_____THE CITIES OF REFUGE_____
A Sermon by
Stephen
Bohr
https://www.youtube.com/watch?v=RQltcT2f2yo
Dibuka
dengan doa.
Let's begin our
study at the Gospel of John 5:45-47 where we are told that the entire Old Testament points to
Jesus Christ. It reads like this, “ 45 Do not think that I shall accuse you to the Father;…” here Jesus is speaking, “…there is one who accuses you—Moses, in whom you trust. 46 For if you believed Moses, you would believe Me;…” Jesus says, “…for he…”
that is Moses, “…wrote about Me…” So the writings of
Moses are saturated with Jesus Christ.
Marilah kita mulai pelajaran kita di
Injil Yohanes 5:45-47 di mana kita diberitahu bahwa seluruh Perjanjian Lama menunjuk ke Yesus Kristus.
Begini bunyinya, “45 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu
di hadapan Bapa;…” di sini Yesus sedang bicara, “…ada seorang yang akan mendakwamu ~ yaitu Musa, yang kamu percayai. 46 Sebab andaikan kamu mempercayai
Musa, tentu kamu akan mempercayai Aku,…” kata
Yesus, “…sebab ia…” yaitu Musa, “…menulis tentang Aku…”. Jadi tulisan-tulisan Musa penuh tentang
Yesus Kristus.
Ellen White in Desire of Ages page 211 wrote these incredible
words about how the Old Testament on every page reveals Jesus Christ. It reads
like this, “In every
page whether history, or precept, or prophecy, the Old Testament Scriptures are
irradiated with the glory of the Son of God. So far as it was of divine
institution, the entire system of Judaism was a compacted prophecy of the
gospel.”
So Jesus is on
every page of the Old Testament.
Ellen
White di Desire of Ages hal. 211 menulis
kata-kata yang mengagumkan ini tentang bagaimana setiap halaman Perjanjian Lama
menyatakan Yesus Kristus. Bunyinya demikian, “…Di
setiap halaman, apakah itu sejarah, atau peraturan-peraturan, atau nubuatan-nubuatan,
kitab Perjanjian Lama diiradiasi oleh kemuliaan Anak Allah. Oleh karena itu berasal dari institusi ilahi, maka seluruh sistem Yudaisme merupakan
nubuatan yang padat tentang injil.”
Jadi
Yesus ada di setiap halaman Perjanjian Lama.
Today we're going
to study one of those episodes in the writings of Moses. We're going to take a
look at the
Cities of Refuge which are a type or an illustration in miniature of Jesus Christ.
Now let me give you the sources where we find the description of the Cities of
Refuge. They are found in Numbers 35, Deuteronomy 19, Joshua 20, Deuteronomy 4:41-43, and in the Spirit of Prophecy Patriarchs and Prophets page 515 through page 517.
Hari ini kita
akan mempelajari salah satu episode tulisan Musa. Kita akan menyimak Kota-kota
Perlindungan yang adalah tipe atau ilustrasi Yesus Kristus dalam bentuk
miniatur. Sekarang saya akan memberikan sumbernya di mana kita
menemukan deskripsi tentang Kota-kota
Perlindungan. Mereka ada di Bilangan 35, Ulangan 19, Yosua 20, Ulangan 4:41-43,
dan di Roh Nubuat Patriarchs and Prophets hal. 515 sampai 517.
In the cultures of antiquity
when one person killed another, the next of kin was required to avenge the
death of his relative by finding the slayer and putting the slayer to death. The
result was that during the rest of the slayer's life, he was not safe anywhere.
He lived in constant fear that the avenger might find him, and put him to death.
The slayer's life was one of constant worry, anxiety, and unrest, and fear. He
could not sleep well at night for fear that the avenger was on his track. There
was no escape from a life of flight, anxiety, and fear. The situation of the
slayer appeared to be hopeless.
Di
kebudayaan zaman kuno, ketika seseorang membunuh orang lain, maka keluarganya
yang terdekat berkewajiban membalaskan kematian sanaknya
dengan mencari si pembunuh dan menghabisi nyawa si pembunuh. Akibatnya, seluruh
sisa hidup si pembunuh, dia tidak aman berada di mana pun. Dia selalu hidup
dalam ketakutan bahwa si penuntut balas akan
menemukan dia dan membunuhnya. Hidup si pembunuh senantiasa penuh kekhawatiran,
kegelisahan, dan tidak sejahtera, dan ketakutan. Dia tidak bisa tidur nyenyak
di malam hari karena takut si penuntut balas sedang mengejarnya.
Baginya tidak bisa lolos dari suatu kehidupan yang selalu dalam pelarian,
kekhawatiran, dan ketakutan. Situasi si pembunuh tampaknya tidak ada harapan.
Now God took this
custom from antiquity and He adds something where the slayer could find refuge
from the avenger. God added an element to this practice that existed in biblical
times. God
~ in other words ~ did not abolish the custom, but rather
added an element where the slayer could find peace and security within a City
of Refuge. God set up six Cities of Refuge where the slayer could flee
and be safe from the wrath of the avenger; as long as the slayer made it to the
city before the avenger could find him, he was safe.
Nah, Allah mengambil tradisi kuno ini dan Dia
menambahkan sesuatu di mana si pembunuh bisa menemukan perlindungan
dari si penuntut balas. Allah menambahkan suatu unsur kepada praktek yang ada di
zaman Alkitab. Dengan kata lain, Allah
tidak menghapus tradisi itu, tetapi menambahkan suatu unsur di mana si pembunuh
bisa mendapatkan kedamaian dan perlindungan di dalam sebuah Kota
Perlindungan. Allah
menetapkan enam Kota Perlindungan di mana si pembunuh bisa lari ke sana dan selamat dari
amarah si penuntut balas; selama si pembunuh berhasil mencapai Kota
Perlindungan itu sebelum si penuntut balas bisa menemukannya, dia selamat.
Now let's notice
the number and names of the cities. In Joshua 20:7-9 we have the names of the cities
and the place where they were located. It says there in Joshua 20:7, “7 So they appointed Kedesh in
Galilee, in the mountains of Naphtali, Shechem in the mountains of
Ephraim, and Kirjath Arba (which is Hebron) in the mountains of Judah. 8 And on the other side of
the Jordan, by Jericho eastward, they assigned Bezer in the wilderness on
the plain, from the tribe of Reuben, Ramoth in Gilead, from the tribe of
Gad, and Golan in Bashan, from the tribe of Manasseh. 9 These were the cities
appointed for all the children of Israel and for the stranger who dwelt
among them, that whoever killed a person…” and now comes a
very important word “…whoever killed a
person accidentally might flee there, and not die by the hand of the avenger of
blood until he stood before the congregation.”
Sekarang mari kita simak jumlah dan nama-nama kota-kota itu. Di Yosua 20:7-9 ada nama-nama kota-kota itu dan tempat lokasi mereka. Dikatakan di
Yosua 20:7, “7 Dan
mereka menetapkan Kedesh di Galilea, di pegunungan Naftali; Sikhem, di pegunungan Efraim; dan
Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di pegunungan
Yehuda. 8 Dan di seberang sungai Yordan, di Yerikho ke arah timur, mereka menentukan Bezer, di
padang gurun di dataran dari suku
Ruben; Ramot di Gilead dari suku Gad;
dan Golan di Basan dari suku Manasye. 9 Itulah kota-kota yang ditetapkan bagi semua orang Israel, dan bagi orang-orang asing yang tinggal di antara mereka; supaya siapa pun yang membunuh seseorang…” dan
sekarang muncul kata yang sangat penting, “…siapa pun yang membunuh seseorang dengan tidak sengaja, dapat melarikan diri ke sana, dan tidak mati di tangan si penuntut
balas darah, sampai dia berdiri di hadapan jemaat.”
Now it's
interesting to notice the location of these particular cities that we just
named from Joshua 20:7-9. These cities were:
· Bezer which was southeast of the Jordan
· Ramoth Gilead which was central and east of the Jordan and
· Golan which was northeast of the Jordan
· the other cities Kedesh was northwest of the Jordan
· Shechem was central west of the Jordan and
· Hebron was southwest of the Jordan
So there were three
cities east of the Jordan, three cities
west; and they were north, central, and south on both sides.
The location of
these cities is important because no one was more than a half day's journey from any of these cities. There was quick access to these cities from anywhere in
Israel. God chose these cities purposely because they were equally distributed,
and people had quick access to them, because the avenger would be on the track
of the slayer.
Nah, yang
menarik ialah menyimak lokasi kota-kota tersebut yang baru kita sebutkan namanya
dari Yosua 20:7-9. Kota-kota tersebut
ialah:
· Bezer yang di tenggara Yordan
· Ramot Gilead yang di tengah dan timur Yordan, dan
· Golan yang di timur laut Yordan
· Kota-kota lain: Kedesh yang di barat
laut Yordan
· Sikhem di tengah barat Yordan dan
· Hebron di barat daya Yordan
Jadi ada
3 kota di sebelah timur Yordan, tiga kota di sebelah
barat, dan mereka semuanya di utara, selatan, dan tengah
di kedua sisi Yordan.
Lokasi kota-kota
ini penting karena tidak satu orang pun yang lebih jauh dari setengah hari perjalanan
dari kota-kota tersebut. Jadi ada akses cepat ke kota-kota ini dari mana pun di Israel. Allah sengaja
telah memilih kota-kota ini karena mereka tersebar secara merata,
dan orang bisa mengakses mereka dengan cepat, karena si penuntut balas sedang
mengejar si pembunuh.
Now what about provisions
in the cities? All of these cities were Levitical cities. In other words,
cities of the priesthood in Israel. The priests were the intercessors, as we
know, and
the protectors of the refugees that came to these cities. In other
words, the priests interceded in behalf of man.
Numbers 35:6 tells
us something about the priestly nature of these cities. It says there in
Numbers 35:6, “6 Now among the cities which you
will give to the Levites you
shall appoint six cities of refuge, to which a manslayer may
flee…”
So very clearly
these were cities of the Levites, where the slayer who slew someone
accidentally could flee from the wrath of the avenger.
Sekarang
bagaimana dengan persediaan makanan di kota-kota
itu? Semua kota itu adalah kota-kota Lewi. Dengan kata lain, kota-kota para imam di Israel. Seperti yang
kita tahu, imam-imam adalah
para perantara dan pelindung dari para pelarian yang datang ke kota-kota tersebut. Dengan kata
lain, imam-imam menjadi perantara manusia.
Bilangan
35:6 mengatakan sesuatu kepada kita tentang kodrat imamat kota-kota
tersebut. Dikatakan di Bilangan 35:6, “6 Nah, dari antara kota-kota yang akan kamu berikan kepada suku Lewi, kamu akan menetapkan enam kota perlindungan, ke mana seorang pembunuh manusia boleh lari…”
Jadi
sangat jelas kota-kota ini adalah kota-kota
Lewi, ke mana si pembunuh yang membunuh orang secara tidak sengaja
bisa melarikan dirinya dari amarah si penuntut balas.
Now these cities
had ample provisions for the refugees. The Levites, as we know, received one
tenth from each of the 11 tribes. This was the tithe that was given to the
Levites for their service. In this way the Levites received 11/10ths from the other tribes, while the other tribes only kept 9/10ths. These gave 11/10ths to the Levites,
and thus they
had an abundance of provisions with which to feed, clothe, and lodge those who
fled to the cities for protection as an asylum.
Nah, kota-kota
in punya persediaan makanan yang cukup bagi para pelarian itu. Suku Lewi,
seperti yang kita ketahui, menerima 1/10 dari masing-masing sebelas suku yang
lain, ini adalah persepuluhan yang diberikan kepada suku Lewi untuk pelayanan
mereka. Dengan demikian, suku Lewi menerima 11/10 dari suku-suku yang lain,
sementara suku-suku yang lain hanya menyimpan 9/10nya. Mereka memberikan 11/10
kepada suku Lewi, sehingga suku
Lewi punya persediaan yang berlimpah untuk memberi makan, pakaian, dan tempat
tinggal bagi mereka yang lari ke kota-kota itu untuk perlindungan
atau suaka.
Now the question is,
what was the purpose of these cities? Well, the slayer could flee and seek protection
and security in any of these cities from the evil intentions of the avenger. They
could find this security only in the City of Refuge. God established the Cities
of Refuge for those who killed by mistake or error or accidentally. Those who
killed intentionally with a high hand,
knowingly, in other words, those who murdered, had no
right to seek protection in the cities.
Sekarang
pertanyaannya ialah, apa tujuan semua kota itu?
Nah, si pembunuh bisa lari dan mencari perlindungan
dan keamanan di salah satu kota-kota
ini dari niat jahat si penuntut balas. Mereka bisa mendapatkan keamanan hanya
di Kota Perlindungan. Allah telah menetapkan Kota-kota Perlindungan bagi mereka yang
membunuh karena kecelakaan atau kesalahan atau ketidaksengajaan. Mereka yang membunuh dengan
sengaja dengan niat jahat, dengan sadar; dengan kata lain mereka
yang melakukan pembunuhan yang direncanakan, tidak punya hak mencari perlindungan di kota-kota itu.
Let's read
Deuteronomy 19:4-6 where we find a description of those who could legitimately
find security, refuge, and peace in the cities. Deuteronomy 19:4-6, “4 And this is the case of the manslayer who
flees there, that he may live: Whoever kills his neighbor unintentionally,
not having hated him in time past— 5 as when…” now comes an
example “…as when a
man goes to the woods with his neighbor to cut timber, and his hand
swings a stroke with the ax to cut down the tree, and the head slips from the
handle and strikes his neighbor so that he dies…” that's an accidental death
“…—he shall flee…” it continues saying
“…to one of these cities and live; 6 lest the avenger of blood, while his anger is hot,
pursue the manslayer and overtake him, because the way is long, and kill him,
though he was not
deserving of death, since he had not hated the victim in time past.”
Mari kita
baca Ulangan 19:4-6 di mana kita lihat
deskripsi mereka yang boleh dengan sah mendapatkan keamanan, perlindungan,
dan kedamaian di kota-kota itu. Ulangan 19:4-6, “4 Dan inilah kasus si pembunuh, yang melarikan diri ke sana,
supaya ia boleh hidup: Siapa pun yang membunuh sesamanya manusia dengan tidak sengaja, yang tidak dibencinya sebelumnya, 5 seperti ketika…” sekarang
diberikan contohnya, “…5 seperti ketika seorang pergi ke hutan dengan temannya untuk memotong pohon, dan
tangannya mengayunkan kapak untuk menebang pohon itu, dan mata kapak terlepas dari gagangnya, dan mengenai temannya sehingga dia
mati, …” itu kematian yang karena kecelakaan, “…ia akan lari…” selanjutnya dikatakan, “…ke salah satu kota itu dan hidup. 6 Supaya jangan si penuntut
balas darah, sementara hatinya panas mengejar pembunuh itu dan menyusulnya karena jauhnya perjalanan, dan
membunuhnya; walaupun pembunuh itu tidak
patut mati, karena ia tidak membenci korban
sebelumnya.“
So notice, anyone who had committed an act of causing the death of someone
accidentally or unintentionally could legitimately remain in these cities, but
those who sin with a high hand knowingly because they
hated their neighbor and they executed the neighbor, those individuals they
could come to the City of Refuge, but we're going to notice a little later on
in our study, that a process was followed to determine if that person had a
right to remain in the city or not.
Jadi
simak, siapa pun yang telah melakukan perbuatan yang
mengakibatkan kematian seseorang karena kecelakaan atau dengan tidak disengaja
boleh secara sah tinggal di kota-kota tersebut, tetapi mereka yang berbuat dosa
dengan sengaja, dengan kesadaran karena mereka telah membenci sesamanya dan
mereka mengeksekusi sesamanya, maka orang-orang itu tidak boleh datang
ke Kota Perlindungan; tetapi nanti sebentar kita akan melihat di pelajaran kita
bahwa suatu proses harus diikuti untuk menentukan apakah orang itu berhak tetap
tinggal di kota itu atau tidak.
Now the slayer
needed to flee immediately and urgently to one of the Cities of Refuge.
There was no
time to bid farewell to the family or to take care of family business. The
slayer's life was in jeopardy as long as he was not within the confines of the
City of Refuge. The fugitive had to sacrifice every other interest in order to make it
safely to safety in the city. The slayer could not allow fatigue,
weariness, or whatever to slow him down. He had to ignore all difficulties and
obstacles. There could be no detours, no stops, no delays were possible,
because if the avenger reached the slayer outside the city, the slayer's life was
in peril.
Nah, si pembunuh harus segera dan
dengan mendesak lari ke salah satu Kota Perlindungan. Tidak ada waktu untuk
berpamitan kepada keluarga atau mengurus urusan keluarganya dulu.
Hidup si pembunuh sedang terancam selama dia tidak berada dalam lingkungan Kota
Perlindungan. Si pelarian harus
mengorbankan setiap kepentingan yang lain supaya bisa tiba dengan selamat di kota itu. Si pembunuh tidak boleh mengizinkan kelelahan,
rasa capek, atau apa pun memperlambatnya. Dia harus mengabaikan semua kesulitan
dan halangan. Tidak boleh menyimpang di jalan, atau berhenti,
atau membuat penundaan karena jika si penuntut balas berhasil menyusul
si pembunuh di luar kota itu, hidup si pembunuh dalam bahaya besar.
Now what was the
nature of the roads that led to the cities? Well, the roads were always kept in good order.
God instructed Israel to build access roads to the Cities of Refuge and they
were always to keep the access roads in tip-top shape for easy access.
Deuteronomy 19:3
says, “ 3 You
shall prepare roads for yourself, and divide into three parts the territory of
your land which the Lord your God is giving you to
inherit, that any manslayer may flee there.”
Nah,
bagaimana kondisi jalan-jalan menuju ke kota-kota
tersebut? Nah, jalan-jalan itu
selalu dipelihara dalam kondisi baik. Allah menginstruksikan
Israel untuk membangun jalan-jalan akses ke Kota-kota Perlindungan dan mereka selalu harus
memelihara jalan-jalan itu dalam kondisi top supaya mudah diakses.
Ulangan
19:3 mengatakan, “3 Engkau harus mempersiapkan jalan-jalan bagi dirimu, dan membagi menjadi tiga bagian wilayah negerimu, yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diwarisi, supaya
setiap pembunuh boleh lari ke sana.”
So roads were to be
prepared so that an individual who wanted to flee to the cities could arrive
without stumbling. Holes in the road were filled, rocks were removed, this was
no time for an ankle sprain or a broken foot. The fugitive could not lose an instant
in his race to the place of rest and protection. All along the road there were signposts
that read “Refuge” in large clear letters. The letters were so large that as
Habakkuk says, “one who runs can read it” (Habakkuk 2:2).
Now some people out
of pure meanness would sometimes change the signposts at the intersections, and
others would place obstacles on the road to make it harder for the fugitive to
reach the city. This might mean sure death for the person who was fleeing to the
cities.
Jadi
jalan-jalan harus dipersiapkan supaya seseorang yang mau lari ke kota-kota
tersebut bisa tiba tanpa tersandung. Lubang-lubang di jalan harus ditutup,
batu-batu disingkirkan, ini bukan waktunya untuk tungkai kaki terkilir atau
mengalami patah kaki. Si pelarian tidak boleh kehilangan sedetik pun dalam pelariannya
ke tempat peristirahatan dan perlindungan. Sepanjang
jalan itu ada rambu-rambu jalan yang bertuliskan “tempat
Perlindungan” dengan huruf-huruf besar yang jelas. Huruf-huruf itu begitu
besarnya sampai Habakkuk berkata, “dia yang sedang lari bisa membacanya” (Hab. 2:2)
Nah, ada
orang-orang yang semata-mata karena hatinya jahat, terkadang mengubah
rambu-rambu itu di persmpangan; yang lain akan menempatkan penghalang-penghalang
di jalan untuk mempersulit si pelarian mencapai kota itu.
Itu akan berarti kematian pasti bagi orang yang sedang lari ke kota-kota
itu.
Now who were the
beneficiaries of the cities? The cities were accessible to all, not only
Hebrews, but also pilgrims, and even foreigners. There was no monopoly
or divine right for the Jews alone.
Notice Numbers
35:15, “ 15 These
six cities shall be for refuge for the children of Israel, for the
stranger, and for the sojourner among them, that anyone who kills a person
accidentally may flee there.” So notice, the
cities were available to everyone, not only to the children of Israel but also
to the stranger, and to the sojourner among the children of Israel.
Nah,
siapakah yang menerima manfaat dari kota-kota
tersebut? Kota-kota itu boleh diakses oleh semua, bukan saja
orang-orang Yahudi, juga para peziarah dan bahkan orang-orang asing.
Orang Yahudi tidak punya monopoli atau hak khusus dari Ilahi atas kota-kota tersebut.
Simak
Bilangan 35:15, “15 Keenam Kota
itu akan menjadi tempat perlindungan, baik bagi orang Israel, bagi orang asing, dan bagi pendatang di antara mereka; supaya siapa pun yang membunuh orang dengan tidak
sengaja boleh melarikan diri ke sana.”
Jadi simak, kota-kota itu terbuka bagi semua, bukan hanya bagi bangsa
Israel, tetapi juga bagi orang asing dan pendatang di antara bangsa Israel.
Now let's talk about
the moment when the slayer arrived in the city. Upon arriving undoubtedly the
fugitive was very tired, but he had to present himself before the Elders and the
High Priest, not a common ordinary priest, he had to present himself
before the Elders and before the High Priest; and probably this happened at the
altar of sacrifice, although it's not absolutely certain. In Joshua 20:2, 3, 4-5 we find these words about the arrival of the refugee to the
city. It says there, “ 4 And
when he flees to one of those cities, and stands at the entrance of the gate of
the city, and declares his case in the hearing of the Elders of that
city…” notice that there were witnesses over and above the High
Priest. So once again, “…when he flees to one of those cities, and stands at the
entrance of the gate of the city, and declares his case in the hearing of
the Elders of that city, they shall take him into the city as one of them, and
give him a place, that he may dwell among them. 5 Then if the avenger of
blood pursues him, they shall not deliver the slayer into his hand, because he
struck his neighbor unintentionally, but did not hate him beforehand.”
So once the
slayer was within the confines of the City of Refuge, the avenger had no access
to him. The individual was protected by the High Priest and by the Elders
who met him at the door of the city.
Sekarang mari kita bicara tentang saat ketika si
pembunuh tiba di kota itu. Pada
saat kedatangannya, sudah pasti si pelarian itu sangat lelah, tetapi dia harus datang menghadap para
Tua-tua dan Imam Besar, bukan imam biasa, dia harus menunjukkan
dirinya di hadapan para Tua-tua dan di hadapan Imam Besar; dan kira-kira ini
terjadi di mezbah kurban, walaupun itu tidak bisa dipastikan. Di Yosua 20:2, 3, 4-5 kita
mendapatkan kata-kata ini tentang kedatangan di Kota Perlindungan. Dikatakan di
sana, “4 Dan
ketika ia lari ke salah satu kota tersebut, dan berdiri di depan pintu gerbang kota itu, dan memberitahukan perkaranya dalam
pendengaran para tua-tua kota itu,…” simak ada saksi-saksi selain Imam Besar.
Jadi sekali lagi, “…ketika ia lari ke salah satu kota tersebut, dan berdiri di depan pintu gerbang kota itu, dan memberitahukan perkaranya dalam
pendengaran para tua-tua kota itu, mereka akan membawanya masuk ke dalam kota itu sebagai salah
satu dari mereka, dan memberinya sebuah tempat, agar
ia boleh diam di
antara mereka. 5 Lalu bila si penuntut balas darah mengejar dia, mereka tidak akan menyerahkan si pembunuh ke dalam
tangannya, sebab ia telah membunuh sesamanya dengan
tidak sengaja, tetapi tidak
membencinya sebelumnya.”
Jadi, begitu si pembunuh ada di dalam batasan Kota Perlindungan
itu, si penuntut balas tidak punya akses padanya. Si pembunuh dilindungi oleh
Imam Besar dan para Tua-tua yang pergi menemuinya di gerbang Kota
itu.
However, we need to
go a step further. After the fugitive found refuge in the city an impartial jury presided
by the High Priest, sat to examine the evidence to see if the slayer
had truly committed an accidental act, in other words, the slayer was innocent
until proven guilty when he appeared before the High Priest and the jury. It
was to be determined if the person was guilty of premeditated, purposeful, open
high-handed sin, or accidental sin due to human limitations, frailty, or
weakness. The
slayer was in the city under the High Priest’s protection until an impartial
judgment determined whether the slayer had the right to remain in the city.
The court verdict only confirmed the right of the person to asylum or denied
that right based on an examination of his past behavior, in other words, there
was an investigative judgment to see if the person truly deserved to be in the
City of Refuge.
Namun
demikian, kita perlu mengambil satu langkah lebih jauh. Setelah si pelarian mendapatkan perlindungan di kota itu, sebuah dewan juri yang
tidak berpihak dengan dikepalai oleh Imam Besar, bersidang untuk memeriksa
buktinya guna melihat apakah si pembunuh
benar-benar melakukan suatu tindakan yang tidak disengaja, dengan kata lain, si
pembunuh dianggap tidak bersalah hingga terbukti bersalah ketika dia tampil di
hadapan Imam Besar dan para juri. Harus ditentukan apakah orang itu bersalah
untuk pembunuhan yang direncanakan, yang disengaja, dosa terbuka yang
terang-terangan, atau dosa kecelakaan karena keterbatasan, ketidakberdayaan, dan
kelemahan insani. Si pembunuh ada di dalam kota di bawah perlindungan Imam Besar hingga
suatu penghakiman yang tidak memihak menentukan apakah si pembunuh punya hak
untuk tinggal di kota itu. Hanya vonis
pengadilan yang meneguhkan hak orang itu untuk mendapatkan suaka atau tidak,
berdasarkan pemeriksaan tindakannya sebelumnya. Dengan kata lain, ada pengadilan
pemeriksaan untuk melihat apakah orang itu benar-benar layak berada di Kota
Perlindungan.
Now let's read the
Bible’s description of this.
Joshua 20:6, “ 6 And he shall dwell in
that city until he stands before the congregation for judgment, and until the death of the one
who is High Priest in those days. Then the slayer may return and come to his
own city and his own house, to the city from which he fled.”
So notice, he had
to stand before the congregation for judgment; he could remain in the city
until his case was examined in the Judgment.
Sekarang
mari kita baca deskripsi Alkitab tentang
hal ini.
Yosua
20:6, “6 Dan Ia akan diam di kota itu sampai ia dihadapkan
kepada jemaat untuk diadili, dan hingga kematian
dia yang adalah imam besar pada waktu itu; lalu
si pembunuh itu boleh pulang, dan pergi ke kotanya sendiri dan rumahnya sendiri, ke kota dari mana ia telah melarikan
diri…”
Jadi simak, dia harus berdiri di hadapan jemaat untuk diadili; dia boleh
tinggal di kota itu hingga kasusnya diperiksa di
pengadilan.
Notice also Numbers
35:12, 24-25. It says, 12 They
shall be Cities of Refuge for you from the avenger,
that the manslayer may not die until he stands before the congregation in
judgment…” so notice this, he was secure in the
city, protected by the High Priest and by the Elders of the city, until he
stood in the judgment. And if it was determined by an examination of the
evidence that his sin had been unintentional or accidental he was allowed to
remain in the city. If not, he was given into the hand of the avenger as we're
going to notice in a few moments. So it says,
“…12 They
shall be cities of refuge for you from the avenger, that the manslayer may not
die until he stands before the congregation in judgment… 24 then the
congregation shall judge between the manslayer and the avenger of blood
according to these judgments…” I can imagine the
avenger being outside the city and say, “He's mine, he killed my relative.” And
I can imagine the High Priest say, “Let's wait a minute until we examine the
evidence to see if your accusations are true.” Notice verse 25, “…25 So the congregation
shall deliver the manslayer from the hand of the avenger of blood, and the
congregation shall return him to the City of Refuge where he had fled, and he shall
remain there until the death of the High Priest who was anointed with the
holy oil.”
Simak juga Bilangan 35:12, 24-25. Dikatakan, “12 Mereka akan menjadi Kota-kota
Perlindungan bagimu dari si penuntut balas
supaya si pembunuh jangan mati, hingga ia dihadapkan kepada jemaat dalam pengadilan…” jadi simak
ini, dia aman di dalam kota itu, dilindungi oleh Imam Besar dan
para Tua-tua kota itu, hingga dia berdiri di
penghakiman. Dan jika diputuskan melalui suatu pemeriksaan bukti bahwa dosanya
bukan disengaja atau itu suatu kecelakaan, dia diizinkan
tinggal di kota itu. Jika tidak, dia diserahkan ke
tangan si penuntut balas, sebagaimana yang akan kita lihat sebentar lagi Jadi
dikatakan, “…12 Mereka
akan menjadi Kota-kota Perlindungan
bagimu dari si penuntut balas supaya si pembunuh jangan mati, hingga ia dihadapkan kepada jemaat
dalam pengadilan. 24 Lalu jemaat akan mengadili antara si pembunuh itu dan si penuntut darah, menurut hukum-hukum ini…” saya bisa membayangkan si penuntut
balas berada di luar kota dan berkata, “Dia milikku, dia
telah membunuh kerabatku.” Dan saya bisa membayangkan Imam Besar berkata,
“Tunggu dulu, sampai kami memeriksa buktinya untuk memastikan apakah tuduhanmu
benar.” Simak ayat 25, “…25 Demikianlah maka jemaat akan menyelamatkan si pembunuh dari
tangan si penuntut darah, dan jemaat akan mengembalikan dia ke Kota
Perlindungannya, ke mana ia telah melarikan
diri; dan ia harus tinggal di sana sampai matinya imam besar yang telah
diurapi dengan minyak yang kudus.”
Now the judgment
was very interesting. The evidence needed to be 100 percent true for the
individual either to remain within the city, or to be given to the avenger. One
witness in the judgment could not determine the result of a judgment. There
needed more than one witness. No matter how powerful the circumstantial
evidence against the fugitive was, he could not be convicted based on the
testimony of one witness.
Numbers 35:30-31
read like this, “30 Whoever kills a
person, the murderer shall be put to death on the testimony of witnesses;
but one witness is not sufficient testimony
against a person for the death penalty. 31 Moreover you shall take
no ransom for the life of a murderer who is guilty of death, but he shall surely be put to death.” If the slayer was not guilty, he had absolutely nothing to fear.
The High Priest would protect him, the Elders would protect him, he could
remain safe and sound inside the city. However, if he was guilty, and he
presumptuously claimed the right to be in the City of Refuge, he faced an
ominous future.
Now all the while
the avenger was waiting outside the city, claiming the right to destroy the
accused and demanding that the fugitive be handed over to him.
Nah,
penghakiman itu sangat menarik. Buktinya harus 100% benar bagi si individu
untuk tetap tinggal di dalam kota itu, atau diserahkan kepada si penuntut balas.
Satu saksi dalam pengadilan tidak bisa menentukan hasil suatu penghakiman.
Dibutuhkan lebih dari satu orang saksi. Tidak perduli betapa kuatnya bukti
tidak langsung terhadap si pelarian, dia tidak bisa dihukum berdasarkan
kesaksian satu orang saksi.
Bilangan
35:30-31 bunyinya demikian, “30 Barangsiapa membunuh seseorang, si pembunuh akan dibunuh oleh kesaksian para saksi; tetapi satu orang saksi bukan kesaksian yang cukup terhadap seseorang untuk hukuman mati. 31 Lebih
lanjut, kamu tidak boleh menerima uang
tebusan untuk nyawa seorang pembunuh yang layak dihukum mati; tetapi ia harus dibunuh…”
Jika si pembunuh tidak bersalah, dia tidak perlu takut, Imam
Besar akan melindunginya, para Tua-tua akan melindunginya, dia boleh tinggal
dengan aman dan sejahtera di dalam kota
itu. Namun, jika dia bersalah, dan dia secara lancang mengklaim hak untuk
berada di dalam Kota Perlindungan, dia menghadapi masa depan yang buruk.
Nah, selama waktu itu si penuntut balas
sedang menunggu di luar kota itu, mengklaim haknya untuk
membinasakan si tertuduh, dan menuntut agar si pelarian itu diserahkan
kepadanya.
In case a person
claimed the protection and refuge of the city was lying, and was presumptuously
claiming the right to protection, he was handed over to the avenger to be destroyed.
The city and the High Priest could provide no security for such a person. The
blood of the sacrifice on the altar could no not atone for such a person who
was taking advantage of the city while he had committed high-handed knowing sin
against known light.
Let's read Numbers
35:16-21 where we find the details that we just described.
“16 But if he strikes him with an
iron implement, so that he dies, he is a
murderer; the murderer shall surely be put to death. 17 And if he strikes him
with a stone in the hand, by which one could die, and he does die, he is a murderer; the murderer
shall surely be put to death.18 Or if he strikes him with a wooden
hand weapon, by which one could die, and he does die, he is a murderer; the murderer
shall surely be put to death. 19 The avenger
of blood himself shall put the murderer to death;…” this is a solemn thought, folks. In other words, if the person
presumptuously claimed the protection of the city when that person had
committed known sin with a high hand, he was delivered to the avenger to be
destroyed. Verse 19 says, “… 19 The avenger of blood himself shall put the
murderer to death; when he meets him, he shall put him to death. 20 If he pushes him out of
hatred or, while lying in wait, hurls something at him so that he
dies, 21 or
in enmity he strikes him with his hand so that he dies, the one who
struck him shall
surely be put to death. He is a
murderer. The avenger of blood shall put the murderer to death when he meets
him.”
Dalam hal seseorang yang mengklaim perlindungan
dan suaka kota itu ternyata berbohong, dan sudah secara
lancang mengklaim hak untuk dilindungi, dia diserahkan kepada si penuntut balas
untuk dibinasakan. Kota itu dan Imam Besar tidak bisa memberi perlindungan bagi
orang yang demikian. Darah kurban di mezbah kurban tidak bisa mendamaikan bagi
orang yang demikian, yang salah menggunakan kota itu
padahal dia telah melakukan dosa yang disengaja terhadap terang yang sudah
diketahuinya.
Mari kita
baca Bilangan 35:16-21 di mana kita temukan detail-detail yang baru
digambarkan. “16 Tetapi
jika ia memukul orang dengan alat dari besi, sehingga orang itu mati, ia adalah seorang pembunuh; pembunuh itu harus dibunuh. 17 Dan jika ia memukul orang dengan batu di tangannya dengan mana orang itu
bisa mati, dan dia mati, ia adalah seorang
pembunuh; pembunuh itu harus dibunuh. 18
Atau jika ia memukul orang dengan senjata tangan dari kayu dengan mana dia bisa mati dan dia mati, ia seorang pembunuh; pembunuh
itu harus dibunuh. 19 Si penuntut balas
darah sendiri yang harus membunuh si pembunuh itu;…” ini
adalah renungan yang serius, Saudara-saudara. Dengan kata lain, jika orang itu
secara lancang mengklaim perlindungan kota itu padahal orang itu telah melakukan dosa yang
diketahuinya dengan niat, dia diserahkan kepada si penuntut
balas untuk dibinasakan. Ayat 19 berkata, “…19 Si penuntut balas
darah sendiri yang harus membunuh si pembunuh itu pada waktu ia bertemu
dengan dia, ia harus membunuh dia. 20 Jika
ia mendorongnya karena benci, selagi menantikan kesempatannya, melempari dia
dengan sesuatu sehingga orang itu mati, 21
atau dalam permusuhan dia memukulnya dengan
tangannya sehingga orang itu mati, dia yang
memukul harus dibunuh, ia seorang pembunuh; si
penuntut balas darah harus membunuh si pembunuh itu, pada waktu bertemu dengan dia.”
Now what would
happen if a witness lied about the individual who was accused? Notice
Deuteronomy 19:18-19. It says there, “ 18 And the judges shall
make careful inquiry, and indeed, if the
witness is a false
witness, who has testified falsely against his brother, 19 then you shall do to him
as he thought to have done to his brother; so you shall put away the evil
from among you.” This is really something! In other
words, if a false witness testified against the individual who was in the City
of Refuge, that person was to suffer the penalty that the slayer supposedly was
going to suffer.
Nah, apa yang akan terjadi jika seorang saksi
berbohong mengenai individu yang dituntut? Simak Ulangan 19:1-19, dikatakan di
sana, “18 Dan hakim-hakim
itu akan membuat
pemeriksaan yang teliti, dan sesungguhnya
apabila saksi itu seorang saksi palsu, yang telah memberi kesaksian
palsu terhadap saudaranya, 19 maka kamu harus memperlakukannya
sebagaimana ia bermaksud memperlakukan saudaranya. Demikianlah engkau akan menyingkirkan yang jahat itu dari
tengah-tengahmu…” Ini
luar biasa! Dengan kata lain, jika seorang saksi palsu memberi kesaksian
terhadap individu yang berada di dalam Kota Perlindungan, orang itu harus
menanggung hukuman yang sama yang
seharusnya diderita yang dituduh membunuh.
Now if the court of
law pronounced the refugee not guilty, was the refugee secure forever? Was he
once secure always secure? If innocent, he could remain rightfully in the
city and be safe. However, only by abiding or remaining within the
confines of the City of Refuge under the protection of the High Priest, could
he be secure and in full peace.
Now, you say, “So
he had to stay in the City of Refuge forever and ever and ever?”
No! Not
necessarily. We're going to notice that there was a certain point when the
individual could leave the City of Refuge and go home.
Nah, jika
pengadilan memvonis si pelarian itu tidak bersalah, apakah si pelarian itu
selamanya aman? Apakah dia sekali aman selalu aman? Jika dia tidak bersalah, dia bisa tinggal secara sah di
dalam Kota Perlindungan dan dia aman. Namun, hanya dengan berada
di dalam atau tetap tinggal di dalam batasan Kota Perlindungan di bawah proteksi Imam Besar,
dia bisa aman dan dalam damai sejahtera.
Nah,
kalian berkata, “Jadi dia harus tinggal d dalam Kota Perlindungan
selama-lama-lamanya?”
Tidak!
Tidak harus. Kita akan melihat bahwa ada saat tertentu
ketika individu itu boleh meninggalkan Kota Perlindungan dan pulang.
If at any time the
refugee decided to abandon the prescribed limits of the city, and the avenger
found him, he might have to pay for his negligence with his life. He could not
leave the city even for an instant. Nostalgia for his family, his friends, his work,
his possessions, and the comforts of home might entice him, yet he must abide
within the city. It was a case of once secure always secure as long as he chose to remain
within the City of Refuge.
Notice Numbers
35:26-28 where we find the details that I just described, “ 26 But if the manslayer at
any time goes outside the limits of the city of refuge where he fled, 27 and the avenger of blood
finds him outside the limits of his City of Refuge, and the avenger of blood kills the
manslayer, he shall not be guilty of blood, 28 because…” notice this “…because he
should have remained in his City of Refuge…” until a certain
point, this is a key point, “…until
the death of the high priest. But after the death of the high priest the
manslayer may return to the land of his possession.” In other words,
because the High Priest died, he could return to his home, his lost home.
Kapan
saja jika si pelarian memutuskan untuk meninggalkan batasan yang ditetapkan
Kota itu, dan si penuntut balas menemukan dia, dia mungkin harus membayar
kealpaanya dengan nyawanya. Dia tidak boleh meninggalkan Kota itu walaupun
untuk sejenak. Kerinduan bagi keluarganya, teman-temannya,
pekerjaannya, harta miliknya, dan kenyamanan rumahnya, mungkin menggodanya,
namun dia harus tetap berada di dalam Kota. Ini adalah masalah sekali aman selalu aman asalkan dia memilih
untuk tetap tinggal di dalam Kota Perlindungan.
Simak
Bilangan 35:26-28 di mana kita temukan detail-detail yang baru saya gambarkan, “26 Tetapi kapan saja jika
si pembunuh keluar dari batas Kota
Perlindungan, ke mana ia telah melarikan diri, 27 dan si penuntut balas
darah menemukan dia di luar batas Kota
Perlindungannya, dan si penuntut balas darah membunuh si pembunuh, ia tidak akan bersalah akan pembunuhan, 28 karena…” simak ini “…28 karena ia seharusnya
tetap tinggal di Kota Perlindungannya…”
hingga saat tertentu, ini titik kunci, “…sampai matinya imam besar. Tetapi sesudah matinya imam besar, si pembunuh boleh
kembali ke tanah miliknya…” Dengan kata lain, karena Imam Besarnya
mati, dia boleh pulang ke rumahnya, ke rumahnya yang sudah hilang darinya.
Notice Joshua 20:6 where
we find described the return home, it says, “ 6 And he shall dwell in
that city until he stands before the congregation for judgment, and until the death of the one
who is high priest in those days. Then the slayer may return and come to his
own city and his own house, to the city from which he fled...” And then because
the High Priest had died, then he could return to his long lost home.
Simak Yosua 20:6 di mana kita temukan
deskripsi kepulangannya, dikatakan, “6 Dan Ia akan diam di Kota itu sampai ia dihadapkan kepada jemaat untuk
diadili, dan hingga kematian dia yang adalah imam
besar pada waktu itu; lalu si pembunuh itu boleh pulang, dan pergi ke kotanya sendiri dan rumahnya sendiri, ke kota dari mana ia telah melarikan
diri…” Lalu karena Imam Besar mati, maka dia
boleh pulang ke rumahnya yang sudah lama hilang darinya.
Now why did God
give all of this information that we just took a look at. Well, the reason is,
that the
Cities of Refuge were a type, a type of Christ, and our relationship to Jesus
Christ.
Nah,
mengapa Allah memberikan semua informasi ini yang baru kita simak? Alasannya
ialah, Kota-kota Perlindungan itu adalah suatu
lambang, suatu tipe dari Kristus, dan hubungan kita dengan Yesus Kristus.
I want to read
another passage that we find in the Gospel of Luke, we're going to read chapter
24, Luke chapter 24 and we'll read verses 25
through 27, this is as Jesus is walking to Emmaus with His two followers and
they said, “We thought He was the one who was going to redeem Israel.” And
notice what Jesus said to them. Verse 25, “25 Then He said to them, ‘O foolish ones, and slow of heart to believe in all that the
prophets have spoken! 26 Ought not the Christ to have suffered these things and to enter
into His glory?’ 27 And beginning at (1) Moses…” which is where we're studying from “…and (2) all the Prophets,
He expounded to them in (3) all the Scriptures
the things concerning Himself.”
Saya mau membaca ayat-ayat lain yang ada di Injil
Lukas, kita akan membaca pasal 24, Lukas pasal 24, dan kita akan membaca ayat
25-27, ini adalah ketika Yesus berjalan ke Emaus bersama dua pengikutNya, dan
mereka berkata, “Kami sangka Dialah yag akan menebus Israel.” Simak apa kata
Yesus kepada mereka, ayat 25, “25 Lalu Ia
berkata kepada mereka, ‘Hai kalian yang
bodoh dan lamban hati untuk mempercayai semua yang telah dikatakan para nabi! 26
Bukankah Mesias harus menderita semua hal
itu dan masuk ke dalam kemuliaan-Nya?’ 27 Dan mulai dari (1) Musa…” yaitu dari mana kita mempelajari ini, “…dan semua (2) Kitab
Nabi-nabi, Dia menjelaskan kepada mereka semua hal dalam (3) Kitab Suci tentang DiriNya Sendiri.”
By the way in this
verse is mentioned three divisions of the Old Testament for the Jews in
Christ's day.
1.
In the writings of Moses are the תּוֹרָה[tôrâh], (the Law)
2.
the prophets are the נְבִיאִים [nâbı̂y'im] and
3.
the scriptures are the כְּתוּבִים [Kăṯūḇīm].
So Jesus is
basically saying, “the whole Old Testament speaks about Me”.
Nah, di
ayat ini disebutkan tiga bagian Perjanjian Lama bagi orang Yahudi di zaman
Kristus.
1. Di tulisan-tulisan Musa itu Hukumnya, תּוֹרָה[tôrâh],
2. Kitab nabi-nabi itu נְבִיאִים [nâbı̂y'im]
3. Tulisan-tulisan lain itu
כְּתוּבִים
[Kăṯūḇīm].
Jadi pada
dasarnya Yesus berkata, “Seluruh Perjanjian Lama itu bicara tentang Aku.’
Then a little bit
later on Jesus met the disciples in the upper room, it's in the same chapter,
chapter 24 and let's begin at verse 44. “44 Then He said to
them, ‘These are the words which I spoke to you while I was still with
you, that all things must be fulfilled which were written in the Law of Moses
and the Prophets
and the Psalms
concerning Me.’…” Notice who is at the center of the writings of Moses, the
writings of the prophets, and the Psalms? Verse 45, “…45 And He
opened their understanding, that they might comprehend the Scriptures. 46 Then He said to them, ‘Thus it is written, and thus it was necessary for the Christ to
suffer and to rise from the dead the third day’…”
So all of the Old
Testament is centered in Jesus Christ.
Lalu sedikit lebih jauh Yesus bertemu dengan murid-murid di
ruang atas, itu ada di pasal yang sama, pasal 24, mari kita mulai dari ayat 44.
“44 Lalu Ia berkata kepada mereka, ‘Inilah perkataan yang
telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, bahwa semuanya harus digenapi, yang tertulis dalam
kitab Hukum Musa dan
kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur tentang Aku.’…” simak, siapa yang ada di pusat
tulisan-tulisan Musa, tulisan-tulisan para nabi dan Mazmur? Ayat 45, “…45 Lalu Ia membuka pemahaman mereka,
supaya mereka bisa
mengerti Kitab Suci. 46 Lalu kata-Nya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian, bahwa demikianlah perlu bagi Mesias untuk
menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga…”
Jadi
seluruh Perjanjian Lama itu
berpusat dalam Yesus Kristus.
The Cities of Refuge are an
illustration of the refuge that we can find in Jesus.
So let's now apply
the typology that we find in the Cities of Refuge in the Old Testament. We have
several symbols in the City of Refuge. We have:
1.
first of all the road that leads to
the cities
2.
secondly we have the city itself
3.
and third we have the High Priest
within the city.
Kota-kota Perlindungan adalah suatu
ilustrasi tentang perlidungan yang bisa kita peroleh dalam Yesus. Jadi sekarang marilah kita aplikasikan tipologi
yang kita lihat pada Kota-kota
Perlindungan di Perjanjian Lama. Ada beberapa simbol yang kita lihat di Kota-kota Perlindungan.
1. Pertama jalan-jalan yang menuju ke Kota-kota tersebut,
2. Kedua, Kotanya sendiri,
3. Dan ketiga, Imam Besarnya yang di dalam Kota.
Now as we know we
wouldn't be here if this wasn't true. Man lost his Eden home due to sin. And
now we flee for our lives from Satan the avenger, Satan who wants to destroy us.
We're tired of running, tired of fleeing, we long for peace, safety, security,
and we can only find that security in Jesus Christ, the City of Refuge. He is
not far from us, as the cities were not far from the Israelites wherever they
lived. In Acts 17:27 I'm reading from
the NIV it says, “27 God did this so
that they would seek him and perhaps reach out for Him and find Him, though He
is not far from any one of us.”
You see,
Jesus the City of Refuge is not far from each of us.
Notice also Hebrews
3:15, “ 15 … ‘Today, if you will hear His
voice, do not harden your hearts…”
Nah,
seperti yang kita tahu, kita tidak akan ada di sini jika ini tidak benar.
Manusia telah kehilangan rumahnya di Eden karena dosa. Dan sekarang kita lari
menyelamatkan nyawa kita dari Setan si penuntut balas, Setan yang ingin
membinasakan kita. Kita sudah capek berlari, capek menjadi buron, kita
mendambakan kedamaian, keselamatan, keamanan, dan
kita hanya bisa menemukan keamanan dalam Yesus Kristus, Kota Perlidungan.
Dia tidak jauh dari kita sebagaimana Kota-kota tersebut juga tidak jauh dari bangsa
Yahudi di mana pun mereka tinggal. Di Kisah 17:27 ~ saya membaca dari NIV ~
dikatakan, “ 27 Allah
berbuat begini supaya mereka mencariNya, dan
mungkin menjangkauNya, dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari setiap masing-Masing Kita.”
Kalian
Lihat, Yesus Kota Perlindungan Itu tidak jauh dari setiap masing-masing kita.
Simak juga
Ibrani 3:15, “15…‘Hari Ini, jika kamu mau
mendengar suara-Nya, janganlah mengeraskan
hatimu…”
Now the cities had
an abundant supply for the refugees who arrived there as we studied. In Christ
we not only find an abundance, but we find a super abundance of spiritual
resources for feeding our soul and lodging our soul.
Notice Ephesians
3:20-21. “20 Now to Him who is able to do exceedingly
abundantly above all that we ask or think, according to the power
that works in us, 21 to
Him be glory in the
church by Christ Jesus to all generations, forever and ever. Amen.”
So in Jesus
there are exceedingly, abundantly, resources for those who come and flee to Him.
Nah, Kota-kota tersebut punya cukup persediaan bagi
para pelarian yang tiba di sana sebagaimana yang sudah kita pelajari. Dalam
Kristus kita bukan hanya menemukan suatu kelimpahan, tetapi kita menemukan
kelimpahan besar sumber-sumber spiritual untuk memberi makan dan tempat tinggal
bagi jiwa kita.
Simak
Efesus 3:20-21, “20 Sekarang bagi Dia yang dapat melakukan amat sangat banyak di atas apa yang kita mohon atau pikirkan, menurut
kuasa yang bekerja di dalam kita, 21 bagi Dialah kemuliaan di
dalam jemaat melalui Kristus Yesus kepada semua generasi selama-lamanya. Amin.
…”
Maka dalam Yesus ada sangat banyak kelimpahan sumber-sumber
bagi mereka yang datang dan lari kepadaNya.
Now what about the
urgency of flight to the cities? We must cast aside anything that stands in the way
in our flight to Jesus Christ, because the avenger Satan is on our track.
We cannot allow our jobs, our family ties, our friends, our possessions, and
worldly pleasures, to engross our attention. We must flee to Jesus the City of
Refuge immediately in order to escape the wrath of the avenger.
We read in Luke
14:26, words very well known, I'm sure. “ 26 If anyone comes to Me…” Jesus says, “…and does not hate his father
and mother, wife and children, brothers and sisters, yes, and his own life also, he
cannot be My disciple.”
Nah,
bagaimana dengan seberapa mendesaknya lari ke Kota-kota itu? Kita harus menyingkirkan segala
yang menghalangi pelarian kita ke Yesus Kristus, karena Setan si penuntut balas
sedang mengejar kita. Kita tidak bisa mengizinkan pekerjaan
kita, hubungan keluarga kita, teman-teman kita, harta milik kita, dan
kesenangan dunia untuk memenuhi perhatian kita. Kita harus segera lari ke
Yesus, Kota Perlindungan itu untuk meloloskan diri dari murka si penuntut
balas.
Kita baca di
Lukas 14:26, kata-kata yang sangat kita kenal, “26 Jikalau siapa pun datang
kepada-Ku…” kata
Yesus, “…dan ia
tidak membenci bapanya dan ibunya, isterinya
dan anak-anaknya, saudara-saudaranya
laki-laki dan perempuan, ya, dan nyawanya sendiri juga, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”
Now is Jesus
telling us that we're supposed to hate our father, and our mother, our wife, and our
children, our brothers, and our sisters, and our own life? That's not
exactly what He's saying. What He's saying is that none of these things can take first
place, none of these things can take the place of Jesus. We must flee
to Jesus and not allow any distractions to keep us from going immediately to
Him. Luke 18:29-30 also tells us about the urgency of fleeing to Jesus now, not
tomorrow, not next week, not next month, now. Because the avenger is on our
track.
Luke 18:29-30 says, “29 So He said to them, ‘Assuredly, I say to you, there is no one who has left
house or parents or brothers or wife or children, for the sake of the kingdom
of God, 30 who shall not receive many times
more in this present time, and in the age to come eternal life.’…”
Detours, stops, and
delays in coming to Jesus the City of Refuge are dangerous. One minute from now
may be too late, because the avenger is constantly on our track to destroy us.
We must come immediately to Jesus the City of Refuge.
In Psalm 9:9 we
find these beautiful words. “ 9 The Lord also will be
a refuge for the oppressed, a refuge in times of trouble.”
Nah,
apakah Yesus menyuruh kita untuk membenci ayah
kita dan ibu kita, istri kita dan anak-anak kita, saudara-saudara laki-laki dan
perempuan kita, dan nyawa kita sendiri? Bukan itu yang
dimaksudNya. Yang Dia katakan ialah tak
satu pun dari semua itu boleh menempati tempat pertama, tak satu
pun dari hal itu boleh mengambil tempat Yesus. Kita harus lari ke Yesus dan
tidak mengizinkan pengalihan perhatian apa pun yang menghalangi kita dari
segera datang kepadaNya. Lukas 18:29-30 juga memberitahu kita tentang
mendesaknya lari ke Yesus sekarang, bukan besok, bukan minggu depan, bukan
bulan depan, tapi sekarang. Karena si penuntut balas sedang mengejar kita.
Lukas 18:29-30
mengatakan, “29 Maka
kata Yesus kepada mereka, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, tidak ada satu orang pun yang telah meninggalkan rumahnya, atau orangtuanya,
atau saudara-saudaranya, atau isterinya, atau anak-anaknya, demi Kerajaan Allah 30 yang tidak akan menerima kembali berlipat ganda di
kehidupan sekarang, dan di zaman yang akan datang, hidup kekal.’…”
Penyimpangan,
perhentian, dan penundaan untuk datang kepada Yesus, Kota Perlindungan, itu
berbahaya. Satu menit dari sekarang mungki
sudah terlambat karena si penuntut balas itu senantiasa mengejar kita untuk
membinasakan kita. Kita harus segera datang ke Yesus, Kota Perlindungan.
Di
Mazmur 9:9 kita menemukan kata-kata yang indah ini, “…9 TUHAN juga akan menjadi tempat Perlindungan bagi orang
yang tertindas, tempat Perlindungan di waktu kesesakan.”
What about the road
that leads to Jesus? Well, the fact is the road is Jesus. Jesus is the City, Jesus is the
High Priest, and Jesus is the road, interestingly enough. Now Jesus is
the road that leads to the City of Refuge, and the road is clear and easy to
find. The
Bible is the unerring guide that tells us what the road is that leads to the
city. We must carry a road map, and not only pay attention to the signs
along the road, we must verify with Scripture that the road signs are pointing
in the right direction. If there is any contradiction between the map to the
cities ~ which is the Bible ~ the map to Jesus, and other signs that seem to
lead to Jesus, we must allow the Bible to point us in the right direction.
Bagaimana
dengan jalan yang menuju ke Yesus? Nah, faktanya ialah jalan itu sendiri adalah Yesus. Yesus adalah Kotanya,
Yesus adalah Imam Besarnya, dan Yesus adalah jalannya, cukup
menarik. Nah, Yesus adalah jalan yang membawa ke Kota Perlindungan dan jalan
itu jelas dan mudah dicari. Alkitab
adalah pedoman yang tidak salah yang memberitahu kita jalan mana yang membawa
kita ke Kota itu. Kita harus membawa peta jalan, dan tidak hanya
memperhatikan rambu-rambu di sepanjang jalan, kita harus memastikan dengan
Kitab Suci bahwa rambu-rambu itu betul-betul menunjuk ke arah yang benar. Jika
ada kotradiksi antara peta ke Kota-kota tersebut ~ yaitu Alkitab ~ peta ke
Yesus, dan rambu-rambu lain yang sepertinya menuntun kepada Yesus, kita harus
mengizinkan Alkitab menunjukkan kepada kita ke
arah yang tepat.
Ellen White wrote these
very interesting words, “A signpost was erected
by God for those journeying through
this world…” so what has God placed? A signpost “…for those journeying through
this world. One arm of this signpost
pointed out willing
obedience to the Creator as the road to felicity and
life, while the other arm indicated disobedience as the path to misery
and death. The way to happiness
was as clearly defined
as was the way to the City of Refuge under the Jewish dispensation…” she's referring to the Cities of
Refuge. And then she says this, “…But in an evil hour for our race, the great enemy of all good turned the signpost around, and multitudes have mistaken the way.” (Lift Him Up pg. 140)
Ellen
White menulis kata-kata yang sangat menarik ini, “…Sebuah rambu jalan dipasang
Allah bagi mereka yang menempuh perjalanan di dunia ini…” jadi apa yang telah dipasang Allah? Sebuah rambu jalan “…bagi mereka yang
menempuh perjalanan di dunia ini. Satu panah dari rambu ini menujuk kepada kerelaan untuk mematuhi Sang Pencipta
sebagai jalan menuju kebahagiaan
dan hidup; sementara panah yang lain menunjuk ke ketidakpatuhan sebagai jalan
ke kesengsaraan dan maut. Jalan ke kebahagiaan didefinisikan dengan jelas
sebagai jalan menuju ke Kota Perlindungan di masa dispensasi Yahudi…” Ellen White merujuk kepada Kota-kota Perlindungan. Lalu dia berkata ini, “…Tetapi di saat yang jahat bagi
bangsa manusia, musuh besar dari segala yang baik, memutar rambu-rambu jalan itu, dan banyak orang telah mengambil jalan yang
salah.” (Lift Him Up hal.
140)
Because they look
at what seems to appear, what someone else says, or what they read somewhere. But
the Bible is the only sure guide to Jesus Christ. We all know that verse in
John 14:6 where Jesus says, “I am the way”. By the way, the word “way” is really the word “Road” in Greek, it's ὁδός [hodos]. “I am the way…” Jesus says, and “…the truth and the life. No man
comes to the Father except through Me.”
Karena mereka melihat kepada apa yang tampak, apa
yang dikatakan orang lain, atau apa yang mereka pernah baca entah di mana.
Tetapi Alkitab adalah satu-satunya pedoman yang pasti ke Yesus Kristus. Kita
semua tahu bahwa ayat di Yohanes 14:6 di mana Yesus mengatakan, “Akulah jalan”, nah ketahuilah, kata “jalan” sesungguhnya adalah
kata “cara” dalam bahasa Greeka, itu ὁδός [hodos], “Akulah jalan…” kata Yesus, “…dan kebenaran dan hidup.
Tidak seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui Aku.’…”
By the way Jesus is
accessible to all, it doesn't matter what their race is, it doesn't matter what
their nationality is, there is not a certain group that has a monopoly on
coming to Christ, a monopoly on salvation. Everyone is welcome.
In Colossians 3:11 we find these beautiful words, “ 11… there is neither Greek nor
Jew, circumcised nor uncircumcised, barbarian, Scythian, slave nor free, but Christ is all and in all.” So Jesus is of easy access to every person that lives on earth.
It doesn't matter what their race is, their nationality is, there's not one
group that has a monopoly over Jesus, so to speak.
Nah,
Yesus bisa dijangkau semua, tidak jadi soal apa suku mereka, tidak jadi soal
apa bangsa mereka, tidak ada satu kelompok tertentu yang memiliki monopoli dalam hal datang kepada Kristus, monopoli dalam
keselamatan. Semua orang akan diterima.
Di
Kolose 3:11 kita temui kata-kata indah ini, “…11 …tiada lagi orang Yunani atau
orang Yahudi, bersunat atau tak bersunat, orang Barbar, orang Skit, budak atau
orang merdeka, tetapi Kristus adalah semuanya dan dalam semua…” Jadi
Yesus itu mudah diakses oleh setiap manusia yang hidup di bumi. Tidak jadi soal
apa suku mereka, kebangsaan mereka, tidak ada satu kelompok yang punya monopoli
atas Yesus, katakanlah demikian.
Now Jesus is not
only the road, Jesus is also the High Priest. The Bible tells us in Hebrews 4:14-15
that Jesus gives us refuge against the enemy, and we can come boldly to Him in
faith, to receive mercy and grace. It says in Hebrews 4:14-15, “14 Seeing then that we have a
great High Priest who has passed through the heavens, Jesus the Son of
God, let us hold fast our confession. 15 For we do not have
a High Priest who cannot sympathize with our weaknesses, but was in
all points tempted
as we are, yet without sin…” and now comes the counsel, “… 16 Let us therefore come
boldly to the throne of grace…” and who is at the throne of grace? The High Priest Jesus Christ “… 16 Let us therefore come
boldly to the throne of grace that we may obtain mercy and find grace to help
in time of need.”
Nah, Yesus bukan saja jalannya, Yesus juga Imam
Besarnya. Alkitab memberitahu kita di Ibrani 4:14-15 bahwa Yesus memberi kita perlindungan
terhadap musuh, dan kita bisa datang dengan berani kepadaNya dalam iman, untuk
menerima pengampunan dan kasih karunia. Dikatakan di Ibrani 4:14-15, “14 Melihat bahwa kita sekarang mempunyai satu Imam
Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, Yesus, Anak Allah, baiklah kita
teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
15 Sebab kita bukan punya seorang Imam
Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, melainkan yang dalam
segala hal dicobai sebagaimana kita dicobai,
namun tidak berbuat dosa…” dan
sekarang nasihatnya, “…16 Sebab itu marilah kita menghampiri dengan penuh keberanian takhta
kasih karunia…” dan
siapa yang ada di takhta kasih karunia? Imam Besar Yesus Kristus. “…16 Sebab itu marilah kita menghampiri dengan penuh keberanian takhta
kasih karunia supaya kita boleh menerima rahmat dan menemukan kasih
karunia yang dapat menolong kita pada waktu dibutuhkan.”
So when we come to
Jesus, Jesus receives us, and He provides for us refuge. However, in our case
there will also be an investigative judgment. Everyone who has come to Jesus
the City of Refuge claims protection of Jesus as their Representative, and as their Intercessor, but the judgment will examine whether we were truly
repentant, whether we truly confessed our sins, whether we truly had faith and
trust in Jesus. In other words, we can claim to find refuge in Jesus, but the
judgment will reveal whether we really had a right to seek that refuge.
Notice Ecclesiastes
12:13-14. Here the wise man Solomon who for a period was kind of foolish, wrote
this, “13 Let us hear the conclusion of the whole matter: Fear God and
keep His commandments, for this is man’s all. 14 For God will bring every
work into judgment, Including every secret thing, whether good or evil.”
Like those who came
to the City of Refuge, we must stand before the judge for our actions to be
examined, to see if we have sinned with a high hand, and we haven't come with
repentance and with a confession and true faith in Jesus Christ.
Jadi
ketika kita datang kepada Yesus, Yesus menerima kita, dan Dia menyediakan
tempat perlindungan bagi kita. Namun, dalam kasus kita, juga harus
ada penghakiman investigasi Semua orang yang telah datang kepada Yesus, Kota
Perlindungan, mengklaim proteksi Yesus sebagai Wakil mereka dan Perantara
mereka; tetapi penghakiman akan menyelidiki apakah mereka
sungguh-sungguh menyesal, apakah mereka sungguh-sungguh mengakui dosa-dosa
mereka, apakah mereka sungguh-sungguh punya iman dan mempercayai Yesus. Dengan
kata lain, kita bisa mengklaim mendapatkan perlindungan
dalam Yesus, tetapi penghakiman akan menyatakan apakah kita benar-benar punya
hak mencari perlindungan tersebut.
Simak
Pengkhotbah 12:13-14. Di sini Salomo yang bijak yang untuk suatu masa pernah menjadi
pandir, menulis ini, “13 Mari kita dengarkan kesimpulan dari semua ini: takutlah akan Allah dan
peliharalah perintah-perintah-Nya,
karena ini adalah kewajiban setiap orang.
14Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke penghakiman,
termasuk setiap hal yang rahasia, entah itu
baik, entah itu jahat.”
Seperti
mereka yang datang ke Kota Perlindungan, kita harus berdiri di hadapan Sang
Hakim yang memeriksa perbuatan-perbuatan kita, untuk melihat apakah kita telah
berbuat dosa dengan sengaja, dan kita belum datang dengan penyesalan dan dengan
pengakuan dan iman yang benar dalam Yesus Kristus.
The apostle Paul
wrote in 2 Corinthians 5:10, “10 For we must all
appear before the judgment seat of Christ, that each one may receive the
things done in the
body, according to what he has done, whether good or bad.” So Jesus is the High Priest, we can find protection and refuge
in Him, in the city, but we must stand before the Judgment of Christ to see if our sins were sins due to
accident, due to human weakness, or whether they are sins with a high hand knowingly
going against light that God has provided for us. There is no provision for
open and presumptuous sin, against known light.
Notice Hebrews
10:26-31, “26 For if we sin
willfully after we have received the knowledge of the truth, there no
longer remains a sacrifice for sins, 27 but a certain fearful expectation of judgment,
and fiery indignation which will devour the adversaries. 28 Anyone who has rejected
Moses’ law dies without mercy on the
testimony of two or three witnesses. 29 Of how much worse
punishment, do you suppose, will he be thought worthy who has trampled the Son
of God underfoot, counted the blood of the covenant by which he was
sanctified a common thing, and insulted the Spirit of grace? 30 For we know Him who
said, ‘Vengeance is Mine, I will repay,’ says the Lord. And again, ‘The Lord will judge His people.’ 31 It is a fearful thing to
fall into the hands of the living God.”
So be very careful
not to claim Jesus as Refuge while we are hanging on to known sin, sin that is
against known light, let's be very careful about presumptuously claiming Jesus,
while we have not truly come to Him in repentance, in confession, and in faith.
Rasul Paulus menulis di 2 Korintus 5:10, “10 Sebab kita semua harus
menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang boleh menerima hal-hal yang dilakukan dalam hidupnya, sesuai dengan apa yang telah
dilakukannya, baik atau pun jahat…” Jadi Yesus adalah Imam Besarnya. Kita
bisa mencari proteksi dan perlindungan dalam Dia, di dalam Kota,
tetapi kita harus menghadap ke pengadilan Kristus untuk diperiksa apakah
dosa-dosa kita adalah dosa-dosa yang tidak disengaja, yang karena kelemahan
insani, atau apakah mereka adalah dosa-dosa yang
disengaja dengan sadar menentang terang yang telah disediakan Allah bagi kita.
Tidak ada pengampunan untuk dosa yang lancang dan terang-teragan melawan terang
yang diketahui.
Simak
Ibrani 10:26-31, “26 Sebab, jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran,
maka tidak ada lagi kurban yang dapat menghapus dosa itu, 27 melainkan
suatu penantian akan penghakiman yang
mengerikan, dan api kemurkaan Allah yang berkobar-kobar
yang akan menghanguskan
penentang-penentangNya. 28 Siapa pun yang menolak
hukum Musa, mati tanpa pengampunan atas
keterangan dua atau tiga orang saksi. 29 Betapa lebih beratnya
hukuman, menurut kalian, yang dianggap layak bagi
dia, yang telah menginjak-injak Anak Allah di bawah kakinya, dan yang telah menganggap darah
perjanjian yang menguduskannya sesuatu yang
biasa, dan yang telah menghina Roh kasih
karunia? 30 Sebab kita mengenal Dia yang telah berkata, ‘Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan memberi balasan,’ kata Tuhan. Dan lagi, ‘Tuhan akan menghakimi umat-Nya.’ 31 Adalah hal yang mengerikan kalau jatuh ke dalam
tangan Allah yang hidup…”
Jadi,
harus sangat berhati-hati jangan sampai mengklaim Yesus sebagai tempat perlindungan selagi kita masih erat berpegang kepada apa yang
kita ketahui adalah dosa, dosa yang menentang terang yang sudah diketahui.
Marilah kita sangat berhati-hati jangan lancang mengklaim Yesus selagi kita
belum sungguh-sungguh datang kepadaNya dalam pertobatan, dalam pengakuan, dan
dalam iman.
Now the
investigative judgment is a confirmatory judgment. The judgment does not change
the person's status before God, it only shows if the person's claim is right,
and the person deserved the protection within the City of Refuge.
Now the Bible tells
us that one witness cannot lead to a person's demise, well, the Bible tells us
that there will be a great jury in heaven when each individual is judged before
the High Priest. All judgment has been committed to the Son by the Father. By
the way notice Daniel 7:9-10. Here Daniel is describing the beginning of the
Judgment in 1844, “9 I watched till thrones
were put in place, and the Ancient of Days was seated; His
garment was white as
snow, and the hair of His head was like
pure wool. His throne was a
fiery flame, its wheels a burning fire; 10 a fiery stream issued and came forth from before
Him. A thousand thousands ministered to Him; ten thousand times ten thousand
stood before Him. The court was seated, and the books were opened.”
By the way notice,
it doesn't say that only one throne was placed, it says “thrones were put in place”, this is the Heavenly jury, these are the seats of the jurors.
And God will occupy the seat as judge. Who are the witnesses in this judgment?
Well, angels, loyal angels, beings from other worlds, probably Moses, Elijah,
and Enoch are present there. Meanwhile Satan stands outside, accusing those who
have found refuge in Jesus.
Nah, penghakiman investigasi adalah penghakiman
yang mengkonfirmasi. Penghakiman itu tidak akan mengubah status seseorang di
hadapan Allah, itu hanya akan menunjukkan bahwa klaim orang tersebut benar dan
orang itu layak mendapatkan proteksi di dalam Kota Perlindungan. Nah, Alkitab
mengatakan kepada kita bahwa satu orang saksi tidak bisa mengakibatkan kematian
seseorang. Nah, Alkitab memberitahu kita bahwa akan ada dewan juri yang besar
di Surga ketika setiap individu dihakimi di hadapan Imam Besar. Semua
penghakiman telah diserahkan kepada Anak oleh Bapa. Nah, simak Daniel 7:9-10.
Di sini Daniel menggambarkan awal penghakiman di 1844, “9 Aku melihat hingga takhta-takhta
diletakkan di tempatnya dan Yang Lanjut Usia pun duduklah,
pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut di
kepalaNya seperti bulu domba murni. Takhta-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya
dari api yang berkobar-kobar. 10 Suatu sungai api ada dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali
beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di
hadapan-Nya. Majelis Pengadilan duduk dan Kitab-kitab dibuka. …”
Ketahuilah,
tidak dikatakan hanya satu takhta yang ditempatkan, dikatakan “…takhta-takhta diletakkan di tempatnya…”
ini adalah dewan juri surgawi, ini adalah tahta-takhta para
juri, dan Allah akan menempati kursi Hakim. Siapa para saksi dalam pengadilan
ini? Nah, para malaikat, malaikat-malaikat yang setia, makhluk-makhluk hidup
dari dunia-dunia lain, kemungkinan Musa, Elia, dan Henokh hadir di sana.
Sementara Setan berdiri di luar, mengugat mereka yang telah menemukan perlindungan dalam Yesus.
Notice Zechariah 3:1-2,
and here it speaks about Joshua the High
Priest; that's not the same Joshua of the conquest of the promised land, this
is a different Joshua. But Joshua represents God's people, and Satan is
accusing Joshua. And in that way he's really accusing the people that Joshua is
standing in favor of. So notice Zechariah
3:1-2, “1 Then he showed me Joshua
the high priest standing before the Angel of the Lord…” by the way the
Angel of the Lord is Christ, “…and Satan standing at
His right hand to oppose Him. 2 And
the Lord said to Satan, ‘The Lord rebuke you, Satan!
The Lord who has chosen
Jerusalem rebuke you! Is this
not a brand plucked from the fire?’…”
Simak Zakharia 3:1-2 dan di sini itu bicara tentang
Yosua Imam Besar, ini bukan Yosua yang menaklukkan tanah perjanjian, ini Yosua
yang berbeda. Tetapi Yosua melambangkan umat Allah, dan Setan sedang mengugat
Yosua. Dengan cara itu dia sesungguhnya menggugat umat yang dilambangkan oleh
Yosua. Jadi simak Zakharia 3:1-2. “1 Lalu ia memperlihatkan kepadaku imam besar
Yosua, berdiri di hadapan Malaikat TUHAN…”
nah, Malaikat Tuhan itu Kristus, “…dan Setan berdiri di sebelah tangan kananNya
untuk menentangNya. 2 Dan TUHAN berkata
kepada Setan, ‘TUHAN menghardik engkau,
hai Setan; TUHAN, yang memilih Yerusalem,
menghardik engkau. Bukankah ini sebatang ranting
yang telah dicabut dari api?’…”
Now what happens if
an individual has claimed Jesus Christ as Savior, has claimed the right to be
in the City of Refuge, but the judgment shows that that person was not truly
converted and only sought refuge to escape from the wrath of the avenger? Well, the Bible tells us that the time will come when the
door of probation will close. Revelation 22:11 tells us that at the
conclusion of the Judgment all cases have been decided, and by the way
at that point the tares have been separated from the wheat. The tares are not
the worldly people, the tares are individuals who claim to be believers. You see, in
the church there are good fish and bad fish, there are wise virgins and foolish
virgins, there is wheat and there are also tares in the church. So in other
words, this is referring to people who claimed to be believers, but their works
in the Judgment show that they were not true believers, they had not committed
their lives fully and completely to the Lord.
Notice Revelation
22:11, “11 He who is unjust, let him be unjust still; he who is filthy, let
him be filthy still; he who is righteous, let him be righteous still; he
who is holy, let him be holy still.”
And then those who
have claimed to be followers of Jesus, but the Judgment proved that they were
not genuine believers, they will be handed over to the avenger, to the wicked
one.
Nah, apa
yang terjadi jika seorang individu telah mengklaim Yesus Krisus sebagai
Juruselamat, telah mengklaim hak untuk berada di dalam Kota Perlindungan,
tetapi pengadilan membuktikan bahwa orang tersebut tidak sungguh-sungguh
bertobat dan hanya mencari perlindungan untuk meloloskan diri dari murka si
penunut balas? Nah, Alkitab mengatakan kepada kita bahwa saatnya akan tiba ketika pintu kasihan akan
ditutup. Wahyu 22:11 mengatakan kepada kita bahwa dengan
berakhirnya penghakiman, semua
kasus akan sudah diputuskan, dan pada waktu itu lalang telah dipisahkan dari
gandum. Lalang bukan orang-orang dunia, lalang adalah individu-individu yang mengklaim sebagai
orang-orang percaya. Kalian lihat, di gereja ada ikan yang baik
dan ikan yang busuk, ada anak-anak dara yang bijak dan anak-anak dara yang
bodoh, ada gandum dan ada juga lalang di dalam gereja. Maka dengan kata lain,
ini merujuk ke orang-orang yang mengklaim sebagai orang-orang percaya tetapi
perbuatan mereka dalam pengadilan dbuktikan bahwa mereka
bukanlah orang-orang percaya yang sejati, mereka belum menyerahkan hidup mereka
sepenuhnya dan seluruhnya kepada Tuhan.
Simak
Wahyu 22:11, “11
Dia yang tidak benar,
biarlah ia tetap tidak benar, dia yang cemar, biarlah ia tetap cemar; dia
yang benar, biarlah ia tetap benar; dia
yang kudus, biarlah ia tetap kudus.”
Kemudian
mereka yang telah mengklaim sebagai pengikut Yesus tetapi oleh pengadilan
dibuktikan bahwa mereka bukan orang-orang beriman yang sejati, mereka akan
diserahkan kepada si penuntut balas, kepada si jahat.
In Great Controversy page 614 Ellen White described
what happens after the close of probation. “The wicked have passed the boundary of their probation, the
Spirit of God, persistently resisted has been at last withdrawn. Unsheltered by
Divine grace they have no protection from the wicked one…” Now we know that Satan is a liar from
the beginning, and he's a single witness that accuses God's people.
Di Great Controversy hal. 614, Ellen White menggambarkan apa yang terjadi
setelah tutupnya pintu kasihan. “…Orang-orang jahat telah
melampaui batas masa percobaan mereka, Roh Tuhan yang terus-menerus ditolak,
akhirnya ditarik kembali. Terlepas dari naungan rahmat Ilahi, mereka
tidak mempunyai perlindungan dari si jahat.…” Nah, kita tahu bahwa Setan itu
pembohong dari mula dan dia adalah satu-satunya saksi yang menggugat umat
Allah.
Notice John 8:44, here
Jesus said to the Jews that He was speaking to, “ 44 You are of your father
the devil, and the desires of your father you want to do. He was a murderer from
the beginning, and does not stand in the truth, because there is no truth in him.
When he speaks a lie, he speaks from his own resources, for he is a liar and the father of it.”
As the Judgment
goes forward, Satan accuses God's faithful people who have come to Jesus, the
Refuge. He says, “They're mine because they were sinners.” And Jesus the High
Priest will defend their right to be, so to speak, in the City of Refuge.
Simak Yohanes 8:44, di sini Yesus
berkata kepada orang-orang Yahud kepada siapa Dia sedang berbicara, “44 Kamu berasal dari bapakmu, si Iblis, dan keinginan bapakmulah yang kamu mau lakukan. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan
tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia
berkata dusta, itu bersumber dari dirinya sendiri, sebab ia adalah pendusta
dan bapak segala dusta…” Sementara
pengadilan berlanjut, Setan menggugat umat Allah yang setia yang telah datang
ke Yesus, Sang Pelindung. Dia berkata, “Mereka milikku karena mereka itu
orang-orang berdosa.” Dan Yesus Imam Besar akan membela
hak mereka berada di sana, di Kota Perlindungan.
By the way the
judgment is not going to change anything. Let me just explain by using a couple
of illustrations.
You know in sports there is what you call the “instant replay”.
What is the purpose of the “instant replay”?
Well, you know, the World Cup was recent, and sometimes when it seems
like the referee has made the wrong call, then the referee goes to a box, and
he sees the replay. Now let me ask you, what is the purpose of the replay, is
it to change the play? No, it's simply to show if the referee got the call
right, in other words, the instant replay does not change the play, it's to see
if the referee got the play correctly called.
And so the
investigative judgment is not going to change anyone's cases. In the
investigative judgment, it's simply going to show who truly believed in Jesus
and who didn't. It is a judgment review, in other words an investigation to see
if the provision was claimed truly by the believer.
Nah,
penghakiman itu tidak akan mengubah apa pun. Saya akan menjelaskan dengan
memakai dua ilustrasi.
Kalian tahu, dalam olahraga ada
apa yang kita sebut “instant replay”.
Apa tujuan “instant replay”? Nah,
kalian tahu, di Piala Dunia yang baru lewat, dan terkadang bila sepertinya
wasit telah membuat keputusan yang salah, maka wasit akan pergi ke sebuah kotak dan
dia akan menonton putar ulangnya. Nah, saya mau tanya, apa gunanya putar ulang
ini, apakah untuk mengubah pertandingannya? Tidak, itu semata-mata untuk
menunjukkan apakah wasit sudah membuat keputusan yang benar. Dengan kata lain, “instant
replay” itu tidak mengubah
pertandingannya, itu untuk melihat apakah wasit telah membuat keputusan yang
benar.
Maka
penghakiman investigasi bukan untuk mengubah kasus siapa pun. Di penghakiman
investigasi itu semata-mata untuk menunjukkan siapa yang sungguh-sungguh
mempercayai Yesus dan siapa tidak. Itu adalah suatu review penghakiman, dengan kata lain suatu pemeriksaan untuk
melihat apakah
fasilitas itu diklaim oleh orang percaya
yang benar-benar.
Now. So if we have come to Jesus and we are secure
in the City of Refuge spiritually speaking today, are we once secure always
secure? And the answer is yes, as long as we abide in Him, the City of Refuge, we
are safe. Jesus said in John 15:1-10, 4 Abide in Me, and I in you.” “abide” means to stay in
the City of Refuge. Coming to the City of Refuge is not a visit, it is an abiding
within the City of Refuge. It is an abiding
in Jesus Christ. It is remaining in Him.
Sekarang. Jadi jika kita sudah datang
kepada Yesus dan kita aman dalam Kota Perlindungan ~ bicara secara spiritual ~
apakah kita sekali aman selalu aman? Dan jawabannya ialah Iya, selama kita tinggal di dalam
Dia, Kota Perlindungan, kita aman. Yesus berkata di Yohanes
15:1-10, “ 4
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu…”, “tinggal” berarti diam di dalam Kota
Perlindungan. Datang ke Kota Perlindungan itu bukan suatu kunjungan, itu
tinggal di dalam Kota Perlindungan, itu tinggal di dalam Yesus Kristus. Itu
berarti hidup di dalamNya.
I might give you an
illustration that I've used in previous presentations, so if you heard it it'll
just be a review.
When I was a kid I used to collect butterflies. I lived in the
country of Venezuela where they have beautiful tropical butterflies, and I
would go to this National Park and they had just spectacular these blue
butterflies that kind of shone when they flew through the air. They had
butterflies that had numbers on the back of their wings, believe it or not.
They had butterflies that always sit on
the tree trunk upside down, they have two eyes like an owl, because that way
they protect themselves from the birds. So I collected butterflies at that time
and you know I would go to this national park with my jar that had carbon
tetrachloride, and with my net, and I would catch the butterflies and I put the
butterflies in the jar. By the way I don't do it anymore. Whenever I teach the Pathfinder honor I have them color
butterflies because I don't think that we should really be killing the
creatures of God, that was in my very youngest years. But anyway I would put
the butterfly inside the jar where the carbon tetrachloride was, and the
butterfly would die almost instantly. And then I would take the butterfly I
would put a pin through its body and I would mount it on wood until it dried,
and then I would add it to my collection. Well several years after, I went back
to the national park, because it wasn't in the city of Caracas where we lived
we had to travel probably about three hours to get to this place where the
national park was. Several years passed we didn't go there, but then we
returned once. And when we returned I had my net, and I had my jar, and I had
all, everything I needed for catching
butterflies and mounting them.
And as I was entering into the national park, the ranger who was
there said, “Where are you going with that net?”
I said, “Well, I'm going to catch butterflies.”
He said, “No, you're not going to catch butterflies.”
I said, “But I used to come here to catch butterflies all the
time.”
He said, “No. But since then this park has been declared by the
government a national refuge, and you cannot catch anything, you cannot kill
anything, you can't pick anything off a
tree, you can't take any plants, everything is protected in this National
Park.”
Now it's interesting the first time that I went to that park
there was this beautiful blue butterflies, large, they're called morphos, they
would fly through the air, they didn't fly straight, they would go up and down,
up and down. And you know the first time that I tried to catch one of those
butterflies I had my net and I was running through the jungle because it's a
jungle-like area, tropical rainforest, and I would swing at the butterfly, he
would go down, I would swing and he would go up, and I just about killed myself going after the
butterfly, and I wasn't able to catch him.
And I noticed that the individual who took care of the park kind
of was smiling, and I said you know, “Why are you smiling?”
He says, “Why are you killing yourself, trying to catch those
butterflies?”
I said, “Well, you know because I'm a butterfly collector.
They're beautiful. I want to add them to my collection.”
He says, “Yeah, but you don't have to run after them and bump
into trees and stumble over rocks. There's a very easy way in which you can
catch those butterflies.”
I said, “Oh, really? Give me the secret.”
He said, “All you have to do is go to the store and buy a super
ripe banana, and take the banana and throw it on the ground and leave it there
for about half an hour, and then come back in half an hour and see what
happens.”
I said, “Does that really work?”
He said, “You’d better believe it.”
So we went to the store, probably about 10 minutes away, bought
some bananas, brought the bananas, put a banana on the ground, left for half an
hour, and when I came back there were five of those blue butterflies sitting on
the banana. I took my net, put my net over them and I added them to my
collection. You see, I was the avenger.
But when I came back to the National Park and they would not
allow me to catch butterflies, the ranger said, “No way! It's a national refuge
now.”
So I thought to myself, this is a piece of cake, all I have to
do is go outside the fence of the national park and I'll throw my banana on the
ground and if any butterfly risks coming over the fence and sitting on the
banana I will catch that butterfly put it into the carbon tetrachloride and add
it to my collection. And that's exactly what I did. I put a banana in the
ground, came back, and there were several of those butterflies there and I
caught them and added them to my collection.
Saya akan
memberikan sebuah ilustrasi yang sudah pernah saya gunakan dalam presentasi
sebelumnya, jadi jika kalian sudah pernah mendengarnya, ini hanya sebuah review.
Ketika saya masih kecil, saya
suka mengoleksi kupu-kupu. Saya tinggal di pedesaan Venezuela di mana ada
kupu-kupu tropis yang cantik-cantik, dan saya akan ke National Park dan di sana ada kupu-kupu biru yang luar biasa, jenis yang bersinar
saat mereka terbang. Ada kupu-kupu yang ada nomornya di bagian belakang sayap
mereka, percaya atau tidak. Ada kupu-kupu
yang selalu duduk di batang pohon secara terbalik, ada kupu-kupu yang kedua
matanya seperti mata burung hantu karena dengan demikian mereka melindungi diri
mereka dari burung-burung. Jadi waktu itu saya mengoleksi kupu-kupu, dan kalian
tahu saya akan datang ke National Park
ini dengan toples yang berisikan karbon tetraklorida, dan dengan jaring saya,
dan saya akan menangkap kupu-kupu dan memasukkan mereka di dalam toples. Nah,
saya tidak melakukan itu lagi. Setiap kali saya mengajar kehormatan Pathfinder
saya menyuruh mereka mewarnai kupu-kupu karena saya pikir kita tidak seharusnya
membunuh makhluk-makhluk ciptaan Allah. Waktu itu saya masih sangat kecil. Tetapi,
nah, saya akan memasukkan kupu-kupu itu ke dalam toples yang ada karbo
tetrakloridanya, dan kupu-kupu itu akan langsung mati. Kemudian saya akan
mengambil kupu-kupu itu, saya akan memasukkan sebuah jarum ke tubuhnya dan saya
akan menancapkannya pada kayu hingga dia mengering, kemudian saya akan
menambahkannya ke koleksi saya.
Nah beberapa tahun kemudian saya
kembali ke National
Park itu, karena letaknya tidak di kota Caracas di mana
kami waktu itu tinggal dan kami harus menempuh
perjalanan sekitar 3 jam untuk tiba di tempat ini, di mana National
Park berada. Beberapa tahun telah lewat
dan kami tidak ke sana, tetapi setelah itu kami kembali ke sana satu
kali. Dan ketika kami kembali saya membawa jaring saya, dan toples saya, dan
saya membawa semua yang saya butuhkan
untuk menangkap dan memigura kupu-kupu.
Dan selagi saya memasuki National
Park, penjaga taman yang ada di sana
berkata, “Mau ke mana dengan jaring itu?”
Saya berkata, “Nah, saya akan
menangkap kupu-kupu.”
Dia berkata, “Tidak, kamu tidak
akan menangkap kupu-kupu.”
Kata saya, “Tetapi saya suka
kemari untuk menangkap kupu-kupu.”
Dia berkata, “Tidak boleh. Sejak
waktu itu taman ini sudah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai taman lindung nasional, dan kamu tidak boleh menangkap
apa pun, kamu tidak boleh membunuh apa pun, kamu tidak boleh memetik apa pun
dari pohon, kamu tidak boleh mengambil tanaman apa pun, semuanya yang ada di National
Park ini dilidungi.”
Nah, yang menarik, pertama
kalinya saya ke taman itu ada kupu-kupu biru yang indah itu, yang besar, mereka
disebut morphos, dan mereka terbang-terbang di udara, mereka tidak terbang
luurs, mereka terbangnya naik turun, naik turun. Dan kalian tahu, pertama
kalinya saya mencoba menangkap salah satu kupu-kupu ini, saya memakai jaring
saya dan saya berlari-lari sekeliling hutan itu karena areanya seperti hutan, hutan
hujan tropis, dan saya mengayunkan jaring saya ke kupu-kupu itu dan dia turun,
saya ayun, dan dia naik, dan saya hampir mati kelelahan
mengejar kupu-kupu itu, dan saya tidak bisa menangkapnya.
Dan saya melihat bahwa orang yang
memelihara taman itu tersenyum kecil, dan saya berkata, “Mengapa Anda tersenyum?”
Dia berkata, “Mengapa kamu
membunuh dirimu berusaha menangkap kupu-kupu itu?”
Kata saya, “Nah, karena saya
seorang kolektor kupu-kupu. Mereka cantik-cantik, saya mau menambahkan mereka
ke koleksi saya.”
Dia berkata, “Ya, tetapi kamu
tidak usah mengejar mereka dan menabrak pohon
dan tersandung batu. Ada cara yang sangat mudah dengan mana kamu bisa menangkap
kupu-kupu.”
Kata saya, “Oh, masa? Kasi tahu dong rahasianya.”
Dia berkata, “Kamu hanya perlu ke
toko dan membeli sebuah pisang yang sangat ranum dan
membawa pisang itu dan melemparnya ke tanah dan meninggalkannya di sana sekitar
setengah jam, dan lihat apa yang terjadi.”
Saya berkata, “Apa itu manjur?”
Dia berkata, “Percayalah.”
Maka kami pergi ke toko kira-kira
10 menit perjalanan, membeli beberapa pisang, membawa pisang-pisang itu,
meletakkan sebuah pisang di tanah, meninggalkannya setengah jam, dan ketika
saya kembali ada lima kupu-kupu biru itu duduk di atas pisang. Saya ambil
jaring saya, meletakkan jaring itu di atas mereka, dan
saya menambahkan mereka kepada koleksi saya. Kalian lihat, sayalah si penuntut
balas.
Tetapi ketika saya kembali ke National
Park dan mereka tidak mengizinkan saya
menangkap kupu-kupu itu, si penjaga taman berkata, “Tidak boleh! Sekarang ini
taman lindung.”
Jadi saya berpikir sendiri, ini
mudah sekali. Saya cuma perlu keluar dari pagar pembatas taman nasional ini, saya lemparkan
pisang saya di tanah dan jika ada kupu-kupu yang mengambil resiko untuk terbang keluar
melewati pagar dan duduk di atas pisang itu, saya akan menangkap kupu-kupu itu,
memasukkannya ke dalam karbo tetraklorida, dan menambahkannya ke koleksi saya.
Dan persis itulah yang saya lakukan. Saya letakkan sebuah pisang di tanah, saya
kembali, dan ada beberapa dari kupu-kupu itu di sana dan saya menangkap mereka
dan menambahkan mereka kepada koleksi saya.
You see, when we
come to Jesus, the City of Refuge, and remain in Him, abide in Him, inside the
city, we are absolutely safe. But if at any point we decide to abandon our
connection with Jesus, our City of Refuge, so to speak, we are in dangerous
ground because the hunter is after us, to destroy us. The Bible tells us in 1
Peter 5:8, “8 Be sober, be vigilant; because your adversary the
devil walks about like a roaring lion, seeking whom he may devour.”
Kalian lihat, ketika kita datang kepada
Yesus, Kota Perlindungan, dan tinggal dalamNya, diam dalam Dia, di salam Kota,
kita mutlak aman. Tetapi kapan pun jika kita memutuskan untuk meninggalkan
hubungan kita dengan Yesus, Kota Perlindungan kita, katakanlah begitu, kita
berada di posisi bahaya karena si pemburu sedang mengejar kita, untuk
membinasakan kita. Alkitab mengatakan kepada kita di 1 Petrus 5:8, “8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Karena musuhmu si Iblis, berjalan keliling seperti singa yang
mengaum-aum, mencari siapa yang dapat ditelannya.”
Now is there any time, folks, when we can be eternally secure
from the power of the avenger and go back to our home? Yes, the Bible tells us
that it is when the High Priest dies. Now this doesn't mean that when Jesus
dies in heaven then we're going to go to heaven and we're going to live there
for a thousand years, and then come back to the Earth, and live forever here
while Jesus is dead. I think the point that Moses is making here inspired by
the Holy Spirit is that, it was the death of the High Priest that
guarantees that someday we will return to our everlasting home. Jesus
said “the meek will inherit the earth”, the death of Jesus
sealed the final destruction of the avenger or the accuser for being a false
witness. Our eternal security we owe to the shed blood of Jesus, our High
Priest, which guarantees the destruction of the avenger as a false witness and
us returning to our long-lost Eden home.
Nah,
apakah pernah ada saat, Saudara-saudara, ketika kita bisa untuk selamanya aman
dari kuasa si penuntut balas dan pulang ke rumah kita? Ya, Alkitab mengatakan
kepada kita bahwa itu adalah ketika Imam Besarnya mati. Nah, ini tidak berarti
bahwa ketika Yesus mati di Surga lalu kita bisa pergi ke Surga dan kita akan
hidup di sana selama 1000 tahun, lalu kita kembali ke Bumi dan hidup selamanya
di sini selama Yesus mati. Saya rasa poin yang dibuat Musa di sini di bawah inspirasi
Roh Kudus ialah, kematian Imam Besarlah yang menjamin suatu hari kita akan
pulang ke rumah kita yang kekal. Yesus
berkata, “yang ikhlas menerima apa pun, yang akan mewarisi bumi” (Matius 5:5), kematian
Yesus yang memeteraikan kebinasaan terakhir si penuntut balas atau si pendakwa
sebagai saksi palsu. Kita berutang kepada pencurahan darah Yesus, Imam Besar
kita untuk keamanan kita yang kekal, yang menjamin kebinasaan si penuntut balas
sebagai saksi palsu, dan pulangnya kita ke Eden, rumah kita yang lama hilang.
Isn't this a
beautiful illustration of Jesus as we find it in the Old Testament? Many
Christians say, “We're New Testament Christians, you Adventists, you are Old
Testament Christians.” Listen, folks, you
cannot in any way understand the New Testament without the Old, or the Old without
the New. Saint Augustine once said, “The New
is in the Old concealed and the Old is in the New revealed”. They both work together, they both point to Jesus Christ, they teach
us lessons concerning salvation and perdition. So the question is, as we come
to an end today, have you found refuge in Jesus? Are you abiding in Jesus
Christ day in and day out? Or have you not come to Jesus? Or have you gone
outside the City of Refuge where Satan might have access to you? That's a
decision that we have to make. And I call upon you and upon everyone who is
watching, if you're not in the City of Refuge, come, Jesus is waiting with open
arms; and if you have left the City of
Refuge, please come back to Jesus, and abide in Him so that when Jesus comes we
will live forevermore in our long-lost home. God bless you.
Bukankah
ini suatu ilustrasi yang indah tentang Yesus yang kita temukan di Perjanjian
Lama? Banyak orang Kristen berkata, “Kami adalah Kristen Perjanjian Baru,
kalian orang Advent itu Kristen Perjanjian Lama.” Dengarkan, Saudara-saudara,
kita tidak akan pernah bisa memahami Perjanjian Baru tanpa yang Lama, atau yang
Lama tanpa yang Baru. St. Augustine pernah berkata, “Yang Baru tersembunyi dalam yang Lama dan
yang Lama terungkap dalam yang Baru”. Keduanya
bekerja bersama-sama, keduanya menunjuk ke Yesus Kristus, mereka mengajar kita
pelajaran-pelajaran tentang keselamataan dan kebinasaan. Jadi pertanyaannya
ialah, saat kita mengakhiri pelajaran hari ini, sudahkah kita menemukan
perlindungan dalam Yesus? Apakah kita tinggal dalam Yesus Kristus dari hari ke
hari? Atau kita belum datang ke Yesus? Atau apakah kita sudah keluar dari Kota
Perlindungan di mana Setan bisa punya akses kepada kita? Itu suatu keputusan
yang harus kita buat. Dan saya menghimbau kalian dan setiap orang yang menonton
ini, jika kalian tidak berada di dalam Kota Perlidungan, datanglah, Yesus
sedang menunggu dengan tangan terbuka; dan jika kalian sudah meninggalkan Kota
Perlindunan, kembalilah kepada Yesus dan tinggallah dalam Dia supaya ketika
Yesus datang kita akan hidup selamanya di rumah kita yang sudah lama hilang.
Allah memberkati kalian.
07 07 23
No comments:
Post a Comment