Part 01/04 - Stephen Bohr
THESIS, ANTITHESIS, SYNTHESIS Part 1 – Jan 2020
Dibuka
dengan doa.
Now, you have heard our
prayer and I want to share with you what we are going to study during the
course of this evening and three sessions tomorrow. Plus for those of you who
speak the language of heaven, tomorrow night we’ll have two sessions in
Spanish. But really we are going to speak English in heaven because they say that
Americans can’t learn any other language, hehehe.
Nah,
kalian sudah mendengar doa kita tadi dan saya ingin berbagi dengan kalian apa
yang akan kita pelajari selama malam ini dan di tiga sesi kita besok. Ditambah
bagi kalian yang bisa berbahasa Surga, besok malam kita akan ada dua sesi dalam
bahasa Spanyol. Tetapi sebenarnya di Surga kita nanti akan berbicara dalam
bahasa Inggris karena katanya orang Amerika tidak bisa belajar bahasa yang
lain, hehehe.
Anyway we are going to
study some very current events that are taking place in the world today and
most of what we are going to study is historical. We are not going to read a
lot of verses from the Bible.
You say, “Well, then, it’s
not biblical preaching.”
Well, you know, you need
to look at the Bible and then you need to look at the fulfillment of what the
Bible says. And there is one particular verse that is going to guide our study
together. And that verse is Revelation 13:3, I am sure you are acquainted with
that verse. (“ 3 And I saw one of his heads as if it had been mortally wounded,
and his deadly wound was healed. And all the world marveled and followed the
beast.”) It speaks about the Beast, also called the Little Horn, also
called the Abomination of Desolation, and the Man of Sin, and the King of the
North, and so on. We are told in that text that this system received a
deadly wound, but its deadly wound was going to be healed. And so in the course
of this weekend we are going to talk about events that show that that wound
is quickly being healed as I speak.
Nah,
kita akan mempelajari beberapa peristiwa terbaru yang sedang terjadi di dunia
hari ini dan kebanyakan yang akan kita pelajari bersifat sejarah. Kita tidak
akan membaca banyak ayat Alkitab.
Kalian
berkata, “Wah, kalau begitu ini bukan khotbah yang alkitabiah.”
Nah, kalian tahu, kita perlu melihat ke
Alkitab kemudian kita perlu melihat ke penggenapan dari apa yang dikatakan
Alkitab. Dan ada satu ayat khusus yang akan membimbing pelajaran kita ini, dan
itu ialah ayat Wahyu 13:3, saya yakin kalian sudah kenal ayat tersebut. (“3 Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena
luka yang mematikan, tetapi luka yang mematikan itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu
mengikut binatang itu.”) Ayat
ini berbicara tentang Binatang
itu, yang juga disebut Tanduk Kecil, juga disebut Kekejian yang Menelantarkan,
Manusia Durhaka, dan Raja Negeri Utara, dan seterusnya. Kita
mendapat tahu di ayat ini bahwa sistem ini telah menerima luka yang mematikan,
tetapi lukanya yang mematikan itu akan disembuhkan. Maka sepanjang akhir pekan
ini kita akan berbicara tentang peristiwa-peristiwa yang membuktikan bahwa luka tersebut sedang cepat dalam
proses penyembuhan, bahkan sementara saya berbicara ini.
Now, I’m going to be quoting a lot from different sources, and I
don’t expect you to write down all the quotations, so let me tell you what I’m
going to do. I brought some cards where you can put your contact information
and what I’ll do is, if you give me your email address I will send you the 80
pages of material that I am going to present here this weekend. Free. And you
can read all of the quotations at your leisure slowly and you can double check,
you can go to the internet you can look up those quotations in their original sources. So, I brought this stack of cards and they
will be up here and if you wish after the meeting this evening you can fill up
the card and make sure you give it to me, and then we will ~ within a couple of
weeks once the secretary gets all of the email addresses inputted ~ then we
will be sending that out to you free of charge.
Nah, saya akan
mengutip dari banyak sumber yang berbeda dan saya tidak berharap kalian akan
mencatat semua kutipan itu, jadi saya beritahu apa yang akan saya lakukan. Saya
sudah membawa beberapa kartu di mana kalian bisa menulis kontak
informasi kalian dan yang akan saya lakukan ialah, jika kalian memberi saya
alamat email kalian, saya akan mengirimkan sekitar 80 halaman bahan presentasi
saya di sini akhir pekan ini. Gratis. Dan kalian bisa membaca perlahan-lahan
semua kutipan tersebut di saat senggang, kalian juga bisa mengecek ulang dari
internet, kalian bisa menemukan kutipan-kutipan tersebut dari sumbernya yang
asli. Jadi saya sudah membawa tumpukan kartu ini dan saya letakkan di sini, dan
jika nanti setelah ceramah ini kalian berkenan, kalian bisa mengisi kartu ini
dan pastikan kartu ini diberikan saya, kemudian dalam waktu dua minggu setelah
sekretaris sudah memasukkan semua alamat email ke komputer, kami akan
mengirimkan bahan tersebut kepada kalian secara gratis.
Now, the title of what we are going to study is Thesis,
Antithesis and Synthesis. I see Dr. Mc Dermott
and his wife here. What we are going to study is new material, I’m in the
process of writing two newsletter articles for our Secrets Unsealed newsletter,
and much of the content that I am going to share with you this weekend will be
in those newsletter articles. The title is Thesis, Antithesis, and Synthesis,
and you are probably wondering what that means.
Sekarang, judul
dari pelajaran kita ialah Thesis, Antithesis dan Sinthesis. Saya lihat ada Dr.
Mc Dermott dan
istrinya di sini. Apa yang akan kita pelajari ini bahan baru, saya sedang
menulis dua artikel bulletin untuk bulletin Secrets Unsealed dan banyak dari
yang akan saya bagikan ke kalian akhir pekan ini akan ada di dalam
artikel-artikel bulletin itu. Judulnya ialah Thesis, Antithesis dan Sinthesis,
dan kira-kira kalian bertanya-tanya apa artinya itu.
Well, probably many of
you know that an individual called Karl Marx wrote a very famous
book Das Kapital. And he also co-authored a
book titled The Communist Manifesto, he
co-authored it with an individual called Friederich Engels, and there in those
books he
referred to history, to the flow of human history with the words “thesis, antithesis, and synthesis”. That’s how Marx described history. Now you are probably wondering why he referred to the flow of
history with those words. So I’m going to read you two definitions, one
of them we find in the Encyclopedia Britannica
and the other one I got from the internet from Wikipedia.
And you know Wikipedia isn’t always accurate so you have to check all of the
other sources to make sure that their description squares with reality.
Nah, kira-kira
banyak dari kalian tahu tentang seseorang yang bernama Karl Marx, yang menulis
sebuah buku yang sangat terkenal, Das Kapital. Dan dia juga menulis bersama-sama
seseorang bernama Friederich Engels, sebuah buku berjudul The Communist Manifesto. Dan di dalam
buku-buku itu dia menyebut
sejarah, alur
sejarah manusia dengan kata-kata “thesis, antithesis dan sinthesis”. Begitulah
Marx mendeskripskan sejarah. Sekarang, kira-kira kalian
bertanya-tanya mengapa dia menyebut alur sejarah dengan kata-kata tersebut.
Maka saya akan membacakan dua definisi, yang satu ada di Ensiklopedia Britannica, dan yang lain
saya peroleh dari internet dari Wikipedia. Dan kalian tahu Wikipedia tidak selalu
akurat, jadi kita perlu mengecek semua sumber yang lain untuk memastikan
deskripsi mereka cocok dengan kenyataan.
But the Encyclopedia Britannica
describes “thesis, antithesis and synthesis”
in the following way: “All things contain contradictory
sides or aspects…” so, “All
things contain…” according to this, “…contradictory sides or aspects
whose tension or conflict is the driving force of change…” that is, the conflict between the two is the
driving force for change. And then the last part of the definition is, “…eventually
transforms or dissolves them…” in other words, it
dissolves the contradiction between the two sides, dissolves them. So in other
words the
thesis and the antithesis are in total opposition. But the tension between the two, eventually leads to the point of dissolving the
tension and this dissolves the contradiction between the two.
Tetapi Ensiklopedia Britannica menggambarkan “thesis, antithesis
dan sinthesis” sebagai berikut: “…Semua hal mengandung
sisi-sisi atau aspek-aspek yang bertentangan…” jadi, “…Semua hal mengandung…” menurut deskripsi ini, “…sisi-sisi atau aspek-aspek yang bertentangan, yang ketegangan atau
konfliknya ialah kekuatan yang mendorong terjadinya perubahan…” jadi, konflik antara keduanya ialah
kekuatan yang mendorong terjadinya perubahan. Kemudian bagian terakhir dari
definisi itu ialah, “…yang pada akhirnya mengubah atau menguraikan ketegangan atau
konflik itu…” dengan kata lain, perubahan itu
melenyapkan kontradiksi antara kedua sisi, meleburnya. Jadi dengan kata lain, thesis dan antithesis itu
berseberangan. Tetapi ketegangan antara keduanya, pada akhirnya membawa kepada
titik penguraian ketegangan
tersebut dan ini menguraikan kontradiksi antara keduanya.
In the other definition we have the
following explanation: “The triad, thesis, antithesis and synthesis is a progression
of three ideas or propositions in which the first idea is followed by a second idea that negates the first, and the
conflict between the first and the second idea is resolved by a third idea.”
So in short the idea is that in the flow
of history you have the movement that rises. Later on
you have a
movement that is totally opposite that, to that one that arises, and the tension
between the two eventually dissolves the tension and they synthesize or they
come together. Are you following the definitions?
Di definisi yang satunya, kita dapati penjelasan sebagai berikut: “…Ketiganya, yaitu thesis-antithesis-sinthesis, adalah perkembangan
tiga konsep atau tawaran di mana konsep yang pertama diikuti oleh konsep kedua
yang menyangkal konsep pertama, dan konflik antara konsep pertama dan kedua
diselesaikan oleh konsep yang ketiga.”
Jadi, singkatnya, teorinya ialah dalam alur sejarah ada satu
gerakan yang muncul, dan kemudian muncul gerakan lain yang sama sekali
berlawanan dengan yang pertama, dan perbedaan antara keduanya akhirnya mengurai
perbedaan tersebut dan mereka bersinthesa atau mereka bergabung menjadi satu.
Apakah kalian paham definisinya?
Now let’s apply this paradigm to history
as we find it in the book of Revelation.
First of all the thesis.
As we all know for 1260 years the Papacy had
the states of Europe in submission to her agenda. And historians have shown
that the result of the Papacy dominating the secular states was
basically ignorance, illiteracy, poverty, disease, wars, and civil unrest.
During this period there was a privileged class. The privileged class was composed
of the
clergy and the aristocracy, primarily the king. During this period the
church forbade the reading of the Bible to the laity. And as a result, society
was in constant upheaval. That is the thesis.
Now, what is the
antithesis to the Papacy controlling the secular states of Europe for
1260 years? The antithesis is composed of two movements. The first movement is the
Protestant Reformation that arose against papal authority. In other
words, Protestantism was an antithetical reaction to the Papacy. And then of
course later on from 1793-1798 the secular states beginning with France arose
against the Papacy, in other words turned against the Papacy. The French
Revolution thinkers inspired the Proletariat ~ that is the common
people, the poor, the underprivileged, the ignorant, the illiterate and the
sick ~ to rise against the privileged
clergy and against the aristocracy that had colluded with the church for a
period of 1260 years approximately. The French Revolution according to
historians was the precursor of the secular governments of the world separated
from religion and also of Socialist-Marxism. So that is the antithesis.
Thesis: the Papacy controlling the states
of Europe, the secular states, hiding the Bible.
The antithesis: Protestantism rises against the Papacy, 1517
is the date that is usually given, and then culminates with the secular states
of the world, beginning with France, become secular turned against the church.
Nah, mari kita aplikasikan
paradigma ini ke sejarah sebagaimana yang kita dapati di kitab Wahyu.
Pertama, tentang thesis.
Seperti yang kita tahu selama 1260 tahun
agenda Kepausan adalah menundukkan negara-negara Eropa. Dan para sejarahwan
telah membuktikan bahwa pada dasarnya hasil dari Kepausan mendominasi negara-negara sekuler
ialah kebodohan, buta huruf, kemiskinan, penyakit, perang, dan keresahan sosial. Selama periode ini ada satu kelas yang punya hak istimewa. Kelas istimewa ini terdiri
atas para rohaniawan dan para bangsawan, terutama sang raja. Selama periode ini
gereja melarang orang awam membaca Alkitab, dan hasilnya masyarakat selalu
bergejolak. Inilah thesisnya.
Apa antithesisnya terhadap Kepausan
mengendalikan negara-negara sekuler Eropa selama 1260 tahun? Antithesisnya
terdiri atas dua gerakan. Gerakan pertama ialah Reformasi Protestan yang bangkit melawan
autoritas Kepausan. Dengan kata lain, Protestantisme merupakan reaksi
antithesis terhadap Kepausan. Kemudian tentu saja setelah itu dari 1793-1798
negara-negara sekuler diawali oleh Perancis, bangkit melawan Kepausan dengan
kata lain berbalik melawan Kepausan. Penggagas-penggagas Revolusi Perancis menginspirasi kaum
proletar ~ yaitu rakyat jelata, yang miskin, yang tertindas, yang bodoh, yang buta huruf dan
yang sakit ~ untuk bangkit melawan para rohaniawan yang punya hak istimewa dan
bangsawan yang berkolusi dengan gereja selama kira-kira 1260 tahun. Menurut
para sejarahwan Revolusi Perancis adalah
pemicu pemerintahan-pemerintahan sekuler dunia untuk memisahkan diri dari
agama, dan juga golongan Sosialis-Marxisme. Jadi inilah
antithesisnya.
Thesis: Kepausan mengendalikan
negara-negara Eropa, negara-negara sekuler, menyembunyikan Alkitab.
Antithesis: Protestantisme bangkit
melawan Kepausan, 1517 adalah tahun yang biasanya diberikan, lalu kemudian
memuncak dengan negara-negara sekuler di dunia dimulai oleh Perancis, menjadi
sekuler berbalik melawan gereja.
Now what is the synthesis?
For many, many years there was a conflict or controversy
between the Papacy and Protestantism and the secular powers. The synthesis will
take place at the very end of human history ~ I believe that we are seeing it
as we study this weekend.
What is going to happen is that
Protestantism, the tension between the Papacy and Protestantism, the tension
between the Papacy and the secular powers of the world is going to disappear, is going to
dissolve. And these three systems are going to synthesize or
come together. The conflict will be resolved. Are you following me or
not?
Sekarang sinthesisnya apa?
Selama bertahun-tahun terjadi konflik atau perseteruan antara Kepausan
dan Protestantisme dan kuasa-kuasa sekuler. Sinthesis akan terjadi pada bagian terakhir dari sejarah dunia ~ saya
yakin sekarang ini sedang terjadi sementara kita mempelajarinya akhir pekan
ini.
Apa yang akan terjadi ialah,
Protestantisme, ketegangan
antara Kepausan dan Protestantisme, ketegangan antara Kepausan dan kuasa-kuasa
sekuler dunia akan lenyap, akan mengurai.
Dan ketiga sistem ini akan
bersinthesa atau menyatu satu sama lain. Konfliknya akan selesai.
Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?
Now, let’s begin studying this
antithetical relationship between the Papacy, and the secular governments of
the world and I’m going to refer particularly to Communism or Socialism. Let’s
begin our study with the relationship between the Papacy and the secular powers
of the world during most of the 20th century.
The Cold War ~ many of you are old enough to remember the Cold
War, old for those days, right? Because at that time you had east and west, now
you have everything in disarray ~ but anyway the cold war began in 1947 and shortly
thereafter, most specifically four years later in 1951 an Australian evangelist
by the name of Louis Weir wrote about the enmity between the Papacy and
Communism/Socialism. And I want to read that statement. It’s in a little book
called Before Probation Closes. I want you
to notice what he says about the enmity between the Papacy and Communism
during the period of the Cold War.
I read, “The world knows that atheistic Communism and
domineering Romanism are today in a death fight…” so what was happening in 1951? Communism and
Romanism ~ which is a term that was used to describe the Papacy, “…are today…” that is in 1951 “…in a death fight.…” And then he brings a third entity into the
equation. He wrote, “…We all know too that Protestantism is to Romanism as
detestable an enemy as Communism…” So what was the
relationship between the Papacy and Protestantism in 1951? Enemies! What was
the relationship between the Papacy and the secular powers of the world,
particularly represented by Communism? Enmity. He continues, “…Rome has no
favor or peace with either…” that is with
Protestantism or with Communism/Socialism ~ today by the way it’s called Globalism.
He continues, “…Today…” 1951, “…especially
since Protestant democracies are at odds with Russia…” so Protestantism was at odds with Communism
also, “…Today especially since Protestant democracies are at odds
with Russia…” listen carefully
now, “…Romanism diplomatically flirts with some influential
Protestant groups or individuals in order to win their support in her fight to
maintain her political and religious system throughout the world…” So in other words, the Papacy was flirting with
Protestantism because Protestantism and the
biggest Protestant nation
is Capitalist, was at
this time a deadly enemy of Communism, right? So he says that the Catholic
church was flirting with Protestantism because Protestantism would help them in
their enmity against Communism.
Sekarang, mari kita mulai mempelajari
hubungan antithetis ini antara Kepausan dan pemerintahan sekuler dunia, dan
saya akan mengacu khusus kepada Komunisme atau Sosialisme. Mari kita mulai
pelajaran kita tentang hubungan antara Kepausan dan kekuasaan sekuler dunia
selama bagian terbesar abad ke-20.
Perang Dingin (permusuhan terbuka antara
Amerika dan blok Barat, dengan Rusia dan blok Timur) ~ banyak dari kalian cukup tua untuk mengingat
Perang Dingin ini, cukup tua untuk saat itu, benar? Hehehe. Karena saat itu ada
Timur dan Barat, sekarang semuanya berantakan ~ tetapi pokoknya Perang Dingin dimulai tahun 1947,
dan tidak lama setelah itu, tepatnya empat tahun kemudian, di tahun 1951
seorang penginjl Australia bernama Louis Weir menulis tentang permusuhan antara
Kepausan dan Komunisme/Sosialisme. Dan saya mau kalian membaca pernyataan
tersebut. Ada di dalam sebuah buku kecil berjudul Before
Probation Closes. Saya mau kalian simak apa katanya tentang perseteruan antara Kepausan dan
Komunsme selama masa Perang Dingin.
Saya baca, “…Dunia
tahu bahwa Komunisme yang atheis dan Romanisme yang bersifat mendominasi,
sekarang ini sedang berseteru mati-matian…” jadi apa yang terjadi di tahun 1951?
Komunisme dan Romanisme ~ istilah yang dipakai untuk Kepausan, “…sekarang ini…” yaitu di 1951, “…sedang berseteru mati-matian…” Lalu dia membawa bentuk ketiga ke persamaan
itu. Dia menulis, “…Kita
semua juga tahu bahwa bagi Romanisme, kebenciannya terhadap musuhnya Protestantisme
sama besarnya seperti terhadap Komunisme…” Jadi
bagaimana hubungan antara Kepausan dengan Protestantisme di 1951? Bermusuhan!
Bagaimana hubungan antara Kepausan dengan kekuasaan-kekuasaan sekuler dunia,
khususnya yang diwakili oleh Komunisme? Bermusuhan. Dia melanjutkan, “…Romanisme tidak ingin berbuat
baik atau berdamai dengan keduanya…” maksudnya dengan Protestantisme atau dengan Komunisme/ Sosialisme
~ hari ini mereka disebut Globalisme. Weir melanjutkan, “…Sekarang…” tahun 1951, “…terutama sejak demokrasi
Protestan berseberangan dengan Rusia…” jadi Protestantisme berseberangan dengan Komunisme juga, “…Sekarang
terutama sejak demokrasi Protestan berseberangan dengan Rusia…” dengarkan baik-baik sekarang, “…Romanisme
bermain mata secara diplomatis dengan beberapa kelompok atau individu Protestan
yang berpengaruh, supaya bisa mendapatkan dukungan mereka dalam pertempurannya untuk
mempertahankan sistem politik dan sistem relijiusnya di seluruh dunia…” Jadi dengan kata lain Kepausan bermain
mata dengan Protestantisme karena Protestantisme dan bangsa Protestan yang
terbesar, itu Kapitalis, dan pada saat itu merupakan musuh bebuyutan Komunisme,
benar? Jadi katanya, gereja Katolik sedang bermain mata dengan Protestantisme
karena Protestantisme bisa menolong mereka dalam perseteruan mereka dengan
Komunisme.
However, Weir also stated in the same
book that Roman
Catholicism and Communism/Socialism have many characteristics and objectives in
common. Let me read from the book Before
Probation Closes page 31, “…We must not forget that Communism is more a rival to
Romanism than an enemy. Communism has more in common with Romanism than with
any other religious body.…” Communism has what? “…more in
common with Romanism than with any other religious body…” You say, “How can that be? They are deadly
enemies.” Continue, “…Communism has thrived best in Roman Catholic countries…” True. Poor Roman Catholic countries. The
quotation continues, “…Rome is therefore
much more opposed to the political and international brand of communistic
action than it is opposed to its atheistic doctrines…” the Papacy is not against Communism because it’s atheism, but
because Communism at that time was considered to be a rival. The quotation ends
by saying, “…What Rome detests is Communism and what it fears most is
its anti-Roman policy.…” So did the Papacy dislike Communism mainly because you know
because Communism is atheistic? No. Because Communist was anti-Papacy. So what Rome
detests is Communism and what it fears most is its anti-Roman policy rather than its
anti-Christian philosophy.
Are you following me so far?
Namun, Weir juga menyatakan dalam buku yang sama bahwa Roma Katolikisme dan
Komunisme/Sosialisme memiliki banyak karakteristik dan tujuan yang sama.
Saya akan membacakan dari buku Before Probation Closes hal. 31, “…Kita tidak boleh lupa bahwa Komunisme
lebih merupakan saingan bagi Romanisme daripada musuh. Komunisme punya lebih
banyak persamaan dengan Romanisme daripada dengan badan-badan relijius lainnya.…” Komunisme punya apa? “…lebih banyak persamaan dengan
Romanisme daripada dengan badan-badan relijius lainnya…” Kalian berkata, “Kok bisa begitu?
Mereka itu musuh bebuyutan.” Lanjut, “…Komunisme paling berkembang di negara-negara Roma Katolik…” Betul, di negara-negara Roma Katolik
yang miskin. Kutipan ini berlanjut, “…Karena itu Roma lebih menentang politik dan label
internasional aksi Komunisme daripada menentang doktrinnya yang atheis…” Kepausan tidak menentang Komunisme
karena dia atheis tetapi karena pada waktu itu Komunisme dianggap sebagai
saingan. Kutipan itu diakhiri dengan berkata, “…Yang dibenci oleh Roma ialah
Komunisme dan apa yang paling ditakutinya ialah kebijakan anti-Kepausannya…” Jadi apakah Paus tidak suka Komunisme
semata-mata karena, kalian tahu, Komunisme itu atheis? Tidak! Tetapi karena
Komunisme itu anti-Kepuasan. Jadi apa yang
dibenci Roma ialah Komunisme dan apa yang paling ditakutinya ialah kebijakannya
yang anti-Kepausan daripada filosofinya yang anti Kristen.
Apakah kalian mengikuti saya sampai di
sini?
So you see, what similarities are there
between Communism/Socialism and the Papacy? I’m going to draw 12 parallels, 12
similarities between Communism/Socialism and the Papacy. By the way we are not
talking only about things that happened in the past. There is a strong move in the US
towards Socialism. Now, how does that fit within the scenario of Bible
prophecy? Well, you need to continue coming this weekend. There is one
presentation that I am not going able to make because we don’t have enough
presentations and that is the role that Donald Trump plays in this whole
equation. Donald
Trump, ill spoken, fickle as water among other things, is
presently the greatest obstacle that the Roman Catholic Papacy has from
implementing Socialism on a global scale. And I’m going to share that
with you a little bit later on.
Jadi kalian lihat, apa
persamaannya antara Komunisme/Sosialisme dan Kepausan? Saya akan memberikan 12
paralel, 12 persamaan antara Komunisme/Sosialisme dan Kepausan. Nah kita tidak
hanya berbicara tentang hal-hal yang terjadi di masa lampau. Di Amerika Serikat ada gerakan
yang kuat menuju ke Sosialisme. Sekarang, bagaimana itu bisa
klop dengan skenario nubuat Alkitab? Nah, kalian perlu datang terus akhir pekan
ini. Ada satu presentasi yang tidak akan bisa saya lakukan karena kita tidak
punya cukup presentasi, dan itu ialah peranan Donald Trump dalam seluruh persoalan
ini. Donald Trump, yang bicaranya
negatif, tidak bisa dipercaya, dan masih banyak lagi, saat ini merupakan
penghalang terbesar bagi Kepausan Roma Katolik untuk mengimplementasikan
Sosialisme dalam skala global. Dan saya akan membagi itu kepada
kalian sebentar lagi.
So, let’s examine the 12 similarities.
Similarity # 1
First, both Communism/Socialism and Roman
Catholicism are imperialistic. What do I mean by “imperialistic”? They want to
establish a world empire.
In 1990 a Roman Catholic Jesuit priest ~
whom I will be referring to quite frequently ~ by
the name of Malachi Martin, have you ever heard that name? He published his
bestselling book which is really interesting read, he was an intimate friend of
John Paul II by the way, had almost direct access to him whenever he wanted, very conservative theologically
and very anti-Communist and pro-Capitalist. Anyway in 1990 he wrote his famous
book, The Keys of This Blood, that’s the
title. The sub-title is, listen carefully, “Pope
John Paul II versus Russia and the West…” ~ how many powers are we talking
about here? Three. What characterizes the countries of the West? Capitalism. So
the sub-title is “Pope John Paul II
versus Russia and the West for
Control of The New World Order”. So how many systems are struggling
for control of the new world order? Three: Communism/Socialism, the Papacy, and
the Capitalist countries of the West.
Mari kita simak ke-12 persamaan.
Persamaan # 1
Pertama, baik Komunisme/Sosialisme
dan Roma Katolikisme adalah imperialis.
Apa maksud saya dengan “imperialis”? Mereka ingin mendirikan kerajaan yang mendunia.
Di tahun 1990 seorang imam Jesuit
Roma Katolik ~ yang akan sering saya rujuk ~ bernama Malachi Martin ~ pernahkah
kalian mendengar namanya? ~ dia menerbitkan bukunya yang paling laris yang memang
bahan bacaan yang menarik. Dan dia adalah sahabat karib Paus Yohanes Paulus II,
dia punya akses langsung kepada Paus itu nyaris kapan pun dia mau, sangat
konservatif dalam theologinya, dan sangat anti-Komunis dan pro-Kapitalis. Nah,
di 1990 dia menulis bukunya yang terkenal, judulnya The Keys
to This Blood. Sub-titelnya ialah ~ dengarkan baik-baik ~ “Paus Yohanes Paulus II versus
Rusia dan Barat…” ~ ada berapa kekuasaan
yang kita bicarakan di sini? Tiga. Apa karakter negara-negara Barat?
Kapitalisme. Jadi sub-titelnya ialah “Paus
Yohanes Paulus II versus Rusia dan Barat untuk Mendapatkan Kontrol atas Pemerintahan
Baru bagi Dunia”. Jadi ada berapa sistem yang berebut kontrol untuk pemerintahan baru bagi dunia?
Tiga: Komunisme/Sosialisme, Kepausan,
dan negara-negara Kapitalis Barat.
On page 18 of his
book, he wrote this, very interesting you know, this is a book before its time.
Ellen White says that the Papacy can see the future on the basis of its
experience in the past, it’s not prophetical, they can’t prophesy what’s going
to happen, but they can use the law of cause and effect, to kind of suggest
what’s going to happen in the future. Notice what Martin wrote on page 18 of
his book: “There is one great similarity shared by all three of these Globalist
competitors…” so the three Globalist competitors
have one thing in common, what is it? “… Each one has in mind a particular grand design for one
world governance…” What do they have
in common? Each one wants to establish an empire that governs the whole
world. He continues, “…Their geo-political competition is about
which of the three…” listen carefully
now, “…which of the three will form,
dominate, and run the world system that will replace the decaying nations
system…”
Di halaman 18 dari bukunya, dia
menulis ini ~ sangat menarik kalian tahu, ini adalah buku yang mendahului
zamannya. Ellen White berkata bahwa Kepausan bisa melihat masa depan atas dasar
pengalamannya di masa lampau, bukan bersifat nubuat, mereka tidak bisa
menubuatkan apa yang akan terjadi, tetapi mereka bisa memakai hukum
sebab-akibat untuk menebak apa yang akan terjadi di masa depan.
Simak apa yang ditulis Martin di hal. 18 dari bukunya: “…Ada
satu persamaan besar yang dimiliki ketiga Globalis yang bersaing ini…” jadi ketiga pesaing Globalis ini
memiliki satu hal yang sama, apa itu? “…Masing-masing
mempunyai konsep akbar khusus untuk membentuk pemerintahan tunggal atas dunia ini…” Persamaan
apa yang mereka miliki?
Masing-masing ingin mendirikan suatu
kerajaan yang memerintah seluruh dunia. Martin melanjutkan, “…Persaingan
teritori dan politis mereka ialah mengenai siapa dari ketiganya…” dengarkan baik-baik sekarang, “…siapa
dari ketiganya yang akan membentuk, menguasai, dan menjalankan sistem dunia,
yang akan menggantikan sistem bangsa-bangsa yang telah lapuk…”
It
brings to mind the tower of Babel, which is another lecture I could have
presented here on this particular subject. God had told the people at Babel to disperse but
they all came together, they want to establish ~ Ellen White says ~ a universal
empire that will cover the whole earth. So what God did was He confused their
language so they would establish separate nations because it’s much more
difficult for evil to consolidate when you have many different nations than if
you have everybody on the same page because they have the same language and the
same culture. So once again their geo-political competition is about which of
the three will form, dominate and run the world system that will replace the
decaying nations system.
Ini
mengingatkan kita tentang menara Babel, ceramah lain yang bisa saya
presentasikan di sini tentang subjek khusus ini. Allah telah menyuruh
orang-orang Babel untuk berpencar tetapi mereka semuanya malah berkumpul
menjadi satu, mereka mau mendirikan ~ kata Ellen White ~ sebuah kerajaan
universal yang akan meliputi seluruh dunia. Jadi apa yang dilakukan Allah ialah
mengacaukan bahasa mereka supaya mereka harus membentuk bangsa-bangsa yang
terpisah, karena lebih sulit bagi kejahatan untuk berkonsolidasi bila ada
banyak bangsa yang berbeda daripada bila semua orang berpikiran sama karena
mereka berbahasa sama dan punya budaya yang sama.
Jadi
sekali lagi, kompetisi geo-politis mereka ialah mengenai siapa dari ketiganya
yang akan membentuk, menguasai dan menjalankan sistem dunia yang akan
menggantikan sistem bangsa-bangsa yang melapuk.
And
then Malachi Martins states that he knows exactly who’s going to win. He says the
Papacy’s going to win. And the reason he gives is that Jesus gave the
keys of this blood to Peter and his successors and the gates of hell will not
prevail against the Papacy. So he’s saying the Papacy is going to win this
competition, not Communism or Socialism, not Capitalism ~ US is his primary
example of that.
Kemudian
Malachi Martin menyatakan dia tahu persis siapa yang akan menang. Dia berkata, Kepausan yang akan menang.
Dan alasan yang dia berikan ialah karena Yesus telah memberikan kunci darah ini
kepada Petrus dan penerus-penerusnya dan gerbang neraka tidak
akan mengalahkan Kepausan. Jadi dia berkata Kepausan yang akan memenangkan
pertarungan itu, bukan Komunisme atau Sosialisme, bukan Kapitalisme ~ Amerika
Serikat adalah contoh utamanya.
And
then in page 16 he writes something really scary, he wrote, “…No holds barred, because once the competition has
been decided…” what competition
between the three? By the way have you heard Ellen White’s statement when she
speaks about a final union between three powers: the Papacy, Protestantism and
Worldlings? Worldlings means secular. So, “…No holds barred because once the competition
has been decided, the world and all that's in it: our way of
life as individuals, and as citizens of the nations, our
families, and our jobs, our trade, and commerce, and money…” remember all of these, “…our educational systems, and our religions, and our
cultures, even the badges of our national identity, which most of us have always
taken for granted…” notice, “make our,
make our America great again! America first!” You know that stands in the way
of the objective of Communism and the Papacy as well. So once again, all these
things: “…our
families, and our jobs, our trade, and
commerce, and money, our educational systems, and our religions, and our
cultures, even the badges of our national identity, which most of us
have always taken for granted, all will have been powerfully, and
radically altered forever…” in other words, the whole purpose
is to control families, jobs, trade and commerce, money, educational systems,
religions, cultures, and he says all of these will have been altered radically
forever. And then he states, “…No one can be exempted from its effects.
No sector of our lives will remain untouched. Nobody who is acquainted
with the plans of these three rivals has any doubt but that only one of
them can win.” Interesting statement. Written back in the late 1980’s, over
30 years ago, 32-33 years ago.
So the first similarity between the
Papacy, and the
Communist/Socialist or secular world is their imperialism.
Kemudian di hal. 16 dia menulis sesuatu yang sangat mengerikan, dia
tulis, “…Tanpa adanya
peraturan yang membatasi, satu kali persaingan itu telah dimenangkan…” persaingan apa yang ada di antara
ketiganya? Nah, pernakah kalian mendengar pernyataan Ellen White ketika dia
berbicara tentang suatu persatuan terakhir antara ketiga kekuasaan: Kepausan,
Protestantisme, dan orang-orang dunia? Orang-orang dunia artinya sekuler. Jadi, “…Tanpa adanya
peraturan yang membatasi, satu kali
persaingan itu telah dimenangkan, dunia
dan semua di dalamnya: kehidupan kita sebagai individu dan sebagai warganegara
suatu negara, keluarga kita, pekerjaan kita, perdagangan kita, dan usaha, dan
uang…” ingat semua ini, “…sistem
pendidikan kita, agama kita, budaya kita, bahkan lambang identitas kebangsaan
kita, yang oleh kebanyakan kita selalu kurang dihargai…” perhatikan, “jadikan Amerika kita besar
lagi! Amerika nomor satu!” Kalian tahu konsep-konsep itu adalah penghalang
tujuan Komunisme dan Kepausan juga. Jadi sekali lagi, semua hal ini, “…keluarga
kita, pekerjaan kita, perdagangan kita, dan usaha, dan uang, sistem pendidikan
kita, agama kita, budaya kita, bahkan lambang identitas kebangsaan kita, yang
oleh kebanyakan kita selalu kurang dihargai, semuanya itu akan berubah
selamanya secara hebat dan radikal …” dengan
kata lain seluruh tujuannya ialah untuk mengendalikan keluarga, pekerjaan,
perdagangan dan usaha, uang, sistem pendidikan, agama, kebudayaan. Dan dia
berkata semua ini pada waktu itu akan diubah seluruhnya secara radikal, untuk
selamanya. Kemudian dia berkata, “…Tidak ada yang akan terbebas dari akibatnya. Tidak ada satu
sektor pun dalam hidup kita yang bakal tidak tersentuh. Tak seorang pun yang
mengenal rencana ketiga pesaing ini punya keraguan sedikit pun bahwa hanya satu
dari mereka yang bisa menang.” Pernyataan yang menarik. Ditulis di
akhir 1980an, lebih dari 30 tahun yang lalu, 32-33 tahun lalu.
Jadi, persamaan pertama antara
Kepausan, Komunis/Sosialis atau dunia sekuler ialah imperialisme mereka.
Similarity # 2
The
second similarity is that they are both totalitarian.
Communism/Socialism and the Papacy are totalitarian. You say, what does that
mean? It means that they want to exercise what? Total control. Therefore, they cannot
allow dissent. They might sound now like they are protecting religious liberty
and they’re in favor of
freedom and so on, don’t be fooled because both of these systems are
totalitarian. Communism/Socialism vows for absolute control of the world’s system over
religion, politics, education, economics, the arts, and individual consciences.
The harlot of Revelation 17 wants to do the same thing. Because if you read
Revelation 17, you’ll find that the Papal harlot sits on many waters ~
that’s the multitudes ~ she also controls the economy of the world,
according to Revelation 18, she also fornicates with the kings of the earth,
and she has daughters whom she controls. And who are the daughters? The
Protestant denominations.
So both
of them fight for total control, it’s called totalitarianism.
Persamaan #2
Persamaan
kedua ialah, mereka sama-sama totaliter.
Komunisme/Sosialisme dan Kepausan itu totaliter. Kalian berkata, apa maksudnya?
Artinya mereka mau menjalankan
apa? Kontrol total (menyeluruh).
Karena itu mereka tidak mengizinkan adanya pendapat yang berbeda. Sekarang
mungkin mereka seolah-olah sedang melindungi kebebasan beragama dan mereka
berpihak pada kebebasan dan sebagainya, tapi jangan terkecoh karena kedua
sistem ini sama-sama totaliter. Komunisme/
Sosialisme bersumpah untuk melaksanakan
kontrol menyeluruh pada sistem dunia atas agama, politik, pendidikan, ekonomi,
kesenian, dan hati nurani manusia. Pelacur Wahyu 17 mau
melakukan hal yang sama, karena jika kita membaca Wahyu 17, kita akan mendapati
pelacur Kepausan duduk di
atas banyak air ~ itu adalah orang banyak ~ dia juga mengendalikan ekonomi dunia menurut Wahyu
18, dia juga berzinah dengan raja-raja
bumi, dan dia punya anak-anak perempuan yang dikendalikannya.
Dan siapakah anak-anak perempuannya itu? Denominasi-denominasi
Protestan.
Jadi
mereka sama-sama bersaing untuk mendapatkan kontrol menyeluruh, ini namanya
totalitarianism.
Similarity # 3
The
third similarity is, that for these two systems individualism, free enterprise,
freedom of speech and freedom of religion cannot exist, once they have full
power. Both Communism and the Papal power are bitter opponents of individualism,
freedom of speech, freedom of the press, freedom of conscience and freedom of
worship. Why would they be against these? Because in individualism with
all these freedoms they cannot exercise total and complete control.
Persamaan
# 3
Persamaan
ketiga ialah, bagi kedua sistem ini, individualisme, perdagangan bebas,
kebebasan berbicara, dan kebebasan beragama tidak boleh ada, begitu mereka
berkuasa penuh. Baik Komunisme dan kekuasaan Kepausan adalah musuh bebuyutan dari
individualisme, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan hati nurani dan
kebebasan beragama. Mengapa mereka melawan ini? Karena dalam
individualisme dengan semua kebebasan ini, mereka tidak bisa menjalankan
pengendalian menyeluruh dan kontrol menyeluruh.
Similarity # 4
The
fourth similarity is that both of these systems, the Papacy and the
Socialism/Communism is that both of them have a system of spying or surveillance.
Communism had the KGB. For those of you who are not up on the news of what’s happening
in Venezuela, in Venezuela we have an organization called the SEBIN, spies on
all political opponents, they have established a system where an individual
represents a certain block of the city and that individual is responsible to
keep everybody in line on that block of the city. And of course the Roman
Catholic church also has a system of surveillance or spying, such as the OPPUS
DEI ~ which means the work of God ~ and the Jesuits. We will be
speaking more about them in course of this weekend.
Persamaan
# 4
Persamaan
keempat ialah kedua sistem ini, Kepausan dan Sosialisme/Komunisme sama-sama memiliki sistem mata-mata atau pengintaian.
Komunisme memiliki KGB. Bagi kalian yang tidak mengikuti berita tentang apa
yang terjadi di Venezuela, nah, di Venezuela ada sebuah organisasi bernama
SEBIN, yang memata-matai semua lawan politik, mereka memiliki sistem di mana
seseorang membawahi sebuah kompleks tertentu di kota itu, dan individu ini
bertanggung jawab menjaga agar semua orang di kompleks tersebut tidak melanggar
ketentuan. Dan tentu saja gereja
Roma Katolik juga memiliki sistem pengintaian atau mata-mata,
seperti OPPUS DEI ~ yang
berarti pekerjaan Allah ~ dan
Ordo Jesuit. Kita akan membahas lebih banyak tentang mereka
dalam akhir pekan ini.
Similarity # 5
Both of them despised
Protestantism. Why? Because Protestantism is primarily
found in countries that are capitalist, and Capitalism guarantees freedom of
enterprise, freedom of speech, freedom of the press, freedom of religion,
freedom of political preference, and individualism. The guarantee of these
freedoms goes against the grain of totalitarianism. So Protestantism is
despised by both the Papacy and Socialism.
Persamaan
# 5
Keduanya sama-sama membenci
Protestantisme. Mengapa? Karena Protestantisme
utamanya terdapat di negara-negara Kapitalis, dan Kapitalisme menjamin
kebebasan berusaha, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan beragama,
kebebasan memilih dalam politik, dan individualisme. Dijaminnya semua kebebasan
ini bertentangan dengan konsep totalitarianisme.
Maka Protestantisme dibenci baik oleh Kepausan maupun oleh Sosialisme.
Similarity # 6
Both Communism/Socialism
feign an interest for the poor and for human rights, however, both have
a deplorable record of accomplishment in both of these areas. Communism
and Catholicism thrive in areas of extreme poverty where there is a
small middle class, therefore, both systems
tell rich nations to redistribute their wealth to the poor ones. In Europe
during the 1260 years there were ignorance, war, disease, social unrest and
persecution. The church enriched itself at the expense of the poor, building
huge monuments like for example St. Peters Basilica, and the famous Basilica or
Cathedral that had this fire last year: Notre Dame. Most of the money that was
used to build those great monuments was at the expense of the poor. In Latin
America ~ how many of you are from Latin America? Raise your hand. We have
several here. In Latin America the Papacy has had 500 years to improve the
lives of the people and has failed miserably. As you know, thousands have come
towards the US in caravans seeking a better life.
So both
of these systems, Communism/Socialism and the Papacy, feign an interest for the
poor and yet the governing class has a much higher standard of living than the
common people.
Both systems are also
riddled with corruption. By way of example, my
wife is from Columbia but her family lived for many years in Venezuela where
she still has two sisters and a brother that live there, so I am speaking from
personal experience. In Venezuela the elite Socialist/Communist ~ they like to
call themselves Socialists but they are really Communists ~ they’ve pillaged
the country and they have left the country totally bankrupt. Stealing not
millions but billions of dollars, living in luxury while people are eating from
the garbage and barely have one meal a day, and have no freedom.
You
know Communism tried to penetrate Nicaragua in the 80’s, late 70’s and early
80’s. Let me give you a description that Malachi Martin gave of the lifestyle
of the Socialists in Nicaragua back in that time. They feigned love for the
poor, yeah. By the way, does the present Pope talk a lot about the poor? Oh,
yeah.
In the
book The Jesuits page 139-140 ~ and I will be referring to
this book quite a bit this weekend ~ he describes the lifestyle of the leaders
of the Socialists in Central America in the 80’s. “They live in homes
expropriated from the ousted middle class…” You
know what “expropriate” means? In Venezuela, Chavez, he would see this nice
piece of land, he would say, “Expropriate it!” He would steal it from the owner
and now became part of the government. So “…they live in homes
expropriated from the ousted middle class in comfortable Managua’s suburbs…” such as Las Colinas, Managua was the capital city of Nicaragua.
“…They shop at specially designated hard currency and dollar
stores where there is no preferential treatment for the poor. They dine at
luxury restaurants restricted to party officials, and lunch in their government offices on the daily loads
delivered by official vans of ham, lobsters and other delicacies unobtainable
elsewhere in Sandinista, Nicaragua. They relaxe in reserved box seats at the baseball stadion, enjoy
unlimited supply of gasoline and water that are rationed to the people. And they cation in the mansions of the Samosa
dynasty…” Samosa was the
dictator that the Communist overthrew, “…suitably rebaptized by the Sandinistas as
protocol houses. They travel round their native Nicaragua with personal
bodyguards of Cubans and East Germans who are armed with
Soviet automatics, ostensibly to be pointed at potential assailants but
presumably equally effective against the activist priest who might waver in his
enthusiasm for politics of the Sandinista brand. …” so they feign a love for the poor. “Yea, we need to
distribute all of the resources of the nation equally among everybody”, but the leaders
don’t live that way.
Persamaan
# 6
Baik
Komunisme/Sosialisme
berpura-pura memperhatikan orang miskin dan hak azasi manusia,
namun demikian mereka sama-sama memiliki rekam jejak pencapaian yang
menyedihkan dalam kedua bidang ini. Komunisme
dan Katolikisme berkembang pesat di daerah-daerah yang sangat miskin,
di mana hanya ada sekelompok kecil kelas menengah. Karena itu kedua sistem
ini menyuruh bangsa-bangsa yang makmur untuk meredistribusikan kekayaan mereka
kepada bangsa-bangsa yang miskin. Di Eropa selama 1260 tahun terjadi kebodohan,
perang, penyakit, keresahan sosial, dan persekusi. Gereja memperkaya dirinya sendiri dengan mengorbankan
orang-orang miskin, membangun monumen-monumen maha besar seperti
misalnya Basilika Santo Petrus dan basilika atau katedral yang terkenal yang
tahun lalu terbakar: Notre Dame. Kebanyakan uang yang dipakai untuk membangun
monumen-monumen raksasa tersebut diperoleh dengan menindas yang miskin. Di Latin
Amerika – ada berapa orang di sini yang datang dari Latin Amerika? Tolong
angkat tangan. Ada beberapa orang di sini. ~ Di Latin Amerika, Kepausan punya
waktu 500 tahun untuk memperbaiki standar hidup rakyat di sana tetapi gagal
total. Seperti yang kalian ketahui, beribu-ribu orang telah datang ke Amerika
Serikat dengan karavan-karavan untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Jadi kedua sistem ini, Komunisme/Sosialisme
dan Kepausan, berpura-pura memperhatikan orang miskin namun kelas yang berkuasa
memiliki standar kehidupan yang jauh lebih tinggi daripada rakyat jelata.
Kedua sistem ini juga penuh dengan
korupsi. Sebagai contoh,
istri saya berasal dari Columbia tetapi keluarganya tinggal bertahun-tahun di
Venezuela di mana masih ada dua orang saudara perempuan dan satu saudara
laki-lakinya yang hidup di sana, jadi saya berbicara dari pengalaman pribadi.
Di Venezuela, kelompok elit Sosialis/Komunis ~ mereka suka menyebut diri
sendiri Sosialis, tetapi sebenarnya mereka Komunis ~ mereka menjarah negara itu
dan mereka meninggalkan negara itu dalam kondisi bankrut total, merampok bukan
hanya jutaan tetapi milyaran dollar, hidup dalam kemewahan sementara rakyat
mencari makanan dari tong sampah dan nyaris tidak bisa makan satu kali
sehari, dan tidak punya kebebasan.
Kalian
tahu, Komunisme berusaha menembus Nicaragua di tahun 80-an, akhir 70-an dan
awal 80-an. Saya akan memberikan deskripsi dari Malachi Martin tentang gaya
hidup kelompok Sosialis di Nicaragua di saat itu. Mereka berpura-pra mengasihi
orang miskin, oh, iya. Omong-omong, apakah Paus yang sekarang juga banyak
berbicara tentang orang miskin? Oh, iya.
Di buku The
Jesuits hal. 139-140 ~ dan saya akan banyak merujuk kepada buku ini selama
akhir pekan ini ~ Malachi Martin menggambarkan gaya hidup para pemimpin
Sosialis di Amerika Tengah di tahun 80-an. “…Mereka
tinggal di rumah-rumah yang disita dari kelompok kelas menengah yang diusir…” Kalian tahu apa maksudnya “disita”? Di
Venezuela, Chavez (mantan presidennya), jika dia melihat sebidang tanah yang
bagus, dia akan berkata, “Sita!” Dia
akan merebutnya dari pemiliknya dan sekarang tanah itu menjadi milik
Pemerintah. Jadi, “…Mereka
tinggal di rumah-rumah yang disita dari kelompok kelas menengah yang diusir, di
pinggiran kota Managua yang nyaman…” seperti
Las Colinas. Managua adalah ibukota Nicaragua. “…Mereka
berbelanja di toko-toko khusus yang ditunjuk, di mana yang dipakai ialah mata
uang yang stabil dan dollar, di mana tidak ada pelayanan kemudahan bagi orang
miskin. Mereka makan malam di rumah-rumah makan yang mewah, yang terbatas hanya
bagi pejabat partai, dan makan siang di kantor-kantor pemerintah mereka dari
kiriman resmi yang tetap setiap hari, terdiri atas daging babi, lobster, dan
makanan-makanan mewah lainnya yang tidak bisa diperoleh di tempat lain di
Sandinista, Nicaragua. Mereka bersantai di tempat-tempat duduk VIP khusus yang
sudah dipesan di stadion-stadion bola, menikmati suplai bahan bakar dan air
yang tidak terbatas, yang dijatah bagi rakyat. Dan mereka berlibur di
gedung-gedung indah milik dinasti Samosa…” Samosa
ialah diktator yang digulingkan Komunis, “…yang
oleh para Sandinista diberi nama baru yang sesuai, sebagai rumah-rumah protokol.
Mereka bepergian sekitar Nicaragua, negara mereka sendiri dengan
pengawal-pengawal pribadi dari bangsa Cuba dan Jerman Timur yang dipersenjatai
senjata automatis buatan Soviet, yang seolah-olah diarahkan kepada mereka yang
berpotensi sebagai penyerang, tetapi agaknya sama efektifnya juga terhadap seorang
imam aktivis yang mungkin sedang goyah antusiasmenya mendukung politik cap Sandinista…” Jadi
mereka berpura-pura mengasihi orang miskin. “Iya, kita perlu mendistribusikan
semua sumber bangsa-bangsa secara merata kepada semua orang”, tetapi para
pemimpin tidak hidup seperti itu.
By the way do you know Ellen White wrote that it was never God’s plan that poverty
should disappear from the earth? So this ideal, you know ~ there is huge talk about eradicating poverty
on the part of the Papacy and on the part of the Socialist governments
of the world. The United Nations is foremost in talking about eradicating
poverty from the world by taking money from the rich nations and redistributing
it to the poor nations. Notice what Ellen White wrote in Vol. 4 of the Testimonies pg. 551-552, “…It was not the purpose of God that poverty
should ever leave the world…” it was not the
purpose of God what? It was never the purpose of God that poverty should ever
leave the world. “…The ranks of
society are never to be equalized, for the diversity of condition which
characterizes our race is one of the means by which God has designed to prove
and develop character. Many have urged with great enthusiasm that all men
should have an equal share in the temporal blessings of God, but this was not
the purpose of the Creator. Christ has said that we shall have the poor always
with us. …”
So this ideal of Socialism, this ideal of the Papacy, is not
God’s plan.
Nah, apakah kalian tahu Ellen White menulis bahwa bukan rencana Tuhan kemiskinan itu harus lenyap dari muka bumi? Jadi idealisme ini, kalian tahu ~ ada pembicaraan besar di pihak Kepausan dan pemerintahan-pemerintahan Sosialis di dunia tentang menghapus kemiskinan, PBB juga paling depan berbicara tentang menghapus kemiskinan dunia dengan mengambil uang dari bangsa-bangsa yang kaya dan meredistribusikannya kepada bangsa-bangsa yang miskin. Perhatikan sekarang apa yang ditulis Ellen White di Vol.4 Testimonies hal. 551-552. “…Bukanlah maksud Allah kemiskinan harus lenyap dari dunia…” bukan maksud Allah apa? Bukan maksud Allah kemiskinan harus lenyap dari dunia. “…Tingkat-tingkat masyarakat selamanya tidak akan pernah disamakan, karena perbedaan kondisi yang menjadi ciri khas umat manusia, adalah salah satu cara yang telah dirancang Allah untuk membuktikan dan mengembangkan karakter manusia. Sudah banyak yang mendorong dengan antusiasme besar agar semua manusia harus memiliki porsi yang sama dalam berkat duniawi dari Allah, tetapi ini bukanlah maksud Sang Pencipta. Kristus telah berkata bahwa orang miskin akan selalu ada bersama kita…”
Jadi idealisme Sosialisme ini, idealisme
Kepausan ini, bukanlah rencana Allah.
Similarity # 7
Both Socialism/Communism and the Papacy have a long history of persecution.
Let me read you a description of what
occurred in the former Soviet Union in terms of persecution, Communism
persecution.
- One million
imprisoned or exiled between 1927-1929.
-
Nine to eleven million peasants forced off their lands and
-
another two to three million peasants arrested or exiled in
the mass collectivization program.
-
Six to seven million killed by an artificial famine in 1932-1934.
-
One million exiled from Moscow and Leningrad in 1935.
-
One million executed during the great terror of 1937-1938.
-
Four to six million dispatched to labor camps.
-
Ten to twelve million people forcibly relocated during WWII.
- And at least one
million arrested for various political crimes from 1946-1953.
That’s a record of Communism/Socialism
just in the Soviet Union.
Persamaan # 7
Baik Sosialisme/Komunisme dan Kepausan punya sejarah persekusi yang panjang.
Saya akan membacakan deskripsi
tentang apa yang terjadi di bekas Uni Soviet sehubungan dengan persekusi,
persekusi Komunisme.
- Satu juta orang dipenjara atau diasingkan antara 1927-1929.
- Sembilan hingga sebelas juta petani dipaksa meninggalkan tanah mereka dan,
- Dua atau tiga juta petani lain ditangkap atau diasingkan karena adanya program kolektivisasi massal (saat
Pemerintah mengambil alih semua hak produksi dan industri)
- Enam hingga tujuh juta manusia dibunuh dengan kelaparan buatan di tahun 1932-1934
- Satu juta manusia diasingkan dari Moskow dan Leningrad di 1935.
- Satu juta manusia dihukum mati selama teror akbar 1937-1938 (represi besar zaman Stalin)
- Empat hingga enam juta dikirim ke kamp-kamp kerja.
- Sepuluh hingga dua belas juta manusia dipindahkan dengan paksa selama
Perang Dunia II.
- Dan paling sedikit satu juga orang ditangkap untuk kejahatan politik
dari 1946-1953.
Inilah rekaman
Komunisme/Sosialisme hanya di Uni Soviet.
Did the Papacy do the same thing during
the 1260 years? You know Daniel 7 says, this system will persecute the saints
of the Most High. Revelation 13 also emphasizes that. The 5th seal
says that the martyrs that were slain by this system cried out, “Until when, O,
Lord, do You not judge and avenge our blood upon those who shed it on the
earth?” Ellen White wrote in the Spirit of
Prophecy Vol. 4 pg. 63, “…The mangled…” about the Papacy, “…The mangled forms of millions of martyrs
cried to God for vengeance upon that apostate power…”
So both systems are persecuting powers.
Apakah Kepausan melakukan hal yang
sama selama 1260 tahun? Kalian tahu Daniel 7 berkata, sistem ini akan
mempersekusi orang-orang kudus Yang Mahatinggi. Wahyu 13 juga menekankan itu.
Meterai ke-5 mengatakan bahwa para martir yang dibunuh oleh sistem ini, berseru,
“Sampai kapan, O, Tuhan, Engkau tidak menghakimi dan membalaskan darah kami
kepada mereka yang telah menumpahkannya ke bumi?”(Wahyu 6:9).
Ellen White menulis di Spirit of
Prophecy Vol. 4 hal. 63, “…Tubuh yang hancur…” tentang Kepausan, “…Tubuh yang hancur milik jutaan
martir, berseru kepada Allah minta pembalasan kepada kuasa yang murtad itu…”
Jadi kedua sistem sama-sama kuasa yang
mempersekusi.
Similarity # 8
Both systems oppose God.
Really? Yes, in different ways.
How does Socialism/Communism oppose God?
Oh, they openly say that they’re what? We are atheists, we don’t believe in God, the State
is God, in Marxism or Socialism. At least they have the sincerity to
say, “We are atheists, we don’t believe in God.”
How does the Papacy oppose God? 2
Thessalonians 2 says that it sits in the temple of God showing itself to be
God. It doesn’t replace God with the State, it replaces God with the Pope.
Both of them oppose God.
Persamaan # 8
Kedua sistem sama-sama melawan Allah.
Masa? Ya, dengan cara yang
berbeda.
Bagaimana Sosialisme/Komunisme melawan Allah? O, mereka
secara terang-terangan berkata bahwa mereka apa? Kami atheis, kami tidak
percaya Allah, negera itu Allah
dalam faham Marxisme atau Sosialisme. Paling tidak mereka jujur mengatakan, “Kami atheis, kami tidak percaya Allah.”
Bagaimana Kepausan melawan Allah? 2 Tesalonika 2
berkata bahwa dia duduk di bait Allah, menunjukkan dirinya sebagai Allah. Dia
tidak mengganti Allah dengan negara, dia mengganti
Allah dengan Paus.
Keduanya sama-sama melawan Allah.
Similarity # 9
Both of these powers, the Papacy and Socialism/Communism operate by
a power from beneath, from the abyss, from below, the satanic power
that hates the Bible, despises the Bible. Did the Papacy war against the Bible
during the 1260 years? Absolutely. Did Communism in its heyday also forbid the
Bible and persecute those who had Bibles? You know that they did. Both of these
systems arise from the bottomless pit according to the book of Revelation.
I want to read from Great Controversy pg. 268-269 where Ellen White describes how a power from beneath
controlled the Papacy during 1260 years and how the power from beneath, the
power of Satan, did the same in the French Revolution which gives birth to
Communism or Marxism. This is how it reads: “…In many of the nations of Europe, the power
that rules in church and state had for centuries been controlled by Satan,
through the medium of the Papacy…” So what happened
during the 1260 years? Satan controlled the nations through the medium of? The
Papacy. And then she speaks about Revelation 11, which speaks about the French
Revolution. Did The French Revolution war against the Bible? Yeah, Revelation 11 says that it killed the
two witnesses. Who are the two witnesses? The Old and New Testaments. So the
Papacy forbade
the reading of the Bible on pain of death, Communism/Socialism did the
same thing.
Persamaan # 9
Kedua kekuasaan ini, Kepausan dan
Sosialisme/Komunisme, dijalankan
oleh suatu kuasa dari bawah, dari tempat yang gelap, dari kedalaman, yaitu
kuasa Setan yang membenci Alkitab, menganggap hina Alkitab.
Apakah Kepausan berperang melawan Alkitab selama 1260 tahun? Betul sekali.
Apakah Komunisme di masa jayanya juga melarang Alkitab dan mempersekusi mereka
yang punya Alkitab? Kalian tahu itu benar. Kedua sistem ini keluar dari lubang
yang tidak ada dasarnya menurut kitab Wahyu.
Saya mau membaca dari Great Controversy hal. 268-269 di mana Ellen White menggambarkan bagaimana suatu kuasa
dari bawah mengendalikan Kepausan selama 1260 tahun itu, dan bagaimana kuasa
dari bawah, kuasa Setan itu, melakukan yang sama saat Revolusi Perancis yang
melahirkan Komunisme atau Marxisme. Beginilah tertulisnya,
“…Di banyak bangsa Eropa, kuasa yang berdaulat di gereja dan pemerintahan
selama berabad-abad, dikendalikan oleh Setan melalui perantaraan Kepausan…” Jadi apa yang terjadi selama 1260
tahun? Setan mengendalikan bangsa-bangsa melalui perantaraan siapa? Kepausan.
Lalu Ellen White berbicara tentang Wahyu 11 mengenai Revolusi Perancis. Apakah
Revolusi Perancis berperang melawan Alkitab? Iya, Wahyu 11 berkata Revolusi
Perancis yang membunuh kedua saksi. Siapakah kedua saksi tersebut? Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jadi Kepausan melarang Alkitab dibaca dengan ancaman
kematian, Komunisme/Sosialisme melakukan hal yang sama.
In France, Ellen White describes in the same
statement, “…But here…” in Revelation 11:7, “…is brought to
view, a new manifestation of satanic power…” So there is an old
manifestation of satanic power which is
the Papacy during the 1260 years and then a new manifestation of satanic power
which is France, which warred openly against the Bible.
Di Perancis, Ellen White menggambarkan
dalam pernyataan yang sama, “…Tetapi di sini…” di Wahyu 11:7, “…ditunjukkan, suatu manifestasi
baru kuasa Setan…” Jadi ada manifestasi kuasa Setan yang lama yaitu Kepausan selama
1260 hari, kemudian ada manifestasi
kuasa Setan yang baru yang adalah Perancis, yang berperang
secara terbuka melawan Alkitab.
Similarity # 10
Both systems grow, spread, and thrive by establishing and
controlling the educational systems to brainwash students to buy into their
philosophies. Do you know what’s being taught in the universities of the USA,
the secular public universities? Pure socialism is what being taught. Does the
Papacy do the same in the schools that they have? Absolutely.
Persamaan # 10
Kedua sistem tumbuh, menyebar, dan maju pesat dengan mendirikan dan mengendalikan sistem-sistem pendidikan dengan cara mencuci otak para pelajar supaya menerima
filosofi mereka. Tahukah kalian apa yang diajarkan di universitas-universitas
Amerika Serikat, universitas-universitas sekuler milik Pemerintah? Sosialisme
murni, itulah yang diajarkan. Apakah Kepausan melakukan yang sama di
sekolah-sekolah mereka? Tentu saja.
Similarity # 11
This might surprise you, we are going to
discuss it more fully in the course of the weekend. Similarity # 11, both
Socialism/Communism and the
Papacy have embraced the evolutionary theory of beginnings. Interesting, both
believe and teach evolution as the origin of the universe and the origin of
man.
Persamaan # 11
Kalian mungkin terkejut, tetapi
kita akan membahas ini lebih luas selama akhir pekan ini. Persamaan # 11, baik
Sosialisme/Komunisme dan Kepausan menganut
teori evolusi tentang asal mula. Menarik, keduanya sama-sama
meyakini dan mengajarkan evolusi sebagai asal mula alam semesta dan asal mula
manusia.
Then fact # 12
This is the comforting part. The book of
Revelation explains that both of these systems will
be overcome by the Lamb.
In Revelation 17:14 it
says that Christ will overcome the
kings because He is King of kings and Lord of lords. And Revelation chapter 17 says that the civil
powers will turn against the harlot, they will make her naked and desolate,
they’ll burn her with fire and eat her flesh. That’s a way of saying that they
are really going to be mad at her when they
discover that she has deceived them into merging with her.
Fakta # 12
Ini bagian yang memberi
penghiburan. Kitab Wahyu menjelaskan bahwa kedua
sistem ini sama-sama akan dikalahkan oleh Anak Domba.
Di Wahyu 17:14 dikatakan Kristus
akan mengalahkan raja-raja karena Dialah Raja segala raja dan Tuan segala tuan.
Dan di Wahyu pasal 17 dikatakan bahwa kekuatan sipil akan berbalik melawan si
pelacur, akan menelanjangi dia dan meninggalkannya, mereka akan membakarnya
dengan api dan makan dagingnya. Itu cara untuk mengatakan mereka benar-benar bakal
murka padanya ketika mereka sadar bahwa dia telah menipu mereka untuk bergabung
dengannya.
So are you clear on the
similarities? We are just setting the stage tonight, we need to know all of
these details tonight for what we are going to be discussing in the three
sessions tomorrow.
Jadi kalian sudah jelas dengan
persamaan-persamaan ini? Malam ini kita hanya menata latar belakangnya, kita
perlu mengetahui semua detailnya malam ini untuk apa yang akan kita bahas dalam
tiga sesi besok.
Now, let’s talk about the Papacy’s world
vision, because ultimately the Papacy is going to be the catalyst that will
overcome the tension between the Papacy, Protestantism and the secular powers
of the world.
What’s the Papacy’s world vision? Since
the times of St. Augustine ~
the Roman Catholic church has two pillars that are the greatest theologians in
its history. The first is St. Augustine, he died in the year 430 of the
Christian era, and the other St. Thomas Aquinas who lived in the 1200s.
Unrivaled theologians in the history of the Roman Catholic church ~ but since
the times of St. Augustine
the Roman Catholic church has taught that the stone that hits the feet of the image of
Daniel 2, is not the second coming of Jesus. You know, the stone that hits the feet of the image and the stone
becomes a mountain that covers the whole world? We believe that represents the
second coming and Jesus establishing His everlasting kingdom at His second
coming. From the times of St. Augustine
till today the Roman Catholic church does not believe that in Daniel 2 the
stone that hits the image is the second coming and the mountain represents
Christ establishing His kingdom, His eternal kingdom. They believe that the stone
that hits the feet of the image and abolishes all other nations represents
the Roman Catholic Papacy. And the view is that the Papacy will take
over the reins of the secular powers of the world and will establish a
universal kingdom of peace on earth. Let me read you what Pope Benedict XVI had
to say.
Sekarang, mari kita bicara tentang
visi Kepausan untuk dunia ini, karena pada akhirnya Kepausan akan menjadi katalisator yang akan meredakan
ketegangan antara Kepausan, Protestantisme, dan kuasa-kuasa sekuler dunia.
Apakah visi Kepausan untuk dunia?
Sejak zaman St. Augustine ~ gereja Roma Katolik memiliki dua pilar yaitu theolog-theolog terbesar dalam
sejarah. Yang pertama ialah St. Augustine, dia mati tahun 430 era Kristen; dan
yang lain ialah St. Thomas Aquinas yang hidup di tahun 1200-an. Theolog-theolog
yang tidak ada tandingannya dalam sejarah gereja Roma Katholik ~ tetapi sejak
zaman St. Augustine, gereja Roma Katolik sudah mengajarkan bahwa batu yang
menimpa kaki patung Daniel pasal 2, bukanlah kedatangan Yesus yang kedua.
Kalian tahu, batu yang menimpa kaki patung itu dan kemudian batu itu menjadi sebuah gunung yang meliputi
seluruh dunia? Kita meyakini itu melambangkan kedatangan Yesus yang kedua, dan
didirikanNya kerajaanNya yang kekal pada kedatanganNya yang kedua tersebut. Dari zaman St. Augustine hingga hari ini, gereja Roma Katolik tidak
percaya bahwa batu di Daniel pasal 2, yang menimpa patung itu ialah kedatangan
kedua Yesus dan gunung itu melambangkan Kristus mendirikan kerajaanNya,
kerajaanNya yang kekal. Mereka
meyakini batu yang menimpa kaki patung dan melenyapkan semua
bangsa yang lain itu melambangkan Kepausan Roma
Katolik. Dan pendapatnya ialah bahwa Kepausan akan mengambil
alih pimpinan kekuasaan-kekuasaan sekuler dunia dan akan mendirikan kerajaan
universal damai sejahtera di bumi. Saya akan membacakan apa kata Paus Benedict
XVI.
By the way how many times have you read
or heard Pope Francis referred to the second coming of Jesus as “the great hope
for planet earth”? Never! Because that is not the Roman Catholic view. Neither
is it the view of the United Nations or the Socialist/Communist countries of
the world. Their ideas that eventually through human genius, through
international treaties etc. through a union of these three powers there is
going to be a universal kingdom of peace on earth, that to them is heaven.
Notice what Pope Benedict wrote, “…Man’s earthly
activity when inspired and sustained by charity contributes to the building of
the universal city of God which is the goal of the history of the human
family.”
Now, do you know what the name of the book is that St.
Augustine wrote stating that the stone that hits the image represents the
Papacy taking all the reins of power in
the world? Do you know what St. Augustine called his book? The City of God. So Pope Benedict is referring to that concept because he says
“…Man’s
earthly activity when inspired and sustained by charity contributes to the
building of the universal city of God which is the goal of the history of the
human family.” That’s what St. Augustine taught. The goal of
the history of the human family is the City of God, which is the Papacy taking
over the powers of the world. He continues, “…In an increasingly globalized society, the
common good and the effort to obtain it cannot fail to assume the dimensions of
the whole human family, that is to say the community of peoples and nations, in
such a way as to shape the earthly
city in unity and peace, rendering it to some degree an
anticipation and a prefiguration of the undivided city of God.…” (Encyclical Letter CARITAS IN VERITATE Of The Supreme Pontiff BENEDICT XVI)
So his view is the view of St.
Augustine. Not the second coming of
Christ, no, not the millennium where you are going to have the earth without
form and void in the darkness, no, no, no, no. The evolutionary theory says that
the world is going to get better and better under the leadership of the Papacy.
Omong-omong berapa kali kalian
pernah membaca atau mendengar Paus Francis menyebut kedatangan Yesus yang kedua
sebagai “harapan besar bagi planet bumi”? Tidak pernah! Karena itu bukan
pandangan Roma Katolik. Juga bukan pandangan PBB atau negara-negara
Sosialis/Komunis dunia. Pandangan mereka ialah, pada akhirnya melalui
kecerdasan manusia, melalui perjanjian-perjanjian internasional, dll. melalui
persatuan ketiga kuasa ini, akan ada suatu kerajaan universal yang damai di
bumi, bagi mereka itulah Surga.
Perhatikan apa tulis Paus Benedict, “…Aktivitas duniawi manusia,
bilamana diinspirasi dan didukung oleh kemurahan hati, memberikan kontribusi
kepada pembangunan kota Allah yang universal, yang merupakan target sejarah
umat manusia.”
Sekarang, tahukah kalian apa nama buku yang ditulis St. Augustine yang
menyatakan bahwa batu yang menimpa patung itu melambangkan Kepausan mengambil
alih semua kekuasaan di dunia? Tahukah kalian St. Augustine menamai bukunya
apa? The City of God (= Kota Allah). Jadi Paus Benedict merujuk kepada konsep
itu karena katanya, “…Aktivitas duniawi manusia, bilamana
diinspirasi dan didukung oleh kemurahan hati, memberikan kontribusi kepada
pembangunan kota Allah yang universal, yang merupakan target sejarah umat manusia…”
Itulah yang diajarkan St.
Augustine. Target sejarah umat manusia ialah Kota Allah, yang artinya Kepausan
mengambil alih semua kuasa di bumi. Dia melanjutkan, “…Dalam suatu masyarakat yang
semakin terglobalisasi, kebaikan bagi orang banyak dan upaya untuk mencapainya,
tidak mungkin tanpa mengikutsertakan dimensi seluruh umat manusia, artinya
komunitas masyarakat dan bangsa-bangsa; sedemikian rupa dengan tujuan membentuk
sebuah kota di dunia ini yang bersatu dan damai, memberikan kepadanya sampai
tingkat tertentu, suatu harapan dan sebuah bayangan awal dari Kota Allah yang
tidak terbagi-bagi.” (Encyclical Letter CARITAS IN VERITATE Of The Supreme Pontiff BENEDICT XVI)
Jadi
pandangan Benedict ialah pandangan St. Augustine. Bukan kedatangan Kristus yang
kedua, tidak. Bukan masa millenium di mana bumi akan menjadi tanpa bentuk,
kosong, dan dalam kegelapan. Tidak, tidak, tidak, tidak. Teori evolusi berkata
bahwa dunia akan menjadi lebih baik dan semakin baik di bawah kepemimpinan
Kepausan.
There’s a Reform scholar by the name of
John Robbins, not Catholic, but he discerned very clearly what the Papacy had in mind.
In 1999 he wrote a book called Ecclesiastical
Megalomania. He warns about the aspirations of the Papacy, this is what he
wrote, he’s not an Adventist, he’s of the Calvinistic tradition, “…What the Roman
Catholic church-state accomplished on a small scale during the Middle Ages, is
what it’s desire to achieve on a global scale in the coming millennium…” what does the Papacy want to do? What it did on
a small scale in Europe during 1260 years it wants to do on a global scale.
Remember his book is being written in 1999, “…on a global scale in the coming millennium…”
Ada seorang pakar dari denominasi Reform (Presbyterian) bernama John
Robbins, dia bukan Katolik, tetapi dia memahami dengan sangat jelas apa niat
Kepausan. Di tahun 1999 dia menulis sebuah buku berjudul Ecclesiastical
Megalomania. Dia memperingatkan tentang aspirasi Kepausan, dan
inilah yang ditulisnya ~ dia bukan orang Advent, dia dari golongan Calvin,
“…Apa yang telah dicapai gereja dan pemerintahan Roma Katolik dalam skala kecil
selama Abad Pertengahan, ialah apa yang ingin dia capai dalam skala global dalam
millenium mendatang…” apa yang ingin dilakukan Kepausan? Apa
yang telah dilakukannya dalam skala kecil di Eropa selama 1260 tahun, itu dia
mau lakukan dalam skala global. Ingat bukunya ini ditulis tahun 1999, “…dalam
skala global dalam millenium mendatang…”
You know it’s a sobering fact that when
Jesus was on the mount of temptation Satan offered Jesus all of the kingdoms of
the world and He refused them. But in the days of Constantine, Satan offered
the Papacy those same kingdoms and the Papacy accepted. That’s the reason why
Ellen White refers to the Papacy or the succession of Popes, as Vice ~ they
considered themselves Vicegerents of God. What is a vicegerent? It is a person
to whom has been delegated power to act in the place of another person, a Vicar
in other words ~ so when the
Papacy accepted the political power and mingled it with the church, it accepted what Jesus
rejected, and became the emissary of Satan.
What would have happened if Jesus had accepted? Jesus would have become
what? The vicegerent of Satan. But He rejected it.
So that’s the Papacy world’s vision for
the future.
Kalian tahu, fakta yang serius ialah
ketika di atas bukit pencobaan Setan menawari Yesus semua kerajaan dunia dan
Dia menolaknya. Tetapi di zaman Constantine, Setan menawari Kepausan
kerajaan-kerajaan yang sama, dan Kepausan menerimanya. Itulah alasan mengapa
Ellen White menyebut Kepausan atau suksesi Paus sebagai Vice ~ mereka
menganggap mereka sendiri Vicegerent Allah. Vicegerent itu apa? Itu seseorang yang kepadanya telah didelegasikan kuasa untuk
bertindak menggantikan orang yang berkuasa, dengan kata lain seorang wakil ~ maka ketika Kepausan menerima kekuasaan politik dan
menggabungkannya dengan gereja, dia menerima apa yang telah
ditolak Yesus, dia menjadi agen
Setan. Apa yang terjadi seandainya Yesus menerima tawaran itu?
Yesus akan menjadi apa? Vicegerent
(wakil) Setan. Tetapi Yesus menolak.
Jadi itulah visi Kepausan bagi dunia di
masa depan.
What is the biblical view of the end
time? The biblical view is radically different. The bible tells us that in the
end time the earth will grow old. I’m going to give you the verses, Isaiah
24:4-5, there will earthquakes, famines, pestilences, social unrests, and wars
(Matthew 24) that will lead to a tribulation such as never has been seen in the
history of the world. The abomination of desolation will be set up which
is the Sunday Law. And all nations will hate and persecute God’s
faithful people. That’s the end time scenario. Toward the end of the great
tribulation seven devastating plaques will fall upon the earth and reduce the
planet to the way it was before creation week, de-creation, in other words. And
during the thousand years the earth will be without form and void and in
darkness with no life. After the thousand years Jesus will come with the New
Jerusalem, destroying sin and sinners, and miraculously and supernaturally creating
the new heavens and the new earth. That’s
the biblical view. Radically different than the Roman Catholic and the
Socialist’s view, like day and night.
Apakah pandangan Alkitab tentang
akhir zaman? Pandangan Alkitab bedanya sangat radikal. Alkitab memberitahu kita pada waktu akhir zaman, dunia
akan menjadi tua. Saya akan memberikan ayat-ayatnya kepada kalian, Yesaya
24:4-5, akan ada gempa bumi, kelaparan, bela sampar, keresahan sosial, dan perang-perang (Matius 24)
yang akan membawa kepada suatu masa kesengsaraan seperti yang tidak pernah
dikenal dalam sejarah dunia. Kekejian
yang menelantarkan akan dibentuk, yaitu Undang Undang Hari Minggu.
Dan semua bangsa akan membenci dan mempersekusi umat setia milik Allah. Itulah
skenario akhir zaman. Menjelang akhir masa kesengsaraan, tujuh bala
(malapetaka) akan dicurahkan ke bumi dan mengundurkan planet ini kembali ke
bentuknya semula sebelum minggu penciptaan, dengan kata lain de-kreasi (lawan dari
menciptakan). Dan selama masa seribu tahun, bumi tidak akan berbentuk, dan
kosong, dan dalam kegelapan, tanpa kehidupan. Setelah seribu tahun itu Yesus
akan datang bersama Yerusalem Baru, memusnahkan dosa dan pendosa, dan secara
ajaib dan supranatural menciptakan langit baru dan bumi baru. Itulah pandangan
Alkitab, perbedaan yang radikal dari pandangan Roma Katolik dan Sosialis,
seperti siang dengan malam.
The Papacy sees a brilliant future for
planet earth. In the view of the Papacy, human ingenuity and international laws
will help solve the problems that we have in this world, and as a result God’s
kingdom on earth will be established.
Kepausan melihat masa depan yang
cerah untuk planet bumi. Dalam pandangan Kepausan, kecerdasan manusia dan
hukum-hukum internasional akan membantu menyelesaikan masalah-masalah yang kita
miliki di dunia ini, dan sebagai akibatnya kerajaan Allah di bumi akan
didirikan.
Let me read you what Pope Francis had to
say in a speech that he gave to the United Nations, the 70th
anniversary of the General Assembly of the United Nations. Listen carefully to
what he says, “…Among other things human genius…” what does human genius mean? In other words, human intelligence,
human wisdom, “…Among other things human genius well applied will surely
help to meet the great challenges of ecological deterioration and of exclusion
of the poor…” so according to the
Papacy the world will be able to resolve its problems, human genius will
resolve the problems that we presently have, everybody will come together, and
then the city of God would have been built here on earth with the Papacy as the
morale voice. This radically differs from the biblical perspective. The
biblical perspective tells us that we are strangers and pilgrims on this earth
and that the heavenly city is our home. Hebrews 11:13-16 the apostle Paul says,
our citizenship is in heaven from where we expect Jesus to come. By the way
this is the reason why I believe in the book of Revelation. Have you ever
noticed the expression “those who dwell on the earth”? It always refers to the wicked. The
wicked are earth-dwellers, this is their permanent home, this is where they
focus their hope.
Saya akan membacakan apa kata Paus Francis dalam sebuah pidato yang
diberikannya di hadapan PBB pada ulangtahun ke-70 General Assembly PBB.
Dengarkan baik-baik apa katanya, “…Di antaranya, kecerdasan
manusia…” apa artinya kecerdasan manusia? Dengan
kata lain, inteligensia manusia, kebijaksanaan manusia, “…Di
antaranya, kecerdasan manusia yang diterapkan dengan baik, pasti akan membantu
memenuhi tantangan-tantangan besar dari kerusakan ekologi dan pengucilan orang
miskin…” Jadi menurut Kepausan, dunia akan sanggup
menyelesaikan masalah-masalahnya, kecerdasan manusia akan menyelesaikan
masalah-masalah yang kita hadapi sekarang, semua orang akan bersatu, lalu kota
Allah akan dibangun di bumi ini, dengan Kepausan sebagai pemimpin moralnya. Ini
adalah perbedaan yang radikal dari perspektif Alkitab. Perspektif alkitabiah
mengatakan bahwa kita adalah orang asing dan peziarah di bumi ini, dan kota
yang di surgalah rumah kita. Di Ibrani 11:13-16, rasul Paulus berkata,
kewarganegaraan kita ada di surga dari mana kita menunggu kedatangan Yesus.
Nah, inilah alasannya mengapa saya meyakini kitab Wahyu. Pernahkah kalian
perhatikan ungkapan “mereka yang diam di bumi” (Wahyu 6:10)? Ungkapan itu selalu merujuk kepada
orang-orang jahat. Orang-orang jahat adalah mereka yang berdiam di bumi, inilah
rumah mereka yang permanen, di sinilah mereka memfokuskan harapan mereka.
Now, just allow me a few extra minutes
here, is that okay?
Now, in order to be successful in implementing this
vision, the Papacy has to work on two fronts. In order to be successful in
implementing this world vision, the Papacy has to work on two fronts.
First the Papacy must get the Socialists,
globalists, Communist powers of the world to feel safe with the Papacy. In
other words, to get them to
merge with the Papacy. And you know as Adventists we say, one of the great
signs of the end is that Protestant is going to unite with the Papacy. Let me
say this, that there is something else that is even more important from the
papal perspective and that is the Papacy needs to get the secular powers of the world
to buy into her agenda, because the deadly wound, folks, the deadly
wound was not given to the Roman Catholic church as a church. Let me ask you,
in 1798 when the pope was taken prisoner, were all the Roman Catholic churches
shut down or did people keep on taking their children to be baptized, their
babies to be baptized? Yes. Did they
continue going to partake of the eucharist? Yes. Did they continue going to the confessional? Yes.
The deadly wound is not that the Roman Catholic church is going to cease to
exist as a church. The deadly wound is that the civil power of the Papacy would be removed.
So what does the Papacy have to do in order to be successful? It has to get the
secular powers to buy into it again and to implement its agenda. Are you with
me or not?
So the first thing that the Papacy needs to do to
recover its power to fulfil its world vision is to get the secular powers of
the world to trust her again. I
don’t know how our politicians, they must have not been reading history.
Nah, berikan saya beberapa menit
ekstra di sini, apakah itu oke?
Sekarang, agar berhasil dalam mengimplementasikan visi ini,
Kepausan harus bekerja di dua bidang. Supaya berhasil dalam
mengimplementasikan visi bagi dunia ini, Kepausan harus bekerja di dua bidang.
Yang pertama Kepausan harus membuat kekuasaan Sosialis, Globalis,
Komunis di dunia merasa aman dengan Kepausan. Dengan kata lain membuat
mereka melebur dengan Kepausan.
Dan kalian tahu, sebagai orang Advent kita berkata, salah satu tanda besar
kesudahan ialah Protestan akan bersatu dengan Kepausan. Izinkan saya mengatakan
ini, ada hal lain yang bahkan lebih penting dari perspektif Kepausan dan itu
ialah membuat kekuasaan sekuler dunia
menyetujui agendanya, karena luka yang mematikan, Saudara-saudara,
tidak diberikan kepada gereja Roma Katolik sebagai gereja. Coba saya tanya di
tahun 1798 ketika Paus dibawa sebagai tawanan, apakah semua gereja Roma Katolik ditutup,
atau apakah orang-orang masih membawa anak-anak mereka (ke gereja) untuk
dipermandikan, bayi-bayi mereka untuk dipermandikan? Ya! Apakah mereka masih
mengambil bagian dalam ekaristi? Ya. Apakah mereka masih tetap ke pengakuan
dosa? Ya. Luka yang mematikan bukanlah bahwa gereja Roma Katolik berhenti eksis
sebagai gereja. Luka yang mematikan
ialah dicabutnya kekuasaan sipil Kepausan. Jadi apa yang harus
dilakukan Kepausan supaya berhasil? Dia harus membuat kekuasaan sekuler
berpihak kepadanya lagi untuk menjalankan agendanya. Apakah kalian mengikuti
saya atau tidak?
Jadi hal pertama yang harus dilakukan Kepausan untuk
mendapatkan kembali kekuasaannya guna mencapai visinya bagi dunia, ialah dengan
membuat kekuasaan sekuler dunia mempercayainya lagi. Saya tidak
tahu bagaimana politikus kita, kira-kira mereka tidak pernah membaca sejarah.
Is the Papacy in its essence the same as
it always has been? Yes. Does she look like she’s always been? No! She doesn’t
look like she’s always been. She speaks about the need to help the poor, the
pope washes the feet of the prisoners, he lives in humble quarters he doesn’t
even live in the palace, you know, he lives in humble quarters and everybody says,
“Wow, what a wonderful system!” The best description that Ellen White gave
of the Papacy ~ actually it’s the best
description I’ve ever read anywhere ~ she says that, “…Beneath the variable appearance of the chameleon…” you know what a chameleon is? It’s a lizard
that changes colors depending on the environment where it is, it’s camouflage.
So she says, “…Beneath the variable appearance of the chameleon is the
invariable venom of the serpent…” The Papacy is the
same Papacy, with makeup and jewelry on, to deceive the kings of the earth,
just like the harlot deceived Samson.
Apakah Kepausan dalam esensinya, tetap sama sebagaimana dia sejak dulu? Ya.
Apakah tampaknya dia seperti dulunya? Tidak! Dia tidak terlihat seperti dia
dulu. Dia sekarang berbicara tentang keharusan menolong yang miskin, Paus
mencuci kaki para narapidana, Paus hidup di tempat yang sederhana dia tidak
lagi tinggal di istana, kalian tahu, dia tinggal di tempat yang sederhana, dan
semua orang berkata, “Wow, betapa bagusnya sistem ini!” Deskripsi paling bagus
yang diberikan Ellen White tentang kepausan ~ sesungguhnya itu deskripsi yang
paling bagus yang pernah saya baca di mana pun ~ Ellen White berkata bahwa,
“…Di bawah penampilan bunglon yang selalu berubah-ubah…” kalian tahu apa itu bunglon? Itu
seperti kadal yang mengubah warnanya tergantung kondisi di mana dia berada, itu kamuflase. Jadi Ellen White berkata, “…Di
bawah penampilan bunglon yang selalu berubah-ubah, ada racun ular yang tidak
pernah berubah…” Kepausan sekarang adalah Kepausan yang
sama, dengan dandanan dan perhiasan untuk menipu raja-raja bumi, persis seperti
pelacur yang menipu Simson.
Notice what the Jesuit Malachi Martin
wrote in his book The Jesuits, I’m going to
refer a lot to this book tomorrow. I would recommend that you read it, not
because we accept everything that it is saying but 32 years ago he was
already predicting what is happening today. Not because he is a prophet but
because the Roman Catholic church has been around for almost 1600-1700 years.
So they have all the experience to know if this happens, we know that this is
going to happen. He wrote, speaking about the Socialists and the Papacy, “…The aim of
both…” the Jesuits, particularly the Jesuits in the
Papacy and the Socialists or the Globalist, he says, “The aim of both
is to establish a social political system affecting the economies of nations…” so what do they want to do, both Socialism and
the Jesuits/the Papacy? They want to “…establish a social political system affecting the economies
of nations…” how? “…by a
thorough-going redistribution of earth’s resources and goods…” redistribute the goods, “…and in the
process, to alter…” listen carefully, “…to alter the
present governmental systems invoked among nations.”
Perhatikan apa yang ditulis Jesuit Malachi Martin dalam bukunya The
Jesuits. Saya akan banyak merujuk buku ini besok. Saya rekomen
kalian membacanya, bukan karena kita menerima semua yang dikatakan buku itu,
tetapi 32 tahun yang lalu dia sudah memprediksi apa yang terjadi hari ini.
Bukan karena dia seorang nabi, tetapi gereja Roma Katolik sudah eksis selama
hampir 1600-1700 tahun, jadi mereka punya semua pengalaman untuk mengetahui
jika hal ini terjadi, maka mereka tahu hal itu akan terjadi. Malachi Martin
menulis ~ berbicara tentang para Sosialis dan Kepausan, “…Tujuan
keduanya…” yaitu golongan Jesuit, khususnya Jesuit
dalam Kepausan dan para Sosialis atau Globalis, Martin berkata, “…Tujuan
keduanya ialah membentuk suatu sistem sosial politik yang berpengaruh pada
perekonomian bangsa-bangsa…” Jadi
apa yang mau mereka lakukan, baik Sosialisme dan Jesuit/Kepausan? Mereka mau “…membentuk
suatu sistem sosial politik yang berpengaruh pada perekonomian bangsa-bangsa…” dengan cara apa? “…melalui
redistribusi sumber-sumber bumi dan barang-barang secara menyeluruh…” redistribusikan harta! “…dan
dalam proses tersebut mengubah…” dengarkan
baik-baik, “…mengubah
sistem pemerintahan yang sekarang dipakai diantara bangsa-bangsa.”
Notice what Pope Francis spoke to
the Pontifical Academy Of Social Sciences
about his new agenda. In both the encyclical Laudato Si ~ you know what Laodato Si
is, right? It’s the pope’s encyclical on the environment caring for a common
home. Every Adventist should read that, there’s a lot of good stuff in it. See,
I believe there is climate change and as Adventists we should be the foremost
in caring for nature because we believe God was the creator and we should take
care of what God created. The problem is the agenda behind it. By the way there is
climate change but the main reason is not fossil fuels. What was the
greatest climate change in the history of the world? The flood. And the reason
is they were using too many fossil fuels before the flood, right? Hehehehe. The
wickedness of man was great in the earth and every intent in their
hearts was only evil continually. That’s the reason why these disasters are
increasing. Can you think of another occasion where there was drastic
climate change? How about in the days of Elijah? Man, Elijah was using too much
air conditioning, hehehe. No! It was the wickedness that led to 3½ years of
draught.
Perhatikan apa yang dikatakan Paus
Francis kepada Pontifical
Academy of Social Sciences tentang agenda
barunya. Baik di dalam ensiklikal Laudato
Si ~ kalian tahu Laudato Si
itu apa, kan? Itu adalah ensiklikal Paus tentang pemeliharaan lingkungan hidup
demi tempat tinggal bersama. Setiap orang Advent harus membacanya, ada banyak
hal yang bagus di dalamnya. Lihat, saya percaya ada perubahan iklim dan sebagai
orang Advent kita harus paling depan dalam memelihara alam karena kita percaya
Allah itu Sang Pencipta dan kita harus memelihara apa yang diciptakan Allah.
Masalahnya ialah agenda yang ada di baliknya. Nah, memang ada perubahan iklim tetapi alasan utamanya
bukanlah akibat bahan bakar dari fosil. (Ada pendapat bahwa memakai fosil
sebagai bahan bakar menyebabkan global warming karena emisi CO2nya
tinggi). Apakah perubahan iklim yang terbesar dalam sejarah dunia? Air bah. Dan
alasannya ialah karena mereka memakai terlalu banyak fosil sebagai bahan bakar
sebelum air bah, benar? Hehehehe. Kejahatan
manusia yang sangat besar di dunia dan setiap niat di hati
mereka senantiasa hanya yang jahat. Itulah
alasan mengapa bencana-bencana itu meningkat. Bisakah kalian
ingat suatu kejadian lain di mana ada perubahan iklim yang drastis? Bagaimana
dengan di zaman Elia? Wah, Elia sudah memakai terlalu banyak AC, hehehe. Bukan!
Kejahatan manusialah yang mengakibatkan 3½ tahun kekeringan.
So the Pope said to this Pontifical Academy
of Social Sciences in both the encyclical Laudato Si and in the address to the
members of the diplomatic corps this year. Now listen to his agenda, “…I drew
attention to the global challenges facing humanity…” now what are the global challenges facing
humanity according to the Pope? “…such as integral development, peace, care for our common
home, climate change, poverty, war, migration, human trafficking, organ
trafficking, the protection of the common good, and new forms of slavery…” interesting talking points. By the way, any
mention here of LGBTQ? Any mention of abortion? Any mention of euthanasia? Any
mention of gay marriage? Those were the
topics that John Paul II and Pope Benedict addressed almost exclusively. Talking
points have totally changed now. Why? We’ll study that more tomorrow.
Jadi Paus mengatakan ini kepada Pontifical Academy of Social Sciences baik di ensiklikal Laudato Si dan dalam pidatonya
kepada anggota korps diplomatik tahun ini. Sekarang dengarkan agendanya,
“…Saya mengarahkan perhatian kepada tantangan-tantangan global yang sedang dihadapi
manusia…” nah, apakah tantangan-tantangan global
yang sedang dihadapi manusia menurut Paus? “…seperti pengembangan integral, perdamaian, pemeliharaan tempat tinggal
kita bersama, perubahan iklim, kemiskinan, perang, migrasi, penjualan manusia,
penjualan organ tubuh, perlindungan kepentingan bersama, dan bentuk perbudakan
yang baru…” topik-topik pembicaraan yang menarik.
Nah, apakah ada disebutkan di sini tentang LGBTQ? Apa ada disebutkan tentang
aborsi? Apa disinggung tentang euthanasia? Apa disinggung tentang perkawinan
gay? Itulah topik-topik yang dibahas Yohanes Paulus II dan Paus Benedict XVI
secara ekslusif. Poin-poin yang
dibicarakan sekarang sudah sama sekali berubah. Mengapa? Nah,
besok itu akan kita pelajari lebih banyak.
Now, just give me 10 minutes more and
we’ll finish.
What talking points does the Papacy have
in common with the United Nations and the Socialist/Globalist powers of the
world? Is the Papacy speaking the same language as the United Nations? Yes.
First, the need for the world to come
together to address what is perceived to be an urgent problem: climate
change. Is the Papacy foremost in discussing the issue of climate
change? Absolutely. The encyclical is the gold standard not only for the church
but also for the state.
Second, the United Nations as well as the
Papacy are talking about the need for open borders of all western countries with no
restrictions or walls. The Papacy’s behind that and the Socialist
powers of the world are behind that. What is the objective of this? The
objective is for these nations to lose their national identities to
facilitate the Globalists and Internationalists’ agenda because when you have a large influx of immigrants that
are not acquainted with the nations’ history and so on, the national identity
becomes diluted, notably. Now listen carefully, you never hear the Pope
clamoring for China, India or Russia to open their borders. Any of you ever
heard him say, “China, open your borders! You have only Chinese there!” or
“Russia, open your borders!” or “India, open your borders!” Never. Who are the
ones that are supposed to open their borders? The western nations. The Pope
focuses only on the western Capitalist countries. By the way how many refugees has the
Vatican received? Hmph!
Nah, sekarang berikan 10 menit
lagi kepada saya dan kita akan selesai.
Persamaan topik pembicaraan apa yang
ada antara Kepausan dengan PBB dan kekuasaan Sosialis/Globalis dunia? Apakah
Kepausan memakai bahasa yang sama dengan PBB? Ya.
Pertama, pentingnya dunia bersatu
untuk menghadapi apa yang dianggap sebagai masalah yang mendesak: perubahan iklim.
Apakah Kepausan berada di barisan terdepan dalam membahas isu perubahan iklim?
Tentu saja. Ensiklikal Paus adalah standar emas bukan saja bagi gereja tetapi
juga bagi pemerintahan.
Kedua, PBB dan juga Kepausan
sedang membahas perlunya membuka perbatasan
semua negara Barat tanpa restriksi
atau tembok. Kepausan yang ada di balik konsep itu dan kekuasaan
Sosialis dunia ada di balik konsep itu. Apa tujuannya? Tujuannya ialah agar bangsa-bangsa kehilangan identitas
kebangsaannya untuk memfasilitasi agenda kelompok Globalis dan Internasionalis,
karena bila ada arus masuk yang deras dari para imigran yang tidak mengenal
sejarah bangsa kita, maka identitas kebangsaan kita akan menipis secara
signifikan karena tercampur. Sekarang dengarkan baik-baik, kita tidak pernah
mendengar Paus berteriak kepada Cina, India, atau Rusia untuk membuka
perbatasan mereka. Apakah ada yang pernah mendengar Paus berkata, “Cina, buka
perbatasanmu! Di sana hanya ada orang Cina!” atau “Rusia, buka perbatasanmu!”
atau “India, buka perbatasanmu!” Tidak pernah. Siapakah yang diharuskan membuka
perbatasan mereka? Negara-negara Barat. Paus hanya fokus kepada negara-negara
Kapitalis Barat. Nah, memangnya sudah ada berapa jumlah pengungsi yang pernah
diterima Vatikan? Hmph!
Let me read you from an interesting
article that appeared on the Christian Broadcasting Network (CBN), that’s Pat Robertson’s TV
program. On their website they had this interesting article: “Another Pope
stated that nationalism prevents globalism.” That’s why Trump is a huge bump in the road right
now. And I believe that God is giving us time. By the way I am not
saying that we should vote or not vote for Trump. I am simply making a
statement of fact. Trump and the Pope are opposites in every detail, every single detail. I will be showing
that with you tomorrow. But if Trump should be not re-elected, what could
happen? There are a lot of Socialists, most of the Democrat candidates trend towards
what? Socialism.
Izinkan saya membacakan dari sebuah artikel yang menarik yang muncul di Christian Broadcasting Network (CBN), ini program TV Pat Robertson. Di situs mereka ada artikel yang menarik ini:
“…Paus yang lain menyatakan bahwa Nasionalisme
mencegah Globalisme.” Itulah
sebabnya mengapa Trump adalah
penghalang besar di tengah jalan sekarang ini. Dan saya yakin Allah sedang
memberi kita waktu.
Nah, saya tidak mengatakan kita
harus memilih Trump atau tidak. Saya hanya membuat suatu pernyataan yang
aktual. Trump dan Paus berseberangan dalam
segala hal, dalam setiap hal. Besok saya akan menunjukkan ini
kepada kalian. Tetapi jika Trump tidak terpilih kembali, apa yang akan terjadi?
Ada banyak orang Sosialis, kebanyakan calon dari partai Demokrat condong kepada
apa? Sosialisme.
This is what appeared, first the comment
and then they quote the Pope’s own words. This is the comment: “…Pope Francis
is pushing for steps toward a global authority that supersedes the rights of
individual countries…” did you understand
what that says? “…Pope Francis is
pushing for steps toward a global authority that supersedes the rights of
individual countries…” the individual
countries will lose their rights, “…all with the goal of pursuing the common good on issues
like climate change and immigration. …”
And then it quotes the Pope’s own words.
Here they are: “…The nation state cannot be considered as an absolute, as
an island in relation to its surroundings…” so no nation is an
island, “…In the current situation of globalization…” says the Pope, “…not only of economy but also of
technological and cultural exchanges, the nation state…” that is individual nations, “…is no longer
able to procure by itself the common good for its population. The common good
has become global and nations must associate for their own benefit. When a
supranational…” that is something
that involves all nations, “…When a supranational common good is clearly identified,
there is need for a special legally constituted authority, capable of
facilitating its implementation…” are you
understanding what this is saying? He’s not even trying to hide what the idea
is. He continues, “…Think of the great contemporary challenges of climate
change, new slavery and peace…” Then he states, “…The church
observes with concern the re-emergence, almost everywhere in the world, of
aggressive currents towards foreigners, especially immigrants, as well as that
growing nationalism which neglects the common good…” so what is he saying?, “…nationalism…” what? “…nationalism…” he says, “…neglects the
common good. There is a risk of compromising already established forms of
international cooperation, undermining the aims of international organizations
as a space for dialogue and meeting for all countries on a level of mutual
respect, and hindering the achievement of the sustainable development goals
unanimously approved by the General Assembly of the United Nations on 25
September 2015,” The Pope is saying
that he is 100% on board with the sustainable development goals that were
enunciated by the UN in the year 2015 at the 70th anniversary of the
UN.
Inilah yang tampil, pertama komentarnya kemudian mereka mengutip
kata-kata Paus sendiri.
Ini komentarnya: “…Paus Francis sedang
mendorong langkah-langkah menuju satu
autoritas global yang menggantikan hak individu setiap negara…” kalian paham apa yang dikatakan? “…Paus Francis sedang mendorong
langkah-langkah menuju satu autoritas global yang menggantikan hak individu
setiap negara…” negara-negara akan kehilangan haknya
sendiri, “…semua itu tujuannya ialah untuk mengejar kebaikan bersama
dalam isu-isu seperti perubahan iklim dan imigrasi…”
Kemudian
dikutiplah kata-kata Paus sendiri, inilah kata-kata tersebut: “…Negara satu bangsa tidak bisa dianggap
sesuatu yang mutlak, bagaikan sebuah pulau tersendiri terhadap lingkungannya…” jadi
tidak ada satu bangsa yang boleh berdiri sendiri. “…Dalam
situasi globalisasi dewasa ini…” kata
Paus, “…bukan
saja soal ekonomi tetapi juga perturakan teknologi dan budaya, negara bangsa
itu…” maksudnya bangsa-bangsa secara individu, “…tidak lagi
dapat dengan kekuatannya sendiri mencapai kebaikan bersama bagi warganya.
Kebaikan bersama telah menjadi global dan bangsa-bangsa harus berasosiasi demi
kebaikan dirinya sendiri. Ketika kebaikan bersama yang supranasional
(supranasional = memiliki pengaruh atau kekuatan yang melampaui batas-batas
nasional)…” artinya sesuatu yang melibatkan semua
bangsa, “…Ketika kebaikan bersama yang supranasional sudah diidentifikasikan
dengan jelas, maka diperlukan satu autoritas istimewa yang sah berdasarkan
hukum, yang sanggup memfasilitasi implementasinya…” apakah
kalian paham apa yang dikatakan? Paus bahkan tidak berusaha menyembunyikan apa konsepnya
itu. Dia melanjutkan, “…Pikirkanlah tentang tantangan-tantangan masa kini yaitu
perubahan iklim, perbudakan baru, dan perdamaian…” Lalu dia berkata, “…Gereja
menyaksikan dengan rasa khawatir, hampir di mana-mana di dunia ini munculnya
kembali arus-arus agresif terhadap orang-orang asing terutama terhadap para
imigran; juga semakin bertumbuhnya rasa nasionalisme yang mengabaikan kebaikan bersama…” Jadi
Paus bicara apa? “…nasionalisme…” apa? “…nasionalisme…” katanya, “…mengabaikan
kebaikan bersama. Adanya resiko rusaknya bentuk-bentuk kerjasama internasional
yang sudah ada; dirongrongnya tujuan organisasi-organisasi internasional sebagai
tempat berdialog dan bertemu bagi semua negara atas dasar saling menghargai;
dan dirintanginya pencapaian target-target pengembangan yang berkesinambungan,
yang sudah mendapatkan persetujuan aklamasi dari General Assembly PBB pada 25
September 2015…” Paus berkata bahwa dia 100% mendukung
target-target pengembangan yang berkesinambungan yang diumumkan oleh PBB di
tahun 2015 pada ulangtahunnya yang ke 70.
You know, if you really want to get goose
bumps, you know, if you want to read something that is really distressing and
disturbing just Google “Sustainable Development Goals”, what the UN has in mind
to implement by the year 2030. Scary stuff. And the Pope has embraced it.
Kalian tahu, jika kalian ingin bulu
kuduk kalian berdiri, jika kalian ingin membaca sesuatu yang sungguh-sungguh membuat
stres dan gelisah, Google saja “Sustainable Development Goals”,
apa yang berniat diimplementasikan PBB pada tahun 2030. Menakutkan. Dan Paus
menganutnya.
So, the first thing,
first talking point climate change.
Second talking point open borders to dilute national
identities so the world can come together a lot easier.
And the third objective, and we’ll end
with this one, the third objective is eradicating global poverty by redistributing the
wealth of the rich nations to the poor. And that way all nations will
be poor, hehehe.
I’ll read one statement in closing
written by Malachi Martin in 1987 in his book The
Jesuits. Speaking about the Jesuits and the Socialists/Communists he says, “…The aim of
both is to establish a social political system affecting the economies of
nations by a thorough-going
redistribution of earth’s resources and goods and in the process to
alter the present governmental systems invoked among nations.” A total
transformation of the world to globalism under the moral authority of the
Papacy.
Are you with me?
Jadi hal pertama, topik
pembicaraan pertama ialah perubahan
iklim.
Topik pembicaraan kedua ialah membuka perbatasan
agar identitas kebangsaan menjadi luntur sehingga dunia bisa menyatu dengan
lebih mudah.
Dan target ketiga ~ dan kita akan
mengakhiri pembahasan kita dengan poin ini ~ target yang ketiga ialah menghapus kemiskinan secara
global dengan cara meredistribusikan kekayaan bangsa-bangsa yang makmur kepada
yang miskin. Dan dengan cara itu, semua bangsa akan menjadi
miskin, hehehe.
Saya akan membacakan satu pernyataan sebagai penutup, ditulis Malachi
Martin di tahun 1987 dalam bukunya The Jesuits. Berbicara tentang para Jesuit dan kelompok Sosialis/Komunis, dia
berkata, “…Tujuan
keduanya ialah membentuk suatu sistem sosial-politik yang berpengaruh pada
perekonomian bangsa-bangsa melalui re-distribusi sumber-sumber bumi dan
barang-barang secara menyeluruh, dan dalam proses tersebut mengubah sistem
pemerintahan yang sekarang dipakai di antara bangsa-bangsa…” Suatu transformasi total ke globalisme
di bawah autoritas moral Kepausan.
Apakah kalian bisa mengikuti saya?
Now, we haven’t talked about the second
thing the
Pope has to do, he has to win over the Protestants, but that will be
the topic for the next exciting episode of what we are studying. Tomorrow we’ll
deal in the morning with some of the Socialists catch words that are used by
the Papacy, and then we’ll talk about the second priority of the Papacy, how to
win over the Protestants. Ellen White said the Papacy would do it. She said over
120 years ago she gave us three ways in which the Papacy is going to be
successful:
One, false charity. So if there is false charity
there must be true charity. What is false charity? Well, let’s just be nice and
forget what divide us. Uniting on common points of doctrine,
that’s another one. There’s three things that Ellen White specifically
mentions, which we can see happening in the world today. How the great
Protestant Evangelists ~ how many times
have you ever heard Rick Warren or Joel
Osteen or Kenneth Copeland or T.D. Jakes ~ how many times have you heard them
criticize the Papacy? You don’t hear it, because we are supposed to be nice, we
are supposed to focus on what unites us not what divides us. Protestantism has
no clout anymore. The SDA
church is the world’s last hope. Now, Jesus of course is the last hope, using
this church. Does the Devil know it? Oh, yes he does! Divide and conquer. Has
the Devil been quite successful dividing the Adventist church and distracting
it from its mission? Yes! And we cannot allow it to happen. We have been chosen
for a special purpose to raise up the standard and the truth, the present truth
of this time. And what was it if we
don’t? Because if we don’t, we have no reason to exist.
Let’s pray.
Kita masih belum berbicara tentang
hal kedua yang harus dilakukan Kepausan, dia harus memenangkan golongan Protestan, tapi ini akan menjadi topik
episode menarik berikutnya yang akan kita pelajari besok. Besok pagi kita akan
membahas beberapa kata-kata kunci Sosialis yang dipakai Kepausan, kemudian kita
akan membahas prioritas kedua Kepausan, yaitu bagaimana memenangkan golongan
Protestan.
Ellen White berkata Kepausan akan
melakukannya. Lebih dari 120 tahun yang lalu Ellen White telah memberi kita
tiga cara yang dipakai Kepausan yang akan membawa keberhasilan: Pertama kebaikan palsu.
Jadi jika ada kebaikan palsu, tentunya ada kebaikan yang sejati. Kebaikan palsu
itu apa? Nah, marilah kita bersikap manis saja dan melupakan segala perbedaan
kita. Bersatu dalam doktrin yang sama,
itu yang keduanya. Ada tiga hal yang disebut Ellen White secara khusus, yang
bisa kita lihat sedang terjadi di dunia sekarang ini. Bagaimana
penginjil-penginjil besar Protestan ~ berapa kali kalian pernah mendengar Rick
Warren atau Joel Osteen atau Kenneth Copeland atau T.D. Jakes, berapa kali
kalian pernah mendengar mereka mengkritik Kapausan? Kalian tidak pernah dengar,
karena kita diharuskan bersikap manis, kita diharuskan fokus pada apa yang
mempersatukan kita, bukan apa yang memisahkan kita. Protestantisme
tidak memiliki pengaruh yang berbobot lagi. Gereja MAHK adalah harapan terakhir
bagi dunia. Nah, tentu saja Yesuslah harapan terakhir, dengan menggunakan
gereja ini. Apakah Iblis tahu? Oh, ya, dia tahu! Devide et impera (memecah
belah dan menguasai). Apakah Iblis cukup berhasil memecah belah gereja MAHK dan
mengalihkan perhatiannya dari misinya? Ya! Dan kita tidak boleh mengizinkannya
terjadi. Kita telah dipilih untuk tujuan yang khusus, untuk menegakkan standar
dan kebenaran, kebenaran masa kini dari zaman ini. Bagaimana kalau kita tidak
melakukannya? Karena kalau kita tidak melakukannya, kita tidak punya alasan
untuk eksis.
Mari kita berdoa.
17 04 20
No comments:
Post a Comment