Sunday, February 27, 2022

EPISODE 02/13 ~ REVELATION'S SEVEN CHURCHES ~ THE CHRIST OF REVELATION ~ STEPHEN BOHR

_____REVELATION’S SEVEN CHURCHES_____

Part 02/13 - Stephen Bohr

THE CHRIST OF REVELATION

https://www.youtube.com/watch?v=mt1qSrq44zQ

 

 

Dibuka dengan doa.

 

 

I'd like to invite you to turn with me in your Bibles to Revelation 1:4-5. In Revelation chapter  1 we have a picture of the glorified Christ, the Christ that went to Heaven. And in verses 4-5 we have one particular detail that I want to focus on as we begin our study.

It reads in the following way. John, to the seven churches which are in Asia: Grace to you and peace from Him who is and who was and who is to come, and from the seven Spirits who are before His throne, and from Jesus Christ, the faithful witness, the firstborn from the dead, and the ruler over the kings of the earth….”

Now what I want to especially focus on in our study is the expression “firstborn from the dead.” If you read the introduction to the book of Revelation you're going to find that at the beginning of chapter  1 there's a reference to the death and resurrection of Christ, and at the end of the chapter  once again John comes back to the theme of the death and the resurrection of Christ.

 

Saya ingin mengundang kalian membuka Alkitab kalian ke Wahyu 1:4-5. Di Wahyu pasal 1 ada gambaran Kristus yang dimuliakan, Kristus yang sudah naik ke Surga. Dan di ayat 4-5 ada satu detail khusus yang saya mau kita fokus ke sana pada awal pelajaran kita.

Bunyinya demikian, 4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia kepadamu dan damai sejahtera dari Dia, yang sekarang ada dan yang dulu ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya 5 dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang sulung bangkit dari antara orang mati dan penguasa atas raja-raja bumi…”

Nah, yang terutama mau saya fokuskan dalam pelajaran kita ialah ungkapan  “yang sulung bangkit dari antara orang mati”.  Jika kita baca pengantar Kitab Wahyu, kita akan melihat bahwa di bagian awal pasal 1 ada referensi kepada kematian dan kebangkitan Kristus, dan di bagian akhir bab itu sekali lagi Yohanes kembali ke tema kematian dan kebangkitan Kristus.

 

 

Why would there be a focus on the resurrection of Christ at the very beginning of the book? The reason is very simple. We're going to find that in order for the lamps of the Sanctuary to continue burning, to have sufficient oil to give light, it is necessary for Jesus Christ to be alive, because a dead Jesus Christ could never fill the lamps with oil. And so the resurrection of Christ is dwelt upon profusely in chapter  1, and you'll notice that He's called “the firstborn from the dead”.

Now what does that mean? That does not mean that Jesus was the first to resurrect, because in the Old Testament we have at least three individuals who resurrected: we have Moses, we have the son of the widow of Zarephath, and we have that man who was thrown into a pit where Elisha's dead body was, and when he touched the body of Elisha, he revived. So we have three resurrections at least in the Old Testament. And in the New Testament before the death of Christ we also have three: we have the daughter of Jairus, we have the son of the widow of Nain, and of course the resurrection of Lazarus. So “firstborn from the dead” cannot mean that Jesus was the first to resurrect. In fact, the word “firstborn” doesn't have to do with being the first in time, it has to do with being the first in preeminence or importance. The expression “firstborn from the dead” means that the resurrection of Jesus determines the possibility of all of us resurrected if we should die. Jesus said, “because I live you shall live also”.

So “firstborn from the dead” does not mean He was the first to be born, it means that He is first in the sense that His resurrection determines the possibility of our resurrection. You know, it's similar to the expression “the firstborn of all creation”. You know, there is one church that says, that means that Jesus was literally first born, the first born creature in the universe. That is not what “firstborn of all creation” means. It means that Jesus is the preeminent above all creation. He is the preeminent One, He is the important one, He is the ruler, if you please.

So the text begins by telling us that Jesus resurrected from the dead and His resurrection determines the possibility of ours.

 

Mengapa fokus ke kebangkitan Kristus di bagian awal kitab itu? Alasannya sangat sederhhana. Kita akan melihat, supaya pelita-pelita di dalam Bait Suci terus menyala, supaya ada cukup minyak untuk memberikan terang, Yesus Kristus haruslah hidup, karena Yesus Kristus yang mati tidak akan pernah bisa mengisi pelita-pelita dengan minyak. Maka kebangkitan Kristus dibicarakan panjang lebar di pasal 1, dan kalian akan melihat bahwa Dia disebut “yang sulung bangkit dari antara orang mati”.

Nah, apa artinya itu? Itu tidak berarti bahwa Yesus adalah yang pertama bangkit karena di kitab Perjanjian Lama sedikitnya ada tiga individu yang dibangkitkan: ada Musa, ada anak janda Sarfat, dan ada mayat yang dilemparkan ke dalam lubang di mana jasad Elisa berada dan ketika mayat itu menyentuh tulang Elisa, dia hidup kembali (2 Raja 13:21). Jadi sedikitnya ada tiga kebangkitan di Perjanjian Lama. Dan di kitab Perjanjian Baru sebelum kematian Kristus juga ada tiga kebangkitan: ada anak perempuan Yairus, ada anak laki-laki janda Nain, dan tentu saja kebangkitan Lazarus.  Maka “yang sulung bangkit dari antara orang mati”  tidak mungkin berarti bahwa Yesus adalah yang pertama bangkit. Bahkan kata “sulung” tidak berkaitan dengan yang pertama menurut waktu, itu berkaitan dengan yang pertama dalam keutamaan atau kedudukan. Ungkapan “yang sulung bangkit dari antara orang mati”  berarti kebangkitan Yesus menentukan kemungkinan kita semua dibangkitkan bila kita mati. Yesus berkata, karena Aku hidup, kamu pun akan hidup”. (Yoh. 14:19).

Maka “yang sulung bangkit dari antara orang mati”   tidak berarti Dialah yang pertama dilahirkan, itu berarti Dialah yang pertama dalam arti kebangkitanNya menentukan kemungkinan kebangkitan kita. Kalian tahu, itu mirip dengan ungkapan  “yang sulung, di atas semua ciptaan” (Kol. 1:15). Ada satu gereja yang mengatakan bahwa itu berarti Yesus  secara literal adalah yang sulung dalam kelahiran, makhluk yang pertama dilahirkan di alam semesta. Itu bukan makna  “yang sulung, di atas semua ciptaan”.  Itu berarti bahwa Yesus itu yang paling utama di atas semua ciptaan, Dialah Yang Terutama, Dialah yang paling penting, Dialah penguasanya, katakanlah demikian.

Maka ayat itu mulai dengan mengatakan kepada kita bahwa Yesus sudah bangkit dari kematian dan kebangkitanNya menentukan kemungkinan kita dibangkitkan.

 

 

Now how important is the resurrection of Jesus Christ? You know there are people who say, well when Jesus died on the cross He forgave everyone’s sins, that is not technically true. When Jesus died on the cross He did not forgive everyone’s sins. Sin is forgiven when we repent of it, and when we confess it. Forgiveness is an individual thing.

 

Nah, seberapa pentingnyakah kebangkitan Yesus Kristus? Kalian tahu, ada orang yang berkata, nah, ketika Yesus mati di salib Dia sudah mengampuni dosa semua orang. Itu secara teknis tidak benar. Ketika Yesus mati di salib Dia tidak mengampuni dosa semua orang. Dosa itu diampuni ketika kita bertobat darinya, dan ketika kita mengakuinya. Pengampunan itu bersifat pribadi.

 

 

Now I'm going to read a couple of verses, actually three verses from 1 Corinthians chapter  15, I invite you to go there, 1 Corinthians  15:16-19. This will show you that really when Jesus died on the cross He did not forgive everyone’s sins. What He did was make provision so that sins could be forgiven. In other words, He provided the benefit available for those who claim the benefit of His life and His death.

Notice 1 Corinthians 15:16-19.  “16 For if the dead do not rise, then Christ is not risen. 17 And if Christ is not risen, your faith is futile; you are still in your sins!...” so the death of Christ did not get rid of everyone’s sins because if Jesus didn't resurrect we would still be in our sins. Verse 18,  “…18 Then also those who have fallen asleep in Christ have perished…” if Jesus did not resurrect. If Jesus did not resurrect there is no hope for the dead ever to rise.

 

Sekarang aku akan membacakan dua ayat, sebenarnya tiga ayat dari 1 Korintus 15, mari kita ke sana 1 Korintus 15:16-19. Ini akan menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya ketika Yesus mati di salib Dia tidak mengampuni dosa semua orang. Apa yang dilakukanNya ialah membuat provisi (persediaan) supaya dosa-dosa bisa diampuni. Dengan kata lain, Dia menyediakan fasilitas bagi mereka yang mengklaim jasa dari kehidupanNya dan kematianNya.

Simak 1 Korintus 15:16-19, 16 Sebab andai orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus tidak dibangkitkan. 17 Dan andai Kristus tidak bangkit, imanmu sia-sia, kamu masih dalam dosamu…”  jadi kematian Kristus tidak menghapus dosa semua orang, karena andaikan Kristus tidak bangkit, kita masih ada dalam dosa kita. Ayat 18, “…18 Andai  begitu, orang-orang yang sudah mati dalam Kristus, telah binasa…”  andai Kristus tidak bangkit. Andai Kristus tidak bangkit maka tidak ada harapan bagi yang mati bisa bangkit. 

 

 

Now when Jesus resurrected from the dead He spent 40 days on this earth and then the Bible tells us that after the 40 days Jesus ascended to Heaven. Now the question is, where did Jesus go when He ascended to Heaven? You know there are some scholars in our church and virtually all Protestant scholars that say that Jesus went directly into the Most Holy place of the Heavenly Sanctuary. That cannot be true, because:

·       Jesus lived His perfect life in our midst, in our camp so to speak,

·       then He went to the altar of sacrifice, and died on the cross.

·       At the laver He washes Himself of every vestige of sin, of death, because He bore our sins

·       and then the next place in the Sanctuary is the Holy place.

Jesus does not jump from the laver to the Most Holy place. The Sanctuary tells us that Jesus had a role to fulfill in the Holy place.


Nah, ketika Yesus bangkit dari orang mati Dia melewatkan 40 hari di bumi ini kemudian Alkitab mengatakan kepada kita bahwa setelah 40 hari itu Yesus naik ke Surga. Nah, pertanyaannya ialah, ke mana Yesus pergi ketika Dia naik ke Surga? Kalian tahu ada beberapa pakar di gereja kita dan nyaris semua pakar Protestan mengatakan bahwa Yesus langsung masuk ke Bilik Mahakudus Bait Suci surgawi. Ini tidak mungkin benar, karena:

·       Yesus menjalani kehidupanNya yang sempurna di tengah-tengah kita, di perkemahan kita, katakanlah demikian.

·       Lalu Dia ke mezbah kurban, dan mati di salib.

·       Di bejana pembasuh Dia membersihkan DiriNya dari setiap bekas dosa, dan kematian; karena Dia telah menanggung dosa-dosa kita.

·       Kemudian tempat berikutnya di Bait Suci ialah Bilik Kudus.

Yesus tidak meloncat dari bejana pembasuh ke Bilik Mahakudus. Bait Suci menunjukkan kepada kita bahwa Yesus punya peranan yang harus digenapiNya di Bilik Kudus.

 

 

Now I want to read a passage from the writings of Ellen White, this is in the devotional book The Faith I Live By where Ellen White describes the place where Jesus went when He resurrected from the dead after spending 40 days on this earth. “The Holy places of the Sanctuary in Heaven are represented by the two apartments  in the Sanctuary on earth….”  So in the Sanctuary on earth there were two apartments and in the Heavenly Sanctuary there are also two apartments. She continues, “…As in vision the apostle John was granted a view of the temple of God in Heaven, he beheld there seven lamps of fire burning before the throne.’…” That is Revelation chapter  1. And then she continues,  “…He saw an angel having a golden censer…”  this is chapter  5, He is still the Holy place,  “…having a golden censer and there was given unto Him much incense, that He should offer it with the prayers of all saints upon the golden altar which was before the throne.’ (Revelation 8:3)….” Then she makes this comment. Where was the altar of incense? In the Holy place. Where was the seven-branch candlestick? In the Holy place.  So in the series on The Churches and in the series that deal with The Seals Jesus is in the Holy place.  She ends by saying this,   “…Here the prophet was permitted to behold the first apartment of the Sanctuary in Heaven; and he saw there the seven lamps of fire’ and the ‘golden altar,’ represented by the golden candlestick and the altar of incense in the Sanctuary on earth…”  

So Jesus went to perform a work in the Holy place of the Heavenly Sanctuary.

 

Sekarang saya mau membacakan dari tulisan Ellen White, ini ada di buku devosi The Faith I Live By di mana Ellen White menggambarkan tempat ke mana Yesus pergi ketika Dia bangkit dari kematian setelah menghabiskan 40 hari di bumi ini.

“…Bilik-bilik kudus Bait Suci Surgawi  diwakili oleh dua bilik di Bait Suci di bumi. …”  Jadi di Bait Suci di bumi ada dua bilik dan di Bait Suci di Surga juga ada dua bilik. Ellen White melanjutkan, “…Selagi dalam penglihatan rasul Yohanes dikaruniai suatu penglihatan tentang Bait Suci Allah di Surga. Dia melihat di sana  ‘Tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu’ (Wahyu 4:5)…”  Itu Wahyu pasal 1. Lalu Ellen White melanjutkan,  “…Dia melihat seorang Malaikat, ‘membawa sebuah pedupaan emas… ini pasal 5, Dia masih di bilik Kudus. “…membawa sebuah pedupaan emas dan kepadaNya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas yang ada di hadapan takhta itu.’  (Wahyu 8:3)…”  Lalu Ellen White membuat komentar ini. Di mana mezbah ukupan? Di bilik Kudus. Di mana ketujuh kaki dian? Di bilik Kudus. Maka di seri Jemaat dan di seri yang bicara tentang Meterai, Yesus berada di bilik Kudus. Ellen White mengakhirinya dengan berkata, “…Di sini nabi itu diizinkan melihat  bilik pertama Bait Suci Surgawi dan dia melihat di sana ‘ketujuh obor yang menyala’ dan ‘mezbah emas’ yang diwakili oleh ketujuh kaki dian dari emas dan mezbah ukupan di Bait Suci di bumi…” ( The Faith I Live By, hal. 202)

Jadi Yesus pergi untuk melaksanakan suatu pekerjaan di bilik Kudus di Bait Suci surgawi.

 

 

Now what function was Jesus going to fulfill in the Heavenly Sanctuary? Well, let's go to Revelation 1:12-16. Revelation 1:12-16 describe what Jesus was going to do in Heaven in the Holy place. It says there, and John is seeing this in vision,  12 Then I turned to see the voice that spoke with me. And having turned I saw seven golden lampstands, 13 and in the midst of the seven lampstands One like the Son of Man, clothed with a garment down to the feet and girded about the chest with a golden band…” Now if you look at other places in Scripture, you're going to find that this is a description of the attire of the High Priest. The golden band and the robe, which is the ποδήρης  [podērēs] robe, represents the robe that is worn by the High Priest in the earthly Sanctuary. So what function is Jesus fulfilling in Heaven? He is fulfilling the function of High Priest. Then continues the description.  “…14 His head and hair were white like wool... and of course the color white represents purity, but the white hair represents wisdom according to Scripture, because an individual who was aged is an individual who is wise. So it says once again, “…14 His head and hair were white like wool, as white as snow…” and we'll come back to this in a moment  “…and His eyes like a flame of fire; 15 His feet were like fine brass, as if refined in a furnace, and His voice as the sound of many waters; 16 He had in His right hand seven stars…” we'll come back to that,  “…out of His mouth went a sharp two-edged sword…” which we’re going to dwell on as well, “…and His countenance was like the sun shining in its strength…” which is the same phrase that is used when Jesus was transfigured on the Mount of Transfiguration.

 

Nah fungsi apa yang harus digenapi Yesus di Bait Suci surgawi? Nah, mari kita ke Wahyu 1:12-16, yang menggambarkan apa yang dilakukan Yesus di Surga di bilik Kudus. Dikatakan di sana, dan Yohanes yang mendapat penglihatan ini, 12 Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas, 13 dan di tengah-tengah ketujuh kaki dian itu ada Satu yang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai ke kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas…”  Nah, jika kita melihat di tempat-tempat lain di Kitab Suci, kita akan melihat bahwa ini adalah deskripsi pakaian Imam Besar. Lilit pinggang emas dan jubahnya yaitu jubah ποδήρης  [podērēs] melambangkan jubah yang dipakai Imam Besar di Bait Suci di dunia. Jadi apakah fungsi yang digenapi  Yesus di Surga? Dia menggenapi fungsi Imam Besar. Kemudian dilanjutkan dengan deskripsinya,  “…14 Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu domba…” dan tentu saja warna putih melambangkan kemurnian, tetapi rambut putih melambangkan hikmat menurut Alkitab, karena orang yang sudah tua adalah orang yang punya hikmat. Jadi dikatakan sekali lagi,   “…14 Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu domba yang putih bagaikan salju,…”  nanti kita akan kembali kemari, “…dan mata-Nya bagaikan nyala api. 15 Dan kaki-Nya bagaikan tembaga halus, seolah-olah sudah dimurnikan di dalam perapian; dan suara-Nya bagaikan desau air bah. 16 Di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang…”  nanti kita kembali kemari, “…dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua…”  yang juga akan kita bahas, “…dan wajah-Nya bagaikan matahari yang bersinar dengan kekuatannya…”  yang adalah ungkapan yang sama yang dipakai ketika Yesus dimuliakan di Bukit Transfigurasi.

 

 

Now there's no doubt that Jesus went to Heaven to serve as our High Priest. Hebrews 8:1-2 tell us as much. I want to read those two verses. The apostle Paul wrote, 1 Now this is the main point of the things we are saying: We have such a High Priest, who is seated at the right hand of the throne of the Majesty in the Heavens, a Minister of the Sanctuary and of the true tabernacle which the Lord erected, and not man.” So here very clearly we are told that Jesus in Heaven performs the function of High Priest in the Holy place of the Heavenly Sanctuary.

 

Nah, tidak diragukan bahwa Yesus ke Surga untuk melayani sebagai Imam Besar kita. Ibrani 8:1-2 mengatakan begitu. Saya mau membacakan dua ayat itu. Rasul Paulus menulis, 1 Inilah pokok utama yang kita bicarakan: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah tangan kanan takhta Sang Raja di surga  2 Pelayan dari Bait Suci dan dari  Tabernakel yang sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia…”  Jadi di sini sangat jelas kita diberitahu bahwa Yesus di Surga sedang mengerjakan fungsi Imam Besar di bilik Kudus Bait Suci surgawi.

 

 

Now, let's go to Revelation 1:20, what is Jesus doing in Heaven as the High Priest?

Well,

·       the first three chapters give us only one of the functions of Jesus, that is, Jesus is walking among the seven lampstands.

·       In other sections of Revelation we'll find that He is at the table of the showbread,

·       and that He's at the altar of incense

those are other functions.

But we're studying The Churches now, so we're going to take a look at the function of the High Priest as it applies to the seven-branch candlestick.

Revelation 1:20 reads, “ 20 The mystery of the seven stars which you saw in My right hand, and the seven golden lampstands: The seven stars are the angels of the seven churches, and the seven lampstands which you saw are the seven churches.”

Now let's unpack that for a moment.

 

Nah, mari ke Wahyu 1:20, apa yang dilakukan Yesus di Surga sebagai Imam Besar? Nah,

·       tiga pasal pertama memberi kita hanya satu dari fungsi-fungsi Yesus, yaitu Yesus sedang berjalan di antara tujuh kaki dian.

·       Di bagian-bagian Wahyu yang lain kita akan melihat bahwa Dia ada di meja Roti Sajian,

·       dan Dia ada di Mezbah Ukupan.

Itulah fungsi-fungsiNya yang lain.

Tetapi sekarang kita sedang mempelajari Seri Jemaat, maka kita akan menyimak fungsi Imam Besar sehubungan dengan ketujuh kaki dian.

Wahyu 1:20 berbunyi, 20 Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat di tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat-malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian yang kamu lihat itu ialah ketujuh jemaat.”

Sekarang mari kita kupas ini.

 

 

In Heaven there is a literal Sanctuary with two literal apartments. There is a literal seven-branch candlestick with literal oil in it. And Jesus up there keeps the lamps of the candelabrum burning, by making sure that there's a sufficient supply of oil.

But those seven branches of candlesticks in Heaven actually represent Seven Churches in Asia Minor. In other words, the seven lamps in the Heavenly Sanctuary represent the Seven Churches of Asia Minor.

But we need to take it a step further. The Seven Churches in Asia Minor represent seven periods of church history from apostolic times till the end of time.

·       So you have the literal candlesticks in Heaven, represent the Seven Churches of Asia Minor,

·       and the Seven Churches of Asia Minor represent seven stages of the history of the Christian church from the beginning until the end of the history of the church.

 

Di Surga ada Bait Suci literal dengan dua bilik literal. Ada tujuh kaki dian literal dengan minyak literal di dalamya. Dan Yesus ada di atas sana memelihara pelita-pelita kaki dian itu supaya tetap menyala, dengan memastikan selalu ada cukup minyaknya.

Tetapi ketujuh kaki dian di Surga itu sesungguhnya melambangkan Ketujuh Jemaat di Asia Kecil. Dengan kata lain, ketujuh pelita di Bait Suci surgawi melambangkan Ketujuh Jemaat Asia Kecil.

Tetapi kita harus mengambil satu langkah lebih maju. Ketujuh Jemat di Asia Kecil melambangkan tujuh periode sejarah gereja dari zaman apostolik hingga akhir zaman.

·       Jadi ada kaki dian literal di Surga yang melambangkan Ketujuh Jemaat Asia Kecil,

·       Dan Ketujuh Jemaat Asia Kecil melambangan ketujuh tahap dalam sejarah gereja Kristen dari awal hingga akhir sejarah gereja.

 

 

Last night I read a couple of statements to this effect and I want to read them once again.

In the book Acts of the Apostles page 585 Ellen White wrote, “The names of the 7 churches are symbolic of the church in different periods of the Christian era. The number 7 indicates completeness, and is symbolic of the fact that the messages extend to the end of time, while the symbols used reveal the condition of the church at differerent periods  in the history of the world.”

So you notice here she's saying that this seven-branch candlestick represents the Seven Churches in Asia Minor, but the Seven Churches represent the entire history of the Christian church from apostolic times till the consummation.

 

Semalam saya membacakan dua pernyataan tentang ini dan saya mau membacakan mereka sekali lagi. Di buku Acts of the Apostles hal. 585 Ellen White menulis, “Nama ketujuh jemaat tersebut merupakan simbol dari gereja di zaman-zaman yang berbeda dari era Kekristenan. Angka 7 menunjukkan keseluruhan dan merupakan simbol dari fakta bahwa pekabaran-pekabaran itu berlaku terus hingga akhir zaman. Sementara  simbol-simbol yang dipakai itu mengungkapkan kondisi gereja pada masa-masa yang berbeda dalam sejarah dunia.”

Jadi kalian simak di sini, Ellen White mengatakan bahwa ketujuh kaki dian itu melambangkan Ketujuh Jemaat di Asia Kecil, tetapi Ketujuh Jemaat itu melambangkan keseluruhan sejarah gereja Kristen dari zaman apostolik hingga ke penggenapannya.

 

 

Ellen White is not the only one that actually believes this. If you read the commentaries on Revelation by most Protestant scholars, you're going to find that they also believe that the Seven Churches represent seven periods of church history.

Let me just give you one example which I read in our presentation last evening. It's found in Hal Lindsey's book Vanished into Thin Air page 276; and of course we disagree with most of what Hal Lindsey wrote, but he's right on this point.  This is what he wrote, “I believe along with many scholars that these seven letters were not only written to seven literal churches with real problems, but also that they have a prophetic application to church history. I believe that these seven churches, were selected and arranged by our omniscient Lord because they had problems and characteristics that would prophesy seven stages of history through which the Church Universal would pass…”

 

Ellen White bukanlah satu-satunya yang meyakini ini. Jika kita baca komentar-komentar tentang Wahyu dari kebanyakan pakar Protestan, kita akan melihat bahwa mereka juga meyakini Ketujuh Jemaat melambangkan tujuh periode dalam sejarah gereja.

Saya akan memberikan satu contoh yang sudah saya bacakan dalam presentasi kita semalam. Itu terdapat di buku Hal Lindsey Vanished into Thin Air hal. 276; dan tentu saja kita tidak sepaham dengan kebanyakan yang ditulis Hal Lindsey tetapi tentang poin satu ini dia benar. Inilah yang dia tulis, “Saya yakin, bersama dengan banyak pakar bahwa ketujuh surat ini tidak hanya ditulis kepada tujuh jemaat literal dengan masalah-masalah yang literal, melainkan mereka punya aplikasi nubuatan untuk sejarah gereja. Saya yakin ketujuh jemaat ini, dipilih dan diatur oleh Tuhan kita yang Mahatahu karena mereka memiliki masalah-masalah dan karakteristik-karakteristik yang bisa menubuatkan ketujuh tahap sejarah yang akan dilalui oleh Gereja Universal…”

 

 

So not only Ellen White but also many other scholars believe that the Seven Churches represent or symbolize seven periods of church history, from the Apostolic Church which would be Ephesus, to the final church which appears to be Laodicea, but really the faithful church at the end of time we are going to find will be the church of Philadelphia; and we'll come back to that.

 

Jadi bukan hanya Ellen White tetapi juga ada banyak pakar yang meyakini bahwa Ketujuh Jemaat melambangkan atau menyimbolkan tujuh periode sejarah gereja dari gereja Apostolik yang adalah Efesus hingga gereja terakhir yang sepertinya ialah Laodekia, tetapi sesungguhnya gereja yang setia pada akhir zaman kita lihat adalah gereja Filadelfia, dan nanti kita akan kembali kemari.

 

 

Now go with me to Revelation chapter 1 and let's read verses 12 and 13, it says there, 12 Then I turned to see the voice that spoke with me. And having turned I saw seven golden lampstands,…” and here comes the detail I want to dwell on for a while,   “…13 and in the midst of the seven lampstands One like the Son of Man, clothed with a garment down to the feet and girded about the chest with a golden band.” 

Once again what is mentioned here is the garb of the High Priest, but you'll notice that in the midst of the seven lampstands is standing the Son of Man who is Jesus Christ. But we need to understand that Jesus is not just standing there in the middle of the seven candlesticks, Jesus is actually walking among the seven candlesticks.

And you say where do you find that?

In Revelation 2:1, the very next chapter  we are told, 1To the angel of the church of Ephesus write…” and that will be our study this evening,   “…‘These things says He who holds the seven stars in His right hand, who walks in the midst of the seven golden lampstands…” And so Jesus is not just standing in the middle of the seven lampstands, Jesus is walking among the seven lampstands. What does that mean? Well, we have to go back to the Old Testament to fully understand it.

 

Sekarang marilah ke Wahyu pasal 1 dan mari kita  baca ayat 12 dan 13, dikatakan di sana, 12 Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas…”  dan sekarang muncul detail yang ingin saya bahas sejenak, “…13 dan di tengah-tengah ketujuh kaki dian itu ada Satu yang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai ke kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas…” 

Sekali lagi yang disebutkan di sini adalah pakaian Imam Besar, tetapi kalian akan melihat bahwa di tengah-tengah ketujuh kaki dian itu berdiri Anak Manusia yang adalah Yesus Kristus. Tetapi harus kita pahami bahwa Yesus bukan saja hanya berdiri di sana di tengah-tengah ketujuh kaki dian, Yesus sesungguhnya sedang berjalan-jalan di antara ketujuh kaki dian.

Dan kalian berkata di mana ditemukan itu?

Di Wahyu 2:1, pasal berikutnya kita mendapat tahu,    “…1 Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus…”  dan ini menjadi materi pelajaran kita malam ini, “…‘Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya, yang berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu…”  Maka Yesus tidak saja hanya berdiri di tengah-tengah ketujuh kaki dian, Yesus sedang berjalan di antara ketujuh kaki dian. Apa artinya itu? Nah, kita harus kembali ke Perjanjian Lama untuk bisa memahaminya dengan sempurna.

 

 

Go with me to Leviticus chapter  24, and we're going to read verse 1-4, this is speaking about one of the tasks of Aaron the high priest, one of his jobs in the Holy place, if you please. He had many others, but this was one of them, and we're studying the seven candlesticks so we need to dwell on that specifically. It says there in Leviticus 24:1-4, 1 Then the Lord spoke to Moses, saying: 2 ‘Command the children of Israel that they bring to you pure oil of pressed olives for the light, to make the lamps burn…”  occasionally. OK, good you're reacting, you're reading. So it says, “…to make the lamps burn…” what? They were never to go out,  “…continually….” Verse 3,  “…Outside the veil of the Testimony, in the tabernacle of meeting, Aaron shall be in charge of it from evening until morning before the Lord continually; it shall be a statute forever in your generations. He shall be in charge of the….” what? “…in charge of the lamps on the pure gold lampstand before the Lord…” if you didn’t get it before,  “…continually.’…” So the lamps were never to go out. Aaron was to make sure that the lamps always had sufficient oil and that the wicks were trimmed, so that the seven lamps would never go out.

Now we have three things here:

1.   We have a candlestick,

2.   and we have the oil,

3.   and we have the light that comes as a result.

 

Mari bersama saya ke Imamat pasal 24, dan kita akan membaca ayat 1-4, ini bicara tentang salah satu tugas Imam Besar Harun, salah satu tugasnya di bilik Kudus, katakanlah demikian. Dia punya banyak tugas yang lain, tetapi ini salah satu darinya, dan karena kita sedang mempelajari ketujuh kaki dian, jadi kita perlu membahas itu secara spesifik. Dikatakan di Imamat 24:1-4, 1 TUHAN berfirman kepada Musa, mengatakan, 2 ‘Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu perasan minyak zaitun murni untuk lampu, untuk membuat lampu menyala…” kadang-kadang. Oke, kalian memberi reaksi, kalian sedang membaca. Jadi dikatakan,   “…untuk membuat lampu menyala…”  apa? Mereka seharusnya tidak pernah mati,   “…terus menerus. …”  Ayat 3,   “…3 Di sebelah luar tabir tabut kesaksian, di dalam kemah pertemuan, Harun harus bertanggung jawab atasnya dari petang hingga pagi terus menerus di hadapan Tuhan. Itu harus menjadi suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun. 4 Dia harus bertanggungjawab atas…”  apa?   “…bertanggungjawab atas  lampu-lampu pada kaki dian emas murni di hadapan Tuhan…”  dan sekiranya kalian tidak menangkapnya sebelumnya,   “…terus menerus…” 

Jadi lampu/pelita-pelita itu tidak boleh padam. Harun harus memastikan bahwa pelita-pelita itu selalu punya cukup minyak, dan bahwa sumbunya terpelihara, supaya ketujuh pelita itu tidak akan padam.

Sekarang ada tiga benda di sini:

1.   Ada kaki dian.

2.   Ada minyak.

3.   Dan ada terang sebagai hasilnya.

 

 

What does the oil represent? The oil represents ~ you know this ~ the Holy Spirit.  In the parable of the ten virgins you have an example of this. Also in Zechariah 4:6, “…‘Not by might nor by power, but by My Spirit,’ says  the Lord of hosts.” So the oil represents the Holy Spirit.

 

Minyak melambangkan apa? Minyak melambangkan ~ kalian sudah tahu ini ~ Roh Kudus. Di perumpamaan sepuluh anak dara ada contohnya. Juga di Zakharia 4:6, “…‘Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan Roh-Ku,’ firman TUHAN semua balatentara.Jadi minyak melambangkan Roh Kudus.

 

 

What does the candlestick represent? The candlesticks represent the church in its different periods. We've already noticed that. Each branch of the candlestick represents one particular church.

 

Kaki dian melambangkann apa? Kaki dian melambangkan gereja di periode-periode yang berbeda. Kita sudah menyimak itu. Setiap cabang kaki dian itu melambangkan satu gereja khusus.

 

 

And what does the light represent? The light that is given by the candlestick because the oil is in the candlestick, represents the witness of the church, because the Holy Spirit is present in the church. The church then sheds light.

Are you with me?

 

Dan terang melambangkan apa? Terang yang diberikan oleh kaki dian karena minyak yang ada di dalam kaki dian, melambangkan kesaksian gereja, karena Roh Kudus hadir di gereja. Lalu gereja memancarkan terang.

Apakah kalian paham?

 

 

So Jesus as the High Priest, what is He doing in the Holy place? He is making sure that the lights of the candlestick never go out. He was working in the churches in Asia Minor so that the church would shed the light, that the Holy Spirit would be present in the church all the time.

And also, in the course of church history, Jesus is walking among the different churches throughout history, making sure that the light of the church never goes out because there's never an absence of oil.

Now I must say that there were certain periods, when it looked like the light was about to go out. You have for example what we call the Dark Ages. Hello, why would you call it the Dark Ages? Because there was very little light. The period of papal supremacy, the Bible was suppressed, and as a result the witness of the church was impacted and yet the light of the church never went out. You had groups like the Waldenses and the Albigenses they were in exile, they kept pieces of parchment with Scriptures, they always shed the light. It was dimmed, but it never went out because Jesus was walking in the midst of the church even during the church of Thyatira.

 

Jadi Yesus sebagai Imam Besar, apa yang dilakukanNya di bilik Kudus? Dia memastikan bahwa cahaya dari kaki dian tidak pernah padam. Dia sedang bekerja di gereja-gereja di Asia Kecil supaya gereja akan memancarkan terang, agar Roh Kudus selalu hadir di dalam gereja.

Dan juga sepanjang sejarah gereja, Yesus berjalan di antara gereja-gereja yang berbeda sepanjang sejarah, memastikan bahwa terang dari gereja tidak pernah padam karena tidak pernah terjadi kehabisan minyak.

Nah, harus saya katakan ada periode-periode tertentu, di mana terang sepertinya nyaris akan padam. Misalnya masa yang kita sebut Zaman Kegelapan. Halo, mengapa kita menyebutnya Zaman Kegelapan? Karena saat itu hanya sedikit sekali terang. Periode kekuasaan Kepausan, Alkitab dipendam, dan sebagai akibatnya, kesaksian gereja pun terpengaruh, namun terang gereja tidak pernah padam. Ada kelompok-kelompok seperti Waldenses, dan Albigenses, mereka hidup di pengasingan, mereka menyimpan potongan-potongan tulisan Kitab Suci, mereka selalu memancarkan terang. Terang memang meredup tetapi tidak pernah padam karena Yesus berjalan di tengah-tengah gereja walaupun di masa gereja Tiatira.

 

 

Ellen White gives a beautiful description of what it means that Jesus was walking in the midst of the candlesticks. In the book Acts of the Apostles page 586 Ellen White wrote, “Christ is spoken of as walking in the midst of the golden candlesticks. Thus is symbolized His relation to the churches. He is in constant communication with His people. He knows their true state.  He  observetheir  order,  their  piety,  their  devotion.  Although  He  is  high  priest  and mediator in the  sanctuary above, yet He is represented as walking up and down in the midst of His  churches on the earth. With untiring wakefulness and unremitting vigilance, He watches to see whether the light of any of His sentinels is burning dim or going out. If the candlesticks were left to mere human care, the flickering flame would languish and die; but He is the true watchman in the Lord's house, the true warden of the temple courts. His continued care and sustaining grace are the source of life and light.

So Jesus makes sure that the light of the church never goes out, it might burn dim, but it never fully goes out. The Holy Spirit is not absent from the church.

 

Ellen White memberikan deskripsi yang indah tentang apa artinya Yesus berjalan di tengah-tengah kaki-kaki dian. Di buku Acts of the Apostles hal. 586, Ellen White menulis, “…Kristus dikatakan sebagai berjalan di antara kaki-kaki dian emas. Dengan demikian ini melambangkan hubunganNya dengan gereja-gereja. Dia berada dalam komunikasi tetap dengan umatNya. Dia tahu kondisi mereka yang sebenarnya. Dia mengamati keteraturan mereka, kesalehan mereka, dan kesetiaan mereka. Walaupun Dia Imam Besar dan Perantara di Bait Suci surgawi, namun Dia digambarkan sebagai berjalan hilir mudik di antara gereja-gerejaNya di bumi. Dengan mata yang senantiasa terbuka tanpa mengenal lelah dan kewaspadaan yang tidak pernah kendor, Dia berjaga untuk mengawasi apakah ada sinar terang dari salah satu prajuritNya yang sedang meredup atau akan mati. Andai kaki-kaki dian itu diserahkan kepada pemeliharaan manusia, api yang meredup akan bergetar semakin mengecil dan mati; tetapi Dialah penjaga yang sejati dalam rumah Tuhan, pengawas sejati dari ruang-ruang Bait Suci. PemeliharaanNya yang terus-menerus dan rahmatNya yang menguatkan adalah sumber hidup dan terang. …”

Jadi Yesus memastikan bahwa terang gereja tidak pernah padam, mungkin bisa meredup tetapi tidak pernah padam seluruhnya. Roh Kudus tidak pernah absen dari gereja.

 

 

By the way when church history comes to an end, God will withdraw His Spirit from the earth, but He will not withdraw His Spirit from His people. His people will still have the Spirit during the period of the tribulation.

 

Nah, ketika sejarah gereja tiba pada akhirnya, Allah akan menarik RohNya dari bumi, tetapi Dia tidak akan menarik RohNya dari umatNya. UmatNya akan tetap memiliki Roh selama periode Masa Kesukaran Besar.

 

 

Now you notice that Jesus is not only walking among the seven candlesticks, He is not only walking the midst of the history of the Christian church to make sure that there's always enough oil so that the light of the church doesn't go out, so that the witness of the church never goes out; but the Bible says that He has in His hand seven stars. Now what do the seven stars represent?

Revelation 1:20 once again, “ 20 The mystery of the seven stars which you saw in My right hand, and the seven golden lampstands: The seven stars are the angels of the seven churches…”  Now we need to understand what the word “angel” means, the word ἄγγελος [aggelos]. “Angel” means “messenger”, so really the angels to the churches are the ministers or the preachers of the church Jesus has in His hand, and we're going to notice in a minute His right hand, He has His preachers.

Let's read this interesting statement from Acts of the Apostles page 586. “Christ is represented as holding the seven stars in His right hand. This assures us that no church faithful to ittrust  need fear coming to  nought, for not a star that  has the protection of Omnipotence can be plucked out of the hand of Christ. … These things saith He that holdeth the seven stars in His right hand.’….” She is quoting Revelation 2:1, then she comments,  “…These words are spoken to the teachers in the church…”   so this is for the preachers and for me, this message is for us. It says here, “…These words are spoken to the teachers in the church, those entrusted by God with weighty responsibilities. The sweet influences that are to be abundant in the church are bound up with God's ministers, who are to reveal the love of Christ. The stars of heaven are under His control. He fills them with light. He guides and directs their movements. If He did not do this, they would become fallen stars.. So with His ministers. They are but instruments in His hands, and all the good they accomplish is done through His power.”

 

Sekarang kalian melihat bahwa Yesus bukan saja berjalan di antara ketujuh kaki dian, Dia bukan saja berjalan di tengah-tengah sejarah gereja Kristen untuk memastikan bahwa selalu ada cukup minyak sehingga terang gereja tidak padam, supaya kesaksian gereja tidak akan padam; tetapi Alkitab berkata bahwa Dia memegang di tanganNya tujuh bintang. Nah, tujuh bintang itu melambangkan apa?

Wahyu 1:20  sekali lagi, 20 Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat di tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat-malaikat ketujuh jemaat…” Nah, kita harus mengerti apa arti kata “malaikat”, kata ἄγγελος [aggelos]. “Malaikat” berarti “utusan”, jadi sesungguhnya malaikat-malaikat jemaat adalah hamba-hamba Allah atau para pengkhotbah di gereja yang ada di tangan Yesus. Dan segera kita akan melihat bahwa itu di tangan kananNya, Dia memegang para pengkhotbahNya.

Mari kita  baca pernyataan yang menarik ini dari Acts of the Apostles hal. 586.   “…Kristus dilambangkan sebagai sedang memegang ketujuh bintang di tangan kananNya. Ini memberi kita jaminan bahwa tidak ada gereja yang setia kepada tanggung jawabnya perlu takut gagal, karena tidak ada satu bintang pun yang ada dalam perlindungan Yang Mahakuasa bisa dicabut keluar dari tangan Kristus…’Inilah kata Dia yang memegang ketujuh bintang di tangan kananNya’ (Wah. 2:1)…”  Ellen White mengutip Wahyu 2:1, lalu dia memberi komentarnya,  “…Kata-kata ini diucapkan kepada guru-guru di dalam gereja…”  jadi ini adalah untuk para pengkhotbah dan untuk saya, pekabaran ini untuk kami. Dikatakan di sini,   “…Kata-kata ini diucapkan kepada guru-guru di dalam gereja ~ mereka yang dipercayai oleh Allah dengan tanggung jawab yang berat. Pengaruh-pengaruh manis yang akan berlimpah di dalam gereja itu terkait pada  hamba-hamba Allah yang harus menyatakan kasih Kristus. Bintang-bintang Surga ada di bawah kendaliNya, Dia yang memenuhi mereka dengan cahaya. Dia yang memimpin dan mengarahkan gerakan mereka. Jika Dia tidak melakukan ini, mereka akan menjadi bintang-bintang jatuh. Demikianlah dengan hamba-hamba Allah, mereka hanyalah alat di tanganNya, dan semua kebaikan yang mereka hasilkan itu tercapai melalui kuasaNya.”   

 

 

What a beautiful description of the seven stars, they're the ministers. Jesus holds them in His right hand. Now why the right hand?

·       In the Bible the right hand is the hand of God's favor.

That's why in the Bible Jesus sits at the right hand of the Father.

·       Incidentally, when Jesus separates the sheep from the goats, He places the sheep on His right hand and the goats on the left.

·       At the last supper Judas was seated on the left side and John was seated on the right.

And you know in Spanish you have the word “siniestra”, it means the left side, it comes from the word “sinister”, the left is the sinister side.

What comes to your mind when we talk about sinister? It's negative, right? It's the bad side, in other words.

So where does Jesus hold His ministers or His preachers? He holds them in the hand of His favor.

 

Deskripsi yang begitu indah tentang ketujuh bintang, mereka adalah para hamba Allah. Yesus memegang mereka di tangan kananNya. Nah, mengapa tangan yang kanan?

·       Di Alkitab, tangan kanan adalah tangan yang diperkenan Allah.

Itulah mengapa di Alkitab Yesus duduk di sebelah tangan kanan Bapa.

·       Nah, ketika Yesus memisahkan domba dari kambing, Dia menempatkan domba di sebelah tangan kananNya, dan kambing di sebelah kiri.

·       Saat Perjamuan Terakhir Yudas duduk di sebelah kiri Yesus dan Yohanes duduk di sebelah kananNya.

Dan kalian tahu dalam bahasa Spanyol ada kata “siniestra”, yang berarti sebelah kiri. Itu berasal dari kata “sinister” (jahat, menyeramkan), sebelah kiri adalah sebelah yang jahat.

Apa yang muncul di pikiran kalian bila kita bicara tentang kata “sinister”? Itu negatif, benar? Dengan kata lain itu sisi yang buruk.

Jadi di mana Yesus memegang hamba-hambaNya atau para pengkhotbahNya? Dia memegang mereka di tanganNya yang berkenan.

 

 

Now, let's notice another symbol that we find here in Revelation chapter 1. We have the eyes of Jesus that looked like flames of fire.

Now I'm going to ask a dumb question. What do you use your eyes for? To see, that's right. To see, to discern. By the way in the Bible eyes represent wisdom or knowledge. In Ephesians 1:18 it speaks about the eyes of your understanding being enlightened. See, when the Bible speaks about eyes it's not only talking about your literal eyes, it's actually talking about discernment, having discernment, having understanding, seeing things spiritually.

That's the reason why Satan said to Eve in the garden, “your eyes will be opened.” Now wait a minute, they had 20/20 vision, probably better than 20/20 vision. She was seeing the serpent, she was seeing everything, but the Devil is saying, “your eyes will be opened”. It can't be the physical eyes. He is saying, “your understanding will be opened. You will be able to know good and evil without God telling you what good and evil is, you'll be able to have discernment for yourself.”

So in other words, the eyes represent wisdom, knowledge, it represents discernment, and that's the reason why at graduation time you go to a store to buy a graduation card, and what animal appears on the graduation card quite frequently? An owl. Why would it be an owl? Because an owl has big eyes and the person who is graduating is very wise. So that's a contemporary explanation of the eyes representing knowledge or wisdom.

So Jesus has eyes of fire, which means that His eyes what? Are penetrating eyes. That is why to each church Jesus says: “I know your works.” To each church He says, “I know, I can see, I can discern, I'm wise, My eyes are enlightened, I can detect what the church is like.”

 

Nah, mari kita simak simbol yang lain yang kita temukan di Wahyu pasal 1. Ada mata Yesus yang seperti nyala api.

Nah, saya akan mengajukan pertanyaan konyol. Mata dipakai untuk apa? Untuk melihat, benar. Untuk melihat, untuk memahami. Nah, di Alkitab mata melambangkan hikmat atau pengetahuan. Di Efesus 1:18 ini bicara mengenai mata pemahaman kita yang dicerahkan. Lihat, ketika Alkitab bicara tentang mata, itu bukan saja bicara tentang mata literal, itu justru bicara mengenai pemahaman, memiliki pemahaman, memiliki pengertian, melihat hal-hal secara rohani.

Itulah alasannya mengapa Setan berkata kepada Hawa di Eden, “matamu akan terbuka” (Kejadian 3:5). Nah, tunggu sebentar, mereka punya penglihatan 20/20, bahkan mungkin lebih daripada 20/20. Hawa melihat ular itu, dia melihat segala sesuatu, tetapi Iblis berkata “matamu akan terbuka”.  Itu tentunya tidak bicara tentang mata fisik. Iblis mengatakan, “pemahamanmu akan terbuka. Kamu akan  tahu yang baik dan yang jahat tanpa diberitahu Allah apa yang baik dan apa yang jahat, kamu akan memiliki pemahaman untuk dirimu sendiri.”

 



 

Jadi dengan kata lain, mata melambangkan hikmat, pengetahuan, itu melambangkan pemahaman, dan itulah alasannya mengapa di musim kelulusan sekolah, kita ke toko membeli kartu ucapan selamat lulus, dan hewan apa yang sering muncul di kartu ucapan untuk kelulusan? Burung Hantu. Mengapa burung Hantu? Karena burung Hantu matanya besar dan orang yang lulus itu sangat bijak. Jadi itulah penjelasan kontemporer tentang mata melambangkan hikmat.

Jadi Yesus memiliki mata yang menyala, yang berarti bahwa mataNya apa? MataNya mempenetrasi (menembus). Itulah mengapa kepada setiap gereja Yesus berkata, “Aku tahu pekerjaanmu”. Kepada setiap gereja Dia berkata, “Aku tahu, Aku bisa melihat, Aku bisa mengerti, Aku bijak, mataKu dicerahkan, Aku bisa mengenali gereja itu seperti apa.”

 

 

Now also we find another symbol of Christ in Revelation 1, and that is ~ and we’ve read this ~  it says that out of the mouth of Jesus comes forth a sharp two-edged sword.

Now what does the sword represent in the Bible? We don't have to guess, the apostle Paul tells us in Ephesians 6:17, “ 17 … the sword of the Spirit, which is the Word of God…”  and who is the Word of God? Well this (the Bible) is the written Word of God, it gives witness to Jesus. But Jesus is the Word of God in person. So you have this sharp two-edged sword ~ by the way, I think the reason why it’s a two-edged sword is because you have an Old and New Testament, represent the Bible, the Word of God, just like you have two witnesses in Revelation 11,  the Old and New Testament ~ and it's very sharp, it's very penetrating in other words.

Now what does this symbol mean? A sword that penetrates, the Word of God that penetrates? Jesus not only discerns everything, He not only know  backwards and forwards what we're doing, but He also has the solution to the problem.

 

Nah, kita juga menemukan simbol yang lain dari Kristus di Wahyu 1, dan itu ialah ~ dan ini sudah pernah kita baca ~ dikatakan bahwa dari mulut Yesus keluar sebilah pedang tajam bermata dua.

Nah, di Alkitab pedang melambangkan apa? Kita tidak usah menebak, rasul Paulus mengatakan kepada kita di Efesus 6:17, 17 pedang Roh, yaitu  Firman Allah…”  dan siapakah Firman Allah? Nah, ini (Alkitab) adalah Firman Allah yang tertulis, dia memberikan kesaksian tentang Yesus. Tetapi Yesus adalah Firman Allah dalam bentuk pribadi. Jadi ada pedang tajam bermata dua ini ~ nah, saya rasa alasannya mengapa itu pedang bermata dua ialah karena Alkitab diwakili oleh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Firman Allah, sama seperti ada dua orang saksi di Wahyu 11, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ~ dan pedang itu sangat tajam, sangat mempenetrasi, dengan kata lain.

Nah, apakah arti simbol tersebut? Sebilah pedang yang mempenetrasi, Firman Allah yang mempenetrasi?  Yesus bukan hanya memahami segala sesuatu, Dia bukan hanya tahu semua yang kita lakukan dari depan maupun dari belakang, tetapi Dia juga mempunyai solusi untuk problemnya.    

 

 

Now let me read you an interesting statement. This was actually written by an individual by the name of L.D. Fleming, he attended William Miller's lectures back in the 1830s, this was in Portland, Maine, and he described the message of William Miller as a cutting message. Have you ever heard of somebody refer to the message as a cutting message? That is because the Word is penetrating, it's going in, and it's performing a work of surgery if you please. See, Jesus detects the sin, and then He says, “Do you want Me to cut it out with My Word?”

Now notice what testimony this man gave. "Things here are moving powerfully. Last evening about two hundred requested prayer and the interest seems constantly increasing. The whole city seems agitated. Brother Miller's lectures have not the least effect to frighten people; they are far from it. The great alarm is among those who do not come near them. Many who stay away and oppose, seem excited, and perhaps alarmed; but those who candidly hear are far from excitement or alarm. The interest awakened by his lectures is of the most deliberate and dispassionate kind.  Though  this  is  the   greatest  revival  I  ever  saw, yet  there  is  the  least passionate excitement  about it…” In other words, they weren't jumping and rolling in the aisles and shouting, hallelujah, praise the Lord. He continues,  “…Though  this  is  the   greatest  revival  I  ever  saw, yet  there  is  the  least passionate excitement  about it. It seems to take a deep hold on the main part of the community. What produces the effect is this,…”  now notice the reason why,  “…Brother Miller simply takes the sword of the Spirit, unsheathes, and lays its sharp edge on the naked heart, and it  cuts; that is all. Before the  edge of this mighty weapon, infidelity falls and Universalism withers; false foundations vanish, and Babel's merchants wonder. It seems to me that this must be a little the nearest to apostolic revivals of anything that modern times have witnessed."

All great revivals in the history of the Christian church have been founded on the preaching of God's Holy Word, because the Word penetrates, the Word has power, it is quick and powerful, “quick” means living and powerful.

 

Sekarang saya akan membacakan suatu pernyataan yang menarik. Ini ditulis oleh seseorang yang bernama L.D. Fleming, dia menghadiri ceramah William Miller dulu di tahun 1830an, ini terjadi di Portland, Maine, dan dia menggambarkan pekabaran William Miller sebagai pekabaran yang tajam. Pernahkah kalian mendengar orang menyebut suatu pekabaran sebagai pekabaran yang tajam? Itu karena Firman itu mempenetrasi, itu masuk sampai ke dalam, dan itu melakukan suatu pembedahan, katakanlah demikian. Lihat, Yesus mendeteksi dosanya, kemudian Dia berkata, “Apa kamu mau Aku potong itu dengan FirmanKu?”

Sekarang simak kesaksian apa yang diberikan orang ini. “…Hal-hal di sini berlangsung dengan penuh kuasa. Semalam sekitar 200 orang minta didoakan, dan minat itu sepertinya terus bertambah. Seluruh kota sepertinya tergerak. Khotbah Saudara Miller sama sekali tidak menimbulkan reaksi menakut-nakuti orang, jauh dari itu. Kepanikan besar justru terdapat di antara mereka yang tidak hadir. Banyak yang tidak mau datang dan menolaknya, tampak tegang dan mungkin panik, tetapi mereka yang mendengarkan dengan teliti jauh dari perasaan tegang atau panik. Minat yang dibangkitkan oleh pidato-pidatonya adalah dari jenis yang paling sadar dan tenang. Walaupun ini adalah kebangunan rohani terbesar yang pernah saya saksikan namun di sana hanya ada kegaduhan yang paling sedikit…”  Dengan kata lain, mereka tidak melompat-lompat dan bergulung-gulung di antara bangku-bangku dan berteriak-teriak: halleluya, puji Tuhan. Fleming melanjutkan   “…Walaupun ini adalah kebangunan rohani terbesar yang pernah saya saksikan namun di sana hanya ada kegaduhan yang paling sedikit.  Sepertinya itu mencekam pada bagian besar komunitas. Apa yang menciptakan efek ini ialah…”  sekarang simak alasannya mengapa, “…Saudara Miller semata-mata memakai pedang Roh, mengeluarkannya dari sarungnya, dan meletakkan bagiannya yang tajam di hati yang telanjang, dan pedang itu memotong. Itu saja. Di hadapan mata pedang senjata yang hebat ini, ketidakpercayaan luruh dan Universalisme melayu; dasar-dasar yang palsu lenyap, dan pedagang-pedagang Babel heran. Tampaknya kepada saya ini sepertinya sesuatu yang paling mirip dengan kebangunan rohani zaman rasul-rasul yang pernah disaksikan di zaman modern.” (L.D. Fleming The Review and Herald, November 25, 1884)

Semua kebangunan rohani akbar dalam sejarah gereja Kristen beralaskan pada dikhotbahkannya Firman Allah yang kudus, karena Firman itu mempenetrasi, Firman itu hidup dan penuh kuasa.

 

 

Now Ellen White also described the Word of God as a sharp object to cut out the maladies in the human heart. In Signs of the Times May 17, 1883 she wrote these words,  The worldliness in the church…” the worldliness where?  “…in the church which is the great cause of spiritual death, is attributable to the influence of selfish, ease-loving members. The progress of this deadly malady must be checked. The surgeon's knife cuts deep when it is necessary to remove festering, pestilent matter; so the Word of God, sharper than any two-edged sword, must be made to cut to the heart, or the evil will never be removed.

So the eyes detect the evil, and the Word cuts the evil out, if we consent. But the sword will never cut out the evil unless we allow the sword to come in.

 

Nah Ellen White juga menggambarkan Firman Allah sebagai benda tajam yang memotong dan membuang penyakit-penyakit dalam hati manusia. Di Signs of the Times 17 Mei 1883, Ellen White menulis kata-kata ini, “…Kecintaan pada dunia di dalam gereja, …”  kecintaan pada dunia di mana?  “…di dalam gereja yang merupakan penyebab besar kematian spiritual, diatributkan kepada pengaruh keegoisan dan sifat manja para anggota. Lajunya penyakit yang mematikan ini harus dihentikan. Pisau dokter bedah memotong hingga ke dalam bilamana perlu untuk membuang sesuatu yang membusuk dan beracun, demikian jugalah Firman Allah yang lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun, harus dipakai untuk memotong hati, kalau tidak, apa yang jahat tidak akan pernah dibuang. …” 

Jadi mata mendekteksi apa yang jahat, dan Firman memotong yang jahat itu dan menyingkirkannya, jika kita setuju. Tetapi pedang tidak akan pernah memotong dan membuang yang jahat kecuali jika kita mengizinkan pedang itu masuk.

 

 

Now let me give you an illustration so that we understand how this works a little bit better.

A person goes to a medical doctor and has some tests, sonograms, X-rays, CAT scans, MRIs, etc. After the tests results come back, the medical doctor says to the patient, “I have bad news for you, you have cancer.” But the doctor says, “There is good news. The cancer has not progressed to a point where we cannot have surgery and cut the cancer out, and so if you have surgery you're going to recuperate a hundred percent.” What did that medical equipment do? It allowed the medical doctor to detect the cancer, but the medical equipment cannot cure the cancer.

The eyes of Jesus are like flames of fire, they detect sin, when we're close to Jesus, He shows us our sinfulness and then He says, “There's only one way to solve this, we can heal it, but I need to cut it out, there needs to be a surgery.”

Now what does a patient ask? The patient says, “Well, is it going to hurt?” The medical doctor says, “Of course that's going to hurt, big time.” “Oh well, then I don't want to have the surgery.Is that what the patient says? Are you kidding? The patient doesn't say that. The patient says, “Better a little hurt now then a big hurt later.”

And so the Word of God penetrates and cuts out that which the eyes of Jesus detect.

 

Sekarang, saya akan memberikan sebuah ilustrasi agar kita bisa mengerti sedikit lebih baik  bagaimana kerjanya.

Seorang pergi ke dokter dan dibuatkan beberapa tes, sonogram, X-ray, CAT scan, MRI, dll. Setelah semua hasil tes keluar, dokter berkata kepada pasien itu, “Saya punya kabar buruk, Anda punya kanker.” Tetapi dokter itu berkata, “Ada kabar baik. Kanker itu belum parah sampai ke tahap di mana kami tidak bisa membedahnya dan membuangnya. Jadi jika Anda mau dibedah, Anda akan pulih 100%.” Semua peralatan medis itu berbuat apa? Mereka memungkinkan si dokter mendeteksi kankernya, tetapi peralatan medis itu tidak bisa menyembuhkan kankernya.

Mata Yesus seperti nyala api, mereka mendeteksi dosa, bila kita dekat Yesus, Dia menunjukkan keberdosaan kita dan Dia berkata, “Hanya ada satu jalan untuk menyelesaikan ini, ini bisa kita sembuhkan, tetapi Aku harus memotongnya dan membuangnya. Harus dilakukan pembedahdan.”

Nah, pertanyaan apa yang diajukan si pasien? Pasien itu berkata, “Sakitkah?” Dokter menjawab, “Sudah pasti sakit, sakit sekali.” “Oh, kalau begitu saya tidak mau dibedah.” Apakah itu kata si pasien? Yang bener aja! Si pasien tidak akan berkata begitu. Pasien itu akan berkata, “Lebih baik sakit sedikit sekarang daripada sakit parah kelak.”

Maka Firman Allah mempenetrasi dan memotong apa yang dideteksi oleh mata Yesus.

 

 

Now let me give you an illustration of what I mean. Let's suppose that an individual is addicted to pornography, a very growing problem in the world today. An individual is addicted to pornography, and that individual one day opens the Bible and just so happens that he turns to the story of David and his adultery that are committed with Bathsheba, that eventually leads to the murder of Uriah the Hittite. And so he is reading the Scriptures, and suddenly the Scriptures start reading him. The Scriptures says, “Hey, that's you, that’s you!” See, what is the Word doing? The Word is showing the person his sin. And then what does the Word say? “You’ve got to cut that out, it's going to hurt, it's not going to be easy to give that up, but I am willing to cut it out if you consent.”

And so that's why when we study Scripture we need to pray for the Holy Spirit, because the Holy Spirit shows us our sin, and then the Holy Spirit through the Word is willing to come in and cut that sin out from our life.

 

Sekarang saya akan memberikan suatu ilustrasi apa yang saya maksud. Misalkan seseorang kecanduan pornografi, suatu masalah yang semakin parah di dunia sekarang ini. Seseorang kecanduan pornografi dan suatu hari dia membuka Alkitab dan kebetulan dia melihat kisah Daud dan perzinahannya dengan Batsyeba, yang akhirnya mengakibatkan pembunuhan Uria orang Het. Jadi orang ini membaca Kitab Suci dan tiba-tiba Kitab Suci mulai membaca hidupnya. Kitab Suci berkata, “Hei, itu kamu, itu kamu!” Lihat, apa yang dilakukan Firman Allah? Firman Allah menunjukkan kepada orang itu dosanya. Kemudian apa kata Firman? “Kamu harus membuangnya, pasti sakit rasanya, tidak mudah untuk melepaskan itu, tetapi Aku mau memotong itu keluar jika kamu setuju.”

Itulah mengapa bila kita mempelajari Kitab Suci, kita perlu berdoa minta bimbingan Roh Kudus, supaya Roh Kudus menunjukkan kepada kita dosa kita, kemudian Roh Kudus melalui Firman mau masuk dan memotong dosa itu dari hidup kita.

 

 

Let me read you several statements from Scripture about this specific point.

Psalm 139:22 and 23. You know “the heart is deceitful above all things…” isn't it, “…and desperately wicked” is what the Bible says. If you go by your heart you're always going to rationalize things, you're going to say, “This is okay, that's okay.” But if you allow Scripture to show you your condition through the power of the Holy Spirit, we're going to be able to see ourselves as we are.

Psalm 139:22-23 we find the psalmist saying, 23 Search me, O God, and know my heart…” see there's the eyes, “…know my heart, try me, and know my anxieties; 24 And see if there is any wicked way in me, and lead me in the way everlasting...”  Notice, “…discern if there's wickedness in me, and then lead me…” what? “…lead me in the way everlasting.”

 

Saya akan membacakan beberapa peryataan dari Kitab Suci mengenai poin khusus ini.

Mazmur 139:22-23. Kalian tahu, 9 Hati itu licik di atas segala sesuatu, dan sangat jahat…” (Yer. 17:9)  itulah yang dikatakan Alkitab. Jika kita berbuat menurut hati kita, kita selalu akan merasionalisasikan semua, kita akan mengatakan, “Ini tidak apa-apa, itu tidak apa-apa”, tetapi jika kita mengizinkan Kitab Suci melalui kuasa Roh Kudus menunjukkan kondisi kita, kita akan bisa melihat diri kita sebagaimana adanya.

Mazmur 139:22-23 kita melihat si pemazmur berkata, 23  Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku…” lihat, ini mataNya, “…kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah kekhawatiran-kekhawatiranku; 24 dan lihatlah, apakah ada jalanku yang jahat, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal…”  simak, “…selidikilah apakah ada jalanku yang jahat, dan tuntunlah aku…”  apa?   “…tuntunlah aku di jalan yang kekal…”

 

 

Now there's a very interesting passage in the book of Hebrews that puts the eyes and the sword together. Are you understanding this? The eyes detect the sin and then the sword cuts out the sin. The Spirit is the Word of God, the eyes are Jesus through the Holy Spirit, showing us our sinful condition. Hebrews 4:12 and 13 put the two symbols together. It says there, “ 12 For the word of God is living and powerful, and sharper than any two-edged sword, piercing even to the division of soul and spirit, and of joints and marrow…” so it's really penetrating, isn't it? If it's penetrating here to the division of soul and spirit and joints and marrow, it's really going deep. And now notice the eyes,  “…and is a…”   what? “…a discerner…” that has to do with the eyes,  “…a discerner of the thoughts and intents of the heart…” it even goes to the depths of the heart.  “…13 And there is no creature hidden from His…”   what? See, you have the sword and you have the eyes “…hidden from His sight, but all things are naked and open to the…”   what? “…open to the eyes of Him to whom we must give account.” And you know, folks, sometimes the surgery hurts. The surgery hurts as much as it would hurt to cut off your foot. It hurts even more than poking out your eye. It hurts even more than chopping off your right hand. And I'm speaking about the passage of Jesus in Mark 9:43-48, He says, “If your right hand offends you chop it off.” He's not saying that we should be cutting off our limbs. What He's saying is that sometimes it's so difficult for us, as difficult for us to give up our sins, as it would be to cut off our hand and our foot, it is painful.

 

Nah, ada bacaan yang sangat menarik di kitab Ibrani yang menyatukan mata dengan pedang bersama-sama. Apakah kalian paham ini? Mata mendeteksi dosa kemudian pedang memotong dan membuang dosa itu. Roh adalah Firman Allah, mata itu ialah Yesus melalui Roh Kudus, menunjukkan kita kondisi kita yang berdosa. Ibrani 4:12-13 mempersatukan kedua simbol itu menjadi satu. Dikatakan di sana, “12 Sebab Firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun, ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, dan sampai sendi-sendi dan sumsum…”  dia benar-benar mempenetrasi, bukan? Jika di sini dia mempenetrasi sampai memisahkan jiwa dan roh, dan sendi-sendi dan sumsum, dia benar-benar masuk sangat dalam. Dan sekarang simak matanya, “…dan  ia…”  apa?   “…sanggup membedakan pikiran dan niat hati…”  dia bahkan masuk hingga ke lubuk hati. “…13 Dan tidak ada satu makhluk pun yang tersembunyi dari…” apa? Lihat, ada pedang dan ada mata, “…pandangan-Nya, tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan…”  apa?  “…mataNya, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungjawaban.”

Dan kalian tahu, Saudara-saudara, terkadang pembedahan itu menyakitkan. Pembedahan itu sakitnya sama dengan kalau harus memotong kaki kita. Bahkan lebih sakit daripada mencongkel mata. Itu bahkan lebih sakit daripada memotong tangan kanan kita, dan saya bicara tentang pesan Yesus di Markus 9:43-48, di mana Dia berkata, “Jika tangan kananmu membuat masalah buatmu, potonglah.” Dia tidak mengatakan kita harus memotong anggota-anggota tubuh kita. Apa yang dikatakanNya ialah, terkadang begitu sulit bagi kita  untuk melepaskan dosa-dosa kita, sesulit seperti memotong tangan atau kaki kita, memang sakit.

 

 

Now at the end of Revelation we meet the eyes and the sword again.

Now listen carefully.

·       In Revelation 1 the eyes and the sword are remedial.

In other words, they are willing to detect the sin and the sword is willing to cut it out.

·       At the end of Revelation the context is different.

The eyes are not remedial eyes, the sword is not a remedial sword. The eyes and the sword are retributive because people did not allow the eyes to detect the sin, and the sword to cut out the sin. In other words the eyes and the sword destroy at the end of the book.

Notice Revelation 19:11, 14, and then we'll read verse 16. 11 Now I saw heaven opened, and behold, a white horse. And He who sat on him was called Faithful and True, and in righteousness He judges and makes war…” that's verse 11, that's Jesus by the way.  “…14 And the armies in heaven…” the angels,  “…clothed in fine linen, white and clean, followed Him on white horses...” those are the angels. Verse 16, And He who sat on this horse, “…16 And He has on His robe and on His thigh a name written: KING OF KINGS AND LORD OF LORDS.”

 

Nah, di bagian akhir Wahyu kita bertemu dengan mata dan pedang lagi.

Sekarang dengarkan baik-baik.

·       Di Wahyu 1 mata dan pedang  itu menyembuhkan.

Dengan kata lain mata bersedia mendeteksi dosa dan pedang bersedia memotongnya keluar.

·       Di bagian akhir Wahyu, konteksnya berbeda.

Mata itu tidak menyembuhkan, pedang itu tidak menyembuhkan. Mata dan pedang di sini itu retributif (membalas/menghukum), karena manusia tidak mengizinkan mata untuk mendeteksi dosa dan pedang untuk memotong keluar dosa. Dengan kata lain, mata dan pedang itu memusnahkan di bagian akhir kitab itu.

Simak Wahyu 19:11, 14, kemudian kita akan membaca ayat 16. 11 Lalu aku melihat sorga terbuka dan lihatlah, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama ‘Setia dan Benar’, dan dalam kebenaran Ia menghakimi dan berperang…”  ini ayat 11, itu Yesus.   “…14 Dan semua pasukan yang di sorga…”  para malaikat,   “…memakai lenan halus yang putih bersih, mengikutiNya menunggang kuda-kuda putih…”  itu para malaikat. Ayat 16, dan Dia yang duduk di atas kuda itu,  “…16Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN SEGALA TUAN.”

 

 

And now is Jesus coming here primarily as a Savior so that people can get rid of sin? No, notice once again the eyes are spoken of in verse 12. It says, 12 His eyes were like a flame of fire, and on His head were many crowns. He had a name written that no one knew except Himself.” 

We meet the eyes once again of fire at the end of the book.

What happens when people who have not had the surgery performed, what happens with them when they see those eyes? Revelation chapter  6 tells us. They hide in the caves, and they cry for the mountains to fall upon them, “hide us from the eyes of the One who sits upon the throne” because they did not accept the eyes showing the sin and the sword cutting out the sin.

 

Dan sekarang apakah Yesus datang kemari terutama sebagai Juruselamat supaya manusia bisa menyingkirkan dosa? Tidak, simak sekali lagi mata disebutkan lagi di ayat 12, dikatakan, 12 Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota, dan Ia mempunyai sebuah nama yang tidak diketahui seorang pun, kecuali Ia sendiri.”

Kita bertemu dengan mata yang menyala sekali lagi di bagian akhir kitab Wahyu.

Apa yang terjadi pada mereka yang tidak dibedah, apa yang terjadi pada mereka ketika mereka melihat mata itu? Wahyu pasal 6 mengatakannya kepada kita, mereka bersembunyi di gua-gua, dan mereka berteriak kepada gunung-gunung untuk menimpa mereka, “sembunyikanlah kami dari wajah Dia, yang duduk di atas takhta” (6:16) karena mereka tidak menerima mata itu menunjukkan dosa dan pedang itu memotong dan membuang dosa itu.

 

 

Once again we meet the sword at the end of the book. Revelation 19:15 in the same context it says, 15 Now out of His mouth goes a sharp sword…” no longer to cut out sin, folks,  “…out of His mouth goes a sharp sword that with it He should…” what? “…strike the nations. And He Himself will rule them with a rod of iron. He Himself treads the winepress of the fierceness and wrath of Almighty God.” 

So we can either have the eyes detect the sin now and the sword cut it out. Or else someday we will have to meet those eyes once again, and now the sword instead of cutting out the sin, will destroy the sinner.

 

Sekali lagi kita bertemu dengan pedang di bagian akhir kitab Wahyu. Wahyu 19:15 dalam konteks yang sama, mengatakan, 15 Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam…” bukan lagi untuk memotong dosa, Saudara-saudara,  “…dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam  dan dengan pedang itu Dia akan…” apa?  “…memukul segala bangsa. Dan Ia Sendiri akan memerintah atas mereka dengan tongkat besi. DIa sendiri yang menginjak tempat pemerasan anggur kegeraman dan murka Allah Yang Mahakuasa.”

Jadi kita bisa membiarkan mata itu mendeteksi dosa sekarang dan pedang itu memotongnya dan membuangnya, atau kalau tidak, suatu hari kita harus bertemu dengan mata itu lagi dan sekarang pedang itu bukan memotong dosa tetapi akan membinasakan si pendosa.

 

 

You know Jesus spoke something similar in Matthew 21:44. He said, “ 44 And whoever falls on this Stone…” He's speaking about Himself,  “…will be broken…” In other words, if you fall on Christ your selfishness will be broken. But now notice,  “…but on whomever It falls, It will grind him to powder.’…”  So you can choose to fall on the Stone or else the Stone will crush you.

 

Kalian tahu, Yesus mengatakan sesuatu yang mirip ini di Matius 21:44. Dia berkata, 44 Dan barangsiapa jatuh ke atas Batu ini…”  Dia bicara tentang DiriNya sendiri,   “… ia akan hancur…” dengan kata lain, jika kita jatuh di atas Kristus, keegoisan kita akan dihancurkan. Tetapi simak sekarang, “…tetapi barangsiapa ditimpa Batu itu, Batu itu akan menggilingnya hingga menjadi debu…”  Jadi kita bisa memilih untuk jatuh di atas Batu, atau Batu itu yang meremukkan kita.

 

 

We find the same lesson with regards to fire. Matthew 3:11, the ministry of John the Baptist. He said, “ 11 I indeed baptize you with water unto repentance, but He who is coming after me is mightier than I, whose sandals I am not worthy to carry. He will baptize you with the Holy Spirit and fire.” It's talking about the day of Pentecost saying, “You are going to receive the Spirit into your lives and that's going to help you overcome sin and witness for Me.” But if we don't allow the Spirit to consume the sin in our lives now, the fire at the end will consume us.

 

Kita mendapatkan pelajaran yang sama sehubungan dengan api. Matius 3:11, pelayanan Yohanes Pembaptis. Dia berkata, 11 Memang aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dariku lebih berkuasa daripadaku dan aku tidak layak membawakan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Ini bicara tentang hari Pentakosta yang mengatakan, “Kamu akan menerima Roh dalam hidupmu dan itu akan membantumu mengalahkan dosa dan menjadi saksi bagiKu.” Tetapi jika kita tidak mengizinkan Roh menghabiskan dosa dalam hidup kita sekarang, pada akhirnya api yang akan menghabiskan kita.

 

 

Notice what we find in Desire of Ages page 107.  To sin, wherever found, ‘…our God is a consuming fire.’ In all who submit to His power the Spirit of God will consume sin…” What does the Spirit do? If we submit, consumes sin. “…But if men cling to sin, they become identified with it. Then the glory of God, which destroys sin, must destroy them.”  

 

Simak apa yang kita temukan di Desire of Ages hal. 107. “…Bagi dosa, di mana itu ditemukan,  ‘29 …Allah kita adalah api yang menghanguskan.’ (Ibrani 12:29). Pada semua yang berserah kepada kuasaNya, Roh Allah akan memusnahkan dosa…”  Roh akan berbuat apa? Jika kita berserah, Dia akan memusnahkan dosa. “…Tetapi jika manusia berpegang erat pada dosa, mereka menjadi teridentifikasi dengannya. Maka kemuliaan Allah yang memusnahkan dosa, harus memusnahkan mereka.”

 

 

Are you understanding the relationship between the eyes and the sword at the beginning and the eyes and the sword at the end? Folks, the Devil has invented all sorts of distractions to keep us from going to the Word. It's the Word that shows us our sinfulness, the eyes of Jesus detect our sinfulness through a study of the Word. It shows us what we're really like. And then if we consent, the sword will cut out the sin from our lives.

 

Apakah kalian paham hubungan antara mata dengan pedang di bagian awal dan mata dan pedang di bagian akhir? Saudara-saudara, Iblis telah menciptakan segala jenis pengalihan perhatian untuk mencegah kita mempelajari Firman. Firmanlah yang menunjukkan kita keberdosaan kita, mata Yesus yang mendeteksi keberdosaan kita melalui mempelajari Firman. Itu menunjukkan kita seperti apa kita sesungguhnya. Lalu jika kita setuju, pedang akan memotong dosa itu dari hidup kita.

 

 

Now there's one final thing that I want to deal with in the few minutes that we still have left. Let's go to the end of chapter 1. We noticed that at the beginning you have the death and resurrection of Christ, and He begins His ministry in the Holy place. Now at the end of chapter 1 once again you have a reference to the death and resurrection of Christ. It says there in Revelation 1:17-18, “ 17 And when I saw Him, I fell at His feet as dead. But He laid His right hand on me, saying to me, ‘Do not be afraid; I am the First and the Last. 18 I am He who lives, and was dead, and behold, I am alive forevermore. Amen. And I have the keys of Hades and of Death.”

Now let's talk a little bit about Hades and death.

Go with me to Psalm 89:48, it says there, 48 What man can live and not see death?...”   this is a synonymous parallelism by the way. “…48 What man can live and not see death? Can he deliver his life from the power of the grave?

Now the word “grave” there is the Hebrew word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl], remember that is the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] in Hebrew. So what is שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] identified with? The "grave" and "death".

Psalm 6:5, For in death there is no remembrance of You…” and then the same thought is repeated in different words,  “…in the grave who will give You thanks?”

So death and the grave go together.

So the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]  in the Old Testament really should be translated “grave”. Unfortunately the King James Version usually translates the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]  with the word “hell”. It's really not a good translation the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]  into "hell", because the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]  means the “grave”. It's the place where dead people go.

 

Nah, ada satu hal terakhir yang mau saya bahas dalam waktu singkat yang masih tersisa. Mari kita ke bagian akhir pasal 1. Kita sudah menyimak di bagian awal ada kematian dan kebangkitan Kristus dan Dia memulai pelayananNya di Bilik Kudus. Nah, di bagian akhir pasal 1 sekali lagi ada referensi kepada kematian dan kebangkitan Kristus. Dikatakan di Wahyu 1:17-18, 17 Dan ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya padaku, lalu berkata kepadaku, ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,  18 Akulah Dia yang hidup, yang telah mati, dan lihatlah, Aku hidup selama-lamanya. Amin. Dan Aku memegang kunci-kunci Hades dan maut.”

Nah, mari kita bicara sedikit tentang Hades dan maut.

Marilah ke Mazmur 89:48 bersama saya, dikatakan di sana, 48  Siapakah orang yang boleh hidup dan tidak mengalami kematian?…”  ini adalah paralelismus sinonim. “…48  Siapakah orang yang boleh hidup dan tidak mengalami kematian? Bisakah dia menyelamatkan hidupnya dari kuasa kubur?”

Nah, kata “kubur” di sana adalah kata Ibrani שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl], ingat itu adalah kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] dalam bahasa Ibrani. Jadi שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] itu sama dengan apa? "Kubur" dan "kematian".

Mazmur 6:5, 5 Sebab di dalam kematian tidak ada ingatan akan Engkau…”  kemudian konsep yang sama diulangi dengan kata-kata yang berbeda,   “…di dalam kubur siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu?”

Jadi kematian dan kubur berjalan bersama-sama.

Jadi kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] di Perjanjian Lama sesungguhnya harus diterjemahkan “kubur”. Sayangnya KJV biasanya menerjemahkan kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] dengan kata “neraka”. Itu betul-betul bukan terjemahan yang baik, kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] diterjemahkan “neraka”, karena kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] berarti “kubur”. Itu adalah tempat ke mana orang mati pergi.

 

 

Now in the New Testament you have an equivalent word. See, in the New Testament you're dealing with Greek. In the New Testament it's the word ᾅδης [hadēs]. It's used 11 times in the New Testament, and the King James Version usually translates the word "hell". More modern versions transliterate it, and they simply put "Hades" where the word ᾅδης [hadēs] is. Now the word ᾅδης [hadēs] is equivalent to שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl], we should not study the word ᾅδης [hadēs] in the light of the Greek philosophers. We should not study the word ᾅδης [hadēs] in the light of what the Jews believed in the intertestamental period. We should allow the use of שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]  in the Old Testament to determine the meaning of the same word in Greek in the New Testament ᾅδης [hadēs].

 

Nah, di Perjanjian Baru ada kata yang sama. Lihat, di Perjanjian Baru kita berhubungan dengan bahasa Greeka. Di Perjanjian Baru itu adalah kata ᾅδης [hadēs], itu dipakai 11 kali di Perjanjian Baru, dan KJV biasanya menerjemahkan kata tersebut “neraka”. Versi-versi yang lebih modern mentransliterasinya, dan mereka menulis “Hades” saja di tempat ᾅδης [hadēs]. Nah, kata ᾅδης [hadēs] itu ekuivalen dengan kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]. Nah, kita jangan mempelajari kata ᾅδης [hadēs] menurut pemahaman filsuf-fulsuf Greeka. Kita juga jangan mempelajari kata ᾅδης [hadēs] sesuai apa yang diyakini orang-orang Yahudi di zaman intertestamental (masa 400 tahun antara berakhirnya periode Perjanjian Lama dan dimulainya periode Perjanjian Baru)  Kita harus menggunakan pemakaian שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] di Perjanjian Lama untuk menentukan makna kata ᾅδης [hadēs] yang sama dalam bahasa Greeka di Perjanjian Baru.

 

 

So how do we know that ᾅδης [hadēs] is equivalent to שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl],  or “the grave”?

We have one verse which is a key verse, Hosea 13:14, the apostle Paul is going to allude to this verse later on in 1 Corinthians. It says there, 14 I will ransom them from the power of the grave,...” that is שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] by the way. God is going to rescue people from the power of שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] or the grave. And then the same thought is repeated,  “... I will redeem them from death...” and then you have these words,  “...O Death, I will be your plagues! O Grave...” that is שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] “... I will be your destruction!"

So can you think of a verse that is very similar to this? 1 Corinthians 15:54 and 55. Now notice the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] is used twice. 14 I will ransom them from the power of the grave…” שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] “… I will redeem them from death. O Death, I will be your plagues! O, Grave…” שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] “…I will be your destruction!”

The Apostle Paul alludes to this in 1 Corinthians 15:54 and 55, he says: ” 54 So when this corruptible has put on incorruption, and this mortal has put on immortality, then shall be brought to pass the saying that is written: ‘Death is swallowed up in victory.’ 55 O Death, where is your sting? O, Hades, where is your victory?”

And by the way, interestingly enough the King James Version translates the word “Hades” there “grave” because it wouldn't make much sense to say that Jesus is bringing up his people from hell. And so, they translate the word correctly there.

 

Jadi dari mana kita tahu bahwa ᾅδης [hadēs] itu ekuivalen שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] atau “kubur”?

Ada satu ayat yang adalah ayat kunci, Hosea 13:14, rasul Paulus akan merujuk ayat ini nanti di 1 Korintus. Dikatakan di sana, 14 Aku akan menebus  mereka dari kuasa kubur…”  ini adalah    שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]. Allah akan menyelamatkan manusia dari kuasa שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] atau “kubur”. Kemudian konsep yang sama diulangi,   “…Aku akan menebus mereka dari maut…”  lalu ada kata-kata ini,  “…Hai maut, Aku akan menjadi bala samparmu; hai kubur,…”  ini שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]   “…Aku akan menjadi pembinasamu.

Jadi bisakah kalian ingat ayat yang mirip ini? 1 Korintus 15:54-55. Sekarang simak kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] digunakan dua kali. 14 Aku akan menebus  mereka dari kuasa kubur…”  שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]. “…Aku akan menebus mereka dari maut. Hai maut, Aku akan menjadi bala samparmu; hai kubur,…”  ini שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]   “…Aku akan menjadi pembinasamu.

Rasul Paulus mengacu kepada ini di 1 Korintus 15:54-55, dia berkata, 54 Jadi ketika yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: 'Maut telah ditelan dalam kemenangan.’  55 Hai maut, di manakah sengatmu? Hai Hades di manakah kemenanganmu?”

Dan yang menarik KJV menerjemahkan kata “Hades” di sana “kubur” karena tidak masuk akal mengatakan Yesus membawa naik umatNya dari neraka. Maka, mereka menerjemahkan kata tersebut dengan benar di sana.

 

 

Now let's go to Psalm 16, and pursue this a little bit further. Psalm 16:8-10 have a messianic prophecy. David is writing about how Jesus is going to feel when He's about to go to the grave, and when He's going to resurrect from the dead. Psalm 16:8-10. I have set the Lord…” I'm reading from the New King James Version,  “…I have set the Lord always before Me; because He is at My right hand I shall not be moved…” This is Jesus speaking prophetically, a thousand years before He comes.  “…Therefore My heart is glad, and My glory rejoices; My flesh also will rest in hope…” And then He says,  “…10 For You will not leave My soul…” the word נֶפֶשׁ [nephesh] in the Hebrew  “…10 For You will not leave My soul in Sheol…”  the King James translates “in hell”. So Jesus went to hell according to this, according to King James Version. We don't believe that Jesus went to hell when He died, do we? So it's a serious problem to read it in that fashion. So verse 10, “…10 For You will not leave My soul in Sheol…” that is in the grave,  “…nor will You allow Your Holy One to see corruption.”

 

Nah, mari kita ke Mazmur 16, dan membahas ini lebih lanjut. Mazmur 16:8-10 adalah nubuatan mesianik. Daud menulis tentang bagaimana Yesus akan merasa pada saat Dia akan ke kubur, dan ketika Dia akan bangkit dari kematian. Mazmur 16:8-10, 8 Aku telah menempatkan TUHAN…” saya membaca dari NKJV,   “…8 Aku telah menempatkan TUHAN senantiasa di depanKu; karena Ia di sebelah tangan kananKu, Aku tidak akan tergoyahkan…”  Ini Yesus yang bicara dalam nubuatan, seribu tahun sebelum Dia datang.   “…9 Sebab itu hatiKu bergembira dan kemuliaanKu bersukacita, dagingKu juga akan beristirahat dalam harapan,…” lalu Dia berkata, “…10 sebab Engkau tidak akan meninggalkan RohKu…”  kata נֶפֶשׁ [nephesh] dalam bahasa Greeka,  “…10 sebab Engkau tidak akan meninggalkan RohKu di Sheol…”  KJV menerjemahkan ini “di neraka”, berarti menurut versi KJV Yesus masuk neraka. Kita tidak percaya Yesus masuk ke neraka ketika Dia mati, bukan? Maka itu jadi masalah besar jika kita membacanya demikian. Jadi ayat 10,   “…10 sebab Engkau tidak akan meninggalkan RohKu di Sheol…”  yaitu di kubur,   “…dan juga tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat  pembusukan.”

 

 

Now I want you to notice that there's a synonymous parallelism here.

·       The first part of the verse says,  “You will not leave My soul in hell, according to the King James.

·       The second half of the verse says, “You will not allow Your Holy One to see corruption.”

So let me ask you, what would be equivalent to “soul” in that equation? “Holy One”. “You will not leave My soul in Sheol” is equivalent to “You will not leave Your Holy One”. And “Sheol” would be equivalent to what? To “corruption”.

Let me ask you, where does corruption take place? It takes place in the grave.

 

Nah, saya mau kalian menyimak di sini ada paralelisme sinonim.

·       Bagian pertama ayat itu mengatakan,  “Engkau tidak akan meninggalkan RohKu di neraka”   menurut KJV.

·       Bagian kedua ayat itu mengatakan,  “(Engkau) juga tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat  pembusukan.”

Jadi saya mau tanya, apa ekuivalen  kata “Roh” dalam persamaan itu? “Orang Kudus”.

“Engkau tidak akan meninggalkan RohKu di Sheol itu sama dengan “(Engkau) juga tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat  pembusukan.”

Dan “Sheol” itu sama dengan “pembusukan.”

Coba saya tanya, di mana terjadi pembusukan? Itu terjadi di dalam kubur.

 

 

Now let's go to this passage in the New Testament. The apostle Peter quoted these verses in the New Testament, in Acts 2:25-27, and I'm going to read it from three versions: the King James, the New King James, and the New International Version.

It says in the King James,

25 For David speaketh concerning Him, ‘I foresaw the Lord always before My face, for He is on My right hand, that I should not be moved: 26 Therefore did My heart rejoice, and My tongue was glad; moreover also My flesh…”  this Jesus speaking prophetically “…shall rest in hope: 27 Because Thou wilt not leave My soul in hell…” this is the King James Version,  “…neither wilt Thou suffer Thine Holy One to see corruption.’…”

Now what does the New King James do? I will read the passage in the New King James:

“ 25 For David says concerning Him…” that is concerning Jesus,  “…‘I foresaw the Lord always before My face, for He is at My right hand, that I may not be shaken. 26 Therefore My heart rejoiced, and My tongue was glad; moreover My flesh also will rest in hope. 27 For You will not leave My soul in Hades…”  notice that no longer is the word “hell” used, but “Hades”, the Greek word is transliterated.  “…27 For You will not leave My soul in Hades nor will You allow Your Holy One to see corruption.’…”

Now let's read it in the NIV. It makes so much more sense. It says in the NIV,

25 David said about Him: 'I saw the Lord always before Me. Because He is at My right hand, I will not be shaken. 26 Therefore My heart is glad and My tongue rejoices; My body also will live in hope, 27 because You will not abandon Me to the grave,…”  is that clearer? So what is “the soul”? “Me”. And what is “Sheol” or “Hades”? “The grave”. That  is a proper translation. So the Messiah is saying, “…You will not abandon Me to the grave, nor will You let Your Holy One see decay.

 

Nah, mari kita ke bacaan ini di kitab Perjanjian Baru. Rasul Petrus mengutip ayat-ayat ini di Perjanjian Baru, di Kisah 2:25-27, dan saya akan membacakannya dari tiga versi: KJV, NKJV dan NIV.

Dikatakan di KJV:

25 Karena Daud berkata tentang Dia, ‘Aku senantiasa memandang Tuhan di depan wajahKu, karena Ia ada di tangan kananKu, agar Aku tidak goyah. 26 Itulah sebabnya hatiKu bersukacita dan lidahKu bergembira. Selain itu, tubuhKu juga…”  ini Yesus berbicara dalam nubuat,   “…akan beristirahat dalam harapan, 27 karena Engkau tidak akan meninggalkan RohKu di neraka…”  ini versi KJV,   “…dan juga tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu melihat pembusukan.’…”

Sekarang apa yang dilakukan NKJV? Saya akan membacakan ayat-ayat itu dari NKJV:

25 Karena Daud berkata tentang Dia…”  yaitu tentang Yesus,   “…‘Aku senantiasa memandang Tuhan di depan wajahKu, karena Ia ada di tangan kananKu, agar Aku tidak terguncang. 26 Itulah sebabnya hatiKu bersukacita dan lidahKu bergembira. Selain itu  tubuhKu juga akan beristirahat dalam harapan, 27 karena Engkau tidak akan meninggalkan RohKu di Hades, …”  simak kata “neraka” tidak dipakai lagi, melainkan “Hades”, kata Greeka itu ditransliterasi.   “…27 karena Engkau tidak akan meninggalkan RohKu di Hades,  dan tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu melihat pembusukan.’…”

Nah, mari kita membacanya dari NIV, jauh lebih bisa dimengerti. Dikatakan di NIV:

25 Daud berkata tentang Dia, ‘Aku senantiasa memandang Tuhan di hadapanKu, karena Ia ada di tangan kananKu, Aku tidak akan terguncang. 26 Itulah sebabnya hatiKu bergembira dan lidahKu bersukacita. TubuhKu juga akan hidup dalam harapan, 27 karena Engkau tidak akan meninggalkan Aku di kubur, …”  apakah ini lebih jelas? Kalau begitu “RohKu” itu apa? “Aku”. Dan apa “Sheol” dan ”Hades”? “Kubur”. Ini adalah terjemahan yang benar. Jadi Sang Mesias berkata,   “…Engkau tidak akan meninggalkan Aku di kubur,  dan tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu melihat pembusukan.’…”

 

 

And Jesus was talking about His resurrection. In Acts 2:31 it says: 31 He…” that is David, “…foreseeing this, spoke concerning the resurrection of the Christ, that His soul was not left in Hades, nor did His flesh see corruption.” 

 

Dan Yesus sedang bicara tentang kebangkitanNya di Kisah 2:31, dikatakan, 31 Ia…” yaitu Daud, “…melihat ke depan, bicara tentang kebangkitan Sang Kristus, bahwa RohNya tidak ditinggalkan di Hades, dan bahwa daging-Nya pun tidak mengalami pembusukan.”

 

 

Now let me end by giving an illustration. You see, Satan is the jailer, and the tomb is the jail, the dead are the prisoners. The jailer has the keys guarding the door, and there is Jesus to go into the tomb and get the keys. Jesus goes into the tomb, and lo and behold He comes out of the tomb, and He says to the Devil, “Give Me those keys!” And so Jesus now takes away the keys, and Jesus has the keys to death and to the grave. In fact, Jesus defeated death by death.

Do you know how they used to make anti-venom? With venom. So Jesus defeated death by death. Interesting! Notice Hebrews 2:14 and 15,14 Inasmuch then as the children have partaken of flesh and blood…” that's us,  “…He Himself likewise shared in the same, that through death He might destroy him who had the power of death, that is, the Devil, 15 and release those who through fear of death were all their lifetime subject to bondage.” 

The last enemy, folks, to be destroyed is death. The Devil is not the last thing to be destroyed. The last thing to be destroyed is death. Because if death was destroyed first before the Devil died, then death would not have been destroyed. Are you with me or not? So the last enemy to be destroyed is death.

 

Nah, saya akan mengakhiri dengan memberikan sebuah ilustrasi. Kalian lihat, Setan itulah sipir buinya, dan kubur itu penjaranya, dan orang-orang mati itu tahanannya. Si sipir bui memegang kunci-kunci dan berjaga di pintunya. Lalu Yesus masuk ke dalam kubur dan mengambil kunci-kunci itu. Yesus masuk ke dalam kubur, dan lihatlah, Dia keluar dari dalam kubur dan Dia berkata kepada Iblis, “Berikan kunci-kunci itu kepadaKu!” Maka sekarang kunci-kuncinya diambil Yesus, dan Yesus yang memiliki kunci-kunci kematian dan kubur. Bahkan Yesus sudah mengalahkan kematian dengan kematian.

Tahukah kalian bagaimana orang membuat anti-bisa? Dengan bisa. Jadi Yesus mengalahkan kematian dengan kematian. Menarik! Simak Ibrani 2:14-15, 14 Oleh sebab itu sebagaimana anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging…”  yaitu kita,   “…maka Ia Sendiri juga mengambil bagian dalam hal yang sama. Agar supaya oleh kematian-Nya Ia bisa memusnahkan dia yang berkuasa atas maut,  yaitu Iblis. 15 dan membebaskan mereka yang karena takutnya kepada maut,  seumur hidupnya berada di bawah perhambaan…” 

Musuh yang terakhir yang harus dimusnahkan, Saudara-saudara, ialah kematian. Iblis bukan yang terakhir yang harus dimusnahkan. Yang terakhir harus dimusnahkan ialah kematian. Karena jika kematian dimusnahkan dulu sebelum Iblis mati, maka kematian tidak dimusnahkan. Apakah kalian paham atau tidak? Jadi musuh terakhir yang harus dimusnahkan ialah kematian.

 

 

In fact 1 Corinthians 15:26 tells us exactly that, the last enemy that will be destroyed is death. And that's why we have that glorious promise in Revelation 21:4, “ And God will wipe away every tear from their eyes; there shall be no more death, nor sorrow, nor crying. There shall be no more pain, for the former things have passed away.”

And it's all due to the fact that Jesus lived, died, took over the keys to the tomb, came forth saying “I am the resurrection and the life, because I live you will live also” that there's any hope for those who died in Jesus Christ. If we are in Christ we have no reason to fear death. If we're outside of Christ we have every reason to fear death. Because the Bible says that those who are not in Christ will suffer second death, and that is the death from which there will be no resurrection.

 

Bahkan 1 Korintus 15:26 mengatakan kepada kita bahwa musuh terakhir yang akan dimusnahkan ialah kematian. Dan itulah mengapa kita melihat janji yang mulia itu di Wahyu 21:4, 4 Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi duka, atau ratap tangis. Tak akan ada lagi sakit, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”

Dan semua itu karena Yesus sudah hidup, mati, mengambil semua kunci kubur, muncul dan berkata, Akulah kebangkitan dan hidup, (Yoh. 11:25)  karena Aku hidup, kamu pun akan hidup.” (Yoh. 14:19) maka ada harapan bagi mereka yang mati dalam Yesus Kristus. Jika kita dalam Kristus, kita tidak punya alasan untuk takut mati. Jika kita di luar Kristus, kita punya segala macam alasan untuk takut mati. Karena Alkitab mengatakan bahwa mereka yang tidak ada dalam Kristus akan mengalami kematian kedua, dan itu ialah kematian dari mana tidak akan ada kebangkitan lagi.

 

 

27 02 22