Tuesday, September 27, 2016

THE LESSER LIGHT ~ STEPHEN BOHR

THE SPIRIT OF PROPHECY___          
Part 01-07/07 -  Stephen Bohr
THE LESSER LIGHT


I’d like to ask you to turn in your Syllabus to pg. 179, and as we did last night I am going to basically follow what we have in here. I will be adding like I did last evening remarks here and there, to what we have in the Syllabus. However, before we do begin, we want to do what we should always do before we open God’s Word, and that is to ask that the Spirit who inspired the Word will come back to explain it to us and make it fresh today. And so let’s bow our heads for a word of prayer.

Silakan kalian membuka Silabus (garis besar pelajaran) kalian ke hal. 179, dan seperti yang kita lakukan semalam, saya akan mengikuti apa yang tertulis di sana, sambil menambahkan komentar di sana-sini pada apa yang sudah ada di Silabus. Namun sebelum kita mulai, kita akan melakukan apa yang harus selalu kita lakukan sebelum kita membuka Firman Tuhan, dan itu adalah memohon agar Roh yang menginspirasi Firman itu akan datang kembali untuk menjelaskannya kepada kita dan mengaplikasikannya untuk hari ini. Jadi mari kita tunduk kepala untuk berdoa.


Father in heaven what a joy it is to be here. While the world is out shopping, playing, and carrying on secular affairs, Your people are gathered together to recognize You as the Creator of the universe. What a privilege to just set everything aside and join together as a family to worship You in spirit and in truth. And Father we thank you for Your holy Word, it is so necessary in this time of confusion, when everything is upside down. We thank you that You have not left us without guidance for these last days. And Father we just ask that as we open Your Word, that the Spirit who inspired that Word, can be present through the ministry of the angels, and enlightens our minds and softens our hearts that we might be ready to receive the word of truth. And Father we thank You for the privilege of approaching Your throne in prayer. And thank You for hearing us. For we ask You in the precious name of Jesus. Amen.

Bapa di surga, betapa menyenangkan bisa berada di sini, sementara dunia di luar sana sedang berbelanja, bermain, dan melakukan urusan-urusan dunia, umatMu berkumpul bersama-sama untuk mengakui Engkau sebagai Pencipta alam semesta. Betapa istimewanya kesempatan ini, kami bisa mengesampingkan semuanya dan bersekutu bersama-sama sebagai satu keluarga untuk menyembahMu dalam roh dan kebenaran. Dan Bapa, kami berterima kasih untuk FirmanMu yang kudus yang begitu sangat dibutuhkan di masa kekacauan ini ketika segala sesuatu sedang terjungkir balik. Kami bersyukur Engkau tidak meninggalkan kami tanpa bimbingan di hari-hari akhir ini. Dan Bapa, kami mohon saat kami membuka FirmanMu, Roh yang menginspirasi Firman itu boleh hadir melalui pelayanan para malaikat dan mencerahkan pikiran kami dan melunakkan hati kami agar kami siap menerima Firman kebenaran. Dan Bapa, kami mengucapkan terima kasih untuk kesempatan boleh datang menghampiri takhtaMu dalam doa. Dan terima kasih Engkau mendengar doa kami, karena kami memohon dalam nama  Yesus. Amen.

We are actually going to begin a little bit above the middle of the page where it says “During the last several years…” Now those who are members of Fresno Central will remember this story that I am going to begin with because many of you were there for this particular activity that I mentioned in the Introductory remarks.

Kita akan mulai, sedikit di atas bagian tengah halaman itu di mana tertulis, “Selama beberapa tahun terakhir…”  Nah, mereka yang anggota Fresno Central akan ingat kisah yang akan saya ceritakan ini karena banyak dari kalian ada di sana saat kegiatan yang saya sebutkan dalam komentar pengantar itu terjadi.


During the last several years, I’ve had the privilege of preaching in several evangelistic meetings at the church I pastor here in Fresno California. Having been the pastor there for close to 17 years, I’ve had to find new ways of presenting the same old message that we have as a church. And the reason why is because if you repeat the same evangelistic series over again, people will not feel the incentive to attend. 

Selama beberapa tahun terakhir, saya mendapat kesempatan berkhotbah dalam beberapa pertemuan penginjilan di gereja di mana saya menjadi gembalanya di Fresno California. Karena saya sudah menjadi gembalanya di sana selama hampir 17 tahun, saya harus mencari cara baru untuk menyampaikan pekabaran yang sama yang kita miliki sebagai gereja. Dan alasannya adalah, jika saya mengulangi seri penginjilan yang sama berkali-kali, orang tidak akan merasa tertarik untuk hadir.


A few years ago, I decided to present a series titled  “What Jesus said”. Now, the objective of this series was to present the full message of the Bible and particularly the message of the SDA church from the perspective of the 4 gospels and the book of Acts. The reason for this is because there are many Christians who say that they are New Testament Christians, and so the intention was to use the gospels and the book of Acts which Christians accept as being New Testament to present the full message of the SDA church.

Beberapa tahun yang  lalu, saya memutuskan untuk menyampaikan suatu seri berjudul “Apa kata Yesus”. Nah, tujuan seri ini ialah untuk menyampaikan seluruh pekabaran Alkitab, terutama pekabaran gereja MAHK dari perspektif keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Alasannya adalah, ada banyak orang Kristen yang berkata mereka adalah orang Kristen Perjanjian Baru, maka tujuannya adalah memakai Injil dan kitab Kisah yang diterima oleh orang-orang Kristen sebagai Perjanjian Baru, untuk menyampaikan seluruh pekabaran gereja MAHK.


It was actually quite easy to find all of our doctrines in the 4 gospels and the book of Acts. But there was one particular subject that I was not able to readily find and easily find in the 4 gospels and the book of Acts and that was the end-time gift of Bible prophecy or prophecies. As I prayed and as I meditated, on how to best present the subject on the gift of prophecy, I kept on coming to a dead end. Now, don’t get me wrong, as I researched the gospels and the book of Acts, I found lots of passages that have to do with prophecies, with true prophets and false prophets, how to distinguish a true prophet from a false prophet, there’s plenty of information in the gospels and Acts of prophets. But I wanted to present the subject from the perspective of the end time, and as I looked at the gospels and the book of Acts, I couldn’t really put my finger on how to present the gift of prophecy. I struggled with this for several weeks, and then one day as the deadline for the meetings to begin was nearing, I was sitting at my office, I was in my office praying, and reflecting about how to zero in on this very important subject, and it was like I heard a voice ~ I’m not saying that I heard a voice ~ but it was like, a thought flashed across my mind, and the thought said, “Study the life and the mission, and the message of John the Baptist.” So I went to Strong’s Concordance and looked up each and every reference to John the Baptist. And as I studied along I discovered a striking parallel between John the Baptist and another prophet that God raised up to guide the end time remnant church. And what we are going to study today is the parallel between John the Baptist and the mission and message of Ellen White.

Tidak sulit menemukan semua doktrin kita dalam keempat kitab Injil dan kitab Kisah Rasul-rasul, tetapi ada satu topik khusus yang tidak saya temukan dalam keempat Injil dan kitab Kisah, dan itu adalah karunia nubuatan-nubuatan Alkitab untuk akhir zaman. Waktu saya berdoa dan merenungkan bagaimana sebaiknya saya bisa menyampaikan topik tentang karunia nubuatan ini, saya terus menemui jalan buntu. Nah, jangan salah paham, saat saya membongkar Injil dan kitab Kisah, saya menemukan banyak bacaan yang berkaitan dengan nubuatan, dengan nabi-nabi benar dan nabi-nabi palsu, bagaimana membedakan nabi yang benar dari nabi palsu, ada banyak informasi dalam kitab Injil dan kitab Kisah mengenai nabi-nabi. Tetapi saya ingin menyampaikan topik tersebut dari perspektif akhir zaman. Dan saat saya mencari dalam kitab-kitab Injil dan kitab Kisah, saya tidak bisa menemukan bagaimana menyampaikan karunia nubuat ini. Saya bergumul dengan hal ini selama beberapa minggu, lalu suatu hari saat deadline untuk pertemuan itu semakin mendekat, saya sedang duduk di kantor saya, saya sedang berdoa dan merenungkan bagaimana saya bisa membidik topik yang sangat penting ini, dan sepertinya saya mendengar suatu suara ~ saya tidak berkata bahwa saya memang mendengar suara ~ tetapi sepertinya begitu, sekelebat pikiran melintas di otak saya, dan pikiran itu berkata, “Pelajarilah hidup dan misi dan pekabaran Yohanes Pembaptis.”
Jadi saya ke Strong’s Concordance and saya mencari setiap referensi tentang Yohanes Pembaptis. Dan saat saya mempelajarinya, saya menemukan suatu paralel yang sangat mencolok antara Yohanes Pembaptis dan seorang nabi lain yang dibangkitkan Allah untuk membimbing gereja akhir zaman. Dan apa yang akan kita pelajari hari ini adalah paralel antara Yohanes Pembaptis dengan misi serta pekabaran Ellen White.


Now, let’s talk first of all about John the Baptist.
It was the spring and summer of the year 27AD and momentous events were taking place in and around Jerusalem. A great religious revival was transpiring among God’s people. They were aware of the fact that  significant events were about to take place. The final week of the 70-week prophecy was about to begin. And there was a great revival and expectancy among the people, multitudes flocked to John the Baptist, in the wilderness confessing their sins and being baptized by him. Let’s read it as Matthew describes it, in the gospel of Matthew 3:5-6, we are told there, Then Jerusalem, all Judea, and all the region around the Jordan went out to him…”  that is out to John the Baptist,   “… 6 and were baptized by him in the Jordan, confessing their sins.” Notice: Jerusalem, all Judea, and all the region around the Jordan went out to hear him. This was a massive revival that covered the entire area.

Sekarang, marilah kita bicara tentang Yohanes Pembaptis dulu.
Saatnya adalah musim semi dan musim panas, tahun 27 AD, dan peristiwa-peristiwa penting sedang terjadi di Yerusalem dan sekitarnya. Suatu kebangunan rohani akbar sedang terjadi di antara umat Allah. Mereka sadar akan faktanya bahwa peristiwa-peristiwa penting akan terjadi. Minggu terakhir dari nubutan 70-minggu akan segera dimulai. Dan ada kebangunan rohani akbar dan penantian di antara umat. Berduyun-duyun orang mengalir ke Yohanes Pembaptis di padang belantara, mengakui dosa-dosa mereka, dan dibaptiskan olehnya. Mari kita baca itu sebagaimana yang dilukiskan Matius, di injil Matius 3:5-6, kita mendapat tahu di sana, 5 Maka datanglah kepadanya…”  kepada Yohanes Pembaptis,   “…penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. 6 Lalu dengan mengaku dosa-dosa  mereka,  mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.” Perhatikan: Yerusalem, seluruh Yudea, dan seluruh daerah sekitar Yordan pergi untuk mendengar Yohanes Pembaptis. Ini adalah kebangkitan rohani akbar yang meliputi seluruh daerah.


Now, there can be little doubt that one of the reasons for this great revival is that the final week of the 70-week prophecy was about to begin. Furthermore, as you know, the Old Testament ended with a promise. It ended with the promise that God would send Elijah before the great and terrible day of the Lord. And John the Baptist seemed to fit the description of Elijah. He lived in the dessert like Elijah, he ate what Elijah ate, he dressed like Elijah dressed, and he called the people to repentance just like Elijah. Immediately before the beginning of His ministry in Galilee ~ that is the ministry of Jesus ~ Jesus alluded to the prophecy of the 70 weeks, when He said, “The time is fulfilled and the kingdom of God is at hand. Repent and believe in the gospel.” The reason why Jesus stated that the time was fulfilled, is because at His anointing, at His baptism, the last week of the prophecy of the 70 weeks was beginning at the moment of His anointing, which marked the beginning of His public ministry on earth.

Nah, tidak diragukan lagi salah satu alasan kebangunan rohani akbar ini ialah karena minggu terakhir dari nubuatan 70 minggu akan segera dimulai. Selain itu, seperti yang kalian ketahui, kitab Perjanjian Lama diakhiri dengan suatu janji, suatu janji bahwa Allah akan mengirim Elia sebelum hari Tuhan yang besar dan dahsyat. Dan Yohanes Pembaptis tampaknya cocok mengisi deskripsi Elia. Dia hidup di padang gurun seperti Elia, dia makan apa yang dimakan oleh Elia, dia berpakaian seperti Elia berpakaian, dan dia berseru kepada orang-orang supaya bertobat sama seperti Elia. Segera sebelum dimulainya pelayanan Yesus di Galilea, Yesus menyinggung tentang nubuatan 70 minggu itu ketika Dia berkata, "Waktunya telah digenapi; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" [Matius 1:15]
Alasan mengapa Yesus menyatakan waktunya telah digenapi ialah karena pada saat Dia diurapi, minggu terakhir dari nubuatan 70 minggu dimulai saat pengurapanNya, saat baptisanNya. Minggu terakhir dari nubuatan 70 minggu itu dimulai dengan pengurapanNya, yang menandai dimulainya pelayananNya di bumi kepada umum.


Now, let’s examine some details about this prophet that was raised up by God in the midst of a great revival when the prophecy of the 70 weeks was about to be finally fulfilled.
The first thing that I want us to notice is that John the Baptist was a humble and modest man. He did not seek to attract attention to himself. As we shall see, his main function was to give testimony to Jesus. When the Jews sent priests and Levites to ask him if he was the Christ or Elijah or the prophet, his answer was “I am not.” Notably though John stated that he was not Elijah or the prophet, Jesus identified him as the greatest of prophets and as Elijah. Jesus said that he was Elijah. The fact is that he did not claim to be Elijah even though Jesus said that he was, obviously not in person but in the spirit and power of Elijah.

Nah, mari kita periksa beberapa detail mengenai nabi ini yang dibangkitkan Allah di tengah suatu kebangunan rohani akbar, ketika nubuatan 70 minggu akhirnya akan digenapi.
Hal pertama yang saya ingin kalian perhatikan adalah bahwa Yohanes Pembaptis itu orang yang rendah diri dan rendah hati. Dia tidak berusaha untuk menarik perhatian kepada dirinya sendiri. Sebagaimana yang akan kita lihat, fungsi utamanya adalah memberikan kesaksian tentang Yesus. Ketika orang-orang Yahudi mengirim imam-imam dan orang-orang Lewi untuk bertanya kepadanya apakah dia itu Sang Mesias atau Elia, atau seorang nabi, jawabannya adalah, “Saya bukan.” Tetapi perhatikan walaupun Yohanes menyatakan dia bukan Elia atau seorang nabi, Yesus mengidentifikasinya sebagai nabi yang terbesar dan sebagai Elia. Yesus mengatakan dia adalah Elia. Faktanya ialah,  Yohanes Pembaptis tidak mengklaim dirinya sebagai Elia walaupun Yesus berkata bahwa dia Elia, jelas bukan sebagai pribadi melainkan dalam semangat dan kuasa Elia.


So John the Baptist said, “I am not the prophet”, what was he? Well, the New Testament calls him “The messenger of the Lord”. There was actually a prophecy in the Old Testament, Malachi 3:1 where God actually predicted that He would send His messenger before the coming of the Messiah. In fact this verse, Malachi 3:1 is quoted in Luke 7:27  which is in your Syllabus, where it says 27 This is he, of whom it is written, Behold, I send my messenger before Your face, who will prepare Your way before You.”
So he says, “I am not the prophet”, but his title is the “messenger of the Lord”.

Jadi Yohanes Pembaptis berkata, “Aku bukan nabi”, kalau begitu dia apa? Nah, Perjanjian Baru menyebutnya “utusan Allah.” Sesungguhnya di Perjanjian Lama di Maleakhi 3:1 ada sebuah nubuatan di mana Tuhan menubuatkan bahwa Dia akan mengirim utusanNya sebelum kedatangan Sang Mesias. Bahkan ayat ini, Maleakhi 3:1 dikutip di Lukas 7:27, ada dalam Silabus kalian, dikatakan, 27 Inilah dia, yang tentangnya  tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.”
Jadi dia berkata, “Aku bukan nabi,” tetapi gelarnya adalah “utusan Tuhan”.


Now, why did God raise up John the Baptist? He actually raised him up to prepare a people for the first coming of Christ. Notice three texts that we have here in the Syllabus.
·       The first is John 1:23, He said: ‘I am 'The voice of one crying in the wilderness:  ‘Make straight the way of the LORD, ' as the prophet Isaiah said."
Make straight the way of the Lord and it also says in the gospels that he was supposed to fill in the holes in the road, and he was supposed also to cut down all the humps that were in the road because  that’s what happened when a king was about to arrive, they did highway work. And so when it says,  ‘Make straight the way of the LORD, '  it is saying ‘prepare the way for the coming of the Messiah’.
·       Matthew 3:1-3 says, “1 In those days John the Baptist came preaching in the wilderness of Judea, 2 and saying, ‘Repent, for the kingdom of heaven is at hand!’ 3 For this is he who was spoken of by the prophet Isaiah, saying:  ‘The voice of one crying in the wilderness: ' Prepare the way of the LORD; Make His paths straight.' "
He was called to prepare the way for the first coming of the Messiah.
·       And then of course we have Luke 1:16-17 where we are told ~ speaking of the ministry of Elijah ~ more specifically John the Baptist, 16         And he will turn many of the children of Israel to the Lord their God…”  Interesting. The ministry of Elijah is not primarily evangelistic, but it is an internal work. Did you notice what this text says? It says, once again in Luke 1:16 “…And he will turn many of…”  whom? “…the children of Israel to the Lord their God…”  And then it continues saying, “…17 He will also go before Him…”  that is John the Baptist will go before Christ, “…in the spirit and power of Elijah, 'to turn the hearts of the fathers to the children,' and the disobedient to the wisdom of the just, to make ready a people prepared for the Lord."
The purpose of John the Baptist was to prepare a people to receive the Messiah at His first coming. To prepare the way of the Lord.

Nah, mengapa Allah membangkitkan Yohanes Pembaptis? Sesungguhnya Allah membangkitkan dia untuk mempersiapkan suatu umat bagi kedatangan pertama Kristus. Perhatikan tiga teks yang ada di dalam Silabus:
·       Yang pertama adalah Yohanes 1:23, 23 Jawabnya: ‘Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: ‘Luruskanlah jalan Tuhan!’ seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.’" Luruskan jalan Tuhan, dan juga dikatakan di kitab-kitab Injil bahwa dia seharusnya menimbuni lubang-lubang di jalanan, dan memotong semua bonggol pohon yang ada di jalan karena itulah yang dilakukan bila seorang raja akan lewat, mereka harus memperbaiki jalanan. Maka ketika dikatakan, ‘Luruskanlah jalan Tuhan!’  artinya “siapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias.”
·       Matius 3:1-3 berkata, 1 Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis berkhotbah di padang gurun Yudea 2 dan berkata: ‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!’ 3 Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: ‘Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: ‘Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.’"
Dia dipanggil untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan pertama Sang Mesias.
·       Kemudian tentu saja ada Lukas 1:16-17 di mana kita diberitahu ~ berbicara tentang pelayanan Elia ~ lebih spesifik lagi tentang Yohanes Pembaptis, 16 ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka…”  menarik. Pelayanan Elia yang utama bukanlah mengabarkan injil, melainkan suatu pekerjaan internal. Apakah kalian melihat apa kata ayat ini? Dikatakan, sekali lagi Lukas 1:16 “…Ia akan membuat banyak…” apa?  “…orang Israel berbalik kepada Tuhan Allah mereka…”  lalu selanjutnya berkata, “…17 dan ia akan berjalan mendahului Tuhan…”  maksudnya Yohanes Pembaptis akan berjalan mendahului Kristus, “…dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang yang tidak patuh berbalik kepada kebijaksanaan orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan suatu umat bagi Tuhan."
Tujuan Yohanes Pembaptis adalah mempersiapkan suatu umat untuk menerima Sang Mesias pada kedatanganNya yang pertama. Mempersiapkan jalan bagi Tuhan.


Now, it is interesting to notice that Elijah ~ or John the Baptist in this specific case ~ was not an innovator, he was the great restorer.
What does it mean to restore? It means that something has been cast down and it needs to be returned to its original state. In other words John the Baptist did not bring any new doctrines or any new teachings, revolutionary new ideas. He comes to restore the truths that have been forgotten by God’s own people.
Notice Matthew 17:11-13, “Jesus answered and said to them, ‘Indeed, Elijah is coming first and will…”  what? “…restore all things. 12 But I say to you that Elijah has come already, and they did not know him but did to him whatever they wished. Likewise…”  and I add in brackets ~ if you reject the Lord’s messenger you will end up rejecting the Lord as well ~ because it says,  “…Likewise the Son of Man is also about to suffer at their hands.’ 13 Then the disciples understood that He spoke to them of John the Baptist.”
So he comes to prepare a people for the coming of the Messiah so that they are ready to receive Him.
And he comes to restore the truths that have been cast down primarily during what is called the inter-testamental period, all kinds of false teachings enter into Judaism, they had become legalistic in their observance of the Law, and they’ve gone astray from the truth of the Law given to Moses, and so God raises up John the Baptist and says, “I’m going to bring you back to the religion of the fathers, I am going to restore that which was cast down.”

Sekarang, ini menarik, perhatikan bahwa Elia ~ atau Yohanes Pembaptis dalam kasus spesial ini ~ bukanlah seorang inovator, dia adalah seorang pemulih besar.
Apa maksudnya memulihkan? Maksudnya sesuatu yang telah dibuang, harus dikembalikan ke kedudukannya semula. Dengan kata lain, Yohanes Pembaptis tidak memperkenalkan doktrin baru atau ajaran baru, atau ide-ide revolusioner apa pun, dia datang untuk memulihkan kebenaran-kebenaran yang telah dilupakan oleh umat Allah sendiri.
Perhatikan Matius 17:11-13, 11 Jawab Yesus: ‘Memang Elia akan datang lebih dulu dan akan…” apa?  “…memulihkan segala sesuatu 12 tetapi Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, dan mereka tidak mengenal dia, tetapi memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga…”  dan saya menambahkan dalam kurung: jika kita menolak utusan Tuhan, akhirnya kita akan menolak Tuhan juga ~ karena dikatakan,   “… Demikian juga Anak Manusia akan menderita di tangan mereka.’ 13 Lalu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Yohanes Pembaptis.” [NKJV yang diindonesiakan]  
Jadi Yohanes Pembaptis datang untuk mempersiapkan suatu umat bagi kedatangan Sang Mesias agar mereka siap menerimaNya.
Dan dia datang untuk memulihkan kebenaran-kebenaran yang telah dibuang, terutama selama masa inter-testamental (masa jeda antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) segala macam ajaran palsu masuk ke ajaran Yudaisme, mereka menjadi legalis dalam memelihara Hukum Allah, dan mereka menyimpang dari kebenaran Hukum yang diturunkan Musa, maka Allah membangkitkan Yohanes Pembaptis dan berkata, “Aku akan membawa kalian kembali ke agama nenek-moyang kalian, Aku akan memulihkan apa yang telah dibuang.”

Now, was John the Baptist a prophet? He most certainly was.  If you read Luke 7:26 Jesus stated that John the Baptist was not only a prophet, he was greater than a prophet, in fact He says, “No prophet has risen that is greater than John the Baptist.” And so John the Baptist was greater than a prophet. In Desire of Ages pg. 220 Ellen White made this interesting remark about John the Baptist,Aside from the joy that John found in his mission, his life had been one of sorrow. His voice had been seldom heard except in the wilderness. His was a lonely lot. And he was not permitted to see the result of his own labors. It was not his privilege to be with Christ and witness the manifestation of divine power attending…”  now listen carefully, “…attending…”  the what?  “…the Greater Light…”  what is the Greater Light? Jesus is the Greater Light. Don’t forget that, we are going to come back to that,   “…It was not for him to see the blind restored to sight, the sick healed, and the dead raised to life. He did not behold the light that shone through every word of Christ, shedding glory upon the promises of prophecy. The least disciple who saw Christ's mighty works and heard His words was in this sense more highly privileged than John the Baptist, and therefore is said to have been greater than he.”
So John the Baptist was greater than all the prophets but he was the least of those individuals who were able to see Jesus perform His works.

Nah, apakah Yohanes Pembaptis itu nabi? Tentu saja. Jika kita baca Lukas 7:26 Yesus menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis bukan hanya seorang nabi, tapi dia lebih besar daripada seorang nabi, bahkan Yesus berkata, “Tidak pernah ada nabi yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis.” Maka Yohanes Pembaptis itu lebih besar daripada seorang nabi. Di Desire of Ages hal. 220, Ellen White membuat komentar yang menarik ini tentang Yohanes Pembaptis, “Selain sukacita yang diperoleh Yohanes dari misinya, hidupnya penuh duka. Suaranya jarang terdengar kecuali di padang gurun. Dia hidup kesepian. Dan dia tidak diizinkan melihat hasil pekerjaannya sendiri. Dia tidak mendapat kesempatan berjalan bersama Kristus dan menyaksikan manifestasi kuasa ilahi yang menyertai…” sekarang dengarkan baik-baik, “…menyertai…” apa? “…Terang Besar…” dan siapakah Terang Besar ini? Yesuslah Terang Besar.  Jangan lupa itu, nanti kita akan kembali kemari.  “…Dia tidak diizinkan melihat yang buta dipulihkan penglihatannya, yang sakit disembuhkan, dan yang mati dibangkitkan. Dia tidak memandang terang yang bersinar melalui setiap perkataan Kristus, menyebarkan kemuliaan di atas janji-janji nubuatan. Murid yang terkecil yang pernah melihat pekerjaan hebat Kristus dan mendengar perkataanNya dalam hal ini mendapat kesempatan yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, oleh karena itu dikatakan mereka lebih besar dibandingkan dia.”
Maka Yohanes Pembaptis itu lebih besar dari semua nabi, tetapi dia yang terkecil dibandingkan orang-orang yang bisa menyaksikan Yesus melakukan pekerjaanNya. 


Notice Luke 7:26, the verse that I alluded to before, Jesus says, But what did you go out to see? A prophet? Yes, I say to you, and more than a prophet…”  You know some people rejected the work of John the Baptist because he did not perform miracles. Were you aware of the fact that John the Baptist did not perform miracles?  Notice John 10:41-42, “Then many came to Him and said, ‘John performed no sign, but all the things…”  now notice, “…but all the things that…”  what? “…that John spoke about this Man were true.’…”  so what was true about John the Baptist? Were people to look at his miracles or were they to look at his teachings which were true? His teachings not his miracles. John the Baptist was not a miracle worker. The Jews were impressed with signs and wonders, they were always asking for a sign and thought that a sign would prove whether a messenger was from God or not. But here we are told that John the Baptist did no sign but what he taught was true. It was the truthfulness of John’s words that authenticated him as the Lord’s messenger, not the miracles that he performed.

Perhatikan Lukas 7:26, ayat yang saya singgung tadi, Yesus berkata, 26 Tapi kamu pergi untuk melihat apa? Seorang nabi? Ya, Aku berkata kepadamu, bahkan lebih daripada seorang nabi. [NKJV yang diindonesiakan]
Kalian tahu, ada orang yang menolak pekerjaan Yohanes Pembaptis karena dia tidak pernah membuat mujizat. Apakah kalian sadar akan faktanya bahwa Yohanes Pembaptis tidak pernah membuat mujizat? Perhatikan Yohanes 10:41-42, 41 Lalu banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua…” sekarang perhatikan, “…tetapi semua yang…” apa? “…pernah dikatakan Yohanes tentang Orang ini adalah benar…”  Jadi apa yang benar tentang Yohanes Pembaptis? Apakah orang harus melihat mujizat-mujizatnya atau apakah mereka harus melihat ajarannya yang benar? Ajarannya, bukan mujizatnya. Yohanes Pembaptis bukan pembuat mujizat. Orang-orang Yahudi terkesan dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, mereka selalu minta tanda dan menyangka suatu tanda akan membuktikan apakah utusan itu berasal dari Allah atau tidak. Tetapi di sini kita diberitahu bahwa Yohanes Pembaptis tidak pernah membuat tanda, namun apa yang diajarkannya itu benar. Perkataannya yang benar itulah yang menyatakan keasliannya sebagai utusan Tuhan, bukan mujizat-mujizat yang dilakukan.


Now another interesting detail about John the Baptist is that he had the testimony of Jesus. Now we usually think of the testimony of Jesus as being the gift manifested in Ellen White, but all the prophets had the testimony of Jesus. Notice John 5:31-33 and I need to make a word of clarification here before we read these verses. And it is, in English we have two words that translate the same Greek word, it is the word “witness” and the word “testimony”. It is the same Greek word. “Witness” and “testimony”, a witness gives testimony, right? And so when you find the word “witness” in other places it’s translated “testimony” and so notice what it says in John 5:31 "If I bear…”  and I am going to do a little change here, “…If I bear witness testimony of Myself…”  Jesus is speaking here, “…My witness testimony is not true. 32 There is another who bears witness testimony of Me, and I know that the witness testimony which He witnesses testifies of Me is true. 33  You have sent to John, and he has borne…”  what? “…he has borne witness testimony to the truth.”
I think that God wants us to know that He bore testimony to Jesus. Did you notice the number of times that the word “witness” or “testimony” is used?

Sekarang detail lain yang menarik mengenai Yohanes Pembaptis ialah dia memiliki kesaksian Yesus. Nah, biasanya kita menganggap kesaksian Yesus adalah karunia yang dimanifestasikan pada Ellen White, tetapi semua nabi memiliki kesaksian Yesus. Simak Yohanes 5:31-33, dan sebelum kita membaca ayat-ayat ini saya perlu menyampaikan penjelasan di sini. Dalam bahasa Inggris ada dua kata yang dipakai untuk menerjemahkan kata Greeka yang sama, yaitu kata “menyaksikan” dan kata “kesaksian”, dari kata Greeka yang sama. “Menyaksikan” dan “kesaksian”, seorang saksi memberikan kesaksian, benar? Jadi, bila kita menemukan kata “menyaksikan” di tempat lain kata itu diterjemahkan “kesaksian”. Maka apa yang dikatakan di Yohanes 5:31, “Kalau Aku bersaksi  memberikan kesaksian tentang diri-Ku sendiri…”  ini Yesus yang berbicara,   “…maka kesaksian-Ku itu tidak benar;  32 ada yang lain yang bersaksi memberikan kesaksian tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan disaksikan-Nya tentang Aku adalah benar. 33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan dia telah memberikan…”  apa? “…dia telah memberikan bersaksi kesaksian tentang kebenaran“
Saya rasa Tuhan mau kita tahu bahwa Dia memberikan kesaksian tentang Yesus. Apakah kalian perhatikan berapa kali kata “bersaksi” atau “kesaksian” dipakai?


Did John the Baptist have the testimony of Jesus? Yes, he pointed to Jesus Christ.
Now I want you to notice another interesting detail. John denied that he was the Light. Notice John 1:6-8, 6 There was a man sent from God, whose name was John. 7 This man came for a witness…”  now notice, or “…for a testimony to bear…”  what?   “…witness testimony of the Light…”  so why did God raise up John the Baptist? To give testimony of the what? Of the Light. And who is that? Jesus. “…that all through him might believe. 8 He was not that Light, but was sent to bear witness of that Light.”
Are you following me? John the Baptist was called to give witness to the Light. And who was the Light? Jesus Christ.

Apakah Yohanes Pembaptis memiliki kesaksian Yesus? Ya, dia yang menunjuk ke Yesus Kristus. Sekarang saya mau kalian memperhatikan detail lain yang menarik. Yohanes menolak bahwa dia adalah Terang itu. Perhatikan Yohanes 1:6-8, 6 Ada seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; 7 ia datang sebagai saksi…”  sekarang perhatikan, atau    “…sebagai kesaksian untuk memberi…”  apa?   “…kesaksian tentang Terang itu…”  jadi mengapa Allah membangkitkan Yohanes Pembaptis? Untuk memberikan kesaksian tentang apa? Tentang Terang. Dan siapakah itu? Yesus.  “…supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. 8 Ia bukan Terang itu, tetapi ia diutus untuk memberi kesaksian tentang Terang itu.”
Apakah kalian memahami saya? Yohanes Pembaptis dipanggil untuk memberikan kesaksian mengenai Terang itu. Dan siapa Terang itu? Yesus Kristus.


And now I want you to notice that John the Baptist was the lesser light. John’s purpose was to bear witness or testimony to the Light. Yet Jesus called John a bright and shining light. Notice John 5:35-36, speaking about John the Baptist, He was the burning and shining…”  what?  “…lamp…”  what’s greater? The light of the sun or the light of the lamp? The light of the sun, of course. So it says, “…He was the burning and shining lamp, and you were willing for a time to rejoice in his…”  what?   “…light…”  Did John the Baptist have light? What kind of light? Lamp light. Now what kind of light was Jesus? Notice verse 36, “…36 But I have…”  what?   “…a greater witness than John's; for the works which the Father has given Me to finish --- the very works that I do --- bear witness of Me, that the Father has sent Me.”
John the Baptist was a lesser light, a lamp if you please, to give witness to Jesus Christ the Greater Light.

Dan sekarang saya mau kalian perhatikan bahwa Yohanes Pembaptis adalah terang kecil. Fungsi Yohanes adalah menjadi saksi atau memberi kesaksian akan Terang itu. Namun Yesus menyebut Yohanes pelita yang bersinar dan benderang. Perhatikan Yohanes 5:35-36, berbicara tentang Yohanes Pembaptis, 35 Ia adalah…”  apa?  “…pelita yang menyala dan yang bercahaya…”  mana yang lebih besar? Sinar mentari atau cahaya pelita? Tentu saja sinar mentari. Jadi dikatakan, “…Ia adalah pelita yang menyala dan bercahaya dan kamu rela untuk sejenak menikmati…”  apanya?   “… terangnya…”  apakah Yohanes Pembaptis memiliki terang? Terang jenis apa? Terang pelita. Nah, terang macam apa Yesus? Perhatikan ayat 36, “…36 Tetapi Aku mempunyai…”  apa?   “…suatu kesaksian yang lebih besar daripada kesaksian Yohanes, karena pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku supaya Aku selesaikan ~  yaitu pekerjaan yang Kukerjakan sekarang ~ memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.” [NKJV yang diindonesiakan]
Yohanes Pembaptis adalah terang kecil, sebuah pelita katakanlah, untuk memberikan kesaksian akan Yesus Kristus, Terang Besar.


Now, there is something that is very interesting. And we are going to get into some territory here that is a little different probably from what you’ve heard, but I have it very well documented here in this Syllabus. You know, old traditions die hard. Let me give you an example. I can give you many examples. Tomorrow we are going to study the 24 elders and when we finish you are not going to have any more doubts. But let me give you another example. How many of you have heard that when Judas apostatized ~ and intended to commit suicide of course, and when he hung himself he fell to the ground, and his inners came out and Ellen White says later that day the dogs came and they were eating his inners, and you know, folks, we’ve already had breakfast and lunch isn’t very soon ~ but you know before the day of Pentecost, the disciples got together to elect a successor.  Now how many of you have ever heard that it was God’s intention that  the successor be the apostle Paul but that the disciples rushed to elect a successor and they elected the wrong person. How many of you have ever heard that before? Several of you have heard that before. The fact is there is all kinds of biblical evidence that it was not God’s intention that Paul be the successor of Judas. Let me give you several reasons.
1.   in Acts 1 it says the successor of Judas had to have been with Jesus and the disciples from the times of John the Baptist till the Ascension of Christ. That disqualifies the apostle Paul.
2.   Further more Ellen White says that the Holy Spirit made the election in the Spirit of Prophecy.
3.   But even more important in the last paragraph of the chapter The First Christian Martyr in Acts of the Apostles, Ellen White says that the apostle Paul took the place of Stephen. She says that in the last part, the last sentence of that chapter.
4.   But even more, more important than that, is the fact that the disciples felt that they had to elect a successor for Judas before the day of Pentecost. Why not wait till after the Holy Spirit was poured out? Then they would have clearer discernment, right? That’s nice human reasoning. Why did they have to elect a successor in place of Judas before the day of Pentecost? I’ll explain it simply to you. On the day of Pentecost or before the day of Pentecost, the 10 days before, Jesus was garbed as High Priest. Remember the ceremony what Moses did with Aaron, Leviticus 8? First of all he put  all the pieces of  the High Priest and then he anointed him with oil? And then the oil  was so abundant it dripped down his beard, it dripped down his garments and even dripped upon the mountans of Zion. It was so abundant. Now, let me ask you, what was on the breastplate of the High Priest? On the breastplate of the High Priest were 12 stones. What did those 12 stones represent? They represented in the Old Testament what? The 12 sons of Jacob or the 12 tribes of Israel. What do they represent in the New Testament? The 12 apostles. Listen carefully now. Jesus could not wear the breastplate with 12 stones when there were only 11 apostles. They had to elect apostle #12 and then Jesus could wear the breastplate with the 12 stones. That is the biblical reason.

Nah ada sesuatu yang sangat menarik. Dan kita akan masuk ke beberapa teritori yang mungkin agak berbeda dari apa yang pernah kalian dengar, tetapi dalam Silabus ini sudah saya dokumentasikan dengan lengkap. Kalian tahu, tradisi lama itu susah matinya. Saya akan memberi contoh. Saya bisa memberi banyak contoh sebetulnya. Besok kita akan mempelajari 24 tua-tua dan pada waktu kita selesai, semua keraguan kalian akan lenyap.
Tetapi coba saya beri contoh yang lain. Berapa orang dari kalian yang pernah mendengar bahwa ketika Yudas murtad ~ dan tentu saja berniat bunuh diri, dan ketika dia menggantung dirinya kemudian dia jatuh ke tanah dan semua isi perutnya terburai dan Ellen White mengatakan bahwa setelah itu anjing-anjing datang memakan isi perutnya ~ nah, Saudara-saudara, kita sudah sarapan dan makan siang masih lama ~ tetapi kalian tahu, sebelum hari Pentakosta para murid berkumpul untuk memilih seorang pengganti. Nah, berapa orang dari kalian yang pernah mendengar bahwa sebenarnya yang direncanakan  Tuhan sebagai penggantinya  adalah rasul Paulus tetapi para murid tergesa-gesa memilih pengganti dan mereka memilih orang yang salah?  Berapa orang dari kalian yang sudah pernah mendengar hal ini? Beberapa dari kalian. Faktanya adalah, bukti-bukti Alkitab menyatakan bahwa bukan rencana Tuhan untuk menjadikan Paulus pengganti Yudas. Saya akan memberikan beberapa alasannya:
1.   Di Kisah Rasul-rasul pasal 1 dikatakan bahwa pengganti Yudas haruslah pernah bersama-sama dengan Yesus dan para murid mulai dari zaman Yohanes Pembaptis hingga kenaikan Kristus. Ini membuat rasul Paulus tidak memenuhi syarat.
2.   Lebih jauh, dalam Spirit of Prophecy, Ellen White berkata bahwa Roh Kudus-lah yang memilih penggantinya.
3.   Tetapi yang lebih penting adalah dalam paragraf terakhir bab The First Christian Martyr di buku Acts of the Apostles, Ellen White berkata bahwa rasul Paulus menggantikan kedudukan Stefanus. Ellen White berkata demikian dalam paragraf terakhir, kalimat terakhir bab tersebut.
4.   Tetapi yang lebih, lebih, penting daripada itu adalah fakta bahwa para murid merasa mereka harus memilih seorang pengganti Yudas sebelum hari Pentakosta. Mengapa tidak menunggu hingga setelah Roh Kudus dicurahkan?  Bukankah dengan demikian mereka akan memiliki hikmat yang lebih jelas? Itu adalah pertimbangan manusia yang bagus. Mengapa mereka harus memilih seorang pengganti Yudas sebelum hari Pentakosta? Saya akan menjelaskannya kepada kalian dengan sederhana. Pada hari Pentakosta atau sebelum hari Pentakosta, 10 hari sebelumnya, Yesus dikenakan pakaian sebagai Imam Besar. Ingat upacara yang dilakukan Musa pada Harun di Imamat pasal 8? Pertama Musa mengenakan semua atribut Imam Besar lalu Musa mengurapi Harun dengan minyak? Kemudian minyak itu begitu banyak sampai menetes turun ke jenggotnya, ke pakaiannya dan bahkan ke atas bukit-bukit Sion saking banyaknya.
Nah, coba saya tanya, apa yang terdapat pada tutup dada Imam Besar? Pada tutup dada Imam Besar ada 12 batu permata. Ke-12 batu permata itu melambangkan apa? Di Perjanjian Lama mereka melambangkan apa? Ke-12 anak Yakub atau ke-12 bani Israel. Di Perjanjian Baru mereka melambangkan apa? Ke-12 rasul. Dengarkan baik-baik sekarang. Yesus tidak bisa mengenakan tutup dada dengan 12 permata saat hanya ada 11 rasul. Mereka harus memilih rasul #12 barulah Yesus bisa memakai tutup dada dengan 12 permata itu. Itulah alasan yang alkitabiah.

And so we have these traditions that we pass on from generation to generation, and they become gospel truth, because they are passed on. May be we need to apologize to the Catholics ~ heheheh, I’m just kidding ~ the traditions that we passed on are not as significant as the traditions that the Catholic church does. And we do this all the time. You know, we do it with Daniel 12:4, where it says, you know, shut up the words, and seal the book until the time of the end; many shall run to and fro, and knowledge shall increase."
We start talking about nuclear weapons, we start talking about trains, and about airplanes, and electric toothbrushes, and we say we are talking about increase of technology. Folks, what I am saying is, that the book, the little book ~ which by the way is not all of Daniel, it’s Daniel 8-12 the part of Daniel that has to do with the 2300 days ~ that is sealed until the time of the end. But in the time of the end, many are going to run to and fro, to want to understand what was sealed, and knowledge of what the little book contains will be increased. That’s what it means in context. Well, I got side-tracked here, but that’s okay.

Maka kita memiliki tradisi-tradisi ini yang kita wariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan mereka dianggap kebenaran injili, karena mereka diwariskan. Barangkali kita seharusnya minta maaf kepada orang-orang Katolik ~ hehehe, saya hanya bergurau ~ tradisi yang kita wariskan tidaklah sesignifikan tradisi-tradisi yang diwariskan gereja Katolik. Dan hal ini kita lakukan berulang-ulang. Kalian tahu, kita melakukan hal yang sama dengan Daniel 12:4 di mana dikatakan, kalian tahu, “…sembunyikanlah segala firman itu, dan meteraikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman;  banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah…” dan kita mulai berbicara tentang senjata nuklir, kita mulai berbicara tentang kereta api, dan pesawat terbang, dan sikat gigi listrik, dan kita berkata bahwa kita sedang berbicara tentang bertambahnya teknologi. Saudara-saudara, maksud saya, kitab tersebut, kitab kecil itu ~ yang bukan seluruh kitab Daniel melainkan hanya Daniel pasal 8-12, bagian dari kitab Daniel yang berkaitan dengan nubuatan 2300 hari ~ itu yang dimeteraikan hingga masa akhir zaman. Tetapi di masa akhir zaman, banyak orang akan berlarian ke sana kemari untuk mencari pemahaman tentang apa yang termeterai, dan pengetahuan mengenai isi kitab kecil itu yang akan bertambah. Itulah yang dimaksud oleh konteks ayat tersebut. Nah, saya sudah melantur jauh, tapi tidak mengapa.


Now, let’s get back to the greater and lesser light.
Now, let me share with you, the Scriptures are also a lesser light. Now, I know this is different than what you’ve always heard.  How could the Scriptures be a lesser light? Well, who is the Greater Light? Did we just read it from the Bible? Now, let me just prove this point to you. Let’s go to the next paragraph where it says Scriptures are also a lesser light.
But notice that the Scriptures also give witness to Jesus. Thus there are two sources which testify of Jesus:
1.   John the Baptist and
2.   the written Scriptures of the Old Testament.
There was a canonical ~ you understand what I mean by that? ~ part of Scripture, and a non-canonical source to give witness to Jesus. Now listen carefully. No book can fully reveal Jesus Christ in the whole of His glory. Compare to Jesus the Bible is only a pale reflection of who Jesus is in person. The Greater Light is the sun and the lesser light is the moon, the light of the moon has the purpose of reflecting the light of the sun to the earth in the darkness of the night.
Now, you say to me, “Do the Scriptures also give testimony to the Greater Light?”
Let’s read John 5:39 You search the Scriptures, for in them you think you have eternal life; and these are they which testify of Me.”
Do the Scriptures testify of Jesus?
Does John the Baptist testify of Jesus?
So you really have two lesser lights that point to Jesus the Greater Light.

Sekarang mari kita kembali ke Terang Besar dan yang lebih kecil.
Nah, mari saya berbagi dengan kalian, Alkitab juga adalah terang kecil. Nah, saya tahu ini berbeda dari apa yang selalu kalian dengar. Kok bisa Kitab Suci itu terang kecil?
Nah, siapa Terang Besar? Bukankah kita tadi baru membacanya dari Alkitab? Sekarang, saya akan membuktikan poin ini kepada kalian. Marilah kita ke paragraf berikutnya di mana dikatakan Kitab Suci juga adalah terang kecil.
Tetapi perhatikan bahwa Kitab Suci juga memberi kesaksian tentang Yesus. Jadi ada dua sumber yang bersaksi tentang Yesus:
1.   Yohanes Pembaptis dan
2.   tulisan-tulisan Kitab Suci Perjanjian Lama.
Ada yang kanonikal ~ kalian paham apa yang saya maksudkan dengan kata ini? (kanonikal = resmi, tertulis) ~ sebagaian Kitab Suci, dan ada sumber yang tidak kanonikal yang memberi kesaksian tentang Yesus.
Sekarang dengarkan baik-baik, tidak ada kitab yang bisa menyatakan Yesus Kristus dalam seluruh kemuliaanNya. Dibandingkan Yesus, Alkitab hanyalah suatu pantulan yang pucat dari Yesus yang sesungguhnya. Terang Besar adalah matahari, dan terang kecil adalah bulan, terang bulan fungsinya hanya memantulkan sinar matahari ke bumi pada saat kegelapan malam.
Sekarang kalian berkata kepada saya, “Apakah Kitab Suci juga memberi kesaksian akan Terang Besar?”
Mari kita baca Yohanes 5:39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci sebab kamu menyangka di dalamnya kamu mendapatkan hidup yang kekal, dan kitab-kitab itulah yang memberi kesaksian tentang Aku…” [NKJV yang diindonesiakan]
Apakah Kitab Suci bersaksi tentang Yesus?
Apakah Yohanes Pembaptis bersaksi tentang Yesus?
Jadi sebetulnya ada dua terang kecil yang menunjuk kepada Yesus, Terang Besar.


Now, bear with me, remember old traditions die hard. So we have two lesser lights: the Old Testament Scriptures and John the Baptist.
The question immediately suggests itself, why did the people need a non-canonical source if they have the written Scriptures of the Old Testament? Or even further, why would they even need a lesser light if they would soon have the Greater Light in their midst?
Let me ask another question. Could the Jews have discerned Jesus as the Messiah simply by studying the written Scriptures? The answer is a resounding ‘Yes’. The Old Testament was saturated with messianic prophecies. They could have been ready for the Messiah just reading the Scriptures.
Notice all the texts that we find here:
·       He would enter Jerusalem in a donkey  with great acclamation,
·       He would cast out the money changers from the temple,
·       the zeal for God’s house would consume Him,
·       He would be sold for 30 pieces of silver,
·       His disciples would forsake Him,
·       He would die a vicarious death,
·       He would say on  the cross ‘My God, My God, why have You forsaken Me?’
·       His hands and His feet would be pierced,
·       lots would be cast upon His garments,
·       His heart would be poured out like water,
·       His enemies would spit in His face,
·       His enemies would dare Him to come down from the cross,
·       none of His bones would be broken,
·       on the cross He would say, “I thrist”,
·       His passion would last three days and three nights,
·       His burial would be with the rich,
·       He would resurrect from the death on the 3rd day,
·       He would ascend to heaven and He would sit at His Father’s right hand,
Were there enough prophecies in the written Scriptures to point to Jesus the Greater Light? Absolutely.

Sekarang, dengarkan ya, ingat tradisi lama itu sulit dilenyapkan. Jadi kita memiliki dua terang kecil: Kitab Perjanjian Lama, dan Yohanes Pembaptis.
Pertanyaan yang segera muncul adalah, mengapa manusia membutuhkan sumber yang non-kanonikal jika sudah memiliki Kitab Suci Perjanjian Baru yang tertulis? Atau bahkan, mengapa mereka membutuhkan terang kecil jika dalam waktu singkat Terang Besar akan berada di tengah-tengah mereka?
Coba saya tanya hal lain, mungkinkah orang-orang Yahudi mengenali Yesus sebagai Sang Mesias hanya dengan mempelajari Kitab Suci yang tertulis? Jawabannya adalah “Ya” yang menggema. Tulisan-tulisan Perjanjian Lama itu dipenuhi oleh nubuatan mesianik. Orang-orang Yahudi seharusnya siap menerima Sang Mesias hanya dengan membaca Kitab Suci.
Perhatikan semua teks yang kita temukan di sana:
·       Dia (Sang Mesias) akan memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai dan dielu-elukan secara besar-besaran.
·       Dia akan mengusir para penukar uang dari Bait Suci,
·       semangat pembelaanNya atas Bait Allah membakar hatiNya,
·       Dia akan dijual seharga 30 keping perak,
·       murid-muridNya akan meninggalkanNya,
·       Dia akan menjalani kematian sebagai pengganti (manusia),
·       di atas salib Dia akan berkata, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
·       tangan dan kakiNya akan tertusuk,
·       pakaianNya akan diundi,
·       hatiNya akan dicurahkan seperti air,
·       musuh-musuhNya akan meludahi wajahNya,
·       musuh-musuhNya akan menantangNya untuk turun dari salib,
·       tulangNya tidak ada yang dipatahkan,
·       di atas salib Dia akan berkata, “Aku haus”,
·       penderitaanNya akan berlangsung tiga hari tiga malam,
·       Dia akan dimakamkan di antara orang-orang kaya,
·       Dia akan bangkit dari kematian pada hari ketiga,
·       Dia akan naik ke Surga dan Dia akan duduk di tangan kanan BapaNya,
Apakah ada cukup nubuatan dalam Kitab Suci yang tertulis yang menunjuk ke Yesus, Terang Besar? Tentu saja.


So the question is why then did God raise John the Baptist? The answer is actually quite simple, the people had fallen into gross darkness and gone astray because they had neglected the Scriptures. During the period between the Testaments they had embraced for example the immortality of the soul during that period. The Sabbath had become a yoke of bondage, they had added tradition after tradition to the Scriptures. All kinds of teachers and false practices came in during this period, therefore they needed a lesser light to draw attention to the Greater Light.
Notice Matthew 4:16, “The people who sat in darkness…”  this is speaking about the condition of the Jews,   “…The people who sat in darkness have seen a great light, and upon those who sat in the region and shadow of death, Light has dawned…”  what condition were they in? They were in darkness and they were in the valley of the shadow of death.

Jadi pertanyaannya adalah, kalau begitu mengapa Allah membangkitkan Yohanes Pembaptis? Jawabannya sebenarnya sangat sederhana. Umat Allah telah jatuh ke dalam kegelapan pekat dan tersesat karena mereka telah melalaikan Kitab Suci. Selama periode antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, mereka telah menganut ~ misalnya faham kebakaan jiwa selama periode itu. Sabat telah menjadi kuk yang membelenggu, mereka telah menambahkan tradisi di atas tradisi kepada Kitab Suci. Segala macam guru-guru palsu dan ajaran-ajaran palsu datang dalam periode ini, itulah sebabnya mereka membutuhkan terang kecil untuk membawa perhatian mereka kepada Terang Besar.
Perhatikan Matius 4:16, “Bangsa yang duduk dalam kegelapan…”  ini berbicara tentang kondisi orang-orang Yahudi, “…Bangsa yang duduk dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar, dan  mereka yang duduk di daerah dan bayang-bayang maut, telah terbit Terang…”  mereka berada dalam kondisi apa? Mereka berada dalam kegelapan dan mereka berada di lembah bayang-bayang maut.


Luke 1:78-79 once again speaks about the coming of Jesus, it says, “…Through the tender mercy of our God, with which the Dayspring…”  actually the Greek uses two words: the “Rising Sun”, “…with which the Rising Sun from on high has visited us;  79 to give light to those who sit in darkness and the shadow of death, to guide our feet into the way of peace."
Are you following me?

Lukas 1:78-79 sekali lagi berbicara mengenai kedatangan Yesus, dikatakan, 78 oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Sang Fajar…”  sebenarnya bahasa Greeka memakai dua kata: “Matahari terbit”   “…dengan mana Sang Matahari Terbit dari tempat yang tinggi telah melawat kita, 79 memberi terang kepada mereka yang duduk dalam kegelapan dan dalam bayang-bayang maut untuk mengarahkan kaki kita ke jalan damai sejahtera.” [NKJV yang diindonesiakan]
Apakah kalian mengikuti saya?


I’ll give you an example. Shortly after I arrived in Fresno a little less than 17 years ago, one night I went into the room where they had all of the tapes and the recording equipment, cassettes back then, I was looking for a certain sermon that I had preached. And I went to the room, and of course the first thing that I did was to try and find the light switch. And so you know, I let my eyes get adjusted a little bit to the darkness and so you know I started looking around to see if I could see a light switch and I couldn’t see a light switch anywhere. And so I said, I think I am going to just touch the wall you know at the height the switches usually are, and I went all along the wall, and I couldn’t find the switch. And I looked at the ceiling and there is a light bulb there and so there has to be a switch somewhere, but where is the switch? And I looked and looked, finally I said, “Hah, forget it.” I am going to go to my office and I am going to get a flash light that I had in my drawer. So I went and I got the flashlight, came back to the tape room and I turned on the flashlight, and I looked on all the walls and still no switch. And so finally I said, “Ahhh, I give up.” And so I knelt down at the cabinet where the cassette was that I was looking for  and as I was looking for the cassette the flashlight tilted slightly upward and under a shelf I saw the switch.
Let me ask you what was the purpose of the flashlight? The purpose of the flashlight was to find the Greater Light. Did it have its function? It certainly did have its function.

Saya akan memberikan contoh. Tak lama setelah saya tiba di Fresno, hampir 17 tahun yang lalu, suatu malam saya masuk ke ruang di mana semua tape dan alat rekaman, kaset pada masa itu disimpan. Saya mau mencari salah satu khotbah yang pernah saya khotbahkan. Dan saya masuk ke ruang itu, dan tentu saja hal pertama yang saya lakukan adalah berusaha mencari tombol lampu. Maka, kalian tahu, saya menunggu penglihatan saya menyesuaikan diri sedikit dengan kegelapan dan kalian tahu, saya mulai mencari-cari berusaha menemukan tombol lampu. Dan saya tidak melihat tombol lampu di mana pun. Maka saya pikir saya akan meraba dinding, kalian tahu, pada ketinggian di mana tombol lampu biasanya terpasang. Dan saya meraba-raba sepanjang dinding tapi saya tidak bisa menemukan tombol itu. Saya melihat ke langit-langit dan di atas ada bola lampu, maka pasti harus ada tombol lampu entah di mana, tetapi di mana? Saya mencari dan mencari, akhirnya saya berkata, “Hah, lupakan saja. Saya akan kembali ke kantor saya dan akan mengambil lampu senter yang ada di laci.” Jadi saya pergi dan saya ambil lampu senter, kembali ke ruang tape itu dan saya nyalakan lampu senternya. Dan saya melihat ke seluruh dinding, dan masih tidak ketemu tombolnya. Maka akhirnya saya berkata, “Ahhh, saya menyerah.” Lalu saya berlutut di depan kabinet di mana kaset yang saya cari itu berada, dan sementara saya mencari kaset itu, lampu senter itu miring sedikit ke atas dan di bawah rak itu saya melihat si tombol lampu.
Coba saya tanya, apa fungsi lampu senter itu? Fungsi lampu senter itu adalah untuk menemukan cahaya yang lebih besar. Apakah lampu senter itu ada gunanya? Tentu saja dia ada gunanya.


Now, let’s go to the next section. The role of John was not to bring in new light but rather to turn the attention of the people to the Light already given. He came to restore, you remember that? He came to restore. He was to awaken interest in the Old Testament, in the study of Old Testament prophecy.  As I mentioned before, he dressed like Elijah, he ate like Elijah, he spoke like Elijah, he called to repentance like Elijah, everybody thought that he was Elijah. He was attracting attention to the prophecy of Malachi chapter 4, in other words the role of John ~ listen carefully ~ was complementary to Scripture not supplementary. After all John fit perfectly with the description of the forerunner who will prepare the way for the Messiah. People should have then gone to the written Scriptures to find details about how the Messiah would come.

Sekarang marilah kita pergi ke bagian berikut. Peranan Yohannes bukan untuk membawa terang baru tetapi untuk mengembalikan perhatian umat kepada Terang yang sudah diberikan. Yohanes datang untuk memulihkan, kalian ingat itu? Dia datang untuk memulihkan. Tugasnya adalah untuk membangunkan perhatian kepada kitab Perjanjian Lama, untuk mempelajari nubuatan Perjanjian Lama. Sebagaimana yang tadi sudah saya sebutkan, Yohanes berpakaian seperti Elia, dia makan seperti Elia, dia berbicara seperti Elia, dia menyerukan pertobatan seperti Elia, maka semua orang mengira dia Elia. Yohanes sedang menarik perhatian orang kepada nubuatan di kitab Maleakhi pasal 4,  dengan kata lain, peranan Yohanes ~ dengarkan baik-baik ~ adalah melengkapi Kitab Suci, bukan menambahinya. Apalagi Yohanes sangat sesuai dengan deskripsi si pendahulu yang akan mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias. Seharusnya pada waktu itu orang-orang segera pergi ke Kitab Suci untuk menemukan detail-detail tentang bagaimana Sang Mesias akan datang.


You see, those who claimed to be God’s people and boasted at having the Old Testament   were violating every principle of the Word of God. They professed to be waiting for the Messiah, they professed to love God, they claimed to have a close relationship with Him and yet they crucified Christ because they misunderstood the Old Testament and rejected the clarification given by the lesser light, because they rejected the message of John, they ended up rejecting Jesus. Are you catching the picture here? We can image the Jews saying, “We have Moses,” like many Christians today say, “We’ve got the Bible.” But they did not understand or practice the teachings of Moses. They boasted up their knowledge of the Scriptures and yet they did not understand nor obey them at all. John was called to attract attention to the Word already given. In fact notice John 5:39-40 and then we’ll read verses 45-47. Jesus says, “39 You search the Scriptures, for in them you think you have eternal life; and these are they which…”  what?   “…give witness to (testify of) Me…”  do the Scriptures give witness to Jesus? Let me ask you, is the picture of Jesus in the Bible a full complete picture? Is it? Does the Bible reveal Jesus Christ in all of His glory? No. The Scriptures are kind of like a picture. You have a picture of someone, do you have a general idea what that person looks like, color of the hair, color of the eyes, etc.? Of course. Is that the same as meeting the person? Absolutely not. You see, it says here, “…You search the Scriptures…”  it’s talking about the Old Testament, “…for in them you think you have eternal life, and these are they which testify of me. 40 But you are not willing to come to Me that you may have life…”  In other words, you search the Scriptures because you think you have eternal life in them, and you reject Me who is the source of eternal life. And then He says, notice,  “…45 Do not think that I shall accuse you to the Father; there is one who accuses you --- Moses, in whom you trust. 46 For if you believed Moses, you would believe Me; for he wrote about Me. 47 But if you do not believe his writings, how will you believe My words?"

Kalian lihat, mereka yang mengaku sebagai umat Allah, dan berbangga memiliki kitab Perjanjian Lama, justru melanggar setiap prinsip Kitab Suci. Mereka mengaku sedang menantikan Messias, mereka mengaku mencintai Allah, mereka mengaku memiliki  hubungan dengan Dia, namun mereka menyalibkan Kristus karena mereka salah memahami kitab-kitab Perjanjian Lama dan menolak penjelasan yang diberikan oleh terang kecil. Karena mereka menolak pekabaran Yohanes, akibatnya mereka menolak Yesus. Apakah kalian bisa menangkap gambarnya di sini? Kita bisa membayangkan orang-orang Yahudi itu berkata, “Kita punya Musa”, sebagaimana banyak orang Kristen hari ini berkata, “Kita punya Alkitab”, tetapi mereka tidak paham maupun melakukan ajaran-ajaran Musa. Mereka menyombongkan pengetahuan mereka tentang Kitab Suci, namun mereka sama sekali tidak paham maupun mematuhinya. Yohanes dipanggil untuk membangkitkan perhatian kepada Kitab Suci yang sudah disampaikan kepada mereka. Bahkan, perhatikan Yohanes 5:39-40, lalu kita akan membaca ayat 45-47. Yesus berkata, Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci sebab kamu menyangka di dalamnya kamu mendapatkan hidup yang kekal, dan kitab-kitab itulah yang…”  apa?   “…memberi kesaksian (bersaksi) tentang Aku…”  Apakah Kitab Suci itu memberi kesaksikan tentang Yesus? Coba saya tanya, apakah gambaran Yesus di Alkitab itu gambar yang sempurna dan lengkap? Iyakah? Apakah Alkitab menyatakan Yesus Kristus dalam seluruh kemuliaanNya? Tidak! Kitab Suci seperti sebuah potret. Jika kita memiliki potret seseorang, apakah kita punya gambaran yang umum tentang bagaimana rupa orang tersebut, warna rambutnya, warna matanya, dll.? Tentu. Apakah itu sama dengan bertemu sendiri dengan orang tersebut? Tentu saja tidak. Kalian lihat, dikatakan di sini,    “…Kamu menyelidiki kitab-kitab Suci…”  ini berbicara tentang kitab-kitab Perjanjian Lama,   “…sebab kamu menyangka di dalamnya kamu mendapatkan hidup yang kekal, dan kitab-kitab itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, 40 namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu…” Dengan kata lain, kamu menyelidiki kitab-kitab suci itu karena kamu menganggap dengan berbuat demikian kamu mendapatkan hidup kekal, tetapi kamu menolak Aku, yang adalah sumber hidup kekal itu. Kemudian, Yesus berkata, perhatikan, “…45Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; ada seorang yang akan mendakwamu ~ yaitu Musa, yang kamu percayai. 46 Sebab andaikan kamu mempercayai Musa, tentu kamu akan mempercayai Aku, sebab ia menulis tentang Aku. 47 Tetapi jikalau kamu tidak mempercayai apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya apa yang Kukatakan?" [NKJV yang diindonesiakan]


I am of the firm belief, folks, that if the Jews had understood and obeyed the writings of Moses, John would never have been raised up by God. John was simply raised up by God, to shine on the pages of the Old Testament, so that people could see the Greater Light. He was provided as a help for people who were misreading and misinterpreting the Old Testament. God says, “I’m going to raise up a prophet, to shine on the pages of the written Scriptures, so that they can understand clearly and succinctly what they are  saying about the Messiah.”
Did John the Baptist add to Scriptures? No. He shines on the Scriptures so that people can see Jesus. John lighted up the Old Testament prophecies about the Messiah. He presented Jesus as the Lamb of God. Well, that was some revolutionary idea. Did the Jews know about the Lamb? Sacrifices of lambs were made everyday in the Sanctuary. Or did they read Isaiah 53 where it says He will be taken as a lamb to the slaughter? Was this some revolutionary new truth?  No. What John is saying is, you know, “Have you noticed in the Sanctuary service, lambs were offered, have you noticed in Isaiah 53 it says He is taken as a lamb to the slaughter? This is Him!” Are you following me? “He’s the One!” He is taking Bible prophecy and he is clarifying it and he is applying it to Jesus Christ. He took from the Old Testament and showed how it was being fulfilled in Jesus. He exalted the Old Testament and made it vivid, alive, and present truth. He rebuked, reproved. Even baptism was known in the times of John. Some of you say, “Oh, that’s a new doctrine.” No, it wasn’t. Certainly they knew that in the Sanctuary things were cleansed by water, they knew the story of Naaman, they knew that leprosy was a symbol of sin, and that Naaman had been cleansed by submerging himself  in the Jordan 7 times. John the Baptist did not bring in any new doctrines. He just shone on the pages of Scriptures so that people could discern Christ.

Saya sangat yakin, Saudara-saudara, seandainya orang-orang Yahudi memahami dan mematuhi tulisan-tulisan Musa, Yohanes tidak akan dibangkitkan oleh Allah. Yohanes dibangkitkan Allah semata-mata untuk memberikan terang pada halaman-halaman Perjanjian Lama, supaya orang-orang bisa melihat Terang Besar. Yohanes disediakan sebagai bantuan bagi orang-orang yang telah salah membaca dan salah menafsirkan Perjanjian Lama. Tuhan berkata, “Aku akan membangkitkan seorang nabi, untuk memberikan terang pada halaman-halaman tulisan kitab Suci, supaya mereka bisa mengerti dengan jelas dan tepat apa yang dikatakan kitab-kitab itu tentang Sang Messias.”
Apakah Yohanes Pembaptis menambahi Kitab Suci? Tidak. Dia menerangi Kitab Suci supaya orang-orang bisa melihat Yesus. Yohanes menerangi nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama mengenai Sang Mesias. Dia memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah. Nah, itu adalah ide yang revolusioner. Apakah orang-orang Yahudi tahu tentang Anak Domba? Domba-domba dikurbankan setiap hari di Bait Suci. Atau apakah mereka membaca Yesaya 53 di mana dikatakan Mesias akan dibawa seperti domba ke pembantaian? Apakah ini suatu kebenaran baru yang revolusioner? Tidak!
Apa yang dikatakan Yohanes, kalian tahu, adalah, “Sudahkah kamu menyimak upacara-upacara bait Suci, di mana domba-domba dikurbankan? Sudahkah kamu menyimak di Yesaya 53 dikatakan bahwa Dia dibawa seperti domba ke tempat pembantaian? Inilah Dia itu!” Apakah kalian memahami saya? “Dialah itu!” Yohanes mengambil nubuatan Alkitab dan dia menjelaskannya dan dia mengaplikasikannya kepada Yesus Kristus. Dia mengambil dari Perjanjian Lama dan menunjukkan bagaimana nubuatan itu digenapi oleh Yesus. Yohanes meninggikan Perjanjian Lama dan membuatnya lebih terang, hidup, dan menjadi kebenaran masa kini. Dia menegur dan mencela.
Bahkan baptisan pun sudah dikenal di zaman Yohanes. Ada dari kalian yang berkata, “Oh, itu doktrin yang baru.” Tidak, bukan. Sudah pasti orang-orang Yahudi tahu bahwa peralatan Bait Suci dibersihkan oleh air. Mereka kenal kisah Na’aman, mereka tahu bahwa penyakit kusta adalah lambang dosa dan Na’aman telah ditahirkan dengan menyelamkan dirinya di sungai Yordan 7 kali. Yohanes Pembaptis tidak memperkenalkan doktrin baru apa pun. Dia hanya menerangi halaman-halaman Kitab Suci supaya orang-orang bisa melihat Kristus.


John the Baptist was a pain in the neck, he was a fly in the ointment, a pain in the neck, a speck in the eye whatever way you want to call it, he was no pushover. He was not politically correct. He told it like it is. He rebuked sin fearlessly and played no favors. Of course this was what won him enemies. Notice Matthew 11:7-8. Did he rebuke Herod for his adultery? Even at the risk of his life. As they departed, Jesus began to say to the multitudes concerning John: ‘What did you go out into the wilderness to see? A reed shaken by the wind? 8 But what did you go out to see? A man clothed in soft garments? Indeed, those who wear soft clothing are in kings' houses.’”

Yohanes Pembaptis itu sangat menjengkelkan, ibarat seekor lalat dalam minyak, sebutir pasir dalam mata, terserah mau disebut sebagai apa. Dia bukanlah orang yang mau takluk pada orang lain. Dia berseberangan dengan apa yang disukai orang banyak. Dia bicara blak-blakan. Dia menegur dosa tanpa takut dan tidak tebang pilih. Tentu saja hal ini membuat dia punya banyak musuh. Perhatikan Matius 11:7-8, apakah dia menegur Herodes karena perzinahannya? Bahkan dengan taruhan nyawanya. 7 Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: ‘Kamu pergi ke padang gurun mau melihat apa? Sebatang buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? 8 Tetapi kamu pergi untuk melihat apa? Seorang yang berpakaian halus? Ketahuilah, orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja.” [NKJV yang diindonesiakan]


The role of John was to prepare a people for the first coming of Jesus. By revival, that is repentance, and reformation: bearing fruit, the people were to wait expectantly for their bridegroom. John was the liaison or go-between, between Jesus Christ the groom and Israel the bride. He was to prepare the way for the wedding. That’s why he is called the friend of the Bridegroom.

Peranan Yohanes ialah mempersiapkan suatu umat bagi kedatangan Yesus yang pertama. Dengan membuat kebangunan rohani, yaitu pertobatan dan reformasi: menghasilkan buah, manusia harus menantikan mempelai laki-lakinya dengan penuh kerinduan. Yohanes adalah yang menghubungkan atau perantaranya, antara Yesus Kristus sang mempelai laki-laki dengan Israel, mempelai wanitanya. Yohanes yang harus mempersiapkan pesta perkawinan itu, itulah sebabnya dia disebut teman sang Mempelai Laki-Laki.


Jesus stated that John the Baptist was Elijah, so he understood the role of Elijah in the Old Testament. Elijah was the great restorer, Elijah did not introduce new truths, he simply called Israel to repent and return to the religion of the fathers. This is why he built the altar of the Lord and he invoked the God of the covenant founders of the Old Testament, Abraham, Isaac and Jacob. In Malachi 4 we are once again told that in the end time Elijah would be a great restorer.  In Matthew 17:12 we are told that John the Baptist came to restore all things.

Yesus menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah Elia, jadi dia memahami peranan Elia dalam Perjanjian Lama. Elia adalah si pemulih besar, Elia tidak memperkenalkan kebenaran-kebenaran yang baru, dia hanya memanggil Israel supaya bertobat dan kembali ke agama nenek moyang mereka. Itulah sebabnya dia membangun mezbah bagi Tuhan dan dia memohon kepada Allah para pembuat perjanjian dari masa Perjanjian Lama: Abraham, Ishak dan Yakub. Di Maleakhi pasal 4, sekali lagi kita diberitahu bahwa pada masa akhir zaman, Elia akan menjadi pemulih besar. Di Matius 17:12 kita mendapat tahu bahwa Yohanes Pembaptis datang untuk memulihkan segala sesuatu.


Now, let’s go to the next page: Despised and rejected by the leaders.
Who hated the prophets the most? The pagan nations, right? The secular people. They were the ones that especially hated the prophets. Surprise, surprise, the ones who hated the prophets the most were God’s own people to whom they were sent. So when people hated Ellen White, she’s in good company. He was accused of being demon possessed, Matthew 11:18, For John came neither eating nor drinking, and they say, 'He has a demon.'”
Matthew 21:32, Jesus speaking to the chief priests and elders, “For John came to you in the way of righteousness, and you did not believe him; but tax collectors and harlots believed him; and when you saw it, you did not afterward relent and believe him.”
Where was the problem, with the populous or with the leadership? With the ministers of that day and age.
Luke 7:29-30,  And when all the people heard Him, even the tax collectors justified God, having been baptized with the baptism of John…”  but now notice,   “…30 But the Pharisees…”  today those would be the preachers,   “…and lawyers…”  those are the theologians,   “…rejected the will of God for themselves, not having been baptized by him.”
In John 1:10-11 it says they knew him not. Because they did this with John as they pleased, they also did the same with Jesus.
Matthew 17:11-13, “Jesus answered and said to them, ‘Indeed, Elijah is coming first and will restore all things. 12 But I say to you that Elijah has come already, and they did not know him but did to him whatever they wished. Likewise the Son of Man is also about to suffer at their hands.’ 13 Then the disciples understood that He spoke to them of John the Baptist.”

Sekarang, mari kita ke halaman berikutnya: Dibenci dan Ditolak oleh para Pemimpin.
Siapa yang paling membenci para nabi? Bangsa-bangsa kafir, betul? Orang-orang sekuler. Merekalah yang terutama membenci para nabi. Kejutan! Justru yang paling membenci para nabi adalah umat Allah sendiri, kepada siapa nabi itu diutus. Jadi ketika orang-orang membenci Ellen White, berarti dia berada di kelompok yang benar. Yohanes Pembaptis dituduh kerasukan Setan, Matius 11:18, 18 Karena Yohanes datang, tidak makan dan tidak minum, dan mereka berkata: ‘Ia kerasukan setan’”
Matius 21:32, Yesus berbicara kepada imam-imam kepala dan para ketua, 32 Sebab Yohanes datang  kepadamu dalam jalan kebenaran, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan ketika kamu melihatnya, setelah itu kamu tidak menyesal dan tidak percaya kepadanya." [NKJV yang diindonesiakan]
Di mana masalahnya? Dengan orang banyak atau dengan para pemimpin? Dengan para hamba Allah pada zaman itu.
Lukas 7:29-30, 29 Dan ketika semua orang  mendengar perkataan-Nya, bahkan  para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah dibaptiskan dengan baptisan Yohanes…” tetapi sekarang perhatikan, “…30 Tetapi orang-orang Farisi…”  zaman sekarang mereka itu para pengkhotbah, “…dan ahli-ahli Taurat…”  mereka ini para theolog, “…menolak kehendak Allah bagi diri mereka, karena mereka tidak dibaptis oleh Yohanes.” [NKJV yang diindonesiakan].
Di Yohanes 1:10-11 dikatakan mereka tidak mengenalNya. Karena mereka memperlakukan Yohanes sesuka hati mereka, mereka juga berbuat yang sama terhadap Yesus.
Matius 17:11-13, 11Jawab Yesus kepada mereka: ‘Memang Elia akan datang lebih dulu dan akan  memulihkan segala sesuatu  12 tetapi Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, dan mereka tidak mengenal dia, tetapi memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita di tangan mereka.’ 13 Lalu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Yohanes Pembaptis.” [NKJV yang diindonesiakan]


Folks, it is a simple fact that true prophets have never been particularly loved by the people to whom they are sent. In fact they were hated by those who professed to be God’s people. Before the Babylonian captivity got hold of Israel “and the Lord God of their fathers sent warnings to them by His messengers, rising up early and sending them because He had compassion on His people, and on His dwelling place. But they mocked the messengers of God, despised His words and scoffed at His prophets until the wrath of the Lord rose against His people till there was no remedy.”

Saudara-saudara, bahwa nabi-nabi yang benar tidak pernah dicintai oleh umat kepada siapa mereka diutus, adalah fakta yang sederhana. Bahkan mereka dibenci oleh mereka yang mengaku sebagai umat Allah. Sebelum Israel jatuh dalam penawanan Babilon Dan Tuhan, Allah nenek moyang mereka mengirim peringatan-peringatan kepada mereka melalui utusan-utusanNya, tanpa menunda-nunda waktu, Tuhan mengirim utusan-utusanNya karena ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya. 16 tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan allah itu, memandang rendah segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. sehingga murka Tuhan bangkit terhadap umat-Nya, sampai tidak bisa diredakan lagi. [2 Tawa 36:15-16]


And Jesus rebuked the Pharisees, Matthew 23:37, "O Jerusalem, Jerusalem, the one who kills the prophets and stones those who are sent to her! How often I wanted to gather your children together, as a hen gathers her chicks under her wings, but you were not willing!” Jeremiah was thrown in to the dungeon, Elijah was hunted like a wild beast, Isaiah was sawn asunder, John was beheaded, Jesus was crucified, Stephen was stoned, and the list goes on.
So just because people criticize, just because of those internet sites that many feed their minds on and waste their time on, doesn’t mean that Ellen White was a false prophet. Because all of those things that people bring up have been answered by the White Estate, there is nothing new under the sun. Instead of reading those websites why don’t you just read Ellen White? It would be much more provocative, hehehe.

Dan Yesus menegur orang-orang Farisi, Matius 23:37, Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”
Yeremia dilemparkan ke dalam penjara, Elia diburu seperti binatang buas, Yesaya digergaji jadi dua, Yohanes dipancung, Yesus disalib, Stefanus dirajam, dan daftarnya masih panjang.
Jadi hanya karena orang-orang mengritik, hanya karena orang-orang mengisi pikiran mereka dan menghabiskan waktu mereka dengan situs-situs internet itu, tidak berarti Ellen White itu nabi palsu. Karena semua hal yang dikemukakan orang-orang sudah dijawab oleh White Estate, tidak ada barang yang baru. Daripada membaca situs-situs itu, mengapa tidak membaca tulisan Ellen White saja? Itu jauh lebih provokatif, hehehe. 

Now, did John grow in his understanding? Listen carefully. Prophets were not omniscient of infallible. They were human. They grew in their understanding of truth. At first they might not fully understood the message that God is trying to convey through them. John, for example, at the beginning of his ministry thought that there would be only one coming of the Messiah. When He preached in the wilderness of Judea in a thundering voice he predicted concerning the Messiah, “His winnowing fan is in His hand and He will thoroughly clean out His threshing floor and gather His wheat into the barn but He will burn up the chaff with unquenchable fire.” [Mat 3:12] He didn’t even understand what he was preaching.


Nah, apakah Yohanes pemahamannya bertumbuh? Dengarkan baik-baik, nabi itu tidak mahatahu atau tidak bisa berbuat kesalahan. Mereka itu manusia. Mereka bertumbuh dalam pemahaman mereka akan kebenaran. Pada mulanya mereka mungkin tidak memahami sepenuhnya pekabaran yang mau disampaikan Allah melalui mereka. Yohanes, misalnya, pada awal pelayanannya menyangka bahwa hanya ada satu kedatangan Sang Mesias. Ketika dia berkhotbah di padang gurun Yudea dengan suara yang menggelegar, dia bernubuat mengenai Sang Mesias. 12 Kipas penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." [NKJV yang diindonesiakan].  
Dia bahkan tidak paham apa yang dikhotbahkannya.


Notice these statements from Ellen White before we turn to the parallel of Ellen White. She says, “John did not fully understand the nature of the Messiah’s kingdom. He looked for Israel to be delivered from her national foes; but the coming of a King in righteousness, and the establishment of Israel as a holy nation, was the great object of his hope.” (DA 103)
Page 136, she says, “During the weeks that followed…” that is the baptism of Jesus, “…John with new interest study the prophecies and the teaching of the sacrificial service. He did not distinguish clearly the two phases of Christ's work,--as a suffering sacrifice and a conquering king,--but he saw that His coming had a deeper significance than priests or people had discerned….” Did John the Baptist know everything from the get go? Did he grow in understanding? He most certainly did. But Ellen White says that he never actually fully understood until the disciples that he sent to see Jesus came back. You know that he sent some disciples to ask Jesus. You know he had said, “Behold the Lamb of God who takes away the sin of the world,” and now he sent his disciples to ask, “Are you the One we are expecting or are we to expect another?” Human, fallible, not omniscient. And so his disciples went and Jesus said, “Hang around”. He didn’t answer right away. And He cast out devils and He healed lepers and opened the eyes of the blind, all day. And at the end of the day He said to the disciples of John, “Now, you go tell John what you saw.” And Ellen White says when John heard the report, he remembered the prophesies of Isaiah who said that the Messiah was going to open the eyes of the blind, and He was going to release those who were under distress and those who were in prison. He said, “I don’t fully understand everything, but this is the Messiah.” He grew in his understanding.

Perhatikan pernyataan-pernyataan ini dari Ellen White sebelum kita beralih ke paralel Ellen White. Dia berkata, “Yohanes tidak sepenuhnya paham tentang kondisi kerajaan Sang Mesias. Dia berharap Israel akan diselamatkan dari musuh-musuh negaranya; tetapi kedatangan seorang Raja dalam kebenaran dan mendirikan Israel sebagai suatu bangsa yang kudus adalah objek besar harapannya (Desire of Ages hal. 103)
Hal. 136, Ellen White berkata, “Selama minggu-minggu berikutnya…” yaitu setelah baptisan Yesus, “…Yohanes mempelajari nubuatan-nubuatan serta ajaran tentang upacara Bait Suci dengan minat yang baru. Dia belum bisa membedakan dengan jelas kedua fase pelayanan Kristus ~ yaitu sebagai kurban yang menderita dan raja yang menang ~ tetapi dia melihat bahwa kedatanganNya memiliki arti yang lebih mendalam daripada yang dipahami para imam atau umat…”
Apakah Yohanes Pembaptis sudah tahu segalanya sejak dari pertama pelayanannya? Apakah dia bertumbuh dalam pemahamannya? Tentu saja. Tetapi Ellen White berkata bahwa dia tidak pernah benar-benar paham hingga murid-murid yang dikirimnya ke Yesus kembali. Kalian tahu dia mengirim beberapa muridnya untuk bertanya pada Yesus. Kalian tahu dia pernah berkata, “Lihat, Anak Domba Allah yang mengangkat dosa dunia!” dan sekarang dia mengirim murid-muridnya untuk bertanya, “Engkaukah yang kami tunggu atau kami harus menunggu yang lain?” Dia manusia, bisa berbuat salah, tidak mahatahu. Maka murid-muridnya pergi dan Yesus berkata, “Ikutlah.” Yesus tidak segera memberikan jawaban. Dan Yesus mengusir Setan dan Dia menyembuhkan orang-orang kusta dan mencelekkan mata orang buta, sepanjang hari. Dan pada akhir hari itu Dia berkata kepada murid-murid Yohanes. “Sekarang, pergilah dan katakan kepada Yohanes apa yang kalian lihat.” Dan Ellen White berkata, ketika Yohanes mendengar laporan mereka, dia ingat tentang nubuatan Yesaya yang mengatakan bahwa Sang Mesias akan mencelekkan mata orang buta, dan Dia akan membebaskan mereka yang berada di bawa tekanan dan mereka yang berada dalam penjara. Yohanes berkata, “Saya tidak sepenuhnya mengerti segalanya, tetapi ini memang Sang Mesias.” Dia bertumbuh dalam pemahamannya. 


Now, let’s go to the second part of our study.
You say, “Wow, took so long for the first part!”
Well, the good thing is that you should not be hungry because breakfast was late, hehehe. So let’s just bear with me because this is going to be good, this is really going to be good.

Sekarang mari kita ke bagian kedua pelajaran kita.
Kalian berkata, “Wow, bagian pertamanya panjang sekali!”
Nah, yang bagus itu kalian mestinya belum lapar karena tadi makan paginya cukup siang, heheheh. Jadi harap bersabar karena pelajaran ini bagus, ini sungguh-sungguh menarik.


Toward the conclusion ~ now listen carefully ~ toward the conclusion of the 2300 day prophecy ~ are the 70 weeks the first portion of that prophecy? You see, John the Baptist was raised up when the first part of the 2300 days were going to be fulfilled. But when the 2300 days ~ the larger portion came to an end, was there a great revival? There most certainly was.
Have you ever heard about the Millerites? Were they called to prepare the way for the Lord? Absolutely. And of course the culmination of this movement was God calling whom? Was God calling Ellen White, to even set William Miller straight on many things.
Menjelang berakhirnya ~ sekarang dengarkan baik-baik ~ menjelang berakhirnya nubuatan 2300 hari ~ apakah ke-70 minggu itu bagian pertama dari nubuatan tersebut? Kalian lihat, Yohanes Pembaptis dibangkitkan ketika bagian pertama nubuatan 2300 hari itu akan digenapi. Tetapi ketika nubuatan 2300 hari ~ bagian besarnya ~ berakhir, apakah terjadi suatu kebangunan rohani? Betul sekali.
Pernahkah kalian mendengar tentang golongan Miller? Apakah mereka dipanggil untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan? Dan tentu saja puncak gerakan ini adalah Tuhan memanggil siapa? Tuhan memanggil Ellen White, bahkan untuk membawa William Miller kepada pemahaman yang benar dalam banyak hal.


Now, many people said that they could not accept the ministry of Ellen White because she did not perform miracles. Selected Messages Vol. 2 pg. 53-54, “Some declare their unbelief in the work  that the Lord has given me to do because, as they say, ‘Mrs. E.G. White works no miracles.’ But those who look for miracles as a sign of divine guidance are in grave danger of deception. …”  

Nah, banyak orang berkata bahwa mereka tidak bisa menerima pekabaran Ellen White karena dia tidak pernah membuat mujizat. Selected Messages Vol. 2 hal. 53-54, “Beberapa orang menyatakan ketidakpercayaan mereka terhadap pekerjaan yang telah diberikan Tuhan kepada saya karena seperti kata mereka, ‘Nyonya E.G. White tidak membuat mujizat.’ Tetapi mereka yang mencari mujizat sebagai tanda bimbingan ilahi akan mudah sekali tertipu…”


Did Ellen White claim to be a prophet? Let’s read her own statements. This is found in Selected Messages Vol. 1 pg. 35-36, she says, “…During the discourse…” given at Battle Creek, October 2, 1904,  “…I said that I did not claim to be a prophetess. Some were surprised at this statement, and as much is being said in regard to it, I will make an explanation. Others have called me a prophetess, but I have never assumed that title. I have not felt that it was my duty thus to designate myself.”

Apakah Ellen White mengaku sebagai nabi? Mari kita baca pernyataannya sendiri. Ini terdapat di Selected Messages Vol. 1 hal. 35-36, dia berkata, “…Selama ceramah…” yang diberikan di Battle Creek, 2 Oktober 1904, “…saya sudah berkata saya tidak mengklaim sebagai seorang nabiah. Beberapa orang terkejut dengan pernyataan ini, dan karena banyaknya pembicaraan tentang hal ini, saya akan memberikan penjelasan. Orang-orang lain menyebut saya nabiah, tetapi saya sendiri tidak pernah memakai gelar tersebut. Saya tidak pernah merasa bahwa itulah kewajiban saya menamakan diri saya demikian.”


Selected Messages Vol. 1 pg. 35, “When I was last in Battle Creek, I said before a large congregation that I did not claim to be a prophetess. Twice I referred to this matter, intending each time to make the statement, ‘I do not claim to be a prophetess.’ If I spoke otherwise than this, let all now understand that what I had in mind to say was that I do not claim the title of prophet or prophetess.”

Selected Messages Vol. 1 hal. 35, “Ketika saya terakhir berada di Battle Creek, saya berkata di hadapan jemaat yang besar bahwa saya tidak mengklaim sebagai seorang nabiah. Dua kali saya menyebut tentang hal ini, setiap kali dengan niatan memberikan pernyataan ‘Saya tidak mengklaim sebagai seorang nabiah’. Jika saya pernah berbicara berlawanan dengan ini, biarlah semua sekarang memahami bahwa yang selalu ingin saya katakan adalah saya tidak mengklaim gelar nabi atau nabiah.”


So who was she then? Listen, in the light of what we have studied. Selected Messages Vol. 1 pg. 32, she says, “…Early in my youth I was asked several times, Are you a prophet? I have ever responded, I am the Lord's messenger. I know that many have called me a prophet, but I have made no claim to this title. My Saviour declared me to be His messenger.”

Jadi siapa Ellen White kalau begitu? Dengarkan, sehubungan dengan apa yang telah kita pelajari, Selected Messages Vol. 1 hal. 32, dia berkata, “…Di masa muda saya, saya sudah pernah ditanyai beberapa kali, ‘Apakah kamu nabi?’ Saya selalu menjawab, ‘Saya adalah utusan Tuhan.’ Saya tahu banyak orang mungkin menyebut saya nabi, tetapi saya tidak pernah mengklaim gelar ini. Juruselamat saya menyatakan saya adalah utusanNya.”


Vol. 1 page 32, I have had no claims to make, only that I am instructed that I am the Lord's messenger; that He called me in my youth to be His messenger, to receive His word, and to give a clear and decided message in the name of the Lord Jesus.”
Page 34, To claim to be a prophetess is something that I have never done. If others call me by that name, I have no controversy with them. But my work has covered so many lines that I cannot call myself other than a messenger, sent to bear a message from the Lord to His people, and to take up work in any line that He points out.”

Vol. 1 hal. 32, “Saya tidak mengklaim apa-apa, hanya bahwa saya telah diinstruksikan, saya itu utusan Tuhan, bahwa Tuhan memanggil saya di masa muda saya untuk menjadi utusanNya, untuk menerima FirmanNya, dan untuk menyampaikan pekabaran yang jelas dan pasti dalam nama Tuhan Yesus.”
Hal. 34, “Mengklaim sebagai seorang nabiah adalah hal yang tidak pernah saya lakukan. Jika orang lain memanggil saya dengan nama itu, saya tidak berselisih dengan mereka. Tetapi pekerjaan saya meliputi begitu banyak bidang sehingga saya tidak bisa menyebut diri saya dengan nama lain kecuali seorang utusan, yang diutus untuk menyampaikan pekabaran Tuhan kepada umatNya, dan untuk bekerja dalam pekerjaan apa pun yang Tuhan tunjukkan kepada saya.”


Yet was Ellen White more than a prophet? Let’s read a couple of statements.
Selected Messages Vol. 1 pg 36-37, “My work includes much more than this name signifies…”  How interesting! First, all of these are coincidences, heheheh. No. She says,  “…I regard myself as a messenger…”  there it is again “…entrusted by the Lord with messages for His people…. My commission embraces the work of a prophet, but it does not end there. It embraces much more than the minds of those who have been sowing the seeds of unbelief can comprehend.”

Namun demikian apakah Ellen White lebih dari seorang nabi? Mari kita membaca dua pernyataan lagi.
Selected Messages Vol. 1 hal. 36-37, “Pekerjaan saya meliputi lebih banyak daripada apa yang diartikan oleh nama ini…” Sangat menarik! Pertama, semuanya ini adalah suatu kebetulan, hehehe. Tidak! Ellen White berkata, “…Saya menganggap diri saya sebagai seorang utusan…” kata itu lagi, “…yang dipercayai Tuhan dengan pekabaran-pekabaran bagi umatNya… Tugas saya meliputi pekerjaan seorang nabi, tetapi tidak berakhir di sana. Tugas saya meliputi jauh lebih banyak daripada apa yang bisa dipahami oleh pikiran orang-orang yang menaburkan benih-benih ketidakpercayaan.”


Selected Messages Vol. 1 pg 32, she says, “…Why have I not claimed to be a prophet?—Because in these days many who boldly claim that they are prophets are a reproach to the cause of Christ; and because my work includes much more than the word ‘prophet’ signifies.”
Ellen White was much more than a prophet. She was called to prepare a people in every sphere of life for the coming of Christ.  She spoke about medical, educational, publishing, administration of the work, ministerial, evangelism, theology, home and marriage, devotional life, children, finances, health, you name it. Because she wanted to prepare a well rounded people to be ready for the second coming of Christ. Did Ellen White have the testimony of Jesus? Well, you know the prophecy in Revelation 12:17 where it says that the devil will be angry at the woman and “will make war against the remnant of her Seed, who keeps the commandments of God and have the testimony of Jesus Christ.”
What is the testimony of Jesus Christ? Revelation 19:10 says that “the testimony of Jesus is the spirit of prophecy.” In Revelation 20:8-9 says that the brothers of John were prophets. So the testimony of Jesus is to be a prophet. Notice what Ellen White had to say in the  book  Loma Linda Messages pg. 33, speaking about Revelation 12:17 she says, “This prophecy points out clearly that the remnant church will acknowledge God in His law and will have the prophetic gift. Obedience to the law of God, and the spirit of prophecy has always distinguished the true people of God, and the test is usually given on present manifestations.”

Selected Messages Vol. 1 hal. 32, Ellen White berkata, “…Mengapa saya tidak mengklaim sebagai nabi? Karena di zaman sekarang banyak yang dengan berani mengklaim bahwa mereka adalah nabi, justru merupakan aib bagi pekerjaan Kristus, dan karena pekerjaan saya meliputi lebih daripada makna kata ‘nabi’ itu sendiri.”
Ellen White itu jauh lebih daripada seorang nabi. Dia dipanggil untuk mempersiapkan manusia dalam setiap bidang kehidupan bagi kedatangan Kristus. Ellen White berbicara tentang medis, pendidikan, penerbitan, administrasi pekerjaan, pelayanan, penginjilan, theologi, rumah tangga dan perkawinan, hidup yang berbakti, anak-anak, keuangan, kesehatan, apa saja. Karena Ellen White mau mempersiapkan suatu umat yang siap dalam segalanya bagi kedatangan Kristus yang kedua.
Apakah Ellen White memiliki kesaksian Yesus? Nah, kalian tahu tentang nubuatan di Wahyu 12:17 di mana dikatakan bahwa Setan akan marah pada perempuan itu  “lalu pergi memerangi yang tersisa dari  benihnya,  yang memelihara perintah-perintah Allah dan memiliki kesaksian yesus Kristus.”
Apakah kesaksikan Yesus Kristus? Wahyu 19:10 berkata bahwa “…kesaksian Yesus adalah Roh nubuat." Di Wahyu 20:8-9 dikatakan bahwa saudara-saudara Yohanes adalah nabi-nabi. Maka bersaksi tentang Yesus adalah menjadi seorang nabi. Perhatikan apa kata Ellen White dalam buku Loma Linda Messages, hal. 33, berbicara tentang Wahyu 12:17, dia berkata, “Nubuat ini menunjukkan dengan jelas bahwa gereja yang tersisa akan mengakui Allah dalam HukumNya dan akan memiliki karunia nubuat. Ketaatan kepada Hukum Allah, dan roh nubuat selalu membedakan umat sejati Allah, dan biasanya ujiannya diberikan pada manifestasi saat itu.”


Was Ellen White a lesser light? Listen to this statement, “Little heed…” and this statement has been misunderstood. How many of you have heard that Ellen White is a lesser light to lead to the Bible the Greater Light? Though we have already noticed that the Bible is what? A lesser light. Both Ellen White, folks, and the Bible are lesser light.
Now listen carefully. Ellen White was not less inspired than the Bible writers and she is not of less authority ~ and I know that people may be not agree with that “less authority than the Bible” ~ the only difference between the Bible and Ellen White is that she was raised up for a different function. But she is not less inspired and she is not of lesser authority, she just has a different function. And we are going to deal with that in a few moments.
She says, “Little heed is given to the Bible and the Lord has given a lesser light to lead men and women to the Greater Light.” [Selected Messages Vol. 3 pg. 30]

Apakah Ellen White itu terang kecil? Dengarkan pernyataan ini, “Sedikit perhatian…” dan pernyataan ini telah disalahmengerti. Berapa orang dari kalian yang pernah mendengar bahwa Ellen White adalah terang kecil untuk membawa orang kepada Alkitab, Terang Besar? Walaupun tadi kita sudah menyimak bahwa Alkitab itu apa? Terang kecil. Baik Ellen White, Saudara-saudara, dan Alkitab adalah terang kecil.
Sekarang dengarkan baik-baik. Ellen White tidak lebih sedikit terinspirasi dibandingkan penulis-penulis  Alkitab, dan autoritasnya tidaklah lebih kecil ~ dan saya tahu mungkin ada orang-orang yang tidak setuju dengan masalah “tidak memiliki autoritas sebesar Alkitab” ini ~ satu-satunya perbedaan antara Alkitab dengan Ellen White adalah dia dibangkitkan untuk fungsi yang berbeda. Tetapi dia tidak lebih sedikit terinspirasi dan juga autoritasnya tidak lebih kecil daripada Alkitab, hanya saja dia memiliki fungsi yang lain. Dan kita akan membahas itu sebentar lagi.
Ellen White berkata, “Sedikit perhatian yang diberikan kepada Alkitab, dan Tuhan telah memberikan terang kecil ini untuk membimbing laki-laki dan wanita kepada Terang yang besar.” [Selected Messages Vol. 3, hal. 30].


Have we identified the Greater Light before? Just in case you missed it, I have two additional quotations here.
In Desire of Ages pg. 220 she says, The prophet John was the connecting link between the two dispensations. As God's representative he stood forth to show the relation of the law and the prophets to the Christian dispensation. He was…”  that’s John,   “…the lesser light, which was to be followed by a greater…”  now who is that Greater?   “…The mind of John was illuminated by the Holy Spirit, that he might shed light upon his people; but no other light ever has shone or ever will shine so clearly upon fallen man as that which emanated from the teaching and example of Jesus. Christ and His mission had been but dimly understood as typified in the shadowy sacrifices. Even John had not fully comprehended the future, immortal life through the Saviour.” [ DA 220.2]

Apakah kita sudah mengidentifikasi Terang Besar? Misalnya tadi ada yang luput menangkap, saya punya pertanyaan tambahan di sini.
Di Desire of Ages hal. 220, Ellen White berkata, “Nabi Yohanes adalah rantai penghubung antara dua masa. Sebagai wakil Allah, dia tampil berdiri untuk menunjukkan hubungan antara hukum serta nabi-nabi kepada zaman Kekristenan. Dia…” yaitu Yohanes, “…adalah terang kecil, yang akan diikuti oleh Terang yang besar…” nah Siapa ini yang besar?  “…Pikiran Yohanes diterangi oleh Roh Kudus agar dia bisa memancarkan terang pada bangsanya. Tetapi tidak ada terang lain yang pernah atau akan bersinar sedemikian jelasnya kepada manusia-manusia berdosa, seperti terang yang memancar dari ajaran dan teladan Yesus. Kristus dan misiNya hanya dipahami secara kabur seperti yang dilambangkan dalam kurban-kurban bayangan. Bahkan Yohanes tidak sepenuhnya mengerti hidup kekal di masa depan melalui Sang Juruselamat.” [Desire of Ages hal. 220.2]


In Review and Herald, April 8, 1873 Ellen White wrote, “The religion of the Jews, in consequence of their departure from God, consisted mostly in ceremony. John was the lesser light, which was to be followed by a Greater Light. He was to shake the confidence of the people in their traditions, and call their sins to their remembrance, and lead them to repentance; that they might be prepared to appreciate…”  what?   “… the work of Christ….”

Di Review and Herald, 8 April 1873, Ellen White menulis, “Agama orang Yahudi ~ sebagai akibat mereka meninggalkan Allah ~ sebagian besar hanyalah upacara. Yohanes adalah terang kecil, yang akan diikuti oleh Terang Besar. Yohanes diutus untuk mengguncang keyakinan umat dari tradisi mereka, can mengingatkan dosa-dosa mereka, dan membimbing mereka kepada pertobatan, supaya mereka siap untuk menghargai…” apa? “…pekerjaan Kristus…”


Conflict and Courage pg. 279, “It was not John’s privilege to be with Christ, and witness the manifestation of divine power attending…”  what? “… the Greater Light…”  Who is the Greater Light? Jesus is the Greater Light. The Bible is not the Greater Light, the Bible is an incomplete picture of Christ. It has enough to take us to heaven, now don’t misunderstand me. The Bible has everything we need to accept Christ and be saved in His kingdom. But Christ is so much greater than what is written in the book.

Conflict and Courage hal. 279, “Yohanes tidak mendapat kesempatan untuk berjalan bersama Kristus dan menyaksikan manifestasi kuasa ilahi…” apa? “…yang menyertai Terang Besar…” Siapa Terang Besar ini? Yesus-lah Terang Besar itu. Alkitab bukan Terang Besar, Alkitab itu adalah gambaran Kristus yang tidak lengkap. Alkitab cukup untuk membawa kita ke Surga, jangan salah paham. Alkitab berisikan segala yang kita butuhkan untuk menerima Kristus dan diselamatkan dalam kerajaanNya. Tetapi Kristus itu jauh lebih besar daripada apa yang tertulis di dalam kitab itu.


Now, listen carefully, This Day with God pg. 246, “With the first advent of Christ there was ushered in an era of…”  of what?   “… Greater Light and glory; but it would indeed be sinful ingratitude to despise and ridicule the lesser light because a fuller and more glorious light had dawned. Those who despise the blessings and glory of the Jewish age are not prepared to be benefited by the preaching of the gospel. The brightness of the Father's glory, and the excellence and perfection of His sacred law, are only understood through the atonement made upon Calvary by His dear Son; but even the atonement loses its significance when the law of God is rejected.”

Sekarang dengarkan baik-baik, This Day with God, hal 246, “Dengan kedatangan Kristus yang pertama, masuklah suatu era…” apa?  “…terang dan kemuliaan yang lebih besar, namun jika kita menghina dan mengolok-olok terang kecil karena suatu terang yang lebih sempurna dan lebih mulia telah muncul, itu namanya berdosa dan tidak berterima kasih.  Mereka yang menghina berkat-berkat dan kemuliaan zaman Yahudi tidak siap menerima manfaat injil yang dikhotbahkan. Cahaya benderang kemuliaan Allah Bapa serta kehebatan dan kesempurnaan HukumNya yang kudus, hanya bisa dipahami melalui pendamaian yang dilakukan di Kalvari oleh AnakNya yang terkasih. Namun, bahkan pendamaian itu kehilangan maknanya bilamana Hukum Allah ditolak.”


Traditionally it has been taught that the Bible is the Greater Light and the writings of Ellen White are the lesser light. Some have taken the word “lesser” to mean inferior. That is, they believe that Ellen White was less inspired than the biblical prophets and therefore she has less authority. But those who believe this, miss the point. As we have shown, both the Bible and Ellen White are lesser lights that lead to Jesus the Greater Light. Ellen White’s inspiration and authority is equal to those of the Bible prophets but she was called for a different function. She was not called to bring forth new truth but rather to amplify the truth already revealed and to correct those who go astray from the truth to bring them back to the truth.
As with John, two sources give witness to Jesus, one, canonical, the Bible; and the other non-canonical, the writings of Ellen White.
As with John, the purpose of her writings is to bring attention to what? To the written Scriptures. Was that the purpose of John the Baptist? Absolutely. Which had been trampled upon and misinterpreted during the dark ages. If God’s people had studied the Word of God with the sincere desire to obey it, Ellen White would never have been called by God. Christians today who claim to follow the Bible, keep Sunday as a day of rest, eat pork, believe the dead aren’t dead, that the wicked would burn in hell forever, that we should baptize babies by sprinkling. God has called Ellen White to set the record straight.
Are you understanding her function?

Secara tradisi diajarkan bahwa Alkitab adalah terang yang besar, dan tulisan-tulisan Ellen White terang kecil. Beberapa orang bahkan telah mengambil kata “kecil” itu dan mengartikannya inferior (kalah mutu), yaitu mereka meyakini Ellen White lebih sedikit terinspirasi daripada nabi-nabi Alkitab dan oleh sebab itu Ellen White memiliki autoritas yang lebih kecil. Tetapi mereka yang menyakini ini, salah tangkap. Seperti yang telah kita lihat, baik Alkitab maupun Ellen White adalah terang kecil yang membimbing kepada Yesus, Terang Besar. Inspirasi dan autoritas Ellen White sederajat dengan nabi-nabi Alkitab, tetapi Ellen White dipanggil untuk fungsi yang berbeda. Ellen White tidak dipanggil untuk menyampaikan kebenaran yang baru, melainkan untuk menjelaskan kebenaran yang sudah dinyatakan dan untuk mengoreksi mereka yang telah tersesat dari kebenaran dan membawa mereka kembali kepada kebenaran.
Sebagaimana dengan Yohanes, dua sumber memberi kessaksian tentang Yesus, satu kanonikal yaitu Alkitab, dan yang lain non-kanonikal yaitu tulisan-tulisan Ellen White.
Sebagaimana dengan Yohanes, tujuan tulisan-tulisan Ellen White adalah untuk membawa perhatian orang kepada apa? Kepada tulisan-tulisan Kitab Suci. Apakah itu tujuan Yohanes Pembaptis? Benar sekali. Tulisan-tulisan Kitab Suci yang telah diinjak-injak dan disalahinterpretasikan selama zaman Abad Kegelapan. Seandainya umat Allah mempelajari Firman Allah dengan niat yang tulus untuk mematuhinya, Ellen White tidak akan pernah dipanggil Tuhan. Orang Kristen zaman sekarang yang mengakui mengikuti Alkitab, memelihara hari Minggu sebagai hari perhentian, makan babi, meyakini orang mati tidak mati, bahwa orang fasik akan selamanya dibakar di neraka, bahwa bayi-bayi harus dibaptiskan dengan percikan air. Allah memanggil Ellen White untuk membenahi segala yang salah ini. Apakah kalian paham fungsinya?


Is she another Bible? Does she bring new truths and revolutionary ideas that are not in the Bible? No. You see, the Christian world after the Middle Ages was in darkness, God said, “I’m going to give them a little help. I’m going to raise up Ellen White to shine on the pages of Scriptures so that they can recover what was lost.”
Is that a different function than bringing new truths and being part of the Bible? Does that mean she is of lesser authority or inspiration? Absolutely not.

Apakah Ellen White itu Alkitab yang baru? Apakah dia memperkenalkan kebenaran baru dan ide-ide revolusioner yang tidak ada di dalam Alkitab? Tidak. Kalian lihat, dunia Kekristenan setelah zaman Abad Pertengahan tenggelam dalam kegelapan. Tuhan berkata, “Aku akan memberi mereka sedikit bantuan. Aku akan membangkitkan Ellen White untuk menyinari halaman-halaman Kitab Suci supaya mereka bisa menemukan kembali apa yang telah hilang.”
Apakah itu fungsi yang berbeda dengan memperkenalkan kebenaran baru dan menjadi bagian dari Alkitab? Apakah ini berarti Ellen White memiliki autoritas atau inspirasi yang lebih kecil? Sama sekali tidak.


Now, let me read what Ellen White herself said. People should pay attention to what Ellen White said. This is what she says, Testimonies for the Church Vol. 2 pg. 663-666, I am not going to read them all, only the (x)’s that are chosen. She says, “Brother J. would confuse the mind by seeking to make it appear that the light God has given through the Testimonies is an addition to the word of God, but in this he presents the  matter in a false light. God has seen fit in this manner to bring…”  listen carefully    “…to bring the minds of His people…”  where?   “… to His word, to give them a clearer understanding of it. The word of God is sufficient to enlighten the most beclouded mind and may be understood by those who have any desire to understand it. But notwithstanding all this, some who profess to make the word of God their study are found living in direct opposition to its plainest teachings…”  and now notice,   “…Then, to leave men and women without excuse, God gives plain and pointed testimonies…”  listen carefully now,   “…bringing them back to the word that they have neglected to follow…”  then she says,   “…The word of God abounds in general principles for the formation of correct habits of living, and the testimonies, general and personal, have been calculated to call their attention more especially to these principles…” (pg.278)  Do you notice the number of times she says, “I was raised up to bring people back to the Bible, back to the Bible, back to the Word”?  She says, “If you had made God’s Word your study with the desire to reach the Bible standard and attain Christian perfection, you would not have needed the testimonies.”  Would Israel have needed John the Baptist if they were obeying the Bible? No. “…It is because you have neglected to acquaint yourselves with God’s inspired Book…”  listen carefully  “…that He had sought to reach you by simple, direct testimonies, calling…”  once again   “…calling your attention to the words of inspiration which you  had neglected to obey, and urging you to  fashion your lives in accordance with its pure and elevated teachings. The Lord desires to warn you to reprove, to counsel, through the testimonies given, and to impress your minds…”  notice again, “…with the importance of the truth of His word. The written testimonies are not to give new light, but to impress vividly upon the heart the truths of inspiration already revealed…”  how many times can she say it?   “…Man's duty to God and to his fellow man has been distinctly specified in God's word; yet but few of you are obedient to the light given. Additional…”  now, again!   “…additonal truth is not brought out; but God has through the Testimonies…”  what? Ah, I love it!    “…simplified the great truths already given and in His own chosen way brought them before the people to awaken and impress the mind with them, that all may be left without excuse.” [pg 605]
Are you following me?

Sekarang, saya akan membacakan apa yang dikatakan Ellen White sendiri. Orang-orang harus memperhatikan apa yang dikatakan Ellen White. Inilah katanya, Testimonies for the Church Vol. 2 hal 663-666, saya tidak akan membaca semuanya hanya yang bertanda (x) yang terpilih. Ellen White berkata, “Saudara J. mau membingungkan pikiran dengan berusaha menampilkan bahwa terang yang diberikan Tuhan melalui Testimonies adalah tambahan kepada Firman Tuhan. Tetapi dengan demikian, Saudara J. telah menyampaikan masalahnya secara tidak benar. Dalam hal ini Tuhan menganggapnya perlu untuk…” apa? “…untuk membawa pikiran umatNya…” ke mana? “…kepada FirmanNya, untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas kepada mereka. Firman Tuhan itu cukup untuk mencerahkan pikiran yang paling buram dan bisa dipahami oleh mereka yang memang rindu untuk memahaminya. Tetapi kendatipun demikian, beberapa orang yang mengaku mempelajari Firman Tuhan, didapati hidup secara berlawanan dengan ajaranNya yang paling sederhana…” dan sekarang perhatikan, “…Maka, supaya laki-laki dan wanita tidak punya alasan berkelit, Tuhan memberikan kesaksian-kesaksian yang sederhana dan tajam…” dengarkan baik-baik sekarang, “…untuk membawa mereka kembali kepada Firman yang telah mereka abaikan…” kemudian Ellen White berkata, “…Firman Allah penuh berisikan prinsip-prinsip umum guna membentuk kebiasaan hidup yang benar. Dan kesaksian-kesaksian itu secara umum dan pribadi telah diperhitungkan untuk memanggil perhatian mereka terutama kepada prinsip-prinsip ini…” [hal. 278]. Apakah kalian melihat berapa kali Ellen White berkata, “Saya dibangkitkan untuk membimbing orang kembali kepada Alkitab, kembali ke Alkitab, kembali ke Firman”? Ellen White berkata, “Jika kamu mempelajari Firman Allah dengan tujuan mencapai standar Alkitab dan mencapai kesempurnaan Kekristenan, kamu tidak akan memerlukan kesaksian-kesaksian itu.” Akankan Israel membutuhkan Yohanes Pembaptis seandainya mereka mematuhi Alkitab? Tidak. “…Karena kamu telah melalaikan untuk mengenali Kitab yang diinspirasikan Tuhan…” dengarkan baik-baik, “…maka Tuhan telah berusaha meraih kamu dengan kesaksian-kesaksian yang sederhana dan langsung, memanggil…” sekali lagi, “…memanggil perhatianmu kepada Firman yang diinspirasi, yang mana sudah tidak kamu patuhi, dan mendesak kamu untuk membentuk hidupmu sesuai dengan ajarannya yang murni dan tinggi. Tuhan mau memperingatkan kamu, menegur, menasihati, melalui kesaksian-kesaksian yang diberikan, dan menanamkan dalam pikiranmu…” perhatikan lagi, “…betapa pentingnya kebenaran FirmanNya. Kesaksian-kesaksian yang tertulis tidak memberikan terang yang baru, tetapi  guna menekankan dengan jelas pada hati manusia, semua kebenaran inspirasi yang sudah dinyatakan…” berapa kali dia harus mengatakan ini?  “…Kewajiban manusia kepada Tuhan dan kepada sesamanya telah diperinci dengan jelas dalam Firman Tuhan, namun hanya beberapa dari kalian yang patuh kepada terang yang diberikan. Tambahan…” sekarang, lagi! “…Tambahan kebenaran tidak disampaikan, tetapi Tuhan melalui kesaksian-kesaksian itu telah…” apa? Ah, saya menyukainya, “…menyederhanakan kebenaran-kebenaran besar yang telah diberikan, dan dengan cara yang dipilihNya sendiri telah menyodorkannya ke hadapan umatNya, untuk membangunkan dan menanamkan kesan pada pikirian mereka, supaya semua tidak punya alasan berkilah.” [hal. 605]
Apakah kalian bisa mengikuti saya?


Let me just tell you a little story. A few years ago as I was having some evangelistic series  in Albuquerque New Mexico, I served as a Ministerial Director and Evangelism  Coordinator as well as Pathfinder director of the Texico Conference ~  you know when I came to California,  people would ask me whether I was coming to California, and you know, and I said, “Yea, I’m coming to California.”  They say, “You mean you’re going to California?” I said, “Yea, yea, I’m going to California, what’s wrong with that?” They said, “Hoh, Sodom and Gomorrah.” Heheheh. They don’t know there are a lot of good things in California too.
But anyway I was in Albuquerque and I was listening to the radio, I was going to an appointment, and there was this talk show that was on, people would call in with live questions and the pastor on the other side answered the questions, obviously not an Adventist, and as I was driving somebody called in and said, “Sir, I have two questions, I was wondering if you could answer them for me. The first question is, is it a sin to smoke? And the second question is, will God send me to hell for smoking?” He says, “I’ll hang up and take the answers.” So he hangs up. I find his questions peculiar, sometimes I wondered if he was an Adventist who was asking the questions. Anyway I was just totally floored by the answers that were given by the radio show host. He said, “With regard to your first question, whether smoking is a sin, I can assure you that it’s not because you don’t find any verse in the Bible that says ‘Thou shalt not smoke.’” And he says, “With regard to your second question, whether God is going to send you to hell because you smoke, rather to the contrary you’ll make it to heaven quicker.” Hehehehe. You understand why? Because the moment you die, you go to heaven. Two heresies in answer to two questions.
Does the Bible forbid smoking? Your body is the temple of the Holy Spirit, if you destroy the temple God will destroy you. The principle is clear. So, what it says to leave people without excuse? I’ll just say, smoking is a sin. Now, I know overcoming smoking is very difficult. I am not condemning anyone who smokes. God can give the victory over smoking. But I am simply expressing reality. Destroying God’s body temple is a sin.

Saya akan menceritakan suatu kisah pendek. Beberapa tahun lalu saya mengadakan beberapa seri penginjilan di Albuquerque New Mexico, saya melayani sebagai Ministerial Director and Evangelism Coordinator dan juga sebagai Pathfinder Director dari Texico Conference  ~  dan kalian tahu, saat saya akan ke California orang-orang bertanya apakah saya akan ke California, dan saya menjawab, “Ya, saya akan ke California.” Mereka berkata, “Bener nih, Anda akan ke California?” Saya berkata, “Ya, ya, saya akan ke California, memangnya kenapa?” Mereka berkata, “Hoooh, Sodom dan Gomora.” Hehehe. Mereka tidak tahu di California juga ada banyak hal yang baik.
Tetapi, selagi saya di Albuquerque dan saya sedang mendengarkan radio ~ saya sedang pergi untuk menemui seseorang, dan saya mendengarkan acara talk show ini di mana orang-orang  mengajukan pertanyaan secara live dan seorang pendeta di sana menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, jelas pendeta itu bukan seorang Advent ~ nah, selagi saya mengemudikan mobil itu, ada yang menelepon ke radio itu dan berkata, “Bapak, saya punya dua pertanyaan, saya berharap Anda boleh menjawabnya. Pertanyaan pertama, apakah merokok itu dosa?  Dan pertanyaan kedua, apakah Tuhan akan mengirim saya ke neraka karena merokok?” katanya. “Saya akan memutuskan telepon dan menunggu jawabannya.” Lalu orang itu memutuskan telepon. Menurut saya pertanyaannya aneh, terkadang saya berpikir apakah dia bukan seorang Advent mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu. Nah, jawaban yang diberikan oleh host acara radio itu sungguh-sungguh di luar dugaan saya. Pembawa acara itu berkata, “Sehubungan dengan pertanyaan Anda yang pertama, apakah merokok itu dosa, saya jamin bahwa itu bukan dosa, karena kita tidak akan menemukan ayat apa pun di dalam Alkitab yang berkata ‘Jangan merokok.’” Lalu dia berkata, “Sehubungan dengan pertanyaan Anda yang kedua, apakah Tuhan akan mengirim Anda ke neraka karena merokok, justru sebaliknya, Anda akan lebih cepat mencapai Surga.” Hehehe. Kalian paham mengapa? Karena pada saat ajal, orang pergi ke Surga. Dua ajaran murtad sebagai jawaban dua pertanyaan.
Apakah Alkitab melarang merokok? Tubuhmu adalah Bait Allah, jika kamu membinasakan Bait Allah, Allah akan membinasakan kamu. Prinsipnya jelas. Jadi apa yang dikatakan Alkitab, membuat manusia tidak punya alasan berkelit. Saya akan mengatakan, merokok itu dosa. Nah, saya tahu berhenti merokok itu susah sekali. Saya tidak mengutuk siapa pun yang merokok.  Tuhan bisa memberikan kemenangan atas merokok. Tetapi saya sekadar menyampaikan realita. Membinasakan Bait Allah tubuh, itu dosa.


Now let’s go to the bottom of  pg. 193 quickly,  God called Ellen White to be a restorer of the great truths of Scriptures that had been lost during the dark ages. It is significant that John the Baptist is called Elijah on three separate occasions in the gospels. In the Old Testament, Elijah did not present any new truths. He was called to call the people back to the worship of Jehovah and to restore the teachings from which they had gone astray. This was the reason why he built the altar of the Lord that had been broken down. This was why he invoked the God of Abraham, Isaac and Jacob in his prayer.
John the Baptist also was called, also called the people to repentance.  He did not bring in any new truths, but sought to restore the truths.
This is what explicitly said in Matthew 17:11. He came to bring people back to the faith of the fathers in order to prepare a people for the first coming of Jesus.
Likewise Ellen White was chosen to restore the truth and thus prepare a people for the second coming of Christ.

Sekarang marilah kita cepat-cepat ke hal. 193 bagian bawah. Tuhan memanggil Ellen White menjadi seorang pemulih kebenaran-kebenaran besar Kitab Suci yang telah hilang selama abad kegelapan.
Yohanes Pembaptis disebut Elia dalam tiga peristiwa di Injil,  itu sangat signifikan. Dalam Perjanjian Lama, Elia tidak menyampaikan kebenaran baru apa pun. Dia dipanggil untuk membawa umat kembali ke ibadah kepada Yehova dan memulihkan ajaran-ajaran yang telah ditinggalkan mereka. Inilah alasannya mengapa dia membangun mezbah Tuhan yang telah runtuh. Inilah mengapa dalam doanya dia memohon kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.
Yohanes Pembaptis juga dipanggil, untuk mengajak orang-orang bertobat. Dia juga tidak memperkenalkan kebenaran baru apa pun, tetapi berusaha untuk memulihkan kebenaran-kebenaran yang ada. Inilah yang dikatakan secara spesifik di Matius 17:11. Dia datang untuk membawa orang-orang kembali kepada iman nenek moyang mereka guna mempersiapkan suatu umat bagi kedatangan Yesus yang pertama. 
Demikian juga Ellen White dipilih untuk memulihkan kebenaran dan dengan demikian mempersiapkan suatu umat bagi kedatangan Kristus yang kedua.
So why Ellen White if we have the Bible? For the same reason that the Jews needed John the Baptist even though they had the Old Testament. They did not understand or obey it. So God in His mercy  gave them a helping hand by simplifying and amplifying the truths already given.
Ellen White is not a source of new light but rather one who amplifies and simplifies the old light. Ellen White amplifies, magnifies, explains, clarifies, corrects, enlightens, simplifies, then I just gave you the example.

Kalau begitu untuk apa Ellen White kalau kita sudah punya Alkitab? Karena alasan yang sama orang Yahudi membutuhkan Yohanes Pembaptis walaupun mereka sudah memiliki Perjanjian Lama. Mereka tidak memahami maupun mematuhinya. Jadi Allah karena kasihNya, memberikan mereka bantuan dengan menyederhanakan dan menguraikan kebenaran-kebenaran yang sudah diberikan.
Ellen White bukanlah sumber terang yang baru melainkan yang menguraikan dan menyederhanakan terang lama. Ellen White menguraikan, memperbesar, menjelaskan, menerangkan, memperbaiki, mencerahkan, menyederhanakan, contoh yang telah saya berikan.


I’ll give you another example.
The Mormons are very good people. I say that seriously. They are very careful with their health habits, they are family people, they live moral lives. So I am going to talk about the Mormon religion, not the individual Mormons.
Around the same time and place that God raised up Ellen White, another person also arose who claimed to be a prophet. He purportedly found some gold plates in Palmyra, N.Y.  written in ancient Egyptian which he translated into English. Helped of course by Moroni. This document is known as The Book of Mormon. This book is referred to as another testament of Jesus Christ. Now, I am not going to explain what’s in brackets because it would take me too long. It is considered a supplement to the Word of God. Are you with me or not?
Is there a difference between complement and supplement? It is considered a supplement to the Word of God, along with Pearl of Great Price  and Doctrine and Covenants. In other words they unapologetically reaffirms that these books contain truths which cannot be found in the Bible. Have you ever been visited by Mormon missionaries? Good kids, really. When they come I invite them to come in and then I ask them two questions.
One of those questions is, “Now, let me understand, you are saying that Joseph Smith translated the plates into English, right?”
“Yes.”
“Okay, good. Now, when did this happen?”
“Well,” they say, “around 1820. Yea, from the early 1800.
And then I say, “Then why is the book of Mormon written in KJ English?” Are you with me? Shouldn’t he have translated the book of Mormon to the English of his day? The reason it was translated into the KJ-like English was because they wanted to make it appear like it’s part of Scripture.

Saya akan memberikan contoh yang lain.
Orang-orang Mormon adalah orang-orang baik. Serius ini. Mereka sangat berhati-hati dengan kebiasaan kesehatan mereka, mereka orang-orang yang mementingkan keluarga, mereka menjalankan hidup yang bermoral. Jadi yang saya bicarakan ini adalah agama Mormon, bukan individu-individu Mormon.
Sekitar waktu dan tempat yang sama Tuhan membangkitkan Ellen White, ada orang lain yang juga bangkit dan mengklaim sebagai seorang nabi. Konon, dia menemukan beberapa lempengan emas di Palmyra New York, bertuliskan huruf-huruf Mesir kuno, yang diterjemahkannya ke bahasa Inggris, dibantu tentunya oleh Moroni (anak Mormon). Dokumen ini dikenal sebagai The Book of Mormon. Kitab ini disebut sebagai kesaksian Yesus Kristus yang lain. Nah, saya tidak akan menjelaskan apa yang ada dalam kurung karena itu akan makan waktu terlalu lama. Tapi dokumen itu dianggap sebagai tambahan kepada Firman Tuhan. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?
Apakah beda antara komplemen (= melengkapi) dengan supplemen (= menambahi)?
The Book of Mormon itu dianggap supplemen kepada Firman Tuhan, bersama dengan Pearl of Great Price dan Doctrine and Covenants. Dengan kata lain, tanpa pembelaan secara theologi, mereka menegaskan kembali bahwa buku-buku ini berisikan kebenaran-kebenaran yang tidak ditemukan di dalam Alkitab.  
Pernahkah kalian dikunjungi oleh misionaris Mormon? Anak-anak baik sebenarnya. Saat mereka datang, saya mengundang mereka masuk lalu saya ajukan dua pertanyaan. Salah satu dari pertanyaan itu adalah, “Nah, kalau saya tidak salah tangkap, kalian berkata bahwa Joseph Smith yang menerjemahkan lempengan-lempengan itu ke bahasa Inggris, benar?”
“Ya.”
“Oke, bagus. Sekarang, kapan ini terjadi?”
“Yah,” kata mereka, “sekitar 1820-an, ya awal tahun 1800-an.”
Lalu saya berkata, “Kalau begitu mengapa The Book of Mormon itu ditulis dalam bahasa Inggris  King James (abad 17)?” Apakah kalian paham?  “Tidakkah seharusnya dia menerjemahkan The Book of Mormon itu ke bahasa Inggris zamannya sendiri?” Alasan kitab itu diterjemahkan ke bahasa Inggris gaya King James adalah mereka mau membuatnya tampil seolah-olah itu bagian dari Kitab Suci.


What is the first tasks of Mormon missionaries when they come to your house? What’s the first study they want to give you? The whole history of the Mormon church, The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints, isn’t that right? Those of you that have, they immediately want to talk about the golden plates, Joseph Smith, you know the first study that they give you is the study that will lead you to accept the authority outside the Bible along with the Bible. Do you know why? Because in their Bible studies they are going to use these books as well.
Do we ever begin evangelism with Ellen White? Where do we place the doctrine concerning Ellen White when we give evangelism? If we do, we place it at the very end. And I say “Hallelujah” because the way it is, we provide all our doctrines from the Bible and at the end of everything, “Oh, by the way, we have a tremendous blessing that helps us understand, amplifies Scripture the beautiful way,” and then we talk about the Spirit of Prophecy. But we prove all of our doctrines from where? From Scripture. In other words, we reverse the order from what the Mormons are doing, because they want us to accept the other books as a part of Scripture.

Apakah tugas pertama misionaris Mormon saat mereka datang ke rumah kita? Pelajaran apakah yang pertama mau mereka sampaikan kepada kita? Seluruh sejarah gereja Mormon, Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Akhir Zaman, betul? Kalian yang pernah mengalami, mereka segera mau berbicara tentang lempengan-lempengan emas, Joseph Smith, nah pelajaran pertama yang mereka berikan adalah pelajaran yang membimbing kita supaya menerima autoritas di luar Alkitab bersama-sama dengan Alkitab. Tahukah kalian mengapa? Karena dalam pelajaran-pelajaran Alkitab mereka, mereka juga akan memakai buku-buku tersebut.
Apakah kita pernah memulai penginjilan dengan Ellen White? Di mana kita tempatkan doktrin mengenai Ellen White saat kita menginjil? Seandainya toh kita sebutkan, kita menempatkannya di bagian paling akhir. Dan saya berkata “Puji Tuhan” karena dengan demikian kita mengenalkan semua doktrin kita dari Alkitab dan nanti pada akhir dari semua itu, “Oh, ya, kami memiliki berkat yang sangat besar yang membantu kami memahami dan menguraikan Kitab Suci dengan indah sekali,” kemudian baru kita berbicara tentang Roh Nubuat.  Tetapi kita membuktikan semua doktrin kita dari mana? Dari Alkitab. Dengan kata lain, urutan kita terbalik dari apa yang dilakukan orang-orang Mormon karena mereka mau kita menerima buku-buku lain itu sebagai bagian dari Kitab Suci.


So to the battle, pg. 194, we are almost finish. “The Testimonies of Sister White,” she’s saying, “should not be carried to the front...” Steve Walker was saying this yesterday. “…God’s Word is the Adventist standard. The testimonies are not to take the place of the Word. Great care should be exercised by all believers to advance these questions carefully and all  we stop when you have said ‘Enough’. Let all prove their position from the Scriptures and substantiate every point they claim as truth from the revealed Word of God.”
Does that mean that we say as people say, they say, “Oh, we got the Bible so we are not even going to read Ellen White.” Is that what she’s saying? Absolutely not.

Jadi ayo maju terus, hal. 194, kita hampir selesai. “Kesaksian-kesaksian Saudari White,” kata Ellen White, “jangan dibawa ke depan…” Steve Walker kemaren berkata demikian. “…Standar Advent adalah Firman Tuhan. Kesaksian-kesaksian itu jangan sampai menggantikan kedudukan Firman Tuhan. Semua orang percaya harus sangat berhati-hati dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu dan kita semua harus berhenti bila dikatakan ‘Sudah cukup.’ Hendaknya semua membuktikan posisi mereka dari Kitab Suci dan mendukung setiap poin yang mereka klaim sebagai kebenaran dari Firman Tuhan yang dinyatakan.”
Apakah ini berarti kita berkata sama seperti orang lain, “Oh, kita sudah memiliki Alkitab jadi kita bahkan tidak perlu membaca Ellen White”? Apakah ini kata Ellen White? Sama sekali bukan. 


She also says, Evangelism 256, “The more we look at the promises of   the Word of God, the brighter they grow. The more we practice them, the deeper will be our understanding of them. Our position and faith is in the Bible. And never do we want any soul to bring in the Testimonies ahead of the Bible.—Manuscript 7, 1894.

Ellen White juga berkata, Evangelism hal. 256, “Semakin kita memandang ke janji-janji dalam Firman Tuhan, semakin bersinarlah mereka. Semakin kita mempraktekkan mereka, semakin dalam pemahaman kita tentang mereka. Posisi kita dan iman kita adalah pada Alkitab. Dan kita tidak mau siapa pun meletakkan Kesaksian-kesakian itu mendahului Alkitab.” ---Manuscript 7, 1894.


Testimonies for the Church ~ I forgot to put the Volume. “If you lose confidence…” she says, “…If you lose confidence in the testimonies you will drift away from Bible truth…” I’ll have to look up the Volume, I forgot to put the Volume in there, it’s one of the 9, hehehehe, I’m sure that’s helpful (actually it is in Vol. 5 pg.674).

Testimonies for the Church ~ saya lupa mencantumkan Volumenya. “Jika kita kehilangan keyakinan…” kata Ellen White, “Jika kita kehilangan keyakinan dalam kesaksian-kesaksian itu, kita akan hanyut menjauh dari kebenaran Alkitab…”  Saya akan mencarikan Volumenya, saya lupa mencantumkannya di sini, tapi pasti salah satu dari ke-sembilan-nya, hehehe, saya yakin ini sudah membantu. (sebenarnya ini ada di Vol. 5 hal. 674).


Selected Messages Vol. 3 pg. 31 “Besides the instructions in His Word, the Lord   has given special testimonies to his people, not as a new revelation…”  why don’t they just use Ellen White, how she sees her writings?    “…Besides the instruction in His Word, the Lord has given special testimonies to his people, not as a new revelation, but that He may set before us the plain lessons of His Word, that errors may be corrected, that the right way may be pointed out, that every soul may be without excuse.”

Selected Messages Vol. 3 hal. 31, “Di samping instruksi-instruksi dalam FirmanNya, Tuhan telah memberikan kesaksian-kesaksian istimewa kepada umatNya, bukan sebagai pernyataan yang baru…” mengapa mereka tidak memakai Ellen White saja,  bagaimana dia melihat tulisan-tulisannya sendiri? “Di samping instruksi-instruksi dalam FirmanNya, Tuhan telah memberikan kesaksian-kesaksian istimewa kepada umatNya, bukan sebagai pernyataan yang baru, tetapi agar Tuhan boleh menyampaikan kepada kita pelajaran-pelajaran yang sederhana dari FirmanNya, agar kesalahan-kesalahan bisa diperbaiki, agar jalan yang benar boleh ditunjukkan, agar setiap orang tidak punya alasan berkelit.”


Selected Messages Vol. 3 pg. 32, she says, The Bible must be your counselor. Study it and the testimonies God has given; for they never contradict his Word.”

Selected Messages Vol. 3 hal. 32, Ellen White berkata, “Alkitab haruslah menjadi penasihat kita. Pelajarilah itu dan kesaksian-kesaksian yang telah diberikan Tuhan, karena kesaksian-kesaksian itu tidak pernah bertentangan dengan FirmanNya.”


How do people look at Ellen White today?  There are people who accuse Ellen White of being under the influence of mesmerism and they say that her visions were the result of epilepsy. And somebody has been sending me materials to say she was actually under the control of Satan.
(Question from audience: From where?)
From New Mexico.
Is it just possible that many persons from the SDA church today who say, “I don’t need Ellen G. White because I have the Bible” are really violating every principle of God’s holy Word? The fact is, that Ellen White is despised by many within the church as much as was John the Baptist. In some churches when Ellen White is quoted certain members cringed, but they don’t mind if Max Lucado or Martin Luther is quoted.

Bagaimana orang memandang Ellen White sekarang ini? Ada yang menuduh Ellen White berada di bawah pengaruh mesmerisme (= hipnotis), dan mereka berkata bahwa penglihatan-penglihatannya berasal dari penyakit ayannya. Dan ada yang mengirimi saya bahan-bahan untuk mengatakan bahwa Ellen White sebenarnya berada di bawah kendali Setan.
(Pertanyaan dari audiens: Dari mana?)
Dari New Mexico.
Mungkinkah banyak orang dari GMAHK hari ini yang berkata, “Saya tidak butuh Ellen G. White karena saya sudah punya Alkitab” sesungguhnya melanggar setiap prinsip dari Firman Allah yang kudus? Faktanya, Ellen White dibenci oleh banyak orang di dalam gereja seperti halnya Yohanes Pembaptis. Di beberapa gereja bilamana Ellen White dikutip, ada anggota-anggota yang berdiri bulu romanya, tetapi mereka tidak keberatan jika yang dikutip adalah Max Lucado atau Martin Luther.


Former pastors write books such as The White Lie and Ellen G. White Prophetess of Health, and certain internet sites, and I have a whole newsletter now and I’m not going to mention it, so I’m not getting into that. They lambaste Ellen White with vitriolic hatred all under the pretense that because we have the Bible we don’t need Ellen G. White, sounds familiar, doesn’t it? Ellen White foresaw all of this. Satan’s last deception will be to annul the effect of the testimonies. If this is Satan’s very last deception, then we must be close to the end, because we are seeing this hatred now.

Mantan-mantan pendeta MAHK menulis buku-buku seperti The White Lie dan Ellen G. White Prophetess of Health, dan situs-situs tertentu di internet, dan saya memiliki bulletin lengkap sekarang, yang tidak akan saya sebut, jadi saya tidak akan membahasnya. Mereka mencerca Ellen White dengan kebencian yang hebat semuanya dengan alasan karena kita telah memiliki Alkitab kita tidak butuh Ellen G. White. Kedengarnnya familier, bukan? Ellen White telah melihat ini sebelumnya. Penipuan Setan yang terakhir adalah membatalkan pengaruh kesaksian-kesaksian itu. Jika ini adalah penipuan Setan yang paling akhir, berarti kita sudah sangat dekat akhir itu, karena sekarang ini kita sudah melihat kebencian itu.


She says this, Selected Messages Vol. 2 pg 48 she says, “The very last deception…” she doesn’t say “the last deception”, “…The very last deception of Satan will be to make of none effect the testimony of the Spirit of God. ‘Where there is no vision, the people perish’ (Proverbs 29:18). Satan will work ingeniously, in different ways and through different agencies, …”  to do what?   “… to unsettle the confidence of God's remnant people in the true testimony.”

Ellen White mengatakan ini, Selected Messages Vol. 2 hal. 48, dia berkata, “Penipuan Setan yang paling akhir…” Dia tidak berkata “penipuan Setan yang akhir”, “…Penipuan Setan yang paling akhir ialah membuat kesaksian-kesaksian Roh Tuhan itu tidak berpengaruh. ‘Di mana tidak ada penglihatan umat pun binasa’ (Amsal 29:18) Setan akan bekerja dengan cerdik, dengan cara-cara yang berbeda dan melalui perantara-perantara yang berbeda…” untuk melakukan apa? “…untuk menggoncang keyakinan umat Allah yang sisa pada kesaksian yang sejati.”


You know I found out something long ago and it’s this: I’ve never formed an opinion of a person or a church on the basis of what its enemies say because the enemies distort what they do; or even on the basis of what their friends say, because they will often embellish the truth. For example many say we teach that Satan is our Savior because of our scapegoat theology. By the way, one of the projects that we have in mind is the scapegoat in Scripture in history, in five sermons, five studies I have prepared on that topic. But any impartial and fair observer will see that Azazel bears sins which had previously been forgiven in the Sanctuary. The scapegoat ceremony does not forgive sins, sins that have already been forgiven when they were placed in the Sanctuary.

Tahukah kalian, lama sebelumnya saya sudah menyadari bahwa saya tidak pernah membentuk opini tentang seseorang atau suatu gereja berdasarkan apa yang dikatakan musuh-musuhnya karena musuh-musuh ini akan mendistorsi apa yang mereka lakukan; atau berdasarkan apa yang dikatakan teman-teman mereka karena teman-teman ini sering memperindah yang sebenarnya. Misalnya banyak orang berkata kita mengajar bahwa Setan adalah juruselamat kita karena theologi kita tentang kambing hitam. Nah, salah satu proyek yang sedang kami rencanakan adalah tentang kambing hitam ini dalam sejarah menurut Alkitab, yang akan dikemas dalam lima kali khotbah, saya telah menyiapkan lima pembahasan mengenai topik ini. Tetapi penyimak yang netral dan adil akan melihat bahwa Azazel (= si kambing hitam itu) memikul dosa-dosa yang sebelumnya sudah diampuni di Bait Suci. Upacara kambing hitam tidak mengampuni dosa. Dosa sudah diampuni pada saat dibawa masuk ke Bait Suci.  


Others teach that Ellen White believe that we are saved because we keep the Sabbath. Clearly a false statement. If you want to know the truth about Ellen White go directly to the source, read her writings for yourself. Get your information first hand. She says that there is going to arise vitriolic hatred against her writings, I won’t read that statement, it’s there  towards the middle of the page. Was Ellen White’s omniscient? In fact did she grow in her understanding? Some people use the shut-door that Ellen White believed that the door of mercy  was shut to the whole world in 1844, yes she did. But in the course of time God clarified to her that only those who reject the message of 1844, those who understood and reject it, the door of mercy closed for them. So don’t held Ellen White to a partial view that she had at the beginning when later on she clarified it as God clarified things for her.

Yang lain mengajar bahwa Ellen White percaya kita diselamatkan karena kita memelihara hari Sabat. Jelas ini pernyataan yang salah. Jika orang mau tahu yang sebenarnya tentang Ellen White, pergilah langsung ke sumbernya, bacalah tulisan-tulisannya sendiri, dapatkan informasi dari tangan pertama. Ellen White berkata, akan muncul kebencian yang tajam terhadap tulisan-tulisannya. Saya tidak akan membacakan pernyataan itu, itu ada di bagian tengah halaman. Apakah Ellen White mahatahu? Sesungguhnya apakah pemahamannya bertumbuh? Beberapa orang memakai ajaran tentang pintu yang tertutup, bahwa Ellen White meyakini pintu kasihan ditutup bagi seluruh dunia pada tahun 1844. Memang benar, Ellen White menyangka demikian. Tetapi seiring berjalannya waktu, Tuhan menjelaskan kepadanya bahwa hanya mereka yang menolak pekabaran 1844, yaitu mereka yang sudah memahaminya tetapi menolaknya, bagi mereka itulah pintu kasihan tertutup. Jadi jangan mengikat Ellen White kepada pandangan yang tidak lengkap yang dimilikinya pada awal perjalanannya, padahal kemudian dia telah menjelaskannya sebagaimana yang telah dijelaskan Tuhan kepadanya.

Some people get hung up over little details in the writings of Ellen White. They said, “Oh, Ellen White said that the Sanatorium had 40 rooms.” Somebody wrote to her it had 40 rooms, “and I know for a fact it only had 38.” So what? You think that God revealed to Ellen White in vision, “Don’t forget there’s 40 rooms in the Sanatorium”?
Some people get all hung up over which bell marked the beginning of the St. Bartholomew massacre, the cathedral bell or the palace bell. The important thing is that a bell rang.
All hung up looking for excuses not to believe.

Ada orang yang terlalu meributkan detail-detail kecil dalam tulisan-tulisan Ellen White. Mereka berkata, “Oh, Ellen White berkata bahwa Sanatorium itu punya 40 kamar...” Ada yang menulis kepada Ellen White bahwa Sanatorium itu punya 40 kamar, “…dan saya tahu faktanya hanya ada 38.” Lalu kenapa gitu lho? Apakah kalian pikir Tuhan menyatakan kepada Ellen White dalam suatu penglihatan, “Jangan lupa ya, di Sanatorium itu kamarnya ada 40”?
Ada orang yang meributkan lonceng mana yang menandai dimulai pembantaian St. Bartholomew**),  apakah lonceng katedral atau lonceng istana. Yang penting adalah, pada saat itu ada lonceng yang berbunyi.
Ribut mencari alasan untuk menolak percaya.

**) Pembantaian di tahun 1572 pada hari St. Bartholomew (23-24 Agustus) di Perancis atas orang-orang Huguenot (Protestan) oleh orang-orang Katolik.


Ellen White grew in her understanding, you don’t  believe that? You know, the first edition of Great Controversy is in Spiritual Gifts, 219 pages. Then it was expanded into Spirit of Prophecy  Vol. 4,  and then it was expanded into the book that we have now. When you read Great Controversy compared to Spiritual Gifts, you’ll see a tremendous literal growth on the part of Ellen White, and great theological development in the understanding. Not contradictory, but greater understanding of many things.
So don’t just go to Spiritual Gifts and say, “Oh, look she says this and this, it isn’t clear.” No, no, no, take the whole trajectory and see how God helped her to develop in her understanding.

Pemahaman Ellen White bertumbuh. Kalian tidak percaya? Kalian tahu, edisi pertama Great Controversy terdapat dalam Spiritual Gift, 219 halaman. Kemudian itu bertambah menjadi Spirit of Prophecy Vol. 4. Lalu itu bertumbuh menjadi buku yang kita miliki sekarang. Jika kalian membaca Great Controversy dibandingkan Spiritual Gifts, kalian akan melihat pertumbuhan literal di pihak Ellen White, dan perkembangan yang besar dalam pemahaman theologianya. Yang tidak bertentangan, namun menjadi semakin luas dalam banyak hal.
Jadi jangan hanya ke Spiritual Gifts lalu berkata, “Oh, lihat, Ellen White berkata ini, ini, ini, itu tidak jelas.”
Jangan, jangan, jangan. Ikuti seluruh lintasannya dan lihat bagaimana Tuhan telah membantunya untuk mengembangkan pemahamannya.


Well, we are going to have to leave the last page for a future time.
Should I deal with just one of those on the list? Let’s take a look. We are a democratic country. How many of you want me to deal with “Was Adam with Eve at the temptation”? Oh, there’s only a few. Okay, how many don’t want me to deal with that? I’m watching you, hehehehe. Alright, I’ll do it quickly. Just this one thing. To show you know, how Ellen White, eh, how people nitpick at Ellen White just because they don’t study the Bible carefully.
Ellen White explicitly says in Patriarchs and Prophets pg. 53 that Eve wandered from Adam’s side and found herself alone next to the tree. Now even without any other explanations, you would have to conclude that that’s right because nowhere do you find Adam interjecting anything in the conversation. The only ones that are conversing are the serpent and Eve. If Adam had been there, believe me he would have contributed his two cents, or maybe more than two cents. But they say, “See, Ellen White says that she had gone astray, but in Genesis chapter 3 it says that Eve gave the fruit to Adam with her. In other words, Adam was with her at the tree.”
Well, in fact all you have to do is go down to verse 12, where Adam when God asked him, I think it is verse 12,  “What is this that you have done?” He says, “The woman that you gave to be with me, gave me the fruit. And I ate.” So does this mean that Adam and Eve they never separated, they were together 100% of the time? No. In fact I like the way the Spanish version translates it, it says, “The woman that you gave me as a companion, gave me and I ate.” The woman that you gave me to be with me  ~ so when it says that Adam was “with her”, it simply means that Adam was her companion. It doesn’t mean that he was physically there with her. Are you following me?
Genesis 3 itself explains the discrepancy that comes up in the minds of certain people who want to be critical of the Spirit of Prophecy.

Nah, kita harus meninggalkan halaman yang terakhir untuk lain kali.
Atau sebaiknya saya membahas satu saja dari yang ada dalam daftar? Coba kita lihat, kita ini negara yang demokratis. Berapa orang dari kalian yang setuju saya membahas “Apakah Adam ada bersama-sama Hawa saat dicobai”? Oh, hanya beberapa. Baik, berapa banyak dari kalian yang tidak ingin saya membahas itu? Saya sedang memperhatikan kalian, hehehe. Baiklah, saya akan melakukannya dengan cepat. Hanya satu hal ini. Untuk membuktikan bagaimana Ellen White, bagaimana orang-orang mencari-cari kesalahan Ellen White hanya karena mereka tidak mempelajari Alkitab dengan teliti.
Ellen White berkata secara spesifik dalam Patriarchs and Prophets hal. 53, bahwa Hawa ngeloyor dari sisi Adam dan akhirnya berada sendirian di samping pohon itu (pohon pengetahuan baik dan jahat). Nah, walaupun tanpa penjelasan apa pun, kita akan menarik kesimpulan bahwa pernyataan itu benar karena sama sekali tidak ditemukan Adam ikut mengatakan apa-apa dalam pembicaraan Hawa dengan ular. Satu-satunya yang berbicara adalah ular dan Hawa. Seandainya Adam ada di sana, percayalah, pasti dia akan ikut mengatakan satu-dua kata, atau bahkan lebih dari itu. Tetapi orang-orang berkata, “Lihat, Ellen White berkata bahwa Hawa telah ngeloyor jauh, tetapi kitab Kejadian pasal 3 mengatakan Hawa memberikan buah itu kepada Adam yang ada bersamanya. Dengan kata lain Adam ada di sana bersama Hawa di pohon itu.”
Nah, kita hanya perlu pergi ke ayat 12, di mana ketika Allah bertanya kepada Adam, ~ saya rasa itu ayat 12 ~ “Apa ini yang telah kamu buat?” Adam berkata, “Perempuan yang Engkau berikan untuk bersama aku, memberikan buah itu kepadaku. Dan aku memakannya.”  Jadi apakah ini berarti Adam dan Hawa tidak pernah terpisah, mereka terus bersama-sama 100% selama itu? Tidak. Bahkan saya menyukai Alkitab terjemahan bahasa Spanyol, yang menerjemahkannya, “Perempuan yang Engkau berikan kepadaku untuk mendampingi aku, memberiku buah itu dan aku memakannya.” Perempuan yang Engkau berikan kepadaku untuk mendampingi aku ~ jadi saat dikatakan bahwa Adam “bersama-sama dengan dia” itu sekadar berarti Adam adalah pendampingnya, itu tidak berarti Adam secara fisik ada bersamanya. Apakah kalian memahami saya?
Kejadian 3 sendiri menjelaskan perbedaan yang muncul dalam pikiran orang-orang tertentu yang memang mau mengeritik roh nubuat.


So what should we do? Well, we need to get back and take the dust off the red books, or else get a CD Rom.
And I want to end by throwing out a challenge, if you read 12 pages a day, 12 pages that’s pretty easy, right? In one year you can read all 5 books of the conflict series. Reading 12 pages a day. So I throw out that challenge, I am going to ask you next year at the summit, if we are still on planet earth, whether you did this. Take the time. I assure you once you read the 5 books your life will never be the same. It is the greatest Bible commentary ever written on the entire Bible, from the origin of sin to the eradication of sin from the universe.

Let’s pray.

Jadi, apa yang harus kita lakukan? Nah, kita perlu kembali dan menghilangkan debu dari buku-buku Ellen White, atau belilah CD rom.
Saya akan mengakhiri dengan memberikan suatu tantangan. Jika kalian membaca 12 halaman setiap hari, 12 halaman itu sangat mudah, bukan? Dalam satu tahun kalian akan membaca habis semua 5 buku dari seri konflik itu.  Membaca 12 halaman setiap hari. Jadi saya lemparkan tantangan ini. Saya akan bertanya kepada kalian tahun depan dalam pertemuan kita, jika waktu itu kita masih berada di planet bumi, apakah kalian telah melakukannya. Ambillah waktu. Saya jamin, satu kali kalian membaca ke-5 buku itu, hidup kalian tidak akan sama lagi. Buku-buku itu adalah komentar Alkitab yang paling bagus yang pernah ditulis tentang seluruh Alkitab, mulai dari asal munculnya dosa hingga penghapusan dosa dari alam semesta.

Mari kita berdoa.




27 09 16