WHAT
JESUS SAID
Part 23/24 - Stephen Bohr
THE UNPARDONABLE SIN
https://www.youtube.com/watch?v=-__OCqNLLjI
Dibuka dengan doa
The Bible is full of promises that describe the magnanimous forgiveness of
God. Several Word pictures portray God's generous willingness to forgive.
v The Psalmist
wrote that God is willing to remove our sins as far as the east is from the west
(Psalms 103:12).
So the question
is how far is the east from the west? The distance is infinite. The distance is
so great because the forgiveness of God is equally great.
v According to
Isaiah, when we repent, God will manifest a type of divine amnesia.
He says, “I will remember your sins no more” (Isaiah 43:25).
v In the same book
of Isaiah, God promises to blot out our sins like a cloud, and I’ve added
here “a Fresno fog”, which is burned away by the morning sun (Isaiah 44:22).
v The prophet
Micah promised that God will take our sins and cast them into the depths of the sea (Micah 7:19), and after that there's no fishing allowed.
v The laundry
metaphor is also used. God promises to cleanse us from all
unrighteousness (1 John 1:9).
v God also promises to take our sins and put them behind His back
where He cannot see them (Isaiah 38:17).
v In an analogy
from the world of commerce God promises to forgive our debt which is
so huge that we can never repay it (Matthew 18:27).
v Also an analogy
from the court of Law assures us that God will justify us or pronounce us not guilty
(Romans 4:3-8).
v Hebrews 7:25
assures us that God is willing to save us to the uttermost.
v In Exodus 34:6
and 7 describes God as “merciful and
gracious, long-suffering, and abounding in goodness and truth, keeping mercy
for thousands, forgiving iniquity, and transgression and sin”. What a
marvelous picture of the generous and forgiving God.
So you have all of these metaphors that show that God is magnanimous in His
forgiveness.
Alkitab penuh dengan janji yang menggambarkan besarnya
kemurahan pengampunan Allah. Beberapa gambaran dari Alkitab melukiskan betapa
besarnya keikhlasan Allah untuk mengampuni.
v Pemazmur menulis bahwa, Allah bersedia menyingkirkan dosa-dosa kita sejauh timur dari barat.
“12
sejauh timur dari barat, sejauh itu
pulalah dijauhkan-Nya pelanggaran-pelanggaran
kita dari kita.” (Mazmur 103:12)
Maka pertanyaannya ialah, seberapa jauhkah timur dari
barat? Jaraknya tidak terbatas. Jaraknya sedemikian besar karena pengampunan
Allah sama besarnya.
v Menurut Yesaya, bila kita bertobat, Allah
akan memunculkan sejenis amnesia ilahi. Dia berkata, “Aku tidak akan
mengingat dosa-dosamu lagi.”
“25
Aku, justru Aku, adalah Dia yang menghapus dosa-dosamu demi
Diriku sendiri; dan Aku tidak akan mengingat
dosa-dosamu.” (Yesaya 43:25).
v Di kitab Yesaya yang sama, Allah berjanji untuk menutupi dosa-dosa kita seperti awan, dan saya tambahkan di
sini “kabut Fresno”, yang hilang kena panas matahari pagi.
“22
Aku telah menghapus dosa-dosamu seperti dengan sebuah awan tebal. Dan
seperti awan,
pelanggaran-pelanggaranmu. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus
engkau.” (Yesaya 44:22).
v Nabi Mikha menjanjikan bahwa Allah akan mengambil
dosa-dosa kita dan melemparkannya ke kedalaman laut,
dan setelah itu dilarang memancing.
“19 Dia akan kembali menyayangi kita, dan akan menenggelamkan dosa-dosa. Engkau akan
menenggelamkan semua pelanggaran kami ke kedalaman laut.” (Mikhah 7:19)
v Metafora pembasuhan juga dipakai. Allah berjanji membasuh kita dari segala kejahatan.
“9 Jika
kita mengakui dosa kita, Ia setia dan
adil untuk mengampuni dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9).
v Allah juga berjanj untuk meletakkan dosa-dosa kita di belakang punggungNya di mana
Dia tidak bisa melihat mereka.
“17 Memang benar demi kedamaianku sendiri aku
menderita kepahitan berat. Tetapi dengan kasih sayang Engkau telah
menyelamatkan nyawaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah
melemparkan semua dosaku ke belakang punggungMu.” (Yesaya 38:17).
v Dalam sebuah analog dari dunia perdagangan, Allah
berjanji untuk mengampuni utang kita yang begitu besar
sehingga tidak mungkin pernah bisa kita bayar kembali.
“27
Lalu tuan hamba itu tergerak hatinya
oleh belas kasihan, membebaskannya dan mengampuni
utangnya.” (Matius 18:27).
v Juga sebuah analog dari pengadilan, menjamin bahwa Allah
akan membenarkan kita atau memutuskan kita tidak bersalah.
“3
Sebab apakah yang dikatakan Kitab Suci?
‘Abraham percaya kepada Tuhan, dan itu diperhitungkan
kepadanya sebagai kebenaran.’ 4 Nah,
bagi orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai karunia, melainkan
sebagai haknya. 5
Tetapi bagi orang yang tidak bekerja, namun
percaya kepada Dia yang membenarkan orang-orang fasik,
imannya diperhitungkan sebagai kebenaran. 6
Yaitu seperti juga yang digambarkan Daud bagaimana keberkahan orang yang kepadanya Allah memperhitungkan
kebenaran tanpa perbuatan, 7 dengan mengatakan, ‘Diberkatilah mereka yang pelanggaran-pelanggarannya
diampuni, dan yang dosa-dosanya ditutupi. 8 Diberkatilah manusia yang kepadanya Tuhan tidak akan membebankan dosa. (Roma 4:3-8).
v Ibrani 7:25 memberi kita jaminan bahwa Allah bersedia menyelamatkan kita secara menyeluruh.
“25
Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan sepenuhnya
mereka yang datang kepada Allah melalui Dia. Sebab Ia hidup senantiasa untuk melakukan perantaraan bagi mereka.” (Ibrani 7:25)
v Di Keluaran 34:6-7 melukiskan Allah sebagai, “6 … penuh
belas kasihan dan penuh rahmat, panjang
sabar, berlimpah dalam kebaikan dan kebenaran, 7
yang mempertahankan belas kasih-Nya bagi beribu-ribu
orang, yang mengampuni kejahatan,
pelanggaran dan dosa…” Betapa indahnya
gambar Allah yang mahamurah dan pengampun ini.
Jadi ada semua metafora ini yang menunjukkan bahwa Allah
itu mahamurah dalam memberikan pengampunanNya.
In the Old Testament God forgave all kinds of grievous sins.
v He forgave David
for murder and adultery. You have Psalm 51 and 1 Samuel 12:13.
v He forgave
Abraham for lying
v He forgave Moses
for slaying the Egyptian and for striking the rock twice.
v He forgave
Israel for worshiping the golden calf
v and He even
forgave Eve for aspiring to be equal to Him
v and He forgave
Adam for listening to his wife.
So these are examples of individuals who committed serious sins that God
forgave.
Di Perjanjian Lama Allah
mengampuni segala macam dosa yang berat.
v Dia mengampuni Daud untuk pembunuhan dan perzinahan. Ada
Mazmur 51, 1 Samuel 12:13.
v Dia mengampuni Abraham untuk berdusta.
v Dia mengampuni Musa untuk membunuh orang Mesir itu dan
untuk memukul batu di Meriba dua kali.
v Dia mengampuni Israel untuk menyembah lembu emas.
v Dan Dia bahkan mengampuni Hawa untuk ingin menjadi
setara dengan DiriNya.
v Dan Dia mengampuni Adam untuk mematuhi istrinya.
Jadi ini adalah contoh dari individu-individu yang telah
melakukan dosa-dosa besar yang diampuni Allah.
In the light of all these promises of God, it
is surprising indeed to discover that there is a sin that God cannot forgive.
Jesus spoke of this sin in Matthew 12:31 and 32. Let's read those verses. “31 Therefore I
say to you, every sin
and blasphemy will be forgiven men, but the
blasphemy against the
Spirit will not be forgiven men. 32 Anyone who speaks a
word against the Son of Man, it will be
forgiven him; but whoever speaks against the Holy Spirit, it will not be
forgiven him, either in this age or in the age to come.”
So we know from the Bible that there is such a thing as a sin that God will
not forgive, it's the sin against the Holy Spirit. The unpardonable sin, then is
called the
sin against the Holy Spirit.
Dalam konteks semua janji Tuhan ini, tentunya
mengherankan mendapatkan ada
dosa yang tidak bisa diampuni Allah. Yesus bicara tentang dosa
ini di Matius 12:31-32. Mari kita baca
ayat-ayat tersebut. “31
Sebab itu Aku berkata kepadamu: Untuk setiap
dosa dan hujat, manusia akan diampuni,
tetapi untuk hujat terhadap Roh Kudus, manusia tidak akan diampuni. 32 Dan siapa pun yang bicara satu kata menentang Anak Manusia, untuk
itu ia akan diampuni, tetapi siapa pun yang bicara menentang Roh Kudus, untuk itu ia tidak akan diampuni, tidak di zaman
ini, maupun di zaman yang akan datang.”
Jadi kita tahu dari Alkitab bahwa ada dosa yang tidak
akan diampuni Allah, yaitu dosa terhadap Roh Kudus. Kalau begitu dosa yang tidak bisa diampuni
itu disebut dosa
terhadap Roh Kudus.
What sin could be so evil that God himself would not be able to forgive it?
Let's answer this solemn question with a deep spirit of prayer, because it's
very, very, serious.
The Bible teaches that there are two kinds of sin. 1 John 5:16 explains
that
Ø there is a sin that
leads to death
Ø and a sin that
does not.
Let's read that verse in 1 John 5:16.
“16 If anyone sees his brother
sinning a sin which does not lead to death he will ask,
and He will give him life for those who commit sin not leading to death. There is
sin leading to
death. …” and there is
what? And there is sin that does not lead to death.
So I thought all sin led to death. The New Testament says “the wages of sin is…” what? “…death”, but
clearly there's a sin that leads to death and there's a sin that does not lead
to death. And the sin that leads to death is the sin
against the Holy Spirit.
Dosa apakah yang sebegitu jahatnya sehingga Allah tidak
bisa mengampuninya? Mari menjawab pertanyaan yang serius ini dengan roh berdoa
yang mendalam karena ini amat sangat serius.
Alkitab mengajarkan bahwa ada dua jenis dosa. 1 Yohanes
5:16 menjelaskan bahwa
Ø ada dosa yang membawa kepada maut (mati kekal),
Ø dan dosa yang tidak membawa kepada maut.
Mari kita baca
ayat di 1 Yohanes 5:16, “16
Kalau ada yang melihat saudaranya
berbuat dosa yang tidak membawa kepada maut,
dia akan memohon dan Dia (Allah) akan
memberikan hidup kepadanya, kepada mereka
yang berbuat dosa yang tidak membawa kepada
maut. Ada dosa yang membawa kepada maut…” dan ada apa? Dan ada dosa yang tidak membawa kepada maut.
Tadinya saya
menyangka semua dosa membawa kepada maut. Perjanjian Baru berkata “upah dosa ialah…” apa? “…maut.” (Roma
6:23) tetapi jelas ada dosa yang membawa
kepada maut dan ada dosa yang tidak membawa kepada maut. Dan dosa yang membawa kepada maut
ialah dosa terhadap Roh Kudus.
Now this text in 1 John 5:16 is in full harmony with the Old Testament.
In ancient Israel there were two kinds of sin:
v one kind was due
to human weakness, an oversight if you please, it was unintentional.
For example Leviticus
4:27-28, Numbers 15:22-29 this kind of sin could be atoned for in the sanctuary by
the shedding of the blood of an animal. Hebrews 9:22 says that “without the shedding of blood there is no
remission or forgiveness of sin”.
v However there
was a type of sin which God could not forgive by the shedding of
blood even, it was referred to as the sin with a “high hand”, or high-handed
sin.
This type of sin
is a deliberate,
premeditated sin, with no pangs of conscience, so to speak. It was a sin in
God's face. Numbers 15:30 and 31 describes this type of sin. “30 But the person who does anything
presumptuously, whether he is native-born or a stranger, that one brings reproach on the Lord,
and
he shall be cut off from among his people 31
because…” now this is key,
we saw the word “presumptuously” ~ now it says, “…because he has
despised the Word of the Lord and has broken His Commandment. That person shall
be completely cut off. His guilt shall be upon him.”
So the sin for
which there was no sacrifice was to sin presumptuously, and a sin that despised
the Word of the Lord.
Nah, ayat di 1 Yohanes 5:16 ini seluruhnya serasi dengan
Perjanjian Lama. Di Israel purba, ada dua jenis dosa:
v Satu jenis karena kelemahan manusia, suatu kekhilafan,
katakanlah demikian, suatu ketidaksengajaan. Misalnya
Imamat 4:27-28, Bilangan 15:22-29.
Jenis dosa ini bisa diampuni di Bait Suci
dengan mencurahkan darah hewan. Ibrani 9:22 mengatakan bahwa, “tanpa
penumpahan darah tidak mungkin ada
pengampunan dosa”
v Tetapi ada jenis dosa yang tidak bisa
diampuni Allah bahkan dengan penumpahan darah. Ini disebut sebagai dosa yang sewenang-wenang.
Jenis dosa ini adalah dosa yang disengaja dan
direncanakan, tanpa hati nurani, katakanlah demikian. Ini
adalah dosa yang menantang Allah. Bilangan 15:30-31
menggambarkan jenis dosa ini. “30
Tetapi orang yang berbuat apa pun
dengan lancang, baik orang Israel asli, atau orang asing, orang itu mempermalukan TUHAN, dan ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, 31
sebab…” nah, ini kuncinya,
kita melihat kata “lancang”, sekarang dikatakan, “…31
sebab ia telah
memandang hina Firman TUHAN dan telah melanggar
Perintah-Nya. Orang itu harus sama sekali dilenyapkan,
kesalahannya akan ditanggungnya sendiri…”
Jadi dosa yang untuknya tidak ada lagi kurban untuk
pengampunan dosa, adalah dosa yang lancang (sudah tahu tidak boleh tetap
dilanggar), dan dosa yang menghina (tidak menghargai) Firman Tuhan.
And then immediately after this God gives
us an example of that kind of a sin. In verses 32 to 36 we find a description,
actually an example of a person that committed this kind of sin. It says, “32 Now while the children of Israel
were in the wilderness, they found a man gathering sticks on the Sabbath
day. 33 And
those who found him gathering sticks brought him to Moses and Aaron, and to all
the congregation. 34 They
put him under guard, because it had not been explained what should be done
to him. 35 Then
the Lord said to Moses, ‘The
man must surely be put to death; all the congregation shall stone him with
stones outside the camp.’ 36 So,
as the Lord commanded Moses, all the
congregation brought him outside the camp and stoned him with stones, and he
died.” A very drastic
punishment.
Ellen White in Patriarchs and Prophets amplifies that this man said, “God says
we're not supposed to pick up sticks on Sabbath to make a fire. Tough luck, I’m
going to do it anyway.” A presumptuous sin against the clearly revealed Word of
God. God had given clear specifications about Sabbath observance in Exodus
20:8-11 and this man purposely defied the counsel of God.
Kemudian segera setelah itu, Allah memberi kita sebuah
contoh jenis dosa apa itu. Di Bilangan 15:32-36 kita mendapatkan sebuah
deskripsi, sesungguhnya sebuah contoh dari seseorang yang melakukan dosa jenis
ini. Dikatakan, “32
Nah, sementara orang Israel ada di padang
gurun, mereka menemukan seseorang sedang mengumpulkan ranting-ranting pada hari Sabat. 33 Dan mereka yang mendapati dia sedang mengumpulkan ranting-ranting membawanya
ke Musa dan Harun dan ke segenap umat
itu. 34 Mereka menempatkan orang
itu dalam tahanan, karena belum dijelaskan
apa yang harus dilakukan kepadanya. 35 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa, ‘Orang itu harus dihukum mati; segenap umat Israel harus
melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan.’ 36 Maka sebagaimana yang diperintahkan Tuhan
kepada Musa, segenap umat membawanya ke luar
perkemahan, dan melontarinya dengan batu, dan ia mati.”
Hukuman yang sangat drastis.
Ellen White di Patriarchs and Prophets menjelaskan bahwa orang ini berkata, “Allah
mengatakan kami tidak boleh memungut ranting pada hari Sabat untuk membuat api.
Biarin saja. Aku akan tetap melakukannya.” Suatu dosa lancang terhadap Firman
Allah yang jelas telah dinyatakan. Allah telah memberikan spesifikasi jelas
tentang pemeliharaan Sabat di Keluaran 20:8-11 dan orang ini dengan sengaja melawan ketentuan
Allah.
This type of sin is also described in Psalm 19:13 where David prayed that
God would keep him from committing this horrendous kind of transgression. Notice
what it says in Psalm 19:13, “ 13 Keep back Your servant also
from…” what?
“…from presumptuous sins;
let them not have dominion over me. Then I shall be blameless, and
I shall be innocent of…” what?
“…great transgression.” Not just “transgression”, “transgression” is qualified “of great transgression”.
Jenis dosa ini juga digambarkan di Mazmur 19:13 di mana
Daud berdoa agar Allah akan menghindarkan dia dari melakukan pelanggaran yang
mengerikan ini. Simak apa yang dikatakan di Mazmur 19:13, “13
Hindarkanlah hamba-Mu
juga dari…”
apa? “…dari dosa-dosa lancang; biarlah mereka tidak menguasai aku. Maka aku akan
tidak bercela dan aku tidak akan terlibat…” apa? “… pelanggaran besar…” Bukan sekadar
“pelanggaran”, tapi kata “pelanggaran” di sini dijelaskan sebagai “pelanggaran besar”.
We shall find in the course of our study that the unpardonable sin is a cherished and
habitual sin from which we do not wish to repent. It's a sin that
we want to hang on to, that we want to cherish. In other words, it is a
sin that we cling to until we lose our spiritual sensibility to the voice of
the Holy Spirit.
However, before we can understand the nature of this sin and look at
several biblical examples we must first lay down certain basic principles to
understand this type of sin.
And now we're going to take a look at the principles and what the work of
the Holy Spirit entails.
Dalam pelajaran kita, kita akan melihat bahwa dosa yang tidak bisa diampuni
adalah dosa kebiasaan yang disayangi, yang kita tidak berniat tinggalkan.
Ini adalah dosa yang mau kita
pertahankan, yang mau kita buat terus. Dengan kata lain itu
adalah dosa yang kita terus pertahankan hingga kita kehilangan kepekaan rohani
kita terhadap suara Roh Kudus.
Namun, sebelum kita bisa memahami kodrat dosa ini dan
menyimak beberapa contoh di Alkitab, lebih dulu kita harus meletakkan
prinsip-prinsip dasar tertentu untuk memahami jenis dosa ini.
Dan sekarang kita akan melihat prinsip-prinsipnya dan pekerjaan
Roh Kudus itu melibatkan apa saja.
Every person who is born into this world is born with freedom of choice (Deuteronomy 30:19; Joshua 24:15). “Choose ye this day whom you will serve” it says in Joshua 24:15. God has given us
the ability to choose right or wrong. However, the problem is that on our own
we are not able to know the difference between right and wrong, much less to
choose the right and reject the wrong.
The prophet Jeremiah wrote that our hearts are desperately wicked and even
we ourselves don't understand our hearts (Jeremiah 17:9).
This is why God has given every person in this world, along with the power of
choice, a conscience to guide our choices. And what is the conscience?
The best definition I have ever found is in the book God's Amazing Grace page 202. It's a devotional book. Before we read
that statement let me just mention that Martin Luther once said something which
is very wise. Actually this is what he said, “I fear my own heart more than the pope and all his cardinals”, because
our “heart is deceitful above all things”, is what Jeremiah says in Jeremiah 17:9.
So if we go by our heart, we’re doomed because our sinful heart will always lead us to
the wrong. That's why we need the Holy Spirit through the conscience to allow us to
understand the difference between right and wrong, and to choose the right and
reject the wrong.
Notice this definition: “Conscience is the
voice of God, heard amid the conflict of human passions; when it is resisted…”
when conscience and the voice of conscience
is resisted, “… the Spirit of God is grieved. Men have the
power to quench the Spirit of God; the power of choosing is left with them. They are allowed freedom of action. They may be obedient through the name and grace of our Redeemer, or
they may be
disobedient, and realize
the consequences.”
So do we have freedom of choice? Yes.
Can our sinful heart make the right choice? Can our sinful heart even show
us the difference between right and wrong? No! That's why God has given us
what? A conscience,
which is
the voice of the Holy Spirit speaking in the midst of the turbulent passions of
our life.
Setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini, lahir dengan
kebebasan untuk memilih (Ulangan 30:19; Yosua 24:15). “…pilihlah bagimu sendiri hari ini kepada siapa kamu akan beribadah” dikatakan di Yosua 24:15. Allah telah memberi kita
kemampuan untuk memilih yang benar atau yang salah. Namun, masalahnya ialah, dari diri kita sendiri, kita
tidak sanggup mengetahui bedanya antara yang benar dan yang salah, apalagi
untuk memilih yang benar dan menolak yang salah.
Nabi Yeremia
menulis bahwa hati kita sangat jahat dan bahkan kita sendiri tidak mengerti
hati kita.
“9 Hati
itu licik di
atas segala sesuatu, dan sangat jahat. Siapakah
yang bisa mengenalnya.” (Yeremia 17:9)
Itulah mengapa Allah
memberikan kepada setiap manusia di dunia ini, bersamaan dengan kuasa untuk
memilih, juga hati nurani untuk memimpin pilihan kita. Dan hati
nurani itu apa? Definisi yang paling bagus yang pernah saya temukan ada di buku
God’s Amazing Grace hal. 202. Ini buku doa harian. Sebelum kita baca pernyataan itu, saya ingin mengatakan
bahwa suatu kali Martin Luther pernah mengatakan sesuatu yang sangat bijak. Sesungguhnya
inilah yang dikatakannya, “Aku takut pada hatiku sendiri lebih daripada kepada
paus dan semua uskupnya”, karena “Hati itu
licik di atas segala sesuatu” seperti yang
dikatakan Yeremia di Yeremia 17:9. Maka jika kita menuruti hati kita sendiri,
kita celaka, karena hati kita yang
berdosa selalu akan membawa kita ke pilihan yang salah. Itulah
mengapa kita butuh Roh Kudus, yang
melalui hati nurani mengizinkan kita memahami bedanya antara yang benar dan
yang salah, supaya memilh yang benar dan menolak yang salah.
Simak definisi ini, “…Hati nurani
ialah suara Allah, yang terdengar di tengah konflik gairah manusia; bilamana
itu ditolak…” bila hati nurani dan suara hati nurani ditolak, “…Roh Allah didukakan. Manusia punya kuasa untuk
memadamkan Roh Allah; kuasa memilih ada pada mereka. Mereka diizinkan kebebasan
bertindak. Mereka boleh menjadi patuh melalui nama dan karunia Penebus kita,
atau mereka boleh menjadi tidak patuh dan menyadari konsekuensinya.” (God’s Amazing Grace hal. 202)
Jadi apakah kita punya kebebasan memilih? Ya.
Bisakah hati kita yang berdosa membuat pilihan yang benar? Bisakah hati
kita yang berdosa menunjukkan kita bedanya antara yang benar dan yang salah?
Tidak! Itulah mengapa Allah memberi kita apa? Hati nurani, yang adalah suara Roh Kudus berbicara di tengah gairah
keributan dalam hidup kita.
Let's talk a little more about the work of the Holy Spirit. In order to
understand the nature of the unpardonable sin, we must first understand who the
Holy Spirit is, and what His work consists of, and also how His work relates to
Jesus.
The Holy Spirit
is the third Person of the Godhead. He is not a mere essence or a mere power. He is rather a Person
who reasons, guides, reproves, thinks, helps, speaks, loves, and can be grieved.
It is difficult for us to conceive of the Holy Spirit as a Person because of
the metaphors that the Bible uses to describe His work.
v He is described
as a dove, and so we think that it was actually a dove that descended upon
Christ.
v He is described
as rain
v He is described
as oil
v as fire
v and as wind
But the Holy
Spirit is not a dove, the Holy Spirit is not rain, the Holy Spirit is not oil,
the Holy Spirit is not fire, the Holy Spirit is not wind. These are metaphors that describe the
functions of the Holy Spirit.
v like a dove, He
brings peace
v like rain He
makes our spiritual life green
v like oil He
allows us to impart light
v like fire He
consumes sin
v and like wind
His work can be seen but we can't see Him.
So these are metaphors that explain functions of the Holy Spirit.
We almost come to think when we look at these metaphors that the Holy
Spirit is a substance that is infused or poured into us like a liquid,
rather than a Person who is outside of us commanding the angels to help us overcome
sin.
Mari kita bicara lebih banyak tentang pekerjaan Roh
Kudus. Supaya bisa mengerti sifat dosa yang tidak bisa diampuni, pertama kita
harus mengerti siapa Roh Kudus itu, pekerjaanNya apa saja, dan juga bagaimana
pekerjaanNya terkait kepada Yesus.
Roh Kudus adalah
Pribadi ketiga dari Keallahhan. Dia bukan sekadar esensi atau sekadar kekuatan,
melainkan Dia adalah satu Pribadi yang berdalih,
membimbing, menegur, berpikir, menolong, berbicara, mengasihi, dan bisa
didukakan. Sulit bagi kita untuk menganggap Roh Kudus satu
Pribadi karena metafora-metafora yang dipakai Alkitab untuk menggambarkan
pekerjaanNya.
v Dia digambarkan sebagai merpati, maka kita pikir bahwa
yang turun ke atas Kristus itu benar-benar seekor merpati.
v Dia digambarkan sebagai hujan.
v Dia digambarkan sebagai minyak.
v Sebagai api.
v Dan sebagai angin.
Tetapi Roh
Kudus bukan merpati, Roh Kudus bukan hujan, Roh Kudus bukan minyak, Roh
Kudus bukan api, Roh
Kudus bukan angin. Ini hanyalah metafora-metafora
yang menggambarkan fungsi dari Roh Kudus.
v sebagai merpati, Dia membawa damai,
v sebagai hujan Dia membuat kehidupan rohani kita hijau,
v sebagai minyak, Dia membuat kita memancarkan terang,
v sebagai api Dia membakar habis dosa,
v dan sebagai angin pekerjaanNya bisa dilihat tetapi kita
tidak bisa melihat Dia.
Maka semua ini adalah metafora yang menjelaskan fungsi-fungsi
Roh Kudus.
Bila kita memandang semua metafora ini, kita nyaris
berpikir Roh Kudus adalah
suatu substansi yang dimasukkan atau
dicurahkan ke dalam kita seperti cairan, dan bukan satu Pribadi yang berada di luar kita yang memerintahkan
para malaikat untuk membantu kita mengalahkan dosa.
The Holy Spirit has three main
functions and they are all related to the Law of God.
1.
first and foremost, the
Holy Spirit convicts us of sin. That's John 16:8.
And what is sin? Sin is transgression
of the Law. So the Holy Spirit convicts us of our transgressions of the Law. So
the work
of the Holy Spirit is very closely connected with what? With the Law.
You know Pentecostals they say, “Oh you go by the Law we go by the Spirit.” That's
false, because one of the functions of the Holy Spirit is to convict us of sin,
and sin is the transgression of the Law.
The Holy Spirit actually wrote the Law on tables of stone (Exodus
31:18; compare
Luke 11:20 with Matthew 12:28). The finger of God is the
Holy Spirit. You say, how do we know
that? Well, we did this in a previous presentation.
ü Luke 11:20 says that Jesus cast out demons
with the Finger of God,
ü whereas Matthew 12:28 says that He cast out spirits
by the Spirit of God.
So the Spirit of God is the finger of God.
The Holy Spirit wrote the Ten Commandments
on tables of stone, and therefore He is able to convict us of sin.
The Holy Spirit who wrote the Law on
tables of stone, what else does He do? He also writes the Law on the tables of our heart
(Hebrews 8:7-13). So notice, the Holy Spirit convicts
us of our transgressions of the Law, and then He offers with His finger (not a
literal finger) but with His finger as He wrote the Law on tables of stone, He offers
to write the Law on the tables of our hearts. Isn't that an amazing promise?
Now let's continue. The Holy Spirit
does not only convict us of our external evil acts. By means of God's Spiritual
Law ~ see, the Law is not only a list of external regulations, the Law of God
reaches to the depths of our minds and hearts ~ because sin, we usually think
of sin as bad actions, but sin is first of all bad thinking that leads to bad
actions. And the Holy Spirit not only detects our bad actions, but He also
detects the motivations that lead to those bad actions, the Holy Spirit shows
that to us, so by means of God's Spiritual Law (cf. Romans 7:7-25), He shows us the inner depths of our beings,
our motives, feelings, thoughts, and intentions of the heart. It's like we read
in Hebrews 4:12 and 13 where it says that the Holy Spirit works like a sword, a two-edged
sword. Now a one-edged sword
would cut but a two-edged sword cuts all the more. And it says there in Hebrews 4 that it penetrates deep even to the
intentions of the heart. And not only the actions, He reveals to us who
we really are, both inside and out. In other words, by using the Spiritual Law,
the Holy
Spirit shows us our weakness and our wickedness, and He does not lie. That's
the first function of the Holy Spirit.
2.
The second function of
the Holy Spirit is that He not only convicts us of sin, of the transgression of
the Law,
but when we cry out in our desperate
need, when the Holy Spirit shows us our sin, not only internal but that which motivates
sin, we cry out, “who shall deliver me from this body of death” (Romans 7:24-25). And then the Holy Spirit says, “You can thank God for Jesus Christ, your
Lord.” In other words, the Holy Spirit not only shows us our
desperate situation but also points us to the righteousness of Jesus
Christ in order to be able to stand in the judgment (John 16:8). So what does He do? He rebukes our
sin, and He points us to whom? And He points us to Jesus. That is to say, after
Jesus left for heaven there is no one who can lead us to Jesus, but whom? But
the Holy Spirit (see John
16:13-15).
If we reject the voice of the Holy
Spirit who shows us our sinfulness and our need of Christ, there is
nothing more that God can do for us (Hebrews
10:25-31). If we reject the Holy Spirit we have no
way of reaching Jesus, because the Holy Spirit does Christ's work on earth.
Are you catching the picture?
3.
But the Holy Spirit
performs a third work. The Holy Spirit leads us into most truth. Okay, good! I’m
glad that you responded. The Holy Spirit leads us into all truth (John 16:13).
This stands to reason because He is
called the Spirit of what? The Spirit of truth (John 14:16-17). John 14:18
explains that Jesus comes to us through the Holy Spirit who is the representative
of Jesus Christ (John 14:26). But we ask what
is the truth, which the Holy Spirit leads us to? Well, Jesus explained that the Word of
God is the truth (John 17:17). So what is the truth that the Holy
Spirit leads us to? He leads us to the Word of God.
Does the Holy Spirit have a sword? What
work can the Holy Spirit do without a sword? The Holy Spirit has a sword, and
the sword is what? Ephesians 6:17 the sword of the Spirit is the Word of God.
The Holy Spirit never operates independently of the Word, the Holy Spirit always operates
through the Word. You know, so those Christians who base their experience and
emotion on jumping up and down in church, and rolling in the aisles, and
speaking in a language that even God can't understand, and they say, “Oh, you
know I have this wonderful spiritual experience, I have the Spirit in my life. But
I don't have to keep the Sabbath, I don't have to quit smoking, I don't have to
quit drinking, because I’ve got the Spirit.” They've got a serious problem because
the Holy
Spirit never operates in a person without at the same time leading the person
to be in harmony with the Word of God.
Let's continue. So the Spirit
leads us to the Word of God. This is why the apostle Paul tells us that
the sword of the Spirit is the Word of God. David tells us that the Law of God
is the truth (Psalm 119:142).
Roh Kudus punya
tiga fungsi utama dan semuanya itu terkait kepada Hukum Allah.
1.
Yang pertama dan terutama, Roh Kudus meyakinkan kita
bahwa kita sudah berbuat dosa. Itu Yohanes 16:8,
“8Dan
kalau Ia datang, Ia akan meyakinkan dunia
akan dosa, akan kebenaran dan akan penghakiman.”
Dan dosa itu apa? “…dosa ialah pelanggaran Hukum Allah” (1 Yohanes 3:4). Jadi Roh Kudus menunjukkan
pelanggaran-pelanggaran kita terhadap Hukum. Maka pekerjaan Roh
Kudus terkait sangat dekat dengan apa? Dengan Hukum.
Kalian tahu, orang-orang Pentakosta berkata, “Oh, kalian dikenal memiliki
Hukum, kami dikenal memiliki Roh.” Ini salah, karena salah satu fungsi Roh
Kudus ialah menunjukkan kepada kita dosa kita, dan dosa itu pelanggaran Hukum.
Sesungguhnya Roh Kudus yang menulis Hukum
pada loh-loh batu (Keluaran 31:18; bandingkan Lukas 11:20 dengan Matius 12:28). Jari Allah ialah Roh Kudus. Kalian berkata, dari mana
kita tahu itu? Nah, kita sudah melakukan ini di presentasi sebelumnya.
ü Lukas 11:20 mengatakan, Yesus
membuang setan dengan jari Allah,
“20Tetapi
jika Aku mengeluarkan setan dengan jari Allah, tidak
diragukan lagi Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”
ü Sementara Matius 12:28
mengatakan bahwa Yesus membuang roh-roh jahat dengan Roh Allah.
“28
Tetapi jika Aku mengeluarkan setan oleh Roh Allah, maka Kerajaan Allah sudah
datang kepadamu.”
Jadi Roh
Allah adalah jari Allah.
Roh Kudus menulis Kesepuluh Perintah Allah pada loh-loh
batu, dan oleh karenanya Dia bisa menunjukkan dosa kita.
Roh Kudus yang menulis Hukum pada loh-loh batu, apa lagi yang
dilakukanNya? Dia juga menulis Hukum Allah pada
loh-loh hati kita (Ibrani 8:7-13).
“10 ‘Karena
inilah Perjanjian yang akan Kubuat dengan
kaum Israel sesudah waktu itu,’ firman Tuhan. ‘Aku akan menaruh Hukum-Ku dalam pikiran mereka
dan menuliskannya dalam hati mereka, dan Aku
akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.’…” (Ibrani
8:10)
Jadi simak, Roh Kudus meyakinkan kita tentang
pelanggaran-pelanggaran kita terhadap Hukum, kemudian sementara Dia menulis
Hukum pada loh-loh batu dengan jariNya (bukan jari literal) Dia menawarkan
menulis Hukum pada loh-loh hati kita. Bukankah itu janji yang mengagumkan?
Sekarang mari kita lanjut. Roh Kudus tidak hanya
menunjukkan kepada kita tindakan-tindakan eksternal kita yang jahat. Melalui
Hukum spiritual Allah ~ lihat Hukum bukan sederetan daftar peraturan eksternal.
Hukum Allah mencapai sampai ke kedalaman pikiran dan hati kita ~ karena
biasanya kita berpikir bahwa dosa adalah perbuatan yang buruk, tetapi pertama-tama dosa adalah pikiran yang buruk yang melahirkan perbuatan
buruk. Dan Roh Kudus bukan hanya mendeteksi perbuatan-perbuatan
buruk kita, Dia juga mendeteksi motivasi yang melahirkan perbuatan-perbuatan
buruk itu. Roh Kudus menunjukkan itu kepada kita, melalui Hukum spiritual Allah
(Roma 7:7-25). Dia menunjukkan kepada kita inti hakiki diri kita,
motivasi kita, perasaan kita, pikiran kita, dan niat hati kita. Seperti yang
kita baca di Ibrani
4:12-13 di mana
dikatakan Roh Kudus bekerja seperti sebilah pedang, pedang yang bermata dua.
“12 Sebab
Firman Allah itu hidup dan berkuasa dan lebih tajam daripada pedang
bermata dua mana pun, ia menembus bahkan sampai ke
pemisahan jiwa dan roh, dan dari sendi-sendi
dan sumsum; dan adalah pengenal dari pikiran dan niat
hati. 13 Dan tidak ada satu makhluk pun yang tersembunyi dari pandangan-Nya tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mataNya, kepada siapa
kita harus memberikan pertanggungjawaban.”
Nah, pedang
bermata satu bisa memotong, tetapi pedang bermata dua akan semakin memotong.
Dan dikatakan di Ibrani 4 bahwa dia mempenetrasi dalam bahkan sampai ke niat
yang di dalam hati. Dan bukan hanya perbuatannya, Dia menyatakan kepada kita
siapa kita ini sesungguhnya, baik dalam dan luarnya. Dengan kata lain, dengan
memakai Hukum spiritual, Roh Kudus menunjukkan kepada
kita kelemahan-kelemahan kita dan kejahatan kita, dan Dia tidak berbohong.
Inilah fungsi pertama dari Roh Kudus.
2.
Fungsi yang kedua Roh Kudus ialah Dia bukan hanya
meyakinkan kita tentang dosa kita, tentang pelanggaran Hukum,
tetapi ketika kita berseru saat kita merasakan kebutuhan
yang sangat mendesak, ketika Roh Kudus menunjukkan dosa kita, bukan hanya yang
internal melainkan juga apa yang memotivasi dosa, kita berseru, “Siapakah yang akan menyelamatkan aku dari tubuh kematian
ini?” (Roma 7:25). Kemudian Roh Kudus berkata, “Kamu boleh bersyukur kepada
Allah untuk Yesus Kristus, Tuhanmu.”
“24
O, aku manusia celaka! Siapakah yang akan menyelamatkan
aku dari tubuh kematian ini? 25Aku bersyukur kepada Allah melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan pikiran aku sendiri
melayani Hukum Allah, tetapi dengan dagingku
(aku melayani) hukum dosa.” (Roma 7:24-25)
Dengan kata lain, Roh Kudus bukan hanya menunjukkan kondisi kita yang gawat,
tetapi juga menunjukkan kepada kita kebenaran Yesus Kristus,
supaya bisa berdiri di hadapan penghakiman (Yohanes 16:8). Jadi apa yang dilakukanNya? Dia menegur dosa kita dan
dia menunjuk supaya kita melihat ke Yesus. Artinya setelah Yesus kembali ke
Surga, tidak ada yang bisa menuntun kita kepada Yesus selain siapa? Selain Roh
Kudus (lihat Yohanes
16:13-15).
“13 Namun apabila Ia, yaitu Roh Kebenaran telah datang, Ia akan menuntun kamu kepada semua kebenaran; sebab Ia tidak akan
berkata-kata menurut kuasaNya sendiri, tetapi
apa yang didengar-Nya, Ia akan katakan dan
Ia akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang akan datang.14 Ia akan
memuliakan Aku, sebab Ia akan mengambil dari apa
yang milikKu dan menyampaikannya kepadamu. 15 Segala
sesuatu yang Bapa punya, adalah punyaKu;
sebab itu Aku berkata bahwa Ia akan mengambil dari milikKu dan menyampaikannya
kepadamu.’
Jika kita menolak
suara Roh Kudus yang menunjukkan kita
keberdosaan kita dan kebutuhan kita akan Kristus, maka tidak ada
lagi yang bisa Allah lakukan bagi kita (Ibrani 10:25-31). Jika kita menolak Roh Kudus kita
tidak punya jalan untuk mencapai Yesus, karena Roh Kudus yang melakukan
pekerjaan Kristus di dunia. Apakah kalian menangkap gambarnya?
3.
Tetapi Roh Kudus melakukan pekerjaan yang ketiga. Roh
Kudus menuntun kita kepada banyak kebenaran. (Protes dari audiens). Oke, bagus!
Saya senang kalian merespon. Roh Kudus menuntun kita kepada SEMUA
kebenaran (Yohanes 16:13).
Ini masuk akal karena Dia disebut Roh apa? Roh Kebenaran (Yohanes 14:16-17). Yohanes 14:18 menjelaskan bahwa Yesus datang kepada kita
melalui Roh Kudus yang adalah wakil Yesus Kristus (Yohanes
14:26). Tetapi
kita bertanya, apa kebenaran ke mana Roh Kudus menuntun kita? Nah, Yesus
menjelaskan bahwa Firman Allah itulah kebenaran
(Yohanes 17:17). Jadi apakah kebenaran, ke mana Roh Kudus menuntun
kita? Dia menuntun kita ke Firman Allah.
Apakah Roh Kudus punya sebilah pedang? Pekerjaan apa yang
bisa dilakukan Roh Kudus tanpa pedang? Roh Kudus punya pedang dan pedang itu
apa? Efesus 6:17, pedang Roh adalah Firman Allah.
Roh Kudus tidak pernah bekerja sendiri di luar Firman, Roh Kudus selalu bekerja
melalui Firman. Kalian tahu, jadi orang-orang Kristen yang mendasarkan
pengalaman dan emosi mereka pada
melompat naik turun di gereja, dan berguling-guling di lorong bangku, dan
berbicara dalam bahasa yang bahkan Allah pun tidak paham, dan mereka berkata,
“Oh, kalian tahu, saya mendapat pengalaman spiritual yang luar biasa ini, saya
punya Roh dalam hidup saya. Tetapi saya tidak usah memelihara Sabat, saya tidak
usah berhenti merokok, saya tidak usah berhenti minum alkohol, karena saya
punya Roh Kudus.” Yang mereka punya itu problem yang serius karena Roh Kudus tidak pernah beroperasi dalam seorang manusia tanpa pada
waktu yang sama menuntun orang itu supaya hidup selaras dengan Firman Allah.
Mari kita lanjut. Jadi Roh menuntun kita
ke Firman Allah. Inilah mengapa rasul Paulus memberitahu kita bahwa
pedang Roh itu Firman Allah. Daud memberitahu kita bahwa Hukum Allah itulah
kebenaran (Mazmur 119:142).
“142 Kebenaran-Mu adalah kebenaran yang kekal, dan Hukum-Mu adalah
kebenaran.”
Thus in
conclusion we see that the Holy Spirit:
Ø shows us our sin
by means of the Law
Ø leads us to
Christ as the solution for sin
Ø and guides us
into all truth
To reject this work of the Holy Spirit would obviously mean that
there is no way God can reach you.
Are the three functions of the Spirit clear? Okay.
Maka kesimpulannya, kita melihat bahwa Roh Kudus:
Ø menunjukkan dosa kita melalui Hukum,
Ø menuntun kita kepada Kristus sebagai solusi dosa,
Ø dan menuntun kita kepada semua kebenaran.
Menolak pekerjaan
Roh Kudus jelas berarti tidak ada jalan bagi Allah untuk mencapai kita.
Apakah ketiga fungsi Roh sudah jelas? Oke.
Now let's talk about our response to the Holy Spirit. We can choose to
respond to the wooing voice of the Holy Spirit, or we can resist. You know that
text that we have here in Acts 7:51, Stephen tells the members of the
Sanhedrin, “You always resist the Holy
Spirit.” Let me ask you, did Jesus give the religious leaders during three
and a half years a clear evidence that He was the Messiah? Did He give them
chance after chance, opportunity after opportunity to discern that He was the
Messiah? Yes. But what did they do? They resisted like Stephen said.
So
Ø we can choose to
resist the Holy Spirit,
Ø we can choose to
quench the Holy Spirit (1 Thessalonians
5:19),
Ø we can choose to
grieve the Holy Spirit (Ephesians 4:30),
Ø we can choose to
harden our hearts when He convicts us of sin, leads us to Christ, and reveals
the truth of God's Word to us (Hebrews 3:13;
Ephesians 4:17-19).
The Holy Spirit does not give up when we say “No” to Him the first time, or
the second time, or the third time. He is relentless and labors long with us.
Yet every ray of light rejected, deafens our ears a little bit more, until the
Holy Spirit speaks and we cannot hear His voice anymore. The conscience has
been seared as by a hot iron as Paul says in 1 Timothy 4:2 and the heart no
longer responds.
You see, the unpardonable sin is not any one particular sin that we commit, it is
the acculmination of a process where we continually say “No” to the voice of
the Holy Spirit who shows us our sins, leads us to Jesus, and reveals
the truth to us.
Sekarang mari kita bicara tentang respon kita ke Roh
Kudus. Kita bisa memilih untuk merespon rayuan suara Roh kudus, atau kita bisa
menolak. Kalian tahu ayat yang di Kisah 7:51, Stefanus memberitahu
anggota-anggota Sanhedrin, “… Kamu selalu menentang Roh Kudus…” Coba saya tanya, apakah selama 3½ tahun Yesus memberi
kepada para pemimpin rohani bukti jelas bahwa Dialah Sang Messias? Apakah Dia
memberi mereka kesempatan demi kesempatan, peluang demi peluang untuk memahami
bahwa Dialah Sang Messias? Ya. Tetapi apa yang mereka lakukan? Mereka menolak,
seperti kata Stefanus.
Jadi,
Ø kita bisa memilih untuk menolak Roh Kudus,
Ø kita bisa memilih untuk memadamkan Roh Kudus (1 Tesalonika 5:19)
Ø kita bisa memilih untuk mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:30)
Ø kita bisa memilih untuk mengeraskan hati
kita ketika Roh Kudus menunjukkan dosa kita dan menuntun kita kepada Kristus,
dan menyatakan kebenaran Firman Allah kepada kita (Ibrani 3:13; Efesus
4:17-19).
Roh Kudus tidak menyerah ketika kita mengatakan “Tidak”
kepadaNya pertama kalinya, atau kedua kalinya, atau ketiga
kalinya. Dia tidak berputus asa dan bekerja keras lama bersama kita. Namun
setiap pancaran sinar yang ditolak, menulikan telinga kita sedikit lebih banyak
lagi, hingga suatu waktu ketika Roh Kudus berbicara, kita tidak bisa mendengar
suaraNya lagi. Hati nurani sudah gosong dibakar oleh besi panas seperti kata Paulus
di 1 Timotius 4:2, dan hati tidak lagi memberi respon.
Kalian lihat, dosa
yang tidak bisq diampuni bukanlah satu dosa khusus yang kita lakukan, melainkan
akumulasi dari suatu proses di mana kita terus-menerus mengatakan “Tidak”
kepada suara Roh Kudus yang menunjukkan dosa-dosa kita, menuntun
kita kepada Yesus, dan menyatakan kebenaran kepada kita.
The Holy Spirit is like an alarm clock. If you let an alarm clock continue
sounding and don't get up in the morning, the time will come when you will sleep
through the alarm clock when it sounds.
Roh Kudus itu seperti sebuah jam alarem. Jika kita
biarkan jam alarem itu berbunyi dan tidak bangun di pagi hari, saatnya akan
tiba di mana kita akan tidur terus walaupun jam alarem itu berbunyi.
The Holy Spirit is also like a transmitter, and we are the receiver. If we
smash the receiver which is our conscience, it will not matter how much the
Holy Spirit transmits the message. It takes a transmitter and a receiver for
communication to exist.
Roh Kudus juga seperti sebuah pemancar, dan kita adalah
penerimanya. Jika kita banting penerimanya yang adalah hati nurani kita, tidak
jadi soal seberapa banyak Roh Kudus memancarkan pesanNya. Butuh
pemancar dan penerima agar bisa ada komunikasi.
There are three kinds of people who are in danger of committing the
unpardonable sin. Let's take a look at the three kinds of people that are in
danger of committing the unpardonable sin.
1. The self-righteous sinner.
ü This is the kind of sinner that Jesus referred to in Matthew 12:28,31 and
32.
Jesus had just
performed powerful signs and wonders and He had taught the Word of God with
authority. This left no doubt that He was the Messiah. Time and again God had
showed the religious leaders that Jesus was the Son of God. But these
self-righteous people have the audacity to attribute the work and teaching of
Jesus to the prince of demons, Beelzebub.
ü The story of the Pharisee and publican (see Luke 18:9-14)
is another illustration of this kind of
sinner,
ü as also is the story of the rich young ruler (Matthew 19:16-22).
How do you help someone
who doesn't feel the need to be helped? How do you cure someone who does not
admit that he's sick? How do you help one who is willfully blind to see?
ü In the book of Revelation, the church of Laodicea was and is in the danger
of committing this sin.
This church
living at the very end of time, is so self-satisfied that she is blind,
miserable, naked, poor, and yet she thinks that she's just the opposite.
Laodicea says, “I have 20/20 vision, I am rich and increased with goods, I’m happy,
I’m fully clothed”, but Jesus looked at Laodicea ~ which is a symbol of God's
remnant church at the end of time ~ as being blind, miserable, naked, poor. For
this reason, Jesus threatened to do what? To spew Laodicea out of His mouth.
You know, I want
you to imagine playing a very, you know, active sport like maybe soccer. And
you finish the soccer game, and you're very thirsty, and so you come to the
sidelines, and there's just warm water. It makes you nauseous. That's how Jesus
looks at Laodicea, lukewarm water, it makes you want to throw up. I guess the
more fancy word is to regurgitate.
Jesus threatens
to spew Laodicea out of His mouth (cf. Revelation 3: 14-22). The Jewish church in Christ's day was of this type as well. They felt
self-righteous and in need of nothing, therefore the Holy Spirit could do nothing
with them. They considered themselves sinless, and rejected Christ and the truth of
the Word of God, and in place they put their traditions. It must be
frustrating for the Holy Spirit to do all in His power to reach someone, and
yet to fail because of a refusal to listen to His voice.
So the first kind of person who is in
danger of committing the unpardonable sin is the self-righteous sinner, who thinks that he does
not need the help of the Holy Spirit.
2. The second type of sinner who is in danger
of committing the unpardonable sin is the unrighteous unbeliever.
ü Pharaoh is an example of this kind of sinner.
Some have been
puzzled by the repeated statements in Exodus that “God hardened
the heart of pharaoh”. If God
hardened his heart, how can pharaoh be responsible for his actions? is what
some people say.
a. First of all, it's necessary to realize that
Exodus also says that “pharaoh
hardened his heart”,
and you have the
references there in parentheses (cf. Exodus 7: 13, 14, 22, 8:15, 19;
9:12, 34-35; 10:20, 27; 11:10; 14:8). Not only does it say that God hardened his heart, it says that pharaoh hardened his heart.
b. Secondly, to use an example, the sun which
shines on the clay hardens it, but the same sun melts ice.
God's truth is
like the sun. It's shown to pharaoh. Pharaoh could have chosen to allow the
truth to melt his heart, but instead he hardened it. The light is not to blame,
it is the consistency of that which the light shines on. The Spirit spoke to
pharaoh, but pharaoh refused to hear His voice and to make the right choice.
ü There are other individuals in the Bible who committed the same sin. The Amorites
finally filled up the cup of their iniquity, and God had to destroy them (Genesis 15:16).
ü The antediluvian civilization,
where every
intent of the thoughts of man was only evil continually (Genesis 6:3, 5, 11-13; 2 Peter 2:5; Hebrews
11:7).
ü Felix committed this sin. You can read the story in Acts 24:25.
ü Agrippa committed this sin (Acts 26:28).
ü Herod and Pilate committed this sin and you have the references there (Luke 23:8,
9; Matthew 27:3-4, 19-20, 24; John 18)
ü As did Sodom and Gomorrah (Genesis 19:8-11).
Open sinners that had no interest in listening
to the voice of the Holy Spirit.
3. The third group, and this is the most serious,
that are in danger of committing the unpardonable sin, are unrighteous worldly Christians.
Are you with me?
Ada tiga jenis manusia yang terancam melakukan dosa yang
tidak bisa diampuni. Mari kita lihat ketiga jenis manusia ini yang beresiko
melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.
1.
Pendosa yang
merasa benar sendiri.
ü Ini adalah jenis pendosa yang
disebut Yesus di Matius 12:28,31-32.
Yesus baru saja membuat mujizat dan tanda-tanda ajaib dan
Dia telah mengajarkan Firman Allah dengan kuasa. Ini membuat tidak ada keraguan
bahwa Dialah Sang Messias. Berulang-ulang Allah telah menunjukkan kepada para
pemimpin rohani bahwa Yesus itu Anak Allah, tetapi orang-orang yang merasa
dirinya paling benar ini bersikap begitu lancang, berani mengatakan bahwa
pekerjaan dan ajaran Yesus itu berasal dari pangeran iblis, Beelzebub.
ü Kisah orang Farisi dan
pemungut cukai (Lukas 18:9-14) adalah ilustrasi
lain dari jenis pendosa ini,
ü demikian juga kisah penguasa
muda yang kaya (Matius
19:16-22).
Bagaimana kita bisa membantu orang yang tidak merasa
membutuhkan dibantu? Bagaimana kita menyembuhkan orang yang tidak mengaku bahwa
dia sakit? Bagaimana bisa membantu orang yang dengan sengaja mau buta, untuk
melihat?
ü Di kitab Wahyu, gereja
Laodekia sedang dalam bahaya melakukan dosa ini.
Gereja ini yang hidup di bagian terakhir usia dunia,
merasa begitu puas diri sehingga dia itu buta, menyedihkan, telanjang, miskin,
namun dia menganggap dia justru kebalikannya. Laodekia ini berkata, “Aku punya
penglihatan 20/20, aku kaya, dan punya banyak harta, aku gembira, aku punya
pakaian lengkap.” Tetapi Yesus memandang Laodekia ~ yang adalah simbol dari
gereja umat sisa Allah pada akhir zaman ~ sebagai buta, menyedihkan, telanjang
dan miskin. Karena alasan inilah Yesus mengancam untuk apa? Untuk memuntahkan
Laodekia dari mulutNya.
Kalian tahu, saya mau kalian membayangkan telah memainkan
olahraga yang sangat aktif, seperti misalnya sepak bola. Dan kita sudah
menyelesaikan permaian dan kita sangat haus, maka kita pergi ke bangku dan yang
ada hanya air hangat. Itu membuat kita mual. Seperti itulah Yesus memandang
Laodekia, air suam-suam kuku, yang membuat ingin memuntahkannya. Kata yang
lebih halus ialah mengeluarkannya kembali.
Yesus mengancam untuk memuntahkan Laodekia keluar dari
mulutNya (Wahyu 3:14-22). Gereja Yahudi di zaman Kristus juga sepert tipe ini
Mereka merasa benar sendiri dan tidak butuh apa pun, karena itu Roh Kudus tidak
bisa berbuat apa-apa pada mereka. Mereka menganggap diri sendiri
tidak punya dosa, dan menolak Kristus dan kebenaran Firman Allah, dan
menggantikannya dengan tradisi mereka. Tentunya itu sangat membuat
Roh Kudus frustrasi, melakukan sebisa-bisaNya untuk menjangkau seseorang, tapi
gagal karena menolak untuk mendengarkan suaraNya.
Maka jenis
pertama manusia yang terancam melakukan dosa yang tidak bisa diampuni adalah pendosa yang merasa benar sendiri, yang menganggap dia tidak butuh
bantuan Roh Kudus.
2.
Jenis kedua pendosa yang terancam melakukan dosa yang
tidak bisa diampuni adalah orang
tidak percaya yang tidak benar.
ü Firaun adalah contoh pendosa
jenis ini.
Ada yang bingung dengan pernyataan yang diulang-ulang di
Keluaran bahwa “Allah
mengeraskan hati Firaun”. Jika Allah yang megeraskan hatinya, mengapa Firaun
dianggap bertanggungjawab untuk
tindakannya? Itulah yang dikatakan beberapa orang.
a. Pertama, penting untuk menyadari bahwa Keluaran juga
berkata bahwa “Firaun
mengeraskan hatinya”,
dan ada referensinya di sana dalam kurung (Keluaran 7: 13, 14, 22, 8:15, 19; 9:12, 34-35; 10:20, 27; 11:10; 14:8) . Bukan saja dikatakan bahwa Allah mengeraskan hatinya,
tapi dikatakan bahwa Firaun mengeraskan hatinya.
b. Kedua, kita pakai contoh, matahari yang menyinari tanah
liat, membuatnya menjadi keras, tetapi matahari mencairkan es.
Kebenaran Allah ibarat matahari. Itu ditunjukkan Firaun.
Firaun bisa saja memilih untuk mengizinkan kebenaran itu mencairkan hatinya,
melainkan dia justru mengeraskannya. Yang salah bukan terangnya, tetapi kekonsistenan dari apa yang
disinari terang itu. Roh Kudus berbicara kepada Firaun, tetapi Firaun menolak
untuk mendengar suaraNya dan membuat keputusan yang benar.
ü Ada orang-orang lain di
Alkitab yang melakukan dosa yang sama. Suku Amori akhirnya memenuhi cawan dosa
mereka dan Allah harus membinasakan mereka (Kejadian 15:16).
ü Peradaban sebelum air bah,
Di mana “5 ….setiap imajinasi pikiran hatinya hanyalah jahat terus-menerus” (Kejadian 6:3, 5, 11-13; 2
Petrus 2:5; Ibrani
11:7).
ü Felix melakukan dosa ini.
Kalian bisa membaca ceritanya di Kisah 24:25.
ü Agrippa melakukan dosa ini (Kisah 26:28).
ü Herodes dan Pilatus melakukan
dosa ini, dan ada referensiya di sana (Lukas 23:8, 9; Matius 27:3-4, 19-20, 24; Yohanes 18).
ü Begitu juga Sodom and Gomora (Kejadian 19:8-11).
Para pendosa yang terang-terangan, yang tidak punya minat untuk
mendengarkan suara Roh Kudus.
3.
Kelompok ketiga, dan ini yang paling serius, yang dalam
bahaya melakukan dosa yang tidak bisa diampuni ialah orang-orang Kristen yang duniawi yang tidak benar.
Apakah kalian mengikuti saya?
1. So the first kind is what? The
self-righteous person.
2. The second is the individual who is worldly,
not interested in the truth, such as pharaoh and the other examples that we
have here,
3. But the third group that are in danger of
committing the unpardonable sin are unrighteous worldly Christians.
1.
Jadi jenis yang pertama itu apa? Orang yang merasa benar
sendiri.
2.
Yang kedua adalah orang yang duniawi, tidak tertarik pada
kebenaran, seperti Firaun dan contoh-contoh lain yang sudah diberikan.
3.
Tetapi kelompok ketiga dalam bahaya melakukan dosa
yang tidak bisa diampuni ialah orang-orang Kristen yang duniawi yang tidak
benar.
You might say, “How can you talk of unrighteous Christians? Is this not an
oxymoron?” The answer is that there is a certain category of Christians who are
in danger of committing the unpardonable sin, those who insist on keeping continue
sinning and at the same time they claim that they're going to be saved and the
Holy Spirit is leading in their lives. The apostle Paul gave a list of
sins that those who claim to serve the Lord are committing even though they
say, you know, “We belong to the Lord”. Notice 2 Timothy 3:1 to 5. By the way
Ellen White explains that this passage is referring to people who claim to be
Christians, “1 But know this, that in
the last days perilous times will come: 2 For men will be lovers of themselves, lovers of
money, boasters, proud, blasphemers, disobedient to parents, unthankful,
unholy, 3 unloving, unforgiving,
slanderers, without self-control, brutal, despisers of good, 4 traitors, headstrong,
haughty, lovers of pleasure rather than lovers of God,…” I would say that's a very, very, serious
catalogue of sins. Who is committing these sins? Notice how it ends in verse 5,
“…5 having…”
connects with all of the sins that are
mentioned before, “…having…” what? “…a
form of godliness but denying its power. And from such people turn
away!”
Let me ask you this, what is the power that they deny? They have a form
of godliness but they deny the power, what is the power, in the light of what
we're studying? It is the power of the Holy Spirit to overcome those sins.
These Christians want to have their cake and eat it too. They want to
continue living in sin, ignoring the voice of the Holy Spirit, and say, “We are
saved. We're saved by grace. We don't have to keep the Law of God.”
Kalian mungkin berkata, “Bagaimana Anda bisa mengatakan
orang Kristen yang tidak benar? Bukankah itu bertolakbelakang?” Jawabannya
ialah ada satu kelompok orang Kristen yang berada dalam bahaya melakukan dosa
yang tidak bisa diampuni, yaitu mereka yang ngotot terus berbuat dosa dan pada waktu yang sama mereka
mengklaim mereka akan selamat dan Roh Kudus sedang menuntun hidup mereka.
Rasul Paulus memberikan sebuah
daftar dari dosa-dosa yang dilakukan mereka yang mengklaim beribadah kepada
Tuhan, walaupun mereka berkata, “Kami milik Tuhan.” Simak 2
Timotius 3:1-5. Nah, Ellen white menjelaskan bahwa ayat-ayat ini mengacu kepada
orang-orang yang mengklaim sebagai orang Kristen. “1 Ketahuilah juga
bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang berbahaya. 2 Karena manusia
akan mencintai dirinya sendiri dan serakah, membual,
sombong, penghujat,
tidak patuh kepada orangtua, tidak tahu berterima kasih, tidak saleh, 3 tidak tahu mengasihi, tidak mengampuni, pemfitnah, tidak bisa mengendalikan
diri, garang, membenci apa yang baik, 4
pengkhianat, keras kepala, tinggi hati, pecinta
kesenangan lebih daripada mencintai
Allah…” menurut saya ini
katalog dosa yang amat sangat serius. Siapa yang sedang melakukan dosa-dosa
ini? Simak bagaimana akhirnya di ayat 5, “…5 memiliki…” dikaitkan kepada
semua dosa yang disebutkan sebelumnya, “…5 memiliki…” apa? “…suatu bentuk
kesalehan namun tidak mengakui kuasanya. Dari orang-orang seperti ini,
berpalinglah.”
Coba saya tanya, kuasa
apa yang tidak mereka akui? Mereka punya suatu bentuk kesalehan
tetapi mereka tidak mengakui kuasanya. Kuasa apa dalam konteks yang sedang kita
pelajari? Kuasa Roh Kudus untuk
mengalahkan dosa-dosa itu.
Orang-orang Kristen ini mau kedua-duanya. Mereka mau
terus hidup dalam dosa, mengabaikan suara Roh Kudus, dan berkata, “Kami
selamat. Kami diselamatkan kasih karunia, kami tidak usah mematuhi Hukum
Allah.”
In fact let's pursue that. There are people who claim to believe in Jesus,
and who violate the Law with impunity, under the pretext that Jesus did it all.
They claim that because we are not under Law but under grace (Romans 6:14), we are not required to keep the Law. They claim that victory over sin is
impossible in this life. That's not only what's being taught outside, the church too. They boast that Christ
kept the Law for us, so we don't have to keep it ourselves.
Jesus described these counterfeit Christians in the verses that we read before.
Let's read them again. “21 Not everyone who says to
Me,…” are these individuals who claim to be
Christians? Who are they speaking to? They're speaking to Jesus. Okay, so “…21 Not everyone who says to
Me, ‘Lord, Lord,’ shall enter the kingdom of heaven, but he who does the will of My Father
in heaven. 22 Many will say to Me in
that day, ‘Lord, Lord,…” see, they claim
to be Christians, “…‘Lord, Lord,
have we not prophesied in Your name, cast out demons in Your
name, and done many wonders in Your name?’ 23 And then I will declare to
them, ‘I never knew you; depart from Me, …” you who are transgressors of the Law. You know, the
New King James translates, “…you who practice Lawlessness!’…” (Matthew 7:21-23) which is similar to transgression of the
Law.
Nah, mari kita bahas itu. Ada orang-orang yang mengklaim mempercayai Yesus dan yang
melanggar Hukum tapi bebas dari hukuman, dengan dalih Yesus sudah melakukan
semuanya. Mereka mengklaim karena kita tidak di bawah Hukum tapi
di bawah kasih karunia (Roma 6:14), kita tidak diharuskan
mematuhi Hukum. Mereka mengklaim bahwa kemenangan atas dosa itu mustahil di
kehidupan yang sekarang. Ini tidak hanya diajarkan di luar, di gereja juga. Mereka menyombongkan bahwa Kristus sudah mematuhi Hukumnya
bagi kita, jadi kita tidak usah mematuhinya sendiri.
Yesus menggambarkan orang-orang Kristen gadungan
ini dalam ayat-ayat yang sudah kita baca tadi. Mari kita baca lagi. “21
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu…”
apakah orang-orang mengklaim sebagai
orang Kristen? Kepada siapa mereka bicara? Mereka bicara kepada Yesus. Oke,
jadi “…21 Bukan setiap
orang yang berseru kepadaKu, ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22
Pada hari itu banyak orang akan berseru kepada-Ku
‘Tuhan, Tuhan…” lihat, mereka mengklaim sebagai orang Kristen,
“…‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat dalam nama-Mu, dan mengusir setan dengan nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat dalam nama-Mu?’ 23 Pada waktu itulah
Aku akan menyatakan kepada mereka, ‘Aku
tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari Aku, …” kalian semua yang
melanggar Hukum. KJV menerjemahkannya, “…kamu sekalian yang melakukan dosa! (Matius 7:21-23)…” yang sama dengan melanggar Hukum.
So let me ask you are there individuals in the church that claim the
name of Jesus and even seem to exercise the gifts of the Spirit, that Jesus
says, “I never knew you because you are transgressors of the Law”? Absolutely!
As we have seen the Holy Spirit convicts us that we are transgressors of the
Law. When we see our sinfulness in the light of the Law, we feel a need for
Christ, and the Holy Spirit draws us to Him. However, if the Law was nailed to the cross
~ as some believe ~ how can the Holy Spirit show us our sin? Why would we even need
to feel a need for Christ? In fact, why would we even need grace, if there is
no Law, there is no sin.
Jadi saya mau bertanya, apakah ada orang-orang di gereja yang mengklaim nama
Yesus dan bahkan sepertinya mempraktekkan karunia-karunia Roh, yang kepada
mereka Yesus berkata, “Aku
tidak pernah mengenal kamu, karena kalian
semua adalah pelanggar Hukum”? Tepat sekali! Seperti yang telah kita simak, Roh
Kudus meyakinkan kita bahwa kita adalah para pelanggar Hukum. Ketika kita
memandang keberdosaan kita dalam konteks Hukum, kita merasa membutuhkan
Kristus, dan Roh Kudus menarik kita kepadaNya. Namun, andai Hukum telah dipakukan di salib ~
seperti yang diyakini beberapa orang ~ bagaimana
Roh Kudus bisa menunjukkan kepada kita dosa kita? Mengapa kita
bahkan perlu merasa membutuhkan Kristus? Sesungguhnya, mengapa kita membutuhkan
kasih karunia, andai tidak ada
Hukum, maka tidak ada dosa.
A young Christian man once told me, “I don't have to keep the Law because I
am not under Law but under grace.”
I asked him, “Do you repent?”
He answered, “Of course, I do.”
Then I asked him, “And what do you repent of?”
He said, “That's easy. I repent of sin.”
And then I asked him a final question, “And what is the definition of sin
that you repent of?”
He looked at me knowing that I had him in a corner.
I then read 1 John 3:4, “… ‘sin is the
transgression of the Law’…”, and I said to him, “How can you repent of
sin if
there is no Law to show you your sin? How can you feel a need for Christ
if the Law does not point out that you are a sinner? Actually to get rid
of the Law means to get rid of what? To get rid of grace. If there
is no Law that you transgress, why would you need grace?”
Seorang laki-laki muda Kristen pernah berkata kepada
saya, “Saya tidak usah mematuhi Hukum karena saya tidak di bawah Hukum
melainkan di bawah kasih karunia.”
Saya tanyai, “Apakah kamu bertobat?”
Dia menjawab, “Tentu saja.”
Lalu saya bertanya kepadanya, “Dan kamu bertobat dari
apa?”
Dia berkata, “Itu mudah. Saya bertobat dari dosa.”
Kemudian saya memberinya pertanyaan terakhir, “Dan apa
definisi dari dosa yang kamu
tobati?”
Dia memandang saya, menyadari bahwa saya telah memojokkan
dia.
Kemudian saya bacakan 1 Yohanes 3:4, “…‘dosa ialah
pelanggaran Hukum
Allah’…” dan saya katakan kepadanya, “Bagaimana
kamu bisa bertobat dari dosa jika tidak ada Hukum untuk menunjukkan dosamu kepadamu? Bagaimana kamu
bisa merasakan kebutuhan akan Kristus jika Hukum tidak
menujukkan bahwa kamu itu seorang pendosa? Sesungguhnya, menyingkirkan Hukum berarti menyingkirkan
apa? Menyingkirkan kasih karunia.
Jika tidak ada Hukum yang telah kamu langgar, mengapa kamu membutuhkan kasih
karunia?
Christians frequently use certain texts of the apostle Paul to excuse sin,
three of the favorites are Romans 6:14, Romans 3:28, and Romans 5:20.
Romans 3:28 says, ” 28 Therefore we conclude that a man is justified
by faith apart from (without) the deeds (works) of the Law.”
So they say, “I don't have to do any works, because I’m justified by faith
by what I believe.”
Orang-orang Kristen
sering menggunakan ayat-ayat tertentu tulisan rasul Paulus untuk membenarkan
dosa. Tiga yang paling favorit ialah Roma 6:14, Roma 3:28 dan Roma 5:20.
Roma 3:28
mengatakan, “28 Oleh karena itu, kami simpulkan, bahwa
manusia dibenarkan oleh iman tanpa melakukan perbuatan Hukum.”
Jadi mereka
berkata, “Saya tidak usah melakukan perbuatan apa pun karena saya sudah
dibenarkan oleh iman, oleh apa yang saya yakini.”
In chapter 5:20 Paul says, “20 … where sin
abounded, grace did much more abound” (KJV) So where there's lots of sin, there's lots of grace. That's the way that
they argue.
Di Roma 5:20 Paulus berkata, “20 … di mana ada banyak dosa, kasih karunia ada
lebih banyak…” Jadi di mana ada banyak dosa, di sana ada banyak rahmat
(kasih karunia). Itulah argumentasi mereka.
And in Romans 6:14 it says, “14 For sin shall not have dominion over you, for you
are not under Law but under grace.”
So people say, “I’m not under the Law, I’m under grace, so what I do or
don't do, doesn't make any difference.”
Dan di Roma 6:14 dikatakan, “14 Sebab dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu, karena kamu tidak di bawah
Hukum, tetapi di bawah kasih karunia…” Jadi orang-orang berkata, “Saya tidak di bawah Hukum,
saya di bawah kasih karunia, jadi apa yang saya buat atau tidak buat, tidak ada
pengaruhnya.”
The apostle Paul knew that people were going to argue this way, so in the
immediately succeeding context he says, “15 What then? Shall we sin because we are not under Law
but under grace? God forbid!” (KJV) Shall we sin then because that grace may abound? No way! He says in the
next verses. And where it says that
we're “justified by faith without the works of
Law” (Romans 3:28), the apostle
Paul says, “do we then do away with the
Law because of faith?” He says, “No
way!” (Roma 3:31). He uses the expression “God
forbid”.
We need to be very careful about misusing the Word of God that the Holy
Spirit is trying to use to convict us of sin.
Rasul Paulus tahu bahwa akan ada orang-orang yang
berargumentasi seperti ini maka segera dalam konteks berikutnya, dia
berkata, “15
Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak di bawah
Hukum, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!”
Apakah kita akan berbuat dosa
supaya kasih karunia boleh berlimpah? Sama sekali tidak! Dia berkata di
ayat-ayat berikutnya. Dan di mana dikatakan bahwa kita “dibenarkan oleh
iman tanpa melakukan perbuatan Hukum” (Roma 3:28), rasul Paulus berkata, “apakah kita akan menyingkirkan
Hukum karena iman?” Dia berkata, “Sama sekali tidak!” (Roma
3:31), dia menggunakan ungkapan “Jangan sampai terjadi”.
Kita harus sangat
berhati-hati, jangan salah menggunakan Firman Allah yang dipakai Roh Kudus
untuk mencoba meyakinkan kita tentang dosa.
There are many examples of this type of sinner in the Bible.
ü There is king Saul who received the Holy Spirit at the beginning of his
reign. (1 Samuel 16:6, 9, 10;
15:22, 23; 16:14)
ü Judas Iscariot who claimed to be loyal to Jesus but became identified with
covetousness (Luke 22:3).
ü Achan (Joshua 7:12-14).
ü Ananias and Sapphira (Acts
5:1-11).
ü The man in the wilderness who trampled on the Sabbath (Numbers 15:32-36).
ü Nadab and Abihu (Leviticus 10:1-10).
ü and ancient Israel before the Babylonian captivity (2 Chronicles 36:15-16).
ü Paul also mentions two individuals who committed this sin (I Timothy 1:19-20).
All three of these kinds of sinners have a common denominator, they really
do not see how serious sin is, they therefore feel no need to come to Jesus for forgiveness and cleansing. They also
refuse to embrace the truth as it is revealed by the Holy Spirit. Those who
commit the unpardonable sin do so in the face of great light.
In each of the cases above, those who committed the unpardonable sin had an
abundance of knowledge imparted by the Holy Spirit. So in other words, there's no
excuse for any of the three groups that commit the unpardonable sin.
Di Alkitab ada banyak contoh dari jenis pendosa ini.
ü Ada raja Saul yang telah
menerima Roh Kudus pada awal pemerintahannya sebagai raja (1 Samuel 16:6, 9, 10;
15:22, 23; 16:14).
ü Yudas Iskariot yang mengklaim
setia kepada Yesus tetapi kemudian ternyata serakah (Lukas 22:3).
ü Akhan (Yosua 7:12-14).
ü Ananias dan Safira (Kisah 5:1-11).
ü Orang di padang gurun yang
menginjak-injak Sabat (Bilangan
15:32-36).
ü Nadab dan Abihu (Imamat 10:1-10).
ü Dan Israel kuno sebelum
penawanan Babilon (2 Tawarikh 36:15-16).
ü Paulus juga menyebut dua orang
yang melakukan dosa ini (I Timotius 1:19-20).
Semua ketiga jenis pendosa ini punya satu kesamaan,
mereka benar-benar tidak melihat betapa seriusnya dosa itu, karena itu mereka
tidak merasa perlunya datang ke Yesus untuk minta pengampunan dan pembersihan.
Mereka juga menolak menerima kebenaran sebagaimana yang dinyatakan oleh Roh
Kudus. Mereka yang melakukan dosa yang
tidak bisa diampuni, melakukan itu, walaupun sudah diberikan terang yang
besar.
Di setiap kasus di atas, mereka yang melakukan dosa yang
tidak bisa diampuni sudah punya banyak pengetahuan yang dibagikan oleh Roh
Kudus. Jadi dengan kata lain, tidak
ada alasan bagi ketiga kelompok itu yang melakukan dosa yang tidak bisa
diampuni.
Now let's talk about the need to obey immediately. It is a
serious matter to love darkness rather than light (John 3:19-20). The Word of God is a lamp unto our feet
and a light unto our path (Psalm 119:105). To reject the Word is to reject the light,
because the Word is the light. When a person spends too long in the dark, what
happens with the optic nerve? The optic nerve is damaged, and blindness ensues.
Then the person dwells in darkness the rest of his life. To choose to live in
spiritual darkness, will do the same thing spiritually (Matthew 6:22-23). We must choose to become children of what? Of the light (John
12:35, 36).
Nah, mari kita bicara tentang perlunya segera mematuhi. Mencintai
kegelapan dan bukan terang (Yohanes 3:19-20) adalah hal yang serius.
“19 Dan inilah kutukan itu bahwa terang telah
datang ke dalam dunia, dan manusia lebih
menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. 20
Sebab setiap orang yang berbuat jahat,
membenci terang, dan juga tidak datang
kepada terang itu, supaya jangan
perbuatan-perbuatannya itu ditegur.”
Firman Allah itu lampu bagi kaki kita dan terang pada
jalan kita (Mazmur 119:105).
“105 Firman-Mu itu
pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”
Menolak Firman Allah
ialah menolak terang, karena Firman itulah terang. Bila orang terlalu lama
berada dalam kegelapan, apa yang terjadi pada syaraf optiknya? Syaraf optiknya
rusak, dan akibatnya kebutaan. Lalu orang itu akan hidup dalam kegelapan seumur
hidupnya. Memilih untuk hidup dalam kegelapan spiritual, akan mengakibatkan hal
yang sama secara spiritual (Matius 6:22-23).
“22
Pelita tubuh ialah mata. Jadi jika matamu baik, seluruh tubuhmu akan dipenuhi dipenuhi
terang. 23 Tetapi jika matamu
jahat, seluruh tubuhmu akan dipenuhi oleh kegelapan. Jadi jika terang yang ada padamu itu kegelapan, betapa besarnya kegelapan itu.”
Kita harus memilih menjadi anak-anak apa? Anak-anak
terang (Yohanes 12:35-36).
“35
Lalu kata Yesus kepada mereka, ‘Hanya
sedikit waktu lagi Terang itu ada di antara
kamu. Berjalanlah selama kamu memiliki Terang itu, kalau tidak kegelapan menguasai kamu. Barangsiapa berjalan dalam
kegelapan, tidak tahu ke mana ia pergi. 36 Selama kamu memiliki
Terang itu, percayalah pada Terang itu supaya kamu boleh menjadi anak-anak terang.’ Sesudah mengatakan hal-hal ini, Yesus pergi dan menyembunyikan DiriNya dari mereka.”
At the end of human history the whole earth will be enlightened with the
Word of God (Revelation 18:1). On the other hand, Satan will be working to
keep people in darkness. In 2 Thessalonians chapter 2, the apostle Paul wrote
about the great
delusions that are going to take place at the end of time.
Why will the wicked be lost? Verses 10 to 13 explain why the wicked are going to be lost.
It's because
they did not love the truth. And if they did not love the truth, what
were they doing with the voice of the Holy Spirit? They were quenching the voice of the
Holy Spirit.
Di akhir sejarah manusia, seluruh dunia akan diterangi
oleh Firman Allah (Wahyu 18:1).
“1 Setelah
hal-hal itu, aku melihat seorang
malaikat lain turun dari sorga, yang
mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya.”
Di pihak lain,
Setan akan terus bekerja untuk menahan manusia dalam kegelapan. Di 2 Tesalonika
pasal 2, rasul Paulus menulis tentang penyesatan-penyesatan besar yang
akan terjadi pada akhir zaman. Mengapa orang-orang jahat tidak akan selamat? Ayat
10-13 menjelaskan mengapa orang-orang
jahat akan sesat. Itu karena
mereka tidak mencintai kebenaran. Dan jika mereka tidak
mencintai kebenaran, apa yang mereka perbuat dengan suara Roh Kudus? Mereka sedang memadamkan suara
Roh Kudus.
Let's read 2 Thessalonians 2:9 through 12. “ 9 The coming of the lawless one is according to the working of Satan, with
all power, signs, and lying wonders, 10 and with all unrighteous deception among those
who perish, because they did not…” why do they perish? “…because they did not receive…” what?
“…the love of the truth…” and who is it that is the truth? The Holy Spirit is the truth. So who did
they reject? The Holy Spirit “…they did not
receive the love of the truth that they might be saved. 11 And for this reason
God will send them strong delusion, that they should believe the
lie, 12 that
they all may be condemned who did not believe the truth but had pleasure
in unrighteousness.”
Did you know that it is actually possible to repeat a lie so many times
that you gradually come to believe that it's the truth? Is it just possible
that you can continue saying, “Sunday's the day of rest, Sunday is the day of
rest, Sunday is the day of rest.” So that finally the Holy Spirit can say, “No
it's not Sunday but Sabbath”, but your conscience is so seared that you're not
willing to accept the fact that the Bible, which is the sword of the Holy
Spirit tells you, that it is the Sabbath. This is what is happening in the
world today.
Mari kita baca 2 Tesalonika 2:9-12. “9 Kedatangan
si pelanggar hukum itu sesuai pekerjaan Setan, dengan segala kuasa, tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban bohong, 10 dengan
segala penyesatan yang tidak benar di antara orang-orang yang harus binasa karena
mereka tidak…” mengapa mereka binasa? “…karena mereka tidak menerima…” apa? “…cinta pada kebenaran…” dan siapakah kebenaran itu?
Roh Kudus itulah kebenaran. Jadi siapa yang mereka tolak? Roh Kudus, “…mereka tidak menerima
cinta pada kebenaran agar mereka boleh diselamatkan. 11 Dan itulah sebabnya
Allah akan mengirimi mereka khayalan palsu yang
kuat, agar mereka akan mempercayai dusta tersebut 12 supaya mereka
semua akan dihukum, yang tidak percaya
kebenaran melainkan yang menyukai ketidakbenaran.”
Tahukah kalian bahwa dengan begitu seringnya mengulangi
suatu kebohongan, kita perlahan-lahan menjadi percaya bahwa itu kebenaran?
Sangat mungkin kita bisa berulang-ulang berkata, “Hari Minggu adalah hari
perhentian, hari Minggu adalah hari perhentian, hari Minggu adalah hari perhentian”,
maka akhirnya bila Roh Kudus berkata, “Tidak, bukan hari Minggu, melainkan hari
Sabat”, hati nurani kita sudah begitu gosong sehingga kita tidak bersedia
menerima fakta yang diberitahukan Alkitab, yang adalah pedang Roh Kudus, bahwa hari
perhentian itu hari Sabat. Inilah yang sedang terjadi di dunia sekarang ini.
Folks, there are limits to God's forbearance. Revelation 22:11 speaks
of the moment when the whole world will have taken sides, when probation closes,
everyone will have made their decision, and the question is what side are we
going to be in? Are we going to have a sensitive conscience that listens to the
Holy Spirit, and when the Holy Spirit speaks to us do we say, “Speak, Lord, for Your servant heareth” just
like Samuel did?
Saudara-saudara, kesabaran Allah ada batasnya.
Wahyu 22:11 bicara tentang saat ketika seluruh dunia telah membuat pilihan,
ketika masa kemurahan Allah berakhir, semua
orang telah mengambil keputusan mereka, dan pertanyaannya ialah kita akan ada
di sisi yang mana? Apakah kita akan
punya hati nurani yang peka yang mendengarkan Roh Kudus, dan ketika Roh Kudus
berbicara kepada kita, apakah kita berkata, “Bicaralah, Tuhan, karena hambamu mendengarkan”
(1 Samuel 3:9) sama seperti yang dilakukan Samuel?
What must we do then? We must learn to listen to the voice of the Holy
Spirit. This is not some mystical esoteric meditative experience. The Holy
Spirit works through the Word, that's why the Devil has so many distractions so
that we don't study the Word. He uses His sword. The Word is His sword. Study the Word,
pray for the Holy Spirit to show your sins, obey God's truth the moment that
the truth is revealed. Do not become sluggish. In fact the book of Hebrews tells us that the first step toward the unpardonable
sin is not to grow spiritually (Hebrews 5:11-14; 6:1-8).
If we have time we'll come back to this.
Apa yang harus kita lakukan kalau begitu? Kita harus
belajar mendengar suara Roh Kudus. Ini bukan semacam pengalaman meditasi mistik
esoterik. Roh Kudus bekerja melalui Firman Allah, itulah mengapa Iblis membuat
begitu banyak pengalihan perhatian supaya kita tidak mempelajari Firman. Roh
Kudus menggunakan pedangNya. Firman Allah itulah pedangNya. Pelajari Firman, mohon agar
Roh Kudus menunjukkan dosa-dosa kita, patuhi kebenaran Allah begitu kebenaran
itu dinyatakan. Jangan malas. Bahkan kitab Ibrani mengatakan kepada kita bahwa langkah pertama menuju dosa yang
tidak bisa diampuni ialah tidak bertumbuh secara spiritual (Ibrani 5:11-14; 6:1-8). Jika ada waktu, nanti kita
kembali kemari.
The story of Gulliver's Travels has a great lesson for us. When Gulliver
ended up on the island of the pygmies, and they began tying his arms and legs
with thread, he was not too concerned. After all, who can't break strands of
thread? However, eventually he was bound with so much thread that he could not
escape.
Proverbs 5:22 tells us the same lesson. “22 His own iniquities entrap the
wicked man, and he is
caught in the cords of his sin.”
We might say, “this sin will not count this time”, or “I will delay
following the truth until a later time”. The passing of time will not make it
easier to overcome sin or obey the truth. If anything, the passing of time will
make it increasingly more difficult.
Kisah Gulliver’s Travel memberi kita pelajaran yang
bagus. Ketika Gulliver berakhir di sebuah pulau orang-orang pigmi (orang yang
berukuran kecil-kecil), dan mereka mulai mengikat tangan dan kakinya dengan
benang (bagi orang pigmi itu tali, tapi bagi Gulliver yang jauh lebih besar,
itu hanya benang), dia tidak terlalu perduli. Memangnya siapa yang tidak bisa
memutuskan benang? Namun, akhirnya dia terikat begitu banyak benang sampai dia
tidak bisa lepas.
Amsal 5:22 memberitahu kita pelajaran yang sama. “22 Dosa-dosanya
sendiri menjerat orang yang fasik, dan dia terperangkap dalam tali-tali dosanya
sendiri.”
Kita mungkin berkata,
“Kali ini dosa ini tidak
diperhitungkan”, atau “saya mau menunda mengikuti kebenaran hingga nanti saja”.
Berlalunya waktu tidak akan membuatnya lebih mudah untuk mengalahkan dosa atau
mematuhi kebenaran. Malah dengan berlalunya waktu itu akan membuatnya menjadi
lebih sulit.
We could compare the process of the unpardonable sin with the hardening of
the arteries. The arteries do not get clogged up all at once, it is a long slow
process. But the ultimate result is a heart attack, and physical death. In the
same way every time we reject the voice of the Holy Spirit, every time we hang
on to our cherished sins, every time we neglect to come to Jesus, every time we
refuse to obey the truth, our spiritual arteries are getting clogged up. The
process is long and slow, but ultimately it will end up in a spiritual heart
attack and everlasting death.
Kita bisa membandingkan proses dosa yang tidak bisa
diampuni dengan pengerasan pembuluh darah. Pembuluh-pembuluh darah arteri tidak
tiba-tiba buntu, itu adalah proses yang panjang dan lama. Tetapi akibat
akhirnya adalah serangan jantung dan kematian fisik. Dengan cara yang sama
setiap kali kita menolak suara Roh Kudus, setiap kali kita memegang erat-erat
dosa-dosa kesayangan kita, setiap kali kita abai datang kepada Yesus, setiap
kali kita menolak mematuhi kebenaran, pembuluh-pembuluh arteri yang spiritual
bertambah buntu. Prosesnya lama dan panjang, tetapi ujung-ujungnya akan
berakhir dengan serangan jantung spiritual dan kematian kekal.
Is it not urgent for us to give our sins to Jesus? Is it not of critical
importance to obey the truth in God's Word when we discover the truth? The book
of Hebrews admonishes us, “7 Therefore, as the Holy
Spirit says: ‘Today, if you will hear His voice, 8 Do not
harden your hearts as in the rebellion…”
if you hear the voice of the Holy Spirit don't harden your heart.
And Jesus tells us, “Behold I stand
at the door and knock. If anyone hears My voice and opens the door, I will come
into him and dine with him, and He with Me.” (Revelation 3:20).
Tidakkah ini hal yang mendesak bagi kita untuk
menyerahkan dosa-dosa kita kepada Yesus? Tidakkah sangat penting untuk mematuhi
kebenaran di Firman Allah ketika kita menemukan kebenaran? Kitab Ibrani 3:7-8
menasihati kita, “7 Sebab itu, seperti yang dikatakan
Roh Kudus, ‘Hari ini, jika kamu mau mendengar
suara-Nya, 8 janganlah mengeraskan
hatimu, seperti di waktu pemberontakan…” jika kita
mendengar suara Roh Kudus, jangan mengeraskan hati.
Dan Yesus
memberitahu kita, “20
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang
mendengar suara-Ku dan membuka pintu, Aku akan masuk ke tempatnya dan makan
bersamanya dan ia bersama-Ku.” (Wahyu
3:20)
Now let's go back to the book of Hebrews, being that we have about five minutes
left to this study. Let's go to the book of Hebrews and see how important it is to obey
God when we receive the truth. Hebrews
chapter 5, and we will begin at verse 12, and we studied this in the Sabbath
school lessons this last quarter. Not a lot of attention was dedicated to this
particular passage, but let's go through, “12 For though by this time…” Paul says, “…you ought to be teachers…” what should the Hebrews have been by this point? They should
have grown, progressed. He says,“…you need someone to
teach you again the first principles of the oracles of God; and you have come
to need milk and not solid food…” These are adults that are drinking milk. Verse 13, “…13 For everyone who partakes…” by the way, the word “only” is added, “…only of milk is unskilled
in the word of righteousness, for he is a babe…” should we progress in our study of the
Word, brothers and sisters? Absolutely! But the church is filled with spiritual
babies who have not grown in their knowledge. And then he says in verse 14, “…14 But solid food belongs to those who are of full
age that is, those
who by reason of use have their senses exercised to discern both good
and evil.”
How do we discern good and evil? It is through a profound study of what? Of
the Word, and the Holy Spirit helps us understand the Word, and He helps us to
live by every Word that proceeds out of the mouth of God.
Sekarang mari kita kembali ke kitab Ibrani, kita hanya
punya sisa waktu lima menit untuk pelajaran ini. Mari kita ke kitab Ibrani dan
melihat betapa pentingnya mematuhi Allah ketika kita menerima kebenaran.
Ibrani pasal 5 dan kita akan
mulai dari ayat 12, dan ini sudah kita pelajari di Sekolah Sabat kwartal yang
lalu. Tidak banyak perhatian diberikan kepada ayat ini, tetapi mari kita bahas.
“12 Sebab walaupun pada saat ini…” kata Paulus, “…kamu
sudah seharusnya menjadi pengajar…” orang-orang Ibrani
seharusnya sudah menjadi apa pada saat ini? Mereka seharusnya sudah bertumbuh,
sudah maju. Paulus berkata, “…kamu
masih membutuhkan orang untuk mengajari kamu lagi tentang prinsip-prinsip pertama dari pesan-pesan
Allah; dan kamu masih memerlukan susu, dan bukan
makanan keras…” ini orang-orang dewasa minum susu. Ayat 13, “…13 Sebab siapa pun yang (hanya) memakai susu…”
kata “hanya” itu ditambahkan (tidak ada
di naskah aslinya) “…ia tidak terampil
dalam firman kebenaran, sebab ia adalah bayi…” Haruskah kita
bertumbuh dalam mempelajari Firman, Saudara-saudara? Tentu saja! Tetapi gereja dipenuhi oleh bayi-bayi
rohani yang tidak tumbuh dalam pengetahuan mereka. Kemudian
Paulus katakan di ayat 14, “…14
Tetapi makanan padat itu buat mereka yang sudah
dewasa, yaitu yang melalui praktek telah melatih
pancaindera mereka untuk membedakan yang
baik maupun yang jahat.” Bagaimana kita membedakan yang baik dan yang jahat?
Melalui mempelajari secara mendalam apa? Firman Allah. Dan Roh Kudus membantu
kita untuk memahami Firman, dan Dia membantu kita untuk hidup oleh setiap
Firman yang keluar dari mulut Allah.
And then in chapter 6 Paul continues his argument. “1 Therefore, leaving the
discussion of the elementary principles of
Christ…” he says, let's
leave the ABC's that's for kindergarten “…let us go on to perfection…” that means maturity here
“…not laying again the foundation of repentance from dead works and
of faith toward God, 2 of
the doctrine of baptisms, of laying on of hands, of resurrection of
the dead, and of eternal judgment…” he says these are the basic doctrines. And then he says in verse 3, “… 3 And this we will do if
God permits…” And then he speaks of the unpardonable sin. “…4 For it is impossible for those who were once enlightened, and
have tasted the heavenly gift, and have become partakers of the Holy
Spirit, 5 and
have tasted the good word of God and the powers of the age to come, 6 if they fall away…” why would they
fall away? Because they’re babies, when they should be what? Adults.
“… 6 if
they fall away to renew them again to repentance, since they crucify again
for themselves the Son of God, and put Him to an open shame…” And now he's going to give an
example of what he means. “…7 For the earth which drinks in
the rain that often comes upon it…” what does rain
represent? The Holy Spirit. So the Holy Spirit comes and comes “…7 For the earth which drinks in the rain that often
comes upon it and bears herbs useful for those by whom it is
cultivated, receives blessing from God; 8 but…” what happens if the rain falls and
falls and falls and people reject? Verse 8,
“… 8 but
if it bears thorns and briers, it
is rejected and near to being cursed, whose end is to be burned.”
So the Holy Spirit through the Word comes,
and comes, and comes, and if we reject, and reject, and reject, the end of the
long process is that the Holy Spirit speaks and we no longer hear, because we have become as Paul says, “dull of hearing”.
Kemudian di pasal 6 Paulus
melanjutkan argumentasinya.“1Sebab
itu, dengan meninggalkan diskusi tentang
prinsip-prinsip permulaan dari ajaran Kristus,…” kata Paulus, ayo kita tinggalkan ABC-nya, itu untuk Taman
Kanak-kanak, “…marilah kita
lanjut ke kesempurnaan…” di sini artinya kedewasaan “…dengan tidak meletakkan lagi dasar pertobatan
dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan tentang
dasar kepercayaan kepada Allah, 2 tentang doktrin baptisan-baptisan, tentang
penumpangan tangan, tentang kebangkitan
orang-orang mati, dan tentang hukuman kekal…” kata Paulus ini
adalah doktrin-doktrin dasar. Kemudian katanya di ayat 3, “…3 Dan ini akan kita lakukan jika Allah
mengizinkannya…” Lalu dia bicara tentang dosa yang tidak bisa diampuni. “…4
Karena mustahil bagi mereka yang sudah pernah dicerahkan,
dan yang sudah
pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang telah
ikut mengambil bagian dari Roh Kudus, 5
dan yang telah mengecap firman yang baik
dari Allah, dan kuasa-kuasa dari dunia yang
akan datang, 6 jika mereka murtad…” mengapa mereka
bisa murtad? Karena mereka tetap bayi-bayi, padahal seharusnya mereka sudah
apa? Dewasa. “…6 jika mereka murtad, untuk memperbarui mereka lagi kepada
pertobatan, sebab mereka telah menyalibkan
lagi Anak Allah bagi diri mereka dan mempermalukanNya
secara terbuka…” Dan sekarang
Paulus akan memberikan contoh dari apa yang dimaksudnya. “…7 Sebab tanah yang minum air hujan yang sering turun ke atasnya…” hujan melambangkan apa? Roh Kudus. Jadi Roh Kudus turun
dan turun, “…7 Sebab tanah yang minum air hujan yang sering turun ke atasnya, dan menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna
bagi mereka oleh siapa itu ditanam, menerima
berkat dari Allah; 8 tetapi…”
apa yang terjadi jika hujan turun, dan
turun, dan turun, tapi manusia menolaknya? Ayat 8, “…8 tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan
rumput duri, ia ditolak dan segera akan dikutuk, yang akhirnya akan dibakar.” (Ibrani 6:1-8)
Jadi Roh Kudus melalui Firman
Allah, turun, dan turun, dan turun, dan jika kita tolak, dan tolak, dan tolak,
akhir dari proses yang panjang itu ialah Roh Kudus berbicara tapi kita tidak
lagi mendengar, karena seperti kata Paulus, kita telah menjadi “tumpul dalam
pendengaran” (Ibrani 5:11).
One of the fundamental problems that we have
in the
church today is that there's very little Bible study, and the
Holy Spirit uses the Bible to convict us, and to lead us to Christ, and to lead
us into all truth. So many Adventists are so superficial, and to
a certain degree the ministers are to
blame for this, because you know, we give people something that they want to
hear, something to entertain them, we tell a few jokes, you know, but there's
very little in-depth study of the Word of God, something that
challenges the mind, something that challenges the intellect. Adventists should
be profound students of Scripture. They should be able to explain why we
believe what we believe. They should be able to take people to see their sin,
lead them to Jesus Christ, and lead them to embrace the truth that we found in
God's Word.
I trust that having studied this that we
will be among those who will share this wonderful message.
Salah satu masalah fundamental
yang ada di gereja kita sekarang
ialah sangat sedikitnya pelajaran
Alkitab. Dan Roh Kudus menggunakan Alkitab untuk menunjukkan
kesalahan-kesalahan kita, dan untuk menuntun kita kepada Kristus, dan menuntun
kita kepada semua kebenaran. Begitu banyak
orang Advent yang begitu dangkal, dan sampai batas tertentu ini
adalah kesalahan para pendeta, karena kalian tahu, kami memberikan umat sesuatu
yang mereka ingin dengar, sesuatu untuk menyenangkan hati mereka. Kami
menyampaikan beberapa lelucon, tetapi sangat
sedikit pelajaran yang mendalam tentang Firman Allah, sesuatu
yang menantang pikiran, sesuatu yang menantang intelek. Orang-orang Advent
haruslah menjadi pelajar-pelajar Kitab Suci yang mendalam. Mereka harus bisa
menjelaskan mengapa kita meyakini apa yang kita yakini. Mereka harus bisa
membuat orang melihat dosa-dosa mereka, menuntun mereka kepada Yesus Kristus,
dan membimbing mereka untuk menerima kebenaran yang kita dapatkan di Firman
Allah.
Saya percaya, setelah
mempelajari ini kita akan berada di antara mereka yang akan membagikan kabar
yang luar biasa ini.
31
01 25
No comments:
Post a Comment