OMEGA EMERGING SYMPOSIUM_
Part 07/08 - Stephen Bohr
THE FINE ART OF CHRISTIAN MEDITATION
Dibuka
dengan doa.
There
are two dangerous extremes when we talk about God.
·
The first extreme is what
is known as deism. This idea is that God is totally transcendent and is
radically disconnected from His creation. God created the world ~ according to
this view ~ and then He bid the world farewell, allowing it to function on the
basis of fixed laws that He established. An absentee Creator.
· The other dangerous extreme, the one that we are facing today
especially in the SDA church is known as Pantheism or Panentheism where God is
imminent within Creation and is indistinguishable from Creation.
The Bible does not agree with either of
these extremes.
Ada
dua ekstrem yang berbahaya bila kita berbicara tentang Allah.
·
Ekstrem
yang pertama yaitu apa yang dikenal sebagai Deisme. Konsep ini mengatakan Allah itu
sama sekali transenden ( = terpisah dari segala keterbatasan duniawi) dan
secara fundamental sama sekali tidak punya hubungan dengan ciptaanNya. Allah
menciptakan dunia ~ menurut pendapat ini ~ kemudian Dia mengucapkan selamat
tinggal, dan membiarkan dunia ini berfungsi menurut dasar hukum-hukum yang
sudah ditentukanNya. Allah adalah Pencipta yang absen.
·
Ekstrem
satunya yang juga berbahaya, yaitu apa yang sedang kita hadapi sekarang
terutama di gereja MAHK, dikenal sebagai Pantheisme
[Allah ada dalam setiap ciptaan] atau
Panentheisme [alam semesta ada dalam Allah], di mana Allah itu
dekat dan berada di dalam ciptaanNya, dan tidak dapat dipisahkan dari
ciptaanNya.
Alkitab
tidak setuju dengan kedua ekstrem ini.
In the Bible God is
a Person. Ellen White asked Jesus whether His Father had a form such as Himself,
and Jesus said, “Yes, He has a form, but if you should see it for an instant
the glory of His Person, you would cease to exist.” Ellen White also explains we were
created physically, mentally and spiritually in the image of God, which
means that God is a Person, He is a real Person, that inhabits in a real
place called “Heaven”. God is outside of His creation, therefore He is
distinct and separate from it. He is the cause, and creation is the effect.
Di Alkitab, Allah itu Pribadi. Ellen White pernah
bertanya kepada Yesus apakah BapaNya
memiliki bentuk seperti diriNya, dan Yesus berkata, “Ya, Bapa
punya bentuk, tetapi jika kamu melihat kemuliaan PribadiNya hanya sekejap pun,
kamu akan mati.” Ellen White juga menjelaskan kita diciptakan dengan fisik, mental, dan spiritual
menurut bentuk dan rupa Allah, dengan demikian Allah adalah Pribadi,
Pribadi yang nyata, yang berdiam di tempat yang nyata yang disebut “Surga”.
Allah itu terpisah dari ciptaanNya,
oleh sebab itu Dia berbeda dan terpisah dari ciptaanNya. Allah itu sumbernya,
sedangkan ciptaan itulah hasilNya.
But the Bible also tells us that God enters into contact with
His creation. He sustains it. He cares for it. He counts the numbers of hairs
on our heads and each day He has to adjust the number on my head, I might say.
He provides for the sparrows, and He cares enough about us that He was willing
to send His only begotten Son to save us in the world. In other words there is
a balance between the transcendence and the imminence of God. God is a
person beyond creation in a place called Heaven but He enters into contact with
His creation. If I have to use one Bible verse that presents these two
aspects of God, it would be Isaiah 57:15, and I read that verse, “For thus says the high and lofty One who inhabits eternity, whose name is Holy: ‘I dwell…” here is God speaking,
“…I dwell in the high and holy place…” God is a person, is in Heaven. That’s why we pray “Our
Father which art in Heaven”. So He says, “…I dwell in the high and holy place…” but then the verse continues saying, “…also with him who has a contrite and humble spirit, to revive the spirit of
the humble, and to revive the heart of the contrite ones’.”
He dwells in the high and lofty place called Heaven, but He also
comes into contact with those of us who are here on earth who according to this
are “contrite and humble in spirit”.
Tetapi Alkitab juga memberitahu kita bahwa Allah
menjalin hubungan dengan ciptaanNya. Allah menopang eksistensi ciptaanNya, Dia
memelihara ciptaanNya. Dia tahu jumlah rambut di kepala kita dan bisa saya
katakan, setiap hari Dia harus menyesuaikan jumlah rambut di kepala saya. Allah
memelihara burung-burung pipit, dan Dia cukup mempedulikan kita sehingga Dia
rela mengirim Anak satu-satunya untuk menyelamatkan kita di dunia. Dengan kata
lain, ada keseimbangan antara sifat transenden Allah dengan kedekatanNya. Allah
adalah Pribadi di luar ciptaanNya, berdiam di tempat yang disebut Surga, tetapi
Dia juga menjalin kontak dengan ciptaanNya.
Jika saya harus memakai satu ayat Alkitab yang
menggambarkan kedua aspek Allah ini, itu adalah Yesaya 57:15, dan saya bacakan
ayat tersebut, “Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang
bersemayam dalam kekekalan, dan nama-Nya
Yang Mahakudus: ‘Aku bersemayam…” di
sini Allah yang berbicara, “…’Aku bersemayam di tempat yang
tinggi dan yang kudus…” Allah adalah Pribadi, berada di Surga.
Itulah sebabnya kita berdoa “Bapa kami yang ada di Surga”. Jadi Allah berkata, “…‘Aku bersemayam di tempat yang tinggi dan yang
kudus…” tetapi
ayat itu berkata selanjutnya, “…tetapi
juga bersama-sama orang yang bertobat dan
rendah hati, untuk menghidupkan kembali semangat orang-orang yang
rendah hati dan untuk menghidupkan kembali hati orang-orang yang bertobat.” [NKJV yang diindonesiakan]
Allah berdiam di tempat yang tinggi dan mulia yang
disebut Surga, tetapi Dia juga berhubungan dengan kita-kita di dunia ini yang ~
menurut ayat ini ~ “bertobat dan rendah hati”.
Satan has a counterfeit for everything that God has true. And so
for a few minutes I would like to talk about the Devil’s counterfeit. I call it “New
Age Meditation”. For those who embrace New Age philosophy, God is not
a person who lives in a place called Heaven. But God is rather an impersonal essence
that permeates the entire universe. According to New Age thinking ~ and
what I am going to share now is very important ~ according to New Age thinking,
consciousness ~ and by the way consciousness is defined as the fact that you are
aware of yourself and your surroundings, and that you are aware that you are
aware. That’s what consciousness
means ~ So according to New Age thinking consciousness and personality get in the
way of oneness with the impersonal universal consciousness. In order to
shut out consciousness and return to the impersonal universal essence, you must
escape space and time, therefore you cannot think about anything concrete in
historical experience, because this causes stress and brings back
negative memories, because all of the events of our lives are tied to time and
space. So, the idea is to escape time and space. So you escape personality.
You see, memories are based on events that took place in space and time. And
therefore the
mind must transcend space and time, according to New Age thinking. You
must empty your mind of all memories of events, past, present and even future.
This will help your mind go into Neutral and experience absolute rest and silence.
Then you
can hear the voice of God within you without any distraction. That’s
the way that New Age thinking goes.
Setan menciptakan yang palsu bagi setiap hal yang
benar dari Allah. Maka selama beberapa menit saya ingin berbicara mengenai
kepalsuan karya Iblis. Saya menyebutnya “Meditasi New Age”. Bagi mereka yang
menganut filosofi New Age,
Allah bukan Pribadi yang berdiam di tempat yang disebut Surga, melainkan Allah adalah suatu unsur yang
non-individu, yang diserap oleh seluruh alam
semesta. Menurut pemikiran New Age ~ dan
apa yang akan saya bagikan sekarang ini sangat penting ~ menurut pemikiran New
Age, kesadaran ~ dan ketahuilah kesadaran
didefinisikan sebagai fakta bahwa kita sadar akan diri sendiri dan lingkungan
sekitar kita, dan bahwa kita sadar kalau kita ini sadar. Itulah
yang dimaksud dengan kesadaran ~ jadi menurut
pemikiran New Age, kesadaran dan individualitas menghalangi penyatuan dengan
kesadaran alam semesta yang non-individu. Untuk mematikan
kesadaran dan kembali ke unsur alam semesta yang non-individu, kita harus meninggalkan
ruang dan waktu, oleh karena itu kita tidak boleh memikirkan apa pun yang
konkret dalam pengalaman sejarah, karena ini mengakibatkan stress dan membuat
kita teringat akan kenangan yang negatif, karena semua peristiwa dalam hidup
kita, terikat pada ruang dan waktu. Jadi
konsepnya adalah keluar dari
ruang dan waktu, maka kita akan keluar dari individualitas.
Kalian lihat, kenangan semuanya berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam ruang dan waktu, maka pikiran
harus terbebas dari ruang dan waktu, menurut pemikiran New Age.
Kita harus mengosongkan pikiran dari semua kenangan akan peristiwa-peristiwa
yang lampau, yang sekarang, bahkan yang akan datang. Ini akan membantu pikiran kita masuk ke posisi netral
dan mengalami perhentian mutlak dan keheningan. Baru kita akan mendengar suara
Allah di dalam diri kita tanpa gangguan apa pun. Itulah cara
berpikir New Age.
The way that this is accomplished among Eastern mystics is to
practice the
art of transcendental meditation where you escape time and space and are at one
with the impersonal universe, or the impersonal God. For the believers
in New Age philosophy reaching Nirvana is the idea where personality and
consciousness have been extinguished and you have returned to nothingness. You
have ceased to exist as a conscious time and space person. In New Age
philosophy of course, the goal of meditation is to make your brain
totally passive and to empty it of all of its contents.
Cara untuk melakukan ini di antara para mistikus
Timur adalah dengan mempraktekkan seni
meditasi transendental di mana kita meloloskan diri dari waktu dan ruang, dan
menyatu dengan alam semesta yang non-individu, atau Allah yang non-pribadi. Bagi para penganut filosofi New Age, konsep mencapai
Nirwana adalah di mana individu dan kesadaran telah dipadamkan dan kita telah kembali kepada kenihilan.
Kita telah berhenti sebagai manusia ruang dan waktu. Dalam filosofi New Age,
tentu saja tujuan meditasi
adalah membuat otak kita pasif sama sekali dan mengosongkannya dari semua isinya.
During the 1960’s, transcendental meditation became very common,
and some of those who practice transcendental meditation used drugs to enter
altered state of consciousness, drugs such as LSD, the purpose was to transcend
reality as we know it. Probably the most famous individual who brought
transcendental meditation to the West was a guy by the name of Maharishi Yogi
who influenced greatly the Beatles who took drugs to enter this altered state
of consciousness.
Selama tahun-tahun 1960-an, meditasi transendental
menjadi sangat umum, dan beberapa yang mempraktekkan meditasi transendental
memakai narkoba untuk memasuki tingkat kesadaran yang berbeda, narkoba semacam
LSD. Tujuannya adalah untuk melepaskan diri dari realitas yang kita kenal.
Mungkin orang yang paling terkenal yang memperkenalkan meditasi transendental
ke dunia Barat adalah seseorang yang bernama Maharishi Yogi, yang sangat
mempengaruhi grup the Beatles yang memakai narkoba untuk memasuki tingkat
kesadaran yang berbeda itu.
Now, you are probably wondering why is Pastor Bohr mentioning
Pantheism, why is he mentioning an escape from time and space, why is he
talking about New Age philosophy that says the goal is to empty your mind,
totally and completely of thinking of consciousness? The reason is, that for
everything that God has true, the Devil has a Christian counterfeit.
Nah, tentunya kalian
bertanya-tanya mengapa Pastor Bohr menyinggung Panteisme, mengapa dia berbicara
tentang meloloskan diri dari waktu dan ruang, mengapa dia berbicara tentang
filosofi New Age yang mengatakan bahwa tujuannya adalah mengosongkan pikiran secara menyeluruh dan sama sekali dari berpikir
tentang kesadaran? Alasannya ialah untuk
segala yang benar yang dari Allah, Iblis menciptakan bentuk yang palsu untuk
orang Kristen.
Let me read you some statements by individuals who claim to be
Christians.
Willigis Jäger, a Roman Catholic
Benedictine monk stated this, speaking about contemplative prayer, “Do not reflect on the meaning of the word…” he is talking about using a mantra, a repetitive word, “…thinking and reflecting must cease, as all mystical writers
insist. Simply sound the word silently. Letting go of all feelings and
thoughts.” This is a Christian writing. Sounds very familiar to New Age
philosophy.
Izinkan saya membacakan beberapa
pernyataan dari individu-individu yang mengaku sebagai orang Kristen:
Willigis Jäger, seorang biarawan Roma Katolik dari Ordo
Benediktin menyatakan demikian, berbicara tentang doa kontemplasi, “Jangan merenungkan makna kata tersebut…” dia berbicara tentang memakai sebuah mantra, suatu
kata yang diulang-ulang, “…berpikir dan merenung harus dihentikan, sebagaimana yang
ditekankan oleh semua penulis mistik. Cukup ucapkan kata tersebut dalam hati. Lepaskan
semua perasaan dan pikiran.” Ini
tulisan seorang Kristen! Sangat mirip dengan filosofi New Age.
William Johnston, a Jesuit priest and a Zen Buddhist, definitely
an oxymoron if you ask me, wrote this, “When one enters the
deeper layers of contemplative prayer, one sooner or later experiences the
void…” the word “void” means empty by the way, “…experiences the void, the emptiness, the nothingness, the
profound mystical silence on absence of thought.”
Interesting, isn’t
it?
William Johnston, seorang biarawan Jesuit dan
penganut Zen Buddhisme, jelas-jelas bertentangan menurut saya, menulis
demikian, “Bilamana seseorang
memasuki lapisan yang lebih dalam dari doa kontemplasi, cepat atau lambat orang
itu akan mengalami kehampaan…”
ketahuilah kata “hampa” artinya kosong, “…mengalami kehampaan, kekosongan, kenihilan,
keheningan mistik yang mendalam dari tidak adanya pikiran.”
Menarik,
bukan?
Brennan Manning, a former Roman Catholic mystic, suggested this,
“Stop thinking, repeat the word…” that is the
mantra, “…slowly and often, and enter the great
silence of God and the voice of love will be heard.” I want you to
remember that because a little bit later I am going to come back to that. Once
again, “…enter the great silence of God and the voice
of love will be heard.”
Brennan Manning, seorang mantan mistikus Roma
Katolik, menyatakan demikian, “Berhenti berpikir, ulangi kata tersebut…” yaitu mantranya, “…dengan perlahan dan sering, dan masukilah
keheningan Allah yang besar maka suara kasih akan terdengar.” Saya mau kalian mengingat ini karena nanti saya
akan kembali ke mari. Sekali lagi, “…masukilah keheningan Allah yang besar, maka suara kasih akan
terdengar.”
Richard Foster, one
of the most famous of these mystics, who is a Quaker, wrote this, “In your imagination…” and this is scary stuff, “…In your imagination allow your spiritual body shining with
light to rise out of your physical body. Reassure your body that you will
return. Go deeper and deeper into outer space until there is nothing except the
warm presence of the eternal Creator, rest in His presence, listen quietly to
any instruction given,”
Richard Foster, salah satu mistikus yang paling
terkenal, yang adalah seorang Quaker, menulis demikian, “Dalam imajinasimu…” dan ini materi yang mengerikan, “…Dalam imajinasimu biarkan tubuh spiritualmu
yang bersinar dengan cahaya, keluar dari tubuh fisikmu. Yakinkan tubuhmu bahwa
kamu akan kembali. Masuklah lebih dalam dan lebih dalam ke angkasa luar hingga
tidak ada apa-apa lagi selain kehangatan kehadiran Sang Khalik yang kekal,
berhentilah dalam kehadiranNya, dengan diam dengarkan instruksi apa pun yang
diberikan.”
I was interested in
Janet’s mentioning the Cloud of Unknowing.
See, the goal of
these Christian mystics is to unknow, to empty your mind, to have a void in
your brain, thinking is the enemy because it is attached to time and space. And
events of time and space distract us from experiencing the silence.
Saya
tertarik dengan apa yang disinggung Janet mengenai Awan Ketidaktahuan.
Lihat, tujuan para mistikus Kristen ini adalah
untuk “menghapus dari pikiran”, untuk mengosongkan pikiran, untuk menghampakan
pikiran, berpikir adalah musuh karena itu terkait kepada waktu dan ruang. Dan
peristiwa-peristiwa waktu dan ruang, mengalihkan perhatian dari mengalami
keheningan.
By the way all of these individuals that I have mentioned are
being recommended as reading in SDA colleges! Including our seminary at Andrews
University. All of these individuals are mystics.
Nah, semua individu yang saya sebutkan itu
direkomendasikan sebagai bacaan dalam perguruan-perguruan MAHK! Termasuk di
seminari di Universitas Andrews. Semua individu itu adalah mistikus.
What does mysticism mean? The word mysticism comes from the
Greek word μύω[muō] and it means to conceal. So the mystics
are claiming to acquire information directly from God that is inaccessible or
concealed to the intellect.
Apa artinya mistik? Kata mistik berasal dari kata
Greeka μύω[muō] dan itu
artinya “menyembunyikan”. Jadi para
mistikus itu mengklaim mendapatkan informasi langsung dari Allah tentang apa
yang tidak dapat diperoleh atau tersembunyi dari intelek.
Let me read you a couple of definitions that are given of mysticism in
different dictionaries.
· “Mysticism is the belief that union with or absorption
into the Deity or the Absolute or the spiritual apprehension of knowledge
inaccessible to the intellect, maybe attained through contemplation and self
surrender.” So once again it’s the idea that your
coming into union with, your being absorbed into the Deity or the Absolute, and
your acquiring information that is inaccessible to your intellect ~ in other
words, put your brain in neutral, don’t think, is the idea. And this comes ~
according to this definition ~ through contemplation and self surrender.
· Another definition that is given for mysticism in another dictionary is “the belief that the direct knowledge of God,
spiritual truth or ultimate reality can be attained through subjective
experience.”
That is totally contradictory to SDAism.
Saya akan
membacakan dua definisi tentang mistik dari kamus yang berbeda:
· “Mistik adalah keyakinan bahwa menyatu dengan, atau terserap ke
dalam, keilahian atau Yang Mutlak; atau menangkap pengetahuan spiritual yang
tidak bisa diakses oleh intelek, mungkin bisa diperoleh melalui kontemplasi dan
penyerahan diri.” Jadi sekali lagi, konsepnya
adalah menyatu dengan keilahian, atau diserap ke dalam keilahian atau Yang
Mutlak, dan mendapatkan informasi yang tidak bisa didapatkan oleh intelek ~
dengan kata lain letakkan otak kita pada posisi netral, jangan berpikir ~
itulah konsepnya. Dan menurut definisi ini, ini datang dari kontemplasi dan
penyerahan diri.
· Definisi
yang lain mengenai mistik dari kamus yang berbeda adalah, “keyakinan bahwa pengetahuan langsung tentang
Allah, kebenaran spiritual atau realitas tertinggi, bisa dicapai lewat
pengalaman subjektif.”
Ini sama
sekali bertentangan dengan konsep MAHK.
In our church
we believe that objective truth is found in a book, outside of man, in Scripture, not in the subjective
experience of the individual. And yet this definition says that mystics have to
believe that direct knowledge of God, spiritual truth, or ultimate reality may be
obtained through a subjective experience. Thus mystics do not believe that they
receive ultimate truth from an objective source such as the Bible. They believe
they get it directly and subjectively by listening to the voice of God through
contemplation and prayer.
Di gereja kita, kita meyakini bahwa
kebenaran objektif itu ada di dalam
sebuah Buku, di luar manusia, di dalam Firman
Tuhan, bukan dalam pengalaman subjektif seseorang. Namun
definisi ini [dari kamus] mengatakan bahwa para mistik harus meyakini bahwa
pengetahuan langsung tentang Allah, kebenaran rohani, atau realitas tertinggi,
bisa diperoleh melalui suatu pengalaman subjektif. Dengan demikian para mistik tidak percaya bahwa
mereka menerima kebenaran tertinggi dari suatu sumber yang objektif seperti
Alkitab. Mereka percaya mereka mendapatkannya langsung dan secara subjektif
dengan mendengarkan suara Allah melalui kontemplasi dan doa.
Ellen White by the way, uses the word “mysticism”, and I’d like to read
one statement where she uses the word “mysticism” and I want you to notice all
the relatives that are found in this statement.
Nah,
Ellen White memakai kata “mistik” dan saya ingin membacakan satu pernyataan di
mana dia memakai kata “mistik” dan saya
mau kalian memperhatikan semua hal yang relatif yang ditemukan dalam
pernyataan ini.
Evangelism pg. 606, “There are many who
shrink with horror from the thought of consulting spirit mediums…” would you shrink in
horror about consulting a spirit medium? Most Adventists would. But now notice
what she continues saying. She says, “…There are many who
shrink with horror from the thought of consulting spirit mediums, but who are
attracted by more pleasing forms of spiritism, such as the Emmanuel movement…” I won’t go into that
right now, “…Still others are
led astray by the teachings of Christian Science…” very big already, pure spiritualism, “…and by the mysticism of theosophy and
other Oriental religions.”
Evangelism hal. 606, “Ada banyak yang mundur dengan ngeri untuk berkonsultasi pada
medium-medium arwah (dukun)…” apakah kalian akan mundur dengan
ngeri jika berkonsultasi pada seorang dukun? Kebanyakan orang Advent begitu.
Tetapi sekarang perhatikan apa kata Ellen White selanjutnya. Dia berkata, “…Ada banyak yang mundur dengan ngeri untuk berkonsultasi
pada medium-medium arwah, tetapi yang tertarik oleh bentuk-bentuk spiritisme
yang lebih menyenangkan, seperti gerakan Emmanuel…” saya tidak akan membahas itu
sekarang, “…Masih ada yang lain yang disesatkan oleh
ajaran-ajaran Christian Science…” sekarang sangat besar,
spiritualisme murni, “…dan oleh unsur
mistik dalam theosofi dan agama Timur lainnya.”
** Gerakan Emmanuel = penyembuhan psychoterapi tidak melalui cara medis.
Notice what she
links together: spiritualism, spiritism, mysticism of theosophy, and the
Oriental religions which will include Buddhism, and Hinduism as the two best
known.
Perhatikan
apa yang dikaitkan Ellen White jadi satu: spiritualisme, spiritisme, theosofi
mistik, agama-agama Timur termasuk di dalamnya Buddhisme dan Hinduisme sebagai
dua yang paling terkenal.
** Beda
antara spiritisme dan spiritualisme menurut Wikipedia
Spiritism is a spiritualistic doctrine codified in the 19th century by the
French educator Allan Kardec, proposed as the study of "the nature,
origin, and destiny of spirits, and their relation with the corporeal
world" (from Wikipedia)
Spiritisme adalah suatu doktrin
spiritual yang disusun pada abad 19 oleh Allan
Kardec, seorang edukator bangsa Perancis, disodorkan sebagai suatu
pelajaran tentang “alam, asal mula, takdir arwah, dan hubungan mereka dengan dunia jasmani.”
Spiritualism is a belief that spirits of the dead have both the ability and
the inclination to communicate with the living. The afterlife, or "spirit
world", is seen by Spiritualists, not as a static place, but as one in
which spirits continue to evolve.(from Wikipedia)
Spiritualisme adalah suatu keyakinan bahwa
arwah orang mati memiliki kemampuan dan kecenderungan untuk berkomunikasi
dengan orang-orang hidup. Hidup setelah kematian atau “dunia arwah”
dipandang oleh para spiritualis bukan sebagai tempat yang statis, melainkan
sebagai tempat di mana arwah-arwah itu melanjutkan perkembangannya.
Now, somebody might
argue, “Don’t you have to empty your mind of all the darkness before you can
fill it with God’s glorious light?” Does that sound logical? It sounds logical,
but let’s take a closer look at this so-called logic.
If you are in a
dark room, do you need to empty the room of darkness before you can fill it
with the light? Of course not. You fill the room with light and the darkness
will take care of itself. So this idea that we need to empty our mind so that
we can hear God’s voice and then we can fill it, is a very dangerous idea.
Nah,
mungkin ada yang mendebat, “Tidakkah kita harus mengosongkan pikiran kita dari
semua kegelapan sebelum kita bisa mengisinya dengan terang Allah yang mulia?”
Apakah ini terdengar logis? Terdengar logis. Tetapi mari kita lihat lebih
seksama yang kita anggap logis ini.
Jika kita
berada dalam ruangan yang gelap, apakah kita perlu mengosongkan ruangan itu
dari kegelapan sebelum kita bisa mengisinya dengan terang? Tentu saja tidak.
Kita isi ruang itu dengan terang, maka kegelapannya akan hilang sendiri. Jadi, konsep bahwa kita perlu
mengosongkan pikiran kita agar kita bisa mendengar suara Allah baru kita bisa
mengisinya, adalah konsep yang sangat berbahaya.
Ellen White also
referred to Dr. Kellogg’s mysticism. And I’d like to read the statement because
it has very important elements in it.
It’s found in Selected Messages Vol. 1 pg.
202. Listen carefully to what she says. She’s speaking about the book The Living Temple. “We need not the
mysticism that is
in this book…” She calls the book by Kellogg what? Mysticism.
Now, notice this, “…Those
who entertain these sophistries will soon find themselves in a position where
the enemy can talk with them…” is there any danger
that if you empty your mind that there might be another voice other than the
voice of God speaking to you? Notice how
she connects mysticism with the idea that the enemy can speak with you. Once again,
“…We need
not the mysticism that is in this book. Those who entertain these sophistries
will soon find themselves in a position where the enemy can talk with them, and lead them away from God. It
is represented to me that the writer of this book is on a false track.…” And now notice why he is on a false track “…He has lost sight of the distinguishing truths for this time…” you’ll find that those who are dabbling with all this
contemplative prayer and all this mysticism in the SDA church, they totally
downgraded the distinctiveness of the Adventist church. They are
ecumenical in their outlook. They don’t want much said about Bible prophecy,
they don’t want much use of Ellen White, because Ellen White would condemn many
of their things that are taking place. In other words, many of the things that
distinguished the Adventist church from other churches are simply swept under
the rug. And so Ellen White states regarding Kellogg, “…He has lost sight of the distinguishing
truths for this time.
He knows not whither his steps are trending.…” Now notice this, “…The track of truth lies close beside the track of error, and
both tracks may seem to be one to minds which are not worked by the Holy
Spirit, and which therefore are not quick to discern the difference between
truth and error.”
Ellen White juga menyinggung
tentang mistikisme Dr. Kellogg. Dan saya ingin membacakan pernyataan itu karena
di dalamnya ada unsur-unsur yang sangat penting. Ini terdapat di Selected Messages Vol. 1 hal. 202. Dengarkan
baik-baik apa kata Ellen White, dia berbicara tentang buku The Living Temple. “Kita tidak
membutuhkan konsep mistik yang ada di dalam buku ini…” Ellen White menyebut buku Kellogg apa? Mistik. Sekarang, perhatikan
ini, “…Mereka yang memakai konsep yang menyesatkan
ini, akan segera mendapatkan diri mereka di posisi di mana si musuh bisa
berbicara dengan mereka…” Apakah ada bahayanya jika kita
mengosongkan pikiran sehingga ada suara lain yang bukan suara Allah yang berbicara kepada kita? Perhatikan
bagaimana Ellen White menghubungkan konsep mistik dengan konsep bahwa si musuh
bisa berbicara dengan kita. Sekali lagi, “…Mereka yang memakai konsep yang menyesatkan ini, akan
segera mendapatkan diri mereka di posisi di mana si musuh bisa berbicara dengan
mereka, dan membawa mereka menjauhi Allah. Kepada saya telah ditunjukkan bahwa
penulis buku ini ada di jalur yang salah…” Dan sekarang perhatikan mengapa
dia berada di jalur yang salah, “…Dia telah
kehilangan fokus pada kebenaran yang khas untuk masa ini…” kalian akan melihat bahwa mereka
yang bermain-main dengan doa kontemplasi ini dan dengan semua konsep mistik di
dalam gereja MAHK, mereka telah menjatuhkan ciri-ciri khas gereja MAHK.
Pandangan mereka menjadi ekumenikal. Mereka tidak mau mendengarkan terlalu
banyak nubuatan Alkitab, mereka tidak mau mendengarkan Ellen White karena Ellen
White akan menyalahkan banyak perbuatan mereka yang sedang terjadi. Dengan kata
lain, banyak hal yang membuat gereja MAHK berbeda dari gereja-gereja lain,
disembunyikan begitu saja. Jadi pernyataan Ellen White tentang Kellogg, “…Dia telah kehilangan
fokus pada kebenaran yang khas untuk masa ini. Dia tidak sadar ke mana
langkahnya tertuju…” Sekarang perhatikan ini, “…Jalur kebenaran terletak dekat di samping jalur yang salah,
dan kedua jalur ini mungkin tampak seperti satu bagi pikiran yang tidak
dibimbing oleh Roh Kudus, dan yang dengan demikian tidak cepat bisa membedakan
antara kebenaran dan kesalahan.”
You know these
ideas are presented as very beautiful, you know, brings God so much closer to
you. That’s one of the things that Kellogg argued. It brings God so close to
you, you know He is not up there sitting on His throne, you know, you can enter
the universal consciousness of God, you can hear God speaking to you directly,
apart from the Book. It sounds beautiful. But error is very close to truth. The
Devil makes it that way. You know the Devil doesn’t tell lies such as this,
“You see this coat, it’s red.” Who did that deceive? Well, maybe those who are
color blind. But this coat is not red, it’s blue, navy blue. Now what would the
Devil do? He might say, “This coat is black.” Aaaahh, that would be a little
bit closer, wouldn’t it? Because you really can’t tell whether it’s black or
whether it’s navy blue, that’s the way that the Devil works.
Kalian
tahu, konsep-konsep ini disodorkan dengan indah, membawa Allah jauh lebih dekat
kepada kita. Itulah salah satu argumentasi Kellogg. Itu membawa Allah lebih
dekat kepada kita, tahu? Allah tidak duduk di atas takhtaNya di atas sana,
tahu? Kita bisa masuk ke alam kesadaran Allah, kita bisa mendengar Allah
berbicara langsung kepada kita, di luar Buku (Alkitab) itu. Kedengarannya
sangat indah. Tetapi yang salah itu sangat dekat dengan
kebenaran. Iblis yang membuatnya begitu. Kalian tahu, Iblis tidak berbohong
demikian, “Kamu lihat jas ini? Ini merah.” Siapa yang akan tertipu? Yah,
mungkin hanya mereka yang buta warna. Tetapi jas ini bukan merah, tapi biru,
biru tua. Nah, apa yang akan dilakukan Iblis? Dia bisa berkata, “Jas ini
hitam.” Aaaahhh, itu sedikit lebih dekat, bukan? Karena kita tidak
sungguh-sungguh bisa membedakan apakah ini hitam atau biru tua. Begitulah cara
kerja Iblis.
Now contemporary
Christian writers use different terminology than New Age thinkers and
some people are deceived because of the terminology. They call their practice contemplative
prayer, centering prayer, listening prayer. According to them, the goal
of prayer is to experience the silence, and when you experience the silence all
thinking is suspended and you come into direct contact with God who speaks
directly to you.
Now what happens if
you’re practicing contemplative prayer and your mind kind of get distracted,
you know it’s difficult to meditate into focus, your mind gets distracted with
many things that you have to take care of during the course of the day. So what
happens? Some writers are even saying you should use the idea of a mantra,
using a word and repeating it over and over again when your mind become
distracted you repeat that word and it
causes kind of like self hypnosis and then you are able to concentrate again.
Incidentally the word “mantra” means ~ it comes from two words in Sanskrit ~ “man” which means to think, and “tra” which means to be liberated from.
So “mantra” means
to be liberated from thinking. Interesting.
Sekarang, penulis-penulis Kristen
kontemporer memakai istilah yang berbeda dari para pemikir New Age
dan beberapa orang tertipu karena istilah-istilah ini. Mereka [penulis-penulis Kristen kontemporer] menyebut praktek mereka doa
kontemplasi, doa keterpusatan, doa mendengarkan. Menurut mereka, tujuan doa itu untuk mengalami
keheningan, dan pada waktu kita mengalami keheningan, semua pikiran
ditangguhkan dan kita memasuki kontak langsung dengan Allah yang berbicara
langsung kepada kita.
Nah, apa
yang terjadi jika kita sedang mempraktekkan doa kontemplasi dan pikiran kita
melantur? Tahu kan bahwa sulit untuk meditasi terfokus, pikiran kita bisa
melantur dengan banyak hal yang harus kita tangani sepanjang hari. Jadi apa
yang terjadi? Ada penulis-penulis yang mengatakan kita harus memakai konsep
sebuah mantra, memakai satu kata dan mengulanginya terus-menerus pada saat
pikiran kita melantur, ulangi kata tersebut dan itu seperti semacam hipnotis
diri, nanti kita akan bisa konsentrasi lagi. Ketahuilah kata ”mantra” berarti ~
ini berasal dari dua kata dalam Bahasa Sansekerta: “man” artinya “berpikir”, dan “tra” yang artinya
“dibebaskan dari”. Maka “mantra”
berarti “dibebaskan dari berpikir”. Menarik.
Now who are the
main thought leaders of this idea of contemplative prayer and spiritual formation?
The fact is, folks, that these ideas come from Roman Catholicism. Ultimately
you know, you go back to St. Ignatius Loyola who established the Society of
Jesus in 1534 he wrote what is known as The
Spiritual Exercises which is basically spiritualism, it’s contemplative
prayer all the way back to that time, and these ideas came into Protestantism
through Roman Catholicism. And they have penetrated into the SDA church from
both Catholicism and from apostate Protestantism.
Sekarang,
siapakah pemimpin-pemimpin utama konsep doa
kontemplasi dan formasi spiritual ini? Faktanya,
Saudara-saudara, konsep-konsep ini berasal
dari Roma Katolikisme. Ujung-ujungnya, kalian tahu, kita kembali
ke St. Ignatius Loyola yang mendirikan Ordo Jesuit di tahun 1534, dia yang
menulis apa yang dikenal sebagai The Spiritual
Exercises, yang sesungguhnya adalah spiritualisme. Doa kontemplasi itu
muncul jauh di masa itu, dan konsep-konsep ini masuk ke Protestantisme melalui
Roma Katolikisme. Dan mereka telah mempenetrasi ke dalam gereja MAHK baik dari
Katolikisme maupun dari Protestantisme murtad.
The thought leaders
~ I’ll mention some of them:
- · Richard Foster, who wrote a book that is a best seller, sold millions, The Celebration of Discipline;
- · Thomas Keating a Roman Catholic Ecumenist;
- · Willigis Jäger, a Roman Catholic Benedictine monk and master of Zen Buddhism;
- · a Catholic priest, Henry Nouwen who taught at Notre Dame, Harvard and Yale;
- · others are William Johnston, who is a Jesuit priest and also Zen Buddhist;
- · Thomas Merton;
- · Leonard Sweet.
Probably of all
these individuals that I’ve mentioned, the most recognized in the Adventist
church are Leonard Sweet and Richard Foster. Those two books are recommended
reading in some of our theology schools in the SDA church.
Pemimpin-pemimpin
konsep ini ~ saya menyebutkan beberapa:
- · Richard Foster, yang menulis sebuah buku best seller, terjual jutaan kopie, The Celebration of Discipline;
- · Thomas Keating, seorang ekumenis Roma Katolik;
- · Willigis Jäger, seorang Roma Katolik biarawan Benediktin dan guru Zen Buddhisme;
- · Seorang romo Katolik, Henry Nouwen, yang mengajar di Notre Dame, Harvard dan Yale;
- · Yang lain-lain adalah William Johnston, seorang biarawan Jesuit dan juga seorang Zen Buddhist;
- · Thomas Merton;
- · Leonard Sweet.
Mungkin
dari semua individu yang saya sebutkan ini yang paling dikenal di gereja MAHK
adalah Leonard Sweet dan Richard Foster. Buku-buku mereka berdua adalah bacaan
yang direkomendasikan di beberapa sekolah theologi kita, di gereja MAHK.
Protestants to a
greater or lesser degree have assimilated these views, individuals like Max
Lucado, Philips Yancey, Amy Grant, even Rick Warren has recommended several
books on his website written by these Christian mystics.
Orang-orang
Protestan sedikit banyak telah mengasimilasikan pandangan-pandangan ini,
individu-individu seperti Max Lucado, Philips Yancey, Amy Grant, bahkan Rick
Warren telah merekomendasikan beberapa buku yang ditulis oleh mistikus-mistikus
Kristen ini di situsnya.
Now, folks, Satan
tried to introduce a crude kind of Pantheism into the SDA church at the
beginning of the 20th century. He attempted to import Hinduism
basically into the SDA church because that’s what Kellogg’s ideas were,
according to Elder Spicer who had an interview with him. By the help of Ellen
White, these attacks were defeated. But now Satan is working under the radar,
he makes those theories appear much more beautiful and meaningful, but it’s the
same heresy garbed in nicer clothing. Ellen White had a very interesting
statement, you know, she did not know what to call Kellogg’s ideas, she
struggled with finding an expression
that would describe it. I’d like to read from Vol. 8 of the Testimonies pg. 292. God revealed to her the exact
words that she needed to call these theories by. I read now, “I have seen the results of these fanciful views of God, in apostasy,
spiritualism, and free-lovism…” She continues saying, “…The
free love tendency of these teachings…” notice she calls it “free lovism”, and
then she says, “…The free love
tendency of these teachings was so concealed that at first it was difficult to
make plain its real character.…” even the prophet didn’t know what to call it,
and according to her “…it was difficult
to make plain its real character. Until the Lord presented it to me, I knew not
what to call it, but I was instructed to call it unholy spiritual love.”
Nah,
Saudara-saudara, Setan berusaha memperkenalkan satu jenis Panteisme yang rendah
ke dalam gereja MAHK pada awal abad ke-20. Pada
dasarnya Setan mencoba mengimpor Hinduisme ke dalam gereja MAHK karena
itulah konsep-konsep Kellogg, menurut Ketua Spicer yang mewawancarainya. Dengan
pertolongan Ellen White, serangan-serangan itu dipatahkan. Tetapi sekarang
Setan bekerja secara diam-diam, dia membuat teori-teori itu tampak jauh lebih indah dan bermakna,
tetapi itu adalah kesesatan yang sama hanya dibungkus oleh pakaian
yang lebih indah. Ellen White membuat pernyataan yang sangat menarik, kalian
tahu, dia tidak tahu harus menyebut konsep-konsep Kellogg itu apa, dia bergumul
mencari istilah yang tepat untuk menggambarkannya. Saya ingin membaca dari Vol. 8 Testimonies, hal. 292. Allah menyatakan
kepada Ellen White kata-kata yang persis baginya untuk menyebut teori-teori
tersebut. Sekarang saya bacakan, “Saya telah melihat akibat pandangan-pandangan yang aneh-aneh
tentang Allah ini pada kemurtadan, spiritualisme, dan konsep cinta bebas..” Ellen White melanjutkan berkata, “…Kecenderungan cinta bebas ajaran-ajaran
ini…” perhatikan Ellen White
menyebutnya “konsep cinta bebas”, lalu dia berkata, “…Kecenderungan cinta bebas ajaran-ajaran ini
sedemikian terselubung pada awalnya, sehingga sulit melihat karakter aslinya…” bahkan Ellen White yang nabi tidak tahu harus
menyebutnya apa, dan menurut dia, “…sulit melihat karakter aslinya. Sampai Tuhan menyatakannya
kepada saya, saya tidak tahu harus menyebutnya apa, tetapi saya disuruh
menyebutnya kasih spiritual yang najis.”
Now let’s unpack that for just a few
moments.
According to the
Bible what is love? God is love. Where is the character of God reflected? In
His holy love. What the Devil has done is he has led the Christian world to believe that love
and law can be separated, that you can be a law to yourself. The Bible tells
us that love is the fulfilling of the law. He who says he knows Him but does
not keep His commandments is a liar. The Bible defines love as keeping God’s
objective law which is outside of man, but these Pantheistic ideas tell you
that you don’t really need an objective source of truth, you don’t need a law
outside of you telling you what’s right or wrong, you’ve got that inside.
Sekarang
marilah kita kupas itu sejenak.
Menurut
Alkitab, kasih itu apa? Allah itu kasih. Di manakah karakter Allah tercermin?
Di kasihNya yang kudus. Apa yang telah dilakukan Iblis adalah, dia membawa dunia Kristen untuk mempercayai bahwa kasih dan hukum
bisa dipisahkan, bahwa manusia bisa menjadi hukum bagi dirinya
sendiri. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa kasih adalah penggenapan hukum.
Barangsiapa yang berkata dia mengenal Allah, tetapi tidak memelihara
perintah-perintahNya, adalah seorang pembohong. Alkitab menjelaskan kasih
sebagai memelihara hukum Allah yang objektif, yang berada di luar manusia.
Tetapi konsep-konsep Pantheistik ini mengatakan bahwa kita tidak membutuhkan
sumber kebenaran yang objektif, kita tidak butuh hukum di luar kita yang
mengatakan kepada kita mana yang benar atau salah, karena kita sudah
memilikinya di dalam diri kita sendiri.
You know who the
first postmodern in the history of the universe was? Lucifer. Ellen White
states that Lucifer in heaven said to God, you know, “We want to be delivered from
the Law. You know, the worlds might need a Law, because they are inferior to
us, but us angels? We don’t need a law outside of us. Because our own will,
will always lead us to the right.” In other words, their source of ethics was
not outside, it was inside.
And then of course
he came down to this earth, and he says “You will be like God”, and notice, he
said, “You’ll be like God in a certain way. You will be like God knowing good
and evil.”
Tahukah
kalian siapakah postmodern pertama dalam sejarah alam semesta ini? Lucifer.
Ellen White menyatakan bahwa di Surga Lucifer berkata kepada Allah, “Kami mau
dibebaskan dari Hukum. Dunia mungkin membutuhkan Hukum karena mereka itu di
bawah derajat kami, tetapi kami malaikat? Kami tidak butuh Hukum di luar diri
kami, karena kehendak kami sendiri selalu akan membimbing kami kepada apa yang
benar.” Dengan kata lain, sumber etika mereka tidak berada di luar mereka,
tetapi di dalam diri mereka. Lalu, tentu saja Lucifer turun ke bumi ini dan dia
berkata, “Kamu akan menjadi seperti Allah” dan perhatikan dia berkata, “Kamu
akan menjadi seperti Allah dalam hal tertentu, kamu akan menjadi seperti Allah,
tahu apa yang baik dan apa yang jahat.”
Let me ask you who
is it that define good and evil? Was it inside of them? No. God said,
“Eating from this tree is evil, eating from all of the other trees is good. I define
for you from outside of you what is good and what is evil.” But the
Devil is telling Eve, “You don’t have to depend on God to tell you what is good
and what is evil. If you eat from the tree you will know from inside how to
distinguish good from evil.” And that is one of the fundamental problems of
this view that is penetrating the SDA church. It’s the view that all you need
is love. All you need is Jesus. And I agree that all you need is love and all
you need is Jesus as long as you define love in the proper way and as long as
you understand what it means to love Jesus.
Jesus said, “If you
love Me, do as you please.” No! Jesus said, “If you love Me, keep My
commandments.”
Love is the
fulfilling of the Law. The primary objective of the Devil in all
of this is
to get people to follow their own source of ethics, to be a law unto
themselves, a free love tendency. Free of what? Free of the Law. That
is the ultimate goal.
Coba saya
tanya siapakah yang menentukan apa yang baik dan apa yang jahat? Apakah itu di
luar mereka? Tidak. Allah berkata,
“Makan dari pohon ini, itu jahat. Makan dari semua pohon yang lain, itu baik. Aku yang menentukan bagi kamu dari luar dirimu apa yang
baik dan apa yang jahat.” Tetapi
Iblis berkata kepada Hawa, “Kamu tidak usah bergantung pada Allah untuk
mengatakan kepadamu apa yang baik dan
apa yang jahat. Jika kamu makan dari pohon ini, kamu akan tahu dari
dirimu sendiri bagaimana membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.” Dan
itulah salah satu masalah yang mendasar dari konsep ini yang sedang
mempenetrasi masuk ke gereja MAHK. Konsepnya ialah apa yang kita butuhkan
hanyalah kasih, apa yang kita butuhkan hanya Yesus. Dan saya setuju bahwa yang
kita butuhkan hanya kasih dan yang kita butuhkan hanya
Yesus, asalkan kita mendefinisikan kasih dengan benar dan asalkan kita paham
apa maknanya mengasihi Yesus.
Yesus
berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu boleh
berbuat sesukamu.” Tidak! Yesus berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala
perintah-Ku.” [Yoh.
14:15]
Kasih itu
penggenapan Hukum. Tujuan primer Iblis
dalam semua hal ini adalah membuat manusia mengikuti sumber etika mereka
sendiri, menjadi Hukum bagi mereka sendiri, suatu tendensi mengasihi secara
bebas. Bebas dari apa? Bebas dari Hukum. Itulah tujuan tertinggi
Iblis.
Ellen White
explained that what occurred in her days was the Alfa of deadly heresies and
she said that the Omega would follow. And I believe, I firmly believe as I’ve
examined many of the writings and I’ve listened to many lectures on this
emerging church idea, this contemplative prayer, spiritual formation,
you know, I don’t know how you cannot see that this is the Omega attempting to penetrate God’s remnant church at this
time. It’s just absolutely clear. Ellen White’s statement is found in Selected Messages Vol. 1 pg. 200, “In the book The Living Temple
there is presented the alpha of deadly heresies. The omega will follow and will
be received by those who are not willing
to heed the warning God has given,”
Ellen
White menjelaskan apa yang terjadi di zamannya adalah Alfanya kesesatan yang
membinasakan dan dia berkata bahwa bagian Omeganya akan mengikuti. Dan saya
yakin, saya sungguh yakin dengan menyelidiki banyak tulisan dan mendengarkan
banyak ceramah mengenai konsep
Emerging Church, doa kontemplasi, formasi spiritual, dan saya
heran bagaimana orang tidak bisa melihat inilah
bagian Omeganya yang berusaha mempenetrasi ke gereja umat Allah yang sisa di
zaman ini. Begitu jelas. Pernyataan Ellen White ada di Selected Messages Vol. 1 hal. 200, “Di buku The Living Temple [buku Kellogg], disodorkan
bagian Alpha dari kesesatan yang membinasakan. Bagian Omeganya akan menyusul
dan akan diterima oleh mereka yang tidak mau mendengarkan peringatan yang telah
diberikan Allah.”
You know, you might
not have understood everything that you’ve heard here this weekend, so I would like
to encourage you to read seven books, the perfect number, and I’m going to
mention those books ~ they will be available after sundown by the way ~ because
I believe this is important, these books are very easy to understand and I am trying
to go in chronological order. There’s a book that was written a while ago by an
individual who was ~ ah, you are probably saying what is “The Fine Art of
Christian Meditation”? We have to talk about the counterfeit before we talk
about the genuine, right? We are going to draw a contrast.
- · Our Union president at that time was Thomas Mostert and as he was about to retire he wrote a very captivating book called The Hidden Heresy. Every Adventist should read that book. It doesn’t deal directly with spiritual formation but it shows the contrast between what the evangelical world emphasizes and what the SDA church emphasizes. He shows how the evangelical world hides God’s holy Law and the distinctives of the Adventist church.
- · Then there’s a book that is very close to my heart, it was written by Stephen Bohr, hehehe, it’s called Worship at Satan’s Throne. I think every Adventist should read that book not because I wrote it. It’s a very important book. Basically I analyzed in that book the message to the Philadelphian church where we are told a synagogue of Satan is in the church of Philadelphia. And that’s the church of the Millerite movement. And then I also have a chapter where I deal with Ellen White’s throne vision where the Father and the Son are sitting on the throne, the Father gets up, goes into the Most Holy Place and then the Son gets up and goes into the Most Holy Place, there’s a multitude of people kneeling next to the throne in the Holy place, and those who kept their eyes on Jesus move into the Most Holy place with Him by faith, most of the world remains kneeling before the throne, and Ellen White says that, those who are oblivious to Jesus moving into the Most Holy place where we’ll find all the distinctive truths of the Adventist church, remain kneeling before the throne, and Ellen White explains it, Satan took the place that Jesus vacated and the people there at the foot of the throne pray, “Father, give us Your Spirit” and the Devil would breathe upon them an evil influence. And in that evil influence there were miracles and signs and wonders and power, and counterfeit light which they thought were the power of God but it was the power of the enemy because they did not go into the Most Holy place. But the most scary part of this vision, the portion that is not in Early Writings but that Ellen White added later, is that she states that many of those who entered by faith with Jesus into the Most Holy place, then backtracked and knelt in the Holy place and they receive the evil influence of Satan. And so it’s a very important book.
- · Then we have that classic book, The Omega Rebellion, Rick Howard, and also he wrote the book Meet It, it’s the follow up to that book. Very easy to read, very simple.
- · Then we have a book by Howard Peth, The Dangers of Contemplative Prayer. It’s a good summary, very easy to understand.
- · Then we have Dave Fiedler, the book Tremble. Ellen White said that she trembled for our people when she saw this heresy come into the church.
- · And then finally one book that I would like to especially mention is from a seminary teacher that I had 40 years ago ~ now I’ve aged myself ~ Carsten Johnsen, phenomenal philosopher, one of the great philosophers of the history of the Adventist church. You’ve probably never heard of his name. He’s very humble, unassuming, I believe he had three doctorates, super intelligent, super educated. He anticipated what is happening in the Adventist church four decades ago, this is almost a prophetic book, I said “almost”, I am not saying that he was a prophet. We felt at Secrets Unsealed that this is such an important book, that we edited it and we decided to republish it because he basically published his own books there at the seminary you know, and the style just wasn’t there, the content was there, there were lots of mistakes, you know, in terms of spelling, and syntax and grammar and so we had to correct all those things. It’s a philosophical work and particularly the last part of the book, it’s like you are reading what is happening in the Adventist church today. And that was written 40 years ago. Carsten Johnsen, The Mystic Omega of End-Time Crisis.
Kalian
tahu, kalian mungkin tidak memahami semua yang kalian dengar di sini akhir pekan ini, jadi saya menghimbau
kalian untuk membaca tujuh buku, angka yang sempurna, dan saya akan menyebutkan
nama buku-buku itu ~ ketahuilah, buku-buku ini tersedia setelah matahari
terbenam ~ karena saya yakin ini penting, buku-buku ini sangat mudah dimengerti
dan saya mencoba menyebutkannya secara kronologi. Belum lama berselang ada
sebuah buku yang ditulis oleh seseorang yang ~ ah, kalian mungkin berkata apa
itu “The Fine Art of Christian Meditation” [= Seninya Meditasi Kristen]? Nah,
kita harus berbicara tentang yang palsu sebelum kita berbicara tentang yang
asli, bukan? Supaya kita bisa melihat kontrasnya.
- · Presiden Uni kita pada masa itu, Thomas Mostert, yang akan pensiun, menulis sebuah buku yang sangat menarik, berjudul The Hidden Heresy [= Kesesatan yang Terselubung]. Setiap orang Advent harus membaca buku itu. Buku itu tidak langsung membahas formasi spiritual tetapi menunjukkan kontras antara apa yang ditekankan dunia evangelical (Protestan) dengan apa yang ditekankan gereja MAHK. Dia menunjukkan bagaimana dunia evangelical telah menyembunyikan Hukum Kudus Allah dan segala ciri khas gereja Advent.
- · Kemudian ada sebuah buku yang sangat saya sayangi, ditulis oleh Stephen Bohr, heheheh, judulnya Worship at Satan’s Throne [= Menyembah di takhta Setan ~ pembahasannya sudah diterjemahkan di blog]. Menurut saya setiap orang Advent harus membaca buku ini bukan karena saya yang menulisnya. Ini adalah buku yang penting. Pada dasarnya di buku ini saya menganalisa pesan kepada gereja Filadelfia di mana kita diberitahu bahwa ada sinagog Setan di dalam gereja Filadelfia. Dan itu adalah gereja gerakan Miller. Kemudian juga ada satu bab di mana saya membahas penglihatan Ellen White tentang takhta, di mana Allah Bapa dan Anak sedang duduk di takhta, lalu Allah Bapa bangkit dan masuk ke bilik Maha Kudus, dan Allah Anak bangkit, masuk ke bilik Maha Kudus, dan ada banyak orang yang berlutut di sisi takhta di bilik Kudus, dan mereka yang memusatkan pandangan pada Yesus, bergerak ke bilik Maha Kudus bersamaNya dalam iman, sementara sebagian besar dunia tetap berlutut di depan takhta, dan Ellen White berkata mereka yang tidak menyadari Yesus telah pindah ke bilik Maha Kudus, di mana kita mendapatkan semua kebenaran khas gereja MAHK, tetap berlutut di depan takhta, dan Ellen White menjelaskan, Setan mengambil tempat yang dikosongkan Yesus dan orang-orang di sana di kaki takhta berdoa, “Bapa, berikan Roh-Mu kepada kami” lalu Iblis meniupkan kepada mereka suatu pengaruh yang jahat. Dan dalam pengaruh jahat itu terdapat keajaiban-keajaiban, tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa, dan sinar yang palsu yang mereka sangka adalah kuasa Allah tetapi itu adalah kuasa si musuh karena mereka tidak pergi ke bilik Maha Kudus. Tetapi bagian yang paling mengerikan dari penglihatan ini adalah bagian yang tidak ada di Early Writings, yang baru ditambahkan Ellen White kemudian, yaitu pernyataannya bahwa banyak dari mereka yang masuk bersama Yesus ke bilik Maha Kudus, lalu mundur kembali dan berlutut di bilik Kudus, dan mereka menerima pengaruh jahat Setan. Jadi ini adalah buku yang sangat penting.
- · Lalu ada buku yang klasik itu, The Omega Rebellion [= Pemberontakan Omega] oleh Rick Howard, dan dia juga menulis buku berjudul Meet It [= Penuhilah], yang merupakan kelanjutan dari buku tersebut. Sangat mudah dibaca, sangat sederhana.
- · Lalu ada buku yang ditulis Howard Peth, The Dangers of Contemplative Prayer [= Bahayanya Doa Kontemplasi], sebuah kesimpulan yang bagus, sangat mudah dipahami.
- · Lalu ada Dave Fiedler dan bukuya Tremble [= Gemetar]. Ellen White berkata bahwa dia gemetar bagi kita ketika dia melihat kesesatan ini masuk ke dalam gereja.
- · Dan akhirnya satu buku yang ingin saya sebutkan secara khusus, yaitu yang ditulis oleh seorang guru seminari saya 40 tahun yang lalu ~ nah, saya telah membocorkan usia saya sekarang ~ Carsten Johnsen, seorang filosof yang luar biasa, salah satu filosof besar dalam sejarah gereja Advent. Mungkin kalian tidak pernah mendengar namanya. Dia sangat rendah hati, tidak menonjolkan diri, saya rasa dia memiliki tiga gelar doktor, sangat pandai, sangat tinggi pendidikannya. Dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi di gereja Advent empat dekade yang lalu. Buku ini nyaris seperti buku nubuatan. Saya katakan “nyaris”, saya tidak mengatakan dia seorang nabi. Kami di Secrets Unsealed merasa bahwa buku ini sedemikian pentingnya, sehingga kami edit dan kami terbitkan ulang karena pada dasarnya Carsten Johnsen menerbitkan buku-bukunya sendiri di seminari, dan gaya bahasanya kurang, walaupun isinya bagus, tetapi ada banyak kesalahan dalam hal ejaan, sintax dan gramatika, sehingga itu harus kami koreksi. Ini adalah pekerjaan filosofis, dan terutama bagian akhir dari buku itu, itu seperti kita membaca apa yang sedang terjadi di gereja Advent hari ini. Dan ini ditulis 40 tahun yang lalu. Carsten Johnsen, The Mystic Omega of End-time Crisis [Mistik Omega Krisis Akhir Zaman].
Now, basically,
folks, what Satan is attempting to do is, he is attempting to convince Christians to not follow the Bible
as the objective source of ethics and truth and its very foundation. In the
book This Day With God pg. 21, Ellen White
states this, now listen carefully, “Satan is making the world believe that the
Bible is a mere fiction, or at least a book suited to the
infancy of the race. But now to be lightly regarded or cast aside as
obsolete…” and now notice what she says,
“…And to take
the place of the Word of God he holds
out spiritual manifestations.” So
he says, cast the Bible aside as objective truth, and then he says, in
its place: spiritual manifestations. And why? She says this, “…Here is a channel wholly under
his control. By this means he can make the world believe what he will. The Book that is to judge him and his followers he
puts in the shade just where he wants it. The Savior of the world he makes
to be no more than a common man.”
Nah, pada
dasarnya, Saudara-saudara, apa yang Setan berusaha lakukan adalah, dia berusaha
meyakinkan orang-orang Kristen agar tidak mengikuti Alkitab sebagai sumber
etika dan kebenaran yang objektif, dan sebagai dasarnya yang hakiki. Dalam
bukunya This Day with God hal. 21, Ellen
White menyatakan ini, sekarang dengarkan baik-baik, “Setan sedang membuat dunia percaya bahwa
Alkitab itu sekadar fiksi, atau paling-paling hanyalah buku yang cocok buat umat manusia
pada awal-awal sejarahnya. Tetapi sekarang dianggap sepele atau
dikesampingkan sebagai kadaluwarsa…” sekarang
perhatikan apa kata Ellen White, “…Dan untuk menggantikan tempat
Firman Allah, Setan menyodorkan manifestasi spiritual.” Jadi Setan berkata, kesampingkan Alkitab sebagai
kebenaran yang objektif, kemudian dia berkata, sebagai gantinya, ini
manifestasi spiritual. Dan mengapa? Ellen White berkata demikian, “…Di sinilah
saluran yang seluruhnya berada di bawah kendali Setan. Dengan cara ini,
Setan bisa membuat dunia percaya apa yang diinginkannya. Kitab (= Alkitab) yang akan dipakai untuk menghakimi dia dan para
pengikutnya, dia sembunyikan sesuai kehendaknya, Juruselamat dunia
dijadikannya tidak lebih dari seorang manusia biasa.”
If you look at all of the philosophies that are proliferated
in the last 50 or 60 years ~ let me just mention some of them ~
they are all based on an internal
ethical standard for your decisions. You have existentialism, the
ordinary version of that is the hippies. They are existentialist.
Existentialism, spiritualism, pantheism, contemplative prayer, the emerging
church, post modern thinking, values clarification, neo-orthodoxism, situation
ethics, new age philosophy, psychoanalysis in psychology, all based on the
internal standard, rather than the Word of God.
Jika kita
lihat semua filosofi yang telah berkembang selama 50-60 tahun
terakhir ~ izinkan saya menyebutkan beberapa ~ maka semua
keputusan yang kita buat adalah berdasarkan standar etika internal. Ada:
- · eksistensialisme, versi sehari-harinya yaitu faham hippies, mereka itu eksistensialis. Jadi, eksistensialisme,
- · spiritualisme,
- · pantheisme,
- · doa kontemplasi,
- · emerging church [= gerakan Kristen yang melanggar beberapa batasan theologi, disebut juga post-Protestant, evangelical, post-evangelical, liberal, post-liberal, conservative, post-conservative, anabaptist, reformed, charismatic, dll.],
- · pemikiran postmodern [= manusia sudah tahu sendiri mana yang benar dan mana yang salah, tidak perlu pedoman dari Alkitab],
- · klarifikasi nilai [= teknik psikoterapi menganalisa dan menjelaskan nilai-nilai moral],
- · neo-orthodokisme [= gerakan theologi Protestan yang menyangkal keyakinan Alkitab secara harafiah],
- · etika situasi [= fleksibilitas dalam mengaplikasikan hukum moral sesuai kondisi],
- · filosofi new age,
- · psikoanalisis dalam psikologi [= ajaran Sigmund Freud supaya manusia menyadari alam bawah sadarnya dan motivasinya],
semuanya
berdasarkan standar internal, bukan pada Firman Allah.
Now, let’s talk
about genuine Christian meditation. We have talked about the counterfeit, now
let’s talk about the genuine.
In Christian meditation, folks, the mind is actively involved. This method
of meditation is based on reflection, musing, remembering, thinking, reasoning.
It does not mean putting your mind in neutral. It means filling your mind with
the Word of God. It’s a dangerous thing to empty your mind and then not fill it
up.
Sekarang,
marilah kita bicara tentang meditasi Kristiani yang sejati. Kita tadi sudah
berbicara tentang yang palsu, sekarang marilah kita bicara tentang yang benar.
Dalam meditasi Kristiani,
Saudara-saudara, pikiran itu terlibat secara
aktif. Metode meditasi ini berdasarkan pada merefleksi, merenungkan,
mengingat-ingat, memikirkan, dan menganalisa. Ini tidak berarti
menempatkan pikiran kita di posisi netral. Ini berarti mengisi pikiran kita
dengan Firman Allah. Sangat berbahaya mengosongkan pikiran kita lalu tidak
mengisinya.
Let me just read
from Luke 11:24-26, "When
the unclean spirit goes out of a man, he goes through dry places seeking rest,
and finding none, he says, 'I will return to my house from which I came.' 25And when he comes, he finds it swept
and put in order. 26Then he goes and takes with him seven other spirits more
wicked than himself, and they enter and dwell there; and the last state of that
man is worse than the first.”
Never get the idea that it is God’s plan for us to empty our mind, to
put our mind in neutral, to experience the void. Genuine meditation and prayer does not
consist in vain repetition, emptying the mind, but it means filling your mind
with the promises of God.
Saya akan
membacakan dari Lukas 11:24-26, “Apabila roh jahat keluar dari
manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan
karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: ‘Aku akan kembali ke rumah yang telah
kutinggalkan itu.’ 25 Dan ketika ia
datang ia mendapati rumah itu bersih tersapu
dan rapi teratur. 26 Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang
lebih jahat dari dirinya, dan mereka masuk
dan berdiam di situ. Maka keadaan terakhir orang
itu lebih buruk daripada keadaannya semula."
Jangan
sekali-kali berpendapat bahwa Allah merencanakan kita untuk mengosongkan
pikiran, untuk meletakkan pikiran kita di posisi netral, untuk mengalami
kehampaan. Meditasi dan doa yang sejati tidak terdiri atas pengulangan kata yang tak berarti, dan
mengosongkan pikiran, tetapi dengan mengisi pikiran kita dengan janji-janji
Allah.
Now what does it
mean, an obstacle to meditation? It’s the hustle and bustle of life, folks, see
the reason people today are looking for spiritual experience, let’s just admit
that to a great degree we have failed in supplying that genuine spiritual
experience because of the hustle and
bustle of life, because of the rat race of materialism. People are
hungrying and thirstying for an experience, but that experience must be based
upon the Word of God. It cannot be based only upon your own subjective
experience. We need time to be silent. We need time for meditation and time for
reflection. But not with the mind in neutral but with the mind in full
activity.
Sekarang
apa artinya halangan meditasi? Itu adalah hiruk-pikuk kesibukan sehari-hari,
Saudara-saudara. Lihat, itulah alasan mengapa orang hari ini mencari pengalaman
spiritual. Harus kita akui bahwa secara substansial kita telah gagal memenuhi pengalaman spiritual yang
sejati, karena hiruk-pikuk kesibukan hidup, karena terjerat dalam lomba
materialisme yang tak henti-hentinya. Manusia lapar dan haus
mendambakan suatu pengalaman, tetapi pengalaman itu haruslah berdasarkan Firman
Allah, tidak bisa berdasarkan pengalaman subjektif kita sendiri. Kita
membutuhkan waktu hening. Kita membutuhkan waktu untuk meditasi dan waktu untuk
merefleksi, tetapi tidak dengan menempatkan pikiran kita di posisi netral,
melainkan dengan pikiran aktif sepenuhnya.
In the Adventist Home pg. 521 Ellen White
describes why people today have very little discipline when it comes to
meditating. You know, all you have to do is look at television. How can the
church compete with television? You know, people blame the church for the loss of our young people from church, they
say, you know, “The church is to blame.” There is a lot of blame to go around:
parents, school, culture, just in themselves, they have freedom of choice. You
see, these days if you watch the television programs the scenes are changing every instant, the mind is totally,
you know, the mind doesn’t even know what to focus on. That’s the reason why
you know when you say, “Okay, let’s just sit down and let’s reflect upon this
passage of Scripture”, “Borrrrrring!”
That’s what you hear. Because Bible study cannot be as exciting as all these
change of scenes on television and video games and all these things. And so the mind
has to be reeducated. And that’s the difficult part. I had to reeducate
my mind. I won’t tell you my experience because there is not enough time, but I
had to reeducate my mind.
Di Adventist Home hal. 521 Ellen White
menggambarkan mengapa manusia sekarang punya begitu sedikit disiplin sehubungan
dengan meditasi. Kalian tahu, kita hanya perlu melihat ke pesawat televisi.
Bagaimana gereja bisa bersaing dengan televisi? Kalian tahu, orang-orang
menyalahkan gereja karena hilangnya orang-orang muda dari gereja. Mereka
berkata, “Itu kesalahan gereja!”. Banyak yang bisa disalahkan: orangtua,
sekolah, kebudayaan, mereka sendiri, mereka kan punya kebebasan memilih? Kalian
lihat, dewasa ini jika kita nonton program-program televisi, adegan-adegannya
terus berubah setiap detik, kalian tahu, pikiran tidak tahu lagi harus fokus ke
mana. Itulah mengapa jika kita berkata, “Oke,
ayo kita duduk dan merenungkan bacaan Firman ini” jawaban yang kita
dengar adalah “Bosssaaannn!” Itulah yang kita dengar. Karena belajar Alkitab
tidaklah semenarik semua perubahan adegan di televisi dan video game dan semua
hal itu. Maka pikiran kita perlu
dididik ulang. Dan itulah bagian yang sulit. Saya juga pernah
harus mendidik ulang pikiran saja. Saya tidak akan menceritakan pengalaman saya
karena tidak cukup waktu, tetapi saya pernah harus mendidik ulang pikiran saya.
You know, do you
have to reeducate your taste. If you are used to eating all kinds of junk food,
do you say, “Okay, I’ll be a vegan beginning today”? You know, it’s not that
easy. It
takes time and effort but it’s worth the investment.
Kalian
tahu, apakah kita harus mendidik ulang selera kita? Jika kita sudah terbiasa
makan segala macam junk food, apakah kita berkata, “Baiklah, mulai hari ini
saya akan menjadi seorang vegan!” Kalian tahu, tidak semudah itu. Butuh waktu dan usaha,
tetapi investasi itu hasilnya setimpal.
So the church needs
to offer young people what the world doesn’t offer them. If we offer the same
things the world does why should they come to church? That’s what Ellen White
says, “In this age of the world there is an unprecedented
rage for pleasure. Dissipation…” what would she say today? “…Dissipation and reckless extravaganza prevail everywhere. The
multitudes are eager for amusements. The mind becomes trifling and frivolous
because it is not accustomed to meditation or disciplined study…” Why does the mind become trifling and frivolous? Because it is
not accustomed to mediation or disciplined to study. She goes on to say, “…Ignorant, sentimentalism is current…” sentimentalism
means you know, tie your life by your emotions and your feelings, “…God requires that every soul shall be cultivated, refined,
elevated and ennobled, but too often every valuable attainment is neglected for
fashionable display and superficial pleasure.”
Jadi
gereja perlu menawarkan kepada orang-orang muda apa yang tidak ditawarkan dunia
kepada mereka. Jika kita menawarkan hal-hal yang sama yang ditawarkan dunia,
untuk apa mereka datang ke gereja? Itulah kata Ellen White, “Di zaman dunia sekarang, ada nafsu
berkobar-kobar yang belum pernah ada sebelumnya untuk mendapatkan keplesiran.
Pemborosan…” bayangkan apa yang akan
dikatakan Ellen White hari ini? “…Pemborosan dan pamer kemewahan yang sembrono tersebar di
mana-mana. Orang banyak haus hiburan. Pikiran menjadi cupet dan sembrono karena
tidak dibiasakan bermeditasi atau belajar dengan disiplin…” Mengapa pikiran menjadi cupet dan sembrono? Karena
tidak dibiasakan bermeditasi atau belajar dengan disiplin. Ellen White
melanjutkan berkata, “…Ketidaktahuan, sentimentalisme, itulah yang ada sekarang ini …” sentimentalisme berarti kita mengaitkan hidup kita
kepada emosi dan perasaan kita, “…Allah mengharuskan agar setiap jiwa itu terdidik, halus, luhur
dan mulia, tetapi yang sering terjadi adalah pencapaian yang berharga diabaikan
demi pamer gaya dan mengejar keplesiran murahan.”
Now, let me give
you some tips that I’ve found useful with regard to Christian meditation.
Because it’s not enough to say they are doing it wrong, we need to also share
how to do it right.
- · The best time for Christian meditation is early in the morning before the hustle and bustle of the day. You know at that time you get up, perhaps before everybody else does, it’s quiet, you can go outside, breathe some fresh air, that’s the best time, your mind is fresh because you just got up. So early in the morning is the best time.
- · Point nr. 2 choose a quiet, comfortable, peaceful place, where there are no distraction. Jesus said that He went out to the mountain, very early in the morning to commune with His Father. If you are in the house, some soft background music might be good, I’m not talking about Christian rock now, that will distract you. And I am not talking about New Age style music which will make your mind go dormant.
- · Choose a passage from Scripture to meditate upon, and focus upon that passage, pray that the Holy Spirit will help your mind to dwell on what you are reading. Read the passage several times, thinking about it and reading it. If possible, memorize it. I have a gentleman who is 96 years old in my church, Randall Luse, still memorizes Scripture. Couple of weeks ago he recited Isaiah 35 from the pulpit, didn’t miss a beat. 96 years old! We’ve lost the art of memorization, we become lazy mentally. You know, we don’t even know how to add, and subtract and multiply anymore because the calculator does it all. No mental effort. We are becoming mental pygmies.
- · SDA Bible Commentary Vol. 6 pg. 1085, Ellen White says, “You need to dwell upon the assurances of God’s Word, to hold it before the mind’s eye point by point day by day, repeat the lessons there given over and over…” It doesn’t say recite a mantra, it says recite over and over the lesson that you are learning from the passage. She says, “…We see a little today and by meditation and prayer, more tomorrow and that little by little we take in the gracious promises until we can almost comprehend their full significance.” It’s okay for you to close your eyes and recreate the scene in your mind, use your imagination. Don’t speculate or go beyond Scripture but use your mind to grasp the passage that you are looking at. If your mind wanders don’t repeat a mantra, and don’t get frustrated, simply come back and refocus. And pray to the Lord, that the Lord will help you keep your focus.
- · And finally put into practice what you are meditating about.
Sekarang
saya akan memberikan beberapa tip yang saya anggap bermanfaat sehubungan dengan
meditasi Kristiani. Tidak cukup hanya mengatakan apa yang mereka lakukan itu
salah, kita juga harus membagikan bagaimana melakukannya dengan benar:
- · Saat yang terbaik bagi meditasi Kristiani adalah pagi-pagi sekali sebelum hiruk-pikuk kesibukan hari itu dimulai. Kalian tahu, saat kita bangun, barangkali sebelum yang lain-lain, waktu itu tenang, kita bisa keluar rumah, mengirup udara segar, itulah saat yang terbaik, pikiran kita sedang segar karena kita baru bangun tidur. Jadi pagi-pagi sekali adalah waktu yang terbaik.
- · Point ke-2, pilihlah tempat yang tenang, nyaman, damai, yang tidak ada gangguan. Yesus berkata Dia keluar ke bukit pagi-pagi sekali untuk berkomunikasi dengan BapaNya. Jika kita berada di dalam rumah, musik lembut mungkin menjadi latar belakang yang baik, dan saya tidak berbicara tentang musik rock Kristiani, itu akan mengalihkan perhatian kita. Dan saya juga tidak berbicara tentang musik New Age yang akan membuat pikiran kita tidur.
- · Pilihlah bacaan dari Firman Allah sebagai bahan meditasi. Fokuslah pada pesan itu, berdoa agar Roh Kudus membantu pikiran kita merenungkan apa yang kita baca. Bacalah itu beberapa kali, pikirkan, dan baca, bila mungkin, hafalkan. Di gereja saya ada seorang bapak-bapak berusia 96 tahun, Randall Luse, yang masih menghafal ayat-ayat Firman Allah. Beberapa minggu yang lalu dia mengulangi di luar kepala Yesaya pasal 35 dari atas mimbar, tidak ada yang kelewatan. Umur 96 tahun! Kita telah kehilangan seni menghafal, secara mental kita telah menjadi malas. Kalian tahu, kita bahkan sudah tidak bisa menjumlah, mengurangi dan mengalikan lagi karena kalkulator yang melakukan itu semua. Tidak ada usaha mental. Mental kita menjadi cebol.
- · SDA Bible Commentary Vol. 6, hal. 1085, Ellen White berkata, “Kalian harus merenungkan jaminan-jaminan dari Firman Allah, bayangkan di depan mata kalian setiap poinnya setiap hari, ulangi pelajaran-pelajaran yang diberikan di sana berulang-ulang…” Tidak dikatakan ulangi sebuah mantra, dikatakan ulangi pelajaran-pelajaran yang kita pelajari dari bacaan itu. Ellen White berkata, “Hari ini kita memahami sedikit, dengan meditasi dan doa kita akan memahami lebih banyak besok. Dan sedikit demi sedikit kita mengingat janji-janji kemurahan hingga kita nyaris dapat memahami makna sepenuhnya.” Boleh saja kita menutup mata dan membayangkan adegan itu dalam pikiran kita, pakailah imajinasi. Jangan berspekulasi atau melampaui Firman Allah tetapi pakailah pikiran kalian untuk memahami teks yang sedang kalian baca. Jika pikiran kita melantur, jangan mengulangi mantra, dan jangan menjadi frustrasi, cukup kembali dan fokuskan lagi. Dan berdoalah kepada Tuhan agar Tuhan membantu kalian mempertahankan fokus kalian.
- · Dan akhirnya, praktekkan apa yang kalian meditasikan.
In the Bible
meditation always is intentional and it always involves objective truth. I want
to read you a few text from Scripture and then just 2-3 from the Spirit of
Prophecy as we close.
Dalam
Alkitab, meditasi itu selalu dengan niat dan selalu melibatkan kebenaran yang
objektif. Saya mau membacakan beberapa teks dari Firman Allah kemudian hanya
2-3 dari Roh Nubuat sebagai penutup.
Psalm 119:97-99,
here David says, “Oh, how I love Your Law. It is my meditation all the
day.…” what was David’s meditation like? He was emptying his
mind? No, he was filling it with God’s Law. And then he says,
“…98You, through Your commandments make me wiser than my
enemies, for they are ever with me. 99….For Your testimonies are my
meditation.”
His Law and His Testimonies are to be our meditation.
Mazmur 119:97-99, di sini Daud berkata, “Betapa kucintai Taurat-Mu!
Aku merenungkannya sepanjang hari…” Bagaimana Daud bermeditasi? Apakah dia mengosongkan
pikirannya? Tidak, dia mengisinya dengan Hukum Allah. Kemudian dia berkata “…98 Engkau, melalui
Perintah-perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana daripada musuh-musuhku,
sebab selama-lamanya itu ada padaku. 99…sebab kesaksian-kesaksian-Mu itulah
meditasiku.”
Hukum Allah dan KesaksianNya haruslah menjadi
meditasi kita.
Joshua 1:8 “This book of the Law shall not depart from your mouth but you
shall meditate in it day and night…” See once again the
Law of God, the book of Law, meditate upon it day and night, and then comes the
result, “…that you may observe to do according to all that is written in
it, for then you will make your way prosperous, and then you will have good
success.”
Yosua 1:8
“Kitab Hukum ini janganlah lepas dari mulutmu, tetapi renungkanlah itu siang dan malam…” Lihat, sekali lagi Hukum Allah, kitab Hukum,
meditasikanlah itu siang dan malam, kemudian muncullah hasilnya, “…supaya engkau boleh melakukannya dengan hati-hati sesuai
dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu
akan makmur dan engkau akan berhasil dengan
baik.”
Psalm 1 was
referred to, Psalm 1:1-2 “Blessed is the man who walks not in the counsel of the
ungodly, nor stands in the path of sinners, nor sits in the seat of the
scornful; 2 But his delight is
in the law of the LORD…” there is it again,
“…his delight is in the Law of the LORD, and in His law he meditates day
and night…” Once again “…in His law he meditates day and
night.”
Mazmur 1 disebut. Mazmur 1:1-2, “Berbahagialah orang yang
tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang
berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, 2 tetapi
yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN…” itu
lagi, “…
kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam…” Sekali lagi, “…yang merenungkan Taurat
itu siang dan malam.”
By the way the word
Law here is תּרה תּורה [tôrâh
tôrâh] it means all of
God’s revelation, all of God’s objective revelation.
Ketahuilah,
kata Taurat di sini ialah תּרה תּורה [tôrâh tôrâh] yang artinya semua yang diungkapkan Allah,
semua wahyu Allah yang objektif.
Psalm 63:6, hmph,
speaking about what happens while a person is laying on his bed. “When
I remember You on my bed…” that tells you where,
“…I meditate on You…” that tells you what,
“…in the night watches…” that tells you when “…7 Because…” that tells you why, “…You have been my
help, therefore
in the shadow of Your wings I will rejoice.” That’s the result.
So you have
everything in that one verse.
Mazmur
63:6-7 hmph, berbicara tentang apa yang terjadi bila seseorang sedang berbaring
di tempat tidurnya, “Apabila aku ingat kepada-Mu
di tempat tidurku…” ini
menjelaskan di mana, “…aku
merenungkan Engkau…” ini
menjelaskan apa yang dilakukan, “…sepanjang kawal malam…” ini menjelaskan kapan, “…7 karena…”
ini menjelaskan mengapa, “…sungguh Engkau telah
menjadi pertolonganku, oleh karenanya dalam naungan sayap-Mu aku
bersorak-sorai…” inilah
hasilnya.
Jadi dalam satu ayat ini, segalanya
ada.
There are many,
many other Scriptures that I could read, the word “meditate” is so common in
the Psalms, “contemplate” is so common in the Psalms and those who are
meditating are not meditating just on nothing, they are not attempting to empty
their minds, they are attempting to fill their minds so that their behavior
will be impacted and affected.
Ada
sangat banyak ayat Firman Allah yang bisa saya bacakan, kata “meditasi” itu
sangat umum di Kitab Mazmur, “kontemplasi” juga umum di Mazmur dan mereka yang bermeditasi
bukan bermeditasi kosong, mereka tidak berusaha mengosongkan pikiran mereka,
mereka berusaha mengisi pikiran mereka supaya berdampak pada kelakuan mereka
dan akan dipengaruhi.
Let me just read
you 2-3 quotations from the Spirit of Prophecy, there are so many of them here.
“It would be well for
us to spend a thoughtful hour each day in contemplation of the life of Christ…” does that involve thinking? Does it involve hearing what is
happening in the story? Does it involve seeing what is happening in the story?
It most certainly does. When we read it don’t just read it, meditate on it, think
of it, as if you were there. “…It would be well for us to spend a
thoughtful hour each day in contemplation of the life of Christ, we should take
it point by point, and let the imagination grasp each scene especially the
closing ones…” And now notice the consequences of that, “…As we thus dwell…” what does it mean to dwell? Oh, this
is a permanent thing, “…As we thus dwell upon His great sacrifice
for us, our confidence in Him will be more constant. Our love will be
quickened, and we shall be more deeply imbued with His Spirit. If we will be
saved at last we must learn the lesson of penitence and humiliation at the foot of the cross.” You know we overcome sin not by beholding the Law but by
beholding Jesus. Of course Jesus is the personification of the law, it’s not
either or, it’s both.
Izinkan
saya membacakan 2-3 kutipan dari Roh Nubuat, ada begitu banyak di sini.
“Bermanfaat bagi kita untuk menghabiskan satu
jam merenung setiap hari dalam kontemplasi tentang kehidupan Kristus…” apakah ini termasuk memakai pikiran? Apakah ini
melibatkan pendengaran, mendengarkan apa yang terjadi di dalam kisah itu?
Apakah ini melibatkan memahami apa yang terjadi dalam kisah itu? Tentu saja.
Bila kita membacanya, kita tidak sekadar membacanya, tetapi kita meditasikan
itu, kita pikirkan, seolah-olah kita berada di sana. “…Bermanfaat bagi kita untuk menghabiskan satu jam merenung
setiap hari dalam kontemplasi tentang kehidupan Kristus, kita harus
melakukannya poin demi poin, dan membiarkan imajinasi kita memahami setiap
adegan terutama adegan-adegan yang terakhir…” Dan
sekarang perhatikan apa konsekuensinya, “…Pada saat kita merenungkan…” apa maksudnya merenungkan? Oh, itu adalah sesuatu
yang permanen, “…Pada
saat kita merenungkan pengorbananNya yang besar bagi kita, keyakinan kita dalam
Dia menjadi semakin konstan. Kasih kita akan dihidupkan, dan kita akan semakin
dipenuhi oleh RohNya. Jika kita mau diselamatkan pada akhirnya kita harus
belajar tentang pertobatan dan merendahkan diri di kaki salib.” Kalian tahu kita
tidak mengalahkan dosa dengan memandang Hukum, tetapi dengan memandang Yesus.
Tentu saja Yesus adalah personifikasi Hukum itu. Bukan memilih salah satu,
tetapi kedua-duanya.
I’ve never been
able to understand how Christians can say the Law was nailed to the cross but
we love Jesus. If the Law’s the reflection of the character of Jesus so to
crucify the Law is to crucify Jesus, because the Law is the reflection of who
He is. Are you following me?
Saya
gagal paham bagaimana orang Kristen bisa mengatakan bahwa Hukum itu sudah
dipakukan ke salib tapi mereka mengasihi Yesus. Jika Hukum itu cermin karakter
Yesus, maka menyalibkan Hukum berarti menyalibkan Yesus, karena Hukum itu
mencerminkan siapa Yesus ini. Apakah kalian mengikuti saya?
Just let me read two
more:
Notice the number
of times that Ellen White uses here the word “Behold”. This is Bible Echo November 1, 1893, “’Behold the Lamb of God which taketh away the sin of the world.’
I repeat the words of John, ‘Behold the Lamb of God’. We are to contemplate the
character of Christ, we are to meditate upon the cross of Calvary for it is the
unanswerable argument of Christianity, the message we are to bear to the
impenitent, the warning we are to give to the backslider is, ‘Behold the Lamb
of God which taketh away the sins of the world.’ Those who bring the message to
the soul may turn aside from the truth, but he
who would be saved must keep his eye on Jesus by beholding Christ he will learn
to hate sin that has brought to his Redeemer suffering and death. By
beholding, his faith becomes strong and he comes to know the only true God in
Jesus Christ whom He has sent. The sinners see Jesus as He is, full of
compassion and tender love, and by beholding…” there is that word
again, “…by beholding the manifestation of His great
love towards fallen man in His suffering at Calvary, he is transformed in
character.” We are transformed by beholding.
Izinkan
saya membacakan dua kutipan lagi:
Perhatikan
berapa kali Ellen White di sini memakai kata “Lihatlah”. Ini dari Bible Echo,
1 November 1893, “‘Lihatlah
Anak Domba Allah yang mengangkat dosa-dosa dunia’ saya mengulangi kata-kata
Yohanes, ‘Lihatlah Anak Domba Allah’. Kita harus mengkontemplasi karakter
Kristus, kita harus bermeditasi tentang salib Kalvari karena itulah argumentasi
tentang Kekristenan yang tak terjawab, pekabaran yang harus kita sampaikan
kepada orang-orang yang belum bertobat, peringatan yang harus kita berikan
kepada mereka yang murtad adalah ‘Lihatlah Anak Domba Allah yang mengangkat
dosa-dosa dunia.’ Mereka yang menyampaikan pekabaran ini kepada jiwa-jiwa
mungkin berpaling dari kebenaran, tetapi dia
yang harus diselamatkan harus memfokuskan matanya pada Yesus, dengan melihat
pada Kristus dia akan belajar membenci dosa yang telah menyebabkan Juruselamatnya
menderita dan mati. Dengan melihat pada Yesus, imannya menjadi kuat dan dia akan mengenal satu-satunya
Allah yang sejati dalam diri Yesus Kristus yang telah diutusNya. Orang-orang
berdosa melihat Yesus sebagaimana adanya, penuh dengan belas kasihan dan kasih
yang lemah lembut, dan dengan melihat…” tuh kata
ini lagi, “…dengan melihat
manifestasi kasihNya yang besar untuk manusia berdosa lewat penderitaanNya di
Kalvari, karakter orang ini akan diubahkan.” Kita diubahkan dengan melihat.
One final
quotation. This is my favorite of all. Sons and
Daughters of God pg. 337, “By beholding Christ, by talking of Him, by
beholding the loveliness of His character, we become changed, changed from
glory to glory…” and what is glory? Character. And we become changed from
character to character. “…Thus we see that there is a work of purification that goes on by beholding
Jesus.”
Satu
kutipan terakhir. Ini adalah kutipan yang paling saya sukai. Sons and Daughters of God, hal. 337, “Dengan memandang Kristus, dengan berbicara tentang Dia, dengan memandang keindahan
karakterNya, kita diubahkan, kita diubahkan dari kemuliaan ke kemuliaan…” dan kemuliaan itu apa? Karakter. Dan kita
diubahkan dari karakter ke karakter. “…Dengan demikian kita melihat adanya suatu pekerjaan penyucian yang terjadi dengan memandang Yesus.”
So what is the
genuine practice of Christian meditation?
It is not emptying
your mind but it is taking time to fill your mind as Ellen White referred to it
many times. Filling memories hall with the beauty of Christ’s character, with
the beauty of Scripture. And as we do that, folks, we will be changed. It’s a
law of life. We will be changed into the likeness of the glorious character of
Jesus Christ.
So let’s not get
deceived by Satan’s counterfeit which is emptying the mind to hear the voice of
God independently of Scripture. Let’s focus on the objective reality of
Scripture and see Jesus as He is in all His beauty.
Let us pray.
Jadi
bagaimanakah praktek meditasi Kristiani yang sejati?
Bukan
dengan mengosongkan pikiran tetapi dengan perlahan-lahan mengisi pikiran kita
sebagaimana yang berulang-ulang dikatakan Ellen White. Mengisi lorong-lorong kenangan
dengan keindahan karakter Krisus, dengan keindahan Firman Allah. Dan sementara
kita melakukan itu, Saudara-saudara, kita akan diubahkan. Itulah hukum
kehidupan. Kita akan diubahkan menjadi mirip dengan karakter Yesus Kristus yang
mulia.
Jadi
janganlah kita tertipu oleh barang palsu Setan yaitu mengosongkan pikiran untuk
mendengar suara Allah di luar Firman Allah. Marilah kita fokus pada realitas
objektif Firman Allah dan melihat Yesus sebagaimana adanya dalam segala
keindahannya.
Marilah
kita berdoa.
28 01 17