Sunday, October 13, 2024

EPISODE 13/24 ~ WHAT JESUS SAID ~ THE TEST OF DISCIPLESHIP AND HOLY SPIRIT BAPTISM ~ STEPHEN BOHR

 

WHAT JESUS SAID

Part 13/24 - Stephen Bohr

THE TEST OF DISCIPLESHIP AND HOLY SPIRIT BAPTISM

https://www.youtube.com/watch?v=zmucE837gXQ

 

Dibuka dengan doa

 

 

We are on page 169 of our study notes, and we're going to begin by considering a conversation that Jesus had with a Samaritan woman at Jacob's well. Turn with me in your Bibles to John chapter 4 and we will read verses 13 and 14. John 4:13 and 14, and then we'll make a few comments about these verses. It says there, 13 Jesus answered and said to her, ‘Whoever drinks of this water will thirst again…” in other words whoever drinks the water from Jacob's well, is going to thirst again,  “…14 but whoever drinks of the water that I shall give him…” notice  “…that I shall give him…” future  “…will never thirst. But the water that I shall give him will become in him a fountain of water springing up into everlasting life.’…”

In this story Jesus offered the woman water that would become in her a fountain of water, springing into eternal life. In other words, if she drank the water she would become a source of water. It says very clearly that the water that Christ gives, will become in the person who drinks, a fountain of water springing up into everlasting life.

 

Kita di hal. 169 dari makalah kita, dan kita akan mulai dengan merenungkan pembicaraan antara Yesus dengan seorang perempuan Samaria di sumur Yakub. Mari membuka Alkitab kalian bersama saya ke Yohanes pasal 4, dan kita akan membaca ayat 13 dan 14. Yohanes 4:13-14, kemudian kita akan membuat beberapa komentar tentang ayat-ayat ini. Dikatakan di sana, 13 Yesus menjawab dan berkata kepadanya,  ‘Barangsiapa minum air ini ia akan haus lagi,…” dengan kata lain, siapa yang minum air dari sumur Yakub akan haus lagi, “…14  tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya,…”  simak  “…yang akan Kuberikan kepadanya…” di masa depan, “…tidak pernah akan haus lagi. Tetapi air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai hidup yang kekal.’…” 

Di kisah ini Yesus menawari perempuan itu air yang akan menjadi sumber air di dalam dirinya, yang memancar sampai hidup kekal. Dengan kata lain, jika perempuan ini minum air tersebut, dia akan menjadi sumber air. Dikatakan dengan sangat jelas bahwa air yang diberikan Kristus akan menjadi sumber air dalam orang yang meminumnya, yang memancar hingga hidup kekal.

 

 

So what Jesus is teaching here is, that as believers drink of the Holy Spirit or receive the Holy Spirit, they become tributaries of the well of the Holy Spirit to other people. The purpose of the outpouring then was to obey Christ's command to preach the gospel to the World, and to empower them to proclaim that gospel to the world. The emphasis of the words of Jesus to the Samaritan woman in John 4:13 and 14 was that a person who receives the Holy Spirit, in other words drinks the water that Jesus gives, becomes a channel through whom God gives the Holy Spirit to other people.  The primary purpose of the water, or of the Holy Spirit, is not individual edification or personal salvation. The purpose of drinking the water or receiving the Holy Spirit is to become a fountain of blessing to other people. We receive the Spirit in order to give.

 

Jadi apa yang diajarkan Yesus di sini ialah ketika orang-orang percaya minum Roh Kudus, atau menerima Roh Kudus, mereka menjadi sungai-sungai kecil dari sumur Roh Kudus bagi orang-orang lain. Tujuan pencurahan tersebut adalah untuk mematuhi perintah Kristus untuk menyampaikan Injil kepada dunia, dan untuk memberi mereka kuasa untuk menyampaikan Injil itu kepada dunia. Penekanan kata-kata Yesus kepada perempuan Samaria di Yohanes 4:13-14 ialah bahwa orang yang menerima Roh Kudus, dengan kata lain yang minum air yang diberikan Yesus, menjadi saluran melalui mana Allah memberikan Roh Kudus kepada orang-orang lain. Tujuan utama dari air tersebut, atau Roh Kudus itu bukan untuk peningkatan kerohanian individu maupun untuk keselamatan pribadi. Tujuan minum air tersebut atau menerima Roh Kudus ialah untuk menjadi sumber berkat bagi orang lain. Kita menerima Roh Kudus supaya kita bagikan.

 

 

Now there's another passage that we find in John 7:37 to 39 which is related to this one in John chapter 4. Let's read John 7:37-39, 37 On the last day, that great day of the feast, Jesus stood and cried out, saying, ‘If anyone thirsts, let Him come to Me and drink…” notice the similar idea, you know, the Samaritan woman, Jesus says, “The water that I give you, you drink it, and then you become a fountain of life to others.” Here Jesus says, “…If anyone thirsts, let Him come to Me and drink. 38 He who believes in Me…” in other words a person who becomes a follower of Jesus, because those who believe in Jesus are followers of Jesus  “…38 He who believes in Me as the Scripture has said, out of his heart will flow rivers of living water…” Out of whose heart? Out of whose heart? Out of the heart of the person who what? Who drank the water. Once again, you drink and you become a fountain to other people. Now what was Jesus talking about when He referred to drinking the water and then having the water outflow to others? Verse 39 has the answer. “…39 But this He spoke concerning the Spirit, whom those believing in Him…”  in other words, those who accepted Christ “…those believing in Him would receive; for the Holy Spirit was not yet given, because Jesus was not yet glorified.”

So when is it that the Holy Spirit was going to be poured out so that believers could drink it, and then become fountains of waters to others?  This is speaking about what happened when? On the day of Pentecost. Receiving the Spirit to then share the Spirit.

The historical context and place described in these verses was the feast of Tabernacles, in other words these verses are being shared with Jesus at the feast of Tabernacles in Jerusalem. During this feast Jesus once again invited the thirsty to come to Him and to drink, and once again the emphasis falls on receiving the Spirit, that means drinking the water, to become fountains of blessing to others. In this passage the water clearly is a symbol of the Holy Spirit, and the glorification of Christ refers to His enthronement at the right hand of the Father on the day of Pentecost, upon His ascension.

 

Nah, ada ayat-ayat lain yang kita lihat di Yohanes 7:37-39 terkait dengan yang di Yohanes pasal 4 ini. Mari kita  baca Yohanes 7:37-39, 37 Dan pada hari terakhir, yaitu hari besar puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru, ‘Jika ada yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum.’…” simak konsep yang sama, kalian tahu, kepada perempuan Samaria itu Yesus berkata, “Air yang Aku berikan padamu, minumlah, maka kamu akan menjadi sumber hidup bagi orang lain.” Di sini Yesus berkata, “…‘Jika ada yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum.’ 38 Dia yang percaya dalam Aku…”  dengan kata lain orang yang menjadi pengikut Yesus, karena mereka yang percaya dalam Yesus adalah pengikut Yesus, “…38 Dia yang percaya dalam Aku seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: ‘Dari dalam hatinya akan mengalir sungai-sungai air hidup.’…” dari hati siapa? Dari hati orang yang apa? Yang minum air itu. Sekali lagi, jika kita minum air itu, kita menjadi sumber air bagi orang lain. Nah, apa yang dibicarakan Yesus ketika Dia mengacu kepada minum air itu lalu air itu mengalir keluar kepada orang lain? Ayat 39 punya jawabannya. “…39 Tetapi ini Dia bicara mengenai Roh, yang akan diterima oleh mereka yang percaya dalam Dia;…” dengan kata lain oleh mereka yang menerima Kristus, “…akan diterima oleh mereka yang percaya dalam Dia; karena pada saat itu Roh Kudus belum diberikan, karena Yesus belum dimuliakan.”

Jadi kapan Roh Kudus akan dicurahkan supaya orang-orang percaya boleh meminumnya lalu menjadi sumber-sumber air bagi orang lain? Ini bicara tentang apa yang terjadi kapan? Pada hari Pentakosta. Menerima Roh Kudus, untuk kemudian membagikan Roh Kudus.

Konteks sejarah dan tempat yang digambarkan ayat-ayat ini adalah saat Perayaan Tabernakel (Pondok Daun), dengan kata lain, ayat-ayat tersebut diberikan Yesus saat Perayaan Tabernakel di Yerusalem. Di perayaan tersebut, sekali lagi Yesus mengundang mereka yang haus untuk datang kepadaNya dan minum, dan sekali lagi penekanan jatuh pada menerima Roh Kudus, yaitu minum airnya, untuk menjadi sumber berkat bagi orang lain. Di ayat-ayat ini air jelas adalah simbol Roh Kudus; sementara dimuliakannya Kristus mengacu kepada dudukNya di atas takhta di sebelah kanan Allah Bapa pada hari Pentakosta, saat kenaikanNya ke Surga.

 

 

The apostle Paul also used the idea of drinking water as receiving the Holy Spirit. In 1 Corinthians 12:13, the apostle Paul wrote, 13 For by one Spirit we were all baptized into one body…” so you'll notice, you have baptism, water baptism, “…by one Spirit we were all baptized into one body -- whether Jews or Greeks, whether slaves or free —and have all been made to…” what?  “…to drink into one Spirit.”

 

Rasul Paulus juga menggunakan konsep minum air sebagai menerima Roh Kudus. Di 1 Korintus 12:13, rasul Paulus menulis, 13 Sebab oleh satu Roh kita semua telah dibaptis ke dalam satu tubuh…”  jadi kita simak, ada baptisan, baptisan air,   “…oleh satu Roh kita semua telah dibaptis ke dalam satu tubuh -- apakah orang Yahudi atau orang Yunani, apakah budak atau orang merdeka -- dan  semua telah dibuat…”  apa?   “…minum ke dalam satu Roh.”

 

 

Now the source of this idea of water flowing out to drink is actually found in the Old Testament in Exodus 17:1-7 and Numbers 20:2-11. These are the two rock episodes of the Old Testament.

In the first episode that we find ~ of course I wish we could read these passages, but then we would have to dedicate a whole class just to interpret the passages, so we can only place here the highlights. God told Moses  in the first episode in Exodus 17 that he was supposed to take his rod and with his rod he was to strike the rock, and then the rock would give its waters. We have three symbols here:

Ø    we have a rock

Ø    we have a rod

Ø    and we have the water that comes forth from the rock

So all we have to do is interpret the symbols and then we can understand what God wanted to teach to Israel in Exodus 17.

v   What does the rock represent? The rock represents Christ.

(1 Corinthians 10:1-4 and Deuteronomy 32:4, 13, 15, 18, 30, 31, 37)

v   What does the rod represent? You have the verses here in parentheses (cf. Isaiah 53:4-8; Galatians 3:13; 2 Corinthians 5:21)

What does the rod represent? You spare the rod and you spoil the child. It represents judgment, or represents punishment. The rod of God's judgment fell upon whom? Upon Jesus. It should have fallen upon the people, because they were complaining, but instead of punishing the people, the rod fell on the rock.

v   And when the rod fell on the rock, the rock gave its water because Jesus was stricken by the judgment of God and He bore our sins, He was able to pour out the Holy Spirit which is the water.

 

Nah, sumber dari konsep air yang mengalir keluar untuk diminum ini sesungguhnya terdapat di Perjanjian Lama, di Keluaran 17:1-7 dan di Bilangan 20:2-11. Ini adalah dua episode tentang batu di Perjanjian Lama.

Di episode pertama yang kita lihat ~  tentu saja saya ingin bisa membacakan ayat-ayat tersebut tetapi kalau begitu kita harus mendedikasikan satu kelas untuk menginterpretasikan ayat-ayat itu, karena itu di sini kita hanya bisa membahas garis besarnya. Allah memberitahu Musa di episode pertama di Keluaran 17 bahwa dia harus membawa tongkatnya dan dengan tongkat itu memukul batunya, maka batu itu akan mengeluarkan air. Di sini ada tiga simbol:

Ø    Ada batu

Ø    Ada tongkat

Ø    Dan ada air yang keluar dari batu itu.

Jadi apa yang harus kita lakukan adalah menginterpretasi simbol-simbolnya, kemudian kita bisa mengerti apa yang mau diajarkan Tuhan kepada bangsa Israel di Keluaran 17.

v   Batu itu melambangkan apa? Batu itu melambangkan Kristus.

(1 Korintus 10:1-4 dan Ulangan 32:4, 13, 15, 18, 30, 31, 37)

v   Tongkat melambangkan apa? Ada ayat-ayatnya di sini dalam kurung (cf. Yesaya 53:4-8; Galatia 3:13; 2 Korintus 5:21)

Tongkat melambangkan apa? Dengan tidak menggunakan tongkat kita merusak seorang anak (Amsal 13:24). Tongkat melambangkan penghakiman, atau penghukuman. Tongkat penghakiman Allah dipukulkan ke atas siapa? Ke atas Yesus. Seharusnya pukulan itu jatuh ke atas umat, karena mereka yang mengeluh, namun bukannya menghukum umat, tongkat itu dipukulkan ke atas batu.

v   Dan ketika tongkat itu dipukulkan ke atas batu, batu itu mengeluarkan airnya, karena Yesus dipukul oleh penghakiman Allah, dan Dia menanggung dosa-dosa kita, Dia bisa mencurahkan Roh Kudus yang adalah airnya.

 

 

Now there's another symbolism in the Old Testament which is just the same as this, but it's different symbolism. In the Old Testament it's very common that when a sacrifice was offered God showed His acceptance of the sacrifice by sending fire to consume the sacrifice. Let me give you several examples.

v   The story of Cain and Abel.

God accepted the sacrifice of Abel but He rejected the sacrifice of Cain. How did God show that He accepted the sacrifice of Abel? Ellen White explains that fire came down from heaven and consumed the sacrifice that Abel had placed on the altar. Now the Bible doesn't say that, but the pattern is found in other places of the Bible so we know that that's the way in which God showed that He accepted the sacrifice.

v   Then when the tabernacle in the wilderness was inaugurated.

Once again victims were placed on the altar and then God rained fire to consume the victims, indicating that He accepted the sacrifices.

v   When the temple built by Solomon was dedicated, once again fire came down from heaven and consumed the sacrifices.

v   The sacrifice that was offered by David on Ornan's threshing floor

when the ark was coming back to Jerusalem, once again, David placed animals on the altar, fire came down from heaven and consumed the sacrifice.

v   And we all know about Elijah.

When Elijah placed the animals upon the altar God showed His acceptance by raining fire from heaven to consume the sacrifices.

So striking the rock and having water come from the rock is the same as sacrificing the animal which represented Christ, and as a result fire falling from heaven.

Did fire fall from heaven on the day of Pentecost? Tongues of fire.

What was the purpose of the fire on the day of Pentecost? God was announcing that the sacrifice of Jesus was accepted in heaven. It was the enthronement of Jesus as the High Priest. Are you following me or not?

 

Nah, ada simbolisme lain di Perjanjian Lama yang sama seperti ini, tetapi beda simbolnya. Di Perjanjian Lama sangat biasa ketika suatu kurban dipersembahkan, dan Allah menunjukkan bahwa Dia menerima kurban itu dengan mengirim api untuk melahap habis kurban tersebut. Saya beri beberapa contoh:

v   Kisah Kain dan Habel.

Allah menerima kurban Habel tetapi Dia menolak kurban Kain. Bagaimana Allah menunjukkan bahwa Dia menerima kurban Habel? Ellen White menjelaskan bahwa api turun dari langit dan melahap kurban yang ditempatkan Habel di atas mezbah. Nah, di Alkitab tidak tertulis begitu, tetapi polanya ditemukan di ayat-ayat lain di Alkitab sehingga kita tahu begitulah cara Allah menunjukkan bahwa Dia menerima kurbannya.

v   Lalu ketika kemah suci di padang gurung diurapi

sekali lagi kurban-kurban ditempatkan di atas mezbah, dan kemudian Allah menghujankan api untuk melahap kurban-kurban tersebut, mengindikasikan bahwa Dia menerima kurban-kurban tersebut.

v   Ketika bait suci yang dibangun Salomo diurapi,

sekali lagi api turun dari langit dan melahap habis kurban-kurbannya.

v   Kurban yang dipersembahkan Daud di tempat pengirikan Ornan

ketika Tabut Perjanjian mau dibawa pulang ke Yerusalem, sekali lagi Daud menempatkan kurban-kurban di mezbah, api turun dari langit dan melahap kurban-kurban itu.

v   Dan kita semua tahu tentang Elia.

Ketika Elia menempatkan hewan-hewan di atas mezbah, Allah menunjukkan penerimaanNya dengan menghujani dengan api dari langit untuk melahap kurban-kurban itu.

Maka memukul batu dan membuat air keluar dari batu itu sama dengan kurban hewan yang melambangkan Kristus, yang mendatangkan api turun dari langit.

Apakah api turun dari langit pada hari Pentakosta? Lidah-lidah api.

Apa tujuan api pada hari Pentakosta? Allah mengumumkan bahwa kurban Yesus telah diterima di Surga. Itu adalah pentahbisan Yesus sebagai Imam Besar. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?

 

 

And so let's continue here, let's go to the bottom of the page. The lesson is clear. The rod of the Father's judgment fell upon Jesus in Gethsemane and on the cross, and as a result He was able to pour out the Holy Spirit for His followers to drink, or to receive. Jesus received the promise from His Father. Notice that Jesus received the promise of the Spirit from His Father and then Jesus pours it out upon His followers. Notice that the Holy Spirit could not be poured out until Jesus was glorified, in other words, the Holy Spirit could not be poured out until Jesus was sacrificed and then ascended to heaven, and was installed as the High Priest, the Mediator, or the Advocate for His people. It cannot be too strongly emphasized that the Holy Spirit was given to the disciples so that they in turn would impart the blessing to others. Is that point clear? They receive the Spirit to become channels for other people to receive the Spirit, that is to say, the gift of the Holy Spirit flows from Jesus through us, to others. We are merely tributary channels of the Holy Spirit.

 

Maka mari kita lanjutkan di sini, mari ke bagian bawah halaman. Pelajaran ini jelas. Tongkat penghakiman Bapa jatuh ke atas Yesus di Getsemani dan di salib, dan akibatnya Dia bisa mencurahkan Roh Kudus bagi para pengikutNya untuk diminum, atau untuk diterima. Yesus menerima janji dari Bapa. Simak bahwa Yesus telah menerima janji Roh Kudus dari BapaNya kemudian Yesus mencurahkan kepada pengikut-pengikutNya. Simak bahwa Roh Kudus tidak bisa dicurahkan hingga Yesus dimuliakan, dengan kata lain, Roh Kudus tidak bisa dicurahkan hingga Yesus sudah dikurbankan dan naik ke Surga, dan sudah ditetapkan sebagai Imam Besar, Sang Mediator atau Perantara bagi umatNya. Harus benar-benar ditekankan bahwa Roh Kudus diberikan kepada para murid supaya mereka pada gilirannya membagikan berkat tersebut kepada orang lain. Apakah poin ini jelas? Mereka menerima Roh Kudus untuk menjadi saluran bagi orang lain untuk menerima Roh Kudus; dengan kata lain, karunia Roh Kudus mengalir dari Yesus melalui kita kepada orang lain. Kita sekadar saluran-saluran penyalur Roh Kudus.

 

 

Let's take a look at two other passages where Jesus promised the Holy Spirit before Pentecost. In Matthew 3:11 John the Baptist referred to the outpouring of the Holy Spirit at Pentecost with the word what? Baptism. That is to say believers who received the Holy Spirit at Pentecost received the baptism of the Holy Spirit.

Let's read Matthew 3:11, here John the Baptist is speaking, “ 11 I indeed baptize you with water unto repentance, but He who is coming after me is mightier than I, whose sandals I am not worthy to carry. He will baptize you with the Holy Spirit and fire.” 

So John is saying, I baptize you with the baptism of repentance, but the Person who's coming after me, He's going to baptize you with the Holy Spirit and fire. What does that mean He will baptize you with the Holy Spirit and power? It's talking about what happened when? On the day of Pentecost. Were tongues of fire seen on the day of Pentecost? Yes. Was it the baptism of the Holy Spirit? Absolutely, yes! Now it will be well for us to remember these words of John, because we'll be coming back to them again. So keep in mind what we just read from Matthew 3:11.

 

Mari kita simak dua ayat di mana Yesus menjanjikan Roh Kudus sebelum Pentakosta. Di Matius 3:11 Yohanes Pembaptis mengacu kepada pencurahan Roh Kudus di Pentakosta dengan kata apa? Baptisan. Dengan kata lain, orang-orang percaya yang menerima Roh Kudus saat Pentakosta, menerima baptisan Roh Kudus.

Mari kita  baca Matius 3:11, di sini Yohanes Pembaptis sedang bicara, 11 Memang aku membaptis kamu dengan air untuk pertobatan, tetapi Ia yang datang setelah aku lebih berkuasa daripada aku, yang sandalNya tidak layak aku bawa. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan api.”

Jadi Yohanes mengatakan, aku membaptis kamu dengan batisan pertobatan, tetapi Sosok yang datang setelah aku, Dia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api. Apa yang dimaksud Dia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan kuasa? Ini bicara tentang apa yang terjadi kapan? Pada hari Pentakosta. Apakah lidah-lidah api terlihat pada hari Pentakosta? Ya. Apakah itu baptisan Roh Kudus? Betul sekali, ya! Nah, sebaiknya kita ingat kata-kata Yohanes ini karena nanti kita akan kembali kemari lagi. Jadi ingat-ingat apa yang baru kita  baca dari Matius 3:11.

 

 

Now notice Mark 16:15-18, here Jesus is speaking to His disciples, 15 And He said to them, ‘Go into all the world and preach the gospel to every creature. 16 He who believes and is baptized will be saved; but he who does not believe will be condemned…” So notice, the disciples received the gospel, now they go out to proclaim the gospel. And notice what takes place as a result of accepting Jesus or believing in the gospel. You immediately have the gifts of the Holy Spirit because it says in verse 17, “…17 And these signs will follow those who believe: In My name they will cast out demons…” is that one of the gifts of the Spirit, exorcisms? Yes! “…they will speak with new tongues…” is that one of the gifts of the Holy Spirit? Yes. “…18 they will take up serpents; and if they drink anything deadly, it will by no means hurt them; they will lay hands on the sick, and they will recover.”

So notice the disciples receive the Holy Spirit, Jesus says, “Now go out and proclaim the gospel.” And He says, “You're going to receive…” what? “…you're going to receive the gifts of the Spirit, that will follow you in the preaching of the gospel.”

 

Sekarang simak Markus 16:15-18, di sini Yesus sedang bicara kepada murid-muridNya, 15 Dan Ia berkata kepada mereka, ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. 16 Dia yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi dia yang tidak percaya, akan dihukum.’…”  Jadi simak, para murid menerima Injil, sekarang mereka keluar untuk menyampaikan Injil. Dan simak apa yang terjadi sebagai akibat menerima Yesus atau mempercayai Injil, segera ada karunia-karunia Roh Kudus karena dikatakan di ayat 17,  “…17  Dan tanda-tanda ini akan menyertai mereka yang percaya: dalam nama-Ku mereka akan mengusir setan-setan…”  apakah itu salah satu karunia Roh, eksorsisme? Ya! “…mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka…”  apakah itu salah satu karunia Roh Kudus? Ya! “…18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum apa pun yang mematikan, itu tidak akan mencelakai mereka; mereka akan meletakkan tangannya pada orang sakit, dan orang itu akan sembuh…” Jadi simak, para murid menerima Roh Kudus. Yesus berkata, “Sekarang pergilah dan kabarkan Injil.” Dan Dia berkata, “Kalian akan menerima…” apa?  “…Kalian akan menerima karunia Roh yang akan menyertai kalian dalam mengabarkan Injil.”

 

 

Now 40 days after His resurrection Jesus promised the outpouring of Holy Spirit. Now we're moving. Jesus resurrected, 40 days later He still hasn't ascended to heaven, but now He's going to promise the outpouring of the Holy Spirit that John the Baptist spoke about before Jesus began His ministry. Two important things stand out in this passage.

1.    the purpose of the outpouring of the Holy Spirit was what? Witnessing and preaching the gospel.

2.    The outpouring of the gift of Holy Spirit gave the disciples the what? The gifts necessary to fulfill the gospel commission.

So two key points that we found in the verses that we just read. First of all the outpouring of Holy Spirit is given to preach the gospel to the world, and secondly the gifts of the Spirit follow that are mentioned here in this passage, so secondly the outpouring of the gift of the Holy Spirit gave the disciples the gifts. So the outpouring of Holy Spirit is the gift, and then the Holy Spirit gives the gifts ~ plural. 

 

Nah, 40 hari setelah kebangkitanNya, Yesus berjanji akan mencurahkan Roh Kudus. Sekarang kita bergerak maju. Yesus bangkit, 40 hari kemudian Dia masih belum naik ke Surga, tetapi sekarang Dia akan berjanji untuk mencurahkan Roh Kudus yang dibicarakan Yohanes Pembaptis sebelum Yesus memulai ministriNya. Ada dua hal yang menonjol dalam kutipan ini:

1.    Tujuan dicurahkannya Roh Kudus itu apa?  Untuk bersaksi dan mengabarkan Injil.

2.    Pencurahan Roh Kudus memberi kepada para murid apa? Karunia-karunia yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas penginjilan.

Jadi dua poin kunci kita dapati di ayat-ayat yang baru kita baca. Yang pertama pencurahan Roh Kudus diberikan untuk mengabarkan Injil ke dunia. Dan kedua, karunia-karunia Roh mengikuti yang disebutkan di kutipan ini. Jadi yang kedua, pencurahan karunia Roh Kudus memberikan kepada para murid karunia-karnia. Maka pencurahan Roh Kudus adalah karunia (tunggal), kemudian Roh Kudus memberikan karunia-karuniaNya (jamak).

 

 

Now let's continue here. For this reason, the impartation of the Holy Spirit is called the gift (cf. Acts 2:38; 10:45; 11:17). Do you know that the imparting of the Holy Spirit is always referred to as the gift of the Spirit (singular)? But the apostle Paul refers to what? The Holy Spirit gives to those who receive the gift of the Spirit, as the gifts of the Holy Spirit. So we receive the Holy Spirit and the Holy Spirit gives us the gifts.  The one gift of the Holy Spirit imparts the gifts. And you can read this in the verses we have in parentheses (1 Corinthians 12:7-11, 28-31). It would be impossible to go through all these verses,  folks, but I  wanted to include them in the study notes, so that when we go home we look at this, spend an hour or two a day, get up a little bit earlier, go to bed a little bit later, and look up these verses; there's powerful material here.

 

Sekarang mari kita lanjut. Karena alasan ini, diberikannya Roh Kudus disebut karunia (cf. Kisah 2:38; 10:45; 11:17). Tahukah kalian bahwa diberikannya Roh Kudus selalu disebut sebagai karunia Roh (tunggal)? Tetapi rasul Paulus mengacu kepada apa? Roh Kudus mengaruniakan kepada mereka yang telah menerima karunia Roh, karunia-karunia dari Roh Kudus.

Jadi kita menerima Roh Kudus, dan Roh Kudus memberi kita karunia-karunia. Karunia tunggal Roh Kudus memberi kita karunia-karunia. Dan kalian bisa membaca ini di ayat-ayat yang di dalam kurung (1 Korintus 12:7-11, 28-31).  Mustahil membahas semua ayat itu, Saudara-saudara, tetapi saya mau memasukkan mereka dalam makalah supaya nanti di rumah kita akan membacanya, pakai satu atau dua jam sehari, bangun sedikit lebih pagi, tidur sediki lebih malam, dan carilah ayat-ayat ini, ada bahan yang luar biasa di sana.

 

 

Once again we see that the purpose of the Holy Spirit is what? The purpose of the Holy Spirit baptism is evangelism. You drink the water, and what's the purpose of drinking the water? To become a channel of water. The same idea of the Holy Spirit baptism as the power for evangelism can be seen in Acts 1:7-8. You know we just read a passage of what Jesus said 40 days after His resurrection, but then on the 50th day Jesus pours out the Holy Spirit.

 

Sekali lagi kita melihat bahwa tujuan Roh Kudus itu apa? Tujuan baptisan Roh Kudus itu untuk penginjilan. Kita minum airnya, dan apa tujuan meminum air itu? Untuk menjadi saluran air itu. Konsep yang sama dari baptisan Roh Kudus sebagai kuasa penginjilan bisa dilihat di Kisah 1:7-8. Kita baru saja membaca kutipan apa yang dikatakan Yesus 40 hari setelah kebangkitanNya, tetapi kemudian pada hari yang ke-50, Yesus mencurahkan Roh Kudus.

 

 

Now let's notice what Jesus said immediately before He went to heaven. It says in Acts 1:7 and 8, “ And He said to them…” to His disciples,  “… ‘It is not for you to know times or seasons which the Father has put in His own authority. But you…” the expression: “you shall” is used twice here.  “…But you shall…” what?  “…receive power when the Holy Spirit has come upon you…” what's the purpose of the power? Oh it's so that you can jump up and down in church, and you can roll in the aisles, and you can shout in the Lord? No! What is the purpose? “…you shall receive power when the Holy Spirit has come upon you and you shall be…” what? What is the purpose of the power of the water? The purpose of the water is you shall be  “…witnesses to Me…” and now notice,  “…in Jerusalem, and in all Judea and Samaria, and to the end of the earth.”

In this gospel commission Jesus promised that His disciples would receive power to be witnesses in Jerusalem, Judea, Samaria and as far as the uttermost parts of the earth. In fact the entire book of Acts is patterned after these verses, because the gospel did go first to Jerusalem, then it went to Judea, then it went to Samaria, and then it went to the uttermost parts of the earth. The book of Acts is patterned after this verse. That's the way the gospel proliferated. It was like a pebble that you throw in a lake. The gospel did indeed begin in Jerusalem, and then it spread to the entire world.

 

Sekarang mari kita simak apa kata Yesus segera sebelum Dia naik ke Surga. Dikatakan di Kisah 1:7-8, 7 Dan Dia berkata kepada mereka…” kepada murid-muridNya, “…‘Bukan hakmu untuk mengetahui waktu dan masa, yang telah diletakkan Bapa dalam wewenangNya sendiri. 8 Tetapi kamu…”  ungkapan “kamu akan” dipakai dua kali di sini.   “…8 Tetapi kamu akan…” apa? “…menerima kuasa, saat Roh Kudus turun ke atas kamu…”  apa tujuan kuasa itu? O, supaya kamu bisa melompat naik-turun di gereja, dan berguling-guling di lorong, dan kamu bisa teriak-teriak memanggil Tuhan? Tidak! Apa tujuannya?   “…kamu  akan menerima kuasa, saat Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan…”  apa? Apa tujuan kuasa air? Tujuan dari air adalah agar kamu akan   “…menjadi saksi bagi-Ku…” dan sekarang simak, “…di Yerusalem dan di Yudea, lalu Samaria dan kemudian sampai ke ujung bumi.’…” 

Dalam tugas penginjilan ini Yesus berjanji bahwa murid-muridNya akan menerima kuasa untuk menjadi saksi-saksi di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan hingga ke bagian-bagian paling jauh dari dunia. Bahkan seluruh kitab Kisah mengikuti pola ayat-ayat ini, karena Injil memang pertama ke Yerusalem, lalu ke Yudea, kemudian ke Samaria, dan setelah itu ke bagian-bagian yang paling jauh di dunia. Kitab Kisah mengikuti pola ayat ini. Dengan cara itulah Injil menyebar. Seperti sebutir krikil yang dilemparkan ke tengah danau. Injil memang dimulai di Yerusalem, lalu dia menyebar ke seluruh dunia.

 

 

So according to the gospel record, the baptism of the Holy Spirit is not a second blessing that people receive after baptism. Some people say you know, you're baptized in water and then sometime later you receive the baptism of the Holy Spirit. The Bible doesn't teach that. In God's plan the Holy Spirit is imparted at the very moment of baptism. The Holy Spirit fell upon Jesus, here we have the examples, the Holy Spirit fell upon Jesus when He was what? When He was baptized. The Holy Spirit came like a dove upon Jesus in His baptism, so it's not a blessing that falls upon Him later. 

 

Maka menurut catatan Injil, baptisan Roh Kudus bukanlah berkat yang kedua yang diterima orang setelah mereka dibaptis. Ada orang yang mengatakan, bahwa kita dibaptis dalam air lalu beberapa waktu kemudian baru kita menerima baptisan Roh Kudus. Alkitab tidak mengajarkan itu. Dalam rancangan Allah, Roh Kudus dibagikan pada waktu yang sama dengan baptisan air. Roh Kudus turun pada Yesus ~ di sini kita punya contoh-contohnya ~ Roh Kudus turun pada Yesus ketika Dia apa? Ketika Dia dibaptis. Roh Kudus datang seperti seekor merpati ke atas Yesus ketika Dia dibaptis, jadi itu bukan suatu berkat yang turun padaNya kemudian.

 

 

Notice also that Jesus in His encounter with Nicodemus, He said that, “You have to be baptized of the water and…” what?  “…and of the Spirit. At the same time you're baptized in the water, and you receive the Holy Spirit.”  

Is the same thing true about Peter's sermon on the day of Pentecost? Remember when the men came up to Peter and said, “What shall we do in the light of what you've said (that Jesus has been installed as a High Priest, He's now the Advocate, He's the Mediator, He's the Intercessor), what do we need to do?” And what did Peter say? He says, “Repent and be baptized and you will receive the gift of the Holy Spirit”

So once again water baptism and receiving the Holy Spirit take place at the same time. We see this same pattern in the book of Acts. I emphasize this point because some people teach that the baptism of the Holy Spirit comes at some point later than water baptism, in what they call a second blessing. However, the Bible is clear that both baptism and the baptism of the Holy Spirit are blessings that are received at the same time.

 

Simak juga dalam pertemuanNya dengan Nikodimus, Yesus berkata bahwa, “Engkau harus dibaptis dengan air dan…” apa? “…dan Roh. Pada waktu yang sama engkau dibaptis dengan air, engkau menerima Roh Kudus.”

Apakah hal yang sama juga terjadi dalam khotbah Petrus pada hari Pentakosta? Ingat ketika orang-orang datang kepada Petrus dan berkata, “Apa yang harus kami lakukan (sehubungan dengan apa yang engkau katakan bahwa Yesus sudah menjabat sebagai Imam Besar, Dia sekarang adalah Sang Pembela, Dia Sang Mediator, Dia Sang Perantara), apa yang harus kami lakukan?” Dan apa kata Petrus? Dia berkata, 38 ….‘Bertobatlah dan hendaknya setiap orang dari kamu dibaptiskandan kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (Kisah 2:38).

Jadi sekali lagi baptisan air dan menerima Roh Kudus terjadi pada waktu yang bersamaan. Kita lihat pola yang sama ini di kitab Kisah. Saya menekankan poin ini karena ada orang yang mengajar bahwa baptisan Roh Kudus datang beberapa saat kemudian setelah baptisan air, yang mereka sebut berkat kedua. Namun, Alkitab jelas bahwa baik baptisan air dan baptisan Roh Kudus adalah berkat-berkat yang diterima pada waktu yang sama.

 

 

Now a question still remains. Why did some of Christ's disciples receive water baptism from John the Baptist, but only received the Holy Spirit baptism three and a half years later, on the day of Pentecost?  So you say, “See, there are two blessings, you have water baptism and then three and a half years later then you have the baptism of the Holy Spirit.” Are you understanding the question?

But there's an explanation of that. We have already answered this question in fact. The disciples could not receive the Holy Spirit baptism until Jesus had died, resurrected, and ascended to the right hand of the Father. He had to die first. The Rock had to be stricken, and then the water could come out. After Pentecost it is not necessary to wait for a second blessing because the Holy Spirit has already been poured out. Also as we shall see in the lesson on the ordinances of the church, baptism is a symbolic incorporation into the death, burial, and resurrection of Christ. And this could not happen until Jesus went through those steps. Are you catching the point?

 

Nah, masih tersisa satu pertanyaan. Mengapa beberapa dari murid Kristus menerima baptisan air dari Yohanes Pembaptis tetapi baru menerima baptisan Roh Kudus tiga setengah tahun kemudian pada hari Pentakosta? Maka kalian berkata, “Lihat, ada dua berkat kan? Ada baptisan air dan tiga setengah tahun kemudian ada baptisan Roh Kudus.” Apakah kalian mengerti pertanyaannya?

Tetapi ada penjelasannya. Bahkan kita sudah menjawab pertanyaan itu. Para murid tidak bisa menerima baptisan Roh Kudus hingga Yesus sudah mati, bangkit, dan naik ke Surga ke sebelah kanan Allah Bapa. Yesus harus mati dulu. Batunya harus dipukul dulu, baru kemudian airnya bisa keluar. Setelah Pentakosta tidak perlu lagi menunggu berkat yang kedua karena Roh Kudus sudah dicurahkan. Juga seperti yang akan kita lihat di pelajaran tentang peraturan-peraturan gereja, baptisan adalah simbol gabungan ke dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus, dan ini tidak bisa terjadi hingga Yesus sudah mengalami langkah-langkah tersebut. Apakah kalian menangkap poinnya?

 

 

Now in Acts chapter 2 the promised gift of the Holy Spirit was poured out, but when the gift (singular) of the Holy Spirit was poured out, all the gifts which Paul mentions in 1 Corinthians 12 began to function in the church. So notice:

Ø    God imparts the gift: that's the water

Ø    and then when we receive the gift of the Holy Spirit, the Holy Spirit imparts what? The gifts of the Spirit.

Ø    And of course you have a list here of the gifts of the Spirit that the apostle Paul mentioned:

ü   the gift of healing (Acts 3:6; 8:4-8; 19:11-12),

ü   the gift of exorcism (Acts 5:16; 8:7; 19:11-12),

ü   the gift of administration (Acts 6:1-7),

ü   the gift of helps (Acts 9:36, 39),

ü   the gift of evangelism (Acts 21:8),

ü   the gift of prophecy (Acts 13:1; 15:32; 21:9-10),

ü   the gift of tongues (Acts 2:1-13; 10:44-48; 19:3-6),

ü   the gift of teaching (Acts 5:25; 13:1; 15:35),

ü   the word of knowledge (Acts 5:1-11),

ü   the gift of exhortation (Acts 11:23; 15:22; 13:15; 20:2),

ü   the gift of being apostles (Acts 6:6).

None of these gifts were given for personal individual growth, but rather for evangelistic outreach and the growth of the body, the entire church (1 Corinthians 12:7; Ephesians 4:12). Are you following me?

This is important, folks, when we minister to Pentecostals we need to make this lesson clear to them, because the charismatics are the ones that say, you know, later on after you've maybe accepted Christ and you've been baptized in the water, then you need to plead with God, you need to cry out to God to give you the Holy Spirit. And primarily they're saying the evidence that you have the Holy Spirit is that you speak in tongues. So we need to share this from a biblical perspective, as we're doing in this lesson.

 

Nah, di Kisah pasal 2, Roh Kudus, pemberian yang dijanjikan, dicurahkan. Tetapi ketika pemberian/karunia (tunggal) Roh Kudus itu dicurahkan, semua karunia (jamak) yang disebut Paulus di 1 Korintus 12 mulai berfungsi di dalam gereja. Jadi simak:

Ø    Allah membagikan pemberian/karunia itu: itulah airnya.

Ø    Lalu ketika kita menerima karunia Roh Kudus, apa yang dibagikan Roh Kudus? Karunia-karunia Roh.

Ø    Dan tentu saja di sini ada daftar karunia-karunia Roh yang disebut rasul Paulus:

ü   karunia penyembuhan (Kisah 3:6; 8:4-8; 19:11-12),

ü   karunia mengusir setan (Kisah 5:16; 8:7; 19:11-12),

ü   karunia administrasi (Kisah 6:1-7),

ü   karunia menolong (Kisah 9:36, 39),

ü   karunia menginjil (Kisah 21:8),

ü   karunia roh nubuat (Kisah 13:1; 15:32; 21:9-10),

ü   karunia lidah (bahasa) (Kisah 2:1-13; 10:44-48; 19:3-6),

ü   karunia mengajar (Kisah 5:25; 13:1; 15:35),

ü   karunia mengetahui apa yang tidak diketahui (Kisah 5:1-11),

ü   karunia menegur (Kisah 11:23; 15:22; 13:15; 20:2),

ü   karunia menjadi rasul (Kisah 6:6).

Tidak satu pun dari karunia-karunia ini diberikan untuk pertumbuhan pribadi secara individu, melainkan untuk jangkauan penginjilan dan pertumbuhan tubuh Kristus, seluruh gereja. (1 Korintus 12:7; Efesus 4:12). Apakah kalian mengikuti saya?

Ini penting, Saudara-saudara, ketika kita melayani orang-orang Pentakosta, kita perlu membuat pelajaran ini jelas bagi mereka, karena golongan karismatik yang berkata bahwa setelah kita menerima Kristus dan sudah dibaptis dalam air, kemudian kita perlu memohon kepada Allah, kita perlu berseru kepada Allah supaya diberi Roh Kudus. Dan utamanya, mereka mengatakan bukti bahwa kita sudah memiliki Roh Kudus ialah kita bisa berbahasa Roh. Jadi kita perlu membagikan ini kepada mereka dari sudut pandang yang alkitabiah, seperti yang kita lakukan di pelajaran ini.

 

 

So now let's talk about the gifts of the Spirit and the gift of tongues. Pentecostal and charismatic Christians tend to focus on one particular gift as the most important: the gift of tongues. So we must ask, is the gift of tongues the most important of the gifts of the Holy Spirit? An out of context reading of Acts chapter 2 would seem to indicate that the gift of tongues was the most important, because it's the only one that was imparted on the day of Pentecost.

Does God intend that all true Christians should speak in tongues? Was the gift of tongues for personal spiritual edification? Or did it have an evangelistic purpose like all of the other gifts of the Spirit? It bears noting that the apostle Paul placed the gift of tongues last on all the lists of the gifts of the Spirit that he presented. In each of these lists (Ephesians 4:11-12 and 1 Corinthians 12:8-11, 28-31), and you can check this out, the references are there in the study notes, the gift of tongues comes last.

 

Jadi sekarang mari kita bicara tentang karunia-karunia Roh dan karunia lidah. Golongan Pentakosta dan Kristen karismatik condong fokus pada satu karunia khusus sebagai yang terpenting: karunia lidah. Jadi kita harus bertanya, apakah karunia lidah itu karunia yang paling penting dari Roh Kudus? Jika membaca Kisah pasal 2 di luar konteks, itu seakan-akan mengindikasikan bahwa karunia lidah memang yang paling penting, karena itu satu-satunya yang dibagikan pada hari Pentakosta.

Apakah Allah memang meniatkan semua orang Kristen sejati harus berbahasa lidah? Apakah karunia lidah untuk peningkatan kerohanian pribadi? Atau apakah itu punya tujuan penginjilan seperti semua karunia Roh yang lain? Perlu dicatat bahwa rasul Paulus menempatkan karunia lidah terakhir di daftar karunia-karunia Roh yang dia sampaikan. Dalam setiap daftar tersebut (Efesus 4:11-12 dan 1 Korintus 12:8-11, 28-31), dan kalian bisa memeriksa ini, referensinya ada di makalah, karunia lidah ada di urutan terakhir.

 

 

Of course the question is why was this the only and most prominent gift in Acts chapter 2? If it's the least important of the gifts (because Paul places it last), why is that the only gift mentioned when the Holy Spirit is given to the disciples on the day of Pentecost? I think that's a fair question that we need to answer, right? Now before we answer this question we must underline that it is the Holy Spirit who owns and dispenses the gifts. We do not seek a gift. We do not study to get a gift, because after all, they are gifts. The Holy Spirit dispenses the gifts because of a particular contextual need at the moment that requires that specific gift. 1 Corinthians 12:7, 11, 18, 28 make it clear that the Holy Spirit is the Lord of the gifts. Now with this caveat in mind, let's proceed to explain why the gift of tongues was the only gift imparted to believers on the day of Pentecost. If it was the most important, why is it last on the list? And why on the day of Pentecost is this the only gift that was imparted to the disciples? Is it because it was the most important?

 

Tentu saja pertanyaannya ialah mengapa karunia ini satu-satunya dan yang paling menonjol di Kisah pasal 2? Jika ini adalah karunia yang paling tidak penting karena Paulus meletakkannya paling akhir, mengapa itu adalah satu-satunya karunia yang disebutkan ketika Roh Kudus diberikan kepada para murid pada hari Pentakosta? Menurut saya ini pertanyaan yang wajar yang harus kita jawab, benar? Nah, sebelum kita menjawab pertanyaan ini kita harus menggarisbawahi bahwa karunia-karunia ini adalah milik Roh Kudus dan Dialah yang membagikannya. Kita tidak minta suatu karunia. Kita tidak belajar untuk mendapatkan satu karunia, karena sesungguhnya mereka adalah pemberian. Roh Kudus yang memberikan karunia-karunia karena adanya suatu kebutuhan kontekstual pada masa itu yang membutuhkan karunia yang khusus. 1 Korintus 12:7, 11, 18, 28 membuatnya jelas bahwa Roh Kudus adalah Tuhannya karunia-karunia itu. Nah, dengan mengingat catatan tersebut, mari kita lanjut untuk menjelaskan mengapa karunia lidah adalah satu-satunya karunia yang dibagikan kepada orang-orang percaya pada hari Pentakosta. Jika memang ini adalah karunia yang paling penting, mengapa ada di urutan terakhir dari daftar itu? Dan mengapa pada hari Pentakosta itu adalah satu-satunya karunia yang dibagikan kepada para murid? Apakah karena ini karunia yang paling penting?

 

 

So let's see, why this was the only gift that was imparted on the day of Pentecost to the disciples. A careful study of Acts chapter 2 reveals that the gift of tongues was the most urgently needed gift at that particular moment.  Does the Holy Spirit know when the church needs a particular gift? Does the Holy Spirit give gifts that are not useful for the moment? Of course not. He's the Lord of the gifts, He's the Owner of the gifts and He gives the gifts, according to the apostle Paul, as He wishes and as He chooses. So a careful study of Acts 2 reveals that the gift of tongues was the most urgently needed at that particular moment. The feast of Pentecost was one of the three in which all of the men 12 years and older were required to go to Jerusalem. In the feast of Pentecost when the Holy Spirit was poured out, Jerusalem was bursting with pilgrims from the diaspora, from the dispersion of Jews all across the Roman empire. These Jews did not speak the language of the apostles, like second and third generation immigrants to the United States, they had lost the use of their native tongue. Are you following me? It's kind of like sometimes I meet someone whose last name is Gonzalez and I say, “Como estas mano?  He says, “I don't understand.” And I say, “How someone with the last name Gonzalez doesn't understand?” It's because they're second or third generation, and they've lost the ability to speak their native tongue. This is what happened to the Jews in the diaspora.

Now here's the problem. How then could the apostles who spoke Aramaic share the gospel with all of these pilgrims that were in Jerusalem if these people did not speak their tongue? The answer is very obvious. God performed a miracle and He gave the 120 gathered in the upper room, the ability to speak the languages of the people from the diaspora, that had come to Jerusalem. As these people heard the gospel in their own tongue, you know God planned this from eternity past, He knew that Jerusalem was going to be bursting with pilgrims and He knew that the disciples were not going to be able to speak the languages of them, and He says, “This is the best way to proliferate the gospel. This is even better than social media [Laughter].  I’ll have the gospel preached to them in their own language and then they'll go back to their nations and they'll share what they heard.” Wow! And personal witness is much better than social media.

 

Jadi mari kita simak mengapa ini adalah satu-satunya karunia yang dibagikan pada hari Pentakosta kepada para murid. Suatu pembelajaran yang teliti pada Kisah pasal 2 mengungkapkan bahwa karunia lidah adalah karunia yang paling mendesak diperlukan pada saat itu. Apakah Roh Kudus tahu bahwa gereja membutuhkan suatu karunia yang khusus? Apakah Roh Kudus memberikan karunia-karunia yang tidak bermanfaat untuk saat itu? Tentu saja tidak. Dialah Tuhan dari karunia-karunia ini, Dialah Pemilik karunia-karunia ini dan Dia yang memberikan karunia-karunia itu, menurut rasul Paulus, sesuai kehedakNya dan sebagaimana pilihanNya. Jadi suatu pembelajaran yang teliti pada Kisah pasal 2 mengungkapkan bahwa karunia lidah adalah karunia yang paling mendesak dibutuhkan pada saat itu. Perayaan Pentakosta adalah satu dari tiga perayaan di mana semua laki-laki yang berusia 12 tahun ke atas diharuskan pergi ke Yerusalem. Di Perayaan Pentakosta ketika Roh Kudus dicurahkan, Yerusalem penuh sesak dengan para peziarah dari diaspora, dari penyebaran orang-orang Yahudi di seluruh jajahan kekaisaran Roma. Orang-orang Yahudi ini tidak bisa bahasa para rasul seperti para imigran generasi kedua dan ketiga di Amerika Serikat, mereka telah kehilangan pengetahuan tentang bahasa ibu mereka. Apakah kalian mengikuti saya? Seperti jika saya bertemu seseorang yang nama marganya Gonzales dan saya berkata “Como estas mano?” (Apa kabar, bro?) dan dia berkata, “Saya tidak mengerti.” Dan saya berkata, “Kok bisa orang dengan nama marga Gonzales tidak mengerti?” Karena mereka adalah generasi kedua dan ketiga, dan mereka telah kehilangan kemampuan berbahasa asli mereka. Inilah yang terjadi pada para orang Yahudi di diaspora.

Nah, inilah masalahnya. Bagaimana para rasul yang berbahasa Aram bisa membagikan Injil dengan semua peziarah ini yang ada di Yerusalem jika orang-orang itu tidak bisa bahasa mereka? Jawabannya sangat jelas. Allah membuat mujizat dan Dia memberikan kepada ke-120 orang yang sedang berkumpul di ruangan loteng, kemampuan untuk bicara dalam bahasa-bahasa orang-orang dari diaspora yang datang ke Yerusalem. Saat orang-orang ini mendengar Injil dalam bahasa mereka sendiri ~ kalian tahu Allah sudah merancang ini sejak kekekalan masa lampau. Allah sudah tahu Yerusalem akan dipenuhi oleh peziarah dan Dia sudah tahu bahwa para murid tidak akan bisa berbicara dalam bahasa-bahasa mereka, dan Dia berkata, “Inilah cara terbaik untuk menyebarkan Injil. Ini bahkan lebh baik daripada sosmed. Aku akan membuat agar Injil disampaikan kepada mereka dalam bahasa mereka sendiri, kemudian mereka akan pulang ke negara mereka dan mereka akan membagikan apa yang telah mereka dengar.” Wow! Dan kesaksian pribadi itu jauh lebih baik daripada sosmed.

 

 

We previously noted the book of Acts is patterned after the evangelistic sequence of Acts 1:6 through 8. The gospel was ~ this is very important now ~ the gospel was to go first where? To Jerusalem. Then where? To Judea. Then to Samaria. And finally to the uttermost parts of the earth. That's exactly what happens in the book of Acts. You can follow the sequence, these first verses of the book of Acts. After the day of Pentecost when all the Jews from the dispersion had returned to their lands, the Holy Spirit was poured out again on those who lived in Judea, but there's no reference to receiving the gift of tongues.

v   You read in Acts 4:31.

Now the Holy Spirit is poured out in Judea upon individuals who hear the message of  the apostles, and there's no gift of tongues imparted to them. Why not? Because in Judea everybody spoke Aramaic, there was no need for it. Are you following me or not? And then ~ the gift was no longer necessary ~

 

v   And then the Holy Spirit is poured out in Samaria.

It's in chapter 8:14 through 17. Once again there is no gift of tongues in Samaria. Why not? Because the Samaritan spoke the language of the Jews, as we know, because Jesus spoke with the Samaritan woman, the Samaritan woman understood what Jesus was saying. So there was no need for the gift of tongues.

 

v   But now here comes an interesting detail. When the gospel went to Caesarea ~ we're at the bottom of page 174 ~

when the gospel goes to Caesarea the Holy Spirit is poured out again upon Cornelius and his family, and now the Holy Spirit is given, the gift of the tongues is given to Cornelius and his family. Why to Cornelius and his family? And why Caesarea? Caesarea was the most important seaport on the Mediterranean between Tyre in the north and Egypt in the south. People from all countries, languages, and walks of life, came through Caesarea and so God gave Cornelius and his family the ability to speak the languages of those who would pass through Caesarea so that they could share the gospel in the languages that people could understand.

 

v   The gift of tongues was once again imparted by the Holy Spirit in Ephesus.

In Ephesus the gift of tongues was given because Ephesus was a seaport city, one of the most important trade centers on the continent of Asia. People from every nation on earth came by that port. God knowing this, gave the church members the ability to speak the languages of those who would come through Ephesus, so that they could understand the gospel.

 

v   The gift of the Holy Spirit and the gift of tongues was also poured out in Corinth, why?

Because Corinth was one of the busiest seaports in Europe, people from all language groups passed through this metropolis. Once again the Holy Spirit knowing the need, imparted the gift of tongues upon the believers, so they could preach the gospel to all these language groups.

 

Now is it important to understand that the Holy Spirit is the Owner of the gifts?  And would it do any good to impart the gift of the Holy Spirit of speaking in tongues here this morning? Would God have to give us the gift of tongues here? No! Why not? It'd be a waste because all of you understand what? All of you understand English, even those that are receiving translation, well, they're understanding the translation, so there's no need of the gift of tongues.

 

Sebelumnya kita sudah menyimak bahwa kitab Kisah mengikuti pola urutan penginjilan di Kisah 1:6-8. Ini sangat penting, Injil pertama harus pergi ke mana? Ke Yerusalem. Lalu ke mana? Ke Yudea. Lalu ke Samaria. Dan akhirnya ke bagian dunia yang paling jauh. Persis seperti itulah yang terjadi di Kitab Kisah. Kita bisa mengikuti urutan ayat-ayat pertama kitab Kisah. Setelah hari Pentakosta ketika semua orang Yahudi yang tersebar di negara-negara lain kembali ke tanah air mereka, Roh Kudus dicurahkan lagi kepada mereka yang tinggal di Yudea, tetapi tidak disebutkan adanya yang menerima karunia lidah.

v   Kita baca Kisah 4:31.

Sekarang Roh Kudus dicurahkan di Yudea kepada orang-orang yang mendengar pekabaran para rasul, dan di sana tidak ada karunia lidah yang diberikan mereka. Mengapa tidak? Karena di Yudea semua orang berbahasa Aram, jadi tidak perlu. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak? Karunia lidah tidak diperlukan lagi.

 

v   Kemudian Roh Kudus dicurahkan di Samaria,

ini di pasal 8:14-17. Sekali lagi tidak ada karunia lidah di Samaria. Mengapa tidak? Karena orang Samaria bicara bahasa orang Yahudi, seperti yang kita ketahui, karena Yesus bicara kepada perempuan Samaria dan perempuan Samaria tersebut mengerti apa yang dikatakan Yesus. Jadi tidak diperlukan karunia lidah.  

 

v   Tetapi sekarang tiba detail yang menarik. Ketika Injil pergi ke Kaisaria ~ kita sekarang di bagian bawah hal. 174 ~

ketika Injil ke Kaisaria, Roh Kudus dicurahkan lagi ke atas Kornelius dan keluarganya, dan sekarang Roh Kudus diberikan, dan karunia lidah diberikan kepada Kornelius dan keluarganya. Mengapa kepada Kornelius dan keluarganya?  Dan mengapa di Kaisaria? Kaisaria adalah kota bandar yang paling penting di Mediterania antara Tirus di utara dan Mesir di selatan. Orang dari semua negara, bahasa, dan segala lapisan masyarakat datang melalui Kaisaria maka Allah memberi Kornelius dan keluarganya kemampuan untuk bicara dalam bahasa mereka yang akan melewati Kaisaria supaya Kornelius dan keluarganya bisa membagikan Injil dalam bahasa-bahasa yang bisa dimengerti banyak orang.

 

v   Karunia lidah sekali lagi dibagikan oleh Roh Kudus di Efesus.

Di Efesus karunia lidah diberikan karena Efesus adalah kota pelabuhan, salah satu pusat perdagangan yang paling penting di benua Asia. Orang dari segala bangsa  di dunia datang melalui kota pelabuhan tersebut. Mengetahui ini, Allah memberi jemaat kemampuan untuk bicara dalam bahasa-bahasa orang-orang yang akan datang melalui Efesus, supaya mereka bisa mengerti tentang Injil.

 

v   Karunia Roh Kudus dan karunia lidah juga dicurahkan di Korintus, mengapa?

Karena Korintus adalah salah satu kota pelabuhan yang paling sibuk di Eropa, dan orang dari segala kelompok bahasa melewati metropolis ini. Sekali lagi Roh Kudus yang tahu apa yang dibutuhkan, membagikan karunia lidah kepada orang-orang percaya, supaya mereka bisa menyampaikan Injil kepada semua kelompok bahasa di sana.

 

Nah, apakah penting untuk memahami bahwa Roh Kudus adalah Pemilik semua karunia? Dan apakah ada manfaatnya membagikan karunia Roh Kudus berbicara dalam bahasa-bahasa di sini pagi ini? Apakah Allah perlu memberi kita karunia lidah di sini? Tidak! Mengapa tidak? Itu hanya akan mubazir karena kalian semua mengerti apa? Kalian semua mengerti bahasa Inggris, bahkan juga mereka yang menerima terjemahannya, mereka memahami terjemahannya, jadi tidak diperlukan karunia lidah.

 

 

Now let's go to another very important point. Is the gift of tongues a test of a person's spirituality? You know, some charismatics feel super guilty if they don't have the gift of tongues because they're told that the gift of tongues is the sign that you have the Holy Spirit, if you don't speak in tongues you don't have the Holy Spirit, and some go so far as to say if you don't have the gift of tongues you're not saved. So I know Pentecostals who have struggled to say, “Oh, and you know I’ve prayed and have agonized and begged the Lord to  give me the gift of tongues.” And they have angst and they suffer over this. But the question is:

ü   is the gift of tongues a test of a person's spirituality?

ü   Is it a test of salvation?

ü   Must a person feel guilty if they have never spoken in tongues?

ü   Is the gift of tongues a sign that a person has the Holy Spirit?

 

Sekarang mari kita ke poin penting yang lain. Apakah karunia lidah itu bukti kerohanian seseorang? Kalian tahu beberapa orang karismatik merasa sangat bersalah jika mereka tidak punya karunia lidah karena mereka diajari bahwa karunia lidah adalah tanda bahwa orang itu punya Roh Kudus, jika orang tidak berbicara dalam bahasa lidah, dia tidak punya Roh Kudus, dan bahkan ada yang kelewatan sampai mengatakan jika orang tidak punya karunia lidah, dia tidak selamat. Jadi saya kenal orang-orang Pentakosta yang bergumul dan berkata, “Oh, saya sudah berdoa dan menderita dan memohon kepada Tuhan untuk memberi saya karunia lidah.” Dan mereka punya kecemasan dan mereka tersiksa karenanya. Tetapi pertanyaannya adalah:

ü   Apakah karunia lidah itu syarat untuk mengukur kerohanian seseorang?

ü   Apakah itu bukti keselamatan?

ü   Haruskah orang merasa bersalah jika mereka belum pernah bicara dalam bahasa lidah?

ü   Apakah karuna lidah itu tanda bahwa seseorang memiliki Roh Kudus?

 

 

Here comes a very important point.

Jesus taught that the test of a person's spirituality and salvation is not the gift that the person received but rather the fruit in the life. It is not the gift of the Spirit, it is the fruit of the Spirit that is the test of discipleship.

The gifts of the Spirit and the fruit of the Spirit are related because both are imparted by the same Spirit. However, they are also distinct one from another. Notice what Jesus said in Matthew 7:16-20, “By their tongues ye shall know them”,  I just want to make sure that you're awake. 16 You will know them by their fruits. Do men gather grapes from thorn bushes or figs from thistles? 17 Even so, every good tree bears good fruit, but a bad tree bears bad fruit.  1A good tree cannot bear bad fruit, nor can a bad tree bear good fruit. 19 Every tree that does not bear good fruit is cut down and thrown into the fire. 20 Therefore by their fruits you will know them.”

What is the evidence that we have the Holy Spirit in our lives? It is not the gifts of the Spirit, it is what? The gift of the Spirit or the fruit that comes as a result of the gift of the Spirit.

 

Di sini ada poin yang sangat penting.

Yesus mengajar bahwa sarana untuk mengukur kerohanian dan keselamatan seseorang bukanlah karunia yang diterima orang itu, melainkan buah yang dihasilkan dalam hidupnya. Bukan karunia Roh, melainkan buah Roh itulah yang membuktikan apakah seseorang itu murid Kristus atau bukan.

Karunia-karunia Roh (yang dikaruniakan oleh Roh) dan buah Roh itu berkaitan karena sama-sama diberikan oleh Roh yang sama. Namun, mereka juga sangat berbeda satu dari yang lain. Simak apa kata Yesus di Matius 7:16-20, “Dari bahasa-bahasa mereka engkau akan mengenali mereka”, (protes dari audiensi). Saya hanya mau memastikan kalian tidak tidur. 16 Kamu akan mengenal mereka dari  buahnya. Apakah orang mengumpulkan buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, tetapi pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 18 Pohon yang baik itu tidak bisa menghasilkan buah yang tidak baik, demikian pula pohon yang tidak baik tidak bisa menghasilkan buah yang baik. 19 Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 20 Jadi dari buahnyalah kamu akan  mengenal mereka. …” 

Apa buktinya bahwa kita punya Roh Kudus dalam hidup kita? Bukan dari karunia-karunia Roh, tapi apa? Pemberian dari Roh, atau buah Roh yang muncul sebagai hasil dari Roh Kudus yang diberikan kita.

 

 

John the Baptist taught the same lesson before Jesus began His ministry. In Matthew 3:10 John announced that a tree is determined by its what? He says, “ Therefore bear fruits worthy of (meet for) repentance” and immediately after this, after saying that a tree needed to produce fruit, that you can only know a tree by its fruit, he immediately spoke of the outpouring of the Holy Spirit on the day of Pentecost.

 

Yohanes Pembaptis mengajarkan ajaran yang sama sebelum Yesus memulai ministriNya. Di Matius 3:10 Yohanes mengumumkan bahwa sebatang pohon ditentukan oleh apanya? Dia berkata, 8 Oleh karena itu, hasilkanlah  buah   yang sesuai dengan pertobatan…”  dan segera setelah ini, setelah mengatakan bahwa sebatang pohon harus menghasilkan buah, bahwa pohon hanya bisa dikenali dari buahnya, dia langsung bicara tentang pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta.

 

 

Jesus also repeatedly emphasized the need for fruit as the evidence of true discipleship and you notice here in parentheses I have John chapter 15. What do you have in John chapter 15 the first several verses? You have the parable of the vine and the branches. When the branch is connected to the vine, what does the branch do? The branch produces fruit. But if there's a branch that's connected to the vine supposedly, and it doesn't bear fruit, what happens? The branch is cut off, because it's not bearing fruit. So Jesus himself said that we know whether an individual is a true believer by the fruit of their lives.

The Jewish nation made great pretensions of godliness, but they were cursed, because they did not bear any fruit. True discipleship is known by the fruit not by the gifts. You remember the parable of the vineyard where God sends out messengers, you know, to the vineyard and He wants fruit, and there's no fruit. So He sends out other messengers expecting fruit, and there's no fruit. And last of all He sends who? He sends His Son and they say, let's kill Him. So let me ask you, were they God's people simply because they professed to be God's people, because they were the chosen people? No! By their fruit you will know them.

 

Yesus juga berulang-ulang menekankan perlunya ada buah sebagai bukti murid yang sejati, dan kalian simak di sini dalam kurung saya cantumkan Yohanes pasal 15. Apa yang ada di Yohanes pasal 15 di beberapa ayatnya yang mula-mula? Ada perumpamaan pokok anggur dan cabang-cabangnya. Ketika cabang itu terhubung kepada pokok anggur, apa yang dibuat oleh cabang itu? Cabang itu menghasilkan buah. Tetapi jika ada cabang yang sepertinya terhubung kepada pokok anggur itu dan tidak menghasilkan buah, apa yang terjadi? Cabang tersebut dipotong, karena tidak menghasilkan buah. Jadi Yesus sendiri mengatakan bahwa kita tahu apakah seseorang itu betul-betul pengikut Kristus dari buah dalam hidup mereka.

Bangsa Yahudi sangat berpura-pura dalam kesalehan, tetapi mereka dikutuk karena mereka tidak menghasilkan buah apa pun. Pengikut yang sejati dikenal dari buahnya bukan dari karunia-karunianya. Kalian ingat perumpamaan kebun anggur di mana Allah mengirimkan utusan-utusanNya ke kebun itu dan Dia berharap mendapatkan buah, tetapi tidak ada buah. Maka Dia mengirim utusan-utusan lain lagi, berharap mendapat buah, dan tidak ada buah. Dan yang terakhir Dia mengutus siapa? Dia mengutus AnakNya dan mereka berkata, ayo kita bunuh saja Dia. Jadi saya mau tanya, apakah mereka ini umat Allah hanya karena mereka mengaku sebagai umat Allah, karena mereka umat pilihan? Tidak! Dari buahnya kita akan mengenali mereka.

 

 

Now here comes the very important point. Jesus taught, that in the last days many who professed His name would have counterfeit gifts, which appeared to be genuine. Jesus described these counterfeit gifts in Matthew 7:21-23, and we've read this before in another context. Let's read it again. Let me ask you, is the Devil going to falsify all of the gifts of the Spirit at the end of time? You’d think? Absolutely! Is there a false gift to the Holy Spirit, of Satan's spirit? Absolutely! We're told that Babylon at the end of time is filled with what? Demons. And there's going to be spectacular things done by people who claim to be Christians, miracles, and signs, and wonders, unexplained things are going to take place in the Christian world.

Notice what we find in Matthew 7:21-23, how will we know if the gifts that are being exhibited by these people are truly gifts of the Spirit or not?

Jesus said, 21 Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ shall enter the kingdom of heaven, but he who does the will of My Father in heaven…” What is it that determines whether we're a true follower of Jesus? Saying “Lord, Lord”? No! It is what? Doing “…the will of My Father in heaven 22 Many will say to Me in that day…” this is the final day  “… ‘Lord, Lord, have we not prophesied in Your name…” is the gift of prophecy one of the gifts of the Spirit? Yes!  “…cast out demons in Your name…” is exorcisms one of the gifts of the Spirit? Yes!  “…and done many wonders in Your name?’…”  that's miracles in Your name, is that one of the gifts of the Spirit? Yes “… 23 And then I will declare to them,…” Yes, come, you're Mine?  No!  “…‘I never knew you; depart from Me, you who practice Lawlessness!’…” which should be translated “you who transgress the Law.” Those who claim to have these gifts: cast out demons, prophesied, and perform miracles, Paul lists these three in his catalogue of gifts, and yet they were counterfeit gifts.

 

Nah, sekarang ini poin yang sangat penting. Yesus mengajarkan bahwa di hari-hari akhir banyak yang mengakui namaNya akan punya karunia-karunia palsu, yang seolah-olah seperti asli. Yesus menggambarkan karunia-karunia palsu ini di Matius 7:21-23, dan kita sudah pernah membaca ini di konteks yang lain. Mari kita  baca lagi. Coba saya tanya, apakah Iblis akan memalsukan semua karunia-karunia Roh pada akhir zaman? Menurut kalian? Tentu saja! Apakah ada karunia Roh Kudus yang dipalsukan, dari roh Setan? Tentu saja! Kita sudah diberitahu bahwa pada akhir zaman Babilon dipenuhi oleh apa? Iblis-iblis. Dan akan ada hal-hal spektakuler yang dibuat oleh orang-orang yang mengaku Kristen, mujizat-mujizat, dan tanda-tanda, dan keajaiban-keajaiban, hal-hal yang tidak bisa dijelaskan akan terjadi di dunia Kristen.

Simak apa yang kita lihat di Matius 7:21-23, bagaimana kita bisa tahu jika karunia-karunia yang dipertontonkan orang-orang ini benar-benar adalah karunia-karunia Roh atau bukan?

Yesus berkata, 21 Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga…”  apa yang menentukan apakah kita betul-betul pengikut Yesus? Mengatakan “Tuhan, Tuhan”? Tidak! Apa? “…melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.  22 Pada hari itu banyak orang akan berseru kepada-Ku,…” ini hari yang terakhir, “…‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat dalam nama-Mu…”  apakah karunia nubuat salah satu dari karunia-karunia Roh? Iya! “…dan mengusir setan dengan nama-Mu,…” apakah eksorsisme salah satu karunia Roh? Ya!   “…dan mengadakan banyak mujizat dalam nama-Mu?’…”  itu keajaiban-keajaiban dalam namaMu, apakah itu salah satu karunia-karunia Roh? Ya. “…23 Pada waktu itulah Aku akan menyatakan kepada mereka…”  Ya, datanglah, kalian milikKu? Tidak! “…‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari Aku, kamu sekalian yang mempraktekkan pengabaian Hukum…” yang seharusnya diterjemahkan   “…kamu sekalian yang melanggar Hukum.”

Mereka yang mengklaim memiliki karunia-karunia tersebut: mengusir setan, bernubuat, dan membuat mujizat, Paulus mendaftarkan tiga hal ini dalam katalog karunia-karunia, namum itu adalah karunia-karunia yang palsu.

 

 

How do we know that they were counterfeit? Simply because Jesus said that those who seemingly exercise these gifts, Jesus said, “I never knew you” ~ because some people say, well, you know, they were okay with Jesus when they were doing these things, later they  went astray. But Jesus says,  “I never knew you” even while they were performing these signs and wonders “I never knew you”. If Jesus never knew them then how could the gifts of the Spirit of Jesus be operating in them?

 

Bagaimana kita bisa tahu bahwa mereka itu palsu? Semata-mata karena Yesus berkata bahwa mereka yang sepertinya mempraktekkan karunia-karunia itu, Yesus berkata, “Aku tidak pernah mengenal kamu!”  ~  karena ada yang berkata, nah, mereka tadinya baik-baik bersama Yesus ketika mereka melakukan hal-hal itu, baru kemudian mereka jadi sesat. Tetapi Yesus berkata “Aku tidak pernah mengenal kamu!” bahkan ketika mereka sedang melakukan mujizat-mujizat dan keajaiban-keajaiban itu, “Aku tidak pernah mengenal kamu!” Jika Yesus tidak pernah mengenal mereka, mana mungkin karunia-karunia Roh dari Yesus yang beroperasi di dalam mereka?

 

 

Now, here's another very important point, even more amazing. Jesus then explained why He never knew them: those who exercised these “gifts” in quotation marks “practiced lawlessness”, they were transgressors of the Law, they claimed to be filled by the Spirit and yet they were transgressors of the Law. They lived in sin which is transgression of the Law, while they profess to be followers of Jesus.

Jesus then illustrated what the lesson that He wanted to teach by immediately after giving the parable of the man who built his house on the rock and the man who built his house on the sand. Let me ask you, the man who built his house on the rock, why did he build his house on the rock? Jesus said, “He who hears these words of Mine and what? And does them I will compare to a man who built his house on the rock.” (24 ‘Therefore whoever hears these sayings of Mine, and does them, I will liken him to a wise man who built his house on the rock…”). So it's studying the Word and doing the Word. It's the doers that are justified. Then when you have those who built on the sand, Jesus says, those are the ones who hear My words and don’t do them (26 ‘But everyone who hears these sayings of Mine, and does not do them”). So where's the test of spirituality? It's whether you're assimilating the Word and you're doing what the Word says, you're being obedient to God's Law, in other words.

 

Nah, ini ada poin lain yang sangat penting, bahkan lebih mengagumkan. Yesus kemudian menjelaskan mengapa Dia tidak pernah mengenal mereka: mereka yang mempraktekkan “karunia-karunia” ini dalam tanda kutip, “mempraktekkan pengabaian Hukum   mereka adalah pelanggar-pelanggar Hukum, mereka mengklaim dipenuhi oleh Roh Kudus namun mereka adalah pelanggar-pelanggar Hukum. Mereka hidup dalam dosa yang adalah pelanggaran Hukum sementara mereka mengaku sebagai pengikut-pengikut Yesus.

Yesus kemudian mengilustrasikan pelajaran yang mau diajarkanNya dengan segera memberikan perumpamaan orang yang membangun rumahnya di atas batu dan orang yang membangun rumahnya di atas pasir. Coba saya tanya, orang yang membangun rumahnya di atas batu, mengapa dia membangun rumahnya di atas batu? Yesus berkata, 24 Oleh sebab itu barangsiapa yang mendengar perkataan-Ku ini dan…” apa? “…dan melakukannya, Aku menyamakan dia dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu…” Jadi harus mempelajari Firman dan melakukan Firman. Para pelaku Firmanlah yang dibenarkan. Kemudian tentang mereka yang membangun di atas pasir, Yesus berkata,26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia akan disamakan dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir…”  Jadi apakah uji kerohaniannya? Yaitu apakah kita mencerna Firman dan kita melakukan apa kata Firman, dengan kata lain apakah kita patuh kepada Hukum Allah atau tidak.

 

 

By the way Galatians 5:19-23 speaks of the fruits of the Spirit. Let's go there for a moment. Galatians chapter 5 and let's read verses 19 to 23, it's a reference that's in your study notes. It says here, and we're going to read also about the works of the flesh which is transgressions of the Law, by the way.19 Now the works of the flesh are evident, which are: adultery, fornication, uncleanness, lewdness, 20 idolatry, sorcery, hatred, contentions, jealousies, outbursts of wrath, selfish ambitions, dissensions, heresies, 21 envy, murders, drunkenness, revelries,…” and it's not a complete list because he says  “…and the like…” So let me ask you this, are these violations of the Ten Commandments? Are they violations of the Ten Commandments? Absolutely! Every single one of these things is a violation of one of the Commandments of God. And then he says,  “…of which I tell you beforehand, just as I also told you in time past, that those who practice such things will not inherit the kingdom of God…” but now notice the contrast.  “…22 But the fruit of the Spirit is love, joy, peace, longsuffering, kindness, goodness, faithfulness, 23 gentleness, self-control. Against such there is no Law.” Do you know of any Law that forbids faithfulness? Do you know of any Law that forbids peace? Or a Law that forbids joy? Against these things there is no Law.

Is there a Law against the other things that we read first? Yes.

 

Nah, Galatia 5:19-23 bicara tentang buah Roh, mari kita ke sana sejenak. Galatia pasal 5 dan mari kita  baca ayat 19-23, referensinya ada di makalah kalian. Dikatakan di sana ~ dan kita juga akan membaca tentang perbuatan daging yang adalah pelanggaran Hukum.

19 Sekarang perbuatan daging telah nyata yaitu:  perzinahan  (adultery = hubungan seksual gelap di mana salah satu atau kedua belah pihak sudah punya pasangan yang resmi), perzinahan (fornication = hubungan seksual gelap di mana kedua pihak tidak punya pasangan yang resmi), kenajisan, nafsu cabul, 20 penyembahan berhala, sihir, kebencian, perselisihan, iri hati, luapan murka, ambisi egois, memecahbelah/menghasut, kemurtadan, 21 kedengkian, pembunuhan, kemabukan, pesta pora…”  dan daftar ini belum lengkap karena Paulus berkata,  “…dan sebagainya…”  Jadi coba saya tanya apakah ini pelanggaran Sepuluh Hukum Tuhan? Tentu saja! Setiap perbuatan itu adalah pelanggaran salah satu Perintah Allah. Lalu Paulus berkata, “…tentang mana sebelumnya sudah kuperingatkan kamu seperti yang sudah aku sampaikan kepadamu di masa lalu -- bahwa mereka yang melakukan hal-hal demikian, tidak akan mewarisi kerajaan Allah…” Tetapi sekarang simak kontrasnya, “…22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, panjang sabar, kebaikan hati, kebajikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Terhadap semua ini tidak ada Hukumnya.”

Apakah kalian tahu ada Hukum yang melarang kesetiaan? Apakah kalian tahu ada Hukum yang melarang damai? Atau Hukum yang melarang sukacita? Terhadap hal-hal ini tidak ada Hukumnya. Apakah ada Hukumnya terhadap hal-hal lain yang sudah kita baca pertama tadi? Ya!

 

 

So what is it that reveals that we truly have the Holy Spirit in our lives? It's not the gift of tongues, it is the fruit of our life that people can see.

 

Jadi apa yang menyatakan bahwa kita benar-benar memiliki Roh Kudus dalam hidup kita? Bukan karunia lidah, tapi buah dalam hidup kita yang bisa dilihat orang.

 

 

Now let's go to our last section of the lesson, Acts 5:30 to 32 states that God gives His Holy Spirit to those who obey Him. Let's read that. Here Peter is speaking, 30 The God of our fathers raised up Jesus whom you murdered by hanging on a tree…” no political correctness there, “…31 Him God has exalted to His right hand to be Prince and Savior, to give repentance to Israel and forgiveness of sins. 32 And we are His witnesses to these things, and so also is the Holy Spirit…” listen carefully now  “…is the Holy Spirit whom God has given to those who obey Him.”

Were the disciples obedient to Christ when they received the Holy Spirit? Yes. For 10 days they had met together. They had made things right. They'd rectified all the fights that they had among themselves. They were praying. They were studying. They were fellowshipping. They were sharing the possessions with others. They were on the right page. And they received the Holy Spirit. God does not give the Holy Spirit indiscriminately to just anyone. Jesus in John 14:15 spoke those famous words, “If you love Me…” some versions translate “you will keep My Commandments”, but then notice the very next verse. Sometimes we don't connect the next verse. Jesus says “If you love Me you will keep My Commandments.  16 And I will pray the Father, and He will give you another Helper, that He may abide with you forever…”  Do you see a connection? if you love Me, keep My Commandments, and I will give you what? And I will give you the Holy Spirit.

 

Nah mari pergi ke bagian terakhir dari pelajaran ini, Kisah 5:30-32 menyatakan bahwa Allah memberikan Roh KudusNya kepada mereka yang mematuhiNya. Mari kita  baca itu. Di sini Petrus sedang berbicara, 30 Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu bunuh dengan digantung pada kayu salib…”  kata-kata yang tidak tepat secara politis. “…31 Dia telah ditinggikan oleh Allah ke tangan kanan-Nya menjadi Pangeran dan Juruselamat untuk memberikan pertobatan kepada Israel dan pengampunan dosa. 32 Dan kami adalah saksi-saksiNya tentang hal-hal ini; dan begitu pula Roh Kudus…” dengarkan baik-baik sekarang, “…Roh Kudus yang telah Allah karuniakan kepada mereka yang taat padaNya…” 

Apakah para murid patuh kepada Kristus saat mereka menerima Roh Kuds? Ya. Selama 10 hari mereka berkumpul bersama. Mereka telah membenahi hubungan mereka. Mereka sudah berbaikan dari semua  perselisihan mereka. Mereka berdoa. Mereka belajar. Mereka bersekutu. Mereka berbagi harta milik satu sama lain. Mereka sehati sepikir. Dan mereka menerima Roh Kudus.

Allah tidak memberikan Roh Kudus tanpa syarat kepada sembarang orang. Di Yohanes 14:15 Yesus mengatakan kata-kata yang terkenal ini, 15Jikalau kamu mengasihi Aku…”  beberapa versi menerjemahkannya “…kamu akan menuruti Perintah-perintah-Ku…”  tetapi simak ayat berikutnya. Terkadang kita tidak menghubungkan dengan ayat berikutnya. Yesus berkata “…15Jikalau kamu mengasihi Aku kamu akan menuruti Perintah-perintah-Ku. 16 Dan Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu Penolong yang lain, supaya Ia [= Penolong itu] boleh tinggal bersamamu selama-lamanya. …” 

Apakah kalian melihat hubungannya? Jika kamu mengasihi Aku, patuhi Perintah-perintahKu, dan Aku akan memberi kamu apa? Dan Aku akan memberi kamu Roh Kudus.

 

 

The same we find in Ezekiel 36:26-27 beautiful two verses that we have here. Ezekiel 36:26-27. God promises, “ 26 I will give you a new heart…” heart transplant, right? God the heavenly cardiologist, He doesn't repair an old heart, He gives us a new one. “… 26 I will give you a new heart and put a new Spirit within you; I will take the heart of stone out of your flesh…” the heart of stone  “…and give you a heart of flesh…” So then what happens when you receive the Holy Spirit in a new heart? It doesn't really matter what you do from that point on, right? Notice we need to read the next verse. “…27 I will put My Spirit within you…” and what is the result? “…and cause you to walk…” when the Bible uses the word “walk” as a metaphor, it means “behavior” or “conduct”. (“He who says that He is in Christ must walk as He walked”, must behave as He behaved). So  “…27 I will put My Spirit within you and cause you to walk in My statutes, and you will keep My judgments and do them.”

 

Yang sama kita temukan di Yehezkiel 36:26-27, dua ayat yang indah. Yehezkiel 36:26-27 Allah berjanji, 26        Aku akan memberikan kepadamu hati yang baru,…” transplantasi hati, benar? Allah itu kardiolog surgawi, Dia tidak memperbaiki hati (jantung) yang lama, Dia memberi kita hati yang baru. “…26Aku akan memberikan kepadamu hati yang baru,  dan menempatkan Roh yang baru di dalam dirimu, Aku akan mengeluarkan dari dagingmu hatimu yang dari batu dan Kuberikan kepadamu hati yang dari daging…” Maka apa yang terjadi bila kita menerima Roh Kudus di hati yang baru? Tidak jadi soal lagi apa yang kita lakukan sejak saat itu, benar? Simak, kita harus membaca ayat berikutnya. “…27 Aku akan menempatkan Roh-Ku di dalam dirimu…” dan apa akibatnya? “…dan Aku akan membuat kamu berjalan…”  bila Alkitab menggunakan kata “berjalan” sebagai metafora, itu berarti “berlaku” atau “bersikap” (  Dia yang mengatakan bahwa ia tinggal di dalam Dia, ia sendiri wajib hidup sedemikian rupa, yang sama seperti Kristus telah hidup” 1 Yohanes 2:6, harus bersikap seperti Yesus bersikap.) Jadi “…27 Aku akan menempatkan Roh-Ku di dalam dirimu dan Aku akan membuat kamu berjalan menurut segala ketetapan-Ku dan kamu akan memelihara peraturan-peraturan-Ku dan melakukan mereka.”

 

 

There is no dichotomy between the Holy Spirit and the Law, because some Christians say, “Well, I have the Spirit, you have the Law.” There's no discrepancy between the Holy Spirit and the Law. If you are truly connected with Jesus, you will bear fruit for His glory, and use your gifts for the preaching of the gospel. To say that we are connected with the vine but to not bear good fruit, is just false pretense, like the fig tree with beautiful leaves. Ellen White describes that fig tree, it actually had leaves out of season, it was ahead of all the other trees. All the other trees represent the Gentiles. It was an orchard. All the other trees had no leaves, so there was no expectation of those trees having any fruit, because the fig tree first of all the fruit comes out, and the leaves announce that the fruit has come out. So when Jesus sees this  tree with beautiful leaves, He says, “Wow! I’m hungry, let's go get something to eat.” And when He gets to the tree that has this false pretense, beautiful leaves but no fruit, Jesus is hungry, and the fig tree isn't giving Him the fruit, and so what does Jesus do? He curses the fig tree, even though it has beautiful leaves.

Many Christians have made a beautiful pretense of piety, but no fruit in the life. Jesus cursed the fig tree, and what happened with the fig tree? The fig tree dried up by its roots. What happens when a tree dries up from the roots? That's it. Jesus was announcing that the Jewish theocracy was going to come to an end because they did not bear what? Fruit. Does that say anything to us? I think it speaks loudly to us. The Spirit which is in our lives will flow out in blessing to others. It is impossible to receive and not to give.

 

Tidak ada perpecahan antara Roh Kudus dan Hukum, karena beberapa orang Kristen berkata, “Nah, saya punya Rohnya, kamu punya Hukumnya.” Tidak ada pertentangan antara Roh Kudus dan Hukum. Jika kita benar-benar terhubung dengan Yesus, kita akan menghasilkan buah untuk kemuliaanNya, dan menggunakan karunia-karunia kita untuk mengabarkan Injil. Mengatakan bahwa kita terhubung dengan pokok anggur tetapi tidak menghasilkan buah yang baik, itu kepura-puraan palsu, seperti pohon ara yang punya daun-daun indah. Ellen White menggambarkan pohon ara tersebut, pohon itu sesungguhnya berdaun rimbun di luar musimnya, dia mendahului semua pohon ara yang lain. Semua pohon ara yang lain melambangkan orang-orang non-Yahudi. Ini di dalam kebun anggur. Semua pohon yang lain tidak punya daun, jadi pohon-pohon itu memang tidak dharapkan punya buah, karena pohon ara harus berbuah dulu baru daunnya keluar mengumumkan bahwa buahnya sudah ada. Jadi ketika Yesus melihat pohon ini dengan daun-daunnya yang indah, Dia berkata, “Wow! Aku lapar, ayo pergi mengambil buahnya untuk dimakan.” Dan ketika Dia tiba di pohon itu yang berpura-pura punya daun-daun indah tetapi tidak ada buahnya, Yesus sedang lapar dan pohon ara itu tidak memberiNya buah, maka apa yang dilakukan Yesus? Dia mengutuk pohon ara itu, walaupun daun-daunnya indah.

Banyak orang Kristen yang berpura-pura memiliki kesalehan, tetapi tidak punya buah dalam hidupnya. Yesus mengutuk pohon ara itu, dan apa yang terjadi pada pohon ara itu? Pohon ara itu mengering dari akarnya. Apa yang terjadi pada pohon yang mengering dari akarnya? Tamat riwayatnya. Yesus sedang mengumumkan bahwa theokrasi Yahudi akan berakhir karena mereka tidak menghasilkan apa? Buah. Pesan apa yang disampaikan hal ini kepada kita? Menurut saya pesannya sangat nyaring kepada kita. Roh yang ada dalam hidup kita akan mengalir keluar memberkati orang-orang lain. Mustahil hanya menerima tanpa memberi.

 

 

In conclusion let's return for a moment to Matthew 7:21-23, there Jesus taught us that it is not saying “Lord, Lord” which counts, but rather doing the will of the Father who is in heaven. And what is the will of the Father? Well let's pursue that. The apostle Paul explained that the will of God for us is what? Sanctification. 1 Thessalonians 4:3.

 

Untuk mengakhiri mari kita kembali sejenak ke Matius 7:21-23, di sana Yesus mengajar kita bahwa bukan berseru “Tuhan, Tuhan” yang masuk perhitungan, melainkan melakukan kehendak Bapa yang di surga. Dan apa kehendak Bapa di surga? Nah, mari kita lihat itu. Rasul Paulus menjelaskan bahwa kehendak Allah bagi kita itu apa? Pengudusan. 1 Tesalonika 4:3 3 Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu kamu harus menjauhi perzinahan.

 

 

The Holy Spirit also leads us into some truth. Thank you, thank you very much. The Holy Spirit leads us into all truth. Would that include the Sabbath? Would that include the state of the dead? Would that include healthful living? Absolutely! The Holy Spirit leads us into all truth and then sanctifies and cleanses us through the Word. Read these verses. (John   17:17; cf. John 15:3; Ephesians  5:26).

 

Roh Kudus juga membimbing kita ke beberapa kebenaran. (audiens: semua kebenaran). Terima kasih, terima kasih banyak. Roh Kudus membimbing kita kepada semua kebenaran (“Tetapi apabila Ia, yaitu Roh Kebenaran telah datang, Ia akan memimpin kamu ke dalam semua kebenaran…” - Yohanes 16:13). Apakah itu termasuk Sabat? Apakah itu termasuk status orang mati? Apakah itu termasuk hidup sehat? Tentu saja! Roh Kudus memimpin kita ke dalam semua kebenaran, kemudian menguduskan dan membersihkan kita melalui Firman. Bacalah ayat-ayat ini. (Yohanes 17:17; cf. Yohanes 15:3;  Efesus 5:26).

Yohanes 17:17

Kuduskanlah mereka dengan kebenaran-MU; Firman-Mu adalah kebenaran.

Yohanes 15:3

Sekarang kamu sudah bersih melalui Firman yang telah Kukatakan kepadamu.

Efesus 5:26

          supaya Dia boleh menguduskannya dan membersihkannya dengan pembasuhan air,  oleh Firman.

 

 

So the sequence is:

ü   the Holy Spirit wants to sanctify us

ü   the Holy Spirit leads us into all truth.

ü   then He sanctifies us and cleanses us through that Word.

2 Thessalonians 2:13 tells us that we are saved by sanctification by the Spirit and belief in the truth. So somebody can't say, “Oh I’m being sanctified” when they reject the truth.

 

Maka urutannya ialah:

ü   Roh Kudus mau menguduskan kita,

ü   Roh Kdus membimbing kita ke dalam semua kebenaran,

ü   Lalu Dia menguduskan kita dan membersihkan kita melalui Firman.

2 Tesalonika 2:13  (13 Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah bagi kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan melalui pengudusan oleh Roh dan iman pada kebenaran.”) memberitahu kita bahwa kita diselamatkan oleh pengudusan melalui Roh Kudus dan iman pada kebenaran. Jadi orang tidak bisa berkata, “Oh, saya sedang dikuduskan”, sementara mereka menolak kebenaran.

 

 

Thus the Holy Spirit

ü   leads to all the truth as found in the Word,

ü   cleanses us,

ü   sanctifies us,

ü   imparts His gifts to us,

ü   produces fruit in us,

ü   and empowers us to witness.

That's why Ellen White tells us that if we have the Holy Spirit, all other blessings come in its train. The Holy Spirit is all. That's why every day afresh we need to plead for the Holy Spirit because if we have the Holy Spirit we have everything.

But the purpose of the Holy Spirit

ü   is not to jumping down in the aisles of the church.

ü   It's not to speak a language that even God can't understand,

ü   it's not rolling in the aisles

ü   it's not shouting “Hallelujah, praise the Lord”. You know nothing’s wrong with  saying “Hallelujah”, but it's much deeper than that.

 

Dengan demikian Roh Kudus:

ü   membimbing kepada semua kebenaran yang terdapat dalam Firman,

ü   membersihkan kita,

ü   menguduskan kita,

ü   membagikan karunia-karuniaNya kepada kita,

ü   menghasilkan buah dalam kita,

ü   dan memampukan kita untuk bersaksi.

Itulah mengapa Ellen White memberitahu kita, bahwa jika kita punya Roh Kudus, semua berkat yang lain akan mengikuti. Roh Kudus adalah semuanya. Itulah mengapa setiap hari yang baru kita harus memohon untuk Roh Kudus karena jika kita punya Roh Kudus kita punya segalanya.

Tetapi tujuan memiliki Roh Kudus:

ü   bukan untuk melompat-lompat sepanjang lorong gereja,

ü   bukan untuk bicara dalam bahasa yang bahkan Allah pun tidak mengerti,

ü   bukan untuk berguling-guling di antara bangku-bangku,

ü   bukan untuk berteriak-teriak “Halleluyah, puji Tuhan”. Tidak ada salahnya mengatakan “Halleluyah”, tetapi maknanya lebih dalam dari itu.

 

 

Finally last text Romans 6:22. You know this is a powerful verse because it speaks of the past, it speaks of the present, and it speaks of the future. Here the apostle Paul writes, “ 22 But now having been set free from sin…” so if we're set free from sin, before that we were what? In bondage. What is it that frees us from sin? Is it the fact that Jesus lived a life, a perfect life in our place and is willing to give us His robe of righteousness? Yes. Is it the fact that He bore our sins on the cross? Yeah, that's how we were delivered from bondage. And lots of Christians say “Hallelujah Jesus delivered me from bondage, and I’ll just continue living as usual.” Ah there's a second stage. See it says,  “… 22 But now having been set free from sin and having become…” what? Oh, “…slaves of God…” you're delivered from one master to serve another master. And that's why you know, you can't say, you know “I am of Christ and of the Devil”. No! No! It's either one or the other. But now notice what happens. Having been set free from the bondage of sin, having been made a slave or a servant of God, what do we have? “…you have your fruit to holiness…” delivered from bondage to sin, made a servant or a slave of God, produces what? You have as your fruit, holiness or sanctification. And then we have the future,  “…and the end, everlasting life.” That's what the Christian life is all about. It's not only being delivered from sin. Yeah, Jesus died on the cross for me, praise the Lord, Hallelujah; but have you become a servant of Jesus Christ? Is that shown by the fact that we're revealing, that we're producing fruit in our lives? It's all three steps in order to receive eternal life, you know, it's correct to say I have been saved, I am being saved, and I will be saved.

Read 1 Corinthians 1:22 (should be Romans 6:22). There it says that there are three dimensions to salvation.

ü   I have been saved by what Jesus did,

ü   I am being saved by the Holy Spirit working in my life,

ü   and at the end I will have eternal life, I will be saved from this world of sin and corruption. 

 

Akhirnya, ayat terakhir Roma 6:22. Ini adalah ayat yang penuh kuasa karena ini bicara tentang yang lampau, yang sekarang dan yang akan datang. Di sini rasul Paulus menulis, 22 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa…” jika kita sudah dimerdekakan dari dosa berarti sebelumnya kita apa? Terbelenggu dosa. Apa yang memerdekakan kita dari dosa? Apakah faktanya bahwa Yesus telah menghidupkan hidup yang sempurna menggantikan kita dan bersedia memberi kita jubah kebenaranNya? Ya. Apakah faktanya bahwa Dia telah menanggung dosa-dosa kita di salib? Ya, dengan cara itulah kita telah dimerdekakan dari belenggu. Dan banyak orang Kristen berkata “Halleluya, Yesus telah menyelamatkan saya dari belenggu dan saya boleh melanjutkan hidup saya seperti biasanya.” Aaah, ada tahap yang kedua. Lihat, dikatakan, “…22 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa, dan telah menjadi…” apa? Oh, “…hamba-hamba Allah…” jadi kita diselamatkan dari satu majikan untuk melayani majikan yang lain. Dan itulah mengapa kita tidak bisa berkata, “Aku milik Kristus dan milik Iblis”. Tidak! Tidak! Hanya salah satu. Tetapi sekarang simak apa yang terjadi. Setelah dibebaskan dari belenggu dosa, setelah dijadikan budak atau hamba Allah, apa yang kita miliki?  “…kamu punya buah yang menuju kekudusan,…”  diselamatkan dari belenggu dosa, dijadikan hamba atau budak Allah, menghasilkan apa? Kita menghasilkan sebagai buah: kesucian atau pengudusan. Kemudian di masa depan kita punya “…dan akhirnya hidup yang kekal…”  Itulah kehidupan Kristen. Bukan hanya diselamatkan dari dosa. Iya, Yesus mati di salib bagi saya, puji Tuhan, Halleluyah; tetapi sudahkah kita menjadi hamba Yesus Kristus? Apakah itu nyata oleh fakta yang kita nyatakan bahwa kita menghasilkan buah di hidup kita? Harus tiga langkah semuanya untuk menerima hidup kekal. Benar kita mengatakan saya sudah diselamatkan, saya sedang diselamatkan, dan saya akan diselamatkan. Bacalah Roma 6:22, di sana dikatakan ada tiga dimensi untuk keselamatan.    

ü   Saya telah diselamatkan oleh apa yang telah dilakukan Yesus,

ü   saya sedang diselamatkan oleh Roh Kudus yang bekerja dalam hidup saya,

ü   dan akhirnya saya akan memiliki hidup kekal, saya akan diselamatkan dari dunia yang berdosa dan korup ini.

 

 

And so the question is, have we had this personal experience? If we haven't, we need to kneel and we need to pray to the Lord, that the Lord will give us this experience, and that He will give us the gifts of the Spirit to obey Him, and to use, if I might say although the Holy Spirit is the One who uses us to proclaim the gospel in our lifestyle, and in our words, in our teachings other people, so that they can have the same experience that we have had. Do you accept that challenge today? Praise the Lord. Now let's be just like Nike “Just do it!”, praise the Lord.


Maka pertanyaannya ialah, sudahkah kita memiliki pengalaman pribadi ini? Jika belum, kita perlu berlutut dan kita harus berdoa pada Tuhan, agar Tuhan memberi kita pengalaman ini, dan agar Dia memberi kita karunia-karunia Roh untuk mematuhiNya, dan untuk menggunakannya ~ kalau boleh saya katakan begitu, walaupun Roh Kuduslah yang menggunakan kita untuk mengabarkan Injil dalam cara hidup kita, dalam kata-kata kita, dalam ajaran-ajaran kita kepada orang-orang lain, supaya mereka bisa memiliki pengalaman yang sama yang kita punya. Apakah kalian menerima tantangan itu hari ini? Puji Tuhan. Sekarang, marilah kita seperti logo Nike, “Just do it!” (lakukan saja). Puji Tuhan.

 

 

 

 

12 10 24

 

No comments:

Post a Comment