Friday, August 30, 2019

EPISODE 20/25 ~ THE FAITH IN JESUS ~ THREE ANGELS' MESSAGES ~ STEPHEN BOHR


THREE ANGELS’ MESSAGES_____
Part 20/25 - Stephen Bohr
THE FAITH IN JESUS
http://www.youtube.com/watch?v=g_MCPw_-VfY


Dibuka dengan doa


I'd like to begin by reading Revelation 14:12.  This is the concluding verse of the third angel's message,  and it says this: 12 Here is the patience of the saints…” we have already studied the patience of the saints, “…here are those who keep the commandments of God…”  which was the last subject that we studied,   “…and the faith of Jesus.”

Saya ingin mengawali dengan membaca Wahyu 14:12. Ini adalah ayat penutup dari pekabaran malaikat ketiga, dan isinya demikian, 12    Di sinilah keuletan orang-orang kudus…”  kita sudah mempelajari keuletan orang-orang kudus,   “…inilah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah…” topik yang terakhir kita pelajari,  “…dan imannya Yesus.”


Now I need to tell you that that final phrase of the third  angel's message is translated differently in the diverse  versions of the Bible.  There are some versions that translate, “who have the faith of Jesus”, and there are others who translate “those who have faith in Jesus”. In fact, if you look at the number of Bible versions that are available today, you
would find that they're about equally divided.  As far as the correct translation is concerned: “faith of Jesus”, or “faith in Jesus”,  I personally believe, as we study along, that the proper  way of translating this phrase is “faith in Jesus”: “Here are those who keep the commandments of God, and have faith in Jesus.” 
You see, we're going to find that there is a balance between  keeping the commandments of God,  and having faith in Jesus Christ

Nah, saya harus menyampaikan kepada kalian bahwa ungkapan terakhir pekabaran malaikat ketiga ini telah diterjemahkan beda-beda dalam versi-versi Alkitab yang berbeda. Ada versi yang menerjemahkan   “mereka yang memiliki imannya Yesus.”  Dan ada yang lain yang menerjemahkan “mereka yang memiliki iman dalam Yesus.” Malah jika kita melihat jumlah versi Alkitab yang ada hari ini, kita akan mendapati bahwa pembagian ini hampir sama besar. Bicara tentang penerjemahannya:  “imannya Yesus”   atau  “iman dalam Yesus”  secara pribadi saya yakin  ~ sambil kita pelajari ~ bahwa penerjemahan yang lebih tepat ialah “iman dalam Yesus”: “…inilah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah dan memiliki iman dalam Yesus.”
Kalian lihat, kita akan menemukan adanya keseimbangan antara memelihara perintah-perintah Allah dan memiliki iman dalam Yesus Kristus.


Now if you were actually driving down a road, and it was snowing very, very hard, and the road was slippery, and on both sides  of the road you had very deep ditches, which of those two  ditches would you rather fall into?  Would it be the left ditch, or would it be the right ditch? I'm sure you're thinking, we wouldn't want to fall into either the left or the right ditch.  Well, you know, it's not any better to fall in the right ditch  or the left ditch, or vice versa, because in both cases  you're off the main road.  And in the same way, we're going to notice in our study today, that:
·       there are those who emphasize the commandments of  God, but they don't emphasize faith in Jesus. 
·       And there are those who emphasize faith in Jesus, but they want to discard the commandments of God. 
·       But Revelation 14:12 has a perfect balance:  a balance between faith and works, a perfect balance  between the Law and grace. 


Nah, jika kita sedang mengemudikan mobil di jalan yang menukik, dan saat itu sedang turun salju yang sangat tebal dan jalanan licin, dan di kedua sisi jalan ada selokan-selokan yang dalam, maka lebih enak terperosok masuk ke selokan yang mana? Selokan yang kiri, atau yang kanan? Saya yakin, jika kita berpikiran waras, kita tidak mau masuk ke selokan mana pun, baik yang kiri maupun yang kanan. Ketahuilah, tidak lebih enak masuk selokan kanan daripada selokan kiri atau sebaliknya, karena sama-sama itu membuat kita tergelincir dari jalan. Dan seperti itulah yang akan kita simak dalam pelajaran kita hari ini, bahwa:
·       Ada yang menekankan pada perintah-perintah Allah tetapi mereka tidak menekankan pada iman dalam Yesus.
·       Dan ada yang menekankan iman dalam Yesus tetapi mereka mau membuang perintah-perintah Allah.
·       Tetapi di Wahyu 14:12 ada kesimbangan yang tepat: keseimbangan antara iman dan perbuatan, keseimbangan yang tepat antara Hukum dan kasih karunia.


And, by the way, I must say that the Greek construction of the expression, “the faith of Jesus”, or “the faith in Jesus”, is actually written in such a way that either  translation is allowable, grammatically either translation is allowable
But once again, I believe that the correct translation is,  those who have “faith in Jesus”

Dan, harus saya katakan bahwa struktur ungkapan  “imannya Yesus”   atau  “iman dalam Yesus”  dalam bahasa Greeka, sebenarnya ditulis sedemikian rupa sehingga kedua terjemahan itu bisa diterima, secara gramatik kedua terjemahan itu bisa diterima. Tetapi sekali lagi, saya yakin terjemahan yang tepat ialah, mereka yang memiliki “iman dalam Yesus.”


You see, we're going to find that there are two dangers  that Christians face:
·       One danger is to emphasize faith to the exclusion of works,
·       and the other danger is to emphasize  grace at the expense of the Law. 
Actually, both need to go together,  and that's why the third angel's message mentions both.  They keep the commandments of God,  and they have faith in Jesus. 

Kalian lihat, kita akan menyimak kedua bahaya yang sedang dihadapi orang Kristen:
·       Yang satu, menekankan iman dengan meniadakan perbuatan,
·       dan  yang lain, menekankan kasih karunia dengan meniadakan Hukum.
Sesungguhnya kedua-duanya harus berjalan bersama-sama, dan itulah sebabnya pekabaran malaikat ketiga menyebut keduanya. Mereka memelihara perintah-perintah Allah dan mereka memiliki iman dalam Yesus.


Now there are two ditches that we need to be careful about.  The first ditch, which we will call the right ditch,  is what is called legalism.  It's the idea that you can be saved by keeping  the commandments of God.  That you can be saved by your works.  Now we find several examples of this very dangerous ditch  on the right hand side of the road in Scripture. 
The first example that I would like us to notice is the story  of a rich young ruler.  This story is found in Matthew 19.  I'm not going to read the whole story.  I'm going to tell you the first part of it. 
A rich young ruler comes to Jesus and says, “What do I need  to do to have eternal life?”  This young man wants eternal life.  And I want you to notice what Jesus had to say to him.  Matthew 19, beginning with verse 17.  17 So He said to him, ‘Why do you call Me good? No one is good but One, that is, God. But if you want to enter into life, keep the commandments.’…”  What kind of life was Jesus talking about when He said,  If you want to enter into life? Eternal life.  Because the young man said that he wanted eternal life.  So Jesus says, If you want eternal life,  what do you need to do?  You need to keep the commandments, verse 18,  “…18 He said to Him, ‘Which ones?’ Jesus said, ‘You shall not murder,’ ‘You shall not commit adultery,’ ‘You shall not steal,’ ‘You shall not bear false witness,’ 19 ‘Honor your father and your mother,’ and, ‘You shall love your neighbor as yourself.’…”  By the way, that one is not one of the last six.
Instead of the one that says,
“Thou shalt not covet”,  Jesus puts in, “You shall love your neighbor as yourself” because loving your neighbor is the opposite of covetousness. It's the positive way of putting the commandment that says, “Thou shalt not covet.” Now when the young man hears this he's pretty excited.  Notice what we find in verse 20, “…20 The young man said to Him, ‘All these things I have kept from my youth…”  In other words, I am a commandment keeper. I'm ready to receive eternal life.  But he says,  “…What do I still lack?’ 21 Jesus said to him, ‘If you want to be perfect…” that, by the way, means complete, ”… ‘If you want to be complete (or perfect) go, sell what you have and give to the poor, and you will have treasure in heaven; and come, follow Me.’ 22 But when the young man heard that saying, he went away sorrowful, for he had great possessions.”
Let me ask you, was this young man really keeping  the commandments of God?  No, he was externally keeping them.  He was keeping them according to the letter, but his service was a service that did not come out of love. In other words, it did not have the motivation of faith.  It did not have the motivation of love.  Therefore his commandment keeping was only external. 
Question: Will external commandment keeping  give you eternal life?  The Bible says no.  This young man did not receive eternal life, because he did not  love his neighbor as himself. Externally he kept the commandments of God,  but those commandments were not kept through a motivation  of faith in the heart. 

Nah, ada dua selokan yang harus kita waspadai. Yang pertama, yang akan kita sebut selokan kanan, ialah legalisme. Itulah konsep bahwa kita bisa diselamatkan dengan mematuhi perintah-perintah Allah, bahwa kita bisa diselamatkan oleh perbuatan kita. Nah, kita akan melihat beberapa contoh di Kitab Suci tentang selokan yang sangat berbahaya ini di sebelah kanan jalan.
Contoh pertama yang saya ingin kita perhatikan ialah kisah penguasa muda yang kaya. Kisah ini ada di Matius 19. Saya tidak akan membacakan seluruh kisah itu, saya akan menceritakan bagian pertamanya.
Seorang penguasa muda yang kaya datang ke Yesus dan bertanya, “Apa yang harus aku lakukan supaya mendapat hidup kekal? Orang muda ini ingin hidup kekal. Dan saya mau kalian simak apa kata Yesus kepadanya. Matius 19 mulai ayat 17, 17 Maka berkatalah Ia kepadanya ‘Apakah sebabnya engkau menyebut Aku baik? Hanya Satu yang baik, yaitu Allah. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah perintah-perintah Allah.’…” Hidup yang bagaimana yang dibicarakan Yesus ketika Dia berkata, kalau kamu mau hidup”? Hidup yang kekal. Karena penguasa muda itu berkata dia mau punya hidup kekal, maka Yesus berkata, kalau kamu mau hidup kekal, apa yang harus kamu lakukan? Kamu harus mematuhi perintah-perintah Allah, ayat 18, “…18 Kata orang itu kepada-Nya: ‘Perintah yang mana?’ Kata Yesus: ‘Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ …” Nah, yang terakhir ini bukan salah satu dari keenam perintah Allah. Sebagai ganti mengatakan “Jangan mengingini” Yesus mengatakan, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri  karena mengasihi sesama adalah lawan dari mengingini milik orang lain. Itu cara positif menyampaikan perintah yang bunyinya “Jangan mengingini”. Sekarang, ketika orang muda itu mendengar ini, dia bersemangat. Simak apa yang ada di ayat 20, “…20 Kata orang muda itu kepada-Nya, ‘Semuanya itu telah kuturuti dari masa kecilku…”  dengan kata lain, aku ini seorang yang patuh pada perintah-perintah Allah. Aku sudah bisa menerima hidup kekal. Tetapi dia berkata, “…apa lagi yang masih kurang?’ 21 Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau mau sempurna…”  sempurna artinya lengkap, jadi “…‘Jikalau engkau mau lengkap (atau sempurna), pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah dan ikutlah Aku.’ 22 Tetapi ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.”
Coba saya tanya, apakah orang muda ini sungguh-sungguh memelihara perintah-perintah Allah? Tidak, dia hanya mematuhinya secara lahiriah. Dia mematuhinya secara harafiah, tetapi kepatuhannya tidaklah berasal dari cinta. Dengan kata lain, motivasinya bukanlah iman. Motivasinya bukanlah cinta. Oleh karena itu kepatuhannya hanyalah penampilan luarnya saja.
Pertanyaan: Apakah kepatuhan lahiriah pada perintah-perintah Allah memberi kita hidup kekal? Alkitab berkata tidak. Orang muda ini tidak mendapat hidup kekal karena dia tidak mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Secara lahiriah dia memelihara perintah-perintah Allah, tetapi penurutan perintah-perintah itu bukanlah karena motivasi iman dalam hatinya.


Let's notice another story that illustrates the idea that you  can be saved by your works.  Notice the story of the Pharisee and the publican  in Luke 18:9-14, Luke 18:9-14. 
Also He spoke this parable to some who…”  what?   “…trusted in themselves that they were righteous, and despised others…” did these people feel like they were really Law keepers?  They most certainly did.  They felt pretty righteous.  Notice what it continues saying. Here Jesus is going to tell the story, “…10 Two men went up to the temple to pray, one a Pharisee and the other a tax collector. 11 The Pharisee stood and prayed thus with himself…” Interesting, he didn't pray to God, he prayed with himself,  “…‘God, I thank You that I am not like other men — extortioners, unjust, adulterers, or even as this tax collector…”  In other words, I thank You that I'm a commandment keeper, and I don't break the commandments like these. “… 12 I fast twice a week; I give tithes of all that I possess.’ 13 And the tax collector…”  notice the contrast,  “…standing afar off, would not so much as raise his eyes to heaven, but beat his breast, saying, ‘God, be merciful to me a sinner!’ 14 I tell you, this man went down to his house justified…”  by the way, that means forgiven “…went home justified rather than the other; for everyone who exalts himself will be humbled, and he who humbles himself will be exalted.”
Were these individuals really commandment keepers? No.  Did they keep the commandments externally?  Did they appear to have good works?  Were they keeping the Sabbath, and were they tithing,  and were they fasting, and not eating certain things?  Most certainly! But that was not true commandment keeping, because it did not come from a changed heart.  It did not come as a result of faith. So external keeping of the commandments will not do it unless the inward motivation of faith is there. 

Marilah kita melihat kisah yang lain yang menggambarkan konsep bahwa kita bisa diselamatkan oleh perbuatan kita. Simak kisah orang Farisi dan si pemungut cukai di Lukas 18:9-14, 9 Dan Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang…”  apa?  “…yakin dengan dirinya sendiri bahwa mereka benar dan memandang rendah semua orang lain…”  Apakah mereka merasa mereka betul-betul pemelihara Hukum? Betul sekali. Mereka merasa mereka sudah benar. Simak apa yang dikatakan selanjutnya. Di sini Yesus akan menceritakan sebuah cerita,   “…10 Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dengan dirinya sendiri…”  menarik. Dia tidak berdoa kepada Allah, dia berdoa dengan dirinya sendiri,   “…‘Ya Allah, aku bersyukur aku tidak seperti orang lain ~ pemeras, lalim, pezinah, bahkan seperti pemungut cukai ini…”  dengan kata lain, terima kasih aku seorang pemelihara Hukum dan aku tidak melanggar perintah-perintahMu seperti mereka ini, “…12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.’ 13 Dan pemungut cukai itu…”  simak perbedaannya yang mencolok  “…berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul dadanya sambil berkata: ‘Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.’ 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah…”  ketahuilah ini artinya dia telah diampuni,  “…pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah,  tidak seperti yang satunya. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Apakah mereka ini sungguh-sungguh pemelihara perintah Allah? Tidak. Apakah mereka memelihara Hukum itu secara lahiriah? Apakah mereka seolah-olah memiliki perbuatan yang baik? Apakah mereka memelihara Sabat, apakah mereka mengembalikan persepuluhan, apakah mereka berpuasa dan tidak makan binatang-binatang tertentu? Sangat benar. Tetapi ini bukan sungguh-sungguh memelihara Hukum karena tidak muncul dari hati yang telah berubah. Ini bukanlah hasil iman. Jadi memelihara Hukum secara lahiriah tidak berguna, kecuali bila ada motivasi iman di dalam hati.


We have another story.  The story of the prodigal son.  Do you remember the story of the prodigal son?  We usually emphasize the son that left home and came back,  but there was an older son in that story.  You know, when his brother came back smelling like swine  because he worked among the swine, his father called a party, and killed the fatted calf, and called all the friends and relatives together to celebrate  the return of the son, and the older son hears that his brother has come back,  and he's filled with anger.  And notice what he says to his father in Luke 15, beginning with verse 29. 29 So he answered and said to his father, ‘Lo, these many years I have been serving you; I never transgressed your commandment at any time…”  did he claim to be a Law keeper?  Why did he keep his father's law?  Because he loved his father, or because he wanted to earn  the favor of his father?  It's because he wanted to earn his father's favor.  It was not an obedience to the commandments  that came from the heart. And so he says,  “…I never transgressed your commandment at any time and yet you never gave me a young goat, that I might make merry with my friends. 30 But as soon as this son of yours came…”  he doesn't even say my brother, he says,  “…this son of yours came, who has devoured your livelihood with harlots, you killed the fatted calf for him.’”
Are you catching the spirit of what it means to claim  to keep the commandments of God,  but with the wrong motivation?  Not with faith, works without faith, trying to justify yourself by your works without the  motivation of faith and love from your heart. 

Kita punya kisah yang lain, kisah anak yang hilang. Kalian ingat kisah anak yang hilang? Biasanya kita menekankan pada anak yang telah meninggalkan rumah lalu pulang. Tetapi  ada seorang anak sulung di kisah itu. Kalian tahu, ketika adiknya pulang berbau seperti babi karena dia tadinya bekerja di tengah-tengah kawanan babi, bapaknya mengumumkan suatu pesta dan menyembelih anak lembu yang tambun, dan mengundang semua teman dan kerabat untuk merayakan kepulangan anaknya bersama-sama. Dan anak yang sulung mendengar bahwa adiknya sudah pulang, hatinya dipenuhi amarah. Simak apa katanya kepada bapaknya di Lukas 15, mulai dengan ayat 29, 29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: ‘Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa…”  apakah dia mengklaim dirinya seorang pemelihara Hukum? Mengapa dia memelihara Hukum bapaknya? Karena dia mengasihi bapaknya atau karena dia ingin mendapatkan nilai baik dari bapaknya? Ini bukan penurutan Hukum yang datang dari hati. Jadi katanya,   “…‘belum pernah aku melanggar perintah bapa tetapi kepadaku belum pernah bapa berikan seekor anak kambing supaya aku boleh bersenang-senang dengan sahabat-sahabatku. 30 Tetapi begitu anak bapa ini datang…”  dia bahkan tidak menyebut itu adiknya, dia berkata,   “…begitu anak bapa ini datang, yang telah memboroskan harta kekayaan bapa dengan pelacur-pelacur,  bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.’”
Apakah kalian menangkap inti maknanya mengklaim sebagai pemelihara perintah-perintah Allah dengan motivasi yang salah? Bukan dengan iman. Itu perbuatan tanpa iman, berusaha untuk membenarkan diri sendiri dengan perbuatan-perbuatan kita tanpa motivasi iman dan cinta dari hati kita.


I want you to notice also another parable that Jesus told.  The famous parable of the vineyard workers. It's found in Matthew 20, Matthew 20.  The Bible says that the owner of the vineyard went out several  times during the day.  He went out at 6 in the morning, then he went back at 9,  and then at noon, then he went at 3 in the afternoon,  5 in the afternoon, to find workers, because he needed  all the time more workers for his vineyard.  Finally, at 6 o'clock pay time came.  There were some individuals who had worked twelve hours.  There were others who had worked nine.  Some had worked six, some had worked three,  and some had only worked one.  And when pay time came, the owner of the vineyard  paid them all the same.  And those who worked more, notice what they  said in Matthew 20:10, 10 But when the first came, they supposed that they would receive…” what?  “…more…” So they worked in order to get what? in order to get more, not because they wanted simply to work out of grace,  they were working because they felt that if they worked  they deserved more. And so it says,   “…and they likewise received each a denarius. 11 And when they had received it, they complained against the landowner, 12 saying, ‘These last men have worked only one hour, and you made them equal to us who have borne the burden and the heat of the day.’ 13 But he answered one of them and said, ‘Friend, I am doing you no wrong. Did you not agree
with me for a denarius? 14 Take what is yours and go your way. I wish to give to this last man the same as to you. 15 Is it not lawful for me to do what I wish with my own things? Or is your eye evil because I am good?’…”  So you'll notice that working in God's vineyard does not earn  more for some than for others.  They're all paid salvation by God's grace, not by the work  that they performed, not by what they earned. 

Saya mau kalian simak juga perumpamaan lain yang diceritakan Yesus. Perumpamaan yang terkenal tentang pekerja di kebun anggur. Ada di Matius pasal 20. Alkitab berkata bahwa pemilik kebun anggur keluar beberapa kali sepanjang hari. Dia keluar pukul 6 pagi, lalu keluar lagi pukul 9, lalu pukul 12 tengah hari, lalu pukul 3 siang, dan pukul 5 petang untuk mencari pekerja karena dia terus membutuhkan lebih banyak lagi pekerja untuk kebun anggurnya. Akhirnya pukul 6 petang waktunya memberinya upah. Ada pekerja yang telah bekerja 12 jam, ada yang telah bekerja 9 jam, ada yang bekerja 6 jam, ada yang bekerja 3 jam, dan ada yang hanya bekerja 1 jam. Dan saat upah diberikan, pemilik kebun anggur itu membayar semuanya sama. Simak apa yang dikatakan mereka yang telah bekerja lebih lama di Matius 20:10, 10 Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat…”  apa?   “…lebih banyak…” Jadi mereka bekerja demi apa? Supaya bisa mendapat lebih banyak, mereka bukan semata-mata bekerja demi kasih. Mereka bekerja karena mereka menganggap bila mereka bekerja, mereka berhak menerima lebih banyak. Jadi dikatakan, “…tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga. 11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, 12 dan berkata: ‘Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.’ 13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: ‘Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? 14 Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. 15 Tidakkah aku berhak berbuat dengan milikku sendiri menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku baik?...”  Jadi kita lihat bekerja di kebun anggur Allah upahnya tidak ada yang lebih besar satu daripada yang lain. Mereka semuanya mendapat upah keselamatan oleh kasih karunia Allah, bukan menurut pekerjaan yang telah mereka lakukan, bukan menurut hasil kerja mereka.


Now it's interesting to notice the motivation that led the  Pharisees to obey God and to keep His law. Notice Matthew 6:1-2, and then we’ll go to verse 5, Matthew 6:1-2, 5.  Here Jesus says, 1Take heed that you do not do your charitable deeds before men…” with what motivation? to be what?   “…to be seen by them...” Why did the Pharisees do their works? to be what?  to be seen by them.  “…Otherwise you have no reward from your Father in heaven…” Verse 2,   “…Therefore, when you do a charitable deed, do not sound a trumpet before you as the hypocrites do in the synagogues and in the streets, that they may…”  what?   “… have glory from men. Assuredly, I say to you, they have their reward….” Notice verse 5,  “…5And when you pray, you shall not be like the hypocrites. For they love to pray standing in the synagogues and on the corners of the streets, that they may be seen by men. Assuredly, I say to you, they have their reward.”

Nah, yang menarik disimak ialah motivasi yang membuat orang-orang Farisi patuh pada Allah dan memelihara HukumNya. Simak Matius 6:1-2, lalu kita ke ayat 5. Di sini Yesus berkata, 1 ‘Ingatlah, jangan kamu melakukan perbuatan baikmu menolong orang di hadapan orang…”  apa motivasinya?   “…supaya dilihat mereka…”  mengapa orang-orang Farisi melakukan perbuatan mereka? Supaya apa?    “…supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.…”  Ayat 2   “…2 Jadi apabila engkau memberi pertolongan orang, janganlah engkau membunyikan terompet di depanmu seperti yang dilakukan orang-orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di jalan-jalan, supaya mereka boleh…”  apa?   “…dimuliakan orang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, mereka sudah mendapat upahnya…”  simak ayat 5,   “…5 Dan apabila kamu berdoa, janganlah seperti orang-orang munafik, karena mereka suka berdoa sambil berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan di pojok-pojok jalan, supaya mereka dilihat orang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, mereka sudah mendapat upahnya.”


Why did the Pharisees perform their works?  Why did they keep the Law?  Was it because it came from their hearts,  because they loved God?  Because they had faith in God? Absolutely not.  They kept the commandments externally because they wanted  to be seen by men, and they wanted God to recognize them,  and save them, because they were keeping  the commandments of God.  That is what is called legalism.  So if you emphasize only the commandments of God, to the exclusion of faith, you have what? you have legalism. 

Mengapa orang-orang Farisi melakukan perbuatan mereka? Mengapa mereka memelihara Hukum? Apakah karena itu muncul dari hati mereka karena mereka mengasihi Allah? Karena mereka memiliki iman dalam Allah? Sama sekali bukan. Mereka memelihara perintah-perintah Allah secara lahiriah karena mereka mau dilihat manusia, dan mereka mau Allah mengenali perbuatan mereka dan menyelamatkan mereka karena mereka memelihara perintah-perintah Allah. Itulah yang disebut legalisme. Jadi, bila kita menekankan hanya pada pemeliharaan perintah-perintah Allah tanpa mengikutsertakan iman, kita bertemu apa? Kita bertemu legalisme.


And, by the way, do you know that Jesus says that we're  supposed to do good works to be seen by men? 
You say, Well now, wait a minute!  Didn't we just read that the Pharisees  stood in public places, they blew the trumpet so that they could be seen,  their works could be seen by men?
Yes.  But Jesus said that our works should be seen by men.  But I want you to notice the difference. 
Matthew 5:16, Matthew 5:16. “Let your light so shine before men, that they may…” what? “…see your good works...” that's the same as what the Pharisees did.  You know, they wanted their good works to be seen.  But Jesus says that they may see your good works and what?  “…and glorify your Father in heaven.” There's the difference. 

Nah, tahukah kalian bahwa Yesus berkata kita harus melakukan perbuatan-perbuatan baik supaya dilihat manusia?
Kalian berkata, “Lho? Tunggu dulu. Bukankah kita baru membaca bahwa orang-orang Farisi berdiri di tempat-tempat umum, mereka meniup terompet supaya bisa dilihat, supaya perbuatan mereka bisa dilihat manusia?”
Ya. Tetapi Yesus berkata bahwa perbuatan kita harus dilihat oleh manusia. Namun saya mau kalian perhatikan perbedaannya.
Matius 5:16, 16 Hendaknya terangmu bercahaya sedemikian rupa di depan manusia, supaya mereka boleh…”  apa?   “…melihat perbuatanmu yang baik…”  ini sama dengan apa yang dilakukan orang-orang Farisi. Kalian tahu, mereka mau perbuatan baik mereka dilihat orang. Tetapi Yesus berkata,  “…supaya mereka boleh  melihat perbuatanmu yang baik dan…” apa?   “…dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Ini bedanya.


You see the Pharisees kept the Law because they wanted  to be seen by men, because they wanted to earn God's salvation  by showing how good they were.  Jesus says, “You cannot be saved by keeping the commandments.  You cannot be saved simply because you follow  externally a list of rules.” 
I want you to notice Matthew 23:25-28. We're still dealing with the first ditch,  the right hand ditch.  The ditch that has to do with the idea that you can keep  God's Law, God will save you, and human beings will recognize  your greatness because of all of the good things that you do. 
Matthew 23:25, “…25 ‘Woe to you, scribes and Pharisees, hypocrites!...” what's a hypocrite?  It's someone who appears to be one thing, when inside they are  what? they're another. So He says:  “…25 ‘Woe to you, scribes and Pharisees, hypocrites! For you cleanse the…”  what? There it is,   “…the outside of the cup and dish, but inside they are full of extortion and self-indulgence.26 Blind Pharisee, first cleanse the inside of the cup and dish, that the outside of them may be clean also. 27Woe to you, scribes and Pharisees, hypocrites! For you are like whitewashed tombs which indeed appear beautiful outwardly, but inside are full of dead men’s bones and all uncleanness. 28 Even so you also outwardly appear righteous to men, but inside you are full of hypocrisy and lawlessness’.”
So what was the problem of the Pharisees,  the problem of the Jews?  They claimed to keep God's Law, to keep God's commandments,  but they did not have love.  They did not have faith.  They had the wrong motivation.  They wanted glory for themselves.  They wanted God to save them because of the good works that they were performing. 

Lihat, orang-orang Farisi memelihara Hukum Allah karena mereka mau dilihat manusia, karena mereka mau diupahi Allah keselamatan dengan menunjukkan betapa baiknya mereka. Yesus berkata, “Kamu tidak bisa diselamatkan dengan memelihara Hukum. Kamu tidak bisa diselamatkan semata-mata karena kamu mengikuti secara lahiriah sehelai daftar peraturan.”
Saya mau kalian menyimak Matius 23:25-28. Kita masih membahas selokan yang pertama, selokan yang kanan, selokan yang berkaitan dengan konsep bahwa kita bisa memelihara Hukum Allah dan Allah akan menyelamatkan kita, dan manusia akan melihat kehebatan kita karena semua perbuatan baik yang kita lakukan.
Matius 23:25, 25 ‘Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, orang-orang munafik…”  orang munafik itu yang bagaimana? Ialah orang yang tampaknya satu hal sementara hatinya mereka bagaimana? Berbeda. Maka kata Yesus,   “…‘Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, orang-orang munafik! Sebab kamu bersihkan…”  apa? Nah, ini!  “…sebelah luar cawan dan pinggan, tetapi sebelah dalamnya penuh pemerasan dan pemanjaan diri. 26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan dan pinggan itu, supaya sebelah luarnya juga akan bersih. 27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dicuci bersih, yang memang tampak indah sebelah luarnya, tetapi di  dalamnya penuh tulang belulang orang mati dan pelbagai kenajisan. 28 Demikian jugalah  di luar kamu tampak benar di mata orang, tetapi di dalam kamu penuh kemunafikan dan pelanggaran hukum.”
Jadi apa masalah orang-orang Farisi, masalah orang-orang Yahudi? Mereka mengklaim memelihara Hukum Allah, memelihara perintah-perintah Allah, tetapi mereka tidak memiliki kasih. Mereka tidak memiliki iman. Motivasi mereka salah. Mereka menginginkan kemuliaan bagi diri sendiri. Mereka mau Allah menyelamatkan mereka karena semua perbuatan baik yang mereka lakukan.


But folks, there's another ditch.  It's the left hand ditch.  It's called antinomianism. 
You say, what is antinomianism
It's the idea that you can be saved, and you don't have to  keep the commandments.  In other words, one side of the ditch is where people say,  “I'm saved by my works”, and the motivation  of faith is not there.  On the other side you have those who say, “I'm saved by grace,  through faith, and my works don't matter at all.  Keeping the Law is unnecessary, because Jesus kept the Law  for me”, or “because the Law was nailed to the cross”,  or “because the Law was meant for the Jews.”  Are you understanding the other side of the spectrum? 

Tetapi, Saudara-saudara, ada selokan yang lain, selokan yang di sebelah kiri, namanya antinomianisme (= faham yang menentang segala bentuk hukum dan legalisme, menentang moral, norma-norma agama maupun sosial).
Kalian berkata, antinomianisme itu apa?
Itu adalah konsep bahwa kita bisa diselamatkan dan kita tidak usah memelihara perintah-perintah Allah.
Dengan kata lain,  selokan yang satu ialah di mana orang berkata “saya diselamatkan oleh perbuatan saya” dan motivasi iman tidak ada. Di pihak yang lain ada mereka yang berkata, “saya diselamatkan kasih karunia melalui iman, dan perbuatan saya tidak jadi masalah sama sekali. Tidak usah memelihara Hukum karena Yesus sudah memelihara Hukum bagi saya”, atau “karena Hukum sudah dipakukan ke salib”, atau “karena Hukum itu hanya buat orang Yahudi.”
Apakah kalian paham sisi yang lain dari spektrum itu?


And there are texts, primarily from the writings of the apostle  Paul, that antinomians love to use.  For example, Galatians 2:16, Galatians 2:16.  Here the apostle Paul says: 16 knowing that a man is not justified…” this is important  “…that a man is not justified  by the works of the Law but by…”  what?   “…by faith in Jesus Christ, even we have believed in Christ Jesus, that we might be justified by faith in Christ and not by…”  what?   “…not by the works of the law; for by the works of the Law no flesh shall be justified.”
So the apostle Paul says, “…by the works of the Law no one will be…” what?  “…no one will be justified.” 

Dan ada ayat-ayat, kebanyakan dari tulisan rasul Paulus yang suka dipakai golongan antinomian (yang menganggap asal percaya Tuhan tidak usah menurut Hukum). Misalnya Galatia 2:16. Di sini rasul Paulus berkata, 16 mengetahui bahwa orang tidak dibenarkan…”  ini penting,   “…bahwa orang tidak dibenarkan  karena melakukan Hukum Taurat, tetapi karena…”  apa?   “…karena iman dalam Kristus Yesus,  demikianlah kami pun beriman di dalam Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan karena…”  apa?   “…melakukan Hukum Taurat. Sebab oleh melakukan Hukum tidak ada seorang pun yang akan dibenarkan."
Jadi rasul Paulus berkata,  “…oleh melakukan Hukum tidak ada seorang pun yang akan…”  apa?   “…dibenarkan."


And so some Christians say, “See, you don't need to have any  works, because the apostle Paul says that you're not  justified by works.”  But we need to read carefully what the apostle Paul is saying.  He's not saying that good works are not necessary,  he's saying that we cannot be justified,  or saved by those good works. He's not talking about works that come as a result of  salvation, he's talking about works that are performed  with the intention of God saving us. 

Maka ada orang-orang Kristen yang berkata, “Lihat, kita tidak perlu  punya perbuatan karena rasul Paulus berkata kita tidak dibenarkan karena perbuatan.”
Tetapi kita harus membaca dengan seksama apa yang dikatakan rasul Paulus. Dia tidak berkata bahwa perbuatan baik itu tidak perlu, dia berkata bahwa kita tidak bisa dibenarkan atau diselamatkan oleh perbuatan-perbuatan baik tersebut. Dia tidak berbicara tentang perbuatan-perbuatan baik hasil keselamatan, dia bicara tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan tujuan agar kita diselamatkan Allah.


In fact another favorite text is Galatians 5:4, where the apostle  Paul says to the Galatians, 
You have become estranged from Christ, you who attempt to be…”  what?   “…to be justified by Law; you have fallen from…”  what?   “…you have fallen from grace.”
So some people, they say, “See, the apostle Paul says that we  don't have to have good works.  We don't have to keep the law.  All that we have to do is believe in Jesus.  All we have to do is have faith and we're justified;  no works necessary.” 
But what they don't do is continue reading  there in Galatians 5.  You see, after the apostle Paul says these words that I just  read in Galatians 5:4, “You have become estranged from Christ,  you who attempt to be justified by law;  you have fallen from grace.”  The apostle Paul continues in the same chapter talking about  the fruit of the Spirit.  Those are not works that we perform for God to save us,  those are works that are performed once God has saved us.  They are the fruit of salvation.  They are the result of having faith in Jesus Christ. They don't save us, but they show that we're saved

Malah ada ayat favorit yang lain yaitu Galatia 5:4 di mana rasul Paulus berkata kepada orang-orang Galatia, 4 Kamu sudah terlepas dari Kristus, kamu yang berupaya…”  apa?   “…untuk dibenarkan oleh Hukum Taurat; kamu telah kehilangan…”  apa?   “…kamu telah kehilangan status selamatmu.
Jadi ada yang berkata, “Lihat, rasul Paulus mengatakan kita tidak usah melakukan perbuatan baik. Kita tidak usah menuruti Hukum. Kita hanya perlu percaya dalam Yesus. Kita hanya perlu beriman dan kita dibenarkan, tidak butuh perbuatan.”
Tetapi yang tidak mereka lakukan ialah membaca selanjutnya di Galatia 5. Lihat, setelah rasul Paulus mengatakan kata-kata yang baru saya bacakan di Galatia 5:4, 4 Kamu sudah terlepas dari Kristus, kamu yang berupaya untuk dibenarkan oleh Hukum Taurat; kamu telah kehilangan status selamatmu”, rasul Paulus di pasal yang sama selanjutnya berbicara tentang buah Roh. Buah Roh itu bukan perbuatan yang kita lakukan agar Allah menyelamatkan kita. Itu adalah perbuatan yang kita lakukan begitu Allah telah menyelamatkan kita. Buah Roh itu adalah buah dari keselamatan, itu adalah hasil dari memiliki iman dalam Yesus Kristus. Buah Roh itu tidak menyelamatkan kita, tapi itu adalah bukti bahwa kita sudah diselamatkan.


In fact, notice Galatians 5:16-26.  The apostle Paul says, 16 I say then: Walk in the Spirit, and you shall not fulfill the lust of the flesh. 17 For the flesh lusts against the Spirit, and the Spirit against the flesh; and these are contrary to one another, so that you do not do the things that you wish….” now notice,  “…18 But if you are led by the Spirit, you are not…”  what?   “…under the Law…” Does the Law condemn those who are guided by the Holy Spirit?  Absolutely not. Now notice verse 19. 19 Now the works of the flesh are evident, which are: adultery, fornication, uncleanness, lewdness, 20 idolatry, sorcery, hatred, contentions, jealousies, outbursts of wrath, selfish ambitions, dissensions, heresies, 21 envy, murders, drunkenness, revelries, and the like…”   does the apostle Paul have a lot of bad things to say about  all this list of sins?  Those who commit these sins, are they led by the Holy Spirit?  Is the apostle Paul saying that those who have been saved  should be led by the Spirit, and they should no longer  practice these things? In Galatians 5, the very same chapter,  notice what he continues saying here at the end of this verse.  He continues saying, verse 21, “…21 envy, murders, drunkenness, revelries, and the like; of which I tell you beforehand, just as I also told you in time past, that those who practice such things will…”  what?   “…will not inherit the kingdom of God…” Does God expect a change in the life?  Does He expect us to forsake these sins?  In the same chapter where he says that if you think that you  can be justified by Law, you've fallen from grace. Then he says, but if you've been justified by grace,  you will produce in your life the fruit of the Spirit,  and you will not continue to practice these sins. Is he balanced in his view?  He most certainly is. He believes in the commandments of God.  He also believes in what? Faith in Jesus.  Now notice what he continues saying in verse 22, “…22 But the fruit of the Spirit is  love, joy, peace, longsuffering, kindness, goodness, faithfulness,  23gentleness, self-control. Against such there is no Law…”  Let me ask you, Have you ever seen a Law against peace?  Anybody ever seen a Law against love?  Anybody ever seen a Law against kindness,  or a Law against self-control? Absolutely not.  You see, those who live according to the Spirit,  there is no Law that condemns them.  Those who practice the list of sins that we noticed here will not inherit eternal life because they do not have  the fruit of the Spirit that flows from their  conversion experience. Notice verse 24,  “…24 And those who are Christ’s, have crucified the flesh…” including all of the works that we read  “…have crucified the flesh with its passions and desires. 25 If we live in the Spirit, let us also walk in the Spirit….” Did the apostle Paul believe in good works?  Did he believe in keeping the Law of God? Yes!  But as the fruit of salvation, not as the cause of salvation

Sebaiknya simak Galatia 5:16-26. Rasul Paulus berkata, 16 Jadi kukatakan, hiduplah dalam Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. 17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging;  karena keduanya saling bertentangan, sehingga kamu tidak melakukan apa yang kamu kehendaki…”  sekarang simak,  “…18 Akan tetapi jikalau kamu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak…” apa   “…di bawah Hukum…” Apakah Hukum akan menyalahkan mereka yang dipimpin oleh Roh Kudus? Sama sekali tidak. Sekarang simak ayat 19,  “…19 Sekarang perbuatan daging telah nyata yaitu: perzinahan, percabulan, kenajisan, hawa nafsu,20 penyembahan berhala, sihir, kebencian, perbedaan, persaingan, amarah, perkelahian, menghasut, kemurtadan, 21 kedengkian, pembunuhan, kemabukan, pesta pora dan sebagainya…” Apakah rasul Paulus menyebutkan hal-hal yang buruk tentang daftar dosa ini? Mereka yang melakukan dosa-dosa ini apakah mereka dipimpin Roh Kudus? Apakah rasul Paulus berkata bahwa mereka yang sudah diselamatkan harus dipimpin oleh Roh dan tidak lagi melakukan hal-hal ini? Di Galatia 5, pasal yang sama, simak apa katanya selanjutnya pada akhir ayat ini, ayat 21, “…kedengkian, pembunuhan, kemabukan, pesta pora dan sebagainya, semuanya itu sebelumnya sudah kuperingatkan kamu, seperti yang sudah aku sampaikan kepadamu di masa lalu -- bahwa mereka yang melakukan hal-hal demikian…”  apa?   “…tidak akan mewarisi Kerajaan Allah.”
Apakah Allah mengharapkan ada perubahan dalam hidup? Apakah Dia berharap kita meninggalkan dosa-dosa ini? Di pasal yang sama di mana Paulus berkata, jika kamu mengira kamu bisa dibenarkan oleh Hukum, kamu sudah kehilangan status selamatmu, kemudian dia berkata, tetapi jika kamu sudah dibenarkan oleh kasih karunia, kamu akan menghasilkan buah Roh dalam hidupmu, dan kamu tidak akan terus melakukan dosa-dosa ini. Apakah pandangan Paulus itu seimbang? Betul sekali. Paulus meyakini Perintah-perintah Allah. Dia juga meyakini apa? Iman dalam Yesus. Sekarang simak apa katanya selanjutnya di ayat 22,  22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, panjang sabar, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Terhadap semua ini tidak ada Hukumnya…”
Coba saya tanya, pernahkah kalian melihat Hukum terhadap damai? Ada yang pernah melihat Hukum terhadap kasih? Ada yang pernah melihat Hukum terhadap kemurahan, atau Hukum terhadap pengendalian diri? Sama sekali tidak. Kalian lihat, bagi mereka yang hidup menurut Roh, tidak ada Hukum yang menyalahkan mereka. Mereka yang melakukan daftar dosa yang kita lihat di sini, tidak akan mewarisi hidup kekal karena mereka tidak memiliki buah Roh yang mengalir dari pengalaman pertobatan mereka. Simak ayat 24, 24 Dan mereka yang adalah milik Kristus Yesus, mereka telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 25 Jikalau kita hidup dalam Roh, hendaklah kita juga hidup menurut Roh.” Apakah rasul Paulus percaya dalam perbuatan yang baik? Apakah dia percaya Hukum Allah harus dipelihara? Ya! Tetapi sebagai buah dari keselamatan, bukan sebagai sarana keselamatan.


Now there's some other texts that people who are against  the Law use; people who say, “Ah, it's only grace.  It's only faith. You don't have to worry about works.  You don't have to worry about the Law.”  Let's notice some of those verses, and then also notice  the context that we find immediately after those declarations by Paul.
Romans 3:28, 28 Therefore we conclude that a man is justified by faith apart from the deeds of the Law.”
So man is what? justified by what? by faith apart from  the deeds of the Law.
So some Christians conclude,  they say, “See, we don't need  the Law anymore, because it says we're justified by faith  apart from the deeds of the Law.”  Unfortunately, they don't read just three verses farther down.  Notice verse 31: 
31 Do we then make void the Law through faith? Certainly not! On the contrary, we establish the Law.”
Let me ask you, is there room for faith and the Law?  According to Paul, yes.  He says, we don't do away with the Law by faith,  we establish the Law.  Even though we're not justified by the law,  we establish the Law by faith. 

Nah, ada beberapa ayat lain yang dipakai mereka yang menentang Hukum, mereka yang berkata, “Ah, hanya kasih karunia, hanya iman, tidak usah bingung tentang perbuatan, tidak usah mengkhawatirkan Hukum.” Mari kita perhatikan beberapa ayat itu, kemudian juga menyimak konteks yang kita temukan segera setelah pernyataan-pernyataan Paulus itu.
Roma 3:28, 28 Oleh karena itu, kami simpulkan, bahwa manusia dibenarkan oleh iman terpisah dari melakukan Hukum Taurat.”
Jadi manusia bagaimana? Dibenarkan oleh apa? Oleh iman, terpisah dari perbuatan menurut Hukum. Maka beberapa orang Kristen menyimpulkan, kata mereka, “Lihat, kita tidak membutuhkan Hukum lagi karena ini berkata kita dibenarkan oleh iman terpisah dari perbuatan menurut Hukum.” Sayangnya mereka tidak membaca tiga ayat di bawah itu. Simak ayat 31, 31 Jika demikian, adakah kami membatalkan Hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami menegakkan Hukum itu.”
Coba saya tanya, apakah iman dan Hukum bisa diakomodasikan bersama? Menurut Paulus, iya. Dia berkata, kita tidak menyingkirkan Hukum dengan iman, kita menegakkan Hukum, walaupun kita tidak dibenarkan oleh Hukum, namun kita menegakkan Hukum itu dengan iman.


Another favorite passage by those who say that you don't  have to keep the Law; you don't need works. Romans 5:20, 20 Moreover the Law entered that the offense might abound. But where sin abounded, grace abounded much more...” So some people say, “See, where there's lots of sin,  there's lots of grace.  So lets sin a lot so that there's lots of grace.” 
Unfortunately, they don't read Romans 6:1-2 right below that. The apostle Paul knew that they were going to use  this verse in this way.  And so he says in verse 1 of chapter 6: “1 What shall we say then? Shall we continue in sin that grace may abound?...”  Did he know somebody was going misuse that statement,  that where sin abounded, grace would much more abound?  He sure knew that that was going to be misused.  So he says, 1 What shall we say then? Shall we continue in sin that grace may abound? Certainly not! How shall we who died to sin live any longer in it?”
Is that clear?

Bacaan lain yang menjadi favorit mereka yang mengatakan tidak perlu menuruti Hukum, mereka tidak butuh perbuatan ialah Roma 5:20, 20 Selain itu Hukum Taurat masuk supaya pelanggaran boleh banyak; tetapi di mana ada banyak dosa, kasih karunia ada lebih banyak.” Maka ada yang berkata, “Lihat, di mana ada banyak dosa, ada banyak kasih karunia. Jadi marilah bikin banyak dosa supaya ada banyak kasih karunia.”
Disayangkan mereka tidak membaca Roma 6:1-2 di bawahnya. Rasul Paulus tahu mereka akan memakai ayat ini demikian, maka dia berkata di pasal 6 ayat 1,  1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Akankah kita terus melakukan dosa supaya boleh ada banyak kasih karunia?…”  apakah Paulus tahu akan ada orang yang menyalahgunakan pernyataannya itu bahwa di mana ada banyak dosa, ada lebih banyak kasih karunia? Tentu dia tahu bahwa pernyataan itu akan disalahgunakan. Maka dia berkata, “…1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Akankah kita terus melakukan dosa supaya boleh ada banyak kasih karunia?  2 Sekali-kali tidak! Bagaimana mungkin kita yang telah mati bagi dosa, masih hidup terus di dalamnya?”  Jelas?


Another favorite text, and this is the all time favorite, is Romans 6:14. It says there, 14 For sin shall not have dominion over you, for you are not under Law but under grace.” And so people say, “See, you Adventists, you're under the Law  because you think you have to keep the commandments.  But we are under grace.” 
Unfortunately, they don't read the next verse. Notice what the apostle Paul says, 15 What then? Shall we sin because we are not under Law but under grace? Certainly not! 16 Do you not know that to whom you present yourselves slaves to obey, you are that one’s slaves whom you obey, whether of sin leading to death, or of obedience leading to righteousness?”
Let me ask you, being under grace, does that excuse us  trampling upon God's holy Law?  Does that excuse us from sin?  Of course it doesn't, according to the apostle Paul himself. So when Paul gives a controversial statement,  immediately he balances it off, and he says, Listen, just  because you're under grace doesn't mean that you can  trample upon the Law.  Just because where sin abounded, grace abounds all the more,  doesn't mean that you can disobey God's law.  Just because you're justified by faith without works of law,  doesn't mean that you get rid of the Law, you establish the Law, is what the apostle Paul has to say. You see, the apostle Paul knew that there were going to be some people who would have a disdain for the Law of God. They would profess Godliness, but they would not be concerned  about their life, which means that they really don't have faith.  They really don't have the inward motivation of love. 
Notice Titus 1:16, Titus 1:16.  Here it's speaking about a certain group of individuals who claim to be Christians. 
16 They profess to know God…” so are these Christians? Yeah.  “…They profess to know God, but in works they…”  what?   “…they deny Him…”   in their what they deny Him? They profess one thing, “…They profess to know God, but in works they deny Him  being…”  what?  “…abominable, disobedient, and disqualified for every good…”  what?   “…for every good work.
Is the apostle Paul balanced here?  Is he saying that if you profess Jesus,  your works should demonstrate it? Absolutely. 

Ayat favorit yang lain, dan ini adalah ayat favorit sepanjang masa, ialah Roma 6:14. Dikatakan di sana, 14 Sebab dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu, karena kamu tidak di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.” Maka orang-orang berkata, “Lihat, kalian orang Advent, kalian ada di bawah Hukum karena kalian pikir kalian harus mematuhi perintah-perintah Allah. Tapi kami, kami ada di bawah kasih karunia.”
Sayangnya mereka tidak membaca ayat berikutnya. Simak apa yang dikatakan rasul Paulus,  15 Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak di bawah Hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! 16 Apakah kamu tidak tahu, kepada siapa kamu menyerahkan dirimu sebagai hamba yang patuh, kamu menjadi hamba orang yang kamu patuhi itu,  apakah itu dosa yang membawa kamu kepada kematian, atau itu  kepatuhan yang membawa kamu kepada kebenaran?”
Coba saya tanya,  di bawah kasih karunia apakah itu memberi kita alasan untuk menginjak-injak Hukum Allah yang suci? Apakah itu membebaskan kita dari dosa? Tentu saja tidak, menurut rasul Paulus sendiri. Jadi ketika Paulus memberikan pernyataan yang kontroversial, dia segera mengimbanginya dengan berkata, “Dengar, hanya karena kamu di bawah kasih karunia tidak berarti kamu boleh menginjak-injak Hukum. Hanya karena ada lebih banyak  kasih karunia di mana ada banyak dosa, tidak berarti kamu boleh melanggar Hukum Allah. Hanya karena kamu dibenarkan oleh iman tanpa perbuatan tidak berarti kamu boleh menyingkirkan Hukum, kamu harus menegakkan Hukum, itulah yang dikatakan rasul Paulus. Lihat, rasul Paulus sudah tahu akan ada orang-orang yang tidak punya rasa hormat pada Hukum Allah. Mereka tampaknya saleh, tetapi mereka tidak peduli dengan hidup mereka, yang berarti mereka tidak benar-benar punya iman. Mereka sesungguhnya tidak memiliki motivasi cinta di hati mereka.
Simak Titus 1:16, di sini berbicara tentang sekelompok orang yang mengklaim sebagai orang-orang Kristen. 16 Mereka mengaku mengenal Allah…”  jadi apakah ini orang-orang Kristen? Iya.   “…Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dalam perbuatan mereka…”  apa?   “…mereka menyangkal Dia…”  dalam hal apa mereka menyangkal Allah? Mereka mengaku satu hal,   “…Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dalam perbuatan mereka menyangkal Dia dengan berbuat…”  apa?   “…keji, tidak menurut, dan tidak layak untuk…”  apa?   “…untuk perbuatan baik apa pun.”
Apakah rasul Paulus itu seimbang di sini? Apakah dia berkata jika kita mengaku ikut Yesus, perbuatan kita harus menunjukkan demikian? Tentu saja.


Notice 1 John 2:3-4.  We read this in our last study together. 1 John 2:3-4, Now by this we know that we know Him, if we keep His commandments. He who says, ‘I know Him,’ and does not keep His commandments, is a liar, and the truth is not in him.”
Is this the correct balance? It most certainly is.  See, there's a group of people who say, I know Him,  and I don't have to keep the commandments.  There are others who say, I keep the commandments,  but they don't know Him.  The key is to know Him, and keep His commandments;  to have faith and trust in Him and to keep His commandments. 

Simak 1 Yohanes 2:3-4, kita sudah membacanya di pelajaran kita terakhir. 1 Yohanes 2:3-4, 3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti Perintah-perintah-Nya. 4        Barangsiapa berkata: ‘Aku mengenal Dia’ tetapi ia tidak menuruti Perintah-Nya, ia adalah adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.”
Inikah keseimbangan yang benar? Betul sekali. Lihat, ada sekelompok orang yang berkata, aku mengenal Dia, dan aku tidak usah menuruti perintah-perintahNya. Ada kelompok lain yang berkata, aku memelihara perintah-perintahNya, tetapi mereka ini tidak mengenalNya. Kuncinya ialah, mengenal Dia dan menuruti perintah-perintahNya, memiliki iman dan mengandalkan Dia dan menuruti perintah-perintahNya.


Notice also, Jesus spoke about people who claim to be  Christians, but whose works show that they trample  upon the Law of God. 
Matthew 7:21, Matthew 7:21, 21 Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’…” Are those Christians if they say, Lord, Lord? Absolutely!  “… Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ shall enter the kingdom of heaven, but he who does the will of My Father in heaven.  22 Many will say to Me in that day, ‘Lord, Lord, have we not prophesied in Your name, cast out demons in Your name, and done many wonders in Your name?’…” And what is Jesus going to say?  “Oh yeah, you were mine, because you said you were mine”?  No, notice verse 23,  “…23 And then I will declare to them, ‘I never knew you; depart from Me, you who practice…”  what?   “… lawlessness!’”
What was their problem?  They claimed to follow Jesus, but what did  they do with the Law?  They trampled on the Law of God.

Simak juga, Yesus berbicara tentang orang-orang yang mengklaim sebagai orang Kristen, tetapi yang perbuatannya menunjukkan mereka menginjak-injak Hukum Allah.
Matius 7:21, 21 Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu ‘Tuhan, Tuhan!’ …”  apakah yang berseru “Tuhan, Tuhan” itu Kristen? Betul sekali. “…Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari itu banyak orang akan berseru kepada-Ku ‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat dalam nama-Mu, dan mengusir setan dengan nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat dalam nama-Mu juga?’…”  Dan apa yang akan dikatakan Yesus? ‘Oh, betul kalian milikKu karena kalian mengaku milikKu’? Tidak. Simak ayat 23, “…23 Pada waktu itulah Aku akan menyatakan kepada mereka: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian yang melakukan…”  apa?   “…pelanggaran Hukum!’"
Apa masalah mereka? Mereka mengklaim mengikut Yesus tetapi apa yang mereka perbuat dengan Hukum Allah? Mereka menginjak-injak Hukum Allah.  


And so you have these two ditches:
·       you have the ditch of  those who say that they can be saved by keeping the Law, 
·       and you have the ditch of those who say that they can be saved  by faith without any works, or without obeying God's holy law. 
What do we need to do to stay on the road?  The fact is that there is a perfect balance between faith and works, grace and the Law. 

Jadi ada dua selokan:
·       ada selokan dari mereka yang berkata mereka bisa diselamatkan dengan menuruti Hukum dan
·       ada selokan dari mereka yang berkata mereka bisa diselamatkan oleh iman tanpa perbuatan apa pun atau tanpa menuruti Hukum Allah yang suci.
Apa yang harus kita lakukan supaya tetap ada di atas jalan? Faktanya ialah ada keseimbangan yang sempurna antara iman dengan perbuatan, antara kasih karunia dengan Hukum.


Let's notice several of those verses.  Go with me to John 15:8. Here Jesus says, By this My Father is glorified, that you bear much fruit…” that's the fruit of the Spirit  “…so you will be My disciples.”
How is it that we show that we're Christ's disciples?  by bearing what? much fruit!  Not the works of the flesh, but fruit. 

Marilah kita simak beberapa ayat. Silakan bersama saya ke Yohanes 15:8, di sini Yesus berkata, 8       Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak…”  itulah buah Roh,   “…maka kamu akan menjadi murid-murid-Ku.”
Bagaimana kita membuktian kita adalah murid-murid Kristus? Dengan berbuah apa? Berbuah banyak! Bukan perbuatan daging, tetapi buah.


Now a favorite passage of those who believe that the Law was  nailed to the cross, and Christians don't have to keep  the law, and works aren't really that important,  is Ephesians 2:8, 9.  Notice what it says:  8For by grace you have been saved through faith;  and that not of yourselves: it is the gift of God:  9 Not of works, lest anyone should boast…”  Does the apostle Paul say clearly that we cannot be saved  by our works in these verses?  He absolutely makes it clear.  We cannot be saved by our works.  He explicitly says that it is the gift of God: Not of works,  lest anyone should boast.  The only problem is people don't read verse 10.  Does God expect good works from those who have been created new in Jesus Christ? Absolutely! Notice verse 10,  “…10 For we are His workmanship, created in Christ Jesus…” see, we're in Christ Jesus when we receive Him as our Savior,  and we're baptized. And so it says:   “…For we are His workmanship, created in Christ Jesus for…”  what?   “…for good works, which God prepared…” see, God is the one who does the works in us   “…which God prepared beforehand that we should walk in them.”

Sekarang, ayat favorit bagi mereka yang meyakini bahwa Hukum Allah sudah dipakukan di salib dan orang-orang Kristen tidak perlu menuruti Hukum itu, dan sesungguhnya perbuatan itu tidak sebegitu penting, ialah Efesus 2:8-9. Simak apa katanya, 8 Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan sampai ada orang yang memegahkan dirinya. …”  Apakah di ayat-ayat ini rasul Paulus berkata dengan jelas kita tidak bisa diselamatkan perbuatan baik kita? Paulus membuatnya sangat jelas bagi kita. Kita tidak bisa diselamatkan perbuatan kita sendiri. Paulus dengan spesifik berkata bahwa keselamatan itu adalah pemberian Allah, bukan hasil perbuatan kita, jangan sampai ada yang memegahkan dirinya. Satu-satunya masalah ialah manusia tidak membaca ayat 10. Apakah Allah menuntut adanya perbuatan baik dari mereka yang telah diciptakan baru dalam Yesus Kristus? Tentu saja! Simak ayat 10, “…10 Karena kita ini karya Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus…”  lihat, kita ada dalam Kristus Yesus ketika kita menerimaNya sebagai Juruselamat kita, dan kita dibaptiskan. Jadi dikatakan,   “…Karena kita ini karya Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk…”  apa?   “…untuk melakukan perbuatan baik, yang telah dipersiapkan Allah…”  lihat, Allah-lah yang melakukan pekerjaan itu di dalam kita,  “…yang telah dipersiapkan Allah  sebelumnya, agar kita harus hidup di dalamnya.”


Now the passage that I especially want to dwell on  for quite an extensive period of time, is the passage  that we find in James 2.  See, people love to quote the apostle Paul, but when it comes  to James they kind of want to shuffle that under the rug.  Now let’s notice James 2:14-24.  Here you will find the balance between faith in Jesus,  and keeping the commandments.  You see, the end time generation, folks, is not going  to legalistically keep the commandments.  They're not going to keep the Sabbath legalistically like the Jews did. No.  They're going to keep the Sabbath because they have a  loving relationship with Jesus, because they have faith in Jesus. They're going to keep  the commandments of God, and also have faith in Jesus,  in perfect balance. 

Nah, ayat-ayat yang ingin saya tekankan panjang lebar adalah bacaan yang ada di Yakobus pasal 2. Orang-orang suka mengutip rasul Paulus tetapi kalau Yakobus mereka sepertinya mau menyingkirkannya. Sekarang, mari simak Yakobus 2:14-24, di sini ada keseimbangan antara iman dalam Yesus dan mematuhi perintah-perintah Allah. Kalian lihat, Saudara-saudara, generasi akhir zaman tidak akan mematuhi perintah-perintah Allah secara legalistis, mereka tidak akan memelihara Sabat secara legalistis seperti orang-orang Yahudi dulu. Tidak. Mereka akan memelihara Sabat karena mereka memiliki hubungan kasih dengan Yesus, karena mereka memiliki iman dalam Yesus. Mereka akan memelihara perintah-perintah Allah dan juga memiliki iman dalam Yesus dalam keseimbangan yang sempurna.


Notice James 2:14, 14 What does it profit, my brethren, if someone says he has faith…” notice that they don't really have faith  “…if someone says he has faith but does not have…”  what?   “… works?...” Is it possible to say that you have faith and not have works?  Absolutely! He's saying that there are some people that were that way  “…What does it profit, my brethren, if someone says he has faith but does not have    works?  Can faith save him?...” Actually, in the Greek it says: “Can this kind of faith save him?”  A faith that is workless, can that kind of faith save him? Verse 15   “…15 If a brother or sister is naked and destitute of daily food, 16 and one of you says to them, ‘Depart in peace, be warmed and filled,’ but you do not give them the things which are needed for the body, what does it profit? 17 Thus also faith by itself…” In other words, faith alone, and by the way   this is the reason why Martin Luther did not like the epistle of James.  In fact he called James the epistle of straw.  And if he'd had his way, he would have cut the epistle of  James out of the Bible.  Because Luther was fighting against the Roman Catholic  Church that taught that works, works, pilgrimages, you know,  work your way to heaven. And so Martin Luther fought against that with everything he had, just like Paul had fought against the Jews.  So he didn't understand how James could say that faith  without works is dead. And so he says:  “…17 Thus also faith by itself, if it does not have works, is…”  what?   “… dead…” You see, faith and works are a package deal.  You can't have one without the other.  You have to have both together. So he says:  “…faith… if it does not have works, is dead. 18 But someone will say, ‘You have faith, and I have works.’…” and he says  “… Show me your faith without your works, and I will show you my faith by my works…”  How do we show our faith?  We show our faith by our works.  Let me ask you, Can we claim to have faith in Jesus  and live like the Devil?  We can claim it, and we can claim to be saved,  and watch what the world watches, and dress the way the world dresses, and be entertained the way the world is entertained, and do what the world does, and we can say,  I have faith. I'm a Christian.  But if your life doesn't change, if there are no works, if you do not keep God's commandments out of love  for Him, it's a sham.  It's not a true relationship. And so he says, “Show me your faith without your works, and I will show you my faith by my works…” And then he says,  “… 19 You believe…” and by the way, that word “believe” is the same word for “faith” that is used throughout this passage,   “…You believe that there is one God. You do well. Even the demons believe—and tremble!...” So if you just believe that there's one God;  you know people say, “Well, we all believe in the same God,  don't we?” But it's a superficial belief.  It's a belief up here that God exists.  That's not going to save you.  Do you think the Devil believes that God exists?  He not only believes it, he knows it.  And so James is saying,   “…believe that there is one God. You do well. Even the demons believe—and tremble! 20 But do you want to know, O foolish man, that faith without works is dead?...” And then he’s going to use Abraham. See, this is what threw Martin Luther for a loop, because Martin Luther said fide, sola fide: faith alone, without works. And what does James say?    “…But do you want to know, O foolish man, that faith without works is dead? 21 Was not Abraham our father justified by works when he offered Isaac his son on the altar?...”  really what is he saying? Abraham was justified by a faith that works.  He's not saying that he was justified by works.  He's already said that you need faith and works together.  So he's saying, “Don't you know that our father Abraham was  justified by a faith that works?”  That's what he means.  And so he continues saying,  “… 21 Was not Abraham our father justified by works when he offered Isaac his son on the altar?...” Did it take a lot of faith for Abraham to be willing to offer his son on the altar?  How did Abraham show that he believed God when God said,  “Go offer your son, and I'll spare him.”  How did he show that he really believed God? by what he did.  His works proved that his faith was true.  And then it says in verse 22,   “… 22 Do you see that faith was…”  what?   “… working together…” You see, it's a package deal,  a faith that works.  And so it says,  “… Do you see that faith was working together with his works, and by works faith was made…”  what? “… perfect…” or complete. So in order to have a complete saving relationship,  what do you need? A faith that what? that works. Verse 23, 23 And the Scripture was fulfilled which says, ‘Abraham believed God, and it was accounted to him for righteousness.’ And he was called the friend of God. 24 You see then that a man is justified by works, and not by faith only.” When he says,  “by faith only” he's talking about faith is the only thing you have, and you don't have works.  You cannot be justified by a faith that's alone,  because the true faith that justifies is a faith  that has works with it.  Are you understanding what I am saying?  He's not saying that you're saved by works,  like the Jews believed, by keeping the Law. He's saying that if you have faith, you will keep the Law,  if you have the faith you will produce works. In other words, works are the fruit of Salvation.  And so he says in verse 25: “…25 Likewise, was not Rahab the harlot also justified by works…”  by the way, according to the context, by a faith that works,  “…justified by works when she received the messengers and sent them out another way? 26 For as the body without the spirit is dead, so faith without works is dead also.”

Simak Yakobus 2:14, 14 Apakah gunanya, Saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman…” simak dia tidak benar-benar punya iman (dia hanya berkata dia punya iman)   “…jika seorang mengatakan bahwa ia mempunya iman tetapi ia tidak mempunyai…” apa?  “…perbuatan?..”  Mungkinkan mengatakan kita punya iman dan tidak punya perbuatan? Tentu! Yakobus berkata ada orang yang seperti itu. 14 Apakah gunanya, Saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman tetapi ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?…” sebenarnya di tulisan Greekanya dikatakan “dapatkah iman semacam itu menyelamatkan dia?” Iman yang tidak ada perbuatannya, apakah iman itu bisa menyelamatkan?  “…15 Jika seorang saudara laki-laki atau perempuan tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, 16 dan seorang dari antara kamu berkata kepada mereka, ‘Selamat jalan, jangan kedinginan dan makanlah yang kenyang!’ tetapi kamu tidak memberikan mereka apa yang diperlukan secara jasmani, apakah gunanya itu? 17 Demikian juga halnya iman sendirian…”  dengan kata lain, iman saja ~ dan ketahuilah inilah alasan mengapa Martin Luther tidak menyukai surat Yakobus. Dia malah menyebut surat Yakobus itu surat jerami (= surat murahan) dan andaikan dia bisa, dia sudah membuang surat Yakobus itu dari Alkitab, karena Luther saat itu sedang bertempur dengan gereja Roma Katolik yang mengajarkan bahwa perbuatan-perbuatan, tindakan-tindakan, ziarah-ziarah, usaha sendiri akan membawa orang ke Surga. Karena itu Martin Luther mati-matian menentang surat Yakobus, sama seperti Paulus dulu bertempur dengan orang-orang Yahudi. Karena itu Martin Luther tidak memahami bagaimana Yakobus bisa mengatakan iman tanpa perbuatan itu mati.  ~ Jadi Yakobus berkata,   “…17 Demikian juga halnya iman sendirian, jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu…”  apa?   “…mati…” Kalian lihat, iman dan perbuatan itu satu paket, tidak bisa punya satu tanpa yang lain. Harus memiliki keduanya bersama-sama. Jadi Yakobus berkata, “…jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu mati. 18 Tetapi akan ada orang yang berkata: ‘Kamu punya iman dan aku punya perbuatan’…”  dan kata Yakobus,   “…‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatanmu, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’…” Bagaimana kita menunjukkan iman kita? Kita menunjukkan iman kita dengan perbuatan-perbuatan kita. Coba saya tanya, bisakah kita mengklaim punya iman dalam Yesus namun kita hidup seperti Iblis? Bisakah kita mengklaim hal itu dan bisakah kita mengklaim kita telah diselamatkan sementara kita menonton apa yang sama yang  ditonton dunia, berpakaian sebagaimana dunia berpakaian, dan mencari hiburan seperti hiburan dunia, dan melakukan apa yang dilakukan dunia, lalu bisakah kita berkata, aku punya iman, aku orang Kristen? Jika hidup kita tidak berubah, jika tidak ada perbuatan, jika kita tidak memelihara perintah-perintah Allah karena kita mengasihiNya, itu adalah kebohongan. Itu bukan hubungan yang tulen. Maka Yakobus berkata, “…‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatanmu, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’…”  lalu dia berkata,   “…19 Engkau percaya, …”  ketahuilah kata “percaya” di sini adalah kata yang sama untuk “iman” yang dipakai di seluruh bacaan ini,   “…19 Engkau percaya  bahwa hanya ada satu Allah saja, engkau benar! Bahkan setan-setan pun percaya akan hal itu dan mereka gemetar…” Jadi jika kita hanya percaya ada satu Allah ~ ketahuilah orang-orang berkata, “Yah, kita semua mempercayai Allah yang sama, bukan?” tetapi ini adalah iman yang dangkal. Itu iman bahwa Allah itu ada di atas sana, itu tidak akan menyelamatkan kita. Apakah kalian pikir Iblis percaya Allah ada? Iblis bukan hanya percaya, dia tahu benar Allah ada. Maka Yakobus berkata, “…19 Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja, engkau benar! Bahkan setan-setan pun percaya akan hal itu dan mereka gemetar. 20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau tahu sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan itu mati?...” Lalu Yakobus memakai Abraham. Lihat, inilah yang menjatuhkan Martin Luther, karena Martin Luther berkata fide, sola fide: iman saja, tanpa perbuatan. Apa kata Yakobus?  “…20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau tahu sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan itu mati? 21 Bukankah Abraham, bapak kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya  ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? …”  sesungguhnya Yakobus bilang apa? Abraham dibenarkan oleh iman yang berbuat. Yakobus tidak bilang Abraham dibenarkan oleh perbuatannya. Dia sudak bilang kita butuh iman dan perbuatan bersama-sama. Jadi dia berkata, tidakkah kamu tahu bapak kita Abraham dibenarkan oleh iman yang berbuat? Itulah yang dikatakannya. Lalu dia melanjutkan, “…21 Bukankah Abraham, bapak kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya  ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? …” Apakah Abraham butuh banyak iman untuk rela mengurbankan anaknya di mezbah? Bagaimana cara Abraham menunjukkan dia punya iman dalam Allah saat Allah berkata, pergilah kurbankan anakmu dan Aku akan menyelamatkan dia? Bagaimana Abraham menunjukkan dia benar-benar mempercayai Allah? Dengan perbuatannya. Perbuatannya membuktikan bahwan imannya sejati. Lalu di ayat 22 dikatakan, “…22 Apakah kamu lihat, bahwa imannya…”  apa?  “…bekerjasama…”  lihat, ini satu paket, iman yang berbuat. Jadi dikatakan, “…Apakah kamu lihat, bahwa imannya bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya? dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi…” apa?   “…sempurna…”  atau lengkap. Jadi untuk memiliki hubungan yang lengkap yang menyelamatkan, apa yang dibutuhkan? Iman yang bagaimana? Iman yang berbuat. Ayat 23, “…23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran’ dan Abraham disebut ‘sahabat Allah.’ 24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan oleh perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya oleh iman.” Ketika Yakobus berkata, hanya oleh iman” dia berkata bahwa iman adalah satu-satunya yang dimiliki, tidak ada perbuatan. Orang tidak bisa dibenarkan oleh iman yang berdiri sendiri karena iman sejati yang membenarkan ialah iman yang menyertakan perbuatan bersamanya. Apakah kalian paham apa yang saya katakan? Yakobus tidak berkata kita diselamatkan oleh perbuatan seperti yang diyakini orang-orang Yahudi, dengan mematuhi Hukum. Yakobus berkata, jika orang punya iman, dia akan mematuhi Hukum. Jika orang punya iman, dia akan menghasilkan perbuatan. Dengan kata lain, perbuatan adalah buah keselamatan. Maka Yakobus berkata di ayat 25,   25 Seperti itu pula,  bukankah  Rahab yang pelacur itu, dibenarkan oleh perbuatan-perbuatannya…”  nah, menurut konteksnya oleh iman yang berbuat,   “…dibenarkan oleh perbuatan-perbuatannya ketika ia menyembunyikan utusan-utusan itu di dalam rumahnya, dan menyuruh mereka keluar melalui jalan yang lain?  26 Sebab seperti tubuh tanpa roh itu mati, demikianlah iman tanpa perbuatan-perbuatan juga mati.”


Let me ask you, what's more important? the body, or the breath?  What's more important? a bodyless Spirit,  or a spiritless body?  They both have to go what? together in order for you to  have a living person. In the same way, faith and works have to go together in order to  have a genuine living relationship with God. 

Coba saya tanya, mana yang lebih penting, tubuh atau nafas? Mana yang lebih penting, tubuh tanpa roh atau roh yang tanpa tubuh? Keduanya harus apa? Harus bersama-sama agar kita menjadi manusia yang hidup. Dengan cara yang sama iman dan perbuatan harus bersama-sama supaya ada hubungan tulen yang hidup dengan Allah.


You see, James and Paul are fighting against  two different enemies. 
The apostle Paul is facing the enemy who says,  “I'm saved by my works.”  Paul says, “No way, you're saved by faith.” 
And those that James is fighting against, they're saying,  “We don't need to perform works.”  And James is saying, “Wait a minute!  If you had real faith, you would produce works.” 
In other words, James and Paul are not fighting each other.  They're fighting two different enemies  of the gospel of Jesus Christ.  Paul is saying how you are saved, and James is telling you  how a saved person lives.  In other words, Paul is talking about the root of our salvation.  James is talking about the fruit of our salvation.  So those in Paul's day needed to hear about grace.  Those in the days of James needed to hear about the Law,  because of the error that they were teaching at that time. 
You see, “works” for Paul and James, are defined differently.  See, for Paul “works of Law” are evil works.  See, the expression “works of Law”  isn't talking about  good works at all.  Those are evil works, because “works of Law” by definition,  are works that somebody performs in order to manipulate  God into saving them; whereas “works” for James are good works  because they flow from a saving faith relationship with Jesus. 
So, in other words, “works” for Paul and James  are defined differently. 
Works” for Paul are evil because those are actions that are performed in order to earn salvation. 
For Jamesworks” are different, “works” are genuine fruits of faith that come from  my relationship with Jesus Christ. 

Lihat, Yakobus dan Paulus bertempur dengan dua musuh yang berbeda.
Rasul Paulus berhadapan dengan musuh yang berkata, “Saya diselamatkan oleh perbuatan saya.” Paulus berkata, “Tidak bisa, kamu diselamatkan oleh iman.”
Dan mereka yang bertempur dengan Yakobus, berkata, “Kami tidak perlu melakukan perbuatan.” Dan Yakobus berkata, “Tunggu dulu! Andai kalian punya iman yang benar, kalian akan menghasilkan perbuatan.”
Dengan kata lain, Yakobus dan Paulus bukan saling berkelahi satu sama lain. Mereka sedang bertempur dengan dua musuh yang berbeda dari Injil Yesus Kristus.
Paulus menjelaskan bagaimana orang bisa diselamatkan, dan Yakobus menjelaskan bagaimana seorang yang sudah selamat seharusnya hidup. Dengan kata lain Paulus sedang membahas akar keselamatan kita, sementara Yakobus membahas buah dari keselamatan kita. Maka mereka yang di zaman Paulus perlu mendengar tentang kasih karunia yang menyelamatkan. Mereka yang di zaman Yakobus perlu mendengar tentang Hukum karena apa yang mereka ajarkan waktu itu salah.
Kalian lihat, definisi “perbuatan” bagi Paulus dan Yakobus berbeda. Lihat, bagi Paulus, “perbuatan menurut Hukum” adalah perbuatan yang jahat. Istilah “perbuatan menurut Hukum” sama sekali tidak berbicara tentang perbuatan yang baik, itu adalah perbuatan yang jahat karena definisi “perbuatan menurut Hukum” adalah perbuatan yang dilakukan orang untuk memanipulasi Allah menyelamatkan mereka. Sementara “perbuatan” bagi Yakobus adalah perbuatan yang baik, karena itu mengalir keluar dari hubungan iman yang menyelamatkan dengan Yesus.
Jadi, dengan kata lain, definisi “perbuatan” bagi Paulus dan Yakobus itu berbeda. “Perbuatan” bagi Paulus itu jahat karena itu adalah perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan keselamatan.
Bagi Yakobus, “perbuatan” itu beda. Itu adalah buah iman yang asli yang berasal dari hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.


By the way, do you know that the apostle Paul also said  that we need a faith that works?  See, don't think that James is contradicting Paul.  Notice Galatians 5:6, Galatians 5:6. It says there: For in Christ Jesus neither circumcision nor uncircumcision avails anything, but…”  what?   “…faith working through love.”

Nah, tahukah kalian bahwa rasul Paulus juga berkata kita butuh punya iman yang berbuat? Lihat, jangan mengira Yakobus mengkontradiksi Paulus. Simak Galatia 5:6, dikatakan di sana, 6 Sebab di dalam Kristus Yesus baik bersunat maupun tidak bersunat tidak berarti apa pun, tetapi…”  apa?   “…(yang berarti) hanya iman yang bekerja oleh kasih.”


So does the apostle Paul say that faith needs to work?  Yes, it needs to work through what?  It needs to work through love.  In other words, faith and works are like two sides of a coin.  Which side of the coin is more important?  Faith and works are like two oars of a row boat. Let me ask you, Which oar is more important?  the right oar, or the left oar?  If you use the right oar, which is the oar of works,  you're going to go in circles to the left.  If you use the left oar, which is claiming to have faith,  but you don't have any works, you're going to go to the right.  In order to have a balanced, progressive Christian  experience, you have to have both oars working together. 

Jadi apakah rasul Paulus berkata bahwa iman memerlukan perbuatan? Ya, iman harus berbuat melalui apa? Melalui kasih. Dengan kata lain, iman dan perbuatan seperti dua sisi dari mata uang yang sama. Sisi mana dari koin yang lebih penting? Iman dan perbuatan ibarat dua dayung perahu. Coba saya tanya, dayung mana yang lebih penting, yang kanan atau yang kiri? Jika kita hanya memakai dayung yang kanan yaitu dayung perbuatan, kita akan berputar-putar terus ke arah kiri. Jika kita pakai dayung kiri yaitu mengklaim memiliki iman tetapi tidak ada perbuatan, kita akan terus ke  arah kanan. Supaya memiliki pengalaman Kristen yang progresif dan seimbang, kita harus mendayung kedua dayung bersama-sama.


Now listen up! Works are the visible manifestation of faith.  Did you catch that?  Works are the visible manifestation of faith.  And faith is the inward motivation for works.  In other words, we're not saved by faith alone.  We're not saved by works alone.  We're not saved by a combination of faith plus works.  We are saved by a faith that works. 
And a faith that works is the only true,  genuine kind of faith.  He who says I know Him, and does not keep His commandments, is a liar, and the truth is not in him.” (1 John 2:4) 

Sekarang dengarkan! Perbuatan itu manifestasi dari iman yang kelihatan. Kalian paham? Perbuatan itu manifestasi iman yang kelihatan. Dan iman adalah motivasi dari hati untuk perbuatan. Dengan kata lain, kita tidak hanya diselamatkan oleh iman. Kita tidak hanya diselamatkan oleh perbuatan. Kita tidak diselamatkan oleh kombinasi iman ditambah perbuatan. Kita diselamatkan oleh iman yang menghasilkan perbuatan.
Dan iman yang berbuat adalah satu-satunya iman yang tulen, iman yang benar. 4 Barangsiapa berkata: ‘Aku mengenal Dia’ tetapi ia tidak menuruti Perintah-perintahNya, ia adalah adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.” (1 Yohanes 2:4)


Now I'd like to read several passages before we  draw this to a close, that show the balance between grace and commandment keeping, faith in Jesus and keeping  the commandments of God. 
Titus 2:11-15. Listen to this: 11 For the grace of God…”  the what?   “…the grace of God  that brings salvation…”  what does the grace of God bring?   “…salvation,  has appeared to all men…”  So the same people say, Oh, the wonderful grace of God!  It has nothing to do with the Law or with works. Hold on.  The grace of God teaches us something. It says: 
 “…For the grace of God that brings salvation has appeared to all men 12 teaching us that,…”   Grace teaches us something.  That we should do what?  “…denying ungodliness and worldly lusts, we should live soberly, righteously, and godly in the present age…” Does grace have anything to teach us about  the way we behave? Most certainly.   “… 13 looking for the blessed hope and glorious appearing of our great God and Savior Jesus Christ…”  Now notice this. This is Paul by the way, “… 14 who gave Himself for us, that He might redeem us from every lawless deed and purify for Himself His own special people, zealous for…”  what?   “…zealous for good works…”  
Why did Jesus redeem us? so that we would be what?  zealous for good works. 
Did the apostle Paul have a very high concept of good works,  and fruit of the Spirit?  He most certainly did.  He wasn't that individual that Christians claimed that he was, that it's all about faith -  it's all about grace - your lifestyle doesn't matter -  the Law doesn't matter -  you don't have to keep the commandments - they were for the Jews - they were nailed to the cross - and so on.  The apostle Paul is balanced in his theology. 

Sekarang sebelum kita akhiri ini, saya ingin membaca beberapa ayat yang menunjukkan keseimbangan antara kasih karunia dengan pemeliharaan Hukum, antara iman dalam Yesus dan mematuhi perintah-perintah Allah.
Titus 2:11-15, dengarkan ini, 11 Karena kasih karunia Allah…”  karena apa?   “…kasih karunia Allah yang membawa keselamatan…”  apa yang dibawa kasih karunia Allah?  “…keselamatan,  sudah menyatakan DiriNya kepada semua manusia.…”  Jadi orang yang sama yang berkata, Oh, betapa indahnya kasih karunia Allah, itu tidak ada kaitannya dengan Hukum Allah atau dengan perbuatan,  tunggu dulu. Kasih karunia Allah mengajarkan sesuatu kepada kita. Dikatakan, “…Karena kasih karunia Allah  yang membawa keselamatan, sudah menyatakan DiriNya kepada semua manusia. 12 Ia mendidik kita bahwa…”  kasih karunia mengajarkan sesuatu kepada kita, bahwa kita harus berbuat apa?   “…bahwa dengan meninggalkan kefasikan dan nafsu-nafsu duniawi, kita harus hidup dengan kesadaran penuh, benar dan saleh di masa sekarang ini…”  apakah kasih karunia mengajarkan kita bagaimana kita seharusnya bersikap? Benar sekali.   “…13 sambil menantikan penggenapan harapan kita dan kedatangan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus dalam kemuliaan…”  sekarang simak ini. Yang bicara ini Paulus,  “…14 yang telah menyerahkan Diri-Nya bagi kita agar Dia boleh  menebus kita dari segala perbuatan yang melanggar Hukum dan untuk menguduskan bagi Diri-Nya sendiri suatu umat kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin…”  apa?   “…berbuat baik.” Mengapa Yesus menebus kita? Supaya kita bagaimana? Rajin berbuat baik.
Apakah rasul Paulus memiliki konsep yang tinggi tentang perbuatan baik dan buah Roh? Jelas demikian. Paulus bukanlah seperti yang diklaim orang-orang Kristen, bahwa semua itu hanya soal iman - semua itu hanya soal kasih karunia - pola hidupmu tidak jadi masalah - Hukum tidak jadi soal - kamu tidak perlu mematuhi perintah-perintah Allah - perintah-perintah itu hanya bagi orang Yahudi - perintah-perintah itu sudah dipakukan di salib - dan seterusnya. Rasul Paulus sangat seimbang dengan theologinya.


Notice Titus 3:5-8, Titus 3:5-8, But when the kindness and the love of God our Savior toward man appeared, not by works of righteousness…”  see?   “…not by works of righteousness  which we have done, but according to His mercy He…”  what?   “…He saved us, through the washing of regeneration and renewing of the Holy Spirit, whom He poured out on us abundantly through Jesus Christ our Savior…” And now notice the fruit.  He said, very clearly, that it's not by works of  righteousness that we've done.  He saved us by His mercy.  But then notice what he says in verse 7,  “…that having been justified by His grace…” in other words, once we've been saved,  “… we should become heirs according to the hope of eternal life. This is a faithful saying, and these things I want you to affirm constantly, that those who have believed…”  the word “believed” is the same word for “faith”,  “…those who have faith in God should be careful to…”  what?   “…should be careful to  maintain good works…”
So what happens when you're saved?  You will maintain what? good works. 

Simak Titus 3:5-8, 4 Tetapi ketika kemurahan dan kasih Allah kepada manusia, Juruselamat kita, datang, 5 bukan karena perbuatan benar…”  lihat?   “…bukan karena perbuatan benar yang telah kita lakukan, melainkan karena rahmatNya, Dia…”  apa?   “…Dia menyelamatkan kita,  melalui  baptisan kelahiran kembali, dan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, 6 yang telah dicurahkan-Nya kepada kita dengan berlimpah melalui Yesus Kristus, Juruselamat kita…”  sekarang simak buahnya. Dia berkata dengan sangat jelas, bahwa itu bukan oleh perbuatan baik yang telah kita lakukan. Dia menyelamatkan kita karena kemurahanNya. Tetapi sekarang simak apa kata Paulus di ayat 7, “…7 Setelah dibenarkan oleh kasih karunia-Nya…”  dengan kata lain, setelah kita diselamatkan,  “…kita harus menjadi ahliwaris hidup kekal sesuai yang diharapkan. 8 Ini perkataan yang dapat dipercaya, dan aku mau engkau senantiasa menegaskannya, agar mereka yang sudah percaya…”  kata “percaya” itu kata yang sama untuk “beriman”   “…mereka yang sudah beriman dalam Allah, harus berhati-hati untuk…”  apa?   “…harus berhati-hati untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik…
Jadi apa yang terjadi kalau kita sudah diselamatkan? Kita harus mempertahankan apa? Perbuatan baik.


By the way, it's interesting to notice that for each of the  seven churches in Revelation 2 and 3, Jesus doesn't say   ~  most of the times, He says it once or twice ~ He doesn't say, “I know your faith”.  What does He say? “I know your…” what?  “…I know your works. 

Nah, yang menarik itu jika kita perhatikan untuk setiap jemaat ketujuh sidang di Wahyu pasal 2 dan 3, Yesus tidak berkata ~ kebanyakan,  Dia hanya mengatakannya sekali atau dua kali ~ Yesus tidak berkata, “Aku tahu imanmu”. Apa kata Yesus? “Aku tahu…” apa? “Aku tahu perbuatanmu.”

Now I want to read you an interesting statement that we  find in the book, Selected Messages, Volume 1, page 373.  Listen to this: “It is essential to have faith in Jesus and to believe you are saved through Him, but there is danger in taking the position that many do take in saying ‘I am saved.’ Many have said, ‘You must do good works, and you will live.’ But apart from Christ no one can do good works. Many at the present day say, ‘Believe, only believe, and live.’ …”  But then she says,   “… Faith and works go together, believing and doing are blended.”

Sekarang saya mau membacakan suatu pernyataan yang menarik yang kita temukan di buku Selected Messages Vol. 1, hal 373. Dengarkan ini, “Mempunyai iman dalam Yesus dan meyakini kamu telah diselamatkan olehNya itu sangat penting, tapi ada bahayanya dengan mengambil sikap seperti yang dimiliki banyak orang dengan mengatakan, ‘Saya sudah selamat’. Banyak yang berkata, ‘Kamu harus melakukan perbuatan baik, dan kamu akan hidup.’ Tetapi tanpa Kristus, tidak seorang pun bisa melakukan perbuatan baik. Sekarang ini banyak yang berkata, ‘Percaya, hanya percaya, dan kamu akan hidup’ …”  tetapi kemudian Ellen White berkata,  “…Iman dan perbuatan berjalan bersama-sama, beriman dan berbuat itu membaur jadi satu.”


Now I want to read you a statement that's found in the  same book, Volume 3, page 172.  It's speaking specifically about this expression:  “the faith of Jesus”, and you're going to notice that the author  says that the best way to translate this, is faith IN Jesus.  She explains what it means.  Notice what she says:  “The third angel’s message is the proclamation of the commandments of God and the faith of Jesus Christ. The commandments of God have been proclaimed…”  She's speaking about Seventh-day Adventists, “… but the faith of Jesus Christ has not been proclaimed by SDAs as of…”  what?   “… equal importance, the Law and the Gospel going…”  what?   “… hand in hand…”  The gospel is that Jesus saves us apart from  works that we perform.  But then, on the other hand, you have the Law,  which is keeping His commandments  as a result of salvation.  She continues saying “… I cannot find language to express this subject in its fullness. ‘The faith of Jesus’ it is talked of, but not understood. What constitutes the faith of Jesus that belongs to the third angel’s message?...”  she asks, “… Jesus becoming our sin-bearer that He might become our sin-pardoning Savior….” Notice what the expression means.  It means what? It means  “…Jesus becoming our sin-bearer that He might become our sin-pardoning Savior.  He was treated as we deserve to be treated. He came to our world and took our sins that we might take His righteousness. And faith in the ability of Christ to save us amply and fully and entirely, is the faith of Jesus.”

Sekarang saya mau membacakan suatu pernyataan yang ada di buku yang sama Vol. 3 hal 172. Ini berbicara khusus tentang ungkapan “imannya Yesus”, dan kalian akan melihat bahwa penulisnya berkata, cara yang paling tepat untuk menerjemahkan ini ialah “iman DALAM Yesus.” Ellen White menjelaskan apa maksudnya. Simak apa katanya, “Pekabaran malaikat ketiga adalah pekabaran perintah-perintah Allah dan iman Yesus Kristus. Perintah-perintah Allah telah dikabarkan…”  dia berbicara tentang MAHK,  “…tetapi iman Yesus Kristus belum dikabarkan oleh MAHK dengan bobot yang…”  apa?   “…yang sama, Hukum dan Injil berjalan…”  apa?   “…bergandengan tangan…”  Injilnya ialah bahwa Yesus telah menyelamatkan kita terpisah dari perbuatan yang kita lakukan. Tetapi di pihak lain ada Hukum, yaitu mematuhi perintah-perintah Allah sebagai hasil keselamatan. Ellen White melanjutkan berkata,    “…Saya tidak bisa menemukan bahasa untuk menyatakan topik ini secara sempurna. ‘Iman Yesus’ dibicarakan tetapi tidak dipahami. Iman Yesus ini termasuk bagian mana dari pekabaran malaikat ketiga? …”  tanya Ellen White.   “…Yesus menjadi penanggung dosa kita supaya Dia boleh menjadi Juruselamat yang mengampuni dosa kita…”  Simak apa makna ungkapan itu. Apa artinya? Artinya,   “…Yesus menjadi penanggung dosa kita supaya Dia boleh menjadi Juruselamat yang mengampuni dosa kita. Dia diperlakukan layaknya kita patut diperlakukan. Dia datang ke dunia kita dan mengambil dosa-dosa kita agar kita boleh mengambil kebenaranNya. Dan mengimani bahwa kemampuan Yesus lebih dari cukup sepenuhnya dan seluruhnya untuk menyelamatkan kita, itulah iman Yesus.


Are you understanding why these two expressions  appear side by side:  they keep the commandments of God, and have faith in Jesus?  It's because both of these things are necessary to have  a balanced Christian life.  The only way that you can keep the commandments of God is by having faith in Jesus.  It's neither one or the other isolated,  but both of them together. 

Apakah kalian paham mengapa kedua ungkapan ini muncul bersebelahan: mereka memelihara perintah-perintah Allah dan memiliki iman dalam Yesus? Karena kedua hal ini diperlukan untuk memilki kehidupan Kristen yang seimbang. Satu-satunya cara kita bisa memelihara perintah-perintah Allah ialah dengan memiliki iman dalam Yesus. Bukan salah satu  berdiri sendiri, tetapi keduanya bersama-sama.


Now some people wonder about the two covenants.  They say, “Well, you know, wasn't the old covenant a covenant  of the Law, and the new covenant is a covenant of grace?”
Of course not. Let me explain it very briefly  as we draw this to a close. 
Do you remember that the Bible says that Moses went up to the  top of Mount Sinai, and God said, I want to make  a covenant with Israel.  And I want you to go down and give them a message.  Tell them I want them to be My special people, whether they're willing to obey My voice and keep My covenant. 
Moses says, Okay, I'll go down.  So Moses goes down and says, God has sent a message with me. He wants to know if you want a formal covenant  relationship with Him.  If you want to be His special people.  What do you think?”
They say, Oh, all that the Lord has said, we will do.  They didn't know what they were saying. That was a legalistic answer because their hearts  were not transformed; their hearts were not changed.  How long did their promise last?  A few days at the most, because a few days later they were worshipping the golden calf, because their hearts  had not been changed.
Much later, for that reason, God spoke about a new covenant.  Notice Jeremiah 31:31-34. 

“Behold, the days are coming, says the Lord,  when I will make a new covenant with the house of Israel,  and with the house of Judah: Not according to the covenant  that I made with their fathers in the day that I took them  by the hand to lead them out of the land of Egypt;  my covenant which they broke, though I was a husband to them, says the Lord.”
 See, I gave them this covenant,  and they broke My covenant.  He says, I'm not going to make a covenant like that anymore.  By the way, the reason why that covenant had problems,  was because Israel did not have it written on their hearts.  They just looked at the covenant as being rules and regulations  on tables of stone.  God wanted to write it on their hearts.  In fact notice verse 33, 33 ‘But this is the covenant that I will make with the house of Israel after those days,’ says the Lord, ‘I will put My Law in their minds, and write it on their hearts; and I will be their God, and they shall be My people.”
So what was the problem with the first covenant?  Did the first covenant have the Law? yes or no? Yes!  Does the second covenant, does the new covenant  have the same Law? Yes.  The Law doesn't change in the two covenants.  What changes is the place where the Law is written.
You see, in the old covenant it was just on tables of stone. 
Israel said, We'll do it.  They couldn't, because they didn't have faith.  They didn't have love for God.  Their hearts hadn't been changed. 
God says, “I'm going to take that same Law and I'm going to  write it in your heart.  I'm going to write it in your mind.  And that way you will obey Me, not because you have to  in order to be saved, in order to show men how good you are,  but you will keep My Law because it comes from your heart,  because you love Me.”
This is what Jesus meant when He said, “If you love Me, you will keep My commandments.”  And so God wants us to keep the commandments,  and also to have the faith of Jesus.
Let's pray.

Nah, beberapa orang bertanya-tanya tentang kedua perjanjian. Mereka berkata, “Nah, bukankah perjanjian yang lama itu perjanjian Hukum dan perjanjian yang baru itu perjanjian kasih karunia?”
Tentu saja bukan. Izinkan saya menjelaskannya dengan singkat sambil kita mengakhiri ini.
Apakah kalian ingat Alkitab bercerita bagaimana Musa naik ke puncak gunung Sinai dan Allah berkata, “Aku  mau membuat perjanjian dengan Israel, dan Aku mau kamu turun dan menyampaikan pesan ini kepada mereka. Katakan kepada mereka Aku  mau mereka menjadi umat pilihanKu, apakah mereka bersedia mematuhi FirmanKu dan memelihara perjanjianKu.
Musa berkata, “Oke, aku turun.” Maka Musa turun dan berkata, “Allah telah menyampaikan  pesan padaku. Dia  mau tahu apakah kalian mau punya hubungan perjanjian yang resmi dengan Dia, apakah kalian mau menjadi umat pilihanNya. Apa pendapat kalian?”
Orang Israel berkata, “Oh, semua yang dikatakan Tuhan, akan kami lakukan”. Mereka tidak sadar apa yang mereka katakan. Itu adalah jawaban yang legalistis karena hati mereka belum bertransformasi, hati mereka belum berubah. Berapa lama janji mereka bertahan? Paling lama beberapa hari, karena beberapa hari kemudian mereka sudah menyembah lembu emas karena hati mereka belum berubah.
Karena itu, jauh kemudian, Allah berbicara tentang suatu perjanjian yang baru. Simak Yeremia 31:31-34, 31Lihatlah, akan datang waktunya,’ demikianlah firman TUHAN, ‘Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,  32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada hari Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah mesir, perjanjian-Ku yang telah mereka langgar, meskipun Aku adalah suami bagi mereka,’ demikianlah firman TUHAN…”  lihat, Aku telah memberi mereka perjanjian ini dan mereka telah melanggarnya. Tuhan berkata, Aku tidak mau membuat perjanjian seperti itu lagi. Ketahuilah, mengapa perjanjian tersebut bermasalah ialah karena perjanjian itu tidak tertulis di hati orang Israel. Mereka memandang perjanjian tersebut hanya sebagai daftar peraturan dan ketetapan pada loh-loh batu. Allah ingin menuliskannya di hati mereka. Maka, simak ayat 33,  “…33 ‘Tetapi beginilah perjanjian yang akan Ku-adakan dengan kaum israel sesudah waktu itu,’ demikianlah firman Tuhan.  ‘Aku akan menaruh Hukum-Ku di benak mereka,  dan menulisnya  di  hati mereka; dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”
Jadi apa masalahnya dengan perjanjian yang pertama? Apakah perjanjian yang pertama ada Hukumnya? Ya atau tidak? Iya!  Apakah perjanjian kedua, apakah perjanjian yang baru ada Hukumnya yang sama? Ya. Hukumnya tidak berubah dalam kedua perjanjian itu. Yang berubah ialah tempat di mana Hukum tersebut ditulis.
Kalian lihat, pada perjanjian yang lama Hukum itu hanya tertulis pada loh-loh batu. Israel berkata, “Kita akan melakukannya.” Mereka tidak bisa, karena mereka tidak memiliki iman. Mereka tidak memiliki cinta untuk Allah. Hati mereka belum berubah.
Allah berkata, “Aku akan mengambil Hukum yang sama dan Aku akan menuliskannya di hatimu, Aku akan menuliskannya di benakmu. Dengan demikian kamu akan mematuhiKu bukan karena terpaksa supaya kamu boleh diselamatkan, bukan supaya kamu tunjukkan kepada manusia betapa baiknya kamu. Tetapi kamu akan memelihara HukumKu karena itu datang dari hatimu, karena kamu mengasihi Aku.”
Inilah maksud Yesus ketika Dia berkata, Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15)
Maka Allah mau kita memelihara perintah-perintahNya dan juga memiliki iman Yesus.
Mari kita berdoa.




30 08 19