Friday, July 21, 2017

EPISODE 03/25 ~ THE BEGINNING OF WISDOM ~ THREE ANGELS MESSAGES ~ STEPHEN BOHR

_____THREE ANGELS MESSAGES_____
Part 03/25 - Stephen Bohr
THE BEGINNING OF WISDOM


Dibuka dengan doa


In our last topic we studied the everlasting gospel.  And we noticed that the reason why the everlasting gospel is called so, is because the plan was devised in eternity past. 
And we also noticed that we will sing the praises of the Redeemer throughout the ceaseless ages of eternity. Even when the great multitude is on the sea of glass we will sing the praises of the Lamb. 
We also noted that the meaning of the everlasting gospel is that Jesus came to this world to live the perfect life that we should live.  And then at the end of His life He died the death  that we should die.  And by living and by dying, Jesus wove a perfect robe  that we can claim, and we can be covered with fully and completely. 

Dalam topik yang lalu kita telah mempelajari Injil yang kekal. Dan kita telah menyimak bahwa alasan mengapa itu disebut Injil yang kekal ialah karena rancangan itu telah diciptakan di zaman kekekalan yang lampau. Dan kita juga telah melihat bahwa kita akan menyanyikan pujian kepada Sang Penebus terus-menerus selama masa kekekalan yang abadi. Ketika kumpulan besar orang banyak berada di atas laut kaca, kita akan menyanyikan pujian bagi Anak Domba. 
Kita juga telah melihat makna Injil yang kekal, yaitu Yesus datang ke dunia ini untuk menjalani kehidupan yang sempurna yang seharusnya kita jalani, kemudian pada akhir hidupNya, Dia menjalani kematian yang seharusnya kita jalani. Dan lewat hidupNya dan kematianNya, Yesus telah merajut jubah yang sempurna yang bisa kita klaim, sehingga kita bisa ditutupi secara penuh dan sempurna.


But as we studied in last time's topic, we must repent, confess, and also trust in Jesus, and claim by faith  His righteousness and be baptized.  And in this way Jesus will take the robe of His righteousness, and He will cover us, and He will look upon us as if we had never sinned. What a joyous message that is, to stand before God innocent  through Jesus Christ our Lord. 

Tetapi sebagaimana yang telah kita pelajari dalam topik yang lalu, kita harus bertobat, mengakui dosa-dosa kita, dan juga percaya dalam Yesus, dan mengklaim kebenaranNya dengan iman, dan dibaptiskan. Maka dengan cara ini Yesus akan mengambil jubah kebenaranNya dan Dia akan menutupi kita dan Dia akan memandang kita seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa. Betapa menggembirakannya kabar ini, boleh berdiri di hadapan Allah dalam kondisi tidak bersalah, berkat Yesus Kristus Tuhan kita.


But we also noticed in our study last time that the gospel makes demands upon us. Once we have embraced and accepted the gospel of Jesus Christ, then God expects something from us. And for this reason in the first angel's message we have three  imperatives, three commands or orders from God upon those individuals who receive and accept the everlasting gospel. 
And those three imperatives are:
·       fear God,
·       give glory to God, 
·       and worship the Creator. 
In other words, when we receive the gospel, the gospel gives us great responsibilities and duties towards God. 

Tetapi kita juga telah menyimak dalam pelajaran kita yang terakhir bahwa Injil menuntut sesuatu dari kita. Begitu kita menerima dan memeluk Injil Yesus Kristus, Allah menuntut sesuatu dari kita. Dan demi alasan ini, di dalam pekabaran malaikat yang pertama kita menemukan tiga keharusan, tiga komando atau perintah dari Allah kepada orang-orang yang menerima Injil yang kekal.
Dan ketiga keharusan itu ialah:
·       takutlah akan Allah,
·       muliakanlah Dia
·       dan sembahlah Sang Pencipta
Dengan kata lain saat kita menerima Injil, Injil itu memberi kita tanggung jawab besar dan kewajiban terhadap Allah.


Now in our study today we're going to take a look at the first of those imperatives. We're going to study what it means to fear God. Let me begin by saying that fearing God does not mean that we are afraid of God. Because the Bible makes it very clear that we can fear God and experience joy at the same time. I'll tell you, when I'm afraid I don't experience joy.  Notice, for example, what we find in Psalm in the book of Psalm 2:11. Notice how you have the idea of fearing God, trembling before His presence, and at the same time  experiencing joy. It says there: 11 Serve the LORD with fear…” and then it says: “…and rejoice with trembling.”
Now you say, “That's almost a contradiction in terms.”  But really, we're going to find in our study today,  that the fear of the Lord does not mean being afraid of Him.  When the Bible speaks about trembling before the Lord,  we're not shaking out of fear.  Because this verse tells us that we can experience the fear of the Lord and at the same time we can rejoice. 
Perhaps an analogy will help us understand a little bit better  this idea of what it means to fear God. In the Bible we are told that children should fear their father and their mother. In fact go with me to Leviticus 19:3 where we find these very interesting words ~ and I'm reading from the New King James Version.  “Every one of you shall revere...”  that word “revere” is the same word for “fear”,   “...Every one of you shall revere…” or fear, “…his mother and his father and keep My Sabbaths, I am the LORD your God.”  Now when the Bible tells us that we're supposed to fear  our father and our mother, does that mean that we're supposed  to be afraid of them? Absolutely not!  What it means is that we're supposed to have a  profound respect for them.  We are to hold our parents in awe.  In other words, the expression to “fear God” does not mean being afraid of God, it entails great respect, and awe,  and reverence for someone. 

Sekarang, dalam pelajaran kita hari ini, kita akan melihat keharusan yang pertama. Kita akan mempelajari apa artinya takut akan Allah.
Izinkan saya mulai dengan mengatakan bahwa takut akan Allah tidak berarti kita ketakutan oleh Allah. Karena Alkitab dengan sangat jelas menyatakan bahwa kita bisa takut akan Allah tapi pada watu yang sama juga merasakan sukacita. Nah, saat saya ketakutan, saya tidak merasa sukacita. Perhatikan, misalnya, apa yang kita dapati di Mazmur, di kitab Mazmur 2:11. Perhatikan bagaimana konsep takut akan Allah, gemetar di hadiratNya, dan pada waktu yang sama merasakan sukacita. Dikatakan di sana,11 Layanilah TUHAN dengan takut…” lalu dikatakan,  “…dan bersukacitalah dengan gemetar.”
Kalian berkata, “Itu istilah  yang nyaris bertentangan.”
Tetapi dalam pelajaran kita hari ini, kita akan melihat bahwa takut akan Tuhan tidak berarti ketakutan pada Tuhan. Bila Alkitab berbicara tentang “gemetar di hadapan Tuhan” itu bukan gemetar karena ketakutan. Karena ayat ini mengatakan kepada kita bahwa kita bisa mengalami takut akan Tuhan dan pada waktu yang sama kita bersukacita.
Barangkali analogi ini bisa membantu kita memahami konsep apa yang dimaksud dengan takut akan Allah dengan lebih baik. Di Alkitab kita diberitahu bahwa anak-anak harus takut akan ayah dan ibu mereka. Sebaiknya marilah bersama saya ke Imamat 19:3 di mana kita temukan kata-kata yang sangat menarik ini ~ dan saya membaca dari NKJV. “…3 Setiap orang di antara kamu haruslah menyegani…”  kata “menyegani” ini adalah kata yang sama yang diterjemahkan “takut akan” [  יָרֵא yârê'’],  “…3 Setiap orang di antara kamu haruslah menyegani …” atau takut akan “…ibunya dan ayahnya dan memelihara hari-hari sabat-Ku; Akulah TUHAN, Allahmu.” Nah, waktu Alkitab mengatakan kepada kita bahwa kita harus takut akan ayah dan ibu kita, apakah itu berarti kita harus ketakutan pada mereka? Tentu saja tidak! Artinya kita harus sangat menyegani mereka. Kita harus kagum dan menghormati orangtua kita. Dengan kata lain, ungkapan “takut akan Allah” tidak berarti ketakutan pada Allah melainkan berarti rasa hormat yang luar biasa, dan rasa kagum, dan rasa segan terhadap seseorang.


Now I want to mention some introductory things about “the fear of God”, or what the Bible also calls “the fear of the Lord”.  The Bible tells us that fearing God is the beginning of wisdom.  In other words, if we don't fear God we don't even have  the beginning of wisdom.  And, of course, if we don't have wisdom we're fools. The Bible says, “The fool has said in his heart there is no God…”, because he has no wisdom. Notice Proverbs 9:10 where we're told that: 
10 The fear of the LORD is the beginning of wisdom: and the knowledge of the holy One is understanding.”
So you can have all kinds of information in your brain that you've studied in school, but if you don't have the fear of the Lord the Bible says that we do not even have the beginning of wisdom. We have not even started to be wise. So it's very important to have the fear of the Lord. 

Sekarang saya ingin menyebutkan beberapa info pendahuluan tentang “takut akan Allah” atau apa yang juga disebut Alkitab sebagai “takut akan Tuhan”. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa takut akan Allah adalah permulaan hikmat. Dengan kata lain, jika kita tidak takut akan Allah, kita bahkan tidak memiliki permulaan hikmat. Dan tentu saja, jika kita tidak memiliki hikmat, kita adalah orang-orang bodoh. Alkitab berkata, Orang bebal berkata dalam hatinya: ‘Tidak ada Allah…" [Maz. 14:1] karena dia tidak punya hikmat. Perhatikan Amsal 9:10 di mana dikatakan,  10 Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.”
Jadi kita  bisa saja memiliki segala jenis informasi dalam otak kita yang kita pelajari di sekolah, tetapi jika kita tidak takut akan Tuhan, kata Alkitab, kita bahkan tidak memiliki permulaan hikmat. Kita belum mulai bijak. Jadi memiliki takut akan Tuhan itu sangat penting.


Another interesting detail about the fear of God, or the fear of the Lord, is that we cannot simply make up our minds that we're going to fear the Lord.  Because the Bible tells us that the fear of the Lord is placed in our hearts by God Himself. Notice what we find in the book of Jeremiah 32:40. Here God is speaking and He says this: 40 And I will make an everlasting covenant with them, that I will not turn away from doing them good,…” now notice this,  “…but I will put My fear in their hearts, so that they will not depart from me.”
So you don't make up your mind that you're going to have the fear of God. The Bible says that God Himself takes that fear and He plants it in your heart. 

Detail lain yang menarik tentang takut akan Allah atau takut akan Tuhan ialah, kita tidak bisa memutuskan begitu saja dalam otak kita bahwa kita akan takut akan Tuhan. Karena Alkitab berkata bahwa takut akan Tuhan itu ditanamkan di dalam hati kita oleh Allah sendiri. Perhatikan apa yang kita temui di kitab Yeremia 32:40. Di sini Allah sedang berbicara dan Dia berkata demikian, 40 Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan berpaling dari berbuat baik kepada mereka…” sekarang perhatikan ini,  “…tetapi Aku akan menaruh takut-Ku di dalam hati mereka, supaya mereka tidak menjauh dari-Ku.”
Jadi kita tidak bisa memutuskan di kepala kita bahwa kita akan takut akan Allah. Alkitab berkata Allah Sendiri yang mengambil takut itu dan Dia tanamkan di dalam hati kita.


The Bible also tells us that the fear of God, or the fear of the Lord is far better than any earthly possession that we might have.  It's far better than riches. 
Notice what we find in Proverbs 15:16.  Here Solomon, who by the way, for a while was very rich,  and also very foolish, ~ because he did not have the fear of the Lord, he went astray from God ~ then later on in his life he wrote Proverbs, so he's writing from experience. And notice what he says: 16 Better is little with the fear of the LORD than great treasure with trouble.”  So it's better to have just a little with the fear of the Lord than to have all kinds of riches. 

Alkitab juga mengatakan kepada kita bahwa takut akan Allah, atau takut akan Tuhan itu adalah sesuatu yang jauh lebih berharga daripada harta duniawi apa pun yang kita miliki, jauh lebih baik daripada kekayaan.
Perhatikan apa yang kita temukan di Amsal 15:16. Di sini Salomo, yang pernah kaya raya beberapa waktu lamanya, dan juga pernah sangat tolol ~ karena dia tidak memiliki rasa takut akan Tuhan, dia meninggalkan Allah ~ kemudian di bagian akhir hidupnya dia menulis kitab Amsal. Jadi dia menulis dari pengalamannya. Perhatikan apa yang dikatakannya, 16 Lebih baik punya sedikit dengan disertai takut akan TUHAN daripada banyak harta dengan masalah.” Jadi lebih baik punya hanya sedikit dengan rasa takut akan Tuhan daripada memiliki segala macam kekayaan.


Now another important aspect of fearing God, or having the fear of the Lord in your life, is the fact that it is a choice.  In other words, to fear God is something that you choose. You allow God to take it and plant it into your heart. 
Notice Nehemiah 1:11. There it says: “11 O LORD, I pray, please let Your ear be attentive to the prayer of your servant, and to the prayer of your  servants,…” notice, “…who desire to fear Your name…” So fearing God's name is a desire that we have. It's a choice. And then it says: “… and let your servant prosper this day, I pray, and grant him mercy in the sight of this man…”

Sekarang, aspek penting yang lain dari takut akan Allah atau memiliki takut akan Tuhan dalam hidup kita adalah fakta bahwa ini adalah sebuah pilihan. Dengan kata lain, takut akan Allah adalah sesuatu yang kita pilih. Kita mengizinkan Allah menanamkan perasaan tersebut dalam hati kita.
Perhatikan Nehemia 1:11, di sana dikatakan: 11 Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu…” perhatikan, “…yang ingin takut akan nama-Mu…” Jadi takut akan nama Allah adalah suatu keinginan yang kita miliki, suatu pilihan. Kemudian katanya,  “…dan mohon biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan karuniakanlah belas kasihan dalam pandangan orang ini…"


Also in Proverbs 1:29 we find this statement: “28 Then will they call on me, but I will not answer; they will seek me diligently, but they will not find me: 29 because they hated knowledge, and did not choose the fear of the LORD, 30 they would none of my counsel and despised all my rebuke.”
So notice once again the idea that Israel is rejected by God at this point because she did not choose the fear of the Lord. Notice, we can choose to fear God, or we can choose not to fear God. It's not something arbitrary that God plants in the hearts of some people, and not in the hearts of other people. It's something that we must choose to allow God  to plant in our heart. 

Juga di Amsal 1:29 kita mendapatkan pernyataan ini:  28 Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku, 29 karena mereka membenci pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN. 30 mereka tidak mau menerima semua nasihatku, dan menolak segala teguranku.”
Jadi perhatikan sekali lagi konsep bahwa Israel ditolak Allah pada saat itu karena dia tidak memilih untuk takut pada Tuhan. Perhatikan, kita bisa memilih untuk takut pada Allah, atau kita bisa memilih untuk tidak takut pada Allah. Ini bukan sesuatu yang dipaksakan Tuhan untuk ditanamkan di hati manusia-manusia tertentu tapi tidak di hati manusia-manusia lainnya. Ini adalah sesuatu yang harus kita pilih untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan Allah menanamkannya dalam hati kita.


Incidentally, the Bible also says that to fear God, or the fear of the Lord, is something that can be taught. You can learn it. Notice Psalm 34:11.  There the Psalmist says, “Come, you children, listen to me:  I will teach you the fear of the Lord.” So the fear of the Lord is a learned phenomenon.  It can be taught as we have fellowship  and communion with God. 

Nah, kebetulan Alkitab juga berkata bahwa takut akan Allah atau takut akan Tuhan adalah sesuatu yang bisa diajarkan. Kita bisa belajar untuk takut pada Allah. Perhatikan Mazmur 34:11. Di sana si pemazmur berkata,11 Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!” Jadi takut akan Tuhan adalah fenomena yang dipelajari. Itu bisa dipelajari selama kita memiliki persekutuan dan komunikasi dengan Allah.


But now we must ask the question, What does it really mean to fear God? Well, in order to answer this question we need to examine the expression “fear God”, and also the expression “fear of the Lord”, as it's found in all of the Bible.
Perhaps you know that the book of Revelation contains over a thousand references to the Old Testament alone, which means that Revelation is getting much of its information from all of the rest of Scripture, from all of the rest of the Bible. 
So if we want to know what the first angel's message means when it says  ”fear God”, we need to see what  that expression means in the rest of Scripture. You see, the expression, “the fear of God” or “the fear of the Lord” is like a many edged diamond. Each edge is a different aspect of what it means to fear God. So we must look at the entire biblical testimony about this  expression, or these expressions.  Now by definition the expression “fear God”,  or “the fear of the Lord”, involves respect, awe, reverence, and worship towards God. And the reason why we are to have this respect, this awe, this reverence, and this spirit of worship for God, is because He is our Creator, and we are His creatures. 
Notice Psalm 33:6-9 where this is brought out clearly. Psalm 33:6-9. It says there: 6 By the word of the LORD the heavens were made…” notice creation, “…and all the host of them by the breath of His mouth. 7 He gathers the waters of the sea together as a heap: He lays up the deep in storehouses. 8 Let all the earth fear the LORD: let all the inhabitants of the world stand in awe of Him…” So why are we supposed to fear the Lord and stand in awe of the Lord?  It's simply because God is the what? the Creator, and we are creatures. 

Tetapi sekarang kita harus bertanya, apa arti sesungguhnya takut akan Allah? Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memeriksa ungkapan “takut akan Allah” dan juga ungkapan “takut akan Tuhan” sebagaimana yang ada di dalam Alkitab.
Barangkali kalian tahu kitab Wahyu berisi lebih dari seribu referensi dari Perjanjian Lama, berarti kitab Wahyu mendapatkan banyak informasinya dari kitab-kitab lainnya di Kitab Suci, dari seluruh kitab-kitab lain di Alkitab. Maka jika kita mau tahu apa makna pekabaran malaikat yang pertama ketika dia berkata, “Takutlah akan Allah”, kita perlu melihat apa arti ungkapan ini di kitab-kitab lainnya di Kitab Suci. Kalian lihat, ungkapan “takut akan Allah” atau “takut akan Tuhan” itu seperti berlian yang banyak sudutnya. Setiap sudut adalah satu aspek yang berbeda dari arti takut akan Allah. Maka kita harus melihat seluruh kesaksian alkitabiah tentang ungkapan atau ungkapan-ungkapan ini. Nah, menurut definisinya, ungkapan “takut akan Allah” atau “takut akan Tuhan” melibatkan rasa menghargai, kagum, hormat, dan penyembahan kepada Tuhan. Dan alasan mengapa kita harus memiliki rasa menghargai, kagum, hormat dan semangat penyembahan untuk Allah ialah karena Dialah Pencipta kita dan kita adalah ciptaanNya.
Perhatikan Mazmur 33:6-9 di mana ini dengan jelas dinyatakan. Mazmur 33:6-9, dikatakan di sana:  6 Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan…” perhatikan: penciptaan,  “…oleh nafas dari mulut-Nya, segala isinya. 7 Ia mengumpulkan air-air laut seperti satu kumpulan, Ia menaruh samudera raya ke tempat penyimpanan. 8 Biarlah segenap bumi takut akan TUHAN, biarlah semua penduduk dunia kagum padaNya!” Jadi mengapa kita harus takut akan Tuhan dan kagum pada Tuhan? Semata-mata karena Allah ialah apa? Sang Pencipta, dan kita adalah ciptaanNya.


Jeremiah 10:6-10 adds to this idea. It says there: 6 In as much as there is none like You…” Jeremiah is describing God,  “…there is none like You, O LORD; You art great, and Your name is great in might. 7 Who would not fear You, O King of the nations? for this is Your rightful due, for among all the wise men of the nations, and in all their kingdoms, there is none like You…”   
So reverence and awe for God, fearing God has to  do with who He is.  He's the great God!  He is the Creator of the heavens and of the earth. 

Yeremia 10:6-10 menambahkan konsep ini. Dikatakan di sana: 6 Karena tidak ada yang sama seperti Engkau…” Yeremia sedang memberikan deskripsi tentang Allah, “…tidak ada yang sama seperti Engkau ya TUHAN! Engkau agung dan nama-Mu besar dalam keperkasaan. 7 Siapakah yang tidak takut pada-Mu, ya Raja bangsa-bangsa? Karena memang inilah yang layak bagi-Mu; sebab di antara semua orang bijak dari bangsa-bangsa dan di semua kerajaan mereka, tidak ada yang sama seperti Engkau!”
Jadi penghormatan dan kekaguman bagi Allah, takut akan Allah berkaitan dengan siapa Dia. Dialah Allah yang agung! Dialah Pencipta langit dan bumi.


In fact, I found this interesting statement; it's very short. It's in the beautiful and magnificent book on how to bring up children. It's called Child Guidance. On page 538 we find this definition of what it means to fear God:  “True reverence for God is inspired by a sense of His infinite greatness and a realization of His presence.”  In other words, the reason we fear God is because we discern His infinite greatness, and we also realize that He is present. 

Bahkan saya menemukan pernyataan yang menarik ini, sangat pendek. Ini ada dalam buku yang indah dan hebat tentang cara membesarkan anak, judulnya Child Guidance. Di hal 538 kita menemukan definisi apa artinya takut akan Allah: “Rasa hormat yang sejati bagi Tuhan diilhami oleh perasaan mengenali keagunganNya yang tak terbatas dan kesadaran akan kehadiranNya.” Dengan kata lain, alasan kita takut akan Allah ialah karena kita mengenali keagunganNya yang tidak terbatas dan kita juga menyadari bahwa Allah itu hadir.


But, you know, the fear of the Lord is an interesting phenomenon. To fear God is an interesting phenomenon because it has to do with God being distant, and at the same time with God being close. In other words, God is transcendent, but God is also imminent. God is over and above His creation, but God comes in  contact with His creation. You know, the great writer Rudolph Otto once said that God is “the Holy Other”. In other words, we should not conceive of God as our good old buddy.  We can't conceive of God as the man upstairs.  God is a God who is great, omnipotent,  and He must be respected. He's up there; He's over and above us; He's outside of us;  He is transcendent. But the Bible also tells us that God comes into close contact  with those who are humble of heart. In other words, He's a God that's way up there. He is to be respected; He is to be held in awe;  He is to be honored. But at the same time, those who are humble God comes down and He has contact with them.  That's why we can fear God and at the same time have joy. 

Tetapi, kalian tahu, takut akan Allah adalah fenomena yang menarik. Takut akan Allah adalah fenomena yang menarik karena terkait dengan Allah yang jauh dan pada waktu yang sama Allah yang juga dekat. Dengan kata lain, Allah itu tidak dapat dicapai, tetapi Allah juga sangat dekat. Allah berada jauh tinggi di atas semua ciptaanNya, tetapi Allah juga datang untuk berhubungan dengan ciptaanNya. Kalian tahu, penulis besar Rudolph Otto pernah berkata bahwa Allah adalah “Partner (pasangan) yang Kudus”. Dengan kata lain, kita tidak boleh menganggap Allah itu teman bergurau kita, kita tidak boleh menganggap Allah itu sebagai tetangga yang tinggal di kamar di atas kita. Allah adalah Allah yang agung, mahakuasa, dan Dia harus dihormati. Allah ada di atas sana, Dia jauh tinggi di atas kita,  Dia berada di luar kita, Dia mengatasi segala sesuatu. Tetapi Alkitab juga mengatakan kepada kita bahwa Allah datang dan berhubungan akrab dengan mereka yang rendah hati. Dengan kata lain Dia adalah Allah yang jauh di atas sana, Dia harus dihargai, Dia harus dipandang dengan penuh rasa kagum, Dia harus dihormati. Tetapi pada waktu yang sama Allah turun dan berhubungan dengan mereka yang rendah hati. Itulah sebabnya kita bisa takut akan Allah dan pada waktu yang sama merasa sukacita.


Notice Isaiah 57:15 where we find this apparent dichotomy between God's otherness, and God's coming to be with us. Isaiah 57:15. “For thus says the high and lofty One who inhabits eternity, whose name is Holy: ‘I dwell in the high and holy place’…” Notice God says, “I'm up there.  I'm beyond the sun, the moon, and the stars. I inhabit eternity.” But then notice what He says: “… ‘I dwell in the high and holy place, with him also who has a contrite  and humble spirit, to revive the spirit of the humble,  and to revive the heart of the contrite ones.” 

Perhatikan Yesaya 57:15 di mana kita menemukan dua sisi tentang tingginya Allah dan Allah yang datang untuk diam bersama kita. Yesaya 57:15: Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam dalam kekekalan, dan nama-Nya Yang Mahakudus: ‘Aku bersemayam di tempat yang tinggi dan yang kudus…” perhatikan Allah berkata, “Aku ada di atas sana. Aku melampaui matahari, bulan dan bintang-bintang. Aku tinggal di kekekalan.” Tetapi kemudian perhatikan apa kataNya,  “… ‘Aku bersemayam di tempat yang tinggi dan yang kudus, tetapi juga bersama-sama orang yang menyesali dosanya dan rendah hati, untuk menghidupkan kembali semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan kembali hati orang-orang yang menyesali dosanya.”


So God is way up there; He's transcendent, but He is also imminent.  He is to be respected because He's outside of us; He is the great Creator, but He is the Creator who is our Father and comes in contact with us.  And so when we fear God, we respect Him as the omnipotent  God, but at the same time we love Him as our intimate Father. 

Jadi Allah ada di atas sana, Dia tidak dapat dicapai, tetapi Dia juga dekat. Dia harus dihormati karena Dia berada di luar kita, Dialah Pencipta agung, tetapi Dia juga Pencipta yang adalah Bapa kita dan menghampiri untuk berhubungan dengan kita. Maka bilamana kita takut akan Allah, kita menghormati Dia sebagai Allah yang mahakuasa, tetapi pada waktu yang sama kita mengasihi Dia sebagai Bapa kita yang akrab.


Now let's talk a little bit about that intimate closeness that God has to us.  Notice Deuteronomy 13:4. And what I want you to see in this verse is the number of  synonyms that are used to describe our  relationship with God. 
Deuteronomy 13:4. Notice what it says: “4 You shall walk after the LORD your God, and fear Him, and keep His commandments, and obey His voice, you shall serve Him, and hold fast to Him.”
Do you see all of the synonymous expressions? To fear God means:
·       to walk with Him,
·       to keep His commandments, 
·       to obey His voice,
·       to serve Him,
·       and to hold fast to Him. 
By the way, that expression, “hold fast” to Him, really in the King James Version, (I'm using the New King James), but in the King James Version it's translated,  to “cleave”  “you shall cleave to Him.”  Now that's the very same word that's used in Genesis where it  speaks about a man leaving his father and his mother,  and joining his wife, and cleaving unto her.  In other words, it's an intimate closeness.  It's actually becoming one, according to Scripture. 
By the way, the same word is used in Psalm 102:5,  where it speaks about the bones cleaving to the skin.  And it's used in Psalm 137:6 where it speaks about the tongue  cleaving to the roof of your mouth. In other words, this is an intimate closeness;  it's a sticking together.  And God says this is what the fear of the Lord means. It means to cleave unto the Lord your God. 

Sekarang mari kita bicara sedikit tentang keintiman, kedekatan Allah kepada kita. Simak Ulangan 13:4. Dan apa yang saya ingin kalian lihat dalam ayat ini adalah jumlah sinonim yang dipakai untuk menggambarkan hubungan kita dengan Allah.
Ulangan 13:4, perhatikan apa katanya, “TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus melakukan perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan memegangNya erat-erat.”
Apakah kalian melihat semua ungkapan yang bersinonim? Takut akan Allah berarti:
·       berjalan bersama Allah,
·       melakukan perintahNya,
·       mendengarkan suaraNya,
·       berbakti kepadaNya,
·       dan memegangNya erat-erat.
Ketahuilah, ungkapan “memegangNya erat-erat” saya memakai terjemahan NKJV, tetapi sebenarnya di KJV kata itu diterjemahkan “melekat”(LAI menerjemahkannya “berpaut”): “kamu harus… melekat padaNya”. Nah, ini adalah kata yang sama yang dipakai di kitab Kejadian di mana berbicara tentang seorang laki-laki meninggalkan orangtuanya untuk bersatu dengan istrinya, dan melekat pada istrinya. Dengan kata lain itu adalah kedekatan yang sangat intim, sebenarnya menurut Kitab Suci itu adalah menjadi satu (= menyatu).
Nah, ketahuilah kata yang sama dipakai di Mazmur 102:5 yang berbicara tentang tulang-tulang yang melekat pada kulit (terjemahan LAI kurang tepat sehingga ungkapan itu tidak ada). Dan itu juga dipakai di Mazmur 137:6 di mana dikatakan tentang lidah yang melekat ke langit-langit mulut. Dengan kata lain, ini adalah suatu hubungan yang intim, saling melekat satu sama lain. Dan Allah berkata inilah yang dimaksud dengan takut akan Allah. Artinya melekat pada Tuhan Allahmu.


Fearing God also involves respecting God's holy name.  Notice Deuteronomy 28:58-59.  Here God is warning Israel about the need to respect His holy name, which, by the way, is a reflection of His character. God's name and His character are interchangeable.  When you trample on God's name, you're really trampling upon His character. It says in Deuteronomy 28:58-59, God is speaking: “58 If you do not carefully observe all the words of this law that are written in this book, that you may fear this glorious and awesome name, THE LORD YOUR GOD; 59 Then the LORD will bring upon you and your descendants extraordinary plagues, great and prolonged plagues, and serious and prolonged sicknesses.”
Notice that God expects that we should what? fear His glorious and awesome name, and His awesome name is  “the Lord Your God”. 

Takut akan Allah juga termasuk menghormati nama Allah yang kudus. Perhatikan Ulangan 28:58-59. Di sini Allah memperingatkan Israel tentang keharusan menghormati namaNya yang kudus, yang sebenarnya merupakan refleksi dari tabiatNya. Nama Allah dan tabiatNya itu sama. Jika kita menginjak-injak nama Allah, kita sebenarnya menginjak-injak tabiatNya.
Dikatakan di Ulangan 28:58-59, Allah sedang berbicara: 58 Jika engkau tidak melakukan dengan hati-hati segala perkataan hukum Taurat yang tertulis dalam kitab ini, agar engkau boleh takut akan nama yang mulia dan mengagumkan ini, yakni TUHAN ALLAHMU, 59 maka TUHAN akan menimpakan kepadamu dan kepada keturunan-keturunanmu, bencana-bencana yang luar biasa, bencana-bencana yang hebat lagi berkepanjangan, dan penyakit-penyakit yang parah dan berkepanjangan.
Perhatikan, Allah berharap kita harus apa? Takut akan namaNya yang mulia dan mengagumkan, dan namaNya yang mengagumkan ialah “Tuhan Allahmu”.


Notice Psalm 111:9 also about respecting the holy name of God.  In other words, we should not unnecessarily  repeat the name of God. It should not become common on our lips. Psalm 111:9. It says there:  9 He sent redemption to His people: He has commanded His covenant for ever: holy and awesome is His name.”
And, of course, we all know that the third commandment in Exodus 20:7 says: “You shall not take the name of the LORD your God in vain…”  in other words don't use it unnecessarily  “…for the LORD will not hold him guiltless who takes His name in vain.”

Perhatikan Mazmur 111:9 juga tentang menghormati nama Allah yang kudus. Dengan kata lain, kita tidak boleh menyebut nama Allah dengan sia-sia. Sebutan itu tidak boleh menjadi kata yang biasa terlontar dari bibir kita.
Mazmur 111:9, dikatakan di sana: 9 Dikirim-Nya penebusan kepada umat-Nya, Dia telah menetapkan perjanjian-Nya untuk selama-lamanya; nama-Nya kudus dan mengagumkan.”
Dan, tentu saja kita semua tahu bahwa perintah ketiga di kitab Keluaran 20:7 berkata:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan…” dengan kata lain jangan dipakai jika tidak perlu,  “…sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.”


And, of course, we're all acquainted with the Lord's prayer where Jesus, in Matthew 6:9 says, “…hallowed be Your…” what? “…be Your name”. The word “hallowed” means sanctified be Your name. Your name is holy.  You know, I think that Hollywood would do real well  to listen to this.  Because in the movies that are produced by the media  God's name is constantly taken in vain.  Not only this, we do it also, many times as Christians,  when we use slang words to describe Jesus,  or to describe God.  We say, for example, “Gee”, which is short for “Jesus”.  And we say “gosh” ~  and I say this reverently you know to make a point ~ we say “gosh” it's a slang word for God. You know, the Jews did not even pronounce God's holy name  because it was so magnificent.  They actually only wrote it.  They never even pronounced it with their lips because it was  such a holy and reverent name. 
How many times don't we just basically repeat the name of God  in our prayers, the name of God in our conversation, without taking into account the reverent and awesome, and omnipotent  meaning of that holy name of God. 

Dan tentu saja, kita semua kenal doa Bapa Kami di mana Yesus di Matius 6:9 berkata “…dikuduskanlah…”  apa?   “…namaMu.” Kata “dikuduskan” berarti  namaMu itu kudus, namaMu itu suci. Kalian tahu, menurut saya Hollywood seharusnya mendengarkan ini karena di film-film yang diproduksi oleh media, nama Allah senantiasa dipakai dengan sembarangan. Bukan hanya ini, kita juga melakukannya, banyak kali sebagai orang Kristen, kita memakai kata-kata gaul untuk mendeskripsikan Yesus atau Allah. Kita berkata, misalnya, “Gee” yang adalah kependekan untuk “Jesus”, dan kita berkata “gosh” ~ saya mengucapkan ini dengan hormat ya untuk menyampaikan poinnya ~ kita berkata “gosh” yang adalah kata gaul untuk “God. Kalian tahu, orang-orang Yahudi bahkan tidak berani mengucapkan nama Allah yang kudus karena begitu dahsyatnya, mereka hanya menuliskannya, mereka bahkan tidak pernah mengucapkannya dengan bibir mereka karena nama itu begitu kudus dan dihormati.
Berapa kalikah kita tidak hanya begitu saja mengulang-ulang nama Allah dalam doa-doa kita, dalam pembicaraan kita, tanpa mempertimbangkan betapa takzim dan mengagumkannya dan mahakuasanya makna nama Allah yang kudus itu?


Do you know that fearing God will not only effect how we  use His name, but fearing God will also effect  how we worship Him; our style of worship. 
Notice 1 Chronicles 16:29-30.  Notice that we have several key words that are found in the  first angel's message.  In fact all of the key commands in the first angel's message  are in 1 Chronicles 16:29-30. Notice: “29 Give to the LORD…” what?  “…the glory due His name…”  Do we find that in the first angel's message? fear God and what? give glory to Him.  Okay, so it says, “…Give to the LORD the glory due His name, bring an offering, and come before Him, O, worship the LORD in the beauty of holiness….” Is that word worship in the first angel's message? Absolutely! And so it says:   “…worship the LORD in the beauty of holiness…”  And then notice the idea of fearing God.  “…30 Tremble…”  there it is,  “…tremble before Him, all the earth: the world also is firmly established, it shall not be not moved.
 “…O, worship the LORD in the beauty of holiness….” Notice that we're supposed to worship the Lord  in the beauty of holiness. And then it says, “…tremble before Him, all the earth…”

Tahukah kalian bahwa takut akan Allah tidak hanya akan berdampak pada bagaimana kita memakai namaNya, tetapi takut akan Allah juga akan mempengaruhi bagaimana cara kita beribadah kepadaNya, gaya ibadah kita.
Perhatikan 1 Tawarikh 16:29-30. Perhatikan ada beberapa kata kunci yang ditemukan dalam pekabaran malaikat pertama. Bahkan semua perintah kunci dalam pekabaran malaikat pertama ada di 1 Tawarikh 16:29-30. Perhatikan:29 Berilah kepada TUHAN…”  apa? “…kemuliaan yang layak bagi nama-Nya…”  apakah kita menemukan ini dalam pekabaran malaikat yang pertama? Takutlah akan Allah dan apa? Muliakanlah Dia. Oke, jadi dikatakan,  “…Berilah kepada TUHAN kemuliaan yang layak bagi namaNya. Bawalah persembahan dan datanglah ke hadiratNya! Sembahlah TUHAN dalam indahnya kekudusan…”  apakah kata “sembah” itu ada dalam pekabaran malaikat yang pertama? Betul sekali! Maka dikatakan,  “…Sembahlah  TUHAN dalam indahnya kekudusan…” Lalu simak konsep takut akan Allah, “…30 Gemetarlah…”  ini dia, “…Gemetarlah di hadapan-Nya hai segenap bumi; dunia juga telah dijadikan dengan mantap, dia tidak  akan dipindahkan.”
“…Sembahlah  TUHAN dalam indahnya kekudusan…” Perhatikan kita seharusnya menyembah Allah dalam indahnya kekudusan. Kemudian dikatakan, “…Gemetarlah di hadapan-Nya hai segenap bumi…”


Do you know how Israel worshipped God?  You know, today many Christian churches come to church to have a party. But do you know how Israel worshipped the Lord in biblical times?  They came with humility.  They were not haughty. In fact the Bible says that when God's people encountered God their immediate reaction was to bow their forehead to the ground in reverence towards God. 
I want you to notice what we find in 2 Chronicles 7:3 where it speaks about the inauguration of Solomon's temple which is, by the way, misnamed; it's God's temple,  and it was built by Solomon. 2 Chronicles 7:3. Notice that worshipping God  involves humility.  We cannot be haughty. In our worship style we must be reverent, in other words. 
It says there in 2 Chronicles 7:3: “3 When all the children of Israel saw how the fire came down, and the glory of the LORD on the temple, they bowed their faces to the ground on the pavement, and worshipped, and praised the LORD, saying, ‘For He is good; for His mercy endures for ever’.”
Notice that they put their forehead to the ground,  and they bowed before the great God.

Tahukah kalian bagaimana cara orang Israel beribadah kepada Allah? Kalian tahu, dewasa ini banyak orang Kristen datang ke gereja untuk berpesta. Tetapi tahukah kalian bagaimana Israel beribadah kepada Tuhan di zaman Alkitab? Mereka datang dengan kerendahan hati. Mereka tidak angkuh. Bahkan Alkitab berkata bahwa ketika umat Allah bertemu dengan Allah, reaksi spontan mereka adalah sujud dengan dahi mereka ke tanah sebagai penghormatan kepada Allah.
Saya mau kalian memperhatikan apa yang kita temukan di 2 Tawarikh 7:3 di mana dibicarakan inaugurasi Bait Salomo, yang sebenarnya salah penyebutan, itu Bait Allah yang dibangun oleh Salomo. 2 Tawarikh 7:3, perhatikan bahwa beribadah kepada Allah itu harus dengan kerendahan hati. Kita tidak boleh angkuh. Dengan kata lain gaya ibadah kita harus penuh hormat.
Dikatakan di 2 Tawarikh 7:3  “Ketika segenap orang Israel melihat api itu turun dan kemuliaan TUHAN di atas Bait Allah, berlututlah mereka di atas lantai dengan muka mereka sampai ke tanah, lalu sujud menyembah dan menyanyikan syukur bagi TUHAN: ‘Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.’
Perhatikan mereka berlutut dengan dahi menyentuh tanah, dan mereka sujud di hadapan Allah yang agung.


You know, every great person in the Bible that encountered God  was awed by His presence in the worship experience. 
In Isaiah 6 Isaiah was permitted to see God's heavenly temple,  and he heard the Seraphim singing, and the posts of the  temple were shaking, and the angels were singing, Holy, Holy,  Holy. And how did Isaiah feel? He says, “Oh I am undone; for I am a man of unclean lips,  and I dwell in the midst of a people with unclean lips.”  But when he realized that he was nothing,  then God made him something, because God sent an angel  to touch his lips, and his sin was cleansed,  because he came to worship God in humility. 

Kalian tahu, setiap tokoh di Alkitab yang bertemu dengan Allah, terkesima oleh hadiratNya dalam pengalaman ibadah.
Di Yesaya 6, Yesaya diizinkan melihat Bait Suci surgawi, dan dia mendengar serafim menyanyi, dan tiang-tiang Bait Suci itu bergetar, sementara para malaikat menyanyikan Suci, Suci, Suci. Dan bagaimana perasaan Yesaya? Dia berkata, 5… ‘Oh, aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir…” Tetapi saat dia menyadari bahwa dia bukan apa-apa, maka Allah membuat dia menjadi apa-apa. Allah mengirimkan seorang malaikat untuk menyentuh bibirnya, dan dosanya pun dibersihkan karena dia datang untuk menyembah Allah dalam kerendahan hati.


When Moses met God at the burning bush,  and he discovered that it was God that was in the burning bush, the Bible says that he bowed his head to the ground.  In other words, he was reverent in the presence of God

Ketika Musa berjumpa Allah di semak yang terbakar, dan dia menyadari bahwa Allah yang ada dalam semak yang terbakar itu, Alkitab berkata dia sujud dengan kepalanya menyentuh tanah. Dengan kata lain dia penuh hormat di hadirat Allah.


When Jesus encountered Peter after the resurrection, Peter said, “Depart from me, for I am a sinful man.” 

Ketika Yesus bertemu Petrus setelah kebangkitanNya, Petrus berkata, "…Tuhan, pergilah dariku, karena aku ini orang berdosa." [Lukas 5:8]


In fact, do you know where the word “humility” comes from?  The word “humility” comes from the Latin humus.  Do you know what humus is? It means dirt.  It means dust. In other words, humility means that you  recognize that you are dust.  And what are we composed of?  What did God create us of? He created us of dust.  In other words, when we come to worship before God we realize that we are but dust.  But, of course, in the sight of God, we are very precious dust.  We must come to worship God in humility, in other words,  not with a haughty spirit. 

Malah, tahukah kalian dari mana asal kata “humility” [= kerendahan hati]? Kata “humility” berasal dari kata Latin humus. Tahukah kalian apa itu humus? Artinya tanah, debu. Dengan kata lain “humility” (kerendahan hati) berarti kita menyadari kita hanya debu. Dan kita memang terbuat dari apa? Tuhan menciptakan kita dari apa? Dia menciptakan kita dari debu. Dengan kata lain, saat kita datang untuk beribadah kepada Allah, kita menyadari kita hanyalah debu. Tetapi tentu saja, di mata Allah, kita adalah debu yang sangat mahal. Kita harus datang menyembah Allah dengan kerendahan hati, dengan kata lain, bukan dengan jiwa yang sombong.


Psalm 9:20 explains the importance of recognizing that we are not God; that we are simply men. It says there:  “20 Put them in fear, O LORD: that the nations may know themselves to be but men.”
See, when we have the fear of the Lord, what do we realize?  We realize that we are but what? we are but men.  In other words, the fear of the Lord creates humility in us. 

Mazmur 9:20 menjelaskan pentingnya mengenali bahwa kita bukan Allah, bahwa kita sekadar manusia. Dikatakan di sana, 20 Buatlah mereka menjadi takut, ya TUHAN, sehingga bangsa-bangsa itu boleh tahu, bahwa mereka hanyalah manusia.”
Lihat, bila kita memiliki takut akan Allah, kita menyadari apa? Kita menyadari bahwa kita hanyalah apa? Kita hanyalah manusia. Dengan kata lain, takut akan Allah menciptakan rasa rendah hati dalam diri kita.


Notice Isaiah 45:9,  9 Woe to him who strives with his Maker! Let the potsherd strive with the potsherds of the earth. Shall the clay say to him who forms it ‘what are you making?’ or shall your handiwork say, ‘He has no hands?’”
Do you remember the story of Nebuchadnezzar, right? that great king of Babylon. He thought he was hot stuff.  In fact the Bible tells us that one day he went out on the  balcony of the palace, and he says, “Isn't this great Babylon  that I have built with my power and for my glory?” 
And the Lord said, “Oh yeah?” 
And in an instant God removed the pearl of reasoning from his mind, and suddenly Nebuchadnezzar was no better than a beast. He was something as long as God gave him a reasoning power.  When God removed that he was nothing.  And at the end Nebuchadnezzar says, “I now praise and honor  the God of heaven, because He is able to humble those who  have a haughty spirit.”  So the fear of the Lord entails great humility. 

Perhatikan Yesaa 45:9, 9 Celakalah orang yang berbantah dengan Penciptanya; biarlah pecahan tembikar berbantah dengan sesama pecahan tembikar dunia. Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: ‘Apakah yang kaubuat?’ atau hasil karyamu berkata, ‘Engkau tidak punya tangan’?…"
Apakah kalian ingat kisah Nebukadnezar? Raja agung Babilon. Dia menyangka dirinya hebat. Malah Alkitab mengatakkan kepada kita suatu hari dia keluar ke balkon istana dan dia berkata, “Bukankah ini Babilon besar yang telah aku bangun dengan kuasaku demi kemuliaanku?” (Daniel 4:30)
Dan Allah berkata, “Begitukah?”
Dan dalam sekejap Allah mengambil kemampuan berpikir dari otaknya, dan tiba-tiba Nebukadnezar menjadi tidak lebih dari seekor hewan. Dia adalah sosok yang berbobot selama Allah memberinya kemampuan berpikir. Ketika Allah mengambil itu, dia menjadi bukan apa-apa. Dan akhirnya Nebukadnezar berkata,37 Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Allah Surgawi, … yang sanggup merendahkan mereka yang berjiwa congkak.” (Daniel 4:37)
Jadi takut  akan Allah membuat orang menjadi rendah hati.


The Bible also says that fearing God entails a spirit of trust  in God; it means to trust in Him.  Notice Psalm 115: 11. It says:  11 You who fear the LORD, trust in the LORD…” See, those who fear the Lord, they trust in the Lord,   “…He is their help and their shield.”
But, of course, the question is: what does it mean to trust in the Lord? By far, folks, the most predominate connotation  of the expression, “Fear of the Lord”, or “fear God” in Scripture has to do with a response of willing obedience to God. You know my colleague here at Fresno Central Church, Elder James Finn, many times has said that obedience is what?  Obedience is the highest form of worship.  It's also the highest form of fearing the Lord. 
You say, How is this? 
We're going to notice now several verses in Scripture that show that fearing God leads to a change in our lifestyle.  It leads to loving obedience to God's commandments.  It leads us to do what God says that we're supposed to do.  For example, you remember when Abraham got to the city of Gerar; the king there was Abimelech.  And Abraham was afraid that Abimelech was going to kill  him and take his wife Sarah, because it appears that Sarah  was pretty good looking, even though at that time she was up in years. But she was still pretty good looking.  And notice what Abraham said; the justification for lying  and saying, “No, she's my sister.” You know, he didn't tell the whole truth and nothing but the truth; he told a partial truth  with the intent to deceive.  Notice Genesis 20:11. 11 And Abraham said, ‘Because I thought…” listen to this,  “…Surely the fear of God is not in this place; and they will kill me on account of my wife’.”
What happens when there's no fear of the Lord  in a certain place?  People what? people kill.  Are you with me? In other words, when there's no fear of God there's no obedience; there's violence, in other words. 

Alkitab juga berkata, takut akan Allah membuat orang bersandar sepenuhnya pada Allah, berarti mempercayai Allah. Perhatikan Mazmur 115:11, dikatakan,  11 Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, percayalah dalam TUHAN!...” mereka yang takut akan Tuhan, mereka mempercayai Tuhan,  “…Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.”
Tetapi tentu saja pertanyaannya adalah: apa yang dimaksud dengan mempercayai Tuhan? Yang paling menonjol, Saudara-saudara, konotasi yang paling mendominasi dari ungkapan “takut akan Tuhan” atau “takut akan Allah” dalam Kitab Suci berkaitan dengan suatu respon, kerelaan kita untuk mematuhi Allah. Kalian tahu, rekan saya di sini di gereja Fresno Central, ketua James Finn, sering berkata bahwa kepatuhan adalah apa? Kepatuhan adalah bentuk ibadah yang paling tinggi. Juga itu adalah bentuk tertinggi dari takut akan Tuhan.
Kalian berkata, “Kok bisa?”
Kita akan menyimak sekarang beberapa ayat di Kitab Suci yang menunjukkan bahwa takut akan Allah membimbing kita ke perubahan dalam pola hidup kita, membimbing kita mematuhi dengan kasih, perintah-perintah Allah. Itu membuat kita melakukan apa yang Allah katakan harus kita lakukan. Contohnya, kalian ingat ketika Abraham tiba di kota Gerar di mana rajanya bernama Abimelek? Dan Abraham takut Abimelek akan membunuhnya dan mengambil istrinya, Sarah, karena rupanya Sarah ini cukup cantik walaupun pada saat itu dia sudah lumayan tua, tetapi dia masih tetap cantik. Perhatikan apa kata Abraham, alasannya membenarkan mengapa dia berbohong, “Bukan, dia adalah saudara perempuan saya.” Kalian tahu, Abraham tidak mengatakan seluruh kebenarannya maupun semata-mata hanya yang benar. Abraham mengatakan sebagian kebenaran dengan tujuan untuk mengibuli Abimelek. Perhatikan Kejadian 20:11, 11 Lalu Abraham berkata: ‘Karena  aku berpikir…” dengarkan ini, “…sesungguhnya  takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan  mereka bunuh karena isteriku.”
Apa yang terjadi saat tidak ada takut akan Tuhan di suatu tempat? Orang-orang bagaimana? Orang-orang membunuh. Apakah kalian bisa mengikuti saya? Dengan kata lain, bilamana tidak ada takut akan Allah, maka tidak ada kepatuhan, dengan kata lain, yang ada ialah kekerasan.


Notice Exodus 1:17. You remember that Pharaoh said that they were supposed to kill  all of the male children?  Do you remember that? two years and under?  Well, the fact is that the Hebrew midwives  did not kill the children.  Why didn't they? Notice Exodus 1:17: 17 But the midwives feared God, and did not do as the king of Egypt commanded them, but saved the male children alive.” In other words, where the fear of God is present,  your life is safe.  Where the fear of God is not present, people violate the  commandment, “Thou shalt not kill.” 

Simak Keluaran 1:17. Kalian ingat Firaun berkata bahwa mereka seharusnya membunuh semua anak laki-laki? Kalian ingat? Yang berusia dua tahun dan ke bawah? Nah, faktanya ialah para bidan Yahudi tidak membunuh anak-anak itu. Mengapa? Perhatikan Keluaran 1:17, 17 Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang diperintahkan raja Mesir kepada mereka, melainkan menyelamatkan bayi-bayi itu hidup-hidup.” Dengan kata lain, di mana ada takut akan Allah, hidup kita selamat. Di mana tidak ada takut akan Allah, manusia melanggar perintah “Jangan membunuh.”


Notice Ecclesiastes 8:11-13. And, by the way, Solomon knows what he's talking about,  because Solomon, you know, he went off on a tangent away from the Lord for years.  He became almost an atheist.  He became an infidel. So he knows what he's talking about.  He actually wrote the book of Ecclesiastes when he was and old man and he had returned to the Lord.  And he's telling people what life is like away from God. Notice: 11 Because sentence against an evil work is not executed speedily…” in other words, just because a person doesn't suffer the  penalty for sin right away,   “…therefore the heart of the sons of men is fully set in them to do evil...” And then he says:  “…12 Though a sinner does evil a hundred times, and his days are prolonged, yet I surely  know that it will be well with those who…” what?  “…fear God, who fear before Him: 13 But it will not be well with the wicked…” did you catch that?  “…it will not be well with the wicked, nor will he prolong his days, which are as a shadow; because he does not…” what? “…fear before God.”
What does it mean to not fear God?  It means to be wicked. 
What does it mean to fear God?  It means to be righteous. 
And the days of the righteous are prolonged,  but the days of the wicked are not. 
You say, “Well, I know a lot of wicked people that have lived a long time.”
Yes, have they lived eternally?  You see, when the Bible says that the righteous will live a long time, it's not only talking about this brief period  in human history, it's talking about living forever. 

Simak Pengkhotbah 8:11-13 ~ dan ketahuilah, Salomo tahu apa yang dibicarakannya, karena kalian tahu Salomo pernah menyimpang dari Tuhan selama bertahun-tahun, dia nyaris menjadi atheis, dia menjadi kafir. Jadi dia tahu persis apa yang dikatakannya. Dia menulis kitab Pengkhotbah saat sudah tua dan dia kembali kepada Tuhan. Dan dia menceritakan bagaimana hidup yang terpisah dari Allah itu.
Perhatikan, 11 Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan…”  dengan kata lain, hanya karena orang tidak segera merasakan hukuman dosa,  “…maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat…” lalu katanya,  “…12 Walaupun seorang pendosa melakukan kejahatan seratus kali dan usianya panjang, namun aku benar-benar tahu, bahwa semuanya akan baik bagi mereka yang…” apa?  “…takut akan Allah, yang takut di hadapanNya. 13 Tetapi tidak akan baik bagi orang yang fasik …” kalian menangkap ini?  “…tidak akan baik bagi orang yang fasik, dan umurnya pun tidak akan panjang, yang seperti bayang-bayang, karena ia tidak…”  apa?  “…takut di hadapan Allah.”
Apa maksudnya tidak takut akan Allah? Maksudnya berbuat jahat.
Apa maksudnya takut akan Allah? Maksudnya berbuat benar.
Dan umur orang-orang benar dipanjangkan, sedangkan umur orang-orang jahat tidak.
Kalian berkata, “Nah, saya kenal banyak orang jahat yang umurnya panjang.”
Betul, tapi apakah mereka hidup selamanya? Kalian lihat, jika Alkitab berkata bahwa orang benar akan hidup lama, itu tidak berbicara tentang waktu dalam sejarah manusia yang singkat ini. Ini berbicara tentang hidup yang kekal.


Now let's notice Romans 3:10-18. Here the apostle Paul is describing the sinfulness of the human race, and I want you to notice how he  ends this passage. Romans 3:10. It's a pretty sad description of the sinfulness  of the human race. 
10 As it is written, ‘There is none righteous, no, not one: 11 There is none who understands, there is none who seeks after God. 12 They have all turned aside, they have together become unprofitable; there is none who does good, no, not one. 13 Their throat is an open tomb; with their tongues they practice deceit; the poison of asps is under their lips: 14 Whose mouth is full of cursing and bitterness: 15 Their feet are swift to shed blood: 16 Destruction and misery are in their ways: 17 And the way of peace they have not known…” And now notice how the passage ends.  It's described all this wickedness, and then it says:  “…18 There is no fear of God before their eyes.”
Why is it that you have all of this list of wickedness?  Because people have no what? they have no fear of God  before their eyes

Sekarang mari kita simak Roma 3:10-18. Di sini rasul Paulus sedang menggambarkan betapa berdosanya umat manusia, dan saya mau kalian simak bagaimana Paulus mengakhiri perikop ini. Roma 3:10, ini adalah gambaran yang mengenaskan tentang betapa berdosanya umat manusia. 10 seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. 11 Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. 12 Semua orang telah menyeleweng, mereka semua telah menjadi tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. 13 Kerongkongan mereka seperti kubur yang menganga, dengan lidah mereka, mereka melakukan penipuan, bisa ular ada di bawah bibir mereka. 14 Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah dan kegetiran, 15 kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. 16 Kebinasaan dan penderitaan ada di jalan mereka, 17 dan jalan damai tidak mereka kenal…” sekarang simak bagaimana perikop ini berakhir. Semua kejahatan sudah dibeberkan, lalu katanya,  “…18 Tak ada rasa takut akan Allah di depan mata mereka."
Mengapa ada daftar kejahatan yang panjang ini? Karena manusia tidak memiliki apa? Mereka tidak memiliki takut akan Allah di depan mata mereka.


Let me ask you then, do you think that the first angel's  message is talking about the importance of being obedient  to God, and following what He says in His Holy Law?  Absolutely!
Now let's notice when the ten commandments were  given, God said something very interesting to Israel a little bit later on. 
Notice what we find in Deuteronomy 4:10-13.  Here Moses is reminiscing about what happened on Mount Horeb  when God gave the law. Notice: “10 Especially concerning the day you stood before the LORD your God in Horeb, when the LORD said to me, ‘Gather the people to Me, and I will let them hear My words…” because God spoke the ten commandments, “…that they may learn to…”  what?  When God spoke the ten commandments it was to  teach Israel to do what? to fear Him.  So it says, “…I will let them hear My words that they may learn to fear Me all the days  they live on the earth, and that they may teach their children…” Is there anything in the ten commandments that teaches people to fear God? Are we supposed to teach our children the principles of the ten commandments? Absolutely! Notice verse 11:   “…11 Then you came near and stood at the foot of the mountain; and the mountain burned with fire to the midst of heaven, with darkness, clouds, and thick darkness. 12 And the LORD spoke to you out of the midst of the fire: you heard the sound of the words, but saw no form; you only heard a voice. 13 So He declared to you His covenant, which He commanded you to perform, the ten commandments; and He wrote them on two tablets of stone.”
So notice that God gives the commandments and He says to Israel, you know, “These commandments are going to teach you to fear Me, and you are to teach these commandments to  your children, so that your children will also fear Me.” 

Coba saya tanya kalau begitu, menurut kalian apakah pekabaran malaikat pertama itu berbicara tentang pentingnya patuh pada Allah dan mengikuti apa yang dikatakanNya dalam HukumNya yang kudus? Tentu!
Sekarang mari kita perhatikan ketika ke-10 Perintah itu diberikan, Allah mengatakan sesuatu yang sangat menarik kepada bangsa Israel tak lama setelah itu.
Perhatikan apa yang kita temukan di Ulangan 4:10-13. Di sini Musa sedang mengingat kembali tentang apa yang terjadi di Bukit Horeb ketika Allah memberikan HukumNya. Perhatikan, 10 terutama tentang hari itu ketika engkau berdiri di hadapan TUHAN, Allahmu, di Horeb, waktu TUHAN berfirman kepadaku: ‘Kumpulkan orang-orang itu kepada-Ku, maka Aku akan memberi mereka mendengar segala perkataan-Ku…” karena Allah mengucapkan ke-10 Perintah,  “…supaya mereka boleh belajar…”  apa? Ketika Allah mengucapkan ke-10 Perintah, itu tujuannya membuat Israel apa? Takut akan Allah. Jadi dikatakan, “…Aku akan memberi mereka mendengar segala perkataan-Ku supaya mereka boleh belajar takut kepada-Ku selama mereka hidup di muka bumi dan mengajarkan demikian kepada anak-anak mereka…” apakah ada di dalam 10 Perintah itu yang mengajar orang untuk takut akan Allah? Apakah kita seharusnya mengajarkan kepada anak-anak kita prinsip 10 Perintah Allah ini? Tentu. Simak ayat 11, “…11 Lalu kamu mendekat dan berdiri di kaki gunung itu, sedang gunung itu menyala dengan api sampai ke tengah langit dalam gelap gulita, awan dan kegelapan yang pekat12  Dan berfirmanlah TUHAN kepadamu dari tengah-tengah api; kamu mendengar  suara kata-kata, tetapi tidak melihat suatu bentuk, kamu hanya mendengar suara. 13 Dan Ia memberitahukan kepadamu  perjanjianNya, yang diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukan, yakni Kesepuluh Perintah dan Ia menuliskannya pada dua loh batu.”
Jadi simak Allah memberikan perintah-perintah itu dan Dia berkata kepada Israel, “Perintah-perintah ini akan mengajar kamu untuk takut akan Aku, dan kamu harus mengajarkan perintah-perintah ini kepada anak-anakmu, supaya anak-anakmu juga takut akan Aku.”


By the way, do you know that the fear of the Lord involves  in our way of treating other people, it changes rather  the way that we treat other people?  You know, it makes us loving and kind towards the weak,  and the less fortunate. By the way, the main principle behind the ten commandments  is love. Isn't that right? Notice what we find in Leviticus 19:14, and then we're  going to jump to verse 32. Notice how the fear of the Lord, when we have the fear of God in our hearts it's going to effect the way that we treat our neighbor.  And, of course, the essence of God's law, the essence of the ten commandments is love. Notice: 14 You shall not curse the deaf, nor put a stumbling block before the blind…” and then what does it say?   “…but shalt fear your God: I am the LORD.”  Now notice verse 32.  32 You shalt rise up before the grey headed, and honour the presence of an old man…” and then it says:  “…and fear your God: I am the LORD.”

Nah, tahukah kalian bahwa takut akan Allah terkait juga dengan cara kita memperlakukan orang lain, lebih mengubah cara kita memperlakukan orang lain? Kalian tahu, itu membuat kita mengasihi dan bersikap baik terhadap yang lemah, dan yang kurang beruntung. Nah, prinsip utama di balik 10 Perintah Allah adalah kasih, bukankah begitu? Perhatikan apa yang kita temukan di Imamat 19:14, kemudian kita akan meloncat ke ayat 32. Perhatikan bagaimana takut akan Allah ~ bilamana kita memiliki rasa takut akan Allah di dalam hati kita ~ itu akan mempengaruhi cara kita memperlakukan tetangga kita. Dan tentu saja, esensi dari Hukum Allah, esensi dari 10 Perintah, adalah kasih.
Perhatikan, 14 Janganlah kaukutuki orang tuli maupun di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan,…” lalu apa katanya? “…tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN…” sekarang simak ayat 32, “…32 Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat atas kehadiran orang yang tua…” lalu katanya,  “…dan engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN.”


Are you catching how the fear of God in our lives effects the  way we treat other people?  Notice Leviticus 25, and we'll read verse 17, and verse 36, and also verse 43. It says there: 
17 Therefore you shall not oppress one another; but you shall fear your God…” notice that when we fear God we don't oppress other people, “…for I am the LORD your God…” Also, notice what it says  “…36 Take no usury …”  you know what usury is?  It's an exorbitant amount of interest.  It's taking advantage of people financially. And so it says: “…Take no usury or interest from him, but fear your God; that your brother may live with you...” And notice Leviticus 25:43 says: “…43 You shall not rule over him with rigor…” that is rule over your neighbor  “…you shall not rule over him with rigor but you shall fear your God.”
So, in other words, having the fear of God in our lives  leads us to keep God's law, and it leads us to love  our fellow human beings. 

Apakah kalian menangkap bagaimana takut akan Allah dalam hidup kita mempengaruhi cara kita memperlakukan orang lain? Perhatikan Imamat 25, dan kita akan membaca ayat 17, dan ayat 36, juga ayat 43. Dikatakan di sana, 17 Itulah mengapa engkau jangan menindas satu sama lain, tetapi engkau harus takut akan Allahmu,…” simak bahwa ketika kita takut akan Allah, kita tidak menindas orang lain, “…sebab Akulah TUHAN, Allahmu…”  Juga, perhatikan apa yang dikatakan,  “…36 Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu boleh hidup bersamamu…dan simak Imamat 25:43, yang berkata,  “…43 Janganlah engkau memerintah dia dengan kejam,…” maksudnya memerintah tetanggamu, “…janganlah engkau memerintah dia dengan kejam, melainkan engkau harus takut akan Allahmu.”
Jadi dengan kata lain, memiliki takut akan Allah dalam hidup kita membuat kita memelihara Hukum Allah, dan itu membuat kita mengasihi sesama kita.


Now let's read a few other verses that show how important it is when we fear God to obey Him and do His will. 
Deuteronomy 5:29, Deuteronomy 5:29. Notice how God opens up His heart to Israel. He says: 29 O that they had such a heart in them, that they would fear Me…” now notice, what does fear lead to?  “…that they would fear Me and…” what?  “…always keep all My commandments, that it might be well with them, and with their children for ever!”
What does it mean to fear God?  It means always to keep what? all of God's commandments, according to this passage. 

Sekarang, marilah kita membaca beberapa ayat yang lain yang menunjukkan betapa pentingnya bila kita takut akan Allah, kita harus mematuhi Dia dan melakukan kehendakNya.
Ulangan 5:29, perhatikan bagaimana Allah membuka hatiNya kepada Israel. Allah berkata, 29 O, seandainya mereka memiliki hati yang demikian, sehingga mereka akan takut akan Daku…” sekarang perhatkan, takut membuat kita bagaimana?  “…sehingga mereka akan takut akan Daku,…” dan apa?  “…dan selalu berpegang pada segala perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya!”
Apa artinya takut akan Allah? Artinya selalu berpegang pada apa? Semua Perintah Allah, menurut bacaan ini.


Notice Deuteronomy 8:6, and I'm reading so many of these so you don't think that I'm just picking and choosing a verse  here or a verse there. In Scripture the main connotation of the fear of the Lord, or fearing God, has to do with keeping God's commandments: departing from evil, doing good,  loving our neighbor.  In other words, it's related very closely  with God's Holy Law. 
Notice Deuteronomy 8:6. “6 Therefore you shall keep the commandments of the LORD your God, to walk in His ways, and to…”  what?  “…and to fear Him.”
 Notice once again the idea that the commandments are  linked with fearing God

Perhatikan Ulangan 8:6, dan saya membacakan begitu banyak dari ayat-ayat itu supaya kalian tidak beranggapan saya hanya memilih dan mencari sebuah ayat di sini, sebuah ayat di sana. Di Kitab Suci, konotasi utama dari “takut akan Tuhan”, atau “takut akan Allah” berkaitan dengan melakukan perintah-perintah Allah, meninggalkan kejahatan, berbuat baik, mengasihi sesama kita. Dengan kata lain, itu berkaitan sangat erat dengan Hukum Allah yang kudus.
Perhatikan Ulangan 8:6 6 Oleh sebab itu haruslah engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan…”  apa? “…takut akan Dia.”
Perhatikan sekali lagi konsep bahwa perintah-perintah Allah berkaitan dengan takut akan Allah.


Notice Deuteronomy 10:12-13.  12 And now, Israel, what does the LORD your God require of you, but to fear the LORD your God…” now notice all the synonyms:   “…to fear the LORD your God, to walk in all His ways, and to love Him, and to serve the LORD your God with all your heart and with all your soul, 13 To keep the commandments of the LORD, and His statutes, which I command you today for your good?”
Let me ask you, does fearing God have anything to do with  our own practical walk, every day walk? Yes or no?  It most certainly does! Because fearing God is explained here as walking with Him, loving Him, serving Him, and keeping His what?  and keeping His commandments.

Perhatikan Ulangan 10:12-13. 12 Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang diminta darimu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu…” sekarang perhatikan semua sinomimnya, “…hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, 13 berpegang pada perintah-perintah dan ketetapan-ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, demi kebaikanmu?
Coba saya tanya, apakah takut akan Allah ada kaitannya dengan hidup kita sendiri sehari-hari? Ya atau tidak? Jelas iya! Karena takut akan Allah dijelaskan di sini sebagai hidup bersama denganNya, mengasihiNya, beribadah padaNya, dan memelihara apanya? Dan memelihara Perintah-perintahNya.


Notice Psalm 103:17-18. And, by the way, I'm reading many of these texts, but there are many more that I could have included, but there's just too many pages.  Notice Psalm 103:17-8. 17 But the mercy of the LORD is from everlasting to everlasting on those that fear Him, and His righteousness to children's children; 18 to such as keep His covenant, and  those who remember His commandments to…” what?  “…to do them.”
Let me ask you, those individuals who fear God,  do they keep the commandments of God? Absolutely! 

Perhatikan Mazmur 103:17-18, dan ketahuilah saya telah membacakan banyak ayat, tetapi masih ada banyak lagi yang sesungguhnya ingin saya masukkan, tetapi itu terlalu banyak. Perhatikan Mazmur 103:17-18. 17 Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya ada bersama orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu mereka, 18 dan bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk…” apa?  “…melakukan perintah-perintah-Nya.”
Coba saya tanya, mereka yang takut akan Allah, apakah mereka memelihara perintah-perintah Allah? Tentu saja!


I want you to notice 1 Samuel 12, 1 Samuel 12, and we're going  to read verses 14 and 15, and then we're going to jump  down to verse 24. I thought about reading the whole passage, but it's too long. You can read it at your leisure. 1 Samuel 12:14-15, and then we'll read verse 24.  God is speaking here to the kings of Israel. 14 If you fear the LORD, and serve Him, and obey His voice, and do not rebel against the commandment of the LORD…” Do you see everything that has to do with the fear of God here?  It says: “…14 If you fear the LORD, and serve Him, and obey His voice, and do not rebel against the commandment of the LORD then both you and the king who reigns over you will continue following the LORD your God:  15 However, if you do not obey the voice of the LORD, but rebel against the commandment of the LORD, then the hand of the LORD will be against you, as it was against your fathers. 24 Only fear the LORD, and serve Him in truth with all your heart: for consider how great things He has done for you. 25 But if you still do wickedly…” notice that to fear Him is the opposite of doing wickedly  “…But if you still do wickedly you shall be swept away, both you and your king.” 

Saya mau kalian memperhatikan 1 Samuel 12, dan kita akan membaca ayat 14 dan 15, kemudian kita akan meloncat ke ayat 24. Saya tadinya berpikir akan membacakan seluruh perikop, tetapi terlalu panjang. Kalian bisa membacanya sendiri di waktu senggang. 1 Samuel 12:14-15 lalu kita akan membaca ayat 24. Di sini Allah sedang berbicara kepada raja-raja Israel. 14 Jika kamu takut akan TUHAN, beribadah kepada-Nya, mendengarkan suara-Nya dan tidak menentang perintah TUHAN,…”  apakah kalian melihat semua yang terkait dengan takut akan Allah di sini? Dikatakan, “…14 Jika kamu takut akan TUHAN, beribadah kepada-Nya, mematuhi suara-Nya dan tidak menentang perintah TUHAN, maka baik kamu, maupun raja yang memerintah kamu, akan terus mengikuti TUHAN, Allahmu!  15 Tetapi jika kamu tidak mematuhi suara TUHAN melainkan kamu menentang perintah TUHAN, maka tangan TUHAN akan melawan kamu sebagaimana terhadap nenek moyangmu,…. 24 Hanya takutlah akan TUHAN dan setialah beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu, sebab pertimbangkanlah betapa hebatnya hal-hal yang telah dilakukan-Nya bagimu.  25 Tetapi jika kamu masih berbuat jahat,…”  perhatikan, takut akan Allah adalah kebalikan dari berbuat jahat,  “…25 Tetapi jika kamu masih berbuat jahat, maka kamu akan dilenyapkan, baik kamu maupun rajamu."



Now there's a special verse in the Bible that is very close  to what we find in the first angel's message.  The first angel's message says, “Fear God, give glory to Him,  for the hour of His judgment has come.”  Now notice Ecclesiastes 12:13-14; the similarity in this passage that ends the book of Ecclesiastes. See, Solomon in Ecclesiastes basically has told his life story: how he blew it, how he almost became an atheist,  how he womanized, and how he had all of these riches, and all of these things.  And at the end of his life he felt like committing suicide,  he says in the book of Ecclesiastes. He was totally angry at life, because everything that he  considered important he realized was totally worthless.  In fact it was vanity.  You know the word “vanity” is used thirty-five times in the book of Ecclesiastes.  “Vanity of vanities; all is vanity” Solomon says when he talks about everything that he had in life. Notice how he ends his book. Ecclesiastes 12:13-14.  “13 Let us hear the conclusion of the whole matter: Fear God, and keep His commandments…” Revelation says, “Fear God and give glory to Him.” Here it says:  “Fear God, and keep His commandments for this is man’s all…” and now notice the idea of judgment “…14 For God will bring every work into judgment…” do you see the relationship between this passage and the first angel's message?  “…God will bring every work into judgment including every secret thing, whether good or evil.”

Nah, ada ayat khusus di Alkitab yang sangat mirip dengan apa yang kita jumpai dalam pekabaran malaikat pertama. Pekabaran malaikat pertama berkata, “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya…” Sekarang perhatikan Pengkhotbah 12:13-14, persamaan yang ada pada ayat yang mengakhiri kitab Pengkhotbah. Lihat, pada dasarnya dalam kitab Pengkhotbah Salomo menceritakan kisah hidupnya: bagaimana dia jatuh, bagaimana dia nyaris menjadi seorang atheis, bagaimana dia tergila-gila perempuan, dan bagaimana dia pernah memiliki segala kekayaan dan semua hal tersebut, dan pada akhir hidupnya dia merasa ingin bunuh diri. Ini dikatakannya dalam kitab Pengkhotbah. Dia sepenuhnya marah pada hidup, karena semua yang tadinya dianggap penting ternyata akhirnya disadarinya itu sama sekali tidak berguna, bahkan itu hanya kesia-siaan. Kalian tahu, kata “kesia-siaan” dipakai 35 kali dalam kitab Pengkhotbah. Kesia-siaan dari semua kesia-siaan; semua adalah kesia-siaan” [Pengkhotbah 12:8], kata Salomo saat dia berbicara tentang segala yang pernah dimilikinya dalam hidupnya. Perhatikan bagaimana dia mengakhiri kitabnya. Pengkhotbah 12:13-14, 13 Mari kita dengarkan kesimpulan dari semua ini: takutlah akan Allah dan  peliharalah perintah-perintah-Nya,…”  Kitab Wahyu berkata, “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia”, di sini dikatakan,   “…takutlah akan Allah dan  peliharalah perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang…” dan sekarang perhatikan konsep penghakimannya, “…14 Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke  penghakiman,…” apakah kalian melihat hubungan antara ayat-ayat ini dengan pekabaran malaikat pertama?  “…Allah akan membawa setiap perbuatan ke  penghakiman, termasuk setiap hal yang rahasia, entah itu baik, entah itu jahat.”


Do you remember when God asked Abraham, or commanded Abraham to take his son to Mount Moriah and to sacrifice him?  And he raised his hand and he was ready to plunge the knife into his son, and a voice said, “Don't you plunge that  knife into your son!”  I want you to notice what God said.  Genesis 22:12, 12 And He said, ‘Do not lay your hand on the lad, or do any thing to him: for now I know that you fear God, seeing you have not withheld your son, your only son from Me.”
Let me ask you, did the fear of God lead Abraham to be obedient to God, even to the point of being willing to  sacrifice his own son? Absolutely!  The fear of God has to do with obeying the commands of God.  That's especially what I want us to gather from what we're talking about. 

Apakah kalian ingat ketika Allah minta Abraham, atau memerintahkan Abraham untuk membawa anaknya ke Bukit Moria dan mengurbankan dia? Dan ketika Abraham sedang mengangkat tangannya siap untuk menancapkan pisau itu ke anaknya, suatu suara terdengar, “Jangan kautancapkan pisau itu pada anakmu!”. Saya mau kalian menyimak apa kata Alllah. Kejadian 22:12  12 Lalu Ia berfirman: ‘Jangan sentuh anak itu atau melakukan apa pun padanya, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, karena engkau tidak mempertahankan anakmu, anakmu yang tunggal dari-Ku.’"
Coba saya tanya, apakah takut akan Allah membuat Abraham patuh kepada Allah bahkan sampai rela mempersembahkan anaknya sendiri sebagai kurban? Betul! Takut akan Allah berkaitan dengan mematuhi perintah-perintah Allah. Inilah konsep yang saya ingin kita peroleh dari apa yang kita bahas.


Notice Job 1: 8-9.  Let me ask you, was Job a pretty righteous man? God said so! Let's hear what God had to say about Job.  Job 1:8-9, 8 And the LORD said to Satan, ‘Have you considered My servant Job, that there is none like him on the earth, a blameless and upright man, one who…” what?  “…fears God, and shuns evil?...”  Let me ask you, If you fear God are you going to shun evil?  Absolutely! That's what it says.  “…fears God and shuns evil?...” Let me ask you, What is it that shows you what is  evil and what is good? God's Holy Law shows you what is right and wrong, what is good and evil.  And so it says here; God is saying, One who fears  God and shuns evil... “… 9 So Satan answered the LORD, and said, ‘Does Job fear God for nothing?’”  In other words, “Does he obey You free?” 
God said, “Yeah.”
And the Devil says, “Well, let me try him.” 
And God says, “Go for it.” 
And we all know that Job remained faithful to God. 
Notice a little later on in the book of Job, Job 28:28. Listen carefully. The Bible is full of this idea. It says:  28 And to man He said, ‘Behold, the fear of the LORD, that is wisdom…” this is a synonymous parallelism.  What is said in the first line is repeated in the second line  in different words.  “…‘Behold, the fear of the LORD, that is wisdom and to depart from evil is understanding’.”   In other words, the fear of the Lord is to depart from evil. 

Simak Ayub 1:8-9. Coba saya tanya, apakah Ayub orang yang benar? Allah berkata begitu! Jadi mari kita dengar apa kata Allah tentang Ayub. Ayub 1:8-9   8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang…”  apa?  “…takut akan Allah dan menjauhi kejahatan?’…” coba saya tanya, jika kita takut akan Allah, apakah kita akan menjauhi kejahatan? Pasti! Itu yang dikatakan di sini,  “…takut akan Allah dan menjauhi kejahatan?’…” coba saya tanya, apa yang menunjukkan kepada kita mana yang jahat dan mana yang benar? Hukum Allah yang kudus yang menunjukkan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang jahat.     “…9 Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?’” dengan kata lain, “Apakah Ayub akan patuh pada-Mu tanpa pamrih?”
Allah berkata, “Iya!”
Dan Iblis berkata, “Nah, izinkan aku mencobainya.”
Dan Allah berkata, “Silakan.”
Dan kita semua tahu Ayub tetap setia kepada Allah.
Perhatikan tak lama setelah itu di kitab Ayub ~ Ayub 28:28, dengarkan baik-baik,  Alkitab penuh dengan konsep ini ~ dikatakan, 28 tetapi kepada manusia Ia berfirman: ‘Lihatlah, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.’"  Ini adalah paralelisme sinonim, apa yang dikatakan di baris pertama diulangi di baris kedua dengan kata-kata yang berbeda.  Lihatlah, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi." Dengan kata lain, takut akan Tuhan ialah menjauhi kejahatan.


Notice Proverbs 8:13.  There it's explicit. It says in Proverbs 8:13: “13 The fear of the LORD is to hate evil: pride, and arrogance, and the evil way, and the perverse  mouth,  I hate.”
So what is the fear of the Lord?  It is to what? to hate evil.  And evil is the transgression of God's Holy Law.
 
Simak Amsal 8:13, di sini jelas. Dikatakan di Amsal 8:1313 Takut akan TUHAN ialah membenci yang jahat: kebanggaan, dan kecongkakan, dan jalan kejahatan, dan mulut yang jahat, Aku benci.”
Jadi takut akan Allah itu apa? Yaitu apa? Membenci yang jahat. Dan yang jahat ialah melanggar Hukum Allah yang kudus.

Proverbs 16:6, the same idea. It says there: “6 In mercy and truth atonement is provided for iniquity and by the fear of the LORD one departs from evil.”
What does the fear of the Lord lead you to do?  to depart from evil

Amsal 16:6, konsep yang sama, dikatakan di sana: 6 Dengan belas kasih dan kebenaran, pengampunan disediakan bagi dosa, dan melalui takut akan TUHAN orang meninggalkan  kejahatan.”
Takut akan Tuhan membuat kita berbuat apa? Meninggalkan kejahatan.


Notice Proverbs 3:7, 7 Be not wise in your own eyes: fear the LORD, and…” what?  “…and depart from evil.”

Perhatikan Amsal 3:7, 7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan…”  apa?  “…tinggalkan kejahatan.”


Notice Proverbs 14:2. Time and again Scripture comes out with this idea.  Proverbs 14:2. 2 He who walks in his uprightness fears the LORD: but he who is perverse in his ways despises Him.”

Simak Amsal 14:2, berulang-ulang Kitab Suci mengetengahkan konsep ini. Amsal 14:2, 2 Siapa yang hidup dalam kebenaran, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya, membenci Dia.”


Let's notice, as we draw this to a close, some passages in  the New Testament that describe what it means to fear God. 
Hebrews 11:7. You remember that God told Noah to build a boat?  He told him to build an ark?  Was that a reasonable thing?  Folks, it had never rained, and God is telling Noah to build  this huge transatlantic, like the Queen  Elizabeth, on dry land.  Anybody would say, “That's ridiculous!  That can't be God's voice!”  But what did Noah do?  Did he obey God even though it appeared to be ridiculous?  Absolutely! Notice Hebrews 11:7:  “7 By faith Noah, being divinely  warned of things not yet seen, moved with…” what?  “…with godly fear, prepared an ark for the saving of his household; by which he condemned the world, and became heir of the righteousness that is by faith.”
You see, righteousness by faith, which is the gospel,  involves you having godly fear that leads you to move, and to do what God says that you're supposed to do. 

Untuk mengakhiri pelajaran ini marilah kita perhatikan beberapa ayat di kitab Perjanjian Baru yang menggambarkan apa artinya takut akan Allah.
Ibrani 11:7, kalian ingat bahwa Allah menyuruh Nuh membuat sebuah kapal? Allah menyuruh Nuh membuat sebuah bahtera? Apakah itu hal yang masuk akal? Saudara-saudara, saat itu belum pernah turun hujan, dan Allah menyuruh Nuh membuat kapal transatlantik yang mahabesar ini seperti kapal Queen Elizabeth, di atas tanah kering. Siapa pun akan berkata, “Itu gila! Itu tidak mungkin suara Allah!” Tetapi apa yang dilakukan Nuh? Apakah dia patuh kepada Allah walaupun tampaknya tidak masuk akal? Betul sekali!
Ibrani 11:7, Karena iman,  Nuh yang diperingatkan Allah  tentang hal-hal yang belum kelihatan melangkah dengan…” apa?  “… dengan takut kepada Allah, mempersiapkan sebuah bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dengan demikian ia menghukum dunia, dan ia menjadi pewaris kebenaran, yang diperoleh karena imannya.”
Kalian lihat, kebenaran melalui iman, yaitu Injil (kabar baik), termasuk kita harus memiliki takut akan Allah yang membuat kita melangkah dan berbuat apa yang dikatakan Allah supaya kita lakukan.


Notice Hebrews 12:27-28, it says there: “28 Therefore, since we are receiving a kingdom which cannot be shaken…”  In other words, someday we're going to be in a kingdom that's not going to be left to any other kingdom.  What should we do?  “…let us have…” what?  “…grace…” See, some people love to talk about grace.  They say, “Oh yeah, let's have grace!”  Yeah, but what does grace demand?  We noticed this in our last study.  We talked about what grace commands us to do.  Notice what it continues saying,  “…28  Therefore, since we are receiving a kingdom which cannot be shaken let us have grace by which we may…” what?  “…serve God acceptably with reverence and…” what?   “…and godly fear.”
What is it that grace leads us to do? to serve God acceptably  with reverence and with godly fear. 

Perhatikan Ibrani 12:27-28, dikatakan di sana, 28 Jadi, karena kita akan menerima kerajaan yang tidak bisa digoncang,…” dengan kata lain, suatu hari kita akan berada dalam suatu kerajaan yang tidak akan diambil oleh kerajaan yang lain, apa yang harus kita lakukan?   “…marilah kita…”  apa?  “…memiliki rahmat dengan mana kita boleh…”  apa? “…beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan…” apa?   “…takut akan Allah.”
Rahmat itu membimbing kita melakukan apa? Beribadah kepada Allah dengan cara yang berkenan kepadaNya, dan dengan takut akan Allah.


Notice one more verse before we talk about the promises that God  gives to those who fear His name. 
2 Corinthians 7:1.  By the way, this is after God says, “Do not be unevenly  yoked with unbelievers.”  And you've read that passage that comes before; and God says, “If you fulfill what I'm saying,  I will receive you.  I will be your Father, and you will be My children.”  And then He says what we're supposed to do in the light  of what He has said.  Notice 2 Corinthians 7:1.  1 Having these promises…”  You can read them in the last verses of chapter  6 of 2 Corinthians.  Notice what it says,  “…Having these promises,  beloved, let us cleanse ourselves from all filthiness of the flesh and spirit, perfecting holiness in the fear of God.”
What does the fear of God demand of us?  We must perfect what? holiness, according to Scripture. 

Perhatikan satu lagi ayat sebelum kita berbicara tentang janji yang diberikan Allah kepada mereka yang takut akan namaNya.
2 Korintus 7:1, nah ketahuilah ayat ini setelah Allah berkata, Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya…” (2 Korintus 6:14). Dan kalian sudah membaca ayat yang sebelumnya ini, dan Allah berkata, “Jika kamu memenuhi apa yang Aku katakan, Aku akan menerimamu. Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku.” Kemudian Allah mengatakan apa yang  seharusnya kita lakukan sehubungan dengan apa yang telah dikatakanNya. Simak 2 Korintus 7:1, 1 Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu,…”  kalian bisa membaca tentang janji-janji itu di ayat-ayat terakhir 2 Korintus pasal 6. Simak apa katanya, “…karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.”
Takut akan Allah menuntut apa dari kita? Kita harus menyempurnakan apa? Kekudusan, menurut Kitab Suci.


Do you understand what it means to fear God a little bit better  now when we read Revelation 14:7, “Fear God”?  See, it's not enough just to read, “fear God”,  in the first angel's message.  You say, “Okay, that's nice.”  What does that mean?  We have to go to all of the Bible, and we notice that  the fear of God, or fear of the Lord is like a diamond  that has many edges.  And you look at all of the concept, and then you have this  beautiful diamond multi-dimensional concept, of what it means to fear God.  And primarily it means to obey God out of love for Him,  because He has shed His grace upon us. 

Apakah kalian sekarang sudah sedikit lebih memahami artinya ungkapan takut akan Allah saat kita membaca Wahyu 14:7 “Takutlah akan Allah”? Lihat, tidak cukup kita hanya membaca “Takutlah akan Allah” dalam pekabaran malaikat pertama. Kita berkata, “Oke, itu bagus”. Tetapi apa artinya? Kita harus memeriksa di seluruh Alkitab, dan kita melihat bahwa takut akan Allah, atau takut akan Tuhan itu ibarat berlian yang banyak sudutnya. Dan kita perlu meneliti semua konsepnya, kemudian kita akan mendapatkan konsep multidimensi berlian itu tentang apa yang dimaksud dengan takut akan Allah. Dan yang paling utama, artinya ialah mematuhi Allah demi cinta kita kepadaNya, karena Dia telah mencurahkan kasih karuniaNya kepada kita.


Do you know that the Bible has some beautiful promises  for those who fear God?  I'd like to end by reading some of those promises.  Do you know that those who fear God are going to have  their names written in a book of remembrance?  Notice Malachi 3:16.  “16 Then those who feared the LORD spoke to one another: and the LORD listened, and heard them…” See, God is eavesdropping on a conversation. “…so a book of remembrance was…” what?  “…was written for those who feared the LORD, and who  meditate on His name.”
What was written? a book of remembrance. 

Tahukah kalian bahwa Alkitab berisi janji-janji yang indah bagi mereka yang takut akan Allah? Saya ingin mengakhiri dengan membacakan beberapa janji tersebut. Tahukah kalian bahwa mereka yang takut akan Allah, namanya akan ditulis dalam kitab peringatan (kenangan)? Perhatikan Maleakhi 3:16, 16 Lalu orang-orang yang takut akan TUHAN berbicara satu sama lain, dan TUHAN mendengarkan dan mendengar mereka…” lihat, Allah ikut menguping dalam suatu pembicaraan,  “…maka sebuah kitab peringatan…”  diapakan?  “…ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan yang merenungkan nama-Nya.”
Apa yang ditulis? Kitab peringatan.


Notice Psalm 103:11-14.  God gives glorious promises to those who fear His name.  So it's worthwhile to fear Him.  Let me tell you something folks, we can't fear God unless  we spend time with God.  Because it's only as we come to know God that we have this awe,  and this reverence for God.  And we want to please Him because He's such a wonderful,  and such a great God.  But in order to grasp who He is, we must know who He is. And in order to know who He is, we must spend time with Him.  The closer we come to Him, the greater awe, and reverence,  and fear, and godly fear we have of Him.  Psalm 103:11-14. 11 For as the heavens are high above the earth, so great is His mercy toward those who fear Him…” Isn't that wonderful?  “…so great is His mercy toward those who fear Him. 12 As far as the east is from the west, so far has He removed our transgressions from us. 13 As a father pities his children, so the LORD pities those who fear Him. 14 For He knows our frame; He remembers that we are dust.”..
What a beautiful promise! Actually it's a series of promises that God  gives in this passage. 

Perhatikan Mazmur  103:11-14. Tuhan memberikann janji-janji yang luar biasa kepada mereka yang takut akan namaNya. Jadi, takut akan Allah itu sangat bermanfaat. Saya akan mengatakan sesuatu, Saudara-saudara, kita tidak mungkin takut akan Allah jika kita tidak bergaul dengan Allah. Karena hanya bila kita mengenal Allah, maka akan timbul perasaan kagum, dan perasaan hormat bagi Allah. Dan kita akan ingin menyenangkan Dia karena Dia adalah Allah yang begitu istimewa, begitu hebat. Tetapi supaya kita bisa mengerti bagaimana Dia, kita harus tahu siapa Dia. Dan supaya kita tahu siapa Dia, kita harus melewatkan waktu bersamaNya. Semakin dekat kita menghampiriNya, semakin besar rasa kagum, hormat dan takut, takut rohani, yang kita miliki bagiNya.
Mazmur 103:11-14   11 sebagaimana langit itu tinggi di atas bumi, sedemikian pulalah besarnya belas kasih-Nya bagi orang-orang yang takut akan Dia;…”  hebat, bukan?  “…sedemikian pulalah besarnya belas kasih -Nya bagi orang-orang yang takut akan Dia;  12 sejauh timur dari barat, sejauh itu pulalah dijauhkan-Nya pelanggaran-pelanggaran kita dari kita. 13 Seperti seorang bapak yang mengasihani anak-anaknya, demikian  pulalah TUHAN mengasihani orang-orang yang takut akan Dia. 14 Sebab Dia tahu bentuk kita; Dia ingat, bahwa kita ini debu.”
Betapa indahnya janji ini! Sebenarnya ini adalah serangkaian janji yang diberikan Allah dalam perikop ini.


I'd like to bring this to an end by reading one final verse: Proverbs 10:27. Notice this wonderful promise of God.  It says there: 27 The fear of the LORD prolongs days: but the years of the wicked will be shortened.”
What does God promise for those who fear His name?  He promises for them long years.  Now what does He mean when He talks about long years? Is He talking about long years on Planet Earth?  Absolutely not, because there's a lot of wicked people on Earth who have long years who don't fear the Lord.  What He means is that those who fear God  will inherit eternal life, because they will be saved  by the gospel of Jesus Christ.  And they will be on the sea of glass praising the Lord  for His grace, and for His love.  And they will be obedient, because the Bible says that  the end time generation will keep the commandments of God.  In fact, at the end of the first angel's message it speaks about  a people who keep the commandments of God

Saya ingin mengakhiri ini dengan membacakan satu ayat terakhir, Amsal 10:27. Simak janji Allah yang indah ini. Dikatakan di sana,  “27 Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek.”
Apa yang dijanjikan Allah bagi mereka yang takut akan namaNya? Dia menjanjikan panjang umur kepada mereka. Nah apa maksud Allah saat Dia berbicara tentang panjang umur? Apakah Dia berbicara tentang umur panjang di planet bumi? Sama sekali bukan, karena ada banyak orang jahat di bumi yang tidak takut akan Allah, tapi panjang umurnya. Apa yang dimaksud Allah ialah, mereka yang takut akan Allah akan mewarisi hidup kekal karena mereka akan diselamatkan oleh Injil Yesus Kristus, dan mereka akan berada di laut kaca, memuji Tuhan  untuk kasih karunianya dan untuk kasihNya. Dan mereka akan patuh, karena Alkitab berkata bahwa generasi akhir zaman akan mematuhi perintah-perintah Allah. Bahkan, bagian akhir pekabaran malaikat yang pertama berbicara tentang umat yang memelihara perintah-perintah Allah.




21 07 17