THE MARRIAGE SUPPER OF THE
LAMB____
Stephen Bohr
https://www.youtube.com/watch?v=zXDKoXnicY0
Dibuka
dengan doa.
I’d
like to invite you to turn in your Bibles with me to the book of Ephesians
5:25-27. We are coming today to the end of a series that I have been presenting
on what the Bible has to say about marriage. And we’ve discussed marriage in
the light of the relationship between God the Father and His Son as the model,
we’ve discussed the relationship between husbands and wives, but this morning I
would like us to look at another dimension. You see, not only is the
relationship between the Father and the Son a model for the relationship
between husbands and wives, but actually marriage between husbands and wives is
representative of the relationship that Jesus sustains with His church. And
what I would like to discuss in our study this morning is, marriage as a
representation as a symbol, as an illustration or an analogy of the
relationship which exists between Jesus, the husband, and His church, which is
His bride or His wife.
Saya
ingin mengundang kalian bersama-sama saya membuka Alkitab kalian ke Efesus
5:25-27. Hari ini kita tiba pada akhir seri yang telah saya sampaikan tentang
apa yang dikatakan Alkitab mengenai perkawinan. Dan kita sudah membahas
perkawinan menurut hubungan antara Allah Bapa dengan PutraNya sebagai contoh,
kita telah membahas hubungan antara suami dengan istri, tetapi pagi ini saya
ingin kita melihat dari dimensi yang lain. Kalian lihat, bukan saja hubungan
antara Allah Bapa dan PutraNya yang menjadi contoh bagi hubungan suami-istri,
tetapi sebenarnya perkawinan antara suami-istri melambangkan hubungan yang
dialami Yesus dengan gerejaNya. Dan apa yang ingin saya bahas dalam pelajaran
kita pagi ini ialah, perkawinan sebagai lambang, sebagai simbol, sebagai
ilustrasi atau analogi hubungan yang ada antara Yesus sang suami dengan
gerejaNya, yaitu pengantin wanitaNya atau istriNya.
Now,
I would like to focus most of my remarks on Ephesians 5:25-27, those will be
the central verses of our study this morning and we’ve dealt with some of these
issues before, but we are going to review them again.
It
says there in verse 25, “Husbands,
love your wives, even as Christ also loved the church and gave Himself for it…” now the first element that I want to underline as we begin
our study this morning is, what did Jesus do because He loved His church? It
tells us here that “…Jesus
loved the church…” notice that it’s in past tense, and He what? “…and He gave Himself for it.…” now, that’s important. Usually we give things and we speak of
God giving us, for example, salvation, giving us health, giving us material
possessions. But here it doesn’t say that God gave us something, God gave us
Someone.
Sekarang, saya ingin memusatkan mayoritas komentar
saya pada Efesus 5:25-27, inilah ayat-ayat inti pelajaran kita pagi ini. Kita
telah membahas beberapa isu ini sebelumnya, tetapi kita akan mengulanginya
lagi.
Dikatakan di ayat 25, “Hai suami-suami, kasihilah istri kalian sebagaimana Kristus telah mengasihi
jemaat dan telah menyerahkan Diri-Nya baginya…”
nah, unsur pertama yang ingin saya garisbawahi saat kita
memulai pelajaran pagi ini ialah, apa yang dilakukan Yesus karena Dia mengasihi
gerejaNya? Di sini dikatakan bahwa “Kristus telah mengasihi
jemaat” perhatikan keterangan waktunya adalah waktu lampau [telah], dan Dia apa? “…telah menyerahkan Diri-Nya baginya…” Nah, ini penting. Biasanya kita memberi
barang, dan kita berkata bahwa Allah memberi kita misalnya, keselamatan,
memberi kita kesehatan, memberi kita harta materi. Tetapi di sini tidak
dikatakan bahwa Alah memberi kita sesuatu, tetapi Allah memberi kita Seseorang.
He gave Himself, according to this. He loved us. He had
that agape love. Agape love means giving without expecting what? Without expecting
anything in return. It’s giving
for giving’s sake. In other words, even if there isn’t a benefit as a result,
love gives and gives and gives and flows, and that’s the kind of love that
Jesus had. It’s agape love. In other words, Jesus loved the church, Jesus agape
the church and this is shown in the fact that He gave Himself for her.
So what did Jesus do? He loved the church and He gave
Himself for her.
Menurut ayat ini, Kristus memberikan DiriNya. Dia
mengasihi kita. Dia memiliki kasih agape. Kasih
agape artinya memberi tanpa mengharapkan apa? Tanpa mengharapkan
balasan apa pun.
Itu semata-mata memberi tanpa
embel-embel apa pun. Dengan kata lain, walaupun tidak mendatangkan hasil yang
menguntungkan, kasih ini terus memberi, dan memberi, dan memberi, terus
mengalir. Itulah jenis kasih yang dimiliki Yesus, itulah kasih agape.
Dengan kata lain, Yesus mengasihi gereja, Yesus
agape gerejaNya dan ini ditunjukkan dengan fakta bagaimana Dia memberikan
Dirinya untuk gerejaNya.
Jadi apa yang dilakukan Yesus? Dia mengasihi
gerejaNya dan Dia memberikan DiriNya bagi gerejaNya.
But now we need to ask the question,
what was the purpose in Jesus giving Himself?
There is an additional purpose beyond just loving the church and giving
Himself for the church. Why did Jesus
give Himself for the church? Well, as we continue reading we find the explanation. It says in verse 26, “…26
that…” a better translation would be “in order that” or “to the
intent that” in other words there was a purpose why Jesus loved the church
and gave Himself for the church. There is a reason for that. And verse 26 has
the reason, “…that He might…” what? “…sanctify…” that word “sanctify” is the Greek
word ἁγιάζω [hagiazō] it means "“to separate for a
holy purpose"” In other words, it means,
the word "sanctify” means "to make holy”. You know in Spanish we have the word
“sanctificar”, “santo” the word “santo” is holy. So in other words, Jesus gave
Himself in order that He might make the church what? Holy. And now notice what
it continues saying, “…that He might sanctify and…” what? “…cleanse it…” Why did Jesus love the church and gave Himself for the
church? Because He wanted to what? To make the church holy, and He wanted to
cleanse the church. By the way the Greek word there for "cleanse” is the
Greek word καθαρίζω [kath-ar-id'-zo]. Have
you ever heard the word “catharsis”? It means to bear, to cleanse your soul, we
call that a catharsis. Well, that’s the Greek word that is used here. In other
words, Jesus
loved the church and gave Himself because He wanted to make the church holy,
and because He wanted to catharize ~ if we could say ~ the church. He wanted to
cleanse the church.
Tetapi, sekarang kita perlu bertanya, apa tujuan Yesus memberikan
DiriNya? Ada tujuan tambahan di atas mengasihi gerejaNya dan memberikan DiriNya
bagi gerejaNya? Mengapa Yesus memberikan DiriNya kepada gerejaNya? Nah, sambil
kita melanjutkan membaca, kita akan menemukan penjelasannya. Dikatakan di ayat
26, “…26 supaya…” terjemahan
yang lebih tepat adalah “agar supaya” atau “dengan tujuan”, dengan kata lain ada tujuan mengapa
Yesus mengasihi gerejaNya dan memberikan DiriNya bagi gerejaNya. Ada tujuannya.
Dan ayat 26 menunjukkan tujuan itu,“…supaya dia boleh…” apa? “…menguduskannya…” kata “menguduskan” ini bahasa
Greekanya adalah kata ἁγιάζω [hagiazō] yang artinya “memisahkan untuk tujuan yang
kudus”. Dengan kata lain kata "menguduskan” ini berarti "menjadikan
kudus” Kalian tahu dalam bahasa Spanyol ada kata “sanctificar”, “santo”, kata
“santo"”artinya “kudus”. Jadi dengan kata lain Yesus memberikan DiriNya
sendiri supaya Dia bisa menjadikan gerejaNya apa? Kudus. Dan sekarang
perhatikan apa yang dikatakan selanjutnya, “…supaya dia boleh menguduskannya dan…”
apa? “…membersihkannya…” Megapa Yesus mengasihi gerejaNya dan
memberikan DiriNya bagi gerejaNya? Karena mau apa? Menjadikan gereja itu kudus,
dan Dia mau membersihkan gereja. Ketahuilah kata Greeka untuk “membersihkan”
adalah καθαρίζω [kath-ar-id'-zo].
Pernahkan kalian mendengar kata “katarsis”? Artinya, membuka, membersihkan
jiwa, kita menyebutnya “katarsis”. Nah, itulah kata yang dipakai di sini.
Dengan kata lain, Yesus mengasihi
gerejaNya dan memberikan DiriNya karena Dia mau menjadikan gerejaNya kudus, dan
karena Dia mau mengkatarsis gerejaNya ~ katakanlah demikian ~ Dia mau
membersihkan gerejaNya.
Now, let me ask
you, if the church needs to be cleansed, it’s because the church is what? It’s because the
church is in need of cleansing, in other words the church is dirty and needs
to be cleansed. Are you understanding what I’m saying?
In other words,
Jesus loved the church, He had that unconditional love, that gives without
expecting anything in return, He gave Himself ~ not a thing but Himself ~ to
the church, and the purpose of that was so that He could make the church holy,
and so He could cleanse the church. So that He could bring about a catharsis in
the church. Are you understanding what I am saying? So that He would have a
clean church.
Sekarang
coba saya tanya, jika gereja itu perlu dibersihkan, itu karena gereja itu apa? Karena gereja itu perlu
dibersihkan, dengan kata lain gereja itu kotor dan perlu dibersihkan.
Apakah kalian paham apa yang saya katakan?
Dengan
kata lain, Yesus mengasihi gereja, Dia memiliki kasih tanpa syarat yang memberi
tanpa mengharapkan balasan apa pun, Dia memberikan DiriNya ~ bukan suatu benda
melainkan DiriNya ~ kepada gereja, dan tujuannya adalah supaya Dia menjadikan
gereja itu kudus, maka Dia bisa membersihkan gereja. Supaya Dia bisa
menghasilkan suatu katarsis dalam gereja. Apakah kalian paham apa yang saya
katakan? Supaya Dia boleh memiliki gereja yang bersih.
Now, what does He
cleanse it with? That’s the big question.
What does He cleanse the church with? Now, let’s continue reading, we
have the answer.
Notice once again,
verse 25, “Husbands,
love your wives, even as Christ also loved the church and gave Himself for it, 26
in order that He might sanctify…” or make holy
“…and cleanse…” or catharize, or purify
“…it…” with what? How does He cleanse it? It
says, “…with the washing of…” what? “…with the washing of water by the Word…”
Sekarang,
Yesus membersihkannya dengan apa? Itulah yang harus ditanyakan. Dengan apa
Yesus membersihkan gerejaNya? Marilah kita lanjutkan membaca, ada jawabannya. Perhatikan sekali lagi, ayat 25, “Hai suami-suami, kasihilah isteri kalian
sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan Diri-Nya
baginya. 26 supaya Dia boleh menguduskannya…”
atau menyucikannya, “…dan membersihkannya…” mengkatarsisnya
atau memurnikannya, dengan apa? Bagaimana Yesus membersihkannya? Dikatakan, “…dengan pembasuhan…”
apa? “…dengan pembasuhan air, oleh
Firman.”
Now we need to dwell on that phrase just for a few moments,
“…with the washing of water by the Word…” now, what does water, what does fresh water represent in
Scripture? I am not talking about the ocean that crashes into the shore line.
I’m talking about the fresh water, the living water, the rain
that falls from heaven, the water that we drink, what does that
represent in Scripture? It represents the Holy Spirit.
Sekarang kita harus membahas ungkapan itu sejenak, “…dengan pembasuhan air, oleh Firman.” Nah air, air
segar di Kitab Suci melambangkan apa? Saya tidak berbicara tentang ombak lautan
yang memecah di pantai, saya berbicara tentang air segar, air hidup,
air hujan yang jatuh dari langit, air yang kita minum, dalam Kitab Suci itu
melambangkan apa? Itu melambangkan
Roh Kudus.
Go with me to John 7:37-39, I want
you to notice the explanation that Jesus gives about the meaning of the water,
because that’s how Jesus is going to cleanse the church. He is going to cleanse
the church with the water. It says there, starting in verse 37, Jesus is at the great feast of Tabernacles,
the last day of the feast of Tabernacles, it says, “In the last day, that great day of the feast, Jesus stood and cried, saying, ‘If any man thirsts,
let him come on to Me and…” what? “…and drink.” By the way, Jesus here is reminiscing about the experience
of Israel in the wilderness. Do you remember that Moses struck the rock and
from the rock gushed forth fresh water for the people to drink? Well, the rock
is a symbol of Christ, the striking is a symbol of His death, and the water
that gushed forth, we are going to find, represent the Holy Spirit. Let’s
continue reading, it says, “let him come on to Me and drink.38 He that believeth on Me, as the
Scripture had said, 'Out of His belly shall flow rivers of living water.' 39But
this spake He of the Spirit…” notice what the water represents
“…this spake He of the Spirit, which they that believed in Him should
receive; for the Spirit was not yet given,
because Jesus was not yet glorified.”
So the water that springs from Jesus
represents the act of Jesus sending what? Sending the Holy Spirit to this earth
on the day of Pentecost.
Marilah
bersama saya ke Yohanes 7:37-39, saya mau kalian perhatikan penjelasan Yesus
tentang makna air, karena begitulah cara Yesus membersihkan gereja. Dia akan
membersihkan gereja dengan air. Dikatakan di sana, mulai ayat 37, Yesus sedang
berada di perayaan Tabernakel [hari raya Pondok Daun], hari terakhir perayaan
Tabernakel, dikatakan, “37 Dan pada hari terakhir,
yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: ‘Barangsiapa haus,
baiklah ia datang kepada-Ku dan…” apa? “…minum! …” Nah, Yesus di sini sedang mengingat
kembali pengalaman bangsa Israel di padang gurun. Apakah kalian ingat Musa
memukul batu dan batu itu mengeluarkan air segar untuk diminum umat? Nah, batu
itu melambangkan Kristus, pemukulan pada batu itu melambangkan kematianNya, dan
kita akan melihat bahwa air yang keluar melambangkan Roh Kudus. Mari kita
teruskan membaca, “…baiklah
dia datang kepada-Ku dan minum. 38
Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: ‘Dari
dalam perutnya akan mengalir sungai-sungai air hidup.’ 39 Tetapi yang dimaksud-Nya ialah Roh…” perhatikan air itu melambangkan apa, “…Tetapi yang dimaksud-Nya ialah Roh, yang akan diterima oleh mereka
yang percaya dalam Dia; karena saat itu Roh itu belum diberikan,
berhubung Yesus belum dimuliakan.”
Jadi, air yang menyembur keluar dari
Yesus melambangkan tindakan Yesus mengirim apa? Mengirim Roh Kudus ke dunia ini
pada hari Pentakosta.
So we know that the water represents
the Holy Spirit. But the question is how does the Holy Spirit perform the cleansing
in the church? He does it through what? Through the Word. Did you
notice that? It says “cleansing of the water by the Word”. The water cleanses through the Word, in other words. Now, what is that supposed to mean?
Jadi kita tahu air melambangkan Roh Kudus. Tetapi pertanyaannya
sekarang, bagaimana Roh Kudus
membersihkan gereja? Dia melakukannya melalui apa? Melalui Firman.
Apakah kalian menyimaknya? Dikatakan, “…dengan pembasuhan air, oleh Firman” dengan kata lain, air membersihkan melalui
Firman. Nah, apa maksudnya ini?
Well, let’s go in our Bibles to 1
John 1:7, we are going to notice something very interesting here. 1 John 1:7,
actually in the Bible there are two things that cleanse. What is the first
thing that cleanses beside water? The blood of Jesus. We are going to read
that, notice verse 7: “but
if we walk in the Light as He is in the Light, we have fellowship with one
another, and the blood of Jesus Christ His Son cleanses us from all sin.”
Does the blood cleanse? Yes, it does.
Does the washing of the water through
the Word also cleanse according to what we’ve just read? Absolutely.
Nah, marilah
kita ke Alkitab kita, ke 1 Yohanes 1:7, kita akan melihat sesuatu yang sangat
menarik di sini. 1 Yohanes 1:7, sebenarnya di Alkitab ada dua hal yang
membersihkan. Apa yang pertama membersihkan selain air? Darah Yesus. Kita akan
membacanya, perhatikan ayat 7, “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam
terang, kita bersekutu seorang dengan yang
lain, dan darah Yesus Kristus, Anak-Nya itu,
menyucikan kita dari segala dosa.”
Apakah darah
Kristus membersihkan? Ya.
Apakah penyucian
dengan air melalui Firman juga membersihkan, menurut apa yang baru saja
kita baca? Betul sekali.
How do you understand this, the blood
cleanses and the water cleanses? Well, I want you to notice before we answer
that question that the blood cleanses, now I want to read some texts that speak
about the Word cleansing. Go with me to Psalm 119:9, we’ve read this passage
before in other context, but let’s read it again, it’s a beautiful passage. It says
there in Psalm 119:9 “Wherewithal
shall a young man cleanse his way…” did you notice that word “cleanse”? “…How shall a young person cleanse
his way…” what’s the answer? “…By taking heed thereto according to Thy Word.” How is the life cleansed? How is the
life of a young person cleansed? By paying heed to what? To the Word. Notice
verse 10, “10 With my
whole heart have I sought thee: O let me not wander from thy commandments…” and now notice, “…11 Thy word have I hid in mine heart, that I might not sin against
thee.”
Bagaimana
kita memahami ini, darah Kristus membersihkan, dan air membersihkan? Nah, saya
mau kalian perhatikan, sebelum kita menjawab pertanyaan tentang darah yang
membersihkan, saya mau membacakan beberapa teks yang berbicara tentang Firman
yang membersihkan. Marilah bersama saya ke Mazmur 119:9, kita sudah pernah
membacanya dalam konteks yang berbeda, tetapi mari kita baca lagi, ini adalah teks yang indah.
Dikatakan di Mazmur 119:9 “Bagaimanakah seorang muda boleh membersihkan hidupnya?…” apakah kalian menyimak kata “membersihkan”? “…Bagaimanakah seorang muda boleh
membersihkan hidupnya?...” apa
jawabannya? “…Dengan memusatkan perhatian pada Firman-Mu…” Bagaimana
hidup bisa dibersihkan? Bagaimana hidup seorang muda dibersihkan? Dengan memusatkan perhatian kepada apa? Kepada Firman.
Perhatikan ayat 10, “…10 Dengan segenap hatiku aku telah mencari
Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu…” dan
sekarang perhatikan, “….11 Firman-Mu telah kusimpan di dalam hatiku, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.”
So what is it the cleanses
the life according to this passage? It is paying attention to, and
obeying the what? And obeying the Word of God. It’s hiding the
Word of God where? In the heart that
cleanses the life. Notice also John 15, Jesus picks up on this point, John 15:3
this is the famous parable of the vine and the branches. And Jesus says in
verse 3, “Now ye are clean…” He says to His disciples, “…Now ye are clean…” how? “… through the…” what? “…through Word which I have spoken unto you.”
How were they cleaned? Through the
what? They were cleaned through the Word that He had spoken to them. “Thy word have I hid in mine heart, that I
might not sin against thee.” [Psalm 119:11].
Notice also John 17:17 on this same
point. John 17:17, this is the famous high-priestly prayer of Jesus right
before He was taken prisoner into Pilate’s court and eventually died on the
cross. It says there in verse 17, “Sanctify them…” by the way the word “sanctify them” is the same word “sanctify” that is used in Ephesians 5. What
did Jesus do, why did He love the church and why did He give Himself to the
church, that He might what? Sanctify it. Now what sanctifies the church? Notice
verse 17, Jesus says, “…Sanctify them through Thy truth: Thy
Word is truth.”
· What is it that sanctifies? The Word.
· What is it that cleanses? The Word.
· What is it that keeps us from sinning
against the Lord? The Word.
Jadi, menurut
teks ini apakah yang membersihkan
hidup? Memusatkan
perhatikan pada, dan mematuhi apa? Dan mematuhi Firman Allah.
Menyimpan Firman Allah di mana? Di hati. Itulah yang membersihkan hidup.
Perhatikan
juga Yohanes 15. Yesus melanjutkan poin ini, Yohanes 15:3 ini adalah
perumpamaan yang terkenal mengenai pokok anggur dan cabang-cabangnya. Dan Yesus
berkata di ayat 3, “Sekarang kamu sudah bersih…” kataNya
kepada murid-muridNya, “…Sekarang
kamu sudah bersih…” caranya? “…melalui Firman yang telah Kukatakan kepadamu.” Bagaimana
mereka dibersihkan? Melalui apa? Mereka dibersihkan melalui Firman yang telah
diucapkanNya kepada mereka. “….11 Firman-Mu telah kusimpan di dalam hatiku, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” [Mazmur 119:11]
Perhatikan
juga Yohanes 17:17 tentang poin yang sama ini. Yohanes 17:17, ini adalah doaI Imam
Besar Yesus yang terkenal sebelum Dia ditangkap dan dibawa ke pengadilan
Pilatus dan akhirnya mati disalib. Dikatakan di ayat 17, “Kuduskanlah mereka…” supaya
tahu kata “kuduskanlah mereka” adalah kata “kuduskan” yang sama yang dipakai di
Efesus 5. Apa yang dilakukan Yesus, mengapa Dia mengasihi gerejaNya dan mengapa
Dia memberikan Dirinya kepada gereja? Agar Dia boleh apa? Menguduskannya.
Sekarang, apa yang menguduskan gereja? Perhatikan ayat 17, Yesus berkata, “…Kuduskanlah mereka dengan
kebenaran-MU; Firman-Mu adalah kebenaran.”
· Apa
yang menguduskan? Firman.
· Apa
yang membersihkan? Firman.
· Apa
yang mencegah kita dari berdosa terhadap Tuhan? Firman.
Now we have to go back to our
question, how is it that the blood of Jesus cleanses us from sin, and also the
water through the Word also cleanses us from sin? How do we relate the symbol
of the blood and the water?
Let me put it this way, when we come
to the cross of Jesus and we see the sufferings that Jesus went through. When
we see His hands pierced, and His feet pierced, and His side pierced, when we
hear Jesus in the garden of Gethsemane with that cup of the wrath of God in His
hand, and He is crying out, “Father, if this cup can pass from Me, may it be
so, nevertheless not My will be done but Yours”, when we hear Jesus crying out
on the cross “My God, My God, why has Thou forsaken Me?”, when we see Jesus
suffering in this condition, we ask, you know, when we contemplated it, we ask,
“Why did this happen to You?” And Jesus says, “The reason is because of sin.”
Sekarang kita
harus kembali ke pertanyaan kita, bagaimana darah Yesus membersihkan kita dari
dosa, dan juga air melalui Firman juga membersihkan kita dari dosa? Bagaimana
kita menghubungkan simbol darah dan air?
Saya akan
menjelaskannya demikian. Ketika kita datang ke salib Yesus dan kita melihat
penderitaan yang dialami Yesus, ketika kita melihat tanganNya ditusuk, kakiNya
ditusuk, dan tubuhNya ditusuk, ketika kita mendengar Yesus di taman Getsemani
dengan cawan murka Allah di tanganNya, Dia berseru, “Bapa, seandainya cawan ini
boleh berlalu dariKu, namun demikian bukan kehendakKu yang jadi melainkan
kehendakMu”, ketika kita mendengar Yesus berseru di atas salib, “AllahKu,
AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?”, ketika kita melihat Yesus menderita
dalam kondisi ini, kita bertanya, saat kita merenungkannya, kita bertanya,
“Mengapa ini terjadi padaMu?” Dan Yesus menjawab, “Karena dosa.”
Let me ask you, if I come in penitence to the cross of
Jesus and I see what sin do to Jesus and I confess my sinfulness to
Him, and I recognize, and admit, and confess that my sin put Him there, will the blood
of Jesus cleanse me from all sins? It will cleanse me from all sins. In
other words it will remove the guilt of sin. It will remove from my life any
responsibility for sin because as I come to Jesus and accept Jesus, the Father
accepts the righteousness of Christ in place of my unrighteousness. In that
sense, the blood of Jesus saves us from the guilt and the penalty of sin.
In other words, it saves us from being guilty for sin because Jesus bore the
guilt, and it saves me from the penalty of death for sin because Jesus suffered
death in my place. That’s a wonderful truth of justification. In other words
when I come to the cross I see Jesus suffering, crying out, “My God, My God,
why has Thou forsaken Me?” I say,
“Jesus, why?” Jesus says, “Because of your sin, the wages of sin is death.” I
say, “Oh, Jesus, I’m so sorry that my sins did this to You, oh, I just hate sin
so much. Please forgive me.” And Jesus says, “My righteousness is placed to
your account.” And God looks upon us as if we had never sinned.
Coba saya
tanya, jika saya datang dengan penuh penyesalan
ke salib Yesus dan saya melihat apa yang diakibatkan dosa kepada
Yesus, dan saya mengakui keberdosaan saya kepadaNya, dan saya mengenali dan
mengakui, dan mengaku bahwa dosa sayalah yang telah mengakibatkan Dia di sana,
apakah darah Yesus akan
membersihkan saya dari semua dosa? Darah itu akan membersihkan saya dari semua
dosa. Dengan kata lain, darah itu akan menghapuskan kesalahan dosa. Itu akan menghapuskan dari hidup
saya tanggung jawab apa pun atas dosa karena saat saya datang kepada Yesus dan
menerima Yesus, Allah Bapa menerima kebenaran Kristus di tempat ketidakbenaran
saya. Dengan demikian, darah Yesus menyelamatkan kita dari kesalahan dosa dan
hukuman dosa. Dengan kata lain, itu menyelamatkan kita dari
status berdosa karena Yesus yang telah memikul dosa itu, dan itu menyelamatkan
saya dari hukuman kematian karena dosa, karena Yesus telah mengalami kematian
itu menggantikan saya. Itulah indahnya kebenaran tentang pembenaran. Dengan
kata lain ketika saya datang ke salib saya melihat Yesus menderita, berseru,
“AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?” saya berkata, “Yesus,
mengapa?” Yesus berkata “Karena dosamu, upah dosa ialah maut.” Saya berkata,
“Oh, Yesus, maafkan saya, dosa saya telah mengakibatkan ini padaMu. Oh, betapa
bencinya saya pada dosa. Tolong, ampunilah saya.” Dan Yesus berkata,
“KebenaranKu sudah diperhitungkan sebagai milikmu.” Dan Allah memandang kita seolah-olah kita tidak pernah
berbuat dosa.
But do you know what? That’s only half the Gospel. Because you still have your sinful nature. You are still going to have your struggles with sin. Let me ask you, any of you ever sinned after your baptism? Hehehe. You smile, you snicker, you know that you’ve sinned many times after your baptism. You see, we not only need forgiveness from the guilt and the penalty for sin, we also need power in our lives to overcome sin. And that’s where the water comes in. The water represents the work of the Holy Spirit in our lives in order for us to overcome the power of sin.
Tetapi kalian
tahu? Itu baru separo Injil. Karena kita masih memiliki kodrat alami kita yang
suka pada dosa. Kita masih akan bergumul dengan dosa. Coba saya tanya, setelah
baptisan apakah ada dari kalian yang pernah berbuat dosa? Heheheh. Kalian
tersenyum, kalian terkekeh, kalian tahu kalian pernah berbuat dosa banyak kali
setelah baptisan kalian. Lihat, kita
bukan saja membutuhkan pengampunan dosa dan pengampunan hukuman dosa, kita juga
butuh kuasa dalam hidup kita untuk mengalahkan dosa. Dan di
sinilah air itu berperan. Air
melambangkan pekerjaan Roh Kudu dalam hidup kita supaya kita bisa mengalahkan kuasa dosa.
In other words, the blood justifies us, whereas the
water sanctifies us, and makes the church holy. And by the way, when I
talk of the church we usually think of the church as this big corporate
organization. I am not talking about the church as a corporate organization
because the church is composed of individuals, so the Morales are church, and the Veckarelis are
church, and the O’riens are church, in other words the church has many members
but it is one church. In other words God wants to cleanse not the church corporately,
He wants to cleanse individuals in the church so that then the whole
church is cleansed. In other words He deals on an individual basis. He gave
Himself, He loved the church, He gave Himself for the church because He wants
to cleanse the individuals in the church so the whole church can be cleansed.
Dengan kata
lain, darah Kristus membenarkan kita,
sementara air itu menguduskan kita dan membuat gereja menjadi kudus.
Nah, jika
saya berbicara tentang gereja, biasanya kita menganggap gereja itu suatu
organisasi korporasi yang besar. Saya tidak berbicara tentang gereja sebagai
suatu organisasi korporasi karena gereja itu terdiri atas pribadi-pribadi, maka
keluarga Morales itu gereja, keluarga Veckareli itu gereja, keluarga O’rien
juga gereja, dengan kata lain gereja memiliki banyak anggota tetapi itu satu
gereja. Dengan kata lain Allah
bukan mau membersihkan gereja yang korporasi, Dia mau membersihkan
individu-individu di dalam gereja, agar seluruh gereja
dibersihkan. Dengan kata lain, Allah bergerak secara perorangan. Allah memberikan
Dirinya, Dia mengasihi gerejaNya, Dia memberikan Dirinya bagi gereja karena Dia
mau membersihkan individu-individu di dalam gereja agar seluruh gereja boleh
dibersihkan.
You know the secret of victory over
sin also comes by contemplating Jesus. You know, the more time we spend in the
Word, the more we admire the beauty of the character of Jesus. Have you had
that experience? Have you ever had that experience spending time in the Word
you see how beautiful Jesus was? Healing the sick, loving the outcasts, doing battle
with the Devil, living a holy life. And when I contemplate Jesus, now in the
holiness of His character, I say, “Oh, Jesus, You’re so beautiful, I’m so ugly.
I sure wish I could be like You.” And the more I study the Word, the more I reflect upon
the Word, the more Jesus through the power of the Holy Spirit, gives me victory
over sin.
The apostle Paul expressed it by
saying, that by beholding we become what? We become changed. The closer we are to
Jesus, the more we want to reflect His holiness.
Kalian tahu,
rahasia kemenangan atas dosa juga datang dari mengkontemplasi Yesus. Kalian
tahu, semakin banyak waktu yang kita habiskan dengan Firman, semakin kita akan
mengagumi indahnya tabiat Yesus. Pernahkah kalian mendapat pengalaman itu?
Pernahkah kalian mengalami menghabiskan waktu dengan Firman dan kalian melihat
betapa indahnya Yesus? Yang menyembuhkan orang sakit, mengasihi mereka yang
disingkirkan, berperang dengan Iblis, menjalani hidup yang kudus. Bilamana saya
merenungkan Yesus sekarang dalam kekudusan tabiatNya, saya berkata, “O, Yesus,
Engkau begitu indah, saya begitu jelek. Sungguh saya ingin bisa seperti
Engkau.” Dan semakin saya
mempelajari Firman, semakin saya merenungkan Firman, semakin Yesus memberi saya
kemenangan atas dosa melalui kuasa Roh Kudus.
Rasul Paulus
menggambarkannya demikian dengan berkata, bahwa dengan memandang, kita menjadi apa? Kita berubah.
Semakin dekat kita kepada Yesus, semakin kita ingin memantulkan kekudusanNya.
And by the way let me tell you
something that might be revolutionary in your mind about the most holy people
in the world are those who consider themselves the most unholy. And the most
unholy people in the world, are those who consider themselves the most holy.
Now munch on that for a while. The Pharisees consider themselves what? Holy!
“Oh, Lord, I thank You I’m not like other men especially like this miserable
sinning publican.” But the publican went home justified, whereas the Pharisee
he went home self-justified which is going to lead him straight to hell.
So the closer we come to Jesus, the
more we see our own defects and the less time we have to see the defects of
others. I have enough problems with my own defects to be looking for everybody
else’s. How about it?
Dan, saya
akan membagikan sesuatu yang mungkin dianggap revolusioner oleh pikiran kalian,
yaitu orang-orang yang paling kudus di dunia adalah mereka yang menganggap diri
mereka sendiri yang paling tidak kudus. Dan orang-orang yang paling tidak kudus
di dunia, adalah mereka yang menganggap diri mereka yang paling kudus. Nah,
cernakan itu sejenak. Orang-orang Farisi menganggap mereka sendiri apa? Kudus!
“Oh, Tuhan, aku bersyukur aku tidak seperti orang lain, terutama tidak seperti
pemungut cukai pendosa yang menyebalkan ini.” Tetapi si pemungut cukai pulang
sebagai orang yang dibenarkan, sementara orang Farisi itu pulang dengan
pembenaran diri yang akan membawanya langsung ke neraka.
Jadi semakin
dekat kita datang ke Yesus, semakin kita melihat kekurangan kita sendiri, dan
semakin sedikit waktu kita untuk melihat kekurangan orang lain. Saya sudah
punya cukup banyak masalah dengan kekurangan saya sendiri untuk mencari-cari
kekurangan orang lain. Begitu kan?
So you see, the blood cleanses us from the guilt
and the penalty for sin, because Jesus bore the guilt and He bore the
penalty. The
water through the Word as I behold Jesus in Scripture, I fall in love
with Him, I want to reflect His character more
and more, the beauty of His character and I am changed from glory to glory.
In other words the blood and the
water play a double function. The blood justifies and the water through the Word
sanctifies and makes us more like Jesus. So I guess we have to spend a
lot of time gazing upon the cross and in God’s Word, if we are going to have
this experience of the cleansing of the water through the Word.
By the way, the Holy Spirit never
works independently from the Word.
Jadi kalian
lihat, darah Kristus membersihkan kita
dari dosa dan hukuman dosa karena Yesus telah menanggung dosa itu
dan Dia telah menanggung hukumannya. Air
melalui Firman pada saat saya memandang Yesus di Kitab Suci,
membuat saya mengasihiNya, saya semakin
mau memantulkan tabiatNya, keindahan tabiatNya, dan saya diubahkan dari kemuliaan ke kemuliaan.
Dengan kata lain,
darah dan air memainkan fungsi ganda. Darah
yang membenarkan, dan air melalui Firman yang menguduskan dan menjadikan kita
semakin mirip Yesus. Jadi kira-kira kita harus menghabiskan
banyak waktu memandang ke salib dan ke Firman Allah jika ingin mendapat
pengalaman pembersihan oleh air melalui Firman.
Ketahuilah
Roh Kudus tidak pernah bekerja sendiri di luar Firman.
A lot of people today are talking a
lot about the Holy Spirit. And you know, a lot of upbeat services and signs and
wonders and emotions and things like that. Let me tell you what, many of them
are disobeying the fundamental principles of Scripture.
The Holy Spirit never takes the place
of Scripture. The Holy Spirit always works through Scripture to change and
transform the life,
that’s the reason why we are told that the sword of the Spirit is the Word of God.
The Holy Spirit never goes to battle without a sword. The sword of the Spirit
is the Word of God. He cleanses, the water cleanses through the administration
of the Word.
Banyak orang
sekarang berbicara banyak tentang Roh Kudus. Dan kalian tahu, ada banyak kebaktian yang heboh, dengan tanda-tanda dan
mujizat-mujizat dan emosi dan sejenisnya. Saya beritahu, banyak dari mereka itu
tidak mematuhi prinsip-prinsip fundamental Kitab Suci.
Roh Kudus tidak pernah menggantikan tempat Kitab Suci.
Roh Kudus selalu bekerja melalui Kitab Suci untuk mengubah dan mentransformasi
hidup, itulah mengapa kita diberitahu bahwa pedang Roh adalah Firman Allah. Roh Kudus
tidak pernah keluar berperang tanpa pedang. Pedang Roh adalah Firman Allah. Dia
yang membersihkan, air yang membersihkan melalui Firman yang diaplikasikan.
Now, let’s go back to Ephesians 5
because we still have a few things that we have to notice here. Ephesians 5,
let’s go once again to verse 25, “Husbands, love your wives…” ἀγαπάω[agapaō] your wives “…even as Christ also ἀγαπάω[agapaō] the church, and gave Himself for it;…”
what's the purpose? In order
“…26 That He might sanctify and cleanse it…”
sanctify through the Word, cleansing
is through the Word that Jesus spoke to the disciples. Sanctifying and cleansing is to be in
the Word.
“…with the washing of water
by the Word…” And now what is the intent of being cleansed by the water
through the Word? Notice verse 27
“…27 that…” in order that, why does He cleanse
the church? In order that He might do something. What is that? In order “…that He might present it…” how? “…to Himself a glorious church…” by the way that word "“glorious" in Greek, is
the Greek word ἔνδοξος[endoxos].
Do you know what word in English we get from
“doxos”? Doxology. And what is a doxology? How does a doxology begin? “Praise God from whom all blessings flow”,
in other words that it mgt be a church that will bring praise, and honor, and
glory to Jesus, because it says, “…that He might present it to Himself a glorious church…” and what type of church is that? A glorious church, what
does it mean a glorious church? Why does He cleanse the church? Here it gives
an explanation, “…not having…” what?
“…spot…” by the way the word “spot” here means “stain” or
“blemish”. Did Jesus intend to cleanse the church from spots and blemishes? By
the way what do we usually spot or blemish? What is it that usually that we own
that is spotted or blemished? Clothes. And here’s speaking about garments. He wanted to present a church which has garments that
are without what? Without stain or blemish, what else? Without spot or what? Or
wrinkle, here we know it is speaking about garments, because the word “wrinkle”
means to fold a piece of cloth and to have the mark where it was folded, remained.
Even in the Greek language. A church without spot “…or wrinkle…” and just in case I miss something, the apostle Paul says, “…or any such thing; but that it might
be…” what?
“…that it might be holy…” there you have that word again,
“…that it might be holy and without…”
what? “…blemish.”
Sekarang
ayo kita kembali ke Efesus 5 karena masih ada beberapa hal yang harus kita
simak. Efesus 5, mari kita kembali lagi ke ayat 25, “Hai suami-suami, kasihilah isteri kalian…” ἀγαπάω[agapaō] istri kalian “…sebagaimana Kristus telah
ἀγαπάω[agapaō] jemaat dan telah menyerahkan Diri-Nya baginya ” untuk apa? Agar “…26 supaya Dia boleh menguduskannya dan membersihkannya…” menguduskan
melalui Firman, membersihkan melalui Firman yang diucapkan Yesus kepada
murid-muridNya. Pengudusan dan pembersihan
harus dilakukan melalui Firman, “…dengan pembasuhan air,
oleh Firman…” Dan sekarang apa tujuannya dibersihkan
oleh air melalui Firman? Simak ayat 27, “…27 supaya…” mengapa
Dia membersihkan gereja? Agar supaya Dia bisa melakukan sesuatu. Apa? “…supaya dengan demikian Ia boleh
menampilkan jemaat…” bagaimana? “…di hadapan Diri-Nya, sebagai satu gereja yang mulia…” nah, kata “mulia” dalam Bahasa Greeka,
adalah kata ἔνδοξος[endoxos]. Tahukah
kalian dalam bahasa Inggris kita mendapat kata apa dari “doxos”? Doxology. Apa
itu doxology? Bagaimana suatu doxology dimulai? “Pujilah Allah dari mana semua berkat mengalir”, dengan kata lain, agar gereja ini akan
menjadi gereja yang akan mendatangkan kepujian, dan kehormatan dan kemulian
kepada Yesus, karena dikatakan, “…supaya dengan demikian Ia boleh
menampilkan jemaat di hadapan Diri-Nya, sebagai
satu gereja yang mulia…” dan tipe gereja apa yang begini ini? Gereja
yang mulia, apa maksudnya gereja yang mulia? Mengapa Dia membersihkan gereja?
Di sini penjelasannya, “…tanpa…” apa? “… noda…” nah, kata “noda” di sini berarti “kotoran”
atau “cacat”. Apakah Yesus berniat membersihkan gereja dari noda dan kotoran?
Nah, biasanya apa yang ternoda atau menjadi kotor? Biasanya apa milik kita yang
ternoda atau kena kotoran? Pakaian. Dan di sini berbicara mengenai pakaian.
Yesus mau mempersembahkan suatu gereja yang pakaiannya tanpa apa? Tanpa noda
atau cacat, apa lagi? Tanpa kotoran atau apa? “…atau
kerut…” di sini kita tahu ini berbicara tentang pakaian, karena kata “kerut”
artinya kain yang dilipat dan yang bekas lipatannya masih membekas. Bahkan
dalam bahasa Greeka. Suatu gereja tanpa noda “…atau
kerut atau apa pun yang seperti itu, tetapi agar jemaat bisa…” apa? “…agar
jemaat bisa kudus dan tanpa…” apa? “…cela.”
Let me tell you something about that
word “blemish”. Go with me to 1 Peter 1 for a moment. 1 Peter 1. You know that
goal that Jesus has for His church is sky high but He is willing to give the
resources for the church to reach that objective. Notice 1 Peter 1:18 “Forasmuch as ye know that
ye were not redeemed with corruptible things, as silver and gold, from your
vain conversation received by tradition from your fathers; but…” now notice this, “…but with the precious blood of Christ, as of a lamb without…”
what? “…without blemish and without
spot…”
Does God expect His people to reach the same
condition that the Lamb was in before It was sacrificed? The very words
I use: without spot and what? blemish.
Saya akan
menjelaskan sedikit tentang kata “cacat” ini. Marilah bersama saya ke 1 Petrus
1 sejenak. 1 Petrus 1. Kalian tahu gol yang dicanangkan Yesus bagi gerejaNya
itu setinggi langit, tetapi Dia juga bersedia memberikan sarananya bagi gereja
untuk mencapai tujuan tersebut. Perhatikan 1 Petrus 1:18, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu tidak ditebus dengan benda-benda yang fana seperti
perak atau emas, dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu terima dari tradisi
nenek moyangmu, 19 tetapi…” sekarang perhatikan ini, “…dengan darah Kristus yang mahal, sebagaimana seekor domba yang...” apa? “…tanpa cela
dan tanpa cacat.”
Apakah Allah menghendaki umatNya
mencapai kondisi yang sama dengan Anak Domba itu sebelum Dia dipersembahkan?
Persis kata-kata yang saya pakai: tanpa noda dan apa? Cacat.
So the cleansing of the church by the
water through the Word and the cleansing from sin and through the blood has the
intention ~ listen to this ~ has the intention
that Jesus can present to Himself a church composed of individuals that don’t
have spot or wrinkle or any such thing, but that the church should be holy and
without blemish.
Wow, what a high goal Jesus places
before His church, but He not only places the goal, He also places the means to
reach the goal, does He not? He gives us His blood to cleanse us from the guilt
and the penalty for sin and He gives us the Holy Spirit through the Word to
give us victory over the power of sin in the life. He never asks for that which
He is not willing to give.
As Ellen White so aptly said, “all
of His biddings are enablings”, that’s right.
Jadi pembersihan gereja oleh air melalui Firman dan
pembersihan dosa melalui darah Kristus tujuannya ~ sekarang
dengarkan ini ~ tujuannya ialah supaya Yesus bisa mempersembahkan kepada
DiriNya sebuah gereja yang terdiri atas manusia-manusia yang tidak memiliki
noda, atau kerut atau apa pun yang seperti itu, melainkan agar gereja harus kudus dan tanpa cacat.
Wow! Betapa
tingginya gol yang ditempatkan Yesus bagi gerejaNya. Tetapi Dia bukan hanya
menempatkan gol itu, Dia juga menempatkan sarananya untuk mencapai gol itu,
bukan? Dia memberikan darahNya kepada kita untuk membersihkan kita dari dosa
dan hukuman dosa, dan Dia memberikan Roh Kudus kepada kita melalui Firman untuk
memberikan kita kemenangan atas kuasa dosa dalam hidup kita. Yesus tidak pernah
minta apa yang Dia tidak bersedia memberikan.
Seperti yang
dikatakan Ellen White dengan begitu tepatnya, “semua yang diperintahkanNya, disanggupkanNya.” Betul
sekali.
Now go with me to Revelation 19:7-8.
Here we find this church referred to, now I want you to notice the description.
Revelation 19:7-8, “7 Let us be glad and rejoice, and give honor to Him: for the
marriage of the Lamb is…” what? “…is come, and His wife hath made herself…”
what? “…ready…”
who is His wife? The church. How does
the church makes herself ready? Trough cleansing by His blood and through
cleansing by what? By the power of the Holy Spirit through the Word.
That’s how the church has made herself ready. Do you think that this
church is ready? if Jesus should come today, there’s a lot of work to do, isn’t
there? Notice what it continues saying, “…Let us be glad and
rejoice, and give honor to Him: for the marriage of the Lamb is come, and His
wife hath made herself ready…” And because she has made herself
ready, notice verse 8,
“…8 And to her was granted
that she should be arrayed in…” what? “…fine linen, clean and white…” any connections with Ephesians 5? Yes
absolutely. His wife has made herself ready. “Husbands love your wives” Ephesians 5. Revelation 19 is speaking
about the time when the church has reached this condition. And now notice, we
haven’t gotten to the most important point, verse 8 again, “…And to her was granted that she should be arrayed in fine
linen, clean and white…” now what is this fine linen, clean
and white? And how do they get white? It says, “…for the fine linen is the righteousness of saints.”
Now I need to tell you something
about that word “righteousness”. The word
“righteousness” as is used in the writings of Paul with one exception
that I was able to find, is the Greek word δικαιοσύνη [dikaiosunē] which means “righteousness which is attributed even though
it has nothing to do with our works.” Okay? Here the word is NOT δικαιοσύνη [dikaiosunē], the word is δικαιώματα[dikIaiōmata], and every modern
version that I checked has a more accurate translation than the KJV. Really if
you look at all of the modern versions they’ll say that the fine linen is “the righteous acts
of the saints.” I thought the righteousness was the righteousness of
Christ. Here it says that the fine linen, the robe of fine linen, is the
“righteousness” or “the righteous acts” or “the righteous deeds of the saints”.
How do we understand that?
The fact is Ephesians 5 and Revelation 19 are not talking
about the robe of justification, they are talking about THE ROBE OF
SANCTIFICATION.
Sekarang
pergilah bersama saya ke Wahyu 19:7-8.
Di sini kita dapati gereja yang disebutkan itu. Sekarang saya mau kalian
perhatikan deskripsinya. Wahyu 19:7-8 “7 Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan
memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah…” apa? “…telah tiba, dan pengantin-Nya telah…” apa? “…mempersiapkan dirinya…” Siapakah pengantinNya ini? Gereja.
Bagaimana gereja mempersiapkan dirinya? Melalui
pembersihan oleh darahNya dan pembersihan oleh apa? Oleh kuasa Roh Kudus
melalui Firman. Dengan cara itulah gereja telah mempersiapkan dirinya. Menurut
kalian apakah gereja ini sudah siap? Jika Yesus datang hari ini masih banyak
yang harus dikerjakan, bukan? Perhatikan apa yang dikatakan selanjutnya, “…Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena
hari perkawinan Anak Domba telah tiba,
dan pengantin-Nya telah mempersiapkan dirinya…” Dan karena dia telah mempersiapkan
dirinya, perhatikan ayat 8, “…8
Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai…”
apa? “…kain
lenan halus, putih dan bersih!..." apakah ada kaitannya dengan Efesus 5?
Ya, tentu saja. PengantinNya telah mempersiapkan diri. “Hai suami-suami, kasihilah isteri kalian” Efesus
5. Wahyu 19 berbicara tentang masa ketika gereja telah mencapai kondisi ini.
Dan sekarang perhatikan, kita belum tiba di bagian yang paling penting. Ayat 8
sekali lagi, “…8 Dan kepadanya dikaruniakan
supaya memakai…” apa? “…kain lenan halus, putih dan
bersih!...” nah,
kain lenan halus yang putih dan bersih ini apa? Dan bagaimana bisa menjadi
putih? Dikatakan, “…karena lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan benar orang-orang
kudus.”
Terjemahan
LAI sudah jelas untuk kalimat yang terakhir ini. Di KJV terjemahannya kurang
jelas, yaitu: “karena lenan halus itu adalah kebenaran
orang-orang kudus.”
Nah,
saya perlu menjelaskan tentang kata “kebenaran” ini. Kata “kebenaran”
sebagaimana yang dipakai dalam tulisan-tulisan Paulus dengan satu perkecualian yang
berhasil saya temukan, adalah kata δικαιοσύνη
[dikaiosunē] dalam bahasa Greeka, yang berarti “kebenaran yang
dikaruniakan, walaupun itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita".
Oke? Di sini perkataannya BUKAN δικαιοσύνη [dikaiosunē].
Perkataannya adalah δικαιώματα[dikIaiōmata] dan semua terjemahan versi modern yang
saya cek, menerjemahkannya lebih tepat daripada terjemahan KJV. Sungguh, jika
kalian memeriksa semua terjemahan versi modern, mereka mengatakan bahwa lenan halus itu ialah
“perbuatan-perbuatan benar orang-orang kudus.” Tadinya saya
sangka “kebenaran” itu adalah kebenaran Kristus. Tetapi di sini dikatakan bahwa
lenan halus, jubah dari lenan halus adalah “kebenaran” atau
“perbuatan-perbuatan benar orang-orang kudus.”
Bagaimana
kita memahami ini?
Faktanya
ialah, Efesus 5 dan Wahyu 19 tidak
berbicara mengenai jubah pembenaran, mereka berbicara mengenai JUBAH
PENGUDUSAN.
Allow me to read you a passage, this is an amazing
passage, from Ellen White in the book Christ’s
Object Lessons, a beautiful commentary book on the parables of Christ.
Notice what she says, “This
robe woven in the loom of heaven, has in it not one thread of human devising…” How many thread of human devising
does this robe have with which the church are attired which has been cleansed by the Spirit through the Word? Not
one thread of human devising. She continues saying, “…Christ in His humanity wrought out a perfect character…” what did Jesus develop in His
ministry? A perfect character. And now notice, “…And this character He offers to impart to us…” not impute! Impute means to credit
to our account. Are you understanding what I’m saying? To look at us as if we
have never sinned although we are guilty and we have sinned. The righteousness
of Christ accepted outside of us. It’s His righteousness, outside of us, the
righteousness that He developed.
But here Ellen White’s
not talking about that. Ellen White knew the distinction between imputed
and imparted righteousness. She says, the righteosness by which we are justified is
imputed, the righteousness by which we are sanctified, is imparted. The first
is our title to heaven, the second is our fitness for heaven. You see,
nobody is going to go to heaven just having the title to heaven, we have to
have the fitness for heaven. And so she says, “…Christ in His humanity wrought out a perfect character. And
this character He offers to impart to us…” that is to pour in to us. How does He do that according
to Ephesians? Through the washing of the water by the what? By the Word. You
know, if we spend more time, much more time with the Word, we’ll have less
problems with sin. But where do we spend most of our time? I won’t say because
you already know. She continues saying, she quotes a Bible verse, “All of our righteousness are as
filthy rags. Everything that we of ourselves can do, is defiled by sin…” do you agree with that? Everything
that we do is defiled by sin? Yes. “…But
the Son of God was manifested to take away sins, and in Him is no sin. Sin is
defined to be transgression of the Law, but Christ was obedient to every
requirement of the Law. He said of Himself,
‘I
delight to do Thy will, O, My God, yea, Thy Law is within My heart.’ When on earth He said to His disciples, ‘I have
kept My Father’s commandments.’…” now notice this, “…By His perfect obedience He has made it possible for every human being
to obey God’s commandments…”
do you agree with that? If that’s not true, why does the book of Revelation
say, “Here’s the patience of the saints,
here are they who break
the commandments of God…”
It’s not what it says! It says, “…Here
are they who…” what? “…who keep
the commandments of God.”
And so she says, “…By His
perfect obedience He has made it possible for every human being to obey God’s
commandments…” and then she gives the secret, listen to the secret, “…When we submit ourselves to
Christ, the heart is united with His heart, the will is merged with His will,
the mind becomes one with His mind…” we have to spend time for that to happen, don’t we? “…The thoughts are brought into
captivity to Him. We live His life…” did you catch that? Do you know the song? “Live out Thy life with me, in me, O, Jesus...” have you heard that
song? That’s what it’s all about. It’s not our life, it’s His life, poured out
into us to prove His imparted righteousness through the washing of the water by
the what? By the Word. She continues saying, “…When we submit ourselves to
Christ, the heart is united with His heart, the will is merged with His will,
the mind becomes one with His mind. The thoughts are brought into captivity to
Him. We live His life. This…” now notice this, “…This
is what it means to be clothed with the garment of His righteousness...” Wow! That’s the robe of Christ’s
sanctified life. Then she says, “…Then as the Lord looks upon us,
He sees not the figleaf garment, not the nakedness and deformity of sin, but
His own robe of righteousness, which is perfect obedience to the Law of
Jehovah.”
Izinkan saya membacakan suatu teks, ini adalah
bacaan yang mengagumkan, dari Ellen White dari bukunya Christ’s Object Lessons, sebuah buku komentar yang indah mengenai
perumpamaan-perumpamaan Kristus. Perhatikan apa kata Ellen White,
“Jubah ini yang ditenun dengan alat tenun di Surga, di dalamnya sama sekali
tidak mengandung selembar benang pun hasil karya manusia…” Berapa
lembar benang karya manusia yang ada pada jubah ini yang dikenakan kepada gereja,
gereja yang telah dibersihkan oleh Roh melalui Firman? Tidak satu pun. Ellen
White melanjutkan berkata, “…Kristus dalam kemanusiaanNya
telah menghasilkan tabiat yang sempurna…” Apa yang telah dikembangkan Yesus dalam
pelayananNya? Tabiat yang sempurna. Dan sekarang perhatikan, “…Dan
Kristus menawarkan untuk mengaruniakan tabiat ini kepada kita…” bukan memperhitungkan!
Memperhitungkan berarti mengkreditkan kepada kita. Apakah kalian paham apa yang
aya katakan? Memandang kita seolah-olah kita tidak pernah
berdosa walaupun kita bersalah dan kita telah berbuat dosa. Yang diterima ialah
Kebenaran Kristus di luar diri kita. Itu kebenaran Kristus, di luar diri kita,
kebenaran yang dihasilkan oleh Kristus.
Tetapi di sini Ellen white tidak berbicara tentang
kebenaran itu. Ellen White tahu bedanya antara diperhitungkan dan dikaruniakan.
Dia berkata, kebenaran Kristus
yang membenarkan kita, itu diperhitungkan. Kebenaran Kristus yang menguduskan
kita, itu dikaruniakan. Yang pertama adalah tiket masuk kita ke Surga, yang
kedua adalah kelayakan kita untuk masuk Surga. Kalian lihat, tidak
ada yang bisa ke Surga hanya dengan tiket masuk ke Surga, kita harus memiliki
juga kelayakan untuk hidup di Surga. Maka kata Ellen White, “…Kristus
dalam kemanusiaanNya telah menghasilkan tabiat yang sempurna. Dan Kristus menawarkan untuk
mengaruniakan tabiat ini kepada kita…” yaitu dengan mencurahkannya
kepada kita. Menurut Efesus, bagaimana Kristus melakukan hal itu? Dengan pembasuhan air
melalui apa? Melalui Firman.
Kalian tahu, jika kita melewatkan lebih banyak waktu, sangat lebih banyak waktu
dengan Firman, kita akan mendapat lebih sedikit masalah dengan dosa. Tetapi di
mana kita menghabiskan bagian terbesar waktu kita? Saya tidak akan menyebutnya
karena kalian sudah tahu. Ellen White melanjutkan, dia mengutip sebuah ayat
Alkitab, “Segala
kesalehan kami seperti kain kotor [Yes 64:6] Segala yang
bisa kita lakukan sendiri, sudah dicemari oleh dosa…” apakah
kalian setuju dengan ini? Segala yang kita lakukan sendiri itu dicemari oleh
dosa? Ya. “…Tetapi
Anak Allah diwujudkan untuk mengangkat dosa-dosa, dan di dalam DiriNya tidak
ada dosa. Dosa didefinisikan sebagai pelanggaran Hukum, tetapi Kristus patuh
kepada setiap ketentuan Hukum. Tentang DiriNya sendiri Dia berkata, ‘Aku
suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam hatiKu.’ [Maz. 40:8] Ketika di dunia, Dia
berkata kepada murid-muridNya, ‘Aku telah menuruti perintah Bapa-Ku’ [Yoh.15:10]…”
sekarang
perhatikan ini, “…Oleh kepatuhanNya yang sempurna, Dia telah
menjadikannya mungkin bagi setiap manusia untuk mematuhi perintah-perintah
Allah…” apakah kalian setuju dengan itu? Jika itu tidak
benar, mengapa di kitab Wahyu dikatakan, “Di sinilah ketahanan orang-orang kudus, inilah mereka yang melanggar perintah-perintah Allah…” Tidak, bukan
begitu katanya. Dikatakan, “…inilah mereka yang…” apa? “…memelihara perintah-perintah
Allah.” Jadi Ellen
White berkata, “…Oleh kepatuhanNya yang sempurna, Dia telah menjadikannya
mungkin bagi setiap manusia untuk mematuhi perintah-perintah Allah…” lalu dia
memberikan rahasianya, dengarkan rahasianya, “…Bila
kita menyerahkan diri kita kepada Kristus, hati kita dipersatukan dengan
hatiNya, kemauan kita melebur dengan kemauanNya, pikiran kita menjadi satu
dengan pikiranNya…” kita harus meluangkan waktu agar itu bisa terjadi, bukan? “…Pikiran
kita ditaklukkan menjadi tawananNya. Kita menghidupkan hidupNya…” apakah
kalian menangkap itu? Apakah kalian kenal lagunya, “Hidupkan hidupMu bersamaku,
dalam aku, O, Yesus”? Pernahkah kalian mendengar lagu ini? Inilah intinya.
Hidup ini bukan lagi milik kita, melainkan hidupNya, yang dicurahkan ke dalam
kita untuk membuktikan bahwa kebenaranNya telah dikaruniakan kepada kita oleh
pembasuhan air melalui apa? Melalui Firman. Ellen White melanjutkan berkata,
“Bila kita menyerahkan diri kita kepada
Kristus, hati kita dipersatukan dengan hatiNya, kemauan kita melebur dengan
kemauanNya, pikiran kita menjadi satu dengan pikiranNya. Pikiran kita ditaklukkan menjadi tawananNya. Kita menghidupkan hidupNya.
Ini…” sekarang perhatikan ini, “…Inilah
yang dimaksud dengan diberi pakaian jubah kebenaranNya…” Wow! Itulah
jubah kehidupan Kristus yang kudus. Lalu Ellen White berkata,
“…Pada saat Tuhan memandang kita, Dia bukan melihat pakaian daun ara, bukan melihat
ketelanjangan dan cacat akibat dosa, melainkan jubah kebenaranNya sendiri,
yaitu kepatuhan yang sempurna kepada Hukum Yehovah.”
Go with me to the book of Ephesians, Ephesians 2, and you
know there are a lot of Christians that enjoy reading verses 8 and 9 but they
kind of skip over verse 10. You see, verses 8 and 9 are talking about
justification, verse 10 is speaking about the sanctified life and how it is lived.
You know, how Ellen White says when our mind merges with His mind, our will
merges with His will, our thoughts merges with His thoughts, when we spend time
with Jesus, when we contemplate Him, when we see Him on the cross, went through
the Word with Him, suddenly we start living not our lives but He is living His
life through us.
Marilah bersama saya ke Efesus, pasal 2, dan kalian
tahu, ada banyak orang Kristen yang suka membaca ayat 8 dan 9, tetapi mereka
sepertinya meloncati ayat 10. Ketahuilah, ayat 8 dan 9 berbicara tentang
pembenaran, ayat 10 berbicara tentang hidup
yang dikuduskan dan bagaimana menjalaninya. Kalian tahu,
bagaimana Ellen White berkata bila benak kita melebur dengan benak Kristus,
kehendak kita melebur dengan kehendakNya, pikiran kita melebur dengan
pikiranNya, bila kita melewatkan waktu bersama Yesus, bila kita merenungkan
Dia, bila kita memandangNya di atas salib, bila kita mengulang-ulang Firman
bersamaNya, tiba-tiba kita
mulai menghidupkan bukan hidup kita sendiri melainkan Dia yang menghidupkan
hidupNya melalui kita.
See the secret is so simple. Spending time in prayer and in
assimilating God’s Word and then you know what happens? When we have a close
relationship with Jesus, we say, “Wow! I got to tell other people about this!”
and so now you have a story to tell. Perhaps the reason why we don’t tell the
story is because we haven’t grasped the story ourselves. We can’t share what we
haven’t experienced, is that true? You see, when we have the experience of what
justification and sanctification mean we feel impelled to tell others about it.
We can’t keep quiet.
Rahasianya begitu sederhana: menghabiskan waktu
dalam doa dan mengasimilasikan Firman Allah, dan tahukah kalian apa yang
terjadi? Bila kita memiliki hubungan yang akrab dengan Yesus, kita berkata
“Wow! Aku harus menceritakan ini kepada orang lain!” maka sekarang kita punya
kisah yang bisa kita ceritakan. Barangkali kita tidak menceritakan kisah itu
karena kita sendiri belum memahami kisah itu. Kita tidak bisa membagikan apa
yang belum kita alami, betul tidak? Kalian lihat, bila kita sudah mengalami apa
makna pembenaran dan pengudusan, kita merasa terdorong untuk menceritakannya
kepada orang lain. Kita tidak tahan diam saja.
Now notice Ephesians 2:8, here the apostle Paul says, “8 For by grace are ye saved through faith; and that not of
yourselves: it is the gift of God: 9 Not of works, lest any man
should boast…” And so you hear Christians say, “I’m saved by grace
through faith, and I don’t have to produce any works. The Lord doesn’t care
what I watch, what I listen to, what I wear, what I eat, He couldn’t care less,
because grace has taken care of it all.” Not true! You see, you can’t stop at
verse 9, you have to go to verse 10. Notice verse 10, it puts it in
perspective. It says there in verse 10, “…10 For we are his workmanship, created in Christ Jesus…”
by the way created in Christ Jesus, to be in
Christ means that His righteousness is now our righteousness. That’s
what the apostle Paul means when he speaks about being “in Christ”: God looks
at us as being in Him, He doesn’t look at us as we are, but He looks at Jesus
as substitute. And so it says,
“…For we are His workmanship, created in Christ Jesus…” for what? “…unto good works…” we are created in Jesus to produce
what? “…good works…”
now who prepared these works? Ooooo, “…which God hath before
ordained that we should walk in them.…” who prepared the good works? God did!
How did He prepare the good works? Through the life
of Christ.
Are you understanding what I am saying?
What I am saying is that Jesus while He was on this earth
He lived a perfect life didn’t He? Did He live a model life? In every aspect of
life did Jesus live a model life? Yes, He did.
Now how does that model life become our life? In the light
of what we talked about this morning, how does that life of Jesus that He lived, the
perfect model life, how does that life transfer to become my life? Through the
washing of the water by what? By the Word! As I spend time in the Word as I
contemplate the life of Jesus, as I reflect on the life of Jesus, my thoughts,
His thoughts become my thoughts, His will becomes my will, His life becomes my
life. And I want to become more and more like Him. Worldly pleasures may call
me but my desire will be to what? Will be to be like Jesus as I spend time with
Him. In other words, that’s how His life is transferred to my life. As I spend
time in Bible study and prayer with Jesus, His life becomes mine.
In that sense God prepared the works before I was even
born. He prepared the works through the life of Jesus.
Are you understanding now what I am saying?
Sekarang perhatikan Efesus 2:8, di sini rasul
Paulus berkata, ”Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui
iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu
adalah pemberian Allah. 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan
ada orang yang memegahkan diri…” Maka kita mendengar orang Kristen berkata, “Saya
diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman, dan saya tidak perlu melakukan
pekerjaan apa pun. Tuhan tidak peduli apa yag saya tonton, apa yang saya
dengarkan, apa yang saya pakai, apa yang saya makan, Tuhan tidak peduli karena
kasih karunia sudah membereskan itu semua.” Salah! Kalian lihat, kita tidak
bisa berhenti di ayat 9, kita harus terus ke ayat 10. Perhatikan ayat 10 yang
memberikan pemahaman yang lebih jelas. Dikatakan di ayat 10, “…10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam
Kristus Yesus…” nah,
diciptakan dalam Kristus Yesus,
berada dalam Kristus artinya kebenaranNya sekarang menjadi kebenaran kita.
Itulah yang dimaksud rasul Paulus ketika dia berbicara tentang “berada dalam
Kristus”: Allah memandang kita sebagai berada dalam Kristus, Allah tidak
melihat kita sebagaimana kita ini, tetapi Dia melihat ke Yesus sebagai yang
menggantikan kita. Maka dikatakan, “…Karena kita ini buatan
Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus…” untuk
apa? “…untuk
melakukan pekerjaan baik…” kita
diciptakan dalam Yesus untuk melakukan apa? “…pekerjaan baik…” nah, siapa yang mempersiapkan pekerjaan
baik ini? Oooo, “…yang dipersiapkan Allah
sebelumnya agar kita harus berjalan di dalamnya…” siapa yang mempersiapkan pekerjaan baik
itu? Allah.
Bagaimana Dia mempersiapkan pekerjaan
baik itu? Melalui kehidupan Kristus.
Apakah kalian paham apa yang saya
katakan? Apa yang saya katakan ialah sementara Yesus hidup di dunia, Dia telah
menjalani hidup yang sempurna, bukan? Apakah Dia menghidupkan suatu kehidupan
teladan? Dalam setiap aspek kehidupan apakah Yesus menghidupkan kehidupan
teladan? Ya, betul.
Searang, bagaimana kehidupan teladan
itu bisa menjadi milik kita? Sehubungan dengan apa yang telah kita bahas pagi ini,
bagaimana kehidupan yang dihidupkan oleh
Yesus, kehidupan teladan yang sempurna, bagaimana hidup itu dipindahkan untuk menjadi hidup
saya? Melalui pembasuhan oleh air melalui apa? Melalui Firman! Sementara saya menghabiskan waktu dalam
Firman Allah, sementara saya mengkontemplasi kehidupan Yesus, sementara saya
merenungkan kehidupan Yesus, pikiranNya menjadi pikiran saya, kehendakNya
menjadi kehendak saya, hidupNya menjadi hidup saya, dan saya semakin ingin
untuk menjadi seperti Dia. Kesenangan dunia mungkin memanggil, tetapi keinginan
saya akan berada di mana? Supaya menjadi mirip seperti Yesus sementara saya
menghabiskan waktu bersamaNya. Dengan kata lain, begitulah caranya hidupNya
dipindahkan ke hidup saya. Sementara
saya menghabiskan waktu dalam pelajaran Alkitab dan doa bersama Yesus, hidupNya
menjadi hidup saya.
Demikianlah Allah mempersiapkan
pekerjaan baik itu bahkan sebelum saya lahir. Allah mempersiapkan pekerjaan
baik itu melalui kehidupan Yesus.
Apakah kalian mengerti sekarang apa
yang saya katakan?
So Jesus is not only the substitute for the guilt and the
penalty of our sins, He also, His life is the model the substitute for our
sinful lives.
So is it possible to overcome as Jesus overcame? Well, you
know one of my favorite verses in the Bible is Philipians 4:13 where the
apostle Paul says “I can do most things through Christ
which strengtheneth me.”[Audience:
No! No!]
How about “I can do almost all things through Christ
which strengtheneth me.”? No,
no, no!
“I can do some things through Christ
which strengtheneth me.”No!
“I can do all things in
parenthesis except overcome sin through Christ which strengtheneth me.”
Last I knew, “all” means all. If Jesus says, “You can do
all things through Me as I strengthen you”, that includes overcoming what?
Overcoming sin.
Jadi Yesus bukan saja pengganti untuk memikul dosa
dan hukuman dosa-dosa kita, Dia juga, hidupNya
juga adalah teladan, pengganti hidup kita yang berdosa.
Jadi apakah mungkin mengalahkan dosa sebagaimana
Yesus telah mengalahkannya? Nah, kalian tahu, salah satu
ayat kesukaan saya dari Alkitab adalah Filipi 4:13 di mana rasul Paulus
berkata, “Kebanyakan perkara dapat kulakukan melalui Kristus yang memberi kekuatan kepadaku…” [Hadirin:
Bukan! Bukan!]
Bagaimana kalau “Nyaris segala perkara dapat kulakukan melalui
Kristus yang memberi kekuatan kepadaku.”? Bukan! Bukan!
“Beberapa perkara dapat kulakukan melalui Kristus
yang memberi kekuatan kepadaku.”? Tidak!
“Segala perkara dalam kurung kecuali mengalahkan dosa dapat kulakukan melalui Kristus yang memberi kekuatan
kepadaku.”
Setahu saya, “segala” artinya “segala”.
Jika Yesus berkata, “Kamu bisa melakukan segala perkara melalui Aku yang
menguatkan kamu”, itu termask mengalahkan apa? Mengalahkan dosa.
Do you know that Jude 24 says that He is able to keep us
from falling? Do you know why we fall? Because we lose sight of Christ.
Do you remember the first vision that Ellen White had? The
remnant people were travelling on a narrow road to Heaven and they saw in the
city, who was in the city? Jesus was in the city. What happened was when they
kept their eyes focused on Jesus, their feet were secured. But what happened
when they took their eyes off of Jesus, they fell down the embankment into the
dark and sinful world. As the song says,
“Turn
your eyes upon Jesus
Look
full in His wonderful face
And
the things on earth will grow strangely dim
In the
light of His glory and grace”
Tahukah kalian Yudas 24 mengatakan Yesus sanggup
mencegah kita dari jatuh? Tahukah kalian mengapa kita jatuh? Karena kita tidak lagi memandang Kristus.
Ingatkah kalian penglihatan pertama Ellen White?
Umat yang sisa sedang menempuh perjalanan di jalan yang sempit menuju ke Surga,
dan mereka melihat di dalam kota (kota
Yerusalem Baru), siapa yang ada di dalam kota? Yesus ada di kota. Apa yang
terjadi ialah, saat mereka memusatkan pandangan mereka pada Yesus, langkah
mereka aman. Tetapi apa yang terjadi saat mereka mengalihkan pandangan mereka dari Yesus?
Mereka jatuh ke jurang ke dunia yang gelap dan berdosa.
Sebagaimana kata lagu ini:
Pandanglah pada
Yesus
Pandang wajahNya
yang indah
Herannya isi dunia
akan menjadi suram
Oleh sinar kemuliaan
dan kasihNya
In 1 Corinthians 10:13 the apostle Paul says that no
temptation has overtaken us that is but human, but that God along with the
temptation gives us a way of escape. There is no temptation that is too powerful to
overcome through the power of Jesus. And I hear people say, “Well,
Pastor, but the flesh is weak. My human nature is weak.” So what you are saying
is that God isn’t powerful enough for you to overcome your sinful nature? When
you say that it is not possible to overcome sin you’re limiting the omnipotent
power of God. You’re making God look bad because if God says that through His strength you
can do all things, there is no temptation that you can’t overcome, that
He is able to keep you from falling, if He says that and you say, “Well, my
human weakness is too great even God can’t overcome it”, you are limiting the
omnipotent power of God.
Di 1 Korintus 10:13 rasul Paulus berkata, tak ada
pencobaan yang mengenai kita yang melebihi kekuatan kita sebagai manusia,
tetapi dengan pencobaan itu Allah menyediakan jalan keluarnya bagi kita. Tidak ada pencobaan yang terlalu
berat untuk diatasi melalui kuasa Yesus. Dan saya mendengar
orang berkata, “Yaaah, Pastor, tapi daging itu lemah. Kodrat alami saya itu
lemah.” Berarti apa yang kamu katakan itu, Allah tidak cukup berkuasa untuk
membuat kamu mengalahkan kodrat alamimu yang condong pada dosa? Saat kita
berkata mustahil mengalahkan dosa, kita telah membatasi kemahakuasaan Allah.
Kita membuat Allah seolah berbohong, karena jika Allah telah berkata bahwa melalui kekuatanNya kita bisa
melakukan segala sesuatu, tak ada pencobaan yang tidak bisa dikalahkan,
bahwa Allah bisa mencegah kita jatuh, jika Allah mengatakan itu dan kita
berkata, “Yaaah, kelemahan manusiawi saya terlalu besar bahkan Allah pun tidak
bisa mengalahkannya”, kita membatasi kemahakuasaan Allah.
The trouble is, we don’t submit to God, that’s why we don’t
overcome. Our minds are everywhere, except in the Word of God, except
in prayer, except involve in the church. You know I find it amazing that the nominating committee is working, I have to give in a word
for the nominating committee. It’s been less this year but there is still some
people that say “No, I have too many things to do, I can’t take that position
this year.” Folks, let’s get our priorities right. Isn’t the church the body of
Christ? Isn’t the church the bride of Christ? Shouldn’t the church be at the
top of the list of our priorities? I
think it should be if our priorities are ordered the way God wants them to be
ordered. You know the trouble with the Christian world today is the
Christian world is caught up in a cheap gospel, a gospel that has no power,
a gospel of emotionalism, enthusiasm, signs and wonders, a gospel that teaches
people that God wants them to be rich, He wants them to be prosperous, a church
that majors in grace and minors in the Law and in obedience, a church that is
speaking about forgiveness without victory, peace without transformation. And
yet Christians eat like the world eats, watch the movies the world watches,
they listen to the music the world listens to, they participate in the
recreation that the world participates in, they get divorced at the same rate
that the world does, they dress the way the world dresses, their conversation
reflects the conversation of the world, they are all caught up in the things of
the world, in accumulating more and more just like the world. If that’s true,
what makes the church different from the world?
Am I being too strong?
Masalahnya, kita
yang tidak berserah kepada Allah, itulah sebabnya kita tidak bisa mengalahkan
dosa. Pikiran kita ada di mana-mana kecuali di Firman Allah,
kecuali dalam doa, kecuali terlibat dalam gereja. Tahukah kalian, saya kagum
komite pemilihan bisa bekerja, saya harus memuji komite pemilihan. Tahun itu
sudah berkurang, tetapi masih ada orang-orang yang berkata, “Tidak, saya sibuk,
saya tidak bisa menerima jabatan itu tahun ini.” Saudara-saudara, kita harus
menempatkan prioritas kita dengan benar. Bukankah gereja itu tubuh Kristus?
Bukankah gereja itu pengantin Kristus? Tidakkah gereja harus berada di urutan
paling atas dari prioritas kita? Menurut saya seharusnya begitu jika kita
menyusun prioritas kita sesuai cara yang dikehendaki Allah. Kalian tahu,
masalahnya dengan dunia Kristen hari ini ialah dunia Kristen sedang
terperangkap oleh injil murahan, injil yang tidak punya kuasa, injil
berdasarkan emosi, antuisi, tanda-tanda dan mujizat, injil yang mengajarkan
bahwa Allah mau manusia menjadi kaya, Allah mau manusia makmur, gereja yang
mengunggulkan kasih karunia tapi yang mengabaikan Hukum dan kepatuhan, gereja
yang berbicara tentang pengampunan tanpa kemenangan, damai tanpa transformasi.
Namun orang-orang Kristen makan sama seperti orang dunia makan, nonton film
yang ditonton orang dunia, mendengarkan musik yang didengarkan orang dunia,
berpartisipasi dalam rekreasi yang sama dengan rekreasi orang dunia, tingkat
perceraian mereka sama dengan tingkat perceraian orang dunia, mengenakan
pakaian yang sama seperti orang dunia, pembicaraan mereka memantulkan
pembicaraan orang dunia, mereka semuanya terperangkap dalam segala keduniawian,
mengumpulkan harta semakin banyak sama seperti dunia. Jika ini benar, maka apa
bedanya gereja dari dunia?
Apakah kata-kata saya ini terlalu keras?
Allow me to read you another statement, powerful
statement, also from the pen of Ellen White who had so many words of wisdom to
speak. She speaks about filling the church with people who are not renewed in
heart, who have not really been
transformed by the power of the Holy Spirit. And I think our own church is
caught up in that right now. We are so
anxious to have numbers. Numbers! We just practically throw them into the baptistery
whether they know what the commitment of the Christian life is all about. And
so the church is filled with a mixed multitude. Now, that doesn’t mean
that people who are unchurch cannot come to church. Praise the Lord, we are
glad, we’ll embrace them, we’ll be kind to them, we’ll love them, we’ll invite
them to our homes to eat, but that doesn’t mean that we are going to baptize
them the same day until they know what it means to be committed to Christ. Is
that fair? I think it’s unfair to baptize them along with all of their habits.
You know someone once said, “Why won’t you baptize me while I’m still smoking?” I said, “Because you are hanging on to
smoking and baptism means that you are letting everything loose. You’re giving
everything to Jesus including smoking which kills you. So you are telling me
you want me to baptize you while you are still smoking?” Do people need to
overcome sin and show that they have committed their lives to Jesus? I am not
talking about being perfect because then nobody would be baptized. Does it need
to be seen that they have made a commitment of their lives to Jesus?
Absolutely.
Izinkan saya membacakan pernyataan yang lain,
pernyataan yang keras, juga dari pena Ellen White, yang punya begitu banyak
kata-kata bijak. Dia berbicara tentang mengisi gereja dengan orang-orang yang
hatinya tidak diperbarui, yang tidak benar-benar diubahkan oleh kuasa Roh
Kudus. Dan saya rasa, gereja kita sekarang ini sedang terperangkap di sana.
Kita begitu mementingkan angka. Angka! Sepertinya kita praktis melemparkan mereka ke kolam baptisan tidak
peduli mereka tahu atau tidak tentang komitmen kehidupan Kristiani. Maka gereja
pun dipenuhi oleh anggota campuran. Nah, itu tidak berarti bahwa
orang-orang yang tidak pernah ke gereja tidak boleh datang ke gereja. Puji
Tuhan, kita gembira, kita akan merangkul mereka, kita akan memperlakukan mereka
dengan baik, kita akan mengasihi mereka, kita akan mengundang mereka ke rumah
kita untuk makan bersama, tetapi itu tidak berarti kita akan membaptiskan
mereka pada hari yang sama sampai mereka tahu apa artinya punya komitmen kepada
Kristus. Apakah itu adil? Menurut saya,
tidak adil membaptiskan mereka dengan semua kebiasaan lama mereka.
Tahukah kalian suatu saat ada yang berkata,
“Mengapa Anda tidak mau membaptis saya karena saya masih merokok?”
Saya jawab, “Karena Anda masih mempertahankan
merokok padahal baptisan berarti kita melepaskan semua. Kita menyerahkan
semuanya kepada Yesus, termasuk merokok yang membunuh kita. Bagaimana Anda bisa
berkata Anda mau saya baptiskan
sementara Anda masih merokok?”
Apakah orang perlu mengalahkan dosa untuk menunjukkan
bahwa mereka telah menyerahkan hidup mereka kepada Yesus? Saya tidak bicara
bahwa kita harus sempurna, karena kalau begitu tidak akan ada orang yang
dibaptis. Tetapi haruskah terbukti bahwa mereka telah membuat komitmen
menyerahkan hidup mereka kepada Yesus? Tentu saja.
She says this, this is found in Vol. 5 of Testimonies pg 172, she says, “The accession of members who have not been renewed in heart and
reformed in life, is a source of weakness to the church. This fact is often
ignored. Some ministers and churches are so desirous of securing an increase of
numbers that they do not bear faithful testimony against unchristian habits and
practices.”
Say someone, the church to grow wuush you know, oh, it’s
like throwing gasoline in a fire, what happens when you throw gasoline in a
fire? Wuuush! But then what happens? Phssst! Right? The same is true as this
church growth movement. I’m in favor of church growth but real church growth,
spiritual church growth.
She says,“…Some
ministers and churches are so desirous of securing an increase of numbers that
they do not bear faithful testimony against unchristian habits and practices.
Those who accept the truth are not taught that they cannot safely be worldlings
in conduct while they are Christians in name...” So do you hear that? Worldlings in conduct but Christians in
name, “…Heretofore they were Satan’s subjects, henceforth they are to
be subjects of Christ. The life must testify to the change of leaders…”
Jesus said,
“By their fruits ye shall know them”, “…Faith without works is dead…” she is not saying anything that’s
not contained in Scripture. She says this, “…public opinion favors a profession of Christianity, a little
self denial or self sacrifice is required in order to put on a form of godliness and to have one's name enrolled upon the
church book. Hence many join the church without first becoming united to Christ…”
it’s a dangerous
thing for people to join the church if they have not joined Jesus. She says
this, “… In this Satan
triumphs. Such converts are his most efficient agents…” did you catch that? “…. They serve as decoys to other souls. They
are false lights, luring the unwary to perdition…” and then she gives this counsel “… It is in vain that men seek to make the
Christian's path broad and pleasant for worldlings. God has not smoothed or
widened the rugged, narrow way. If we would enter into life, we must follow the
same path which Jesus and His disciples trod—the path of humility, self-denial,
and sacrifice.”
Ellen White berkata demikian, ini ditemukan di Testimonies Vol. 5 hal. 172, “Penambahan
jumlah anggota yang hatinya belum diperbarui dan hidupnya belum berubah,
menjadi sumber kelemahan gereja. Fakta ini sering diabaikan. Beberapa pendeta
dan gereja begitu bernafsu mendapatkan penambahan dalam jumlah anggota sehingga
mereka tidak menyampaikan kesaksian yang benar terhadap kebiasaan dan perbuatan
yang tidak kristiani.”
Ada yang berkata, gereja bertumbuh wuuush, kalian
tahu? Oh, itu seperti menuang bensin ke api. Apa yang terjadi bila kita menuang
bensin ke api? Wuuush! [= meledak]
Tetapi kemudian bagaimana? Phsssst!
[=mengempis]. Benar? Hal yang sama berlaku pada gerakan pertumbuhan
gereja ini. Saya setuju dengan pertumbuhan gereja, tetapi pertumbuhan yang
benar, pertumbuhan kerohanian gereja.
Ellen White berkata, “Beberapa
pendeta dan gereja begitu bernafsu mendapatkan penambahan dalam jumlah anggota
sehingga mereka tidak menyampaikan kesaksian yang benar terhadap kebiasaan dan
perbuatan yang tidak kristiani. Mereka yang menerima kebenaran tidak diajarkan
bahwa mereka tidak aman bila tetap bertahan sebagai orang duniawi
dalam hal kelakuan mereka, sementara mereka menyandang nama Kristen…” Jadi kalian
dengar ini? Dalam hal kelakuan mereka adalah orang duniawi, sementara mereka
mengaku sebagai orang Kristen. “…Sebelumnya mereka adalah
pengikut-pengikut Setan, setelahnya mereka harus menjadi pengikut-pengikut
Kristus. Hidup mereka harus menjadi bukti adanya pergantian pemimpin ini.”
Yesus berkata, “…dari buahnyalah kamu akan mengenal
mereka” [Mat. 7:20], “Iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” [Yak. 2:26]. Ellen
White tidak mengatakan apa pun yang tidak terdapat dalam Kitab Suci. Ellen
White berkata demikian, “…opini
publik menyukai Kekristenan yang lahiriah, hanya perlu sedikit penyangkalan
diri atau pengorbanan diri yang dibutuhkan untuk menampilkan suatu bentuk
kesalehan dan agar namanya bisa terdaftar dalam buku anggota gereja. Dengan
demikian, banyak yang bergabung dengan gereja tanpa lebih dulu bersatu dengan
Kristus…” berbahaya bagi orang untuk bergabung ke gereja jika mereka belum
bergabung dengan Yesus. Ellen White berkata demikian, “…Dalam
hal ini Setan yang menang. Orang-orang yang demikian adalah agen-agen Setan
yang paling efisien…” apakah kalian bisa menangkapnya? “…Mereka
berperan sebagai pengalih perhatian bagi jiwa-jiwa lain. Mereka adalah
terang-terang yang palsu, yang menyesatkan orang-orang yang tidak waspada ke kebinasaan…” kemudian
Ellen White memberikan nasihat ini, “…Percuma orang berusaha
membuat jalan kristiani lebih lebar dan lebih menyenangkan bagi orang-orang
dunia. Allah tidak memperhalus atau memperlebar jalan yang sempit. Jika kita
mau masuk kepada hidup, kita harus mengikuti jalan yang sama yang dijalani
Yesus dan murid-muridNya ~ jalan kerendahan hati, penyangkalan diri, dan
pengorbanan.”
Do
you know that a huge cleansing of the church is coming? You know what it’s
called? It’s called the Shaking. We are in the shaking now, the little shaking. The
big one is still to come.
Some are being shaken out
by worldly pleasures, some are being shaken out today by worldly goods, and
many are being shaken out by heresies and false teachings. But the time is
coming when persecution will rise against
God’s people, against God’s remnant people, and when persecution comes, there
is where you will see who is who. But if we are not preparing now by building a strong
relationship with Christ, when that time comes, we are going to bail out. That’s
why the apostle Paul tells us that Jesus gave Himself, yes, He loved the
church, but not to leave the church as it is. See, sometimes we say, “Well, we
got to reach our young people, you know. We got to give them what they are used
to.” So you are not going to raise them to a higher standard. Let me tell you, folks, if the church doesn’t
give the youth something different than the world, then the church has no
reason to exist. The church needs to offer the youth more than the world offers
them, something different than the world offers them, something holier,
something more pious than what the world offers, because if we are simply
offering them what they have every day in the world, where is the church
different than the world?
The
mice are quiet in here, but you know it’s the truth.
Tahukah
kalian suatu pembersihan besar-besaran akan terjadi pada gereja? Kalian tahu
apa namanya itu? Namanya “Penggoncangan/pengayakan”. Kita sekarang ini sedang digoncang, goncangan kecil. Yang
besar masih akan datang.
Ada yang terlempar keluar oleh
kesenangan duniawi, ada yang sekarang terlempar keluar oleh harta duniawi, dan
banyak yang sedang terlempar keluar oleh
kemurtadan dan ajaran-ajaran sesat. Tetapi saatnya akan datang ketika
penganiayaan pada umat Allah muncul,
pada umat Allah yang sisa, dan bila penganiayaan itu datang, saat itulah kita
akan melihat siapa adalah siapa. Tetapi jika
sekarang kita tidak bersiap-siap membangun suatu hubungan yang kuat dengan
Kristus, maka saat itu datang, kita akan melompat keluar. Itulah sebabnya
rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa Yesus telah memberikan Dirinya, ya,
Yesus mengasihi gerejaNya, tetapi Dia tidak meninggalkan gereja itu sebagaimana
adanya. Lihat, terkadang kita berkata,
“Nah, kita harus menjangkau orang-orang muda, tahu? Kita harus memberikan
mereka apa yang biasa mereka peroleh.” Jadi kita tidak menaikkan mereka ke
standar yang lebih tinggi. Saudara-saudara, saya katakan kepada kalian, jika
gereja tidak memberikan sesuatu yang berbeda dari dunia kepada orang-orang
muda, maka gereja tidak punya alasan untuk eksis. Gereja harus menawarkan
kepada orang-orang muda lebih daripada yang ditawarkan dunia kepada mereka,
yang berbeda daripada yang ditawarkan dunia kepada mereka, yang lebih kudus,
yang lebih saleh daripada yang ditawarkan dunia. Karena jika
yang kita tawarkan mereka melulu apa yang sudah mereka dapatkan setiap hari dari
dunia, di mana beda gereja dengan dunia kalau begitu?
Tikus-tikusnya
di sini kok diam? Tapi kalian tahu itulah yang sebenarnya.
And
you know after
the process of the shaking, all of the evil will be shaken out and all of the
righteous will be shaken in, because surprise, surprise, Adventists, do
you know that Ellen White says that most of the Adventists are going to leave?
Adventists, did you hear that? Adventists who come and go like a door that hinges? “I got to go through the revolving
door to walk no more with God’s people.”
But you know what? Multitudes and multitudes of people out in the world who
didn’t know the truth, when they hear the truth they will come in by waves and
waves into God’s remnant movement. And then God will have a church that has
been cleansed by the shaking. The tares have been removed by the Lord and God
will have a church that is a united army to face the power of the Devil during
the great tribulation.
Dan
tahukah kalian, setelah proses
penggoncangan ini, semua yang jahat akan terlempar keluar, dan semua yang benar
akan terlempar masuk, karena, ini kejutan ya orang-orang Advent,
tahukah kalian Ellen White mengatakan bahwa mayoritas orang-orang Advent akan meninggalkan gereja?
Orang-orang Advent, apakah kalian dengar? Orang-orang Advent yang datang dan pergi
seperti pintu berputar. “Saya mau keluar lewat pintu berputar untuk tidak lagi
berjalan bersama-sama umat Allah.”
Tetapi
kalian tahu apa? Berbondong-bondong orang yang berada di dunia di luar, yang
tidak tahu kebenaran, saat mereka mendengar tentang kebenaran itu mereka akan
masuk bergelombang-gelombang bergabung dengan gerakan umat Allah yang tersisa.
Kemudian Allah akan memiliki sebuah gereja yang telah dibersihkan oleh
penggoncangan. Lalang-lalang telah dibuang oleh Tuhan, dan Allah akan memiliki
sebuah gereja yang merupakan suatu pasukan yang bersatu untuk menghadapi
kekuasaan Iblis pada saat kesesakan besar.
Allow
me to read as I close a statement from Vol. 5 Testimonies pg. 81, and then I want
to read a Biblical statement in closing.
The
Lord’s servant says, “The
time is not far distant when the test will come
to every soul.…” the test will what?
Will come to every soul. See we think of the church is going to be tested, yes,
but I am the church, I am in the church, I am one of the members of the church,
so it is going to come to me. “…The time is not
far distant when the test will come to every soul. The mark of the beast will
be urged upon us…” and now notice this, this is a critical point of the statement, “…Those who
have step by step yielded to worldly demands and conformed to worldly customs
will not find it a hard matter to yield to the powers that be, rather than
subject themselves to derision, insult, threatened imprisonment, and death.…” Who are the ones
that are going to give up their faith and say, “I’m not going to prison, I’m
not going to die, I’m not going to be ridiculed”? She says, “…Those who
have step by step yielded to worldly demands and confirmed to worldly customs…”
then she says, “…The contest is between the commandments of
God and the commandments of men. In this time the gold will be separated from
the dross in the church.…” see, that’s a
purification without spot, wrinkle or any such thing. She says, “… True godliness will be clearly
distinguished from the appearance and tinsel of it. Many a star that we have
admired for its brilliancy will then go out in darkness. Chaff like a cloud
will be borne away on the wind even from places where we see only floors of
rich wheat. All who assumed the ornaments of the Sanctuary…” that is the external adornments of the
Sanctuary, “…but are not clothed with
Christ's righteousness, will appear in the shame of their own nakedness.”
Sebagai penutup, saya ingin
membacakan suatu pernyataan dari Testimonies
Vol. 5 hal. 81, lalu saya akan membacakan satu pernyataan dari Alkitab.
Hamba Tuhan berkata, “Waktunya tidak terlalu lama lagi saat ujian itu akan datang
pada setiap jiwa…” ujian itu akan apa? Akan datang pada setiap jiwa.
Lihat, kita beranggapan yang akan diuji adalah gereja. Betul, tetapi sayalah
gereja itu, saya ada dalam gereja, saya salah satu anggota gereja, berarti
ujian itu akan datang kepada saya. “Waktunya
tidak terlalu lama lagi saat ujian itu akan datang pada setiap jiwa. Tanda
Binatang itu akan dipaksakan kepada kita…” dan sekarang perhatikan ni, ini
adalah poin yang penting dari pernyataan itu, “…Mereka yang telah menyerah selangkah demi selangkah kepada
tuntutan duniawi dan mengikuti kebiasaan dunia, tidak akan sulit menyerah
kepada penguasa saat itu, daripada menempatkan diri mereka menjadi objek
olok-olok, penghinaan, ancaman dipenjarakan, dan kematian…” Siapakah mereka yang akan meninggalkan iman mereka dan berkata, “Saya tidak
mau dipenjarakan, saya tidak mau mati, saya tidak mau diolok-olok”? Ellen White
berkata, “…Mereka yang telah menyerah selangkah demi
selangkah kepada tuntutan duniawi dan mengikuti kebiasaan dunia…” Lalu dia berkata, “…Pertandingannya adalah antara perintah-perintah Allah dan
perintah-perintah manusia. Pada saat itu, di dalam gereja emas akan dipisahkan
dari kotorannya…” lihat, inilah pemurnian tanpa noda, kerut, atau apa pun
yang seperti itu. Ellen White berkata, “…Kesalehan yang sejati akan jelas tampak bedanya dari
penampilan dan imitasi murahan. Banyak
bintang yang kita kagumi cahayanya akan padam dalam kegelapan. Sekam akan
diterbangkan seperti awan oleh angin bahkan dari tempat-tempat di mana kita
hanya melihat tumpukan gandum-gandum
yang gemuk. Semua yang hanya mengenakan
perhiasan Bait Suci…” yaitu perhiasan lahiriah Bait
Suci, “…tetapi tidak mengenakan jubah kebenaran
Kristus, akan tampak dalam ketelanjangan mereka sendiri yang memalukan.”
Go with me to Revelation 22:11 which
describes this moment. When probation closes for the church and for the world,
it will then be forever too late. Revelation 22:11, “He that is unjust, let him be unjust still: and he which is…”
what? “…filthy, let him be filthy
still…”
why would a person be filthy? What is
it that cleanses? It’s the cleansing of the water, of the Spirit, through the
what? Through the Word. So are there going to be lots of people who would not
obey the Word? Who had not been cleansed by the Word? According to this, yes.
And by the way when it says “he that is unjust” really the
Greek word is “righteousness”, “he who is unrighteous let him be unrighteous
still.” And the Greek really says, “he
who is unrighteous, let him continue to act
unrighteously”,
that is a better translation. “…and he which is filthy let him continue living filthily, and he that is righteous,
let him be righteous still, and he that is holy…”
remember that word?
“…he that is holy, let him be holy still.”
Marilah bersama saya ke Wahyu 22:11 yang menggambarkan
saat itu. Ketika masa percobaan bagi gereja dan bagi dunia berakhir, maka
segalanya sudah terlambat. Wahyu 22:11, “Barangsiapa yang berbuat
jahat, biarlah ia terus berbuat jahat, barangsiapa yang…” apa? “…cemar, biarlah ia terus cemar…” mengapa orang bisa cemar? Apa yang bisa
membersihkan? Pembasuhan oleh air, oleh Roh Kudus, melalui apa? Melalui Firman.
Jadi, apakah akan ada banyak orang yang akan tidak patuh kepada Firman? Yang
tidak dibasuh oleh Firman? Menurut ini, benar.
Dan ketahuilah, di mana dikatakan
“Barangsiapa yang berbuat jahat”, sebenarnya kata Greekanya adalah “benar”.
“Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah dia terus berbuat jahat” dalam bahasa
Greekanya sesungguhnya, “Barangsiapa yang tidak benar, biarlah dia terus bertindak tidak benar…”,
ini adalah terjemahan yang lebih baik. “…Barangsiapa yang cemar,
biarlah dia terus melanjutkan hidupnya dengan
cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus benar; barangsiapa yang kudus, …”
ingat kata tersebut? “…barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus kudus!"
Folks, if there was ever a time that we
should be involved spiritually, it is now. In Bible study, in prayer, in
witnessing, in coming to church. When you stay home you are allowing the Devil
to get to you, you don’t have the benefit of the fellowship with fellow
believers which is a strengthening experience, that is why the apostle Paul says,
don’t abandon the congregation as many have it their customs, especially as you
see the Day approaching.
God wants us to get spiritually involved.
Saudara-saudara jika pernah ada
saat di mana kita harus terlibat secara rohani, sekarang inilah saatnya. Dalam
mempelajari Alkitab, dalam doa, dalam bersaksi, dalam hadir di gereja. Bila
kalian tinggal di rumah kalian akan mengizinkan Iblis menghampiri kalian.
Kalian tidak akan menikmati keuntungan persekutuan dengan sesama orang percaya
yang merupakan pengalaman yang menguatkan. Itulah sebabnya rasul Paulus
berkata, jangan undur dari perhimpunan seperti kebiasaan banyak orang, terutama
karena kita melihat bahwa Hari itu sudah mendekat.
Allah ingin kita terlibat secara
rohani.
1 John 3:1-3 is the last passage I am
going to read. It says, “Behold, what manner of love the Father hath bestowed upon us,
that we should be called the sons of God: therefore the world knoweth us not,
because it knew Him not. 2 Beloved…”
you can hear the passion with which
John is speaking, “…Beloved, now are we the sons of God, and it doth not yet appear what we
shall be: but we know that, when He shall appear, we shall be like Him; for we
shall see Him as he is…” what’s going to be true when Jesus comes? We shall what?
We shall be like Him! How do we get to that point? Verse 3 has the secret, “…3 And every man that hath
this hope in Him purifieth himself, even as He is pure.”
“Blessed are the pure in heart, for they shall see
God.”
1 Yohanes 3:1-3 adalah bacaan terakhir yang akan
saya bacakan. Dikatakan, “Lihatlah, betapa besarnya
kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita boleh disebut anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita,
sebab dunia tidak mengenal Dia. 2 Saudara-saudaraku
yang terkasih…” kalian bisa mendengar semangat Yohanes
yang sedang berbicara, “…Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata bagaimana keadaan kita kelak; akan tetapi kita
tahu, bahwa apabila Kristus dinyatakan, kita
akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya
yang sebenarnya…” apa
yang akan benar-benar terjadi saat Yesus datang? Kita akan apa? Kita akan
menjadi seperti Dia! Bagaimana kita bisa tiba di titik itu? Ayat 3 itu rahasianya, “…3 Dan setiap orang yang menaruh
pengharapan itu di dalam Dia, menyucikan dirinya, sama seperti Dia yang suci.”
Diberkatilah orang yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah
[Mat. 5:8]
So I challenge you as you go home, and as
you live out there in the real world during this week, that you will make it a
top priority to put Jesus first. Take a Bible with you during your lunch break,
read your Bible. Take a good Spirit of Prophecy book, read it. Dedicate your
time to prayer. And if you have an opportunity speak to someone about what God
has done for you. Make up your mind that you are going to be here next Sabbath.
Fellowship. Make up your mind that you are going to take a leadership position in the church if you are
asked, to be involved, especially as we
see the day of God approaching.
Let us pray.
Jadi saya menantang kalian, bila kalian
pulang, dan ketika kalian hidup di luar sana, di dunia yang nyata selama minggu
ini, kalian akan menjadikan prioritas kalian yang tertinggi untu menempatkan
Yesus sebagai yang utama. Bawalah Alkitab saat kalian pergi makan siang,
bacalah Alkitab kalian. Bawalah buku Roh Nubuat yang bagus, bacalah itu.
Dedikasikan waktu kalian untuk berdoa. Dan jika ada kesempatan, berbicaralah
kepada seseorang tentang apa yang telah
dilakukan Allah untuk kalian. Putuskan kalian akan berada di sini Sabat
yang akan datang. Berhimpun. Buatlah keputusan kalian akan menerima jabatan
untuk memimpin dan terlibat di gereja bilamana kalian diminta, terutama karena
kita melihat hari Allah sudah mendekat.
Marilah kita berdoa.
12 02 17