_____THREE ANGELS’ MESSAGES_____
Part 18/25
- Stephen Bohr
THE PATIENCE OF THE SAINTS
Dibuka
dengan doa
In
Revelation 15:2-3 we find the description
of an end time group of saints who have gained the victory over the
beast, over his image, over his mark, and over the number of his
name. I'd like to read those verses as we begin our study today.
Revelation 15:2-3, “2 And I saw something like a sea of glass mingled with fire,
and those who have the victory over the beast, over his image
and over his mark and over
the number of his name, standing on the sea of glass, having harps of
God…” at this point this group is seen as having gained the
victory over the beast, his image, his mark, and the number of his
name. Of course, the question begs to be asked, how did this group
of saints, the living saints when Jesus comes, how did they gain the
victory over the beast, and over his image, and over his mark, and the
number of his name? How did they face this incredible crisis upon Planet
Earth? The answer is that they exercise what the Bible calls “the patience of the saints.”
Di Wahyu 15:2-3 kita temukan deskripsi sekelompok
orang-orang kudus akhir zaman yang telah mendapatkan kemenangan atas Binatang
itu, atas patungnya, atas tandanya, dan atas bilangan namanya. Saya ingin
membacakan ayat-ayat itu lagi pada awal pelajaran kita hari ini.
Wahyu 15:2-3, “2 Dan aku melihat sesuatu
bagaikan lautan kaca bercampur api, dan mereka yang
telah mengalahkan binatang itu, dan patungnya, dan
tandanya, dan bilangan namanya, berdiri di atas laut kaca, pada mereka ada kecapi Allah. …” saat itu kelompok ini tampak telah menang atas Binatang itu, patungnya,
tandanya, dan bilangan namanya. Tentu saja pertanyaan yang mendesak untuk
diajukan ialah, bagaimanakah kelompok orang-orang kudus ini, orang-orang kudus
yang masih hidup ketika Yesus datang, bisa mendapatkan kemenangan atas Binatang
itu, patungnya, tandanya, dan bilangan namanya. Bagaimanakah cara mereka menghadapi krisis yang
luar biasa di planet bumi ini? Jawabannya ialah, mereka mempraktekkan apa yang disebut
di Alkitab sebagai “keuletan orang-orang kudus.”
Now
that expression, “patience of the saints” appears in two very important places in the book of
Revelation.
The
first place is in Revelation 13:10, if you'd go with me there, Revelation
13:10. And, by the way, this verse comes immediately before the
passage that speaks about the final trial over the beast, his image, his
mark, and the number of his name. In other words, this verse introduces
the final crisis. And I want you to notice what it says. “10 He who leads into captivity shall go into captivity; he who
kills with the sword must be killed with the sword. Here is the patience and
the faith of the saints.”
And
then, beginning at verse 11, you have a
beast that rises from the earth. It has two horns like a lamb, but
it speaks like a dragon, and it becomes a persecuting power.
So
notice that the patience of the saints is spoken of as a group who
have this quality immediately before the end time crisis over the
beast, his image, and his mark.
Nah, ungkapan “keuletan orang-orang kudus” ini muncul di dua tempat yang
penting di kitab Wahyu.
Yang pertama ada di Wahyu 13:10, jika kalian ke sana
bersama saya sekarang, Wahyu 13:10. Dan ketahuilah, ayat ini terdapat tepat
sebelum ayat-ayat yang berbicara tentang pencobaan terakhir dari binatang,
patungnya, tandanya, dan bilangan namanya. Dengan kata lain, ayat ini
memperkenalkan krisis yang terakhir. Dan saya mau kalian menyimak apa yang
dikatakan. “10 Siapa yang menyebabkan orang lain masuk penawanan, dia
sendiri akan masuk ke dalam penawanan; dia yang membunuh dengan pedang, ia
harus dibunuh dengan pedang. Di sinilah keuletan dan iman orang-orang kudus.”
Lalu mulai ayat 11, ada seekor binatang yang muncul
dari bumi, yang memiliki dua tanduk seperti anak domba tetapi yang berbicara
seperti seekor naga, dan dia menjadi kuasa yang mempersekusi.
Jadi simak, keuletan
orang-orang kudus disebut sebagai kemampuan yang dimiliki suatu kelompok, tepat
sebelum krisis akhir zaman, dalam menghadapi Binatang itu,
patungnya, dan tandanya.
The
second place in the book of Revelation where this expression “the patience of the
saints” is found is in
Revelation 14:12. Go with me to Revelation 14:12. By the way, this is
the conclusion of the third angel's message. If you go to the
previous verses, verses 9-11, you'll notice it talks there about worshipping
the beast, his image, receiving his mark, and the number of his
name. And immediately after the third angel's message, we find
these words: “12 Here
is the patience of the saints; here are those who keep the commandments of God and the faith of
Jesus.”
Tempat kedua di kitab Wahyu di mana ungkapan ini
“keuletan orang-orang kudus” ditemukan ialah di Wahyu 14:12. Marilah bersama
saya ke Wahu 14:12. Ketahuilah, ini merupakan konklusi dari pekabaran malaikat
yang ketiga. Jika kita melihat ayat-ayat sebelumnya, ayat 9-11, kita akan
melihat di sana dibicarakan tentang menyembah si Binatang, patungnya, menerima
tandanya, dan bilangan namanya. Dan segera setelah pekabaran malaikat yang
ketiga, kita melihat kata-kata ini, “12 Di sinilah keuletan orang-orang kudus, inilah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah
dan imannya Yesus.”
So
you'll notice that in Revelation 13:10 the expression, “patience of the saints” appears immediately
before the end time crisis is described. Those who go through this
period must have “the patience of the
saints.”
Revelation
14:12, immediately after speaking about the beast and his image, and his
mark, it says that there's a group that needs to have the patience of the
saints.
So,
obviously the
patience of the saints refers to an end time group who has this specific
quality.
Jadi kita lihat bahwa di Wahyu 13:10 ungkapan
“keuletan orang-orang kudus” muncul tepat sebelum krisis akhir zaman dilukiskan.
Mereka yang melewati masa ini, haruslah memiliki “keuletan orang-orang kudus”.
Wahyu 14:12, begitu setelah berbicara tentang Binatang
itu dan patungnya dan tandanya, mengatakan bahwa ada satu kelompok yang harus
memiliki “keuletan orang-orang kudus”.
Jadi jelas, “keuletan
orang-orang kudus” mengacu kepada suatu kelompok akhir zaman yang memiliki
kemampuan khusus ini.
Now we need to define some terms. First of all we need to define the word “patience”. And then, of course, we're going to see who the saints are.
Sekarang kita perlu mendefinisikan beberapa istilah.
Pertama kita harus mendefinisikan kata “keuletan". Lalu tentu saja kita
harus menyimak siapakah orang-orang kudus itu.
The word “patience” in the New
Testament, is the Greek word ὑπομονή [hupomonē]. There are two words in the New Testament, two
primary words that express patience. One is translated in the King James: “longsuffering”, that's the
word μακροθυμία [makrothumia] that means "to suffer long". That's not the
word that is used here in these two passages. The word that is used is ὑπομονή [hupomonē]. And let me tell you what that word means. It means to hang in
there no matter what the cost, to persevere, to endure, to be steadfast,
to be independent unyielding and defiant in the face of aggressive
misfortune.
Kata “keuletan”
di Perjanjian Baru ialah kata Greeka ὑπομονή [hupomonē].
Ada dua kata di Perjanjian Baru, dua kata utama yang
menggambarkan keuletan. Yang satu di versi KJV diterjemahkan “panjang sabar”,
itu ialah kata μακροθυμία [makrothumia] yang berarti “tahan menderita lama”. Ini bukan kata yang dipakai di kedua ayat itu. Kata yang dipakai ialah ὑπομονή [hupomonē].
Dan saya beritahukan apa arti kata ini. Artinya, tetap bertahan apa pun resikonya, gigih, tidak
putus asa, tidak goyah, tetap tegak tidak menyerah dan berani menentang
serangan dalam situasi yang tidak menguntungkan.
In
other words, this word is not simply sitting down and saying, “Okay, I'll be patient.” No, this is an
active patience. This is an endurance, or a perseverance. By the
way, it's the same word that is used in Matthew 24 where Jesus says, “He who endures until the end will be saved”. So this is an
active patience. It's a patience of people who are unyielding,
unbreaking in their faith, and in their trust in God.
Dengan kata lain, kata ini artinya tidak hanya duduk
diam dan berkata, “Baiklah, saya bersabar.” Tidak. Ini adalah kesabaran yang
aktif. Ini adalah suatu daya tahan, atau kegigihan. Nah, ini kata yang sama
yang dipakai di Matius 24 di mana Yesus berkata, dia yang bertahan sampai
akhir, akan selamat (Matius 24:13). Jadi ini
ialah keuletan yang aktif, keuletan orang-orang yang tidak menyerah, yang
imannya dan keyakinannya dalam Allah tidak terkoyak.
Now the
question is, who are the saints? Because this is “the patience of the
saints”. Who are the
saints? Well, you know, depending on which group of
Christians you're talking to, they would understand the word “saints” in a different way.
You
know, for some people the “saints” are, you know,
like all of the saints that are mentioned in California. It seems like
there's a saint for every city in California. So they think that these
saints are these heroes, these wonderful Christians throughout the
period of Christian history.
But in the
Bible “the saints” represent primarily, specifically in Daniel and Revelation, those who
are persecuted by the little horn, by the beast, and by the harlot
of Revelation 17. In other words, the saints are not just any
group. They are the ones who are persecuted by the end time powers.
Sekarang pertanyaannya ialah, siapakah orang-orang
kudus itu? Karena ini bicara tentang “keuletan orang-orang kudus”. Siapakah
orang-orang kudus itu? Nah, tergantung kita berbicara dengan grup Kristen yang
mana, karena mereka punya pemahaman yang berbeda tentang “orang-orang kudus”.
Kalian tahu, bagi beberapa orang, “orang-orang kudus”
ialah semua orang kudus seperti yang disebutkan di California. Sepertinya ada
seorang kudus bagi setiap kota di California. Maka mereka menganggap,
orang-orang kudus adalah para pahlawan, orang-orang Kristen yang hebat
sepanjang sejarah kekristenan.
Tetapi di
Alkitab, “orang-orang kudus” khususnya di kitab Daniel dan Wahyu, terutama
mengacu kepada mereka yang dipersekusi oleh si tanduk kecil, oleh Binatang itu,
dan oleh perempuan pelacur Wahyu pasal 17. Dengan kata lain,
“orang-orang kudus” bukan sembarang kelompok, mereka ialah orang-orang yang dipersekusi oleh
kekuasaan-kekuasaan akhir zaman.
I want
to read several statements from Scripture so that you can see this.
Notice Daniel 7:21-22. We're defining
the saints. The saints are those who suffered persecution under the beast, the
little horn; and who will suffer
persecution under the harlot, this apostate church.
It says
there in Daniel 7:21, “21 I was watching; and the same horn was
making war against…” whom? “…against the saints, and prevailing against them…” so the saints are God's persecuted
people.
Notice Revelation 13:7. Here it speaks about the beast,
which is the same as the little horn. This is the way it reads: “7 It was granted to him…” that is to the beast “…to make war with…” whom? “…with the saints and to overcome them…”
So once
again the saints are those who are persecuted. Those who are persecuted
by the little horn, or by the beast.
Notice Revelation 17:6, Revelation 17:6. It says, “6 I saw the woman…” this is a harlot woman, so
it's a fallen church “…I saw the woman, drunk with the blood of…”
whom?
“…of the saints…”
there it is again, “…and with the blood
of the martyrs of Jesus. And when I saw her, I marveled with great
amazement.”
Saya mau membaca beberapa pernyataan
dari Firman Tuhan supaya kalian bisa melihat ini. Perhatikan Daniel 7:21-22,
kita sedang mendefinisikan “orang-orang kudus”. Orang-orang kudus adalah mereka yang menderita dipersekusi
oleh kuasa Binatang, si tanduk kecil; dan yang akan menderita dipersekusi oleh
perempuan pelacur, gereja yang murtad itu.
Dikatakan di Daniel 7:21, “Dan aku mengawasi, dan tanduk yang sama itu
berperang melawan…” siapa? “…orang-orang kudus dan mengalahkan mereka.” Jadi orang-orang kudus adalah umat Allah yang dipersekusi.
Simak Wahyu 13:7, di sini berbicara tentang Binatang itu, yang sama
dengan si tanduk kecil. Begini tulisannya, “Dan ia…” yaitu Binatang itu, “…diperkenankan untuk berperang melawan…” siapa? “…orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka…”
Jadi sekali lagi, orang-orang kudus adalah mereka yang dipersekusi,
mereka yang dipersekusi oleh tanduk kecil atau oleh Binatang itu.
Simak Wahyu 17:6, dikatakan, “Dan aku melihat perempuan itu…” ini si perempuan pelacur, yaitu gereja yang murtad, “…aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah…” siapa? “…orang-orang kudus…” di sini muncul
lagi, “…dan darah martir-martir Yesus. Dan ketika aku melihatnya, aku sangat heran.”
So my
question is this: when it speaks in
Revelation about the “patience
of the saints”, is this referring to a
group of people who need to exercise patience, because they are
being persecuted? Yes. Within the context of prophecy, this is a
persecuted group.
Now we
know that in Scripture “the saints” and “the woman” represent the same
thing. Let me just mention how we determine that.
·
We just read in Daniel 7
that the little horn persecutes the saints.
·
We read that the beast of
Revelation 13 also persecutes the saints.
And how
long does the little horn, how long does the beast; how long do they
persecute the saints? Well, “time, times, and the dividing of time”. And in Revelation 13
it's for a period of 1,260
days, or a period of 42 months. Now the little horn in other words,
and the beast, persecute the saints for 1,260 years.
But
it's interesting to notice that in Revelation 12 it says that the dragon
persecutes the woman for 1,260 days.
So let
me ask you, are the saints and the woman the same
thing? Absolutely, because the little horn, and the beast persecute the
saints, whereas we're told also in Revelation 12 that the dragon
persecutes the woman. So the saints are the woman, and the woman
represents what? the woman represents, specifically, the church.
Jadi, pertanyaan saya ialah: ketika kitab Wahyu
berbicara tentang “keuletan orang-orang kudus” apakah ini mengacu kepada
sekelompok orang yang harus mempraktekkan keuletan karena mereka sedang
dipersekusi? Ya. Dalam konteks nubuatan, ini adalah kelompok yang dipersekusi.
Sekarang kita tahu bahwa di Firman Tuhan, “orang-orang
kudus” dan “perempuan” mewakili hal yang sama. Saya akan menyebutkan bagaimana
kita menentukan ini.
·
Kita baru membaca di Daniel 7 bahwa si tanduk kecil mempersekusi
orang-orang kudus.
·
Kita juga telah membaca bahwa Binatang Wahyu 13 juga mempersekusi
orang-orang kudus.
Dan berapa lama si tanduk kecil, berapa lama Binatang
itu; berapa lama mereka mempersekusi orang-orang kudus? Untuk “satu masa,
masa-masa, dan setengah masa”. Dan di Wahyu 13 selama 1260 hari, atau 42 bulan.
Nah, si tanduk kecil dengan kata lain si Binatang,
mempersekusi orang-orang kudus selama 1260 tahun.
Tetapi yang menarik kita lihat di Wahyu 12 dikatakan
bahwa si naga mempersekusi perempuan itu selama 1260 hari.
Jadi saya mau tanya, apakah orang-orang kudus dan perempuan itu hal yang sama?
Pasti, karena si tanduk kecil dan
Binatang itu mempersekusi orang-orang kudus, sementara kita juga
tahu dari Wahyu 12, bahwa si
naga mempersekusi perempuan itu,
Jadi orang-orang kudus adalah perempuan itu, dan
perempuan itu melambangkan apa? Secara spesifik perempuan itu melambangkan gereja.
So are
you understanding what we're talking about when we deal with the word “patience”?
It's dealing with God's people who are being persecuted by the beast, and by the harlot, and by the little horn. And they have to exercise incredible perseverance; incredible, unshakable, and unbreakable faith in order to stand firm, and not worship the beast, or receive his mark, or the number of his name.
It's dealing with God's people who are being persecuted by the beast, and by the harlot, and by the little horn. And they have to exercise incredible perseverance; incredible, unshakable, and unbreakable faith in order to stand firm, and not worship the beast, or receive his mark, or the number of his name.
Jadi apakah kalian paham apa yang kita bicarakan saat
kita membahas kata “keuletan”?
Itu mengacu kepada umat Allah yang dipersekusi oleh
Binatang dan oleh si perempuan pelacur, dan oleh si tanduk kecil. Dan mereka
harus mempraktekkan kegigihan yang luar biasa, iman yang luar biasa, yang tidak
tergoyahkan dan tidak terpatahkan, agar bisa berdiri tegak, dan tidak menyembah
si Binatang atau menerima tandanya atau bilangan namanya.
Now I
believe that Jesus told a parable that illustrates what is meant by the
expression, “the patience of the
saints”. This parable is
found in the gospel of Luke, Luke 18:1-8. And I'm going to just to read this parable, and I
want you to listen carefully, because we're going to then study each
verse individually. Luke 18:1-8. Here Jesus is describing this
period when God's people, the saints, are going to have to
exercise this patience of the saints,
this unshakable, unbreakable, unyielding faith and trust in
the face of horrendous persecution. It says there: “1 Then He spoke a parable to them, that men always ought to
pray and not lose heart, 2 saying: ‘There was in a certain city a judge who did not fear God nor
regard man. 3 Now there was a widow in that city; and she came to him, saying,
‘Get justice for me from my adversary’. 4 And he would not for a while; but afterward he said within himself, ‘Though I
do not fear God nor regard man, 5 yet because this widow troubles me I will avenge her, lest by
her continual coming she weary me.’ 6 Then the Lord said, ‘Hear what the unjust judge said. 7 And shall God not avenge His own elect who cry out day and night to
Him, though He bears long with them? 8 I tell you that He will avenge
them speedily. Nevertheless, when the Son of Man comes, will He really find
faith on the earth?’”
So this
is the parable that I believe is describing the phrase, the patience of
the saints.
Sekarang, saya yakin Yesus telah memberikan
perumpamaan yang menggambarkan apa yang disebut “keuletan orang-orang kudus”.
Perumpamaan ini ditemukan di injil Lukas, Lukas 18:1-8, dan saya akan
membacakan perumpamaan ini dan saya minta kalian mendengarkan dengan seksama,
karena kita akan mempelajari setiap ayatnya. Lukas 18:1-8, di sini Yesus sedang
menggambarkan periode ini ketika umat Allah, orang-orang kudus harus
mempraktekkan keuletan
orang-orang kudus, yaitu iman dan keyakinan yang tak tergoyahkan tak
terpatahkan, yang tidak menyerah berhadapan dengan persekusi yang mengerikan.
Dikatakan di sana, “1 Yesus
mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka, bahwa manusia harus selalu berdoa dan
tidak putus asa. 2 Kata-Nya: ‘Di sebuah kota ada seorang hakim yang tidak
takut akan Allah dan tidak memandang manusia.
3 Dan di kota itu ada seorang janda yang datang kepada hakim itu dan
berkata: Berilah keadilan padaku dari musuhku.
4 Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia
berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak memandang manusia, 5 namun karena
janda ini mengganggu aku, baiklah aku membela dia, supaya jangan dengan kedatangannya yang terus-menerus ia membuat aku jemu." 6 Kata Tuhan: ‘Dengarkan apa yang dikatakan hakim yang lalim
itu! 7 Tidakkah Allah akan membela orang-orang
pilihan-Nya sendiri yang siang malam berseru
kepada-Nya, walaupun Dia mengulur waktu dengan
mereka?’ 8 Aku berkata
kepadamu, ‘Ia akan segera membela mereka. Namun demikian, ketika
Anak Manusia itu datang, akankah Ia benar-benar menemui iman di bumi?’"
Jadi inilah perumpamaan yang saya yakini menggambarkan
ungkapan “keuletan orang-orang kudus”.
Now we're
going to take a look at this parable, and we're going to study it verse
by verse to see how it applies especially to the end time.
Let's
begin at verse 1. “1 Then He spoke a parable to them, that men always ought to
pray…” two lessons
from this parable: “…men always ought to pray, and not…” what? “…and not lose heart...” In other words,
they should always pray and they should never give up in their prayer
experience in coming to God.
And
then I want you to notice verse 2. Here's the parable, “…2 saying: ‘There was in a certain city a judge who did not fear God nor
regard man…”
Now the question is, what does the
judge in this parable represent? Well, the fact is folks, that the
judge represents God.
And you
say, now wait a minute, Pastor
Bohr, it says that this judge did not fear God or regard man. How can he represent
God?
The way
in which this judge represents God is a comparison by way of contrast.
In other words, they're not being compared as being equal, they're being
compared by contrast. And we'll see this as we study along. We're
going to notice in the parable that this widow comes to the judge, and she
keeps on coming and coming. And the judge, he delays giving her
justice. And finally he says, “To get her off my back, I'm going to give her what she's
asking for.” And then, of course, we're going to notice, in the
parable, that the lesson is,
you know, if this judge actually answers the pleas of the widow, in order to get
her off his back, how much more will God answer our pleas, not to get us
off His back, but because He loves us? In other words, it's a
comparison by way of contrast.
They're not equal, they're not the same. God is in some sense the same as the judge, but in the sense of the reason why he answers, God is different. And so there's a comparison by way of contrast.
They're not equal, they're not the same. God is in some sense the same as the judge, but in the sense of the reason why he answers, God is different. And so there's a comparison by way of contrast.
Sekarang kita akan menyimak perumpamaan ini dan kita
akan mempelajarinya ayat demi ayat untuk melihat bagaimana aplikasinya terutama
kepada akhir zaman.
Mari mulai dari ayat 1, “1 Yesus mengatakan suatu perumpamaan
kepada mereka, bahwa manusia harus selalu
berdoa…” ada dua
pelajaran dari perumpamaan ini, “…manusia harus selalu berdoa dan
tidak…” apa? “…tidak putus asa….” Dengan kata lain, mereka harus selalu berdoa dan
mereka harus tidak putus asa dengan pengalaman doa mereka datang kepada Allah.
Lalu saya mau kalian melihat ayat 2.
Inilah perumpamaannya, “…2
Kata-Nya: ‘Di sebuah kota ada seorang hakim
yang tidak takut akan Allah dan tidak memandang
manusia…” Nah, pertanyaannya ialah si
hakim dalam perumpamaan ini mewakili siapa? Nah, faktanya, Saudara-saudara,
hakim itu mewakili Allah.
Dan kalian berkata, tunggu sebentar, Pastor Bohr, hakim
ini dikatakan tidak takut akan Allah atau memandang manusia, mana bisa dia
mewakili Allah?
Hakim ini mewakili Allah dalam perbandingan yang kontras. Dengan kata
lain, mereka tidak dibandingkan persamaannya, mereka dibandingkan perbedaannya.
Dan kita nanti akan melihat sambil kita mempelajarinya. Kita akan melihat dalam
perumpamaan ini bahwa si janda datang kepada hakim itu, dan dia terus datang
terus datang. Dan hakimnya menunda
memberikan keadilan kepada janda itu. Dan akhirnya hakim itu berkata, “Supaya
dia tidak merecoki saya, saya akan memberinya apa yang dia minta.” Lalu, tentu
saja kita akan melihat dalam perumpamaan itu pelajarannya ialah, jika hakim ini
menjawab permohonan si janda supaya janda itu tidak merecokinya, apalagi Allah
yang akan menjawab permohonan kita bukan agar kita tidak merecokiNya, melainkan
karena Dia mengasihi kita? Dengan kata lain, ini adalah perbandingan dari segi
kontrasnya. Mereka tidak sebanding, mereka tidak sama. Dalam pengertian
tertentu Allah itu sama dengan hakim ini, tetapi dalam hal alasan mengapa dia
menjawab, Allah beda. Maka ada perbandingan dari segi kontrasnya.
Now notice Luke 18:3.
So the judge represents God, now let’s notice the widow. It says, “…3 Now there was a widow in that city…”
now the question is, what does the widow
represent? The judge is God, what does the widow represent? Well,
what does a woman symbolize in Bible prophecy? A woman represents the
church. That's right. But is this a woman under ordinary circumstances?
No. She's not a common, ordinary, married woman. This woman
is a what? she's a widow woman. In other words she is
totally
destitute of any earthly support. She has lost everything she has,
we're going to notice, as we study along. In other words this is a
woman; this
is the church under extraordinary circumstances. Now in the
book of Revelation the woman is used as a symbol of the church. And
the woman is persecuted by the dragon. In other words, the woman is left
destitute. She has to flee. She can't take anything with her. This
is the period that is being described in this parable. It is a woman. It
represents the church. But it's not the common ordinary church, it's the
church that has lost everything that it has; all earthly support.
In other words, this woman has been cleaned out by her adversary.
And her only hope is found in the intervention of the judge in her
behalf. Now, according to the parable, who does the widow
represent? Well, if you read the parable it says, will God not avenge His
elect? As this judge avenged the widow, so God will avenge His elect.
So what does the widow represent? She represents the elect of God.
Another way of looking at it is, she represents the saints of God.
Sekarang perhatikan Lukas 18:3, jadi
hakim itu mewakili Allah, nah mari kita simak si janda. Dikatakan, “…3 Dan di kota itu ada seorang janda…” Sekarang pertanyaannya ialah, janda
ini mewakili siapa? Kalau hakimnya ialah Allah, janda ini mewakili siapa? Nah,
seorang perempuan dalam nubuatan Alkitab melambangkan siapa? Seorang perempuan
melambangkan gereja. Benar. Tetapi apakah perempuan ini dalam kondisi biasa?
Tidak. Dia bukan seorang perempuan biasa yang bersuami. Perempuan ini seorang apa? Seorang janda.
Dengan kata lain dia sama
sekali tidak memiliki dukungan dari dunia. Sambil mempelajari
kita akan melihat bahwa dia
telah kehilangan semua yang dimilikinya. Dengan kata lain, ini
adalah seorang perempuan, ini adalah gereja
yang berada dalam kondisi yang luar biasa. Nah, di kitab Wahyu, perempuan
itu dipakai sebagai lambang gereja. Dan perempuan itu sedang dipersekusi oleh
naga. Dengan kata lain, perempuan itu ditinggalkan tidak punya apa-apa. Dia
harus lari. Dia tidak bisa membawa apa-apa bersamanya. Inilah periode yang
digambarkan dalam perumpamaan ini. Seorang perempuan, dia mewakili gereja,
tetapi itu bukan gereja yang biasa, itu gereja yang telah kehilangan segala
sesuatu yang dimilikinya; semua dukungan dari dunia. Dengan kata lain, perempuan
ini telah dikuras habis oleh musuhnya. Dan satu-satunya harapannya adalah
campur tangan si hakim membela kepentingannya.
Sekarang, menurut perumpamaan ini, perempuan ini mewakili siapa? Nah,
jika kita membaca perumpamaan itu, dikatakan, “Tidakkah Allah akan membela
orang-orang pilihan-Nya sendiri?” Sebagaimana
hakim itu membela si janda, demikianlah Allah akan membela umat pilihanNya. Jadi si janda ini mewakili siapa? Dia mewakili umat pilihan Allah.
Cara pandang yang lain, dia
mewakili orang-orang kudus Allah.
Now according to most scholars who have studied this
parable, they've concluded that probably this woman's husband had a
debt with a creditor, and he died, and he didn't pay his debt. And
so the creditor was actually taking everything away from this widow to pay
for her husband's debt. In other words, this woman was totally
dispossessed. She had no children, she had no home, she had no
money, she had no friends. She was all alone, and she was forsaken
of everyone. She had no human support because her adversary had
cleaned her out totally and completely.
Nah, menurut kebanyakan pakar
Alkitab yang mempelajari perumpamaan ini, mereka menyimpulkan kira-kira suami
perempuan ini punya utang pada seseorang, lalu dia mati, dan dia tidak melunasi
utangnya. Maka si pemberi utang mengambil segalanya dari si janda untuk menutup
utang suaminya. Dengan kata lain, perempuan ini kehilangan semua miliknya. Dia
tidak punya anak, tidak punya tempat tinggal, tidak punya uang, tidak punya
teman. Dia sebatang kara dan dia dijauhi oleh semua orang. Dia tidak punya dukungan untuk
hidup karena musuhnya telah menguras seluruh miliknya sampai tuntas.
Now let's go to chapter 18 and verse 3, the last half of
the verse. It says there: “…and she came to him, saying,
‘Get justice for me from my
adversary’…”
Now
that verb “came”, is not real well
translated there. It's actually a continuous tense. It's a
continual tense. It means that she “kept coming”.
She continually came. In other words, she didn't just come once and leave
it at that. She kept on coming, and coming, and coming.
You say, how do we know that?
Well,
first of all, the tense of the Greek verb is a continual tense. But
also, if you notice verse 5, it says a little bit later in verse 5, that
the judge says, “…I will avenge her, lest by
her continual coming she weary me.’…” So
you notice that this woman didn't only come once, or twice and say, “Ah,
what's the use, I give up! This judge is never going to do
justice.” No, she kept on coming, and coming, and coming, even
though she was a woman that was totally destitute. I want you to notice
something very interesting about this woman. This woman, which
represents the church, totally destitute of human support, had a faith which
was independent, unyielding, and defiant in the face of aggressive misfortune.
Sekarang mari ke pasal 18 ayat 3, bagian akhirnya.
Dikatakan di sana, “…yang datang kepada
hakim itu dan berkata: Berilah keadilan padaku
dari musuhku.”
Nah, kata kerja
“datang” itu bukan terjemahan yang baik di sana. Sebenarnya ini kata kerja
dalam bentuk yang sedang berlangsung, sedang dikerjakan terus-menerus. Artinya
janda itu “terus datang, terus datang”, dia datang terus-menerus. Dengan kata
lain dia bukan cuma datang satu kali, lalu sudah. Dia datang lagi, dan datang
lagi, dan datang lagi.
Kalian berkata,
dari mana kita tahu?
Pertama, kata
kerja yang dipakai dalam bahasa Greeka adalah kata kerja berlangsung terus.
Tetapi juga, jika kita simak ayat 5, dikatakan sedikit lebih jauh di ayat 5,
hakim itu berkata, “…aku membela dia, supaya jangan dengan
kedatangannya yang terus-menerus ia membuat aku jemu." Jadi kita melihat bahwa
perempuan ini tidak hanya datang satu-dua kali lalu berkata, “Ah, percuma, saya
menyerah! Hakim ini tidak akan memberikan keadilan.” Tidak, dia datang terus,
dan terus, dan terus, walaupun dia seorang perempuan yang sama sekali tidak
punya apa-apa. Saya mau kalian melihat sesuatu yang sangat menarik tentang
perempuan ini. Perempuan ini yang melambangkan gereja, sama sekali tidak punya
sarana untuk menunjang hidupnya, tetapi memiliki iman yang teguh, tidak putus
asa, dan berani menghadapi kondisi tidak menguntungkan yang menyerangnya.
But in the story we also have an adversary. The Greek word
is ἀντίδικος [antidikos].
The question is, who is this adversary? What is represented by the
adversary in the parable that totally cleaned her out? That took
everything, and left her without any human support? Who is this
adversary? Well, 1 Peter 5:8 uses the same word to describe Satan.
Notice what it says in 1 Peter 5:8. “…8 Be sober, be vigilant; because your adversary…”
the ἀντίδικος [antidikos] “…the devil walks about like a roaring lion, seeking whom he may…”
what?
“…devour…”
So who
is the adversary that took everything from the widow? The
adversary represents the Devil. The adversary represents
Satan.
Tetapi dalam
kisah ini juga ada seorang musuh. Kata
Greekanya ialah ἀντίδικος [antidikos].
Pertanyaannya, siapakah si musuh ini? Apa yang dilambangkan oleh si
musuh dalam perumpamaan ini yang telah menguras habis si janda? Yang telah
mengambil semuanya dan meninggalkannya tanpa nafkah duniawi. Siapakah si musuh
ini?
Nah, 1 Petrus 5:8 memakai kata yang sama untuk menggambarkan Setan.
Perhatikan apa yang dikatakan 1 Petrus 5:8, “8
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Karena lawanmu,
si ἀντίδικος
[antidikos] si
Iblis, berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang
dapat…” apa? “…ditelannya.”
Jadi siapakah si musuh yang telah mengambil segalanya dari janda itu? Musuh itu mewakili Iblis, musuh itu mewakili Setan.
Now the question is, did this judge answer the widow's pleas immediately?
No. Did she give up? No. What kind of patience did she have?
Did she just sit down and say, I'll wait for the judge to do it?
No! She had a persevering faith, a persevering patience, an active
patience, if you please. She says, “I'm going to continue coming to him until I get justice,
and I'm not going to give up.”
But there's a delay in the parable. Notice Luke 18:4-5. The judge does
not answer her pleas immediately. It says: “…4 And he would not for a while…”
is there a delay in the
woman's pleas? Absolutely “…but afterward he said within himself, ‘Though I do not fear God
nor regard man, 5 yet because this widow troubles me I will avenge her, lest by
her continual coming she…” what? “…she weary me.’…” Did he give her justice for the right reason? No. He
actually decided that he would avenge her to get her off his back.
Is that the way that God listens to our pleas? He says, “I'm just sick and tired
of them coming and presenting their pleas before Me, so I'm just going to
give them what they ask, so that I can get some sleep.” That's not the way
God is. You see, God is being compared with the judge by way
of contrast. There is a delay in both cases. But when
finally the judge answers, he answers for the wrong reason. When
God answers, He answers for the right reason.
Sekarang pertanyaannya ialah, apakah
si hakim langsung menjawab permohonan janda itu? Tidak. Apakah janda itu
menyerah? Tidak. Keuletan macam apa yang dimilikinya? Apakah janda itu hanya
duduk dan berkata, saya tunggu sampai hakim itu bertindak? Tidak. Janda itu
memiliki iman yang gigih, keuletan yang gigih, katakanlah keuletan yang aktif.
Dia berkata, “Saya akan terus mendatanginya sampai saya mendapatkan keadilan
dan saya tidak akan menyerah.”
Tetapi dalam perumpamaan itu terjadi
penundaan. Simak Lukas 18:4-5. Hakim itu tidak langsung menjawab permohonannya.
Dikatakan, “…4 Beberapa
waktu lamanya hakim itu menolak…” apakah ada kelambatan dengan permohonan si janda?
Pasti. “…Tetapi
kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan
tidak memandang manusia, 5 namun
karena janda ini mengganggu aku, baiklah aku
membela dia, supaya jangan dengan kedatangannya yang terus-menerus ia…” apa? “…membuat aku jemu." Apakah hakim itu memberinya keadilan demi alasan yang benar? Tidak. Dia
memutuskan dia akan membelanya supaya janda itu tidak merecokinya.
Apakah demikian Allah saat mendengarkan permohonan-permohonan kita?
Allah berkata, “Aku sudah jemu dengan mereka yang datang dan menyampaikan
permohonan-permohonan mereka di hadapanKu, jadi Aku akan berikan apa yang
mereka minta supaya Aku bisa tidur”? Itu bukan cara Allah. Lihat, Allah dibandingkan dengan hakim
itu secara kontras. Dalam kedua kasus terjadi penundaan, tetapi
ketika akhirnya hakim itu memberi jawaban, dia melakukannya demi alasan yang
salah. Ketika Allah menjawab, Dia memberikannya demi alasan yang benar.
Now let's go to Luke 18:7. Here comes now the main lesson
that Jesus wants to teach in this parable. It says there in chapter
18, verse 7: “…7 And shall God not avenge His own elect…”
so who does the widow
represent? the elect. Who does the judge represent? God.
“…And shall God not
avenge His own elect who cry out…”
what?
“…day and night to Him…”
do they continue
coming? Is this a patient endurance? Is this a perseverance that
doesn't give up even in the worst case scenario?
Absolutely. But does God answer their pleas immediately? No,
because it says: “…And shall God not avenge His own elect who cry out day and night to Him though He…”
what?
“…though He bears long with
them?...”
Sekarang mari ke Lukas 18:7.
Sekarang inilah pelajaran utamanya yang mau diajarkan Yesus melalui perumpamaan
ini. Dikatakan di pasal 18 ayat 7, “…7
Tidakkah Allah akan membela orang-orang
pilihan-Nya sendiri…” jadi janda itu mewakili siapa? Umat
pilihan. Hakimnya mewakili siapa? Allah. “…Tidakkah
Allah akan membela orang-orang pilihan-Nya sendiri yang…” apa? “…siang malam berseru kepada-Nya…” apakah mereka
datang terus-menerus? Apakah ini keuletan yang gigih? Apakah ini ketekunan yang
tidak menyerah bahkan dalam skenario yang paling buruk? Betul sekali. Tetapi
apakah Allah langsung menjawab permohonan mereka? Tidak, karena dikatakan, “…Tidakkah Allah akan membela
orang-orang pilihan-Nya sendiri yang siang
malam berseru kepada-Nya, walaupun Dia…” apa? “… mengulur waktu dengan mereka?’…”
Now there are different versions of the Bible, of
course, and it's interesting to notice how some of these versions translate
this expression “though
He bears long with them”.
· The New International Version has this translation: “Will he
keep putting them off?” Does that mean that He did put them off for a while?
Absolutely. Will he keep putting them off?
· The Jerusalem Bible has it this way: "even though He still delays to help them” So there is a delay.
·
Or the Weymouth
translation says: “although He delays vengeance on their behalf”
So is it clear that God
is going to delay answering the pleas of His people in this period of
human history? Absolutely.
Ada versi-versi Alkitab yang berbeda
tentunya, dan yang menarik ialah melihat bagaimana versi-versi ini
menerjemahkan ungkapan “walaupun Dia mengulur waktu dengan mereka.”
·
Versi NIV menerjemahkannya: “Akankah Dia terus menangguhkan mereka?” Apakah itu berarti Dia menangguhkan
mereka untuk beberapa waktu? Betul. “Akankah Dia terus menangguhkan mereka?”
·
Versi Alkitab Yerusalem menerjemahkan demikian, “walaupun Dia masih
menunda menolong mereka.” Jadi ada penundaan.
·
Atau terjemahan versi Weymouth berkata, “walaupun Dia menunda membalaskan
kepentingan mereka.”
Jadi apakah jelas Allah akan menunda
jawaban permohonan umatNya di periode sejarah manusia ini? Tepat sekali.
Now I want you to notice Luke 18:6-8. We already read
verses 6 and 7, but I want us to notice the flow now. Luke 18:6-8. “…6 Then the Lord said, ‘Hear what the unjust judge said. 7 And shall God…” who is the judge, by the way, “…not avenge…” over whom? The adversary, right?
“…7 And shall God not avenge His own elect…” that's the widow, “…who cry out day and night to Him, though He bears long…” there you have the delay “…though He bears long with them?...” And
then comes the answer, “…8 I tell you that He will…”
what?
“…avenge them speedily’…”
So even though there's a delay, is God going
to intervene, and avenge His elect over the adversary, and He's going to do it
speedily? The Bible says,
Yes. And then notice how the passage ends, “…Nevertheless, when the Son of Man comes, will He really find
faith on the earth?” What is
Jesus saying? He's saying, “Nevertheless, when I come, am I going to find this kind of
faith that this widow had, on the earth?” And the parable ends.
Sekarang saya mau kalian menyimak Lukas 18:6-8. Kita
sudah membaca ayat 6 dan 7, tetapi saya mau kita mengikuti alurnya sekarang.
Lukas 18:6-8, “…6 Kata Tuhan: ‘Dengarkan
apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! 7 Tidakkah Allah…” yang adalah hakim itu, “…akan
membela…” terhadap siapa? Terhadap musuhnya, betul? “…Tidakkah
Allah akan membela orang-orang pilihan-Nya sendiri…”
yaitu si janda, “…yang
siang malam berseru kepada-Nya, walaupun Dia
mengulur waktu…” ini penundaannya, “…walaupun Dia mengulur waktu dengan mereka?’…” Lalu jawabannya datang, “…8 Aku berkata kepadamu, ‘Ia akan…” apa? “…segera membela mereka…” Jadi walaupun ada penundaan, apakah Allah akan turun tangan dan membela
umat pilihanNya terhadap musuh itu, dan
Dia akan melakukannya dengan segera? Kata Alkitab, iya. Kemudian simak
bagaimana perikop ini berakhir, “Namun demikian, ketika Anak
Manusia itu datang, akankah Ia benar-benar menemui iman di bumi?’" Apa yang dikatakan Yesus? Dia
bilang, “…Namun demikian, ketika Aku datang,
akankah Aku mendapati iman seperti yang dimiliki janda ini di bumi?" Lalu perumpamaan itu berakhir.
Now the question is, when does this parable especially apply in human
history? Well, we need to look at the context. And I'm just going to
not read the verses, because there's too many of them, but if you look at
the verses that come immediately before the parable, which would be Luke
17:26-37, all of
those verses are talking about the second coming of Jesus. And if
you read the last verse that we just read from the parable, it says, “Nevertheless, when the Son of man comes will
He find faith in the earth?” The parable concludes by reference to the second
coming.
So the question is, when does this parable especially apply
to? There's no doubt that it applies especially to the time of the second
coming of Christ, because the passage that comes before the
parable is talking of the second coming. The parable ends by asking the
question, “…when the Son of man comes, will He find faith on the earth?”
And so we know, that this parable, in between the two passages
that talk about the second coming, is referring to the crisis that will
take place at the end of time.
Sekarang pertanyaannya ialah, kapan perumpamaan
ini terjadi dalam sejarah dunia? Nah, kita perlu melihat konteksnya. Dan saya
tidak akan membacakan ayat-ayatnya karena ada terlalu banyak, tetapi jika kita
lihat ayat-ayat yang ada tepat sebelum perumpamaan itu, yaitu Lukas 17:26-37,
maka semuanya berbicara tentang kedatangan Yesus yang kedua. Dan jika kita
membaca ayat yang terakhir yang baru kita baca dari perumpamaan itu, dikatakan,
“Namun
demikian, ketika Anak Manusia itu
datang, akankah Ia benar-benar menemui iman di bumi?” Perumpamaan itu diakhiri dengan referensi kedatangan
Yesus yang kedua.
Jadi pertanyaannya ialah, perumpamaan ini diaplikasikan
kapan? Tidak diragukan bahwa ini khususnya diaplikasikan ke saat kedatangan Kristus yang kedua,
karena ayat-ayat yang ada sebelum perumpamaan itu berbicara tentang kedatangan
kedua. Perumpamaan itu berakhir dengan suatu pertanyaan, “ketika Anak Manusia itu datang, akankah Ia benar-benar menemui
iman di bumi?”
Maka kita tahu perumpamaan ini ada di antara dua bacaan yang berbicara
tentang kedatangan Yesus yang kedua, dan mengacu kepada krisis yang akan
terjadi pada akhir masa.
Now let’s
review the symbols.
The judge represents God.
The adversary represents Satan.
The widow symbolizes the church. What kind of
church? Just the church in times of peace like today, where everybody
has plenty? Absolutely not. It's the church in dire straights, the
church of the end time, the church of the tribulation, we're going to
notice. And yet we notice that there's a delay. But after the
delay what does God do? God answers the pleas of His people.
Sekarang, mari kita mengulang
simbol-simbolnya.
Si hakim mewakili Allah.
Si musuh mewakili Setan.
Si janda melambangkan gereja. Gereja
yang bagaimana? Hanya gereja di masa damai seperti hari ini di mana semua orang
berkecukupan? Sama sekali tidak. Tetapi gereja yang sedang menghadapi kesukaran
besar, gereja di akhir masa, gereja yang sangat menderita seperti yang akan
kita lihat. Namun kita lihat ada penundaan. Tetapi setelah penundaan itu, apa yang dilakukan
Allah? Allah menjawab permohonan
umatNya.
Now the question is, what
is this parable really
referring to in terms of time? Folks, I have no doubts whatsoever
that Jesus
is here speaking about the terrible time of tribulation that is
going to fall upon this earth. It's going to be a time of trouble
such as never has been seen in the history of the world. And only
those who have the patience of the saints will stand before the beast,
and his image, and will refuse the mark, even on pain of death. They
will not be immediately delivered. There will be a delay. They will
have to go through this time of trouble, lose everything that they have,
and yet they will not cease to come to God in prayer and to plead for His
blessing, and to plead for His protection, and to plead for His
presence with them.
Sekarang pertanyaannya, perumpamaan
itu sesungguhnya mengacu ke waktu apa? Saya tidak meragukan sama sekali bahwa Yesus berbicara tentang masa
kesukaran yang mengerikan yang akan terjadi di bumi ini. Akan
ada suatu masa kesukaran yang belum pernah dilihat oleh sejarah dunia. Dan hanya mereka yang memiliki
keuletan orang-orang kudus yang akan tahan berdiri di hadapan Binatang itu,
patungnya, dan yang akan menolak tandanya walaupun di bawah ancaman kematian.
Mereka tidak akan langsung diselamatkan, akan ada penundaan. Mereka harus
melewati masa kesukaran ini, kehilangan segala yang mereka miliki, tetapi
mereka tidak akan berhenti datang kepada Allah dalam doa, dan memohon
berkatNya, dan memohon perlindunganNya, dan memohon kehadiranNya bersama
mereka.
By the way, most Christians are expecting a pre-tribulation rapture. Are you going to need a special kind
of patience and faith to get through this period? We noticed
immediately after Revelation 13:10 you have the beast, his image, and his
mark. Immediately after the third angel's message you have what? A reference to those who
keep the commandments of God, and have the faith of Jesus, and those who have the
patience of the saints. And so it's speaking about the severe
crisis that is going to come upon the world. And the patience of
the saints that will be needed by God's
people. But if you believe that you're going
to go to heaven before the tribulation,
why would you prepare for it? See, the Devil is shrewd. He knows
that the
church is going to be here during the tribulation. He knows
that we're going to need unshakable, and unbreakable faith. He knows
that we're
going to need the patience of the saints to get through this period, to
reject the beast and his image, and the mark. And so he
teaches Christians, he says,
“Don't
worry about that. That's for the Jews after the church is in heaven.” And when they find
themselves in the time of trouble, they will be totally unprepared for the
crisis that is taking place upon the world.
Nah, kebanyakan orang Kristen sedang
menunggu adanya suatu pengangkatan ke Surga sebelum masa kesukaran ini. Apakah
kita akan memerlukan keuletan dan iman yang khusus untuk melewati masa itu?
Kita simak, segera setelah Wahyu 13:10, ada Binatang, patungnya dan tandanya.
Dan segera setelah pekabaran malaikat ketiga, ada apa? Referensi kepada mereka
yang memelihara perintah-perintah Allah, memiliki iman Yesus dan mereka yang
memiliki keuletan orang-orang kudus. Jadi, ini berbicara tentang krisis besar yang akan menimpa
dunia, sehingga keuletan orang-orang kudus bakal dibutuhkan oleh umat Allah.
Tetapi jika kita percaya bahwa kita akan diangkat ke Surga sebelum masa kesukaran, mengapa kita
harus bersiap-siap menghadapinya? Lihat, Iblis itu licik. Dia tahu bahwa gereja akan berada di dunia sini
selama masa kesukaran. Dia tahu kita bakal membutuhkan iman yang
tak tergoyahkan dan tak terpatahkan. Dia tahu bahwa kita akan memerlukan keuletan orang-orang kudus agar
dapat melewati masa ini, untuk dapat menolak Binatang itu, patungnya dan
tandanya. Maka Iblis mengajar orang-orang Kristen, katanya,
“Jangan khawatir tentang hal itu. Masa kesukaran itu buat orang Yahudi setelah
gereja (Kristen) sudah ada di Surga.” Maka ketika mereka (gereja = orang-orang
Kristen) mendapati mereka berada di masa kesukaran, mereka akan sama sekali
tidak siap menghadapi krisis yang sedang melanda dunia.
By the way, that word “elect” that is used in the
parable, I want you to notice Matthew 24:22, 24, how that word “elect” is
used in the context of the time of trouble, and the final
tribulation. Matthew 24:22. It says, “…22 And except those days…” this is the tribulation,
according to the context, “…should be…” what? “…shortened, there
should no flesh be saved; but
for…” whose
sake? Ah, there's the key word in the parable, “…but for the elect’s sake those days shall be…”
what?
“…shortened.”(KJV)
Are God's people going to go through the tribulation? Yes. Is
there going to be delay? There most certainly will be a delay. But
is God going to intervene to answer their pleas? Absolutely.
Now notice verse 24: “24 For there shall arise false christs and false
prophets and shall show great signs and wonders, insomuch that if it were possible, they shall deceive…”
who?
“… the very elect.”(KJV) There's the word again.
So when does this parable especially apply to? It applies
to the period of tribulation through which the elect will go, according to
Jesus in Matthew 24.
Nah, kata “pilihan” yang dipakai di
perumpamaan itu, saya mau kalian menyimak Matius 24:22, 24, bagaimana kata
“pilihan” dipakai dalam konteks masa kesukaran dan kesengsaraan yang akhir.
Matius 24:22 berkata, “22 Dan kecuali hari-hari itu…” ini ialah masa kesukaran itu menurut konteksnya, “…akan…” apa? “…dipersingkat, tidak akan ada makhluk hidup yang selamat; tetapi demi…” demi siapa? Ah, itu kata kuncinya dalam perumpamaan itu, “…tetapi demi orang-orang pilihan, hari-hari itu akan dipersingkat.”
Apakah umat Allah harus melewati masa kesukaran itu?
Ya. Apakah akan terjadi penundaan? Pasti akan terjadi penundaan. Tetapi apakah
Allah akan campur tangan untuk menjawab permohonan mereka? Pasti.
Sekarang simak ayat 24, “24 Sebab Mesias-mesias palsu dan
nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat
dan mujizat-mujizat begitu
rupa supaya sekiranya mungkin, mereka akan menyesatkan
bahkan…” siapa? “… orang-orang pilihan juga…” kata yang sama itu lagi.
Jadi kapan perumpamaan ini terutama diaplikasikan? Menurut Yesus di
Matius 24, ini diaplikasikan ke masa kesukaran yang harus dilalui umat pilihan.
You see, folks, the widow represents the final generation of living
saints that will dwell upon this earth. The book of Revelation
calls them the 144,000. We have a complete lecture coming up on the
144,000. These people follow the Lamb wherever He goes. These people
reject the beast, they reject his image, they reject the mark, they reject
the number of his name. They plead day and night for deliverance from
their enemies, from the adversary. They don't give up. They
have unflinching perseverance to face this end time crisis.
Lihat, Saudara-saudara, janda itu melambangkan generasi
terakhir orang-orang kudus yang hidup, yang akan ada di atas
bumi ini. Kitab Wahyu menyebut mereka “ke-144ribu”.
Ada ceramah yang lengkap yang akan datang tentang ke-144ribu ini. Orang-orang
ini mengikuti Anak Domba ke mana Dia pergi. Orang-orang ini menolak Binatang
itu, mereka menolak patungnya, mereka menolak tandanya, mereka menolak bilangan
namanya. Siang-malam mereka memohon diselamatkan dari musuh-musuh mereka, dari
si musuh. Mereka tidak menyerah. Mereka memiliki kegigihan yang mantap
menghadapi krisis akhir zaman ini.
Now let me ask you, who is the adversary during this period? The adversary,
folks, is what? is the Devil. Is the Devil going to take away from the church
everything that the church has in terms of earthly support?
Absolutely. The church, those who are faithful in the church, will
be left totally destitute. And who will strip them of everything that they
have? The Devil will strip them of everything that they have, and
they will have absolutely no earthly support. And as the parable says, they will
cry out day and night for deliverance over their adversary who has
taken everything that they have.
Sekarang coba saya tanya, siapakah
si musuh di masa itu? Saudara-saudara, si musuh ialah siapa? Iblis. Apakah Iblis akan menguras habis segala
yang dimiliki gereja dalam hal dukungan dunia? Pasti. Gereja,
mereka yang setia di gereja, akan ditinggalkan dalam kondisi melarat habis. Dan
siapa yang menyikat habis segala yang mereka miliki? Iblis yang melucuti habis
segala yang mereka miliki, dan mereka sama sekali tidak akan memiliki tunjangan
hidup. Dan seperti yang dikatakan perumpamaan itu, mereka akan berseru
siang-malam agar diselamatkan dari musuh mereka yang telah mengambil habis
semua yang mereka punya.
By the way, the expression “cry out”,
crying out day and night, that's used in the parable, is the same word
that is used to describe Jesus on the cross, where He cries out with
an intense agony to His Father, “My God, My God, why have You…” what? “…why have You forsaken
Me?”
Was there a delay in the case of Jesus Christ, the Father answering
the pleas of His Son? Absolutely. He said, “Father, let this cup pass from Me if it's possible.
Nevertheless, not My will be done, but Yours.” Did God deliver Him out of the crisis? Did God
remove Him from the trying circumstances that He was in? No! He
continued going through this crisis. And He cried out to His
Father. Apparently His Father didn't listen. But eventually He was
avenged over His enemy when He resurrected on resurrection morning.
Now is it just possible that God's people are going to go
through a similar experience to the one that Jesus went through in
Gethsemane? Absolutely. Through the one that Jesus went through on Calvary, that they will feel
forsaken by God, that they will feel
that the agony is too great to resist, and yet they will not let go of
the hand of God. Is that just possible? Not only is it possible, but
that's exactly what's going to happen.
Nah, ungkapan “berseru”, berseru
siang dan malam, yang dipakai di perumpamaan itu, adalah kata yang sama yang
dipakai menggambarkan Yesus di atas salib ketika Dia berseru dalam tekanan
batin yang sangat berat kepada BapaNya, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau…”
apa? “…mengapa Engkau
meninggalkan Aku?”
Apakah ada penundaan dalam hal
BapaNya menjawab permohonan AnakNya, dalam kasus Yesus Kristus? Betul sekali.
Yesus berkata, “Bapa, biarlah cawan ini berlalu dariKu jika mungkin. Namun
demikian bukan kehendakKu yang jadi, melainkan kehendakMu.” Apakah Allah
menyelamatkan Dia dari krisis itu? Apakah Allah memindahkan Dia dari kondisi
yang sangat berat di mana Dia sedang berada? Tidak! Yesus masih tetap menjalani
krisis itu. Dan Yesus berseru kepada BapaNya. Rupanya BapaNya tidak mendengar.
Tetapi pada akhirnya Yesus mendapatkan pembalasan atas musuhNya ketika Dia
bangkit pada pagi hari kebangkitan.
Nah, apakah ada kemungkinan umat Allah akan menjalani
pengalaman yang mirip yang dilalui Yesus di Getsemani? Pasti. Menjalani pengalaman yang
dilalui Yesus di Kalvari, mereka akan merasa ditinggalkan Allah,
mereka akan merasa penderitaan itu sedemikian beratnya sampai tidak tertahankan,
namun mereka tidak akan melepaskan tangan Allah. Apakah ada kemungkinan itu?
Bukan hanya ada kemungkinan itu, tetapi persis begitulah yang akan terjadi.
Do you know, Isaiah 54:7-8 describe this terrible period of human history when God's
God's will have to stand before the beast, his image, his mark,
and the number of his name, totally destitute of any earthly
support, nobody to be with them. They will cry out, “My God, my God, why hast Thou forsaken me?” And yet they will
remain firm in their
faith with God.
Notice Isaiah
54:7-8, where this period is being described by God. He says: “7 For a mere
moment I have forsaken you…” how long did God forsake?
“…for a mere moment I have forsaken you, but with great mercies I
will gather you. 8 With a little wrath I hid My face
from you for…” what? “…for a moment; but with everlasting
kindness I will have mercy on you,” says the Lord, your Redeemer.”
So this period is going to be a relatively short period; a
mere moment the Bible says. And yet it will be a period of severe
anguish. And God's people will continue coming, and coming, and
coming. They will not let loose of the hand of God.
Let me ask you, when is it that we have to learn to trust
God in this way? If we don't
learn now, we're never going to exercise that kind of patience in the
future, that kind of endurance; unyielding faith in the case of the worst
circumstances in the history of the world, where we have no earthly
support.
Tahukah kalian, Yesaya
54:7-8 menggambarkan masa yang mengerikan dari sejarah dunia ini ketika umat
Allah harus berdiri di hadapan Binatang itu, patungnya, tandanya, dan bilangan
namanya, sama sekali tanpa dukungan dari dunia, tidak ada yang menemani mereka.
Mereka akan berseru, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Namun
iman mereka tetap teguh dalam Tuhan.
Simak Yesaya 54:7-8 di mana
Allah melukiskan masa ini, kataNya, “7
‘Hanya untuk sesaat lamanya Aku telah meninggalkan engkau...” berapa lamanya Allah telah
meninggalkan? “…Hanya untuk sesaat lamanya Aku telah meninggalkan engkau, tetapi dengan
belas kasihan yang besar Aku akan
mengumpulkan engkau. 8 Dengan
sedikit murka Aku telah menyembunyikan
wajah-Ku terhadap engkau…” berapa lama? “…sesaat lamanya, tetapi dengan kemurahan yang abadi Aku akan mengasihani engkau,’ firman TUHAN,
Penebusmu.”
Jadi masa ini bakal
relatif singkat, kata Alkitab, hanya sesaat lamanya. Namun
demikian itu akan menjadi masa penderitaan yang sangat berat. Dan umat Allah
akan terus-menerus datang, dan datang, dan datang. Mereka tidak akan melepaskan
tangan Allah.
Coba saya tanya, kapan kita harus belajar berserah kepada Allah seperti
ini? Jika kita tidak belajar
sekarang, kita tidak akan pernah mempraktekkan keuletan seperti itu, ketahanan
seperti itu, iman yang tidak menyerah dalam kondisi sejarah dunia yang paling
buruk di masa depan, di saat kita sama sekali tidak memiliki dukungan dunia.
Now do you know that there are some stories in the Bible
that illustrate this period? You remember the experience of Jacob,
right? It's told in Genesis 32. The Bible tells us there that he was
returning home after twenty years in the house of Laban. And as he's
nearing the promised land he hears that his brother Esau is coming with
400 armed men, and they have evil intentions of destroying Jacob and his
family. The Bible describes Jacob and his family as being totally
defenseless. They have absolutely no way of protecting themselves
against an irate brother. And so the Bible tells us that Jacob feared
that he and his family would perish. And so he goes off to the
other side of the river, and he starts pouring his heart out in prayer to
God. And while Jacob is praying, suddenly Someone comes and grabs him. And Jacob, at first at
least, he thinks that this is an enemy. It might even be his
brother. And so he starts fighting, and he starts struggling with
this being. And they struggled all night. And finally, the Bible says, that when the sun
was starting to come up, Jacob realized that he was struggling all
night with the Angel of
the Lord, who is none other than Jesus Christ in the Old Testament.
And so the Angel of
the Lord said to Jacob, “Let Me
go, for the sun is rising.” And Jacob grabbed onto Him and he said, “I will not let You
go until You bless me.” And
the Angel
once again said, “Let Me
go, for the sun is coming up.” And Jacob says, “No way! I will not let You go unless You first bless me.”
Let me ask you, did Jacob exercise the patience of the saints? Did he
have that kind of persevering faith that kept on coming, and coming to
God? He most certainly did. And then, of course, the Bible tells us
that Jesus, the Angel of the Lord, blessed him there and changed his
what? Changed
his name. In fact, let's read this passage. It's found in Genesis 32:24-31.
By the way, do you know what the end time of trouble is going
to be called? It's the time of whose trouble? Oh, why do you
suppose it's called the time of Jacob's trouble? Because it's going to be
similar to the experience of whom? of Jacob. And he refused to let go of
God's hand. God's people will refuse to let go of God's hand until they
have certainty of God's blessing.
Nah, tahukah kalian di Alkitab ada
beberapa kisah yang menggambarkan masa ini? Kalian ingat pengalaman Yakub, kan?
Itu dikisahkan di Kejadian 32. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa saat itu
Yakub akan pulang ke kampong halamannya setelah 20 tahun di rumah Laban, dan
sementara dia mendekati tanah perjanjian dia mendengar saudaranya Esau sedang
datang bersama 400 orang bersenjata dan mereka punya niat jahat untuk
membinasakan Yakub dan keluarganya. Alkitab menggambarkan Yakub dan keluarganya
sama sekali tidak berdaya. Mereka sama sekali tidak punya sarana untuk
melindungi diri dari saudaranya yang murka ini. Maka Alkitab mengatakan bahwa
Yakub takut dia dan keluarganya akan binasa. Maka dia pergi ke seberang sungai
dan dia berdoa mencurahkan isi hatinya kepada Allah. Dan sementara Yakub
berdoa, tiba-tiba satu Sosok datang dan mencekalnya. Paling tidak pada awalnya
Yakub mengira ini adalah seorang musuh, bisa jadi itu saudaranya. Maka dia
mulai melawan, dan dia mulai bergumul dengan Sosok itu. Dan mereka bergumul
sepanjang malam. Akhirnya, kata Alkitab, ketika matahari mulai terbit, Yakub
sadar bahwa sepanjang malam dia sudah bergumul dengan Malaikat Tuhan, yang
tidak lain adalah Yesus Kristus di Perjanjian Lama. Maka Malaikat Tuhan berkata
ke Yakub, “Lepaskan Aku, karena matahari mau terbit.” Dan Yakub memegang Sosok
itu dengan erat dan berkata, “Aku tidak akan melepaskan Engkau sampai Engkau
memberkatiku.” Dan Malaikat itu sekali lagi berkata, “Lepaskan Aku, karena
matahari mau terbit.” Dan Yakub berkata, “Tidak! Aku tidak akan melepaskan
Engkau kecuali Engkau memberkati aku dulu.”
Coba saya tanya, apakah Yakub
mempraktekkan keuletan orang-orang kudus? Apakah dia memiliki iman yang gigih
seperti itu yang terus datang, terus datang ke Allah? Betul sekali. Kemudian,
tentu saja, Alkitab mengatakan bahwa Yesus, Malaikat Tuhan, memberkatinya di
sana dan mengubah apanya? Mengubah namanya. Sebaiknya, marilah kita baca
ayat-ayat ini, ada di Kejadian 32:24-31.
Nah, tahukah kalian kesukaran akhir zaman disebut
apa? Masa kesukaran siapa? Oh, kira-kira mengapa disebut masa kesukaran Yakub? Karena itu akan
mirip pengalaman siapa? Pengalaman Yakub. Dan dia menolak melepaskan tangan
Allah. Umat Allah akan menolak melepaskan tangan Allah sampai mereka mendapatkan
kepastian mereka mendapatkan berkat Allah.
It says there in
Genesis 32:24, “24 Then Jacob was left alone…” notice that he's there to
anguish by himself, “…and a Man
wrestled with him until the breaking of day. 25 Now when He saw that He did not prevail against him,
He touched the socket of his hip…” now did you notice that
the Angel did not prevail
with Jacob? So what does the Angel do? He touches the socket of his hip, “…and the socket of Jacob’s hip was out of joint as He
wrestled with him. 26 And He said, ‘Let Me go, for the day breaks.’ But he
said, ‘I will not let You go unless You bless me!’ 27 So He said to him, ‘What is your name?’ He said, ‘Jacob.’ 28 And He said, ‘Your name shall no longer be called Jacob,
but Israel; for you have struggled with God and with men, and
have prevailed….” another
way of translating is you have overcome! “…29 Then Jacob asked, saying, ‘Tell me Your
name, I pray.’ And He said, ‘Why is it that you ask about My name?’ And He blessed him there. 30 So Jacob called the name of the place…” now notice who he was
wresting with, he “…called the
name of the place Peniel: ‘For I have seen God face to face, and my life is preserved.’…”
Who was
Jacob struggling with? He was struggling with God. Are God's people
who go through the time of trouble going to be struggling with God in the
midst of the worst suffering in human history, having lost everything,
like the widow, destitute of human support? Absolutely.
Dikatakan di Kejadian 32:24, “24 Lalu tinggallah Yakub seorang diri…” perhatikan bahwa dia di sana
bersedih seorang diri, “…Dan seorang Laki-laki
bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. 25 Ketika Orang itu
melihat, bahwa Ia tidak dapat mengalahkannya, Ia memegang
sendi pangkal paha Yakub…” nah, apakah kalian melihat
bahwa Malaikat itu tidak mengalahkan Yakub? Jadi apa yang dilakukan Malaikat
itu? Dia memegang lekuk panggulnya, “…dan sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika
ia bergulat dengan Orang itu. 26 Lalu kata Orang itu: ‘Biarkanlah Aku
pergi, karena fajar telah menyingsing.’ Sahut Yakub: ‘Aku tidak akan membiarkan
Engkau pergi, kecuali Engkau memberkati aku.’
27 Bertanyalah Orang itu kepadanya: ‘Siapakah namamu?’ Sahutnya: ‘Yakub.’
28 Lalu kata Orang itu: ‘Namamu tidak akan disebut Yakub lagi tetapi
Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau telah unggul.’…” cara lain menerjemahkan ini ialah “kamu sudah menang”, “…29 Bertanyalah Yakub: ‘Tolong beritahukan namaMu.’ Tetapi sahutNya: ‘Mengapa
engkau menanyakan namaKu?’ Lalu diberkatiNyalah Yakub di situ. 30 Maka Yakub menamai tempat itu…” sekarang simak siapa yang telab bergumul dengan dia,
Yakub “…menamai tempat itu Pniel, ‘sebab aku
telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku telah dipelihara.’…”
Dengan siapa
Yakub bergumul? Dia bergumul dengan Allah.
Apakah umat
Allah yang melalui masa kesukaran akan bergumul dengan Allah di tengah-tengah
penderitaan yang paling parah dalam sejarah dunia, setelah kehilangan semua
miliknya seperti si janda, sama sekali tidak memiliki dukungan manusia? Tentu
saja.
By the way, this period
is described in Daniel 12:1, where it says: “1 At that time Michael shall stand up…” Michael is a symbol of Christ, “…Michael shall stand up, the great prince who stands watch over the sons of your people. And there shall be a
time of trouble such as never was since there was a nation even to that time. And at that
time your people shall be…” what? “…your people
shall be delivered, every one who is
found written in the book.”
Are God's people going to go through the tribulation? They
most certainly are. It says that there will be a time of trouble such as
there was never in the history of the world since there was a
nation. But then it says, at that time, in the time of trouble, God will deliver His
people. And so the experience of Jacob foreshadows the experience of
God's people in the end time. As Jacob refused to let go of the hand of
God, so God's people will refuse to let go of God's hand until He
answers their pleas over their adversary.
Nah, masa ini digambarkarkan di
Daniel 12:1 di mana dikatakan, “1 Pada waktu itu juga berdirilah
Mikhael, Pangeran besar itu, yang menjaga anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar,
seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu
itu. Dan pada waktu itu bangsamu akan…” diapakan? “…diselamatkan, yakni setiap
orang yang namanya didapati tertulis dalam Kitab itu.”
Apakah umat Allah akan melalui suatu masa kesukaran?
Pasti. Dikatakan akan ada suatu masa kesukaran seperti yang belum pernah ada
dalam sejarah dunia sejak adanya suatu bangsa. Tetapi kemudian dikatakan, pada
waktu itu, pada waktu kesukaran itu, Allah akan menyelamatkan umatNya. Maka
pengalaman Yakub merupakan bayangan pendahulu pengalaman umat Allah di akhir
zaman. Sebagaimana Yakub menolak melepaskan tangan Allah, maka demikian pulalah
umat Allah akan menolak melepaskan tangan Allah sampai Allah menjawab
permohonan mereka mengalahkan musuh mereka.
There's another Bible story, Old Testament story, that
illustrates this period. It's the story of Job. Now let me ask you,
if we
apply the symbols of the parable who would the widow represent in the
story of Job? Of course it would represent whom? Job. Did Job lose
everything? Yes? Friends? The support of his
wife? Health? Possessions? He lost
everything, right? He was totally destitute like this widow. Did he
have an adversary who was the one who took everything? Who was it? the
Devil was the adversary; took everything from him. Did Job cry out
day and night for justice over his adversary? He most certainly did.
And God answered immediately? The first time that he prayed, God answered him,
and gave him everything back? No! Did Job keep on coming, and coming, and coming,
and not give up? He most certainly did. And what did God do
eventually? The Bible says that God eventually avenged him over his
adversary.
You know, the faith of Job is illustrated in his
expression that's found in Job 13:15, where he says: “15 Though He slay me, yet will I trust Him…”
In
other words, he has this faith of the widow. He has absolutely nothing to
lean on. His adversary has taken everything from him. He cries out
day and night for deliverance from his adversary. God delays, but he doesn't
give up. And eventually God, at the end of the story, gives Job what
he lost, plus another amount equal to it. He gave him twice as
much, in other words. He answered the pleas of His servant.
Ada kisah lain di Alkitab, kisah
Perjanjian Lama, yang menggambarkan masa ini. Kisah Ayub. Sekarang coba saya
tanya, jika kita mengaplikasikan simbol-simbol perumpamaan di atas, siapa yang
dilambangkan si janda dalam kisah Ayub? Tentu saja melambangkan siapa? Ayub.
Apakah Ayub kehilangan segalanya? Ya? Teman-temannya? Dukungan istrinya?
Kesehatannya? Hartanya? Dia kehilangan semuanya, kan? Dia sama sekali tidak
punya apa-apa seperti janda itu.
Apakah Ayub punya musuh yang telah
mengambil semuanya? Siapa itu? Iblislah musuhnya, yang telah mengambil semuanya
dari Ayub.
Apakah Ayub berseru siang-malam
minta keadilan atas musuhnya? Betul sekali. Dan Allah segera menjawabnya?
Pertama kalinya dia berdoa Allah menjawabnya dan mengembalikan semua miliknya?
Tidak! Apakah Ayub datang lagi, datang lagi, datang lagi dan tidak menyerah?
Betul sekali. Dan apa yang dilakukan Allah akhirnya?
Alkitab berkata akhirnya Allah
membalaskan dia terhadap musuhnya.
Kalian tahu, iman Ayub digambarkan
dalam ungkapannya yang ada di Ayub 13:15 di mana dia berkata, “15 Walaupun Dia membunuhku, namun
aku akan tetap berserah padaNya…”
Dengan kata lain, Ayub memiliki iman
janda itu. Dia sama sekali tidak punya sandaran. Musuhnya telah mengambil semua
darinya. Dia berseru siang-malam supaya diselamatkan dari musuhnya. Allah
menunda, tetapi Ayub tidak menyerah. Dan akhirnya pada akhir kisah itu, Allah
memberi Ayub apa yang telah hilang darinya, ditambah takaran kedua yang sama.
Dengan kata lain Allah memberi Ayub dua kali lebih banyak. Allah menjawab
permohonan hambaNya.
Are God's people going to receive far more than they had
on this earth after the period of tribulation? They most certainly
are. Because the things in this world really don't count. They don't matter,
because everything is going to burn up, folks. It's only our
faith and trust in God that is going to carry us through the period of
the tribulation that the Bible speaks of.
Apakah setelah masa kesukaran itu
umat Allah akan menerima jauh lebih banyak daripada apa yang pernah mereka
miliki di dunia ini? Pasti. Karena hal-hal
dunia ini tidak sungguh-sungguh masuk hitungan, semua itu tidak ada artinya
karena semua itu akan dibakar habis, Saudara-saudara. Hanya iman
kita dan keyakinan kita dalam Allah yang akan membawa kita melewati masa
kesukaran yang dikatakan Alkitab.
You know, there's another story in the Old Testament that
illustrates this same period. See we have several: we have the story of
Jacob, we have the story of Job, and we also have the story of the
three young men in the fiery furnace. Who would the widow represent in
that story? The three young men, right? Who would the adversary
be? Well, behind the scenes it would be the Devil, but who,
specifically, historically? It would be Nebuchadnezzar, right? Were
these three young men, men of
prayer? Did they have that persevering, unshakable, and unbreakable
faith in the face of death? They most certainly did. And when they
come before king Nebuchadnezzar, Nebuchadnezzar says, “Don't you know that we
can kill you?” They
say, “Yeah,
we know you can. But the God whom we serve will deliver us. And from
your hand He will deliver us. But if He doesn't, nevertheless, we still
serve Him. Whether we live, or whether we die, our mind is made up.”
Is this the kind of patience of the saints that this parable
is talking about? Most certainly, yes.
Now, did God answer the pleas of the three young men
immediately? Could God have delivered them before they were thrown
into the fire? Could God have given Nebuchadnezzar a heart
attack? He most certainly could have. He could have made it much
easier for them not to go through the furnace. And yet the Bible
says that even though they had a close relationship with God, and their
minds were made up, that they were going to be faithful to God, no matter
what, they had to go through the furnace of fire. Were their pleas
finally answered by God? They most certainly were answered, and they
were rewarded by God.
Kalian tahu, ada kisah lain di
Perjanjian Lama yang menggambarkan masa yang sama ini. Lihat, ada beberapa: ada
kisah Yakub, ada kisah Ayub, dan juga ada kisah ketiga pemuda dalam tungku api.
Siapa yang dilambangkan janda itu
dalam kisah ini? Ketiga pemuda itu, kan?
Siapa yang jadi musuhnya? Nah, di
belakang layar, ya si Iblis; tetapi dalam sejarah khususnya siapa? Tentunya
Nebukadnezar, bukan?
Apakah ketiga pemuda itu suka
berdoa? Apakah mereka memiliki iman yang gigih, yang tidak goyah, tidak
terpatahkan walaupun di bawah ancaman maut? Betul sekali. Dan ketika mereka
menghadap raja Nebukadnezar, Nebukadnezar berkata, “Tidakkah kalian tahu kami
berkuasa membunuh kalian?” Mereka berkata, “Ya, kami tahu raja bisa, tetapi Allah
yang kami sembah akan menyelamatkan kami, Allah akan menyelamatkan kami dari
tangan raja. Tetapi, kalaupun tidak, bagaimana pun juga kami tetap akan
menyembah Dia, apakah kami hidup atau mati, kami telah membuat keputusan.”
Apakah ini keuletan orang-orang kudus yang dibicarakan perumpamaan tersebut?
Jelas sekali iya.
Sekarang, apakah Allah segera
menjawab permohonan ketiga pemuda itu? Bisakah Allah menyelamatkan mereka
sebelum mereka dilemparkan ke dalam api? Bisakah Allah memberi Nebukadnezar
serangan jantung? Pasti bisa. Allah bisa membuatnya lebih mudah bagi ketiga pemuda
itu agar tidak mengalami masuk tungku api. Namun Alkitab berkata bahwa walaupun
mereka memiliki hubungan yang erat dengan Allah dan hati mereka sudah mantap
akan tetap setia kepada Allah apa pun resikonya, mereka tetap harus menjalani
masuk ke tungku api. Apakah akhirnya permohonan mereka dijawab oleh Allah?
Benar sekali permohonan mereka dijawab dan mereka mendapat penghargaan dari
Allah.
We have New Testament examples of this period of human
history. Do you remember this woman from Canaan? She wasn't a Jew,
and she had a daughter who was severely ill. And so she's following
Jesus, and she said, “Jesus,
please heal my daughter.” And do
you know what Jesus does first? He continues walking, and acts like He's
not hearing anything. But she continues pursuing. And she says, “Please hear me! My
daughter is sick! Please heal my daughter!” And then she hears the disciples say, “Lord, this is
embarrassing. Send her away!” I don't know about you, but I wouldn’t have thought twice
about leaving at that point. But she didn't. She kept on coming.
And then Jesus says out loud, “I'm not sent but to the lost sheep of the house of Israel.” I'm out of there
by then. Jesus is saying, “I wasn't sent to save Canaanites like you. I was sent to the
lost sheep of the house of Israel.” But she doesn't give up. She continues coming to Jesus. And
she says, “Lord,
please save my daughter.”
And then Jesus caps it all off by saying, “It's not good to take the bread of the children of the
kingdom and give it to the dogs.”
It appears like Jesus had called her a dog. I'm definitely
out of there by then. But this woman had the type of faith that is described in this
parable. She knew that Jesus wasn't that way. Her answer was delayed,
but she was not about to give up. And was her faith rewarded because she
persevered? Absolutely.
Di Perjanjian Baru juga ada
contoh-contoh periode ini dalam sejarah dunia. Apakah kalian ingat perempuan
dari Kanaan? Dia bukan orang Yahudi, dan dia memiliki seorang anak perempuan
yang sakit keras. Maka dia menguntit Yesus dan dia berkata, “Yesus, tolong
sembuhkan anak perempuanku.” Dan tahukah kalian apa yang dilakukan Yesus lebih
dulu? Yesus terus saja berjalan, seolah-olah Dia tidak mendengar apa-apa.
Tetapi perempuan itu terus mengejar, dan dia berkata, “Tolong dengar saya! Anak
perempuan saya sakit, tolong sembuhkan anak perempuan saya!” Kemudian perempuan
itu mendengar murid-murid berkata, “Tuhan, ini memalukan, usirlah dia!” Entah
bagaimana andai itu kalian, tetapi andai itu saya, saat itu saya akan berpikir
dua kali untuk pergi dari sana. Tetapi perempuan itu tidak, dia terus saja
datang. Kemudian Yesus berkata dengan suara keras, “Aku hanya dikirim kepada
domba-domba Israel yang sesat.” Andai saya, saya sudah hengkang dari sana.
Yesus berkata, “Aku tidak dikirim untuk menyelamatkan orang-orang Kanaan
seperti kamu. Aku dikirim kepada domba-domba sesat di Israel.” Tapi perempuan
itu tidak menyerah. Dia terus datang ke Yesus dan berkata, “Tuhan, tolong
selamatkan anak perempuan saya.” Lalu Yesus membuatnya lebih parah dengan
berkata, “Tidak baik mengambil roti dari anak-anak kerajaan dan memberikannya
kepada anjing.” Sepertinya Yesus menyebut perempuan itu anjing. Andai saya,
sudah pasti saya hengkang dari sana saat itu. Tetapi perempuan itu memiliki
iman seperti yang digambarkan dalam perumpamaan tadi. Dia tahu Yesus tidak
seperti itu. Jawaban untuknya ditunda, tetapi dia belum bersedia menyerah. Dan
apakah imannya mendapatkan ganjaran karena dia gigih? Betul sekali.
Of course, the greatest example, folks, of this period is
the experience of Jesus. When Jesus went through the experience in the
garden of Gethsemane, when He pleaded with His Father, if it be possible to take
away the cup, please take it away. Was everything taken away from
Jesus? Did He lose everything? He lost His friends, He lost even the
clothing that He had on, because He hung between heaven and earth
naked on the cross. He had no earthly support. His feet were not even
on the earth. And when He was on the cross, He cried out to His
Father, “My God,
My God, why hast Thou forsaken Me?” He pleaded for the Father
to deliver Him. Did the Father immediately deliver Him? No. Because
the Bible says that He died. There was a delay. But was His faith
eventually rewarded over the enemy? Absolutely. When Jesus came forth
from the tomb and He said, “I am the resurrection and the life”, His faith, and His
trust in His Father, and His continuous coming to His Father was
rewarded.
Tentu saja, Saudara-saudara, contoh
terbesar periode ini adalah pengalaman Yesus. Ketika Yesus melalui pengalaman
di taman Getsemani, ketika Dia memohon BapaNya, seandainya mungkin cawan itu
boleh diangkat, tolong angkatlah cawan itu. Apakah semuanya sudah diambil dari Yesus?
Apakah Yesus sudah kehilangan semuanya? Dia kehilangan teman-temanNya, Dia
bahkan kehilangan pakaian yang dikenakanNya karena Dia tergantung antara langit
dan bumi di atas salib dalam keadaan telanjang. Dia tidak memiliki dukungan
dunia. Bahkan kakiNya saja tidak menyentuh bumi. Dan ketika Dia di atas salib,
Dia berseru kepada BapaNya, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Dia memohon BapaNya untuk
menyelamatkanNya. Apakah Bapa segera menyelamatkanNya? Tidak. Karena Alkitab
berkata Dia mati. Ada penundaan. Tetapi apakah akhirnya imanNya mendapat
balasan di atas musuhnya? Betul sekali. Ketika Yesus keluar dari kubur dan Dia
berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup”, imanNya, dan keyakinanNya dalam BapaNya, dan tindakanNya
yang terus-menerus datang pada BapaNya, mendapat balasan.
I'd like to read from Hebrews 5:7, Hebrews 5:7, where
this suffering of Jesus is described. It says there this: “7 Who in
the days of his flesh...” that means while He was on this earth “...when
He had
offered up…” notice, “…prayers and supplications, with vehement cries, and tears to Him who was
able to save Him from death…”
was He saved from death at that moment? Was He saved from
dying? No. He was saved from death when He resurrected, but He was
allowed to go through the experience of death. He was not delivered
from death when He actually died, on what is called Good Friday. And
so it says, “…with vehement cries and tears to Him who was able to
save Him from
death, and was heard because of his godly fear...” Now why did God allow Jesus to go through this?
Notice verse 8, “8 Though He was a Son...” And it should not be “a” son, “…though He was Son…”, a special Son. It
says, “…Yet He learned…” what? “…He learned obedience by the things which He suffered…”
Saya ingin membaca dari Ibrani 5:7, di mana
penderitaan Yesus digambarkan. Dikatakan begini di sana, “7 yang di masa hari-hariNya
dalam daging…” artinya sementara Dia hidup di
dunia, “…ketika Ia telah mempersembahkan…” simak,“…doa dan permohonan dengan ratap tangis dan air mata kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut…” apakah Dia diselamatkan dari
kematian saat itu? Apakah Dia diselamatkan dari menjalani kematian? Tidak, Dia
diselamatkan dari kematian ketika Dia bangkit, tetapi Dia diizinkan melalui
pengalaman mati. Dia tidak diselamatkan dari kematian pada saat Dia mati, pada
hari yang disebut Jumat Agung. Maka dikatakan, “…dengan ratap tangis dan air mata
kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia
telah didengarkan…” Nah, mengapa Allah mengizinkan Yesus mengalami ini? Simak ayat 8, “…8 Dan sekali pun Ia seorang Anak…” seharusnya bukan “seorang” anak, “…8
Dan sekali pun Ia Anak…” anak yang istimewa. Dikatakan, “…namun Ia telah belajar…” apa? “…taat, dari apa
yang telah diderita-Nya.”
Is the delay during the time of trouble a blessing or a
curse? It must be a blessing because these are God's people; they're
faithful, they're sealed. God is not going to curse them. But God
knows that the best answer to their prayers is to delay the answer, so that they learn
to totally trust in Him.
Apakah penundaan selama masa
kesukaran itu suatu berkat atau kutuk? Seharusnya berkat karena mereka itu umat
Allah, mereka setia, mereka telah dimeteraikan. Allah tidak akan mengutuk
mereka. Tetapi Allah tahu jawaban yang paling tepat untuk doa-doa mereka ialah menunda jawaban, dengan demikian
mereka belajar untuk berserah penuh padaNya.
Ellen White says in The Great
Controversy, that all earthliness must be consumed.
No, and it's not “worldliness”. She doesn't say
all “worldliness” must be consumed,
she says all “earthliness”. In other words, everything
that links them, or connects them to Planet Earth must be consumed.
In other words, their hearts must be totally and completely in heaven.
Dalam The
Great Controversy, Ellen White berkata bahwa semua hubungan dengan dunia harus habis.
Bukan, bukan “keduniawian”, Ellen White tidak berkata semua “keduniawian” harus
habis, dia berkata “semua hubungan dengan dunia”. Dengan kata lain, segala yang mengaitkan mereka
atau yang menghubungkan mereka kepada planet bumi, harus habis.
Dengan kata lain hati mereka harus
seluruhnya dan sepenuhnya ada di Surga.
You know what, Job understood very well the reason for his
suffering. Notice what he says in Job 23:10. He says, “10 …when He…” that is when God “…has tested me, I shall come forth as…” what? “…as gold.”
Kalian tahu, Ayub sangat mengerti alasan
penderitaannya. Simak apa yang dikatakan di Ayub 23:10, dia berkata, “10 …setelah
Ia…” yaitu Allah, “…menguji aku, aku akan keluar seperti…” apa? “…emas.”
So going through the fire is a refining process. Notice
what we find in Isaiah 48:10. God says: “10
Behold, I have refined
you, but not as silver. I have tested you in the furnace of…” what? “…in the furnace of
affliction.”
I'd like to read a statement that we find in a wonderful
book where you have a commentary on the parables. This is Christ's Object Lessons, Page 175.
Some people say, why do we need to suffer? I mean, why so much pain?
Why when I pray to God, doesn't God answer my prayers? Well, let me tell
you something, folks, when we pray and ask God for something, God answers
in one of three ways: He answers “yes”, or He
answers “no”, or He answers “wait”. And the problem is
we take “wait” as a “no” answer. But God
knows when it's best for Him to
wait. Because we learned to trust in Him. That's the reason why He
allows God's people to go through the tribulation in the end time; to
reveal to the world that even though the worst may come to them; they
lose everything, the
adversary takes everything they have,
God is going to prove to the universe that He has a group
of people who are absolutely loyal to Him, though the heavens fall.
And the challenges of the Devil against God are going to
be answered once and for all. There will be a whole generation of
saints who will be faithful to God in the worst circumstances; even
willing to face death if necessary.
Jadi masuk ke api tungku adalah suatu proses pemurnian.
Simak apa yang kita dapati di Yesaya 48:10. Allah berkata, “10 Lihatlah,
Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak. Aku telah menguji
engkau dalam dapur…” apa? “…dapur kesengsaraan.”
Saya ingn membacakan suatu
pernyataan yang ada di buku yang menarik di mana terdapat komentar-komentar
tentang perumpamaan-perumpamaan. Ini Christ’s
Object Lessons, hal. 175.
Ada yang berkata, kenapa kita harus
menderita? Maksudnya, mengapa harus ada begitu banyak kesedihan? Mengapa saat
saya berdoa kepada Allah, Allah tidak menjawabnya?
Nah, saya akan katakan,
Saudara-saudara, pada waktu kita berdoa dan minta Allah melakukan sesuatu,
Allah menjawab dengan satu dari tiga cara: Dia menjawab “Ya”, atau Dia menjawab
“Tidak”, atau Dia menjawab “Tunggu.” Dan masalahnya ialah kita menganggap
“tunggu” sebagai “tidak”. Tetapi Allah tahu kapan saat yang terbaik bagiNya
untuk menunggu. Karena kita belajar menaruh kepercayaan padaNya. Itulah alasan
mengapa Allah mengizinkan umatNya melalui masa kesukaran pada akhir zaman; guna
menyatakan kepada dunia bahwa walaupun mereka akan mengalami yang terburuk,
mereka kehilangan segalanya, si musuh mengambil semua milik mereka, Allah akan
membuktikan kepada alam semesta bahwa Dia memiliki satu kelompok umat yang
sepenuhnya setia kepadaNya, walaupun langit runtuh. Dan tuduhan Iblis terhadap
Allah akan terjawab selama-lamanya. Akan ada satu generasi orang-orang kudus
yang setia kepada Allah dalam kondisi yang terburuk; yang bahkan siap
menghadapi kematian bila perlu.
Christ's Object Lessons, 175. “The Lord permits trials in order that we may be cleansed
from earthliness, from selfishness, from harsh un-Christlike traits of
character…” Let me ask you, when gold is tried in the fire, or refined in the fire, what
do they throw in the fire? only gold? No. There's all kinds of: there's stones, and there's dirt. What happens with
all the dirt and the stones, and everything? They're all burned up.
And what comes out on the other side? pure gold. So she says, “…The Lord permits trials in order that we may be cleansed
from earthliness, from selfishness, from harsh un-Christlike traits of
character. He suffers the deep waters of affliction to go over our
souls in order that we may know Him, and Jesus Christ whom He has
sent, in order that we may have deep heart longings to be cleansed from
defilement, and may come forth from the trial purer, holier,
happier. Often we enter the furnace of trial with our souls darkened
with selfishness. But if patient...” notice
the key word, “…but if patient under the crucial test, we shall come
forth reflecting the divine character.”
Christ’s Object Lessons, 175, “Tuhan mengizinkan ujian agar kita boleh
dibersihkan dari semua yang berkaitan dengan dunia, dari cinta diri, dari
tabiat yang keras yang tidak menyerupai sifat Kristus…” Coba saya tanya, bila emas diuji
dalam api, atau dimurnikan dalam api, apa yang dilemparkan masuk ke dalam api?
Hanya emas? Tidak. Ada banyak hal lain, ada batu-batu, ada kotoran. Apa yang
terjadi dengan semua kotoran, batu, dan segalanya? Semuanya habis terbakar. Dan
apa yang keluar setelah itu? Emas murni. Maka Ellen White berkata, “Tuhan mengizinkan
ujian agar kita boleh dibersihkan dari semua yang berkaitan dengan dunia, dari
cinta diri, dari tabiat yang keras yang tidak menyerupai sifat Kristus. Allah mengalami
bagian penderitaan yang paling berat untuk mencapai jiwa kita supaya kita boleh
mengenalNya, dan Yesus Kristus yang diutusNya, agar kita memiliki kerinduan
yang mendalam untuk dibersihkan dari pencemaran, dan boleh keluar dari ujian
itu lebih murni, lebih suci, lebih bahagia. Kita sering masuk ke dalam tungku
ujian dengan hati yang digelapkan oleh cinta diri, tetapi bila kita ulet…” simak kata kuncinya, “…bila kita ulet di
saat ujian yang menentukan, kita akan keluar dari sana memantulkan karakter
ilahi.”
So is suffering a blessing? Will the delay during the time
of trouble be a blessing for God's people? It most certainly will
be.
But do we need to withstand delays today in smaller things
in our lives? Yes. This is rehearsal, folks. Let's not
get aggravated over our little trials and tribulations. You know,
we might lose a job, and we might have some family strife,
and we might have loss of money in the stock market, or whatever.
You know, let's not get bent out of shape over all of that. Let's trust
in God. Let's continue coming to Him in times of relative prosperity,
because the time is coming when we'll have to come to Him in times of
severe crisis and adversity.
Jadi apakah penderitaan itu suatu
berkat? Akankah penundaan selama masa kesukaran menjadi berkat bagi umat Allah?
Pastilah demikian.
Tetapi apakah kita perlu menerima
penundaan sekarang ini dalam masalah-masalah yang lebih kecil dalam hidup kita?
Iya. Inilah saatnya berlatih,
Saudara-saudara. Janganlah kita menjadi jengkel dengan ujian-ujian dan
kesukaran-kesukaran kecil kita. Yah, mungkin kita kehilangan pekerjaan, mungkin
ada pertengkaran dalam keluarga, mungkin kita kehilangan uang di bursa saham,
atau apalah. Janganlah kita sampai terpengaruh karena semua itu. Marilah kita
mempercayai Allah. Marilah kita terus
datang kepadaNya dalam masa yang relatif sejahtera ini, karena saatnya akan
tiba ketika kita harus datang kepadaNya di masa krisis dan kesukaran besar.
So, once again, I ask the question, when Jesus ended the
parable He finished with the question, “Nevertheless when
the Son of man comes, will He find faith in the earth?” In other words, will He find this kind of
faith? The
faith that is illustrated by the widow, by Jacob, by Job, by the
three young men in the furnace, by the Canaanite woman, by Jesus, who kept
on coming, and coming. Jesus says, when the Son of
man comes, will He find this kind of faith and patience, perseverance on
the earth? Unfortunately, the parable ends with the
question. And you
wonder, as you read the parable, whether this question is answered “yes” or “no”. Is God going to
have a group on the earth that will have the kind of faith that this
widow had? Well, I praise the Lord that the answer is not found in Luke
18, but it is found in Revelation.
Jadi sekali lagi, saya bertanya,
ketika Yesus mengakhiri perumpamaanNya, Dia mengakhirinya dengan pertanyaan, “Namun demikian, ketika Anak Manusia itu datang, akankah Ia benar-benar
menemui iman di bumi?” Dengan kata lain, akankah Dia
menemui iman semacam itu? Iman yang diilustrasikan oleh si janda, oleh Yakub,
oleh Ayub, oleh ketiga pemuda yang di dalam tungku api, oleh perempuan Kanaan,
oleh Yesus, yang terus-menerus datang dan terus datang? Yesus berkata, ketika
Anak Manusia datang, akankah Dia menemui iman dan keuletan, kegigihan seperti
ini di dunia? Sayangnya perumpamaan itu berakhir dengan sebuah pertanyaan. Dan
saat kita membaca perumpamaan itu, kita bertanya-tanya apakah pertanyaan ini
dijawab dengan “ya” atau “tidak”. Apakah Allah akan memiliki suatu kelompok di
bumi yang akan mempunyai iman seperti yang dipunyai si janda itu? Nah, puji
Tuhan jawabannya tidak ada di Lukas pasal 18, tetapi ada di Wahyu.
The two verses that we began our study with today:
Revelation 13:10, Revelation 13:10. Is God going to have a people who have this characteristic?
Absolutely. It says there, “He who leads into captivity shall go into captivity.
He who kills with the sword, must be killed with the sword. Here is the
patience and the faith of the saints.”
Is God going to have a group who have the faith and
patience of the saints in the midst of the trial? Absolutely. And as
we read at the conclusion of the third angel's message, immediately after
God has spoken about the beast, his image, his mark, the number of his
name, we find this declaration. There is going to be a group who will
have this kind of faith. It says there in Revelation 14:12, “Here is the
patience of the saints. Here are those who keep the commandments of
God, and the faith of Jesus.”
Kedua ayat yang mengawali pelajaran
kita hari ini, Wahyu 13:10, apakah Allah akan memiliki umat yang mempunyai
tabiat ini? Pasti. Dikatakan di sana, “10
Siapa yang menyebabkan orang lain masuk
penawanan, dia sendiri akan masuk ke dalam penawanan; dia yang membunuh dengan
pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Di
sinilah keuletan dan iman orang-orang
kudus.” Akankah Allah memiliki suatu
kelompok yang punya iman dan keuletan orang-orang kudus di tengah pencobaan?
Pasti. Dan ketika kita membaca kesimpulan pekabaran malaikat ketiga, segera
setelah Allah berbicara tentang Binatang itu, patungnya, tandanya, dan bilangan
namanya, kita mendapati pernyataan ini. Akan ada suatu kelompok yang memiliki
iman semacam itu. Dikatakan di Wahyu 14:12, “12 Di sinilah keuletan orang-orang kudus, inilah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah
dan imannya Yesus.”
So what is the answer to the question that Jesus asked in
this parable? Will He find faith? Will He find the patience of the
saints on the earth? The answer in the book of Revelation is a resounding
“yes”!
And the question is, will we be among those who have the patience of the saints?
Jadi apa jawaban kepada pertanyaan yang diajukan Yesus
dalam perumpamaan itu? Akankah Dia menemui iman? Akankah Dia menemui keuletan
orang-orang kudus di bumi? Jawaban yang ada di kitab Wahyu ialah suatu “ya”
yang menggema!
Lalu pertanyaannya, apakah kita akan berada di antara
mereka yang memiliki keuletan orang-orang kudus?
07.04.19