Tuesday, January 23, 2018

EPISODE 13/25 ~ THE NUMBER OF THE BEAST: 666 ~ THE THREE ANGELS' MESSAGES ~ STEPHEN BOHR

THREE ANGELS’ MESSAGES_____
Part 13/25 - Stephen Bohr
THE NUMBER OF THE BEAST: 666
http://www.youtube.com/watch?v=00dmGW2fv1M



Dibuka dengan doa.


In our topic today we're going to study about the  number of the beast.  And I'd like to begin by reading a text that we find in  Revelation 13:1, Revelation 13:1.  This is the passage that begins the description  of the sea beast, which we have already identified as  the Roman Catholic papacy; not individuals within the system, we're talking about a system; we're talking  about an organization.  And we've already clearly identified, from the Bible,  that this beast that rises from the sea represents  the Roman Catholic papacy
It says there in Revelation 13:1, speaking about this beast:  1 Then I stood on the sand of the sea. And I saw a beast rising up out of the sea, having seven heads and ten horns, and on his horns ten crowns, and on his heads a blasphemous name.” 
So as we begin our study we want to notice that the name  of the beast is a blasphemous name.  And the blasphemous name is found on the beast's heads

Topik yang akan kita pelajari hari ini ialah tentang angka Binatang, dan saya ingin mulai dengan membacakan teks yang ada di Wahyu 13:1. Ini adalah perikop yang mengawali deskripsi Binatang yang muncul dari laut yang telah kita identifikasi sebagai Kepausan Roma Katolik, bukan manusia-manusia yang ada dalam sistem ini, kita sedang membicarakan suatu sistem, kita berbicara tentang sebuah organisasi. Dan kita sudah mengidentifikasinya dari Alkitab bahwa Binatang yang muncul dari laut ini mewakili Kepausan Roma Katolik.
Dikatakan di Wahyu 13:1, berbicara tentang Binatang ini, Lalu aku berdiri di pantai laut.  Dan aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepala-kepalanya tertulis nama hujat.”
Jadi pada awal pelajaran kita, kita simak bahwa nama Binatang itu adalah sebuah nama hujat. Dan nama hujat tersebut terdapat pada kepala-kepala Binatang tersebut.


Now in order to understand what this blasphemous name is,  we must, first of all, understand the Biblical  definition of blasphemy.  Do we have a clear definition in the Bible of what  blasphemy consists of?  The answer to this question is absolutely yes.
In the Bible blasphemy is:
·       when a mere man claims to be God, 
·       and when a mere man claims to have the power to  perform the works of God. 
And we're going to take a look at several instances  in Scripture where blasphemy is described in this manner. 
Once again, blasphemy is, the Bible means a man, a mere man,  who claims to be God, and secondly, that mere man claims to be able to perform the works of God, and exercise in his  actions the power of God. 

Nah, untuk bisa memahami nama hujat itu apa, pertama-tama kita harus memahami dulu definisi Alkitab tentang kata “hujat”. Apakah di Alkitab ada definisi yang jelas hujat itu apa saja? Jawaban untuk pertanyaan ini adalah: betul sekali.
Menurut Alkitab, hujat ialah:
·       ketika seorang manusia biasa mengklaim sebagai Allah,
·       dan ketika seorang manusia biasa mengklaim memiliki kuasa untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah.
Dan kita akan melihat beberapa kejadian di Alkitab di mana hujat itu digambarkan demikian.
Sekali lagi, hujat menurut Alkitab ialah bila seorang manusia, manusia biasa, mengklaim sebagai Allah; dan yang kedua, manusia yang biasa itu mengklaim bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah, dan dengan perbuatan-perbuatannya mempraktekkan kekuasan Allah.


One time Jesus said something very controversial.  It's found in John 10:30. This is what He said to the Jews that were listening to Him, 30 I and My Father are one.”   And we're told in the context that the Jews immediately picked  up stones to cast at Jesus.  Because, you see, Leviticus 24:16 clearly said ~ and they knew this ~  that whoever claimed to be one with the  Father, in the sense that Jesus was saying it,  was claiming to be God.  And the Levitical law said that whoever claimed to be God  needed to be stoned.  And so when they picked up stones,  Jesus asked them a question.  He said, why do you want to stone Me?  What evil work have I done that justifies you stoning Me?  And notice what their response was in John 10:33,  33 …‘For a good work we do not stone You, but for…” what? “…for blasphemy, and because You, being a Man, make Yourself  God.
What is blasphemy? It's when a mere man claims to be what? God. 
Now Jesus was God.  He had a right to claim to be God.  But according to them, blasphemy is when a mere  man claims to be God. 

Suatu ketika Yesus mengatakan sesuatu yang sangat kontroversial. Inia ada di Yohanes 10:30. Inilah yang dikatakanNya kepada orang-orang Yahudi yang sedang mendengarkanNya,  “Aku dan Bapa-Ku adalah satu." Dan kita mendapat tahu dari konteksnya bahwa orang-orang Yahudi segera mengambil batu untuk dilemparkan ke Yesus, karena ~ kalian lihat ~ Imamat 24:16 dengan jelas berkata ~ dan mereka tahu tentang hal ini ~ bahwa siapa pun yang mengklaim satu dengan Allah Bapa dengan pemahaman yang dikatakan Yesus, itu mengklaim sebagai Allah. Dan hukum imamat berkata bahwa siapa yang mengklaim sebagai Allah harus dirajam. Maka ketika mereka mengambil batu, Yesus mengajukan pertanyaan kepada mereka, Dia berkata, mengapa kalian mau merajam Aku? Kejahatan apa yang telah Kulakukan sehingga membenarkan kalian merajam Aku? Dan simak bagaimana respon mereka di Yohanes 10:33, 33 Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Untuk pekerjaan yang baik kami tidak melempari Engkau, tetapi untuk…” apa? “…untuk menghujat, dan karena Engkau yang hanya seorang manusia, menyamakan diri-Mu dengan Allah.’"
Jadi menghujat itu apa? Itu bila seorang manusia biasa mengklaim sebagai apa? Allah. Nah, Yesus memang Allah, Dia berhak mengklaim sebagai Allah. Tetapi menurut orang-orang Yahudi, menghujat ialah bila seorang manusia biasa mengklaim sebagai Allah.


Also blasphemy is when someone claims to be able to perform the works of God.  Immediately after Jesus said, “I and My Father are One”, Jesus claimed also to perform the works of His Father.  Notice John 10:36-39, Jesus says: 36 do you say of Him whom the Father sanctified and sent into the world, ‘You are blaspheming,’ because I said, ‘I am the Son of God’?  37 If I do not do the works of My Father, do not believe Me; 38 but if I do, though you do not believe Me, believe the works, that you may know and believe that the Father is in Me, and I in Him.’ 39 Therefore they sought again to seize Him, but He escaped out of their hand.”
So, notice, the definition that Scripture gives of blasphemy is when a mere man claims to be God, and claims to perform  the works of God, or manifests in his actions the power of God. 

Juga menghujat ialah bila seseorang mengklaim bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah. Segera setelah Yesus berkata, “Aku dan Bapa-Ku adalah satu",  Yesus mengklaim juga melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaNya. Simak Yohanes 10:36-39,  Yesus berkata,  “36 apakah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: ‘Engkau menghujat Allah!’ karena Aku telah berkata, Aku Anak Allah? 37 Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya pada-Ku, 38 tetapi jikalau Aku melakukannya walaupun kamu tidak percaya pada-Ku, percayalah pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan meyakini bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’ 39 Oleh karena itu, mereka mencoba lagi untuk menangkap Dia, tetapi Ia lolos dari tangan mereka.
Jadi simak, definisi yang diberikan Kitab Suci tentang menghujat ialah bila seorang manusia biasa mengklaim sebagai Allah, dan mengklaim melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah, atau tindakan-tindakannya menyatakan kuasa Allah.


Now it's interesting to notice also that the Jews accused Jesus  of blasphemy, because He claimed to be the Son of God.  Now all of the Jews believed that they were sons of God  in a general sense of the word.  But they knew that when Jesus was saying that He was the  Son of God, what He was meaning is that He was the  representative of God on earth; that He was the authorized  spokesman for God.  If you please, Jesus was claiming to be the Vicar of God,  or the Vicarious Dei, the representative of God on earth. 

Nah, yang menarik untuk disimak juga ialah orang-orang Yahudi menuduh Yesus menghujat karena Dia mengklaim sebagai Anak Allah. Nah, semua orang Yahudi meyakini bahwa mereka adalah anak-anak Allah dalam makna yang umum. Tetapi mereka tahu ketika Yesus berkata bahwa Dia adalah Anak Allah, yang dimaksudNya ialah Dia adalah wakil Allah di bumi; bahwa Dia adalah jurubicara yang sah bagi Allah. Katakanlah, Yesus mengklaim sebagai Vikar Allah, atau Vicarius Dei, wakil Allah di bumi.


Now it's interesting to notice also that blasphemy is defined  in Scripture as when a mere man claims to have  the power to forgive sins.  Not only when a mere man claims to be God, but also when he  claims to exercise the power and prerogatives of God. 
Notice Mark 2:7. Jesus meets a paralytic, and He says to the paralytic, “Your sins are forgiven.”  By the way, this took place in the city of Capernaum.  And the Jews immediately, when Jesus said, “Your sins are forgiven”, they thought in their hearts, according to Mark 2:7, 7 Why does this Man speak blasphemies like this? Who can forgive sins but God alone?”
You see, they were thinking, if this man forgives sins,  and only God can forgive sins, this man is claiming to be God.  So blasphemy is when a man claims to be God, and claims to  be able to perform the functions and the prerogatives of God. 

Nah, yang menarik untuk disimak juga ialah menghujat di Kitab Suci didefinisikan sebagai ketika seorang manusia biasa mengklaim memiliki kuasa untuk mengampuni dosa. Bukan saja bila seorang manusia biasa mengklaim sebagai Allah, tetapi juga ketika dia mengklaim menjalankan kuasa dan hak prerogatif Allah.
Simak Markus 2:7, Yesus bertemu dengan seorang yang lumpuh dan Dia berkata kepada orang lumpuh itu, “Dosamu sudah diampuni.” Nah, ini terjadi di kota Kapernaum. Dan ketika Yesus berkata, dosamu sudah diampuni, orang-orang Yahudi segera berpikir dalam hati, menurut Markus 2:7, "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah sendiri?"
Kalian lihat, mereka berpikir, jika orang ini mengampuni dosa sedangkan hanya Allah yang bisa mengampuni dosa, berarti orang ini mengklaim sebagai Allah. Maka menghujat ialah bila seorang manusia mengklaim sebagai Allah dan mengklaim bisa melakukan fungsi-fungsi dan hak-hak prerogatif Allah.


Notice 2 Thessalonians 2:3-4.  This is another passage that's speaking about the antichrist.  By the way, the man of sin in 2 Thessalonians 2, is:
·       the same as  the beast from the sea,
·       is the same as the little horn, 
·       is the same as the abomination of desolation,
·       and the same  as the harlot of Revelation 17. 
In other words, these are different symbols that point  to the same power.  The man of sin is the same as the little horn,  the same as the beast. 

Perhatikan 2 Tesalonika 2:3-4. Ini adalah perikop yang berbicara tentang si antikristus. Nah, di 2 Tesalonika 2, “manusia dosa” (“manusia durhaka”) itu:
·       sama dengan Binatang yang muncul dari laut, [Wahyu 13]
·       sama dengan si tanduk kecil, [Daniel 7-8]
·       sama dengan kekejian yang mengakibatkan penelantaran, [Matius 24]
·       dan sama dengan perempuan pelacur Wahyu 17.
Dengan kata lain, ini adalah simbol-simbol yang berbeda yang menunjuk kepada kekuaaan yang sama. Manusia dosa itu sama dengan si tanduk kecil dan sama dengan Binatang (Wahyu 13).


Notice 2 Thessalonians 2:3 and 4, what the antichrist does. It says there: Let no one deceive you by any means; for that Day…” which is the coming of Christ  “…that Day will not come unless the falling away comes first…” A better translation is: the apostasy.  In Greek it says ἀποστασία [apostasia].  So it should be translated:  “…that Day will not come until the apostasy comes first, and the man of sin is revealed…” so is this a mere man that is revealed?  Yes, it's a mere man, right?   “…the man of sin is revealed, the son of perdition, who opposes and exalts himself above all that is called God or that is worshiped, so that he sits as God in the temple of God, showing himself that he is God.”
What is one of the main characteristics  of the antichrist?  He sits in the temple of God, and he claims to be what?  He claims to be God. 
And, by the way, what is the temple of God?  “The temple of God” is not the Jewish temple, which supposedly  is going to be rebuilt in the Middle East. “The temple of God”, according to every other passage in the writings of the apostle Paul, represents the Christian church. 

Simak 2 Tesalonka 2:3-4, apa yang dilakukan antikristus. Dikatakan di sana, Janganlah kamu membiarkan dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimana pun juga! Sebab Hari itu…”  yaitu hari kedatangan Kristus, “…Hari itu tidak akan tiba, kecuali kemurtadan itu datang dahulu,…” bahasa Greekanya ἀποστασία [apostasia] ialah “kemurtadan”. Jadi, “…Hari itu tidak akan tiba, kecuali kemurtadan itu datang dahulu, dan manusia dosa itu terungkap…”  jadi, apakah ini seorang manusia biasa yang akan diungkapkan? Ya, hanya seorang manusia biasa, benar? “…manusia dosa itu terungkap, yaitu si anak kebinasaan, 4 yang melawan dan  meninggikan dirinya di atas segala yang disebut Allah atau yang disembah, agar supaya ia duduk sebagai Allah di Bait Allah dan menyatakan dirinya bahwa dia adalah Allah."”
Apakah salah satu karakteristik si antikristus? Dia duduk di Bait Allah dan dia mengklaim sebagai apa? Dia mengklaim sebagai Allah.
Nah, “Bait Allah” di sini itu apa? “Bait Allah” ini bukanlah Bait Allah Yahudi yang konon akan dibangun kembali di Timur Tengah. “Bait Allah” menurut perikop-perikop lain dalam tulisan-tulisan rasul Paulus melambangkan Gereja Kristen.


Now I want you to notice also that this antichrist of  2 Thessalonians 2, not only claims to be God,  but he also claims to have the power of God,  to exercise the power of God. Notice in the same passage, 2 Thessalonians 2:9, speaking about this same individual who sits in the temple of God, showing himself to be God.  It says there: The coming of the lawless one is according to the working of Satan, with all…”  what?   “…power, signs, and lying wonders…”

Sekarang saya mau kalian simak juga bahwa antikristus di 2 Tesalonika 2 ini tidak saja mengklaim sebagai Allah, tetapi dia juga mengklaim memiliki kuasa Allah untuk menjalankan kuasa Allah. Perhatikan dalam perikop yang sama, 2 Tesalonika 2:9, berbicara tentang individu yang sama yang duduk di Bait Allah, yang menampilkan dirinya sebagai Allah. Dikatakan di sana,  “Kedatangan si pelanggar hukum itu sesuai pekerjaan Setan, dengan segala…”  apa?  “…kuasa, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu.”


Let me ask you, is this antichrist only going to claim to be God, or is he going to apparently do the works,  the powerful works of God?  Evidentially he's also performing the works of God, although he is a mere man; he's the man of sin. 
By the way, the only other time in the New Testament where these three words appear together in one verse: “power, signs,  and wonders”, is in Acts 2:22.  I want to read that verse because I'm going to show you that what the antichrist is going to do is falsify the works that Jesus performed while He was on this earth.  Notice Acts 2:22: 22 Men of Israel…” this is Peter speaking, “…hear these words: Jesus of Nazareth, a Man attested by God to you by miracles, wonders, and signs which God did through Him in your midst, as you yourselves also know…”
Did Jesus perform the power and the acts of God?  He most certainly did.  Is the antichrist going to perform works that appear  to be the works of God? Absolutely! Because he claims to be what? God. 

Coba saya tanya, apakah antikristus ini hanya mengklaim sebagai Allah atau ternyata dia akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penuh kuasa dari Allah? Ternyata dia juga akan melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah walaupun dia hanyalah seorang manusia biasa, dia adalah si manusia dosa (= manusia durhaka).
Nah, satu-satunya kali di Perjanjian Baru di mana ketiga kata ini: “kuasa, tanda-tanda dan mujizat-mujizat” muncul bersama-sama dalam satu ayat, ialah di Kisah 2:22. Saya mau membacakan ayat tersebut karena saya mau menunjukkan apa yang akan dilakukan si antikristus, yaitu memalsukan pekerjaan-pekerjaan yang telah dilakukan Yesus ketika Dia hidup di bumi. Simak Kisah 2:22, Hai orang-orang Israel…”  yang berbicara ini Petrus, “…dengarlah kata-kata ini: Yesus dari Nazaret, seorang yang telah dibuktikan Allah kepadamu melalui kuasa, mujizat-mujizat, dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu sendiri pun tahu.”
Apakah Yesus melakukan kuasa dan tindakan-tindakan Allah? Tentu saja. Apakah antikristus akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang kelihatannya sebagai pekerjaan-pekerjaan Allah? Betul sekali.  Karena dia mengklaim sebagai apa? Allah.


But these aren't the only passages that describe blasphemy.  You remember that little horn of Daniel 7? We read verse 25. And one of the characteristics of the little horn is that this horn speaks pompous words against the Most High.  Daniel 7:25, 25 He shall speak pompous words against the Most High…” The question is, what are those pompous words that this little horn speaks?  Revelation 13:5 defines what those words are.  It says in Revelation 13:5 that the beast that comes from the  sea  “…was given a mouth speaking great things and…”  what?   “…great things and blasphemies…”
So what does the little horn speak?  He speaks blasphemies. 
What does the beast speak? blasphemies. 
Must that mean then that the little horn, and the beast  claimed to be God on earth, and claimed to have the power to forgive sins, and also perform many of God's other functions? Absolutely! But this isn't all. 

Tetapi ini bukanlah satu-satunya perikop yang menggambarkan tentang hujat. Kalian ingat si tanduk kecil di Daniel 7? Kita baca ayat 25. Dan salah satu karakteristik si tanduk kecil ialah si tanduk ini berbicara dengan kata-kata sombong melawan Yang Mahatiggi. Daniel 7:25, “Ia akan mengucapkan kata-kata sombong  menentang Yang Mahatinggi…”  Yang dipertanyakan ialah, apa kata-kata sombong yang diucapkan si tanduk kecil ini? Wahyu 13:5 mendefinisikan apa kata-kata tersebut. Dikatakan di Wahyu 13:5 bahwa Binatang yang muncul dari laut itu “…diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan…”  apa?  “…hujat…”
Binatang itu mengucapkan apa? Hujat.
Kalau begitu apakah ini berarti si tanduk kecil dan Binatang itu mengklaim sebagai Allah di bumi, dan mengklaim memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, dan juga melakukan banyak fungsi lain milik Allah? Betul sekali! Tapi bukan hanya ini.


In Daniel 8 we have something very, very interesting.  And by the way, before we go to Daniel 8, let me just mention  that in Daniel 7 this little horn also thinks that he can  perform the works of God. Because it says that the little horn not only speaks blasphemies  against God, but he actually thinks that he has power  to change God's times, and God's what? and God's Holy Law.  In other words, he's not only claiming to be God,  he's claiming to exercise the functions, and the power of God. 
Then, of course, we have Daniel 8.  Daniel 8 speaks also about a little horn.  This little horn represents the same as the  little horn of Daniel 7.  But the interesting thing is that in Daniel 8  this little horn is not mentioned as speaking  blasphemies against God.  Do you know what the little horn does in Daniel 8?  This is extremely interesting.  What the little horn does is he tries to supplant the  Prince of the host.  Do you know who the Prince of the host is?  The Prince of the host is Jesus Christ.  You can read, for example, Joshua 5:13-15 where the same  expression “Prince of the host” is used.  And you're going to find that the Prince of the host  is none other than Jesus Christ

Di Daniel 8 ada sesuatu yang amat sangat menarik. Dan sebelum kita ke Daniel 8, saya ingin mengatakan bahwa di Daniel 7, tanduk kecil itu juga berpikir dia bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah karena dikatakan bahwa si tanduk kecil tidak saja mengucapkan hujat melawan Allah, tetapi dia sungguh-sungguh berpikir dia memiliki kuasa untuk mengubah waktu Allah dan apa? Hukum Allah yang kudus. Dengan kata lain, dia bukan saja mengklaim sebagai Allah, dia mengklaim menjalankan fungsi-fungsi dan kuasa Allah.
Lalu, tentu saja di Daniel 8, Daniel 8 berbicara juga tentang si tanduk kecil. Tanduk kecil ini melambangkan tanduk kecil yang sama di Daniel 7. Tetapi yang menarik ialah, di Daniel 8 tanduk kecil ini tidak dikatakan mengucapkan hujat melawan Allah. Tahukah kalian apa yang dilakukan si tanduk kecil di Daniel 8? Ini sangat menarik. Apa yang dilakukan tanduk kecil ialah dia mencoba menggantikan kedudukan Pangeran bala tentara surga. Tahukah kalian siapa Pangeran bala tentara surga ini? Pangeran bala tentara surga adalah Yesus Kristus. Kalian bisa membacanya, misalnya di Yosua 5:13-15 di mana istilah “Pangeran bala tentara surga” dipakai. Dan kalian akan mendapati bahwa Pangeran bala tentara surga itu tak lain adalah Yesus Kristus.


And so in Daniel 8 we're told that the little horn was going  to try and take away the functions of Jesus,  defined as “the daily”.  Do you know what “the daily” is?  I wish I had time to give a whole lecture on “the daily”.  “The daily” has to do with the functions that the priest  performed in the court and in the holy place.  The sacrifice in the court was to be offered morning,  and evening, daily. The lamps in the holy place were to burn, daily.  The bread was to be there, daily.  And the incense, which represents the prayers of the saints, was to go up, daily or continually.  In other words, the little horn was going to take away from Jesus these functions, and he was going to appropriate  these functions to himself.  He was going to think that he could occupy the place of Jesus Christ. 

Maka di Daniel 8 kita mendapat tahu bahwa si tanduk kecil akan berusaha merebut fungsi-fungsi Yesus yang disebut sebagai “yang sehari-hari”. Tahukah kalian “yang sehari-hari” itu apa? Sayang saya tidak punya waktu untuk memberikan ceramah yang menyeluruh tentang “yang sehari-hari”. “Yang sehari-hari” ini berkaitan dengan fungsi yang dilakukan seorang imam di pelataran dan di bilik Kudus. Kurban di pelataran harus dipersembahkan pagi dan sore, setiap hari. Dian-dian (pelita-pelita) di dalam Bilik Kudus harus menyala setiap hari. Roti harus tersedia di sana setiap hari. Dan dupa yang melambangkan doa orang-orang saleh, harus dinaikkan setiap hari atau terus-menerus. Dengan kata lain si tanduk kecil akan merebut dari Yesus fungsi-fungsi ini, dan dia akan mengambilnya untuk dirinya sendiri. Dia akan berpikir dia bisa menempati kedudukan Yesus Kristus.


Are you understanding what blasphemy is  according to Scripture?  There's an abundant amount of testimony in the Bible of what  constitutes blasphemy.  Now the question is, does the Roman Catholic papacy claim, or has it claimed in the past, that the Pope is God on earth? Absolutely! Let me just read you a sampling of statements.
I could give you more, but we don't have the time to read them all. 

Kalian sudah paham apa itu hujat menurut Kitab Suci? Ada berlimpah kesaksian di dalam Alkitab mengenai apa saja yang termasuk hujat. Nah, pertanyaannya ialah, apakah Kepausan Roma Katolik mengklaim, atau pernah mengklaim di masa lalu, bahwa Paus adalah Allah di bumi? Betul sekali! Saya akan membacakan beberapa contoh pernyataan-pernyataan itu. Saya bisa memberikan lebih banyak hanya saja kita tidak punya waktu untuk membaca semuanya.


This is from the prestigious commentary, Roman Catholic Commentary, Lucius Ferraris, Prompta Bibliotheca,  in the article “Papa” or Pope.  Notice what he has to say: “…the Pope can modify divine law, since his power is not of men, but of God…”  his power is what?  “…not of men but of God, and he acts…” now notice this,  “…he acts in the place of God upon earth, with the fullest power of binding and losing his sheep.”
Notice that this Roman Catholic Encyclopedia says that the Pope  occupies the place of God. 

Ini dari komentari yang bergengsi, komentari Roma Katolik, Lucius Ferraris, Prompta Bibliotheca di bawah judul “Papa” atau Paus. Perhatikan apa katanya:  “…Paus bisa mengubah hukum Ilahi, karena kuasanya tidak berasal dari manusia, tetapi dari Tuhan…” kuasanya apa? “…tidak berasal dari manusia tetapi dari Tuhan, dan dia bertindak…” sekarang, perhatikan ini, “…dia bertindak sebagai pengganti Tuhan di duniadengan kuasa penuh dalam hal mengikat dan  melepaskan dombanya.”
Simak bahwa Ensiklopedia Roma Katolik ini mengatakan bahwa Paus menduduki tempat Allah.


Pope Nicholas I, who ruled from 858 to 867AD  had this to say about the power of the pope's. He says: “It is evident that the Popes can neither be bound nor unbound by any earthly power, nor even by that of the apostle [Peter], if he should return upon the earth, since Constantine the Great has recognized…”  now, listen to this “…since Constantine the Great  has recognized that the pontiffs held the place of God upon earth, divinity not being able to be judged by any living man…” That’s blasphemy, folks! It continues saying,  “…we are then, infallible, and whatever may be our acts, we are not accountable for them but to ourselves.” (as cited in the Papacy and the Civil Power p. 248).

Paus Nikolaus I, yang berkuasa dari 858 sampai 867AD, berkata demikian mengenai kekuasaan Kepausan, katanya:  “Jelas bahwa Paus-Paus tidak bisa diikat atau dilepaskan [= diangkat atau diturunkan dari jabatannya] oleh kuasa dunia apa pun, bahkan tidak oleh rasul [Petrus] sekali pun, seandainya dia kembali ke dunia ini, karena kaisar Contantine Agung...”  sekarang, dengarkan ini!  “...karena kaisar Constantine Agung sudah mengakui bahwa para pontif [=paus] memegang jabatan Tuhan di atas bumi, dan yang ilahi tidak dapat dihakimi oleh manusia mana pun…”  Ini menghujat, saudara-saudara! Selanjutnya dikatakan, oleh karena itu, kami ini infalibel (= tidak bisa berbuat salah) dan apa pun tindakan kami, kami tidak harus mempertanggungjawabkannya, kecuali kepada kami sendiri.” (sebagaimana dikutip dari The Papacy and the Civil Power, halaman 248).


Notice what Pope Leo XIII had to say in an Encyclical Letter.  The name of the Encyclical Letter was On
the Chief Duties  of Christians as Citizens.  It's dated January 10, 1890. Notice what he said.  This is more contemporary. “But the surpreme teacher in the church is the Roman Pontiff…”  By the way that’s another name for the Pope. “… Union of minds therefore requires, together with a perfect accord, in the one faith, complete submission and obedience of will to the Church and to the Roman Pontiff, as to God Himself.”   (The Great Encyclicle Letters of Leo XIII. Pg 193).

Simak apa yang dikatakan Paus Leo XIII dalam surat edarannya kepada semua gereja, nama surat edaran itu adalah On the Chief Duties of Christians as Citizens [tentang kewajiban pokok orang Kristen sebagai warganegara], tertanggal 10 Januari 1890. Perhatikan apa katanya. Surat ini lebih kontemporer.  “Tetapi guru tertinggi di dalam gereja adalah Pontif Roma…” nah, ini adalah nama lain bagi Paus. “…Oleh karena itu, persatuan pikiran memerlukan, bersama-sama dengan kesepakatan yang sempurna, dalam satu iman, penyerahan sepenuhnya dan kemauan untuk patuh kepada Gereja dan kepada Pontif Roma, sebagaimana kepada Tuhan sendiri.”  (The Great Encyclicle Letters of Leo XIII Hal. 193) 


And Leo XIII also said, in an Encyclical Letter  dated June 20, 1894.  He said unabashedly,  We hold upon this earth, the place of God Almighty.” (The Great Encyclicle Letters of Leo XIII. Pg 304).

Leo XIII juga berkata dalam surat edarannya tanggal 20 Juni 1894, ini katanya tanpa malu-malu, Di atas dunia ini, kami memegang kedudukan Tuhan yang Mahakuasa. (The Great Encyclicle Letters of Leo XIII Hal. 304).


Time and again you'll find in the writings of Roman Catholics  expressions that apply to the Pope calling him  Vicar of Christ, Vice Regent of Christ,  Representative of Christ, and yes, Vicar of the Son of God.  Do you know the Popes have claimed throughout the course  of history to perform the functions of God?  I don't have time to get into all of this.  You have these texts on your sheets. 
·       But he claims to have the power to forgive sins. 
·       He claims to have the power to set up kings,  and to remove kings.  Daniel 2 says that that's God's prerogative to place kings and to remove kings. 
·       He claims to have the prerogative of  being bowed down to. 
·       He accepts the title “Holy Father”. 
·       He believes that he can execute the death  penalty upon dissenters. 
·       He's said that he had power to change the Sabbath to Sunday. 
·       He's felt that it's okay to change God's prophetic calendar. 
·       They claim to be God's supreme judges on earth. 
·       And they also claim to be infallible expositors of  God's will in faith and morals. 
Now folks, all of those things in the Bible are  prerogatives of God. If the papacy claims to have had this power, it's because they're usurping the title, and they're usurping the power of God

Berulang-ulang kita temukan di tulisan-tulisan Roma Katolik, istilah-istilah yang dipakai Paus menyebut dirinya Vikar Kristus, Wakil Regen Kristus, Wakil Kristus, dan iya, Vikar Anak Allah. Tahukah kalian sepanjang sejarah, para paus mengklaim melaksanakan fungsi Allah? Saya tidak punya waktu untuk membahas semua ini. Ini sudah ada di kertas yang kalian pegang.
·       Tetapi paus mengklaim memiliki kuasa untuk mengampuni dosa,
·       dia mengklaim memiliki kuasa untuk mengangkat raja-raja dan menurunkan raja-raja. Daniel 2 berkata bahwa itu hak prerogatif Allah untuk mengangkat dan menurunkan raja-raja,
·       dia mengklaim mempunyai hak prerogatif untuk menerima sujud,
·       dia menerima sebutan “Bapa Suci”,
·       dia meyakini dia boleh mengeksekusi hukum mati atas orang-orang yang dianggap murtad,
·       dia berkata dia punya kuasa untuk mengubah hari Sabat ke hari Minggu,
·       dia merasa oke-oke saja mengubah waktu nubuatan Allah,
·       dan mereka mengklaim sebagai hakim-hakim tertinggi dari Allah di dunia,
·       dan mereka juga mengklaim sebagai pengajar yang infalibel dalam hal kehendak Allah tentang iman dan moral.
Nah, Saudara-saudara, semua hal ini di dalam Alkitab adalah hak prerogatif Allah. Jika Kepausan mengklaim memiliki kuasa ini, itu karena mereka merampas jabatanNya, dan mereka merampas kuasa Allah.


Now let me read you some blasphemous statements from  a book by St. Alphonsus Liguori.  He is one of the few doctors of the Roman Catholic Church.  There are very few of those.  Thomas Aquinas was another, and there's a handful of other ones.  But he did a compendium of all of the Roman Catholic wisdom  on what the power of the priest is. And I want to read a statement from his book,  Dignity and Duties of the Priest or Selva.  This is Page 28. He says this: “Were the Redeemer to descend into a church, and sit in a confessional…” you know what a confessional is, right? “…and sit in a confessional to administer the sacrement of penance...”  you know what that means, those who have been Roman Catholics? It means that you go to the confessional, you confess your sins and the priest says “Ego te absolvo”, in other words, “I forgive you”. So it says, “…Were the Redeemer to descend into a church and sit in a confessional to administer the sacrement of penance,   and a priest to sit in another confessional, Jesus would say over each penitent, ‘Ego te absolvo’…”  that means ‘I forgive you’  “…the priest would likewise say over each of his penitents,Ego te absolvo, and the penitents of each would be equally absolved.”

Sekarang, izinkan saya membacakan beberapa pernyataan hujat dari buku St. Alphonsus de Liguori. Dia adalah salah satu dari beberapa doktor Gereja Roma Katolik. Hanya ada beberapa orang saja seperti itu. Thomas Acquinas adalah salah satu yang lain dan ada beberapa orang lainnya. Tetapi dia (Alphonsus de Liguori) menulis suatu compendium (= buku panduan yang padat dan komprehensif) tentang semua kebijakan Roma Katolik dalam hal kekuasaan para imam. Dan saya ingin membacakan suatu pernyataan dari bukunya ini,  Dignity and Duties of the Priests or Selvahalaman 28, dia berkata demikian:  “Seandainya Sang Juruselamat turun ke gereja dan duduk di dalam sebuah bilik pengakuan dosa…” kalian tahu apa itu bilik pengakuan dosa, bukan? “…dan duduk di dalam sebuah bilik pengakuan dosa untuk memberikan sakramen pengampunan...” kalian tahu apa maksudnya ini, kalian yang pernah menjadi Roma Katolik? Artinya orang masuk ke bilik pengakuan, mengakui dosa-dosanya, dan imam berkata “Ego te absolvo”, dengan kata lain “aku mengampuni engkau.” Jadi katanya di sini, “Seandainya Sang Juruselamat turun ke gereja dan duduk di dalam sebuah bilik pengakuan dosa untuk memberikan sakramen pengampunan, dan seorang imam duduk di dalam bilik pengakuan yang lain, sementara Yesus akan berkata kepada setiap orang yang mengakui dosanya, ‘Ego te absolvo’…”  yang berarti “Aku mengampuni engkau”,  “…imam itu juga akan berkata kepada orang yang mengaku dosa kepadanya ‘Ego te absolvo’, dan masing-masing orang yang mengaku dosa itu, dosanya akan diampuni tanpa ada perbedaan.”


Here's another statement. It gets worse.  Listen, when the priest claims to have the power to transform  the bread and the wine into the real body and blood of Jesus,  notice what St. Alphonsus Liguori says:  “Thus the priest may in a certain manner, be called the creator of his Creator, since by saying the words of consecration, he creates, as it were, Jesus in the sacrament, by giving Him the sacramental  existence and produces Him as a victim to be offered to the Eternal Father. As in creating the world, it was sufficient for God to have said, ‘Let it be made’ and it was created, He spoke and they were made,  so it is sufficient for the priest to say  ‘Hoc est corpus meum’…”  that is, “this is My body”, “…and behold the bread is no longer bread,  but the body of Jesus Christ. ‘The power of the priest’...”   now, listen to this!  “...‘the power of the priest,’  says St. Bernardine of Sienna, ‘is the power of the divine person, for the transubstantiation of the bread requires as much power as the creation of the world.’”
That’s blasphemy according to Scriptures.
By the way that’s on pages 33-34 of his book “The Dignity and Duties of the Priests or Selva.”

Di sini ada pernyataan yang lain. Semakin parah. Dengarkan, ketika imam mengklaim memiliki kuasa untuk mengubah roti dan anggur menjadi sungguh-sungguh tubuh dan darah Kristus, perhatikan apa kata St. Alphonsus de Liguori:  “Dengan demikian, imam itu dengan cara tertentu, bisa disebut pencipta dari Penciptanya, karena dengan mengucapkan kata-kata konsekrasi itu, dengan cara itu si imam menciptakan Yesus di dalam sakramen tersebut, dengan menghadirkanNya secara sakramental, dan menciptakan Dia [Yesus] sebagai kurban untuk dipersembahkan kepada Bapa yang kekal. Sebagaimana saat menciptaan dunia, cukuplah bagi Tuhan mengatakan ‘Jadilah’ dan itu tercipta, Tuhan berfirman maka terjadilah;  demikian juga cukup bagi imam itu untuk berkata ‘Hoc est corpus meum’…” artinya “Inilah tubuhKu”,  “…dan lihatlah, rotinya bukan lagi roti, tetapi menjadi tubuh Yesus Kristus. Kuasa imam...”  sekarang, dengarkan ini baik-baik!  “ …‘Kuasa imam itu’, kata St Bernardine dari Sienna, ‘adalah kuasa dari pribadi ilahi, karena transubstansiasi roti membutuhkan kuasa yang sama dengan kuasa untuk penciptaan dunia.”
Ini namanya menghujat, menurut Firman Tuhan.
Nah, Ini terdapat di halaman 33-34 dari bukunya “The Dignity and Duties of the Priests or Selva.”


Let me read you one more from the same book, page 34. “When He ascended into heaven, Jesus Christ left His priests after Him to hold on earth His place of mediator between God and men, particularly on the altar... The priest holds the place of the Savior Himself, when by saying ‘Ego te absolvo’…” that means “I forgive you”,   “…he absolves from sin…”   or he forgives sins.
Is that blasphemy according to Scripture?  That is absolutely blasphemy. 

Saya akan membacakan satu lagi dari buku yang sama, halaman 34, “Ketika Dia naik ke Surga, Yesus Kristus meninggalkan imam-imamNya untuk memangku jabatanNya di dunia ini sebagai perantara Tuhan dan manusia, terutama di atas altar... Imam menempati kedudukan Sang Juruselamat sendiri, ketika dengan mengatakan ‘Ego te absolvo’...” artinya “saya mengampunimu”, ...dia (imam itu) menghapus dosa…”  atau dia mengampuni dosa.
Apakah ini menghujat menurut Kitab Suci? Ini jelas-jelas menghujat.


And this system claims to have the power of God,  and claims to be able to exercise  the prerogatives of God.  Now you notice when we began this evening, that it says that the beast has a blasphemous name.  And some people have said, well, you know, that's not  saying that he had a blasphemous title.  It's saying that he had a blasphemous name, so it must be a proper name.  Not so, because in the book of Revelation name can  also refer to a title. 
And you say, how is that? 
Go with me to Revelation 19:16, this is speaking about Jesus.  I just want to show you that the name doesn't have to be a proper name.  It doesn't have to be the name of a specific pope; proper name.  It refers to a title.  Notice Revelation 19:16. 16 And He has on His robe and on His thigh a name written…” notice, “…a name written, KING OF KINGS AND LORD OF LORDS.”
Let me ask you, is that a proper name, or is that a title? That is a title. So when it says that the beast has a name,  the name is not a proper name, it is a title. 

Dan sistem ini mengklaim memiliki kuasa Allah, dan mengklaim bisa menjalankan prerogatif Allah. Nah, kalian telah melihat saat kita memulai malam ini, dikatakan bahwa Binatang itu mempunyai nama hujat. Dan beberapa orang berkata, nah, kalian tahu, itu tidak berarti dia memiliki titel hujat. Itu mengatakan dia memiliki nama hujat, jadi yang dimaksud tentunya nama dirinya (nama panggilannya). Bukan, karena di kitab Wahyu, “nama” bisa juga mengacu kepada titel.
Dan kalian berkata, kok bisa?
Marilah bersama saya ke Wahyu 19:16, ini berbicara tentang Yesus. Saya hanya mau menunjukkan bahwa “nama” itu tidak harus nama diri. Itu tidak harus nama diri seorang paus tertentu. Itu mengacu kepada sebuah titel. Simak Wahyu 19:16,  “Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama,…” perhatikan, “…suatu nama yaitu: RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN SEGALA TUAN.”
Coba saya tanya, apakah itu nama diri atau itu sebuah titel? Itu sebuah titel. Jadi ketika dikatakan bahwa Binatang itu memiliki nama, namanya bukanlah nama diri, itu sebuah titel.


Now did you notice that the name has a number? 
You say, the name has a number? We didn't read that. 
Well, let's go to Revelation 13:17.  The name is a blasphemous name.  Are you clear on that point?  The name is a blasphemous name.  Now we're going to notice that the name has a number.  Revelation 13:17, 17 and that no one may buy or sell except one who has the mark or the name of the beast, or the number of his…” what?  “…or the number of his name.”
So does the blasphemous name of the beast have a number?  It most certainly has a number. 
You say, “Well, Pastor Bohr, how do you get the  number from a name?”
If this name has a number ~ which, by the way, we're going to notice is 666 ~ how do you get  a number from a name? Let me explain.  In Biblical times they did not have Arabic numerals  like we have today.  The way that they wrote numbers was by using  letters of the alphabet.  That's true in Hebrew, Greek, and Latin.  And it's called gematria, that's the method of using  letters of the alphabet as numbers. Let me give you an example. 
The word for “cross” in the New Testament is σταυρός  [stauros].  If you add up the value of the letters in Greek,  because it's a Greek word, the value of the word “cross” is 777.  That's interesting. 
Now if you add up the number value of the letters in the name “Jesus”, Ἰησοῦς [Iēsous], the value is 888. 
And if you add up the letters in Greek ~ see, we're not cheating, we're not applying Greek to English, or Latin to Italian.  No, we're using the name, in the language,  in the number system of the language ~ the word παράδοσις [paradosis] which means "tradition", the number value is 666, interestingly enough, the word "tradition".

Sekarang, apakah kalian melihat bahwa nama itu memiliki sebuah angka?
Kalian berkata, nama memiliki angka? Kami tidak membaca itu tadi.
Nah, marilah ke Wahyu 13:17. Nama itu adalah sebuah nama hujat. Apakah kalian jelas dengan poin itu? Namanya nama hujat. Sekarang kita akan melihat bahwa nama itu punya sebuah angka. Wahyu 13:17,dan tidak seorang pun boleh membeli atau menjual selain mereka yang mempunyai tanda atau nama Binatang itu, atau bilangan…”  apanya?   “…atau bilangan namanya.”
Jadi, apakah nama hujat Binatang itu punya angka? Betul sekali, ada angkanya.
Kalian berkata, “Nah, Pastor Bohr, bagaimana kita bisa mendapat angka dari sebuah nama?”
Jika nama ini punya angka ~ yang nanti akan kita lihat ialah 666 ~ bagaimana kita bisa mendapatkan angka dari sebuah nama? Saya akan menjelaskan.
Di zaman Alkitab, mereka tidak mengenal numeral/bilangan Arab seperti yang kita miliki sekarang. Cara mereka menulis angka ialah dengan memakai huruf-huruf abjad. Itulah faktanya dalam bahasa Ibrani, Greeka dan Latin, dan itu disebut gematria, yaitu metode memakai huruf abjad sebagai angka. Saya akan memberikan contoh.
Kata untuk “salib” di Kitab Perjanjian Baru ialah σταυρός [stauros]. Jika kita jumlahkan nilai huruf-hurufnya dalam bahasa Greeka ~ karena itu adalah kata Greeka ~ maka nilai kata “salib” ialah 777. Itu menarik.
Nah, jika kita jumlah nilai huruf-huruf dalam nama “Yesus”  Ἰησοῦς [Iēsous],  nilainya ialah 888.
Dan jika kita jumlahkan huruf-hurufnya dalam bahasa Greeka ~ lihat, kita tidak menipu, kita tidak mengaplikasikan bahasa Greeka ke bahasa Inggris atau bahasa Latin ke bahasa Italia. Kita memakai nama dalam bahasa dengan sistem angka bahasa tersebut ~ kata παράδοσις [paradosis] yang berarti “tradisi”, nilai bilangannya ialah 666, cukup menarik kata “tradisi” ini.


Now how do we find the numerical value of the name of the beast?  Well, allow me to read from a few versions here  what we need to do in order to determine the number of his name. 
·       I want to read from the Living Bible.  I don't normally read from paraphrases, but this paraphrase  I believe is very, very faithful to the original text;  to the meaning of the original text.  Notice what the Living Bible says on Revelation 13:18,  where it speaks about counting the name of the beast,  and the name has a number.  It says ~ this is the translation ~  “Here is a puzzle that calls for careful thought to solve it. Let those who are able, interpret this code: the numerical values of the letters in his name add to 666!” Did you catch that?  “the numerical value of the letters in his name adds up to 666.” 
·       Notice the way the New English Bible, which is a kind of a dynamic translation of the Bible,  the New English Bible says:  “The number represents a man’s name, and the numerical value of its letters is six hundred and sixty six.”
·       Even the Roman Catholic Douay version has a  footnote that says this: “The numeral letters of his name shall make up this number.” So even the Roman Catholic version says what you have to do  is find the number value of the letters of his name,  and then you know what the number of his name is. 

Nah, bagaimana kita mendapatkan nilai bilangan dari nama Binatang itu? Izinkan saya membacakan beberapa versi di sini tentang apa yang harus kita lakukan untuk menentukan bilangan nama itu.
·       Saya mau membacakan dari Living Bible. Biasanya saya tidak membaca dari versi-versi saduran (memakai kata-kata sendiri) tetapi saduran ini, menurut saya tidak menyimpang dari ayat yang asli, dan jelas mengikuti makna ayat yang asli. Simak apa yang dikatakan Living Bible tentang Wahyu 13:18 di mana dibicarakan tentang menghitung nama Binatang itu, dan bahwa namanya memiliki sebuah bilangan. Dikatakan! Inilah terjemahannya, “Inilah teka-teki yang membutuhkan pemikiran yang seksama untuk memecahkannya. Biarlah mereka yang sanggup, menerjemahkan kode ini: nilai bilangan dari huruf-huruf namanya berjumlah 666!” Apakah kalian menangkap ini? “nilai bilangan dari huruf-huruf namanya berjumlah 666!”
·       Perhatikan cara New English Bible yang adalah sejenis terjemahan yang dinamis dari Alkitab, nah New English Bible berkata, “Bilangan tersebut mewakili nama seorang manusia, dan nilai bilangan dari huruf-hurufnya ialah 666.”
·       Bahkan terjemahan versi Douay yang adalah kepunyaan Roma Katolik ada catatan kakinya yang demikian: “Bilangan huruf dari namanya akan berjumlah sebanyak angka ini.” Jadi bahkan versi Roma Katolik mengatakan apa yang harus dilakukan orang ialah mencari nilai bilangan dari huruf-huruf namanya, makan orang akan tahu apa bilangan namanya itu.


Now I want you to notice another characteristic that we find of this beast with this number.  Notice Revelation 13:18.  “Here is wisdom. Let him who has understanding calculate the  number of the beast, for it is the number of a man.  His number is 666.” 
Now let me tell you something about that expression: 
“…it is the number of a man…”.  Really, the word “man” has the indefinite article “a”,  but it's not in the original language.  It can be translated, “…it is the number of man…”.  In other words, this is a system that is centered in man.  By the way, isn't it interesting that many of these antichrist  passages have the emphasis upon man?  For example, the little horn has eyes like a man.  This system has the number of a man.  And the one who sits in the temple of God is the man of sin.  In other words, this is a system that centers on man;  that majors on man.  It claims the prerogatives of God, but it brings honor and glory to man. 

Sekarang, dengan angka ini saya mau kalian simak karakteristik lain yang kita dapati pada Binatang ini. Perhatikan Wahyu 13:18, Di sinilah hikmat: Hendaknya orang yang bijaksana, menghitung bilangan Binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.”
Sekarang saya mau menyampaikan sesuatu tentang ungkapan  “bilangan itu adalah bilangan seorang manusia”. Kata “manusia” memiliki kata sandang tak tentu “seorang (satu)”, tetapi dalam tulisan aslinya kata sandang tersebut tidak ada. Kalimat itu bisa diterjemahkan, “bilangan itu adalah bilangan manusia”.   Dengan kata lain ini adalah suatu sistem yang berpusat pada manusia. Nah, menarik bukan bahwa banyak ayat mengenai antikristus memberikan tekanan pada manusia?  Misalnya, si tanduk kecil mempunyai mata seperti manusia. Sistem ini memiliki bilangan (angka) manusia. Dan yang duduk di Bait Allah ialah si “manusia durhaka/manusia dosa”. Dengan kata lain inilah sistem yang berpusat pada manusia, yang pokoknya (intinya) ialah manusia. Sistem ini mengklaim hak-hak prerogatif Allah, tetapi mendatangkan kehormatan dan kemuliaan pada manusia.


Now we want to ask the question, what language should we use to determine the value of the letters of the name? 
You say, well, how do we know which language to use? Should we use the Greek number system to determine  the meaning of the name?  Should we use the Hebrew system value of the letters?  Should we use the Latin system of the value of the letters?  How do you know which number system to use to determine the numerical value of the name? 
Well, the fact is there's no doubt whatsoever that we need to use the Latin as the language to determine the number, and the name of this beast. 
And you say, why Latin, Pastor Bohr? 
Well, for a very simple reason.  You remember that there was a dragon in Revelation 12  that tried to kill the child as soon as the child was born?  Let me ask you, what empire was ruling at that time? It was Rome. Then you read Revelation 13:2, and it says  that the dragon gave his seat, and his power, and his authority to whom? To the beast.  So let me ask you, where does the beast receive  it's authority from?  He receives it from the dragon, and the dragon represents Satan,  but also what? Rome.  So, in other words, the beast, and the little horn,  receive their power from Rome.  By the way, the little horn also comes from the head of the  dragon beast, which is Rome.  In other words, this power, the little horn, or the beast, are from what nation?  They are Roman powers, which means that we must use the system of what? The system of numbers that was used in RomeNow let me ask you, what number system was used in Rome?  The system that is known as Roman Numerals

Nah, kita harus bertanya bahasa apa yang seharusnya kita pakai untuk menentukan nilai angka-angka [= bilangan] huruf-huruf nama itu?
Kalian berkata, yah, dari mana kita tahu bahasa apa yang harus digunakan?
Haruskah kita memakai sistem angka-angka Greeka untuk menentukan makna namanya? Haruskah kita memakai sistem nilai huruf-huruf Ibrani? Haruskah kita memakai sistem nilai huruf-huruf Latin? Bagaimana kita bisa tahu sistem nilai angka yang mana untuk menentukan nilai angka-angka nama itu?
Nah, faktanya ialah, tak diragukan lagi kita harus memakai bahasa Latin untuk menentukan bilangan dan nama dari Binatang ini.
Dan kalian berkata, mengapa bahasa Latin, Pastor Bohr?
Untuk alasan yang sangat sederhana. Kalian ingat ada seekor naga di Wahyu pasal 12 yang berusaha membunuh si Anak begitu Anak itu dilahirkan? Coba saya tanya, kekaisaran apa yang sedang berkuasa saat itu? Roma. Lalu kita baca di Wahyu 13:2 dan itu mengatakan bahwa naga itu memberikan kedudukannya dan kekuasaannya dan wewenangnya kepada siapa? Kepada Binatang itu. Jadi coba saya tanya, dari mana Binatang itu mendapatkan wewenangnya? Dia mendapatkannya dari si naga, dan naga itu mewakili Setan, dan juga siapa? Juga Roma. Jadi, dengan kata lain, Binatang itu dan si tanduk kecil menerima kekuasaan mereka dari Roma. Nah, kan si tanduk kecil itu juga berasal dari kepala naga itu, yaitu Roma? Dengan kata lain, kekuasaan ini, si tanduk kecil atau Binatang ini, berasal dari bangsa apa? Mereka adalah kekuasaan Roma, berarti kita harus menggunakan sistem apa? Sistem bilangan yang dipakai di Roma. Sekarang coba saya tanya, sistem bilangan apa yang dipakai di Roma? Sistem yang dikenal sebagai Bilangan/Angka Roma.


Now allow me to read a text from the New Testament to prove to you that Latin was spoken in the days of Christ. John 19:20 tells us that Latin was spoken. And don't you think that I'm just saying, “Well, you know, they spoke Latin way back then.”  No, I'm not saying that.  The Bible says that Latin was the language of Rome back then. Notice John 19:20. It says: 20 Then many of the Jews read this title, for the place where Jesus was crucified was near the city; and it was written in Hebrew…” what else?   “…Greek, and…” what else? In?   “…Latin.”
So did Latin exist in the times of the Roman Empire?  Yes, it was the official language of Rome. 
Let me ask you, what is the official language of Papal Rome?  Portuguese? No! The official language of Papal Rome is Latin.  Which means that his name must be a Latin name, because this is a Roman power and we must use Roman numerals to determine the  number of his name.  Are you understanding what I'm saying?  Very, very important. 

Sekarang izinkan saya membacakan ayat-ayat dari Perjanjian Baru untuk membuktikan bahwa bahasa Latin dipakai di era Kristus. Yohanes 19:20 mengatakan kepada kita bahwa bahasa Latin dipakai. Dan jangan mengira hanya saya yang mengatakan, “Kalian tahu, di zaman lampau itu mereka berbicara dalam bahasa Latin.” Tidak, bukan saya yang mengatakan demikian. Alkitab yang berkata bahwa Latin adalah bahasa bangsa Roma pada zaman itu. Simak Yohanes 19:20, dikatakan,Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani…”  apa lagi?   “…bahasa Yunani dan…”  apa lagi? Dalam?  “…bahasa Latin.”
Jadi apakah bahasa Latin ada di zaman kekaisaran Roma? Ya, itu adalah bahasa resmi Roma.
Coba saya tanya, apakah bahasa resmi Kepausan Roma? bahasa Portugis? Bukan! bahasa resmi Kepausan Roma ialah Latin. Berarti namanya ini haruslah suatu nama Latin karena ini adalah kekuasaan Roma dan kita harus menggunakan sistem angka Roma untuk menentukan angka/bilangan namanya. Apakah kalian paham apa yang saya katakan? Amat sangat penting.


Okay, now let me just digress a moment here, because I want  to show you that the number 666 is very closely related to Rome. 
You know, in antiquity, as I was mentioning, in Hebrew,  and in Greek, they use letters to denote numbers.  And they did the same thing in Latin,  but they changed things around.  Whereas in Greek, and in Hebrew, there were many, many letters of the alphabet that were equivalent to numbers,  it wasn't so in Latin. In Latin what they did was choose six Roman numerals  to represent all numbers. 
You say, “No, Pastor, there's seven.  There's the ‘I’, the ‘V’, the ‘X’, the ‘L’, the ‘C’, the ‘D’,  right? And the ‘M’, so there's seven, there's not six.”
But let me tell you that the original system,  which was developed by the Latin poets, did not include the “M”.  The “M” was added in the Middle Ages.  The way that they used to write a thousand was not with an “M”.  I have pictures of this.  They would write two “D”'s side by side to indicate a thousand.  And so the Latin poets established a system where there  were six letters of the alphabet that were equivalent to numbers.  And do you know what's very interesting?  If you add the six Roman numerals that were part of the  original system ~ if you add 1 plus 5, plus 10, plus 50, plus 100, plus 500 ~ the total of the Roman numerals is 666.  This would seem to indicate they were supposed to look for the  number 666 somewhere in Rome. 

Baiklah, sekarang saya mau beralih ke topik lain sejenak karena saya mau menunjukkan bahwa angka 666 itu bertalian sangat erat dengan Roma.
Kalian tahu, di zaman purba, seperti yang saya sebutkan, dalam bahasa Ibrani dan Greeka, mereka memakai huruf untuk menulis angka. Dan mereka berbuat yang sama dalam bahasa Latin, tetapi ada perbedaannya. Jika dalam bahasa Greeka dan bahasa Ibrani ada banyak huruf abjad yang dipakai untuk angka, tidak begitu dalam bahasa Latin. Dalam bahasa Latin yang mereka lakukan ialah memilih enam bilangan Roma untuk mewakili semua angka.
Kalian berkata, “Bukan, Pastor, ada tujuh, yaitu ‘I’, ‘V’, ‘X’, ‘L’, ‘C’, ‘D’, benar? Dan ‘M’, jadi  ada tujuh, bukan enam.”
Tetapi saya beritahu, bahwa di sistemnya yang asli, yang diciptakan oleh penyair-penyair Latin huruf “M” tidak termasuk. “M” ditambahkan di abad pertengahan. Cara mereka dulu menulis angka 1000 bukanlah dengan huruf “M”. Saya punya gambar-gambarnya. Mereka menulis dua “D” berjejer untuk menulis angka 1000. Jadi para penyair Latin menciptakan suatu sistem di mana enam huruf abjad dipakai untuk angka. Dan tahukah kalian apa yang sangat menarik? Jika kita jumlah keenam angka Roma dari sistem yang asli tersebut ~ jika kita jumlah 1 + 5 + 10 + 50 + 100 + 500 ~ total angka-angka Roma ini ialah 666. Ini mengindikasikan bahwa angka 666 itu haruslah dicari di Roma.


Now a question that comes up is what is the name that this  system has that this system applies to its leader,  which is a blasphemous name?  I'm going to tell you what the name is.  The name is Vicarious Filii Dei.  Do you know what that expression means, that name means in Latin,  Vicarious Filii Dei?  It means “Vicar of the Son of God”.  See, in Latin when you have an ending in “i”: Filii, and Dei, it's  the genitive, it's possessive.  So basically it means Vicar or representative, or one who takes the place of the Son of God. 
Now some people say, “Well, you know, this is just, this name really is not a name that was given to the popes. It's not an official name of the popes.  It's just Protestants that say that that was  a name of the pope.” 
Well, I want to go through some historical evidence to show you that it's not so. 

Sekarang, muncul pertanyaan, nama apa dalam sistem ini, yang diaplikasikan sistem ini kepada pemimpinnya, yang adalah nama hujat? Saya beritahukan apa nama itu. Nama itu ialah Vicarius Filii Dei. Tahukah kalian apa makna istilah itu, apa arti nama itu dalam bahasa Latin, Vicarus Filii Dei? Artinya “Vikar Anak Allah”. Lihat, dalam bahasa Latin bila ada kata yang berakhir dengan huruf “i”: Filii dan Dei, itu kata genetiva artinya kepunyaan. Jadi pada dasarnya artinya Vikar atau representatif dari, atau yang menggantikan kedudukan Anak Allah.
Nah, ada yang berkata, “Yah, itu kan hanya sebutan, nama itu bukanlah nama yang diberikan kepada para paus, itu bukan nama resmi paus-paus, cuma orang Protestan yang mengatakan bahwa itu nama paus.”
Nah, saya akan menyebutkan beberapa bukti sejarah untuk menunjukkan kepada kalian bahwa tidaklah demikian.


For example, in the Donation of Constantine ~  I'm going to go through some history now, and you might not  know a lot of this history, but I think it's very, very important ~  in the Donation of Constantine we find the following words  written in this document, which I'm going to talk to you  a little bit more about in a few moments. 
“As the blessed Peter is seen to have been constituted  Vicar of the Son of God…”    blessed Peter was what? Constitued what?  “…Vicar of the Son of God…”  by the way this was written in Latin and the expression is “VICARIUS FILII DEI”,  “…on the earth, so the pontiffs who are the representatives of that same chief of the apostles, should obtain from us and our empire, the power of a supremacy greater than the clemency of our earthly imperial  serenity is seen to have conceded to it.”

Misalnya, dalam Donation of Constantine ~ sekarang saya akan membahas sedikit sejarah, dan kalian mungkin tidak begitu tahu tentang sejarah ini, tetapi menurut saya ini amat sangat penting ~ dalam Donation of Constantine, kita temukan kata-kata berikut tertulis di sana, yang nanti akan saya bahas sedikit lebih banyak lagi.
“Karena Petrus yang diberkati ternyata telah diangkat sebagai Vikar Anak Allah…”   Petrus yang diberkati telah diapakan? Diangkat sebagai apa?  “…Vikar Anak Allah…”  Jangan lupa dokumen itu ditulis di dalam bahasa Latin, dan istilah yang dipakai adalah “VICARIUS FILII DEI”,   “…di atas bumi, maka para pontiff yang adalah representatif dari kepala para rasul yang sama, harus memperoleh dari kami dan kerajaan kami, kuasa supremasi yang lebih tinggi daripada yang diakui oleh kemurahan kekaisaran duniawi.”


Let me tell you a few things about the  Donation of Constantine. It was actually, purportedly, a letter that was written by Constantine the Great, the Emperor, to Pope Silvester I.  And if you read the Donation of Constantine, you'll see that Constantine apparently gave temporal power to the pope.  He practically gave the pope unlimited temporal or political  power in the Donation of Constantine.  Now it's interesting that this document was known as early as the 9th Century A.D. But beginning with the 11th Century A.D. it began to be used by the popes in order to prove that they had a right  to govern not only in religious affairs, but they had the right to govern in political affairs as well, because they used the forgery that said Constantine signed this as the  Emperor, and he told us that we could govern not only in religious affairs but also in civil affairs.  Well, the authenticity of the Donation of  Constantine was questioned. Beginning in the 15th Century, when literary criticism began to grow, a man by the name of Nicholas of Cusa was the first to really say, you know, “There's some things in this that show that this doesn't go all the way back to Constantine. This is a forgery from much later.” And then a scholar by the name of Laurentius Valla decided  that he would do a very meticulous historical study of the Donation of Constantine, and he showed beyond any reasonable doubt, that this document was a total forgery  that was used to try and sustain the temporal claims  of the Roman Catholic Papacy. 
By the way, the Papacy did not enjoy the work of  Laurentius Valla because in 1559 the Roman Catholic  Inquisition put his book on the index of forbidden books. 
Now some Catholic theologians say, “Well, you know,  this was a forgery.  You can't say that because this document used the name  Vicarius Filii Dei, and it says that this title was given to Peter, and it was given to his successors, you can't say that  that's an official title of the Roman Catholic Papacy  when it's a forgery.” 
But the fact is, folks, that this document, even though it  was a forgery, was used at least by ten popes, and panned off as authentic and authoritative of the Roman Catholic Church.  In other words, even though it was a forgery they said,  “This is definitely true.”  And for hundreds of years they actually used the wording of the Donation of Constantine to defend the temporal power  of the Roman Catholic Papacy. 

Saya akan menyampaikan beberapa hal tentang dokumen Donation of Constantine. Sebenarnya dokumen ini konon adalah surat yang ditulis oleh Constantine Agung, kaisar Roma, kepada Paus Silvester I. Dan jika kita baca Donation of Constantine, kita akan melihat bahwa kaisar Constantine ternyata memberikan kekuasaan sekuler kepada paus tersebut. Dia praktis memberi paus itu kekuasaan sekuler atau kekuasaan politik yang tidak terbatas di Donation of Constantine. Nah, yang menarik ialah, dokumen ini sejak abad ke-9 sudah dikenal, tetapi mulai abad ke-11 dipakai oleh para paus untuk membuktikan bahwa mereka punya wewenang untuk memerintah bukan saja dalam urusan rohani tetapi mereka berhak memerintah dalam urusan politik juga karena mereka memakai dokumen palsu ini yang mengatakan bahwa Constantine telah menandatanganinya sebagai kaisar dan dia (Constantine) mengatakan bahwa kami (para paus) boleh memerintah bukan saja dalam urusan rohani tetapi juga dalam urusan sipil. Nah keaslian dokumen Donation of Constantine ini dipertanyakan. Sejak abad ke-15 ketika kritikan mulai merebak, seorang yang bernama Nicholas of Cusa adalah orang pertama yang benar-benar mengatakan, “Ada hal-hal dalam dokumen ini yang menunjukkan bahwa dokumen ini tidak berasal dari zaman Constantine. Ini adalah pemalsuan dari masa yang lebih baru.”
Kemudian seorang pakar bernama Laurentius Valla memutuskan untuk melakukan suatu penyelidikan sejarah yang sangat terperinci atas dokumen Donation of Constantine ini, dan dia membuktikan tanpa keraguan sedikit pun bahwa dokumen ini benar-benar palsu, yang telah dipakai sebagai upaya untuk mempertahankan klaim wewenang sekuler Kepausan Roma Katolik.
Nah, tentu saja Kepausan tidak gembira dengan pekerjaan Laurentius Valla karena di 1559 Inkuisisi Roma Katolik memasukkan bukunya dalam daftar buku-buku terlarang.
Nah beberapa theolog Katolik berkata, “Yah, dokumen itu kan palsu, jadi kalian tidak bisa mengatakan bahwa dokumen ini memakai nama Vicarius Filii Dei dan dokumen ini berkata bahwa ini adalah sebutan yang diberikan kepada Petrus dan kepada penerus-penerusnya. Kalian tidak bisa berkata bahwa itu adalah titel resmi Kepausan Roma Katolik karena dokumen itu kan palsu.”
Tapi faktanya, Saudara-saudara, dokumen ini, walaupun palsu, dipakai oleh sedikitnya sepuluh orang paus dan disodorkan sebagai asli dan berkekuatan hukum oleh gereja Roma Katolik. Dengan kata lain, walaupun dokumen itu palsu, mereka berkata, “Ini jelas benar” dan selama ratusan tahun mereka benar-benar memakai kata-kata Donation of Constantine untuk membela kekuasaan sekuler Kepausan Roma Katolik.


By the way, this title, Vicarius Filii Dei, was incorporated into  official Roman Catholic Cannon Law in what is known as  Gratian's Decretals, which was published in 1140. And this is an official document of the Roman Catholic Church.  It's Cannon Law, it's the laws of the Roman Catholic Church.  And that language from the Donation of Constantine  was incorporated into the Decretals of Gratian,  which means that it became official in Roman Catholicism.  In other words, it is an official title. 

Nah, titel ini Vicarius Filii Dei, dimasukkan ke dalam Cannon Law Roma Katolik yang resmi dan dikenal sebagai Gratian’s Decretals, yang diterbitkan di 1140. Dan ini adalah dokumen resmi gereja Roma Katolik. Ini adalah Cannon Law, yaitu hukum-hukum gereja Roma Katolik. Dan bahasa dalam Donation of Constantine dimasukkan ke dalam Decretals of Gratian, yang berarti itu membuatnya menjadi resmi dalam Roma Katolikisme. Dengan kata lain, titel tersebut adalah titel resmi.


By the way, the title is also used by  Cardinal Henry Edward Manning in his book,  The Temporal Power of the Vicar of Jesus Christ,  which he wrote in the year 1862.  Actually, at his time none of the nations of Europe wanted anything to do with the Roman Catholic Papacy. And so Manning wrote his book to scold the nations of Europe,  because they didn't support the Papacy after the French  Revolution, when the Papacy received the deadly wound.  And so I'd like to read this statement where he's castigating  the nations of Europe for abandoning the Papacy.  He said this:  “See this Catholic Church, this church of God, feeble and weak, rejected even by the very nations called Catholics. There is Catholic France, and Catholic Germany, and Catholic Italy giving up this exploded figment of the temporal power of the Vicar of Jesus Christ…”  In other words, they are giving up this concept of Jesus Christ, the Vicar of Jesus Christ  “…and so, because the church seems weak…” and now, listen to this ~ “…and the Vicar of the Son of God…”   by the way, that is Vicarius Filii Dei  “…the vicar of the Son of God is renewing the Passion of his Master upon earth, therefore we are  scandalized, therefore   we turn our faces from him.” (p. 141-142)  He is saying, “we turn our faces from the Vicar of the Son of God,” which was the Pope that was ruling in his day.
He continued saying  in his book speaking about the growing temporal power of the Papacy under the Popes Gregory I, Leo III, Gregory VII and Alexander III, he says, “At this time, the power of the Pope, the temporal power of the Pope became a dogma, a law of conscience and axiom of the reason of theological certainty.” And then he said this, “So that I may say there never was a time when the temporal power of the Vicar of the Son of God…”  there is the same title again!   “...the temporal power of the Vicar of the Son of God,  though assailed as we see it, was more firmly rooted throughout the whole Unity of the Catholic church and convictions of its members...” (page 231).
By the way the title is also in the prestigeous Roman Catholic Dictionary or Encyclopedia, called Prompta Bibliotheka, written or prepared by Lucius Ferraris.

Nah, titel tersebut juga dipakai oleh Uskup Henry Edward Manning dalam bukunya The Temporal Power of the Vicar of Jesus Christ [Kekuasaan Duniawi Vikar Yesus Kristus], yang ditulisnya di tahun 1862. Sebenarnya, di zamannya itu, bangsa-bangsa di Eropa tidak ada yang mau punya urusan dengan Kepausan Roma Katolik. Maka Manning menulis bukunya itu untuk menegur bangsa-bangsa di Eropa karena mereka tidak mendukung Kepausan setelah peristiwa Revolusi Perancis saat Kepausan menerima luka yang mematikannya.
Nah saya ingin membacakan pernyataan ini di mana Manning menegur bangsa-bangsa Eropa dengan keras karena mereka telah menelantarkan Kepausan. Dia berkata demikian: “Lihatlah Gereja Katolik ini, gereja Tuhan ini, lemah dan tidak berdaya, ditolak bahkan oleh bangsa-bangsa yang mengaku sebagai katolik. Ada Perancis Katolik, dan Jerman Katolik, dan Itali Katolik, meninggalkan kekuasaan duniawi dari Vikar Yesus Kristus yang telah meletus menjadi figmen…”   Dengan kata lain mereka meninggalkan konsep ini dari Yesus Kristus,  yaitu konsep Vikar Yesus Kristus“…dan dengan demikian, karena gereja tampaknya lemah…” dan sekarang, dengarkan ini:  “…dan Vikar Anak Allah…”   jangan lupa ini adalah istilah “Vicarius Filii Dei “…Vikar Anak Allah sedang mengalami kembali penderitaan dari Pemimpinnya di atas bumi, oleh karena itu kita merasa bahwa itu adalah suatu skandal, itulah sebabnya kita memalingkan wajah darinya.” (hal 141-142). Dia berkata, “kita memalingkan wajah dari Vikar Anak Allah” yang adalah Paus yang berkuasa pada zamannya.
Dia melanjutkan berkata dalam bukunya, berbicara mengenai berkembangnya kekuasaan duniawi dari Kepausan di bawah Paus Gregory I, Leo III, Gregory VII dan Alexander III, dia berkata, Pada saat ini, kekuasaan Paus, kekuasaan duniawi Paus menjadi suatu dogma, suatu hukum bagi hati nurani, dan suatu kebenaran yang kokoh dari kepastian pemikiran teologia.” Lalu dia berkata begini, Jadi, bisa saya katakan, tidak pernah ada suatu waktu ketika kekuasaan duniawi Vikar Anak Allah…”  gelar itu disebut lagi!  “…kekuasaan duniawi Vikar Anak Allah, walaupun diserang seperti yang telah kita saksikan, lebih mengakar daripada sekarang dalam seluruh kesatuan gereja Katolik dan keyakinan anggota-anggotanya...” (hal 231).
Ketahuilah, gelar ini juga ada di dalam Kamus atau Ensiklopedia Roma Katolik yang dihormati, yaitu Prompta Bibliotheka, yang ditulis atau disiapkan oleh Lucius Ferraris.


I'd like to read you an interesting statement also  from the book by John Paul II, Crossing the Threshold of Hope, a very, very popular book.  This is what he says on, actually I think it's page 7  of his book, he says this, actually it's page 3. He says: The leader of the Catholic church is defined by the faith as the Vicar of Jesus Christ (and is accepted as such by believers).” And then John Paul II says this: The Pope is considered the man on earth who represents the Son of God… ”  is that not what a “Vicar” is? Someone who represents someone else? Yes! “…who represents the Son of God…” and now, notice, who what? “… who ‘takes the place’ of the Second Person of the omnipotent God of the Trinity.”  What is he saying?  The pope what? Occupies the place of Jesus Christ, and actually represents Jesus Christ,  taking His place.

Saya ingin membacakan suatu pernyataan yang sangat menarik dari buku tulisan Paus Yohanes Paulus II,  Crossing the Threshold of Hope” [= Melangkahi Ambang Harapan],  buku yang amat sangat terkenal. Inilah yang dikatakannya ~ saya rasa ada di halaman 7 dari bukunya dia berkata demikian, oh, yang benar adalah halaman 3, dia berkata demikian: Pemimpin Gereja Katolik  didefinisikan oleh agamanya sebagai Vikar Yesus Kristus (dan ini diterima oleh umat percaya).” Lalu Yohanes Paulus II berkata demikian:  “Paus dianggap sebagai manusia yang mewakili Anak Allah di dunia...”   apakah itu bukan seorang “Vikar”?  Seseorang yang mewakili orang lain? Ya! “…yang mewakili Anak Allah di dunia…”  Dan sekarang, perhatikan, yang bagaimana?   “…yang ‘mengambil tempat’ milik Pribadi Kedua dari Allah Trinitas yang Mahakuasa.”   Apa yang dikatakannya? Paus itu apa? Yang mengambil tempat Yesus Kristus, dan sesungguhnya mewakili Yesus Kristus, menggantikanNya.


By the way, one of the greatest Patristic scholars,  an expert in the writings of the church fathers  in the Roman Catholic Church, was Johannes Quasten.  Even today if you ask a Roman Catholic who the standard was,  when it comes to the writings of the Church fathers,  the name of Johannes Quasten will come up.  And notice what he had to say: “The title Vicarius Christi…” that is Vicar of Christ,  “…as well as the title Vicarius Filii Dei is very common as the title….” of what? “… as the title of the Pope.

Nah, salah satu pakar patristik yang paling terkenal, seorang ahli dalam tulisan bapak-bapak gereja Roma Katolik, ialah Johannes Quasten. Bahkan jika hari ini kita bertanya kepada seorang Roma Katolik siapa yang dijadikan standar dalam hal tulisan bapak-bapak gereja, nama Johannes Quasten pasti akan muncul. Perhatikan apa yang dia katakan, “Gelar Vicarius Filii Christi…”  yaitu Vikar Kristus,   “…maupun gelar Vicarius Filii Dei adalah sangat umum sebagai…”  gelar siapa?  “… sebagai gelar Paus.”


Now for some time Adventists were saying that this title,  Vicarius Filii Dei, was on the Papal tiara,  or on the Papal mitre.  But people today they look at the mitre,  and they look at the tiara, and they say,  the name Vicarius Filii Dei isn't on there.  And so the Roman Catholic Church has said it was never on there.  I want to share a statement from The Great Controversy,  Page 61, where Ellen White explains what happened to  several of the records that were kept during the period  of the Middle Ages.  Actually, they were not preserved, they were destroyed.  Notice what she says: 
“Rome endeavored also to destroy every record of her cruelty toward dissenters. Papal councils decreed that books and writings containing such records should be committed to the flames. Before the invention of printing, books were few in number and in a form not favorable for preservation; therefore there was little to prevent the Romanists from carrying out their purpose.”

Nah, selama beberapa waktu, orang-orang Advent berkata bahwa gelar ini Vicarius Filii Dei, ada di tiara Paus, atau mitra (topi panjang) Kepausan. Namun hari ini mereka melihat mitra itu dan mereka melihat tiaranya, dan mereka berkata nama Vicarius Filii Dei tidak ada di sana. Maka gereja Roma Katolik berkata, bahwa nama itu memang tidak pernah ada.
Saya mau membagikan suatu pernyataan dari The Great Controversy, hal. 61, di mana Ellen White menjelaskan apa yang telah terjadi selama zaman abad pertengahan pada beberapa rekor yang tersimpan. Faktanya ialah rekor-rekor itu tidak dipelihara, tetapi dihancurkan. Perhatikan apa kata Ellen White, Roma juga berusaha keras  untuk menghancurkan setiap rekor (catatan) tentang kekejamannya terhadap orang-orang yang menolak ajarannya. Konsili-konsili Kepausan mengundang-undangkan bahwa buku-buku dan tulisan-tulisan yang berisi rekor-rekor ini harus dibakar. Sebelum percetakan diciptakan, hanya ada sedikit sekali buku dan adanya dalam bentuk yang tidak mudah dipertahankan; karena itu tak banyak yang bisa mencegah orang-orang Roma ini dari melaksanakan keinginan mereka.”


Now I want to read you a couple of statements from Our Sunday Visitor. It is actually a very important publication.  It's the main publication of the Archdiocese of Baltimore,  or at least it was.  In the edition of November 15, 1914 ~ and, by the way, I have copies of both of these that I'm  going to read now, so this is something that I have in my possession, in my files. 
The question was asked, November 15, 1914,  and this is the question: “Is it true that the words of the Apocalypse in the 13th chapter, 18th verse, refer to the Pope?”  Now, here’s the answer that’s given in this Roman Catholic publication: “The words referrred to are these: ‘Here is wisdom. He that hath understanding, let him count the number of the Beast, for it is the number of a man. And the number of him is 666.’… ” Now notice this: The title of the Pope in Rome is Vicarius Filii Dei...”  This is an official Roman Catholic publication!   “…This is inscribed on his mitre, and if you take the letters of his title which represents Latin numerals, and add them together, they come to 666.

Sekarang saya mau membacakan dua pernyataan dari Our Sunday Visitor. Sesungguhnya ini adalah publikasi yang sangat penting, paling tidak pada saat itu. Ini adalah publikasi utama dari Keuskupan Tinggi Baltimore, dalam edisi 15 November 1914 ~ dan ketahuilah saya punya copy-copy kedua dokumen yang akan saya bacakan ini, jadi ini adalah sesuatu yang saya miliki, ada di arsip saya.
Sebuah pertanyaan diajukan pada 15 November 1914, dan inilah pertanyaannya: “Apakah benar, kata-kata Wahyu pasal 13, ayat 18, mengacu kepada Paus?” Sekarang, inilah jawaban yang diberikan dalam publikasi Roma Katolik tersebut“Kata-kata yang dimaksud adalah ini: ‘Di sinilah hikmat: Hendaknya orang yang bijaksana, menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.’…” sekarang perhatikan ini,  “…Gelar Paus di Roma adalah Vicarius Filii Dei …”  ini adalah publikasi resmi dari Roma Katolik!  “…Ini tertulis di mitranya  dan jika Anda mengambil huruf-huruf dari gelarnya ini yang mewakili angka-angka Latin, dan menjumlahnya semua, mereka mencapai 666.”


In another addition of Our Sunday Visitor, April 18, 1915,  Answer-Question was asked, here it is:  “What are the letters supposed to be in the Pope’s crown, and what do they signify if anything?”  Here’s the answer that was given in this publication: The letters inscribed in the pope’s mitre are these: Vicarius Filii Dei…”  this is not some Protestants saying this!  “… the letters inscribed in the Pope’s mitre are these: Vicarius Filii Dei,  which is the Latin for the Vicar of the Son of God…”  Vicar means, he who represents, he who occupies the place, as was defined by John Paul II.  It continues saying,  “…Catholics hold that the church which is a visible society, must have a visible head. Christ before His ascension into Heaven, appointed St. Peter to act as His representative. Upon the death of Peter, the man who succeeded to the office of Peter as the Bishop of Rome, was recognized as the head of the church. Hence to the Bishop of Rome, as head of the church, was given the title ‘Vicar of Christ’.” 

Dalam terbitan yang lain dari  Our Sunday Visitor, 18 April 1915, di Tanya-Jawab  ditanyakan demikian: “Huruf-huruf apa yang seharusnya ada di mahkota Paus, dan apa maknanya jika ada?”  Inilah jawaban yang diberikan di dalam terbitan ini: Huruf-huruf  yang tercantum di mitra Paus adalah ini: Vicarius Filii Dei…”  ini bukan orang-orang Protestan yang berkata demikian!   “…Huruf-huruf yang tercantum di mitra Paus adalah ini: Vicarius Filii Dei, yaitu bahasa Latin untuk Vikar Anak Allah…”  “Vikar” artinya, dia yang mewakili, dia yang menduduki tempat, sebagaimana didefinisikan oleh Yohanes Paulus II. Selanjutnya dikatakan, “…Umat Katolik meyakini, karena gereja adalah suatu perkumpulan yang nampak, harus memiliki kepala yang nampak. Sebelum kenaikanNya ke Surga, Kristus menunjuk St. Petrus untuk bertindak sebagai representatifNya. Pada saat kematian Petrus, orang yang mewarisi jabatan Petrus sebagai Uskup Roma, diakui sebagai kepala gereja. Dengan demikian kepada Uskup Roma sebagai kepala gereja, diberikan gelar ‘Vikar Kristus.’”


Now the interesting thing is that a Roman Catholic apologist  by the name of Patrick Madrid contacted Robert Lockwood,  who was the editor of Our Sunday Visitor, and said that he wanted  to take a look at the 1915 issue of Our Sunday Visitor.  And when he contacted Robert Lockwood he said, “I'm sorry,  but that particular issue is not available. It has been expunged from the archives.”
Now let me tell you folks, if they expunged an incriminating  article like that; a whole issue, not an article,  but a whole issue of Our Sunday Visitor from their archives,  would it just be very possible to delete or take away  the title Vicarius Filii Dei from the tiara,  or from the mitre of the Pope's crown? Absolutely!  By the way, there are witnesses from the past who testify that they saw the papal tiara, or the mitre with the name  Vicarius Filii Dei

Yang menarik ialah seorang apologist [= orang yang berdebat untuk mempertahankan atau membenarkan suatu institusi]  Roma Katolik bernama Patrick Madrid menghubungi Robert Lockwood, yang saat itu adalah editor Our Sunday Visitor, dan mengatakan dia ingin melihat terbitan Our Sunday Visitor 1915. Dan ketika dia menghubungi Robert Lockwood, Lockwood berkata, “Maaf, tetapi terbitan tersebut tidak ada. Itu sudah dimusnahkan dari arsip.”
Saya katakan, Saudara-saudara, jika mereka telah memusnahkan artikel yang mengkriminasi seperti itu, seluruh terbitan, bukan hanya satu artikel melainkan seluruh terbitan Our Sunday Visitor dari arsip mereka, tidakkah sangat mungkin untuk melenyapkan atau membuang gelar Vicarius Filii Dei dari tiara atau mitra mahkota Paus? Tentu saja! Nah, ada saksi-saksi dari masa lampau yang menyaksikan bahwa mereka telah melihat mahkota kepausan atau mitranya dengan nama Vicarius Filii Dei.


Now it's true that September 16, 1917 ~ and this article was  repeated on August 3, 1941 of Our Sunday Visitor ~  the Roman Catholic Church disowned what they had said in the first two issues.  This is what they said:  “The words ‘Vicarius Filii Dei’ are not the name of the Pope, they do not even constitute his official title.”

Nah, memang benar bahwa pada 16 September 1917 ~ dan artikel ini kemudian diulangi lagi pada 3 Agustus 1941 oleh  Our Sunday Visitorgereja Roma Katolik menyatakan bahwa mereka tidak mengakui mereka pernah berkata demikian dalam dua terbitan yang lebih dulu. Inilah kata mereka: “Kata-kata ‘Vicarius Filii Dei’ bukanlah nama Paus, kata-kata itu bahkan tidak merupakan bagian dari gelar resminya.”


Now we've already noticed historically that it is his  official title, and it's officially incorporated and used  in the Donation of Constantine in Gratian's Decretals, it's also used by Pope John Paul II, it's used by Cardinal Henry Edward Manning. It's used in different sources as an official title.  And, of course, Johannes Quasten, the renowned patristics  scholar of the Roman Catholic Church says that it is an official title. So let me ask you, which issue of Our Sunday Visitor  should we believe? 

Nah, kita sudah menyimak, secara historis ini benar gelar resminya dan secara resmi tercantum dan dipakai di  Donation of Constantine, Gratian Decretals, dan juga dipakai oleh Paus Yohanes Paulus II, dipakai oleh Uskup Cardinal Henry Edward Manning, dipakai dalam pelbagai sumber sebagai gelar resmi. Dan tentu juga Johannes Quasten, pakar tulisan bapak-bapak gereja Roma Katolik yang terkenal berkata, bahwa ini adalah gelar resminya. Jadi, coba saya bertanya, terbitan Our Sunday Visitor yang manakah yang harus kita percayai?


Now there are many people these days who choose different names  to apply to the number 666. 
For example, they say dux cleric, which means the head of the clergy, comes out to 666. 
Another word, lateinos, which means Latin man, also comes out to 666.
Another name, ludovicus, means chief of the court of Rome,  if you add up the letters in Roman numerals,  it also comes out to 666. 
Actually, the name of John Paul II in Latin,  loannes Paulus Secundo also comes out to 666. 
And so they try and find the number 666  in all of these names.  But let me tell you the problem that I have  with all of these names.  None of these names are particularly blasphemous.  Is it blasphemous to speak of the head of the clergy? No.  Is it blasphemous to speak of the Chief of  the Court of Rome? No. Is the name loannes Paulus Secundo  particularly blasphemous, his proper name? Absolutely not.  Is the word Lateinos, which means Latin man;  is that particularly blasphemous? No.  The name which gives a number must be what kind of a name?  It must be a blasphemous name; a name that apparently gives him  the right to claim the prerogatives of God,  and to claim the power of God. 

Sekarang, dewasa ini ada banyak orang yang memilih nama-nama yang berbeda untuk diaplikasikannya kepada angka 666.
Misalnya mereka berkata  “Dux Cleric” yang artinya Kepala Imam, jika ditotal angkanya 666.
Kata yang lain adalah  “Lateinos” yang artinya orang Latin juga totalnya 666.
Nama yang lain “Ludovicus”  yang artinya Kepala Pengadilan Roma, jika dijumlah huruf-hurufnya memakai angka Roma, juga mencapai 666.
Bahkan nama Yohanes Paulus II dalam bahasa Latin: Ioannes Paulus Secundo juga totalnya 666.
Maka, mereka berusaha menemukan angka 666 ini dalam semua nama tersebut.
Tetapi, ketahuilah masalah saya dengan semua nama ini: tidak ada satu nama pun yang dari dirinya sendiri bisa dianggap nama hujat. Apakah bicara tentang Kepala Imam itu menghujat? Tidak. Apakah itu menghujat berbicara tentang Kepala Pengadilan Roma? Tidak. Apakah nama Ioannes Paulus Secundo itu sendiri menghujat, nama dirinya? Pasti tidak. Apakah kata “Lateinos” yang berarti manusia Latin itu sendiri menghujat? Tidak.
Nama yang memberikan jumlah angka itu haruslah nama yang bagaimana? Haruslah sebuah nama hujat, nama yang jelas memberinya wewenang untuk mengklaim hak prerogatif Allah dan mengklaim kuasa Allah.


By the way, do you know who Jesus left on this earth as His  representative when He left?  It was not the Pope.  It was the Holy Spirit.  Notice what we find in John 14:16-18. 
Here Jesus is speaking.  16 And I will pray the Father, and He will give you another Helper, that He may abide with you forever— 17 the Spirit of truth, whom the world cannot receive, because it neither sees Him nor knows Him; but you know Him, for He dwells with you and will be in you. 18 I will not leave you orphans; I will come to you.”
So who did Jesus send as His representative on earth?  the Holy Spirit.

Nah, tahukah kalian siapa yang ditinggalkan Yesus di bumi sebagai representatifNya ketika Dia pergi? Bukan Paus, tapi Roh Kudus. Simak apa yang kita temukan di Yohanes 14:16-18. Di sini Yesus sedang bicara, 16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Pembantu yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, 17 yaitu Roh Kebenaran yang tidak dapat diterima oleh dunia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, karena Dia tinggal bersamamu dan akan menyertai kamu. 18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku akan datang kembali kepadamu.”
Jadi siapa yang dikirim Yesus sebagai wakilNya di bumi? Roh Kudus.


Now look how interesting this is.  Jesus said, I'm going to be the visible head,  and I'm going to be in heaven.  The Holy Spirit is going to be the invisible head,  and He's going to be on earth. 
The Roman Catholic Church has changed that around.  And they say the invisible head of the church is in heaven:  Jesus Christ; and the visible head of the church  is the Pope on earth.  In this way the Pope has usurped not only the position of Jesus Christ, but has usurped the position of the Holy Spirit. If that isn't the epitome of blasphemy, I don't know what is. 

Sekarang, lihat betapa menariknya ini. Yesus berkata, Aku akan menjadi Kepala Gereja yang nampak (karena Yesus kembali ke Surga dengan tubuh manusiaNya) dan Aku akan berada di Surga. Roh Kudus akan menjadi Kepala yang tidak Nampak (karena Roh tidak bisa dilihat), dan Dia akan berada di bumi.
Gereja Roma Katolik memutarbalikkan ini. Mereka berkata, “Kepala Gereja yang tidak nampak ada di Surga, yaitu Yesus Kristus; dan kepala gereja yang nampak adalah Paus, di bumi. Dengan cara ini, Paus telah merebut bukan saja hanya kedudukan Yesus Kristus, tetapi telah merebut posisi Roh Kudus. Jika itu bukan lambang tertinggi dari hujat, saya tidak tahu lagi apa itu.


By the way, did you know that the word “antichrist” is almost synonymous to the expression, Vicar of the Son of God,  Vicarius Filii Dei? 
You say, “Now wait a minute Pastor.  Antichrist means somebody who is against Christ, or who is opposed to Christ?
That's possible, but do you know that the Greek preposition  ἀντί  [an-tee'] also means to take the place of,  or to substitute for someone.  Let me give you some examples. 
·       In Greek the word ἀντί βασιλεύς [anti basileus] means one who takes the place of the king when the king leaves. 
·       You are acquainted with the name Ἀντίπας [Antipas], right?  Antipas actually means one who ruled in place of his father.  He didn't rule against his father.  He ruled in place of his father. 
·       We have the word “antitype”.  Do you know what the word “antitype” means?  It means that which takes the place of the type.  See when the antitype comes you don't need the type anymore,  because the type is fulfilled. So, in other words, antitype means that which takes  the place of the type. 
So the question is, what is meant then  by the word “antichrist”? 
The word “antichrist”:
·       does not mean merely against Christ, 
·       it means one who seeks to occupy the place of Christ,  just like John Paul II said in his book, The Threshold of Hope

Nah, tahukah Anda bahwa kata “Antikristus” itu nyaris bersinonim dengan istilah Vikar Anak Allah, “Vicarius Filii Dei”
Anda akan berkata, “Tunggu, Pastor, Antikristus kan berarti seseorang yang melawan Kristus atau seseorang yang bertentangan dengan Kristus?
Itu mungkin. Tetapi tahukah Anda, kata depan Greeka  ἀντί  [an-tee'] juga berarti “mengambil tempat dari” atau “menggantikan seseorang”. Saya berikan beberapa contoh:
·       Kata Greeka  ἀντί βασιλεύς  [anti basileus]  berarti “orang yang menggantikan kedudukan raja pada saat raja pergi.”
·       Anda tentunya kenal nama Ἀντίπας [Antipas], bukan? “Antipas” sesungguhnya berarti “seseorang yang memerintah sebagai pengganti ayahnya”, dia tidak memerintah melawan ayahnya, dia memerintah menggantikan ayahnya.
·       Kita tahu kata “antitipe”. Tahukah Anda apa makna “antitipe” ini? Artinya, dia akan mengambil tempat “tipe” (tipe = simbol/lambang). Pada waktu “antitipe” (= yang asli) datang, kita tidak butuh “tipe” (= lambang/simbol) lagi karena “tipe” sudah digenapi. Jadi “antitipe” berarti “yang menggantikan tempat tipe.”
Jadi, pertanyaannya adalah, apa yang dimaksudkan dengan kata “Antikristus”? Kata “Antikristus”:
·       tidak hanya berarti “melawan Kristus”,
·       dia berarti “orang yang berusaha menduduki tempat Kristus.” Sama seperti yang dikatakan Yohanes Paulus II dalam bukunya The Threshold of Hope.


I'd like to finish by reading a statement from the book of  Dave Hunt, Global Peace. 
Now I disagree with Dave Hunt almost on  everything that he writes.  In fact I disagree with his identity of the antichrist here.  He says that this antichrist is going to be a nasty individual  who's going to rise in the Middle East  when the temple is rebuilt after the church has been  raptured to heaven.  Now I don't believe any of that.  I believe the antichrist arose in the Middle Ages, and he ruled for a long period of time.  It wasn't one person.  It was a succession of individuals.  But I believe that the portrait that Dave Hunt gives  of the antichrist is accurate, and it applies to a T  to the Roman Catholic Papacy. 
And notice what he says. this is Pages 6-8.  This is Pages 6-8 of his book, Global Peace. He says: While the Greek prefix ‘anti’ generally means ‘against’ or ‘opposed to’, it can also mean ‘in the place of’ or ‘a substitute for’. The Antichrist will embody both meanings. He will oppose Christ while pretending to be Christ... Instead of a frontal assault against Christianity, the evil one will pervert the church from within by posing as its founder. He will cunningly misrepresent Christ, while pretending to be Christ. And by that process of substitution…” notice the word “substitution”,  “…by that process of substitution he will undermine and pervert, all that Christ truly is... And now notice what he says: “…if the Antichrist will indeed pretend to be the Christ, then his followers must be ‘christians’! The church of that day will without dissenting voice, hail him as its leader.”

Saya ingin mengakhiri dengan membacakan pernyataan dari buku Dave Hunt, berjudul Global Peace.
Nah, saya tidak sependapat dengan Dave Hunt mengenai nyaris semua yang dia tulis. Sebenarnya saya tidak sependapat dengan identitas Antikristusnya di sini, dia berkata bahwa Antikristus adalah orang yang sangat jahat yang akan muncul di Timur Tengah ketika Bait Suci dibangun kembali setelah jemaat diangkat ke Surga. Nah, saya tidak percaya hal itu sama sekali. Saya percaya bahwa Antikristus sudah muncul di Abad Pertengahan, dan dia telah memerintah untuk waktu yang lama. Dia bukan hanya satu manusia, tetapi merupakan suksesi dari banyak individu. Tetapi saya percaya gambaran yang diberikan Dave Hunt tentang Antikristus adalah akurat dan itu pas persis cocok dengan Kepausan Roma Katolik.
Perhatikan apa katanya, ini di halaman 6-8. Ini di halaman 6-8 di bukunya  Global Peace,  dia berkata, “Sementara kata depan Greeka  ‘anti’ secara umum berarti “melawan’ atau  ‘menentang’, dia juga bisa berarti ‘sebagai pengganti’ atau ‘substitusi dari’.  Si Antikristus akan menghidupkan kedua makna ini.  Dia akan melawan Kristus sementara berpura-pura menjadi Kristus... Si jahat tidak akan menyerang Kekristenan secara frontal, dia akan menyesatkan gereja dari dalam dengan menyamar sebagai pendirinya. Dengan liciknya dia akan memberikan gambaran yang salah tentang Kristus sementara dia menyamar sebagai Kristus. Dan lewat proses substitusi ini...” perhatikan kata “substitusi”,   “…lewat proses substitusi ini dia akan menghancurkan dan menyimpangkan semua yang sejati dari Kristus....” Sekarang perhatikan apa katanya,  “…Jika Antikristus benar-benar akan menyamar sebagai Kristus, maka pengikut-pengikutnya pastilah ‘orang-orang Kristen’! Gereja pada masa itu akan menyembahnya tanpa kecuali sebagai pemimpin mereka.”


Do you understand a little bit better now what  the number of the beast is?  The number of the beast is 666.  But that number is the number of his what?  of his blasphemous name, which is Vicarius Filii Dei,  where he claims:
·       to occupy the position of God on earth; 
·       to occupy the position of Jesus Christ on earth, 
·       and to exercise the powers and prerogatives of Jesus  of:
o   forgiving sins,
o   of interceding for sinners, 
o   of placing kings and deposing kings,
o   of speaking infallibly in faith and morals,
o   and receiving, you know,  people bowing down to him,
o   and calling him Holy Father,  when Jesus said, “No one on this earth should be called ‘Father’,  for one is your Father: your God who is in heaven.” 

Apakah sekarang kalian lebih mengerti mengenai angka Binatang itu? Angka Binatang itu adalah 666. Tetapi angka tersebut adalah angka apanya? Angka dari nama hujatnya, yang adalah Vicarius Filii Dei, dengan mana dia mengklaim:
·       menempati posisi Tuhan di dunia,
·       menempati posisi Yesus Kristus di dunia,
·       dan melaksanakan kuasa dan hak prerogatif Yesus dalam:
o    mengampuni dosa,
o   dan menjadi perantara bagi orang-orang berdosa,
o   mengangkat dan menurunkan raja-raja,
o   mengaku berbicara secara infalibel (tidak mungkin bersalah) dalam hal iman dan moral,
o   dan meneria – Anda tahu – disujudi oleh orang-orang
o   dan menerima dipanggil “Bapa Suci”, padahal Yesus berkata, ”janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.” (Mat 23:9)


Folks all of these characteristics clearly show what this power is.  And God has given us all this so that we can escape  from his power in these last days.

Saudara-saudara, semua karakteristik ini menunjukkan dengan jelas siapa kekuasaan ini. Dan Allah telah memberikan semua ini kepada kita supaya kita boleh lolos dari kekuasaan ini pada hari-hari akhir.





23 01 18