THREE ANGELS’ MESSAGES_____
Part 13/25
- Stephen Bohr
THE NUMBER OF THE BEAST: 666
http://www.youtube.com/watch?v=00dmGW2fv1M
Dibuka
dengan doa.
In our
topic today we're going to study about the number of the beast. And
I'd like to begin by reading a text that we find in Revelation 13:1,
Revelation 13:1. This is the passage that begins the description of
the sea beast, which we have already identified as the Roman Catholic
papacy; not
individuals within the system, we're talking about a system; we're
talking about an organization. And we've already clearly
identified, from the Bible, that this beast that rises from the sea
represents the Roman Catholic papacy.
It says
there in Revelation 13:1, speaking about this beast: “1 Then I stood on the sand of the sea. And I saw a beast
rising up out of the sea, having seven heads and ten horns, and on his
horns ten crowns, and on his heads a blasphemous name.”
So as
we begin our study we want to notice that the name of the beast is a blasphemous name.
And the blasphemous name is found on the beast's heads.
Topik
yang akan kita pelajari hari ini ialah tentang angka Binatang, dan saya ingin
mulai dengan membacakan teks yang ada di Wahyu 13:1. Ini adalah perikop yang
mengawali deskripsi Binatang yang muncul dari laut yang telah kita identifikasi
sebagai Kepausan Roma Katolik, bukan
manusia-manusia yang ada dalam sistem ini, kita sedang
membicarakan suatu sistem, kita
berbicara tentang sebuah organisasi. Dan kita sudah
mengidentifikasinya dari Alkitab bahwa Binatang
yang muncul dari laut ini mewakili Kepausan Roma Katolik.
Dikatakan
di Wahyu 13:1, berbicara tentang Binatang ini, “1 Lalu
aku berdiri di pantai laut. Dan aku
melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala
tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepala-kepalanya tertulis nama hujat.”
Jadi
pada awal pelajaran kita, kita simak bahwa nama
Binatang itu adalah sebuah nama hujat. Dan nama hujat tersebut terdapat pada kepala-kepala
Binatang tersebut.
Now in
order to understand what this blasphemous name is, we must, first of all,
understand the Biblical definition of blasphemy. Do we have a clear
definition in the Bible of what blasphemy consists of? The answer
to this question is absolutely yes.
In the Bible blasphemy is:
·
when a mere man claims to
be God,
·
and when a mere man
claims to have the power to perform the works of God.
And
we're going to take a look at several instances in Scripture where
blasphemy is described in this manner.
Once
again, blasphemy is, the Bible means a man, a mere man, who claims to be
God, and secondly, that mere man claims to be able to perform the works of
God, and exercise in his actions the power of God.
Nah,
untuk bisa memahami nama hujat itu apa, pertama-tama kita harus memahami dulu
definisi Alkitab tentang kata “hujat”. Apakah di Alkitab ada definisi yang
jelas hujat itu apa saja? Jawaban untuk pertanyaan ini adalah: betul sekali.
Menurut Alkitab, hujat ialah:
·
ketika
seorang manusia biasa mengklaim sebagai Allah,
·
dan
ketika seorang manusia biasa mengklaim memiliki kuasa untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan Allah.
Dan
kita akan melihat beberapa kejadian di Alkitab di mana hujat itu digambarkan
demikian.
Sekali
lagi, hujat menurut Alkitab ialah bila seorang manusia, manusia biasa,
mengklaim sebagai Allah; dan yang kedua, manusia yang biasa itu mengklaim bisa
melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah, dan dengan perbuatan-perbuatannya
mempraktekkan kekuasan Allah.
One time
Jesus said something very controversial. It's found in John
10:30. This is what He said to the Jews that were listening to Him, “30 I and My Father
are one.”
And we're told in the context that the Jews
immediately picked up stones to cast at Jesus. Because, you see,
Leviticus 24:16 clearly said ~ and they knew this ~ that whoever claimed to be one with the
Father, in the sense that Jesus was saying it, was claiming to be
God. And the Levitical law said that whoever claimed to be God
needed to be stoned. And so when they picked up stones, Jesus asked
them a question. He said, why do you want to stone Me? What evil
work have I done that justifies you stoning Me? And notice what their
response was in John 10:33, “33 …‘For a good work we do not stone You, but for…” what?
“…for blasphemy, and because
You, being a Man, make Yourself God.’”
What is
blasphemy? It's when a mere man claims to be what? God.
Now
Jesus was God. He had a right to claim to be God. But according to
them, blasphemy is when a mere man claims to be God.
Suatu
ketika Yesus mengatakan sesuatu yang sangat kontroversial. Inia ada di Yohanes
10:30. Inilah yang dikatakanNya kepada orang-orang Yahudi yang sedang
mendengarkanNya, “Aku dan Bapa-Ku adalah
satu." Dan kita mendapat
tahu dari konteksnya bahwa orang-orang Yahudi segera mengambil batu untuk
dilemparkan ke Yesus, karena ~ kalian lihat ~ Imamat 24:16 dengan jelas berkata
~ dan mereka tahu tentang hal ini ~ bahwa siapa pun yang mengklaim satu dengan
Allah Bapa dengan pemahaman yang dikatakan Yesus, itu mengklaim sebagai Allah.
Dan hukum imamat berkata bahwa siapa yang mengklaim sebagai Allah harus
dirajam. Maka ketika mereka mengambil batu, Yesus mengajukan pertanyaan kepada
mereka, Dia berkata, mengapa kalian mau merajam Aku? Kejahatan apa yang telah
Kulakukan sehingga membenarkan kalian merajam Aku? Dan simak bagaimana respon
mereka di Yohanes 10:33, “33 Jawab
orang-orang Yahudi itu: ‘Untuk pekerjaan yang baik kami tidak
melempari Engkau, tetapi untuk…” apa? “…untuk menghujat, dan karena
Engkau yang hanya seorang manusia,
menyamakan diri-Mu dengan Allah.’"
Jadi menghujat itu apa? Itu bila
seorang manusia biasa mengklaim sebagai apa? Allah. Nah, Yesus memang Allah,
Dia berhak mengklaim sebagai Allah. Tetapi menurut orang-orang Yahudi,
menghujat ialah bila seorang manusia biasa mengklaim sebagai Allah.
Also blasphemy is when someone claims to be
able to perform the works of God. Immediately after Jesus said, “I and My Father are One”, Jesus
claimed also to perform the works of His Father. Notice John 10:36-39,
Jesus says: “36 do you say of Him whom the Father sanctified and sent
into the world, ‘You are blaspheming,’ because I said, ‘I am the Son of God’? 37 If I do not do the works of My Father, do not believe Me;
38 but if I do, though you do not believe Me, believe the
works, that you may know and believe that the
Father is in Me, and I in
Him.’ 39 Therefore they sought again to seize Him, but He escaped
out of their hand.”
So, notice, the
definition that Scripture gives of blasphemy is when a mere man claims to
be God, and claims to perform the works of God, or manifests in his
actions the power of God.
Juga menghujat
ialah bila seseorang mengklaim bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah. Segera
setelah Yesus berkata, “Aku dan Bapa-Ku adalah satu",
Yesus mengklaim juga melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaNya. Simak
Yohanes 10:36-39, Yesus berkata, “36 apakah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan
oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: ‘Engkau menghujat Allah!’
karena Aku telah berkata, Aku Anak Allah? 37 Jikalau Aku tidak melakukan
pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya pada-Ku, 38 tetapi
jikalau Aku melakukannya walaupun kamu tidak
percaya pada-Ku, percayalah pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh
mengetahui dan meyakini bahwa Bapa di dalam
Aku dan Aku di dalam Bapa.’ 39 Oleh karena itu, mereka mencoba lagi untuk menangkap
Dia, tetapi Ia lolos dari tangan mereka.”
Jadi simak, definisi
yang diberikan Kitab Suci tentang menghujat ialah bila seorang manusia biasa
mengklaim sebagai Allah, dan mengklaim melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah,
atau tindakan-tindakannya menyatakan kuasa Allah.
Now
it's interesting to notice also that the Jews accused Jesus of blasphemy,
because He claimed to be the Son of God. Now all of the Jews believed
that they were sons of God in a general sense of the word. But they
knew that when
Jesus was saying that He was the Son of God, what He was meaning is that
He was the representative of God on earth; that He was the
authorized spokesman for God. If you please, Jesus was
claiming to be the Vicar of God, or the Vicarious Dei, the representative of God on earth.
Nah,
yang menarik untuk disimak juga ialah orang-orang Yahudi menuduh Yesus
menghujat karena Dia mengklaim sebagai Anak Allah. Nah, semua orang Yahudi
meyakini bahwa mereka adalah anak-anak Allah dalam makna yang umum. Tetapi
mereka tahu ketika Yesus berkata
bahwa Dia adalah Anak Allah, yang dimaksudNya ialah Dia adalah wakil Allah di
bumi; bahwa Dia adalah jurubicara yang sah bagi Allah.
Katakanlah, Yesus mengklaim
sebagai Vikar Allah, atau Vicarius
Dei, wakil Allah di bumi.
Now
it's interesting to notice also that blasphemy is defined in Scripture
as when a mere man claims to have the power to forgive sins.
Not only when a mere man claims to be God, but also when he claims to
exercise the power and prerogatives of God.
Notice Mark 2:7. Jesus meets a paralytic,
and He says to the paralytic, “Your sins are forgiven.” By the way, this took place in the city of Capernaum. And the
Jews immediately, when Jesus said, “Your sins are forgiven”, they thought
in their hearts, according to Mark 2:7, “7 Why does this Man speak
blasphemies like this? Who can forgive sins but God alone?”
You see, they were
thinking, if this man forgives sins, and only God can forgive sins, this
man is claiming to be God. So blasphemy is when a man claims to be God,
and claims to be able to perform the functions and the prerogatives of
God.
Nah, yang
menarik untuk disimak juga ialah menghujat
di Kitab Suci didefinisikan sebagai ketika seorang manusia biasa mengklaim
memiliki kuasa untuk mengampuni dosa. Bukan saja bila seorang
manusia biasa mengklaim sebagai Allah, tetapi juga ketika dia mengklaim
menjalankan kuasa dan hak prerogatif Allah.
Simak Markus
2:7, Yesus bertemu dengan seorang yang lumpuh dan Dia berkata kepada orang
lumpuh itu, “Dosamu sudah diampuni.” Nah, ini terjadi di kota Kapernaum. Dan ketika
Yesus berkata, dosamu sudah diampuni, orang-orang Yahudi segera berpikir dalam
hati, menurut Markus 2:7, "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang
dapat mengampuni dosa selain daripada Allah sendiri?"
Kalian
lihat, mereka berpikir, jika orang ini mengampuni dosa sedangkan hanya Allah
yang bisa mengampuni dosa, berarti orang ini mengklaim sebagai Allah. Maka menghujat
ialah bila seorang manusia mengklaim sebagai Allah dan mengklaim bisa melakukan
fungsi-fungsi dan hak-hak prerogatif Allah.
Notice
2 Thessalonians 2:3-4. This is another passage that's speaking about the
antichrist. By the way, the “man of sin” in 2 Thessalonians 2, is:
·
the same as the beast
from the sea,
· is the same as the little horn,
· is the same as the abomination of desolation,
·
and the same as the
harlot of Revelation 17.
In
other words, these are different symbols that point to the same
power. The man of sin is the same as the little horn, the same as
the beast.
Perhatikan
2 Tesalonika 2:3-4. Ini adalah perikop yang berbicara tentang si antikristus.
Nah, di 2 Tesalonika 2, “manusia dosa” (“manusia durhaka”) itu:
·
sama
dengan Binatang yang muncul dari laut, [Wahyu 13]
· sama dengan si tanduk kecil, [Daniel
7-8]
· sama dengan kekejian yang mengakibatkan
penelantaran, [Matius 24]
·
dan
sama dengan perempuan pelacur Wahyu 17.
Dengan
kata lain, ini adalah simbol-simbol yang berbeda yang menunjuk kepada kekuaaan
yang sama. Manusia dosa itu sama dengan si tanduk kecil dan sama dengan
Binatang (Wahyu 13).
Notice 2 Thessalonians 2:3 and 4, what the
antichrist does. It says there: “3 Let no one deceive you by any means; for that Day…” which is the coming of Christ
“…that Day will not come unless the falling away comes first…” A better translation is: the apostasy. In Greek it says ἀποστασία [apostasia]. So it should be translated: “…that Day will
not come until the apostasy comes first, and the man of sin is revealed…” so is this a mere man that is revealed? Yes, it's a mere man,
right?
“…the man of sin is revealed, the son of perdition, 4 who opposes and exalts himself above all that is called
God or that is worshiped, so that he sits as God in the temple of God,
showing himself that he is God.”
What is
one of the main characteristics of the antichrist? He sits in the
temple of God, and he claims to be what? He claims to be God.
And, by
the way, what is the temple of God? “The temple of God” is not the Jewish
temple, which supposedly is going to be rebuilt in the Middle
East. “The temple of God”, according to every other passage in
the writings of the apostle Paul, represents the Christian church.
Simak 2
Tesalonka 2:3-4, apa yang dilakukan antikristus. Dikatakan di sana, “Janganlah kamu membiarkan dirimu
disesatkan orang dengan cara yang bagaimana pun juga! Sebab Hari itu…” yaitu hari kedatangan Kristus, “…Hari itu tidak akan tiba, kecuali
kemurtadan itu datang dahulu,…” bahasa Greekanya ἀποστασία [apostasia] ialah “kemurtadan”.
Jadi, “…Hari itu tidak akan tiba, kecuali kemurtadan itu datang
dahulu, dan manusia dosa itu terungkap…”
jadi, apakah ini seorang manusia biasa yang akan
diungkapkan? Ya, hanya seorang manusia biasa, benar? “…manusia dosa itu terungkap, yaitu
si anak kebinasaan, 4 yang melawan dan meninggikan dirinya di atas segala yang disebut Allah atau yang
disembah, agar supaya ia duduk sebagai Allah di Bait Allah dan menyatakan dirinya bahwa dia adalah Allah."”
Apakah salah satu karakteristik si antikristus? Dia duduk di
Bait Allah dan dia mengklaim sebagai apa? Dia mengklaim sebagai Allah.
Nah, “Bait Allah” di sini itu apa? “Bait Allah” ini bukanlah
Bait Allah Yahudi yang konon akan dibangun kembali di Timur Tengah. “Bait Allah” menurut
perikop-perikop lain dalam tulisan-tulisan rasul Paulus melambangkan Gereja
Kristen.
Now I want you to notice also that this
antichrist of 2 Thessalonians 2, not only claims to be God, but he
also claims to have the power of God, to exercise the power of
God. Notice in the same passage, 2 Thessalonians 2:9, speaking about
this same individual who sits in the temple of God, showing himself to be
God. It says there: “9 The coming of the lawless one is according to the working of Satan, with all…” what? “…power, signs, and lying wonders…”
Sekarang saya
mau kalian simak juga bahwa antikristus di 2 Tesalonika 2 ini tidak saja
mengklaim sebagai Allah, tetapi dia juga mengklaim memiliki kuasa Allah untuk
menjalankan kuasa Allah. Perhatikan dalam perikop yang sama, 2 Tesalonika 2:9,
berbicara tentang individu yang sama yang duduk di Bait Allah,
yang menampilkan
dirinya sebagai Allah. Dikatakan di sana, “Kedatangan si pelanggar hukum itu sesuai pekerjaan Setan, dengan segala…”
apa? “…kuasa, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu.”
Let me ask you, is this
antichrist only going to claim to be God, or is he going to
apparently do the works, the powerful works of God? Evidentially he's also
performing the works of God, although he is a mere man; he's the
man of sin.
By the way, the only other time in the New
Testament where these three words appear together in one verse: “power,
signs, and wonders”, is in Acts 2:22. I want to read that verse
because I'm going to show you that what the antichrist is going to do
is falsify
the works that Jesus performed while He was on this earth.
Notice Acts 2:22: “22 Men of Israel…” this is Peter speaking, “…hear these
words: Jesus of Nazareth, a Man attested by God to you by miracles, wonders,
and signs which God did through Him in your midst, as you yourselves also
know…”
Did Jesus
perform the power and the acts of God? He most certainly did. Is the
antichrist going to perform works that appear to be the works of God?
Absolutely! Because he claims to be what? God.
Coba
saya tanya, apakah antikristus ini
hanya mengklaim sebagai Allah atau ternyata dia akan melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang penuh kuasa dari Allah? Ternyata dia juga akan melakukan
pekerjaan-pekerjaan Allah walaupun dia hanyalah seorang manusia
biasa, dia adalah si manusia dosa (= manusia durhaka).
Nah,
satu-satunya kali di Perjanjian Baru di mana ketiga kata ini: “kuasa,
tanda-tanda dan mujizat-mujizat” muncul bersama-sama dalam satu ayat, ialah di
Kisah 2:22. Saya mau membacakan ayat tersebut karena saya mau menunjukkan apa yang akan dilakukan si
antikristus, yaitu memalsukan
pekerjaan-pekerjaan yang telah dilakukan Yesus ketika Dia hidup di bumi. Simak Kisah 2:22, “Hai orang-orang Israel…” yang berbicara ini Petrus, “…dengarlah kata-kata ini: Yesus
dari Nazaret, seorang yang telah dibuktikan
Allah kepadamu melalui kuasa, mujizat-mujizat, dan
tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah
kamu, seperti yang kamu sendiri pun tahu.”
Apakah
Yesus melakukan kuasa dan tindakan-tindakan Allah? Tentu saja. Apakah antikristus akan melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang kelihatannya sebagai pekerjaan-pekerjaan Allah?
Betul sekali. Karena dia mengklaim
sebagai apa? Allah.
But
these aren't the only passages that describe blasphemy. You remember
that little horn of Daniel 7? We read verse 25. And one of the
characteristics of the little horn is that this horn speaks pompous words
against the Most High. Daniel 7:25, “25 He shall speak pompous words against the Most
High…” The question is, what are those pompous words
that this little horn speaks? Revelation 13:5 defines what those
words are. It says in Revelation 13:5 that the beast that comes from
the sea “…was given a mouth speaking great things and…”
what? “…great things and blasphemies…”
So what
does the little horn speak? He speaks blasphemies.
What
does the beast speak? blasphemies.
Must
that mean then that the little horn, and the beast claimed to be God on earth, and
claimed to have the power to forgive sins, and also perform many
of God's other functions? Absolutely! But this isn't all.
Tetapi ini
bukanlah satu-satunya perikop yang menggambarkan tentang hujat. Kalian ingat si
tanduk kecil di Daniel 7? Kita baca ayat 25. Dan salah satu karakteristik si
tanduk kecil ialah si tanduk ini berbicara dengan kata-kata sombong melawan
Yang Mahatiggi. Daniel 7:25, “Ia akan mengucapkan kata-kata sombong menentang Yang Mahatinggi…” Yang dipertanyakan ialah, apa kata-kata sombong yang diucapkan si tanduk kecil ini?
Wahyu 13:5 mendefinisikan apa kata-kata tersebut. Dikatakan di Wahyu 13:5 bahwa
Binatang yang muncul dari laut itu “…diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan…” apa? “…hujat…”
Binatang itu
mengucapkan apa? Hujat.
Kalau begitu
apakah ini berarti si tanduk kecil dan Binatang itu mengklaim sebagai Allah di
bumi, dan mengklaim memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, dan juga melakukan
banyak fungsi lain milik Allah? Betul sekali! Tapi bukan hanya ini.
In
Daniel 8 we have something very, very interesting. And by the way, before
we go to Daniel 8, let me just mention that in Daniel 7 this little horn also
thinks that he can perform the works of God. Because it says that
the little horn not only speaks blasphemies against God, but he actually thinks that
he has power to change God's times, and God's what? and God's Holy Law.
In other words, he's not only claiming to be God, he's claiming to exercise the
functions, and the power of God.
Then,
of course, we have Daniel 8. Daniel 8 speaks also about a little
horn. This little horn represents the same as the little horn of
Daniel 7. But the interesting thing is that in Daniel 8 this little
horn is not mentioned as speaking blasphemies against God. Do you
know what the little horn does in Daniel 8? This is extremely
interesting. What the little horn does is he tries to
supplant the Prince of the host. Do you know who the Prince
of the host is? The Prince of the host is Jesus Christ. You can
read, for example, Joshua 5:13-15 where the same expression “Prince of
the host” is used. And you're going to find that the Prince of the host is
none other than Jesus Christ.
Di
Daniel 8 ada sesuatu yang amat sangat menarik. Dan sebelum kita ke Daniel 8,
saya ingin mengatakan bahwa di
Daniel 7, tanduk kecil itu juga berpikir dia bisa melakukan
pekerjaan-pekerjaan Allah karena dikatakan bahwa si tanduk kecil tidak saja
mengucapkan hujat melawan Allah, tetapi dia sungguh-sungguh berpikir dia memiliki kuasa untuk mengubah
waktu Allah dan apa? Hukum Allah yang kudus. Dengan kata lain,
dia bukan saja mengklaim sebagai Allah, dia
mengklaim menjalankan fungsi-fungsi dan kuasa Allah.
Lalu,
tentu saja di Daniel 8, Daniel 8 berbicara
juga tentang si tanduk kecil. Tanduk kecil ini melambangkan tanduk kecil yang
sama di Daniel 7. Tetapi yang menarik ialah, di Daniel 8 tanduk kecil ini tidak
dikatakan mengucapkan hujat melawan Allah. Tahukah kalian apa yang dilakukan si
tanduk kecil di Daniel 8?
Ini sangat menarik. Apa yang dilakukan tanduk
kecil ialah dia mencoba
menggantikan kedudukan Pangeran bala tentara surga. Tahukah
kalian siapa Pangeran bala tentara surga ini? Pangeran bala tentara surga
adalah Yesus Kristus. Kalian bisa membacanya, misalnya di Yosua 5:13-15 di mana
istilah “Pangeran bala tentara surga” dipakai. Dan kalian akan mendapati bahwa Pangeran bala tentara surga itu
tak lain adalah Yesus Kristus.
And so
in Daniel 8 we're told that the little horn was going to try and take
away the functions of Jesus, defined as “the daily”. Do you
know what “the daily” is? I wish I had time to give a whole lecture on “the
daily”. “The daily” has to do with the functions that the priest performed
in the court and in the holy place. The sacrifice in the court
was to be offered morning, and evening, daily. The lamps in the holy
place were to burn, daily. The bread was to be there, daily. And
the incense, which represents the prayers of the saints, was to go up,
daily or continually. In other words, the little horn was going to take away
from Jesus these functions, and he was going to appropriate these
functions to himself. He was going to think that he could
occupy the place of Jesus Christ.
Maka
di Daniel 8 kita mendapat tahu bahwa si
tanduk kecil akan berusaha merebut fungsi-fungsi Yesus yang disebut sebagai
“yang sehari-hari”. Tahukah kalian “yang sehari-hari” itu apa? Sayang saya tidak punya waktu
untuk memberikan ceramah yang menyeluruh tentang “yang sehari-hari”. “Yang sehari-hari” ini berkaitan
dengan fungsi yang dilakukan seorang imam di pelataran dan di bilik Kudus.
Kurban di pelataran harus dipersembahkan pagi dan sore, setiap hari. Dian-dian
(pelita-pelita) di dalam Bilik Kudus harus menyala setiap hari. Roti harus
tersedia di sana setiap hari. Dan dupa yang melambangkan doa orang-orang saleh,
harus dinaikkan setiap hari atau terus-menerus. Dengan kata lain si tanduk kecil akan merebut
dari Yesus fungsi-fungsi ini, dan dia akan mengambilnya untuk dirinya sendiri.
Dia akan berpikir dia bisa menempati kedudukan Yesus Kristus.
Are you understanding what blasphemy is according to Scripture? There's an abundant amount of testimony in the Bible of what constitutes blasphemy. Now the question is, does the Roman Catholic papacy claim, or has it claimed in the past, that the Pope is God on earth? Absolutely! Let me just read you a sampling of statements.
I could give you more, but we don't have the time to read them all.
Kalian
sudah paham apa itu hujat menurut Kitab Suci? Ada berlimpah kesaksian di dalam
Alkitab mengenai apa saja yang termasuk hujat. Nah, pertanyaannya ialah, apakah
Kepausan Roma Katolik mengklaim,
atau pernah mengklaim di masa lalu, bahwa Paus adalah Allah di bumi?
Betul sekali! Saya akan membacakan beberapa contoh pernyataan-pernyataan itu.
Saya bisa memberikan lebih banyak hanya saja kita tidak punya waktu untuk
membaca semuanya.
This is
from the prestigious commentary, Roman Catholic Commentary, Lucius Ferraris, Prompta Bibliotheca, in the article “Papa” or Pope.
Notice what he has to say: “…the Pope can modify divine law, since his power is not of men, but of God…” his power is what?
“…not of men but of God, and he acts…” now
notice this, “…he acts in
the place of God upon earth, with the fullest power of binding and losing
his sheep.”
Notice
that this Roman Catholic Encyclopedia says that the Pope occupies the
place of God.
Ini dari komentari yang
bergengsi, komentari Roma Katolik, Lucius
Ferraris, Prompta Bibliotheca di bawah
judul “Papa” atau Paus. Perhatikan apa katanya: “…Paus bisa mengubah hukum Ilahi,
karena kuasanya tidak berasal dari manusia,
tetapi dari Tuhan…” kuasanya apa? “…tidak berasal dari manusia tetapi dari Tuhan, dan dia bertindak…” sekarang, perhatikan ini, “…dia bertindak sebagai pengganti Tuhan
di dunia, dengan kuasa penuh dalam hal mengikat dan
melepaskan dombanya.”
Simak bahwa
Ensiklopedia Roma Katolik ini mengatakan bahwa Paus menduduki tempat Allah.
Pope Nicholas I, who ruled from 858 to 867AD had this to
say about the power of the pope's. He says: “It is evident that the Popes can neither be
bound nor unbound by any earthly power, nor even by that of the apostle
[Peter], if he should return upon the earth, since Constantine the Great has
recognized…” now,
listen to this “…since Constantine the Great has
recognized that the pontiffs held the place of God upon earth, divinity not being able to be judged by any living man…” That’s
blasphemy, folks! It continues saying, “…we are then, infallible, and whatever may be our acts, we are not
accountable for them but to ourselves.” (as cited in the Papacy and the Civil Power
p. 248).
Paus Nikolaus I, yang berkuasa dari 858 sampai 867AD, berkata
demikian mengenai kekuasaan Kepausan, katanya: “Jelas bahwa Paus-Paus tidak bisa diikat atau
dilepaskan [= diangkat atau diturunkan dari jabatannya] oleh kuasa dunia apa
pun, bahkan tidak oleh rasul [Petrus] sekali pun, seandainya dia kembali ke
dunia ini, karena kaisar Contantine Agung...” sekarang,
dengarkan ini! “...karena kaisar Constantine Agung sudah mengakui bahwa para
pontif [=paus] memegang jabatan Tuhan di atas bumi, dan yang ilahi tidak dapat
dihakimi oleh manusia mana pun…” Ini menghujat,
saudara-saudara! Selanjutnya dikatakan, “oleh karena itu, kami
ini infalibel (= tidak bisa berbuat salah) dan apa pun tindakan kami, kami tidak harus
mempertanggungjawabkannya, kecuali kepada kami sendiri.” (sebagaimana dikutip dari The Papacy and
the Civil Power, halaman 248).
Notice what Pope Leo XIII had to say in an Encyclical Letter. The name of the Encyclical Letter was On the Chief Duties of Christians as Citizens. It's dated January 10, 1890. Notice what he said. This is more contemporary. “But the surpreme teacher in the church is the Roman Pontiff…” By the way that’s another name for the Pope. “… Union of minds therefore requires, together with a perfect accord, in the one faith, complete submission and obedience of will to the Church and to the Roman Pontiff, as to God Himself.” (The Great Encyclicle Letters of Leo XIII. Pg 193).
Simak apa yang dikatakan Paus Leo XIII dalam surat edarannya
kepada semua gereja, nama surat edaran itu adalah On the Chief Duties of Christians as Citizens [tentang kewajiban pokok orang Kristen
sebagai warganegara], tertanggal 10 Januari 1890.
Perhatikan apa katanya. Surat ini lebih kontemporer. “Tetapi guru tertinggi di dalam gereja adalah
Pontif Roma…” nah, ini adalah nama lain bagi Paus. “…Oleh karena itu, persatuan pikiran memerlukan, bersama-sama
dengan kesepakatan yang sempurna, dalam satu iman, penyerahan sepenuhnya dan kemauan untuk patuh
kepada Gereja dan kepada Pontif Roma, sebagaimana kepada Tuhan sendiri.” (The Great Encyclicle Letters of
Leo XIII Hal. 193)
And Leo XIII also said, in an Encyclical Letter dated June
20, 1894. He said unabashedly, “We hold upon this earth, the place of God Almighty.” (The Great Encyclicle Letters of Leo
XIII. Pg 304).
Leo XIII juga berkata dalam surat edarannya tanggal 20 Juni
1894, ini katanya tanpa malu-malu, “Di atas dunia ini, kami memegang
kedudukan Tuhan yang Mahakuasa.” (The Great Encyclicle Letters of Leo XIII Hal. 304).
Time and again you'll find in the writings of Roman Catholics expressions that apply to the Pope calling him Vicar of Christ, Vice Regent of Christ, Representative of Christ, and yes, Vicar of the Son of God. Do you know the Popes have claimed throughout the course of history to perform the functions of God? I don't have time to get into all of this. You have these texts on your sheets.
·
But he claims to have the
power to forgive sins.
· He claims to have the power to set up kings, and to remove
kings. Daniel 2 says that that's God's prerogative to place kings and to
remove kings.
· He claims to have the prerogative of being bowed down
to.
· He accepts the title “Holy Father”.
· He believes that he can execute the death penalty upon
dissenters.
· He's said that he had power to change the Sabbath to
Sunday.
· He's felt that it's okay to change God's prophetic
calendar.
· They claim to be God's supreme judges on earth.
·
And they also claim to be
infallible expositors of God's will in faith and morals.
Now
folks, all
of those things in the Bible are prerogatives of God. If the papacy
claims to have had this power, it's because they're usurping the
title, and they're usurping the power of God.
Berulang-ulang
kita temukan di tulisan-tulisan Roma Katolik, istilah-istilah yang dipakai Paus
menyebut dirinya Vikar Kristus, Wakil Regen Kristus, Wakil Kristus, dan iya,
Vikar Anak Allah. Tahukah kalian sepanjang sejarah, para paus mengklaim
melaksanakan fungsi Allah? Saya tidak punya waktu untuk membahas semua ini. Ini
sudah ada di kertas yang kalian pegang.
·
Tetapi
paus mengklaim memiliki kuasa untuk mengampuni dosa,
· dia mengklaim memiliki kuasa
untuk mengangkat raja-raja dan menurunkan raja-raja. Daniel 2 berkata bahwa itu
hak prerogatif Allah untuk mengangkat dan menurunkan raja-raja,
· dia mengklaim mempunyai hak prerogatif
untuk menerima sujud,
· dia menerima sebutan “Bapa Suci”,
· dia meyakini dia boleh mengeksekusi
hukum mati atas orang-orang yang dianggap murtad,
· dia berkata dia punya kuasa untuk
mengubah hari Sabat ke hari Minggu,
· dia merasa oke-oke saja mengubah waktu
nubuatan Allah,
· dan mereka mengklaim sebagai
hakim-hakim tertinggi dari Allah di dunia,
·
dan
mereka juga mengklaim sebagai pengajar yang infalibel dalam hal kehendak Allah
tentang iman dan moral.
Nah,
Saudara-saudara, semua hal ini di
dalam Alkitab adalah hak prerogatif Allah. Jika Kepausan mengklaim memiliki
kuasa ini, itu karena mereka merampas jabatanNya, dan mereka merampas kuasa Allah.
Now let me read you some blasphemous statements from a
book by St. Alphonsus Liguori. He is one of the few doctors of the Roman
Catholic Church. There are very few of those. Thomas Aquinas was
another, and there's a handful of other ones. But he did a compendium of
all of the Roman Catholic wisdom on what the power of the priest
is. And I want to read a statement from his book, Dignity and Duties of the Priest or Selva.
This is Page 28. He says this: “Were the Redeemer to descend into a church, and sit in a
confessional…” you
know what a confessional is, right? “…and sit in a confessional to administer the sacrement of
penance...” you know what
that means, those who have been Roman Catholics? It means that you go to the
confessional, you confess your sins and the priest says “Ego te absolvo”, in other words, “I forgive you”. So it says, “…Were the Redeemer to descend into a church and
sit in a confessional to administer the sacrement of penance, and a
priest to sit in another confessional, Jesus would say over each penitent, ‘Ego te absolvo’…” that means ‘I forgive you’ “…the priest would likewise say over each of his penitents, ‘Ego te absolvo’, and the penitents of each
would be equally absolved.”
Sekarang, izinkan saya membacakan beberapa pernyataan hujat dari
buku St. Alphonsus de Liguori. Dia adalah salah satu dari beberapa doktor
Gereja Roma Katolik. Hanya ada beberapa orang saja seperti itu. Thomas Acquinas
adalah salah satu yang lain dan ada beberapa orang lainnya. Tetapi dia
(Alphonsus de Liguori) menulis suatu compendium (= buku
panduan yang padat dan komprehensif) tentang semua kebijakan Roma Katolik dalam
hal kekuasaan para imam. Dan saya ingin membacakan suatu pernyataan dari
bukunya ini, Dignity and Duties of
the Priests or Selva, halaman 28, dia berkata demikian: “Seandainya Sang Juruselamat turun ke gereja
dan duduk di dalam sebuah bilik pengakuan dosa…” kalian tahu apa itu bilik
pengakuan dosa, bukan? “…dan duduk di dalam sebuah bilik pengakuan dosa untuk memberikan sakramen pengampunan...” kalian tahu apa
maksudnya ini, kalian yang pernah menjadi Roma Katolik? Artinya orang masuk ke
bilik pengakuan, mengakui dosa-dosanya, dan imam berkata “Ego te absolvo”, dengan kata lain
“aku mengampuni engkau.” Jadi katanya di sini, “Seandainya Sang Juruselamat turun ke gereja
dan duduk di dalam sebuah bilik pengakuan dosa untuk memberikan sakramen
pengampunan, dan seorang imam duduk di dalam bilik pengakuan yang lain,
sementara Yesus akan berkata kepada setiap orang yang mengakui dosanya, ‘Ego te absolvo’…” yang berarti “Aku mengampuni
engkau”, “…imam itu
juga akan berkata kepada orang yang mengaku
dosa kepadanya ‘Ego te absolvo’, dan masing-masing orang yang mengaku dosa itu,
dosanya akan diampuni tanpa ada perbedaan.”
Here's another statement. It gets worse. Listen, when the priest
claims to have the power to transform the bread and the wine into the
real body and blood of Jesus, notice what St. Alphonsus Liguori
says: “Thus the priest may in a
certain manner, be called the creator of his Creator, since
by saying the words of consecration, he creates, as it were, Jesus in the sacrament, by giving Him
the sacramental existence and produces Him as a victim to be offered to
the Eternal Father. As in creating the world, it was sufficient for God to have
said, ‘Let it be made’ and it was created, He spoke and they were made,
so it is sufficient for the priest to say ‘Hoc est corpus
meum’…” that is, “this is My
body”, “…and behold the
bread is no longer bread, but the body of Jesus Christ. ‘The power of the priest’...” now, listen to this! “...‘the power of the priest,’ says St. Bernardine of Sienna, ‘is the power of the divine person,
for the transubstantiation of the bread requires as much power as the creation
of the world.’”
That’s
blasphemy according to Scriptures.
By the way that’s on pages 33-34 of his book “The Dignity and Duties of the Priests or Selva.”
Di sini ada pernyataan yang lain. Semakin parah. Dengarkan,
ketika imam mengklaim memiliki kuasa
untuk mengubah roti dan anggur menjadi sungguh-sungguh tubuh dan darah Kristus,
perhatikan apa kata St. Alphonsus de Liguori: “Dengan demikian, imam itu dengan cara tertentu, bisa
disebut pencipta dari Penciptanya, karena dengan mengucapkan
kata-kata konsekrasi itu, dengan cara
itu si imam menciptakan
Yesus di dalam sakramen tersebut, dengan menghadirkanNya secara
sakramental, dan menciptakan Dia [Yesus] sebagai kurban untuk dipersembahkan
kepada Bapa yang kekal. Sebagaimana saat menciptaan dunia, cukuplah bagi Tuhan mengatakan
‘Jadilah’ dan itu tercipta, Tuhan berfirman maka terjadilah; demikian
juga cukup bagi imam itu untuk berkata ‘Hoc
est corpus meum’…” artinya “Inilah
tubuhKu”, “…dan lihatlah, rotinya bukan lagi roti,
tetapi menjadi tubuh Yesus Kristus. Kuasa imam...” sekarang, dengarkan ini
baik-baik! “ …‘Kuasa imam itu’,
kata St Bernardine dari Sienna, ‘adalah kuasa dari pribadi ilahi, karena
transubstansiasi roti membutuhkan kuasa yang sama dengan kuasa untuk penciptaan
dunia.”
Ini namanya
menghujat, menurut Firman Tuhan.
Nah, Ini
terdapat di halaman 33-34 dari bukunya “The Dignity and Duties of the Priests or Selva.”
Let me read you one more from the same book, page 34. “When He ascended into heaven, Jesus Christ
left His priests after Him to hold on earth His place of mediator between God
and men, particularly on the altar... The
priest holds the place of the Savior Himself, when by saying ‘Ego te absolvo’…” that means “I forgive
you”, “…he absolves from sin…” or he forgives sins.
Is that
blasphemy according to Scripture? That is absolutely blasphemy.
Saya akan membacakan satu lagi dari buku yang sama, halaman 34, “Ketika Dia naik ke Surga, Yesus Kristus
meninggalkan imam-imamNya untuk memangku jabatanNya di dunia ini sebagai
perantara Tuhan dan manusia, terutama di atas altar... Imam menempati kedudukan Sang Juruselamat sendiri, ketika dengan
mengatakan ‘Ego te absolvo’...” artinya “saya mengampunimu”, “...dia (imam itu) menghapus dosa…” atau dia mengampuni dosa.
Apakah ini menghujat menurut
Kitab Suci? Ini jelas-jelas
menghujat.
And
this system claims to have the power of God, and claims to be able to
exercise the prerogatives of God. Now you notice when we began this
evening, that it says that the beast has a blasphemous name.
And some people have said, well, you know, that's not saying that he had
a blasphemous title. It's saying that he had a blasphemous name, so
it must be a proper name. Not so, because in the book of Revelation “name” can also refer to a title.
And you
say, how is that?
Go with me to Revelation 19:16, this is
speaking about Jesus. I just want to show you that the name doesn't
have to be a proper name. It doesn't have to be the name of a
specific pope; proper name. It refers to a title. Notice Revelation
19:16. “16 And He has on His robe
and on His thigh a name written…” notice, “…a name written, KING OF KINGS AND LORD
OF LORDS.”
Let me
ask you, is that a proper name, or is that a title? That is a title. So
when it says that the beast has a name, the name is not a proper name, it is a
title.
Dan
sistem ini mengklaim memiliki kuasa Allah, dan mengklaim bisa menjalankan
prerogatif Allah. Nah, kalian telah melihat saat kita memulai malam ini, dikatakan bahwa Binatang itu
mempunyai nama hujat. Dan beberapa orang berkata, nah, kalian tahu, itu tidak
berarti dia memiliki titel hujat. Itu mengatakan dia memiliki nama hujat, jadi
yang dimaksud tentunya nama dirinya (nama panggilannya). Bukan, karena di kitab Wahyu, “nama” bisa juga
mengacu kepada titel.
Dan
kalian berkata, kok bisa?
Marilah
bersama saya ke Wahyu 19:16, ini berbicara tentang Yesus. Saya hanya mau
menunjukkan bahwa “nama” itu tidak harus nama diri. Itu tidak harus nama diri
seorang paus tertentu. Itu mengacu kepada sebuah titel. Simak Wahyu 19:16, “Dan pada jubah-Nya dan
paha-Nya tertulis suatu nama,…” perhatikan, “…suatu nama yaitu: RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN SEGALA TUAN.”
Coba saya tanya, apakah itu nama diri
atau itu sebuah titel? Itu sebuah titel. Jadi ketika dikatakan bahwa Binatang itu memiliki nama,
namanya bukanlah nama diri, itu sebuah titel.
Now did
you notice that the name has a number?
You
say, the name has a number? We didn't read that.
Well, let's go to Revelation 13:17.
The name is a blasphemous name. Are you clear on that point? The name is
a blasphemous name. Now we're going to notice that the name
has a number. Revelation 13:17, “17 and that no one may buy or sell except one who has the
mark or the name of the beast, or the number of his…” what?
“…or the number of his name.”
So does
the blasphemous name of the beast have a number? It most certainly has a
number.
You
say, “Well, Pastor Bohr, how do you get the number from a name?”
If this name
has a number ~ which, by the way, we're going to notice is 666 ~
how do you get a number from a name? Let me explain. In Biblical
times they did not have Arabic numerals like we have today. The way
that they wrote numbers was by using letters of the alphabet.
That's true in Hebrew, Greek, and Latin. And it's called gematria, that's the method of
using letters of the alphabet as numbers. Let me give you an
example.
The word for “cross” in the New Testament
is σταυρός [stauros]. If you add up the value of the letters in
Greek, because it's a Greek word, the value of the word “cross” is 777.
That's interesting.
Now if you add up the number value of the letters in
the name “Jesus”, Ἰησοῦς [Iēsous], the
value is 888.
And if you add up the letters in Greek ~
see, we're not cheating, we're not applying Greek to English, or Latin to Italian.
No, we're using the name, in the language, in the number system of the
language ~ the word παράδοσις [paradosis] which means "tradition", the
number value is 666, interestingly enough, the word "tradition".
Sekarang,
apakah kalian melihat bahwa nama itu memiliki sebuah angka?
Kalian
berkata, nama memiliki angka? Kami tidak membaca itu tadi.
Nah, marilah
ke Wahyu 13:17. Nama itu adalah
sebuah nama hujat. Apakah kalian jelas dengan poin itu? Namanya
nama hujat. Sekarang kita akan melihat bahwa nama itu punya sebuah angka. Wahyu 13:17, “dan tidak seorang pun boleh membeli atau menjual selain mereka yang mempunyai tanda atau nama Binatang
itu, atau bilangan…” apanya? “…atau bilangan namanya.”
Jadi, apakah
nama hujat Binatang itu punya angka? Betul sekali, ada angkanya.
Kalian
berkata, “Nah, Pastor Bohr, bagaimana kita bisa mendapat angka dari sebuah
nama?”
Jika nama ini punya angka ~ yang
nanti akan kita lihat ialah
666 ~ bagaimana kita bisa mendapatkan angka dari sebuah nama?
Saya akan menjelaskan.
Di zaman
Alkitab, mereka tidak mengenal numeral/bilangan Arab seperti yang kita miliki
sekarang. Cara mereka menulis angka ialah dengan memakai huruf-huruf abjad.
Itulah faktanya dalam bahasa Ibrani, Greeka dan Latin, dan itu disebut gematria, yaitu metode memakai huruf abjad sebagai
angka. Saya akan memberikan contoh.
Kata untuk
“salib” di Kitab Perjanjian Baru ialah σταυρός [stauros]. Jika kita jumlahkan nilai huruf-hurufnya dalam bahasa Greeka
~ karena itu adalah kata Greeka ~ maka nilai kata “salib” ialah 777. Itu
menarik.
Nah, jika
kita jumlah nilai huruf-huruf dalam nama “Yesus” Ἰησοῦς [Iēsous], nilainya ialah 888.
Dan jika
kita jumlahkan huruf-hurufnya dalam bahasa Greeka ~ lihat, kita tidak menipu,
kita tidak mengaplikasikan bahasa Greeka ke bahasa Inggris atau bahasa Latin ke
bahasa Italia. Kita memakai nama dalam bahasa dengan sistem angka bahasa tersebut
~ kata παράδοσις [paradosis] yang berarti “tradisi”, nilai bilangannya ialah 666, cukup menarik kata
“tradisi” ini.
Now how do we find the
numerical value of the name of the beast? Well, allow me to read from a
few versions here what we need to do in order to determine
the number of his name.
·
I want to read from the
Living Bible. I don't normally read from paraphrases, but this
paraphrase I believe is very, very faithful to the original text;
to the meaning of the original text. Notice what the Living Bible says on
Revelation 13:18, where it speaks about counting the name of the
beast, and the name has a number. It says ~ this is the translation
~ “Here is a
puzzle that calls for careful thought to solve it. Let those who are able,
interpret this code: the numerical values of the letters in his name add to
666!” Did you catch that? “the numerical value of
the letters in his name adds up to 666.”
· Notice the way the New English Bible, which is a kind of
a dynamic translation of the Bible, the New English Bible
says: “The number represents a man’s name, and the numerical value of
its letters is six hundred and sixty six.”
·
Even the Roman Catholic
Douay version has a footnote that says this: “The numeral
letters of his name shall make up this number.” So even
the Roman Catholic version says what you have to do is find the number
value of the letters of his name, and then you know what the number of
his name is.
Nah,
bagaimana kita mendapatkan nilai bilangan dari nama Binatang itu? Izinkan saya
membacakan beberapa versi di sini tentang apa yang harus kita lakukan untuk
menentukan bilangan nama itu.
·
Saya
mau membacakan dari Living Bible. Biasanya saya tidak membaca dari versi-versi
saduran (memakai kata-kata sendiri) tetapi saduran ini, menurut saya tidak
menyimpang dari ayat yang asli, dan jelas mengikuti makna ayat yang asli. Simak
apa yang dikatakan Living Bible tentang Wahyu 13:18 di mana dibicarakan tentang
menghitung nama Binatang itu, dan bahwa namanya memiliki sebuah bilangan.
Dikatakan! Inilah terjemahannya, “Inilah teka-teki yang
membutuhkan pemikiran yang seksama untuk memecahkannya. Biarlah mereka yang
sanggup, menerjemahkan kode ini: nilai bilangan dari huruf-huruf namanya
berjumlah 666!” Apakah kalian menangkap ini? “nilai bilangan dari
huruf-huruf namanya berjumlah 666!”
· Perhatikan
cara New English Bible yang adalah sejenis terjemahan yang dinamis dari
Alkitab, nah New English Bible berkata, “Bilangan tersebut mewakili
nama seorang manusia, dan nilai bilangan dari huruf-hurufnya ialah 666.”
·
Bahkan terjemahan versi Douay yang
adalah kepunyaan Roma Katolik ada catatan kakinya yang demikian: “Bilangan huruf dari namanya akan berjumlah sebanyak angka ini.” Jadi
bahkan versi Roma Katolik mengatakan apa yang harus dilakukan orang ialah
mencari nilai bilangan dari huruf-huruf namanya, makan orang akan tahu apa
bilangan namanya itu.
Now I
want you to notice another characteristic that we find of this beast with
this number. Notice Revelation 13:18. “Here is wisdom. Let him
who has understanding calculate the number of the beast, for it is the
number of a man. His number is 666.”
Now let me tell you something about that expression: “…it is the number of a man…”. Really, the word “man” has the indefinite article “a”, but it's not in the original language. It can be translated, “…it is the number of man…”. In other words, this is a system that is centered in man. By the way, isn't it interesting that many of these antichrist passages have the emphasis upon man? For example, the little horn has eyes like a man. This system has the number of a man. And the one who sits in the temple of God is the man of sin. In other words, this is a system that centers on man; that majors on man. It claims the prerogatives of God, but it brings honor and glory to man.
Now let me tell you something about that expression: “…it is the number of a man…”. Really, the word “man” has the indefinite article “a”, but it's not in the original language. It can be translated, “…it is the number of man…”. In other words, this is a system that is centered in man. By the way, isn't it interesting that many of these antichrist passages have the emphasis upon man? For example, the little horn has eyes like a man. This system has the number of a man. And the one who sits in the temple of God is the man of sin. In other words, this is a system that centers on man; that majors on man. It claims the prerogatives of God, but it brings honor and glory to man.
Sekarang,
dengan angka ini saya mau kalian simak karakteristik lain yang kita dapati pada
Binatang ini. Perhatikan Wahyu 13:18, “Di sinilah hikmat: Hendaknya orang yang bijaksana,
menghitung bilangan Binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang
manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.”
Sekarang
saya mau menyampaikan sesuatu tentang ungkapan “bilangan itu adalah bilangan seorang manusia”. Kata “manusia” memiliki kata sandang
tak tentu “seorang (satu)”, tetapi dalam tulisan aslinya kata sandang tersebut
tidak ada. Kalimat itu bisa diterjemahkan, “bilangan itu adalah bilangan
manusia”. Dengan kata lain ini adalah suatu sistem yang berpusat pada manusia.
Nah, menarik bukan bahwa banyak ayat mengenai antikristus memberikan tekanan
pada manusia? Misalnya, si tanduk kecil
mempunyai mata seperti manusia. Sistem ini memiliki bilangan (angka) manusia.
Dan yang duduk di Bait Allah ialah si “manusia durhaka/manusia dosa”. Dengan
kata lain inilah sistem yang berpusat pada manusia, yang pokoknya (intinya)
ialah manusia. Sistem ini mengklaim hak-hak prerogatif Allah, tetapi
mendatangkan kehormatan dan kemuliaan pada manusia.
Now we
want to ask the question, what language should we use to determine the
value of the letters of the name?
You
say, well, how do we know which language to use? Should we use the Greek
number system to determine the meaning of the name? Should we use
the Hebrew system value of the letters? Should we use the Latin system of
the value of the letters? How do you know which number system to use to
determine the numerical value of the name?
Well,
the fact is there's no doubt whatsoever that we need to use the Latin as the
language to determine the number, and the name of this beast.
And you
say, why Latin, Pastor Bohr?
Well,
for a very simple reason. You remember that there was a dragon in
Revelation 12 that tried to kill the child as soon as the child was
born? Let me ask you, what empire was ruling at that time? It was
Rome. Then you read Revelation 13:2, and it says that the dragon gave his
seat, and his power, and his authority to whom? To the beast. So let
me ask you, where does the beast receive it's authority from? He
receives it from the dragon, and the dragon represents Satan, but also
what? Rome. So, in other words, the beast, and the little horn,
receive their power from Rome. By the way, the little horn also comes
from the head of the dragon beast, which is Rome. In other words, this power,
the little horn, or the beast, are from what nation? They are Roman
powers, which means that we must use the system of what? The system of numbers
that was used in Rome. Now let me ask you, what number system was
used in Rome? The system that is known as Roman Numerals.
Nah,
kita harus bertanya bahasa apa yang seharusnya kita pakai untuk menentukan
nilai angka-angka [= bilangan] huruf-huruf nama itu?
Kalian
berkata, yah, dari mana kita tahu bahasa apa yang harus digunakan?
Haruskah
kita memakai sistem angka-angka Greeka untuk menentukan makna namanya? Haruskah
kita memakai sistem nilai huruf-huruf Ibrani? Haruskah kita memakai sistem
nilai huruf-huruf Latin? Bagaimana kita bisa tahu sistem nilai angka yang mana untuk
menentukan nilai angka-angka nama itu?
Nah,
faktanya ialah, tak diragukan lagi kita
harus memakai bahasa Latin untuk menentukan bilangan dan nama dari Binatang
ini.
Dan
kalian berkata, mengapa bahasa Latin, Pastor Bohr?
Untuk
alasan yang sangat sederhana. Kalian ingat ada seekor naga di Wahyu pasal 12
yang berusaha membunuh si Anak begitu Anak itu dilahirkan? Coba saya tanya,
kekaisaran apa yang sedang berkuasa saat itu? Roma. Lalu kita baca di Wahyu
13:2 dan itu mengatakan bahwa naga itu memberikan kedudukannya dan kekuasaannya
dan wewenangnya kepada siapa? Kepada Binatang itu. Jadi coba saya tanya, dari
mana Binatang itu mendapatkan
wewenangnya? Dia mendapatkannya dari si naga, dan naga itu mewakili Setan, dan juga siapa?
Juga Roma. Jadi,
dengan kata lain, Binatang itu dan si tanduk kecil menerima kekuasaan mereka
dari Roma. Nah, kan si tanduk kecil itu juga berasal dari kepala naga itu,
yaitu Roma? Dengan kata lain, kekuasaan
ini, si tanduk kecil atau Binatang ini, berasal dari bangsa apa?
Mereka adalah kekuasaan Roma, berarti
kita harus menggunakan sistem apa? Sistem bilangan yang dipakai di Roma.
Sekarang coba saya tanya, sistem bilangan apa yang dipakai di Roma? Sistem yang dikenal sebagai
Bilangan/Angka Roma.
Now allow me to read
a text from the New Testament to prove to you that Latin was spoken in the
days of Christ. John 19:20 tells us that Latin was spoken. And don't
you think that I'm just saying, “Well, you know, they spoke Latin way back
then.” No, I'm not saying that. The Bible says that Latin was the
language of Rome back then. Notice John 19:20. It says: “20 Then many of the Jews read this title, for the place
where Jesus was crucified was near the city; and it was written in Hebrew…” what else?
“…Greek, and…” what else? In?
“…Latin.”
So did
Latin exist in the times of the Roman Empire? Yes, it was the official
language of Rome.
Let me
ask you, what is the official language of Papal Rome? Portuguese? No! The
official language of Papal Rome is Latin. Which means that his name
must be a Latin name, because this is a Roman power and we must use Roman
numerals to determine the number of his name. Are you
understanding what I'm saying? Very, very important.
Sekarang izinkan saya membacakan ayat-ayat dari Perjanjian Baru untuk
membuktikan bahwa bahasa Latin dipakai di era Kristus. Yohanes 19:20 mengatakan kepada kita
bahwa bahasa Latin dipakai. Dan jangan mengira hanya saya yang mengatakan,
“Kalian tahu, di zaman lampau itu mereka berbicara dalam bahasa Latin.” Tidak,
bukan saya yang mengatakan demikian. Alkitab
yang berkata bahwa Latin adalah bahasa bangsa Roma pada zaman itu.
Simak Yohanes 19:20, dikatakan, “Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus
disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani…” apa lagi? “…bahasa Yunani dan…” apa lagi? Dalam? “…bahasa Latin.”
Jadi apakah bahasa Latin ada di zaman kekaisaran Roma? Ya, itu adalah
bahasa resmi Roma.
Coba saya tanya, apakah bahasa resmi Kepausan Roma? bahasa Portugis? Bukan!
bahasa resmi Kepausan Roma ialah Latin.
Berarti namanya ini haruslah suatu nama
Latin karena ini adalah kekuasaan Roma dan kita harus menggunakan sistem angka
Roma untuk menentukan angka/bilangan namanya. Apakah kalian paham
apa yang saya katakan? Amat sangat penting.
Okay, now let me just digress a moment here, because I want to show you that the number 666 is very closely related to Rome.
You
know, in antiquity, as I was mentioning, in Hebrew, and in Greek, they
use letters to denote numbers. And they did the same thing in
Latin, but they changed things around. Whereas in Greek, and in
Hebrew, there were many, many letters of the alphabet that were equivalent to
numbers, it wasn't so in Latin. In Latin what they did was choose
six Roman numerals to represent all numbers.
You
say, “No, Pastor, there's seven. There's the ‘I’, the ‘V’, the
‘X’, the ‘L’, the ‘C’, the ‘D’,
right? And the ‘M’, so there's seven, there's not six.”
But let
me tell you that the original system, which was developed by the Latin
poets, did not include the “M”. The “M” was added in the Middle Ages.
The way that they used to write a thousand was not with an “M”. I have
pictures of this. They would write two “D”'s side by side to indicate a
thousand. And so the Latin poets established a system where there
were six letters of the alphabet that were equivalent to numbers. And do
you know what's very interesting? If you add the six Roman numerals that were
part of the original system ~ if you add 1 plus 5, plus 10, plus
50, plus 100, plus 500 ~ the total of the Roman numerals is 666.
This would seem to indicate they were supposed to look for the number 666
somewhere in Rome.
Baiklah,
sekarang saya mau beralih ke topik lain sejenak karena saya mau menunjukkan
bahwa angka 666 itu bertalian sangat erat dengan Roma.
Kalian
tahu, di zaman purba, seperti yang saya sebutkan, dalam bahasa Ibrani dan
Greeka, mereka memakai huruf untuk menulis angka. Dan mereka berbuat yang sama
dalam bahasa Latin, tetapi ada perbedaannya. Jika dalam bahasa Greeka dan
bahasa Ibrani ada banyak huruf abjad yang dipakai untuk angka, tidak begitu
dalam bahasa Latin. Dalam bahasa Latin yang mereka lakukan ialah memilih enam
bilangan Roma untuk mewakili semua angka.
Kalian
berkata, “Bukan, Pastor, ada tujuh, yaitu ‘I’, ‘V’, ‘X’, ‘L’, ‘C’, ‘D’, benar?
Dan ‘M’, jadi ada tujuh, bukan enam.”
Tetapi
saya beritahu, bahwa di sistemnya yang asli, yang diciptakan oleh
penyair-penyair Latin huruf
“M” tidak termasuk. “M” ditambahkan di
abad pertengahan. Cara mereka dulu menulis angka 1000 bukanlah
dengan huruf “M”. Saya punya gambar-gambarnya. Mereka menulis dua “D” berjejer
untuk menulis angka 1000. Jadi para penyair Latin menciptakan suatu sistem di
mana enam huruf abjad dipakai untuk angka. Dan tahukah kalian apa yang sangat
menarik? Jika kita jumlah keenam angka
Roma dari sistem yang asli tersebut ~ jika kita jumlah 1 + 5 +
10 + 50 + 100 + 500 ~ total angka-angka Roma ini ialah 666.
Ini mengindikasikan bahwa angka 666 itu haruslah dicari di Roma.
Now a
question that comes up is what is the name that this system
has that this system applies to its leader, which is a blasphemous name?
I'm going to tell you what the name is. The name is Vicarious Filii Dei. Do you know what that expression
means, that name means in Latin, Vicarious
Filii Dei? It means “Vicar of the Son of God”.
See, in Latin when you have an ending in “i”: Filii, and Dei, it's the genitive,
it's possessive. So basically it means Vicar or representative, or one
who takes the place of the Son of God.
Now
some people say, “Well, you know, this is just, this name really is not a
name that was given to the popes. It's not an official name of the
popes. It's just Protestants that say that that was a name of the
pope.”
Well, I
want to go through some historical evidence to show you that it's not
so.
Sekarang,
muncul pertanyaan, nama apa
dalam sistem ini, yang diaplikasikan sistem ini kepada pemimpinnya, yang adalah nama hujat?
Saya beritahukan apa nama itu. Nama
itu ialah Vicarius Filii Dei.
Tahukah kalian apa makna istilah itu, apa arti nama itu dalam bahasa Latin, Vicarus
Filii Dei? Artinya “Vikar Anak Allah”. Lihat, dalam
bahasa Latin bila ada kata yang berakhir dengan huruf “i”: Filii dan Dei, itu
kata genetiva artinya kepunyaan.
Jadi pada dasarnya artinya Vikar atau representatif dari, atau yang
menggantikan kedudukan Anak Allah.
Nah,
ada yang berkata, “Yah, itu kan hanya sebutan, nama itu bukanlah nama yang
diberikan kepada para paus, itu bukan nama resmi paus-paus, cuma orang
Protestan yang mengatakan bahwa itu nama paus.”
Nah,
saya akan menyebutkan beberapa bukti sejarah untuk menunjukkan kepada kalian bahwa
tidaklah demikian.
For
example, in the Donation of Constantine ~ I'm going to go through some
history now, and you might not know a lot of this history, but I
think it's very, very important ~ in the Donation of Constantine we find
the following words written in this document, which I'm going to talk to
you a little bit more about in a few moments.
“As the blessed Peter is seen to have been constituted Vicar of
the Son of God…” blessed Peter was what? Constitued what? “…Vicar of the Son of God…” by the way this
was written in Latin and the expression is “VICARIUS FILII DEI”, “…on the earth, so the pontiffs who are
the representatives of that same chief of the apostles, should obtain from us
and our empire, the power of a supremacy greater than the clemency of our
earthly imperial serenity is seen to
have conceded to it.”
Misalnya,
dalam Donation of Constantine ~ sekarang
saya akan membahas sedikit sejarah, dan kalian mungkin tidak begitu tahu
tentang sejarah ini, tetapi menurut saya ini amat sangat penting ~ dalam Donation of Constantine, kita temukan
kata-kata berikut tertulis di sana, yang nanti akan saya bahas sedikit lebih
banyak lagi.
“Karena Petrus
yang diberkati ternyata telah diangkat
sebagai Vikar Anak Allah…” Petrus yang diberkati telah diapakan?
Diangkat sebagai apa? “…Vikar Anak Allah…” Jangan lupa dokumen itu ditulis di dalam bahasa
Latin, dan istilah yang dipakai adalah “VICARIUS FILII DEI”, “…di atas bumi, maka para pontiff yang adalah representatif dari
kepala para rasul yang sama, harus memperoleh dari kami dan kerajaan kami,
kuasa supremasi yang lebih tinggi daripada yang diakui oleh kemurahan
kekaisaran duniawi.”
Let me
tell you a few things about the Donation of Constantine. It was
actually, purportedly, a letter that was written by Constantine the Great,
the Emperor, to Pope Silvester
I. And if you read the Donation of Constantine, you'll see
that Constantine apparently gave temporal power to the pope. He
practically gave the pope unlimited temporal or political power in the Donation of
Constantine. Now it's interesting that this document was known as
early as the 9th Century A.D. But beginning with the 11th Century
A.D. it began to be used by the popes in order to prove that they had a
right to govern not only in religious affairs, but they had the
right to govern in political affairs as well, because they
used the forgery that said Constantine signed this as the Emperor,
and he told us that we could govern not only in religious affairs but also
in civil affairs. Well, the authenticity of the Donation of Constantine
was questioned. Beginning in the 15th Century, when literary criticism
began to grow, a man by the name of Nicholas of Cusa was the first to
really say, you know, “There's some things in this that show that this
doesn't go all the way back to Constantine. This is a forgery from much
later.” And then a scholar by the name of Laurentius Valla decided that
he would do a very meticulous historical study of the Donation of Constantine, and he
showed beyond any reasonable doubt, that this document was a total forgery
that was used to try and sustain the temporal claims of the Roman
Catholic Papacy.
By the
way, the Papacy did not enjoy the work of Laurentius Valla because in
1559 the Roman Catholic Inquisition put his book on the index of
forbidden books.
Now
some Catholic theologians say, “Well, you know, this was a forgery.
You can't say that because this document used the name Vicarius Filii Dei, and it says that
this title was given to Peter, and it was given to his successors, you
can't say that that's an official title of the Roman Catholic
Papacy when it's a forgery.”
But the
fact is, folks, that this document, even though it was a forgery, was used at
least by ten popes, and panned off as authentic and authoritative of the
Roman Catholic Church. In other words, even though it was a
forgery they said, “This is definitely true.” And for hundreds of years they actually used
the wording of the Donation of Constantine to defend the
temporal power of the Roman Catholic Papacy.
Saya
akan menyampaikan beberapa hal tentang dokumen Donation
of Constantine. Sebenarnya dokumen ini konon adalah surat yang ditulis oleh
Constantine Agung, kaisar Roma, kepada Paus
Silvester I. Dan jika kita baca Donation of
Constantine, kita akan melihat bahwa kaisar Constantine ternyata memberikan
kekuasaan sekuler kepada paus tersebut. Dia praktis memberi paus itu kekuasaan
sekuler atau kekuasaan politik yang tidak terbatas di Donation of Constantine. Nah, yang menarik ialah, dokumen ini sejak abad ke-9
sudah dikenal, tetapi mulai abad ke-11 dipakai oleh para paus untuk membuktikan
bahwa mereka punya wewenang untuk memerintah bukan saja dalam urusan rohani
tetapi mereka berhak memerintah dalam urusan politik juga karena
mereka memakai dokumen palsu ini yang mengatakan bahwa Constantine telah
menandatanganinya sebagai kaisar dan dia (Constantine) mengatakan bahwa kami
(para paus) boleh memerintah bukan saja dalam urusan rohani tetapi juga dalam
urusan sipil. Nah keaslian dokumen Donation of
Constantine ini dipertanyakan. Sejak abad ke-15 ketika kritikan mulai
merebak, seorang yang bernama Nicholas of Cusa adalah orang pertama yang
benar-benar mengatakan, “Ada hal-hal dalam dokumen ini yang menunjukkan bahwa
dokumen ini tidak berasal dari zaman Constantine. Ini adalah pemalsuan dari
masa yang lebih baru.”
Kemudian
seorang pakar bernama Laurentius Valla memutuskan untuk melakukan suatu
penyelidikan sejarah yang sangat terperinci atas dokumen Donation of Constantine ini, dan dia membuktikan tanpa keraguan
sedikit pun bahwa dokumen ini
benar-benar palsu, yang telah dipakai sebagai upaya untuk
mempertahankan klaim wewenang sekuler Kepausan Roma Katolik.
Nah,
tentu saja Kepausan tidak gembira dengan pekerjaan Laurentius Valla karena di
1559 Inkuisisi Roma Katolik memasukkan bukunya dalam daftar buku-buku
terlarang.
Nah
beberapa theolog Katolik berkata, “Yah, dokumen itu kan palsu, jadi kalian
tidak bisa mengatakan bahwa dokumen ini memakai nama Vicarius Filii Dei dan dokumen ini berkata bahwa ini adalah
sebutan yang diberikan kepada Petrus dan kepada penerus-penerusnya. Kalian
tidak bisa berkata bahwa itu adalah titel resmi Kepausan Roma Katolik karena
dokumen itu kan palsu.”
Tapi
faktanya, Saudara-saudara, dokumen
ini, walaupun palsu, dipakai oleh sedikitnya sepuluh orang paus dan disodorkan
sebagai asli dan berkekuatan hukum oleh gereja Roma Katolik.
Dengan kata lain, walaupun dokumen itu palsu, mereka berkata, “Ini jelas benar”
dan selama ratusan tahun mereka benar-benar memakai kata-kata Donation of Constantine untuk membela
kekuasaan sekuler Kepausan Roma Katolik.
By the
way, this
title, Vicarius Filii Dei, was
incorporated into official Roman Catholic Cannon Law in what is known
as Gratian's Decretals,
which was published
in 1140. And this is an official document of the Roman Catholic Church.
It's Cannon Law, it's the laws of the Roman Catholic Church. And that
language from the Donation of Constantine was incorporated into the Decretals of
Gratian, which means that it became official in Roman Catholicism.
In other words, it is an official title.
Nah,
titel ini Vicarius Filii Dei, dimasukkan ke dalam Cannon Law Roma
Katolik yang resmi dan dikenal sebagai Gratian’s Decretals, yang diterbitkan di
1140. Dan ini adalah dokumen resmi gereja Roma Katolik. Ini adalah Cannon Law, yaitu hukum-hukum gereja Roma Katolik. Dan bahasa dalam Donation of Constantine dimasukkan ke dalam Decretals of Gratian, yang berarti itu membuatnya menjadi resmi
dalam Roma Katolikisme. Dengan kata lain, titel tersebut adalah
titel resmi.
By the way, the title is also used by
Cardinal Henry Edward Manning in his book, The
Temporal Power of the Vicar of Jesus Christ, which he wrote in the
year 1862. Actually, at his time none of the nations of Europe
wanted anything to do with the Roman Catholic Papacy. And so Manning
wrote his book to scold the nations of Europe, because they didn't
support the Papacy after the French Revolution, when the Papacy received
the deadly wound. And so I'd like to read this statement where he's
castigating the nations of Europe for abandoning the Papacy. He
said this: “See
this Catholic Church, this church of God, feeble and weak, rejected even by the
very nations called Catholics. There is Catholic France, and Catholic Germany,
and Catholic Italy giving up this exploded figment of the temporal power of the
Vicar of Jesus Christ…” In other words, they are giving up this
concept of Jesus Christ, the
Vicar of Jesus Christ “…and
so, because the church seems weak…” and now, listen to this ~ “…and the Vicar of the Son of God…” by the way, that is Vicarius Filii Dei ~ “…the vicar of the Son of God is renewing
the Passion of his Master upon earth, therefore we are scandalized,
therefore we turn our faces from him.” (p.
141-142) He is
saying, “we turn our faces from the Vicar of the Son
of God,” which was the Pope that was ruling in
his day.
He continued
saying in his book speaking about the growing temporal power of the
Papacy under the Popes Gregory I, Leo III, Gregory VII and Alexander III, he
says, “At
this time, the power of the Pope, the temporal power of the Pope became a
dogma, a law of conscience and axiom of the reason of theological certainty.” And then he said this, “So
that I may say there never was a time when the temporal power of the Vicar of the Son of God…” there is the
same title again! “...the temporal power of
the Vicar of the Son of God, though assailed as we see it, was more
firmly rooted throughout the whole Unity of the
Catholic church and convictions of its members...” (page 231).
By the way the title is also in
the prestigeous Roman Catholic Dictionary or Encyclopedia,
called Prompta Bibliotheka, written or
prepared by Lucius Ferraris.
Nah, titel
tersebut juga dipakai oleh Uskup Henry Edward Manning dalam bukunya The Temporal Power of the Vicar of Jesus Christ [Kekuasaan Duniawi Vikar Yesus
Kristus], yang
ditulisnya di tahun 1862. Sebenarnya, di zamannya itu, bangsa-bangsa di Eropa
tidak ada yang mau punya urusan dengan Kepausan Roma Katolik. Maka Manning
menulis bukunya itu untuk menegur bangsa-bangsa di Eropa karena mereka tidak
mendukung Kepausan setelah peristiwa Revolusi Perancis saat Kepausan menerima
luka yang mematikannya.
Nah saya
ingin membacakan pernyataan ini di mana Manning menegur bangsa-bangsa Eropa
dengan keras karena mereka telah menelantarkan Kepausan. Dia berkata demikian: “Lihatlah Gereja Katolik ini, gereja Tuhan ini, lemah dan tidak berdaya,
ditolak bahkan oleh bangsa-bangsa yang mengaku sebagai katolik. Ada Perancis
Katolik, dan Jerman Katolik, dan Itali Katolik, meninggalkan kekuasaan duniawi
dari Vikar Yesus Kristus yang telah meletus menjadi figmen…”
Dengan kata lain mereka meninggalkan konsep ini dari Yesus Kristus,
yaitu konsep Vikar Yesus Kristus, “…dan dengan demikian, karena gereja tampaknya lemah…” dan sekarang, dengarkan ini: “…dan Vikar Anak Allah…” jangan
lupa ini adalah istilah “Vicarius
Filii Dei”, “…Vikar
Anak Allah sedang mengalami kembali penderitaan dari Pemimpinnya di atas bumi, oleh
karena itu kita merasa bahwa itu adalah suatu skandal, itulah sebabnya kita
memalingkan wajah darinya.” (hal 141-142). Dia
berkata, “kita memalingkan wajah dari Vikar Anak Allah” yang adalah Paus yang
berkuasa pada zamannya.
Dia
melanjutkan berkata dalam bukunya, berbicara mengenai berkembangnya kekuasaan
duniawi dari Kepausan di bawah Paus Gregory I, Leo III, Gregory VII dan
Alexander III, dia berkata, “Pada saat ini, kekuasaan Paus, kekuasaan duniawi Paus menjadi suatu dogma,
suatu hukum bagi hati nurani, dan suatu kebenaran yang kokoh dari kepastian
pemikiran teologia.” Lalu dia berkata begini, “Jadi, bisa saya katakan, tidak pernah ada suatu waktu
ketika kekuasaan duniawi Vikar Anak Allah…” gelar itu disebut lagi! “…kekuasaan
duniawi Vikar Anak Allah, walaupun diserang seperti yang telah kita saksikan, lebih mengakar daripada sekarang dalam
seluruh kesatuan gereja Katolik dan keyakinan anggota-anggotanya...” (hal 231).
Ketahuilah, gelar
ini juga ada di dalam Kamus atau Ensiklopedia Roma Katolik yang
dihormati, yaitu Prompta
Bibliotheka, yang ditulis atau disiapkan oleh Lucius Ferraris.
I'd like to read you an interesting
statement also from the book by John Paul II, Crossing the Threshold of Hope, a very, very popular
book. This is what he says on, actually I think it's page 7 of his
book, he says this, actually it's page 3. He says: “The leader of
the Catholic church is defined by the faith as the Vicar of Jesus Christ (and is accepted as such by believers).” And then John Paul II says this: “The Pope is
considered the man on earth who represents the Son of God… ” is that not what a “Vicar” is? Someone who
represents someone else? Yes! “…who represents
the Son of God…” and now,
notice, who what? “… who ‘takes the
place’ of the Second Person of the omnipotent God of the Trinity.” What is he saying? The pope what? Occupies the place of Jesus Christ, and
actually represents Jesus Christ, taking His place.
Saya ingin
membacakan suatu pernyataan yang sangat menarik dari buku tulisan Paus Yohanes
Paulus II, “Crossing the
Threshold of Hope” [= Melangkahi Ambang Harapan], buku yang amat sangat terkenal. Inilah yang
dikatakannya ~ saya rasa ada di halaman 7 dari bukunya dia berkata demikian, oh,
yang benar adalah halaman 3, dia berkata demikian: “Pemimpin Gereja Katolik didefinisikan oleh agamanya sebagai Vikar
Yesus Kristus (dan ini diterima oleh umat percaya).” Lalu Yohanes Paulus II berkata demikian: “Paus dianggap sebagai manusia yang mewakili Anak Allah di dunia...” apakah itu bukan seorang “Vikar”? Seseorang yang mewakili orang lain? Ya! “…yang mewakili Anak Allah di
dunia…” Dan sekarang, perhatikan, yang
bagaimana? “…yang ‘mengambil tempat’ milik
Pribadi Kedua dari Allah Trinitas yang Mahakuasa.” Apa yang dikatakannya? Paus itu apa? Yang mengambil
tempat Yesus Kristus, dan sesungguhnya mewakili Yesus Kristus, menggantikanNya.
By the way, one of the greatest Patristic
scholars, an expert in the writings of the church fathers in the
Roman Catholic Church, was Johannes Quasten. Even today if you ask a
Roman Catholic who the standard was, when it comes to the writings of the
Church fathers, the name of Johannes Quasten will come up. And
notice what he had to say: “The title Vicarius Christi…” that is Vicar of Christ, “…as well as the
title Vicarius Filii Dei is very common as the title….” of what? “… as the
title of the Pope.”
Nah, salah satu pakar patristik yang paling terkenal,
seorang ahli dalam tulisan bapak-bapak gereja Roma Katolik, ialah Johannes
Quasten. Bahkan jika hari ini kita bertanya kepada seorang Roma Katolik siapa
yang dijadikan standar dalam hal tulisan bapak-bapak gereja, nama Johannes Quasten
pasti akan muncul. Perhatikan apa yang dia katakan, “Gelar Vicarius Filii Christi…” yaitu Vikar Kristus, “…maupun gelar Vicarius Filii Dei adalah sangat umum sebagai…” gelar siapa?
“… sebagai gelar Paus.”
Now for some time Adventists were saying that this title, Vicarius Filii Dei, was on the Papal tiara, or on the Papal mitre. But people today they look at the mitre, and they look at the tiara, and they say, the name Vicarius Filii Dei isn't on there. And so the Roman Catholic Church has said it was never on there. I want to share a statement from The Great Controversy, Page 61, where Ellen White explains what happened to several of the records that were kept during the period of the Middle Ages. Actually, they were not preserved, they were destroyed. Notice what she says: “Rome endeavored also to destroy every record of her cruelty toward dissenters. Papal councils decreed that books and writings containing such records should be committed to the flames. Before the invention of printing, books were few in number and in a form not favorable for preservation; therefore there was little to prevent the Romanists from carrying out their purpose.”
Nah, selama
beberapa waktu, orang-orang Advent berkata bahwa gelar ini Vicarius
Filii Dei, ada di tiara Paus, atau mitra (topi panjang) Kepausan. Namun hari ini
mereka melihat mitra itu dan mereka melihat tiaranya, dan mereka berkata nama Vicarius
Filii Dei tidak ada di sana. Maka gereja
Roma Katolik berkata, bahwa nama itu memang tidak pernah ada.
Saya mau
membagikan suatu pernyataan dari The Great
Controversy, hal. 61, di mana Ellen White menjelaskan apa yang telah
terjadi selama zaman abad pertengahan pada beberapa rekor yang tersimpan.
Faktanya ialah rekor-rekor itu tidak dipelihara, tetapi dihancurkan. Perhatikan
apa kata Ellen White, “Roma juga
berusaha keras untuk menghancurkan setiap rekor (catatan) tentang
kekejamannya terhadap orang-orang yang menolak ajarannya. Konsili-konsili
Kepausan mengundang-undangkan bahwa buku-buku dan tulisan-tulisan yang berisi
rekor-rekor ini harus dibakar. Sebelum percetakan diciptakan, hanya ada sedikit
sekali buku dan adanya dalam bentuk yang tidak mudah dipertahankan; karena itu
tak banyak yang bisa mencegah orang-orang Roma ini dari melaksanakan keinginan
mereka.”
Now I
want to read you a couple of statements from Our Sunday Visitor. It is actually a very important publication.
It's the main
publication of the Archdiocese of Baltimore, or at least it
was. In the edition of November 15, 1914 ~ and, by the way, I have copies
of both of these that I'm going to read now, so this is something that I
have in my possession, in my files.
The question was asked, November 15, 1914, and this is the
question: “Is
it true that the words of the Apocalypse in the 13th chapter, 18th verse, refer
to the Pope?” Now, here’s the answer that’s
given in this Roman Catholic publication: “The words referrred to are these: ‘Here is
wisdom. He that hath understanding, let him count the number of the Beast, for
it is the number of a man. And the number of him is 666.’… ” Now notice this: “…The title of the Pope in Rome is Vicarius Filii
Dei...” This is an official Roman Catholic publication! “…This is inscribed on his mitre, and if you take the letters of his title
which represents Latin numerals, and add them
together, they come to 666.”
Sekarang saya mau membacakan dua
pernyataan dari Our Sunday Visitor.
Sesungguhnya ini adalah publikasi yang sangat penting, paling tidak pada saat
itu. Ini adalah publikasi utama dari Keuskupan Tinggi
Baltimore,
dalam edisi 15 November 1914 ~ dan ketahuilah saya punya copy-copy kedua
dokumen yang akan saya bacakan ini, jadi ini adalah sesuatu yang saya miliki,
ada di arsip saya.
Sebuah pertanyaan diajukan pada 15 November 1914, dan inilah
pertanyaannya: “Apakah benar, kata-kata Wahyu pasal 13, ayat 18, mengacu kepada
Paus?” Sekarang, inilah jawaban yang diberikan dalam publikasi
Roma Katolik tersebut: “Kata-kata yang dimaksud adalah ini: ‘Di sinilah hikmat: Hendaknya
orang yang bijaksana, menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu
adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh
enam.’…” sekarang perhatikan ini, “…Gelar Paus
di Roma adalah Vicarius Filii Dei …” ini
adalah publikasi resmi dari Roma Katolik! “…Ini tertulis di mitranya dan jika Anda mengambil huruf-huruf dari gelarnya ini yang
mewakili angka-angka Latin, dan menjumlahnya
semua, mereka mencapai 666.”
In another addition of Our
Sunday Visitor, April 18, 1915, Answer-Question was asked, here it
is: “What are the letters
supposed to be in the Pope’s crown, and what do they signify if anything?” Here’s the answer that was given
in this publication: “The
letters inscribed in the pope’s mitre are these: Vicarius Filii Dei…” this is not
some Protestants saying this! “… the letters inscribed in the Pope’s
mitre are these: Vicarius Filii Dei, which is the Latin for the Vicar of
the Son of God…”
Vicar means, he who represents, he who occupies the place, as
was defined by John Paul II. It continues saying, “…Catholics hold that the church which is a visible society,
must have a visible head. Christ before His ascension into Heaven, appointed
St. Peter to act as His representative. Upon the death of Peter, the man who
succeeded to the office of Peter as the Bishop of Rome, was recognized as the
head of the church. Hence to the Bishop of Rome, as head of the church, was
given the title ‘Vicar of Christ’.”
Dalam terbitan yang lain dari Our Sunday Visitor, 18 April 1915, di Tanya-Jawab ditanyakan demikian: “Huruf-huruf apa yang seharusnya ada di
mahkota Paus, dan apa maknanya jika ada?” Inilah jawaban yang
diberikan di dalam terbitan ini: “Huruf-huruf
yang tercantum di mitra Paus adalah ini: Vicarius Filii Dei…” ini bukan orang-orang
Protestan yang berkata demikian! “…Huruf-huruf yang tercantum di mitra Paus
adalah ini: Vicarius Filii Dei, yaitu
bahasa Latin untuk Vikar Anak Allah…” “Vikar” artinya, dia
yang mewakili, dia yang menduduki tempat, sebagaimana didefinisikan oleh
Yohanes Paulus II. Selanjutnya dikatakan, “…Umat Katolik meyakini, karena gereja adalah suatu perkumpulan
yang nampak, harus memiliki kepala yang nampak. Sebelum kenaikanNya ke Surga,
Kristus menunjuk St. Petrus untuk bertindak sebagai representatifNya. Pada saat
kematian Petrus, orang yang mewarisi jabatan Petrus sebagai Uskup Roma, diakui
sebagai kepala gereja. Dengan demikian kepada Uskup Roma sebagai kepala gereja,
diberikan gelar ‘Vikar Kristus.’”
Now the interesting thing is that a Roman Catholic apologist by the name of Patrick Madrid contacted Robert Lockwood, who was the editor of Our Sunday Visitor, and said that he wanted to take a look at the 1915 issue of Our Sunday Visitor. And when he contacted Robert Lockwood he said, “I'm sorry, but that particular issue is not available. It has been expunged from the archives.”
Now let
me tell you folks, if they expunged an incriminating article like that; a
whole issue, not an article, but a whole issue of Our Sunday Visitor from their archives, would it just be very possible to
delete or take away the title Vicarius
Filii Dei from the tiara, or from the mitre of the Pope's crown?
Absolutely! By the way, there are witnesses from the past who
testify that they saw the papal tiara, or the mitre with the name Vicarius Filii Dei.
Yang
menarik ialah seorang apologist [= orang yang berdebat untuk
mempertahankan atau membenarkan suatu institusi] Roma Katolik bernama Patrick Madrid
menghubungi Robert Lockwood, yang saat itu adalah editor Our Sunday Visitor, dan mengatakan dia ingin melihat terbitan Our Sunday Visitor 1915. Dan ketika dia
menghubungi Robert Lockwood, Lockwood berkata, “Maaf, tetapi terbitan tersebut
tidak ada. Itu sudah dimusnahkan dari arsip.”
Saya
katakan, Saudara-saudara, jika mereka telah memusnahkan artikel yang
mengkriminasi seperti itu, seluruh terbitan, bukan hanya satu artikel melainkan
seluruh terbitan Our Sunday Visitor dari
arsip mereka, tidakkah sangat
mungkin untuk melenyapkan atau membuang gelar Vicarius Filii Dei dari tiara atau mitra mahkota Paus? Tentu saja! Nah, ada saksi-saksi dari
masa lampau yang menyaksikan bahwa mereka telah melihat mahkota kepausan atau mitranya
dengan nama
Vicarius Filii Dei.
Now it's true that September 16, 1917 ~ and this article
was repeated on August 3, 1941 of Our
Sunday Visitor ~ the Roman Catholic Church disowned what they had
said in the first two issues. This is what they said: “The
words ‘Vicarius Filii Dei’ are not the name of the Pope, they do not even
constitute his official title.”
Nah, memang benar bahwa pada 16 September 1917 ~ dan artikel ini
kemudian diulangi lagi pada
3 Agustus 1941 oleh Our Sunday Visitor ~ gereja Roma
Katolik menyatakan bahwa mereka tidak mengakui mereka pernah
berkata demikian dalam dua terbitan yang lebih dulu. Inilah kata
mereka: “Kata-kata ‘Vicarius
Filii Dei’ bukanlah nama Paus, kata-kata itu bahkan tidak merupakan bagian dari
gelar resminya.”
Now
we've already noticed historically that it is his official title,
and it's officially
incorporated and used in the Donation of Constantine in Gratian's
Decretals, it's also used by Pope John Paul II, it's used by Cardinal Henry
Edward Manning. It's used in different sources as an official title.
And, of course, Johannes Quasten, the renowned
patristics scholar of the Roman Catholic Church says that it is an
official title. So let me ask you, which issue of Our Sunday Visitor should we believe?
Nah, kita sudah menyimak, secara historis ini benar gelar resminya dan secara resmi tercantum dan dipakai di
Donation of Constantine, Gratian
Decretals, dan juga dipakai oleh Paus Yohanes Paulus II, dipakai oleh
Uskup Cardinal Henry Edward Manning, dipakai dalam pelbagai sumber sebagai gelar resmi. Dan tentu juga Johannes Quasten,
pakar tulisan bapak-bapak gereja Roma Katolik yang terkenal berkata, bahwa ini
adalah gelar resminya. Jadi, coba saya bertanya, terbitan Our Sunday Visitor yang
manakah yang harus kita percayai?
Now
there are many people these days who choose different names to apply to
the number 666.
For
example, they say dux cleric, which
means the head of the clergy, comes out to 666.
Another
word, lateinos, which means Latin
man, also comes out to 666.
Another name, ludovicus, means chief of the court of Rome, if you add up the letters in Roman numerals, it also comes out to 666.
Another name, ludovicus, means chief of the court of Rome, if you add up the letters in Roman numerals, it also comes out to 666.
Actually, the name of John Paul II in Latin, loannes Paulus Secundo also comes out to
666.
And so
they try and find the number 666 in all of these names. But let me
tell you the problem that I have with all of these names. None of
these names are particularly blasphemous. Is it blasphemous to
speak of the head of the clergy? No. Is it blasphemous to speak of the
Chief of the Court of Rome? No. Is the name loannes Paulus Secundo particularly blasphemous, his proper
name? Absolutely not. Is the word Lateinos,
which means Latin man; is that particularly blasphemous? No. The name
which gives a number must be what kind of a name? It must be a
blasphemous name; a name that apparently gives him the right to claim the
prerogatives of God, and to claim the power of God.
Sekarang, dewasa ini ada banyak orang yang memilih nama-nama yang berbeda untuk diaplikasikannya kepada angka 666.
Misalnya mereka berkata “Dux Cleric” yang
artinya Kepala Imam, jika ditotal angkanya 666.
Kata yang lain adalah “Lateinos” yang
artinya orang Latin juga totalnya 666.
Nama yang lain “Ludovicus” yang artinya Kepala
Pengadilan Roma, jika dijumlah huruf-hurufnya memakai angka Roma, juga mencapai
666.
Bahkan nama Yohanes Paulus II dalam bahasa Latin: Ioannes Paulus
Secundo juga totalnya 666.
Maka, mereka berusaha menemukan angka 666 ini dalam semua nama
tersebut.
Tetapi, ketahuilah masalah saya dengan semua nama ini: tidak ada satu nama pun yang
dari dirinya sendiri bisa dianggap nama hujat. Apakah bicara
tentang Kepala Imam itu menghujat? Tidak. Apakah itu menghujat berbicara
tentang Kepala Pengadilan Roma? Tidak. Apakah nama Ioannes Paulus Secundo itu
sendiri menghujat, nama dirinya? Pasti tidak. Apakah kata “Lateinos” yang berarti manusia
Latin itu sendiri menghujat? Tidak.
Nama yang
memberikan jumlah angka itu haruslah nama yang bagaimana? Haruslah
sebuah nama hujat, nama yang jelas memberinya wewenang untuk
mengklaim hak prerogatif Allah dan mengklaim kuasa Allah.
By the
way, do you know who Jesus left on this earth as His representative when
He left? It was not the Pope. It was the Holy Spirit. Notice
what we find in John 14:16-18.
Here Jesus is speaking. “16 And I will pray the Father, and
He will give you another Helper, that He may abide with you forever— 17 the Spirit of truth, whom the
world cannot receive, because it neither sees Him nor knows Him; but you know
Him, for He dwells with you and will be in you. 18 I will not leave you orphans; I
will come to you.”
So who did
Jesus send as His representative on earth? the Holy Spirit.
Nah, tahukah kalian
siapa yang ditinggalkan Yesus di bumi sebagai representatifNya ketika Dia
pergi? Bukan Paus, tapi Roh Kudus. Simak apa yang kita temukan di Yohanes
14:16-18. Di sini Yesus sedang bicara, “16 Aku akan minta
kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Pembantu yang lain,
supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, 17 yaitu Roh Kebenaran yang tidak dapat diterima oleh dunia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal
Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, karena Dia
tinggal bersamamu dan akan menyertai
kamu. 18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku akan datang kembali kepadamu.”
Jadi siapa
yang dikirim Yesus sebagai wakilNya di bumi? Roh Kudus.
Now
look how interesting this is. Jesus said, I'm going to be the visible
head, and I'm going to be in heaven. The Holy Spirit is going to be
the invisible head, and He's going to be on earth.
The Roman Catholic Church
has changed that around. And they say the
invisible head of the church is in heaven: Jesus Christ; and the visible
head of the church is the Pope on earth. In this way the Pope
has usurped not only the position of Jesus Christ, but has usurped the
position of the Holy Spirit. If that isn't the epitome of
blasphemy, I don't know what is.
Sekarang,
lihat betapa menariknya ini. Yesus berkata, Aku akan menjadi Kepala Gereja yang
nampak (karena Yesus kembali ke Surga dengan tubuh
manusiaNya) dan
Aku akan berada di Surga. Roh Kudus akan menjadi Kepala yang tidak Nampak (karena Roh tidak bisa dilihat), dan Dia akan berada di bumi.
Gereja
Roma Katolik memutarbalikkan ini. Mereka berkata, “Kepala Gereja yang tidak
nampak ada di Surga, yaitu Yesus Kristus; dan kepala gereja yang nampak adalah
Paus, di bumi. Dengan cara ini, Paus
telah merebut bukan saja hanya kedudukan Yesus Kristus, tetapi telah merebut
posisi Roh Kudus. Jika itu bukan lambang tertinggi dari hujat,
saya tidak tahu lagi apa itu.
By the
way, did you know that the word “antichrist” is almost synonymous to
the expression, Vicar of the Son of God, Vicarius Filii Dei?
You
say, “Now wait a minute Pastor. Antichrist means somebody who is against
Christ, or who is opposed to Christ?”
That's
possible, but do you know that the Greek preposition ἀντί [an-tee'] also means to take the place of, or to
substitute for someone. Let me give you
some examples.
·
In Greek the word ἀντί βασιλεύς [anti
basileus] means one who takes the place of the
king when the king leaves.
· You are acquainted with the name Ἀντίπας [Antipas],
right? “Antipas” actually means one who
ruled in place of his father. He didn't rule
against his father. He ruled in place of his father.
·
We have the word
“antitype”. Do you know what the word “antitype” means? It
means that
which takes the place of the type. See when the antitype comes
you don't need the type anymore, because the type is fulfilled. So,
in other words, antitype means that which takes the place of the
type.
So the
question is, what is meant then by the word “antichrist”?
The word “antichrist”:
·
does not mean merely against Christ,
·
it means one who seeks to occupy the place of
Christ, just like John Paul II said in his book, The Threshold of Hope.
Nah, tahukah
Anda bahwa kata “Antikristus” itu nyaris bersinonim dengan istilah
Vikar Anak Allah, “Vicarius Filii Dei”?
Anda akan
berkata, “Tunggu, Pastor, Antikristus kan berarti seseorang yang melawan
Kristus atau seseorang yang bertentangan dengan Kristus?”
Itu mungkin.
Tetapi tahukah Anda, kata
depan Greeka ἀντί
[an-tee'] juga
berarti “mengambil tempat dari” atau “menggantikan seseorang”. Saya berikan beberapa contoh:
·
Kata Greeka ἀντί βασιλεύς [anti basileus] berarti “orang yang menggantikan kedudukan raja pada saat raja pergi.”
·
Anda tentunya kenal nama Ἀντίπας [Antipas], bukan? “Antipas”
sesungguhnya
berarti “seseorang yang memerintah sebagai pengganti ayahnya”, dia tidak
memerintah melawan ayahnya, dia memerintah menggantikan ayahnya.
· Kita tahu kata “antitipe”. Tahukah Anda apa
makna “antitipe” ini? Artinya, dia akan mengambil
tempat “tipe” (tipe = simbol/lambang). Pada waktu “antitipe” (= yang asli)
datang, kita tidak butuh “tipe” (= lambang/simbol) lagi karena “tipe” sudah
digenapi. Jadi “antitipe” berarti “yang menggantikan tempat tipe.”
Jadi,
pertanyaannya adalah, apa yang dimaksudkan dengan kata “Antikristus”? Kata “Antikristus”:
·
tidak hanya berarti “melawan Kristus”,
· dia berarti “orang yang berusaha menduduki tempat
Kristus.” Sama seperti yang dikatakan Yohanes Paulus II dalam bukunya The Threshold of Hope.
I'd like to finish by reading a statement from the book of Dave Hunt, Global Peace.
Now I disagree with Dave Hunt almost
on everything that he writes. In fact I disagree with his identity
of the antichrist here. He says that this antichrist is going to be a
nasty individual who's going to rise in the Middle East when the
temple is rebuilt after the church has been raptured to heaven. Now
I don't believe any of that. I believe the antichrist arose in the Middle
Ages, and he ruled for a long period of time. It wasn't one
person. It was a succession of individuals. But I believe
that the
portrait that Dave Hunt gives of the antichrist is accurate, and it
applies to a T to the Roman Catholic Papacy.
And notice what he says. this is Pages
6-8. This is Pages 6-8 of his book, Global
Peace. He says: “While the
Greek prefix ‘anti’ generally means
‘against’ or ‘opposed to’, it can also mean ‘in the place of’ or ‘a substitute
for’. The Antichrist will embody both meanings. He will oppose Christ while pretending to be Christ...
Instead of a frontal assault against Christianity, the evil one will pervert
the church from within by posing as its founder. He will cunningly misrepresent
Christ, while pretending to be Christ. And by that process of
substitution…” notice the word “substitution”, “…by that process of substitution he will
undermine and pervert, all that Christ truly is...” And now
notice what he says: “…if the Antichrist will indeed pretend to
be the Christ, then his followers must be
‘christians’! The church of that day will without dissenting voice, hail him as
its leader.”
Saya ingin
mengakhiri dengan membacakan pernyataan dari buku Dave Hunt, berjudul Global
Peace.
Nah, saya tidak sependapat dengan
Dave Hunt mengenai nyaris semua yang dia tulis. Sebenarnya saya tidak
sependapat dengan identitas Antikristusnya di sini, dia berkata bahwa
Antikristus adalah orang yang sangat jahat yang akan muncul di Timur Tengah
ketika Bait Suci dibangun kembali setelah jemaat diangkat ke Surga. Nah, saya
tidak percaya hal itu sama sekali. Saya percaya bahwa Antikristus sudah muncul di Abad Pertengahan, dan dia
telah memerintah untuk waktu yang lama. Dia bukan hanya satu manusia, tetapi
merupakan suksesi dari banyak individu. Tetapi saya percaya gambaran yang diberikan Dave Hunt tentang Antikristus adalah akurat dan
itu pas persis cocok dengan Kepausan Roma Katolik.
Perhatikan apa katanya, ini di
halaman 6-8. Ini di halaman 6-8 di bukunya Global Peace, dia berkata, “Sementara kata depan Greeka ‘anti’ secara umum berarti “melawan’ atau
‘menentang’, dia juga bisa berarti ‘sebagai pengganti’ atau ‘substitusi dari’. Si Antikristus akan
menghidupkan kedua makna ini. Dia akan melawan
Kristus sementara berpura-pura menjadi Kristus... Si jahat tidak akan menyerang
Kekristenan secara frontal, dia akan menyesatkan gereja dari dalam dengan
menyamar sebagai pendirinya. Dengan liciknya dia akan memberikan gambaran yang salah
tentang Kristus sementara dia menyamar sebagai Kristus. Dan lewat proses substitusi ini...” perhatikan kata “substitusi”, “…lewat proses substitusi ini dia akan
menghancurkan dan menyimpangkan semua yang sejati dari Kristus....” Sekarang perhatikan apa katanya, “…Jika Antikristus benar-benar akan menyamar sebagai
Kristus, maka pengikut-pengikutnya pastilah ‘orang-orang Kristen’! Gereja pada masa itu akan menyembahnya
tanpa kecuali sebagai pemimpin mereka.”
Do you
understand a little bit better now what the number of the beast is?
The
number of the beast is 666. But that number is the number of
his what? of his blasphemous name, which is Vicarius Filii Dei, where
he claims:
· to occupy the position of God on earth;
· to occupy the position of Jesus Christ on earth,
· and to exercise the powers and prerogatives of Jesus of:
o
forgiving sins,
o
of interceding for
sinners,
o
of placing kings and
deposing kings,
o
of speaking
infallibly in faith and morals,
o
and receiving, you
know, people bowing down to him,
o
and calling him Holy
Father, when Jesus said, “No one on this earth should be called
‘Father’, for one is your Father:
your God who is in heaven.”
Apakah sekarang kalian lebih mengerti mengenai angka
Binatang itu? Angka Binatang itu adalah 666. Tetapi
angka tersebut adalah angka apanya? Angka dari nama hujatnya, yang adalah Vicarius
Filii Dei, dengan mana dia mengklaim:
·
menempati posisi Tuhan di dunia,
·
menempati posisi Yesus Kristus di dunia,
·
dan melaksanakan kuasa dan hak prerogatif Yesus dalam:
o mengampuni dosa,
o dan menjadi perantara bagi
orang-orang berdosa,
o mengangkat dan menurunkan
raja-raja,
o mengaku berbicara secara infalibel (tidak
mungkin bersalah) dalam hal iman dan moral,
o dan meneria – Anda tahu – disujudi oleh
orang-orang
o dan menerima dipanggil “Bapa Suci”, padahal Yesus berkata, ”janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi
ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.” (Mat 23:9)
Folks all of these characteristics clearly show what this power is. And God has given us all this so that we can escape from his power in these last days.
Saudara-saudara,
semua karakteristik ini menunjukkan dengan jelas siapa kekuasaan ini. Dan Allah
telah memberikan semua ini kepada kita supaya kita boleh lolos dari kekuasaan
ini pada hari-hari akhir.
23 01 18