Sunday, August 27, 2023

EPISODE 04/32 ~ THE FINAL GENERATION ~ THE USE AND ABUSE OF ELLEN WHITE'S WRITINGS ~ KEVIN PAULSON

 

THE FINAL GENERATION SYMPOSIUM

Part 04/32 – Kevin Paulson

THE USE AND ABUSE OF ELLEN G. WHITE’S WRITINGS

https://www.youtube.com/watch?v=nNI87LLBLrA&list=PLIWJyuxBfZ7i2O8wOtdyuCvOndkH4jq9L&index=4

 

Dibuka dengan doa

 

We're going to examine for the next few moments the use and the abuse of the writings of Ellen G. White by opponents of Last Generation Theology. Some people might say, “Well, do supporters of Last Generation Theology occasionally misuse the writings of inspiration?” We can't deny that, but for the next few moments we're going to examine the case against Last Generation Theology, that is made by many who misuse the writings of Ellen White. But before we address this subject, one point needs to be made very clear, the case against Last Generation Theology does not merely have an Ellen White problem. The biggest problem with the case against Last Generation Theology is a Bible problem and I hope that reality will be clear by the time this symposium is complete.

 

Dalam beberapa menit berikutnya kita akan menyimak penggunaan dan penyalahgunaan tulisan-tulisan Ellen G. White oleh para penentang Theologi Generasi Terakhir. Beberapa orang berkata, “Nah, apakah para pendukung Theologi Generasi Terakhir dari waktu ke waktu tidak menyalahgunakan tulisan-tulisan inspirasi?” Kita tidak bisa menyangkal itu, tetapi dalam beberapa menit berikutnya kita akan menyelidiki tuduhan terhadap Theologi Generasi Terakhir yang dibuat oleh banyak orang yang menyalahgunakan tulisan-tulisan Ellen White. Tetapi sebelum kita membahas topik ini, satu poin perlu dibuat sangat jelas dulu, yaitu tuduhan terhadap Theologi Generasi Terakhir bukan hanya karena ada problem dengan Ellen White. Problem terbesar tuduhan terhadap Theologi Generasi Terakhir adalah problemnya dengan Alkitab, dan saya berharap kenyataannya akan menjadi jelas pada waktu symposium ini selesai.

 

 

What was fascinating to me as I read the recent books attacking Last Generation Theology was the different approaches that at least two of the books used in dealing with the writings of Ellen White. The most prominent of these new books written by a collection of scholars mostly professors at the SDA Theological Seminary repeatedly and authoritatively used the writings of Ellen White in an effort to support their position. Though we will show in the course of these meetings, including the one we're in right now, how the statements they used were flagrantly taken out of context, or at least a good many of them were, and how the obvious meaning of these statements was simply ignored, and a whole lot of other statements that they might have paid attention to, were ignored altogether.

 

Yang menarik bagi saya saat saya membaca buku-buku baru yang menyerang Theologi Generasi Terakhir ialah cara-cara pendekatan yang berbeda dari sedikitnya dua buku yang dipakai dalam menangani tulisan-tulisan Ellen White. Buku yang paling menonjol dari buku-buku baru itu yang ditulis oleh kumpulan pakar-pakar terutama para profesor di seminari Theologi MAHK, berulang-ulang dan secara autoritatif menggunakan tulisan-tulisan Ellen White dalam upaya untuk mendukung posisi mereka. Walaupun akan kami tunjukkan dalam rangkaian pertemuan-pertemuan ini, termasuk pertemuan yang sedang kita hadiri sekarang, bagaimana pernyataan-pernyataan yang mereka pakai itu jelas-jelas keluar konteks, atau setidaknya banyak yang demikian, dan bagaimana makna yang jelas dari pernyataan-pernyataan tersebut diabaikan begitu saja, dan ada banyak sekali pernyataan-pernyataan lain yang seharusnya mereka perhatikan, telah sama sekali diabaikan.

 

 

But another of these books written by a very prominent denominational author who has since retired, took a very different approach than the first and most significant book. In his words Ellen White disapproved the usage of her writings to settle theological issues.  Now we're going to look at this statement again.  One notes with great interest, however, that when this particular author assumes that a quote from Ellen White might help him make his case, he doesn't hesitate to use it.

But what perhaps some have missed in their assessment of these books is, the very difficult dilemma faced by any  Seventh-day Adventist in trying to build a case against Last Generation Theology. Those who attempt to make this case are basically confronted with two choices.

1.    either they take a non-literal, non-transcendent approach to the inspired writings or

2.    they take a literal, transcendent, fully authoritative albeit selective approach to the inspired writings.

 

Tetapi buku satunya dari buku-buku tersebut, ditulis oleh seorang penulis denominasi yang terkenal yang sekarang sudah pensiun, mengambil cara pendekatan yang sangat berbeda daripada buku yang pertama dan paling signifikan. Dia mengatakan bahwa Ellen White tidak setuju tulisan-tulisannya dipakai untuk menyelesaikan isu-isu theologi. Nah, nanti kita akan menyimak pernyataan ini lagi. Namun, yang sangat menarik, kita mendapati bahwa ketika penulis ini beranggapan suatu kutipan Ellen White bisa membantunya memperkuat kasusnya, dia tidak ragu-ragu menggunakannya.

Tetapi apa yang mungkin terlewatkan dalam penilaian mereka atas buku-buku ini ialah, dilema yang sangat sulit yang dihadapi oleh MAHK mana pun yang mencoba membuat serangan terhadap Theologi Generasi Terakhir. Mereka yang berusaha melakukan tuduhan itu pada dasarnya harus berhadapan dengan dua pilihan.

1.    mereka mengambil cara pendekatan yang non-literal, non-transenden terhadap tulisan-tulisan yang diinspirasi, atau

2.    mereka mengambil cara pendekatan yang literal, autoritatif penuh, namun selektif terhadap tulisan-tulisan yang diinspirasi.

 

 

Let me go over that again, since it's now on the screen. These are the two choices they are faced:  take a non-literal, non-transcendent approach to the inspired writings; or a literal, transcendent, fully authoritative, but selective approach to the inspired writings.

 

Saya akan mengulanginya lagi karena sekarang sudah tampil di layar. Inilah kedua pilihan yang mereka hadapi: mengambil cara pendekatan yang non-literal, non-transenden terhadap tulisan-tulisan inspirasi; atau pendekatan yang literal, transenden, punya  autoritas penuh, tetapi selektif, terhadap tulisan-tulisan inspirasi.

 

 

Now you notice that when I’ve said the “inspired writings” here, not just the writings of Ellen White, I am speaking of both the Bible and the writings of Ellen White, because there are those in the  Seventh-day Adventist church today, folks, who are trying to build a case against Last Generation Theology, and who are discarding the Bible quite explicitly when they try to do this. These people don't take either the Bible or the writings of Ellen White as authoritative.

 

Nah, kalian simak bahwa ketika saya mengatakan “tulisan-tulisan inspirasi” di sini, itu bukan hanya tulisan-tulisan Ellen White, saya bicara tentang baik Alkitab maupun tulisan-tulisan Ellen White, karena ada mereka di dalam gereja MAHK sekarang, Saudara-saudara, yang berusaha membuat tuduhan terhadap Theologi Generasi Terakhir, dan ketika mereka mencoba melakukan ini, mereka secara ekplisit telah membuang Alkitab. Orang-orang ini tidak menganggap baik Alkitab maupun tulisan-tulisan Ellen White punya autoritas.

 

 

Listen to the following statement written in a recent online article in Spectrum magazine. This individual was complaining about the use of Ellen White's writings ~ or rather or about not Ellen White's writings ~  but complaining about Last Generation Theology finding its way into the Sabbath School Quarterly.

Listen to what he says, “An insistence on doctrinal purity…”  and you know these people don't like purity of any kind,  “…an insistence on doctrinal purity manifests itself in disavowing alternative interpretations of the Bible or our doctrines.  Doctrinal purists in the church define our beliefs in such detail and specificity as to close all ‘loopholes’ that allow other understandings…” Praise God! “…The 2010 rewording of our Creation dogma in Fundamental Belief # 6, is an excellent example of this approach… If this restrictive imagination of beginnings causes some to feel squeezed out of the church, that only proves the LGT (Last Generation Theology) point, that those leaving were not pure enough. We learn from Paul that experience is the best teacher…” I don't think these people have read Paul very carefully if they think that's what he's teaching.  “…therefore we should not aim at purifying our doctrines…”  How is it that Paul then told Timothy not to allow anybody to teach any different doctrines in 1 Timothy 1:3? “… Such an exercise like LGT sinlessness, is unattainable… ” he claims,  “…and keeps us in the wilderness. Paul cautions that outside of Christ's righteous covering, all our best attempts at good doing amount to nothing…”   and we're going to find out that that is a lie, when we study what Paul and other Bible authors teach on this subject.  “…So we should express our beliefs…” this author claims, “…in ways that allow for growth and new insights as we journey on. Likewise, our approach towards lifestyle choices such as what we eat or wear should not be based on purity. These things are not accretive to our salvation…” (Matthew Quartey ~ Embedding Last Generation Theology)

 

Dengarkan pernyataan berikut yang ditulis di sebuah artikel baru-baru ini di majalah Spectrum. Orang ini komplain tentang penggunaan tulisan-tulisan Ellen White ~ atau lebih tepat bukan tentang tulisan-tulisan Ellen White, melainkan komplain tentang Theologi Generasi Terakhir dimasukkan ke dalam Pelajaran Kuartalan Sekolah Sabat.

Dengarkan apa yang dikatakannya, “…Memaksakan kemurnian doktrinal…” dan kalian tahu, orang-orang ini tidak menyukai kemurnian apa pun, “…Memaksakan kemurnian doktrinal memanifestasikan dirinya dalam menyangkal interpretasi alternatif dari Alkitab atau doktrin-doktrin kita. Para pendukung kemurnian doktrin di gereja mendefinisikan keyakinan kita secara begitu mendetail dan spesifik sehingga menutup semua ‘celah’ yang mengizinkan adanya pemahaman yang lain…” Puji Tuhan! “…Penulisan ulang dogma kita tentang Penciptaan dalam Keyakinan Fundamental kita # 6 di tahun 2010  adalah contoh yang sangat bagus tentang pendekatan ini. Jika imajinasi yang membatasi tentang awal mula (= penciptaan) ini membuat beberapa orang merasa tergencet keluar dari gereja, itu hanya membuktikan poin LGT (Theologi Generasi Terahir), bahwa mereka yang keluar itu tidak cukup murni. Kita belajar dari rasul Paulus bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik…”  menurut saya orang-orang ini tidak membaca tulisan-tulisan Paulus dengan seksama jika mereka menganggap itulah yang diajarkan Paulus, “…itulah sebabnya kita tidak boleh menarget pada pemurnian doktrin-doktrin kita…” Kalau begitu mengapa Paulus memberitahu Timotius jangan mengizinkan siapa pun mengajarkan doktrin apa pun yang berbeda di 1 Timotius 1:3?  “…Praktek yang demikian seperti  ketidakberdosaan di Theologi Generasi Terakhir, itu tidak bisa dicapai…”  klaim dia ini,  “…dan membuat kita tertahan di padang gurun. Paulus memperingatkan bahwa di luar penutup kebenaran Kristus, semua upaya kita yang terbaik untuk berbuat baik, tidak ada artinya…”  dan kita akan menemukan bahwa ini adalah suatu kebohongan saat kita mempelajari apa yang diajarkan Paulus dan penulis-penulis Alkitab lainnya tentang topik ini. “…Maka kita harus mengutarakan keyakinan kita…” klaim penulis ini, “…dengan cara-cara yang mengizinkan adanya pertumbuhan dan wawasan-wawasan baru selagi kita melanjutkan perjalanan. Demikian pula pendekatan kita kepada pilihan-pilihan gaya hidup seperti apa yang kita makan atau pakai, seharusnya tidak berdasarkan kemurnian. Hal-hal ini tidak menambah keselamatan kita.” (Matthew Quartey ~ Embedding Last Generation Theology)

 

 

Now, folks, if you read a good deal of the articles that are published on this particular website,  you'll find that their moral leniency goes far beyond issues of what you eat and what you wear. This particular website repeatedly publishes articles defending homosexuality and pre-marital sex, and any number of other deviations from biblical sexual standards. But the fact is, if you take this approach in trying to  refute  Last Generation Theology, you're not going to get very far in the church. The people that read Spectrum magazine are nothing close to a majority in the Advent movement, thank God for that. Outside of a few intellectual circles, even in western Adventism this particular approach is just not going to fly. No official church publishing house that I know of, would print this kind of extreme theological liberalism.

 

Nah, Saudara-saudara, jika kalian membaca banyak artikel yang diterbitkan di situs ini, kalian akan menemukan bahwa kecenderungan moral mereka jauh melampaui isu-isu tentang apa yang kita makan dan apa yang kita kenakan. Situs khusus ini berulang-ulang menerbitkan artikel-artikel yang membela homoseksualitas dan seks pra-nikah, dan sejumlah penyimpangan seksual lain dari standar Alkitab. Tapi faktanya ialah, jika orang mengambil cara pendekatan ini dalam upaya untuk membuktikan bahwa Theologi Generasi Terakhir itu salah, dia tidak akan mendapat banyak hasil di dalam gereja. Jemaat yang membaca majalah Spectrum tidak mencapai mayoritas dalam gerakan Advent, puji Tuhan untuk itu. Di luar beberapa kalangan intelektual, bahkan di Adventisme Barat pendekatan cara ini tidak akan berhasil. Tidak ada penerbit resmi gereja yang saya tahu, akan mau mencetak theologi liberalisme ekstrem sejenis ini.

 

 

So when it comes to the two choices we talked about ~ so far as the strategy for refuting Last Generation Theology is concerned ~ it is the second choice that is the one most critics of this doctrinal construct are preferring to use. But at the bottom line, like Napoleon at Waterloo who charged both of Wellington's flanks and was repulsed and thus had no choice but to charge the center of the British line, those challenging Last Generation Theology just don't have any good choices, either they marginalize themselves within the church by taking a very liberal view of the inspired writings; or they use the inspired evidence selectively, and thus open themselves to the eventual destruction of their case, not only through the presentation of contrary evidence from inspiration by the defenders of Last Generation Theology, but the demonstration of harmony between all aspects of this evidence. This is a very important principle which we're going to apply in this message and in other messages that are going to be delivered in the course of this symposium.

 

Jadi mengenai kedua pilihan yang tadi kita bahas ~ sampai sekarang sejauh itu berkaitan dengan strategi untuk membuktikan kesalahan Theologi Generasi Terakhir ~ pilihan yang kedualah yang lebih suka dipakai kebanyakan kritikus mengenai konstruksi doktrinal ini. Tetapi pada dasarnya, seperti Napoleon di Waterloo yang menyerang kedua sayap Wellington dan dipukul mundur, dan dengan demikian tidak punya pilihan lain kecuali menyerang bagian tengah barisan tentara Inggris, maka mereka yang menantang Theologi Generasi Terakhir juga tidak punya pilihan apa pun yang bagus, yaitu: kalau bukan mereka minggir sendiri di dalam gereja dengan mengambil pandangan yang sangat liberal terhadap tulisan-tulisan inspirasi; atau mereka menggunakan secara selektif alasan-alasan yang diilham,i dan dengan demikian membuka diri mereka pada akhirnya kepada penghancuran kasus mereka, bukan saja melalui presentasi bukti-bukti dari inspirasi yang bertolakbelakang, yang diberikan oleh para pembela Theologi Generasi Terakhir, melainkan juga demonstrasi keharmonisan antara semua aspek dari bukti ini. Ini adalah prinsip yang sangat penting yang akan kita aplikasikasikan  dalam pekabaran ini dan pekabaran-pekabaran lainnya yang akan disampaikan sepanjang simposium ini.

 

 

But now let's return to the statement by a prominent critic of Last Generation Theology where he says Ellen White disapproved the usage of her writings to settle theological issues. Now it is true that there were times when Ellen White did ask that her writings not be used to settle theological issues, and one example of this is in the controversy over “the daily” in Daniel chapter 8. Here in Vol. 1 of Selected Messages page 164 listen to Ellen White's statement on this point, and listen to why she asked that her writings not be used to settle this particular controversy.

“I now ask that my ministering brethren shall not make use of my writings in their arguments regarding this question…” that is “the daily”  “…for I have had…”  listen carefully “…no instruction on the point under discussion, and I see no need for the controversy…”  

 

Tetapi sekarang mari kita kembali ke pernyataan yang dibuat seorang kritikus Theologi Generasi Terakhir yang terkenal di mana dia mengatakan bahwa Ellen White tidak membenarkan dipakainya tulisan-tulisannya untuk menyelesaikan isu-isu theologi. Nah, memang benar ada kalanya Ellen White minta agar tulisan-tulisannya tidak dipakai untuk menyelesaikan isu-isu theologi, dan satu contoh dari ini ialah dalam perdebatan tentang kata “yang sehari-hari” di Daniel pasal 8.

Di sini, di Selected Messages Vol. 1 hal. 164, dengarkan pernyataan Ellen White tentang poin ini, dan dengarkan mengapa dia minta tulisan-tulisannya tidak dipakai untuk menyelesaikan perselisihan khusus ini.

“…Sekarang aku minta agar saudara-saudaraku dalam pelayanan jangan memakai tulisan-tulisanku dalam perdebatan mereka mengenai hal ini…”  yaitu tentang “yang sehari-hari”   “…karena aku…” dengarkan baik-baik, “…tidak menerima petunjuk mengenai poin yang dibicarakan, dan aku tidak melihat perlunya ada perdebatan itu.

 

 

Notice she didn't say that her writings weren't to be used to settle this issue because this wasn't part of her job as a messenger of the Lord, rather it was because “…I have had no instruction on the point under discussion,” which obviously means that if the Lord hadn't given her any light on something she had no more insight than anyone else. But despite what this author, that we have quoted twice, believes regarding Ellen White's lack of authority on doctrinal controversy, Ellen White is extremely clear that in fact doctrinal correction and clarity was a part of her prophetic portfolio. Let's clarify this once and for all from her writings.

 

Simak, Ellen White tidak berkata bahwa tulisan-tulisannya tidak boleh dipakai untuk menyelesaikan isu ini karena itu bukan bagian dari pekerjaannya sebagai utusan Tuhan, melainkan karena  “aku tidak menerima petunjuk mengenai poin yang dibicarakan”,  yang jelas berarti bahwa jika Tuhan tidak memberinya terang mengenai sesuatu, dia tidak punya pemahaman yang lebih daripada orang-orang lain. Namun apa pun yang diyakini penulis ini ~ yang sudah kita kutip dua kali ~ tentang kurangnya autoritas Ellen White dalam hal perselisihan doktrin, Ellen  White sangat jelas bahwa sesungguhnya koreksi dan penjelasan tentang doktrin adalah bagian dari portofolio kenabiahannya. Mari kita perjelas ini sekali lagi dari semua tulisannya.

 

 

Early Writings page 78, “God has, in that Word…” that is the Bible,  “…promised to give visions in the ‘last days’;  not for a new rule of faith, but for the comfort of His people, and to correct those who err from Bible truth.”

Was Ellen White's task to correct people with doctrinal error? Quite obviously she said it was.

 

Early Writings hal. 78,    “…Allah telah, di dalam Firman itu…”  yaitu Alkitab,  “…berjanji untuk memberikan penglihatan pada ‘hari-hari akhir’; bukan untuk suatu peraturan iman yang baru, melainkan demi kenyamanan umatNya dan untuk mengoreksi mereka yang menyimpang dari kebenaran Alkitab…” 

Apakah itu tugas Ellen White untuk mengoreksi orang yang doktrinnya salah? Sangat jelas dia berkata memang demikian.

 

 

Here's another one, Vol. 3 of Selected Messages page 31,  “Besides the instruction in His Word, the Lord has given special testimonies to His people, not as a new revelation, but that He may set before us the plain lessons of His Word, that errors may be corrected, that the right way may be pointed out, that every soul may be without excuse.” —Letter 63, 1893. (See Testimonies for the Church Vol. 5 pg. 665.)

 

Ini ada yang lain. Selected Messages Vol. 3 hal. 31, “…Selain petunjuk dalam FirmanNya, Tuhan telah memberikan kesaksian-kesaksian istimewa kepada umatNya, bukan sebagai  suatu pengungkapan yang baru, melainkan agar Dia boleh menempatkan di depan kita pelajaran-pelajaran yang sederhana tentang FirmanNya, agar kesalahan-kesalahan bisa dikoreksi, agar jalan yang benar bisa ditunjukkan, agar setiap orang tidak akan punya alasan.” —Letter 63, 1893. (lihat Testimonies for the Church Vol.  5 hal. 665.)

 

 

On the following page in 3 Selected Messages page 32,  “The Lord has given me much light that I want the people to have; for there is instruction that the Lord has given me for His people. It is light that they should have, line upon line, precept upon precept, here a little and there a little. This is now to come before the people, because it has been given to correct specious errors and to specify what is truth. Letter 127, 1910.

 

Di halaman berikut di Selected Messages Vol. 3 hal. 32,    “…Tuhan telah memberiku banyak terang yang aku mau umat memilikinya; karena ada petunjuk yang telah diberikan Tuhan kepadaku untuk umatNya. Itu terang yang harus mereka miliki, baris demi baris, ketentuan demi ketentuan, di sini sedikit di sana sedkit. Ini sekarang harus disampaikan kepada umat, karena itu diberikan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang tersamar dan untuk memerinci mana yang kebenaran. ~~ Letter 127, 1910. 

 

 

Vol. 5 of the Testimonies page 665,  “Additional truth is not brought out;…”  that by the way is why Ellen White is the lesser light because the Bible is the originator of our doctrinal positions and our moral standards. But notice what Ellen White says her writings were to do.  “…Additional truth is not brought out; but God has through the Testimonies simplified the great truths already given…”  you know the Bible doesn't say not to read pulp fiction like Ellen White does, but what does the Bible say in Philippians 4:8?  8 …. whatsoever things are true, whatsoever things are honest, whatsoever things are just, whatsoever things are pure, whatsoever things are lovely, whatsoever things are of good report; if there be any virtue, and if there be any praise, think on these things.” Ellen White comes along and simplifies these biblical principles and that's just one example.

 

Testimonies Vol. 5 hal. 665, “…Tambahan kebenaran tidak disampaikan,…”  inilah mengapa Ellen White adalah terang yang lebih kecil karena Alkitab adalah sumber posisi doktrinal kita dan standar moral kita. Tetapi simak apa kata Ellen White yang dilakukan tulisan-tulisannya. “…Tambahan kebenaran tidak disampaikan tetapi Tuhan melalui kesaksian-kesaksian itu telah menyederhanakan kebenaran-kebenaran besar yang telah diberikan…”  Kalian tahu, Alkitab tidak berkata jangan membaca roman picisan seperti kata Ellen White, tetapi apa kata Alkitab di Filipi 4:8?  8 apa pun yang benar, apa pun yang jujur, apa pun yang adil, apa pun yang murni, apa pun yang indah, kabar apa pun  yang baik, jika ada kebaikannya dan jika ada pujiannya, pikirkanlah hal-hal ini.” Ellen White datang dan menyederhanakan prinsip-prinsip alkitabiah ini. Dan itu hanya satu contoh.

 

 

Let's go on.  Colporteur Ministry page 126. This is a powerful one, folks. “How many have read carefully Patriarchs  and Prophets, The Great Controversy, and The Desire of Ages? I wish all to understand that my confidence in the light that God has given stands firm, because I know that the Holy Spirits powermagnified the truth, and made it honorable’, saying:  ‘This is the way, walk ye in it.’ In my books, the truth is stated, barricaded by a

Thus saith the Lord. The Holy Spirit…”  listen to this, folks, “…The Holy Spirit traced these truths upon my heart and mind as indelibly as the Law was traced by the finger of God, upon the tables of stone…” Letter 90, 1906.  
that sounds pretty authoritative to me, folks.

 

Mari kita lanjut. Colporteur Ministry hal. 126. Ini keras, Saudara-saudara.    “…Berapa orang yang sudah membaca dengan teliti Patriarchs  and Prophets, The Great Controversy, dan The Desire of Ages? Aku ingin semua paham bahwa keyakinanku dalam terang yang telah diberikan Allah itu berdiri teguh, karena aku tahu kuasa Roh Kudus ‘memperbesar kebenaran, dan membuatnya dimuliakan’ (Yesaya 42:21), dengan mengatakan, ‘Inilah jalannya, berjalanlah di dalamnya’ (Yesaya 30:21) . Di buku-bukuku, kebenaran itu tercantum, dipagari oleh ‘demikianlah firman Tuhan’. Roh Kudus…”  dengarkan ini, Saudara-saudara,   “…Roh Kudus menorehkan kebenaran-kebenaran ini di hati dan pikiranku sejelas Hukum yang ditulis oleh jari Allah di atas loh-loh batu…” ~~ Letter 90, 1906. …” 
Bagi saya ini terdengar sangat autoritatif, Saudara-saudara. 

 

 

Vol. 2 of Spiritual Gifts pages 98-99, “My accompanying angel presented before me some of the errors of those present, and also the truth in contrast with their errors. That these discordant views, which they claimed to be according to the Bible, were only according to their opinion of the Bible, and that their errors must be yielded, and they unite upon the Third Angels Message. Our meeting ended victoriously. Truth gained the victory.”

And we need to have more meetings like that in the Seventh-Day Adventist church today.

 

Spiritual Gifts Vol. 2 hal. 98-99,  “…Malaikat pendampingku menunjukkan di hadapanku beberapa kesalahan dari mereka yang hadir, dan juga apa yang benar dibandingkan dengan kesalahan-kesalahan mereka. Supaya pandangan-pandangan yang tidak serasi ini ~ yang mereka klaim sesuai dengan Alkitab, sebenarnya hanyalah sesuai pendapat mereka tentang Alkitab, dan bahwa kesalahan-kesalahan mereka harus ditinggalkan, dan mereka harus bersatu dalam Pekabaran Malaikat Ketiga. Pertemuan kami berakhir dengan kemenangan. Kebenaran telah mendapatkan kemenangan. …” 

Dan kita perlu mengadakan lebih banyak pertemuan-pertemuan seperti itu dalam gereja MAHK sekarang.

 

 

Vol. 5 of The Testimonies pages 655-656, “Serious errors in doctrine and practice were cherished,….  God revealed these errors to me in vision and sent me to His erring children to declare them;…”

 

Testimonies Vol. 5 hal. 655-656,   “…Kesalahan-kesalahan yang serius dalam doktrin dan praktek, dipertahankan, … Allah menyatakan kesalahan-kesalahan itu kepadaku dalam penglihatan dan mengutus aku kepada anak-anakNya yang bersalah untuk menyatakan kesalahan-kesalahan itu, …” 

 

 

Gospel Workers page 302, “At that time…” and once again she's talking about our early experience as a people,  “…one error after another pressed in upon us; ministers and doctors brought in new doctrines. We would search the Scriptures with much prayer, and the Holy Spirit would bring the truth to our minds. The power of God would come upon me, and I was enabled clearly to define what is truth and what is error.

 

Gospel Workers hal. 302,  “…Pada waktu itu…”  dan sekali lagi Ellen White bicara tentang pengalaman awal kita sebagai umat,  “…satu demi satu kesalahan menekan kami, pendeta-pendeta dan doktor-doktor memperkenalkan doktrin-doktrin baru. Kami lalu menyelidiki Kitab Suci dengan banyak doa, dan Roh Kudus akan menyampaikan kebenarannya ke pikiran-pikiran kami. Kuasa Allah akan datang kepadaku, dan aku dimampukan untuk menerangkan dengan jelas apa yang benar dan apa yang salah.

 

 

You know it's difficult to read any of these passages, folks, and come to the conclusion that Ellen White did not see a part of her role as doctrinal clarification and correction. It is for this reason that the recent General Conference Session clarified its position on Ellen White's doctrinal authority.

v   You know in our previous statement about Ellen White's authority which we adopted before, and if we look at the Church Manual the 2010 edition, you'll find that Ellen White's writings are described as “a continuing and authoritative source of truth.” And that's a fine statement.

v   But in San Antonio we clarified this statement even further, and said that her writings speak “with prophetic authority.

Now what's the difference between the two?

Folks, pastors, church, and administrators, scholars, and theologians, are an authoritative source of truth, but it's only human authority.The new statement which says that her writings speak with prophetic authority is on an entirely different level, because prophets have authority that no one else in the human community has. 

This is also why the statement that was voted at the last General Conference, the statement of confidence in the writings of Ellen White, spoke so much more clearly, and in fact it was so controversial with some of the more liberal delegates on the floor of the session that they tried to get a certain part of this statement struck out. If you were there and you watched the debate, or you watched it on television, you know what I’m talking about.

 

Kalian tahu, Saudara-saudara,  setelah membaca tulisan-tulisan ini sulit untuk tiba pada kesimpulan bahwa Ellen White tidak menganggap salah satu peranannya adalah menerangkan dan mengoreksi doktrin. Demi alasan inilah sesi General Conference yang terakhir menjelaskan posisinya tentang autoritas Ellen White pada doktrin.

v   Kalian tahu, dalam pernyataan kami sebelumnya tentang autoritas Ellen White yang kami pakai sebelumnya, dan jika kita lihat pada Buku Petunjuk Sidang edisi 2010, kita akan mendapatkan bahwa tulisan-tulisan Ellen White digambarkan sebagai “sebuah sumber kebenaran yang berkelanjutan dan punya autoritas”. Dan itu adalah pernyataan yang baik.

v   Tetapi di San Antonio, kami memperjelas pernyataan ini lebih lanjut dan mengatakan bahwa tulisan-tulisannya bicara “dengan autoritas kenabian”.

Nah apa beda antara keduanya?

Pendeta-pendeta, gereja dan para administrator, pakar-pakar, dan para theolog, adalah sumber kebenaran yang punya autoritas, Saudara-saudara, tetapi itu hanya autoritas manusia. Pernyataan yang baru yang mengatakan bahwa tulisan-tulisan Ellen White bicara dengan autoritas kenabian itu ada pada tingkatan yang sama sekali berbeda, karena nabi-nabi punya autoritas yang tidak dimiliki siapa pun dalam komunitas manusia.

Ini juga mengapa pernyataan yang di-voting di General Conference yang terakhir, pernyataan keyakinan pada tulisan-tulisan Ellen White, menyatakan dengan begitu lebih jelas, dan bahkan itu begitu kontroversial bagi beberapa delegasi yang lebih liberal yang hadir di sesi itu, sehingga mereka berusaha menghapus sebagian dari pernyataan tersebut. Jika kalian hadir di sana, dan kalian saksikan perdebatannya, atau kalian menontonnya di televisi, kalian tahu apa yang saya bicarakan.

 

 

Listen to what the new statement says, “We affirm our conviction that her writings are divinely inspired, truly Christ-centered, and Bible-based. Rather than replacing the Bible they uplift the normative character of Scripture, and…” listen carefully,  “…and correct inaccurate interpretations of it…”  that's the Bible,  “…derived from tradition, human reason, personal experience, and modern culture.”

Just like what we were talking about in my earlier presentation this morning.

One European delegate on the floor made the motion to strike that last clause out of the statement. Praise the Lord his motion was overwhelmingly defeated. And so the statement that we have now very clearly says that Ellen White's writings are for the purpose of correcting cultural, traditional, and theological errors, which may creep in among us.

 

Dengarkan apa yang dikatakan pernyataan yang baru, “…Kami mengafirmasi keyakinan kami bahwa tulisan-tulisannya itu diinspirasi secara ilahi, benar-benar terpusat pada Kristus, dan berdasarkan Alkitab. Bukannya menggantikan Alkitab, tetapi mereka mengangkat karakter normatif dari Kitab Suci, dan…” dengarkan baik-baik, “…dan mengoreksi interpretasi-interpretasinya yang tidak tepat…”  dari Alkitab, “…yang muncul dari tradisi, pemikiran manusia, pengalaman pribadi, dan kebudayaan modern. …” 

Sama seperti apa yang kita bicarakan di presentasi saya sebelumnya tadi pagi.

Salah seorang delegasi dari Eropa di sesi itu membuat mosi untuk mencoret klausul yang terakhir dari pernyataan tersebut. Puji Tuhan mosi ini dikalahkan secara telak. Maka pernyataan yang kita miliki sekarang dengan sangat jelas berkata bahwa tulisan-tulisan Ellen White itu untuk tujuan mengoreksi kesalahan-kesalahan kebudayaan, tradisi, dan theologi yang mungkin sudah menyelinap masuk di antara kita.

 

 

Now the question that some people will ask is, if the Bible is its own interpreter why do we need Ellen White to come along and interpret the Bible for us? Well, the answer is really very simple. God needs to repeat Himself because too many weren't listening the first time. And you're going to hear a lot of repetition during this symposium. You know, scholars in the academic world don't like repetition because they think it makes them look unintelligent, but you know, ordinary people like our advertising executives who work in the political world, or in the business world ~ and you probably have noticed this,  we're in the middle of a political campaign right now, you probably have noticed if you watch television at all ~ how many of these commercials are repeated over, and over, and over again? Well, guess why. Because it takes time and repetition to get these things through to people, and God has to use the same method.

 

Nah, pertanyaan yang mungkin ditanyakan beberapa orang ialah, jika Alkitab itu menerangkan dirinya sendiri, mengapa kita masih perlu Ellen White untuk datang dan menginterpretasikan Alkitab buat kita? Nah, jawabannya sesungguhnya sangat sederhana. Allah harus mengulang-ulang kata-kataNya karena terlalu banyak manusia yang tidak mendengarkan pertama kalinya. Dan kita akan mendengar banyak pengulangan selama simposium ini. Kalian tahu, pakar-pakar di dunia akademis  tidak suka pengulangan karena mereka menganggap itu membuat mereka tampak tidak intelijen. Tetapi kalian tahu, orang-orang awam seperti para eksekutif iklan kita yang bekerja di dunia politik atau di dunia usaha ~ dan kira-kira kalian sudah melihat ini karena kita sekarang sedang di tengah-tengah kampanye politik, kita tentunya sudah melihat jika kita pernah nonton televisi ~ berapa banyak dari iklan-iklan itu diulang, diulang, diulang lagi? Nah, inilah mengapa. Karena butuh waktu dan pengulangan untuk menanamkan hal-hal tersebut kepada manusia, dan Allah harus memakai cara yang sama.

 

 

Listen to why Ellen White says that this is necessary. In Patriarchs and Prophets page 364, “If man had kept the Law of God, as given to Adam after his fall, preserved by Noah, and observed by Abraham,  there would have been no necessity  for the ordinance  of circumcision…”  now what we're going to see in this statement is how God has had to repeat Himself with greater clarity over and over again. Let's go on,  “…And if the descendants  of Abraham  had kept the covenant,  of which circumcision was a sign, they would never have been seduced into idolatry, nor would it have been necessary for them to suffer a life of bondage in Egypt; they would have kept Gods Law in mind, and there would have been no necessity…” listen to this  “…for it to be proclaimed from Sinai or engraved upon the tables of stone.  And had the people practiced the principles of the Ten Commandments,  there would have been no need of the additional directions given to Moses.”

 

Dengarkan mengapa Ellen White berkata bahwa ini perlu. Di Patriarchs and Prophets hal. 364,    “…Andaikan manusia memelihara Hukum Allah sebagaimana yang diberikan kepada Adam; dan setelah kejatuhannya seperti yang dipertahankan oleh Nuh, dan dipatuhi oleh Abraham, tidak akan diperlukan adanya ketetapan sunat…”  nah, apa yang akan kita lihat dalam pernyataan ini ialah bagaimana Allah harus mengulangi kata-kataNya dengan kejelasan yang lebih besar berulang, ulang, ulang lagi. Mari kita lanjut,    “…Dan andaikan keturunan-keturunan Abraham memelihara janji itu, di mana sunat merupakan tandanya, mereka tidak akan pernah tergoda untuk menyembah berhala, maupun tidaklah perlu bagi mereka untuk menderita suatu kehidupan perbudakan di Mesir, mereka akan memelihara Hukum Allah dalam pikiran mereka, dan tidak perlu itu…” dengarkan ini,  “…diumumkan dari Sinai atau ditulis di atas loh-loh batu. Dan seandainya orang-orang mempraktekkan prinsip-prinsip dari Sepuluh Perintah Allah, tidak akan diperlukan petunjuk-petunjuk tambahan yang diberikan kepada Musa.” 

 

 

Notice how God has had to repeat Himself time and time again, because people weren't listening to His earlier instruction.

Some people don't like this kind of repetition, because they think, oh you can just use common sense and figure it out. Well, you know, Mark Twain said it well, didn't he?  “Common sense ain't common”. This is the reason why the Lord has to give His counsel over and over again.

 

Simak, bagaimana Allah sudah harus mengulang-ulangi berkali-kali, karena orang-orang tidak mendengarkan instruksi-instruksiNya sebelumnya.

Ada orang-orang yang tidak menyukai pengulangan seperti ini karena mereka pikir, oh kita bisa menggunakan nalar dan mendapatkan jawabannya sendiri. Nah, kalian tahu, Mark Twain mengatakannya dengan tepat, “Common sense ain't common” (= nalar itu langka). Inilah mengapa Tuhan harus memberikan nasihatNya berulang-ulang terus.

 

 

Listen to how Ellen White explains this in Vol. 5 of the Testimonies page 664, “But there are not many of you that really know what is contained in the Testimonies. You are not familiar with the Scriptures.  If you had made Gods Word your study, with a desire to reach the Bible standard and attain to Christian perfection…”  which is what we're going to be discussing this week “…you would not have needed the Testimonies.”

 

Dengarkan bagaimana Ellen White menjelaskan ini di Testimonies Vol. 5 hal. 664,     “…Tetapi tidak banyak dari kalian yang sungguh-sungguh tahu apa yang terdapat dalam Kesaksian-kesaksian. Kalian tidak familier dengan Kitab Suci. Andaikan kalian menjadikan Firman Allah pelajaran kalian dengan suatu kerinduan untuk mencapai standar Alkitab dan meraih kesempurnaan Kristen…”  yaitu apa yang akan kita diskusikan minggu ini,    “…kalian tidak akan membutuhkan Kesaksian-kesaksian itu.” 

 

 

Now what we're going to do for the next few moments is, we're going to look at several examples of how the writings of Ellen White have been abused in a very conspicuous way by critics of Last Generation Theology. One of these statements ~ and this is one that I’m sure is very familiar to people familiar with this controversy, people who are watching this symposium now, have probably heard this statement quoted many times.

This is from Vol. 1 of Selected Messages page 344. “The religious services, the prayers, the praise, the penitent confession of sin ascend from true believers as incense to the heavenly sanctuary, but passing through the corrupt channels of humanity, they are so defiled that unless purified by blood, they can never be of value with God. They ascend not in spotless purity, and unless the Intercessor, who is at Gods right hand, presents and purifies all by His righteousness, it is not acceptable to God. All incense from earthly tabernacles must be moist with the cleansing drops of the blood of Christ.  He holds before the Father the censer of His own merits, in which there is no taint of earthly corruption. He gathers into this censer the prayers, the praise, and the confessions of His people, and with these He puts His own spotless righteousness. Then, perfumed with the merits of Christs propitiation, the incense comes up before God wholly and entirely acceptable. Then gracious answers are returned.”

 

Nah, apa yang akan kita lakukan di beberapa menit berikutnya ialah, kita akan melihat beberapa contoh bagaimana tulisan-tulisan Ellen White telah disalahgunakan dengan cara yang sangat menyolok oleh para kritikus Theologi Generasi Terakhir. Salah satu pernyataan itu ~ dan saya yakin ini sangat familier bagi orang-orang yang familier dengan kontroversi ini, orang-orang yang sedang mengikuti simposium ini sekarang, kira-kira sudah pernah mendengar pernyataan ini dikutip berulang-ulang.

Ini dari Selected Messages Vol.1 hal. 344, “…Kebaktian-kebaktian relijius, doa-doa, pujian-pujian, pengakuan-pengakuan dosa yang disesali dipanjatkan dari orang-orang percaya sebagai dupa ke Bait Suci Surgawi,  tetapi melewati saluran-saluran kemanusiaan yang cacat, mereka menjadi sedemikian najisnya sehingga kecuali dimurnikan oleh darah, mereka tidak pernah berharga bagi Allah. Mereka tidak naik dalam kemurnian yang tidak bernoda, dan kecuali Sang Perantara yang berada di tangan kanan Allah yang mempersembahkan dan memurnikan semuanya dengan kebenaranNya, itu tidak bisa diterima Allah. Semua dupa dari tabernakel duniawi harus dibasahi oleh tetesan darah Kristus yang membersihkan. Di hadapan Sang Bapa, Dia (Kristus) memegang pedupaan jasaNya sendiri, di mana tidak terdapat noda kerusakan duniawi. Dia mengumpulkan ke dalam pedupaan ini, doa-doa, pujian-pujian, dan pengakuan-pengakuan umatNya, dan bersama ini Dia memasukkan kebenaranNya sendiri yang tidak bernoda. Lalu, diharumkan oleh jasa-jasa pendamaian Kristus, dupa itu naik di hadapan Allah, keseluruhannya diterima secara utuh. Lalu jawaban-jawaban yang penuh rahmat dikembalikan.” 

 

 

Now, folks, Ellen White is clear that just like the Bible explains itself, so do her own writings. In Vol. 1 of Selected Messages page 42 she says, “The testimonies themselves will be the key that will explain the messages given, as Scripture is explained by Scripture..—Letter 73, 1903.

 

Nah, Saudara-saudara, Ellen White itu jelas, sama seperti Alkitab menjelaskan dirinya sendiri, begitu juga tulisan-tulisan Ellen White. Di Selected Messages Vol. 1 hal. 42 dia berkata, “…Kesaksian-kesaksian itu sendiri akan menjadi kunci yang akan menjelaskan pesan-pesan yang diberikan, sebagaimana Kitab Suci dijelaskan oleh Kitab Suci.”  -- Letter 73,1903. 

 

 

So what in fact does Ellen White mean in the statement from 1 SM 344 where she talks about the righteousness of Christ purifying the words, the deeds, and the thoughts, of God's people, so that God can accept them?

Let's look at some other statements where she uses the same or similar language, and we'll find out.

 

Jadi sebenarnya apa yang dimaksud Ellen White dalam pernyataan di Selected Messages Vol. 1 hal. 344, di mana dia bicara tentang kebenaran Kristus memurnikan kata-kata, perbuatan-perbuatan, dan pikiran-pikiran umat Allah sehingga Allah bisa menerima mereka?

Mari kita lihat beberapa pernyataan yang lain di mana dia menggunakan bahasa yang sama atau mirip, dan kita akan tahu.

 

 

Acts of the Apostles page 532, “Before the believer, is held out the wonderful possibility of being like Christ, obedient to all the principles of the Law. But of himself man is utterly unable to reach this condition. The holiness that Gods Word declares he must have before he can be saved is the result of the working of divine grace as he bows in submission to the discipline and restraining influences of the Spirit of truth.  Mans obedience…”  listen carefully “…Mans obedience can be made perfect only by the incense of Christs righteousness, which fills with divine fragrance every act of obedience. The part of the Christian, is to persevere in overcoming every fault….” 

Folks, this isn't talking about some legal declaration. This isn't talking about a covering. This is talking about a transforming, right here on earth. Yes, it's directed from heaven, but it happens here on this earth. Let's go on. 

 

Acts of the Apostles hal. 537,   “…Di hadapan orang percaya, ditawarkan kemungkinan yang sangat baik untuk menjadi seperti Kristus, taat kepada semua prinsip Hukum. Tetapi dari diri manusia sendiri sama sekali tidak sanggup untuk mencapai kondisi ini. Kekudusan  yang harus dimilikinya sebelum dia bisa diselamatkan seperti yang dinyatakan Firman Allah adalah hasil pekerjaan kasih karunia Allah, ketika manusia itu tunduk dalam kepatuhan kepada disiplin dan pengaruh Roh kebenaran yang mengendalikannya. Kepatuhan manusia…”  dengarkan baik-baik,    “…Kepatuhan manusia hanya bisa dijadikan sempurna oleh dupa kebenaran Kristus, yang memenuhi dengan bau harum ilahi setiap tindakan mematuhi. Bagian orang Kristen ialah bertahan dalam mengatasi setiap kesalahan. …” 

Saudara-saudara, ini tidak bicara tentang deklarasi legal. Ini tidak bicara tentang suatu yang ditutupi. Ini bicara tentang sebuah perubahan, sekarang ini di bumi ini. Ya, itu diarahkan dari Surga, tetapi itu terjadi di sini di atas bumi ini. Mari kita lanjutkan.

 

 

Christian Service page 263, “…the merit of Jesus must be mingled with our prayers and efforts, or they are as worthless as was the offering of Cain. Could we see all the activity of human instrumentality, as it appears before God, we would see that only the work accomplished by much prayer, which is sanctified…” notice that word  “…sanctified by the merit of Christ, will stand the test of the judgment..—The Review and Herald, July 4, 1893.

 

Christian Service hal. 263   “…Jasa Yesus harus dicampur dengan doa-doa dan upaya-upaya kita, kalau tidak mereka itu tidak ada gunanya sama seperti persembahan Kain. Andaikan kita bisa melihat semua aktivitas pencapaian manusia sebagaimana itu muncul di pemandangan Allah, kita akan melihat bahwa hanya pekerjaan yang diselesaikan dengan banyak doa yang dikuduskan…”  perhatikan kata itu,   “…dikuduskan oleh jasa Kristus, yang akan lulus ujian penghakiman. – The Review and Herald, 4 Juli 1893.

 

 

Vol. 2 of the Manuscript Releases page 337. “There is none too much of any of the workers, be they possessed of large or small talents, to render themselves to God that they may be sanctified…” there's that word again  “…and fitted for His service. Give all you have and are, and it is all nothing without the merit of the blood that sanctifies the gift. Could those who hold responsible  positions  multiply their talents a thousandfold,  their service would have no worth before God unless Christ was mingled with all their offerings…”  And how is He mingled with all their offerings? By sanctification, not justification.

 

Manuscript Releases Vol. 2 hal. 337,  “…Tidaklah berlebihan dari antara para pekerja, apakah mereka memiliki talenta-talenta yang besar maupun kecil, untuk menyerahkan diri mereka kepada Allah agar mereka boleh dikuduskan…” nah, kata itu lagi, “…dan dilayakkan untuk pelayananNya. Walaupun kamu berikan dirimu dan semua yang kamu punya, semua itu tidak ada artinya tanpa jasa darah yang menguduskan pemberian itu. Andaikan mereka yang menduduki jabatan penting bisa melipatgandakan talenta mereka seribu kali, pelayanan mereka tidak ada artinya di hadapan Allah kecuali Kristus dicampurkan dengan semua persembahan mereka…”  dan bagaimana Kristus bisa dicampur dengan semua persembahan mereka? Melalui pengudusan (sanctification), bukan pembenaran (justification).

 

 

Review and Herald November 26, 1901, “Man is permitted to handle the Lord's goods. Thus he is tested and proved. His heart…” his heart  “…must be perfumed with the incense of Christ's righteousness, the Saviour must work in him to will and to do of His good pleasure…”   we're going to talk about that more tomorrow afternoon, “…in order for the handling of the goods intrusted to him to bear the indorsement of the God of heaven.”

 

Review and Herald 26 November 1901,  “…Manusia diizinkan mengurus barang-barang Tuhan. Dengan itulah dia diuji dan dibuktikan. Hatinya…”  hatinya,   “…haruslah diharumkan dengan dupa kebenaran Kristus, Sang Juruselamat harus bekerja di dalam dirinya untuk membuatnya berkemauan dan berbuat  menurut kesenanganNya…”  kita akan bicara lebih banyak tentang hal ini besok sore,  “…agar penanganan barang-barang yang dipercayakan kepadanya menyandang pengabsahan dari Allah surgawi.”   

 

 

Vol. 6 of The Bible Commentary page 1118, “The offering that is made to God without a spirit of reverence and gratitude He does not accept. It is the humble, grateful, reverential heart that makes the offering as a sweet smelling savor acceptable to God.” How does this happen? Through a transformed heart.

 

Bible Commentary Vol. 6 hal. 1118,     “…Persembahan yang dibuat kepada Allah tanpa roh hormat dan syukur, Allah tidak menerimanya. Hati yang rendah, bersyukur, penuh hormatlah yang membuat persembahan itu berbau harum yang diterima oleh Allah…”     Bagaimana ini bisa terjadi? Melalui hati yang diubahkan.

 

 

Vol. 7 of the Bible Commentary page 909, “Shall we not, then, give to Christ that which He has died to redeem?   If you will do this, He will quicken your conscience, renew your heart, sanctify your affections,…” there's that word again,  “…purify your thoughts, and set all your powers at work for Him. Every motive and every thought will be brought into captivity to Jesus Christ. Those who are sons of God will represent Christ in character. Their works…” listen carefully  “…Their works will be perfumed by the infinite tenderness, compassion, love, and purity of the Son of God. And the more completely mind and body are yielded to the Holy Spirit,  the greater will be the fragrance of our offering to Him.” (The Review and Herald, November 24, 1896).

 

Bible Commentary Vol. 7 hal. 909,   “…Kalau begitu, tidakkah kita harus memberikan kepada Kristus apa yang Dia telah mati untuk menebusnya? Jika kita mau melakukan ini, Dia akan menghidupkan hati nurani kita, memperbarui hati kita, menguduskan perasaan-perasaan kita…”  kata itu lagi,   “…memurnikan pikiran kita, dan menyetel semua kekuatan kita bekerja untukNya. Setiap motif, dan setiap pikiran akan dibawa ke bawah penurutan kepada Yesus Kristus. Mereka yang adalah anak-anak Allah akan mewakili Kristus dalam karakter. Pekerjaan mereka…” dengarkan baik-baik, “…Pekerjaan mereka akan diharumkan oleh kelemahlembutan, belas kasihan, kasih, dan kekudusan Anak Allah yang tidak terbatas. Dan semakin menyeluruh tubuh dan pikiran kita tunduk kepada Roh Kudus, akan semakin semarak bau-bau harum persembahan kita kepadaNya.” (The Review and Herald, November 24, 1896). 

 

 

So there's nothing here about inevitable sin polluting our sanctification, so that when it gets to heaven it has to be justified by forensic righteousness. That is not what these statements are saying. It is while our words and deeds ascend to the heavenly sanctuary through these corrupt channels that they receive this purification; they don't arrive in heaven polluted, they get purified here and now, directed of course by the Mediator in heaven.  

 

Jadi di sini tidak ada tentang dosa yang tidak bisa dielakkan yang mempolusi pengudusan kita sehingga bila sampai di Surga itu harus dibenarkan oleh pembenaran pengadilan. Bukan ini yang dikatakan pernyataan-pernyataan ini. Justru sementara kata-kata dan perbuatan-perbuatan kita naik ke Bait Suci surgawi melalui saluran-saluran yang rusak, mereka menerima pemurnian ini. Mereka tidak tiba di Surga dalam kondisi terpolusi, mereka dimurnikan di sini dan sekarang, dituntun tentu saja oleh Sang Perantara di Surga.

 

 

Now we're going to look at another set of statements that have been misused by opponents of perfection theology.  

One of them is here in Vol. 2 of the Testimonies page 549,  “He is…” talking about Jesus,  “…He is a perfect and holy example, given for us to imitate. We cannot equal the Pattern; but we shall not be approved of God if we do not copy it and, according to the ability which God has given, resemble it…” But if we look at the context of this statement, folks, we find out what Pattern she's talking about.

Here on the same page she says,   “He…” that is Christ “…laid aside His glory, His dominion, His riches, and sought after those who were perishing in sin.  He humbled Himself to our necessities, that He might exalt us to heaven. Sacrifice, self-denial, and disinterested benevolence characterized His life.   He is our Pattern.”

 

Sekarang kita akan melihat rangkaian pernyataan-pernyataan yang lain yang telah disalahgunakan oleh penentang-penentang theologi kesempurnaan.

Salah satu di antaranya di sini ada di Testimonies Vol. 2 hal 549,  “…Dia…”  bicara tentang Yesus, “…Dia adalah contoh yang sempurna dan kudus, diberikan kepada kita untuk kita tiru. Kita tidak bisa menyamai Pola itu, tetapi kita tidak akan menerima perkenan Allah jika kita tidak menirunya, dan sesuai dengan kemampuan kita yang telah dikaruniakan Allah, untuk menjadi mirip dengannya…” Tetapi jika kita simak konteks pernyataan ini, Saudara-saudara, kita temukan Pola apa yang dibicarakan Ellen White.

Di halaman yang sama Ellen White berkata, “…Dia…” yaitu Kristus,  “…mengesampingkan kemuliaanNya, kekuasaanNya, kekayaanNya, dan mencari mereka yang binasa dalam dosa. Dia merendahkan DiriNya demi kepentingan kita, supaya Dia bisa meninggikan kita ke Surga. Pengorbanan, penyangkalan diri, dan kebajikan tanpa pamrih, menjadi karakter hidupNya. Dialah Pola kita.” 

 

 

Now in the same Volume,  a little earlier we find this statement, another one just like it, Vol. 2 page 170, “Our Lord and Saviour laid aside His dominion, His riches and glory, and sought after us, that He might save us from misery and make us like Himself. He humbled Himself and took our nature that we might be able to learn of Him and, imitating His life of benevolence and self-denial, follow Him step by step to heaven. You cannot equal the copy; but you can resemble it and, according to your ability, do likewise.”

 

Nah, in jilid yang sama, agak ke depan, kita menemukan pernyataan ini, satu lagi yang seperti ini, Testimonies Vol. 2 hal 170,    “…Tuhan dan Juruselamat kita mengesampingkan kekuasaanNya, kekayaan dan kemuliaanNya, dan mencari kita, supaya Dia boleh menyelamatkan kita dari kesengsaraan dan menjadikan kita seperti Dirinya. Dia merendahkan Dirinya dan mengambil kodrat kita supaya kita boleh belajar dariNya, dan meniru hidupNya yang penuh kebajikan dan penyangkalan diri, mengikutiNya selangkah demi selangkah ke Surga. Kita tidak bisa menyamai Polanya, tetapi kita bisa menjadi mirip seperti Dia, dan sesuai kemampuan kita, berbuat yang sama.” 

 

 

Now listen to another statement later in this same Volume. And there are about eight of them in Ellen White's writings that use this language. Vol. 2 page 628,  He laid aside His glory, His high command, His honor, and His riches, and humbled Himself to our necessities.  We cannot equal the example, but we should copy it.”

 

Sekarang dengarkan pernyataan yang lain lebih lanjut di jilid yang sama. Dan ada sekitar 8  dari mereka dalam tulisan-tulisan Ellen White yang menggunakan bahasa ini, Testimonies Vol. 2 hal. 628, “…Dia mengesampingkan kemuliaanNya, kedudukanNya yang tinggi, kehormatanNya, dan kekayaanNya, dan merendahkan Dirinya demi kepentingan kita. Kita tidak bisa menyamai contoh ini, tetapi kita harus menirunya.”

 

 

There's a similar statement in Vol. 2 of Manuscript Releases pages 125 to 126, “Our Lord and Saviour loved every creature. He laid aside His dominion, riches, and glory and sought after us, sinful, erring, unhappy, that He might make us like Himself.  He humbled Himself and took upon Himself your nature…”  and we're going to talk about that in the morning by the way “…that He might be able to teach you to be pure, correct in character, and free from all impurity of sin, that you might follow Him to heaven.  He suffered more than any of you will be called to suffer. He gave all for you. What have you given to Jesus for this great love? Have you practiced the same toward your brethren? Have you copied His example in patience, in self-denial? You cannot equal the Pattern, but you can resemble it.”

 

Ada pernyataan yang serupa di Manuscript Releases Vol. 2 hal. 125-126, “…Tuhan dan Juruselamat kita mengasihi setiap makhluk. Dia mengesampingkan kekuasaanNya, kekayaan, dan kemulianNya, dan mencari kita, yang penuh dosa, tersesat, tidak bahagia, supaya Dia boleh menjadikan kita seperti DiriNya. Dia merendahkan Dirinya dan mengambil kodrat kita bagi DiriNya…”  dan kita akan bicara tentang ini besok,   “…supaya Dia bisa mengajar kita menjadi murni, benar dalam karakter, dan bebas dari segala ketidakmurnian dosa, sehingga kita boleh mengikutiNya ke Surga. Dia telah menderita lebih daripada siapa pun di antara kita yang akan dipanggil untuk menderita, Dia telah memberikan segalanya untuk kita. Apa yang kita berikan kepada Yesus untuk kasihnya yang besar ini? Sudahkah kita melakukan yang sama terhadap saudara-saudara kita? Sudahkah kita meniru teladanNya dalam hal kesabaran, dalam penyangkalan diri? Kita tidak bisa menyamai Polanya, tetapi kita bisa menjadi mirip sepertinya.” 

 

 

Here's another statement from Review and Herald February 5, 1895, “We shall never be called upon to suffer as Christ suffered; for the sins not of one, but the sins of the whole world were laid upon Christ. He endured humiliation, reproach, suffering, and death, that we by following His example might inherit all things. Christ is our Pattern, the perfect and holy example that has been given us to follow. We can never equal the Pattern; but we may imitate and resemble it according to our ability…” 

 

Ini ada pernyataan lain dari Review and Herald 5 Februari 1895,  “…Kita tidak akan pernah dipanggil untuk menderita sebagaimana Kristus sudah menderita; karena bukan dosa-dosa satu orang melainkan dosa-dosa seluruh dunia yang ditanggungkan ke atas Kristus. Dia menanggung penghinaan, celaan, penderitaan, dan kematian, supaya kita dengan mengikuti teladanNya boleh mewarisi segala sesuatu. Kristus adalah Pola kita, teladan yang sempurna dan kudus yang telah diberikan kepada kita untuk kita ikuti. Kita tidak akan pernah bisa menyamai Polanya, tetapi kita boleh meniru dan menjadi mirip sepertinya sesuai kemampuan kita…”   

 

 

So what is the Pattern, folks, that Ellen White is talking about in these statements? She's talking about the humiliation, the suffering, and the condescension of Jesus.  She's not talking about sinless obedience. We can't equal the Pattern she's talking about, because we don't have the throne of God to give up. The sinless angels can't equal the Pattern either.

 

Jadi Polanya itu apa, Saudara-saudara, yang dibicarakan Ellen White dalam pernyataan-pernyataan ini? Dia bicara tentang penghinaan, penderitaan dan kerelaan Yesus. Ellen White tidak bicara tentang kepatuhan tanpa dosa. Kita tidak bisa menyamai Pola yang dia bicarakan karena kita tidak punya takhta Allah untuk kita tinggalkan. Malaikat-malaikat yang tidak berdosa tidak bisa menyamai Pola itu pula.

 

 

Here's another such statement from Vol. 16  of the Manuscript Releases 199, “What efforts are we putting forth as the believers of unpopular truth, in self-denial, in self-sacrifice? We can never equal the Pattern, because it is infinite goodness practiced in His human nature, [yet] we should make determined efforts with all the powers of our being to follow His example.”

Once again what's the Pattern we can't equal? Infinite goodness, because we're not infinite beings, neither are the sinless angels.

 

Ini pernyataan yang sejenis lagi dari Manuscript Releases Vol. 16 hal.199,    “…Upaya apa yang kita kemukakan sebagai orang-orang yang mengimani kebenaran yang tidak populer dalam hal penyangkalan diri, dalam hal berkorban? Kita tidak akan pernah bisa menyamai Polanya karena itu adalah kebaikan yang tidak terbatas yang dilakukanNya dalam kodratNya sebagai manusia, namun kita harus bertekad membuat upaya dengan segala kekuatan kita untuk mengikuti teladanNya. …”   

Sekali lagi Pola apa yang tidak bisa kita samai? Kebaikan yang tidak terbatas, karena kita bukan makhluk yang tidak terbatas, begitu juga para malaikat yang tidak berdosa.

 

 

Now we're going to look at a third example, and this is the story of Joshua and the Angel which we find in the third chapter of Zechariah, and in a number of passages in the writings of Ellen White. This is a very popular illustration that people opposing Last Generation Theology have tried to use, to try to prove that perfect obedience is not attainable even by those at the end of time. Here is a statement where she talks about this.

This is in Vol. 3 of Selected Messages page 196, “Jesus is perfect. Christs righteousness is imputed unto them…”  that is His people “…and He will say, Take away the filthy garments from him and clothe him with change of raiment.’ Jesus makes up for our unavoidable deficiencies. Where Christians are faithful to each other, true and loyal to the Captain of the Lords host, never betraying trusts into the enemys hands, they will be transformed into Christs character—Letter 17a, 1891.

 

Sekarang kita akan melihat contoh ketiga, dan ini adalah cerita Yosua dan Malaikat yang kita temukan di Zakharia pasal 3 dan di beberapa tulisan Ellen White. Ini adalah ilustrasi yang sangat populer yang dicoba pakai oleh orang-orang yang menentang Theologi Generasi Terakhir untuk mencoba membuktikan bahwa kepatuhan yang sempurna itu tidak bisa dicapai walaupun oleh mereka pada akhir zaman. Inilah pernyataan di mana Ellen White bicara tentang hal ini.

Ini ada di Selected Messages Vol. 3 hal. 196,   “…Yesus itu sempurna. Kebenaran Kristus diperhitungkan kepada mereka…”  maksudnya kepada umatNya,    “…dan Dia akan berkata,

‘Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu darinya… dan Aku akan kenakan pakaian yang lain padanya.’ (Zakharia 3:4). Yesus menambal kekurangan kita yang tidak bisa dielakkan. Bilamana orang-orang Kristen itu setia satu sama lain, benar dan loyal kepada Pemimpin balatentara surga, tidak pernah mengkhianati kepercayaan ke tangan musuh, mereka akan diubahkan ke karakter Kristus.” – Letter 17a, 1891.  3/28

 

 

Now of course this take away the filthy garments command is taken out of Zechariah chapter 3. Let's look at it.  6 And the Angel of the LORD protested unto Joshua, saying, 7 Thus saith the LORD of hosts; If thou wilt walk in My ways, and if thou wilt keep My charge, then thou shalt also judge My house, and shalt also keep My courts, and I will give thee places to walk among these that stand by.”

In other words, folks, even here in Zechariah 3, it's clear that only those that have been perfected in character have their filthy garments removed. This is not talking about some continuous forensic covering that is concealing the continuous transgression of God's people.

 

Nah, tentu saja perintah untuk menanggalkan pakaian kotor ini diambil dari Zakharia pasal 3. Mari kita simak, 6 Dan Malaikat TUHAN itu memperingatkan Yosua, katanya, 7Demikianlah Firman TUHAN semesta alam. ‘Apabila engkau hidup menurut jalanKu, apabila engkau memelihara yang Kupercayakan kepadamu, maka engkau juga akan menghakimi rumah-Ku, dan juga akan memelihara pelataran-Ku, dan Aku akan memberi engkau tempat-tempat untuk berjalan di antara mereka yang berdiri di sini.’…”

Dengan kata lain, Saudara-saudara, bahkan di sini di Zakharia pasal 3, ini jelas bahwa hanya mereka yang sudah disempurnakan dalam karakter yang pakaian kotornya ditanggalkan. Ini tidak bicara tentang penutup legal yang menyembunyikan pelanggaran-pelanggaran umat Allah yang terus-menerus.

 

 

Let's look at Great Controversy page 484 (should be: Counsels for the Church pg. 353) where Ellen White is talking about this same incident.

Satan is asking, “ …  Are these,’ he says,  ‘the people who are to take my place in heaven and the place of the angels who united with me? Look at the sins which have marked their lives. Behold their selfishness, their malice, their hatred toward one another.’ The people of God have been…” notice the tense she is using,  “…The people of God have been in many respects very faulty. Satan has an accurate knowledge of the sins which he has tempted them to commit,…”

Satan goes on to say, Ellen White does right away quoting Satan.  “Now he points to the record of their lives, the defects of character, the unlikeness to Christ which has dishonored their Redeemer, to all the sins which he has tempted them to commit.”  (Great Controversy pg. 484)

 

Mari kita lihat di Counsels for the Church hal. 353 di mana Ellen White bicara tentang insiden yang sama ini.

Setan bertanya, “…’Apakah mereka ini’, katanya, ‘orang-orang yang akan mengambil tempatku di Surga, dan tempat para malaikat yang bersatu denganku? Lihatlah dosa-dosa yang telah menandai hidup mereka. Lihat keegoisan mereka, kejahatan mereka, kebencian mereka satu sama lain.’ Umat Allah dalam banyak aspek sudah…”  simak keterangan waktu yang dipakai Ellen White, “…Umat Allah dalam banyak aspek sudah sangat bersalah. Setan punya pengetahuan yang akurat tentang dosa-dosa yang mereka lakukan karena dicobai olehnya. …” 

Ellen White mengutip Setan,   “…Sekarang da menunjuk ke catatan hidup mereka, karakter yang cacat, ketidakmiripan dengan Kristus yang telah memalukan Penebus mereka, hingga ke semua dosa yang telah dia cobai mereka untuk melakukan..” (Great Controversy hal. 484) 

 

 

Now we turn to Vol. 5 of the Testimonies page 469. Listen to what she says, “Israel were clothed with ‘change of raiment’—the righteousness of Christ imputed to them. The miter placed upon Joshuas head was such as was worn by the priests and bore the inscription, ‘Holiness to the Lord’, signifying that, notwithstanding his…” what? “…his former transgressions, he was now qualified to minister before God in His sanctuary.”

 

Sekarang kita beralih ke Testimonies Vol. 5 hal. 469, dengarkan apa kata Ellen White,   “…Israel dikenakan ‘pakaian yang lain’ – kebenaran Kristus diperhitungkan kepada mereka. Topi yang dikenakan di kepala Yosua itu sedemikian seperti yang dikenakan imam-iman, dan bertuliskan ‘Kekudusan bagi Tuhan’, menandakan bahwa tidak masalah adanya…” apa?    “…pelanggaran-pelanggarannya yang lama, dia sekarang memenuhi syarat untuk melayani di hadapan Allah di Bait SuciNya.” 

 

 

Notice that all of these statements refer to the sins of God's people in the past tense.

 

Simak semua pernyataan itu merujuk kepada dosa-dosa umat Allah di masa lampau.

 

 

Vol. 5 again page 474, “But while the followers  of Christ have sinned, they have not given themselves to the control of evil. They have put away their sins, and have sought the Lord in humility and contrition, and the divine Advocate pleads in their behalf.”

 

Testimonies Vol. 5 hal. 474    “…Tetapi walaupun pengikut-pengikut Kristus telah berbuat dosa, mereka tidak menyerahkan diri mereka kepada kendali kejahatan. Mereka telah menyingkirkan dosa-dosa mereka, dan telah mencari Tuhan dengan rendah hati dan penyesalan, dan Pembela Ilahi memohon untuk mereka.” 

 

 

Now we're going to look at another statement here, folks, and I’ve never seen this quoted by the people that use this example to prove supposedly that it's impossible to stop sinning. Listen to what Ellen White says here.

In Vol. 4 the Manuscript Releases pages 249 and 250. And here once again Ellen White is quoting Zechariah 3, “… And He showed me Joshua the high priest standing before the Angel of the Lord and Satan standing  at His right hand to resist Him. And the Lord said unto Satan,The Lord rebuke thee, O Satan; even the Lord that hast chosen Jerusalem rebuke thee; is not this a brand plucked out of the fire?’…”  isn't that what you want to be? I certainly do. “…Now Joshua was clothed with filthy garments and stood before the Angel’ (Zechariah 3:1-3).  Joshua here…”  Ellen White says   “…represents the people of God; and Satan pointing to their filthy garments claims them as his property over which he has a right to exercise his cruel power.  But these very ones have improved the hours of probation to confess their sins with contrition of soul and put them away, and Jesus has written pardon against their names...” Now listen,  “…Those who have not ceased to sin and who have not repented and sought pardon for their transgressions are not represented  in this company;…”  

 

Sekarang kita akan melihat pernyataan yang lain di sini, Saudara-saudara, dan saya belum pernah melihat ini dikutip oleh mereka yang menggunakan contoh ini, katanya untuk membuktikan bahwa adalah mustahil untuk berhenti berbuat dosa. Dengarkan apa kata Ellen White di sini.

Di Manuscript Releases Vol. 4 hal. 249-250. Dan sekali lagi Ellen White mengutip Zakharia 3,  “ ‘1 Dan ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua, berdiri di hadapan Malaikat TUHAN dan Setan berdiri di sebelah tangan kananNya untuk menentangNya. 2 Dan TUHAN berkata kepada Setan, ‘TUHAN menghardik engkau, hai Setan; yaitu TUHAN, yang telah memilih Yerusalem, menghardik engkau. Bukankah ini sebatang ranting yang telah dicabut dari api?’…”  tidakkah itu yang kita inginkan? Saya jelas ingin.   “… 3 Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, dan berdiri di hadapan Malaikat itu. (Zakharia 3:1-3).  Yosua di sini…”  kata Ellen White  “…mewakili umat Allah; dan Setan menunjuk ke pakaian mereka yang kotor mengklaim mereka sebagai miliknya, kepada siapa dia berhak mempraktekkan kuasanya yang kejam. Tetapi orang-orang ini telah memanfaatkan masa kemurahan Allah untuk mengakui dosa-dosa mereka dengan penyesalan yang mendalam dan meninggalkan mereka, dan Yesus telah menuliskan pengampunan di nama mereka…”  Sekarang dengarkan,  “…Mereka yang tidak berhenti berbuat dosa dan yang tidak menyesali dan mencari pengampunan untuk pelanggaran-pelanggaran mereka, tidak diwakili dalam kelompok ini…” 

 

 

Why don't people do their homework? When they write books, why don't they look at the evidence? This evidence explodes the case of those that use these inspired statements against Last Generation Theology. The ones whose sins are covered, the ones whose sins are removed, are those whose sins have been conquered, not those who are still occasionally falling, and failing, and sinning. You know, would we want to spend heaven with people like that? I don't think so.

 

Mengapa orang tidak mengerjakan PR mereka? Pada waktu mereka menulis buku, mengapa mereka tidak melihat ke bukti-buktinya? Bukti ini meledakkan kasus mereka yang memakai pernyataan-pernyataan yang diilhami ini untuk menentang Theologi Generasi Terakhir. Mereka yang dosa-dosanya ditutupi mereka yang dosa-dosanya dihapus, adalah mereka yang dosa-dosanya telah dikalahkan, bukan mereka yang masih dari waktu ke waktu jatuh, dan gagal, dan berbuat dosa. Kalian tahu, apakah kita mau berada di Surga dengan orang-orang seperti itu? Saya rasa tidak.

 

 

So in what way are these deficiencies unavoidable? As the statement from 3 Selected Messages page 196 says. Why are they unavoidable? Because the past cannot be changed, it can only be removed by the Savior's forgiving righteousness.

 

Jadi dalam hal apa kekurangan-kekurangan ini tidak bisa dielakkan? Sebagaimana yang dikatakan pernyataan di Selected Messages Vol. 3 hal. 196. Mengapa mereka tidak bisa dielakkan? Karena yang lampau tidak bisa diubah, itu hanya bisa dihapus oleh kebenaran Sang Juruselamat yang pengampun.

 

 

These are just a few examples, a few examples of the Ellen White statements that are taken out of context, to prove supposedly that it's impossible to stop sinning, even through God's power. We're going to look at a number of others in the course of this symposium, but I hope it's clear to all who are listening to these meetings, and who are watching this presentation, or looking at the handouts, that these statements, when used by opponents of perfection theology, are being taken out of context and do not teach what they are being alleged to teach. Folks, we need to be like the noble Bereans and search the Scriptures daily, search the writings of the Spirit of Prophecy, and I thank God, I see I have a few more minutes here, I thank God that Elmshaven was spared from the recent fires because I believe that is a symbol that God wants us to know the prophetic gift still standeth sure.

We need to get into those books, folks, we need to study them like never before. You know,  I find people studying all kinds of stuff, you know devotional books for men, devotional books for women, devotional books for couples, all kinds of these uninspired materials, and yet these devotional books by the prophet like In Heavenly Places, Sons and Daughters of God, Our High Calling, That I May Know Him, and a whole bunch of others I could mention, those are the ones we need to be reading and studying, because if we do, we won't have any confusion in our hearts or minds over the salvation issues that we are considering in these meetings.

 

Ini hanyalah beberapa contoh, beberapa contoh dari pernyataan-pernyataan Ellen White yang diambil keluar dari konteks, katanya untuk membuktikan bahwa mustahil berhenti berbuat dosa walaupun melalui kuasa Allah. Kita akan melihat ke pernyataan-pernyataan lain sepanjang simposium ini, tetapi saya berharap sudah jelas bagi semua yang mendengarkan pertemuan-pertemuan ini, dan yang menonton presentasi ini, atau membaca dari bahan yang dibagikan, bahwa pernyataan-pernyataan ini bila dipakai oleh penentang-penentang theologi kesempurnaan, itu diambil keluar dari konteksnya dan tidak mengajarkan apa yang mereka katakan itu mengajarkan. Saudara-saudara, kita perlu seperti orang-orang Berean yang luhur, dan menyelidiki Kitab Suci setiap hari, menyelidiki tulisan-tulisan Roh Nubuat, dan saya bersyukur kepada Allah ~ saya lihat saya masih punya waktu beberapa menit di sini ~ saya bersyukur kepada Allah, Elmshaven lolos dari kebakaran yang terjadi baru-baru ini, karena saya yakin itu adalah sebuah simbol yang Allah mau kita tahu bahwa karunia nubuat masih tegak berdiri dengan pasti.

Kita perlu membaca buku-buku itu, Saudara-saudara, kita perlu mempelajari mereka lebih daripada sebelumnya. Kalian tahu, saya melihat orang-orang mempelajari segala macam hal, kalian tahu, buku-buku devosi untuk laki-laki, buku-buku devosi untuk perempuan, buku-buku devosi untuk pasangan, segala macam bahan yang tidak diilhami ini, padahal buku-buku devosi yang ditulis oleh nabi, seperti  In Heavenly Places, Sons and Daughters of God, Our High Calling, That I May Know Him, dan banyak yang lain yang bisa saya sebutkan, buku-buku itulah yang perlu kita baca dan pelajari, karena jika kita berbuat itu, tidak akan ada kebingungan di hati atau pikiran kita lagi mengenai isu-isu keselamatan yang kita pertimbangkan dalam pertemuan-pertemuan ini.

 

 

27 08 23