WHAT
JESUS SAID
Part 14/24 - Stephen Bohr
LIFE, DEATH, AND AFTERLIFE
https://www.youtube.com/watch?v=EwYYZmUCRCU
Dibuka dengan doa.
John chapter 11 tells us the story of Christ's greatest miracle during His
earthly ministry. Lazarus lived in Bethany which is about two miles southeast
of the city of Jerusalem. When the story begins Jesus is in a place called Aenon because the Jews in Judea had attempted to
stone Him. The precise place where Jesus went is unknown, but we know that it
was near the city of Jerusalem. While Jesus was in Aenon, Lazarus whom Jesus
loved, according to the biblical text, became gravely ill, and his sisters Mary
and Martha sent a message to Jesus that their brother was on his deathbed. And
then Jesus made a very strange remark to His disciples that surprised them. In
John 11:4 we find the words of Jesus, “4 … ‘This sickness is not unto death,
but for the glory of God, that the Son of God may be glorified through it.’…”
The reason why this is strange is because Lazarus did die. Verse 5 tells us
that Jesus loved Martha and her sister Mary and Lazarus. In fact Ellen White
explains that Jesus loved to get away from the hustle and bustle and just spend
some time with His friends in their home. Now if it was true that the sickness
that Lazarus had was not unto death, but he died, why did Jesus remain for two
days where He was at before He went to heal His very close friend? Why didn't
Jesus go immediately and heal His friend and bring comfort to the family, that
is while he was alive? But things got even stranger. Next Jesus told His
disciples, “Let's go to Judea again.”
The disciples were surprised by what Jesus said, and they actually protested.
They said to Jesus, “Why are we going to
Judea? They tried to kill You there just a little short while ago?” And you
can find this in the previous context in John chapter 8 and John chapter 10.
And then the disciples resigned over the fact that Jesus had said “We're going whether you think we should go
or not.” The disciples said, “Let's
go that we may die with Him.” Jesus then made another remark that surprised
the disciples, it's found in verse 11, “11 … ‘Our friend Lazarus
sleeps, but I go that I may wake him up.’…” The disciples didn't understand the meaning of what Jesus said, so they
said to Jesus, “12 ….
‘Lord, if he sleeps he will get well.’…” Verse 12. However, Jesus was comparing the
state of man in death with sleep.
Now let's pursue this idea of sleep for a few minutes. Let's notice first
of all John 11:13 and 14. “ 13 However, Jesus spoke of his death, but they thought
that He was speaking about taking rest in sleep.14 Then Jesus said to them plainly, ‘Lazarus is
dead.’…” And so now Jesus
is saying Lazarus is dead. So they expect Jesus to go right away to where
Lazarus is, but Jesus spent two more days there.
Yohanes pasal 11 mengisahkan
kepada kita mujizat terbesar Kristus di masa ministrinya di dunia. Lazarus
tinggal di Betani sekitar dua mil sebelah tenggara kota Yerusalem. Ketika kisah
ini dimulai, Yesus sedang berada di sebuah tempat yang bernama Ainon (Yohanes
3:23) karena orang-orang Yahudi yang di Yudea telah mencoba untuk merajamNya.
Tepatnya tidak diketahui di mana Yesus berada, tetapi kita tahu bahwa itu dekat
kota Yerusalem. Selagi Yesus di Ainon, Lazarus yang dikasihi Yesus menurut ayat
Alkitab, jatuh sakit keras, dan saudara-saudara perempuannya Maria dan Martha
mengirim pesan ke Yesus bahwa saudara laki-laki mereka sedang sekarat. Lalu
Yesus membuat komentar yang sangat aneh bagi para muridNya yang membuat
mereka keheranan. Di Yohanes 11:4 kita temukan kata-kata Yesus, “4 …‘Penyakit ini tidak mendatangkan kematian, melainkan demi kemuliaan Allah, supaya Anak Allah boleh dimuliakan melalui itu.’…” Alasan mengapa ini aneh ialah karena Lazarus ternyata
mati. Ayat 5 mengatakan kepada kita bahwa Yesus mengasihi Martha, dan
saudaranya Maria dan Lazarus. Malah Ellen White menjelaskan bahwa Yesus demi menjauhi keramaian dan kebisingan suka melewatkan waktu
bersama teman-temanNya ini di rumah mereka. Maka jika itu benar bahwa penyakit
yang diderita Lazarus tidak mendatangkan kematian, namun dia mati, mengapa
Yesus masih tinggal dua hari di mana Dia berada sebelum Dia pergi menyembuhkan
temanNya yang karib? Mengapa Yesus tidak segera pergi dan menyembuhkan temanNya
dan menenangkan hati keluarganya selagi Lazarus masih hidup? Kondisi malah
menjadi semakin aneh. Berikutnya Yesus berkata kepada murid-muridNya, “Mari kita ke
Yudea lagi.” Para murid keheranan dengan
apa yang dikatakan Yesus dan mereka protes. Mereka berkata kepada Yesus, “Mengapa
kita akan ke Yudea? Mereka sudah mencoba membunuhMu di sana tidak lama
berselang?” Dan kalian bisa menemukan ini
di konteks sebelumnya di Yohanes pasal 8 dan pasal 10. Kemudian para murid
menyerah kepada fakta yang dikatakan Yesus, “Kita tetap pergi entah kalian
pikir kita harus pergi atau tidak.” Para
murid berkata, “Ayolah kita pergi supaya kita boleh mati bersamaNya.” Yesus lalu membuat komentar lain yang
mengherankan para murid, itu ada di ayat 11, “11…‘Sahabat kita Lazarus tidur,
tetapi Aku pergi supaya Aku boleh membangunkan
dia.’…” Para murid tidak
mengerti apa yang dikatakan Yesus, maka mereka berkata kepada Yesus, “12…
‘Tuhan, jika ia tidur, ia akan sembuh…” ayat 12. Namun Yesus sedang melambangkan
kondisi orang yang mati dengan tidur.
Nah, sekarang mari kita bahas konsep tidur ini sejenak.
Mari kita simak dulu Yohanes 11:13 dan 14, “13
Namun Yesus bicara
tentang kematiannya, tetapi mereka menyangka Dia sedang bicara tentang beristirahat dalam tidur. 14 Lalu Yesus berkata kepada mereka dengan gamblang,
‘Lazarus itu mati.’…” Maka sekarang
Yesus mengatakan Lazarus itu mati. Jadi mereka mengira Yesus akan segera pergi
ke mana Lazarus berada, tetapi Yesus menghabiskan dua hari lagi di sana.
Now let's notice that the idea of sleep should not have surprised the
disciples or those who were present with Jesus when He arrived in Bethany. The
Bible in multiple places uses “sleep” as an analogy of death. In fact the Old
Testament is saturated with references to death as sleep. Job 14:7 through 15 is particularly
significant. This is a powerful passage in the Old Testament about death and
sleep. Let's go through this entire passage, it's long but it has some very
important material. “7 For there
is hope for a tree, if it is cut
down, that it will sprout again, and that its
tender shoots will not cease. 8 Though its
root may grow old in the earth, and its
stump may die in the ground, 9 Yet at
the scent of water it will bud and bring
forth branches like a plant…” So here you have the metaphor of a tree that is cut down, but then water
falls upon the tree and then life sprouts from the stump of the tree. Now Job
is going to make the application to man, he's going to use the metaphor to
apply it to man in verse 10, “…10 But man dies…” see, the tree is an illustration of man, “…10 But man dies and is laid away; indeed
he breathes his last and
where is he? 11 As water
disappears from the sea, and a river
becomes parched and dries up, 12 So man lies
down and does not rise…” are you seeing
the comparison that is being made here in the book of Job? The tree is the
metaphor, and it's pointing towards the death of man. So it says in verse 12, “…12 So man lies down and does not rise…” you say that sounds pretty pessimistic.
But now let's finish reading the verse, “…till the
heavens are no more. They will
not awake nor be
roused from their sleep…” So let me ask
you this, is there hope if the tree is cut down? It appears that its roots have
dried up, is there hope when the tree is watered, that the tree will, so to
speak, resurrect? Yes! Is it also true of man? Yes. “…12 So man lies down and
does not rise till the heavens are no
more…” this is when Jesus comes by the way. “…They will
not awake…” see, they were asleep. Are they going to
awaken? Yes. “…nor be
roused from their sleep…” And then Job
speaking about himself says, “…13 Oh, that You would hide me in the grave, that You
would conceal me until Your wrath is past…” because it appeared that the wrath of God
was being manifested in Job, “…that You
would appoint me a set time, and remember me!...” And then he asked the question, “…14 If a man dies, shall he
live again? All the
days of my hard service I will wait, till my
change comes…” You know that
word “change” in the Old Testament refers almost every single time to a change
of garments, and it's very much connected with 1 Corinthians 15 where it says
we shall be changed because “this
mortal must put on
immortality”. The expression
“put on” in the New Testament refers to putting on garment. And so it says“…14 If a man dies, shall he
live again? All the
days of my hard service I will wait, till my
change comes. 15 You
shall call, and I will answer You; You shall
desire the work of Your hands…” In other words, Job is saying, “God, You are going to desire me, You are
going to wake me up from my sleep.”
Sekarang mari kita simak, bahwa konsep tidur tidak
seharusnya mengherankan para murid maupun mereka yang hadir bersama Yesus
ketika Dia tiba di Betani. Di banyak tempat di Alkitab “tidur” dipakai sebagai
analog kematian. Bahkan, Perjanjian Lama itu penuh dengan “tidur” yang merujuk
kepada kematian. Ayub 14:7-15 itu terutama signifikan. Ini adalah kutipan yang
hebat di Perjanjian Lama tentang kematian dan tidur. Mari kita bahas seluruh
kutipan ini, memang panjang, tapi berisikan beberapa materi yang sangat
penting.
“7 Karena bagi pohon masih ada
harapan, apabila ia ditebang, ia bertunas
kembali, dan tunasnya yang muda tidak akan
berhenti tumbuh. 8 Walaupun
akarnya menjadi tua di dalam tanah, dan tunggulnya mungkin mati di dalam tanah, 9
namun ketika tercium air, ia akan bersemi, dan menumbuhkan cabang-cabang seperti tanaman…” Jadi di sini ada
metafora pohon yang ditebang, tetapi kemudian air menjatuhi pohon itu, dan
kehidupan bertunas dari tunggulnya. Sekarang Ayub akan mengaplikasikannya
kepada manusia, dia akan menggunakan metafora ini untuk diaplikasikan kepada manusia di ayat
10, “…10 Tetapi
manusia mati…” lihat, pohon itu ilustrasi manusia, “…10 Tetapi manusia mati dan dikuburkan; sesungguhnya ia menarik nafasnya yang terakhir, dan di manakah ia? 11 Seperti air menguap
dari tasik, dan sungai menjadi retak-retak dan
kering, 12 seperti itulah manusia
berbaring dan tidak bangkit…” apakah kalian melihat perbandingan yang dibuat di sini di
kitab Ayub? Pohon itu metaforanya dan itu menunjuk kepada kematian manusia. Jadi
dikatakan di ayat 12, “…12
seperti itulah manusia berbaring dan tidak
bangkit…” kalian berkata itu terdengarnya sangat
pesimis. Tetapi sekarang mari kita selesaikan membaca ayat ini, “…sampai
langit tidak lagi ada. Mereka tidak akan bangun maupun dibangunkan dari tidurnya…” Coba saya tanya,
apakah ada harapan jika pohon itu ditebang? Tampaknya sepertinya akar-akarnya
sudah mengering, apakah ada harapan bila pohon itu diairi, apakah pohon itu katakanlah akan bangkit kembali? Ya! Apakah demikian
juga pada manusia? Ya. “…12
seperti itulah manusia berbaring dan tidak
bangkit, sampai langit tidak lagi ada…” nah, ini adalah
pada saat kedatangan kedua Yesus. “…
Mereka tidak akan bangun…” lihat, mereka sedang tidur. Akankah mereka bangun? Ya. “…maupun
dibangunkan dari tidurnya…” kemudian Ayub berbicara tentang dirinya sendiri, berkata, “…13
Ah, sekiranya Engkau mau menyembunyikan aku
dalam kubur, sekiranya
Engkau mau menyembunyikan aku hingga
murka-Mu berlalu…” sebab sepertinya murka
Allah sedang diwujudkan pada Ayub, “…sekiranya Engkau mau menetapkan satu waktu bagiku, dan mengingat aku…” lalu dia mengajukan pertanyaan, “… 14 Kalau manusia mati, akankah ia hidup lagi? Selama semua
hari pelayananku yang berat, aku akan menunggu, hingga perubahanku tiba…” Kalian tahu, kata “perubahan” di Perjanjian Lama nyaris
setiap kali mengacu kepada pertukaran pakaian, dan itu sangat terkait kepada 1
Korintus 15:53 di mana dikatakan kita akan diubahkan karena “53
… yang akan mati ini harus mengenakan
yang tidak akan mati.” Ungkapan
“mengenakan” di Perjanjian Baru mengacu kepada mengenakan pakaian. Maka
dikatakan, “…14 Kalau manusia
mati, akankah ia hidup lagi? Selama semua hari pelayananku yang berat, aku akan
menunggu, hingga perubahanku tiba. 15 Engkau akan memanggil, dan aku akan menjawabMu; Engkau akan rindu kepada buatan
tangan-Mu…” Dengan kata lain,
Ayub berkata, “Allah, Engkau akan merindukan aku, Engkau akan membangunkan aku
dari tidurku.”
v Now Deuteronomy
31:6 tells us that Moses slept with his fathers.
v 1 Kings 11:21
tells us that David slept with his fathers.
v 1 Kings 11:43
tells us that Solomon slept with his fathers.
In fact in
dozens of times in Kings and Chronicles the kings of Israel from David to Jehoiakim
are said to have slept with their fathers. So time and again the emphasis is
that when
a person dies, they what? They go to sleep.
v Psalm 13:3, in
this Psalm David spoke of the sleep of death.
Let's read that
verse. Here David cries out to the Lord, “3 Consider and hear me, O Lord my
God; enlighten my
eyes, lest I sleep
the sleep of death.” So notice “sleep” is compared with death,
“lest I sleep
the sleep of death.”
v Isaiah 26:19
describes the resurrection of the righteous from the dust of the earth;
it says there, “19 Your dead
shall…” what? “…shall live; together with my dead body they shall…” what? “… arise…” notice, the dead shall live, “…together
with my dead body they shall arise. Awake…” so once again
you have this metaphor of sleep.
“…Awake and sing, you who dwell in dust…” who is it that dwells in the dust? People
who die, right? And then it continues saying, “…for your
dew is like the dew
of herbs, and the earth shall cast out the dead…” See, the resurrection, the idea of the resurrection is
not only a New Testament hope, its roots ~ like so many other things that
we've studied ~ are in the Old Testament.
v Nah, Ulangan 31:6 memberitahu kita bahwa
Musa tidur dengan nenek moyangnya.
v 1 Raja 11:21 memberitahu kita bahwa Daud tidur dengan
nenek moyangnya.
v 1 Raja 11:43 memberitahu kita bahwa Salomo tidur degan
nenek moyangnya.
Bahkan lusinan kali di kitab-kitab Raja-raja
dan Tawarikh, raja-raja Israel mulai dari Daud hingga Yoyakim dikatakan tidur
dengan nenek moyang mereka. Jadi berulang-ulang ditekankan jika seorang itu mati,
dia apa? Dia tidur.
v Mazmur 13:3, di Mazmur ini Daud bicara tentang tidur
dalam kematian.
Mari kita baca ayat
itu. Di sini Daud berseru kepada Tuhan, “3 Pertimbangkanlah
dan dengarlah aku, ya
TUHAN, Allahku! Cerahkan mataku supaya
jangan aku tidur dalam tidur kematian” Jadi simak, “tidur” dibandingkan dengan
kematian, “supaya jangan aku tidur dalam tidur kematian”
v Yesaya 26:19 menggambarkan kebangkitan orang-orang benar
dari debu tanah,
dikatakan di sana, “19 Orang-orang
mati-Mu akan…” apa? “…akan
hidup, bersama-sama dengan tubuhku yang mati,
mereka akan…” apa? “…bangkit…”
simak, orang-orang mati akan hidup “…bersama-sama tubuhku yang mati, mereka akan
bangkit. Bangkit…” jadi sekali lagi ada metafora tidur ini. “…Bangkit dan menyanyilah, kamu yang tinggal dalam debu tanah…” siapa yang tinggal dalam debu tanah? Orang-orang mati,
benar? Kemudian dikatakan selanjutnya, “…sebab
embunmu seperti embun ramuan dan bumi akan mencampakkan
orang-orang matinya…” Lihat, konsep kebangkitan
bukan hanya harapan Perjanjian Baru, tapi akarnya
~ seperti banyak hal lain yang telah kita pelajari ~ ada di Perjanjian Lama.
You know, what can be said of the righteous cannot
be said of the wicked. The wicked are going to sleep in eternal sleep.
Notice Jeremiah 51 we'll read verse 39 and then we'll read verse 57. “39 In their
excitement I will prepare their feasts…” this is talking about Babylon. “…I
will make them drunk, that they may rejoice and sleep a perpetual sleep and not
awake,’ says the Lord….” Verse 57, “57 And I will
make drunk her princes
and wise men, her
governors, her deputies, and her mighty men. And they
shall sleep a perpetual sleep and not
awake,’
says the King, whose
name is the Lord of
hosts.” So the wicked
will sleep an everlasting sleep. God's people will sleep but they will be
awakened by the Lord.
Kalian tahu, apa yang bisa
dikatakan tentang orang-orang benar tidak bisa dkatakan tentang orang-orang
jahat. Orang-orang jahat akan tidur
abadi. Simak Yeremia 51, kita akan membaca ayat 39, kemudian
kita akan membaca ayat 57. “39
Dalam hiruk pikuk mereka, Aku
akan menyediakan pesta mereka…” ini bicara tentang Babilon. “…Aku akan
membuat mereka mabuk, supaya mereka boleh
bersukacita dan tidur untuk selama-lamanya dan
tidak bangun,’ firman TUHAN…” ayat 57, “…57 Dan
Aku akan membuat mabuk pangeran-pangerannya,
gubernur-gubernurnya, wakil-wakilnya, dan orang-orang
perkasanya. Dan mereka akan tidur selama-lamanya
dan, tidak bangun,’ firman Sang Raja yang namanya ialah TUHAN semesta alam…” Jadi orang jahat
akan tidur abadi. Umat Allah akan tidur tetapi mereka akan dibangunkan oleh
Tuhan.
Daniel 12:2 is a very interesting verse. This verse is describing a special resurrection. We won't get
into that right now. It's a resurrection that takes place immediately before Jesus begins His second
coming. All of those who died in the message of the Third Angel from
the moment that the message of the Third Angel began to be proclaimed, are
going to resurrect before Jesus begins His second coming. And then Jesus will
descend from heaven and once He is above the earth, then you have the general
resurrection of the righteous, those who died before 1844, before the
Third Angel's message began to be proclaimed.
Now the important point in this verse is once again that death is compared
with sleep. It says there in Daniel 12:2, “2 And many of those who
sleep in the dust of the earth shall…” what? “…shall awake, some to everlasting life, some to shame
and everlasting contempt.” Now we know that this is a special resurrection, and you
say how do we know that? Because it says that some who lie in the dust of the
earth will resurrect to a resurrection of life and some to the resurrection of
damnation.
Daniel 12:2 adalah ayat yang sangat menarik. Ayat ini
menggambarkan kebangkitan
istimewa. Kita tidak akan membahas itu sekarang. Itu adalah kebangkitan yang terjadi segera
sebelum Yesus memulai kedatangan keduaNya. Semua yang mati dalam Pekabaran Malaikat Ketiga
dari saat Pekabaran Malaikat Ketiga tersebut mulai dikabarkan, akan bangkit
sebelum Yesus memulai kedatangan keduaNya. Kemudian Yesus akan turun dari Surga
dan begitu Dia berada di atas bumi, maka terjadilah kebangkitan umum orang-orang benar, yaitu mereka yang
mati sebelum 1844, sebelum Pekabaran Malaikat
Ketiga mulai dikumandangkan.
Nah, poin yang penting di ayat
ini sekali lagi ialah bahwa kematian itu dilambangkan dengan tidur. Dikatakan
di Daniel 12:2, “2 Dan
banyak dari mereka yang tidur di dalam debu
tanah, akan…” apa? “…akan bangun, sebagian kepada hidup yang kekal, sebagian kepada
aib dan kenistaan yang kekal…” Sekarang kita tahu bahwa ini adalah kebangkitan istimewa. Dan
kalian berkata, bagaimana kita tahu? Karena dikatakan bahwa sebagian (= bukan
semua) yang tidur dalam debu tanah akan bangkit ke kebangkitan yang hidup, dan sebagian ke
kebangkitan yang terkutuk.
Let me ask you, do any wicked people actually die the eternal death
at the second coming of Christ? No. When are the wicked cast into the fire and
suffer second death? It's after the Millennium.
But this is speaking, it's at the second coming of Christ, right before the
second coming of Christ, it says that some wicked are going to resurrect. And
who are the wicked that are going to resurrect? “Those that
pierced Him” “every eye shall
see Him and those also who pierced Him”. In fact Jesus predicted in Matthew
26:64 that Caiaphas who actually was the leader in the Sanhedrin that pushed
for the crucifixion of Christ, that Jesus said, “64 …. you will see
the Son of Man … coming on the
clouds of heaven.”
So in other words
1. there's a wicked group that is going to
resurrect, and they're going to see the entire second coming.
2. And those who died in the message of the Third Angel
are also going to see the entire second coming.
The other righteous are going to be
resurrected once Jesus has finished His second coming, and He's above the earth
in the clouds.
Coba saya tanya, apakah ada orang jahat yang mengalami
kematian kekal pada saat kedatangan kedua Kristus? Tidak. Kapan orang
jahat dilemparkan ke dalam api dan menderita kematian kedua? Setelah Millenium.
Tetapi ayat ini (Daniel 12:2)
bicara tentang saat kedatangan kedua Kristus, tepat sebelum kedatangan kedua Kristus,
dikatakan bahwa sebagian orang
jahat akan bangkit. Siapakah orang-orang jahat yang akan bangkit
itu? “mereka yang telah menikam Dia”, “setiap mata akan melihat
Dia, bahkan mereka yang telah menikam Dia.…”
(Wahyu
1:7), Sesungguhnya Yesus memprediksi di Matius 26:64 bahwa
Kayafas yang adalah pemimpin di
Sanhedrin yang mendesak untuk menyalibkan Kristus, kepadanya Yesus berkata, “64 …setelah
ini kamu akan melihat Anak Manusia …
datang di atas awan-awan di langit.’…”
Jadi dengan kata lain:
1.
ada sekelompok orang jahat
yang akan bangkit, dan mereka akan menyaksikan seluruh proses kedatangan kedua.
2.
Dan mereka yang
mati dalam Pekabaran Malaikat Ketiga juga akan melihat seluruh
proses kedatangan kedua.
Orang-orang benar lainnya akan dibangkitkan begitu proses
kedatangan kedua Yesus selesai, dan Yesus sudah ada di atas langit di
awan-awan.
Now the testimony
of the New Testament is in perfect harmony with the Old, when
Jesus told those who were mourning at the death of Jairus' daughter, that she
was asleep, Jesus said, “Jairus' daughter is asleep.” They mocked Him to scorn.
Let's read about it in Luke 8:52 to 55. “ 52 Now all wept and mourned
for her; but He said, ‘Do not
weep; she is not dead, but
sleeping.’…” In what
condition was the daughter of Jairus? According to Jesus she was sleeping. Now
how did the people react? Verse 53, “…53 And they
ridiculed Him, knowing that she was…” what?
“…that she was dead. 54 But
He put them all outside, took her by the hand and called, saying, ‘Little
girl, arise.’…” in other words, “wake up”.
“…55 Then her
spirit returned,…” who's spirit?
Let me ask you, is your spirit different than my spirit? Yes. See, the spirit
is more than the breath, the spirit is your life record that God keeps in
heaven. When you die, your life record is over. Let me ask you,
when you resurrect, does God only recreate your body and then give you the
capacity to breathe without your self-identity? When I resurrect am I going to
be Pastor Bohr if I die before Jesus comes? So what is Jesus going to return to
me when I resurrect from the dead? Just the capacity to breathe? No! He's going
to return to me my self-identity which He preserved in the heavenly
books, the
package deal, the breath with who I am. Are you following me?
Now, let's get back
to this, “…55 Then her spirit returned…”
to her, “…and she arose immediately…” Let me ask you, did
she pick up where she left off? In fact, she was hungry.
“…And He commanded that she be given something to eat…” And so they gave her
something to eat. She was hungry when she died. Do you think she recognized her
parents? What did Jesus return to her? Not only the capacity to breathe but who
she was while she was alive.
Nah, kesaksian
Perjanjian Baru itu selaras dengan Perjanjian Lama, ketika Yesus memberitahu
mereka yang sedang berkabung di kematian anak perempuan Jairus, bahwa anak itu
sedang tidur, Yesus berkata, “Anak perempuan Jairus sedang tidur.” Mereka
mencemooh dengan mengejekNya. Mari kita
baca tentang ini di Lukas 8:52-55. “52
Nah semua orang menangis dan berkabung untuk anak perempuan itu, tetapi Yesus berkata, ‘Jangan menangis; ia tidak mati,
tetapi tidur.’…” Anak perempuan
Jairus dalam kondisi apa? Menurut Yesus dia tidur. Nah, bagaimana reaksi
orang-orang? Ayat 53, “…53
Dan mereka menertawakan
Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu…” apa? “…anak itu telah mati. 54 Tetapi Yesus menyuruh mereka semua keluar, memegang
tangan anak itu dan berseru, kata-Nya, ‘Gadis
kecil, bangkit!’…” dengan kata lain “bangun!” “…55 Maka kembalilah roh anak perempuan itu…”
Roh siapa? Coba saya tanya apakah roh
kalian beda dengan roh saya? Ya. Lihat, roh itu lebih daripada nafas, roh itu adalah catatan hidup
kita yang disimpan Allah di Surga. Ketika kita mati, catatan
hidup kita berakhir. Coba saya tanya, ketika kita dibangkitkan apakah Allah
hanya menciptakan ulang tubuh kita, lalu memberi kita kemampuan bernafas tanpa
identitas pribadi kita? Jika saya mati
sebelum Yesus datang, ketika saya bangkit, apakah
saya bangkit sebagai Pastor Bohr? Jadi apa yang akan dikembalikan Yesus kepada
saya ketika saya bangkit dari kematian? Hanya kemampuan bernafas? Tidak! Allah akan mengembalikan
kepada saya identitas pribadi saya yang disimpanNya di catatan surgawi, seluruh paketnya lengkap,
nafasnya dengan identitas siapa saya. Apakah kalian mengikuti
saya?
Nah mari kita kembali ke hal ini. “…55 Maka kembalilah roh anak perempuan itu…”
kepadanya, “…dan seketika itu juga ia bangkit…” coba saya tanya, apakah dia melanjutkan hidupnya dari
saat terakhir dia hidup? Faktanya dia lapar. “…Dan Yesus memerintahkan agar anak perempuan itu diberi makan sesuatu…” Maka mereka
memberinya makan sesuatu. Dia lapar ketika dia mati. Menurut kalian apakah dia
mengenali orangtuanya? Apa yang dikembalikan Yesus kepadanya? Bukan hanya
kemampuan bernafas tetapi siapa dirinya ketika dia masih hidup.
Notice Acts 7:59 and 60. “59 And they
stoned Stephen as he was calling on God and
saying, ‘Lord Jesus, receive my spirit.’…” what is Stephen saying? He's saying,
“Preserve my self-identity, because someday You're going to return it to me.”
So he says,
“…‘Lord Jesus, receive my spirit.’ 60 Then he knelt down and
cried out with a loud voice, ‘Lord, do not charge them with this sin.’…” and I love this now, “…And when he had said this, he fell asleep…”
Because he died. You know that's
depressing. He fell asleep.
Simak Kisah 7:59-60. “59 Dan
mereka melempari Stefanus dengan batu sementara ia berseru
kepada Allah dan berkata, ‘Tuhan Yesus, terimalah rohku.’…” apa kata Stefanus? Dia berkata, “Simpanlah identitas
pribadiku, karena suatu hari Engkau akan mengembalikannya kepadaku.” Jadi dia
berkata, “…‘Tuhan Yesus, terimalah
rohku.’ 60 Lalu ia berlutut
dan berseru dengan suara nyaring, ‘Tuhan,
janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’…” dan saya suka bagian yang ini sekarang, “…Dan setelah
dia berkata ini, ia jatuh tertidur…”
Karena dia mati. Kalian tahu kalau
dibilang mati itu depresif. Dia jatuh tertidur.
Notice also, by the way what did Jesus say on the cross? “Father, into Your hands
I commend My Spirit.” When Jesus
resurrected, was He still Jesus? Did He remember His disciples? Did He remember
everything that had happened in His life? So what was returned to Jesus? Not
only the capacity to breathe, but who He was. You know, this is amazing!
Simak juga, nah, apa yang dikatakan Yesus di atas salib? “46…
‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku.’…”
(Lukas 23:46) Ketika Yesus bangkit, apakah Dia masih Yesus? Apa Dia ingat murid-muridNya?
Apa Dia ingat segala yang telah terjadi dalam hidupNya? Jadi apa yang
dikembalikan ke Yesus? Bukan hanya kemampuan untuk bernafas, melainkan siapa
Dia. Itu mengagumkan!
Where is Adam today? Who knows? Who knows where the flood took his remains.
What is going to happen when God resurrects Adam? Is he still going to be Adam?
Is he going to have a memory of what he was while he was alive? Yes. So the spirit, yes, is
the breath. As Adventists
you know we taught that, but we need to
go further. The spirit is the character of man. It's the life record of the man.
In fact Ellen White has a remarkable statement where she says, the spirit
returns to God, and she explains that the spirit is the character, the
character of man. The spirit returns to God there to be preserved, is what she
says. God
has another me in the heavenly books. Now that other me is not conscious up
there, it's just a written record. I would go so far as to say it's an
electronic record. God uses “books” because people in biblical times use books,
you know they were actually scrolls. But if God was revealing this to a prophet
today, he would say, God keeps so many terabytes of information about you, an exact
transcript of us, so that when
He resurrects us He'll take that, minus all the sinful nature, and He'll return
it to us. That's why we will recognize one another. It's an amazing thought.
Di mana Adam hari ini? Siapa yang tahu? Siapa tahu ke
mana air bah telah membawa yang tersisa dari jasadnya. Apa
yang akan terjadi ketika Allah membangkitkan Adam? Apakah dia akan tetap Adam?
Apakah dia akan ingat siapa dia selagi dia hidup dulu? Ya. Jadi betul, roh itu nafas.
Kita sebagai orang Advent mengajarkan itu, tetapi kita perlu melangkah lebih
jauh. Roh adalah karakter manusia.
Itulah catatan hidup manusia. Sesungguhnya Ellen White punya
pernyataan yang luar biasa di mana dia berkata bahwa roh kembali kepada Allah,
dan dia menjelaskan bahwa roh itu karakter manusia. Roh kembali ke Allah untuk
disimpan, itulah kata Ellen White. Allah
punya saya yang lain di catatan
surgawi. Nah, saya yang satu lagi itu tidak punya kesadaran di atas sana, itu
hanya sebuah catatan tertulis. Saya akan mengatakan lebih jauh bahwa itu adalah sebuah
catatan elektronik. Allah menggunakan kata “kitab-kitab” karena manusia di
zaman Alkitab menggunakan kitab, sesungguhnya gulungan kitab. Tetapi andai
Allah menyatakan itu kepada seorang nabi di zaman ini, dia akan berkata, “Allah
menyimpan sekian-sekian terabyte data tentang kita, salinan lengkap
tentang kita, supaya pada saat Dia membangkitkan kita, Dia akan
mengambil itu, dikurangi semua kodrat dosa, dan Dia mengembalikannya kepada
kita. Itulah mengapa nanti kita akan saling mengenal. Itu bayangan yang
mengagumkan.
The apostle Paul wrote that the righteous who passed are asleep. 1 Thessalonians
4:14, “14 For if
we believe that Jesus died and rose again, even so God will bring with
Him those who sleep in Jesus.”
Notice what he
said in 1 Corinthians 15:17, 18, 20 and verse 51, “ 17 And if Christ is not risen, your faith is futile; you are still in
your sins! 18 Then
also those who have…” what? “…fallen asleep in Christ have perished.
20 But
now Christ is risen from the dead, and has become the firstfruits of those who
have fallen asleep…” notice once again “fallen asleep”, and then he says
“…51 Behold,
I tell you a mystery: We shall not all sleep…” what does that mean? We're not all going to
what? All going to die, “…but we shall all be changed 52 in a moment, in the
twinkling of an eye, at the last trumpet. For the trumpet will sound, and
the dead will be raised incorruptible, and we shall be changed.”
Rasul Paulus menulis bahwa orang-orang benar yang sudah mati itu tidur. 1
Tesalonika 4:14, “14 Karena jikalau kita percaya
bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit kembali,
dengan cara demikianlah Allah akan membawa
bersamaNya mereka yang tidur dalam
Yesus…”
Simak apa yang
dikatakan Paulus di 1 Korintus 15:17, 18, 20, 51. “…17
Dan jika Kristus tidak
bangkit, imanmu sia-sia, kamu masih ada
dalam dosamu. 18 Kalau begitu, juga orang-orang
yang…” apa? “…telah tidur dalam Kristus telah binasa. 20 Tetapi sekarang
Kristus benar-benar telah bangkit dari yang mati dan
telah menjadi Buah Sulung dari mereka yang
telah tidur…” simak, sekali lagi “telah tidur”. Kemudian dia berkata, “…51
Lihat, aku beritahukan
kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan semua
tidur…” apa maksudnya? Kita tidak semua akan
apa? Akan mati, “…tetapi
kita semuanya akan diubahkan,52 Dalam
sesaat, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir, sebab
nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang
tidak akan binasa dan kita semua akan
diubah.”
See, the New Testament
constantly refers to death as sleep. Does the Old Testament also? Is there a
conflict between the two testaments? Absolutely not! The apostle Peter used the
same expression as dead people “sleeping with the fathers”, you can read it in 2
Peter 3:4 he speaks about “sleeping with the fathers” just the same expression
that we found in the Old Testament. And Revelation 14:13 describes those who
died in the Lord as “rest from their labors”. Thus the most
prominent writers in the New Testament, Jesus, Peter, Paul, and John all refer to death as
sleep.
Lihat, Perjanjian Baru selalu merujuk kepada kematian
sebagai tidur. Apakah Perjanjian Lama juga? Apakah ada konflik antara
kedua perjanjian itu? Sama sekali tidak! Rasul
Petrus menggunakan ungkapan yang sama untuk orang mati sebagai “tidur dengan
nenek moyang”, kalian bisa membacanya di 2 Petrus 3:4, dia bicara tentang
“tidur dengan nenek moyang” ungkapan yang sama yang kita temukan di Perjanjian
Lama. Dan Wahyu 14:13 menggambarkan mereka yang mati dalam Tuhan sebagai “beristirahat (tidur) dari jerih lelah mereka.” Dengan demikian penulis-penulis yang paling menonjol di
Perjanjian Baru: Yesus, Petrus, Paulus, dan
Yohanes, semua mengacu kematian sebagai tidur.
There are three main reasons why these pillars of the faith, these four individuals:
Jesus, Peter, Paul, and John referred to death as sleep.
1. During sleep a person is unconscious
of what is going on around them.
2. In death people rest from the hard labors and trials of
life, like we rest after a hard day's work.
3. There will be an awakening from sleep for those who
are in Christ.
Death means
nothing. And why does it mean nothing? Because they knew that their names are
written in heaven. Jesus says, “Rejoice”, He says to the disciples, “rejoice that your names are written in
heaven” and they simply await the glorious moment
of the resurrection.
Indeed as the Bible says in Psalms 116:15 “15 Precious in
the sight of the Lord is the
death of His saints.”
Ada tiga alasan utama mengapa pilar-pilar iman, keempat
individu ini: Yesus, Petrus, Paulus dan Yohanes, menyebut kematian sebagai
tidur.
1.
Selama tidur seseorang itu tidak sadar dengan apa yang terjadi di
sekitar mereka.
2.
Dalam kematian orang beristirahat
dari kerja keras dan ujian-ujian dalam hidup, seperti kita
beristirahat setelah bekerja keras satu hari.
3.
Bagi yang
ada dalam Kristus, akan dibangunkan dari tidur.
Kematian tidak berarti apa-apa. Dan mengapa itu tidak berarti?
Karena mereka tahu bahwa nama mereka tertulis di Surga. Yesus berkata, “20 ‘…bersukacitalah…” Dia berkata kepada para murid, “…bersukacitalah karena namamu tertulis di sorga.’…” (Lukas 10:20) dan mereka hanya menunggu
momen kebangkitan yang indah.
Memang benar Alkitab berkata di Mazmur 116:15 “15 Berharga di mata TUHAN kematian semua orang kudus-Nya.”
Now we need to go back to the story of Lazarus. So Jesus says, you know, “Lazarus is sleeping.” The disciples say,
“Oh, if he's sleeping no problem.” And
then Jesus said, “You don't understand,
Lazarus is dead.” And so, then Jesus hangs out two more days. The disciples
say, “Well, shouldn't He be going to
Bethany in a hurry?” No. Why did Jesus wait for two days? Now, we're going
to explain the reason why. Jesus in John 11:15 says, “ 15 And I am
glad for your sakes that I was not there, that you may believe…”Why did Jesus delay two days? He says it's
because “I’m glad that I didn't go right
away before he died, for your sakes, that you might believe.” So that means
that they did not what? They did not believe, that's right.
Now this remark of Jesus seemed calloused and insensitive. However, what
Jesus was saying is this, “If I had been there when Lazarus was sick I would
have healed him.” In fact Ellen White states that Jesus would go through towns
and the entire people in the town were healed after He came out. In fact, she
says that Jesus
could not be in the presence of disease, because people were healed. So
if Jesus had been there when Lazarus was sick, He would have healed Lazarus and
He would have lost the opportunity to teach the disciples to believe that He
was not only a good Teacher, that He was not only the Messiah, the promised
Messiah, but He was God in the flesh who had power to resurrect. You see,
Jesus and sickness could not coexist. If He had been there while Lazarus was
alive, He would have healed him. And the whole purpose of the delay, would have
been to frustrate them, to further perplex the disciples, Jesus delayed to arrive in Bethany two
more days. The disciples wondered why Jesus who loved Lazarus so much would
delay so long in going to Bethany.
Sekarang kita perlu kembali ke
kisah Lazarus. Jadi Yesus berkata, “Lazarus tidur.” Para murid berkata, “Oh, kalau dia
tidur, berarti tidak apa-apa.” Lalu Yesus
berkata, “Kalian tidak paham, Lazarus mati.” Maka Yesus tinggal dua hari lagi. Para murid berkata, “Tidakkah
seharusnya Dia segera pergi ke Betani?” Tidak.
Mengapa Yesus menunggu dua hari? Nah, kita akan menjelaskan mengapanya. Di
Yohanes 11:15 Yesus berkata, “15dan demi kamu Aku bersyukur Aku tidak ada
di sana waktu itu, supaya kamu boleh
percaya.’…” Mengapa Yesus menunda dua hari? Dia berkata, “Demi kalian, Aku
bersyukur Aku tidak segera datang sebelum dia mati, supaya kalian boleh
percaya.” Maka berarti mereka tidak apa?
Mereka tidak percaya, betul.
Nah, komentar Yesus ini terdengar kasar dan tidak peka.
Namun, apa yang dikatakan Yesus ialah, “Seandainya
Aku ada di sana ketika Lazarus sakit, sudah pasti Aku sembuhkan dia.” Faktanya, Ellen White menyatakan bahwa saat
Yesus pergi dari kota ke kota, maka semua penduduk kota-kota itu disembuhkan
setelah Dia meninggalkan mereka. Bahkan, kata Ellen White, Yesus tidak bisa berada bersama-sama dengan penyakit,
karenanya orang-orang disembuhkan. Jadi andai Yesus ada di sana ketika Lazarus
jatuh sakit, sudah pasti Dia menyembuhkan Lazarus, dan Dia akan kehilangan
kesempatan untuk mengajar para
murid untuk percaya bahwa Dia bukan hanya Guru yang baik, Dia
bukan hanya Messias yang dijanjikan, tetapi Dia adalah Allah dalam bentuk manusia yang punya kuasa untuk
membangkitkan. Kalian lihat, Yesus dan penyakit tidak bisa hidup
bersama. Andai Dia di sana selagi Lazarus masih hidup, tentunya Dia sudah
menyembuhkannya. Dan seluruh tujuan penundaan itu adalah untuk membuat mereka
frustrasi, untuk membuat para murid cemas, Yesus menunda tiba di Betani
dua hari lagi. Para murid heran mengapa Yesus yang sangat mengasihi Lazarus
menundanya begitu lama untuk ke Betani.
Now in the next several verses of John 11:17 to 32, Martha and then Mary,
excuse me, complained that if Jesus had arrived earlier He could have saved
Lazarus from death. “If You had been
there, Lazarus wouldn’t have died.” In this Mary and Martha were revealing what?
Unbelief. Martha believed in the resurrection of the
dead at the last day. But she did not understand that Jesus was God in the flesh,
who would be the Person who would resurrect Lazarus at the last day. You see,
they believed that Jesus had the power to heal but they did not realize that Jesus was God,
and He had the power to resurrect the dead.
Now, it's true that Martha said to Jesus, “I believe that You are the Christ, the Son of God.” Can you think
of another person that said the same thing, “You
are the Christ, the Son of God”? Peter. Did Peter understand what he was
saying? He didn't have the foggiest idea what he was saying. And Martha did not
have the foggiest idea. She's making the confession by the direction of God,
but she does not understand the implication of what she is saying.
Nah, di ayat-ayat berikut Yohanes 11:17-32, Martha dan
Maria mengeluh seandainya Yesus datang lebih pagi Dia bisa menyelamatkan
Lazarus dari kematian. “Andai Engkau ada di sini,
Lazarus tidak akan mati.” Dalam hal ini Maria dan Martha
menyatakan apa? Ketidakpercayaan mereka. Martha percaya akan adanya kebangkitan orang mati di hari yang
terakhir, tetapi dia tidak
mengerti bahwa Yesus itu Allah dalam bentuk manusia, Pribadi
yang akan membangkitkan Lazarus pada hari yang terakhir. Kalian lihat, mereka
percaya Yesus punya kuasa menyembuhkan, tetapi mereka tidak sadar Yesus itu Allah, dan
Dia punya kuasa untuk membangkitkan orang mati. Nah, memang benar Martha
berkata kepada Yesus, “Aku percaya Engkau adalah Kristus, Anak Allah.” Ingatkah kalian ada orang lain yang
mengatakan hal yang sama, “Engkaulah Kristus, Anak Allah”? Petrus. Apakah Petrus paham apa yang
dikatakannya? Dia sama sekali tidak paham apa yang dikatakannya. Dan Martha
juga tidak paham sama sekali. Dia membuat pengakuan itu karena tuntunan Allah,
tapi dia tidak mengerti implikasi dari apa yang dikatakannya.
Some have mistakenly interpreted the words of Jesus in John 11:26, “ 26 And whoever
lives and believes in Me shall never die….” to
mean that the Christian never actually dies, because the soul lives on after
death. However, verse 25 negates this view, it explicitly states, Jesus is
speaking, “25 … He who
believes in Me, though he may die, he
shall live.” So when He says,
this person will never die, He's not saying that they will never die
physically. He's saying that they will never die eternally, because they
will be resurrected at the end of time. Jesus here makes it clear that though
Christians die, they will live once again at the resurrection, not at
the moment of death. Jesus believed that the hope for the Christian is in what?
The resurrection on the last day, not at death.
Ada orang yang salah menginterpretasikan
kata-kata Yesus di Yohanes 11:26, “26 dan siapa pun yang hidup dan yang percaya dalam Aku, tidak akan mati…” yang diartikan
orang Kristen tidak pernah sungguh-sungguh mati karena rohnya hidup terus
setelah kematian. Namun ayat 25 menyangkal pendapat ini, ayat ini dengan jelas
menyatakan, Yesus yang bicara, “25 …‘dia yang percaya dalam AKu,
walaupun ia bisa mati, ia akan hidup…” Maka ketika Yesus
berkata bahwa orang tidak akan mati, Dia bukan berkata bahwa mereka tidak akan
pernah mati secara fisik. Dia
berkata bahwa mereka tidak akan pernah mati kekal, karena mereka
akan dibangkitkan pada hari akhir. Yesus di sini membuatnya jelas bahwa walaupun orang Kristen mati, mereka akan hidup lagi saat
kebangkitan, bukan pada saat
kematian. Yesus percaya bahwa harapan orang Kristen ada di mana? Kebangkitan
pada hari yang terakhir, bukan pada saat kematian.
Now notice that Jesus did not say to Martha, “I have life and resurrecting power” Jesus said “I am the resurrection and the life.” Jesus not only has life, Jesus is
life, His life is our only hope of everlasting life. When Jesus met
Mary ~ we've talked about Martha ~ when Jesus met Mary, she repeated the same
sentiments as Martha. She said this, “Lord if You
had been here, my brother would not have died.” (John 11:32). She accepted Jesus as the great Healer, but did not yet
understand that the Messiah was God who has life in Himself. For her, Jesus was
not the One who will resurrect people in the last day. She did not yet see that
Jesus was God in the flesh, and He was the One who would resurrect the dead at
the end of time. When Mary and Martha denoted this unbelief, or this lack of faith, or
perhaps a misunderstanding concerning Jesus Christ, Jesus was distressed. It's
described in verse 33 to 38. He was distressed and He was sad, not because Lazarus
was dead, but because of their unbelief of those who were mourning the death of
Lazarus. They actually thought that Jesus wept because He loved Lazarus. They
said, “Oh how He loved him. Look, He's crying because His friend is dead.” That's
not the reason why Jesus wept. Shortest verse in the Bible. “Jesus wept.” They were saying the same words as Mary and Martha. In fact this is what
they said in verse 37. “37…. ‘Could
not this Man, who opened the eyes of the blind, also have kept this man
from dying?’…” does that denote
unbelief? It denotes unbelief, yes. You know He's the great Healer, but is He
really the great Resurrector? Even Martha when Jesus said, “Remove the stone”, Martha shows her unbelief and she says, “No! You know he stinks, Lord.” She had no idea
that Jesus had the life in Himself, and that He was planning on resurrecting
Lazarus. In fact she said, “Could not this
man who opened the eyes of the blind also have kept this man from dying?” And
then she says, “Lord, he stinks.”
Simak sekarang Yesus tidak
berkata kepada Martha, “Aku punya kuasa hidup dan
membangkitkan”, Yesus berkata, “…25 ‘Akulah kebangkitan dan hidup’ (Yohanes
11:25) Yesus bukan hanya memiliki hidup, Yesus adalah hidup itu sendiri.
HidupNya adalah satu-satunya harapan kita untuk hidup kekal. Ketika Yesus
bertemu Maria ~ kita sudah bicara tentang Martha ~ ketika Yesus bertemu Maria,
Maria mengulangi perasaan yang sama seperti Martha. Dia berkata, “Tuhan, andaikan
Engkau ada di sini, saudaraku tidak mati.” (Yohanes 11:32). Dia menerima Yesus sebagai Tabib yang hebat, tetapi masih
belum paham bahwa Sang Messias adalah Allah yang memiliki hidup dalam diriNya.
Bagi Maria, Yesus bukanlah Pribadi yang akan membangkitkan manusia di hari yang
terakhir. Dia belum melihat bahwa Yesus itu Allah dalam bentuk manusia, dan
Dialah yang akan membangkitkan orang mati pada hari akhir. Ketika Maria dan Martha menunjukkan ketidakpercayaan ini,
atau kekurangan iman ini, atau mungkin kesalahpahaman mengenai
Yesus Kristus, maka Yesus pun sangat
sedih. Itu digambarkan di ayat 33-38. Yesus sangat sedih dan
kecewa, bukan karena Lazarus mati, melainkan karena ketidakpercayaan mereka
yang sedang berkabung atas kematian Lazarus. Mereka benar-benar berpikir bahwa
Yesus menangis karena Yesus mengasihi Lazarus. Mereka berkata, “Oh, betapa Dia
mengasihinya. Lihat, Dia menangis karena temannya mati.” Itu bukan alasan mengapa Yesus menangis. Ayat yang paling pendek di
Alkitab, “Yesus
menangis”. Mereka mengatakan
kata-kata yang sama seperti Maria dan Martha. Kenyataannya inilah yang mereka
katakan di ayat 37, “37 … ‘Tidak
bisakah Orang ini, yang mencelekkan mata orang buta, juga mencegah orang ini mati?’…” Apakah ini menunjukkan
ketidakpercayaan? Betul ini menunjukkan ketidakpercayaan. Dia memang Tabib yang
hebat, tetapi apa benar Dia sungguh Pembangkit yang hebat? Bahkan ketika Yesus
berkata, “Pindahkan
batunya”, Martha menunjukkan ketidakpercayaannya
dan dia berkata, “Jangan! Engkau tahu dia sudah bau, Tuhan.” Marta tidak tahu bahwa Yesus memiliki hidup
dalam diriNya, dan bahwa Dia punya rencana untuk membangkitkan Lazarus. Bahkan
Martha berkata, “…37 ‘Tidak bisakah
Orang ini, yang mencelekkan mata orang buta, juga
mencegah orang ini mati?” Lalu
katanya, ‘ “39 … Tuhan, ia sudah bau…”
Now several remarks need to be made with regard to the resurrection of
Lazarus. Not once does John 11 hint that only the body of Lazarus was sleeping.
It was Lazarus in his totality. Jesus did not say, “Our friend Lazarus's body is sleeping I go to wake up his body”. In
verse 39 Martha said that her brother Lazarus had been dead for four days.
Verse 41 adds that the dead man was lying in the tomb. And in verse 33 Jesus
called Lazarus to come forth. He did not say, “Lazarus come down!” He did not call him down from heaven. Lazarus
was where? Lazarus was in the tomb. The biblical concept of life, death, and
resurrection, is the next section that we're going to take a look at. The uniform
hope of the Christian in the Bible is the resurrection from the dead, never the
immortality of the soul.
Nah, beberapa komentar perlu dibuat sehubungan dengan
kebangkitan Lazarus. Tidak satu kali pun Yohanes 11 menyinggung bahwa hanya
tubuh Lazarus yang tidur. Yang tidur adalah keseluruhan Lazarus, totalitasnya.
Yesus tidak berkata, “Tubuh teman kita Lazarus
sedang tidur, Aku pergi untuk membangunkan tubuhnya.” Di ayat 39 Martha berkata bahwa saudaranya Lazarus sudah mati empat
hari. Ayat 41 menambahkan bahwa orang mati itu terbaring di dalam kubur. Dan di
ayat 33 Yesus memanggil Lazarus keluar. Yesus tidak berkata, “Lazarus,
turunlah!” Dia tidak memanggil Lazarus
turun dari Surga. Lazarus ada di mana? Lazarus ada dalam kubur. Konsep Alkitab
tentang hidup, mati, dan kebangkitan adalah bagian berikutnya yang akan kita
simak. Harapan yang sama orang-orang
Kristen di Alkitab adalah kebangkitan dari kematian, tidak pernah keabadian nyawa.
Jesus spoke of two resurrections: one of the righteous and the other of the wicked.
Jesus hinted about the first resurrection when He referred to it as the
resurrection of the just. You can read that in Luke 14:14. Jesus spoke of the
resurrection of the just. Now by implication, if there's a resurrection of the
just, there must be a resurrection of what? Of the unjust, or of the wicked.
Paul also in Acts 24:14 and 15 described the resurrection of the just and of
the unjust.
Yesus bicara tentang dua
kebangkitan: satu dari orang-orang
benar, dan yang lainnya dari orang-orang jahat. Yesus menyinggung
kebangkitan yang pertama ketika Dia mengacu kepadanya sebagai kebangkitan
orang-orang benar. Kalian bisa membaca itu di Lukas 14:14. Yesus bicara tentang
kebangkitan orang-orang benar. Nah, melalui implikasi, jika ada kebangkitan
orang-orang benar, tentunya ada kebangkitan apa? Orang-orang tidak benar, atau
mereka yang jahat. Paulus di Kisah 24:14-15 juga menggambarkan kebangkitan
orang-orang benar dan yang tidak benar.
Now when do the just resurrect and when do the unjust resurrect? Well, the
fact is that neither Jesus nor Paul specified, they simply said that there's
going to be a resurrection of the just and a resurrection of the unjust. That's
the reason why we have to go elsewhere in the Bible to understand that between
these two resurrections you have a thousand years. Let's go to
Revelation 20:4 through 6. Let's read that. The reference is there in your
study notes. But let's go ahead and read the passage. It says there in
Revelation 20:4, “4 And I
saw thrones, and they sat on them, and judgment was committed to
them. Then I saw the
souls of those who had been beheaded for their witness to Jesus and for the
word of God, who had not worshiped the Beast or his image, and had
not received his mark
on their foreheads or on their hands. And they lived and reigned with
Christ for a thousand years….”
So when do the righteous resurrect? If they reign with Christ for a
thousand years and they live, it must mean that they resurrect at the
beginning of the thousand years, right? And then a little bit later in
verse 5 it says, “… 5But the rest of the dead did not live again until the
thousand years were finished…” Who are the rest of the dead? If the dead
that resurrect at the beginning of the Millennium are the righteous, who are
the rest of the dead that resurrect at the end of the Millennium? It has to be
the
wicked.
Nah, kapan orang-benar benar
bangkit dan kapan orang-orang tidak benar bangkit? Nah, faktanya ialah baik
Yesus maupun Paulus tidak spesifik, mereka semata-mata mengatakan akan ada
kebangkitan orang benar dan kebangkitan orang tidak benar. Itulah mengapa kita
harus ke tempat lain di Alkitab untuk mengerti bahwa di antara kedua kebangkitan ini, ada 1’000 tahun.
Mari kita ke Wahyu 20:4-6. Mari kita
baca itu. Referensinya ada di makalah kalian. Tetapi mari kita teruskan
dan membaca kutipan itu. Dikatakan di Wahyu 20:4 di sana, “4 Dan aku melihat takhta-takhta dan mereka duduk di atasnya dan penghakiman diserahkan kepada mereka.
Lalu aku melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah
dipenggal kepalanya karena kesaksian mereka tentang
Yesus dan karena Firman Allah, yang tidak menyembah Binatang itu atau patungnya dan yang tidak menerima tandanya
pada dahi dan tangan mereka. Dan mereka hidup dan memerintah bersama-sama
dengan Kristus selama seribu tahun…”
Jadi kapan orang-orang
benar bangkit? Jika mereka memerintah bersama Kristus selama
seribu tahun dan mereka hidup, itu harus berarti mereka bangkit pada awal seribu tahu itu,
benar? Kemudian sedikit lebih jauh di ayat 5 dikatakan, “…5
Tetapi orang-orang mati yang tersisa,
tidak hidup lagi sampai berakhir masa yang
seribu tahun itu…” Siapa orang-orang mati yang tersisa? Jika orang-orang
mati yang bangkit pada awal Millenium itu orang-orang benar, siapakah
orang-orang mati yang tersisa yang
bangkit pada akhir Millenium? Itu haruslah orang-orang jahat.
The only thing is that Jesus and Paul did not specify that there's a
thousand years between the two but they emphasize that there are two
resurrections. Incidentally the wicked suffer second death after the Millennium.
Every place in the Bible second death is referred to as taking place after the
Millennium. Now Jesus made it crystal clear that the judgment will take
place at the last day. This is an important point. When does the judgment take
place? At the last day. That being the case, how could people go to heaven or
to hell at the moment of death, if they will not be judged until the last day?
If a person goes to heaven when they die, have they already been judged? Of
course they have; if they're going to heaven, their case has already been
decided. If they go to hell at death, has their case already been decided? Have
they been judged? Of course.
So Jesus
is saying that the judgment will take place at the last day, which means that
people are not judged, they do not receive their reward, when they what? When
they die. In fact Matthew 16:27 and Revelation 22:12 tells us that
Jesus, when He comes back, He brings His reward to give to His people. So if He brings His reward He must have
determined in heaven what the reward would be beforehand.
Satu-satunya hal yang tidak dijelaskan Yesus dan Paulus
ialah adanya 1’000 tahun di antara kedua kebangkitan, tetapi mereka menekankan
bahwa ada dua kebangkitan. Nah, orang-orang jahat menderita kematian kedua
setelah Millenium. Setiap tempat di
Alkitab, kematian kedua itu dikatakan terjadi setelah Millenium.
Nah, Yesus membuatnya sangat jelas bahwa penghakiman akan terjadi pada hari
terakhir. Ini poin yang penting. Kapan penghakiman terjadi? Di hari terakhir. Kalau
begitu, mana orang bisa pergi ke Surga atau neraka pada saat kematiannya, jika
mereka tidak dihakimi hingga hari yang terakhir? Jika orang pergi ke Surga saat kematian
mereka, sudahkah mereka dihakimi? Tentunya mereka harus sudah dihakimi jika
mereka sudah bisa ke Surga, kasus mereka sudah diputuskan. Jika mereka pergi ke
neraka saat kematian, apakah kasus mereka sudah diputuskan? Sudahkah mereka dihakimi?
Tentu.
Jadi Yesus berkata, penghakiman
akan terjadi pada hari terakhir, artinya orang-orang tidak dihakimi, mereka
tidak menerima pahala mereka ketika mereka apa? Ketika mereka mati.
Faktanya Matius 16:27 dan Wahyu 22:12 memberitahu kita
bahwa Yesus, ketika Dia datang kembali, Dia membawa hadiah yang akan diberikan
kepada umatNya. Jadi jika Dia membawa hadiahNya, tentunya Dia sudah memutuskan di Surga
sebelumnya, apa hadiah itu.
Where was Lazarus between his death and his resurrection? If he went to
heaven at death, boy, it must have been really cruel for Jesus to make him come
back from that place of bliss! The fact
is that Lazarus had no story to tell about the interim, because he was sleeping the sleep of death.
Di mana Lazarus
antara kematian dan kebangkitannya? Andaikan dia sudah pergi ke
Surga saat kematiannya, astaga, alangkah jahatnya Yesus membuatnya kembali ke
dunia dari tempat yang bahagia itu! Faktanya, Lazarus justru tidak puya cerita tentang waktu
antara kematian dan
kebangkitannya, karena dia tidur dalam kematian.
The fundamental
misunderstanding of the Christian world is found in its understanding of the word “soul”, the idea of an immortal
soul has become so entrenched for such a long period of time, that many find it
impossible to think of the word “soul” in any other way than the idea that the soul
survives the body during the interim of death. Due to the influence of
Greek philosophy, most Christians believe that the soul is an immortal entity inside the
body of man which can consciously survive the body, but is this so? Is
this a true meaning of the word “soul”?
The Bible
teaches that the soul is not part of a person, the soul is the person in its
totality, that is to say, man does not have a soul, man is a
soul. Adam “became a living
soul”.
Kesalahpahaman
fundamental dunia Kristen terdapat pada pengertian mereka akan kata “nyawa/roh”, konsep bahwa nyawa itu baka
sudah begitu mengakar untuk waktu yang begitu lama, sehingga mustahil bagi
banyak orang untuk memahami arti kata “nyawa/roh” yang berbeda dari konsep bahwa nyawa/roh itu tetap
bertahan hidup selama masa antara kematian dan kebangkitan. Gara-gara pengaruh filosofi
Greeka, kebanyakan orang Kristen
meyakini bahwa nyawa/roh itu entitas yang tidak
bisa mati di dalam tubuh manusia, yang bisa tetap hidup dan
punya kesadaran setelah tubuh mati, tetapi benarkah demikian? Inikah makna yang benar dari
kata “nyawa/roh”?
Alkitab
mengajarkan bahwa nyawa itu bukan bagian dari seorang manusia, nyawa itulah
manusianya dalam keseluruhannya, dengan kata lain, manusia
bukan punya satu nyawa, manusia adalah satu nyawa. Adam “menjadi
nyawa (LAI menerjemahkan “soul” di sini
sebagai “makhluk”) yang hidup.” (Kejadian 2:7)
Even today we use the word “soul” in this sense.
Ø We say, “Not a soul
showed up for the meeting”, does that mean an immortal entity, invisible, that
shows up for the meeting? Of course not.
Ø We say, “Oh,
that poor soul”,
that means that poor person, right?
Ø We also say, “Evangelists
say 100 souls
were saved.” Not invisible entities, it means what? It means 100 persons were
saved.
Clearly the word “soul” in these phrases means “person”. Genesis 2:7 tells
us that the
total person is the soul.
Bahkan hari ini kita memakai istilah “soul” (nyawa) dalam
pengertian ini:
Ø Kita katakan, “Tidak satu pun ‘soul’ (maksudnya
di sini “orang”) yang datang ke rapat itu.” Apakah berarti itu entitas yang tidak bisa mati,
yang tidak tampak, yang datang ke rapat itu? Tentu saja tidak.
Ø Kita berkata, “Oh, ‘soul’ (artinya di sini “orang”) yang kasihan itu.” Itu artinya
orang yang kasihan itu, bukan?
Ø Kita juga berkata, “Para penginjil mengatakan 100 ‘souls’ telah
diselamatkan.” Bukan entitas yang
tidak terlihat. Artinya apa? Artinya 100 orang
telah diselamatkan.
Jelas kata “soul” dalam ungkapan-ungkapan ini berarti “orang”. Kejadian 2:7 mengatakan
kepada kita bahwa “soul” (nyawa) adalah manusia secara keseluruhannya
Now the word “soul” in both the Old and New Testaments is frequently
translated:
1. “person”,
2. “life”,
3. or even with a personal pronoun.
Let's examine several examples from the
Old Testament and then we'll go to the New. We're talking about the meaning of
the word “soul”.
See, the problem is, that Christians, they have
come to believe that the soul is an invisible entity, another you
inside the body, that leaves at death. And the reason why is because they've
imbibed this view from Greek philosophy, because Greek philosophy dichotomized
the human being. They said that the body is the prison of the soul, and so
because that came in during the great apostasy, and has come into Protestantism
from Roman Catholicism, Christians can't think of any other way than
just the idea that:
ü the soul is immortal,
ü it's intangible,
ü and it flies out
of the body at the moment of death.
Nah, kata “soul” baik di Perjanjian Lama × ֶפֶש[nephesh] maupun Perjanjian Baru ψυχή
[psuchē], sering diterjemahkan:
1.
“manusia/orang”,
2.
“hidup”,
3.
atau bahkan dengan kata ganti orang.
Mari kita periksa beberapa contoh dari Perjanjian Lama
kemudian nanti kita ke Perjanjian Baru. Kita bicara tentang makna kata “soul”:
Lihat, masalahnya orang Kristen terlanjur meyakini bahwa “soul” (nyawa) × ֶפֶש[nephesh] atau ψυχή
[psuchē] itu sebuah entitas yang tidak
tampak, pribadi kita yang lain di dalam tubuh kita, yang keluar pada saat
kematian. Dan alasan
mengapa begini ialah karena mereka telah menyerap pandangan ini dari filsafat
Greeka, karena filsafat Greeka membagi-bagi manusia. Mereka berkata bahwa tubuh
itu penjara bagi “soul”
(nyawa/roh), dan karena konsep ini muncul pada
waktu masa kemurtadan besar, itu masuk ke dalam Protestantisme dari Roma
Katolikisme. Orang Kristen
tidak bisa menerima konsep
yang lain, kecuali bahwa “soul” (nyawa/roh):
ü itu tidak bisa mati,
ü itu tidak bisa
dipegang (tidak berbentuk padat),
ü dan itu terbang
keluar dari tubuh pada saat kematian.
But the Bible teaches that the soul × ֶפֶש[nephesh] is the person. Let's notice these examples.
Ø Leviticus 17:11
tells us that the soul × ֶפֶש[nephesh]
of a person is in the blood.
You know how
it's translated, even in the King James Version, “the life × ֶפֶש[nephesh] of the person is
in the blood”. Because when your blood circulates,
you have life. When your blood stops circulating, you have no life. The soul is
the life of the person, the total life of the person.
Ø Leviticus 7:18
and 20 tells us that the soul × ֶפֶש[nephesh] eats. So the intangible soul eats, right? Doesn't
make any sense.
Ø Numbers 11:6 speaks
of the
soul × ֶפֶש[nephesh] drying up obviously the best translation is that your life is drying up.
Ø Psalm 22:20
tells us that the soul × ֶפֶש[nephesh]
can be delivered from the sword; here it would be best to translate the word
“soul” with what? “person”.
Ø Psalm 30:3
speaks of the
soul × ֶפֶש[nephesh]
coming up from the grave it's not coming from heaven. The soul or the “person” is coming up from the grave.
Ø Psalm 33:19
explains that a soul × ֶפֶש[nephesh]
can be delivered from death.
If a soul can be
delivered from death, can the soul die? Of course! If a soul can be delivered
from death, it means that the soul can die.
Ø Psalm 49:15 speaks
about the redeeming
the soul × ֶפֶש[nephesh]
from the grave.
So where is the
soul? In heaven? No! The soul is being redeemed from the grave. A better
translation would be that a person is delivered from the grave.
Ø Proverbs 25:25
tells us that the soul × ֶפֶש[nephesh]
gets thirsty, obviously speaking about the person getting thirsty.
And I could supply multiple examples, I have it in the in the study notes
on the state of the dead, multiple examples where the word “soul” × ֶפֶש[nephesh] means life, it means the life of the person, it means a person, it means
the living being, it doesn't mean some invisible entity inside man.
Tetapi Alkitab
mengajarkan bahwa × ֶפֶש[nephesh]
itu adalah manusianya. Mari kita lihat beberapa contoh ini:
Ø Imamat 17:11 memberitahu kita bahwa nyawa × ֶפֶש[nephesh] seseorang itu ada dalam
darahnya.
Kalian tahu terjemahannya, yaitu di KJV, “hidup × ֶפֶש[nephesh] seseorang ada di darahnya”. Karena bila darah kita
bersirkulasi, kita hidup. Bila darah kita berhenti bersirkulasi, kita tidak
hidup. Nyawa × ֶפֶש[nephesh]
adalah hidup seseorang, keseluruhan hidup seseorang.
Ø Imamat 7:18 dan 20 mengatakan kepada kita bahwa nyawa × ֶפֶש[nephesh]
itu makan.
Jadi nyawa × ֶפֶש[nephesh] yang tidak berwujud padat itu bisa makan,
benar? Tidak masuk akal.
Ø Bilangan 11:6 bicara tentang nyawa × ֶפֶש[nephesh] yang mengering, jelas terjemahan yang
terbaik ialah kehidupan
× ֶפֶש[nephesh] yang mengering.
Ø Mazmur 22:20 mengatakan kepada kita bahwa nyawa × ֶפֶש[nephesh] bisa diselamatkan dari pedang; di sini lebih baik
menerjemahkan kata × ֶפֶש[nephesh] dengan apa? “orang”.
Ø Mazmur 30:3 bicara tentang × ֶפֶש[nephesh] yang keluar dari kubur, tidak turun dari Surga.
Nyawa atau “orang”nya yang keluar dari kubur.
Ø Mazmur 33:19 berkata bahwa nyawa × ֶפֶש[nephesh] bisa diselamatkan dari kematian.
Jika nyawa bisa diselamatkan dari kematian, maka bisakah
nyawa × ֶפֶש[nephesh] itu mati? Tentu saja! Jika
nyawa bisa diselamatkan dari kematian, berarti nyawa × ֶפֶש[nephesh]
itu bisa
mati.
Ø Mazmur 49:15 bicara tentang menebus nyawa × ֶפֶש[nephesh] dari kubur.
Jadi nyawa itu ada
di mana? Di Surga? Tidak! Nyawa × ֶפֶש[nephesh]itu sedang ditebus dari kubur.
Terjemahan yang lebih baik adalah seseorang
diselamatkan dari kubur.
Ø Amsal 25:25 memberitahu kita bahwa nyawa × ֶפֶש[nephesh] bisa haus, jelas ini bicara tentang “orang” yang
menjadi haus.
Dan saya bisa menyediakan banyak contoh, ada di makalah
tentang Status Orang Mati, banyak contoh di mana kata × ֶפֶש[nephesh] berarti “hidup”, hidup
seseorang, berarti “manusia”/”orang”, berarti makhluk hidup. Tidak berarti entitas yang tidak terlihat di dalam
manusia.
Now what about the New Testament? I’m going to share with you the
translations that are given by the New International Version, which is better
on the state of the dead than the King James Version. And I get in trouble when
I say that because people think that the King James translation is infallible
and it cannot be improved. On the state of the dead the NIV is better. Now
let's notice how the NIV translates the word “soul” in several texts.
Ø Acts 2:27-31 translates
the word “soul” ψυχή [psuchē] with “Me”:
“You will not
leave Me in the grave nor will You allow Your Holy One to see corruption.”
Ø Acts 2:43
translates the word “soul” ψυχή [psuchē] with “everyone”, persons.
Ø Romans 2:9 the
word “soul” ψυχή [psuchē] is translated “human being”.
Ø In Romans 13:1
where it says that every “soul” ψυχή [psuchē] needs to be
subject to the governing authorities,
the NIV
translates “let everyone be subject to the governing
authorities”.
Ø Hebrews 10:38
the word “soul” ψυχή [psuchē] is translated
with a personal pronoun “I”.
Ø Hebrews 10:39 reads
in the New King James “to the saving
of the soul” ψυχή [psuchē], but the NIV says “those who are saved”.
Ø James 5:20 the
word “soul” ψυχή [psuchē] is translated
with a personal pronoun “him”.
Ø In Luke 21:19
the word “soul” ψυχή [psuchē] is translated
to “yourselves” with the personal pronoun.
Ø Acts 2:41 the
word “soul” ψυχή [psuchē] is not even
translated,
the NIV says “3’000 were added”; the King James says “3’000 souls”; the NIV says “three thousands” in other words 3’000 persons.
Ø Acts 14:22 the “soul”
ψυχή [psuchē] is not even translated,
the word “soul”.
Ø 1 Thessalonians
2:8 translates the word “soul” ψυχή [psuchē] with “lives”.
Ø Hebrews 13:17
and James 1:21 the word “soul” ψυχή [psuchē] is translated
with a personal pronoun “you”.
Ø Matthew 12:18
the word “soul” ψυχή [psuchē] is translated
with a personal pronoun “I”.
So what is the soul ψυχή [psuchē]? "Me", "you", the soul is the living person, that's what
a living soul is.
Nah, bagaimana dengan Perjanjian Baru? Saya akan berbagi
dengan kalian terjemahan-terjemahan yang diberikan NIV yang lebih baik daripada
KJV tentang status orang mati. Dan saya kena masalah bila saya mengatakan itu
karena orang-orang berpikir bahwa terjemahan KJV itu tidak ada salahnya, dan
tidak bisa diperbaiki. Tentang status orang mati terjemahan NIV lebih tepat.
Nah, mari kita simak bagaimana NIV menerjemahkan kata ψυχή
[psuchē] di beberapa ayatnya.
Ø Kisah 2:27-31 menerjemahkan kata ψυχή
[psuchē] dengan “Aku”:
“27 Engkau tidak akan meninggalkan Aku di kubur,
dan tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu
melihat pembusukan.”
Ø Kisah 2:43 menerjemahkan kata ψυχή
[psuchē] dengan “semua orang”, manusia-manusia.
Ø Roma 2:9 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan “orang”.
Ø Di Roma 13:1 di mana dikatakan setiap ψυχή
[psuchē] harus tunduk kepada kekuasaan yang memerintah,
NIV menerjemahkannya, “hendaknya setiap orang tunduk kepada kekuasaan
yang memerintah.”
Ø Ibrani 10:38 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan dengan kata
ganti orang “Aku”.
Ø Ibrani 10:39 di NKJV ditulis “kepada penyelamatan nyawa” tetapi NIV berkata,
“mereka
yang diselamatkan”.
Ø Yakobus 5:20 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan dengan kata
ganti orang “dia”.
Ø Di Lukas 21:19 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan “kamu sendiri” dengan kata ganti orang.
Ø Kisah 2:41 kata ψυχή [psuchē] bahkan tidak diterjemahkan.
NIV mengatakan “3’000 ditambahkan”; KJV mengatakan “3’000 nyawa”; NIV mengatakan “tiga ribu” dengan kata lain 3’000 orang.
Ø Kisah 14:22 ψυχή
[psuchē] bahkan tidak diterjemahkan, kata ψυχή
[psuchē] itu.
Ø 1 Tesalonika 2:8 menerjemahkan kata ψυχή
[psuchē] dengan “hidup”.
Ø Ibrani 13:17 dan Yakobus 1:21 kata ψυχή
[psuchē] diterjemahkan dengan kata ganti orang “kamu”.
Ø Matius 12:18 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan dengan kata
ganti orang “Aku”.
Jadi ψυχή
[psuchē] itu apa? “Aku”, “kamu”, ψυχή
[psuchē] (nyawa) adalah manusia yang hidup, itulah artinya nyawa ψυχή
[psuchē] yang hidup.
Not once ~ this is significant,
because the word “soul” and “spirit” appear thousands of times in the
Bible ~ and not once is the soul spoken of as conscious
and immortal, that can live independently of the body. And not even
once does any text in the Bible connect the word “immortal” with the word
“soul” or the word “spirit”. Never once do you find “immortal spirit”,
“immortal soul”. It doesn't appear. Not
once does it say the soul is conscious or the soul is immortal. What Christians
frequently do is read into the Bible their preconceived ideas.
Tidak satu kali pun ~ ini penting, karena kata “nyawa” ψυχή
[psuchē] dan “roh”
πνεῦμα [pneuma] muncul ratusan kali dalam
Alkitab ~ dan tidak
satu kali pun “nyawa” ψυχή [psuchē] disebut
sebagai sadar dan tidak bisa mati, yang bisa hidup sendiri di luar tubuh. Dan tidak satu kali pun ada ayat mana pun di Alkitab yang
menghubungkan kata “baka" (tidak bisa mati) dengan kata
“nyawa” ψυχή
[psuchē] atau kata “roh” πνεῦμα [pneuma]. Tidak pernah satu kali pun
kita temukan “roh yang baka”, “nyawa yang baka”, tidak ada di Alkitab. Tidak
satu kali pun dikatakan bahwa nyawa itu punya kesadaran atau nyawa itu tidak
bisa mati. Apa yang sering dilakukan orang Kristen ialah memasukkan ke dalam
Alkitab konsep-konsep yang sudah lebih dulu ada di pikiran mereka sendiri.
Let's cite an example. Genesis 35:18 describes the death of Rachel as her
son Benjamin was being born. The text states that her death took place as her
soul was departing, so it says in Genesis 35:18, “18 … as her
soul was departing…” and so some Christians say, “See, she had a soul, and the soul departed.”
The answer to all these questions, did a conscious soul and an immortal
soul leave the body? The answer to that is No! What does that mean “as her
soul was departing” as it is translated, for example in the King
James Version? Well, the NIV once again provides the answer. The NIV reads “as she breathed her last”. What
was departing from her? Her life, not an immortal soul. It doesn't say that
soul was immortal, it doesn't say that the soul was conscious. It simply says
the word “soul” there it means her life was departing, and it says here “as she breathed her last, for she was
dying, she named her son Ben-Oni…” It says, she died, so the departing of the soul means that her life
was leaving her body.
Mari kita kutip satu contoh. Kejadian 35:18 menggambarkan
kematian Rahel saat melahirkan anaknya Benyamin. Ayat itu menyatakan bahwa
kematiannya terjadi saat nyawanya meninggalkannya. Jadi dikatakan di Kejadian
35:18, “18
… ketika nyawanya meninggalkannya…” maka beberapa
orang Kristen berkata, “Lihat, Rahel punya nyawa, dan nyawa itu
meninggalkannya.”
Jawaban kepada
semua pertanyaan ini, apakah nyawa yang punya kesadaran dan nyawa yang tidak
bisa mati meninggalkan tubuhnya? Jawaban kepada pertanyaan itu adalah Tidak!
Apa yang dimaksud dengan “18 … ketika nyawanya
meninggalkannya…” seperti yang
diterjemahkan misalnya di KJV? Nah, NIV sekali lagi memberikan jawabannya. NIV
menulisnya, “…saat dia mengembuskan
nafasnya yang terakhir”. Apa yang
meninggalkan Rahel? Hidupnya, bukan nyawa yang tidak bisa mati. Tidak dikatakan bahwa nyawanya itu baka, tidak dikatakan bahwa
nyawa itu punya kesadaran. Yang dikatakan ialah semata-mata bahwa kata “nyawa” ψυχή
[psuchē] di sana berarti hidupnya sedang
meninggalkannya, dan dikatakan di sini, “…saat dia mengembuskan nafasnya yang
terakhir, karena dia sedang sekarat, dia menamai anaknya Ben-Oni…” Dikatakan bahwa Rahel mati, maka nyawa yang meninggalkan
berarti hidupnya sedang meninggalkan
tubuhnya.
Now here's an illustration. What happens with a soul at death can be better
understood by providing an illustration, the operation of a video camera. When
you are videotaping something, the camera inputs what you are recording, correct?
However, when you put the camera on pause, the videotaping is temporarily
suspended, correct? The recording stops. However, when you put the camera on
“pause” it's suspended. But now notice, during the time that the camera is on pause, no
input enters the camera. But when you press the “start” button again,
the camera picks up where it left off. The same is true of life and death. When
you live, your five senses are processing or inputting the information that
comes into your brain. At death, one's life is put on hold or on pause. There
is no new input during this period. When Jesus comes to resurrect His
people, He will once again press the record button, and life will start
precisely where it left off. Thus death is only a pause, a temporary suspension of
life. This is why death means absolutely nothing to the Christian.
Nah, ini ada ilustrasi. Apa yang terjadi pada sebuah nyawa
saat kematian bisa dipahami lebih baik melalui ilustrasi yang diberikan ini,
dengan pemakaian video kamera. Ketika kita sedang merekam sesuatu, kamera menginput apa yang kita
rekam, benar? Namun bila kamera kita pause-kan, perekaman terhenti, kan? Rekaman berhenti. Bila kamera di pause, rekaman terhenti. Tetapi sekarang simak, selama waktu kamera terhenti,
tidak ada input yang masuk ke kamera. Tetapi bila kita menekan tombol “Start” lagi, kamera melanjutkan dari titik di mana dia
tadi berhenti. Hal yang sama terjadi saat hidup dan mati. Waktu kita hidup,
kelima pancaindera kita memproses atau memasukkan in put semua informasi ke otak kita. Saat kematian, hidup kita
ditangguhkan atau di pause. Tidak ada in put baru selama masa itu. Ketika Yesus datang membangkitkan umatNya, sekali lagi Dia akan
menekan tombol rekam, dan kehidupan akan mulai berjalan
lagi tepat dari
titik ketika ia berhenti sebelumnya. Dengan demikian, kematian itu hanyalah suatu pause, penangguhan sementara dari hidup. Itulah
mengapa kematian sama sekali tidak berarti apa-apa bagi orang Kristen.
And do you know Ellen White has a statement in Great Controversy which is amazing, where she says that the wicked
that are gathered around the city, she says, that they resume the current of their
thoughts just where it ceased. That's an amazing statement. Why the wicked,
there's some wicked people that are totally disintegrated, but they're
going to be resurrected. What is God going to return to those people?
He's going to return their character or their spirit, because they have their
spirit. He's going to return their record to them. Are they going to be just as
wicked as they were in life? Are they going to remember everything that they
did? Of course! They're going to surround the Holy City, they resume the
current of their thoughts. That's why I think that we're dealing with
electronics here, although in Ellen White’s days we didn't have that. They resume
the current of their thoughts, just where it ceased; which means that
if there's a general of an army, and the general of that army has a spear and
he's leading his troops, and he says “Fore…” and somebody shoots an arrow
through him and he doesn't finish, when he resurrects he will say “…ward!”
because he will pick up where he left off. Now that may be an exaggeration, but
I’m making a point here.
Dan tahukah kalian ada pernyataan Ellen White di Great Controversy yang mengagumkan, di mana dia berkata bahwa orang-orang
jahat yang berkumpul mengepung Kota itu, katanya, mereka melanjutkan aliran pikiran
mereka mulai dari titik di mana itu terhenti. Ini pernyataan yang mengagumkan.
Mengapa orang-orang jahat?
Ada beberapa orang jahat yang sepenuhnya hancur, tetapi mereka akan dibangkitkan.
Apa yang akan dikembalikan Allah kepada orang-orang itu? Dia akan mengembalikan
karakter mereka atau roh mereka, karena rohnya ada.
Allah akan mengembalikan catatan mereka kepada mereka. Apakah mereka akan tetap
sejahat sebagaimana mereka dulunya ketika masih hidup? Apakah
mereka akan ingat segala yang mereka lakukan? Tentu saja. Mereka akan mengepung
Kota Suci, mereka melanjutkan alur pikiran mereka. Itulah mengapa saya pikir
kita bekerja dengan elektronik di sini, walaupun di zaman Ellen White itu tidak
ada. Mereka melanjutkan aliran pikiran
mereka mulai dari titik di mana itu terhenti. Artinya jika ada seorang
jenderal sebuah pasukan, dan jenderal itu memegang tombak dan dia sedang
memimpin pasukannya, dan dia berteriak, “Maaa…” dan seseorang menembakkan anak
panah menembusnya dan dia tidak sempat menyelesaikan perkataannya, ketika dia
bangkit dia akan berseru “…juuuu!” karena dia akan melanjutkan dari mana dia
terhenti. Nah, ini mungkin berlebihan, tetapi saya ingin menekankan poin ini di
sini.
Listen carefully to this now. For the Christian who dies in Christ there is
really no separation from Christ. Is that true? Yeah, because the Christian is
dead, he doesn't know he's separated, for the Christian who dies in Christ, there is
really no time separation from Christ. Life stops at the moment of
death and picks up again when Jesus comes. It will pick up at the very point
where it left off, when the person died. Thus in a certain sense from the
perspective of the dead person, there was no separation during the interim,
because the
dead person has known nothing from the moment of death until the resurrection.
For the dead person there's no separation, because the camera goes on pause,
after that there's no input. And the next point is when the start button is
pressed and the person picks up where they left off. So let me ask you in a certain sense, from
the perspective of the dead person, is it possible that the person goes to
heaven when they die? Yes, from the perspective of the person they go to heaven
when they die, because they die everything is suspended, and the next moment
which they were not aware of everything that went on, the very next moment,
they're seeing Jesus coming on the clouds of heaven. Are you understanding what
I’m saying? I’m not saying that the dead person goes right to heaven, I’m
saying the person dies, there's nothing that goes on after they die,
their next thinking moment ~ see, their last breath fuuu, (they drop dead) ~ and
the next
thing they think of is Jesus coming in the clouds. For them
there was no separation. Isn't that comforting? “15 Precious in
the sight of the Lord is the
death of His saints.”
Dengarkan baik-baik sekarang. Bagi orang Kristen yang
mati dalam Kristus, sesungguhnya tidak ada pemisahan dari Kristus. Apakah itu
benar? Iya, karena orang Kristen itu sudah mati, dia tidak tahu bahwa dia
terpisah. Bagi orang Kristen yang mati
dalam Kristus, sesungguhnya tidak ada waktu pemisahan dari Kristus.
Hidup berhenti pada saat kematian, dan dilanjutkan kembali ketika Yesus datang.
Hidup akan dimulai lagi dari titik di mana ia terhenti, ketika orangnya mati.
Dengan demikian, dalam pengertian tertentu, dari sudut
pandang orang yang mati itu, tidak ada pemisahan selama masa interim, karena orang yang mati tidak tahu
apa-apa dari saat kematian hingga saat kebangkitan. Bagi orang
yang mati tidak ada pemisahan karena kameranya di pause, setelah itu tidak ada input. Dan titik berikutnya ialah ketika tombol “Start” ditekan dan orang itu melanjutkan hidupnya
dari mana itu terhenti.
Jadi saya mau tanya, dalam pengertian tertentu, dari
sudut pandang orang yang mati, mungkinkah orang tersebut pergi ke Surga ketika
mereka mati? Ya, dari perspektif orang yang mati itu dia pergi ke Surga ketika
dia mati, karena ketika dia mati semuanya ditangguhkan, dan momen berikutnya ~ karena dia tidak
tahu tentang apa pun yang terjadi ~ momen
berikutnya itu dia melihat Yesus datang di atas awan-awan di langit. Apakah
kalian paham apa yang saya katakan? Saya
tidak mengatakan bahwa orang yang mati pergi ke Surga. Saya
mengatakan orang yang mati, baginya tidak
ada apa-apa lagi yang terjadi setelah dia mati, pikirannya
berikutnya ~ lihat, nafas terakhirnya fuuu… (lalu mati) ~ dan berikutnya yang muncul di pikirannya ialah Yesus datang di
awan-awan. Bagi orang Kristen ini tidak ada
pemisahan. Bukankah itu sangat menghibur?
“ 15 Berharga di
mata TUHAN kematian semua orang kudus-Nya.” (Mazmur 116:15)
Romans 6:23 presents two choices and only two destinies: death or eternal
life. The choice is not eternal life in bliss, or eternal life in misery. How
can we be sure to choose life? The answer is that we must choose to be in
Christ. And how do we choose to be in Christ? The incorporation ceremony is
baptism, and like I mentioned previously in Romans 6:3 through 5, Matthew 28:18
through 20, as well as Galatians 3:26, we are baptized into the name of Christ, we are
incorporated into Christ at the moment of our baptism, God reckons us
in Christ not in ourselves. At baptism we receive forgiveness for our sins and
also the gift of the Holy Spirit. At this moment the Spirit of Christ dwells in
us, and we have the gift of eternal life.
Roma 6:23 mengetengahkan dua pilihan dan hanya dua
takdir: kematian kekal atau hidup kekal. Pilihannya bukan hidup kekal yang
bahagia atau hidup kekal yang sengsara. Bagaimana kita bisa pasti memilih
hidup? Jawabannya ialah kita harus memilih berada dalam Kristus. Dan bagaimana
kita memilih berada dalam Kristus? Upacara penyatuannya ialah baptisan. Dan
seperti yang sudah saya singgung sebelumnya di Roma 6:3-5, Matius 28:18-20, dan
juga Galatia 3:26, kita dibaptis ke
dalam nama Kristus, kita dimasukkan ke dalam Kristus pada saat baptisan kita,
Allah memperhitungkan kita dalam Kristus, bukan dalam diri kita sendiri. Saat
baptisan kita menerima pengampunan untuk dosa-dosa kita dan juga karunia Roh
Kudus. Pada saat itu Roh Kudus tinggal dalam kita, dan kita mendapat karunia
hidup kekal.
Thus our choices, our decisions are a matter of life and death. We can
decide to hang on to our sins and die; or give them to Jesus and live. There
are no other choices. If we choose life, we can have the assurance that should
we die, Jesus will resurrect us with His awesome power, to live with Him
forevermore. What an awesome privilege. Are you willing to give your life to
Jesus?
Maka pilihan kita, keputusan kita adalah masalah hidup
dan mati. Kita bisa memutuskan untuk mempertahankan dosa-dosa kita dan mati kekal; atau
memberikan mereka kepada Yesus dan hidup kekal. Tidak ada pilihan yang lain.
Jika kita memilih hidup kekal, kita bisa mendapatkan
jaminan bahwa kalau kita mati, Yesus akan membangkitkan kita dengan kuasaNya
yang luar biasa, untuk hidup bersamaNya selamanya. Alangkah mengagumkannya hak
istimewa ini. Apakah kita rela memberikan hidup kita kepada Yesus?
One final closing point. The story of
Paul's encounter with the philosophers at Athens. The wise men of Greece did
not believe in the resurrection of the body. Their hope was in the deliverance
of their immortal soul from the prison of the body. When Paul debated these
intellectuals at the Aeropagus, they listened intently to what Paul had to say,
but many were scandalized when Paul spoke about the physical resurrection of
the body, because they believed that the body was a tomb, it was the prison
house of the soul.
And so Socrates you know he gathered
his disciples around him, and he was going to drink the hemlock with the
poison, and he said to his disciples, “I
wish that you had the courage to do what I’m going to do. I’m going to drink
the hemlock, and I’m going to die, and my soul which is imprisoned in the body,
is going to fly off no longer encumbered by a body that gets sick, by a body
that dies. No, I will, my soul, my real self, is going to fly off.” That's
what they believed.
Satu poin penutup terakhir. Kisah pertemuan Paulus dengan
para filsuf di Athena. Orang-orang bijak dari Greeka tidak percaya pada
kebangkitan tubuh. Harapan mereka ada dalam pembebasan nyawa mereka yang baka
dari tubuh yang memenjarakannya. Ketika Paulus berdebat dengan orang-orang
intelek ini di Aeropagus (tempat para filsuf berdebat di atas bukit), mereka
mendengarkan dengan seksama kepada apa yang dikatakan Paulus, tetapi banyak
yang sangat tersinggung ketika Paulus bicara tentang kebangkitan fisik tubuh,
karena mereka meyakini bahwa tubuh itu seperti kubur, itu rumah penjara dari
nyawa.
Maka Socrates mengumpulkan para muridnya mengelilinginya,
dan dia mau minum ramuan racun, dan dia berkata kepada murid-muridnya, “Harapanku adalah kalian punya
keberanian untuk melakukan apa yang akan aku lakukan. Aku akan minum racun ini
dan aku akan mati, dan nyawaku yang terpenjara dalam tubuh in akan
terbang bebas tidak lagi terhalang oleh tubuh yang bisa sakit, tubuh yang bisa
mati. Tidak, aku akan, nyawaku, diriku yang hakiki, akan terbang
lepas.” Itulah yang mereka yakini.
And so when Paul spoke
about the resurrection of the body, they said, “Are you nuts? Who would want to
have the body back at the resurrection? No way! The hope is for the the soul,
the immortal soul, to be delivered from the prison house of the body.” So for
the Greeks the body was a hindrance to intellectual growth. Their aspiration
was to get rid of the body that their immortal soul might live. What a contrast
with the view of the apostle Paul! He expressed his hope in Philippians 3.
Maka ketika Paulus bicara tentang kebangkitan tubuh,
mereka berkata, “Yang bener aja! Siapa yang mau tubuh ini kembali
di kebangkitan? Tidak mau! Yang diharapkan adalah bagi nyawanya, nyawa yang baka, untuk
dibebaskan dari rumah penjara tubuh.”
Maka bagi orang-orang Greeka, tubuh merupakan penghalang pertumbuhan
intelektual. Aspirasi mereka ialah untuk menyingkirkan tubuh supaya nyawa
mereka yang bakal boleh hidup. Betapa bedanya dengan pandangan rasul Paulus!
Dia menyatakan harapannya di Filipus 3.
Let's go there quickly. Philippians 3:4 through 11. Was Paul's hope in
dying and having the soul fly off from the prison of the body? Was that his
glorious hope? Was that his blessed hope. No, it wasn't.
Philippians 3:4
through 11. Here the apostle Paul reminisces about his past and he tells us
what his hope was ~ let me find this here ~ Philippians chapter 3 and beginning
with verse 4, he wrote, “ 4 though I
also might have confidence in the flesh. If anyone else thinks he may have
confidence in the flesh, I more so: 5 circumcised the eighth day, of the stock of
Israel, of the tribe
of Benjamin, a Hebrew of the Hebrews; concerning the Law, a
Pharisee; 6 concerning
zeal, persecuting the church; concerning the righteousness which is in the
Law, blameless. 7 But what
things were gain to me, these I have counted loss for Christ. 8 Yet indeed I also count
all things loss for the excellence of the knowledge of Christ Jesus my
Lord, for whom I have suffered the loss of all things, and count them as
rubbish, that I may gain Christ 9 and be found in Him, not having my own
righteousness, which is from
the Law, but that which is through
faith in Christ, the righteousness which is from God by faith;…” and now notice what his aspiration was
“…10 that
I may know Him and…” what else? “…and the power of His…” what? What was Paul's hope? His resurrection. “…and the power of His
resurrection, and the fellowship of His sufferings, being conformed to His
death,…” now notice this “…11 if, by any means, I
may attain to…” the soul leaving the body at death? No! He says, that
“…I may attain to the resurrection from the dead.” So what was Paul's hope? The resurrection
of the dead, not the deliverance of the soul from the body like the Greek
philosophers.
Mari kita ke sana cepat-cepat. Filipi 3:4-11. Apakah
harapan Paulus ada dalam kematian dan membuat nyawanya terbang lepas dari
tubuh yang memenjarakannya? Apakah itu harapannya yang mulia? Apakah itu
harapannya yang indah? Tidak, bukan.
Filipi 3:4-11. Di sini rasul
Paulus mengingat kembali masa lalunya dan dia memberitahu kita apa harapannya.
Filipi pasal 3 dan mulai dengan ayat 4, Paulus menulis, “4 Sekalipun aku juga punya alasan untuk mengandalkan daging. Jika ada orang yang
menyangka dia boleh mengandalkan daging, aku lebih lagi: 5 disunat pada hari
kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang yang paling Ibrani dari semua orang Ibrani; dalam hal hukum Taurat, seorang Farisi, 6 dalam hal
semangat, penganiaya jemaat; dalam hal kebenaran
menurut Hukum Taurat, aku tidak bercacat. 7
Tetapi apa yang dahulu kuanggap menguntungkan bagiku,
sekarang karena Kristus kuanggap tidak bernilai.
8 Malahan segala sesuatu juga
kuanggap tidak bernilai demi keistimewaan pengetahuan tentang Kristus Yesus, Tuhanku, untuk DIa-lah aku telah menderita kehilangan segala
sesuatu, yang kuanggap sebagai sampah, supaya aku boleh memperoleh Kristus. 9dan berada dalam Dia, tidak dengan memiliki kebenaranku sendiri dari mentaati Hukum Taurat, melainkan dengan
kebenaran yang diperoleh melalui iman dalam
Kristus, yaitu kebenaran yang dari Allah melalui iman. …” dan sekarang simak
apa aspirasinya, “…10
Agar aku boleh mengenal Dia…” apa lagi? “…dan
kuasa kebangkitan-Nya…” apakah harapan Paulus? Kebangkitannya. “…dan kuasa kebangkitan-Nya, dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana
aku diselaraskan dengan kematian-Nya…” simak ini, “…11 supaya aku akhirnya boleh beroleh…”
nyawa meninggalkan tubuh saat kematian?
Tidak! Paulus berkata bahwa, “11…supaya
aku akhirnya boleh beroleh kebangkitan dari
antara orang mati…” Jadi apa harapan Paulus? Kebangkitan orang mati, bukan
pembebasan nyawa dari tubuh seperti konsep filsuf-filsuf Greeka.
So did Jesus have
the right concept of death? He most certainly did. His view is radically
different than the view of the Christian world today. The view of the
Bible, the hope of the Christian, is that our glorious hope, is the second coming of Jesus
Christ to resurrect those who died in Jesus Christ. I trust that we
abide in Christ and we have eternal life because we're connected with Him, and
that if we should die He will resurrect us when He comes.
Jadi apakah Yesus punya konsep yang benar
tentang kematian? Jelas sekali iya. Pandangannya berbeda secara radikal dari
pandangan dunia Kristen hari ini. Pandangan Alkitab, harapan
orang Kristen, ialah harapan mulia kita, yaitu kedatangan kedua Yesus Kristus untuk membangkitkan mereka yang mati dalam
Yesus Kristus. Saya percaya bahwa kita tinggal dalam Kristus dan kita
memiliki hidup kekal karena kita sudah terhubung denganNya, dan kalau kita
mati, Dia akan membangkitkan kita ketika Dia datang.
21 10 24