Tuesday, July 4, 2017

EPISODE 02/25 WHAT IS THE EVERLASTING GOSPEL ~ THREE ANGELS MESSAGES ~ STEPHEN BOHR

_____THREE ANGELS MESSAGES_____
Part 02/25 - Stephen Bohr
WHAT IS THE EVERLASTING GOSPEL


Dibuka dengan doa


As I mentioned in our last study together, we are going to study  today about the everlasting gospel.  And I'd like to read the first angel's message where we find  the reference to the everlasting gospel.  I'm reading from Revelation 14: 6-7.  It says the following: 6 Then I saw another angel flying  in the midst of heaven, having the everlasting gospel to preach to those who dwell on the earth, and to every nation, tribe, tongue, and people. 7 Saying with a loud voice, ‘Fear God and give glory to Him, for the hour of His judgment has come; and worship Him who made heaven and earth, the sea and springs of water.”

Seperti yang sudah saya singgung dalam pelajaran kita yang lalu, hari ini kita akan belajar tentang Injil yang kekal. Dan saya ingin membacakan pekabaran malaikat pertama di mana kita temui referensi tentang Injil yang kekal. Saya membacakan dari Wahyu 14:6-7, dikatakan seperti berikut: 6 Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi, kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, 7 dan ia berseru dengan suara nyaring: ‘Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba jam penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.’"


Interestingly enough, the apostle John wrote several books  of the New Testament.  He wrote the gospel of John, Revelation,  as well as three epistles.  But this is the only time in the writings of John where you find the word gospel, and much less the everlasting gospel. Now because this is the only time in the writings of John  where we find the reference to the gospel,  it's necessary for us to go to other places in Scripture to study this topic of the everlasting gospel. And so we're going to go to other places in Scripture that  describe the meaning of the everlasting gospel. 

Yang cukup menarik, rasul Yohanes menulis beberapa buku dalam Perjanjian Baru, dia menulis Injil Yohanes, kitab Wahyu, juga tiga surat. Tetapi hanya kali ini saja dalam tulisan-tulisan Yohanes kita jumpai kata “Injil”, apa lagi “injil yang kekal”. Nah, karena ini adalah satu-satunya tulisan Yohanes di mana kita menemui referensi kepada injil, kita harus pergi ke bagian lain dalam Kitab Suci untuk mempelajari topik tentang Injil yang Kekal ini. Jadi kita akan ke bagian lain dalam Kitab Suci yang menjelaskan makna Injil yang Kekal.


Now the first question that we want to ask is this: Why is the gospel called everlasting? After all the Bible tells us that the gospel was the salvation event in Jesus Christ.  So what makes the gospel everlasting? 
Well, in order to understand why the gospel is everlasting  we need to go back to the story that we find of The Fall in the book of Genesis. So go back with me to Genesis 2, and we're going to look at  several important details that will set the framework  for understanding the meaning of the everlasting gospel. 

Nah, pertanyaan pertama yang mau kita tanyakan adalah: Mengapa Injil ini disebut kekal? Bukankah Alkitab mengatakan bahwa injil adalah peristiwa penyelamatan dalam Yesus Kristus? Jadi apa yang menjadikan injil itu kekal?
Nah, supaya bisa paham mengapa injil ini kekal, kita harus mundur ke kisah kejatuhan Adam dan Hawa di kitab Kejadian. Jadi marilah kita mundur ke Kejadian pasal 2, dan kita akan melihat beberapa detail yang penting yang membentuk rangka bagi kita untuk memahami arti injil yang kekal.


The first thing that I want to review from Genesis 1 and 2  is that God, that is Jesus, created Adam and Eve holy, innocent, and righteous. And the Bible tells us that in order to show this righteousness in a visible way, God clothed Adam and Eve with a  literal robe of  light.  But that literal robe of light symbolized something;  it represented something. The literal robe of light represented their righteousness, their obedience to the law of God.  In other words, the literal robe of light represented  obedience to God's law.  It showed that Adam and Eve were righteous,  because they had not broken God's holy law.  But we're told in the book of Genesis that when Adam and Eve  sinned the first result of their sin was that this literal robe of light disappeared.  And we find in Genesis 2:25 the description of what happened when the robe of light disappeared. It says there in Genesis 2:25, first of all, about their original condition, and then we'll read verse 7 of chapter 3.  It says: “And they were both naked, the man and his wife,  and were not ashamed.”  But now notice verse 7.  Immediately after their sin it says: “Then the eyes of both of them were opened, and they knew that they were naked.”  So in other words, in their innocence, when they were obedient to God's holy law, they had a literal robe of light that represented spiritual obedience to God's holy law. But when they sinned the literal robe of light left them,  and they became literally naked. 

Hal pertama yang ingin saya ulangi dari Kejadian 1 dan 2 ialah, Allah, yaitu Yesus, menciptakan Adam dan Hawa itu kudus, tidak mengenal dosa, dan benar. Dan Alkitab mengatakan bahwa untuk menunjukkan kebenaran ini secara nyata, Allah memberi Adam dan Hawa suatu jubah yang nyata dari cahaya. Jubah nyata dari cahaya ini melambangkan sesuatu, mewakili sesuatu. Jubah nyata dari cahaya ini melambangkan kebenaran mereka, kepatuhan mereka kepada Hukum Allah. Dengan kata lain, jubah nyata dari cahaya ini melambangkan kepatuhan kepada Hukum Allah. Jubah itu membuktikan bahwa Adam dan Hawa adalah orang-orang benar, karena mereka tidak melanggar Hukum Allah yang kudus. Tetapi di kitab Kejadian kita kemudian diberitahu bahwa ketika Adam dan Hawa berbuat dosa, akibat pertama dari dosa mereka adalah lenyapnya jubah yang nyata dari cahaya tersebut. Dan di Kejadian 2:25 kita mendapatkan keterangan tentang apa yang terjadi ketika jubah cahaya ini lenyap. Dikatakan di Kejadian 2:25, pertama-tama dikisahkan kondisi asli mereka, kemudian kita akan membaca pasal 3:7. Dikatakan, 25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, dan mereka tidak merasa malu.” Tetapi sekarang perhatikan ayat 7. Segera setelah mereka berdosa, dikatakan,  7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang…”   Jadi dengan kata lain, dalam kondisi mereka yang murni, ketika mereka masih patuh kepada Hukum Allah yang kudus, mereka memiliki jubah yang nyata dari cahaya yang melambangkan kepatuhan spiritual kepada Hukum Allah yang kudus. Tetapi ketika mereka berbuat dosa, jubah nyata dari cahaya itu hilang dari mereka, dan mereka menjadi sungguh-sungguh telanjang.


Now what did the literal nakedness represent?  It represented the fact that now they were  disobedient to God's law.  They were unrighteous.  In other words, being clothed with the robe of light  represented obedience to God's law, whereas being unclothed  or naked represented, or symbolized disobedience to God's holy law. 
And, of course, the Bible tells us that the nakedness of Adam  and Eve led ultimately to the sentence of death against them.  And it's no coincidence that the apostle Paul in 2 Corinthians 5  refers to death as nakedness, because your body  goes back to the dust.  Your body is your clothing, so to speak, spiritually speaking.  And so when man dies, the apostle Paul says  that he's left naked.  So the nakedness of Adam and Eve represented the fact that  ultimately they were going to die, and they were going to be left naked; their body, in other words,  was going to disintegrate. 

Nah, ketelanjangan nyata itu melambangkan apa? Melambangkan fakta bahwa sekarang mereka telah melanggar Hukum Allah, mereka telah menjadi tidak benar. Dengan kata lain, mengenakan jubah cahaya melambangkan kepatuhan kepada Hukum Allah, sebaliknya tidak mengenakan jubah atau telanjang, mewakili atau melambangkan ketidakpatuhan kepada Hukum Allah yang kudus.
Dan tentu saja Alkitab mengatakan kepada kita, ketelanjangan Adam dan Hawa mengakibatkan mereka mendapatkan vonis maut terhadap mereka. Dan bukan suatu kebetulan Rasul Paulus di 2 Korintus 5 menyebut maut sebagai ketelanjangan, karena tubuh kita kembali menjadi debu, secara spiritual tubuh kita itulah pakaian kita, katakanlah demikian. Maka bila seseorang meninggal, Rasul Paulus berkata bahwa dia telah ditinggalkan telanjang.  Jadi ketelanjangan Adam dan Hawa melambangkan fakta bahwa akhirnya mereka akan mati, mereka akan ditinggalkan telanjang, dengan kata lain tubuh mereka akan hancur.


We find in Romans 6:23 the sentence of death.  And I want to read just the first part of Romans 6:23.  It says there:  “For the wages of sin is death”,  the wages of sin is death or the ultimate nakedness or unclothing, according to the apostle Paul  in 2 Corinthians 5:2-4. 
I like to think of this topic of the wages of sin being death,  in the context of what I call an equal opportunity employer.  You know, sin is actually personified in Romans 6:23. The wages of sin is death.  In other words, Mr. Sin is an employer.  Whoever works for Mr. Sin, the wages that that person earns are what? death. The wages of sin are death.  So when Adam and Eve sinned, they began to be employees  of Mr. Sin. And Mr. Sin said, “Being that you're working  for me, being that you're committing sin, the wages that I'm going to pay you are wages of death.” 
Now it's very important for us to realize that the death that  God was talking about was not only physical death.  God was speaking about eternal separation from Him.  He was referring to spiritual death.  He was referring to spiritual death, but he was also referring  to eternal or everlasting death.  And the Bible says that Adam and Eve should have  died that very day.  Notice Genesis 2:17.  The Bible is very clear on this point. Genesis 2:17. It says there, God is speaking:  “But of the tree of the knowledge of good and evil, you shall not eat: for in the day that you eat of it you shall surely die.” Notice, God didn't tell Adam, you know, “You'll die 930 years later.”  He said, “The day that you eat of the tree, that is the day that you will surely die.” In other words, there was no doubt that Adam and Eve should have died that very day. 

Di Roma 6:23 kita temukan vonis kematiannya. Dan saya akan membacakan hanya bagian pertama Roma 6:23, dikatakan di sana: “Sebab upah dosa ialah maut…”, upah dosa ialah maut atau ketelanjangan total, atau menurut rasul Paulus di 2 Korintus 5:2-4 kondisi tidak mengenakan pakaian.
Saya suka merenungkan topik tentang upah dosa ialah maut ini dalam konteks yang saya sebut sebagai seorang majikan yang memberikan kesempatan kerja yang sama kepada semua yang mau bekerja padanya. Kalian tahu, di Roma 6:23, dosa itu dipersonifikasikan (artinya dianggap sebagai manusia): “Upah dosa ialah maut”, dengan kata lain, Tuan Dosa adalah seorang majikan. Siapa pun yang bekerja pada Tuan Dosa, maka upah yang diterima orang itu ialah apa? Maut. Upah dosa ialah maut. Jadi ketika Adam dan Hawa berbuat dosa mereka mulai menjadi karyawan Tuan Dosa. Dan Tuan Dosa berkata, “Karena kalian bekerja untuk saya, karena kalian melakukan dosa, maka upah yang akan saya bayarkan kalian adalah upah maut/kematian.”
Nah, yang penting kita sadari ialah kematian/maut yang dibicarakan Allah  bukan hanya kematian fisik. Allah berbicara  tentang perpisahan kekal dariNya. Dia berbicara tentang kematian spiritual. Allah berbicara tentang kematian spiritual, tetapi Dia juga berbicara tentang kematian kekal atau kematian abadi. Dan Alkitab berkata bahwa Adam dan Hawa seharusnya mati pada hari yang sama. Perhatikan Kejadian 2:17, Alkitab sangat jelas tentang poin ini. Kejadian 2:17, dikatakan di sana, Allah yang berbicara, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." Perhatikan, Allah tidak berkata kepada Adam, “Kamu akan mati 930 tahun kemudian.” Allah berkata, “…pada hari engkau memakannya, pada hari yang sama itulah engkau pasti mati.” Dengan kata lain, tidak diragukan lagi Adam dan Hawa seharusnya mati hari itu.


And, of course, the question is, why didn't they die that very day in which they sinned? in which they were left physically  naked? which represented their spiritual nakedness,  in other words their unrighteousness, which eventually would lead to death, to the decomposition of their bodies; the ultimate nakedness. Why didn't they suffer death in all of its implications that day? 
The reason why is because God had established an everlasting plan in the ceaseless ages of eternity.  In fact, that plan that God established before the foundation of the world ~ we're going to read it in a moment  from Scripture ~ envision two things:
·       Number one, it envisioned  choosing a perfect, unblemished, lamb. 
·       And then that perfect, unblemished lamb was to be  sacrificed for the sin of humanity.  In the case of Adam and Eve, for the sin that they  had just committed. 

Dan, tentu saja, pertanyaannya ialah, mengapa mereka tidak mati pada hari tersebut di mana mereka telah berbuat dosa, di mana mereka telah menjadi telanjang secara fisik, yang mewakili ketelanjangan spiritual mereka? Dengan kata lain, ketidakbenaran mereka, akhirnya mengakibatkan kematian, mengakibatkan rusaknya tubuh mereka, mengakibatkan ketelanjangan mutlak. Mengapa mereka tidak mengalami kematian dengan semua implikasinya pada hari itu?
Alasan mengapa mereka tidak mati hari itu ialah karena Allah telah membuat suatu rancangan yang kekal dalam masa kekekalan yang tidak terbatas.  Bahkan, rancangan yang telah dibuat Allah sebelum dunia diciptakan itu ~ dan nanti kita akan membacanya dari Kitab Suci ~ berisi nubuat tentang dua hal:
·       Pertama, itu adalah nubuat memilih seekor anak domba yang sempurna yang tanpa cacat.
·       Kemudian anak domba yang sempurna dan tanpa cacat itu harus dikurbankan bagi dosa manusia. Dalam hal Adam dan Hawa, bagi dosa yang baru mereka lakukan. 


Now it's very important to realize that this plan was not  implemented by God as an emergency.  God didn't say, “Uh oh, human beings sinned.  What are We going to do now?” The fact is that this plan had already been made before  this world was even created.  In other words, God always had a contingency plan.  It was not a last minute emergency plan.  God knew all the time what was going to be necessary to  save man from his sin.  Notice 1 Peter 1:18-20, and we're going to read especially  two phrases in this passage. 1 Peter 1:18-20. Here the apostle Peter says the following: 18 Knowing that you  are not redeemed with corruptible things, like silver or gold, from your aimless conduct received by tradition from your fathers; 19 But with the precious blood of Christ…” notice that Jesus had to shed His blood,  “…the precious blood of Christ, as of a lamb…” there it is,  “…as of a lamb without blemish and without spot…” notice two things: the lamb had to be without blemish,  and then the lamb had to be what? sacrificed.  His blood had to be shed. Now when was this plan made, and when was  this plan implemented?  Notice what we find in verse 20.    “…20 He…” that is Jesus, “…indeed was foreordained…” in other words  this plan was made   “…before the foundation of the world, but was made manifest…” in other words was implemented,   “…in these last times for you.”
So when was the plan of redemption  elaborated and established?  It was not established when human beings sinned.  The Bible tells us that Jesus had already in eternity past,  offered to live a perfect life as a lamb, and to suffer death  in place of human beings.  He was foreordained before the foundation of the world.  Sin did not catch God by surprise.  God already had a plan.  That's the reason why the gospel is called, The Everlasting Gospel, is because it goes all the way into eternity past,  at least as a plan. 

Nah, sangatlah penting untuk menyadari bahwa rancangan ini tidak dibuat Allah sebagai tindakan darurat. Allah tidak berkata, “Wah, manusia telah berbuat dosa. Apa yang harus Kami lakukan sekarang?” Faktanya ialah, rancangan ini sudah dibuat bahkan sebelum dunia diciptakan. Dengan kata lain, Allah selalu punya rancangan cadangan. Rancangan ini bukanlah rancangan darurat yang diciptakan pada menit terakhir. Allah sudah tahu sepanjang saat apa yang diperlukan untuk menyelamatkan manusia dari dosanya. Perhatikan 1 Petrus 1:18-20, dan kita akan membaca terutama dua istilah dalam bacaan ini. 1 Petrus 1:18-20. Di sini rasul Petrus mengatakan yang berikut: 18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu tidak ditebus dengan benda-benda yang fana seperti perak atau emas, dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu terima dari tradisi nenek moyangmu, 19 tetapi  dengan darah Kristus yang mahal…”  perhatikan Yesus telah mencurahkan darahNya,  “… darah Kristus yang mahal sebagaimana seekor domba…ini dia,…sebagaimana seekor domba yang tanpa cela dan tanpa cacat…” perhatikan dua hal: domba itu harus tanpa cacat, lalu domba itu harus diapakan? Dikurbankan. Darahnya harus dicurahkan. Nah, kapan rancangan ini dibuat dan kapan diimplementasikan? Perhatikan apa yang kita dapati di ayat 20,  “…20 sesungguhnya Dia…” yaitu Yesus,  “…sudah ditentukan…” dengan kata lain, rancangan ini sudah dibuat   “…sebelum dunia dijadikan, namun dinyatakan…”  dengan kata lain rancangan itu diimplementasikan  “… pada akhir masa ini untuk kamu.”
Jadi kapan rancangan keselamatan ini dirancang dan diteguhkan? Rancangan itu tidak dibuat ketika manusia melakukan dosa. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa di masa lampau di zaman kekekalan  Yesus sudah menawarkan untuk menjalani kehidupan yang sempurna sebagai anak domba dan untuk menderita kematian sebagai ganti manusia. Yesus telah ditentukan sebelum dunia diciptakan. Tuhan tidak kecurian langkah. Tuhan sudah memiliki suatu rancangan. Itulah alasannya mengapa injil ini disebut Injil yang Kekal, karena sudah ada jauh di masa lampau di masa kekekalan, paling tidak rancangannya sudah ada. 


Now I want us to notice that this plan was announced to Adam  and Eve when they sinned.  You see, the Bible tells us that they were covered with the glorious robe of light, which represented their obedience to the law of God; their righteousness.  When they sinned, the Bible tells us that they were left physically naked, which represented the fact that now  they were unrighteous.  In other words they were disobedient to God's law.  So, basically they needed to be covered once again.  They needed the robe of righteousness once again.  But how could their nakedness be covered?  The fact is the Bible tells us that they tried to cover their nakedness in a very unique way.  Notice Genesis 3:7.  Immediately after they find themselves naked,  because of their sin, we find this statement.  “Then the eyes of both of them were opened, and they knew that they were naked;  and they sewed fig leaves together,  and made themselves coverings.”  How did they attempt to cover their unrighteousness,  or their disobedience to God's law? They tried to cover it by making garments of fig leaves themselves, and by clothing themselves.
But the interesting thing is, if you read all the way down  to verse 10 you're going to discover that Adam and Eve,  even after they were covered with the fig leaves, they still felt naked.  Because when God came looking for them, Adam said, “We hid in the midst of the trees of the garden because we were naked.”  Well, the fact is they were covered with the fig  leaves at this point.  But they still feel naked, because the glorious robe of light was not there; there were just fig leaves.  And they knew that in order to have the innocence of God  they needed to have the robe of light. And so they're standing there in the garden, they're trembling,  they're shaking, they know that the sentence of death  should fall upon them.  And God descends to the garden and He gives a magnificent prophecy, that we find in Genesis 3:15.  This is when the gospel plan is first announced[J1]  after sin.  It says there in Genesis 3:15, and God is speaking to the serpent. He's speaking to the Devil. 15 And I will put enmity between you and the  woman, and between your seed and her seed; He…” that is the seed of the woman “…shall bruise your head, and you shall bruise His heel.”  In other words, God is saying, “I'm going to send  the Seed to the world.  And that Seed is going to war against you,  serpent, against you, the Devil.  In the process of the war you are going to wound His heel,  but after wounding His heel, He is going to crush your head.” 

Sekarang saya mau kita perhatikan bahwa rancangan ini disampaikan kepada Adam dan Hawa ketika mereka berbuat dosa. Kalian lihat, Alkitab mengatakan kepada kita bahwa mereka tadinya berselubung jubah cahaya yang mulia, yang melambangkan kepatuhan mereka kepada Hukum Allah, kebenaran mereka. Ketika mereka berbuat dosa, Alkitab mengatakan kepada kita bahwa secara fisik mereka menjadi telanjang, yang melambangkan fakta bahwa sekarang mereka sudah tidak benar. Dengan kata lain mereka telah melanggar Hukum Allah. Maka pada dasarnya mereka perlu diberi selubung lagi. Mereka membutuhkan jubah kebenaran sekali lagi. Tetapi bagaimana ketelanjangan mereka bisa ditutupi? Faktanya yaitu Alkitab memberitahu kita bahwa mereka berusaha menutupi ketelanjangan mereka dengan cara yang sangat unik. Perhatikan Kejadian 3:7. Segera setelah mereka menyadari bahwa mereka telanjang karena dosa mereka, kita mendapatkan pernyataan ini:  7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun-daun pohon ara dan membuat penutup bagi diri mereka sendiri.Bagaimana mereka berusaha menutupi ketidakbenaran mereka atau ketidakpatuhan mereka kepada Hukum Allah? Mereka berusaha menutupinya dengan membuat sendiri pakaian dari daun ara dan dengan menutupi diri mereka sendiri.
Tetapi hal yang menarik adalah, jika kita membaca terus hingga ayat 10, kita akan menemukan bahwa Adam dan Hawa, walaupun setelah mereka menutupi diri mereka dengan daun-daun ara, mereka tetap merasa telanjang. Karena ketika Allah datang mencari mereka, Adam berkata, “Kami bersembunyi di antara pepohonan di taman karena kami telanjang.” Nah, padahal pada saat itu mereka telah menutupi diri sendiri dengan daun-daun ara, tetapi mereka masih merasa telanjang karena jubah cahaya yang mulia sudah tidak ada, yang ada hanya daun-daun ara. Dan mereka tahu, untuk memiliki kemurnian ilahi mereka harus memiliki jubah cahaya. Maka mereka berdiri di taman itu, mereka gemetar, mereka tahu bahwa vonis kematian harus jatuh ke atas mereka. Dan Allah turun ke taman dan Dia memberikan suatu nubuatan yang hebat yang kita temui di Kejadian 3:15. Inilah saatnya ketika rancangan injil pertama kali disampaikan setelah masuknya dosa. Dikatakan di Kejadian 3:15 itu, dan Allah sedang berbicara kepada si ular, Dia berbicara kepada Iblis, Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara benihmu dan Benihnya. Benihnya…” yaitu Benih perempuan itu, “…akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitNya.” Dengan kata lain, Allah berkata, “Aku akan mengirim Sang Benih ke dunia. Dan Benih itu akan berperang dengan kamu, ular, melawan kamu, Iblis. Dalam proses peperangan itu kamu akan meremukkan tumitNya, tetapi setelah kamu remukkan tumitNya, Dia akan meremukkan kepalamu.”


Now the question is, What event was going to crush  the head of the serpent?  How could this Seed of the woman defeat the serpent  in order to restore to man what man had lost? How could man be covered with the glorious robe of light once again? The fact is that in verse 21, just a few verses after verse 15, we find how God was going to cover the nakedness of Adam and Eve.  It says in verse 21, of chapter 3:  21 Also for Adam and his wife…” Notice for Adam and his wife. Somebody else is doing this; this is God. “…Also for Adam and his wife the LORD God made tunics…” garments that is,  “…of….” what? “…skin, and He clothed them.”    Who made the garments? God did. What did He make them from? skins.  What do you need to do to get the skin of an animal?  The animal has to die.  In other words, the very day that Adam and Even sinned, that very day there was a death.  The lamb died. A perfect lamb was sacrificed.  The plan had been made before sin,  before the foundation of the world, according to what we read in 1 Peter 1.  But here the plan is being announced.  The Seed is going to come, is what God is saying.  He's going to crush the head of the serpent.  And the way He's going to do it is that He's going to be a  perfect lamb who will be sacrificed, and with His garments the nakedness of man will be covered. 

Sekarang, petanyaannya ialah, peristiwa apa yang akan meremukkan kepala ular itu? Bagaimana Sang Benih perempuan itu bisa mengalahkan si ular untuk mengembalikan kepada manusia apa yang telah hilang darinya? Bagaimana manusia bisa diselubungi sekali lagi oleh jubah cahaya yang mulia itu? Faktanya ialah di ayat 21, beberapa ayat setelah ayat 15, kita temukan bagaimana Allah akan menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa. Dikatakan di ayat 21 dari pasal 3: 21 Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari…”  apa? “…kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu…” perhatikan, untuk manusia (Adam) dan istrinya. Sosok lain yang melakukan ini, dan itulah Allah, “…lalu mengenakannya kepada mereka.” Siapa yang membuat pakaiannya? Allah. Allah membuatnya dari apa? Kulit. Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan kulit dari binatang itu? Binatang itu harus mati. Dengan kata lain, pada hari yang sama Adam dan Hawa berbuat dosa, hari itu juga ada kematian. Anak dombanya mati. Anak domba yang sempurna dikurbankan. Rancangannya telah dibuat sebelum ada dosa, sebelum dunia diciptakan, menurut apa yang kita baca di 1 Petrus 1, tetapi di sini rancangan itu diumumkan. Sang Benih akan datang, itulah kata Allah, dan Dia akan meremukkan kepala ular. Dan caraNya melakukan itu adalah Dia akan menjadi anak domba yang sempurna yang akan dikurbankan, dan dengan pakaianNya, ketelanjangan manusia akan ditutupi.


Now throughout the Old Testament the gospel was foreshadowed.  Before Jesus came, how were people saved?  You know, some people think that people were only saved  after Jesus died on the cross.  The fact is how was Israel saved in the Old Testament?  Were they lost because Jesus, the Lamb of God, had not come  to live His perfect life, and had not suffered  death in place of man? Absolutely not!  God provided a way, even in the Old Testament, so that Adam and Eve, and all of their descendents before Jesus came,  could understand that a perfect Lamb was going to come and live  a perfect life, and then that Lamb was going to die  for the sins of man. And we're talking about a Person.  But the way that God illustrated it in the Old Testament was by  the sacrificial system, the ceremonial system  that God gave to Israel. 

Nah, sepanjang Perjanjian Lama, Injil itu sudah lebih dahulu dilambangkan. Sebelum Yesus datang, bagaimana orang-orang diselamatkan? Kalian tahu, ada orang berpikir manusia hanya diselamatkan setelah Yesus mati di salib. Faktanya adalah, bagaimana Israel diselamatkan di Perjanjian Lama? Apakah mereka tidak selamat karena Yesus, Anak Domba Allah belum datang untuk menjalani hidupNya yang sempurna dan belum menderita kematian menggantikan manusia? Tentu saja tidak! Allah telah menyiapkan jalannya, bahkan di zaman Perjanjian Lama sehingga Adam dan Hawa dan semua keturunan mereka sebelum kedatangan Yesus, bisa memahami bahwa Anak Domba yang sempurna akan datang dan menjalani hidup yang sempurna lalu Anak Domba itu akan mati demi dosa-dosa manusia. Dan kita sedang membicarakan seorang Manusia. Tetapi cara Allah mengilustrasikannya dalam Perjanjian Lama adalah melalui sistem kurban, sistem upacara yang dibuat Allah bagi Israel.


Now there's many things that we could say about the sacrificial  system, but I want to underline two facts concerning the system of sacrifices in the Old Testament. 
·       The first thing that I want to underline is that the priest that offered the sacrifice had to be  absolutely without blemish.  And obviously it's not talking about moral blemish,  it's talking about physical, external blemish.  Let me read from Leviticus 21:17-21.  “Speak to Aaron saying: No man of your descendents  in succeeding generations who has any defect may approach  to offer the bread of his God.  For any man who has a defect shall not approach, a man blind,  or lame, who has a marred face, or any limb too long,  a man who has a broken foot, or broken hand,  or is a hunchback, or a dwarf, or a man who has a defect  in his eye, or eczema, or scab, or is a eunuch.  No man of the descendents of Aaron the priest who has a  defect shall come near to offer the offerings made  by fire to the Lord.  He has a defect. He shall not come near to offer  the bread of his God.”  In other words, the priest had to be without blemish;  the priest that offered the sacrifice. 
·       But also the victim that the priest offered had  to be without blemish.  Notice Leviticus 22:20-22.  Speaking about the victims that were offered  in the sacrificial system, we find Moses writing this:  “Whatever has any defect you shall not offer:  for it shall not be acceptable on your behalf.  And whoever offers a sacrifice of a peace offering to the Lord  to fulfill his vow, or a freewill offering from the  cattle or the sheep, it must be perfect to be accepted.  There shall be no defect in it.  Those that are blind, or broken, or maimed, or have an ulcer,  or eczema, or scabs, you shall not offer to the Lord,  nor make an offering by fire of them on the altar to the Lord.” 

In other words, the priest that offered the sacrifice had to be without blemish, and the sacrifice that he offered  also had to be without blemish. 

Nah, ada banyak hal yang bisa kita bahas tentang sistem kurban, tetapi saya ingin menggarisbawahi dua fakta mengenai sistem kurban di Perjanjian Lama.
·       Hal pertama yang ingin saya garisbawahi ialah, imam yang mempersembahkan kurban haruslah sama sekali tanpa cacat. Dan jelas ini tidak berbicara tentang cacat moral, ini berbicara tentang cacat fisik, cacat luar. Saya akan bacakan dari Imamat 21:17-21 17 Katakanlah kepada Harun, begini: Tidak ada satu pun dari antara keturunanmu turun-temurun yang bercacat badannya, boleh datang mendekat untuk mempersembahkan santapan Allahnya, 18 karena siapa pun yang bercacat badannya tidak boleh datang mendekat: orang buta, orang timpang, orang yang bercacat mukanya, orang yang salah satu tangan atau kakinya lebih panjang, 19 orang yang patah kakinya atau tangannya, 20 orang yang berbongkol atau yang kerdil badannya atau yang cacat matanya, atau yang sakit eksim, atau berkurap atau seorang yang impoten, 21 Tidak seorang pun dari keturunan imam Harun, yang bercacat badannya, boleh datang mendekat untuk mempersembahkan segala korban api-apian kepada TUHAN; karena dia bercacat, dia tidak boleh datang mendekat untuk mempersembahkan santapan Allahnya.”
Dengan kata lain imamnya harus tanpa cacat, imam yang mempersembahkan kurban.
·       Tetapi juga kurban yang dipersembahkan imam hauslah tanpa cacat. Perhatikan Imamat 22:20-22. Berbicara tentang kurban-kurban yang dipersembahkan dalam sistem kurban, kita melihat Musa menulis demikian: 20 Segala yang bercacat badannya janganlah kamu persembahkan, karena persembahan atas namamu itu tidak diterima. 21 Juga siapa pun yang mempersembahkan kepada TUHAN korban pendamaian sebagai pembayar nazar khusus atau sebagai korban sukarela dari lembu atau kambing domba, maka korban itu haruslah yang tidak bercela, supaya diterima oleh TUHAN, janganlah badannya bercacat sedikit pun. 22 Binatang yang buta atau yang patah tulang, atau yang pincang, yang memiliki borok, yang eksim, atau yang berkurap, semuanya itu janganlah kamu persembahkan kepada TUHAN maupun dijadikan kurban persembahan api-apian bagi TUHAN ke atas mezbah.”

Dengan kata lain, imam yang mempersembahkan kurban haruslah tanpa cacat, dan kurban yang dia persembahkan juga harus tanpa cacat.


Now let me ask you, Why did you have to have a priest without blemish, and a victim without blemish?  Because, as we're going to notice, this pointed forward  to the fact that Jesus was going to officiate His own sacrifice.  Many times in the book of Hebrews we're told that Jesus  offered Himself A Sacrifice.  But in order to offer the sacrifice,  He had to be an unblemished priest,  and He also had to be an unblemished sacrifice.  And in all of this system in the Old Testament God was  foreshadowing the gospel. The fact that a perfect priest, and a perfect sacrifice would  come in the future to live the life that human beings should  live, and to die the death that human beings should die. 

Sekarang coba saya tanya, mengapa imam itu harus tanpa cacat, dan kurbannya juga tanpa cacat? Karena sebagaimana yang akan kita simak, ini mengacu ke depan, ke fakta bahwa Yesus akan mempersembahkan DiriNya Sendiri sebagai Kurban. Seringkali dalam kitab Ibrani kita diberitahu bahwa Yesus mempersembahkan DiriNya sebagai Kurban. Tetapi supaya boleh mempersembahkan kurban itu, Yesus haruslah seorang imam yang tanpa cela, dan Dia juga haruslah kurban yang tanpa cela. Dan di dalam seluruh sistem Perjanjian Lama ini, Allah sedang memberikan gambaran tentang Injil. Fakta bahwa seorang imam yang sempurna, dan suatu kurban yang sempurna akan datang kelak untuk menjalani kehidupan yang seharuskan dihidupkan oleh manusia, dan menjalani kematian yang seharusnya dialami oleh manusia.


But folks, none of these sacrifices  actually took away sin.  Legally no one was saved until Jesus lived His perfect life,  and died on the cross of Calvary. 
Now you say, “Weren't people saved in the Old Testament?”  Yes, they were. Do you know how they were saved? by seeing Jesus Christ in their sacrifices;  the Jesus that would come in the future.  In other words, they were saved by looking at the sacrifices,  and seeing in the sacrifices, and in the priest,  the future coming of the Messiah.  They had faith in the Messiah. 
We are saved in the same way, only we look back  to an accomplished fact.  But both groups, Old Testament and New Testament,  are saved by the same Jesus.  In the Old Testament they were saved on the  basis of the promise. Today we are saved on the basis of the fulfillment.  But none of those ceremonies in the Old Testament could actually remove sin legally. Only could they be removed because they had faith in what Jesus would do.  And that's the reason why in Hebrews 10:4 we're told:  “For it is not possible that the blood of bulls and goats  could take away sin.” 

Tetapi Saudara-saudara, semua kurban itu tidak ada yang benar-benar menghapuskan dosa. Secara sah, tidak ada satu pun manusia yang selamat hingga Yesus datang menjalani kehidupanNya yang sempurna, dan mati di atas salib Kalvari.
Nah, kalian berkata, “Bukankah orang-orang Perjanjian Lama diselamatkan?”
Ya, mereka diselamatkan. Tahukah kalian bagaimana mereka diselamatkan? Dengan memandang Yesus Kristus dalam kurban-kurban mereka, ke Yesus yang akan datang suatu hari. Dengan kata lain, mereka diselamatkan dengan memandang kurban-kurban tersebut dan melihat di dalamnya, dan di dalam diri imamnya, kedatangan Sang Mesias kelak. Mereka memiliki iman pada Sang Mesias.
Kita juga diselamatkan dengan cara yang sama. Hanya saja kita memandang kepada fakta yang sudah terjadi.
Tetapi kedua kelompok, manusia Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, diselamatkan oleh Yesus yang sama. Di era Perjanjian Lama, mereka diselamatkan atas dasar suatu janji. Hari ini kita diselamatkan atas dasar penggenapan janji tersebut.
Tetapi tak satu pun dari upacara-upacara dalam era Perjanjian Lama bisa benar-benar menghapuskan dosa secara sah. Dosa-dosa itu hanya bisa dihapuskan karena mereka memiliki iman dalam apa yang akan dilakukan Yesus. Dan itulah mengapa di Ibrani 10:4 kita diberitahu:  “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan bisa menghapuskan dosa.”


Now we want to come to the times of Christ. 
You see, we've looked at the gospel from this  different perspective:
·       We've looked at the gospel plan established  in the ages of eternity. 
·       We looked at the gospel as it was announced to Adam and Eve. 
·       We've looked at the gospel as it was foreshadowed  in the sacrificial system. 
Now we want to look at the fulfillment  of this gospel promise. 

Sekarang kita kembali ke zaman Kristus.
Kalian lihat, kita sudah melihat Injil dari perspektif yang berbeda:
·       Kita telah melihat rancangan Injil dibuat di masa kekekalan.
·       Kita telah melihat Injil sebagaimana disampaikan kepada Adam dan Hawa.
·       Kita telah melihat Injil sebagaimana dilambangkan dalam sistem kurban.
Sekarang kita akan melihat penggenapan janji Injil ini.


You see, the fulfillment of this promise was when Jesus Christ  decided to leave the courts of heaven and come to this earth  and live the life that all of us should live, in perfect obedience and harmony with the law of God. And then at the end of His life, after living a perfect life in harmony with the law of God, to take upon Himself the sins  of all of the world, and make payment for all of those sins.  Now Jesus could do this because Jesus created everyone.  So He who created all could take the place of all.  He could live a perfect life for all, and He could suffer death  for all, according to the New Testament. 

Kalian lihat, penggenapan janji ini adalah ketika Yesus Kristus memutuskan untuk meninggalkan istana surgawi dan datang ke dunia untuk menjalani kehidupan yang seharusnya dijalani kita semua, yaitu dalam kepatuhan yang sempurna dan keserasian dengan Hukum Allah. Kemudian, pada saat terakhir hidupNya, setelah menjalani hidup yang sempurna serasi dengan Hukum Allah, Dia mengambil dosa seluruh dunia dan memikulnya Sendiri, dan Dia membayar untuk semua dosa itu. Nah, Yesus bisa melakukan ini karena Dia yang menciptakan semua orang. Jadi Dia yang menciptakan semua orang, bisa menggantikan semua orang. Dia bisa menjalani kehidupan yang sempurna bagi semua, dan Dia bisa menderita kematian bagi semua, menurut Kitab Perjanjian Baru.


So the mission of Jesus was to come, and as a priest  live an unblemished life, and as a sacrifice be an unblemished  perfect sacrifice. The New Testament makes it very clear that Jesus was  an unblemished priest.  Notice Hebrews 4:15,  here we find the apostle Paul saying, “For we do not have a high priest who cannot sympathize with our weaknesses…”  Another way of putting it is: We have a high priest who is able to sympathize with our weaknesses.  “...but was in all points tempted as we are, yet without sin.”  Was He a perfect priest? a perfect high priest? Yes. 
Notice Hebrews 7:26 where this idea of the perfect  high priest is underlined. Once again, Hebrews 7:26 says, “For such a high priest  was fitting for us, who is holy, harmless, undefiled, separate from sinners, and has become higher than the heavens.” 
So do we have a high priest that lived an absolutely perfect life in harmony with God's holy law? Did He weave a robe of perfect righteousness? He most certainly did.  But let me ask you, was He also a perfect victim when He  took our sins upon Himself?  Was He a clean, perfect, unblemished victim?  He most certainly was. Let's read 1 Peter 1:18, 19 once again. 1 Peter 1:18, 19.  18 Knowing that you were not redeemed with corruptible things, like silver or gold, from your aimless conduct received by tradition from your fathers; 19 But you were redeemed with the precious blood of Christ, as of a lamb without blemish and without spot.”
Was Jesus the perfect priest? He most certainly was. 
Was He the perfect sacrifice? Yes.
In fact Jesus, by living a perfect life in harmony with  the law of God, through that life Jesus wove  a perfect  robe of righteousness for every human being that has ever  lived on Planet Earth.  And when Jesus died on the cross He died the death that every  human being on Planet Earth should die.  In other words Jesus lived for all, and Jesus died for all. 

Jadi misi Yesus ialah, datang, dan sebagai seorang imam Dia menjalani kehidupan yang tidak bernoda, dan sebagai kurban Dia menjadi kurban sempurna yang tidak bercacat. Kitab Perjanjian Baru menerangkan dengan sangat jelas bahwa Yesus adalah imam yang tidak bercacat cela. Perhatikan Ibrani 4:15, di sini kita mendapati Rasul Paulus berkata,  “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita…” cara lain mengatakannya ialah: Kita memiliki seorang Imam Besar yang bisa bersimpati dengan kelemahan-kelemahan kita,  “…melainkan yang dalam segala hal dicobai sebagaimana kita dicobai, namun tidak berbuat dosa.” Apakah Yesus seorang imam yang sempurna? Ya.
Perhatikan Ibrani 7:26 di mana konsep imam besar yang sempurna ini digarisbawahi. Sekali lagi Ibrani 7:26 berkata, Sebab Imam Besar yang demikianlah yang layak bagi kita: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa,  dan lebih tinggi daripada tingkat-tingkat sorga.”
Jadi apakah kita memiliki Imam Besar yang telah menjalani kehidupan yang mutlak sempurna selaras dengan Hukum Allah yang kudus? Apakah Dia telah merajut jubah kebenaran yang sempurna? Betul sekali. Tetapi coba saya tanya, apakah Dia juga kurban yang sempurna ketika Dia mengambil semua dosa kita untuk dipikulNya sendiri? Apakah Dia itu kurban yang sempurna tanpa cacat cela? Betul sekali. Marilah kita baca 1 Petrus 1:18-19 sekali lagi. 1 Petrus 1:18-19: 18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu tidak ditebus dengan benda-benda yang fana seperti perak atau emas, dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu terima dari tradisi nenek moyangmu, 19 tetapi dengan darah Kristus yang mahal sebagaimana seekor domba yang tanpa cela dan tanpa cacat…”  
Apakah Yesus imam yang sempurna? Ya, benar.
Apakah Dia kurban yang sempurna? Ya.
Bahkan Yesus, dengan menjalankan  hidup yang sempurna selaras dengan Hukum Allah, melalui hidupNya Dia merajut sebuah jubah kebenaran yang sempurna bagi setiap manusia yang pernah hidup di planet bumi. Dan ketika Yesus mati di salib, Dia menjalani kematian yang seharusnya dijalani setiap manusia di planet bumi. Dengan kata lain, Yesus hidup bagi semua, dan Yesus mati bagi semua.


In fact this is what Scripture teaches. Notice, for example, what we find in 1 John 2:2. “And He Himself is the propitiation for our sins: and not for ours only, but also for the whole world.”
For how many sins did Jesus die?  For how many people did Jesus live? He lived for everyone on Planet Earth. And, of course, you're acquainted with that most famous verse in the Bible: “For God so loved Fresno…”  Well, Fresno too. “For God so loved…” what? “…the world that He gave His only begotten Son… For whom did God give His Son? He gave His Son for the whole world.  He died for the sins of the world. He lived the life that every person in the world should live.   “…That whoever believes in Him should not perish but have everlasting life.” 
In Isaiah 53:6 we find, once again, the same idea that Jesus lived and died for every person in the world. It says there: “All we like sheep have gone astray; we have turned every one to his own way; and the LORD has laid on Him the iniquity of us all.”
And in Galatians 3:13, we could read many, many more verses,  Galatians 3:13, we're told by the apostle Paul: 13 Christ has redeemed us from the curse of the law…” And notice how He did it,  “…having become a curse for us: for it is written, Cursed is every one who hangs on a tree.”

Bahkan, inilah yang diajarkan Kitab Suci. Perhatikan, misalnya, apa yang kita temukan di 1 Yohanes 2:2, “Dan Ia Sendiri yang menjadi pendamai  dosa-dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga  untuk dosa seluruh dunia.” Yesus mati untuk berapa buah dosa? Yesus hidup bagi berapa orang? Dia hidup bagi semua orang di planet bumi.
Dan, tentu saja, kalian sudah kenal ayat yang sangat terkenal di Alkitab, “Karena begitu besar kasih Allah akan Fresno…” Nah, Fresno juga. Karena begitu besar kasih Allah akan…”  siapa?  “…dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu…”  bagi siapa Allah mengaruniakan AnakNya? Allah mengaruniakan AnakNya bagi seluruh dunia. Dia mati bagi dosa seluruh dunia. Dia menjalani kehidupan yang seharusnya dijalani oleh setiap orang di dunia ini,  “…supaya setiap orang yang percaya  dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Di Yesaya 53:6 kita temukan, sekali lagi, konsep yang sama, bahwa Yesus hidup dan mati bagi setiap manusia di dunia ini. Dikatakan di sana, “Kita sekalian seperti domba yang tersesat, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, dan Tuhan telah menimpakan kepadaNya kejahatan kita semua.”
Dan di Galatia 3:13 ~ kita bisa membaca banyak sekali ayat-ayat yang lain ~ Galatia 3:13, Rasul Paulus memberitahu kita, Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat …” dan simak bagaimana Kristus melakukannya,  “…dengan jalan menjadi kutuk bagi kita, sebab ada tertulis: Terkutuklah  semua orang yang digantung pada kayu salib!"


So if I ask you, did Jesus pay the debt of the sins of the whole world?  What would your answer be? Jesus paid for the sins of the whole world.  Jesus lived a life for every person that has ever  lived on this earth. He wove the robe.  Jesus died the death that every person on  Planet Earth should die.  Jesus fully paid the debt of the whole human race. 
Some people say, “Well, then Pastor, everybody's going to be saved, right?”  No, folks. You see, we've talked now about the gospel gift,  but the Bible tells us that in order to benefit from the gospel gift we have to accept, or we have to receive that gift.  Do you remember the text that we read from Romans 6:23?  “For the wages of sin is…” what? “…is death…”  See when you serve Mr. Sin, Mr. Sin says,  “Well, you're entitled to your check.  Your check is death. That's your payment,” you know. Let me ask you, did I earn it?  Sure! I worked for him, right?  But notice the last half of Romans 6:23. It says: “…but the free gift of God is eternal life through Jesus Christ our Lord.” In other words, we serve Mr. Sin, and we earn our wages of death.  But salvation is a what? salvation is a gift. Do you remember that most famous verse in the Bible? “For God so loved the world that He gave His only begotten Son…”?  So is all of the world going to be saved? No.  Because the last half of the verse says, “For God so loved the world, that He gave His only begotten Son, that whosoever believeth in Him should not perish, but have everlasting life.” 

Jadi jika saya bertanya, apakah Yesus membayar utang dosa seluruh dunia? Apa jawaban kalian? Yesus telah membayar untuk dosa-dosa seluruh dunia. Yesus telah menjalani hidup bagi setiap orang yang pernah hidup di bumi. Dia telah merajut jubah. Yesus telah menjalani kematian yang seharusnya dijalan setiap orang di planet bumi. Yesus telah membayar utang semua manusia dengan penuh.
Ada orang berkata, “Nah, kalau begitu, Pastor, semua orang akan diselamatkan, kan?”
Tidak, Saudara-saudara. Kalian lihat, sekarang kita berbicara tentang pemberian dari Injil, tetapi Alkitab berkata, agar kita bisa mendapatkan manfaat dari pemberian Injil ini, kita harus mau mendapatkannya, atau kita harus mau menerima pemberian itu. Apakah kalian ingat ayat yang kita baca dari Roma 6:23?  “Karena upah dosa ialah…” apa? “...ialah maut…” Lihat, jika kita bekerja pada Tuan Dosa, Tuan Dosa berkata, “Nah, kamu berhak mendapatkan upahmu. Upahmu ialah maut. Itu upahmu.”  Kalian tahu, coba saya tanya, apakah saya telah bekerja untuk mendapatkan upah itu? Tentu saja! Saya sudah bekerja bagi Tuan Dosa, bukan?
Tetapi perhatikan bagian akhir Roma 6:23, dikatakan,…tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Dengan kata lain kita menghamba pada Tuan Dosa, dan kita mendapatkan upah kita yaitu maut. Tetapi keselamatan itu apa? Keselamatan itu pemberian. Apakah kalian ingat ayat terkenal di Alkitab, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu…”? Jadi apakah seluruh dunia diselamatkan? Tidak! Karena bagian akhir dari ayat ini berkata,   “…Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu supaya setiap orang yang percaya  dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”


Let me illustrate what I mean. Let's suppose that there's a bank, we'll call it the Bank of the Universe, and there's a super rich person, who just happens to be Jesus  Christ, who deposits enough money in that bank for every  person on Planet Earth to pay all of their debts: credit cards, mortgage, auto payments, educational loans, you name it. He puts enough money in there to pay every debt of every person on Planet Earth.  Is there enough money in the bank to pay for everyone's release from debt? Absolutely!
But there's only one condition: you have to come to the bank, and you have to withdraw the money.  Let me ask you, If you don't come to withdraw the money,  are you still in debt? Yes, you are. When Jesus died, He deposited enough spiritual money, if you please, in the Bank of the Universe to save  every human being.  He paid for everyone; everyone's debt. But the Bible says that we must come, and we must claim  the payment that He made. 

Izinkan saya mengilustrasikan apa maksud saya. Kita misalkan ada sebuah bank, kita sebut itu Bank Alam Semesta, dan ada seseorang yang amat kaya raya, yang katakanlah itu Yesus Kristus, yang telah memasukkan cukup banyak uang di bank tersebut bagi setiap manusia di planet bumi untuk membayar semua utang mereka: kartu kredit, hipotek, pembayaran berkala, kredit pendidikan, apa saja. Dia memasukkan cukup uang di sana untuk membayar setiap utang setiap manusia di planet bumi. Apakah ada cukup uang di dalam bank itu untuk membayar dan membebaskan setiap orang dari utang? Betul sekali! Tetapi hanya ada satu syaratnya: orang itu harus datang ke bank itu, dan dia harus menarik uang tersebut. Coba saya tanya, jika kita tidak datang untuk menarik uang itu, apakah kita masih terlibat utang? Ya, betul. Ketika Yesus mati, Dia telah memasukkan cukup uang spiritual, katakanlah demikian, dalam Bank Alam Semesta itu untuk menyelamatkan setiap manusia. Dia telah membayar bagi semua orang, bagi utang semua orang. Tetapi Alkitab berkata bahwa kita harus datang dan kita harus mengklaim pembayaran yang telah dibuat Yesus.


Let me give you another little illustration. You know, I don't know about you husbands,  but on Mother's Day I get a gift for my wife. I don't do it because I have to, but because I like to do it. You know, it's not because we're supposed to do it. It's because we love our wives. So, you know, I go out and I buy my wife a $100.00 gift certificate to a certain store.  I don't want to give any free advertising here.  And the morning when the time comes to give her the gift, the morning of her birthday, I give her the gift and she opens it. She says, “Wow!  Thank you! I love this gift.”  Let me ask you, how much did that gift cost her?  How much did she pay for that gift?  Nothing, it's free, but did it cost? The giver pays; the receiver gets it free.  But let me ask you this, suppose my wife didn't like  the gift that I bought.  Would she have the option to say, “You cheapskate! That's not the gift that I wanted.” Would she have the option to reject the gift? Of course!  Would the gift benefit her then? Absolutely not. 
You see, Jesus bought the gift of salvation by living our life,  and by dying our death. But the only way that we can benefit is by receiving the gift that He purchased. That's why people are going to be lost,  because they're going to reject the gift.  That's incredible!  It's unbelievable! Why would people reject the gift of everlasting  life when it's free?  Don't people love freebies? Absolutely!

Coba saya beri ilustrasi singkat yang lain. Entah bagaimana dengan para suami di sini, tetapi pada Hari Ibu, saya memberi istri saya suatu pemberian. Saya tidak melakukannya karena saya harus, tetapi karena saya mau melakukannya. Kalian tahu, itu bukan karena kita diwajibkan melakukannya tetapi itu karena kita mencintai istri kita. Maka, saya keluar dan membelikan istri saya selembar voucher senilai $100 dari sebuah toko tertentu  (saya tidak mau mengiklankan sesuatu di sini). Dan ketika tiba saatnya untuk menyerahkan pemberian itu, pada ulangtahunnya (Stephen Bohr lupa tadi bilangnya Hari Ibu, hehehe), saya berikan pemberian itu kepadanya dan dia membukanya. Dia berkata, “Wow! Terima kasih! Saya suka pemberian ini!” Coba saya tanya, berapa banyak uang yang harus dikeluarkannya untuk mendapat pemberian itu? Berapa yang dibayarnya untuk pemberian itu? Nihil, pemberian itu gratis. Tetapi apakah pemberian itu ada harganya? Si pemberi yang harus membayar untuk itu, si penerima mendapatkannya gratis. Tapi coba  saya tanya, andaikan istri saya tidak menyukai pemberian yang saya beli, apakah dia punya kebebasan untuk berkata, “Si Pelit! Ini bukan pemberian yang aku inginkan!” Apakah istri saya punya opsi untuk menolak pemberian itu? Tentu saja! Kalau begitu apakah pemberian itu bermanfaat baginya? Tentu saja tidak.
Kalian lihat, Yesus membelikan pemberian keselamatan dengan menjalani kehidupan kita dan menjalani kematian kita. Tetapi satu-satunya jalan kita bisa menikmati manfaatnya ialah dengan menerima pemberian yang telah dibeliNya. Itulah sebabnya mengapa banyak orang akan binasa karena mereka akan menolak pemberian itu. Itu luar biasa! Itu ajaib! Mengapa orang menolak pemberian hidup kekal padahal itu gratis? Apakah orang tidak suka gratisan? Tentu!


Now allow me to read you some statements in the Bible that show that there are conditions for being saved.  Even though Jesus paid for all of the sins, and lived the life  for every human being, we must receive it; we must accept it. And we must receive it and accept it
·       by repenting, 
·       by confessing our sins,
·       by believing and trusting in Jesus, 
·       and by being baptized
according to Scripture.  Those are the conditions for receiving the robe. 

Sekarang, izinkan saya membacakan beberapa pernyataan dari Alkitab yang menunjukkan bahwa untuk diselamatkan ada persyaratan-persyaratannya. Walaupun Yesus telah membayar untuk semua dosa, dan menjalankann kehidupan bagi setiap manusia, kita masih harus menerimanya. Dan kita harus menerimanya dengan:
·       menyesali dan
·       mengakui dosa-dosa kita,
·       percaya dan berserah dalam Yesus,
·       dan dengan dibaptiskan
menurut Kitab Suci. Itulah persyaratan untuk menerima jubah itu.


See, Jesus already has the robe. Jesus wove the robe when He lived a perfect life. Jesus wove the robe when He died our death on the cross.  The robe is sitting there in the closet. And Jesus is just waiting for us to come, and say to Jesus,  “Jesus, I'm sorry for my sins.  I repent and I confess my sins,” and I say,  “Please give me Your robe.”  That's trusting in Him.  That's having faith in Him.  And then Jesus says, “Okay, here, take the robe.” And He covers you with His robe.  He covers your nakedness.  Is that good news?  It's wonderful news! 

Lihat, Yesus sudah menyediakan jubahnya. Yesus sudah merajut jubah itu ketika Dia menjalani kehidupan yang sempurna. Yesus merajut jubah ketika Dia menjalani kematian kita di atas salib. Jubah itu sudah siap di dalam lemari. Dan Yesus sedang menunggu kita datang dan berkata kepadaNya, “Yesus, aku menyesali dosa-dosaku. Aku bertobat dan aku akui dosa-dosaku,” dan kita berkata, “Mohon berikan jubahMu kepadaku.” Inilah percaya dalam Dia. Ini namanya beriman padaNya. Lalu Yesus berkata, “Oke, ini ambillah jubahnya.” Dan dia menutupi kita dengan jubahNYa. Dia menutupi ketelanjangan kita. Bukankah itu kabar baik? Itu kabar yang luar biasa!

Notice several texts.  This is Acts 2:38. This is about claiming the gospel gift. “Then Peter said to them, ‘Repent!...”  What did he say? “… ‘Repent!..” Notice the condition.  “… ‘Repent! And let every one of you be…” what?  “…baptized in the name of Jesus Christ for the remission of sins…” The word remission means forgiveness. Let me ask you, Are there conditions for the remission or forgiveness of sins? Absolutely!  It says,  “…Repent! And… be baptized… for the remission of sins and ye shall receive the gift of the Holy Spirit.’”
Notice Acts 5:30, 31, it says: 
“The God of our fathers raised up Jesus whom you murdered by hanging on a tree. Him, God has exalted to His right hand, to be Prince and Savior…”  now notice this:  “…to give repentance to Israel and forgiveness of sins.”
Why did Jesus ascend to the right hand of God?  So that He could give what? So that He could give repentance and forgiveness of sins. 

Perhatikan beberapa ayat. Ini Kisah 2:38, ini tentang mengklaim pemberian Injil. 38 Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah…”  apa katanya?  “…’Bertobatlah!...”   perhatikan persyaratannya, “…‘Bertobatlah! dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu…”  apa? “…dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu…” Kata pengampunan sama dengan remisi. Coba saya tanya, apakah ada persyaratan untuk mendapatkan remisi atau pengampunan dosa? Tentu saja! Dikatakan,  “…‘Bertobatlah! dan … dibaptis … untuk pengampunan dosamu maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”
Perhatikan Kisah 5:30-31, dikatakan, 30 Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu bunuh dengan digantung pada kayu salib 31 Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri ke tangan kanan-Nya menjadi Pangeran dan Juruselamat …” sekarang perhatikan ini,  “…untuk memberikan pertobatan kepada Israel dan pengampunan dosa.” Mengapa Yesus naik ke tangan kanan Allah? Supaya Dia bisa memberikan apa? Supaya Dia bisa memberikan pertobatan dan pengampunan dosa


Let me ask you, were everyone's sins forgiven  on the cross of Calvary? 
No, the payment was made on the cross of Calvary. The deposit was made in the bank, but when we repent, and we confess, and we are baptized,  at that moment Jesus takes the payment and credits it to my account.  In other words, His righteousness is imputed to me. 

Coba saya tanya, apakah dosa semua orang diampuni di salib Kalvari?
Tidak. Pembayarannya telah dilunasi di salib Kalvari. Depositonya telah disetorkan ke bank, tetapi saat kita menyesali dosa-dosa kita, dan kita mengakuinya, dan kita dibaptiskan, pada  saat itulah Yesus mengambil pembayaran itu dan dimasukkan ke rekening kita. Dengan kata lain, kebenaranNya diperhitungkan sebagai milik kita.


Now I want you to notice Acts 10:43, the same idea.  It says, “To Him…,” that is to Jesus.
“…all the prophets witness that, through His name, whoever…”  now notice this,  “…whoever believes in Him will receive remission of sins.”
What is the condition for receiving the remission  or forgiveness of sins? believing, or trusting in Him. 

Sekarang saya mau kalian perhatikan Kisah 10:43, konsep yang sama. Dikatakan, “Tentang Dialah…” yaitu tentang Yesus,  “…semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa…” sekarang perhatikan ini, “…percaya di dalam DIa, melalui namaNya ia akan mendapat pengampunan dosa"
Jadi apa syaratnya menerima remisi atau pengampunan dosa? Percaya di dalam Dia atau mempercayaiNya.


Notice Hebrews 7:25.  This thought comes through time and time again.  We must claim the gospel gift.  It's not enough for Jesus to have woven the robe.  It's not enough for Jesus to have lived this perfect life,  and paid death for all of humanity.  It's necessary to accept what Jesus did. 
Notice Hebrews 7:25, “Therefore He is also able to save to the uttermost...”
Notice who He is able to save,  “…He is able to save to the uttermost those who come to God through Him...”  Must we come to God? Absolutely!  “...those who come to God through Him, since He always lives to make intercession for them.”  That is intercession for those who come to God through Him. 

Perhatikan Ibrani 7:25. Konsep yang sama ini muncul berkali-kali. Kita harus mengklaim pemberian dari Injil. Tidak cukup Yesus telah merajut jubahnya, tidak cukup Yesus telah menjalani kehidupanNya yang sempurna dan melunasi kematian buat semua manusia. Manusia harus menerima apa yang dilakukan Yesus.
Perhatikan Ibrani 7:25, “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna…” Perhatikan siapa saya yang bisa diselamatkan olehNya, “…Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia…”  haruskah kita datang kepada Allah? Harus!  “…semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia, sebab Ia hidup senantiasa untuk melakukan perantaraan bagi mereka…” yaitu perantaraan bagi mereka yang datang kepada Allah melalui Dia.


Notice 1 John 1:9.  There's so many verses in the New Testament that speak about  claiming the gospel gift.  1 John 1:9 says: “If we confess our sins,...” notice “if”; conditional. “…If we confess our sins He is faithful and just to forgive us  our sins, and to cleanse us from all unrighteousness.”  Is forgiveness conditional?  The Bible states that forgiveness is conditional.  It is conditioned upon what? confessing our sins;  repenting from sin. 
So when a preacher gets up and says, “Only believe in Jesus  and you'll be saved”, that's not technically true,  because the Bible says even the devils believe and tremble.  
There has to be contrite repentance.  There has to be a confession of sin.  There has to be, according to the Bible, baptism into Christ. Now do you know what's interesting?  When we repent, and when we confess our sins,  and when we have faith in Jesus and are baptized,  at that very moment Jesus puts on us His spiritual  robe of righteousness, and He covers our spiritual nakedness. 
You say, Where does the Bible say that?  Notice Galatians 3:26, 27,  here the apostle Paul says: “For you are all sons of God through faith in Christ Jesus. For as many of you as were  baptized into Christ have…” what?  “…have put on Christ.”
When is it that we're garbed with Christ? When we are baptized.  But in order to be baptized, we have to repent.  And when we repent we confess.  And when we confess we claim the righteousness of Christ. We believe in Him, we trust in Him, and then we take the step of baptism. And in baptism we're told by the apostle Paul that we put on Jesus Christ, and so we are no longer spiritually naked. We are clothed with a robe of Christ's perfect righteousness. 

Perhatikan 1 Yohanes 1:9. Ada begitu banyak ayat di Perjanjian Baru yang berbicara tentang mengklaim pemberian dari Injil ini. 1 Yohanes 1:9 berkata,Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
Apakah pengampunan itu bersyarat? Alkitab berkata pengampuan itu bersyarat. Apa syaratnya? Mengakui dosa kita, menyesalinya.
Jadi bila ada pendeta berdiri dan berkata, “Cukup hanya mempercayai Yesus maka kamu akan selamat”, secara teknis itu tidak tepat. Karena Alkitab berkata bahkan Iblis pun percaya dan gemetar. Jadi harus ada pertobatan yang sungguh-sungguh, harus ada pengakuan dosa. Menurut Alkitab, harus ada pembaptisan dalam Kristus. Nah, tahukah kalian apa yang menarik? Ketika kita menyesal dan mengakui dosa-dosa kita, dan ketika kita memiliki iman dalam Yesus dan dibaptiskan, pada saat itu juga Yesus mengenakan jubah kebenaran spiritualNya pada kita dan Dia menutupi ketelanjangan spiritual kita.
Kalian berkata, di mana di Alkitab dikatakan demikian?
Perhatikan Galatia 3:26-27, di sini rasul Paulus berkata, 26  Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus. 27 Karena seberapa banyak dari kamu yang dibaptis ke dalam Kristus, telah…” apa?  “…telah mengenakan Kristus.”
Kapan kita diberi jubah Kristus? Pada saat kita dibaptis. Tetapi agar boleh dibaptis, kita harus menyesali dosa-dosa kita, dan ketika kita menyesal, kita mengakuinya. Dan ketika kita mengakuinya, kita mengklaim kebenaran Kristus. Kita percaya dalam Kristus, kita mempercayai Kristus, barulah kita mengambil langkah untuk dibaptis. Dan kita diberitahu oleh rasul Paulus, bahwa di dalam baptisan kita mengenakan jubah Yesus Kristus, dan secara spiritual kita tidak lagi telanjang. Kita sudah dipakaikan jubah kebenaran Kristus yang sempurna.


Not many Christians are willing to reach up to this point. They say, “Okay, I understand that the gospel plan was everlasting.  I understand that God announced the gospel plan to Adam and Eve.  I understand that the gospel plan was foreshadowed  in the Old Testament sacrificial system.  I understand that Jesus came and He lived  the life we should live.  He died the death that we should die.  And I'm willing to believe also that it's necessary to repent,  and to confess our sin, and to believe in Jesus,  to trust in Him, and in this way to be baptized and receive His robe of righteousness.”  But most Christians stop there. 

Tidak banyak orang Kristen yang bersedia mencapai titik ini. Mereka berkata, “Oke, saya paham bahwa rancangan Injil itu kekal. Saya paham Allah menyampaikan rancangan Injil itu kepada Adam dan Hawa. Saya paham bahwa rancangan Injil itu telah dijadikan lambang dalam sistem upacara kurban di Perjanjian Lama. Saya paham bahwa Yesus sudah datang dan Dia menjalani kehidupan yang seharusnya kita jalani, Dia menjalani kematian yang seharusnya kita jalani. Dan saya bersedia meyakini juga bahwa memang kita harus menyesal dan mengakui dosa kita dan percaya di dalam Yesus dan mempercayaiNya dan dengan jalan ini dibaptiskan dan menerima jubah kebenaranNya.” Tetapi kebanyakan orang Kristen berhenti sampai di sini.  

But now I want to talk about another dimension of the gospel.  It's what I call “gospel fruit.” Very few Christians talk about gospel fruit. 
Now you say, what do you mean by gospel fruit? 
Listen folks, when we truly repent, and we truly confess our sins, and we truly trust in the merits of Jesus,  and we are baptized, and our old man or woman is buried in the waters, and we truly come forth to a new life,  our lifestyle changes.  And if our lifestyle does not change, it's because we have  not had the experience. 

Tetapi sekarang saya mau berbicara tentang suatu dimensi yang lain dari Injil, yang saya sebut “Buah Injil”.  Sangat sedikit orang Kristen berbicara tentang buah Injil.
Nah, kalian berkata, apa maksudnya buah Injil?
Dengar, Saudara-saudara, ketika kita sungguh-sungguh menyesal, dan kita sungguh-sungguh mengakui dosa-dosa kita, dan kita sungguh-sungguh mempercayai jasa-jasa Yesus dan kita dibaptiskan, dan orang lama kita dikuburkan di dalam air (baptisan) dan kita benar-benar bangkit kepada suatu hidup yang baru, maka pola hidup kita berubah. Dan jika pola hidup kita tidak berubah, itu karena kita belum mengalami pengalaman itu.


Let me tell you, the gospel fruit demands that when we have  received the righteousness of Christ, the robe of Christ's  righteousness:
·       we talk differently,
·       we eat differently, 
·       we use our time differently,
·       we watch different things, 
·       we listen to different things than we used to, 
·       we use our money differently,
·       we treat other people differently. 
In other words there's a transformation  or change in the life. We are not saved by the transformed life, but the transformed life is the fruit of true conversion. 

Saya beritahu, buah Injil menuntut bahwa pada saat kita menerima kebenaran Kristus, jubah kebenaran Kristus:
·       Apa yang kita bicarakan, berbeda,
·       apa yang kita makan berbeda,
·       cara kita memakai waktu kita berbeda,
·       apa yang kita tonton, berbeda,
·       apa yang kita dengar berbeda dengan sebelumnya,
·       cara kita memakai uang kita, berbeda,
·       cara kita memperlakukan orang lain, berbeda.
Dengan kata lain, ada transformasi atau perubahan dalam hidup. Kita tidak diselamatkan oleh hidup yang berubah, tetapi hidup yang berubah adalah buah dari pertobatan yang sejati.


Jesus said that whoever is attached to Him  bears much fruit, gospel fruit.  And if you don't have gospel fruit, it's because you don't  really have the experience of the gospel in your life. You don't really have the righteousness of Jesus Christ. 
Many Christians emphasize just, “Oh yeah, when I received Jesus  He takes His righteousness and He puts it on my account,  and He looks at me as if I'd never sinned.”  And that's true if repentance is true, if confession of sin  is true, and if I'm truly trusting in Jesus Christ.  You see, salvation is not an easy way to get off the hook.  It's not, “He paid so that I don't have to pay.” 

Yesus berkata barangsiapa yang melekat padaNya, akan menghasilkan banyak buah, buah Injil. Dan jika kita tidak memiliki buah Injil, itu karena kita tidak benar-benar memiliki pengalaman Injil itu dalam hidup kita, berarti kita tidak benar-benar memiliki kebenaran Yesus Kristus.
Banyak orang Kristen menekankan hanya pada, “Oh, yah, ketika saya menerima Yesus, Dia memberikan kebenaranNya dan Dia memperhitungkannya sebagai milik saya, dan Dia menganggap seolah-olah saya tidak pernah berbuat dosa.” Dan memang itu benar jika pertobatannya benar, jika pengakuan dosanya benar, dan jika saya benar-benar mempercayai Yesus Kristus. Kalian lihat, keselamatan bukanlah cara murah untuk meloloskan diri dari tanggung jawab. Keselamatan itu bukan “Karena Yesus telah membayarnya maka saya tidak usah membayar.”


By the way, have you noticed that the first angel's message  actually calls for a change in the life?  I don't know whether you noticed, you know, most people end their reading at verse 6, but let's read verse 7.  Let me ask you, Does the gospel make demands upon us?  It most certainly does. Let's read Revelation 14:6, 7 once again.  “Then I saw another angel flying in the midst of heaven,  having the everlasting gospel to preach to those who dwell  on the earth; to every nation, tribe, tongue, and people.”  And many people stop right there.  But I want you to notice what the everlasting gospel commands people to do.  There's three imperatives here for those who receive  the everlasting gospel.  Notice verse 7. What does the first angel say? the angel that  brings the everlasting gospel? 
7 Saying with a loud voice, ‘Fear God…” That's our next topic of study. “… ‘Fear God and give glory to Him; for the hour of His judgment has come: and worship Him that made heaven, and earth,  the sea, and springs of water.”
Let me ask you, does the gospel make demands upon us?  It most certainly does.  A person who has received the everlasting gospel in every  nation, tribe, tongue and people:
·       fears God.  And most people don't know what it means to fear God. 
·       They give glory to God.  What does that mean?  Well, we're going to study that phrase. 
·       They're supposed to worship the Creator.  In other words, their worship styles will change when they  receive the everlasting gospel. 
You see, Jesus, through His gospel, not only guarantees great benefits and privileges, but He also gives us great  obligations and responsibilities when we receive the gospel. 

Nah, apa kalian lihat bahwa pekabaran malaikat pertama sebenarnya menyerukan suatu perubahan dalam hidup? Entah apa kalian melihatnya, tetapi kebanyakan orang menyudahi pembacaan mereka pada ayat 6. Tetapi marilah kita baca ayat 7. Coba saya tanya, apakah Injil mengajukan tuntutan kepada kita? Tentu saja. Mari kita baca Wahyu 14:6-7 sekali lagi.  6 Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi, kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum,…” dan banyak orang berhenti di sini. Tetapi saya mau kalian perhatikan apa yang diperintahkan Injil yang Kekal supaya dilakukan manusia. Ada tiga perintah di sini bagi mereka yang menerima Injil yang Kekal ini. Perhatikan ayat 7 apa yang dikatakan malaikat yang pertama yang menyampaikan Injil yang Kekal,   “…7 dan ia berseru dengan suara nyaring: ‘Takutlah akan Allah…”  ini adalah topik berikutnya yang akan kita pelajari,  “… ‘Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba jam penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.’"
Coba saya tanya, apakah Injil mengajukan tuntutan kepada kita? Betul sekali.
Orang yang telah menerima Injil yang Kekal dari setiap bangsa, suku, bahasa dan kaum, itu:
·       takut akan Allah. Dan kebanyakan orang tidak tahu apa yang dimaksud dengan takut akan Allah.
·       Mereka memuliakan Allah. Apa maksudnya? Nah, kita akan mempelajari ungkapan ini.
·       Mereka harus menyembah Sang Pencipta. Dengan kata lain, cara mereka menyembah akan berubah ketika mereka menerima Injil yang Kekal.
Kalian lihat, melalui InjilNya, Yesus tidak saja menjamin manfaat-manfaat dan hak-hak istimewa yang luar biasa, tetapi Dia juga memberi kita tugas dan kewajiban yang luar biasa bila kita mau menerima Injil.


Notice Titus 2:11-14, still speaking about gospel fruit; the change in the life when we have the real deal; when we have the real gospel embrace us;  when there's true repentance, when there's true confession of  sin; when we have faith and trust in Jesus; and when we're baptized and we bury the old man,  and resurrect to newness of life. Notice what happens.
Titus 2: 11-14, listen to this: 11 For the grace of God…” lots of people love to talk about grace,  “…For the grace of God that brings salvation hath appeared to all men,…”  What has appeared to all men? the grace of God. Now what I want you to notice is that the grace of God  teaches us something.  See, when you have God's grace, which is the gospel,  the grace teaches us something.  What does it teach us? Listen, verse 12,  “…12 Teaching us…” see, the gospel teaches us something; grace teaches us something,   “…teaching us that, denying ungodliness and worldly lusts, we should live soberly, righteously, and godly, in this present age; 13 Looking for that blessed hope, and the glorious appearing of our great God and our Savior Jesus Christ;  14 Who gave Himself for us,…” Now why did He give Himself for us? so that we can continue living the same old life that we were living before?  Absolutely not! Notice:   “…Who gave Himself for us that He might redeem us from every lawless deed, and purify for Himself His own special people, zealous for good works.”
Did Jesus redeem us for good works?  Did grace manifest itself for good works? Did grace teach us that we need to renounce the world, and worldly lusts? Absolutely. 
So grace does not mean that you can continue sinning.  If you've had true grace grasp your life, you're going to have a change in your lifestyle: gospel fruit.

Perhatikan Titus 2:11-14, masih berbicara tentang buah Injil; perubahan dalam hidup jika kita membuat transaksi yang benar; jika kita benar-benar menerima Injil; jika ada pertobatan yang tulen, jika ada pengakuan dosa yang tulen; jika kita memiliki iman dan mempercayai Yesus; dan jika kita dibaptis dan kita kuburkan orang lama kita dan kita bangkit kepada kehidupan yang baru. Perhatikan apa yang terjadi. Titus 2:11-14, dengarkan ini, 11 Karena kasih karunia Allah…” banyak orang suka berbicara tentang kasih karunia, “…Karena kasih karunia Allah yang memberikan keselamatan sudah menyatakan dirinya kepada semua manusia…” apa  yang telah menyatakan dirinya kepada semua manusia? Kasih karunia Allah. Nah, sekarang yang saya ingin kalian simak ialah, kasih karunia Allah ini mengajarkan sesuatu kepada kita. Lihat, bila kita memiliki kasih karunia Allah, yaitu Injil, kasih karunia itu mengajarkan sesuatu kepada kita. Apa yang diajarkan kepada kita? Dengarkan, “…12 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan nafsu-nafsu duniawi, dan supaya kita hidup dengan kesadaran penuh, benar dan saleh di masa sekarang ini, 13 sambil menantikan penggenapan harapan kita dan kedatangan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus dalam kemuliaan, 14 yang telah menyerahkan Diri-Nya bagi kita…” Nah, mengapa Dia menyerahkan DiriNya bagi kita? Supaya kita bisa tetap menjalani kehidupan kita yang lama seperti sediakala? Sama sekali tidak! Perhatikan,  “…yang telah menyerahkan Dirinya bagi kita untuk menebus kita dari segala perbuatan yang melanggar hukum dan untuk menguduskan bagi Diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.”
Apakah Yesus menebus kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik? Apakah kasih karunia memanifestasikan dirinya untuk perbuatan-perbuatan baik? Apakah kasih karunia mengajar kita bahwa kita perlu menolak dunia dan semua nafsu duniawi? Tentu saja. Jadi kasih karunia tidak berarti kita boleh terus berlanjut melakukan dosa. Jika kita memiliki kasih karunia yang tulen menguasai hidup kita, pola hidup kita akan berubah: itulah buah Injil.


You know, some people love to read from Ephesians 2:8-10  where the apostle Paul says, “For by grace you have been saved  through faith…”  See we're saved by grace through faith;  “…and that not of yourselves: it is the gift of God.”  See, grace is the gift of God: “…not of works, lest anyone should boast.”  So they say, See, we don't have to do any works, because it says it's all of grace. The problem is they don't read verse 10.  See, they stop at verse 9.  A text out of context is a pretext for teaching error.  Notice what we find in verse 10, the very next verse.  “…For we are His workmanship, created in Christ Jesus...” See, when you receive Jesus, you're a new creation, right? The apostle Paul says, in 2 Corinthians 5:17  that those who are in Christ are a new creation.  You're new because you're not in yourself anymore; you're in Him! And so it says, “For we are His workmanship,  created in Christ Jesus...” to continue living like the Devil. No! It says: “…created in Christ Jesus for good works, which God prepared beforehand that we should walk in them. “ Did God prepare good works for us when we're truly converted?  When we're born into Christ, when we're a new creation,  are there good works in our life? Yes! But the works are not produced by us, they are produced as  a loving response to Him.

Kalian tahu, ada orang yang suka membaca dari Efesus 2:8-10 di mana Rasul Paulus berkata, 8 Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman…”  lihat, kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman,  “…dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah,…” lihat, kasih karunia itu pemberian Allah, “…9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan dirinya….” Jadi mereka berkata, Lihat, kita tidak usah melakukan perbuatan apa pun, karena di sini dikatakan semuanya diselesaikan oleh kasih karunia. Masalahnya, mereka tidak membaca ayat 10. Lihat, mereka berhenti di ayat 9. Ayat yang dikeluarkan dari konteksnya adalah alasan yang diciptakan untuk mengajarkan yang salah. Perhatikan apa yang kita temui di ayat 10, ayat berikutnya, “…10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus…”  lihat, jika kita menerima Yesus, kita menjadi ciptaan baru, betul? Rasul Paulus berkata di 2 Korintus 5:17 bahwa mereka yang berada dalam Kristus adalah ciptaan baru. Kita menjadi baru, karena kita tidak berada dalam diri kita sendiri lalgi, kita berada di dalam Kristus! Jadi dikatakan,  “…Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus…”  untuk melanjutkan hidup kita seperti Iblis. Tidak! Dikatakan,  “…diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya agar kita harus berjalan di dalamnya.”
Apakah Allah mempersiapkan perbuatan-perbuatan yang baik untuk kita lakukan bila kita sungguh-sungguh diubahkan? Bila kita dilahirkan dalam Kristus, bila kita menjadi ciptaan baru, apakah ada perbuatan-perbuatan yang baik dalam hidup kita? Ya! Tetapi perbuatan-perbuatan itu tidak dihasilkan oleh kita, mereka dihasilkan sebagai respon kepadaNya.


Now go with me to James 2,  and I'm going to read verses 14-24, because people love  to talk about faith.  And it's good to talk about faith;  it's good to talk about grace, as long as faith and grace lead to something that God expects from us.  Then the experience of salvation is genuine and real. 
James 2:14, “What does it profit, my brethren, if someone says he has faith, but does not have works?...”  Notice, he doesn't have faith.  He says he has faith, but he doesn't have works.  “…Can faith save him…”?  Literally the Greek says, “Can such a faith save him? Can a workless faith save you? “…If a brother or sister is naked, and destitute of daily food,  and one of you says to them, ‘Depart in peace, be warmed and filled’, but you do not give them the things  which are needed for the body; what does it profit?...”  In other words, if you don't change your way of looking at  people, and treating people, and you say you have a lot of faith, I mean do you really have faith?  Notice what it continues saying in verse 17. “…Thus also, faith by itself...”
Christians love to say, “Faith alone, faith alone!”  But really the Bible teaches faith alone,  but it has to be a faith that works. That's the only true kind of faith. 
“…Thus also faith by itself, if it does not have works is dead…”  Can a dead faith save you? No.  “…But someone will say, ‘You have faith, and I have works...”  And so James says, “…Show me your faith without your works,  and I will show you my faith by my works...”  Verse 19: “…You believe that there is one God; you do well:  even the demons believe, and tremble…” Do you think the Devil believes that Jesus died on the cross?  Do you think the Devil knows that Jesus resurrected?  Do you think the Devil believes Jesus is coming again?  Of course he does.  So if that's all you believe in your brain,  excuse me for saying it, you're not any better than the Devil.  That's what James is saying.  Notice once again verse 20.  “But do you want to know, O foolish man,  that faith without works is dead?  Was not Abraham our father justified by works?...” Wow! This, some people say, it contradicts the Bible,  because Paul says that we're saved by faith,  without works of the law.  And here James says, “…Was not Abraham our father justified by works, when he offered Isaac  his son on the altar?  Do you see that his faith was working together with his works?...”  See, it's a package deal. “…And by works faith was made perfect...” In other words, faith alone is imperfect.  “…And the Scripture was fulfilled which says, Abraham believed  God…” that is he trusted God, “…and it was accounted to him  for righteousness, and he was called the friend of God.  You see then that man is justified by works  and not by faith only.”  You say, what does James mean here?  Is he contradicting Paul? No.  

Nah, marilah bersama saya ke Yakobus pasal 2 dan saya akan membacakan ayat 14-24 karena orang suka berbicara tentang iman. Dan memang bagus berbicara tentang iman, bagus berbicara tentang kasih karunia, asalkan iman dan kasih karunia membawa kita kepada apa yang diharapkan Allah dari kita. Barulah pengalaman keselamatan itu nyata dan sejati.
Yakobus 2:14, 14 Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan?...” perhatikan, orang ini tidak mempunyai iman, dia hanya berkata bahwa dia mempunyai iman, tetapi dia tidak mempunyai perbuatan. “…Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?...” sebenarnya yang tertulis dalam bahasa  Greeka ialah, “dapatkah iman yang seperti itu menyelamatkan dia?” Bisakah iman yang tidak disertai perbuatan menyelamatkan kita? “…15 Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, 16 dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?...” dengan kata lain jika kita tidak mengubah cara kita memandang orang lain, dan cara kita memperlakukan orang lain, dan kita mengaku punya iman besar, apa memang benar kita punya iman? Perhatikan apa yang dikatakan selanjutnya di ayat 17,  “…17 Demikian juga halnya dengan iman yang berdiri sendiri…”  orang Kristen suka berkata, “Hanya dengan iman! Hanya dengan iman” dan memang benar Alkitab mengajarkan “hanya dengan iman” tetapi itu haruslah iman yang berbuat. Hanya itu jenis iman yang sejati.  “…Demikian pulalah iman yang berdiri sendiri, jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu mati…” bisakah iman yang mati menyelamatkan? Tidak. “…18 Tetapi  orang akan berkata: ‘Kamu punya iman dan aku punya perbuatan’…” maka Yakobus berkata,  “…aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’…” Ayat 19, “…19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja, itu baik! Bahkan setan-setan pun percaya akan hal itu dan mereka gemetar….”  Menurut kalian apakah Iblis percaya Yesus mati di salib? Menurut kalian apakah Iblis tahu Yesus telah bangkit? Menurut kalian apakah Iblis percaya Yesus akan datang kembali? Tentu dia percaya. Maka jika hanya itu yang kita percayai dengan otak kita ~ maafkan saya harus mengatakannya ~ kita tidak lebih baik daripada Iblis. Itulah yang dikatakan Yakobus. Perhatikan sekali lagi ayat 20,  “…20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?  21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya…”  Wow! Beberapa orang akan berkata bahwa ini bertentangan dengan Alkitab, karena Paulus mengatakan kita diselamatkan melalui iman tanpa melakukan Hukum Allah, tapi di sini Yakobus berkata, “…Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? 22 Apakah kamu lihat, bahwa imannya bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya?…” lihat, ini satu paket, “…dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna….” Dengan kata lain, iman saja belum sempurna. “…23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah…” artinya Abraham mempercayai Allah, “…maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’  24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.” Kalian berkata, apa maksud Yakobus di sini? Apakah dia mengkontradiksi Paulus? Tidak.


Let me tell you what's going on.
·       The apostle Paul, when he says that we're saved by faith  without works of law is explaining how we are saved. 
·       When James says that we're justified by works,  what he's saying is that works show if our faith is real. 
In other words, Paul is telling us how we are saved, whereas James tells us how a saved person lives.  Are you understanding me? 
In other words, one is talking about the route of salvation,  and the other is talking about the fruit of salvation. 
Let me ask you, If you look at it from one side, faith saves. Absolutely! Grace through faith.  But when you look at it from the other side you see the works. You say, “Oh yeah, this guy had faith.” And so really there's no contradiction in the Bible

Akan saya jelaskan apa yang terjadi.
·       Rasul Paulus ketika mengatakan bahwa kita diselamatkan melalui iman tanpa perbuatan menuruti Hukum itu menjelaskan bagaimana kita diselamatkan.
·       Ketika Yakobus berkata kita dibenarkan menurut perbuatan, dia mengatakan perbuatan kita menunjukkan apakah iman kita itu benar.
Dengan kata lain, Paulus memberitahu kita bagaimana kita diselamatkan, sedangkan Yakobus memberitahu kita bagaimana orang yang sudah diselamatkan harus hidup. Apakah kalian memahami saya?
Dengan kata lain, yang satu berbicara tentang jalan keselamatan, dan yang lain berbicara tentang buah keselamatan.
Coba saya tanya, jika kita memandangnya dari satu sisi, iman menyelamatkan. Tentu! Kasih karunia melalui iman. Tetapi bila kita memandangnya dari sisi yang lain, kita melihat perbuatan. Kalian berkata, “Oh, iya, orang ini memiliki iman.” Maka sesungguhnya tidak ada kontradiksi di Alkitab!


Now lets talk about preaching the gospel before we close. The Bible says that the gospel needs to be preached to the whole world as a witness to all nations,  and then the end will come.  What gospel do we need to preach?  Just a gospel that Jesus died on the cross?  You know, He wove a perfect robe.  And, you know, He died our death on the cross,  and all that you have to do is simply in your head believe  that Jesus did that, and you'll be saved, you and your house?  No. The gospel that needs to be preached, according to Revelation 14, is the gospel that goes to every  nation, kindred, tongue, and people.  But it is the gospel that says, Fear God; give glory to Him;  the hour of His judgment has come; and worship the Creator.  In other words, it's a complete package gospel: faith and works. It's a gospel that not only is imputed to us,  or credited to us, but a gospel that is manifested also in the practical life. In other words, it's the gospel of justification that produces  in our lives a sanctified life. 

Nah, marilah kita berbicara tentang menyampaikan pekabaran Injil sebelum kita akhiri. Alkitab berkata bahwa Injil harus disampaikan kepada seluruh dunia sebagai suatu kesaksian, kepada semua bangsa, setelah itu kesudahan akan datang. Injil apa yang harus kita sampaikan? Hanya Injil bahwa Yesus telah mati di salib? Bahwa Dia telah merajut jubah yang sempurna, dan bahwa Dia telah menjalani kematian kita di atas salib, dan apa yang perlu kita lakukan hanyalah meyakini di dalam kepala kita bahwa Yesus telah melakukan semua itu dan kita serta keluarga kita akan diselamatkan? Tidak! Injil yang perlu disampaikan menurut Wahyu pasal 14, Injil yang harus disampaikan kepada setiap bangsa, suku, bahasa, dan kaum, adalah Injil yang berkata: “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba jam penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air." Dengan kata lain, paket yang utuh: iman dan perbuatan. Inilah Injil yang bukan hanya diperhitungkan sebagai milik kita atau dikreditkan kepada kita, tetapi Injil yang dimanifestasikan juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, inilah Injil pembenaran melalui iman yang menghasilkan dalam kita suatu hidup yang kudus.

Now the final point that I want to talk about is the final gospel celebration.  And for this I want to read from Revelation 7:9-12. 
Do you know, the saved someday are going to sing a glorious song when we get to heaven.  And that song is going to give honor and glory to Jesus Christ  as the Lamb of God, who takes away the sin of the world.  And, by the way, at this time God's people are going to be  clothed with a literal robe of light again. 
Now notice the process: man was clothed with a  literal robe of light.  It represented, it symbolized obedience to God's law.  When man sinned the literal robe of light disappeared,  and man experienced physical nakedness, which represented  what? disobedience to God's law.  When we receive Jesus Christ our spiritual nakedness is  covered by His spiritual robe.  But when He comes again He's going to complete the process,  and He's going to give us the literal robe of light  which man had originally. 

Sekarang, poin terakhir yang mau saya bicarakan ialah perayaan Injil yang terakhir. Dan untuk ini saya ingin membaca dari Wahyu 7:9-12.
Tahukah kalian, mereka yang selamat suatu hari akan menyanyikan sebuah lagu yang mulia ketika kita tiba di Surga? Dan lagu itu akan memberikan penghormatan dan kemuliaan kepada Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang telah menghapus dosa dunia. Dan ketahuilah, pada saat ini umat Allah akan mengenakan jubah cahaya yang nyata lagi.
Nah, perhatikan prosesnya: manusia tadinya diciptakan dengan jubah cahaya yang nyata. Ini melambangkan kepatuhan kepada Hukum Allah. Ketika manusia berbuat dosa, jubah cahaya nyata ini lenyap dan manusia mengalami ketelanjangan fisik, yang melambangkan apa? Ketidakpatuhan kepada Hukum Allah. Ketika kita menerima Yesus Kristus, ketelanjangan spiritual kita ditutupi oleh jubah spiritualNya. Tetapi ketika Yesus datang kembali Dia akan menyempurnakan proses itu, dan Dia akan memberikan kepada kita jubah cahaya yang nyata yang aslinya dimiliki manusia.


Revelation 7:9, “After these things I looked, and behold a great multitude, which no one could number, of all nations, tribes, peoples, and tongues…” See they received the first angel's message. “…standing before the throne and before the Lamb,…” notice,  “…clothed with white robes,…”  Are we going to receive white robes like Adam  and Eve at the beginning? They're literal at this point.  “…with palm branches in their hands, and crying out with a loud voice saying, ‘Salvation belongs to our God who sits on the throne and to the Lamb…”  And then will be fulfilled that famous parable of Jesus of the lost sheep, and when the lost sheep is brought home.  The owner of the sheep, who had ninety-nine other ones  that never failed, calls his friends and he says,  “Come celebrate because the sheep that was lost has been found!”

Wahyu 7:9,  “ 9 Kemudian setelah itu aku melihat: dan tampaklah, suatu kumpulan besar yang tidak dapat dihitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa,…” lihat, mereka ini telah menerima pekabaran malaikat yang pertama, “…berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba,…” simak,  “…memakai jubah putih…” apakah kita akan menerima jubah putih seperti Adam dan Hawa pada awal mulanya? Pada saat ini jubah-jubah itu nyata secara fisik,  “…dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. 10 Dan dengan suara nyaring mereka berseru: ‘Keselamatan adalah milik Allah kami yang duduk di atas takhta dan milik Anak Domba!" Kemudian, akan digenapilah perumpamaan Yesus yang terkenal tentang domba yang hilang. Dan saat domba itu dibawa pulang, pemilik domba itu, yang memiliki 99 domba lain yang tidak pernah tersesat, memanggil teman-temannya dan berkata, “Mari datanglah dan kita rayakan, karena domba yang pernah hilang telah ditemukan!”



04 07 17






 [J1]

No comments:

Post a Comment