Thursday, March 2, 2023

EPISODE 20/22 ~ BELIEVE HIS PROPHETS ~ REVELATION AND INSPIRATION ~ STEPHEN BOHR

 

BELIEVE HIS PROPHETS

Part 20/22 - Stephen Bohr

REVELATION AND INSPIRATION

https://www.youtube.com/watch?v=Epwz7swBzSw

 

 

Dibuka dengan doa

 

Well, this afternoon we want to continue what we were studying this morning. You remember that we were looking at an article that appeared in Adventist Today in January of this year, where the author is quite critical of the literary endeavors of Ellen White, not only her supposedly illiterate use of the language, but also the fact that she used editors. And this afternoon we are going to take a look at the accusation of plagiarism that's been raised against Ellen White. Now we could say a lot of things about this, but I’m only going to touch the surface this afternoon, because you know, we are nearing the end of our seminar and there's some other things that we need to cover, so I’m going to be very, very brief, and I believe that we were at page 15 when we ended, and the subtitle is “Accusations of Plagiarism”.

 

Nah, petang ini kita mau melanjutkan apa yang kita pelajari tadi pagi. Kalian ingat kita membahas sebuah artikel yang muncul di Adventist Today terbitan Januari tahun ini, di mana si penulis bersikap cukup mengritik mengenai upaya sastra Ellen White, bukan saja pemakaian bahasanya yang dianggap tidak berkaidah, tetapi juga faktanya bahwa dia menggunakan para editor.

Dan petang ini kita akan melihat ke tuduhan plagiarisme yang dituduhkan kepada Ellen White. Nah kita bisa berkomentar banyak tentang hal ini, tetapi petang ini saya hanya akan menyentuh permukaannya, karena kita sudah mendekati akhir seminar kita dan ada hal-hal lain yang perlu kita liput, jadi saya akan membahasnya sangat-sangat singkat, dan  saya yakin kita ada di hal. 15 ketika kita mengakhiri, dan sub-judulnya ialah “Tuduhan Plagiarisme”.

 

 

Now before I continue with this material that you have, you have a second handout that was given to you just a few moments ago, and what I would like to do is go to page 1 the bottom of page 1 of that additional handout, and I’m going to go through this quickly. It has a list of texts in Scripture that borrowed from non-inspired sources. So it should not surprise us if Ellen White borrowed from sources that were not inspired because the biblical writers did the same thing before Ellen White.  And I’m only going to mention the list because we don't have time to actually look up all of the verses and quote all of the non-inspired sources but you'll notice at the bottom of page 1,

ü   1 Corinthians 15:33 is actually

 a quotation from the philosopher Menander, the Apostle Paul is quoting a Greek philosopher.

ü   in Titus 1:12 and Acts 17:28, you know “in Him we live and move and have our being”

that specific saying, that's not original with Paul, that comes from Epimenides, very, very similar.

ü   The Golden Rule “do unto others as you would have them do unto you”

that actually was a very common saying in the days of Christ. We know for example that the great rabbi Hillel used that saying in his writings, so it was not original with Christ.

ü   In the books of Moses, Deuteronomy 19:21,

we have a similar verse to what we find in the Code of Hammurabi.

In fact there are many concepts in the writings of Moses, in the Law of Moses that are very similar to the Law Code of Hammurabi, and we know that Hammurabi did not borrow from Moses because Hammurabi is before Moses. And so it's very interesting that you have the same type of language being used by Moses because it was the common jargon, the common language of the day.

ü   The story of the rich man and Lazarus

that Jesus told, that story was well known among the Jewish leaders. The only difference is that the rich man ended up in the bosom of Abraham, and the poor man ended up in the fires of hell. So Jesus would take stories then He would turn them around.

ü   The story of the workers in the vineyard,

you know, that went out at different hours of the day, that story is almost the same in the Jewish writings, in the Jewish Talmud. And so it's not original with Jesus, Jesus simply takes the story and He gives it a twist. By the way in the Jewish version of the story, the ones who are called first are the Jews and they're paid the most at the end, and the Gentiles who came on board last, they are paid the least. Well, Jesus takes the story, and says, “Folks, it's the other way around.” And so Jesus used the stories of His time. He did not create all of His stories.

ü   In Jude 14 and 15, this is almost a direct quotation from Enoch 1:9.

So does that mean that the Book of Enoch is inspired? Oh, absolutely not! It simply means that Jude was allowed to take the language of that text, because it was reliable and he was allowed to include it in the inspired record.

ü   Enoch 86:1 is actually very close to Revelation 9:11.

ü   Then we have the Gospel of Luke.

Luke 1:1-4 tell us that Luke, what he did was just inspired research,  in other words he borrowed his book from the historical sources of his day and age.

ü   Matthew and Luke obviously borrowed from Mark.

ü   When you look at the Proverbs,

God did not reveal to Solomon every single proverb in the book of Proverbs. Many of those proverbs were already well known and God guided the mind of Solomon, and said, “Hey, incorporate these in your book.”

 

Nah, sebelum saya melanjutkan materi yang kita punya ini, kalian telah menerima dokumen yang baru dibagikan beberapa saat lalu, dan apa yang akan saya lakukan ialah pergi ke hal. 1 bagian bawah dari dokumen tambahan itu, dan saya akan meliputnya dengan cepat. Di situ ada daftar ayat-ayat Kitab Suci yang dipinjam dari sumber-sumber lain yang tidak diilhami. Jadi, kalian tidak usah heran jika Ellen White meminjam dari sumber-sumber yang tidak diilhami karena para penulis Alkitab berbuat yang sama sebelum Ellen White. Saya hanya akan menyebutkan daftar itu karena kita tidak punya waktu untuk memeriksa semua ayat dan membacakan semua sumber-sumber yang tidak diilhami, tetapi kalian akan melihat itu di bagian bawah hal. 1, bahwa:

ü   1 Korintus15:33 sesungguhnya adalah kutipan dari filsuf Menander.

Rasul Paulus mengutip dari seorang filsuf Greeka.



 

ü   Di Titus 1:12 dan Kisah 17:28, “…di dalam Dia kita hidup, dan bergerak, dan berada,..”

ungkapan spesifik itu bukan asli dari Paulus, itu berasal dari Epimenides, amat sangat mirip.



 

ü   Kaidah Kencana “perbuatlah kepada orang lain sebagaimana kamu ingin mereka berbuat padamu”

itu sesungguhnya adalah ungkapan yang sangat umum di zaman Kristus. Kita tahu misalnya rabbi besar Hillel menggunakan ungkapan itu di tulisan-tulisannya, jadi itu bukan asli dari Kristus.



 

ü   Di kitab-kitab Musa, Ulangan 19:21,

ada ayat yang mirip dengan apa yang kita temukan di Kode Hammurabi.

Bahkan ada banyak konsep di tulisan-tulisan Musa, di hukum Musa yang mirip dengan Kode Hukum Hammurabi, dan kita tahu bukan Hammurabi yang meminjam dari Musa karena Hammurabi ada sebelum Musa. Maka sangatlah menarik ada jenis bahasa yang sama yang dipakai oleh Musa, karena itu adalah bahasa yang umum di zaman itu.


 

ü   Kisah orang kaya dan Lazarus

yang diceritakan Yesus, kisah itu sangat dikenal di antara para pemimpin Yahudi. Bedanya hanya, orang kaya itu yang berakhir di dada Abraham dan Lazarus yang miskin berakhir di api neraka. Maka Yesus mengambil kisah itu dan Dia memutarbaliknya.

ü   Kisah para pekerja di kebun anggur,

kalian tahu, yang pergi kerja pada waktu yang berbeda-beda. Kisah itu hampir sama dengan yang ada di tulisan-tulisan  Yahudi, di Talmud Yahudi. Jadi itu  bukan asli dari Yesus, Yesus semata-mata mengambil kisah itu dan Dia memlintirnya. Nah, ketahuilah, versi Yahudi dari kisah itu, mereka yang lebih dulu dipanggil adalah orang-orang Yahudi, dan mereka yang dibayar paling banyak akhirnya, dan orang-orang non-Yahudi yang bergabung kemudian, mereka dibayar paling sedikit. Nah, Yesus mengambil kisah itu dan berkata, “Saudara-saudara, kebalikannya.” Jadi Yesus memakai kisah-kisah di zamanNya. Dia tidak menciptakan semua cerita yang diceritakanNya.

ü   Di Yudas ayat 14-15,

ini nyaris kutipan langsung dari Henokh 1:9. Jadi apakah itu berarti kitab Henokh itu diilhami? Sama sekali tidak! Ini semata-mata berarti Yudas diizinkan mengambil bahasa ayat itu, karena itu bisa dipercaya dan dia diizinkan memasukkannya dalam tulisan yang diilhami.

ü   Henokh 86:1 sesungguhnya sangat mirip dengan Wahyu 9:11.

ü   Lalu ada Injil Lukas.

Lukas1:1-4 memberitahu kita bahwa apa yang dilakukan Lukas ialah membuat riset yang diilhami, dengan kata lain dia meminjam untuk kitabnya dari sumber-sumber sejarah di zamannya.

ü   Matius dan Lukas jelas meminjam dari Markus.

ü   Bila kita menyimak kitab Amsal,

Allah tidak menyatakan kepada Salomo setiap peribahasa di kitab Amsal. Banyak dari peribahasa-peribahasa itu sudah dikenal baik, dan Allah menuntun pikiran Salomo dan berkata,”Hei, masukkan ini dalam kitabmu.”

 

 

Now Ellen White was a voracious reader and had hundreds of books in her library. She also had a very retentive memory. And so some phrases that she read which really stuck in her mind, she would use them quite frequently in her writings. For example, the expression “the divine credentials” those words are actually from a biography of Christ of John Harris. Now I would like to read that statement. You'll find it on the first page of the handout that we just gave out a few moments ago. John Harris wrote a book called The Great Teacher and Ellen White has been accused of having borrowed information from John Harris. So it's interesting that John Harris would write this. Notice what he wrote concerning the issue of originality, he says, “Suppose for example an inspired prophet were now to appear in the church to add a supplement to the canonical books…” Ellen White would fit in that category, wouldn’t she?  So, “…Suppose for example an inspired prophet were now to appear in the church to add a supplement to the canonical books…” that is to the books of the Bible,  “…what a Babel of opinions would he find existing on almost every theological subject, and how highly probable it is that his ministry would consist, or seemed to consist, in the mere selection and ratification of such of these opinions, as accorded with the mind of God. Absolute originality would seem to be almost impossible…” Isn’t this interesting? “…The inventive mind of man has already bodied forth speculative opinions in almost every conceivable form for stalling and robbing the future of its fair proportion of novelties, and leaving little more ~ even to a divine messenger ~ than the office of taking some of these opinions and impressing them with the seal of heaven…” What do you think? It's almost like he's talking about Ellen White. He's writing about what happened with Ellen White specifically.

 

Nah, Ellen White adalah seorang yang sangat suka membaca dan punya ratusan buku di perpustakaannya. Dia juga memiliki ingatan yang bagus. Maka bila ada ungkapan-ungkapan yang dibacanya yang melekat dalam ingatannya, dia akan memakainya cukup sering dalam tulisan-tulisannya. Misalnya ungkapan “kredensial Ilahi”, kata-kata ini sesungguhnya berasal dari biografi Kristus tulisan John Harris.

Nah, saya mau membacakan pernyataan itu. Kalian akan menemukannya di halaman pertama dokumen yang dibagikan tadi. John Harris menulis sebuah buku berjudul The Great Teacher dan Ellen White dituduh meminjam informasi dari John Harris. Jadi menarik bahwa John Harris justru menulis sbb. Simak apa yang ditulisnya mengenai isu keaslian, dia berkata,   “Katakanlah misalkan seorang nabi yang diilhami sekarang muncul di gereja untuk menambahkan suplemen ke kitab-kitab kanon…”  Ellen White cocok masuk ke kategori itu, bukan?    “…Katakanlah misalkan seorang nabi yang diilhami sekarang muncul di gereja untuk menambahkan suplemen ke kitab-kitab kanon…”  maksudnya ke kitab-kitab di Alkitab,   “…betapa kacaunya pendapat yang akan ditemukannya ada pada nyaris setiap subjek theologi, dan  betapa besarnya kemungkinan ministrinya akan berisikan, atau tampaknya semata-mata berisikan seleksi dan ratifikasi dari pendapat-pendapat semacam ini, yang selaras dengan pikiran Allah. Keaslian yang mutlak tampaknya hampir mustahil…”  tidakkah ini menarik?   “…Pikiran inventif manusia sudah menciptakan pendapat-pendapat yang spekulatif dalam hampir setiap bentuk yang terpikirkan yang menghambat dan merampok masa depan dari proporsi hal-hal yang baru, dan tidak menyisakan banyak ~ bahkan bagi seorang utusan Ilahi ~ selain pekerjaan mengambil beberapa pendapat ini dan menyetempelnya dengan stempel Surga …”  Bagaimana menurut kalian? Ini seolah-oleh dia bicara tentang Ellen White. Dia menulis tentang apa yang khusus terjadi pada Ellen White.

 

 

Now let's go back to the handout that we gave out this morning Accusations of Plagiarism page 15.

The author of this article that we mentioned from Adventist Today repeatedly and with disdain uses the word “plagiarize” to describe Ellen White's literary practices, but several facts need to be taken into account when we deal with this accusation against Ellen White.

ü   First of all, Ellen White never denied that she used the writings of others.

For example she openly publicized in the Introduction to the Conflict series, that she used historical references from other awesome authors.

ü   She also admitted using the writings of the pioneers.

 

Nah, mari kita kembali ke dokumen yang dibagikan tadi pagi, Tuduhan Plagiarisme, hal. 15.

Penulis artikel ini yang kita singgung dari Adventist Today berulang-ulang dan dengan menghina menggunakan kata “plagiat” untuk menggambarkan praktek penulisan  Ellen White, tetapi beberapa fakta perlu dipertimbangkan bila kita membahas tuduhan terhadap Ellen White.

ü  Pertama, Ellen White tidak pernah menyangkal bahwa dia menggunakan tulisan-tulisan orang lain.

Misalnya secara terbuka Ellen White di bagian Pengantar seri Konflik, mengumumkan bahwa dia menggunakan referensi-referensi sejarah dari penulis-penulis lainnya yang hebat.

ü   Dia juga mengakui memakai tulisan-tulisan para pionir.

 

 

I’m going to read this portion from the Introduction to Great Controversy so that you see that she didn't try to hide it. She said “I borrowed” and she also explains the reason why she borrowed. She was economical. I mean if a writer wrote what was in harmony with what she saw in vision, why be original and write it all out herself? I mean that's simply economy of time and effort, and that's what she did. We find these words in the Introduction to the Great Controversy.

“In some cases where a historian has so grouped together events as to afford, in brief, a comprehensive view of the subject, or has summarized details in a convenient manner, his words have been quoted; but in some instances no specific credit has been given, since the quotations are not given for the purpose of citing that writer as authority,  but  because  his statement  affords  a  ready  and  forcible  presentation  of  the subject.  In  narrating  the experience  and  views  of  those  carrying  forward  the  work  of reform in our own time…” that is the pioneers’  “…similar use has been made of their published works….”

 

Saya akan membacakan bagin ini dari Pengantar Great Controversy supaya kalian lihat bahwa Ellen White tidak berusaha menyembunyikannya. Ellen White berkata, “aku meminjam” dan dia juga menjelaskan alasannya mengapa dia meminjam. Ellen White itu ekonomis. Maksud saya, jika ada seorang yang menulis apa yang serasi dengan yang dia lihat dalam penglihatan, mengapa dia harus memilih menjadi asli dan menulis semuanya itu sendiri? Maksud saya itu semata-mata demi menghemat waktu dan kerja, dan itulah yang dilakukan Ellen White. Kita menemukan kata-kata ini di Pengantar Great Controversy.

“…Di beberapa kasus di mana seorang sejarahwan telah mengelompokkan perisitiwa-peristiwa sedemikian rupa untuk menyajikan secara singkat suatu pandangan yang komprehensif dari subjek itu, atau telah menyimpulkan detail-detail dalam bentuk yang memudahkan, kata-katanya dikutip; tetapi dalam beberapa kasus tidak ada kredit khusus yang diberikan, karena kutipan-kutipan tersebut tidak dibuat dengan tujuan mengutip penulis itu sebagai autoritasnya tetapi karena pernyataannya memberikan suatu presentasi yang siap dan kuat tentang subjek itu. Dalam mengisahkan pengalaman dan pandangan-pandangan mereka yang melanjutkan pekerjaan reformasi di masa kita sendiri…”  yaitu di zaman para pionir, “…penggunaan yang sama telah dibuat atas karya mereka yang telah diterbitkan. …”

 

 

Did she openly say that she used the writings of others? Yeah, so you have a problem with that.  Does that mean that everyone ~ all of these individuals ~ were inspired? No! It simply means that what they wrote was trustworthy, in harmony with what God showed her.

So Ellen White simply took from them, incorporated it into her writings, and when it became part of her writings, it was part of the inspired record.

Just as happened with Luke. He did his research, there's no evidence that he received visions and dreams, he wrote his gospel based on all the historical records that he studied, and the result is, the Gospel of Luke.

Let me ask you, is the Gospel of Luke any less inspired than say the Book of Daniel that has clearly recorded visions and dreams? Of course not!

 

Apakah Ellen White secara terbuka mengatakan bahwa dia menggunakan tulisan-tulisan orang lain? Ya, jadi orang punya masalah dengan itu. Apakah itu artinya semua orang ~ semua individu itu ~ diilhami? Tidak! Itu semata-mata berarti apa yang mereka tulis itu bisa dipercaya, serasi dengan apa yang ditunjukkan Allah kepadanya.

Jadi Ellen White semata-mata mengambil dari mereka, memasukkanya ke dalam tulisan-tulisannya sendiri, dan pada waktu itu menjadi bagian dari tulisan-tulisan Ellen White, itu menjadi bagian dari catatan yang diilhami.

Sama seperti yang terjadi pada Lukas. Lukas membuat risetnya, tidak ada bukti bahwa dia pernah menerima penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi, dia menulis injilnya berdasarkan semua catatan sejarah yang dipelajarinya, dan hasilnya ialah Injil Lukas.

Coba saya tanya, apakah Injil Lukas kalah ilhamnya daripada  katakanlah kitab Daniel yang jelas-jelas mencatat tentang penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi? Tentu saja tidak.

 

 

Now the bottom of page 15. Ellen White frequently recommended the books that she what? That she borrowed from; for example she frequently recommended the Church Histories of     D’Aubigne. You can notice for example Review and Herald December 26, 1882 she says, you know you ought to get this set of volumes, it'll help you understand church history. Now if she wanted to hide that she was borrowing, why would she recommend those books?

 

Sekarang bagian bawah hal.15. Ellen White sering merekomendasikan buku-buku yang dia apakan? Yang dipinjamnya; misalnya dia sering merekomendasikan The Church Histories of D’Aubigne. Kalian bisa menyimak misalnya Review and Herald, 26 Desember 1882, Ellen White berkata, kalian harus mendapatkan jilid-jilid ini, itu akan membantu kalian untuk memahami sejarah gereja. Nah, andaikan Ellen White mau menyembunyikan faktanya bahwa dia memimjam, mengapa dia merekomendasikan buku-buku ini?

 

 

She also recommended (James Aitken) Wylie, another church historian,  she said it would make a good Christmas gift. Interesting, if she was borrowing from Wylie and she wanted to hide it, why would she recommend his book? Also The Life and Epistles of Paul by (William John) Conybeare and (John Saul) Howson.  She also borrowed from that volume and she recommended in  Signs of the Times February 22, 1883, that it would be a good idea for people to get a copy of it and read it. So Ellen White did not try to hide the fact that she was borrowing from other writers.

Now, I want you to notice ~~ let me see, I’m missing a page here, what happened? It disappeared, or maybe the machine didn't copy it. Gone. Somebody give me page 16. All right, somebody bring it up here. All right, thank you very much.

You know she was accused also of using William Hanna's (1808–1882) book and the interesting thing is, that she recommended the book by William Hanna. So Ellen White did not try to hide the fact that she was borrowing from other writers. If she wished to hide the fact that she used these works, why did she recommend them?

 

Dia juga  merekomendasikan (James Aitken) Wylie, sejarahwan gereja yang lain. Ellen White berkata bukunya bisa menjadi hadiah Natal yang baik. Menarik, jika dia meminjam dari Wylie dan dia ingin menyembunyikan itu, mengapa dia merekomendasikan bukunya? Juga The Life and Epistles of Paul oleh (William John) Conybeare dan (John Saul) Howson. Ellen White juga meminjam dari buku itu dan dia merekomendasikan di Signs of the Times, 22 Februari, 1883, bahwa itu idea yang bagus buat orang-orang untuk mendapatkan buku itu dan membacanya. Jadi Ellen White tidak berusaha menyembunyikan fakta bahwa dia meminjam dari penulis-penulis lain.

Kalian tahu, Ellen White dituduh juga memakai buku William Hanna (1808-1882) dan yang menarik ialah, dia merekomendasikan buku William Hanna itu. Jadi Ellen White tidak berusaha menyembunyikan faktanya bahwa dia meminjam dari penulis-penulis lain. Seandainya Ellen White ingin menyembunyikan fakta bahwa dia menggunakan karya-karya ini, mengapa dia merekomendasikan mereka?

 

 

Ellen White ~ this is a very telling point ~ was never sued for plagiarism and D.M. Canright who was the one who accused her of plagiarism, was himself a proven plagiarist. And I can give you the evidence for that. The General Conference retained the services of a copyright attorney by the name of Vincent L. Ramik and after hundreds of hours of research he stated that no credible case could be brought against Ellen White for plagiarism. And you can read the whole report. I think that it's in the additional material that you have in the second volume of the syllabus, but if you don't have it there, you can look in the Adventist Review in the archives September 17, 1981 there you have the full report that is given on the research of Vincent Ramik. And I might say that the book that they gave him as a sample for him to determine if Ellen White was a plagiarist, was the book The Great Controversy, and he was a Roman Catholic. And you can read in the report, they asked him, you know it was an interview with Warren Johns, and he asked him you know, what was the result of you reading the book The Great Controversy. He said that author really moved me. He found her spiritually enriching. Interestingly enough, in spite of everything that Ellen White has to say about Roman Catholicism, in spite of the existence of copyright Laws.

 


Ellen White ~ ini poin yang penting ~ tidak pernah digugat karena plagiarisme, dan D.M. Canright yang telah menuduhnya berbuat plagiarisme, dia sendiri terbukti seorang plagiat. Dan saya bisa memberikan buktinya. General Conference telah memakai jasa seorang pengacara khusus hak cipta yang bernama Vincent L. Ramik, dan setelah ratusan jam riset, dia menyatakan tidak ada kasus yang kredibel yang bisa dituduhkan Ellen White karena plagiarisme. Dan kalian bisa membaca laporan lengkapnya, saya rasa itu ada di materi tambahan yang ada di jilid 2 diktat kalian. Tetapi jika tidak ada di sana, kalian bisa mencarinya di Adventist Review di arsip 17 September, 1981, di sana ada laporan lengkap yang diberikan hasil riset Vincent Ramik. Dan bisa saya katakan bahwa buku yang mereka serahkan dia sebagai contoh untuk menentukan apakah Ellen White seorang plagiat, ialah buku The Great Controversy. Dan dia seorang Roma Katolik. Dan kalian bisa membaca di laporan tersebut, mereka bertanya kepadanya, kalian tahu itu adalah wawancara dengan Warren Johns, dan dia bertanya kepadanya, apakah hasilnya Anda membaca buku The Great Controvesy? Ramik menjawab penulisnya sungguh-sungguh telah menyentuh saya. Dia mendapatkan Ellen White itu memperkaya kerohanian, yang menarik, itu terlepas dari segala yang dikatakan Ellen White tentang Roma Katolikisme, terlepas dari adanya hukum hak cipta.

 

 

Now listen carefully to this, it was not uncommon a century ago for writers both religious and secular to borrow from one another without giving specific credit. That was a common thing in the 19th century, that's nothing new. In fact they actually felt complimented that somebody would quote their writings. And you have this quotation that I’m going to read now, it's from this book that deals with the issue of copyrights and copying and plagiarism. The name of the book is History in the United States 1800-1860 and it was published in 1970 the author is George Callcott,  and notice what he has to say about the 19th century literary ethics.  He says,  “The second major assault by modern scholars on the historians of the early 19th century centered about plagiarism, the practice of using in their own works the same phraseology as someone else had used. The early 19th century historian would have been dismayed by the attack, would have pleaded ‘nolo contendere’…” that means no contest,  “…and would simply have pointed out that he had never pretended to be original, when he could find someone else who had satisfactorily said what he had in mind.  

“One of the first to be attacked was William Gordon for using material from The Annual Register without quotation marks. After citing his sources, a typical writer stated that, and I quote,  ‘he would hear publicly acknowledged that he has often copied their language as well as their facts and has not been particular to disfigure his page with quotation marks.’

Another glibly explained that his, and I quote,  ‘first five chapters are from the admirably written historical sketch in Martin's Gazetteer. Others openly stated that they had not scrupled to copy a well-written previous study, that they used substantially another's language, that they utilized the work of others without introducing my authorities that if a good source was found, they had adopted the phraseology of the author entire, and that they had made use of them as public property...”  Interesting. “…The early 19th century historian felt no need to argue for originality and he would not have understood why he should make a fetish of reworking material when what he wanted to say already had been better said by another. Historians usually felt flattered rather than insulted when their words were used by another. The period is remarkable for the lack of scholarly rivalry, and writers who borrowed from each other remained on the warmest terms.”   So those were the literary ethics. So it was a common thing for writers to use the writings of others without necessarily giving credit and this is from someone who did research of the literary ethics of the 19th century. So let's not be so hard on Ellen White.

 

Sekarang ini dengarkan baik-baik, adalah umum satu abad yang lalu bagi para penulis baik yang relijius maupun yang sekuler untuk saling meminjam satu sama lain tanpa memberikan kredit khusus. Itu adalah hal yang biasa di abad 19, itu bukan hal baru. Bahkan mereka justru merasa dihormati jika seseorang mengutip tulisan-tulisan mereka. Dan ini ada kutipan yang akan saya bacakan, dari buku yang membahas isu hak cipta, mengcopy dan plagiarisme. Nama buku itu ialah History in the United States 1800-1860, dan ini diterbitkan 1970, penulisnya ialah George Callcott, dan simak apa katanya tentang etika sastra abad 19. Dia berkata, “…Serangan besar yang kedua oleh pakar-pakar modern pada para sejarahwan awal abad 19 berkisar pada plagiarisme, yaitu dalam karya-karya mereka sendiri menggunakan ungkapan-ungkapan yang pernah dipakai orang lain. Sejarahwan awal abad 19 akan merasa sangat kecewa diserang begitu, dan akan mengajukan ‘nolo contendere’…” artinya tidak melawan, “…dan akan semata-mata menunjukkan bahwa dia tidak pernah berpura-pura mengaku orisinal, jika dia bisa menemukan orang lain yang telah mengatakan dengan memuaskan apa yang ada di pikirannya.”

“Yang pertama diserang adalah William Gordon karena menggunakan materi dari The Annual Register (catatan dan analisa yang  ditulis dan diterbitkan setiap tahun tentang peristiwa-peristiwa besar, perkembangan-perkembangan, dan trend-trend di seluruh dunia) tanpa tanda kutip. Setelah mengutip sumber-sumbernya, seorang penulis yang sok  menyatakan, dan saya kutip, ‘dia akan mendengar, diketahui oleh umum bahwa dia sering menyalin bahasa mereka dan juga fakta-fakta mereka, dan tidak cermat untuk menodai halamannya dengan tanda-tanda kutip.’

Orang yang lain dengan enteng lidah menjelaskan bahwa, dan saya kutip, ‘lima babnya yang pertama berasal dari sketsa sejarah yang mengagumkan dari Martin’s Gazetteer (Index geografi). Yang lain secara terbuka menyatakan bahwa mereka tidak enggan mengcopy suatu pembahasan yang sudah ditulis dengan bagus sebelumnya, bahwa mereka banyak menggunakan bahasa orang lain, bahwa mereka menggunakan karya orang lain tanpa memperkenalkan autoritasnya, bhwa jika ditemukan suatu sumber yang bagus, mereka mengambil ungkapan si penulis secara utuh, dan bahwa mereka telah menggunakan ungkapan-ungkapan itu sebagai milik umum…”  Menarik. “…Sejarahwan awal abad 19 tidak merasakan perlunya berdebat tentang keaslian dan dia tidak akan mengerti mengapa dia harus menjadikan penulisan ulang materi tersebut sebagai suatu berhala bila apa yang ingin dikatakannya sudah dikatakan oleh orang lain dengan lebih baik. Para sejarahwan biasanya merasa tersanjung bukan terhina bila kata-kata mereka dipakai oleh orang lain. Masa itu terkenal dengan ketidakadanya persaingan pengetahuan, dan para penulis yang meminjam satu sama lain tetap berada dalam hubungan yang akrab.…” Jadi itulah etika penulisan di zaman itu. Jadi adalah hal yang biasa bagi para penulis untuk memakai tulisan-tulisan orang lain tanpa perlu memberikan kredit dan ini berasal dari seseorang yang telah membuat riset mengenai etika penulisan abad 19. Jadi jangan terlalu menghakimi Ellen White.

 

 

Now let's go to page 17, the last part of the page. Ellen White read extensively both before and after receiving her visions. Those who knew her best ~ and we read a quotation in one of the previous sessions about this ~ have testified that she had an extraordinary memory for details, that was not natural but developed. In those days it was much more common for people to memorize than it is today. She was always looking for words, phrases, idioms, and paragraphs that could make her job of writing easier. Sometimes Ellen White would find a phrase in another writer that would stick in her mind ~ and I already mentioned the “divine credentials”, she uses it quite frequently, but it is original with John Harris.  She always tried to improve her writing skills, but always felt inadequate as a writer. Just imagine how difficult it must have been to describe things that eyes have not seen nor ears heard in earthly language. It must have been frustrating. Ellen White was not called to be original, but rather to rescue the gems of truth that had been lost in the rubbish of error. God gave her what I call “divine selectivity” to choose that which was true and reject that which was error.

 

Nah, mari ke hal. 17, bagian akhir dari halaman itu. Ellen White banyak membaca baik sebelum maupun setelah menerima penglihatan-penglihatannya. Mereka yang mengenalnya dengan baik ~ dan di salah satu sesi yang lalu kita sudah membaca sebuah kutipan tentang ini ~ telah bersaksi bahwa dia memiliki ingatan yang luar biasa untuk mengingat detail. Ini bukan sesuatu yang alami, melainkan dikembangkan. Di zaman itu orang lebih biasa mengingat daripada sekarang. Ellen White selalu mencari kata-kata, ungkapan-ungkapan, idiom-idiom, dan paragraf-paragraf yang bisa membuat pekerjaan menulisnya lebih mudah. Terkadang Ellen White akan menemukan suatu ungkapan dari penulis yang lain yang tertanam di ingatannya ~ dan saya sudah menyinggung tentang “kredensial Ilahi”, Ellen White sering menggunakannya, tetapi aslinya itu dari John Harris. Ellen White selalu berusaha memperbaiki kemampuannya menulis, namun selalu merasa kurang sebagai penulis. Bayangkan saja betapa sulitnya untuk menggambarkan hal-hal yang tidak pernah dilihat mata maupun tidak pernah didengar telinga dalam bahasa manusia. Pasti itu sangat membuat frustrasi. Ellen White tidak dipanggil untuk menjadi orisinal, melainkan untuk menyelamatkan permata-permata kebenaran yang telah hilang tertimbun sampah kesalahan. Allah memberinya apa yang saya sebut “kemampuan menyeleksi yang Ilahi” untuk memilih apa yang benar dan menolak apa yang salah.

 

 

3 Selected Messages pages 90 and 91 Ellen White speaks about what she did when her editors finished their job of finding and collating what she had already written.  “I read over all that is copied, to see that everything is as it should be. I read all the book manuscript  before  it  is  sent  to  the  printer.  So  you  can  see  that  my  time  must  be fully occupied. Besides writing, I am called upon to speak to the different churches and to attend important meetings. I could not do this work unless the Lord helped me.” (Letter 133, 1902.)

 

Selected Messages Vol. 3 hal. 90-91, Ellen White bicara tentang apa yang dilakukannya ketika para editornya selesai mencari dan menyusun menjadi satu apa yang sudah pernah ditulisnya, “…Aku membaca semua yang disalin, untuk memastikan bahwa semuanya seperti yang seharusnya. Aku membaca semua naskah buku sebelum itu dikirim ke percetakan. Jadi kalian lihat, waktuku terisi padat. Di samping menulis, aku juga diberi tugas untuk berbicara kepada gereja-gereja yang berbeda dan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan penting. Aku tidak mungkin bisa melakukan pekerjaan ini kecuali dengan bantuan Tuhan.” (Letter 133, 1902)  

 

 

Can you imagine what the life of Ellen White must have been in terms of schedule? She would rise sometimes at 3 o'clock in the morning, and she would begin writing long before anybody in the house was awake. She would write for hours and then you know it was breakfast time, then she had to go out and get her exercise, work in the garden, and then she had to visit people, she had to write letters, she had to continue writing her books, she had interviews. In other words, Ellen White was a very busy person. So why should Ellen White ~ simply to be original ~ not take the writings of other individuals who had written what she had seen in vision and incorporate these things into her writings?

I must say that because there were some who criticized her, after the book Early Writings where you have a portion of Spiritual Gifts where there was no source credit, and after Spirit of Prophecy which are the four volumes of the Conflict Series before the five that we have now, she had no source credit. But some people complained so Ellen White instructed some of the pioneers as well as her editors, she said, “I want you to go and try and find the quotations that I included in Spirit of Prophecy because you know I want to be fair, I don't want to be open to criticism.” And some of them, the editors and the pioneers could not find it, but they could find other quotations that were similar, and they would include those quotations in place of the quotation that Ellen White had, of course always with her approval.

 

Bisakah kalian bayangkan bagaimana kehidupan Ellen White sehubungan dengan jadwal pekerjaannya? Dia bangun terkadang pukul 3 pagi, dan dia mulai menulis jauh sebelum orang lain di dalam rumah bangun. Dia akan menulis selama beberapa jam, kemudian  waktunya sarapan pagi, lalu dia harus keluar untuk gerak badan, bekerja di kebun, kemudian dia harus pergi mengunjungi orang, dia harus menulis surat-surat, dia harus melanjutkan menulis buku-bukunya, ada wawancara-wawancara, dengan kata lain Ellen White adalah orang yang sangat sibuk. Jadi untuk apa Ellen White ~ semata-mata supaya tetap orisinal ~ tidak mengambil tulisan-tulisan orang-orang lain yang telah menulis apa yang dia lihat dalam penglihatannya, dan memasukkan itu ke dalam tulisan-tulisannya?

Harus saya katakan bahwa karena ada yang mengeritiknya, setelah bukunya Early Writings di mana ada sebagian dari Spiritual Gifts yang tidak ada sumber-sumber kreditnya, dan setelah Spirit of Prophecy yang adalah keempat  jilid seri Konflik sebelum menjadi lima yang kita miliki sekarang, Ellen White tidak mencantumkan sumber-sumber kreditnya. Tetapi ada yang komplain sehingga Ellen White menginstruksikan beberapa pionir dan juga para editornya, dia berkata, “Aku mau kalian pergi dan berusaha mencari kutipan-kutipan yang aku masukkan di Spirit of Prophecy karena aku mau berbuat yang benar, aku tidak mau terbuka untuk dikritik.” Dan beberapa dari itu, tidak bisa ditemukan oleh para editor dan pioner, tetapi mereka bisa menemukan kutipan-kutipan lain yang serupa, dan mereka akan memasukkan kutipan-kutipan itu sebagai ganti kutipan-kutipan yang tadinya dipakai Ellen White, sudah tentu dengan persetujuannya.

 

 

So are you understanding how inspiration works? In fact let's now dedicate the rest of our time to talking a little bit about inspiration, how the Bible was given, and how the writings of Ellen White were given. This is in your material on page 2. Two key texts on how inspiration worked.

 

Jadi apakah kalian mengerti bagaimana cara kerja inspirasi? Bahkan, mari kita sekarang mendedikasikan sisa waktu kita untuk bicara sedikit tentang inspirasi, bagaimana Alkitab itu diberikan, dan bagaimana tulisan-tulisan Ellen White diberikan. Ini ada di materi kalian di hal. 2. Dua ayat kunci tentang bagaimana cara kerja inspirasi.

 

 

We will go first of all to 1 Timothy 3:16, actually 2 Timothy 3:16, it says there in a text that we're all acquainted with, 16 All scripture is given by inspiration of God…” does that refer to everyone's writings? Anybody who ever wrote? No! Because the previous verse speaks about the holy Scriptures. So this is speaking about the inspired Scriptures. So,  “…16 All scripture is given by inspiration of God…” now what is meant by that word “inspiration of God”? The fact is that literally in Greek it means “God-breathed” θεόπνευστος [theopneustos],  “All Scripture is God-breathed...” Now the question is, why would that expression be used, or that word “God-breathed”? The reason why is because speaking involves breathing out. When God breathes, He creates.  According to Psalm 33:6 the breath of God's mouth creates. But it also explains that His Word creates. When you speak, you’re breathing out, right? And so that's why Scripture is God-breathed, because God what? Because God spoke it, He breathed out as He was speaking. God brings out His word and it creates. God's Word and His breath are synonymous, just as the breath of God gives physical life ~ you remember at the Creation the breath of God gave physical life? ~ so His word gives spiritual life. This is the reason why the Bible is described as “living and active” in Hebrews 4:12-13. And by the way if you read those verses, Hebrews 4:12-13, it begins by saying that the Word of God is sharp and so on, but when you end the verse in verse 13, really the Word of God is like a sword, but it really is a person, “nothing is hidden from His sight”, in other words, the verse morphs from the Word being written, to the Word being a Person. Because the Word of God, the written Word of God is a revelation of a person, Jesus Christ. God's life-giving breath is not simple breathing out, but breathing out what? Words or commands. Thus it is the breath containing words that transforms. This is why when we study the Bible we are receiving what? The very breath of God spiritually speaking, because He breathed out His word. Thus recreation is by God's breath just as creation was by God's breath. Are you following me or not?

So, it's not that God according to Psalm 33 goes “phuuu” and the whole world exists. No! God says, “Let there be light!” He's speaking, He's breathing out, and His word has power to create, both physically and spiritually.

 

Pertama kita akan ke 2 Timotius 3:16, dikatakan di sana di ayat yang kita semua kenal,    16 Segala tulisan Kitab Suci itu diberikan oleh ilham dari Allah…”  nah, apa yang dimaksud oleh kata “ilham dari Allah”? Faktanya ialah secara literal dalam bahasa Greeka itu berarti “nafas Allah θεόπνευστος [theopneustos], “Segala tulisan Kitab Suci itu nafas Allah...” Nah sekarang pertanyaannya ialah, mengapa ungkapan itu yang dipakai, atau kata “nafas Allah”? Alasannya mengapa ialah karena bicara melibatkan mengembuskan nafas. Ketika Allah bernafas, Dia mencipta. Menurut Mazmur 33:6 nafas dari mulut Allah itu mencipta. Tetapi itu juga menjelaskan FirmanNya mencipta. Ketika kita bicara, kita mengembuskan nafas, benar? Maka itulah mengapa Kitab Suci adalah embusan nafas Allah, karena Allah apa? Karena Allah mengucapkannya, Dia mengembuskan nafas keluar selagi Dia berbicara. Allah mengeluarkan FirmanNya dan itu mencipta. Firman Allah dan nafasNya itu sinonim, sama seperti nafas Allah mengaruniakan hidup fisik ~ kalian ingat saat Penciptaan nafas Allah mengaruniakan hidup fisik? ~ demikian pula FirmanNya mengaruniakan hidup spiritual. Inilah alasannya mengapa Alkitab digambarkan sebagai “hidup dan aktif” di Ibrani 4:12-13. Dan apabila kita  baca ayat-ayat itu, Ibrani 4:12-13 diawali dengan mengatakan bahwa Firman Allah itu tajam dan seterusnya, tetapi ketika ayat itu berakhir di ayat 13, sesungguhnya Firman Allah itu seperti sebilah pedang, tetapi sebenarnya itu adalah suatu Pribadi, tidak ada yang tersembunyi dari pandanganNya”. Dengan kata lain ayat itu bermorfosa dari Firman yang ditulis menjadi Firman suatu Pribadi. Karena Firman Allah yang tertulis itu suatu pernyataan dari suatu Pribadi, Yesus Kristus. Nafas Allah pemberi hidup bukanlah semata-mata mengembuskan nafas, melainkan mengembuskan apa? Firman atau perintah-perintah. Dengan demikian nafas yang berisikan kata-kata itulah yang mengubahkan. Inilah mengapa saat kita belajar Alkitab, kita sedang menerima apa? Nafas Allah, bicara secara spiritual, karena Dia mengembuskan nafas FirmanNya. Dengan demikian, Penciptaan ulang ialah oleh nafas Allah, sama seperti Penciptaan adalah oleh nafas Allah. Apakah kalian paham atau tidak?

Jadi menurut Mazmur 33, Allah tidak meniup “phuuu” dan seluruh dunia eksis. Tidak! Allah berkata, “Jadilah terang!” Allah berbicara, Dia mengembuskan nafas, dan FirmanNya punya kuasa untuk mencipta, baik secara fisik maupun spiritual.

 

 

The second text that I want us to notice about inspiration is 2 Peter 1:21, let's go there, 2 Peter 1:21 actually let's begin at verse 20, verse 19, let's begin at verse 19, 19 And so we have the prophetic word confirmed, which you do well to heed as a light that shines in a dark place, until the day dawns and the morning star rises in your hearts; 20 knowing this first, that no prophecy…” notice this is dealing with prophecy with prophets  “…no prophecy of Scripture is of any private interpretation, 21 for prophecy never came by the will of man, but holy men of God spoke as they were…” what? “…as they were moved by the Holy Spirit.”

Now you need to understand that that word “moved” φέρω [pherō̄] is a very strong word. It is used in Acts 27:17 and 27 to describe a boat or a ship that is being driven by the wind. Let me ask you if there's a windstorm, and there's a boat or a ship on the water, does the boat say, “I don't want to be driven”? Are you kidding? The wind drives the boat or moves the boat.

 

Ayat kedua yang saya mau kalian simak tentang inspirasi ialah 2 Petrus 1:21, mari kita ke sana. 2 Petrus 1:21, sebenarnya mari kita mulai di ayat 20, ayat 19, mari kita mulai dari ayat 19, 19 Dengan demikian, kami memiliki kata-kata nubuat yang pasti, yang bagus jika kamu turuti sebagai terang yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur/bintang fajar terbit di dalam hatimu. 20 Mengetahui ini dulu, bahwa tidak ada nubuat…”  simak ini berkaitan dengan nubuatan dan nabi  “…tidak ada nubuat  di Kitab Suci yang dari penafsiran pribadi. 21 Karena nubuat pada masa yang lalu tidak pernah datang oleh kehendak manusia, tetapi orang-orang  saleh berbicara sebagaimana…”  apa?   “…sebagaimana mereka digerakkan oleh Roh Kudus…” 

Nah, kita perlu memahami kata “digerakkan” φέρω [pherō̄] itu adalah kata yang sangat kuat. Kata ini dipakai di Kitab Kisah 26:17 dan 27 untuk menggambarkan sebuah kapal di atas air yang ditiup oleh angin. Coba saya tanya, jika ada badai topan, dan ada sebuah perahu atau kapal  di atas air, apakah kapal itu berkata, “Aku tidak mau didorong angin? Yang bener aja! Angin yang mengendalikan kapal, atau menggerakkan kapal itu.

 

 

Now I want you to notice two or three statements from Ellen white where you find her describing how the Holy Spirit moved her. She's actually ~ I don't know whether she knows or not ~ but she's commenting on  “…holy men of God spoke as they were moved by the Holy Spirit.”

Notice this statement that we find in Manuscript Releases Vol. 1 page 28, she said to a person that she's writing to, “I had not the least idea of writing as I have done but the Lord has…”    what? “…carried my mind on and on…” prophecy did not come by the will of man it came because the prophet is driven on and on by the Holy Spirit. Are you with me or not? She's describing 2 Peter 1:21. She continues saying, “…I had not the least idea of writing as I have done but the Lord has carried my mind on and on until you have the matter that I send.” (Letter 53, 1900, p.6)

So did she not have much choice when it came? Absolutely! She was moved or she was driven by the Holy Spirit.

 

Sekarang saya mau kalian simak dua-tiga pernyataan dari Ellen White di mana kalian melihat dia menggambarkan bagaimana Roh Kudus menggerakkannya. Sesungguhnya dia ~ saya tidak tahu apakah dia menyadarinya atau tidak ~ tetapi dia mengomentari tentang orang-orang  saleh berbicara sebagaimana mereka digerakkan oleh Roh Kudus.”

Simak pernyataan ini yang kita temukan di Manuscript Releases Vol. 1 hal. 28, Ellen White berkata kepada seseorang yang ditulisinya,   “…Aku sama sekali tidak tahu bagaimana aku menulis seperti yang aku lakukan, tetapi Tuhan telah…”  apa?    “…membawa pikiranku terus berjalan…” nubuatan tidak datang oleh kehendak manusia, itu datang karena nabi itu digerakkan terus menerus oleh Roh Kudus. Apakah kalian paham atau tidak? Ellen White menggambarkan 2 Petrus 1:21. Dia melanjutkan berkata,   “…Aku sama sekali tidak tahu bagaimana aku menulis seperti yang aku lakukan, tetapi Tuhan telah membawa pikiranku terus berjalan hingga kamu menerima bahan yang aku kirimkan.” (Letter 53, 1900, hal. 6)

Jadi apa dia tidak punya pilihan ketika itu datang? Sama sekali! Dia digerakkan atau dia didorong oleh Roh Kudus.

 

 

Incidentally one time Ellen White resisted the Holy Spirit, and do you know what happened? She was struck by the Lord. And she learned that she should never resist the Holy Spirit. She thought that it was a result of mesmerism or hypnotism, but fortunately she was restored.

 

Kebetulan suatu kali Ellen White menahan Roh Kudus, dan tahukah kalian apa yang terjadi? Dia dipukul oleh Tuhan. Dan dia mendapat pelajaran bahwa dia tidak pernah boleh menahan Roh Kudus. Dia sangka tadinya itu adalah akibat mesmerisme atau hipnotisme, tetapi untunglah dia dipulihkan.

 

 

Now notice Vol. 1 Manuscript Releases page 28,  once again it says, Ellen White is describing, “I am now sitting on my couch with my pen in hand writing, ideas come…”    how? “…clear and distinct and…”  very weakly, oh thank you very much, “…and very…” what?  “…forcibly…” is she being moved by the Holy Spirit? Yes! And then she says, “…I thank the Lord with my heart, and soul, and voice…” (Letter 52, 1900, p.6)

 

Sekarang simak Manuscript Releases Vol. 1 hal. 28, sekali lagi dikatakan, Ellen White sedang menggambarkan,   “…Aku sedang duduk di kursiku dengan pena di tangan sedang menulis, ide-ide berdatangan…”  bagaimana?    “…jernih dan jelas dan…”  dengan sangat lemah, oh, terima kasih banyak,    “…dan sangat…”  apa?    “…kuat…”  apakah Ellen White digerakkan oleh Roh Kudus? Ya! Kemudian dia berkata, “…Aku bersyukur kepada Tuhan dengan hatiku, jiwaku, dan suaraku…” (Letter 52, 1900, hal. 6)

 

 

Here's another one also on page 28, “…Before I stand on my feet I have no thought of speaking as plainly as I do…”  

Is this true also not only of the writings of Ellen White, but also in her speaking? You’d better believe it. She spoke some very strong things. In fact one time there was an individual preaching, and you have this illustration in your syllabus, it’s the number one of the syllabus. This individual had a wife there at the camp ground, he had a wife in another place. He was a bigamist. And Ellen White came with her husband, as was her custom she walked with her husband, her husband sat down, she went and sat right in front of the pulpit, and she said, “Sir, you have no right to be standing in that pulpit.”

Well, I’ll tell you, she had to be certain of her call. What if she made a mistake? But she didn't. Afterwards this brother admitted that he had a wife there with children, and he had another woman in another place with children as well. You can read that in your syllabus. I hope you'll read the whole syllabus, there's some fascinating stories and things in there.

Now notice this quotation. “Before I stand on my feet I have no thought of speaking as plainly as I do, but the Spirit of God rests upon me with…” what?  “…with power…”  See, there you have, she is driven by the Holy Spirit, she's moved by the Holy Spirit. And then she says, “…and I cannot but speak the words given me. I dare not withhold one word of the testimony. I speak the words given me by a power higher than human power, and I cannot if I would recall one sentence…” (1 MR 28.3) because it's the Lord that brings it to her mind.

 

Ini ada yang lain, juga di hal. 28,    “…Sebelum aku berdiri di atas kakiku tidak terpikirkan olehku untuk berbicara sejelas yang aku lakukan…”

Apakah ini bukan hanya tentang tulisan-tulisan Ellen White, tetapi juga tentang  pembicaraannya? Percayalah. Ellen White mengatakan beberapa hal yang sangat keras. Bahkan suatu kali ada seseorang sedang berkhotbah, dan kalian punya ilustrasi ini di diktat kalian, diktat nomor 1. Orang itu punya seorang istri di perkemahan di sana, dia punya seorang istri lain di tempat lain. Dia punya lebih dari satu istri. Dan Ellen White datang bersama suaminya, seperti kebiasaannya dia berjalan bersama suaminya, suaminya duduk, Ellen White pergi dan duduk tepat di depan mimbar, dan dia mengatakan, “Tuan, Anda tidak punya hak berdiri di mimbar.”

Nah, harus saya katakan, dia harus yakin dengan panggilannya. Bagaimana jika dia berbuat kesalahan? Tetapi dia tidak. Setelah itu saudara tersebut mengakui bahwa dia punya seorang istri dan anak-anak di sana, dan dia punya seorang perempuan lain di tempat lain dengan anak-anak juga. Kalian bisa membacanya di diktat kalian. Saya berharap kalian akan membaca seluruh diktat, ada hal-hal dan kisah-kisah yang menarik di sana.

Nah, simak kutipan ini. “…Sebelum aku berdiri di atas kakiku tidak terpikirkan olehku untuk berbicara sejelas yang aku lakukan, tetapi Roh Allah turun padaku dengan…” apa? “…dengan kuasa…” Lihat, itu, dia didorong oleh Roh Kudus, dia digerakkan oleh Roh Kudus. Dan kemudian dia berkata,   “…dan aku tidak bisa berbuat lain kecuali mengucapkan kata-kata yang diberikan padaku. Aku tidak berani menahan satu pun perkataan kesaksian itu. Aku ucapkan kata-kata yang diberikan padaku oleh suatu kuasa yang lebih tinggi daripada kuasa manusia, dan aku tidak bisa mengingat satu kalimat pun walaupun aku mau.” (1 MR 28.3)  karena Tuhanlah yang memasukkannya ke pikirannya.

 

 

Selected Messages Vol. 1 pg 22 and 23 Ellen White describes this experience. Let me ask you, when Ellen White delivered her message orally, was she using her own verbal capacity? Was she's speaking in perfect human language, perfect syntax, and perfect grammar, and you know? No! Was she using the  language according to the capacity that she had? Was she using imperfect human speech? Yes, she was!

So you say, “Well, how could she be a prophet then?

Because God takes the precious truth and He incorporates it into human language so that we can understand.

Notice this next statement. “The Lord speaks to human beings in imperfect speech…” what? God uses imperfect speech? Be real! Let's continue. Why?  “…in order that the degenerate senses, the dull, earthly perception, of earthly beings may comprehend His words. Thus is shown God's condescension. He meets fallen human beings where they are….” Did Jesus meet us where we are? Did Jesus have a perfect body like Adam before the fall? Did Jesus get tired? Did He get terribly hungry? Did He die? So the question is, how can He be God if He had all of this weak imperfect human body? Because God wanted to reveal to us how He is, and He took our flesh, so that He could communicate it.

Is that true also of the Bible? Absolutely, the same thing is true. She continued saying, “…He meets fallen human beings where they are. The Bible, perfect as it is in its simplicity, does not answer to the great ideas of God; for infinite ideas cannot be perfectly embodied in finite vehicles of thought. Instead of the expressions of the Bible being exaggerated, as many people suppose, the strong expressions break down before the magnificence of the thought, though the penman selected the most expressive language through which to convey the truths of higher education, sinful beings can only bear to look upon a shadow of the brightness of heaven's glory.”  (Letter 121, 1901).

 

Selected Messages Vol. 1 hal. 22-23, Ellen White menggambarkan pengalaman ini. Coba saya tanya, ketika Ellen White menyampaikan pesannya secara oral, apakah dia menggunakan kemampuan verbalnya sendiri? Apakah dia berbicara dalam bahasa manusia yang sempurna, sintaksis yang sempurna, dan tatabahasa yang sempurna? Tidak! Apakah dia menggunakan bahasa sesuai kemampuan yang dimilikinya? Apakah dia menggunakan bahasa manusia yang tidak sempurna? Ya, betul!

Jadi kalian berkata, “Nah, kalau begitu bagaimana dia bisa menjadi seorang nabi?”

Karena Allah mengambil kebenaran-kebenaran yang berharga itu dan Dia memasukkannya ke dalam bahasa manusia supaya kita bisa mengerti.

Simak pernyataan ini.  “…Tuhan berbicara kepada manusia dalam bahasa yang tidak sempurna…”  apa? Allah menggunakan bahasa yang tidak sempurna? Yang bener aja! Mari kita lanjut. Mengapa? “…supaya indera yang sudah merosot, persepsi duniawi yang tumpul dari makhluk-makhluk duniawi boleh mengerti kata-kataNya. Dengan demikian Tuhan menunjukkan kesediaanNya untuk menemui manusia berdosa di mana mereka berada…”  Apakah Yesus bertemu dengan kita di mana kita berada? Apakah Yesus memiliki tubuh yang sempurna seperti Adam sebelum dia berbuat dosa? Apakah Yesus bisa lelah? Apakah Dia bisa merasa sangat lapar? Apakah Dia mati? Jadi pertanyaannnya ialah, mana Dia bisa Allah jika Dia memiliki semua kelemahan tubuh manusia yang tidak sempurna? Karena Allah mau menyatakan kepada kita bagaimana Dia itu, dan Dia mengambil daging kita, supaya Dia bisa mengkomunikasikannya.

Apakah begitu juga dengan Alkitab? Tentu saja, hal yang sama persis. Ellen White melanjutkan menulis,  “…Dia bertemu dengan manusia berdosa di mana mereka berada. Alkitab, walaupun itu sempurna dalam kesederhanaannya tidak memberikan jawaban kepada  konsep-konsep Allah yang besar;  karena ide-ide yang infinit (tidak terbatas) tidak bisa ditempatkan dalam wadah pikiran yang terbatas. Alih-alih ekspresi Alkitab dibesar-besarkan seperti yang disangka banyak orang, ekspresi-ekspresi yang kuat dipecah-pecah di hadapan keistimewaan pikiran, walaupun si penulis memilih bahasa yang paling ekspresif untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran dari pendidikan yang lebih tinggi, orang-orang berdosa hanya bisa memandang suatu bayangan dari terang kemuliaan Surga.” (Letter 121, 1901).

 

 

God has revealed sufficient in the Bible to get us from point A to point B, but there is so much more to learn, so much more to learn. Even those who are the most highly educated in this world, when they get to heaven, if they get to heaven, they will see how little they know, compared to what God knows. And that's the reason why throughout the ceaseless ages of eternity we will study the plan of salvation, and we will not ever know it all. The mind will always expand, it will grow, not only our knowledge, but our love of God, as He reveals to us the wisdom that He has. But He's given us just enough to make it from here to there.

 

Allah telah memberikan cukup pengungkapan di Alkitab untuk membawa kita dari titik A ke titik B, tetapi masih ada begitu banyak yang harus dipelajari, begitu banyak yang harus dipelajari. Bahkan mereka yang punya pendidikan tertinggi di dunia ini, ketika mereka tiba di Surga, jika mereka tiba di Surga, mereka akan menyadari betapa sedikit yang mereka tahu, dibandingkan dengan apa yang Allah tahu. Dan itulah alasannya mengapa sepanjang masa kekekalan yang tidak ada akhirnya, kita akan mempelajari rancangan keselamatan, dan kita masih tidak akan pernah tahu seluruhnya. Pikiran akan selalu berkembang, bukan hanya pengetahuan kita, tetapi kasih kita untuk Allah, sementara Dia mengungkapkan kepada kita hikmat yang dimilikiNya. Tetapi Dia memberi kita hanya cukup keterangan untuk kita bisa tiba dari sini hingga ke sana.

 

 

Now we want to talk in the few minutes that we have left about three models of inspiration, three ways in which God imparts a message. You thought that there was only one: visions and dreams. There are three. Let's take a look at it.

1.   the first is what I call the visionary model.

What does it mean by the “visionary model”? Did Ellen White have that model? Sure she did. Actually Ellen White had all three, we're going to notice.

Probably the best example of the visionary model is Daniel chapter 2. Did God give Daniel a supernatural dream showing him the dream that Nebuchadnezzar had? He most certainly did. Now, did God place that in the brain of Daniel? Yes, He did. Was it according to his literary capacity? Yes. Now, Daniel comes and he stands before the king. Did he speak in Aramaic, the language of the king? Do you think he used the grammar that the king was acquainted with? Do you think that the Holy Spirit had to bring to his mind what God had shown him in the dream? You see, revelation is when the dream was given, inspiration is what allows the prophet to share what God showed him in a trustworthy way. Did Daniel use the common language of his day, language that Nebuchadnezzar could understand? Absolutely!

So Ellen White received visions and dreams of information that no one else knew, that could not be determined by research or by reading the writings of other people. And God gave her these flashes in her mind, showed her these things, and then what she did is, she would take what God showed her and according to her capacities she would then write it, or she would speak it. That is the visionary model of inspiration, and it's the one that most people are acquainted with.

Let me give you an example and I might have mentioned this before, we're at page 4, at the top. The Bible says that God keeps records of our actions, where? In books. But you know, Ellen White says that God keeps records of our actions in a photographic, I would say, a camera. She uses photography, an old English word, “daguerreotype”. She says our works are being daguerreotyped, its photography.  Why would Ellen White say that they're photographed if the Bible says that they're in books? Because God is speaking in the language of the prophet. You know if God said to John in Revelation, all of the works were photographed, people wouldn't be able to understand what he's saying. Now if God called a prophet today, what would the prophet most likely say? God is recording all of our actions on a hard drive, on an infinite hard drive. He would probably use the model of computers, because the prophet is speaking in the terminology that the people of that generation can understand, according to his language abilities. Is this point clear?

Because people are going to come to you and they will say, “Well, you know Ellen White borrowed”, you know, “and Ellen White’s editors did work on her writings”, and you know they're going to bring up all these things. And so now that we've studied this, you're going to say, “Yeah, so what's your point? That's normal.”

Now notice what Ellen White has to say. Selected Messages Vol. 1 on this model, of this visionary model.

God committed the preparation of His divinely inspired Word to finite men…” (1 SM 17)

“The Bible is not given to us in grand superhuman language. Jesus, in order to reach man where he is, took humanity. The Bible must be given in the language of men. Everything that is human is imperfect. Different meanings are expressed by the same word; there is not one word for each distinct idea. The Bible was given for practical purposes.” (1SM 20)

And then she continues saying, The Bible is written by inspired men, but it is not God's mode of thought and expression. It is that of humanity. God, as a writer, is not represented. Men will often say such an expression is not like God. But God has not put Himself in words, in logic, in rhetoric, on trial in the Bible. The writers of the Bible were God's penmen, not His pen…” (1 SM 21)

So are you understanding this point?

You take for example Matthew, Mark, Luke, and John. Do they write in different styles? Sure, they do! So is God dictating the four Gospels? No! They're each writing according to their literary ability.

 

 

Sekarang dalam sisa beberapa menit yang ada, kita mau bicara tentang tiga bentuk inspirasi, tiga cara dengan mana Allah membagikan suatu pesan. Kalian pikir bahwa hanya ada satu: penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi. Ada tiga. Mari kita simak.

1.   Yang pertama saya sebut model penglihatan.

Apa maksudnya “model penglihatan”? Apakah Ellen White mendapat model itu? Tentu saja. Sesungguhnya Ellen White mendapat ketiganya semua, kita akan lihat ini.

Mungkin contoh dari model penglihatan yang terbaik adalah Daniel pasal 2. Apakah Allah memberi Daniel suatu mimpi supranatural menunjukkan kepadanya mimpi yang dialami Nebukadnezar? Betul sekali. Nah, apakah Allah menempatkan mimpi itu di dalam otak Daniel? Ya, benar. Apakah itu sesuai kapasitas sastranya? Ya. Nah, Daniel datang, dan dia berdiri di hadapan  raja. Apakah dia bicara dalam bahasa Aram, bahasa raja itu? Menurut kalian apakah dia menggunakan tatabahasa yang biasa dikenal oleh raja itu? Menurut kalian apakah Roh Kudus harus mengingatkannya kepada apa yang ditunjukkan Allah kepadanya dalam mimpi? Kalian lihat, pengungkapan ialah ketika mimpi itu diberikan; inspirasi/ilham adalah apa yang mengizinkan si nabi untuk membagikan apa yang ditunjukkan Allah kepadanya dengan cara yang bisa dipercaya. Apakah Daniel menggunakan bahasa sehari-hari zamannya, bahasa yang bisa dimengerti oleh Nebukadnezar? Tentu saja!

Jadi Ellen White menerima penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi tentang informasi yang tidak diketahui orang lain, yang tidak bisa ditentukan oleh riset atau dengan membaca tulisan-tulisan orang lain. Dan Allah memberinya gambar-gambar sekilas ini di pikirannya, menunjukkan hal-hal itu kepadanya, lalu apa yang dilakukannya ialah, dia akan mengambil apa yang ditunjukkan Allah kepadanya, dan menurut kemampuannya dia akan menulisnya, atau dia akan mengatakannya. Itulah model inspirasi dari penglihatan, dan inilah bentuk yang paling dikenal orang.

Coba saya beri contoh, dan mungkin saya sudah pernah membicarakan ini sebelumnya, kita di halaman 4 bagian atas. Alkitab berkata bahwa Allah memiliki catatan dari perbuatan-perbuatan kita, di mana? Di kitab-kitab. Tetapi tahukah kalian, Ellen White berkata bahwa Allah menyimpan catatan perbuatan-perbuatan kita secara fotografis, katakanlah dengan sebuah kamera. Ellen White memakai sebuah kata kuno untuk fotografi yaitu “daguerreotype”. Dia bilang perbuatan-perbuatan kita di-daguerreotype, itu fotografi. Mengapa Ellen White mengatakan bahwa perbuatan-perbuatan kita difotografi jika Alkitab mengatakan mereka dicatat dalam kitab-kitab? Karena Allah berbicara kepada si nabi dalam bahasa nabi itu. Kalian tahu, seandainya Allah berkata kepada Yohanes di kitab Wahyu bahwa semua perbuatan kita difotografi, orang-orang zaman itu tidak akan mengerti apa yang dikatakannya. Nah, jika hari ini Allah memanggil seorang nabi, kira-kira nabi itu akan mengatakan apa? Allah sedang mencatat semua perbuatan kita pada sebuah hard drive, pada sebuah hard drive yang tidak ada batasnya. Allah kira-kira akan memakai model komputer, karena nabi itu berbicara dengan istilah yang bisa dimengerti orang-orang generasi itu, sesuai kemampuannya berbahasa. Apakah poin ini jelas?

Karena orang-orang akan datang ke kita dan mereka akan berkata, “Nah, kamu tahu, Ellen White itu meminjam”, “para editor Ellen White yang bekerja pada tulisan-tulisannya”, dan kalian tahu mereka akan memunculkan semua hal itu keluar. Maka sekarang setelah kita mempelajari ini, kita akan berkata, “Iya, lalu apa masalahnya? Itu biasa.”

Nah, simak apa kata Ellen White. Selected Messages Vol. 1, tentang model ini, model penglihatan ini.

“…Allah mempercayakan persiapan Firman IlahiNya yang diilhami kepada manusia yang terbatas…” (1 SM 17)

“Alkitab tidak diberikan kita dalam bahasa hebat manusia super. Yesus, untuk bisa menjangkau manusia di tempatnya, mengambil bentuk kemanusiaan. Alkitab harus diberikan dalam bahasa manusia. Segala yang manusiawi itu tidak sempurna. Makna yang berbeda diekspresikan oleh kata yang sama; tidak ada satu kata khusus untuk setiap ide yang berbeda. Alkitab diberikan untuk tujuan yang praktis.” (1SM 20)

Lalu Ellen White melanjutkan berkata,    “…Alkitab ditulis oleh orang-orang yang diilhami, tetapi itu bukan model berpikir dan ekspresi Tuhan. Itu adalah model kemanusiaan. Sebagai penulis, Allah tidak diwakili. Manusia akan sering mengatakan ekspresi semacam ini tidak mirip Allah. Tetapi Allah tidak menempatkan DiriNya dalam kata-kata, dalam logika, dalam retorika, untuk diadili di Alkitab. Para penulis Alkitab adalah jurutulis Allah, bukan pena-Nya…” (1 SM 21)

Jadi apakah kalian mengerti poin ini?

Ambil contoh misalnya Matius-Markus-Lukas-dan Yohanes. Apakah mereka menulis dalam gaya yang berbeda? Tentu saja. Jadi apakah Allah mendiktekan keempat kitab injil? Tidak! Mereka masing-masing menulis menurut kemampuan sastra mereka.

 

 

2.   Now the second model that I want us to notice is the research model.

And we've discussed this. Ellen White had many books in her library which she read. God gave her the ability of divine selectivity. There was a lot of junk going around those days. Why didn't Ellen White include the junk in her writings? Because the Lord gave her the ability to select that which was trustworthy.

Like Luke. There were many historical records in the days of Luke, but God guided the mind of Luke so that he could choose only those aspects which squared with the truth of God.

Incidentally we could say the same thing about the books of Kings and Chronicles, you know these are the result of keeping records.

We could say the same about the book Acts of the Apostles. The first half of the book is due to Luke's research, because Luke wrote it. But the second half of the book he was an eyewitness to those events.

And so we need to understand that there is another model of inspiration which is the research model, it's when an individual is given the ability to search for sources that square with what God showed the prophet, and then to be able to write in a trustworthy way what God has revealed

 

 

2.   Nah, model yang kedua yang saya mau kita simak ialah model riset.

Dan kita sudah membahas ini. Ellen White punya banyak buku di perpustakaannya yang dibacanya. Allah memberinya kemampuan menyeleksi apa yang ilahi. Ada banyak sampah yang beredar di zaman itu. Mengapa Ellen White tidak memasukkan yang sampah ke dalam tulisan-tulisannya? Karena Tuhan memberinya kemampuan untuk menyeleksi apa yang bisa dipercaya.

Seperti Lukas. Ada banyak catatan sejarah di zaman Lukas, tetapi Allah menuntun pikiran Lukas sehingga dia bisa memilih hanya aspek-aspek yang selaras dengan kebenaran Allah.

Nah, kebetulan kita bisa mengatakan hal yang sama tentang kitab-kitab Raja-raja dan Tawarikh, kalian tahu ini adalah hasil dari pencatatan data.

Kita bisa mengatakan yang sama tentang kitab Kisah Rasul-rasul. Bagian pertama kitab itu adalah hasil riset Lukas, karena Lukas yang menulisnya. Tetapi di paro kedua kitab itu, dia adalah seorang saksi mata peristiwa-peristiwa itu.

Maka kita perlu memahami bahwa ada bentuk inspirasi yang lain yang adalah model riset, yaitu bila seorang individu diberi kemampuan untuk mencari sumber-sumber yang sesuai dengan apa yang ditunjukkan Allah kepada nabi itu, lalu mampu menulis apa yang telah diungkapkan Allah dengan cara yang bisa dipercaya.

 

 

3.   And then there is the third method which is called the epistolary model.

The Holy Spirit guided the minds of the apostles Peter, Paul, and John to the seven churches for example, to write letters or epistles to individuals and churches where they dealt with specific issues and problems. These letters have personal greetings and personal requests.

The same is true of Ellen White. Identical with Ellen White. She wrote thousands of letters to churches, leaders, pastors, providing encouragement, guidance, and warning.

The question is this, are these letters of Ellen White as inspired as her books and articles? Are they relevant for individuals of the church today? Or are they only of a local application in the times of Ellen White, because they were just a letter?

The first epistle to the Corinthians provides all of the elements of the epistolary model. There were serious problems: divisions, moral sins, abuse of Spiritual gifts, and other matters in the church of Corinth. God did not give Paul a vision revealing these problems. Actually Chloe,  a reliable member of the church sent Paul the report, thus the information was given to Paul in a natural rather than a supernatural manner. And yet Paul wrote that the Holy Spirit gave him the counsel that he imparted to this church. So how did the Holy Spirit give this information to Paul? Was it through a direct vision or dreams suddenly all of all of a sudden? No! It was simply illuminating his mind so that he would know that the report that was being given to him was a reliable report.

Let's take 1 Corinthians 7 as an example. In this chapter Paul answers several questions that he had received from the church. The chapter describes two methods that God used to relay the answers to the churches.  

ü   First, answers were given that God had given Paul in a direct revelation or command.

He says, “Says the Lord, not I.” there in 1 Corinthians chapter 7.

ü   but in a second way in some cases the Holy Spirit inspired Paul to give his own counsel.

He says. “I, not the Lord.”

So are we saying that some of the sayings of Paul, some of the commands were inspired, and others were not inspired? Absolutely not! Do both methods bear the same authority and important? Is one method less inspired than the other? No! Both are the work of the Holy Spirit, but one comes by a direct revelation from God to Paul; and in the other, the Holy Spirit impresses and inspires the mind of the apostle to give counsel based on the vast experience that he has from other cases that he has known.

Ellen White explains ~ notice the simple explanation that Ellen White gives to these verses that say, “I say, not the Lord” or “this is a command of the Lord not mine”.  Ellen White explains it beautifully in Vol. 5 of The Testimonies page 65.  Paul was an inspired apostle, yet the Lord did not reveal to him at all times just the condition of His people. Those who were interested in the prosperity of the church, and saw evils creeping in, presented the matter before him, and from the light which he had previously received he was prepared to judge of the true character of these developments…”  so he didn't receive a vision on that specific point, but previously he had received instruction. She continued saying, “…Because the Lord had not given him a new revelation for that special time, those who were really seeking light did not cast his message aside as only a common letter. No, indeed. The Lord had shown him the difficulties and dangers which would arise in the churches, that when they should develop he might know just how to treat them.”

Are you understanding the epistolary model?

During her ministry Ellen White was sometimes accused of having obtained the information from her husband, her son, or from some other leader, and not directly from heaven. Others rejected her counsel because it was contained in a letter, because the source was not supernatural, they felt that Ellen White's counsel was not as reliable as if she had received the information in a dream or a vision directly from God.

I want to read a quotation from Ellen White where she describes this type of person. “When I went to Colorado…” Ellen White states, “…I was so burdened for you that, in my weakness, I wrote many pages to be read at your camp meeting. Weak and trembling, I arose at three o’clock in the morning to write to you. God was speaking through clay. You might say that this communication was only a letter. Yes, it was a letter, but prompted by the Spirit of God, to bring before your minds things that had been shown me. In these letters which I write, in the testimonies I bear, I am presenting to you that which the Lord has presented to me. I do not write one article in the paper, expressing merely my own ideas. They are what God has opened before me in vision—the precious rays of light shining from the throne....” (1 SM 27.2)

 

 

3.   Lalu ada metode ketiga yang disebut model surat.

Roh Kudus menuntun pikiran rasul-rasul Petrus, Paulus, dan Yohanes ke ketujuh jemaat misalnya, untuk menulis surat-surat kepada individu-individu dan jemaat-jemaat di mana mereka menangani isu-isu dan masalah-masalah spesifik. Surat-surat ini mengandung salam-salam pribadi dan permohonan-permohonan pribadi.

Hal yang sama juga benar tentang Ellen White, identik pada Ellen White. Dia menulis ribuan surat ke gereja-gereja, pemimpin-pemimpin, pendeta-pendeta, memberikan dukungan, bimbingan, dan peringatan.

Pertanyaannya ialah, apakah surat-surat Ellen White ini sama terilhaminya seperti buku-bukunya dan artikel-artikelnya? Apakah mereka masih relevan bagi individu-individu di gereja sekarang? Atau apakah mereka hanya untuk aplikasi lokal di zaman Ellen White, karena mereka hanyalah sepucuk surat?

Surat yang pertama ke Korintus memberikan semua elemen dari model surat ini. Ada masalah-masalah yang serius: perpecahan, dosa-dosa moral, salah penggunaan karunia Roh, dan masalah-masalah lain di gereja Korintus. Allah tidak memberi Paulus penglihatan mengungkapkan masalah-masalah ini. Sesungguhnya Kloe, seorang anggota gereja yang bisa diandalkan, mengirimkan laporan ke Paulus, dengan demikian informasi itu diberikan kepada Paulus dengan cara yang alami dan bukan secara supranatural. Namun Paulus menulis bahwa Roh Kudus memberinya nasihat yang dibagikannya kepada gereja ini.  Jadi bagaimana Roh Kudus memberi informasi ini kepada Paulus? Apakah itu tiba-tiba melalui penglihatan langsung atau mimpi yang mendadak? Tidak! Semata-mata itu diiluminasikan ke pikirannya sehingga dia tahu bahwa laporan yang diberikan kepadanya adalah laporan yang bisa dipercaya.

Mari kita ambil 1 Korintus pasal 7 sebagai contoh. Di pasal ini Paulus menjawab beberapa pertanyaan yang dia terima dari gereja. Pasal itu menggambarkan dua cara yang dipakai Allah untuk menyampaikan jawaban ke gereja-gereja.

ü   Pertama, jawaban-jawaban diberikan yang telah diberikan Allah kepada Paulus dalam suatu pengungkapan atau perintah langsung.

Paulus berkata, “Firman Tuhan, bukan aku” di 1 Korintus pasal 7 di sana.

ü   Tetapi cara yang kedua di beberapa kasus, Roh Kudus mengilhami Paulus untuk memberikan nasihatnya sendiri.

Paulus berkata, “Aku, bukan Tuhan.”

Jadi apakah kita mengatakan beberapa kata-kata Paulus, beberapa perintahnya itu diilhami, dan yang lain tidak diilhami? Tentu saja tidak!

Apakah kedua metode itu mempunyai autoritas yang sama dan sama pentingnya? Apakah satu metode lebih diilhami daripada yang lain? Tidak! Keduanya sama-sama adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi yang satu datang melalui pengungkapan langsung dari Allah kepada Paulus; dan yang lain Roh Kudus yang memberikan kesan dan mengilhami pikiran rasul itu untuk memberikan nasihat berdasarkan pengalamannya yang luas yang sudah diperolehnya dari kasus-kasus lain yang sudah diketahuinya.

Ellen White menjelaskan ~ simak penjelasan sederhana yang diberikan Ellen White untuk ayat-ayat ini di mana dikatakan, “Kataku, bukan Tuhan” atau “ini adalah perintah dari Tuhan bukan aku”. Ellen White menjelaskannya dengan indah di Testimonies Vol. 5 hal. 65.   “…Paulus adalah seorang rasul yang diilhami, namun Tuhan tidak selalu mengungkapkan kepadanya kondisi umatNya. Mereka yang memperhatikan kesuksesan gereja, dan melihat kejahatan menyelinap masuk, menyampaikan masalah itu kepadanya, dan dari terang yang telah diterimanya sebelumnya, dia (Paulus) siap untuk menghakimi sifat-sifat yang sebenarnya dari perkembangan-perkembangan ini…”  Jadi Paulus tidak menerima penglihatan tentang poin khusus tersebut, tetapi sebelumnya dia sudah pernah menerima instruksi. Ellen White melanjutkan berkata,    “…Karena Tuhan tidak memberinya pengungkapan baru khusus untuk saat itu, mereka yang sungguh-sungguh mencari terang tidak mengesampingkan pesannya sebagai sekadar surat biasa. Tidak sama sekali. Sebelumnya Tuhan telah menunjukkan kepadanya kesulitan-kesulitan dan bahaya-bahaya yang akan timbul di dalam gereja-gereja, sehingga bilamana itu muncul, dia akan tahu bagaimana menangani mereka.”

Apakah kalian paham model surat ini?

Selama ministrinya, Ellen White terkadang dituduh telah mendapatkan informasi dari suaminya, anaknya, atau dari entah seorang pemimpin, dan bukan langsung dari Surga. Yang lain menolak nasihatnya karena itu terdapat dalam sebuah surat, karena sumbernya tidak supranatural mereka merasa nasihat Ellen White tidak semantap seandainya dia menerima informasi tersebut dalam sebuah mimpi atau penglihatan langsung dari Allah.

Saya mau membacakan suatu kutipan dari Ellen White di mana dia menggambarkan manusia tipe ini. “…Ketika aku pergi ke Colorado…”  pernyataan Ellen White,     “…aku begitu terbebani untuk kalian sehingga dalam kelemahanku aku menulis banyak lembar untuk dibacakan di pertemuan perkemahan kalian. Lemah dan gemetaran, aku bangun pukul tiga pagi untuk menulis padamu. Allah berbicara melalui tanah liat (= dirinya). Kalian boleh mengatakan bahwa komunikasi ini hanyalah sepucuk surat. Ya, ini sepucuk surat, tetapi atas dorongan Roh Allah untuk mengetengahkan ke pikiranmu hal-hal yang telah ditunjukkan kepadaku. Dalam surat-surat ini yang aku tulis, dalam kesaksian-kesaksian yang aku sampaikan, aku sampaikan kepadamu apa yang telah ditunjukkan Tuhan kepadaku. Aku tidak menulis satu pun artikel di surat kabar yang hanya mengekspresikan ide-ideku. Semua itu dibukakan Allah kepadaku dalam penglihatan ~ pancaran cahaya yang berharga yang bersinar dari takhta....” (1 SM 27.2)

 

 

So does God have different methods of inspiring a prophet in imparting the message? Sure, He does. Sometimes He gives visions and dreams, sometimes He guides the mind of the prophet to know what to select that has already been written, and sometimes based on that prophet’s previous experience, not giving a new vision or a new dream, God through the prophet imparts information in that particular circumstance that did not come at that moment directly from the Lord, but came before, or is based on the personal experience of the prophet.

So let me ask you are the letters less reliable than everything else that Ellen White wrote? Absolutely not!

 

Jadi apakah Allah punya metode-metode berbeda untuk mengilhami seorang nabi dalam membagikan pesan? Tentu saja Dia punya. Terkadang Dia memberikan penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi, terkadang Dia menuntun pikiran si nabi untuk tahu mana yang harus dipilih dari yang sudah pernah ditulis, dan terkadang berdasarkan pengalaman nabi itu sebelumnya, tidak dengan memberinya penglihatan baru atau mimpi baru, Allah melalui nabi itu membagikan informasi untuk kondisi khusus itu yang tidak datang langsung dari Tuhan pada saat itu melainkan sudah pernah datang sebelumnya, atau berdasarkan pengalaman pribadi nabi itu.

Jadi coba saya tanya, apakah surat-surat itu tidak semantap segala sesuatu yang lain yang ditulis Ellen White? Sama sekali tidak.

 

 

Now I want to end by dealing with one issue and that is apparent discrepancies in Scripture and in the writings of Ellen White.

I already dealt with one this morning, and it has to do with the death of Judas. You remember? The Gospel of Matthew and the book of Acts seem to contradict one another on how Judas died. Now let me give you another biblical example. Matthew 5:48 and perhaps it would be a good idea for me to begin reading at verse 38 for the context.

38 You have heard that it was said, ‘An eye for an eye and a tooth for a tooth.’ 39 But I tell you not to resist an evil person. But whoever slaps you on your right cheek, turn the other to him also. 40 If anyone wants to sue you and take away your tunic, let him have your cloak also. 41 And whoever compels you to go one mile, go with him two.  42 Give to him who asks you, and from him who wants to borrow from you do not turn away. 43 You have heard that it was said, ‘You shall love your neighbor and hate your enemy.’ 44 But I say to you, love your enemies…” now listen carefully, “…bless those who curse you,  do good to those who hate you, and pray for those who spitefully use you and persecute you, 45 that you may be sons of your Father in heaven; for He makes His sun rise on the evil and on the good, and sends rain on the just and on the unjust. 46 For if you love those who love you, what reward have you? Do not even the tax collectors do the same? 47 And if you greet your brethren only, what do you do more than others? Do not even the tax collectors do so?...” and now notice the conclusion  “…48 Therefore you shall be perfect, just as your Father in heaven is perfect.”

 

Sekarang saya mau mengahiri dengan membahas satu isu dan itu adalah perbedaan-perbedaan yang nyata di Kitab Suci dan tulisan-tulisan Ellen White.

Saya sudah membahas satu tadi pagi, dan itu berkaitan dengan kematian Yudas, kalian ingat? Injil Matius dan kitab Kisah sepertinya mengkontradiksi satu sama lain mengenai bagaimana Yudas mati.

Nah, sekarang saya mau memberi kalian contoh alkitabiah yang lain. Matius 5:48 dan mungkin adalah baik jika kita mulai membaca dari ayat 38 sebagai konteksnya.

38 Kamu telah mendengar dikatakan, ‘Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.’ 39 Tetapi Aku berkata kepadamu, janganlah melawan orang yang jahat. Tetapi siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga yang lainnya kepadanya. 40 Jika ada orang yang hendak menggugat engkau dan mengambil tunikmu, biarlah dia mendapat jubahmu juga. 41 Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia dua mil. 42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu, dan janganlah menolak orang yang mau meminjam darimu. 43 Kamu telah mendengar dikatakan,Engkau harus mengasihi tetanggamu dan membenci musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu, kasihilah musuhmu…”  sekarang dengarkan baik-baik,  “…berkatilah mereka yang mengutukmu, berbuatlah baik kepada mereka yang membencimu, dan bedoalah untuk mereka yang memperalatmu dengan dengki dan menganiayamu,  45 supaya kamu boleh menjadi anak-anak Bapamu di Surga; karena Ia menerbitkan matahariNya bagi orang yang jahat dan orang yang baik, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Karena jika kamu mengasihi mereka yang mengasihi kamu, apakah pahalamu? Bukankah bahkan pemungut cukai berbuat yang sama? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah kelebihan yang kamu miliki dibandingkan yang lain?  Bukankah bahkan para pemungut cukai pun berbuat demikian?…”  dan sekarang simak kesimpulannya,   “…48 Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga itu sempurna."

 

 

What does it mean to be perfect according to the context? Love your enemies, do good, carry the load the second mile, if somebody sues you don't give them only the coat given to the cloak too, so basically that's what perfection means according to the context.

Now let's go to Luke chapter 6. And I want you to notice that in Luke chapter 6 you have the very same passage. And let's begin at verse 27, 27 But I say to you who hear: Love your enemies, do good to those who hate you, 28 bless those who curse you, and pray for those who spitefully use you. 29 To him who strikes you on the one cheek, offer the other also. And from him who takes away your cloak, do not withhold your tunic either.  30 Give to everyone who asks of you. And from him who takes away your goods do not ask them back. 31 And just as you want men to do to you, you also do to them likewise…”  so is this the same passage? Yeah. Verse 32,  “…32 But if you love those who love you, what credit is that to you? For even sinners love those who love them. 33 And if you do good to those who do good to you, what credit is that to you? For even sinners do the same…” did we find that in Matthew chapter 5? Yes!  “…34 And if you lend to those from whom you hope to receive back, what credit is that to you? For even sinners lend to sinners to receive as much back.  35 But love your enemies, do good, and lend, hoping for nothing in return; and your reward will be great, and you will be sons of the Most High. For He is kind to the unthankful and evil…” and now notice the conclusion  “…36 Therefore be merciful, just as your Father also is merciful.”

 

Apa artinya menjadi sempurna menurut konteks ini? Mengasihi musuhmu, berbuat baik, mengangkat beban sejauh mil yang kedua, jika ada yang mengugatmu, jangan hanya memberi mereka tunikmu melainkan jubahmu juga, jadi pada dasarnya itulah sempurna menurut konteksnya.

Nah, sekarang mari kita ke Lukas pasal 6. Dan saya mau kalian menyimak bahwa di Lukas pasal 6 ada bacaan yang sama. Mari kita mulai dari ayat 27. 27 Tetapi kepada kamu yang mendengarkan, Aku berkata, Kasihilah musuh-musuhmu, berbuatlah baik kepada mereka yang membenci kamu; 28 berkatilah mereka yang mengutuk kamu; doakan mereka yang memanfaatkan kamu dengan dengki. 29 Kepada dia yang menampar pipimu yang satu, berikanlah juga yang lain.  Dan dari dia yang mengambil jubahmu, jangan tahankan tunikmu juga. 30 Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan dari dia yang mengambil barangmu, janganlah memintanya kembali. 31 Dan sama seperti kamu mau orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka…”  jadi apa ini bacaan yang sama? Iya. Ayat 32,   “…32 Tetapi jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah kreditnya untukmu? Karena bahkan orang-orang berdosa pun mengasihi  orang-orang yang mengasihi mereka. 33 Dan jikalau kamu berbuat baik kepada mereka yang berbuat baik kepadamu, apakah kreditnya itu untukmu? Karena bahkan orang-orang berdosa pun berbuat demikian…”  apakah kita temukan ini di Matius pasal 5? Ya! “…34 Dan jikalau kamu meminjami mereka yang darinya kamu berharap akan menerimanya kembali, apakah kreditnya kepadamu? Karena bahkan orang-orang berdosa pun meminjami orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. 35 Tetapi kasihilah musuhmu, berbuatlah baik, dan pinjami, tidak mengharapkan balasan apa pun; dan pahalamu akan besar, dan kamu akan menjadi anak-anak Yang Mahatinggi, sebab Ia baik kepada orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan jahat. …”  dan sekarang simak kesimpulannya,   “… 36 Oleh karena itu, jadilah murah hati, sama seperti Bapamu juga murah hati.”

 

 

Now what was it that Jesus said? Did He say “be perfect as your heavenly Father is perfect”? Or did He say, “Be merciful as your heavenly Father is merciful”?

Let me explain the way I see this happen. In Matthew I believe that  Matthew is telling us what Jesus actually said. Whereas in Luke, what Luke is doing is he's telling us what Jesus meant by it, by what He said. “to be perfect” is to be what? Is “to be merciful”. Does that fit with the context? So is Luke adding to what Jesus had to say? No! What Luke is doing is through the inspiration of the Holy Spirit he is explaining what it means to be perfect. In other words, he is doing exegesis of what Jesus said. In Matthew it's “be perfect”, in Luke it is “be merciful”. To be perfect is to be merciful.

And by the way if you compare the story of the rich young ruler and the story of the good Samaritan you'll find that to be perfect is to love your neighbor as yourself, and to do as the Samaritan did.

 

Sekarang, apa yang dikatakan Yesus? Apakah Dia berkata, “haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga itu sempurna" atau apakah Dia berkata, “jadilah murah hati, sama seperti Bapamu juga murah hati”?

Izinkah saya menjelaskan menurut saya apa yang terjadi. Di Matius, saya meyakini Matius mengatakan kepada kita apa yang benar-benar diucapkan Yesus. Sementara di Lukas, apa yang dilakukan Lukas ialah dia mengatakan kepada kita apa yang dimaksud oleh Yesus dengan itu, dengan apa yang dikatakanNya. “menjadi sempurna” ialah menjadi apa? Ialah “menjadi murah hati” Apakah itu sesuai dengan konteksnya? Jadi apakah Lukas menambahi apa yang dikatakan Yesus? Tidak! Apa yang dilakukan Lukas ialah melalui inspirasi dari Roh Kudus dia menjelaskan apa artinya “menjadi sempurna” itu. Dengan kata lain, dia sedang mengeksegesis apa yang dikatakan Yesus. Di Matius itu “menjadi sempurna”, di Lukas itu “jadilah murah hati”. Menjadi sempurna ialah menjadi murah hati.

Dan ketahuilah, jika kita bandingkan kisah penguasa muda yang kaya dan kisah orang Samaria yang baik, kalian akan mendapati bahwa menjadi sempurna ialah mengasihi sesama sebagai dirimu sendiri, dan berbuat apa yang dilakukan orang Samaria itu.

 

 

And so as you look at all of the testimonies you find that just because there's a variation in Matthew and Luke, doesn't mean that there's a contradiction, it's a complementation. Luke explains what it means to be perfect. So many things that people assume are contradictions are not contradictions at all.

So as we understand the process of revelation and inspiration, we can understand all the better how God spoke to His remnant Church through the Spirit of Christ.

 

Maka saat kita melihat semua kesaksian, kita akan mendapatkan hanya karena ada variasi di Matius dan Lukas, itu tidak berarti ada kontradiksi, itu adalah melengkapi. Lukas menjelaskan apa maknanya menjadi sempurna. Jadi banyak hal yang dianggap orang kontradiksi sama sekali bukanlah kontradiksi.

Maka dengan kita memahai proses pengungkapan dan pengilhaman, kita bisa memahami dengan lebih baik bagaimana Allah berbicara kepada gerejaNya, umat yang sisa melalui Roh Kristus.

 

 

03 03 23

 

 

 


No comments:

Post a Comment