_____THREE ANGELS MESSAGES_____
Part 03/25
- Stephen Bohr
THE BEGINNING OF WISDOM
Dibuka
dengan doa
In our
last topic we studied the everlasting gospel. And we noticed that the
reason why the everlasting gospel is called so, is because the plan was
devised in eternity past.
And we
also noticed that we will sing the praises of the Redeemer throughout the
ceaseless ages of eternity. Even when the great multitude is on the sea of
glass we will sing the praises of the Lamb.
We also
noted that the meaning of the everlasting gospel is that Jesus came to
this world to live the perfect life that we should live. And then at
the end of His life He died the death that we should die. And by
living and by dying, Jesus wove a perfect robe that we can claim, and we
can be covered with fully and completely.
Dalam
topik yang lalu kita telah mempelajari Injil yang kekal. Dan kita telah
menyimak bahwa alasan mengapa itu disebut Injil yang kekal ialah karena
rancangan itu telah diciptakan di zaman kekekalan yang lampau. Dan kita juga
telah melihat bahwa kita akan menyanyikan pujian kepada Sang Penebus terus-menerus
selama masa kekekalan yang abadi. Ketika kumpulan besar orang banyak berada di
atas laut kaca, kita akan menyanyikan pujian bagi Anak Domba.
Kita
juga telah melihat makna Injil yang kekal, yaitu Yesus datang ke dunia ini
untuk menjalani kehidupan yang sempurna yang seharusnya kita jalani, kemudian
pada akhir hidupNya, Dia menjalani kematian
yang seharusnya kita jalani. Dan lewat hidupNya dan kematianNya, Yesus telah
merajut jubah yang sempurna yang bisa kita klaim, sehingga kita bisa ditutupi
secara penuh dan sempurna.
But as
we studied in last time's topic, we must repent, confess, and also trust
in Jesus, and claim by faith His righteousness and be baptized. And
in this way Jesus will take the robe of His righteousness, and He will
cover us, and He will look upon us as if we had never sinned. What a
joyous message that is, to stand before God innocent through Jesus Christ
our Lord.
Tetapi
sebagaimana yang telah kita pelajari dalam topik yang lalu, kita harus
bertobat, mengakui dosa-dosa kita, dan juga percaya dalam Yesus, dan mengklaim
kebenaranNya dengan iman, dan dibaptiskan. Maka dengan cara ini Yesus akan
mengambil jubah kebenaranNya dan Dia akan menutupi kita dan Dia akan memandang
kita seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa. Betapa menggembirakannya kabar
ini, boleh berdiri di hadapan Allah dalam kondisi tidak bersalah, berkat Yesus
Kristus Tuhan kita.
But we
also noticed in our study last time that the gospel makes demands upon
us. Once
we have embraced and accepted the gospel of Jesus Christ, then God expects
something from us. And for this reason in the first angel's
message we have three imperatives, three commands or orders from God upon
those individuals who receive and accept the everlasting gospel.
And
those three imperatives are:
·
fear God,
· give glory to God,
·
and worship the
Creator.
In
other words, when we receive the gospel, the gospel gives us great
responsibilities and duties towards God.
Tetapi
kita juga telah menyimak dalam pelajaran kita yang terakhir bahwa Injil
menuntut sesuatu dari kita. Begitu
kita menerima dan memeluk Injil Yesus Kristus, Allah menuntut sesuatu dari
kita. Dan demi alasan ini, di dalam pekabaran malaikat yang
pertama kita menemukan tiga keharusan, tiga komando atau perintah dari Allah
kepada orang-orang yang menerima Injil yang kekal.
Dan
ketiga keharusan itu ialah:
·
takutlah
akan Allah,
· muliakanlah Dia
·
dan
sembahlah Sang Pencipta
Dengan
kata lain saat kita menerima Injil, Injil itu memberi kita tanggung jawab besar
dan kewajiban terhadap Allah.
Now in
our study today we're going to take a look at the first of those
imperatives. We're going to study what it means to fear God. Let me
begin by saying that fearing God does not mean that we are afraid
of God. Because the Bible makes it very clear that we can fear God and
experience joy at the same time. I'll tell you, when I'm afraid I don't
experience joy. Notice, for example, what we find in Psalm in the book
of Psalm 2:11. Notice how you have the idea of fearing
God, trembling before His presence, and at the same time
experiencing joy. It says there: “11 Serve the LORD with fear…” and then it says:
“…and rejoice with trembling.”
Now you
say, “That's almost a contradiction in terms.” But really, we're going to
find in our study today, that the fear of the Lord does not mean being
afraid of Him. When the Bible speaks about trembling before the
Lord, we're not shaking out of fear. Because this verse tells us
that we
can experience the fear of the Lord and at the same time we can
rejoice.
Perhaps
an analogy will help us understand a little bit better this idea of what
it means to fear God. In the Bible we are told that children should
fear their father and their mother. In fact go with me to Leviticus
19:3 where we find these very interesting words ~ and I'm reading from the
New King James Version. “Every one of you shall
revere...” that word “revere” is the same word for
“fear”, “...Every one of you
shall revere…” or fear, “…his mother and his
father and keep My Sabbaths, I am the LORD your God.” Now when the Bible tells us that we're supposed to
fear our father and our mother, does that mean that we're supposed
to be afraid of them? Absolutely not! What it means is that we're
supposed to have a profound respect for them. We are to hold our
parents in awe. In other words, the expression to “fear God” does not
mean being afraid of God, it entails great respect, and awe, and
reverence for someone.
Sekarang,
dalam pelajaran kita hari ini, kita akan melihat keharusan yang pertama. Kita akan
mempelajari apa artinya takut akan Allah.
Izinkan
saya mulai dengan mengatakan bahwa takut
akan Allah tidak berarti kita ketakutan oleh Allah. Karena
Alkitab dengan sangat jelas menyatakan bahwa kita bisa takut akan Allah tapi
pada watu yang sama juga merasakan sukacita. Nah, saat saya ketakutan, saya
tidak merasa sukacita. Perhatikan, misalnya, apa yang kita dapati di Mazmur, di
kitab Mazmur 2:11. Perhatikan bagaimana konsep takut akan Allah, gemetar di
hadiratNya, dan pada waktu yang sama merasakan sukacita. Dikatakan di sana, “11 Layanilah TUHAN dengan takut…” lalu
dikatakan, “…dan bersukacitalah dengan gemetar.”
Kalian
berkata, “Itu istilah yang nyaris
bertentangan.”
Tetapi
dalam pelajaran kita hari ini, kita akan melihat bahwa takut akan Tuhan tidak
berarti ketakutan pada Tuhan. Bila Alkitab berbicara tentang “gemetar di
hadapan Tuhan” itu bukan gemetar karena ketakutan. Karena ayat ini mengatakan
kepada kita bahwa kita bisa mengalami
takut akan Tuhan dan pada waktu yang sama kita bersukacita.
Barangkali
analogi ini bisa membantu kita memahami konsep apa yang dimaksud dengan takut
akan Allah dengan lebih baik. Di Alkitab kita diberitahu bahwa anak-anak harus
takut akan ayah dan ibu mereka. Sebaiknya marilah bersama saya ke Imamat 19:3
di mana kita temukan kata-kata yang sangat menarik ini ~ dan saya membaca dari
NKJV. “…3 Setiap orang di antara kamu
haruslah menyegani…” kata “menyegani” ini adalah kata yang
sama yang diterjemahkan “takut akan” [ יָרֵא yârê'’],
“…3
Setiap orang di antara kamu haruslah menyegani …” atau
takut akan “…ibunya dan ayahnya dan memelihara hari-hari
sabat-Ku; Akulah TUHAN, Allahmu.” Nah, waktu Alkitab mengatakan kepada
kita bahwa kita harus takut akan ayah dan ibu kita, apakah itu berarti kita
harus ketakutan pada mereka? Tentu saja tidak! Artinya kita harus sangat
menyegani mereka. Kita harus kagum dan menghormati orangtua kita. Dengan kata
lain, ungkapan “takut akan Allah” tidak
berarti ketakutan pada Allah melainkan berarti rasa hormat yang luar biasa, dan
rasa kagum, dan rasa segan terhadap seseorang.
Now I
want to mention some introductory things about “the fear of God”, or what
the Bible also calls “the fear of the Lord”. The Bible tells us that fearing God
is the beginning of wisdom. In other words, if we don't fear God
we don't even have the beginning of wisdom. And, of course, if we
don't have wisdom we're fools. The Bible says, “The fool has said in
his heart there is no God…”, because he has no
wisdom. Notice Proverbs 9:10 where we're told that:
“10 The fear of the LORD is
the beginning of wisdom: and the knowledge of the holy One is understanding.”
So you
can have all kinds of information in your brain that you've studied in
school, but if you don't have the fear of the Lord the Bible says that we
do not even have the beginning of wisdom. We have not even started to
be wise. So it's very important to have the fear of the Lord.
Sekarang
saya ingin menyebutkan beberapa info pendahuluan tentang
“takut akan Allah” atau apa yang juga disebut Alkitab sebagai “takut akan
Tuhan”. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa takut akan Allah adalah permulaan hikmat.
Dengan kata lain, jika kita tidak takut akan Allah, kita bahkan tidak memiliki
permulaan hikmat. Dan tentu saja, jika kita tidak memiliki hikmat, kita adalah
orang-orang bodoh. Alkitab berkata, “Orang bebal berkata dalam
hatinya: ‘Tidak ada Allah…’" [Maz.
14:1] karena dia tidak punya hikmat.
Perhatikan Amsal 9:10 di mana dikatakan,
“10 Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang
Mahakudus adalah pengertian.”
Jadi kita bisa saja memiliki segala jenis informasi
dalam otak kita yang kita pelajari di sekolah, tetapi jika kita tidak takut
akan Tuhan, kata Alkitab, kita bahkan tidak memiliki permulaan hikmat. Kita
belum mulai bijak. Jadi memiliki takut akan Tuhan itu sangat penting.
Another
interesting detail about the fear of God, or the fear of the Lord, is that
we cannot simply make up our minds that we're going to fear the
Lord. Because the Bible tells us that the fear of the Lord is placed in
our hearts by God Himself. Notice what we find in the book of
Jeremiah 32:40. Here God is speaking and He says this: “40 And I will make an everlasting covenant with them, that I will
not turn away from doing them good,…” now
notice this, “…but I will put My fear in their hearts, so
that they will not depart from me.”
So you
don't make up your mind that you're going to have the fear of
God. The Bible says that God Himself takes that fear and He plants it
in your heart.
Detail
lain yang menarik tentang takut akan Allah atau takut akan Tuhan ialah, kita
tidak bisa memutuskan begitu saja dalam otak kita bahwa kita akan takut akan
Tuhan. Karena Alkitab berkata bahwa takut
akan Tuhan itu ditanamkan di dalam hati kita oleh Allah sendiri.
Perhatikan apa yang kita temui di kitab Yeremia 32:40. Di sini Allah sedang
berbicara dan Dia berkata demikian, “40 Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak
akan berpaling dari berbuat baik kepada
mereka…” sekarang perhatikan
ini, “…tetapi Aku akan menaruh takut-Ku di dalam hati mereka, supaya mereka tidak menjauh dari-Ku.”
Jadi kita tidak bisa memutuskan di
kepala kita bahwa kita akan takut akan Allah. Alkitab berkata Allah Sendiri
yang mengambil takut itu dan Dia tanamkan di dalam hati kita.
The
Bible also tells us that the fear of God, or the fear of the Lord is far better
than any earthly possession that we might have. It's far better than
riches.
Notice
what we find in Proverbs 15:16. Here Solomon, who by the way, for a while
was very rich, and also very foolish, ~ because he did not have the
fear of the Lord, he went astray from God ~ then later on in his life he
wrote Proverbs, so he's writing from experience. And notice what he
says: “16 Better is
little with the fear of the LORD than great treasure with trouble.” So it's
better to have just a little with the fear of the Lord than to have all
kinds of riches.
Alkitab
juga mengatakan kepada kita bahwa takut
akan Allah, atau takut akan Tuhan itu adalah sesuatu yang jauh lebih berharga
daripada harta duniawi apa pun yang kita miliki, jauh lebih baik daripada
kekayaan.
Perhatikan
apa yang kita temukan di Amsal 15:16. Di sini Salomo, yang pernah kaya raya
beberapa waktu lamanya, dan juga pernah sangat tolol ~ karena dia tidak
memiliki rasa takut akan Tuhan, dia meninggalkan Allah ~ kemudian di bagian
akhir hidupnya dia menulis kitab Amsal. Jadi dia menulis dari pengalamannya.
Perhatikan apa yang dikatakannya, “16 Lebih baik punya sedikit dengan
disertai takut akan TUHAN daripada banyak harta dengan masalah.”
Jadi lebih baik punya hanya sedikit dengan rasa takut akan Tuhan daripada
memiliki segala macam kekayaan.
Now
another important aspect of fearing God, or having the fear of
the Lord in your life, is the fact that it is a choice. In other words, to fear
God is something that you choose. You allow God to take it and plant it into your
heart.
Notice
Nehemiah 1:11. There it says: “11 O LORD, I pray, please
let Your ear be attentive to the prayer of your servant, and to the prayer of
your servants,…” notice, “…who desire to fear Your name…” So fearing God's name is a desire that we have. It's a
choice. And then it says: “… and let your
servant prosper this day, I pray, and grant him mercy in the sight of this
man…”
Sekarang,
aspek penting yang lain dari takut
akan Allah atau memiliki takut akan Tuhan dalam hidup kita
adalah fakta bahwa ini adalah
sebuah pilihan. Dengan kata lain, takut akan Allah adalah
sesuatu yang kita pilih. Kita
mengizinkan Allah menanamkan perasaan tersebut dalam hati kita.
Perhatikan
Nehemia 1:11, di sana dikatakan: “11 Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa
hamba-hamba-Mu…” perhatikan, “…yang ingin takut akan nama-Mu…”
Jadi takut akan nama
Allah adalah suatu keinginan yang kita miliki, suatu pilihan. Kemudian katanya, “…dan mohon biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan karuniakanlah belas kasihan dalam
pandangan orang ini…"
Also in
Proverbs 1:29 we find this statement: “28 Then will they call on me,
but I will not answer; they will seek me diligently, but they will not find me:
29 because they hated knowledge, and did not choose the fear of
the LORD, 30 they would none of my counsel and despised all my rebuke.”
So
notice once again the idea that Israel is rejected by God at this point
because she did not choose the fear of the Lord. Notice, we can choose to
fear God, or we can choose not to fear God. It's not something
arbitrary that God plants in the hearts of some people, and not in the
hearts of other people. It's something that we must choose to allow
God to plant in our heart.
Juga
di Amsal 1:29 kita mendapatkan pernyataan ini:
“28 Pada waktu itu mereka akan berseru
kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi
tidak akan menemukan aku,
29 karena mereka membenci pengetahuan dan tidak memilih takut
akan TUHAN. 30 mereka tidak mau
menerima semua nasihatku, dan menolak segala teguranku.”
Jadi perhatikan sekali lagi konsep
bahwa Israel ditolak Allah pada saat itu karena dia tidak memilih untuk takut
pada Tuhan. Perhatikan, kita bisa memilih untuk takut pada Allah, atau kita
bisa memilih untuk tidak takut pada Allah. Ini bukan sesuatu yang dipaksakan
Tuhan untuk ditanamkan di hati manusia-manusia tertentu tapi tidak di hati
manusia-manusia lainnya. Ini
adalah sesuatu yang harus kita pilih untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan
Allah menanamkannya dalam hati kita.
Incidentally,
the Bible also says that to fear God, or the fear of the Lord, is
something that can be taught. You can learn it. Notice Psalm
34:11. There the Psalmist says, “Come, you children,
listen to me: I will teach you the fear of the Lord.” So the fear of the Lord is a learned phenomenon. It
can be taught as we have fellowship and communion with God.
Nah,
kebetulan Alkitab juga berkata bahwa takut akan Allah atau takut akan Tuhan adalah sesuatu yang bisa
diajarkan. Kita bisa belajar untuk takut pada Allah. Perhatikan
Mazmur 34:11. Di sana si pemazmur berkata, “11 Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan
kuajarkan kepadamu!” Jadi takut akan Tuhan adalah fenomena
yang dipelajari. Itu bisa dipelajari selama kita memiliki persekutuan dan
komunikasi dengan Allah.
But now
we must ask the question, What does it really mean to fear God? Well,
in order to answer this question we need to examine the expression “fear
God”, and also the expression “fear of the Lord”, as it's found in all of
the Bible.
Perhaps
you know that the book of Revelation contains over a thousand references
to the Old Testament alone, which means that Revelation is getting much of
its information from all of the rest of Scripture, from all of the rest
of the Bible.
So if
we want to know what the first angel's message means when it says ”fear God”, we need to see what that expression means in the rest of
Scripture. You see, the expression, “the fear of God” or “the fear of
the Lord” is like a many edged diamond. Each edge is a different aspect of
what it means to fear God. So we must look at the entire biblical
testimony about this expression, or these expressions. Now by
definition the expression “fear God”, or “the fear of the Lord”, involves
respect, awe, reverence, and worship towards God. And the
reason why we are to have this respect, this awe, this reverence, and this
spirit of worship for God, is because He is our Creator, and we are
His creatures.
Notice
Psalm 33:6-9 where this is brought out clearly. Psalm 33:6-9. It says
there: “6 By the word of the LORD the heavens were made…” notice creation, “…and all the host of them by the breath of His mouth. 7
He gathers the waters of the sea together as a heap: He lays up the deep in
storehouses. 8 Let all the earth fear the LORD: let all the
inhabitants of the world stand in awe of Him…” So why
are we
supposed to fear the Lord and stand in awe of the Lord? It's
simply
because God is the what? the Creator, and we are creatures.
Tetapi
sekarang kita harus bertanya, apa arti sesungguhnya takut akan Allah? Nah,
untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memeriksa ungkapan “takut akan Allah”
dan juga ungkapan “takut akan Tuhan” sebagaimana yang ada di dalam Alkitab.
Barangkali
kalian tahu kitab Wahyu berisi lebih dari seribu referensi dari Perjanjian
Lama, berarti kitab Wahyu mendapatkan banyak informasinya dari kitab-kitab
lainnya di Kitab Suci, dari seluruh kitab-kitab lain di Alkitab. Maka jika kita
mau tahu apa makna pekabaran malaikat yang pertama ketika dia berkata, “Takutlah akan Allah”, kita perlu melihat apa arti ungkapan
ini di kitab-kitab lainnya di Kitab Suci. Kalian lihat, ungkapan “takut akan
Allah” atau “takut akan Tuhan” itu seperti berlian yang banyak sudutnya. Setiap
sudut adalah satu aspek yang berbeda dari arti takut akan Allah. Maka kita
harus melihat seluruh kesaksian alkitabiah tentang ungkapan atau
ungkapan-ungkapan ini. Nah, menurut definisinya, ungkapan “takut akan Allah” atau “takut akan Tuhan”
melibatkan rasa menghargai, kagum, hormat, dan penyembahan kepada Tuhan.
Dan alasan mengapa kita harus memiliki rasa menghargai, kagum, hormat dan
semangat penyembahan untuk Allah ialah karena Dialah Pencipta kita dan kita
adalah ciptaanNya.
Perhatikan
Mazmur 33:6-9 di mana ini dengan jelas dinyatakan. Mazmur 33:6-9, dikatakan di
sana: “6 Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan…” perhatikan: penciptaan, “…oleh nafas dari mulut-Nya,
segala isinya. 7 Ia mengumpulkan air-air laut seperti satu kumpulan, Ia menaruh samudera raya ke tempat penyimpanan. 8 Biarlah segenap bumi takut akan TUHAN, biarlah semua penduduk dunia kagum padaNya!” Jadi mengapa kita harus takut akan Tuhan dan kagum pada Tuhan?
Semata-mata karena Allah ialah apa? Sang Pencipta, dan kita adalah ciptaanNya.
Jeremiah
10:6-10 adds to this idea. It says there: “6 In as much as there is none like You…” Jeremiah is describing God, “…there is none like
You, O LORD; You art great, and Your name is great in might. 7 Who
would not fear You, O King of the nations? for this is Your rightful due, for
among all the wise men of the nations, and in all their kingdoms, there is none
like You…”
So
reverence and awe for God, fearing God has to do with who He is.
He's the great God! He is the Creator of the heavens and of the
earth.
Yeremia
10:6-10 menambahkan konsep ini. Dikatakan di sana: “6 Karena tidak ada
yang sama seperti Engkau…” Yeremia
sedang memberikan deskripsi tentang Allah, “…tidak ada yang sama
seperti Engkau ya TUHAN! Engkau agung dan
nama-Mu besar dalam keperkasaan. 7
Siapakah yang tidak takut pada-Mu, ya Raja bangsa-bangsa? Karena memang inilah yang layak bagi-Mu; sebab di antara semua orang
bijak dari bangsa-bangsa dan di semua kerajaan
mereka, tidak ada yang sama seperti Engkau!”
Jadi
penghormatan dan kekaguman bagi Allah, takut akan Allah berkaitan dengan siapa
Dia. Dialah Allah yang agung! Dialah Pencipta langit dan bumi.
In
fact, I found this interesting statement; it's very short. It's in the
beautiful and magnificent book on how to bring up children. It's
called Child Guidance. On page 538 we
find this definition of what it means to fear God: “True reverence for God is inspired by a sense of His infinite
greatness and a realization of His presence.”
In other words, the reason we fear God is because we
discern His infinite greatness, and we also realize that He is present.
Bahkan
saya menemukan pernyataan yang menarik ini, sangat pendek. Ini ada dalam buku
yang indah dan hebat tentang cara membesarkan anak, judulnya Child Guidance. Di hal 538 kita menemukan
definisi apa artinya takut akan Allah: “Rasa hormat yang sejati bagi Tuhan diilhami
oleh perasaan mengenali keagunganNya yang tak terbatas dan kesadaran akan
kehadiranNya.” Dengan kata lain, alasan kita takut akan Allah ialah
karena kita mengenali keagunganNya yang tidak terbatas dan kita juga menyadari
bahwa Allah itu hadir.
But,
you know, the fear of the Lord is an interesting phenomenon. To fear
God is an interesting phenomenon because it has to do with God being distant,
and at the same time with God being close. In other words, God is
transcendent, but God is also imminent. God is over and above His
creation, but God comes in contact with His creation. You
know, the great writer Rudolph Otto once said that God is “the Holy
Other”. In other words, we should not conceive of God as our good old
buddy. We can't conceive of God as the man upstairs. God is a God
who is great, omnipotent, and He must be respected. He's up there;
He's over and above us; He's outside of us; He is transcendent. But
the Bible also tells us that God comes into close contact with those who
are humble of heart. In other words, He's a God that's way up there. He
is to be respected; He is to be held in awe; He is to be
honored. But at the same time, those who are humble God comes
down and He has contact with them. That's why we can fear God and at
the same time have joy.
Tetapi,
kalian tahu, takut akan Allah adalah fenomena yang menarik. Takut akan Allah
adalah fenomena yang menarik karena terkait dengan Allah yang jauh dan pada
waktu yang sama Allah yang juga dekat. Dengan kata lain, Allah itu tidak dapat dicapai, tetapi Allah juga
sangat dekat. Allah berada jauh tinggi di atas semua ciptaanNya, tetapi Allah
juga datang untuk berhubungan dengan ciptaanNya. Kalian tahu, penulis besar Rudolph
Otto pernah berkata bahwa Allah adalah “Partner (pasangan) yang Kudus”. Dengan
kata lain, kita tidak boleh menganggap Allah itu teman bergurau kita, kita
tidak boleh menganggap Allah itu sebagai tetangga yang tinggal di kamar di atas
kita. Allah adalah Allah yang agung, mahakuasa, dan Dia harus dihormati. Allah
ada di atas sana, Dia jauh tinggi di atas kita, Dia berada di luar kita, Dia mengatasi segala
sesuatu. Tetapi Alkitab juga mengatakan kepada kita bahwa Allah datang dan
berhubungan akrab dengan mereka yang rendah hati. Dengan kata lain Dia adalah
Allah yang jauh di atas sana, Dia harus dihargai, Dia harus dipandang dengan
penuh rasa kagum, Dia harus dihormati. Tetapi pada waktu yang sama Allah turun
dan berhubungan dengan mereka yang rendah hati. Itulah sebabnya kita bisa takut
akan Allah dan pada waktu yang sama merasa sukacita.
Notice Isaiah 57:15 where we find this apparent dichotomy between
God's otherness, and God's coming to be with us. Isaiah 57:15. “For thus says the high and lofty One who inhabits eternity,
whose name is Holy: ‘I dwell in the high and holy place’…” Notice God says, “I'm up
there. I'm beyond the sun, the moon, and the stars. I inhabit
eternity.” But then notice what He says: “… ‘I dwell in
the high and holy place, with him also who has a contrite and humble
spirit, to revive the spirit of the humble, and to revive the heart of
the contrite ones.”
Perhatikan Yesaya 57:15 di mana kita
menemukan dua sisi tentang tingginya Allah dan Allah yang datang untuk diam
bersama kita. Yesaya 57:15: “Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang
bersemayam dalam kekekalan, dan nama-Nya
Yang Mahakudus: ‘Aku bersemayam di tempat yang
tinggi dan yang kudus…” perhatikan
Allah berkata, “Aku ada di atas sana. Aku melampaui matahari, bulan dan
bintang-bintang. Aku tinggal di kekekalan.” Tetapi kemudian perhatikan apa
kataNya, “… ‘Aku bersemayam di tempat yang tinggi dan yang
kudus, tetapi juga bersama-sama orang yang menyesali
dosanya dan rendah hati, untuk menghidupkan kembali
semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan kembali hati orang-orang yang menyesali dosanya.”
So God
is way up there; He's transcendent, but He is also imminent. He is
to be respected because He's outside of us; He is the great Creator, but
He is the Creator who is our Father and comes in contact with us. And so when we
fear God, we respect Him as the omnipotent God, but at the same time we
love Him as our intimate Father.
Jadi
Allah ada di atas sana, Dia tidak dapat dicapai, tetapi Dia juga dekat. Dia
harus dihormati karena Dia berada di luar kita, Dialah Pencipta agung, tetapi
Dia juga Pencipta yang adalah Bapa kita dan menghampiri untuk berhubungan
dengan kita. Maka bilamana kita takut
akan Allah, kita menghormati Dia sebagai Allah yang mahakuasa, tetapi pada
waktu yang sama kita mengasihi Dia sebagai Bapa kita yang akrab.
Now
let's talk a little bit about that intimate closeness that God has to
us. Notice Deuteronomy 13:4. And what I want you to see in this
verse is the number of synonyms that are used to describe our
relationship with God.
Deuteronomy
13:4. Notice what it says: “4 You shall walk after the
LORD your God, and fear Him, and keep His commandments, and obey His voice, you
shall serve Him, and hold fast to Him.”
Do you
see all of the synonymous expressions? To fear God means:
·
to walk with Him,
· to keep His commandments,
· to obey His voice,
· to serve Him,
·
and to hold fast to
Him.
By the
way, that expression, “hold fast” to Him, really in the King James
Version, (I'm using the New King James), but in the King James Version
it's translated, to “cleave” “you shall cleave to
Him.” Now that's the very same word that's used in Genesis
where it speaks about a man leaving his father and his mother, and
joining his wife, and cleaving unto her. In other words, it's an
intimate closeness. It's actually becoming one, according to
Scripture.
By the
way, the same word is used in Psalm 102:5, where it speaks about the
bones cleaving to the skin. And it's used in Psalm 137:6 where it speaks
about the tongue cleaving to the roof of your mouth. In other words,
this is an intimate closeness; it's a sticking together. And God
says this is what the fear of the Lord means. It means to cleave unto the Lord your God.
Sekarang
mari kita bicara sedikit tentang keintiman, kedekatan Allah kepada kita. Simak
Ulangan 13:4. Dan apa yang saya ingin kalian lihat dalam ayat ini adalah jumlah
sinonim yang dipakai untuk menggambarkan hubungan kita dengan Allah.
Ulangan
13:4, perhatikan apa katanya, “TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu
harus melakukan perintah-Nya, suara-Nya
harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan memegangNya erat-erat.”
Apakah
kalian melihat semua ungkapan yang bersinonim? Takut akan Allah berarti:
·
berjalan
bersama Allah,
· melakukan perintahNya,
· mendengarkan suaraNya,
· berbakti kepadaNya,
·
dan
memegangNya erat-erat.
Ketahuilah,
ungkapan “memegangNya erat-erat” saya memakai terjemahan NKJV, tetapi
sebenarnya di KJV kata itu diterjemahkan “melekat”(LAI menerjemahkannya
“berpaut”): “kamu
harus… melekat padaNya”.
Nah, ini adalah kata yang sama yang dipakai di kitab Kejadian di mana berbicara
tentang seorang laki-laki meninggalkan orangtuanya untuk bersatu dengan
istrinya, dan melekat pada istrinya. Dengan kata lain itu adalah kedekatan yang sangat intim,
sebenarnya menurut Kitab Suci itu adalah menjadi satu (= menyatu).
Nah,
ketahuilah kata yang sama dipakai di Mazmur 102:5 yang
berbicara tentang tulang-tulang yang melekat pada kulit (terjemahan LAI kurang
tepat sehingga ungkapan itu tidak ada). Dan itu juga dipakai di Mazmur 137:6 di
mana dikatakan tentang lidah yang melekat ke langit-langit mulut. Dengan kata
lain, ini adalah suatu hubungan yang intim, saling melekat satu sama lain. Dan
Allah berkata inilah yang dimaksud dengan takut
akan Allah. Artinya melekat pada Tuhan Allahmu.
Fearing
God also involves respecting God's holy name. Notice Deuteronomy 28:58-59. Here God is
warning Israel about the need to respect His holy name, which, by the way,
is a reflection of His character. God's name and His character are
interchangeable. When you trample on God's name, you're really
trampling upon His character. It says in Deuteronomy 28:58-59, God is
speaking: “58 If you do not carefully observe all the words of this law that
are written in this book, that you may fear this glorious and awesome name, THE
LORD YOUR GOD; 59 Then the LORD will bring upon you and your
descendants extraordinary plagues, great and prolonged plagues, and serious and
prolonged sicknesses.”
Notice
that God expects that we should what? fear His glorious and awesome name,
and His awesome name is “the Lord Your God”.
Takut
akan Allah juga termasuk menghormati nama Allah yang kudus. Perhatikan Ulangan
28:58-59. Di sini Allah memperingatkan Israel tentang keharusan menghormati namaNya yang kudus, yang
sebenarnya merupakan refleksi dari tabiatNya. Nama Allah dan
tabiatNya itu sama. Jika kita menginjak-injak nama Allah, kita sebenarnya
menginjak-injak tabiatNya.
Dikatakan
di Ulangan 28:58-59, Allah sedang berbicara: “58 Jika engkau tidak melakukan dengan hati-hati
segala perkataan hukum Taurat yang tertulis dalam kitab ini, agar engkau boleh
takut akan nama yang mulia dan mengagumkan
ini, yakni TUHAN ALLAHMU, 59 maka TUHAN akan menimpakan kepadamu dan
kepada keturunan-keturunanmu, bencana-bencana yang luar biasa, bencana-bencana yang
hebat lagi berkepanjangan,
dan penyakit-penyakit yang parah dan
berkepanjangan.”
Perhatikan,
Allah berharap kita harus apa? Takut akan namaNya yang mulia dan mengagumkan,
dan namaNya yang mengagumkan ialah “Tuhan Allahmu”.
Notice
Psalm 111:9 also about respecting the holy name of God. In other words,
we should not unnecessarily repeat the name of God. It should not
become common on our lips. Psalm 111:9. It says there: “9 He sent redemption to
His people: He has commanded His covenant for ever: holy and awesome is His
name.”
And, of
course, we all know that the third commandment in Exodus 20:7 says: “You shall not take the name of the LORD your God in
vain…” in
other words don't use it unnecessarily “…for the LORD will not hold him guiltless
who takes His name in vain.”
Perhatikan
Mazmur 111:9 juga tentang menghormati nama Allah yang kudus. Dengan kata lain,
kita tidak boleh menyebut nama Allah dengan sia-sia. Sebutan itu tidak boleh
menjadi kata yang biasa terlontar dari bibir kita.
Mazmur
111:9, dikatakan di sana: “9 Dikirim-Nya penebusan kepada
umat-Nya, Dia telah menetapkan perjanjian-Nya
untuk selama-lamanya; nama-Nya kudus dan mengagumkan.”
Dan, tentu saja kita semua tahu bahwa
perintah ketiga di kitab Keluaran 20:7 berkata: “7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan…” dengan
kata lain jangan dipakai jika tidak perlu, “…sebab TUHAN akan memandang bersalah orang
yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.”
And, of
course, we're all acquainted with the Lord's prayer where Jesus, in
Matthew 6:9 says, “…hallowed be Your…” what? “…be Your name”. The word “hallowed” means sanctified be Your name. Your
name is holy. You know, I think that Hollywood would do real well
to listen to this. Because in the movies that are produced by the
media God's name is constantly taken in vain. Not only this, we do
it also, many times as Christians, when we use slang words to describe
Jesus, or to describe God. We say, for example, “Gee”,
which is short for “Jesus”. And we say “gosh” ~ and I say this reverently you know to make a
point ~ we say “gosh” it's a slang word for God. You know, the Jews did
not even pronounce God's holy name because it was so magnificent.
They actually only wrote it. They never even pronounced it with their
lips because it was such a holy and reverent name.
How
many times don't we just basically repeat the name of God in our prayers,
the name of God in our conversation, without taking into account the
reverent and awesome, and omnipotent meaning of that holy name of
God.
Dan
tentu saja, kita semua kenal doa Bapa Kami di mana Yesus di Matius 6:9 berkata “…dikuduskanlah…”
apa? “…namaMu.” Kata
“dikuduskan” berarti namaMu itu kudus,
namaMu itu suci. Kalian tahu, menurut saya Hollywood seharusnya mendengarkan
ini karena di film-film yang diproduksi oleh media, nama Allah senantiasa
dipakai dengan sembarangan. Bukan hanya ini, kita juga melakukannya, banyak
kali sebagai orang Kristen, kita memakai kata-kata gaul untuk mendeskripsikan
Yesus atau Allah. Kita berkata, misalnya, “Gee”
yang adalah kependekan untuk “Jesus”, dan kita berkata “gosh” ~
saya mengucapkan ini dengan hormat ya untuk menyampaikan poinnya ~ kita berkata
“gosh” yang adalah kata gaul
untuk “God”.
Kalian tahu, orang-orang Yahudi bahkan tidak berani mengucapkan nama Allah yang
kudus karena begitu dahsyatnya, mereka hanya menuliskannya, mereka bahkan tidak
pernah mengucapkannya dengan bibir mereka karena nama itu begitu kudus dan
dihormati.
Berapa
kalikah kita tidak hanya begitu saja mengulang-ulang nama Allah dalam doa-doa
kita, dalam pembicaraan kita, tanpa mempertimbangkan betapa takzim dan mengagumkannya
dan mahakuasanya makna nama Allah yang kudus itu?
Do you
know that fearing God will not only effect how we use His name, but
fearing God will also effect how we worship Him; our style of
worship.
Notice
1 Chronicles 16:29-30. Notice that we have several key words that are
found in the first angel's message. In fact all of the key commands
in the first angel's message are in 1 Chronicles 16:29-30. Notice: “29 Give to the LORD…” what? “…the glory due His name…” Do we
find that in the first angel's message? fear God and what? give glory to
Him. Okay, so it says, “…Give to the LORD the glory due His name, bring an offering,
and come before Him, O, worship the LORD in the beauty of holiness….” Is that word worship in the first angel's
message? Absolutely! And so it says: “…worship the LORD in
the beauty of holiness…” And then notice the idea of fearing God. “…30 Tremble…” there
it is, “…tremble before Him, all the earth: the
world also is firmly established, it shall not be not moved.”
“…O, worship the LORD in
the beauty of holiness….” Notice that we're
supposed to worship the Lord in the beauty of holiness. And then
it says, “…tremble before Him, all
the earth…”
Tahukah
kalian bahwa takut akan Allah tidak hanya akan berdampak pada bagaimana kita
memakai namaNya, tetapi takut akan Allah juga akan mempengaruhi bagaimana cara
kita beribadah kepadaNya, gaya ibadah kita.
Perhatikan
1 Tawarikh 16:29-30. Perhatikan ada beberapa kata kunci yang ditemukan dalam
pekabaran malaikat pertama. Bahkan semua perintah kunci dalam pekabaran
malaikat pertama ada di 1 Tawarikh 16:29-30. Perhatikan: “29 Berilah kepada TUHAN…” apa? “…kemuliaan yang layak bagi nama-Nya…” apakah
kita menemukan ini dalam pekabaran malaikat yang pertama? Takutlah akan Allah
dan apa? Muliakanlah Dia. Oke, jadi dikatakan, “…Berilah kepada TUHAN kemuliaan yang layak bagi namaNya. Bawalah persembahan
dan datanglah ke hadiratNya! Sembahlah TUHAN dalam
indahnya kekudusan…” apakah kata “sembah” itu ada dalam
pekabaran malaikat yang pertama? Betul sekali! Maka dikatakan, “…Sembahlah TUHAN dalam indahnya kekudusan…” Lalu simak konsep takut akan Allah, “…30 Gemetarlah…”
ini dia, “…Gemetarlah di hadapan-Nya hai segenap bumi; dunia juga telah dijadikan dengan mantap, dia tidak akan
dipindahkan.”
“…Sembahlah TUHAN dalam indahnya kekudusan…” Perhatikan
kita seharusnya menyembah Allah
dalam indahnya kekudusan. Kemudian dikatakan, “…Gemetarlah di hadapan-Nya hai segenap bumi…”
Do you
know how Israel worshipped God? You know, today many Christian churches
come to church to have a party. But do you know how Israel worshipped
the Lord in biblical times? They came with humility. They were
not haughty. In fact the Bible says that when God's people encountered
God their immediate reaction was to bow their forehead to the
ground in reverence towards God.
I want
you to notice what we find in 2 Chronicles 7:3 where it speaks about the
inauguration of Solomon's temple which is, by the way, misnamed; it's
God's temple, and it was built by Solomon. 2 Chronicles 7:3. Notice
that worshipping
God involves humility. We cannot be haughty. In our
worship style we must be reverent, in other words.
It says
there in 2 Chronicles 7:3: “3 When all the children of
Israel saw how the fire came down, and the glory of the LORD on the temple,
they bowed their faces to the ground on the pavement, and worshipped, and
praised the LORD, saying, ‘For He is good; for His mercy endures for ever’.”
Notice
that they put their forehead to the ground, and they bowed before the
great God.
Tahukah
kalian bagaimana cara orang Israel beribadah kepada Allah? Kalian tahu, dewasa
ini banyak orang Kristen datang ke gereja untuk berpesta. Tetapi tahukah kalian
bagaimana Israel beribadah kepada Tuhan di zaman Alkitab? Mereka datang dengan kerendahan
hati. Mereka tidak angkuh. Bahkan Alkitab berkata bahwa ketika umat Allah
bertemu dengan Allah, reaksi spontan mereka adalah sujud dengan dahi mereka ke
tanah sebagai penghormatan kepada Allah.
Saya
mau kalian memperhatikan apa yang kita temukan di 2 Tawarikh 7:3 di mana
dibicarakan inaugurasi Bait Salomo, yang sebenarnya salah penyebutan, itu Bait
Allah yang dibangun oleh Salomo. 2 Tawarikh 7:3, perhatikan bahwa beribadah kepada Allah itu harus
dengan kerendahan hati. Kita tidak boleh angkuh. Dengan kata
lain gaya ibadah kita harus penuh hormat.
Dikatakan
di 2 Tawarikh 7:3 “Ketika segenap orang Israel melihat api itu turun dan kemuliaan
TUHAN di atas Bait Allah, berlututlah mereka
di atas lantai dengan muka mereka sampai ke tanah, lalu sujud menyembah dan
menyanyikan syukur bagi TUHAN: ‘Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya
kasih setia-Nya.’
Perhatikan
mereka berlutut dengan dahi menyentuh tanah, dan mereka sujud di hadapan Allah
yang agung.
You
know, every great person in the Bible that encountered God was awed by
His presence in the worship experience.
In
Isaiah 6 Isaiah was permitted to see God's heavenly temple, and he heard
the Seraphim singing, and the posts of the temple were shaking, and the
angels were singing, Holy, Holy, Holy. And how did Isaiah feel? He
says, “Oh I am undone; for I am a man of unclean lips, and I
dwell in the midst of a people with unclean lips.”
But when he realized that he was nothing, then God made him something,
because God sent an angel to touch his lips, and his sin was
cleansed, because he came to worship God in humility.
Kalian
tahu, setiap tokoh di Alkitab yang bertemu dengan Allah, terkesima oleh hadiratNya
dalam pengalaman ibadah.
Di
Yesaya 6, Yesaya diizinkan melihat Bait Suci surgawi, dan dia mendengar serafim
menyanyi, dan tiang-tiang Bait Suci itu bergetar, sementara para malaikat
menyanyikan Suci, Suci, Suci. Dan bagaimana perasaan Yesaya? Dia berkata, “5… ‘Oh, aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis
bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir…” Tetapi
saat dia menyadari bahwa dia bukan apa-apa, maka Allah membuat dia menjadi
apa-apa. Allah mengirimkan seorang malaikat untuk menyentuh bibirnya, dan
dosanya pun dibersihkan karena dia datang untuk menyembah Allah dalam
kerendahan hati.
When Moses met God at the burning bush, and he discovered that it was God that was in the burning bush, the Bible says that he bowed his head to the ground. In other words, he was reverent in the presence of God.
Ketika
Musa berjumpa Allah di semak yang terbakar, dan dia menyadari bahwa Allah yang
ada dalam semak yang terbakar itu, Alkitab berkata dia sujud dengan kepalanya
menyentuh tanah. Dengan kata lain dia penuh
hormat di hadirat Allah.
When
Jesus encountered Peter after the resurrection, Peter said, “Depart from me, for I am a sinful man.”
Ketika
Yesus bertemu Petrus setelah kebangkitanNya, Petrus berkata, "…Tuhan, pergilah dariku, karena aku ini orang berdosa." [Lukas 5:8]
In
fact, do you know where the word “humility” comes from? The word “humility”
comes from the Latin humus. Do
you know what humus is? It means
dirt. It means dust. In other words, humility means that you recognize that you
are dust. And what are we composed of? What did God create
us of? He created us of dust. In other words, when we come to worship
before God we realize that we are but dust. But, of course, in the
sight of God, we are very precious dust. We must come to worship
God in humility, in other words, not with a haughty spirit.
Malah,
tahukah kalian dari mana asal kata “humility” [= kerendahan hati]? Kata “humility” berasal dari kata Latin humus.
Tahukah kalian apa itu humus? Artinya
tanah, debu. Dengan kata lain “humility”
(kerendahan hati) berarti kita menyadari kita hanya debu. Dan
kita memang terbuat dari apa? Tuhan menciptakan kita dari apa? Dia menciptakan
kita dari debu. Dengan kata lain, saat kita datang untuk beribadah kepada
Allah, kita menyadari kita hanyalah debu. Tetapi tentu saja, di mata Allah, kita adalah debu
yang sangat mahal. Kita harus datang menyembah Allah dengan
kerendahan hati, dengan kata lain, bukan dengan jiwa yang sombong.
Psalm
9:20 explains the importance of recognizing that we are not God; that we
are simply men. It says there: “20 Put them in fear, O
LORD: that the nations may know themselves to be but men.”
See,
when we have the fear of the Lord, what do we realize? We realize
that we are but what? we are but men. In other words, the fear of
the Lord creates humility in us.
Mazmur
9:20 menjelaskan pentingnya mengenali bahwa kita bukan Allah, bahwa kita sekadar
manusia. Dikatakan di sana, “20 Buatlah mereka menjadi takut, ya
TUHAN, sehingga bangsa-bangsa itu boleh tahu,
bahwa mereka hanyalah manusia.”
Lihat, bila kita memiliki takut akan
Allah, kita menyadari apa? Kita
menyadari bahwa kita hanyalah apa? Kita hanyalah manusia. Dengan
kata lain, takut akan Allah menciptakan rasa rendah hati dalam diri kita.
Notice
Isaiah 45:9, “9 Woe to him who strives
with his Maker! Let the potsherd strive with the potsherds of the earth. Shall
the clay say to him who forms it ‘what are you making?’ or shall your handiwork
say, ‘He has no hands?’”
Do you
remember the story of Nebuchadnezzar, right? that great king of
Babylon. He thought he was hot stuff. In fact the Bible tells us
that one day he went out on the balcony of the palace, and he says,
“Isn't this great Babylon that I have built with my power and for my glory?”
And the
Lord said, “Oh yeah?”
And in
an instant God removed the pearl of reasoning from his mind, and suddenly
Nebuchadnezzar was no better than a beast. He was something as long
as God gave him a reasoning power. When God removed that he was
nothing. And at the end Nebuchadnezzar says, “I now praise and
honor the God of heaven, because He is able to humble those who
have a haughty spirit.” So the fear of
the Lord entails great humility.
Perhatikan
Yesaa 45:9, “9 Celakalah orang yang
berbantah dengan Penciptanya; biarlah pecahan tembikar berbantah dengan sesama
pecahan tembikar dunia. Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: ‘Apakah
yang kaubuat?’ atau hasil karyamu berkata, ‘Engkau
tidak punya tangan’?…"
Apakah kalian ingat kisah Nebukadnezar?
Raja agung Babilon. Dia menyangka dirinya hebat. Malah Alkitab mengatakkan
kepada kita suatu hari dia keluar ke balkon istana dan dia berkata, “Bukankah
ini Babilon besar yang telah aku bangun dengan kuasaku demi kemuliaanku?”
(Daniel 4:30)
Dan Allah berkata, “Begitukah?”
Dan dalam sekejap Allah mengambil
kemampuan berpikir dari otaknya, dan tiba-tiba Nebukadnezar menjadi tidak lebih
dari seekor hewan. Dia adalah sosok yang berbobot selama Allah memberinya
kemampuan berpikir. Ketika Allah mengambil itu, dia menjadi bukan apa-apa. Dan
akhirnya Nebukadnezar berkata, “37 Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan
Allah Surgawi, … yang sanggup merendahkan
mereka yang berjiwa congkak.” (Daniel 4:37)
Jadi takut akan Allah
membuat orang menjadi
rendah hati.
The
Bible also says that fearing God entails a spirit of trust in God; it
means to trust in Him. Notice Psalm 115: 11. It says: “11 You who fear the LORD,
trust in the LORD…” See, those who fear the
Lord, they trust in the Lord, “…He is their help and
their shield.”
But, of
course, the question is: what does it mean to trust in the Lord? By far,
folks, the most predominate connotation of the expression, “Fear of
the Lord”, or “fear God” in Scripture has to do with a response of willing
obedience to God. You know my colleague here at Fresno Central
Church, Elder James Finn, many times has said that obedience is
what? Obedience is the highest form of worship. It's also the highest
form of fearing the Lord.
You
say, How is this?
We're
going to notice now several verses in Scripture that show that fearing God
leads to a change in our lifestyle. It leads to loving obedience
to God's commandments. It leads us to do what God says that we're
supposed to do. For example, you remember when Abraham got to the
city of Gerar; the king there was Abimelech. And Abraham was afraid that
Abimelech was going to kill him and take his wife Sarah, because it
appears that Sarah was pretty good looking, even though at that time she
was up in years. But she was still pretty good looking. And notice
what Abraham said; the justification for lying and saying, “No, she's my
sister.” You know, he didn't tell the whole truth and nothing but the
truth; he told a partial truth with the intent to deceive. Notice
Genesis 20:11. “11 And Abraham said,
‘Because I thought…” listen to this, “…Surely the fear of God is not in this
place; and they will kill me on account of my wife’.”
What
happens when there's no fear of the Lord in a certain place? People
what? people kill. Are you with me? In other words, when there's no fear of God there's
no obedience; there's violence, in other words.
Alkitab
juga berkata, takut akan Allah membuat orang bersandar sepenuhnya pada Allah,
berarti mempercayai Allah. Perhatikan Mazmur 115:11, dikatakan, “11 Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, percayalah dalam TUHAN!...” mereka yang takut
akan Tuhan, mereka mempercayai Tuhan, “…Dialah
pertolongan mereka dan perisai mereka.”
Tetapi tentu saja pertanyaannya adalah:
apa yang dimaksud dengan mempercayai Tuhan? Yang paling menonjol,
Saudara-saudara, konotasi yang paling mendominasi dari ungkapan “takut akan Tuhan” atau “takut
akan Allah” dalam Kitab Suci berkaitan dengan suatu respon,
kerelaan kita
untuk mematuhi Allah. Kalian tahu, rekan saya di sini di
gereja Fresno Central, ketua James Finn, sering berkata bahwa kepatuhan adalah
apa? Kepatuhan adalah bentuk ibadah
yang paling tinggi. Juga itu adalah bentuk tertinggi dari takut akan Tuhan.
Kalian berkata, “Kok bisa?”
Kita akan menyimak sekarang beberapa
ayat di Kitab Suci yang menunjukkan bahwa takut akan Allah membimbing kita ke
perubahan dalam pola hidup kita, membimbing kita mematuhi dengan kasih,
perintah-perintah Allah. Itu membuat kita melakukan apa yang Allah katakan
harus kita lakukan. Contohnya, kalian ingat ketika Abraham tiba di kota Gerar
di mana rajanya bernama Abimelek? Dan Abraham takut Abimelek akan membunuhnya
dan mengambil istrinya, Sarah, karena rupanya Sarah ini cukup cantik walaupun
pada saat itu dia sudah lumayan tua, tetapi dia masih tetap cantik. Perhatikan
apa kata Abraham, alasannya membenarkan mengapa dia berbohong, “Bukan, dia
adalah saudara perempuan saya.” Kalian tahu, Abraham tidak mengatakan seluruh
kebenarannya maupun semata-mata hanya yang benar. Abraham mengatakan sebagian
kebenaran dengan tujuan untuk mengibuli Abimelek. Perhatikan Kejadian 20:11, “11 Lalu Abraham berkata: ‘Karena aku berpikir…” dengarkan ini, “…sesungguhnya takut akan Allah tidak ada di tempat ini;
tentulah aku akan mereka bunuh karena isteriku.”
Apa yang terjadi saat tidak ada takut
akan Tuhan di suatu tempat? Orang-orang bagaimana? Orang-orang membunuh. Apakah
kalian bisa mengikuti saya? Dengan kata lain, bilamana tidak ada takut akan Allah, maka tidak ada
kepatuhan, dengan kata lain, yang ada ialah kekerasan.
Notice
Exodus 1:17. You remember that Pharaoh said that they were supposed to
kill all of the male children? Do you remember that? two years and
under? Well, the fact is that the Hebrew midwives did not kill the
children. Why didn't they? Notice Exodus 1:17: “17 But the midwives feared God, and did not do as the king of
Egypt commanded them, but saved the male children alive.” In other words, where the fear of God is present, your
life is safe. Where the fear of God is not present, people violate
the commandment, “Thou shalt not kill.”
Simak
Keluaran 1:17. Kalian ingat Firaun berkata bahwa mereka seharusnya membunuh
semua anak laki-laki? Kalian ingat? Yang berusia dua tahun dan ke bawah? Nah,
faktanya ialah para bidan Yahudi tidak membunuh anak-anak itu. Mengapa?
Perhatikan Keluaran 1:17, “17 Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti
yang diperintahkan raja Mesir kepada mereka, melainkan menyelamatkan
bayi-bayi itu hidup-hidup.” Dengan
kata lain, di mana ada takut akan Allah, hidup kita selamat. Di mana tidak ada
takut akan Allah, manusia melanggar perintah “Jangan membunuh.”
Notice
Ecclesiastes 8:11-13. And, by the way, Solomon knows what he's talking
about, because Solomon, you know, he went off on a tangent away from
the Lord for years. He became almost an atheist. He became an
infidel. So he knows what he's talking about. He actually wrote the
book of Ecclesiastes when he was and old man and he had returned to the
Lord. And he's telling people what life is like away from God. Notice: “11 Because sentence against an evil work is not executed
speedily…” in other words, just because a person doesn't
suffer the penalty for sin right away, “…therefore the heart
of the sons of men is fully set in them to do evil...” And then he says: “…12 Though a sinner does evil a hundred times, and
his days are prolonged, yet I surely
know that it will be well with those who…” what? “…fear God, who fear before Him: 13
But it will not be well with the wicked…” did you
catch that? “…it will not be well with the wicked, nor will he prolong his
days, which are as a shadow; because he does not…” what? “…fear before God.”
What
does it mean to not fear God? It means to be wicked.
What
does it mean to fear God? It means to be righteous.
And the
days of the righteous are prolonged, but the days of the wicked are
not.
You
say, “Well, I know a lot of wicked people that have lived a long time.”
Yes,
have they lived eternally? You see, when the Bible says that the righteous will
live a long time, it's not only talking about this brief
period in human history, it's talking about living forever.
Simak
Pengkhotbah 8:11-13 ~ dan ketahuilah, Salomo tahu apa yang dibicarakannya,
karena kalian tahu Salomo pernah menyimpang dari Tuhan selama bertahun-tahun,
dia nyaris menjadi atheis, dia menjadi kafir. Jadi dia tahu persis apa yang
dikatakannya. Dia menulis kitab Pengkhotbah saat sudah tua dan dia kembali
kepada Tuhan. Dan dia menceritakan bagaimana hidup yang terpisah dari Allah
itu.
Perhatikan,
“11 Oleh karena hukuman terhadap
perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan…”
dengan kata lain,
hanya karena orang tidak segera merasakan hukuman dosa, “…maka hati manusia penuh
niat untuk berbuat jahat…” lalu
katanya, “…12
Walaupun seorang pendosa melakukan kejahatan
seratus kali dan usianya panjang, namun
aku benar-benar tahu, bahwa semuanya akan baik bagi
mereka yang…” apa? “…takut akan Allah, yang takut di hadapanNya. 13 Tetapi tidak akan baik bagi orang yang fasik …” kalian menangkap ini? “…tidak akan baik bagi orang yang fasik, dan
umurnya pun tidak akan panjang, yang seperti bayang-bayang, karena ia tidak…” apa?
“…takut di hadapan Allah.”
Apa maksudnya tidak takut akan Allah?
Maksudnya berbuat jahat.
Apa maksudnya takut akan Allah? Maksudnya
berbuat benar.
Dan umur orang-orang benar
dipanjangkan, sedangkan umur orang-orang jahat tidak.
Kalian berkata, “Nah, saya kenal banyak
orang jahat yang umurnya panjang.”
Betul, tapi apakah mereka hidup
selamanya? Kalian lihat, jika Alkitab berkata bahwa orang benar akan hidup lama,
itu tidak berbicara tentang waktu dalam sejarah manusia yang singkat ini. Ini berbicara tentang hidup yang
kekal.
Now
let's notice Romans 3:10-18. Here the apostle Paul is describing the
sinfulness of the human race, and I want you to notice how he ends
this passage. Romans 3:10. It's a pretty sad description of the
sinfulness of the human race.
“10 As it is written, ‘There
is none righteous, no, not one: 11 There is none who understands,
there is none who seeks after God. 12 They have all turned aside,
they have together become unprofitable; there is none who does good, no, not
one. 13 Their throat is an open tomb; with their tongues they
practice deceit; the poison of asps is under their lips: 14 Whose
mouth is full of cursing and bitterness: 15 Their feet are swift to
shed blood: 16 Destruction and misery are in their ways: 17
And the way of peace they have not known…” And now
notice how the passage ends. It's described all this wickedness, and then
it says: “…18 There is no fear of God before their eyes.”
Why is it that you have all of this list of wickedness? Because people have no what? they have no fear of God before their eyes.
Why is it that you have all of this list of wickedness? Because people have no what? they have no fear of God before their eyes.
Sekarang
mari kita simak Roma 3:10-18. Di sini rasul Paulus sedang menggambarkan betapa
berdosanya umat manusia, dan saya mau kalian simak bagaimana Paulus mengakhiri
perikop ini. Roma 3:10, ini adalah gambaran yang mengenaskan tentang betapa
berdosanya umat manusia. “10 seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. 11
Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari
Allah. 12 Semua orang telah menyeleweng, mereka semua telah menjadi tidak berguna, tidak ada yang
berbuat baik, seorang pun tidak. 13 Kerongkongan mereka seperti
kubur yang menganga, dengan lidah mereka, mereka melakukan
penipuan, bisa ular ada di bawah bibir mereka. 14 Mulut mereka
penuh dengan sumpah serapah dan kegetiran, 15
kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. 16 Kebinasaan dan penderitaan ada di
jalan mereka, 17 dan jalan damai tidak mereka kenal…” sekarang simak bagaimana perikop ini
berakhir. Semua kejahatan sudah dibeberkan, lalu katanya, “…18 Tak ada rasa takut akan Allah di depan mata mereka."
Mengapa ada daftar kejahatan yang panjang ini? Karena manusia tidak memiliki
apa? Mereka tidak memiliki takut
akan Allah di depan mata mereka.
Let me
ask you then, do you think that the first angel's message is talking
about the importance of being obedient to God, and following what He says
in His Holy Law? Absolutely!
Now
let's notice when the ten commandments were given, God said something
very interesting to Israel a little bit later on.
Notice
what we find in Deuteronomy 4:10-13. Here Moses is reminiscing about what
happened on Mount Horeb when God gave the law. Notice: “10 Especially concerning the day you stood before the LORD your
God in Horeb, when the LORD said to me, ‘Gather the people to Me, and I will
let them hear My words…” because God spoke the ten
commandments, “…that they may learn
to…” what? When
God spoke the ten commandments it was to teach Israel to do what? to fear
Him. So it says, “…I will let them hear My
words that they may learn to fear Me all the days they
live on the earth, and that they may teach their children…” Is there anything in the ten commandments that teaches people
to fear God? Are we supposed to teach our children the principles of
the ten commandments? Absolutely! Notice verse 11: “…11 Then you came near and stood
at the foot of the mountain; and the mountain burned with fire to the midst of
heaven, with darkness, clouds, and thick darkness. 12 And the LORD
spoke to you out of the midst of the fire: you heard the sound of the words,
but saw no form; you only heard a voice. 13 So He declared to you
His covenant, which He commanded you to perform, the ten commandments; and He
wrote them on two tablets of stone.”
So
notice that God gives the commandments and He says to Israel, you know, “These
commandments are going to teach you to fear Me, and you are to
teach these commandments to your children, so that your children will
also fear Me.”
Coba
saya tanya kalau begitu, menurut kalian apakah pekabaran malaikat pertama itu
berbicara tentang pentingnya patuh pada Allah dan mengikuti apa yang
dikatakanNya dalam HukumNya yang kudus? Tentu!
Sekarang
mari kita perhatikan ketika ke-10 Perintah itu diberikan, Allah mengatakan
sesuatu yang sangat menarik kepada bangsa Israel tak lama setelah itu.
Perhatikan
apa yang kita temukan di Ulangan 4:10-13. Di sini Musa sedang mengingat kembali
tentang apa yang terjadi di Bukit Horeb ketika Allah memberikan HukumNya.
Perhatikan, “10 terutama
tentang hari itu ketika engkau berdiri di hadapan TUHAN, Allahmu, di Horeb,
waktu TUHAN berfirman kepadaku: ‘Kumpulkan
orang-orang itu kepada-Ku, maka Aku akan memberi mereka mendengar segala
perkataan-Ku…” karena Allah
mengucapkan ke-10 Perintah, “…supaya
mereka boleh belajar…” apa?
Ketika Allah mengucapkan ke-10 Perintah, itu tujuannya membuat Israel apa?
Takut akan Allah. Jadi dikatakan, “…Aku akan memberi mereka
mendengar segala perkataan-Ku supaya mereka boleh belajar takut kepada-Ku selama mereka
hidup di muka bumi dan mengajarkan demikian kepada anak-anak mereka…” apakah ada di dalam 10 Perintah itu
yang mengajar orang untuk takut akan Allah? Apakah kita seharusnya mengajarkan
kepada anak-anak kita prinsip 10 Perintah Allah ini? Tentu. Simak ayat 11, “…11 Lalu kamu mendekat dan berdiri di kaki gunung itu,
sedang gunung itu menyala dengan api sampai
ke tengah langit dalam gelap gulita, awan
dan kegelapan yang pekat. 12 Dan berfirmanlah TUHAN kepadamu dari tengah-tengah api; kamu mendengar suara kata-kata, tetapi tidak melihat suatu bentuk, kamu hanya mendengar suara. 13 “Dan Ia memberitahukan
kepadamu perjanjianNya,
yang diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukan, yakni Kesepuluh Perintah dan Ia menuliskannya pada dua loh
batu.”
Jadi simak Allah memberikan
perintah-perintah itu dan Dia berkata kepada Israel, “Perintah-perintah ini akan mengajar kamu untuk takut
akan Aku, dan kamu harus mengajarkan perintah-perintah ini
kepada anak-anakmu, supaya anak-anakmu juga takut akan Aku.”
By the
way, do you know that the fear of the Lord involves in our
way of treating other people, it changes rather the way that we treat other
people? You know, it makes us loving and kind towards the
weak, and the less fortunate. By the way, the main principle behind
the ten commandments is love. Isn't that right? Notice what we find
in Leviticus 19:14, and then we're going to jump to verse 32. Notice
how the fear of the Lord, when we have the fear of God in our hearts it's
going to effect the way that we treat our neighbor. And, of course,
the essence of God's law, the essence of the ten commandments is love.
Notice: “14 You shall not curse the deaf, nor put a stumbling block before
the blind…” and then what does it say? “…but shalt fear your God: I am the LORD.” Now notice verse 32. “32 You shalt
rise up before the grey headed, and honour the presence of an old man…” and then it says: “…and fear your God: I
am the LORD.”
Nah,
tahukah kalian bahwa takut
akan Allah terkait juga dengan cara kita memperlakukan orang
lain, lebih mengubah cara kita
memperlakukan orang lain? Kalian tahu, itu membuat kita
mengasihi dan bersikap baik terhadap yang lemah, dan yang kurang beruntung.
Nah, prinsip utama di balik 10 Perintah Allah adalah kasih, bukankah begitu?
Perhatikan apa yang kita temukan di Imamat 19:14, kemudian kita akan meloncat
ke ayat 32. Perhatikan bagaimana takut akan Allah ~ bilamana kita memiliki rasa
takut akan Allah di dalam hati kita ~ itu akan mempengaruhi cara kita memperlakukan
tetangga kita. Dan tentu saja, esensi dari Hukum Allah, esensi dari 10
Perintah, adalah kasih.
Perhatikan,
“14 Janganlah kaukutuki orang
tuli maupun di depan orang buta janganlah
kautaruh batu sandungan,…” lalu
apa katanya? “…tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah
TUHAN…” sekarang simak ayat
32, “…32 Engkau harus bangun berdiri
di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat atas kehadiran orang yang tua…” lalu katanya, “…dan engkau harus takut
akan Allahmu; Akulah TUHAN.”
Are you catching how the fear of God in our lives effects the way we treat other people? Notice Leviticus 25, and we'll read verse 17, and verse 36, and also verse 43. It says there: “17 Therefore you shall not oppress one another; but you shall fear your God…” notice that when we fear God we don't oppress other people, “…for I am the LORD your God…” Also, notice what it says “…36 Take no usury …” you know what usury is? It's an exorbitant amount of interest. It's taking advantage of people financially. And so it says: “…Take no usury or interest from him, but fear your God; that your brother may live with you...” And notice Leviticus 25:43 says: “…43 You shall not rule over him with rigor…” that is rule over your neighbor “…you shall not rule over him with rigor but you shall fear your God.”
So, in
other words, having the fear of God in our lives leads us to keep God's
law, and it leads us to love our fellow human beings.
Apakah
kalian menangkap bagaimana takut akan Allah dalam hidup kita mempengaruhi cara
kita memperlakukan orang lain? Perhatikan Imamat 25, dan kita akan membaca ayat
17, dan ayat 36, juga ayat 43. Dikatakan di sana, “17 Itulah mengapa engkau jangan menindas
satu sama lain, tetapi engkau harus takut akan Allahmu,…” simak bahwa ketika kita takut akan
Allah, kita tidak menindas orang lain, “…sebab Akulah TUHAN,
Allahmu…” Juga, perhatikan apa yang dikatakan, “…36 Janganlah
engkau mengambil bunga uang atau riba darinya, melainkan engkau harus takut
akan Allahmu, supaya saudaramu boleh hidup bersamamu…” dan
simak Imamat 25:43, yang berkata, “…43 Janganlah engkau memerintah
dia dengan kejam,…” maksudnya
memerintah tetanggamu, “…janganlah engkau
memerintah dia dengan kejam, melainkan engkau harus takut akan Allahmu.”
Jadi
dengan kata lain, memiliki takut akan Allah dalam hidup kita membuat kita
memelihara Hukum Allah, dan itu membuat kita mengasihi sesama kita.
Now
let's read a few other verses that show how important it is when we fear
God to obey Him and do His will.
Deuteronomy
5:29, Deuteronomy 5:29. Notice how God opens up His heart to Israel. He says: “29 O that they had such a heart in them, that they would fear Me…”
now notice, what does fear lead to? “…that they would fear
Me and…” what? “…always keep all My
commandments, that it might be well with them, and with their children for
ever!”
What
does it mean to fear God? It means always to keep what? all of
God's commandments, according to this passage.
Sekarang,
marilah kita membaca beberapa ayat yang lain yang menunjukkan betapa pentingnya
bila kita takut akan Allah, kita harus mematuhi Dia dan melakukan kehendakNya.
Ulangan
5:29, perhatikan bagaimana Allah membuka hatiNya kepada Israel. Allah berkata, “29 O, seandainya mereka memiliki hati
yang demikian, sehingga mereka akan takut akan Daku…” sekarang perhatkan, takut membuat kita
bagaimana? “…sehingga mereka akan takut akan Daku,…” dan apa? “…dan selalu berpegang pada segala
perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk
selama-lamanya!”
Apa artinya takut akan Allah? Artinya selalu berpegang pada
apa? Semua Perintah Allah,
menurut bacaan ini.
Notice
Deuteronomy 8:6, and I'm reading so many of these so you don't think that
I'm just picking and choosing a verse here or a verse there. In
Scripture the main connotation of the fear of the Lord, or fearing God,
has to do with keeping God's commandments: departing from evil, doing
good, loving our neighbor. In other words, it's related very
closely with God's Holy Law.
Notice
Deuteronomy 8:6. “6 Therefore you shall keep
the commandments of the LORD your God, to walk in His ways, and to…” what? “…and to fear Him.”
Notice once again the idea that the
commandments are linked with fearing God.
Perhatikan
Ulangan 8:6, dan saya membacakan begitu banyak dari ayat-ayat itu supaya kalian
tidak beranggapan saya hanya memilih dan mencari sebuah ayat di sini, sebuah
ayat di sana. Di Kitab Suci, konotasi utama dari “takut akan Tuhan”, atau
“takut akan Allah” berkaitan dengan melakukan perintah-perintah Allah,
meninggalkan kejahatan, berbuat baik, mengasihi sesama kita. Dengan kata lain,
itu berkaitan sangat erat dengan Hukum Allah yang kudus.
Perhatikan
Ulangan 8:6 “6 Oleh sebab itu haruslah
engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang
ditunjukkan-Nya dan…” apa? “…takut akan Dia.”
Perhatikan
sekali lagi konsep bahwa perintah-perintah
Allah berkaitan dengan takut akan Allah.
Notice
Deuteronomy 10:12-13. “12 And now, Israel, what
does the LORD your God require of you, but to fear the LORD your God…” now notice all the synonyms: “…to fear the LORD your God, to walk in all His ways, and to love Him, and to serve the LORD
your God with all your heart and with all your soul, 13 To keep the
commandments of the LORD, and His statutes, which I command you today for your
good?”
Let me
ask you, does fearing God have anything to do with our own practical
walk, every day walk? Yes or no? It most certainly does! Because fearing God
is explained here as walking with Him, loving Him, serving Him,
and keeping His what? and keeping His commandments.
Perhatikan
Ulangan 10:12-13. “12 Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang diminta darimu oleh
TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu…” sekarang perhatikan semua sinomimnya, “…hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia,
beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu, 13 berpegang pada perintah-perintah
dan ketetapan-ketetapan TUHAN yang
kusampaikan kepadamu pada hari ini, demi
kebaikanmu?”
Coba
saya tanya, apakah takut akan Allah ada kaitannya dengan hidup kita sendiri
sehari-hari? Ya atau tidak? Jelas iya! Karena takut akan Allah dijelaskan di sini
sebagai hidup bersama denganNya,
mengasihiNya, beribadah padaNya, dan memelihara apanya? Dan memelihara
Perintah-perintahNya.
Notice
Psalm 103:17-18. And, by the way, I'm reading many of these
texts, but there are many more that I could have included, but
there's just too many pages. Notice Psalm 103:17-8. “17 But the mercy of the LORD is from everlasting to everlasting on
those that fear Him, and His righteousness to children's children; 18
to such as keep His covenant, and those
who remember His commandments to…” what? “…to do them.”
Let me
ask you, those individuals who fear God, do they keep the commandments of
God? Absolutely!
Perhatikan
Mazmur 103:17-18, dan ketahuilah saya telah membacakan banyak ayat, tetapi masih
ada banyak lagi yang sesungguhnya ingin saya masukkan, tetapi itu terlalu
banyak. Perhatikan Mazmur 103:17-18. “17 Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai
selama-lamanya ada bersama orang-orang yang
takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu mereka,
18 dan bagi orang-orang yang
berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk…” apa? “…melakukan perintah-perintah-Nya.”
Coba saya tanya, mereka yang takut akan
Allah, apakah mereka memelihara perintah-perintah Allah? Tentu saja!
I want you to notice 1 Samuel 12, 1 Samuel 12,
and we're going to read verses 14 and 15, and then we're going to
jump down to verse 24. I thought about reading the whole passage, but
it's too long. You can read it at your leisure. 1 Samuel 12:14-15,
and then we'll read verse 24. God is speaking here to the kings of
Israel. “14 If you fear the LORD, and serve Him, and obey His voice, and do
not rebel against the commandment of the LORD…” Do you
see everything that has to do with the fear of God here? It says: “…14 If you
fear the LORD, and serve Him, and obey His voice, and do not rebel against the
commandment of the LORD then both you and the king who reigns over you will
continue following the LORD your God: 15
However, if you do not obey the voice of the LORD, but rebel against the
commandment of the LORD, then the hand of the LORD will be against you, as it
was against your fathers. 24 Only fear the LORD, and serve Him in
truth with all your heart: for consider how great things He has done for you. 25
But if you still do wickedly…” notice that to fear Him
is the opposite of doing wickedly “…But if you still do
wickedly you shall be swept away, both you and your king.”
Saya mau kalian
memperhatikan 1 Samuel 12, dan kita akan membaca ayat 14 dan 15, kemudian kita
akan meloncat ke ayat 24. Saya tadinya berpikir akan membacakan seluruh
perikop, tetapi terlalu panjang. Kalian bisa membacanya sendiri di waktu
senggang. 1 Samuel 12:14-15 lalu kita akan membaca ayat 24. Di sini Allah
sedang berbicara kepada raja-raja Israel. “14 Jika kamu takut akan TUHAN,
beribadah kepada-Nya, mendengarkan suara-Nya
dan tidak menentang perintah TUHAN,…” apakah
kalian melihat semua yang terkait dengan takut akan Allah di sini? Dikatakan, “…14 Jika kamu takut
akan TUHAN, beribadah kepada-Nya, mematuhi suara-Nya
dan tidak menentang perintah TUHAN, maka baik kamu, maupun raja yang memerintah
kamu, akan terus mengikuti TUHAN,
Allahmu! 15 Tetapi jika kamu
tidak mematuhi suara TUHAN melainkan kamu menentang perintah TUHAN, maka tangan TUHAN akan melawan kamu sebagaimana terhadap nenek moyangmu,…. 24
Hanya takutlah akan TUHAN dan setialah beribadah kepada-Nya dengan segenap
hatimu, sebab pertimbangkanlah betapa hebatnya hal-hal yang telah dilakukan-Nya bagimu. 25 Tetapi jika kamu masih berbuat jahat,…” perhatikan,
takut akan Allah adalah kebalikan dari berbuat jahat, “…25 Tetapi jika
kamu masih berbuat jahat, maka kamu akan
dilenyapkan, baik kamu maupun rajamu."
Now
there's a special verse in the Bible that is very close to what we find
in the first angel's message. The first angel's message says, “Fear God, give glory to Him, for the hour of His
judgment has come.” Now notice
Ecclesiastes 12:13-14; the similarity in this passage that ends the book
of Ecclesiastes. See, Solomon in Ecclesiastes basically has told his life story:
how he blew it, how he almost became an atheist, how he womanized, and
how he had all of these riches, and all of these things. And at the
end of his life he felt like committing suicide, he says in the book of
Ecclesiastes. He was totally angry at life, because everything that
he considered important he realized was totally worthless. In fact
it was vanity. You know the word “vanity” is used thirty-five
times in the book of Ecclesiastes. “Vanity of vanities; all
is vanity” Solomon says when he talks about
everything that he had in life. Notice how he ends his
book. Ecclesiastes 12:13-14. “13 Let us hear the
conclusion of the whole matter: Fear God, and keep His commandments…” Revelation says, “Fear God and give glory to Him.” Here it
says: “Fear God, and keep His
commandments for this is man’s all…” and now
notice the idea of judgment “…14 For God will bring every work into judgment…” do you see the relationship between this passage and the
first angel's message? “…God will bring every work into judgment including every secret
thing, whether good or evil.”
Nah,
ada ayat khusus di Alkitab yang sangat mirip dengan apa yang kita jumpai dalam
pekabaran malaikat pertama. Pekabaran malaikat pertama berkata, “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat
penghakiman-Nya…” Sekarang perhatikan Pengkhotbah
12:13-14, persamaan yang ada pada ayat yang mengakhiri kitab Pengkhotbah.
Lihat, pada dasarnya dalam kitab Pengkhotbah Salomo menceritakan kisah
hidupnya: bagaimana dia jatuh, bagaimana dia nyaris menjadi seorang atheis,
bagaimana dia tergila-gila perempuan, dan bagaimana dia pernah memiliki segala
kekayaan dan semua hal tersebut, dan
pada akhir hidupnya dia merasa ingin bunuh diri. Ini dikatakannya dalam kitab
Pengkhotbah. Dia sepenuhnya marah
pada hidup, karena semua yang tadinya dianggap penting ternyata akhirnya
disadarinya itu sama sekali tidak berguna, bahkan itu hanya kesia-siaan. Kalian tahu, kata “kesia-siaan”
dipakai 35 kali dalam kitab Pengkhotbah. “Kesia-siaan dari semua kesia-siaan; semua adalah kesia-siaan” [Pengkhotbah 12:8], kata Salomo saat dia berbicara
tentang segala yang pernah dimilikinya dalam hidupnya. Perhatikan bagaimana dia
mengakhiri kitabnya. Pengkhotbah 12:13-14, “13 Mari kita dengarkan kesimpulan dari semua ini: takutlah akan Allah dan
peliharalah
perintah-perintah-Nya,…” Kitab Wahyu berkata, “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia”, di sini
dikatakan, “…takutlah akan Allah
dan peliharalah
perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang…” dan sekarang perhatikan konsep
penghakimannya, “…14 Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke penghakiman,…”
apakah kalian melihat hubungan
antara ayat-ayat ini dengan pekabaran malaikat pertama? “…Allah akan membawa setiap perbuatan ke penghakiman,
termasuk setiap hal yang rahasia, entah itu
baik, entah itu jahat.”
Do you
remember when God asked Abraham, or commanded Abraham to take his son to
Mount Moriah and to sacrifice him? And he raised his hand and he was
ready to plunge the knife into his son, and a voice said, “Don't you plunge
that knife into your son!” I want you to notice what God
said. Genesis 22:12, “12 And He said, ‘Do not lay
your hand on the lad, or do any thing to him: for now I know that you fear God,
seeing you have not withheld your son, your only son from Me.”
Let me
ask you, did the fear of God lead Abraham to be obedient to God, even to
the point of being willing to sacrifice his own son? Absolutely! The fear of
God has to do with obeying the commands of God. That's especially
what I want us to gather from what we're talking about.
Apakah
kalian ingat ketika Allah minta Abraham, atau memerintahkan Abraham untuk
membawa anaknya ke Bukit Moria dan mengurbankan dia? Dan ketika Abraham sedang
mengangkat tangannya siap untuk menancapkan pisau itu ke anaknya, suatu suara
terdengar, “Jangan kautancapkan pisau itu pada anakmu!”. Saya mau kalian
menyimak apa kata Alllah. Kejadian 22:12
“12 Lalu Ia berfirman: ‘Jangan sentuh anak itu atau
melakukan apa pun padanya, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau
takut akan Allah, karena engkau tidak mempertahankan anakmu, anakmu yang tunggal dari-Ku.’"
Coba saya tanya, apakah takut akan
Allah membuat Abraham patuh kepada Allah bahkan sampai rela mempersembahkan
anaknya sendiri sebagai kurban? Betul! Takut
akan Allah berkaitan dengan mematuhi perintah-perintah Allah. Inilah
konsep yang saya ingin kita peroleh dari apa yang kita bahas.
Notice
Job 1: 8-9. Let me ask you, was Job a pretty righteous man? God said
so! Let's hear what God had to say about Job. Job 1:8-9, “8 And the LORD said to Satan, ‘Have you considered My servant Job,
that there is none like him on the earth, a blameless and upright man, one who…”
what? “…fears God, and shuns evil?...”
Let me
ask you, If you fear God are you going to shun evil? Absolutely! That's
what it says. “…fears God and shuns evil?...” Let me ask you, What is it that shows you what is evil and
what is good? God's Holy Law shows you what is right and wrong, what
is good and evil. And so it says here; God is saying, One who fears
God and shuns evil... “… 9 So Satan answered the LORD, and said, ‘Does Job
fear God for nothing?’” In other words,
“Does he obey You free?”
God
said, “Yeah.”
And the
Devil says, “Well, let me try him.”
And God
says, “Go for it.”
And we
all know that Job remained faithful to God.
Notice
a little later on in the book of Job, Job 28:28. Listen carefully. The
Bible is full of this idea. It says: “28 And to man He said,
‘Behold, the fear of the LORD, that is wisdom…” this is
a synonymous parallelism. What is said in the first line is repeated in
the second line in different words. “…‘Behold, the fear of
the LORD, that is wisdom and to depart from evil is understanding’.” In other words, the fear of the Lord is to depart from evil.
Simak
Ayub 1:8-9. Coba saya tanya, apakah Ayub orang yang benar? Allah berkata
begitu! Jadi mari kita dengar apa kata Allah tentang Ayub. Ayub 1:8-9 “8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan
hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh
dan jujur, yang…” apa? “…takut akan Allah dan menjauhi kejahatan?’…” coba saya tanya, jika kita takut akan
Allah, apakah kita akan menjauhi kejahatan? Pasti! Itu yang dikatakan di sini, “…takut akan Allah dan
menjauhi kejahatan?’…” coba
saya tanya, apa yang menunjukkan kepada kita mana yang jahat dan mana yang
benar? Hukum Allah yang kudus yang menunjukkan apa yang benar dan apa yang
salah, apa yang baik dan apa yang jahat. “…9 Lalu jawab Iblis kepada TUHAN:
‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?’” dengan
kata lain, “Apakah Ayub akan patuh pada-Mu tanpa pamrih?”
Allah berkata, “Iya!”
Dan Iblis berkata, “Nah, izinkan aku
mencobainya.”
Dan Allah berkata, “Silakan.”
Dan kita semua tahu Ayub tetap setia
kepada Allah.
Perhatikan tak lama setelah itu di
kitab Ayub ~ Ayub 28:28, dengarkan baik-baik, Alkitab penuh dengan konsep ini ~ dikatakan, “28 tetapi kepada manusia Ia
berfirman: ‘Lihatlah, takut akan Tuhan,
itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.’" Ini adalah paralelisme sinonim, apa
yang dikatakan di baris pertama diulangi di baris kedua dengan kata-kata yang
berbeda. “Lihatlah, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan
itulah akal budi." Dengan kata lain, takut akan Tuhan ialah menjauhi kejahatan.
Notice
Proverbs 8:13. There it's explicit. It says in Proverbs 8:13: “13 The fear of the LORD is to hate evil: pride, and arrogance, and
the evil way, and the perverse
mouth, I hate.”
So what
is the
fear of the Lord? It is to what? to hate evil. And evil is
the transgression of God's Holy Law.
Simak
Amsal 8:13, di sini jelas. Dikatakan di Amsal 8:13 “13 Takut akan TUHAN ialah membenci yang
jahat: kebanggaan, dan kecongkakan, dan jalan kejahatan, dan
mulut yang jahat, Aku benci.”
Jadi takut akan Allah itu apa? Yaitu apa? Membenci yang jahat.
Dan yang jahat ialah melanggar Hukum Allah yang kudus.
Proverbs
16:6, the same idea. It says there: “6 In mercy and truth
atonement is provided for iniquity and by the fear of the LORD one departs from
evil.”
What
does the
fear of the Lord lead you to do? to depart from evil.
Amsal
16:6, konsep yang sama, dikatakan di sana: “6 Dengan belas kasih dan kebenaran, pengampunan
disediakan bagi dosa, dan melalui takut akan TUHAN orang meninggalkan kejahatan.”
Takut
akan Tuhan membuat kita berbuat apa? Meninggalkan kejahatan.
Notice
Proverbs 3:7, “7 Be not wise in your own
eyes: fear the LORD, and…” what? “…and depart from evil.”
Perhatikan
Amsal 3:7, “
7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan
TUHAN dan…” apa? “…tinggalkan kejahatan.”
Notice Proverbs
14:2. Time and again Scripture comes out with this idea. Proverbs
14:2. “2 He who walks in his uprightness fears the LORD: but he who is
perverse in his ways despises Him.”
Simak
Amsal 14:2, berulang-ulang Kitab Suci mengetengahkan konsep ini. Amsal 14:2, “2 Siapa yang hidup dalam kebenaran, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat
jalannya, membenci Dia.”
Let's
notice, as we draw this to a close, some passages in the New Testament
that describe what it means to fear God.
Hebrews
11:7. You remember that God told Noah to build a boat? He told him to
build an ark? Was that a reasonable thing? Folks, it had never
rained, and God is telling Noah to build this huge transatlantic, like
the Queen Elizabeth, on dry land. Anybody would say, “That's
ridiculous! That can't be God's voice!” But what did Noah do?
Did he obey God even though it appeared to be ridiculous? Absolutely!
Notice Hebrews 11:7: “7 By faith Noah, being
divinely warned of things not yet seen,
moved with…” what? “…with godly fear,
prepared an ark for the saving of his household; by which he condemned the
world, and became heir of the righteousness that is by faith.”
You
see, righteousness by faith, which is the gospel, involves you having
godly fear that leads you to move, and to do what God says that you're
supposed to do.
Untuk
mengakhiri pelajaran ini marilah kita perhatikan beberapa ayat di kitab
Perjanjian Baru yang menggambarkan apa artinya takut akan Allah.
Ibrani
11:7, kalian ingat bahwa Allah menyuruh Nuh membuat sebuah kapal? Allah
menyuruh Nuh membuat sebuah bahtera? Apakah itu hal yang masuk akal?
Saudara-saudara, saat itu belum pernah turun hujan, dan Allah menyuruh Nuh
membuat kapal transatlantik yang mahabesar ini seperti kapal Queen Elizabeth,
di atas tanah kering. Siapa pun akan berkata, “Itu gila! Itu tidak mungkin
suara Allah!” Tetapi apa yang dilakukan Nuh? Apakah dia patuh kepada Allah
walaupun tampaknya tidak masuk akal? Betul sekali!
Ibrani
11:7, “Karena iman, Nuh — yang diperingatkan Allah tentang hal-hal
yang belum kelihatan — melangkah dengan…” apa? “… dengan takut kepada Allah, mempersiapkan sebuah bahtera untuk menyelamatkan keluarganya;
dengan demikian ia menghukum dunia, dan ia menjadi pewaris kebenaran, yang diperoleh karena imannya.”
Kalian
lihat, kebenaran melalui iman, yaitu Injil (kabar baik), termasuk kita harus
memiliki takut akan Allah yang membuat kita melangkah dan berbuat apa yang
dikatakan Allah supaya kita lakukan.
Notice Hebrews 12:27-28, it says there: “28 Therefore, since we are receiving a kingdom which cannot be
shaken…” In
other words, someday we're going to be in a kingdom that's not going to be
left to any other kingdom. What should we do? “…let us have…” what? “…grace…” See, some people love to talk about grace. They say, “Oh
yeah, let's have grace!” Yeah, but what does grace demand? We
noticed this in our last study. We talked about what grace commands us to
do. Notice what it continues saying, “…28 Therefore, since we are receiving a
kingdom which cannot be shaken let us have grace by which we may…” what? “…serve God acceptably
with reverence and…” what? “…and godly fear.”
What is
it that grace
leads us to do? to serve God acceptably with reverence and with
godly fear.
Perhatikan Ibrani
12:27-28, dikatakan di sana, “28 Jadi, karena kita akan menerima
kerajaan yang tidak bisa digoncang,…” dengan
kata lain, suatu hari kita akan berada dalam suatu kerajaan yang tidak akan
diambil oleh kerajaan yang lain, apa yang harus kita lakukan? “…marilah kita…” apa?
“…memiliki rahmat dengan mana kita boleh…” apa? “…beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya,
dengan hormat dan…” apa? “…takut akan
Allah.”
Rahmat itu membimbing kita melakukan apa? Beribadah kepada Allah dengan cara yang berkenan
kepadaNya, dan dengan takut akan Allah.
Notice
one more verse before we talk about the promises that God gives to those
who fear His name.
2
Corinthians 7:1. By the way, this is after God says, “Do not be unevenly yoked with unbelievers.” And you've read that passage that comes before; and
God says, “If you fulfill what I'm saying, I will receive you. I
will be your Father, and you will be My children.” And then He says what
we're supposed to do in the light of what He has said. Notice 2
Corinthians 7:1. “1 Having these
promises…” You can
read them in the last verses of chapter 6 of 2 Corinthians. Notice
what it says, “…Having these promises,
beloved, let us cleanse ourselves from all filthiness of the flesh and
spirit, perfecting holiness in the fear of God.”
What
does the
fear of God demand of us? We must perfect what? holiness, according to
Scripture.
Perhatikan
satu lagi ayat sebelum kita berbicara tentang janji yang diberikan
Allah kepada mereka yang takut akan namaNya.
2
Korintus 7:1, nah ketahuilah ayat ini setelah Allah berkata, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tak percaya…” (2 Korintus 6:14). Dan kalian sudah membaca ayat yang
sebelumnya ini, dan Allah berkata, “Jika kamu memenuhi apa yang Aku katakan,
Aku akan menerimamu. Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi
anak-anak-Ku.” Kemudian Allah mengatakan apa yang seharusnya kita lakukan sehubungan dengan apa
yang telah dikatakanNya. Simak 2 Korintus 7:1, “1
Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji
itu,…” kalian bisa membaca tentang janji-janji
itu di ayat-ayat terakhir 2 Korintus pasal 6. Simak apa katanya, “…karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita
menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan
demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.”
Takut akan Allah menuntut apa
dari kita? Kita harus menyempurnakan
apa? Kekudusan,
menurut Kitab Suci.
Do you
understand what it means to fear God a little bit better now when we read
Revelation 14:7, “Fear God”? See, it's not enough just to read, “fear God”, in the
first angel's message. You say, “Okay, that's nice.” What does that
mean? We have to go to all of the Bible, and we notice that the
fear of God, or fear of the Lord is like a diamond that has many
edges. And you look at all of the concept, and then you have this
beautiful diamond multi-dimensional concept, of what it means to fear
God. And primarily it means to obey God out of love for Him, because He has
shed His grace upon us.
Apakah
kalian sekarang sudah sedikit lebih memahami artinya ungkapan takut akan Allah
saat kita membaca Wahyu 14:7 “Takutlah akan Allah”?
Lihat, tidak cukup kita hanya membaca “Takutlah akan Allah”
dalam pekabaran malaikat pertama. Kita berkata, “Oke, itu bagus”. Tetapi apa
artinya? Kita harus memeriksa di seluruh Alkitab, dan kita melihat bahwa takut
akan Allah, atau takut akan Tuhan itu ibarat berlian yang banyak sudutnya. Dan
kita perlu meneliti semua konsepnya, kemudian kita akan mendapatkan konsep
multidimensi berlian itu tentang apa yang dimaksud dengan takut akan Allah. Dan
yang paling utama, artinya ialah
mematuhi Allah demi cinta kita kepadaNya, karena Dia telah mencurahkan kasih
karuniaNya kepada kita.
Do you
know that the Bible has some beautiful promises for those who fear
God? I'd like to end by reading some of those promises. Do you know
that those who fear God are going to have their names written in a book
of remembrance? Notice Malachi 3:16. “16 Then those who feared
the LORD spoke to one another: and the LORD listened, and heard them…” See, God is eavesdropping on a conversation. “…so a book of
remembrance was…” what? “…was written for those who feared the LORD,
and who meditate on His name.”
What
was written? a book of remembrance.
Tahukah
kalian bahwa Alkitab berisi janji-janji yang indah bagi mereka yang takut akan Allah?
Saya ingin mengakhiri dengan membacakan
beberapa janji tersebut. Tahukah kalian bahwa mereka yang takut akan Allah,
namanya akan ditulis dalam kitab peringatan (kenangan)? Perhatikan Maleakhi
3:16, “16 Lalu orang-orang yang takut akan TUHAN berbicara satu sama lain, dan TUHAN mendengarkan
dan mendengar mereka…” lihat, Allah ikut menguping dalam suatu
pembicaraan, “…maka sebuah kitab peringatan…” diapakan?
“…ditulis
di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan yang merenungkan nama-Nya.”
Apa yang ditulis? Kitab peringatan.
Notice
Psalm 103:11-14. God gives glorious promises to those who fear His
name. So it's worthwhile to fear Him. Let me tell you something
folks, we
can't fear God unless we spend time with God. Because it's only as
we come to know God that we have this awe, and this reverence for
God. And we want to please Him because He's such a wonderful, and
such a great God. But in order to grasp who He is, we must know
who He is. And in order to know who He is, we must spend time with
Him. The closer we come to Him, the greater awe, and reverence, and
fear, and godly fear we have of Him. Psalm 103:11-14. “11 For as the heavens are high above the earth, so great is His
mercy toward those who fear Him…” Isn't that
wonderful? “…so great is His mercy toward those who fear
Him. 12 As far as the east is from the west, so far has He removed
our transgressions from us. 13 As a father pities his children, so
the LORD pities those who fear Him. 14 For He knows our frame; He
remembers that we are dust.”..
What a
beautiful promise! Actually it's a series of promises that God gives
in this passage.
Perhatikan
Mazmur 103:11-14. Tuhan memberikann
janji-janji yang luar biasa kepada mereka yang takut akan namaNya. Jadi, takut
akan Allah itu sangat bermanfaat. Saya akan mengatakan sesuatu,
Saudara-saudara, kita tidak mungkin
takut akan Allah jika kita tidak bergaul dengan Allah. Karena hanya bila kita
mengenal Allah, maka akan timbul perasaan kagum, dan perasaan hormat bagi
Allah. Dan kita akan ingin menyenangkan Dia karena Dia adalah Allah yang
begitu istimewa, begitu hebat.
Tetapi supaya kita bisa mengerti bagaimana Dia, kita harus tahu siapa Dia. Dan
supaya kita tahu siapa Dia, kita harus melewatkan waktu bersamaNya. Semakin
dekat kita menghampiriNya, semakin besar rasa kagum, hormat dan takut, takut
rohani, yang kita miliki bagiNya.
Mazmur
103:11-14 “11 sebagaimana langit itu tinggi di atas bumi, sedemikian pulalah besarnya belas
kasih-Nya bagi
orang-orang yang takut akan Dia;…” hebat, bukan? “…sedemikian pulalah besarnya belas
kasih -Nya bagi orang-orang yang takut akan
Dia; 12 sejauh timur dari
barat, sejauh itu pulalah dijauhkan-Nya
pelanggaran-pelanggaran kita dari kita. 13
Seperti seorang bapak
yang mengasihani
anak-anaknya, demikian pulalah TUHAN mengasihani
orang-orang yang takut akan Dia. 14 Sebab Dia tahu bentuk kita; Dia ingat, bahwa kita ini debu.”
Betapa indahnya janji ini! Sebenarnya
ini adalah serangkaian janji yang diberikan Allah dalam perikop ini.
I'd like to bring this to an end by reading
one final verse: Proverbs 10:27. Notice this wonderful promise of
God. It says there: “27 The fear of the LORD
prolongs days: but the years of the wicked will be shortened.”
What
does God promise for those who fear His name? He promises for them long years.
Now what does He mean when He talks about long years? Is He talking about
long years on Planet Earth? Absolutely not, because there's a lot of
wicked people on Earth who have long years who don't fear the Lord. What He
means is that those who fear God will inherit eternal life,
because they will be saved by the gospel of Jesus Christ. And they
will be on the sea of glass praising the Lord for His grace, and for His
love. And they will be obedient, because the Bible says that the
end time generation will keep the commandments of God. In fact, at the
end of the first angel's message it speaks about a people who keep the
commandments of God
Saya
ingin mengakhiri ini dengan membacakan satu ayat terakhir, Amsal 10:27. Simak
janji Allah yang indah ini. Dikatakan di sana, “27 Takut akan TUHAN
memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek.”
Apa
yang dijanjikan Allah bagi mereka yang takut akan namaNya? Dia menjanjikan
panjang umur kepada mereka. Nah apa maksud Allah saat Dia berbicara tentang
panjang umur? Apakah Dia berbicara tentang umur panjang di planet bumi? Sama
sekali bukan, karena ada banyak orang jahat di bumi yang tidak takut akan
Allah, tapi panjang umurnya. Apa yang
dimaksud Allah ialah, mereka yang takut akan Allah akan mewarisi hidup kekal
karena mereka akan diselamatkan oleh Injil Yesus Kristus, dan mereka
akan berada di laut kaca, memuji Tuhan untuk kasih karunianya dan untuk kasihNya. Dan
mereka akan patuh, karena Alkitab berkata bahwa generasi akhir zaman akan
mematuhi perintah-perintah Allah. Bahkan, bagian akhir pekabaran malaikat yang
pertama berbicara tentang umat yang memelihara perintah-perintah Allah.
21 07 17
No comments:
Post a Comment