Wednesday, October 23, 2024

EPISODE 14/24 ~ WHAT JESUS SAID ~ LIFE, DEATH, AND AFTERLIFE ~ STEPHEN BOHR

 

WHAT JESUS SAID

Part 14/24 - Stephen Bohr

LIFE, DEATH, AND AFTERLIFE

https://www.youtube.com/watch?v=EwYYZmUCRCU

 

 

Dibuka dengan doa.

 

 

John chapter 11 tells us the story of Christ's greatest miracle during His earthly ministry. Lazarus lived in Bethany which is about two miles southeast of the city of Jerusalem. When the story begins Jesus is in a place called Aenon  because the Jews in Judea had attempted to stone Him. The precise place where Jesus went is unknown, but we know that it was near the city of Jerusalem. While Jesus was in Aenon, Lazarus whom Jesus loved, according to the biblical text, became gravely ill, and his sisters Mary and Martha sent a message to Jesus that their brother was on his deathbed. And then Jesus made a very strange remark to His disciples that surprised them. In John 11:4 we find the words of Jesus,  … ‘This sickness is not unto death, but for the glory of God, that the Son of God may be glorified through it.’…”

The reason why this is strange is because Lazarus did die. Verse 5 tells us that Jesus loved Martha and her sister Mary and Lazarus. In fact Ellen White explains that Jesus loved to get away from the hustle and bustle and just spend some time with His friends in their home. Now if it was true that the sickness that Lazarus had was not unto death, but he died, why did Jesus remain for two days where He was at before He went to heal His very close friend? Why didn't Jesus go immediately and heal His friend and bring comfort to the family, that is while he was alive? But things got even stranger. Next Jesus told His disciples, “Let's go to Judea again.” The disciples were surprised by what Jesus said, and they actually protested. They said to Jesus, “Why are we going to Judea? They tried to kill You there just a little short while ago?” And you can find this in the previous context in John chapter 8 and John chapter 10. And then the disciples resigned over the fact that Jesus had said “We're going whether you think we should go or not.” The disciples said, “Let's go that we may die with Him.” Jesus then made another remark that surprised the disciples, it's found in verse 11,  11 … ‘Our friend Lazarus sleeps, but I go that I may wake him up.’…” The disciples didn't understand the meaning of what Jesus said, so they said to Jesus,  12 …. ‘Lord, if he sleeps he will get well.’…” Verse 12. However, Jesus was comparing the state of man in death with sleep.

Now let's pursue this idea of sleep for a few minutes. Let's notice first of all John 11:13 and 14. “ 13 However, Jesus spoke of his death, but they thought that He was speaking about taking rest in sleep.14 Then Jesus said to them plainly, ‘Lazarus is dead.’…” And so now Jesus is saying Lazarus is dead. So they expect Jesus to go right away to where Lazarus is, but Jesus spent two more days there.

 

Yohanes pasal 11 mengisahkan kepada kita mujizat terbesar Kristus di masa ministrinya di dunia. Lazarus tinggal di Betani sekitar dua mil sebelah tenggara kota Yerusalem. Ketika kisah ini dimulai, Yesus sedang berada di sebuah tempat yang bernama Ainon (Yohanes 3:23) karena orang-orang Yahudi yang di Yudea telah mencoba untuk merajamNya. Tepatnya tidak diketahui di mana Yesus berada, tetapi kita tahu bahwa itu dekat kota Yerusalem. Selagi Yesus di Ainon, Lazarus yang dikasihi Yesus menurut ayat Alkitab, jatuh sakit keras, dan saudara-saudara perempuannya Maria dan Martha mengirim pesan ke Yesus bahwa saudara laki-laki mereka sedang sekarat. Lalu Yesus membuat komentar yang sangat aneh bagi para muridNya yang membuat mereka keheranan. Di Yohanes 11:4 kita temukan kata-kata Yesus, 4 …‘Penyakit ini tidak mendatangkan kematian, melainkan demi kemuliaan Allah, supaya Anak Allah boleh dimuliakan melalui itu.’…” Alasan mengapa ini aneh ialah karena Lazarus ternyata mati. Ayat 5 mengatakan kepada kita bahwa Yesus mengasihi Martha, dan saudaranya Maria dan Lazarus. Malah Ellen White menjelaskan bahwa Yesus demi menjauhi keramaian dan kebisingan suka melewatkan waktu bersama teman-temanNya ini di rumah mereka. Maka jika itu benar bahwa penyakit yang diderita Lazarus tidak mendatangkan kematian, namun dia mati, mengapa Yesus masih tinggal dua hari di mana Dia berada sebelum Dia pergi menyembuhkan temanNya yang karib? Mengapa Yesus tidak segera pergi dan menyembuhkan temanNya dan menenangkan hati keluarganya selagi Lazarus masih hidup? Kondisi malah menjadi semakin aneh. Berikutnya Yesus berkata kepada murid-muridNya, “Mari kita ke Yudea lagi.” Para murid keheranan dengan apa yang dikatakan Yesus dan mereka protes. Mereka berkata kepada Yesus, “Mengapa kita akan ke Yudea? Mereka sudah mencoba membunuhMu di sana tidak lama berselang?” Dan kalian bisa menemukan ini di konteks sebelumnya di Yohanes pasal 8 dan pasal 10. Kemudian para murid menyerah kepada fakta yang dikatakan Yesus, “Kita tetap pergi entah kalian pikir kita harus pergi atau tidak.” Para murid berkata, “Ayolah kita pergi supaya kita boleh mati bersamaNya.” Yesus lalu membuat komentar lain yang mengherankan para murid, itu ada di ayat 11, 11…‘Sahabat kita Lazarus tidur, tetapi Aku pergi supaya Aku boleh membangunkan dia.’…” Para murid tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus, maka mereka berkata kepada Yesus,12… ‘Tuhan, jika ia tidur, ia akan sembuh…”  ayat 12. Namun Yesus sedang melambangkan kondisi orang yang  mati dengan tidur.

Nah, sekarang mari kita bahas konsep tidur ini sejenak. Mari kita simak dulu Yohanes 11:13 dan 14, 13 Namun Yesus bicara tentang kematiannya, tetapi mereka menyangka Dia sedang bicara tentang beristirahat dalam tidur. 14 Lalu Yesus berkata kepada mereka dengan gamblang, ‘Lazarus itu mati.’…”  Maka sekarang Yesus mengatakan Lazarus itu mati. Jadi mereka mengira Yesus akan segera pergi ke mana Lazarus berada, tetapi Yesus menghabiskan dua hari lagi di sana.

 

 

Now let's notice that the idea of sleep should not have surprised the disciples or those who were present with Jesus when He arrived in Bethany. The Bible in multiple places uses “sleep” as an analogy of death. In fact the Old Testament is saturated with references to death as sleep.  Job 14:7 through 15 is particularly significant. This is a powerful passage in the Old Testament about death and sleep. Let's go through this entire passage, it's long but it has some very important material.  For there is hope for a tree, if it is cut down, that it will sprout again, and that its tender shoots will not cease. Though its root may grow old in the earth, and its stump may die in the ground, Yet at the scent of water it will bud and bring forth branches like a plant…” So here you have the metaphor of a tree that is cut down, but then water falls upon the tree and then life sprouts from the stump of the tree. Now Job is going to make the application to man, he's going to use the metaphor to apply it to man in verse 10, “…10 But man dies…” see, the tree is an illustration of man,  “…10 But man dies and is laid away; indeed he breathes his last and where is he? 11 As water disappears from the sea, and a river becomes parched and dries up, 12 So man lies down and does not rise…” are you seeing the comparison that is being made here in the book of Job? The tree is the metaphor, and it's pointing towards the death of man. So it says in verse 12,  “…12 So man lies down and does not rise…” you say that sounds pretty pessimistic. But now let's finish reading the verse, “…till the heavens are no more. They will not awake nor be roused from their sleep…” So let me ask you this, is there hope if the tree is cut down? It appears that its roots have dried up, is there hope when the tree is watered, that the tree will, so to speak, resurrect? Yes! Is it also true of man? Yes. “…12 So man lies down and does not rise till the heavens are no more…” this is when Jesus comes by the way. “…They will not awake…”  see, they were asleep. Are they going to awaken? Yes. “…nor be roused from their sleep…” And then Job speaking about himself says, “…13 Oh, that You would hide me in the grave, that You would conceal me until Your wrath is past…” because it appeared that the wrath of God was being manifested in Job,  “…that You would appoint me a set time, and remember me!...” And then he asked the question, “…14 If a man dies, shall he live again? All the days of my hard service I will wait, till my change comes…” You know that word “change” in the Old Testament refers almost every single time to a change of garments, and it's very much connected with 1 Corinthians 15 where it says we shall be changed because “this mortal must put on immortality”. The expression “put on” in the New Testament refers to putting on garment. And so it says“…14 If a man dies, shall he live again? All the days of my hard service I will wait, till my change comes. 15 You shall call, and I will answer You; You shall desire the work of Your hands…” In other words, Job is saying, “God, You are going to desire me, You are going to wake me up from my sleep.”

 

Sekarang mari kita simak, bahwa konsep tidur tidak seharusnya mengherankan para murid maupun mereka yang hadir bersama Yesus ketika Dia tiba di Betani. Di banyak tempat di Alkitab “tidur” dipakai sebagai analog kematian. Bahkan, Perjanjian Lama itu penuh dengan “tidur” yang merujuk kepada kematian. Ayub 14:7-15 itu terutama signifikan. Ini adalah kutipan yang hebat di Perjanjian Lama tentang kematian dan tidur. Mari kita bahas seluruh kutipan ini, memang panjang, tapi berisikan beberapa materi yang sangat penting. 

7 Karena bagi pohon masih ada harapan, apabila ia ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya yang muda  tidak akan berhenti tumbuh. 8 Walaupun akarnya menjadi tua di dalam tanah, dan tunggulnya mungkin mati di dalam tanah, 9 namun ketika tercium air, ia akan bersemi, dan menumbuhkan cabang-cabang seperti tanaman…”  Jadi di sini ada metafora pohon yang ditebang, tetapi kemudian air menjatuhi pohon itu, dan kehidupan bertunas dari tunggulnya. Sekarang Ayub akan mengaplikasikannya kepada manusia, dia akan menggunakan metafora ini  untuk diaplikasikan kepada manusia di ayat 10, “…10 Tetapi manusia mati…”  lihat, pohon itu ilustrasi manusia, “…10 Tetapi manusia mati dan dikuburkan; sesungguhnya ia menarik nafasnya yang terakhir, dan  di manakah ia? 11 Seperti air menguap dari tasik, dan sungai menjadi retak-retak dan kering, 12 seperti itulah manusia berbaring dan tidak bangkit…”  apakah kalian melihat perbandingan yang dibuat di sini di kitab Ayub? Pohon itu metaforanya dan itu menunjuk kepada kematian manusia. Jadi dikatakan di ayat 12, “…12 seperti itulah manusia berbaring dan tidak bangkit…” kalian berkata itu terdengarnya sangat pesimis. Tetapi sekarang mari kita selesaikan membaca ayat ini,  “…sampai langit tidak lagi ada. Mereka tidak akan bangun maupun dibangunkan dari tidurnya…”  Coba saya tanya, apakah ada harapan jika pohon itu ditebang? Tampaknya sepertinya akar-akarnya sudah mengering, apakah ada harapan bila pohon itu diairi, apakah pohon itu katakanlah akan bangkit kembali? Ya! Apakah demikian juga pada manusia? Ya. “…12 seperti itulah manusia berbaring dan tidak bangkit,  sampai langit tidak lagi ada…”  nah, ini adalah pada saat kedatangan kedua Yesus. “… Mereka tidak akan bangun…” lihat, mereka sedang tidur. Akankah mereka bangun? Ya. “…maupun dibangunkan dari tidurnya…”  kemudian Ayub berbicara tentang dirinya sendiri, berkata, “…13 Ah, sekiranya Engkau mau menyembunyikan aku dalam kubur, sekiranya Engkau mau menyembunyikan aku hingga murka-Mu berlalu…”  sebab sepertinya murka Allah sedang diwujudkan pada Ayub, “…sekiranya Engkau mau menetapkan satu waktu bagiku, dan mengingat aku…”  lalu dia mengajukan pertanyaan,   “… 14  Kalau manusia mati, akankah ia hidup lagi? Selama semua hari pelayananku yang berat, aku akan menunggu, hingga perubahanku tiba…”  Kalian tahu, kata “perubahan” di Perjanjian Lama nyaris setiap kali mengacu kepada pertukaran pakaian, dan itu sangat terkait kepada 1 Korintus 15:53 di mana dikatakan kita akan diubahkan karena  53 … yang akan mati ini harus mengenakan yang tidak akan mati.” Ungkapan “mengenakan” di Perjanjian Baru mengacu kepada mengenakan pakaian. Maka dikatakan, “…14 Kalau manusia mati, akankah ia hidup lagi? Selama semua hari pelayananku yang berat, aku akan menunggu, hingga perubahanku tiba. 15  Engkau akan memanggil, dan aku akan menjawabMu; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu…”  Dengan kata lain, Ayub berkata, “Allah, Engkau akan merindukan aku, Engkau akan membangunkan aku dari tidurku.”

 

 

v   Now Deuteronomy 31:6 tells us that Moses slept with his fathers.

v   1 Kings 11:21 tells us that David slept with his fathers.

v   1 Kings 11:43 tells us that Solomon slept with his fathers.

In fact in dozens of times in Kings and Chronicles the kings of Israel from David to Jehoiakim are said to have slept with their fathers. So time and again the emphasis is that when a person dies, they what? They go to sleep.

v   Psalm 13:3, in this Psalm David spoke of the sleep of death.

Let's read that verse. Here David cries out to the Lord, Consider and hear me, O Lord my God; enlighten my eyes, lest I sleep the sleep of death.” So notice “sleep” is compared with death,  “lest I sleep the sleep of death.”

v   Isaiah 26:19 describes the resurrection of the righteous from the dust of the earth;

it says there, 19 Your dead shall…” what?  “…shall live; together with my dead body they shall…” what?  “… arise…”  notice, the dead shall live,  “…together with my dead body they shall arise. Awake…” so once again you have this metaphor of sleep.   “…Awake and sing, you who dwell in dust…” who is it that dwells in the dust? People who die, right? And then it continues saying, “…for your dew is like the dew of herbs, and the earth shall cast out the dead…” See, the resurrection, the idea of the resurrection is not only a New Testament hope, its roots ~ like so many other things that we've studied ~ are in the Old Testament.

 

v   Nah, Ulangan 31:6 memberitahu kita bahwa Musa tidur dengan nenek moyangnya.

v   1 Raja 11:21 memberitahu kita bahwa Daud tidur dengan nenek moyangnya.

v   1 Raja 11:43 memberitahu kita bahwa Salomo tidur degan nenek moyangnya.

Bahkan lusinan kali di kitab-kitab Raja-raja dan Tawarikh, raja-raja Israel mulai dari Daud hingga Yoyakim dikatakan tidur dengan nenek moyang mereka. Jadi berulang-ulang ditekankan jika seorang itu mati, dia apa? Dia tidur.

v   Mazmur 13:3, di Mazmur ini Daud bicara tentang tidur dalam kematian.

Mari kita  baca ayat itu. Di sini Daud berseru kepada Tuhan, 3 Pertimbangkanlah dan dengarlah aku, ya TUHAN, Allahku! Cerahkan mataku supaya jangan aku tidur dalam tidur kematian” Jadi simak, “tidur” dibandingkan dengan kematian,  “supaya jangan aku tidur dalam tidur kematian”

v   Yesaya 26:19 menggambarkan kebangkitan orang-orang benar dari debu tanah,

dikatakan di sana, 19 Orang-orang mati-Mu akan…” apa? “…akan hidup, bersama-sama dengan tubuhku yang mati, mereka akan…”  apa?  “…bangkit…”  simak, orang-orang mati akan hidup “…bersama-sama tubuhku yang mati, mereka akan bangkit. Bangkit…” jadi sekali lagi ada metafora tidur ini.  “…Bangkit dan menyanyilah, kamu yang tinggal dalam debu tanah…” siapa yang tinggal dalam debu tanah? Orang-orang mati, benar? Kemudian dikatakan selanjutnya, “…sebab embunmu seperti embun ramuan dan bumi akan mencampakkan orang-orang matinya…” Lihat, konsep kebangkitan bukan hanya harapan Perjanjian Baru, tapi akarnya ~ seperti banyak hal lain yang telah kita pelajari ~ ada di Perjanjian Lama.

 

 

You know, what can be said of the righteous cannot be said of the wicked. The wicked are going to sleep in eternal sleep. Notice Jeremiah 51 we'll read verse 39 and then we'll read verse 57. 39 In their excitement I will prepare their feasts…” this is talking about Babylon.  “…I will make them drunk, that they may rejoice and sleep a perpetual sleep and not awake,’ says the Lord….” Verse 57, 57 And I will make drunk her princes and wise men, her governors, her deputies, and her mighty men. And they shall sleep a perpetual sleep and not awake, says the King, whose name is the Lord of hosts.” So the wicked will sleep an everlasting sleep. God's people will sleep but they will be awakened by the Lord.

 

Kalian tahu, apa yang bisa dikatakan tentang orang-orang benar tidak bisa dkatakan tentang orang-orang jahat. Orang-orang jahat akan tidur abadi. Simak Yeremia 51, kita akan membaca ayat 39, kemudian kita akan membaca ayat 57. 39 Dalam hiruk pikuk mereka, Aku akan menyediakan pesta mereka…” ini bicara tentang Babilon. “…Aku akan membuat mereka mabuk, supaya mereka boleh bersukacita dan tidur untuk selama-lamanya dan tidak bangun,’ firman TUHAN…” ayat 57, “…57 Dan Aku akan membuat mabuk pangeran-pangerannya, gubernur-gubernurnya, wakil-wakilnya, dan orang-orang perkasanya. Dan mereka akan tidur selama-lamanya dan, tidak bangun,’ firman Sang Raja yang namanya ialah TUHAN semesta alam…”  Jadi orang jahat akan tidur abadi. Umat Allah akan tidur tetapi mereka akan dibangunkan oleh Tuhan.

 

 

Daniel 12:2 is a very interesting verse. This  verse is describing a special resurrection. We won't get into that right now. It's a resurrection that takes place  immediately before Jesus begins His second coming. All of those who died in the message of the Third Angel from the moment that the message of the Third Angel began to be proclaimed, are going to resurrect before Jesus begins His second coming. And then Jesus will descend from heaven and once He is above the earth, then you have the general resurrection of the righteous, those who died before 1844, before the Third Angel's message began to be proclaimed.

Now the important point in this verse is once again that death is compared with sleep. It says there in Daniel 12:2,And many of those who sleep in the dust of the earth shall…” what? “…shall awake, some to everlasting life, some to shame and everlasting contempt.” Now we know that this is a special resurrection, and you say how do we know that? Because it says that some who lie in the dust of the earth will resurrect to a resurrection of life and some to the resurrection of damnation.

 

Daniel 12:2 adalah ayat yang sangat menarik. Ayat ini menggambarkan kebangkitan istimewa. Kita tidak akan membahas itu sekarang. Itu adalah kebangkitan yang terjadi segera sebelum Yesus memulai kedatangan keduaNya. Semua yang mati dalam Pekabaran Malaikat Ketiga dari saat Pekabaran Malaikat Ketiga tersebut mulai dikabarkan, akan bangkit sebelum Yesus memulai kedatangan keduaNya. Kemudian Yesus akan turun dari Surga dan begitu Dia berada di atas bumi, maka terjadilah kebangkitan umum orang-orang benar, yaitu mereka yang mati sebelum 1844, sebelum Pekabaran Malaikat Ketiga mulai dikumandangkan.

Nah, poin yang penting di ayat ini sekali lagi ialah bahwa kematian itu dilambangkan dengan tidur. Dikatakan di Daniel 12:2, 2 Dan banyak dari mereka yang tidur di dalam debu tanah, akan…”  apa?   “…akan bangun, sebagian kepada hidup yang kekal, sebagian kepada aib dan kenistaan yang kekal…” Sekarang kita tahu bahwa ini adalah kebangkitan istimewa. Dan kalian berkata, bagaimana kita tahu? Karena dikatakan bahwa sebagian (= bukan semua) yang tidur dalam debu tanah akan bangkit ke kebangkitan yang hidup, dan sebagian ke kebangkitan yang terkutuk.

 

 

Let me ask you, do any wicked people actually die the eternal death at the second coming of Christ? No. When are the wicked cast into the fire and suffer second death? It's after the Millennium.

But this is speaking, it's at the second coming of Christ, right before the second coming of Christ, it says that some wicked are going to resurrect. And who are the wicked that are going to resurrect? “Those that pierced Him” “every eye shall see Him and those also who pierced Him”.  In fact Jesus predicted in Matthew 26:64 that Caiaphas who actually was the leader in the Sanhedrin that pushed for the crucifixion of Christ, that Jesus said,64 …. you will see the Son of Man … coming on the clouds of heaven.”

So in other words

1.   there's a wicked group that is going to resurrect, and they're going to see the entire second coming. 

2.   And those who died in the message of the Third Angel are also going to see the entire second coming.

The other righteous are going to be resurrected once Jesus has finished His second coming, and He's above the earth in the clouds.

 

Coba saya tanya, apakah ada orang jahat yang mengalami kematian kekal pada saat kedatangan kedua Kristus? Tidak. Kapan orang jahat dilemparkan ke dalam api dan menderita kematian kedua? Setelah Millenium.

Tetapi ayat ini (Daniel 12:2) bicara tentang saat kedatangan kedua Kristus, tepat sebelum kedatangan kedua Kristus, dikatakan bahwa sebagian orang jahat akan bangkit. Siapakah orang-orang jahat yang akan bangkit itu?  “mereka yang telah menikam Dia”, “setiap mata akan melihat Dia, bahkan mereka yang telah menikam Dia.…” (Wahyu 1:7), Sesungguhnya Yesus memprediksi di Matius 26:64 bahwa Kayafas yang adalah pemimpin di Sanhedrin yang mendesak untuk menyalibkan Kristus, kepadanya Yesus berkata,64 setelah ini kamu akan melihat Anak Manusia …  datang di atas awan-awan di langit.’…” 

Jadi dengan kata lain:

1.   ada sekelompok orang jahat yang akan bangkit, dan mereka akan menyaksikan seluruh proses kedatangan kedua.

2.   Dan mereka yang mati dalam Pekabaran Malaikat Ketiga juga akan melihat seluruh proses kedatangan kedua.

Orang-orang benar lainnya akan dibangkitkan begitu proses kedatangan kedua Yesus selesai, dan Yesus sudah ada di atas langit di awan-awan.

 

 

Now the testimony of the New Testament is in perfect harmony with the Old, when Jesus told those who were mourning at the death of Jairus' daughter, that she was asleep, Jesus said, “Jairus' daughter is asleep.” They mocked Him to scorn. Let's read about it in Luke 8:52 to 55. “ 52 Now all wept and mourned for her; but He said, Do not weep; she is not dead, but sleeping.’…” In what condition was the daughter of Jairus? According to Jesus she was sleeping. Now how did the people react? Verse 53,   “…53 And they ridiculed Him, knowing that she was…” what?  “…that she was dead. 54 But He put them all outside, took her by the hand and called, saying, Little girl, arise.’…” in other words, “wake up”.  “…55 Then her spirit returned,…” who's spirit? Let me ask you, is your spirit different than my spirit? Yes. See, the spirit is more than the breath, the spirit is your life record that God keeps in heaven. When you die, your life record is over. Let me ask you, when you resurrect, does God only recreate your body and then give you the capacity to breathe without your self-identity? When I resurrect am I going to be Pastor Bohr if I die before Jesus comes? So what is Jesus going to return to me when I resurrect from the dead? Just the capacity to breathe? No! He's going to return to me my self-identity which He preserved in the heavenly books, the package deal, the breath with who I am.  Are you following me?

Now, let's get back to this, “…55 Then her spirit returned…” to her, “…and she arose immediately…” Let me ask you, did she pick up where she left off? In fact, she was hungry.  “…And He commanded that she be given something to eat…” And so they gave her something to eat. She was hungry when she died. Do you think she recognized her parents? What did Jesus return to her? Not only the capacity to breathe but who she was while she was alive.

 

Nah, kesaksian Perjanjian Baru itu selaras dengan Perjanjian Lama, ketika Yesus memberitahu mereka yang sedang berkabung di kematian anak perempuan Jairus, bahwa anak itu sedang tidur, Yesus berkata, “Anak perempuan Jairus sedang tidur.” Mereka mencemooh dengan mengejekNya. Mari kita  baca tentang ini di Lukas 8:52-55. 52 Nah semua orang menangis dan berkabung untuk anak perempuan itu, tetapi Yesus berkata, ‘Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi  tidur.’…”  Anak perempuan Jairus dalam kondisi apa? Menurut Yesus dia tidur. Nah, bagaimana reaksi orang-orang? Ayat 53, “…53 Dan mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu…” apa? “…anak itu telah mati. 54 Tetapi Yesus menyuruh mereka semua keluar, memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya, ‘Gadis kecil, bangkit!’…”  dengan kata lain “bangun!”  “…55 Maka kembalilah roh anak perempuan itu…”  Roh siapa? Coba saya tanya apakah roh kalian beda dengan roh saya? Ya. Lihat, roh itu lebih daripada nafas, roh itu adalah catatan hidup kita yang disimpan Allah di Surga. Ketika kita mati, catatan hidup kita berakhir. Coba saya tanya, ketika kita dibangkitkan apakah Allah hanya menciptakan ulang tubuh kita, lalu memberi kita kemampuan bernafas tanpa identitas pribadi kita? Jika saya mati sebelum Yesus datang, ketika saya bangkit, apakah saya bangkit sebagai Pastor Bohr? Jadi apa yang akan dikembalikan Yesus kepada saya ketika saya bangkit dari kematian? Hanya kemampuan bernafas? Tidak! Allah akan mengembalikan kepada saya identitas pribadi saya yang disimpanNya di catatan surgawi, seluruh paketnya lengkap, nafasnya dengan identitas siapa saya. Apakah kalian mengikuti saya?

Nah mari kita kembali ke hal ini. “…55 Maka kembalilah roh anak perempuan itu…”  kepadanya, “…dan seketika itu juga ia bangkit…” coba saya tanya, apakah dia melanjutkan hidupnya dari saat terakhir dia hidup? Faktanya dia lapar. “…Dan Yesus memerintahkan agar anak perempuan itu diberi makan sesuatu…” Maka mereka memberinya makan sesuatu. Dia lapar ketika dia mati. Menurut kalian apakah dia mengenali orangtuanya? Apa yang dikembalikan Yesus kepadanya? Bukan hanya kemampuan bernafas tetapi siapa dirinya ketika dia masih hidup.

 

 

Notice Acts 7:59 and 60. 59 And they stoned Stephen as he was calling on God and saying, ‘Lord Jesus, receive my spirit.’…” what is Stephen saying? He's saying, “Preserve my self-identity, because someday You're going to return it to me.” So he says,  “…‘Lord Jesus, receive my spirit.’ 60 Then he knelt down and cried out with a loud voice, ‘Lord, do not charge them with this sin.’…” and I love this now,  “…And when he had said this, he fell asleep…” Because he died. You know that's depressing. He fell asleep.

 

Simak Kisah 7:59-60. 59 Dan mereka melempari Stefanus dengan batu sementara ia berseru kepada Allah dan berkata, ‘Tuhan Yesus, terimalah rohku.’…” apa kata Stefanus? Dia berkata, “Simpanlah identitas pribadiku, karena suatu hari Engkau akan mengembalikannya kepadaku.” Jadi dia berkata, “…‘Tuhan Yesus, terimalah rohku.’ 60  Lalu ia berlutut dan berseru dengan suara nyaring, ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’…” dan saya suka bagian yang ini sekarang, “…Dan setelah dia berkata ini, ia jatuh tertidur…”  Karena dia mati. Kalian tahu kalau dibilang mati itu depresif. Dia jatuh tertidur.

 

 

Notice also, by the way what did Jesus say on the cross? “Father, into Your hands I commend My Spirit.” When Jesus resurrected, was He still Jesus? Did He remember His disciples? Did He remember everything that had happened in His life? So what was returned to Jesus? Not only the capacity to breathe, but who He was. You know, this is amazing!

 

Simak juga, nah, apa yang dikatakan Yesus di atas salib? 46… ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku.’…” (Lukas 23:46) Ketika Yesus bangkit, apakah Dia masih Yesus? Apa Dia ingat murid-muridNya? Apa Dia ingat segala yang telah terjadi dalam hidupNya? Jadi apa yang dikembalikan ke Yesus? Bukan hanya kemampuan untuk bernafas, melainkan siapa Dia. Itu mengagumkan!

 

 

Where is Adam today? Who knows? Who knows where the flood took his remains. What is going to happen when God resurrects Adam? Is he still going to be Adam? Is he going to have a memory of what he was while he was alive? Yes. So the spirit, yes, is the breath. As Adventists you know  we taught that, but we need to go further. The spirit is the character of man. It's the life record of the man. In fact Ellen White has a remarkable statement where she says, the spirit returns to God, and she explains that the spirit is the character, the character of man. The spirit returns to God there to be preserved, is what she says. God has another me in the heavenly books. Now that other me is not conscious up there, it's just a written record. I would go so far as to say it's an electronic record. God uses “books” because people in biblical times use books, you know they were actually scrolls. But if God was revealing this to a prophet today, he would say, God keeps so many terabytes of information about you, an exact transcript of us,  so that when He resurrects us He'll take that, minus all the sinful nature, and He'll return it to us. That's why we will recognize one another. It's an amazing thought.

 

Di mana Adam hari ini? Siapa yang tahu? Siapa tahu ke mana air bah telah membawa yang tersisa dari jasadnya. Apa yang akan terjadi ketika Allah membangkitkan Adam? Apakah dia akan tetap Adam? Apakah dia akan ingat siapa dia selagi dia hidup dulu? Ya. Jadi betul, roh itu nafas. Kita sebagai orang Advent mengajarkan itu, tetapi kita perlu melangkah lebih jauh. Roh adalah karakter manusia. Itulah catatan hidup manusia. Sesungguhnya Ellen White punya pernyataan yang luar biasa di mana dia berkata bahwa roh kembali kepada Allah, dan dia menjelaskan bahwa roh itu karakter manusia. Roh kembali ke Allah untuk disimpan, itulah kata Ellen White. Allah punya saya yang lain di catatan surgawi. Nah, saya yang satu lagi itu tidak punya kesadaran di atas sana, itu hanya sebuah catatan tertulis. Saya akan mengatakan lebih jauh bahwa itu adalah sebuah catatan elektronik. Allah menggunakan kata “kitab-kitab” karena manusia di zaman Alkitab menggunakan kitab, sesungguhnya gulungan kitab. Tetapi andai Allah menyatakan itu kepada seorang nabi di zaman ini, dia akan berkata, “Allah menyimpan sekian-sekian terabyte data tentang kita, salinan lengkap tentang kita, supaya pada saat Dia membangkitkan kita, Dia akan mengambil itu, dikurangi semua kodrat dosa, dan Dia mengembalikannya kepada kita. Itulah mengapa nanti kita akan saling mengenal. Itu bayangan yang mengagumkan.

 

 

The apostle Paul wrote that the righteous who passed are asleep. 1 Thessalonians 4:14, 14 For if we believe that Jesus died and rose again, even so God will bring with Him those who sleep in Jesus.”

Notice what he said in 1 Corinthians 15:17, 18, 20 and verse 51, “ 17 And if Christ is not risen, your faith is futile; you are still in your sins! 18 Then also those who have…” what?  “…fallen asleep in Christ have perished. 20 But now Christ is risen from the dead, and has become the firstfruits of those who have fallen asleep…” notice once again “fallen asleep”, and then he says  “…51 Behold, I tell you a mystery: We shall not all sleep…”  what does that mean? We're not all going to what? All going to die, “…but we shall all be changed 52 in a moment, in the twinkling of an eye, at the last trumpet. For the trumpet will sound, and the dead will be raised incorruptible, and we shall be changed.”

 

Rasul Paulus menulis bahwa orang-orang benar yang sudah mati itu tidur. 1 Tesalonika 4:14, 14 Karena jikalau kita percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit kembali, dengan cara demikianlah Allah akan membawa bersamaNya mereka yang tidur dalam Yesus…” 

Simak apa yang dikatakan Paulus di 1 Korintus 15:17, 18, 20, 51. “…17  Dan jika Kristus  tidak bangkit, imanmu  sia-sia, kamu masih ada dalam dosamu. 18 Kalau begitu, juga orang-orang yang…”  apa?   “…telah tidur dalam Kristus telah binasa. 20 Tetapi sekarang Kristus benar-benar telah bangkit dari yang mati dan telah menjadi Buah Sulung dari mereka yang telah tidur…”  simak, sekali lagi “telah tidur”. Kemudian dia berkata,   “…51 Lihat,  aku beritahukan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan semua tidur…” apa maksudnya? Kita tidak semua akan apa? Akan mati, “…tetapi kita semuanya akan diubahkan,52 Dalam sesaat, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir, sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak akan binasa dan kita semua akan diubah.”

 

 

See, the New Testament constantly refers to death as sleep. Does the Old Testament also? Is there a conflict between the two testaments? Absolutely not! The apostle Peter used the same expression as dead people “sleeping with the fathers”, you can read it in 2 Peter 3:4 he speaks about “sleeping with the fathers” just the same expression that we found in the Old Testament. And Revelation 14:13 describes those who died in the Lord as “rest from their labors”. Thus the most prominent writers in the New Testament, Jesus, Peter, Paul, and John all refer to death as sleep.

 

Lihat, Perjanjian Baru selalu merujuk kepada kematian sebagai tidur. Apakah Perjanjian Lama juga? Apakah ada konflik antara kedua perjanjian itu? Sama sekali tidak! Rasul Petrus menggunakan ungkapan yang sama untuk orang mati sebagai “tidur dengan nenek moyang”, kalian bisa membacanya di 2 Petrus 3:4, dia bicara tentang “tidur dengan nenek moyang” ungkapan yang sama yang kita temukan di Perjanjian Lama. Dan Wahyu 14:13 menggambarkan mereka yang mati dalam Tuhan sebagai “beristirahat (tidur) dari jerih lelah mereka.” Dengan demikian penulis-penulis yang paling menonjol di Perjanjian Baru: Yesus, Petrus, Paulus, dan Yohanes, semua mengacu kematian sebagai tidur.

 

 

There are three main reasons why these pillars of the faith, these four individuals: Jesus, Peter, Paul, and John referred to death as sleep.

1.   During sleep a person is unconscious of what is going on around them.

2.   In death people rest from the hard labors and trials of life, like we rest after a hard day's work.

3.   There will be an awakening from sleep for those who are in Christ.

Death means nothing. And why does it mean nothing? Because they knew that their names are written in heaven. Jesus says, “Rejoice”, He says to the disciples, “rejoice that your names are written in heaven” and they simply await the glorious moment of the resurrection.

Indeed as the Bible says in Psalms 116:15 15 Precious in the sight of the Lord is the death of His saints.”

 

Ada tiga alasan utama mengapa pilar-pilar iman, keempat individu ini: Yesus, Petrus, Paulus dan Yohanes, menyebut kematian sebagai tidur.

1.   Selama tidur seseorang itu tidak sadar dengan apa yang terjadi di sekitar mereka.

2.   Dalam kematian orang beristirahat dari kerja keras dan ujian-ujian dalam hidup, seperti kita beristirahat setelah bekerja keras satu hari.

3.   Bagi yang ada dalam Kristus, akan dibangunkan dari tidur.

Kematian tidak berarti apa-apa. Dan mengapa itu tidak berarti? Karena mereka tahu bahwa nama mereka tertulis di Surga. Yesus berkata,20 ‘…bersukacitalah…” Dia berkata kepada para murid, “…bersukacitalah karena namamu tertulis di sorga.’…” (Lukas 10:20) dan mereka hanya menunggu momen kebangkitan yang indah.

Memang benar Alkitab berkata di Mazmur 116:15  15 Berharga di mata TUHAN kematian semua orang kudus-Nya.”

 

 

Now we need to go back to the story of Lazarus. So Jesus says, you know, “Lazarus is sleeping.” The disciples say, “Oh, if he's sleeping no problem.” And then Jesus said, “You don't understand, Lazarus is dead.” And so, then Jesus hangs out two more days. The disciples say, “Well, shouldn't He be going to Bethany in a hurry?” No. Why did Jesus wait for two days? Now, we're going to explain the reason why. Jesus in John 11:15 says, “ 15 And I am glad for your sakes that I was not there, that you may believe…”Why did Jesus delay two days? He says it's because “I’m glad that I didn't go right away before he died, for your sakes, that you might believe.” So that means that they did not what? They did not believe, that's right.

Now this remark of Jesus seemed calloused and insensitive. However, what Jesus was saying is this, “If I had been there when Lazarus was sick I would have healed him.” In fact Ellen White states that Jesus would go through towns and the entire people in the town were healed after He came out. In fact, she says that Jesus could not be in the presence of disease, because people were healed. So if Jesus had been there when Lazarus was sick, He would have healed Lazarus and He would have lost the opportunity to teach the disciples to believe that He was not only a good Teacher, that He was not only the Messiah, the promised Messiah, but He was God in the flesh who had power to resurrect. You see, Jesus and sickness could not coexist. If He had been there while Lazarus was alive, He would have healed him. And the whole purpose of the delay, would have been to frustrate them, to further perplex the disciples, Jesus delayed to arrive in Bethany two more days. The disciples wondered why Jesus who loved Lazarus so much would delay so long in going to Bethany.

 

Sekarang kita perlu kembali ke kisah Lazarus. Jadi Yesus berkata, “Lazarus tidur.” Para murid berkata, “Oh, kalau dia tidur, berarti tidak apa-apa.” Lalu Yesus berkata, “Kalian tidak paham, Lazarus mati.” Maka Yesus tinggal dua hari lagi. Para murid berkata, “Tidakkah seharusnya Dia segera pergi ke Betani?” Tidak. Mengapa Yesus menunggu dua hari? Nah, kita akan menjelaskan mengapanya. Di Yohanes 11:15 Yesus berkata, 15dan demi kamu Aku bersyukur Aku tidak ada di sana waktu itu, supaya kamu boleh percaya.’…”  Mengapa Yesus menunda dua hari? Dia berkata, “Demi kalian, Aku bersyukur Aku tidak segera datang sebelum dia mati, supaya kalian boleh percaya.” Maka berarti mereka tidak apa? Mereka tidak percaya, betul.

Nah, komentar Yesus ini terdengar kasar dan tidak peka. Namun, apa yang dikatakan Yesus ialah, “Seandainya Aku ada di sana ketika Lazarus sakit, sudah pasti Aku sembuhkan dia.” Faktanya, Ellen White menyatakan bahwa saat Yesus pergi dari kota ke kota, maka semua penduduk kota-kota itu disembuhkan setelah Dia meninggalkan mereka. Bahkan, kata Ellen White, Yesus tidak bisa berada bersama-sama dengan penyakit, karenanya orang-orang disembuhkan. Jadi andai Yesus ada di sana ketika Lazarus jatuh sakit, sudah pasti Dia menyembuhkan Lazarus, dan Dia akan kehilangan kesempatan untuk mengajar para murid untuk percaya bahwa Dia bukan hanya Guru yang baik, Dia bukan hanya Messias yang dijanjikan, tetapi Dia adalah Allah dalam bentuk manusia yang punya kuasa untuk membangkitkan. Kalian lihat, Yesus dan penyakit tidak bisa hidup bersama. Andai Dia di sana selagi Lazarus masih hidup, tentunya Dia sudah menyembuhkannya. Dan seluruh tujuan penundaan itu adalah untuk membuat mereka frustrasi, untuk membuat para murid cemas, Yesus menunda tiba di Betani dua hari lagi. Para murid heran mengapa Yesus yang sangat mengasihi Lazarus menundanya begitu lama untuk ke Betani.

 

 

Now in the next several verses of John 11:17 to 32, Martha and then Mary, excuse me, complained that if Jesus had arrived earlier He could have saved Lazarus from death. “If You had been there, Lazarus wouldn’t have died.” In this Mary and Martha were revealing what? Unbelief.  Martha believed in the resurrection of the dead at the last day. But she did not understand that Jesus was God in the flesh, who would be the Person who would resurrect Lazarus at the last day. You see, they believed that Jesus had the power to heal but they did not realize that Jesus was God, and He had the power to resurrect the dead.

Now, it's true that Martha said to Jesus, “I believe that You are the Christ, the Son of God.” Can you think of another person that said the same thing, “You are the Christ, the Son of God”? Peter. Did Peter understand what he was saying? He didn't have the foggiest idea what he was saying. And Martha did not have the foggiest idea. She's making the confession by the direction of God, but she does not understand the implication of what she is saying.

 

Nah, di ayat-ayat berikut Yohanes 11:17-32, Martha dan Maria mengeluh seandainya Yesus datang lebih pagi Dia bisa menyelamatkan Lazarus dari kematian. “Andai Engkau ada di sini, Lazarus tidak akan mati.” Dalam hal ini Maria dan Martha menyatakan apa? Ketidakpercayaan mereka. Martha percaya akan adanya kebangkitan orang mati di hari yang terakhir, tetapi dia tidak mengerti bahwa Yesus itu Allah dalam bentuk manusia, Pribadi yang akan membangkitkan Lazarus pada hari yang terakhir. Kalian lihat, mereka percaya Yesus punya kuasa menyembuhkan, tetapi mereka tidak sadar Yesus itu Allah, dan Dia punya kuasa untuk membangkitkan orang mati. Nah, memang benar Martha berkata kepada Yesus, “Aku percaya Engkau adalah Kristus, Anak Allah.” Ingatkah kalian ada orang lain yang mengatakan hal yang sama, “Engkaulah Kristus, Anak Allah”? Petrus. Apakah Petrus paham apa yang dikatakannya? Dia sama sekali tidak paham apa yang dikatakannya. Dan Martha juga tidak paham sama sekali. Dia membuat pengakuan itu karena tuntunan Allah, tapi dia tidak mengerti implikasi dari apa yang dikatakannya.

 

 

Some have mistakenly interpreted the words of Jesus in John 11:26, “ 26 And whoever lives and believes in Me shall never die….”  to mean that the Christian never actually dies, because the soul lives on after death. However, verse 25 negates this view, it explicitly states, Jesus is speaking, 25 He who believes in Me, though he may die, he shall live.” So when He says, this person will never die, He's not saying that they will never die physically. He's saying that they will never die eternally, because they will be resurrected at the end of time. Jesus here makes it clear that though Christians die, they will live once again at the resurrection, not at the moment of death. Jesus believed that the hope for the Christian is in what? The resurrection on the last day, not at death.

 

Ada orang yang salah menginterpretasikan kata-kata Yesus di Yohanes 11:26, 26 dan siapa pun yang hidup dan yang percaya dalam Aku, tidak akan mati…”  yang diartikan orang Kristen tidak pernah sungguh-sungguh mati karena rohnya hidup terus setelah kematian. Namun ayat 25 menyangkal pendapat ini, ayat ini dengan jelas menyatakan, Yesus yang bicara,  25 …‘dia yang percaya dalam AKu, walaupun ia bisa mati, ia akan hidup…”  Maka ketika Yesus berkata bahwa orang tidak akan mati, Dia bukan berkata bahwa mereka tidak akan pernah mati secara fisik. Dia berkata bahwa mereka tidak akan pernah mati kekal, karena mereka akan dibangkitkan pada hari akhir. Yesus di sini membuatnya jelas bahwa walaupun orang Kristen mati, mereka akan hidup lagi saat kebangkitan, bukan pada saat kematian. Yesus percaya bahwa harapan orang Kristen ada di mana? Kebangkitan pada hari yang terakhir, bukan pada saat kematian.

 

 

Now notice that Jesus did not say to Martha, “I have life and resurrecting power” Jesus said “I am the resurrection and the life.” Jesus not only has life, Jesus is life, His life is our only hope of everlasting life. When Jesus met Mary ~ we've talked about Martha ~ when Jesus met Mary, she repeated the same sentiments as Martha. She said this, “Lord if You had been here, my brother would not have died.” (John 11:32). She accepted Jesus as the great Healer, but did not yet understand that the Messiah was God who has life in Himself. For her, Jesus was not the One who will resurrect people in the last day. She did not yet see that Jesus was God in the flesh, and He was the One who would resurrect the dead at the end of time. When Mary and Martha denoted this unbelief, or this lack of faith, or perhaps a misunderstanding concerning Jesus Christ, Jesus was distressed. It's described in verse 33 to 38. He was distressed and He was sad, not because Lazarus was dead, but because of their unbelief of those who were mourning the death of Lazarus. They actually thought that Jesus wept because He loved Lazarus. They said, “Oh how He loved him. Look, He's crying because His friend is dead.” That's not the reason why Jesus wept. Shortest verse in the Bible. “Jesus wept.” They were saying the same words as Mary and Martha. In fact this is what they said in verse 37. 37…. ‘Could not this Man, who opened the eyes of the blind, also have kept this man from dying?’…” does that denote unbelief? It denotes unbelief, yes. You know He's the great Healer, but is He really the great Resurrector? Even Martha when Jesus said, “Remove the stone”, Martha shows her unbelief and she says, “No! You know he stinks, Lord. She had no idea that Jesus had the life in Himself, and that He was planning on resurrecting Lazarus. In fact she said, “Could not this man who opened the eyes of the blind also have kept this man from dying?”  And then she says, “Lord, he stinks.”

 

Simak sekarang Yesus tidak berkata kepada Martha, “Aku punya kuasa hidup dan membangkitkan”, Yesus berkata, “…25  ‘Akulah kebangkitan dan hidup’ (Yohanes 11:25) Yesus bukan hanya memiliki hidup, Yesus adalah hidup itu sendiri. HidupNya adalah satu-satunya harapan kita untuk hidup kekal. Ketika Yesus bertemu Maria ~ kita sudah bicara tentang Martha ~ ketika Yesus bertemu Maria, Maria mengulangi perasaan yang sama seperti Martha. Dia berkata, “Tuhan, andaikan Engkau ada di sini, saudaraku tidak mati.” (Yohanes 11:32). Dia menerima Yesus sebagai Tabib yang hebat, tetapi masih belum paham bahwa Sang Messias adalah Allah yang memiliki hidup dalam diriNya. Bagi Maria, Yesus bukanlah Pribadi yang akan membangkitkan manusia di hari yang terakhir. Dia belum melihat bahwa Yesus itu Allah dalam bentuk manusia, dan Dialah yang akan membangkitkan orang mati pada hari akhir. Ketika Maria dan Martha menunjukkan ketidakpercayaan ini, atau kekurangan iman ini, atau mungkin kesalahpahaman mengenai Yesus Kristus, maka Yesus pun sangat sedih. Itu digambarkan di ayat 33-38. Yesus sangat sedih dan kecewa, bukan karena Lazarus mati, melainkan karena ketidakpercayaan mereka yang sedang berkabung atas kematian Lazarus. Mereka benar-benar berpikir bahwa Yesus menangis karena Yesus mengasihi Lazarus. Mereka berkata, “Oh, betapa Dia mengasihinya. Lihat, Dia menangis karena temannya mati.” Itu bukan alasan mengapa Yesus menangis. Ayat yang paling pendek di Alkitab, “Yesus menangis”. Mereka mengatakan kata-kata yang sama seperti Maria dan Martha. Kenyataannya inilah yang mereka katakan di ayat 37,37 … ‘Tidak bisakah Orang ini, yang mencelekkan mata orang buta, juga mencegah orang ini mati?’…” Apakah ini menunjukkan ketidakpercayaan? Betul ini menunjukkan ketidakpercayaan. Dia memang Tabib yang hebat, tetapi apa benar Dia sungguh Pembangkit yang hebat? Bahkan ketika Yesus berkata, “Pindahkan batunya”, Martha menunjukkan ketidakpercayaannya dan dia berkata, “Jangan! Engkau tahu dia sudah bau, Tuhan.” Marta tidak tahu bahwa Yesus memiliki hidup dalam diriNya, dan bahwa Dia punya rencana untuk membangkitkan Lazarus. Bahkan Martha berkata, “…37 Tidak bisakah Orang ini, yang mencelekkan mata orang buta, juga mencegah orang ini mati?” Lalu katanya,  ‘ “39 … Tuhan, ia sudah bau…”

 

 

Now several remarks need to be made with regard to the resurrection of Lazarus. Not once does John 11 hint that only the body of Lazarus was sleeping. It was Lazarus in his totality. Jesus did not say, “Our friend Lazarus's body is sleeping I go to wake up his body”. In verse 39 Martha said that her brother Lazarus had been dead for four days. Verse 41 adds that the dead man was lying in the tomb. And in verse 33 Jesus called Lazarus to come forth. He did not say, “Lazarus come down!” He did not call him down from heaven. Lazarus was where? Lazarus was in the tomb. The biblical concept of life, death, and resurrection, is the next section that we're going to take a look at. The uniform hope of the Christian in the Bible is the resurrection from the dead, never the immortality of the soul.

 

Nah, beberapa komentar perlu dibuat sehubungan dengan kebangkitan Lazarus. Tidak satu kali pun Yohanes 11 menyinggung bahwa hanya tubuh Lazarus yang tidur. Yang tidur adalah keseluruhan Lazarus, totalitasnya. Yesus tidak berkata, “Tubuh teman kita Lazarus sedang tidur, Aku pergi untuk membangunkan tubuhnya.” Di ayat 39 Martha berkata bahwa saudaranya Lazarus sudah mati empat hari. Ayat 41 menambahkan bahwa orang mati itu terbaring di dalam kubur. Dan di ayat 33 Yesus memanggil Lazarus keluar. Yesus tidak berkata, “Lazarus, turunlah!” Dia tidak memanggil Lazarus turun dari Surga. Lazarus ada di mana? Lazarus ada dalam kubur. Konsep Alkitab tentang hidup, mati, dan kebangkitan adalah bagian berikutnya yang akan kita simak. Harapan yang sama orang-orang Kristen di Alkitab adalah kebangkitan dari kematian, tidak pernah keabadian nyawa.

 

 

Jesus spoke of two resurrections: one of the righteous and the other of the wicked. Jesus hinted about the first resurrection when He referred to it as the resurrection of the just. You can read that in Luke 14:14. Jesus spoke of the resurrection of the just. Now by implication, if there's a resurrection of the just, there must be a resurrection of what? Of the unjust, or of the wicked. Paul also in Acts 24:14 and 15 described the resurrection of the just and of the unjust.

 

Yesus bicara tentang dua kebangkitan: satu dari orang-orang benar, dan yang lainnya dari orang-orang jahat. Yesus menyinggung kebangkitan yang pertama ketika Dia mengacu kepadanya sebagai kebangkitan orang-orang benar. Kalian bisa membaca itu di Lukas 14:14. Yesus bicara tentang kebangkitan orang-orang benar. Nah, melalui implikasi, jika ada kebangkitan orang-orang benar, tentunya ada kebangkitan apa? Orang-orang tidak benar, atau mereka yang jahat. Paulus di Kisah 24:14-15 juga menggambarkan kebangkitan orang-orang benar dan yang tidak benar.

 

 

Now when do the just resurrect and when do the unjust resurrect? Well, the fact is that neither Jesus nor Paul specified, they simply said that there's going to be a resurrection of the just and a resurrection of the unjust. That's the reason why we have to go elsewhere in the Bible to understand that between these two resurrections you have a thousand years. Let's go to Revelation 20:4 through 6. Let's read that. The reference is there in your study notes. But let's go ahead and read the passage. It says there in Revelation 20:4, And I saw thrones, and they sat on them, and judgment was committed to them. Then I saw the souls of those who had been beheaded for their witness to Jesus and for the word of God, who had not worshiped the Beast or his image, and had not received his mark on their foreheads or on their hands. And they lived and reigned with Christ for a thousand years….”

So when do the righteous resurrect? If they reign with Christ for a thousand years and they live, it must mean that they resurrect at the beginning of the thousand years, right? And then a little bit later in verse 5 it says, “… 5But the rest of the dead did not live again until the thousand years were finished…”  Who are the rest of the dead? If the dead that resurrect at the beginning of the Millennium are the righteous, who are the rest of the dead that resurrect at the end of the Millennium? It has to be the wicked.

 

Nah, kapan orang-benar benar bangkit dan kapan orang-orang tidak benar bangkit? Nah, faktanya ialah baik Yesus maupun Paulus tidak spesifik, mereka semata-mata mengatakan akan ada kebangkitan orang benar dan kebangkitan orang tidak benar. Itulah mengapa kita harus ke tempat lain di Alkitab untuk mengerti bahwa di antara kedua kebangkitan ini, ada 1’000 tahun. Mari kita ke Wahyu 20:4-6. Mari kita  baca itu. Referensinya ada di makalah kalian. Tetapi mari kita teruskan dan membaca kutipan itu. Dikatakan di Wahyu 20:4 di sana, 4 Dan aku melihat takhta-takhta dan mereka duduk di atasnya dan  penghakiman diserahkan kepada mereka. Lalu  aku melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian mereka tentang Yesus dan karena Firman Allah, yang tidak menyembah Binatang itu atau patungnya dan yang tidak menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka. Dan mereka hidup dan memerintah bersama-sama dengan Kristus selama seribu tahun…” 

Jadi kapan orang-orang benar bangkit? Jika mereka memerintah bersama Kristus selama seribu tahun dan mereka hidup, itu harus berarti mereka bangkit pada awal seribu tahu itu, benar? Kemudian sedikit lebih jauh di ayat 5 dikatakan,   “…5 Tetapi orang-orang mati yang tersisa, tidak hidup lagi sampai berakhir masa yang seribu tahun itu…”  Siapa orang-orang mati yang tersisa? Jika orang-orang mati yang bangkit pada awal Millenium itu orang-orang benar, siapakah orang-orang mati yang tersisa yang bangkit pada akhir Millenium? Itu haruslah orang-orang jahat.

 

 

The only thing is that Jesus and Paul did not specify that there's a thousand years between the two but they emphasize that there are two resurrections. Incidentally the wicked suffer second death after the Millennium. Every place in the Bible second death is referred to as taking place after the Millennium. Now Jesus made it crystal clear that the judgment will take place at the last day. This is an important point. When does the judgment take place? At the last day. That being the case, how could people go to heaven or to hell at the moment of death, if they will not be judged until the last day? 

If a person goes to heaven when they die, have they already been judged? Of course they have; if they're going to heaven, their case has already been decided. If they go to hell at death, has their case already been decided? Have they been judged? Of course.

So Jesus is saying that the judgment will take place at the last day, which means that people are not judged, they do not receive their reward, when they what? When they die. In fact Matthew 16:27 and Revelation 22:12 tells us that Jesus, when He comes back, He brings His reward to give to His people.  So if He brings His reward He must have determined in heaven what the reward would be beforehand.

 

Satu-satunya hal yang tidak dijelaskan Yesus dan Paulus ialah adanya 1’000 tahun di antara kedua kebangkitan, tetapi mereka menekankan bahwa ada dua kebangkitan. Nah, orang-orang jahat menderita kematian kedua setelah Millenium. Setiap tempat di Alkitab, kematian kedua itu dikatakan terjadi setelah Millenium. Nah, Yesus membuatnya sangat jelas bahwa penghakiman akan terjadi pada hari terakhir. Ini poin yang penting. Kapan penghakiman terjadi? Di hari terakhir. Kalau begitu, mana orang bisa pergi ke Surga atau neraka pada saat kematiannya, jika mereka tidak dihakimi hingga hari yang terakhir?  Jika orang pergi ke Surga saat kematian mereka, sudahkah mereka dihakimi? Tentunya mereka harus sudah dihakimi jika mereka sudah bisa ke Surga, kasus mereka sudah diputuskan. Jika mereka pergi ke neraka saat kematian, apakah kasus mereka sudah diputuskan? Sudahkah mereka dihakimi? Tentu.

Jadi Yesus berkata, penghakiman akan terjadi pada hari terakhir, artinya orang-orang tidak dihakimi, mereka tidak menerima pahala mereka ketika mereka apa? Ketika mereka mati.

Faktanya Matius 16:27 dan Wahyu 22:12 memberitahu kita bahwa Yesus, ketika Dia datang kembali, Dia membawa hadiah yang akan diberikan kepada umatNya. Jadi jika Dia membawa hadiahNya, tentunya Dia sudah memutuskan di Surga sebelumnya, apa hadiah itu.

 

 

Where was Lazarus between his death and his resurrection? If he went to heaven at death, boy, it must have been really cruel for Jesus to make him come back from that place of bliss!  The fact is that Lazarus had no story to tell about the interim,  because he was sleeping the sleep of death.

 

Di mana Lazarus antara kematian dan kebangkitannya? Andaikan dia sudah pergi ke Surga saat kematiannya, astaga, alangkah jahatnya Yesus membuatnya kembali ke dunia dari tempat yang bahagia itu! Faktanya, Lazarus justru tidak puya cerita tentang waktu antara kematian dan kebangkitannya, karena dia tidur dalam kematian.

 

 

The fundamental misunderstanding of the Christian world is found in its understanding of the word “soul”, the idea of an immortal soul has become so entrenched for such a long period of time, that many find it impossible to think of the word “soul” in any other way than the idea that the soul survives the body during the interim of death. Due to the influence of Greek philosophy, most Christians believe that the soul is an immortal entity inside the body of man which can consciously survive the body, but is this so? Is this a true meaning of the word “soul”?

The Bible teaches that the soul is not part of a person, the soul is the person in its totality, that is to say, man does not have a soul, man is a soul. Adam “became a living soul”.

 

Kesalahpahaman fundamental dunia Kristen terdapat pada pengertian mereka akan kata “nyawa/roh”, konsep bahwa nyawa itu baka sudah begitu mengakar untuk waktu yang begitu lama, sehingga mustahil bagi banyak orang untuk memahami arti kata “nyawa/roh” yang berbeda dari konsep bahwa nyawa/roh itu tetap bertahan hidup selama masa antara kematian dan kebangkitan. Gara-gara pengaruh filosofi Greeka, kebanyakan orang Kristen meyakini bahwa nyawa/roh itu entitas yang tidak bisa mati di dalam tubuh manusia, yang bisa tetap hidup dan punya kesadaran setelah tubuh mati, tetapi benarkah demikian? Inikah makna yang benar dari kata “nyawa/roh”?

Alkitab mengajarkan bahwa nyawa itu bukan bagian dari seorang manusia, nyawa itulah manusianya dalam keseluruhannya, dengan kata lain, manusia bukan punya satu nyawa, manusia adalah satu nyawa. Adam  “menjadi nyawa (LAI menerjemahkan “soul” di sini sebagai “makhluk”) yang hidup.” (Kejadian 2:7)

 

 

Even today we use the word “soul” in this sense.

Ø    We say, “Not a soul showed up for the meeting”, does that mean an immortal entity, invisible, that shows up for the meeting? Of course not.

Ø    We say, “Oh, that poor soul”, that means that poor person, right?

Ø    We also say, “Evangelists say 100 souls were saved.” Not invisible entities, it means what? It means 100 persons were saved.

Clearly the word “soul” in these phrases means “person”. Genesis 2:7 tells us that the total person is the soul.

 

Bahkan hari ini kita memakai istilah “soul” (nyawa) dalam pengertian ini:

Ø    Kita katakan, “Tidak satu pun ‘soul’ (maksudnya di sini “orang”) yang datang ke rapat itu.” Apakah  berarti itu entitas yang tidak bisa mati, yang tidak tampak, yang datang ke rapat itu? Tentu saja tidak.

Ø    Kita berkata, “Oh, ‘soul’ (artinya di sini “orang”) yang kasihan itu.” Itu artinya orang yang kasihan itu, bukan?

Ø    Kita juga berkata, “Para penginjil mengatakan 100 ‘soulstelah diselamatkan.” Bukan entitas yang tidak terlihat. Artinya apa? Artinya 100 orang telah diselamatkan.

Jelas kata “soul” dalam ungkapan-ungkapan ini berarti “orang”. Kejadian 2:7 mengatakan kepada kita bahwa “soul” (nyawa) adalah manusia secara keseluruhannya

 

 

Now the word “soul” in both the Old and New Testaments is frequently translated:

1.   “person”,

2.   “life”,

3.   or even with a personal pronoun.

Let's examine several examples from the Old Testament and then we'll go to the New. We're talking about the meaning of the word “soul”.

See, the problem is, that Christians, they have come to believe that the soul is an invisible entity, another you inside the body, that leaves at death. And the reason why is because they've imbibed this view from Greek philosophy, because Greek philosophy dichotomized the human being. They said that the body is the prison of the soul, and so because that came in during the great apostasy, and has come into Protestantism from Roman Catholicism, Christians can't think of any other way than just the idea that:

ü   the soul is immortal,

ü   it's intangible,

ü   and it flies out of the body at the moment of death.

 

Nah, kata “soul” baik di Perjanjian Lama × ֶפֶש[nephesh] maupun Perjanjian Baru ψυχή [psuchē], sering diterjemahkan:

1.   “manusia/orang”,

2.   “hidup”,

3.   atau bahkan dengan kata ganti orang.

Mari kita periksa beberapa contoh dari Perjanjian Lama kemudian nanti kita ke Perjanjian Baru. Kita bicara tentang makna kata “soul”:  

Lihat, masalahnya orang Kristen terlanjur meyakini bahwa “soul” (nyawa) × ֶפֶש[nephesh] atau ψυχή [psuchē]  itu sebuah entitas yang tidak tampak, pribadi kita yang lain di dalam tubuh kita, yang keluar pada saat kematian. Dan alasan mengapa begini ialah karena mereka telah menyerap pandangan ini dari filsafat Greeka, karena filsafat Greeka membagi-bagi manusia. Mereka berkata bahwa tubuh itu penjara bagi “soul” (nyawa/roh), dan karena konsep ini muncul pada waktu masa kemurtadan besar, itu masuk ke dalam Protestantisme dari Roma Katolikisme. Orang Kristen tidak bisa menerima konsep yang lain, kecuali bahwa “soul” (nyawa/roh):

ü   itu tidak bisa mati,

ü   itu tidak bisa dipegang (tidak berbentuk padat),

ü   dan itu terbang keluar dari tubuh pada saat kematian.

 

 

But the Bible teaches that the soul  × ֶפֶש[nephesh] is the person. Let's notice these examples.

Ø    Leviticus 17:11 tells us that the soul × ֶפֶש[nephesh] of a person is in the blood.

You know how it's translated, even in the King James Version, “the life × ֶפֶש[nephesh] of the person is in the blood”. Because when your blood circulates, you have life. When your blood stops circulating, you have no life. The soul is the life of the person, the total life of the person.

Ø    Leviticus 7:18 and 20 tells us that the soul × ֶפֶש[nephesh] eats. So the intangible soul eats, right? Doesn't make any sense.

Ø    Numbers 11:6 speaks of the soul × ֶפֶש[nephesh] drying up obviously the best translation is that your life is drying up.

Ø    Psalm 22:20 tells us that the soul × ֶפֶש[nephesh] can be delivered from the sword; here it would be best to translate the word “soul” with what? “person”.

Ø    Psalm 30:3 speaks of the soul × ֶפֶש[nephesh] coming up from the grave it's not coming from heaven. The soul or the person is coming up from the grave.

Ø    Psalm 33:19 explains that a soul × ֶפֶש[nephesh] can be delivered from death.

If a soul can be delivered from death, can the soul die? Of course! If a soul can be delivered from death, it means that the soul can die.

Ø    Psalm 49:15 speaks about the redeeming the soul × ֶפֶש[nephesh] from the grave.

So where is the soul? In heaven? No! The soul is being redeemed from the grave. A better translation would be that a person is delivered from the grave.

Ø    Proverbs 25:25 tells us that the soul × ֶפֶש[nephesh] gets thirsty, obviously speaking about the person getting thirsty.

And I could supply multiple examples, I have it in the in the study notes on the state of the dead, multiple examples where the word “soul” × ֶפֶש[nephesh] means life, it means the life of the person, it means a person, it means the living being, it doesn't mean some invisible entity inside man.

 

Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa  × ֶפֶש[nephesh] itu adalah manusianya. Mari kita lihat beberapa contoh ini:

Ø    Imamat 17:11 memberitahu kita bahwa nyawa × ֶפֶש[nephesh] seseorang itu ada dalam darahnya.

Kalian tahu terjemahannya, yaitu di KJV, hidup × ֶפֶש[nephesh] seseorang ada di darahnya”. Karena bila darah kita bersirkulasi, kita hidup. Bila darah kita berhenti bersirkulasi, kita tidak hidup. Nyawa × ֶפֶש[nephesh] adalah hidup seseorang, keseluruhan hidup seseorang.

Ø    Imamat 7:18 dan 20 mengatakan kepada kita bahwa nyawa × ֶפֶש[nephesh] itu makan.

Jadi nyawa × ֶפֶש[nephesh] yang tidak berwujud padat itu bisa makan, benar? Tidak masuk akal.

Ø    Bilangan 11:6 bicara tentang nyawa × ֶפֶש[nephesh] yang mengering, jelas terjemahan yang terbaik ialah kehidupan × ֶפֶש[nephesh]  yang mengering.   

Ø    Mazmur 22:20 mengatakan kepada kita bahwa nyawa × ֶפֶש[nephesh] bisa diselamatkan dari pedang; di sini lebih baik menerjemahkan kata × ֶפֶש[nephesh] dengan apa? “orang”.

Ø    Mazmur 30:3 bicara tentang × ֶפֶש[nephesh] yang keluar dari kubur, tidak turun dari Surga. Nyawa atau orangnya yang keluar dari kubur.

Ø    Mazmur 33:19 berkata bahwa nyawa × ֶפֶש[nephesh] bisa diselamatkan dari kematian.

Jika nyawa bisa diselamatkan dari kematian, maka bisakah nyawa × ֶפֶש[nephesh] itu mati? Tentu saja! Jika nyawa bisa diselamatkan dari kematian, berarti nyawa × ֶפֶש[nephesh] itu bisa mati.

Ø    Mazmur 49:15 bicara tentang menebus nyawa × ֶפֶש[nephesh] dari kubur.

Jadi nyawa itu ada di mana? Di Surga? Tidak! Nyawa × ֶפֶש[nephesh]itu sedang ditebus dari kubur. Terjemahan yang lebih baik adalah seseorang diselamatkan dari kubur.

Ø    Amsal 25:25 memberitahu kita bahwa nyawa × ֶפֶש[nephesh] bisa haus, jelas ini bicara tentang orang yang menjadi haus.

Dan saya bisa menyediakan banyak contoh, ada di makalah tentang Status Orang Mati, banyak contoh di mana kata × ֶפֶש[nephesh] berarti hidup, hidup seseorang, berarti manusia/orang, berarti makhluk hidup. Tidak berarti entitas yang tidak terlihat di dalam manusia.

 

 

Now what about the New Testament? I’m going to share with you the translations that are given by the New International Version, which is better on the state of the dead than the King James Version. And I get in trouble when I say that because people think that the King James translation is infallible and it cannot be improved. On the state of the dead the NIV is better. Now let's notice how the NIV translates the word “soul” in several texts.

Ø    Acts 2:27-31 translates the word “soul” ψυχή [psuchē] with “Me”:  

“You will not leave Me in the grave nor will You allow Your Holy One to see corruption.”

Ø    Acts 2:43 translates the word “soul” ψυχή [psuchē] with “everyone”, persons.

Ø    Romans 2:9 the word “soul” ψυχή [psuchē] is translated “human being”.

Ø    In Romans 13:1 where it says that every “soul” ψυχή [psuchē] needs to be subject to the governing authorities,

the NIV translates “let everyone be subject to the governing authorities”.

Ø    Hebrews 10:38 the word “soul” ψυχή [psuchē] is translated with a personal pronoun “I”.

Ø    Hebrews 10:39 reads in the New King James “to the saving of the soul” ψυχή [psuchē], but the NIV says “those who are saved”.

Ø    James 5:20 the word “soul” ψυχή [psuchē] is translated with a personal pronoun “him”.

Ø    In Luke 21:19 the word “soul” ψυχή [psuchē] is translated to “yourselves” with the personal pronoun.

Ø    Acts 2:41 the word “soul” ψυχή [psuchē] is not even translated,

the NIV says “3’000 were added”; the King James says “3’000 souls”; the NIV says “three thousands” in other words 3’000 persons.

Ø    Acts 14:22 the “soul” ψυχή [psuchē] is not even translated, the word “soul”.

Ø    1 Thessalonians 2:8 translates the word “soul” ψυχή [psuchē] with “lives”.

Ø    Hebrews 13:17 and James 1:21 the word “soul” ψυχή [psuchē] is translated with a personal pronoun “you”.

Ø    Matthew 12:18 the word “soul” ψυχή [psuchē] is translated with a personal pronoun “I”.

So what is the soul ψυχή [psuchē]? "Me", "you", the soul is the living person, that's what a living soul is.

 

Nah, bagaimana dengan Perjanjian Baru? Saya akan berbagi dengan kalian terjemahan-terjemahan yang diberikan NIV yang lebih baik daripada KJV tentang status orang mati. Dan saya kena masalah bila saya mengatakan itu karena orang-orang berpikir bahwa terjemahan KJV itu tidak ada salahnya, dan tidak bisa diperbaiki. Tentang status orang mati terjemahan NIV lebih tepat. Nah, mari kita simak bagaimana NIV menerjemahkan kata ψυχή [psuchē] di beberapa ayatnya.

Ø    Kisah 2:27-31 menerjemahkan kata ψυχή [psuchē] dengan “Aku”:  

27 Engkau tidak akan meninggalkan Aku di kubur, dan tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu melihat pembusukan.”

Ø    Kisah 2:43 menerjemahkan kata ψυχή [psuchē] dengan “semua orang”, manusia-manusia.

Ø    Roma 2:9 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan “orang”.

Ø    Di Roma 13:1 di mana dikatakan setiap ψυχή [psuchē] harus tunduk kepada kekuasaan yang memerintah,

NIV menerjemahkannya, “hendaknya setiap orang tunduk kepada kekuasaan yang memerintah.”

Ø    Ibrani 10:38 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan dengan kata ganti orang “Aku”.

Ø    Ibrani 10:39 di NKJV ditulis  kepada penyelamatan nyawa” tetapi NIV berkata,  “mereka yang diselamatkan”.

Ø    Yakobus 5:20 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan dengan kata ganti orang “dia”.

Ø    Di Lukas 21:19 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan “kamu sendiri” dengan kata ganti orang.

Ø    Kisah 2:41 kata ψυχή [psuchē] bahkan tidak diterjemahkan.

NIV mengatakan  “3’000 ditambahkan”; KJV mengatakan “3’000 nyawa”; NIV mengatakan “tiga ribu” dengan kata lain 3’000 orang.

Ø    Kisah 14:22  ψυχή [psuchē] bahkan tidak diterjemahkan, kata ψυχή [psuchē] itu.

Ø    1 Tesalonika 2:8 menerjemahkan kata ψυχή [psuchē] dengan “hidup”.

Ø    Ibrani 13:17 dan Yakobus 1:21 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan dengan kata ganti orang “kamu”.

Ø    Matius 12:18 kata ψυχή [psuchē] diterjemahkan dengan kata ganti orang “Aku”.

Jadi ψυχή [psuchē] itu apa? “Aku”, “kamu”, ψυχή [psuchē] (nyawa) adalah manusia yang hidup, itulah artinya nyawa ψυχή [psuchē] yang hidup.

 

 

Not once  ~ this is significant, because the word “soul” and “spirit” appear thousands of times in the Bible ~  and not once is the soul spoken of as conscious and immortal, that can live independently of the body. And not even once does any text in the Bible connect the word “immortal” with the word “soul” or the word “spirit”. Never once do you find “immortal spirit”, “immortal soul”.  It doesn't appear. Not once does it say the soul is conscious or the soul is immortal. What Christians frequently do is read into the Bible their preconceived ideas.

 

Tidak satu kali pun ~ ini penting, karena kata “nyawa” ψυχή [psuchē] dan “roh” πνεῦμα [pneuma] muncul ratusan kali dalam Alkitab ~ dan tidak satu kali pun “nyawa” ψυχή [psuchē] disebut sebagai sadar dan tidak bisa mati, yang bisa hidup sendiri di luar tubuh. Dan tidak satu kali pun ada  ayat mana pun di Alkitab yang menghubungkan kata “baka" (tidak bisa mati) dengan kata “nyawa” ψυχή [psuchē] atau kata “roh” πνεῦμα [pneuma]. Tidak pernah satu kali pun kita temukan “roh yang baka”, “nyawa yang baka”, tidak ada di Alkitab. Tidak satu kali pun dikatakan bahwa nyawa itu punya kesadaran atau nyawa itu tidak bisa mati. Apa yang sering dilakukan orang Kristen ialah memasukkan ke dalam Alkitab konsep-konsep yang sudah lebih dulu ada di pikiran mereka sendiri.

 

 

Let's cite an example. Genesis 35:18 describes the death of Rachel as her son Benjamin was being born. The text states that her death took place as her soul was departing, so it says in Genesis 35:18, 18 … as her soul was departing…”  and so some Christians say, “See, she had a soul, and the soul departed.”

The answer to all these questions, did a conscious soul and an immortal soul leave the body? The answer to that is No! What does that mean “as her soul was departing”  as it is translated, for example in the King James Version? Well, the NIV once again provides the answer. The NIV reads “as she breathed her last”.  What was departing from her? Her life, not an immortal soul. It doesn't say that soul was immortal, it doesn't say that the soul was conscious. It simply says the word “soul” there it means her life was departing, and it says here “as she breathed her last, for she was dying, she named her son Ben-Oni…” It says, she died, so the departing of the soul means that her life was leaving her body.

 

Mari kita kutip satu contoh. Kejadian 35:18 menggambarkan kematian Rahel saat melahirkan anaknya Benyamin. Ayat itu menyatakan bahwa kematiannya terjadi saat nyawanya meninggalkannya. Jadi dikatakan di Kejadian 35:18, 18 … ketika nyawanya meninggalkannya…”  maka beberapa orang Kristen berkata, “Lihat, Rahel punya nyawa, dan nyawa itu meninggalkannya.”

Jawaban kepada semua pertanyaan ini, apakah nyawa yang punya kesadaran dan nyawa yang tidak bisa mati meninggalkan tubuhnya? Jawaban kepada pertanyaan itu adalah Tidak! Apa yang dimaksud dengan 18 … ketika nyawanya meninggalkannya…”  seperti yang diterjemahkan misalnya di KJV? Nah, NIV sekali lagi memberikan jawabannya. NIV menulisnya, “…saat dia mengembuskan nafasnya yang terakhir”. Apa yang meninggalkan Rahel? Hidupnya, bukan nyawa yang tidak bisa mati. Tidak dikatakan bahwa nyawanya itu baka, tidak dikatakan bahwa nyawa itu punya kesadaran. Yang dikatakan ialah semata-mata bahwa kata “nyawa” ψυχή [psuchē] di sana berarti hidupnya sedang meninggalkannya, dan dikatakan di sini, “…saat dia mengembuskan nafasnya yang terakhir, karena dia sedang sekarat, dia menamai anaknya Ben-Oni…” Dikatakan bahwa Rahel mati, maka nyawa yang meninggalkan berarti hidupnya sedang meninggalkan tubuhnya.

 

 

Now here's an illustration. What happens with a soul at death can be better understood by providing an illustration, the operation of a video camera. When you are videotaping something, the camera inputs what you are recording, correct? However, when you put the camera on pause, the videotaping is temporarily suspended, correct? The recording stops. However, when you put the camera on “pause” it's suspended. But now notice, during the time that the camera is on pause, no input enters the camera. But when you press the “start” button again, the camera picks up where it left off. The same is true of life and death. When you live, your five senses are processing or inputting the information that comes into your brain. At death, one's life is put on hold or on pause. There is no new input during this period. When Jesus comes to resurrect His people, He will once again press the record button, and life will start precisely where it left off. Thus death is only a pause, a temporary suspension of life. This is why death means absolutely nothing to the Christian.

 

Nah, ini ada ilustrasi. Apa yang terjadi pada sebuah nyawa saat kematian bisa dipahami lebih baik melalui ilustrasi yang diberikan ini, dengan pemakaian video kamera. Ketika kita sedang merekam sesuatu, kamera menginput apa yang kita rekam, benar? Namun bila kamera kita pause-kan, perekaman terhenti, kan? Rekaman berhenti. Bila kamera di pause, rekaman terhenti. Tetapi sekarang simak, selama waktu kamera terhenti, tidak ada input yang masuk ke kamera. Tetapi bila kita menekan tombol “Start” lagi, kamera melanjutkan dari titik di mana dia tadi berhenti. Hal yang sama terjadi saat hidup dan mati. Waktu kita hidup, kelima pancaindera kita memproses atau memasukkan in put semua informasi ke otak kita. Saat kematian, hidup kita ditangguhkan atau di pause. Tidak ada in put baru selama masa itu. Ketika Yesus datang membangkitkan umatNya, sekali lagi Dia akan menekan tombol rekam, dan kehidupan akan mulai berjalan lagi tepat dari titik ketika ia berhenti sebelumnya. Dengan demikian, kematian itu hanyalah suatu pause, penangguhan sementara dari hidup. Itulah mengapa kematian sama sekali tidak berarti apa-apa bagi orang Kristen.

 

 

And do you know Ellen White has a statement in Great Controversy which is amazing, where she says that the wicked that are gathered around the city, she says, that they resume the current of their thoughts just where it ceased. That's an amazing statement. Why the wicked, there's some wicked people that are totally disintegrated, but they're going to be resurrected. What is God going to return to those people? He's going to return their character or their spirit, because they have their spirit. He's going to return their record to them. Are they going to be just as wicked as they were in life? Are they going to remember everything that they did? Of course! They're going to surround the Holy City, they resume the current of their thoughts. That's why I think that we're dealing with electronics here, although in Ellen White’s days we didn't have that. They resume the current of their thoughts, just where it ceased; which means that if there's a general of an army, and the general of that army has a spear and he's leading his troops, and he says “Fore…” and somebody shoots an arrow through him and he doesn't finish, when he resurrects he will say “…ward!” because he will pick up where he left off. Now that may be an exaggeration, but I’m making a point here.

 

Dan tahukah kalian ada pernyataan Ellen White di Great Controversy yang mengagumkan, di mana dia berkata bahwa orang-orang jahat yang berkumpul mengepung Kota itu, katanya, mereka melanjutkan aliran pikiran mereka mulai dari titik di mana itu terhenti. Ini pernyataan yang mengagumkan. Mengapa orang-orang jahat? Ada beberapa orang jahat yang sepenuhnya hancur, tetapi mereka akan dibangkitkan. Apa yang akan dikembalikan Allah kepada orang-orang itu? Dia akan mengembalikan karakter mereka atau roh mereka, karena rohnya ada. Allah akan mengembalikan catatan mereka kepada mereka. Apakah mereka akan tetap sejahat sebagaimana mereka dulunya ketika masih hidup? Apakah mereka akan ingat segala yang mereka lakukan? Tentu saja. Mereka akan mengepung Kota Suci, mereka melanjutkan alur pikiran mereka. Itulah mengapa saya pikir kita bekerja dengan elektronik di sini, walaupun di zaman Ellen White itu tidak ada. Mereka melanjutkan aliran pikiran mereka mulai dari titik di mana itu terhenti. Artinya jika ada seorang jenderal sebuah pasukan, dan jenderal itu memegang tombak dan dia sedang memimpin pasukannya, dan dia berteriak, “Maaa…” dan seseorang menembakkan anak panah menembusnya dan dia tidak sempat menyelesaikan perkataannya, ketika dia bangkit dia akan berseru “…juuuu!” karena dia akan melanjutkan dari mana dia terhenti. Nah, ini mungkin berlebihan, tetapi saya ingin menekankan poin ini di sini.

 

 

Listen carefully to this now. For the Christian who dies in Christ there is really no separation from Christ. Is that true? Yeah, because the Christian is dead, he doesn't know he's separated, for the Christian who dies in Christ, there is really no time separation from Christ. Life stops at the moment of death and picks up again when Jesus comes. It will pick up at the very point where it left off, when the person died. Thus in a certain sense from the perspective of the dead person, there was no separation during the interim, because the dead person has known nothing from the moment of death until the resurrection. For the dead person there's no separation, because the camera goes on pause, after that there's no input. And the next point is when the start button is pressed and the person picks up where they left off.  So let me ask you in a certain sense, from the perspective of the dead person, is it possible that the person goes to heaven when they die? Yes, from the perspective of the person they go to heaven when they die, because they die everything is suspended, and the next moment which they were not aware of everything that went on, the very next moment, they're seeing Jesus coming on the clouds of heaven. Are you understanding what I’m saying? I’m not saying that the dead person goes right to heaven, I’m saying the person dies, there's nothing that goes on after they die, their next thinking moment ~ see, their last breath fuuu, (they drop dead)  ~ and the next thing they think of is Jesus coming in the clouds. For them there was no separation. Isn't that comforting? “15 Precious in the sight of the Lord is the death of His saints.”

 

Dengarkan baik-baik sekarang. Bagi orang Kristen yang mati dalam Kristus, sesungguhnya tidak ada pemisahan dari Kristus. Apakah itu benar? Iya, karena orang Kristen itu sudah mati, dia tidak tahu bahwa dia terpisah. Bagi orang Kristen yang mati dalam Kristus, sesungguhnya tidak ada waktu pemisahan dari Kristus. Hidup berhenti pada saat kematian, dan dilanjutkan kembali ketika Yesus datang. Hidup akan dimulai lagi dari titik di mana ia terhenti, ketika orangnya mati.

Dengan demikian, dalam pengertian tertentu, dari sudut pandang orang yang mati itu, tidak ada pemisahan selama masa interim, karena orang yang mati tidak tahu apa-apa dari saat kematian hingga saat kebangkitan. Bagi orang yang mati tidak ada pemisahan karena kameranya di pause, setelah itu tidak ada input. Dan titik berikutnya ialah ketika tombol “Start” ditekan dan orang itu melanjutkan hidupnya dari mana itu terhenti.

Jadi saya mau tanya, dalam pengertian tertentu, dari sudut pandang orang yang mati, mungkinkah orang tersebut pergi ke Surga ketika mereka mati? Ya, dari perspektif orang yang mati itu dia pergi ke Surga ketika dia mati, karena ketika dia mati semuanya ditangguhkan, dan momen berikutnya ~ karena dia tidak tahu tentang apa pun yang terjadi ~ momen berikutnya itu dia melihat Yesus datang di atas awan-awan di langit. Apakah kalian paham apa yang saya katakan? Saya tidak mengatakan bahwa orang yang mati pergi ke Surga. Saya mengatakan orang yang mati, baginya tidak ada apa-apa lagi yang terjadi setelah dia mati, pikirannya berikutnya ~ lihat, nafas terakhirnya fuuu… (lalu mati) ~ dan berikutnya yang muncul di pikirannya ialah Yesus datang di awan-awan. Bagi orang Kristen ini tidak ada pemisahan. Bukankah itu sangat menghibur?  15 Berharga di mata TUHAN kematian semua orang kudus-Nya.” (Mazmur 116:15)

 

 

Romans 6:23 presents two choices and only two destinies: death or eternal life. The choice is not eternal life in bliss, or eternal life in misery. How can we be sure to choose life? The answer is that we must choose to be in Christ. And how do we choose to be in Christ? The incorporation ceremony is baptism, and like I mentioned previously in Romans 6:3 through 5, Matthew 28:18 through 20, as well as Galatians 3:26, we are baptized into the name of Christ, we are incorporated into Christ at the moment of our baptism, God reckons us in Christ not in ourselves. At baptism we receive forgiveness for our sins and also the gift of the Holy Spirit. At this moment the Spirit of Christ dwells in us, and we have the gift of eternal life.

 

Roma 6:23 mengetengahkan dua pilihan dan hanya dua takdir: kematian kekal atau hidup kekal. Pilihannya bukan hidup kekal yang bahagia atau hidup kekal yang sengsara. Bagaimana kita bisa pasti memilih hidup? Jawabannya ialah kita harus memilih berada dalam Kristus. Dan bagaimana kita memilih berada dalam Kristus? Upacara penyatuannya ialah baptisan. Dan seperti yang sudah saya singgung sebelumnya di Roma 6:3-5, Matius 28:18-20, dan juga Galatia 3:26, kita dibaptis ke dalam nama Kristus, kita dimasukkan ke dalam Kristus pada saat baptisan kita, Allah memperhitungkan kita dalam Kristus, bukan dalam diri kita sendiri. Saat baptisan kita menerima pengampunan untuk dosa-dosa kita dan juga karunia Roh Kudus. Pada saat itu Roh Kudus tinggal dalam kita, dan kita mendapat karunia hidup kekal.

 

 

Thus our choices, our decisions are a matter of life and death. We can decide to hang on to our sins and die; or give them to Jesus and live. There are no other choices. If we choose life, we can have the assurance that should we die, Jesus will resurrect us with His awesome power, to live with Him forevermore. What an awesome privilege. Are you willing to give your life to Jesus?

 

Maka pilihan kita, keputusan kita adalah masalah hidup dan mati. Kita bisa memutuskan untuk mempertahankan dosa-dosa kita dan mati kekal; atau memberikan mereka kepada Yesus dan hidup kekal. Tidak ada pilihan yang lain. Jika kita memilih hidup kekal, kita bisa mendapatkan jaminan bahwa kalau kita mati, Yesus akan membangkitkan kita dengan kuasaNya yang luar biasa, untuk hidup bersamaNya selamanya. Alangkah mengagumkannya hak istimewa ini. Apakah kita rela memberikan hidup kita kepada Yesus?

 

 

One final closing point. The story of Paul's encounter with the philosophers at Athens. The wise men of Greece did not believe in the resurrection of the body. Their hope was in the deliverance of their immortal soul from the prison of the body. When Paul debated these intellectuals at the Aeropagus, they listened intently to what Paul had to say, but many were scandalized when Paul spoke about the physical resurrection of the body, because they believed that the body was a tomb, it was the prison house of the soul.

And so Socrates you know he gathered his disciples around him, and he was going to drink the hemlock with the poison, and he said to his disciples, “I wish that you had the courage to do what I’m going to do. I’m going to drink the hemlock, and I’m going to die, and my soul which is imprisoned in the body, is going to fly off no longer encumbered by a body that gets sick, by a body that dies. No, I will, my soul, my real self, is going to fly off.” That's what they believed.

 

Satu poin penutup terakhir. Kisah pertemuan Paulus dengan para filsuf di Athena. Orang-orang bijak dari Greeka tidak percaya pada kebangkitan tubuh. Harapan mereka ada dalam pembebasan nyawa mereka yang baka dari tubuh yang memenjarakannya. Ketika Paulus berdebat dengan orang-orang intelek ini di Aeropagus (tempat para filsuf berdebat di atas bukit), mereka mendengarkan dengan seksama kepada apa yang dikatakan Paulus, tetapi banyak yang sangat tersinggung ketika Paulus bicara tentang kebangkitan fisik tubuh, karena mereka meyakini bahwa tubuh itu seperti kubur, itu rumah penjara dari nyawa.

Maka Socrates mengumpulkan para muridnya mengelilinginya, dan dia mau minum ramuan racun, dan dia berkata kepada murid-muridnya, “Harapanku adalah kalian punya keberanian untuk melakukan apa yang akan aku lakukan. Aku akan minum racun ini dan aku akan mati, dan nyawaku yang terpenjara dalam tubuh in akan terbang bebas tidak lagi terhalang oleh tubuh yang bisa sakit, tubuh yang bisa mati. Tidak, aku akan, nyawaku, diriku yang hakiki, akan terbang lepas.” Itulah yang mereka yakini.

 

 

And so when Paul spoke about the resurrection of the body, they said, “Are you nuts? Who would want to have the body back at the resurrection? No way! The hope is for the the soul, the immortal soul, to be delivered from the prison house of the body.” So for the Greeks the body was a hindrance to intellectual growth. Their aspiration was to get rid of the body that their immortal soul might live. What a contrast with the view of the apostle Paul! He expressed his hope in Philippians 3.

 

Maka ketika Paulus bicara tentang kebangkitan tubuh, mereka berkata, “Yang bener aja! Siapa yang mau tubuh ini kembali di kebangkitan? Tidak mau! Yang diharapkan adalah bagi nyawanya, nyawa yang baka, untuk dibebaskan dari rumah penjara tubuh.” Maka bagi orang-orang Greeka, tubuh merupakan penghalang pertumbuhan intelektual. Aspirasi mereka ialah untuk menyingkirkan tubuh supaya nyawa mereka yang bakal boleh hidup. Betapa bedanya dengan pandangan rasul Paulus! Dia menyatakan harapannya di Filipus 3.

 

 

Let's go there quickly. Philippians 3:4 through 11. Was Paul's hope in dying and having the soul fly off from the prison of the body? Was that his glorious hope? Was that his blessed hope. No, it wasn't.

Philippians 3:4 through 11. Here the apostle Paul reminisces about his past and he tells us what his hope was ~ let me find this here ~ Philippians chapter 3 and beginning with verse 4, he wrote, “ though I also might have confidence in the flesh. If anyone else thinks he may have confidence in the flesh, I more so: circumcised the eighth day, of the stock of Israel, of the tribe of Benjamin, a Hebrew of the Hebrews; concerning the Law, a Pharisee; concerning zeal, persecuting the church; concerning the righteousness which is in the Law, blameless. But what things were gain to me, these I have counted loss for Christ. Yet indeed I also count all things loss for the excellence of the knowledge of Christ Jesus my Lord, for whom I have suffered the loss of all things, and count them as rubbish, that I may gain Christ and be found in Him, not having my own righteousness, which is from the Law, but that which is through faith in Christ, the righteousness which is from God by faith;…” and now notice what his aspiration was  “…10 that I may know Him and…” what else?  “…and the power of His…” what? What was Paul's hope? His resurrection. “…and the power of His resurrection, and the fellowship of His sufferings, being conformed to His death,…”   now notice this  “…1if, by any means, I may attain to…” the soul leaving the body at death? No! He says, that  “…I may attain to the resurrection from the dead.” So what was Paul's hope? The resurrection of the dead, not the deliverance of the soul from the body like the Greek philosophers.

 

Mari kita ke sana cepat-cepat. Filipi 3:4-11. Apakah harapan Paulus ada dalam kematian dan membuat nyawanya terbang lepas dari tubuh yang memenjarakannya? Apakah itu harapannya yang mulia? Apakah itu harapannya yang indah? Tidak, bukan.

Filipi 3:4-11. Di sini rasul Paulus mengingat kembali masa lalunya dan dia memberitahu kita apa harapannya. Filipi pasal 3 dan mulai dengan ayat 4, Paulus menulis, 4 Sekalipun aku juga punya alasan untuk mengandalkan daging. Jika ada orang yang menyangka dia boleh mengandalkan daging, aku lebih lagi: 5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang yang paling Ibrani dari semua orang Ibrani; dalam hal hukum Taurat, seorang Farisi, 6 dalam  hal semangat, penganiaya jemaat; dalam hal kebenaran menurut Hukum Taurat, aku tidak bercacat. 7 Tetapi apa yang dahulu kuanggap menguntungkan bagiku, sekarang karena Kristus kuanggap tidak bernilai. 8 Malahan segala sesuatu juga kuanggap tidak bernilai demi keistimewaan pengetahuan tentang Kristus Yesus, Tuhanku, untuk DIa-lah aku telah menderita kehilangan segala sesuatu, yang kuanggap sebagai sampah, supaya aku boleh memperoleh Kristus. 9dan berada dalam Dia, tidak dengan memiliki kebenaranku sendiri dari mentaati Hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran yang diperoleh melalui iman dalam Kristus, yaitu kebenaran yang dari Allah melalui iman. …”  dan sekarang simak apa aspirasinya, “…10 Agar aku boleh mengenal Dia…” apa lagi? “…dan kuasa kebangkitan-Nya…”  apakah harapan Paulus? Kebangkitannya. “…dan kuasa kebangkitan-Nya,  dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku diselaraskan  dengan kematian-Nya…”  simak ini, “…11 supaya aku akhirnya boleh beroleh…”  nyawa meninggalkan tubuh saat kematian? Tidak! Paulus berkata bahwa,   11…supaya aku akhirnya boleh beroleh kebangkitan dari antara orang mati…”  Jadi apa harapan Paulus? Kebangkitan orang mati, bukan pembebasan nyawa dari tubuh seperti konsep filsuf-filsuf Greeka.

 

 

So did Jesus have the right concept of death? He most certainly did. His view is radically different than the view of the Christian world today. The view of the Bible, the hope of the Christian, is that our glorious hope, is the second coming of Jesus Christ to resurrect those who died in Jesus Christ. I trust that we abide in Christ and we have eternal life because we're connected with Him, and that if we should die He will resurrect us when He comes.

 

Jadi apakah Yesus punya konsep yang benar tentang kematian? Jelas sekali iya. Pandangannya berbeda secara radikal dari pandangan dunia Kristen hari ini. Pandangan Alkitab, harapan orang Kristen, ialah harapan mulia kita, yaitu kedatangan kedua Yesus Kristus untuk membangkitkan mereka yang mati dalam Yesus Kristus. Saya percaya bahwa kita tinggal dalam Kristus dan kita memiliki hidup kekal karena kita sudah terhubung denganNya, dan kalau kita mati, Dia akan membangkitkan kita ketika Dia datang.

 

 

 

 

 

21 10 24