Thursday, August 25, 2022

EPISODE 113 ~ WHAT'S UP PROF ~ FOR YOUR EARS ONLY PART 1 ~ WALTER VEITH/MARTIN SMITH

 

WHAT’S UP PROF?

# 113 – Walter Veith/Martin Smith

FOR YOUR EARS ONLY – PART 1

https://www.youtube.com/watch?v=eXhvO9Cew5o&t=2s

 

Dibuka dengan doa.

 

Martin, we are living in the last days,  I also believe that we are speedily heading for the climax of the age, therefore it is important that we understand the issues around the close of probation, the latter rain and everything that pertains to that. So we have two programs in a row now, where we discuss current events, where we look at the issues in the news, the Ukraine, Russia, all of these things; but we always want to make sure that we do not lose our spiritual foothold.

 

Martin, kita sedang hidup di hari-hari terakhir, saya juga meyakini bahwa kita dengan cepat sedang menuju ke klimaks dari zaman ini, karena itulah penting bagi kita untuk memahami isu-isu seputar tutupnya pintu kasihan, hujan akhir dan segala yang berkaitan dengannya. Maka kami punya dua program sekarang, di mana kami mendiskusikan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi, di mana kami meneliti isu-isu di berita, tentang Ukraina, Russia, dan segala hal itu; tetapi kami selalu mau memastikan kami tidak kehilangan pijakan spiritual kami.

 

 

So we want to look at the gospel of John. And many years ago ~ not many years ago about four years ago, five years ago, time flies, huh? ~ I gave a sermon that was titled “For Your Ears Only”, and we want to look at what that actually pertains to, with regards to the gospel of John. But before we get there, let's just first talk about the significance of the disciples and the message that they bore.

 

Jadi kita akan menyimak Injil Yohanes. Banyak tahun yang lalu ~ bukan banyak tahun yang lalu, sekitar empat-lima tahun lalu, waktu cepat berlalu, huh? ~ saya pernah berkhotbah dengan judul “Hanya untuk Telingamu”, dan kita mau menyimak sesungguhnya itu berkaitan dengan apa sehubungan dengan Injil Yohanes. Tetapi sebelum kita ke sana, mari kita bicara dulu tentang peranan para murid dan pekabaran yang mereka bawa.

 

 

I don't know, Martin, whether everybody is aware of it, but originally the sequence of the books in the New Testament wasn't the same as it is today. So if you take your Bible and you look at the New Testament, you know you have a particular sequence.

ü   You have the gospels,

ü   and then you have the book of Acts,

ü   and today you start then immediately with the writings of Paul,

ü   and then right at the end you have the books of James, and Peter, and the epistles of John, and Jude.

Now, originally they were not at the back. They followed immediately after the book of Acts. So why they actually changed it, is a bit of a mystery.

But the original sequence is actually quite significant. Not that it changes the content of the Word of God, but it changes the ~  how shall I put this ~ it changes the thoughts and the deliberations. Because Paul is the theologian who brings out the typologies; but the elders James and John ~ they were the ones ~ and Peter ~ that were basically giving the directive for how things should be understood in the future.  And they were right after Jesus ascended to Heaven. So Paul came later, three and a half years later. So this was the message that was for the church.

 

Martin, saya tidak tahu apakah semua menyadari, tetapi aslinya urut-urutan kitab-kitab di Perjanjian Baru tidak sama dengan yang ada hari ini. Jadi jika kita lihat Alkitab kita dan kita lihat ke Perjanjan Baru, kita melihat susunan yang tertentu.

ü   ada kitab-kitab Injil,

ü   lalu Kitab Kisah Para Rasul,

ü   dan susunan yang sekarang itu langsung diikuti oleh tulisan-tulisan Paulus,

ü   kemudian di bagian akhir ada kitab-kitab Yakobus, dan Petrus, dan surat-surat Yohanes, dan Yudas.

Nah, aslinya, kitab-kitab ini tidak di belakang, mereka langsung mengikuti setelah kitab Kisah Para Rasul. Jadi mengapa mereka mengubahnya merupakan sebuah misteri.

Tetapi urutan yang asli itu sesungguhnya sangat bermakna. Ini sih tidak mengubah isi Firman Allah, tetapi ini mengubah ~ bagaimana harus saya katakan ~ ini mengubah alur pikiran dan pertimbangan yang membaca. Karena Paulus adalah theolognya, yang menyampaikan tipologi-tipologinya; tetapi para tua-tua Yakobus dan Yohanes dan Petrus merekalah yang memberikan petunjuk pada dasarnya  bagaimana memahami hal-hal di masa mendatang. Dan mereka ada setelah Yesus kembali ke Surga. Paulus baru muncul kemudian, tiga setengah tahun kemudian. Jadi ini adalah pesan bagi gereja.

 

 

So when we look at the original order of the New Testament books, when the New Testament was originally canonized by the apostles Peter, Paul, and John, and that is an important aspect as well, you know, because people think that some church put it together, or the Catholic church gave us the sequences and all of these things. Nothing could be further from the truth. Long before there was a Catholic church, there was an apostle Paul, Peter, and John, and they put together the canon of the New Testament.

Then the “general epistles” were placed after the book of Acts, and before the epistle of Romans. Now the “general epistles” are the ones that refer to the writings of Peter, and John, and James, and Jude. So the epistles:

ü  James,

ü  1, and 2 Peter,

ü  1, 2, and 3 John,

ü  and Jude,

thus immediately followed the book of Acts. And the Byzantine text still follows this order. So it's just interesting. It doesn't change the Word of God, it just changes your mindset in terms of how you are prepared for what is coming next. It's like when you read a book, a novel, and you start in the middle, and then go to the beginning, and then to the end, you can get the gist of it but it might change your mindset a little bit on it. Very well put.

 

Jadi bila kita menyimak susunan kitab-kitab Perjanjian Baru yang asli, ketika Perjanjian Baru aslinya dikanonisasi oleh rasul-rasul Petrus, Paulus, dan Yohanes ~ dan ini adalah aspek yang penting juga, karena orang menganggap ada gereja yang menyusunnya, atau gereja Katolik yang memberikan urut-urutan itu dan segalanya. Ini sama sekali tidak benar. Jauh sebelum ada gereja Katolik, sudah ada rasul Paulus, Petrus, dan Yohanes, dan mereka yang menyusun kanon Perjanjian Baru.

Pada waktu itu “surat-surat umum” ditempatkan setelah kitab Kisah Para Rasul, sebelum surat kepada Roma. Nah “surat-surat umum” adalah yang merujuk ke tulisan Petrus, dan Yohanes, dan Yakobus, dan Yudas. Dengan demikian surat-surat:

ü  Yakobus,

ü  1 dan 2 Petrus,

ü  1, 2, dan 3 Yohanes,

ü  dan Yudas,

langsung mengikuti kitab Kisah Para Rasul.  Dan teks Byzantine masih mengikuti susunan ini.  Jadi ini menarik. Ini tidak mengubah isi Firman Allah, ini hanya mengubah pola pikir kita sehubungan dengan bagaimana kita dipersiapkan untuk apa yang muncul berikutnya. Ini seperti kita membaca sebuah novel dan kita mulai di tengah-tengah, kemudian ke bagian awal, dan ke bagian akhir. Kita bisa mendapatkan isinya, tetapi itu mungkin mengubah pola pikir kita sedikit. Tepat sekali.

 

 

So if this order had been retained there would have been less confusion regarding the issue of Law and grace. Because if you jump right into Paul, then you can become confused, and let's face it, I believe the world is very confused. So the proof of the pudding is in the eating, right?

Well, if you look at basically the Christian world, very rarely people actually do study the other books, they mainly study Paul, so that shows you that if they study the other books they will probably get confused because of the way that Paul puts everything regarding the Law. If you had a very clear statement by the apostles and then you had the explanations in the writings of Paul, then you wouldn't lose your perspective that easily.

 

Maka seandainya susunan ini dipertahankan, akan ada lebih sedikit kebingungan mengenai isu Hukum dan kasih karunia. Karena jika kita langsung masuk ke tulisan Paulus, kita bisa menjadi bingung, dan harus kita akui, menurut saya dunia sangat bingung. Kenyataannya memang demikian, benar?

Jika kita lihat dunia Kristen pada dasarnya orang jarang mempelajari kitab-kitab yang lain, mereka terutama mempelajari tulisan-tulisan Paulus. Nah, itu menunjukkan bahwa jika mereka mempelajari kitab-kitab yang lain, kemungkinan mereka akan menjadi bingung karena cara Paulus menyampaikan segalanya mengenai Hukum. Jika kita lebih dulu memiliki pernyataan-pernyataan yang sangat jelas dari para rasul, kemudian kita mendapat penjelasan dari tulisan-tulisan Paulus, maka kita tidak akan semudah itu kehilangan perspektif kita.

 

 

So one of the issues that is very important is obedience to the Law of God, because the Law of God is the standard of judgment. And it's also the standard on which sin is determined. Because sin is the transgression of the Law. There isn't a government in the world that doesn't base its justice system on law. So if we had a look at the epistles of James, and Peter, and John, then we can see that they played a very important role in bringing this emphasis to the fore. 

So just a few examples, in James 1:25 we read , 25 But whoso looketh into the perfect Law of liberty, and continueth therein, he being not a forgetful hearer, but a doer of the work, this man shall be blessed in his deed.” So he places quite an emphasis on obedience. But also if you put it like this, they were putting the Law back into its rightful place, because the leaders of the church at that stage totally distorted it. 

 

Jadi salah satu isu yang sangat penting ialah kepatuhan kepada Hukum Allah, karena Hukum Allah adalah standar penghakiman. Dan itu juga standar dengan apa dosa ditentukan. Karena dosa adalah pelanggaran Hukum (1 Yoh. 3:4). Tidak ada satu pun pemerintahan di dunia yang tidak mendasarkan sistem peradilannya pada hukum. Maka jika kita simak surat-surat Yakobus, Petrus, dan Yohanes kita bisa melihat bahwa mereka memainkan peranan yang sangat penting dalam mengemukakan tekanan pada topik ini.

Sekadar beberapa contoh, di Yakobus 1:25, kita baca, 25 Tetapi barangsiapa meneliti Hukum yang memerdekakan, yang sempurna, dan bertekun di dalamnya, tidak sebagai  pendengar yang pelupa, tetapi sebagai pelaku yang melakukannya, orang ini akan diberkati perbuatannya…”  Jadi Yakobus memberikan penekanan yang cukup kuat pada kepatuhan. Tetapi juga, bila kita melihatnya demikian, mereka menempatkan Hukum kembali ke posisinya yang benar karena para pemimpin gereja pada waktu itu sudah sama sekali mendistorsinya.

 

 

Chapter 2:9 he says, 9 But if ye have respect to persons, ye commit sin, and are convinced of the Law as transgressors…” now this is a very important statement here. In other words, what James is saying, “Don't listen to what the people are saying, don't listen to what the Pharisees are saying, but listen to what the Word of God is saying. Don't be a respecter of persons. Preaching is important but it's only of value if it is in harmony with the Word of God, because people get so hooked up on people, that when those people disappoint them, they throw the baby out with the bath water, and suddenly they don't believe anymore. No! Your anchor must be the Word of God, your anchor mustn't be a Martin Smith or a Walter Veith, or whoever out there in the world. The anchor is the Word of God and should we just become totally apostate one day doesn't change the Word of God at all. And the same with like we have always mentioned, if there's apostasy in the church, it doesn't necessarily make the whole church apostate. No! And it doesn't negate the truth. So don't be a respecter of persons, but be convinced by the Law because you can easily become a transgressor by following a person if that person is very convincing. I mean, look at the Devil, how convincing he was, right? Look at the angels.  Even though if you follow the spirit it can be totally wrong if the spirit is not according to the Law. “To the Law and to the testimony” that's the whole Bible. 

So verse 10 says, “…10 For whosoever shall keep the whole Law, and yet offend in one point, he is guilty of all. 11 For He that said, Do not commit adultery, said also, Do not kill…” So Martin, let's be very specific. What Law is he referring to here? The Ten Commandments definitely.  “…Now if thou commit no adultery, yet if thou kill, thou art become a transgressor of the Law…”

 

Di Yakobus 2:9 dia berkata, 9 Tetapi, jikalau kamu memandang kedudukan orang, kamu berbuat dosa, dan Hukum yang meyakinkan bahwa kamu itu pelanggar Hukum…”  nah ini adalah pernyataan yang sangat penting di sini. Dengan kata lain, apa yang dikatakan Yakobus ialah, “Jangan dengarkan apa kata orang, jangan dengarkan apa kata orang-orang Farisi, tetapi dengarkan apa kata Firman Allah. Jangan memandang kedudukan orang. Berkhotbah itu penting tetapi itu hanya ada nilainya jika itu selaras dengan Firman Alah, karena manusia begitu terikat pada manusia, sehingga bila orang yang dikagumi itu mengecewakan mereka, mereka membuang bayinya bersama air mandinya yang kotor ( = membuang semuanya, termasuk pekabaran yang baik) dan tiba-tiba mereka tidak punya iman lagi. Jangan! Jangkar kita haruslah Firman Allah, jangkar kita janganlah pada seorang Martin Smith atau Walter Veith, atau siapa pun di dunia. Jangkar adalah Firman Allah. Dan kalaupun suatu hari kami menjadi murtad seluruhnya itu sama sekali tidak mengubah Firman Allah. Sama seperti yang sering kami katakan, jika di dalam gereja ada kemurtadan itu tidak harus berarti seluruh gereja sudah murtad. Betul. Dan itu juga tidak membuktikan bahwa kebenaran sudah bukan kebenaran. Jadi janganlah kita melihat kedudukan manusia, melainkan diyakinkan oleh Hukum, karena kita bisa dengan mudah menjadi pelanggar Hukum dengan mengikuti seseorang jika orang itu meyakinkan. Maksud saya, lihatlah Iblis betapa meyakinkannya dia, kan? Lihat malaikat-malaikat yang kena tipuannya. Walaupun kita mengikuti roh, itu bisa salah jika roh itu tidak sesuai dengan Hukum. “Bandingkan dengan Hukum dan Kesaksian…”  (Yes 8:20), itu berarti seluruh Alkitab.

Jadi di ayat 10 dikatakan, “…10 Sebab barangsiapa menuruti seluruh Hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya. 11 Sebab Ia yang mengatakan, ‘Jangan berzinah’, mengatakan juga ‘Jangan membunuh’…”  Jadi Martin, marilah kita sangat spesifik, Hukum mana yang dimaksudnya di sini? Sudah pasti Kesepuluh Perintah Allah.  “…Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar Hukum…” 

 

 

And I thought about that many times. If you covet, that's what the Devil did in Heaven, it started with the transgression of the tenth Commandment, he coveted the position of Christ ~

ü   if you covet, that's breaking the tenth Commandment.

ü   So if you want to be in that position,

you actually want to place yourself there, then you're actually breaking the first Commandment: “you shall have no other Gods beside Me”.

ü   All right, and that is a species of idolatry,

that's breaking the second Commandment. 

ü   That is a blasphemy against God,

that's breaking the third Commandment.

ü   If you then start tampering with the authority of God,

and questioning the authority of God, then you're breaking the fourth Commandment.

ü   And God was his Parent,

he's breaking the fifth Commandment.

ü   Eventually you become so enraged that you're willing to actually kill your Parent

which the Devil actually did at the cross, he killed Jesus Christ, who was his Creator, therefore he broke the sixth Commandment. 

ü   Did he create spiritual adultery? Yes.

Did he break therefore the seventh Commandment?

ü   Was he a liar and a thief?

From the beginning. So he broke the eighth

ü   and the ninth.

You start with the tenth, you break them all.

 

Dan saya sering memikirkan ini, jika kita mengingini milik orang lain ~ itulah yang dilakukan Iblis di Surga. Itu dimulai dengan pelanggaran Perintah ke-10, Iblis menginginkan posisi Kristus. ~

ü   Jika kita mengingini milik orang,

itu melanggar Perintah ke-10.

ü   Maka jika kita mau berada di posisi itu,

kita benar-benar mau menempatkan diri kita di posisi Allah, maka sesungguhnya kita telah melanggar Perintah ke-1: “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu” (Kel. 20:3).

ü   Baiklah, dan itu termasuk penyembahan berhala,

itu melanggar Perintah ke-2.

ü   Itu menghujat Allah,

itu melanggar Perintah ke-3.

ü   Kemudian jika kita mulai mengotak-atik autoritas Allah

dan mempertanyakan autoritas Allah, maka kita melanggar Perintah ke-4.

ü   Dan Allah adalah Bapaknya,

maka Iblis telah melanggar Perintah ke-5.

ü   Pada akhirnya dia menjadi begitu murka sehingga dia rela benar-benar membunuh Bapaknya,

yang betul-betul dilakukan Iblis di salib, dia membunuh Yesus Kristus, yang adalah Penciptanya; maka dia telah melanggar Perintah ke-6.

ü   Apakah dia melakukan perzinahan spiritual? Ya.

Apakah dengan demikian dia melanggar Perintah ke-7?

ü   Apakah dia seorang pembohong dan pencuri? Dari awal.

Jadi dia melanggar Perintah ke-8

ü   dan ke-9.

Dia mulai dengan Perintah ke-10, dia melanggar semuanya.

 

 

Okay,  “…12 So speak ye, and so do, as they that shall be judged by the Law of liberty…”

So this epistle was immediately after the book of Acts, that sets the tone. And then if you read Paul, and it said it is by faith and not by works that you are saved, then it has to be read in the context of this. That's why Martin Luther said, anyone that can marry James and Paul in the sense of understanding how they get together will understand how grace works.

So it's very important. And this sequence is therefore rather sad that it has been changed, right?

 

Baiklah, “…12 Jadi berbicaralah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh Hukum yang memerdekakan…” 

Jadi surat ini ada langsung setelah kitab Kisah Para Rasul, yang menentukan arahnya. Kemudian jika kita membaca Paulus dan dikatakan bahwa kita diselamatkan oleh iman dan bukan oleh perbuatan, maka itu dibaca dalam konteks ini. Itulah mengapa Martin Luther berkata, siapa yang bisa mengawinkan Yakobus dan Paulus dalam arti mempersatukan tulisan mereka, akan mengerti bagaimana kasih karunia bekerja.

Jadi ini sangat penting. Dan sangatlah disayangkan  mengapa urutan ini telah diubah, bukan?

 

 

Chapter 4:11,11 Speak not evil one of another, brethren. He that speaketh evil of his brother, and judgeth his brother, speaketh evil of the Law, and judgeth the Law. But if thou judge the Law, thou art not a doer of the Law, but a judge.”

That's also a very interesting verse. So you know you can become such a stickler in the Law like the Pharisees did, that you set yourself up as judge. You start looking at your brothers and your sisters, and you start saying, “They're Law-breakers.” But we all have our foibles, right? And if we have very strict definitions that aren't necessarily based on the Word of God but upon our opinions like the Pharisees had, then everybody who doesn't do things exactly like you do them, becomes a Law-breaker. So let's leave the judgment to God.

So this is a very balanced view that James portrays here.

 

Yakobus 4:11, 11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Dia yang memfitnah saudaranya dan menghakimi saudaranya, menjelekkan Hukum dan menghakimi Hukum. Tetapi jika engkau menghakimi Hukum, maka engkau bukanlah pelaku Hukum, melainkan seorang hakim…” 

Ini juga ayat yang sangat menarik. Jadi kita tahu, kita bisa menjadi orang yang kaku tentang Hukum seperti yang dilakukan orang-orang Farisi, sampai kita menempatkan diri sendiri sebagai hakim. Kita mulai melihat saudara-suadara kita, dan kita mulai berkata, “Mereka itu pelanggar Hukum.” Tetapi kita semua memiliki kelemahan kita, bukan? Dan jika kita memiliki definisi yang sangat kaku yang belum tentu berdasarkan Firman Allah melainkan berdasarkan opini kita sendiri seperti orang-orang Farisi, maka orang-orang lain yang tidak berbuat persis seperti yang kita buat, menjadi pelanggar Hukum bagi kita. Jadi serahkan penghakiman kepada Allah.

Jadi ini adalah pandangan yang sangat seimbang yang digambarkan Yakobus di sini.

 

 

If we go to Peter, it was also there in the beginning.

It says in 1 Peter 4:17, 17 For the time is come that judgment must begin at the house of God: and if it first begin at us, what shall the end be of them that obey not the gospel of God?...” so obedience, was it important to Peter? Oh, definitely. And then he has this very interesting verse that most people would rather not have in the Bible,   “…18 And if the righteous scarcely be saved, where shall the ungodly and the sinner appear?...” In other words, tread lightly, don't be presumptuous and think oh I’m standing on holy ground, I’m fine. That is presumption.

 

Jika kita ke Petrus, surat-suratnya juga ada di sana pada mulanya.

Dikatakan di 1 Petrus 4:17,  17 Karena telah tiba saatnya penghakiman harus dimulai, di rumah Allah; dan jika penghakiman itu dimulai dari kita, bagaimanakah akhirnya mereka yang tidak mematuhi Injil Allah?…” jadi apakah kepatuhan itu penting bagi Petrus? O, tentu saja. Kemudian ayat yang sangat menarik ini yang orang-orang lebih suka andai tidak tercantum di Alkitab, “…18 Dan jika orang benar nyaris tidak terselamatkan, di manakah orang fasik dan orang berdosa akan muncul?…” Dengan kata lain, berjalanlah dengan hati-hati, jangan sombong dan berpikir oh, saya sudah berdiri di tanah suci ( = sudah selamat), saya baik-baik saja. Itu sombong.

 

 

2 Peter 1:3, “…3 According as His divine power hath given unto us all things that pertain unto life and godliness, through the knowledge of Him that hath called us to glory and virtue…” Does this entail a changed life? Yes, but you  cannot just pronounce that I’m changed. Your works and fruits have to follow. So in other words, you can't say Jesus paid it all, all to Him I owe, there's nothing left for me to do except relax, right? No! You're not only called to glory ~ which is the character and the righteousness of Christ ~ you're also called to virtue, you’d better do something.

 

2 Petrus 1:3, 3 Sesuai dengan kuasa ilahi-Nya, telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan  kesalehan, melalui pengetahuan kita akan Dia, yang telah memanggil kita ke kemuliaan dan kesalehan…” Apakah ini berkaitan dengan suatu perubahan dalam hidup? Ya, tetapi kita tidak bisa hanya mengumumkan bahwa saya sudah berubah.  Harus diikuti oleh perbuatan dan buah-buah. Jadi dengan kata lain, kita tidak bisa mengatakan, Yesus sudah membayar semuanya, saya berutang semua padaNya, tidak ada lagi yang tersisa untuk saya lakukan selain bersantai, kan? Tidak! Kita tidak hanya dipanggil ke kemuliaan ~ yang adalah karakter dan kebenaran Kristus ~ kita juga dipanggil ke kesalehan, kita harus berbuat sesuatu.

 

 

2 Peter 2:21, “…21 For it had been better for them not to have known the way of righteousness, than after they have known it, to turn from the holy commandment delivered unto them.”  That's pretty straightforward. You cannot twist that one. So in other words, it would have been better not to have known the righteousness than to turn your back upon what has been delivered in terms of obedience and all of those issues and virtue.

 

2 Petrus 2:21, 21 Karena itu, lebih baik  bagi mereka seandainya mereka tidak pernah mengenal jalan kebenaran daripada setelah mengenalnya, kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka…”  Ini cukup jelas. Orang tidak bisa memlintir ini. Jadi dengan kata lain, lebih baik tidak tahu kebenaran daripada membalikkan punggung kepada apa yang telah disampaikan tentang kepatuhan dan semua isunya, dan kesalehan.

 

 

But the Bible is interesting. Because can you not now say it's better not to evangelize because if they never knew they would have been saved? Yes, but if they never knew they were probably or most likely in a very high probability lost.

But there's also a verse in the Bible that says if you don't tell them their blood be on you. That's very interesting.

You know there's also a statement in the Spirit of Prophecy which says “almost but not wholly saved, is to be not almost, but totally lost.” That's pretty well put.

 

Tetapi Alkitab itu menarik. Bisakah kita sekarang tidak berkata bahwa lebih baik tidak menginjil karena jika mereka tidak pernah tahu, mereka boleh diselamatkan? Ya, tetapi jika mereka tidak tahu, kemungkinan besar atau sangat besar kemungkinannya mereka tidak akan selamat.

Tetapi di Alkitab juga ada ayat yang mengatakan jika kita tidak memberitahu mereka, maka darah mereka adalah tanggunan kita. (Yehezkiel 3:17-18) Itu sangat menarik.

Kalian tahu, di Roh Nubuat juga ada pernyataan yang mengatakan, “hampir tetapi tidak seluruhnya selamat; itu bukannya hampir, tapi seluruhnya tidak selamat.” (Christ’s Object Lessons hal. 118).  Pernyataan itu pas sekali.

 

 

Then let's go to John. Well, let's first look at the gospel of John.

John 14:21, this is Jesus speaking, 21 He that hath My Commandments, and keepeth them, he it is that loveth Me. And he that loveth Me shall be loved of My Father, and I will love him, and will manifest Myself to him.” That's a promise. So if you want Jesus to manifest Himself, make known His principles, well, then you’d better keep the Commandments, right? And it's also important to remember here He is the one that empowers you to keep His own Commandments, and then He can manifest Himself.

 

Lalu mari kita ke Yohanes. Nah, pertama mari kita simak Injil Yohanes.

Yohanes 14:21, ini Yesus sedang bicara, 21 Dia yang memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan dia yang mengasihi Aku, akan dikasihi oleh Bapa-Ku, dan Aku pun akan mengasihinya, dan akan menyatakan Diri-Ku kepadanya…”  Itu suatu janji. Jadi jika kita mau Yesus menyatakan DiriNya, menyatakan prinsip-prinsipNya, nah, sebaiknya kita mematuhi Perintah-perintahNya, bukan? Dan juga penting untuk diingat di sini Yesus-lah yang memampukan kita untuk mematuhi Perintah-perintahNya sendiri, lalu Dia bisa menyatakan DiriNya.

 

 

Now let's listen to the words of John himself in 1 John 2:4, 4 He that saith I know Him, and keepeth not His Commandments, is a liar, and the truth is not in him.”

 

Nah, mari kita dengarkan kata-kata Yohanes sendiri di 1 Yohanes 2:4, 4 Dia yang berkata, ‘Aku mengenal Dia’ dan tidak menuruti Perintah-perintahNya, ia seorang pendusta dan kebenaran tidak ada dalamnya.”

 

 

Now Martin, if you had read the Bible in this original sequence, and you come across these things, would you then be confused when Paul says, you're not saved by the Law, but you are saved by grace? No, because now you'll know, okay this is how important the Law is, so when Paul says that, he's telling you don't let this become a human activity about keeping the Law, it must be a Godly manifested activity.

 

Nah, Martin, jika kita sudah membaca Alkitab dalam urutannya yang asli, dan kita  bertemu dengan hal-hal ini, akankah kita menjadi bingung ketika Paulus berkata kita tidak diselamatkan oleh Hukum tetapi kita diselamatkan oleh kasih karunia? Tidak, karena sekarang kita sudah tahu, oke Hukum itu sedemikian pentingnya, maka ketika Paulus mengatakan begitu, dia memberitahu kita agar jangan menjadikan kepatuhan kepada Hukum itu suatu perbuatan manusia, itu haruslah suatu perbuatan yang dimanifestasi oleh Allah.

 

 

All right, let's go to the book of Jude which was the next one. 3 Beloved, when I gave all diligence to write unto you of the common salvation, it was needful for me to write unto you, and exhort you that ye should earnestly contend for the faith which was once delivered unto the saints. 4 For there are certain men crept in unawares, who were before of old ordained to this condemnation, ungodly men, turning the grace of our God into lasciviousness, and denying the only Lord God, and our Lord Jesus Christ.”

So can you change the grace of God into something that is condemnable? Unfortunately people do. They do change into condemnation. Yes.

 

Baik, mari kita ke kitab Yudas yang adalah kitab berikutnya.  “…3 Saudara-saudaraku yang terkasih, sementara aku dengan segala ketekunan menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku perlu menulis ini kepada kamu, dan menasihati kamu, supaya kamu harus tetap berjuang untuk iman yang pernah diberikan kepada orang-orang kudus. 4 Sebab ada orang-orang tertentu yang tanpa diketahui telah menyelinap masuk, yaitu yang di masa lampau sebelumnya sudah ditetapkan untuk kutukan ini,  orang-orang yang fasik, yang memutarbalikkan kasih karunia Allah kita menjadi nafsu cabul, dan menyangkal satu-satunya Tuhan Allah, dan Tuhan kita, Yesus Kristus.”

Jadi bisakah kasih karunia Allah diubah menjadi sesuatu yang terkutuk? Sayang sekali manusia berbuat begitu. Mereka mengubahnya menjadi kutukan. Ya.

 

 

So these are the ones that followed immediately after the gospel, and they're pretty plain.

 

Jadi inilah kitab-kitab yang mengikuti persis setelah injil-injil, dan mereka cukup jelas.

 

 

Now let's go to the gospel of John because I find the gospel of John so fascinating. This is something that might summarize it a little bit.

The gospel of John is unlike the synoptic gospels. So the gospels of Matthew, Mark, and Luke, are the synoptic gospels and they are basically eyewitness accounts and a bit of history that tell you exactly what transpired, and many of the teachings and the way in which Jesus worked are supported by three witnesses ~ by two or three witnesses shall every word be established, right?  But the gospel of John is totally different, because it  largely concerned with the last week of Jesus on earth and contains many portions which are not mentioned by the other gospel writers.

ü   The gospel of John relates no parables,

that's interesting in itself, right?

ü   It relates seven of the miracles of Jesus of which only two:

(1) the feeding of the five thousand and (2) the walking on the sea, are in the other gospels, that's interesting.

The miracles related by John testify to the divinity of Christ in a special sense. So the gospel of John has a different emphasis. It emphasizes the divinity of Christ,

ü   and it has a very special message for

those that will receive the former rain, and by implication, the latter rain.

ü   The water to wine speaks of the special cleansing.

That's also a very interesting story in the Bible, because when He changed the water into wine many people use this as a license to imbibe in beverages, which has nothing to do with it whatsoever. Because the water that was used was filled into the cleansing vats where they did ceremonial cleansing, washing of the hands, and washing of the feet, which was a ceremonial cleansing. So that is the water that He used. Those stone jars that were outside, and that had taps for cleaning your hands and your feet, He had those filled with water, and changed that water into wine representing His blood. So what He was basically doing was saying, there would be a higher cleansing than the cleansing of this water, and if you do not imbibe in that higher cleansing, you have no part in Him. So it's a brilliant miracle, which can be brought down to the level of the mundane, if you ignore the typology. And if you just use your logic and you do a little bit of research you'll see that those jars represented approximately probably 800 liters of water. So if you take in Jesus during the latter part of that wedding changing water to 800 liters of wine for a wedding, I don't think that's how He would work. So it was definitely unfermented because the fermented wine would be a symbol of sin, because fermentation was used as a symbol of sin. So all of those things need to be understood in the contents.

ü   the feeding of the five thousand embraces humanity,

so that's a very important miracle that is mentioned over there. And He's feeding them with the bread of life, it was a symbol of the Bread of life, a symbol of Himself, and the number five is the number of humanity ~ you have five senses ~ so that embraced all of humanity being fed by the Bread of life.

ü   the walking on the sea.

The sea in prophecy represents peoples, nations, multitudes, kingdoms. So He's the One who is the Master of the sea, He is actually the Owner of the universe, He is above the common Laws of nature, He's not subject to them, He's above them. So this is part of His rulership, part of His Divinity.

ü   then the royal official’s son

is an example of undaunted faith in the Word. So here's a royal official who believed and said it's not necessary for You to even come to my house, just say the word and my son will be healed. And this is undaunted faith, and this is the kind of faith that He required of His people. It's interesting that it's very often those that were not part of His people, like Roman officials and centurions, that were the perfect example of what faith entailed. They got it right.

ü   then the lame man at Bethesda and the stirring of the water

addresses the superstitions of the professed believers. We can look into those sort of issues as well.

ü   the healing of the blind man

is a witness to the church leaders.

ü   and then the raising of Lazarus crowns them all.

So this is basically what the emphasis of John is, to show the divinity.

 

Sekarang mari ke kitab Yohanes karena menurut saya injil Yohanes itu begitu menarik. Ini sesuatu yang bisa merangkumnya.

Injil Yohanes tidak sama dengan injil-injil sinoptik. Injil-injil Matius, Markus, Lukas, adalah injil-injil sinoptik dan pada dasarnya mereka memberikan kesaksian hidup dan sedikit sejarah yang memberitahu kita tepatnya apa yang telah terjadi, dan banyak dari ajaran-ajaran dan cara bagaimana Yesus bekerja, didukung oleh ketiga saksi ini ~ oleh dua atau tiga saksi, setiap perkataan diteguhkan (Ulangan 19:15), benar?

Tetapi injil Yohanes sama sekali beda, karena sebagian besar ini bicara tentang minggu terakhir kehidupan Yesus di dunia, dan berisikan banyak bagian yang tidak disinggung oleh penulis injil-injil yang lain.

ü   Injil Yohanes tidak mengisahkan perumpamaan,

itu saja sudah menarik, bukan?

ü   Menceritakan 7 dari mujizat-mujizat Yesus,

yang darinya hanya dua: (1) diberi makannya 5’000 orang dan (2) berjalan di atas laut yang ada di injil-injil yang lain, ini menarik.

Mujizat-mujizat yang diceritakan Yohanes memberikan kesaksian tentang keilahian Kristus dalam pengertian yang istimewa. Jadi injil Yohanes punya penekanan yang berbeda, dia menekankan tentang keilahian Kristus.

ü   Dan berisikan pesan yang sangat istimewa

bagi mereka yang akan menerima hujan awal, dan oleh implikasi, hujan akhir.

ü   Muzijat mengubah air menjadi anggur bicara tentang pembasuhan khusus.

Ini juga cerita yang sangat menarik di Alkitab, karena ketika Yesus mengubah air menjadi anggur, banyak orang memakai ini sebagai izin untuk minum minuman keras, yang sama sekali bukan itu maksudnya. Karena air yang dipakai itu diisikan ke dalam gentong-gentong pembasuh di mana mereka melakukan upacara pembasuhan, pembasuhan tangan, pembasuhan kaki, yang adalah upacara pembasuhan. Jadi itulah air yang dipakai Yesus. Gentong-gentong dari batu yang ada di luar, yang ada keran untuk mencuci tangan dan kaki. Yesus menyuruh mengisi itu dengan air, dan mengubah air itu menjadi anggur yang melambangkan darahNya. Jadi apa yang dilakukan Yesus pada dasarnya ialah mengatakan akan ada pembasuhan yang lebih tinggi daripada pembasuhan dengan air, dan jika kita tidak mengambil bagian dalam pembasuhan yang lebih tinggi itu, kita tidak punya bagian dalam Dia.

Jadi ini adalah mujizat yang brilyan, yang bisa dibawa ke tingkat sehari-hari (yang biasa), jika kita abaikan tipologinya. Dan jika kita hanya memakai logika dan kita membuat sedikit riset, kita akan tahu bahwa gentong-gentong itu berisikan mungkin sekitar 800 liter air. Maka jika kita pertimbangkan bahwa di bagian akhir perjamuan perkawinan itu Yesus mengubah air menjadi 800 liter anggur, menurut saya Dia tidak akan berbuat seperti itu. Jadi itu adalah air anggur yang tidak difermentasi karena anggur yang terfermentasi adalah lambang dosa, karena fermentasi dipakai sebagai lambang dosa. Maka segala hal itu harus dipahami dalam konteksnya.

ü   Diberi makannya 5’000 orang merangkul kemanusiaan,

jadi ini adalah mujizat yang sangat penting yang disebutkan di sana. Dan Yesus memberi mereka makan dengan roti hidup, itu adalah simbol dari Roti hidup, simbol DiriNya sendiri, dan angka 5 itu angka kemanusiaan ~ kita memiliki 5 indera ~ jadi itu merangkul semua kemanusiaan yang diberi makan Roti hidup.

ü   Berjalan di atas laut.

Laut dalam nubuatan melambangkan kaum, bangsa, orang banyak, kerajaan. Maka Dia adalah Sang Tuan atas laut, Dia sesungguhnya adalah Pemilik semesta alam, Dia lebih tinggi daripada hukum alam, Dia tidak tunduk kepada hukum alam, Dia berada di atasnya. Jadi ini adalah bagian dari kekuasaanNya, bagian dari keilahianNya.

ü   Kemudian anak seorang bangsawan

itu adalah contoh dari iman yang teguh dalam Firman. Di sini ada seorang bangsawan yang punya iman dan mengatakan, “Tidak perlu Engkau datang ke rumahku, ucapkan saja perkataannya dan anakku akan sembuh.” Ini adalah iman yang kokoh, dan iman seperti ini yang diminta Yesus dari umatNya. Yang menarik ialah sering mereka yang bukan bagian dari umatNya, seperti bangsawan Roma ini dan kepala pasukan senturion yang adalah contoh yang bagus tentang apa iman itu. Mereka memahaminya dengan tepat.

ü   Kemudian orang yang lumpuh di Betesda, dan air yang dikacau

bicara tentang ketahayulan orang-orang yang mengaku percaya. Kita akan melihat isu-isu ini juga.

ü   Penyembuhan orang yang buta,

adalah kesaksian kepada para pemimpin gereja.

ü   Kemudian kebangkitan Lazarus merupakan puncak dari semuanya.

Jadi pada dasarnya inilah yang ditekankan oleh Yohanes, untuk menunjukkan keilahian Yesus.

 

 

But there are other things in John that we need to look at very carefully. The question is why no parables? There are parables in all the synoptic gospels, why no parables in the book of John? I believe it's because Jesus said that the parables are for the uninformed but to His People He speaks plainly. The parables are a brilliant way of teaching without being so direct, as to cause major consternation. You say something in a parable, then you get the message in obliquely. And also sometimes for some people it is more better explained through a parable, or they probably wouldn't understand it. It's like an object lesson.

 

Tetapi ada hal-hal lain di kitab Yohanes yang perlu kita simak dengan teliti. Pertanyaannya ialah, mengapa di situ tidak ada perumpamaan? Di semua injil sinoptik ada perumpamaan-perumpamaan, mengapa tidak ada di kitab Yohanes? Menurut saya itu karena Yesus mengatakan bahwa perumpamaan-perumpamaan itu untuk mereka yang tidak tahu apa-apa, tetapi bagi umatNya, Dia bicara dengan gamblang (Matius 13:13). Perumpamaan-perumpamaan adalah cara yang brilyan untuk mengajar secara tidak langsung sehingga tidak menimbulkan kejutan. Jika kita mengatakan sesuatu dalam bentuk perumpamaan, maka orang menerima pesannya secara tidak langsung. Dan juga terkadang bagi beberapa orang lebih baik dijelaskan lewat perumpamaan atau mereka mungkin tidak akan menangkapnya. Itu seperti contoh-contoh yang praktis.

 

 

So in John 16:25 you read, 25 These things have I spoken unto you in proverbs: but the time cometh, when I shall no more speak unto you in proverbs, but I shall shew you plainly of the Father.”

So the gospel of John is plain talk, it is a very direct testimony, and it's interesting that that is the testimony that enraged the Pharisees and the Jewish leaders, but they are also very plain talk to the disciples that we will come to.

 

Jadi di Yohanes 16:25 kita baca, 25 Hal-hal ini Kukatakan kepadamu dalam kiasan; tetapi saatnya tiba ketika Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dalam kiasan, melainkan Aku akan menunjukkan Bapa kepadamu dengan jelas. …” 

Jadi Injil Yohanes adalah bicara yang gamblang, itu adalah kesaksian yang sangat jelas, dan yang menarik ialah kesaksian ini membuat marah orang-orang Farisi dan para pemimpin Yahudi, tetapi itu juga bicara yang gamblang kepada para murid, yang akan kita simak.

 

 

Now if  we look at the structure of the book.

ü   so the first 13 chapters deal with these issues.

But many of these happened in the very last portion of the ministry of Christ.

ü   Chapter 13 to 17 of the gospel of John

deal with the last hours of the life of Jesus. So a substantial portion of the book deals with just the last hours. Interesting that the Spirit of Prophecy also says you should spend a thoughtful hour every day on the last hours of Jesus. So it's good that we must do that, right?

ü   and then there are special instructions given to His chosen followers.

ü   and the remaining chapters

deal with the crucifixion, resurrection, and the events before the ascension of Jesus.

ü   So there's a substantial portion that was given to the disciples on the last day in the last portion of the day.

 

Nah, jika kita simak struktur kitab itu,

ü   13 pasal yang pertama

berkaitan dengan isu-isu ini. Tetapi banyak dari mereka  terjadi di bagian akhir ministri Kristus.

ü   Pasal 13 hingga 17 Injil Yohanes

berkaitan dengan jam-jam terakhir hidup Yesus. Maka sebagian besar porsi kitab ini berkaitan dengan jam-jam terakhir itu. Yang menarik di Roh Nubuat juga dikatakan bahwa kita harus memakai waktu satu jam setiap hari untuk merenungkan jam-jam terakhir hidup Yesus. Jadi bagus jika kita harus melakukan itu, kan?

ü   Kemudian ada instruksi-instruksi khusus

yang diberikan kepada pengikut-pengikut pilihanNya.

ü   Dan pasal-pasal sisanya

berkaitan dengan penyaliban, kebangkitan, dan peristiwa-peristiwa sebelum kenaikan Yesus.

ü   Jadi ada porsi yang besar yang dialokasikan kepada para murid pada hari yang terakhir, di bagian terakhir hari itu.

 

 

So after Judas had departed, not one of those that were left, was to be lost. It's interesting. Judas departed and the others are all in the book of life, they were the ones who were to receive the early rain. And so I believe it will be in the end, the latter rain will fall on those who have been purged of the Judas syndrome. So when Judas left,  that what remained received the early rain. At the end of time when Judas leaves the company of the believers, those that remain will receive the latter rain. So this was a mini shaking. This was a shaking. And also God removes the tares. He said to Judas, “Do what you do quickly.” You see, Judas has made a decision in his heart, God knew about the decision, and He didn't prevent him, because He knew He wasn't going to turn him around, so He said, “Whatever you're going to do just do it quickly.” And the disciples didn't know what He was talking about. They thought he had to go and get something or whatever.

 

Maka setelah Yudas sudah pergi, tidak satu pun dari mereka yang tersisa yang hilang. Itu menarik. Yudas pergi, dan yang lain semuanya ada dalam Kitab Kehidupan, mereka adalah orang-orang yang sama yang akan menerima hujan awal. Maka saya meyakini, demikian pulalah nanti pada akhirnya, hujan akhir akan jatuh pada mereka yang telah dibasuh bersih dari sindrom Yudas. Jadi setelah Yudas pergi, yang tersisa menerima hujan awal. Pada akhir masa setelah Yudas pergi meninggalkan persekutuan orang-orang percaya, mereka yang tersisa akan menerima hujan akhir. Jadi yang ini adalah suatu penampian mini. Ini adalah penampian. Dan juga Allah memisahkan lalangnya. Dia berkata kepada Yudas, “Lakukanlah cepat apa yang mau kamu lakukan.” Kalian lihat, Yudas sudah membuat keputusan di hatinya, Tuhan mengetahui keputusan itu, dan Tuhan tidak mencegah Yudas karena Dia tahu Dia tidak mungkin memutarbalikkan dia. Jadi Tuhan berkata, “Apa pun yang mau kamu lakukan, lakukan saja cepat.” Dan para murid tidak tahu Yesus bicara apa. Mereka sangka Yudas harus pergi mengambil sesuatu atau entah apa.

 

 

Now after this purging they received a message for their ears only. There was no Judas left in the company, it was not preached to the multitude but was for their encouragement. It was to equip them for their task of preaching the message with power. It was information that set them apart and fortified them against the errors of the scribes and the Pharisees, in other words they had to be so settled in the truth that they could not be moved. That's called sealing, Martin. Sealing time. In the same way we need to be inoculated against these errors. Every wind of doctrine will be blowing, and in the midst of this you need to cling to very sound instruction. I believe we are living in this time, we are sitting right now at the last supper, very soon there will be a shaking. Judas will get up from the table and will leave. There are people that say, “No, the disciples must leave and Judas must stay.” It's not that way around, it's the other way around. Laodicea doesn't have a coming out, no, it has a spewing out. “What you do, go and do it quickly!” Judas must leave. Will Judas be an accusing brethren? Oh, definitely. He might regret it later, but he'll be an accusing brethren, and he will bring the leaders for persecution towards you. This is all interesting typology.  We need to understand it. We need to spend a contemplative hour.

 

Nah setelah pembersihan itu, mereka menerima pekabaran yang hanya diperuntukkan telinga mereka. Sudah tidak ada lagi Yudas dalam persekutuan itu, pekabaran itu tidak disampaikan kepada orang banyak, melainkan khusus untuk menguatkan para murid. Itu diberikan guna mempersenjatai mereka untuk melaksanakan tugas mereka menyampaikan pekabaran dengan kuasa. Itu adalah informasi yang memisahkan mereka dan menguatkan mereka terhadap kesalahan-kesalahan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Dengan kata lain, mereka harus tertanam sedemikian mantapnya dalam kebenaran sampai mereka tidak akan goyah. Itulah yang disebut pemeteraian, Martin. Waktu pemeteraian. Dengan cara yang sama kita perlu divaksin terhadap kesalahan-kesalahan. Setiap angin doktrin akan bertiup, dan di tengah-tengah itu kita perlu memegang erat-erat petunjuk-petunjuk yang benar. Saya yakin kita sekarang sedang hidup di masa itu, kita sedang duduk di Perjamuan Terakhir, segera akan ada pengayakan. Yudas akan bangkit dari meja dan akan meninggalkan tempat. Ada orang-orang yang berkata, “Tidak, para murid yang harus keluar dan Yudas yang tinggal.” Tidak demikian. Justru sebaliknya yang terjadi. Laodekia tidak mengalami hijrah bersama-sama, tidak, dia mengalami dimuntahkan. “Apa yang mau kamu lakukan, lakukan cepat!” Yudas harus pergi. Apakah Yudas menjadi saudara yang menuduh? Betul sekali. Belakangan dia mungkin menyesalinya, tapi dia menjadi saudara yang menuduh, dan dia akan membawa para pemimpin untuk mempersekusi kita. Semua ini adalah tipologi yang menarik. Kita harus memahaminya, kita harus memakai waktu satu jam untuk merenungkannya.

 

 

John 17:12, 12 While I was with them in the world, I kept them in Thy name. Those that Thou gavest Me I have kept, and none of them is lost, but the son of perdition; that the Scripture might be fulfilled.”

Those that received the former rain, those 11 disciples, none of them were lost, it says so, except the son of perdition, the Judas principle, he left.

 

Yohanes 17:12, 12 Selama Aku bersama mereka di dunia ini, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu. Mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang hilang selain anak kebinasaan itu,  supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci…” 

Mereka yang menerima hujan awal, ke-11 murid itu, tidak ada yang hilang, dikatakan demikian, kecuali si anak kebinasaan, si prinsip Yudas, dan dia sudah pergi. 

 

 

So let's look at the statement in the Spirit of Prophecy as to what we can expect when we study John. This one quotes the book of John.

So we need to study the Word in the knowledge that God is speaking to us directly, it's important that when you read you must have faith that you are reading the Word of God, that's very important.  You can't emphasize it enough, you must have confidence that what you are reading is the Word of God, and you must have confidence that God preserved His Word. So let's read this quote.

 

Jadi mari kita lihat pernyataan di Roh Nubuat mengenai apa yang bisa kita harapkan dengan mempelajari kitab Yohanes. Yang ini mengutip dari kitab Yohanes.

Jadi kita perlu mempelajari Firman dengan mengetahui bahwa Allah sedang berbicara langsung kepada kita. Yang penting ialah ketika kita membacanya, kita harus beriman bahwa kita sedang membaca Firman Allah, itu sangat penting. Penekanan itu tidak pernah berlebihan. Kita harus punya keyakinan apa yang kita baca adalah Firman Allah, dan kita harus punya keyakinan bahwa Allah memelihara FirmanNya. Jadi mari kita  baca kutipan ini.

 

 

“Those only who read the Scriptures as the voice of God speaking to them, are true learners. They tremble at the voice of God, for to them it is a living reality. They open their understanding to divine instruction and pray for grace, that they may obtain a preparation for service…” the latter rain is that a preparation for service? Definitely, that's the preparation for the most important work that can be done on this earth.  “…As the heavenly torch is placed in his hand, the seeker for truth sees his own frailty, his infirmity, the hopelessness of looking to himself for righteousness…” that's beautifully put, that embraces all the writings of Paul.  “…He sees that there is in him nothing that can recommend him to God…” Let's just go back to those early disciples. At that last supper they had three and a half years’ instruction in the university of Christ, and they were perfect, right? No! They were pathetic. So maybe we're pathetic too, right? They were arguing on the way to the last supper as to who was the greatest, they were arguing about who will sit on His left and right side. So they were full of themselves, and they hadn't realized their hopelessness and their nothingness, that they had nothing to recommend themselves, and  “…He prays for the Holy Spirit, the representative of Christ, to be his constant guide, to lead him into all truth. He repeats the promise, The Comforter, which is the Holy Ghost, whom the Father will send in My name, He shall teach you all things.’…”  quote in “…John 14:26.” (Counsels to Parents, Teachers and Students pg. 450)

So this is how we must approach this book. This is the final instruction by the God of the universe for those who will be His representatives.

So how important can it be? It's unbelievable.

 

“Hanya mereka yang membaca Kitab Suci sebagai suara Allah yang berbicara kepada mereka, adalah pelajar-pelajar yang sejati. Mereka gemetar mendengar suara Allah, bagi mereka itu adalah realita nyata. Mereka membuka pemahaman mereka kepada petunjuk ilahi dan berdoa memohon karuna agar mereka bisa mendapatkan persiapan untuk pelayanan…” hujan akhir, apakah itu suatu persiapan untuk melayani? Jelas itu persiapan untuk pekerjaan yang paling penting. “…Ketika  obor ilahi ditempatkan di tangannya, si pencari kebenaran melihat kelemahannya sendiri, ketidakberdayaannya, ketidakadanya harapan mencari kebenaran dalam dirinya sendiri…”  ini dikatakan dengan sangat indah, ini merangkum semua tulisan Paulus. “…Dia melihat dalam dirinya tidak ada apa pun yang bisa merekomendasikan dirinya kepada Allah. …”  Mari kita kembali ke murid-murid yang awal ini. Saat perjamuan yang terakhir, mereka sudah memiliki tiga setengah tahun petunjuk di universitas Kristus, dan mereka sudah sempurna, bukan? Tidak! Mereka mengenaskan. Jadi mungkin kita juga mengenaskan, benar? Mereka berdebat sepanjang jalan ke perjamuan itu tentang siapa yang lebih besar, mereka berdebat tentang siapa yang akan duduk di sebelah kiri dan kananNya. Jadi mereka menganggap diri mereka bagus, dan mereka belum menyadari ketidakadanya harapan mereka dan bahwa mereka bukan apa-apa, bahwa tidak ada yang bisa mereka rekomendasikan dari diri mereka, dan    “…Dia berdoa agar Roh Kudus, wakil Kristus, menjadi penuntunnya yang tetap, untuk menuntunnya kepada semua kebenaran. Dia mengulangi janji,  ‘Penghibur itu, yaitu Roh Kudus, yang akan dikirim oleh Bapa dalam nama-Ku,  Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu’…” dikutip dari “…Yohanes 14:26.” (Counsels to Parents, Teachers and Students pg. 450)

Jadi beginilah kita harus menghampiri kitab ini. Inilah petunjuk terakhir dari Allah semesta alam bagi mereka yang akan menjadi wakil-wakilNya.

Jadi seberapa pentingnyakah ini? Luar biasa.

 

 

Here's another quote from the Review and Herald June 18, 1901, par. 3

“The will of God in regard to His people is plainly expressed in the 6th, 13th, 14th, 15th, 16th, and 17th chapters of John…”  now that's the portion where Jesus speaks to His disciples intensely, instructing them as to what is important in terms of their mission. And then come the chapters that deal with the crucifixion itself. So we need to understand the 6th, the 13th, the 14th, the 15th, the 16th, the 17th  chapters of John. “…The divine antidote for the sin of the whole world is contained in the gospel of John. ‘Whoso eateth My flesh and drinketh My blood,’ Christ declared, ‘hath eternal life, and I will raise him up at the last day.’…”  So if we do not internalize the character of Christ, which is embodied in obedience to all of God's requirements, then we have missed the boat. And it also refers to the last day so these words that Jesus gave to the disciples there is typologically for us going towards the last day. That's why we need to study it. “…He may die as Christ died, but the life of the Savior is in him. His life is hid with Christ in God. ‘I am come that they might have life,’ Jesus said, ‘and that they might have it more abundantly.’ He carries on the great process by which believers are made one with Him in this present life, to be one with Him throughout all eternity.”

So you know some people may die, but if you have Christ in you,  then you are not dead, you have eternal life.

 

Ini ada kutipan yang lain dari Review and Herald, 18 Juni 1901, par. 3

“Kehendak Allah sehubungan dengan umatNya dinyatakan dengan jelas di pasal 6, 13, 14, 15, 16, dan 17 kitab Yohanes…”  nah itulah bagian di mana Yesus bicara kepada murid-muridNya dengan intensif, memberi petunjuk kepada mereka tentang apa-apa yang penting sehubungan dengan misi mereka. Kemudian diikuti oleh pasal-pasal yang berkaitan dengan penyaliban itu sendiri. Jadi kita perlu memahami pasal-pasal 6, 13, 14, 15, 16, dan 17 kitab Yohanes. “…Obat ilahi bagi dosa seluruh dunia terdapat di dalam injil Yohanes. 54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,’ kata Kristus, ‘mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada hari yang terakhir.’ (6:54)…”  Jadi kalau kita tidak mencerna karakter Kristus yang dilambangkan dengan kepatuhan kepada semua tuntutan Allah, maka kita kehilangan kesempatan. Dan ini juga mengacu ke hari-hari akhir, maka kata-kata yang diberikan Yesus kepada para murid di sana adalah tipologi bagi kita yang sedang menuju hari yang terakhir. Itulah mengapa kita harus mempelajarinya. “…Mungkin dia akan mati sebagaimana Kristus mati, tetapi hidup Sang Juruselamat ada dalam dirinya. Hidupnya tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah. ‘Aku datang, supaya mereka boleh mempunyai hidup, dan agar mereka boleh mempunyainya lebih berlimpah.’(10:10). Dia yang melanjutkan proses besar itu di mana orang-orang percaya djadikan satu denganNya di kehidupan yang sekarang, untuk menjadi satu denganNya selama kekekalan. …”  Jadi kita tahu, ada yang akan mati tetapi jika kita memiliki Kristus di dalam kita, maka kita tidak mati, kita punya hidup kekal.

 

 

I was thinking the other day when God said “the day you eat of it you will surely die”, that was actually a proclamation of mercy. Because the Devil hates those that have accepted Christ as their personal Savior, and he hounds them, and he follows them, and he tries to destroy them, and he makes their life a misery. So this walk, this earthly walk has its pitfalls, right? And then you get older, and you get tired, and eventually you get so old and tired that you wish you could go to sleep. So then death becomes a mercy, right? And once you are asleep, nobody can get hold of you anymore, nobody can hound you, nobody can persecute you. They can throw tantrums, they can go and dig up the bones of Wycliffe, grind them, burn them, grind them to a pulp, throw them into a river in a fit of rage, doesn't help them, because Wycliffe doesn't know anything about it. He's totally at peace resting in Christ, while all around them are throwing tantrums, right? Not even the taxman can get hold of you anymore. Nobody can get hold of you. It's actually a merciful situation. And when that day of resurrection comes, what a day it will be.

 

Tempo hari saya berpikir, ketika Allah berkata,  “…pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’ (Kej. 2:17) sesungguhnya itu suatu proklamasi belas kasihan. Karena Iblis membenci mereka yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka dan dia menghantui mereka, dia mengikuti mereka, dan dia berusaha membinasakan mereka, dan dia membuat hidup mereka sengsara. Jadi perjalanan hidup ini, perjalanan hidup di bumi ini ada lubang-lubang jebakannya, bukan? Kemudian kita menjadi semakin tua, dan kita menjadi lelah, dan pada akhirnya kita menjadi begitu tua dan lelah kita ingin bisa beristirahat saja. Maka kematian datang sebagai suatu rahmat, benar? Dan begitu kita tertidur, tidak ada siapa pun yang bisa menangkap kita, tidak ada yang bisa menghantui kita, tidak ada yang bisa mempersekusi kita. Mereka bisa teriak-teriak mengamuk, mereka bisa menggali keluar tulang belulang Wycliffe, menghancurkan mereka, membakarnya, menggilingnya menjadi bubur, membuangnya ke dalam sungai dalam amarah, itu tidak menolong mereka karena Wycliffe tidak tahu apa-apa. Dia seluruhnya damai beristirahat dalam Kristus sementara semua yang di sekelilingnya berteriak-teriak mengamuk. Bahkan petugas pajak tidak bisa mencari kita lagi. Tidak ada yang bisa mencekal kita lagi. Itu adalah suatu kondisi yang rahmani. Dan ketika hari kebangkitan tiba, betapa luar biasanya hari itu.

 

 

“There are those today who will present falsehoods as testing truths, even as the Jews presented the maxims of men as the bread of heaven. Sayings of no value are given to the people of God as their portion of meat, while souls are starving for the bread of life. Fables have been devised, and men are trying to weave these fables into the web. Those who do this will one day see their work as it is viewed by the heavenly intelligences. They choose to bring to the foundation wood, hay, and stubble, when they have at their command the Word of God, with all its richness and power, from which they can gather precious treasures of truth.”  (Review and Herald June 18, 1901, par. 4)

How important is that statement for the times we are living in? Absolutely important. How many falsehoods do we have? How many winds of doctrine are blowing even within the church? And if you don't cling to the Word of God, you'll get up and walk. But it is Judas that got up and walked.

 

“Sekarang ini ada orang-orang yang mau menyajikan kebohongan sebagai standar penghakiman, sebagaimana orang-orang Yahudi mengajukan kebenaran manusia sebagai roti surgawi. Kata-kata yang tidak ada nilainya diberikan kepada umat Allah sebagai makanan mereka, sementara jiwa-jiwa kelaparan akan roti hidup. Dongeng-dongeng dirancang, dan manusia berusaha merajut dongeng-dongeng ini ke dalam jaringnya. Mereka yang berbuat demikian suatu saat akan melihat perbuatan mereka sebagaimana sosok-sosok surgawi melihatnya. Mereka memilih untuk membawa ke fondasi itu kayu, sekam, dan jerami, padahal mereka memiliki Firman Allah yang bisa mereka gunakan dengan segala kekayaannya dan kuasanya, dari mana mereka bisa mengumpulkan harta kebenaran yang berharga.” (Review and Herald June 18, 1901, par. 4)

Seberapa pentingnyakah pernyataan itu untuk masa di mana kita sekarang hidup? Sangat penting. Berapa banyak kebohongan yang kita miliki? Berapa banyak angin doktrin yang bertiup bahkan di dalam gereja? Dan jika kita tidak berpegang erat ke Firman Allah, kita akan bangkit dan pergi. Padahal Yudas-lah yang bangkit dan pergi.

 

 

There's another statement from the Review and Herald, “The food that is being prepared for the flock of God will cause spiritual consumption, decline, and death. When those who profess to believe present truth come to their senses, when they accept the Word of God just as it reads, when they do not try to wrest the Scriptures, they will bring from the treasure-house of the heart things new and old, to strengthen themselves and those for whom they labor.” (Review and Herald June 18, 1901, par. 5)

We have to be Word-based Christians.

 

Ada pernyataan lain dari Review and Herald,    “…Makanan yang sedang disiapkan bagi kawanan domba Allah akan menyebabkan sakit paru-paru, kemunduran dan kematian. Ketika mereka yang mengaku mempercayai kebenaran masa kini menjadi sadar, ketika mereka menerima Firman Allah sebagaimana tertulis, ketika mereka tidak berusaha memelintir Kitab Suci, mereka akan membawa dari rumah perbendaharaan hati, hal-hal yang baru dan yang lama, untuk menguatkan diri sendiri dan orang-orang bagi siapa mereka bekerja.” (Review and Herald June 18, 1901, par. 5)

Kita harus menjadi orang-orang Kristen yang mendasarkan pada Firman Allah.

 

 

“There are those who say not only in their hearts, but in all their works, ‘My Lord delayeth His coming.’…” that's another big problem, right? Remember, it's the wicked servant that says, “My lord delays his coming”.  “…Because Christ's coming has been long foretold, they conclude that there is some mistake in regard to it. But the Lord says, ‘The vision is yet for an appointed time, but at the end it shall speak, and not lie: though it tarry, wait for it; because it will surely come.’ It will not tarry past the time that the message is borne to all nations, tongues, and peoples. Shall we who claim to be students of prophecy forget that God's forbearance to the wicked is a part of the vast and merciful plan by which He is seeking to compass the salvation of souls? Shall we be found among the number who, having ceased to co-operate with God, are found saying, ‘My Lord delayeth His coming’?” (Review and Herald June 18, 1901, par. 6)

Martin, I hope we don't fall into that trap but that we continue to say, “He's coming!” and you know that's why we need to have a balance. We need to have a balance between what's happening in the world, not just “We’re at the door!” but also what is the spiritual fortification that we need for when He is at the door. Absolutely.

 

“Ada mereka yang mengatakan, bukan saja di dalam hati mereka, tetapi melalui semua perbuatan mereka, ‘49 Tuanku menunda kedatangannya’,(Mat. 24:49)…”  Ini masalah besar yang lain, bukan? Ingat, hamba yang jahatlah yang mengatakan “Tuanku menunda kedatangannya.”  “…Karena kedatangan Kristus sudah sejak lama dinubuatkan, mereka menarik keimpulan bahwa ada yang salah sehubungan dengan itu. Tetapi Tuhan berkata, 3 …penglihatan itu masih untuk waktu yang ditentukan, tetapi pada ahirnya ia akan bicara dan tidak menipu; walaupun itu belum datang, nantikanlah’ (Habakuk 2:3). Kedatangan itu tidak akan tertunda melewati waktu disampaikannya pekabaran itu kepada segala bangsa, bahasa, dan kaum. Apakah kita yang mengklaim sebagai pelajar-pelajar nubuatan melupakan bahwa kesabaran Allah bagi orang-orang jahat adalah bagian dari rancangan kemurahan yang luas dengan mana Dia berusaha untuk menjangkau keselamatan jiwa-jiwa? Akankah kita didapati di antara mereka yang setelah berhenti bekerjasama dengan Allah, didapati mengatakan, ‘Tuanku menunda kedatangannya’?…” (Review and Herald June 18, 1901, par. 6)

Martin, saya berharap kita tidak jatuh ke dalam jebakan itu melainkan kita terus mengatakan, “Dia akan datang!” dan kalian tahu itulah mengapa kita perlu keseimbangan. Kita perlu punya keseimbangan antara apa yang terjadi di dunia, bukan saja “kita sudah ada di pintu!” tetapi juga  penguatan spiritual apa yang kita butuhkan ketika Dia berdiri di depan pintu. Tepat sekali.

 

 

I think it's time we started diving into the book of John, right? Let's just briefly go through some of the others as well.

 

Saya rasa sekarang sudah waktunya untuk terjun ke kitab Yohanes, bukan? Mari kita secara singkat juga melihat beberapa kitab yang lain.

 

 

Chapter 1

So when we read the gospel of John, then immediately we see what the burden of John is. And it starts ~ as we have said a number of times already ~ with “In the beginning”. What other book starts with that again, Martin? Genesis. I love these little connections that we find.

1 In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God….”

And then it talks about the witness and that that witness was John the Baptist and he testified and in verse 11 which by the way is the beginning of a new paragraph it says, 11 He came unto His own, and His own received Him not. 12 But as many as received Him, to them gave He power to become the sons of God, even to them that believe on His name 13 which were born, not of blood, nor of the will of the flesh, nor of the will of man, but of God…” 

So let's not be presumptuous. We are saved because God calls us, because we've all gone astray and it is God that calls us back. So all honor and glory go to Him. “…14 And the Word was made flesh, and dwelt among us, and we beheld His glory, the glory as of the only begotten of the Father, full of grace and truth.” Now this is John writing. He's one of the sons of thunder. What changed him? Only Jesus could. Okay. He beheld His glory. He saw that He was God, but what did he see? Did he see a glorious Being shining with light? Yes, he saw it once at the transfiguration, he saw this glorious shining Being. But what did he perceive before he saw the glorious shining Being and before His character was changed, what did he perceive? He saw a Man that came from poverty, he saw an unpretentious Person, he saw a kind Person, he saw a gentle Person, he saw a Person that had tremendous patience, he saw a suffering Person, he saw the way in which He dealt with His suffering and he marveled and he thought to himself after a while, I wish I could be like that, I’m a son of thunder, and I wish I could be like that. So what he saw was the character of Christ. And he saw also the meekness because if you're a son of thunder meekness is not your big virtue, you always flare up and you've got a short fuse.

I can relate to that.

You have a short fuse, Martin?

Yeah, just as short as I am.

So did the Lord give you a wife to sort out your short fuse?

Yes, He gave me a lightning conductor.

Your poor wife. 

 

Pasal 1

Jadi ketika kita membaca injil Yohanes, maka kita segera melihat apa beban Yohanes. Dan itu dimulai ~ seperti yang sudah saya katakan beberapa kali ~ dengan “Pada mulanya”. Kitab lain yang mana juga dimulai dengan itu, Martin? Kejadian. Saya suka hubungan-hubungan kecil yang kita temukan ini.

1 Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah…” 

Kemudian dia bicara tentang saksi, dan bahwa saksi itu ialah Yohanes Pembaptis, dan dia bersaksi di ayat 11 yang adalah awal dari paragraf baru, dikatakan,   “…11 Ia datang kepada milik-Nya Sendiri, tetapi orang-orang-Nya Sendiri tidak menerima-Nya. 12Tetapi seberapa banyak orang yang menerima-Nya, kepada mereka diberi-Nya kuasa untuk menjadi  anak-anak Allah, yaitu kepada mereka yang percaya dalam nama-Nya; 13 yang diperanakkan bukan dari darah, maupun dari kemauan daging, maupun oleh keinginan manusia, melainkan dari  Allah…” 

Jadi jangan sombong. Kita diselamatkan karena Allah memanggil kita, karena kita semuanya sudah tersesat dan Allah-lah yang memanggil kita kembali. Jadi segala hormat dan kemuliaan adalah untuk Allah. “…14 Dan Firman itu telah menjadi daging dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai satu-satunya yang berasal dari  Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran…” Nah, yang menulis ini Yohanes, dia itu salah satu “anak-anak guntur”. Apa yang telah mengubahnya? Hanya Yesus yang bisa. Oke. Yohanes melihat kemuliaan Yesus. Dia melihat bahwa Yesus itu Allah, tetapi apa yang dilihatnya? Apakah dia melihat Sosok yang bersinar dengan terang? Ya, dia melihatNya satu kali saat transfigurasi, dia melihat Sosok yang mulia ini bersinar. Tetapi apa yang dilihatnya sebelum dia melihat Sosok mulia yang bersinar dan sebelum karakternya diubah, apa yang dilihatnya? Dia melihat seorang Manusia yang berasal dari kemelaratan, dia melihat Seorang yang jujur, dia melihat Seorang yang baik, dia melihat Seorang yang lemah lembut, dia melihat Seorang yang memiliki kesabaran luar biasa, dia melihat Seorang yang menderita, dia melihat bagaimana caraNya Dia menangani penderitaanNya dan dia kagum, dan setelah beberapa lama dia berpikir sendiri, aku ingin bisa seperti itu, aku ini anak guntur, dan aku ingin bisa seperti itu. Jadi apa yang dia lihat adalah karakter Kristus. Dan dia juga melihat kerendahan hatiNya, karena jika seorang anak guntur, maka kerendahan hati bukanlah sifat baik yang dimilikinya, dia selalu tersulut, dan sekeringnya cepat putus.

Saya bisa merasakan itu.

Apakah sekeringmu pendek, Martin?

Iya, sependek aku.

Jadi apakah Tuhan memberimu seorang istri untuk membereskan sekeringmu?

Ya, Dia memberiku sebuah penangkal petir.

Kasihan istrimu.

 

 

And then it says, 15 John bare witness of Him, and cried, saying, ‘This was He of whom I spake, ‘He that cometh after me is preferred before me’, for He was before me.” So who was older, John or Jesus? John, he was older by six months. Yes, he was older, but he says Jesus was before him so he must have recognized something, right?  16 And of His fullness have all we received, and grace for grace. 17 For the Law was given by Moses, but grace and truth came by Jesus Christ.”

So basically what he's saying is, the Law, the books of Moses, the pentateuch foreshadowed Jesus, and what He would do for us, but the reality, the substance, was manifested in Christ. Beautiful, right? So basically chapter 1 deals with who Christ is, that He is God.

 

Kemudian dikatakan, 15 Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya, Inilah Dia, yang aku bicarakan, ‘Dia yang datang setelah aku, lebih daripada aku’ sebab Dia telah ada sebelum aku…”  Jadi siapa yang lebih tua? Yohanes atau Yesus? Yohanes, dia lebih tua 6 bulan. Ya, dia lebih tua, tetapi dia berkata Yesus sudah ada sebelum dirinya, berarti dia tentunya mengenali sesuatu, bukan?  “…16 Dan dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima, kasih karunia demi kasih karunia; 17 sebab Hukum diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.…”  Jadi pada dasarnya, apa yang dikatakannya ialah, Hukum, kitab-kitab Musa, kelima kitab tulisan Musa, mengamarkan tentang Yesus dan apa yang akan dilakukanNya bagi kita. Tetapi kenyataannya, substansinya terwujud dalam Kristus. Indah, bukan?

Jadi pada dasarnya pasal 1 bicara tentang siapa Kristus, bahwa Dia Allah.

 

 

And then if we drop down to verse 35 it says, 35 Again the next day after John stood, and two of his disciples; 36 and looking upon Jesus as He walked, he saith, ‘Behold the Lamb of God!’ 37 And the two disciples heard him speak, and they followed Jesus. 38 Then Jesus turned, and saw them following, and saith unto them, ‘What seek ye?’ They said unto him, ‘Rabbi, (which is to say, being interpreted, Master,) where dwellest thou?’ 39 He saith unto them, ‘Come and see.’ They came and saw where He dwelt, and abode with Him that day: for it was about the tenth hour.40 One of the two which heard John speak, and followed Him, was Andrew, Simon Peter's brother. 41 He first findeth his own brother Simon…”   and so it continued, this one found that one, and that one found that one, and the two of them eventually found this one, and someone found Nathaniel, and so one after the other they came through the witness of what some saw, through what John saw, they came to Christ, right?

And all Jesus says, “Come and see.” So He's not telling them anything. “Come and see for yourself, see what it's all about.” 

So that's the burden of chapter 1.

We want to get to the instructions that are important for our time, so we're not going to do a verse by verse exposition of the book of John.

 

Kemudian jika kita turun ke ayat 35, dikatakan, “…35 Kembali pada keesokan harinya setelah itu Yohanes berdiri dengan dua orang muridnya, 36 dan melihat Yesus saat Dia lewat, ia berkata, ‘Lihatlah Anak Domba Allah!’ 37 Dan kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, dan mereka mengikut Yesus. 38 Lalu Yesus menoleh  dan melihat mereka mengikuti, dan berkata kepada mereka, ‘Apakah yang kamu cari?’ Kata mereka kepada-Nya, ‘Rabi (yang diterjemahkan: Guru), di manakah Engkau tinggal?’ 39 Ia berkata kepada mereka,  Ikutlah dan lihat.’ Mereka datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan tinggal bersama dengan Dia hari itu  karena waktu itu kira-kira jam kesepuluh (pukul empat sore). 40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes, dan mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. 41 Andreas mula-mula mencari Simon, saudaranya sendiri, " Dan begitulah itu berlanjut, yang ini menemukan itu, yang itu menemukan yang lain, dan keduanya akhirnya membawa yang ini, dan ada yang menemukan Nathaniel, maka satu demi satu mereka datang melalui kesaksian orang yang melihat, melalui apa yang dilihat Yohanes, mereka datang kepada Kristus, benar? Dan Yesus hanya berkata, “Ikutlah dan lihat.” Jadi Dia tidak memberitahu mereka apa-apa. “Ikut dan lihatlah sendiri, lihat apa ini.”

Jadi itulah beban pasal 1.

Kita mau ke petunjuk-petunjuk yang penting bagi masa kita, jadi kita tidak akan membuat eksposisi ayat demi ayat kitab Yohanes.

 

 

Chapter 2

Then in chapter 2 you have the cleansing, the turning of the water into wine. Now we've talked about that already, so that's a very important message, that the real cleansing comes through the blood of the Lamb.

 

Pasal 2

Kemudian di pasal 2 ada pembasuhan, diubahnya air menjadi anggur. Nah, kita sudah bicara tentang itu, jadi itu adalah pekabaran yang penting, bahwa pembasuhan yang sesungguhnya adalah melalui darah Anak Domba.

 

 

Chapter 3

Chapter 3 deals with Nicodemus, and that you have to be born again, you have to get a spiritual insight. And this discussion is fascinating. It deals with so many aspects. It deals with who Jesus is. So if we just look at verse 7, it says, 7 Marvel not that I said unto thee, ‘Ye must be born again.’…” there needs to be a spiritual birth. If you drop down to verse 14 He says, 14 And as Moses lifted up the serpent in the wilderness, even so must the Son of man be lifted up…” that was an important clue, and Nicodemus internalized that. And when the crucifixion took place, he understood that Christ had become sin for us. The disciples ran away, but Nicodemus remembered this statement of Jesus.

 

Pasal 3

Pasal 3 bicara tentang Nikodemus, dan bahwa kita harus dilahirkan kembali, kita harus mendapatkan wawasan rohani. Dan diskusi itu sangat menarik. Itu membahas begitu banyak aspek. Itu bicara tentang siapa Yesus. Jadi jika kita bisa ke ayat 7, dikatakan, 7 Janganlah heran kalau Aku berkata kepadamu,  ‘Kamu harus dilahirkan kembali.’…”  harus ada kelahiran spiritual. Jika kita turun ke ayat 14, Dia berkata,  “…14 Dan sama seperti Musa mengangkat ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus diangkat…”  ini adalah petunjuk yang penting, dan Nikodemus mencernanya. Dan ketika penyaliban itu terjadi dia paham bahwa Kristus telah menjadi dosa bagi kita. Para murid kabur, tetapi Nikodemus ingat pernyataan Yesus ini.

 

 

And there are very important lessons that follow. “…15 That whosoever believeth in Him should not perish, but have eternal life…” verse 16,  “…16 For God so loved the world, that He gave His only begotten Son, that whosoever believeth in Him should not perish, but have everlasting life. 17 For God sent not His Son into the world to condemn the world; but that the world through Him might be saved…”

Those are probably the most famous verses in the whole of the gospel of John, maybe the Bible even. Well, it's the summary of the entire character of God in the Bible. It is the difference between true religion and false religion. Any religion that doesn't embrace that, has a wrong concept of the character of God, which is sad.

 

Dan ada pelajaran-pelajaran yang sangat penting yang mengikuti. “…15 supaya barangsiapa yang percaya dalam Dia, jangan binasa tapi beroleh hidup yang kekal…”  Ayat 16, “…16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang satu-satunya supaya barangsiapa yang percaya  dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah tidak mengutus Anak-Nya ke dalam dunia untuk menghukum dunia, melainkan melalui Dia dunia boleh diselamatkan.

Kira-kira ini adalah ayat-ayat yang paling terkenal di seluruh injil Yohanes, bahkan mungkin di seluruh Alkitab. Nah, ini adalah rangkuman dari seluruh karakter Allah di Alkitab. Inilah bedanya antara agama yang benar dengan agama yang salah. Agama apa pun yang tidak mengandung konsep ini, memiliki konsep yang salah tentang karakter Allah. Itu menyedihkan.

 

 

Now after we've read what Jesus told Nicodemus, and this is so important because in verse 18, He says to Nicodemus, “…18 He that believeth on Him is not condemned, but he that believeth not is condemned already, because he hath not believed in the name of the only begotten Son of God.” That's dealing with the character, the name deals with the character, you have no concept of what God is all about if you don't understand Jesus. This is the burden of John, the son of thunder who looks at Jesus and realizes that his character falls far short. Now Jesus is saying these things, because if you read it here in the gospel of John, the words are in red, Jesus is speaking.

 

Nah, setelah kita  baca apa yang dikatakan Yesus kepada Nikodemus, dan ini begitu penting karena di ayat 18, Dia berkata kepada Nikodemus, 18 Dia yang percaya pada-Nya tidak dihukum; tetapi dia yang tidak percaya, sudah terhukum, sebab ia tidak percaya dalam nama satu-satunya Anak Allah (tidak ada duanya)…”  Ini bicara tentang karakter, nama berkaitan dengan karakter, kita tidak akan paham konsep Allah itu apa jika kita tidak paham Yesus. Inilah beban Yohanes, anak guntur, yang memandang Yesus dan menyadari bahwa karakternya jauh di bawah yang diharapkan. Nah, yang mengucapkan kata-kata ini ialah Yesus karena jika kita baca di sini, di injil Yohanes kata-kata itu dicetak dengan warna merah, jadi Yesus yang bicara.

 

 

Let's get another witness. Now we turn to John. Drop down to verse 22 and verse 23, they are bold in my Bible. In other words, this is a new paragraph. So verse 22, 22 After these things came Jesus and His disciples into the land of Judea; and there He tarried with them, and baptized. 23 And John also was baptizing in Aenon near to Salim, because there was much water there: and they came, and were baptized. 24 For John was not yet cast into prison.”  

 

Mari kita lihat saksi yang lain. Sekarang kita ke Yohanes. Kita turun ke ayat 22 dan 23, di Alkitab saya ini dicetak tebal. Dengan kata lain ini adalah paragraf baru. Jadi ayat 22, 22 Sesudah itu datanglah Yesus dan murid-murid-Nya ke tanah Yudea; dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. 23 Dan Yohanes pun sedang membaptis  di Ainon, dekat Salim, sebab di situ ada banyak air, dan mereka datang dan dibaptis. 24 Sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.”

 

 

And then interesting in verse 25 which is again a new paragraph, “…25 Then there arose a question between some of John's disciples and the Jews about purifying.” That's interesting because Jesus has just explained to Nicodemus how one is purified, you have to be born again. And the purification is not something that you do through your ritualistic endeavors, but through the blood of Christ. So this dispute arises, and they consult John. Now John doesn't go into details and tells them what they must do, and how many times they must wash and all of these things, but he gives a witness under the full power of the Holy Spirit, and he says in verse 30,  referring to Christ, 30 He must increase, but I must decrease. 31 He that cometh from above is above all; he that is of the earth is earthly, and speaketh of the earth. He that cometh from heaven is above all. 32 And what He hath seen and heard, that He testifieth; and no man receiveth His testimony…”   Interesting. So here John is saying that Jesus is from Heaven, and that He is above all things and has full knowledge about the Godhead, because He Himself is God, and then he says, no man receives His testimony.  So if the Spirit doesn't convince you,  you won't get there. You have to be born again. I just want to mention that we mustn't get confused here, this John that is speaking here is John the Baptist, it's not John that wrote the gospel. It's not John that wrote the gospel that is speaking here, he's quoting John the Baptist. Remember that they were disciples of John the Baptist.

 

Kemudian yang menarik di ayat 25, yang juga adalah paragraf baru, 25 Lalu timbul pertanyaan di antara beberapa murid Yohanes dengan orang-orang Yahudi tentang penyucian…”  Ini menarik karena Yesus baru saja menerangkan Nikodemus bagaimana orang disucikan, dia harus dilahirkan baru. Dan penyucian bukanlah sesuatu yang kita lakukan melalui upaya ritualistik, melainkan melalui darah Kristus. Maka perselisihan ini muncul dan mereka bertanya kepada Yohanes. Nah, Yohanes tidak memberikan detail dan memberitahu apa yang harus mereka lakukan, dan berapa kali mereka harus membasuh dan semua hal itu, tetapi dia memberi suatu kesaksian di bawah kuasa penuh Roh Kudus, dan dia berkata di ayat 30, merujuk ke Kristus,  “…30 Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. 31 Dia yang datang dari atas, itu di atas semuanya; dia yang berasal dari bumi, itu duniawi dan bicara tentang bumi. Dia yang datang dari sorga di atas semuanya. 32 Dan apa yang telah dilihat-Nya dan didengar-Nya, itu disaksikanNya; dan tak seorang pun menerima kesaksian-Nya.…”  Menarik. Jadi di sini Yohanes berkata bahwa Yesus itu dari Surga, dan Dia itu di atas segalanya dan memiliki pengetahuan penuh tentang Keilahian, karena Dia sendiri itu Allah. Kemudian dia berkata, tidak ada orang yang menerima kesaksianNya. Maka jika Roh tidak meyakinkan kita, kita tidak akan tiba di sana. Kita harus dilahirkan kembali. Saya hanya mau mengatakan bahwa kita jangan bingung di sini, Yohanes yang bicara di sini adalah Yohanes Pembaptis, itu bukan Yohanes yang menulis kitab injil. Ini bukan Yohanes yang menulis Injil yang berbicara di sini, dia mengutip Yohanes Pembaptis. Ingat bahwa rasul Yohanes tadinya adalah murid Yohanes Pembaptis.   

 

 

And here John is saying an interesting thing, if we read from verse 34 it says, “…34 For He whom God hath sent speaketh the words of God; for God giveth not the Spirit by measure unto Him. 35 The Father loveth the Son, and hath given all things into His hand. 36 He that believeth on the Son hath everlasting life; and he that believeth not the Son shall not see life; but the wrath of God abideth on him.” That is a powerful testimony by John the Baptist because he brings out how important it is to have faith without seeing.

 

Dan di sini Yohanes mengatakan hal yang menarik, jika kita baca dari ayat 34, dikatakan, 34 Sebab Dia yang diutus Allah, menyampaikan Firman Allah; karena Allah tidak mengaruniakan Roh dengan ditakar kepadaNya. 35 Bapa mengasihi Anak, dan telah menyerahkan segala sesuatu ke tangan-Nya. 36 Dia yang percaya kepada Anak, memiliki hidup yang kekal, dan dia yang tidak percaya kepada Anak, tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tinggal dalamnya…”  Ini adalah kesaksian yang keras oleh Yohanes Pembaptis, karena dia mengetengahkan betapa pentingnya memiliki iman tanpa melihatnya.

 

 

Chapter 4

Now immediately after this conversation in chapter 3 where you have the witness of Jesus to Nicodemus, and you have the confirmation of that witness by John the Baptist; in chapter 4, you have the woman at the well in Samaria. So you're moving from God's people and their representatives Nicodemus, and those that were listening to the message of John the Baptist, you move to the despised Samaritans.

 

Pasal 4

Nah, segera setelah pembicaraan ini di pasal 3, di mana terdapat kesaksian Yesus kepada Nikodemus, dan ada konfirmasi dari kesaksian itu oleh Yohanes Pembaptis; di pasal 4 ada perempuan di pinggir sumur di Samaria. Jadi kita bergerak dari umat Allah dan wakil-wakil mereka seperti Nikodemus, dan mereka yang sedang mendengarkan pekabaran Yohanes Pembaptis, kita bergerak ke orang-orang Samaria yang dibenci.

 

 

The story is in the gospel of John to show that Jesus is no respecter of persons, unlike what the Jews would have done.

The next story deals with this woman. And a woman is typologically a symbol of the church. So God's church includes all of humanity even the despised Samaritans. And this woman when she recognized Jesus as the Messiah, she ran to her city and said, “Come and see a Man who told me all things about myself, One who knows everything. This is the Messiah!” She had not one iota of doubt. And it just shows how all embracing God's love is. Yes, I think you hit the nail on the head. And this is the first time that Jesus actually says plainly that He is the Messiah. This is unbelievable. He didn't say it to Nicodemus, He didn't say it to anyone else, He said it to a Samaritan woman. He actually didn't say it to the ones that were supposed to know it. And it says here in verse 25 and 26, 25 The woman saith unto Him, ‘I know that Messias cometh, which is called Christ, when He is come, He will tell us all things’. 26 Jesus saith unto her, ‘I that speak unto thee am He.’…”

Unbelievable, to a Samaritan woman He says “I am the Messiah”.  What does that tell us about evangelism? You have to go to the world that does not know about the Messiah, that does not have this Word and tell them Jesus is the Messiah, that's what you have to tell them. So Martin, there's a work to be done because the greatest portion of humanity denies that Christ is the Messiah.

 

Kisahnya ada di injil Yohanes untuk menunjukkan bahwa Yesus tidak memandang kedudukan, tidak seperti apa yang dilakukan orang-orang Yahudi.

Kisah berikutnya bicara tentang perempuan ini. Seorang perempuan secara tipologi adalah simbol gereja. Jadi gereja Allah merangkul seluruh kemanusiaan bahkan orang-orang Samaria yang dibenci. Dan perempuan ini setelah dia mengenali Yesus sebagai Sang Messias, dia lari ke kotanya dan berkata, “Ayo ikut, dan lihat Orang yang menceritakan semua hal tentang diriku, Orang yang tahu segala sesuatu. Inilah Sang Messias!” Dia sama sekali tidak ragu-ragu. Dan in menunjukkan bagaimana kasih Allah itu merangkul semua. Ya, tepat sekali. Dan inilah pertama kalinya Yesus mengatakan dengan gamblang bahwa Dialah Sang Messias. Ini luar biasa. Yesus tidak mengatakannya kepada Nikodemus, Dia tidak mengatakannya kepada orang lain siapa pun, Dia mengatakannya kepada seorang perempuan Samaria. Dia malah tidak mengatakannya kepada mereka yang seharusnya mengetahui itu. Dan di ayat 25 dan 26 dikatakan, 25 Perempuan itu berkata kepada-Nya, ‘Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitatahu kami segala hal.’ 26 Kata Yesus kepadanya, ‘Aku yang sedang berkata-kata dengan engkau, ialah Dia.’…"

Luar biasa, kepada seorang perempuan Samaria Dia berkata, “Akulah Sang Messias. Itu mengatakan apa kepada kita tentang penginjilan? Kita harus pergi ke dunia yang tidak tahu tentang Messias, yang tidak memiliki Firman Allah ini, dan memberitahu mereka Yesus-lah Sang Messias, itulah yang harus kita katakan kepada mereka. Nah, Martin, ada pekerjaan yang harus kita lakukan karena bagian terbesar dari kemanusiaan menyangkal bahwa Kristus itu Sang Messias.

 

 

Chapter 5

Let's drop down to chapter 5. In chapter 5 we have this interesting story that takes place at the pool of Bethesda, where this lame impotent man had been lying for 38 years.

That's a very interesting time period, because those 38 years represent the wandering of the children of Israel in the desert when they had to return after having come to Canaan. They could have entered in, but they did not enter in, they wandered for 40 years, remember? But two had passed already, and they were turned back for another 38 years because they did not believe,  because they had their superstitious ways and did not trust God's Word completely.  

So here was this impotent man, who had been lying there all this time, so he was a symbol of the unbelieving, wandering Jews, destitute in the wilderness experience that they were in, and he's lying at this pool, and they believed that the water would be stirred when an angel came down, and this was a superstition that they had. And Jesus addresses him and says, “Will thou be made whole?” And the man says, “I have no one.” That's a rather sad statement, right?  “I have no one, no one.” All the other “holy ones” as they perceived themselves were around there but nobody helped him. He had no one. And God set the record straight. And it was on a Sabbath day. This enraged the Jews, it set up the controversy and the conflict between true worship and false worship. Is there a lesson in it for us today?  Definitely. Are there rituals in the world where people believe that certain things will happen if you do certain particular things? If you go through rituals, or you go to a particular faith healer, and you trust that when you are able to go to a particular place like Lourdes or wherever, there your probability of being healed is so much greater than if you stayed at home? How ridiculous. Is God not everywhere? Do you have to undergo a pilgrimage to a specific spot in order to find His grace? No! It's a false religion.

 

Pasal  5

Mari kita ke pasal 5. Di pasal 5 ada kisah yang menarik yang terjadi di kolam Betesda, di mana orang yang lumpuh ini sudah terbaring di sana selama 38 tahun.

Itu adalah kerangka waktu yang menarik karena ke-38 tahun itu melambangkan waktu bangsa Israel mengembara di padang gurun ketika mereka harus berbalik setelah mereka tiba di Kanaan. Sebenarnya mereka bisa masuk, tetapi mereka tidak masuk. Mereka mengembara selama 40 tahun, ingat? Tetapi sudah lewat dua tahun, dan mereka harus mengembara kembali selama 38 tahun karena mereka tidak percaya, karena mereka punya takhayul-takhayul mereka dan tidak mempercayai Firman Allah sepenuhnya.

Jadi di kolam ini ada orang yang lumpuh yang sudah terbaring di sana selama waktu itu, dia adalah simbol dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya dan yang mengembara, mengenaskan, dalam pengalaman padang gurun yang mereka jalani. Dan orang itu terbaring di dekat kolam, dan mereka meyakini bahwa air itu akan dikacau ketika ada malaikat yang turun, dan ini adalah takhayul mereka. Dan Yesus berkata kepada orang itu, “Maukah kamu disembuhkan?” Dan orang itu berkata, “Aku tidak punya siapa pun.” Ini adalah pernyataan yang rada menyedihkan, kan? “Aku tidak punya siapa-siapa.” Semua “orang-orang kudus” yang lain (mereka menganggap diri mereka kudus) ada di sekeliling sana, tapi tidak ada yang menolongnya. Dia tidak punya siapa pun. Dan Allah mengubah kondisinya. Itu adalah hari Sabat. Ini membuat marah orang-orang Yahudi, ini membangkitkan kontroversi dan konflik antara penyembahan yang sejati dengan penyembahan yang palsu. Apakah ada pelajaran buat kita hari ini? Tentu saja. Apakah ada ritual-ritual di dunia di mana manusia percaya bahwa hal-hal tertentu akan terjadi jika mereka melakukan hal-hal tertentu? Jika kita menjalani ritual-ritual itu, atau kita datang ke seorang dukun penyembuh tertentu, dan kita meyakini bahwa bila kita bisa pergi ke tempat tertentu seperti Lourdes atau ke mana pun, di sana kemungkinan kita disembuhkan jauh lebih besar daripada bila kita duduk di rumah? Betapa tidak masuk akalnya. Bukankah Allah bisa dihubungi dari mana-mana? Apakah kita harus pergi ziarah ke suatu tempat untuk menemukan kasih karuniaNya? Tidak! Itu agama yang palsu.

 

 

So what Jesus does in chapter 5 is He addresses false religion. So this healing that we had at the pool of Bethesda was a very, very, important pivotal point, because it created the opportunity not only for enlightenment, but out of the conflict that arose between Jesus and the Pharisees, the truth was presented to them, and they could either accept it or reject it. For after all, a great miracle had taken place, right? They had a witness. Yet so many things happening at the same time simultaneously like you mentioned. He was standing between this man and the pool, not even looking at the pool, He was ignoring the pool, because the pool was a superstitious belief system that they had embraced, which denied the power of God and relied on human strength, to go and crawl into that pool. So there He showed, “I am the Healer, look at Me!”

 

Jadi apa yang diperbuat Yesus di pasal 5 ialah, Dia menyinggung tentang agama yang palsu. Jadi penyembuhan yang terjadi di kolam Betesda adalah poin putar balik yang amat sangat penting, karena itu menciptakan kesempatan bukan saja untuk mencerahkan, tetapi dari konflik yang timbul antara Yesus dengan orang-orang Farisi, kebenaran disampaikan kepada mereka, dan mereka bisa menerimanya atau menolaknya. Karena sesungguhnya suatu mujizat besar telah terjadi, bukan? Ada saksinya. Begitu banyak hal yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Yesus sedang berdiri di antara orang itu dan kolam itu, tanpa memandang ke kolam itu Yesus mengabaikan kolam itu karena kolam itu adalah suatu sistem kepercayaan yang palsu yang mereka anut, yang menyangkal kuasa Allah dan bersandar pada kekuatan manusia, untuk pergi merangkak masuk ke dalam kolam itu. Jadi di sana Dia menunjukkan, “Akulah yang menyembuhkan, pandanglah Aku!”

 

 

And then secondly what also He did is, He did it on a Sabbath, to show them that He's the Healer and Lord of the Sabbath. That's why it says in verse 16, 16 And therefore did the Jews persecute Jesus, and sought to slay Him, because He had done these things on the Sabbath day…” And then He enraged them because He said,  “…17 But Jesus answered them, ‘My Father worketh hitherto, and I work.’ 18 Therefore the Jews sought the more to kill Him, because He not only had broken the Sabbath, but said also that God was His Father, making Himself equal with God.” They fully understood what He said, that He was God.

And can you now say that He broke the Law, He broke the Sabbath Law?

How can He break the Law if He is Lord of the Sabbath?

So He didn't break it, He broke it according to them.

Yes, according to their human dictates.

Will there be a similar case? Will there be a human law which will be contrary to God's Law, worthy of pronouncing the death sentence on someone who doesn't keep the human law? We're heading for the same situation, Martin.

 

Lalu yang kedua, apa yang dilakukan Yesus itu dilakukan pada hari Sabat, untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Dialah Sang Penyembuh dan Tuan atas hari Sabat. Itulah mengapa di ayat 16 dikatakan, 16 Dan karena itu orang-orang Yahudi mempersekusi Yesus, dan berusaha membunuhNya, karena Ia telah melakukan hal-hal itu pada hari Sabat…”  Kemudian Yesus membuat mereka marah karena Dia berkata,   “…17 Tetapi Yesus menjawab mereka, ‘Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, dan Aku bekerja.’ 18        Karena itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, karena bukan saja Ia telah melanggar Sabat, tetapi juga mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya, menjadikan Dirinya setara dengan Allah…”  Mereka mengerti sepenuhnya apa yang dikatakan Yesus, bahwa Dia adalah Allah.

Dan bisakah kita mengatakan bahwa Yesus telah melanggar Hukum, bahwa Dia melanggar Hukum Sabat?

Bagaimana Dia bisa melanggar Hukum jika Dia adalah Tuan dari Sabat?

Jadi Yesus tidak melanggarnya, menurut mereka saja Dia melanggarnya.

Menurut ketentuan manusia yang mereka buat.

Apakah bakal ada kasus yang sama? Akankah nanti ada hukum manusia yang bertentangan dengan Hukum Allah, yang layak diberlakukan hukuman mati bagi orang yang tidak mau menuruti hukum manusia itu? Kita sedang menuju situasi yang sama, Martin.

 

 

And then Jesus answered and He said the following, 19 Then answered Jesus and said unto them, ‘Verily, verily, I say unto you, the Son can do nothing of Himself, but what He seeth the Father do: for what things soever He doeth, these also doeth the Son likewise…” They have the same power, They have the same authority, They have the same mindset. And then He continues,  “…20 For the Father loveth the Son, and sheweth Him all things that Himself doeth: and He will shew Him greater works than these, that ye may marvel…”  Now He's talking about the works, they just witnessed a tremendous miracle.  “…21 For as the Father raiseth up the dead, and quickeneth them; even so the Son quickeneth whom He will. 22 For the Father judgeth no man, but hath committed all judgment unto the Son: 23 That all men should honour the Son, even as they honour the Father. He that honoureth not the Son honoureth not the Father which hath sent Him…”  You can only come to the Father through Christ, and in Christ is the only means whereby you can understand the Father. If you see the Son, you have seen the Father. He continues and says,24 ‘Verily, verily, I say unto you, He that heareth My word, and believeth on Him that sent Me, hath everlasting life, and shall not come into condemnation; but is passed from death unto life…” Here's a theological sermon on salvation, and who is He giving it to? To the leaders. So this confrontation was brought about to bring a theological reality and a discourse to the Jews, to the leaders. How would they react? Furious. And then He confirms that He's the resurrection and the life.  “…25 Verily, verily, I say unto you, ‘The hour is coming, and now is, when the dead shall hear the voice of the Son of God: and they that hear shall live. 26 For as the Father hath life in Himself; so hath He given to the Son to have life in Himself. 27 And hath given Him authority to execute judgment also, because He is the Son of man.”

The “Son of man” is a title that you find in the book of Daniel 7:13, 13 I saw… one like the Son of man … came to the Ancient of days,…” This is a judgment scene that takes place in Heaven. So these two titles “Son of God”,  “Son of man” are unique to Christ.

28 Marvel not at this: for the hour is coming, in the which all that are in the graves shall hear His voice, 29 and shall come forth; they that have done good, unto the resurrection of life; and they that have done evil, unto the resurrection of damnation.” So He's giving them a theological lesson and He's infuriating the Sadducees who don't believe in the resurrection. He's got everybody covered there. All right.

 

Kemudian Yesus menjawab dan Dia berkata yang berikut, 19 Maka Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Anak tidak dapat melakukan apa-apa dari Diri-Nya Sendiri, tetapi apa yang Dia lihat dilakukan Bapa. Sebab apa pun yang dikerjakan Bapa, itu juga dilakukan Anak dengan cara yang sama…”  Mereka memiliki kuasa yang sama, Mereka memiliki autoritas yang sama, Mereka memilki pola pikir yang sama. Kemudian Yesus melanjutkan, “…20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya Sendiri; dan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada ini, sehingga kamu boleh takjub…” Sekarang Dia bicara tentang perbuatan, mereka baru saja menyaksikan suatu mujizat yang luar biasa. “…21 Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkan mereka, demikian juga Anak menghidupkan siapa pun yang dikehendaki-Nya. 22 Karena Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan semua penghakiman kepada Anak, 23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Dia yang tidak menghormati Anak, tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia…”  Kita hanya bisa datang ke Bapa melalui Kristus, dan dalam Kristus terdapat satu-satunya sarana dengan mana kita bisa memahami Bapa. Jika kita sudah melihat Anak, kita sudah melihat Bapa. Dia melanjutkan berkata, “…24 Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, dia yang mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, memiliki hidup yang kekal dan tidak akan kena penghukuman, melainkan sudah lolos dari maut ke hidup…”  Di sinilah khotbah theologis tentang keselamatan, dan kepada siapa Yesus menyampaikannya? Kepada para pemimpin. Maka konfrontasi ini ditimbulkan untuk mengetengahkan suatu kenyataan theologi dan suatu pelajaran bagi orang-orang Yahudi, kepada para pemimin. Bagaimana mereka bereaksi? Marah besar. Lalu Dia mengkonfirmasi bahwa Dialah kebangkitan dan hidup.   “…25 Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, ‘Saatnya akan tiba, dan sekarang ini, ketika orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. 26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam Diri-Nya Sendiri, demikian juga telah diberikan-Nya Anak untuk mempunyai hidup dalam Diri-Nya Sendiri. 27 Dan telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi juga, karena Ia adalah Anak Manusia…” 

“Anak Manusia” adalah gelar yang kita temukan di kitab Daniel 7:13,  “…13 …aku melihat… seorang seperti Anak Manusia datang… kepada Yang Lanjut Usia…”  ini adalah adegan penghakiman yang terjadi di Surga. Jadi kedua gelar ini “Anak Allah” dan “Anak Manusia” itu khas untuk Kristus.

28 Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, di mana semua orang yang di dalam kubur akan mendengar suaraNya,29 dan akan bangkit; mereka yang telah berbuat baik, kepada kebangkitan untuk hidup kekal; dan  mereka yang telah berbuat jahat kepada kebangkitan untuk penghukuman…”  Jadi Yesus memberi mereka suatu pelajaran theologi, dan Dia membuat marah orang-orang Saduki yang tidak percaya kepada kebangkitan. Dia sudah membuat semua orang marah di sini, tidak ada yang luput.

 

 

So do we have similar religions today? They might not believe in a resurrection, but they believe in a reincarnation.

Here is theology at its best.

ü   It tells us what the position of the Son is,

ü   it tells us all judgment is given unto Him,

ü   it tells us that the power of the resurrection is in His word,

ü   that He will raise them up on the last day,

ü   that there are two resurrections ~

in this place it doesn't tell us that they're separated by a thousand years, but later in the book of Revelation we get to understand that also.

 

Nah, apakah sekarang ini ada agama yang serupa itu? Mereka mungkin tidak mempercayai kebangkitan tetapi mereka mempercayai reinkarnasi.

Di sinilah theologi disampaikan dengan sebaik-baiknya.

ü   Ini mengatakan kepada kita apa kedudukan Sang Anak,

ü   ini mengatakan kepada kita semua penghakiman diserahkan kepada Yesus.

ü   ini mengatakan kepada kita bahwa kuasa kebangkitan ada dalam FirmanNya,

ü   bahwa Dia yang akan membangkitkan mereka pada hari terakhir,

ü   bahwa akan ada dua kebangkitan ~

di sini kita tidak diberitahu bahwa kedua kebangkitan itu terpisah 1000 tahun, tetapi nanti di kitab Wahyu kita juga akan mendapatkan pemahaman itu juga.

 

 

Now if we read verse 31, Martin, it says, 31 If I bear witness of Myself, My witness is not true…” because you need more than one witness, right? Now this is very important.  “…32 There is another that beareth witness of Me; and I know that the witness which he witnesseth of Me is true. 33 Ye sent unto John, and he bare witness unto the truth. 34 But I receive not testimony from man: but these things I say, that ye might be saved. 35 He was a burning and a shining light: and ye were willing for a season to rejoice in his light…” so He just performed the mighty miracle, He's bearing witness of Himself to them and He's saying, “All right, you don't want to accept My testimony that I am the Way, the Truth, and the Life; I am the One that has the power of resurrection at My disposal because I and the Father are one, We are God.” They just recognized that He'd said that. Now He brings in the witness of John, and He says John testified of these things, and we read it just now, where John testified of these things. Then He says in verse 36,  “…36 But I have greater witness than that of John: for the works which the Father hath given Me to finish, the same works that I do, bear witness of Me, that the Father hath sent Me…” so there's another witness.  “…37 And the Father Himself, which hath sent Me, hath borne witness of Me. Ye have neither heard His voice at any time, nor seen His shape. 38 And ye have not His word abiding in you: for whom He hath sent, Him ye believe not…”

 

Nah, jika kita membaca ayat 31, Martin, dikatakan, 31 Jika Aku menjadi saksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar…”  karena dibutuhkan lebih dari satu saksi, benar? Nah, ini sangat penting. “… 32 Ada yang lain yang bersaksi tentang Aku; dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang disaksikannya tentang Aku adalah benar. 33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah memberikan kesaksian tentang yang benar. 34 Tetapi Aku tidak menerima kesaksian dari manusia;  namun ini Aku katakan, supaya kamu bisa diselamatkan. 35Ia adalah pelita yang menyala dan bercahaya, dan kamu bersedia bersukacita sejenak dalam terangnya…”  Jadi Yesus baru saja membuat mujizat besar, Dia memberikan kesaksian tentang DiriNya Sendiri kepada mereka dan Dia mengatakan, “Baiklah, kalian tidak mau menerima kesaksianKu bahwa Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup; Akulah yang punya kuasa membangkitkan yang Aku gunakan sesuai kehendakKu karena Aku dan Bapa itu satu, Kami adalah Allah.” Mereka mengenali Dia berkata demikian. Sekarang Dia mengetengahkan kesaksian Yohanes dan Dia berkata bahwa Yohanes memberikan kesaksian tentang hal-hal ini, baru saja kita  baca di mana Yohanes bersaksi tentang hal-hal itu. Kemudian di ayat 36 Yesus berkata, “…36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih besar daripada kesaksian Yohanes, karena pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu supaya Aku selesaikan ~ yaitu pekerjaan yang sama yang Kukerjakan sekarang, memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku…”  jadi ada saksi yang lain. “…37 Dan Bapa Sendiri, yang telah mengutus Aku, telah bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya kapan pun, maupun melihat bentukNya. 38 Dan kamu tidak punya Firman-Nya menetap di dalammu; sebab Dia yang diutus-Nya tidak kamu percayai…”

 

 

So Martin, He's saying that there are a number of witnesses that testify to the fact that He is who He claims to be.

1.   He talks about Himself.

He says, “All right, you say that witness is not true because I’m testifying of Myself, but what about John?  You were happy to abide in his light, he testified of exactly the same thing, but you won't believe him now, because you don't want to believe Me.  “Behold the Lamb of God”.

2.   Then He says what about the works?

The works testify that I am who I claim to be. Have you ever seen a man lame get up and walk just by My word, on the Sabbath day that you are contesting, and saying I’m a Law breaker because of that? Whereas I am showing you I am Lord of the Sabbath. I am your Creator, and you keep the Sabbath because I said that I created the earth, the Heavens, and everything in them in six days. But you won't acknowledge Me as the Creator God if I give life to someone who is dead for 38 years in a sense?”

3.   And then the Father, He says, testified.

Where did the Father testify? At the baptism, “This is My beloved Son in whom I am well pleased”, and the people heard Him.

So there was a Witness from Heaven; there was a witness on earth, John the Baptist; the works testify.

 

Jadi Martin, Yesus berkata ada sejumlah saksi yang bersaksi akan faktanya bahwa Dia memang benar adalah siapa yang Dia katakan.

1.   Dia bicara tentang Dirinya Sendiri.

Dia berkata, “Baiklah, kalian mengatakan kesaksian itu tidak benar karena Aku bersaksi tentang DiriKu Sendiri, tetapi bagaimana dengan Yohanes? Kalian sangat senang menetap dalam terangnya, dia bersaksi tentang hal yang persis sama. Tetapi sekarang kalian tidak mau mempercayainya karena kalian tidak mau mempercayai Aku. “Lihatlah, Anak Domba Allah!”

2.   Lalu apa kataNya tentang pekerjaan?

Pekerjaan-pekerjaan itu bersaksi tentang siapa Aku sesuai yang Aku klaim. Pernahkah kalian melihat orang yang lumpuh bangkit dan berjalan hanya dengan perkataanKu pada hari Sabat yang kalian pertentangkan, dan mengatakan Aku seorang pelanggar Hukum karena itu? Sementara Aku menunjukkan kepada kalian Akulah Tuan atas hari Sabat. Akulah Penciptamu. Dan kalian memelihara Sabat karena Aku yang berkata Aku yang telah menciptakan bumi, langit dan semua isinya dalam enam hari. Tetapi kalian tidak mau mengakui Aku sebagai Allah Pencipta walaupun Aku memberi hidup kepada orang yang sudah praktis mati selama 38 tahun?”

3.   Lalu Bapa, kataNya, memberi kesaksian.

Di mana Bapa memberi kesaksian? Saat pembaptisanNya. “Inilah Anakku yang Kukasihi. KepadaNya Aku sangat berkenan”, dan orang-orang mendengar perkataan Bapa itu.

Jadi ada Saksi dari Surga, ada saksi di bumi yaitu Yohanes Pembaptis, dan pekerjaan-pekerjaanNya juga memberi kesaksian.

 

 

And then He says in verse 39,   “…39 Search the Scriptures; for in them ye think ye have eternal life: and they are they which testify of Me…”

So there are four witnesses:

1.   John testified,

2.   the works testified,

3.   the Father testified,

4.   and the Scriptures testified.

There's no doubt about this issue.

 

Lalu katanya di ayat 39,   39 Selidikilah Kitab-kitab Suci, sebab di dalamnya kamu pikir kamu mendapatkan hidup kekal, dan kitab-kitab itulah yang memberi kesaksian tentang Aku…”

Jadi ada empat saksi:

1.   Yohanes bersaksi,

2.   pekerjaan-pekerjaan bersaksi,

3.   Bapa bersaksi,

4.   dan kitab-kitab Suci bersaksi.

Jadi tidak ada keraguan tentang isu ini.

 

 

So now, Martin, that we have laid the groundwork for the message that is to come to God's people, to prepare them for the latter rain which is ensconced in the message to the disciples who were to receive the former rain, I think we should take a break and do this in another episode. We'll continue later.

Let's do that. Will you pray for us?

 

Jadi sekarang, Martin, setelah kita sudah meletakkan pekerjaan dasarnya bagi pekabaran yang akan datang kepada umat Allah untuk mempersiapkan mereka bagi hujan akhir yang terkandung dalam pekabaran kepada para murid yang akan menerima hujan awal, saya rasa kita istirahat dulu dan melanjutkan ini dalam episode yang lain. Kita sambung nanti.

Baik kita lakukan itu. Tolong doakan kita.

 

 

25 08 22