Part 02/04 - Stephen Bohr
THESIS,
ANTITHESIS, SYNTHESIS Part 2 – Jan 2020
Dibuka dengan doa.
The key verse that is guiding our study this weekend is Revelation chapter
13 and verse 3. This chapter is speaking
about the Beast which is another symbol for the Little Horn. This system
is also called the Abomination of Desolation, it's called the Man of
Sin, the King of the North, the Antichrist, the Harlot of Revelation 17,
there are many names given to this system. The Beast of Revelation 13 represents the Roman
Catholic Papacy.
Now, let me explain that, when we say “the Papacy”, we're not talking about
the members of the Roman Catholic Church, there are many sincere loving
Christians in the Roman Catholic Church. We are talking about the system,
the Papacy is a union of church and state and so we're not referring to
the individuals in the church, we're referring to the system. That's what the Beast
of Revelation 13 represents.
Ayat inti yang membimbing pelajaran kita akhir pekan ini
ialah Wahyu 13:3. Pasal ini berbicara tentang satu Binatang, lambang dari Tanduk Kecil. Sistem ini juga disebut
Kekejian yang Menelantarkan (=
Kekejian yang mengakibatkan penelantaran), disebut Manusia Dosa (Manusia Durhaka), Raja negeri Utara, Antikristus,
Perempuan Pelacur di Wahyu 17. Ada banyak nama yang diberikan
kepada sistem ini. Binatang Wahyu 13
melambangkan Kepausan Roma Katolik.
Nah, saya perlu menjelaskan, bila kita mengatakan “Kepausan” kita tidak berbicara
tentang jemaat gereja Roma Katolik. Ada banyak orang Kristen
yang tulus dan penuh kasih di dalam gereja Roma Katolik. Kita berbicara tentang
sebuah sistem. Kepausan adalah persatuan
gereja dengan negara, jadi kita tidak berbicara tentang para
individu di dalam gereja, kita berbicara tentang sistemnya. Itulah yang dilambangkan oleh Binatang Wahyu 13.
And last evening we were speaking about how history moves from a thesis to
an antithesis to a synthesis, and we applied this concept of history to a
particular segment of human history. We noticed that during the 1260 years of Papal
dominance from 538 to 1798, the Papacy basically ruled over the civil powers of
Europe, in others words, the Papacy dictated and the civil powers did what the Papacy
wanted them to do.
But then you have the rise of the antithesis to this, which is composed of
two stages. The first reaction against the Papacy was the Protestant Reformation.
The date 1517 is usually given for the beginning of the Protestant Reformation
although you have others, Wycliffe and Hus and others that came before this. So
the first reaction against the Papacy major was the Protestant Reformation.
And then at the end of the 1260 years from 1793 to 1798 you have the French
Revolution, where the civil powers of the world beginning with France rose and
gave the Papacy it's deadly wound. In other words, the civil powers of the world withdrew
their support from the Papacy.
And so you have the action, and then you have the reaction, and then at the
end we will have the synthesis.
Dan semalam kita membahas tentang bagaimana sejarah
mengalir dari sebuah thesis, ke antithesis, ke suatu synthesis; dan kita
mengaplikasikan konsep sejarah ini ke suatu segmen khusus dari sejarah manusia.
Kita menyimak bahwa selama 1260 tahun kekuasaan Kepausan dari tahun 538 hingga
1798, Kepausan pada dasarnya menguasai para penguasa Eropa, dengah kata lain
Kepausan mendikte, dan penguasa-penguasa sipil melakukan apa yang dikehendaki
Kepausan supaya mereka lakukan.
Tetapi kemudian kita melihat timbulnya antithesis kepada
kondisi itu, yang terdiri atas dua tahap. Reaksi
tahap pertama terhadap Kepausan adalah Reformasi Protestan.
Tahun 1517 adalah tahun yang biasanya dianggap sebagai mulainya Reformasi
Protestan, walaupun ada yang lain, misalnya Wycliffe dan Hus dan yang lain yang
muncul sebelum ini. Jadi reaksi pertama terhadap Kepausan yang utama ialah
Reformasi Protestan.
Lalu menjelang akhir 1260 tahun tersebut, dari tahun 1793 ke 1798, muncullah
Revolusi Perancis, di mana kekuasaan-kekuasaan sipil dunia, mulai dari Perancis,
bangkit dan memberikan luka yang mematikan kepada Kepausan. Dengan kata lain, kekuasaan sipil dunia menarik
dukungan mereka kepada Kepausan.
Maka kita sudah melihat aksi, kemudian ada reaksi, dan
pada akhirnya kita akan melihat sinthesisnya.
What does that mean? It means that the contradictory sides are going to
come together. In other words, Protestantism, Romanism, and the civil powers of
the world will all merge together, they will synthesize, in other words, or
come together.
Ellen White referred to this in Great
Controversy with words and I paraphrase, she states, “…Papists, Protestants and Worldlings…” how many in the final conflict? How many?
Three. “…Papists, Protestants
and Worldlings will see in this movement together, a means to convert the world
and to introduce the long-awaited millennium of peace on earth…” that's the way
Ellen White describes it in the book Great
Controversy and we are seeing in a world today a synthesis of the Papacy, apostate
Protestantism, and the Socialist-Globalist secular powers of the world.
Apa artinya? Artinya pihak-pihak yang berlawanan akan
bersatu. Dengan kata lain, Protestantisme, Romanisme dan kekuasaan-kekuasaan
sipil dunia, semuanya akan bergabung, mereka akan bersinthesis, dengan
kata lain, menyatu.
Ellen White menyebut ini dalam Great Controversy dengan kata-kata, dan saya parafrase,
katanya, “…Kepausan, Protestan, dan Dunia…” ada berapa pihak dalam konflik akhir ini? Berapa? Tiga. “…Kepausan,
Protestan, dan Dunia akan melihat dalam gerakan persatuan ini, suatu sarana
untuk mengubah dunia, dan memperkenalkan suatu masa millenium yang damai di bumi yang sudah lama dinanti-nantikan…” demikianlah cara Ellen White mendeskripsikannya dalam
buku Great Controversy, dan hari ini kita sedang menyaksikan
di dunia, sinthesis antara Kepausan,
Protestan murtad dan golongan Sosialis/Globalis kekuasan sekuler dunia.
Now I would like to read as we enter new territory this morning, some
statements from the Roman Catholic Papacy where they use certain catch words
and expressions that indicate how the Papacy has embraced Socialism. There are
several words and phrases that show that the Papacy has basically embraced Socialism,
I would even go so far as to say Communism.
Nah, saat kita akan memasuki teritori baru pagi ini, saya
ingin membacakan beberapa pernyataan dari Kepausan Roma Katolik, di mana mereka
memakai istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan khas yang menunjukkan bahwa
Kepausan telah memeluk Sosialisme. Ada beberapa kata dan ungkapan yang
menunjukkan bahwa pada dasarnya Kepausan telah memeluk Sosialisme, bahkan saya
berani mengatakan lebih jauh bahwa itu sudah Komunisme.
The first of those expressions is “the common good”. Have you noticed that? “The
common good”, what does that mean? It means that
individualism is out and it means that free enterprise is also out. Everything
needs to be done ~ according to the Papacy ~ for the common good. In other
words, for
the global good.
Yang pertama dari istilah-istilah itu ialah “demi kebaikan bersama”.
Apakah kalian pernah memperhatikan? “Demi kebaikan bersama” apa maksudnya? Maksudnya, individualisme sudah
tidak ada lagi, dan perdagangan bebas juga sudah tidak ada lagi. Menurut
Kepausan semuanya harus dilakukan demi kebaikan bersama, dengan kata lain demi kebaikan global.
I read a couple of statements from a Roman Catholic sources.
The first is from the Compendium of
Catholic Social Doctrine ~ I have an
entire copy of this. It takes more than one whole ream of paper to see what the
Social Doctrine of the Roman Catholic Church is officially today. In section 167 of this Compendium we find the
following words: “…the common good
therefore, involves all members of society. No one is exempt from cooperating
according to each person's possibilities in attaining and developing it…” That is the
common good.
Saya membacakan dua pernyataan dari sumber Roma Katolik.
Yang pertama ialah dari Compendium of Catholic Social Doctrine ~ saya punya salinan lengkap dokumen
ini. Sekarang ini, dibutuhkan surat-surat resmi yang tebalnya lebih dari
satu rim untuk bisa melihat dokumen ini.
Di seksi
167 Compendium ini, kita jumpai kata-kata berikut: “…oleh karena itu, kebaikan bersama, melibatkan semua
anggota masyarakat. Tidak ada seorang pun yang terbebas dari bekerjasama sesuai
kemampuan setiap orang untuk mencapai dan mengembangkannya…” itulah kebaikan bersama.
Pope Francis in his encyclical Laudato Si
paragraph 169 explained: “…international negotiations…” that is negotiations between different
nations, “…cannot make significant
progress…” those negotiations among nations can't make
progress. What is the reason why they can't make progress? He explains, “…due to positions taken by countries…” like
the USA, for example, right now; so once again “…due
to positions taken by countries which place their national interests above the
global common good.” Are you
understanding what this is saying? Individual countries cannot focus on their own
interests, they have to focus on the global common good. Nationalism is
out. Individualism is out. Globalism is in.
Paus Francis dalam
ensiklikalnya Laudato Si, paragraf 169 menjelaskan: “…Negosiasi-negosiasi internasional…” yaitu negosiasi-negosiasi antar bangsa, “…tidak berhasil mencapai kemajuan yang signifikan…” negosiasi-negosiasi antar bangsa itu tidak menghasilkan
kemajuan. Apakah alasannya mengapa tidak menghasilkan kemajuan? Paus Francis
menjelaskan, “…oleh karena
posisi yang diambil oleh negara-negara itu…” seperti misalnya
Amerika Serikat, saat ini. Jadi sekali lagi, “…oleh
karena posisi yang diambil oleh negara-negara itu, yang menempatkan kepentingan
nasional mereka sendiri di atas kebaikan bersama yang global…” Apakah kalian paham apa yang dikatakan di sini? Negara-negara individu tidak
boleh fokus pada kepentingan mereka sendiri, mereka harus fokus pada kebaikan
bersama yang global. Nasionalisme dibuang. Globalisme yang masuk.
Another expression or word that is used by the Papacy these days, which is
a Socialist word, is the word “solidarity”. What does solidarity mean? It
means
that everyone
on earth must cooperate together for the common good because we are all
members of a common humanity and we must all come together and cooperate. We
must all have solidarity.
Kata atau istilah yang lain yang dipakai oleh Kepausan
dewasa ini, yang adalah suatu kata Sosialis, ialah kata “solidaritas”. Apa maksudnya solidaritas? Artinya semua orang di bumi
harus bekerjasama demi kebaikan bersama karena kita semua adalah
anggota kemanusiaan yang sama, dan kita semua harus bersatu dan bekerjasama.
Kita semua harus punya solidaritas.
Let me read you a couple of statements from Roman Catholic sources,
actually from the Pope's encyclical on the environment, Laudato Si. Once again, in
this particular encyclical the Pope constantly rails without mentioning the
name he rails against, the system that exists in the United
States: Capitalism. Because this is a Socialist document, even conservatives
within the Roman Catholic Communion are disgusted with the Pope, with the
present Pope, because he has embraced Socialism and he's forgotten Roman
Catholic doctrine and the authority of the Papal chair.
So this is what he wrote in paragraph 14:
“…Obstructionist attitudes…” like the one of the United States right
now, like withdrawing from the Paris climate agreement, that's obstruction in
the minds of the Pope, “…Ostructionist attitudes
even on the part of believers can range from denial of the problem…” that
is of climate change, “…to indifference
nonchalant resignation or blind confidence in technical solutions…” and then he wrote, “…We require a new and universal
solidarity…” in other words, no obstruction, we
need a universal solidarity.
In paragraph 201 he wrote, “…The majority of people living on our
planet profess to be believers, this should spur religions to dialog among
themselves, for the sake of protecting nature, defending the poor, and building
networks of respect and fraternity, solidarity…” a common word in the Socialist view that the present Papacy has.
Izinkan saya membacakan dua pernyataan dari sumber Roma
Katolik, sebenarnya dari ensiklikal Paus tentang lingkungan hidup, Laudato Si. Sekali lagi, dalam ensiklikal tersebut, Paus berulang-ulang
mencerca tanpa menyebutkan nama apa yang dia cerca, yaitu sistem yang
ada di Amerika Serikat: Kapitalisme. Karena ini
ialah suatu dokumen Sosialis, bahkan golongan konservatif pun
dalam komunitas Roma Katolik merasa muak dengan Paus, dengan Paus yang
sekarang, karena dia telah merangkul Sosialisme dan dia telah melupakan doktrin
Roma Katolik dan wewenang takhta Kepausan.
Jadi inilah yang ditulisnya di
paragraf 14: “…Sikap-sikap
yang menghalangi…” seperti yang
dilakukan Amerika Serikat sekarang ini, dengan mundurnya dari perjanjian
tentang iklim di Paris, itu pada pemikiran Paus
adalah menghalangi, “…Sikap-sikap yang menghalangi, kendati pun dari
orang-orang yang beriman, bisa mulai dari menolak mengakui adanya masalah itu…” masalah perubahan iklim, “…sampai sikap pasrah yang tidak acuh, atau keyakinan
buta dalam solusi-solusi teknis…” kemudian Paus menulis, “…Kita membutuhkan solidaritas yang baru yang universal…” dengan kata lain, tidak menghalangi, kita membutuhkan
solidaritas universal.
Di paragraf 201, Paus menulis, “…Mayoritas manusia yang hidup di planet kita, mengaku
beriman, hal ini seharusnya memacu agama-agama untuk berdialog di antara mereka
sendiri demi melindungi alam, membela yang miskin, dan membangun jaringan
saling menghargai, persaudaraan, solidaritas…” kata yang umum
dalam faham Sosialis yang dimiliki oleh Kepausan yang sekarang.
Another word that appears quite frequently in Papal literature is the word “Subsidiarity”.
What does “subsidiarity” mean? It means that our personal individual interests are subsidiary
to the common good, it means that the interests of individual states or
nations are subsidiary to the interests of the common good. Constantly you find
the word “subsidiarity”. Our individual
desires and our national desires are subsidiary to the global aims and the
global good.
Kata lain yang sering muncul dalam literatur Kepausan
ialah kata “subsidiaritas”.
Apa artinya “subsidiaritas”? Artinya, kepentingan
masing-masing pribadi harus tunduk kepada kebaikan bersama,
artinya kepentingan individu suatu negara atau bangsa, harus tunduk kepada
kepentingan dari kebaikan bersama. Kata “subsidiaritas” terus-menerus kita
jumpai. Keinginan individu kita dan keinginan nasional kita, harus tunduk
kepada tujuan global dan kebaikan global.
The final expression that I would like to refer to is called “the common
destination of goods”, What is meant by “the common destination of
goods”? Basically what this means is that property is not necessarily personal
but belongs to all humanity according to need. Let me read from the Compendium of Catholic Social Doctrine about
what this expression, “the common destination of goods” means. It's anti-Capitalist
and pro Socialism/Globalism.
I read from section 173 of the Compendium of Catholic Social Doctrine: “Even if it’s true that
everyone is born with the right to use the goods of the earth, it is likewise
true that in order to ensure that this right is exercised in an equitable and
orderly fashion, regulated interventions are necessary, interventions that are
the result of national and international agreements; and a juridical order that
adjudicates and specifies the exercise of this right…” in other words, you have to have an authority that tells you how you use
your goods and who uses your goods.
Istilah yang terakhir yang ingin saya sebutkan ialah “destinasi bersama harta benda”.
Apa yang dimaksud dengan “destinasi bersama harta benda”? Pada dasarnya apa
yang dimaksud ini ialah, harta
benda belum tentu milik pribadi, melainkan adalah milik semua manusia, sesuai
kebutuhannya. Saya akan membacakan dari Compendium of Catholic Social Doctrine tentang apa yang dimaksud
dengan istilah “destinasi bersama harta benda.” Ini anti-Kapitalis dan pro
Sosialis/Globalis.
Saya baca dari seksi 173 dari Compendium of Catholic Social Doctrine: “…Walaupun benar bahwa setiap manusia dilahirkan dengan
hak untuk memakai harta bumi, tetapi sama benarnya, demi memastikan hak ini
dipakai dengan cara yang adil dan tertib, dibutuhkan campur tangan yang diatur
oleh peraturan, campur tangan yang adalah hasil dari
perjanjian nasional dan internasional;
dan suatu tatanan yuridis yang mengadili dan memerinci pelaksanaan hak
ini…” dengan kata lain, harus ada autoritas
yang mengatur bagaimana kita boleh memakai harta benda kita dan siapa
yang boleh memakai harta benda kita.
In another place in the Compendium, this
is section 177, we find this quotation and
this is amazing, very Socialist practically Communist. Now, don't miss this
afternoon because I'm going to go back and I'm going to talk about how the
Roman Catholic Papacy has changed its emphasis, and why. It used to emphasize
the authority of the Papal chair, it used to emphasize the importance of the
doctrines or the dogmas of the church. Now neither one of those things are
central to Roman Catholicism. Now it is everything that we are talking about
and there's agenda behind it.
Notice this statement, official Roman Catholic teaching: “…Christian tradition has never recognized
the right to private property as absolute and untouchable...” Did you catch that? That's Communism! “…Christian tradition has never recognized
the right to private property as absolute and untouchable, on the contrary it
has always understood this right…” that is the private property “…within the broader context of the right
common to all, to use the goods of the whole creation. The right to private
property is subordinated to the right to common use, the fact that goods are
meant for everyone.”
Section 179 “…New
technological and scientific knowledge must be placed at the service of
mankind's primary needs, gradually increasing humanity’s common patrimony,
putting the principle of the universal destination of goods into full effect…”
what needs to happen in order to put the principle of the universal
destination of goods into full effect? Here's the explanation, “…therefore requires action at the
international level…” has to be
global in other words, “…and planned programs on
the part of all countries.”
Di tempat lain di Compendium, ini seksi 177, kita
mendapatkan kutipan ini, dan ini mengagumkan, sangat Sosialis, nyaris Komunis.
Nah, jangan melewatkan nanti sore karena saya akan kembali dan akan berbicara
tentang bagaimana Kepausan Roma Katolik telah mengganti penekanan mereka dan
mengapa. Dulu Kepausan menekankan pada autoritas takhta Kepausan, menekankan
pentingnya doktrin dan dogma gereja. Sekarang kedua-duanya tidak lagi yang
terpenting bagi Katolikisme Roma. Sekarang, justru semua yang sedang kita
bicarakan ini, dan ada agenda di baliknya.
Perhatikan pernyataan ini,
ajaran resmi Roma Katolik: “…Tradisi
Kristen tidak pernah mengakui hak kepemilikan pribadi sebagai mutlak dan tidak
boleh disentuh…” apakah kalian
menangkap ini? Ini Komunisme! “…Tradisi Kristen tidak pernah mengakui hak kepemilikan
pribadi sebagai mutlak dan tidak boleh disentuh. Sebaliknya, pemahaman atas hak
ini…” yaitu hak atas
harta benda pribadi, “…selalu
diartikan dalam konteks yang lebih luas, sebagai hak yang
dimiliki semua orang untuk memakai seluruh harta alam semesta. Hak kepemilikan pribadi itu tunduk kepada hak kebaikan
bersama, fakta bahwa harta itu
diperuntukkan bagi semua manusia.”
Seksi 179, “…Pengetahuan
teknologi dan sains yang baru harus diperuntukkan melayani kebutuhan utama
manusia, secara bertahap meningkatkan warisan bersama semua manusia, demi menerapkan
secara penuh prinsip destinasi harta benda universal…” apa yang harus terjadi demi menerapkan secara penuh
prinsip destinasi harta benda universal? Ini penjelasannya, “…dengan
demikian membutuhkan tindakan pada tingkat internasional…” dengan kata lain haruslah global, “…dan
program-program terencana dari semua negara.”
In the encyclical Laudato Si paragraph 93 ~ every Adventist should read the encyclical by the Pope on the environment,
there's a lot of good things in it, but it's truth mixed with error, and the
agenda behind it is a Socialist agenda.
In paragraph 93 the Pope wrote in his encyclical:
“…The principle of the subordination of
private property to the universal destination of goods, and thus the right of
everyone to their use, is a golden rule of social conduct, and the first
principle of the whole ethical and social order…” this is the Pope writing now, “…The Christian tradition has never
recognized the right to private property as absolute and inviolable and has
stressed the social purpose of all forms of private property…” in
other words, private property is not private, what you have belongs to
everyone.
Dalam ensiklikal Laudato Si paragraf
93 ~ setiap
orang Advent harus membaca ensiklikal Paus tentang lingkungan hidup ini, ada
banyak hal yang bagus di dalamnya, tetapi itu kebenaran yang bercampur dengan
kesalahan, dan agenda di baliknya adalah agenda Sosialis.
Di paragraf 93, Paus menulis dalam ensiklikalnya: “…Prinsip tunduknya hak milik pribadi pada destinasi
harta benda universal, dan selanjutnya hak setiap manusia untuk menggunakannya,
adalah suatu peraturan emas perilaku sosial, dan prinsip pertama dari seluruh
tatanan etis dan sosial…” ini tulisan Paus
sekarang, “…Tradisi Kristen tidak pernah mengakui hak kepemilikan
pribadi sebagai mutlak dan tidak bisa diganggu gugat, dan telah menekankan pada tujuan sosial segala bentuk harta benda pribadi…” dengan kata lain, harta benda pribadi bukan milik
pribadi, apa yang kita punya, itu milik semua orang. “…
.
That's the reason why ~ I don't know
if you've been keeping in touch with what's been happening in Chile, you know one of the problems we have in the US
is that we don't get any news, except the impeachment from morning to night to
midnight, impeachment, impeachment, and it's all just basically opinion. But we
get no international news. Americans don't know what's happening on a global
scale. It's not like other countries. My wife, you know, we have a couple of
Colombian channels that we get in our home. There's lots of international news
about what's happening all over the world, you don't find that in the US. In
Chile there has been a tremendous uprising against the government, against the
Capitalist government. Chile was one of the most prosperous countries in all of
Latin America, and for those of you who have been watching, multitudes simply
ransacked stores, looted stores. What did the Pope have to say about the
populace going into stores, stealing everything from the stores? What did he
have to say? Nothing! In Venezuela,
Communist government, Socialist government, the government has basically expropriated all kinds of private property,
taking it over for the government. What
does the Pope had to say about this? Absolutely nothing, because the Papal view
is that private property is not private, it is there for the global good for
everyone, which means that if you have something that somebody else thinks that
they need, they can take it. Is that the kind of world that you want to live
in, a Globalist/Socialist world? Not me!
Itulah sebabnya mengapa ~ entah apa kalian mengikuti apa
yang terjadi di Chili, kalian tahu salah satu masalah yang kita miliki di Amerika
Serikat ialah kita tidak mendapatkan berita apa pun kecuali tentang pemakzulan,
dari pagi hingga malam hingga tengah malam, pemakzulan, pemakzulan (= pemakzulan Donald Trump), dan pada dasarnya semua itu hanya pendapat. Tetapi kita
tidak mendapat berita internasional. Orang Amerika tidak tahu apa yang sedang
terjadi pada skala global. Beda dengan negara-negara lain. Istri saya, kalian
tahu, di rumah kami memiliki dua saluran berita Columbia. Ada banyak berita
internasional tentang apa saja yang sedang terjadi di seluruh dunia. Ini tidak kita
peroleh di Amerika Serikat. Di Chili telah terjadi gejolak besar melawan pemerintah
Kapitalis. Chili adalah salah satu negara yang paling makmur di seluruh Amerika
Latin. Dan bagi kalian yang menonton beritanya, banyak orang semata-mata
menjarah toko-toko, merampok toko-toko. Apa kata Paus tentang masyarakat yang
pergi ke toko-toko, mencuri semuanya dari toko-toko? Paus bilang apa? Tidak
bilang apa-apa! Di Venezuela, pemerintahan Komunis, pemerintahan Sosialis, pada
dasarnya Pemerintah telah menyita segala bentuk harta benda, mengambil alih
semuanya bagi Pemerintah. Paus bilang apa tentang ini? Sama sekali tidak bilang
apa-apa, karena pandangan Paus ialah, harta benda pribadi bukan hak pribadi,
itu adalah demi kebaikan bersama yang global, artinya jika kita punya
sesuatu yang dianggap orang lain dia perlukan, orang itu boleh mengambilnya.
Apakah kita mau tinggal di dunia macam begini, dunia Globalis/Sosialis? Saya
tidak!
Now let's notice a few statements where the Papacy uses these specific
expressions that I've mentioned. Let's begin with Benedict XVI. In 2009 he wrote
an encyclical called Caritas in Veritate,
that means “Charity in Truth”. Listen carefully to what he wrote in that
particular encyclical, this is paragraph 67,
it clearly shows what the Papacy has in mind. He mentions seven things at the
beginning of this paragraph: “… (1) to manage the
global economy, (2) to revive economies hit by the crisis…” this
was the crisis of 2008, “…(3) to avoid any
deterioration of the present crisis and the greater imbalances that would
result, (4) to bring about integral and timely disarmament, (5) food security
and peace, (6) to guarantee the protection of the environment, (7) to regulate
migration…” are you noticing what the agenda is? To manage the global economy, to revive
economies hit by the crisis, to avoid
further deterioration of the present
crisis, to fight for disarmament, for food security and peace, to protect the
environment, and to regulate migration; what is needed according to Pope
Benedict for all this? He says, “…there is an urgent need of a true world
political authority…” What is needed
to implement all these things? A what? A true world political authority, “…as my predecessor Blessed John XXIII
indicated some years ago…” listen
carefully now, “…such an authority
would need to be regulated by law…” to
how many countries would that law apply?
Every country because it's a world political authority, “…such an authority would need to be
regulated by law…” now listen carefully, “…to observe consistently the principles
of subsidiarity and solidarity, to seek to establish the common good…” do you see the terms there? “…to seek to establish the common good and
to make a commitment to securing authentic integral human development, inspired
by the values of charity in truth…” now, listen carefully “…Furthermore, such an authority…” what kind of authority, is it? A world political authority, “…such an authority would need to be
universally recognized and to be vested with effective power to ensure security
for all, regard for justice and respect for rights. Obviously, it would have to
have the authority to ensure compliance with its decisions from all parties and
also with the coordinated measures adopted in various international forums…” I'm
not reading from the enemies of the Papacy, I'm reading statements from the
Papacy itself, their objectives.
Sekarang, mari kita perhatikan
beberapa pernyataan di mana Kepausan memakai istilah-istilah khusus yang tadi
saya sebutkan. Mari kita mulai dengan Benedict XVI. Di tahun 2009 dia menulis
sebuah ensiklikal berjudul Caritas in Veritate, yang artinya “Kasih yang Sejati”. Dengarkan baik-baik
kepada apa yang dia tulis dalam ensiklikal tersebut, ini ada di paragraf 67, ini jelas menunjukkan apa yang
diniatkan Kepausan. Dia menyebutkan tujuh hal pada awal paragraf ini: “…(1) untuk mengatur ekonomi global, (2) untuk memulihkan
kembali ekonomi yang terpukul oleh krisis…” ini krisis tahun
2008, “…(3) untuk menghindari kemunduran apa pun akibat krisis
yang sekarang dan ketidakseimbangan yang lebih parah yang akan terjadi, (4)
untuk mewujudkan pelucutan senjata yang integral dan tepat waktu, (5) dan
jaminan adanya pangan dan perdamaian, (6) untuk memastikan perlindungan pada
lingkungan hidup, (7) untuk mengatur migrasi…” apakah kalian
melihat apa agendanya? Untuk mengatur ekonomi global, untuk memulihkan ekonomi
yang terpukul krisis, untuk menghindari kemunduran
lebih lanjut akibat krisis yang sekarang, untuk berjuang demi pelucutan
senjata, demi pangan dan perdamaian, untuk melindungi lingkungan hidup, dan
untuk mengatur migrasi. Menurut Paus
Benedict apa yang diperlukan untuk semua ini? Katanya, “…Ada kebutuhan mendesak bagi satu autoritas politik yang sejati bagi dunia …” apa yang
dibutuhkan untuk mengimplementasikan semua itu? Satu apa? Satu autoritas
politik yang sejati bagi dunia, “…sebagaimana
pendahulu saya Yohanes XXIII yang terberkati, mengindikasikan beberapa tahun
yang lalu.…” Sekarang,
dengarkan baik-baik, “…autoritas semacam ini perlu diatur oleh hukum…” hukum tersebut akan berlaku untuk berapa negara? Setiap
negara, karena ini adalah autoritas politik dunia, “…autoritas
semacam ini perlu diatur oleh hukum…” sekarang,
dengarkan baik-baik, “…untuk mematuhi secara konsisten prinsip-prinsip
subsidiaritas dan solidaritas, demi usaha untuk menegakkan kebaikan bersama…” apakah kalian melihat istilah-istilah itu di sini? “…demi
usaha untuk menegakkan kebaikan bersama dan membuat suatu komitmen untuk
menjamin pengembangan manusia secara integral yang
autentik, yang diilhami oleh nilai-nilai kasih yang
sejati…” sekarang,
dengarkan baik-baik, “…Lebih lanjut, autoritas semacam ini…” autoritas macam apa ini? Autoritas politik dunia, “…autoritas
semacam ini harus diakui secara universal, dan diberi kekuasaan yang efektif
guna memastikan keamanan bagi semua, menghargai keadilan dan menghormati
hak-hak. Jelas, autoritas ini harus memiliki wewenang yang menjamin kepatuhan
semua pihak pada keputusan-keputusannya, dan juga pada langkah-langkah koordinasi yang diambil
oleh pelbagai forum internasional…” Saya tidak membaca
dari tulisan musuh-musuh Kepausan. Saya membaca pernyataan-pernyataan dari
Kepausan sendiri, tujuan-tujuan mereka.
Paragraph 173 of the Compendium states this, “…Even
if it is true that everyone is born with the right to use the goods of the
earth, it is likewise true that in order to ensure that this right is exercised
in an equitable and orderly fashion, regulated interventions are necessary. Interventions
that are the result of national and international agreements and a juridical
order..” what does a juridical order mean? It's the
judicial branch that enforces the law and so, “…a
juridical order that adjudicates and specifies the exercise of this right.”
Paragraf 173 dari Compendium
menyatakan demikian, “…Walaupun benar bahwa setiap manusia dilahirkan dengan
hak untuk memakai harta bumi, tetapi sama benarnya, demi memastikan hak ini
dipakai dengan cara yang adil dan tertib, dibutuhkan campur tangan yang diatur
oleh peraturan, campur tangan yang adalah hasil dari
perjanjian nasional dan internasional;
dan suatu tatanan yuridis…” apa yang dimaksud
dengan tatanan yuridis? Ini adalah satu cabang yudisial yang melaksanakan
hukum, maka “…suatu tatanan yuridis yang mengadili dan
memerinci pelaksanaan hak ini…”
Now the question is to which authority was Benedict XVI referring to when he
says that there needs to be a global authority that can make sure that
everybody cooperates and whoever doesn't, there need to be measures, juridical
measures taken against them? To what authority was referring? Well, there was a previous Pope that explained,
this is Pope Pius XI in an encyclical titled Quadragesimo anno, he wrote the following ~ speaking about
another pope, Leo XIII, he stated, “…that principle which
Leo XIII so clearly established, must be laid down at the outset here, namely
that there resides in Us…” the word “Us”,
the “U” is capitalized. When the Papacy uses the word “us” with a capital
“U” it means the Popes. So what is he saying? He's saying “it resides in Us…” the Popes, “…the
right and duty to pronounce with supreme authority upon social and economic
matters…” with whom does it rest to pronounce with supreme
authority on social and economic matters? What would the global
authority be? It would be the Papacy.
Sekarang pertanyaannya ialah,
Benedict XVI merujuk kepada autoritas mana ketika dia berkata bahwa harus ada
suatu autoritas global yang bisa memastikan setiap orang bekerjasama, dan
barangsiapa tidak melakukannya, harus ada tindakan ~ tindakan hukum ~ yang
dikenakan kepada mereka? Benedict merujuk kepada autoritas yang mana? Nah, ada
seorang Paus yang lampau yang menjelaskannya, yaitu Paus Pius XI dalam sebuah
ensiklikal berjudul Quadragesimo anno, dia menulis
sebagai berikut ~ berbicara tentang seorang Paus yang lain yaitu Leo XIII, Paus
Pius XI menyatakan, “…Prinsip yang dibuat
Leo XIII dengan begitu jelas, harus dipaparkan di sini dari awal, yaitu bahwa
ada pada Kami…” kata “Kami” huruf
“K”nya ditulis dalam huruf besar. Bila
Kepausan memakai kata “kami” dengan “K” besar, artinya itu para Paus.
Jadi apa yang dikatakan Pius XI? Dia berkata, “…apa pada Kami…” para Paus, “…hak dan kewajiban untuk menetapkan dengan autoritas tertinggi dalam masalah sosial dan ekonomi…” terletak pada siapa hak
dan kewajiban untuk menetapkan dengan autoritas tertinggi
dalam masalah sosial dan ekonomi? Siapakah yang akan memangku autoritas
global itu? Kepausan.
In 1967 a journalist and also Hollywood copyright, philosopher Ayn Rand wrote the following
words. She almost sounds like an Adventist here. She could already discern what
the Papal objectives are. I read ~ this is from the book Ecclesiastical Megalomania page 195, “…the
Catholic Church has never given up the hope to re-establish…” what does “reestablish” mean? Folks, you
cannot “reestablish” something that isn’t already established. So at some
point, this system must have lost its establishment. “…the Catholic Church has never given up
the hope to re-establish the medieval union of church and state, with a global
state and a global theocracy as its ultimate goal. The Roman church-state…”
that's another expression that explains what the word Papacy means,
“…the Roman church-state is a hybrid, a monster of ecclesiastical and
political power. Its political thought is totalitarian and whenever it has had
the opportunity to apply its principles, the result has been bloody repression.
If during the last 30 years…” remember she's
writing in 1967, “… if in the last 30
years the Papacy has softened its assertions of full supreme and irresponsible
power and has murdered fewer people than before, such changes in behavior are
not due to a change in its ideas but to a change in its circumstances…” because it has a deadly wound. And then
she writes this, this is the part that sounds almost Adventist, “…The Roman church-state in the 20th
century, however, is an institution recovering from a mortal wound…” she probably never read Revelation 13,
extremely secular person, and she is saying, “…the
Roman church-state in the 20th century however, is an institution
recovering from a mortal wound…” And then she
writes, “…If and when…” we can get rid of the “if” as Adventist,
but she writes, “…If and when it
regains…” what does “regain” mean? It cannot regain
what it didn't what? What it didn't lose.
“…If and when it regains its full power and authority, it will impose a regime
more sinister than any the planet has yet seen…” was she on target? She was very much on target.
Di tahun 1967, seorang
jurnalis dan juga seorang pengurus hak cipta Hollywood, ahli filsafat Ayn Rand, menulis kata-kata berikut. Kata-katanya
nyaris seperti orang Advent di sini. Dia sudah bisa menangkap apa tujuan
Kepausan. Saya bacakan ~ ini dari buku Ecclesiastical Megalomania hal. 195, “…Gereja
Katolik tidak pernah putus harap untuk menegakkan kembali…” apa arti “menegakkan kembali”? Saudara-saudara,
kita tidak bisa “menegakkan kembali” sesuatu yang belum pernah ada. Jadi pada suatu masa, sistem ini pasti telah pernah kehilangan statusnya, “…Gereja
Katolik tidak pernah putus harap untuk menegakkan kembali penggabungan gereja dengan negara ala abad pertengahan, dengan pemerintahan
yang global dan theokrasi yang global sebagai tujuan akhirnya. Gereja-negara
Roma…” ini istilah lain
untuk menjelaskan apa makna kata “Kepausan”, “…Gereja-negara Roma adalah suatu produk blasteran ~
momok yang terdiri atas kekuasaan gereja dan kekuasaan politik. Konsep politiknya totalitarian, dan setiap
kali dia punya kesempatan untuk memberlakukan prinsip-prinsipnya, hasilnya
adalah represi berdarah. Jika selama 30 tahun yang terakhir …” ingat, dia menulisnya di tahun 1967, “…Jika
selama 30 tahun yang terakhir dia telah memperlunak demonstrasi kekuasaan
tertingginya yang penuh dan yang tidak bertanggungjawab, dan telah membunuh
lebih sedikit orang daripada sebelumnya, maka perubahan dalam sikapnya itu
bukanlah karena perubahan ideologinya, melainkan karena perubahan situasi dan
kondisi…” karena dia telah kena luka yang
mematikan. Kemudian Ayn Rand menulis ini, inilah bagian yang sangat mirip
Advent, “…Gereja-negara
Roma di abad ke-20 adalah suatu institusi yang sedang pulih dari luka yang
mematikan…” Besar kemungkinan
Ayn Rand tidak pernah membaca Wahyu 13, dia seorang yang sangat sekuler, dan
dia berkata, “…Gereja-negara Roma di abad ke-20 adalah suatu institusi
yang sedang pulih dari luka yang mematikan…” lalu dia menulis, “…Jika dan bila…” sebagai orang Advent, kita
bisa menghapus kata “jika”nya, tetapi dia menulis, “…Jika dan bila dia mendapatkan kembali…” apa artinya “mendapatkan kembali”? Kepausan tidak bisa mendapatkan kembali apa
yang tidak apa? Apa yang tidak pernah hilang darinya, “…Jika dan bila dia mendapatkan kembali kuasa dan wewenangnya yang penuh, dia akan
memberlakukan suatu rezim yang lebih kejam daripada apa yang pernah dilihat
planet ini. …” apakah Ayn Rand
tepat sasaran? Dia sangat tepat sasaran.
So what is the agenda of the Papacy with regards to the nations of the
world? By the way is the United Nations a Socialist organization? Every time
the United States proposes something ~ a Capitalist country ~ the nations of
the world with one or two exceptions: Israel and a few others ~ they are vetoed
because the
United Nations is a Socialist a Globalist organization, most of the
nations that belong to the United Nations are in favor of Globalism or
Socialism, the same agenda that the Papacy has. See, the Papacy has changed its
emphasis, has changed its talking points, so that it is palatable with the
Globalist powers of the world, so that then they will feel confident in giving
their support to the Papacy once more.
Jadi apakah agenda Kepausan sehubungan dengan
bangsa-bangsa di bumi? Nah, apakah PBB itu sebuah organisasi Sosialis? Setiap
kali Amerika Serikat mengusulkan sesuatu ~ negara Kapitalis ini ~ bangsa-bangsa
di bumi dengan satu atau dua perkecualian seperti Israel dan beberapa negara
lain ~ usul-usul itu diveto karena PBB
adalah sebuah organisasi Sosialis/Globalis, dan kebanyakan
bangsa-bangsa yang menjadi anggota PBB berpihak pada Globalisme/Sosialisme,
agenda yang sama yang dimiliki Kepausan. Lihat, Kepausan telah mengubah titik
tekannya, mengubah topik-topik pembicaraannya supaya sedap dikecap oleh
kekuasaan-kekuasaan Globalis dunia, agar dengan demikian mereka akan merasa
yakin memberikan dukungan mereka sekali lagi kepada Kepausan.
But as we noticed in our study last night the Papacy has a second priority.
You see, there's another enemy that came up in antithesis to the Papacy, what was
that other enemy? Not only the Socialist
powers of the world, but Protestantism. Was Protestantism an antithetical movement
against the Papacy? You’d better believe it. So somehow the Papacy has to win
over Protestantism, not only the secular world not only the Globalist powers of
the world, not only the Socialist/Communist powers of the world, but the Papacy
somehow has to gain the support of Protestants again.
Namun seperti yang telah kita perhatikan dalam pelajaran
kita semalam, Kepausan punya
prioritas yang kedua. Kalian lihat, ada satu
musuh yang lain, yang muncul sebagai antithesis Kepausan. Apakah
musuh yang lain ini? Bukan hanya kekuasaan Sosialis dunia, tetapi Protestantisme.
Apakah Protestantisme itu suatu gerakan antithetikal (berlawanan) terhadap
Kepausan? Benar sekali. Jadi entah bagaimana,
Kepausan harus bisa menang atas Protestantisme, bukan hanya atas dunia sekuler,
bukan hanya atas kuasa Globalis dunia, bukan hanya atas kuasa Sosialis/Komunis
dunia, tetapi Kepausan harus bisa memenangkan dukungan Protestan lagi, entah
dengan cara apa pun.
Ellen White wrote in Great Controversy
page 566 “…Protestants have
tampered with and patronized popery…” the word “popery” is a word for Papacy, it's a
word from the times of Ellen White, refers to the Papacy, she says, “…Protestants have tampered with and patronized
popery. They…” that is Protestants, “…have made compromises and concessions…” compromises and concessions to whom? To the
Papacy. “…which
Papists themselves are surprised to see and fail to understand…” in
other words, the Papacy is saying, “This is too good to be true. Protestants are ok with us.” She continues,
“…Men are closing their eyes to the real character of Romanism and the dangers
to be apprehended from her supremacy…” And then she gives this counsel, “…The people need to be aroused to resist
the advances of this most dangerous foe to civil and religious liberty…” Is
the Papacy a dangerous foe to civil and religious liberty? Is that the way the
media sees the Papacy? Is that the way that the political rulers of a world see
the Papacy? Is that the way that Protestants are seeing the Papacy? No! This is
a good system that cares for the poor and wants open borders to allow free
immigration, etc. If Protestantism stood on the firm platform of Bible truth, it could
never synthesize with the Papacy. The freedoms that we enjoy today in
American society are due to the spirit of Protestantism, these include freedom
of speech, freedom of the press, freedom of enterprise, freedom of conscience,
and freedom of religion, all of these come from Protestantism.
Ellen White menulis di Great Controversy hal. 566, “Protestant telah mengotak-atik dan melindungi Kepausan.
Mereka…” yaitu Protestan, “…telah membuat
kompromi-kompromi dan konsesi-konsesi…” kompromi dan
konsesi dengan siapa? Dengan Kepausan, “…yang membuat heran
Kepausan sendiri, yang tidak bisa mengertinya…” dengan kata lain, Kepausan berkata, “Wah, ini luar biasa,
Protestan lho oke dengan kami.” Ellen White melanjutkan, “…Manusia telah menutup mata mereka terhadap karakter
sesungguhnya dari Romanisme, dan bahaya yang akan muncul dari
keunggulannya…” Kemudian Ellen
White memberikan nasihat ini, “…Orang-orang perlu disadarkan agar menolak bujuk rayu dari
musuh yang paling berbahaya bagi kebebasan sipil dan agama ini…” Apakah Kepausan musuh yang berbahaya bagi kebebasan sipil
dan agama? Apakah kesan ini yang diperoleh media dari melihat Kepausan? Apakah
kesan ini yang diperoleh penguasa-penguasa politik dari memandang Kepausan?
Apakah kesan ini yang diperoleh Protestan dari memandang Kepausan? Tidak! Ini
lho sistem yang bagus yang peduli orang miskin dan mau membuka perbatasan
negara untuk mengizinkan imigrasi bebas, dll. Andaikan Protestan berdiri teguh di atas landasan
Alkitab, dia tidak akan pernah bersinthesis dengan Kepausan.
Kebebasan-kebebasan yang kita nikmati hari ini di masyarakat Amerika semuanya
karena semangat Protestantisme, termasuk di dalamnya kebebasan berbicara,
kebebasan pers, kebebasan berusaha, kebebaan hati nurani, dan kebebasan
beragama, semua ini berasal dari Protestantisme.
How is it that
Protestants then could ever join a system that is antithetical to the values of
Protestantism? The first is by embracing liberal ideas. Allow me to read you this statement from
Ellen White, Review and Herald June 1, 1886, she's criticizing Protestants even
back there in 1886, “…and this ~ Catholicism
~ is the religion that Protestants are beginning to look upon with so much
favor, and which will eventually be united with Protestantism. This union will
not take place however, by a change in Catholicism…” now Catholicism changes its face, it
gets a facelift, but beneath the facelift and all the jewelry it puts on and
all the makeup it's the same ugly system, in its substance or in its essence.
I'm not talking about the individual Roman Catholic. Most of God's true people
are in the Roman Catholic communion, they just don't know anything about this.
So she states, “…This union…” or synthesis,
“…however, will not take place by a change in Catholicism for Rome never
changes, she claims infallibility…” So then what's
going to happen? Listen, “…Protestants
will change, Protestantism will change…” So who's going to do the changing? Protestantism
is going to do the changing. And now listen to this, “…The adoption of liberal
ideas on its part…” the adoption of liberal ideas by
Protestantism, “…will bring it where it
can clasp the hand of Catholicism…” How is it the Protestantism is going to embrace and
you know, hug Roman Catholicism? By the
adoption of what? Liberal ideas!
Kalau begitu
bagaimana Protestan kok bisa bergabung dengan sebuah sistem yang berlawanan (=
antithetikal) dengan nilai-nilai Protestantisme? Yang pertama ialah dengan
memeluk ide-ide liberal. Izinkan saya membacakan pernyataan ini dari Ellen
White, Review and
Herald, 1 Juni 1886, Ellen White mengritik Protestant bahkan sejak 1886 itu, “…Dan Katolikisme ini ialah agama yang mulai dipandang
Protestan secara positif, dan yang pada akhirnya akan bersatu dengan
Protestantisme. Namun, persatuan ini tidak akan terjadi melalui perubahan dalam
Katolikisme…” sekarang
Katolikisme mengubah penampilannya, wajahnya sudah dipercantik, tetapi di bawah
wajah cantik dan semua perhiasan dan dandanan yang dipakainya, secara substansinya atau esensinya dia tetap sistem buruk yang sama. Saya tidak berbicara tentang individu Roma
Katolik. Kebanyakan umat Allah yang sejati ada di dalam komunitas Roma Katolik,
hanya saja mereka tidak tahu apa-apa tentang ini. Jadi kata Ellen White, “…Namun persatuan ini…” atau synthesis
ini, “…tidak akan terjadi melalui perubahan dalam Katolikisme
karena Roma tidak pernah berubah, dia mengklaim tidak pernah salah…” Maka, apa yang akan terjadi? Dengarkan, “…Protestan yang akan berubah. Protestantisme akan berubah…” Jadi siapa yang
akan berubah? Protestantisme yang
akan berubah. Dan sekarang, dengarkan ini, “…dengan
mengadopsi ide-ide yang liberal di pihaknya…” pengadopsian
ide-ide liberal oleh Protestantisme, “…akan membawanya sampai ke posisi di mana dia bisa menjabat tangan Katolikisme…” Bagaimana Protestan akan memeluk dan merangkul
Roma Katolikisme? Dengan
mengadopsi apa? Ide-ide liberal.
Now what could that expression “liberal ideas” mean? Well, we have to apply
to Ellen White the same principles that we apply to the study of Scripture:
Scripture explains Scripture. When you find an expression in one part of the
Bible you go to other parts of the Bible that use the same expression, in order
to have a fuller view. We do the same with Ellen White. So if she speaks of
“liberal ideas” we need to go to other places in her writings that would
explain what “liberal ideas” mean. Now Ellen White uses the word “liberal” in
primarily three different ways:
Nah, istilah “ide-ide liberal” itu kira-kira bermakna
apa? Nah, kita harus mengaplikasikan kepada Ellen White prinsip yang sama yang
kita aplikasikan untuk mempelajari Firman Allah: Firman Allah menjelaskan
Firman Allah. Bila kita menemukan istilah di satu bagian Alkitab, kita pergi ke
tempat lain di Alkitab itu yang memakai istilah yang sama guna mendapatkan
pandangan yang lebih lengkap. Kita berbuat yang sama dengan Ellen White. Jadi
jika Ellen White bicara tentang “ide-ide liberal” kita harus pergi ke tempat
lain dalam tulisannya yang bisa menjelaskan apa arti “ide-ide liberal.” Nah,
Ellen White memakai kata “liberal” terutama dalam tiga cara yang berbeda:
The first way is that she says that seventh-day Adventist should be liberal.
She's not
speaking about us being liberal in our theology, but we should be liberal in our
tithes and offerings. So in that
sense she uses the word “liberal” in a positive sense. She wrote for example, SDA Bible Commentary Volume 6 pg. 1103: “…A responsibility rests
upon the ministers of Christ to educate the
churches to be liberal.” So Ellen White
says our ministers should educate our members to be liberal, not theologically
liberal, but liberal in their giving.
Ellen White also uses the word “liberal” in a positive sense when she
speaks about the principles upon which the United States was built, things like
the Declaration of Independence, the Constitution, the Bill of Rights. In Great Controversy she wrote on page 442,
speaking about the Beast that rises from the earth, “The
lamb-like horns and the dragon voice of the symbol, point to a striking
contradiction between the professions and the practice of the nation thus
represented. The ‘speaking’ of the nation is the action of its legislative and
judicial authorities, by such action it will give the lie to those liberal and
peaceful principles which it has put forth as the foundation of her policy..” So the United
States was built upon liberal and peaceful principles, the word “liberal” is used positively. Now I
looked up in the Webster's dictionary of 1828 of the times of Ellen White what
the word “liberal” means, in this sense, it means generous, free, and open. Are the principles of the United States
generous, free, and open? Yes. In that
sense “liberal” is good.
Cara yang pertama ialah, Ellen White mengatakan MAHK
harus liberal. Dia tidak
berbicara tentang kita harus bersikap liberal dalam theologi kita, tetapi kita harus
bersikap liberal dengan persepuluhan
dan persembahan kita. Jadi dalam konteks ini Ellen White memakai
kata “liberal” dengan pengertian yang positif. Misalnya dia menulis, SDA Bible Commentary Vol. 6 hal. 1103, “…Suatu tanggung jawab terletak pada hamba-hamba Kristus
untuk mendidik gereja-gereja bersikap liberal…” Jadi kata Ellen
White, pendeta-pendeta kita harus mendidik anggota-anggota jemaat bersikap
liberal, bukan secara theologi, tetapi liberal dalam hal memberi.
Ellen White juga memakai kata “liberal” dalam arti yang
positif ketika dia berbicara tentang prinsip-prinsip yang menjadi dasar
pembentukan negara Amerika Serikat, hal-hal seperti Deklarasi Kemerdekaannya,
Undang-undang Dasarnya, Ke-10 Amendemen Pertama
UUDnya. Di Great Controversy Ellen White
menulis di hal. 442, berbicara tentang Binatang yang muncul dari bumi, “…Tanduknya yang menyerupai tanduk domba, dan suara naga
dari simbol tersebut menunjuk kepada suatu kontradiksi yang menyolok antara apa
yang diakui dan apa yang dilakukan oleh bangsa yang dilambangkan ini.
’Berbicara’nya suatu bangsa adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat
legislatif dan judisialnya. Dengan tindakan itu, mereka memasukkan kebohongan
kepada prinsip-prinsip yang liberal dan damai, yang telah ditampilkan sebagai
dasar kebijakannya…” Jadi Amerika Serikat terbentuk di
atas prinsip-prinsip yang liberal dan damai, kata “liberal”
dipakai secara positif. Nah, saya mencari di kamus Webster dari tahun 1828,
dari zaman Ellen White, dan kata “liberal” dalam hal ini berarti murah hati, bebas, dan terbuka.
Apakah prinsip-prinsip Amerika Serikat itu murah hati, bebas dan terbuka? Ya.
Dalam pengertian ini kata “liberal” itu baik.
However, Ellen White also uses the word “liberal” in a negative sense. Let me
just read you a couple of statements.
Ministry of Healing pg. 129, “…The
progress of reform depends upon a clear recognition of fundamental truth…” so fundamental truth is essential. Then she
writes, “…While on the one hand,
danger lurks in a narrow philosophy and a hard cold orthodoxy…” so
one side of the equation, one extreme is hard, cold, orthodoxy, in other words,
bare doctrine, arid doctrine, orthodox doctrine, that's one extreme; then she
warns, “…on the other hand there
is great danger in careless liberalism…” So on one side is hard cold
orthodoxy ~ the emphasis is only on doctrine ~ on the other side is careless
liberalism which means basically we can be flexible in our views, on
theological views.
In Vol. 20 of Manuscript Releases pg.
71 she wrote, “…Sinners are continually
crying, ‘You are too narrow, so narrow’; ‘Liberalism’ cry the lawless…” what do the lawless cry out? “… ‘Liberalism’ cry the lawless, ‘bring not
your claims of the law upon us!’ ‘The
religion of Christ’, says another, ‘is too hard. I cannot be a Christian. It
involves too much.’…”
Namun demikian, Ellen White juga memakai kata “liberal”
dalam arti yang negatif. Saya akan membacakan dua pernyataan.
Ministry of Healing hal. 129, “…Kemajuan
reformasi bergantung pada pengenalan yang jelas atas kebenaran yang
fundamental…” jadi kebenaran fundamental itu
esensial. Lalu dia menulis, “…Sementara di satu pihak ada bahaya yang mengancam dalam
filosofi yang cupet dan orthodoksi yang kaku dan dingin…” jadi di satu sisi dari perbandingan ini, satu sisi ekstremnya
ialah ortodoksi yang kaku dan dingin, dengan kata lain doktrin yang sulit
dilaksanakan, membosankan, dan ortodoks, itu satu
sisi ekstremnya; kemudian Ellen White memperingatkan, “…di pihak yang lain ada bahaya besar dalam liberalisme
yang sembrono.…” Jadi di satu pihak
itu ortodoksi yang kaku dan dingin yang hanya menekankan pada doktrin, di pihak
lain liberalisme yang sembrono
yang artinya pada dasarnya kita boleh
bersikap fleksibel dalam pandangan theologi kita.
Di Vol. 20 Manuscript
Releases hal. 71, Ellen White menulis, “…Orang-orang berdosa tak henti-hentinya berseru, ‘Kalian terlalu cupet, begitu cupetnya’; yang melanggar Hukum
berseru, ‘Liberalisme!’…” apa yang diserukan
para pelanggar Hukum? “…yang melanggar Hukum berseru, ‘Liberalisme!’, ‘Jangan
menyodorkan tuntutan Hukummu ke atas kami!’ ‘Agama Kristus,’ kata yang lain,
‘itu terlalu sukar. Saya tidak bisa menjadi orang Kristen. Terlalu banyak yang
terlibat.’ …”
So what does “liberal” mean in the negative sense in the writings of
Ellen White? Basically it means that we need to have theological
flexibility, not emphasis on doctrine but just allow everybody to have a big tent to allow
everybody to believe whatever they want to believe, full diversity,
inclusiveness, pluralism, without regard for Bible principles and doctrines.
It also includes accommodating the biblical view of creation to the
evolutionary theory which we'll talk about this afternoon.
Jadi apa arti “liberal” dalam pemahaman yang negatif di
tulisan-tulisan Ellen White? Pada dasarnya itu berarti kita harus memiliki fleksibilitas dalam theologi,
jangan menekankan pada doktrin melainkan mengizinkan saja semua orang punya tenda
yang lebar dan membiarkan semua orang meyakini
apa pun yang mau mereka yakini, perbedaan penuh, semua termasuk,
pluralisme, tanpa peduli kepada
prinsip-prinsip dan doktrin Alkitab. Juga termasuk mengakomodasikan pandangan alkitabiah tentang penciptaan kepada teori
evolusi, yang akan kita bicarakan sore ini.
So the
first way in which Protestants are going to embrace Catholicism is by adopting
what? Liberal
ideas, inclusiveness, pluralism, etc.
Jadi cara
pertama bagaimana Protestan akan memeluk Katolikisme ialah dengan mengadopsi
apa? Ide-ide yang liberal,
inklusivitas, pluralisme, dll.
There's another way in which Protestantism is going to merge with the Papacy.
Ellen White in Great Controversy page 571
wrote this, “…As the Protestant churches
have been seeking the favor of the world…” what the Protestant churches have been doing? Seeking the favor of the world.
All you have to do is turn on your television on a Sunday morning to watch the
great preachers of the land, the mega preachers of the land, you know they're
preaching things with which the world is pretty much comfortable, no ruffling
of feathers. So notice, “…as the Protestant churches have been
seeking the favor of the world…” listen carefully now, “…false charity has blinded their eyes…” what has blinded the eyes of Protestants
as they’ve been seeking the favor of the world? And what does it mean that
Protestantism is seeking the favor of the world? They want the world to what? To
like
them, yeah, to feel comfortable with them. So “…as the Protestant
churches have been seeking the favor of the world false charity has blinded
their eyes…” let me ask you, if there's false charity
there has to be what? True charity. She continues, “…They do not see but that
it is right to believe good of all evil…” What would be believed good of all
evil? How about saying gay marriage is okay, gay clergy is all right, abortion
is fine, a prosperity gospel is all right, euthanasia is okay, you know don't
press those points because the world's not going to like you, let's adapt to
the world. So, “…they do not see, but that it is right to
believe good of all evil, and as an inevitable result they will finally believe evil of all good….”
Ada cara
yang lain lagi bagaimana Protestantisme akan menyatu dengan Kepausan.
Ellen White di Great
Controversy hal. 571
menulis ini, “…Sementara
gereja-gereja Protestan sedang menggalang simpati dunia…” apa yang sedang dilakukan gereja-gereja Protestan? Menggalang simpati dunia.
Kalian cukup menyalakan televisi kalian pada Minggu pagi untuk menonton
pengkhotbah-pengkhotbah terkenal negara ini, pengkhotbah-pengkhotbah gereja-gereja
mega di negara ini, kalian tahu, mereka mengkhotbahkan hal-hal yang nyaman bagi
dunia, yang tidak menyinggung perasaan mereka. Jadi simak, “…Sementara
gereja-gereja Protestan sedang menggalang simpati dunia…” dengarkan baik-baik sekarang, “…mata mereka dibutakan oleh kasih yang palsu…” apa yang telah membutakan mata Protestan selagi mereka
menggalang simpati dunia? Dan apa artinya Protestan sedang menggalang simpati
dunia? Mereka ingin agar dunia
bagaimana? Menyukai mereka,
iyah, agar dunia merasa nyaman dengan mereka. Jadi, “…Sementara gereja-gereja Protestan sedang menggalang
simpati dunia, mata mereka dibutakan oleh kasih yang palsu…” coba saya tanya, jika ada kasih yang palsu pasti ada apa?
Kasih yang sejati. Ellen White melanjutkan, “…Mereka
hanya melihat bahwa menganggap semua yang jahat
itu baik, adalah benar…” semua yang jahat seperti apa yang dianggap
baik? Bagaimana dengan mengatakan perkawinan gay itu oke, imam gay itu oke,
aborsi itu oke, injil kemakmuran itu oke, euthanasia itu oke, kalian tahu,
jangan menyinggung poin-poin itu karena dunia tidak akan menyukai kita, mari
kita menyesuaikan diri dengan dunia. Jadi, “…Mereka hanya melihat bahwa menganggap semua yang jahat itu baik, adalah benar; dan akibat yang tidak terelakkan dari ini
ialah, akhirnya mereka menganggap semua yang baik itu sebagai jahat…”
Let me read you a few other statements where Ellen White uses the
expression false charity and true charity. This is in an appeal to our
ministers and conference committees, written in 1892, “…Bible charity is not sentimentalism…” do you know what sentimentalism is? Well, “O,
let's just all get along, folks, let's just feel good about one another, forget
doctrine, that's hard, arid, let's just hug each other and embrace each other,
let everybody believe what they want.”
Once again, “…Bible charity is not
sentimentalism but love in active exercise. To heal the hurt of the daughter of
My people, slightly saying, ‘Peace, peace’ when there is no peace, is called
charity…” what is called charity? “Peace, peace,
all's fine,” she continues, “…to confederate
together…” that's Humanism “…to confederate together, to call sin
holiness and truth, is called charity…” so to confederate together, to all join together in diversity and to call
sin holiness and truth, is called charity. But then she writes, “…but it is a counterfeit article…” what is a counterfeit article?
Confederating together and failing to call sin and holiness and truth by its
right name. She continues, “…Those who would cover
evil under false charity…” ah, so now we
know what false charity is, “…Those who would cover
evil under false charity say to the sinner, ‘It shall be well with thee’.
Charity hates the sin but loves the sinner and will warn him faithfully of his
danger, pointing him to the Lamb of God who taketh away the sin of the world…” what
is it again? “…Charity hates the sin
but loves the sinner and will warn him faithfully of his danger pointing him to
the Lamb of God who takes away the sin of the world.”
Mari saya bacakan beberapa
pernyataan di mana Ellen White memakai istilah kasih palsu dan kasih sejati. Ini
adalah seruan kepada pendeta-pendeta kita dan komite-komite Konferens, yang
ditulis tahun 1892, “…Kasih
alkitabiah bukan sentimentalisme…” apakah kalian tahu
apa itu sentimentalisme? Nah, “O, hendaklah kita yang rukun, Saudara-saudara,
hendaklah tidak bermusuhan satu sama lain, lupakan saja doktrin, itu kaku,
membosankan, mari kita saling peluk satu sama lain, merangkul satu sama lain,
biar saja setiap orang mengimani apa yang mereka mau.” Sekali lagi, “…Kasih alkitabiah bukanlah sentimentalisme, melainkan
kasih yang dipraktekkan secara aktif. Untuk menyembuhkan luka yang diderita
putri-putri umatKu, dengan ringan dikatakan, ‘Damai, damai’ padahal tidak ada
damai, itu disebut kasih…” Apa yang disebut kasih?
“Damai, damai, semuanya beres”. Ellen White melanjutkan, “…Bergabung menjadi satu…” ini adalah Humanisme, “…Bergabung menjadi
satu, menyebut dosa itu suci dan benar, itu disebut kasih…” jadi berkumpul menjadi satu, menggabungkan
semua yang berbeda menjadi satu, dan menyebut dosa itu suci dan benar, itu yang disebut kasih. Tetapi kemudian
Ellen White menulis, “…Tapi ini adalah artikel yang palsu…” artikel palsu itu apa? Bergabung menjadi satu, dan gagal menyebut dosa, kesucian, dan kebenaran dengan
sebutannya yang benar. Ellen White melanjutkan, “…Mereka
yang mau menutupi kejahatan di bawah kasih
yang palsu…” ah, jadi sekarang
kita tahu kasih palsu itu apa, “…Mereka yang mau menutupi kejahatan di bawah kasih yang palsu,
berkata kepada orang yang berdosa, ‘Semuanya akan baik bagimu.’ Kasih itu
membenci dosa tetapi mengasihi orang yang berdosa, dan dengan setia akan mengingatkan dia akan
bahayanya, menunjukkan kepadanya Anak Domba Allah yang mengangkat dosa dunia…” Bagaimana sekali lagi? “…Kasih itu membenci dosa tetapi mengasihi orang yang
berdosa, dan dengan setia akan mengingatkan dia akan
bahayanya, menunjukkan kepadanya Anak Domba Allah yang mengangkat dosa dunia…”
In Prophets and Kings pg. 675 Ellen
White wrote, “…In the work of reform to be carried forward
today, there is need of men who like Ezra and Nehemiah will not palliate or
excuse sin, nor shrink from vindicating the honor of God. Those upon whom rests
the burden of this work, will not hold their peace when wrong is done, neither
will they cover evil with a cloak of false charity…” So what has Protestantism done? They have false
charity, they want the world to like them and of course when you rebuke
sin what happens? There's an opposite
reaction.
Di Prophets and Kings hal. 675 Ellen
White menulis, “…Dalam pekerjaan
reformasi yang harus dilaksanakan hari ini, diperlukan orang-orang yang seperti
Ezra dan Nehemia yang tidak mau menganggap enteng atau memaafkan dosa, maupun undur dari membela
kehormataan Allah. Mereka yang memikul beban pekerjaan ini, tidak akan diam
saja ketika ada perbuatan yang salah, juga mereka tidak akan menutupi kejahatan dengan tabir kasih yang palsu…” Jadi apa yang telah dilakukan Protestantisme? Mereka mempraktekkan kasih yang palsu, mereka ingin disukai oleh dunia, dan tentu saja jika
kita menegur dosa, apa yang terjadi? Akan ada reaksi oposisi.
One more quotation, Acts of the Apostles pg. 554 “…‘You
must have charity!’ is the cry heard everywhere…” especially from those who profess
sanctification, “…however, true charity
is too pure to cover an unconfessed sin. While we are to love souls for whom
Christ died, we are to make no compromise with evil. We are not to unite with
the rebellious and call this charity. God requires His people in this age of
the world to stand for the right and as unflinchingly as did John the Apostle
in opposition to soul destroying errors…” quite explicit isn't it?
Satu pernyataan lagi dari Acts of the
Apostles hal. 554, “…‘Kamu harus punya kasih!’ adalah seruan yang terdengar
di mana-mana…” terutama dari
mereka yang mengaku sudah memiliki kekudusan, “…namun, kasih sejati itu terlalu murni untuk menutupi dosa yang tidak diakui. Sementara kita harus mengasihi
jiwa-jiwa yang bagi mereka Kristus sudah mati, kita tidak boleh berkompromi
dengan kejahatan. Kita tidak boleh bersatu dengan mereka yang memberontak dan
menyebut ini kasih. Allah menuntut umatNya di zaman ini untuk berdiri teguh
demi kebenaran, sekokoh yang dilakukan Rasul
Yohanes dalam menentang kesalahan-kesalahan yang membinasakan jiwa…” cukup eksplisit, bukan?
But there's a third way in which Protestantism will merge with the Papacy and
that is
coming together on common points of doctrine. Let me just read you a
couple of statements from the writings of Ellen White, Great Controversy page 444, “…The
wide diversity of belief in the Protestant churches is regarded by many as
decisive proof that no effort to secure a forced uniformity can ever be made.
However, there has been for years, in the churches of the Protestant faith, a
strong and growing sentiment in favor…” listen carefully now, “…in favor of a union based upon common points
of doctrine…” now, what has to happen in order to unite on
common points of doctrine? She explains,
“…To secure such a union, the discussion of subjects upon which all were not
agreed, however important they might be from a Bible standpoint, must necessarily be waived…” “Now, let's talk about only the points that
unite us, not the points that divide us.”
Page 445 the very next page, Ellen White wrote, “…When the leading churches of the United
States uniting upon such points of doctrine as
are held by them in common, shall influence the state to enforce their
decrees and to sustain their institutions, then Protestant America will have
formed an image of the Roman hierarchy, and the infliction of civil penalties
upon dissenters, will inevitably result…”
Tetapi ada cara ketiga bagaimana
Protestantisme akan menyatu dengan Kepausan dan itu ialah bersatu dalam poin-poin
doktrin yang sama. Izinkan saya membacakan dua pernyataan dari
tulisan Ellen White, Great
Controversy hal. 444, “…Lebarnya
perbedaan dalam keyakinan di antara gereja-gereja Protestan, dianggap oleh
banyak orang sebagai bukti yang menentukan bahwa upaya untuk mendapatkan
keseragaman yang dipaksakan, tidak akan
pernah terjadi. Namun begitu, selama bertahun-tahun di dalam gereja-gereja
Protestan, semakin berkembang suatu sentimen yang kuat ke arah…” dengarkan
baik-baik sekarang, “…ke arah pembentukan suatu persatuan yang berdasarkan poin-poin doktrin yang sama…” Nah, apa yang harus terjadi agar bisa bersatu dalam
poin-poin doktrin yang sama? Ellen White menerangkan, “…Untuk
mencapai persatuan seperti ini, diskusi tentang topik-topik yang tidak disetujui
oleh semua, betapa pun pentingnya dari sudut pandang Alkitab, harus
ditinggalkan.” “Nah, mari kita
bicara hanya tentang poin-poin yang mempersatukan kita, bukan poin-poin yang
memisahkan kita.”
Hal. 445, halaman
berikutnya, Ellen White menulis, “…Ketika gereja-gereja terkemuka di Amerika Serikat, bersatu dalam poin-poin doktrin mereka yang
sama, lalu mempengaruhi negara untuk menjalankan keputusan-keputusan mereka dan
mendukung institusi-institusi mereka, maka Amerika Protestan telah membentuk
patung hierarki Roma, dan akibat yang tidak terelakkan ialah pemberlakukan
hukuman sipil atas mereka yang tidak menurut.”
So what are the doctrines that Protestants ~ most Protestant churches ~ have in common with the Papacy? Do
you think that they're going to argue over infant baptism? No, that's too
controversial. How about confessing your
sins to a priest? Too controversial. How about the idea that when you're in communion you’re actually eating
the body and blood of Christ? Too controversial. There are two doctrines that the Papacy
and Protestants have in common and those two doctrines are the
sanctity of Sunday and the immortality of the soul. And Ellen White has
written that upon these two doctrines which Protestants and Catholics have in
common, the
union will come.
Jadi doktrin-doktrin Protestan ~ kebanyakan gereja-gereja
Protestan ~ yang mana yang sama dengan Kepausan? Menurut kalian apakah mereka
akan berdebat tentang pembaptisan bayi? Tidak, itu terlalu kontroversial.
Bagaimana dengan mengaku dosa kepada seorang imam? Terlalu kontroversial.
Bagaimana dengan konsep bahwa dalam upacara komuni (Perjamuan Kudus) orang benar-benar
sedang makan tubuh dan darah Kristus? Terlalu kontroversial. Ada dua doktrin di mana Kepausan
dan Protestan memiliki persamaan, dan kedua doktrin tersebut
ialah, kekudusan hari Minggu dan
kebakaan jiwa. Dan Ellen Whie menulis, di atas kedua doktrin inilah di mana
Protestan dan Katolik memiliki persamaan, persatuan
itu akan tercapai.
And by the way Protestants separated from the Papacy, the Papacy refers to
this to the Protestants as the daughters, the alienated daughters; but unfortunately
the daughters when they left the mother did not leave everything relating to
the mother and so she will come back. Protestantism will come back to the mother.
Nah, Protestan telah memisahkan diri dari Kepausan.
Kepausan menyebut ini, menyebut Protestan sebagai anak-anak perempuannya,
anak-anak perempuan yang telah menjauhkan diri. Tetapi sayangnya, anak-anak
perempuan ini ketika meninggalkan ibu mereka, tidak meninggalkan semua yang
berkaitan dengan si ibu, maka dia akan kembali. Protestantisme akan kembali ke ibunya.
Now, much of Protestantism today has forsaken
the Bible as the absolute standard of truth, and Protestantism has become liberal, politically correct,
redefining
truth and error in the light of tradition and not the Scriptures. What the
Papacy did during the 1260 years by forbidding the Bible, today it does by undermining
the authority of the Bible.
Let me just read you a couple of statements from Ellen White, these are
long statements but they compare what the Papacy did with the Bible during the
1260 years and what is happening today. Our
authority is in this book (the Bible), if our authority is culture,
feelings, emotion, tradition, or any of those standards, we’re sunk. We must
stand by this Word. Notice what
she wrote about the Papacy forbidding the Bible during the 1260 years, kept
people in ignorance.
Great Controversy pg. 51 “…Satan well knew that
the Holy Scriptures would enable men to discern his deceptions and withstand
his power. It was by the Word that even the Savior of the world had resisted
his attacks. At every assault Christ presented the shield of eternal truth
saying ‘It is written’. To every suggestion of the adversary He opposed the
wisdom and power of the Word. In order for Satan to maintain his sway over men
and establish the authority of the Papal usurper, he must keep them in
ignorance of the Scriptures. The Bible would exalt God and place finite men in
their true position, therefore the sacred truths of the Bible must be concealed
and suppressed. The Roman Church adopted this logic, for hundreds of years the
circulation of the Bible was prohibited, the people were forbidden to read it
or to have copies in their homes, and unprincipled priests and prelates
interpreted its teachings to sustain their pretensions. Thus the Pope came
almost universally to be acknowledged as the vicegerent of God on earth,
endowed with authority over church and state. The detector of error having been
removed, Satan worked according to his will…”
Are you catching the picture? By forbidding the Bible is the way that Satan could
deceive people because the people had no way of discerning his counterfeit
or his deceptions, because the Bible unmasks his deceptions.
Nah, banyak
Protestantisme hari ini telah meninggalkan Alkitab sebagai standar kebenaran
yang mutlak, dan Protestantisme telah menjadi liberal, benar secara politis (=
tidak menimbulkan gejolak dengan menunjukkan kesalahan), mendefinisikan kembali yang benar dan yang salah
berdasarkan tradisi dan bukan Firman Allah. Apa yang dilakukan
Kepausan selama 1260 tahun dengan melarang Alkitab, hari ini dilakukan
Protestantisme dengan merongrong
autoritas Alkitab.
Saya akan membacakan dua pernyataan dari Ellen White, ini
adalah pernyataan-pernyataan yang panjang, tetapi mereka membandingkan apa yang
dilakukan Kepausan pada Alkitab selama 1260 tahun dan apa yang sedang terjadi
hari ini. Autoritas kita ada pada Buku ini
(Alkitab). Andai autoritas kita itu kebudayaan, perasaan, emosi,
tradisi atau standar apa pun, celakalah kita. Kita harus berdiri teguh di atas Firman ini.
Simak apa yang ditulis Ellen White tentang Kepausan melarang Alkitab selama 1260
tahun, itu menyebabkan umat tidak tahu apa-apa.
Great Controversay hal. 51, “…Setan
sangat tahu Kitab Suci akan memampukan manusia melihat penipuannya dan bertahan
menentang kuasanya. Berdasarkan Firman Allah-lah
bahkan Sang Juruselamat dunia telah bertahan terhadap serangan-serangannya.
Pada setiap serangan, Kristus mengajukan perisai kebenaran yang abadi, dengan berkata, ‘Ada
tertulis’. Kepada setiap usul lawannya, Kristus melawan dengan hikmat dan kuasa Firman Allah. Agar Setan bisa
mempertahankan kuasanya atas manusia dan menegakkan autoritas Kepausan yang mau
merebut kuasa, Setan harus mempertahankan agar manusia tetap tidak tahu apa-apa
tentang Firman Allah. Alkitab akan meninggikan Allah dan menempatkan manusia
yang fana di posisinya yang sebenarnya, oleh karena itu kebenaran yang sakral
dari Alkitab harus disembunyikan dan ditutupi. Gereja Roma Katolik mengadopsi
logika ini, selama ratusan tahun Alkitab dilarang beredar, rakyat dilarang
membacanya atau memiliki salinannya di rumah mereka sendiri, dan imam-iman
serta uskup-uskup yang curang menafsirkan ajaran-ajaran Alkitab untuk mendukung kepalsuan mereka. Maka, Paus nyaris secara
universal diakui sebagai vigegerent (wakil) Allah di bumi, dipenuhi oleh kuasa
atas gereja dan negara. Dengan telah disingkirkannya alat yang mendeteksi
kesalahan, Setan bisa bekerja sesuka hatinya…”
Apakah kalian menangkap gambarannya? Dengan melarang Alkitab adalah cara supaya
Setan bisa menipu manusia,
karena manusia tidak punya cara untuk melihat kepalsuannya atau kebohongannya, karena yang bisa membuka kedok
penipuannya ialah Alkitab.
Now, can the Devil today forbid the reading of the Bible?
No! We live in the age of the internet. People have so many different versions
of the Bible, the Papacy could never say, “You can't have a Bible.” You know
there's this
view that during the time of trouble we better memorize Scripture because the Bibles
will be forbidden. That's not the Devil's method at
the end of time. At the end of time the Devil will do what he did by forbidding Bible,
he will
do it by undermining the authority of the Bible. And this is where I
bring the second statement Great Controversy
pg. 572, listen carefully, “…A day of great
intellectual darkness has been shown to be favourable to the success of the
Papacy…” what was the success of the Papacy? A
great what? A day of great intellectual darkness. Why intellectual darkness?
Because the Bible is light, “Thy Word is a
light… and a lamp…” so where the
light and the lamp isn't, there is what? Darkness. So “…A day of great
intellectual darkness has been shown to be favourable to the success of the
Papacy. It will yet be demonstrated that a day of great intellectual light is equally
favorable for its success. In past ages…”
now she explains how it's going to happen, “…in past ages when men were without God's
Word and without the knowledge of the truth, their eyes were blindfolded and
thousands were ensnared, not seeing the net spread for their feet. In this
generation there are many whose eyes become dazzled by the glare of human
speculations, science falsely so called, they discern not the net and walked
into it as readily as if blindfolded. God designed that man's intellectual
powers should be held as a gift from His maker and should be employed in the
service of truth and righteousness. But when pride and ambition are cherished,
and men exalt their own theories above the Word of God, then intelligence can
accomplish greater harm than ignorance…” Powerful statement. “…Thus the false science of the present
day…” listen carefully, “…Thus the false science of the present day
which undermines faith in the Bible, will prove as successful in preparing the
way for the acceptance of the Papacy, with its pleasing forms as with the
withholding of knowledge in opening the
way for its aggrandizement in the Dark Ages…” So it's the same to forbid the
Bible as to undermine its authority, because human beings consider themselves
more intelligent than the Bible.
Nah, bisakah Iblis hari ini
melarang orang membaca Alkitab? Tidak! Kita hidup di zaman internet. Ada begitu
banyak versi Alkitab yang berbeda, Kepausan tidak akan bisa berkata, “Kamu
tidak boleh punya Alkitab.” Kalian tahu, ada pandangan bahwa sebaiknya kita menghafal Firman Tuhan
karena selama masa kesusahan Alkitab akan dilarang. Itu bukan cara Iblis pada
masa akhir zaman. Pada masa akhir zaman, Iblis akan melakukan apa yang pernah dilakukannya
dengan melarang Alkitab, tetapi dia akan
melakukannya dengan merongrong autoritas Alkitab. Dan di sinilah
saya akan memperkenalkan pernyataan yang kedua, Great Controversy hal. 572, dengarkan baik-baik, “…Suatu masa kegelapan inteltual yang sangat parah telah
ditunjukkan, yang mendukung keberhasilan Kepausan…” apa yang mendukung Kepausan
berhasil? Suatu apa yang parah? “…Suatu masa kegelapan inteltual yang sangat parah…” mengapa kegelapan intelektual? Karena Alkitab itu Terang,
“FirmanMu itu terang… dan
pelita…” jadi, di mana tidak ada terang dan
pelita, yang ada apa? Kegelapan. Jadi, “…Suatu masa kegelapan inteltual yang sangat parah telah
ditunjukkan, yang mendukung keberhasilan Kepausan. Masih akan didemonstrasikan, suatu masa terang intelektual yang besar akan sama menguntungkan bagi keberhasilannya. Di masa-masa
lampau…” sekarang Ellen
White menjelaskan apa yang akan terjadi, “…Di masa-masa lampau ketika manusia hidup tanpa Firman
Allah, dan tanpa pengetahuan tentang kebenaran, mata mereka tertutup dan ribuan
orang terjerat, karena tidak melihat jaring yang ditebarkan bagi kaki mereka.
Di generasi ini ada banyak yang matanya dibutakan oleh silaunya spekulasi
manusia, yang dikenal dengan sebutan
sains. Mereka tidak melihat jaring itu dan tanpa ragu masuk ke dalamnya sama seolah-olah mata mereka ditutup. Allah telah merancang,
kemampuan intelektual manusia harus dianggap sebagai karunia dari Penciptanya
dan harus dipakai untuk pelayanan dalam kebenaran dan keadilan. Tetapi ketika
kesombongan dan ambisi yang dipentingkan dan manusia
meninggikan teori mereka sendiri di atas Firman Allah, maka inteligensia bisa
menjadi bencana yang lebih besar daripada ketidaktahuan…” Pernyataan yang keras. “…Dengan
demikian sains palsu zaman ini…” dengarkan
baik-baik, “…Dengan demikian, sains palsu zaman ini yang merongrong keyakinan
pada Alkitab, akan terbukti sama berhasilnya dalam mempersiapkan jalan bagi diterimanya Kepausan dengan
bentuknya yang menyenangkan, sebagaimana pembatasan pengetahuan membuka jalan
bagi kejayaannya di Zaman Kegelapan…” Jadi sama, melarang Alkitab sama seperti merongong
autoritasnya, karena manusia menganggap diri sendiri lebih intelligen daripada
Alkitab.
We're going to notice this afternoon, for example, the Papacy has fully embraced the
theory of evolution. Pope Francis has said that the story in Genesis of
the creation is a symbolic story, that
the universe came into existence by a Big Bang 13.8 billion years ago. Because
who's going to believe that God has enough power to speak things into existence
for six days in a world of sophistication like we know today?
Sore ini kita akan melihat, misalnya, bahwa Kepausan telah sepenuhnya menganut
teori evolusi. Paus Francis telah mengatakan bahwa kisah di
Kejadian tentang penciptaan itu adalah kisah yang simbolis, bahwa alam semesta
ini terjadi oleh Big Bang 13.8 milyar tahun yang lalu. Karena di dunia yang
canggih seperti yang kita kenal sekarang,
siapa yang akan percaya bahwa Allah punya cukup kuasa untuk bersabda selama
enam hari dan benda-benda tercipta?
Now, one statement, actually two statements, as we close this morning. This
afternoon we're going to delve more into how the Papacy has changed its talking
points and why.
Ellen White wrote in Great Controversy pg. 565 and 566, “…The
Protestant churches are in great darkness…” The Protestant churches are what?
This is in her day, “…are in great darkness
or they would discern the signs of the times. The Roman Church is far reaching
in her plans and modes of operation. She is employing every device to extend
her influence and increased her power in preparation for a fierce and determined
conflict to regain control of the world, to reestablish persecution, and to
undo all that Protestantism has done. Catholicism
is gaining ground upon every side, see the increasing number of her churches
and chapels in Protestant countries, look at the popularity of her college and
seminaries in America, so widely patronized by Protestants, look at the growth
of ritualism in England and the frequent defections to the ranks of the
Catholics. These things should awaken the anxiety of all who prize the pure
principles of the gospel…”
Sekarang, satu pernyataan lagi, sebenarnya dua
pernyataan, sebagai penutup kita pagi ini. Sore nanti kita akan menggali lebih
dalam tentang bagaimana Kepausan telah mengubah topik pembicaraannya
dan mengapa.
Ellen White menulis di Great Controversy hal. 565-566 “…Gereja-gereja
Protestan ada dalam kegelapan yang parah…” gereja-gereja
Protestan bagaimana? Dan itu di zaman dia
(Ellen White), “…dalam kegelapan yang parah. Andaikan tidak, mereka akan
bisa melihat tanda-tanda zaman. Gereja Roma Katolik sudah maju pesat dengan
rencana-rencana dan modus operandinya. Dia
memakai sarana apa pun untuk memperluas pengaruhnya dan menambah kekuatannya
dalam mempersiapkan suatu konflik yang sengit dan serius, demi memenangkan kembali
pengendalian dunia, demi menghidupkan kembali
persekusi, dan untuk menihilkan semua yang telah dilakukan Protestantisme.
Katolikisme sedang merangsak maju terus ke segala arah, lihat saja bertambahnya
jumlah gereja-gereja dan kapel-kapel mereka di negara-negara Protestan. Lihat
bagaimana populernya akademi-akademi pendidikan mereka dan seminari-seminari
mereka di Amerika, yang begitu banyak
digunakan oleh orang-orang Protestan. Lihat pertumbuhan ritualisme di Inggris
dan seringnya terjadi pembelotan ke barisan Katolik. Hal-hal ini seharusnya
membangkitkan kekhawatiran semua orang
yang menghargai prinsip-prinsip Injil yang murni…”
I want to mention one further thing
and then read a closing short statement from the writings of Ellen White. The
reason why
Protestantism no longer fears the Papacy and does not discern how the Papacy is
attempting to destroy Protestantism and to win over the support of the Socialist/Globalist
powers of the world, is because Protestantism has forgotten its prophetic
roots. You see the Reformers had no doubts that the Papacy was the
Antichrist of Scripture, so they would have never united with the Papacy,
because they studied prophecy and prophecy told them that the Little Horn, the
Man of Sin, the Harlot of Revelation 17,
represents the Papacy. But to Roman Catholic scholars one by the name of
Luis de Alcasar, right after the Protestant
Reformation during the counter-Reformation, established a way of interpreting
prophecy which is known as Preterism. It's
the idea that the Antichrist prophecies were fulfilled in the past with a nasty
individual called Antiochus Epiphanes who lived in 165 years before Christ, and
the prophecies about the Beast in Revelation were fulfilled with the Roman
emperors, that Nero was the Beast of Revelation 13.
Liberal
Protestant churches have embraced Preterism. Liberal Protestant churches
usually have the word “United” with them: United Methodists, United Presbyterian,
United Lutheran, United Church of Christ, those are a liberal wing of
Protestantism, they are Preterists, they believe that the Antichrist prophecies
were fulfilled with Antiochus Epiphanes, the earlier Roman emperors; and the
Beast of revelation 13 was Nero, so it's just history.
Conservative
Protestants like Pentecostals and Evangelicals embrace another
method that was established by another
Roman Catholic scholar by the name of Francisco
Rivera. He established Futurism. It's the idea that the Antichrist prophecies
have not been fulfilled yet, that at the very end of time a nasty individual is
going to arise who is the Antichrist, he will blaspheme the God of heaven, he
will rebuild the Jerusalem temple ~ by the way this will all happen after the
rapture of the church. He will rebuild the Jewish temple, he will favor the
Jews for three and a half years, then in the middle of the last week he'll turn
against the Jews. He'll build a gigantic
image of himself, commit everybody to worship that image, and he will tattoo
people on their foreheads or on their hand. Now who is that going to deceive?
No one!
Saya mau mengatakan satu hal lagi, kemudian saya akan membacakan
pernyataan singkat sebagai penutup dari tulisan Ellen White. Alasan mengapa Protestantisme tidak
lagi takut pada Kepausan dan tidak melihat bagaimana Kepausan sedang berusaha
menghancurkan Potestantisme dan memenangkan dukungan dari kuasa
Sosialis/Globalis dunia, ialah
karena Protestantisme telah melupakan akarnya yang telah dinubuatkan. Kalian lihat, para
Reformator tidak punya keraguan bahwa Kepausan ialah Antikristus dalam Firman
Allah, jadi mereka pasti tidak akan mau bersatu dengan Kepausan, karena mereka
mempelajari nubuatan, dan nubuatan memberitahu mereka bahwa Tanduk Kecil,
Manusia Durhaka, Pelacur Wahyu 17, melambangkan Kepausan. Tetapi bagi
pakar-pakar Roma Katolik, yang seorang bernama Luis
de Alcasar, begitu setelah muncul Reformasi Protestan, selama masa
konter-Reformasi dia menciptakan suatu cara untuk menafsirkan nubuatan yang
dikenal sebagai cara Preterisme. Konsepnya ialah
bahwa nubuatan-nubuatan Antikristus sudah digenapi di masa lampau oleh seorang
manusia yang memuakkan bernama Antiochus Ephiphanes yang hidup 165 tahunan
sebelum Kristus; sedangkan nubuatan tentang Binatang Wahyu 13 digenapi oleh
kaisar-kaisar Roma, bahwa kaisar Nero adalah Binatang Wahyu 13.
Gereja-gereja
Protestan liberal menganut Preterisme. Gereja-gereja Protestan liberal biasanya memakai kata
“United” (Bersatu) dalam nama mereka: United
Methodist, United Presbyterian, United Lutheran, United Church of Christ, mereka ini adalah sayap liberal
Protestantisme. Mereka adalah Preteris, mereka meyakini bahwa nubuatan
tentang Antikristus sudah digenapi oleh Antiochus Ephiphanes, kaisar-kaisar
Roma yang awal-awal; dan Binatang Wahyu 13 adalah Nero, jadi itu cuma sejarah.
Protestan
konservatif seperti Pentakosta dan Evangelis, menganut cara yang lain yang dibuat oleh
seorang pakar Roma Katolik yang lain yang bernama Francisco Rivera. Dia yang menciptakan metode Futurisme. Konsepnya ialah nubuatan-nubuatan Antikristus masih
belum digenapi, bahwa pada ujung akhir masa, seorang individu yang
memuakkan akan bangkit dan itulah Antikristus, dia akan menghujat Allah surga,
dia akan membangun kembali bait suci Yerusalem ~ dan ketahuilah semua ini akan
terjadi setelah gereja/jemaat diangkat ke surga ~ dia akan membangun kembali
bait suci Yerusalem, dia akan berbaik hati kepada orang-orang Yahudi selama
tiga setengah tahun, kemudian di tengah-tengah minggu yang terakhir dia akan
berbalik memusuhi orang-orang Yahudi. Dia akan membangun sebuah patung dirinya
yang besar sekali, mengharuskan semua orang
menyembah patung itu, dan dia akan merajah semua orang di dahi atau di
tangan mereka. Nah, siapa yang akan tertipu oleh ini? Tidak ada!
And so Satan has been successful in getting Protestantism to look to the past
for the fulfillment of Antichrist prophecies or to look to the future after the
church has gone to heaven in the rapture for the fulfillment of prophecy, and
meanwhile in Rome and in the United States prophecies are being fulfilled, and
they can't see it because they're looking in the wrong place. Protestantism has
forgotten its roots. The Adventist Church is the last hope, it is the
last historicist Church in the world today, it is the church that has not
forsaken its prophetic principles, the principle of historicism.
Jadi Setan sudah berhasil membuat Protestantisme
memandang ke masa lampau untuk penggenapan nubuatan-nubuatan Antikristus, atau
memandang ke masa depan setelah gereja diangkat ke surga untuk penggenapan
nubuatan. Dan sementara itu di Roma dan di Amerika Serikat nubuatan-nubuatan
sedang digenapi dan Protestantisme tidak bisa melihatnya karena mereka sedang
memandang ke tempat yang salah. Protestantisme telah melupakan akarnya. Gereja Advent adalah harapan
terakhir, dia adalah gereja historis terakhir di dunia sekarang, dia adalah
gereja yang tidak meninggalkan prinsip-prinsip yang telah dinubuatkan, prinsip historisme.
The prophecy was
fulfilled, some of them is being fulfilled, and soon will culminate with the
second coming of Jesus Christ. Let us never
forsake, folks, our roots. Let us never be embarrassed about our origins. The Adventist
Church was born from a great disappointment, some people are embarrassed
about that. Well, why should we be embarrassed? The whole Christian Church originated
with a great disappointment, they expected Jesus to establish His
earthly kingdom and their hopes were dashed, but then they studied prophecies
and “Oh, no, He was going to die, and resurrect and go to intercede in heaven!
Now we understand!” Well, after 1844 The
Adventist Church studied further, they discovered that instead of Jesus
establishing His kingdom on earth, He entered a new phase of His ministry in
the Most Holy place of the heavenly sanctuary. So if you're embarrassed about
the origins of the Adventist Church you would certainly be embarrassed about
the origins of the Christian Church. Are
you with me?
Nubuatan
(Antikristus) ada yang telah digenapi, ada yang sedang digenapi, dan tidak lama
lagi akan memuncak dengan kedatangan kedua Yesus Kristus. Janganlah kita pernah
meninggalkan akar kita, Saudara-saudara. Janganlah kita pernah malu dengan asal
usul kita. Gereja Advent lahir
dari kekecewaan yang besar, dan ada beberapa orang yang malu
dengan hal itu. Nah, mengapa kita harus malu? Seluruh gereja Kristen bermula dari kekecewaan yang
besar, mereka berharap Yesus mendirikan kerajaan duniawiNya, dan
harapan mereka hancur berantakan. Tetapi kemudian mereka mempelajari nubuatan
dan “Oh, bukan, Dia harus mati, dan bangkit, dan pergi ke Surga untuk menjadi
perantara. Sekarang kami paham!” Nah, setelah 1844, gereja Advent belajar lagi,
mereka mendapati bahwa Yesus bukannya mendirikan kerajaanNya di bumi, melainkan
Dia memasuki fase baru dalam pelayananNya di bilik Maha Suci Bait Suci surgawi.
Jadi kalau kalian malu dengan asal usul gereja Advent, kalian juga pasti malu
dengan asal usul gereja Kristen. Apakah kalian mengikuti saya?
It's time, folks, that
we get back to our roots and preach what we should be preaching: present truth.
The world needs to know these things, people's hearts are failing them for fear
because they see what's happening, though they can't explain it. They can't get
a good night's sleep. They say, “Where is all this leading to?” We know! We
have the message and I don't say that arrogantly. We have the message that can bring peace.
Jesus said, “In the world you'll have tribulation but … I've overcome the
world.” [John 16:33].
Saudara-saudara,
sudah waktunya kita kembali ke akar kita dan menyampaikan pekabaran yang
seharusnya kita sampaikan: kebenaran masa kini. Dunia perlu tahu tentang
hal-hal ini, hati manusia sedang menciut dalam ketakutan karena mereka melihat
apa yang sedang terjadi, walaupun mereka tidak bisa menjelaskannya. Mereka
tidak bisa tidur nyenyak, mereka berkata, “Semua ini akan membawa kita ke
mana?” Kita tahu! Kita memiliki
pekabarannya, dan saya tidak mengatakan itu dengan sombong. Kita punya
pekabaran yang bisa memberi damai. Yesus berkata, “…Dalam
dunia kamu akan mengalami penderitaan, tetapi
… Aku telah mengalahkan dunia." [Yohanes 16:33]
Let me read you one closing statement, a short one, I read this one last
night, speaking about the Papacy, “…The Papacy changes its
face but it does not change its substance…” You've all heard the story of the frog and the scorpion, right? You all
know that story? So is there anybody who's never heard the story of the frog
and the scorpion? Oh, there's two or three. Can I tell you the story? There was
a frog and a scorpion on the edge of a river and the frog can swim but the
scorpion can't. So the scorpion says to the frog, “Hey, I need to
go to the other side of the river, can I climb on your back and you can
swim across so I can get across the river?” And the frog says, “Yeah, right!
You get on my back you'll sting me and I'll die.” And the scorpion said, “I would never do
that. If I did that we’d both die. Let me please, let me get, let me get on
your back, so I can cross the river.” “No, no, no, no!” the frog says, “I know
you're going to sting me and I'm going to die.” And the scorpion once again
says, “No, no, you're not going to die because why would I sting you? I would
drown too.” So finally the frog is persuaded and he allows the scorpion to get
on his back. He starts swimming across the river and when he gets to the middle
of the river, tisss! the scorpion stings the frog. And as a frog is at the
point of death, he says to the scorpion, “You promised, you told me that you
were not going to sting me, and now I'm going to die. Why did you do
this?” And the scorpion said, “Because
it's my nature.” You catch the point?
Ellen White wrote in Great Controversy pg. 571,
“…It is part of her
policy to assume the character which will best accomplish her purpose…” see, she used to attack Protestantism she
used to attack Communism/Socialism. Now the world has changed so she needs to
change too. Not what she is, but her
look. “…It is part of her policy to assume the
character which will best accomplish her purpose but beneath the variable appearance
of the chameleon…” you know what a chameleon is? It's a
lizard that changes colors according to the environment where the lizard is
found, camouflage, “…but beneath the
variable appearance of the chameleon she conceals the invariable venom of the serpent…”
Saya akan membacakan satu
pernyataan penutup, pendek saja, saya sudah membacakan ini
semalam, berbicara tentang Kepausan, “…Kepausan
mengubah wajahnya tetapi dia tidak mengubah substansinya…” Kalian semua sudah pernah mendengar cerita tentang seekor
katak dan seekor kalajengking, bukan? Kalian semua tahu cerita itu? Jadi apakah
ada yang belum pernah mendengar cerita tentang seekor katak dan seekor
kalajengking? Oh, ada dua atau tiga orang. Bolehkah saya menceritakan cerita
itu? Ada seekor katak dan seekor kalajengking di tepi sungai. Dan katak itu
bisa berenang tetapi kalajengkingnya tidak bisa. Maka kalajengking itu berkata
kepada si katak, “Hei, aku perlu ke seberang, bolehkah aku naik ke punggungmu
dan kamu yang berenang ke seberang supaya aku bisa ke seberang sungai?” Dan
katak itu berkata, “Yang bener aja! Kamu naik ke punggungku, kamu akan
menyengat aku dan matilah aku.” Dan kalajengking itu berkata, “Aku sekali-kali
tidak akan berbuat demikian. Kalau aku berbuat begitu, kita sama-sama akan
mati. Izinkan aku, tolong, izinkan aku naik ke punggungmu supaya aku bisa ke
seberang sungai.” “Tidak, tidak, tidak, tidak!” kata si katak, “Aku tahu kamu
akan menyengat aku dan aku akan mati.” Dan kalajengking itu berkata sekali
lagi, “Tidak, tidak, tidak, kamu tidak akan mati. Untuk apa aku menyengatmu?
Kan aku juga akan tenggelam?” Maka akhirnya katak pun diyakinkan dan dia mengizinkan kalajengking naik ke punggungnya. Dia
mulai berenang menyeberangi sungai. Dan ketika dia tiba di tengah-tengah
sungai, tisss! Kalajegking menyengat si katak. Dan sementara katak itu sekarat,
dia berkata kepada si kalajengking, “Kamu berjanji! Kamu bilang kamu tidak akan
menyengat aku. Dan sekarang aku akan mati. Mengapa kamu berbuat begitu?” Dan
kalajengking itu berkata, “Karena itu kodratku.” Apakah kalian menangkap
poinnya?
Ellen White menulis di Great Controversi hal. 571, “…Adalah
bagian dari kebijakannya untuk memerankan peranan yang paling cocok guna
mencapai tujuannya…” lihat, tadinya dia
menyerang Protestantisme, tadinya dia menyerang Komunisme/Sosialisme. Sekarang
dunia sudah berubah, maka Kepausan harus berubah juga. Bukan mengubah siapa dirinya,
melainkan mengubah penampilannya. “…Adalah bagian dari kebijakannya untuk memerankan
peranan yang paling cocok guna mencapai tujuannya, tetapi di bawah penampilan
seekor bunglon yang berubah-ubah …” kalian tahu
bunglon itu apa? Itu seekor kadal yang berubah warnanya sesuai lingkungan di mana
dia berada, kamuflase, “…tetapi
di bawah penampilan seekor bunglon yang berubah-ubah, dia menyembunyikan bisa
ular yang tidak pernah berubah.”
So this afternoon we will continue under the title “Frances the Socialist”,
we're going to see that there is war in the Roman Catholic Church right now. The Jesuits
have declared war on the Papacy. The Jesuits are the ones that have led the
Catholic Church to change its talking points in order to overcome Protestantism
and in order to get the global powers to unite with the Papacy. So
don't miss the next exciting episode.
Let's pray.
Jadi sore ini kita akan melanjutkan dengan judul “Francis the Socialist”, kita akan melihat sekarang ini lagi ada perang dalam gereja Roma
Katolik. Para Jesuit telah mengumumkan
perang terhadap Kepausan. Kelompok Jesuit adalah mereka yang telah
membimbing gereja Katolik mengubah topik pembicaraannya untuk mengalahkan
Protestantisme dan membuat kekuasaan
global dunia bergabung dengan Kepausan. Jadi jangan melewatkan episode yang
menarik ini.
Mari kita berdoa.
28 04 20