_____THREE ANGELS MESSAGES_____
Part 02/25
- Stephen Bohr
WHAT IS THE EVERLASTING GOSPEL
Dibuka
dengan doa
As I
mentioned in our last study together, we are going to study today about
the everlasting gospel. And I'd like to read the first angel's message
where we find the reference to the everlasting gospel. I'm reading
from Revelation 14: 6-7. It says the following: “ 6 Then I saw another angel flying in the
midst of heaven, having the everlasting gospel to preach to those who
dwell on the earth, and to every nation, tribe, tongue, and people. 7
Saying with a loud voice, ‘Fear God and give glory to Him, for the hour of His
judgment has come; and worship Him who made heaven and earth, the sea and
springs of water.”
Seperti yang sudah
saya singgung dalam pelajaran kita yang lalu, hari ini kita akan belajar
tentang Injil yang kekal. Dan saya ingin membacakan pekabaran malaikat pertama
di mana kita temui referensi tentang Injil yang kekal. Saya membacakan dari
Wahyu 14:6-7, dikatakan seperti berikut: “6 Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah
langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang
diam di atas bumi, kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, 7
dan ia berseru dengan suara nyaring: ‘Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia,
karena telah tiba jam penghakiman-Nya, dan
sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata
air.’"
Interestingly
enough, the apostle John wrote several books of the New Testament.
He wrote the gospel of John, Revelation, as well as three epistles.
But this is the only time in the writings of John where you find the word “gospel”, and much less the
everlasting gospel. Now because this is the only time in the writings of
John where we find the reference to the gospel, it's necessary for
us to go to other places in Scripture to study this topic of the
everlasting gospel. And so we're going to go to other places in Scripture
that describe the meaning of the everlasting gospel.
Yang
cukup menarik, rasul Yohanes menulis beberapa buku dalam Perjanjian Baru, dia
menulis Injil Yohanes, kitab Wahyu, juga tiga surat. Tetapi hanya kali ini saja
dalam tulisan-tulisan Yohanes kita jumpai kata “Injil”, apa lagi “injil yang
kekal”. Nah, karena ini adalah satu-satunya tulisan Yohanes di mana kita
menemui referensi kepada injil, kita harus pergi ke bagian lain dalam Kitab
Suci untuk mempelajari topik tentang “Injil
yang Kekal” ini. Jadi kita akan
ke bagian lain dalam Kitab Suci yang menjelaskan makna Injil yang Kekal.
Now the
first question that we want to ask is this: Why is the gospel called everlasting? After
all the Bible tells us that the gospel was the salvation event in Jesus
Christ. So what makes the gospel everlasting?
Well,
in order to understand why the gospel is everlasting we need to go back
to the story that we find of The Fall in the book of Genesis. So go
back with me to Genesis 2, and we're going to look at several important
details that will set the framework for understanding the meaning of the
everlasting gospel.
Nah,
pertanyaan pertama yang mau kita tanyakan adalah: Mengapa Injil ini disebut kekal? Bukankah
Alkitab mengatakan bahwa injil adalah peristiwa penyelamatan dalam Yesus
Kristus? Jadi apa yang menjadikan injil itu kekal?
Nah,
supaya bisa paham mengapa injil ini kekal, kita harus mundur ke kisah kejatuhan
Adam dan Hawa di kitab Kejadian. Jadi marilah kita mundur ke Kejadian pasal 2,
dan kita akan melihat beberapa detail yang penting yang membentuk rangka bagi
kita untuk memahami arti injil yang kekal.
The
first thing that I want to review from Genesis 1 and 2 is that God, that
is Jesus, created Adam and Eve holy, innocent, and righteous. And the
Bible tells us that in order to show this righteousness in a visible way,
God clothed Adam and Eve with a literal robe of light. But that literal robe of
light symbolized something; it represented something. The literal
robe of light represented their righteousness, their obedience to the law
of God. In other words, the literal robe of light
represented obedience to God's law. It showed that Adam and Eve
were righteous, because they had not broken God's holy law. But
we're told in the book of Genesis that when Adam and Eve sinned the first result of
their sin was that this literal robe of light disappeared.
And we find in Genesis 2:25 the description of what happened when the robe
of light disappeared. It says there in Genesis 2:25, first of all, about
their original condition, and then we'll read verse 7 of chapter 3.
It says: “And they were both naked, the man and his wife, and were
not ashamed.” But now notice verse
7. Immediately after their sin it says: “Then the eyes of both
of them were opened, and they knew that they were naked.” So in other words, in
their innocence, when they were obedient to God's holy law, they had a
literal robe of light that represented spiritual obedience to God's holy
law. But when they sinned the literal robe of light left them, and
they became literally naked.
Hal
pertama yang ingin saya ulangi dari Kejadian 1 dan 2 ialah, Allah, yaitu Yesus,
menciptakan Adam dan Hawa itu kudus, tidak mengenal dosa, dan benar. Dan
Alkitab mengatakan bahwa untuk
menunjukkan kebenaran ini secara nyata, Allah memberi Adam dan Hawa suatu jubah yang nyata dari cahaya. Jubah nyata dari cahaya ini
melambangkan sesuatu, mewakili sesuatu. Jubah
nyata dari cahaya ini melambangkan kebenaran mereka, kepatuhan mereka kepada
Hukum Allah. Dengan kata lain, jubah nyata dari cahaya ini
melambangkan kepatuhan kepada Hukum Allah. Jubah itu membuktikan bahwa Adam dan
Hawa adalah orang-orang benar, karena mereka tidak melanggar Hukum Allah yang
kudus. Tetapi di kitab Kejadian kita kemudian diberitahu bahwa ketika Adam dan Hawa berbuat
dosa, akibat pertama dari dosa mereka adalah lenyapnya jubah yang nyata dari cahaya
tersebut.
Dan di Kejadian 2:25 kita mendapatkan keterangan tentang apa yang terjadi
ketika jubah cahaya ini lenyap. Dikatakan di Kejadian 2:25, pertama-tama
dikisahkan kondisi asli mereka, kemudian kita akan membaca pasal 3:7.
Dikatakan, “25 Mereka keduanya telanjang, manusia
dan isterinya itu, dan mereka tidak merasa malu.” Tetapi
sekarang perhatikan ayat 7. Segera setelah mereka berdosa, dikatakan, “7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka
telanjang…” Jadi dengan kata lain, dalam kondisi mereka
yang murni, ketika mereka masih patuh kepada Hukum Allah yang kudus, mereka
memiliki jubah yang nyata dari cahaya yang melambangkan
kepatuhan spiritual kepada Hukum Allah yang kudus. Tetapi ketika mereka berbuat
dosa, jubah nyata dari cahaya itu hilang dari mereka, dan mereka menjadi
sungguh-sungguh telanjang.
Now
what did the
literal nakedness represent? It represented the fact that now they
were disobedient to God's law. They were unrighteous.
In other words, being clothed with the robe of light represented
obedience to God's law, whereas being unclothed or naked represented, or
symbolized disobedience to God's holy law.
And, of
course, the Bible tells us that the nakedness of Adam and Eve led ultimately
to the sentence of death against them. And it's no coincidence
that the apostle Paul in 2 Corinthians 5 refers to death as nakedness,
because your body goes back to the dust. Your body is your
clothing, so to speak, spiritually speaking. And so when man dies, the
apostle Paul says that he's left naked. So the nakedness of Adam
and Eve represented the fact that ultimately they were going to die, and
they were going to be left naked; their body, in other words, was
going to disintegrate.
Nah,
ketelanjangan nyata itu
melambangkan apa? Melambangkan fakta bahwa sekarang mereka telah melanggar Hukum
Allah, mereka telah menjadi tidak benar. Dengan kata lain,
mengenakan jubah cahaya melambangkan kepatuhan kepada Hukum Allah, sebaliknya tidak
mengenakan jubah atau telanjang, mewakili atau melambangkan ketidakpatuhan
kepada Hukum Allah yang kudus.
Dan
tentu saja Alkitab mengatakan kepada kita, ketelanjangan
Adam dan Hawa mengakibatkan mereka mendapatkan vonis maut terhadap mereka.
Dan bukan suatu kebetulan Rasul Paulus di 2 Korintus 5 menyebut maut sebagai
ketelanjangan, karena tubuh kita kembali menjadi debu, secara spiritual tubuh
kita itulah pakaian kita, katakanlah demikian. Maka bila seseorang meninggal,
Rasul Paulus berkata bahwa dia telah ditinggalkan telanjang. Jadi ketelanjangan Adam dan Hawa melambangkan
fakta bahwa akhirnya mereka akan mati, mereka akan ditinggalkan
telanjang, dengan kata lain tubuh mereka akan hancur.
We find
in Romans 6:23 the sentence of death. And I want to read just the first
part of Romans 6:23. It says there: “For the wages of sin is
death”, the wages of sin is death or
the ultimate nakedness or unclothing, according to the apostle Paul
in 2 Corinthians 5:2-4.
I like
to think of this topic of the wages of sin being death, in the context of
what I call an equal opportunity employer. You know, sin is actually
personified in Romans 6:23. The wages of sin is death. In other
words, Mr. Sin is an employer. Whoever works for Mr. Sin, the wages that that
person earns are what? death. The wages of sin are death.
So when Adam and Eve sinned, they began to be employees of Mr. Sin. And
Mr. Sin said, “Being that you're working for me, being that you're
committing sin, the wages that I'm going to pay you are wages of
death.”
Now
it's very important for us to realize that the death that God was talking about was
not only physical death. God was speaking about eternal separation from Him.
He was referring to spiritual death. He was referring to spiritual death,
but he was also referring to eternal or everlasting death. And the
Bible says that Adam and Eve should have died that very day. Notice
Genesis 2:17. The Bible is very clear on this point. Genesis 2:17.
It says there, God is speaking: “But of the tree of the
knowledge of good and evil, you shall not eat: for in the day that you eat
of it you shall surely die.” Notice, God didn't
tell Adam, you know, “You'll die 930 years later.” He said, “The day
that you eat of the tree, that is the day that you will surely
die.” In other words, there was no doubt that Adam and Eve should
have died that very day.
Di
Roma 6:23 kita temukan vonis kematiannya. Dan saya akan membacakan hanya bagian
pertama Roma 6:23, dikatakan di sana: “Sebab upah dosa ialah maut…”, upah
dosa ialah maut atau
ketelanjangan total, atau menurut rasul Paulus di 2 Korintus 5:2-4 kondisi tidak
mengenakan pakaian.
Saya
suka merenungkan topik tentang upah dosa ialah maut ini dalam konteks yang saya
sebut sebagai seorang majikan yang memberikan kesempatan kerja yang sama kepada
semua yang mau bekerja padanya. Kalian tahu, di Roma 6:23, dosa itu
dipersonifikasikan (artinya dianggap sebagai manusia): “Upah dosa ialah maut”, dengan kata lain, Tuan Dosa adalah
seorang majikan. Siapa pun yang
bekerja pada Tuan Dosa, maka upah yang diterima orang itu ialah
apa? Maut. Upah dosa
ialah maut. Jadi ketika Adam dan Hawa berbuat dosa mereka mulai menjadi
karyawan Tuan Dosa. Dan Tuan Dosa berkata, “Karena kalian bekerja untuk saya,
karena kalian melakukan dosa, maka upah yang akan saya bayarkan kalian adalah
upah maut/kematian.”
Nah,
yang penting kita sadari ialah kematian/maut
yang dibicarakan Allah bukan
hanya kematian fisik. Allah berbicara tentang perpisahan kekal dariNya.
Dia berbicara tentang kematian spiritual. Allah berbicara tentang kematian
spiritual, tetapi Dia juga berbicara tentang kematian kekal atau kematian
abadi. Dan Alkitab berkata bahwa Adam dan Hawa seharusnya mati pada hari yang
sama. Perhatikan Kejadian 2:17, Alkitab sangat jelas tentang poin ini. Kejadian
2:17, dikatakan di sana, Allah yang berbicara, “17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu,
janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati." Perhatikan, Allah
tidak berkata kepada Adam, “Kamu akan mati 930 tahun kemudian.” Allah berkata,
“…pada hari engkau memakannya, pada hari yang sama itulah engkau pasti mati.”
Dengan kata lain, tidak diragukan lagi Adam dan Hawa seharusnya mati hari itu.
And, of
course, the question is, why didn't they die that very day in which
they sinned? in which they were left physically naked? which
represented their spiritual nakedness, in other words their
unrighteousness, which eventually would lead to death, to the
decomposition of their bodies; the ultimate nakedness. Why didn't
they suffer death in all of its implications that day?
The
reason why is because God had established an everlasting plan in the ceaseless
ages of eternity. In fact, that plan that God established before
the foundation of the world ~ we're going to read it in a moment
from Scripture ~ envision two things:
·
Number one, it
envisioned choosing a perfect, unblemished, lamb.
·
And then that perfect,
unblemished lamb was to be sacrificed for the sin of humanity. In
the case of Adam and Eve, for the sin that they had just committed.
Dan,
tentu saja, pertanyaannya ialah, mengapa
mereka tidak mati pada hari tersebut di mana mereka telah berbuat dosa,
di mana mereka telah menjadi telanjang secara fisik, yang mewakili
ketelanjangan spiritual mereka? Dengan kata lain, ketidakbenaran mereka,
akhirnya mengakibatkan kematian, mengakibatkan rusaknya tubuh mereka, mengakibatkan
ketelanjangan mutlak. Mengapa mereka tidak mengalami kematian dengan semua
implikasinya pada hari itu?
Alasan
mengapa mereka tidak mati hari itu ialah karena
Allah telah membuat suatu rancangan yang kekal dalam masa kekekalan yang tidak
terbatas. Bahkan, rancangan
yang telah dibuat Allah sebelum dunia diciptakan itu ~ dan nanti kita akan
membacanya dari Kitab Suci ~ berisi nubuat tentang dua hal:
·
Pertama,
itu adalah nubuat memilih seekor anak domba yang sempurna yang tanpa cacat.
·
Kemudian
anak domba yang sempurna dan tanpa cacat itu harus dikurbankan bagi dosa
manusia. Dalam hal Adam dan Hawa, bagi dosa yang baru mereka lakukan.
Now it's very important to realize that this
plan was not implemented by God as an emergency. God didn't say, “Uh
oh, human beings sinned. What are We going to do now?” The fact is that this plan
had already been made before this world was even created.
In other words, God always had a contingency plan. It was not a last
minute emergency plan. God knew all the time what was going to be
necessary to save man from his sin. Notice 1 Peter 1:18-20, and
we're going to read especially two phrases in this passage. 1 Peter
1:18-20. Here the apostle Peter says the following: “18 Knowing that you are not
redeemed with corruptible things, like silver or gold, from your aimless
conduct received by tradition from your fathers; 19 But with the
precious blood of Christ…” notice that Jesus had to
shed His blood, “…the precious blood of
Christ, as of a lamb…” there it is, “…as of a lamb without blemish and without
spot…” notice two things: the lamb had to be without blemish,
and then the lamb had to be what? sacrificed. His blood had to be
shed. Now when was this plan made, and when was this plan
implemented? Notice what we find in verse 20. “…20 He…” that is Jesus, “…indeed was foreordained…” in
other words this plan was made “…before the foundation
of the world, but was made manifest…” in
other words was implemented, “…in these last times
for you.”
So when was the plan of redemption
elaborated and established? It was not established when human beings
sinned. The Bible tells us that Jesus had already in eternity past, offered
to live a perfect life as a lamb, and to suffer death in place of human
beings. He was foreordained before the foundation of the world.
Sin did not catch God by surprise. God already had a plan. That's the
reason why the gospel is called, The Everlasting Gospel, is because it
goes all the way into eternity past, at least as a plan.
Nah,
sangatlah penting untuk menyadari bahwa rancangan ini tidak dibuat Allah
sebagai tindakan darurat. Allah tidak berkata, “Wah, manusia telah berbuat
dosa. Apa yang harus Kami lakukan sekarang?” Faktanya ialah, rancangan ini
sudah dibuat bahkan sebelum dunia diciptakan. Dengan kata lain, Allah selalu
punya rancangan cadangan. Rancangan ini bukanlah rancangan darurat yang
diciptakan pada menit terakhir. Allah sudah tahu sepanjang saat apa yang
diperlukan untuk menyelamatkan manusia dari dosanya. Perhatikan 1 Petrus
1:18-20, dan kita akan membaca terutama dua istilah dalam bacaan ini. 1 Petrus
1:18-20. Di sini rasul Petrus mengatakan yang berikut: “18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu tidak ditebus dengan benda-benda yang fana seperti
perak atau emas, dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu terima dari tradisi
nenek moyangmu, 19 tetapi dengan darah Kristus
yang mahal…” perhatikan Yesus telah mencurahkan
darahNya, “… darah Kristus yang mahal sebagaimana seekor domba…” ini
dia, “…sebagaimana
seekor domba yang tanpa cela dan tanpa cacat…” perhatikan dua hal: domba itu harus
tanpa cacat, lalu domba itu harus diapakan? Dikurbankan. Darahnya harus
dicurahkan. Nah, kapan rancangan ini dibuat dan kapan diimplementasikan?
Perhatikan apa yang kita dapati di ayat 20, “…20 sesungguhnya Dia…” yaitu Yesus, “…sudah ditentukan…” dengan
kata lain, rancangan ini sudah dibuat “…sebelum dunia dijadikan, namun dinyatakan…” dengan
kata lain rancangan itu diimplementasikan “… pada akhir
masa ini untuk kamu.”
Jadi
kapan rancangan keselamatan ini dirancang dan diteguhkan? Rancangan itu tidak
dibuat ketika manusia melakukan dosa. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa di masa lampau di zaman kekekalan Yesus sudah menawarkan untuk menjalani
kehidupan yang sempurna sebagai anak domba dan untuk menderita kematian sebagai
ganti manusia. Yesus telah ditentukan sebelum dunia diciptakan.
Tuhan tidak kecurian langkah. Tuhan sudah memiliki suatu rancangan. Itulah alasannya mengapa injil
ini disebut Injil yang Kekal, karena sudah ada jauh di masa
lampau di masa kekekalan, paling tidak rancangannya sudah ada.
Now I
want us to notice that this plan was announced to Adam and Eve when they
sinned. You see, the Bible tells us that they were covered with
the glorious robe of light, which represented their obedience to the
law of God; their righteousness. When they sinned, the Bible tells us
that they were left physically naked, which represented the fact that
now they were unrighteous. In other words they were disobedient to
God's law. So, basically they needed to be covered once again. They
needed the robe of righteousness once again. But how could their
nakedness be covered? The fact is the Bible tells us that they tried to
cover their nakedness in a very unique way. Notice Genesis
3:7. Immediately after they find themselves naked, because of their
sin, we find this statement. “Then the eyes of
both of them were opened, and they knew that they were naked; and
they sewed fig leaves together, and made themselves coverings.” How did they attempt to cover their
unrighteousness, or their disobedience to God's law? They tried to
cover it by making garments of fig leaves themselves, and by clothing
themselves.
But the
interesting thing is, if you read all the way down to verse 10 you're
going to discover that Adam and Eve, even after they were covered with
the fig leaves, they still felt naked. Because when God came looking
for them, Adam said, “We hid in the midst of the trees of the garden
because we were naked.” Well, the fact is they were covered with the
fig leaves at this point. But they still feel naked, because the
glorious robe of light was not there; there were just fig leaves.
And they knew that in order to have the innocence of God they needed to
have the robe of light. And so they're standing there in the garden, they're trembling,
they're shaking, they know that the sentence of death should fall upon
them. And God descends to the garden and He gives a
magnificent prophecy, that we find in Genesis 3:15. This is when the gospel plan
is first announced[J1] after sin. It says there in Genesis
3:15, and God is speaking to the serpent. He's speaking to the
Devil. “15 And I will put enmity between you and the woman, and between your seed and her seed; He…” that is the seed of the woman “…shall bruise your head, and you shall bruise His heel.” In other words, God is saying, “I'm going to send
the Seed to the world. And that Seed is going to war against you,
serpent, against you, the Devil. In the process of the war you are going
to wound His heel, but after wounding His heel, He is going to crush your
head.”
Sekarang
saya mau kita perhatikan bahwa rancangan ini disampaikan kepada Adam dan Hawa
ketika mereka berbuat dosa. Kalian lihat, Alkitab mengatakan kepada kita bahwa
mereka tadinya berselubung jubah cahaya yang mulia, yang melambangkan kepatuhan
mereka kepada Hukum Allah, kebenaran mereka. Ketika mereka berbuat dosa,
Alkitab mengatakan kepada kita bahwa secara fisik mereka menjadi telanjang,
yang melambangkan fakta bahwa sekarang mereka sudah tidak benar. Dengan kata
lain mereka telah melanggar Hukum Allah. Maka pada dasarnya mereka perlu diberi
selubung lagi. Mereka membutuhkan jubah kebenaran sekali lagi. Tetapi bagaimana
ketelanjangan mereka bisa ditutupi? Faktanya yaitu Alkitab memberitahu kita
bahwa mereka berusaha menutupi ketelanjangan mereka dengan cara yang sangat
unik. Perhatikan Kejadian 3:7. Segera setelah mereka menyadari bahwa mereka
telanjang karena dosa mereka, kita mendapatkan pernyataan ini: “7 Maka terbukalah
mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka
menyemat daun-daun pohon ara dan membuat penutup bagi diri mereka sendiri.” Bagaimana mereka berusaha menutupi
ketidakbenaran mereka atau ketidakpatuhan mereka kepada Hukum Allah? Mereka
berusaha menutupinya dengan membuat sendiri pakaian dari daun ara dan dengan menutupi
diri mereka sendiri.
Tetapi hal yang
menarik adalah, jika kita membaca terus hingga ayat 10, kita akan menemukan
bahwa Adam dan Hawa, walaupun setelah mereka menutupi diri mereka dengan
daun-daun ara, mereka tetap merasa telanjang. Karena ketika Allah datang
mencari mereka, Adam berkata, “Kami bersembunyi di antara pepohonan di taman
karena kami telanjang.” Nah, padahal pada saat itu mereka telah menutupi diri
sendiri dengan daun-daun ara, tetapi mereka masih merasa telanjang karena jubah
cahaya yang mulia sudah tidak ada, yang ada hanya daun-daun ara. Dan mereka
tahu, untuk memiliki kemurnian ilahi mereka harus memiliki jubah cahaya. Maka
mereka berdiri di taman itu, mereka gemetar, mereka tahu bahwa vonis kematian
harus jatuh ke atas mereka. Dan Allah turun ke taman dan Dia memberikan suatu
nubuatan yang hebat yang kita temui di Kejadian
3:15. Inilah saatnya ketika rancangan injil pertama kali disampaikan setelah
masuknya dosa. Dikatakan di Kejadian 3:15 itu, dan Allah sedang
berbicara kepada si ular, Dia berbicara kepada Iblis, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini,
antara benihmu dan Benihnya. Benihnya…” yaitu Benih perempuan itu, “…akan meremukkan kepalamu,
dan engkau akan meremukkan tumitNya.” Dengan kata lain, Allah berkata, “Aku
akan mengirim Sang Benih ke dunia. Dan Benih itu akan berperang dengan kamu,
ular, melawan kamu, Iblis. Dalam proses peperangan itu kamu akan meremukkan
tumitNya, tetapi setelah kamu remukkan tumitNya, Dia akan meremukkan kepalamu.”
Now the
question is, What event was going to crush the head of the serpent?
How could this Seed of the woman defeat the serpent in order to restore
to man what man had lost? How could man be covered with the glorious
robe of light once again? The fact is that in verse 21, just a few
verses after verse 15, we find how God was going to cover the nakedness
of Adam and Eve. It says in verse 21, of chapter 3: “21 Also for Adam and his wife…” Notice
for Adam and his wife. Somebody else is doing this; this is God. “…Also for Adam and his
wife the LORD God made tunics…” garments that is, “…of….” what? “…skin, and He clothed
them.” Who made the garments? God did. What did He
make them from? skins. What do you need to do to get the skin of an
animal? The animal has to die. In other words, the very day that
Adam and Even sinned, that very day there was a death. The lamb
died. A perfect lamb was sacrificed. The plan had been made before sin, before
the foundation of the world, according to what we read in 1 Peter
1. But here the plan is being announced. The Seed is going to
come, is what God is saying. He's going to crush the head of the
serpent. And the way He's going to do it is that He's going to be a
perfect lamb who will be sacrificed, and with His garments the nakedness of
man will be covered.
Sekarang,
petanyaannya ialah, peristiwa apa yang akan meremukkan kepala ular itu?
Bagaimana Sang Benih perempuan itu bisa mengalahkan si ular untuk mengembalikan
kepada manusia apa yang telah hilang darinya? Bagaimana manusia bisa
diselubungi sekali lagi oleh jubah cahaya yang mulia itu? Faktanya ialah di
ayat 21, beberapa ayat setelah ayat 15, kita temukan bagaimana Allah akan
menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa. Dikatakan di ayat 21 dari pasal 3: “21 Dan TUHAN Allah membuat
pakaian dari…” apa? “…kulit binatang untuk
manusia dan untuk isterinya itu…” perhatikan,
untuk manusia (Adam) dan istrinya. Sosok lain yang melakukan ini, dan itulah
Allah, “…lalu mengenakannya kepada mereka.” Siapa yang membuat pakaiannya? Allah.
Allah membuatnya dari apa? Kulit. Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan
kulit dari binatang itu? Binatang itu harus mati. Dengan kata
lain, pada hari yang sama Adam dan Hawa berbuat dosa, hari itu juga ada
kematian. Anak dombanya mati. Anak domba yang sempurna dikurbankan. Rancangannya telah dibuat
sebelum ada dosa, sebelum dunia diciptakan, menurut apa yang
kita baca di 1 Petrus 1, tetapi di
sini rancangan itu diumumkan. Sang Benih akan datang, itulah
kata Allah, dan Dia akan meremukkan kepala ular. Dan caraNya melakukan itu
adalah Dia akan menjadi anak domba yang sempurna yang akan dikurbankan, dan
dengan pakaianNya, ketelanjangan manusia akan ditutupi.
Now throughout
the Old Testament the gospel was foreshadowed. Before Jesus came,
how were people saved? You know, some people think that people were only
saved after Jesus died on the cross. The fact is how was Israel
saved in the Old Testament? Were they lost because Jesus, the Lamb of
God, had not come to live His perfect life, and had not suffered
death in place of man? Absolutely not! God provided a way, even in the
Old Testament, so that Adam and Eve, and all of their descendents before
Jesus came, could understand that a perfect Lamb was going to come and
live a perfect life, and then that Lamb was going to die for the
sins of man. And we're talking about a Person. But the way
that God illustrated it in the Old Testament was by the sacrificial
system, the ceremonial system that God gave to Israel.
Nah,
sepanjang Perjanjian Lama, Injil
itu sudah lebih dahulu dilambangkan. Sebelum Yesus datang,
bagaimana orang-orang diselamatkan? Kalian tahu, ada orang berpikir manusia
hanya diselamatkan setelah Yesus mati di salib. Faktanya adalah, bagaimana Israel
diselamatkan di Perjanjian Lama? Apakah mereka tidak selamat karena Yesus, Anak
Domba Allah belum datang untuk menjalani hidupNya yang sempurna dan belum
menderita kematian menggantikan manusia? Tentu saja tidak! Allah telah
menyiapkan jalannya, bahkan di zaman Perjanjian Lama sehingga Adam dan Hawa dan
semua keturunan mereka sebelum kedatangan Yesus, bisa memahami bahwa Anak Domba
yang sempurna akan datang dan menjalani hidup yang sempurna lalu Anak Domba itu
akan mati demi dosa-dosa manusia. Dan kita sedang membicarakan seorang Manusia.
Tetapi cara Allah mengilustrasikannya
dalam Perjanjian Lama adalah melalui sistem kurban, sistem upacara yang dibuat
Allah bagi Israel.
Now
there's many things that we could say about the sacrificial system, but I
want to underline two facts concerning the system of sacrifices in the Old
Testament.
· The first thing that I want to underline is that the
priest that offered the sacrifice had to be absolutely without
blemish. And obviously it's not talking about moral
blemish, it's talking about physical, external blemish. Let me read
from Leviticus 21:17-21. “Speak to Aaron saying: No man of your
descendents in succeeding generations who has any defect may
approach to offer the bread of his God. For any man who has a
defect shall not approach, a man blind, or lame, who has a marred face,
or any limb too long, a man who has a broken foot, or broken hand, or is a hunchback, or a dwarf, or a
man who has a defect in his eye, or eczema, or scab, or is a
eunuch. No man of the descendents of Aaron the priest who has a
defect shall come near to offer the offerings made by fire to the
Lord. He has a defect. He shall not come near to offer the bread of
his God.” In other words, the priest had to be without
blemish; the priest that offered the sacrifice.
· But also the victim that the priest offered had to be
without blemish. Notice Leviticus 22:20-22. Speaking about the
victims that were offered in the sacrificial system, we find Moses
writing this: “Whatever has any defect
you shall not offer: for it shall not be acceptable on your behalf.
And whoever offers a sacrifice of a peace offering to the Lord to fulfill
his vow, or a freewill offering from the cattle or the sheep, it must be
perfect to be accepted. There shall be no defect in it. Those that
are blind, or broken, or maimed, or have an ulcer, or eczema, or scabs,
you shall not offer to the Lord, nor make an offering by fire of them on
the altar to the Lord.”
In other words, the
priest that offered the sacrifice had to be without blemish, and the
sacrifice that he offered also had to be without blemish.
Nah,
ada banyak hal yang bisa kita bahas tentang sistem kurban, tetapi saya ingin menggarisbawahi
dua fakta mengenai sistem kurban di Perjanjian Lama.
· Hal pertama yang ingin saya garisbawahi
ialah, imam yang mempersembahkan kurban
haruslah sama sekali tanpa cacat. Dan jelas ini tidak berbicara
tentang cacat moral, ini berbicara
tentang cacat fisik, cacat luar. Saya akan bacakan dari Imamat
21:17-21 “17 Katakanlah kepada Harun, begini: Tidak ada satu pun dari antara keturunanmu
turun-temurun yang bercacat badannya, boleh
datang mendekat untuk mempersembahkan santapan Allahnya, 18 karena siapa pun yang bercacat badannya tidak boleh datang mendekat: orang buta, orang
timpang, orang yang bercacat mukanya, orang yang salah
satu tangan atau kakinya lebih panjang, 19 orang yang patah
kakinya atau tangannya, 20 orang yang berbongkol atau yang kerdil
badannya atau yang cacat matanya, atau yang sakit eksim, atau berkurap atau seorang yang impoten, 21 Tidak seorang pun dari keturunan imam Harun,
yang bercacat badannya, boleh datang mendekat untuk mempersembahkan segala korban
api-apian kepada TUHAN; karena dia bercacat, dia tidak boleh datang mendekat untuk
mempersembahkan santapan Allahnya.”
Dengan kata lain imamnya harus tanpa
cacat, imam yang mempersembahkan kurban.
· Tetapi juga kurban yang dipersembahkan
imam hauslah tanpa cacat. Perhatikan Imamat 22:20-22. Berbicara tentang
kurban-kurban yang dipersembahkan dalam sistem kurban, kita melihat Musa
menulis demikian: “20 Segala yang
bercacat badannya janganlah kamu persembahkan, karena persembahan atas namamu itu tidak diterima.
21 Juga siapa pun yang mempersembahkan
kepada TUHAN korban pendamaian sebagai
pembayar nazar khusus atau sebagai korban sukarela dari lembu atau kambing
domba, maka korban itu haruslah yang tidak bercela, supaya diterima oleh TUHAN, janganlah badannya bercacat sedikit pun. 22
Binatang yang buta atau yang patah tulang, atau
yang pincang, yang memiliki borok, yang
eksim, atau yang berkurap, semuanya itu janganlah kamu persembahkan kepada
TUHAN maupun dijadikan kurban persembahan
api-apian bagi TUHAN ke atas mezbah.”
Dengan
kata lain, imam yang mempersembahkan kurban haruslah tanpa cacat, dan kurban yang dia persembahkan juga harus
tanpa cacat.
Now let
me ask you, Why did you have to have a priest without blemish, and a
victim without blemish? Because, as we're going to notice, this
pointed forward to the fact that Jesus was going to officiate His own
sacrifice. Many times in the book of Hebrews we're told that
Jesus offered Himself A Sacrifice. But in order to offer the
sacrifice, He had to be an unblemished priest, and He also had to
be an unblemished sacrifice. And in all of this system in the Old Testament God
was foreshadowing the gospel. The fact that a perfect
priest, and a perfect sacrifice would come in the future to live the life
that human beings should live, and to die the death that human beings
should die.
Sekarang
coba saya tanya, mengapa imam itu harus tanpa cacat, dan kurbannya juga tanpa
cacat? Karena sebagaimana yang akan kita simak, ini mengacu ke depan, ke fakta bahwa Yesus akan
mempersembahkan DiriNya Sendiri sebagai Kurban. Seringkali dalam
kitab Ibrani kita diberitahu bahwa Yesus mempersembahkan DiriNya sebagai
Kurban. Tetapi supaya boleh mempersembahkan kurban itu, Yesus haruslah seorang
imam yang tanpa cela, dan Dia juga haruslah kurban yang tanpa cela. Dan di dalam seluruh sistem
Perjanjian Lama ini, Allah sedang memberikan gambaran tentang Injil.
Fakta bahwa seorang imam yang sempurna, dan suatu kurban yang sempurna akan
datang kelak untuk menjalani kehidupan yang seharuskan dihidupkan oleh manusia,
dan menjalani kematian yang seharusnya dialami oleh manusia.
But
folks, none
of these sacrifices actually took away sin. Legally no one was
saved until Jesus lived His perfect life, and died on the cross of
Calvary.
Now you
say, “Weren't people saved in the Old Testament?” Yes, they were. Do you
know how they
were saved? by seeing Jesus Christ in their sacrifices; the
Jesus that would come in the future. In other words, they were saved by
looking at the sacrifices, and seeing in the sacrifices, and in the priest,
the future coming of the Messiah. They had faith in the Messiah.
We are saved in the same
way, only we look back to an accomplished fact. But both
groups, Old Testament and New Testament, are saved by the same
Jesus. In the Old Testament they were saved on the basis of the
promise. Today we are saved on the basis of the fulfillment.
But none of those ceremonies in the Old Testament could actually remove
sin legally. Only could they be removed because they had faith in
what Jesus would do. And that's the reason why in Hebrews 10:4 we're
told: “For it is not possible that the blood of bulls and goats
could take away sin.”
Tetapi
Saudara-saudara, semua kurban itu
tidak ada yang benar-benar menghapuskan dosa. Secara sah, tidak ada satu pun manusia
yang selamat hingga Yesus datang menjalani kehidupanNya yang sempurna, dan mati
di atas salib Kalvari.
Nah,
kalian berkata, “Bukankah orang-orang Perjanjian Lama diselamatkan?”
Ya,
mereka diselamatkan. Tahukah kalian bagaimana mereka diselamatkan? Dengan memandang Yesus Kristus dalam
kurban-kurban mereka, ke Yesus yang akan datang suatu hari.
Dengan kata lain, mereka diselamatkan dengan memandang kurban-kurban tersebut
dan melihat di dalamnya, dan di dalam diri imamnya, kedatangan Sang Mesias
kelak. Mereka memiliki iman
pada Sang Mesias.
Kita juga diselamatkan dengan cara yang
sama. Hanya saja kita
memandang kepada fakta yang sudah terjadi.
Tetapi
kedua kelompok, manusia Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, diselamatkan
oleh Yesus yang sama. Di era Perjanjian Lama, mereka diselamatkan atas dasar suatu janji.
Hari ini kita diselamatkan atas dasar penggenapan janji tersebut.
Tetapi
tak satu pun dari upacara-upacara dalam era Perjanjian Lama bisa benar-benar
menghapuskan dosa secara sah. Dosa-dosa itu hanya bisa dihapuskan karena mereka
memiliki iman dalam apa yang akan dilakukan Yesus. Dan itulah mengapa di Ibrani
10:4 kita diberitahu: “Sebab tidak mungkin darah
lembu jantan atau darah domba jantan bisa menghapuskan dosa.”
Now we
want to come to the times of Christ.
You
see, we've looked at the gospel from this different perspective:
·
We've looked at the
gospel plan established in the ages of eternity.
· We looked at the gospel as it was announced to Adam and
Eve.
·
We've looked at the
gospel as it was foreshadowed in the sacrificial system.
Now we
want to look at the fulfillment of this gospel promise.
Sekarang
kita kembali ke zaman Kristus.
Kalian
lihat, kita sudah melihat Injil dari perspektif yang berbeda:
·
Kita
telah melihat rancangan Injil dibuat di masa kekekalan.
· Kita telah melihat Injil sebagaimana
disampaikan kepada Adam dan Hawa.
·
Kita
telah melihat Injil sebagaimana dilambangkan dalam sistem kurban.
Sekarang
kita akan melihat penggenapan janji Injil ini.
You
see, the fulfillment of this promise was when Jesus Christ decided to
leave the courts of heaven and come to this earth and live the life that all
of us should live, in perfect obedience and harmony with the law of
God. And then at the end of His life, after living a perfect life in
harmony with the law of God, to take upon Himself the sins of all of the
world, and make payment for all of those sins. Now Jesus could do this
because Jesus created everyone. So He who created all could take the place of all.
He could live a perfect life for all, and He could suffer death for all,
according to the New Testament.
Kalian
lihat, penggenapan janji ini adalah ketika Yesus Kristus memutuskan untuk
meninggalkan istana surgawi dan datang ke dunia untuk menjalani kehidupan yang
seharusnya dijalani kita semua, yaitu dalam kepatuhan yang sempurna dan
keserasian dengan Hukum Allah. Kemudian, pada saat terakhir hidupNya, setelah
menjalani hidup yang sempurna serasi dengan Hukum Allah, Dia mengambil dosa
seluruh dunia dan memikulnya Sendiri, dan Dia membayar untuk semua dosa itu.
Nah, Yesus bisa melakukan ini karena Dia yang menciptakan semua orang. Jadi Dia yang menciptakan semua
orang, bisa menggantikan semua orang. Dia bisa menjalani
kehidupan yang sempurna bagi semua, dan Dia bisa menderita kematian bagi semua,
menurut Kitab Perjanjian Baru.
So the
mission of Jesus was to come, and as a priest live an unblemished life,
and as a sacrifice be an unblemished perfect sacrifice. The New
Testament makes it very clear that Jesus was an unblemished priest.
Notice Hebrews 4:15, here we find the apostle Paul saying, “For we do not have a high priest who cannot sympathize
with our weaknesses…” Another way of
putting it is: We have a high priest who is able to sympathize with our
weaknesses. “...but was in all points tempted as we are, yet without
sin.” Was He a perfect priest? a perfect high priest?
Yes.
Notice
Hebrews 7:26 where this idea of the perfect high priest is
underlined. Once again, Hebrews 7:26 says, “For such a high
priest was fitting for us, who is holy, harmless,
undefiled, separate from sinners, and has become higher than the heavens.”
So do
we have a high priest that lived an absolutely perfect life in harmony
with God's holy law? Did He weave a robe of perfect righteousness? He most
certainly did. But let me ask you, was He also a perfect victim when
He took our sins upon Himself? Was He a clean, perfect, unblemished
victim? He most certainly was. Let's read 1 Peter 1:18, 19 once
again. 1 Peter 1:18, 19. “18 Knowing that you were
not redeemed with corruptible things, like silver or gold, from your aimless
conduct received by tradition from your fathers; 19 But you were
redeemed with the precious blood of Christ, as of a lamb without blemish and
without spot.”
Was
Jesus the perfect priest? He most certainly was.
Was He
the perfect sacrifice? Yes.
In fact
Jesus, by living a perfect life in harmony with the law of God, through
that life Jesus wove a perfect
robe of righteousness for every human being that has ever lived on Planet
Earth. And when Jesus died on the cross He died the death that
every human being on Planet Earth should die. In other words Jesus
lived for all, and Jesus died for all.
Jadi misi Yesus
ialah, datang, dan sebagai seorang imam Dia menjalani kehidupan yang tidak
bernoda, dan sebagai kurban Dia menjadi kurban sempurna yang tidak bercacat.
Kitab Perjanjian Baru menerangkan dengan sangat jelas bahwa Yesus adalah imam
yang tidak bercacat cela. Perhatikan Ibrani 4:15, di sini kita mendapati Rasul
Paulus berkata, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah
imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita…” cara lain mengatakannya ialah: Kita
memiliki seorang Imam Besar yang bisa bersimpati dengan kelemahan-kelemahan
kita, “…melainkan yang dalam segala hal dicobai sebagaimana kita dicobai, namun tidak
berbuat dosa.” Apakah Yesus seorang imam yang sempurna? Ya.
Perhatikan Ibrani 7:26 di mana konsep
imam besar yang sempurna ini digarisbawahi. Sekali lagi Ibrani 7:26 berkata, “Sebab Imam Besar yang demikianlah yang layak bagi kita: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang
terpisah dari orang-orang berdosa, dan
lebih tinggi daripada tingkat-tingkat sorga.”
Jadi apakah kita memiliki Imam Besar yang telah menjalani
kehidupan yang mutlak sempurna selaras dengan Hukum Allah yang kudus? Apakah
Dia telah merajut jubah kebenaran yang sempurna? Betul sekali. Tetapi coba saya
tanya, apakah Dia juga kurban yang sempurna ketika Dia mengambil semua dosa
kita untuk dipikulNya sendiri? Apakah Dia itu kurban yang sempurna tanpa cacat
cela? Betul sekali. Marilah kita baca 1 Petrus 1:18-19 sekali lagi. 1 Petrus
1:18-19: “18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu tidak ditebus dengan benda-benda yang fana seperti
perak atau emas, dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu terima dari tradisi
nenek moyangmu, 19 tetapi dengan darah Kristus yang mahal sebagaimana seekor domba yang tanpa cela dan tanpa cacat…”
Apakah
Yesus imam yang sempurna? Ya, benar.
Apakah
Dia kurban yang sempurna? Ya.
Bahkan
Yesus, dengan menjalankan hidup yang
sempurna selaras dengan Hukum Allah, melalui hidupNya Dia merajut sebuah jubah
kebenaran yang sempurna bagi setiap manusia yang pernah hidup di planet bumi.
Dan ketika Yesus mati di salib, Dia menjalani kematian yang seharusnya dijalani
setiap manusia di planet bumi. Dengan kata lain, Yesus hidup bagi semua, dan
Yesus mati bagi semua.
In fact
this is what Scripture teaches. Notice, for example, what we find in 1
John 2:2. “And He Himself is the propitiation for our
sins: and not for ours only, but also for the whole world.”
For how
many sins did Jesus die? For how many people did Jesus live? He
lived for everyone on Planet Earth. And, of course, you're acquainted with
that most famous verse in the Bible: “For God so loved Fresno…”
Well, Fresno too. “For God so loved…” what? “…the world that He gave
His only begotten Son… For whom did God give His
Son? He gave His Son for the whole world. He died for the sins of
the world. He lived the life that every person in the world should
live. “…That whoever believes
in Him should not perish but have everlasting life.”
In Isaiah 53:6 we find, once again, the same idea that
Jesus lived and died for every person in the world. It says there: “All we like sheep have gone astray; we have turned every one to his own way; and
the LORD has laid on Him the iniquity of us all.”
And in
Galatians 3:13, we could read many, many more verses, Galatians 3:13,
we're told by the apostle Paul: “13 Christ has redeemed us
from the curse of the law…” And notice how He did it, “…having become a curse for us: for it is
written, Cursed is every one who hangs on a tree.”
Bahkan,
inilah yang diajarkan Kitab Suci. Perhatikan, misalnya, apa yang kita temukan
di 1 Yohanes 2:2, “Dan Ia Sendiri yang menjadi pendamai dosa-dosa kita, dan bukan untuk dosa kita
saja, tetapi juga untuk dosa seluruh
dunia.” Yesus mati untuk
berapa buah dosa? Yesus hidup bagi berapa orang? Dia hidup bagi semua orang di
planet bumi.
Dan,
tentu saja, kalian sudah kenal ayat yang sangat terkenal di Alkitab, “Karena begitu besar kasih Allah akan Fresno…”
Nah, Fresno juga. “Karena begitu besar kasih
Allah akan…” siapa? “…dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu…”
bagi siapa Allah
mengaruniakan AnakNya? Allah mengaruniakan AnakNya bagi seluruh dunia. Dia mati
bagi dosa seluruh dunia. Dia menjalani kehidupan yang seharusnya dijalani oleh
setiap orang di dunia ini, “…supaya setiap orang yang
percaya dalam
Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Di
Yesaya 53:6 kita temukan, sekali lagi, konsep yang sama, bahwa Yesus hidup dan
mati bagi setiap manusia di dunia ini. Dikatakan di sana, “Kita sekalian seperti domba yang tersesat, masing-masing kita mengambil
jalannya sendiri, dan Tuhan telah menimpakan
kepadaNya kejahatan kita semua.”
Dan
di Galatia 3:13 ~ kita bisa membaca banyak sekali ayat-ayat yang lain ~ Galatia
3:13, Rasul Paulus memberitahu kita, “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat
…” dan simak
bagaimana Kristus melakukannya, “…dengan jalan menjadi kutuk bagi kita, sebab ada tertulis: Terkutuklah semua orang
yang digantung pada kayu salib!"
So if I
ask you, did Jesus pay the debt of the sins of the whole world? What
would your answer be? Jesus paid for the sins of the whole world.
Jesus lived a life for every person that has ever lived on this
earth. He wove the robe. Jesus died the death that every person
on Planet Earth should die. Jesus fully paid the debt of the whole
human race.
Some
people say, “Well, then Pastor, everybody's going to be saved,
right?” No, folks. You see, we've talked now about the gospel gift,
but the Bible tells us that in order to benefit from the gospel gift we
have to accept, or we have to receive that gift. Do you remember the text
that we read from Romans 6:23? “For the wages of sin
is…” what? “…is death…” See when you serve Mr. Sin, Mr. Sin says, “Well, you're
entitled to your check. Your check is death. That's your payment,”
you know. Let me ask you, did I earn it? Sure! I worked for him,
right? But notice the last half of Romans 6:23. It says: “…but the free gift of God is eternal life through Jesus
Christ our Lord.” In other words, we
serve Mr. Sin, and we earn our wages of death. But salvation is a
what? salvation is a gift. Do you remember that most famous verse in the
Bible? “For God so loved the world that He gave His only begotten
Son…”? So is all of the world going to be saved? No.
Because the last half of the verse says, “For God so
loved the world, that He gave His only begotten Son, that whosoever
believeth in Him should not perish, but have everlasting life.”
Jadi
jika saya bertanya, apakah Yesus membayar utang dosa seluruh dunia? Apa jawaban
kalian? Yesus telah membayar untuk dosa-dosa seluruh dunia. Yesus telah
menjalani hidup bagi setiap orang yang pernah hidup di bumi. Dia telah merajut
jubah. Yesus telah menjalani kematian yang seharusnya dijalan setiap orang di
planet bumi. Yesus telah membayar utang semua manusia dengan penuh.
Ada
orang berkata, “Nah, kalau begitu, Pastor, semua orang akan diselamatkan, kan?”
Tidak,
Saudara-saudara. Kalian lihat, sekarang kita berbicara tentang pemberian dari
Injil, tetapi Alkitab berkata, agar kita bisa mendapatkan manfaat dari
pemberian Injil ini, kita harus mau mendapatkannya, atau kita harus mau
menerima pemberian itu. Apakah kalian ingat ayat yang kita baca dari Roma 6:23?
“Karena upah dosa ialah…” apa? “...ialah maut…”
Lihat, jika kita bekerja pada Tuan Dosa, Tuan Dosa berkata, “Nah, kamu berhak
mendapatkan upahmu. Upahmu ialah maut. Itu upahmu.” Kalian tahu, coba saya tanya, apakah saya
telah bekerja untuk mendapatkan upah itu? Tentu saja! Saya sudah bekerja bagi
Tuan Dosa, bukan?
Tetapi
perhatikan bagian akhir Roma 6:23, dikatakan, “…tetapi karunia Allah ialah
hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Dengan
kata lain kita menghamba pada Tuan Dosa, dan kita mendapatkan upah kita yaitu
maut. Tetapi keselamatan itu apa? Keselamatan itu pemberian. Apakah kalian
ingat ayat terkenal di Alkitab, “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal
itu…”? Jadi apakah
seluruh dunia diselamatkan? Tidak! Karena bagian akhir dari ayat ini
berkata, “…Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu
supaya setiap orang yang percaya dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal.”
Let me
illustrate what I mean. Let's suppose that there's a bank, we'll call
it the Bank of the Universe, and there's a super rich person, who just
happens to be Jesus Christ, who deposits enough money in that bank for
every person on Planet Earth to pay all of their debts: credit
cards, mortgage, auto payments, educational loans, you name it. He puts
enough money in there to pay every debt of every person on Planet
Earth. Is there enough money in the bank to pay for everyone's
release from debt? Absolutely!
But there's only one condition: you have to come to the bank, and you have to withdraw the money. Let me ask you, If you don't come to withdraw the money, are you still in debt? Yes, you are. When Jesus died, He deposited enough spiritual money, if you please, in the Bank of the Universe to save every human being. He paid for everyone; everyone's debt. But the Bible says that we must come, and we must claim the payment that He made.
But there's only one condition: you have to come to the bank, and you have to withdraw the money. Let me ask you, If you don't come to withdraw the money, are you still in debt? Yes, you are. When Jesus died, He deposited enough spiritual money, if you please, in the Bank of the Universe to save every human being. He paid for everyone; everyone's debt. But the Bible says that we must come, and we must claim the payment that He made.
Izinkan
saya mengilustrasikan apa maksud saya. Kita misalkan ada sebuah bank, kita
sebut itu Bank Alam Semesta, dan ada seseorang yang amat kaya raya, yang
katakanlah itu Yesus Kristus, yang telah memasukkan cukup banyak uang di bank
tersebut bagi setiap manusia di planet bumi untuk membayar semua utang mereka:
kartu kredit, hipotek, pembayaran berkala, kredit pendidikan, apa saja. Dia
memasukkan cukup uang di sana untuk membayar setiap utang setiap manusia di
planet bumi. Apakah ada cukup uang di dalam bank itu untuk membayar dan
membebaskan setiap orang dari utang? Betul sekali! Tetapi hanya ada satu
syaratnya: orang itu harus datang ke
bank itu, dan dia harus menarik uang tersebut. Coba saya tanya, jika kita tidak
datang untuk menarik uang itu, apakah kita masih terlibat utang? Ya, betul.
Ketika Yesus mati, Dia telah memasukkan cukup uang spiritual, katakanlah
demikian, dalam Bank Alam Semesta itu untuk menyelamatkan setiap manusia. Dia
telah membayar bagi semua orang, bagi utang semua orang. Tetapi Alkitab berkata
bahwa kita harus datang dan kita harus mengklaim pembayaran yang telah dibuat
Yesus.
Let me
give you another little illustration. You know, I don't know about you
husbands, but on Mother's Day I get a gift for my wife. I don't do
it because I have to, but because I like to do it. You know, it's not
because we're supposed to do it. It's because we love our wives. So,
you know, I go out and I buy my wife a $100.00 gift certificate to a
certain store. I don't want to give any free advertising here. And
the morning when the time comes to give her the gift, the morning of her
birthday, I give her the gift and she opens it. She says, “Wow!
Thank you! I love this gift.” Let me ask you, how much did that gift cost
her? How much did she pay for that gift? Nothing, it's free, but
did it cost? The giver pays; the receiver gets it free. But let me
ask you this, suppose my wife didn't like the gift that I bought.
Would she have the option to say, “You cheapskate! That's not the gift
that I wanted.” Would she have the option to reject the gift? Of
course! Would the gift benefit her then? Absolutely not.
You
see, Jesus bought the gift of salvation by living our life, and by dying
our death. But the only way that we can benefit is by receiving the
gift that He purchased. That's why people are going to be lost,
because they're going to reject the gift. That's incredible! It's
unbelievable! Why would people reject the gift of everlasting life
when it's free? Don't people love freebies? Absolutely!
Coba
saya beri ilustrasi singkat yang lain. Entah bagaimana dengan para suami di
sini, tetapi pada Hari Ibu, saya memberi istri saya suatu pemberian. Saya tidak
melakukannya karena saya harus, tetapi karena saya mau melakukannya. Kalian
tahu, itu bukan karena kita diwajibkan melakukannya tetapi itu karena kita
mencintai istri kita. Maka, saya keluar dan membelikan istri saya selembar
voucher senilai $100 dari sebuah toko tertentu (saya tidak mau mengiklankan sesuatu di sini).
Dan ketika tiba saatnya untuk menyerahkan pemberian itu, pada ulangtahunnya
(Stephen Bohr lupa tadi bilangnya Hari Ibu, hehehe), saya berikan pemberian itu
kepadanya dan dia membukanya. Dia berkata, “Wow! Terima kasih! Saya suka
pemberian ini!” Coba saya tanya, berapa banyak uang yang harus dikeluarkannya
untuk mendapat pemberian itu? Berapa yang dibayarnya untuk pemberian itu? Nihil,
pemberian itu gratis. Tetapi apakah pemberian itu ada harganya? Si pemberi yang
harus membayar untuk itu, si penerima mendapatkannya gratis. Tapi coba saya tanya, andaikan istri saya tidak
menyukai pemberian yang saya beli, apakah dia punya kebebasan untuk berkata,
“Si Pelit! Ini bukan pemberian yang aku inginkan!” Apakah istri saya punya opsi
untuk menolak pemberian itu? Tentu saja! Kalau begitu apakah pemberian itu
bermanfaat baginya? Tentu saja tidak.
Kalian
lihat, Yesus membelikan pemberian keselamatan dengan menjalani kehidupan kita
dan menjalani kematian kita. Tetapi satu-satunya jalan kita bisa menikmati
manfaatnya ialah dengan menerima pemberian yang telah dibeliNya. Itulah
sebabnya mengapa banyak orang akan binasa karena mereka akan menolak pemberian
itu. Itu luar biasa! Itu ajaib! Mengapa orang menolak pemberian hidup kekal
padahal itu gratis? Apakah orang tidak suka gratisan? Tentu!
Now
allow me to read you some statements in the Bible that show that there are
conditions for being saved. Even though Jesus paid for all of the
sins, and lived the life for every human being, we must receive it; we
must accept it. And we must receive it and accept it
· by repenting,
· by confessing our sins,
· by believing and trusting in Jesus,
·
and by being baptized
according to
Scripture. Those are the conditions for receiving the robe.
Sekarang,
izinkan saya membacakan beberapa pernyataan dari Alkitab yang menunjukkan bahwa
untuk diselamatkan ada
persyaratan-persyaratannya. Walaupun Yesus telah membayar untuk
semua dosa, dan menjalankann kehidupan bagi setiap manusia, kita masih harus
menerimanya. Dan kita harus menerimanya dengan:
· menyesali dan
· mengakui dosa-dosa kita,
· percaya dan berserah dalam Yesus,
·
dan
dengan dibaptiskan
menurut
Kitab Suci. Itulah persyaratan untuk menerima jubah itu.
See,
Jesus already has the robe. Jesus wove the robe when He lived a perfect
life. Jesus wove the robe when He died our death on the cross. The
robe is sitting there in the closet. And Jesus is just waiting for us to
come, and say to Jesus, “Jesus, I'm
sorry for my sins. I repent and I confess my sins,” and I say,
“Please give me Your robe.” That's trusting in Him. That's having
faith in Him. And then Jesus says, “Okay, here, take the robe.” And
He covers you with His robe. He covers your nakedness. Is that good
news? It's wonderful news!
Lihat,
Yesus sudah menyediakan jubahnya. Yesus sudah merajut jubah itu ketika Dia
menjalani kehidupan yang sempurna. Yesus merajut jubah ketika Dia menjalani
kematian kita di atas salib. Jubah itu sudah siap di dalam lemari. Dan Yesus
sedang menunggu kita datang dan berkata kepadaNya, “Yesus, aku menyesali
dosa-dosaku. Aku bertobat dan aku akui dosa-dosaku,” dan kita berkata, “Mohon
berikan jubahMu kepadaku.” Inilah percaya dalam Dia. Ini namanya beriman
padaNya. Lalu Yesus berkata, “Oke, ini ambillah jubahnya.” Dan dia menutupi
kita dengan jubahNYa. Dia menutupi ketelanjangan kita. Bukankah itu kabar baik?
Itu kabar yang luar biasa!
Notice several texts. This is Acts 2:38. This is
about claiming the gospel gift. “Then Peter said to them, ‘Repent!...” What did he say? “… ‘Repent!..” Notice the condition. “… ‘Repent! And let every one of you
be…” what? “…baptized in the name
of Jesus Christ for the remission of sins…” The
word remission means forgiveness. Let me ask you, Are there conditions for
the remission or forgiveness of sins? Absolutely! It says, “…Repent! And… be baptized… for the remission
of sins and ye shall receive the gift of the Holy Spirit.’”
Notice Acts 5:30, 31, it says: “The God of our fathers raised up Jesus whom you murdered by hanging on a tree. Him, God has exalted to His right hand, to be Prince and Savior…” now notice this: “…to give repentance to Israel and forgiveness of sins.”
Notice Acts 5:30, 31, it says: “The God of our fathers raised up Jesus whom you murdered by hanging on a tree. Him, God has exalted to His right hand, to be Prince and Savior…” now notice this: “…to give repentance to Israel and forgiveness of sins.”
Why did Jesus ascend to
the right hand of God? So that He could give what? So that He could
give repentance and forgiveness of sins.
Perhatikan beberapa
ayat. Ini Kisah 2:38, ini tentang mengklaim pemberian Injil. “38 Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah…” apa
katanya?
“…’Bertobatlah!...” perhatikan persyaratannya, “…‘Bertobatlah! dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu…” apa? “…dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu…” Kata pengampunan sama dengan remisi.
Coba saya tanya, apakah ada persyaratan untuk mendapatkan remisi atau
pengampunan dosa? Tentu saja! Dikatakan, “…‘Bertobatlah! dan … dibaptis … untuk
pengampunan dosamu maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”
Perhatikan Kisah
5:30-31, dikatakan, “30 Allah nenek
moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu bunuh
dengan digantung pada kayu salib 31 Dialah yang telah ditinggikan
oleh Allah sendiri ke tangan kanan-Nya
menjadi Pangeran dan Juruselamat …” sekarang perhatikan ini, “…untuk memberikan pertobatan kepada
Israel dan pengampunan dosa.” Mengapa Yesus naik ke tangan kanan
Allah? Supaya Dia bisa memberikan apa? Supaya Dia bisa memberikan pertobatan
dan pengampunan dosa
Let me
ask you, were everyone's sins forgiven on the cross of Calvary?
No, the
payment was made on the cross of Calvary. The deposit was made in the
bank, but when we repent, and we confess, and we are baptized, at
that moment Jesus takes the payment and credits it to my account. In
other words, His righteousness is imputed to me.
Coba
saya tanya, apakah dosa semua orang diampuni di salib Kalvari?
Tidak.
Pembayarannya telah dilunasi di salib Kalvari. Depositonya telah disetorkan ke
bank, tetapi saat kita menyesali dosa-dosa kita, dan kita mengakuinya, dan kita
dibaptiskan, pada saat itulah Yesus
mengambil pembayaran itu dan dimasukkan ke rekening kita. Dengan kata lain,
kebenaranNya diperhitungkan sebagai milik kita.
Now I
want you to notice Acts 10:43, the same idea. It says, “To Him…,” that is to Jesus.
“…all the prophets
witness that, through His name, whoever…” now notice this, “…whoever believes in Him
will receive remission of sins.”
What is
the condition for receiving the remission or forgiveness of sins?
believing, or trusting in Him.
Sekarang
saya mau kalian perhatikan Kisah 10:43, konsep yang sama. Dikatakan, “Tentang Dialah…” yaitu
tentang Yesus, “…semua
nabi bersaksi, bahwa barangsiapa…” sekarang
perhatikan ini, “…percaya di dalam
DIa, melalui namaNya ia akan mendapat
pengampunan dosa"
Jadi
apa syaratnya menerima remisi atau pengampunan dosa? Percaya di dalam Dia atau
mempercayaiNya.
Notice
Hebrews 7:25. This thought comes through time and time again. We
must claim the gospel gift. It's not enough for Jesus to have woven the
robe. It's not enough for Jesus to have lived this perfect life,
and paid death for all of humanity. It's necessary to accept what Jesus
did.
Notice
Hebrews 7:25, “Therefore He is also able
to save to the uttermost...”
Notice who He is able to save, “…He is able to save to the uttermost those who come to God through Him...” Must we come to God? Absolutely! “...those who come to God through Him, since He always lives to make intercession for them.” That is intercession for those who come to God through Him.
Notice who He is able to save, “…He is able to save to the uttermost those who come to God through Him...” Must we come to God? Absolutely! “...those who come to God through Him, since He always lives to make intercession for them.” That is intercession for those who come to God through Him.
Perhatikan
Ibrani 7:25. Konsep yang sama ini muncul berkali-kali. Kita harus mengklaim
pemberian dari Injil. Tidak cukup Yesus telah merajut jubahnya,
tidak cukup Yesus telah menjalani kehidupanNya yang sempurna dan melunasi
kematian buat semua manusia. Manusia harus menerima apa yang dilakukan Yesus.
Perhatikan
Ibrani 7:25, “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan
sempurna…” Perhatikan siapa saya
yang bisa diselamatkan olehNya, “…Ia sanggup juga
menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia…”
haruskah kita datang
kepada Allah? Harus! “…semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia, sebab Ia hidup senantiasa untuk melakukan perantaraan bagi mereka…”
yaitu perantaraan bagi mereka yang datang kepada Allah melalui Dia.
Notice
1 John 1:9. There's so many verses in the New Testament that speak
about claiming the gospel gift. 1 John 1:9 says: “If we confess our sins,...” notice
“if”; conditional. “…If we confess our
sins He is faithful and just to forgive us our sins, and to cleanse us
from all unrighteousness.” Is forgiveness
conditional? The Bible states that forgiveness is conditional. It is conditioned
upon what? confessing our sins; repenting from sin.
So when
a preacher gets up and says, “Only believe in Jesus and you'll be saved”,
that's not technically true, because the Bible says even the devils
believe and tremble.
There
has to be contrite repentance. There has to be a confession of sin.
There has to be, according to the Bible, baptism into Christ. Now do you
know what's interesting? When we repent, and when we confess our
sins, and when we have faith in Jesus and are baptized, at that
very moment Jesus puts on us His spiritual robe of righteousness, and He
covers our spiritual nakedness.
You
say, Where does the Bible say that? Notice Galatians 3:26, 27, here the apostle Paul says: “For you are all sons of God through faith in Christ Jesus. For
as many of you as were baptized into
Christ have…” what? “…have put on Christ.”
When is
it that we're garbed with Christ? When we are baptized. But in order
to be baptized, we have to repent. And when we repent we confess.
And when we confess we claim the righteousness of Christ. We believe in
Him, we trust in Him, and then we take the step of baptism. And in
baptism we're told by the apostle Paul that we put on Jesus Christ, and so
we are no longer spiritually naked. We are clothed with a robe of Christ's
perfect righteousness.
Perhatikan
1 Yohanes 1:9. Ada begitu banyak ayat di Perjanjian Baru yang berbicara tentang
mengklaim pemberian dari Injil ini. 1 Yohanes 1:9 berkata, “Jika kita mengaku dosa kita,
maka Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan.”
Apakah pengampunan itu bersyarat?
Alkitab berkata pengampuan itu
bersyarat. Apa syaratnya? Mengakui dosa kita, menyesalinya.
Jadi bila ada pendeta berdiri dan
berkata, “Cukup hanya mempercayai Yesus maka kamu akan selamat”, secara teknis
itu tidak tepat. Karena Alkitab berkata bahkan Iblis pun percaya dan gemetar.
Jadi harus ada pertobatan yang sungguh-sungguh, harus ada pengakuan dosa.
Menurut Alkitab, harus ada pembaptisan dalam Kristus. Nah, tahukah kalian apa
yang menarik? Ketika kita
menyesal dan mengakui dosa-dosa kita, dan ketika kita memiliki iman dalam Yesus
dan dibaptiskan, pada saat itu juga Yesus mengenakan jubah kebenaran
spiritualNya pada kita dan Dia menutupi ketelanjangan spiritual kita.
Kalian
berkata, di mana di Alkitab dikatakan demikian?
Perhatikan
Galatia 3:26-27, di sini rasul Paulus berkata, “26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus. 27 Karena
seberapa banyak dari kamu yang dibaptis ke dalam Kristus, telah…” apa? “…telah mengenakan Kristus.”
Kapan
kita diberi jubah Kristus? Pada saat kita dibaptis. Tetapi agar boleh dibaptis,
kita harus menyesali dosa-dosa kita, dan ketika kita menyesal, kita mengakuinya.
Dan ketika kita mengakuinya, kita mengklaim kebenaran Kristus. Kita percaya
dalam Kristus, kita mempercayai Kristus, barulah kita mengambil langkah untuk
dibaptis. Dan kita diberitahu oleh rasul Paulus, bahwa di dalam baptisan kita
mengenakan jubah Yesus Kristus, dan secara spiritual kita tidak lagi telanjang.
Kita sudah dipakaikan jubah kebenaran Kristus yang sempurna.
Not
many Christians are willing to reach up to this point. They say, “Okay, I
understand that the gospel plan was everlasting. I understand that
God announced the gospel plan to Adam and Eve. I understand that the
gospel plan was foreshadowed in the Old Testament sacrificial
system. I understand that Jesus came and He lived the life we
should live. He died the death that we should die. And I'm willing
to believe also that it's necessary to repent, and to confess our sin,
and to believe in Jesus, to trust in Him, and in this way to be baptized
and receive His robe of righteousness.”
But most Christians stop there.
Tidak
banyak orang Kristen yang bersedia mencapai titik ini. Mereka berkata, “Oke,
saya paham bahwa rancangan Injil itu kekal. Saya paham Allah menyampaikan
rancangan Injil itu kepada Adam dan Hawa. Saya paham bahwa rancangan Injil itu
telah dijadikan lambang dalam sistem upacara kurban di Perjanjian Lama. Saya
paham bahwa Yesus sudah datang dan Dia menjalani kehidupan yang seharusnya kita
jalani, Dia menjalani kematian yang
seharusnya kita jalani. Dan saya bersedia meyakini juga bahwa memang kita harus
menyesal dan mengakui dosa kita dan percaya di dalam Yesus dan mempercayaiNya
dan dengan jalan ini dibaptiskan dan menerima jubah kebenaranNya.” Tetapi
kebanyakan orang Kristen berhenti sampai di sini.
But now
I want to talk about another dimension of the gospel. It's what I call “gospel
fruit.” Very few Christians talk about gospel fruit.
Now you
say, what do you mean by gospel fruit?
Listen
folks, when
we truly repent, and we truly confess our sins, and we truly trust
in the merits of Jesus, and we are baptized, and our old man or woman is
buried in the waters, and we truly come forth to a new life, our
lifestyle changes. And if our lifestyle does not change, it's
because we have not had the experience.
Tetapi
sekarang saya mau berbicara tentang suatu dimensi yang lain dari Injil, yang
saya sebut “Buah Injil”.
Sangat sedikit orang Kristen
berbicara tentang buah Injil.
Nah,
kalian berkata, apa maksudnya buah Injil?
Dengar,
Saudara-saudara, ketika kita
sungguh-sungguh menyesal, dan kita sungguh-sungguh mengakui
dosa-dosa kita, dan kita sungguh-sungguh mempercayai jasa-jasa Yesus dan kita
dibaptiskan, dan orang lama kita dikuburkan di dalam air (baptisan) dan kita
benar-benar bangkit kepada suatu hidup yang baru, maka pola hidup kita berubah. Dan jika
pola hidup kita tidak berubah, itu karena kita belum mengalami pengalaman itu.
Let me
tell you, the gospel fruit demands that when we have received the
righteousness of Christ, the robe of Christ's righteousness:
· we talk differently,
· we eat differently,
· we use our time differently,
· we watch different things,
· we listen to different things than we used to,
· we use our money differently,
· we treat other people differently.
In other words there's a
transformation or change in the life. We are not saved by the transformed
life, but the transformed life is the fruit of true conversion.
Saya
beritahu, buah Injil menuntut bahwa pada saat kita menerima kebenaran Kristus,
jubah kebenaran Kristus:
· Apa yang kita bicarakan, berbeda,
· apa yang kita makan berbeda,
· cara kita memakai waktu kita berbeda,
· apa yang kita tonton, berbeda,
· apa yang kita dengar berbeda dengan
sebelumnya,
· cara kita memakai uang kita, berbeda,
· cara kita memperlakukan orang lain,
berbeda.
Dengan
kata lain, ada transformasi atau perubahan dalam hidup. Kita tidak diselamatkan oleh hidup yang berubah, tetapi
hidup yang berubah adalah buah dari pertobatan yang sejati.
Jesus
said that whoever is attached to Him bears much fruit, gospel
fruit. And if you don't have gospel fruit, it's because you don't
really have the experience of the gospel in your life. You don't
really have the righteousness of Jesus Christ.
Many
Christians emphasize just, “Oh yeah, when I received Jesus He takes His
righteousness and He puts it on my account, and He looks at me as if I'd
never sinned.” And that's true if repentance is true, if confession of
sin is true, and if I'm truly trusting in Jesus Christ. You see,
salvation is not an easy way to get off the hook. It's not, “He paid so
that I don't have to pay.”
Yesus
berkata barangsiapa yang melekat padaNya, akan menghasilkan banyak buah, buah
Injil. Dan jika kita tidak
memiliki buah Injil, itu karena kita tidak benar-benar memiliki
pengalaman Injil itu dalam hidup kita, berarti kita tidak benar-benar memiliki kebenaran Yesus Kristus.
Banyak
orang Kristen menekankan hanya pada, “Oh, yah, ketika saya menerima Yesus, Dia
memberikan kebenaranNya dan Dia memperhitungkannya sebagai milik saya, dan Dia
menganggap seolah-olah saya tidak pernah berbuat dosa.” Dan memang itu benar
jika pertobatannya benar, jika pengakuan dosanya benar, dan jika saya
benar-benar mempercayai Yesus Kristus. Kalian lihat, keselamatan bukanlah cara
murah untuk meloloskan diri dari tanggung jawab. Keselamatan itu bukan “Karena
Yesus telah membayarnya maka saya tidak usah membayar.”
By the
way, have you noticed that the first angel's message actually calls for
a change in the life? I don't know whether you noticed, you know,
most people end their reading at verse 6, but let's read verse 7.
Let me ask you, Does the gospel make demands upon us? It
most certainly does. Let's read Revelation 14:6, 7 once again. “Then I saw another angel flying in the midst of heaven,
having the everlasting gospel to preach to those who dwell on the earth;
to every nation, tribe, tongue, and people.” And
many people stop right there. But I want you to notice what the
everlasting gospel commands people to do. There's three imperatives
here for those who receive the everlasting gospel. Notice verse 7.
What does the first angel say? the angel that brings the everlasting
gospel?
“7 Saying with a loud
voice, ‘Fear God…” That's our next topic of
study. “… ‘Fear God and give
glory to Him; for the hour of His judgment has come: and worship Him that made
heaven, and earth, the sea, and springs
of water.”
Let me
ask you, does the gospel make demands upon us? It most certainly
does. A person who has received the everlasting gospel in every
nation, tribe, tongue and people:
·
fears God.
And most people don't know what it means to fear God.
· They give glory to God. What
does that mean? Well, we're going to study that phrase.
·
They're supposed to worship the Creator. In other words, their worship styles will change when
they receive the everlasting gospel.
You
see, Jesus, through His gospel, not only guarantees great benefits and
privileges, but He also gives us great obligations and responsibilities
when we receive the gospel.
Nah, apa kalian lihat
bahwa pekabaran malaikat pertama
sebenarnya menyerukan suatu perubahan dalam hidup? Entah apa
kalian melihatnya, tetapi kebanyakan orang menyudahi pembacaan mereka pada ayat
6. Tetapi marilah kita baca ayat 7. Coba saya tanya, apakah Injil mengajukan tuntutan kepada kita?
Tentu saja. Mari kita baca Wahyu 14:6-7 sekali lagi. “6 Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah
langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang
diam di atas bumi, kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum,…” dan banyak orang berhenti di sini.
Tetapi saya mau kalian perhatikan apa yang diperintahkan Injil yang Kekal
supaya dilakukan manusia. Ada tiga perintah di sini bagi mereka yang menerima
Injil yang Kekal ini. Perhatikan ayat 7 apa yang dikatakan malaikat yang
pertama yang menyampaikan Injil yang Kekal, “…7 dan ia berseru dengan suara
nyaring: ‘Takutlah akan Allah…” ini adalah topik berikutnya yang akan
kita pelajari, “…
‘Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba jam penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit
dan bumi dan laut dan semua mata air.’"
Coba
saya tanya, apakah Injil mengajukan tuntutan kepada kita? Betul sekali.
Orang yang telah menerima Injil yang
Kekal dari setiap bangsa,
suku, bahasa dan kaum, itu:
·
takut akan Allah. Dan kebanyakan orang tidak tahu apa
yang dimaksud dengan takut akan Allah.
· Mereka memuliakan
Allah. Apa maksudnya? Nah,
kita akan mempelajari ungkapan ini.
·
Mereka harus menyembah Sang Pencipta. Dengan kata lain, cara mereka
menyembah akan berubah ketika mereka menerima Injil yang Kekal.
Kalian
lihat, melalui InjilNya, Yesus tidak saja menjamin manfaat-manfaat dan hak-hak
istimewa yang luar biasa, tetapi Dia juga memberi kita tugas dan kewajiban yang
luar biasa bila kita mau menerima Injil.
Notice
Titus 2:11-14, still speaking about gospel fruit; the change in the life
when we have the real deal; when we have the real gospel embrace us;
when there's true repentance, when there's true confession of sin; when
we have faith and trust in Jesus; and when we're baptized and we bury the
old man, and resurrect to newness of life. Notice what happens.
Titus
2: 11-14, listen to this: “11 For the grace of God…” lots of people love to talk about grace, “…For the grace of God that brings salvation
hath appeared to all men,…” What has appeared to all men? the grace of God. Now what I
want you to notice is that the grace of God teaches us something.
See, when you have God's grace, which is the gospel, the grace teaches us
something. What does it teach us? Listen, verse 12, “…12 Teaching us…” see, the gospel teaches us something; grace teaches us
something, “…teaching us that, denying ungodliness and
worldly lusts, we should live soberly, righteously, and godly, in this present
age; 13 Looking for that blessed hope, and the glorious appearing of
our great God and our Savior Jesus Christ;
14 Who gave Himself for us,…” Now why
did He give Himself for us? so that we can continue living the same old
life that we were living before? Absolutely not! Notice: “…Who gave Himself for us that He might
redeem us from every lawless deed, and purify for Himself His own special
people, zealous for good works.”
Did
Jesus redeem us for good works? Did grace manifest itself for good
works? Did grace teach us that we need to renounce the world, and
worldly lusts? Absolutely.
So
grace does not mean that you can continue sinning. If you've had true
grace grasp your life, you're going to have a change in your lifestyle:
gospel fruit.
Perhatikan
Titus 2:11-14, masih berbicara tentang buah Injil; perubahan dalam hidup jika
kita membuat transaksi yang benar; jika kita benar-benar menerima Injil; jika
ada pertobatan yang tulen, jika ada pengakuan dosa yang tulen; jika kita
memiliki iman dan mempercayai Yesus; dan jika kita dibaptis dan kita kuburkan
orang lama kita dan kita bangkit kepada kehidupan yang baru. Perhatikan apa
yang terjadi. Titus 2:11-14, dengarkan ini, “11 Karena kasih karunia Allah…” banyak
orang suka berbicara tentang kasih karunia, “…Karena kasih karunia Allah yang memberikan
keselamatan sudah menyatakan dirinya kepada
semua manusia…” apa yang telah menyatakan dirinya kepada semua
manusia? Kasih karunia Allah. Nah, sekarang yang saya ingin kalian simak ialah,
kasih karunia Allah ini mengajarkan sesuatu kepada kita. Lihat, bila kita
memiliki kasih karunia Allah, yaitu Injil, kasih karunia itu mengajarkan
sesuatu kepada kita. Apa yang diajarkan kepada kita? Dengarkan, “…12 Ia mendidik kita supaya kita
meninggalkan kefasikan dan nafsu-nafsu
duniawi, dan supaya kita hidup dengan kesadaran
penuh, benar dan saleh di masa sekarang ini, 13
sambil menantikan penggenapan harapan kita dan
kedatangan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus dalam kemuliaan, 14 yang telah
menyerahkan Diri-Nya bagi kita…” Nah,
mengapa Dia menyerahkan DiriNya bagi kita? Supaya kita bisa tetap menjalani
kehidupan kita yang lama seperti sediakala? Sama sekali tidak! Perhatikan, “…yang telah menyerahkan Dirinya bagi kita untuk
menebus kita dari segala perbuatan yang melanggar hukum dan untuk
menguduskan bagi Diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat
baik.”
Apakah
Yesus menebus kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik? Apakah kasih
karunia memanifestasikan dirinya untuk perbuatan-perbuatan baik? Apakah kasih
karunia mengajar kita bahwa kita perlu menolak dunia dan semua nafsu duniawi?
Tentu saja. Jadi kasih karunia tidak berarti kita boleh terus berlanjut
melakukan dosa. Jika kita memiliki kasih karunia yang tulen menguasai hidup
kita, pola hidup kita akan berubah: itulah buah Injil.
You
know, some people love to read from Ephesians 2:8-10 where the apostle
Paul says, “For by grace you have been saved through faith…” See we're saved by grace
through faith; “…and that not of
yourselves: it is the gift of God.”
See, grace is the gift of God: “…not of works, lest
anyone should boast.” So they say,
See, we don't have to do any works, because it says it's all of
grace. The problem is they don't read verse 10. See, they stop at
verse 9. A text out of context is a pretext for teaching error.
Notice what we find in verse 10, the very next verse. “…For we are His workmanship, created in Christ Jesus...” See, when you receive Jesus, you're a new creation,
right? The apostle Paul says, in 2 Corinthians 5:17 that those who
are in Christ are a new creation. You're new because you're not in
yourself anymore; you're in Him! And so it says, “For we are His workmanship, created in Christ Jesus...” to continue living like the Devil. No! It says: “…created in Christ Jesus for good works, which God
prepared beforehand that we should walk in them. “ Did God prepare good works for us when we're truly
converted? When we're born into Christ, when we're a new creation,
are there good works in our life? Yes! But the works are not produced by us, they
are produced as a loving response to Him.
Kalian
tahu, ada orang yang suka membaca dari Efesus 2:8-10 di mana Rasul Paulus
berkata, “8 Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui
iman…” lihat, kita diselamatkan oleh kasih
karunia melalui iman, “…dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah,…”
lihat, kasih karunia
itu pemberian Allah, “…9 itu bukan hasil pekerjaanmu:
jangan ada orang yang memegahkan dirinya….” Jadi
mereka berkata, Lihat, kita tidak usah melakukan perbuatan apa pun, karena di
sini dikatakan semuanya diselesaikan oleh kasih karunia. Masalahnya, mereka
tidak membaca ayat 10. Lihat, mereka berhenti di ayat 9. Ayat yang dikeluarkan
dari konteksnya adalah alasan yang diciptakan untuk mengajarkan yang salah.
Perhatikan apa yang kita temui di ayat 10, ayat berikutnya, “…10 Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus…” lihat, jika kita menerima Yesus, kita
menjadi ciptaan baru, betul? Rasul Paulus berkata di 2 Korintus 5:17 bahwa
mereka yang berada dalam Kristus adalah ciptaan baru. Kita menjadi baru, karena
kita tidak berada dalam diri kita sendiri lalgi, kita berada di dalam Kristus!
Jadi dikatakan, “…Karena kita ini buatan Allah, diciptakan
dalam Kristus Yesus…” untuk melanjutkan hidup kita seperti
Iblis. Tidak! Dikatakan, “…diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan perbuatan baik, yang dipersiapkan
Allah sebelumnya agar kita harus berjalan di dalamnya.”
Apakah
Allah mempersiapkan perbuatan-perbuatan yang baik untuk kita lakukan bila kita
sungguh-sungguh diubahkan? Bila kita dilahirkan dalam Kristus, bila kita
menjadi ciptaan baru, apakah ada perbuatan-perbuatan yang baik dalam hidup
kita? Ya! Tetapi perbuatan-perbuatan itu
tidak dihasilkan oleh kita, mereka dihasilkan sebagai respon kepadaNya.
Now go
with me to James 2, and I'm going to read verses 14-24, because people
love to talk about faith. And it's good to talk about faith;
it's good to talk about grace, as long as faith and grace lead to
something that God expects from us. Then the experience of salvation is
genuine and real.
James
2:14, “What does it profit, my brethren, if someone says he has
faith, but does not have works?...”
Notice, he doesn't have faith. He says he has faith, but he doesn't have
works. “…Can faith save him…”?
Literally the Greek says, “Can such a faith save him? Can a workless
faith save you? “…If a brother or
sister is naked, and destitute of daily food, and one of you says to
them, ‘Depart in peace, be warmed and filled’, but you do not give them
the things which are needed for the body; what does it profit?...” In other words, if you don't change your way of looking
at people, and treating people, and you say you have a lot of faith,
I mean do you really have faith? Notice what it continues saying in verse
17. “…Thus also, faith by itself...”
Christians love to say, “Faith alone, faith alone!” But really the Bible teaches faith alone, but it has to be a faith that works. That's the only true kind of faith. “…Thus also faith by itself, if it does not have works is dead…” Can a dead faith save you? No. “…But someone will say, ‘You have faith, and I have works...” And so James says, “…Show me your faith without your works, and I will show you my faith by my works...” Verse 19: “…You believe that there is one God; you do well: even the demons believe, and tremble…” Do you think the Devil believes that Jesus died on the cross? Do you think the Devil knows that Jesus resurrected? Do you think the Devil believes Jesus is coming again? Of course he does. So if that's all you believe in your brain, excuse me for saying it, you're not any better than the Devil. That's what James is saying. Notice once again verse 20. “But do you want to know, O foolish man, that faith without works is dead? Was not Abraham our father justified by works?...” Wow! This, some people say, it contradicts the Bible, because Paul says that we're saved by faith, without works of the law. And here James says, “…Was not Abraham our father justified by works, when he offered Isaac his son on the altar? Do you see that his faith was working together with his works?...” See, it's a package deal. “…And by works faith was made perfect...” In other words, faith alone is imperfect. “…And the Scripture was fulfilled which says, Abraham believed God…” that is he trusted God, “…and it was accounted to him for righteousness, and he was called the friend of God. You see then that man is justified by works and not by faith only.” You say, what does James mean here? Is he contradicting Paul? No.
Christians love to say, “Faith alone, faith alone!” But really the Bible teaches faith alone, but it has to be a faith that works. That's the only true kind of faith. “…Thus also faith by itself, if it does not have works is dead…” Can a dead faith save you? No. “…But someone will say, ‘You have faith, and I have works...” And so James says, “…Show me your faith without your works, and I will show you my faith by my works...” Verse 19: “…You believe that there is one God; you do well: even the demons believe, and tremble…” Do you think the Devil believes that Jesus died on the cross? Do you think the Devil knows that Jesus resurrected? Do you think the Devil believes Jesus is coming again? Of course he does. So if that's all you believe in your brain, excuse me for saying it, you're not any better than the Devil. That's what James is saying. Notice once again verse 20. “But do you want to know, O foolish man, that faith without works is dead? Was not Abraham our father justified by works?...” Wow! This, some people say, it contradicts the Bible, because Paul says that we're saved by faith, without works of the law. And here James says, “…Was not Abraham our father justified by works, when he offered Isaac his son on the altar? Do you see that his faith was working together with his works?...” See, it's a package deal. “…And by works faith was made perfect...” In other words, faith alone is imperfect. “…And the Scripture was fulfilled which says, Abraham believed God…” that is he trusted God, “…and it was accounted to him for righteousness, and he was called the friend of God. You see then that man is justified by works and not by faith only.” You say, what does James mean here? Is he contradicting Paul? No.
Nah,
marilah bersama saya ke Yakobus pasal 2 dan saya akan membacakan ayat 14-24
karena orang suka berbicara tentang iman. Dan memang bagus berbicara tentang
iman, bagus berbicara tentang kasih karunia, asalkan iman dan kasih karunia
membawa kita kepada apa yang diharapkan Allah dari kita. Barulah pengalaman
keselamatan itu nyata dan sejati.
Yakobus
2:14, “14 Apakah gunanya, saudara-saudaraku,
jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai
perbuatan?...” perhatikan, orang ini
tidak mempunyai iman, dia hanya berkata
bahwa dia mempunyai iman, tetapi dia tidak mempunyai perbuatan. “…Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?...” sebenarnya yang tertulis dalam bahasa Greeka ialah, “dapatkah iman yang seperti itu menyelamatkan dia?” Bisakah
iman yang tidak disertai perbuatan menyelamatkan kita? “…15 Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai
pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, 16 dan seorang dari
antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai
kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya,
apakah gunanya itu?...” dengan
kata lain jika kita tidak mengubah cara kita memandang orang lain, dan cara
kita memperlakukan orang lain, dan kita mengaku punya iman besar, apa memang
benar kita punya iman? Perhatikan apa yang dikatakan selanjutnya di ayat 17, “…17 Demikian
juga halnya dengan iman yang berdiri sendiri…” orang
Kristen suka berkata, “Hanya dengan
iman! Hanya dengan iman” dan memang benar Alkitab mengajarkan “hanya dengan
iman” tetapi itu haruslah iman
yang berbuat. Hanya itu jenis iman yang sejati. “…Demikian pulalah iman yang berdiri sendiri, jika iman itu tidak
disertai perbuatan, maka iman itu mati…” bisakah
iman yang mati menyelamatkan? Tidak. “…18 Tetapi orang akan berkata:
‘Kamu punya iman dan aku punya perbuatan’…” maka
Yakobus berkata, “…aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah
kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku
dari perbuatan-perbuatanku.’…” Ayat
19, “…19 Engkau percaya, bahwa hanya ada
satu Allah saja, itu baik! Bahkan
setan-setan pun percaya akan hal itu dan mereka gemetar….” Menurut
kalian apakah Iblis percaya Yesus mati di salib? Menurut kalian apakah Iblis
tahu Yesus telah bangkit? Menurut kalian apakah Iblis percaya Yesus akan datang
kembali? Tentu dia percaya. Maka jika hanya itu yang kita percayai dengan otak
kita ~ maafkan saya harus mengatakannya ~ kita tidak lebih baik daripada Iblis.
Itulah yang dikatakan Yakobus. Perhatikan sekali lagi ayat 20, “…20 Hai manusia
yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah
iman yang kosong? 21 Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya…” Wow!
Beberapa orang akan berkata bahwa ini bertentangan dengan Alkitab, karena
Paulus mengatakan kita diselamatkan melalui iman tanpa melakukan Hukum Allah,
tapi di sini Yakobus berkata, “…Bukankah Abraham, bapa
kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya ketika ia mempersembahkan Ishak,
anaknya, di atas mezbah? 22 Apakah kamu
lihat, bahwa imannya bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya?…” lihat, ini satu paket, “…dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna….” Dengan kata lain, iman saja belum sempurna. “…23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan:
‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah…” artinya
Abraham mempercayai Allah, “…maka Allah memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat
Allah.’ 24 Jadi kamu lihat,
bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena
iman.” Kalian berkata, apa maksud Yakobus di sini? Apakah dia
mengkontradiksi Paulus? Tidak.
Let me
tell you what's going on.
· The apostle Paul, when he says that we're saved by faith
without works of law is explaining how we are saved.
· When James says that we're justified by works, what he's
saying is that works show if our faith is real.
In
other words, Paul is telling us how we are saved, whereas James tells us how a
saved person lives. Are you understanding me?
In
other words, one is talking about the route of salvation, and the other is
talking about the fruit of salvation.
Let me
ask you, If you look at it from one side, faith saves. Absolutely! Grace
through faith. But when you look at it from the other side you see the
works. You say, “Oh yeah, this guy had faith.” And so really there's no
contradiction in the Bible.
Akan saya jelaskan apa yang terjadi.
· Rasul
Paulus ketika mengatakan bahwa kita diselamatkan melalui iman tanpa perbuatan
menuruti Hukum itu menjelaskan bagaimana kita diselamatkan.
· Ketika
Yakobus berkata kita dibenarkan menurut perbuatan, dia mengatakan perbuatan
kita menunjukkan apakah iman kita itu benar.
Dengan kata lain, Paulus memberitahu kita bagaimana kita diselamatkan,
sedangkan Yakobus memberitahu kita bagaimana orang yang sudah diselamatkan
harus hidup. Apakah kalian memahami saya?
Dengan kata lain, yang satu berbicara tentang jalan keselamatan, dan yang
lain berbicara tentang buah keselamatan.
Coba saya tanya, jika kita memandangnya
dari satu sisi, iman menyelamatkan. Tentu! Kasih karunia melalui iman. Tetapi
bila kita memandangnya dari sisi yang lain, kita melihat perbuatan. Kalian
berkata, “Oh, iya, orang ini memiliki iman.” Maka sesungguhnya tidak
ada kontradiksi di Alkitab!
Now
lets talk about preaching the gospel before we close. The Bible says that
the gospel needs to be preached to the whole world as a witness to all
nations, and then the end will come. What gospel do we need to preach?
Just a gospel that Jesus died on the cross? You know, He wove a perfect
robe. And, you know, He died our death on the cross, and all that
you have to do is simply in your head believe that Jesus did that, and
you'll be saved, you and your house? No. The gospel that needs to be
preached, according to Revelation 14, is the gospel that goes
to every nation, kindred, tongue, and people. But it is the
gospel that says, Fear God; give glory to Him; the hour of His judgment
has come; and worship the Creator. In other words, it's a
complete package gospel: faith and works. It's a gospel
that not only is imputed to us, or credited to us, but a gospel that is
manifested also in the practical life. In other words, it's the gospel
of justification that produces in our lives a sanctified life.
Nah,
marilah kita berbicara tentang menyampaikan pekabaran Injil sebelum kita
akhiri. Alkitab berkata bahwa Injil harus disampaikan kepada seluruh dunia
sebagai suatu kesaksian, kepada semua bangsa, setelah itu kesudahan akan
datang. Injil apa yang harus kita
sampaikan? Hanya Injil bahwa Yesus telah mati di salib? Bahwa
Dia telah merajut jubah yang sempurna, dan bahwa Dia telah menjalani kematian
kita di atas salib, dan apa yang perlu kita lakukan hanyalah meyakini di dalam
kepala kita bahwa Yesus telah melakukan semua itu dan kita serta keluarga kita
akan diselamatkan? Tidak! Injil
yang perlu disampaikan menurut Wahyu pasal 14, Injil yang harus disampaikan
kepada setiap bangsa, suku, bahasa, dan kaum, adalah Injil yang berkata:
“Takutlah akan Allah dan
muliakanlah Dia, karena telah tiba jam penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang
telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air." Dengan kata lain, paket yang utuh: iman dan perbuatan.
Inilah Injil yang bukan hanya
diperhitungkan sebagai milik kita atau dikreditkan kepada kita, tetapi Injil
yang dimanifestasikan juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
kata lain, inilah Injil pembenaran
melalui iman yang menghasilkan dalam kita suatu hidup yang kudus.
Now the
final point that I want to talk about is the final gospel
celebration. And for this I want to read from Revelation 7:9-12.
Do you
know, the saved someday are going to sing a glorious song when we get to
heaven. And that song is going to give honor and glory to Jesus
Christ as the Lamb of God, who takes away the sin of the world.
And, by the way, at this time God's people are going to be clothed with a
literal robe of light again.
Now
notice the process: man was clothed with a literal robe of light.
It represented, it symbolized obedience to God's law. When man sinned the
literal robe of light disappeared, and man experienced physical
nakedness, which represented what? disobedience to God's law. When we
receive Jesus Christ our spiritual nakedness is covered by His spiritual
robe. But when He comes again He's going to complete the
process, and He's going to give us the literal robe of light which man had
originally.
Sekarang,
poin terakhir yang mau saya bicarakan ialah perayaan Injil yang terakhir. Dan
untuk ini saya ingin membaca dari Wahyu 7:9-12.
Tahukah
kalian, mereka yang selamat suatu hari akan menyanyikan sebuah lagu yang mulia
ketika kita tiba di Surga? Dan lagu itu akan memberikan penghormatan dan
kemuliaan kepada Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang telah menghapus dosa
dunia. Dan ketahuilah, pada saat ini umat Allah akan mengenakan jubah cahaya
yang nyata lagi.
Nah,
perhatikan prosesnya: manusia tadinya diciptakan dengan jubah cahaya yang
nyata. Ini melambangkan kepatuhan kepada Hukum Allah. Ketika manusia berbuat
dosa, jubah cahaya nyata ini lenyap dan manusia mengalami ketelanjangan fisik,
yang melambangkan apa? Ketidakpatuhan kepada Hukum Allah. Ketika kita menerima Yesus Kristus, ketelanjangan
spiritual kita ditutupi oleh jubah spiritualNya. Tetapi ketika Yesus datang
kembali Dia akan menyempurnakan proses itu, dan Dia akan memberikan kepada kita
jubah cahaya yang nyata yang aslinya dimiliki manusia.
Revelation
7:9, “After these things I looked, and behold a great multitude,
which no one could number, of all nations, tribes, peoples, and tongues…” See they received the first angel's message. “…standing before the throne and before the Lamb,…” notice, “…clothed with white robes,…” Are we
going to receive white robes like Adam and Eve at the
beginning? They're literal at this point. “…with palm branches in their hands, and
crying out with a loud voice saying, ‘Salvation belongs to our God who sits on
the throne and to the Lamb…” And
then will be fulfilled that famous parable of Jesus of the lost sheep, and
when the lost sheep is brought home. The owner of the sheep, who had
ninety-nine other ones that never failed, calls his friends and he
says, “Come celebrate because the sheep that was lost has been found!”
Wahyu
7:9, “ 9 Kemudian setelah itu aku
melihat: dan tampaklah, suatu kumpulan besar
yang tidak dapat dihitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan
bahasa,…” lihat, mereka ini
telah menerima pekabaran malaikat yang pertama, “…berdiri di hadapan takhta
dan di hadapan Anak Domba,…” simak, “…memakai jubah putih…” apakah kita akan menerima jubah putih
seperti Adam dan Hawa pada awal mulanya? Pada saat ini jubah-jubah itu nyata
secara fisik, “…dan
memegang daun-daun palem di tangan mereka. 10 Dan dengan suara
nyaring mereka berseru: ‘Keselamatan adalah milik
Allah kami yang duduk di atas takhta dan milik
Anak Domba!" Kemudian, akan digenapilah perumpamaan
Yesus yang terkenal tentang domba yang hilang. Dan saat domba itu dibawa
pulang, pemilik domba itu, yang memiliki 99 domba lain yang tidak pernah
tersesat, memanggil teman-temannya dan berkata, “Mari datanglah dan kita
rayakan, karena domba yang pernah hilang telah ditemukan!”
04 07 17
No comments:
Post a Comment