WHAT
JESUS SAID
Part 13/24 - Stephen Bohr
THE TEST OF DISCIPLESHIP AND HOLY
SPIRIT BAPTISM
https://www.youtube.com/watch?v=zmucE837gXQ
Dibuka dengan doa
We are on page 169 of our study notes, and we're going to begin by
considering a conversation that Jesus had with a Samaritan woman at Jacob's
well. Turn with me in your Bibles to John chapter 4 and we will read verses 13
and 14. John 4:13 and 14, and then we'll make a few comments about these
verses. It says there, “13 Jesus answered and said to
her, ‘Whoever drinks of this water will thirst again…” in other words whoever drinks the water
from Jacob's well, is going to thirst again, “…14 but whoever drinks of the water that I shall
give him…” notice “…that I shall
give him…” future “…will never thirst. But the water that I
shall give him will become in him a fountain of water springing up into
everlasting life.’…”
In this story Jesus offered the woman water that would become in her a
fountain of water, springing into eternal life. In other words, if she drank
the water she would become a source of water. It says very clearly that the
water that Christ gives, will become in the person who drinks, a fountain of
water springing up into everlasting life.
Kita di hal. 169 dari makalah
kita, dan kita akan mulai dengan merenungkan pembicaraan antara Yesus dengan
seorang perempuan Samaria di sumur Yakub. Mari membuka Alkitab kalian bersama
saya ke Yohanes pasal 4, dan kita akan membaca ayat 13 dan 14. Yohanes 4:13-14,
kemudian kita akan membuat beberapa komentar tentang ayat-ayat ini. Dikatakan
di sana, “13 Yesus menjawab dan berkata kepadanya, ‘Barangsiapa minum air ini ia akan haus
lagi,…” dengan kata lain, siapa yang minum air
dari sumur Yakub akan haus lagi, “…14 tetapi barangsiapa minum air yang akan
Kuberikan kepadanya,…” simak “…yang akan
Kuberikan kepadanya…” di masa depan, “…tidak pernah akan
haus lagi. Tetapi
air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang
terus-menerus memancar sampai hidup yang
kekal.’…”
Di kisah ini Yesus menawari perempuan itu air yang akan
menjadi sumber air di dalam dirinya, yang memancar sampai hidup kekal. Dengan
kata lain, jika perempuan ini minum air
tersebut, dia akan menjadi sumber air. Dikatakan dengan sangat jelas bahwa air
yang diberikan Kristus akan menjadi sumber air dalam orang yang meminumnya,
yang memancar hingga hidup kekal.
So what Jesus is teaching here is, that as
believers drink of the Holy Spirit or receive the Holy Spirit, they become tributaries
of the well of the Holy Spirit to other people. The purpose of the
outpouring then was to obey Christ's command to preach the gospel to the World, and
to empower them to proclaim that gospel to the world. The emphasis of
the words of Jesus to the Samaritan woman in John 4:13 and 14 was that a person
who receives the Holy Spirit, in other words drinks the water that
Jesus gives, becomes a channel through whom God gives the Holy Spirit to other people. The primary purpose of the water, or of the
Holy Spirit, is not individual edification or personal salvation. The purpose of
drinking the water or receiving the Holy Spirit is to become a fountain of
blessing to other people. We receive the Spirit in order to give.
Jadi apa yang diajarkan Yesus di sini ialah ketika orang-orang percaya minum
Roh Kudus, atau menerima Roh Kudus, mereka menjadi sungai-sungai kecil dari
sumur Roh Kudus bagi orang-orang lain. Tujuan pencurahan
tersebut adalah untuk mematuhi perintah Kristus untuk menyampaikan Injil kepada dunia, dan untuk memberi
mereka kuasa untuk menyampaikan Injil itu kepada dunia.
Penekanan kata-kata Yesus kepada perempuan Samaria di Yohanes 4:13-14 ialah
bahwa orang yang menerima Roh Kudus,
dengan kata lain yang minum air yang diberikan Yesus, menjadi saluran melalui mana Allah memberikan Roh Kudus
kepada orang-orang lain. Tujuan utama dari air tersebut, atau
Roh Kudus itu bukan untuk
peningkatan kerohanian individu maupun untuk keselamatan pribadi.
Tujuan minum air tersebut atau menerima Roh Kudus ialah untuk menjadi sumber
berkat bagi orang lain. Kita menerima Roh Kudus supaya kita bagikan.
Now there's another passage that we find in John 7:37 to 39 which is
related to this one in John chapter 4. Let's read John 7:37-39, “37 On the last
day, that great day of
the feast, Jesus stood and cried out, saying, ‘If anyone thirsts, let Him
come to Me and drink…” notice the
similar idea, you know, the Samaritan woman, Jesus says, “The water that I give you, you drink it, and then you become a
fountain of life to others.” Here Jesus says, “…‘If anyone thirsts, let Him
come to Me and drink. 38 He who believes in
Me…” in other words a person who becomes a
follower of Jesus, because those who believe in Jesus are followers of Jesus “…38 He who believes in Me as the
Scripture has said, out of his heart will flow
rivers of living water…” Out of whose
heart? Out of whose heart? Out of the heart of the person who what? Who drank
the water. Once again, you drink and you become a fountain to other
people. Now what was Jesus talking about when He referred to drinking
the water and then having the water outflow to others? Verse 39 has the answer.
“…39 But
this He spoke concerning the Spirit, whom those believing in Him…” in other words, those who accepted Christ “…those believing in
Him would receive; for the Holy Spirit was not yet given, because Jesus was not
yet glorified.”
So when is it that the Holy Spirit was going to be poured out
so that believers could drink it, and then become fountains of waters to
others? This is speaking about what
happened when? On the day of Pentecost. Receiving the Spirit to then share the
Spirit.
The historical context and place described in these verses was the feast of
Tabernacles, in other words these verses are being shared with Jesus at the
feast of Tabernacles in Jerusalem. During this feast Jesus once again invited
the thirsty to come to Him and to drink, and once again the emphasis falls on
receiving the Spirit, that means drinking the water, to become fountains of
blessing to others. In this passage the water clearly is a symbol of the Holy
Spirit, and the glorification of Christ refers to His enthronement at the right hand
of the Father on the day of Pentecost, upon His ascension.
Nah, ada ayat-ayat lain yang
kita lihat di Yohanes 7:37-39 terkait dengan yang di Yohanes pasal 4 ini. Mari
kita baca Yohanes 7:37-39, “ 37 Dan pada hari terakhir, yaitu hari besar puncak perayaan itu, Yesus berdiri
dan berseru, ‘Jika ada yang haus, baiklah ia
datang kepada-Ku dan minum.’…” simak konsep yang
sama, kalian tahu, kepada perempuan Samaria itu Yesus berkata, “Air yang Aku
berikan padamu, minumlah, maka kamu akan menjadi sumber hidup bagi orang lain.”
Di sini Yesus berkata, “…‘Jika ada yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku
dan minum.’ 38 Dia yang percaya dalam Aku…”
dengan kata lain orang
yang menjadi pengikut Yesus, karena mereka yang percaya dalam Yesus adalah
pengikut Yesus, “…38 Dia yang
percaya dalam Aku seperti yang dikatakan
oleh Kitab Suci: ‘Dari dalam hatinya akan
mengalir sungai-sungai air hidup.’…” dari hati siapa? Dari hati orang yang apa?
Yang minum air itu. Sekali lagi, jika
kita minum air itu, kita menjadi sumber air bagi orang lain.
Nah, apa yang dibicarakan Yesus ketika Dia mengacu kepada minum air itu lalu
air itu mengalir keluar kepada orang lain? Ayat 39 punya jawabannya. “…39 Tetapi ini Dia bicara mengenai Roh, yang akan
diterima oleh mereka yang percaya dalam Dia;…”
dengan kata lain oleh mereka
yang menerima Kristus, “…akan diterima oleh mereka yang percaya dalam Dia; karena
pada saat itu Roh Kudus belum diberikan, karena
Yesus belum dimuliakan.”
Jadi kapan Roh
Kudus akan dicurahkan supaya orang-orang percaya boleh
meminumnya lalu menjadi sumber-sumber air bagi orang lain? Ini bicara tentang
apa yang terjadi kapan? Pada
hari Pentakosta. Menerima Roh Kudus, untuk kemudian membagikan
Roh Kudus.
Konteks sejarah dan tempat yang digambarkan ayat-ayat ini
adalah saat Perayaan Tabernakel (Pondok Daun), dengan kata lain, ayat-ayat
tersebut diberikan Yesus saat Perayaan Tabernakel di Yerusalem. Di perayaan
tersebut, sekali lagi Yesus mengundang mereka yang haus untuk datang kepadaNya
dan minum, dan sekali lagi penekanan jatuh pada menerima Roh Kudus, yaitu minum
airnya, untuk menjadi sumber berkat bagi orang lain. Di ayat-ayat ini air jelas
adalah simbol Roh Kudus; sementara dimuliakannya
Kristus mengacu kepada dudukNya di atas takhta di sebelah kanan Allah Bapa pada
hari Pentakosta, saat kenaikanNya ke Surga.
The apostle Paul also used the idea of drinking water as receiving the Holy
Spirit. In 1 Corinthians 12:13, the
apostle Paul wrote, “13 For by one Spirit we were all baptized into one
body…” so you'll notice, you have baptism,
water baptism, “…by one Spirit we were all baptized into
one body -- whether Jews or Greeks, whether slaves or free —and have all
been made to…” what? “…to
drink into one Spirit.”
Rasul Paulus juga
menggunakan konsep minum air sebagai menerima Roh Kudus. Di 1 Korintus 12:13,
rasul Paulus menulis, “13
Sebab oleh satu Roh kita semua telah
dibaptis ke dalam satu tubuh…” jadi kita simak,
ada baptisan, baptisan air, “…oleh
satu Roh kita semua telah dibaptis ke dalam
satu tubuh -- apakah orang Yahudi atau orang Yunani, apakah budak atau orang merdeka --
dan semua telah
dibuat…” apa? “…minum ke
dalam satu Roh.”
Now the source of this idea of water flowing out to drink is actually found
in the Old Testament in Exodus 17:1-7 and Numbers 20:2-11. These are the two
rock episodes of the Old Testament.
In the first episode that we find ~ of course I wish we could read these
passages, but then we would have to dedicate a whole class just to interpret
the passages, so we can only place here the highlights. God told Moses in the first episode in Exodus 17 that he was
supposed to take his rod and with his rod he was to strike the rock, and then
the rock would give its waters. We have three symbols here:
Ø we have a rock
Ø we have a rod
Ø and we have the
water that comes forth from the rock
So all we have
to do is interpret the symbols and then we can understand what God wanted to
teach to Israel in Exodus 17.
v What does the
rock represent? The rock represents Christ.
(1 Corinthians 10:1-4 and
Deuteronomy 32:4, 13, 15, 18, 30, 31, 37)
v What does the
rod represent? You have the verses here in parentheses (cf. Isaiah 53:4-8; Galatians 3:13; 2 Corinthians
5:21)
What does the
rod represent? You spare the rod and you spoil the child. It represents
judgment, or represents punishment. The rod of God's judgment fell upon
whom? Upon Jesus. It should have fallen upon the people, because they were
complaining, but instead of punishing the people, the rod fell on the rock.
v And when the rod
fell on the rock, the rock gave its water because Jesus was stricken by the
judgment of God and He bore our sins, He was able to pour out the Holy
Spirit which is the water.
Nah, sumber dari konsep air yang mengalir keluar untuk
diminum ini sesungguhnya terdapat di Perjanjian Lama, di Keluaran 17:1-7 dan di
Bilangan 20:2-11. Ini adalah dua episode tentang batu di Perjanjian Lama.
Di episode pertama yang kita lihat ~ tentu saja saya ingin bisa membacakan
ayat-ayat tersebut tetapi kalau begitu kita harus mendedikasikan satu kelas
untuk menginterpretasikan ayat-ayat itu, karena itu di sini kita hanya bisa
membahas garis besarnya. Allah memberitahu Musa di episode pertama di Keluaran
17 bahwa dia harus membawa tongkatnya dan dengan tongkat itu memukul batunya,
maka batu itu akan mengeluarkan air. Di sini ada tiga simbol:
Ø Ada batu
Ø Ada tongkat
Ø Dan ada air yang keluar dari batu itu.
Jadi apa yang harus kita lakukan adalah menginterpretasi
simbol-simbolnya, kemudian kita bisa mengerti apa yang mau diajarkan Tuhan
kepada bangsa Israel di Keluaran 17.
v Batu itu melambangkan apa? Batu itu melambangkan Kristus.
(1 Korintus 10:1-4 dan
Ulangan 32:4, 13, 15, 18, 30, 31, 37)
v Tongkat melambangkan apa? Ada ayat-ayatnya di sini dalam
kurung (cf. Yesaya
53:4-8; Galatia 3:13; 2 Korintus 5:21)
Tongkat melambangkan apa? Dengan tidak menggunakan
tongkat kita merusak seorang anak (Amsal 13:24). Tongkat melambangkan penghakiman, atau penghukuman.
Tongkat penghakiman Allah dipukulkan ke atas siapa? Ke atas Yesus. Seharusnya pukulan
itu jatuh ke atas umat, karena mereka yang mengeluh, namun bukannya menghukum
umat, tongkat itu dipukulkan ke atas batu.
v Dan ketika tongkat itu dipukulkan ke atas batu, batu itu
mengeluarkan airnya, karena Yesus dipukul oleh penghakiman Allah, dan Dia menanggung
dosa-dosa kita, Dia bisa mencurahkan Roh
Kudus yang adalah airnya.
Now there's another symbolism in the Old Testament which is just the same
as this, but it's different symbolism. In the Old Testament it's very common that
when a sacrifice was offered God showed His acceptance of the sacrifice
by
sending fire to consume the sacrifice. Let me give you several examples.
v The story of
Cain and Abel.
God accepted the sacrifice of Abel but He rejected the sacrifice of Cain. How
did God show that He accepted the sacrifice of Abel? Ellen White explains that fire came
down from heaven and consumed the sacrifice that Abel had placed on the
altar. Now the Bible doesn't say that, but the pattern is found in other places
of the Bible so we know that that's the way in which God showed that He
accepted the sacrifice.
v Then when the
tabernacle in the wilderness was inaugurated.
Once again victims were placed on the altar and then God rained fire to
consume the victims, indicating that He accepted the sacrifices.
v When the temple
built by Solomon was dedicated, once again fire came down from heaven
and consumed the sacrifices.
v The sacrifice that was offered by David on
Ornan's threshing floor
when the ark was
coming back to Jerusalem, once again, David placed animals on the altar, fire
came down from heaven and consumed the sacrifice.
v And we all know
about Elijah.
When Elijah
placed the animals upon the altar God showed His acceptance by raining
fire from heaven to consume the sacrifices.
So striking
the rock and having water come from the rock is the same as sacrificing the
animal which represented Christ, and as a result fire falling from heaven.
Did fire
fall from heaven on the day of Pentecost? Tongues of fire.
What was the purpose of the fire on the day of Pentecost? God was
announcing that the sacrifice of Jesus was accepted in heaven. It was
the enthronement of Jesus as the High Priest. Are you following me or not?
Nah, ada simbolisme lain di Perjanjian Lama yang sama
seperti ini, tetapi beda simbolnya. Di Perjanjian Lama
sangat biasa ketika suatu kurban dipersembahkan, dan Allah menunjukkan bahwa Dia menerima kurban itu dengan
mengirim api untuk melahap habis kurban tersebut. Saya beri
beberapa contoh:
v Kisah Kain dan Habel.
Allah menerima
kurban Habel tetapi Dia menolak kurban Kain. Bagaimana Allah
menunjukkan bahwa Dia menerima kurban Habel? Ellen White menjelaskan bahwa api turun dari langit dan
melahap kurban yang ditempatkan Habel di atas mezbah. Nah, di Alkitab
tidak tertulis begitu, tetapi polanya ditemukan di ayat-ayat lain di Alkitab
sehingga kita tahu begitulah cara Allah menunjukkan bahwa Dia menerima
kurbannya.
v Lalu ketika kemah
suci di padang gurung diurapi
sekali lagi kurban-kurban ditempatkan di atas mezbah, dan
kemudian Allah menghujankan api untuk melahap kurban-kurban tersebut,
mengindikasikan bahwa Dia menerima kurban-kurban tersebut.
v Ketika bait
suci yang dibangun Salomo diurapi,
sekali lagi api turun dari langit dan melahap habis
kurban-kurbannya.
v Kurban yang
dipersembahkan Daud di tempat pengirikan Ornan
ketika Tabut Perjanjian mau dibawa pulang ke Yerusalem,
sekali lagi Daud menempatkan kurban-kurban di mezbah, api turun dari langit dan
melahap kurban-kurban itu.
v Dan kita semua tahu tentang Elia.
Ketika Elia
menempatkan hewan-hewan di atas mezbah, Allah menunjukkan
penerimaanNya dengan menghujani dengan api dari langit untuk melahap
kurban-kurban itu.
Maka memukul
batu dan membuat air keluar dari batu itu sama dengan kurban hewan yang
melambangkan Kristus, yang mendatangkan api turun dari langit.
Apakah api
turun dari langit pada hari Pentakosta? Lidah-lidah api.
Apa tujuan api pada hari Pentakosta? Allah mengumumkan bahwa kurban Yesus telah diterima di
Surga. Itu adalah pentahbisan Yesus sebagai Imam Besar. Apakah
kalian mengikuti saya atau tidak?
And so let's continue here, let's go to the bottom of the page. The lesson
is clear. The rod of the Father's judgment fell upon Jesus in Gethsemane and on
the cross, and as a result He was able to pour out the Holy Spirit for His followers
to drink, or to receive. Jesus received the promise from His Father. Notice
that Jesus received the promise of the Spirit from His Father and then Jesus
pours it out upon His followers. Notice that the Holy Spirit could not be
poured out until Jesus was glorified, in other words, the Holy Spirit could not be poured out
until Jesus was sacrificed and then ascended to heaven, and was installed as
the High Priest, the Mediator, or the Advocate for His people. It
cannot be too strongly emphasized that the Holy Spirit was given to the
disciples so that they in turn would impart the blessing to others. Is that
point clear? They receive the Spirit to become channels for other people to
receive the Spirit, that is to say, the gift of the Holy Spirit flows from Jesus
through us, to others. We are merely tributary channels of the Holy
Spirit.
Maka mari kita lanjutkan di sini, mari ke bagian bawah
halaman. Pelajaran ini jelas. Tongkat penghakiman Bapa jatuh ke atas Yesus di
Getsemani dan di salib, dan akibatnya Dia bisa mencurahkan Roh Kudus bagi para
pengikutNya untuk diminum, atau untuk diterima. Yesus menerima janji dari Bapa.
Simak bahwa Yesus telah menerima janji Roh Kudus dari BapaNya kemudian Yesus
mencurahkan kepada pengikut-pengikutNya. Simak bahwa Roh Kudus tidak bisa dicurahkan hingga Yesus dimuliakan,
dengan kata lain, Roh Kudus tidak bisa dicurahkan hingga Yesus sudah
dikurbankan dan naik ke Surga, dan sudah ditetapkan sebagai Imam Besar, Sang
Mediator atau Perantara bagi umatNya. Harus benar-benar ditekankan bahwa Roh Kudus diberikan kepada para murid
supaya mereka pada gilirannya membagikan berkat tersebut kepada orang lain.
Apakah poin ini jelas? Mereka menerima Roh Kudus untuk menjadi saluran bagi
orang lain untuk menerima Roh Kudus; dengan kata lain, karunia Roh Kudus mengalir dari
Yesus melalui kita kepada orang lain. Kita sekadar
saluran-saluran penyalur Roh Kudus.
Let's take a look at two other passages where Jesus promised the Holy
Spirit before Pentecost. In Matthew 3:11 John the Baptist referred to the outpouring of the
Holy Spirit at Pentecost with the word what? Baptism. That is to say believers
who received the Holy Spirit at Pentecost received the baptism of the Holy Spirit.
Let's read Matthew 3:11, here John the Baptist is speaking, “ 11 I indeed baptize you
with water unto repentance, but He who is coming after me is mightier than I,
whose sandals I am not worthy to carry. He will baptize you with the Holy
Spirit and fire.”
So John is saying, I baptize you with the baptism of repentance, but the
Person who's coming after me, He's going to baptize you with the Holy Spirit
and fire. What does that mean He will baptize you with the Holy Spirit and
power? It's talking about what happened when? On the day of Pentecost. Were tongues of
fire seen on the day of Pentecost? Yes. Was it the baptism of the Holy Spirit?
Absolutely, yes! Now it will be well for us to remember these words of John,
because we'll be coming back to them again. So keep in mind what we just read
from Matthew 3:11.
Mari kita simak dua ayat di mana Yesus menjanjikan Roh
Kudus sebelum Pentakosta. Di Matius 3:11 Yohanes
Pembaptis mengacu kepada pencurahan Roh Kudus di Pentakosta dengan kata
apa? Baptisan. Dengan kata
lain, orang-orang percaya yang
menerima Roh Kudus saat Pentakosta, menerima baptisan Roh Kudus.
Mari kita baca
Matius 3:11, di sini Yohanes Pembaptis sedang bicara, “11 Memang
aku membaptis kamu dengan air untuk
pertobatan, tetapi Ia yang datang setelah aku
lebih berkuasa daripada aku, yang sandalNya
tidak layak aku bawa. Ia akan membaptiskan
kamu dengan Roh Kudus dan api.”
Jadi Yohanes mengatakan, aku membaptis kamu dengan
batisan pertobatan, tetapi Sosok yang datang setelah aku, Dia akan membaptis
kamu dengan Roh Kudus dan api. Apa yang dimaksud Dia akan membaptis kamu dengan
Roh Kudus dan kuasa? Ini bicara tentang apa yang terjadi kapan? Pada hari
Pentakosta. Apakah lidah-lidah api
terlihat pada hari Pentakosta?
Ya. Apakah itu baptisan Roh
Kudus? Betul sekali, ya! Nah, sebaiknya kita ingat kata-kata
Yohanes ini karena nanti kita akan kembali kemari lagi. Jadi ingat-ingat apa
yang baru kita baca dari Matius 3:11.
Now notice Mark 16:15-18, here Jesus is speaking to His disciples, “15 And He said to
them, ‘Go into all the
world and preach the
gospel to every creature. 16 He who believes and is
baptized will be saved; but he who does not
believe will be condemned…” So notice, the disciples received the gospel, now
they go out to proclaim the gospel. And notice what takes place as a result
of accepting Jesus or believing in the gospel. You immediately have the gifts of the
Holy Spirit because it says in verse 17, “…17 And these signs will follow those
who believe: In My name they will cast
out demons…” is that one of the gifts of the
Spirit, exorcisms? Yes! “…they will
speak with new tongues…” is that one of the gifts of the Holy
Spirit? Yes. “…18 they will take up serpents; and
if they drink anything deadly, it will by no means hurt them; they will lay hands on the
sick, and they will recover.”
So notice the disciples receive the Holy Spirit, Jesus says, “Now go out and proclaim the gospel.” And
He says, “You're going to receive…”
what? “…you're going to receive the gifts
of the Spirit, that will follow you in the preaching of the gospel.”
Sekarang simak Markus
16:15-18, di sini Yesus sedang bicara kepada murid-muridNya, “15 Dan
Ia berkata kepada mereka, ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada
segala makhluk. 16 Dia yang
percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi dia
yang tidak percaya, akan dihukum.’…” Jadi simak, para murid
menerima Injil, sekarang mereka keluar untuk menyampaikan Injil. Dan simak apa
yang terjadi sebagai akibat
menerima Yesus atau mempercayai Injil, segera ada karunia-karunia Roh Kudus
karena dikatakan di ayat 17, “…17 Dan tanda-tanda
ini akan menyertai mereka yang percaya: dalam nama-Ku mereka akan mengusir setan-setan…” apakah itu salah
satu karunia Roh, eksorsisme? Ya! “…mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa
yang baru bagi mereka…” apakah itu salah satu karunia Roh Kudus? Ya! “…18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun
mereka minum apa pun yang mematikan, itu tidak akan mencelakai
mereka; mereka akan meletakkan tangannya pada
orang sakit, dan orang itu akan sembuh…” Jadi simak, para
murid menerima Roh Kudus. Yesus berkata, “Sekarang pergilah dan kabarkan Injil.”
Dan Dia berkata, “Kalian akan
menerima…” apa? “…Kalian akan menerima karunia Roh yang
akan menyertai kalian dalam mengabarkan Injil.”
Now 40 days after His resurrection Jesus promised the outpouring of Holy
Spirit. Now we're moving. Jesus resurrected, 40 days later He still hasn't
ascended to heaven, but now He's going to promise the outpouring of the Holy
Spirit that John the Baptist spoke about before Jesus began His ministry. Two
important things stand out in this passage.
1. the purpose
of the outpouring of the Holy Spirit was what? Witnessing and preaching the gospel.
2. The outpouring of the gift of Holy Spirit gave the disciples the what? The gifts
necessary to
fulfill the gospel commission.
So two key points that we found in the verses that we just read. First of
all the outpouring of Holy Spirit is given to preach the gospel to the world,
and secondly the gifts of the Spirit follow that are mentioned here in this
passage, so secondly the outpouring of the gift of the Holy Spirit gave the
disciples the gifts. So the outpouring of Holy Spirit is the gift, and
then the Holy Spirit gives the gifts ~ plural.
Nah, 40 hari setelah kebangkitanNya, Yesus berjanji akan
mencurahkan Roh Kudus. Sekarang kita bergerak maju. Yesus bangkit, 40 hari
kemudian Dia masih belum naik ke Surga, tetapi sekarang Dia akan berjanji untuk
mencurahkan Roh Kudus yang dibicarakan Yohanes Pembaptis sebelum Yesus memulai
ministriNya. Ada dua hal yang menonjol dalam kutipan ini:
1.
Tujuan dicurahkannya
Roh Kudus itu apa? Untuk bersaksi dan mengabarkan
Injil.
2.
Pencurahan Roh Kudus memberi kepada para murid apa? Karunia-karunia
yang dibutuhkan untuk memenuhi
tugas penginjilan.
Jadi dua poin kunci kita dapati di ayat-ayat yang baru
kita baca. Yang pertama pencurahan Roh Kudus diberikan untuk mengabarkan Injil
ke dunia. Dan kedua, karunia-karunia Roh mengikuti yang disebutkan di kutipan
ini. Jadi yang kedua, pencurahan karunia Roh Kudus memberikan kepada para
murid karunia-karnia. Maka pencurahan
Roh Kudus adalah karunia (tunggal), kemudian Roh Kudus memberikan
karunia-karuniaNya (jamak).
Now let's continue here. For this reason, the impartation of the Holy
Spirit is called the gift (cf.
Acts 2:38; 10:45; 11:17). Do you know that the imparting of the Holy Spirit is
always referred to as the gift of the Spirit (singular)? But the apostle Paul refers to what? The Holy Spirit gives to those
who receive the gift of the Spirit, as the gifts of the Holy Spirit. So we
receive the Holy Spirit and the Holy Spirit gives us the gifts. The one gift of the Holy Spirit imparts the gifts.
And you can read this in the verses we have in parentheses (1 Corinthians 12:7-11, 28-31). It would be
impossible to go through all these verses,
folks, but I wanted to include
them in the study notes, so that when we go home we look at this, spend an hour
or two a day, get up a little bit earlier, go to bed a little bit later, and
look up these verses; there's powerful material here.
Sekarang mari kita lanjut. Karena alasan ini, diberikannya Roh Kudus
disebut karunia (cf. Kisah 2:38; 10:45; 11:17). Tahukah kalian bahwa diberikannya Roh Kudus selalu
disebut sebagai karunia Roh (tunggal)? Tetapi rasul Paulus mengacu
kepada apa? Roh Kudus
mengaruniakan kepada mereka yang telah menerima karunia Roh, karunia-karunia dari Roh Kudus.
Jadi kita menerima Roh Kudus, dan Roh Kudus memberi kita
karunia-karunia. Karunia tunggal Roh
Kudus memberi kita karunia-karunia. Dan kalian bisa membaca ini
di ayat-ayat yang di dalam kurung (1 Korintus 12:7-11, 28-31). Mustahil membahas semua ayat itu,
Saudara-saudara, tetapi saya mau memasukkan mereka dalam makalah supaya nanti
di rumah kita akan membacanya, pakai satu atau dua jam sehari, bangun sedikit
lebih pagi, tidur sediki lebih malam, dan carilah ayat-ayat ini, ada bahan yang
luar biasa di sana.
Once again we see that the purpose of the Holy Spirit is what? The purpose
of the Holy Spirit baptism is evangelism. You drink the water, and
what's the purpose of drinking the water? To become a channel of water. The same
idea of the Holy Spirit baptism as the power for evangelism can be seen in Acts
1:7-8. You know we just read a passage of what Jesus said 40 days after His resurrection,
but then on the 50th day Jesus pours out the Holy Spirit.
Sekali lagi kita melihat bahwa tujuan Roh Kudus itu apa? Tujuan baptisan Roh Kudus itu untuk penginjilan. Kita minum airnya, dan apa
tujuan meminum air itu? Untuk menjadi saluran air itu. Konsep yang sama dari baptisan Roh Kudus sebagai kuasa
penginjilan bisa dilihat di Kisah 1:7-8. Kita baru saja membaca kutipan apa
yang dikatakan Yesus 40 hari setelah kebangkitanNya, tetapi kemudian pada hari
yang ke-50, Yesus mencurahkan Roh Kudus.
Now let's notice what Jesus said immediately before He went to heaven. It
says in Acts 1:7 and 8, “ 7 And
He said to them…” to His
disciples, “… ‘It is not for you to know times or seasons which the Father has
put in His own authority. 8 But you…” the expression: “you shall” is used twice here. “…8 But you
shall…” what? “…receive power when the Holy Spirit has come upon you…” what's the purpose of the power? Oh it's
so that you can jump up and down in church, and you can roll in the aisles, and
you can shout in the Lord? No! What is the purpose? “…you
shall receive power when the
Holy Spirit has come upon you and you shall be…” what? What is the purpose of the power of the water? The purpose of the
water is you shall be
“…witnesses to Me…” and now notice,
“…in Jerusalem, and in all Judea and Samaria, and to the end of the earth.”
In this gospel commission Jesus promised that His disciples would receive
power to be witnesses in Jerusalem, Judea, Samaria and as far as the uttermost
parts of the earth. In fact the entire book of Acts is patterned after these
verses, because the gospel did go first to Jerusalem, then it went to Judea,
then it went to Samaria, and then it went to the uttermost parts of the earth.
The book of Acts is patterned after this verse. That's the way the gospel
proliferated. It was like a pebble that you throw in a lake. The gospel did
indeed begin in Jerusalem, and then it spread to the entire world.
Sekarang mari kita simak apa kata Yesus segera sebelum
Dia naik ke Surga. Dikatakan di Kisah 1:7-8, “7
Dan Dia berkata kepada mereka…” kepada murid-muridNya, “…‘Bukan hakmu untuk mengetahui waktu dan masa,
yang telah diletakkan Bapa dalam wewenangNya sendiri. 8 Tetapi kamu…”
ungkapan “kamu akan” dipakai dua kali
di sini. “…8 Tetapi kamu akan…”
apa? “…menerima
kuasa, saat Roh Kudus turun ke atas kamu…” apa tujuan kuasa
itu? O, supaya kamu bisa melompat naik-turun di gereja, dan berguling-guling di
lorong, dan kamu bisa teriak-teriak memanggil Tuhan? Tidak! Apa tujuannya?
“…kamu akan menerima kuasa, saat Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan…”
apa? Apa tujuan kuasa air? Tujuan dari
air adalah agar kamu akan “…menjadi saksi bagi-Ku…” dan sekarang
simak, “…di Yerusalem dan di Yudea,
lalu Samaria dan kemudian sampai ke ujung bumi.’…”
Dalam tugas penginjilan ini Yesus berjanji bahwa
murid-muridNya akan menerima kuasa untuk menjadi saksi-saksi di Yerusalem,
Yudea, Samaria, dan hingga ke bagian-bagian paling jauh dari dunia. Bahkan
seluruh kitab Kisah mengikuti pola ayat-ayat ini, karena Injil memang pertama
ke Yerusalem, lalu ke Yudea, kemudian ke Samaria, dan setelah itu ke
bagian-bagian yang paling jauh di dunia. Kitab Kisah mengikuti pola ayat ini.
Dengan cara itulah Injil menyebar. Seperti sebutir krikil yang dilemparkan ke
tengah danau. Injil memang dimulai di Yerusalem, lalu dia menyebar ke seluruh
dunia.
So according to the gospel record, the baptism of the Holy Spirit is not a second
blessing that people receive after baptism. Some people say you know,
you're baptized in water and then sometime later you receive the baptism of the
Holy Spirit. The Bible doesn't teach that. In God's plan the Holy Spirit is imparted at the very
moment of baptism. The Holy Spirit fell upon Jesus, here we have the
examples, the Holy Spirit fell upon Jesus when He was what? When He was
baptized. The Holy Spirit came like a dove upon Jesus in His baptism, so it's not a
blessing that falls upon Him later.
Maka menurut catatan Injil, baptisan Roh Kudus bukanlah berkat yang kedua yang
diterima orang setelah
mereka dibaptis. Ada
orang yang mengatakan, bahwa kita dibaptis dalam air lalu beberapa waktu kemudian
baru kita menerima baptisan Roh Kudus. Alkitab tidak
mengajarkan itu. Dalam rancangan Allah, Roh
Kudus dibagikan pada waktu yang sama dengan baptisan air. Roh
Kudus turun pada Yesus ~ di sini kita punya contoh-contohnya ~ Roh Kudus turun
pada Yesus ketika Dia apa? Ketika Dia dibaptis. Roh Kudus datang seperti seekor
merpati ke atas Yesus ketika Dia dibaptis, jadi itu bukan suatu berkat yang turun padaNya kemudian.
Notice also that Jesus in His encounter with Nicodemus, He said that, “You have to be baptized of the water and…”
what? “…and of the Spirit. At the same time you're baptized in the water, and
you receive the Holy Spirit.”
Is the same thing true about Peter's sermon on the day of Pentecost?
Remember when the men came up to Peter and said, “What shall we do in the light of what you've said (that Jesus has been installed as a High
Priest, He's now the Advocate, He's the Mediator, He's the Intercessor), what
do we need to do?” And what did Peter say? He says, “Repent and be baptized and you will receive the gift of the Holy
Spirit”
So once again water baptism and receiving the Holy Spirit take place at the same time.
We see this same pattern in the book of Acts. I emphasize this point because
some people teach that the baptism of the Holy Spirit comes at some point later
than water baptism, in what they call a second blessing. However, the Bible
is clear that both baptism and the baptism of the Holy Spirit are blessings
that are received at the same time.
Simak juga dalam pertemuanNya dengan Nikodimus, Yesus
berkata bahwa, “Engkau harus dibaptis dengan air dan…” apa? “…dan Roh. Pada waktu yang sama
engkau dibaptis dengan air, engkau menerima Roh Kudus.”
Apakah hal yang sama juga terjadi dalam khotbah Petrus
pada hari Pentakosta? Ingat ketika orang-orang datang kepada Petrus dan
berkata, “Apa yang harus kami lakukan (sehubungan dengan apa yang
engkau katakan bahwa Yesus sudah menjabat sebagai Imam Besar, Dia sekarang
adalah Sang Pembela, Dia Sang Mediator, Dia Sang Perantara), apa yang harus kami lakukan?” Dan apa kata Petrus? Dia berkata, “38 ….‘Bertobatlah
dan hendaknya setiap orang dari kamu dibaptiskan … dan kamu akan
menerima karunia Roh Kudus.” (Kisah 2:38).
Jadi sekali lagi baptisan
air dan menerima Roh Kudus terjadi pada waktu yang bersamaan.
Kita lihat pola yang sama ini di kitab Kisah. Saya menekankan poin ini karena
ada orang yang mengajar bahwa baptisan Roh Kudus datang beberapa saat kemudian
setelah baptisan air, yang mereka sebut berkat kedua. Namun, Alkitab jelas bahwa baik
baptisan air dan baptisan Roh Kudus adalah berkat-berkat yang diterima pada
waktu yang sama.
Now a question still remains. Why did some of Christ's disciples receive
water baptism from John the Baptist, but only received the Holy Spirit baptism
three and a half years later, on the day of Pentecost? So you say, “See, there are two blessings,
you have water baptism and then three and a half years later then you have the
baptism of the Holy Spirit.” Are you understanding the question?
But there's an explanation of that. We have already answered this question
in fact. The
disciples could not receive the Holy Spirit baptism until Jesus had died,
resurrected, and ascended to the right hand of the Father. He had to
die first. The Rock had to be stricken, and then the water could come out. After
Pentecost it is not necessary to wait for a second blessing because the Holy
Spirit has already been poured out. Also as we shall see in the lesson
on the ordinances of the church, baptism is a symbolic incorporation into the
death, burial, and resurrection of Christ. And this could not happen until
Jesus went through those steps. Are you catching the point?
Nah, masih tersisa satu pertanyaan. Mengapa beberapa dari
murid Kristus menerima baptisan air dari Yohanes Pembaptis tetapi baru menerima
baptisan Roh Kudus tiga setengah tahun kemudian pada hari Pentakosta? Maka
kalian berkata, “Lihat, ada dua berkat kan? Ada baptisan air dan tiga setengah
tahun kemudian ada baptisan Roh Kudus.” Apakah kalian mengerti pertanyaannya?
Tetapi ada penjelasannya. Bahkan kita sudah menjawab
pertanyaan itu. Para murid tidak
bisa menerima baptisan Roh Kudus hingga Yesus sudah mati, bangkit, dan naik ke
Surga ke sebelah kanan Allah Bapa. Yesus harus mati dulu.
Batunya harus dipukul dulu, baru kemudian airnya bisa keluar. Setelah Pentakosta tidak perlu
lagi menunggu berkat yang kedua karena Roh Kudus sudah dicurahkan.
Juga seperti yang akan kita lihat di pelajaran tentang peraturan-peraturan
gereja, baptisan adalah simbol gabungan
ke dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus, dan ini tidak bisa
terjadi hingga Yesus sudah mengalami langkah-langkah tersebut.
Apakah kalian menangkap poinnya?
Now in Acts chapter 2 the promised gift of the Holy Spirit was poured out, but
when the
gift (singular) of the Holy Spirit was poured out, all the gifts which Paul
mentions in 1 Corinthians 12 began to function in the church. So notice:
Ø God imparts the
gift: that's the water
Ø and then when we
receive the gift of the Holy Spirit, the Holy Spirit imparts what? The gifts of
the Spirit.
Ø And of course
you have a list here of the gifts of the Spirit that the apostle Paul
mentioned:
ü the gift of healing (Acts 3:6;
8:4-8;
19:11-12),
ü the gift of exorcism (Acts 5:16; 8:7;
19:11-12),
ü the gift of administration (Acts 6:1-7),
ü the gift of helps (Acts 9:36, 39),
ü the gift of evangelism (Acts 21:8),
ü the gift of prophecy (Acts 13:1; 15:32; 21:9-10),
ü the gift of tongues (Acts 2:1-13; 10:44-48; 19:3-6),
ü the gift of teaching (Acts 5:25; 13:1; 15:35),
ü the word of knowledge (Acts 5:1-11),
ü the gift of exhortation (Acts 11:23; 15:22; 13:15; 20:2),
ü the gift of being apostles (Acts 6:6).
None of these gifts were given for personal
individual growth, but rather for evangelistic outreach and the growth of the
body, the entire church (1 Corinthians 12:7; Ephesians 4:12). Are you following me?
This is important, folks, when we minister to Pentecostals we need to make
this lesson clear to them, because the charismatics are the ones that say, you
know, later on after you've maybe accepted Christ and you've been baptized in
the water, then you need to plead with God, you need to cry out to God to give
you the Holy Spirit. And primarily they're saying the evidence that you have
the Holy Spirit is that you speak in tongues. So we need to share this from a
biblical perspective, as we're doing in this lesson.
Nah, di Kisah pasal 2, Roh Kudus, pemberian yang
dijanjikan, dicurahkan. Tetapi ketika
pemberian/karunia (tunggal) Roh Kudus itu dicurahkan, semua karunia (jamak)
yang disebut Paulus di 1 Korintus 12 mulai berfungsi di dalam gereja.
Jadi simak:
Ø Allah membagikan pemberian/karunia itu: itulah airnya.
Ø Lalu ketika kita menerima karunia Roh Kudus, apa yang
dibagikan Roh Kudus? Karunia-karunia Roh.
Ø Dan tentu saja di sini ada daftar karunia-karunia Roh
yang disebut rasul Paulus:
ü karunia penyembuhan (Kisah 3:6; 8:4-8;
19:11-12),
ü karunia mengusir setan (Kisah 5:16; 8:7;
19:11-12),
ü karunia administrasi (Kisah 6:1-7),
ü karunia menolong (Kisah 9:36, 39),
ü karunia menginjil (Kisah 21:8),
ü karunia roh nubuat (Kisah 13:1; 15:32; 21:9-10),
ü karunia lidah (bahasa) (Kisah 2:1-13; 10:44-48; 19:3-6),
ü karunia mengajar (Kisah 5:25; 13:1; 15:35),
ü karunia mengetahui apa yang
tidak diketahui (Kisah 5:1-11),
ü karunia menegur (Kisah 11:23; 15:22; 13:15; 20:2),
ü karunia menjadi rasul (Kisah
6:6).
Tidak satu pun dari karunia-karunia ini diberikan untuk pertumbuhan pribadi
secara individu, melainkan untuk jangkauan penginjilan dan pertumbuhan tubuh
Kristus, seluruh gereja. (1 Korintus 12:7; Efesus
4:12). Apakah kalian mengikuti saya?
Ini penting, Saudara-saudara, ketika kita melayani
orang-orang Pentakosta, kita perlu membuat pelajaran ini jelas bagi mereka,
karena golongan karismatik yang berkata bahwa setelah kita menerima Kristus dan
sudah dibaptis dalam air, kemudian kita perlu memohon kepada Allah, kita perlu
berseru kepada Allah supaya diberi Roh Kudus. Dan utamanya, mereka mengatakan
bukti bahwa kita sudah memiliki Roh Kudus ialah kita bisa berbahasa Roh. Jadi kita
perlu membagikan ini kepada mereka dari sudut pandang yang alkitabiah, seperti
yang kita lakukan di pelajaran ini.
So now let's talk about the gifts of the Spirit and the gift of tongues.
Pentecostal and charismatic Christians tend to focus on one particular gift as
the most important: the gift of tongues. So we must ask, is the gift of tongues
the most important of the gifts of the Holy Spirit? An out of context reading
of Acts chapter 2 would seem to indicate that the gift of tongues was the
most important, because it's the only one that was imparted on the day of
Pentecost.
Does God intend that all true Christians should speak in tongues? Was the
gift of tongues for personal spiritual edification? Or did it have an
evangelistic purpose like all of the other gifts of the Spirit? It bears noting
that the
apostle Paul placed the gift of tongues last on all the lists of the gifts of
the Spirit that he presented. In each of these lists (Ephesians 4:11-12 and 1 Corinthians 12:8-11, 28-31), and you can check this out, the
references are there in the study notes, the gift of tongues comes last.
Jadi sekarang mari kita bicara tentang karunia-karunia
Roh dan karunia lidah. Golongan Pentakosta dan Kristen karismatik condong fokus
pada satu karunia khusus sebagai yang terpenting: karunia lidah. Jadi kita
harus bertanya, apakah karunia lidah itu karunia yang paling penting dari Roh
Kudus? Jika membaca Kisah pasal 2 di luar konteks, itu seakan-akan
mengindikasikan bahwa karunia
lidah memang yang paling penting, karena itu satu-satunya yang dibagikan pada hari Pentakosta.
Apakah Allah memang meniatkan semua orang Kristen sejati
harus berbahasa lidah? Apakah karunia lidah untuk peningkatan kerohanian
pribadi? Atau apakah itu punya tujuan penginjilan seperti semua karunia Roh
yang lain? Perlu dicatat bahwa rasul
Paulus menempatkan karunia lidah terakhir di daftar karunia-karunia Roh
yang dia sampaikan. Dalam setiap daftar tersebut (Efesus 4:11-12
dan 1 Korintus 12:8-11, 28-31), dan kalian bisa memeriksa ini, referensinya ada di
makalah, karunia lidah ada di urutan terakhir.
Of course the question is why was this the only and most prominent gift in
Acts chapter 2? If it's the least important of the gifts (because Paul places it last), why is that the only gift mentioned when the
Holy Spirit is given to the disciples on the day of Pentecost? I think that's a
fair question that we need to answer, right? Now before we answer this question
we must underline that it is the Holy Spirit who owns and dispenses the
gifts. We do not seek a gift. We do not study to get a gift, because
after all, they are gifts. The Holy Spirit dispenses the gifts because of a
particular contextual need at the moment that requires that specific gift.
1 Corinthians 12:7, 11, 18, 28 make it clear that the Holy Spirit is the Lord
of the gifts. Now with this caveat in mind, let's proceed to explain why the gift of
tongues was the only gift imparted to believers on the day of Pentecost.
If it was the most important, why is it last on the list? And why on the day of
Pentecost is this the only gift that was imparted to the disciples? Is it because
it was the most important?
Tentu saja pertanyaannya ialah mengapa karunia ini
satu-satunya dan yang paling menonjol di Kisah pasal 2? Jika ini adalah karunia
yang paling tidak penting karena Paulus meletakkannya paling akhir, mengapa itu
adalah satu-satunya karunia yang disebutkan ketika Roh Kudus diberikan kepada
para murid pada hari Pentakosta? Menurut saya ini pertanyaan yang wajar yang
harus kita jawab, benar? Nah, sebelum kita menjawab pertanyaan ini kita harus
menggarisbawahi bahwa karunia-karunia
ini adalah milik Roh Kudus dan Dialah yang membagikannya. Kita
tidak minta suatu karunia. Kita tidak belajar untuk mendapatkan satu karunia,
karena sesungguhnya mereka adalah pemberian. Roh Kudus yang memberikan karunia-karunia karena adanya
suatu kebutuhan kontekstual pada masa itu yang membutuhkan karunia yang khusus.
1 Korintus 12:7, 11, 18, 28 membuatnya jelas bahwa Roh Kudus adalah Tuhannya karunia-karunia itu. Nah, dengan mengingat catatan tersebut, mari kita
lanjut untuk menjelaskan mengapa karunia
lidah adalah satu-satunya karunia yang dibagikan kepada orang-orang percaya
pada hari Pentakosta. Jika memang ini adalah karunia yang paling
penting, mengapa ada di urutan terakhir dari daftar itu? Dan mengapa pada hari
Pentakosta itu adalah satu-satunya karunia yang dibagikan kepada para murid?
Apakah karena ini karunia yang paling penting?
So let's see, why this was the only gift that was imparted on the day of
Pentecost to the disciples. A careful study of Acts chapter 2 reveals that the gift of
tongues was the most urgently needed gift at that particular moment. Does the Holy Spirit know when the church
needs a particular gift? Does the Holy Spirit give gifts that are not useful
for the moment? Of course not. He's the Lord of the gifts, He's the Owner of
the gifts and He gives the gifts, according to the apostle Paul, as He wishes
and as He chooses. So a careful study of Acts 2 reveals that the gift of
tongues was the most urgently needed at that particular moment. The feast
of Pentecost was one of the three in which all of the men 12 years and older
were required to go to Jerusalem. In the feast of Pentecost when the
Holy Spirit was poured out, Jerusalem was bursting with pilgrims from the
diaspora, from the dispersion of Jews all across the Roman empire. These
Jews did
not speak the language of the apostles, like second and third
generation immigrants to the United States, they had lost the use of their
native tongue. Are you following me? It's kind of like sometimes I meet someone
whose last name is Gonzalez and I say, “Como
estas mano?” He says, “I don't understand.” And I
say, “How someone with the last name Gonzalez doesn't understand?” It's because
they're second or third generation, and they've lost the ability to speak their
native tongue. This is what happened to the Jews in the diaspora.
Now here's the problem. How then could the apostles who spoke Aramaic share
the gospel with all of these pilgrims that were in Jerusalem if these people
did not speak their tongue? The answer is very obvious. God performed a miracle and He gave the
120 gathered in the upper room, the ability to speak the languages of the
people from the diaspora, that had come to Jerusalem. As these people
heard the gospel in their own tongue, you know God planned this from eternity
past, He knew that Jerusalem was going to be bursting with pilgrims and He knew
that the disciples were not going to be able to speak the languages of them,
and He says, “This is the best way to
proliferate the gospel. This is even better than social media [Laughter]. I’ll have the gospel preached to them in
their own language and then they'll go back to their nations and they'll share
what they heard.” Wow! And personal witness is much better than social
media.
Jadi mari kita simak mengapa ini adalah satu-satunya
karunia yang dibagikan pada hari Pentakosta kepada para murid. Suatu
pembelajaran yang teliti pada Kisah pasal 2 mengungkapkan bahwa karunia lidah adalah karunia
yang paling mendesak diperlukan pada saat itu. Apakah Roh Kudus
tahu bahwa gereja membutuhkan suatu karunia yang khusus? Apakah Roh Kudus
memberikan karunia-karunia yang tidak bermanfaat untuk saat itu? Tentu saja
tidak. Dialah Tuhan dari karunia-karunia ini, Dialah Pemilik karunia-karunia
ini dan Dia yang memberikan karunia-karunia itu, menurut rasul Paulus, sesuai
kehedakNya dan sebagaimana pilihanNya. Jadi suatu pembelajaran yang teliti pada
Kisah pasal 2 mengungkapkan bahwa karunia lidah adalah karunia yang paling
mendesak dibutuhkan pada saat itu. Perayaan
Pentakosta adalah satu dari tiga perayaan di mana semua laki-laki yang berusia
12 tahun ke atas diharuskan pergi ke
Yerusalem. Di Perayaan Pentakosta ketika Roh Kudus dicurahkan,
Yerusalem penuh sesak dengan para peziarah dari diaspora, dari penyebaran orang-orang Yahudi di seluruh
jajahan kekaisaran Roma. Orang-orang Yahudi ini tidak bisa bahasa para rasul
seperti para imigran generasi kedua dan ketiga di Amerika Serikat, mereka telah
kehilangan pengetahuan tentang bahasa ibu mereka. Apakah kalian mengikuti saya?
Seperti jika saya bertemu seseorang yang nama marganya Gonzales dan saya
berkata “Como estas mano?”
(Apa kabar, bro?) dan dia berkata, “Saya tidak mengerti.” Dan saya berkata,
“Kok bisa orang dengan nama marga Gonzales tidak mengerti?” Karena mereka
adalah generasi kedua dan ketiga, dan mereka telah kehilangan kemampuan
berbahasa asli mereka. Inilah yang terjadi pada para orang Yahudi di diaspora.
Nah, inilah masalahnya. Bagaimana para rasul yang
berbahasa Aram bisa membagikan Injil dengan semua peziarah ini yang ada di
Yerusalem jika orang-orang itu tidak bisa bahasa mereka? Jawabannya sangat
jelas. Allah membuat mujizat dan Dia
memberikan kepada ke-120 orang yang
sedang berkumpul di ruangan loteng, kemampuan untuk bicara dalam bahasa-bahasa
orang-orang dari diaspora yang datang ke Yerusalem. Saat orang-orang ini
mendengar Injil dalam bahasa mereka sendiri ~ kalian tahu Allah sudah merancang
ini sejak kekekalan masa lampau. Allah sudah tahu Yerusalem akan dipenuhi oleh
peziarah dan Dia sudah tahu bahwa para murid tidak akan bisa berbicara dalam
bahasa-bahasa mereka, dan Dia berkata, “Inilah cara
terbaik untuk menyebarkan Injil. Ini bahkan lebh baik daripada sosmed. Aku akan
membuat agar Injil disampaikan kepada mereka dalam bahasa mereka sendiri, kemudian
mereka akan pulang ke negara mereka dan mereka akan membagikan apa yang telah
mereka dengar.” Wow! Dan kesaksian
pribadi itu jauh lebih baik daripada sosmed.
We previously noted the book of Acts is patterned after the evangelistic
sequence of Acts 1:6 through 8. The gospel was ~ this is very important now ~
the gospel was to go first where? To Jerusalem. Then where? To Judea. Then to
Samaria. And finally to the uttermost parts of the earth. That's exactly what
happens in the book of Acts. You can follow the sequence, these first verses of
the book of Acts. After the day of Pentecost when all the Jews from the dispersion had
returned to their lands, the Holy Spirit was poured out again on those who
lived in Judea, but there's no reference to receiving the gift of tongues.
v You read in Acts
4:31.
Now the Holy
Spirit is poured out in Judea upon individuals who hear the
message of the apostles, and there's no gift of
tongues imparted to them. Why not? Because in Judea everybody spoke Aramaic,
there was no need for it. Are you following me or not? And then ~ the gift was
no longer necessary ~
v And then the
Holy Spirit is poured out in Samaria.
It's in chapter
8:14 through 17. Once again there is no gift of tongues in Samaria. Why not?
Because the
Samaritan spoke the language of the Jews, as we know, because Jesus
spoke with the Samaritan woman, the Samaritan woman understood what Jesus was
saying. So there was no need for the gift of tongues.
v But now here
comes an interesting detail. When the gospel went to Caesarea ~ we're at the
bottom of page 174 ~
when the gospel
goes to Caesarea
the Holy Spirit is poured out again upon Cornelius and his family, and now the
Holy Spirit is given, the gift of the tongues is given to
Cornelius and his family. Why to Cornelius and his family? And why Caesarea? Caesarea
was the most important seaport on the Mediterranean between Tyre in the north
and Egypt in the south. People from all countries, languages, and walks
of life, came through Caesarea and so God gave Cornelius and his family the ability to
speak the languages of those who would pass through Caesarea so that they could
share the gospel in the languages that people could understand.
v The gift of
tongues was once again imparted by the Holy Spirit in Ephesus.
In Ephesus the gift of
tongues was given because Ephesus was a seaport city, one of the most
important trade
centers on the continent of Asia. People from every nation on earth came by
that port. God knowing this, gave the church members the ability to
speak the languages of those who would come through Ephesus, so that they could
understand the gospel.
v The gift of the
Holy Spirit and the gift of tongues was also poured out in Corinth, why?
Because Corinth
was one of the busiest seaports in Europe, people from all language groups
passed through this metropolis. Once again the Holy Spirit knowing the need,
imparted the gift of tongues upon the believers, so they could preach the
gospel to all these language groups.
Now is it important to understand that the Holy Spirit is the Owner of the
gifts? And would it do any good to
impart the gift of the Holy Spirit of speaking in tongues here this morning?
Would God have to give us the gift of tongues here? No! Why not? It'd be a
waste because all of you understand what? All of you understand English, even
those that are receiving translation, well, they're understanding the
translation, so there's no need of the gift of tongues.
Sebelumnya kita sudah menyimak bahwa kitab Kisah
mengikuti pola urutan penginjilan di Kisah 1:6-8. Ini sangat penting, Injil
pertama harus pergi ke mana? Ke Yerusalem. Lalu ke mana? Ke Yudea. Lalu ke
Samaria. Dan akhirnya ke bagian dunia yang paling jauh. Persis seperti itulah
yang terjadi di Kitab Kisah. Kita bisa mengikuti urutan ayat-ayat pertama kitab
Kisah. Setelah hari Pentakosta ketika
semua orang Yahudi yang tersebar di negara-negara lain kembali ke tanah air
mereka, Roh Kudus dicurahkan lagi kepada mereka yang tinggal di Yudea, tetapi
tidak disebutkan adanya yang menerima karunia lidah.
v Kita baca Kisah 4:31.
Sekarang Roh Kudus dicurahkan di Yudea kepada orang-orang yang mendengar
pekabaran para rasul, dan di
sana tidak ada karunia lidah yang diberikan mereka. Mengapa
tidak? Karena di Yudea semua orang
berbahasa Aram, jadi tidak perlu. Apakah kalian mengikuti saya
atau tidak? Karunia lidah tidak diperlukan lagi.
v Kemudian Roh Kudus dicurahkan di Samaria,
ini di pasal 8:14-17. Sekali lagi tidak ada karunia lidah di Samaria.
Mengapa tidak? Karena orang
Samaria bicara bahasa orang Yahudi, seperti yang kita ketahui,
karena Yesus bicara kepada perempuan Samaria dan perempuan Samaria tersebut
mengerti apa yang dikatakan Yesus. Jadi tidak diperlukan karunia lidah.
v Tetapi sekarang tiba detail yang menarik. Ketika Injil
pergi ke Kaisaria ~ kita sekarang di bagian bawah hal. 174 ~
ketika Injil ke
Kaisaria, Roh Kudus dicurahkan lagi ke atas Kornelius dan
keluarganya, dan sekarang Roh Kudus diberikan, dan karunia lidah diberikan kepada Kornelius
dan keluarganya. Mengapa kepada Kornelius dan keluarganya? Dan mengapa di Kaisaria? Kaisaria adalah kota bandar yang paling penting di
Mediterania antara Tirus di utara dan Mesir di selatan. Orang
dari semua negara, bahasa, dan segala lapisan masyarakat datang melalui
Kaisaria maka Allah memberi
Kornelius dan keluarganya kemampuan untuk bicara dalam bahasa mereka yang akan
melewati Kaisaria supaya Kornelius dan keluarganya bisa membagikan Injil dalam
bahasa-bahasa yang bisa dimengerti banyak orang.
v Karunia lidah sekali lagi dibagikan oleh Roh Kudus di
Efesus.
Di Efesus karunia
lidah diberikan karena Efesus adalah kota pelabuhan, salah satu pusat
perdagangan yang paling penting di benua Asia. Orang dari segala bangsa di dunia datang melalui kota pelabuhan
tersebut. Mengetahui ini, Allah
memberi jemaat kemampuan untuk bicara dalam bahasa-bahasa orang-orang yang akan
datang melalui Efesus, supaya mereka bisa mengerti tentang Injil.
v Karunia Roh Kudus dan karunia lidah juga dicurahkan di Korintus,
mengapa?
Karena Korintus adalah salah satu kota pelabuhan yang paling sibuk di Eropa,
dan orang dari segala kelompok bahasa melewati metropolis ini. Sekali lagi Roh
Kudus yang tahu apa yang dibutuhkan, membagikan karunia lidah kepada orang-orang percaya, supaya mereka
bisa menyampaikan Injil kepada semua kelompok bahasa di sana.
Nah, apakah penting untuk memahami bahwa Roh Kudus adalah
Pemilik semua karunia? Dan apakah ada manfaatnya membagikan karunia Roh Kudus
berbicara dalam bahasa-bahasa di sini pagi ini? Apakah Allah perlu memberi kita
karunia lidah di sini? Tidak! Mengapa tidak? Itu hanya akan mubazir karena
kalian semua mengerti apa? Kalian semua mengerti bahasa Inggris, bahkan juga
mereka yang menerima terjemahannya, mereka memahami terjemahannya, jadi tidak
diperlukan karunia lidah.
Now let's go to another very important point. Is the gift of tongues a test
of a person's spirituality? You know, some charismatics feel super guilty if
they don't have the gift of tongues because they're told that the gift of
tongues is the sign that you have the Holy Spirit, if you don't speak in
tongues you don't have the Holy Spirit, and some go so far as to say if you
don't have the gift of tongues you're not saved. So I know Pentecostals who
have struggled to say, “Oh, and you know I’ve prayed and have agonized and
begged the Lord to give me the gift of
tongues.” And they have angst and they suffer over this. But the question is:
ü is the gift of tongues a test of a person's spirituality?
ü Is it a test of salvation?
ü Must a person feel guilty if they have never spoken in tongues?
ü Is the gift of tongues a sign that a person has the Holy Spirit?
Sekarang mari kita ke poin penting yang lain. Apakah
karunia lidah itu bukti kerohanian seseorang? Kalian tahu beberapa orang
karismatik merasa sangat bersalah jika mereka tidak punya karunia lidah karena
mereka diajari bahwa karunia lidah adalah tanda bahwa orang itu punya Roh
Kudus, jika orang tidak berbicara dalam bahasa lidah, dia tidak punya Roh
Kudus, dan bahkan ada yang kelewatan sampai mengatakan jika orang tidak punya
karunia lidah, dia tidak selamat. Jadi saya kenal orang-orang Pentakosta yang
bergumul dan berkata, “Oh, saya sudah berdoa dan menderita dan memohon kepada
Tuhan untuk memberi saya karunia lidah.” Dan mereka punya kecemasan dan mereka
tersiksa karenanya. Tetapi pertanyaannya adalah:
ü Apakah karunia lidah itu
syarat untuk mengukur kerohanian seseorang?
ü Apakah itu bukti keselamatan?
ü Haruskah orang merasa bersalah
jika mereka belum pernah bicara dalam bahasa lidah?
ü Apakah karuna lidah itu tanda
bahwa seseorang memiliki Roh Kudus?
Here comes a very important point.
Jesus taught that the test of a person's spirituality and salvation is
not the gift that the person received but rather the fruit in the life.
It is not the gift of the Spirit, it is the fruit of the Spirit that is the test of
discipleship.
The gifts of the Spirit and the fruit of the Spirit are related because
both are imparted by the same Spirit. However, they are also distinct one from
another. Notice what Jesus said in Matthew 7:16-20, “By their tongues ye shall
know them”, I just want to make sure
that you're awake. “16 You will know them by their fruits. Do men gather grapes from thorn bushes or
figs from thistles? 17 Even so, every good tree bears good fruit, but a bad
tree bears bad fruit. 18 A good tree cannot bear
bad fruit, nor can a bad tree bear good fruit. 19 Every tree that does not
bear good fruit is cut down and thrown into the fire. 20 Therefore by their fruits
you will know them.”
What is the evidence that we have the Holy Spirit in our lives? It is
not the gifts of the Spirit, it is what? The gift of the Spirit or the fruit
that comes as a result of the gift of the Spirit.
Di sini ada poin yang sangat penting.
Yesus mengajar bahwa sarana
untuk mengukur kerohanian dan keselamatan seseorang bukanlah karunia yang
diterima orang itu, melainkan buah yang dihasilkan dalam hidupnya.
Bukan karunia Roh, melainkan buah
Roh itulah yang membuktikan apakah seseorang itu murid Kristus atau bukan.
Karunia-karunia Roh (yang dikaruniakan oleh Roh) dan buah
Roh itu berkaitan karena sama-sama diberikan oleh Roh yang sama. Namun, mereka
juga sangat berbeda satu dari yang lain. Simak apa kata Yesus di Matius
7:16-20, “Dari bahasa-bahasa mereka engkau akan mengenali mereka”, (protes dari
audiensi). Saya hanya mau memastikan kalian tidak tidur. “16 Kamu akan mengenal mereka dari buahnya. Apakah
orang mengumpulkan buah anggur dari semak
duri atau buah ara dari rumput duri? 17 Demikianlah setiap pohon
yang baik menghasilkan buah yang baik, tetapi
pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang
tidak baik. 18 Pohon yang baik
itu tidak bisa menghasilkan buah yang tidak baik, demikian pula pohon yang tidak baik tidak bisa menghasilkan buah yang
baik. 19 Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti
ditebang dan dibuang ke dalam api. 20 Jadi dari buahnyalah kamu
akan mengenal mereka. …”
Apa buktinya
bahwa kita punya Roh Kudus dalam hidup kita? Bukan dari karunia-karunia Roh, tapi apa? Pemberian dari Roh, atau buah Roh yang muncul sebagai
hasil dari Roh Kudus yang diberikan kita.
John the Baptist taught the same lesson before Jesus began His ministry. In
Matthew 3:10 John announced that a tree is determined by its what? He says, “ 8 Therefore bear fruits
worthy of (meet for) repentance” and immediately after this, after saying that a tree needed to produce
fruit, that you can only know a tree by its fruit, he immediately spoke of the
outpouring of the Holy Spirit on the day of Pentecost.
Yohanes Pembaptis
mengajarkan ajaran yang sama sebelum Yesus memulai ministriNya. Di Matius 3:10
Yohanes mengumumkan bahwa sebatang pohon ditentukan oleh apanya? Dia berkata, “8 Oleh
karena itu, hasilkanlah buah
yang sesuai dengan pertobatan…” dan segera setelah ini, setelah
mengatakan bahwa sebatang pohon harus menghasilkan buah, bahwa pohon hanya bisa
dikenali dari buahnya, dia langsung bicara tentang pencurahan Roh Kudus pada
hari Pentakosta.
Jesus also repeatedly emphasized the need for fruit as the evidence of true
discipleship and you notice here in parentheses I have John chapter 15.
What do you have in John chapter 15 the first several verses? You have the
parable of the vine and the branches. When the branch is connected to the vine,
what does the branch do? The branch produces fruit. But if there's a branch
that's connected to the vine supposedly, and it doesn't bear fruit, what
happens? The branch is cut off, because it's not bearing fruit. So Jesus
himself said that we know whether an individual is a true believer by the fruit
of their lives.
The Jewish nation made great pretensions of godliness, but they were
cursed, because they did not bear any fruit. True discipleship is known by the fruit
not by the gifts. You remember the parable of the vineyard where God
sends out messengers, you know, to the vineyard and He wants fruit, and there's
no fruit. So He sends out other messengers expecting fruit, and there's no
fruit. And last of all He sends who? He sends His Son and they say, let's kill
Him. So let me ask you, were they God's people simply because they professed to
be God's people, because they were the chosen people? No! By their fruit you
will know them.
Yesus juga berulang-ulang menekankan perlunya ada buah sebagai bukti murid yang sejati,
dan kalian simak di sini dalam kurung saya cantumkan Yohanes pasal 15. Apa yang
ada di Yohanes pasal 15 di beberapa ayatnya yang
mula-mula? Ada perumpamaan pokok anggur dan cabang-cabangnya. Ketika cabang itu
terhubung kepada pokok anggur, apa yang dibuat oleh cabang itu? Cabang itu
menghasilkan buah. Tetapi jika ada cabang yang sepertinya terhubung kepada
pokok anggur itu dan tidak menghasilkan buah, apa yang terjadi? Cabang tersebut
dipotong, karena tidak menghasilkan buah. Jadi Yesus sendiri mengatakan bahwa
kita tahu apakah seseorang itu betul-betul pengikut Kristus dari buah dalam
hidup mereka.
Bangsa Yahudi sangat berpura-pura dalam kesalehan, tetapi
mereka dikutuk karena mereka tidak menghasilkan buah apa pun. Pengikut yang sejati dikenal dari buahnya
bukan dari karunia-karunianya. Kalian ingat perumpamaan kebun anggur di mana Allah
mengirimkan utusan-utusanNya ke kebun itu dan Dia berharap mendapatkan buah,
tetapi tidak ada buah. Maka Dia mengirim utusan-utusan lain lagi, berharap mendapat
buah, dan tidak ada buah. Dan yang terakhir Dia mengutus siapa? Dia mengutus
AnakNya dan mereka berkata, ayo kita bunuh saja Dia. Jadi saya mau tanya,
apakah mereka ini umat Allah hanya karena mereka mengaku sebagai umat Allah,
karena mereka umat pilihan? Tidak! Dari buahnya kita akan mengenali mereka.
Now here comes the very important point. Jesus taught, that in the last
days many
who professed His name would have counterfeit gifts, which appeared to be
genuine. Jesus described these counterfeit gifts in Matthew 7:21-23, and
we've read this before in another context. Let's read it again. Let me ask you,
is the
Devil going to falsify all of the gifts of the Spirit at the end of time?
You’d think? Absolutely! Is there a false gift to the Holy Spirit, of Satan's
spirit? Absolutely! We're told that Babylon at the end of time is filled with
what? Demons.
And there's
going to be spectacular things done by people who claim to be
Christians, miracles, and signs, and wonders, unexplained things are going to take
place in the Christian world.
Notice what we find in Matthew 7:21-23, how will we know if the gifts that
are being exhibited by these people are truly gifts of the Spirit or not?
Jesus said, “21 Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ shall enter the kingdom of heaven, but he
who does the will of My Father in heaven…” What is it that determines whether we're a
true follower of Jesus? Saying “Lord, Lord”? No! It is what? Doing “…the will of My Father in heaven 22 Many will say to Me in that day…” this is the final day “… ‘Lord, Lord,
have we not prophesied in Your name…” is the gift of prophecy one of the gifts of
the Spirit? Yes! “…cast out
demons in Your name…” is exorcisms one
of the gifts of the Spirit? Yes!
“…and done many wonders in Your name?’…”
that's miracles in Your name, is that
one of the gifts of the Spirit? Yes “… 23 And then I will declare to
them,…” Yes, come, you're Mine? No! “…‘I never knew you; depart from Me, you who practice Lawlessness!’…” which should be translated “you who transgress the Law.” Those who claim to have these gifts: cast out
demons, prophesied, and perform miracles, Paul lists these three in his
catalogue of gifts, and yet they were counterfeit gifts.
Nah, sekarang ini poin yang sangat penting. Yesus
mengajarkan bahwa di hari-hari akhir
banyak yang mengakui namaNya akan punya karunia-karunia palsu, yang seolah-olah
seperti asli. Yesus menggambarkan karunia-karunia palsu ini di
Matius 7:21-23, dan kita sudah pernah membaca ini di konteks yang lain. Mari
kita baca lagi. Coba saya tanya, apakah Iblis akan memalsukan semua
karunia-karunia Roh pada akhir zaman? Menurut kalian? Tentu
saja! Apakah ada karunia Roh Kudus yang dipalsukan, dari roh Setan? Tentu saja!
Kita sudah diberitahu bahwa pada
akhir zaman Babilon dipenuhi oleh apa? Iblis-iblis. Dan akan ada hal-hal spektakuler yang dibuat
oleh orang-orang yang mengaku Kristen, mujizat-mujizat,
dan tanda-tanda, dan keajaiban-keajaiban, hal-hal yang tidak bisa dijelaskan
akan terjadi di dunia Kristen.
Simak apa yang kita lihat di Matius 7:21-23, bagaimana kita
bisa tahu jika karunia-karunia yang dipertontonkan orang-orang ini benar-benar
adalah karunia-karunia Roh atau bukan?
Yesus berkata, “21 Bukan setiap orang yang berseru
kepadaKu ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga…”
apa yang menentukan apakah kita
betul-betul pengikut Yesus? Mengatakan “Tuhan, Tuhan”? Tidak! Apa? “…melakukan kehendak Bapa-Ku yang di
sorga. 22 Pada hari itu banyak orang akan berseru kepada-Ku,…” ini hari yang terakhir, “…‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat dalam nama-Mu…”
apakah karunia nubuat salah satu dari
karunia-karunia Roh? Iya! “…dan
mengusir setan dengan nama-Mu,…” apakah eksorsisme salah satu karunia Roh? Ya! “…dan
mengadakan banyak mujizat dalam
nama-Mu?’…” itu keajaiban-keajaiban dalam namaMu, apakah itu salah
satu karunia-karunia Roh? Ya. “…23
Pada waktu itulah Aku akan menyatakan kepada
mereka…” Ya, datanglah,
kalian milikKu? Tidak! “…‘Aku
tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari Aku, kamu sekalian yang mempraktekkan pengabaian Hukum…” yang seharusnya diterjemahkan “…kamu
sekalian yang melanggar Hukum.”
Mereka yang mengklaim memiliki karunia-karunia tersebut: mengusir setan, bernubuat, dan
membuat mujizat, Paulus mendaftarkan tiga hal ini dalam katalog
karunia-karunia, namum itu adalah
karunia-karunia yang palsu.
How do we know that they were counterfeit? Simply because Jesus said that
those who seemingly exercise these gifts, Jesus said, “I never knew you” ~ because some people say, well, you know,
they were okay with Jesus when they were doing these things, later they went astray. But Jesus says, “I never knew you” even while they were performing these signs and wonders “I never knew you”. If Jesus never knew them then how could
the gifts of the Spirit of Jesus be operating in them?
Bagaimana kita bisa tahu bahwa mereka itu palsu?
Semata-mata karena Yesus berkata bahwa mereka yang sepertinya mempraktekkan
karunia-karunia itu, Yesus berkata, “Aku
tidak pernah mengenal kamu!” ~ karena ada yang berkata, nah, mereka tadinya
baik-baik bersama Yesus ketika mereka melakukan hal-hal itu, baru kemudian
mereka jadi sesat. Tetapi Yesus berkata “Aku tidak pernah mengenal kamu!” bahkan ketika mereka sedang
melakukan mujizat-mujizat dan keajaiban-keajaiban itu, “Aku tidak pernah mengenal kamu!” Jika Yesus tidak pernah
mengenal mereka, mana mungkin karunia-karunia Roh dari Yesus yang beroperasi di
dalam mereka?
Now, here's another very important point, even more amazing. Jesus then
explained why He never knew them: those who exercised these “gifts” in
quotation marks “practiced lawlessness”, they were transgressors of the Law, they
claimed to be filled by the Spirit and yet they were transgressors of the Law. They lived
in sin which is transgression of the Law, while they profess to be followers of
Jesus.
Jesus then illustrated what the lesson that He wanted to teach by
immediately after giving the parable of the man who built his house on the rock
and the man who built his house on the sand. Let me ask you, the man who built
his house on the rock, why did he build his house on the rock? Jesus said, “He who hears these words of Mine and what? And does them I will compare
to a man who built his house on the rock.” (“24 ‘Therefore whoever
hears these sayings of Mine, and does them, I will liken him to a wise man who
built his house on the rock…”). So it's studying
the Word and doing the Word. It's the doers that are justified. Then when you
have those who built on the sand, Jesus says, those are the ones who hear My
words and don’t do them (“26 ‘But everyone who hears these sayings of
Mine, and does not do them”). So where's the test of
spirituality? It's whether you're assimilating the Word and you're doing what
the Word says, you're being obedient to God's Law, in other
words.
Nah, ini ada poin lain yang sangat penting, bahkan lebih
mengagumkan. Yesus kemudian menjelaskan mengapa Dia tidak pernah mengenal
mereka: mereka yang mempraktekkan “karunia-karunia” ini dalam tanda kutip, “mempraktekkan
pengabaian Hukum” mereka adalah pelanggar-pelanggar Hukum,
mereka mengklaim dipenuhi oleh Roh Kudus namun mereka adalah
pelanggar-pelanggar Hukum. Mereka
hidup dalam dosa yang
adalah pelanggaran Hukum sementara mereka mengaku sebagai pengikut-pengikut
Yesus.
Yesus kemudian mengilustrasikan pelajaran yang mau
diajarkanNya dengan segera memberikan perumpamaan orang yang membangun rumahnya
di atas batu dan orang yang membangun rumahnya di atas pasir. Coba saya tanya,
orang yang membangun rumahnya di atas batu, mengapa dia membangun rumahnya di
atas batu? Yesus berkata, “24 Oleh sebab itu barangsiapa yang mendengar perkataan-Ku ini dan…” apa? “…dan
melakukannya, Aku menyamakan dia dengan orang
yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu…” Jadi harus mempelajari Firman dan melakukan Firman. Para pelaku
Firmanlah yang dibenarkan. Kemudian tentang mereka yang membangun di atas
pasir, Yesus berkata,“26
Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak
melakukannya, ia akan disamakan dengan orang
yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir…” Jadi apakah uji kerohaniannya? Yaitu apakah
kita mencerna Firman dan kita melakukan
apa kata Firman, dengan kata lain apakah kita patuh kepada Hukum Allah atau tidak.
By the way Galatians 5:19-23 speaks of the fruits of
the Spirit. Let's go there for a moment. Galatians chapter 5 and let's read verses 19 to
23, it's a reference that's in your study notes. It says here, and we're going
to read also about the works of the flesh which is transgressions of the Law, by the way.“19 Now the works of the flesh are evident,
which are: adultery, fornication,
uncleanness, lewdness, 20 idolatry, sorcery, hatred, contentions, jealousies,
outbursts of wrath, selfish ambitions, dissensions, heresies, 21 envy, murders, drunkenness, revelries,…” and it's not a complete list because he
says
“…and the like…” So let me ask
you this, are these violations of the Ten Commandments? Are they violations of
the Ten Commandments? Absolutely! Every single one of these things is a
violation of one of the Commandments of God. And then he says, “…of which I tell
you beforehand, just as I also told you in
time past, that those who practice such things will not inherit the
kingdom of God…” but now notice
the contrast. “…22 But the fruit of the Spirit is love, joy,
peace, longsuffering, kindness, goodness, faithfulness, 23 gentleness, self-control. Against such there is no
Law.” Do you know of any Law that forbids
faithfulness? Do you know of any Law that forbids peace? Or a Law that forbids
joy? Against these things there is no Law.
Is there a Law against the other things
that we read first? Yes.
Nah, Galatia 5:19-23 bicara
tentang buah Roh, mari kita ke sana sejenak. Galatia pasal 5 dan mari kita baca ayat 19-23, referensinya ada di makalah
kalian. Dikatakan di sana ~ dan kita juga akan membaca tentang perbuatan daging
yang adalah pelanggaran Hukum.
“19 Sekarang perbuatan
daging telah nyata yaitu: perzinahan
(adultery = hubungan seksual gelap di mana salah satu atau kedua belah
pihak sudah punya pasangan yang resmi), perzinahan (fornication = hubungan
seksual gelap di mana kedua pihak tidak punya pasangan yang resmi), kenajisan, nafsu cabul, 20 penyembahan
berhala, sihir, kebencian, perselisihan, iri
hati, luapan murka, ambisi egois, memecahbelah/menghasut, kemurtadan, 21 kedengkian, pembunuhan,
kemabukan, pesta pora…” dan daftar ini belum lengkap karena Paulus berkata, “…dan
sebagainya…” Jadi coba saya tanya apakah ini pelanggaran Sepuluh Hukum
Tuhan? Tentu saja! Setiap perbuatan itu adalah pelanggaran salah satu Perintah
Allah. Lalu Paulus berkata,
“…tentang mana sebelumnya sudah
kuperingatkan kamu seperti yang sudah aku sampaikan
kepadamu di masa lalu -- bahwa mereka yang melakukan hal-hal demikian, tidak
akan mewarisi kerajaan Allah…” Tetapi sekarang simak kontrasnya, “…22 Tetapi buah Roh ialah: kasih,
sukacita, damai sejahtera, panjang sabar, kebaikan hati, kebajikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan,
penguasaan diri. Terhadap semua ini tidak ada
Hukumnya.”
Apakah kalian tahu ada Hukum
yang melarang kesetiaan? Apakah kalian tahu ada Hukum yang melarang damai? Atau
Hukum yang melarang sukacita? Terhadap hal-hal ini tidak ada Hukumnya. Apakah
ada Hukumnya terhadap hal-hal lain yang sudah kita baca pertama tadi? Ya!
So what is it that reveals that we truly
have the Holy Spirit in our lives? It's not the gift of tongues, it is the
fruit of our life that people can see.
Jadi apa yang menyatakan bahwa
kita benar-benar memiliki Roh
Kudus dalam hidup kita? Bukan karunia lidah, tapi buah dalam hidup kita yang bisa
dilihat orang.
Now let's go to our last section of the
lesson, Acts 5:30 to 32 states that God gives His Holy Spirit to those who obey Him.
Let's read that. Here Peter is speaking, “30 The God of our fathers raised up
Jesus whom you murdered by hanging on a tree…” no political correctness there, “…31 Him God has exalted to
His right hand to be Prince
and Savior, to give repentance to Israel and forgiveness of
sins. 32 And we
are His witnesses to these things, and so also is the
Holy Spirit…” listen carefully
now “…is the
Holy Spirit whom God has given to those who obey Him.”
Were the
disciples obedient to Christ when they received the Holy Spirit? Yes. For 10
days they had met together. They had made things right. They'd rectified all
the fights that they had among themselves. They were praying. They were
studying. They were fellowshipping. They were sharing the possessions with
others. They were on the right page. And they received the Holy Spirit. God
does not give the Holy Spirit indiscriminately to just anyone. Jesus in John
14:15 spoke those famous words, “If you love
Me…” some versions
translate “you will keep My Commandments”, but then notice the very next verse.
Sometimes we don't connect the next verse. Jesus says “If you love Me you will keep My
Commandments. 16 And I will pray the Father, and He will give you another Helper, that He may abide with you
forever…” Do you see a connection? if you love Me,
keep My Commandments, and I will give you what? And I will give you the Holy
Spirit.
Nah mari pergi ke bagian
terakhir dari pelajaran ini, Kisah 5:30-32 menyatakan bahwa Allah memberikan Roh KudusNya
kepada mereka yang mematuhiNya. Mari kita baca itu. Di sini Petrus sedang berbicara, “30 Allah
nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu bunuh dengan digantung pada kayu salib…” kata-kata yang tidak
tepat secara politis. “…31 Dia telah ditinggikan oleh
Allah ke tangan kanan-Nya menjadi Pangeran dan Juruselamat untuk memberikan pertobatan kepada
Israel dan pengampunan dosa. 32 Dan kami adalah saksi-saksiNya
tentang hal-hal ini; dan begitu pula Roh Kudus…” dengarkan
baik-baik sekarang, “…Roh
Kudus yang telah
Allah karuniakan kepada mereka yang taat
padaNya…”
Apakah para murid patuh kepada Kristus saat mereka
menerima Roh Kuds? Ya. Selama 10 hari mereka berkumpul bersama. Mereka telah
membenahi hubungan mereka. Mereka sudah berbaikan dari semua perselisihan mereka. Mereka berdoa. Mereka
belajar. Mereka bersekutu. Mereka berbagi harta milik satu sama lain. Mereka
sehati sepikir. Dan mereka menerima Roh Kudus.
Allah tidak memberikan Roh Kudus tanpa syarat kepada
sembarang orang. Di Yohanes 14:15 Yesus mengatakan kata-kata yang terkenal ini,
“
15Jikalau kamu mengasihi
Aku…” beberapa versi
menerjemahkannya “…kamu
akan menuruti Perintah-perintah-Ku…” tetapi simak ayat
berikutnya. Terkadang kita tidak menghubungkan dengan ayat berikutnya. Yesus
berkata “…15Jikalau
kamu mengasihi Aku kamu akan menuruti Perintah-perintah-Ku.
16 Dan Aku akan minta kepada
Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu Penolong yang lain, supaya Ia [=
Penolong itu] boleh tinggal bersamamu selama-lamanya. …”
Apakah kalian melihat hubungannya? Jika kamu mengasihi
Aku, patuhi Perintah-perintahKu, dan Aku akan memberi kamu apa? Dan Aku akan
memberi kamu Roh Kudus.
The same we find
in Ezekiel 36:26-27 beautiful two verses that we have here. Ezekiel 36:26-27.
God promises, “ 26 I will give you
a new heart…” heart
transplant, right? God the heavenly cardiologist, He doesn't repair an old
heart, He gives us a new one. “… 26 I
will give you a new heart and put a new Spirit within you; I will take the
heart of stone out of your flesh…” the heart of stone
“…and give you a heart of flesh…” So then what happens when you receive the
Holy Spirit in a new heart? It doesn't really matter what you do from that
point on, right? Notice we need to read the next verse. “…27 I will put My Spirit within you…” and what is the result? “…and cause you to walk…” when the Bible uses the word “walk” as a
metaphor, it means “behavior” or “conduct”. (“He who says that He is in Christ must walk as He walked”, must behave as He behaved). So
“…27 I
will put My Spirit within you and cause you to walk in My statutes, and
you will keep My judgments and do them.”
Yang sama kita temukan di Yehezkiel 36:26-27, dua ayat yang indah.
Yehezkiel 36:26-27 Allah berjanji, “26 Aku akan
memberikan kepadamu hati yang baru,…” transplantasi hati, benar? Allah itu kardiolog surgawi,
Dia tidak memperbaiki hati (jantung) yang lama, Dia memberi kita hati yang
baru. “…26Aku akan memberikan
kepadamu hati yang baru, dan menempatkan Roh yang baru di dalam dirimu, Aku akan mengeluarkan
dari dagingmu hatimu yang dari batu dan Kuberikan kepadamu hati yang dari daging…” Maka apa yang terjadi bila kita menerima Roh Kudus di
hati yang baru? Tidak jadi soal lagi apa yang kita lakukan sejak saat itu,
benar? Simak, kita harus membaca ayat berikutnya. “…27 Aku
akan menempatkan Roh-Ku di dalam dirimu…”
dan apa akibatnya? “…dan Aku akan membuat kamu berjalan…” bila Alkitab
menggunakan kata “berjalan” sebagai metafora, itu berarti “berlaku” atau
“bersikap” ( “Dia yang
mengatakan bahwa ia tinggal di dalam Dia, ia
sendiri wajib hidup sedemikian rupa, yang sama seperti Kristus telah hidup” 1
Yohanes 2:6, harus bersikap seperti Yesus bersikap.)
Jadi “…27 Aku akan menempatkan Roh-Ku di dalam dirimu dan Aku akan membuat kamu berjalan menurut
segala ketetapan-Ku dan kamu akan memelihara peraturan-peraturan-Ku dan melakukan
mereka.”
There is no
dichotomy between the Holy Spirit and the Law, because some Christians
say, “Well, I have the Spirit, you have the Law.” There's no discrepancy
between the Holy Spirit and the Law. If you are truly connected with Jesus, you
will bear fruit for His glory, and use your gifts for the preaching of the gospel.
To say
that we are connected with the vine but to not bear good fruit, is just false
pretense, like the fig tree with beautiful leaves. Ellen White
describes that fig tree, it actually had leaves out of season, it was ahead of
all the other trees. All the other trees represent the Gentiles. It was an
orchard. All the other trees had no leaves, so there was no expectation of
those trees having any fruit, because the fig tree first of all the fruit comes
out, and the leaves announce that the fruit has come out. So when Jesus sees
this tree with beautiful leaves, He
says, “Wow! I’m hungry, let's go get something to eat.” And when He gets to the
tree that has this false pretense, beautiful leaves but no fruit, Jesus is
hungry, and the fig tree isn't giving Him the fruit, and so what does Jesus do?
He curses the fig tree, even though it has beautiful leaves.
Many Christians
have made a beautiful pretense of piety, but no fruit in the life. Jesus cursed
the fig tree, and what happened with the fig tree? The fig tree dried up by its
roots. What happens when a tree dries up from the roots? That's it. Jesus was
announcing that the Jewish theocracy was going to come to an end because they
did not bear what? Fruit. Does that say anything to us? I
think it speaks loudly to us. The Spirit which is in our lives will flow out in
blessing to others. It is impossible to receive and not to give.
Tidak ada perpecahan antara Roh Kudus dan Hukum, karena beberapa orang
Kristen berkata, “Nah, saya punya Rohnya, kamu punya Hukumnya.” Tidak ada
pertentangan antara Roh Kudus dan Hukum. Jika kita benar-benar terhubung dengan
Yesus, kita akan menghasilkan buah untuk kemuliaanNya, dan menggunakan karunia-karunia
kita untuk mengabarkan Injil. Mengatakan
bahwa kita terhubung dengan pokok anggur tetapi tidak menghasilkan buah yang
baik, itu kepura-puraan palsu, seperti pohon ara yang punya
daun-daun indah. Ellen White menggambarkan pohon ara tersebut, pohon itu
sesungguhnya berdaun rimbun di luar musimnya, dia mendahului semua pohon ara
yang lain. Semua pohon ara yang lain melambangkan orang-orang non-Yahudi. Ini
di dalam kebun anggur. Semua pohon yang lain tidak punya daun, jadi pohon-pohon
itu memang tidak dharapkan punya buah, karena pohon ara harus berbuah dulu baru
daunnya keluar mengumumkan bahwa buahnya sudah ada. Jadi ketika Yesus melihat
pohon ini dengan daun-daunnya yang indah, Dia berkata, “Wow! Aku lapar, ayo
pergi mengambil buahnya untuk dimakan.” Dan ketika Dia tiba di pohon itu yang
berpura-pura punya daun-daun indah tetapi tidak ada buahnya, Yesus sedang lapar
dan pohon ara itu tidak memberiNya buah, maka apa yang dilakukan Yesus? Dia
mengutuk pohon ara itu, walaupun daun-daunnya indah.
Banyak orang Kristen yang berpura-pura memiliki
kesalehan, tetapi tidak punya buah dalam hidupnya. Yesus mengutuk pohon ara
itu, dan apa yang terjadi pada pohon ara itu? Pohon ara itu mengering dari akarnya. Apa yang terjadi pada pohon yang mengering dari akarnya? Tamat riwayatnya. Yesus sedang mengumumkan bahwa
theokrasi Yahudi akan berakhir karena mereka tidak menghasilkan
apa? Buah. Pesan apa
yang disampaikan hal ini kepada kita? Menurut saya pesannya sangat nyaring
kepada kita. Roh yang ada dalam hidup kita akan mengalir keluar memberkati
orang-orang lain. Mustahil hanya menerima tanpa memberi.
In conclusion let's return for a
moment to Matthew 7:21-23, there Jesus taught us that it is not saying “Lord, Lord” which counts, but rather doing the
will of the Father who is in heaven. And what is the will of the Father? Well
let's pursue that. The apostle Paul explained that the will of God for us is what?
Sanctification.
1 Thessalonians 4:3.
Untuk mengakhiri
mari kita kembali sejenak ke Matius 7:21-23, di sana Yesus mengajar kita bahwa
bukan berseru “Tuhan, Tuhan” yang masuk perhitungan, melainkan melakukan kehendak
Bapa yang di surga. Dan apa kehendak Bapa di surga? Nah, mari kita lihat itu. Rasul
Paulus menjelaskan bahwa kehendak
Allah bagi kita itu apa? Pengudusan.
1 Tesalonika 4:3 “3 Karena
inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu kamu harus menjauhi perzinahan.”
The Holy Spirit also
leads us into some truth. Thank you, thank you very much. The Holy Spirit leads us into all truth.
Would that include the Sabbath? Would that include the state of the dead? Would
that include healthful living? Absolutely! The Holy Spirit leads us into all
truth and then
sanctifies and cleanses us through the Word. Read these verses. (John 17:17; cf. John 15:3; Ephesians 5:26).
Roh Kudus juga membimbing kita ke beberapa kebenaran.
(audiens: semua kebenaran). Terima kasih, terima kasih banyak. Roh Kudus membimbing kita kepada
semua kebenaran (“Tetapi apabila Ia, yaitu Roh Kebenaran telah datang, Ia akan memimpin kamu ke dalam semua kebenaran…” - Yohanes
16:13). Apakah itu
termasuk Sabat? Apakah itu termasuk status orang mati? Apakah itu termasuk
hidup sehat? Tentu saja! Roh Kudus memimpin kita ke dalam semua kebenaran, kemudian menguduskan dan
membersihkan kita melalui Firman. Bacalah ayat-ayat ini. (Yohanes 17:17;
cf.
Yohanes 15:3; Efesus 5:26).
Yohanes 17:17
Kuduskanlah mereka dengan kebenaran-MU; Firman-Mu
adalah kebenaran.
Yohanes 15:3
Sekarang kamu sudah bersih melalui Firman yang
telah Kukatakan kepadamu.
Efesus
5:26
supaya
Dia boleh menguduskannya dan membersihkannya
dengan pembasuhan air, oleh Firman.
So the sequence
is:
ü the Holy Spirit wants to sanctify us
ü the Holy Spirit leads us into all truth.
ü then He sanctifies us and cleanses us
through that Word.
2 Thessalonians
2:13 tells us that we are saved by sanctification by the Spirit and belief in
the truth. So somebody can't say, “Oh I’m being sanctified” when they reject
the truth.
Maka urutannya ialah:
ü Roh Kudus mau menguduskan
kita,
ü Roh Kdus membimbing kita ke
dalam semua kebenaran,
ü Lalu Dia menguduskan kita dan
membersihkan kita melalui Firman.
2 Tesalonika 2:13 (“13 Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah bagi kamu, saudara-saudara, yang dikasihi
Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan melalui pengudusan oleh Roh dan iman pada kebenaran.”) memberitahu kita bahwa kita diselamatkan oleh pengudusan
melalui Roh Kudus dan iman pada kebenaran. Jadi orang tidak bisa berkata, “Oh,
saya sedang dikuduskan”, sementara mereka menolak kebenaran.
Thus the Holy
Spirit
ü leads to all the truth as found in the Word,
ü cleanses us,
ü sanctifies us,
ü imparts His gifts to us,
ü produces fruit in us,
ü and empowers us to witness.
That's why Ellen
White tells us that if we have the Holy Spirit, all other blessings come in its train.
The Holy Spirit is all. That's why every day afresh we need to plead for the Holy
Spirit because if we have the Holy Spirit we have everything.
But the purpose
of the Holy Spirit
ü is not to jumping down in the aisles of the
church.
ü It's not to speak a language that even God
can't understand,
ü it's not rolling in the aisles
ü it's not shouting “Hallelujah,
praise the Lord”. You know nothing’s wrong with saying “Hallelujah”, but it's much deeper than that.
Dengan demikian Roh Kudus:
ü membimbing kepada semua
kebenaran yang terdapat dalam Firman,
ü membersihkan kita,
ü menguduskan kita,
ü membagikan karunia-karuniaNya
kepada kita,
ü menghasilkan buah dalam kita,
ü dan memampukan kita untuk
bersaksi.
Itulah mengapa Ellen White memberitahu kita, bahwa jika kita punya Roh Kudus, semua
berkat yang lain akan mengikuti. Roh Kudus adalah semuanya.
Itulah mengapa setiap hari yang
baru kita harus memohon untuk Roh Kudus karena jika kita punya
Roh Kudus kita punya segalanya.
Tetapi tujuan memiliki Roh Kudus:
ü bukan untuk melompat-lompat
sepanjang lorong gereja,
ü bukan untuk bicara dalam
bahasa yang bahkan Allah pun tidak mengerti,
ü bukan untuk berguling-guling
di antara bangku-bangku,
ü bukan untuk berteriak-teriak
“Halleluyah, puji Tuhan”. Tidak ada salahnya mengatakan “Halleluyah”, tetapi maknanya lebih
dalam dari itu.
Finally last
text Romans 6:22. You know this is a powerful verse because it speaks of the
past, it speaks of the present, and it speaks of the future. Here the apostle
Paul writes, “ 22 But
now having been set free from sin…” so if we're set free from sin, before that we
were what? In bondage. What is it that frees us from sin? Is it the fact that
Jesus lived a life, a perfect life in our place and is willing
to give us His robe of righteousness? Yes. Is it the fact that He bore our sins
on the cross? Yeah, that's how we were delivered from bondage. And lots of
Christians say “Hallelujah Jesus delivered me from bondage, and I’ll just
continue living as usual.” Ah there's a second stage. See it says, “… 22 But now having been set free from sin and
having become…” what? Oh, “…slaves of
God…” you're delivered
from one master to serve another master. And that's why you know, you can't
say, you know “I am of Christ and of the Devil”. No! No! It's either one or the
other. But now notice what happens. Having been set free from the bondage of sin, having been made a slave or a
servant of God, what do we have? “…you have your fruit to holiness…” delivered from bondage to sin, made a
servant or a slave of God, produces what? You have as your fruit,
holiness or sanctification. And then we have the future, “…and the end, everlasting life.” That's what the Christian life is all
about. It's not only being delivered from sin. Yeah, Jesus died on the cross for
me, praise the Lord, Hallelujah; but have you become a servant of
Jesus Christ? Is that shown by the fact that we're revealing, that we're
producing fruit in our lives? It's all three steps in order to receive eternal
life, you know, it's correct to say I have been saved, I am being saved, and I
will be saved.
Read 1
Corinthians 1:22 (should be Romans
6:22). There it says that there are three dimensions to salvation.
ü I have been saved by what Jesus did,
ü I am being saved by the Holy Spirit working
in my life,
ü and at the end I will have eternal life, I
will be saved from this world of sin and corruption.
Akhirnya, ayat terakhir Roma 6:22. Ini adalah ayat yang penuh
kuasa karena ini bicara tentang yang lampau, yang sekarang dan yang akan datang.
Di sini rasul Paulus menulis,
“22 Tetapi
sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa…” jika
kita sudah dimerdekakan dari dosa berarti sebelumnya kita apa? Terbelenggu
dosa. Apa yang memerdekakan kita dari dosa? Apakah faktanya bahwa Yesus telah
menghidupkan hidup yang sempurna menggantikan kita dan bersedia memberi kita jubah kebenaranNya? Ya.
Apakah faktanya bahwa Dia telah menanggung dosa-dosa kita di salib? Ya, dengan
cara itulah kita telah dimerdekakan dari belenggu. Dan banyak orang Kristen
berkata “Halleluya, Yesus telah menyelamatkan saya dari belenggu dan saya boleh
melanjutkan hidup saya seperti biasanya.” Aaah, ada tahap yang kedua. Lihat,
dikatakan,
“…22 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari
dosa, dan telah menjadi…” apa? Oh,
“…hamba-hamba
Allah…”
jadi kita
diselamatkan dari satu majikan untuk melayani majikan yang lain. Dan itulah
mengapa kita tidak bisa berkata, “Aku milik Kristus dan milik Iblis”. Tidak!
Tidak! Hanya salah satu. Tetapi sekarang simak apa yang terjadi. Setelah
dibebaskan dari belenggu dosa, setelah dijadikan budak atau hamba Allah, apa
yang kita miliki? “…kamu punya buah yang menuju kekudusan,…” diselamatkan dari belenggu dosa,
dijadikan hamba atau budak Allah, menghasilkan apa? Kita menghasilkan sebagai buah: kesucian atau pengudusan. Kemudian
di masa depan kita punya “…dan akhirnya hidup yang kekal…” Itulah kehidupan Kristen. Bukan hanya diselamatkan dari
dosa. Iya, Yesus mati di salib bagi saya, puji Tuhan, Halleluyah; tetapi
sudahkah kita menjadi hamba Yesus Kristus? Apakah itu nyata oleh fakta yang
kita nyatakan bahwa kita menghasilkan buah di hidup kita? Harus tiga langkah
semuanya untuk menerima hidup kekal. Benar kita mengatakan saya sudah
diselamatkan, saya sedang diselamatkan, dan saya akan diselamatkan. Bacalah
Roma 6:22, di sana dikatakan ada tiga dimensi untuk keselamatan.
ü Saya telah diselamatkan oleh
apa yang telah dilakukan Yesus,
ü saya sedang diselamatkan oleh
Roh Kudus yang bekerja dalam hidup saya,
ü dan akhirnya saya akan
memiliki hidup kekal, saya akan diselamatkan dari dunia yang berdosa dan korup
ini.
Maka pertanyaannya ialah, sudahkah kita memiliki pengalaman pribadi ini? Jika belum, kita perlu berlutut dan kita harus berdoa pada Tuhan, agar Tuhan memberi kita pengalaman ini, dan agar Dia memberi kita karunia-karunia Roh untuk mematuhiNya, dan untuk menggunakannya ~ kalau boleh saya katakan begitu, walaupun Roh Kuduslah yang menggunakan kita untuk mengabarkan Injil dalam cara hidup kita, dalam kata-kata kita, dalam ajaran-ajaran kita kepada orang-orang lain, supaya mereka bisa memiliki pengalaman yang sama yang kita punya. Apakah kalian menerima tantangan itu hari ini? Puji Tuhan. Sekarang, marilah kita seperti logo Nike, “Just do it!” (lakukan saja). Puji Tuhan.
12
10 24
No comments:
Post a Comment