THE
FINAL GENERATION SYMPOSIUM
Part 30/32 – Kevin Paulson
THE VINDICATION OF GOD
https://www.youtube.com/watch?v=WQFNha_MM04&list=PLIWJyuxBfZ7i2O8wOtdyuCvOndkH4jq9L&index=30
Dibuka
dengan doa
Revelation chapter 12 offers the
Bible's encapsulated summary of the titanic struggle of the ages between good
and evil in only a few short verses. The revelator reviews the war in heaven
between Christ and Satan, the Savior's earthly sojourn from His birth to His ascension,
the trials and triumph of God's faithful during the dark ages, and then the
dragon's final assault on the remnant of the woman's Seed which keep the
Commandments
of God and have the testimony of
Jesus Christ.
Wahyu pasal 12 menyajikan
kesimpulan ringkas Alkitab tentang pertempuran besar sepanjang zaman antara
yang baik dan yang jahat dalam hanya beberapa ayat pendek. Penulis kitab Wahyu
menggambarkan kembali peperangan di Surga antara Kristus dan Setan, perjalanan
Sang Juruselamat ke dunia dari kelahiranNya hingga kenaikanNya,
penderitaan-penderitaan dan kemenangan-kemenangan umat Allah yang setia selama
Abad Kegelapan, kemudian serangan terakhir si Naga atas umat yang sisa dari
Benih perempuan yang memelihara Perintah-perintah Allah dan memiliki kesaksian
Yesus Kristus.
But in the middle of this chapter we find
a clue as to the heart of this conflict. Revelation 12:10 and 11. “10 And I heard a loud voice
saying in heaven, ‘Now is come salvation, and strength, and the kingdom of our
God, and the power of His Christ: for the accuser of our brethren is cast down,
which accused them before our God day and night. 11 And they
overcame him by the blood of the Lamb, and by the word of their testimony; and
they loved not their lives unto the death.”
Tetapi di
tengah-tengah pasal ini kita menemukan petunjuk tentang pusat dari konflik
tersebut. Wahyu 12:10-11, “…10 Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga
berkata, ‘Sekarang telah tiba keselamatan
dan kekuatan dan Kerajaan Allah kita dan
kekuasaan KristusNya, karena pendakwa
saudara-saudara kita telah dilemparkan
ke bawah, yang mendakwa mereka di hadapan Allah kita siang dan malam. 11 Dan mereka mengalahkan
dia oleh darah Sang Domba, dan oleh
perkataan kesaksian mereka, dan mereka tidak
menyayangkan nyawa mereka sampai mati pun.”
Now this passage calls to mind a
story in the Old Testament which we have reviewed earlier in this symposium,
the encounter between Joshua and the Angel which we find in Zechariah 3:1-4. “1
And he shewed me Joshua the high priest standing before the Angel of the LORD,
and Satan standing at His right hand to resist Him. 2 And the LORD
said unto Satan, ‘The LORD rebuke thee, O Satan; even the LORD that hath chosen
Jerusalem rebuke thee: is not this a brand plucked out of the fire?’ 3 Now
Joshua was clothed with filthy garments, and stood before the Angel. 4
And He answered and spake unto those that stood before Him, saying, ‘Take away
the filthy garments from him.’ And unto him He said, ‘Behold, I have caused
thine iniquity to pass from thee, and I will clothe thee with change of
raiment.’…”
Nah kutipan ini
mengingatkan tentang sebuah kisah di Perjanjian Lama yang tadi sudah kita simak
di simposium ini, pertemuan antara Yosua dan Sang Malaikat yang ada di Zakharia
3:1-4. “…1 Dan ia memperlihatkan kepadaku imam besar
Yosua, berdiri di hadapan Malaikat TUHAN dan
Setan berdiri di sebelah tangan kananNya
untuk menentangNya. 2 Dan TUHAN berkata
kepada Setan, ‘TUHAN menghardik engkau,
hai Setan; yaitu
TUHAN, yang telah memilih Yerusalem,
menghardik engkau. Bukankah ini sebatang ranting
yang telah dicabut dari api?’ 3
Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, dan berdiri
di hadapan Malaikat itu. 4 Dan Dia
menjawab dan bicara kepada mereka yang
berdiri di hadapanNya, kataNya, ‘Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu
darinya.’ Dan kepada Yosua Ia berkata, ‘Lihat, Aku
telah membuat dosamu berlalu darimu, dan Aku akan mengenakan pakaian yang lain padamu.’
But perhaps the story that is most familiar
to us describing the struggle of a persevering believer in the face of
humanity's great adversary, is the story of the patriarch Job to which also we
have made frequent reference in these meetings. Remember of course what we find
in the first verse of this remarkable narrative. “1 There was a man in the land
of Uz, whose name was Job; and that man was perfect and upright, and one that feared
God, and eschewed evil.” Now we know from this narrative how Satan accused Job of
obeying God from selfish motives, and how God permitted Satan to test Job with
the loss of nearly everything: material possessions, his children, even his
physical health, everything except his suffering existence, a nagging wife, and
three associates who give new meaning to the old adage “With friends
like that, who needs enemies?” But twice in
the early scenes of this story we are assured that Job passed this great test.
Tetapi kisah yang paling kita
kenal yang menggambarkan pertempuran antara orang percaya yang tahan uji di hadapan musuh besar manusia, adalah kisah patriark Ayub, yang sering kita rujuk dalam pertemuan-pertemuan ini. Tentunya kita
ingat apa yang kita temukan di ayat pertama dari kisah yang mengagumkan ini, “ 1 Ada seorang laki-laki di tanah
Us bernama Ayub; dan orang itu sempurna dan jujur; dan yang takut akan Allah dan
menjauhi kejahatan.” (Ayub 1:1)
Nah, kita tahu
dari kisah ini bagaimana Setan mendakwa Ayub patuh kepada Allah demi pamrih,
dan bagaimana Allah mengizinkan Setan untuk menguji Ayub dengan kehilangan
nyaris semua miliknya: harta materi, anak-anaknya, bahkan kesehatan fisiknya;
segalanya, kecuali hidupnya yang sengsara, seorang istri yang bawel, dan tiga
teman yang memberikan makna baru kepada pepatah kuno “Kalau punya teman-teman yang seperti itu, tidak perlu
punya musuh”. Tetapi dua kali
di adegan-adegan yang awal dari kisah ini kita mendapat kepastian bahwa Ayub
lulus dari ujian besar ini.
In Job 1:22 we're assured of the fact
that “22 in
all this Job sinned not, nor charged God
foolishly.” And in chapter 2:10, while he was sitting
there scraping his boils with that potsherd
~
you know, I went through something like that myself when I
was 15 and I came down with chicken pox, covered from head to toe. I want to
tell you my Mom said, “Now you know what Job went through.” ~
And even when his wife urged him to
curse God and die, Job 2:10 says, “ 10 ….in
all this did not Job sin with his lips.”
But perhaps my favorite statement by
this champion of righteousness, seemingly destitute of both human and divine
comfort is, when his world quite literally in
shards and ashes, are his words in
13:15, “15
Though He slay me, yet will I trust in Him…”
Di Ayub 1:22 kita
mendapat kepastian dari faktanya bahwa, “…22
Dalam kesemuaannya itu Ayub tidak berbuat dosa maupun menyalahkan Allah dengan
gegabah…” Dan di pasal 2:10 selagi dia duduk di sana menggaruk
borok-boroknya dengan pecahan tembikar (ay. 8) ~
kalian tahu, saya
sendiri pernah mengalami seperti itu ketika berusia 15 tahun dan saya kena penyakit
cacar, sekujur tubuh dari kepala hingga jari kaki. Saya mau memberitahu kalian
apa kata ibu saya, “Sekarang kamu tahu apa yang dirasakan Ayub.” ~
Dan bahkan ketika istrinya menyuruh dia mengutuk Allah
dan mati, Ayub 2:10 mengatakan, “10 …Dalam
kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.”
Tetapi mungkin
pernyataan jawara kebenaran ini ~ yang telah
kehilangan baik penghiburan dari manusia maupun Ilahi, yang dunianya secara
literal tinggal pecahan tembikar dan abu ~ yang menjadi favorit saya ialah kata-katanya di
Ayub 13:15, “15 Walaupun
Dia membunuhku, namun aku akan tetap berserah padaNya…”
Now in each of these great
controversy Bible narratives, the three that we've looked at:
Ø the story of
Job,
Ø Joshua and the
Angel,
Ø and Revelation
12,
we find several very important common
factors.
1. Human beings are accused by Satan regarding their
faithfulness to God.
2. God's people vanquish Satan by the blood of the Lamb and the
word of their testimony.
3. The removal of iniquity represented by the
discarding of filthy garments.
4. The declaration that through the unfolding trial of
fidelity, the
one being tested did not sin.
What the Bible is telling us in both
the Old and the New Testaments is that throughout the struggle between good and
evil, Satan has accused God's people regarding their relationship to the divine
requirements.
Nah, dalam setiap kisah
pertentangan besar ini, tiga yang sudah kita simak, yaitu:
Ø Kisah Ayub,
Ø Yosua dan Malaikat,
Ø Wahyu pasal 12,
kita mendapatkan beberapa faktor persamaan yang sangat penting:
1.
Manusia didakwa Setan
mengenai kesetiaan mereka kepada Allah.
2.
Umat Allah mengalahkan Setan dengan darah Sang Domba dan
perkatan kesaksian mereka.
3.
Disingkirkannya dosa yang digambarkan oleh
dibuangnya pakaian yang kotor.
4.
Deklarasi bahwa melalui diungkapkannya
kesetiannya melalui penghakiman, dia yang diuji tidak berbuat dosa.
Apa yang diberitahukan Alkitab
kepada kita baik di Perjanjian Lama maupun Baru, ialah sepanjang pergumulan
antara yang baik dengan yang jahat, Setan telah mendakwa umat Allah tentang
hubungan mereka dengan persyaratan Ilahi.
Ellen White's further elaboration on
the issues of the great controversy is based upon this biblical theme from the
outset. Let's keep in mind that the Bible truth, that unless obedience to the divine Law is
total, obedience does not exist. Remember what the apostle James said
in chapter 2 of his epistle verse 10, “10 For whosoever shall keep the
whole Law, and yet offend in one point, he is guilty of all.”
So when both Scripture and Ellen
White speak of Commandment-keeping, this cannot be mistaken for humanity's
frail best; perfect obedience made possible through imparted divine strength is
God's eternal standard. And we
can't emphasize often enough that only through imparted divine strength can this
obedience be achieved.
Penjelasan lebih jauh Ellen White tentang isu-isu pertentangan besar itu
berdasarkan tema alkitabiah ini dari awalnya. Mari kita ingat kebenaran alkitabiah ini, bahwa kecuali
Hukum Ilahi itu dipatuhi secara menyeluruh, maka tidak ada yang namanya
kepatuhan. Ingat apa yang dikatakan rasul Yakobus di suratnya
pasal 2:10, “ 10 Sebab barangsiapa yang menuruti seluruh Hukum itu, tetapi melanggar dalam satu hal darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya. …”
Jadi ketika baik Kitab suci dan Ellen White bicara
tentang kepatuhan kepada Perintah Allah, ini tidak bisa disalahpahami dengan usaha terbaik kemanusiaan yang lemah; kepatuhan yang sempurna yang
dimungkinkan melalui kekuatan Ilahi yang dikaruniakan oleh Allah adalah standar kekal
Allah. Dan kita harus menekankannya
berulang-ulang bahwa hanya
melalui kekuatan Ilahi yang dikaruniakan, baru kepatuhan ini bisa
dicapai.
I love the following two verses ~ which
I often say ~ summarize righteousness by faith in a nutshell.
Ø The first of
these is John 15:5
where Jesus says, “5 ….for
without Me ye
can do nothing.”
Ø But the other
side of that coin is Philippians 4:13 where the apostle Paul writes,
“13
….I can do all things through Christ which strengtheneth me.”
Saya menyukai dua
ayat berikut ~ yang sering saya
katakan ~ menyimpulkan pembenaran oleh iman dengan ringkas.
Ø Yang pertama adalah
Yohanes 15:5
di mana Yesus berkata, “…sebab tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Ø Tetapi di sisi lain
mata uang itu ialah Filipi 4:13 di mana rasul Paulus menulis,
“13 Aku bisa melakukan segala hal
melalui Kristus yang menguatkan aku.”
Ellen White is clear that throughout
the great controversy, the central issue has consistently been whether or not
God's Law can be obeyed. Elder Priebe talked about that this morning.
Desire Of Ages
page 761
tells us that, “In the opening of
the great controversy, Satan had declared that the Law of God could not be obeyed…”
Signs of the
Times July 23, 1902,
“On this earth Satan sought to carry forward the work he
began in heaven. He declared that man could not obey the Law of God.”
Desire of Ages
page 117
“Satan had pointed to Adam's sin as proof that God's Law
was unjust and could not be obeyed.”
and in Vol.
1 of Selected Messages page 252 she says,
“After the fall of man, Satan declared
that human beings were proved to be
incapable of keeping the Law of God, and he sought
to carry the universe with him in this
belief.”
Ellen White sangat jelas bahwa
sepanjang pertentangan besar,
isu sentralnya secara konsisten adalah apakah Hukum Allah bisa dipatuhi atau
tidak. Ketua Priebe sudah bicara tentang hal itu pagi ini.
Desire of Ages hal. 761
Mengatakan kepada kita bahwa “…Di pembukaan pertentangan besar, Setan
mendeklarasikan bahwa Hukum Allah tidak bisa dipatuhi…”
Signs
of the Times, 23 Juli, 1902
“Di
dunia ini, Setan berusaha melanjutkan
pekerjaan yang dimulainya di Surga. Dia menyatakan bahwa manusia tidak bisa
mematuhi Hukum Allah.”
Desire
of Ages hal. 117
“Setan
menunjuk kepada dosa Adam sebagai bukti bahwa Hukum Allah itu tidak adil dan
tidak bisa dipatuhi.”
Dan di Selected Messages Vol. 1 hal. 252, Ellen White berkata,
“Setelah kejatuhan manusia, Setan
mendeklarasikan bahwa manusia terbukti tidak mampu mematuhi Hukum Allah, dan
dia berusaha memenangkan alam semesta ke pihaknya dalam keyakinannya ini.”
Now for many years those in
opposition to Last Generation Theology, in particular those holding to the
pre-fall view of Christ's human nature, have insisted that Jesus’ obedience was
intended only to prove that the sinless Adam in Eden didn't need to fall, and
that human beings born with fallen sinful natures were not the focus of Satan's
accusation. Such statements as the following from opponents of Last Generation
Theology have been typical in this regard.
Nah, untuk banyak tahun mereka
yang menentang Theologi Generasi Terakhir ~ terutama mereka yang
berpegang pada pandangan bahwa kodrat kemanusiaan Kristus itu adalah kodrat sebelum kejatuhan Adam ~ bersikukuh bahwa kepatuhan Yesus hanya untuk
membuktikan bahwa Adam yang tidak punya dosa di Eden, tidak perlu jatuh, dan
bahwa manusia yang dilahirkan dengan kodrat manusia yang sudah berdosa bukanlah
fokus dari dakwaan Setan. Pernyataan-pernyataan demikian, dari para lawan
Theologi Generasi Terakhir sebagaimana yang tercantum berikut adalah ciri
khasnya.
Here is one from
the late Desmond Ford. “The issue before the universe….” Ford said, “…is not
whether fallen men can keep the Commandments of God faultlessly, but rather
whether men ~ as God created him ~ connected with the Father and the Son, could
obey every divine requirement.” (The Relationship between the Incarnation and Righteousness by
Faith ~ Documents from the Palmdale Conference
on Righteousness by Faith pg. 33)
Ini satu dari
mendiang Desmond Ford, “…Isu yang dihadapi alam semesta…” kata Ford, “…bukan apakah
manusia berdosa bisa memelihara Perintah-perintah Allah tanpa cacat, melainkan
apakah manusia ~ sebagaimana Allah menciptakan dia ~ yang terhubung dengan Bapa dan Anak, bisa mematuhi setiap
persyaratan Ilahi.” (The Relationship between the Incarnation and Righteousness by
Faith ~ Documents from the Palmdale Conference
on Righteousness by Faith pg. 33)
Here is one of Ford's acolytes from
this same time period, who said something very similar, and we were talking
about him over lunch. “Listen…” this individual said, “…Satan knows that sinful men and women can't
live a hundred percent perfectly obedient lives. He knows it as well as God
does. The argument is not about fallen man. The argument, and Satan's
accusation, is against God's Law regarding holy creatures.” (Steve Marshall ~ What’s the Difference pg. 12)
Ini salah satu pengikut Ford
dari zaman yang sama, yang mengatakan sesuatu yang sangat mirip, dan kami
bicara tentang dia saat makan siang tadi.
“…Dengarkan…” kata individu ini, “…Setan tahu bahwa laki-laki dan perempuan
yang berdosa tidak bisa menghidupkan hidup yang patuh sepenuhnya. Dia
mengetahui itu sebagaimana Allah tahu. Argumentasinya bukan tentang manusia
berdosa. Argumentasinya, dan dakwaan Setan, itu kepada Hukum Allah terkait
makhluk-makhluk yang kudus.” (Steve Marshall ~ What’s the Difference pg. 12)
And here are two more recent
statements from the recent book attacking last Generation Theology, or one of
them, that is, “The charge raised by the enemy in the great controversy
was not whether someone already infected by sin could perfectly keep God's Law.
Satan's charge was that God's Law was not fair and just in the context of
perfectly sinless beings. Christ's perfect life and voluntary sacrificial death
for us prove this claim to be utterly false.” (God’s
Character and the Last Generation pg. 276)
Dan di sini ada dua lagi
pernyataan dari buku yang terbaru menyerang Theologi Generasi Terakhir, atau
salah satu dari mereka, “…Tuduhan
yang diajukan oleh musuh di pertentangan besar bukanlah apakah seseorang yang
sudah terinfeksi oleh dosa bisa memelihara Hukum Allah dengan sempurna. Tuduhan
Setan ialah Hukum Allah itu tidak adil dan tidak benar dalam konteks
makhluk-makhluk yang sama sekali tidak berdosa. Kehidupan Kristus yang sempurna
dan kematianNya sebagai kurban sukarela bagi kita, membuktikan klaim ini sama
sekli tidak benar.” (God’s Character and the Last Generation pg. 276)
Here's another statement from the
same book. “Jesus lived a victorious life and it was sufficient to
prove that Adam could obey God.” (God’s Character and the Last Generation pg. 213)
Ini ada pernyataan lain dari
buku yang sama, “…Yesus menghidupkan suatu kehidupan yang
menang, dan itu cukup untuk membuktikan bahwa Adam bisa patuh kepada Allah.” (God’s
Character and the Last Generation pg. 213)
Now let's look at the Ellen White’s
statement that Desmond Ford was referring to earlier, which is found on page 253 of Vol. 1 of Selected Messages, “Christ came to the earth, taking humanity
and standing as man’s representative,
to show in the controversy with Satan
that man, as God created him, connected with the Father and the Son, could obey every divine requirement.”
Now when we look at this statement in
comparison with other statements that use the same or similar language, it
becomes clear that the key phrase is not “as God created him”, but rather “connected
with the Father and the Son”. This connection according to Ellen White is restored,
not at glorification when Jesus returns, when our fallen natures are
obliterated; but rather through conversion and sanctification.
Listen to what Ellen White says on this point.
Nah, mari kita simak pernyataan Ellen White yang dirujuk Desmond Ford tadi,
yang terdapat di Selected Messages Vol. 1 hal. 253, “…Kristus datang ke dunia ini, mengambil kemanusiaan
dan berdiri sebagai wakil manusia, untuk menunjukkan dalam pertentangan dengan
Setan bahwa manusia, sebagaimana dia diciptakan Allah, yang terhubung dengan Bapa dan Anak, bisa mematuhi setiap
persyaratan Ilahi.…”
Nah, bila kita simak pernyataan ini dibandingkan dengan
pernyataan-pernyataan lain yang memakai bahasa yang sama, itu menjadi jelas
bahwa ungkapan kuncnya bukan “…sebagaimana dia diciptakan Allah…” melainkan “…terhubung
dengan Bapa dan Anak…” Menurut Ellen White, koneksi
ini tidak dipulihkan
saat dimuliakan ketika Yesus datang, ketika kodrat berdosa kita dihapuskan;
melainkan melalui pertobatan dan pengudusan. Dengarkan apa kata Ellen White tentang poin ini. “…
Vol. 4 of The
Testimonies page 339, “When connected
with God and sincerely seeking His approval,
man becomes elevated,
ennobled, and sanctified.”
Testimonies
Vol. 4 hal. 339,
“…Ketika terhubung dengan Allah, dan dengan tulus mencari perkenanNya,
manusia menjadi ditinggikan, diagungkan, dan dikuduskan.” (3/92)
Ministry of Healing
page 180-181, “The Saviour took upon Himself
the infirmities of humanity and lived a sinless life, that men might have no fear that because of the weakness of human
nature they could not overcome. Christ came to make us ‘partakers of the
divine nature,’ and His life declares that humanity, combined with divinity, does not commit
sin. The Saviour overcame
to show man how he may overcome.”
Ministry
of Healing hal. 180-181, “…Sang Juruselamat mengambil untuk DiriNya
sendiri kelemahan-kelemahan kemanusiaan dan menghidupkan hidup yang tanpa dosa,
supaya manusia tidak takut bahwa karena kelemahan-kelemahan kodrat manusia, mereka tidak akan bisa
menang. Kristus datang untuk menjadikan kita ‘pengambil bagian dari kodrat
Ilahi’, dan hidupNya menyatakan bahwa kemanusiaan yang digabungkan dengan Ilahi,
tidak berbuat dosa. Sang Juruselamat sudah menang untuk menunjukkan kepada
manusia bagaimana dia boleh menang.”
Our High Calling
page 138, “The
Law of God given from Sinai is a copy of the mind and will of the Infinite God.
It is sacredly revered by the holy angels. Obedience to its requirements will perfect Christian
character, and restore man, through Christ,
to his condition before the Fall.”
Our
High Calling hal. 138 “…Hukum Allah yang dberikan dari Sinai
adalah salinan dari pikiran dan kehendak Allah yang tidak terbatas. Para
malaikat yang suci menghormatinya secara kudus. Kepatuhan kepada
persyaratan-persyaratannya akan membuat karakter Kristen menjadi sempurna, dan melalui Kristus memulihkan manusia kepada
kondisinya sebelum kejatuhan ke dalam dosa.”
Now notice again folks, these
statements aren't talking about the change that is made at glorification.
They're talking
about the change made here and now through God's transforming grace, and the
obedience which this grace makes possible.
Nah, simak kembali,
Saudara-saudara, pernyataan-pernataan ini tidak bicara tentang perubahan yang
dibuat pada waktu dimuliakan (kebangkitan). Ini bicara tentang perubahan yang dibuat di sini dan sekarang
melalui kemurahan Allah yang mengubahkan dan yang membuat orang mampu patuh.
Ellen White is clear, that while, Jesus did in
fact prove that Adam need not have fallen, He also proved that you and I don't
have to fall either.
Desire of Ages
page 24, “Satan represents God’s Law of love as a
Law of selfishness. He declares
that it is impossible for us to obey its precepts… His…” that is Christ's “…life
testifies that it is possible for us to obey the Law of God.”
Ellen White jelas, bahwa
memang benar Yesus membuktikan bahwa Adam tidak perlu jatuh dalam dosa, Dia
membuktikan bahwa kalian dan saya tidak perlu jatuh dalam dosa juga.
Desire
of Ages hal. 24, “…Setan merepresentasikan Hukum kasih Allah sebagai Hukum yang egois. Dia menyatakan bahwa
mustahil kita bisa mematuhi ketentuan-ketentuannya… HidupNya…”
Hidup Kristus maksudnya, “…memberi
kesaksian bahwa adalah mungkin bagi kita untuk mematuhi Hukum Allah.”
That I May Know
Him page 292, “Christ came to the world to counteract Satan’s falsehood that God had made a Law which men could not keep.
Taking humanity upon Himself,
He came to this earth,
and by a life of obedience showed that God has not made a
Law that man cannot keep. He showed that it is possible
for man perfectly to obey
the Law. Those who accept Christ as their Saviour, becoming
partakers of His divine nature,
are enabled to follow His example, living in obedience to every precept of the Law.
…... Christ possessed the same nature that man possesses.
He was tempted in all points like as man is tempted. The same power by which He obeyed is at man’s command.”
That
I May Know Him hal. 292,
“…Kristus datang ke dunia untuk melawan kebohongan Setan bahwa Allah
telah membuat Hukum yang tidak bisa dipatuhi manusia. Dengan mengambil
kemanusiaan bagi DiriNya sendiri, Dia datang ke bumi ini. Dan melalui suatu kehidupan
yang patuh Dia menunjukkan bahwa Allah tidak membuat Hukum yang tidak bisa
dipatuhi manusia. Dia menunjukkan bahwa manusia mungkin mematuhi Hukum itu
dengan sempurna. Mereka yang menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka,
menjadi pengambil bagian dari kodrat IlahiNya,
dimampukan untuk mengikuti teladanNya, hidup patuh kepada setiap ketentuan
Hukum. ….. Kristus memiliki kodrat yang
sama yang dimiliki manusia. Dia digoda dalam segala hal sama seperti manusia
digoda. Kuasa yang sama dengan mana Dia patuh, bisa digunakan oleh manusia.”
Christ's Object
Lessons page 314, “Satan had claimed that it
was
impossible for man to obey God’s Commandments; and in our own strength
it is true that we cannot obey them. But Christ came in the form of humanity, and by His perfect
obedience He proved that humanity
and divinity combined can obey every one of God’s precepts.”
Christ’s
Object Lessons hal. 314,
“…Setan telah menyatakan bahwa mustahil bagi manusia untuk mematuhi
Perintah-perintah Allah; dan dengan kekuatan kita sendiri itu benar, kita tidak
bisa mematuhi mereka. Tetapi Kristus datang dalam bentuk manusia, dan melalui kepatuhanNya yang sempurna
Dia membuktikan bahwa kemanusiaan dan keilahian yang bersatu, bisa mematuhi semua ketentuan Allah.”
And listen to this one here, Signs of the Times January 16, 1896, “Satan
declared that it was impossible for the sons and daughters of Adam to keep the
Law of God and thus charged upon God a lack of wisdom and love. If they could
not keep the Law, then there was fault with the Law-giver. Men who are under
the control of Satan…” listen to this, “…repeat these accusations against God in asserting
that men cannot keep the Law of God.” What kind of men do that? Men who are under the control of Satan.
Folks, I didn't write that, this is from the pen of God's prophet.
Dan dengarkan yang satu ini di sini, Signs of The Times 16 Januari 1896, “…Setan menyatakan bahwa mustahil bagi
anak-anak laki-laki dan perempuan Adam untuk mematuhi Hukum Allah, dan dengan
demikian medakwa Allah kurang punya hikmat dan kasih. Jika mereka tidak bisa
mematuhi Hukum, maka kesalahan ada pada Sang Pembuat Hukum. Manusia-manusia
yang ada di bawah kendali Setan…” dengarkan ini, “…mengulangi tuduhan-tuduhan terhadap Allah ini dengan
bersikokoh bahwa manusia tidak bisa mematuhi Hukum Allah…” Manusia macam apa yang berbuat
begitu? Manusia yang ada di bawah
kendali Setan. Saudara-saudara, bukan saya yang menulis itu, ini
datang dari pena nabi Allah.
Review and Herald
January 18, 1909, “Christ's humanity was united with divinity, and in this
strength He would bear all the temptations that Satan could bring against Him
and yet keep His soul untainted by sin…” not because He was born differently
but because He claimed the same power you and I can claim. “…And this
power to overcome He would give to every son and daughter of Adam who would
accept by faith the righteous attributes of His character.”
Review and Herald, 18 Januari 1909, “…Kemanusiaan Kristus dipersatukan dengan
keilahian, dan dengan kekuatan ini Dia menanggung semua godaan apa saja
yang dilemparkan Setan kepadaNya namun Dia
menjaga jiwaNya tidak tercemar oleh dosa…”
bukan karena Dia dilahirkan berbeda dari kita,
tetapi karena Dia mengklaim kuasa yang sama yang bisa kalian dan saya klaim. “….Dan kuasa untuk mengalahkan ini mau Dia berikan
kepada setiap anak laki-laki atau perempuan Adam yang mau menerima dengan iman, atribut-atribut yang benar dari karakterNya.”
Vol. 7 of the
Bible Commentary page 929, “The Lord now demands that every son and daughter
of Adam, through faith in Jesus Christ,
serve Him in human nature which we now have…” we talked about this several days ago.
“…The Lord Jesus has bridged
the gulf that sin has made.
He has connected earth with heaven, and finite
man with the infinite God. Jesus, the world’s Redeemer, could only keep the Commandments of God in the same way that humanity
can keep them.” (Manuscript
1, 1892)
Bible
Commentary Vol. 7 hal. 929, “…Tuhan sekarang menuntut setiap anak
laki-laki dan perempuan Adam, melalui iman dalam Yesus Kristus, melayani Dia
dalam kodrat kemanusiaan yang kita miliki sekarang…” Kita sudah membahas ini
beberapa hari lalu. “…Tuhan Yesus telah menjembatani jurang
yang dibuat oleh dosa. Dia telah menghubungkan bumi dengan Surga, dan manusia
fana dengan Allah yang tidak terbatas. Yesus, Penebus dunia, hanya bisa
mematuhi Perintah-perintah Allah dengan cara yang sama manusia bisa mematuhi
mereka.” (Manuscript 1, 1892)
Ministry of Healing
page 25, “Christ came to this world to show that by receiving power from on high, man can live an unsullied
life…” that sounds like sinlessness to me,
folks.
Ministry of Healing hal. 25, “…Kristus
datang ke dunia ini untuk menunjukkan bahwa dengan menerima kuasa dari atas,
manusia bisa menghidupkan hidup yang tidak bernoda. …” ini terdengar seperti hidup
tanpa dosa bagi saya, Saudara-saudara.
Desire of Ages
page 664, I love this
one. “Jesus revealed no qualities, and exercised
no powers, that men may not have through faith in Him. His perfect humanity
is that which all His followers may possess,
if they will be in subjection to God as He was.”
Desire
of Ages hal. 664, saya suka ini. “…Yesus
tidak menunjukkan keunggulan dan tidak memakai kekuatan yang tidak bisa
dimiliki manusia melalui iman dalam DiriNya. KemanusiaanNya yang sempurna bisa
dimiliki oleh semua pengikutNya, jika mereka mau tunduk kepada Allah
sebagaimana Dia.”
Thoughts from
The Mount of Blessing page 49, “By His own
obedience to the Law, Christ
testified to its
immutable character and
proved that through
His grace it
could be perfectly
obeyed by every
son and daughter of Adam.”
Thoughts
from The Mount of Blessing hal. 49,
“…Melalui kepatuhanNya sendiri kepada Hukum, Kristus memberi kesaksian
bahwa sifatnya tidak dapat diubah, dan membuktikan melalui kemurahanNya bahwa
itu bisa dipatuhi dengan sempurna oleh setiap anak laki-laki dan perempuan
Adam. …”
Now while it is true that Jesus demonstrated
that the sinless Adam didn't need to fall, this could hardly have been the main
reason for the moral example that He came to provide. After all, folks, myriads
of unfallen beings through millions and billions of eons of time have lived
without falling. Ellen White points out for example how the same test that was
given to Adam and Eve was given to all the other worlds. Are you aware of that?
Nah, sementara memang Yesus
mendemonstrasikan bahwa Adam yang tadinya tidak punya dosa tidak perlu jatuh
dalam dosa, ini tidak mungkin menjadi alasan utama teladan moral yang Yesus
datang untuk memberikan. Bukankah makhluk-makhluk tidak berdosa yang tidak terhitung
jumlahnya selama berjuta trilyun eon waktu sudah hidup tanpa berbuat dosa?
Ellen White misalnya menunjukkan sebagai teladan bagaimana ujian yang sama yang
diberikan kepada Adam dan Hawa, diberikan kepada semua dunia yang lain. Apakah
kalian menyadarinya?
Early Writings
page 40. “Then I saw two trees…” this is when Ellen White was visiting some
other world in vision, “…Then I saw two trees one
looked much like the tree of life in the city. The
fruit of both looked beautiful, but of one they could not eat. They had power to eat of both, but were forbidden
to eat of one. Then my attending angel said to me, ‘None in this place have tasted of the forbidden
tree; but if they should eat, they would fall.’…” in other words,
why would the unfallen universe need yet another demonstration that unfallen
beings had no excuse to sin? It was fallen beings who needed proof that in
their condition, perfect victory was possible through heaven's power.
It was thus in fallen human nature with all its tendencies and desires, in which an example of sinless obedience was needed and provided.
Early
Writings hal. 40, “…Lalu aku melihat dua pohon…” ini adalah ketika dalam penglihatan, Ellen White sedang mengunjungi sebuah
dunia lain,
“…Lalu aku melihat dua pohon, yang satu sangat mirip pohon kehidupan di
Kota (Suci). Buah-buah dari kedua pohon tersebut tampak indah, tetapi dari yang
satu, mereka tidak boleh memakannya. Mereka punya kemampuan untuk makan dari
kedua pohon itu, tetapi dilarang makan dari yang satu. Kemudian malaikat
pendampingku berkata kepadaku, ‘Tidak ada yang di tempat ini pernah merasakan dari pohon terlarang, tetapi jika mereka
sampai memakannya, mereka akan jatuh dalam dosa.’…” dengan kata lain, untuk apa
alam semesta yang tidak berdosa membutuhkan demonstrasi yang lain lagi bahwa
makhluk-makhluk yang tidak berdosa tidak punya alasan untuk berbuat dosa?
Justru makhuk-makhluk yang berdosalah
yang butuh bukti bahwa dalam kondisi mereka, kemenangan penuh itu mungkin diperoleh melalui kuasa Surga. Oleh karena itulah bagi manusia dalam kodrat berdosanya, dengan segala
kecenderungannya dan keinginannya, suatu teladan kepatuhan tanpa dosa
diperlukan dan disediakan.
Ellen White tells us how in the
period before the flood, Satan was still alleging his claim as to the
impossibility of obedience to the divine Law. Patriarchs
and Prophets page 77 tells us, “The holy life of Abel testified against Satan’s claim that it is impossible for man to keep God’s Law.”
Ellen White memberitahu kita bagaimana di zaman sebelum
air bah, Setan masih tetap menyuarakan klaimnya mengenai kemustahilan mematuhi
Hukum Ilahi. Patriarchs and Prophets hal. 77 memberitahu kita,
“…Hidup kudus Habil menjadi kesaksian yang
menyanggah klaim Setan bahwa mustahil bagi manusia
untuk mematuhi Hukum Allah.”
page 88 of the same book, “Satan was urging upon men the belief that there was no reward for the righteous or punishment for the wicked, and that it was impossible for men to obey the divine statutes.”
Hal. 88 dari buku
yang sama, “…Setan
mendesakkan kepada manusia keyakinan
bahwa tidak ada pahala bagi yang benar maupun hukuman bagi yang jahat,
dan bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Ilahi.”
Upward Look page
228, “And now…” through Enoch, “…God would demonstrate to the universe the falsity of Satan’s charge that man cannot keep God’s Law. He
would demonstrate that though man had sinned, he could so relate himself
to God that he would have the mind and
Spirit of God and would be a representative symbol
of Christ. This holy man…” Enoch, “…was selected of God to denounce
the wickedness of the world, and to evidence to the world that it is possible for men to keep all the Law of God.”
Upward
Look hal. 228,“…Dan sekarang…” melalui Henokh, “…Allah mau mendemonstrasikan kepada alam semesta
tentang tuduhan Setan bahwa manusia tidak bisa mematuhi Hukum Allah. Dia akan
mendemonstrasikan bahwa walaupun manusia telah berdosa, dia bisa menjalin
hubungan dengan Allah sedemikian rupa sehingga dia akan memiliki pikiran dan
Roh Allah dan akan menjadi wakil dari simbol Kristus. Orang kudus ini…” Henokh, “…dipilih oleh
Allah untuk meninggalkan kejahatan dunia dan membuktikan kepada dunia bahwa
bagi manusia untuk mematuhi semua Hukum Allah itu mungkin.”
In the time of Jesus this was still
the issue, which is why Ellen White tells us that God entangled the Pharisees
and others in Jesus’ time with all these man-made addendums to God's
requirements. You know, people are still doing that, some
even inside Adventism, whether the issue is diet, whether the issue is dress,
whether the issue is relationships, any number of other things that are
man-made requirements, that are being mingled with the counsel of God. And
folks, do not do that! It's one thing to set boundaries for yourself, but if you
violate those boundaries, you are not sinning against God, and please
don't convey to others the idea that they are sinning against God if they do
so. We could go on and on about that one.
Di zaman Yesus ini masih
terjadi, itulah mengapa Ellen White mengatakan kepada kita bahwa Allah menjerat orang-orang Farisi dan orang-orang lain di zaman Yesus dengan semua
peraturan tambahan buatan manusia ini kepada persyaratan Allah. Kalian tahu, orang-orang masih berbuat begitu sekarang, beberapa bahkan di
dalam Adventisme, apakah itu tentang diet, apakah itu tentang pakaian, apakah
itu tentang hubungan, apa saja ketentuan buatan manusia yang dicampur dengan
petunjuk Allah. Dan Saudara-saudara, jangan lakukan itu! Menetapkan batasan bagi diri sendiri itu
satu hal, tetapi jika kita melanggar
batasan itu, kita tidak berbuat dosa terhadap Allah, dan jangan
menyampaikan kepada orang lain konsep bahwa mereka sedang berdosa terhadap
Allah jika mereka berbuat demikian. Tidak ada akhirnya jika kita bicara tentang
hal ini.
Desire of Ages
page 29, listen to what
Ellen White says, Satan intended to do through all those man-made rules that
went beyond the council of God. “Thus Satan worked to
discourage the people, to lower their conception of the character of God,
and to bring the faith of Israel
into contempt. He hoped to establish
the claim put forth when he rebelled in heaven,—that
the requirements of God were unjust, and
could not be obeyed.”
Desire
of Ages hal. 29, dengarkan apa kata Ellen White. Setan berniat berbuat apa melalui semua
peraturan buatan manusia yang melampaui petunjuk Allah. “…Dengan cara itu Setan bekerja untuk mematahkan
semangat manusia, menurunkan konsep mereka tentang karakter Allah, dan membuat iman
Israel menjadi hinaan. Setan berharap menetapkan klaim yang diajukannya ketika
dia memberontak di Surga ~ bahwa persyaratkan Allah itu tidak adil, dan tidak
bisa dipatuhi.”
And please don't misunderstand me
when I talk about man-made rules. I’m not talking about the writings of Ellen
White. The
Bible and the Spirit of Prophecy are both divine in their origin. The
Bible is the foundation, the writings of Ellen White are the amplification; both are
divine. What I’m talking about are man-made ideas: human traditions, the best opinions of lecturers on any number of
topics, there's all kinds of people out
there, folks, that think they have new light on some topic, and you know I’m
willing to listen to them, but the Berean test must always be applied.
Dan jangan salah paham ketika
saya bicara tentang peraturan-peraturan buatan manusia. Saya tidak bicara
tentang tulisan-tulisan Ellen White. Alkitab
dan Roh Nubuat sama-sama Ilahi dalam hal sumbernya. Alkitab
adalah dasarnya, tulisan-tulisan Ellen White itu perluasannya; keduanya sama-sama datang dari Ilahi.
Apa yang saya bicarakan adalah konsep-konsep buatan manusia: tradisi-tradisi
manusia, pendapat-pendapat terbaik para penceramah tentang topik apa saja, di luar sana, Saudara-saudara, ada segala macam orang yang menganggap mereka
punya terang baru tentang topik tertentu, dan saya mau saja mendengarkan mereka, tetapi ujian Berean harus selalu dilakukan.
Now we're going to look at the issue
of Satan's defeat at Calvary and what it accomplished. Both sides in the debate
over Last Generation Theology agree that Satan was defeated at the cross. Ellen
White is very clear on this.
Desire of Ages
page 762 “By His life and His death, Christ proved that God’s justice did not destroy His mercy, but that sin could be forgiven, and that the Law is
righteous, and can be perfectly
obeyed. Satan’s charges were refuted.”
Sekarang kita akan melihat isu
kekalahan Setan di Kalvari dan hasil apa yang dicapai. Kedua belah pihak yang
berdebat tentang Theologi Generasi Terakhir sepakat bahwa Setan dikalahkan di salib. Ellen White
sangat jelas tentang ini.
Desire
of Ages hal. 762,
“…Melalui hidup dan matiNya, Kristus membuktikan bahwa keadilan Allah
tidak menghancurkan kemurahanNya, tetapi bahwa dosa bisa diampuni, dan bahwa
Hukum itu benar dan bisa dipatuhi dengan sempurna. Tuduhan Setan disanggah.”
Review and
Herald September 24, 1901, “Satan declared that human beings could not keep the Law.
Christ proved this statement false.”
Review
and Herald 24 September, 1901, “…Setan menyatakan bahwa manusia tidak bisa mematuhi Hukum. Kristus
membuktikan pernyataan ini salah.”
So why is the controversy continued?
Why has the world been compelled to endure 2’000 additional years of
unspeakable horror and tragedy? Why the inquisition? Why the holocaust? Why
Darfur, and Rwanda? Why Covid 19?
Jadi mengapa pertentangan masih
berlanjut? Mengapa dunia dipaksa untuk mengalami 2’000 tahun
tambahan horror dan tragedi yang tidak terkatakan? Mengapa Inkuisisi (abad
kegelapan)? Mengapa holocaust (genosida Yahudi oleh
Nazi)? Mengapa Darfur (genosida Darfur di Sudan barat oleh Pemerintah Sudan)
dan Rwanda (genosida Tutsi oleh Hutu)? Mengapa Covid 19?
Ellen White tells us why in Desire of Ages page 761. “…Yet Satan was not then destroyed. The angels did not even then understand
all that was involved in the great controversy. The principles at stake were to be more fully revealed.
And for the sake of man, Satan’s existence must be
continued. Man as well as angels must
see the contrast between the Prince of light
and the prince of darkness. He must choose whom he will serve.”
Ellen White memberitahu kita mengapa di Desire of Ages hal. 761, “…Namun demikian
Setan tidak dibinasakan pada waktu itu. Para malaikat bahkan pada saat itu
tidak memahami semua yang terlibat dalam pertentangan besar. Prinsip-prinsip
yang dipertaruhkan masih akan diungkapkan lebih
menyeluruh. Dan demi manusia, eksistensi Setan harus dilanjutkan. Manusia
maupun para malaikat harus melihat kontras antara Pangeran Terang dan pangeran
kegelapan. Dia harus memilih siapa yang mau dilayaninya…”
And here's what Ellen White says two
pages later, as to how this is going to happen. Desire
of Ages 763, “The warfare against God’s Law, which was begun in heaven, will be continued until the end of
time. Every man will be tested. Obedience
or disobedience is the question to be decided
by the whole world.
All will be called to choose
between the Law of God and the laws of men. Here the dividing line will be drawn. There will be but two classes. Every
character will be fully developed; and all will show whether they have chosen the side of
loyalty or that of rebellion.
Then the end will come. God will vindicate His Law and deliver His people.”
Dan inilah yang dikatakan Ellen White dua halaman kemudian, tentang
bagaimana ini akan terjadi. Desire of Ages hal. 763, “…Peperangan terhadap Hukum Allah yang dimulai di Surga
akan dilanjutkan hingga akhir zaman. Setiap orang akan diuji. Patuh atau tidak
patuh adalah pertanyaan yang harus diputuskan oleh seluruh dunia. Semua orang
akan dipanggil untuk memilih antara Hukum Allah dan hukum manusia. Di sini
garis pemisahnya akan ditarik. Hanya akan ada dua kelompok. Setiap karakter
waktu itu akan sudah mengembang penuh; dan semua akan menunjukkan apakah mereka
telah memilih di pihak yang setia atau di pihak yang memberontak. Lalu kesudahan
akan datang. Allah akan membuktikan kebenaran HukumNya dan menyelamatkan
umatNya.”
Now we're going to talk about the vindication of God in a
moment, that is after all the principle theme of this presentation. But critics
of Last Generation Theology insist that Jesus totally settled the question of
whether perfect obedience to the Law is possible, and therefore no such
demonstration is needed by the last generation. But the following Ellen White
statements are clear, that refuting Satan's charges remains a work in
progress.
Desire of Ages 309, “…all who break God’s Commandments are sustaining Satan’s claim that the Law is unjust,
and cannot be obeyed….” Notice, this is still
going on.
Sekarang kita akan membahas
tentang pembuktian kebenaran Allah, karena itulah tema
pokok dari presentasi ini. Tetapi kritikus Theologi Generasi Terakhir
bersikukuh bahwa Yesus sudah sepenuhnya menjawab pertanyaan apakah kepatuhan
sempurna kepada Hukum itu mungkin, oleh karena itu demonstrasi oleh generasi
terakhir tidak diperlukan lagi. Tetapi pernyataan-pernyataan Ellen White
berikutnya itu jelas, bahwa menyanggah
tuduhan-tuduhan Setan masih merupakan pekerjaan yang sedang berlangsung.
Desire
of Ages 309,
“…semua yang melanggar Perintah-perintah Allah itu mendukung klaim Setan
bahwa Hukum itu tidak adil, dan tidak bisa dipatuhi…” Simak, ini masih terus berlangsung.
Signs of The
Times July 10 1901, “Those who live the life of a Christian are battling
against the Devil's lie that man cannot keep God's Law.”
Look, if the war is over, if the
issue's been settled, there's no need to keep battling. The
war against Nazi Germany didn't keep going on after the surrender was signed in
the little red schoolhouse in Reims. The war against Japan didn't keep going on
after the surrender was signed on the deck of the Missouri.
Signs
of the Times 10 Juli 1901,
“…Mereka yang menghidupkan kehidupan seorang Kristen, sedang berperang
melawan kebohongan Iblis bahwa manusia tidak bisa mematuhi Hukum Allah…” Lihat, andaikan peperangan sudah selesai, andaikan isunya sudah diputuskan,
tidak ada perlunya lagi terus berperang. Perang terhadap Nazi Jerman tidak
terus berlangung setelah penyerahan ditandatangani di sebuah sekolah kecil
berwarna merah di Reims. Perang terhadap Jepang tidak terus berlangsung setelah
penyerahan ditandatangani di atas geladak kapal Missouri.
Let's go on Vol. 1 of Manuscript Releases page 169, “Exact obedience is required, and those who
say that it is not possible to live a perfect life, throw upon God the
imputation of injustice and untruth.”
Mari kita ke Manuscript Releases Vol. 1 hal. 169, “…Kepatuhan yang
tepat yang dibutuhkan, dan mereka yang berkata tidak mungkin menghidupkan suatu
kehidupan yang sempurna, melemparkan kepada Allah tuduhan ketidakadilan dan
ketidakbenaran.”
Great Controversy
page 489, “Therefore he…”
that is Satan “…is constantly seeking to deceive the followers
of Christ with his fatal sophistry
that it is impossible for them to overcome.”
Great
Controversy hal. 489, “…Oleh karena itu, dia…” yaitu Setan, “…terus-menerus berusaha menyesatkan para pengikut
Kristus dengan argumentasi palsunya yang fatal bahwa mereka tidak mungkin bisa
menang.”
Now what's clear from these
statements folks, is that Satan's claim that the Law cannot be kept, is still operative
in the great controversy, and God's people are being counted on by their Lord to
refute this charge through Spirit empowered obedience.
Nah, apa yang jelas
dari pernyataan-pernyataan ini, Saudara-saudara, ialah klaim Setan bahwa Hukum
tidak bisa dipatuhi itu masih ada dalam pertentangan besar, dan Tuhan mengandalkan umatNya untuk
menyanggah tuduhan ini melalui kepatuhan yang dimampukan oleh Roh.
Another statement is clear that the
work of refuting Satan's lies about God's requirements is not the work of
Christ alone. The book Education page 154
tells us, “Unselfishness, the principle of God’s kingdom, is the principle that Satan hates; its very
existence he denies. From the
beginning of the great controversy he has endeavored to prove God’s principles of action to be selfish,
and he deals in the same way with all who serve God. To disprove Satan’s claim
is the work of Christ and of all who bear His name…” in other words
this isn't something Jesus is supposed to disprove all by His lonesome self. But let's also be clear on one point: Last Generation Theology sets up no
competition between the work of Calvary and what God's final generation
accomplishes, and that's because the only reason
God's saints in any generation can accomplish anything is because of the
provisions made available by the cross. The allegation that God being
vindicated by the sanctified obedience of His followers involves our
contribution ~ and I hear that from time to time ~ that's just plain wrong. Sanctification
is not our contribution. It is as much Jesus’ contribution as is
justification.
Pernyataan yang lain itu jelas bahwa pekerjaan menyanggah
kebohongan-kebohongan Setan tentang persyaratan Allah, bukan pekerjaan Kristus
sendiri. Buku Education
hal. 154 memberitahu kita, “…Tidak mementingkan diri, yang adalah prinsip dari
kerajaan Allah, adalah prinsip yang dibenci oleh Setan, bahkan
dia menolak eksistensinya. Dari awal pertentangan besar, Setan sudah berusaha
membuktikan prinsip tindakan Allah itu berdasarkan egoisme, dan dia berbuat yang sama dengan semua yang mengabdi
pada Allah. Untuk menyatakan klaim Setan salah adalah tugas Kristus dan semua
yang menyandang namaNya…” dengan kata lain, ini bukan
sesuatu yang harus dibuktikan kesalahannya hanya oleh Yesus sendirian. Tetapi mari kita pahami dengan jelas satu poin ini: Theologi Generasi
Terakhir tidak menempatkan kompetisi antara pekerjaan Kalvari dan apa yang
dicapai oleh umat Allah generasi terakhir, dan itu
karena, satu-satunya alasan mengapa orang-orang kudus Allah di generasi yang
mana pun bisa mencapai apa pun adalah karena semua yang disediakan oleh salib. Tuduhan bahwa kebenaran Allah dibuktikan oleh kepatuhan hasil pengudusan para pengikutNya, melibatkan kontribusi kita ~ dan saya
mendengar ini dari waktu ke waktu ~ ini seluruhnya salah. Pengudusan bukanlah kontribusi kita. Itu adalah
kontribusi Yesus, sama dengan Pembenaran.
Remember, when we talked about
salvation a couple days ago, the Bible is clear that we are saved by the righteousness of
sanctification, just as truly as we are saved by the righteousness of justification.
2 Thessalonians 2:13 says, “13
… God hath from the beginning chosen you to salvation through sanctification of
the Spirit and belief of the truth.”
Ingat, ketika kita membahas
tentang keselamatan dua hari yang lalu, Alkitab sangat jelas bahwa kita diselamatkan oleh kebenaran
dari pengudusan, sama seperti kita diselamatkan oleh kebenaran dari pembenaran.
2 Tesalonika 2:13 mengatakan, “ 13 …Allah dari mulanya telah
memilih kamu untuk diselamatkan melalui
pengudusan oleh Roh dan iman pada kebenaran. “
And remember we saw this statement from
Vol. 7 of the Bible Commentary page 908, “Our sanctification is the work of the Father, the Son, and the Holy Spirit.”
Dan ingat, kita sudah melihat
pernyataan ini dari Bible Commentary Vol. 7 hal 908, “…Pengudusan kita adalah karya Bapa, Anak, dan Roh
Kudus.”
People seem to forget that the blood
of Jesus sanctifies as well as justifies. You know there's this idea
that if we're saved entirely by Jesus’ blood, that means we're saved entirely
by justification. Folks, what does Paul say here in the book of Hebrews 13:12,
20 and 21? “12
Wherefore Jesus also, that He might sanctify the people with His own blood,
suffered without the gate. 20 Now the God of peace, that brought
again from the dead our Lord Jesus, that great Shepherd of the sheep, through
the blood of the everlasting covenant, 21 make you perfect in every
good work to do His will, working in you that which is wellpleasing in His
sight, through Jesus Christ; to whom be glory for ever and ever. Amen.”
In other words, folks, what the last
generation will accomplish during the final crisis is entirely dependent upon
the power provided by the death of Jesus on Calvary. There is no competition
between these two events.
Manusia suka lupa bahwa darah
Yesus menguduskan dan juga membenarkan. Kalian tahu ada ide ini
bahwa jika kita diselamatkan sepenuhnya oleh darah Yesus, berarti kita selamat
sepenuhnya oleh pembenaran. Saudara-saudara, apa kata Paulus di kitab Ibrani
13:12, 20-21? “12 Oleh
karena itu Yesus juga, agar Ia dapat menguduskan umat-Nya dengan
darah-Nya sendiri, menderita di luar pintu gerbang. 20 Maka Allah
damai sejahtera, yang telah membawa kembali
dari antara orang mati Tuhan Yesus, Gembala domba yang Agung, melalui darah Perjanjian yang kekal 21 menjadikan
kamu sempurna dalam setiap perbuatan baik untuk melakukan kehendak-Nya,
mengerjakan di dalam kamu apa yang berkenan di pemandanganNya, melalui Yesus Kristus; bagi
Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya! Amin.
…”
Dengan kata lain, Saudara-saudara, apa yang akan dicapai
generasi yang terakhir selama krisis terakhir itu sepenuhnya mengandalkan kuasa
yang disediakan oleh kematian Yesus di Kalvari. Tidak ada persaingan antara
kedua peristiwa tersebut.
As Ellen White says in another
statement, Christ's Object Lessons page 331,
“God gives the talents, the powers of the mind; we form the character.”
And our active part in this endeavor is
not our contribution either, because the Bible says everything comes from God in the Christian’s
life.
Sebagaimana kata
Ellen White dalam sebuah pernyataan lain, Christ’s Object Lessons hal. 331, “…Allah memberikan talentanya, kuasa pikirannya; kita
yang membentuk karakternya.…”
Dan bagian kita yang aktif dalam upaya ini bukan juga kontribusi kita,
karena Alkitab berkata segala
sesuatu datang dari Allah dalam kehidupan orang Kristen.
What did king David say in 1 Chronicles
29:14? “14
… for all things come of Thee, and of Thine own have we given Thee.”
You know, we often like to quote that
when we're collecting the tithes and the offerings on Sabbath morning. But
folks, that has to do with every aspect of our lives, everything we possess belongs to God.
The great wealthy men of the world owe their wealth to God's mercy, they just
need to come to the point where they understand that.
Apa kata raja Daud di 1 Tawarikh 29:14? “14
… Sebab segala sesuatu berasal dariMu
dan dari milikMu sendirilah yang kami berikan kepada-Mu…”
Kita sering suka mengutip ini ketika kita mengumpulkan
persepuluhan dan persembahan pada Sabat pagi. Tetapi Saudara-saudara, ini
berkaitan dengan setiap aspek kehidupan kita, segala yang kita miliki itu kepunyaan Allah.
Orang-orang kaya di dunia berutang kekayaan
mereka kepada kemurahan Allah, mereka hanya perlu tiba pada pemahaman itu.
A prominent critic of Last Generation
Theology has claimed that “according to LGT teaching…” ~ and I generally like to just say Last Generation Theology, I don't want anybody
to confuse this with LGBT, we had a good laugh at that at GYC a few years ago. “…According
to Last Generation Theology…” according to this critic, “…the last generation is charged with the
work that Jesus has already accomplished on the cross. He decisively and once
for all defeated Satan…”
“decisively” Yes; “once for all” No! Remember the World War II
illustrations that I’ve been using: at the battle of Midway, at the battle of
Guadalcanal, at the battle of Stalingrad, at the battle of El Alamein in 1942
and 1943? This is when the tide of the war turned, and after that the Axis
powers were only fighting to save their necks, but their defeat was made certain, and
that’s certain. That's what happened at Calvary.
Seorang kritikus terkemuka dari
Theologi Generasi Terakhir telah mengklaim bahwa, “Menurut ajaran LGT…” dan umumnya saya lebih suka
mengatakan “Last Generation Theologi” (LGT), saya tidak mau orang merancukan ini dengan LGBT, kami sempat
bercanda tentang ini di GYC beberapa tahun lalu. “…Menurut ajaran
Theologi Generasi Terakhir…” kata kritikus ini “…generasi yang
terakhir dituntut mengerjakan pekerjaan yang sudah diselesaikan Yesus di salib.
Dia dengan pasti dan sekali untuk semua telah
mengalahkan Setan…”
“sudah
pasti” Iya; “sekali untuk semua” Tidak! Ingat ilustrasi Perang Dunia Kedua yang saya
pakai: di pertempuran di Midway, di pertempuran di Guadacanal, di pertempuran
di Stalingrad, di pertempuran di El Alamein di tahun 1942 dan 1943? Ini adalah
ketika gelombang peperangan berbalik, dan setelah itu, kekuatan Axis (Jerman,
Italia, Jepang, Hongaria, Rumania, Bulgaria, Slovakia, Kroasia) hanya berperang
untuk menyelamatkan nyawa mereka, tetapi kekalahan
mereka sudah dipastikan, dan itu pasti. Itulah yang terjadi di Kalvari.
But now we're going to look at the
vindication of God and the role God's people play in Satan's final defeat. The
Bible is clear that you and I ~ and this
has already been pointed out, but we're going to show some additional evidence
here ~ that you and I are responsible for bruising
the head of Satan. We all know this verse from Genesis 3:15, “15
And I will put enmity between thee and the woman, and between thy seed and her
Seed; It shall bruise thy head, and thou shalt bruise His heel.”
But listen to this verse from the
book of Romans 16:20, “20 And the God of peace shall
bruise Satan under your feet shortly...”
Tetapi sekarang kita akan
melihat pada pembuktian kebenaran Allah dan peranan yang dimainkan umat Allah
dalam kekalahan terakhir Setan. Alkitab jelas bahwa kalian dan saya ~ dan ini
sudah ditunjukkan tetapi kita akan memberikan beberapa bukti tambahan di sini ~
bahwa kalian dan saya punya peran
dalam meremukkan kepala Setan. Kita semua kenal ayat ini dari
Kejadian 3:15, “15 Dan Aku akan menempatkan
permusuhan antara engkau dan perempuan, dan
antara benihmu dan Benihnya. Benihnya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan melukai tumitNya.”
Tetapi dengarkan ayat ini dari kitab Roma 16:20, “…20 Dan
Allah, sumber damai sejahtera tidak lama lagi akan
meremukkan Iblis di bawah kakimu…”
Ellen White echoes this in a couple
of statements. One of these is from Vol. 4 of The
Testimonies page 594. Listen to what she says, “The church will yet see troublous times...” are we seeing
those today? I should say we are “…She will prophesy
in sackcloth. But although
she must meet heresies and persecutions, although she must battle with the infidel
and the
apostate, yet by the help of God she is bruising the head of Satan.”
Ellen White menggemakan ini dalam dua pernyataan. Satu dari mereka dari The
Testimonies Vol. 4 hal. 594. Dengarkan apa katanya, “…Gereja
masih akan mengalami masa-masa kesukaran…”
apakah kita sedang mengalami itu sekarang? Menurut
saya, iya.
“…Gereja akan bernubuat dalam goni hitam. Tetapi walaupun dia harus
menghadapi ajaran-ajaran sesat dan persekusi, walaupun dia harus berperang
dengan yang kafir dan yang murtad, namun dengan bantuan Allah, gereja sedang
meremukkan kepala Setan.”
This Day with
God page 27, “God help us to take heed to ourselves
or we
shall certainly lose heaven. Little
departures from right, little indulgences, seem a
trifling thing at present, but Satan will lead us on a track that will separate us from
righteousness and from God. We want not our ways but God’s ways. We
want
to strive with all the powers of being to bruise Satan under our feet and
be sure that we are right
with God, that we have
a clear title to our immortal inheritance.”
This
Day with God hal. 27, “…Allah membantu kita agar menjaga diri sendiri atau kita pasti akan kehilangan Surga. Penyimpangan kecil dari yang benar,
pemanjaan-pemanjaan kecil, tampaknya sepele sekarang, tetapi Setan akan membawa
kita di jalan yang akan memisahkan kita dari kebenaran dan dari Allah. Kita
tidak mau jalan kita melainkan jalan Allah. Kita mau berusaha keras dengan
segenap kekuatan kita untuk meremukkan Setan di bahwa kaki kita dan memastikan
hubungan kita dengan Allah itu baik, bahwa kita punya hak waris yang jelas
untuk warisan yang kekal.”
Another critic of Last Generation Theology,
has said that this theology makes God's victory in the great controversy
dependent upon the fidelity of mere creatures. Well, listen to what Ellen White
says in Signs of The Times, April 22, 1903 she says, “We were
brought into existence because we were needed. How sad the thought that if we
stand on the wrong side in the ranks of the enemy, we are lost to the design of
our Creator.”
Seorang kritikus yang lain dari Theologi Generasi Terakhir, telah
mengatakan bahwa theologi ini menjadikan kemenangan Allah dalam
pertentangan besar bergantung pada kesetiaan makhluk ciptaan. Nah, dengarkan
apa kata Ellen White di Signs of the Times 22 April 1903, dia berkata, “…Kita dijadikan eksis
karena kita dibutuhkan. Alangkah menyedihkannya andai kita berdiri di pihak yang salah dalam barisan musuh,
kita hilang dari rancangan Pencipta kita.”
Here's another
one that's even stronger. This is Letters and Manuscripts
Vol. 7 Ms. 27,1892, “All heaven is represented to me as watching the
unfolding of events. A crisis is to be revealed in the great and prolonged
controversy in the government of God on earth. Something great and decisive is
to take place, and that right early. If any delay, the character of God and His
throne will be compromised. …”
Ini ada yang lain yang lebih kuat. Ini adalah Letters
and Manuscripts Vol. 7 MS 27, 1892.
“…Seluruh Surga direpresentasikan kepadaku sebagai sedang mengawasi pengungkapan peristiwaa-peristiwa. Suatu krisis akan
diungkapkan di pertentangan yang besar dan berkepanjangan dalam pemerintahan
Allah di bumi. Sesuatu yang besar dan pasti akan terjadi, dan itu tepat waktu. Andai ada penundaan apa pun karakter Allah dan takhtanya akan terkompromi.”
The Bible speaks of how God's
vindication occurs because of God acting through His people, just like we've
seen how God will bruise Satan under the feet of His saints. Listen to what Ezekiel
here in 36:21-23 and I’m quoting the Revised Standard Version here because it
uses the word “vindicate”. “21 But
I had concern for My holy name which the house of Israel caused to be profaned …. 22 Therefore say to the
house of Israel, ‘Thus says the Lord God, it is not for your sake, … that I am about to act, but for the sake of My holy name
which you have profaned among the nations, to which you came. 23 And
I will vindicate the holiness of My great name which has been profaned among
the nations, and which you have profaned among them, and the nations will know
that I am the Lord,’ says the Lord God, ‘when through you I vindicate My
holiness before their eyes.’…”
Alkitab bicara tentang
bagaimana pembuktian kebenaran Allah akan terjadi karena Allah bertindak
melalui umatNya, sama seperti yang sudah kita lihat bagaimana Allah akan
meremukkan Setan di bawah kaki orang-orang kudusNya. Dengarkan apa kata
Yehezkiel di sini, di 36:21-23, dan saya mengutip dari RSV di sini karena mereka memakai kata “vindicate” (membuktikan kebenaran). “21 Tetapi
Aku mengkhawatirkan nama-Ku yang kudus
yang dinajiskan oleh kaum Israel … 22 Oleh
karena itu katakanlah kepada kaum Israel: ‘Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bukan demi kamu, Aku akan
bertindak, …. tetapi demi nama-Ku yang kudus yang telah kamu najiskan di antara bangsa-bangsa ke mana kamu datang. 23 Dan Aku
akan membuktikan kekudusan nama-Ku yang
besar yang sudah dinajiskan di antara
bangsa-bangsa, dan yang telah kamu najiskan
di antara mereka. Dan bangsa-bangsa akan
mengetahui bahwa Akulah TUHAN,’ demikianlah firman Tuhan ALLAH, ‘manakala Aku membuktikan kekudusan-Ku melalui kamu di depan mata mereka.’…”
And how is He going to do this?
Verses 25 to 27, He explains this, “25 … you shall be clean from all your uncleanness, and from
all your idols I will cleanse you, 26 a new heart will I give you
and a new Spirit I will put within you and I will take out of your flesh the
heart of stone, and give you a heart of flesh, 27 and I will put My
Spirit within you, and cause you to walk in My statutes, and be careful to
observe My ordinances.”
Dan bagaimana Dia akan melakukan ini? Ayat 25 hingga 27,
Dia menjelaskan ini, “25
…. kamu akan tahir dari segala kenajisanmu, dan dari semua
berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. 26 Hati yang baru juga akan Aku
berikan kamu, dan Roh yang baru akan Aku
tempatkan di dalam kamu; dan Aku akan mengeluarkan hatimu
yang dari batu dari dagingmu, dan Aku akan memberi
kamu hati dari daging. 27 Dan Aku akan menempatkan Roh-Ku di dalam dirimu, dan membuat kamu hidup menurut segala
ketetapan-Ku, dan kamu akan memelihara peraturan-peraturan-Ku dan dengan hati-hati mematuhi ketetapan-ketetapanKu.’…”
The apostle Paul writes of how the
glory ~ that is the character of God ~ is to be revealed in His people, and how
the world is awaiting this demonstration. Romans 8:18-19, “18
For I reckon that the sufferings of this present time are not worthy to be
compared with the glory which shall be revealed in us. 19 For the
earnest expectation of the creature waiteth for the manifestation of the sons
of God.”
Rasul Paulus menulis bagaimana kemuliaan ~ yaitu karakter
Allah ~ akan dinyatakan dalam umatNya, dan bagaimana dunia sedang menantikan
demonstrasi ini. Roma 8:18-19, “…18 Sebab menurut aku penderitaan di masa
sekarang ini tidak layak dibandingkan dengan
kemuliaan yang akan dinyatakan dalam kita. 19
Sebab harapan yang sungguh-sungguh dari
makhluk ciptaan ialah menantikan manifestasi dari anak-anak Allah.”
Ellen White echoes these verses in
the following powerful statements about God's vindication through His last
generation.
Vol. 5 of The
Testimonies page 746, “If there
was ever a people in need of constantly increasing light from heaven,
it is the people of God that, in this time of peril, God has called to be the depositaries of His
holy Law and to vindicate
His character before
the world.”
Ellen White menggemakan ayat-ayat ini dalam pernyataan-pernyataan kuat
berikutnya tentang pembuktian kebenaran Allah melalui
generasiNya yang terakhir.
Testimonies
Vol. 5 hal. 746, “…Kalau
pernah ada umat yang membutuhkan terang dari Surga yang terus-menerus
bertambah, itu adalah umat Allah yang di masa yang
berbahaya ini, telah dipangil Allah menjadi penjaga HukumNya yang kudus dan untuk membuktikan kebenaran karakterNya di hadapan dunia.”
Christian Educator,
October 1, 1898, “His heart of sympathy goes out to all earth sufferers…” and that
includes the people suffering from Covid, “…and with everyone who works for their
relief, He cooperates. As when with
His blessing health returns, the character of God will be vindicated and the
lie thrown back upon Satan its originator.”
Do we still have to disprove Satan's
lie? It certainly appears like we do.
Christian
Educator, 1 Oktober 1898,
“…Simpati hatinya mengalir kepada semua penderita di dunia…” dan itu termasuk mereka yang menderita karena Covid, “…dan dengan setiap orang yang bekerja untuk meringankan
beban mereka, Dia bekerjasama. Sebagaimana dengan berkatNya, kesehatan pulih, karakter
Allah akan dibuktikan kebenarannya dan dustanya dilemparkan kembali ke Setan,
sumbernya.”
Apakah kita masih harus membuktikan dusta
Setan? Sepertinya kita harus.
Desire of Ages page 671, this was quoted earlier. “The very image
of God is to be reproduced in humanity. The honor of God, the honor of Christ,
is involved in the perfection of the character
of His people.”
Desire
of Ages hal. 671, ini sudah dikutip sebelumnya. “…Keserupaan dengan Allah akan direproduksi
dalam kemanusiaan. Kehormatan Allah, kehormatan Kristus, terlibat dalam
penyempurnaan karakter umatNya.”
Signs of The
Times November 25, 1897, “The cold heart is to be quickened and glow with divine
love. It is to beat in unison with the heart of the Redeemer. The honor of
Christ must stand complete in the perfection of the character of His chosen
people. He desires that they shall represent His character to the world.”
Signs
of the Times 25 November 1897, “…Hati yang beku
akan dihidupkan kembali dan bersinar dengan kasih Ilahi. Hati itu akan
berdenyut seirama dengan hati Sang Penebus. Kehormatan Kristus harus berdiri lengkap
dalam kesempurnaan karakter umat pilihanNya. Dia menghendaki mereka akan
mewakili karakterNya kepada dunia.”
Now this next statement we're going
to look at is especially important because there are those who believe that while
Christ wants His people to vindicate His character in a missional sense, that
the judicial issues have all been settled by Jesus, that there's no need to
prove anything any longer to the universe. The only thing we need to do is
finish our mission on this earth, and the vindication of God that remains is
only missional, it is not judicial.
Nah, pernyataan berikut yang
akan kita simak itu terutama penting karena ada yang meyakini bahwa sementara
Kristus menghendaki umatNya membuktikan kebenaran karakterNya dalam pengertian
misi, isu judisialnya sudah semuanya diselesaikan Yesus, tidak perlu lagi
membuktikan apa pun kepada alam semesta. Satu-satunya yang perlu kita lakukan
ialah menyelesaikan misi kita di atas bumi ini, dan pembuktian kebenaran Allah
yang tersisa hanya bersifat missional, bukan judisial.
Well let's look at what the servant
of the Lord says on this point.
In Ye
Shall Receive Power page 338, “New territory is to be added to God’s kingdom…” so this is missional. But let's listen
further, “…New tracts of
moral vineyard are to be cultivated as the garden of the Lord. The honor of the Law of God is to be vindicated
before the unfallen worlds, before the heavenly universe, and before the fallen world…” so it's not either or, folks. It's
both-and. Notice: “The honor of the Law of God is
to be vindicated before the unfallen
worlds” and this is something in the future,
not something Jesus has already done “…The bitterest persecution will come, but
when Zion arises, and puts on her beautiful garments,
she will shine forth in the beauty of holiness…”
Nah, mari kita lihat apa yang dikatakan hamba Tuhan tentang poin ini. Di Ye
Shall Receive Power hal. 338, “…Teritori baru harus ditambahkan kepada
kerajaan Allah…” jadi ini bersifat misional. Tetapi mari kita dengarkan lebih lajut. “…Tanah-tanah
perkebunan baru akan dikembangkan sebagai kebun milik Tuhan. Kehormatan Hukum
Allah harus dibuktikan kebenarannya di hadapan dunia-dunia yang tidak berdosa,
di hadapan alam semesta surgawi, dan di hadapan dunia yang telah jatuh dalam
dosa…” Jadi bukan salah satunya,
Saudara-saudara, melainkan kedua-duanya. Simak: “…Kehormatan
Hukum Allah harus dibuktikan kebenarannya di hadapan dunia-dunia yang tidak
berdosa…” dan ini masih di masa depan,
bukan sesuatu yang telah dilakukan Yesus. “…Persekusi yang
paling sengit akan datang, tetapi ketika Sion
bangkit dan mengenakan pakaiannya yang indah, sinarnya akan memancar keluar
dalam keindahan kekudusannya. …”
A leading critic of Last Generation
Theology has claimed the unique, complete, and
non-transferable victory of Jesus cannot be perfected or supplemented by any
group like the last generation. Well, the servant of the Lord disagrees.
Seorang kritikus terkemuka
dari Theologi Generasi Terakhir telah mengklaim bahwa kemenangan Yesus yang
unik, lengkap, dan tidak bisa dipindahkan, tidak bisa disempurnakan atau
ditambahi oleh kelompok apa pun seperti kelompok generasi terakhir. Nah, hamba
Allah tidak sependapat.
Testimonies to
Ministers pages 18 and 19, folks, you know what we're faced with here. Will we
believe scholars or will we believe God's servant? Will we believe the gift of
prophecy or will we believe the speculations of academia? Testimonies to Ministers 18-19, “The church, being endowed with the righteousness of Christ, is His depository, in which the wealth of His mercy, His love, His grace, is
to appear in full and final display. ….
The gift of His Holy Spirit,
rich, full, and abundant,
is to be to His church as an encompassing wall of fire, which the powers
of hell shall not prevail against. In their untainted purity and spotless
perfection, Christ looks upon His people as
the reward of all His suffering, His humiliation, and His love, and the supplement of His glory…”
Earlier we read
someone saying that what Jesus did at the cross doesn't need to be
supplemented. Well, why then does God's prophet make this statement?
Testimonies
to Ministers hal. 18-19, Saudara-saudara, kalian tahu apa yang kita hadapi di sini. Apakah kita
akan mempercayai pakar-pakar atau apakah kita akan mempercayai hamba Allah?
Apakah kita percaya pada Roh Nubuat atau akankah kita percaya pada spekulasi akademia? Testimonies to Ministries hal. 18-19, “…Gereja, yang dikaruniai dengan kebenaran Kristus,
adalah gudangNya, di mana kekayaan,
kemurahan, kasih, dan rahmatNya, akan tampil secara penuh dan final. …. Karunia Roh KudusNya, yang kaya, penuh, dan
berlimpah, harus menjadi sebuah tembok api bagi gerejaNya, yang tidak akan bisa
dikalahkan oleh kuasa neraka. Dalam kemurnian mereka yang tidak bernoda dan
kesempurnaan yang tidak bercacat, Kristus memandang umatNya sebagai pahala dari
penderitaanNya, penghinaanNya, dan kasihNya, dan tambahan dari kemuliaanNya…” Tadi kita membaca ada yang
berkata bahwa apa yang dilakukan Yesus di salib tidak perlu ditambahi. Nah,
kalau begitu mengapa nabi Allah membuat pernyataan itu?
And then will come the fulfillment of that lyrical tribute to marital
intimacy by the wisest of kings, produced in the character of the last
generation saints. Song of Solomon 4:7, “7
Thou art all fair, my love; there is no spot in thee.”
Lalu akan tiba penggenapan dari lirik penghargaan kepada
keintiman perkawinan oleh raja yang paling bijaksana, dihasilkan dalam karakter
orang-orang kudus generasi terakhir. Kidung agung 4:7, “…7
Engkau cantik sekali, kekasihku; tak
ada cacat cela padamu.”
05
04 24
No comments:
Post a Comment