Sunday, February 2, 2025

EPISODE 23/24 ~ WHAT JESUS SAID ~ THE UNPARDONABLE SIN ~ STEPHEN BOHR

 

WHAT JESUS SAID

Part 23/24 - Stephen Bohr

THE UNPARDONABLE SIN

https://www.youtube.com/watch?v=-__OCqNLLjI

 

Dibuka dengan doa

 

The Bible is full of promises that describe the magnanimous forgiveness of God. Several Word pictures portray God's generous willingness to forgive.

v   The Psalmist wrote that God is willing to remove our sins as far as the east is from the west (Psalms 103:12).

So the question is how far is the east from the west? The distance is infinite. The distance is so great because the forgiveness of God is equally great.

v   According to Isaiah, when we repent, God will manifest a type of divine amnesia. He says, “I will remember your sins no more(Isaiah 43:25).

v   In the same book of Isaiah, God promises to blot out our sins like a cloud, and I’ve added here “a Fresno fog”, which is burned away by the morning sun (Isaiah 44:22).  

v   The prophet Micah promised that God will take our sins and cast them into the depths of the sea (Micah 7:19), and after that there's no fishing allowed.

v   The laundry metaphor is also used. God promises to cleanse us from all unrighteousness (1 John 1:9).

v   God also promises to take our sins and put them behind His back where He cannot see them (Isaiah 38:17).

v   In an analogy from the world of commerce God promises to forgive our debt which is so huge that we can never repay it (Matthew 18:27).

v   Also an analogy from the court of Law assures us that God will justify us or pronounce us not guilty (Romans 4:3-8).

v   Hebrews 7:25 assures us that God is willing to save us to the uttermost.

v   In Exodus 34:6 and 7 describes God as “merciful and gracious, long-suffering, and abounding in goodness and truth, keeping mercy for thousands, forgiving iniquity, and transgression and sin. What a marvelous picture of the generous and forgiving God.

So you have all of these metaphors that show that God is magnanimous in His forgiveness.

 

Alkitab penuh dengan janji yang menggambarkan besarnya kemurahan pengampunan Allah. Beberapa gambaran dari Alkitab melukiskan betapa besarnya keikhlasan Allah untuk mengampuni.

v   Pemazmur menulis bahwa, Allah bersedia menyingkirkan dosa-dosa kita sejauh timur dari barat.

12 sejauh timur dari barat, sejauh itu pulalah dijauhkan-Nya pelanggaran-pelanggaran kita dari kita.” (Mazmur 103:12)

Maka pertanyaannya ialah, seberapa jauhkah timur dari barat? Jaraknya tidak terbatas. Jaraknya sedemikian besar karena pengampunan Allah sama besarnya.

v   Menurut Yesaya, bila kita bertobat, Allah akan memunculkan sejenis amnesia ilahi. Dia berkata, “Aku tidak akan mengingat dosa-dosamu lagi.”

25 Aku, justru Aku, adalah Dia yang menghapus dosa-dosamu demi Diriku sendiri; dan Aku tidak akan mengingat dosa-dosamu.” (Yesaya 43:25).

v   Di kitab Yesaya yang sama, Allah berjanji untuk menutupi dosa-dosa kita seperti awan, dan saya tambahkan di sini “kabut Fresno”, yang hilang kena panas matahari pagi.

22 Aku telah menghapus dosa-dosamu seperti dengan sebuah awan tebal. Dan seperti awan, pelanggaran-pelanggaranmu. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau.” (Yesaya 44:22). 

v   Nabi Mikha menjanjikan bahwa Allah akan mengambil dosa-dosa kita dan melemparkannya ke kedalaman laut, dan setelah itu dilarang memancing.

19 Dia akan kembali menyayangi kita, dan akan menenggelamkan dosa-dosa. Engkau akan menenggelamkan semua pelanggaran kami ke kedalaman laut.” (Mikhah 7:19)

v   Metafora pembasuhan juga dipakai. Allah berjanji membasuh kita dari segala kejahatan.

9 Jika kita mengakui dosa kita,  Ia setia dan adil untuk mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9).

v   Allah juga berjanj untuk meletakkan dosa-dosa kita di belakang punggungNya di mana Dia tidak bisa melihat mereka.

17 Memang benar demi kedamaianku sendiri aku menderita kepahitan berat. Tetapi dengan kasih sayang Engkau telah menyelamatkan nyawaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah melemparkan semua dosaku ke belakang punggungMu.” (Yesaya 38:17).

v   Dalam sebuah analog dari dunia perdagangan, Allah berjanji untuk mengampuni utang kita yang begitu besar sehingga tidak mungkin pernah bisa kita bayar kembali.

27 Lalu tuan hamba itu tergerak hatinya oleh belas kasihan, membebaskannya dan mengampuni utangnya.” (Matius 18:27).

v   Juga sebuah analog dari pengadilan, menjamin bahwa Allah akan membenarkan kita atau memutuskan kita tidak bersalah.

3 Sebab apakah yang dikatakan Kitab Suci? ‘Abraham percaya kepada Tuhan, dan itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.’ 4 Nah, bagi orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai karunia,  melainkan sebagai haknya. 5 Tetapi bagi orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang-orang fasik, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran. 6 Yaitu seperti juga yang digambarkan Daud bagaimana keberkahan orang yang kepadanya Allah memperhitungkan kebenaran tanpa perbuatan, 7 dengan mengatakan, ‘Diberkatilah mereka yang pelanggaran-pelanggarannya diampuni, dan yang dosa-dosanya ditutupi. 8 Diberkatilah manusia yang kepadanya Tuhan tidak akan membebankan dosa.  (Roma 4:3-8).

v    Ibrani 7:25 memberi kita jaminan bahwa Allah bersedia menyelamatkan kita secara menyeluruh.

25 Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan sepenuhnya mereka yang datang kepada Allah melalui Dia. Sebab Ia hidup senantiasa untuk melakukan perantaraan bagi  mereka.” (Ibrani 7:25)

v   Di Keluaran 34:6-7 melukiskan Allah sebagai, 6 penuh belas kasihan dan penuh rahmat, panjang sabar, berlimpah dalam kebaikan dan kebenaran, 7 yang mempertahankan belas kasih-Nya bagi beribu-ribu orang, yang mengampuni kejahatan, pelanggaran dan dosa…” Betapa indahnya gambar Allah yang mahamurah dan pengampun ini.

Jadi ada semua metafora ini yang menunjukkan bahwa Allah itu mahamurah dalam memberikan pengampunanNya.

 

 

In the Old Testament God forgave all kinds of grievous sins.

v   He forgave David for murder and adultery. You have Psalm 51 and 1 Samuel 12:13.

v   He forgave Abraham for lying

v   He forgave Moses for slaying the Egyptian and for striking the rock twice.

v   He forgave Israel for worshiping the golden calf

v   and He even forgave Eve for aspiring to be equal to Him

v   and He forgave Adam for listening to his wife.

So these are examples of individuals who committed serious sins that God forgave.

 

Di Perjanjian Lama Allah mengampuni segala macam dosa yang berat.

v   Dia mengampuni Daud untuk pembunuhan dan perzinahan. Ada Mazmur 51, 1 Samuel 12:13.

v   Dia mengampuni Abraham untuk berdusta.

v   Dia mengampuni Musa untuk membunuh orang Mesir itu dan untuk memukul    batu di Meriba dua kali.

v   Dia mengampuni Israel untuk menyembah lembu emas.

v   Dan Dia bahkan mengampuni Hawa untuk ingin menjadi setara dengan DiriNya.

v   Dan Dia mengampuni Adam untuk mematuhi istrinya.

Jadi ini adalah contoh dari individu-individu yang telah melakukan dosa-dosa besar yang diampuni Allah.

 

 

In the light of all these promises of God, it is surprising indeed to discover that there is a sin that God cannot forgive. Jesus spoke of this sin in Matthew 12:31 and 32. Let's read those verses. 31 Therefore I say to you, every sin and blasphemy will be forgiven men, but the blasphemy against the Spirit will not be forgiven men. 32 Anyone who speaks a word against the Son of Man, it will be forgiven him; but whoever speaks against the Holy Spirit, it will not be forgiven him, either in this age or in the age to come.”

So we know from the Bible that there is such a thing as a sin that God will not forgive, it's the sin against the Holy Spirit. The unpardonable sin, then is called the sin against the Holy Spirit.

 

Dalam konteks semua janji Tuhan ini, tentunya mengherankan mendapatkan ada dosa yang tidak bisa diampuni Allah. Yesus bicara tentang dosa ini di Matius 12:31-32. Mari kita  baca ayat-ayat tersebut. 31 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Untuk setiap dosa dan hujat, manusia akan diampuni, tetapi untuk hujat terhadap Roh Kudus, manusia tidak akan diampuni. 32 Dan siapa pun yang bicara satu kata menentang Anak Manusia, untuk itu ia akan diampuni, tetapi siapa pun yang bicara menentang Roh Kudus, untuk itu ia tidak akan diampuni, tidak di zaman ini, maupun di zaman yang akan datang.”

Jadi kita tahu dari Alkitab bahwa ada dosa yang tidak akan diampuni Allah, yaitu dosa terhadap Roh Kudus. Kalau begitu dosa yang tidak bisa diampuni itu disebut dosa terhadap Roh Kudus.

 

 

What sin could be so evil that God himself would not be able to forgive it? Let's answer this solemn question with a deep spirit of prayer, because it's very, very, serious.

The Bible teaches that there are two kinds of sin. 1 John 5:16 explains that

Ø    there is a sin that leads to death

Ø    and a sin that does not.

Let's read that verse in 1 John 5:16. 16 If anyone sees his brother sinning a sin which does not lead to death he will ask, and He will give him life for those who commit sin not leading to death. There is sin leading to death. …” and there is what? And there is sin that does not lead to death.

So I thought all sin led to death. The New Testament says “the wages of sin is…” what? “…death”,  but clearly there's a sin that leads to death and there's a sin that does not lead to death. And the sin that leads to death is the sin against the Holy Spirit.

 

Dosa apakah yang sebegitu jahatnya sehingga Allah tidak bisa mengampuninya? Mari menjawab pertanyaan yang serius ini dengan roh berdoa yang mendalam karena ini amat sangat serius.

Alkitab mengajarkan bahwa ada dua jenis dosa. 1 Yohanes 5:16 menjelaskan bahwa

Ø    ada dosa yang membawa kepada maut (mati kekal),

Ø    dan dosa yang tidak membawa kepada maut.

Mari kita  baca ayat di 1 Yohanes 5:16, 16 Kalau ada yang melihat saudaranya berbuat dosa yang tidak membawa kepada maut, dia akan memohon dan Dia (Allah) akan memberikan hidup kepadanya, kepada mereka yang berbuat dosa yang tidak membawa kepada maut. Ada dosa yang membawa kepada maut…” dan ada apa? Dan ada dosa yang tidak membawa kepada maut.

Tadinya saya menyangka semua dosa membawa kepada maut. Perjanjian Baru berkata “upah dosa ialah…” apa? “…maut.” (Roma 6:23) tetapi jelas ada dosa yang membawa kepada maut dan ada dosa yang tidak membawa kepada maut. Dan dosa yang membawa kepada maut ialah dosa terhadap Roh Kudus. 

 

 

Now this text in 1 John 5:16 is in full harmony with the Old Testament.

In ancient Israel there were two kinds of sin:

v   one kind was due to human weakness, an oversight if you please, it was unintentional.

For example Leviticus 4:27-28, Numbers 15:22-29 this kind of sin could be atoned for in the sanctuary by the shedding of the blood of an animal.  Hebrews 9:22 says that “without the shedding of blood there is no remission or forgiveness of sin”.  

v   However there was a type of sin which God could not forgive by the shedding of blood even, it was referred to as the sin with a “high hand”, or high-handed sin.

This type of sin is a deliberate, premeditated sin, with no pangs of conscience, so to speak. It was a sin in God's face. Numbers 15:30 and 31 describes this type of sin. 30 But the person who does anything  presumptuously, whether he is native-born or a stranger, that one brings reproach on the Lord, and he shall be cut off from among his people 31 because…” now this is key, we saw the word “presumptuously” ~ now it says,  “…because he has despised the Word of the Lord and has broken His Commandment. That person shall be completely cut off. His guilt shall be upon him.”

So the sin for which there was no sacrifice was to sin presumptuously, and a sin that despised the Word of the Lord.

 

Nah, ayat di 1 Yohanes 5:16 ini seluruhnya serasi dengan Perjanjian Lama. Di Israel purba, ada dua jenis dosa:

v   Satu jenis karena kelemahan manusia, suatu kekhilafan, katakanlah demikian, suatu ketidaksengajaan. Misalnya Imamat 4:27-28, Bilangan 15:22-29.

Jenis dosa ini bisa diampuni di Bait Suci dengan mencurahkan darah hewan. Ibrani 9:22 mengatakan bahwa,  “tanpa penumpahan darah tidak mungkin ada pengampunan dosa”

v   Tetapi ada jenis dosa yang tidak bisa diampuni Allah bahkan dengan penumpahan darah. Ini disebut sebagai dosa yang sewenang-wenang.

Jenis dosa ini adalah dosa yang disengaja dan direncanakan, tanpa hati nurani, katakanlah demikian. Ini adalah dosa yang menantang Allah. Bilangan 15:30-31 menggambarkan jenis dosa ini. 30 Tetapi orang yang berbuat apa pun dengan lancang, baik orang Israel asli, atau orang asing, orang itu mempermalukan TUHAN, dan ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, 31 sebab…”  nah, ini kuncinya, kita melihat kata “lancang”, sekarang dikatakan, “…31 sebab ia telah memandang hina Firman TUHAN dan telah melanggar Perintah-Nya. Orang itu harus sama sekali dilenyapkan, kesalahannya akan ditanggungnya sendiri…” 

Jadi dosa yang untuknya tidak ada lagi kurban untuk pengampunan dosa, adalah dosa yang lancang (sudah tahu tidak boleh tetap dilanggar), dan dosa yang menghina (tidak menghargai) Firman Tuhan.  

 

 

And then immediately after this God gives us an example of that kind of a sin. In verses 32 to 36 we find a description, actually an example of a person that committed this kind of sin. It says, 32 Now while the children of Israel were in the wilderness, they found a man gathering sticks on the Sabbath day. 33 And those who found him gathering sticks brought him to Moses and Aaron, and to all the congregation. 34 They put him under guard, because it had not been explained what should be done to him. 35 Then the Lord said to Moses, ‘The man must surely be put to death; all the congregation shall stone him with stones outside the camp.’ 36 So, as the Lord commanded Moses, all the congregation brought him outside the camp and stoned him with stones, and he died.” A very drastic punishment.

Ellen White in Patriarchs and Prophets amplifies that this man said, “God says we're not supposed to pick up sticks on Sabbath to make a fire. Tough luck, I’m going to do it anyway.” A presumptuous sin against the clearly revealed Word of God. God had given clear specifications about Sabbath observance in Exodus 20:8-11 and this man purposely defied the counsel of God.

 

Kemudian segera setelah itu, Allah memberi kita sebuah contoh jenis dosa apa itu. Di Bilangan 15:32-36 kita mendapatkan sebuah deskripsi, sesungguhnya sebuah contoh dari seseorang yang melakukan dosa jenis ini. Dikatakan, 32 Nah, sementara orang Israel ada di padang gurun, mereka menemukan seseorang sedang mengumpulkan ranting-ranting pada hari Sabat. 33 Dan mereka yang mendapati dia sedang mengumpulkan ranting-ranting membawanya ke Musa dan Harun dan ke segenap umat itu. 34 Mereka menempatkan orang itu dalam tahanan, karena belum dijelaskan apa yang harus dilakukan kepadanya. 35 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa, ‘Orang itu harus dihukum mati; segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan.’ 36 Maka sebagaimana yang diperintahkan Tuhan kepada Musa, segenap umat membawanya ke luar perkemahan, dan melontarinya dengan batu, dan ia mati.”

Hukuman yang sangat drastis.

Ellen White di Patriarchs and Prophets menjelaskan bahwa orang ini berkata, “Allah mengatakan kami tidak boleh memungut ranting pada hari Sabat untuk membuat api. Biarin saja. Aku akan tetap melakukannya.” Suatu dosa lancang terhadap Firman Allah yang jelas telah dinyatakan. Allah telah memberikan spesifikasi jelas tentang pemeliharaan Sabat di Keluaran 20:8-11 dan orang ini dengan sengaja melawan ketentuan Allah.

 

 

This type of sin is also described in Psalm 19:13 where David prayed that God would keep him from committing this horrendous kind of transgression. Notice what it says in Psalm 19:13, 13 Keep back Your servant also from…” what?  “…from presumptuous sins; let them not have dominion over me. Then I shall be blameless, and I shall be innocent of…” what?  “…great transgression.” Not just “transgression”, “transgression” is qualified “of great transgression”.

 

Jenis dosa ini juga digambarkan di Mazmur 19:13 di mana Daud berdoa agar Allah akan menghindarkan dia dari melakukan pelanggaran yang mengerikan ini. Simak apa yang dikatakan di Mazmur 19:13, 13 Hindarkanlah hamba-Mu juga dari…”  apa?   “…dari  dosa-dosa lancang; biarlah mereka tidak menguasai aku. Maka aku akan tidak bercela dan aku tidak akan terlibat…”  apa?   “… pelanggaran besar…”  Bukan sekadar “pelanggaran”, tapi kata “pelanggaran” di sini dijelaskan sebagai  “pelanggaran besar”.

 

 

We shall find in the course of our study that the unpardonable sin is a cherished and habitual sin from which we do not wish to repent. It's a sin that we want to hang on to, that we want to cherish. In other words, it is a sin that we cling to until we lose our spiritual sensibility to the voice of the Holy Spirit.

However, before we can understand the nature of this sin and look at several biblical examples we must first lay down certain basic principles to understand this type of sin.

And now we're going to take a look at the principles and what the work of the Holy Spirit entails.

 

Dalam pelajaran kita, kita akan melihat bahwa dosa yang tidak bisa diampuni adalah dosa kebiasaan yang disayangi, yang kita tidak berniat tinggalkan. Ini adalah dosa yang mau kita pertahankan, yang mau kita buat terus. Dengan kata lain itu adalah dosa yang kita terus pertahankan hingga kita kehilangan kepekaan rohani kita terhadap suara Roh Kudus.

Namun, sebelum kita bisa memahami kodrat dosa ini dan menyimak beberapa contoh di Alkitab, lebih dulu kita harus meletakkan prinsip-prinsip dasar tertentu untuk memahami jenis dosa ini.

Dan sekarang kita akan melihat prinsip-prinsipnya dan pekerjaan Roh Kudus itu melibatkan apa saja.

 

 

Every person who is born into this world is born with freedom of choice (Deuteronomy 30:19; Joshua 24:15). “Choose ye this day whom you will serve” it says in Joshua 24:15. God has given us the ability to choose right or wrong. However, the problem is that on our own we are not able to know the difference between right and wrong, much less to choose the right and reject the wrong.

The prophet Jeremiah wrote that our hearts are desperately wicked and even we ourselves don't understand our hearts (Jeremiah 17:9).

This is why God has given every person in this world, along with the power of choice, a conscience to guide our choices. And what is the conscience? The best definition I have ever found is in the book God's Amazing Grace page 202. It's a devotional book. Before we read that statement let me just mention that Martin Luther once said something which is very wise. Actually this is what he said, “I fear my own heart more than the pope and all his cardinals”, because our “heart is deceitful above all things”, is what Jeremiah says in Jeremiah 17:9. So if we go by our heart, we’re doomed because our sinful heart will always lead us to the wrong. That's why we need the Holy Spirit through the conscience to allow us to understand the difference between right and wrong, and to choose the right and reject the wrong.

Notice this definition:  “Conscience is the voice of God, heard amid the conflict of human passions; when it is resisted…”  when conscience and the voice of conscience is resisted, “… the Spirit of God is grieved. Men have the power to quench the Spirit of God; the  power of choosing is left with them. They are allowed freedom of action. They may be  obedient through the name and grace of our Redeemer, or they may be disobedient, and realize the consequences.”

So do we have freedom of choice? Yes.

Can our sinful heart make the right choice? Can our sinful heart even show us the difference between right and wrong? No! That's why God has given us what? A conscience, which is the voice of the Holy Spirit speaking in the midst of the turbulent passions of our life.

 

Setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini, lahir dengan kebebasan untuk memilih (Ulangan 30:19; Yosua 24:15). “…pilihlah bagimu sendiri hari ini kepada siapa kamu akan beribadah” dikatakan di Yosua 24:15. Allah telah memberi kita kemampuan untuk memilih yang benar atau yang salah. Namun, masalahnya ialah, dari diri kita sendiri, kita tidak sanggup mengetahui bedanya antara yang benar dan yang salah, apalagi untuk memilih yang benar dan menolak yang salah.

Nabi Yeremia menulis bahwa hati kita sangat jahat dan bahkan kita sendiri tidak mengerti hati kita.

9 Hati itu licik di atas segala sesuatu, dan sangat jahat. Siapakah yang bisa mengenalnya.” (Yeremia 17:9)

Itulah mengapa Allah memberikan kepada setiap manusia di dunia ini, bersamaan dengan kuasa untuk memilih, juga hati nurani untuk memimpin pilihan kita. Dan hati nurani itu apa? Definisi yang paling bagus yang pernah saya temukan ada di buku God’s Amazing Grace hal. 202. Ini buku doa harian. Sebelum kita  baca pernyataan itu, saya ingin mengatakan bahwa suatu kali Martin Luther pernah mengatakan sesuatu yang sangat bijak. Sesungguhnya inilah yang dikatakannya, “Aku takut pada hatiku sendiri lebih daripada kepada paus dan semua uskupnya”, karena “Hati itu licik di atas segala sesuatu” seperti yang dikatakan Yeremia di Yeremia 17:9. Maka jika kita menuruti hati kita sendiri, kita celaka, karena hati kita yang berdosa selalu akan membawa kita ke pilihan yang salah. Itulah mengapa kita butuh Roh Kudus, yang melalui hati nurani mengizinkan kita memahami bedanya antara yang benar dan yang salah, supaya memilh yang benar dan menolak yang salah.

Simak definisi ini,   “…Hati nurani ialah suara Allah, yang terdengar di tengah konflik gairah manusia; bilamana itu ditolak…”  bila hati nurani dan suara hati nurani ditolak, “…Roh Allah didukakan. Manusia punya kuasa untuk memadamkan Roh Allah; kuasa memilih ada pada mereka. Mereka diizinkan kebebasan bertindak. Mereka boleh menjadi patuh melalui nama dan karunia Penebus kita, atau mereka boleh menjadi tidak patuh dan menyadari konsekuensinya.” (God’s Amazing Grace hal. 202) 

Jadi apakah kita punya kebebasan memilih? Ya.

Bisakah hati kita yang berdosa membuat pilihan yang benar? Bisakah hati kita yang berdosa menunjukkan kita bedanya antara yang benar dan yang salah? Tidak! Itulah mengapa Allah memberi kita apa? Hati nurani, yang adalah suara Roh Kudus berbicara di tengah gairah keributan dalam hidup kita.

 

 

Let's talk a little more about the work of the Holy Spirit. In order to understand the nature of the unpardonable sin, we must first understand who the Holy Spirit is, and what His work consists of, and also how His work relates to Jesus.

The Holy Spirit is the third Person of the Godhead. He is not a mere essence or a mere power. He is rather a Person who reasons, guides, reproves, thinks, helps, speaks, loves, and can be grieved. It is difficult for us to conceive of the Holy Spirit as a Person because of the metaphors that the Bible uses to describe His work.

v   He is described as a dove, and so we think that it was actually a dove that descended upon Christ.

v   He is described as rain

v   He is described as oil

v   as fire

v   and as wind

But the Holy Spirit is not a dove, the Holy Spirit is not rain, the Holy Spirit is not oil, the Holy Spirit is not fire, the Holy Spirit is not wind. These are metaphors that describe the functions of the Holy Spirit.

v   like a dove, He brings peace

v   like rain He makes our spiritual life green

v   like oil He allows us to impart light

v   like fire He consumes sin

v   and like wind His work can be seen but we can't see Him.

So these are metaphors that explain functions of the Holy Spirit.

We almost come to think when we look at these metaphors that the Holy Spirit is a substance that is infused or poured into us like a liquid, rather than a Person who is outside of us commanding the angels to help us overcome sin.

 

Mari kita bicara lebih banyak tentang pekerjaan Roh Kudus. Supaya bisa mengerti sifat dosa yang tidak bisa diampuni, pertama kita harus mengerti siapa Roh Kudus itu, pekerjaanNya apa saja, dan juga bagaimana pekerjaanNya terkait kepada Yesus.

Roh Kudus adalah Pribadi ketiga dari Keallahhan. Dia bukan sekadar esensi atau sekadar kekuatan, melainkan Dia adalah satu Pribadi yang berdalih, membimbing, menegur, berpikir, menolong, berbicara, mengasihi, dan bisa didukakan. Sulit bagi kita untuk menganggap Roh Kudus satu Pribadi karena metafora-metafora yang dipakai Alkitab untuk menggambarkan pekerjaanNya.

v   Dia digambarkan sebagai merpati, maka kita pikir bahwa yang turun ke atas Kristus itu benar-benar seekor merpati.

v   Dia digambarkan sebagai hujan.

v   Dia digambarkan sebagai minyak.

v   Sebagai api.

v   Dan sebagai angin.

Tetapi Roh Kudus bukan merpati, Roh Kudus bukan hujan, Roh Kudus bukan minyak, Roh Kudus bukan api, Roh Kudus bukan angin. Ini hanyalah metafora-metafora yang menggambarkan fungsi dari Roh Kudus.

v   sebagai merpati, Dia membawa damai,

v   sebagai hujan Dia membuat kehidupan rohani kita hijau,

v   sebagai minyak, Dia membuat kita memancarkan terang,

v   sebagai api Dia membakar habis dosa,

v   dan sebagai angin pekerjaanNya bisa dilihat tetapi kita tidak bisa melihat Dia.

Maka semua ini adalah metafora yang menjelaskan fungsi-fungsi Roh Kudus.

Bila kita memandang semua metafora ini, kita nyaris berpikir Roh Kudus adalah suatu substansi  yang dimasukkan atau dicurahkan ke dalam kita seperti cairan, dan bukan satu Pribadi yang berada di luar kita yang memerintahkan para malaikat untuk membantu kita mengalahkan dosa.

 

 

The Holy Spirit has three main functions and they are all related to the Law of God.

1.    first and foremost, the Holy Spirit convicts us of sin. That's John 16:8.

And what is sin? Sin is transgression of the Law. So the Holy Spirit convicts us of our transgressions of the Law. So the work of the Holy Spirit is very closely connected with what? With the Law. You know Pentecostals they say, “Oh you go by the Law we go by the Spirit.” That's false, because one of the functions of the Holy Spirit is to convict us of sin, and sin is the transgression of the Law.

The Holy Spirit actually wrote the Law on tables of stone (Exodus 31:18; compare Luke 11:20 with Matthew 12:28). The finger of God is the Holy Spirit.  You say, how do we know that? Well, we did this in a previous presentation.

ü   Luke 11:20 says that Jesus cast out demons with the Finger of God,

ü   whereas Matthew 12:28 says that He cast out spirits by the Spirit of God.

So the Spirit of God is the finger of God.

The Holy Spirit wrote the Ten Commandments on tables of stone, and therefore He is able to convict us of sin.

The Holy Spirit who wrote the Law on tables of stone, what else does He do? He also writes the Law on the tables of our heart (Hebrews 8:7-13). So notice, the Holy Spirit convicts us of our transgressions of the Law, and then He offers with His finger (not a literal finger) but with His finger as He wrote the Law on tables of stone, He offers to write the Law on the tables of our hearts. Isn't that an amazing promise?

Now let's continue. The Holy Spirit does not only convict us of our external evil acts. By means of God's Spiritual Law ~ see, the Law is not only a list of external regulations, the Law of God reaches to the depths of our minds and hearts ~ because sin, we usually think of sin as bad actions, but sin is first of all bad thinking that leads to bad actions. And the Holy Spirit not only detects our bad actions, but He also detects the motivations that lead to those bad actions, the Holy Spirit shows that to us, so by means of God's Spiritual Law (cf. Romans 7:7-25),  He shows us the inner depths of our beings, our motives, feelings, thoughts, and intentions of the heart. It's like we read in Hebrews 4:12 and 13 where it says that the Holy Spirit works like a sword, a two-edged sword.  Now a one-edged sword would cut but a two-edged sword cuts all the more. And it says there in  Hebrews 4 that it penetrates deep even to the intentions of the heart. And not only the actions, He reveals to us who we really are, both inside and out. In other words, by using the Spiritual Law, the Holy Spirit shows us our weakness and our wickedness, and He does not lie. That's the first function of the Holy Spirit.

 

2.    The second function of the Holy Spirit is that He not only convicts us of sin, of the transgression of the Law,

but when we cry out in our desperate need, when the Holy Spirit shows us our sin, not only internal but that which motivates sin, we cry out, “who shall deliver me from this body of death(Romans 7:24-25). And then the Holy Spirit says, “You can thank God for Jesus Christ, your Lord.” In other words, the Holy Spirit not only shows us our desperate situation but also points us to the righteousness of Jesus Christ in order to be able to stand in the judgment (John 16:8). So what does He do? He rebukes our sin, and He points us to whom? And He points us to Jesus. That is to say, after Jesus left for heaven there is no one who can lead us to Jesus, but whom? But the Holy Spirit (see John 16:13-15).

If we reject the voice of the Holy Spirit who shows us our sinfulness and our need of Christ, there is nothing more that God can do for us (Hebrews 10:25-31). If we reject the Holy Spirit we have no way of reaching Jesus, because the Holy Spirit does Christ's work on earth. Are you catching the picture?  

 

3.    But the Holy Spirit performs a third work. The Holy Spirit leads us into most truth. Okay, good! I’m glad that you responded. The Holy Spirit leads us into all truth (John 16:13).

This stands to reason because He is called the Spirit of what? The Spirit of truth (John 14:16-17). John 14:18 explains that Jesus comes to us through the Holy Spirit who is the representative of Jesus Christ (John 14:26). But we ask what is the truth, which the Holy Spirit leads us to? Well, Jesus explained that the Word of God is the truth (John 17:17). So what is the truth that the Holy Spirit leads us to? He leads us to the Word of God.  

Does the Holy Spirit have a sword? What work can the Holy Spirit do without a sword? The Holy Spirit has a sword, and the sword is what? Ephesians 6:17 the sword of the Spirit is the Word of God. The Holy Spirit never operates independently of the Word, the Holy Spirit always operates through the Word. You know, so those Christians who base their experience and emotion on jumping up and down in church, and rolling in the aisles, and speaking in a language that even God can't understand, and they say, “Oh, you know I have this wonderful spiritual experience, I have the Spirit in my life. But I don't have to keep the Sabbath, I don't have to quit smoking, I don't have to quit drinking, because I’ve got the Spirit.” They've got a serious problem because the Holy Spirit never operates in a person without at the same time leading the person to be in harmony with the Word of God.

Let's continue. So the Spirit leads us to the Word of God. This is why the apostle Paul tells us that the sword of the Spirit is the Word of God. David tells us that the Law of God is the truth (Psalm 119:142).

 

Roh Kudus punya tiga fungsi utama dan semuanya itu terkait kepada Hukum Allah.

1.    Yang pertama dan terutama, Roh Kudus meyakinkan kita bahwa kita sudah berbuat dosa. Itu Yohanes 16:8,

8Dan kalau Ia datang, Ia akan meyakinkan dunia akan dosa, akan kebenaran dan akan  penghakiman.”

Dan dosa itu apa?  “…dosa ialah pelanggaran Hukum Allah”  (1 Yohanes 3:4). Jadi Roh Kudus menunjukkan pelanggaran-pelanggaran kita terhadap Hukum. Maka pekerjaan Roh Kudus terkait sangat dekat dengan apa? Dengan Hukum. Kalian tahu, orang-orang Pentakosta berkata, “Oh, kalian dikenal memiliki Hukum, kami dikenal memiliki Roh.” Ini salah, karena salah satu fungsi Roh Kudus ialah menunjukkan kepada kita dosa kita, dan dosa itu pelanggaran Hukum.

Sesungguhnya Roh Kudus yang menulis Hukum pada loh-loh batu (Keluaran 31:18; bandingkan Lukas 11:20 dengan Matius 12:28). Jari Allah ialah Roh Kudus. Kalian berkata, dari mana kita tahu itu? Nah, kita sudah melakukan ini di presentasi sebelumnya.

ü   Lukas 11:20 mengatakan, Yesus membuang setan dengan jari Allah,

20Tetapi jika Aku mengeluarkan setan dengan jari Allah, tidak diragukan lagi Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”

ü   Sementara Matius 12:28 mengatakan bahwa Yesus membuang roh-roh jahat dengan Roh Allah.

28 Tetapi jika Aku mengeluarkan setan oleh Roh Allah, maka Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”

Jadi Roh Allah adalah jari Allah.

Roh Kudus menulis Kesepuluh Perintah Allah pada loh-loh batu, dan oleh karenanya Dia bisa menunjukkan dosa kita.

Roh Kudus yang menulis Hukum pada loh-loh batu, apa lagi yang dilakukanNya? Dia juga menulis Hukum Allah pada loh-loh hati kita (Ibrani 8:7-13).

              10 Karena inilah Perjanjian yang akan Kubuat dengan kaum Israel sesudah waktu itu,’ firman Tuhan. ‘Aku akan menaruh Hukum-Ku dalam pikiran mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.’…” (Ibrani 8:10)

Jadi simak, Roh Kudus meyakinkan kita tentang pelanggaran-pelanggaran kita terhadap Hukum, kemudian sementara Dia menulis Hukum pada loh-loh batu dengan jariNya (bukan jari literal) Dia menawarkan menulis Hukum pada loh-loh hati kita. Bukankah itu janji yang mengagumkan?

Sekarang mari kita lanjut. Roh Kudus tidak hanya menunjukkan kepada kita tindakan-tindakan eksternal kita yang jahat. Melalui Hukum spiritual Allah ~ lihat Hukum bukan sederetan daftar peraturan eksternal. Hukum Allah mencapai sampai ke kedalaman pikiran dan hati kita ~ karena biasanya kita berpikir bahwa dosa adalah perbuatan yang buruk, tetapi pertama-tama dosa adalah pikiran yang buruk yang melahirkan perbuatan buruk. Dan Roh Kudus bukan hanya mendeteksi perbuatan-perbuatan buruk kita, Dia juga mendeteksi motivasi yang melahirkan perbuatan-perbuatan buruk itu. Roh Kudus menunjukkan itu kepada kita, melalui Hukum spiritual Allah (Roma 7:7-25). Dia menunjukkan kepada kita inti hakiki diri kita, motivasi kita, perasaan kita, pikiran kita, dan niat hati kita. Seperti yang kita baca di Ibrani 4:12-13 di mana dikatakan Roh Kudus bekerja seperti sebilah pedang, pedang yang bermata dua.

              12 Sebab Firman Allah itu hidup dan berkuasa dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun, ia menembus bahkan sampai ke pemisahan jiwa dan roh, dan dari sendi-sendi dan sumsum; dan adalah pengenal dari pikiran dan niat hati. 13 Dan tidak ada satu makhluk pun yang tersembunyi dari pandangan-Nya tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mataNya, kepada siapa kita harus memberikan pertanggungjawaban.”

Nah, pedang bermata satu bisa memotong, tetapi pedang bermata dua akan semakin memotong. Dan dikatakan di Ibrani 4 bahwa dia mempenetrasi dalam bahkan sampai ke niat yang di dalam hati. Dan bukan hanya perbuatannya, Dia menyatakan kepada kita siapa kita ini sesungguhnya, baik dalam dan luarnya. Dengan kata lain, dengan memakai Hukum spiritual, Roh Kudus menunjukkan kepada kita kelemahan-kelemahan kita dan kejahatan kita, dan Dia tidak berbohong. Inilah fungsi pertama dari Roh Kudus.

 

2.    Fungsi yang kedua Roh Kudus ialah Dia bukan hanya meyakinkan kita tentang dosa kita, tentang pelanggaran Hukum,

tetapi ketika kita berseru saat kita merasakan kebutuhan yang sangat mendesak, ketika Roh Kudus menunjukkan dosa kita, bukan hanya yang internal melainkan juga apa yang memotivasi dosa, kita berseru, “Siapakah yang akan menyelamatkan aku dari tubuh kematian  ini?” (Roma 7:25). Kemudian Roh Kudus berkata, “Kamu boleh bersyukur kepada Allah untuk Yesus Kristus, Tuhanmu.”

24 O, aku manusia celaka! Siapakah yang akan menyelamatkan aku dari tubuh kematian  ini? 25Aku bersyukur kepada Allah melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan pikiran aku sendiri melayani Hukum Allah, tetapi dengan dagingku (aku melayani) hukum dosa.” (Roma 7:24-25)

Dengan kata lain, Roh Kudus bukan hanya menunjukkan kondisi kita yang gawat, tetapi juga menunjukkan kepada kita kebenaran Yesus Kristus, supaya bisa berdiri di hadapan penghakiman (Yohanes 16:8). Jadi apa yang dilakukanNya? Dia menegur dosa kita dan dia menunjuk supaya kita melihat ke Yesus. Artinya setelah Yesus kembali ke Surga, tidak ada yang bisa menuntun kita kepada Yesus selain siapa? Selain Roh Kudus (lihat Yohanes 16:13-15).

              13 Namun apabila Ia, yaitu Roh Kebenaran telah datang, Ia akan menuntun kamu kepada semua kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata menurut kuasaNya sendiri, tetapi apa yang didengar-Nya, Ia akan katakan dan Ia akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang akan datang.14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan mengambil dari apa yang milikKu dan menyampaikannya kepadamu. 15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah punyaKu; sebab itu Aku berkata bahwa Ia akan mengambil dari milikKu dan menyampaikannya kepadamu.’

Jika kita menolak suara Roh Kudus yang menunjukkan kita keberdosaan kita dan kebutuhan kita akan Kristus, maka tidak ada lagi yang bisa Allah lakukan bagi kita (Ibrani 10:25-31). Jika kita menolak Roh Kudus kita tidak punya jalan untuk mencapai Yesus, karena Roh Kudus yang melakukan pekerjaan Kristus di dunia. Apakah kalian menangkap gambarnya?  

 

3.    Tetapi Roh Kudus melakukan pekerjaan yang ketiga. Roh Kudus menuntun kita kepada banyak kebenaran. (Protes dari audiens). Oke, bagus! Saya senang kalian merespon. Roh Kudus menuntun kita kepada SEMUA kebenaran (Yohanes 16:13).

Ini masuk akal karena Dia disebut Roh apa? Roh Kebenaran (Yohanes 14:16-17). Yohanes 14:18 menjelaskan bahwa Yesus datang kepada kita melalui Roh Kudus yang adalah wakil Yesus Kristus (Yohanes 14:26). Tetapi kita bertanya, apa kebenaran ke mana Roh Kudus menuntun kita? Nah, Yesus menjelaskan bahwa Firman Allah itulah kebenaran (Yohanes 17:17). Jadi apakah kebenaran, ke mana Roh Kudus menuntun kita? Dia menuntun kita ke Firman Allah.

Apakah Roh Kudus punya sebilah pedang? Pekerjaan apa yang bisa dilakukan Roh Kudus tanpa pedang? Roh Kudus punya pedang dan pedang itu apa? Efesus 6:17, pedang Roh adalah Firman Allah. Roh Kudus tidak pernah bekerja sendiri di luar Firman, Roh Kudus selalu bekerja melalui Firman. Kalian tahu, jadi orang-orang Kristen yang mendasarkan pengalaman dan emosi mereka  pada melompat naik turun di gereja, dan berguling-guling di lorong bangku, dan berbicara dalam bahasa yang bahkan Allah pun tidak paham, dan mereka berkata, “Oh, kalian tahu, saya mendapat pengalaman spiritual yang luar biasa ini, saya punya Roh dalam hidup saya. Tetapi saya tidak usah memelihara Sabat, saya tidak usah berhenti merokok, saya tidak usah berhenti minum alkohol, karena saya punya Roh Kudus.” Yang mereka punya itu problem yang serius karena Roh Kudus tidak pernah beroperasi dalam seorang manusia tanpa pada waktu yang sama menuntun orang itu supaya hidup selaras dengan Firman Allah.

Mari kita lanjut. Jadi Roh menuntun kita ke Firman Allah. Inilah mengapa rasul Paulus memberitahu kita bahwa pedang Roh itu Firman Allah. Daud memberitahu kita bahwa Hukum Allah itulah kebenaran (Mazmur 119:142).

142 Kebenaran-Mu adalah kebenaran yang kekal, dan Hukum-Mu adalah kebenaran.”

 

 

Thus in conclusion we see that the Holy Spirit:

Ø    shows us our sin by means of the Law

Ø    leads us to Christ as the solution for sin

Ø    and guides us into all truth

To reject this work of the Holy Spirit would obviously mean that there is no way God can reach you.  

Are the three functions of the Spirit clear? Okay.

 

Maka kesimpulannya, kita melihat bahwa Roh Kudus:

Ø    menunjukkan dosa kita melalui Hukum,

Ø    menuntun kita kepada Kristus sebagai solusi dosa,

Ø    dan menuntun kita kepada semua kebenaran.

Menolak pekerjaan Roh Kudus jelas berarti tidak ada jalan bagi Allah untuk mencapai kita.

Apakah ketiga fungsi Roh sudah jelas? Oke.

 

 

Now let's talk about our response to the Holy Spirit. We can choose to respond to the wooing voice of the Holy Spirit, or we can resist. You know that text that we have here in Acts 7:51, Stephen tells the members of the Sanhedrin, “You always resist the Holy Spirit.” Let me ask you, did Jesus give the religious leaders during three and a half years a clear evidence that He was the Messiah? Did He give them chance after chance, opportunity after opportunity to discern that He was the Messiah? Yes. But what did they do? They resisted like Stephen said.

So

Ø    we can choose to resist the Holy Spirit,

Ø    we can choose to quench the Holy Spirit (1 Thessalonians 5:19),

Ø    we can choose to grieve the Holy Spirit (Ephesians 4:30),

Ø    we can choose to harden our hearts when He convicts us of sin, leads us to Christ, and reveals the truth of God's Word to us (Hebrews 3:13; Ephesians 4:17-19).

The Holy Spirit does not give up when we say “No” to Him the first time, or the second time, or the third time. He is relentless and labors long with us. Yet every ray of light rejected, deafens our ears a little bit more, until the Holy Spirit speaks and we cannot hear His voice anymore. The conscience has been seared as by a hot iron as Paul says in 1 Timothy 4:2 and the heart no longer responds.

You see, the unpardonable sin is not any one particular sin that we commit, it is the acculmination of a process where we continually say “No” to the voice of the Holy Spirit who shows us our sins, leads us to Jesus, and reveals the truth to us.

 

Sekarang mari kita bicara tentang respon kita ke Roh Kudus. Kita bisa memilih untuk merespon rayuan suara Roh kudus, atau kita bisa menolak. Kalian tahu ayat yang di Kisah 7:51, Stefanus memberitahu anggota-anggota Sanhedrin, “… Kamu selalu menentang Roh Kudus…” Coba saya tanya, apakah selama 3½ tahun Yesus memberi kepada para pemimpin rohani bukti jelas bahwa Dialah Sang Messias? Apakah Dia memberi mereka kesempatan demi kesempatan, peluang demi peluang untuk memahami bahwa Dialah Sang Messias? Ya. Tetapi apa yang mereka lakukan? Mereka menolak, seperti kata Stefanus.

Jadi,

Ø    kita bisa memilih untuk menolak Roh Kudus,

Ø    kita bisa memilih untuk memadamkan Roh Kudus (1 Tesalonika 5:19)

Ø    kita bisa memilih untuk mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:30)

Ø    kita bisa memilih untuk mengeraskan hati kita ketika Roh Kudus menunjukkan dosa kita dan menuntun kita kepada Kristus, dan menyatakan kebenaran Firman Allah kepada kita (Ibrani 3:13; Efesus 4:17-19).

Roh Kudus tidak menyerah ketika kita mengatakan “Tidak” kepadaNya pertama kalinya, atau kedua kalinya, atau ketiga kalinya. Dia tidak berputus asa dan bekerja keras lama bersama kita. Namun setiap pancaran sinar yang ditolak, menulikan telinga kita sedikit lebih banyak lagi, hingga suatu waktu ketika Roh Kudus berbicara, kita tidak bisa mendengar suaraNya lagi. Hati nurani sudah gosong dibakar oleh besi panas seperti kata Paulus di 1 Timotius 4:2, dan hati tidak lagi memberi respon.

Kalian lihat, dosa yang tidak bisq diampuni bukanlah satu dosa khusus yang kita lakukan, melainkan akumulasi dari suatu proses di mana kita terus-menerus mengatakan “Tidak” kepada suara Roh Kudus yang menunjukkan dosa-dosa kita, menuntun kita kepada Yesus, dan menyatakan kebenaran kepada kita.

 

 

The Holy Spirit is like an alarm clock. If you let an alarm clock continue sounding and don't get up in the morning, the time will come when you will sleep through the alarm clock when it sounds.

 

Roh Kudus itu seperti sebuah jam alarem. Jika kita biarkan jam alarem itu berbunyi dan tidak bangun di pagi hari, saatnya akan tiba di mana kita akan tidur terus walaupun jam alarem itu berbunyi.

 

 

The Holy Spirit is also like a transmitter, and we are the receiver. If we smash the receiver which is our conscience, it will not matter how much the Holy Spirit transmits the message. It takes a transmitter and a receiver for communication to exist.

 

Roh Kudus juga seperti sebuah pemancar, dan kita adalah penerimanya. Jika kita banting penerimanya yang adalah hati nurani kita, tidak jadi soal seberapa banyak Roh Kudus memancarkan pesanNya. Butuh pemancar dan penerima agar bisa ada komunikasi.

 

 

There are three kinds of people who are in danger of committing the unpardonable sin. Let's take a look at the three kinds of people that are in danger of committing the unpardonable sin.

1.   The self-righteous sinner.

ü   This is the kind of sinner that Jesus referred to in Matthew 12:28,31 and 32.

Jesus had just performed powerful signs and wonders and He had taught the Word of God with authority. This left no doubt that He was the Messiah. Time and again God had showed the religious leaders that Jesus was the Son of God. But these self-righteous people have the audacity to attribute the work and teaching of Jesus to the prince of demons, Beelzebub.

ü   The story of the Pharisee and publican (see Luke 18:9-14) is another illustration of this kind of sinner,

ü   as also is the story of the rich young ruler (Matthew 19:16-22).

How do you help someone who doesn't feel the need to be helped? How do you cure someone who does not admit that he's sick? How do you help one who is willfully blind to see?

ü   In the book of Revelation, the church of Laodicea was and is in the danger of committing this sin.

This church living at the very end of time, is so self-satisfied that she is blind, miserable, naked, poor, and yet she thinks that she's just the opposite. Laodicea says, “I have 20/20 vision, I am rich and increased with goods, I’m happy, I’m fully clothed”, but Jesus looked at Laodicea ~ which is a symbol of God's remnant church at the end of time ~ as being blind, miserable, naked, poor. For this reason, Jesus threatened to do what? To spew Laodicea out of His mouth.

You know, I want you to imagine playing a very, you know, active sport like maybe soccer. And you finish the soccer game, and you're very thirsty, and so you come to the sidelines, and there's just warm water. It makes you nauseous. That's how Jesus looks at Laodicea, lukewarm water, it makes you want to throw up. I guess the more fancy word is to regurgitate.

Jesus threatens to spew Laodicea out of His mouth (cf. Revelation 3: 14-22). The Jewish church in Christ's day was of this type as well. They felt self-righteous and in need of nothing, therefore the Holy Spirit could do nothing with them. They considered themselves sinless, and rejected Christ and the truth of the Word of God, and in place they put their traditions. It must be frustrating for the Holy Spirit to do all in His power to reach someone, and yet to fail because of a refusal to listen to His voice.

So the first kind of person who is in danger of committing the unpardonable sin is the self-righteous sinner, who thinks that he does not need the help of the Holy Spirit.

 

2.   The second type of sinner who is in danger of committing the unpardonable sin is the unrighteous unbeliever.

ü   Pharaoh is an example of this kind of sinner.

Some have been puzzled by the repeated statements in Exodus that “God hardened the heart of pharaoh”. If God hardened his heart, how can pharaoh be responsible for his actions? is what some people say.

a.    First of all, it's necessary to realize that Exodus also says that “pharaoh hardened his heart”,

and you have the references there in parentheses (cf. Exodus 7: 13, 14, 22, 8:15, 19; 9:12, 34-35; 10:20, 27; 11:10; 14:8). Not only does it say that God hardened his heart, it says that pharaoh hardened his heart.

b.   Secondly, to use an example, the sun which shines on the clay hardens it, but the same sun melts ice.

God's truth is like the sun. It's shown to pharaoh. Pharaoh could have chosen to allow the truth to melt his heart, but instead he hardened it. The light is not to blame, it is the consistency of that which the light shines on. The Spirit spoke to pharaoh, but pharaoh refused to hear His voice and to make the right choice.

ü   There are other individuals in the Bible who committed the same sin. The Amorites finally filled up the cup of their iniquity, and God had to destroy them (Genesis 15:16).

ü   The antediluvian civilization,

where every intent of the thoughts of man was only evil continually (Genesis 6:3, 5, 11-13; 2 Peter 2:5; Hebrews 11:7).

ü   Felix committed this sin. You can read the story in Acts 24:25.

ü   Agrippa committed this sin (Acts 26:28).

ü   Herod and Pilate committed this sin and you have the references there (Luke 23:8, 9; Matthew 27:3-4, 19-20, 24; John 18)

ü   As did Sodom and Gomorrah (Genesis 19:8-11).

Open sinners that had no interest in listening to the voice of the Holy Spirit.

 

3.   The third group, and this is the most serious, that are in danger of committing the unpardonable sin, are unrighteous worldly Christians. Are you with me?

 

Ada tiga jenis manusia yang terancam melakukan dosa yang tidak bisa diampuni. Mari kita lihat ketiga jenis manusia ini yang beresiko melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.

1.   Pendosa yang merasa benar sendiri.

ü   Ini adalah jenis pendosa yang disebut Yesus di Matius 12:28,31-32.

Yesus baru saja membuat mujizat dan tanda-tanda ajaib dan Dia telah mengajarkan Firman Allah dengan kuasa. Ini membuat tidak ada keraguan bahwa Dialah Sang Messias. Berulang-ulang Allah telah menunjukkan kepada para pemimpin rohani bahwa Yesus itu Anak Allah, tetapi orang-orang yang merasa dirinya paling benar ini bersikap begitu lancang, berani mengatakan bahwa pekerjaan dan ajaran Yesus itu berasal dari pangeran iblis,  Beelzebub.

ü   Kisah orang Farisi dan pemungut cukai (Lukas 18:9-14) adalah ilustrasi lain dari jenis pendosa ini,

ü   demikian juga kisah penguasa muda yang kaya (Matius 19:16-22).

Bagaimana kita bisa membantu orang yang tidak merasa membutuhkan dibantu? Bagaimana kita menyembuhkan orang yang tidak mengaku bahwa dia sakit? Bagaimana bisa membantu orang yang dengan sengaja mau buta, untuk melihat?

ü   Di kitab Wahyu, gereja Laodekia sedang dalam bahaya melakukan dosa ini.

Gereja ini yang hidup di bagian terakhir usia dunia, merasa begitu puas diri sehingga dia itu buta, menyedihkan, telanjang, miskin, namun dia menganggap dia justru kebalikannya. Laodekia ini berkata, “Aku punya penglihatan 20/20, aku kaya, dan punya banyak harta, aku gembira, aku punya pakaian lengkap.” Tetapi Yesus memandang Laodekia ~ yang adalah simbol dari gereja umat sisa Allah pada akhir zaman ~ sebagai buta, menyedihkan, telanjang dan miskin. Karena alasan inilah Yesus mengancam untuk apa? Untuk memuntahkan Laodekia dari mulutNya.

Kalian tahu, saya mau kalian membayangkan telah memainkan olahraga yang sangat aktif, seperti misalnya sepak bola. Dan kita sudah menyelesaikan permaian dan kita sangat haus, maka kita pergi ke bangku dan yang ada hanya air hangat. Itu membuat kita mual. Seperti itulah Yesus memandang Laodekia, air suam-suam kuku, yang membuat ingin memuntahkannya. Kata yang lebih halus ialah mengeluarkannya kembali.

Yesus mengancam untuk memuntahkan Laodekia keluar dari mulutNya (Wahyu 3:14-22). Gereja Yahudi di zaman Kristus juga sepert tipe ini Mereka merasa benar sendiri dan tidak butuh apa pun, karena itu Roh Kudus tidak bisa berbuat apa-apa pada mereka. Mereka menganggap diri sendiri tidak punya dosa, dan menolak Kristus dan kebenaran Firman Allah, dan menggantikannya dengan tradisi mereka. Tentunya itu sangat membuat Roh Kudus frustrasi, melakukan sebisa-bisaNya untuk menjangkau seseorang, tapi gagal karena menolak untuk mendengarkan suaraNya.

Maka jenis pertama manusia yang terancam melakukan dosa yang tidak bisa diampuni adalah pendosa yang merasa benar sendiri, yang menganggap dia tidak butuh bantuan Roh Kudus.

 

2.   Jenis kedua pendosa yang terancam melakukan dosa yang tidak bisa diampuni adalah orang tidak percaya yang tidak benar.

ü   Firaun adalah contoh pendosa jenis ini.

Ada yang bingung dengan pernyataan yang diulang-ulang di Keluaran bahwa “Allah mengeraskan hati Firaun”. Jika Allah yang megeraskan hatinya, mengapa Firaun dianggap bertanggungjawab  untuk tindakannya? Itulah yang dikatakan beberapa orang.

a.    Pertama, penting untuk menyadari bahwa Keluaran juga berkata bahwa “Firaun mengeraskan hatinya”,

dan ada referensinya di sana dalam kurung (Keluaran 7: 13, 14, 22, 8:15, 19; 9:12, 34-35; 10:20, 27; 11:10; 14:8) . Bukan saja dikatakan bahwa Allah mengeraskan hatinya, tapi dikatakan bahwa Firaun mengeraskan hatinya.

b.    Kedua, kita pakai contoh, matahari yang menyinari tanah liat, membuatnya menjadi keras, tetapi matahari mencairkan es.

Kebenaran Allah ibarat matahari. Itu ditunjukkan Firaun. Firaun bisa saja memilih untuk mengizinkan kebenaran itu mencairkan hatinya, melainkan dia justru mengeraskannya. Yang salah bukan terangnya, tetapi kekonsistenan dari apa yang disinari terang itu. Roh Kudus berbicara kepada Firaun, tetapi Firaun menolak untuk mendengar suaraNya dan membuat keputusan yang benar.

ü   Ada orang-orang lain di Alkitab yang melakukan dosa yang sama. Suku Amori akhirnya memenuhi cawan dosa mereka dan Allah harus membinasakan mereka (Kejadian 15:16).

ü   Peradaban sebelum air bah,

Di mana 5 ….setiap imajinasi pikiran hatinya hanyalah jahat terus-menerus” (Kejadian 6:3, 5, 11-13; 2 Petrus 2:5; Ibrani 11:7).

ü   Felix melakukan dosa ini. Kalian bisa membaca ceritanya di Kisah 24:25.

ü   Agrippa melakukan dosa ini (Kisah 26:28).

ü   Herodes dan Pilatus melakukan dosa ini, dan ada referensiya di sana (Lukas 23:8, 9; Matius 27:3-4, 19-20, 24; Yohanes 18).

ü   Begitu juga Sodom and Gomora (Kejadian 19:8-11).

Para pendosa yang terang-terangan, yang tidak punya minat untuk mendengarkan suara Roh Kudus.

 

3.   Kelompok ketiga, dan ini yang paling serius, yang dalam bahaya melakukan dosa yang tidak bisa diampuni ialah orang-orang Kristen yang duniawi yang tidak benar. Apakah kalian mengikuti saya?

 

 

1.   So the first kind is what? The self-righteous person.

2.   The second is the individual who is worldly, not interested in the truth, such as pharaoh and the other examples that we have here,

3.   But the third group that are in danger of committing the unpardonable sin are unrighteous worldly Christians.

 

1.   Jadi jenis yang pertama itu apa? Orang yang merasa benar sendiri.

2.   Yang kedua adalah orang yang duniawi, tidak tertarik pada kebenaran, seperti Firaun dan contoh-contoh lain yang sudah diberikan.

3.   Tetapi kelompok ketiga dalam bahaya melakukan dosa yang tidak bisa diampuni ialah orang-orang Kristen yang duniawi yang tidak benar.

 

 

You might say, “How can you talk of unrighteous Christians? Is this not an oxymoron?” The answer is that there is a certain category of Christians who are in danger of committing the unpardonable sin, those who insist on keeping continue sinning and at the same time they claim that they're going to be saved and the Holy Spirit is leading in their lives. The apostle Paul gave a list of sins that those who claim to serve the Lord are committing even though they say, you know, “We belong to the Lord”. Notice 2 Timothy 3:1 to 5. By the way Ellen White explains that this passage is referring to people who claim to be Christians,  1 But know this, that in the last days perilous times will come: For men will be lovers of themselves, lovers of money, boasters, proud, blasphemers, disobedient to parents, unthankful, unholy, unloving, unforgiving, slanderers, without self-control, brutal, despisers of good, traitors, headstrong, haughty, lovers of pleasure rather than lovers of God,…” I would say that's a very, very, serious catalogue of sins. Who is committing these sins? Notice how it ends in verse 5,  “…having…” connects with all of the sins that are mentioned before,  “…having…” what?  “…a form of godliness but denying its power. And from such people turn away!” 

Let me ask you this, what is the power that they deny? They have a form of godliness but they deny the power, what is the power, in the light of what we're studying? It is the power of the Holy Spirit to overcome those sins.

These Christians want to have their cake and eat it too. They want to continue living in sin, ignoring the voice of the Holy Spirit, and say, “We are saved. We're saved by grace. We don't have to keep the Law of God.”

 

Kalian mungkin berkata, “Bagaimana Anda bisa mengatakan orang Kristen yang tidak benar? Bukankah itu bertolakbelakang?” Jawabannya ialah ada satu kelompok orang Kristen yang berada dalam bahaya melakukan dosa yang tidak bisa diampuni, yaitu mereka yang ngotot terus berbuat dosa dan pada waktu yang sama mereka mengklaim mereka akan selamat dan Roh Kudus sedang menuntun hidup mereka.

Rasul Paulus memberikan sebuah daftar dari dosa-dosa yang dilakukan mereka yang mengklaim beribadah kepada Tuhan, walaupun mereka berkata, “Kami milik Tuhan.” Simak 2 Timotius 3:1-5. Nah, Ellen white menjelaskan bahwa ayat-ayat ini mengacu kepada orang-orang yang mengklaim sebagai orang Kristen. 1 Ketahuilah juga bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang berbahaya. 2 Karena manusia akan mencintai dirinya sendiri dan serakah, membual, sombong, penghujat, tidak patuh kepada orangtua,  tidak tahu berterima kasih, tidak saleh, 3 tidak tahu mengasihi, tidak mengampuni, pemfitnah, tidak bisa mengendalikan diri, garang, membenci apa yang baik, 4 pengkhianat, keras kepala, tinggi hati, pecinta kesenangan lebih daripada mencintai Allah…”  menurut saya ini katalog dosa yang amat sangat serius. Siapa yang sedang melakukan dosa-dosa ini? Simak bagaimana akhirnya di ayat 5, “…5 memiliki…”  dikaitkan kepada semua dosa yang disebutkan sebelumnya,  “…5 memiliki…” apa?  “…suatu bentuk kesalehan namun tidak mengakui kuasanya. Dari orang-orang seperti ini, berpalinglah.

Coba saya tanya, kuasa apa yang tidak mereka akui? Mereka punya suatu bentuk kesalehan tetapi mereka tidak mengakui kuasanya. Kuasa apa dalam konteks yang sedang kita pelajari? Kuasa Roh Kudus untuk mengalahkan dosa-dosa itu.

Orang-orang Kristen ini mau kedua-duanya. Mereka mau terus hidup dalam dosa, mengabaikan suara Roh Kudus, dan berkata, “Kami selamat. Kami diselamatkan kasih karunia, kami tidak usah mematuhi Hukum Allah.”

 

 

In fact let's pursue that. There are people who claim to believe in Jesus, and who violate the Law with impunity, under the pretext that Jesus did it all. They claim that because we are not under Law but under grace (Romans 6:14), we are not required to keep the Law. They claim that victory over sin is impossible in this life. That's not only what's being taught outside, the church too. They boast that Christ kept the Law for us, so we don't have to keep it ourselves.

Jesus described these counterfeit Christians in the verses that we read before. Let's read them again. 21 Not everyone who says to Me,…” are these individuals who claim to be Christians? Who are they speaking to? They're speaking to Jesus. Okay, so “…21 Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord,’ shall enter the kingdom of heaven, but he who does the will of My Father in heaven.  22 Many will say to Me in that day, ‘Lord, Lord,…” see, they claim to be Christians,  “…‘Lord, Lord, have we not prophesied in Your name, cast out demons in Your name, and done many wonders in Your name?’ 23 And then I will declare to them, ‘I never knew you; depart from Me, …”  you who are transgressors of the Law. You know, the New King James translates, “…you who practice Lawlessness!’…” (Matthew 7:21-23) which is similar to transgression of the Law.

 

Nah, mari kita bahas itu. Ada orang-orang yang mengklaim mempercayai Yesus dan yang melanggar Hukum tapi bebas dari hukuman, dengan dalih Yesus sudah melakukan semuanya. Mereka mengklaim karena kita tidak di bawah Hukum tapi di bawah kasih karunia (Roma 6:14), kita tidak diharuskan mematuhi Hukum. Mereka mengklaim bahwa kemenangan atas dosa itu mustahil di kehidupan yang sekarang. Ini tidak hanya diajarkan di luar, di gereja juga. Mereka menyombongkan bahwa Kristus sudah mematuhi Hukumnya bagi kita, jadi kita tidak usah mematuhinya sendiri.

Yesus menggambarkan orang-orang Kristen gadungan ini dalam ayat-ayat yang sudah kita baca tadi. Mari kita  baca lagi. 21 Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu…”  apakah orang-orang mengklaim sebagai orang Kristen? Kepada siapa mereka bicara? Mereka bicara kepada Yesus. Oke, jadi “…21 Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu, ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari itu banyak orang akan berseru kepada-Ku ‘Tuhan, Tuhan…”  lihat, mereka mengklaim sebagai orang Kristen,   “…‘Tuhan, Tuhan,  bukankah kami bernubuat dalam nama-Mu, dan mengusir setan dengan nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat dalam nama-Mu?’ 23 Pada waktu itulah Aku akan menyatakan kepada mereka, ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari Aku, …”  kalian semua yang melanggar Hukum. KJV menerjemahkannya,   “…kamu sekalian yang melakukan dosa! (Matius 7:21-23)…”  yang sama dengan melanggar Hukum.

 

 

So let me ask you are there individuals in the church that claim the name of Jesus and even seem to exercise the gifts of the Spirit, that Jesus says, “I never knew you because you are transgressors of the Law”? Absolutely! As we have seen the Holy Spirit convicts us that we are transgressors of the Law. When we see our sinfulness in the light of the Law, we feel a need for Christ, and the Holy Spirit draws us to Him. However, if the Law was nailed to the cross ~ as some believe ~ how can the Holy Spirit show us our sin? Why would we even need to feel a need for Christ? In fact, why would we even need grace, if there is no Law, there is no sin. 

 

Jadi saya mau bertanya, apakah ada orang-orang di gereja yang mengklaim nama Yesus dan bahkan sepertinya mempraktekkan karunia-karunia Roh, yang kepada mereka Yesus berkata, “Aku tidak pernah mengenal kamu, karena kalian semua adalah pelanggar Hukum”? Tepat sekali! Seperti yang telah kita simak, Roh Kudus meyakinkan kita bahwa kita adalah para pelanggar Hukum. Ketika kita memandang keberdosaan kita dalam konteks Hukum, kita merasa membutuhkan Kristus, dan Roh Kudus menarik kita kepadaNya. Namun, andai Hukum telah dipakukan di salib ~ seperti yang diyakini beberapa orang ~ bagaimana Roh Kudus bisa menunjukkan kepada kita dosa kita? Mengapa kita bahkan perlu merasa membutuhkan Kristus? Sesungguhnya, mengapa kita membutuhkan kasih karunia, andai tidak ada Hukum, maka tidak ada dosa.

 

 

A young Christian man once told me, “I don't have to keep the Law because I am not under Law but under grace.”

I asked him, “Do you repent?”

He answered, “Of course, I do.”

Then I asked him, “And what do you repent of?”

He said, “That's easy. I repent of sin.”

And then I asked him a final question, “And what is the definition of sin that you repent of?”

He looked at me knowing that I had him in a corner.

I then read 1 John 3:4, “… ‘sin is the transgression of the Law’…”, and I said to him, “How can you repent of sin if there is no Law to show you your sin? How can you feel a need for Christ if the Law does not point out that you are a sinner? Actually to get rid of the Law means to get rid of what? To get rid of grace. If there is no Law that you transgress, why would you need grace?”

 

Seorang laki-laki muda Kristen pernah berkata kepada saya, “Saya tidak usah mematuhi Hukum karena saya tidak di bawah Hukum melainkan di bawah kasih karunia.”

Saya tanyai, “Apakah kamu bertobat?”

Dia menjawab, “Tentu saja.”

Lalu saya bertanya kepadanya, “Dan kamu bertobat dari apa?”

Dia berkata, “Itu mudah. Saya bertobat dari dosa.”

Kemudian saya memberinya pertanyaan terakhir, “Dan apa definisi dari dosa yang kamu tobati?”

Dia memandang saya, menyadari bahwa saya telah memojokkan dia.

Kemudian saya bacakan 1 Yohanes 3:4,  …‘dosa ialah pelanggaran Hukum Allah’…” dan saya katakan kepadanya, “Bagaimana kamu bisa bertobat dari dosa jika tidak ada Hukum untuk menunjukkan dosamu kepadamu? Bagaimana kamu bisa merasakan kebutuhan akan Kristus jika Hukum tidak menujukkan bahwa kamu itu seorang pendosa? Sesungguhnya, menyingkirkan Hukum berarti menyingkirkan apa? Menyingkirkan kasih karunia. Jika tidak ada Hukum yang telah kamu langgar, mengapa kamu membutuhkan kasih karunia?

 

 

Christians frequently use certain texts of the apostle Paul to excuse sin, three of the favorites are Romans 6:14, Romans 3:28, and Romans 5:20.

Romans 3:28 says, 28 Therefore we conclude that a man is justified by faith apart from (without) the deeds (works) of the Law.”

So they say, “I don't have to do any works, because I’m justified by faith by what I believe.”

 

Orang-orang Kristen sering menggunakan ayat-ayat tertentu tulisan rasul Paulus untuk membenarkan dosa. Tiga yang paling favorit ialah Roma 6:14, Roma 3:28 dan Roma 5:20.

Roma 3:28 mengatakan, 28 Oleh karena itu, kami simpulkan, bahwa manusia dibenarkan oleh iman tanpa melakukan perbuatan Hukum.”

Jadi mereka berkata, “Saya tidak usah melakukan perbuatan apa pun karena saya sudah dibenarkan oleh iman, oleh apa yang saya yakini.”

 

 

In chapter 5:20 Paul says, 20  where sin abounded, grace did much more abound” (KJV) So where there's lots of sin, there's lots of grace. That's the way that they argue.

 

Di Roma 5:20 Paulus berkata, 20 … di mana ada banyak dosa, kasih karunia ada lebih banyak…”  Jadi di mana ada banyak dosa, di sana ada banyak rahmat (kasih karunia). Itulah argumentasi mereka.

 

 

And in Romans 6:14 it says, 14 For sin shall not have dominion over you, for you are not under Law but under grace.”

So people say, “I’m not under the Law, I’m under grace, so what I do or don't do, doesn't make any difference.”

 

Dan di Roma 6:14 dikatakan, 14 Sebab dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu, karena kamu tidak di bawah Hukum, tetapi di bawah kasih karunia…”  Jadi orang-orang berkata, “Saya tidak di bawah Hukum, saya di bawah kasih karunia, jadi apa yang saya buat atau tidak buat, tidak ada pengaruhnya.”

 

 

The apostle Paul knew that people were going to argue this way, so in the immediately succeeding context he says, 15 What then? Shall we sin because we are not under Law but under grace? God forbid!” (KJV) Shall we sin then because that grace may abound? No way! He says in the next verses.  And where it says that we're “justified by faith without the works of Law” (Romans 3:28), the apostle Paul says, “do we then do away with the Law because of faith?” He says, “No way!” (Roma 3:31).  He uses the expression “God forbid”.

We need to be very careful about misusing the Word of God that the Holy Spirit is trying to use to convict us of sin.

 

Rasul Paulus tahu bahwa akan ada orang-orang yang berargumentasi seperti ini maka segera dalam konteks berikutnya, dia berkata,  15 Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak di bawah Hukum, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!”

Apakah kita akan berbuat dosa supaya kasih karunia boleh berlimpah? Sama sekali tidak! Dia berkata di ayat-ayat berikutnya. Dan di mana dikatakan bahwa kita  “dibenarkan oleh iman tanpa melakukan perbuatan Hukum” (Roma 3:28), rasul Paulus berkata, “apakah kita akan menyingkirkan Hukum karena iman?” Dia berkata, “Sama sekali tidak!” (Roma 3:31), dia menggunakan ungkapan “Jangan sampai terjadi”.

Kita harus sangat berhati-hati, jangan salah menggunakan Firman Allah yang dipakai Roh Kudus untuk mencoba meyakinkan kita tentang dosa.

 

 

There are many examples of this type of sinner in the Bible.

ü   There is king Saul who received the Holy Spirit at the beginning of his reign. (1 Samuel 16:6, 9, 10; 15:22, 23; 16:14)

ü   Judas Iscariot who claimed to be loyal to Jesus but became identified with covetousness (Luke 22:3).

ü   Achan (Joshua 7:12-14).

ü   Ananias and Sapphira (Acts 5:1-11).

ü   The man in the wilderness who trampled on the Sabbath (Numbers 15:32-36).

ü   Nadab and Abihu (Leviticus 10:1-10).

ü   and ancient Israel before the Babylonian captivity (2 Chronicles 36:15-16).

ü   Paul also mentions two individuals who committed this sin (I Timothy 1:19-20).

All three of these kinds of sinners have a common denominator, they really do not see how serious sin is, they therefore feel no need to come to Jesus  for forgiveness and cleansing. They also refuse to embrace the truth as it is revealed by the Holy Spirit. Those who commit the unpardonable sin do so in the face of great light.

In each of the cases above, those who committed the unpardonable sin had an abundance of knowledge imparted by the Holy Spirit. So in other words, there's no excuse for any of the three groups that commit the unpardonable sin.

 

Di Alkitab ada banyak contoh dari jenis pendosa ini.

ü   Ada raja Saul yang telah menerima Roh Kudus pada awal pemerintahannya sebagai raja (1 Samuel 16:6, 9, 10; 15:22, 23; 16:14).

ü   Yudas Iskariot yang mengklaim setia kepada Yesus tetapi kemudian ternyata serakah (Lukas 22:3).

ü   Akhan (Yosua 7:12-14).

ü   Ananias dan Safira (Kisah 5:1-11).

ü   Orang di padang gurun yang menginjak-injak Sabat (Bilangan 15:32-36).

ü   Nadab dan Abihu (Imamat 10:1-10).

ü   Dan Israel kuno sebelum penawanan Babilon (2 Tawarikh 36:15-16).

ü   Paulus juga menyebut dua orang yang melakukan dosa ini (I Timotius 1:19-20).

Semua ketiga jenis pendosa ini punya satu kesamaan, mereka benar-benar tidak melihat betapa seriusnya dosa itu, karena itu mereka tidak merasa perlunya datang ke Yesus untuk minta pengampunan dan pembersihan. Mereka juga menolak menerima kebenaran sebagaimana yang dinyatakan oleh Roh Kudus. Mereka yang melakukan dosa yang tidak bisa diampuni, melakukan itu, walaupun sudah diberikan terang yang besar.

Di setiap kasus di atas, mereka yang melakukan dosa yang tidak bisa diampuni sudah punya banyak pengetahuan yang dibagikan oleh Roh Kudus. Jadi dengan kata lain, tidak ada alasan bagi ketiga kelompok itu yang melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.

 

 

Now let's talk about the need to obey immediately. It is a serious matter to love darkness rather than light (John 3:19-20). The Word of God is a lamp unto our feet and a light unto our path (Psalm 119:105). To reject the Word is to reject the light, because the Word is the light. When a person spends too long in the dark, what happens with the optic nerve? The optic nerve is damaged, and blindness ensues. Then the person dwells in darkness the rest of his life. To choose to live in spiritual darkness, will do the same thing spiritually (Matthew 6:22-23). We must choose to become children of what? Of the light (John 12:35, 36).

 

Nah, mari kita bicara tentang perlunya segera mematuhi. Mencintai kegelapan dan bukan terang (Yohanes 3:19-20) adalah hal yang serius.

19 Dan inilah kutukan itu bahwa terang telah datang ke dalam dunia, dan manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. 20 Sebab setiap orang yang berbuat jahat, membenci terang, dan juga tidak datang kepada terang itu, supaya jangan perbuatan-perbuatannya itu ditegur.” 

Firman Allah itu lampu bagi kaki kita dan terang pada jalan kita (Mazmur 119:105).

105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”

 Menolak Firman Allah ialah menolak terang, karena Firman itulah terang. Bila orang terlalu lama berada dalam kegelapan, apa yang terjadi pada syaraf optiknya? Syaraf optiknya rusak, dan akibatnya kebutaan. Lalu orang itu akan hidup dalam kegelapan seumur hidupnya. Memilih untuk hidup dalam kegelapan spiritual, akan mengakibatkan hal yang sama secara spiritual (Matius 6:22-23).

22 Pelita tubuh ialah mata. Jadi jika matamu baik, seluruh tubuhmu akan dipenuhi dipenuhi terang. 23 Tetapi jika matamu jahat, seluruh tubuhmu akan dipenuhi oleh kegelapan. Jadi jika terang yang ada padamu itu kegelapan, betapa besarnya  kegelapan itu.”

Kita harus memilih menjadi anak-anak apa? Anak-anak terang (Yohanes 12:35-36).

35 Lalu kata Yesus kepada mereka, ‘Hanya sedikit waktu lagi Terang itu ada di antara kamu. Berjalanlah selama kamu memiliki Terang itu, kalau tidak kegelapan menguasai kamu. Barangsiapa berjalan dalam kegelapan, tidak tahu ke mana ia pergi. 36 Selama kamu memiliki  Terang itu, percayalah pada Terang itu supaya kamu boleh menjadi anak-anak terang.’ Sesudah mengatakan hal-hal ini, Yesus pergi dan menyembunyikan DiriNya dari mereka.”

 

 

At the end of human history the whole earth will be enlightened with the Word of God (Revelation 18:1). On the other hand, Satan will be working to keep people in darkness. In 2 Thessalonians chapter 2, the apostle Paul wrote about the great delusions that are going to take place at the end of time. Why will the wicked be lost? Verses 10 to 13 explain why the wicked are going to be lost. It's because they did not love the truth. And if they did not love the truth, what were they doing with the voice of the Holy Spirit? They were quenching the voice of the Holy Spirit.

 

Di akhir sejarah manusia, seluruh dunia akan diterangi oleh Firman Allah (Wahyu 18:1).

1 Setelah hal-hal itu, aku melihat seorang malaikat lain turun dari sorga, yang mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya.”

 Di pihak lain, Setan akan terus bekerja untuk menahan manusia dalam kegelapan. Di 2 Tesalonika pasal 2, rasul Paulus menulis tentang penyesatan-penyesatan besar yang akan terjadi pada akhir zaman. Mengapa orang-orang jahat tidak akan selamat? Ayat 10-13 menjelaskan mengapa orang-orang jahat akan sesat. Itu karena mereka tidak mencintai kebenaran. Dan jika mereka tidak mencintai kebenaran, apa yang mereka perbuat dengan suara Roh Kudus? Mereka sedang memadamkan suara Roh Kudus.

 

 

Let's read 2 Thessalonians 2:9 through 12. “ The coming of the lawless one is according to the working of Satan, with all power, signs, and lying wonders, 10 and with all unrighteous deception among those who perish, because they did not…”  why do they perish? “…because they did not receive…” what?  “…the love of the truth…” and who is it that is the truth? The Holy Spirit is the truth. So who did they reject? The Holy Spirit  “…they did not receive the love of the truth that they might be saved.  11 And for this reason God will send them strong delusion, that they should believe the lie, 12 that they all may be condemned who did not believe the truth but had pleasure in unrighteousness.”

Did you know that it is actually possible to repeat a lie so many times that you gradually come to believe that it's the truth? Is it just possible that you can continue saying, “Sunday's the day of rest, Sunday is the day of rest, Sunday is the day of rest.” So that finally the Holy Spirit can say, “No it's not Sunday but Sabbath”, but your conscience is so seared that you're not willing to accept the fact that the Bible, which is the sword of the Holy Spirit tells you, that it is the Sabbath. This is what is happening in the world today.

 

Mari kita  baca 2 Tesalonika 2:9-12. 9 Kedatangan si pelanggar hukum itu sesuai pekerjaan Setan, dengan segala kuasa, tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban bohong, 10 dengan segala penyesatan yang tidak benar di antara orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak…”  mengapa mereka binasa?   “…karena mereka tidak menerima…”  apa? “…cinta pada kebenaran…” dan siapakah kebenaran itu? Roh Kudus itulah kebenaran. Jadi siapa yang mereka tolak? Roh Kudus, “…mereka tidak menerima cinta pada kebenaran agar mereka boleh diselamatkan. 11 Dan itulah sebabnya Allah akan mengirimi mereka khayalan palsu yang kuat, agar mereka akan mempercayai dusta tersebut 12  supaya mereka semua akan dihukum, yang tidak percaya kebenaran melainkan yang menyukai ketidakbenaran.”

Tahukah kalian bahwa dengan begitu seringnya mengulangi suatu kebohongan, kita perlahan-lahan menjadi percaya bahwa itu kebenaran? Sangat mungkin kita bisa berulang-ulang berkata, “Hari Minggu adalah hari perhentian, hari Minggu adalah hari perhentian, hari Minggu adalah hari perhentian”, maka akhirnya bila Roh Kudus berkata, “Tidak, bukan hari Minggu, melainkan hari Sabat”, hati nurani kita sudah begitu gosong sehingga kita tidak bersedia menerima fakta yang diberitahukan Alkitab, yang adalah pedang  Roh Kudus, bahwa hari perhentian itu hari Sabat. Inilah yang sedang terjadi di dunia sekarang ini.

 

 

Folks, there are limits to God's forbearance. Revelation 22:11 speaks of the moment when the whole world will have taken sides, when probation closes, everyone will have made their decision, and the question is what side are we going to be in? Are we going to have a sensitive conscience that listens to the Holy Spirit, and when the Holy Spirit speaks to us do we say, “Speak, Lord, for Your servant heareth”  just like Samuel did?

 

Saudara-saudara, kesabaran Allah ada batasnya. Wahyu 22:11 bicara tentang saat ketika seluruh dunia telah membuat pilihan, ketika masa kemurahan Allah berakhir, semua orang telah mengambil keputusan mereka, dan pertanyaannya ialah kita akan ada di sisi yang mana?  Apakah kita akan punya hati nurani yang peka yang mendengarkan Roh Kudus, dan ketika Roh Kudus berbicara kepada kita, apakah kita berkata, “Bicaralah, Tuhan, karena hambamu mendengarkan” (1 Samuel 3:9) sama seperti yang dilakukan Samuel?

 

 

What must we do then? We must learn to listen to the voice of the Holy Spirit. This is not some mystical esoteric meditative experience. The Holy Spirit works through the Word, that's why the Devil has so many distractions so that we don't study the Word. He uses His sword. The Word is His sword. Study the Word, pray for the Holy Spirit to show your sins, obey God's truth the moment that the truth is revealed. Do not become sluggish. In fact the book of  Hebrews tells us that the first step toward the unpardonable sin is not to grow spiritually (Hebrews 5:11-14; 6:1-8).

If we have time we'll come back to this.

 

Apa yang harus kita lakukan kalau begitu? Kita harus belajar mendengar suara Roh Kudus. Ini bukan semacam pengalaman meditasi mistik esoterik. Roh Kudus bekerja melalui Firman Allah, itulah mengapa Iblis membuat begitu banyak pengalihan perhatian supaya kita tidak mempelajari Firman. Roh Kudus menggunakan pedangNya. Firman Allah itulah pedangNya. Pelajari Firman, mohon agar Roh Kudus menunjukkan dosa-dosa kita, patuhi kebenaran Allah begitu kebenaran itu dinyatakan. Jangan malas. Bahkan kitab Ibrani mengatakan kepada kita bahwa langkah pertama menuju dosa yang tidak bisa diampuni ialah tidak bertumbuh secara spiritual (Ibrani 5:11-14; 6:1-8). Jika ada waktu, nanti kita kembali kemari.

 

 

The story of Gulliver's Travels has a great lesson for us. When Gulliver ended up on the island of the pygmies, and they began tying his arms and legs with thread, he was not too concerned. After all, who can't break strands of thread? However, eventually he was bound with so much thread that he could not escape.

Proverbs 5:22 tells us the same lesson. 22 His own iniquities entrap the wicked man, and he is caught in the cords of his sin.”

We might say, “this sin will not count this time”, or “I will delay following the truth until a later time”. The passing of time will not make it easier to overcome sin or obey the truth. If anything, the passing of time will make it increasingly more difficult.

 

Kisah Gulliver’s Travel memberi kita pelajaran yang bagus. Ketika Gulliver berakhir di sebuah pulau orang-orang pigmi (orang yang berukuran kecil-kecil), dan mereka mulai mengikat tangan dan kakinya dengan benang (bagi orang pigmi itu tali, tapi bagi Gulliver yang jauh lebih besar, itu hanya benang), dia tidak terlalu perduli. Memangnya siapa yang tidak bisa memutuskan benang? Namun, akhirnya dia terikat begitu banyak benang sampai dia tidak bisa lepas.

Amsal 5:22 memberitahu kita pelajaran yang sama. 22 Dosa-dosanya sendiri menjerat orang yang fasik, dan dia terperangkap dalam tali-tali dosanya sendiri.”

Kita mungkin berkata, “Kali ini dosa ini tidak diperhitungkan”, atau “saya mau menunda mengikuti kebenaran hingga nanti saja”. Berlalunya waktu tidak akan membuatnya lebih mudah untuk mengalahkan dosa atau mematuhi kebenaran. Malah dengan berlalunya waktu itu akan membuatnya menjadi lebih sulit.

 

 

We could compare the process of the unpardonable sin with the hardening of the arteries. The arteries do not get clogged up all at once, it is a long slow process. But the ultimate result is a heart attack, and physical death. In the same way every time we reject the voice of the Holy Spirit, every time we hang on to our cherished sins, every time we neglect to come to Jesus, every time we refuse to obey the truth, our spiritual arteries are getting clogged up. The process is long and slow, but ultimately it will end up in a spiritual heart attack and everlasting death.

 

Kita bisa membandingkan proses dosa yang tidak bisa diampuni dengan pengerasan pembuluh darah. Pembuluh-pembuluh darah arteri tidak tiba-tiba buntu, itu adalah proses yang panjang dan lama. Tetapi akibat akhirnya adalah serangan jantung dan kematian fisik. Dengan cara yang sama setiap kali kita menolak suara Roh Kudus, setiap kali kita memegang erat-erat dosa-dosa kesayangan kita, setiap kali kita abai datang kepada Yesus, setiap kali kita menolak mematuhi kebenaran, pembuluh-pembuluh arteri yang spiritual bertambah buntu. Prosesnya lama dan panjang, tetapi ujung-ujungnya akan berakhir dengan serangan jantung spiritual dan kematian kekal.

 

 

Is it not urgent for us to give our sins to Jesus? Is it not of critical importance to obey the truth in God's Word when we discover the truth? The book of  Hebrews admonishes us, Therefore, as the Holy Spirit says: ‘Today, if you will hear His voice, Do not harden your hearts as in the rebellion…” 

if you hear the voice of the Holy Spirit don't harden your heart.

And Jesus tells us, “Behold I stand at the door and knock. If anyone hears My voice and opens the door, I will come into him and dine with him, and He with Me.” (Revelation 3:20).

 

Tidakkah ini hal yang mendesak bagi kita untuk menyerahkan dosa-dosa kita kepada Yesus? Tidakkah sangat penting untuk mematuhi kebenaran di Firman Allah ketika kita menemukan kebenaran? Kitab Ibrani 3:7-8 menasihati kita,  7 Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus, ‘Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya, 8 janganlah mengeraskan hatimu, seperti di waktu pemberontakan…”  jika kita mendengar suara Roh Kudus, jangan mengeraskan hati.

Dan Yesus memberitahu kita, 20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membuka pintu, Aku akan masuk ke tempatnya dan  makan bersamanya dan ia bersama-Ku.” (Wahyu 3:20)

 

 

Now let's go back to the book of  Hebrews, being that we have about five minutes left to this study. Let's go to the book of  Hebrews and see how important it is to obey God when we receive the truth.  Hebrews chapter 5, and we will begin at verse 12, and we studied this in the Sabbath school lessons this last quarter. Not a lot of attention was dedicated to this particular passage, but let's go through,12 For though by this time…” Paul says, “…you ought to be teachers…” what should the  Hebrews have been by this point? They should have grown, progressed. He says,“…you need someone to teach you again the first principles of the oracles of God; and you have come to need milk and not solid food…” These are adults that are drinking milk. Verse 13, “…13 For everyone who partakes…” by the way, the word “only” is added, “…only of milk is unskilled in the word of righteousness, for he is a babe…” should we progress in our study of the Word, brothers and sisters? Absolutely! But the church is filled with spiritual babies who have not grown in their knowledge. And then he says in  verse 14, “…14 But solid food belongs to those who are of full age that is, those who by reason of use have their senses exercised to discern both good and evil.”

How do we discern good and evil? It is through a profound study of what? Of the Word, and the Holy Spirit helps us understand the Word, and He helps us to live by every Word that proceeds out of the mouth of God.

 

Sekarang mari kita kembali ke kitab Ibrani, kita hanya punya sisa waktu lima menit untuk pelajaran ini. Mari kita ke kitab Ibrani dan melihat betapa pentingnya mematuhi Allah ketika kita menerima kebenaran.

Ibrani pasal 5 dan kita akan mulai dari ayat 12, dan ini sudah kita pelajari di Sekolah Sabat kwartal yang lalu. Tidak banyak perhatian diberikan kepada ayat ini, tetapi mari kita bahas. 12 Sebab walaupun pada saat ini…” kata Paulus, “…kamu sudah seharusnya menjadi pengajar…” orang-orang Ibrani seharusnya sudah menjadi apa pada saat ini? Mereka seharusnya sudah bertumbuh, sudah maju. Paulus berkata, “…kamu masih membutuhkan orang untuk mengajari kamu lagi tentang prinsip-prinsip pertama dari pesan-pesan Allah; dan kamu masih memerlukan susu, dan bukan makanan keras…”  ini orang-orang dewasa minum susu. Ayat 13, “…13 Sebab siapa pun yang (hanya) memakai susu…”  kata “hanya” itu ditambahkan (tidak ada di naskah aslinya)   “…ia tidak terampil dalam firman kebenaran, sebab ia adalah bayi…”  Haruskah kita bertumbuh dalam mempelajari Firman, Saudara-saudara? Tentu saja! Tetapi gereja dipenuhi oleh bayi-bayi rohani yang tidak tumbuh dalam pengetahuan mereka. Kemudian Paulus katakan di ayat 14, “…14 Tetapi makanan padat itu buat mereka yang sudah dewasa, yaitu yang melalui praktek telah melatih pancaindera mereka untuk membedakan yang baik maupun yang jahat.” Bagaimana kita membedakan yang baik dan yang jahat? Melalui mempelajari secara mendalam apa? Firman Allah. Dan Roh Kudus membantu kita untuk memahami Firman, dan Dia membantu kita untuk hidup oleh setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.

 

 

And then in chapter 6 Paul continues his argument.  1 Therefore, leaving the discussion of the elementary principles of Christ…” he says, let's leave the ABC's that's for kindergarten “…let us go on to perfection…” that means maturity here  “…not laying again the foundation of repentance from dead works and of faith toward God, of the doctrine of baptisms, of laying on of hands, of resurrection of the dead, and of eternal judgment…” he says these are the basic doctrines. And then he says in verse 3, “… And this we will do if God permits…” And then he speaks of the unpardonable sin. “…For it is impossible for those who were once enlightened, and have tasted the heavenly gift, and have become partakers of the Holy Spirit, and have tasted the good word of God and the powers of the age to come, if they fall away…” why would they fall away? Because they’re babies, when they should be what? Adults.  “… if they fall away to renew them again to repentance, since they crucify again for themselves the Son of God, and put Him to an open shame…” And now he's going to give an example of what he means. “…For the earth which drinks in the rain that often comes upon it…”  what does rain represent? The Holy Spirit. So the Holy Spirit comes and comes “…For the earth which drinks in the rain that often comes upon it and bears herbs useful for those by whom it is cultivated, receives blessing from God; but…” what happens if the rain falls and falls and falls and people reject? Verse 8,  “… but if it bears thorns and briers, it is rejected and near to being cursed, whose end is to be burned.”

So the Holy Spirit through the Word comes, and comes, and comes, and if we reject, and reject, and reject, the end of the long process is that the Holy Spirit speaks and we no longer hear,  because we have become as Paul says, “dull of hearing”.

 

Kemudian di pasal 6 Paulus melanjutkan argumentasinya.1Sebab itu, dengan meninggalkan diskusi tentang prinsip-prinsip permulaan dari ajaran Kristus,…” kata Paulus, ayo kita tinggalkan ABC-nya, itu untuk Taman Kanak-kanak,  “…marilah kita lanjut ke kesempurnaan…”  di sini artinya kedewasaan “…dengan tidak meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan tentang dasar kepercayaan kepada Allah, 2 tentang doktrin baptisan-baptisan, tentang penumpangan tangan, tentang kebangkitan orang-orang mati, dan tentang hukuman kekal…”  kata Paulus ini adalah doktrin-doktrin dasar. Kemudian katanya di ayat 3, “…3 Dan ini akan kita lakukan jika Allah mengizinkannya…”  Lalu dia bicara tentang dosa yang tidak bisa diampuni.  “…4 Karena mustahil bagi mereka yang sudah pernah dicerahkan, dan yang sudah pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang telah ikut mengambil bagian dari Roh Kudus, 5 dan yang telah mengecap firman yang baik dari Allah, dan kuasa-kuasa dari dunia yang akan datang, 6 jika mereka murtad…”  mengapa mereka bisa murtad? Karena mereka tetap bayi-bayi, padahal seharusnya mereka sudah apa? Dewasa. “…6 jika mereka murtad, untuk memperbarui mereka lagi kepada pertobatan, sebab mereka telah menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan mempermalukanNya secara terbuka…” Dan sekarang Paulus akan memberikan contoh dari apa yang dimaksudnya. “…7 Sebab tanah yang minum air hujan yang sering turun ke atasnya…” hujan melambangkan apa? Roh Kudus. Jadi Roh Kudus turun dan turun,  “…7 Sebab tanah yang minum air hujan yang sering turun ke atasnya,  dan menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka oleh siapa itu ditanam, menerima berkat dari Allah; 8 tetapi…”  apa yang terjadi jika hujan turun, dan turun, dan turun, tapi manusia menolaknya? Ayat 8, “…8 tetapi  jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, ia ditolak dan segera akan dikutuk, yang akhirnya akan dibakar.” (Ibrani 6:1-8)

Jadi Roh Kudus melalui Firman Allah, turun, dan turun, dan turun, dan jika kita tolak, dan tolak, dan tolak, akhir dari proses yang panjang itu ialah Roh Kudus berbicara tapi kita tidak lagi mendengar, karena seperti kata Paulus, kita telah menjadi “tumpul dalam pendengaran” (Ibrani 5:11).

 

 

One of the fundamental problems that we have in the church today is that there's very little Bible study, and the Holy Spirit uses the Bible to convict us, and to lead us to Christ, and to lead us into all truth. So many Adventists are so superficial, and to a certain degree the  ministers are to blame for this, because you know, we give people something that they want to hear, something to entertain them, we tell a few jokes, you know, but there's very little in-depth study of the Word of God, something that challenges the mind, something that challenges the intellect. Adventists should be profound students of Scripture. They should be able to explain why we believe what we believe. They should be able to take people to see their sin, lead them to Jesus Christ, and lead them to embrace the truth that we found in God's Word.

I trust that having studied this that we will be among those who will share this wonderful message. 

 

Salah satu masalah fundamental yang ada di gereja kita sekarang ialah sangat sedikitnya pelajaran Alkitab. Dan Roh Kudus menggunakan Alkitab untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan kita, dan untuk menuntun kita kepada Kristus, dan menuntun kita kepada semua kebenaran. Begitu banyak orang Advent yang begitu dangkal, dan sampai batas tertentu ini adalah kesalahan para pendeta, karena kalian tahu, kami memberikan umat sesuatu yang mereka ingin dengar, sesuatu untuk menyenangkan hati mereka. Kami menyampaikan beberapa lelucon, tetapi sangat sedikit pelajaran yang mendalam tentang Firman Allah, sesuatu yang menantang pikiran, sesuatu yang menantang intelek. Orang-orang Advent haruslah menjadi pelajar-pelajar Kitab Suci yang mendalam. Mereka harus bisa menjelaskan mengapa kita meyakini apa yang kita yakini. Mereka harus bisa membuat orang melihat dosa-dosa mereka, menuntun mereka kepada Yesus Kristus, dan membimbing mereka untuk menerima kebenaran yang kita dapatkan di Firman Allah.

Saya percaya, setelah mempelajari ini kita akan berada di antara mereka yang akan membagikan kabar yang luar biasa ini.

 

 

31 01 25