Friday, April 17, 2020

Episode 01/04 THESIS, ANTITHESIS AND SYNTHESIS PART 1 ~ STEPHEN BOHR


Part 01/04 - Stephen Bohr
THESIS, ANTITHESIS, SYNTHESIS Part 1 – Jan 2020


Dibuka dengan doa.


Now, you have heard our prayer and I want to share with you what we are going to study during the course of this evening and three sessions tomorrow. Plus for those of you who speak the language of heaven, tomorrow night we’ll have two sessions in Spanish. But really we are going to speak English in heaven because they say that Americans can’t learn any other language, hehehe.

Nah, kalian sudah mendengar doa kita tadi dan saya ingin berbagi dengan kalian apa yang akan kita pelajari selama malam ini dan di tiga sesi kita besok. Ditambah bagi kalian yang bisa berbahasa Surga, besok malam kita akan ada dua sesi dalam bahasa Spanyol. Tetapi sebenarnya di Surga kita nanti akan berbicara dalam bahasa Inggris karena katanya orang Amerika tidak bisa belajar bahasa yang lain, hehehe.


Anyway we are going to study some very current events that are taking place in the world today and most of what we are going to study is historical. We are not going to read a lot of verses from the Bible.
You say, “Well, then, it’s not biblical preaching.”
Well, you know, you need to look at the Bible and then you need to look at the fulfillment of what the Bible says. And there is one particular verse that is going to guide our study together. And that verse is Revelation 13:3, I am sure you are acquainted with that verse. (“ And I saw one of his heads as if it had been mortally wounded, and his deadly wound was healed. And all the world marveled and followed the beast.”) It speaks about the Beast, also called the Little Horn, also called the Abomination of Desolation, and the Man of Sin, and the King of the North, and so on. We are told in that text that this system received a deadly wound, but its deadly wound was going to be healed. And so in the course of this weekend we are going to talk about events that show that that wound is quickly being healed as I speak.

Nah, kita akan mempelajari beberapa peristiwa terbaru yang sedang terjadi di dunia hari ini dan kebanyakan yang akan kita pelajari bersifat sejarah. Kita tidak akan membaca banyak ayat Alkitab.
Kalian berkata, “Wah, kalau begitu ini bukan khotbah yang alkitabiah.”
Nah, kalian tahu, kita perlu melihat ke Alkitab kemudian kita perlu melihat ke penggenapan dari apa yang dikatakan Alkitab. Dan ada satu ayat khusus yang akan membimbing pelajaran kita ini, dan itu ialah ayat Wahyu 13:3, saya yakin kalian sudah kenal ayat tersebut. (“3 Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang mematikan, tetapi luka yang mematikan itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.”)  Ayat ini berbicara tentang Binatang itu, yang juga disebut Tanduk Kecil, juga disebut Kekejian yang Menelantarkan, Manusia Durhaka, dan Raja Negeri Utara, dan seterusnya. Kita mendapat tahu di ayat ini bahwa sistem ini telah menerima luka yang mematikan, tetapi lukanya yang mematikan itu akan disembuhkan. Maka sepanjang akhir pekan ini kita akan berbicara tentang peristiwa-peristiwa yang membuktikan bahwa luka tersebut sedang cepat dalam proses penyembuhan, bahkan sementara saya berbicara ini.


Now, I’m going to be quoting a lot from different sources, and I don’t expect you to write down all the quotations, so let me tell you what I’m going to do. I brought some cards where you can put your contact information and what I’ll do is, if you give me your email address I will send you the 80 pages of material that I am going to present here this weekend. Free. And you can read all of the quotations at your leisure slowly and you can double check, you can go to the internet you can look up those quotations in their original sources. So, I brought this stack of cards and they will be up here and if you wish after the meeting this evening you can fill up the card and make sure you give it to me, and then we will ~ within a couple of weeks once the secretary gets all of the email addresses inputted ~ then we will be sending that out to you free of charge.

Nah, saya akan mengutip dari banyak sumber yang berbeda dan saya tidak berharap kalian akan mencatat semua kutipan itu, jadi saya beritahu apa yang akan saya lakukan. Saya sudah membawa beberapa kartu di mana kalian bisa menulis kontak informasi kalian dan yang akan saya lakukan ialah, jika kalian memberi saya alamat email kalian, saya akan mengirimkan sekitar 80 halaman bahan presentasi saya di sini akhir pekan ini. Gratis. Dan kalian bisa membaca perlahan-lahan semua kutipan tersebut di saat senggang, kalian juga bisa mengecek ulang dari internet, kalian bisa menemukan kutipan-kutipan tersebut dari sumbernya yang asli. Jadi saya sudah membawa tumpukan kartu ini dan saya letakkan di sini, dan jika nanti setelah ceramah ini kalian berkenan, kalian bisa mengisi kartu ini dan pastikan kartu ini diberikan saya, kemudian dalam waktu dua minggu setelah sekretaris sudah memasukkan semua alamat email ke komputer, kami akan mengirimkan bahan tersebut kepada kalian secara gratis.


Now, the title of what we are going to study is Thesis, Antithesis and Synthesis. I see Dr. Mc Dermott and his wife here. What we are going to study is new material, I’m in the process of writing two newsletter articles for our Secrets Unsealed newsletter, and much of the content that I am going to share with you this weekend will be in those newsletter articles. The title is Thesis, Antithesis, and Synthesis, and you are probably wondering what that means.

Sekarang, judul dari pelajaran kita ialah Thesis, Antithesis dan Sinthesis. Saya lihat ada Dr. Mc Dermott dan istrinya di sini. Apa yang akan kita pelajari ini bahan baru, saya sedang menulis dua artikel bulletin untuk bulletin Secrets Unsealed dan banyak dari yang akan saya bagikan ke kalian akhir pekan ini akan ada di dalam artikel-artikel bulletin itu. Judulnya ialah Thesis, Antithesis dan Sinthesis, dan kira-kira kalian bertanya-tanya apa artinya itu.


Well, probably many of  you know that an individual called Karl Marx wrote a very famous book Das Kapital. And he also co-authored a book titled The Communist Manifesto, he co-authored it with an individual called Friederich Engels, and there in those books he referred to history, to the flow of human history with the words “thesis, antithesis, and synthesis”. That’s how Marx described history. Now you are probably wondering why he referred to the flow of history with those words. So I’m going to read you two definitions, one of them we find in the Encyclopedia Britannica and the other one I got from the internet from Wikipedia. And you know Wikipedia isn’t always accurate so you have to check all of the other sources to make sure that their description squares with reality.

Nah, kira-kira banyak dari kalian tahu tentang seseorang yang bernama Karl Marx, yang menulis sebuah buku yang sangat terkenal, Das Kapital. Dan dia juga menulis bersama-sama seseorang bernama Friederich Engels, sebuah buku berjudul The Communist Manifesto. Dan di dalam buku-buku itu dia menyebut sejarah, alur sejarah manusia dengan kata-kata “thesis, antithesis dan sinthesis”. Begitulah Marx mendeskripskan sejarah. Sekarang, kira-kira kalian bertanya-tanya mengapa dia menyebut alur sejarah dengan kata-kata tersebut. Maka saya akan membacakan dua definisi, yang satu ada di Ensiklopedia Britannica, dan yang lain saya peroleh dari internet dari Wikipedia. Dan kalian tahu Wikipedia tidak selalu akurat, jadi kita perlu mengecek semua sumber yang lain untuk memastikan deskripsi mereka cocok dengan kenyataan.


But the Encyclopedia Britannica describes “thesis, antithesis and synthesis”  in the following way: “All things contain contradictory sides or aspects…”  so, “All things contain…” according to this, “…contradictory sides or aspects whose tension or conflict is the driving force of change…”  that is, the conflict between the two is the driving force for change. And then the last part of the definition is, “…eventually transforms or dissolves them…”  in other words, it dissolves the contradiction between the two sides, dissolves them. So in other words the thesis and the antithesis are in total opposition.   But the tension between the two,  eventually leads to the point of dissolving the tension and this dissolves the contradiction between the two.

Tetapi Ensiklopedia Britannica menggambarkan “thesis, antithesis dan sinthesis” sebagai berikut: “…Semua hal mengandung sisi-sisi atau aspek-aspek yang bertentangan…”  jadi,   “…Semua hal mengandung…”  menurut deskripsi ini,   “…sisi-sisi atau aspek-aspek yang bertentangan, yang ketegangan atau konfliknya ialah kekuatan yang mendorong terjadinya perubahan…”  jadi, konflik antara keduanya ialah kekuatan yang mendorong terjadinya perubahan. Kemudian bagian terakhir dari definisi itu ialah, “…yang pada akhirnya mengubah atau menguraikan ketegangan atau konflik itu…”  dengan kata lain, perubahan itu melenyapkan kontradiksi antara kedua sisi, meleburnya. Jadi dengan kata lain, thesis dan antithesis itu berseberangan. Tetapi ketegangan antara keduanya, pada akhirnya membawa kepada titik penguraian ketegangan tersebut dan ini menguraikan kontradiksi antara keduanya.


In the other definition we have the following explanation: “The triad, thesis, antithesis and synthesis is a progression of three ideas or propositions in which the first idea is followed by a second idea that negates the first, and the conflict between the first and the second idea is resolved by a third idea. 
So in short the idea is that in the flow of history you have the movement that rises. Later on you have a movement that is totally opposite that, to that one that arises, and the tension between the two eventually dissolves the tension and they synthesize or they come together. Are you following the definitions?

Di definisi yang satunya, kita dapati penjelasan sebagai berikut:  “…Ketiganya, yaitu thesis-antithesis-sinthesis, adalah perkembangan tiga konsep atau tawaran di mana konsep yang pertama diikuti oleh konsep kedua yang menyangkal konsep pertama, dan konflik antara konsep pertama dan kedua diselesaikan oleh konsep yang ketiga.”
Jadi, singkatnya, teorinya ialah dalam alur sejarah ada satu gerakan yang muncul, dan kemudian muncul gerakan lain yang sama sekali berlawanan dengan yang pertama, dan perbedaan antara keduanya akhirnya mengurai perbedaan tersebut dan mereka bersinthesa atau mereka bergabung menjadi satu. Apakah kalian paham definisinya?


Now let’s apply this paradigm to history as we find it in the book of Revelation.
First of all the thesis.
As we all know for 1260 years the Papacy had the states of Europe in submission to her agenda. And historians have shown that the result of the Papacy dominating the secular states was basically ignorance, illiteracy, poverty, disease, wars, and civil unrest. During this period there was a privileged class. The privileged class was composed of the clergy and the aristocracy, primarily the king. During this period the church forbade the reading of the Bible to the laity. And as a result, society was in constant upheaval. That is the thesis.
Now, what is the antithesis to the Papacy controlling the secular states of Europe for 1260 years? The antithesis is composed of two movements. The first movement is the Protestant Reformation that arose against papal authority. In other words, Protestantism was an antithetical reaction to the Papacy. And then of course later on from 1793-1798 the secular states beginning with France arose against the Papacy, in other words turned against the Papacy. The French Revolution thinkers inspired the Proletariat ~ that is the common people, the poor, the underprivileged, the ignorant, the illiterate and the sick  ~ to rise against the privileged clergy and against the aristocracy that had colluded with the church for a period of 1260 years approximately. The French Revolution according to historians was the precursor of the secular governments of the world separated from religion and also of Socialist-Marxism. So that is the antithesis.
Thesis: the Papacy controlling the states of Europe, the secular states, hiding the Bible.
The antithesis:  Protestantism rises against the Papacy, 1517 is the date that is usually given, and then culminates with the secular states of the world, beginning with France, become secular turned against the church.

Nah, mari kita aplikasikan paradigma ini ke sejarah sebagaimana yang kita dapati di kitab Wahyu.
Pertama, tentang thesis.
Seperti yang kita tahu selama 1260 tahun agenda Kepausan adalah menundukkan negara-negara Eropa. Dan para sejarahwan telah membuktikan bahwa pada dasarnya hasil dari Kepausan mendominasi negara-negara sekuler ialah kebodohan, buta huruf, kemiskinan, penyakit, perang, dan keresahan sosial. Selama periode ini ada satu kelas yang punya hak istimewa. Kelas istimewa ini terdiri atas para rohaniawan dan para bangsawan, terutama sang raja. Selama periode ini gereja melarang orang awam membaca Alkitab, dan hasilnya masyarakat selalu bergejolak. Inilah thesisnya.
Apa antithesisnya terhadap Kepausan mengendalikan negara-negara sekuler Eropa selama 1260 tahun? Antithesisnya terdiri atas dua gerakan. Gerakan pertama ialah Reformasi Protestan yang bangkit melawan autoritas Kepausan. Dengan kata lain, Protestantisme merupakan reaksi antithesis terhadap Kepausan. Kemudian tentu saja setelah itu dari 1793-1798 negara-negara sekuler diawali oleh Perancis, bangkit melawan Kepausan dengan kata lain berbalik melawan Kepausan. Penggagas-penggagas Revolusi Perancis menginspirasi kaum proletar ~ yaitu rakyat jelata, yang miskin, yang  tertindas, yang bodoh, yang buta huruf dan yang sakit ~ untuk bangkit melawan para rohaniawan yang punya hak istimewa dan bangsawan yang berkolusi dengan gereja selama kira-kira 1260 tahun. Menurut para sejarahwan Revolusi Perancis adalah pemicu pemerintahan-pemerintahan sekuler dunia untuk memisahkan diri dari agama, dan juga golongan Sosialis-Marxisme. Jadi inilah antithesisnya.
Thesis: Kepausan mengendalikan negara-negara Eropa, negara-negara sekuler, menyembunyikan Alkitab.
Antithesis: Protestantisme bangkit melawan Kepausan, 1517 adalah tahun yang biasanya diberikan, lalu kemudian memuncak dengan negara-negara sekuler di dunia dimulai oleh Perancis, menjadi sekuler berbalik melawan gereja.


Now what is the synthesis?
For many, many years there was a conflict or controversy between the Papacy and Protestantism and the secular powers. The synthesis will take place at the very end of human history ~ I believe that we are seeing it as we study this weekend.
What is going to happen is that Protestantism, the tension between the Papacy and Protestantism, the tension between the Papacy and the secular powers of the world is going to disappear, is going to dissolve. And these three systems are going to synthesize or come together. The conflict will be resolved. Are you following me or not?

Sekarang sinthesisnya apa?
Selama bertahun-tahun terjadi konflik atau perseteruan antara Kepausan dan Protestantisme dan kuasa-kuasa sekuler. Sinthesis akan terjadi pada bagian terakhir dari sejarah dunia ~ saya yakin sekarang ini sedang terjadi sementara kita mempelajarinya akhir pekan ini.
Apa yang akan terjadi ialah, Protestantisme, ketegangan antara Kepausan dan Protestantisme, ketegangan antara Kepausan dan kuasa-kuasa sekuler dunia akan lenyap, akan mengurai. Dan ketiga sistem ini akan bersinthesa atau menyatu satu sama lain. Konfliknya akan selesai. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?


Now, let’s begin studying this antithetical relationship between the Papacy, and the secular governments of the world and I’m going to refer particularly to Communism or Socialism. Let’s begin our study with the relationship between the Papacy and the secular powers of the world during most of the 20th century.
The Cold War ~ many of you are old enough to remember the Cold War, old for those days, right? Because at that time you had east and west, now you have everything in disarray ~ but anyway the cold war began in 1947 and shortly thereafter, most specifically four years later in 1951 an Australian evangelist by the name of Louis Weir wrote about the enmity between the Papacy and Communism/Socialism. And I want to read that statement. It’s in a little book called Before Probation Closes. I want you to notice what he says about the enmity between the Papacy and Communism during the period of the Cold War.
I read, “The world knows that atheistic Communism and domineering Romanism are today in a death fight…”  so what was happening in 1951? Communism and Romanism ~ which is a term that was used to describe the Papacy, “…are today…”  that is in 1951 “…in a death fight.…”  And then he brings a third entity into the equation. He wrote, “…We all know too that Protestantism is to Romanism as detestable an enemy as Communism…”  So what was the relationship between the Papacy and Protestantism in 1951? Enemies! What was the relationship between the Papacy and the secular powers of the world, particularly represented by Communism? Enmity. He continues, “…Rome has no favor or peace with either…”  that is with Protestantism or with Communism/Socialism ~ today by the way it’s called Globalism. He continues, “…Today…”  1951, “…especially since Protestant democracies are at odds with Russia…”  so Protestantism was at odds with Communism also, “…Today especially since Protestant democracies are at odds with Russia…”  listen carefully now, “…Romanism diplomatically flirts with some influential Protestant groups or individuals in order to win their support in her fight to maintain her political and religious system throughout the world…”  So in other words, the Papacy was flirting with Protestantism because Protestantism and the  biggest Protestant nation is Capitalist, was at this time a deadly enemy of Communism, right? So he says that the Catholic church was flirting with Protestantism because Protestantism would help them in their enmity against Communism.

Sekarang, mari kita mulai mempelajari hubungan antithetis ini antara Kepausan dan pemerintahan sekuler dunia, dan saya akan mengacu khusus kepada Komunisme atau Sosialisme. Mari kita mulai pelajaran kita tentang hubungan antara Kepausan dan kekuasaan sekuler dunia selama bagian terbesar abad ke-20.
Perang Dingin (permusuhan terbuka antara Amerika dan blok Barat, dengan Rusia dan blok Timur) ~  banyak dari kalian cukup tua untuk mengingat Perang Dingin ini, cukup tua untuk saat itu, benar? Hehehe. Karena saat itu ada Timur dan Barat, sekarang semuanya berantakan ~ tetapi pokoknya Perang Dingin dimulai tahun 1947, dan tidak lama setelah itu, tepatnya empat tahun kemudian, di tahun 1951 seorang penginjl Australia bernama Louis Weir menulis tentang permusuhan antara Kepausan dan Komunisme/Sosialisme. Dan saya mau kalian membaca pernyataan tersebut. Ada di dalam sebuah buku kecil berjudul Before Probation Closes. Saya mau kalian simak apa katanya tentang perseteruan antara Kepausan dan Komunsme selama masa Perang Dingin.
Saya baca, “…Dunia tahu bahwa Komunisme yang atheis dan Romanisme yang bersifat mendominasi, sekarang ini sedang berseteru mati-matian…”  jadi apa yang terjadi di tahun 1951? Komunisme dan Romanisme ~ istilah yang dipakai untuk Kepausan,   “…sekarang ini…”  yaitu di 1951, “…sedang berseteru mati-matian…”  Lalu dia membawa bentuk ketiga ke persamaan itu. Dia menulis, “…Kita semua juga tahu bahwa bagi Romanisme, kebenciannya terhadap musuhnya Protestantisme sama besarnya seperti terhadap Komunisme…” Jadi bagaimana hubungan antara Kepausan dengan Protestantisme di 1951? Bermusuhan! Bagaimana hubungan antara Kepausan dengan kekuasaan-kekuasaan sekuler dunia, khususnya yang diwakili oleh Komunisme? Bermusuhan. Dia melanjutkan,  “…Romanisme tidak ingin berbuat baik atau berdamai dengan keduanya…” maksudnya dengan Protestantisme atau dengan Komunisme/ Sosialisme ~ hari ini mereka disebut Globalisme. Weir melanjutkan, “…Sekarang…”  tahun 1951, “…terutama sejak demokrasi Protestan berseberangan dengan Rusia…” jadi Protestantisme berseberangan dengan Komunisme juga, “…Sekarang terutama sejak demokrasi Protestan berseberangan dengan Rusia…”  dengarkan baik-baik sekarang, “…Romanisme bermain mata secara diplomatis dengan beberapa kelompok atau individu Protestan yang berpengaruh, supaya bisa mendapatkan dukungan mereka dalam pertempurannya untuk mempertahankan sistem politik dan sistem relijiusnya di seluruh dunia…”  Jadi dengan kata lain Kepausan bermain mata dengan Protestantisme karena Protestantisme dan bangsa Protestan yang terbesar, itu Kapitalis, dan pada saat itu merupakan musuh bebuyutan Komunisme, benar? Jadi katanya, gereja Katolik sedang bermain mata dengan Protestantisme karena Protestantisme bisa menolong mereka dalam perseteruan mereka dengan Komunisme.

 
However, Weir also stated in the same book that Roman Catholicism and Communism/Socialism have many characteristics and objectives in common. Let me read from the book Before Probation Closes page 31, “…We must not forget that Communism is more a rival to Romanism than an enemy. Communism has more in common with Romanism than with any other religious body.…”  Communism has what? “…more in common with Romanism than with any other religious body…”  You say, “How can that be? They are deadly enemies.” Continue, “…Communism has thrived best in Roman Catholic countries…”  True. Poor Roman Catholic countries. The quotation continues,  “…Rome is therefore much more opposed to the political and international brand of communistic action than it is opposed to its atheistic doctrines…”  the Papacy is not against Communism because its atheism, but because Communism at that time was considered to be a rival. The quotation ends by saying, “…What Rome detests is Communism and what it fears most is its anti-Roman policy.…” So did the Papacy dislike Communism mainly because you know because Communism is atheistic? No. Because Communist was anti-Papacy. So what Rome detests is Communism and what it fears most is its anti-Roman policy rather than its anti-Christian philosophy.
Are you following me so far?

Namun, Weir juga menyatakan dalam buku yang sama bahwa Roma Katolikisme dan Komunisme/Sosialisme memiliki banyak karakteristik dan tujuan yang sama. Saya akan membacakan dari buku Before Probation Closes hal. 31, “…Kita tidak boleh lupa bahwa Komunisme lebih merupakan saingan bagi Romanisme daripada musuh. Komunisme punya lebih banyak persamaan dengan Romanisme daripada dengan badan-badan relijius lainnya.…”  Komunisme punya apa?   “…lebih banyak persamaan dengan Romanisme daripada dengan badan-badan relijius lainnya…”  Kalian berkata, “Kok bisa begitu? Mereka itu musuh bebuyutan.” Lanjut, “…Komunisme paling berkembang di negara-negara Roma Katolik…”  Betul, di negara-negara Roma Katolik yang miskin. Kutipan ini berlanjut, “…Karena itu Roma lebih menentang politik dan label internasional aksi Komunisme daripada menentang doktrinnya yang atheis…”  Kepausan tidak menentang Komunisme karena dia atheis tetapi karena pada waktu itu Komunisme dianggap sebagai saingan. Kutipan itu diakhiri dengan berkata, “…Yang dibenci oleh Roma ialah Komunisme dan apa yang paling ditakutinya ialah kebijakan anti-Kepausannya…”  Jadi apakah Paus tidak suka Komunisme semata-mata karena, kalian tahu, Komunisme itu atheis? Tidak! Tetapi karena Komunisme itu anti-Kepuasan. Jadi apa yang dibenci Roma ialah Komunisme dan apa yang paling ditakutinya ialah kebijakannya yang anti-Kepausan daripada filosofinya yang anti Kristen.
Apakah kalian mengikuti saya sampai di sini?


So you see, what similarities are there between Communism/Socialism and the Papacy? I’m going to draw 12 parallels, 12 similarities between Communism/Socialism and the Papacy. By the way we are not talking only about things that happened in the past. There is a strong move in the US towards Socialism. Now, how does that fit within the scenario of Bible prophecy? Well, you need to continue coming this weekend. There is one presentation that I am not going able to make because we don’t have enough presentations and that is the role that Donald Trump plays in this whole equation. Donald Trump, ill spoken, fickle as water among other things, is presently the greatest obstacle that the Roman Catholic Papacy has from implementing Socialism on a global scale. And I’m going to share that with you a little bit later on.

Jadi kalian lihat, apa persamaannya antara Komunisme/Sosialisme dan Kepausan? Saya akan memberikan 12 paralel, 12 persamaan antara Komunisme/Sosialisme dan Kepausan. Nah kita tidak hanya berbicara tentang hal-hal yang terjadi di masa lampau. Di Amerika Serikat ada gerakan yang kuat menuju ke Sosialisme. Sekarang, bagaimana itu bisa klop dengan skenario nubuat Alkitab? Nah, kalian perlu datang terus akhir pekan ini. Ada satu presentasi yang tidak akan bisa saya lakukan karena kita tidak punya cukup presentasi, dan itu ialah peranan Donald Trump dalam seluruh persoalan ini. Donald Trump, yang bicaranya negatif, tidak bisa dipercaya, dan masih banyak lagi, saat ini merupakan penghalang terbesar bagi Kepausan Roma Katolik untuk mengimplementasikan Sosialisme dalam skala global. Dan saya akan membagi itu kepada kalian sebentar lagi. 


So, let’s examine the 12 similarities.
Similarity # 1
First, both Communism/Socialism and Roman Catholicism are imperialistic. What do I mean by “imperialistic”? They want to establish a world empire.
In 1990 a Roman Catholic Jesuit priest ~ whom I will be referring to quite frequently ~  by the name of Malachi Martin, have you ever heard that name? He published his bestselling book which is really interesting read, he was an intimate friend of John Paul II by the way, had almost direct access to him whenever he wanted, very conservative theologically and very anti-Communist and pro-Capitalist. Anyway in 1990 he wrote his famous book, The Keys of This Blood, that’s the title. The sub-title is, listen carefully, “Pope John Paul II versus Russia and the West…” ~ how many powers are we talking about here? Three. What characterizes the countries of the West? Capitalism. So the sub-title is “Pope John Paul II versus Russia and the West for Control of The New World Order”. So how many systems are struggling for control of the new world order? Three: Communism/Socialism, the Papacy, and the Capitalist countries of the West.


Mari kita simak ke-12 persamaan.
Persamaan # 1
Pertama, baik Komunisme/Sosialisme dan Roma Katolikisme adalah imperialis. Apa maksud saya dengan “imperialis”? Mereka ingin mendirikan kerajaan  yang mendunia.
Di tahun 1990 seorang imam Jesuit Roma Katolik ~ yang akan sering saya rujuk ~ bernama Malachi Martin ~ pernahkah kalian mendengar namanya? ~ dia menerbitkan bukunya yang paling laris yang memang bahan bacaan yang menarik. Dan dia adalah sahabat karib Paus Yohanes Paulus II, dia punya akses langsung kepada Paus itu nyaris kapan pun dia mau, sangat konservatif dalam theologinya, dan sangat anti-Komunis dan pro-Kapitalis. Nah, di 1990 dia menulis bukunya yang terkenal, judulnya The Keys to This Blood. Sub-titelnya ialah ~ dengarkan baik-baik ~ “Paus Yohanes Paulus II versus Rusia dan Barat…” ~ ada berapa kekuasaan yang kita bicarakan di sini? Tiga. Apa karakter negara-negara Barat? Kapitalisme.  Jadi sub-titelnya ialah “Paus Yohanes Paulus II versus Rusia dan Barat untuk Mendapatkan Kontrol atas Pemerintahan Baru bagi Dunia”.  Jadi ada berapa sistem yang berebut kontrol untuk pemerintahan baru bagi dunia? Tiga: Komunisme/Sosialisme, Kepausan, dan negara-negara Kapitalis Barat.


On page 18 of his book, he wrote this, very interesting you know, this is a book before its time. Ellen White says that the Papacy can see the future on the basis of its experience in the past, it’s not prophetical, they can’t prophesy what’s going to happen, but they can use the law of cause and effect, to kind of suggest what’s going to happen in the future. Notice what Martin wrote on page 18 of his book: “There is one great similarity shared by all three of these Globalist competitors…”  so the three Globalist competitors have one thing in common, what is it?   “… Each one has in mind a particular grand design for  one world governance…”  What do they have in common? Each one wants to establish an empire that governs the whole world. He continues, “…Their geo-political competition is about which of the three…”  listen carefully now, “…which of the three  will form, dominate, and run the world system that will replace the decaying nations system…” 

Di halaman 18 dari bukunya, dia menulis ini ~ sangat menarik kalian tahu, ini adalah buku yang mendahului zamannya. Ellen White berkata bahwa Kepausan bisa melihat masa depan atas dasar pengalamannya di masa lampau, bukan bersifat nubuat, mereka tidak bisa menubuatkan apa yang akan terjadi, tetapi mereka bisa memakai hukum sebab-akibat untuk menebak apa yang akan terjadi di masa depan.
Simak apa yang ditulis Martin di hal. 18 dari bukunya: “…Ada satu persamaan besar yang dimiliki ketiga Globalis yang bersaing ini…”  jadi ketiga pesaing Globalis ini memiliki satu hal yang sama, apa itu?  “…Masing-masing mempunyai konsep akbar khusus untuk membentuk pemerintahan tunggal atas dunia ini…”  Persamaan apa yang mereka miliki? Masing-masing ingin mendirikan suatu kerajaan yang memerintah seluruh dunia. Martin melanjutkan, “…Persaingan teritori dan politis mereka ialah mengenai siapa dari ketiganya…”  dengarkan baik-baik sekarang, “…siapa dari ketiganya yang akan membentuk, menguasai, dan menjalankan sistem dunia, yang akan menggantikan sistem bangsa-bangsa yang telah lapuk…” 


It brings to mind the tower of Babel, which is another lecture I could have presented here on this particular subject. God had told the people at Babel to disperse but they all came together, they want to establish ~ Ellen White says ~ a universal empire that will cover the whole earth. So what God did was He confused their language so they would establish separate nations because it’s much more difficult for evil to consolidate when you have many different nations than if you have everybody on the same page because they have the same language and the same culture. So once again their geo-political competition is about which of the three will form, dominate and run the world system that will replace the decaying nations system.

Ini mengingatkan kita tentang menara Babel, ceramah lain yang bisa saya presentasikan di sini tentang subjek khusus ini. Allah telah menyuruh orang-orang Babel untuk berpencar tetapi mereka semuanya malah berkumpul menjadi satu, mereka mau mendirikan ~ kata Ellen White ~ sebuah kerajaan universal yang akan meliputi seluruh dunia. Jadi apa yang dilakukan Allah ialah mengacaukan bahasa mereka supaya mereka harus membentuk bangsa-bangsa yang terpisah, karena lebih sulit bagi kejahatan untuk berkonsolidasi bila ada banyak bangsa yang berbeda daripada bila semua orang berpikiran sama karena mereka berbahasa sama dan punya budaya yang sama.
Jadi sekali lagi, kompetisi geo-politis mereka ialah mengenai siapa dari ketiganya yang akan membentuk, menguasai dan menjalankan sistem dunia yang akan menggantikan sistem bangsa-bangsa yang melapuk.


And then Malachi Martins states that he knows exactly who’s going to win. He says the Papacy’s going to win. And the reason he gives is that Jesus gave the keys of this blood to Peter and his successors and the gates of hell will not prevail against the Papacy. So he’s saying the Papacy is going to win this competition, not Communism or Socialism, not Capitalism ~ US is his primary example of that.

Kemudian Malachi Martin menyatakan dia tahu persis siapa yang akan menang. Dia berkata, Kepausan yang akan menang. Dan alasan yang dia berikan ialah karena Yesus telah memberikan kunci darah ini kepada Petrus dan penerus-penerusnya dan gerbang neraka tidak akan mengalahkan Kepausan. Jadi dia berkata Kepausan yang akan memenangkan pertarungan itu, bukan Komunisme atau Sosialisme, bukan Kapitalisme ~ Amerika Serikat adalah contoh utamanya.


And then in page 16 he writes something really scary, he wrote, “…No holds barred, because once the competition has been decided…”  what competition between the three? By the way have you heard Ellen White’s statement when she speaks about a final union between three powers: the Papacy, Protestantism and Worldlings? Worldlings means secular. So, “…No holds barred because once the competition has been decided, the world and all that's in it: our way of life as individuals, and as citizens of the nations, our families, and our jobs, our trade, and commerce, and money…”  remember all of these, “…our educational systems, and our religions, and our cultures, even the badges of our national identity, which most of us have always taken for granted…”  notice, “make our, make our America great again! America first!” You know that stands in the way of the objective of Communism and the Papacy as well. So once again, all these things: “…our families,  and our jobs, our trade, and commerce, and money, our educational systems, and our religions, and our cultures, even the badges of our national identity, which most of us have always taken for granted, all will have been powerfully, and radically altered forever…”  in other words, the whole purpose is to control families, jobs, trade and commerce, money, educational systems, religions, cultures, and he says all of these will have been altered radically forever. And then he states, “…No one can be exempted from its effects.  No sector of our lives will remain untouched. Nobody who is acquainted with the plans of these three rivals has any doubt but that only one of them can win.” Interesting statement. Written back in the late 1980’s, over 30 years ago, 32-33 years ago.
So the first similarity between the Papacy, and the Communist/Socialist or secular world is their imperialism.

Kemudian di hal. 16 dia menulis sesuatu yang sangat mengerikan, dia tulis, “…Tanpa adanya peraturan yang membatasi, satu kali persaingan itu telah dimenangkan…”  persaingan apa yang ada di antara ketiganya? Nah, pernakah kalian mendengar pernyataan Ellen White ketika dia berbicara tentang suatu persatuan terakhir antara ketiga kekuasaan: Kepausan, Protestantisme, dan orang-orang dunia? Orang-orang dunia artinya sekuler. Jadi, “…Tanpa adanya peraturan yang membatasi,  satu kali persaingan itu telah dimenangkan,  dunia dan semua di dalamnya: kehidupan kita sebagai individu dan sebagai warganegara suatu negara, keluarga kita, pekerjaan kita, perdagangan kita, dan usaha, dan uang…”  ingat semua ini, “…sistem pendidikan kita, agama kita, budaya kita, bahkan lambang identitas kebangsaan kita, yang oleh kebanyakan kita selalu kurang dihargai…”  perhatikan, “jadikan Amerika kita besar lagi! Amerika nomor satu!” Kalian tahu konsep-konsep itu adalah penghalang tujuan Komunisme dan Kepausan juga. Jadi sekali lagi, semua hal ini, “…keluarga kita, pekerjaan kita, perdagangan kita, dan usaha, dan uang, sistem pendidikan kita, agama kita, budaya kita, bahkan lambang identitas kebangsaan kita, yang oleh kebanyakan kita selalu kurang dihargai, semuanya itu akan berubah selamanya secara hebat dan radikal …”  dengan kata lain seluruh tujuannya ialah untuk mengendalikan keluarga, pekerjaan, perdagangan dan usaha, uang, sistem pendidikan, agama, kebudayaan. Dan dia berkata semua ini pada waktu itu akan diubah seluruhnya secara radikal, untuk selamanya. Kemudian dia berkata, “…Tidak ada yang akan terbebas dari akibatnya. Tidak ada satu sektor pun dalam hidup kita yang bakal tidak tersentuh. Tak seorang pun yang mengenal rencana ketiga pesaing ini punya keraguan sedikit pun bahwa hanya satu dari mereka yang bisa menang.” Pernyataan yang menarik. Ditulis di akhir 1980an, lebih dari 30 tahun yang lalu, 32-33 tahun lalu.
Jadi, persamaan pertama antara Kepausan, Komunis/Sosialis atau dunia sekuler ialah imperialisme mereka.


Similarity # 2
The second similarity is that they are both totalitarian. Communism/Socialism and the Papacy are totalitarian. You say, what does that mean? It means that they want to exercise what? Total control. Therefore, they cannot allow dissent. They might sound now like they are protecting religious liberty and they’re in favor of freedom and so on, don’t be fooled because both of these systems are totalitarian. Communism/Socialism vows for absolute control of the world’s system over religion, politics, education, economics, the arts, and individual consciences. The harlot of Revelation 17 wants to do the same thing. Because if you read Revelation 17, you’ll find that the Papal harlot sits on many waters ~ that’s the multitudes ~ she also controls the economy of the world, according to Revelation 18, she also fornicates with the kings of the earth, and she has daughters whom she controls. And who are the daughters? The Protestant denominations.
So both of them fight for total control, it’s called totalitarianism.

Persamaan #2
Persamaan kedua ialah, mereka sama-sama totaliter. Komunisme/Sosialisme dan Kepausan itu totaliter. Kalian berkata, apa maksudnya? Artinya mereka mau menjalankan apa? Kontrol total (menyeluruh). Karena itu mereka tidak mengizinkan adanya pendapat yang berbeda. Sekarang mungkin mereka seolah-olah sedang melindungi kebebasan beragama dan mereka berpihak pada kebebasan dan sebagainya, tapi jangan terkecoh karena kedua sistem ini sama-sama totaliter. Komunisme/ Sosialisme bersumpah untuk melaksanakan kontrol menyeluruh pada sistem dunia atas agama, politik, pendidikan, ekonomi, kesenian, dan hati nurani manusia. Pelacur Wahyu 17 mau melakukan hal yang sama, karena jika kita membaca Wahyu 17, kita akan mendapati pelacur Kepausan duduk di atas banyak air ~ itu adalah orang banyak ~ dia juga mengendalikan ekonomi dunia menurut Wahyu 18, dia juga berzinah dengan raja-raja bumi, dan dia punya anak-anak perempuan yang dikendalikannya. Dan siapakah anak-anak perempuannya itu? Denominasi-denominasi Protestan.
Jadi mereka sama-sama bersaing untuk mendapatkan kontrol menyeluruh, ini namanya totalitarianism.


Similarity # 3
The third similarity is, that for these two systems individualism, free enterprise, freedom of speech and freedom of religion cannot exist, once they have full power. Both Communism and the Papal power are bitter opponents of individualism, freedom of speech, freedom of the press, freedom of conscience and freedom of worship. Why would they be against these? Because in individualism with all these freedoms they cannot exercise total and complete control.

Persamaan # 3
Persamaan ketiga ialah, bagi kedua sistem ini, individualisme, perdagangan bebas, kebebasan berbicara, dan kebebasan beragama tidak boleh ada, begitu mereka berkuasa penuh. Baik Komunisme dan kekuasaan Kepausan adalah musuh bebuyutan dari individualisme, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan hati nurani dan kebebasan beragama. Mengapa mereka melawan ini? Karena dalam individualisme dengan semua kebebasan ini, mereka tidak bisa menjalankan pengendalian menyeluruh dan kontrol menyeluruh.


Similarity # 4
The fourth similarity is that both of these systems, the Papacy and the Socialism/Communism is that both of them have a system of spying or surveillance. Communism had the KGB. For those of you who are not up on the news of what’s happening in Venezuela, in Venezuela we have an organization called the SEBIN, spies on all political opponents, they have established a system where an individual represents a certain block of the city and that individual is responsible to keep everybody in line on that block of the city. And of course the Roman Catholic church also has a system of surveillance or spying, such as the OPPUS DEI ~ which means the work of God ~ and the Jesuits. We will be speaking more about them in course of this weekend.

Persamaan # 4
Persamaan keempat ialah kedua sistem ini, Kepausan dan Sosialisme/Komunisme sama-sama memiliki sistem mata-mata atau pengintaian. Komunisme memiliki KGB. Bagi kalian yang tidak mengikuti berita tentang apa yang terjadi di Venezuela, nah, di Venezuela ada sebuah organisasi bernama SEBIN, yang memata-matai semua lawan politik, mereka memiliki sistem di mana seseorang membawahi sebuah kompleks tertentu di kota itu, dan individu ini bertanggung jawab menjaga agar semua orang di kompleks tersebut tidak melanggar ketentuan. Dan tentu saja gereja Roma Katolik juga memiliki sistem pengintaian atau mata-mata, seperti OPPUS DEI ~ yang berarti pekerjaan Allah ~ dan Ordo Jesuit. Kita akan membahas lebih banyak tentang mereka dalam akhir pekan ini.  


Similarity # 5
Both of them despised Protestantism. Why? Because Protestantism is primarily found in countries that are capitalist, and Capitalism guarantees freedom of enterprise, freedom of speech, freedom of the press, freedom of religion, freedom of political preference, and individualism. The guarantee of these freedoms goes against the grain of totalitarianism. So Protestantism is despised by both the Papacy and Socialism.

Persamaan # 5
Keduanya sama-sama membenci Protestantisme. Mengapa? Karena Protestantisme utamanya terdapat di negara-negara Kapitalis, dan Kapitalisme menjamin kebebasan berusaha, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan beragama, kebebasan memilih dalam politik, dan individualisme. Dijaminnya semua kebebasan ini bertentangan dengan konsep totalitarianisme. Maka Protestantisme dibenci baik oleh Kepausan maupun oleh Sosialisme.


Similarity # 6
Both Communism/Socialism feign an interest for the poor and for human rights, however, both have a deplorable record of accomplishment in both of these areas. Communism and Catholicism thrive in areas of extreme poverty where there is a small middle class, therefore, both systems tell rich nations to redistribute their wealth to the poor ones. In Europe during the 1260 years there were ignorance, war, disease, social unrest and persecution. The church enriched itself at the expense of the poor, building huge monuments like for example St. Peters Basilica, and the famous Basilica or Cathedral that had this fire last year: Notre Dame. Most of the money that was used to build those great monuments was at the expense of the poor. In Latin America ~ how many of you are from Latin America? Raise your hand. We have several here. In Latin America the Papacy has had 500 years to improve the lives of the people and has failed miserably. As you know, thousands have come towards the US in caravans seeking a better life.
So both of these systems, Communism/Socialism and the Papacy, feign an interest for the poor and yet the governing class has a much higher standard of living than the common people.
Both systems are also riddled with corruption. By way of example, my wife is from Columbia but her family lived for many years in Venezuela where she still has two sisters and a brother that live there, so I am speaking from personal experience. In Venezuela the elite Socialist/Communist ~ they like to call themselves Socialists but they are really Communists ~ they’ve pillaged the country and they have left the country totally bankrupt. Stealing not millions but billions of dollars, living in luxury while people are eating from the garbage and barely have one meal a day, and have no freedom.
You know Communism tried to penetrate Nicaragua in the 80’s, late 70’s and early 80’s. Let me give you a description that Malachi Martin gave of the lifestyle of the Socialists in Nicaragua back in that time. They feigned love for the poor, yeah. By the way, does the present Pope talk a lot about the poor? Oh, yeah.
In the book The Jesuits  page 139-140 ~ and I will be referring to this book quite a bit this weekend ~ he describes the lifestyle of the leaders of the Socialists in Central America in the 80’s. “They live in homes expropriated from the ousted middle class…” You know what “expropriate” means? In Venezuela, Chavez, he would see this nice piece of land, he would say, “Expropriate it!” He would steal it from the owner and now became part of the government. So “…they live in homes expropriated from the ousted middle class in comfortable Managua’s suburbs…” such as Las Colinas, Managua was the capital city of Nicaragua. “…They shop at specially designated hard currency and dollar stores where there is no preferential treatment for the poor. They dine at luxury restaurants restricted to party officials, and lunch in their government offices on the daily loads delivered by official vans of ham, lobsters and other delicacies unobtainable elsewhere in Sandinista, Nicaragua. They relaxe in reserved box seats at the baseball stadion, enjoy unlimited supply of gasoline and water that are rationed to the people.  And they cation in the mansions of the Samosa dynasty…”  Samosa was the dictator that the Communist overthrew, “…suitably rebaptized by the Sandinistas as protocol houses. They travel round their native Nicaragua with personal bodyguards of Cubans and East Germans who are armed with Soviet automatics, ostensibly to be pointed at potential assailants but presumably equally effective against the activist priest who might waver in his enthusiasm for politics of the Sandinista brand. …”  so they feign a love for the poor. Yea, we need to distribute all of the resources of the nation equally among everybody, but the leaders don’t live that way.

Persamaan # 6
Baik Komunisme/Sosialisme berpura-pura memperhatikan orang miskin dan hak azasi manusia, namun demikian mereka sama-sama memiliki rekam jejak pencapaian yang menyedihkan dalam kedua bidang ini. Komunisme dan Katolikisme berkembang pesat di daerah-daerah yang sangat miskin, di mana hanya ada sekelompok kecil kelas menengah. Karena itu kedua sistem ini menyuruh bangsa-bangsa yang makmur untuk meredistribusikan kekayaan mereka kepada bangsa-bangsa yang miskin. Di Eropa selama 1260 tahun terjadi kebodohan, perang, penyakit, keresahan sosial, dan persekusi. Gereja memperkaya dirinya sendiri dengan mengorbankan orang-orang miskin, membangun monumen-monumen maha besar seperti misalnya Basilika Santo Petrus dan basilika atau katedral yang terkenal yang tahun lalu terbakar: Notre Dame. Kebanyakan uang yang dipakai untuk membangun monumen-monumen raksasa tersebut diperoleh dengan menindas yang miskin. Di Latin Amerika – ada berapa orang di sini yang datang dari Latin Amerika? Tolong angkat tangan. Ada beberapa orang di sini. ~ Di Latin Amerika, Kepausan punya waktu 500 tahun untuk memperbaiki standar hidup rakyat di sana tetapi gagal total. Seperti yang kalian ketahui, beribu-ribu orang telah datang ke Amerika Serikat dengan karavan-karavan untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Jadi kedua sistem ini, Komunisme/Sosialisme dan Kepausan, berpura-pura memperhatikan orang miskin namun kelas yang berkuasa memiliki standar kehidupan yang jauh lebih tinggi daripada rakyat jelata.
Kedua sistem ini juga penuh dengan korupsi. Sebagai contoh, istri saya berasal dari Columbia tetapi keluarganya tinggal bertahun-tahun di Venezuela di mana masih ada dua orang saudara perempuan dan satu saudara laki-lakinya yang hidup di sana, jadi saya berbicara dari pengalaman pribadi. Di Venezuela, kelompok elit Sosialis/Komunis ~ mereka suka menyebut diri sendiri Sosialis, tetapi sebenarnya mereka Komunis ~ mereka menjarah negara itu dan mereka meninggalkan negara itu dalam kondisi bankrut total, merampok bukan hanya jutaan tetapi milyaran dollar, hidup dalam kemewahan sementara rakyat mencari makanan dari tong sampah dan nyaris tidak bisa makan satu kali sehari, dan tidak punya kebebasan.
Kalian tahu, Komunisme berusaha menembus Nicaragua di tahun 80-an, akhir 70-an dan awal 80-an. Saya akan memberikan deskripsi dari Malachi Martin tentang gaya hidup kelompok Sosialis di Nicaragua di saat itu. Mereka berpura-pra mengasihi orang miskin, oh, iya. Omong-omong, apakah Paus yang sekarang juga banyak berbicara tentang orang miskin? Oh, iya.
Di buku The Jesuits hal. 139-140 ~ dan saya akan banyak merujuk kepada buku ini selama akhir pekan ini ~ Malachi Martin menggambarkan gaya hidup para pemimpin Sosialis di Amerika Tengah di tahun 80-an. “…Mereka tinggal di rumah-rumah yang disita dari kelompok kelas menengah yang diusir…”  Kalian tahu apa maksudnya “disita”? Di Venezuela, Chavez (mantan presidennya), jika dia melihat sebidang tanah yang bagus,  dia akan berkata, “Sita!” Dia akan merebutnya dari pemiliknya dan sekarang tanah itu menjadi milik Pemerintah. Jadi, “…Mereka tinggal di rumah-rumah yang disita dari kelompok kelas menengah yang diusir, di pinggiran kota Managua yang nyaman…”  seperti Las Colinas. Managua adalah ibukota Nicaragua.   “…Mereka berbelanja di toko-toko khusus yang ditunjuk, di mana yang dipakai ialah mata uang yang stabil dan dollar, di mana tidak ada pelayanan kemudahan bagi orang miskin. Mereka makan malam di rumah-rumah makan yang mewah, yang terbatas hanya bagi pejabat partai, dan makan siang di kantor-kantor pemerintah mereka dari kiriman resmi yang tetap setiap hari, terdiri atas daging babi, lobster, dan makanan-makanan mewah lainnya yang tidak bisa diperoleh di tempat lain di Sandinista, Nicaragua. Mereka bersantai di tempat-tempat duduk VIP khusus yang sudah dipesan di stadion-stadion bola, menikmati suplai bahan bakar dan air yang tidak terbatas, yang dijatah bagi rakyat. Dan mereka berlibur di gedung-gedung indah milik dinasti Samosa…” Samosa ialah diktator yang digulingkan Komunis, “…yang oleh para Sandinista diberi nama baru yang sesuai, sebagai rumah-rumah protokol. Mereka bepergian sekitar Nicaragua, negara mereka sendiri dengan pengawal-pengawal pribadi dari bangsa Cuba dan Jerman Timur yang dipersenjatai senjata automatis buatan Soviet, yang seolah-olah diarahkan kepada mereka yang berpotensi sebagai penyerang, tetapi agaknya sama efektifnya juga terhadap seorang imam aktivis yang mungkin sedang goyah antusiasmenya mendukung politik cap Sandinista…” Jadi mereka berpura-pura mengasihi orang miskin. “Iya, kita perlu mendistribusikan semua sumber bangsa-bangsa secara merata kepada semua orang”, tetapi para pemimpin tidak hidup seperti itu.


By the way do you know Ellen White wrote that it was never God’s plan that poverty should disappear from the earth? So this ideal, you know ~ there is huge talk about eradicating poverty on the part of the Papacy and on the part of the Socialist governments of the world. The United Nations is foremost in talking about eradicating poverty from the world by taking money from the rich nations and redistributing it to the poor nations. Notice what Ellen White wrote in Vol. 4 of the Testimonies pg. 551-552, “…It was not the purpose of God that poverty should ever leave the world…”  it was not the purpose of God what? It was never the purpose of God that poverty should ever leave the world.   “…The ranks of society are never to be equalized, for the diversity of condition which characterizes our race is one of the means by which God has designed to prove and develop character. Many have urged with great enthusiasm that all men should have an equal share in the temporal blessings of God, but this was not the purpose of the Creator. Christ has said that we shall have the poor always with us. …”  
So this ideal of Socialism, this ideal of the Papacy, is not God’s plan.

Nah, apakah kalian tahu Ellen White menulis bahwa bukan rencana Tuhan kemiskinan itu harus lenyap dari muka bumi? Jadi idealisme ini, kalian tahu ~ ada pembicaraan besar di pihak Kepausan dan pemerintahan-pemerintahan Sosialis di dunia tentang menghapus kemiskinan, PBB juga paling depan berbicara tentang menghapus kemiskinan dunia dengan mengambil uang dari bangsa-bangsa yang kaya dan meredistribusikannya kepada bangsa-bangsa yang miskin. Perhatikan sekarang apa yang ditulis Ellen White di Vol.4 Testimonies hal. 551-552.  “…Bukanlah maksud Allah kemiskinan harus lenyap dari dunia…”  bukan maksud Allah apa? Bukan maksud Allah kemiskinan harus lenyap dari dunia. “…Tingkat-tingkat masyarakat selamanya tidak akan pernah disamakan, karena perbedaan kondisi yang menjadi ciri khas umat manusia, adalah salah satu cara yang telah dirancang Allah untuk membuktikan dan mengembangkan karakter manusia. Sudah banyak yang mendorong dengan antusiasme besar agar semua manusia harus memiliki porsi yang sama dalam berkat duniawi dari Allah, tetapi ini bukanlah maksud Sang Pencipta. Kristus telah berkata bahwa orang miskin akan selalu ada bersama kita…”  
Jadi idealisme Sosialisme ini, idealisme Kepausan ini, bukanlah rencana Allah.


Similarity # 7
Both Socialism/Communism and the Papacy have a long history of persecution.
Let me read you a description of what occurred in the former Soviet Union in terms of persecution, Communism persecution.
-      One million imprisoned  or exiled between 1927-1929.
-      Nine to eleven million peasants forced off their lands and
-      another two to three million peasants arrested or exiled in the mass collectivization program.
-      Six to seven million killed by an artificial famine in 1932-1934.
-      One million exiled from Moscow and Leningrad in 1935.
-      One million executed during the great terror of 1937-1938.
-      Four to six million dispatched to labor camps.
-      Ten to twelve million people forcibly relocated during WWII.
-      And at least one million arrested for various political crimes from 1946-1953.
That’s a record of Communism/Socialism just in the Soviet Union.

Persamaan # 7
Baik Sosialisme/Komunisme dan Kepausan punya sejarah persekusi yang panjang.
Saya akan membacakan deskripsi tentang apa yang terjadi di bekas Uni Soviet sehubungan dengan persekusi, persekusi Komunisme.
-      Satu juta orang dipenjara atau diasingkan antara 1927-1929.
-      Sembilan hingga sebelas juta petani dipaksa meninggalkan tanah mereka dan,
-      Dua atau tiga juta petani lain ditangkap atau diasingkan karena adanya program kolektivisasi massal (saat Pemerintah mengambil alih semua hak produksi dan industri)
-      Enam hingga tujuh juta manusia dibunuh dengan kelaparan buatan di tahun 1932-1934
-      Satu juta manusia diasingkan dari Moskow dan Leningrad di 1935.
-      Satu juta manusia dihukum mati selama teror akbar 1937-1938 (represi besar zaman Stalin)
-      Empat hingga enam juta dikirim ke kamp-kamp kerja.
-      Sepuluh hingga dua belas juta manusia dipindahkan dengan paksa selama Perang Dunia II.
-      Dan paling sedikit satu juga orang ditangkap untuk kejahatan politik dari 1946-1953.
Inilah rekaman Komunisme/Sosialisme hanya di Uni Soviet.


Did the Papacy do the same thing during the 1260 years? You know Daniel 7 says, this system will persecute the saints of the Most High. Revelation 13 also emphasizes that. The 5th seal says that the martyrs that were slain by this system cried out, “Until when, O, Lord, do You not judge and avenge our blood upon those who shed it on the earth?” Ellen White wrote in the Spirit of Prophecy Vol. 4 pg. 63, “…The mangled…”  about the Papacy,  “…The mangled forms of millions of martyrs cried to God for vengeance upon that apostate power…”  
So both systems are persecuting powers.

Apakah Kepausan melakukan hal yang sama selama 1260 tahun? Kalian tahu Daniel 7 berkata, sistem ini akan mempersekusi orang-orang kudus Yang Mahatinggi. Wahyu 13 juga menekankan itu. Meterai ke-5 mengatakan bahwa para martir yang dibunuh oleh sistem ini, berseru, “Sampai kapan, O, Tuhan, Engkau tidak menghakimi dan membalaskan darah kami kepada mereka yang telah menumpahkannya ke bumi?”(Wahyu 6:9).
Ellen White menulis di Spirit of Prophecy Vol. 4 hal. 63, “…Tubuh yang hancur…”  tentang Kepausan,  “…Tubuh yang hancur milik jutaan martir, berseru kepada Allah minta pembalasan kepada kuasa yang murtad itu…”  
Jadi kedua sistem sama-sama kuasa yang mempersekusi.


Similarity # 8
Both systems oppose God.
Really? Yes, in different ways.
How does Socialism/Communism oppose God? Oh, they openly say that they’re what? We are atheists, we don’t believe in God, the State is God, in Marxism or Socialism. At least they have the sincerity to say,  We are atheists, we don’t believe in God.
How does the Papacy oppose God? 2 Thessalonians 2 says that it sits in the temple of God showing itself to be God. It doesn’t replace God with the State, it replaces God with the Pope.
Both of them oppose God.

Persamaan # 8
Kedua sistem sama-sama melawan Allah.
Masa? Ya, dengan cara yang berbeda.
Bagaimana Sosialisme/Komunisme melawan Allah? O, mereka secara terang-terangan berkata bahwa mereka apa? Kami atheis, kami tidak percaya Allah, negera itu Allah dalam faham Marxisme atau Sosialisme. Paling tidak mereka jujur mengatakan, Kami atheis, kami tidak percaya Allah.
Bagaimana Kepausan melawan Allah? 2 Tesalonika 2 berkata bahwa dia duduk di bait Allah, menunjukkan dirinya sebagai Allah. Dia tidak mengganti Allah dengan negara, dia mengganti Allah dengan Paus.
Keduanya sama-sama melawan Allah.


Similarity # 9
Both of these powers, the Papacy and Socialism/Communism operate by a power from beneath, from the abyss, from below, the satanic power that hates the Bible, despises the Bible. Did the Papacy war against the Bible during the 1260 years? Absolutely. Did Communism in its heyday also forbid the Bible and persecute those who had Bibles? You know that they did. Both of these systems arise from the bottomless pit according to the book of Revelation. 
I want to read from Great Controversy pg. 268-269 where Ellen White describes how a power from beneath controlled the Papacy during 1260 years and how the power from beneath, the power of Satan, did the same in the French Revolution which gives birth to Communism or Marxism. This is how it reads: “…In many of the nations of Europe, the power that rules in church and state had for centuries been controlled by Satan, through the medium of the Papacy…”    So what happened during the 1260 years? Satan controlled the nations through the medium of? The Papacy. And then she speaks about Revelation 11, which speaks about the French Revolution. Did The French Revolution war against the Bible?  Yeah, Revelation 11 says that it killed the two witnesses. Who are the two witnesses? The Old and New Testaments. So the Papacy forbade the reading of the Bible on pain of death, Communism/Socialism did the same thing.

Persamaan # 9
Kedua kekuasaan ini, Kepausan dan Sosialisme/Komunisme, dijalankan oleh suatu kuasa dari bawah, dari tempat yang gelap, dari kedalaman, yaitu kuasa Setan yang membenci Alkitab, menganggap hina Alkitab. Apakah Kepausan berperang melawan Alkitab selama 1260 tahun? Betul sekali. Apakah Komunisme di masa jayanya juga melarang Alkitab dan mempersekusi mereka yang punya Alkitab? Kalian tahu itu benar. Kedua sistem ini keluar dari lubang yang tidak ada dasarnya menurut kitab Wahyu.
Saya mau membaca dari Great Controversy hal. 268-269 di mana Ellen White menggambarkan bagaimana suatu kuasa dari bawah mengendalikan Kepausan selama 1260 tahun itu, dan bagaimana kuasa dari bawah, kuasa Setan itu, melakukan yang sama saat Revolusi Perancis yang melahirkan Komunisme atau Marxisme. Beginilah tertulisnya, “…Di banyak bangsa Eropa, kuasa yang berdaulat di gereja dan pemerintahan selama berabad-abad, dikendalikan oleh Setan melalui perantaraan Kepausan…”  Jadi apa yang terjadi selama 1260 tahun? Setan mengendalikan bangsa-bangsa melalui perantaraan siapa? Kepausan. Lalu Ellen White berbicara tentang Wahyu 11 mengenai Revolusi Perancis. Apakah Revolusi Perancis berperang melawan Alkitab? Iya, Wahyu 11 berkata Revolusi Perancis yang membunuh kedua saksi. Siapakah kedua saksi tersebut? Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jadi Kepausan melarang Alkitab dibaca dengan ancaman kematian, Komunisme/Sosialisme melakukan hal yang sama.


In France, Ellen White describes in the same statement, “…But here…”  in Revelation 11:7, “…is brought to view, a new manifestation of satanic power…”  So there is an old manifestation of satanic power which is  the Papacy during the 1260 years and then a new manifestation of satanic power which is France, which warred openly against the Bible.

Di Perancis, Ellen White menggambarkan dalam pernyataan yang sama, “…Tetapi di sini…”  di Wahyu 11:7, “…ditunjukkan, suatu manifestasi baru kuasa Setan…”  Jadi ada manifestasi kuasa Setan yang lama yaitu Kepausan selama 1260 hari, kemudian ada manifestasi kuasa Setan yang baru yang adalah Perancis, yang berperang secara terbuka melawan Alkitab.


Similarity # 10
Both systems grow, spread, and thrive by establishing and controlling the educational systems to brainwash students to buy into their philosophies. Do you know what’s being taught in the universities of the USA, the secular public universities? Pure socialism is what being taught. Does the Papacy do the same in the schools that they have? Absolutely.

Persamaan # 10
Kedua sistem tumbuh, menyebar, dan maju pesat dengan mendirikan dan mengendalikan sistem-sistem pendidikan dengan cara mencuci otak para pelajar supaya menerima filosofi mereka. Tahukah kalian apa yang diajarkan di universitas-universitas Amerika Serikat, universitas-universitas sekuler milik Pemerintah? Sosialisme murni, itulah yang diajarkan. Apakah Kepausan melakukan yang sama di sekolah-sekolah mereka? Tentu saja.


Similarity # 11
This might surprise you, we are going to discuss it more fully in the course of the weekend. Similarity # 11, both Socialism/Communism and the Papacy have embraced the evolutionary theory of beginnings. Interesting, both believe and teach evolution as the origin of the universe and the origin of man.

Persamaan # 11
Kalian mungkin terkejut, tetapi kita akan membahas ini lebih luas selama akhir pekan ini. Persamaan # 11, baik Sosialisme/Komunisme dan Kepausan menganut teori evolusi tentang asal mula. Menarik, keduanya sama-sama meyakini dan mengajarkan evolusi sebagai asal mula alam semesta dan asal mula manusia.


Then fact # 12
This is the comforting part. The book of Revelation explains that both of these systems will be overcome by the Lamb.
In Revelation 17:14 it says that Christ will overcome the kings because He is King of kings and Lord of lords.  And Revelation chapter 17 says that the civil powers will turn against the harlot, they will make her naked and desolate, they’ll burn her with fire and eat her flesh. That’s a way of saying that they are really going to be mad at her when they discover that she has deceived them into merging with her.

Fakta # 12
Ini bagian yang memberi penghiburan. Kitab Wahyu menjelaskan bahwa kedua sistem ini sama-sama akan dikalahkan oleh Anak Domba.
Di Wahyu 17:14 dikatakan Kristus akan mengalahkan raja-raja karena Dialah Raja segala raja dan Tuan segala tuan. Dan di Wahyu pasal 17 dikatakan bahwa kekuatan sipil akan berbalik melawan si pelacur, akan menelanjangi dia dan meninggalkannya, mereka akan membakarnya dengan api dan makan dagingnya. Itu cara untuk mengatakan mereka benar-benar bakal murka padanya ketika mereka sadar bahwa dia telah menipu mereka untuk bergabung dengannya.


So are you clear on the similarities? We are just setting the stage tonight, we need to know all of these details tonight for what we are going to be discussing in the three sessions tomorrow.

Jadi kalian sudah jelas dengan persamaan-persamaan ini? Malam ini kita hanya menata latar belakangnya, kita perlu mengetahui semua detailnya malam ini untuk apa yang akan kita bahas dalam tiga sesi besok.


Now, let’s talk about the Papacy’s world vision, because ultimately the Papacy is going to be the catalyst that will overcome the tension between the Papacy, Protestantism and the secular powers of the world.
What’s the Papacy’s world vision? Since the times of St. Augustine ~ the Roman Catholic church has two pillars that are the greatest theologians in its history. The first is St. Augustine, he died in the year 430 of the Christian era, and the other St. Thomas Aquinas who lived in the 1200s. Unrivaled theologians in the history of the Roman Catholic church ~ but since the times of St. Augustine the Roman Catholic church has taught that the stone that hits the feet of the image of Daniel 2, is not the second coming of Jesus. You know, the stone that hits the feet of the image and the stone becomes a mountain that covers the whole world? We believe that represents the second coming and Jesus establishing His everlasting kingdom at His second coming. From the times of St. Augustine till today the Roman Catholic church does not believe that in Daniel 2 the stone that hits the image is the second coming and the mountain represents Christ establishing His kingdom, His eternal kingdom. They believe that the stone that hits the feet of the image and abolishes all other nations represents the Roman Catholic Papacy. And the view is that the Papacy will take over the reins of the secular powers of the world and will establish a universal kingdom of peace on earth. Let me read you what Pope Benedict XVI had to say.

Sekarang, mari kita bicara tentang visi Kepausan untuk dunia ini, karena pada akhirnya Kepausan akan menjadi katalisator yang akan meredakan ketegangan antara Kepausan, Protestantisme, dan kuasa-kuasa sekuler dunia.
Apakah visi Kepausan untuk dunia? Sejak zaman St. Augustine ~ gereja Roma Katolik memiliki dua pilar yaitu theolog-theolog terbesar dalam sejarah. Yang pertama ialah St. Augustine, dia mati tahun 430 era Kristen; dan yang lain ialah St. Thomas Aquinas yang hidup di tahun 1200-an. Theolog-theolog yang tidak ada tandingannya dalam sejarah gereja Roma Katholik ~ tetapi sejak zaman St. Augustine, gereja Roma Katolik sudah mengajarkan bahwa batu yang menimpa kaki patung Daniel pasal 2, bukanlah kedatangan Yesus yang kedua. Kalian tahu, batu yang menimpa kaki patung itu dan kemudian batu itu menjadi sebuah gunung yang meliputi seluruh dunia? Kita meyakini itu melambangkan kedatangan Yesus yang kedua, dan didirikanNya kerajaanNya yang kekal pada kedatanganNya yang kedua tersebut. Dari zaman St. Augustine hingga hari ini, gereja Roma Katolik tidak percaya bahwa batu di Daniel pasal 2, yang menimpa patung itu ialah kedatangan kedua Yesus dan gunung itu melambangkan Kristus mendirikan kerajaanNya, kerajaanNya yang kekal. Mereka meyakini batu yang menimpa kaki patung dan melenyapkan semua bangsa yang lain itu melambangkan Kepausan Roma Katolik. Dan pendapatnya ialah bahwa Kepausan akan mengambil alih pimpinan kekuasaan-kekuasaan sekuler dunia dan akan mendirikan kerajaan universal damai sejahtera di bumi. Saya akan membacakan apa kata Paus Benedict XVI.


By the way how many times have you read or heard Pope Francis referred to the second coming of Jesus as “the great hope for planet earth”? Never! Because that is not the Roman Catholic view. Neither is it the view of the United Nations or the Socialist/Communist countries of the world. Their ideas that eventually through human genius, through international treaties etc. through a union of these three powers there is going to be a universal kingdom of peace on earth, that to them is heaven.
Notice what Pope Benedict wrote, “…Man’s earthly activity when inspired and sustained by charity contributes to the building of the universal city of God which is the goal of the history of the human family.”
Now, do you know what the name of the book is that St. Augustine wrote stating that the stone that hits the image represents the Papacy taking all the reins of  power in the world? Do you know what St. Augustine called his book? The City of God. So Pope Benedict is referring to that concept because he says “…Man’s earthly activity when inspired and sustained by charity contributes to the building of the universal city of God which is the goal of the history of the human family.”   That’s what St. Augustine taught. The goal of the history of the human family is the City of God, which is the Papacy taking over the powers of the world. He continues, “…In an increasingly globalized society, the common good and the effort to obtain it cannot fail to assume the dimensions of the whole human family, that is to say the community of peoples and nations, in such a way as to shape the earthly city in unity and peace, rendering it to some degree an anticipation and a prefiguration of the undivided city of God.…”  (Encyclical Letter CARITAS IN VERITATE  Of The Supreme Pontiff BENEDICT XVI)
So his view is the view of St. Augustine.  Not the second coming of Christ, no, not the millennium where you are going to have the earth without form and void in the darkness, no, no, no, no. The evolutionary theory says that the world is going to get better and better under the leadership of the Papacy.

Omong-omong berapa kali kalian pernah membaca atau mendengar Paus Francis menyebut kedatangan Yesus yang kedua sebagai “harapan besar bagi planet bumi”? Tidak pernah! Karena itu bukan pandangan Roma Katolik. Juga bukan pandangan PBB atau negara-negara Sosialis/Komunis dunia. Pandangan mereka ialah, pada akhirnya melalui kecerdasan manusia, melalui perjanjian-perjanjian internasional, dll. melalui persatuan ketiga kuasa ini, akan ada suatu kerajaan universal yang damai di bumi, bagi mereka itulah Surga.
Perhatikan apa tulis Paus Benedict, “…Aktivitas duniawi manusia, bilamana diinspirasi dan didukung oleh kemurahan hati, memberikan kontribusi kepada pembangunan kota Allah yang universal, yang merupakan target sejarah umat manusia.”  
Sekarang, tahukah kalian apa nama buku yang ditulis St. Augustine yang menyatakan bahwa batu yang menimpa patung itu melambangkan Kepausan mengambil alih semua kekuasaan di dunia? Tahukah kalian St. Augustine menamai bukunya apa? The City of God (= Kota Allah). Jadi Paus Benedict merujuk kepada konsep itu karena katanya, “…Aktivitas duniawi manusia, bilamana diinspirasi dan didukung oleh kemurahan hati, memberikan kontribusi kepada pembangunan kota Allah yang universal, yang merupakan target sejarah umat manusia…” Itulah yang diajarkan St. Augustine. Target sejarah umat manusia ialah Kota Allah, yang artinya Kepausan mengambil alih semua kuasa di bumi. Dia melanjutkan, “…Dalam suatu masyarakat yang semakin terglobalisasi, kebaikan bagi orang banyak dan upaya untuk mencapainya, tidak mungkin tanpa mengikutsertakan dimensi seluruh umat manusia, artinya komunitas masyarakat dan bangsa-bangsa; sedemikian rupa dengan tujuan membentuk sebuah kota di dunia ini yang bersatu dan damai, memberikan kepadanya sampai tingkat tertentu, suatu harapan dan sebuah bayangan awal dari Kota Allah yang tidak terbagi-bagi.” (Encyclical Letter CARITAS IN VERITATE  Of The Supreme Pontiff BENEDICT XVI)
Jadi pandangan Benedict ialah pandangan St. Augustine. Bukan kedatangan Kristus yang kedua, tidak. Bukan masa millenium di mana bumi akan menjadi tanpa bentuk, kosong, dan dalam kegelapan. Tidak, tidak, tidak, tidak. Teori evolusi berkata bahwa dunia akan menjadi lebih baik dan semakin baik di bawah kepemimpinan Kepausan.  

There’s a Reform scholar by the name of John Robbins, not Catholic, but he discerned very clearly what the Papacy had in mind. In 1999 he wrote a book called Ecclesiastical Megalomania. He warns about the aspirations of the Papacy, this is what he wrote, he’s not an Adventist, he’s of the Calvinistic tradition, “…What the Roman Catholic church-state accomplished on a small scale during the Middle Ages, is what it’s desire to achieve on a global scale in the coming millennium…”  what does the Papacy want to do? What it did on a small scale in Europe during 1260 years it wants to do on a global scale. Remember his book is being written in 1999, “…on a global scale in the coming millennium…”

Ada seorang pakar dari denominasi Reform (Presbyterian) bernama John Robbins, dia bukan Katolik, tetapi dia memahami dengan sangat jelas apa niat Kepausan. Di tahun 1999 dia menulis sebuah buku berjudul Ecclesiastical Megalomania. Dia memperingatkan tentang aspirasi Kepausan, dan inilah yang ditulisnya ~ dia bukan orang Advent, dia dari golongan Calvin, “…Apa yang telah dicapai gereja dan pemerintahan Roma Katolik dalam skala kecil selama Abad Pertengahan, ialah apa yang ingin dia capai dalam skala global dalam millenium mendatang…”  apa yang ingin dilakukan Kepausan? Apa yang telah dilakukannya dalam skala kecil di Eropa selama 1260 tahun, itu dia mau lakukan dalam skala global. Ingat bukunya ini ditulis tahun 1999, “…dalam skala global dalam millenium mendatang…”  


You know it’s a sobering fact that when Jesus was on the mount of temptation Satan offered Jesus all of the kingdoms of the world and He refused them. But in the days of Constantine, Satan offered the Papacy those same kingdoms and the Papacy accepted. That’s the reason why Ellen White refers to the Papacy or the succession of Popes, as Vice ~ they considered themselves Vicegerents of God. What is a vicegerent? It is a person to whom has been delegated power to act in the place of another person, a Vicar in other words ~ so when the Papacy accepted the political power and mingled it with the church, it accepted what Jesus rejected, and became the emissary of Satan.  What would have happened if Jesus had accepted? Jesus would have become what? The vicegerent of Satan. But He rejected it.
So that’s the Papacy world’s vision for the future.

Kalian tahu, fakta yang serius ialah ketika di atas bukit pencobaan Setan menawari Yesus semua kerajaan dunia dan Dia menolaknya. Tetapi di zaman Constantine, Setan menawari Kepausan kerajaan-kerajaan yang sama, dan Kepausan menerimanya. Itulah alasan mengapa Ellen White menyebut Kepausan atau suksesi Paus sebagai Vice ~ mereka menganggap mereka sendiri Vicegerent Allah. Vicegerent itu apa? Itu seseorang yang kepadanya telah didelegasikan kuasa untuk bertindak menggantikan orang yang berkuasa, dengan kata lain seorang wakil ~ maka ketika Kepausan menerima kekuasaan politik dan menggabungkannya dengan gereja, dia menerima apa yang telah ditolak Yesus, dia menjadi agen Setan. Apa yang terjadi seandainya Yesus menerima tawaran itu? Yesus akan menjadi apa? Vicegerent (wakil) Setan. Tetapi Yesus menolak.
Jadi itulah visi Kepausan bagi dunia di masa depan.


What is the biblical view of the end time? The biblical view is radically different. The bible tells us that in the end time the earth will grow old. I’m going to give you the verses, Isaiah 24:4-5, there will earthquakes, famines, pestilences, social unrests, and wars (Matthew 24) that will lead to a tribulation such as never has been seen in the history of the world. The abomination of desolation will be set up which is the Sunday Law. And all nations will hate and persecute God’s faithful people. That’s the end time scenario. Toward the end of the great tribulation seven devastating plaques will fall upon the earth and reduce the planet to the way it was before creation week, de-creation, in other words. And during the thousand years the earth will be without form and void and in darkness with no life. After the thousand years Jesus will come with the New Jerusalem, destroying sin and sinners, and miraculously and supernaturally creating the new heavens and the new earth. That’s the biblical view. Radically different than the Roman Catholic and the Socialist’s view, like day and night.

Apakah pandangan Alkitab tentang akhir zaman? Pandangan Alkitab bedanya sangat radikal. Alkitab memberitahu kita pada waktu akhir zaman, dunia akan menjadi tua. Saya akan memberikan ayat-ayatnya kepada kalian, Yesaya 24:4-5, akan ada gempa bumi, kelaparan, bela sampar, keresahan sosial, dan perang-perang (Matius 24) yang akan membawa kepada suatu masa kesengsaraan seperti yang tidak pernah dikenal dalam sejarah dunia. Kekejian yang menelantarkan akan dibentuk, yaitu Undang Undang Hari Minggu. Dan semua bangsa akan membenci dan mempersekusi umat setia milik Allah. Itulah skenario akhir zaman. Menjelang akhir masa kesengsaraan, tujuh bala (malapetaka) akan dicurahkan ke bumi dan mengundurkan planet ini kembali ke bentuknya semula sebelum minggu penciptaan, dengan kata lain de-kreasi (lawan dari menciptakan). Dan selama masa seribu tahun, bumi tidak akan berbentuk, dan kosong, dan dalam kegelapan, tanpa kehidupan. Setelah seribu tahun itu Yesus akan datang bersama Yerusalem Baru, memusnahkan dosa dan pendosa, dan secara ajaib dan supranatural menciptakan langit baru dan bumi baru. Itulah pandangan Alkitab, perbedaan yang radikal dari pandangan Roma Katolik dan Sosialis, seperti siang dengan malam.


The Papacy sees a brilliant future for planet earth. In the view of the Papacy, human ingenuity and international laws will help solve the problems that we have in this world, and as a result God’s kingdom on earth will be established.

Kepausan melihat masa depan yang cerah untuk planet bumi. Dalam pandangan Kepausan, kecerdasan manusia dan hukum-hukum internasional akan membantu menyelesaikan masalah-masalah yang kita miliki di dunia ini, dan sebagai akibatnya kerajaan Allah di bumi akan didirikan.


Let me read you what Pope Francis had to say in a speech that he gave to the United Nations, the 70th anniversary of the General Assembly of the United Nations. Listen carefully to what he says, “…Among other things human genius…”  what does human genius mean? In other words, human intelligence, human wisdom, “…Among other things human genius well applied will surely help to meet the great challenges of ecological deterioration and of exclusion of the poor…”  so according to the Papacy the world will be able to resolve its problems, human genius will resolve the problems that we presently have, everybody will come together, and then the city of God would have been built here on earth with the Papacy as the morale voice. This radically differs from the biblical perspective. The biblical perspective tells us that we are strangers and pilgrims on this earth and that the heavenly city is our home. Hebrews 11:13-16 the apostle Paul says, our citizenship is in heaven from where we expect Jesus to come. By the way this is the reason why I believe in the book of Revelation. Have you ever noticed the expression “those who dwell on the earth”? It always refers to the wicked. The wicked are earth-dwellers, this is their permanent home, this is where they focus their hope.

Saya akan membacakan apa kata Paus Francis dalam sebuah pidato yang diberikannya di hadapan PBB pada ulangtahun ke-70 General Assembly PBB. Dengarkan baik-baik apa katanya, “…Di antaranya, kecerdasan manusia…”  apa artinya kecerdasan manusia? Dengan kata lain, inteligensia manusia, kebijaksanaan manusia, “…Di antaranya, kecerdasan manusia yang diterapkan dengan baik, pasti akan membantu memenuhi tantangan-tantangan besar dari kerusakan ekologi dan pengucilan orang miskin…”  Jadi menurut Kepausan, dunia akan sanggup menyelesaikan masalah-masalahnya, kecerdasan manusia akan menyelesaikan masalah-masalah yang kita hadapi sekarang, semua orang akan bersatu, lalu kota Allah akan dibangun di bumi ini, dengan Kepausan sebagai pemimpin moralnya. Ini adalah perbedaan yang radikal dari perspektif Alkitab. Perspektif alkitabiah mengatakan bahwa kita adalah orang asing dan peziarah di bumi ini, dan kota yang di surgalah rumah kita. Di Ibrani 11:13-16, rasul Paulus berkata, kewarganegaraan kita ada di surga dari mana kita menunggu kedatangan Yesus. Nah, inilah alasannya mengapa saya meyakini kitab Wahyu. Pernahkah kalian perhatikan ungkapan “mereka yang diam di bumi” (Wahyu 6:10)? Ungkapan itu selalu merujuk kepada orang-orang jahat. Orang-orang jahat adalah mereka yang berdiam di bumi, inilah rumah mereka yang permanen, di sinilah mereka memfokuskan harapan mereka.


Now, just allow me a few extra minutes here, is that okay?
Now, in order to be successful in implementing this vision, the Papacy has to work on two fronts. In order to be successful in implementing this world vision, the Papacy has to work on two fronts.
First the Papacy must get the Socialists, globalists, Communist powers of the world to feel safe with the Papacy. In other words, to get them to merge with the Papacy. And you know as Adventists we say, one of the great signs of the end is that Protestant is going to unite with the Papacy. Let me say this, that there is something else that is even more important from the papal perspective and that is the Papacy needs to get the secular powers of the world to buy into her agenda, because the deadly wound, folks, the deadly wound was not given to the Roman Catholic church as a church. Let me ask you, in 1798 when the pope was taken prisoner, were all the Roman Catholic churches shut down or did people keep on taking their children to be baptized, their babies to be baptized? Yes.  Did they continue going to partake of the eucharist? Yes. Did they continue going to the confessional? Yes. The deadly wound is not that the Roman Catholic church is going to cease to exist as a church. The deadly wound is that the civil power of the Papacy would be removed. So what does the Papacy have to do in order to be successful? It has to get the secular powers to buy into it again and to implement its agenda. Are you with me or not?
So the first thing that the Papacy needs to do to recover its power to fulfil its world vision is to get the secular powers of the world to trust her again.  I don’t know how our politicians, they must have not been reading history.

Nah, berikan saya beberapa menit ekstra di sini, apakah itu oke?
Sekarang, agar berhasil dalam mengimplementasikan visi ini, Kepausan harus bekerja di dua bidang. Supaya berhasil dalam mengimplementasikan visi bagi dunia ini, Kepausan harus bekerja di dua bidang.
Yang pertama Kepausan harus membuat kekuasaan Sosialis, Globalis, Komunis di dunia merasa aman dengan Kepausan. Dengan kata lain membuat mereka melebur dengan Kepausan. Dan kalian tahu, sebagai orang Advent kita berkata, salah satu tanda besar kesudahan ialah Protestan akan bersatu dengan Kepausan. Izinkan saya mengatakan ini, ada hal lain yang bahkan lebih penting dari perspektif Kepausan dan itu ialah membuat kekuasaan sekuler dunia menyetujui agendanya, karena luka yang mematikan, Saudara-saudara, tidak diberikan kepada gereja Roma Katolik sebagai gereja. Coba saya tanya di tahun 1798 ketika Paus dibawa sebagai tawanan, apakah semua gereja Roma Katolik ditutup, atau apakah orang-orang masih membawa anak-anak mereka (ke gereja) untuk dipermandikan, bayi-bayi mereka untuk dipermandikan? Ya! Apakah mereka masih mengambil bagian dalam ekaristi? Ya. Apakah mereka masih tetap ke pengakuan dosa? Ya. Luka yang mematikan bukanlah bahwa gereja Roma Katolik berhenti eksis sebagai gereja. Luka yang mematikan ialah dicabutnya kekuasaan sipil Kepausan. Jadi apa yang harus dilakukan Kepausan supaya berhasil? Dia harus membuat kekuasaan sekuler berpihak kepadanya lagi untuk menjalankan agendanya. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?
Jadi hal pertama yang harus dilakukan Kepausan untuk mendapatkan kembali kekuasaannya guna mencapai visinya bagi dunia, ialah dengan membuat kekuasaan sekuler dunia mempercayainya lagi. Saya tidak tahu bagaimana politikus kita, kira-kira mereka tidak pernah membaca sejarah.


Is the Papacy in its essence the same as it always has been? Yes. Does she look like she’s always been? No! She doesn’t look like she’s always been. She speaks about the need to help the poor, the pope washes the feet of the prisoners, he lives in humble quarters he doesn’t even live in the palace, you know, he lives in humble quarters and everybody says, “Wow, what a wonderful system!” The best description that Ellen White gave of  the Papacy ~ actually it’s the best description I’ve ever read anywhere ~ she says that,  “…Beneath the variable appearance of the chameleon…”  you know what a chameleon is? It’s a lizard that changes colors depending on the environment where it is, it’s camouflage. So she says, “…Beneath the variable appearance of the chameleon is the invariable venom of the serpent…”  The Papacy is the same Papacy, with makeup and jewelry on, to deceive the kings of the earth, just like the harlot deceived Samson.

Apakah Kepausan dalam esensinya, tetap sama sebagaimana dia sejak dulu? Ya. Apakah tampaknya dia seperti dulunya? Tidak! Dia tidak terlihat seperti dia dulu. Dia sekarang berbicara tentang keharusan menolong yang miskin, Paus mencuci kaki para narapidana, Paus hidup di tempat yang sederhana dia tidak lagi tinggal di istana, kalian tahu, dia tinggal di tempat yang sederhana, dan semua orang berkata, “Wow, betapa bagusnya sistem ini!” Deskripsi paling bagus yang diberikan Ellen White tentang kepausan ~ sesungguhnya itu deskripsi yang paling bagus yang pernah saya baca di mana pun ~ Ellen White berkata bahwa, “…Di bawah penampilan bunglon yang selalu berubah-ubah…”  kalian tahu apa itu bunglon? Itu seperti kadal yang mengubah warnanya tergantung kondisi di mana dia berada, itu kamuflase. Jadi Ellen White berkata, “…Di bawah penampilan bunglon yang selalu berubah-ubah, ada racun ular yang tidak pernah berubah…”  Kepausan sekarang adalah Kepausan yang sama, dengan dandanan dan perhiasan untuk menipu raja-raja bumi, persis seperti pelacur yang menipu Simson.


Notice what the Jesuit Malachi Martin wrote in his book The Jesuits, I’m going to refer a lot to this book tomorrow. I would recommend that you read it, not because we accept everything that it is saying but 32 years ago he was already predicting what is happening today. Not because he is a prophet but because the Roman Catholic church has been around for almost 1600-1700 years. So they have all the experience to know if this happens, we know that this is going to happen. He wrote, speaking about the Socialists and the Papacy, “…The aim of both…”  the Jesuits, particularly the Jesuits in the Papacy and the Socialists or the Globalist, he says, “The aim of both is to establish a social political system affecting the economies of nations…”  so what do they want to do, both Socialism and the Jesuits/the Papacy? They want to “…establish a social political system affecting the economies of nations…”  how? “…by a thorough-going redistribution of earth’s resources and goods…”  redistribute the goods, “…and in the process, to alter…”  listen carefully, “…to alter the present governmental systems invoked among nations.”

Perhatikan apa yang ditulis Jesuit Malachi Martin dalam bukunya The Jesuits. Saya akan banyak merujuk buku ini besok. Saya rekomen kalian membacanya, bukan karena kita menerima semua yang dikatakan buku itu, tetapi 32 tahun yang lalu dia sudah memprediksi apa yang terjadi hari ini. Bukan karena dia seorang nabi, tetapi gereja Roma Katolik sudah eksis selama hampir 1600-1700 tahun, jadi mereka punya semua pengalaman untuk mengetahui jika hal ini terjadi, maka mereka tahu hal itu akan terjadi. Malachi Martin menulis ~ berbicara tentang para Sosialis dan Kepausan, “…Tujuan keduanya…”  yaitu golongan Jesuit, khususnya Jesuit dalam Kepausan dan para Sosialis atau Globalis, Martin berkata, “…Tujuan keduanya ialah membentuk suatu sistem sosial politik yang berpengaruh pada perekonomian bangsa-bangsa…”  Jadi apa yang mau mereka lakukan, baik Sosialisme dan Jesuit/Kepausan? Mereka mau “…membentuk suatu sistem sosial politik yang berpengaruh pada perekonomian bangsa-bangsa…” dengan cara apa? “…melalui redistribusi sumber-sumber bumi dan barang-barang secara menyeluruh…”  redistribusikan harta! “…dan dalam proses tersebut mengubah…”  dengarkan baik-baik, “…mengubah sistem pemerintahan yang sekarang dipakai diantara bangsa-bangsa.”


Notice what Pope Francis spoke to the  Pontifical Academy Of Social Sciences about his new agenda. In both the encyclical Laudato Si ~ you know what Laodato Si is, right? It’s the pope’s encyclical on the environment caring for a common home. Every Adventist should read that, there’s a lot of good stuff in it. See, I believe there is climate change and as Adventists we should be the foremost in caring for nature because we believe God was the creator and we should take care of what God created. The problem is the agenda behind it. By the way there is climate change but the main reason is not fossil fuels. What was the greatest climate change in the history of the world? The flood. And the reason is they were using too many fossil fuels before the flood, right? Hehehehe. The wickedness of man was great in the earth and every intent in their hearts was only evil continually. That’s the reason why these disasters are increasing. Can you think of another occasion where there was drastic climate change? How about in the days of Elijah? Man, Elijah was using too much air conditioning, hehehe. No! It was the wickedness that led to 3½ years of draught.

Perhatikan apa yang dikatakan Paus Francis kepada Pontifical Academy of Social Sciences tentang agenda barunya. Baik di dalam ensiklikal Laudato Si ~ kalian tahu Laudato Si itu apa, kan? Itu adalah ensiklikal Paus tentang pemeliharaan lingkungan hidup demi tempat tinggal bersama. Setiap orang Advent harus membacanya, ada banyak hal yang bagus di dalamnya. Lihat, saya percaya ada perubahan iklim dan sebagai orang Advent kita harus paling depan dalam memelihara alam karena kita percaya Allah itu Sang Pencipta dan kita harus memelihara apa yang diciptakan Allah. Masalahnya ialah agenda yang ada di baliknya. Nah, memang ada perubahan iklim tetapi alasan utamanya bukanlah akibat bahan bakar dari fosil. (Ada pendapat bahwa memakai fosil sebagai bahan bakar menyebabkan global warming karena emisi CO2nya tinggi). Apakah perubahan iklim yang terbesar dalam sejarah dunia? Air bah. Dan alasannya ialah karena mereka memakai terlalu banyak fosil sebagai bahan bakar sebelum air bah, benar? Hehehehe. Kejahatan manusia yang sangat besar di dunia dan setiap niat di hati mereka senantiasa hanya yang jahat. Itulah alasan mengapa bencana-bencana itu meningkat. Bisakah kalian ingat suatu kejadian lain di mana ada perubahan iklim yang drastis? Bagaimana dengan di zaman Elia? Wah, Elia sudah memakai terlalu banyak AC, hehehe. Bukan! Kejahatan manusialah yang mengakibatkan 3½ tahun kekeringan.


So the Pope said to this Pontifical Academy of Social Sciences in both the encyclical Laudato Si and in the address to the members of the diplomatic corps this year. Now listen to his agenda, “…I drew attention to the global challenges facing humanity…”  now what are the global challenges facing humanity according to the Pope? “…such as integral development, peace, care for our common home, climate change, poverty, war, migration, human trafficking, organ trafficking, the protection of the common good, and new forms of slavery…”  interesting talking points. By the way, any mention here of LGBTQ? Any mention of abortion? Any mention of euthanasia? Any mention of gay marriage? Those  were the topics that John Paul II and Pope Benedict addressed almost exclusively. Talking points have totally changed now. Why? We’ll study that more tomorrow.

Jadi Paus mengatakan ini kepada Pontifical Academy of Social Sciences baik di ensiklikal Laudato Si dan dalam pidatonya kepada anggota korps diplomatik tahun ini. Sekarang dengarkan agendanya, “…Saya mengarahkan perhatian kepada tantangan-tantangan global yang sedang dihadapi manusia…”  nah, apakah tantangan-tantangan global yang sedang dihadapi manusia menurut Paus? “…seperti pengembangan integral, perdamaian, pemeliharaan tempat tinggal kita bersama, perubahan iklim, kemiskinan, perang, migrasi, penjualan manusia, penjualan organ tubuh, perlindungan kepentingan bersama, dan bentuk perbudakan yang baru…”  topik-topik pembicaraan yang menarik. Nah, apakah ada disebutkan di sini tentang LGBTQ? Apa ada disebutkan tentang aborsi? Apa disinggung tentang euthanasia? Apa disinggung tentang perkawinan gay? Itulah topik-topik yang dibahas Yohanes Paulus II dan Paus Benedict XVI secara ekslusif. Poin-poin yang dibicarakan sekarang sudah sama sekali berubah. Mengapa? Nah, besok itu akan kita pelajari lebih banyak.


Now, just give me 10 minutes more and we’ll finish.
What talking points does the Papacy have in common with the United Nations and the Socialist/Globalist powers of the world? Is the Papacy speaking the same language as the United Nations? Yes.
First, the need for the world to come together to address what is perceived to be an urgent problem: climate change. Is the Papacy foremost in discussing the issue of climate change? Absolutely. The encyclical is the gold standard not only for the church but also for the state.
Second, the United Nations as well as the Papacy are talking about the need for open borders of all western countries with no restrictions or walls. The Papacy’s behind that and the Socialist powers of the world are behind that. What is the objective of this? The objective is for these nations to lose their national identities to facilitate the Globalists and Internationalists’ agenda because when you have a large influx of immigrants that are not acquainted with the nations’ history and so on, the national identity becomes diluted, notably. Now listen carefully, you never hear the Pope clamoring for China, India or Russia to open their borders. Any of you ever heard him say, “China, open your borders! You have only Chinese there!” or “Russia, open your borders!” or “India, open your borders!” Never. Who are the ones that are supposed to open their borders? The western nations. The Pope focuses only on the western Capitalist countries. By the way how many refugees has the Vatican received? Hmph!

Nah, sekarang berikan 10 menit lagi kepada saya dan kita akan selesai.
Persamaan topik pembicaraan apa yang ada antara Kepausan dengan PBB dan kekuasaan Sosialis/Globalis dunia? Apakah Kepausan memakai bahasa yang sama dengan PBB? Ya.
Pertama, pentingnya dunia bersatu untuk menghadapi apa yang dianggap sebagai masalah yang mendesak: perubahan iklim. Apakah Kepausan berada di barisan terdepan dalam membahas isu perubahan iklim? Tentu saja. Ensiklikal Paus adalah standar emas bukan saja bagi gereja tetapi juga bagi pemerintahan.
Kedua, PBB dan juga Kepausan sedang membahas perlunya  membuka perbatasan semua negara Barat tanpa restriksi atau tembok. Kepausan yang ada di balik konsep itu dan kekuasaan Sosialis dunia ada di balik konsep itu. Apa tujuannya? Tujuannya ialah agar bangsa-bangsa kehilangan identitas kebangsaannya untuk memfasilitasi agenda kelompok Globalis dan Internasionalis, karena bila ada arus masuk yang deras dari para imigran yang tidak mengenal sejarah bangsa kita, maka identitas kebangsaan kita akan menipis secara signifikan karena tercampur. Sekarang dengarkan baik-baik, kita tidak pernah mendengar Paus berteriak kepada Cina, India, atau Rusia untuk membuka perbatasan mereka. Apakah ada yang pernah mendengar Paus berkata, “Cina, buka perbatasanmu! Di sana hanya ada orang Cina!” atau “Rusia, buka perbatasanmu!” atau “India, buka perbatasanmu!” Tidak pernah. Siapakah yang diharuskan membuka perbatasan mereka? Negara-negara Barat. Paus hanya fokus kepada negara-negara Kapitalis Barat. Nah, memangnya sudah ada berapa jumlah pengungsi yang pernah diterima Vatikan? Hmph!


Let me read you from an interesting article that appeared on the Christian Broadcasting Network (CBN), that’s Pat Robertson’s TV program. On their website they had this interesting article: “Another Pope stated that nationalism prevents globalism.” That’s why Trump is a huge bump in the road right now. And I believe that God is giving us time. By the way I am not saying that we should vote or not vote for Trump. I am simply making a statement of fact. Trump and the Pope are opposites in every detail, every single detail. I will be showing that with you tomorrow. But if Trump should be not re-elected, what could happen? There are a lot of Socialists, most of the Democrat candidates trend towards what? Socialism. 

Izinkan saya membacakan dari sebuah artikel yang menarik yang muncul di Christian Broadcasting Network (CBN), ini program TV Pat Robertson. Di situs mereka ada artikel yang menarik ini: “…Paus yang lain menyatakan bahwa Nasionalisme mencegah Globalisme.” Itulah sebabnya mengapa Trump adalah penghalang besar di tengah jalan sekarang ini. Dan saya yakin Allah sedang memberi kita waktu.    
Nah, saya tidak mengatakan kita harus memilih Trump atau tidak. Saya hanya membuat suatu pernyataan yang aktual. Trump dan Paus berseberangan dalam segala hal, dalam setiap hal. Besok saya akan menunjukkan ini kepada kalian. Tetapi jika Trump tidak terpilih kembali, apa yang akan terjadi? Ada banyak orang Sosialis, kebanyakan calon dari partai Demokrat condong kepada apa? Sosialisme.


This is what appeared, first the comment and then they quote the Pope’s own words. This is the comment: “…Pope Francis is pushing for steps toward a global authority that supersedes the rights of individual countries…”  did you understand what that says?   “…Pope Francis is pushing for steps toward a global authority that supersedes the rights of individual countries…”  the individual countries will lose their rights, “…all with the goal of pursuing the common good on issues like climate change and immigration. …”  
And then it quotes the Pope’s own words. Here they are: “…The nation state cannot be considered as an absolute, as an island in relation to its surroundings…”  so no nation is an island, “…In the current situation of globalization…”  says the Pope, “…not only of economy but also of technological and cultural exchanges, the nation state…”  that is individual nations, “…is no longer able to procure by itself the common good for its population. The common good has become global and nations must associate for their own benefit. When a supranational…”  that is something that involves all nations, “…When a supranational common good is clearly identified, there is need for a special legally constituted authority, capable of facilitating its implementation…”  are you understanding what this is saying? He’s not even trying to hide what the idea is. He continues, “…Think of the great contemporary challenges of climate change, new slavery and peace…”  Then he states, “…The church observes with concern the re-emergence, almost everywhere in the world, of aggressive currents towards foreigners, especially immigrants, as well as that growing nationalism which neglects the common good…” so what is he saying?,   “…nationalism…”  what? “…nationalism…”  he says, “…neglects the common good. There is a risk of compromising already established forms of international cooperation, undermining the aims of international organizations as a space for dialogue and meeting for all countries on a level of mutual respect, and hindering the achievement of the sustainable development goals unanimously approved by the General Assembly of the United Nations on 25 September 2015,”   The Pope is saying that he is 100% on board with the sustainable development goals that were enunciated by the UN in the year 2015 at the 70th anniversary of the UN.

Inilah yang tampil, pertama komentarnya kemudian mereka mengutip kata-kata Paus sendiri.
Ini komentarnya: “…Paus Francis sedang mendorong  langkah-langkah menuju satu autoritas global yang menggantikan hak individu setiap negara…”  kalian paham apa yang dikatakan?   “…Paus Francis sedang mendorong langkah-langkah menuju satu autoritas global yang menggantikan hak individu setiap negara…”  negara-negara akan kehilangan haknya sendiri, “…semua itu tujuannya ialah untuk mengejar kebaikan bersama dalam isu-isu seperti perubahan iklim dan imigrasi…”  
Kemudian dikutiplah kata-kata Paus sendiri, inilah kata-kata tersebut: “…Negara satu bangsa tidak bisa dianggap sesuatu yang mutlak, bagaikan sebuah pulau tersendiri terhadap lingkungannya…” jadi tidak ada satu bangsa yang boleh berdiri sendiri.  “…Dalam situasi globalisasi dewasa ini…”  kata Paus, “…bukan saja soal ekonomi tetapi juga perturakan teknologi dan budaya, negara bangsa itu…”  maksudnya bangsa-bangsa secara individu, “…tidak lagi dapat dengan kekuatannya sendiri mencapai kebaikan bersama bagi warganya. Kebaikan bersama telah menjadi global dan bangsa-bangsa harus berasosiasi demi kebaikan dirinya sendiri. Ketika kebaikan bersama yang supranasional (supranasional = memiliki pengaruh atau kekuatan yang melampaui batas-batas nasional)…”  artinya sesuatu yang melibatkan semua bangsa, “…Ketika  kebaikan bersama yang supranasional sudah diidentifikasikan dengan jelas, maka diperlukan satu autoritas istimewa yang sah berdasarkan hukum, yang sanggup memfasilitasi implementasinya…” apakah kalian paham apa yang dikatakan? Paus bahkan tidak berusaha menyembunyikan apa konsepnya itu. Dia melanjutkan, “…Pikirkanlah tentang tantangan-tantangan masa kini yaitu perubahan iklim, perbudakan baru, dan perdamaian…”  Lalu dia berkata, “…Gereja menyaksikan dengan rasa khawatir, hampir di mana-mana di dunia ini munculnya kembali arus-arus agresif terhadap orang-orang asing terutama terhadap para imigran; juga semakin bertumbuhnya rasa nasionalisme  yang mengabaikan kebaikan bersama…” Jadi Paus bicara apa? “…nasionalisme…” apa?   “…nasionalisme…” katanya, “…mengabaikan kebaikan bersama. Adanya resiko rusaknya bentuk-bentuk kerjasama internasional yang sudah ada; dirongrongnya tujuan organisasi-organisasi internasional sebagai tempat berdialog dan bertemu bagi semua negara atas dasar saling menghargai; dan dirintanginya pencapaian target-target pengembangan yang berkesinambungan, yang sudah mendapatkan persetujuan aklamasi dari General Assembly PBB pada 25 September 2015…”  Paus berkata bahwa dia 100% mendukung target-target pengembangan yang berkesinambungan yang diumumkan oleh PBB di tahun 2015 pada ulangtahunnya yang ke 70.


You know, if you really want to get goose bumps, you know, if you want to read something that is really distressing and disturbing just Google “Sustainable Development Goals”, what the UN has in mind to implement by the year 2030. Scary stuff. And the Pope has embraced it.

Kalian tahu, jika kalian ingin bulu kuduk kalian berdiri, jika kalian ingin membaca sesuatu yang sungguh-sungguh membuat stres dan gelisah, Google saja “Sustainable Development Goals”, apa yang berniat diimplementasikan PBB pada tahun 2030. Menakutkan. Dan Paus menganutnya.


So, the first  thing, first talking point climate change.
Second talking point open borders to dilute national identities so the world can come together a lot easier.
And the third objective, and we’ll end with this one, the third objective is eradicating global poverty by redistributing the wealth of the rich nations to the poor. And that way all nations will be poor, hehehe.
I’ll read one statement in closing written by Malachi Martin in 1987 in his book The Jesuits. Speaking about the Jesuits and the Socialists/Communists he says, “…The aim of both is to establish a social political system affecting the economies of nations by a thorough-going  redistribution of earth’s resources and goods and in the process to alter the present governmental systems invoked among nations.” A total transformation of the world to globalism under the moral authority of the Papacy.
Are you with me?

Jadi hal pertama, topik pembicaraan pertama ialah perubahan iklim.
Topik pembicaraan kedua ialah membuka perbatasan agar identitas kebangsaan menjadi luntur sehingga dunia bisa menyatu dengan lebih mudah.
Dan target ketiga ~ dan kita akan mengakhiri pembahasan kita dengan poin ini ~ target yang ketiga ialah menghapus kemiskinan secara global dengan cara meredistribusikan kekayaan bangsa-bangsa yang makmur kepada yang miskin. Dan dengan cara itu, semua bangsa akan menjadi miskin, hehehe.
Saya akan membacakan satu pernyataan sebagai penutup, ditulis Malachi Martin di tahun 1987 dalam bukunya The Jesuits. Berbicara tentang para Jesuit dan kelompok Sosialis/Komunis, dia berkata, “…Tujuan keduanya ialah membentuk suatu sistem sosial-politik yang berpengaruh pada perekonomian bangsa-bangsa melalui re-distribusi sumber-sumber bumi dan barang-barang secara menyeluruh, dan dalam proses tersebut mengubah sistem pemerintahan yang sekarang dipakai di antara bangsa-bangsa…”  Suatu transformasi total ke globalisme di bawah autoritas moral Kepausan.
Apakah kalian bisa mengikuti saya?


Now, we haven’t talked about the second thing the Pope has to do, he has to win over the Protestants, but that will be the topic for the next exciting episode of what we are studying. Tomorrow we’ll deal in the morning with some of the Socialists catch words that are used by the Papacy, and then we’ll talk about the second priority of the Papacy, how to win over the Protestants. Ellen White said the Papacy would do it. She said over 120 years ago she gave us three ways in which the Papacy is going to be successful:
One, false charity. So if there is false charity there must be true charity. What is false charity? Well, let’s just be nice and forget what divide us. Uniting on common points of doctrine, that’s another one. There’s three things that Ellen White specifically mentions, which we can see happening in the world today. How the great Protestant Evangelists ~  how many times have you ever heard  Rick Warren or Joel Osteen or Kenneth Copeland or T.D. Jakes ~ how many times have you heard them criticize the Papacy? You don’t hear it, because we are supposed to be nice, we are supposed to focus on what unites us not what divides us. Protestantism has no clout anymore. The SDA church is the world’s last hope. Now, Jesus of course is the last hope, using this church. Does the Devil know it? Oh, yes he does! Divide and conquer. Has the Devil been quite successful dividing the Adventist church and distracting it from its mission? Yes! And we cannot allow it to happen. We have been chosen for a special purpose to raise up the standard and the truth, the present truth of this time.  And what was it if we don’t? Because if we don’t, we have no reason to exist.

Let’s pray.


Kita masih belum berbicara tentang hal kedua yang harus dilakukan Kepausan, dia harus memenangkan golongan Protestan, tapi ini akan menjadi topik episode menarik berikutnya yang akan kita pelajari besok. Besok pagi kita akan membahas beberapa kata-kata kunci Sosialis yang dipakai Kepausan, kemudian kita akan membahas prioritas kedua Kepausan, yaitu bagaimana memenangkan golongan Protestan.
Ellen White berkata Kepausan akan melakukannya. Lebih dari 120 tahun yang lalu Ellen White telah memberi kita tiga cara yang dipakai Kepausan yang akan membawa keberhasilan: Pertama kebaikan palsu. Jadi jika ada kebaikan palsu, tentunya ada kebaikan yang sejati. Kebaikan palsu itu apa? Nah, marilah kita bersikap manis saja dan melupakan segala perbedaan kita. Bersatu dalam doktrin yang sama, itu yang keduanya. Ada tiga hal yang disebut Ellen White secara khusus, yang bisa kita lihat sedang terjadi di dunia sekarang ini. Bagaimana penginjil-penginjil besar Protestan ~ berapa kali kalian pernah mendengar Rick Warren atau Joel Osteen atau Kenneth Copeland atau T.D. Jakes, berapa kali kalian pernah mendengar mereka mengkritik Kapausan? Kalian tidak pernah dengar, karena kita diharuskan bersikap manis, kita diharuskan fokus pada apa yang mempersatukan kita, bukan apa yang memisahkan kita. Protestantisme tidak memiliki pengaruh yang berbobot lagi. Gereja MAHK adalah harapan terakhir bagi dunia. Nah, tentu saja Yesuslah harapan terakhir, dengan menggunakan gereja ini. Apakah Iblis tahu? Oh, ya, dia tahu! Devide et impera (memecah belah dan menguasai). Apakah Iblis cukup berhasil memecah belah gereja MAHK dan mengalihkan perhatiannya dari misinya? Ya! Dan kita tidak boleh mengizinkannya terjadi. Kita telah dipilih untuk tujuan yang khusus, untuk menegakkan standar dan kebenaran, kebenaran masa kini dari zaman ini. Bagaimana kalau kita tidak melakukannya? Karena kalau kita tidak melakukannya, kita tidak punya alasan untuk eksis.

Mari kita berdoa.



17 04 20

No comments:

Post a Comment