_____THREE ANGELS MESSAGES_____
Part 09/25
- Stephen Bohr
BABYLON’S FILTHY FORNICATION
Dibuka
dengan doa
During
our last studies together we've spoken about the identity of Babylon, and
then we spoke about the wine of Babylon, and today we are going to speak
about the fornication of Babylon. As you remember, in our last
lecture we studied about the identity of Babylon; actually in the last two
lectures. And we noticed that the harlot of Revelation 17 represents
a church, represents a Christian church that has gone astray from Jesus
Christ. And according to the Bible, this church has become a harlot.
Now today we're going to study about the fornication of this harlot with
the kings of the earth. And I'd like to invite you to turn in your Bibles
with me to Revelation 17:1-2, where this fornication between the harlot
~ this apostate church ~ and the kings of the earth is described. It
says there: “1 Then one of the seven angels who had the seven
bowls came and talked with me, saying to me, ‘Come, I will show you the
judgment of the great harlot who sits on many waters…” now comes the key phrase, “…2 with whom the kings of the earth committed
fornication, and the inhabitants of the earth were made drunk with the wine of
her fornication.’” So you'll notice here it
says that the kings of the earth have committed fornication with this
harlot, which represents an apostate church.
Dalam
pelajaran-pelajaran kita yang lewat, kita telah berbicara tentang identitas
Babilon, lalu kita telah berbicara tentang anggur Babilon, dan hari ini kita
akan berbicara tentang percabulan/perzinahan Babilon. Sebagaimana yang kalian
ingat, dalam ceramah kita yang terakhir, kita telah belajar tentang identitas
Babilon, tepatnya dalam dua ceramah yang terakhir. Dan kita telah menyimak
bahwa si pelacur Wahyu pasal 17, melambangkan sebuah gereja, melambangkan
sebuah gereja Kristen yang telah murtad dari Yesus Kristus. Dan menurut
Alkitab, gereja ini telah menjadi seorang pelacur. Hari ini kita akan
mempelajari tentang perzinahan pelacur ini dengan raja-raja bumi. Dan saya
minta kalian membuka Alkitab bersama saya ke Wahyu 17:1-2, di mana digambarkan
perzinahan antara pelacur ini ~ yaitu gereja murtad ini ~ dengan raja-raja
bumi. Dikatakan di sana, “1 Lalu datanglah seorang dari
ketujuh malaikat, yang membawa ketujuh cawan itu dan berkata kepadaku: ‘Mari ke sini, aku akan
menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk di atas banyak air…” sekarang muncul ungkapan kuncinya, “…2 Dengan dia raja-raja di bumi telah berbuat cabul, dan
penghuni-penghuni bumi telah dibuat mabuk
oleh anggur percabulannya."
Jadi kita lihat di sini dikatakan bahwa
raja-raja bumi telah berbuat cabul atau berzinah dengan pelacur ini yang
melambangkan gereja yang murtad.
Now there's
another passage in Revelation which describes this same
scene. Revelation 18:1-3, “1 After these things I saw another angel coming down from
heaven, having great authority, and the earth was illuminated with his
glory. 2 And he cried mightily with a loud voice, saying,
‘Babylon the great is fallen, is fallen, and has become a dwelling place of
demons, a prison for every foul spirit, and a cage for every unclean and hated
bird! 3 For all the nations have drunk of the wine…” which we have noticed is false doctrine, we've studied that carefully in
Scripture. So it says: “… For all the nations have drunk of the wine of the wrath
of her fornication, the kings of the earth have committed fornication with her,
and the merchants of the earth have become rich through the abundance of her
luxury.’”
Nah, ada bacaan yang lain di Wahyu yang menggambarkan adegan yang sama. Wahyu
18:1-3, “1 Kemudian setelah itu aku melihat
seorang malaikat lain turun dari sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar dan bumi
menjadi terang oleh kemuliaannya. 2 Dan ia berseru dengan suara yang
kuat, katanya: ‘Sudah roboh, sudah roboh Babel yang besar itu, dan ia
telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan penjara
bagi semua roh najis dan kandang segala
burung yang najis dan yang dibenci, 3 karena semua bangsa telah
minum dari anggur…” yang
telah kita simak itu adalah doktrin-doktrin palsu. Kita telah mempelajarinya
dengan teliti dalam Alkitab. Maka dikatakan, “…karena semua bangsa telah minum dari anggur
murka cabulnya, dan raja-raja di bumi telah
berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh
kelimpahan kemewahannya.’…”
So
basically in these two passages that we began with today, we noticed that
in the
end time there is going to be a coalition, or a union between a harlot
church and the kings of the earth. In other words the
church is going to be involved in some manner with the political systems
of the world. Now this would mean then that there are two kingdoms.
Because there's first of all the church, represented by the
harlot, and
the civil rulers, represented by the kings.
Jadi
pada dasarnya, dalam dua bacaan yang mengawali pelajaran kita hari ini, kita
melihat bahwa pada akhir masa
akan terjadi suatu koalisi, atau persatuan antara sebuah gereja pelacur dengan
raja-raja bumi. Dengan kata lain, gereja itu akan terlibat dalam
beberapa hal dengan sistem-sistem
politik dunia. Nah, ini
berarti bahwa ada dua kerajaan, karena yang
pertama-tama adalah gereja
yang dilambangkan oleh si pelacur, dan
pemerintahan-pemerntahan sipil yang dilambangkan oleh raja-raja
Now I
want us to notice in Matthew 22:15-21 that Jesus recognized two
kingdoms. Matthew 22:15-21. It says there: “15 Then the Pharisees went and
plotted how they might entangle Him in His talk. 16 And they sent to Him their
disciples with the Herodians, saying, ‘Teacher, we know that You are true, and
teach the way of God in truth; nor do You care about anyone, for You do not
regard the person of men.’…” In
other words, you don't make a difference between one human being and another. Now
they're really faking admiring Jesus, as we're going to notice. Verse 17, “…17 Tell us, therefore, what do You
think? Is it lawful to pay taxes to Caesar, or not?’” That was a difficult question. Because if Jesus answered
“yes”, He was in trouble, and if He answered “no”, He was in trouble as
well. You see, if He answered “yes” the Jews would be against
Him, because the Jews did not like paying taxes to the Romans. But
if He answered “no”, then He would be guilty of sedition against the Roman
government, because Rome demanded that people pay taxes. And so no
matter how He answered, if He answered “yes” or “no”, He was going to get
into trouble. Verse 18. “18 But Jesus perceived their
wickedness, and said, ‘Why do you test Me, you hypocrites? 19 Show Me the tax money.’ So they brought Him a denarius…” which was the main coin at that time, “…20 And He said to them, ‘Whose image and
inscription is this?’…”
In other words, whose picture is on the coin, and
whose name is on this coin? Verse 21. “21 They said to Him, ‘Caesar’s.’ And
He said to them, “Render therefore to Caesar the
things that are Caesar’s, and to God the things that are God’s.”
Sekarang saya mau kita menyimak Matius
22:15-21 di mana Yesus mengakui dua kerajaan. Matius 22:15-21, dikatakan di
sana, “15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka bersekongkol bagaimana mereka dapat menjebak
Yesus dalam pembicaraanNya. 16
Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian berkata kepada-Nya: ‘Guru, kami tahu, Engkau
adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau
tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak memandang manusia…” dengan
kata lain Engkau tidak membedakan antara satu manusia dari manusia yang lain.
Nah, mereka sebenarnya pura-pura memuji Yesus, kita akan melihat itu. Ayat 17 “…17 Oleh karena itu, katakanlah kepada kami apa pendapat-Mu: Apakah membayar pajak kepada
Kaisar itu sesuai hukum atau tidak?’…” Ini adalah pertanyaan yang sulit,
karena jika Yesus menjawab “Ya” Dia kena masalah, dan jika Dia menjawab
“Tidak”, Dia juga kena masalah. Kalian lihat, jika Yesus menjawab “Ya”,
orang-orang Yahudi itu akan menentangNya karena mereka tidak suka membayar pajak
kepada bangsa Roma. Tetapi jika Yesus menjawab “Tidak”, maka Dia akan dianggap bersalah
karena telah menghasut orang menentang pemerintahan Roma, karena Roma menuntut
orang membayar pajak. Maka jawaban apa pun yang diberikanNya, entah “Ya” atau “Tidak”, Dia akan kena masalah. Ayat 18,
“…18
Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: ‘Mengapa kamu
mencobai Aku, hai orang-orang munafik? 19 Tunjukkanlah kepada-Ku
uang untuk pajak itu.’ Maka mereka membawa satu dinar kepada-Nya…” di zaman itu, itu adalah koin utama, “…20 Dan Ia bertanya kepada mereka: ‘Gambar dan
tulisan siapakah ini?’…” dengan
kata lain, gambar siapa yang tertera pada koin ini, dan nama siapa yang
tercantum pada koin ini? “…21 Jawab mereka: ‘Gambar dan
tulisan Kaisar.’ Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Serahkanlah kepada Kaisar barang-barang milik Kaisar,
dan kepada Allah barang-barang kepunyaan Allah."
How
many kingdoms did Jesus recognize? He recognized two kingdoms. The first
kingdom is the kingdom of Caesar, and the second is the kingdom
of God; two kingdoms.
As we
began our study this evening we also noticed two kingdoms. There's
the harlot, which represents an apostate church, and there's also the
kings of the earth. But I'm going to show you that really the reason why
this church became a harlot is because instead of remaining married
to Jesus Christ, she entered illicit relationships with the kings of the
earth.
Berapa
kerajaan yang diakui Yesus? Yesus
mengakui dua kerajaan. Pertama ialah kerajaan Kaisar, dan kedua kerajaan Allah.
Dua kerajaan.
Saat
kita memulai pelajaran kita malam ini, kita juga melihat dua kerajaan. Ada si
pelacur yang melambangkan gereja yang murtad, dan juga ada raja-raja bumi.
Tetapi saya akan menunjukkan kepada kalian bahwa sesungguhnya mengapa gereja
ini menjadi pelacur ialah dia tidak setia dalam perawinannya dengan Yesus
Kristus, melainkan dia menjalin hubungan-hubungan gelap dengan raja-raja bumi.
So Jesus recognized the existence of two
kingdoms. But now we need to ask the question, What do we owe to the
kingdom of Caesar, which, by the way, is the civil government? And
what do we owe to God? There's something that we owe to to Caesar,
or to the political power, and there's something that we owe to God, or to
the church. The question is, what do we owe to each?
Go with me to Deuteronomy 4:13, and let’s
take a close look at this. Deuteronomy 4:13. It's speaking here
about the giving of the ten commandments, and it says this: “13 So He…” that is God,
“…declared to you His covenant which He commanded you to perform, the
Ten Commandments; and He wrote them on two tablets of stone.”
How
many tablets of stone were the ten commandments written on? Two tablets of
stone.
Now let
me ask you, Could God have written the ten commandments on one tablet of
stone if He had wanted to? Of course. Could He have written the ten
commandments on three tablets of stone? Absolutely. Why did He write
the ten commandments on two tablets of stone? Simply, we're going
to notice, because the first four commandments have to do with our
responsibility towards God, whereas the last six commandments have to do
with our responsibility with our fellow human beings. In other words the first four commandments point out
our duty, our vertical duty with God, and the last six point out our
horizontal relationship with our fellow human beings.
Maka Yesus
mengakui adanya dua kerajaan. Tetapi sekarang kita perlu bertanya, apa
kewajiban kita kepada kerajaan Kaisar yang adalah pemerintahan sipil, dan
apa kewajiban kita kepada Allah? Ada kewajiban kita kepada Kaisar atau
kepada kekuasaan politik, dan ada kewajiban kita kepada Allah atau kepada
gereja. Pertanyaannya ialah, apa kewajiban kita terhadap masing-masing?
Marilah
bersama saya ke Ulangan 4:13, marilah kita simak ini. Ulangan 4:13, di sini
berbicara tentang disampaikannya kesepuluh Peritah, demikian bunyinya, “13
Dan Ia…” yaitu Allah, “…memberitahukan kepadamu perjanjianNya, yang diperintahkan-Nya kepadamu
untuk dilakukan, yakni Kesepuluh Perintah
dan Ia menuliskannya pada dua loh batu.” Kesepuluh
Perintah itu ditulis pada berapa loh batu? Dua loh batu.
Sekarang
coba saya tanya, bisakah Allah menulis kesepuluh Perintah itu pada satu loh
batu jika Allah mau? Tentu saja. Bisakah
Allah menulis kesepuluh Perintah itu pada tiga loh batu jika Allah mau? Tentu.
Mengapa Allah menulis kesepuluh Perintah itu pada dua loh batu? Kita akan melihat, melulu karena
keempat Perintah yang pertama berkaitan dengan kewajiban kita kepada Allah
sementara keenam Perintah yang akhir berkaitan dengan kewajiban kita terhadap
sesama manusia. Dengan kata lain,
keempat Perintah pertama mengacu kepada kewajiban kita yang vertikal dengan
Allah, dan keenam Perintah yang akhir mengacu kepada hubungan horizontal dengan
sesama manusia.
Now let's notice that. Deuteronomy 6:4-5,
it says there: “4 ‘Hear, O Israel: The Lord our God, the Lord is one! 5 You shall love the Lord your God with all your heart, with all your soul, and
with all your strength.”
So you'll notice here a
very important declaration by God, We shall love the Lord our God with
all our heart, with all our soul, and with all our strength.
Sekarang, marilah
kita simak. Ulangan 6:4-5, dikatakan di sana, “4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN Allah kita, TUHAN itu esa! 5
Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap kekuatanmu.”
Jadi kalian lihat, di sini ada deklarasi yang sangat penting
dari Allah, kita harus mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati, segenap
jiwa dan seluruh kekuatan kita
Now let's go to Leviticus 19:18, it says
there: speaking about our relationship with our neighbor: “18 You shall not take vengeance, nor bear any grudge against
the children of your people, but you shall love your neighbor as yourself:
I am the Lord.”
So how many great
commandments do we have in the Old Testament?
1.
Love supreme for whom?
for God.
2.
And secondly, loving our
what? our neighbor.
Which
table of the law describes our love for God? the first four.
Which
table of the law describes our relationship with our fellow human beings?
the last six.
Sekarang
mari kita ke Imamat 19:18, dikatakan di sana, berbicara tentang hubungan kita
dengan sesama kita, “18 Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam
terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri; Akulah TUHAN.”
Jadi
ada berapa Perintah yang ada dalam Perjanjian Lama?
1.
Kasih
yang tertinggi bagi siapa? Bagi Allah, dan
2.
Mengasihi
siapa? Sesama kita.
Daftar hukum yang
mana yang menggambarkan kasih kita kepada Allah? Empat yang pertama.
Daftar hukum yang
mana yang menggambarkan hubungan kita dengan sesama kita? Enam yang akhir.
Now let's go to what Jesus had to say about
this, because Jesus confirms what I'm saying. Matthew 22:34-40,
Matthew 22, beginning with verse 34. “34 But when the Pharisees heard that He had silenced the
Sadducees, they gathered together. 35 Then one of them, a lawyer…” by the way, he's not a secular lawyer. He is an expert in the
writings of Moses, in the law of Moses. So it says: says: “…Then one of them, a lawyer asked Him a question, testing Him, and
saying, 36 ‘Teacher, which is the great commandment in the law?’ 37 Jesus said to him, ‘You shall love the Lord your God with all your heart, with all your soul,
and with all your mind.’…” Did we read that in the Old Testament
somewhere? Yes. We read it in Deuteronomy 6, right? So that's the
first and great commandment. Notice verse 38. “…38 This is the first
and great commandment. 39 And the second is like it:
‘You shall love your neighbor as yourself.’ 40 On these two commandments hang all the Law and the
Prophets.”
So you'll notice that the
law of God was structured in such a way that you have our duty towards God
and our duty towards our fellow man.
Sekarang marilah
kita ke apa yang dikatakan Yesus tentang hal ini, karena Yesus meneguhkan apa
yang akan saya katakan. Matius 22:34-40, Matius 22 mulai dari ayat 34, “34 Ketika orang-orang Farisi
mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam,
berkumpullah mereka 35 dan seorang dari mereka, seorang ahli hukum…” ketahuilah
dia bukan ahli hukum sekuler. Dia adalah ahli dalam tulisan-tulisan Musa, dalam
Taurat Musa. Jadi dikatakan, “…dan seorang dari mereka,
seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia. 36 ‘Guru, hukum
manakah yang terutama dalam hukum Taurat?’ 37 Jawab Yesus kepadanya:
‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu…” kita
kan sudah pernah membaca ini dalam Perjanjian Lama? Ya. Kita telah membacanya
di Ulangan 6, bukan? Jadi itulah perintah yang pertama dan yang terbesar. Simak
ayat 38, “… 38
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang
kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat
dan kitab para nabi.”
Jadi kalian
lihat, bahwa Hukum Allah dirangkai sedemikian rupa sehingga kita punya
kewajiban terhadap Allah, dan kewajiban terhadap sesama manusia.
But let
me ask you, does the civil government have the right to enforce the
second table of the law? Does the civil government have a right to punish
those individuals who steal? Yes. Does it have the right to punish
those individuals who kill? Yes. Does it have a right to punish those who
beat up on their parents? Yes. Does it have a right to prosecute those
who speak false witness against somebody else, and ruins their
reputation? Absolutely. In other words, the second table of the law is the
realm of the civil government. But the first table of the
law, the civil government can have nothing to do with, because it has to
do with our duty and responsibility and worship towards God. In
other words, the civil government has been established to preserve the
civil order. The first four commandments are off limits for the civil
government.
Tetapi
coba saya tanya, apakah pemerintahan sipil punya hak untuk memberlakukan daftar
hukum yang kedua? Apakah pemerintahan
sipil punya wewenang untuk menghukum orang-orang yang mencuri? Ya. Apakah dia
punya wewenang untuk menghukum orang-orang yang membunuh? Ya. Apakah dia punya
wewenang untuk menghukum mereka yang memukuli orangtua mereka? Ya. Apakah dia
punya wewenang untuk menuntut mereka yang memberikan kesaksian palsu terhadap
orang lain dan merusak nama baik mereka? Tentu saja. Dengan kata lain, daftar hukum yang kedua adalah
daerah kekuasaan pemerintahan sipil. Tetapi daftar hukum yang
pertama, ada di luar wewenang pemerintahan sipil karena itu berkaitan dengan
kewajiban dan tanggung jawab kita kepada Allah. Dengan kata lain, pemerintahan sipil
didirikan untuk mempertahankan ketertiban sipil. Keempat Perintah yang pertama ada di luar jangkauan
pemerintah sipil.
Now
it's interesting that Jesus Christ ~ and now we're going to go to speak a
little about Jesus, because His experience is actually going to be
repeated in His people at the end of time ~ it's interesting that Jesus was
never accused by the Jews of breaking the last six commandments of God's
law. Jesus was never accused of disobeying the civil laws of Rome.
All of the accusations that the Jews launched against Jesus were things
that had to do with the first table of the law.
You say, where does the Bible say
that?
Well, go with me to Mark 2:7. Mark
2:7 is describing a paralytic, and Jesus says some very controversial
things. He says to this man, “Your sins are forgiven.” And notice what His enemies said, “7 Why does this Man speak
blasphemies like this? Who can forgive sins but God alone?”
Let me
ask you, What table of the law does that accusation have to do with? the
first table. Because they're saying that He's making Himself what?
God by forgiving sins.
Nah,
yang menarik ialah, bahwa Yesus Kristus ~ sekarang kita akan berbicara sedikit
tentang Yesus karena pengalamanNya benar-benar akan terulang dalam kehidupan
pengikut-pengikutNya pada akhir zaman ~ yang menarik ialah bahwa Yesus tidak pernah dituduh oleh
orang Yahudi melanggar enam Perintah terakhir dari Hukum Allah.
Yesus tidak pernah dituduh tidak patuh kepada hukum-hukum sipil Roma. Semua
tuduhan yang dilontarkan orang Yahudi terhadap Yesus adalah hal-hal yang
berkaitan dengan daftar hukum yang pertama.
Kalian
berkata, di mana di Alkitab berkata demikian?
Nah,
marilah bersama saya ke Markus 2:7. Markus 2:7 menggambarkan seorang yang
lumpuh, dan Yesus mengatakan hal-hal yang kontraversial. Yesus berkata kepada
orang itu, “Dosamu
sudah diampuni.” Simak apa kata
musuh-musuhNya, “7 Mengapa Orang ini berkata
begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah sendiri?”
Coba
saya tanya, tuduhan itu berkaitan dengan daftar hukum yang mana? Yang pertama.
Karena mereka berkata bahwa dengan mengampuni dosa, Yesus menganggap DiriNya
apa? Allah.
Notice John 10:33. At this point
Jesus had said, “I and My Father are One.” And they understood very well that Jesus was saying that He was
One with His Father in a special sense; in the sense that He was
God. Notice John 10:33, “33 The Jews answered Him, saying, ‘For a good work we do not
stone You…” because they picked up stones to stone Him,
“but for blasphemy, and because You, being
a Man, make Yourself…” what? “…God.’” There it is again, He's being accused of violating the first table of
the law.
Perhatikan
Yohanes 10:33, pada saat itu Yesus telah berkata, “Aku dan BapaKu adalah Satu.” Dan mereka paham dengan baik Yesus berkata bahwa Dia
adalah Satu dengan BapaNya dalam pengertian yang khusus, dalam arti bahwa Dia
adalah Allah. Perhatikan Yohanes 10:33, “ 33 Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu
pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau…” karena mereka telah memungut batu untuk melempariNya, “…melainkan karena Engkau menghujat Allah dan
karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu…” apa? “…dengan Allah.” Ini
lagi, Yesus dituduh melanggar daftar hukum yang pertama.
Notice
John 9:16 here He's going to be accused of breaking the Holy Sabbath. Let
me ask you, on which table of the law is the Sabbath? It's on the first
table of the law. It's a duty that we owe whom? that we owe God. It
says in John 9:16, Jesus has healed a blind man. “16 Therefore some of the Pharisees said, ‘This Man is not from God,
because He does not keep the Sabbath.’…” by the
way, were they right or wrong? They were wrong. He did keep the
Sabbath. He just didn't keep the Sabbath according to all their
rules and regulations. He kept the Biblical Sabbath, not the Sabbath of
the Rabbi's.
Simak Yohanes 9:16 di sini Yesus akan
dituduh melanggar hari Sabat yang kudus. Coba saya tanya pada daftar hukum yang
mana hukum Sabat itu? Pada daftar hukum yang pertama. Itu adalah kewajiban kita
terhadap siapa? Allah. Dikatakan di Yohanes 9:16, Yesus telah menyembuhkan
seorang yang buta. “16 Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: ‘Orang ini tidak datang
dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.’ …” Nah,
apakah mereka benar atau salah? Mereka salah. Yesus memelihara Sabat. Hanya
saja Dia tidak memelihara Sabat menurut semua peraturan dan ketentuan mereka.
Yesus memelihara Sabat yang alkitabiah, bukan Sabat para rabi.
Also John 5:16-18, where Jesus has healed a
man who was paralyzed, a paralytic. Notice they accused Him once
again of violating the Sabbath. Verse 16. “16 For this reason the Jews persecuted Jesus, and sought to
kill Him, because He had done these things on the Sabbath.” Verse 17, “17 But Jesus answered them, ‘My Father has been working until now, and I have been
working.’ 18 Therefore the
Jews sought all the more to kill Him because He not only broke the Sabbath…” at least in their minds, “…but also said that God was His Father,
making Himself equal with…” whom?
“…equal with God.” See, once again everything has to do with
the first table of the law.
Juga
Yohanes 5:16-18 di mana Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh. Perhatikan
mereka menuduhNya sekali lagi telah melanggar Sabat. Ayat 16, “16 Dan karena itu orang-orang
Yahudi menganiaya Yesus, dan berusaha
membunuhNya, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat…” ayat 17, “…17 Tetapi Ia berkata kepada
mereka: ‘Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, dan
Aku pun bekerja juga.’ 18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih
berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat…” setidaknya dalam pikiran mereka, “…tetapi juga karena Ia
mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan
diri-Nya dengan…” siapa? “…menyamakan diriNya dengan
Allah.” Lihat, sekali lagi semuanya ini berkaitan dengan daftar
hukum yang pertama.
One final
reference from the gospels ~ and there are others, but I've only chosen a
few ~ where Jesus is accused of taking God's name in vain. On which
table of the law is that? That's the first table of the law. It's
the third commandment: “You shall not take the
name of the Lord your God in vain…”
Notice John 8:58-59. “58 Jesus said to them, ‘Most assuredly, I say to you, before Abraham was, I
AM.’…” Who was Jesus claiming to be?
Remember at the burning bush Moses asked, What is Your name when I go to
Israel? “I AM that I AM has sent me unto you.” Did the Jews understand that Jesus was taking the name of God
and applying it to Himself? They most certainly did, because it says in
verse 59, “59 Then they took up stones to throw at Him; but Jesus hid
Himself and went out of the temple, going through the midst of them, and
so passed by.”
Satu
referensi terakhir dari Injil, ~ masih ada yang lain, tetapi saya hanya memilih
beberapa ~ di mana Yesus dituduh
sembarangan memakai nama Allah. Pada daftar hukum mana itu? Itu ada pada daftar
hukum yang pertama. Itu adalah Perintah ketiga “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan
sembarangan…” (Kel. 20:7).
Simak Yohanes
8:58-59, “58 Kata Yesus kepada mereka: ‘Sungguh-sungguh Aku berkata kepadamu, sebelum
Abraham ada, Aku selalu ada…” Yesus
mengklaim sebagai apa? Ingat di semak yang menyala Musa bertanya, apa namaMu
saat aku ditanya orang Israel? “AKU YANG SELALU ADA yang mengutus aku(Musa) kepadamu”.
Pahamkah orang Yahudi bahwa Yesus memakai nama Allah dan mengaplikasikannya
pada DiriNya? Tentu saja mereka paham, karena dikatakan di ayat 59, “…59 Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menyembunyikan DiriNya dan meninggalkan Bait
Allah, Dia berjalan di antara mereka, dan dengan
demikian Dia berlalu.”
So we
find in God's holy law two tables. The first table describes our duty
towards God. The second table describes our duty towards our fellow
man. The first table belongs exclusively to God. In other words, the civil
power has nothing to do with the first table. It has much to
do with the second table in order to preserve the civil order.
Jadi
kita temukan dalam Hukum Allah dua daftar. Daftar pertama menjelaskan kewajiban kita kepada
Allah. Daftar kedua menjelaskan kewajiban kita terhadap sesama manusia. Daftar
yang pertama seluruhnya punya Allah, dengan kata lain, kekuasaan sipil tidak punya urusan dengan daftar Hukum
yang pertama. Kekuasaan sipil berkaitan selruhnya dengan daftar Hukum
kedua, untuk menegakkan ketertiban sipil.
Now do
you know that the Devil constantly was trying to encourage Jesus to take
over the literal political kingdom. But Jesus didn't come for that. In fact, notice Matthew 4:10. The Devil wanted Jesus,
instead of being king of the spiritual kingdom, he wanted Jesus to take
over the political system. And he wanted Him to overthrow the
Romans. Notice Matthew 4:10. “8
Again, the devil took Him up on an exceedingly high mountain, ad showed
Him all the kingdoms of the world and their glory. 9 And he said to
Him, ‘All these things I will give You if You will fall down and…” what?
“…worship me.’…” What was the Devil offering Jesus? all the kingdoms of the
world. Was this talking about the kingdom of the church? All of the
spiritual kingdoms of the world? No. It's speaking about taking over the
political kingdom, the civil system of the world. By the way, this
happened constantly during the ministry of Jesus.
Nah, tahukah
kalian bahwa Iblis selalu mencoba mendorong Yesus untuk mengambil alih secara
harafiah kerajaan politis? Tetapi Yesus tidak datang untuk tujuan itu. Bahkan,
simak Matius 4:10. Iblis mau Yesus tidak menjadi raja kerajaan spiritual, dia
mau Yesus mengambil alih sistem politiknya. Dan dia mau Yesus menaklukkan
bangsa Roma. Perhatikan Matius 4:10 (yang benar ayat 8-9), “8 Dan Iblis membawa-Nya pula
ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan
dunia dengan kemegahannya, 9 dan berkata kepada-Nya: ‘Semua itu akan
kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud dan…” apa? “…menyembah aku.’”
Apa yang ditawarkan Iblis kepada Yesus? Semua kerajaan
dunia. Apakah ini berbicara tentang kerajaan gereja? Semua kerajaan spiritual
di dunia? Tidak. Ini berbicara tentang mengambil alih kerajaan politik, sistem
sipil dunia. Nah, hal ini terus terjadi berulang-ulang selama pelayanan Yesus.
Notice John 6:15. This is after Jesus
fed the 5000. The people were very impressed. And it says: “15 Therefore when Jesus perceived
that they were about to come and take Him by force to make Him…” what?
“…to make Him king…” What kind of king? A king of the church, or the king of the
state? The king of the state, of the political system. What did
Jesus do when they wanted to take Him by force? “…He departed again to the mountain by
Himself alone.”
Perhatikan
Yohanes 6:15, ini setelah Yesus memberi makan 5000 orang. Rakyat terkesan.
Dikatakan di ayat itu, “15 Karena itu, ketika Yesus tahu, bahwa mereka akan datang dan hendak membawa
Dia dengan paksa untuk…” apa? “…untuk menjadikan Dia raja, …” raja macam apa? Raja gereja atau raja
pemerintahan? Raja pemerintahan, raja dari sistem politik. Apa yang dilakukan
Yesus ketika mereka mau membawanya secara paksa? “… Ia menyingkir lagi ke gunung, seorang diri.”
By the way the disciples had this mentality
of Jesus also destroying everybody and taking over the kingdom. One
time there were some villages of the Samaritans that did not want to allow
Jesus to pass through them on His way to Jerusalem. And so His
disciples said, two of them anyway, the sons of thunder, they said, Do
You want us to call down fire from heaven and burn those people up?
And notice what Jesus said in Luke 9:55-56. “55 But He turned and rebuked them, and said, ‘You do not know what manner of spirit you are of. 56 For the Son of Man did not come to destroy men’s lives
but to save them.’ And they went to another village.”
Jesus
rebuked them for even considering the possibility of using force against
those cities, or those towns that had refused to allow Jesus to go through
them. Do you know why? Because Jesus did not come here to this world to set
up a literal political kingdom. Jesus came to this world to build up His
spiritual kingdom of the church.
You
say, How do we know that?
Nah, para murid
juga memiliki pemikiran bahwa Yesus akan membinasakan semua orang dan mengambil
alih kerajaan. Suatu saat ada beberapa orang dari perkampungan Samaria yang
tidak mengizinkan Yesus melewati tempat mereka dalam perjalanan ke Yerusalem.
Maka para muridNya ~ paling sedikit dua orang dari mereka, anak-anak guntur ~
berkata, apakah Engkau mau kami menurunkan api dari langit dan membakar habis
orang-orang itu? Perhatikan apa kata Yesus di Lukas 9:55-56. “55 Akan tetapi Ia berpaling dan
menegor mereka dan berkata, ‘Kamu tidak tahu roh
siapa yang ada padamu. 56
Karena Anak Manusia tidak datang untuk
menghancurkan hidup orang melainkan untuk menyelamatkan mereka.’ Lalu
mereka pergi ke desa yang lain.”
Yesus menegur mereka karena telah mempertimbangkan
kemungkinan memakai kekerasan terhadap kota-kota atau dusun-dusun yang telah
melarang Yesus melalui mereka. Tahukah kalian mengapa? Karena Yesus tidak datang ke dunia ini
untuk mendirikan sebuah kerajaan politik secara fisik. Yesus datang ke dunia
ini untuk membangun kerajaan spiritualNya yaitu gerejaNya.
Kalian berkata, dari mana kita tahu itu?
Go with me to Luke 17:20-21. You see,
for Jesus the kingdom is not something that comes with a great show of
force. The kingdom is not established by taking over the political
system; by taking over the civil power. Jesus was tempted to do that all
of the time. Jesus knew that the kingdom was something that needed
to happen inside. Notice Luke 17:20, 21. “20 Now when He was asked by the Pharisees when the kingdom
of God would come…” and, of course,
they meant the political civil power “…He answered them and said, ‘The kingdom of God does not come with observation…” that is with a great big outward show “…21 nor will they say, ‘See here!’ or ‘See there!’ For
indeed, the kingdom of God is…” what?
“…the kingdom of God is within you.”
Marilah bersama saya ke Lukas 17:20-21. Kalian lihat, bagi Yesus kerajaanNya bukanlah sesuatu yang muncul dengan pertunjukan kekuasaan yang spektakular. KerajaanNya tidak didirikan dengan mengambil alih sistem politik, dengan mengambil alih kekuasaan sipil. Yesus terus-menerus dicobai untuk melakukan hal itu. Yesus tahu bahwa kerajaanNya harus terbentuk di dalam hati.
Simak Lukas
17:20-21, “20 Atas pertanyaan orang-orang
Farisi, bilakah Kerajaan Allah akan datang…” dan tentu saja yang mereka maksudkan
adalah kekuasaan sipil politik, “…Yesus menjawab, kata-Nya: ‘Kerajaan Allah
datang tanpa tanda-tanda lahiriah…” artinya
dengan suatu pertunjukan besar, “…21 juga orang
tidak dapat mengatakan: ‘Lihat sini!’ atau ‘Lihat sana!’ Sebab sesungguhnya
Kerajaan Allah ada…” apa? “…kerajaan Allah ada di dalam dirimu.”
Let me
ask you, if you want a ball of dough to grow, what do you do? Do you put
the leaven inside, or do you sprinkle the leaven outside? Of course
you put it inside, and then the dough grows from inside out, right?
Let me
ask you, Did Jesus plan to establish His kingdom by force of arms; by
taking over the civil power of the world? Absolutely not! He knew that He
had to implant His Spirit in the hearts of people through the preaching
of God's Word. And then, by implanting the principles of His kingdom in
the heart, the kingdom would then what? would grow, spiritually
speaking.
Coba
saya tanya, jika kita mau membuat adonan tepung itu mengembang, apa yang kita
lakukan? Apakah kita masukkan raginya di dalam adonan atau kita tabur raginya
di atasnya? Pasti dimasukkan ke dalam adonan, baru adonan itu mengembang dari
dalam ke luar, bukan?
Coba
saya tanya, apakah Yesus berencana mendirikan kerajaanNya dengan kekuatan
senjata, dengan mengambil alih kekuasaan sipil dunia? Sama sekali tidak! Yesus
tahu Dia harus menanamkan RohNya dalam hati manusia melalui pekabaran Firman
Allah. Kemudian, dengan menanamkan prinsip-prinsip kerajaanNya di dalam hati
manusia, kerajaan itu akan apa? Akan berkembang, bicara secara spiritual.
Now I would like us to go to the end of the
ministry of Jesus. Go with me to John 11:47-49. We set the bases now
for some very important things that we're going to study regarding the
final days of Jesus before His crucifixion. John 11:47, 49. The
Jewish council gathered together because Jesus had resurrected
Lazarus, and everybody was following Jesus. They were impressed by
His teaching. So they said, we have to do something about this
man, because pretty soon the whole nation is going to be following
Him. So they gathered in this council, in the Sanhedrin, there were 70
members in the Sanhedrin. And notice how the story develops. “47 Then the chief priests and the Pharisees gathered a
council and said, ‘What shall we do? For this Man works many signs. 48 If we let Him alone like this, everyone will believe in
Him,…” and now notice their fear “…everyone will
believe in Him, and the Romans will come and take away both our place and
nation.’” What are they saying? They're
saying, listen, we have to eliminate public enemy number one or else the
Romans are going to destroy our nation. Our nation is going to cease to
exist. Interesting!
Did their nation fall? Yes. It fell by
what they did. We're going to notice. Verse 49, “…49 And one of them, Caiaphas, being high priest that year,
said to them, ‘You know nothing at all, nor do you consider that it is
expedient for us that one man should die for the people and not that the whole
nation should perish.’” In other words, Caiaphas was saying, this man
needs to die to save the nation. He just didn't understand the sense
in which the death of Jesus was going to save the nation. He thought
that the nation was going to be saved literally, politically by destroying
Jesus. What he didn't know is that Jesus, by His death, was going to save the
human race. How? Spiritually, not politically. Because
Jesus
came to establish His spiritual kingdom. He did not come to take over the
political system of the world.
Sekarang saya
ingin lanjut ke bagian akhir pelayanan Yesus. Marilah bersama saya ke Yohanes
11:47-49. Sekarang kita akan meletakkan dasar untuk beberapa hal yang sangat
penting yang akan kita pelajari mengenai hari-hari akhir Yesus sebelum
penyalibanNya. Yohanes 11:47-49. Mahkamah agama Yahudi berkumpul karena Yesus
telah membangkitkan Lazarus dan semua orang mengikuti Yesus karena terkesan
dengan ajaranNya. Maka Mahkamah agama Yahudi berkata, kita harus melakukan
sesuatu terhadap orang ini, karena tak
ayal seluruh bangsa akan mengikutiNya. Maka mereka pun berkumpul dalam sidang
ini, di Sanhedrin. Ada sekitar 70 anggota di Sanhedrin. Dan sekarang lihat
bagaimana kisah itu berlanjut. “47 Lalu imam-imam
kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan
mereka berkata: ‘Apakah yang harus kita buat? Sebab Orang itu membuat banyak
mujizat. 48 Apabila kita
biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya…” dan
sekarang perhatikan rasa takut mereka, “…semua orang akan percaya kepadaNya dan
orang-orang Roma akan datang dan akan mengambil
alih baik kedudukan kita maupun bangsa
kita.’…” Apa kata mereka? Mereka berkata,
dengar, kita harus menyingkirkan musuh publik nomor satu ini, kalau tidak,
orang Roma akan menghancurkan bangsa kita, bangsa kita akan punah! Menarik.
Apakah bangsa mereka hancur? Ya, kita akan melihat bahwa
bangsa mereka hancur justru karena perbuatan mereka. Ayat 49, “…49 Dan seorang di
antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka:
‘Kamu tidak tahu apa-apa, 50 dan kamu tidak mempertimbangkan, bahwa lebih menguntungkan
bagi kita, jika satu Orang yang harus mati untuk rakyat, daripada seluruh bangsa kita ini yang harus binasa." Dengan kata lain, Kayafas berkata, Orang
ini harus mati untuk menyelamatkan bangsa. Kayafas tidak paham konsep bagaimana
kematian Yesus akan menyelamatkan bangsanya. Dia kira dengan membinasakan Yesus
bangsanya akan diselamatkan secara harafiah, secara politis. Dia tidak tahu
bahwa Yesus, melalui kematianNya
memang akan menyelamatkan
umat manusia. Bagaimana caranya? Secara spiritual, bukan secara politis.
Karena Yesus datang untuk mendirikan
kerajaanNya yang spiritual. Dia tidak datang untuk mengambil alih sistem
politik dunia.
A
little bit later on Peter, actually Jesus was in the garden of
Gethsemane. They came to arrest Him. Now I want you to notice what Peter
did. And remember this because we're going to come back to it in
the next three or four lectures. Matthew 26:50-52. Now we're going to
talk about the final days of Jesus before His ascension to heaven.
Matthew 26:50. “ 51 And suddenly, one of those who were with Jesus stretched out his hand and drew his sword,
struck the servant of the high priest, and cut off his ear…” by the way, this is Simon Peter. And he wasn't aiming at
the ear. He was aiming at the head. But he was a fisherman not a
soldier. And so it says that he cut off his ear. Now notice what
Jesus said.
What
did Jesus say? “Good, well done Peter! Defend My kingdom. Use the
sword, kill em!” Is that what He said? No!
Did
He say to the other disciples, “You cowards! Why don't you join Peter in
fighting for My kingdom?” No.
Notice
verse 52 these are the key words I want you to remember, “52 But Jesus said to him, ‘Put your sword in its place…” Put your what? “… ‘Put your sword in
its place for all who take the sword will perish by the sword…” He who
kills with the sword must be what? must be killed with the
sword. Those words are in Revelation 13:10, and we still study them
in the next couple of lectures. And so do you know what they did with
Jesus? They arrested Him in the garden of Gethsemane, and then they
took Him to the Sanhedrin. In other words He had His religious
trial.
Did
He say to the other disciples, “You cowards! Why don't you join Peter in
fighting for My kingdom?” No.
Notice
verse 52 these are the key words I want you to remember, “52 But Jesus said to him, ‘Put your sword in its place…” Put your what? “…‘Put your sword in its place for all who
take the sword will perish by the sword…”
He who kills with the sword must be
what? must be killed with the sword. Those words are in Revelation 13:10,
and we still study them in the next couple of lectures. And so do
you know what they did with Jesus? They arrested Him in the garden of
Gethsemane, and then they took Him to the Sanhedrin. In other words
He had His religious trial.
Did
He say to the other disciples, “You cowards! Why don't you join Peter in
fighting for My kingdom?” No.
Notice
verse 52 these are the key words I want you to remember, “52 But Jesus said to him, ‘Put your sword in its place…” Put your what? “…‘Put your sword in its place for all who
take the sword will perish by the sword…”
He who kills with the sword must be
what? must be killed with the sword. Those words are in Revelation
13:10, and we still study them in the next couple of lectures. And
so do you know what they did with Jesus? They arrested Him in the garden
of Gethsemane, and then they took Him to the Sanhedrin. In other
words He had His religious trial.
Did
He say to the other disciples, “You cowards! Why don't you join Peter in
fighting for My kingdom?” No.
Notice
verse 52 these are the key words I want you to remember, “52 But Jesus said to him, ‘Put your sword in its place…” Put your what? “… ‘Put your sword in
its place for all who take the sword will perish by the sword…” He who
kills with the sword must be what? must be killed with the
sword. Those words are in Revelation 13:10, and we still study them
in the next couple of lectures. And so do you know what they did with
Jesus? They arrested Him in the garden of Gethsemane, and then they
took Him to the Sanhedrin. In other words He had His religious
trial.
Tak begitu lama
kemudian, Petrus, sebenarnya Yesus sedang berada di taman Getsemani, dan
datanglah orang-orang untuk menangkapNya. Sekarang, saya mau kalian simak apa
yang dilakukan Petrus. Dan jangan lupa ini karena nanti kita akan kembali
kemari dalam tiga atau empat ceramah kita berikutnya. Matius 26:50-52. Sekarang kita akan berbicara
tentang hari-hari akhir Yesus sebelum kenaikanNya ke Surga. Matius 26:50 (yang
benar ayat 51), “51 Tetapi seorang dari mereka
yang menyertai Yesus mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan
menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya…” nah,
ini Simon Petrus. Dan sebenarnya dia tidak berniat memangkas telinga, yang dituju
adalah kepalanya, hanya saja karena dia seorang nelayan bukan prajurit. Maka
dikatakan, Petrus memotong telinga hamba Imam Bear. Sekarang, perhatikan apa
kata Yesus.
Apa kata Yesus?
“Bagus sekali, Petrus! Bela kerajaanKu. Pakai pedangmu, bunuh mereka!” Itukah
kata Yesus? Tidak!
Apakah Yesus
berkata kepada murid-muridNya yang lain, “Kalian pengecut! Mengapa kalian tidak
bergabung dengan Petrus dan berjuang untuk kerajaanKu?” Tidak!
Perhatikan ayat
52, inilah kata-kata kuncinya yang saya mau kalian ingat, “…52 Maka kata Yesus kepadanya: ‘Masukkan
pedang itu kembali ke dalam sarungnya,…” masukkan apa? “…‘Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa
menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.” Barangsiapa yang membunuh dengan pedang
harus apa? Harus dibunuh dengan pedang. Itulah kata-kata yang ada di Wahyu
13:10 yang akan kita pelajari dalam dua ceramah berikutnya.
Maka tahukah kalian apa yang mereka lakukan pada Yesus?
Mereka menangkapNya di taman Getsemani, kemudian mereka membawaNya ke
Sanhedrin. Dengan kata lain Yesus akan diadili secara agama.
Notice
Matthew 26:57, “57 And those who had laid hold of Jesus led Him away to Caiaphas the high
priest, where the scribes and the elders were…” what? “…were assembled.” Let me ask you, was His trial a religious trial, or was
His trial a political trial? His trial, first of all, was a religious
trial. And, by the way, it was a travesty in justice. Let me
mention some of the things that they did which were against Jewish
law.
1. They had employed false witnesses. That was forbidden by Jewish
law.
2. They had a trial at night. That was forbidden by Jewish
law.
3. They slapped Jesus before they pronounced a sentence on Him.
That was a violation of Jewish law.
4. He had right to counsel. They did not give Him the right
to counsel. That was a violation of Jewish law.
5. They made Him self-incriminate Himself. That was a violation of
Jewish law.
6. In fact the trial, according to Jewish law had to be
public, and they made it private.
7. And furthermore it was forbidden by Jewish law to have any trial
or any sentencing on Friday, Saturday, or a feast day. And they violated
that.
In
other words, it was a travesty in justice, what the Sanhedrin, what the Church
did when Jesus was taken before the religious leaders.
Simak
Matius 26:57, “57 Dan
mereka yang menangkap
Yesus, membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar, di mana ahli-ahli Taurat dan tua-tua telah…” apa? “…telah berkumpul.” Coba
saya tanya, apakah pengadilan Yesus itu pengadilan agama atau pengadilan
politis? Pertama-tama, pengadilan Yesus adalah pengadilan agama. Dan
ketahuilah, di sini terjadi parodi hukum. Saya
akan menyebutkan beberapa hal yang mereka lakukan yang bertentangan
dengan hukum Yahudi.
1.
Mereka telah memakai saksi-saksi palsu.
Ini dilarang oleh hukum Yahudi.
2.
Mereka mengadakan pengadilan di malam
hari. Ini dilarang oleh hukum Yahudi.
3.
Mereka menampar Yesus sebelum mereka
menjatuhkan vonis ke atasNya. Ini adalah pelanggaran hukum Yahudi.
4.
Yesus berhak mendapatkan pendampingan
pembela. Mereka tidak memberiNya hak dibela. Ini adalah pelanggaran hukum Yahudi.
5.
Mereka membuat Yesus memberatkan
kasusNya sendiri. Ini adalah pelanggaran hukum Yahudi.
6.
Bahkan, menurut hukum Yahudi, orang
harus diadili secara publik, tetapi mereka membuatnya tertutup.
7.
Lagi pula hukum Yahudi melarang orang
diadili atau divonis pada hari Jumat, Sabtu, atau hari perayaan upacara. Dan
mereka melanggar itu.
Dengan kata lain, apa yang dilakukan
Sanhedrin, apa yang dilakukan gereja ketika Yesus dibawa ke hadapan para
pemimpin agama adalah suatu parodi keadilan.
Now let's notice a little bit about this
trial. Matthew 26:59, “59 Now the chief priests…”
by the way, another regulation of the Jews
was that they had to have impartial judges. Notice what it says here:
“…Now the chief priests, the
elders, and all the council sought false testimony against Jesus to put
Him to death, 60 but found none. Even though many false witnesses came
forward, they found none. But at last two false witnesses came
forward 61 and said, ‘This fellow said, ‘I am able to destroy the temple of God and to
build it in three days.’ 62 And the high priest arose and said to Him, ‘Do You answer
nothing?’…” See, what they're doing is an inquisition,
aren't they? I know you're probably not used to using that word in
this context, but they're doing an inquiry. That's what the word
“inquisition” means. Notice verse 62. “62 And the high priest arose and said to Him, ‘Do You answer
nothing? What is it these
men testify against You’? 63 But Jesus kept silent. And the high priest answered and
said to Him, ‘I put You under oath by the living God: Tell us if You are the
Christ, the Son of God!’ 64 Jesus said to him, ‘It is as you
said. Nevertheless, I say to you, hereafter you will see the Son of Man sitting
at the right hand of the Power, and coming on the clouds of heaven.’”
And
when Jesus said those words, immediately they pronounced the death
sentence.
Let me
ask you, who pronounced the death sentence? Was it the civil power or was
it the religious power? It was the religious power. The
inquisition was made in the church governing body. And the sentence of
death was dictated in the church governing body. I want you
to remember these details because we're going to come back to them when
we talk about the beast, and when we talk about the land beast.
Sekarang mari
kita lihat sedikit tentang pengadilan ini. Matius 26:59, “59 Imam-imam kepala…” nah,
peraturan Yahudi yang lain ialah hakim-hakimnya haruslah yang tidak berpihak.
Simak apa yang dikatakan di sini, “…Imam-imam kepala, malah
seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat
dihukum mati, 60 tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil
banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang saksi palsu, 61 yang mengatakan: ‘Orang ini berkata: Aku
dapat merobohkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari.’ 62
Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: ‘Tidakkah Engkau menjawab apa-apa?’…” lihat, apa yang mereka lakukan adalah
suatu inkuisisi, bukan? Saya tahu tentunya kalian tidak terbiasa dengan kata
tersebut dalam konteks ini, tetapi mereka melakukan suatu penyelidikan. Itulah
arti kata “inkuisisi”. Perhatikan ayat 62, “…Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata
kepada-Nya: ‘Tidakkah Engkau menjawab apa-apa?
Apa yang disaksikan orang-orang ini terhadap Engkau?’ 63 Tetapi
Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: ‘Demi Allah yang hidup, aku menempatkan Engkau di bawah sumpah, katakanlah
kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah.’ 64 Yesus berkata kepadanya: ‘Seperti apa yang engkau katakan. Namun demikian, Aku berkata kepadamu, setelah ini kamu akan melihat Anak Manusia
duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.’”
Dan ketika Yesus
mengucapkan kata-kata itu, langsung mereka menjatuhkan vonis hukuman mati.
Coba saya tanya,
siapa yang menjatuhkan vonis hukuman mati? Apakah kekuasaan sipil atau
kekuasaan agama? Kekuasaan agama. Inkuisisi
itu dibuat oleh badan pimpinan gereja, dan vonis hukuman mati ditentukan oleh
badan pimpinan gereja. Saya mau kalian mengingat detail-detail
ini karena nanti kita akan kembali kemari saat kita membahas tentang Binatang
itu dan tentang binatang yang berasal dari bumi.
Notice what we find in Matthew 26:66, after
they did the inquisition, after they did the inquiry. It says: “65 Then the high priest tore his clothes, saying, “He has
spoken blasphemy! What further need do we have of witnesses? Look, now you have
heard His blasphemy! 66 What do you think?’ They answered and said, ‘He is
deserving of …” what? “…death.’”
Who
pronounced the death sentence, the state or the church?
The
church pronounced the death sentence. They were the ones who did the
inquisition. They were the ones who led Jesus to incriminate
Himself. But the problem is that the church of that day and age could not
execute the death penalty. They pronounced the sentence, but the
church as a church, could not do it. So what did they do? They took
Jesus to the political ruler of Rome.
Simak
apa yang kita temukan di Matius 26:66, setelah mereka melakukan inkuisisi,
setelah mereka melakukan penyelidikan. Dikatakan, “65 Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan
berkata: ‘Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah
kamu dengar hujat-Nya. 66 Bagaimana pendapat kamu?’ Mereka menjawab
dan berkata: ‘Ia layak…” apa? “…mati!"
Siapa
yang menjatuhkan vonis hukuman mati? Pemerintah atau gereja? Gereja yang
menjatuhkan hukuman mati. Merekalah yang mengadakan inkuisisi. Merekalah yang
menggiring Yesus untuk memberatkan kasusNya sendiri. Tetapi masalahnya ialah, gereja pada zaman
itu tidak bisa mengeksekusi hukuman
mati. Mereka yang menjatuhkan vonis, tetapi gereja sebagai gereja, tidak bisa
mengeksekusinya. Jadi apa yang mereka lakukan? Mereka membawa Yesus ke penguasa politik Roma.
Notice Matthew 27:1-2, “1 When morning came, all the chief priests and elders of
the people plotted against Jesus to put Him to death. 2 And when they had bound Him, they led Him away and
delivered Him to…” whom? “…to Pontius Pilate the
governor.”
Now was Pilate the civil
ruler, or religious ruler? He was the civil ruler. Could the church
execute the death penalty on Jesus without the help of the state?
Absolutely not! They needed the help of the civil power.
Simak Matius 27:1-2, “1 Ketika hari mulai pagi, semua imam kepala dan tua-tua bangsa
Yahudi berkumpul dan bersekongkol terhadap Yesus
untuk membunuhNya. 2 Dan setelah mereka membelenggu Dia, mereka membawa-Nya dan menyerahkan-Nya
kepada…” siapa? “… Pontius Pilatus,
sang gubernur.”
Nah,
apakah Pilatus seorang pemimpin sipil atau pemimpin agama? Dia seorang pemimpin
sipil.
Biasakah
gereja mengeksekusi hukuman mati atas Yesus tanpa bantuan pemerintah? Sama
sekali tidak! Mereka butuh bantuan kekuasaan sipil.
Now when they take him to Jesus,
notice John 18:29-30. “29 Pilate then went out to them and said, ‘What accusation
do you bring against this Man?’ 30 They answered and said to him, ‘If He were not an
evildoer we would not have delivered Him up to you.” He is an evil doer! Let me ask you, had He violated any of the civil
laws of Rome? He had not violated any of the civil laws of the
state. In fact, do you know that Pilate had the separation of
church and state much clearer than even the Jews did?
Notice John 18:31. “31 Then Pilate said to them, ‘You take Him and judge Him
according to your law.’…”
How many laws did Pilate
recognize? How many? Two! He says, I got my law, which is the civil
code of Rome, but you take this man and you judge Him by what? by
your law, which is religious law. In other words, Pilate is recognizing that
there are how many kingdoms? two kingdoms. His has a law, which is
civil law, and they have a law, which is religious law. Because
they've accused Jesus of transgressing the first table of the
law. But you see the Jews, they wanted to put Him to death. And they
needed the help of the state in order to put Him to death. This is
what the Bible call fornication; when the church uses the state to slay
those who are not in harmony with her teachings. Notice John
18:31. “31 …Therefore the Jews said to him, ‘It is not lawful for us to put
anyone…” what? “…to death,’” We need your help, Pontius Pilate, to put this man
to death.
Nah, pada waktu
mereka membawa Yesus kepadanya, simak Yohanes 18:29-30, “29 Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: ‘Apakah
tuduhan kamu terhadap Orang ini?’ 30 Jawab mereka kepadanya: ‘Jikalau Ia bukan
seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!’…” Dia
seorang penjahat! Coba saya tanya, apakah Yesus telah melanggar hukum sipil
Roma yang mana pun? Dia tidak pernah melanggar hukum sipil negara yang mana
pun. Nah, tahukah kalian bahwa Pilatus punya konsep yang lebih jelas daripada
orang-orang Yahudi tentang pemisahan antara gereja dengan pemerintah? Simak
Yohanes 18:31, “…31 Lalu kata Pilatus kepada mereka, “Ambillah Dia dan hakimilah
Dia menurut hukum Tauratmu…” Berapa
hukum yang diakui Pilatus? Berapa? Dua! Dia berkata, saya punya hukum saya,
yatu kode sipil Roma; tetapi kamu bawa Orang ini dan kamu hakimi Dia menurut
apa? Menurut hukummu, yaitu hukum agama. Dengan kata lain, Pilatus mengakui ada berapa kerajaan? Dua
kerajaan. Dia memiliki hukum, yaitu hukum sipil; dan mereka memiliki hukum,
yaitu hukum agama. Karena mereka telah menuduh Yesus melanggar daftar hukum yang
pertama. Tetapi, kalian lihat, orang-orang Yahudi mau membunuh Yesus. Dan
mereka butuh bantuan pemerintah untuk membunuhNya. Inilah yang disebut Alkitab sebagai “perzinahan”, pada
waktu gereja memakai pemerintah untuk membunuh mereka yang tidak selaras dengan
ajarannya. Simak Yohanes 18:31, “…Oleh karena itu orang-orang Yahudi itu berkata
kepadanya, ‘Tidaklah
sesuai hukum bagi kami untuk…” apa? “…membunuh seseorang.’" Kami
perlu bantuanmu, Pontius Pilatus, untuk membunuh Orang ini.
Notice Luke 23:2. It says, “2 And they began to accuse Him, saying, ‘We found
this fellow perverting
the nation, and forbidding to pay taxes to Caesar, saying that He Himself is
Christ, a King.’”
Let me ask you, was this an accusation that
would have raised the ears of Pontius Pilate? Oh, absolutely!
They'd say, You knew this man who wanted to be a king. And he said,
we're not supposed to pay taxes, which is an open blatant lie, because we
already read that Jesus said, “Render unto Caesar that which is
Caesar's.” He said, “Pay taxes.” So this is an
outright lie. And they're saying this man said that He's a king.
But they're twisting His words, because Jesus had not said that He was
going to be a political king, but He was king of the kingdom of grace, of
a religious system. And so Pilate calls Jesus in and he wants to have
an interview with Him. He wants to ask Him if He's a king.
Notice John 18:36, when Pilate says, “Are you a king?” “36 Jesus answered, ‘My kingdom is not of this world…” How many kingdoms did Jesus
recognize? His and what other one? this world's kingdom. He says: “ …‘My kingdom is not of this world. If My kingdom were of this world…” in other words, if Mine was a political kingdom, what would His servants
do? “…My servants would…” what? “…would fight, so that I should not be delivered to the Jews;
but now My kingdom is not from here.’”
Perhatikan Lukas
23:2, dikatakan,
“2
Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: ‘Telah kedapatan oleh kami, bahwa
Orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar,
mengatakan bahwa Ia adalah Kristus, seorang
Raja.’"
Coba saya tanya, apakah tuduhan semacam
ini akan membuat Pilatus segara perhatian penuh? Oh, tentu saja! Mereka
berkata, “Anda sudah tahu Orang ini mau menjadi raja, dan Dia berkata, kita
tidak perlu membayar pajak” ~ yang adalah suatu kebohongan mentah-mentah, karena
kita sudah membaca bahwa Yesus berkata, "Serahkanlah kepada Kaisar apa milik Kaisar…”
Yesus berkata, “Bayarlah pajak!” Jadi ini adalah kebohongan terang-terangan.
Dan mereka mengatakan, Orang ini berkata Dia seorang raja. Tetapi mereka
memutarbalikkan kata-kataNya karena Yesus tidak pernah berkata Dia akan menajdi
raja secara politik, melainkan Dia adalah raja dari kerajaan kasih karunia,
dari sistem agama. Maka Pilatus memanggil Yesus ke dalam dan dia mau
mewawancarai Yesus. Dia mau bertanya kepada Yesus apakah Yesus seorang raja.
Simak Yohanes 18:36, ketika Pilatus berkata, “Apakah kamu seorang raja?” “36Jawab Yesus: ‘Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini…” Berapa kerajaan yang diakui Yesus?
KerajaanNya dan apa yang lain? Kerajaan dari dunia ini. Yesus berkata, “…’KerajaanKu bukan dari dunia ini. Seandainya Kerajaan-Ku dari dunia ini…”
dengan kata lain andai kerajaanKu adalah kerajaan politik,
apa yang akan dilakukan hamba-hambaNya? “…pasti hamba-hamba-Ku…” akan apa? “…akan melawan supaya Aku tidak
diserahkan kepada orang Yahudi. Tetapi sekarang,
Kerajaan-Ku bukan dari sini."
Are you understanding what's happening
here? Jesus is recognizing two kingdoms. One is the civil power, and
the other is His spiritual kingdom. And He's saying, “I came to represent
the spiritual kingdom. I did not come to take over the political system.”
Notice John 18:37. “Pilate,
therefore, said to Him, ‘Are you a king then?’ Jesus
answered, ‘You say rightly that I am a king….” He says, Yeah, you bet I am. “…’For this cause I was born, and for this cause I have come into the
world, that I should kill everybody with a sword and take over the world…” That's not what He says! What kind of kingdom did He come to
establish? He says, “…I have come into the world that I should bear witness to..” the what? “…the truth…” That's something spiritual, folks. “…Everyone who is of the truth
hears…” what?
“…My voice.”
Apakah
kalian paham apa yang terjadi di sini? Yesus mengakui dua kerajaan. Yang satu
adalah kekuasaan sipil, dan yang lain adalah kerajaan spiritualNya. Dan Dia
berkata, “Aku datang untuk mewakili kerajaan spiritual. Aku tidak datang untuk
mengambil alih sistem politik.”
Simak
Yohanes 18:37, “37 Maka kata Pilatus
kepada-Nya: ’Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau bicara benar, bahwa Aku adalah raja…” Yesus berkata, Iya, tidak salah. “….Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam
dunia ini, supaya Aku membunuh semua orang dengan
pedang dan mengambilalih dunia ini…” bukan itu kata Yesus. Dia datang untuk
mendirikan kerajaan apa? Dia berkata, “…Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku
memberi kesaksian tentang…” apa? “…tentang kebenaran…” Ini sesuatu yang spiritual,
Saudara-saudara, “…setiap orang yang berasal
dari kebenaran mendengar…” apa? “…suara-Ku.’”
And, by
the way, do you know that three times Pontius Pilate goes out and he says
to the people, I've examined him. I don't find any crime in this
man. Did Pilate understand that Jesus was not saying that He
was going to be a king to take over the political system? Did he
understand that? Listen, if he didn't understand that, he would have
had Jesus killed right there. But he didn't because he knew that
Jesus was not a political king like the Jews accused Him of being.
In fact three times Pilate said that Jesus was innocent, that he was
delivering to death an innocent man. That's a travesty in justice.
Notice John 18:38. This is the first
time. “38 Pilate said to Him, ‘What is truth?’ And when he had said
this, he went out again to the Jews, and said to them, ‘I find no fault in Him
at all.’” In other words, this man is innocent.
Once again in John 19:4. “4 Pilate then went out again, and said to them, ‘Behold, I
am bringing Him out to you, that you may know that I find no fault in Him.’” That's twice.
Notice John 19:6. Three's a charm. “6 Therefore, when the chief priests and officers saw Him,
they cried out, saying, ‘Crucify Him, crucify Him!’ Pilate said to them, ‘You take
Him and crucify Him, for
I find no fault in Him.’”
Dan,
tahukah kalian tiga kali Pontius Pilatus keluar dan berkata kepada massa, “Aku
telah memeriksaNya. Aku tidak menemukan kejahatan apa pun pada Orang ini.”
Apakah Pilatus paham bahwa Yesus berkata Dia tidak akan menjadi seorang raja
yang akan mengambilalih sistem politik? Apakah Pilatus paham itu? Perhatikan,
andaikan Pilatus tidak paham itu, dia sudah akan segera menyuruh membunuh Yesus
di sana. Tetapi dia tidak berbuat itu karena dia tahu Yesus bukanlah seorang
raja politik seperti yang dituduhkan orang-orang Yahudi. Malah tiga kali
Pilatus berkata bahwa Yesus tidak bersalah, bahwa dia menyerahkan seorang yang
tidak bersalah untuk dibunuh. Itu adalah parodi keadilan.
Simak
Yohanes 18:38, ini yang pertama kali. “38 Kata Pilatus kepada-Nya: ‘Apakah kebenaran itu?’ Sesudah mengatakan
demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata
kepada mereka: ‘Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.’” Dengan
kata lain, orang ini tidak bersalah.
Sekali lagi di Yohanes 19:4, “4 Pilatus keluar lagi dan
berkata kepada mereka: ‘Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya
kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.” Ini
kedua kalinya.
Perhatikan
Yohanes 19:6, yang tiga kalinya pasti manjur. “6 Ketika imam-imam kepala dan para pejabat itu melihat Dia, berteriaklah mereka: ‘Salibkan Dia,
salibkan Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka: ‘Kamu
ambillah Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun
pada-Nya.’”
Did Pilate openly announce that Jesus was
innocent of violation of any law of Rome, of the civil power? Yes.
But the Jews said, this guy violated the first table of the law. By
the way, Jesus had not, but they're accusing Him of doing that. And
they want to use the civil power of Rome to destroy Jesus because of the
convictions of His conscience, because of His religious views. In
fact, notice John 19:7. “7 The Jews answered him, “We have a law…” it might not be yours, they're saying to Pilate, but “…and according to our law He ought to die, because
He made Himself the Son of God.”
And Pilate says, “And what does that have
to do with me?” Making Himself like God; that's the first table of the
law. Of course he doesn't say this, but he says that has to do with
you, with the spiritual kingdom, not with me. You know, show me that He
killed somebody, or He committed adultery, or He stole, or He dishonored,
you know, or trampled upon His parents, or that He's guilty of witnessing falsely
against people. Give me one of those violations of civil law. But
don't come to me and say that He made Himself
God. Because that has to do with your law. It doesn't have to do
with mine. Are you understanding what I'm saying?
Apakah Pilatus
mengumumkan secara terbuka bahwa Yesus tidak bersalah atas pelanggaran hukum
Roma yang mana pun, atas kekuasaan sipil? Ya. Tetapi orang-orang Yahudi
berkata, Orang ini melanggar daftar hukum yang pertama. Nah, Yesus tidak
melanggar daftar hukum yang pertama, tetapi mereka menuduhNya demikian. Dan
mereka mau menggunakan kekuasaan sipil Roma untuk menghancurkan Yesus karena
pendirian hari nuraniNya, karena pandangan agamaNya. Bahkan simak Yohanes 19:7, “7 Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami mempunyai hukum dan…” mungkin itu bukan hukummu, kata mereka
kepada Pilatus tetapi, “…menurut hukum itu Ia harus
mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."
Dan Pilatus berkata, “Apa hubungannya itu dengan saya?”
Membuat diriNya seperti Allah, itu berkaitan dengan daftar hukum yang pertama.
Tentu saja Pilatus tidak mengucapkan keluar demikian, tetapi dia berkata, itu
urusan kamu, itu berkaitan dengan kerajaan spiritual, bukan dengan saya.
Tunjukkan kepada saya bahwa Dia telah membunuh orang, atau Dia berzinah, atau
Dia mencuri, atau Dia tidak menghormati atau menginjak-injak orangtuaNya, atau
Dia telah memberikan kesaksian palsu terhadap orang lain. Berikan kepada saya salah
satu pelanggaran atas hukum sipil. Tetapi jangan datang kepada saya dan berkata
Dia telah menjadikan DiriNya Allah. Karena itu urusan hukum kamu, itu tidak ada
kaitannya dengan hukum saya.
Apakah kalian paham apa yang saya katakan?
Now
notice John 19:11. Did Pilate and Jesus both recognize that there are
two kingdoms? Absolutely. Notice John 19:11, because Pilate says, Don't
you know that I could release You if I wanted to? Notice: “11 Jesus answered, ‘You could have no power at all against Me unless it had been
given you from above….” Why was Pilate ruling in Rome? Who placed him
there? God placed him there. Jesus is saying, you wouldn't have any
power unless God had placed you there.
So did
Jesus recognize the legitimacy of the civil power? Yes, He did. Did He
recognize the legitimacy also of the religious power? He most
certainly did.
Sekarang
perhatikan Yohanes 19:11, apakah Pilatus dan Yesus sama-sama mengakui ada dua
kerajaan? Betul sekali. Perhatikan Yohanes 19:11, karena Pilatus berkata,
Tidakkah Engkau tahu saya bisa melepaskan Engkau jika saya mau? Perhatikan, “11 Yesus menjawab: ‘Engkau
tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan
kepadamu dari atas’…”
Mengapa Pilatus memerintah di Roma?
Siapa yang menempatkan dia di sana? Allah yang menempatkan dia di sana. Yesus
berkata, kamu tidak akan punya kuasa apa pun kecuali Allah yang telah
menempatkan kamu di sana.
Jadi apakah Yesus mengakui keabsahan
kekuasaan sipil? Ya, benar.
Apakah Dia mengakui keabsahan kuasa
agama? Tentu saja.
Now why
did Pilate deliver an innocent man? John 19:12 tells us the reason.
Actually, there are two reasons.
1. Because he was afraid of the people, and
2. He was afraid of losing his political position. He was
afraid that Caesar would remove him.
So out of expediency he delivered an
innocent man. Notice John 19:12. “12 From then on Pilate sought to release Him, but the Jews
cried out, saying, ‘If you let this Man go, you are not Caesar’s friend.
Whoever makes himself a king speaks against Caesar.’”
So what were they saying? They're
saying, Listen, this man says that He's a king. And if you don't do
something about it, we're going to tell Caesar, and Caesar is going to
remove you from your post. So it was because of fear of losing his
political position that he delivered an innocent man. But it was
also because the religious leaders pressured the people to ask for the
blood of Jesus, and he was afraid of an insurrection and a tumult among
the people.
Sekarang
mengapa Pilatus menyerahkan seorang yang tidak bersalah? Yohanes 19:12
mengatakan alasannya kepada kita. Sebenarnya ada dua alasan:
1.
Karena
dia takut kepada massa, dan
2.
Dia
takut kehilangan posisi politiknya. Dia takut Kaisar akan mencopotnya.
Jadi
berdasarkan kepentingannya, dia menyerahkan Orang yang tidak bersalah. Simak
Yohanes 19:12, “12 Sejak itu Pilatus berusaha
untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: ‘Jikalau engkau
membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap
dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.’”
Jadi apa kata mereka? Mereka berkata,
dengar, Orang ini berkata Dia seorang raja. Dan jika Anda tidak berbuat
sesuatu, kami akan melaporkan kepada Kaisar dan Kaisar akan mencopot Anda dari
jabatan Anda.
Jadi karena takut kehilangan posisi
politiknya Pilatus menyerahkan seorang yang tidak bersalah. Tetapi juga karena
para pemimpin agama menekan massa untuk menuntut darah Yesus dan Pilatus takut
terjadi pemberontakan dan huru-hara di antara massa.
Notice
Matthew 27:20. Folks, the dangerous figures in this are not the
common ordinary church members. The dangerous people here are the
religious leaders.
Notice Matthew 27:20. “20 But the chief priests and elders persuaded the multitudes
that they should ask for Barabbas and…” what?
“…that they should ask for Barabbas and destroy Jesus.”
Perhatikan
Matius 27:20, Saudara-saudara, tokoh yang berbahaya di sini bukan anggota
gereja biasa. Orang-orang yang berbahaya di sini adalah para pemimpin agama.
Simak
Matius 27:20, “20 Tetapi oleh hasutan
imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya
Barabas…” apa? “…dibebaskan dan Yesus
dihukum mati.”
Notice John 19:13-15. “13 When Pilate therefore heard that saying, he brought Jesus
out and sat down in the judgment seat in a place that is called The Pavement, but in Hebrew,
Gabbatha. 14 Now it was the Preparation Day of the Passover, and about
the sixth hour. And he said to the Jews, ‘Behold your King!’ ….” And now notice this: “…15 But they cried out, ‘Away with Him, away with Him! Crucify Him!’ Pilate said
to them, ‘Shall I crucify your King?’ The chief priests answered, ‘We have no
king but Caesar!’”
Do you
know what they were doing? They were actually divorcing Jesus Christ as
their king. By saying that they had no king but Caesar, they were
committing a terrible act of fornication with the king to destroy
Jesus Christ. And, by the way, lest you wonder about this, did
Jesus many times give parables where He spoke about His desire to marry
the people in His day? His church? Yes. He called John the Baptist the
friend of the bridegroom; the matchmaker, if you please. In fact He
said, “How can you cry when the bridegroom is in your midst?” He
spoke of Himself as the bridegroom. He gave the parable of the ten
virgins, which is a marriage. He spoke about the king and his servants, Matthew 22. In other words, this was Jesus trying to woo
His people, and say, “I want to have a relationship with you. I
want to be your husband. I want you to be my wife.” And what did
they say? They said, “We will not have You as king. We have no king
but the political system. We have no king but whom? Caesar.” They
were disowning their relationship with Jesus Christ. They were breaking
their relationship. They were basically divorcing Jesus Christ.
And, by
the way, when they did this, this led to national apostasy, which eventually led to
national ruin. You see, they thought that by killing Jesus
they were going to save their nation. But by killing Jesus they brought
destruction upon their nation. They caused just the opposite of what
they thought they were going to cause. By taking over the political
system to destroy Jesus, they brought about what they wanted to
prevent.
Perhatikan
Yohanes 19:13-15, “13 Ketika Pilatus
mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di
kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani
Gabata. 14 Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua
belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah rajamu!’…” sekarang simak ini, “…15 Maka berteriaklah mereka: ‘Enyahkan Dia! Enyahkan
Dia! Salibkan Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka: ‘Haruskah aku menyalibkan
rajamu?’ Jawab imam-imam kepala: ‘Kami tidak mempunyai raja selain dari pada
Kaisar!’"
Tahukah
kalian apa yang mereka lakukan? Mereka sesungguhnya menceraikan Yesus Kristus
sebagai raja mereka. Dengan mengatakan mereka tidak punya raja selain Kaisar,
mereka telah melakukan tindakan yang mengerikan yaitu berzinah dengan raja
untuk membinasakan Yesus Kristus. Dan, ketahuilah, seandainya kalian
bertanya-tanya tentang hal ini, apakah Yesus sering memberikan perumpamaan di
mana Dia berbicara tentang keinginanNya mengawini umatNya di zamanNya?
GerejaNya? Ya. Dia menyebut Yohanes Pembaptis teman mempelai laki-laki,
comblangnya katakanlah demikian. Bahkan Yesus berkata, “Mana kamu boleh
menangis saat mempelai laki-laki ada di tengah-tengahmu?” Dia membahasakan
diriNya sebagai mempelai laki-laki. Yesus memberikan perumpamaan tentang
kesepuluh anak dara, yaitu suatu perkawinan. Dia berbicara tentang seorang raja
dengan hamba-hambanya, Matius 22. Dengan kata lain, Yesus ini berusaha melamar
umatNya, dan berkata, “Aku mau punya hubungan dengan kamu. Aku mau menjadi
suamimu, Aku mau kamu menjadi istriKu.” Dan apa kata mereka? Mereka berkata,
“Kami tidak menerimaMu sebagai raja. Kami tidak punya raja kecuali sistem
politik. Kami tidak punya raja kecuali…” siapa? “…Kaisar.” Mereka tidak mengakui hubungan mereka dengan Yesus Kristus. Mereka
memutuskan hubungan. Pada dasarnya mereka menceraikan Yesus Kristus.
Dan ketika
mereka melakukan ini, ini membawa mereka ke kemurtadan nasional, yang akhirnya menjadi kehancuran
nasional. Kalian lihat, mereka sangka dengan membunuh Yesus
mereka akan menyelamatkan bangsa mereka. Tetapi dengan membunuh Yesus itu
membawa kehancuran atas bangsa mereka. Mereka justru menimbulkan kebalikan dari
apa yang mereka sangka mau mereka hindari.
Notice John 19:41-44, (actually it is Luke
19:41-44), speaking about the destruction of Jerusalem. Because the
Jewish nation had said, we don't want this man. We don't want Him to be
our husband. We have a king who is Caesar. His blood be upon us, and
upon our children.
Notice: “41 Now as He drew near, He saw the city and wept over
it. 42 saying, ‘If you had known, even you, especially in this
your day, the things that make for your peace! But now they are hidden from
your eyes. 43 For the days will come upon you when your
enemies will build an embankment around you…” this is the Romans, by the way. The very ones that they said the
Romans will take away our nation. The Romans did take away their
nation, but because they destroyed Jesus. Verse 43. “…For the days will come upon you when your enemies will build an
embankment around you surround you and close you in on every side. 44 and
level you, and your children within you, to the ground; and they will not leave
in you one stone upon another, because you did not know the time of your
visitation.”
Simak
Yohanes 19:41-44, (yang benar Lukas 19:41-44),
berbicara tentang kehancuran Yerusalem. Karena bangsa Yahudi telah berkata,
kami tidak mau Orang ini, kami tidak mau Dia menjadi suami kami, kami sudah punya
raja, yaitu Kaisar. Biarlah darahNya ditanggung oleh kami dan anak-anak kami.
Simak, “41 Dan ketika Yesus telah dekat
dan melihat kota itu, Ia menangisinya, 42 kata-Nya: ‘Wahai, seandainya saja engkau tahu, yaitu engkau, terutama
pada saatmu sekarang ini, akan hal-hal yang mendatangkan damai sejahteramu!
Tetapi hal-hal itu tersembunyi dari matamu. 43 Sebab akan datang
harinya, bahwa musuhmu akan membangun tembok
mengelilingi engkau…” yaitu
orang-orang Roma. Justru yang mereka katakan orang Roma akan menawan bangsanya.
Orang Roma memang menawan bangsa mereka tetapi karena mereka telah membinasakan
Yesus. Ayat 43, “…Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan membangun tembok mengelilingi engkau, lalu mengepung engkau dan
menghimpit engkau dari segala jurusan 44 dan mereka akan meratakan engkau beserta dengan anak-anakmu di dalam kotamu hingga rata dengan tanah, dan mereka tidak akan
membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain karena engkau
tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.’"
Do you
see what happens when the church fornicates with the state? The result,
automatic
result, is persecution. Sooner or later when the church abandons
it's relationship with Jesus, it's spiritual mission, and it tries to get
the state to do what Jesus should do, that's fornication, and it leads to
the downfall of the church. In fact allow me, in the last few minutes
that we have together, to talk to you about the church immediately
after the day of Pentecost.
Apakah
kalian lihat apa yang terjadi bila gereja berzinah dengan pemerintah? Akibatnya, akibatnya yang otomatis ialah
penganiayaan/persekusi. Cepat atau lambat ketika gereja
meninggalkan hubungannya dengan Yesus, meninggalkan misi rohaninya, dan
berusaha memakai pemerintah untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh
Yesus, itu namanya perzinahan/percabulan, dan itu akan membawa ke kejatuhan
gereja. Bahkan, izinkan saya dalam waktu sisa beberapa menit yang ada untuk
berbicara tentang gereja segera setelah hari Pentakosta.
By the way, do you know that the Bible says
that there are two swords? What's the first sword? the Bible.
Notice Ephesians 6:17. It says there, the apostle Paul speaking, Ephesians
6:17, “17 And take the helmet of salvation, and the sword of the
Spirit, which is…” what? “…which is the word of God…”
What is
the sword of the Spirit? the Word of God.
Nah,
tahukah kalian Alkitab berkata ada dua pedang? Apa pedang yang pertama?
Alkitab. Perhatikan Efesus 6:17, dikatakan di sana, rasul Paulus berbicara,
Efesus 6:17, “17 dan bawalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu …” apa? “…yaitu firman Allah.”
Pedang Roh itu apa? Firman Allah.
Let me
ask you, to whom did Jesus give this sword? to the state
or to the church? to the church. How does the church use the sword? by
preaching, right? If the sword is the Bible, how does the church use the
sword, or the Bible? It uses the sword to preach, and to reach people.
By the way, did God give the church power
to do that? Notice Acts 1:8. Jesus says: “8 But you shall receive power when the Holy Spirit has come
upon you; and you shall be…” what?
“…witnesses to Me in Jerusalem, and in all Judea and Samaria, and
to the…” what? “…to end of the earth.”
Coba
saya tanya, kepada siapa Yesus
memberikan pedang ini? Kepada pemerintah atau kepada gereja? Kepada gereja.
Bagaimana gereja memakai pedang itu? Dengan menyampaikan pekabaran, betul? Jika
pedang itu ialah Alkitab, bagaimana gereja menggunakan pedang atau Alkitab itu?
Gereja memakai pedang itu untuk
menyampaikan pekabaran, dan menjangkau orang-orang.
Nah,
apakah Allah memberi kuasa kepada gereja untuk melakukan itu? Simak Kisah 1:8.
Yesus berkata, “8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, saat
Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi…” apa? “…saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea
dan Samaria dan sampai…” apa? “…ke ujung bumi.”
What mission did Jesus give to the church? He said, Go out with your swords; take over the political system; convert the world by force. Is that what He said? No! He said, I'm giving you a sword. It's the sword of the Spirit; it's the Word of God. You go out with the Word of God; preach it, and plant the Spirit of Christ where? in the heart. And that way My Spiritual kingdom will grow. You know, you never find in the book of Acts, which is the history of the earliest church, you'll never find in the book of Acts the disciples taking over the Roman government to fulfill their mission. In fact what you notice in the book of Acts is that God's followers are constantly being persecuted by Rome. Do you know why they're being persecuted by Rome? Because the Jews instigated the civil powers of Rome to persecute God's people. You see they continued doing, after Jesus died on the cross, they continued doing the same thing all over again throughout the book of Acts. Just read the book of Acts. Look in the Concordance for the word “Jews”, and you'll find that every time that there's persecution against the church it's instigated by the Jews. Because they're, once again, trying to use the civil magistrates, the power of Rome, to snuff out Christianity.
In
fact, let me give you one example: Acts 12:1-3. It's
speaking about the death of James. It's interesting to see what he was
killed with. He wasn't killed with the Bible, by the way. He wasn't
killed with the sword of the Spirit. It says there in Acts 12:1-3: “1 Now about that time Herod the king stretched out his hand to harass some from the
church. 2 Then he killed James the brother of John with the sword…” what did he kill him with? with the sword. Why did he do
that? Verse 3. “… 3 And because he saw that it pleased the Jews, he proceeded
further to seize Peter also. Now it was during the Days of Unleavened Bread.”
You
see, all throughout the book of Acts the apostate Jewish church
links with the civil government of Rome to try and destroy the
church. That is what the Bible calls fornication. That's
what the harlot, this apostate church, did during the Middle Ages. And
that's what this apostate church is going to do in the future, according to
Scripture.
Misi
apa yang diberikan Yesus kepada gereja? Yesus berkata, Pergilah dengan pedangmu, ambilalih sistem politiknya,
ubahlah dunia dengan kekerasan. Apakah itu kata Yesus? Tidak. Yesus berkata,
Aku memberimu sebuah pedang, itu adalah pedang Roh, Firman Allah. Pergilah kamu
dengan Firman Allah, kabarkan, dan tanamkan Roh Kristus di mana? Di dalam hati.
Dan dengan cara itu kerajaan spiritualKu akan bertumbuh.
Tahukah
kalian, kita tidak akan menemukan di kitab Kisah yang merupakan catatan sejarah
gereja yang mula-mula, kita tidak akan menemukan di dalam kitab Kisah,
bagaimana para rasul mengambil alih pemerintah Roma untuk menggenapi misi
mereka. Bahkan kita akan melihat di kitab Kisah bagaimana pengikut-pengikut
Allah terus-menerus dipersekusi oleh Roma. Tahukah kalian mengapa mereka
dipersekusi Roma? Karena orang-orang Yahudi mendesak kekuasaan sipil Roma untuk
mempersekusi umat Allah. Kalian lihat, mereka masih terus melakukannya setelah
Yesus mati di salib, mereka terus melakukan hal yang sama lagi sepanjang kitab
Kisah. Baca saja kitab Kisah. Carilah di Concordance untuk kata “Yahudi” dan
kita akan menemukan setiap kali terjadi persekusi terhadap gereja,
provokatornya ialah orang-orang Yahudi. Karena sekali lagi mereka berusaha
memakai penguasa sipil, kekuasaan Roma untuk melenyapkan Kekristenan.
Malah, saya akan
memberikan satu contoh, Kisah 12:1-3, berbicara tentang kematian Yakobus. Yang
menarik itu kita melihat Yakobus dibunuh dengan apa. Asal tahu, dia tidak
dibunuh dengan Alkitab, dia tidak dibunuh dengan pedang Roh. Di Kisah 12:1-3
dikatakan, “1 Kira-kira pada waktu itu
raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. 2
Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang…” dia
membunuh Yakobus dengan apa? Dengan pedang. Mengapa dia berbuat demikian? Ayat
3, “…3 Dan
karena ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia
melanjutkan dengan menangkap Petrus juga. Waktu itu adalah
hari raya Roti Tidak Beragi.”
Kalian
lihat, sepanjang kitab Kisah, gereja
Yahudi yang murtad bersatu dengan
pemerintah sipil Roma untuk
berusaha membinasakan gereja. Itulah yang disebut Alkitab: perzinahan.
Itulah yang dilakukan si pelacur, gereja yang murtad, selama Abad
Pertengahan. Dan menurut Alkitab, itulah yang akan dilakukan
gereja yang murtad di masa depan,.
I want
to read Romans 13:1-5. Do you know that there is another sword?
There's two swords:
·
The first sword is the sword
of the Spirit, the Word of God. And that's used by whom? by the church,
right? And how does the church use it? by what? by preaching.
·
But there's another
sword, and that sword is the ability that the civil government has to
enforce civil order. Not the first table of the law, but civil
order.
Saya
mau membacakan Roma 13:1-5. Tahukah kalian bahwa ada pedang yang lain? Ada dua
pedang:
·
Pedang
pertama adalah pedang Roh, Firman
Allah. Dan itu dipakai
oleh siapa? Oleh gereja,
benar? Dan bagaimana gereja menggunakannya? Dengan bagaimana? Dengan menyampaikan pekabaran.
·
Tetapi
ada pedang yang lain,
dan pedang ini adalah kemampuan
pemerintahan sipil untuk menegakkan ketertiban sipil. Bukan
daftar Hukum yang pertama, melainkan ketertiban sipil.
You
say, where does the Bible say that there's another kind of sword?
Romans 13:1. It's speaking about Rome.
“1 Let every soul be
subject to the governing authorities. For there is no authority except from
God, and the authorities that exist are appointed by God.” Let me ask you, who appointed the civil government? God
did. Did Jesus recognize that? He most certainly did. What
did He appoint the civil government for? to rule in religious things?
No. To
rule in what? in civil matters, to preserve the civil order. Verse
2.“…2 Therefore whoever resists the authority…” that is the civil government, “…resists the ordinance of God, and those who resist will bring
judgment on themselves. 3 For rulers are not a terror to good works, but to evil…” In
other words, if you obey the law, no problem. “…Do you want to be unafraid of the authority? Do what is good,
and you will have praise from the same. 4 For he is God’s minister…” Notice
that it even says that the civil power is God's minister “…to you for good. But
if you do evil, be afraid; for he…” that is
the civil magistrate, “…does not bear the…” what? “…the sword in vain; for he is God’s
minister, an avenger to execute wrath
on him who practices evil….” Who
has the other sword? the sword of force, the literal sword to preserve
the civil order, where you can punish violations of civil law? It's
the state that has that sword.
Kalian
berkata, di mana Alkitab berkata ada pedang jenis lain?
Roma
13:1, berbicara tentang Roma, “1 Hendaknya tiap orang takluk kepada penguasa yang memerintah, sebab tidak ada
pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada,
ditetapkan oleh Allah.” Coba
saya tanya, siapa yang mengangkat pemerintahan sipil? Allah. Apakah Yesus
mengakuinya? Jelas sekali Yesus mengakuinya. Untuk apa Allah mengangkat pemerintahan sipil? Untuk
mengurus hal-hal rohani? Tidak! Untuk mengurus apa? Hal-hal sipil, untuk
mempertahankan ketertiban sipil. Ayat 2, “…2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah…” yaitu
pemerintah sipil, “…ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang
melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. 3 Karena penguasa tidaklah menakutkan bagi perbuatan
yang baik, melainkan bagi perbuatan yang jahat…” dengan
kata lain, jika kita patuh pada hukum, tidak ada masalah. “…Maukah kamu hidup tanpa takut
kepada pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian darinya. 4
Karena dia adalah hamba Allah…” simak, bahkan
dikatakan kekuasaan sipil adalah hamba Allah, “…untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat
jahat, takutlah, karena dia…” yaitu
penguasa sipil, “…tidak menyandang…” apa? “…pedang dengan percuma, karena dia
adalah hamba Allah, untuk membalaskan
murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.”
Siapa yang memegang pedang yang lain, pedang
kekerasan, pedang harafiah untuk mempertahankan ketertiban sipil, dengan mana
dia bisa menghukum pelanggar-pelanggar hukum sipil? Pemerintahlah yang memegang
pedang itu.
So let
me ask you, Does the church have a sword? Yes.
Does
the state have a sword? Yes.
Where
do you have the problem?
When the church uses the
sword of the state. That's what the Bible calls fornication.
Jadi saya mau tanya, apakah gereja
memiliki pedang? Ya.
Apakah pemerintah memiliki pedang? Ya.
Lalu masalahnya di mana?
Pada
waktu gereja memakai pedang milik pemerintah. Itulah yang disebut Alkitab
sebagai perzinahan.
By the way, lest you wonder whether the
civil power has the right to actually legislate the first table of the
law, let's continue reading there in verse 6, “6 For because of this you also pay taxes…” See, because God has placed them there, you pay taxes, “…for they are God’s ministers attending continually to
this very thing. 7 Render…” Notice the word “render” just the word that Jesus used, “…render therefore to all their due: taxes to whom
taxes are due, customs
to whom customs, fear to whom fear, honor to whom honor. 8 Owe no one anything except to love one another. For he who loves one
another has fulfilled the law.” Which
table of the law is this talking about in the context of the civil
government? You love your what? your neighbor. And then if you
still don't understand it, verse 9. “…9 For the commandments, 'You shall not commit adultery,’ ‘You shall not murder,’
‘You shall not steal,’ ‘You shall not bear false witness,’ ‘You shall not
covet,’ and
if there is any other
commandment…” are those all commandments that have to do
with the second table of the law? Absolutely. “…are all summed
up in this saying, namely, ‘You shall love your neighbor as yourself.’ 10 Love does no harm to a neighbor. Therefore love is the fulfillment of
the law.”
Nah, sekiranya
kalian bertanya-tanya apakah kekuasaan sipil berhak memberlakukan daftar Hukum
yang pertama, marilah kita baca terus ayat 6, “6 Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak…” Lihat,
karena Allah yang telah menempatkan mereka di sana, kamu harus bayar pajak, “…Karena mereka adalah hamba-hamba Allah yang terus-menerus mengurus hal
ini . 7 Serahkanlah…” simak,
kata “serahkanlah” sama dengan kata yang dipakai Yesus, “…Serahkanlah
kepada semua orang apa yang menjadi hak mereka: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak,
cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang
berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.
8 Janganlah kamu berutang apa-apa kepada siapa pun juga, kecuali untuk saling mengasihi. Sebab
barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat…” daftar
Hukum yang mana yang dibicarakan di sini dalam konteks pemerintahan sipil? Kamu
harus mengasihi siapa? Sesamamu manusia. Lalu jika itu masih belum dipahami,
lihat ayat 9, “…9 Karena perintah: ‘jangan
berzinah’, ‘jangan membunuh’, ‘jangan mencuri’, ‘jangan mengingini’ dan jika ada perintah yang lain…” apakah
ini semua perintah yang berkaitan dengan daftar Hukum yang kedua? Betul sekali, “…semuanya sudah tersimpul dalam kata-kata ini, yaitu: ‘Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri!’ 10 Kasih tidak berbuat jahat
terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.”
The apostle Paul is saying, Look, we should
obey the civil law because it's the civil law, but we should also
obey the civil law because of love.
As Christians we have two
motivations:
1. Because the civil law says it. It's not because we're
afraid of the civil law.
2. But the real reason is because when you have the law
written on the heart you're going to love your neighbor.
But notice that the government
has to do with the second table of the law, and not with the first table
of the law.
Rasul Paulus
berkata, Lihat, kita harus patuh pada hukum sipil karena itu hukum sipil,
tetapi kita juga harus patuh pada hukum sipil karena kasih.
Sebagai orang
Kristen kita punya dua motivasi:
1.
Karena
begitulah bunyi hukum sipil. Bukan karena kita takut pada hukum sipil.
2.
Tetapi
alasan yang sebenarnya ialah karena bila Hukum Allah itu sudah tertulis di hati
kita, kita pasti akan mengasihi sesama kita.
Tetapi
perhatikan, pemerintah
berkaitan dengan daftar Hukum yang kedua, dan bukan dengan daftar Hukum yang
pertama.
And do
you know what? Shortly after the story of the church in the book of
Acts, the church took a very bad turn. Apostasy came into the church.
We studied this before. And the church merged with the state. And
the same scenes that took place in the trial and crucifixion of Jesus
were repeated all over again in case, after case, after case; the church
using the civil power to punish dissenters for their beliefs, to punish
people whose conscience contradicted what the church was doing.
Dan tahukah kalian
apa yang terjadi? Tak lama setelah kisah tentang gereja di kitab Kisah, gereja
mengambil arah yang salah. Kemurtadan masuk ke dalam gereja. Kita telah
mempelajari ini sebelumnya. Dan gereja kemudian menyatu dengan pemerintah. Dan
adegan yang sama seperti yang terjadi saat pengadilan dan penyaliban Yesus,
terulang kembali, berulang-ulang, dari satu kasus ke kasus berikutnya, gereja
memakai kekuasaan sipil untuk menghukum orang-orang yang menentang gereja
karena iman mereka, untuk menghukum orang-orang yang hati nuraninya menentang
apa yang dilakukan gereja.
Now I'd
like to bring this to a close by saying that Pilate should never have
delivered an innocent man. Some people say, Well, he was the political
ruler. He didn't know any better. He did know better.
You
say, How do we know that?
Matthew 27:19, “19 While he was sitting on the judgment seat…” that is Pilate
“…his wife sent to him, saying, ‘Have nothing to do with that just Man,
for I have suffered many things today in a dream because of Him.’” What was the counsel to the civil ruler? Don't touch Him,
because He's a just man. He has not violated any of the laws of
Rome. And the accusations against Him are false. And yet Pilate,
because the multitudes were clamoring, because the religious leaders
said, Come on! Ask Pilate to crucify Him. And because he was afraid
of losing his political position, he delivered an innocent man. And
he feigned like it wasn't his fault by washing his hands.
Notice Matthew 27:24. “24 When Pilate saw that he could not prevail at all, but
rather that a tumult
was rising, he took water and washed his hands before the multitude, saying, ‘I am innocent of
the blood of this just Person. You see to it.’”
Now
folks, this is, a powerful testimony to the civil rulers of the United
States of America. Many times the church wants to get involved
in the political process, and they want the state to do what the church
and the Holy Spirit should do through the Word of God. Many
Christians even want to take an oath for the political system. What
that does is it corrupts the church, and it corrupts the state, when you
really stop to think about it. And folks, if this happens, and it's going
to happen according to Bible prophecy. The scenes that took place
in Pilate's court, are going to be repeated all over again.
Sekarang
saya ingin mengakhiri dengan mengatakan Pilatus seharusnya tidak menyerahkan
Orang yang tidak berdosa. Ada yang berkata, yah, dia adalah penguasa politik,
dia tidak tahu soal itu. Tetapi Pilatus sudah tahu.
Kalian
berkata, dari mana kita tahu itu?
Matius 27:19, “19 Ketika Pilatus sedang duduk
di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: ’Jangan engkau
mencampuri perkara Orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam
mimpi tadi malam.’" Apakah nasihat yang diberikan kepada
penguasa sipil itu? Jangan sentuh Dia karena Dia adalah Orang benar. Dia tidak
melanggar hukum Roma apa pun. Dan tuduhan-tuduhan yang dilancarkan padaNya
adalah palsu. Namun, karena massa ribut, karena para pemimpin agama berkata,
ayo, minta Pilatus menyalibkan Dia, dan karena Pilatus takut kehilangan jabatan
politiknya dia serahkan Orang yang tidak berdosa, dan dia berbuat seolah-olah
itu bukan salahnya dengan mencuci tangannya.
Simak, Matius 27:24, “24 Ketika Pilatus melihat bahwa dia tidak bisa menang, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia
mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: ‘Aku
tidak bersalah terhadap darah Orang benar
ini; kamu saksinya.’"
Nah, Saudara-saudara, ini adalah kesaksian yang hebat bagi
para penguasa sipil Amerika Serikat. Seringkali
gereja mau terlibat dalam proses politik, dan mereka mau pemerintah melakukan
apa yang seharusnya dilakukan oleh gereja dan Roh Kudus melalui Firman Allah.
Banyak orang Kristen bahkan mau bersumpah demi sistem poliitk. Bila kita
renungkan, akibatnya itu merusak gereja, dan itu merusak pemerintah. Dan
Saudara-saudara, jika ini terjadi, dan menurut nubuatan Alkitab ini akan
terjadi, maka adegan-adegan yang terjadi di pengadilan Pilatus, akan terulang
semuanya kembali.
In fact I'd like
to bring this to an end by going to John 16:1-3, where Jesus predicted
that the same things that would happen to Him were going to happen to
His followers, to His disciples. It says there in John 16:1-3, “1These things I have spoken to you, that you should not be
made to stumble.2 They will put you out of the synagogues…” Today we call them churches. “…yes, the time is coming that whoever kills you will think that he offers
God service. 3 And these things they will do to you because they
have not known the Father nor Me.”
Sesungguhnya
saya ingin mengakhiri dengan pergi ke Yohanes 16:1-3, di mana Yesus menubuatkan
bahwa hal-hal yang sama yang akan terjadi padaNya, akan terjadi juga pada
pengikut-pengikutNya, pada murid-muridNya. Dikatakan di Yohanes 16:1-3, "1 Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu
jangan sampai jatuh. 2 Kamu akan dikeluarkan dari sinagog…” sekarang kita sebut itu gereja-gereja, “…ya, akan datang saatnya bahwa siapa pun yang membunuh kamu akan menyangka
bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. 3 Dan
hal-hal ini akan mereka perbuat padamu,
karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.”
Are
these scenes going to be repeated all over again? In fact folks, we're
going to find the sad story that they were repeated all during the period
that is known as the dark ages, or the Middle Ages. The identical
process that was followed with Jesus was followed by God's professed
church during the Middle Ages that had become apostate; that had become a
harlot church, and joined with the state, used the civil power to
slay the saints of the Most High.
The
Bible tells us that at the very end of time this is going to happen
again, because the last 200 years we've had a moratorium on this type of
persecution. And we're going to study the reason why there's been a
moratorium during the last couple hundred years. There's a specific
Biblical reason, a historical reason. But the Bible says that the time
will come when these scenes will be repeated again. And so we must
let people know. We must let our politicians know that they should
not repeat the same mistake that was committed by Pilate. Because God will
not accept any hand washing as an excuse for union of church and state,
and persecution of those who are followers of Jesus Christ. So
it's my prayer that we will share these things, and that we will choose
to be on God's side, and to help His spiritual kingdom to grow
Apakah
adegan-adegan itu akan diulang kembali? Ternyata, Saudara-saudara, kita akan
menemukan kisah sedih bahwa mereka telah terulang semua selama masa yang
dikenal sebagai Zaman Kegelapan atau Abad Pertengahan. Proses yang persis sama
yang diberlakukan atas Yesus, diikuti di
Abad Pertengahan oleh yang mengaku sebagai gereja Allah yang telah menjadi
murtad, yang telah menjadi gereja pelacur, yang bergabung dengan pemerintah,
memakai kekuasaan sipil untuk membantai orang-orang kudus Yang Mahatinggi.
Alkitab
mengatakan kepada kita bahwa pada akhir zaman ini akan terjadi lagi karena
selama 200 tahun yang terakhir persekusi sejenis ini telah dibekukan. Dan kita
akan mempelajari alasan mengapa terjadi pembekuan itu selama 200 tahun yang
terakhir. Ada alasan alkitabiah yang khusus, alasan sejarah. Tetapi Alkitab
berkata waktunya akan tiba ketika adegan-adegan itu akan diulangi lagi. Maka
kita harus memberitahu orang-orang. Kita harus membuat para politikus kita tahu
bahwa mereka tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama yang dilakukan Pilatus. Karena Allah
tidak akan menerima cuci tangan macam apa pun sebagai alasan untuk penggabungan
gereja dengan pemerintah, dan persekusi atas mereka yang adalah
pengikut-pengikut Yesus Kristus. Jadi doa saya ialah kita akan
membagikan hal-hal ini, dan kita akan memilih berada di kubu Allah, untuk
membantu kerajaan spiritualNya bertumbuh.
24 10 2017