Saturday, April 6, 2024

EPISODE 30/32 ~ THE FINAL GENERATION SYMPOSIUM ~ THE VINDICATION OF GOD ~ KEVIN PAULSON

 

THE FINAL GENERATION SYMPOSIUM

Part 30/32 – Kevin Paulson

THE VINDICATION OF GOD

https://www.youtube.com/watch?v=WQFNha_MM04&list=PLIWJyuxBfZ7i2O8wOtdyuCvOndkH4jq9L&index=30

 

 

Dibuka dengan doa

 

Revelation chapter 12 offers the Bible's encapsulated summary of the titanic struggle of the ages between good and evil in only a few short verses. The revelator reviews the war in heaven between Christ and Satan, the Savior's earthly sojourn from His birth to His ascension, the trials and triumph of God's faithful during the dark ages, and then the dragon's final assault on the remnant of the woman's Seed which keep the Commandments

of God and have the testimony of Jesus Christ.

 

Wahyu pasal 12 menyajikan kesimpulan ringkas Alkitab tentang pertempuran besar sepanjang zaman antara yang baik dan yang jahat dalam hanya beberapa ayat pendek. Penulis kitab Wahyu menggambarkan kembali peperangan di Surga antara Kristus dan Setan, perjalanan Sang Juruselamat ke dunia dari kelahiranNya hingga kenaikanNya, penderitaan-penderitaan dan kemenangan-kemenangan umat Allah yang setia selama Abad Kegelapan, kemudian serangan terakhir si Naga atas umat yang sisa dari Benih perempuan yang memelihara Perintah-perintah Allah dan memiliki kesaksian Yesus Kristus.

 

 

But in the middle of this chapter we find a clue as to the heart of this conflict. Revelation 12:10 and 11.  10 And I heard a loud voice saying in heaven, ‘Now is come salvation, and strength, and the kingdom of our God, and the power of His Christ: for the accuser of our brethren is cast down, which accused them before our God day and night. 11 And they overcame him by the blood of the Lamb, and by the word of their testimony; and they loved not their lives unto the death.”

 

Tetapi di tengah-tengah pasal ini kita menemukan petunjuk tentang pusat dari konflik tersebut. Wahyu 12:10-11,  “…10 Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata, ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kekuatan dan Kerajaan Allah kita dan kekuasaan KristusNya, karena pendakwa saudara-saudara kita telah dilemparkan ke bawah, yang mendakwa mereka di hadapan Allah kita siang dan malam.  11 Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Sang Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka, dan mereka tidak menyayangkan nyawa mereka sampai mati pun.”

 

 

Now this passage calls to mind a story in the Old Testament which we have reviewed earlier in this symposium, the encounter between Joshua and the Angel which we find in Zechariah 3:1-4. 1 And he shewed me Joshua the high priest standing before the Angel of the LORD, and Satan standing at His right hand to resist Him. 2 And the LORD said unto Satan, ‘The LORD rebuke thee, O Satan; even the LORD that hath chosen Jerusalem rebuke thee: is not this a brand plucked out of the fire?’ 3 Now Joshua was clothed with filthy garments, and stood before the Angel. 4 And He answered and spake unto those that stood before Him, saying, ‘Take away the filthy garments from him.’ And unto him He said, ‘Behold, I have caused thine iniquity to pass from thee, and I will clothe thee with change of raiment.’…”

 

Nah kutipan ini mengingatkan tentang sebuah kisah di Perjanjian Lama yang tadi sudah kita simak di simposium ini, pertemuan antara Yosua dan Sang Malaikat yang ada di Zakharia 3:1-4. “…1 Dan ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua, berdiri di hadapan Malaikat TUHAN dan Setan berdiri di sebelah tangan kananNya untuk menentangNya. 2 Dan TUHAN berkata kepada Setan, ‘TUHAN menghardik engkau, hai Setan; yaitu TUHAN, yang telah memilih Yerusalem, menghardik engkau. Bukankah ini sebatang ranting yang telah dicabut dari api?’ 3 Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, dan berdiri di hadapan Malaikat itu. 4 Dan Dia menjawab dan bicara kepada mereka yang berdiri di hadapanNya, kataNya, ‘Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu darinya.’ Dan kepada Yosua Ia berkata, ‘Lihat, Aku telah membuat dosamu berlalu darimu, dan Aku akan mengenakan pakaian yang lain padamu.’

 

 

But perhaps the story that is most familiar to us describing the struggle of a persevering believer in the face of humanity's great adversary, is the story of the patriarch Job to which also we have made frequent reference in these meetings. Remember of course what we find in the first verse of this remarkable narrative. 1 There was a man in the land of Uz, whose name was Job; and that man was perfect and upright, and one that feared God, and eschewed evil.” Now we know from this narrative how Satan accused Job of obeying God from selfish motives, and how God permitted Satan to test Job with the loss of nearly everything: material possessions, his children, even his physical health, everything except his suffering existence, a nagging wife, and three associates who give new meaning to the old adage  With friends like that, who needs enemies? But twice in the early scenes of this story we are assured that Job passed this great test.

 

Tetapi kisah yang paling kita kenal yang menggambarkan pertempuran antara orang percaya yang tahan uji di hadapan musuh besar manusia, adalah kisah patriark Ayub, yang sering kita rujuk dalam pertemuan-pertemuan ini. Tentunya kita ingat apa yang kita temukan di ayat pertama dari kisah yang mengagumkan ini, 1 Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; dan orang itu sempurna dan jujur; dan yang  takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” (Ayub 1:1)

Nah, kita tahu dari kisah ini bagaimana Setan mendakwa Ayub patuh kepada Allah demi pamrih, dan bagaimana Allah mengizinkan Setan untuk menguji Ayub dengan kehilangan nyaris semua miliknya: harta materi, anak-anaknya, bahkan kesehatan fisiknya; segalanya, kecuali hidupnya yang sengsara, seorang istri yang bawel, dan tiga teman yang memberikan makna baru kepada pepatah kuno Kalau punya teman-teman yang seperti itu, tidak perlu punya musuh. Tetapi dua kali di adegan-adegan yang awal dari kisah ini kita mendapat kepastian bahwa Ayub lulus dari ujian besar ini.

 

 

In Job 1:22 we're assured of the fact that 22 in all this Job sinned not,  nor charged God foolishly.”  And in chapter 2:10, while he was sitting there scraping his boils with that potsherd  ~

you know, I  went through something like that myself when I was 15 and I came down with chicken pox, covered from head to toe. I want to tell you my Mom said, “Now you know what Job went through.” ~

And even when his wife urged him to curse God and die, Job 2:10 says,  10 ….in all this did not Job sin with his lips.”

But perhaps my favorite statement by this champion of righteousness, seemingly destitute of both human and divine comfort is, when his world quite literally in shards  and ashes, are his words in 13:15, 15 Though He slay me, yet will I trust in Him…”

 

Di Ayub 1:22 kita mendapat kepastian dari faktanya bahwa, “…22 Dalam kesemuaannya itu Ayub tidak berbuat dosa maupun menyalahkan Allah dengan gegabah…”  Dan di pasal 2:10 selagi dia duduk di sana menggaruk borok-boroknya dengan pecahan tembikar (ay. 8) ~

kalian tahu, saya sendiri pernah mengalami seperti itu ketika berusia 15 tahun dan saya kena penyakit cacar, sekujur tubuh dari kepala hingga jari kaki. Saya mau memberitahu kalian apa kata ibu saya, “Sekarang kamu tahu apa yang dirasakan Ayub.” ~

Dan bahkan ketika istrinya menyuruh dia mengutuk Allah dan mati, Ayub 2:10 mengatakan,  10 Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.”

Tetapi mungkin pernyataan jawara kebenaran ini ~ yang telah kehilangan baik penghiburan dari manusia maupun Ilahi, yang dunianya secara literal tinggal pecahan tembikar dan abu ~ yang  menjadi favorit saya ialah kata-katanya di Ayub 13:15, 15 Walaupun Dia membunuhku, namun aku akan tetap berserah padaNya…”

 

 

Now in each of these great controversy Bible narratives, the three that we've looked at:

Ø    the story of Job,

Ø    Joshua and the Angel,

Ø    and Revelation 12,

we find several very important common factors.

1.    Human beings are accused by Satan regarding their faithfulness to God.

2.    God's people vanquish Satan by the blood of the Lamb and the word of their testimony.

3.    The removal of iniquity represented by the discarding of filthy garments.

4.    The declaration that through the unfolding trial of fidelity, the one being tested did not sin.

What the Bible is telling us in both the Old and the New Testaments is that throughout the struggle between good and evil, Satan has accused God's people regarding their relationship to the divine requirements.

 

Nah, dalam setiap kisah pertentangan besar ini, tiga yang sudah kita simak, yaitu:

Ø    Kisah Ayub,

Ø    Yosua dan Malaikat,

Ø    Wahyu pasal 12,

kita mendapatkan beberapa faktor persamaan yang sangat penting:

1.    Manusia didakwa Setan mengenai kesetiaan mereka kepada Allah.

2.    Umat Allah mengalahkan Setan dengan darah Sang Domba dan perkatan kesaksian mereka.

3.    Disingkirkannya dosa yang digambarkan oleh dibuangnya pakaian yang kotor.

4.    Deklarasi bahwa melalui diungkapkannya kesetiannya melalui penghakiman, dia yang diuji tidak berbuat dosa.

Apa yang diberitahukan Alkitab kepada kita baik di Perjanjian Lama maupun Baru, ialah sepanjang pergumulan antara yang baik dengan yang jahat, Setan telah mendakwa umat Allah tentang hubungan mereka dengan persyaratan Ilahi.

 

 

Ellen White's further elaboration on the issues of the great controversy is based upon this biblical theme from the outset. Let's keep in mind that the Bible truth, that unless obedience to the divine Law is total, obedience does not exist. Remember what the apostle James said in chapter 2 of his epistle verse 10, 10 For whosoever shall keep the whole Law, and yet offend in one point, he is guilty of all.”

So when both Scripture and Ellen White speak of Commandment-keeping, this cannot be mistaken for humanity's frail best; perfect obedience made possible through imparted divine strength is God's eternal standard.  And we can't emphasize often enough that only through imparted divine strength can this obedience be achieved.

 

Penjelasan lebih jauh Ellen White tentang isu-isu pertentangan besar itu berdasarkan tema alkitabiah ini dari awalnya. Mari kita ingat kebenaran alkitabiah ini, bahwa kecuali Hukum Ilahi itu dipatuhi secara menyeluruh, maka tidak ada yang namanya kepatuhan. Ingat apa yang dikatakan rasul Yakobus di suratnya pasal 2:10,  10 Sebab barangsiapa yang menuruti seluruh Hukum itu, tetapi melanggar dalam satu hal darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya. …” 

Jadi ketika baik Kitab suci dan Ellen White bicara tentang kepatuhan kepada Perintah Allah, ini tidak bisa disalahpahami dengan usaha terbaik kemanusiaan yang lemah; kepatuhan yang sempurna yang dimungkinkan melalui kekuatan Ilahi yang dikaruniakan oleh Allah adalah standar kekal Allah. Dan kita harus menekankannya berulang-ulang bahwa hanya melalui kekuatan Ilahi yang dikaruniakan, baru kepatuhan ini bisa dicapai.

 

 

I love the following two verses ~ which I often say ~ summarize righteousness by faith in a nutshell.

Ø    The first of these is John 15:5

where Jesus says, 5 ….for without Me ye can do nothing.”

Ø    But the other side of that coin is Philippians 4:13 where the apostle Paul writes,

13 ….I can do all things through Christ which strengtheneth me.”

 

Saya menyukai dua ayat berikut ~ yang sering saya katakan ~ menyimpulkan pembenaran oleh iman dengan ringkas.

Ø    Yang pertama adalah Yohanes 15:5

di mana Yesus berkata, “…sebab tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Ø    Tetapi di sisi lain mata uang itu ialah Filipi 4:13 di mana rasul Paulus menulis,

13 Aku bisa melakukan segala hal melalui Kristus yang menguatkan aku.”

 

 

Ellen White is clear that throughout the great controversy, the central issue has consistently been whether or not God's Law can be obeyed. Elder Priebe talked about that this morning.

Desire Of Ages page 761

tells us that, “In the opening of the great controversy, Satan had declared that the Law of God could not be obeyed…”

Signs of the Times July 23, 1902,

“On this earth Satan sought to carry forward the work he began in heaven. He declared that man could not obey the Law of God.”

Desire of Ages page 117

“Satan had pointed to Adam's sin as proof that God's Law was unjust and could not be obeyed.”

and in Vol. 1 of Selected Messages page 252 she says,

“After the fall of man, Satan declared that human beings were proved to be incapable of keeping the Law of God, and he sought to carry the universe with him in this belief.

 

Ellen White sangat jelas bahwa sepanjang pertentangan besar, isu sentralnya secara konsisten adalah apakah Hukum Allah bisa dipatuhi atau tidak. Ketua Priebe sudah bicara tentang hal itu pagi ini.

Desire of Ages hal. 761

Mengatakan kepada kita bahwa “…Di pembukaan pertentangan besar, Setan mendeklarasikan bahwa Hukum Allah tidak bisa dipatuhi…”

Signs of the Times, 23 Juli, 1902

“Di dunia ini, Setan berusaha  melanjutkan pekerjaan yang dimulainya di Surga. Dia menyatakan bahwa manusia tidak bisa mematuhi Hukum Allah.”

Desire of Ages hal. 117

“Setan menunjuk kepada dosa Adam sebagai bukti bahwa Hukum Allah itu tidak adil dan tidak bisa dipatuhi.”

Dan di Selected Messages Vol. 1 hal. 252, Ellen White berkata,

“Setelah kejatuhan manusia, Setan mendeklarasikan bahwa manusia terbukti tidak mampu mematuhi Hukum Allah, dan dia berusaha memenangkan alam semesta ke pihaknya dalam keyakinannya ini.

 

 

Now for many years those in opposition to Last Generation Theology, in particular those holding to the pre-fall view of Christ's human nature, have insisted that Jesus’ obedience was intended only to prove that the sinless Adam in Eden didn't need to fall, and that human beings born with fallen sinful natures were not the focus of Satan's accusation. Such statements as the following from opponents of Last Generation Theology have been typical in this regard.

 

Nah, untuk banyak tahun mereka yang menentang Theologi Generasi Terakhir ~ terutama mereka yang berpegang pada pandangan bahwa kodrat kemanusiaan Kristus itu adalah kodrat sebelum kejatuhan Adam ~ bersikukuh bahwa kepatuhan Yesus hanya untuk membuktikan bahwa Adam yang tidak punya dosa di Eden, tidak perlu jatuh, dan bahwa manusia yang dilahirkan dengan kodrat manusia yang sudah berdosa bukanlah fokus dari dakwaan Setan. Pernyataan-pernyataan demikian, dari para lawan Theologi Generasi Terakhir sebagaimana yang tercantum berikut adalah ciri khasnya.

 

 

Here is one from the late Desmond Ford. “The issue before the universe….” Ford said, “…is not whether fallen men can keep the Commandments of God faultlessly, but rather whether men ~ as God created him ~ connected with the Father and the Son, could obey every divine requirement.” (The Relationship between the Incarnation and Righteousness by Faith ~ Documents from the Palmdale Conference on Righteousness by Faith pg. 33)

 

Ini satu dari mendiang Desmond Ford,  “…Isu yang dihadapi alam semesta…”  kata Ford,   “…bukan apakah manusia berdosa bisa memelihara Perintah-perintah Allah tanpa cacat, melainkan apakah manusia ~ sebagaimana Allah menciptakan dia ~ yang terhubung dengan Bapa dan Anak, bisa mematuhi setiap persyaratan Ilahi.” (The Relationship between the Incarnation and Righteousness by Faith ~ Documents from the Palmdale Conference on Righteousness by Faith pg. 33)

 

 

Here is one of Ford's acolytes from this same time period, who said something very similar, and we were talking about him over lunch. “Listen…” this individual said, “…Satan knows that sinful men and women can't live a hundred percent perfectly obedient lives. He knows it as well as God does. The argument is not about fallen man. The argument, and Satan's accusation, is against God's Law regarding holy creatures.” (Steve Marshall ~ What’s the Difference pg. 12)

 

Ini salah satu pengikut Ford dari zaman yang sama, yang mengatakan sesuatu yang sangat mirip, dan kami bicara tentang dia saat makan siang tadi.   “…Dengarkan…”  kata individu ini,    “…Setan tahu bahwa laki-laki dan perempuan yang berdosa tidak bisa menghidupkan hidup yang patuh sepenuhnya. Dia mengetahui itu sebagaimana Allah tahu. Argumentasinya bukan tentang manusia berdosa. Argumentasinya, dan dakwaan Setan, itu kepada Hukum Allah terkait makhluk-makhluk yang kudus.” (Steve Marshall ~ What’s the Difference pg. 12)

 

 

And here are two more recent statements from the recent book attacking last Generation Theology, or one of them, that is, “The charge raised by the enemy in the great controversy was not whether someone already infected by sin could perfectly keep God's Law. Satan's charge was that God's Law was not fair and just in the context of perfectly sinless beings. Christ's perfect life and voluntary sacrificial death for us prove this claim to be utterly false.” (God’s Character and the Last Generation pg. 276)

 

Dan di sini ada dua lagi pernyataan dari buku yang terbaru menyerang Theologi Generasi Terakhir, atau salah satu dari mereka, “…Tuduhan yang diajukan oleh musuh di pertentangan besar bukanlah apakah seseorang yang sudah terinfeksi oleh dosa bisa memelihara Hukum Allah dengan sempurna. Tuduhan Setan ialah Hukum Allah itu tidak adil dan tidak benar dalam konteks makhluk-makhluk yang sama sekali tidak berdosa. Kehidupan Kristus yang sempurna dan kematianNya sebagai kurban sukarela bagi kita, membuktikan klaim ini sama sekli tidak benar.” (God’s Character and the Last Generation pg. 276)

 

 

Here's another statement from the same book. “Jesus lived a victorious life and it was sufficient to prove that Adam could obey God.”  (God’s Character and the Last Generation pg. 213)

 

Ini ada pernyataan lain dari buku yang sama,    “…Yesus menghidupkan suatu kehidupan yang menang, dan itu cukup untuk membuktikan bahwa Adam bisa patuh kepada Allah.” (God’s Character and the Last Generation pg. 213)

 

 

Now let's look at the Ellen White’s statement that Desmond Ford was referring to earlier, which is found on page 253 of Vol. 1 of Selected Messages, “Christ came to the earth, taking humanity and standing as mans representative, to show in the controversy with Satan that man, as God created him, connected with the Father and the Son, could obey every divine requirement.”

Now when we look at this statement in comparison with other statements that use the same or similar language, it becomes clear that the key phrase is not “as God created him”, but rather “connected with the Father and the Son”. This connection according to Ellen White is restored, not at glorification when Jesus returns, when our fallen natures are obliterated; but rather through conversion and sanctification. Listen to what Ellen White says on this point.

 

Nah, mari kita simak pernyataan Ellen White yang dirujuk Desmond Ford tadi, yang terdapat di Selected Messages Vol. 1 hal. 253,   “…Kristus  datang ke dunia ini, mengambil kemanusiaan dan berdiri sebagai wakil manusia, untuk menunjukkan dalam pertentangan dengan Setan bahwa manusia, sebagaimana dia diciptakan Allah, yang terhubung dengan Bapa dan Anak, bisa mematuhi setiap persyaratan Ilahi.…” 

Nah, bila kita simak pernyataan ini dibandingkan dengan pernyataan-pernyataan lain yang memakai bahasa yang sama, itu menjadi jelas bahwa ungkapan kuncnya bukan   “…sebagaimana dia diciptakan Allah…”  melainkan  “…terhubung dengan Bapa dan Anak…”  Menurut Ellen White, koneksi ini tidak dipulihkan saat dimuliakan ketika Yesus datang, ketika kodrat berdosa kita dihapuskan; melainkan melalui pertobatan dan pengudusan. Dengarkan apa kata Ellen White tentang poin ini.    “…

 

 

Vol. 4 of The Testimonies page 339, “When connected with God and sincerely seeking His approval, man becomes elevated, ennobled, and sanctified.”

 

Testimonies Vol. 4 hal. 339,    “…Ketika terhubung dengan Allah, dan dengan tulus mencari perkenanNya, manusia menjadi ditinggikan, diagungkan, dan dikuduskan.” (3/92)

 

 

Ministry of Healing page 180-181,  “The Saviour took upon Himself the infirmities of humanity and lived a sinless life, that men might have no fear that because of the weakness of human nature they could not overcome. Christ came to make us partakers of the divine nature, and His life declares that humanity, combined with divinity, does not commit sin. The Saviour overcame to show man how he may overcome.”

 

Ministry of Healing hal. 180-181, “…Sang Juruselamat mengambil untuk DiriNya sendiri kelemahan-kelemahan kemanusiaan dan menghidupkan hidup yang tanpa dosa, supaya manusia tidak takut bahwa karena kelemahan-kelemahan kodrat manusia, mereka tidak akan bisa menang. Kristus datang untuk menjadikan kita ‘pengambil bagian dari kodrat Ilahi’, dan hidupNya menyatakan bahwa kemanusiaan yang digabungkan dengan Ilahi, tidak berbuat dosa. Sang Juruselamat sudah menang untuk menunjukkan kepada manusia bagaimana dia boleh menang.”

 

 

Our High Calling page 138, “The Law of God given from Sinai is a copy of the mind and will of the Infinite God.  It is sacredly revered by the holy angels. Obedience to its requirements will perfect Christian character, and restore man, through Christ, to his condition before the Fall.”

 

Our High Calling hal. 138   “…Hukum Allah yang dberikan dari Sinai adalah salinan dari pikiran dan kehendak Allah yang tidak terbatas. Para malaikat yang suci menghormatinya secara kudus. Kepatuhan kepada persyaratan-persyaratannya akan membuat karakter Kristen menjadi sempurna, dan melalui Kristus memulihkan manusia kepada kondisinya sebelum kejatuhan ke dalam dosa.”

 

 

Now notice again folks, these statements aren't talking about the change that is made at glorification. They're talking about the change made here and now through God's transforming grace, and the obedience which this grace makes possible.

 

Nah, simak kembali, Saudara-saudara, pernyataan-pernataan ini tidak bicara tentang perubahan yang dibuat pada waktu dimuliakan (kebangkitan). Ini bicara tentang perubahan yang dibuat di sini dan sekarang melalui kemurahan Allah yang mengubahkan dan yang membuat orang mampu patuh. 

 

 

Ellen White is clear, that while, Jesus did in fact prove that Adam need not have fallen, He also proved that you and I don't have to fall either.

Desire of Ages page 24, “Satan represents Gods Law of love as a Law of selfishness. He declares that it is impossible for us to obey its precepts… His…” that is Christ's “…life testifies that it is possible for us to obey the Law of God.”

 

Ellen White jelas, bahwa memang benar Yesus membuktikan bahwa Adam tidak perlu jatuh dalam dosa, Dia membuktikan bahwa kalian dan saya tidak perlu jatuh dalam dosa juga.

Desire of Ages hal. 24, “…Setan merepresentasikan Hukum kasih Allah sebagai Hukum yang egois. Dia menyatakan bahwa mustahil kita bisa mematuhi ketentuan-ketentuannya…  HidupNya…”  Hidup Kristus maksudnya,  “…memberi kesaksian bahwa adalah mungkin bagi kita untuk mematuhi Hukum Allah.”

 

 

That I May Know Him page 292, “Christ came to the world to counteract Satans falsehood that God had made a Law which men could not keep. Taking humanity upon Himself, He came to this earth, and by a life of obedience showed that God has not made a Law that man cannot keep. He showed that it is possible for man perfectly to obey the Law. Those who accept Christ as their Saviour, becoming partakers of His divine nature, are enabled to follow His example, living in obedience to every precept of the Law. …... Christ possessed the same nature that man possesses. He was tempted in all points like as man is tempted. The same power by which He obeyed is at mans command.”

 

That I May Know Him hal. 292,    “…Kristus datang ke dunia untuk melawan kebohongan Setan bahwa Allah telah membuat Hukum yang tidak bisa dipatuhi manusia. Dengan mengambil kemanusiaan bagi DiriNya sendiri, Dia datang ke bumi ini. Dan melalui suatu kehidupan yang patuh Dia menunjukkan bahwa Allah tidak membuat Hukum yang tidak bisa dipatuhi manusia. Dia menunjukkan bahwa manusia mungkin mematuhi Hukum itu dengan sempurna. Mereka yang menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka, menjadi pengambil bagian dari kodrat IlahiNya, dimampukan untuk mengikuti teladanNya, hidup patuh kepada setiap ketentuan Hukum. …..  Kristus memiliki kodrat yang sama yang dimiliki manusia. Dia digoda dalam segala hal sama seperti manusia digoda. Kuasa yang sama dengan mana Dia patuh, bisa digunakan oleh manusia.”

 

 

Christ's Object Lessons page 314, “Satan had claimed that it was impossible for man to obey Gods Commandments;  and in our own strength it is true that we cannot obey them.  But Christ came in the form of humanity, and by His perfect obedience He proved that humanity and divinity combined can obey every one of Gods precepts.”

 

Christ’s Object Lessons hal. 314,    “…Setan telah menyatakan bahwa mustahil bagi manusia untuk mematuhi Perintah-perintah Allah; dan dengan kekuatan kita sendiri itu benar, kita tidak bisa mematuhi mereka. Tetapi Kristus datang dalam bentuk manusia, dan melalui kepatuhanNya yang sempurna Dia membuktikan bahwa kemanusiaan dan keilahian yang bersatu, bisa mematuhi semua ketentuan Allah.

 

 

And listen to this one here, Signs of the Times January 16, 1896, “Satan declared that it was impossible for the sons and daughters of Adam to keep the Law of God and thus charged upon God a lack of wisdom and love. If they could not keep the Law, then there was fault with the Law-giver. Men who are under the control of Satan…” listen to this, “…repeat these accusations against God in asserting that men cannot keep the Law of God.”   What kind of men do that? Men who are under the control of Satan. Folks, I didn't write that, this is from the pen of God's prophet.

 

Dan dengarkan yang satu ini di sini, Signs of The Times 16 Januari 1896, “…Setan menyatakan bahwa mustahil bagi anak-anak laki-laki dan perempuan Adam untuk mematuhi Hukum Allah, dan dengan demikian medakwa Allah kurang punya hikmat dan kasih. Jika mereka tidak bisa mematuhi Hukum, maka kesalahan ada pada Sang Pembuat Hukum. Manusia-manusia yang ada di bawah kendali Setan…” dengarkan ini, “…mengulangi tuduhan-tuduhan terhadap Allah ini dengan bersikokoh bahwa manusia tidak bisa mematuhi Hukum Allah…”  Manusia macam apa yang berbuat begitu? Manusia yang ada di bawah kendali Setan. Saudara-saudara, bukan saya yang menulis itu, ini datang dari pena nabi Allah.

 

 

Review and Herald January 18, 1909, “Christ's humanity was united with divinity, and in this strength He would bear all the temptations that Satan could bring against Him and yet keep His soul untainted by sin…” not because He was born differently but because He claimed the same power you and I can claim. “…And this power to overcome He would give to every son and daughter of Adam who would accept by faith the righteous attributes of His character.”

 

Review and Herald, 18 Januari 1909, “…Kemanusiaan Kristus dipersatukan dengan keilahian, dan dengan kekuatan ini Dia menanggung semua godaan apa saja yang dilemparkan Setan kepadaNya namun Dia menjaga jiwaNya tidak tercemar oleh dosa…”  bukan karena Dia dilahirkan berbeda dari kita, tetapi karena Dia mengklaim kuasa yang sama yang bisa kalian dan saya klaim. “….Dan kuasa untuk mengalahkan ini mau Dia berikan kepada setiap anak laki-laki atau perempuan Adam yang mau menerima dengan iman, atribut-atribut yang benar dari karakterNya.”

 

 

Vol. 7 of the Bible Commentary page 929, “The Lord now demands that every son and daughter of Adam, through faith in Jesus Christ, serve Him in human nature which we now have…” we talked about this several days ago.  “…The Lord Jesus has bridged the gulf that sin has made.  He has connected earth with heaven, and finite man with the infinite God. Jesus, the worlds Redeemer, could only keep the Commandments  of God in the same way that humanity can keep them.” (Manuscript 1, 1892)

 

Bible Commentary Vol. 7 hal. 929, “…Tuhan sekarang menuntut setiap anak laki-laki dan perempuan Adam, melalui iman dalam Yesus Kristus, melayani Dia dalam kodrat kemanusiaan yang kita miliki sekarang…”  Kita sudah membahas ini beberapa hari lalu.    “…Tuhan Yesus telah menjembatani jurang yang dibuat oleh dosa. Dia telah menghubungkan bumi dengan Surga, dan manusia fana dengan Allah yang tidak terbatas. Yesus, Penebus dunia, hanya bisa mematuhi Perintah-perintah Allah dengan cara yang sama manusia bisa mematuhi mereka.” (Manuscript 1, 1892)

 

 

Ministry of Healing page 25, “Christ came to this world to show that by receiving power from on high, man can live an unsullied life…”  that sounds like sinlessness to me, folks.

 

Ministry of Healing hal. 25, “…Kristus datang ke dunia ini untuk menunjukkan bahwa dengan menerima kuasa dari atas, manusia bisa menghidupkan hidup yang tidak bernoda. …”  ini terdengar seperti hidup tanpa dosa bagi saya, Saudara-saudara.

 

 

Desire of Ages page 664, I love this one.  “Jesus revealed no qualities, and exercised no powers, that men may not have through faith in Him. His perfect humanity is that which all His followers may possess, if they will be in subjection to God as He was.”

 

Desire of Ages hal. 664, saya suka ini. “…Yesus tidak menunjukkan keunggulan dan tidak memakai kekuatan yang tidak bisa dimiliki manusia melalui iman dalam DiriNya. KemanusiaanNya yang sempurna bisa dimiliki oleh semua pengikutNya, jika mereka mau tunduk kepada Allah sebagaimana Dia.

 

 

Thoughts from The Mount of Blessing page 49, “By His own obedience to the Law, Christ testified to its immutable character and proved that through His grace it could be perfectly obeyed by every son and daughter of Adam.”

 

Thoughts from The Mount of Blessing hal. 49,  “…Melalui kepatuhanNya sendiri kepada Hukum, Kristus memberi kesaksian bahwa sifatnya tidak dapat diubah, dan membuktikan melalui kemurahanNya bahwa itu bisa dipatuhi dengan sempurna oleh setiap anak laki-laki dan perempuan Adam. …” 

 

 

Now while it is true that Jesus demonstrated that the sinless Adam didn't need to fall, this could hardly have been the main reason for the moral example that He came to provide. After all, folks, myriads of unfallen beings through millions and billions of eons of time have lived without falling. Ellen White points out for example how the same test that was given to Adam and Eve was given to all the other worlds. Are you aware of that?

 

Nah, sementara memang Yesus mendemonstrasikan bahwa Adam yang tadinya tidak punya dosa tidak perlu jatuh dalam dosa, ini tidak mungkin menjadi alasan utama teladan moral yang Yesus datang untuk memberikan. Bukankah makhluk-makhluk tidak berdosa yang tidak terhitung jumlahnya selama berjuta trilyun eon waktu sudah hidup tanpa berbuat dosa? Ellen White misalnya menunjukkan sebagai teladan bagaimana ujian yang sama yang diberikan kepada Adam dan Hawa, diberikan kepada semua dunia yang lain. Apakah kalian menyadarinya?

 

 

Early Writings page 40. “Then I saw two trees…”  this is when Ellen White was visiting some other world in vision, “…Then I saw two trees one looked much like the tree of life in the city. The fruit of both looked beautiful, but of one they could not eat. They had power to eat of both, but were forbidden to eat of one. Then my attending angel said to me, ‘None in this place have tasted of the forbidden tree; but if they should eat, they would fall.’…”  in other words, why would the unfallen universe need yet another demonstration that unfallen beings had no excuse to sin? It was fallen beings who needed proof that in their condition, perfect victory was possible through heaven's power. It was thus in fallen human nature with all its tendencies and desires, in which an example of sinless obedience was needed and provided.

 

Early Writings hal. 40, “…Lalu aku melihat dua pohon…” ini adalah ketika dalam penglihatan, Ellen White sedang mengunjungi sebuah dunia lain,   “…Lalu aku melihat dua pohon, yang satu sangat mirip pohon kehidupan di Kota (Suci). Buah-buah dari kedua pohon tersebut tampak indah, tetapi dari yang satu, mereka tidak boleh memakannya. Mereka punya kemampuan untuk makan dari kedua pohon itu, tetapi dilarang makan dari yang satu. Kemudian malaikat pendampingku berkata kepadaku, ‘Tidak ada yang di tempat ini pernah merasakan dari pohon terlarang, tetapi jika mereka sampai memakannya, mereka akan jatuh dalam dosa.’…” dengan kata lain, untuk apa alam semesta yang tidak berdosa membutuhkan demonstrasi yang lain lagi bahwa makhluk-makhluk yang tidak berdosa tidak punya alasan untuk berbuat dosa? Justru makhuk-makhluk yang berdosalah yang butuh bukti bahwa dalam kondisi mereka, kemenangan penuh itu mungkin diperoleh melalui kuasa Surga. Oleh karena itulah bagi manusia dalam kodrat berdosanya, dengan segala kecenderungannya dan keinginannya, suatu teladan kepatuhan tanpa dosa diperlukan dan disediakan.

 

 

Ellen White tells us how in the period before the flood, Satan was still alleging his claim as to the impossibility of obedience to the divine Law. Patriarchs and Prophets page 77 tells us, “The holy life of Abel testified against Satans claim that it is impossible for man to keep Gods Law.”

 

Ellen White memberitahu kita bagaimana di zaman sebelum air bah, Setan masih tetap menyuarakan klaimnya mengenai kemustahilan mematuhi Hukum Ilahi. Patriarchs and Prophets hal. 77 memberitahu kita, “…Hidup kudus Habil menjadi kesaksian yang menyanggah klaim Setan bahwa mustahil bagi manusia untuk mematuhi Hukum Allah.”

 

 

page 88 of the same book,  “Satan was urging upon men the belief that there was no reward for the righteous or punishment for the wicked, and that it was impossible for men to obey the divine statutes.”

 

Hal. 88 dari buku yang sama,   “…Setan mendesakkan kepada manusia keyakinan  bahwa tidak ada pahala bagi yang benar maupun hukuman bagi yang jahat, dan bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Ilahi.”

 

 

Upward Look page 228, “And now…”  through Enoch, “…God would demonstrate to the universe the falsity of Satans charge that man cannot keep Gods Law. He would demonstrate that though man had sinned, he could so relate himself to God that he would have the mind and Spirit of God and would be a representative symbol of Christ. This holy man…”  Enoch,  “…was selected of God to denounce the wickedness of the world, and to evidence to the world that it is possible for men to keep all the Law of God.”

 

Upward Look hal. 228,“…Dan sekarang…” melalui Henokh, “…Allah mau mendemonstrasikan kepada alam semesta tentang tuduhan Setan bahwa manusia tidak bisa mematuhi Hukum Allah. Dia akan mendemonstrasikan bahwa walaupun manusia telah berdosa, dia bisa menjalin hubungan dengan Allah sedemikian rupa sehingga dia akan memiliki pikiran dan Roh Allah dan akan menjadi wakil dari simbol Kristus. Orang kudus ini…”  Henokh,   “…dipilih oleh Allah untuk meninggalkan kejahatan dunia dan membuktikan kepada dunia bahwa bagi manusia untuk mematuhi semua Hukum Allah itu mungkin.”

 

 

In the time of Jesus this was still the issue, which is why Ellen White tells us that God entangled the Pharisees and others in Jesus’ time with all these man-made addendums to God's requirements. You know, people are still doing that, some even inside Adventism, whether the issue is diet, whether the issue is dress, whether the issue is relationships, any number of other things that are man-made requirements, that are being mingled with the counsel of God. And folks, do not do that! It's one thing to set boundaries for yourself, but if you violate those boundaries, you are not sinning against God, and please don't convey to others the idea that they are sinning against God if they do so. We could go on and on about that one.

 

Di zaman Yesus ini masih terjadi, itulah mengapa Ellen White mengatakan kepada kita bahwa Allah menjerat orang-orang Farisi dan orang-orang lain di zaman Yesus dengan semua peraturan tambahan buatan manusia ini kepada persyaratan Allah. Kalian tahu, orang-orang masih berbuat begitu sekarang, beberapa bahkan di dalam Adventisme, apakah itu tentang diet, apakah itu tentang pakaian, apakah itu tentang hubungan, apa saja ketentuan buatan manusia yang dicampur dengan petunjuk Allah. Dan Saudara-saudara, jangan lakukan itu! Menetapkan batasan bagi diri sendiri itu satu hal, tetapi jika kita melanggar batasan itu, kita tidak berbuat dosa terhadap Allah, dan jangan menyampaikan kepada orang lain konsep bahwa mereka sedang berdosa terhadap Allah jika mereka berbuat demikian. Tidak ada akhirnya jika kita bicara tentang hal ini.

 

 

Desire of Ages page 29, listen to what Ellen White says, Satan intended to do through all those man-made rules that went beyond the council of God. “Thus Satan worked to discourage the people, to lower their conception of the character of God, and to bring the faith of Israel into contempt. He hoped to establish the claim put forth when he rebelled in heaven,—that the requirements of God were unjust, and could not be obeyed.”

 

Desire of Ages hal. 29, dengarkan apa kata Ellen White. Setan berniat berbuat apa melalui semua peraturan buatan manusia yang melampaui petunjuk Allah. “…Dengan cara itu Setan bekerja untuk mematahkan semangat manusia, menurunkan konsep mereka tentang karakter Allah, dan membuat iman Israel menjadi hinaan. Setan berharap menetapkan klaim yang diajukannya ketika dia memberontak di Surga ~ bahwa persyaratkan Allah itu tidak adil, dan tidak bisa dipatuhi.”

 

 

And please don't misunderstand me when I talk about man-made rules. I’m not talking about the writings of Ellen White. The Bible and the Spirit of Prophecy are both divine in their origin. The Bible is the foundation, the writings of Ellen White are the amplification; both are divine. What I’m talking about are man-made ideas: human traditions, the best opinions of lecturers on any number of topics,  there's all kinds of people out there, folks, that think they have new light on some topic, and you know I’m willing to listen to them, but the Berean test must always be applied.

 

Dan jangan salah paham ketika saya bicara tentang peraturan-peraturan buatan manusia. Saya tidak bicara tentang tulisan-tulisan Ellen White. Alkitab dan Roh Nubuat sama-sama Ilahi dalam hal sumbernya. Alkitab adalah dasarnya, tulisan-tulisan Ellen White itu perluasannya; keduanya sama-sama datang dari Ilahi. Apa yang saya bicarakan adalah konsep-konsep buatan manusia: tradisi-tradisi manusia, pendapat-pendapat terbaik para penceramah tentang topik apa saja, di luar sana, Saudara-saudara, ada segala macam orang yang menganggap mereka punya terang baru tentang topik tertentu, dan saya mau saja mendengarkan mereka, tetapi ujian Berean harus selalu dilakukan.

 

 

Now we're going to look at the issue of Satan's defeat at Calvary and what it accomplished. Both sides in the debate over Last Generation Theology agree that Satan was defeated at the cross. Ellen White is very clear on this.

Desire of Ages page 762 “By His life and His death, Christ proved that Gods justice did not destroy His mercy, but that sin could be forgiven, and that the Law is righteous, and can be perfectly obeyed. Satans charges were refuted.”

 

Sekarang kita akan melihat isu kekalahan Setan di Kalvari dan hasil apa yang dicapai. Kedua belah pihak yang berdebat tentang Theologi Generasi Terakhir sepakat bahwa Setan dikalahkan di salib. Ellen White sangat jelas tentang ini.

Desire of Ages hal. 762,  “…Melalui hidup dan matiNya, Kristus membuktikan bahwa keadilan Allah tidak menghancurkan kemurahanNya, tetapi bahwa dosa bisa diampuni, dan bahwa Hukum itu benar dan bisa dipatuhi dengan sempurna. Tuduhan Setan disanggah.”

 

 

Review and Herald September 24, 1901, “Satan declared that human beings could not keep the Law. Christ proved this statement false.”

 

Review and Herald 24 September, 1901,     “…Setan menyatakan bahwa manusia tidak bisa mematuhi Hukum. Kristus membuktikan pernyataan ini salah.”

 

 

So why is the controversy continued? Why has the world been compelled to endure 2’000 additional years of unspeakable horror and tragedy? Why the inquisition? Why the holocaust? Why Darfur, and Rwanda? Why Covid 19?

 

Jadi mengapa pertentangan masih berlanjut? Mengapa dunia dipaksa untuk mengalami 2’000 tahun tambahan horror dan tragedi yang tidak terkatakan? Mengapa Inkuisisi (abad kegelapan)? Mengapa holocaust (genosida Yahudi oleh Nazi)? Mengapa Darfur (genosida Darfur di Sudan barat oleh Pemerintah Sudan) dan Rwanda (genosida Tutsi oleh Hutu)? Mengapa Covid 19?

 

 

Ellen White tells us why in Desire of Ages page 761. “…Yet Satan was not then destroyed.   The angels did not even then understand all that was involved in the great controversy. The principles at stake were to be more fully revealed. And for the sake of man, Satans existence must be continued. Man as well as angels must see the contrast between the Prince of light and the prince of darkness. He must choose whom he will serve.”

 

Ellen White memberitahu kita mengapa di Desire of Ages hal. 761,  “…Namun demikian Setan tidak dibinasakan pada waktu itu. Para malaikat bahkan pada saat itu tidak memahami semua yang terlibat dalam pertentangan besar. Prinsip-prinsip yang dipertaruhkan masih akan diungkapkan lebih menyeluruh. Dan demi manusia, eksistensi Setan harus dilanjutkan. Manusia maupun para malaikat harus melihat kontras antara Pangeran Terang dan pangeran kegelapan. Dia harus memilih siapa yang mau dilayaninya…”

 

 

And here's what Ellen White says two pages later, as to how this is going to happen. Desire of Ages 763, “The warfare against Gods Law, which was begun in heaven, will be continued until the end of time. Every man will be tested. Obedience  or disobedience  is the question  to be decided by the whole world. All will be called to choose between the Law of God and the laws of men. Here the dividing line will be drawn. There will be but two classes. Every character will be fully developed; and all will show whether they have chosen the side of loyalty or that of rebellion. Then the end will come. God will vindicate His Law and deliver His people.”

 

Dan inilah yang dikatakan Ellen White dua halaman kemudian, tentang bagaimana ini akan terjadi. Desire of Ages hal. 763, “…Peperangan terhadap Hukum Allah yang dimulai di Surga akan dilanjutkan hingga akhir zaman. Setiap orang akan diuji. Patuh atau tidak patuh adalah pertanyaan yang harus diputuskan oleh seluruh dunia. Semua orang akan dipanggil untuk memilih antara Hukum Allah dan hukum manusia. Di sini garis pemisahnya akan ditarik. Hanya akan ada dua kelompok. Setiap karakter waktu itu akan sudah mengembang penuh; dan semua akan menunjukkan apakah mereka telah memilih di pihak yang setia atau di pihak yang memberontak. Lalu kesudahan akan datang. Allah akan membuktikan kebenaran HukumNya dan menyelamatkan umatNya.”

 

 

Now we're going to talk about the vindication of God in a moment, that is after all the principle theme of this presentation. But critics of Last Generation Theology insist that Jesus totally settled the question of whether perfect obedience to the Law is possible, and therefore no such demonstration is needed by the last generation. But the following Ellen White statements are clear, that refuting Satan's charges remains a work in progress.

Desire of Ages 309, “…all who break Gods Commandments are sustaining Satans claim that the Law is unjust, and cannot be obeyed….”  Notice, this is still going on.

 

Sekarang kita akan membahas tentang pembuktian kebenaran Allah, karena itulah tema pokok dari presentasi ini. Tetapi kritikus Theologi Generasi Terakhir bersikukuh bahwa Yesus sudah sepenuhnya menjawab pertanyaan apakah kepatuhan sempurna kepada Hukum itu mungkin, oleh karena itu demonstrasi oleh generasi terakhir tidak diperlukan lagi. Tetapi pernyataan-pernyataan Ellen White berikutnya itu jelas, bahwa menyanggah tuduhan-tuduhan Setan masih merupakan pekerjaan yang sedang berlangsung.

Desire of Ages 309,    “…semua yang melanggar Perintah-perintah Allah itu mendukung klaim Setan bahwa Hukum itu tidak adil, dan tidak bisa dipatuhi…” Simak, ini masih terus berlangsung.

 

 

Signs of The Times July 10 1901, “Those who live the life of a Christian are battling against the Devil's lie that man cannot keep God's Law.”

Look, if the war is over, if the issue's been settled, there's no need to keep battling. The war against Nazi Germany didn't keep going on after the surrender was signed in the little red schoolhouse in Reims. The war against Japan didn't keep going on after the surrender was signed on the deck of the Missouri.

 

Signs of the Times 10 Juli 1901,  “…Mereka yang menghidupkan kehidupan seorang Kristen, sedang berperang melawan kebohongan Iblis bahwa manusia tidak bisa mematuhi Hukum Allah…”  Lihat, andaikan peperangan sudah selesai, andaikan isunya sudah diputuskan, tidak ada perlunya lagi terus berperang. Perang terhadap Nazi Jerman tidak terus berlangung setelah penyerahan ditandatangani di sebuah sekolah kecil berwarna merah di Reims. Perang terhadap Jepang tidak terus berlangsung setelah penyerahan ditandatangani di atas geladak kapal Missouri.

 

 

Let's go on Vol. 1 of Manuscript Releases page 169, “Exact obedience is required, and those who say that it is not possible to live a perfect life, throw upon God the imputation of injustice and untruth.”

 

Mari kita ke Manuscript Releases Vol. 1 hal. 169,  “…Kepatuhan yang tepat yang dibutuhkan, dan mereka yang berkata tidak mungkin menghidupkan suatu kehidupan yang sempurna, melemparkan kepada Allah tuduhan ketidakadilan dan ketidakbenaran.”

 

 

Great Controversy page 489, “Therefore he…”  that is Satan “…is constantly seeking to deceive the followers of Christ with his fatal sophistry that it is impossible for them to overcome.”

 

Great Controversy hal. 489, “…Oleh karena itu, dia…”  yaitu Setan, “…terus-menerus berusaha menyesatkan para pengikut Kristus dengan argumentasi palsunya yang fatal bahwa mereka tidak mungkin bisa menang.”

 

 

Now what's clear from these statements folks, is that Satan's claim that the Law cannot be kept, is still operative in the great controversy, and God's people are being counted on by their Lord to refute this charge through Spirit empowered obedience.

 

Nah, apa yang jelas dari pernyataan-pernyataan ini, Saudara-saudara, ialah klaim Setan bahwa Hukum tidak bisa dipatuhi itu masih ada dalam pertentangan besar, dan Tuhan mengandalkan umatNya untuk menyanggah tuduhan ini melalui kepatuhan yang dimampukan oleh Roh.

 

 

Another statement is clear that the work of refuting Satan's lies about God's requirements is not the work of Christ alone. The book Education page 154 tells us, “Unselfishness, the principle of Gods kingdom, is the principle that Satan hates; its very existence he denies. From the beginning of the great controversy he has endeavored to prove Gods principles of action to be selfish, and he deals in the same way with all who serve God. To disprove Satans claim is the work of Christ and of all who bear His name…” in other words this isn't something Jesus is supposed to disprove all by His lonesome self. But let's also be clear on one point: Last Generation Theology sets up no competition between the work of Calvary and what God's final generation accomplishes, and that's because the only reason God's saints in any generation can accomplish anything is because of the provisions made available by the cross. The allegation that God being vindicated by the sanctified obedience of His followers involves our contribution ~ and I hear that from time to time ~ that's just plain wrong. Sanctification is not our contribution. It is as much Jesus’ contribution as is justification.

 

Pernyataan yang lain itu jelas bahwa pekerjaan menyanggah kebohongan-kebohongan Setan tentang persyaratan Allah, bukan pekerjaan Kristus sendiri. Buku Education hal. 154 memberitahu kita, “…Tidak mementingkan diri, yang adalah prinsip dari kerajaan Allah, adalah prinsip yang dibenci oleh Setan, bahkan dia menolak eksistensinya. Dari awal pertentangan besar, Setan sudah berusaha membuktikan prinsip tindakan Allah itu berdasarkan egoisme, dan dia berbuat yang sama dengan semua yang mengabdi pada Allah. Untuk menyatakan klaim Setan salah adalah tugas Kristus dan semua yang menyandang namaNya…” dengan kata lain, ini bukan sesuatu yang harus dibuktikan kesalahannya hanya oleh Yesus sendirian. Tetapi mari kita pahami dengan jelas satu poin ini: Theologi Generasi Terakhir tidak menempatkan kompetisi antara pekerjaan Kalvari dan apa yang dicapai oleh umat Allah generasi terakhir, dan itu karena, satu-satunya alasan mengapa orang-orang kudus Allah di generasi yang mana pun bisa mencapai apa pun adalah karena semua yang disediakan oleh salib. Tuduhan bahwa kebenaran Allah dibuktikan oleh kepatuhan hasil pengudusan para pengikutNya, melibatkan kontribusi kita ~ dan saya mendengar ini dari waktu ke waktu ~ ini seluruhnya salah. Pengudusan bukanlah kontribusi kita. Itu adalah kontribusi Yesus, sama dengan Pembenaran.     

 

 

Remember, when we talked about salvation a couple days ago, the Bible is clear that we are saved by the righteousness of sanctification, just as truly as we are saved by the righteousness of justification.

2 Thessalonians 2:13 says, 13 … God hath from the beginning chosen you to salvation through sanctification of the Spirit and belief of the truth.”

 

Ingat, ketika kita membahas tentang keselamatan dua hari yang lalu, Alkitab sangat jelas bahwa kita diselamatkan oleh kebenaran dari pengudusan, sama seperti kita diselamatkan oleh kebenaran dari pembenaran.

2 Tesalonika 2:13 mengatakan, 13 …Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan melalui pengudusan oleh Roh dan iman pada kebenaran. “

 

And remember we saw this statement from Vol. 7 of the Bible Commentary page 908,  “Our sanctification is the work of the Father, the Son, and the Holy Spirit.”

 

Dan ingat, kita sudah melihat pernyataan ini dari Bible Commentary Vol. 7 hal 908, “…Pengudusan kita adalah karya Bapa, Anak, dan Roh Kudus.”

 

 

People seem to forget that the blood of Jesus sanctifies as well as justifies. You know there's this idea that if we're saved entirely by Jesus’ blood, that means we're saved entirely by justification. Folks, what does Paul say here in the book of Hebrews 13:12, 20 and 21? 12 Wherefore Jesus also, that He might sanctify the people with His own blood, suffered without the gate. 20 Now the God of peace, that brought again from the dead our Lord Jesus, that great Shepherd of the sheep, through the blood of the everlasting covenant, 21 make you perfect in every good work to do His will, working in you that which is wellpleasing in His sight, through Jesus Christ; to whom be glory for ever and ever. Amen.”

In other words, folks, what the last generation will accomplish during the final crisis is entirely dependent upon the power provided by the death of Jesus on Calvary. There is no competition between these two events.

 

Manusia suka lupa bahwa darah Yesus menguduskan dan juga membenarkan. Kalian tahu ada ide ini bahwa jika kita diselamatkan sepenuhnya oleh darah Yesus, berarti kita selamat sepenuhnya oleh pembenaran. Saudara-saudara, apa kata Paulus di kitab Ibrani 13:12, 20-21?  12 Oleh karena itu Yesus juga, agar Ia dapat menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri, menderita di luar pintu gerbang. 20 Maka Allah damai sejahtera, yang telah membawa kembali dari antara orang mati Tuhan Yesus, Gembala domba yang Agung, melalui darah Perjanjian yang kekal  21 menjadikan kamu sempurna dalam setiap perbuatan baik untuk melakukan kehendak-Nya, mengerjakan di dalam kamu apa yang berkenan di pemandanganNya, melalui Yesus Kristus; bagi Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya! Amin. …” 

Dengan kata lain, Saudara-saudara, apa yang akan dicapai generasi yang terakhir selama krisis terakhir itu sepenuhnya mengandalkan kuasa yang disediakan oleh kematian Yesus di Kalvari. Tidak ada persaingan antara kedua peristiwa tersebut.

 

 

As Ellen White says in another statement, Christ's Object Lessons page 331, “God gives the talents, the powers of the mind; we form the character.”

And our active part in this endeavor is not our contribution either, because the Bible says everything comes from God in the Christian’s life.

 

Sebagaimana kata Ellen White dalam sebuah pernyataan lain, Christ’s Object Lessons hal. 331, “…Allah memberikan talentanya, kuasa pikirannya; kita yang membentuk karakternya.…” 

Dan bagian kita yang aktif dalam upaya ini bukan juga kontribusi kita, karena Alkitab berkata segala sesuatu datang dari Allah dalam kehidupan orang Kristen.

 

 

What did king David say in 1 Chronicles 29:14? 14 … for all things come of Thee, and of Thine own have we given Thee.”

You know, we often like to quote that when we're collecting the tithes and the offerings on Sabbath morning. But folks, that has to do with every aspect of our lives, everything we possess belongs to God. The great wealthy men of the world owe their wealth to God's mercy, they just need to come to the point where they understand that.

 

Apa kata raja Daud di 1 Tawarikh 29:14? 14 … Sebab segala sesuatu berasal dariMu dan dari milikMu sendirilah yang kami berikan kepada-Mu…” 

Kita sering suka mengutip ini ketika kita mengumpulkan persepuluhan dan persembahan pada Sabat pagi. Tetapi Saudara-saudara, ini berkaitan dengan setiap aspek kehidupan kita, segala yang kita miliki itu kepunyaan Allah. Orang-orang kaya di dunia berutang kekayaan mereka kepada kemurahan Allah, mereka hanya perlu tiba pada pemahaman itu.

 

 

A prominent critic of Last Generation Theology has claimed that “according to LGT teaching…” ~ and I generally like to just say  Last Generation Theology, I don't want anybody to confuse this with LGBT, we had a good laugh at that at GYC a few years ago. “…According to Last Generation Theology…” according to this critic, “…the last generation is charged with the work that Jesus has already accomplished on the cross. He decisively and once for all defeated Satan…”

“decisively” Yes; “once for all” No! Remember the World War II illustrations that I’ve been using: at the battle of Midway, at the battle of Guadalcanal, at the battle of Stalingrad, at the battle of El Alamein in 1942 and 1943? This is when the tide of the war turned, and after that the Axis powers were only fighting to save their necks, but their defeat was made certain, and that’s certain. That's what happened at Calvary.  

 

Seorang kritikus terkemuka dari Theologi Generasi Terakhir telah mengklaim bahwa, “Menurut ajaran LGT…” dan umumnya saya lebih suka mengatakan Last Generation Theologi (LGT), saya tidak mau orang merancukan ini dengan LGBT, kami sempat bercanda tentang ini di GYC beberapa tahun lalu.  “…Menurut ajaran Theologi Generasi Terakhir…” kata kritikus ini   “…generasi yang terakhir dituntut mengerjakan pekerjaan yang sudah diselesaikan Yesus di salib. Dia dengan pasti dan sekali untuk semua telah mengalahkan Setan…” 

“sudah pasti” Iya;   “sekali untuk semua” Tidak! Ingat ilustrasi Perang Dunia Kedua yang saya pakai: di pertempuran di Midway, di pertempuran di Guadacanal, di pertempuran di Stalingrad, di pertempuran di El Alamein di tahun 1942 dan 1943? Ini adalah ketika gelombang peperangan berbalik, dan setelah itu, kekuatan Axis (Jerman, Italia, Jepang, Hongaria, Rumania, Bulgaria, Slovakia, Kroasia) hanya berperang untuk menyelamatkan nyawa mereka, tetapi kekalahan mereka sudah dipastikan, dan itu pasti. Itulah yang terjadi di Kalvari.

 

 

But now we're going to look at the vindication of God and the role God's people play in Satan's final defeat. The Bible is clear that you and I  ~ and this has already been pointed out, but we're going to show some additional evidence here ~  that you and I are responsible for bruising the head of Satan. We all know this verse from Genesis 3:15, 15 And I will put enmity between thee and the woman, and between thy seed and her Seed; It shall bruise thy head, and thou shalt bruise His heel.”

But listen to this verse from the book of Romans 16:20, 20 And the God of peace shall bruise Satan under your feet shortly...”

 

Tetapi sekarang kita akan melihat pada pembuktian kebenaran Allah dan peranan yang dimainkan umat Allah dalam kekalahan terakhir Setan. Alkitab jelas bahwa kalian dan saya ~ dan ini sudah ditunjukkan tetapi kita akan memberikan beberapa bukti tambahan di sini ~ bahwa kalian dan saya punya peran dalam meremukkan kepala Setan. Kita semua kenal ayat ini dari Kejadian 3:15, 15 Dan Aku akan menempatkan permusuhan antara engkau dan perempuan, dan antara benihmu dan Benihnya. Benihnya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan melukai tumitNya.”

Tetapi dengarkan ayat ini dari kitab Roma 16:20, “…20 Dan Allah, sumber damai sejahtera tidak lama lagi akan meremukkan Iblis di bawah kakimu…”

 

 

Ellen White echoes this in a couple of statements. One of these is from Vol. 4 of The Testimonies page 594. Listen to what she says, “The church will yet see troublous times...”  are we seeing those today? I should say we are  “…She will prophesy in sackcloth.  But although she must meet heresies and persecutions, although she must battle with the infidel and the apostate, yet by the help of God she is bruising the head of Satan.”

 

Ellen White menggemakan ini dalam dua pernyataan. Satu dari mereka dari The Testimonies Vol. 4 hal. 594. Dengarkan apa katanya, “…Gereja masih akan mengalami masa-masa kesukaran…”  apakah kita sedang mengalami itu sekarang? Menurut saya, iya.    “…Gereja akan bernubuat dalam goni hitam. Tetapi walaupun dia harus menghadapi ajaran-ajaran sesat dan persekusi, walaupun dia harus berperang dengan yang kafir dan yang murtad, namun dengan bantuan Allah, gereja sedang meremukkan kepala Setan.”

 

 

This Day with God page 27, “God help us to take heed to ourselves or we shall certainly lose heaven.  Little departures from right, little indulgences, seem a trifling thing at present, but Satan will lead us on a track that will separate us from righteousness and from God. We want not our ways but Gods ways. We want to strive with all the powers of being to bruise Satan under our feet and be sure that we are right with God, that we have a clear title to our immortal inheritance.”

 

This Day with God hal. 27, “…Allah membantu kita agar menjaga diri sendiri atau kita pasti akan kehilangan Surga. Penyimpangan kecil dari yang benar, pemanjaan-pemanjaan kecil, tampaknya sepele sekarang, tetapi Setan akan membawa kita di jalan yang akan memisahkan kita dari kebenaran dan dari Allah. Kita tidak mau jalan kita melainkan jalan Allah. Kita mau berusaha keras dengan segenap kekuatan kita untuk meremukkan Setan di bahwa kaki kita dan memastikan hubungan kita dengan Allah itu baik, bahwa kita punya hak waris yang jelas untuk warisan yang kekal.    

 

 

Another critic of Last Generation Theology, has said that this theology makes God's victory in the great controversy dependent upon the fidelity of mere creatures. Well, listen to what Ellen White says in Signs of The Times, April 22, 1903 she says, “We were brought into existence because we were needed. How sad the thought that if we stand on the wrong side in the ranks of the enemy, we are lost to the design of our Creator.”

 

Seorang kritikus yang lain dari Theologi Generasi Terakhir, telah mengatakan bahwa theologi ini menjadikan kemenangan Allah dalam pertentangan besar bergantung pada kesetiaan makhluk ciptaan. Nah, dengarkan apa kata Ellen White di Signs of the Times 22 April 1903, dia berkata, “…Kita dijadikan eksis karena kita dibutuhkan. Alangkah menyedihkannya andai kita berdiri di pihak yang salah dalam barisan musuh, kita hilang dari rancangan Pencipta kita.”

 

 

Here's another one that's even stronger. This is Letters and Manuscripts Vol. 7 Ms. 27,1892, “All heaven is represented to me as watching the unfolding of events. A crisis is to be revealed in the great and prolonged controversy in the government of God on earth. Something great and decisive is to take place, and that right early. If any delay, the character of God and His throne will be compromised. …” 

 

Ini ada yang lain yang lebih kuat. Ini adalah Letters and Manuscripts Vol. 7 MS 27, 1892.    “…Seluruh Surga direpresentasikan kepadaku sebagai sedang mengawasi pengungkapan peristiwaa-peristiwa. Suatu krisis akan diungkapkan di pertentangan yang besar dan berkepanjangan dalam pemerintahan Allah di bumi. Sesuatu yang besar dan pasti akan terjadi, dan itu  tepat waktu. Andai ada penundaan apa pun karakter Allah dan takhtanya akan terkompromi.

 

 

The Bible speaks of how God's vindication occurs because of God acting through His people, just like we've seen how God will bruise Satan under the feet of His saints. Listen to what Ezekiel here in 36:21-23 and I’m quoting the Revised Standard Version here because it uses the word “vindicate”.  21 But I had concern for My holy name which the house of Israel caused to be profaned …. 22 Therefore say to the house of Israel, ‘Thus says the Lord God, it is not for your sake, that I am about to act, but for the sake of My holy name which you have profaned among the nations, to which you came. 23 And I will vindicate the holiness of My great name which has been profaned among the nations, and which you have profaned among them, and the nations will know that I am the Lord,’ says the Lord God, ‘when through you I vindicate My holiness before their eyes.’…”

 

Alkitab bicara tentang bagaimana pembuktian kebenaran Allah akan terjadi karena Allah bertindak melalui umatNya, sama seperti yang sudah kita lihat bagaimana Allah akan meremukkan Setan di bawah kaki orang-orang kudusNya. Dengarkan apa kata Yehezkiel di sini, di 36:21-23, dan saya mengutip dari RSV di sini karena mereka memakai kata “vindicate” (membuktikan kebenaran). 21 Tetapi Aku mengkhawatirkan nama-Ku yang kudus yang dinajiskan oleh kaum Israel 22 Oleh karena itu katakanlah kepada kaum Israel: ‘Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bukan demi kamu, Aku akan bertindak, …. tetapi demi nama-Ku yang kudus yang telah kamu najiskan di antara bangsa-bangsa ke mana kamu datang. 23 Dan Aku akan membuktikan kekudusan nama-Ku yang besar yang sudah dinajiskan di antara bangsa-bangsa, dan yang telah kamu najiskan di antara mereka. Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN,’ demikianlah firman Tuhan ALLAH, ‘manakala Aku membuktikan kekudusan-Ku melalui kamu di depan mata mereka.’…”

 

 

And how is He going to do this? Verses 25 to 27,  He explains this, 25 you shall be clean from all your uncleanness, and from all your idols I will cleanse you, 26 a new heart will I give you and a new Spirit I will put within you and I will take out of your flesh the heart of stone, and give you a heart of flesh, 27 and I will put My Spirit within you, and cause you to walk in My statutes, and be careful to observe My ordinances.”

 

Dan bagaimana Dia akan melakukan ini? Ayat 25 hingga 27, Dia menjelaskan ini,25 …. kamu akan tahir dari segala kenajisanmu, dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. 26 Hati yang baru juga akan Aku berikan kamu, dan Roh yang baru akan Aku tempatkan di dalam kamu; dan Aku akan mengeluarkan hatimu yang dari batu dari dagingmu, dan Aku akan memberi kamu hati  dari daging. 27 Dan Aku akan menempatkan Roh-Ku di dalam dirimu, dan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku, dan kamu akan memelihara peraturan-peraturan-Ku dan dengan hati-hati mematuhi ketetapan-ketetapanKu.’…”

 

 

The apostle Paul writes of how the glory ~ that is the character of God ~ is to be revealed in His people, and how the world is awaiting this demonstration. Romans 8:18-19, 18 For I reckon that the sufferings of this present time are not worthy to be compared with the glory which shall be revealed in us. 19 For the earnest expectation of the creature waiteth for the manifestation of the sons of God.”

 

Rasul Paulus menulis bagaimana kemuliaan ~ yaitu karakter Allah ~ akan dinyatakan dalam umatNya, dan bagaimana dunia sedang menantikan demonstrasi ini. Roma 8:18-19,  “…18 Sebab menurut aku penderitaan di masa sekarang ini tidak layak dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan dalam kita. 19 Sebab harapan yang sungguh-sungguh dari makhluk ciptaan ialah menantikan manifestasi dari anak-anak Allah.”

 

 

Ellen White echoes these verses in the following powerful statements about God's vindication through His last generation.

Vol. 5 of The Testimonies page 746, “If there was ever a people in need of constantly increasing light from heaven, it is the people of God that, in this time of peril, God has called to be the depositaries of His holy Law and to vindicate His character before the world.”

 

Ellen White menggemakan ayat-ayat ini dalam pernyataan-pernyataan kuat berikutnya tentang pembuktian kebenaran Allah melalui generasiNya yang terakhir.

Testimonies Vol. 5 hal. 746,  “…Kalau pernah ada umat yang membutuhkan terang dari Surga yang terus-menerus bertambah, itu adalah umat Allah yang di masa yang berbahaya ini, telah dipangil Allah menjadi penjaga HukumNya yang kudus dan untuk membuktikan kebenaran karakterNya di hadapan dunia.”  

 

 

Christian Educator, October 1, 1898,  “His heart of sympathy goes out to all earth sufferers…” and that includes the people suffering from Covid, “…and with everyone who works for their relief, He cooperates.  As when with His blessing health returns, the character of God will be vindicated and the lie thrown back upon Satan its originator.”

Do we still have to disprove Satan's lie? It certainly appears like we do.

 

Christian Educator, 1 Oktober 1898,    “…Simpati hatinya mengalir kepada semua penderita di dunia…”  dan itu termasuk mereka yang menderita karena Covid, “…dan dengan setiap orang yang bekerja untuk meringankan beban mereka, Dia bekerjasama. Sebagaimana dengan berkatNya, kesehatan pulih, karakter Allah akan dibuktikan kebenarannya dan dustanya dilemparkan kembali ke Setan, sumbernya.”

Apakah kita masih harus membuktikan dusta Setan? Sepertinya kita harus.

 

 

Desire of Ages page 671, this was quoted earlier. “The very image of God is to be reproduced in humanity. The honor of God, the honor of Christ, is involved in the perfection of the character of His people.”

 

Desire of Ages hal. 671, ini sudah dikutip sebelumnya.  “…Keserupaan dengan Allah akan direproduksi dalam kemanusiaan. Kehormatan Allah, kehormatan Kristus, terlibat dalam penyempurnaan karakter umatNya.”

 

 

Signs of The Times November 25, 1897, “The cold heart is to be quickened and glow with divine love. It is to beat in unison with the heart of the Redeemer. The honor of Christ must stand complete in the perfection of the character of His chosen people. He desires that they shall represent His character to the world.”

 

Signs of the Times 25 November 1897,   “…Hati yang beku akan dihidupkan kembali dan bersinar dengan kasih Ilahi. Hati itu akan berdenyut seirama dengan hati Sang Penebus.  Kehormatan Kristus harus berdiri lengkap dalam kesempurnaan karakter umat pilihanNya. Dia menghendaki mereka akan mewakili karakterNya kepada dunia.”

 

 

Now this next statement we're going to look at is especially important because there are those who believe that while Christ wants His people to vindicate His character in a missional sense, that the judicial issues have all been settled by Jesus, that there's no need to prove anything any longer to the universe. The only thing we need to do is finish our mission on this earth, and the vindication of God that remains is only missional, it is not judicial.

 

Nah, pernyataan berikut yang akan kita simak itu terutama penting karena ada yang meyakini bahwa sementara Kristus menghendaki umatNya membuktikan kebenaran karakterNya dalam pengertian misi, isu judisialnya sudah semuanya diselesaikan Yesus, tidak perlu lagi membuktikan apa pun kepada alam semesta. Satu-satunya yang perlu kita lakukan ialah menyelesaikan misi kita di atas bumi ini, dan pembuktian kebenaran Allah yang tersisa hanya bersifat missional, bukan judisial.

 

 

Well let's look at what the servant of the Lord says on this point.

In Ye Shall Receive Power page 338, “New territory is to be added to Gods kingdom…”    so this is missional. But let's listen further, “…New tracts of moral vineyard are to be cultivated as the garden of the Lord. The honor of the Law of God is to be vindicated before the unfallen worlds, before the heavenly universe, and before the fallen world…”  so it's not either or, folks. It's both-and. Notice: The honor of the Law of God is to be vindicated before the unfallen worlds” and this is something in the future, not something Jesus has already done “…The bitterest persecution will come, but when Zion arises, and puts on her beautiful  garments,  she will shine forth in the beauty of holiness…”    

 

Nah, mari kita lihat apa yang dikatakan hamba Tuhan tentang poin ini. Di Ye Shall Receive Power hal. 338, “…Teritori baru harus ditambahkan kepada kerajaan Allah…”  jadi ini bersifat misional. Tetapi mari kita dengarkan lebih lajut.  “…Tanah-tanah perkebunan baru akan dikembangkan sebagai kebun milik Tuhan. Kehormatan Hukum Allah harus dibuktikan kebenarannya di hadapan dunia-dunia yang tidak berdosa, di hadapan alam semesta surgawi, dan di hadapan dunia yang telah jatuh dalam dosa…”  Jadi bukan salah satunya, Saudara-saudara, melainkan kedua-duanya. Simak:     “…Kehormatan Hukum Allah harus dibuktikan kebenarannya di hadapan dunia-dunia yang tidak berdosa…”  dan ini masih di masa depan, bukan sesuatu yang telah dilakukan Yesus.    “…Persekusi yang paling sengit akan datang, tetapi ketika Sion bangkit dan mengenakan pakaiannya yang indah, sinarnya akan memancar keluar dalam keindahan kekudusannya. …” 

 

 

A leading critic of Last Generation Theology has claimed the unique, complete, and non-transferable victory of Jesus cannot be perfected or supplemented by any group like the last generation. Well, the servant of the Lord disagrees.

 

Seorang kritikus terkemuka dari Theologi Generasi Terakhir telah mengklaim bahwa kemenangan Yesus yang unik, lengkap, dan tidak bisa dipindahkan, tidak bisa disempurnakan atau ditambahi oleh kelompok apa pun seperti kelompok generasi terakhir. Nah, hamba Allah tidak sependapat.

 

 

Testimonies to Ministers pages 18 and 19, folks, you know what we're faced with here. Will we believe scholars or will we believe God's servant? Will we believe the gift of prophecy or will we believe the speculations of academia? Testimonies to Ministers 18-19, “The church, being endowed with the righteousness of Christ, is His depository, in which the wealth of His mercy, His love, His grace, is to appear in full and final display. …. The gift of His Holy Spirit, rich, full, and abundant, is to be to His church as an encompassing wall of fire, which the powers of hell shall not prevail against. In their untainted purity and spotless perfection, Christ looks upon His people as the reward of all His suffering, His humiliation, and His love, and the supplement of His glory…”  Earlier we read someone saying that what Jesus did at the cross doesn't need to be supplemented. Well, why then does God's prophet make this statement?

 

Testimonies to Ministers hal. 18-19, Saudara-saudara, kalian tahu apa yang kita hadapi di sini. Apakah kita akan mempercayai pakar-pakar atau apakah kita akan mempercayai hamba Allah? Apakah kita percaya pada Roh Nubuat atau akankah kita percaya pada spekulasi akademia? Testimonies to Ministries hal. 18-19, “…Gereja, yang dikaruniai dengan kebenaran Kristus, adalah gudangNya, di mana kekayaan, kemurahan, kasih, dan rahmatNya, akan tampil secara penuh dan final. ….  Karunia Roh KudusNya, yang kaya, penuh, dan berlimpah, harus menjadi sebuah tembok api bagi gerejaNya, yang tidak akan bisa dikalahkan oleh kuasa neraka. Dalam kemurnian mereka yang tidak bernoda dan kesempurnaan yang tidak bercacat, Kristus memandang umatNya sebagai pahala dari penderitaanNya, penghinaanNya, dan kasihNya, dan tambahan dari kemuliaanNya…”   Tadi kita membaca ada yang berkata bahwa apa yang dilakukan Yesus di salib tidak perlu ditambahi. Nah, kalau begitu mengapa nabi Allah membuat pernyataan itu?

 

 

And then will come the fulfillment of that lyrical tribute to marital intimacy by the wisest of kings, produced in the character of the last generation saints. Song of Solomon 4:7, 7 Thou art all fair, my love; there is no spot in thee.”

 

Lalu akan tiba penggenapan dari lirik penghargaan kepada keintiman perkawinan oleh raja yang paling bijaksana, dihasilkan dalam karakter orang-orang kudus generasi terakhir. Kidung agung 4:7,    “…7 Engkau cantik sekali, kekasihku; tak ada cacat cela padamu.”

 

 

 

 

 

05 04 24

 

No comments:

Post a Comment