Monday, July 24, 2023

EPISODE 02/32 ~ THE FINAL GENERATION ~ DISCOVERING THE CONSPIRED CONSENSUS ~ KEVIN PAULSON

 

THE FINAL GENERATION SYMPOSIUM

Part 02/32 – Kevin Paulson

DISCOVERING THE CONSPIRED CONSENSUS

https://www.youtube.com/watch?v=Z2uFxmfFPGU&list=PLIWJyuxBfZ7i2O8wOtdyuCvOndkH4jq9L&index=2

 

Dibuka dengan doa.

 

 

Before we address the substance of what has come to be known as Last Generation Theology and the cluster of issues surrounding it, we need to recognize and acknowledge what I have long described in my meetings, on various issues as the genius of Seventh-Day Adventism. That genius is the ability to assemble and discover the consensus of the inspired writings regarding any biblical subject. There's a reason why those who have been most successful in reaching the world outside of Adventism with our message are, most of the time, the most zealous and articulate in defining issues inside the denomination; because for the true Seventh-Day Adventist apologetics  and evangelism are Siamese twins, they go together and cannot exist without each other.

 

Sebelum kita bicara tentang substansi yang telah menjadi terkenal sebagai Theologi Generasi Terakhir, dan gugusan isu-isu yang mengelilinginya, kita perlu mengenali dan mengakui apa yang sejak lama sudah saya jelaskan dalam pertemuan-pertemuan, tentang pelbagai isu keunggulan intelektual dari MAHK. Keunggulan itu adalah kemampuan untuk merangkai dan menemukan kesepakatan dari tulisan-tulisan yang diilhami mengenai  topik alkitabiah mana pun. Ada alasannya mengapa mereka yang paling berhasil menjangkau dunia yang di luar Adventisme dengan pekabaran kita, kebanyakan adalah yang paling getol dan fasih mendefinisikan isu-isu di dalam denominasi; karena bagi MAHK yang tulen, apologetika (pembelaan) dan evangelisme (penginjilan) itu kembar siam, mereka berjalan bersama-sama, dan yang satu tidak bisa ada tanpa yang lain.

 

 

What certain folks would have us believe, when certain folks would have us believe, that mission outside the church is more important than defending the faith inside the church, they don't know what they're talking about. They have this idea the defenders of the faith inside the church tend to be naval gazers  is one of the most absurd myths in contemporary Adventism.  I have met very few people like that. Because winning souls outside the church and promoting revival and reformation inside the church go hand in glove; and the reason why as we're going to see is, because the way we show the harmony of the Bible in giving studies to non-Adventist in the context of evangelism, is exactly the way we show the harmony of the inspired writings in addressing the church's internal controversies. Hence the value of such books as  Mark Finley's Studying Together and Answers To Objections by F.D. Nickel. This cornerstone of Adventist Bible study is non-negotiable as we consider the claims of Last Generation Theology, together with the claims of its critics.

 

Apa yang orang-orang tertentu ingin kita yakini, ketika orang-orang tertentu mau kita meyakini bahwa misi di luar gereja itu lebih penting daripada membela iman di dalam gereja, mereka tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Mereka punya ide ini bahwa pembela-pembela iman di dalam gereja cenderung seperti orang-orang yang hanya  tidak masuk akal di Adventisme kontemporer. Saya hanya bertemu sedikit sekali orang-orang seperti ini. Karena memenangkan jiwa di luar gereja dan mempromosikan kebangkitan rohani dan reformasi di dalam gereja, itu berjalan bergandengan tangan; dan alasannya mengapa akan kita lihat, ialah karena cara kita menunjukkan keselarasan Alkitab dalam memberikan pelajaran-pelajaran kepada non-Advent dalam konteks penginjilan, adalah cara yang persis sama kita menunjukkan keselarasan tulisan-tulisan yang diilhami dalam menghadapi kontroversi internal di dalam gereja. Oleh karena itu buku-buku seperti Studying Together tulisan Mark Finley dan Answers to Objections tulisan F.D. Nickel itu bernilai. Pembelajaran Alkitab Advent adalah batu penjuru yang tidak bisa ditawar bila kita mempertimbangkan klaim-klaim Theologi Generasi Terakhir bersama-sama dengan klaim-klaim kritikan-kritikan terhadapnya.

 

 

The unity of the Bible is the first issue that we have to consider, and we all know this passage. 2 Timothy 3:15-16. 15 And that from a child…” Paul is here addressing his young protégé,  “…thou hast known the holy scriptures, which are able to make thee wise unto salvation through faith which is in Christ Jesus. 16 All scripture…” Paul goes on to say,  “…is given by inspiration of God, and is profitable for doctrine, for reproof, for correction, for instruction in righteousness.”

Now what is significant about this passage is not only its affirmation of the unity of the Bible both Old and New Testaments, but also the affirmation that Paul's doctrine of salvation by faith in Jesus which lies at the heart of what we call Last Generation Theology, is in fact not something that was invented by the New Testament writers. It began with the Old Testament. After all those were the only Scriptures Timothy could have been taught from his childhood.  It cannot be stated often enough, Seventh-Day Adventists are not Old Testament Christians. Seventh-Day Adventists are not New Testament Christians. Seventh-Day Adventists are not Pauline Christians. Seventh-Day Adventists are not Johannine Christians. Seventh-Day Adventists are biblical Christians!

 

Keseragaman Alkitab adalah isu pertama yang harus kita pertimbangkan, dan kita semua mengenal ayat ini, 2 Timotius 3:15-16. 15 Dan bahwa dari kecil…” Di sini Paul bicara kepada anak didiknya yang masih muda, “…engkau sudah mengenal Kitab Suci, yang dapat membuat engkau bijaksana kepada keselamatan melalui iman dalam Kristus Yesus. 16 Segala tulisan Kitab Suci…”  Paulus melanjutkan berkata, “…itu diberikan oleh ilham dari Allah, dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”

Nah, yang signifikan tentang ayat-ayat ini bukan saja afirmasinya mengenai keselarasan Alkitab, Perjanjian yang Lama dan yang Baru, melainkan juga afirmasi bahwa doktrin Paulus tentang keselamatan oleh iman dalam Yesus yang adalah dasar dari apa yang kita sebut Theologi Generasi Terakhir, ternyata bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru. Itu dimulai oleh Perjanjian Lama. Bukankah itulah satu-satunya tulisan Kitab Suci yang mungkin diajarkan kepada Timotius sejak kecilnya? Tidak kurang-kurangnya dikatakan bahwa MAHK bukanlah orang Kristen Perjanjian Lama, MAHK bukan Kristen Perjanjian Baru. MAHK bukan Kristen aliran Paulus. MAHK bukan Kristen aliran Yohanes. MAHK adalah Kristen alkitabiah!

 

 

Now we have to consider step by step the Bible's case for its self-explanatory character. 2 Peter 1:20-21 tells us , 20 Knowing this first, that no prophecy of the scripture is of any private interpretation. 21 For the prophecy came not in old time by the will of man: but holy men of God spake as they were moved by…” who?  “…by the Holy Ghost.”

 

Sekarang kita perlu mempertimbangkan langkah demi langkah kasus Alkitab mengenai karakternya yang menjelaskan dirinya sendiri. 2 Petrus 1:20-21 mengatakan kepada kita, 20 Mengetahui ini dulu, bahwa tidak ada nubuat di Kitab Suci yang dari penafsiran pribadi. 21 Karena nubuat pada masa yang lalu tidak datang oleh kehendak manusia, tetapi orang-orang saleh berbicara sebagaimana  mereka digerakkan oleh…”  siapa?   “…oleh  Roh Kudus.”

 

 

Now let's turn to 1 Corinthians chapter 2 and look at verses 12 to 14. 12 Now we have received…” Paul writes,  “…not the spirit of the world, but the spirit which is of God; that we might know the things that are freely given to us of God. 13 Which things also we speak, not in the words which man's wisdom teacheth, but which the Holy Ghost teacheth; comparing spiritual things with spiritual. 14 But the natural man receiveth not the things of the Spirit of God: for they are foolishness unto him: neither can he know them, because they are spiritually discerned.”

In other words, what the Holy Spirit inspires is to be understood by comparison with Itself.

 

Sekarang mari ke 1 Korintus 2:12-14. 12 Nah, kita telah menerima…”  Paulus menulis,   “…bukan roh dunia ini, tetapi Roh yang berasal dari Allah, supaya kita boleh  tahu apa-apa yang dikaruniakan secara gratis kepada kita dari  Allah. 13 Hal-hal mana juga kami bicarakan, tidak dengan kata-kata yang diajarkan hikmat manusia, melainkan yang diajarkan oleh Roh Kudus; membandingkan hal-hal yang spiritual dengan yang spiritual. 14 Tetapi manusia duniawi tidak menerima hal-hal yang berasal dari Roh Allah, karena hal-hal itu adalah suatu kebodohan baginya; dan ia juga tidak dapat memahami mereka, sebab mereka hanya dapat dipaham secara rohani…”  Dengan kata lain, apa yang diilhamkan Roh Kudus harus dipahami dengan membandingkannya dengan DiriNya sendiri.

 

 

And the book of Isaiah 28:9-10 explains this further. 9 Whom shall He…” the prophet asks  “…9 Whom shall He…” that is the Lord  “…teach knowledge? And whom shall He make to understand doctrine? Them that are weaned from the milk, and drawn from the breasts. 10 For precept must be upon precept, precept upon precept; line upon line, line upon line; here a little, and there a little.”

 

Dan kitab Yesaya 28:9-10 menjelaskan tentang ini lebih lanjut. 9 Siapa yang akan Dia…”  tanya nabi itu,   “…9 Siapa yang akan Dia…”  yaitu Tuhan,   “…ajari pengetahuan? Dan siapa yang akan Dia buat mengerti doktrin? Mereka yang telah disapih dari susu, dan yang sudah cerai susu. 10     Karena perintah harus dibandingkan perintah, perintah dengan perintah, baris dengan baris, baris dengan baris, di sini sedikit, di sana sedikit.”

 

 

Brothers and sisters, this is how ~ as any evangelist or Bible worker knows ~ this is how Seventh-Day Adventists present all of their teachings from the Bible. On every subject we go to the Old Testament, we go to the New Testament, we give none of these parts of the Bible more or less authority than another. Now critics have often described this approach to Scripture as well as to the writings of Ellen White, which we're going to talk about in a couple two presentations from now, some have called this the proof text method, but what we're really talking about is the Bible's own self self-interpretive method. None of us are saying ~ please don't misunderstand me ~ that we shouldn't look at the context of inspired passages when we study them; but we have to consider what the Bible says about itself and how the Bible presents a unified consistent picture throughout its pages of divine truth. This, my friends, is where popular evangelical Bible study and classic Seventh-Day Adventist Bible study part company.

 

Saudara-saudara, beginilah ~ seperti yang sudah diketahui setiap penginjil atau pekerja Tuhan ~ beginilah MAHK mempresentasikan semua ajaran mereka, dari Alkitab. Tentang setiap subjek kita ke Perjanjian Lama, kita ke Perjanjian Baru, kita tidak memberi bagian mana pun dari Alkitab kewenangan yang lebih atau kurang daripada yang lain. Nah para pengritik sering menggambarkan cara MAHK mempelajari Alkitab dan juga tulisan-tulisan Ellen White ini ~ yang nanti akan kita bahas di dua presentasi berikutnya ~ ada yang menyebut ini metode “proof text”, tetapi apa yang sesungguhnya kita bicarakan adalah metode Alkitab menjelaskan dirinya sendiri. Tidak ada dari kami yang berkata ~ mohon jangan salah paham ~ bahwa kita tidak boleh melihat konteks dari teks-teks yang diilhami pada saat kita mempelajari mereka; tetapi kita harus mempertimbangkan apa yang dikatakan Alkitab tentang isinya sendiri, dan bagaimana Alkitab mempersembahkan gambaran yang selaras yang konsisten di seluruh halaman-halaman kebenaran Ilahinya. Di sinilah, teman-teman, di mana cara pembelajaran Alkitab kelompok evangelikal yang populer dan cara klasik MAHK mempelajari Alkitab berpisah jalan.

 

 

Listen to Dr. Edward J. Carnell in his book some years ago titled The Case for Orthodox Theology, this was the methodology by the way, back in the early 1980s, that was used by Robert Brinsmead when he was trying to convince Adventists that the Seventh-Day Sabbath was no longer binding.  Here is what Dr. Carnell gives as his two rules for Bible study:

1.   The New Testament must interpret the Old.

And by “interpret” by the way he means “supersede”.

2.   The New Testament epistles must interpret the gospels.

And of course when he speaks about the epistles he's really only talking about the epistles of Paul, he certainly isn't talking about the epistles of John or Peter, and most definitely he isn't talking about James, because if you put all of these biblical materials together, you can't help but be a Seventh-Day Adventist.

 

Dengarkan Dr. Edward J. Carnell dalam bukunya beberapa tahun lampau yang berjudul The Case for Orthodox Theology, ketahuilah inilah metodologi yang dipakai di awal 1980an dulu oleh Robert Brinsmead ketika dia berusaha meyakinkan orang Advent bahwa Sabat Hari Ketujuh itu tidak lagi mengikat. Inilah dua rumus yang diberikan Dr. Carnell kepada kita untuk mempelajari Alkitab.

1.   Perjanjian Baru harus menginterpretasi Perjanjian Lama.

Dan maksudnya “menginterpretasi” ialah “menggantikan”.

2.   Surat-surat Perjanjian Baru harus mengintepretasikan Injil.

Dan tentu ketika dia bicara tentang “surat-surat” sesungguhnya dia hanya bicara tentang surat-surat Paulus. Dia jelas tidak bicara tentang surat-surat Yohanes dan Petrus, dan sudah pasti dia tidak bicara tentang surat Yakobus. Karena jika kita persatukan semua bahan alkitabiah ini, tidak bisa tidak kita menjadi seorang MAHK.

 

 

Now listen to the following statement by Dr. Harold Lindsell in the Harper Study Bible regarding the verse that we're all familiar with, Ecclesiastes 9:5 which of course deals with the state of man and death. Here is what Dr. Lindsell says about this text, and notice how he sidesteps what Scripture is teaching. “From this verse some have adduced the dogma of soul sleep for the dead until the resurrection. The doctrine of soul sleep is not biblical…” it's pretty clear he hasn't studied the Bible very carefully “…The problem is solved when one understands that the Bible is a book of progressive revelation…” and folks, whenever you hear that term watch out, because most of the time what it means is contradiction “…The Old Testament does not have the full-orbed biblical doctrine of the intermediate state after death.”

 

Sekarang dengarkan pernyataan berikutnya oleh Dr. Harold Lindsell di The Harper Study Bible, mengenai ayat yang sudah kita semua kenal, Pengkhotbah 9:5 yang tentu saja bicara tentang status manusia dan kematian. Inilah yang dikatakan Dr. Lindsell mengenai ayat tersebut, dan simak bagaimana dia menghindari apa yang diajarkan Kitab Suci. “…Dari ayat ini ada beberapa orang yang mengemukakan dogma tidur bagi orang mati hingga saat kebangkitan. Doktrin tentang tidur ini tidak alkitabiah…” jelas dia belum mempelajari Alkitab dengan seksama  “…Masalah itu selesai jika orang memahami bahwa Alkitab adalah sebuah buku pengungkapan yang progresif…”  dan Saudara-saudara, bilamana kalian mendengar istilah itu, waspadalah, karena kebanyakan apa yang dimaksud adalah kontradiksi  “…Perjanjian Lama tidak memiliki doktrin alkitabiah yang sepenuhnya tentang status transisi setelah kematian.”

 

 

Now we find a similar statement in Dr. Robert Morey's 1984 book Death and the Afterlife in which he tries to defend the popular evangelical view of the state of the dead against the positions held by such as Seventh-Day Adventists, and Jehovah's witnesses, and others. He says in this book, Death and the Afterlife,   “They…” that is Adventists and others “…do not see any progress from the Old Testament to the New Testament, but flatten out the distinction between the Testaments. Instead of giving priority to the clarity of the New Testament, they feel safer staying with the blurred vision found in the Old Testament.”

Now, folks, this very approach to understanding the Bible has found its way into the Seventh-Day Adventist church, and this is the reason why we have the theological controversies over salvation, and perfection, and the human nature of Christ, and related topics, that we have among us. Prior to 1950 these controversies among us did not exist, and that is because prior to 1950 we use the Bible's self-interpretive comprehensive approach to studying theology.

 

Nah, kita temukan pernyataan yang serupa di buku Dr. Robert Morey tahun 1984, Death and the Afterlife di mana dia berusaha membela pandangan populer kelompok evangelikal mengenai satus orang mati melawan posisi yang dipegang oleh MAHK, Saksi Yehova, dan lain-lain. Dia mengatakan dalam buku ini, Death and the Afterlife,  “…Mereka…”  yaitu MAHK dan yang lain-lain,  “…tidak melihat adanya kemajuan apa pun dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru, melainkan membuat rata perbedaan antara kedua Perjanjian itu. Bukannya memberikan prioritas kepada kejelasan Perjanjian Baru, mereka merasa lebih aman tetap bersama pandangan yang kabur yang ada di Perjanjian Lama…” 

Nah, Saudara-saudara cara yang demikian untuk memahami Alkitab telah mendapatkan jalan masuk ke dalam gereja MAHK, dan inilah alasannya mengapa ada kontroversi-kontroversi theologi tentang keselamatan, dan kesempurnaan, dan kodrat kemanusiaan Kristus, dan topik-topik yang terkait, yang muncul di antara kita. Sebelum 1950, kontroversi-kontroversi di antara kita ini tidak ada, dan itu karena sebelum 1950 kita menggunakan metode Alkitab menjelaskan dirinya sendiri secara komprehensif dalam mempelajari theologi.

 

 

Now some people are going to say, “Now wait a minute, Pastor Kevin, didn't we argue about righteousness by faith before the 1950s? What about 1888?” Folks, no issue that was discussed in 1888 has any direct connection with the issues that we are being divided over now.

ü   Nobody in 1888 believed in original sin.

ü   Nobody in 1888 believed in the pre-fall human nature of Christ.

ü   Nobody in 1888 believed that salvation was accomplished by justifying righteousness only.

ü   Nobody in 1888 believed that justification was declarative only and not at all transformative.

ü   And most definitely nobody believed in 1888 that it was impossible even through heaven's power to live a life free from sin here on this earth.

The controversies in 1888 were very different and they have been different up until the 1950s and the questions on doctrine fiasco.

 

Nah, beberapa orang akan berkata, “Tunggu dulu, Pastor Kevin, bukankah kita berdebat tentang pembenaran oleh iman sebelum 1950an? Bagaimana dengan 1888?” Saudara-saudara, isu yang didiskusikan di 1888 tidak punya kaitan langsung dengan isu-isu yang sekarang ini membuat kita terpecah belah.

ü   Di 1888 tidak ada yang percaya adanya dosa asal.

ü   Di 1888 tidak ada yang percaya kodrat kemanusiaan Kristus itu adalah kodrat sebelum manusia berdosa.

ü   Di 1888 tidak ada yang percaya bahwa keselamatan sudah dicapai hanya dengan dibenarkan oleh pembenaran.

ü   Di 1888 tidak ada yang percaya bahwa dibenarkan itu hanya bersifat deklaratif dan sama sekali tidak mengubahkan.

ü   Dan di 1888 sangat pasti tidak ada yang percaya bahwa walaupun oleh kuasa Surgawi, manusia tidak mungkin menjalani hidup yang bebas dari dosa di bumi ini.

Kontroversi-kontroversi di 1888 itu sangat berbeda dan mereka berbeda hingga 1950an, dan pertanyaan-pertanyaan tentang kegagalan doktrin.  

 

 

And probably nobody articulated this evangelical approach to Bible study better than the late Desmond Ford at the Palmdale Conference in 1976.  Here were the steps Dr. Ford outlined for understanding what the Bible supposedly teaches on righteousness by faith. Let's look at them.

1.   Paul is the theologian of the New Testament.

Only he, this is Ford talking, sets forth an analysis of the plan of salvation. Amazing! You mean Jesus spent a whole night with Nicodemus and didn't bother telling him how to be saved?

2.   The only book by Paul which systematically explains righteousness by faith is Romans.

3.   The part in Romans which contains this systematic presentation is Romans 3:21 to 5:21 though obviously the preceding and following chapters are related to this central discussion.

What we wish to emphasize is, that it is here,  Ford says,  that we must find the basic nature of righteousness by faith, if what we believe is not here we need to think again.

Now what gives him the right to elevate a few chapters of one little book over the rest of the Bible? But this is how he came up with the gospel that has divided the Seventh-Day Adventist church so profoundly.


Dan mungkin tidak ada orang lain yang menyuarakan pembelajaran Alkitab cara evangelikal  ini lebih baik daripada Desmond Ford di Palmdale Conference tahun 1976. Inilah  langkah-langkah yang diberikan oleh Dr. Ford untuk memahami apa yang menurut dia diajarkan oleh Alkitab tentang pembenaran oleh iman. Mari kita simak.

1.   Paulus adalah theolog Perjanjian Baru.

Hanya dialah, menurut Ford, yang mengemukakan suatu analisa tentang rencana keselamatan.

Luar biasa! Masa Yesus menghabiskan sepanjang malam bersama Nikodemus tidak sempat memberitahu dia bagaimana caranya untuk diselamatkan?

2.   Satunya-satunya kitab yang ditulis Paulus yang secara sistematis menjelaskan tentang pembenaran oleh iman adalah kitab Roma.

3.   Bagian di Roma yang berisikan presentasi yang sistematis ini ialah Roma 3:21 hingga 5:21, walaupun jelas pasal-pasal sebelum dan sesudahnya terkait pembahasan pokok ini.

Apa yang ingin kami tekankan ialah bahwa di sinilah, kata Ford, di mana kita harus mencari dasar dari pembenaran oleh iman. Jika apa yang kita Imani tidak ada di sini, kita harus berpikir lagi.

Nah, hak apa yang dimilikinya sehingga dia bisa meninggikan beberapa pasal dari satu kitab kecil di atas seluruh sisa yang lain di Alkitab? Tetapi dengan cara inilah dia memunculkan Injil yang telah memecahbelah gereja MAHK begitu parahnya.

 

 

Here's another statement Ford made at a symposium on righteousness by faith which I attended as a freshman theology major. Some of you might guess that was probably a few years ago. Here is what he says in this paper that he presented to us. “Where is the definitive Word on the gospel to be found? Certainly not outside Scripture. And where in Scripture? Not even in the gospels…” think about that “…not even in the gospels which were written as supplementary to the epistles. The cross had to be endured before it could be explained…” Says who? This is a totally human fabrication without any biblical authority.

 

Ini pernyataan lain yang dibuat Ford di sebuah simposium tentang pembenaran oleh iman yang saya hadiri ketika saya masih seorang mahasiswa theologi tahun pertama. Beberapa dari kalian pasti menebak bahwa itu sudah cukup lama. Inilah yang dia katakan dalam pelajaran yang dipresentasikannya kepada kami. “…Di manakah bisa ditemukan Firman definitifnya tentang Injil? Jelas tidak di luar Kitab Suci. Dan di mana di dalam Kitab Suci? Bahkan tidak di dalam kitab-kitab injil…”  renungkan itu,    “…Bahkan tidak di dalam kitab-kitab injil yang ditulis sebagai tambahan kepada surat-surat. Salib harus dialami sebelum itu bisa dijelaskan…” Kata siapa? Ini seluruhnya buatan manusia tanpa adanya dasar alkitabiah.

 

 

Well, in a book that he and his wife wrote together after he was removed from the Adventist ministry, the book was titled The Adventist Crisis of Spiritual Identity published in 1982, Ford makes this statement, “…Paul was the greatest preacher of the gospel that there has ever been. You say, what about Jesus? My friends, Jesus came to make the atonement not to explain it.”

 

Nah, dalam sebuah buku yang ditulisnya bersama istrinya setelah dia dikeluarkan dari ministri Advent, buku yang berjudul The Adventist Crisis of Spiritual Identity, diterbitkan di 1982, Ford membuat pernyataan ini, “…Paulus adalah pengkhotbah terbesar yang pernah ada dari Injil. Kalian berkata, ‘Bagaimana dengan Yesus?’ Teman-temanku, Yesus datang untuk membuat pendamaian bukan untuk menjelaskannya.”

 

 

Now we cannot overstate this point, brothers and sisters, because all of the attacks on Last Generation Theology, all of the anti-Adventist websites you see out there, all of them base their arguments against our faith on these foundational principles that Ford and others have articulated, whether inside the Adventist church or outside. Yet these are the people that say Seventh-Day Adventists reject the Bible, these are the people that say that we base our theology on Ellen White and not on the Bible. What they don't tell you is, how little of the Bible they take into consideration.

 

Nah, kita tidak melebih-lebihkan poin ini, Saudara-saudara, karena semua serangan atas Theologi Generasi Terakhir, semua situs anti Adventisme yang kalian lihat di luar sana, semua itu mendasarkan argumentasi mereka terhadap kepercayaan kita pada prinsip-prinsip dasar ini yang disuarakan Ford dan yang lain-lain, baik di dalam maupun di luar gereja Advent. Namun inilah orang-orang yang berkata bahwa MAHK yang menolak Alkitab. Inilah orang-orang yang berkata bahwa kami mendasarkan theologi kami pada Ellen White dan bukan pada Alkitab. Apa yang tidak mereka ungkapkan ialah, betapa sedikitnya Alkitab yang mereka pakai dalam pertimbangan mereka.

 

 

One author in one of the recent books attacking Last Generation Theology makes a statement very similar to Desmond Ford. He says “Romans is the sum and crown of the Pauline gospel, and it is arguably the most important work of Christian theology ever written.” There we go again, elevating one part of the Bible over the rest. That's how you leave the Adventist church, “Three times…” listen carefully, “…in the same book, the Ford-Brinsmead insistence that righteousness by faith in Paul's writings is restricted to justification…” and I’m going to talk about that tomorrow afternoon,  “…is all but endorsed.”

 

Seorang penulis di dalam salah satu buku yang menyerang Theologi Generasi Terakhir membuat pernyataan yang sangat mirip Desmond Ford. Dia berkata, “…Kitab Roma merupakan kesimpulan dan mahkota dari injil tulisan Paulus, dan tidak terbantahkan itu adalah pekerjaan theologi Kristen yang paling penting yang pernah ditulis…” Itu lagi, meninggikan satu bagian Alkitab di atas yang lain. Seperti itulah orang meninggalkan gereja Advent. “…Tiga kali…”  dengarkan baik-baik,  “…di dalam buku yang sama, Ford-Brinsmead mengukuhi bahwa pembenaran oleh iman dalam tulisan-tulisan Paulus itu terbatas pada dibenarkannya (justification)…”  dan saya akan bicara tentang ini besok sore,    “…itu praktis sudah diendorse.”

 

 

Another contemporary author writing against Last Generation Theology states that “Desmond Ford did the denomination a service by highlighting the fact that righteousness by faith in the New Testament is restricted to what Paul calls justification by faith, and did not include sanctification.”

Brothers and sisters, we're going to find out tomorrow that that is a lie.

 

Seorang penulis kontemporer yang menentang Theologi Generasi Terakhir menyatakan bahwa  “…Desmond Ford telah melakukan kebaikan bagi denominasi dengan menekankan fakta bahwa pembenaran oleh iman di Perjanjian Baru itu terbatas pada apa yang disebut Paulus dibenarkan oleh iman, dan itu tidak termasuk pengudusan (sanctification). …” 

Saudara-saudara, kita akan tahu besok bahwa itu ada suatu kebohongan.   

 

 

If you want an in-depth study of this claim, that righteousness by faith is supposedly justification alone, read an article that I wrote on my website advindicate.com which is titled “The Biblical Scope of Righteousness by Faith”, you can just google that, and the name Kevin Paulson, and you'll find it.

http://advindicate.com/articles/2019/7/3/the-biblical-scope-of-righteousness-by-faith

In other words, my friends, the question of the Bible being its own interpreter and being comprehensively consulted when we established doctrine, lies at the heart of the current Adventist debate over Last Generation Theology.

 

Jika kalian ingin mendapatkan kupasan yang luas tentang klaim ini, bahwa pembenaran oleh iman itu hanyalah dibenarkan saja seperti yang dikatakan mereka, bacalah artikel yang saya tulis di situs saya advindicate.com yang berjudul “The Bible Scope of Righteousness by Faith”, kalian bisa menggoggle itu dan nama Kevin Paulson, dan kalian akan menemukannya.

http://advindicate.com/articles/2019/7/3/the-biblical-scope-of-righteousness-by-faith

Dengan kata lain, teman-teman, pertanyaan apakah Alkitab adalah penerjemahnya sendiri dan harus diperiksa secara komprehensif bila kita menetapkan suatu doktrin, terletak di jantung perdebatan Advent sekarang mengenai Theologi Generasi Terakhir.

 

 

Ellen White both echoes and elaborates on the Bible's self-interpretive principle in such statements as the following. Fundamentals of Christian Education pages 187-188 she says, The Bible is its own expositor. One passage will prove to be a key that will unlock other passages…”  we saw that last evening with Pastor Bohr's introductory keynote address last night,  “…and in this way light will be shed upon the hidden meaning of the word. By comparing different texts treating on the same subject, viewing their bearing on every side, the true meaning of the Scriptures will be made evident. Many think that they must consult commentaries on the Scriptures in order to understand the meaning of the Word of God, and we would not take the position…”  listen to how balanced Ellen White is  “…we would not take the position that commentaries should not be studied; but it will take much discernment to discover the truth of God under the mass of the words of men…”   

 

Ellen White menyerukan dan memperluas prinsip bahwa Alkitab menjelaskan dirinya sendiri dalam pernyataan-pernyataan seperti berikut. Di Fundamentals of Christian Education hal. 187-188, dia berkata,  “…Alkitab adalah penjelasnya sendiri. Satu ayat  terbukti adalah kunci yang membuka ayat-ayat yang lain.…”  kita sudah melihat itu di presentasi pengantar kunci-kunci inti Pastor Bohr semalam, “…dan dengan cara ini terang akan menyinari makna kata yang tersembunyi. Dengan membandingkan ayat-ayat yang berbeda mengenai topik yang sama, menimbang kaitan mereka di segala sisi, makna  sejati ayat-ayat itu akan menjadi jelas. Banyak yang menyangka mereka harus mencari penjelasan dari komentar-komentar Kitab Suci untuk bisa memahami makna Firman Allah, dan kami tidak mengambil posisi…”  dengarkan betapa seimbangnya Ellen White,  “…kami tidak mengambil posisi bahwa komentar-komentar tidak boleh dipelajari; tetapi itu membutuhkan pemahaman yang mendalam untuk menemukan kebenaran Allah tertimbun di bawah tumpukan kata-kata manusia.”

 

 

Let me say at this point that one of the greatest dangers in the study of the issues that we're going to be considering during this symposium is relying on uninspired commentators to explain the Bible. And when you read the books that have recently been written against Last Generation Theology, they are replete with uninspired commentaries particularly at pivotal points where they're trying to establish their position. Folks, that is always dangerous whenever you rely on uninspired authors to explain inspiration, you can pretty well guarantee that you are listening to error.

 

Izinkan saya berkata saat ini bahwa salah satu bahaya terbesar dalam mempelajari isu-isu yang akan kita simak selama simposium ini ialah bersandar pada para komentator yang tidak diilhami untuk menjelaskan Alkitab. Dan bila kita membaca buku-buku yang ditulis akhir-akhir ini yang menentang Theologi Generasi Terakhir, buku-buku itu penuh dengan komentar-komentar yang tidak diilhami terutama di titik-titik yang penting saat mereka berusaha membuktikan posisi mereka. Saudara-saudara, selalu berbahaya bila kita bersandar  pada penulis-penulis yang tidak diilhami untuk menjelaskan apa yang diilhami, bisa dipastikan kita sedang mendengarkan yang salah.

 

 

Counsels to Teachers page 462, “The Bible is its own expositor. Scripture is to be compared with scripture.  The student should learn to view the Word as a whole and to see the relation of its parts. He should gain a knowledge of its grand central theme—of Gods original purpose for the world, of the rise of the great controversy, and of the work of redemption. He should understand the nature of the two principles that are contending for the supremacy, and should learn to trace their working through the records of history and prophecy to the great consummation.”

 

Counsels to Teachers hal. 462, “…Alkitab adalah penjelasnya sendiri. Ayat harus dibandingkan dengan ayat. Para pelajar harus belajar menyimak Firman sebagai satu kesatuan dan melihat kaitan dari bagian-bagiannya. Dia harus mendapatkan pengetahuan dari tema pokoknya yang besar ~  tentang tujuan Allah yang asli bagi dunia, tentang bangkitnya pertentangan besar, dan tentang pekerjaan penebusan. Dia harus memahami sifat dari kedua prinsip yang beradu untuk mendapatkan kemenangan, dan harus belajar mencari jejak pekerjaan mereka dari catatan sejarah dan nubuatan, hingga ke penggenapannya yang hebat.”

 

 

Our High Calling page 207 Ellen White says, “The Bible is its own interpreter.  With beautiful simplicity one portion connects itself with the truth of another portion, until the whole Bible is blended in one harmonious  whole.  Light flashes forth from one text to illuminate some portion of the Word that has seemed more obscure.

 

Our High Calling hal. 207, Ellen White berkata, “…Alkitab adalah penjelasnya sendiri. Dengan kesederhanaan yang indah, satu bagian menghubungkan dirinya dengan kebenaran bagian yang lain, hingga seluruh Alkitab bercampur dalam satu kesatuan yang serasi. Terang memancar keluar dari satu ayat untuk menerangi suatu bagian dari Firman Allah yang tadinya tampak lebih kabur.

 

 

 Vol. 8 of the Testimonies page 157 says very clearly, “Scripture is the key that unlocks scripture.”

 

Testimonies Vol. 8 hal. 157 mengatakan dengan sangat jelas, “…Ayat adalah kunci yang membuka ayat.” (3/19)

 

 

Lomalinda Messages page 55,  “Let the Bible explain its own statements, accept it just as it reads without twisting the words to suit human ideas.

 

Lomalinda Messages hal. 55,   “…Izinkan Alkitab menjelaskan pernyataan-pernyataannya sendiri, terimalah sebagaimana tertulis, tanpa memlintir kata-katanya untuk menyesuaikan dengan konsep-kosep manusia.”

 

 

Vol. 5 of the Testimonies page 171, “God requires more of His followers than many realize”.  That's what we're going to be talking about this week. “…If we would not build our hopes of heaven upon a false foundation we must accept the Bible as it reads and believe that the Lord means what He says.  He requires nothing of us that He will not give us grace to perform….” and that's what the whole perfection controversy is all about, folks. He will not command us to do anything that He does not give us the power to execute.

 

Testimonies Vol. 5 hal. 171,  “…Allah minta lebih banyak dari pengikutNya daripada yang disadari banyak orang…”  inilah yang akan kita bicarakan minggu ini. “…Jika kita tidak mau membangun harapan kita akan surga di atas fondasi yang salah, kita harus menerima Alkitab sebagaimana tertulis dan meyakini bahwa Tuhan tidak main-main dengan apa yang dikatakanNya. Dia tidak minta apa pun dari kita yang tidak Dia berikan kemampuan kepada kita untuk kita lakukan…”  dan inilah seluruh pertentangan tentang kesempurnaan, Saudara-saudara. Allah tidak akan menyuruh kita melakukan apa pun yang Dia sendiri tidak memberi kita kekuatan untuk melaksanakan.

 

 

Vol. 21 of the Manuscript Releases page 346, “When those who profess to believe present truth come to their senses …”  and boy do we need that to happen now, “…when they accept the Word of the living God just as it reads and do not try to wrest the Scriptures, then they will build their house upon the eternal rock even Christ Jesus.”

 

Manuscript Releases Vol. 21 hal. 346,   “…Ketika mereka yang mengaku meyakini kebenaran masa kini, sadar…”  dan betapa itu sungguh-sungguh kita butuhkan sekarang, “…ketika mereka menerima Firman Allah yang hidup sebagaimana tertulis dan tidak berusaha memutilasi Kitab Suci, maka mereka akan membangun rumah mereka di atas Batu kekal yaitu Kristus Yesus.”

 

 

You know, we have so many among us that are trusting scholars to explain the Bible to us and this is always such a peril that we are going to be dealing with this throughout this series of meetings. Critics of Last Generation Theology base their arguments on scholars rather than on the written counsel of God. At least that is their primary source of authority. And when they do quote from the written counsel of God, most of the time they take it out of context. And we're going to demonstrate that as well.

Count up all the scholarly quotes that you see for example, in some of these new books that have been written against Last Generation Theology, and you know what you'll know what I mean.  The Bible warns us against this in Jeremiah 17:5, 5 Thus saith the LORD; Cursed be the man that trusteth in man, and maketh flesh his arm, and whose heart departeth from the LORD.”

 

Kalian tahu, ada begitu banyak di antara kita yang menaruh percaya pada para pakar untuk menjelaskan Alkitab kepada kita, dan ini selalu merupakan bahaya, dan kita akan membahas ini selama seri pertemuan-pertemuan ini. Para kritikus Theologi Generasi Terakhir mendasarkan argumentasi mereka pada para pakar daripada pada petunjuk yang tertulis dari Allah. Sedikitnya itulah sumber autoritas utama mereka. Dan bilamana mereka mengutip dari petunjuk tertulis Allah, kebanyakan mereka membawanya keluar konteks. Dan kami juga akan menunjukkan itu juga.

Hitunglah semua kutipan dari pakar-pakar yang kita lihat misalnya, dari buku-buku baru yang ditulis menentang Theologi Generasi Akhir, dan kalian akan paham apa yang saya maksudkan. Alkitab sudah memperingatkan kita terhadap hal ini di Yeremia 17:5, 5 Beginilah firman TUHAN, ‘Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatan manusia, dan yang hatinya menjauh dari TUHAN.”

 

 

In the words of Jesus in Matthew 11:25, 25 … ‘I thank thee, O Father, Lord of heaven and earth, because Thou hast hid these things from the wise and prudent, and hast revealed them unto babes.”

We don't have to be scholars to understand what God's Word says.

 

Dalam kata-kata Yesus di Matius 11:25,  25 … ‘Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena Engkau telah menyembunyikan hal-hal ini dari yang bijak dan yang pandai, dan telah menyatakan mereka kepada bayi-bayi…”

Kita tidak usah menjadi pakar untuk memahami apa kata Firman Allah.

 

 

Great Controversy page 595, The opinions of learned men,…” and we need learned men, you know most of us that are presenting in this symposium have degrees after our names, but that doesn't give us authority over the written Word. We have to be tested by what the written Word says.  “…The opinions of learned men, the deductions of science, the creed's or decisions of ecclesiastical councils as numerous and discordant as are the churches which they represent, the voice of the majority,  not one nor all of these should be regarded as evidence for or against any point of religious faith…” so if someone says, “Oh well, the seminary faculty are all united on this point”, or “some other group of scholars are united”, folks, all that matters is what God's written counsel says. 

 

Great Controversy hal. 595, “…Pendapat-pendapat manusia terpelajar,…”  dan kita membutuhkan orang-orang terpelajar, kalian tahu kebanyakan dari kami yang memberikan presentasi di simposium ini memiliki gelar-gelar di belakang nama kami, tetapi itu tidak memberi kami autoritas di atas Firman Allah yang tertulis. Kami harus diuji oleh apa yang dikatakan Firman Allah yang tertulis. “…Pendapat-pendapat manusia terpelajar,  deduksi-deduksi ilmiah, kredo-kredo atau keputusan-keputusan konsili-konsili agama yang sama banyaknya dan sama berbedanya seperti jumlah gereja-gereja yang mereka wakili, suara mayoritas; tidak satu pun maupun semuanya ini, boleh dianggap sebagai alasan untuk pro atau kontra terhadap poin-poin keyakinan agama yang mana pun…”  Jadi jika ada orang berkata, “Nah, seluruh fakultas seminari bersatu dalam poin ini,” atau “kelompok pakar yang lain bersatu”, Saudara-saudara, yang penting adalah apa kata petunjuk Allah yang tertulis.

 

 

Let's turn to Steps to Christ page 89. Ellen White says,  “The Bible was not written for the scholar alone; on the contrary, it was designed for the common people. The great truths necessary for salvation are made as clear as noonday; and none will mistake and lose their way except those who follow their own judgment instead of the plainly revealed will of God.”

We should not take the testimony of any man as to what the Scriptures teach, but should study the Words of God for ourselves.

 

Mari kita ke Steps to Christ hal. 89, Ellen White berkata, “…Alkitab tidak ditulis hanya bagi para pakar; sebaliknya, itu dirancang untuk orang-orang awam. Kebenaran-kebenaran besar yang diperlukan untuk keselamatan dibuat sejelas tengah hari; dan tidak ada yang akan salah paham dan kehilangan jalan kecuali mereka yang mengikuti pertimbangannya sendiri dan bukan kehendak Allah yang dinyatakan dengan jelas…” 

Kita jangan menerima kesaksian manusia mana pun tentang apa yang diajarkan Kitab Suci, tetapi harus mempelajari Firman Allah bagi diri kita sendiri.

 

 

From the Heart page 297. Listen to this one, “When errors arise and are taught as Bible truth, those who have a connection with Christ will not trust to what the minister says,…” and that includes the ministers you're going to be hearing in the next few days. Don't trust us, “…but,…”  follow the principle, do  “…like the noble Bereans…” she says,   “…they will search the Scriptures daily to see if these things are so….”                          

 

From the Heart hal. 297. Dengarkan ini, “…Bilamana kesalahan timbul dan diajarkan sebagai kebenaran Alkitab, mereka yang punya hubungan dengan Kristus tidak akan mempercayai apa yang dikatakan pendeta itu…”  dan ini termasuk pendeta-pendeta yang akan kalian dengar dalam beberapa hari mendatang. Jangan percaya pada kami, “…tetapi…”  ikuti prinsipnya, berbuatlah “…seperti orang-orang Berean yang luhur…”  kata Ellen White, “…mereka akan menyelidiki Kitab Suci setiap hari untuk melihat apakah memang hal-hal itu demikian.”

 

 

And by the way, that's one of the reasons why all of these presentations that you're going to hear at this symposium are going to be placed, after they are delivered, on the website of Secrets Unsealed so that you can download and have these as handouts, and get together with your friends for Bible studies, or you know, studies in your home, or prayer meetings at your local church, and you can go through the evidence and find out if it is faithfully representing God's written counsel or not.

 

Dan ketahuilah, itulah salah satu alasan mengapa semua presentasi yang akan kalian dengar di simposium ini, setelah disampaikan, akan dimasukkan ke situs Secrets Unsealed, supaya kalian bisa mengunduhnya dan memilikinya sebagai bahan yang dibagikan, dan berkumpul dengan teman-teman kalian untuk mempelajari Alkitab, mempelajarinya di rumah, atau di pertemuan-pertemuan doa di gereja lokal kalian, dan kalian bisa memeriksa alasan-alasannya dan mencari tahu apakah itu telah mewakili dengan benar  petunjuk Allah yang tertulis atau tidak.

 

 

Here's a favorite statement of mine from Vol. 7 of the Testimonies page 71, “One sentence of Scripture…”   a friend of mine calls this the one sentence principle, “…One sentence of Scripture is of more value than ten thousand of mans ideas or arguments.”  

 

Ini ada pernyataan kesukaan saya dari Testimonies Vol. 7 hal. 71,  “…Satu kalimat dari Alkitab…”  seorang teman saya menyebut ini “prinsip satu kalimat”,  “…Satu kalimat dari Alkitab itu lebih berharga daripada sepuluh ribu konsep atau argumentasi manusia.”

 

 

Now we're going to look at another big problem and that is the problem of experience driven theology. This is so dangerous, folks, but many people including the authors of some of these books attacking Last Generation Theology are relying on experience as their authority. But you know, folks, we can't trust someone's experiential testimony because we don't know all the baggage that can be in front, behind, around, beneath, or above those kinds of statements. The Bible tells us in 1 Kings 8:39, 39… Thou, even Thou only, knowest the hearts of all the children of men.”

Did you hear that? Only God knows the human heart. And so when someone says, “Well, I tried that theology and it didn't work for me.” You and I can't understand why that happened. We don't know for example how much personal baggage, how many misconceptions, how many cherished sins ~ and nobody wants to talk about that ~ can lurk in the shadows of that sort of a testimony.  This is why experience driven theology is so dangerous.

 

Sekarang kita akan melihat ke masalah besar yang lain dan itu adalah masalah theologi yang berdasarkan pengalaman. Ini begitu berbahaya, Saudara-saudara, tetapi banyak orang, termasuk penulis-penulis beberapa buku yang menyerang Theologi Generasi Terakhir, itu mengandalkan pada pengalaman sebagai sumber autoritas mereka. Tetapi kalian tahu, Saudara-saudara, kita tidak bisa mengandalkan kesaksian pengalaman seseorang karena kita tidak tahu semua beban pengalaman hidupnya yang ada di depan, di belakang, di sekitar, di bawah, atau di atas pernyataan-pernyataan seperti itu. Alkitab memberitahu kita di 1 Raja 8:39, 39 …Engkau, Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak manusia.”

Apakah kalian dengar itu? Hanya Allah yang mengenal hati manusia. Maka bila seseorang berkata, “Nah, aku sudah mencoba theologi itu dan itu tidak cocok untukku.” Kalian dan saya tidak bisa mengerti mengapa itu terjadi. Kita tidak tahu misalnya seberapa banyak beban pengalaman, berapa banyak konsep-konsep yang salah, berapa banyak dosa-dosa yang disayangi ~ dan tidak ada orang yang mau membicarakan itu ~ yang bisa bersembunyi di bayang-bayang kesaksian semacam itu. Itulah mengapa theologi yang berdasarkan pengalaman itu begitu berbahaya.

 

 

Ellen White talks about this, you know Judas and the rich young ruler would have said that the theology of Jesus didn't work for them. Listen to what Ellen White says in Vol. 3 of the Testimonies page 71, “The plainest facts may be presented,  the clearest truths, sustained by the Word of God, may be brought before the mind; but the ear and heart are closed, and the all-convincing argument is:my experience.’ Some will say:The Lord has blessed me in believing and doing as I have; therefore I cannot be in error.’   My experience’ is clung to, and the most elevating, sanctifying truths of the Bible are rejected for what they are pleased to style experience.”

 

Ellen White berbicara tentang ini, kalian tahu, Yudas dan orang muda yang kaya akan berkata bahwa theologi Yesus tidak cocok bagi mereka. Dengarkan apa kata Ellen White di Testimonies Vol. 3 hal. 71, “…Fakta-fakta yang paling polos bisa saja dipresentasikan, kebenaran yang paling jelas, didukung oleh Firman Allah, mungkin disodorkan di depan pikiran; namun telinga dan hati tertutup, dan argumentasi yang selalu meyakinkan ialah ‘pengalamanku’. Ada yang akan berkata, ‘Tuhan telah memberkati aku atas apa yang aku percayai dan telah perbuat, maka aku tidak mungkin salah.’ ‘Pengalamanku’ dipegang erat-erat, dan kebenaran Alkitab yang paling mengangkat, yang menguduskan, ditolak demi apa yang menyenangkan  mereka sesuai pengalaman.” 

 

 

Counsels on Health pages 108 to 109, Ellen White says,  Eve was beguiled by the serpent and made to believe that God would not do as He had said. She ate, and, thinking she felt the sensation of a new and more exalted life, she bore the fruit to her husband. The serpent had said that she should not die, and she felt no ill effects from eating the fruit, nothing which could be interpreted to mean  death, but, instead, a pleasurable sensation, which she imagined was as the angels felt. Her experience stood arrayed against the positive command of Jehovah, yet Adam permitted himself to be seduced by it.”

 

Counsels on Health hal. 108-109, Ellen White berkata,    “…Hawa ditipu oleh ular dan dibuat percaya bahwa Allah tidak akan melakukan apa yang telah dikatakanNya. Hawa makan, dan mengira dia merasakan sensasi hidup yang baru dan lebih tinggi, dia bawa buah tersebut ke suaminya. Ular telah berkata bahwa dia tidak akan mati, dan dia tidak merasakan efek buruk dari makan buah tersebut, tidak ada tanda apa pun yang bisa diinterpretasikan sebagai  kematian; melainkan suatu sensasi yang menyenangkan, yang dia bayangkan seperti yang dirasakan para malaikat. Pengalamannya berdiri berhadapan dengan perintah yang jelas dari Yehova, namun Adam mengizinkan dirinya tergoda oleh itu.”

 

 

On page 109 of the same book, listen to this warning and see if this doesn't sound like some of the experiences that you may have had. “In the face of the most positive commands of God, men and women will follow their own inclinations, and then dare to pray over the matter, to prevail upon God to allow them to go contrary to His expressed will…”  Do you remember somebody in the Bible that tried that? His name was Balaam. He didn't end up too well, did he? “…Satan comes to the side of such persons, as he did to Eve in Eden, and impresses  them.  They have an exercise of mind, and this they relate as a most wonderful experience which the Lord has given them. But true experience will be in harmony with natural and divine law; false experience arrays itself against the laws of life [nature] and the precepts of Jehovah.

 

Di hal. 109 buku yang sasma, dengarkan peringatan ini dan lihat apakah ini tidak mirip seperti pengalaman-pengalaman yang mungkin pernah kalian miliki. “…Di hadapan perintah yang sangat jelas dari Allah, laki-laki dan perempuan akan mengikuti keinginan mereka sendiri, kemudian berani mendoakan masalah itu, untuk mengalahkan Allah agar mengizinkan mereka berbuat bertolakbelakang dengan kehendakNya yang telah dinyatakan…” apakah kalian ingat seseorang di Alkitab yang mencoba itu? Namanya Bileam. Akhirnya tidak terlalu indah, bukan?  “…Setan datang ke sisi manusia-manusia seperti ini, sebagaimana yang dilakukannya kepada Hawa di Eden, dan menarik perhatian mereka. Mereka mendapatkan suatu latihan otak, dan ini mereka kaitkan sebagai suatu pengalaman yang paling menyenangkan yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Tetapi pengalaman sejati itu serasi dengan Hukum Ilahi dan hukum alam. Pengalaman yang palsu menempatkan dirinya berhadapan dengan hukum kehidupan dan ketentuan-ketentuan Yehova.

 

 

And folks, if you go to these new books that have been written against Last Generation Theology, and I know these authors personally, my friends, and I love them as brothers in Christ and sisters also, but they rely heavily on their own experience to define what Scripture and the Spirit of Prophecy writings are teaching. I noticed that those statements do not appear in the notes that were printed out, I was hoping that they would appear on the, are here in the  slides for this presentation, it looks like they aren't in my notes here so I can't read them off, hopefully they will be in the handouts that we will make available because I want people to see how leading scholars and thought leaders among us are relying on their experience as their authority. And this is so very dangerous. They talk about how they didn't have the assurance of salvation when they believed in Last Generation Theology. They talk about how they used to believe that sanctification was necessary in order to gain acceptance with God, and now they've supposedly experienced the wonderful revelation that all they need is justification, in order to get through God's judgment. Folks, that is a heresy if ever there was one, and it is based on people's experience rather than on the written Word. Books are being distributed to our ministers that teach this error, that talk about how people used to be perfect, well then what happened to you, for crying out loud when you use experience as your authority? This is where the problem lies and I’m not saying that people haven't had bad experiences with correct doctrines. We have to admit that this has happened. We have to admit that there are times when these glorious truths have not been presented in the beautiful way that inspiration presents them. We need to grant that. But that does not mean that they aren't still the truth. The fact that you meet a Sabbath-keeper who molests his children does not mean that the seventh day isn't still the Sabbath of the Lord our God. God's Word is still God's Word. And even if people may misrepresent it, even if you were raised in an overly rigid home where you were forced as a punishment to read the book Messages to Young People for three hours ~ I mean, I don't know what possesses parents who do stupid things like that ~ but folks, that doesn't mean the book Messages to Young People isn't still true. We need to stand on the written counsel of God alone, not on experience, not on someone's ideas, not on our favorite pastor or Bible teacher, none of that is reliable when it comes to God's Word. Our supreme authority over human opinion, human culture, human scholarship, and human experience, must be the written counsel of God. As we face the crisis of the last days, and the crises we see multiplying around us as the last days are drawing ever nearer, we have to view any topic of discussion, any issue of controversy, through the lenses of what God has revealed through the Bible and through the writings of the Spirit of Prophecy.

 

Dan Saudara-saudara, jika kalian pergi ke buku-buku baru ini yang ditulis menentang Theologi Generasi Terakhir, dan saya mengenal penulis-penulis itu secara pribadi, teman-teman saya, dan saya mengasihi mereka sebagai saudara dan saudari dalam Kristus,  tetapi mereka sangat mengandalkan pengalaman mereka sendiri untuk mendefinisikan apa yang diajarkan tulisan-tulisan Kitab Suci dan Roh Nubuat. Saya lihat pernyataan-pernyataan itu tidak muncul di catatan-catatan yang dicetak, tadinya saya berharap mereka akan mnuncul di proyektor di sini untuk presentasi, tapi sepertinya mereka tidak ada dalam catatan-catatan saya di sini jadi saya tidak bisa membacakan mereka, moga-moga mereka ada di bahan yang dibagikan yang akan kami sediakan, karena saya mau orang-orang melihat bagaimana pakar-pakar terkenal dan orang-orang yang pendapatnya diperhitungkan di antara kita mengandalkan pengalaman mereka sebagai sumber autoritas mereka. Dan ini begitu berbahaya. Mereka bicara bagaimana mereka tidak memiliki jaminan keselamatan bila mereka meyakini Theologi Generasi Terakhir, mereka bicara tentang bagaimana tadinya mereka meyakini pengudusan (sanctification) itu perlu untuk mendapatkan penerimaan Allah, dan sekarang mereka katanya telah mengalami pengungkapan yang luar biasa bahwa apa yang mereka butuhkan hanyalah dibenarkan supaya bisa lulus penghakiman Allah. Saudara-saudara, kalau ada ajaran yang bidat, inilah dia, dan ini didasarkan pada pengalaman manusia daripada Firman Allah yang tertulis. Buku-buku yang mengajarkan kesalahan ini dibagikan kepada pendeta-pendeta kita, yang bicara tentang bagaimana orang yang tadinya sempurna, nah, kalau begitu apa yang telah terjadi pada kalian? Astaga, bila kalian memakai pengalaman sebagai sumber autoritas kalian? Di sinilah letak masalahnya. Dan saya tidak mengatakan bahwa tidak ada orang yang mendapat pengalaman buruk dari doktrin yang benar. Kita harus mengakui bahwa ini pernah terjadi. Kita harus mengakui ada kalanya kebenaran-kebenaran yang mulia tidak dipresentasikan secara indah seperti yang dipresentasikan oleh ilham. Kita perlu mengakui itu. Tetapi itu tidak berarti mereka bukan tetap kebenaran. Faktanya bahwa kita bertemu dengan seorang pemelihara Sabat yang menganiaya anak-anaknya tidak berarti bahwa hari ketujuh bukanlah tetap hari Sabat Tuhan Allah kita. Firman Allah tetap Firman Allah. Dan walaupun orang-orang bisa salah mewakilinya, walaupun kita dibesarkan dalam sebuah rumah yang terlalu kaku di mana sebagai hukuman kita dipaksa membaca buku Messages to Young People selama tiga jam ~ saya tidak tahu apa yang merasuki orangtua-orangtua yang melakukan hal-hal bodoh seperti itu ~ tetapi Saudara-saudara, itu tidak berarti buku Messages to Young People tidak tetap benar. Kita harus berdiri di atas petunjuk tertulis Allah saja, bukan di atas pengalaman, bukan di atas konsep-konsep seseorang, bukan di atas pendeta favorit atau guru Alkitab kita, semua itu tidak bisa diandalkan bila bicara tentang Firman Allah. Autoritas tertinggi kita di atas segala pendapat manusia, kebudayaan manusia, pendidikan manusia, dan pengalaman manusia, haruslah petunjuk tertulis Allah. Sementara kita menghadapi krisis hari-hari akhir, dan krisis yang kita lihat terus berlipat ganda di sekeliling kita dengan semakin dekatnya hari-hari terakhir, kita harus meneliti topik diskusi apa pun, isu pertentangan apa pun, melalui lensa dari apa yang telah dinyatakan Allah melalui Alkitab dan melalui tulisan-tulisan Roh Nubuat.

 

 

Ellen White tells us after she describes Satan's impersonation of Christ in the book Great Controversy, on page 625 of that book, she says, “Only those who have been diligent students of the Scriptures and who have received the love of the truth will be shielded from the powerful delusion that takes the world captive.”

 

Ellen White mengatakan kepada kita setelah dia menggambarkan penyamaran Setan sebagai Kristus di buku Great Controversy hal. 625 dari buku itu, dia berkata,  “…Hanya mereka yang adalah pelajar-pelajar Kitab Suci yang rajin, dan yang telah memiliki kasih untuk  kebenaran, akan dilindungi dari khayalan kuat yang membelenggu dunia.” (3/21)

 

 

Vol. 3 of Selected Messages pages 83 and 84, she's extends this principle to her own writings. “Men may get up scheme after scheme, and the enemy will seek to seduce souls from the truth, but all who believe that the Lord has spoken through Sister White, and has given her a message, will be safe from the many delusions that will come in these last days.

“Believe in the Lord your God so shall ye be established, believe His prophets so shall ye prosper”

 

Selected Messages Vol. 3 hal. 83-84, Ellen White memperluas prinsip ini ke tulisannya sendiri. “…Manusia mungkin menciptakan rencana demi rencana, dan si musuh akan berusaha menipu manusia-manusia dari kebenaran, tetapi semua yang percaya bahwa Tuhan telah berbicara melalui Saudari White dan telah memberinya suatu pekabaran, akan selamat dari banyaknya penipuan yang akan datang di hari-hari akhir ini.”

20 Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dengan demikian kamu akan diteguhkan! Percayalah nabi-nabi-Nya, dengan demikian kamu akan berhasil!” (2 Tawarikh 20:20)

 

 

25 07 23