Thursday, March 28, 2024

EPISODE 29/32 ~ THE FINAL GENERATION SYMPOSIUM ~ WHEN PROBATION CLOSES ~ KEVIN PAULSON

 

THE FINAL GENERATION SYMPOSIUM

Part 29/32 – Kevin Paulson

WHEN PROBATION CLOSES

https://www.youtube.com/watch?v=3HbT5URIMaI&list=PLIWJyuxBfZ7i2O8wOtdyuCvOndkH4jq9L&index=29

 

 Dibuka dengan doa

 

Aside from Jesus’ second coming and the final destruction of the wicked at the end of the millennium, no event in the history of the great controversy will be as decisive and momentous as the final close of human probation. The idea that probation will come to an end for the human family prior to Jesus’ second coming is part of the unique contribution of Seventh-Day Adventists to Christian theology. I am not myself aware of any other Christian community which holds to such a concept unless someone can correct me. The uniqueness of this idea makes sense, in light of the fact that in Seventh-Day Adventist doctrine the close of probation is part of the doctrine of the sanctuary and the pre-advent investigative judgment; which for many reasons is the unique contribution of the Seventh-Day Adventist church to the Christian message.

 

Selain kedatangan kedua Yesus dan pembinasaan terakhir orang-orang jahat pada akhir Millenium, tidak ada peristiwa lain dalam sejarah pertentangan besar yang sebegitu menentukan dan begitu penting daripada berakhirnya masa kemurahan yang terakhir bagi manusia. Konsep bahwa masa kemurahan itu akan berakhir bagi bangsa manusia sebelum kedatangan kedua Yesus adalah bagian dari kontribusi yang unik dari MAHK kepada theologi Kristen. Saya sendiri tidak mengetahui adanya komunitas Kristen yang lain yang memiliki konsep seperti ini, kecuali ada yang bisa mengoreksi saya. Keunikan konsep ini masuk akal bila dilihat faktanya bahwa di doktrin MAHK, berakhirnya masa kemurahan (tutupnya pintu kasihan) adalah bagian dari doktrin Bait Suci dan penghakiman investigasi sebelum kedatangan kedua Kriistus, yang berdasarkan banyak alasan adalah kontribusi unik gereja MAHK kepada pekabaran Kristen.

 

 

The two clearest biblical references to the close of human probation are found in the book of Revelation, actually there are three of them.

The first of these is in Revelation 8:3-5, 3 And another Angel came and stood at the altar, having a golden censer; and there was given unto Him much incense, that He should offer it with the prayers of all saints upon the golden altar which was before the throne. 4 And the smoke of the incense, which came with the prayers of the saints, ascended up before God out of the Angel's hand. 5 And the Angel took the censer, and filled it with fire of the altar, and cast it into the earth: and there were voices, and thunderings, and lightnings, and an earthquake.” And I’m sure that language sounds very similar to another passage in Revelation where the statement is made, “It is done”. That of course is just before Jesus returns.

 

Dua referensi alkitabiah yang paling jelas tentang berakhirnya masa kemurahan bagi manusia, ditemukan di kitab Wahyu, sesungguhnya ada tiga dari mereka.

Yang pertama dari mereka ada di Wahyu 8:3-5, 3 Dan seorang Malaikat lain datang dan berdiri di depan mezbah membawa sebuah pedupaan emas. Dan kepadaNya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkanNya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas yang ada di hadapan takhta itu. 4 Dan asap kemenyan yang datang bersama-sama dengan doa orang-orang kudus naik ke atas dari tangan Malaikat itu ke hadapan Allah. 5 Dan Malaikat itu mengambil pedupaan itu, dan mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Dan ada suara-suara, dan guruh, dan  halilintar dan gempa bumi.” Dan saya yakin bahasa ini terdengar sangat mirip dengan ayat lain di Wahyu di mana pernyataan itu dibuat: “Sudah selesai”. Ini tentu saja sebelum Yesus kembali.

 

 

We see this language also in chapter 11 when the temple of God is opened and there is seen the Ark of His Testament, and the time comes for the judgment of the righteous dead. And at the close of Revelation chapter 15 we have this passage,  Revelation  15:7-8, 7 And one of the four beasts gave unto the seven angels seven golden vials full of the wrath of God, who liveth for ever and ever. 8 And the temple was filled with smoke from the glory of God, and from His power; and no man was able to enter into the temple, till the seven plagues of the seven angels were fulfilled.”

 

Kita melihat bahasa ini juga di pasal 11 ketika “Bilik Mahakudus  Allah terbuka di sorga, dan kelihatanlah di dalam Bilik MahakudusNya tabut kesaksian-Nya” (Wahyu 11:18-19). Dan pada penutupan Wahyu pasal 15 ada ayat ini, Wahyu 15:7-8, 7 Dan salah satu dari keempat makhluk hidup memberikan kepada ketujuh malaikat itu tujuh cawan emas yang penuh dengan murka Allah yang hidup selama-lamanya.  8 Dan Bilik Mahakudus itu dipenuhi asap dari kemuliaan Allah dan dari kuasa-Nya, dan tak seorang pun dapat masuk ke dalam Bilik Mahakudus itu, hingga ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat itu digenapi.”

 

 

The temple of heaven, the heavenly sanctuary, of course, is where the mediation of Christ is now taking place. What this passage from Revelation is saying is that once probation ceases and the plagues are poured out, no one can go into the temple. The smoke from the wrath of God fills the temple, and no one can enter there. It is at this time when the heavenly censer is thrown down and our Lord makes the pronouncement that we find in Revelation  22:11, 11 He that is unjust, let him be unjust still: and he which is filthy, let him be filthy still: and he that is righteous, let him be righteous still: and he that is holy, let him be holy still.” And that's where I want to be.

 

Bilik Mahakuds surgawi, Bait Suci surgawi tentu saja, adalah di mana mediasi Kristus sekarang sedang berlangsung. Apa yang dikatakan ayat-ayat ini dari Wahyu ialah, begitu masa kemurahan Allah berakhir ( = pintu kasihan ditutup) dan malapetaka-malapetaka mulai dicurahkan, tidak ada yang bisa masuk ke dalam Bilik Mahakudus. Asap dari murka Allah memenui Bilik Mahakudus, dan tidak ada yang bisa masuk ke sana. Pada saat inilah ketika pedupaan surgawi itu dibuang, Tuhan kita membuat pengumuman yang kita temukan di Wahyu 22:11, 11 Dia yang tidak benar, biarlah ia tetap tidak benar, dan dia yang cemar, biarlah ia tetap cemar; dan dia yang benar, biarlah ia tetap benar; dan dia yang kudus, biarlah ia tetap kudus.” Dan di situlah saya ingin berada.

 

 

Ellen White describes this incredibly momentous event in The Great Controversy pages 613-614. Now this passage was referred to in the messages that were delivered this morning, but you know what I have come to realize in the course of this symposium is, that we are following the principle in Bible prophecy, which is known as repeat and enlarge. So a great deal of the material that you're going to hear in the message I’m delivering now and the one that I’m going to be delivering during the coming hour, is material you've heard already, but we're going to be including a lot more documentation from the inspired writings.

 

Ellen White menggambarkan peristiwa yang luar biasa pentingnya ini di The Great Controversy hal. 613-614. Nah konteks ini sudah dirujuk dalam pesan-pesan yang disampaikan tadi pagi, tetapi saya menjadi sadar selama berlangsungnya simposium ini, bahwa kita akan mengikuti prinsip nubuatan Alkitab, yang adalah mengulangi dan memperluas. Jadi banyak dari bahan yang akan kalian dengar dalam presentasi yang saya sampaikan sekarang dan yang akan saya sampaikan di jam berikut, adalah bahan yang sudah pernah kalian dengar, tetapi kami akan memasukkan lebih banyak lagi dokumentasi dari tulisan-tulisan yang diilhami.

 

 

Great Controversy pages 613 to 614, “When the third angels message closes, mercy no longer pleads for the guilty inhabitants  of the earth. The people of God have accomplished their work. They have receivedthe latter rain’,the refreshing from the presence of the Lord’, and they are prepared for the trying hour before them. Angels are hastening to and fro in heaven. An angel returning from the earth announces that his work is done; the final test has been brought upon the world, and all who have proved themselves loyal to the divine precepts have received the seal of the living God.’. Then Jesus ceases His intercession in the Sanctuary above. He lifts His hands and with a loud voice says, ‘It is done’; and all the angelic host lay off their crowns as He makes the solemn announcement: ‘He that is unjust, let him be unjust still: and he which is filthy, let him be filthy still:  and he that is righteous, let him be righteous still: and he that is holy, let him be holy still.(Revelation 22:11). Every case has been decided for life or death. Christ has made the atonement for His people and blotted out  their sins. The number of His subjects is made up. The kingdom and dominion, and the greatness of the kingdom under the whole heaven,’ is about to be given to the heirs of salvation, and Jesus is to reign as King of kings and Lord of lords. When He leaves the sanctuary darkness covers the inhabitants of the earth in that fearful time the righteous must live in the sight of a holy God without an intercessor. The restraint which has been upon the wicked is removed. The restraint which has been upon the wicked is removed, and Satan has entire control of the finally impenitent.”

 

Great Controversy hal. 613-614,    “…Ketika pekabaran malaikat ketiga berakhir, kemurahan tidak lagi memohon bagi penduduk bumi yang berdosa. Umat Allah telah menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka telah menerima ‘hujan akhir’ (Yakobus 5:7), ‘waktu penyegeran akan datang dari kehadiran Tuhan (Kisah 3:19), dan mereka sudah siap untuk jam yang sulit di hadapan mereka. Para malaikat bergegas ke sana kemari di Surga. Satu malaikat yang kembali  dari bumi mengumumkan bahwa pekerjaannya sudah selesai; ujian terakhir telah dibawa kepada dunia dan semua yang telah membuktikan diri mereka setia kepada ketentuan ilahi telah menerima ‘meterai Allah yang hidup’ (Wahyu 7:2). Lalu Yesus menghentikan perantaraanNya di Bait Suci yang di atas. Dia mengangkat tanganNya dan dengan suara yang nyaring berkata, ‘Sudah selesai’; dan semua balatentara surgawi mencopot mahkota mereka ketika Dia membuat pengumuman yang khidmad: 11 ‘Dia yang tidak benar, biarlah ia tetap tidak benar, dan dia yang cemar, biarlah ia tetap cemar; dan dia yang benar, biarlah ia tetap benar; dan dia yang kudus, biarlah ia tetap kudus!’ (Wahyu 22:11). Setiap kasus telah diputuskan untuk hidup atau mati. Kristus telah membuat pendamaian bagi umatNya dan menghapus dosa-dosa mereka. Jumlah rakyatNya sudah genap. Dan kerajaan dan kekuasaan dan kebesaran kerajaan di bawah semesta langit’ (Daniel 7:27) akan segera diberikan kepada para ahliwaris keselamatan, dan Yesus akan memerintah sebagai Raja segala raja, dan Tuhan segala tuan. Ketika Dia meninggalkan Bait Suci, kegelapan menyelimuti penghuni bumi. Di masa yang mengerikan itu, orang-orang benar harus hidup di hadapan Allah yang kudus tanpa Perantara. Kendali yang tadinya ada atas orang-orang jahat pun dilepaskan, dan Setan memegang kendali penuh atas semua yang sampai akhirnya tidak bertobat.” 

 

 

Now it helps for us to understand that what God does at the end of time, closing the probation of humanity, follows a pattern that sacred history is demonstrated throughout the ages. Ellen White explains this pattern in the following statement from Vol. 1 of Selected Messages page 63, “There was a shut door in Noahs day.  There was at that time a withdrawal of the Spirit of God from the sinful race that perished in the waters of the Flood. …. There was a shut door in the days of Abraham. Mercy ceased to plead with the inhabitants of Sodom, …. There was a shut door in Christs day. The Son of God declared to the unbelieving Jews of that generation,Your house is left unto you desolate’ (Matthew 23:38). …. I was shown in vision, and I still believe, that there was a shut door in 1844. All who saw the light of the first and second angels’ messages and rejected that light, were left in darkness. And those who accepted it and received the Holy Spirit which attended the proclamation of the message from heaven, and who afterward renounced their faith and pronounced their experience a delusion, thereby rejected the Spirit of God, and It no longer pleaded with them.”

 

Nah, kita terbantu memahami bahwa apa yang dilakukan Allah pada akhir masa, mengakhiri masa kemurahan bagi kemanusiaan, itu mengikuti sebuah pola dalam sejarah kerohanian yang didemonstrasikan sepanjang masa. Ellen White menjelaskan pola ini di pernyataan berikut dari Selected Messages Vol. 1 hal. 63, “…Di zaman Nuh ada pintu yang ditutup. Pada masa itu Roh Allah ditarik dari bangsa yang berdosa yang binasa dalam air bah. …. Di zaman Abraham ada pintu yang ditutup. Kemurahan berhenti memohon bagi penduduk Sodom, .... Di zaman Kristus ada pintu yang ditutup. Anak Allah mendeklarasikan kepada generasi bangsa Yahudi saat itu yang tidak percaya, ‘Rumahmu ini telah ditinggalkan kepadamu terlantar.’ (Matius 23:38) …..  Aku ditunjukkan dalam penglihatan, dan aku masih percaya bahwa di tahun 1844 ada pintu yang ditutup. Semua yang melihat terang pekabaran malaikat pertama dan kedua dan menolak terang tersebut, ditinggalkan dalam kegelapan.  Dan mereka yang menerimanya, menerima Roh Kudus yang menyertai proklamasi pekabaran dari Surga, dan yang kemudian mengingkari iman mereka dan mengumumkan bahwa pengalaman mereka adalah suatu khayalan, dengan demikian menolak Roh Allah, dan Dia tidak lagi memohon bersama mereka.”

 

 

Now, there are those ~ and we talked about this earlier ~ there are those who at times have looked at the final close of probation and by implication other such moments in the sacred record as an arbitrary deadline.  One individual that I’ve dialogued with from time to time ~ and I mentioned this earlier as well ~ recently spoke about her negative experiences with Last Generation Theology and how she was afraid that she wouldn't be ready in time for the close of probation. And I tried to explain to her that the very principle of the delayed advent which is central to the spiritual imperative of Last Generation Theology rules out entirely the idea of some arbitrary deadline. The reason Jesus’ coming has been delayed is because many have not heard the proclamation of the Three Angels’ Messages and thus God holds back the winds of strife, so that  His servants can be sealed and proclaim that message with credibility.

 

Nah, ada mereka ~ dan kita sudah membahas ini sebelumnya ~ ada mereka yang terkadang melihat pada berakhirnya masa kemurahan dan implikasinya juga saat-saat lain dalam sejarah kerohanian sebagai batas waktu yang ditentukan sesuka hati. Seorang individu yang dari waktu ke waktu berbicara dengan saya ~ dan saya sudah menyinggung ini juga sebelumnya ~ baru-baru ini bicara tentang pengalaman-pengalaman negatifnya bersama Theologi Generasi Terakhir, dan bagaimana dia khawatir dia tidak akan siap untuk berakhirnya masa kemurahan itu. Dan saya mencoba menjelaskan kepadanya, bahwa prinsip dari kedatangan yang tertunda, yang krusial demi peningkatan spiritual Theologi Generasi Terakhir, sepenuhnya mengesampingkan konsep adanya batas waktu yang ditentukan sesukanya. Alasan mengapa kedatangan Yesus tertunda  ialah karena banyak yang belum mendengar pekabaran Tiga Malaikat, maka Allah masih menahan angin-angin pertetangan agar hamba-hambaNya bisa dimeteraikan dan mengumumkan pekabaran tersebut dengan kredibilitas.

 

 

We find in Revelation 7:1-3, 1 And after these things I saw four angels standing on the four corners of the earth, holding the four winds of the earth, that the wind should not blow on the earth, nor on the sea, nor on any tree. 2 And I saw another angel ascending from the east, having the seal of the living God: and he cried with a loud voice to the four angels, to whom it was given to hurt the earth and the sea, 3 Saying, Hurt not the earth, neither the sea, nor the trees, till we have sealed the servants of our God in their foreheads.” In other words, the final events are being held up so that God's people can get ready for the final sealing. No one who is genuinely striving through heaven's power for victory over sin is going to have the door of mercy arbitrarily closed against them, the Bible is very clear on this point, and so are the writings of Ellen White.

 

Kita lihat di Wahyu 7:1-3, 1 Setelah hal-hal itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi supaya angin tidak bertiup di darat, di laut, atau di pohon mana pun. 2 Dan aku melihat seorang malaikat lain naik dari timur, sambil membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang diberi wewenang untuk mencelakai bumi dan laut, 3 katanya, ‘Janganlah mencelakai bumi, atau laut, atau pohon-pohon, sampai kami telah memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!’ …”  dengan kata lain, peristiwa-peristiwa terakhir sedang ditahan supaya umat Allah bisa bersiap-siap untuk pemeteraian terakhir. Tidak seorang pun yang melalui kuasa Surgawi berusaha keras untuk mendapatkan kemenangan atas dosa, akan mendapati pintu kasihan ditutup begitu saja di depan mereka. Alkitab sangat jelas tentang hal ini, dan begitu juga tulisan-tulisan Ellen White.

 

 

2 Peter 3:9, 9 The Lord is not slack concerning His promise, as some men count slackness; but is longsuffering to us-ward, not willing that any should perish, but that all should come to repentance.”

And Ellen White says in Our High Calling page 23, “The angels never leave the tempted one a prey to the enemy who would destroy the souls of men if permitted to do so.  As long as there is hope, until they resist the Holy Spirit to their eternal ruin, men are guarded by heavenly intelligences.”

 

2 Petrus 3:9, 9 Tuhan tidak lambat menepati janji-Nya, seperti ada orang yang menganggapnya lambat, tetapi panjang sabar terhadap kita, tidak menghendaki ada yang binasa, melainkan supaya semua orang bertobat…” 

Dan Ellen White mengatakan di Our High Calling hal. 23,  “…Malaikat-malaikat tidak pernah meninggalkan orang yang sedang digoda sebagai mangsa bagi musuh, yang jika diizinkan mau menghancurkan nyawa manusia. Selama masih ada harapan, hingga mereka menolak Roh Kudus yang mengakibatkan kehancuran kekal mereka, manusia dilindungi oleh agen-agen surgawi.”

 

 

At the bottom line, folks, the concept of the close of probation illustrates God's reverence for free will. This is because beyond a certain point in the controversy with evil, events become so decisive as to become coercive. Why for example didn't God leave the ark door open until just after the rain started? I think we know the reason why. Crowds would have stampeded toward that ark, and more than likely, folks, would have been hanging from the rafters in there, but why? Because they were sorry for their sins or because they  wanted to stay dry?

 

Intinya, Saudara-saudara, konsep tentang tutupnya pintu kasihan menggambarkan penghormatan Allah bagi kebebasan memilih. Ini dikarenakan, melewati titik tertentu dalam pertentangan dengan kejahatan, peristiwa-peristiwa menjadi begitu menentukan sampai menjadi suatu ancaman. Misalnya mengapa Allah tidak membiarkan pintu bahtera terbuka hingga setelah hujan turun? Saya pikir kita tahu alasannya. Orang banyak akan menyerbu masuk ke dalam bahtera itu, dan kemungkinan besar, Saudara-saudara, akan bergantungan pada ujung-ujung tiang-tiang yang mencuat di bahtera tersebut. Tetapi mengapa? Karena mereka menyesali dosa-dosa mereka atau karena mereka tidak mau basah?

 

 

I’ve always been fascinated by the story of Noah and the flood. And many times I’ve wondered just how much pain and agony there must have been among the folks inside that ark. We’d like to think about how much pain and agony there was outside the ark. But let's think for just a moment about what it was like inside. How many of  Noah's family ~ and I’m talking about  his extended family here, and  his wife's extended family, and  his  son's wives, how many of them had friends and relatives that were outside that door, banging on those planks, begging to come in. You wonder how many times poor Noah had to go to that door and say, “You know folks, I would love to open this door and let you in, but I didn't shut this door, and I can't open it.”

And brothers and sisters, tragically this is exactly what God's people are going to have to tell many of the wicked after probation comes to an end at the close of time.

 

Saya selalu kagum oleh kisah Nuh dan air bah. Dan seringkali saya membayangkan berapa besar kesedihan dan kesengsaraan yang ada di antara orang-orang di luar bahtera itu. Kita terbiasa berpikir tentang seberapa besar kesedihan dan kesengsaraan yang ada di luar bahtera. Tetapi marilah untuk sejenak kita berpikir tentang bagaimana keadaannya di dalam bahtera. Berapa banyak dari keluarga Nuh ~ dan yang saya maksudkan itu keluarga besarnya di sini, dan keluarga besar isrinya, dan keluarga besar istri anak-anaknya, berapa banyak dari mereka yang adalah teman-teman dan kerabat yang berada di luar pintu, menggedor papan-papan kayu itu, memohon supaya diperbolehkan masuk. Kita membayangkan berapa kali Nuh yang malang harus pergi ke pintu dan berkata, “Kalian tahu, Saudara-saudara, aku ingin sekali membukakan pintu ini dan mengizinkan kalian masuk, tetapi bukan aku yang menutup pintu ini dan aku tidak bisa membukanya.”

Dan Saudara-saudara, tragisnya inilah persis yang akan harus diberitahukan oleh umat Allah kepada banyak orang jahat setelah masa kemurahan berakhir pada akhir masa.

 

 

Let's look at Early Writings page 281, here Ellen White was shown in vision what God's people are going to go through. “The plagues were falling upon the inhabitants of the earth. Some were denouncing God and cursing Him. Others rushed to the people of God and begged to be taught how they might escape His judgments. But the saints had nothing for them….The plan of salvation had been accomplished, but few had chosen to accept it. And as mercy's sweet voice died away, fear and horror seized the wicked. With terrible distinctness they heard the words,Too late! too late!’…” 

You know, folks, I have some friends on Facebook whom I went to academy with, some girls that were really good friends of mine, and I keep hearing all these worldly tidings from their lives, and I feel like writing back to them and saying, “Heaven is going to be a lonely place without you.” I pray that they will be hurried back into the fellowship of faith before it's too late.

 

Mari kita simak Early Writings hal. 281, di sini Ellen White ditunjuki dalam penglihatan apa yang akan dialami umat Allah,  “…Malapetaka-malapetaka sedang berjatuhan ke atas penduduk bumi. Ada yang tidak mengakui Allah dan mengutukNya. Yang lain bergegas datang ke umat Allah dan memohon supaya diajari bagaimana mereka bisa lolos dari penghakimanNya. Namun orang-orang saleh tidak bisa berbuat apa-apa untuk mereka….

Rancangan keselamatan sudah terlaksana, tetapi hanya sedikit yang memilih untuk menerimanya. Dan saat suara manis kemurahan Allah sayup-sayup menghilang, ketakutan dan horror mencengkeram orang-orang berdosa. Dengan kejelasan yang sangat mengerikan mereka mendengar kata-kata itu, ‘Sudah terlambat! Sudah terlambat!’ 

Kalian tahu, Saudara-saudara, saya punya beberapa teman di Facebook yang dulu ada di akademi yang sama, beberapa gadis yang adalah teman-teman baik saya, dan saya terus mendengar tentang berita-berita duniawi dari kehidupan mereka, dan saya ingin sekali membalas mereka dan berkata, “Surga akan menjadi tempat yang sepi tanpa kalian.” Saya berdoa agar mereka akan segera dibawa kembali kepada persekutuan iman sebelum terlambat.

 

 

Now we're going to look at what it means for God's last generation of Christians to stand without a Mediator. We've talked about this to some degree already, but once again we're going to practice the principle of repeat and enlarge. There are those who say that only the wicked are going to stand without a Mediator not the righteous. Well, let's go back and look at what Ellen White says in Great Controversy page 614, “When He…” that is Christ  “…leaves the Sanctuary, darkness covers the inhabitants of the earth. In that fearful time the righteous…” who?  “…the righteous must live in the sight of a holy God without an intercessor…” 

 

Sekarang kita akan menyimak apa artinya bagi umat Allah generasi Kristen yang terakhir untuk berdiri tanpa Mediator. Kita sudah sempat membicarakan ini, tetapi sekali lagi kita akan mempraktekkan prinsip mengulang dan memperluas. Ada yang mengatakan bahwa hanya orang-orang jahat yang akan harus berdiri tanpa Mediator, bukan orang-orang benar. Nah, marilah kita kembali dan melihat apa kata Ellen White di Great Controversy hal. 614, “Ketika Dia…” yaitu Yesus,  “…meninggalkan Bait Suci, kegelapan menutupi penduduk bumi. Dalam masa yang mengerikan itu, orang-orang benar…” siapa?  “…orang-orang benar harus hidup di hadapan Allah yang kudus tanpa seorang perantara.”

 

 

And here is one of my favorite Ellen White statements that tells us what this means. In the same book The Great Controversy page 425,  Those who are living upon the earth when the intercession of Christ shall cease in the sanctuary above, are to stand in the sight of a holy God without a mediator. Their robes must be spotless, their characters must be purified from sin by the blood of sprinkling. Through the grace of God and their own diligent effort they must be conquerors in the battle with evil….” And don't forget to leave out the second part of that   “…While the investigative judgment is going forward in heaven, while the sins of penitent believers are being removed from the sanctuary, there is to be a special work of purification, of putting away of sin, among God's people upon earth. …..When this work shall have been accomplished, the followers of Christ will be ready for His appearing.”

 

Dan ini salah satu pernyataan Ellen White yang adalah favorit saya, mengatakan kepada kita apa maknanya ini. Di buku yang sama, The Great Controversy hal. 425,  “Mereka yang sedang hidup di bumi ketika perantaraan Kristus di Bait Suci di atas berakhir, harus berdiri di hadapan Allah yang suci tanpa seorang perantara. Jubah mereka haruslah tidak tercemar, karakter mereka haruslah dimurnikan dari dosa, oleh darah yang dipercikkan. Melalui kasih karunia Allah dan upaya keras mereka sendiri mereka haruslah menang dalam perang melawan kejahatan…” dan jangan lupa tidak menyertakan bagian keduanya. “…Selagi penghakiman investigasi sedang berlangsung di Surga, sementara dosa-dosa orang-orang percaya yang bertobat disingkirkan dari Bait Suci, haruslah ada suatu pekerjaan pemurnian yang istimewa, penyingkiran dosa dari antara umat Allah di bumi….  Ketika pekerjaan ini nanti selesai, pengikut-pengikut Kristus akan siap untuk kedatanganNya.”

 

 

Now what does a mediator do? What does it mean not to have a mediator? Why is a mediator summoned at times to resolve disputes between business and labor? The answer is simple: to resolve differences. When Chrysler and the United Auto workers get along fine, they don't summon a government mediator. Between God and man differences are called sins. No sin no mediator, in other words. But most definitely this does not mean rather that standing without a mediator means to stand on our own power.

 

Nah, apa yang dilakukan seorang mediator? Apa artinya tidak memiliki seorang mediator? Mengapa seorang mediator dipanggil untuk menyelesaikan perselisihan antara bisnis dan buruh? Jawabannya sederhana: untuk membereskan perselisihan. Ketika para pekerja Chrysler dan United Auto punya hubungan yang baik, mereka tidak memanggil seorang mediator dari Pemerintah. Antara Allah dan manusia, perselisihan disebut dosa. Dengan kata lain, tidak ada dosa, tidak ada mediator. Tetapi sudah pasti ini tidak berarti bahwa berdiri tanpa seorang mediator itu berarti berdiri dengan kekuatan kita sendiri.

 

 

I really wish that I did not have to say this, but the misrepresentation of Last Generation Theology in some of the recent books attacking it, is nothing short of incredible. Listen to this statement that was made by one of the editors of this book on page 206 of the book that you see pictured on the screen.

 



Saya sungguh berharap saya tidak harus mengatakan ini, tetapi representasi yang salah mengenai Theologi Generasi Terakhir dalam beberapa buku terbaru yang menyerangnya, itu sungguh sangat tidak masuk akal. Dengarkan pernyataan ini yang dibuat salah satu editor dari buku ini di hal. 206, buku yang kalian lihat di layar.

 

 

“God's character in the Last Generation…” here's what this individual says,  “...Last Generation Theology, is a self-centered, human-centered, attempt to achieve great things and do it all themselves.” Not surprisingly he doesn't give any sources, because nobody at any time in our history has ever taught any such thing. To my knowledge I’m not familiar with anybody ~ certainly not in contemporary Adventism ~ and most assuredly you haven't heard anybody in this symposium say that the saints are going to have to stand on their own power. I really don't know where that urban legend got started, but it's totally absurd.

 

“Karakter Allah di Theologi Generasi Terakhir….”  Inilah yang dikatakan individu itu,    “…Theologi Generasi Terakhir, adalah upaya yang berpusat pada diri sendiri, pada kemanusiaan untuk mencapai hal-hal yang besar dan melakukan semuanya sendiri. …”  Tidak heran dia tidak memberikan sumber apa pun karena tidak ada siapa pun, kapan pun dalam sejarah kita yang pernah mengajarkan hal seperti ini. Sejauh pengetahuan saya, saya tidak mengenal siapa pun ~ pasti tidak di Adventisme kontemporer,  dan dijamin kalian tidak pernah mendengar siapa pun di simposium ini ~ yang mengatakan bahwa orang-orang kudus harus berdiri dengan kekuatan mereka sendiri. Saya sungguh tidak tahu bagaimana kisah yang tidak jelas ini dimulai, tetapi ini sama sekali tidak masuk akal.

 

 

Now it's true that after probation closes, the Holy Spirit is withdrawn from the wicked, page 614 of The Great Controversy, “The wicked have passed the boundary of their probation, the Spirit of God, persistently resisted has been at last withdrawn.”

 

Nah, memang benar setelah tutupnya pintu kasihan, Roh Kudus ditarik dari orang-orang jahat. The Great Controversy hal. 614,  “…Orang-orang jahat telah melampaui batas masa kemurahan mereka, Roh Tuhan yang terus-menerus ditolak, akhirnya ditarik kembali.”

 

 

But in the same chapter of The Great Controversy we have this promise concerning the righteous, who are standing without a mediator page 619,  “Though Gods people will be surrounded by enemies who are bent upon their destruction, yet the anguish which they suffer is not a dread of persecution for the truths sake; they fear that every sin has not been repented of, and that through some fault in themselves they will fail to realize the fulfillment of the Saviours promise:  I will keep thee from the hour of temptation, which shall come upon all the world.’ (Revelation 3:10).

So the power of the Lord is still available to keep  His people from the hour of temptation and praise God for that.

 

Tetapi di bab yang sama dari The Great Controversy ada janji ini mengenai orang-orang benar, yang berdiri tanpa Mediator, hal. 619,  “…Walaupun umat Allah akan dikepung oleh musuh-musuh yang bertekad untuk menghancurkan mereka, namun kesedihan yang mereka derita bukanlah takut dipersekusi demi kebenaran; mereka takut kalau setiap dosa belum ditobati, dan entah melalui kesalahan apa pada mereka sendiri, mereka akan gagal merealisasikan penggenapan janji Sang Juruselamat bahwa ‘Aku pun akan memelihara engkau dari saat pencobaan yang akan datang ke atas seluruh dunia’ (Wahyu 3:10). …” 

Jadi kuasa Tuhan masih ada untuk menjaga umatNya dari jam pencobaan, dan puji Allah untuk itu.

 

 

The only thing the saints who stand without a mediator will stand without, is the continuous availability of forgiveness. Remember what we said earlier. Mediators resolve differences. Differences between God and man are called sins, no sin no mediator needed. But this doesn't mean God's power that it is not still available to keep the saints from falling.

 

Satu-satunya hal yang tidak dimiliki orang-orang kudus yang berdiri tanpa Mediator ialah adanya kelanjutan pengampunan. Ingat apa yang kami katakan tadi. Mediator menyelesaikan perselisihan. Perselisihan antara Allah dan manusia namanya dosa. Tidak ada dosa, tidak perlu mediator. Tetapi ini tidak berarti kuasa Allah tidak tetap tersedia untuk menjaga orang-orang kudus dari jatuh.

 

 

Remember another passage which we saw, and we've quoted several times in the course of these meetings, Counsels to Teachers page 20, “Appetite and passion must be brought under the control of the Holy Spirit. There is no end to the warfare this side of eternity….”  So long as we have our fallen natures we're going to need God's power to keep from yielding to that nature.

 

Ingat bacaan yang lain yang kita lihat, dan sudah kita kutip beberapa kali sepanjang pertemuan-pertemuan ini, Counsels to Teachers hal. 20, “…Selera makan dan nafsu harus ditaklukkan di bawah kendali Roh Kudus. Peperangan belum ada akhirnya di dunia yang sekarang ini …” Jadi selama kita masih memiliki kodrat berdosa kita, kita akan membutuhkan kuasa Allah untuk mencegah kita dari menyerah kepada kodrat tersebut.

    

 

Now some folks think that if Jesus is no longer mediating, and you're relying on the Holy Spirit for power, that you're no longer relying on Jesus. That's absurd. I don't know where people get some of these strange ideas, frankly.

Ellen White is clear that the entire Godhead is involved in our salvation. Vol. 7 of the Bible Commentary page 908, “Our sanctification is the work of the Father, the Son, and the Holy Spirit.”

 

Nah, ada orang yang berpikir jika Yesus tidak lagi menjadi Perantara, dan kita bersandar pada Roh Kudus untuk kuasa, maka kita tidak lagi bersandar pada Yesus. Itu tidak masuk akal. Jujur saya tidak tahu dari mana orang-orang mendapatkan ide-ide yang aneh ini.

Ellen White itu jelas bahwa keseluruhan Keilahian terlibat dalam keselamatan kita. Bible Commentary Vol. 7 hal. 908, “…Pengudusan kita adalah karya Bapa, Anak, dan Roh Kudus.”

 

 

But when Christ's mediation ceases there is no more forgiveness available for additional sin on the part of God's people. Their past sins are forgiven and covered, our Lord's sanctifying righteousness has however made the saints totally free from sin, and thus no additional covering is necessary. The Bible is very clear on this point. Listen to the apostle Paul and the apostles Peter and John. You know, we're going to see how this concept is firmly based on the Bible. It's not something that a few conservative Adventists have concocted from a few Ellen White statements.

 

Tetapi ketika mediasi Kristus berhenti, tidak ada lagi pengampunan yang disediakan untuk dosa-dosa tambahan di pihak umat Allah. Dosa-dosa lampau mereka telah diampuni dan tertutup, kebenaran Tuhan kita yang menguduskan telah membuat orang-orang saleh seluruhnya terbebas dari dosa, dan dengan demikian tidak diperlukan adanya penutup tambahan. Alkitab sangat jelas tentang hal ini. Dengarkan rasul Paulus dan Petrus dan Yohanes. Kalian tahu, kita akan melihat bagaimana konsep ini berdiri dengan kokoh di atas dasar Alkitab. Ini bukan sesuatu yang dikarang oleh beberapa orang Advent konservatif dari beberapa tulisan Ellen White.

 

 

Listen to what we find here in Paul's writings: 1 Timothy 6:13-14, 13 I give thee charge in the sight of God, who quickeneth all things, and before Christ Jesus, who before Pontius Pilate witnessed a good confession; 14 that thou keep this commandment without spot, unrebukable, until the appearing of our Lord Jesus Christ.”

Sounds like we have to be without spot in preparation for Jesus’ coming, and that's because we're keeping the Commandments, not because we're declared to be keeping them. It's because we actually are keeping them, through heaven's power.

 

Dengarkan apa yang kita temukan di tulisan Paulus di sini: 1 Timotius 6:13-14, 13 Aku memberikan kepadamu ketentuan di hadapan Allah yang menghidupkan segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang di hadapan Pontius Pilatus telah memberikan kesaksian pengakuan yang benar; 14 supaya kamu memelihara perintah ini tanpa cacat, tidak bisa dicela, hingga kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus.”

Sepertinya kita harus tidak punya cacat dalam membuat persiapan untuk kedatangan Yesus, dan itu karena kita memelihara Perintah-perintah Allah, bukan karena kita menyatakan kita memeliharanya. Itu karena kita sungguh-sungguh memang memelihara mereka melalui kuasa Surgawi.

 

 

2 Peter 3:11-12 and 14, 11 Seeing then that all these things shall be dissolved, what manner of persons ought ye to be in all holy conversation and godliness, 12 Looking for and hasting unto the coming of the day of God, wherein the heavens being on fire shall be dissolved, and the elements shall melt with fervent heat? 14 Wherefore, beloved, seeing that ye look for such things, be diligent that ye may be found of Him in peace, without spot, and blameless.”

Notice, we're supposed to be found this way. We're not made that way when Jesus comes.

 

2 Petrus 3:11-12, 14, 11   Oleh karena semua barang ini akan lenyap, kamu harus menjadi orang macam apa, dalam segala pembicaraan kudus dan saleh 12 sambil menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah, di mana langit yang terbakar akan luluh dan unsur-unsur akan meleleh oleh panas yang tinggi? 14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, oleh karena kamu menantikan hal-hal itu, jadilah rajin supaya kamu didapati olehNya dalam damai, tanpa noda, dan tak bercacat.”

Simak, kita harus didapati sudah demikian. Kita tidak dibuat demikian ketika Yesus datang.

 

 

And we're going to see that very clearly in this passage from 1 John 3:2-3, 2 Beloved, now are we the sons of God, and it doth not yet appear what we shall be: but we know that when He shall appear, we shall be like Him; for we shall see Him as He is….”  Notice, some people will look at this text and say, “Oh yeah, when He appears, we’ll be like Him, not before.” Well, let's let the apostle finish, shall we? Verse 3, “…3 And every man that hath this…”  what?  “…this hope in Him purifieth himself, even as He is pure.” In other words, we purify ourselves to be like Jesus, while we still have the hope of His coming. When He comes in the clouds, it's not a hope anymore, it's a reality. Those who wait to be purified when Jesus comes in the clouds, are going to be like the people who waited to get on the ark when the rain started.

 

Dan kita akan melihat itu dengan sangat jelas dalam bacaan ini di 1 Yohanes 3:2-3, 2 Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, dan masih belum nyata bagaimana kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa saat Kristus muncul, kita akan menjadi sama seperti Dia; sebab kita akan melihat Dia sebagaimana Dia itu…”  Simak ada orang-orang yang melihat ayat ini akan berkata, “Oh, ya, pada saat Dia datang kita akan menjadi seperti Dia, bukan sebelumnya.” Nah, marilah kita izinkan rasul ini menyelesaikan kalimatnya. Ayat 3, “…3 Dan setiap orang yang memiliki…” apa?   “…pengharapan ini  di dalam Dia,  menyucikan dirinya,  sama seperti Dia itu suci…”  Dengan kata lain, kita menyucikan diri kita sendiri supaya mirip Yesus selagi kita masih punya pengharapan akan kedatanganNya. Ketika Dia datang di awan-awan, itu sudah bukan pengharapan lagi, itu sudah menjadi realita. Mereka yang menunggu untuk dikuduskan ketika Yesus datang di awan-awan, akan seperti orang-orang yang menunggu masuk ke bahtera ketika hujan mulai jatuh.

 

 

Ellen White echoes the clarity of these statements in Scripture when she writes in a number of passages that we're going to look at. You know, you'll notice that I have not yet quoted from Christ's Object Lessons page 69 the statement that many people think is the main statement in Ellen White's writings that supports the idea of character perfection as a requirement for the coming of Jesus. But there are a host of statements, and we have time just to look at a few of them.

 

Ellen White menggemakan kejelasan pernyataan-pernyataan di Alkitab in ketika dia menulis dalam beberapa bacaan yang akan kita simak sekarang. Kalian tahu, kalian akan melihat bahwa saya belum mengutip dari Christ’s Object Lessons hal. 69, pernyataan yang dianggap banyak orang sebagai pernyataan utama dalam tulisan-tulisan Ellen White yang mendukung konsep kesempurnaan karakter sebagai persyaratan untuk kedatangan Yesus. Tetapi ada banyak sekali pernyataan, dan kita hanya punya waktu untuk menyimak beberapa dari mereka.

 

 

One of them is Early Writings page 71. “I also saw that many do not realize what they must be in order to live in the sight of the Lord without a high priest in the sanctuary through the Time of Trouble. Those who receive the seal of the living God and are protected in the Time of Trouble must reflect the image of Jesus fully…. I saw that none could share the ‘refreshing’…”  that's the latter rain  “…unless they obtain the victory over every besetment, over pride, selfishness, love of the world, and over every wrong word and action.”

 

Salah satu dari mereka ada di Early Writings hal. 71,  “…Aku juga melihat bahwa banyak yang tidak menyadari mereka harus menjadi bagaimana agar bisa hidup di hadapan Tuhan tanpa Imam Besar di Bait Suci pada waktu Masa Kesukaran Besar. Mereka yang menerima meterai Allah yang hidup dan terlindung di Masa Kesukaran Besar, harus memantulkan keserupaan Yesus secara menyeluruh……. Aku melihat bahwa tidak ada yang bisa mendapat bagian ‘penyegaran’…” ini hujan akhir, “…kecuali mereka mendapatkan kemenangan atas setiap serangan, atas kesombongan, egoisme, kecintaan pada dunia, dan atas setiap perkataan dan perbuatan yang salah.”

 

 

Vol. 1 of The Testimonies page 187, “Those who come up to every point, and stand every test, and overcome, be the price what it may, have heeded the counsel of the True Witness, and they will receive the latter rain, and thus be fitted for translation.”

 

Testimonies Vol. 1 hal. 187, “…Mereka yang bangkit menghadapi setiap hal, dan tahan setiap ujian, dan menang, apa pun harga yang harus dibayar, telah menuruti nasihat Saksi yang Benar, dan mereka akan menerima hujan akhir, dan dengan demikian dilayakkan untuk dibawa ke Surga.”

 

 

Vol. 5 of The Testimonies page 214, “Not one of us will ever receive the seal of God while our characters have one spot or stain upon them. It is left with us to remedy the defects in our characters,  to cleanse the soul temple of every defilement. Then the latter rain will fall upon us as the early rain fell upon the disciples on the Day of Pentecost.”

 

Testimonies Vol. 5 hal. 214, “…Tidak satu pun dari kita akan pernah menerima meterai Allah selagi karakter kita masih punya satu titik atau noda padanya. Tergantung kita untuk memperbaiki cacat dalam karakter kita, untuk membersihkan Bait Suci hati dari setiap kenajisan. Lalu hujan akhir akan jatuh ke atas kita sebagaimana hujan awal jatuh ke atas para murid pada hari Pentakosta.”

 

 

Page 216 also in Vol. 5, “What are you doing, brethren…” the prophet asked,  “…in the great work of preparation? Those who are uniting with the world are receiving the worldly mold and preparing for the mark of the Beast. Those who are distrustful of self, who are humbling  themselves  before God and purifying their souls by obeying the truth—these are receiving the heavenly mold and preparing for the seal of God in their foreheads. When the decree goes forth and the stamp is impressed, their characters will remain pure and spotless for eternity...”  Folks, this is before the sealing. When the seal is given to them, they're going to remain pure and spotless for eternity. There will be no purifying at Jesus’ coming or during the Time of Trouble. “…Now is the time to prepare,”  she says.  “…The seal of God will never be placed upon the forehead of an impure man or woman.  It will never be placed upon the forehead of the ambitious,  world-loving  man or woman. It will never be placed upon the forehead of men or women of false tongues or deceitful hearts. All who receive the seal must be without spot before God—candidates  for heaven.”

 

Testimonies Vol. 5 hal. 216  juga,  “…Apa yang sedang kalian lakukan, Saudara-saudara…”  tanya si nabi, “…dalam pekerjaan persiapan yang besar? Mereka yang bersatu dengan dunia sedang menerima cetakan duniawi dan dipersiapkan untuk tanda Binatang. Mereka yang tidak mengandalkan diri, yang merendahkan diri mereka di hadapan Allah dan memurnikan jiwa mereka dengan mematuhi kebenaran ~ mereka ini sedang menerima cetakan surgawi dan dipersiapkan untuk meterai Allah di dahi mereka. Ketika surat perintah itu dikeluarkan dan stempelnya dibubuhkan, maka karakter mereka akan tetap murni dan tidak bercela untuk selama-lamanya…” Saudara-saudara, ini sebelum pemeteraian. Ketika meterai itu diberikan kepada mereka, mereka akan tetap murni dan tidak bernoda untuk selamanya. Tidak akan ada pemurnian pada saat kedatangan Yesus atau selama Masa Kesukaran Besar. “…Sekarang inilah saatnya untuk membuat persiapan…” kata Ellen White.  “…Meterai Allah tidak akan pernah ditempatkan di dahi laki-laki atau perempuan yang ambisius dan mencintai dunia. Itu tidak akan pernah ditempatkan pada dahi laki-laki dan perempuan yang berlidah palsu atau berhati yang menyesatkan. Semua yang menerima meterai itu harus tanpa noda di hadapan Allah~ calon-calon untuk Surga.”

 

 

Vol. 3 of The Testimonies page 472,  “’As it was in the days of Noah, so shall it be also in the days of the Son of man.’ God will have a people zealous of good works, standing firm amid the pollutions of this degenerate age. There will be a people who hold so fast to the divine strength that they will be proof against every temptation.” And I want to be one of those.

 

Testimonies Vol. 3 hal. 472,  “…Tetapi sebagaimana halnya di zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.’ (Matius 24:37). Allah akan memiliki satu umat yang rajin melakukan perbuatan baik, yang berdiri kokoh di tengah segala polusi dari zaman yang merosot ini. Akan ada satu umat yang berpegang teguh kepada kekuatan ilahi sehingga mereka akan tahan uji terhadap setiap godaan…”  Dan saya mau menjadi satu dari mereka. 

 

 

Vol. 3 of Selected Messages page 427,  “When our earthly labors are ended, and Christ shall come for his faithful children, we shall then shine forth as the sun in the kingdom of our Father. But before that time shall come, everything that is imperfect in us will have been seen and put away…”  that means there'll be no more sins of ignorance.  “…All envy and jealousy and evil surmising and every selfish plan will have been banished from the life.—Letter 416, 1907

 

Selected Messages Vol. 3 hal. 427,  “…Ketika kerja berat kita di dunia berakhir dan Kristus akan datang untuk menjemput anak-anakNya yang setia, pada waktu itu kita akan bersinar seperti matahari di kerajaan Bapa kita. Tetapi sebelum saat itu tiba, semuanya yang tidak sempurna dalam diri kita sudah akan terlihat dan disingkirkan…”  berarti tidak akan ada lagi dosa-dosa ketidaktahuan.  “…Semua iri hati dan kecemburuan dan dugaan jahat dan setiap rancangan yang egois akan sudah dibuang dari hidup.” (Letter 416, 1907) 

 

 

Vol. 6 of the SDA Bible Commentary page 1055,  “May the Lord help His people to cleanse the soul temple from every defilement, and to maintain such a close connection with Him that they may be partakers of the latter rain when it shall be poured out.” (The Review and Herald, July 20, 1886).

 

SDA Bible Commentary Vol. 6 hal. 1055, “…Semoga Tuhan membantu umatNya membersihkan Bait Suci hati dari setiap kenajisan, dan mempertahankan suatu hubungan yang sedemikian dekat denganNya sehingga mereka boleh mendapat bagian hujan akhir ketika itu dicurahkan.” (The Review and Herald, July 20, 1886). 

 

 

Page 1118 of the same Vol. of the Bible Commentary Vol. 6. “Are we seeking for His fullness, ever pressing toward the mark set before us—the perfection  of His character? When the Lords people reach this mark, they will be sealed in their foreheads.  Filled with the Spirit, they will be complete in Christ, and the recording angel will declare,It is finished’, (The Review and Herald, June 10, 1902).

 

SDA Bible Commentary Vol. 6 hal. 1118,  “…Apakah kita mencari kepenuhanNya, senantiasa maju terus menuju ke tanda batas yang telah ditentukan bagi kita ~ kesempurnaan karakterNya? Ketika umat Tuhan mencapai tanda batas ini, mereka akan dimeteraikan di dahi mereka. Dipenuhi oleh Roh, mereka akan menjadi sempurna dalam Kristus, dan malaikat pencatat akan menyatakan, ‘Sudah selesai.’…”(The Review and Herald, June 10, 1902).

 

 

Now we're going to consider the claim of certain ones, that if the last generation is expected to meet a higher level of attainment than former generations, that God is inconsistent. But folks, the Bible is very clear that increased light in the pathway of  His people means greater responsibility.

Let's look at some texts.

 

Sekarang kita akan mempertimbangkan klaim orang-orang tertentu, bahwa jika generasi terakhir diharapkan memenuhi tingkat pencapaian yang lebih tinggi daripada generasi-generasi sebelumnya, maka Allah itu tidak konsisten. Tetapi, Saudara-saudara, Alkitab sangat jelas bahwa bertambahnya terang pada jalan umatNya berarti tanggung jawab yang lebih besar.

Mari kita lihat beberapa ayat.

 

 

Proverbs 4:18, 18 But the path of the just is as the shining light, that shineth more and more unto the perfect day.”

 

Amsal 4:18, “…18 Tetapi jalan orang benar itu seperti sinar terang, yang bersinar semakin lama semakin terang hingga ke hari yang sempurna itu.”

 

 

In the parable of the sower, remember what Jesus said about the seed that fell upon good ground. In Matthew 13:8, 8 But other fell into good ground, and brought forth fruit, some an hundredfold, some sixtyfold, some thirtyfold.” And this is all among the saved.

 

Dalam perumpamaan si penabur, ingat Yesus berkata tentang benih yang jatuh di tanah yang subur. Di Matius 13:8, “…8 Tetapi yang lain jatuh di tanah yang baik, dan menghasilkan buah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat...”  Dan ini semua di antara orang-orang yang selamat.

 

 

Let's look at Luke 12:48, 48 …For unto whomsoever much is given, of him shall be much required…” That by the way was one of the favorite Bible verse in the family of Robert F. Kennedy. He made  his children understand, to whom much is given much is required. And by the way they had regular family worship in their home. If you read Arthur SchlesingerJr.'s biography of Bobby Kennedy. So this is a very important biblical principle: to whom much is given, much is required.

 

Mari kita lihat Lukas 12:48, 48 Karena kepada setiap orang yang diberi banyak, darinya akan dituntut banyak…” Nah, ini adalah salah satu ayat Alkitab favorit keluarga Robert F. Kennedy. Dia membuat anak-anaknya memahami, kepada siapa diberikan banyak, darinya diminta banyak. Dan ketahuilah, mereka mengadakan ibadah keluarga rutin di rumah mereka; jika kita baca biografi Bobby Kennedy tulisan Arthur Schlessing Jr. Jadi ini adalah prinsip Alkitabiah yang sangat penting: kepada siapa diberikan banyak, darinya diminta banyak.

 

 

Now Ellen White is clear that the condition of eternal life in every generation has been the same. Steps to Christ page 62, “The condition of eternal life is now just what it always has been,—just what it  was in  Paradise before the  fall  of  our  first parents,—perfect obedience to the law of God, perfect righteousness.” But once again folks, let's remember that God is considerate of the times of our ignorance.

Remember what we found in Acts 17:30, 30 And the times of this ignorance God winked at…”

 

Nah, Ellen White itu jelas bahwa syarat hidup kekal di setiap generasi selalu sama. Steps to Christ hal. 62,  “…Persyaratan hidup kekal sekarang itu selalu sama sejak semula ~ sama seperti di Firdaus sebelum kejatuhan orangtua kita yang pertama: kepatuhan penuh kepada Hukum Allah, kebenaran sempurna. …”  Tetapi sekali lagi, Saudara-saudara, mari kita ingat bahwa Allah mempertimbangkan masa-masa ketidaktahuan kita.

Ingat apa yang kita dapati di Kisah 17:30,  “…30 Sesungguhnya, di masa ketidaktahuan ini, Allah mengedipkan mataNya,…”

 

 

In James 4:17 we find, 17 Therefore to him that knoweth to do good, and doeth it not, to him it is sin.”

 

Di Yakobus 4:17 kita temukan,  “…17 Jadi, bagi dia yang tahu bagaimana berbuat baik, dan tidak melakukannya, baginya itu dosa.”

 

 

Listen to what Ellen White says here in Vol. 2 of The Testimonies pages 692-693, with regard to this issue of ignorant sin,  “We are accountable for the privileges that we enjoy and for the light that shines upon our pathway. Those who lived in past generations were accountable for the light which was permitted to shine upon them. Their minds were exercised in regard to different points of Scripture which tested them.  But they did not understand the truths which we do. They  were not responsible for the light which they did not have. They had the Bible, as we have; but the time for the unfolding of special truth in relation to the closing scenes of this earths history is during the last generations…”  that's where we are “….that shall live upon the earth. .Special truths have been adapted to the conditions of the generations as they have existed. The present truth, which is a test to the people of this generation, was not a test to the people of generations far back…..  We are accountable only for the light that shines upon us.”

 

Dengarkan apa kata Ellen White di sini di Testimonies Vol. 2 hal. 692-693, sehubungan dengan isu dosa yang tidak diketahui ini.  “…Kita bertanggungjawab untuk hak-hak istimewa yang kita nikmati dan untuk terang yang menyinari jalan kita. Mereka yang hidup di generasi-generasi lampau bertanggungjawab untuk terang yang diizinkan menyinari mereka. Pikiran mereka dilatih sehubungan dengan poin-poin yang berbeda dalam Kitab Suci, yang menguji mereka. Tetapi mereka tidak mengerti kebenaran yang kita pahami. Mereka tidak bertanggungjawab untuk terang yang tidak mereka miliki. Mereka punya Alkitab yang sama yang kita punya, tetapi waktu untuk mengungkapkan kebenaran-kebenaran khusus yang berkaitan dengan adegan-adegan penutup sejarah dunia ini, adalah di masa generasi terakhir…”  di zaman kita,    “…yang akan hidup di bumi. Kebenaran-kebenaran khusus telah disesuaikan dengan kondisi generasi-generasi saat mereka eksis. Kebenaran masa kini, yang menjadi ujian bagi manusia generasi ini, bukanlah ujian bagi manusia generasi-generasi yang telah lama lewat…. Kita bertanggungjawab hanya untuk terang yang menyinari kita.”

 

 

Listen to this comparison between what was required at Pentecost and what is required of God's people in the last days.  Testimonies To Ministers page 507,  “The work that God has begun in the human heart in giving His light and knowledge must be continually going forward. Every individual must realize his own necessity. The heart must be emptied of every defilement and cleansed for the indwelling of the Spirit. It was by the confession and forsaking of sin, by earnest prayer and consecration of themselves to God, that the early disciples prepared for the outpouring of the Holy Spirit on the day of Pentecost. The same work…” listen carefully,  “… only in greater degree, must be done now. …”  So there is definitely a higher standard for the final generation.

 

Dengarkan perbandingan ini antara apa yang diminta pada hari Pentakosta dan apa yang diminta dari umat Allah di akhir zaman. Testimonies to Ministers hal. 507, “Pekerjaan yang telah dimulai Tuhan di dalam hati manusia dengan memberikan terangNya dan pengetahuanNya, harus terus-menerus berkembang. Setiap individu harus menyadari kebutuhannya sendiri. Hati harus dikosongkan dari setiap kenajisan dan dibersihkan untuk tempat tinggal Roh. Dengan mengakui dan meninggalkan dosa, dengan doa yang tulus dan penyerahan mereka sendiri kepada Tuhan, murid-murid yang awal membuat persiapan untuk kecurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Pekerjaan yang sama…”  dengarkan baik-baik,    “…tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi, harus dilakukan sekarang….”   Jadi jelas standarnya lebih tinggi untuk generasi terakhir.

 

 

You know, folks, people don't stop and realize this, when they say that God has a double standard if Last Generation Theology is true.  Martin Luther was a great man, one that God used mightily. But you know something?  He would not be allowed at any Adventist gathering that I know of as a speaker, from the most conservative to the most liberal. Now our more liberal fellow church members probably wouldn't mind the fact that he drank beer and that he believed in predestination and original sin,  and did not keep the true Sabbath, but Martin Luther was also a virulent anti-semite, and that would disqualify him from just about any meeting that I know of in the Adventist church today.   His hatred of Jews was called upon  in later years by the Nazis.

 

Kalian tahu, Saudara-saudara, orang tidak berhenti dan memikirkan ini, ketika mereka berkata bahwa Allah punya standar ganda jika Theologi Generasi Terakhir itu benar. Martin Luther adalah orang besar, yang dipakai Allah secara luar biasa. Tetapi kalian tahu? Dia tidak akan diizinkan sebagai pembicara dalam perkumpulan Advent mana pun yang saya tahu, dari yang paling konservatif sampai yang paling liberal. Nah, anggota-anggota gereja kita yang lebih liberal mungkin tidak keberatan dengan fakta bahwa dia minum bir dan dia meyakini predestinasi dan dosa asal, dan tidak memelihara Sabat yang benar, tetapi Martin Luther juga seorang anti-semite (pembenci orang Yahudi) yang sengit, dan itu akan mendiskualifikasi dia dari pertemuan apa pun di gereja Advent hari ini. Kebenciannya terhadap orang Yahudi di kemudian hari digunakan oleh golongan Nazi.

 

 

Listen to this statement by William L. Shirer, the author of the famous history of Nazi Germany, The Rise and Fall of The Third Reich. And I think, by the way, everybody ought to read that book. It's still very, very, relevant to a lot of the events we see going on. Here's what William L. Shirer says about why German Protestants didn't protest more against Hitler. “It is difficult to understand the behavior of most German Protestants in the first Nazi years unless one is aware of two things: their history and the influence of Martin Luther, the great founder of Protestantism was both a passionate anti-semite and a ferocious believer in  absolute obedience to political authority. He wanted Germany rid of the Jews, and when they were sent away he advised that they be deprived of all their cash, and jewels, and silver, and gold, and furthermore that their synagogues or schools be set on fire...” Does that sound familiar? “…that their houses be broken up and destroyed, and that they be put under a roof or stable like the gypsies, ‘in misery and captivity as they incessantly lament and complain to God about us.’ ~  advice...”  Mr. Shirer goes on to say,  “…that was literally followed four centuries later by Hitler, Goering, and Himmler.”  (The Rise and Fall of the Third Reich ~ A History of Nazi Germany,  pg. 236).

In other words, I don't think any of us need persuading that Martin Luther’s sanctification isn't good enough for us today. This helps us understand why God gave the Seventh-Day Adventist church so much light through the writings of the Spirit of Prophecy.

 

Dengarkan pernyataan ini oleh William L. Shirer, penulis buku sejarah Nazi Jerman yang terkenal, The Rise and Fall of the Third Reich. Dan saya pikir, setiap orang harus membaca buku ini. Ini masih sangat, sangat relevan dengan peristiwa-peristiwa yang kita lihat sedang terjadi. Ini yang dikatakan William L. Shirer tentang Protestan Jerman yang tidak memprotes banyak terhadap Hitler. “…Sulit untuk memahami sikap kebanyakan orang Protestan Jerman di tahun-tahun pertama Nazi, kecuali jika kita sadar tentang dua hal: sejarah mereka dan pengaruh Martin Luther, pendiri besar Protestantisme ini adalah seorang anti-semite yang berapi-api dan seorang yang meyakini kepatuhan mutlak kepada autoritas politik. Dia ingin Jerman menyingkirkan orang-orang Yahudi, dan ketika mereka diusir, dia memberi nasihat agar mereka dilucuti dari semua uang tunai mereka, perhiasan mereka, perak dan emas mereka, dan lebih jauh lagi agar sinagog-sinagog mereka atau sekolah-sekolah mereka dibakar habis…”  Apakah ini terdengar familier?   “…rumah-rumah mereka dirusak dan dihancurkan, dan mereka ditempatkan di bawah sebuah atap atau kandang seperti orang-orang gipsi ‘dalam kesengsaraan dan tawanan karena mereka terus-menerus meratap dan mengeluh kepada Allah tentang kami.’ ~ nasihat mana…” lanjut Mr. Shirer,  “…yang diikuti secara literal oleh Hitler, Goering, dan Himmler empat abad kemudian.” (William L. Shirer ~ The Rise and Fall of the Third Reich ~ A History of Nazi Germany,  pg. 236).

Dengan kata lain, saya rasa tidak ada di antara kita yang perlu diyakinkan bahwa pengudusan Martin Luther tidak cukup baik bagi kita hari ini. Ini membantu kita mengerti mengapa Allah memberi gereja MAHK begitu banyak terang melalui tulisan-tulisan Roh Nubuat.

 

 

Look, the Waldenses  didn't have to be vegetarian. We look at previous generations, God didn't give all the counsel to them that He gave to us through the Spirit of Prophecy. That's because God wants a team of special forces in the last days. He wants people who will be able to endure the fiercest trials, the fiercest temptations in accordance with the trials we will experience. And the depth of purity God is seeking from us is the level of light He has revealed on our pathway.

 

Lihat, orang-orang Waldenses tidak perlu menjadi vegetarian. Kita lihat ke generasi-generasi sebelumnya, Allah tidak memberi semua petunjuk kepada mereka yang Dia berikan kepada kita melalui Roh Nubuat. Itu karena Allah mau punya sebuah tim pasukan khusus di hari-hari akhir. Dia mau umat yang akan mampu menahan ujian-ujian yang paling ganas, godaan-godaan yang paling ganas, sesuai dengan ujian-ujian yang akan kita alami. Dan dalamnya kemurnian yang diminta Allah dari kita ialah tingkat terang yang telah Dia ungkapkan di jalan kita.

 

 

Speaking of the ordeal God's people are going to endure during the Time of Trouble, Ellen White says ~ here is a statement that we need to consider carefully, very carefully. This is one that has often been misused. Great Controversy page 621, this statement says, “…but it is needful for them…” this is talking about God's people  “…to be placed in the furnace of fire; their earthliness must be consumed, that the image of Christ may be perfectly reflected.”

And people look at that statement, they say, “See, God's people during the great Time of Trouble are still going to be occasionally falling into sin.” But what is in fact this earthliness that they need to be cleansed from, is this sin? Does this earthliness include sin?

 

Bicara tentang kesengsaraan yang akan dialami umat Allah selama Masa Kesukaran Besar, Ellen White berkata ~ ini ada pernyataan yang perlu kita pikirkan baik-baik, sangat baik-baik. Yang satu ini sering disalahgunakan. Great Controversy hal. 621, pernyataan ini mengatakan,  “…tetapi mereka perlu…”  ini bicara tentang umat Allah,   “…di tempatkan dalam tungku api; keduniawian mereka harus dibakar habis, supaya keserupaan dengan Kristus boleh dipantulkan dengan sempurna. …” 

Dan orang-orang membaca pernyataan ini, mereka berkata, “Tuh, lihat, umat Allah di Masa Kesukaran Besar kan masih akan jatuh dalam dosa dari waktu ke waktu.” Tetapi sesungguhnya apa “keduniawian” yang perlu dibersihkan dari mereka? Apakah itu dosa? Apakah keduniawian termasuk dosa?

 

 

Well, we saw statements like this a moment ago in Early Writings page 71, “…Those who receive the seal of the living God and are protected in the Time of Trouble must reflect the image of Jesus fully…”

 

Nah, kita melihat pernyataan-pernyataan seperti ini tadi di Early Writings hal. 71,    “…Mereka yang menerima meterai Allah yang hidup dan terlindung di Masa Kesukaran Besar, harus memantulkan keserupaan Yesus secara menyeluruh…”

 

 

We saw also on the same page, “…that none could share the ‘refreshing’ unless they obtain the victory over every besetment, over pride, selfishness, love of the world, and over every wrong word and action.”

 

Kita juga melihat di halaman yang sama,   “…bahwa tidak ada yang bisa mendapat bagian ‘penyegaran’ kecuali mereka mendapatkan kemenangan atas setiap serangan, atas kesombongan, egoisme, kecintaan pada dunia, dan atas setiap perkataan dan perbuatan yang salah.”

 

 

We saw this statement in Vol. 5 of the Testimonies page 214, “Not one of us will ever receive the seal of God while our characters have one spot or stain upon them. It is left with us to remedy the defects in our characters,  to cleanse the soul temple of every defilement….”  that doesn't mean it's left with us in our own strength. God gives the power, but it remains ours to execute. “Then the latter rain will fall upon us as the early rain fell upon the disciples upon the day of Pentecost.

 

Kita melihat pernyataan ini di Testimonies Vol. 5 hal. 214, “…Tidak satu pun dari kita akan pernah menerima meterai Allah selagi karakter kita masih punya satu titik atau noda padanya. Tergantung kita untuk memperbaiki cacat dalam karakter kita, untuk membersihkan Bait Suci hati dari setiap kenajisan…” itu tidak berarti kita ditinggalkan dengan kemampuan kita sendiri. Allah memberikan kuasaNya, tetapi tergantung kita untuk mengeksekusinya.   “…Lalu hujan akhir akan jatuh ke atas kita sebagaimana hujan awal jatuh ke atas para murid pada hari Pentakosta.”

 

 

Page 216 of the same Volume., “Those who are distrustful of self, who are humbling  themselves  before God and purifying their souls by obeying the truth—these are receiving the heavenly mold and preparing for the seal of God in their foreheads. When the decree goes forth and the stamp is impressed, their character will remain pure and spotless for eternity.”

 

Hal. 216 Volume yang sama, “…Mereka yang tidak mengandalkan diri, yang merendahkan diri mereka di hadapan Allah dan memurnikan jiwa mereka dengan mematuhi kebenaran ~ mereka ini sedang menerima cetakan surgawi dan dipersiapkan untuk meterai Allah di dahi mereka. Ketika surat perintah itu dikeluarkan dan stempelnya dibubuhkan, maka karakter mereka akan tetap murni dan tidak bercela untuk selama-lamanya…”

 

 

So what does this earthliness include that must be consumed during the Time of Trouble? Well, in Desire of Ages page 121 Ellen White says this, “In the last great conflict of the controversy with Satan those who are loyal to God will see every earthly support cut off….”  

Now are earthly support systems sinful? Are they bad? Certainly not! Friends, the fellowship of the church, loved ones, these were divinely granted to us, and to repose a certain trust in them is not sinful. But during this great Time of Trouble God must be certain that our dependence on Him is total. And so all of these earthly support systems are going to be taken away.

 

Jadi apa yang termasuk dalam “keduniawian” ini yang harus dibakar habis selama Masa Kesukaran Besar? Nah, di Desire of Ages hal. 121, Ellen White mengatakan ini, “…Dalam konflik besar yang terakhir pertentangan dengan Setan, semua yang setia kepada Allah akan melihat semua dukungan duniawi dilenyapkan…” 

Nah, apakah sistem pendukung duniawi itu dosa? Apakah mereka buruk? Tentu saja tidak! Teman-teman, persekutuan gereja, orang-orang yang kita kasihi, mereka ini dikaruniakan Allah kepada kita, dan menaruh kepercayaan yang selayaknya kepada mereka bukanlah dosa. Tetapi selama Masa Kesukaran Besar ini Allah harus memastikan bahwa ketergantungan kita kepadaNya itu total, maka semua sistem dukungan duniawi akan dilenyapkan.

 

 

Listen to what Ellen White says in another statement. This is in Letter 6, 1894, “We may have special select friends that all unperceived and unacknowledged by us we place in the heart where God should be, and we can never perfect a roundfull Christian experience until every earthly support is removed, and the soul centers its entire affections upon God.”

 

Dengarkan apa kata Ellen White di pernyataan yang lain. Ini di Letter 6, 1894,   “…Kita mungkin punya teman-teman istimewa khusus yang tanpa kita sadari dan tanpa kita akui, telah kita tempatkan di hati di mana seharusnya Allah berada, dan kita tidak akan pernah bisa menyelesaikan suatu pengalaman Kristen yang utuh hingga setiap dukungan duniawi dilenyapkan dan hati kita memusatkan seluruh kasih sayangnya pada Allah.”

 

 

Now let's look again at that statement about the earthliness in Great Controversy 621. “…but it is needful for them to be placed in the furnace of fire; their earthliness must be consumed, that the image of Christ may be perfectly reflected.”

 

Sekarang mari kita lihat lagi pernyataan tentang keduniawian di Great Controversy hal. 621, “…tetapi mereka perlu di tempatkan dalam tungku api; keduniawian mereka harus dibakar habis, supaya keserupaan dengan Kristus boleh dipantulkan dengan sempurna. …” 

 

 

Now when we put all these statements together, folks, it's clear that the total conquest of sin in believers’ lives must happen before the close of probation but that the earthliness that is left in the saints, that has to be consumed during the great Time of Trouble, has to do with earthly support systems which must be taken away from the faithful in order to prove that their fidelity to God exists in the deepest possible way.

 

Nah, bila kita mengumpulkan semua pernyataan ini menjadi satu, Saudara-saudara, jelaslah bahwa kemenangan total atas dosa dalam kehidupan orang-orang percaya harus terjadi sebelum tutupnya pintu kasihan, tetapi keduniawian yang tertinggal pada orang-orang saleh yang harus dibakar habis selama Masa Kesukaran Besar, itu berkaitan dengan sistem pendukung duniawi yang harus disingkirkan dari orang-orang beriman untuk membuktikan bahwa kesetiaan mereka kepada Allah itu benar-benar sudah sedalam mungkin.

 

 

Finally, some are saying that the only thing the close of probation forbids is the switching of sides. Some people say the only thing that you can't do after the close of probation is switch sides, but it doesn't matter if you still occasionally fall into sin. But folks don't seem to realize, do they? How many sins did it take to get Adam and Eve to switch sides? Just one, I seem to remember!

And what do we find here in James 2:10, 12, 10 For whosoever shall keep the whole Law, and yet offend in one point, he is guilty of all. 12 So speak ye, and so do, as they that shall be judged by the Law of liberty.”

 

Akhirnya, beberapa ada yang berkata bahwa satu-satunya yang dilarang saat tutupnya pintu kasihan ialah pindah kubu. Beberapa orang mengatakan satu-satunya yang tidak boleh dilakukan setelah tutupnya pintu kasihan adalah pindah kubu, tetapi tidak masalah jika orang masih jatuh dalam dosa dari waktu ke waktu. Sepertinya orang-orang tidak sadar, bukan? Berapa banyak dosa yang diperlukan untuk membuat Adam dan Hawa pindah kubu? Hanya satu seingat saya!

Dan apa yang kita temukan di Yakobus 2:10, 12 di sini? 10 Sebab barangsiapa yang menuruti seluruh Hukum itu, tetapi melanggar dalam satu hal darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya. 12 Jadi berbicaralah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh Hukum yang memerdekakan.”

 

 

Now I remember back in the days when Desmond Ford was fond of saying that the only thing God requires of the last generation saints is perfect loyalty, not perfect obedience. And we're still hearing that argument. It's in some of these books that we've been discussing. But it seems that Ellen White under divine inspiration was directly refuting this reasoning when she said this, Vol. 1 Selected Messages page 218, “The Law demands perfect obedience.Whosoever shall keep the whole Law, and yet offend in one point, he is guilty of all’ (James 2:10). Not one of those ten precepts can be broken without disloyalty to the God of heaven. The least deviation from its requirements, by neglect or willful transgression, is sin…” 

 

Nah, saya ingat, di zaman ketika Desmond Ford suka mengatakan bahwa satu-satunya hal yang diminta Allah dari orang-orang saleh generasi terakhir adalah loyalitas yang sempurna, bukan kepatuhan yang sempurna. Dan sampai sekarang kita masih mendengar argumentasi itu. Ada di dalam beberapa buku yang kita diskusikan. Tetapi rupanya Ellen White di bawah inspirasi ilahi langsung menyangkal konsep ini ketika dia berkata di Selected Messages Vol. 1 hal. 218,  “…Hukum menuntut kepatuhan yang sempurna.  ‘barangsiapa yang menuruti seluruh Hukum itu, tetapi melanggar dalam satu hal darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya.’ (Yakobus 2:10), Tidak satu pun dari kesepuluh ketentuan itu boleh dilanggar tanpa menjadikan itu ketidaksetiaan kepada Allah surgawi. Penyimpangan sekecil apa pun dari persyaratannya, melalui kelalaian atau pelanggaran yang disengaja, adalah dosa.”

 

 

Now recent critics of Last Generation Theology are telling us that the saints after the close of probation ~ and we talked about this I believe last evening ~ in the words of one contemporary Adventist author,  he claims that the saints after probations closed, are still going to have ”defects, shortcomings, mistakes, errors, incidental and accidental weaknesses.” Folks, let's be candid here. You can drive a mack truck through these exceptions. Most affairs of adultery and fornication could fit into these categories, not to mention murder, most murders are committed impulsively. God wants better than this from the last generation saints.

 


 

Nah, kritikan-kritikan terbaru tentang Theologi Generasi Terakhir memberitahu kita bahwa orang-orang saleh setelah tutupnya pintu kasihan ~ dan kita sudah membahas ini kalau tidak salah semalam ~ dalam kata-kata salah satu penulis kontemporer Advent, dia mengklaim bahwa orang-orang saleh setelah tutupnya pintu kasihan masih akan memiliki “cacat-cacat, kekurangan-kekurangan, kesalahan-kesalahan, kekeliruan-kekeliruan, kelemahan-kelemahan yang insidental dan yang tidak disengaja.” Saudara-saudara, marilah kita bicara jujur di sini. Kita bisa  mengemudikan sebuah truk tronton melalui perkecualiannya di sini. Kebanyakan hubungan perzinahan dan perselingkuhan bisa masuk ke kategori-kategori ini, belum lagi pembunuhan, kebanyakan pembunuhan dilakukan secara impulsif. Allah menghendaki yang lebih baik daripada ini dari orang-orang saleh generasi terakhir.

 

 

And in closing, let us see what in fact will not be taken from the saints when Jesus returns. People talk about how in glorification God is going to finally remove the presence of sin from  His people. Yes, He will remove the sinful nature, but that's not sin. I hope that has been conclusively demonstrated in the course of these meetings.

 

Dan sebagai penutup, mari kita simak apa yang sesungguhnya tidak akan diambil dari orang-orang saleh ketika Yesus datang kembali. Orang-orang bicara tentang bagaimana dalam kemuliaan, Allah akhirnya akan melenyapkan kehadiran dosa dari umatNya. Betul, Allah akan melenyapkan kodrat berdosa, tetapi itu bukan dosanya. Semoga ini sudah didemonstrasikan secara konklusif selama pertemuan-pertemuan ini.

 

 

Listen to what Ellen White says, how there's nothing to be cleansed from God's people in the way of sin when Jesus returns. Vol. 2 of The Testimonies page 355 she says, “When He comes He is not to cleanse us of our sins, to remove from us the defects in our characters, or to cure us of the infirmities of our tempers and dispositions. If wrought for us at all, this work will all be accomplished  before that time. When the Lord comes, those who are holy will be holy still.   The Refiner does not then sit to pursue His refining process and remove their sins and their corruption. This is all to be done in these hours of probation…”

 

Dengarkan apa kata Ellen White, bagaimana tidak akan ada apa pun untuk dibersihkan dari umat Allah sehubungan dengan dosa ketika Yesus datang kembali. Testimonies Vol. 2 hal. 355, Ellen White berkata, “…Ketika Dia datang, Dia tidak akan membersihkan kita dari dosa-dosa kita, melenyapkan dari kita cacat-cacat dalam karakter kita, atau untuk menyembuhkan kita dari kelemahan-kelemahan perangai dan emosi kita. Kalaupun itu dikerjakan bagi kita, maka pekerjan ini semuanya sudah akan selesai sebelum waktu itu. Ketika Tuhan datang mereka yang sudah kudus akan tetap kudus…  Sang Pemurni tidak akan duduk meneruskan proses pemurnianNya dan melenyapkan dosa-dosa mereka dan kerusakan mereka. Semua ini akan dikerjakan di masa kemurahan Allah sekarang.”

 

28 03 24