PROPHECY’S DR.
JEKYLL AND MR. HYDE
Stephen Bohr
Dibuka
dengan doa.
I’d
like to invite you to turn in your Bibles with me to Daniel chapter 7. And what
we are going to do is just review some of the things in this chapter and we are going to dwell a little more
specifically on verses 23-24, and then we’ll go on also to verse 25.
Basically
Daniel 7 has 4 beasts, and I want to review the meaning of those 4 beasts. You have
first of all, a lion. That lion represents the kingdom of Babylon. After the
lion you have a bear, the bear represents the kingdom of the Medes and the Persians.
Then you have in the 3rd place a leopard, and the leopard represents
the kingdom of Greece. And then you come to the 4th beast in this
series of beasts and this beast is called the terrible non-descript beast,
because there is no beast in real life that is similar to it. Actually, even
though the word is not used, it is a dragon. And what I want us to notice is,
that this 4th beast has 4 consecutive stages of existence or
dominion.
So
we have Babylon, Medo-Persia, Greece, and of course the 4th beast,
the dragon beast represents Rome. But I want you to notice that Rome has 4
consecutive stages of dominion.
Saya
ingin mengajak kalian membuka Alkitab bersama saya ke Daniel pasal 7. Dan apa
yang akan kita lakukan adalah sekadar mengulang hal-hal yang ada di pasal ini
dan kita akan mengupas secara lebih mendetail ayat 23-24, kemudian kita juga
akan ke ayat 25.
Pada
dasarnya di Daniel pasal 7 ada 4 binatang, dan saya mau mengulangi makna ke-4
binatang tersebut. Pertama ada singa. Singa itu melambangkan kerajaan Babilon.
Setelah singa, ada beruang, beruang melambangkan kerajaan bangsa Media dan
bangsa Persia. Lalu di urutan ke3, seekor macan tutul, dan macan tutul
melambangkan kerajaan Greeka. Kemudian kita tiba pada binatang ke-4 dalam seri
binatang ini, dan binatang ini disebut sebagai binatang yang mengerikan yang
tidak bisa dilukiskan karena dalam realita tidak ada binatang yang
menyerupainya. Sesungguhnya, walaupun kata itu tidak ada di sana, binatang itu
adalah seekor naga. Dan saya mau kita perhatikan bahwa binatang ke-4 ini punya
4 tahap eksistensi atau kekuasaan.
Jadi,
ada Babilon, Medo-Persia, Greeka dan tentunya binatang yang ke-4, binatang naga
yang melambangkan Roma. Tetapi saya mau kalian perhatikan bahwa Roma memiliki 4 tahap kekuasaan
yang berturut-turut.
Go
with me to Daniel 7:23 and we are going to find these 4 stages of dominion in
Daniel 7. It says there in Daniel 7:23, “Thus he said: 'The fourth beast shall
be a fourth kingdom on earth, which shall be different from all other kingdoms, and shall devour the
whole earth, trample it and break it in pieces.’”
Now,
that 4th beast represents ~ as I mentioned ~ the Roman empire.
Babylon, Medo-Persia, Greece, and the Roman empire. But now I want you to
notice in verse 24 that this dragon beast has a second period of dominion. It
says in verse 24. “The ten horns…” because this dragon has 10 horns. It says, “…the ten horns are ten kings…” or kingdoms, “…who
shall arise from this kingdom…” So you’ll notice the kingdom exists
before the 10 horns come out of its head. Because it says that the ten horns
come out of this kingdom. In order to come out of the kingdom, the kingdom must
already exist. So here we have two stages of this 4th beast, we have
first of all the beast ruling by itself, then this dragon beast sprouts 10
horns and of course the 10 horns represent the divisions of the Roman empire as
a result of the barbarian invasions.
Mari bersama saya ke Daniel 7:23 dan kita akan
menemukan ke-4 tahap kekuasaannya di Daniel pasal 7. Dikatakan di Daniel 7:23, “Maka demikianlah katanya: ‘Binatang yang keempat itu ialah kerajaan yang
keempat yang akan ada di bumi, yang akan berbeda dengan segala kerajaan dan
akan menelan seluruh bumi, menginjak-injaknya dan meremukkannya.’”
Nah, binatang yang ke-4 itu ~ seperti kata saya ~
melambangkan kekaisaran Roma. Babilon, Medo-Persia, Greeka dan kekaisaran Roma.
Tetapi sekarang saya mau kalian perhatikan ayat 24, bahwa binatang naga ini
memiliki periode kekuasaan yang kedua. Dikatakan di ayat 24, “…Kesepuluh tanduk itu…” karena
naga itu memiliki 10 tanduk. Dikatakan, “…Kesepuluh tanduk itu
ialah kesepuluh raja…” atau kerajaan, “…yang muncul dari kerajaan itu….” Jadi, kita lihat bahwa kerajaan itu sudah ada
sebelum ke-10 tanduk muncul dari kepalanya, karena dikatakan bahwa ke-10 tanduk
muncul dari kerajaan tersebut. Supaya bisa muncul dari kerajaan tersebut, maka
kerajaan tersebut harus sudah ada. Jadi di sini kita dapati dua tahap binatang
ke-4 itu. Pertama binatang itu berkuasa sendiri, kemudian binatang naga itu
menumbuhkan 10 tanduk dan tentu saja ke-10 tanduk itu melambangkan daerah-daerah
kekaisaran Roma yang terpecah sebagai akibat invasi bangsa barbar.
But now I want you to notice that there is a third stage
to this 4th beast. Let’s go once again to verse 24,
“….The ten horns are ten kings, who shall arise from this kingdom. And…” notice, “…another shall rise after them; he shall be
different from the first ones,
and shall subdue three kings.”
So
notice 3 stages so far of this 4th beast.
· You have first of all this dragon beast ruling by itself.
· Then the dragon beast sprouts 10 horns, those are the divisions
of the Roman empire.
· And then among the ten, rises a little horn. And I want us to
notice some characteristics of this little horn.
Tetapi
sekarang saya mau kita perhatikan bahwa binatang ke-4 ini punya tahap yang ketiga. Marilah kita ke ayat
24 sekali lagi, “…Kesepuluh tanduk itu ialah
kesepuluh raja yang muncul dari kerajaan itu…” Perhatikan, “…Sesudah mereka akan muncul
seorang raja; dia berbeda dengan raja-raja yang dahulu dan akan menaklukkan tiga raja.”
Jadi
perhatikan sampai di sini binatang ke-4 ini sudah punya tiga tahap:
· Pertama binatang naga itu memerintah
sendiri.
· Lalu binatang naga itu menumbuhkan 10
tanduk, ini adalah daerah-daerah kekaisaran Roma yang terbagi.
· Kemudian dari antara ke-10 tanduk itu
muncul satu tanduk kecil. Dan saya mau kita perhatikan beberapa karakteristik
tanduk kecil ini.
Daniel 7:25, speaking about this little horn, the 3rd stage of the 4th beast, “He shall speak pompous words against the Most High…” don’t forget these details because we are going to come back to them in a few moments, “…He shall speak pompous words against the Most High, shall persecute the saints of the Most High, and shall intend to change times and law. Then the saints shall be given into his hand for a time and times and half a time.”
So
notice that this little horn after it rises is going to rule “time, times and half a time” which is equivalent to
1260 days. But in prophecies, days are equal to years. In other words after
this little horn rises to power it was going to rule 1260 years. There can be
no doubt whatsoever that this stage of Rome represents the Roman Catholic
Papacy of the Middle Ages, an
empire that ruled for over a thousand years in the territory of Europe.
Now,
you’ll notice here that this little horn speaks pompous words, he persecutes
the saints of the Most High and he thinks that he can change times and law. So
far we have 3 stages of this 4th beast of Rome:
1. The beast or the dragon ruling by itself.
2.
The dragon beast with the
10 horns
3. The dragon beast with the little horn which rules 1260 years.
Daniel
7:25, berbicara tentang tanduk kecil ini, tahap ke-3 dari binatang yang ke-4 tersebut, “Ia akan mengucapkan perkataan
sombong yang menentang Yang Mahatinggi…”
jangan lupa
detail-detail ini karena nanti kita akan kembali kepada mereka, “…Ia akan mengucapkan perkataan sombong yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya
orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi, ia berusaha untuk mengubah waktu dan
hukum, dan orang-orang kudus akan diserahkan
ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.“ [NKJV yang diindonesiakan]
Jadi perhatikan, tanduk kecil ini, setelah dia
muncul, dia akan memerintah selama “satu masa dan dua masa dan
setengah masa“ yang sama dengan
1260 hari. Tetapi di dalam nubuatan, satu hari
itu sama dengan satu tahun. Dengan
kata lain, setelah tanduk kecil ini
berkuasa, dia akan memerintah selama
1260 tahun. Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa tahap Roma yang ini melambangkan
Kepausan Roma Katolik di Abad Pertengahan, suatu kerajaan yang
memerintah selama 1000 tahun lebih di daerah Eropa.
Sekarang kita lihat bahwa tanduk kecil ini mengucapkan
kata-kata yang sombong, dia menganiaya orang-orang kudus Yang Mahatinggi, dan
dia berpikir dia bisa mengubah waktu dan hukum. Sampai di sini kita telah
melihat 3 tahap dari Roma, binatang ke-4 tersebut:
1.
Binatang
itu atau naga itu memerintah sendiri.
2.
Binatang
naga itu dengan 10 tanduk.
3.
Binatang
naga itu dengan tanduk kecil yang berkuasa selama 1260 tahun.
But
I mentioned that this 4th beast has four stages of existence.
Now
you say, “Where in Daniel is the fourth stage?”
The
fact is that the 4th stage does not come through clearly in Daniel
chapter 7. It is only implicit, it is not explicit. But when we go to
Revelation in a few moments we are going to notice that what is implicit in
Daniel 7 is very explicit in Revelation 13.
Now,
go with me to Daniel 7:26-27 where we have the 4th stage of this 4th
beast implied. It says there, in verse 26, speaking about what’s going to
happen to this little horn, “'But the court shall be seated, and
they shall take away his dominion, to consume and destroy it forever…” So let me ask you, is this little horn going to be ruling
when Jesus comes? Obviously, yes. Because it says, that his dominion is going
to be taken away, and he is going to be consumed and destroyed forever. In
other words, this power is going to be ruling the world when Jesus comes to set up
His everlasting kingdom.
Now, what this means is that the 1260 years of dominion was not the
end of the career of this little horn. Because if it was going to rule
1260 years but it was going to be around when Jesus comes, it must mean that it
is going to surface again, it is going to rise to power again in order to be
the power that will rule the world when Jesus comes. Now you say, “How
do you know that this power is going to rule when Jesus comes?” Verse 27 makes
it very clear. When the previous verse
says that this little horn would be consumed and destroyed forever, we are
told: “…27 Then the kingdom and
dominion, and the greatness of the kingdoms under the whole heaven, shall be
given to the people, the saints of the Most High. His kingdom is an everlasting kingdom, and all
dominions shall serve and obey Him.'”
So
this little horn is going to be destroyed when Jesus comes to set up His
everlasting kingdom. Which means that it must have another period of
dominion beyond the 1260 years.
Tetapi
saya sudah menyebutkan bahwa binatang ke-4 ini memiliki 4 tahap eksistensi.
Sekarang
kalian berkata, “Di mana di Daniel ada tahap ke-4?”
Faktanya,
di Daniel pasal 7, tahap ke-4 itu tidak muncul dengan jelas, hanya tersirat,
tidak secara eksplisit. Tetapi jika nanti kita ke kitab Wahyu kita akan melihat
bahwa apa yang tersirat di Daniel 7 itu eksplisit di Wahyu 13.
Nah,
mari bersama saya ke Daniel 7:26-27 di mana tersirat tahap ke-4 dari binatang
ke-4 tersebut. Dikatakan di ayat 26 di sana, berbicara tentang apa yang akan
terjadi pada tanduk kecil itu, “Lalu Majelis Pengadilan akan
duduk, dan mereka akan mencabut kekuasaan
darinya untuk dimusnahkan dan dihancurkan selama-lamanya.…” [NKJV
yang diindonesiakan]. Jadi coba
saya tanya, apakah tanduk kecil ini akan berkuasa ketika Yesus datang? Jelas,
iya, karena dikatakan bahwa kekuasaannya akan dicabut dan dia akan dimusnahkan
dan dihancurkan selama-lamanya. Dengan kata lain, tanduk kecil ini sedang menguasai dunia ketika Yesus
datang untuk mendirikan kerajaanNya yang kekal.
Nah,
maksudnya adalah, kekuasaannya selama
1260 tahun itu bukanlah akhir dari karier tanduk kecil ini,
karena jika dia hanya memerintah
selama 1260 tahun tetapi dia akan ada saat Yesus datang, tentunya itu berarti
dia akan muncul kembali, dia
akan bangkit berkuasa lagi, menjadi kekuasaan yang akan memerintah dunia ketika
Yesus datang.
Nah,
kalian berkata, “Dari mana Anda tahu bahwa kekuasaan ini akan memerintah ketika
Yesus datang?”
Ayat
27 membuatnya jelas. Ketika di ayat sebelumnya dikatakan bahwa tanduk kecil ini
akan dimusnahkan dan dihancurkan selama-lamanya, kita diberitahu bahwa “…27 Lalu kerajaan dan kekuasaan dan
kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada
orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi. KerajaanNYA
adalah kerajaan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan mematuhi Dia.” [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi tanduk kecil ini akan dimusnahkan saat Yesus
datang untuk mendirikan kerajaanNya yang kekal. Berarti dia harus memiliki satu lagi periode kekuasaan
setelah 1260 tahun tersebut.
Now
you say, “Okay, Pastor, that makes sense, it’s implicit, it doesn’t come out
clearly in the text.” But when we go to Revelation 13, what is implicit in
Daniel 7 becomes explicit.
Go
with me to Revelation 13 and we are going to read verses 1-2, then I am going
to jump down to verses 5 and then verse 7. Let’s see if we can find the same 4
stages of this 4th beast in Revelation 13.
It
says in verse 1 of Revelation 13, “Then I stood on the sand of the sea.
And I saw a Beast rising up out of the sea, having seven heads and ten horns,
and on his horns ten crowns, and on his heads a blasphemous name…” and now comes the key verse,
“…2 Now the Beast which I saw was like a leopard, his feet
were like the feet of a bear,
and his mouth like the mouth of a lion. The dragon gave him his power, his
throne, and great authority.…” Do you see the same four beasts
mentioned in Revelation 13? You have the lion, you have the bear, you have the
leopard, and you have the dragon beast who by the way has the 10 horns. If you
go back to Revelation 12, it speaks about a dragon that stood next to the woman
to devour her Child as soon as the Child was born, and that dragon beast has 10
horns, just like the dragon beast of Daniel 7 has 10 horns.
So in Revelation chapter 13 you have the same sequence of
powers, you have the lion, the bear, the leopard, the dragon beast that has 10
horns, and then I want you to notice the dragon beast that has 10 horns ~ by
the way those are the first 2 stages of the 4th beast, of the dragon
beast, because you have the dragon and you have the 10 horns ~ we are told in
Revelation 13 that we have a third stage after the dragon and the 10 horns.
Notice Revelation 13:2 once again, “…2 Now the Beast which I saw was
like a leopard, his feet were like the
feet of a bear, and his mouth like the mouth of a lion. The dragon gave
him his power, his throne, and great authority…” So the dragon with 10 horns gives his power to the Beast,
just like the dragon beast with the 10 horns in Daniel 7 gives his
authority to the little horn.
Sekarang
kalian berkata, “Oke, Pastor, itu masuk akal, itu tersirat, tidak dinyatakan
dengan jelas di dalam teksnya.”
Tetapi
saat kita ke Wahyu 13, apa yang tersirat di Daniel pasal 7 menjadi jelas.
Marilah bersama saya ke Wahyu 13 dan kita akan membaca ayat 1-2, lalu saya akan
meloncat ke ayat 5 lalu ayat 7. Mari kita lihat jika kita bisa menemukan ke-4
tahap yang sama dari binatang ke-4 ini di Wahyu pasal 13.
Dikatakan
di ayat 1 Wahyu 13, “Aku berdiri di pantai laut. Lalu
aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan
berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepala-kepalanya tertulis nama hujat…” dan sekarang ayat kuncinya, “…2 Binatang yang kulihat itu
serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya
seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan
takhtanya dan kekuasaannya yang besar.”
Apakah
di Wahyu 13 ini kalian melihat empat binatang yang sama? Ada singa, ada
beruang, ada macan tutul, dan ada binatang naga yang memiliki 10 tanduk. Jika
kita kembali ke Wahyu 12, yang berbicara tentang seekor naga yang berdiri di
dekat seorang perempuan itu untuk melahap Anaknya segera setelah Anak itu
lahir, binatang naga itu memiliki 10 tanduk, persis sama dengan binatang naga
Daniel pasal 7, yang memiliki 10 tanduk.
Jadi
di Wahyu 13 kita mendapati urutan kekuasaan yang sama, ada singa, beruang,
macan tutul, dan binatang naga yang punya 10 tanduk. Lalu saya mau kalian
perhatikan bahwa binatang naga yang bertanduk 10 ini ~ jangan lupa itu adalah
dua tahap eksistensinya yang pertama dari binatang yang ke-4, binatang naga
itu; karena ada naga itu, lalu ada ke-10 tanduk ~ kita diberitahu di Wahyu 13
bahwa ada tahap ketiga setelah naga dan ke-10 tanduk ini.
Perhatikan
Wahyu 13:2 sekali lagi, “…2 Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya
seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan
kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar.” Maka naga dengan 10 tanduk itu
memberikan kekuasaannya kepada Binatang
itu, sama seperti
binatang naga dengan 10 tanduk di Daniel 7 yang memberikan kuasanya kepada si tanduk kecil.
Now, notice what this Beast does who
receives its power from the dragon, notice verse 5. It says in verse 5 of
Revelation 13
“…5 And he
was given a mouth speaking great things and blasphemies…” is that the same thing that the little horn did in Daniel
chapter 7? Obviously yes. And let’s just jump down to verse 7 and we’ll come
back to verse 5 again in a moment. Verse 7. “…7 It was
granted to him to make…” what? “… war with the saints
and to overcome them.…” is that what the little horn did
Daniel 7, was he given authority to make war against the saints of the Most
High? Absolutely. Now what about the period of time? “time, times and half a time”? Do
we find that in Revelation 13 also with regard to the Beast? Yes! Let’s go back
to verse 5, “…5 And he was given a mouth speaking great things and
blasphemies, and he was given authority to continue…” how long? “…to continue for forty-two months…”
And you’ll say, “Well, 42 months is
not the same thing as “time,
times and half a time” but actually it is. Because “time, times and half a time” are 3½ years x 360 days per
year comes to 1260. 42 months x 30 days
each month, multiplied, comes out also to 1260 days or years.
So, let me ask you, are the
activities of the little horn and the Beast, the same activities? Yes, they
are.
Is the sequence of power the same in
Daniel 7 and Revelation 13? Absolutely. You have lion, bear, leopard, dragon,
10 horns, and then in Daniel 7 you have a little horn, in Revelation 13 you
have the Beast.
But we’ve only seen in three stages
in Revelation 13. We have the dragon beast by itself, the dragon beast with the
10 horns, and then the dragon beast gives its authority to the Beast for 42
months.
Now where is the 4th stage
in Revelation 13 of this 4th beast?
Nah, perhatikan apa yang dilakukan Binatang ini
yang menerima kekuasaan dari si naga, perhatikan ayat 5. Dikatakan di ayat 5
Wahyu 13, “Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan
hujat…” apa
ini hal yang sama yang dilakukan tanduk kecil di Daniel pasal 7? Jelas, iya.
Dan sekarang marilah kita loncat ke ayat 7, dan nanti kita akan kembali ke ayat
5 lagi. Ayat 7, “…Dan ia diperkenankan untuk…” apa? “…berperang melawan orang-orang
kudus dan untuk mengalahkan mereka…” apakah itu yang dilakukan tanduk kecil
di Daniel 7, apakah dia diberi kekuasaan untuk berperang melawan orang-orang
kudus Yang Mahatinggi? Tentu saja. Sekarang, bagaimana dengan periode waktunya,
“satu masa, dua masa dan setengah masa”? Apakah kita temukan itu di Wahyu pasal
13 sehubungan dengan Binatang itu? Ya! Mari kita kembali ke ayat 5, “Dan kepada binatang itu
diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat dan kepadanya diberikan juga kuasa untuk terus
berlanjut selama…” berapa lama? “…selama empat
puluh dua bulan lamanya.” [NKJV yang diindonesiakan].
Dan
kalian berkata, “42 bulan tidak sama dengan ‘satu masa, dua masa dan setengah
masa’.”
Tetapi
sebenarnya sama. Karena “satu masa, dua masa dan setengah masa” itu 3½ tahun x
360 hari per tahun, hasilnya adalah 1260. 42 bulan x 30 hari setiap bulannya,
dikalikan hasilnya juga 1260 hari atau tahun.
Jadi,
coba saya tanya, apakah aktivitas tanduk kecil dan Binatang itu, aktivitas yang
sama? Ya, sama.
Apakah
urut-urutan kekuasaan di Daniel pasal 7 dan Wahyu pasal 13 itu sama? Betul sekali.
Ada singa, beruang, macan tutul, naga, 10 tanduk, kemudian di Daniel 7 ada
tanduk kecil dan di Wahyu 13, ada Binatang.
Tetapi
kita baru melihat tiga tahapnya di Wahyu 13, yaitu naga itu sendiri, naga
dengan 10 tanduk, lalu naga itu memberikan kekuasaanya kepada Binatang itu
selama 42 bulan.
Nah,
di manakah tahap ke-4 binatang ini di Wahyu 13?
We have to go to Revelation 13:3.
Here what was implicit in Daniel 7 becomes explicit in Revelation 13.
Revelation 13:3, it says here,
speaking about this Beast, “And
I saw one of his heads as if it had been…”
what? “…mortally wounded…” when do you suppose he received the deadly wound? Do you
think he received it at the beginning of the 1260 years, at the middle of the
1260 years, or at the end of the 1260 years? It would have to be at the end,
because if he received it anytime before then he didn’t rule 1260 years. So the deadly wound must
have been given at the end of the 1260 years. But now I want you to notice that
this is not the only stage of the Beast or of the little horn. Because the
verse continues saying, once again verse 3, “…And I saw one of his
heads as if it had been mortally wounded, and his deadly wound was healed. And
all the world marveled and followed the Beast.”
Question: how many stages is the
Beast going to have?
Two. One during the 42 months or the
1260 years, and then the period after its deadly wound is what? Healed.
So in Daniel 7 and Revelation 13 you
have 4 stages of the 4th beast:
·
Dragon,
·
10
horns,
·
little
horn or Beast, ruling time, times and half a time = 42 months, and then this
power receives a deadly wound,
·
and
rules the world once again.
Kita harus ke
Wahyu 13:3. Di sini apa yang tersirat di Daniel pasal 7, menjadi jelas di Wahyu
pasal 13.
Wahyu 13:3 berkata di sini, berbicara tentang
Binatang itu, “Maka tampaklah kepadaku satu dari
kepala-kepalanya seperti kena…” apa? “…luka yang mematikan…” menurut
kalian kapan dia menerima luka yang mematikan ini? Menurut kalian apakah dia
menerimanya pada awal 1260 tahun, di tengah 1260 tahun, atau di akhir 1260
tahun? Harus pada akhir 1260 tahun karena andai dia menerimanya sebelum itu,
maka dia tidak akan bisa berkuasa selama 1260 tahun. Jadi luka yang mematikan
itu haruslah kena padanya di akhir 1260 tahun. Tetapi sekarang saya mau kalian
perhatikan, bahwa ini bukanlah satu-satunya tahap yang dimiliki oleh Binatang
itu atau si tanduk kecil. Karena ayat ini selanjutnya berkata, sekali lagi ayat
3 “…Maka tampaklah kepadaku satu
dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang mematikan,
tetapi luka yang mematikan itu sembuh.
Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu. [NKJV yang diindonesiakan].
Pertanyaan: Binatang
ini akan punya berapa tahap eksistensi?
Dua! Satu
selama 42 bulan atau 1260 tahun, dan satunya lagi adalah periode setelah luka
yang mematikannya itu apa? Sembuh.
Jadi di
Daniel 7 dan Wahyu 13, tampak ke-4 tahap dari binatang ke-4 itu:
·
Naga
·
10 tanduk
·
Tanduk kecil atau Binatang, berkuasa selama satu
masa, dua masa dan setengah masa = 42 bulan, kemudian dia menerima luka yang
mematikan,
·
dan menguasai dunia sekali lagi.
But now we need to ask some very
important questions about the deadly wound. Allow me to share those questions
with you.
1.
With
what weapon was the Beast wounded when it received its deadly wound?
2.
Second
question, what does the sword represent? Because we are going to notice that he
was wounded with the sword. What does the sword that he was wounded with,
represent?
3.
Question
#3 what is the meaning of the deadly wound? That’s kind of strange. What is the
deadly wound? Does it mean that he was to cease to exist? That he was going to
lose his power? That he was going to lose his territory? What is the deadly
wound?
4.
Next
question: what keeps the deadly wound from healing? What keeps the deadly wound
in place in other words.
5.
Another
question: was the deadly wound healed in 1801 or in 1929?
6.
And
finally the question: when, how, and by whom will this deadly wound be healed?
Tetapi sekarang kita perlu mengajukan beberapa
pertanyaan yang penting tentang luka yang mematikan ini. Izinkan saya
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan itu kepada kalian.
1. Dengan
senjata apakah Binatang itu terluka ketika dia kena luka yang mematikan?
2. Pertanyaan
kedua, pedang itu melambangkan apa? Karena kita akan melihat bahwa dia terluka
oleh pedang. Jadi pedang yang melukainya itu melambangkan apa?
3. Pertanyaan
ketiga, apakah yang dimaksud dengan luka yang mematikan? Itu rada aneh, apa itu
luka yang mematikan? Apakah berarti dia akan lenyap, dia akan kehilangan
kekuasaannya, dia akan kehilangan daerah kekuasaannya? Luka yang mematikan itu
apa?
4. Pertanyaan
berikut: apa yang mencegah sembuhnya luka yang mematikan itu? Dengan kata lain
apa yang menahan luka yang mematikan itu tetap ada?
5. Pertanyaan
yang lain, apakah luka yang mematikan itu sembuh di tahun 1801 atau 1929?
6. Dan akhirnya,
kapan, bagaimana, dan oleh siapa luka yang mematikan itu disembuhkan?
Now, let’s go to our first question: with what
weapon was this Beast wounded?
Go with me to Revelation 13:10, and
remember that this wound is given at the end of the 1260 years. By the way,
that’s the year 1798. What was the weapon that wounded the Beast, in other
words?
Revelation 13:10, “He who leads into captivity shall go
into captivity; he who kills with the sword must be killed with the
sword.…”
Now somebody might say, “Well,
Pastor, but this doesn’t say that the Beast led people into captivity, or that
the Beast was wounded with the sword, it says simply “he who wounds with the
sword will be wounded by the sword”. Well, let’s go to verse 14 and see if it
was the sword that gave the deadly wound to the Beast.
Verse 14, speaking here about the
second beast that we’ll discuss a little bit later. It says in verse 14, “And he…” the second beast, “…deceives those who dwell on the earth by those signs which he
was granted to do in the sight of the Beast…”
now notice this,
“…telling those who dwell on the earth to make an image to the
Beast…” that’s the Beast that ruled 42 months, “…to make an image to the Beast who
was wounded by the sword and lived.”
Question: who was wounded by the
sword? That first Beast. The Beast that ruled 42 months or 1260 years.
Nah, marilah
kita lihat pertanyaan kita yang pertama: Binatang
ini dilukai oleh senjata apa?
Marilah
bersama saya ke Wahyu 13:10, dan harap diingat, luka ini mengenainya pada akhir
1260 tahun, yang kebetulan adalah tahun 1798.
Dengann kata
lain, senjata apakah yang melukai Binatang itu?
Wahyu
13:10, “Siapa yang menyebabkan orang lain masuk penawanan, dia sendiri akan masuk ke
dalam penawanan; siapa yang membunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan
pedang…” [NKJV yang diindonesiakan].
Nah, mungkin
akan ada yang berkata, “Yah, Pastor, ayat ini tidak mengatakan bahwa Binatang itu
yang membawa orang masuk penawanan, atau bahwa Binatang itu yang dilukai oleh
pedang, ayat itu hanya mengatakan, “dia yang melukai dengan pedang, akan
dilukai oleh pedang.”
Marilah kita
ke ayat 14, dan kita lihat pedang apakah yang memberikan luka mematikann kepada
Binatang itu.
Ayat 14, berbicara di sini tentang binatang kedua
yang akan kita bahas nanti. Dikatakan di ayat 14, “Ia…” binatang
yang kedua itu “…menyesatkan mereka yang diam
di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diizinkan
untuk dilakukannya di depan mata Binatang itu…” Sekarang
perhatikan ini, “…Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya
mereka mendirikan patung Binatang itu…” yaitu
Binatang yang memerintah selama 42 bulan, “…supaya mereka mendirikan
patung Binatang itu, yang telah
terluka oleh pedang, namun hidup.” [NKJV yang diindonesiakan].
Pertanyaan: Siapa yang dilukai oleh pedang?
Binatang yang pertama, Binatang yang memerintah 42 bulan atau 1260 tahun.
Now,
the question is, what is represented by the sword? What is symbolized by the
sword? Whenever I ask this question, people say, “Well, the sword represents
the Bible. The sword represents Scripture.”
And
it’s true that the Bible interprets the meaning of the sword as Scripture.
Notice Ephesians 6:17, here the apostle Paul says, “And take the helmet of salvation, and
the sword of the Spirit, which is the word of
God.”
So
the first meaning of the sword is that the sword represents what? It represents
the sword of the Spirit, which is the Word of God.
Now
allow me to show you some details about
this sword [20’04]. This sword is to be used by the church. The sword is to be
used in preaching the Word through the power of the Holy Spirit. It is a sword
of persuasion not a sword of coercion. Everyone is free to accept or reject the
testimony of that sword, that is of the Word of God. If anyone teaches or
practices contrary to this sword, to the Word of God, then they can be
excommunicated from the church, and the Word of God will judge them in the last
days. In other words, this sword belongs to the church. It is to be used
by the church, through the preaching of God’s Word, in order to
persuade people to accept the Gospel of Jesus Christ. Now, allow me to say that
this is
not the sword that wounded the Beast.
Nah,
pertanyaannya adalah, pedang
itu melambangkan apa? Apa yang dilambangkan oleh pedang? Setiap
kali saya mengajukan pertanyaan ini, orang-orang berkata, “Pedang melambangkan
Alkitab. Pedang melambangkan Firman Tuhan.”
Dan
memang benar Alkitab menginterpretasi arti pedang sebagai Firman Tuhan.
Perhatikan Efesus 6:17, di sini rasul Paulus berkata, “dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah.”
Jadi
arti yang pertama dari pedang, yaitu pedang itu melambangkan apa? Melambangkan
pedang Roh, yaitu Firman Allah.
Sekarang
izinkan saya untuk menunjukan beberapa detail tentang pedang ini. Pedang ini untuk
dipakai oleh gereja. Pedang ini untuk dipakai dalam menyampaikan Firman melalui
kuasa Roh Kudus. Ini adalah pedang yang mengajak, bukan pedang yang memaksa.
Setiap orang bebas menerima atau menolak kesaksian pedang tersebut, yaitu
Firman Tuhan. Jika ada yang mengajarkan atau mempraktekkan bersebrangan dengan
pedang ini, dengan Firman Tuhan, maka mereka boleh dikeluarkan dari gereja, dan
Firman Tuhan yang akan menghakimi mereka pada akhir zaman. Dengan kata lain, pedang ini milik gereja, untuk dipakai oleh
gereja, melalui pekabaran Firman Tuhan,
untuk mengajak orang menerima Injil Yesus Kristus. Sekarang, izinkan saya untuk mengatakan
bahwa INI BUKANLAH PEDANG YANG MELUKAI
BINATANG ITU.
Then
you say, “Why isn’t this the sword that wounded the Beast?”
For
the simple reason that Scripture tells us that the sword that the Beast
used to wound with, to kill with, was the very sword that was going to kill
him.
Now,
that being the case, let me ask you did the Roman Catholic Papacy use the Bible
to kill people? Of course not. And so it is impossible to say that the sword
here can represent the sword of the
Spirit which is the Word of God. Because the Beast did not use the Word of God
to try and persuade people to accept the Gospel. It must have used a different
sword. During
the 1260 years the Bible was not used by the Beast to kill, and therefore it
cannot be the sword that eventually killed him.
Lalu
kalian berkata, “Mengapa pedang ini bukan pedang yang melukai Binatang itu?”
Alasannya
sederhana, karena Firman Tuhan
mengatakan kepada kita bahwa pedang yang dipakai oleh Binatang itu untuk
melukai, untuk membunuh, adalah pedang yang sama yang akan membunuh dia.
Nah,
sehubungan dengan itu, coba saya tanya, apakah Kepausan Roma Katolik telah
memakai Firman Tuhan untuk membunuh orang? Tentu saja tidak. Maka mustahil
untuk mengatakan bahwa pedang yang ini [yang dipakai Kepausan untuk membunuh
orang] melambangkan pedang Roh yang adalah Firman Tuhan, karena Binatang itu
tidak memakai Firman Tuhan untuk berusaha mengajak orang menerima Injil.
Tentunya dia telah memakai pedang yang lain. Selama 1260 tahun, Binatang itu tidak memakai Alkitab
untuk membunuh, oleh sebab itu pedang ini mustahil adalah pedang yang akhirnya
akan membunuh dia.
Now,
the question is then what does this sword represent? The sword that the Beast
used to kill with which would give him the deadly wound.
The
fact is that the Bible gives another meaning to this sword. Go with me to
Romans 13:1-4. This is another sword, another meaning of the sword. Here the
apostle Paul is talking about the government, about the ruling authority, about
the civil government, and he says this, “Let every soul be subject to the
governing authorities. For there is no authority except from God, and the
authorities that exist are appointed by God. 2Therefore whoever
resists the authority resists the ordinance of God, and those who resist will
bring judgment on themselves. 3For rulers are not a terror to good
works, but to evil. Do you want to be unafraid of the authority?…” that is of the civil government “…Do what is good, and
you will have praise from the same. 4For he…” that is the civil ruler, “…is God's minister to
you for good. But if you do evil, be afraid…”
now notice this,
“…for he does not bear…” what? “…the sword in vain;
for he is God's minister, an avenger to
execute wrath on him who practices evil.”
Let
me ask you, who is it that bears the sword? It is the state. This sword
is borne by the governing authorities, in other words by the civil
rulers.
Let
me ask you, did God establish the civil government according to this passage?
He most certainly did. The Bible says that the civil government is God’s
minister.
Did
God also establish the other sword, the sword of the Spirit? Absolutely.
So
in other words, the church has its sword, which is the Bible. The Bible is preached,
people give their hearts to the Lord, by persuasion. The state also has its
sword, it’s the sword of coercion, it is the sword that is to preserve the
civil order.
Sekarang
pertanyaannya adalah, kalau begitu pedang ini melambangkan apa? Pedang yang
dipakai Binatang itu untuk membunuh, yang akan mendatangkan luka yang mematikan
kepadanya.
Faktanya
adalah, Alkitab memberikan pemahaman yang lain tentang pedang ini. Marilah
bersama saya ke Roma 13:1-4. Ini adalah pedang yang berbeda, arti yang lain
untuk pedang. Di sini rasul Paulus berbicara tentang pemerintahan, tentang
kuasa yang memerintah, tentang pemerintahan sipil, dan dia berkata demikian, “Tiap-tiap orang harus takluk kepada penguasa
yang memerintah, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah;
dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. 2 Sebab
itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang
melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. 3 Karena penguasa tidaklah menakutkan bagi perbuatan
yang baik, melainkan bagi perbuatan yang jahat. Maukah kamu hidup tanpa
takut terhadap pemerintah?…” maksudnya
terhadap pemerintahan sipil, “…perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. 4
Karena dia…” yaitu penguasa
sipil itu, “…adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat,
takutlah…” sekarang
perhatikan ini, “…karena dia tidak menyandang…” apa? “…PEDANG dengan percuma karena dia adalah hamba Allah, untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang
berbuat jahat.”
[NKJV yang diindonesiakan]
Coba
saya tanya, siapa yang menyandang pedang ini? Negara. Pedang ini disandang oleh penguasa yang memerintah,
dengan kata lain oleh pemerintah sipil.
Coba
saya tanya, apakah Tuhan yang mendirikan pemerintahan sipil menurut teks ini?
Betul sekali.
Maka
dengan kata lain, gereja memiliki
pedangnya, yaitu Alkitab. Alkitab disampaikan, dan manusia yang
diajak, memberikan hatinya kepada Tuhan.
Negara juga memiliki pedang. Itu adalah
pedang yang memaksa, pedang yang dipakai untuk
mempertahankan keteraturan sipil.
Now,
the problem that we’ll find in bible prophecy is when the church uses the state’s sword, or
the state uses the church’s sword. You see, there are two swords, but the two
swords are to remain forever separate:
·
The church is to use its
sword: the preaching of Scripture to persuade and convert people to Jesus
Christ.
·
The state is to use its
sword in order to preserve the civil order. By the way Jesus refused to allow
His followers to use this civil sword to advance His kingdom. You remember when
the mob came to arrest Jesus in the garden of Gethsemane. The Bible tells us
that Peter drew his sword and he cut off the ear of the high priest’s servant.
Now, Peter, who supposedly according to some was the first Pope, was using the
temporal sword or the physical sword to defend Christ’s kingdom. Let me ask
you, did Jesus encourage and condone Peter’s behavior when he used the physical
sword of force to advance and defend the kingdom of Jesus Christ? Did He
commend Peter? Absolutely not! He rebuked Peter, and by the way He used words
very similar to those that we read in Revelation 13:10. Notice what Jesus said,
in Matthew 26:52 “But Jesus said to him, ‘Put your
sword in its place, for all who take the sword will perish by the sword.’” Is that very similar to Revelation 13:10? Very, very similar.
Jesus is saying, “Don’t take the sword, the literal sword, the sword of force,
the sword that belongs to the state, to defend and advance My kingdom!”
Nah,
masalah yang kita temukan di dalam nubuatan Alkitab adalah, ketika gereja
memakai pedang negara, atau ketika negara menggunakan pedang gereja. Kalian
lihat, ada dua pedang, tetapi
kedua pedang tersebut harus selamanya terpisah:
·
Gereja
harus memakai pedangnya sendiri, yaitu mengabarkan Firman Tuhan untuk mengajak
orang bertobat pada Yesus Kristus,
·
Dan negara
memakai pedangnya sendiri untuk menegakkan ketenteraman sipil.
Ingat,
Yesus tidak mengizinkan murid-muridNya memakai pedang sipil untuk memajukan
kerajaanNya. Kalian ingat ketika orang banyak datang untuk menangkap Yesus di
taman Getsemani, Alkitab mengatakan bahwa Petrus mencabut pedangnya dan dia
memotong telinga hamba imam besar. Nah, Petrus yang dianggap beberapa orang sebagai
Paus yang pertama ini, sedang menggunakan pedang duniawi atau pedang fisik
untuk membela kerajaan Kristus. Coba saya tanya, apakah Yesus mendukung dan
membenarkan tindakan Petrus itu ketika dia memakai pedang fisik kekerasan untuk memajukan dan membela
kerajaan Yesus Kristus? Apakah Yesus memuji Petrus? Sama sekali tidak! Dia
menegur Petrus, dan ingatlah Yesus memakai kata-kata yang sangat mirip dengan
apa yang kita baca di Wahyu 13:10. Perhatikan apa kata Yesus di Matius 26:52, “Maka kata Yesus kepadanya:
‘Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan
pedang, akan binasa oleh pedang.’” Apakah
ini mirip dengan Wahyu 13:10? Amat sangat mirip. Yesus berkata, “Jangan pakai
pedang, pedang yang literal, pedang kekerasan, pedang yang dimiliki negara,
untuk membela dan memajukan kerajaanKu!”
By
the way, a few hours later, when Pilate asked Jesus if He was a king, Jesus
promptly replied in John 18:36, “…‘My kingdom is not of this world. If
My kingdom were of this world, My servants would fight…” what would His servants do if the kingdom of Jesus were of
this world? They would take the sword of the state and they would defend Christ’s
kingdom by force. But Jesus says here, “…‘If My kingdom were of this world, My
servants would fight, so that I should not be delivered to the Jews; but now My
kingdom is not from here.’”
Let
me ask you what is the sword of Christ’s kingdom? The Bible.
What
is the sword of the kingdom of this world? The sword of the state to preserve
the civil order.
Nah, beberapa jam kemudian, ketika Pilatus bertanya
kepada Yesus apakah Dia seorang raja, Yesus segera menjawab di Yoh. 18:36, “Jawab Yesus: ‘Kerajaan-Ku
bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku
telah melawan…” Apa yang akan
dilakukan hamba-hambaNya seandainya kerajaan Yesus ada di dunia ini? Mereka
akan mengangkat pedang negara dan mereka akan membela kerajaan Kristus dengan
kekerasan. Tetapi Yesus berkata di sini, “…jika kerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan
diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.’"
Coba saya tanya, pedang kerajaan Kristus itu apa?
Alkitab.
Pedang kerajaan dunia ini, apa? Pedang negara untuk
mempertahankan ketenteraman sipil.
Now,
we need to ask the question: What then is the deadly wound? If the
sword that the Beast used to kill with is the very weapon that kills him, it
must mean that the sword of the state that the church used was now going to
rise against the church. Are you understanding what I am saying?
Now
what is the deadly wound? Is the deadly wound the confiscation of the
territories of the Beast, of the papacy? Is it the elimination of the Roman
Catholic church as a church? Absolutely not.
So
what is the deadly wound? What does it mean when it says that this power, the
Papacy used the sword and the sword is going to be used against him? It simply
means, folks, that power of the state, or the civil power that the Papacy used
to persecute the saints of the Most High, that very sword of the state will
rise to give it the deadly wound. In other words the deadly wound is the removal of the
sword of the state from the hands of what? From the hands of the church.
Sekarang,
kita perlu mengajukan pertanyaan: Kalau
begitu luka yang mematikan itu apa? Jika pedang yang dipakai
Binatang itu untuk membunuh adalah senjata yang sama yang dipakai membunuh dia,
maka tentunya pedang negara yang dipakai oleh gereja sekarang akan diangkat
untuk melawan gereja. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?
Nah,
luka yang mematikan itu apa? Apakah luka yang mematikan itu penyitaan daerah
kekuasan milik Binatang itu, milik kepausan?
Apakah itu dilenyapkannya gereja Roma Katolik sebagai gereja? Sama sekali
bukan!
Jadi
apa itu luka yang mematikan? Apa maksudnya ketika dikatakan bahwa kuasa ini,
Kepausan ini telah memakai pedang, dan pedang yang sama itu akan dipakai untuk
memukulnya? Artinya, Saudara-saudara, kuasa negara, atau kuasa sipil yang
dipakai kepausan untuk
menganiaya orang-orang kudus Yang Mahatinggi, pedang yang sama milik negara,
akan memberikan pukulan yang mengakibatkan luka yang mematikan. Dengan kata
lain, luka yang mematikan adalah
dirampasnya pedang negara dari tangan siapa? Dari tangan gereja.
Now,
the question is how did the Papacy obtain that sword?
I
want to read several statements now that describe how the Papacy acquired this
sword originally.
The
first of these statements is found in a book written by Henry Edward Manning,
where he explains in the following words how the Papacy got power of the sword
that it used to persecute with. He says this, “The Papacy waited until such a time as God should break its
bonds asunder, and should liberate it…” notice
this, “…should
liberate it from subjection to civil powers…” How
did the Papacy gain its power? By being liberated from what? From subjection to
civil powers. “…and
enthrone it in the position of a temporal sovereignty of its own…” So what needed to be removed in order for the Papacy to acquire
the sword? The civil power had to be what? Had to be removed.
Sekarang,
pertanyaannya adalah, bagaimana kepausan
mendapatkan pedang tersebut?
Saya
mau membacakan beberapa pernyataan yang menggambarkan bagaimana kepausan
mendapatkan pedang itu pada mulanya.
Pernyataan
yang pertama ditemukan di sebuah buku yang ditulis oleh Henry Edward Manning,
di mana dia menjelaskan bagaimana kepausan
mendapatkan kuasa atas pedang yang dipakainya untuk menganiaya orang. Dia
berkata demikian, “Kepausan menunggu hingga tiba saatnya Tuhan
melepaskan belenggunya dan membebaskannya…” perhatikan
ini, “…membebaskannya dari kewajiban untuk tunduk kepada kuasa
sipil…” Bagaimana kepausan mendapatkan kuasanya? Dengan
dibebaskan dari apa? Dari kewajiban tunduk kepada kuasa sipil, “…dan
mengangkat dirinya ke atas takhta sebagai penguasa duniawi…” Jadi apa yang perlu disingkirkan supaya kepausan bisa mendapatkan pedang
tersebut? Kuasa sipil harus diapakan? Harus disingkirkan.
Also
R.W. Southern, a church historian says this, “During the whole medieval period there was in Rome a single, spiritual
and temporal authority…” he is speaking about the
Papacy, “…exercising powers which in the end exceeded those that had
ever lain within the grasp of the Roman emperor…”
So you have the state, you have the church using the sword of the state during
the period of the Middle Ages.
Juga
R.W. Southern, seorang sejarahwan gereja berkata demikian, “Selama
periode abad pertengahan di Roma ada satu penguasa tunggal, untuk urusan
duniawi maupun rohani…” dia
berbicara tentang kepausan, “…yang
pada akhirnya menjalankan kekuasaannya melebihi apa yang pernah dimiliki oleh
kaisar Roma…” Jadi ada negara,
dan ada gereja yang memakai pedang negara, selama periode Abad
Pertengahan.
And
finally another church historian, John N. Figgis had this to say, “In the Middle Ages, the church
was not a state, it was THE state, or rather the civil authority was merely the police department of the
church.” In other words, when the Roman empire fell, the Pope not only
became, not only was he the religious or spiritual ruler of the Roman empire,
but he had to step in and also become the temporal or the civil ruler. And now
the church had possession of the sword.
Dan akhirnya seorang sejarahwan gereja yang lain,
John N. Figgis berkata demikian, “Di Abad pertengahan, gereja
bukanlah satu negara bagian, dia
adalah SATU-SATUNYA negara, atau lebih tepatnya kuasa sipil pada saat itu
hanyalah angkatan kepolisian gereja.” Dengan kata lain ketika kekaisaran Romawi jatuh, paus bukan
saja menjadi, bukan saja dia menjadi pemimpin rohani atau spiritual kekaisaran
Roma, tetapi dia mengambil alih dan juga menjadi pemimpin duniawi atau pemimpin
sipil. Dan sekarang gereja memiliki pedang negara.
By
the way, in the year 1302 Boniface VIII, a pope, wrote a very famous bull or
personal letter. The name of this bull was Unam
Sanctam where he spoke about the two swords, because the Roman Catholic
church believes they have possession of the two swords:
1.
the spiritual sword of
God’s Word, and
2.
the temporal sword of
civil power.
Notice
what he said in this famous pastoral letter, or personal letter. He says this, “We are informed by the texts of
the Gospels that in this Church…” that is in the Roman
Catholic church, “… and in its power are two swords, namely the spiritual and the temporal, both
therefore are in the power of the Church that is to say, the spiritual and the
material sword. But the former…” that is the spiritual sword, “…
is to be administered for the church, but the latter…” that is the temporal sword, “…by the
church. The former in the hands of the
priest, the latter by the hands of kings and soldiers, but at the will and
sufferance of the priest…”
Nah,
di tahun 1302, Boniface VIII, seorang paus, menulis suatu surat edaran atau
surat pribadi. Nama surat tersebut adalah Unam Sanctam, di mana dia berbicara mengenai dua pedang,
karena gereja Roma Katolik percaya bahwa mereka memiliki kedua pedang tersebut:
1.
Pedang
rohani Firman Tuhan, dan
2.
Pedang
duniawi kuasa sipil.
Perhatikan
apa katanya dalam surat pastoral atau surat pribadinya yang terkenal ini. Dia
berkata demikian, “Kami diberitahu oleh teks Injil bahwa di gereja
ini…” yaitu gereja
Roma Katolik, “…dan di dalam kekuasaannya ada dua pedang, yakni
yang spiritual dan yang duniawi, oleh karena itu keduanya ada di bawah
kuasa Gereja, yakni pedang yang spiritual dan pedang yang material. Tetapi yang
disebut duluan…” yaitu pedang yang rohani “…dipakai bagi gereja, sedangkan
yang disebut belakangan…” yaitu pedang yang temporal “…dipakai oleh gereja. Yang disebut lebih dulu di tangan para
imam, yang disebut belakangan di tangan raja-raja dan tentara, tetapi menurut
kehendak dan izin
para imam…”
So,
notice that the physical sword, the sword of the state is to be used by the
church according to this statement, but it is to be used at the will and
sufferance or desire of the priest.
So
in other words, the Roman Catholic church itself says that it has possession of the two
swords. The sword of the Spirit which is the Word of God, and the temporal
sword of civil power that is mentioned in Romans chapter 13.
Jadi, perhatikan menurut pernyataan ini, pedang yang
fisikal, pedang negara, itu dipakai oleh gereja, tetapi itu dipakai atas
kehendak dan izin atau keinginan imam.
Jadi dengan kata lain, gereja
Roma Katolik sendiri berkata bahwa dia memiliki kedua pedang tersebut, pedang
rohani yaitu Firman Tuhan, dan pedang duniawi kuasa sipil yang
disebutkan di Roma pasal 13.
So
the question is, what is the deadly wound?
If
having the sword means that the Roman Catholic Papacy has civil power to
enforce its decrees and its beliefs, it must mean that the deadly wound is when
the sword turns against it and the sword is removed from its hand. Now, is that
what happened? Absolutely. I want to
read some statements from historians about what happened in 1798 at the
conclusion of the French revolution.
Jadi,
pertanyaannya adalah, apakah luka yang mematikan itu?
Jika
dengan memiliki pedang itu berarti kepausan
Roma Katolik mempunyai kekuasaan sipil untuk menegakkan perintah-perintah dan
keyakinannya, maka luka mematikan itu tentunya berarti ketika pedang tersebut
diambil dari tangannya. Nah, itukah yang terjadi? Benar sekali. Saya mau
membacakan beberapa pernyataan dari para sejarahwan
mengenai apa yang terjadi di 1798 pada saat berakhirnya revolusi Perancis.
One
historian says this, George Trevor, “The
Papacy was extinct; not a vestige of its existence remained, and among all the
Roman Catholic powers, not a finger was stirred in its defense. The eternal
city had no longer prince nor pontiff, its bishop was a dying captive in
foreign lands; and the decree was already announced that no successor would be
allowed in its place.” [The Fall of the Western
Empire, pg. 439, 440]
In
other words when the Pope was arrested and taken prisoner by Berthier under the
direct orders of Napoleon Bonaparte we are told here by this historian “The Papacy was extinct; not a
vestige of its existence remained…”, and no power in
Europe arose could help it.
Seorang
sejarahwan George Trevor berkata demikian, “Kepausan
sudah punah; tak tersisa sedikit pun eksistensinya, dan di antara daerah kekuasaan Roma Katolik, tidak
ada satu pun yang mengangkat jarinya untuk membelanya. Sudah tak ada lagi
penguasa atau paus di kota abadi (Roma) itu, uskupnya adalah tawanan yang lagi
sekarat di tanah asing; dan sudah diumumkan suatu perintah bahwa tidak ada yang
akan diizinkan menjadi penerus menggantikannya.” [The Fall of the Western Empire, hal. 439, 440]
Dengan
kata lain, ketika paus itu ditangkap dan dibawa sebagai tawanan Berthier atas
perintah langsung Napoleon Bonaparte, kita diberitahu oleh sejarahwan ini,
“Kepausan sudah punah; tak tersisa sedikit pun eksistensinya…” dan tidak ada satu pun kekuasaan di
Eropa yang bangkit untuk membantunya.
Another
historian, Joseph Rickaby has this to say about the deadly wound in 1798. “No wonder that half of Europe
thought Napoleon’s veto…” that is, Napoleon’s veto that is the Roman
Catholic church would no longer have temporal power. “…No
wonder that half of Europe thought Napoleon’s veto would be obeyed, and that
with the Pope the Papacy was dead.” (Lectures on the history of religion Vol. 3 pg. 1) Interesting
terminology, “the
Papacy was dead.”
Seorang sejarahwan lain, Joseph Rickaby mengatakan
demikian tentang luka yang mematikan itu di tahun 1798, “Tidak
heran setengah dari Eropa menganggap veto Napoleon…” veto Napoleon
ialah bahwa gereja Roma Katolik tidak lagi boleh memiliki
kuasa duniawi. “Tidak heran setengah dari Eropa menganggap
veto Napoleon akan diikuti, dan bahwa paus
dan kepausan sudah mati.”
(Lectures on the history of religion Vol. 3 hal. 1) Terminologi yang menarik: “…kepausan sudah mati.”
Another
historian, T.H. Gill has this to say about what happened in 1798. “Multitudes imagined that the
Papacy was at the point of death, and asked, would Pius VI be the last pontiff,
and if the close of the 18th century would be signalized by the fall
of the Papal dynasty.” (The Papal Drama, book 10)
Seorang
sejarahwan yang lain, T.H. Gill berkata demikian tentang apa yang terjadi di
1798. “Banyak orang membayangkan bahwa kepausan
sedang sekarat, dan bertanya apakah Pius VI akan menjadi paus yang terakhir,
dan apakah berakhirnya abad ke-18 akan ditandai oleh jatuhnya dinasti kepausan.” (The Papal Drama, book
10)
Finally,
one other historian says this, “…the
Papacy had suffered its deepest humiliation…[and] appeared to be annihilated…” interesting terminology, “….The revolution…” that is the French
revolution, “…also dealt it the wound…” notice
the terminology, “…the
wound which it seemed did not want to heal until far into the 20th
century…” (Historian M. Weitlauff ~quoted in Frank B. Holbrook, Symposium
on Revelation Vol. 2, pg. 337).
Yang
terakhir, satu sejarahwan lain berkata begini, “…Kepausan
telah menderita penghinaan yang paling parah… [dan] tampaknya akan
dilenyapkan…” terminologi
yang menarik, “…Revolusi itu…” maksudnya
Revolusi Perancis, “…jugalah
yang memberinya luka itu…”
perhatikan terminologinya, “…luka yang tampaknya tidak mau
sembuh hingga jauh ke abad 20…” (Historian M. Weitlauff ~ dikutip Frank B.
Holbrook, Symposium on Revelation Vol. 2, hal. 337).
The
interesting thing is, that ~ and this is by the way ironic ~ France was
the power that gave the deadly wound to the Roman Catholic Papacy, and France
was the first kingdom that gave that power to the Roman Catholic Papacy when
Clovis
gave the Papacy the keys to the city of France in the year 508. So the
very power that first gave the sword to the Papacy, now in 1798, the eldest
daughter of the Papacy as France is called, takes away the sword and gives the
deadly wound by the power of the state.
But
Prophecy tells us that this power is going to regain the sword, and it is going
to recuperate from its deadly wound.
Yang
menarik adalah ~ dan sebenarnya ini ironis ~ Perancis adalah kekuasaan yang memberi luka yang
mematikan kepada kepausan Roma
Katolik, dan Perancis pulalah kerajaan pertama yang memberikan kekuasaan kepada
kepausan Roma Katolik ketika Clovis
memberikan kunci kota Perancis kepada kepausan di
tahun 508. Jadi negara
yang pertama memberikan pedang kepada Kepausan ~
sekarang di tahun 1798, Perancis yang disebut sebagai putri sulung Kepausan ~ mengambil pedang tersebut dan melalui
kekuasaan negara memberinya luka yang mematikan.
Tetapi
nubuatan memberitahu kita bahwa kekuasaan ini (kepausan)
akan mendapatkan kembali pedang tersebut, dan dia akan sembuh dari lukanya yang
mematikan.
In
fact, let’s talk about the deadly wound. Revelation 13:3 once again, “…And I saw one of his heads as if it
had been mortally wounded, and his deadly wound was healed. And all the world
marveled and followed the Beast.”
Now,
let me ask you, what would the healing of the deadly wound be? It
must mean
that the sword which was removed from the hand of the Beast will be
what? Will be restored once again to the Beast. In other words the civil power
that it used which was taken away from it, once again will be given to it, the
deadly wound will be healed and once again it will be able to use the power of the
sword, in other words the power of the state, in order to persecute
God’s people.
Nah, marilah kita membahas tentang luka yang
mematikan itu. Wahyu 13:3 sekali lagi, “Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka
yang mematikan, tetapi luka yang mematikan itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu
mengikut binatang itu.” [NKJV
yang diindonesiakan]
Sekarang, coba saya tanya, sembuhnya luka yang mematikan itu apa? Itu
haruslah berarti bahwa pedang
yang telah diambil dari tangan Binatang itu akan apa? Akan dikembalikan sekali lagi
kepada Binatang itu. Dengan kata lain, kuasa sipil yang pernah
dipakainya yang kemudian diambil darinya, sekali lagi akan diberikan kepadanya,
dan lukanya yang mematikan itu akan sembuh dan
Binatang itu sekali lagi akan bisa memakai kuasa pedang tersebut,
dengan kata lain kuasa
negara/pemerintah untuk menganiaya umat Tuhan.
You
see, the Papacy is not only a church. The word “Papacy” is actually a code word
that refers to a system that is a combination of church and state. That is the Papacy.
So
the
Papacy when it recovers the power of the state in order to be able to
enforce its decrees, it will once again have not only the sword of the
Word but it will have the sword of the civil power.
Kalian
lihat, kepausan itu bukan hanya sebuah gereja.
Kata “kepausan” sebenarnya adalah kata sandi
yang mengacu kepada suatu sistem yang
merupakan kombinasi antara gereja dengan pemerintah, itulah kepausan.
Jadi
pada saat kepausan
memperoleh kembali kuasa
pemerintah supaya bisa melaksanakan keputusan-keputusannya, maka sekali lagi dia tidak hanya akan
memiliki pedang Firman Tuhan, tetapi juga pedang kuasa sipil.
Now,
some people believe that the deadly wound was healed in the year 1801. It is a little
known fact even in Adventist circles that a new pope was elected just 3½ years after
the deadly wound was given in February 1798. Not only was a new pope elected in
1801 but this pope was also allowed to retain his Italian principality and to
retain his possessions. So some people say, the deadly wound was healed in the
year 1801.
Allow
me to read you a statement from a historian, Arthur Robert Pennington, about
Napoleon’s concordat with the Papacy in the year 1801. This is what he says, “He [Napoleon] felt that, as the
large majority of the inhabitants of France knew no other form of faith than Romanism, it must become the established
religion of the country…. Accordingly we find that he now began negotiations
with the Pope which issued in a Concordat in July 1801, whereby the Roman
Catholic religion was once more established in France. He also left Pius in
possession of his Italian principality...” (Epochs of the Papacy, pg 450-452).
So once again there is a pope and he has his Italian principality.
Nah,
ada orang yang meyakini bahwa luka yang mematikan itu sembuh di tahun 1801.
Sedikit yang tahu bahkan di antara kalangan Advent, bahwa seorang paus yang
baru, diangkat hanya 3½ tahun setelah luka yang mematikan itu terjadi di
Februari 1798. Bukan saja seorang paus baru diangkat di tahun 1801, tetapi paus
ini juga diizinkan mempertahankan kekuasaannya
di Itali dan hak miliknya. Maka ada orang yang berkata bahwa luka yang
mematikan itu sembuh di tahun 1801.
Izinkan
saya membacakan suatu pernyataan dari seorang sejarahwan, Arthur Robert
Pennington, tentang Concordat [Perjanjian] Napoleon dengan kepausan di tahun 1801. Inilah yang
dikatakannya, “Dia [Napoleon] merasa bahwa, karena sebagian
besar mayoritas penduduk Perancis tidak mengenal bentuk keyakinan lain kecuali
Romanisme, maka, itu harus menjadi agama yang
diakui negara tersebut… Dengan demikian kita dapati dia sekarang mulai
mengadakan negosiasi dengan paus
yang dituangkan dalam suatu Concordat di bulan Juli 1801, di mana agama Roma
Katolik sekali lagi diakui di Perancis. Dia juga mengizinkan Pius
mempertahankan kepemilikannya atas kerajaan Itali.” (Epochs of the Papacy, hal.
450-452). Jadi sekali
lagi, ada seorang paus, dan dia memiliki kerajaan Italinya.
Why
is 1801
not the healing of the deadly wound?
There
are several reasons.
1. First of all Bible prophecy says ~ as we are going to notice ~ that it will be
the USA
that will heal the deadly wound, that will return the sword to the
Beast.
2. Secondly we know that after the pope was placed on his throne
again in 1801 there was no country in Europe that wanted anything to do with
him. The image of the Beast was not raised up. The mark of the Beast was not
imposed on pain of not being able to buy or sell, or on pain of being killed.
In fact we know that the power of the Papacy was severely restricted by
the French government, even though there was a new pope. For example,
the bishops were elected by the state, and the clergy was also paid by the state,
and the popes had to give an oath of allegiance to the government of France.
So 1801 was not the
healing of the deadly wound. The sword was not returned to the Papacy in 1801.
The whole world did not wonder after the Papacy. Nobody in the world wanted to
worship an image or much less receive the mark of this power. In fact the
powers of Europe didn’t raise one finger to help the Papacy when it fell in the
year 1798.
Mengapa
tahun 1801 bukan sembuhnya luka
yang mematikan?
Ada
beberapa alasan.
1.
Pertama,
nubuatan Alkitab berkata
~ sebagaimana akan kita lihat nanti ~ bahwa Amerika Serikatlah yang akan menyembuhkan luka yang
mematikan itu, yang akan mengembalikan pedang tersebut kepada
Binatang itu.
2.
Kedua,
kita tahu bahwa setelah paus ditempatkan di atas takhtanya lagi di tahun 1801,
tidak ada satu pun negara di Eropa yang mau berhubungan dengannya. Patung
Binatang itu juga tidak didirikan. Tanda Binatang itu juga tidak dipaksakan
dengan ancaman tidak bisa berjual-beli atau dengan ancaman akan dibunuh. Sebaliknya,
kita tahu bahwa kekuasan kepausan
sangat dibatasi oleh pemerintah Perancis,
walaupun ada paus yang baru. Misalnya,
yang mengangkat para uskup adalah negara, dan klerus juga dibayar oleh negara,
dan para paus harus bersumpah setia kepada pemerintahan Perancis.
Jadi
1801 bukanlah kesembuhan luka yang mematikan. Pedangnya tidak dikembalikan
kepada kepausan di tahun 1801. Seluruh dunia
tidak kagum dan mengikuti kepausan. Saat
itu tidak seorang pun mau menyembah patungnya apalagi menerima tanda kepausan. Bahkan penguasa-penguasa Eropa
tidak ada yang mau memberikan pertolongan kepada kepausan saat kejatuhannya di tahun 1798.
Now
another little known fact by Adventists is that the Papacy received a further deadly
wound in September 1870, in other words September 20, 1870. This date, Victor
Emmanuel II who was king of Italy, confiscated the papal states. In
other words, Italy was composed of a series of, like little countries which
were known as the papal states. These were confiscated by Victor Emmanuel II,
and he said, “You are not going to have any dominion over Italy again.” He lost
most of his territories in fact he only was left, the pope only was left with a
few buildings there in the Vatican. In protest, Pope Pious IX and his successors
proclaimed themselves under house arrest. And from 1870 through the
year 1929 no pope stepped outside the Vatican. No pope stepped out of the
buildings that had been conferred or allowed by the Italian government for them
to retain.
Sekarang,
fakta lain yang juga tidak begitu diketahui oleh orang Avent adalah, kepausan
pernah menerima luka yang semakin mematikan di September 1870, tepatnya 20 September 1870. Pada hari
itu Victor Emmanuel II, raja Italia,
menyita semua daerah kekuasaan Kepausan. Dengan kata lain,
Italia itu terdiri atas negara-negara kecil yang dikenal sebagai negara-negara
milik Kepausan. Ini disita oleh Victor Emmanuel II, dan dia berkata, “Kamu
tidak akan punya kuasa apa-apa atas Italia lagi.” Kepausan kehilangan sebagian
besar daerah-daerahnya, bahkan dia hanya ditinggali, Paus hanya ditinggali
beberapa bangunan di Vatikan. Sebagai protes, Paus Pius IX dan pengganti-penggantinya memproklamasikan
mereka sendiri sebagai tahanan rumah. Dan dari 1870 terus hingga
1929, tidak ada satu paus pun yang melangkah keluar Vatikan. Tidak ada paus
yang melangkah keluar dari bangunan-bangunan yang telah diberikan atau
diizinkan oleh pemerintah Italia boleh mereka miliki.
By
the way, Pius IX was quite a pope, he ruled the longest of any pope in history,
46 years was his period of rule. And during his period of rule he greatly
alienated the countries of Europe who wanted democracy and he greatly alienated
the USA. First of all he was very instrumental in the proclamation of the dogma
of the immaculate conception of Mary in 1854, this really infuriated
Protestants in the USA. Also he published the Syllabus of Errors in the year
1864 where he railed against democratic governments and against the separation
of church and state and against the idea that the Roman Catholic church wasn’t
the only true church in the world. That further alienated the nations of Europe
and you know, alienated the USA. And then of course he was the one who called a
Vatican Council 1 in 1870 where the dogma of papal infallibility was
proclaimed, and this was the final straw, this really infuriated the
governments of Europe and infuriated the USA as well.
Supaya
tahu, Pius IX adalah paus yang cukup hebat, dia memerintah paling lama dari
antara paus mana pun dalam sejarah, 46 tahun masa pemerintahannya. Dan selama
masa pemerintahannya itu dia membuat negara-negara
Eropa yang menginginkan demokrasi sangat menjauhinya dan
dia membuat Amerika Serikat sangat menjauhinya. Pertama-tama dia sangat instrumental
dalam memproklamasikan dogma kelahiran Maria tanpa dosa di tahun 1854, ini
membuat orang-orang Protestan di Amerika Serikat sangat marah. Dia juga
menerbitkan The Syllabus of Errors di tahun 1864, di mana dia mengecam
pemerintahan-pemerintahan demokratis dan gagasan memisahkan gereja dan
pemerintah, dan mengecam gagasan bahwa gereja Roma Katolik bukanlah
satu-satunya gereja yang sejati di dunia. Ini membuat negara-negara Eropa dan
Amerika Serikat semakin menjauhinya. Dan dia
jugalah yang mengadakan Konsili I Vatikan di tahun 1870 di mana dogma tentang
infalibilitas kepausan [kepausan tidak bisa berbuat salah]
diproklamasikan, dan ini merupakan pukulan yang terakhir, ini betul-betul
membuat pemerintahan-pemerintahan Eropa dan Amerika Serikat sangat marah.
Now,
some Adventists have believed that the deadly wound was healed in the year
1929. But was the deadly wound really healed in the year 1929? Actually there
are several reasons why the wound was not healed in 1929.
You
say, “What happened in 1929?”
Well,
for those who are well versed in history, you’ll notice that what happened in
1929 was that the government of Italy returned the Vatican to the papacy and
once again allowed them to have an independent separate government within the
country of Italy. And that was done by a concordat or by an agreement between
the Italian government and the Vatican.
You
say, “Why wasn’t the deadly wound healed in 1929?”
Allow
me to share several reasons.
1. First of all this concordat that was signed between the Vatican
and the Italian government, had nothing
to do with the wound that was given to the papacy in 1798. It had everything to
do with the healing of the wound that was given to the papacy in the year 1870.
I am going to prove that to you. So, it deals nothing with the wound that was
given in fulfillment of prophecy in 1798. It has everything to do with the
healing of the wound that was given in the year 1870.
2.
Furthermore prophecy makes
it very clear that it will be the USA that will heal the deadly wound, and in
this case it
was Italy that made this agreement. See, 1801 cannot be it because it
was France. 1929 cannot be the healing of the wound because it was Italy. Bible
prophecy contemplates US being instrumental in healing the deadly wound.
3. Furthermore, the whole world did not wonder after the Beast
after the year 1929. The image was not raised up and the mark of the
Beast was not imposed.
So the question is,
where do Adventists get the idea that the deadly wound was healed in the year
1929?
Nah,
beberapa orang Advent meyakini bahwa luka yang mematikan sembuh di tahun 1929.
Tetapi benarkah luka yang mematikan itu sembuh di tahun 1929? Sebenarnya ada
beberapa alasan mengapa luka
itu tidak sembuh di tahun 1929.
Kalian
berkata, “Apa yang terjadi di tahun 1929?”
Nah,
bagi mereka yang pakar dalam sejarah, kalian akan melihat bahwa yang terjadi di
tahun 1929 adalah pemerintahan Italia mengembalikan Vatikan kepada kepausan dan sekali lagi mengizinkan mereka
memiliki pemerintahan yang independen, yang terpisah, di dalam negara Italia.
Dan ini dilaksanakan lewat sebuah Concordat atau perjanjian antara pemerintahan
Italia dengan Vatikan.
Kalian
berkata, “Mengapa luka yang mematikan itu tidak sembuh di tahun 1929?”
Izinkan
saya mengemukakan beberapa alasan.
1.
Pertama,
perjanjian yang ditandatangani
antara Vatikan dengan pemerintahan Italia ini, tidak ada kaitannya dengan luka
yang diberikan kepada kepausan di
tahun 1798. Ini berkaitan dengan sembuhnya luka yang diberikan kepada kepausan di
tahun 1870. Saya
akan membuktikan ini kepada kalian. Jadi ini tidak ada kaitannya dengan luka
yang diberikan sebagai penggenapan nubuatan di tahun 1798. Ini semata-mata
berkaitan dengan sembuhnya luka yang
diberikan di tahun 1870.
2.
Lebih
jauh, nubuatan sangat jelas mengatakan bahwa Amerika Serikat-lah yang akan
menyembuhkan luka yang mematikan itu, sedangkan dalam hal ini Italia yang membuat perjanjian
tersebut. Lihat, 1801 tidak mungkin karena itu Perancis. 1929
tidak mungkin merupakan sembuhnya luka itu karena itu Italia. Yang dimaksud
oleh nubuatan Alkitab adalah Amerika Serikat yang berperan dalam menyembuhkan luka yang mematikan.
3.
Lebih
jauh, seluruh dunia tidak kagum
mengikuti Binatang itu setelah tahun 1929. Patungnya tidak
didirikan, dan tanda Binatang itu tidak dipaksakan.
Maka
pertanyaannya adalah, dari mana orang Advent mendapatkan gagasan ini bahwa luka
yang mematikan itu sembuh di tahun 1929?
The
answer is because of an article that appeared in the San Francisco Chronicle
the same day in which this agreement was signed between the papacy and the
Italian government. It’s an article that appeared in the San Francisco
Chronicle on February 12, 1929, and I want you to notice what the title of that
article was: “VATICAN AGAIN AT PEACE WITH ITALY AFTER LONG QUARREL” that’s the large lettering.
Jawabannya
adalah gara-gara artikel yang muncul di San Francisco
Chronicle pada hari yang sama ketika perjanjian itu ditandatangani antara kepausan dengan pemerintah Italia.
Artikel yang muncul di San Francisco Chronicle pada 12 February 1929, dan saya
ingin kalian perhatikan judul artikel
tersebut adalah: “VATIKAN KEMBALI BERDAMAI DENGAN
ITALIA SETELAH PERSELISIHAN PANJANG” itu tulisannya yang besar. Kemudian
dalam tulisan yang lebih kecil, ada subtitel ini: “Menyembuhkan
luka yang lama”. Saya akan membacakan bagian artikel itu di mana orang
Advent mendapatkan gagasan bahwa luka yang mematikan itu sembuh di 1929.
Dikatakan di sini ~ dan saya hanya akan membacakan bagian yang langsung terkait
dengan kata-kata yang tampaknya seolah menggenapi Wahyu pasal 13 ~ saya kutip, “Masalah
Roma malam ini menjadi hal yang sudah
lampau, dan Vatikan sudah berdamai dengan Italia… Penyelesaiannya yang resmi
hari ini adalah pertukaran tandatangan di istana yang bersejarah St. John
Lateran oleh dua wakil yang berkuasa penuh, Kardinal Gasparri atas nama Paus
Pius XI dan Perdana Menteri Mussolini atas nama raja Victor Emmanuel III.
Dengan membubuhkan autograf itu…” maksudnya tandatangan, “…pada dokumen yang bersejarah ini, menyembuhkan luka…” lihat, inilah ungkapannya, “…menyembuhkan
luka…” tetapi sekarang
perhatikan, “…yang telah membusuk sejak 1870, kedua belah pihak menunjukkan
keramahan yang sangat besar.”
So
we need to be very careful about using the newspapers to try and give a meaning
to Bible prophecy. We must better understand Bible prophecy and then go and
understand what we find from the newspapers.
Artikel
tersebut mengacu kepada apa? Kepada luka yang mematikan tahun 1798? Bukan.
Kepada luka yang mematikan kapan? 1870. Ini
mengakhiri 59 tahun tahanan rumah yang dikenakan kepausan
kepada mereka sendiri. Jadi
dengan kata lain, luka yang mematikan tidak sembuh karena itu bukan luka yang
tepat, dan yang kedua itu bukan bangsa yang tepat. Amerika Serikatlah yang akan
menyembuhkan luka yang mematikan itu. Dan negara-negara di bumi tidak mengikuti
Binatang itu, tidak menyembahnya, patungnya tidak didirikan, dan tandanya tidak
diberikan.
Jadi
kita harus sangat berhati-hati memakai surat kabar untuk mencoba memberikan
pemahaman kepada nubuatan Alkitab. Kita harus lebih dulu memahami nubuatan
Alkitab dengan baik baru kita ke surat kabar dan mendapatkan pemahaman dari apa
yang kita peroleh di surat kabar.
Now,
the question is then, if the deadly wound has not been healed, why hasn’t it
been healed? What is it that keeps the mortal wound in place? I’d like to read
a statement by Malachi Martin. Ever heard of Malachi Martin? The man who wrote
~ this Jesuit who wrote the book “The Keys of this Blood”? In 1986 he wrote
this, “For 1500
years and more Rome had kept as strong a hand as possible in each local
community around the wide world…” so for over 1500
years Rome had kept a strong hand in every local community around the wide
world. And then he says this, “…By
and large, and admitting some exceptions, that had been the Roman view…” that has been dominating every local community
“…that had been the Roman view until 200 years
of inactivity had been imposed upon the papacy
by the major secular powers of the world.”
What
is it that keeps the deadly wound in place? Malachi Martin didn’t really
understand what he was saying here as it fulfilled Bible prophecy. He did
understand what he was saying, in the sense that it’s true, but he does not
understand how this fulfills the prophecy of Revelation 13. Because he is
saying “200 years”, now if you go back from 1986, 200 years, where does it take
you to? Very close to 1798, when the deadly wound was given. And he says, what
keeps the deadly wound in place, the inactivity in place is the fact that “inactivity has been imposed upon
the papacy by the major secular powers of the world”, in other words by the states of the world.
Nah,
pertanyaannya kalau begitu, jika luka yang mematikan itu belum sembuh, mengapa
masih belum sembuh? Apa yang menahan
luka yang mematikan itu? Saya ingin membacakan pernyataan dari
Malachi Martin. Pernah mendengar tentang Malachi Martin? Orang yang menulis ~
Jesuit yang menulis buku “The Keys of this Blood”? Di tahun 1986 dia menulis ini, “Selama
1500 tahun lebih Roma mempunyai kekuasaan yang mantap dalam setiap komunitas
lokal di seluruh dunia…” jadi
selama lebih 1500 tahun Roma telah mempertahankan kedudukan yang kuat dalam
setiap komunitas lokal di seluruh dunia. Kemudian dia berkata demikian, “…Secara
umum, dengan beberapa perkecualian, itulah cara pandang Roma…” yang mendominasi setiap komunitas
lokal, “…itulah cara pandang Roma hingga 200 tahun ketidakaktifan yang
dipaksakan kepada kepausan oleh kekuasaan-kekuasan besar dunia sekuler.”
Apa
yang menahan luka yang mematikan? Malachi Martin sebenarnya tidak menyadari apa
yang dikatakannya di sini sebagai penggenapan nubuatan Alkitab. Dia paham apa
yang dikatakannya, bahwa itu benar, tetapi dia tidak paham bagaimana ini
menggenapi nubuatan Wahyu pasal 13. Karena dia berkata, “200
tahun” nah, jika kita
mundur 200 tahun dari 1986, kita tiba di mana? Sangat dekat ke tahun 1798 saat
luka yang mematikan itu diberikan. Dan dia berkata, yang menahan luka yang mematikan itu, ketidakaktifan itu, adalah fakta bahwa “ketidakaktifan
yang dipaksakan kepada kepausan oleh kekuasaan-kekuasaan
besar dunia sekuler” dengan
kata lain oleh negara-negara dunia.
Ellen
White agrees with Malachi Martin, only she wrote about a hundred years earlier
than he did. In the book The Great Controversy
pg. 564, Ellen White says this about the healing of the deadly wound, “Let the
restraints now imposed by secular governments…” did you catch that? “…Let the restrains now imposed by secular
governments be removed and Rome be reinstated in her former power, and there
would speedily be a revival…” that’s giving new
life isn’t it? “…a
revival of her tyranny and persecution.”
So
what is Ellen White saying? She is saying that if the restraints are taken
away, now who
put the restraints? The secular governments, she says.
Ellen White setuju dengan Malachi
Martin, hanya saja Ellen White sudah menulis tentang hal itu 100 tahun lebih
dulu daripada Martin. Di dalam buku The Great
Controversy hal 564, Ellen White berkata tentang sembuhnya luka yang
mematikan itu demikian, “Bilamana
pengekangan yang sekarang dipaksakan oleh pemerintahan-pemerintahan sekuler…” apakah kalian menangkapnya? “Bilamana
pengekangan yang sekarang dipaksakan oleh pemerintahan-pemerintahan sekuler
disingkirkan, dan Roma dikembalikan ke kekuasaannya yang sebelumnya, akan
terjadi suatu kebangkitan yang cepat…” itu berarti memberinya hidup yang
baru, bukan? “…suatu kebangkitan yang cepat pada tiraninya dan
penganiayaannya.”
Jadi apa yang dikatakan Ellen
White? Dia berkata bahwa jika pengekangannya disingkirkan ~ nah, siapa yang mengekang?
Pemerintahan-pemerintahan sekuler, katanya.
So
what is the healing of the deadly wound, folks? The healing of the deadly wound
is when the sword that the Papacy used, the sword of the state that it used
during the 1260 years, is restored to
it, after 200 years or more of inactivity,
the deadly wound will be healed because she will behave as she did in
the past. The sword that wounded her will be returned to her and she will once
more be able to kill with the sword. Are you understanding what I am saying?
Jadi
sembuhnya luka yang mematikan itu apa, Saudara-saudara? Sembuhnya luka yang mematikan adalah ketika pedang yang
dipakai kepausan, pedang
negara yang dipakainya selama 1260 tahun, dikembalikan kepadanya setelah tidak
aktif selama 200 tahun lebih.
Luka yang mematikan itu sembuh karena kepausan
akan bertindak sama seperti yang pernah dilakukannya di masa lampau. Pedang
yang pernah melukainya akan dikembalikan kepadanya dan sekali lagi dia akan mampu membunuh dengan pedang
itu. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?
Now,
John W. Robbins, a Reformed theologian,
in his book Ecclesiastical Megalomania also
saw this. I want to read a rather lengthy statement from his pen where he says
this, “Ayn Rand
was right when she wrote in 1967: ‘The Catholic church has never given up the
hope to reestablish…” by the way that means
healing of the wound in different terms,
“…to
reestablish the medieval union of church and state with a global state and a
global theocracy as its ultimate goal. The Roman church-state is a hybrid ~ a
monster of ecclesiastical and political power. Its political thought is
totalitarian, and whenever it has had the opportunity to apply its principles,
the result has been bloody repression. If during the last 30 years it has
softened its assertions of full, supreme, and irresponsible power, and has
murdered fewer people than before, such changes in behavior are not due to a change in its
ideas, but to a change in its circumstances…”
in other words if it
slays less people with the sword it has nothing to do with the change of
character, but with the change of circumstances. Now what is the change of
circumstances? He continues saying ~ and I don’t believe that he understands
Revelation 13 the way we do, he says, “…The Roman church-state in the 20the century however
is an institution recovering from a mortal wound. If and when…” I would eliminate
the “if” part, “…If and when it regains…” by the way is that the healing of the
deadly wound? “…If and when it
regains
its full power and authority, it will impose a regime more sinister than any
the planet has yet seen.” [pg. 195]
Do
you understand a little better what the deadly wound is?
Nah, John W. Robbins, seorang theolog dari gereja
Reformed, dalam bukunya Ecclesiastical
Megalomania juga melihat hal ini. Saya akan membacakan pernyataan yang
lumayan panjang dari pena-nya di mana dia berkata demikian, “Ayn
Rand benar ketika di tahun 1967 dia menulis: ‘Gereja Katolik tidak pernah putus
harap untuk menegakkan…”
perhatikan,
ini artinya sama dengan sembuhnya luka yang mematikan dengan kata-kata yang
lain, “…untuk menegakkan kembali persatuan gereja dengan negara ala
abad pertengahan, dengan pemerintahan yang global dan theokrasi yang global
sebagai tujuan akhirnya. Gereja-negara Roma adalah suatu produk blasteran ~
momok yang terdiri atas kekuasaan gereja dan kekuasaan politik. Konsep politiknya totalitarian, dan setiap
kali dia punya kesempatan untuk memberlakukan prinsip-prinsipnya, hasilnya
adalah represi berdarah. Jika selama 30 tahun yang terakhir dia telah
memperlunak demonstrasi kekuasaan tertingginya yang penuh dan yang tidak
bertanggungjawab, dan telah membunuh lebih sedikit orang daripada sebelumnya,
maka perubahan dalam sikapnya itu bukanlah karena perubahan ideologinya,
melainkan karena perubahan situasi dan kondisi…”
dengan
kata lain jika kepausan membunuh lebih sedikit orang dengan
pedangnya, itu tidak ada kaitannya dengan perubahan karakternya, tetapi dengan
perubahan sikon. Nah, perubahan sikon yang bagaimana? J.W. Robbins melanjutkan
~ dan saya yakin dia tidak
memahami Wahyu pasal 13 sebagaimana yang kita pahami ~ dia berkata, “…Gereja-negara Roma di
abad ke-20 adalah suatu institusi yang sedang pulih dari luka yang mematikan. Jika dan bila…” kalau saya akan
menghapus kata “jika”nya, “…Jika dan bila dia mendapatkan kembali…” nah, apakah
ini sembuhnya luka yang mematikan? “…Jika dan bila dia mendapatkan
kembali kuasa dan wewenangnya yang
penuh, dia akan memberlakukan suatu rezim yang lebih kejam daripada apa yang
pernah dilihat planet ini. …” [hal 195]
Apakah kalian sekarang lebih mengerti apa luka yang
mematikan itu?
Do
you understand the idea of the two swords?
· To whom does the sword of the Spirit belong? The church. How do
you use it? By what? By cutting people’s heads off, right? No! By preaching
through the power of the Holy Spirit. Persuading. If people reject, God will
judge them by that same Word in the last days. But the church cannot do the judging.
They can excommunicate the person from fellowship in the church but they can’t
impose civil penalties.
· The state also has a sword, it is to preserve the civil order not to help
the church, but to preserve the civil order, the laws of the state, in
other words.
Apakah
kalian paham gagasan tentang kedua pedang itu?
· Siapa yang memiliki pedang Roh? Gereja.
Bagaimana itu harus dipakai, dengan cara apa? Dengan memancung kepala orang,
benar? Tidak! Dengan menyampaikan pekabaran melalui Roh Kudus. Mengajak orang.
Jika orang menolak, Tuhan yang akan menghakimi mereka dengan Firman yang sama
di akhir zaman. Tetapi gereja
tidak boleh menghakimi. Mereka boleh menyingkirkan orang itu
dari persekutuan di gereja, tetapi mereka
tidak boleh mengenakan hukuman sipil.
· Pemerintah juga memiliki pedang, itu
dipakai untuk menegakkan kesejahteraan sipil, bukan membantu gereja, tetapi untuk
mempertahankan kesejahteraan sipil, dengan kata lain mempertahankan hukum-hukum negara.
Now,
the question is, how is this deadly wound going to be healed, who is
going to be instrumental in healing it? Go with me to Revelation 13:11,
here we find an introduction to the power that will heal the deadly wound. You
see there is a second beast in Revelation 13. It says there in Revelation 13, “Then
I saw another beast coming up out of the earth, and he had two horns like a
lamb and spoke like a…” what? “…and spoke like a
dragon…” Now, that’s interesting, that’s why the title of this
lecture is “Prophecy’s Dr. Jekyll and Mr. Hyde” , or we could call this beast a
schizophrenic beast, because we are told here it has two horns like a lamb but
it speaks like a dragon.
Now, I want you to notice something important here. The
prophecy does not say that its two horns like a lamb are broken off and then it
speaks like a dragon. No. We are told, that while it still has the two horns
like a lamb on its head, simultaneously at the same time it speaks
like what? It speaks like a dragon.
Sekarang,
pertanyaannya adalah, bagimana luka yang mematikan ini akan sembuh, siapa yang berperan
menyembuhkannya? Marilah bersama saya ke Wahyu 13:11, di sini
kita diperkenalkan kepada kuasa yang akan menyembuhkan luka yang mematikan itu.
Lihat, ada binatang yang kedua di Wahyu 13. Dikatakan di Wahyu 13 sana, “Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan
bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti…” apa? “…dan
ia berbicara seperti seekor naga.”
Nah,
ini menarik, itulah sebabnya judul ceramah ini adalah “Dr. Jekyll and Mr. Hyde
dari Nubuatan”, atau kita bisa menyebut binatang ini binatang yang skizofrenik
[sakit jiwa, yang bersifat kontradiktif dan tidak konsisten], karena kita
diberitahu binatang itu mempunyai dua tanduk seperti anak domba tetapi dia
berbicara seperti naga.
Nah,
saya mau kalian perhatikan sesuatu yang penting di sini. Nubuatan itu tidak
berkata bahwa kedua tanduknya yang seperti anak domba itu patah kemudian dia
berbicara seperti naga. Tidak. Kita diberitahu bahwa sementara dia masih memiliki kedua tanduknya yang seperti
anak domba di kepalanya, pada waktu yang bersamaan, berbarengan dia berbicara
seperti apa? Seperti seekor
naga.
Now, my question is what does a
dragon represent in prophecy? Well, it actually represents two things:
1.
It
represents Satan of course, the Devil and Satan.
2.
But
the dragon also represents Rome. Doesn’t the Bible say that the dragon stood
next to the woman to devour the Child as soon as the Child was born? Yes,
absolutely. Now who was it that stood next to Jesus to try and slay Jesus when
Jesus was born? It was Herod the Great according to Matthew 2:16.
So the dragon represents Satan, but
it also represents the power of what? Of Rome. And then you notice that this
dragon that has 10 horns he gives his seat, and his power and authority to the
Beast. So let me ask you, does the Beast also do the biddings of Rome? You are not with me, are you? Of course, if it receives its seat, its power
and authority from the dragon, it must
be a power that does what the dragon says. And then we find this beast
that has two horns like a lamb, but it speaks like a dragon, it must
mean that it
not only speaks like Satan, but it also speaks like what? It speaks like
Rome! Exactly, according to Bible prophecy.
Nah,
pertanyaan saya, naga di dalam nubuatan melambangkan apa? Sesungguhnya dia
melambangkan dua hal:
1. Dia
melambangkan Setan tentu saja, Iblis dan Setan.
2. Tetapi naga
juga melambangkan Roma. Tidakkah Alkitab berkata bahwa naga itu berdiri di
dekat perempuan itu untuk melahap Anaknya begitu Anak itu lahir? Ya, tentu
saja. Nah, siapa yang berdiri di samping Yesus berusaha untuk membunuh Yesus
ketika Yesus lahir? Menurut Matius 2:16, Herodes Agung.
Jadi naga
melambangkan Setan, tetapi juga melambangkan kuasa siapa? Kuasa Roma. Kemudian
kita lihat bahwa naga ini memiliki 10 tanduk, dan dia memberikan takhtanya, dan
kekuasaannya dan wewenangnya kepada Binatang itu. Jadi, coba saya tanya, apakah
Binatang itu juga melakukan kehendak Roma? Kalian tidak mengikuti saya, ya?
Tentu saja, karena Binatang itu telah menerima takhta, kekuasaan dan wewenang
dari naga itu, jadi Binatang itu harus melakukan apa yang dikatakan naga itu.
Kemudian ada binatang yang punya dua tanduk
seperti anak domba tetapi berbicara seperti naga. Ini tentu
berarti bahwa binatang ini tidak
saja berbicara seperti Setan, tetapi dia juga berbicara seperti
apa? Seperti Roma!
Tepat sekali, menurut nubuatan Alkitab.
Now, I want you to notice a statement
from Great Controversy pg 442 where it
refers to the speaking of this beast.
Now what does a beast represent in
Bible prophecy? A beast represents a nation or a kingdom, and we are told in
Revelation 13 that this beast that rises from the earth does what? He speaks.
What does this mean? It must mean that the nation represented by this beast in
some way speaks, but it speaks like whom? Like the dragon, it speaks like Rome,
in other words. Now how does a nation speak? A nation speaks through its
representative government. A nation speaks through a government of the people
by the people and for the people.
Notice what Ellen White has to say in
pg. 442. She says, “…The ‘speaking’ of the nation is the action of its
legislative and judicial authorities. By such action it will give the lie to
those liberal and peaceful principles which it has put forth as the foundation
of its policy. …” By the way if you
look at Bible prophecies, every beast obliterates or destroys the previous
beast. This is the only case where a beast actually helps the previous Beast
recover its power. Interesting.
Sekarang,
saya mau kalian perhatikan suatu pernyataan dari Great
Controversy hal 442, yang mengacu kepada binatang ini.
Nah, di dalam
nubuatan, binatang itu melambangkan apa? Binatang melambangkan suatu bangsa
atau kerajaan, dan kita diberitahu di Wahyu 13 bahwa binatang yang muncul dari
bumi ini berbuat apa? Dia berbicara. Apa maksudnya? Maksudnya tentulah bangsa
yang dilambangkan oleh binatang tersebut, berbicara, tetapi dia berbicara
seperti apa? Seperti naga, dengan kata lain dia berbicara seperti Roma.
Sekarang, bagaimana suatu bangsa berbicara? Suatu bangsa berbicara melalui
wakil-wakil mereka di pemerintahan. Suatu
bangsa berbicara melalui suatu pemerintahan kerakyatan, oleh
rakyat dan untuk rakyat.
Perhatikan
apa kata Ellen White in hal. 442. Dia berkata,
“…’Berbicara’nya suatu bangsa adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat legislatif dan judisialnya.
Dengan tindakan itu, mereka memasukkan kebohongan kepada prinsip-prinsip yang
liberal dan damai yang telah ditampilkan
sebagai dasar kebijakannya…”
Jika kita
melihat nubuatan Alkitab, setiap binatang melenyapkan atau menghancurkan
binatang yang mendahuluinya. Ini adalah satu-satunya kasus di mana binatang itu
membantu Binatang sebelumnya untuk mendapatkan kekuasaannya kembali. Menarik.
Now, let’s talk a
little about this beast. About this second beast that is going to return the
sword to the first Beast. Let me ask you, what does a beast represent? We’ve
already said that a beast represents a kingdom. Allow me to read you a
statement by the great commentator Adam Clarke, who by the way was not a SDA,
he says this about this beast of Revelation 13:11, he says, “As a beast, has
already been shown to be the symbol of a kingdom or empire, the rising up of
this second beast must consequently represent the rising up of another empire…” Is he right? Of
course he is. Beasts represent kingdoms. In Daniel chapter 7 we have a lion, we
have a bear, we have a leopard, we have a dragon beast. In Daniel chapter 8 we
have a he goat, we have a ram, each one of those represents a nation or a
kingdom. So in Revelation 13:11 this must be a kingdom or a nation.
But now we must ask
about the two horns like a lamb. What do these horns represent? Well the fact
is in the Adventist church we’ve always said that the two horns represent two
principles. And I believe that by extension the two horns represent two
principles but what I believe is that these two horns actually represent two kingdoms,
the two
kingdoms represented by the two swords.
Sekarang, marilah kita berbicara sedikit tentang binatang itu, tentang
binatang yang kedua yang akan mengembalikan pedang kepada Binatang yang pertama.
Coba saya tanya, binatang itu melambangkan apa? Kita tadi sudah
mengatakan bahwa binatang melambangkan suatu kerajaan. Izinkan saya membacakan
suatu pernyataan oleh seorang komentator Alkitab yang terkenal, Adam Clarke,
yang bukan seorang MAHK. Dia berkata demikian tentang binatang Wahyu 13:11 ini,
katanya, “Sebagaimana seekor binatang telah ditunjukkan
adalah simbol suatu kerajaan atau kekaisaran, maka dengan demikian munculnya
binatang yang kedua ini haruslah melambangkan bangkitnya suatu kerajaan…” Apakah dia benar? Tentu saja dia benar. Binatang melambangkan kerajaan.
Di Daniel pasal 7, ada singa, ada beruang, ada macan tutul, ada binatang naga.
Di Daniel pasal 8 ada kambing jantan, ada domba jantan, setiap binatang itu
melambangkan suatu bangsa atau suatu kerajaan. Maka di Wahyu 13:11 ini juga
haruslah suatu kerajaan atau bangsa.
Tetapi sekarang kita harus menanyakan kedua tanduk yang seperti anak
domba. Tanduk-tanduk itu melambangkan apa? Nah, faktanya di gereja Advent kita
selalu mengatakan bahwa kedua tanduk melambangkan dua prinsip. Dan saya yakin
bahwa jika maknanya diperluas, maka kedua tanduk memang melambangkan dua prinsip, tetapi
yang saya yakini adalah kedua
tanduk tersebut sebenarnya melambangkan dua kerajaan, kedua kerajaan yang dilambangkan
oleh kedua pedang.
You say, “How do you
know that?”
Well, allow me to
read you a statement first of all from Adam Clarke, that great Bible
commentator, who is not an Adventist, and then we are going to go to the Bible
to prove this.
He says this, “As the 7-headed
beast is represented as having 10 horns, which signifies so many kingdoms lead
together to support the latin church, so the beast which rises out of the earth
also has two
horns which must consequently represent two kingdoms. For if horns of a
beast mean kingdoms in one part of the apocalypse, kingdoms must be intended by
this symbol whenever it is used in a similar way in any other part of this
book.” Is he right?
See, we can’t say
that the 10 horns on the dragon beast represent kingdoms, and the two horns
that are found on the head of the ram represent kingdoms, then horns represent
kingdoms, but here the two horns like a lamb don’t represent kingdoms. In some
way, horns represent kingdoms. So what we have here is one nation composed of
how many kingdoms? One nation composed of two kingdoms.
Now you are saying,
“Is there any biblical precedent to that?”
Absolutely. Go with
me to Daniel 8, the closest biblical parallel. Daniel 8:3, and 20. Daniel 8:3
and then we’ll jump down to verse 20.
It says there in
verse 3, “Then I lifted my eyes and saw, and
there, standing beside the river, was a ram which had two horns, and the two
horns were high; but one was higher than the other, and the
higher one came up last.…”
So we have a ram, how many beast?
Just one, right? A ram. And the ram has how many horns? Two horns. So how many
kingdoms are we talking here? We are talking about one nation. But that nation
is composed of two what? Two kingdoms. Notice verse 20, the interpretation the
Bible gives, very clearly, “…20The ram which you saw, having
the two horns --- they are the
kings of Media and Persia.” So
you have one nation, composed of two what? Two kingdoms, side by side.
So in Revelation 13 you must have one
nation, as you have one beast, but this one nation has to have in its midst two
what? Two kingdoms.
Kalian berkata, “Dari mana Anda tahu itu?”
Nah, izinkan saya membacakan suatu pernyataan, pertama dari Adam Clarke,
komentator Alkitab yang terkenal, yang bukan orang MAHK, kemudian kita akan ke
Alkitab untuk membuktikannya.
Adam Clarke berkata demikian, “Sebagaimana
binatang berkepala 7 itu dilambangkan memiliki 10 tanduk, yang
menandakan begitu banyak kerajaan yang bergabung dan mendukung gereja Latin
tersebut, maka binatang yang muncul dari bumi yang memiliki 2 tanduk,
sebagai akibatnya, haruslah melambangkan dua kerajaan. Karena jika tanduk binatang melambangkan kerajaan di satu
bagian apokalips, maka simbol tersebut diniatkan melambangkan kerajaan setiap
kali dipakai dalam kasus yang sama di bagian lain dari buku itu.” Apakah dia benar?
Lihat, kita tidak bisa mengatakan
ke-10 tanduk pada binatang naga itu
melambangkan kerajaan-kerajaan, dan kedua tanduk pada kepala domba jantan itu melambangkan
kerajaan-kerajaan, tetapi kedua tanduk seperti anak domba tidak melambangkan
kerajaan. Pokoknya, tanduk melambangkan kerajaan. Jadi apa yang ada di sini
adalah satu bangsa yang terdiri atas berapa kerajaan? Satu bangsa yang terdiri atas dua kerajaan.
Nah, kalian berkata, “Apakah ada presedennya di dalam Alkitab tentang
hal itu?”
Tentu saja. Marilah bersama saya ke Daniel pasal 8, itulah persamaan
alkitabiah yang paling mirip. Daniel 8:3 dan 20. Daniel 8:3 lalu kita akan
meloncat ke ayat 20.
Dikatakan di ayat 3, “Aku mengangkat mataku dan
melihat, tampak seekor domba jantan
berdiri di tepi sungai itu, tanduknya dua
dan kedua tanduk itu tinggi, tetapi yang satu lebih tinggi dari yang lain, dan
yang lebih tinggi itu tumbuh belakangan…” [NKJV
yang diindonesiakan]. Jadi ada
seekor domba jantan, berapa ekor binatang? Cuma satu, betul? Seekor domba
jantan. Dan domba jantan ini punya berapa tanduk? Dua tanduk. Jadi di sini kita
berbicara tentang berapa banyak kerajaan? Kita berbicara tentang satu bangsa,
tetapi bangsa itu terdiri atas dua apa? Dua kerajaan. Perhatikan ayat 20,
interpretasi yang diberikan Alkitab, sangat jelas, “Domba jantan yang kaulihat
itu, dengan kedua tanduknya, ialah raja-raja orang Media dan Persia.”
Jadi
ada satu bangsa yang terdiri atas dua apa? Dua kerajaan, berdampingan.
Maka
di Wahyu pasal 13, pasti itu juga satu bangsa karena hanya ada satu binatang,
tetapi satu bangsa ini memiliki dua apa? Dua kerajaan.
Now, the question is, what kind of
kingdoms?
Do you know that this is the only
time in Bible prophecy where the kind of horns are identified? In all other
places it simply says “horns”, but here it says “horns like a lamb”, that must
be an important detail, if that distincts it, it may. Now do you know that in
Revelation the word “lamb” is used 29 times? And every single time that the word “lamb”
is used, it applies to Jesus Christ. So somehow these two kingdoms must
be kingdoms that Jesus what? That Jesus taught and Jesus recognized. Because
there are two horns like a lamb and the horns represent what? Kingdoms. And the
beast is a nation. So it must be a nation that is composed or recognizes two
kingdoms and they are the same two kingdoms that who recognized? Jesus. Because
they are horns like the horns of a lamb.
Nah,
pertanyaannya adalah, kerajaan macam apa?
Tahukah
kalian bahwa inilah satu-satunya kali di nubuatan Alkitab di mana jenis
tanduknya diidentifikasi? Di semua tempat yang lain hanya dikatakan “tanduk”,
tetapi di sini dikatakan “tanduk seperti tanduk anak domba”. Tentunya itu
adalah detail yang penting jika disebutkan khusus begitu. Nah, tahukah kalian
bahwa di kitab Wahyu,
kata “anak domba” dipakai 29 kali dan setiap
kali kata “anak domba” itu dipakai, itu dipakai untuk Yesus Kristus?
Maka kedua kerajaan ini haruslah kerajaan yang diapakan Yesus? Yang diajarkan
dan diakui Yesus. Karena ada dua tanduk seperti anak domba dan tanduk-tanduk
itu melambangkan apa? Kerajaan. Dan binatang itu adalah suatu bangsa. Maka
tentunya ini suatu bangsa yang terdiri atas, atau mengakui dua kerajaan, dan
mereka adalah kedua kerajaan yang sama yang diakui siapa? Yesus. Karena
tanduk-tanduk itu seperti tanduk-tanduk anak domba.
Now you are saying, “What two
kingdoms did Jesus recognize?”
What two kingdoms did the Lamb
recognize? Go with me to Matthew 22:15. You see, Scripture interprets
Scripture. This is when Jesus had the discussion over whether you are supposed
to pay taxes or not. It says there, beginning in verse 15, “Then the Pharisees went and plotted
how they might entangle Him in His
talk. 16And they sent to Him their disciples with the Herodians,
saying, ‘Teacher, we know that You are true, and teach the way of God in truth;
nor do You care about anyone, for You do not regard the person of men….” In other words, “You don’t make any
distinction between one person from another, people are people.” Verse 17, “…17Tell
us, therefore, what do You think? Is it lawful to pay taxes to Caesar, or not?’
…” Now, Jesus knew that if He said “Yes”, the Jews would be
against it, because they hated paying taxes to Ceaser, but He also knew that if
He said “No, don’t pay taxes to Ceaser” He would have the Roman government
against Him. And so Jesus had to go the indirect route. Verse 18, “… 18 But
Jesus perceived their wickedness, and said, ‘Why do you test Me, you hypocrites? 19 Show Me
the tax money.’ So they brought Him a denarius. 20And He said to
them, ‘Whose image and inscription is
this?’ …” In other words, “whose face is on this coin and whose name
is on it?” “… 21They said to Him,
‘Caesar's.’ And He said to them, ‘Render therefore to Caesar the things that
are Caesar's, and to God the things that are God's.’”
Sekarang
kalian berkata, “Dua kerajaan apa yang diakui Yesus?”
Dua kerajaan
apa yang diakui Anak Domba? Marilah bersama saya ke Matius 22:15. Kalian lihat,
Alkitab menginterpretasi Alkitab. Ini adalah ketika Yesus berbincang mengenai
apakah kita harus membayar pajak atau tidak. Dikatakan di sana, mulai dari ayat
15, “Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka bersekongkol bagaimana mereka dapat menjebak
Yesus dalam pembicaraanNya. 16
Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian berkata kepada-Nya: ‘Guru, kami tahu, Engkau
adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau
tidak takut kepada siapa pun
juga, sebab Engkau tidak memandang manusia.
…” dengan
kata lain Engkau tidak membedakan antara manusia satu dengan yang lain, manusia
adalah manusia. Ayat 17 “… 17 Oleh karena itu, katakanlah
kepada kami apa pendapat-Mu: Apakah sesuai hukum membayar pajak kepada Kaisar atau
tidak?’…” Nah,
Yesus sudah tahu bila Dia menjawab “Ya”, orang-orang Yahudi akan menentangNya,
karena mereka tidak suka membayar pajak kepada Kaisar. Tetapi Dia juga tahu,
bila dia berkata “Tidak, jangan membayar pajak kepada Kaisar”, maka Dia akan
dikejar pemerintah Roma. Maka Yesus harus mengambil jalan memutar. Ayat 18, “…18 Tetapi Yesus mengetahui
kejahatan hati mereka itu lalu berkata: ‘Mengapa kamu mencobai Aku, hai
orang-orang munafik? 19 Tunjukkanlah kepada-Ku uang untuk pajak
itu.’ Maka mereka membawa satu dinar kepada-Nya. 20 Dan Ia bertanya kepada mereka: ‘Gambar dan
tulisan siapakah ini?’…” Dengan kata lain, wajah siapa yang ada
di koin itu dan nama siapa yang ada di sana, “…21 Jawab mereka: ‘Gambar dan
tulisan Kaisar.’ Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Berikanlah kepada Kaisar barang-barang milik Kaisar, dan kepada Allah barang-barang kepunyaan Allah."[NKJV yang diindonesiakan]
Let me ask you, did Jesus teach the
existence of two separate kingdoms? Yes. One kingdom was the church and the
other kingdom was what? The state, the power of the state. The power of the
state belonged to Ceaser whereas the power of the other kingdom belonged to
God.
So let me ask you, were there two
kingdoms in the one Roman empire according to Jesus? Absolutely, there were. By
the way, in a private conversation between Jesus and Pilate, we once again see
that Jesus believed in two separable kingdoms within the Roman empire. You
remember that Pilate asked Jesus if He was a king? And Jesus said, “Indeed I am.”
Notice what else He said in John 18:36 “Jesus said, ‘My kingdom is not of this world’. Is Jesus recognizing the existence of two kingdoms here?
Of course. He says,
“…’My kingdom is not of this world…” So there are two kingdoms, His and the world’s. He says, “If My kingdom were of this world, My
servants would fight…”
in other words they would take up the sword, the sword of the civil power, the
material sword, and they would fight, “…so that I should not be delivered to the Jews. But now, My kingdom is not from
here.”
Coba saya
tanya, apakah Yesus mengajarkan eksistensi dua kerajaan yang terpisah? Ya.
Kerajaan yang satu adalah gereja, dan kerajaan yang lain apa? Pemerintah,
kekuasaan negara. Kekuasaan negara adalah milik Kaisar, sedangkan kekuasaan kerajaan
yang lain, dimiliki Tuhan.
Jadi coba saya tanya, menurut Yesus apakah ada dua
kerajaan di dalam satu kekaisaran Romawi? Tentu saja ada. Ketahuilah dalam
suatu percakapan pribadi antara Yesus dengan Pilatus, sekali lagi kita melihat
bahwa Yesus meyakini dua kerajaan yang terpisah di dalam kekaisaran Romawi.
Kalian ingat bahwa Pilatus bertanya kepada Yesus apakah Dia seorang raja? Dan
Yesus berkata, “Benar, Aku seorang raja.” Perhatikan apa lagi yang dikatakanNya
di Yohanes 18:36, Yesus berkata, “Jawab Yesus: ‘Kerajaan-Ku
bukan dari dunia ini…” Apakah Yesus mengakui eksistensi dua
kerajaan di sini? Tentu saja. Dia berkata, “…‘KerajaanKu bukan dari
dunia ini…” jadi ada dua kerajaan, kerajaanNya dan
kerajaan dunia. Yesus berkata, “…Seandainya Kerajaan-Ku dari dunia ini,
pasti hamba-hamba-Ku telah melawan…” dengan kata lain, mereka akan mengangkat
pedang, pedang kekuasaan sipil, pedang material, dan mereka akan melawan, “… supaya Aku jangan diserahkan
kepada orang Yahudi. Tetapi sekarang, Kerajaan-Ku
bukan dari sini." [NKJV yang diindonesiakan]
Does Jesus here explicitly state that
His
followers are not to use the sword to defend and advance His kingdom?
Very clearly. His kingdom does not involve fighting with the physical sword. His kingdom
conquers the world by preaching the Gospel by the power of the Holy Spirit,
with the sword of the Spirit, that is.
At the same time did Jesus recognized
the divinely ordained legitimacy of the civil power of Rome? He most certainly
did. Notice John 19:11. Yesus is going to tell Pilate, "You could have no power at all
against Me unless it had been given you from above…”
So did Pilate receive his right to
rule from above? Was his kingdom legitimately given to him by God? Absolutely.
Two kingdoms in one empire: the kingdom of Jesus which is the church, and the
kingdom of Rome which is the kingdom of the state.
Apakah di
sini Yesus menyatakan dengan eksplisit bahwa murid-muridNya tidak boleh menggunakan pedang untuk
membela dan memajukan kerajaanNya? Sangat jelas. KerajaanNya
tidak melibatkan pertempuran dengan pedang fisik. KerajaanNya menaklukkan dunia dengan mengabarkan Injil
oleh kuasa Roh Kudus, yaitu dengan pedang Roh.
Pada waktu
yang sama apakah Yesus mengakui keabsahan kekuasaan sipil Roma yang resmi
diangkat oleh Tuhan? Betul sekali. Perhatikan Yohanes 19:11, Yesus mengatakan
kepada Pilatus, "Engkau tidak akan mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, kecuali kuasa itu telah diberikan kepadamu dari
atas…” [NKJV yang diindonesiakan]
Maka apakah Pilatus
menerima haknya untuk memerintah dari atas? Apakah kerajaannya resmi diberikan
kepadanya oleh Tuhan? Tentu saja. Dua kerajaan dalam satu kekaisaran: kerajaan
Yesus yaitu gereja, dan kerajaan Roma yaitu kerajaan negara.
By the way it’s a sobering fact that
Jesus was killed by an unholy alliance between church and state, similar to the
one that existed during the period of papal supremacy. When the Jewish
Sanhedrin which by the way was the church of that day and age took Jesus
before Pilate, that is before the state, they had every intention of executing the
death penalty against Jesus, but as a church they had no authority to execute
the death penalty. They need the sword of the civil government to
execute Jesus Christ. In a certain rudimentary way, folks, Pilate recognized
the existence of two separate kingdoms. Pilate himself had it clearer than
God’s own people, because he said to the Jewish leaders, “You take Him and judge Him according
to your law.” [John 18:31] So you have two sets of laws: You have the law of God,
which is the law of the church. He said, “You judge Him by your law, I have my
own laws, my civil laws of the state.” Thus, Pilate perhaps inadvertently
recognized that there were two kingdoms with two separate laws within one
nation, Rome. But then the church leaders revealed to Pilate what they really
had in mind. They said in John 18:31 “It is not lawful for us to put anyone to death.” In other words they couldn’t execute
the death penalty, they needed the help of the state, they needed the help of
Pilate in order to give the decree to kill Jesus Christ. Remarkably, Pilate
publicly announced several times that Jesus had committed no crime, at least 3
times that I can count. He said, “This Man is innocent, I see no crime. He
hasn’t broken any laws of mine, no laws of the civil government.” Yet he condemned
an innocent Man to death under the direction of the Jewish church of
that day and age. Rome became the sword in the hands of the church of that day and age to
slay Jesus Christ. Now you tell me in what way is that different than
what happened in the Middle Ages? Not at all.
Suatu
kenyataan yang menyadarkan kita ialah Yesus dibunuh oleh suatu aliansi najis
antara gereja dengan pemerintah, mirip dengan yang ada selama periode kejayaan kepausan.
Ketika Sanhedrin Yahudi ~
yang pada saat dan zaman itu adalah gereja ~ membawa Yesus ke hadapan Pilatus,
yaitu ke hadapan pemerintah, mereka berniat
mengeksekusi hukuman mati pada Yesus, namun sebagai gereja mereka tidak
memiliki wewenangnya untuk mengeksekusi hukuman mati. Mereka
membutuhkan pedang pemerintah sipil untuk membunuh Yesus Kristus. Dengan
pengertian yang sederhana, Saudara-saudara, Pilatus mengenali eksistensi dua
kerajaan yang terpisah. Pilatus sendiri lebih memahaminya daripada umat Tuhan
sendiri karena dia berkata kepada pemimpin-pemimpin Yahudi, “Ambillah Dia dan hakimilah
Dia menurut hukum Tauratmu." [Yoh. 18:31].
Jadi ada dua set hukum: ada Hukum Tuhan, yang adalah hukum gereja. Pilatus berkata,
“Hakimilah Dia dengan hukummu, aku punya hukumku sendiri, yaitu hukum sipil
negara.” Maka Pilatus secara tidak sengaja, mengakui bahwa ada dua kerajaan
dengan dua hukum yang terpisah, di dalam satu bangsa, Roma. Tetapi kemudian
para pemimpin gereja menyatakan kepada Pilatus apa yang sebenarnya ada di benak
mereka. Di Yohanes 18:31, mereka berkata, “Tidaklah
sesuai hukum bagi kami untuk membunuh seseorang." [NKJV yang diindonesiakan] Dengan
kata lain, mereka tidak bisa menjalankan hukuman mati, mereka butuh bantuan
pemerintah, mereka memerlukan bantuan Pilatus untuk mengeluarkan surat perintah
membunuh Yesus Kristus.
Yang
mengherankan, Pilatus secara umum menyatakan beberapa kali bahwa Yesus tidak
melakukan kejahatan apa-apa, sedikitnya 3 kali yang saya hitung. Dia berkata,
“Orang ini tidak berdosa, saya tidak melihat adanya kejahatan. Dia tidak
melanggar apa pun dari hukumku, hukum pemerintah sipil.” Namun begitu Pilatus tetap menghukum
mati Seorang yang tidak berdosa di bawah
pengarahan gereja Yahudi pada masa dan zaman itu. Roma menjadi pedang di tangan
gereja pada masa dan zaman itu untuk membunuh Yesus Kristus.
Sekarang coba kalian katakan, di mana letak perbedaannya dengan apa yang
terjadi di Abad Pertengahan? Sama sekali tidak ada.
By the way in John 19:12 we find
these words: “From then on Pilate sought to
release Him, but the Jews cried out, saying, ‘If you let this Man go, you are
not Caesar's friend. Whoever makes himself a king speaks against Caesar.’"
This is the reason why Pilate gave up an innocent Man to
be killed, it was because of political
expediency. He did not want to lose his political position and therefore he
delivered an innocent Man to be killed.
Di Yohanes
19:12, kita temukan kata-kata ini, “Sejak itu Pilatus berusaha
untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: ‘Jikalau engkau
membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap
dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."
Inilah alasannya mengapa Pilatus menyerahkan Seorang yang
tidak bersalah untuk dibunuh, karena kepentingan politik. Dia tidak mau
kehilangan kedudukan politisnya maka dia menyerahkan Seorang yang tidak berdosa
untuk dibunuh.
Now let me ask you this, what kingdom
that arose around 1798 recognized explicitly in its founding documents the
legitimate simultaneous existence of two kingdoms in one nation, the same
kingdoms that Jesus believed in? The answer, folks, is unmistakable and
irrefutable. There is only one nation around 1798 that recognized these two kingdoms within
one nation, in its founding documents by its founding fathers.
Let’s review a little bit about the
history of the USA. The history of the USA can be divided into 2 great periods:
·
the
Colonial period which is from 1620 to about 1776 we’ll say from the time of the
Declaration of Independence was signed;
·
and
the Constitutional period which we would say is from 1776 till the present
time.
The constitutional fathers of the US
~ this is the second great period of the history of the US ~ the constitutional
fathers of this country such as Thomas Jefferson, George Washington, James
Madison, Ben Franklin and others, recognized 3 very important things, they knew
3 very important things:
1.
First
of all they knew the history of the church in the Middle Ages,
2.
secondly
they knew the history of the US in the colonial period,
3.
and
in the third place they knew their Bibles.
Sekarang coba
saya tanya, kerajaan apa yang muncul sekitar 1798, yang mengakui secara
eksplisit di dalam dokumentasi pendiriannya, eksistensi yang sah dari dua
kerajaan dalam satu bangsa, dua kerajaan yang sama yang diyakini Yesus?
Jawabannya, Saudara-saudara, tidak mungkin salah dan tidak terbantahkan, hanya ada satu bangsa sekitar
1798 yang mengakui adanya kedua kerajaan tersebut di dalam satu bangsa, di
dalam dokumentasi pendiriannya, oleh bapak-bapak pendirinya.
Mari kita
ulangi sedikit sejarah Amerika Serikat. Sejarah Amerika Serikat bisa dibagai
dalam dua periode besar:
·
Periode kolonial yang berlangsung dari 1620 hingga
sekitar 1776, kita katakan hingga saat penandatangan Declaration of
Independence [proklamasi kemerdekaan].
·
Dan periode konstitusi yang bisa kita katakan dari
1776 hingga sekarang.
Bapak-bapak
penyusun konstitusi Amerika Serikat ~ ini adalah periode kedua dari sejarah
Amerika Serikat ~ bapak-bapak penyusun konstitusi negara ini seperti Thomas
Jefferson, George Washington, James Madison, Ben Franklin dan lainnya,
mengetahui 3 hal yang sangat penting:
1. Pertama
mereka tahu tentang sejarah gereja zaman Abad Pertengahan.
2. Kedua mereka
tahu tentang sejarah Amerika Serikat di zaman kolonial.
3. Dan ketiga,
mereka tahu isi Alkitab mereka.
First of all they knew the history of
the church in the Middle Ages, in fact, you know, this just dawned on me
recently, they were actually living in the closing years of the 1260 years
prophecy. Have you ever stopped to think that the Declaration of Independence in
1776, the Constitution in 1787 and the Bill of Rights in 1791 all were put in
place before the papacy received its deadly wound? In other words the
founding fathers were living in the period when the papacy was reaching its
final moments of dominion.
Pertama,
mereka tahu sejarah gereja di Abad Pertengahan, bahkan kalian tahu, saya baru
menyadari bahwa sebenarnya mereka ini hidup di tahun-tahun penutup masa
nubuatan 1260 tahun. Pernahkah kalian pikirkan bahwa Declaration
of Independence [proklamasi kemerdekaan] di tahun 1776, UUD di tahun 1787, dan Bill of
Rights [Amandemen kepada konstitusi] di tahun 1791 semuanya ditempatkan sebelum kepausan
menerima lukanya yang mematikan? Dengan kata lain, bapak-bapak pendiri ini hidup
di periode saat kepausan akan mencapai akhir kekuasaannya.
The constitutional fathers knew that
when the church and the state are joined together, the inevitable result is the
denial of civil rights and persecution. They knew all about the mechanism of the Inquisition,
they knew very well the history of what happened to John Huss when he was
delivered to the state to be exterminated because his religious views were
different than the views of the church. They knew that. They said, “We are not
going to have a system of government like existed in the Middle Ages.” The
constitutional fathers also knew all about the history of the colonial period
of the US. They knew that atheists, Jews, Quakers, Baptists, and others were
deprived of their civil rights because they did not agree with the established
religion or the established church of the colonies. They knew about Sunday laws
that compelled people to attend church, on pain of fines, flogging,
imprisonment, and in one case, death. They knew that only members of the
established church could serve in an official position in the government. They
knew that people’s taxes were used by the government to remunerate pastors of
the established churches. They knew all about Roger Williams who was banished
from the Massachusetts Bay colony for strict teaching of separation of church
and state. They knew all about how he established Rhode Island. They knew how
for 3 weeks he had to flee in the dead of winter because he had been banished
from the colonies. They said, “The Constitution of the USA is going to
establish a power totally different than during the colonial period when church
and state were joined together and as a result people were deprived of their
civil rights and liberty. The system we are going to establish is different
than that which existed in the Middle Ages when church and state were joined
together. We are going to have a different type of government.”
Bapak-bapak Konstitusi tahu bahwa bila gereja dan negara
digabungkan bersama, maka akibat yang tidak bisa dielakkan adalah diabaikannya
hak sipil rakyat dan penganiayaan. Mereka sudah
tahu segalanya tentang mekanisme Inkuisisi, mereka sangat tahu sejarah apa yang
terjadi pada John Huss ketika dia diserahkan kepada negara untuk dilenyapkan
karena pandangan keagamaannya berbeda dengan pandangan gereja. Mereka sudah
tahu semua itu. Mereka berkata, “Kita tidak akan memiliki sistem pemerintahan
seperti yang ada di Abad Pertengahan.”
Para bapak
konstitusi ini juga tahu tentang sejarah periode kolonial di Amerika Serikat.
Mereka tahu bahwa orang-orang atheis, Yahudi, Quaker, Baptis, dan lain-lain
telah kehilangan hak sipil mereka karena
mereka tidak sejalan dengan agama yang diakui atau dengan gereja yang diakui di
koloni-koloni itu. Bapak-bapak konstitusi ini tahu tentang UU Hari Minggu yang
memaksa orang harus datang ke gereja dengan ancaman denda, dicambuk, dipenjara,
dan ada satu kasus, dibunuh. Mereka tahu bahwa hanya anggota-anggota gereja-gereja
yang diakui yang bisa menjadi pejabat pemerintah. Mereka tahu bahwa pajak
rakyat dipakai oleh pemerintah untuk menggaji para pendeta gereja-gereja yang
diakui. Mereka tahu tentang Roger Williams yang diusir dari koloni
Massachusetts Bay karena mengajarkan tentang pemisahan gereja dan pemerintah.
Mereka tahu semuanya bagaimana dia membangun Rhode Island. Mereka tahu
bagaimana selama 3 minggu dia harus lari di tengah-tengah musim dingin karena
dia diusir dari koloni-koloni itu. Dan mereka berkata, “UUD Amerika Serikat
akan mendirikan suatu kekuasaan yang sama sekali berbeda dari apa yang ada di
zaman kolonial ketika gereja dan pemerintah digabung menjadi satu dan sebagai
akibatnya orang-orang kehilangan hak sipil mereka dan kebebasan mereka. Sistem
yang akan kita tegakkan berbeda dari apa yang ada di Abad Pertengahan saat
gereja dan pemerintah bergabung menjadi satu. Kita akan memiliki tipe
pemerintah yang berbeda.”
And by the way, as we’ll notice in a
few moments the founding fathers also knew their Bibles very well much more
than Christians know their Bibles today. If Christians follow what the Bible
says, they would not be playing with fire at this time, with making overtures
to the Roman Catholic papacy.
Dan sebentar
lagi kita akan lihat bahwa para bapak pendiri Amerika Serikat juga sangat
mengenal Alkitab mereka, jauh lebih baik daripada orang Kristen hari ini
mengenal Alkitab mereka. Seandainya orang Kristen mengikuti apa yang dikatakan
Alkitab, mereka tidak akan bermain dengan api saat ini dengan merayu kepausan Roma
Katolik.
Now in 1776 as we all know, the
Declaration of Independence was signed. And the basic idea was that all men are
created equal and are endowed by their Creator with certain unalienable rights,
among which are life, liberty and the pursuit of happiness. That was
revolutionary in itself.
1777 the Constitution of the US was
ratified, and in 1791 the Bill of Rights, the first 10 amendments to the
Constitution was also approved.
I must underline that all of these
happened immediately before the papacy received its deadly wound. In other
words as the first power was coming to its end, the next power was rising to
take its place.
Nah, di tahun
1776, kita semua tahu bahwa proklamasi kemerdekaan (Amerika) ditandatangani.
Dan gagasan dasarnya adalah bahwa semua manusia diciptakaan sama derajatnya,
dan oleh Sang Khalik diberi hak-hak tertentu yang tidak boleh dirampas, di
antaranya adalah hak untuk hidup, hak untuk hidup sebagai orang bebas, dan hak memperjuangkan kebahagiaannya. Itu
saja sudah revolusioner.
Tahun 1777,
UUD Amerika Serikat diratifikasi, dan di 1791, Bill of Rights 10 amandemen
pertama pada UUD juga disetujui.
Saya harus
menggarisbawahi bahwa semua ini terjadi menjelang kepausan
menerima lukanya yang mematikan. Dengan kata lain, saat kekuasaan yang pertama
mengakhiri masanya, kekuasaan berikutnya muncul untuk menggantikan
kedudukannya.
The constitutional father, folks,
believed in the existence of two swords. But they believed that these two
swords were to remain separate. The church was to use the spiritual sword, or
the Spirit to persuade. While the state was to use the material sword to
preserve the civil order. We might call these two principles Republicanism and
Protestantism.
You say, “Well, those are two
principles, the two horns represent two kingdoms.” Well, the fact is, that the
idea of two principles comes from the idea of two what? Of two kingdoms. The
basic idea is you have two kingdoms, one kingdom has a style of government
which is a republic ~ Republicanism, and
the other kingdom is Protestantism which has as its final authority the
Bible or the Word of God. In other words, Republicanism means a representative
civil government, whereas Protestantism represents or means a representative
religious government.
Para bapak
Konstitusi, Saudara-saudara, meyakini eksistensi kedua pedang, tetapi mereka
meyakini bahwa kedua pedang tersebut harus tetap terpisah. Gereja seharusnya
memakai pedang yang rohani, atau Roh, untuk mengajak; sementara
pemerintah memakai pedang material, untuk mempertahankan kesejahteraan
sipil. Kita boleh menyebut kedua prinsip
ini sebagai Republikanisme dan Protestantisme.
Kalian
berkata, “Nah, itu dua prinsip, kedua tanduk melambangkan dua kerajaan.”
Nah, faktanya
adalah, gagasan dua prinsip itu datang dari gagasan dua apa? Dua kerajaan. Gagasan dasarnya adalah, ada dua kerajaan,
yang satu memiliki bentuk pemerintahan republik ~ Republikanisme; dan yang lain
adalah Protestantisme, yang wewenang tertingginya ada pada Alkitab atau Firman
Tuhan. Dengan kata lain, Republikanisme berarti representatif pemerintahan
sipil, sementara Protestantisme melambangkan atau adalah representatif
pemerintahan kerohanian.
You see during the Middle Ages, all
civil matters were decided by the king. Whatever the king said, the people did.
In religious matters all decisions were made by the pope. He was the court of
appeal. When the pope spoke people were required to obey. In other words it was
a totalitarian monarchical system of government. The king ruled in civil
matters, and the pope ruled in religious matters.
But the founding fathers said, “That
is going to change under this new republic. Instead of having the power flow
from up-down, we are going to have the power flow from down-up.” In other words
it will be a government of the people, by the people, and for the people. A
government in which church and state will be kept separate. Each will use their
own sword, each will prosper in their own right, people will have full civil
rights and they will have full religious rights to worship God according to the
dictates of their conscience. This folks, was a revolutionary experiment in the
history of the world. A government of the people, by the people and for the
people.
Kalian lihat,
selama Abad Pertengahan, semua urusan sipil diputuskan oleh raja. Apa kata
raja, itu yang dilaksanakan rakyat. Dalam urusan kerohanian, semua keputusan
dibuat oleh paus. Dialah mahkamah tertinggi. Ketika paus berbicara, masyarakat
diharuskan patuh. Dengan kata lain ini adalah sistem pemerintahan kerajaan yang
totalitarian. Raja berkuasa atas urusan sipil, dan paus berkuasa dalam urusan
kerohanian.
Tetapi para
bapak pendiri Amerika Serikat berkata, “Ini harus berubah di republik yang
baru. Kekuasaan tidak lagi turun dari atas ke bawah, kita akan membuat
kekuasaan naik dari bawah ke atas.” Dengan kata lain, menjadi suatu
pemerintahan kerakyatan, oleh rakyat dan untuk rakyat. Suatu pemerintahan di
mana gereja dan negara akan terpisah, masing-masing memakai pedangnya sendiri,
masing-masing berjaya dengan haknya sendiri, masyarakat akan memperoleh hak
sipilnya yang penuh, dan mereka akan mendapatkan hak kerohanian yang penuh
untuk menyembah Tuhan sesuai tuntutan hati nurani masing-masing. Ini, Saudara-saudara, adalah suatu eksperimen
yang revolusioner dalam sejarah dunia, suatu pemerintahan kerakyatan, oleh
rakyat dan bagi rakyat.
I’d like to read a statement that we
find in Great Controversy pg. 441 where
Ellen White speaks about the system that existed in the Middle Ages, and the
system that the constitutional fathers envisioned. She says this, and this is on
pg. 441, “[Among] The Christian exiles who first fled to America, [and]
sought an asylum from royal oppression and priestly intolerance…” what two kingdoms do we have represented
in those two statements? What would royal oppression be? A monarchy or state
government, right? And priestly intolerance, what would that mean? A religious
system where the priesthood dominated and control and dictated. So she says, “…Among the Christians exiles who first fled to America and
sought an asylum from royal oppression and priestly intolerance, were many who
determined to establish a government upon the broad foundation…” now notice this, “…of civil and religious liberty…” Are those the two horns? They most certainly are. A state without a
king, and a church without a pope, if you please. She continues saying, “…Their views
found place in the Declaration of Independence which sets forth the great truth
that ‘all men are created equal,’ and endowed with the inalienable right to
‘life, liberty, and the pursuit of happiness.’ And the Constitution guarantees
to the people the right of self-government, providing that representatives
elected by the popular vote shall enact and administer the laws…” Then she says this, “…Freedom of religious faith was also granted…” you see the two ideas? “…Freedom of
religious faith was also granted, every man being permitted to worship God
according to the dictates of his conscience…”
then she says this, “…Republicanism…” that is a
represented style of state government “…and
Protestantism…” are representative
style of church government. She says, “…became the
fundamental principles of the nation. These principles…” listen to this, “…are the secret of its power and prosperity….”
Saya akan membacakan suatu pernyataan yang kita dapati di Great Controversy hal. 441 di mana Ellen White
berbicara mengenai sistem yang ada di Abad Pertengahan dan sistem yang
merupakan visi para bapak konstitusi. Ellen White berkata ini, dan ini ada di
hal. 441, “Di antara orang-orang Kristen yang terasing,
yang pertama-tama melarikan diri ke Amerika, dan mencari tempat suaka yang aman dari penindasan kerajaan dan ketidaktoleransian
para imam…” apa kedua kerajaan yang dilambangkan dalam kedua poin
pernyataan ini? Penindasan kerajaan itu apa? Suatu monarki atau pemerintah
negara, bukan? Dan ketidaktoleransian imam-imam itu apa? Suatu sistem kerohanian
di mana para imam mendominasi dan mengendalikan dan berkuasa. Jadi Ellen White
berkata, “Di antara orang-orang Kristen yang terasing,
yang pertama-tama melarikan diri ke Amerika, dan mencari tempat suaka yang aman dari penindasan kerajaan dan ketidaktoleransian
para imam, ada banyak yang bertekad mendirikan suatu pemerintahan di atas
fondasi yang luas…” sekarang perhatikan ini, “…yaitu kebebasan sipil dan rohani…” Apakah ini kedua tanduk tersebut? Tentu saja. Dengan kata lain, suatu
negara tanpa raja, dan suatu gereja tanpa paus. Ellen White melanjutkan
berkata, “…Visi mereka memperoleh tempat dalam
Declaration of Independence yang mengemukakan kebenaran-kebenaran yang agung
bahwa ‘semua manusia diciptakaan sama derajatnya, dan diberi
hak-hak tertentu yang tidak boleh dirampas, hak untuk hidup, untuk hidup
sebagai orang bebas, dan untuk
memperjuangkan kebahagiaannya’. Dan UUD memberi jaminan kepada masyarakat, hak
untuk memerintah sendiri, dengan syarat wakil-wakil yang dipilih oleh suara terbanyak yang akan melaksanakan dan
menjalankan undang-undang…” lalu Ellen
White berkata ini, “…Kebebasan beragama juga diberikan…” kalian lihat
kedua gagasan itu? “…Kebebasan
beragama juga diberikan, setiap orang diizinkan menyembah Tuhan sesuai tuntutan
hati nuraninya sendiri…” Lalu Ellen White berkata ini, “…Republikanisme…” yaitu suatu pemerintahan dengan sistem
perwakilan, “…dan Protestantisme…” perwakilan pemerintahan gereja,
dia berkata, “…menjadi prinsip-prinsip fundamental bangsa
ini. Prinsip-prinsip itu…” dengarkan ini, “…adalah rahasia dari kekuatan dan kemakmurannya…”
You see things happening in these US,
tornadoes and floods and disasters and economic woes, you say, “Well, you know,
it’s the Devil.”
Yes, ultimately it is the Devil. But
Ellen White says, that the secret to the power and prosperity of the US is not
in its military, it is not in its financial resources, it is not in its people.
The secret of power and prosperity is found in the idea of a government by the
people in church and state separate from one another, two kingdoms within one
nation.
By the way, do you know that all of
us, probably, perhaps not all of us, but most of us here, are citizens of US.
Do you realize that right now you are members of two kingdoms in this one
nation of US? How many of you are church
members, raise your hand. You are church members, so do you belong to Christ’s
kingdom? Yes. How many of you are citizens of the US? So, do you have dual
citizenship? Yes. But you have dual citizenship in one nation in the USA. Are
those the two kingdoms that Jesus Christ recognize? Yes, two horns like what?
Like a lamb.
Kita lihat
peristiwa-peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat ini, tornado dan banjir,
dan bencana alam, dan masalah perekonomian, dan kalian berkata, “Yah, itu
pekerjaan Iblis.”
Ya, di
tingkat tertinggi itu Iblis, tetapi Ellen White berkata, bahwa rahasia kekuatan
dan kemakmuran Amerika Serikat tidak terletak pada militernya, tidak pada
sumber daya finansialnya, tidak pada rakyatnya. Rahasia kekuatan dan
kemakmurannya ada pada gagasan suatu pemerintahan kerakyatan, yang terpisah
satu sama lain dalam wewenang gereja dan negara, dua kerajaan di dalam satu
bangsa.
Nah, tahukah
kalian bahwa kita semua, mungkin bukan kita semua tetapi kebanyakan dari kita
di sini adalah warganegara Amerika Serikat? Apakah kalian sadar bahwa sekarang
ini kalian adalah anggota dua kerajaan di dalam satu bangsa Amerika Serikat?
Berapa orang dari kalian yang anggota gereja, tolong angkat tangan. Kalian
adalah anggota gereja, jadi apakah kalian milik kerajaan Kristus? Ya. Berapa
orang dari kalian yang warganegara Amerika Serikat? Jadi, apakah kalian
memiliki kewarganegaraan ganda? Ya. Tapi kalian memiliki kewarganegaraan ganda
dalam satu bangsa di Amerika Serikat.
Apakah itu kedua kerajaan yang diakui Yesus Kristus? Ya, dua tanduk
seperti apa? Seperti anak domba.
She also says in Great Controversy, “…The
founders of the nation wisely sought to guard against the employment of secular
power on the part of the church with its inevitable result, intolerance and
persecution.”
You know, it’s become very
fashionable today among right wing Evangelicals and Catholics to say that
separation of church and state was established to protect the rights of the
church from the encroachment of the state. But just the opposite is true.
History, particularly history of the Middle Ages and of the colonial period
shows clearly that the greater danger is for the church to try and use the
state to accomplish its purposes.
In fact today even many right wing
Evangelicals and Roman Catholics love to say that the separation of church and
state appears nowhere in the Constitution. This is true if you mean that the
actual expression “separation of church and state” is not in the Constitution.
But the concept of the separation of church and state is clearly and explicitly
taught in the Constitution of the USA, specifically in the First Amendment to
the Constitution. Allow me to read you the First Amendment. By the way do you
know that in the First Amendment you have these two horns like a lamb?
Ellen White
juga berkata di Great Controversy, “…Pendiri-pendiri
bangsa ini dengan bijaksana berusaha mencegah dipakainya kuasa sekuler oleh
gereja, yang akan mengakibatkan
ketidaktoleransian dan penganiayaan.”
Kalian tahu,
dewasa ini sudah menjadi mode di antara Evangelis-evangelis sayap kanan dan
Katolik yang berkata bahwa pemisahan antara gereja dan negara diadakan untuk
melindungi hak-hak gereja dikangkangi oleh negara. Tetapi sebenarnya justru
kebalikannya. Sejarah, terutama sejarah Abad Pertengahan dan periode kolonial telah
membuktikan dengan jelas bahwa bahaya yang lebih besar adalah bila gereja
berusaha dan memakai pemerintah untuk mencapai tujuannya. Malah, sekarang ini
bahkan banyak Evangelis sayap kanan dan Roma Katolik yang suka berkata bahwa
pemisahan gereja dan pemerintah tidak ada di dalam Konstitusi. Ini memang benar
jika yang dimaksud adalah kata-kata “pemisahan gereja dan pemerintah” tidak ada di
dalam Konstitusi. Tetapi konsep tentang pemisahan gereja dari pemerintah itu
diajarkan dengan jelas dan eksplisit dalam Konstitusi Amerika Serikat, terutama
di dalam First Amendment to the Constitution. Izinkan saya membacakan Amandemen
Pertama ini. Tahukah kalian di dalam Amandemen Pertama ini ada kedua tanduk
seperti anak domba?
The First Amendment to the
Constitution guarantees religious rights and civil rights. There you have in
the First Amendment, engraved in the First Amendment the two horns like a lamb,
the two kingdoms that Jesus Christ recognized, the two horns like the horns of
a lamb. Notice what the First Amendment says:
“Congress shall make no law
respecting an establishment of religion…” many today are reinterpreting that and they are saying,
“Well, what the First Amendment forbids is establishing a religion above another
religion or a church above another church.” The fact is, the First Amendment
does not say that Congress shall make no law respecting an establishment of a
religion or a church, it says, “religion”. In other words, Congress cannot make
any law that has anything to do with religion. That’s the first clause of the
First Amendment.
Now what is the second clause? It
says, “…or prohibiting the free exercise thereof…” That’s why they become known as the
freedom clause and the free exercise clause.
Congress can’t make any law that
establishes any religious observance, or forbids people from practicing their
religion according to the dictates of their conscience.
Amandemen
Pertama pada Konstitusi menjamin hak relijius dan hak sipil. Di sana, terukir
di Amandemen Pertama, kedua tanduk yang seperti anak domba, kedua kerajaan yang
diakui Yesus Kristus, kedua tanduk seperti tanduk anak domba. Perhatikan apa
kata Amandemen Pertama:
“Konggres tidak boleh membuat undang-undang mengenai penegakan agama…”
Banyak yang
hari ini menginterpretasikan itu lagi dan mereka berkata, “Nah, yang dilarang
oleh Amandemen Pertama adalah menegakkan suatu
agama di atas agama yang lain, atau suatu
gereja di atas gereja yang lain.”
Faktanya, Amandemen
Pertama tidak berkata bahwa Konggres tidak boleh membuat undang-undang mengenai
penegakan suatu agama atau suatu gereja. Amandemen itu berkata, “agama”, dengan
kata lain, Konggres tidak boleh membuat undang-undang yang
berkaitan dengan agama. Itulah klausul pertama dari Amandemen Pertama.
Sekarang, apa
klausul yang kedua? Dikatakan, “…atau
melarang kebebasan mempraktekkannya…”
Itulah
mengapa kedua klausul ini dikenal sebagai klausul kebebasan dan klausul
praktek. Konggres tidak boleh membuat undang-undang apa pun yang
menegakkkan pemeliharaan agama apa pun, atau melarang orang dari mempraktekkan
agama mereka sesuai tuntutan hati nurani mereka.
But it’s interesting to notice that
the First Amendment continues by guaranteeing civil rights. This is what the
rest of the First Amendment says:
I’ll read the whole thing again: “Congress shall make no law
respecting an establishment of religion or prohibiting the free exercise
thereof, or abridging the freedom of speech…” is that a civil right? You know, people
say, “It’s my First Amendment right.” Unfortunately we never say, “It’s my
First Amendment responsibility.” But anyway, “…or abridging the freedom of speech, or of the press…” that’s a civil right, “…or the right of the people
peaceably to assemble and to petition the Government for a redress of
grievances.”
Tetapi
yang menarik adalah menyimak bahwa Amandemen
Pertama melanjutkan dengan memberikan jaminan hak-hak sipil.
Saya akan
membacakan keseluruhannya lagi: “Konggres tidak boleh membuat undang-undang mengenai penegakan agama atau
melarang kebebasan mempraktekkannya, atau membatasi kebebasan berkata-kata…” Apakah ini
suatu hak sipil? Kalian tahu, ada orang berkata, “Ini adalah hak Amandemen
Pertamaku!” Sayangnya kita tidak pernah mengatakan, “Itu adalah kewajiban Amandemen
Pertamaku.” Okelah, “…atau membatasi kebebasan
berkata-kata atau kebebasan pers…” itu hak sipil, “…atau hak orang untuk berkumpul secara damai dan menyampaikan petisi kepada
Pemerintah untuk memperbaiki apa-apa yang dikeluhkan.”
I underline once again, folks, that
the First Amendment does not merely forbids the establishment of a church or a
religion above another, the First Amendment forbids the establishing or
forbidding the free exercise of religion, period. In this sense the Constitution
clearly contains the concept of separation of church and state. Because the
First Amendment forbids the state to make laws establishing religion or
prohibiting the free exercise of religion. Thus the state can have nothing to do with
religion except protect everyone’s right to practice it freely according to the
dictate of their conscience.
Sekali lagi
saya garisbawahi, Saudara-saudara, bahwa Amandemen Pertama bukan saja melarang
ditegakkannya suatu gereja atau agama di atas yang lain, Amandemen Pertama
melarang ditegakkannya atau dibatasinya kebebasan menjalankan agama, titik.
Dalam hal
ini, UUD jelas berisi konsep pemisahan antara gereja dan pemerintah. Karena Amandemen
Pertama melarang pemerintah membuat undang-undang menegakkan agama atau
membatasi kebebasan beragama. Maka, pemerintah
tidak boleh melakukan apa pun sehubungan dengan agama, kecuali membela hak
setiap warganegara untuk menjalankan agama sesuai tuntutan hati nurani mereka.
By the way, Thomas Jefferson, the
architect of the Constitution in the eyes of many, in a letter that he wrote to
the Danbury Baptist Association 1802 explained what he understood the First
Amendment to mean. This is what he said, “Believing with you that religion is a matter which lies
solely between Man and his God, that he owes account to none other for his
faith or his worship, that the legitimate powers of government reach actions
only, and not opinions, I contemplate with sovereign reverence that act of the
whole American people which declared that their legislature should ‘make no law
respecting an establishment of religion, or prohibiting the free exercise
thereof,’ …” and then he explains
by saying, “… thus building a
wall of separation between Church and State…”
Do you think Thomas
Jefferson knew more about the meaning of the First Amendment than scholars today who claim to know so much about the
First Amendment? Obviously. He was one of the ones who’s participating in the
writing and the approving of the First Amendment to the Constitution. He says
what it means is that there is a wall of separation between what? Church and
state.
Thomas
Jefferson, di mata banyak orang adalah penggagas UUD, menulis sepucuk surat
kepada Danbury Baptist Association 1802, menjelaskan bagaimana dia memahami apa
yang ada di Amandemen Pertama tersebut. Inilah yang dikatakannya, “Sepakat dengan kalian bahwa
agama adalah urusan hanya antara manusia dengan Tuhannya, bahwa manusia tidak
perlu mempertanggungjawabkan iman atau ibadahnya kepada orang lain, bahwa
kekuasaan resmi pemerintah hanya mencapai perbuatan dan bukan pendapat, saya
renungkan dengan rasa hormat yang tertinggi, tindakan seluruh bangsa Amerika
yang menyatakan bahwa legislatif mereka tidak boleh membuat undang-undang mengenai penegakkan agama
atau melarang kebebasan menjalankannya…” kemudian dia menjelaskan dengan berkata, “…dengan
demikian, membangun suatu dinding pemisah antara gereja dengan pemerintah…”
Menurut
kalian apakah Thomas Jefferson tahu lebih banyak tentang makna Amandemen
Pertama daripada para pelajar Alkitab zaman sekarang yang mengklaim mereka tahu
banyak tentang Amandemen Pertama? Tentu saja. Dia adalah salah satu yang turut
ambil bagian dalam menulis dan menyetujui Amandemen Pertama UUD. Dia berkata, yang
dimaksud adalah ada dinding pemisah antara apa? Gereja dan pemerintah.
Did the founding
fathers then understand that there are two swords? Yes they did.
Did they understand
that there are two kingdoms? They most certainly did.
Did they put those
two ideas in the Constitution of the US, in the Bill of Rights? Absolutely.
Now, the
Constitution doesn’t have the expression “separation of church and state” but
that’s the way in which Thomas Jefferson understood the meaning of the First
Amendment.
Apakah para bapak pendiri Amerika Serikat paham bahwa ada dua pedang?
Ya, mereka paham.
Apakah mereka paham ada dua kerajaan? Tentu saja mereka paham.
Apakah mereka menuangkan kedua ide tersebut dalam Konstitusi Amerika
Serikat, dalam Bill of Rights? Betul sekali.
Nah, di dalam Konstitusi memang tidak ada ungkapan “pemisahan antara
gereja dan pemerintah” tetapi itulah makna Amandemen Pertama sebagaimana yang
dipahami Thomas Jefferson.
By the way, it’s
very interesting that the moment that a state establishes religious observances,
people lose their civil rights. Isn’t
that right? Let’s take a case that is not Christianity, let’s take for example
the Taliban. Remember the Taliban who were in Afghanistan? Is that a union of
church and state in Islam? Of course it is. They had a repressive style of
government. Were people deprived of
their civil rights? Did they impose their view of religion? Most certainly. So did
their view of religion infringed on people’s civil right? You know, people couldn’t play soccer, you
couldn’t have a free press, you know people could not shave off their beards,
if people disagreed with the religion they were shot in the head, one of the
ultimate civil rights and an inalienated right in the sight of God is the right
to life. And so, what would be different between Christianity using the state
to enforce religion or Islam using the state to enforce religion? Is there
really any difference? There is absolutely no difference, folks.
And this is
something that many people who belong to the Evangelical movement do not
understand. And that is, that when you join church and state the result is the
lost of civil rights and ultimately, persecution.
Yang sangat menarik adalah pada saat suatu negara menegakkan praktek agama, maka masyarakat kehilangan
hak-hak sipil mereka, apakah itu tidak benar? Marilah kita lihat satu kasus
yang tidak berkaitan dengan kekristenan, marilah kita ambil contoh Taliban. Ingat kelompok Taliban
yang ada di Afganistan? Apakah itu suatu gabungan antara gereja dengan
pemerintah dalam Islam? Tentu saja iya. Mereka memiliki pemerintah yang
represif. Apakah rakyatnya kehilangan hak-hak sipil mereka? Apakah mereka
memaksakan pandangan mereka mengenai agama? Tentu saja. Maka, apakah pandangan
mereka tentang agama melanggar hak-hak sipil rakyat? Kalian tahu, rakyatnya
tidak boleh bermain sepakbola, tidak boleh ada kebebasan pers, orang tidak boleh mencukur habis
jenggot mereka, jika ada yang tidak sepakat dengan agamanya, mereka ditembak
kepalanya. Salah satu hak sipil tertinggi dan hak yang tidak boleh dirampas di
mata Tuhan adalah hak untuk hidup. Maka, di mana letak perbedaannya antara kekristenan memakai tangan pemerintah untuk menegakkan agama
atau Islam memakai tangan pemerintah untuk menegakkan agama? Apakah benar-benar ada bedanya? Sama
sekali tidak ada bedanya, Saudara-saudara.
Dan ini adalah sesuatu yang tidak dimengerti oleh banyak orang dari
gerakan Evangelis, yaitu bila manusia menggabungkan gereja dengan pemerintah,
akibatnya adalah hilangnya hak-hak sipil, dan akhirnya, penganiayaan.
Now, you remember
that I mentioned that the founding fathers understood their Bibles. They knew
the contents of their Bibles. Now, I am going to give you a few illustrations
from Scripture of how the Bible upholds and actually amplifies the meaning of
the First Amendment to the Constitution of the USA.
Nah, kalian ingat saya sudah menyinggung bahwa para bapak pendiri
Amerika Serikat sangat paham isi Alkitab mereka. Mereka kenal isi Alkitab
mereka. Nah, saya akan memberikan beberapa ilustrasi dari Firman Tuhan, bagaimana Alkitab mendukung dan bahkan
menguatkan makna Amandemen Pertama Konstitusi Amerika Serikat.
Let’s think for a
few moments about the stories of Daniel 3 and Daniel 6. These two stories
actually illustrate what happens when the first two clauses of the First
Amendment to the Constitution are violated.
Let’s go to Daniel 3
first of all. Here we find King Nebuchadnezzar attempting to establish
religion. Would you agree with that that he tried to establish religion? Yea,
he raised up an image and he said what? “Everyone, all peoples, nations and
tongues must…” what? “…worship this image.” So is he establishing religion? He
most certainly is. What did he say would happen if people did not worship the
image that he set up, his established religion? He said, “Whoever refuses to
comply will be cooked in this fiery furnace.”
Would that entail a
lost of a civil right, which is a right to life? Absolutely. So the minute he
establishes religion, what happens as a result? As a result your life is in
danger. Thus when the king tried to establish religion this automatically led
to persecution against those who failed to comply.
Let me ask you, were
these three young men respectful of the authority of the king, of his
legitimate civil commands? Were they respectful? Did they obey? They most
certainly did. But when the king crossed the line between the separation of
religion and the civil power, they drew the line in the sand and they said, “You are exercising a power
that does not belong to you.” Now, let me ask you, how much of a court of
appeal did the three young men have? The king who established religion by the
power of the state, had all the power in his hands. In fact Ellen White says,
that when Nebuchadnezzar said, “And what God will be able to deliver you from
my hands?” she says that his face looked like the face of a demon and he raised
his hand defiantly to heaven, saying, “Who will be able to deliver you from my
hand?” In other words he was thinking he was the last court of appeal and the
last protection for God’s people if they did not follow his established
religion. And yet we find that the final court of appeal was in the hands of
God not in the hands of the king. And in spectacular fashion the Bible tells us
that these 3 young men were delivered from the fiery furnace by Jesus Christ
Himself. He had overturned the law given that was given by the king to have
those three young men killed.
Marilah kita berpikir sejenak tentang kisah di Daniel pasal 3 dan Daniel
pasal 6. Dua kisah ini sebenarnya menggambarkan apa yang terjadi bila kedua klausul pertama
Amandemen Pertama UUD itu dilanggar.
Marilah ke Daniel pasal 3 dulu. Di sini kita dapati raja Nebukadnezar
berusaha menegakkan agama. Apakah kalian setuju bahwa apa yang dia lakukan
adalah suatu upaya untuk menegakkan agama? Ya, dia mendirikan sebuah patung dan
dia berkata apa? “Semua orang, semua suku, semua bangsa dan bahasa harus…” apa?
“…menyembah patung ini.” Jadi, apakah dia menegakkan agama? Jelas sekali. Apa
katanya yang akan terjadi jika orang tidak menyembah patung yang telah
didirikannya, agama yang ditegakkannya? Dia berkata, “Siapa yang menolak
mematuhi akan dimasak dalam tungku perapian ini.”
Apakah ini membawa akibat hilangnya hak sipil, yaitu hak untuk hidup?
Betul sekali. Jadi begitu dia menegakkan agama, apa akibatnya? Akibatnya nyawa
kita dalam bahaya. Maka pada waktu raja menegakkan agama, ini secara automatis
mengakibatkan penganiayaan terhadap mereka yang tidak bersedia mematuhi.
Coba saya tanya, apakah ketiga pemuda itu menghormati wewenang raja,
perintah sipilnya yang sah? Apakah mereka menghormati? Apakah mereka patuh? Tentu
saja. Tetapi ketika raja itu melewati batas pemisah antara agama dengan kuasa
sipil, ketiga pemuda itu menetapkan batasannya dan mereka berkata, “Engkau
sekarang menjalankan kekuasaan yang bukan milikmu.”
Sekarang coba saya tanya, seberapa besar harapan untuk naik banding bagi
ketiga pemuda tersebut? Raja yang menegakkan agama dengan kekuasaan pemerintah,
memegang semua kuasa di tangannya. Bahkan Ellen White berkata, ketika Nebukadnezar berkata, “Dan Allah mana
yang sanggup menyelamatkan kalian dari tanganku?” wajahnya seperti wajah iblis
dan dia mengangkat tangannya ke atas menantang Tuhan sambil berkata, “Siapa
yang akan sanggup menyelamatkan kalian dari tanganku?” Dengan kata lain, dia
menganggap dirinya adalah mahkamah tertinggi dan perlindungan terakhir bagi
umat Tuhan jika mereka tidak mematuhi agama yang ditegakkannya. Namun kita
dapati bahwa mahkamah tertinggi ada di tangan Tuhan, bukan di tangan raja. Dan Alkitab
mengisahkan bagaimana dengan cara yang spektakuler ketiga pemuda itu
diselamatkan dari tungku perapian oleh Yesus Kristus sendiri. Yesus telah
menjungkirbalikkan undang-undang yang dibuat oleh raja untuk membunuh ketiga pemuda tersebut.
Now, the story of
Daniel 6 is similar but it’s different, because in Daniel 6 we see what happens
when the free exercise clause of the
First Amendment is violated. You see in Daniel 6 king Darius did not establish
religion. King Darius forbade the free exercise of religion. He says, “You
can’t pray.” He is not saying, “You have to pray like this,” that would be
establishing religion. He says, “You can’t pray to any god for a period of 30
days.” Are you understanding the difference between Daniel 3 and Daniel 6?
In Daniel 3,
Nebuchadnezzar is violating the establishment clause of the Constitution although the Constitution obviously did not
exist, but the principles are in the Bible because he is establishing religion
by putting up an image and says, “Everybody has to worship in this way.”
But in Daniel 6 the
king is not saying, “You have to worship in this way”, he is saying, “You
cannot pray in the way that you normally pray for a period of 30 days.” In
other words he is violating the free exercise clause of the First Amendment to
the Constitution of the US.
Sekarang kisah di Daniel pasal 6, mirip tapi berbeda, karena di Daniel 6
kita lihat apa yang terjadi apabila klausul kebebasan Amandemen Pertama
dilanggar. Kalian lihat, di Daniel 6, raja Darius tidak menegakkan agama. Raja
Darius melarang kebebasan beragama. Dia berkata, “Kamu tidak boleh berdoa.” Dia
tidak berkata, “Kamu harus berdoa dengan cara ini,” kalau itu namanya
menegakkan agama, tetapi dia berkata, “Kamu tidak boleh berdoa kepada dewa mana
pun selama 30 hari.” Apakah kalian mengerti perbedaan antara Daniel 3 dan
Daniel 6?
Di Daniel 3, Nebukadnezar melanggar klausul penegakan dari Konstitusi
walaupun pada saat itu belum ada Konstitusi, tetapi prinsip-prinsipnya ada di
Alkitab karena Nebukadnezar menegakkan agama dengan mendirikan sebuah patung
dan brkata, “Semua orang harus menyembahnya dengan cara ini.”
Tetapi di Daniel pasal 6, raja tidak berkata, “Kamu harus menyembah
dengan cara ini”, dia berkata, “Kamu tidak boleh berdoa seperti caramu biasanya
berdoa selama waktu 30 hari.” Dengan kkata lain dia melanggar klausul kebebasan
dari Amandemen Pertama UUD Amerika Serikat.
Let me ask you what
happened as a result? The Bible tells us that once again all the powers seem to
be in the hands of whom? Of the princes and of the king. By the way the king
was very, very sorry because the Bible tells us that the laws of the Medes and
the Persians could not be revoked or changed. In other words it appeared that the
last court of appeal had doomed Daniel to death. But the final court of appeal
was not the king. The final court of appeal was God. And Daniel who trusted in
his God, the Bible says that when he
was thrown into that den of lions, all that night those lions behaved like they
were just simply house cats. They did nothing whatsoever to Daniel. The angel
of God was sent into that lion’s den to deliver Daniel from the mouths of
lions.
In other words, when they exercised their rights to free
exercise of religion, when the 3 friends of Daniel exercised their rights in
spite of the king establishing religion, it looked like all of the powers were
in the hands of the state, but the final court of appeal was actually found in
the hands of God.
Coba saya tanya apa yang terjadi sebagai akibatnya? Alkitab memberitahu
kita sekali lagi, semua kuasa seolah-olah ada di tangan siapa? Di tangan para
pembesar dan raja. Nah, rajanya menjadi amat sangat menyesal karena Alkitab
berkata bahwa undang-undang negara Media dan Persia tidak boleh dibatalkan atau diganti. Dengan
kata lain seakan-akan mahkamah tertinggi telah menghukum mati Daniel. Tetapi
mahkamah tertinggi bukanlah raja. Mahkamah tertinggi yang terakhir adalah
Tuhan. Dan Daniel yang berserah kepada Tuhannya, kata Alkitab, dia dilemparkan
ke gua singa, dan sepanjang malam singa-singa itu bersikap seolah-olah mereka
hanyalah kucing peliharaan. Mereka sama sekali tidak mengusik Daniel. Malaikat
Tuhan dikirim ke gua singa itu untuk menyelamatkan Daniel dari mulut
singa-singa itu.
Dengan kata lain, ketika mereka menjalankan hak mereka untuk kebebasan
beribadah, ketika ketiga teman Daniel menjalankan hak mereka walaupun raja
telah menegakkan agama, seolah-olah semua kekuasaan ada di tangan pemerintah,
tetapi mahkamah tertinggi yang terakhir sesungguhnya terdapat di tangan Tuhan.
By the way after
these 2 episodes, Nebuchadnezzar and Darius still didn’t get the point that God
was trying to teach them. Because immediately after the 3 young men are
delivered from the fiery furnace, Nebuchadnezzar says, “Now, I give a decree
that if anyone says anything bad about the God of these 3 young men, they are
going to be cut in pieces, their houses are going to be erased to the ground.
Because there is no god that can deliver like this One.” Once again he is
establishing religion.
And with Darius,
after Daniel was delivered from the lions’ den, Darius gives a decree and he
says, “I now give a decree that everyone is obligated to tremble and fear
before the God of Daniel.”
They still did not
get the point that you cannot establish or forbid the free exercise of true
religion or a false religion for that matter because the conscience belongs to
man’s relationship with God.
Nah, setelah kedua episode itu, baik Nebukadnezar maupun Darius masih
tidak paham dengan apa yang mau diajarkan Tuhan kepada mereka. Karena begitu
setelah ketiga pemuda itu diselamatkan dari tungku perapian, Nebukadnezar
berkata, “Sekarang saya mengeluarkan titah bahwa barangsiapa yang menghina Allah ketiga pemuda itu, mereka
akan dicincang, keluarga mereka yang dilumatkan rata dengan tanah, karena tidak ada
allah yang bisa menyelamatkan seperti Allah ini.” Sekali lagi Nebukadnezar
menegakkan agama!
Dan dengan Darius, setelah Daniel diselamatkan dari gua singa, dia
memberikan titah dan dia berkata, “Sekarang saya memberikan undang-undang bahwa semua orang harus gentar
dan takut kepada Allah Daniel.”
Mereka tetap tidak paham bahwa manusia tidak boleh menegakkan atau
melarang kebebasan beragama, baik agama yang sejati maupun agama yang palsu
karena hati nurani adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Now, you say what
does all of this have to do with the end time? The fact is that Ellen White has
stated in harmony with what we find in Revelation 13, that the USA is going to come
to the point where it will violate both the first and the second clause of the
First Amendment to the Constitution of the USA. The US will once again join
church and state, in fact it will restore the sword to the Beast that was
wounded by the sword. It will take that sword of the state by joining
church and state, and it will return it to the Beast. And once again
persecution will ensue. In fact Ellen White explains that this second beast
that has two horns like a lamb but speaks like a dragon is actually going to
establish the observance of Sunday as a day of worship. And eventually, the US
is not only going to establish Sunday as a day of worship, the US is going to
forbid your right to keep the Sabbath. In other words both the establishment
and the free exercise clauses to the Constitution are going to be violated.
This is what the Bible means when it says that this nation, this beast, has two
horns like a lamb. In other words it has these two principles based on the idea
of two kingdoms. In its First Amendment to the Constitution of the US it
confesses these two kingdoms that Christ believed in, separate from one
another, full civil and religious liberty but at the same time it has these
idea of two kingdoms or two principles, at the very same time it is going to
speak like what? It is going to speak like a dragon, it is going to speak like
Rome when Rome had the sword in its hand.
Nah, kalian berkata, apa hubungan semua ini dengan akhir zaman?
Faktanya, Ellen White telah memberikan pernyataan yang sesuai dengan apa yang
kita dapati di Wahyu 13, bahwa Amerika Serikat suatu saat akan melanggar baik
klausul pertama maupun klausul kedua dari Amandemen Pertama UUD Amerika Serikat
sendiri. Amerika akan sekali lagi menggabungkan gereja dengan pemerintah,
bahkan dia akan mengembalikan pedang kepada Binatang itu yang pernah dilukai
pedang tersebut. Amerika
akan mengambil pedang milik negara itu dan dengan
menggabungkan gereja dengan pemerintah, dia mengembalikan pedang tersebut
kepada Binatang itu. Dan sekali lagi akan terjadi penganiayaan. Bahkan Ellen
White menjelaskan bahwa binatang yang kedua itu yang punya dua tanduk seperti
anak domba tetapi berbicara seperti naga itu, benar-benar akan menegakkan
pemeliharaan hari Minggu sebagai hari ibadah. Dan akhirnya Amerika tidak saja
menegakkan hari Minggu sebagai hari ibadah, Amerika akan melarang hak kita
untuk memelihara hari Sabat. Dengan kata lain
baik klausul penegakan dan klausul pembatasan kebebasan di UUD akan
dilanggar. Inilah yang dimaksud oleh Alkitab ketika dikatakan bahwa bangsa ini,
binatang ini, mempunyai dua tanduk seperti anak domba. Dengan kata lain, dia
memiliki dua prinsip berdasarkan gagasan dua kerajaan yang diyakini Kristus,
yang terpisah satu dari yang lain, kebebasan penuh dalam hak sipil dan agama.
Tetapi walaupun dia memiliki gagasan dua kerajaan atau dua prinsip ini, pada
waktu yang sama dia juga akan berbicara seperti apa? Dia akan berbicara seperti
naga, dia akan berbicara seperti Roma saat Roma memiliki pedang itu di tangannya.
Ellen White says
this in the book Maranatha pg. 177. She
says, “The time will come when men will not only forbid Sunday work,
but they will try to force men to labor on the Sabbath….” So it’s not only
will they try to force you to observe Sunday but they will try to keep you from
observing the Sabbath. That is a violation of the First Amendment to the
Constitution of the US. She continues saying,
“…And men will be
asked to renounce the Sabbath and to subscribe to Sunday observance…” now notice this, “…or forfeit
their freedom and their lives…” Civil rights, yes or no? Absolutely. “…But the time
for this has not yet come, for the truth must be presented more fully
before the people as a witness.”
Now, somebody might
ask and say, “Pastor Bohr, wouldn’t the establishment of Sunday by Congress as
a national day of rest be a clear violation of the First Amendment and thus
beyond constitutional?”
I mean it’s a
no-brainer isn’t it? And wouldn’t the congressional law forbidding the
observance of the Sabbath also be a violation of the First Amendment and thus
also unconstitutional?
The fact is that any
rational person in the US would be willing to say that a Sunday Law or a law
forbidding the observance of the Sabbath would be unconstitutional, is a
clear infringement of the First
Amendment of the Constitution which says that Congress can make no law
enforcing religion or establishing religion and can make no law forbidding you
to practice your religion or the free exercise of religion. I am quite sure
that when the time comes, the constitutionality of a Sunday Law will be
questioned. In fact the Federal Government will be taken to court. Folks, we
are not to expect the eradication of the First Amendment of the Constitution.
In other words, it’s not that they are going to remove the First Amendment from
the Constitution of the US. They are going to keep that but at the same time
they are going to write, Congress is going to write laws that are clearly
unconstitutional because they establish religion and they forbid the free
exercise of religion. In other words, this schizophrenic Beast if you please,
this Dr. Jekyll and Mr. Hyde Beast is going to have the two horns like a lamb,
and it’s going to say, “Oh, yeah, we believe in the separation of church and
state, yeah we believe that there is two kingdoms in the USA, yeah we believe
in the First Amendment to the Constitution,” but by their actions they are
going to contradict what the First Amendment to the Constitution actually
teaches and has to say. In fact if I
read the Spirit of Prophecy correctly, and I’ve read several statements, what
is going to happen is that the Supreme Court is going to declare
unconstitutional laws, constitutional.
Ellen White berkata demikian di bukunya Maranatha
hal. 177, dia berkata, “Saatnya akan
tiba ketika manusia tidak hanya akan melarang bekerja pada hari Minggu, tetapi
mereka akan memaksa orang bekerja pada hari Sabat…” Jadi mereka bukan saja akan
memaksa kita memelihara hari Minggu, tetapi mereka akan berusaha menghalangi
kita memelihara hari Sabat. Ini adalah pelanggaran Amandemen Pertama Konstitusi
Amerika Serikat. Ellen White melanjutkan, “…Dan orang akan diminta untuk meninggalkan pemeliharaan
Sabat dan ikut memelihara hari Minggu…” sekarang perhatikan ini, “…atau mereka akan kehilangan kebebasan mereka dan hidup
mereka…” Hak-hak sipil, ya atau bukan? Tentu saja. “…Tetapi saatnya untuk ini belum tiba, karena kebenaran masih harus
disampaikan dengan semakin lengkap kepada orang-orang sebagai suatu
kesaksian.”
Nah, mungkin akan ada yang bertanya, “Pastor Bohr, apakah penegakan hari
Minggu oleh Konggres sebagai hari istirahat nasional bukan suatu pelanggaran
terang-terangan kepada Amandemen Pertama dan dengan demikian tidak
konstitusional?”
Jelas ini bukan hal yang sulit dimengerti, bukan? Dan tidakkah undang-undang konggres melarang pemeliharaan hari
Sabat juga merupakan pelanggaran Amandemen Pertama dan dengan demikian juga
tidak konstitusional?
Faktanya, orang yang rasional di Amerika akan berkata bahwa suatu UU
hari Minggu atau suatu peraturan yang melarang pemeliharaan hari Sabat, adalah
tidak konstitusional, itu jelas adalah pelanggaran Amandemen Pertama Konstitusi
yang mengatakan bahwa Konggres tidak boleh membuat undang-undang yang memaksakan agama atau
menegakkan agama, dan tidak boleh membuat undang-undang yang melarang orang menjalankan agama atau kebebasan
beragama.
Saya sangat yakin jika saatnya tiba, keabsahan suatu undang-undang hari
Minggu akan dipertanyakan. Bahkan Pemerintah Federal akan digugat.
Saudara-saudara, janganlah kita mengira Amandemen Pertama Konstitusi akan
dihapus. Dengan kata lain, mereka bukannya akan melenyapkan Amandemen Pertama
dari Konstitusi Amerika Serikat. Mereka akan tetap mempertahankan itu, tetapi
pada saat yang sama mereka akan membuat, Konggres akan membuat undang-undang yang jelas-jelas tidak konstitusional
karena mereka menegakkan agama dan mereka melarang kebebasan beragama. Dengan
kata lain, katakanlah Binatang skizofrenik ini, Binatang Dr. Jekyll dan Mr.
Hyde ini akan memiliki dua tanduk seperti anak domba dan akan berkata, “Oh,
iya, kami meyakini faham pemisahan gereja dari pemerintah, iya kami meyakini
bahwa ada dua kerajaan di Amerika Serikat, iya kami percaya pada Amandemen
Pertama Konstitusi,” tetapi perbuatan mereka mengkontradiksi apa yang diajarkan
dan dikatakan oleh Amandemen Pertama Konstitusi. Bahkan, jika pemahaman saya tentang
Roh Nubuat itu betul, dan saya telah membaca beberapa pernyataan, apa yang akan
terjadi adalah, Mahkamah Agung akan menyatakan undang-undang yang tidak
konstitusional, sebagai konstitusional.
Now, let me talk a
little bit about our system of government. Our system of government is composed
of 3 branches, like in many other nations: the executive, the legislative and
the judicial. As you know, the legislative branch writes the laws, the executive
branch enforces the laws, and the judicial branch interprets the laws. I
frequently ask people, which of these 3 branches of government is more
powerful? And most of them say, “Oh, it’s the executive branch.” But actually,
folks, the most powerful branch of government is the judicial, particularly the
Supreme Court of the USA. And why is this? The answer is actually very, very
simple. Congress can write a law, but if the Supreme Court declares that law
unconstitutional, the bill dies and will not become a law. The flip side is
also true. Congress can draw up a bill for law that is unconstitutional, but if
the Supreme Court declares it constitutional, it will be enforced. If you don’t
think that the Supreme Court is the most powerful branch of the government,
remember election 2000. There was a lot of finagling and fighting, lawyers
in supreme court of Florida here and
there getting involved, but when the Supreme Court says “George W. Bush is the
President of the US”, case closed. It is finished.
Sekarang izinkan saya berbicara sedikit tentang sistem pemerintahan
kita. Sistem pemerintahan kita terdiri atas 3 cabang, seperti yang ada di
negara-negara lain: eksekutif, legislatif, dan judikatif. Seperti yang kalian
ketahui, cabang legislatif yang menulis undang-undang, cabang eksekutif yang
menjalankan undang-undang, dan cabang judikatif yang menerjemahkan
[mengartikan] undang-undang. Saya sering bertanya, yang mana dari ketiga cabang
pemerintahan ini yang lebih berkuasa? Dan kebanyakan orang berkata, “Oh, cabang
eksekutifnya.” Tetapi, Saudara-saudara, sebenarnya cabang pemerintahan yang
paling berkuasa adalah cabang judikatifnya, terutama Mahkamah Agung Amerika
Serikat. Dan mengapa demikian? Jawabannya sebenarnya amat sangat sederhana.
Konggress bisa menulis suatu
undang-undang, tetapi jika Mahkamah Agung menyatakan undang-undang tersebut
tidak konstitusional, rancangan itu mati dan tidak akan menjadi undang-undang.
Sebaliknya jika Mahkamah Agung menyatakannya konstitusional, undang-undang itu
akan diberlakukan. Jika kalian tidak berpikir bahwa Mahkamah Agung adalah
cabang yang paling berkuasa dalam
pemerintahan, ingat peristiwa pemilu tahun 2000. Ada banyak kecurangan dan
perselisihan, penasihat-penasihat hukum di Mahkamah Agung Florida di sini dan
di sana terlibat, tetapi ketika Mahkamah Agung berkata, “George W. Bush adalah
President Amerika Serikat”, kasus ditutup. Sudah selesai.
There are now 5
Roman Catholics on the Supreme Court of the USA. And by the way this is no
reflection on them as persons, but it is significant that they belong to the
Roman Catholic church which means that they believe in the teachings and
practices of the Roman Catholic church. The Chief Justice in fact, John Roberts,
is a Roman Catholic. Also Antonin Scalia, Clarence Thomas, Anthony Kennedy, and
Samuel Alito. There is nothing to indicate that the trend of naming Roman
Catholic judges is going to change anytime soon. And I can almost guarantee to
you that if we have a conservative candidate that wins the presidency of the
US, we will have more Roman Catholic judges on the Supreme Court of the USA,
because several of the liberal judges on the court are getting up in years and
most likely they will be replaced within the next 8 years or so. Can we fathom
what it will be like to have 7 or more Roman Catholics on the Supreme Court of
the US, with the idea of the union of church and state and with their loyalty
to Rome?
Sekarang ada 5 orang Roma Katolik di Mahkamah Agung Amerika Serikat. Dan
ini bukanlah suatu penghakiman atas mereka secara pribadi, tetapi adalah sangat
signifikan mereka berasal dari gereja Roma Katolik, yang berarti mereka
meyakini ajaran-ajaran dan praktek-praktek gereja Roma Katolik. Malah Ketua
Mahkamah Agungnya, John Roberts, adalah seorang Roma Katolik. Juga Antonin
Scalia, Clarence Thomas, Anthony Kennedy, dan Samuel Alito. Tidak ada indikasi
bahwa trend memilih hakim-hakim Roma Katolik akan berubah dalam waktu singkat
ini. Dan saya hampir bisa menjamin bahwa
bila kita mendapatkan seorang calon yang konservatif yang memenangkan pemilihan
presiden Amerika Serikat, kita akan memiliki lebih banyak lagi hakim-hakim
beragama Roma Katolik di Mahkamah Agung Amerika Serikat, karena beberapa dari
hakim-hakim yang liberal di sana sudah mulai menua dan kemungkinan besar mereka
akan diganti dalam waktu 8 tahun ini, kurang lebih. Bisakah kita bayangkan
bagaimana nantinya jika ada 7 atau lebih orang Roma Katolik di Mahkamah Agung
Amerika Serikat yang mempunyai ide untuk menggabungkan gereja dengan pemerintah
dan kesetiaan mereka berkiblat ke Roma?
Allow me to read you
what Ellen White had to say in the Review and
Herald, December 11, 1888, she says,
“They…” that is Christians, “…do not see
that if a Protestant government sacrifices the principles that have made them a
free, independent nation, and through legislation brings into the Constitution,
principles that will propagate papal falsehood and papal delusion, they are
plunging into the Roman horrors of the Dark Ages.”
And you might say,
“Well, Ellen White is being an alarmist here. Isn’t it true that the Supreme
Court Justices is patriotic Americans and that they would never return the US
to what it was in the Middle Ages? To what the power was during the Middle
Ages?”
The fact is, Ellen
White had this to say about individuals who belong to the Roman Catholic
church, and these people who are in the Supreme Court are not just any Roman
Catholics, they are super-educated Roman Catholics.
Great Controversy pg. 580, Ellen White says, “The Roman Catholic Church, with all its
ramifications throughout the world, forms one vast organization under the
control, and designed to serve the interests, of the papal see. Its millions of
communicants, in every country on the globe, are instructed to hold themselves
as bound in allegiance to the pope…” all over the world. “…. Whatever their
nationality or their government, they are to regard the authority of the church
as above all other. Though they may take the oath pledging their loyalty to the
state, yet back of this lies the vow of obedience to Rome, absolving them from
every pledge inimical to her interests. “
Izinkan saya membacakan apa yang dikatakan Ellen White di Review and Herald, 11 Desember 1888, dia
berkata, “Mereka…” yaitu orang-orang Kristen, “…tidak menyadari apabila suatu pemerintahan Protestan mengorbankan prinsip-prinsip yang telah menjadikan mereka
suatu bangsa yang bebas dan mandiri, kemudian melalui legislatifnya memasukkan prinsip-prinsip ke dalam
Konstitusinya yang akan menyebarluaskan kebohongan kepausan dan tipu muslihat
kepausan, mereka sedang terjun bebas ke kengerian Zaman Kegelapan Romawi.”
Dan kalian mungkin berkata, “Yah, Ellen White terlalu panik. Apa bukannya
hakim-hakim Mahkamah Agung itu orang-orang Amerika yang patriotis, dan mereka
tidak akan membawa Amerika Serikat kembali ke kondisi Abad Pertengahan?”
Faktanya, Ellen White berkata demikian tentang individu-individu Roma
Katolik, dan orang-orang ini yang duduk di Mahkamah Agung bukan sembarang orang
Roma Katolik, mereka adalah Roma Katolik yang sangat terdidik.
Great Controversy hal. 580, Ellen White berkata, “Gereja Roma Katolik dengan semua cabang-cabangnya di seluruh
dunia, membentuk satu organisasi besar di bawah kendali dan yang didesain untuk
melayani kepentingan pemerintahan kepausan. Komunikatornya yang berjuta-juta di
setiap negara di dunia, telah diinstruksikan untuk mengikrarkan diri mereka
setia kepada paus…” di seluruh dunia, “…Apa pun kebangsaan mereka atau negara mereka, mereka harus
menganggap autoritas gereja di atas segala yang lain. Walaupun mereka telah
mengambil sumpah setia kepada negara, namun di balik itu ada sumpah setia
kepada Roma, yang membebaskan mereka dari segala sumpah yang bermusuhan dengan
kepentingan Roma.”
Ellen White further describes what is
going to happen in these USA. In the book Maranatha
pg. 179 she says ~ this is really tragic and sad, you know, I am a patriotic
American. I love these USA, mainly
because of the principles upon which it stands, which are divine principles,
the principles that Jesus believed in, the two kingdoms, separated from one
another; the two swords, separated from one another; that’s what makes this country
the greatest country in the history of the world, it’s the principles upon
which it was built. That’s why this is so saddening. She says, “When
the land which the Lord provided as an asylum for His people, that they might
worship Him according to the dictates of their own consciences, the land over
which for long years the shield of Omnipotence has been spread, the land which
God has favored by making it the depository of the pure religion of Christ—when
that land shall, through its legislators, abjure the principles of
Protestantism, and give countenance to Romish apostasy in tampering with God’s
law—it is then that the final work of the man of sin will be revealed…” and then she makes this amazing
statement, “…Protestants will throw their whole influence
and strength on the side of the Papacy; by a national act…” what is a national act? It has to be Federal law, right? Not only
states, but federal. She says, “…by a national
act enforcing the false sabbath…” now notice the
terminology, “…they will give life and vigor…” is that the healing of the deadly wound?
So, is the healing future? Absolutely. “…they will give
life and vigor to the corrupt faith of Rome, reviving…” see, that’s the word again, “…reviving her
tyranny and oppression of conscience. Then it will be time for God to work in
mighty power for the vindication of His truth.”
Lebih jauh
Ellen White menggambarkan apa yang akan terjadi di Amerika Serikat. Di dalam
buku Maranatha hal. 179 dia berkata ~ ini
sungguh sangat tragis dan menyedihkan, kalian tahu, saya adalah seorang Amerika
yang patriotik. Saya mencintai Amerika Serikat ini, terutama karena
prinsip-prinsip di atas mana negara ini berdiri, yang adalah prinsip-prinsip
yang ilahi, prinsip-prinsip yang diyakini Yesus, kedua kerajaan, terpisah satu
dari yang lain; kedua pedang, terpisah satu dari yang lain; itulah yang
menjadikan negara ini terbesar di dalam sejarah dunia, yaitu prinsip-prinsip di
atas mana negara ini didirikan. Itulah sebabnya mengapa begitu menyedihkan
~ Ellen White berkata, “Ketika tanah yang telah
disediakan Tuhan sebagai tempat perlindungan bagi umatNya supaya mereka boleh
menyembah Dia sesuai tuntutan hati nurani mereka sendiri, tanah yang selama
bertahun-tahun di atasnya Yang Mahakuasa telah menyebarkan perlindunganNya, tanah
yang diunggulkan Tuhan dengan menjadikannya tempat penyimpanan agama Kristus
yang murni ~ ketika tanah tersebut melalui legislator-legislatornya
meninggalkan prinsip-prinsip Protestantisme dan menyambut kemurtadan Roma
dengan merusak Hukum Tuhan ~ pada saat itulah pekerjaan terakhir manusia
durhaka akan dinyatakan…” kemudian Ellen White membuat pernyataan yang
mengagumkan ini, “Orang-orang Protestan akan mencurahkan
seluruh pengaruh dan kekuatan mereka di pihak kepausan; melalui suatu
undang-undang nasional…” apa itu undang-undang nasional? Pasti haruslah
undang-undang Federal, bukan? Bukan hanya negara-negara bagian, tetapi Federal.
Ellen White berkata, “…melalaui suatu undang-undang
nasional menegakkan sabat yang palsu…” sekarang perhatikan terminologinya, “…mereka
akan memberikan hidup dan kekuatan…” apakah ini kesembuhan luka yang mematikan? Jadi,
apakah kesembuhan itu masih di masa depan? Tentu saja. “…mereka
akan memberikan hidup dan kekuatan kepada iman Roma yang korup, menghidupkan
kembali…” lihat, perkataan itu lagi, “…menghidupkan kembali
tiraninya dan penindasannya atas hati nurani manusia. Pada saat itulah Tuhan
akan bekerja dengan kuasa yang sangat besar untuk membalaskan kebenaranNya.”
In other words the USA will form a
mirror reflection of the Beast. It will make an image of that Beast that united
church and state, because that’s what characterized that Beast in the Middle
Ages during the 1260 years. A union of church and state. A mirror image would
be a similar style of government. And this nation will impose the mark of the
Beast which is the change in the law that the papacy made during the 1260
years. During the Middle Ages the Beast thought it could change the law of God
by changing the day of worship from
Sabbath to Sunday. The second beast is going to enforce this change. And the
whole world will be led to follow the examples of the USA.
Dengan kata
lain Amerika Serikat akan membentuk suatu pantulan bayangan dari Binatang itu.
Amerika akan membuat patung Binatang itu yang mempersatukan gereja dengan
pemerintah, karena itulah yang menjadi karakter Binatang tersebut di Abad
Pertengahan selama 1260 tahun, suatu unifikasi antara gereja dengan pemerintah,
suatu pantulan bayangan adalah model pemerintahan yang sama. Dan bangsa ini
akan memaksakan tanda Binatang itu yang adalah perubahan hukum yang dibuat
kepausan selama 1260 tahun. Selama Abad Pertengahan Binatang itu menyangka dia
bisa mengubah hukum Tuhan dengan mengganti hari ibadah dari Sabat ke hari
Minggu. Binatang yang kedua akan menjalankan perubahan tersebut. Dan seluruh
dunia akan dipimpin untuk mengikuti teladan Amerika Serikat.
And you say, “How in the world,
Pastor Bohr, could the whole world follow the USA in enforcing a Sunday Law
when the reputation of the US is so bad all over the world?”
The fact is, folks, we haven’t seen
anything of what’s going to happen in this world yet. We think things are bad,
but let me tell you, that it is only when you have an economic collapse,
unparalleled natural disasters, unheard of crimes, and spectacular
communications from the spirit world, as Ellen White is saying, “We have come from the dead sent by God to tell you that you are
supposed to keep Sunday as the day of rest.” Only in the midst of
incredible events ~ worldwide events ~ and communications from people who
purportedly are the dead, then you are going to see real strange things happen
in the USA for national survival’s sake.
Dan kalian berkata,
“Pastor Bohr, gimana kok seluruh dunia bisa mengikuti Amerika Serikat
memberlakukan satu UU hari Minggu padahal reputasi Amerika Serikat begitu jelek
di seluruh dunia?”
Faktanya,
Saudara-saudara, kita masih belum melihat segala yang akan terjadi di dunia
ini. Kita sekarang menganggap keadaan sudah buruk, tetapi percayalah, bilamana
terjadi keruntuhan ekonomi, bencana alam yang tak ada tandingannya, kejahatan
yang tak pernah kita dengar, dan komunikasi spektakular dari dunia roh seperti
yang dikatakan Ellen White: “Kami datang dari dunia orang mati, dikirim oleh
Tuhan untuk memberitahu kalian supaya memelihara hari Minggu sebagai hari
perhentian.” Hanya di tengah-tengah peristiwa-peristiwa yang luar biasa ~
peristiwa-peristiwa di seluruh dunia ~ dan komunikasi dari orang-orang yang
katanya adalah orang-orang mati, maka kita akan melihat peristiwa-peristiwa
yang aneh-aneh terjadi di Amerika Serikat demi keselamatan nasional.
Ellen White has said this, Testimonies Vol. 6 pg 18. “ As America, the land of religious liberty, shall unite
with the papacy…” listen to this, “…shall unite with the papacy in forcing the conscience and
compelling men to honor the false sabbath, the people of every country on the
globe will be led to follow her example…”
it will be a
universal union of church and state, a universal Sunday Law imposed by the
different states.
In Great Controversy pg. 566 Ellen White has
said, “Protestants have tampered with and patronized popery; they
have made compromises and concessions which papists themselves are surprised to
see and fail to understand…” See, how in the
world can Protestants do this? This is too good to be true! Even Catholics
can’t understand the concessions that Protestants are making.
She continues
saying, “…Men are closing
their eyes to the real character of Romanism and the dangers to be apprehended
from her supremacy. The people need to be aroused to resist the advances…” now, notice this, “…The people…” that is us, folks, “…The people need
to be aroused to resist the advances of
this most dangerous foe to civil and religious liberty.” Do you have the same two principles
all over again there? Absolutely.
Ellen White berkata ini di Testimonies
Vol. 6 hal 18, “Pada saat Amerika, tanah kebebeasan beragama, akan bersatu dengan
kepausan…” dengarkan ini, “…akan bersatu dengan kepausan untuk memaksakan nati nurani
manusia dan mewajibkan orang untuk menghormati sabat yang palsu, rakyat semua
negara di dunia akan dibimbing untuk mengikuti teladannya…” persatuan antara gereja dengan pemerintah adalah universal, dan yang
dipaksakan oleh negara-negara yang berbeda adalah satu UU Hari Minggu yang
universal.
Di Great Controversy hal. 566, Ellen
White berkata, “Protestant telah mengotak-atik dan melindungi kepausan, mereka telah membuat
kompromi-kompromi dan konsesi-konsesi yang membuat heran kepausan sendiri, yang
tidak bisa mengertinya…” Lihat, bagaimana bisa golongan
Protestan melakukan ini? Ini sungguh luar biasa! Bahkan golong Katolik pun
tidak mengerti konsesi-konsesi yang dibuat golongan Protestan. Ellen White
melanjutkan berkata, “…Manusia
menutup mata mereka terhadap karakter sesungguhnya dari Romanisme dan
bahaya yang akan muncul dari keunggulannya. Orang-orang perlu
disadarkan agar menolak bujuk rayu…” sekarang, perhatikan ini, “…Orang-orang…” berarti kita, Saudara-saudara, “…Orang-orang perlu disadarkan agar menolak bujuk rayu dari
musuh ini yang paling berbahaya bagi kebebasan sipil dan agama.”
Apakah di sini terdapat kedua prinsip yang sama diulangi lagi? Tentu
saja.
Now you say, “How in the world would
legislators proclaim a national Sunday Law and ultimately a universal Sunday
Law when they realize that is is unconstitutional? How would they ever do
something like that? How would they proclaim persecutions against God’s people?
Although they know that Congress can’t make any law to establish religion or
prohibiting the free exercise of religion, how could they do something like
that?”
The fact is, the same reason for
which Pilate delivered an innocent Man.
Sekarang
kalian berkata, “Bagaimana kok para legislator bisa mengumumkan suatu UU hari
Minggu nasional dan akhirnya suatu UU Hari Minggu yang universal padahal mereka
sadar bahwa itu tidak konstitusional? Bagaimana kok mereka bisa berbuat seperti
itu? Bagaimana mereka bisa memproklamasikan penganiayaan terhadap umat Tuhan,
walaupun mereka tahu bahwa Konggres tidak boleh membuat undang-undang untuk
menegakkan agama atau melarang kebebasan menjalankan agama, bagaimana mereka
bisa berbuat sesuatu seperti itu?”
Faktanya
adalah, alasan yang sama yang dipakai Pilatus ketika dia menyerahkan Seorang
yang tidak berdosa.
Listen to these statements as we bring this to a close. Testimonies Vol. 5, pg 451. By the way, Ellen
White is simply amplifying what we already find in Revelation 13. See,
Revelation 13 speaks about the Beast, the horns, we’ve dealt with this
biblically, we’ve dealt with it historically, you know, making the image, it’s
the image reflection of the system of government of this Beast had during the
Middle Ages, in other words we’ve already noticed what Scripture and history
have to say, now we are reading a few statements from Ellen White, who wrote
this during the time when nobody thought that the papacy was going to resurrect
to power. Nobody wanted to touch the papacy with a 10 ft pole when she wrote
this, because it was during the time of Pius IX, when he angered Europe and he
angered the US. US wanted nothing to do with the papacy. But Ellen White says,
“Oh, but there’s a day coming, when the US is going to profess one thing and is
going to do another.” She says this in Testimonies
for the Church Vol. 5 pg. 451 “To secure popularity and patronage…” by the way that means votes in case you wondered, “…To secure
popularity and patronage, legislators will yield to the demand for a Sunday
law.”
Dengarkan pernyataan-pernyataan ini sebagai
penutup. Testimonies Vol. 5, hal 451.
Ketahulah Ellen White hanya memperjelas apa yang telah kita dapati di Wahyu 13.
Lihat, Wahyu 13 berbicara tentang Binatang itu, tanduk-tanduk, kita telah
membahas semua ini secara alkitabiah, kita telah membahasnya secara historis,
kalian tahu, membuat patung itu adalah patung yang memantulkan sistem pemerintahan
Binatang tersebut di zaman Abad Pertengahan, dengan kata lain, kita sudah
melihat apa kata Firman Tuhan dan sejarah, sekarang kita akan membaca beberapa
pernyataan dari Ellen White yang menulis ini pada saat tak ada seorang pun yang
berpikir bahwa kepausan akan bangkit kembali dan berkuasa. Tidak ada seorang
pun yang mau mendekati kepausan pada waktu Ellen White menulis ini karena itu
ada di zaman Pius IX, ketika paus ini membuat marah Eropa dan membuat marah
Amerika Serikat. Amerika Serikat tidak mau berhubungan dengan kepausan. Tetapi
Ellen White berkata, “Oh, tetapi nanti akan tiba saatnya ketika Amerika Serikat
akan mengaku satu hal tetapi akan berbuat hal yang berbeda.” Ellen White
berkata demikian di Testimonies for the Church
Vol. 5, hal 451: “Untuk menjamin popularitas dan
dukungan…” yang dimaksud adalah perolehan suara, sekiranya kalian bertanya-tanya, “Untuk
menjamin popularitas dan dukungan, para legislator akan tunduk kepada tuntutan
dibuatnya suatu UU hari Minggu.”
And
even a more direct statement, Review and Herald December 24, 1889, she says, “Plans of serious import to the
people of God are advancing in an underhanded manner among the clergymen of
various denominations, …” there is a underhanded work going on “…among the
clergymen of various denominations, …” and she says, “… and the object of this secret maneuvering is to win popular favor for the enforcement
of Sunday sacredness. If the people can be led to favor a Sunday law, then the
clergy intend to exert their united influence to obtain a religious amendment
to the Constitution and compel that nation to keep Sunday.”
Dan bahkan suatu pernyataan yang lebih tajam, di Review and Herald 24 Desember 1889, Ellen
White berkata, “Rencana-rencana
yang sangat signifikan yang menyangkut umat Tuhan sedang terus dikembangkan
secara curang di antara para klerus pelbagai denominasi …” ada suatu
pekerjaan yang curang sedang terjadi, di antara para klerus pelbagai denominasi,
dan Ellen White berkata, “…dan tujuan dari manipulasi rahasia ini adalah untuk memenangkan dukungan
populer agar memberlakukan
penyucian hari Minggu. Jika masyarakat bisa diajak mendukung UU hari Minggu,
maka para klerus berniat mengerahkan pengaruh gabungan mereka untuk mendapatkan amandemen keagamaan
pada Konstitusi dan memaksa seluruh bangsa memelihara hari Minggu.”
Do
you think we are almost there? By what we see happening in the US, John Paul
II’s funeral, 3 presidents of the US kneeling before his casket. Ronald Reagan,
you know, making a holy alliance with the papacy to overthrow communism. Our
president today, consulting regularly with the papacy on public policy and
political matters. The US as a Protestant nation has no idea what it is
entangling itself with. It’s a system that has not changed. It’s the same
system. In fact Ellen White says, that “behind the variable appearance of the chameleon is the
invariable venom of the serpent.”
Menurut
kalian apakah kita sudah hampir berada di tahap tersebut? Melihat apa yang
sedang terjadi di Amerika Serikat, melihat upacara pemakaman paus Yohanes
Paulus II di mana 3 orang presiden Amerika Serikat berlutut di depan peti
jenazahnya. Kalian tahu, Ronald Reagan pernah membentuk suatu persekutuan kudus
dengan kepausan untuk melenyapkan komunisme. Presiden kita hari ini secara
teratur berkonsultasi dengan kepausan mengenai kebijakan politik dan
urusan-urusan politik. Amerika Serikat sebagai bangsa Protestan tidak sadar
dengan apa dia telah menjerat dirinya. Ini adalah suatu sistem yang tidak
berubah, ini adalah sistem yang sama. Bahkan Ellen White berkata bahwa, “di
balik penampilan bunglon yang berubah-ubah, terdapat racun ular yang tidak
pernah berubah.”
The
day is coming, folks, when we’ll have to stand like Daniel and his 3 friends.
When religion is established, when the free exercise of religion is also
implemented as law, God’s people will have to do the same thing as those
worthies back in the kingdom of Babylon. In the face of death, God’s people
will have to say, “We do not recognize the legitimate authority of the
government, the illegitimate authority of the government, to establish religion
and to enforce or take away the free exercise of religion. And therefore we
will practice civil disobedience because you are going beyond your sphere of
authority.” And it will appear like all of the power is in the hands of the
rulers, and the religious leaders. But as we found in the story of Daniel 3 and
in the story of Daniel 6, the political powers of the world will not have the
last word. God will have the last word. God will intervene in a spectacular
fashion, to deliver His people from the threat of death, his people who were
faithful to God, who proclaim that it is more necessary to obey God rather than to obey man.
Saatnya
akan tiba, Saudara-saudara, ketika kita akan harus berdiri seperti Daniel dan
ketiga temannya. Pada waktu agama ditegakkan, pada waktu kebebasan beragama
diberlakukan sebagai undang-undang, umat Tuhan akan harus bersikap sama seperti
orang-orang yang istimewa itu di zaman kerajaan Babilon dulu. Di bawah ancaman
kematian, umat Tuhan harus berkata, “Kita tidak mengakui keabsahan autoritas
pemerintah, autoritas yang tidak sah dari pemerintah untuk menegakkan agama dan
memaksa atau merampas kebebasan beragama. Oleh karena itu, kita tidak akan patuh
secara sipil karena Anda telah melampaui batasan wewenang Anda.” Dan
kelihatannya semua kuasa ada di tangan para penguasa dan pemimpin agama. Tetapi
sebagaimana yang kita dapati di kisah Daniel pasal 3 dan Daniel pasal 6, kuasa
politik dunia tidak akan menang. Tuhan yang akan menang. Tuhan akan campur
tangan dengan cara yang spektakular menyelamatkan umatNya dari ancaman
kematian, umatNya yang setia kepada Tuhan yang menyatakan lebih wajib mematuhi
Tuhan daripada mematuhi manusia.
Right
now we are making decisions that will determine where we will stand in that
day. It’s in the small decisions of life where we are preparing for the great
decisions of life. Jesus says, “He who is faithful in the
little will be faithful in much.” [Luke
16:10]
Jeremiah
said, “If you ran with men and you got tired, how do you think you are
going to run with the horses?” [Jer. 12:5] In
other words if you can’t pass the little test now, how are you going to pass
the great test later?
Folks,
as a people we must go out to the world and proclaim these things. Let the USA
know the dangers we face so that many that are deceived in this regard, might
make their decision to stand with the Lord, and be faithful, and be saved
ultimately in God’s kingdom.
Sekarang
ini kita sedang mengambil keputusan yang akan menentukan di mana kita akan
berdiri pada hari tersebut. Keputusan-keputusan yang kecil dalam hidup inilah
tempat kita mempersiapkan untuk keputusan-keputusan yang besar dalam hidup.
Yesus
berkata, "Barangsiapa setia dalam
perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar…” [Luk. 16:10]
Yeremia
berkata, “Jika engkau berlari dengan orang yang berjalan kaki, dan mereka telah
membuat engkau lelah, bagaimanakah
engkau hendak berpacu melawan kuda?” [Yer. 12:5]
Dengan
kata lain, jika kita tidak lulus ujian-ujian yang kecil sekarang, bagaimana
kita bisa lulus ujian yang besar kelak?
Saudara-sauara,
sebagai umat kita harus keluar dan mengumumkan kepada dunia hal-hal ini. Biar
Amerika Serikat tahu bahaya yang kita hadapi supaya banyak yang tertipu dalam
hal ini boleh mengambil keputusan untuk berpihak pada Tuhan dan setia, dan
akhirnya diselamatkan di kerajaan Tuhan.
02 10 15
No comments:
Post a Comment