GOD
ON TRIAL
Part 01/02 - Stephen Bohr
GOD, LEVIATHAN, AND JOB
https://www.youtube.com/watch?v=HhLbMmLYv_E
Dibuka dengan doa.
The title of our next two studies together are God, Leviathan, and Job; or God
on Trial. And before we get into a study of the Book of Job itself, I want to share with you some introductory
matters that will help us understand this great book. The first thing that I would
like to say is the Book of Job is the most ancient book in Holy Scripture, it
was actually written by Moses when he was in the desert of Midian,
tending Jethro's sheep. Actually when the Book of Job was translated into the
Septuagin, that is into the Greek Old Testament, there were sections of Job that had such an
archaic Hebrew that the Septuagin translators had trouble translating the
Hebrew. That's how ancient the Hebrew of the Book of Job is. As we examine this
book, it
is a literary masterpiece, it is a fantastic book, as we'll notice, as
a work of literature other than being an inspired book of Holy
Scripture.
Judul dari dua pelajaran kita berikutnya ialah Allah,
Leviatan, dan Ayub; atau Allah Dihakimi. Dan sebelum kita masuk mempelajari
kitab Ayub ini, saya mau membagikan beberapa bahan pengantar yang akan membantu
kita memahami kitab yang luar biasa ini. Hal pertama yang ingin saya katakan
ialah kitab Ayub ini adalah kitab yang
paling tua dalam Kitab Suci. Kitab ini ditulis Musa ketika dia berada di padang gurun Midian,
menggembalakan domba Yitro. Sesungguhnya ketika kitab Ayub ini diterjemahkan ke
Septuagin, yaitu Perjanjian Lama berbahasa Greeka, ada bagian-bagian dari kitab
Ayub yang mengandung bahasa Ibrani yang begitu tua sehingga para penerjemah
Septuagin kesulitan menerjemahkkannya. Sebegitu tuanya bahasa Ibrani kitab Ayub
ini. Ketika kita memeriksa kitab ini, kita dapati ini adalah karya sastra yang luar biasa,
ini adalah kitab yang sangat indah, seperti yang akan kita lihat, sebagai suatu
karya sastra selain juga sebagai
sebuah kitab yang diilhami dari Kitab Suci.
The story of Job takes place in the early
patriarchal period, approximately in the year 2000 BC. This is slightly before the
time of Abraham.
Now the Book of Job
is organized into three great sections:
two of them are prose, and the larger portion is poetry.
Ø The first two chapters are prose,
Ø then from chapter 3 through chapter 30,
actually through chapter 41, we have poetry.
Ø And then finally in chapter 42 at the very end
of the book, the book ends up once again with prose.
It's very
interesting to notice that this book describes something that is happening
before the eyes of the onlooking universe, in other words
the story does not only involve Job, it involves all of the heavenly
intelligences as we'll notice as we study along this book.
Kisah Ayub ini
terjadi di bagian
awal zaman bapak-bapak, kira-kira
di tahun 2000 BC. Ini tidak lama sebelum zaman
Abraham.
Nah, kitab Ayub ini disusun dalam tiga bagian besar: dua
di antaranya dalam bentuk prosa, dan bagian yang terbesar dalam bentuk puisi.
Ø Dua pasal pertama itu prosa,
Ø kemudian mulai pasal 3 hingga pasal 41, itu puisi,
Ø setelah itu di pasal 42 bagian terakhir dari kitab itu,
sekali lagi kitab itu berakhir dalam bentuk prosa.
Sangatlah menarik bila kita simak kitab ini menggambarkan
sesuatu yang terjadi di depan mata alam semesta yang mengawasi, dengan kata
lain kisahnya tidak hanya melibatkan Ayub, tapi melibatkan semua makhluk
surgawi, seperti yang akan kita lihat saat kita mempelajari kitab ini.
Another very important thing to remember about the Book of Job is that the
Book of Job actually describes a trial. And as we get into the study of the
book we'll notice this a little more carefully. But in this book we have all of
the elements of a judgment or a trial.
1. First of all we have an accuser, and of
course the
accuser is Satan.
2. Secondly we have a judge and a defense
attorney.
By the way in
the Old Testament the judge was to defend the innocent, and so you don't have a
separate judge from a defense attorney, but you have a defense attorney and judge who is God.
3. You have the evidence which is being
examined, which is the case of Job.
4. You have a jury, a group of individuals
who are called the sons of God.
5. You have one who is accused, which we will
notice is not Job. Primarily the one who is accused is God.
6. And at the end of the book we have the
pronunciation of the verdict of the story.
In other words, in this book we have all of the elements of a trial, or of
a judgment. And we're going to find that at the very center of the book is God
being judged.
Satu poin lain yang sangat penting untuk diingat mengenai
kitab Ayub ialah, kitab Ayub ini sesungguhnya menggambarkan suatu peradilan.
Dan saat kita masuk ke pelajaran kitab ini kita akan menyimak ini dengan lebih
seksama. Tetapi di kitab ini ada semua unsur tentang uatu penghakiman atau
peradilan.
1.
Pertama, ada si penuntut, dan tentu saja si penuntut adalah Setan.
2.
Kedua, ada hakim dan pembela.
Nah di zaman Perjanjian Lama, si hakim bertugas membela
orang yang tidak bersalah, jadi tidak ada pemisahan antara hakim dari pembela, tetapi pembela dan hakimnya ialah Allah.
3.
Ada bukti-bukti yang
diperiksa, yaitu kasus Ayub.
4.
Ada jurinya, sekelompok
individu yang disebut anak-anak Allah.
5.
Ada terdakwa, yang akan kita lihat bukanlah Ayub.
Utamanya, terdakwanya ialah Allah.
6.
Dan di akhir kitab itu ada penetapan vonnisnya
dari kisah ini.
Dengan kata lain, di kitab ii ada semua unsur sebuah
peradilan atau penghakiman. Dan kita akan melihat di pusat kitab ini Allah yang
sedang dihakimi.
One final point before we get into a study of the book itself. As we
examine particularly the first two chapters of the book, we notice that heaven
is looking at what is happening on the earth, and is understanding many things
about the character of God. On the other hand, on earth Job is going through
this experience but he doesn't have any idea about what's happening in heaven.
In other words, heaven knows what's happening on earth, but what is transpiring on earth
the individuals involved are totally oblivious to the fact that what is
happening on earth is a repercussion of something which has happened in heaven.
Poin terakhir sebelum kita masuk ke pelajaran kitab itu
sendiri. Saat kita memeriksa terutama dua pasal pertama kitab tersebut, kita
melihat bahwa Surga sedang menonton apa yang terjadi di bumi dan memahami
banyak hal tentang karakter Allah. Di pihak lain, di bumi Ayub menjalani
pengalaman ini tetapi dia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di Surga.
Dengan kata lain, Surga tahu apa yang
sedang terjadi di bumi, tetapi apa yang terjadi di bumi, orang-orangnya yang terlibat
sama sekali tidak menyadari bahwa apa yang terjadi di bumi adalah akibat dari
sesuatu yang telah terjadi di Surga.
Now we want to notice also that the Book of Job fluctuates between heaven and
earth particularly in its first two chapters. Now let's go to Job chapter
1 and we'll notice that this chapter begins with an earthly scene. Let's
read Job 1:1-3 and we're going to notice here that Job was a very prosperous
rich man. It says there in Job 1:1, “1 There was a
man in the land of Uz, whose name was Job; and that man was blameless and upright, and
one who feared God and shunned evil. 2 And seven sons and three
daughters were born to him…” by the way in Old Testament times the more children you had, the greater
the sign of God's blessing. Verse 3, “…3 Also, his possessions were seven thousand sheep,
three thousand camels, five hundred yoke of oxen, five hundred female donkeys,
and a very large household, so that this man was the greatest of all
the people of the East.” An extremely rich man, the greatest man in the East according to what we
find in these three verses.
Sekarang kita mau melihat juga
bahwa kitab Ayub ini berpindah-pindah
antara Surga dan bumi terutama di dua pasalnya yang pertama.
Sekarang mari kita ke Ayub
pasal 1 dan kita akan melihat bahwa pasal ini dimulai dengan adegan di bumi.
Mari kita baca Ayub 1:1-3 dan kita akan
melihat di sini bahwa Ayub adalah orang yang amat sangat kaya. Dikatakan di
sini di Ayub 1:1, “1 Ada
seorang laki-laki di tanah Us yang bernama
Ayub; dan orang itu tidak ada cacatnya dan benar; dan seorang yang takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan. 2 Dan tujuh anak
laki-laki dan tiga anak perempuan dilahirkan
baginya…” Nah, di zaman Perjanjian Lama, semakin banyak anak yang
dimiliki, semakin besar tanda berkat Allah. Ayat 3, “…3 Juga
kekayaannya ada tujuh ribu ekor kambing
domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina
dan hamba-hamba dalam jumlah yang sangat
besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.”
Orang
yang sangat kaya, orang yang terbesar di Timur menurut apa yang kita dapati di
tiga ayat ini.
But not only was Job a very rich prosperous man, but Job was also a very
spiritual man. He was a rich spiritual man which is indeed a strange combination.
I want you to notice the description that is given of this man. Once again, Job
1:1 and this is repeated several times in the first two chapters. “1 There was a
man in the land of Uz, whose name was Job; and that man was blameless and upright, and
one who feared God and shunned evil.” In other words, he rejected evil. By the
way these are not only the words of Moses, God gives the same testimony. I want
you to notice Job 1:4 and also verse 5, well actually instead of reading verse
4-5 let's go to verse 6, we'll come back to those verses. “ 6 Now there
was a day when the sons of God came to present themselves before the Lord,
and Satan also came among them. 7 And
the Lord said
to Satan,…” notice, this is
God speaking
“…‘From where do you come?’ So Satan answered the Lord and
said, ‘From going to and fro on the earth, and from walking back and forth
on it.’ 8 Then
the Lord said
to Satan, ‘Have you considered My servant Job, that there is none like him on the
earth, a blameless and upright man, one who fears God and shuns evil?’…” notice that not only does Moses describe
Job this way, but God actually speaks the same description from His own lips.
In other words, Job was a rich man, but he was also a very spiritual man.
Tetapi Ayub bukan saja orang yang sangat kaya dan makmur,
Ayub juga seorang yang sangat rohani. Dia adalah orang kaya yang rohani, yang
sungguh adalah kombinasi yang langka. Saya mau kalian menyimak deskripsi yang
diberikan tentang orang ini. Sekali lagi Ayub 1:1, dan ini diulang-ulang beberapa kali di dua pasal yang pertama. “1 Ada seorang laki-laki di tanah Us yang bernama Ayub; dan orang itu tidak ada cacatnya
dan benar; dan
seorang yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Dengan kata lain dia menolak kejahatan. Nah, ini bukan hanya kata-kata
Musa, Allah sendiri memberikan kesaksian yang sama. Saya mau kalian simak Ayub
1:4-5, nah, daripada membaca ayat 4-5 mari kita ke ayat 6, kita akan kembali ke
ayat-ayat itu. “6 Pada suatu hari
ketika anak-anak Allah datang menghadap
TUHAN dan Setan juga datang di antara mereka.
7 Dan TUHAN berkata kepada Setan…” simak, yang bicara ini Allah, “…‘Engkau datang
dari mana?’ Maka Setan menjawab TUHAN dan berkata,
‘Dari keliling-keliling di bumi dan dari berjalan bolak-balik di sana.’ 8 Lalu
TUHAN berkata kepada Setan, ‘Sudahkah
engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub, bahwa
tiada seorang pun seperti dia di bumi, seorang yang
tidak bercacat dan benar, yang takut
akan Allah dan menjauhi kejahatan?’…” Simak bukan hanya
Musa yang menggambarkan Ayub demikian, tetapi Allah benar-benar mengucapkan
deskripsi yang sama dari bibirNya sendiri.
Dengan kata lain, Ayub adalah orang yang kaya, tetapi dia
juga orang yang sangat rohani.
Now I'm not going to read the passage, but I'm going to mention the verses
Job 29:12-17. Job speaks about how he used his riches. He
used his riches to help the blind, and help the lame, and help those who were oppressed,
and to clothe those who were naked; in
other words, he was a very pious man, very generous with his riches, he tried to
benefit humanity with everything that God had given him.
Nah, saya tidak akan membaca ayat-ayatnya, tetapi saya
akan menyebutkan ayat-ayat itu, di Ayub 29:12-17, Ayub bicara tentang bagaimana dia
menggunakan hartanya. Dia memakai hartanya untuk menolong yang buta, dan yang
timpang, dan mereka yang tertindas, dan memberi pakaian mereka yang telanjang;
dengan kata lain dia adalah
orang yang sangat saleh, sangat bermurah hati dengan hartanya,
dia berusaha untuk memberi manfaat kepada kemanusiaan dengan segala yang telah
Tuhan karuniakan kepadanya.
And so we have in Job 1:1 through 5 an earthly scene.
And then we're going to notice that suddenly there's a meeting that takes place in
heaven. In other words, we're going to go from earth where we found a
description of Job, to heaven.
Job 1:6-8, you see somebody was watching
Job. It says there in verse 6, “6 Now there
was a day when the sons of God came to present themselves before the Lord,
and Satan also came among them…” and now a conversation takes place, verse 7, “…7 And the Lord said
to Satan, ‘From where do you come?’ So Satan answered the Lord and
said, ‘From going to and fro on the earth, and from walking back and forth
on it.’ 8 Then
the Lord…” probably with a certain degree of pride, we
find in verse 8,
“… said to Satan, ‘Have you considered My servant Job, that there is none like him on the
earth, a blameless and upright man, one who fears God and shuns evil?’…” “Haven't you seen
My servant? Even though he lives in your territory, he's actually My servant.” And then of course Satan has his comeback,
and here we reach the core issue in the book. Job chapter 1 and notice verse 9, “…9 So Satan
answered the Lord and
said, ‘Does Job fear God for nothing?...” in other words, does Job love God enough to serve Him no matter what, or
does he serve God for the loaves and the fishes? And then Satan continues
saying in verse 10 “…10 Have You not made a
hedge around him, around his household, and around all that he has on every
side? You have blessed the work of his hands, and his possessions have
increased in the land…” in other words,
the Devil is saying to God, “The reason
Job serves You is because You've given Job everything. But does Job serve You
because he loves You? Would he serve You if only evil came to him?”
Basically he's saying, “Job serves You
out of self-interest.” And then I want you to notice what we find in Job
1:11 and 12. The Devil says to God, “…11 But now, stretch out Your hand and touch all that he
has, and he will surely curse You to Your face!...” in other words, the Devil is putting God on
the line. The Devil is saying, you know, “Make
every evil come to his life and You'll see that he serves You not out of love
but out of self-interest.” And then notice verse 12, “…12 And
the Lord said
to Satan, ‘Behold, all that he has is in
your power; only do not lay a hand on his person.’…” so the Devil is
given permission, Satan is given permission to take everything he wishes from
Job.
Maka di Ayub 1:1-5 itu adegannya ada di bumi.
Kemudian kita akan melihat bahwa tiba-tiba ada suatu pertemuan yang terjadi
di Surga. Dengan kata lain kita akan beralih dari bumi di mana
kita mendapatkan keterangan tentang Ayub, ke Surga.
Ayub 1:6-8, kita melihat ada
yang sedang mengawasi Ayub. Dikatakan di ayat 6, “6 Pada suatu hari ketika anak-anak Allah datang menghadap TUHAN
dan Setan juga datang di antara mereka…” sekarang terjadi
pembicaraan, ayat 7, “…7
Dan TUHAN berkata
kepada Setan, ‘Engkau datang dari mana?’ Maka Setan menjawab TUHAN dan berkata, ‘Dari keliling-keliling di bumi dan dari
berjalan bolak-balik di sana.’ 8 Lalu
TUHAN…” mungkin dengan sedikit rasa bangga, kita lihat di ayat 8, “…berkata kepada
Setan, ‘Sudahkah
engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub, bahwa
tiada seorang pun seperti dia di bumi, seorang yang
tidak bercacat dan benar, yang takut
akan Allah dan menjauhi kejahatan?’…” “Sudahkah kamu melihat hambaKu,
walaupun dia hidup di daerah kekuasaanmu, dia tetap hambaKu.” Kemudian tentu saja Setan sudah menyiapkan
bantahannya, dan di sini kita tiba pada inti isu kitab Ayub. Ayub pasal 1 dan
simak ayat 9, “…9 Maka Setan
menjawab TUHAN dan berkata, ‘Apakah Ayub
takut akan Allah tanpa alasan?…” dengan kata lain, apakah Ayub cukup
mengasihi Allah untuk mengabdi padaNya apa pun
yang terjadi, atau apakah dia mengabdi kepada Allah demi keuntungan materinya?
Kemudian Setan melanjutkan berkata di ayat 10, “…10
Bukankah Engkau telah membuat pagar mengelilingi dia, mengelilingi rumah tangganya, dan mengelilingi segala yang dimilikinya di semua sisi? Engkau
telah memberkati pekerjaan tangannya dan
hartanya telah bertambah di negeri
itu.…” dengan kata lain,
Iblis berkata kepada Allah, “Alasan Ayub mengabdi kepadaMu itu dikarenakan Engkau
telah memberi Ayub segalanya. Tapi apakah Ayub mengabdi padaMu karena dia
mengasihiMu? Akankah dia mengabdi padaMu jika hanya yang jahat yang
didapatnya?” Pada dasarnya Setan berkata,
“Ayub mengabdi padamu demi kepentingannya sendiri.” Lalu saya mau kalian menyimak apa yang kita dapati di Ayub 1:11-12.
Iblis berkata kepada Allah, “…11 Tetapi sekarang
ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, dan ia pasti akan mengutuki Engkau
di hadapan-Mu.’…” dengan kata
lain, Iblis menantang Allah. Iblis berkata, “Datangkan segala kejahatan ke
dalam hidupnya dan Engkau akan melihat dia tidak mengabdi padaMu karena kasih
melainkan demi kepentingan pribadinya.”
Kemudian simak ayat 12, “…12 Dan TUHAN
berkata kepada Iblis: ‘Lihat, segala yang
dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau menyentuh dirinya.’…” Maka
Iblis pun diberi izin, Setan diberi izin untuk mengambil apa pun yang
dikehendakinya dari Ayub.
So you have first of all the earthly scene. You have Job who is this very
prosperous rich man, very spiritual.
And then the scene changes to heaven. The conversation between God and
Satan. And then God says to Satan, “Try
him and you’ll see that he
serves Me because he loves Me, not out of self-interest.”
And so, the scene now changes again to the earth. Notice.
Jadi pertama-tama ada adegan di bumi. Ada Ayub seorang
yang sangat kaya dan sangat rohani.
Kemudian adegan beralih ke Surga. Pembicaraan antara
Allah dengan Setan. Lalu Allah berkata kepada Setan, “Cobailah
dia dan kamu akan melihat bahwa dia mengabdi kepadaKu karena dia mengasihi Aku,
bukan karena kepentingan pribadinya.”
Maka sekarang
adegan beralih lagi ke bumi. Simak.
And we're not going to read all of the verses, but notice the following
verses starting with verse 13, a series of calamities come to Job.
ü He loses first of all, all of his children, all 10 of them die.
ü He loses all of his beasts, they're stolen.
ü He loses all of his servants, his servants are killed.
ü He loses all of his possessions.
In other words, Satan has gone out from the
presence of God and he's taken everything that Job has that is valuable in
his life. I want you to notice the response of Job in chapter 1, and
beginning with verse 20, “ 20 Then Job
arose, tore his robe, and shaved his head; and he fell to the ground and
worshiped. 21 And
he said: ‘Naked I
came from my mother’s womb, and naked shall I return there. The Lord gave,
and the Lord has taken
away; blessed be the name of the Lord.’…” he was only half right, because God didn't
take away. God did give, but God didn't take away. The main point here is that
we're told that Job did not curse God. Job actually blessed God. Notice verse
22, “…22 In all this
Job did not sin nor charge God with wrong.”
Dan kita tidak akan membaca
semua ayatnya, tetapi simak ayat-ayat berikutnya mulai dari ayat 13,
serangkaian malapetaka mengenai Ayub.
ü Pertama-tama dia kehilangan
semua anak-anaknya, sepuluh-sepuluhnya mati.
ü Dia kehilangan
ternak-ternaknya, mereka dicuri.
ü Dia kehilangan hamba-hambanya,
mereka dibunuh.
ü Dia kehilangan semua hartanya.
Dengan kata lain Setan
setelah meninggalkan tempat Allah, dia mengambil
segala yang dimiliki Ayub yang berharga dalam hidupnya. Saya mau
kalian menyimak respons Ayub di pasal 1, dan mulai dari ayat 20, “20 Maka berdirilah Ayub, mengoyak
jubahnya, dan mencukur kepalanya, dan ia sujud
ke tanah dan menyembah, 21 Dan
dia berkata, ‘Dengan telanjang aku keluar dari rahim ibuku, dan dengan telanjang
juga aku akan kembali ke sana. TUHAN yang
memberi, dan TUHAN telah mengambil, terpujilah nama TUHAN!’…” dia hanya separo
betul, karena bukan Allah yang mengambil. Memang Allah yang memberi, tetapi
Allah tidak mengambil. Poin yang utama di sini ialah kita mendapat tahu bahwa Ayub tidak mengutuk Allah. Ayub
malah memuji Allah. Simak ayat 22, “…22
Dalam semua itu Ayub tidak berbuat dosa maupun
menyalahkan Allah.”
So the
scene now switches once again from the earth to heaven. And another council meeting
takes place. Notice Job 2:1-3, “1 Again there
was a day when the sons of God came to present themselves before the Lord, and Satan
came also among them to present himself before the Lord. 2 And the Lord said
to Satan, ‘From where
do you come?’ Satan
answered the Lord and
said, ‘From going to
and fro on the earth, and from walking back and forth on it.’…” you have the same type of conversation as
we had in chapter 1, you have another
council meeting and God asked the Devil, “Where
do you come from?” And the Devil says, “Well,
I come from my planet, from planet earth, my kingdom”, because Satan had
stolen the Kingdom from the original owner who was Adam. And now I can imagine that God with a certain degree of
healthy pride according to verse 3 says to Satan, “… 3 Then
the Lord said
to Satan, ‘Have you
considered My servant Job, that there
is none like him on the earth, a blameless and upright man,
one who fears God and shuns evil? And still he holds fast to his
integrity, although you incited Me against him, to destroy him
without cause.’…” in other words,
God is saying, “See, he passed the test,
I told you that he obeyed Me, I told you that he's My servant because he loves
Me, not because of everything that I give him.” But then of course the
Devil always has a comeback. We notice in Job 2:4 and 5, “4 So Satan
answered the Lord and
said, ‘Skin for
skin! Yes, all that a man has he will give for his life…” in other words, “You didn't let me
touch him, You only let me take everything that he had.” Verse 5, “…5 But stretch out Your hand
now, and touch his bone and his flesh, and he will surely curse You
to Your face!’…” in other words, “the reason why Job was faithful to You is
because You took everything from him,
but You did not allow me to touch him. Let me touch him and You'll see that he
will curse You to your face.” And now notice how God places Himself on the
line again. Verse 6, “6 And
the Lord said
to Satan, ‘Behold,
he is in your hand,
but spare his life.’…”
Maka adegannya sekarang beralih sekali lagi
dari bumi ke Surga. Dan sebuah pertemuan
dewan yang lain sedang terjadi. Simak Ayub 2:1-3, “1 Kembali
pada hari yang lain ketika
anak-anak Allah datang untuk menghadap
TUHAN, dan Setan datang juga di antara
mereka untuk menghadap TUHAN. 2 Dan
TUHAN berkata kepada Setan, ‘Dari mana engkau datang?’ Setan menjawab
TUHAN dan berkata, ‘Dari keliling-keliling
di bumi dan dari berjalan bolak-balik di
sana.’…” di sini ada jenis percakapan yang sama seperti di pasal
1, ada pertemuan dewan lagi dan Allah bertanya kepada Iblis, “Kamu dari mana?” Dan Iblis berkata, “Nah, aku datang
dari planetku, planet Bumi, kerajaanku”,
karena Setan telah mencuri kerajaan itu dari pemiliknya yang asli yaitu Adam.
Dan sekarang saya bayangkan Allah dengan sedikit kebanggaan yang sehat berkata
kepada Setan di ayat 3, “…3 Lalu Tuhan berkata
kepada Setan, ‘Sudahkah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Bahwa tiada seorang pun di bumi seperti dia, orang yang tidak bercacat dan benar, yang takut akan Allah dan
menjauhi kejahatan. Dan ia memegang teguh integritasnya, meskipun engkau menyulut
Aku terhadap dia untuk menghancurkannya tanpa alasan.’…” dengan kata lain
Allah sedang berkata, “Lihat, dia lulus ujiannya. Sudah Aku katakan kepadamu
bahwa dia patuh padaKu, sudah Kukatakan padamu bahwa dia hambaKu karena dia
mengasihi Aku bukan karena segala sesuatu yang telah Kuberikan padanya.” Tetapi tentu saja Iblis selalu punya
argumentasi. Kita simak di Ayub 2:4-5, “…4 Maka Setan menjawab TUHAN dan berkata, ‘Kulit ganti kulit! Ya, orang akan memberikan segala yang
dipunyainya ganti nyawanya…” dengan kata lain, “Engkau tidak mengizinkan aku menyentuhnya,
Engkau hanya mengizinkan aku mengambil semua yang dia punya.” Ayat 5, “…5 Tetapi ulurkanlah tangan-Mu sekarang dan jamahlah tulang dan dagingnya, dan ia pasti akan
mengutuki Engkau di hadapan-Mu!’…” dengan kata lain, “alasan mengapa Ayub setia padaMu
ialah karena Engkau telah mengambil segalanya dari dia tetapi Engkau tidak
mengizinkan aku menyentuhnya. Izinkan aku menyentuhnya dan Engkau akan melihat
bahwa Ayub akan mengutuki Engkau di hadapanMu.” Dan sekarang simak bagaimana Allah menempatkan DiriNya di tempat yang
berbahaya lagi. Ayat 6, “…6 Dan TUHAN berkata kepada Setan,
‘Lihat,
ia ada dalam tanganmu,
tetapi jangan sentuh nyawanya.’…"
Now do you see how this story is fluctuating between heaven and earth? It
begins on earth, then goes to heaven, comes back to the earth, goes back to heaven,
and according to the Book of Job, the whole heavenly universe is observing what
is happening to see who is right. Is Satan right that people serve God because
God is good to them, or do they serve God simply out of love?
You'll notice that in the story, it is God who is accused. Primarily the
accusation is not against Job, the accusation is against God. “You have given him all of these things,
therefore he serves You. You're to blame for everything that Job does in
harmony with Your will.”
Nah, apakah kalian menyimak bagaimana kisah ini beralih
antara Surga dan dunia? Kisahnya di mulai di dunia, lalu pergi ke Surga;
kembali lagi ke dunia, pergi lagi ke Surga, dan menurut kitab Ayub
ini, seluruh alam semesta sedang menonton apa yang terjadi untuk melihat siapa
yang benar. Apakah Setan benar, bahwa manusia mengabdi kepada Allah semata-mata
karena cinta?
Kalian akan melihat di kisah ini Allah-lah yang
didakwa. Utamanya tuduhan itu bukan terhadap Ayub, tuduhannya ialah terhadap
Allah. “Engkau telah memberikan semua hal ini kepadanya, itulah
sebabnya dia mengabdi padaMu. Engkau yang salah untuk segala yang dilakukan
Ayub selaras dengan kehendakMu.”
Now I want you to notice that the scene then comes back to the earth again
and the Devil comes down according to chapter 2:7-8. Let's read there. “7 So Satan
went out from the presence of the Lord, and
struck Job with painful boils from the sole of his foot to the crown of
his head…” verse 8, “…8 And he took for himself a
potsherd…” a piece of pottery, “…with which to scrape himself while he
sat in the midst of the ashes…” in other words, Job has now lost his health. And in a moment he's going to
lose his wife for all practical purposes. Notice verse 9, “…9 Then his
wife said to him, ‘Do you still
hold fast to your integrity? Curse God and die!’…” by the way she was serving as an instrument
of the Devil because the Devil had said that Job “will curse You to Your face”. She is saying, “Curse God and die!” And of course Job rebukes his wife.
Sekarang saya mau kalian
menyimak bahwa adegan kembali lagi
ke bumi, dan Iblis turun ke bawah menurut pasal 2:7-8. Mari kita
baca di sana, “7 Maka Setan keluar dari hadirat
TUHAN, dan memukul Ayub dengan borok yang menyiksa dari telapak kakinya sampai
ke ubun-ubun kepalanya…” ayat 8, “…8 Lalu
Ayub mengambil bagi dirinya sepotong pecahan
tembikar yang dipakainya untuk menggaruk
dirinya, sambil duduk di tengah-tengah abu…” dengan kata lain,
Ayub sekarang telah kehilangan kesehatannya. Dan sebentar lagi dia akan
kehilangan istrinya, praktis dalam segala arti. Simak ayat 9, “…9
Lalu berkatalah isterinya kepadanya, ‘Masihkah
engkau memegang erat integritasmu? Kutukilah
Allah dan matilah!’…” nah, istrinya
sedang bertindak sebagai alat Iblis, karena Iblis telah mengatakan bahwa Ayub
akan mengutuk Tuhan di hadapanNya. Istrinya berkata, “…Kutukilah
Allah dan matilah!” Dan tentu saja Ayub menegur istrinya.
And then when we go down to verse 12, we notice that the friends of Job, three
of them, three special friends, come to console Job in his suffering. In fact, let's
read verse 12, it seems like Job was
practically disfigured at this point. It says there in verse 12, “ 12 And
when they raised their eyes from afar, and did not recognize him, they lifted
their voices and wept; and each one tore his robe and sprinkled dust on
his head toward heaven…” in other words, he was so disfigured by scratching himself
with a piece of pottery that they did not even recognize who he was. And then as the story transpires we
discover that his three friends become his enemies, in other words, his three
friends start accusing Job and saying that this is happening to Job because Job
has been unfaithful to God and they're actually trying to encourage Job to
forsake his relationship with God.
Kemudian jika kita lanjut ke
ayat 12, kita simak bahwa teman-teman Ayub, tiga dari mereka, tiga orang teman
istimewa, datang untuk menghibur Ayub dalam kesengsaraannya. Bahkan, mari
kita baca ayat 12, sepertinya Ayub pada
waktu itu sudah begitu rusak penampilannya. Dikatakan di ayat 12, “12 Dan ketika mereka memandang dari jauh, dan tidak mengenalinya lagi, mereka mengangkat suara mereka dan menangis; dan masing-masing mengoyak jubahnya, dan
menaburkan debu di kepala yang menghadap langit…” dengan kata lain, Ayub sedemikian cacat rupanya dari
menggaruk dirinya dengan potongan tembikar sehingga teman-temannya bahkan tidak
mengenali siapa dia. Kemudian seiring berjalannya cerita, kita mendapati bahwa
ketiga temannya ini menjadi musuh-musuhna, dengan kata lain, ketiga temannya
mulai menuduh Ayub dan mengatakan bahwa ini terjadi pada Ayub karena Ayub sudah
tidak setia pada Allah, dan mereka sesungguhnya berusaha mendorong Ayub untuk
meninggalkan hubungannya dengan Allah.
In other words, in a short period of time Job has lost all earthly support.
ü He has lost his possessions,
ü he has lost his children,
ü he's lost his health,
ü he's lost his wife for all practical purposes,
ü he's lost his friends,
ü and we're going to notice in a moment that it seems to Job that he has also
lost his relationship with God, that God doesn't care. We're going to notice
that in a few moments.
Dengan kata lain, dalam waktu yang singkat, Ayub telah
kehilangan semua dukungan duniawinya.
ü Dia kehilangan semua hartanya,
ü dia kehilangan anak-anaknya,
ü dia kehilangan kesehatannya,
ü dia praktis kehilangan
istrinya dalam segala hal,
ü dia kehilangan teman-temannya.
ü Dan kita akan melihat sebentar
lagi sepertinya Ayub juga akan kehilangan hubungannya dengan Allah, bahwa Allah
tidak perduli. Kita akan menyimak ini sebentar lagi.
Now something which has puzzled scholars that have studied the Book of Job is
that Satan appears as the culprit in Job chapter 1 and 2, and then he seems to
disappear from the rest of the book. And so they say this is the biggest
travesty in justice that could be imagined because at the end of the book most
of the individuals in the story reappear, but Satan doesn't seem to reappear
at the end of the story. He comes, he does the evil things to Job in chapters 1
and 2, and then he seems to disappear from the story.
We're going to notice in our study that he doesn't really disappear from
the story, he reappears at the end of the book, but he appears under a
different name.
Nah, sesuatu yang membuat bingung para pakar Alkitab yang
telah mempelajari kitab Ayub ialah bahwa Setan yang muncul sebagai biang
keladinya di Ayub pasal 1 dan 2, kemudian sepertinya lenyap dari sisa kitab
itu. Maka mereka berkata, ini adalah parodi terbesar dalam keadilan yang bisa
dibayangkan karena di bagian akhir kitab kebanyakan semua individu di kisah ini
muncul lagi, tetapi Setan sepertinya tidak muncul lagi di akhir kisah ini. Dia
datang, dia berbuat jahat kepada Ayub di pasal 1 dan 2, dan kemudian sepertinya
dia lenyap dari kisah ini.
Kita akan melihat dalam pelajaran kita bahwa Setan tidak
sungguh-sungguh lenyap dari kisah ini, dia muncul
kembali di bagian akhir kitab ini, tetapi dia muncul dengan nama yang berbeda.
Now beginning with chapter 3 you have poetry in the story of Job, and the
poetry continues all the way through chapter 41 of the book. Basically from
chapter 3 to chapter 37 you have Job struggling in his relationship with God,
to hang onto his relationship with God. As we read those chapters we notice
that he's tempted to throw in the towel, and to think God is dead, “I might as well curse God and die.” He's plagued by questions and by doubts.
He's looking for answers. Everyone has forsaken him, and it seems to him that
even God has forsaken him, because in these chapters he cries out to God, he
asks God for an audience, he requests that God give him an explanation for
what's happening, and all he gets back is a deafening silence. There seems to
be no rhyme or reason to what's taking
place. He can't understand why. If he offered sacrifices for his children every
day, if he used his possessions to benefit the needy, if he was an upright and
blameless man in the sight of God, why these things would be happening to him?
Why God has turned against him? In fact what I would like to do is read a
series of texts where you find very clearly revealed these feelings of Job,
beginning with chapter 3 all the way through chapter 37.
Nah, mulai dengan pasal 3, ada kisah Ayub dalam bentuk
puisi. Dan puisi ini berlanjut hingga pasal 41 kitab tersebut. Pada dasarnya
dari pasal 3 hingga pasal 37 kita melihat Ayub bergumul dalam hubungannya
dengan Allah, untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan Allah. Saat kita
membaca pasal-pasal tersebut, kita simak bahw Ayub sudah tergoda untuk
menyerah, dan untuk menganggap Allah itu mati, “Lebih baik
aku mengutuk Allah lalu mati.” Dia dihantui
pertanyaan-pertanyaan dan keragu-raguan. Dia mencari jawaban.
Semua orang telah meninggalkan dia, dan sepertinya menurut Ayub bahkan Allah
telah meninggalkan dia, karena di pasal-pasal ini Ayub berseru kepada Allah,
dia minta boleh bertemu dengan Allah, dia minta Allah memberinya penjelasan
untuk apa yang sedang terjadi. Dan apa yang dia peroleh hanyalah keheningan
yang mencekam. Tidak ada alasan sama sekali untuk apa yang sedang terjadi. Dia
tidak bisa mengerti mengapa. Jika dia telah mempersembahkann kurban-kurban bagi
anak-anaknya setiap hari, jika dia menggunakan hartanya untuk memberi manfaat
kepada yang membutuhkan, jika dia adalah orang yang benar dan tidak bercela di
pemandangan Allah, mengapa hal-hal ini
terjadi padanya? Mengapa Allah telah berbalik padanya? Bahkan,
apa yang ingin saya lakukan ialah membacakan serangkaian ayat-ayat di mana kita
akan melihat sangat jelas dinyatakan perasaan Ayub, mulai dari pasal 3 terus
hingga ke pasal 37.
Notice Job 16:10, here he's going to say God has turned against me, he says
speaking about the wicked people who surround him. Verse 10, “10 They gape
at me with their mouth, they strike
me reproachfully on the cheek, they gather
together against me…” Notice verse 11, “…11 God has
delivered me to the ungodly,…” see, he's thinking that God is doing this “…and turned
me over to the hands of the wicked. 12 I was at ease, but He has shattered me;…” that is God has shattered me, “…He also has taken me by my neck, and shaken me to
pieces; He
has set me up for His target, 13 His archers
surround me. He pierces
my heart and does not pity; He pours
out my gall on the ground.
14 He breaks me with wound upon wound; He runs at
me like a warrior…” Quite a view of
God, isn't it? He can't understand why God apparently has turned against him.
We need to remember, let's not be too hard on Job because Job had no written
scriptures like we do. Job did not know what was happening behind the scenes.
He had no idea that this heavenly meeting was taking place and so he's puzzled,
and he's tempted to doubt, and he's tempted to release his relationship with
God. But
he hangs on.
Simak Ayub 16:10, di sini Ayub
akan berkata bahwa Allah telah berpaling darinya, dia bicara tentang
orang-orang jahat yang mengelilinginya. Ayat 10, “10 Mereka telah memandangku dengan mulut terbuka; mereka telah menamparku di
pipi sebagai teguran; mereka telah mengumpul
bersama untuk memusuhi
aku…” Simak ayat 11, “…11Allah
menyerahkan aku kepada orang jahat…” lihat, dia pikir
Allah-lah yang melakukan ini, “…dan menyerahkan aku
ke dalam tangan orang fasik. 12
Aku hidup dengan tenteram, tetapi Ia meremukkan
aku…” maksudnya Allah telah meremukkkan aku, “…Dia juga
telah mencengkeram leherku, dan mengguncangku
hingga berkeping-keping. Dia telah menjadikan aku sasaran-Nya. 13
Pemanah-pemanahNya mengelilingi aku. Dia menikam
hatiku dan tidak mengasihani aku; Dia mencurahkan empeduku ke tanah. 14 Dia mematahkan aku dengan luka di atas
luka; Ia menyerbuku Dia menyerang aku seperti
seorang pejuang…” Pandangan tentang
Allah yang luar biasa, bukan? Ayub tidak mengerti mengapa Allah telah berbalik
padanya. Kita harus ingat, janganlah kita terlalu menghakimi dia. Karena Ayub tidak punya kitab suci yang tertulis seperti
kita. Ayub tidak tahu apa yang terjadi di belakang layar. Dia tidak punya
bayangan bahwa pertemuan dewan surgawi ini sedang terjadi, karena itu dia
bingung, dan dia tergoda untuk meragukan, dan dia tergoda untuk melepakan
hubungannya dengan Allah. Tetapi
dia tetap bertahan.
Notice 16:16 and 17, and we'll also read verse 20. Job 16:16 and 17, here
Job speaks about crying out in pain, and in agony, shedding tears, he says this, “16 My face
is flushed from weeping, and on my
eyelids is the shadow of
death; 17 although no
violence is in my
hands, and my
prayer is pure…” Notice what we find in verse 20, “…20 My friends
scorn me; my eyes pour
out tears to God.”
Simak 16:16-17 dan kita juga akan membaca ayat 20. Ayub 16:16-17, di sini
Ayub berseru dalam kesakitan, dan penderitaan, meneteskan air mata, dia berkata
demikian, “…16 Wajahku merah
karena menangis, dan di kelopak mataku ada bayang kematian, 17 walaupun tidak
ada kejahatan di
tanganku, dan doaku tulus…” simak apa yang kita dapati di ayat 20, “…20
teman-temanku
mencemoohkan aku;
mataku menumpahkan air mata kepada Allah.”
Let's go to Job 19:9 through 11, he's speaking once again about God he says, “9 He has
stripped me of my glory, and taken
the crown from my
head. 10 He breaks
me down on every side, and I am
gone; my hope
He has uprooted like a tree. 11 He has also
kindled His wrath against me, and He
counts me as one of His
enemies.” Can you grasp
the way that Job is feeling in these chapters? You see, he doesn't know why
this is happening to him and so he's saying to God, “God, please explain what's taking place. My friends say that You’ve
forsaken me, my friends say that I'm a great sinner. I've lost everything that
I have. I've lost even my health. I'm at the point of losing my life. Please
explain what's happening.” And he cries out to God. And of course God's
answer is a deafening silence.
Mari ke Ayub 19:9-11, sekali
lagi dia bicara tentang Allah, katanya, “9 Ia telah melucuti aku dari kemuliaanku dan mengambil mahkota dari kepalaku.10 Ia menghancurkan
aku dari segala sisi, dan aku lenyap,
harapanku telah dicabut-Nya dengan akar-akarnya seperti pohon. 11 Dia juga telah menyalakan murkanya terhadap aku,
dan Ia menghitung aku sebagai salah satu lawan-nya.
…” Bisakah kalian
menangkap bagaimana yang dirasakan Ayub di pasal-pasal ini? Kalian lihat, Ayub
tidak tahu mengapa semua ini terjadi padanya, maka dia berkata kepada Allah, “Allah, tolong
jelaskan apa yang terjadi. Teman-temanku berkata bahwa Engkau telah
meninggalkan aku, teman-temanku berkata bahwa aku seorang pendosa besar. Aku
telah kehilangan segala yang aku punya. Aku bahkan telah kehilangan
kesehatanku. Aku berada di titik akan kehilangan hidupku. Tolong jelaskan apa
yang terjadi.” Dan dia berseru kepada
Allah. Dan tentu saja jawaban Allah adalah suatu keheningan yang mencekam.
Notice Job 19:6 and 7, we're only choosing some passages so we get an idea
of what's happening In these chapters, Job 19:6 and 7, “6 know then
that God has wronged me, and has surrounded me with His net. 7 If I cry out concerning wrong,
I am not heard. If I cry aloud, there
is no justice.”
Simak Ayub 19:6-7,
kita hanya memilih beberapa ayat supaya kita
punya bayangan apa yang terjadi di pasal-pasal ini. Ayub 19:6-7, “6 Ketahuilah, bahwa Allah telah menyalahi aku, dan telah mengurungku
dengan jala-Nya. 7Jika aku berteriak mengenai kesalahan, aku
tidak didengar. Jika aku berseru keras, tidak ada keadilan.”
Notice also 23:3 to 5, he wishes that he could find God and he could argue
with God face to face, then he believes that God would understand his case. It
says there in verse 3, “3 Oh, that I
knew where I might find Him, that I
might come to His seat! 4 I would
present my case
before Him…” do you see the
judicial language that is used here? The judgment language? “…4 I would present my case before Him and fill my
mouth with arguments. 5 I would
know the words which He
would answer me, and
understand what He would say to me.” “If I could just
find Him, I would fill my mouth with arguments and I know that He would accept
and believe my point of view.”
Simak juga 23:3-5, Ayub
berharap dia bisa menemukan Allah dan dia bisa berdebat dengan Allah berhadapan
muka, kalau begitu dia yakin bahwa Allah akan mengerti kasusnya. Dikatakan di
ayat 3 di sana, “3 Ah, seandainya aku tahu di mana aku bisa menemukan Dia, supaya aku boleh datang ke takhtaNya.
4 Aku akan mengajukan kasusku di hadapan-Nya…” apakah kalian melihat bahasa pengadilan yang digunakan di sini? Bahasa Hukum? “…4 Aku akan mengajukan
kasusku di hadapan-Nya dan memenuhi mulutku
dengan kata-kata pembelaan. 5 Maka aku akan tahu
kata-kata dengan mana Dia akan menjawab aku dan mengerti apa yang akan dikatakanNya kepadaku…” Kalau saja aku
bisa menemukanNya, aku akan memenuhi mulutku dengan argumentasi dan aku tahu
Dia akan menerima dan mempercayai sudut pandangku.”
Notice Job 30:20 and 21, he's speaking to God, “ 20 I cry
out to You, but You do not answer me; I stand up,
and You regard me. 21 But You
have become cruel to me; with the
strength of Your
hand You oppose me.” In other words, “instead of answering me You're opposed to
me, You've become my enemy.”
Simak Ayub 30:20-21, dia
bicara kepada Allah, “20
Aku berseru kepada-Mu, tetapi Engkau tidak menjawabku; aku berdiri dan Engkau menghiraukan aku. 21 Tetapi Engkau menjadi kejam pada aku, dengan kekuatan tangan-Mu Engkau
memusuhi aku…” dengan kata lain, “Engkau bukannya
memberiku jawaban, malah Engkau telah menjadi musuhku.”
Notice Job 30:9-13 it says here speaking about the reaction of the peoples
of the nations, he's taunted by not only his friends, but he's taunted by the nations
that hear about his plight. Verse 9, “9 And now
I am their taunting song; Yes, I am
their byword. 10 They abhor
me, they keep far
from me; they do not
hesitate to spit in my face…” notice the reaction of his enemies “…11 Because He has
loosed my bowstring and afflicted me, they have
cast off restraint before me. 12 At my right hand the rabble arises; they push
away my feet, and they
raise against me their ways of destruction. 13 They break
up my path, they promote
my calamity; they have no
helper.”
Simak Ayub 30:9-13, dikatakan
di sini bicara tentang reaksi orang-orang dari bangsa-bangsa lain, Ayub
diolok-olok bukan hanya oleh teman-temannya tetapi dia diolok-olok oleh
bangsa-bangsa yang mendengar tentang nasibya. Ayat 9, “9 Dan sekarang
aku menjadi nyanyian olok-olok mereka. Ya,
aku menjadi sindiran mereka. 10 Mereka jijik
padaku, mereka menjauhkan
diri dariku, mereka tidak enggan meludahi
mukaku…” simak reaksi
musuh-musuhnya, “…11 karena Dia telah melepaskan tali busurku dan menyesahku,
mereka berbuat semena-mena terhadap aku. 12 Di
sebelah kananku bangkit para pengacau, mereka
menyingkirkan kakiku, dan mereka membangkitkan cara penghancuran mereka
terhadap aku. 13 Mereka merusak jalanku,
mereka mendukung bencanaku; mereka tidak ada
yang membantu.”
And we could continue reading about how he was treated, not only by his friends,
but he was treated by the nations that surrounded him, and yet Job knows that
if God could hear him, if he could go before the presence of God, that God
would see the justice of his case.
Notice Job 31:5 and 6, he says, “ 5 If I have
walked with falsehood, or if my
foot has hastened to deceit, 6 let me be
weighed on honest scales…” see the idea of judgment there “…6 let me be weighed on honest scales that God may
know my integrity.”
Dan kita bisa lanjut membaca tenang bagaimana Ayub diperlakukan bukan
saja oleh teman-temannya, tetapi oleh bangsa-bangsa di sekelilingnya, namun
Ayub tahu jika Allah bisa mendengarnya, jika dia bisa datang ke hadirat
Allah, Allah akan melihat kebenaran kasusnya.
Simak Ayub 31:5-6, dia
berkata, “5 Jikalau aku telah hidup dengan kepalsuan, atau jika kakiku telah
bergegas ke penipuan, 6 biarlah aku ditimbang dengan neraca yang jujur…” lihat, konsep penghakiman di sini, “…6 biarlah aku ditimbang dengan neraca yang jujur agar Allah boleh tahu integritasku.”
And finally Job 31:35, “35 Oh, that I
had one to hear me! Here is my
mark. Oh, that the Almighty would answer
me, that my Prosecutor
had written a book!...” see, the idea of
a prosecutor, and the idea of evidence in a book, and defending his case, you
have this judgment that is taking place before the universe. In other words,
God is being judged. The Devil is accusing God, saying, “Your people serve You because of the fact that You protect them, and
You pour out every blessing upon them. They don't serve You because they love
You.” And of course the whole universe is watching the case of Job to see
if the followers of God serve Him because they love Him, rather than because of
self-interest.
Dan akhirnya Ayub 31:35, “35 Ah, sekiranya ada yang mendengarkan aku!
--Inilah keinginanku! O, seandainya
Yang Mahakuasa mau menjawab aku! Sekiranya Jaksaku telah menuliskan kitab
tuduhannya!…” Lihat, ada konsep
seorang jaksa, dan konsep bukti dalam sebuah kitab, dan pembelaan kasusnya, ada
penghakiman yang sedang terjadi di hadapan alam semesta. Dengan kata lain,
Allah sedang diadili. Iblis sedang menuduh
Allah, mengatakan, “UmatMu mengabdi padaMu karena faktanya bahwa Engkau melindungi mereka dan
Engkau mencurahkan segala berkat kepada mereka. Mereka tidak mengabdi kepadaMu
karena mereka mengasihi Engkau.” Dan
tentu saja seluruh alam semesta sedang mengawasi kasus Ayub untuk melihat
apakah pengikut-pengikut Allah mengabdi padaNya karena mereka mengasihi Dia,
dan bukan karena kepentingan pribadi.
Now I must say that in several passages in these chapters, chapter 3-37 you
have flashes of magnificence in the faith of Job; in other words, even though
he's going through this suffering, even though he's asking God for an audience,
even though he's saying, “God, judge me
correctly!” And he's saying to God, “Explain
what's happening to me!” And he's saying to his friends, “It's not because I'm a great sinner. God
has not forsaken me!” Even though he feels very, very down, there are
flashes of magnificence in Job where he reveals his staunch faith. Let's notice
some of those passages. It's kind of like a “teeter totter” experience, he's up
and then when he falls he comes up again, and so on.
Notice Job 13:15 this is a very well-known verse by the way, probably many
of us could recite it from memory, he says,
“15 Though He
slay me, yet will I trust Him. Even so, I will defend my own ways before Him.” He says, “I know that I can defend my
ways before Him, and however even if He slays me, I'm still going to trust in
Him.” He's revealing there that he serves God not because God is good to
him, but because he simply loves God.
Nah, harus saya katakan di beberapa ayat di pasal-pasal
ini, pasal 3 sampai 37, ada pancaran-pancaran kehebatan iman Ayub; dengan kata
lain, walaupun dia mengalami penderitaan ini, walaupun dia minta boleh bertemu
dengan Allah, walaupun dia berkata, “Allah, adililah aku dengan
benar!” dan dia berkata kepada Allah, “Jelaskan
apa yang sedang terjadi padaku!” dan dia
berkata kepada teman-temannya, “Ini bukan karena aku seorang pendosa besar.
Allah tidak meninggalkan aku!” Walaupun
dia merasa sangat-sangat merana, ada pancaran-pancaran kehebatan pada Ayub di
mana dia menyatakan imannya yang teguh. Mari kita simak beberapa dari ayat itu.
Itu seperti naik papan domplangan, dia naik, dan kemudian ketika dia turun, dia
naik lagi, dan begitu seterusnya.
Simak Ayub 13:15 ini adalah
ayat yang sangat terkenal, kemungkinan besar banyak dari kita bisa
menghafalkannya dari ingatan. Ayub berkata, “15 Walaupun
Dia membunuhku, namun aku akan tetap percaya padaNya. Biarpun demikian, aku
hendak membela perilakuku di hadapan-Nya…” Dia berkata, “Aku tahu aku
bisa membela perilakuku di hadapanNya, dan bagaimana pun, kalau pun Dia
membunuhku, aku tetap akan percaya padaNya.”
Di sini Ayub menyatakan bahwa dia mengabdi kepada Allah bukan karena Allah baik
kepadanya, tetapi semata-mata karena dia mengasihi Allah.
Now let’s also go to Job 19:25-27, this
is another place where he shows his magnificent faith even in the midst of
suffering. You know, he feels “God has forsaken
me, God is not listening to me” but then there's a momentary flash where he
says, “I know my Redeemer lives. Though He
slays me yet I'm going to trust in Him.”
Notice Job chapter 19 and beginning with verse 25, this is also a very,
very well-known passage. He says, “25 For I know that my Redeemer lives, and He
shall stand at last on the earth; 26 And
after my skin is destroyed, this I know, that in my flesh I shall see God, 27 Whom I shall see for
myself, and my eyes shall behold, and not another. How my heart yearns within me!...” So he says, “I know my Redeemer lives, and I know that even if this skin becomes
decomposed, in this flesh I am going to see God.”
Nah, mari kita juga ke Ayuh 19:25-27, ini adalah tempat
lain di mana Ayub menunjukkan imannya yang luar biasa walaupun di tengah-tengah
penderitaan. Kalian tahu, Ayub merasa, “Allah telah
meninggalkan aku, Allah tidak mendengar aku” tetapi ada saat-saat ketika dia berkata, “Aku tahu Penebusku hidup.
Walaupun Dia membunuhku, namun aku tetap akan mempercayaiNya.”
Simak Ayub pasal 19 dan mulai dengan ayat 25, ini juga
sebuah ayat yang amat sangat terkenal. Dia berkata, “25 Karena aku tahu Penebusku
hidup, dan pada akhirnya Ia akan berdiri di atas bumi.
26 Dan sesudah kulit tubuhku hancur, ini yang
aku tahu, bahwa dalam dagingku aku akan melihat Allah, 27 yang akan
aku lihat sendiri, dan mataku yang akan melihat, bukan orang lain. Betapa rindunya hatiku.” Jadi dia berkata, “Aku tahu Penebusku hidup, dan aku tahu walaupun jika kulitku ini
membusuk, dalam daging ini juga aku akan melihat Allah.”
Notice also Job 23:8 through 12, he seems to understand that he's going
through this trial so that his character can be cleansed and purified. It says
there in Job 23:8, “8 Look, I
go forward, but He is not there,
and backward, but I cannot perceive Him…” that is God is silent, He's gone. “…9 When He works on the left hand, I cannot behold Him; when He turns to the right hand,
I cannot see Him. 10 But He
knows the way that I take; when He
has tested me, I shall come forth as gold…” see, he knows that he's going through the
furnace, and he has this momentary feeling that you know, he has to hang on, he
has to preserve, and conserve his faith. Verse 11, “…11 My foot has
held fast to His steps; I have kept His way and not turned aside. 12 I have not departed from
the commandment of His lips; I have treasured the words of His mouth more
than my necessary food.” And so you have this ambivalent feeling. “God is absent, God has become my enemy,
Lord, explain what's happening.” He rebukes his friends, “You're wrong when you say that God is doing
to this to me because I'm a big sinner. You're wrong when you say that God is
dead. You're wrong when you say that that God is not a Rewarder of those who
are faithful to Him.”
Simak juga Ayub 23:8-12, sepertinya
dia mengerti bahwa dia melewati ujian ini supaya
karakternya bisa dibersihkan dan dimurnikan. Dikatakan di Ayub 23:8. “8 Lihatlah, aku
berjalan ke depan, tetapi Ia tidak di sana; dan ke belakang, tetapi tidak kudapati Dia…” maksudnya Allah diam. Dia lenyap. “…9 Bila Dia
bekerja di sebelah tangan kiri, aku tidak bisa melihatNya, bila Dia berpaling ke tangan kanan, aku tidak bisa melihat Dia.10 Tetapi Ia tahu jalan yang kuambil; setelah Ia menguji
aku, aku akan keluar seperti emas…” lihat, Ayub tahu bahwa dia sedang menjalani pengalaman
tungku api, dan ada perasaan sesaat ini bahwa dia harus bertahan, dia harus
gigih, dan mempertahankan imannya. Ayat 11,
“…11 Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku telah mempertahankan
jalan-Nya dan tidak menyimpang. 12 Aku
tidak meninggalkan Perintah dari bibirnya; aku
telah menghargai kata-kata dari mulutNya lebih daripada makanan yang kubutuhkan…” Maka ada perasaan naik-turun ini. “Allah absen,
Allah telah menjadi musuhku, Tuhan, jelaskan apa yang terjadi.” Dia menegur teman-temannya, “Kalian
salah ketika kalian berkata Allah melakukan ini kepadaku karena aku seorang
pendosa besar. Kalian salah ketika kalian berkata Allah sudah mati. Kalian
salah ketika kalian mengatakan Allah bukanlah Pemberi Pahala kepada mereka yang
setia kepadaNya.”
And yet God keeps silence, that is until you get to chapter 38:1. Now have
you noticed the amount of material where God allows Job to complain and to
whine to Him all the way from chapter 3 to chapter 37? Finally, at the end of
chapter 37, God has heard enough, and so now God is going to break His silence,
He's going to tell Job that something spectacular is happening that he doesn't know
about. Job 38:1, “1 Then the Lord answered
Job out of the whirlwind, and said: 2 ‘Who is this who darkens counsel by words
without knowledge?...” Now, that's who is this, who is speaking
foolishness, is what God is saying. “3 Now prepare
yourself like a man; I will
question you, and you shall answer Me…” in other words, God says, “You've
spoken enough. You've demanded answers, you want to know what's happening.
Well,” God says, “I've heard enough, now I'm going to break My silence, now I'm
going to speak, I'm going to ask you the questions and you answer Me.” And
then of course God begins to describe Creation. And of course we can't study
chapter 38 and 39 where God describes the days of Creation in their proper order. If we had
the time we would show you that in those two chapters God goes from the light
to the firmament, then to the green grass, then to the constellations in
heaven, then He speaks about the birds, and finally He ends up with land
animals. In other words, He's describing Creation in the order in which it
occurred at the very beginning.
Namun Allah tetap bungkam, yaitu hingga kita tiba di
pasal 38:1. Nah, sudahkah kalian melihat berapa banyak materi yang Allah
izinkan dikomplain dan direngek oleh Ayub terus mulai pasal 3 hingga pasal 37?
Akhirnya di akhir pasal 37, Allah sudah tidak mau mendengar lagi, maka sekarang
Allah akan memecah keheninganNya, Dia akan memberitahu Ayub bahwa sesuatu yang
luar biasa sedang terjadi yang tidak diketahui Ayub.
Ayub 38:1,“1 Maka
TUHAN menjawab Ayub dari dalam badai dan
berkata, ‘Siapakah ini yang membuat gelap kebijaksanaan
dengan perkataan-perkataan yang tidak berlandaskan pengetahuan?…” Maksudnya, siapa ini yang bicara kebodohan, itulah yang
dikatakan Allah. “…Sekarang, bersiaplah engkau secara jantan! Aku akan menanyai engkau, dan engkau akan menjawab Aku…” dengan kata lain Allah berkata, “Kamu sudah bicara terlalu banyak. Kamu
sudah menuntut jawaban, kamu mau tahu apa yang terjadi. Nah,” kata Allah, “Aku sudah mendengar cukup,
sekarang Aku akan mengakhiri kebungkamanKu, sekarang Aku akan bicara, Aku akan
bertanya kepadamu pertanyaan-pertanyaan dan kamu harus menjawab Aku.” Kemudian tentu saja Allah mulai
menggambarkan Penciptaan. Dan tentu saja kita tidak bisa mempelajari pasal 38
dan 39 di mana Allah menggambarkan hari-hari Penciptaan menurut urutannya.
Andai kita punya waktu kami akan menunjukkan kepada kalian di dua pasal ini
Allah mulai dari terang, ke cakrawala, lalu ke kehijauan rumput, kemudian ke
konstalasi di langit, kemudian Dia bicara tentang
burung-burung, dan akhirnya Dia mengakhiri dengan binatang-binatang darat.
Dengan kata lain, Allah menggambarkan Penciptaan menurut urutannya sesuai
terjadinya pada awal mula.
And God is saying to Job, “Where were
you when all of these things happened, if you know so much, tell Me.” In
fact let's read verse 4, actually let's go to verse 3 and then we'll continue
with verse 4.
“3 Now prepare
yourself like a man; I will question you, and you shall answer Me. 4 Where were you when
I laid the foundations of the earth? Tell Me, if you have understanding. 5 Who determined its measurements? Surely you know!...”
God is speaking somewhat with sarcasm here. “…Or who stretched the line upon it? 6 To what were its
foundations fastened? Or who laid its cornerstone…” in other words, “Job, where were you
when I performed all of these marvelous works?” And of course Job is
thinking, “Hm, I wasn't anywhere to be
found at that time.” He's starting to catch a glimpse that God is far
greater than he is, in other words, as God gets larger and larger Job gets
smaller and smaller.
Dan Allah berkata kepada Ayub, “Di mana
kamu ketika semua hal itu terjadi, kalau kamu tahu begitu banyak, katakan
kepadaKu.” Nah, mari kita baca ayat 4, sesungguhnya mari ke ayat 3
kemudian kita lanjutkan dengan ayat 4.
“3 Sekarang
persiapkan dirimu seperti seorang laki-laki! Aku akan menanyai engkau, dan engkau akan
menjawab Aku. 4 Di
manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Katakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian! 5 Siapakah
yang telah menetapkan ukurannya? Tentunya
engkau tahu?…” Allah bicara dengan sedikit sarkasme di sini. “…Atau siapakah yang telah merentangkan tali
pengukur di atasnya? 6 Fondasinya
diikatkan pada apa? Atau siapakah yang memasang batu penjurunya?…” dengan kata lain, “Ayub di mana kamu
ketika Aku melakukan semua pekerjaan yang luar biasa ini?” Dan tentu saja Ayub berpikir, “Hm, aku tidak ditemukan di mana pun
pada waktu itu.” Dia mulai menangkap
sedikit bahwa Allah itu jauh lebih besar daripada dirinya, dengan kata lain
saat Allah mejadi semakin besar, Ayub menjadi semakin kecil.
And finally after describing the days of Creation in their proper order,
God ends His speech to Job in chapter 40:1 and 2 by saying, “1 Moreover
the Lord answered
Job, and said, 2 ‘Shall the
one who contends with the Almighty correct Him?...” in other words, “do you have a right to correct God?? “…He
who rebukes God, let him answer it.’…” in other words, God is saying, “You've tried to rebuke Me, you've tried to
correct Me,” He says, “Do you really
have a right to do this as, pardon the expression, a puny little creature?”
And of course now Job speaks to God, and I want you to notice what he says in
Job 40:3-5, “3 Then Job
answered the Lord and
said, 4 ‘Behold, I am vile; what shall I
answer You? I lay my hand over my mouth…” hadn't Job said that if he could appear before God and talk to Him, he
would present his arguments before Him? Well, there's no arguments to be had at
this point. Verse 4, “…4 ‘Behold, I am vile; what shall I answer You? I lay my hand
over my mouth. 5 Once
I have spoken, but I will not answer; Yes, twice, but I will proceed no
further.’…” in other words, Job is saying, “Okay, Lord, You've made Your point, I'm not
going to speak anymore, I'm going to keep quiet.” However, we're going to
find in a few moments that Job found it necessary to speak again, even though
at this point Job says, “You've made Your
point, I'm a puny little creature, You're the great Universal God who created
the heavens and the earth, who am I to be demanding answers from You.” But
Job, even though he says, “I will not
speak again”, we're going to find in chapter 42 that he finds the need to
speak again.
Dan akhirnya setelah menggambarkan hari-hari Penciptaan
sesuai urutannya, Allah mengakhiri bicaraNya kepada Ayub di pasal 40:1-2 dengan
mengatakan, “1 Selain itu
TUHAN menjawab Ayub, dan berkata, 2‘Apakah dia
yang menantang Yang Mahakuasa yang akan mengoreksi Dia?…” dengan kata lain, apakah kamu berhak mengoreksi Allah? “…Dia yang mencela Allah, yang harus menjawab!’…” dengan kata lain
Allah berkata, “Kamu mencoba mencela Aku, kamu mencoba mengoreksi Aku,” kataNya, “Apakah kamu sungguh-sungguh
berhak melakukan ini, sebagai makhluk kecil yang tidak berarti?” Dan tentu saja sekarang Ayub bicara kepada
Allah, dan saya mau kalian simak apa yang dikatakannya di Ayub 40:3-5, “…3 Lalu Ayub menjawab
TUHAN dan berkata, 4 ‘Lihatlah, aku ini hina; apa yang harus kujawab
kepada-Mu? Aku menutup mulutku dengan
tanganku…” Bukankah Ayub sudah berkata bahwa jika dia
bisa tampil di hadapan Allah dan bicara kepadaNya, dia akan mengajukan
argumentasi-argumentasinya di hadapan Allah? Nah, pada saat ini tidak ada
argumentasi. Ayat 4, “…4 ‘Lihatlah,
aku ini hina; apa yang harus kujawab kepada-Mu? Aku
menutup mulutku dengan tanganku. 5
Aku sudah pernah berbicara satu kali, tetapi
aku tidak akan menjawab. Ya, bahkan dua kali,
tetapi aku tidak akan meneruskan lebih lanjut.’…” Dengan kata lain Ayub berkata “Baiklah,
Tuhan, Engkah telah menyatakan pendapatMu, aku tidak akan bicara lagi, aku akan
diam.” Namun begitu,
kita akan melihat beberapa saat kemudian Ayub menganggapnya perlu untuk bicara
lagi, walaupun pada saat ini Ayub berkata, “Engkau telah menyatakan pendapatMu,
aku hanya makhluk yang tidak berarti, Engkau Allah alam semesta yang hebat yang
telah menciptakan langit dan bumi, siapalah aku menuntut jawaban dariMu.” Tetapi kita akan melihat di pasal 42, Ayub
walaupun dia berkata, “Aku tidak akan bicara lagi”, ternyata dia merasa perlu untuk bicara lagi.
So we need to look at what happened between chapter 40 and chapter 42 to
discover why Job felt that it was necessary to speak again after he said that
he was not going to speak anymore.
Jadi kita perlu melihat apa yang terjadi antara pasal 40
dan pasal 42 untuk menemukan mengapa Ayub merasa bahwa dia perlu
bicara lagi setelah dia berkata bahwa dia tidak akan bicara lagi.
Now what is it that transpires in chapter 41? You see, folks, the Devil, Satan,
does not disappear from the story after chapter 2. He's called Satan in
chapters 1 and 2, but he reappears at the end of the book with a different
name, and that name at the end of the book is Leviathan. In other words, at
the beginning of the book he's Satan, Satan the adversary, the accuser; at the
end of the book he doesn't appear as Satan, he appears as Leviathan. And you
say how do we know that? Well, let's notice some verses from Job chapter 41.
You know many scholars believe that this beast that is described in Job 41
called Leviathan was actually a crocodile, but this can't be a crocodile. I
want you to notice the details.
Nah apa yang terjadi di pasal 41? Kalian lihat,
Saudara-saudara, Iblis, Setan,
tidak menghilang dari kisah ini setelah pasal 2. Dia disebut Setan di pasal 1
dan 2, tetapi dia muncul kembali di
bagian akhir kitab itu dengan nama yang berbeda, dan nama
tersebut di akhir kitab ini ialah Lewiatan.
Dengan kata lain, di bagian awal kitab ini dia Setan, Setan si musuh, si
pendakwa; di bagian akhir kitab dia tidak muncul sebagai Setan, dia muncul
sebagai Lewiatan. Dan kalian berkata, dari mana kita tahu itu? Nah, mari kita
simak beberapa ayat dari Ayub pasal 41. Kalian tahu, banyak pakar Alkitab
meyakini binatang yang digambarkan di Ayub 41 yang disebut Lewiatan sebenarnya
adalah seekor buaya (termasuk terjemahan LAI). Tetapi ini tidak mungkin seekor
buaya. Saya mau kalian menyimak detailnya.
Job 41:1-4, God is going to now ask Job some more questions. “…1 Can you
draw out Leviathan with
a hook, or snare his tongue with a
line which you
lower?...” in other words,
are you able to fish Leviathan out of the sea? “…2 Can you put a reed through his nose, Or pierce
his jaw with a hook? 3 Will he
make many supplications to you? Will he
speak softly to you? 4 Will he
make a covenant with you? Will you
take him as a servant forever?...” In other words, are you able to defeat Leviathan? Are you able to take
Leviathan as your servant?
Now I must tell you something. The mention of Leviathan would not have
surprised Job because archaeologists have done digs in the area where this
story took place, and they have found that according to the culture of the
time, the
people believed that the enemy of the gods was called Leviathan. So in
other words, Job would have understood that Leviathan was the great enemy of God.
Of course, he wasn't a polytheist like the surrounding nations, but he would
understand the code word Leviathan meant that the enemy of God, was the one who
was causing these things. And God is saying, “Can you fish Leviathan and make him your servant?” Of course
what's the answer Job is saying? “No
way!”
Ayub 41:1-4, Allah sekarang akan bertanya kepada Ayub
beberapa pertanyaan lagi. “1 Dapatkah engkau menarik keluar Lewiatan dengan kail, atau menjerat lidahnya dengan tali yang engkau turunkan?…” dengan kata lain,
apakah kamu bisa memancing Lewiatan keluar dari laut? “…2 Dapatkah engkau memasang
tali buluh melalui hidungnya, atau menembus
rahangnya dengan kaitan? 3 Akankah
dia mengajukan banyak permohonan kepadamu? Akankah
dia berbicara dengan lemah lembut kepadamu? 4 Akankah ia mengikat perjanjian denganmu? Maukah
engkau mengambil dia menjadi hamba untuk selama-lamanya?…” Dengan kata lain,
bisakah engkau menaklukkan Lewiatan? Bisakah engkau menjadikan Lewiatan
hambamu?
Sekarang saya mau memberitahu kalian sesuatu. Disebutnya
nama Lewiatan tidak mengejutkan Ayub karena para arkeolog telah melakukan
penggalian di daerah di mana kisah ini
terjadi, dan mereka telah menemukan bahwa menurut kebudayaan zaman itu, orang-orang meyakini bahwa musuh
para dewa namanya Lewiatan. Jadi dengan kata lain, Ayub pasti paham bahwa Lewiatan
adalah musuh besar Allah. Tentu saja Ayub bukan seorang
politheis (penyembah banyak ilah) seperti bangsa-bangsa di sekelilingnya,
tetapi dia paham bahwa kata sandi
Lewiatan berarti musuh Allah itulah yang sedang menyebabkan semua hal ini. Dan Allah berkata, “Bisakah kamu memancing Lewiatan dan
menjadikan dia hambamu?” Tentu jawaban
apa yang dikatakan Ayub? “Tidak mungkin!”
Now let's notice a few details about this Leviathan. Job 41:18 speaking
about this creature, it says, “18 His
sneezings flash forth light, and his eyes are like the eyelids of the morning…” in other words his eyes gleam. “…19 Out of his mouth go
burning lights; sparks of fire shoot out…” Have you ever seen a fire breathing
crocodile? I haven't ever seen a fire breathing crocodile. Verse 20, “…20 Smoke goes out of his
nostrils, as from a
boiling pot and burning rushes. 21 His breath kindles coals, and a flame goes out of his mouth…” in other words, this is a fire breathing creature.
Let's jump down to verses 24 to 27, it says, “24 His heart is as hard as stone, even as hard as the lower millstone…”
notice, that this is a
hard-hearted creature. Verse 25, “…25 When he raises himself up, the mighty are afraid; because of his crashings they are beside themselves. 26 Though the sword reaches him, it cannot avail; nor does spear, dart, or javelin. 27 He regards iron as straw, and bronze as rotten wood…” in other words, this is an invincible creature. He's a creature
with a stone heart, he's a creature that breathes fire.
Sekarang mari kita simak
beberapa detail tentang Lewiatan ini. Ayub 41:18 bicara tentang makhluk ini,
berkata, “18 Bersinnya memancarkan
sinar menyala, dan matanya laksana
merekahnya fajar…” dengan kata lain matanya bergemerlapan. “…19 Dari mulutnya keluar suluh, dan bunga api memuncrat keluar…” Pernahkah kalian
melihat buaya yang nafasnya mengeluarkan api? Saya tidak pernah buaya yang
bernafaskan api. Ayat 20, “…20 Dari lubang hidungnya keluar asap bagaikan dari belanga atau
ketel yang mendidih. 21 Nafasnya menyalakan bara, dan nyala api
keluar dari mulutnya. ” dengan kata lain,
ini adalah makhluk yang
bernafaskan api.
Mari kita loncat ke ayat 24-27, dikatakan, “…24 Hatinya keras seperti batu bahkan keras seperti batu kilangan bawah…” simak ini adalah makhluk yang berhati kejam.
Ayat 25, “…25 Bila ia
mengangkat dirinya bangkit, semua yang perkasa gentar, karena
kerasnya pukulannya saat turun, mereka menjadi
bingung ketakutan. 26 Walaupun pedang
menyentuhnya, itu tidak mempan, demikian juga dengan tombak,
seligi atau lembing. 27 Dia
menganggap besi bagaikan jerami, dan tembaga
seperti kayu lapuk…” Dengan kata lain
ini adalah makhluk yang tidak
bisa dikalahkan. Dia adalah makhluk dengan
hati sekeras batu, makhluk yang bernafaskan api.
Now who is this creature? What does this creature represent? Let's go to
the end of the chapter. Chapter 41:33 and 34 comes the climax. “33 On earth
there is nothing like him, which is made without fear…” And now comes the key verse. “…34 He beholds every high thing; he is king
over all the children of pride.’…” Let me ask you, who is the king over the children of pride, the first
creature who ever had pride, his name was Lucifer according to Scripture.
Nah, siapakah
makhluk ini? Makhluk ini mewakili siapa? Mari kita pergi ke akhir pasal ini.
Pasal 41:33-34 adalah klimaksnya. “33
Di bumi tidak ada yang
seperti dia; yang diciptakan tanpa rasa
takut…” dan sekarang ayat
kuncinya, “…34 DIa memandang segala yang
tinggi; dia
adalah raja atas semua anak-anak yang angkuh…” Coba saya tanya, siapakah raja atas anak-anak angkuh? Makhluk pertma yang
pernah angkuh, namanya Lucifer menurut Kitab Suci.
Now fortunately in other places of the Bible we have references to this
same creature Leviathan, which proves that Leviathan is a symbol of Satan. And
God is telling Job, “Listen, Job, My
problem is much larger than your puny little questions. You want to know why
little old you is suffering, and why I can't answer at this moment what's
happening to you, and you complain and you whine. Don't you know that My
conflict is with Leviathan? Is with this enemy of God. Do you think that you
can defeat him? Do you think that you can take him as your servant? Do you
think that you can fish him out, and cut him in pieces? No way! Those who live
on the earth when they see him, they're filled with fear. No weapon can conquer
him, he has a heart of stone, he's king over the children of pride.” In other
words, God is saying, “I'm dealing with a
cosmic problem here. I'm dealing with Leviathan. Leviathan is the one who is
causing all of your problems.”
Untungnya di tempat-tempat lain di Alkitab ada referensi tentang makhluk
yang sama ini, Lewiatan, yang membuktikan Lewiatan adalah simbol Setan. Dan
Allah memberitahu Ayub, “Dengarkan, Ayub, problemKu
itu jauh lebih besar daripada semua pertanyaanmu yang sepele. Kamu ingin tahu
mengapa kamu menderita, dan mengapa Aku tidak bisa menjawab sekarang ini
tentang apa yang terjadi padamu, dan kamu mengkomplain dan merengek. Tidakkah
kamu tahu konflikKu itu dengan Lewiatan? Yaitu dengan musuh Allah ini. Kamu
pikir kamu bisa menaklukkan dia? Kamu pikir kamu bisa menjadikan dia hambamu?
Kamu pikir kamu bisa memancingnya keluar dan memotongnya berkeping-keping?
Tidak mungkin! Mereka yang hidup di bumi, bila mereka melihatnya, mereka
dipenuhi ketakutan. Tidak ada senjata yang bisa menaklukkan dia, dia punya hati
sekeras batu, dia raja atas anak-anak angkuh.” Dengan kata lain, Allah berkata, “Aku sedang
menghadapi problem kosmik di sini. Aku sedang menghadapi Lewiatan. Lewiatan
itulah yang menyebabkan semua masalahmu.”
Now let's notice a few other verses that speak about Leviathan. Go with me
to Isaiah chapter 27 and I want to read verse 1, Isaiah 27:1. By the way this is found in what is known as
the little Apocalypse of the Old Testament. It's Isaiah chapters 24-27, there
are many elements in these chapters that are found later on in the Book of
Revelation. Isaiah 27:1, here it's speaking about the day when God is going to
punish and destroy Leviathan, it says there in Isaiah 27:1, “1 In that day
the Lord with
His severe sword, great and strong, will punish Leviathan the fleeing serpent…” what is Leviathan? Oh, Leviathan is the fleeing serpent according
to this.
“…Leviathan that twisted serpent;
and He will slay…” and I'm reading
from the New King James
“…and He will slay the reptile that is in the sea…” Actually the King James version says, “He
shall slay the dragon that is in the sea”. The word that is used in the Greek
translation of the Old Testament is δράκων
[drákon] where we get the word “dragon” from. So Leviathan
is identified as the twisted serpent and as the dragon who lives in the sea.
Sekarang mari kita simak beberapa
ayat lain yang bicara tentang Lewiatan. Marilah bersama saya ke Yesaya pasal
27, dan saya mau membaca ayat 1, Yesaya 27:1. Nah, ayat ini ditemukan di apa
yang dikenal sebagai kitab Apokalips kecil Perjanjian Lama, yaitu Yesaya pasal
24-27. Ada banyak unsur di pasal-pasal ini yang kemudian didapati juga di kitab
Wahyu. Yesaya 27:1, di sini bicara tentang hari ketika Allah akan menghukum dan
membinasakan Lewiatan, dikatakan di sana di Yesaya 27:1, “1 Pada hari
itu TUHAN dengan pedang-Nya yang berat,
besar dan kuat akan menghukum Lewiatan, ular
yang licin itu,…” Lewiatan itu apa? Lewiatan adalah ular yang licin
menurut ayat ini, “…Lewiatan, ular
yang culas itu, dan Ia akan membunuh…” dan ini saya baca dari NKJV, “…dan Ia
akan membunuh reptil yang ada di laut.”
Tetapi KJV mengatakan, “…Ia akan membunuh naga itu yang ada
di laut.” Kata yang dipakai dalam terjemahan bahasa Greeka Perjanjian Lama ialah δράκων [drákon] dari mana kita
mendapat kata “dragon” (dalam bahasa Inggris, artinya “naga”). Maka Lewiatan diidentifikasi sebagai ular yang culas dan sebagai naga yang hidup di laut.
By the way did you know that Leviathan is a multi-headed creature? Notice
Psalm 74 and beginning with verse 13, here we find a description of Leviathan,
and we're going to find that Leviathan had more than one head. It says there
Psalm 74:13 speaking about God when he defeated the Egyptians at the Red Sea, “13 You divided
the sea by Your strength; You broke the heads of the sea serpents in the
waters. 14 You
broke…” now notice this, “…broke the heads…” “heads” plural “…14 you broke the heads of Leviathan
in pieces, and gave
him as food to the
people inhabiting the wilderness…” Notice that Leviathan is a “him”, it's one,
but he has many what? He has many heads according to this.
Nah, tahukah kalian bahwa Lewiatan adalah makhluk
berkepala banyak? Simak Mazmur 74 dan mulai dari ayat 13, di
sini kita dapatkan deskripsi Lewiatan, dan kita akan melihat bahwa Lewiatan
punya lebih dari satu kepala. Dikatakan di Mazmur 74:13, bicara tentang Allah
ketika Dia mengalahkan orang-orang Mesir di Laut Merah. “13 Engkau telah membelah laut dengan kekuatan-Mu, Engkau telah menghancurkan kepala-kepala ular-ular naga di lautan. 14 Engkau meremukkan…” sekarang simak ini,
“…meremukkan kepala-kepala…” “kepala-kepala” jamak, “…14 Engkau meremukkan
kepala-kepala Lewiatan berkeping-keping dan memberikannya menjadi makanan orang-orang
yang hidup di padang belantara. …” Simak Lewiatan itu
“dia”
(him = jantan), berarti satu, tetapi dia punya banyak
apa? Dia punya banyak kepala menurut ayat ini.
I want to read verses 7-9, it says there speaking about the origin of sin
in heaven, “7 And war broke out in heaven: Michael
and his angels fought with the dragon; and the dragon and his angels
fought, 8 but they did not prevail, nor was a
place found for them in heaven any longer…” and now notice the terminology. “…9 So the great dragon was cast
out, that serpent of old…“ did you catch that? He's called the “dragon”, and he's
called what? The “serpent of old”, “…called the Devil and…” what?
“…Satan…” Is that name in the Book of Job? At the
beginning of the Book of Job? “Satan”? Absolutely! “…the Devil and Satan who deceives the whole
world; he was cast to the earth, and his angels were cast out with him.”
Now how many heads does this dragon have? Go back with me to Revelation
12:3, “3 And another sign appeared in heaven:
behold, a great, fiery red dragon having seven heads and ten horns, and
seven diadems on his heads…”
So the question is, who is Leviathan? By the description in chapter 41:1 and by examining Isaiah 27, and
Psalm 74, and Revelation 12, there can be no doubt that Leviathan is a symbol of Satan.
Sekarang pertanyaannya ialah, dia punya berapa kepala?
Mari bersama saya Wahyu 12, dan saya mau membaca ayat 7-8, dikatakan di sana
tentang asal usul dosa di Surga, “7 Dan
peperangan pecah di Surga: Mikhael
dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu bersama malaikat-malaikatnya melawan. 8 tetapi mereka kalah, dan
tidak ada tempat lagi ditemukan bagi
mereka di sorga…” dan sekarang simak
terminologinya, “…9 Maka
naga besar itu dilemparkan keluar, si ular
tua…” apakah kalian menangkap itu? Dia disebut “naga”, dan disebut
apa? “Ular tua” , “…yang
disebut Iblis dan…” apa? “…Satan…”
itukah nama yang ada di kitab Ayub? Di
awal kitab Ayub? “Setan”? Tentu saja! “…Iblis
dan Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dia dilemparkan ke bumi, dan malaikat-malaikatnya dilemparkan
keluar bersama-sama dengan dia.”
Nah, naga ini punya berapa kepala? Marilah bersama saya
ke Wahyu 12:3, “3 Dan suatu tanda yang lain tampak di langit; dan
lihatlah, seekor naga merah berapi yang
besar, yang punya kepala tujuh dan sepuluh
tanduk, dan tujuh mahkota di atas kepala-kepalanya.”
Maka pertanyaannya ialah, siapa Lewiatan ini? Menurut
deskripsi di Ayub 41:1 dan dengan memeriksa Yesaya 27, dan Mazmur 74, dan Wahyu
12, tidak diragukan lagi Lewiatan
adalah simbol dari Setan.
So does Satan reappear at the end of the book? He most certainly does. And
what is God saying at the end of the book? He's saying to Job, “Job, all of your trials and tribulations
are caused by Leviathan.” And of course a light goes on in the mind of Job.
He says, “Oh now I understand where my trials
are coming from, they're not coming from God, they're coming from
Leviathan.” And God is saying, in this story, saying, “this being is Invincible, he has a heart of
stone, he's king over the children of pride, you can't take him as your
servant, you can't defeat him because he's Invincible.” But God says, “I will defeat him,
I will defeat the one who is causing all of your problems because I sit on the
throne and I am in control of history.” And so Job now ~ after he sees
Leviathan ~ he feels the need to speak again, even though he said that he
wasn't going to speak again.
Notice Job 42:1-6 here Job says, “Excuse me, Lord, I need to talk to You
again. Now that You've shown me what's going to happen to Leviathan, now that
You've shown me that the culprit is going to get his just due.”
Apakah Setan muncul kembali di bagian akhir kitab itu?
Betul sekali. Dan apa kata Allah di bagian akhir kitab itu? Dia berkata kepada
Ayub, “Ayub, semua ujianmu dan tribulasimu disebabkan oleh
Lewiatan.” Dan tentu saja pikiran Ayub
tiba-tiba menjadi terang. Dia berkata, “Oh, sekarang aku paham dari mana datangnya pencobaanku,
mereka bukan berasal dari Allah, mereka berasal
dari Lewiatan.”
Dan Allah berkata di kisah ini, “Makhluk ini
tidak bisa dkalahkan, dia punya hati sekeras batu, dia raja dari anak-anak
angkuh, kamu tidak bisa membuat dia menjadi hambamu, kamu tidak bisa
mengalahkan dia karena dia tidak terkalahkan.” Tetapi Allah berkata, “Aku akan mengalahkan dia. Aku akan mengalahkan dia
yang menyebabkan semua masalahmu karena Aku duduk di atas takhta dan Aku
memegang kontrol sejarah.”
Maka sekarang Ayub ~ setelah dia melihat Lewiatan ~ dia merasa perlu bicara
lagi walaupun tadinya dia berkata bahwa dia tidak akan bicara lagi.
Simak Ayub 42:1-6 di sini Ayub berkata, “Maafkan aku, Tuhan, aku perlu bicara lagi padaMu.
Sekarang setelah Engkau menunjukkan kepadaku apa yang akan terjadi pada
Lewiatan, sekarang setelah Engkau menunjukkan kepadaku bahwa si biang keladi
akan mendapatkan balasannya yang setimpal.”
By the way, did Job ever lose his relationship with God? Did he ever
release the hand of God? No! We're going to find in our next study that he kind
of felt like Jesus when He was on the cross, where Jesus says, “My God, My God, why have you forsaken Me?”
But then in the next breath almost He says,
“Father, into Your hands I commend My spirit.” In other words, Job felt much like Jesus
would feel later on in history. And in both cases, it is the Devil who is
causing the suffering, and the Devil who is going to get his just due for
causing the suffering.
Nah, apakah Ayub pernah putus hubungannya dengan Allah?
Apakah dia pernah melepaskan tangan Allah? Tidak! Kita akan melihat di
pelajaran kita berikutnya bahwa Ayub itu ada persamaan dengan Yesus ketika Dia
tergantung di salib, ketika Yesus berkata, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?” (Markus 15:34). Tetapi nyaris dengan tarikan nafas berikutnya Dia
berkata, “Bapa,
ke dalam tanganMu Aku serahkan nyawaKu.” (Lukas
23:46). Dengan kata
lain, Ayub merasa seperti yang akan dirasakan Yesus kelak dalam sejarah. Dan
dalam kedua buah kasus ini, Iblis-lah yang menimbulkan penderitaan, dan
Iblis-lah yang akan menerima balasan yang setimpal.
So could we say that the heavenly universe gave Job and God a great round
of applause when this story was over? Absolutely, because Job did not lose his hold upon God.
Notice 42:1, “1Then Job
answered the Lord and
said, 2 ‘’I
know that You can do everything…” even defeat whom? Leviathan,“…2 ‘’I know that You can do everything and that no
purpose of Yours can
be withheld from You. 3 You asked, ‘Who is this who hides counsel
without knowledge?’ Therefore, I have uttered what I did not understand,
…” what was Job's big mistake? He uttered what he did not what? Understand.
When he saw Leviathan, does he suddenly understand? He most certainly does. He
continues saying, “…things too wonderful for me, which I did
not know. 4 Listen,
please, and let me speak; You said, ‘I
will question you, and you shall answer Me.’ 5 ‘I
have heard of You by the hearing of the ear, but now my eye sees You…” in other words when it says “my eyes sees
You”, he says “Now I…” what? “…now I understand You.” Verse 6, “…6 Therefore I abhor myself, and repent in dust and ashes.’…”
I want you to notice that Job is not repenting of sin. Job is repenting of having the audacity
as a creature to demand answers from God. And you know, the interesting
thing is, the story ends as you read the last part of the chapter with Job not
only receiving what he had lost, but he received double of what he had lost,
and he lived a very prosperous life the rest of his days.
Jadi, bisakah kita mengatakan bahwa alam
semesta telah memberikan Ayub dan Allah tepuk tangan yang meriah ketika kisah
ini berakhir? Tentu saja, karena Ayub
tidak kehilangan hubungannya dengan Allah. Simak 42:1, “1 Maka jawab Ayub kepada TUHAN, 2 ‘Aku
tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu…” bahkan mengalahkan siapa? Lewiatan. “…2 ‘Aku
tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Mu
yang bisa digagalkan. 3 Engkau bertanya, ‘Siapakah dia yang mengaburkan kebijaksanaan tanpa memiliki
pengetahuan?’ Itulah sebabnya, aku telah berbicara
tanpa pengertian…” apakah kesalahan besar Ayub? Dia bicara apa yang dia
tidak apa? Paham. Pada waktu dia melihat Lewiatan, apakah dia tiba-tiba paham?
Tepat sekali. Ayub melanjutkan berkata, “…tentang
hal-hal yang terlalu hebat bagiku yang tidak
kuketahui. 4 Mohon dengarlah, dan izinkanlah aku bicara. Engkau berkata, ‘Aku
akan menanyai engkau, dan engkau akan
menjawab Aku.’ 5 Aku sudah mendengar
tentang Engkau lewat pendengaran telinga, tetapi sekarang mataku sendiri melihat Engkau…” dengan kata lain, ketika dikatakan “mataku sendiri
memandang Engkau”, dia berkata, “Sekarang aku…” apa?
“…sekarang aku memahami Engkau.” Ayat
6, “…6 Oleh
sebab itu aku muak dengan diriku sendiri, dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan
abu.’…”
Saya mau kalian menyimak bahwa Ayub bukan menyesali dosa.
Ayub menyesali telah memiliki
keberanian sebagai makhluk ciptaan untuk menuntut jawaban dari Allah.
Dan kalian tahu, yang menarik ialah, ketika kisah ini berakhir, ketika
kita baca bagian terakhir pasal itu,
Ayub tidak hanya menerima apa yang telah hilang darinya, tetapi dia telah
menerima dua kali lipat kehilangannya, dan dia menikmati kehidupan yang sangat
makmur selama sisa hidupnya.
Now why would God give us this story, the story of Job? Actually we're
going to find in our next study that this story is a microcosm, it is a miniature illustration of what is going to
happen in the great time of trouble such as never has existed in the history of
the world. Once again God's people are going to be tried to the
utmost like
Job. They are going to lose every earthly support. They are going to lose
children, they are going to lose possessions, they are going to lose their
health, they are going to lose their freedom, they're going to lose their
friends, the whole world will turn against them according to Scripture, and they
will feel like God perhaps has forsaken them in this world. And they
will cry out to God for deliverance day and night like the widow in the story
of Luke chapter 18, who kept on coming to the judge asking for the judge to do
justice. The wonderful thing about God's people during that period is that we will
have the benefit of the story of Job. God has given us this story to
know the controversy that is going to ensue at the end of time. The Devil says,
“Oh, Your people serve You because You're
good to them, You prosper them, You protect them. But if You gave me control of
the world, and You allowed me to take everything from them, they would curse
You to the face.” And we're going to notice that the end time generation,
God is going to have a whole group of people who will prove the Devil wrong.
They will prove that God is served simply out of love without any
self-interest, and God's people will say “though He slay
me yet will I trust in Him”. They will say, “I know that my Redeemer lives, and even
after this skin falls apart, I know that in my flesh I shall see God” and in this way they will slap the Devil
in the face, and they will vindicate the character of God before the universe,
and God will be proven right and the whole universe will end up with a great
round of applause.
Nah, mengapa Allah memberi kita kisah ini, kisah Ayub
ini? Sesungguhnya kita akan melihat di pelajaran kita berikutnya bahwa kisah ini adalah
sebuah mikrokosmos, sebuah ilustrasi
miniatur dari apa yang akan terjadi saat Masa Kesusahan Besar seperti yang
belum pernah terjadi dalam sejarah dunia ini. Sekali lagi, umat Allah akan
diuji sampai ke akar-akarnya seperti
Ayub. Mereka akan
kehilangan semua dukungan duniawi. Mereka akan kehilangan
anak-anak, mereka akan kehilangan harta, mereka akan kehilangan kesehatan
mereka, mereka akan kehilangan kebebasan mereka, mereka akan kehilangan
teman-teman mereka, menurut Kitab Suci seluruh dunia akan berbalik memusuhi
mereka, dan mereka akan merasa
seakan-akan Allah barangkali telah meninggalkan mereka di dunia ini.
Dan siang dan malam mereka akan berseru nyaring kepada Allah minta diselamatkan
seperti janda di kisah Lukas pasal 18 yang terus-menerus mendatangi si hakim
minta keadilan dari hakim itu. Hal yang luar biasa tentang umat Allah
di masa itu ialah kita sudah memiliki
manfaat kisah Ayub. Allah telah memberi kita kisah ini untuk
menunjukkan pertentangan yang akan berlangsung pada akhir zaman. Iblis berkata,
“Oh, umatMu mengabdi padaMu karena Engkau baik pada
mereka, Engkau memakmurkan mereka, Engkau melindungi mereka. Tetapi jika Engkah
memberi aku kendali dunia ini dan Engkau mengizinkan aku mengambil segalanya
dari mereka, mereka akan mengutuk Engkau di depan mukaMu.” Dan kita akan menyimak di generasi akhir zaman, Allah akan punya satu
rombongan orang-orang yang akan membuktikan Iblis keliru. Mereka akan
membuktikan bahwa mereka mengabdi kepada Allah semata-mata karena kasih tanpa
pamrih kepentingan pribadi, dan umat Allah akan berkata, “Walaupun Dia membunuhku, namun aku akan tetap
percaya padaNya” (Ayub
13:15).
Mereka akan
berkata, 26 Dan sesudah kulit tubuhku hancur,
ini yang aku tahu, bahwa dalam dagingku
aku akan melihat Allah” (Ayub 19:25-26). Dan dengan cara ini mereka
akan menampar Iblis di wajahnya, dan mereka akan membalaskan nama baik karakter
Allah di hadapan seluruh alam semesta, dan Allah akan terbukti benar, dan
seluruh alam semesta akhirnya akan memberikan tepuk tangan yang meriah.
06 03 25