequences of Adam’s fall  is nonsense for anyone who knows about the evolutionary background to human existence in the modern world. Further, he states that salvation cannot mean returning to an original state, but must be conceived as perfecting through the process of evolution.”

 

Seorang theolog Roma Katolik, Karl Schmits-Moorman ~ ini kutipan dari Creation Catastrophe and Redemption hal. 112 ~ mengatakan demikian ~ ingat dia seorang Roma Katolik, “…Gagasan pandangan tradisional tentang penebusan, sebagai rekonsiliasi dan penebusan akibat kejatuhan Adam, itu omong kosong bagi siapa pun di dunia modern yang tahu tentang latar belakang eksistensi manusia menurut teori Evolusi. Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa keselamatan tidak berarti kembali ke status asli tetapi harus dipandang sebagai disempurnakan melalui proses Evolusi.”

 

 

Are you starting to catch an interesting picture about why Ellen White emphasized the importance of a literal Creation? She is very relevant today.

 

Apakah kalian mulai menangkap gambaran yang menarik mengenai mengapa Ellen White menekankan pentingnya Penciptaan yang literal? Ellen White sangat relevan untuk masa ini.

 

 

Frank Lewis Marsh, longtime Seventh-Day Adventist Creationist had this to say, “…If death and the law of tooth and claw existed long before man, and if man evolves through these natural processes, then  there could not have been a perfect Garden of Eden, nor a perfect Adam and Eve, nor could there have been a real fall in which man became subject to sin. If that is so, what is the theological meaning of Jesus’ incarnation and atonement?  Paul connects the two, ‘for as by one man's disobedience many were made sinners so also by one Man's obedience many will be made righteous.’  If there was no Garden of Eden with its tree of life, what is the future that Revelation 20:2 depicts for the redeemed?...” (Frank L. Marsh,  Here I Stand, pp. 278, 279)

 

Frank Lewis Marsh, sejak lama orang Advent pro Penciptaan, mengatakan demikian, “…Andai kematian dan hukum kekerasan yang berdarah-darah sudah lama ada sebelum adanya manusia, dan andai manusia berevolusi melalui proses alami ini, maka tidak mungkin ada sebuah taman Firdaus yang sempurna, atau Adam dan Hawa yang sempurna, maupun kejatuhan dalam dosa yang literal di mana manusia menjadi takluk kepada dosa. Andai memang demikian, apa makna theologi dari inkarnasi dan pendamaian Yesus? Paulus telah menghubungkan keduanya, Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang, semua orang telah menjadi orang berdosa; demikian pula oleh ketaatan satu Orang semua orang akan dijadikan benar.’ [Rom 5:19] “…Andai tidak ada taman Firdaus dengan pohon kehidupannya, apakah masa depan yang digambarkan Wahyu 20:2 bagi orang-orang yang diselamatkan?…” (Frank L. Marsh,  Here I Stand, hal. 278, 279)

 

 

The question that begs to be asked is this, how much longer must Creation wait until the process of Evolution reaches its goal ~ that is, if Evolution is true? Millions of years? Billions? This certainly doesn't offer very much hope of an imminent coming of Jesus to make all things new, because if He wasn't able to do it at the beginning, what makes you think He's going to be able to do it at the end, quickly and miraculously, and supernaturally? Does your view of origins impact your view of end time? So why is our name Seventh-Day Adventist? Because our church has the beginning right, and it has the end right, and it is by a supernatural, direct, miraculous intervention, rapid intervention of God into human history, not from inside but from outside.

Further, how long will it take for God to create a new Heavens and a new earth? Will He use Evolution as His method once again? If He does it quickly, why didn't He do it that way in the first place? Evolution impacts our concept of end-time events, and the Second Coming. How many millions of years must we wait for lambs and wild beasts to live together in harmony? How long must Creation cry out for deliverance if you believe in the Evolutionary hypothesis? 

 

Pertanyaan yang harus diajukan ialah, berapa lamanya lagi harus Penciptaan menunggu hingga proses Evolusi mencapai sasarannya ~ itu andaikan Evolusi itu benar? Jutaan tahun? Milyaran tahun? Ini jelas tidak menawarkan banyak harapan bagi kedatangan Yesus yang sudah dekat untuk menjadikan semuanya baru, karena jika Yesus tidak sanggup melakukannya pada mulanya, apa alasannya yang membuat kita beranggapan Dia bisa melakukannya pada akhirnya, secara cepat dan ajaib, dan supranatural? Apakah pandangan kita tentang asal usul kehidupan mempengaruhi pandangan kita tentang akhir masa? Jadi mengapa nama kita MAHK? Karena gereja kita memahami permulaannya dengan benar, dan dia memahami akhirnya dengan benar, yaitu oleh suatu intervensi Allah yang supranatural, langsung, ajaib, dan cepat, ke dalam sejarah manusia, bukan dari dalam melainkan dari luarnya.

Lebih lanjut, berapa lama waktu yang dibutuhkan Allah untuk menciptakan langit baru dan bumi baru? Apakah Allah akan menggunakan Evolusi sebagai metodenya sekali lagi? Jika Dia melakukannya dengan cepat, mengapa Dia tidak berbuat begitu pertama kalinya? Evolusi mempengaruh konsep peristiwa-peristwa akhir zaman kita dan Kedatangan Kedua. Berapa juta tahun harus kita menunggu hingga anak domba dan binatang buas bisa hidup bersama secara harmonis? Berapa lamanya lagi Penciptaan harus berteriak minta diselamatkan jika kita meyakini hipotesa Evolusi?

 

 

I want to finish by reading one last statement in Christian Education p. 191 and 192 where Ellen White puts it all together. She says, “But apart from Bible history, geology can prove nothing. Those who reason so confidently upon its discoveries…” that is of geology  “…have no adequate conception of the size of men, animals, and trees before the flood, or of the  great changes which then took place…” Folks, the flood was a cataclysm. Do you know that some of our scholars are saying that the flood was a local flood in the valley of Mesopotamia? Yeah, some of our theologians are saying that the flood was not a world global flood, it was a flood over in the region where Iraq is today, a local flood. Totally against the views that we find in Scripture. But once you start fiddling with Creation, you start fiddling with everything in Genesis 1 through 11, because Genesis 1 through 11 is unique. You know when you look in archaeology, in geology, you know the events in Genesis 1 through 11 are absent. So people say, “Well, if you can't prove it from history, and you can't prove it from geology, and you can't prove it through archaeology, then it must not have happened.”

Long ago I settled it. I'm going to believe because I have faith. Jesus said, “When the Son of Man comes will He find faith in the earth?” She continues saying,  “…Relics found in the earth do give evidence of conditions differing in many respects from the present; but  the time when these conditions existed can be learned  only from the Inspired Record. In the history of the flood, inspiration has explained that which  geology  alone   could never fathom. In the days of Noah, men, animals, and trees, many times larger than now exist, were buried, and thus preserved as an evidence to later generations that the antediluvians perished by a flood. God designed that the discovery of these things should establish faith in inspired history; but men, with their vain reasoning, fall into the same error as did the people before the flood,--the things which God gave them as a benefit, they turn into a curse by making a wrong use of them.” (Christian Education, pp. 191, 192)

 

Saya ingin mengakhiri dengan membacakan satu pernyataan terakhir di Christian Education hal. 191-192 di mana Ellen White mempersatukan semuanya. Dia berkata,  “…Tetapi tanpa sejarah Alkitab, geologi tidak bisa membuktikan apa-apa, Mereka yang berdebat dengan begitu percaya diri berdasarkan penemuan-penemuannya…”  yaitu penempuan-penemuan geologi,  “…tidak memiliki konsep yang cukup tentang ukuran manusia, hewan, dan pohon-pohon sebelum air bah, maupun tentang besarnya perubahan yang telah terjadi…”  Saudara-saudara, air bah itu suatu bencana besar. Tahukah kalian, beberapa pakar Alkitab kita mengatakan bahwa air bah itu air bah lokal di lembah Mesopotamia? Ya, beberapa theolog kita mengatakan bahwa air bah bukanlah suatu air bah mendunia yang global, itu adalah air bah yang terjadi di daerah di mana Irak hari ini berada, suatu air bah lokal. Sama sekali bertentangan dengan pandangan-pandangan yang kita temukan di Kitab Suci. Tetapi begitu orang mulai mengotak-atik Penciptaan, dia mulai mengotak-atik segala yang ada di Kitab Kejadian pasal 1 hingga 11, karena Kejadian 1 hingga 11 itu unik. Bila kita menyimak arkeologi, menyimak geologi, peristiwa-peristiwa Kejadian 1-11 itu tidak ada.  Maka orang berkata, “Nah, jika tidak bisa dibuktikan dari sejarah, dan tidak bisa dibuktikan dari geologi, dan tidak bisa dibuktikan dari arkeologi, maka pasti itu tidak pernah terjadi.”

Sejak lama saya sudah menyelesaikan soal ini. Saya akan meyakininya karena saya punya iman. Yesus berkata, “ketika Anak Manusia itu datang, akankah Ia benar-benar menemui iman di bumi?” (Luk. 18:8). Ellen White melanjutkan berkata, “…Peninggalan-peninggalan yang ditemukan di bumi memang memberikan alasan adanya kondisi yang berbeda dalam banyak hal dari kondisi sekarang; tetapi waktu kapan kondisi ini eksis, hanya bisa dipelajari dari Catatan yang diilhami. Di sejarah air bah, ilham telah menjelaskan apa yang geologi sendiri tidak pernah paham. Di zaman Nuh, manusia, hewan, dan pepohonan, berkali-kali lebih besar ukurannya dari yang ada sekarang, terpendam, dan dengan demikian tersimpan sebagai bukti bagi generasi-generasi kemudian bahwa para antediluvian (yang hidup sebelum zaman air bah) musnah oleh air bah. Allah telah merancang bahwa penemuan hal-hal ini harus menguatkan iman dalam sejarah yang diilhami; tetapi manusia dengan pemikiran mereka yang sombong, jatuh ke dalam kesalahan yang sama sebagaimana orang-orang yang hidup sebelum air bah ~~ hal-hal yang diberikan Allah kepada mereka sebagai suatu berkat, mereka ubah menjadi kutukan dengan menyalahgunakan mereka.” (Christian Education, hal. 191, 192)

 

 

So God has provided guidance and protection to the Seventh-Day Adventist Church concerning the doctrine of Creation through the writings of the Spirit of Prophecy. God has made it explicit in the writings of Ellen White that you cannot interpret the days of Creation as vast long periods of time to try and reconcile the biblical record with science so-called. You might be able to just read the biblical story and say, well you know, “Yeah, there could be long periods of time.” You can't do that with Ellen White. She's explicit and clear, she amplifies what is already contained in principle in the Genesis story, because there's plenty of evidences in Genesis that these were literal days. I shared those with you. And so Ellen White takes what the Bible says, and she says, “Here, let me put it in black and white so you cannot misunderstand.” And it would be well for us to simply listen to what the prophet has to say.

 

Jadi Allah telah menyediakan bimbingan dan proteksi kepada gereja MAHK mengenai doktrin Penciptaan melalui tulisan-tulisan Roh Nubuat. Allah telah menjadikannya eksplisit di tulisan-tulisan Ellen White bahwa orang tidak bisa menafsirkan hari-hari Penciptaan sebagai periode waktu yang panjang dan luas, untuk berusaha menyatukan catatan Alkitab dengan apa yang disebut sebagai sains.

Mungkin jika kita hanya membaca kisah alkitabiahnya dan mengatakan, “Yah, boleh jadi itu periode waktu yang lama.” Tapi kita tidak bisa berbuat begitu dengan tulisan-tulisan Ellen White. Dia eksplisit dan jelas, dia menerangkan apa yang sudah ada dalam prinsip kisah Kejadian karena ada banyak bukti di Kitab Kejadian bahwa hari-hari itu literal. Itu sudah saya bagikan kalian. Jadi Ellen White mengambil apa yang dikatakan Alkitab, dan dia berkata, “Sini, biar saya tulis dalam hitam di atas putih supaya kalian tidak akan salah paham.” Dan itu akan menguntungkan jika kita semata-mata mendengarkan apa yang dikatakan nabi itu.

 

 

Now let's go to page 209 and we're going to discuss another way in which God guided and protected the Seventh-Day Adventist Church through the Spirit of Prophecy. I'm convinced that if it hadn't been for the Spirit of Prophecy we would have no Seventh-Day Adventist Church today. I mean, you look at the trajectory of the Spirit of Prophecy, we would have no Seventh-Day Adventist Church. You know, it might have been founded, but it would have disbanded by now, it would have fallen apart. Because at each step Ellen White guided the church in what to do in critical situations, in its organizational system, in its health system, in its educational system, Ellen White's hand was in it all the way.

 

Sekarang mari kita ke hal. 209 dan kita akan membicarakan cara lain bagaimana Allah telah membimbing dan melindungi gereja MAHK melalui Roh Nubuat. Saya yakin andaikan bukan karena Roh Nubuat, hari ini tidak akan ada MAHK. Maksud saya, jika kita lihat lintasan Roh Nubuat, hari ini tidak akan ada MAHK. Kalian tahu, mungkin MAHK pernah didirikan, tetapi hari itu pasti sudah bubar, sudah pecah berantakan. Karena pada setiap langkahnya Elleh White membimbing gereja ini bagaimana harus bertindak dalam situasi yang kritis, dalam sistem organisasinya, dalam sistem kesehatannya, dalam sistem pendidikannya, tangan Ellen White terlibat dalamnya sepanjang jalannya.

 

 

And we're going to take a look now at the Pantheism crisis that arose in the Adventist church. The recommended reading is Selected Messages Vol. 1 pages 200-209, there are other places, but this is the prime place where you want to study this crisis that the Seventh-Day Adventist Church faced in the early 20th century.

 

Dan sekarang kita akan menyimak krisis Pantheisme yang muncul di gereja Advent. Bacaan yang direkomendasikan ialah Selected Messages Vol. 1 hal. 200-209. Ada sumber-sumber yang lain, tetapi inilah sumber utama di mana kita mau mempelajari krisis yang dihadapi gereja MAHK ini di awal abad 20.

 

 

First I want to read four quotations.

ü   From Ellen White: 

“We have nothing to fear for the future, except as we shall forget the way the Lord has led us and His teaching in our past history.” (Christian Experience and Teaching, p. 204)

In other words, history teaches us lessons, that we need to learn for now.

ü   The philosopher Santayana once said,

”Those who fail to learn from the mistakes of history are bound to repeat them.” ( George Santayana The Life of Reason, 1905)

So we’d better learn from the Pantheism crisis

ü   Proverbs 29:18 says,

“where there is no vision the people perish…” a better translation would be “people lose…” what? “…restraint…”

And there's a lot of loss of restraint in the Adventist Church these days, folks. You know, the restraint is our doctrinal beliefs, our fundamental beliefs, there's a lot of lack of restraint when it comes to that in Seventh-Day Adventist circles. It would do well to us to listen to the prophet, the prophet who had visions. “where there is no vision the people perish…”.

ü   And God predicted in 1 Timothy 4:1,

1 Now the Spirit expressly says that in latter times some will…” what?  “…depart from the faith, giving heed to deceiving spirits and doctrines of demons…” We're going to study one of those doctrines of demons in the next few minutes.

 

Pertama saya mau membacakan empat kutipan.

ü   Dari Ellen White,

“Kita tidak perlu takut apa pun untuk masa depan kecuali jika kita melupakan bagaimana Tuhan telah memimpin kita, dan ajaran-ajaranNya dalam masa lampau sejarah kita.” ( Christian Experience and Teaching, hal. 204).

Dengan kata lain, sejarah mengajarkan pelajaran-pelajaran yang perlu kita pelajari untuk masa kini.

ü   Filsuf Santayana pernah berkata,

“…Mereka yang gagal belajar dari kesalahan-kesalahan sejarah, cenderung untuk mengulangi mereka.” ( George Santayana The Life of Reason, 1905)

Jadi sebaiknya kita belajar dari krisis Pantheisme.

ü   Amsal 29:18 mengatakan,

18 Di mana tidak ada penglihatan, binasalah umat…”  terjemahan yang lebih baik adalah “…umat kehilangan…” apa?   “…kendali.”

Dan ada banyak hilang kendali di dalam gereja Advent hari ini, Saudara-saudara. Kalian tahu, kendalinya ialah keyakinan doktrinal kita, keyakinan fundamental kita. Ada banyak kurangnya kendali di dalam lingkaran MAHK. Baiklah bagi kita untuk mendengar nabi, nabi yang punya penglihatan. 18 Di mana tidak ada penglihatan, binasalah umat…”

ü   Dan Allah telah menubuatkan di 1 Timotius 4:1,

1 Nah Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian beberapa akan…” apa?   “…murtad,  mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan…”  Sebentar kita akan mempelajari salah satu ajaran setan-setan.  

 

 

Let's analyze the biblical view of God. God is an infinite personal Being, who inhabits a specific place which the Bible calls Heaven. Let me explain this. God is not physically present everywhere. Did you hear what I said? God is not physically and personally present everywhere. He is present everywhere because His infinite mind is able to grasp everything that is happening everywhere simultaneously. But God is sitting on His throne in Heaven. That's why Jesus taught us to pray “our Father which art…” everywhere? No! We can focus, He's sitting in the Heavenly sanctuary, in the Most Holy place. He's there. He's everywhere because of His infinite knowledge. He is omnipresent because He is omniscient. He is not present personally everywhere. God is transcendent, this means that He is outside and above His creation. He is before His creation and distinguishable from His creation. He is the cause and creation is the effect. He pre-existed all things and brought all things into existence. God is not the universe. God existed before the universe. He caused the universe to exist. He is transcendent, He is above and beyond His creation. He is not in creation, He is not part of creation, He is the Creator of everything that exists. Christ taught us to pray, “our Father which art in Heaven”, this shows that God is a person because He's a Father, that He inhabits a specific place: Heaven, and that He created us because He is our Father. Isaiah 57:15 presents the relationship between the transcendence of God and the imminence of God. See, God is way up there, but He's also with us.  It says in Isaiah 57:15.

You say, “How is He with us?”

Well, He's with us because He has infinite knowledge.

Let me ask you, is God aware of what's happening in China now? Is God aware of what's happening in Mars? Is God aware of what's happening in the constellation of Andromeda?  Is God aware of everything that's happening all over the universe? Does God have to be present personally to know what's happening in all the universe? No. He's present everywhere through His infinite knowledge. And if you read Psalm 139 very clearly, that psalm which we usually use to say that God is omnipresent, it's really a psalm about His omniscience. He is omnipresent because He is omniscient.

 

Mari menganalisa pandangan alkitabiah tentang Allah. Allah adalah Sosok Pribadi yang infinit (tidak terbatas), yang menempati suatu tempat spesifik yang disebut Surga oleh Alkitab. Saya akan menjelaskan ini. Allah tidak hadir secara fisik di mana-mana. Apakah kalian mendengar apa kata saya? Allah tidak hadir secara fisik dan pribadi di mana-mana. Dia hadir di mana-mana karena pikiranNya yang tidak terbatas mampu menangkap segala yang terjadi di mana-mana secara bersamaan. Tetapi Allah duduk di atas takhtaNYa di Surga. Itulah mengapa Yesus mengajar kita berdoa, “Bapa kami yang ada…” di mana-mana? Tidak! Kita bisa fokus Dia sedang duduk di Bait Suci surgawi, di Bilik Maha Kudus. Dia ada di sana. Dia dikatakan ada di mana-mana karena pengetahuanNya yang tidak terbatas. Dia ada di mana-mana karena Dia mahatahu. Dia tidak hadir secara pribadi di mana-mana. Allah itu melampaui segala sesuatu, artinya Dia berada di luar dan di atas ciptaanNya. Dia ada sebelum ciptaanNya, dan bisa dibedakan dari ciptaanNya. Dialah penyebabnya dan ciptaan adalah akibatnya. Dia sudah ada mendahului segala hal, dan Dialah yang membuat segala hal ada. Allah bukanlah alam semesta.  Dia sudah ada sebelum alam semesta. Dialah sumber eksistensi alam semesta. Dia lebih tinggi dari semua, Dia ada di atas dan di luar ciptaanNya. Dia tidak di dalam ciptaan, Dia bukan bagian dari ciptaan, Dia adalah Sang Pencipta segala sesuatu yang ada. Kristus mengajar kita berdoa, “Bapa kami yang ada di Surga…”   ini membuktikan bahwa Allah adalah Satu Pribadi, karena Dia seorang Bapa, bahwa Dia tinggal di tempat yang spesifik: Surga; dan bahwa Dia menciptakan kita karena Dia adalah Bapa kita. Yesaya 57:15 mengetengahkan hubungan antara transendensi (jauhnya) Allah dengan kedekatan Allah. Lihat, Allah ada di atas sana, tetapi Dia juga ada bersama kita. Dikatakan di Yesaya 57:15.

Kalian berkata, “Bagaimana Dia bisa bersama kita?”

Nah, Dia bersama kita karena Dia memiliki pengetahuan yang tidak terbatas.

Coba saya tanya, apakah Allah tahu apa yang sedang terjadi di Cina sekarang? Apakah Allah tahu apa yang sedang terjadi di Mars? Apakah Allah tahu apa yang sedang terjadi di konstelasi Andromeda (konstelasi di belahan bumi utara)? Apakah Allah tahu segala yang terjadi di mana pun di alam semesta? Apakah Allah harus hadir secara Pribadi untuk tahu apa yang sedang terjadi di alam semesta? Tidak. Dia ada di mana-mana melalui pengetahuanNya yang tidak terbatas. Dan jika kita  baca Mazmur 139, sangat jelas, mazmur yang biasanya kita pakai untuk mengatakan bahwa Allah ini hadir di mana-mana, sesungguhnya mazmur ini adalah tentang kemahatahuanNya. Dia hadir di mana-mana karena Dia mahatahu.

 

 

It says in Isaiah 57:15, “15 For thus says the High and Lofty One Who inhabits eternity, whose name is Holy:I dwell in the high and holy place…” that's Heaven by the way, and then He also says,  “…with him who has a contrite and humble spirit, to revive the spirit of the humble, and to revive the heart of the contrite ones.”

So He inhabits Heaven, eternity, but He is also with us. And He is with us through the ministration of the Holy Spirit, who performs His functions through the ministry of the angels.

 

Dikatakan di Yesaya 57:15, 15 Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam dalam kekekalan, dan nama-Nya Yang Mahakudus: ‘Aku bersemayam di tempat yang tinggi dan yang kudus,…”  nah, itu Surga. Kemudian Dia juga berkata,   “…tetapi juga bersama-sama orang yang menyesali dosanya dan rendah hati, untuk menghidupkan kembali semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan kembali hati orang-orang yang menyesali dosanya…” 

Jadi Allah tinggal di Surga, kekekalan, tetapi Dia juga ada bersama kita. Dan Dia ada bersama kita melalui pelayanan Roh Kudus, yang melaksanakan fungsiNya melalui pelayanan para malaikat.

 

 

Now what is the world view of Pantheism? According to Pantheism God is an impersonal essence or force that permeates the entire universe. For Pantheism everything that is, is God. Stars, planets, trees, plants, animals, human beings, minerals, you name it. All is God. A kindred heresy is known as Panentheism which means that God is in everything. There's not much of a distinction there, folks.

In Pantheism there is no distinction between nature and God because they are one and the same; we usually think of Pantheism as the foundation of oriental religions such as Hinduism and Buddhism, and this is true, but there was a time in the early 20th century when Pantheism attempted to sneak into and overwhelm the Seventh-Day Adventist Church.

The story I am about to tell you is not only a lesson in history, but also a lesson in prophecy. For Ellen White has warned us that the Alpha heresy will once again raise its ugly head in the church as the Omega. It will be the same deadly virus, but it will morph into a different form.



Nah, bagaimana pandangan Pantheisme yang mendunia? Menurut Pantheisme Allah adalah suatu esensi atau energi yang non-pribadi, yang menyebar di seluruh alam semesta. Bagi Pantheisme segala sesuatu itu Allah. Bintang-bintang, planet-planet, pohon-pohon, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, manusia, mineral, apa saja. Semua itu Allah.

Ada ajaran bidat yang serupa, yang dikenal sebagai Panentheisme, yang artinya Allah ada dalam segala sesuatu. Tidak banyak perbedaannya di sini, Saudara-saudara.

Di Pantheisme tidak ada bedanya antara alam dan Allah karena mereka satu dan sama; biasanya kita menganggap Pantheisme sebagai dasar agama-agama timur seperti Hinduisme dan Buddhisme, dan ini benar. Tetapi ada saatnya ketika di awal abad ke-20, Pantheisme mencoba menyelinap ke dalam gereja MAHK dan menguasainya.

Kisah yang akan saya ceritakan bukan hanya suatu pelajaran dalam sejarah melainkan juga pelajaran dalam nubuatan. Karena Ellen White telah memperingatkan kita bahwa kemurtadan Alfa akan sekali lagi menongolkan kepalanya yang jelek di gereja sebagai Omega. Itu adalah virus mematikan yang sama, tapi itu akan memorfosa ke bentuk yang lain.

 

 

We begin our story with John Harvey Kellogg, who was a very influential physician in the Seventh-Day Adventist Church in the late 19th century and the early 20th century. He was the founder of the world-famous Battle Creek Sanitarium, as well as a brilliant surgeon, inventor, and health reformer. As early as 1897 Dr. Kellogg began teaching some strange ideas about the nature of God. In 1897 at a General Conference session where he was asked to speak, he stated this, “Gravitation…”  you know the law of gravity, right? “…Gravitation acts instantaneously throughout space. By this mysterious force of gravitation the whole universe is held together in a bond of unity . . . We have here the evidence of a  universal presence, an intelligent presence, an all-wise presence, an  all-powerful presence, a presence by the aid of which every atom of the universe is kept in touch with every other atom. This force that holds all things together, that is   everywhere  present…”  we believe that God sustains the universe from where He's at, not in it. “…This force that holds all things together, that is   everywhere  present, that thrills throughout the whole  universe, that  acts  instantaneously  through  boundless  space,  can  be nothing else than God Himself. What a wonderful thought that this same God is  in us and  in everything.” (General Conference Bulletin, February 12, 1897, p. 83)

Danger signals already in 1897.



Kita memulai cerita kita dengan John Harvey Kellogg, seorang dokter yang sangat berpengaruh dalam gereja MAHK di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dialah pendiri Sanatorium di Battle Creek yang terkenal di dunia, dia juga seorang dokter bedah yang brilyan, seorang pencipta, dan reformator kesehatan. Sedini 1897 Dr. Kellogg mulai mengajarkan beberapa konsep aneh tentang kodrat Allah. Di 1897 dalam sebuah sesi General Conference di mana dia diminta untuk berbicara, dia berkata demikian, “…Gravitasi…” kalian kenal hukum gravitasi, kan? “…Gravitasi berfungsi secara instan di seluruh ruang. Melalui kekuatan gravitasi yang misterius ini, seluruh alam semesta menjadi satu dalam suatu ikatan persatuan… Di sini kita melihat bukti suatu kehadiran yang universal, suatu kehadiran yang intelijen, suatu kehadiran yang mahabijak, suatu kehadiran yang mahakuasa, suatu kehadiran melalui bantuannya setiap atom di alam semesta tetap berhubungan dengan setiap atom yang lain. Kekuatan ini yang mengikat segala sesuatu  menjadi satu, yang hadir di mana-mana…”  kita meyakini Allah yang memelihara alam semesta dari mana Dia berada, bukan dari dalamnya.  “…Kekuatan ini yang mengikat segala sesuatu menjadi satu, yang hadir di mana-mana, yang menggetar di seluruh alam semesta, yang berfungsi secara instan melalui ruang yang tidak terbatas, tidak bukan selain Allah sendiri. Betapa indahnya pemikiran bahwa Allah yang sama ini ada di dalam kita dan di dalam segala sesuatu.” (General Conference Bulletin, February 12, 1897, hal. 83)

Sinyal bahaya sudah sejak 1897.

 

 

Later on in 1903 in his famous book The Living Temple, he had expanded his views. On page 29 of the book The Living Temple, Dr. Kellogg affirmed, “Suppose now we have a boot before usnot an ordinary boot, but a living boot, and as we look at it, we see little boots crowding out at the seams, pushing out at the toes, dropping off at the heels, and leaping out at the top—scores, hundreds, thousands of boots, a swarm of boots continually issuing from our living boot,-- would we not be compelled to say, ‘There is a  shoemaker  in  the  boot ’ ? So there is present  in the tree…” where?  “…in the tree, a power which creates and maintains it, a tree-maker in the tree.”

Pantheism!

 

Kemudian di 1903 di bukunya yang terkenal The Living Temple, dia telah mengembangkan pandangannya. Di hal. 29 dari buku The Living Temple, Dr. Kellogg mengafirmasi,    “…Misalkan sekarang di depan kita ada sebuah sepatu ~ bukan sepatu biasa, melainkan sepatu yang hidup. Dan sementara kita memandangnya, kita melihat sepatu-sepatu kecil berjejalan keluar dari jahitannya, mendorong keluar di bagian jari-jari, jatuh keluar dari bagian tumit, melompat keluar dari bagian atas ~ puluhan, ratusan, ribuan sepatu, segerombolan sepatu terus-menerus keluar dari sepatu kita yang hidup ~ tidakkah kita akan terpaksa berkata, ‘Ada seorang pembuat sepatu di dalam sepatu itu’? Maka ada di dalam pohon…”  di mana?  “…di dalam pohon, suatu kekuatan yang menciptakan dan memeliharanya, seorang pencipta pohon di dalam pohon.”

Pantheisme!

 

 

Soon people began to take sides. More and more people sided with Dr. Kellogg because he was very charismatic, and he was very persuasive. He was a very persuasive person. He would not take “No” for an answer. A number of prominent physicians, teachers, ministers, and theologians, as well as administrators, who revered and honored Dr. Kellogg, accepted this new philosophy, as it came to be called. They claimed that this philosophy brought God so much closer to us. No one in the church seemed to detect the danger, the mortal dangers lurking beneath this so-called new light.

 

Tak lama kemudian orang-orang mulai terpecah. Semakin lama semakin banyak orang yang berada di pihak Dr. Kellogg karena dia sangat karismatik, dan dia sangat persuasif. Dia orang yang pandai merayu, dia tidak akan menyerah dengan jawaban “tidak”. Sejumlah dokter, pengajar, pendeta, dan theolog yang terkenal, juga para administrator, yang menghargai dan menghormati Dr. Kellogg menerima filosofi baru ini, demikianlah sebutannya waktu itu. Mereka mengklaim bahwa filosofi ini membawa Allah semakin dekat kepada kita. Tidak seorang pun di dalam gereja yang menyadari bahaya yang mematikan yang sedang mengintai di bawah apa yang disebut terang baru ini.

 

 

About this same time Elder W.A. Spicer ~ who was 13 years younger than Dr. Kellogg, he had just returned from mission service in India, providentially ~ W.A. Spicer had a conversation with Dr. Kellogg. Dr. Kellogg asked him if he could converse with him, he was intent on winning over Elder Spicer to his point of view. Spicer himself later explained that in the interview he began by thinking that this was just a battle over semantics, that it was not really a battle over real issues, but just a battle over terminology, people were misunderstanding the terminology that Dr. Kellogg was using. But as the conversation progressed, Elder Spicer could tell that there was a real problem, not semantics, but in substance.

Kellogg asked Spicer, “Where is God?” Elder Spicer told this story.

Spicer answered, “God is in Heaven where the throne of God is.”

Kellogg then replied, “Heaven is where God is, and God is everywhere, in the grass, in the trees, in all of creation.”

It became clear to Spicer ~ according to his own testimony ~ that there was no place in Kellogg’s scheme for angels ascending and descending between Heaven and earth, and of course there could be no Heavenly sanctuary that needed to be cleansed.

In fact, Kellogg pointing to his heart told Spicer, “The sanctuary to be cleansed is here.”

Spicer immediately detected the serious implications of Kellogg's new theology. There was no need to pray to God in Heaven, because He is everywhere. There is no distinction between the sacred and the common, all is equally holy, because God is in everything. Spicer explained that as he listened to Kellogg, Heaven and earth seemed to disappear in a mist. Spicer having just returned from India immediately recognized the Pantheism in Kellogg's ideas. He did his best to persuade Dr. Kellogg that Heaven is a real place, that God is a real Person, and that the things of Creation were made by God, but were not God. All to no avail.





Sekitar waktu yang sama, Ketua W.A. Spicer ~  yang lebih muda 13 tahun dari Dr. Kellogg, yang seolah ditakdirkan baru saja pulang dari pelayanan misi di India ~ terlibat pembicaraan dengan Dr. Kellogg. Dr. Kellogg bertanya kepadanya apakah dia boleh berbicara dengannya, karena dia berniat memenangkan Ketua Spicer ke sudut pandangnya. Di kemudian hari Spicer sendiri menjelaskan bahwa di wawancara tersebut awalnya dia pikir ini hanya sebuah perdebatan tentang semantik (arti kata), bukan suatu pertentangan tentang isu-isu yang sesungguhnya, melainkan hanya suatu perdebatan tentang terminologi, orang salah paham tentang terminologi yang dipakai Dr. Kellogg. Tetapi ketika pembicaraan tersebut berkembang, Ketua Spicer menyadari bahwa ada masalah yang besar di sini, bukan mengenai semantik melainkan mengenai substansi.

Kellogg bertanya kepada Spicer, “Di mana Allah?” Ini kisah Ketua Spicer.

Spicer menjawab, “Allah ada di Surga di mana takhtaNya berada.”

Kellogg lalu menjawab, “Surga itu di mana ada Allah, dan Allah ada di mana-mana, di rumput-rumput, di pohon-pohon, di semua ciptaan.”

Jelaslah bagi Spicer ~ menurut kesaksiannya sendiri ~ bahwa di dalam skema Kellogg tidak ada tempat bagi malaikat-malaikat yang naik-turun antara Surga dan bumi, dan tentu saja tidak mungkin ada Bait Suci surgawi yang perlu dibersihkan.

Bahkan, Kellogg yang menunjuk ke jantungnya, berkata kepada Spicer, “Bait Suci yang harus dibersihkan itu ada di sini.”

Langsung Spicer mendeteksi parahnya implikasi theologi Kellogg yang baru. Tidak perlu berdoa kepada Allah di Surga karena Dia ada di mana-mana. Tidak ada perbedaan antara yang kudus dengan yang biasa, semuanya sama kudus karena Allah ada dalam segala sesuatu.

Spicer menjelaskan bahwa saat dia mendengarkan Kellogg, Surga dan bumi seakan lenyap dalam kabut. Spicer yang baru saja kembali dari India segera mengenali Pantheisme dalam konsep-konsep Kellogg. Dia berusaha sebisa-bisanya untuk meyakinkan Dr. Kellogg bahwa Surga adalah tempat yang literal, bahwa Allah adalah Pribadi yang literal, dan bahwa semua ciptaan itu diciptakan oleh Allah tetapi mereka bukan Allah. Semuanya sia-sia.

 

 

On February 18, 1902, the world-famous Battle Creek Sanitarium burned to the ground. It was decided that Dr. Kellogg will write a book on health, and the proceeds would be used to rebuild the sanitarium. It was agreed, however, by the leaders and Kellogg that he would not include in his book, any of the comments that he had made on the nature of God. Kellogg agreed and undertook the project of writing this book, which he finished in 1903. The name of the book was The Living Temple. When the proofs of the book were read, it was found that the book was riddled with Kellogg's pantheistic ideas. Notice the following examples from his book.

By the way I have a copy of this book, an original copy of the book Living Temple. I haven't read it because Ellen White didn't even want to read it. Her son had to practically twist her arm to the breaking point so that she would read this book. She said, “No, I'm not going to read it because of the sentiments that were found in the book.” If God's prophet didn’t want to read it, have mercy!

 

Pada 18 Februari, 1902, Sanatarium Battle Creek yang terkenal di seluruh dunia, terbakar hangus rata dengan bumi.

Kemudian diputuskan Dr. Kellogg akan menulis sebuah buku tentang kesehatan, dan hasilnya akan dipakai untuk membangun kembali sanatarium itu. Namun demikian, disepakati oleh para pimpinan dan Kellogg sendiri bahwa di dalam bukunya ini dia tidak akan memasukkan komentar apa pun darinya mengenai kodrat Allah. Kellogg sepakat dan menerima proyek untuk menulis buku ini, yang selesai dikerjakannya tahun 1903. Nama buku itu The Living Temple. Ketika naskah cetak buku itu dibaca ternyata naskah itu penuh dengan konsep-konsep pantheis Kellogg. Simak contoh berikut dari bukunya ini.

Nah, saya punya satu eksemplar buku ini, buku aslinya, The Living Temple. Saya belum membacanya, karena Ellen White bahkan tidak mau membacanya. Anaknya harus benar-benar memaksanya untuk membaca buku ini. Ellen White berkata, “Tidak, aku tidak akan membacanya karena sentimen yang ada di dalamnya.” Nah, jika nabi Allah tidak mau membacanya, ya amit-amit!

 

 

The Living Temple page 28, “God is the explanation of nature--but  not  a  God  outside  of  nature, but in nature,  manifesting  Himself  through  and  in  all  the  objects,  movements  and varied phenomena of the universe.’ (The Living Temple, p. 28)

 

The Living Temple hal. 28, “…Allah adalah penjelasan dari alam ~ tetapi bukan Allah yang di luar alam, melainkan di dalam alam, yang memanifestasikan DiriNya melalui dan di dalam semua objek, gerakan, dan pelbagai fenomena alam semesta.” (The Living Temple, hal. 28)

 

 

He also explained that certain phenomena were a physiological and we quote, “a physiological  proof of the existence within the body of some power superior to the material composition or substance of the body, which exercises a  constant  supervision and  control whereby individual identity is maintained.  God Himself, the divine presence in the temple. (The Living Temple, p. 52)

 

Dia juga menjelaskan bahwa fenomena tertentu itu bersifat fisiologis dan kita mengutip,   “…suatu bukti fisiologis (= berkenaan dengan fungsi organ hidup atau bagian tubuh) dari eksistensi yang ada di dalam tubuh dari suatu kekuatan yang superior (lebih unggul) daripada komposisi materi atau substansi tubuh itu, yang terus-menerus menjalankan suatu pengawasan dan pengontrolan dengan mana identitas individunya dipertahankan. Allah Sendiri, kehadiran Ilahi di dalam Bait Suci.” (The Living Temple, p. 52)

 

 

To sustain his view, Kellogg quoted the apostle Paul's declaration that our body is the temple of the Holy Spirit. In fact, the book was filled with Scripture quotations that gave it an aura of biblical authority.

Ellen White commented on this in the following way, “All through the book are passages of Scripture. These scriptures are brought in such a way that error is made to appear as truth. Erroneous theories are presented in so pleasing a way that unless care is taken, many will be misled.” (I SM 202)

 

Untuk mempertahankan pandangannya, Kellogg mengutip deklarasi rasul Paulus bahwa tubuh kita adalah Bait Suci Roh Kudus. Bahkan buku itu dipenuhi oleh kutipan Kitab Suci yang memberinya suatu aura autoritas yang alkitabiah.

Ellen White mengomentari ini sebagai berikut,  “…Di seluruh buku itu ada ayat-ayat Kitab Suci. Ayat-ayat tersebut dimasukkan sedemikian rupa sehingga kesalahan dibuat tampak seolah-olah sebagai kebenaran. Teori-teori yang salah dipresentasikan dengan cara yang sedemikian menyenangkan sehingga kecuali kita berhati-hati, banyak orang akan tersesat.”  (I SM 202)

 

 

It was a very deceptive theory that he was attempting to bring into the church. Kellogg furthermore stated in his book, “Let us not forget that the sunlight is   God’s   smile   of   benediction  ; that  the sunshine is Heaven’s light and life and glory, and the true Shekinah, the  real presence with which the temple needs most to be filled; that the cooling breeze is the breath  of  heaven, a veritable messenger of life, carrying  healing on its wings.” (The Living Temple, p. 412)

 

Itu adalah teori yang sangat menyesatkan yang berusaha dimasukkan Kellogg ke dalam gereja. Leih lanjut Kellog menyatakan di bukunya, “…Janganlah kita lupa bahwa cahaya matahari adalah senyum Allah yang memberkati; bahwa cahaya matahari adalah terang dan hidup, dan kemuliaan Surga, dan Shekinah yang sejati, kehadiran yang sesungguhnya dengan mana Bait Suci sungguh perlu dipenuhi; bahwa angin sepoi-sepoi adalah nafas Surga, utusan hidup yang sesungguhnya, yang membawa kesembuhan pada sayapnya.” (The Living Temple, hal. 412)

 

 

In view of the opposition to the publication of the book, Kellogg decided to appeal to the General Conference Committee, the GC committee. But to Kellogg’s surprise Elder A.G. Daniell's along with others on the committee, refused to approve the publication of the book. But Kellogg insisted that his views were new light, which needed to come before the people. So at length the General Conference Committee established a committee of five individuals, to bring a report to the General Conference Committee, on the suitability of the publication of the book. The subcommittee in its deliberations was divided, three were in favor of the publication and two were against. One of those who was against was A.T. Jones. (corrected below: “yeah, one who was in favor was A.T. Jones”)

 



Sehubungan dengan oposisi terhadap diterbitkannya buku itu, Kellogg memutuskan untuk mengajukan banding ke General Conference Committee, Komite GC. Tetapi di luar dugaan Kellogg, Ketua A.G. Daniells bersama dengan yang lain dari Komite itu, menolak memberikan persetujuan penerbitan buku itu. Tetapi Kellogg bersikeras bahwa pandangannya adalah terang baru, yang harus disodorkan ke hadapan umat. Maka akhirnya Komite GC membentuk suatu komite yang terdiri atas 5 orang, untuk melaporkan kepada Komite GC tentang kelayakan diterbitkannya buku itu. Subkomite ini, dalam pertimbangannya terbagi, tiga orang menyetujui penerbitan itu, dan dua menentang. Salah satu dari yang setuju adalah A.T. Jones.

 

 

Now the interesting thing is ~ yeah, one who was in favor was A.T. Jones ~  but the General Conference Committee voted against the majority and in favor of the minority. So the committee voted “Yes publication” but the General Conference Executive Committee said “No”. They accepted the minority report. This angered Kellogg and he demanded a hearing before the General Conference Committee and it was granted.

 

Nah, hal yang menarik ialah ~ benar, salah satu yang setuju adalah A.T. Jones ~ tetapi Komite GC memutuskan menolak mayoritas dan memihak minoritas. Jadi Subkomite itu memutuskan “Ya cetak!”; tetapi Excom GC berkata “Tidak”, mereka menerima laporan minoritas. Ini membuat Kellogg murka dan dia menuntut didengarkan di hadapan Komite GC, dan itu dikabulkan.

 

 

Meanwhile the controversy was spreading on a broader scale. Influential teachers, ministers, physicians, and administrators, were all taking sides. And as a result a crisis was brewing that threatened to tear the church apart.

Now here comes an interesting part of the story. In spite of the fact that the General Conference Committee voted not to publish the book, Dr. Kellogg sent a private order to the Review and Herald Publishing House to print 5’000 copies of the book at once, to our very own publishing house, folks. In other words, our very own publishing house was printing material saturated with spiritualism, contrary to the counsel of the General Conference!

 

Sementara itu, pertikaian tersebut menyebar pada skala yang lebih luas. Para pengajar, pendeta, dokter, dan administrator yang berpengaruh, semuanya memihak. Dan akibatnya suatu krisis pun sedang digodok yang mengancam bisa memecahbelah gereja.

Nah, sekarang bagian yang menarik dari kisah itu. Walaupun faktanya Komite GC mengambil suara untuk tidak menerbitkan buku itu, Dr. Kellogg mengirimkan pesanan pribadi ke Penerbitan Review and Herald untuk mencetak 5’000 eksemplar buku itu sekaligus, kepada penerbitan kita sendiri, Saudara-saudara. Dengan kata lain, penerbitan kita sendiri mencetak materi yang penuh dengan spiritualisme yang bertentangan dengan panduan General Conference!

 

 

Ellen White had warned of judgment to come upon the publishing house. In her words 8 Testimonies page 97, “In visions of the night I have seen an angel standing with a sword of fire stretched over Battle Creek.” (8T 97)

 

Ellen White sudah memperingatkan akan penghakiman yang akan jatuh ke atas penerbitan itu. Dalam kata-katanya, Testimonies Vol. 8 hal. 97,  “…Dalam penglihatan malam aku telah melihat seorang malaikat berdiri dengan pedang berapi teracung ke atas Battle Creek.” (8T hal 97)

 

 

Now providentially just as the book had received its final corrections and was about to be printed, the factory burned to the ground, and the plates were ruined. A fire chief, Weeks ~ that was his last name  ~ described the fire that destroyed the printing press. He said, “There is something strange about your SDA fires, with the water poured on acting  more like gasoline.”

 

Nah, campur tangan Tuhan, persis saat buku tersebut menerima koreksinya yang terakhir dan siap naik cetak, percetakannya terbakar hangus rata dengan tanah, dan lempeng-lempeng cetakannya pun rusak. Kepala pemadam kebakaran, Weeks ~ itu nama marganya ~ menggambarkan api yang memusnahkan percetakan itu, katanya, “…Ada yang aneh dengan kebakaran MAHK Anda, air yang dicurahkan malah  lebih bersifat seperti bensin.”

 

 

Kellogg, however, was determined to publish his book, so he sent a copy to another publisher, and a few months later a large edition ~ which is the one that I have ~ of The Living Temple was printed.  Energetic efforts ~ this is important ~ were then made by Dr. Kellogg to recruit young people to sell it, because he had great influence with the young people of the church.

 

Tetapi Kellogg bersikukuh menerbitkan bukunya, maka dia mengirimkan salinan naskahnya ke penerbit yang lain, dan beberapa bulan kemudian suatu edisi tebal ~ seperti yang saya punya ~ The Living Temple dicetak. Upaya keras ~ ini penting ~ dibuat oleh Dr. Kellogg merekrut orang-orang muda untuk menjual buku itu, karena dia punya pengaruh besar pada orang-orang muda di gereja.

  

 

Now let's discuss the Autumn Council of 1903.

The Autumn Council in 1903 ~ that's where basically the Executive Committee of the General Conference meets ~ it was held at Takoma Park, Maryland, where the General Conference Headquarters had just recently moved.  The central point on the agenda was how to expand the preaching of the gospel to the world. What a wonderful agenda. That really should be the agenda of the San Antonio General Conference too, by the way. As the meeting was beginning a group of about 10 men came into the meeting hall and loudly protested the attitude of the denomination toward Dr. Kellogg's book. They demanded that the agenda be changed to hear their grievances, and this was done.

That evening after a long day of conflict and debate at the Annual (should be: Autumn) Council, A.G. Daniells who was president of the General Conference, walked home ~ and he told this story ~ accompanied by a fellow worker who had embraced Kellogg's teachings.

The worker said to Daniells as Daniells recollected,  “You are making the mistake of your life. After all this turmoil, some of these days you will wake up to find yourself rolled in the dust and another will be leading the forces.”

Elder Daniells answered, “I do not believe your prophecy. At any rate I would rather be rolled in the dust doing what I believe in my soul to be right than to walk with princes doing what my conscience tells me is wrong.” So Elder Daniells was going to stand firm when it came to this.

 

Sekarang mari kita bahas Autumn Council (Konsili Musim Gugur) 1903.

Konsili Musim Gugur tahun 1903 ~ di sanalah pada dasarnya Excom GC bertemu ~ diadakan di Takoma Park, Maryland, di mana kantor pusat GC baru saja dipindahkan. Poin inti pada agendanya ialah bagaimana memperluas pekabaran injil kepada dunia. Agenda yang bagus sekali. Nah, itu seharusnya agenda GC San Antonio juga. Ketika pertemuan itu baru mulai, sekelompok orang sekitar 10 orang datang ke ruang pertemuan itu dan dengan keras memprotes sikap denominasi terhadap buku Dr. Kellogg. Mereka menuntut agenda pertemuan itu diganti untuk mendengarkan keberatan mereka, dan itu dikabulkan.

Malam itu, setelah pertikaian dan perdebatan panjang sepanjang hari di Autumn Council, A.G. Daniells, yang waktu itu menjabat presiden General Conference, sedang berjalan pulang ~ dan dia menceritakan kisah ini ~ didampingi oleh seorang rekan sekerja yang telah memeluk ajaran Kellogg. Rekan sekerja itu berkata kepada Daniells, sesuai ingatan Daniells, “Kau telah berbuat kesalahan terbesar dalam hidupmu. Setelah semua keributan ini, suatu hari kau akan terbangun dan mendapatkan dirimu bergelimang debu, dan orang lain yang akan memimpin kekuatan itu.”

Ketua Daniells menjawab, “Aku tidak percaya ramalanmu. Bagaimana pun juga lebih baik aku bergelimang debu melakukan apa yang diyakini jiwaku sebagai hal yang benar daripada berjalan bersama para pangeran melakukan apa yang menurut hati nuraniku salah.”

Jadi ketua Daniells akan berdiri teguh dalam hal ini.

 

 

Now in our next segment that we're going to discuss after we take our break, we are going to see where Ellen White intervenes in the whole picture. There is a miraculous arrival of two letters from Ellen White when Elder Daniells arrives at his house. Ellen White at that time was in California, and by the way there was no email. It took weeks for letters to arrive from California to Takoma Park, Maryland, on the east coast; and yet right on time when it was needed, that very day, two letters arrived from Ellen White, where Ellen White warned Elder Daniells to stand firm and to meet this crisis with determination. Right at the right time, God intervened through the instrumentality of the Spirit of Prophecy.

 

Nah, dalam segmen berikutnya yang akan kita bahas setelah rehat, kita akan melihat di mana Ellen White campur tangan dalam masalah itu. Ada dua surat dari Ellen White yang tiba secara mujizat, ketika Ketua Daniells tiba di rumahnya. Saat itu Ellen White ada di California, dan di zaman itu tidak ada email. Butuh waktu berminggu-minggu bagi surat dari California untuk tiba di Takoma Park, Maryland, di pantai timur; namun tepat pada waktunya ketika dibutuhkan, pada hari yang sama dua surat dari Ellen White tiba, di mana Ellen White memperingatkan Ketua Daniells agar tetap berdiri teguh dan untuk menghadapi krisis ini dengan ketetapan hati. Persis di saat yang tepat Allah campur tangan melalui perantara Roh Nubuat.

 

 

 

 

25 12 22