Monday, July 10, 2023

THE CITIES OF REFUGE ~ A Sermon by Stephen Bohr

 

_____THE CITIES OF REFUGE_____

A Sermon by Stephen Bohr

https://www.youtube.com/watch?v=RQltcT2f2yo

 

 

Dibuka dengan doa.

 

 

Let's begin our study at the Gospel of John 5:45-47 where we are told that the entire Old Testament points to Jesus Christ. It reads like this, “ 45 Do not think that I shall accuse you to the Father;…” here Jesus is speaking,  “…there is one who accuses you—Moses, in whom you trust. 46 For if you believed Moses, you would believe Me;…” Jesus says,  “…for he…” that is Moses,  “…wrote about Me…” So the writings of Moses are saturated with Jesus Christ.

 

Marilah kita mulai pelajaran kita di Injil Yohanes 5:45-47 di mana kita diberitahu bahwa seluruh Perjanjian Lama menunjuk ke Yesus Kristus. Begini bunyinya, 45 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa;…”  di sini Yesus sedang bicara,   “…ada seorang yang akan mendakwamu ~ yaitu Musa, yang kamu percayai. 46 Sebab andaikan kamu mempercayai Musa, tentu kamu akan mempercayai Aku,…”  kata Yesus, “…sebab ia…” yaitu Musa, “…menulis tentang Aku…”.  Jadi tulisan-tulisan Musa penuh tentang Yesus Kristus.

 

 

Ellen White in Desire of Ages page 211 wrote these incredible words about how the Old Testament on every page reveals Jesus Christ. It reads like this, “In every page whether history, or precept, or prophecy, the Old Testament Scriptures are irradiated with the glory of the Son of God. So far as it was of divine institution, the entire system of Judaism was a compacted prophecy of the gospel.”

So Jesus is on every page of the Old Testament.

 

Ellen White di Desire of Ages hal. 211 menulis kata-kata yang mengagumkan ini tentang bagaimana setiap halaman Perjanjian Lama menyatakan Yesus Kristus. Bunyinya demikian,  “…Di setiap halaman, apakah itu sejarah, atau peraturan-peraturan, atau nubuatan-nubuatan, kitab Perjanjian Lama diiradiasi oleh kemuliaan Anak Allah. Oleh karena itu berasal dari institusi ilahi, maka seluruh sistem Yudaisme merupakan nubuatan yang padat tentang injil.  

Jadi Yesus ada di setiap halaman Perjanjian Lama.

 

 

Today we're going to study one of those episodes in the writings of Moses. We're going to take a look at the Cities of Refuge which are a type or an illustration in miniature of Jesus Christ. Now let me give you the sources where we find the description of the Cities of Refuge. They are found in Numbers 35, Deuteronomy 19, Joshua 20, Deuteronomy 4:41-43, and in the Spirit of Prophecy Patriarchs and Prophets page 515 through page 517.

 

Hari ini kita akan mempelajari salah satu episode tulisan Musa. Kita akan menyimak  Kota-kota Perlindungan yang adalah tipe atau ilustrasi Yesus Kristus dalam bentuk miniatur. Sekarang saya akan memberikan sumbernya di mana kita menemukan deskripsi tentang  Kota-kota Perlindungan. Mereka ada di Bilangan 35, Ulangan 19, Yosua 20, Ulangan 4:41-43, dan di Roh Nubuat Patriarchs and Prophets hal. 515 sampai 517.

 

 

In the cultures of antiquity when one person killed another, the next of kin was required to avenge the death of his relative by finding the slayer and putting the slayer to death. The result was that during the rest of the slayer's life, he was not safe anywhere. He lived in constant fear that the avenger might find him, and put him to death. The slayer's life was one of constant worry, anxiety, and unrest, and fear. He could not sleep well at night for fear that the avenger was on his track. There was no escape from a life of flight, anxiety, and fear. The situation of the slayer appeared to be hopeless.

 

Di kebudayaan zaman kuno, ketika seseorang membunuh orang lain, maka keluarganya yang terdekat berkewajiban membalaskan kematian sanaknya dengan mencari si pembunuh dan menghabisi nyawa si pembunuh. Akibatnya, seluruh sisa hidup si pembunuh, dia tidak aman berada di mana pun. Dia selalu hidup dalam ketakutan bahwa si penuntut balas akan menemukan dia dan membunuhnya. Hidup si pembunuh senantiasa penuh kekhawatiran, kegelisahan, dan tidak sejahtera, dan ketakutan. Dia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari karena takut si penuntut balas sedang mengejarnya. Baginya tidak bisa lolos dari suatu kehidupan yang selalu dalam pelarian, kekhawatiran, dan ketakutan. Situasi si pembunuh tampaknya tidak ada harapan.

 

 

Now God took this custom from antiquity and He adds something where the slayer could find refuge from the avenger. God added an element to this practice that existed in biblical times. God ~ in other words  ~ did not abolish the custom, but rather added an element where the slayer could find peace and security within a City of Refuge. God set up six Cities of Refuge where the slayer could flee and be safe from the wrath of the avenger; as long as the slayer made it to the city before the avenger could find him, he was safe.

 

Nah,  Allah mengambil tradisi kuno ini dan Dia menambahkan sesuatu di mana si pembunuh bisa menemukan perlindungan dari si penuntut balas. Allah menambahkan suatu unsur kepada praktek yang ada di zaman Alkitab. Dengan kata lain, Allah tidak menghapus tradisi itu, tetapi menambahkan suatu unsur di mana si pembunuh bisa mendapatkan kedamaian dan perlindungan di dalam sebuah Kota Perlindungan. Allah menetapkan enam Kota Perlindungan di mana si pembunuh bisa lari ke sana dan selamat dari amarah si penuntut balas; selama si pembunuh berhasil mencapai Kota Perlindungan itu sebelum si penuntut balas bisa menemukannya, dia selamat.

 

 

Now let's notice the number and names of the cities. In Joshua 20:7-9 we have the names of the cities and the place where they were located. It says there in Joshua 20:7, So they appointed Kedesh in Galilee, in the mountains of Naphtali, Shechem in the mountains of Ephraim, and Kirjath Arba (which is Hebron) in the mountains of Judah. And on the other side of the Jordan, by Jericho eastward, they assigned Bezer in the wilderness on the plain, from the tribe of Reuben, Ramoth in Gilead, from the tribe of Gad, and Golan in Bashan, from the tribe of Manasseh. These were the cities appointed for all the children of Israel and for the stranger who dwelt among them, that whoever killed a person…” and now comes a very important word  “…whoever killed a person accidentally might flee there, and not die by the hand of the avenger of blood until he stood before the congregation.”

 

Sekarang mari kita simak jumlah dan nama-nama  kota-kota itu. Di Yosua 20:7-9 ada nama-nama  kota-kota itu dan tempat lokasi mereka. Dikatakan di Yosua 20:7, 7 Dan mereka menetapkan Kedesh di Galilea, di pegunungan Naftali;  Sikhem, di pegunungan Efraim; dan Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di pegunungan Yehuda. 8 Dan di seberang sungai Yordan, di Yerikho ke arah timur, mereka menentukan Bezer, di padang gurun di dataran dari suku Ruben;  Ramot di Gilead dari suku Gad; dan Golan di Basan dari suku Manasye. 9 Itulah  kota-kota yang ditetapkan bagi semua orang Israel, dan bagi orang-orang asing yang tinggal di antara mereka; supaya siapa pun yang membunuh seseorang…”  dan sekarang muncul kata yang sangat penting,   “…siapa pun yang membunuh seseorang dengan tidak sengaja, dapat melarikan diri ke sana, dan tidak mati di tangan si penuntut balas darah, sampai dia berdiri di hadapan jemaat.”

 

 

Now it's interesting to notice the location of these particular cities that we just named from Joshua 20:7-9. These cities were:

·       Bezer which was southeast of the Jordan

·       Ramoth Gilead which was central and east of the Jordan and

·       Golan which was northeast of the Jordan

·       the other cities Kedesh was northwest of the Jordan

·       Shechem was central west of the Jordan and

·       Hebron was southwest of the Jordan

So there were three cities east of the Jordan,  three cities west; and they were north, central, and south on both sides.

The location of these cities is important because no one was more than a half day's journey from any of these cities. There was quick access to these cities from anywhere in Israel. God chose these cities purposely because they were equally distributed, and people had quick access to them, because the avenger would be on the track of the slayer.

 

Nah, yang menarik ialah menyimak lokasi kota-kota tersebut yang baru kita sebutkan namanya dari Yosua 20:7-9.  Kota-kota tersebut ialah:

·       Bezer yang di tenggara Yordan

·       Ramot Gilead yang di tengah dan timur Yordan, dan

·       Golan yang di timur laut Yordan

·       Kota-kota lain: Kedesh yang di barat laut Yordan

·       Sikhem di tengah barat Yordan dan

·       Hebron di barat daya Yordan

Jadi ada 3 kota di sebelah timur Yordan, tiga kota di sebelah barat, dan mereka semuanya di utara, selatan, dan tengah di kedua sisi Yordan. 

Lokasi kota-kota ini penting karena tidak satu orang pun yang lebih jauh dari setengah hari perjalanan dari kota-kota tersebut. Jadi ada akses cepat ke  kota-kota ini dari mana pun di Israel. Allah sengaja telah memilih kota-kota ini karena mereka tersebar secara merata, dan orang bisa mengakses mereka dengan cepat, karena si penuntut balas sedang mengejar si pembunuh.

 

 

Now what about provisions in the cities? All of these cities were Levitical cities. In other words, cities of the priesthood in Israel. The priests were the intercessors, as we know, and the protectors of the refugees that came to these cities. In other words, the priests interceded in behalf of man.

Numbers 35:6 tells us something about the priestly nature of these cities. It says there in Numbers 35:6, Now among the cities which you will give to the Levites you shall appoint six cities of refuge, to which a manslayer may flee…”  

So very clearly these were cities of the Levites, where the slayer who slew someone accidentally could flee from the wrath of the avenger.

 

Sekarang bagaimana dengan persediaan makanan di kota-kota itu? Semua kota itu adalah  kota-kota Lewi. Dengan kata lain,  kota-kota para imam di Israel. Seperti yang kita tahu, imam-imam adalah para perantara dan pelindung dari para pelarian yang datang ke  kota-kota tersebut. Dengan kata lain, imam-imam menjadi perantara manusia.

Bilangan 35:6 mengatakan sesuatu kepada kita tentang kodrat imamat kota-kota tersebut. Dikatakan di Bilangan 35:6, 6 Nah, dari antara  kota-kota yang akan kamu berikan kepada suku Lewi, kamu akan menetapkan enam kota perlindungan, ke mana seorang pembunuh manusia boleh lari…”

Jadi sangat jelas kota-kota ini adalah kota-kota Lewi, ke mana si pembunuh yang membunuh orang secara tidak sengaja bisa melarikan dirinya dari amarah si penuntut balas.

 

 

Now these cities had ample provisions for the refugees. The Levites, as we know, received one tenth from each of the 11 tribes. This was the tithe that was given to the Levites for their service. In this way the Levites received 11/10ths from the other tribes, while the other tribes only kept 9/10ths. These gave 11/10ths to the Levites, and thus they had an abundance of provisions with which to feed, clothe, and lodge those who fled to the cities for protection as an asylum.

 

Nah, kota-kota in punya persediaan makanan yang cukup bagi para pelarian itu. Suku Lewi, seperti yang kita ketahui, menerima 1/10 dari masing-masing sebelas suku yang lain, ini adalah persepuluhan yang diberikan kepada suku Lewi untuk pelayanan mereka. Dengan demikian, suku Lewi menerima 11/10 dari suku-suku yang lain, sementara suku-suku yang lain hanya menyimpan 9/10nya. Mereka memberikan 11/10 kepada suku Lewi, sehingga suku Lewi punya persediaan yang berlimpah untuk memberi makan, pakaian, dan tempat tinggal bagi mereka yang lari ke kota-kota itu untuk perlindungan atau suaka.

 

 

Now the question is, what was the purpose of these cities? Well, the slayer could flee and seek protection and security in any of these cities from the evil intentions of the avenger. They could find this security only in the City of Refuge. God established the Cities of Refuge for those who killed by mistake or error or accidentally. Those who killed intentionally with a high hand,  knowingly, in other words, those who murdered, had no right to seek protection in the cities.

 

Sekarang pertanyaannya ialah, apa tujuan semua kota itu? Nah, si pembunuh bisa lari dan mencari perlindungan dan keamanan di salah satu  kota-kota ini dari niat jahat si penuntut balas. Mereka bisa mendapatkan keamanan hanya di Kota Perlindungan. Allah telah menetapkan  Kota-kota Perlindungan bagi mereka yang membunuh karena kecelakaan atau kesalahan atau ketidaksengajaan. Mereka yang membunuh dengan sengaja dengan niat jahat, dengan sadar; dengan kata lain mereka yang melakukan pembunuhan yang direncanakan, tidak punya hak mencari perlindungan di kota-kota itu.

 

 

Let's read Deuteronomy 19:4-6 where we find a description of those who could legitimately find security, refuge, and peace in the cities. Deuteronomy 19:4-6,  And this is the case of the manslayer who flees there, that he may live: Whoever kills his neighbor unintentionally, not having hated him in time past— as when…” now comes an example  “…as  when a man goes to the woods with his neighbor to cut timber, and his hand swings a stroke with the ax to cut down the tree, and the head slips from the handle and strikes his neighbor so that he dies…” that's an accidental death  “…—he shall flee…” it continues saying  “…to one of these cities and live; lest the avenger of blood, while his anger is hot, pursue the manslayer and overtake him, because the way is long, and kill him, though he was not deserving of death, since he had not hated the victim in time past.”

 

Mari kita  baca Ulangan 19:4-6 di mana kita lihat deskripsi mereka yang boleh dengan sah mendapatkan keamanan, perlindungan, dan kedamaian di kota-kota itu. Ulangan 19:4-6, 4 Dan inilah kasus si pembunuh, yang melarikan diri ke sana, supaya ia boleh hidup: Siapa pun yang membunuh sesamanya manusia dengan tidak sengaja, yang tidak dibencinya sebelumnya, 5 seperti ketika…” sekarang diberikan contohnya, “…5 seperti ketika  seorang pergi ke hutan dengan temannya untuk memotong pohon, dan tangannya mengayunkan kapak untuk menebang pohon itu, dan mata kapak terlepas dari gagangnya, dan mengenai temannya sehingga dia mati, …”  itu kematian yang karena kecelakaan, “…ia akan lari…”  selanjutnya dikatakan, “…ke salah satu kota itu dan hidup. 6 Supaya jangan si penuntut balas darah, sementara hatinya panas mengejar pembunuh itu dan menyusulnya karena jauhnya perjalanan, dan membunuhnya; walaupun pembunuh itu tidak patut mati, karena ia tidak membenci korban sebelumnya.“

 

 

So notice, anyone who had committed an act of causing the death of someone accidentally or unintentionally could legitimately remain in these cities, but those who sin with a high hand knowingly because they hated their neighbor and they executed the neighbor, those individuals they could come to the City of Refuge, but we're going to notice a little later on in our study, that a process was followed to determine if that person had a right to remain in the city or not.

 

Jadi simak, siapa pun yang telah melakukan perbuatan yang mengakibatkan kematian seseorang karena kecelakaan atau dengan tidak disengaja boleh secara sah tinggal di kota-kota tersebut, tetapi mereka yang berbuat dosa dengan sengaja, dengan kesadaran karena mereka telah membenci sesamanya dan mereka mengeksekusi sesamanya, maka orang-orang itu tidak boleh datang ke Kota Perlindungan; tetapi nanti sebentar kita akan melihat di pelajaran kita bahwa suatu proses harus diikuti untuk menentukan apakah orang itu berhak tetap tinggal di kota itu atau tidak.

 

 

Now the slayer needed to flee immediately and urgently to one of the Cities of Refuge. There was no time to bid farewell to the family or to take care of family business. The slayer's life was in jeopardy as long as he was not within the confines of the City of Refuge. The fugitive had to sacrifice every other interest in order to make it safely to safety in the city. The slayer could not allow fatigue, weariness, or whatever to slow him down. He had to ignore all difficulties and obstacles. There could be no detours, no stops, no delays were possible, because if the avenger reached the slayer outside the city, the slayer's life was in peril.

 

Nah, si pembunuh harus segera dan dengan mendesak lari ke salah satu Kota Perlindungan. Tidak ada waktu untuk berpamitan kepada keluarga atau mengurus urusan keluarganya dulu. Hidup si pembunuh sedang terancam selama dia tidak berada dalam lingkungan Kota Perlindungan. Si pelarian harus mengorbankan setiap kepentingan yang lain supaya bisa tiba dengan selamat di kota itu. Si pembunuh tidak boleh mengizinkan kelelahan, rasa capek, atau apa pun memperlambatnya. Dia harus mengabaikan semua kesulitan dan halangan. Tidak boleh menyimpang di jalan, atau berhenti, atau membuat penundaan karena jika si penuntut balas berhasil menyusul si pembunuh di luar kota itu, hidup si pembunuh dalam bahaya besar.

 

 

Now what was the nature of the roads that led to the cities? Well, the roads were always kept in good order. God instructed Israel to build access roads to the Cities of Refuge and they were always to keep the access roads in tip-top shape for easy access.

Deuteronomy 19:3 says, “ You shall prepare roads for yourself, and divide into three parts the territory of your land which the Lord your God is giving you to inherit, that any manslayer may flee there.”

 

Nah, bagaimana kondisi jalan-jalan menuju ke kota-kota tersebut? Nah, jalan-jalan itu selalu dipelihara dalam kondisi baik. Allah menginstruksikan Israel untuk membangun jalan-jalan akses ke  Kota-kota Perlindungan dan mereka selalu harus memelihara jalan-jalan itu dalam kondisi top supaya mudah diakses.

Ulangan 19:3 mengatakan, 3 Engkau harus mempersiapkan jalan-jalan bagi dirimu, dan membagi menjadi tiga bagian wilayah negerimu, yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diwarisi, supaya setiap pembunuh boleh lari ke sana.”

 

 

So roads were to be prepared so that an individual who wanted to flee to the cities could arrive without stumbling. Holes in the road were filled, rocks were removed, this was no time for an ankle sprain or a broken foot. The fugitive could not lose an instant in his race to the place of rest and protection. All along the road there were signposts that read “Refuge” in large clear letters. The letters were so large that as Habakkuk says,  “one who runs can read it” (Habakkuk 2:2).

Now some people out of pure meanness would sometimes change the signposts at the intersections, and others would place obstacles on the road to make it harder for the fugitive to reach the city. This might mean sure death for the person who was fleeing to the cities.

 

Jadi jalan-jalan harus dipersiapkan supaya seseorang yang mau lari ke kota-kota tersebut bisa tiba tanpa tersandung. Lubang-lubang di jalan harus ditutup, batu-batu disingkirkan, ini bukan waktunya untuk tungkai kaki terkilir atau mengalami patah kaki. Si pelarian tidak boleh kehilangan sedetik pun dalam pelariannya ke tempat peristirahatan dan perlindungan. Sepanjang jalan itu ada rambu-rambu jalan yang bertuliskan “tempat Perlindungan” dengan huruf-huruf besar yang jelas. Huruf-huruf itu begitu besarnya sampai Habakkuk berkata, “dia yang sedang lari bisa membacanya” (Hab. 2:2)

Nah, ada orang-orang yang semata-mata karena hatinya jahat, terkadang mengubah rambu-rambu itu di persmpangan; yang lain akan menempatkan penghalang-penghalang di jalan untuk mempersulit si pelarian mencapai kota itu. Itu akan berarti kematian pasti bagi orang yang sedang lari ke kota-kota itu.

 

 

Now who were the beneficiaries of the cities? The cities were accessible to all, not only Hebrews, but also pilgrims, and even foreigners. There was no monopoly or divine right for the Jews alone.

Notice Numbers 35:15, “ 15 These six cities shall be for refuge for the children of Israel, for the stranger, and for the sojourner among them, that anyone who kills a person accidentally may flee there.” So notice, the cities were available to everyone, not only to the children of Israel but also to the stranger, and to the sojourner among the children of Israel.

 

Nah, siapakah yang menerima manfaat dari kota-kota tersebut?  Kota-kota itu boleh diakses oleh semua, bukan saja orang-orang Yahudi, juga para peziarah dan bahkan orang-orang asing. Orang Yahudi tidak punya monopoli atau hak khusus dari Ilahi atas  kota-kota tersebut.

Simak Bilangan 35:15, 15 Keenam Kota itu akan menjadi tempat perlindungan, baik bagi orang Israel, bagi orang asing, dan bagi pendatang di  antara mereka; supaya siapa pun yang membunuh orang dengan tidak sengaja boleh melarikan diri ke sana.”

Jadi simak, kota-kota itu terbuka bagi semua, bukan hanya bagi bangsa Israel, tetapi juga bagi orang asing dan pendatang di antara bangsa Israel.

 

 

Now let's talk about the moment when the slayer arrived in the city. Upon arriving undoubtedly the fugitive was very tired, but he had to present himself before the Elders and the High Priest, not a common ordinary priest, he had to present himself before the Elders and before the High Priest; and probably this happened at the altar of sacrifice, although it's not absolutely certain. In Joshua 20:2, 3, 4-5 we find these words about the arrival of the refugee to the city. It says there, “ And when he flees to one of those cities, and stands at the entrance of the gate of the city, and declares his case in the hearing of the Elders of that city…” notice that there were witnesses over and above the High Priest. So once again, “…when he flees to one of those cities, and stands at the entrance of the gate of the city, and declares his case in the hearing of the Elders of that city, they shall take him into the city as one of them, and give him a place, that he may dwell among them. Then if the avenger of blood pursues him, they shall not deliver the slayer into his hand, because he struck his neighbor unintentionally, but did not hate him beforehand.” 

So once the slayer was within the confines of the City of Refuge, the avenger had no access to him. The individual was protected by the High Priest and by the Elders who met him at the door of the city.

 

Sekarang mari kita bicara tentang saat ketika si pembunuh tiba di kota itu. Pada saat kedatangannya, sudah pasti si pelarian itu sangat lelah, tetapi dia harus datang menghadap para Tua-tua dan Imam Besar, bukan imam biasa, dia harus menunjukkan dirinya di hadapan para Tua-tua dan di hadapan Imam Besar; dan kira-kira ini terjadi di mezbah kurban, walaupun itu tidak bisa dipastikan. Di Yosua 20:2, 3, 4-5 kita mendapatkan kata-kata ini tentang kedatangan di Kota Perlindungan. Dikatakan di sana, 4 Dan ketika ia lari ke salah satu kota tersebut, dan berdiri di depan pintu gerbang kota itu, dan memberitahukan perkaranya dalam pendengaran para tua-tua kota itu,…”  simak ada saksi-saksi selain Imam Besar. Jadi sekali lagi, “…ketika ia lari ke salah satu kota tersebut, dan berdiri di depan pintu gerbang kota itu, dan memberitahukan perkaranya dalam pendengaran para tua-tua kota itu, mereka akan membawanya masuk ke dalam kota itu  sebagai salah satu dari mereka,  dan memberinya sebuah tempat, agar ia boleh diam di antara mereka. 5 Lalu bila si penuntut balas darah mengejar dia,  mereka tidak akan menyerahkan si pembunuh ke dalam tangannya, sebab ia telah membunuh sesamanya dengan tidak sengaja, tetapi tidak membencinya sebelumnya.”

Jadi, begitu si pembunuh ada di dalam batasan Kota Perlindungan itu, si penuntut balas tidak punya akses padanya. Si pembunuh dilindungi oleh Imam Besar dan para Tua-tua yang pergi menemuinya di gerbang Kota itu.

 

 

However, we need to go a step further. After the fugitive found refuge in the city an impartial jury presided by the High Priest, sat to examine the evidence to see if the slayer had truly committed an accidental act, in other words, the slayer was innocent until proven guilty when he appeared before the High Priest and the jury. It was to be determined if the person was guilty of premeditated, purposeful, open high-handed sin, or accidental sin due to human limitations, frailty, or weakness. The slayer was in the city under the High Priest’s protection until an impartial judgment determined whether the slayer had the right to remain in the city. The court verdict only confirmed the right of the person to asylum or denied that right based on an examination of his past behavior, in other words, there was an investigative judgment to see if the person truly deserved to be in the City of Refuge.

 

Namun demikian, kita perlu mengambil satu langkah lebih jauh. Setelah si pelarian mendapatkan perlindungan di kota itu, sebuah dewan juri yang tidak berpihak dengan dikepalai oleh Imam Besar, bersidang untuk memeriksa buktinya guna melihat apakah si pembunuh benar-benar melakukan suatu tindakan yang tidak disengaja, dengan kata lain, si pembunuh dianggap tidak bersalah hingga terbukti bersalah ketika dia tampil di hadapan Imam Besar dan para juri. Harus ditentukan apakah orang itu bersalah untuk pembunuhan yang direncanakan, yang disengaja, dosa terbuka yang terang-terangan, atau dosa kecelakaan karena keterbatasan, ketidakberdayaan, dan kelemahan  insani. Si pembunuh ada di dalam kota di bawah perlindungan Imam Besar hingga suatu penghakiman yang tidak memihak menentukan apakah si pembunuh punya hak untuk tinggal di kota itu.  Hanya vonis pengadilan yang meneguhkan hak orang itu untuk mendapatkan suaka atau tidak, berdasarkan pemeriksaan tindakannya sebelumnya. Dengan kata lain, ada pengadilan pemeriksaan untuk melihat apakah orang itu benar-benar layak berada di Kota Perlindungan.

 

 

Now let's read the Bible’s description of this.

Joshua 20:6, “ And he shall dwell in that city until he stands before the congregation for judgment, and until the death of the one who is High Priest in those days. Then the slayer may return and come to his own city and his own house, to the city from which he fled.”

So notice, he had to stand before the congregation for judgment; he could remain in the city until his case was examined in the Judgment.

 

Sekarang mari kita  baca deskripsi Alkitab tentang hal ini.

Yosua 20:6, 6 Dan Ia akan diam di kota itu sampai ia dihadapkan kepada jemaat untuk diadili, dan hingga kematian dia yang adalah imam besar pada waktu itu; lalu si pembunuh itu boleh pulang, dan pergi ke kotanya sendiri dan rumahnya sendiri, ke kota dari mana ia telah melarikan diri…” 

Jadi simak, dia harus berdiri di hadapan jemaat untuk diadili; dia boleh tinggal di kota itu hingga kasusnya diperiksa di pengadilan.  

 

 

Notice also Numbers 35:12, 24-25. It says,  12 They shall be Cities of Refuge for you from the avenger, that the manslayer may not die until he stands before the congregation in judgment…” so notice this, he was secure in the city, protected by the High Priest and by the Elders of the city, until he stood in the judgment. And if it was determined by an examination of the evidence that his sin had been unintentional or accidental he was allowed to remain in the city. If not, he was given into the hand of the avenger as we're going to notice in a few moments. So it says,  “…12 They shall be cities of refuge for you from the avenger, that the manslayer may not die until he stands before the congregation in judgment… 24 then the congregation shall judge between the manslayer and the avenger of blood according to these judgments…” I can imagine the avenger being outside the city and say, “He's mine, he killed my relative.” And I can imagine the High Priest say, “Let's wait a minute until we examine the evidence to see if your accusations are true.” Notice verse 25, “…25 So the congregation shall deliver the manslayer from the hand of the avenger of blood, and the congregation shall return him to the City of Refuge where he had fled, and he shall remain there until the death of the High Priest who was anointed with the holy oil.” 

 

Simak juga Bilangan 35:12, 24-25. Dikatakan, 12 Mereka akan menjadi Kota-kota Perlindungan bagimu dari si penuntut balas supaya si pembunuh jangan mati, hingga ia dihadapkan kepada jemaat dalam pengadilan…”  jadi simak ini, dia aman di dalam kota itu, dilindungi oleh Imam Besar dan para Tua-tua kota itu, hingga dia berdiri di penghakiman. Dan jika diputuskan melalui suatu pemeriksaan bukti bahwa dosanya bukan disengaja atau itu suatu kecelakaan, dia diizinkan tinggal di kota itu. Jika tidak, dia diserahkan ke tangan si penuntut balas, sebagaimana yang akan kita lihat sebentar lagi Jadi dikatakan, “…12 Mereka akan menjadi Kota-kota Perlindungan bagimu dari si penuntut balas supaya si pembunuh jangan mati, hingga ia dihadapkan kepada jemaat dalam pengadilan. 24 Lalu jemaat akan mengadili antara si pembunuh itu dan si penuntut darah, menurut hukum-hukum ini…”  saya bisa membayangkan si penuntut balas berada di luar kota dan berkata, “Dia milikku, dia telah membunuh kerabatku.” Dan saya bisa membayangkan Imam Besar berkata, “Tunggu dulu, sampai kami memeriksa buktinya untuk memastikan apakah tuduhanmu benar.” Simak ayat 25,   “…25 Demikianlah maka jemaat akan menyelamatkan si pembunuh dari tangan si penuntut darah, dan jemaat akan mengembalikan dia ke Kota Perlindungannya, ke mana ia telah melarikan diri; dan ia harus tinggal di sana sampai matinya imam besar yang telah diurapi dengan minyak yang kudus.

 

 

Now the judgment was very interesting. The evidence needed to be 100 percent true for the individual either to remain within the city, or to be given to the avenger. One witness in the judgment could not determine the result of a judgment. There needed more than one witness. No matter how powerful the circumstantial evidence against the fugitive was, he could not be convicted based on the testimony of one witness.

Numbers 35:30-31 read like this, 30 Whoever kills a person, the murderer shall be put to death on the testimony of witnesses; but one witness is not sufficient testimony against a person for the death penalty. 31 Moreover you shall take no ransom for the life of a murderer who is guilty of death, but he shall surely be put to death.” If the slayer was not guilty, he had absolutely nothing to fear. The High Priest would protect him, the Elders would protect him, he could remain safe and sound inside the city. However, if he was guilty, and he presumptuously claimed the right to be in the City of Refuge, he faced an ominous  future.

Now all the while the avenger was waiting outside the city, claiming the right to destroy the accused and demanding that the fugitive be handed over to him.

 

Nah, penghakiman itu sangat menarik. Buktinya harus 100% benar bagi si individu untuk tetap tinggal di dalam kota itu, atau diserahkan kepada si penuntut balas. Satu saksi dalam pengadilan tidak bisa menentukan hasil suatu penghakiman. Dibutuhkan lebih dari satu orang saksi. Tidak perduli betapa kuatnya bukti tidak langsung terhadap si pelarian, dia tidak bisa dihukum berdasarkan kesaksian satu orang saksi.

Bilangan 35:30-31 bunyinya demikian, 30 Barangsiapa membunuh seseorang, si pembunuh akan dibunuh oleh kesaksian para saksi; tetapi satu orang saksi bukan kesaksian yang cukup terhadap seseorang untuk hukuman mati. 31 Lebih lanjut, kamu tidak boleh menerima uang tebusan untuk nyawa seorang pembunuh yang layak dihukum mati; tetapi ia harus dibunuh…”  Jika si pembunuh tidak bersalah, dia tidak perlu takut, Imam Besar akan melindunginya, para Tua-tua akan melindunginya, dia boleh tinggal dengan aman dan sejahtera di dalam kota itu. Namun, jika dia bersalah, dan dia secara lancang mengklaim hak untuk berada di dalam Kota Perlindungan, dia menghadapi masa depan yang buruk.

Nah, selama waktu itu si penuntut balas sedang menunggu di luar kota itu, mengklaim haknya untuk membinasakan si tertuduh, dan menuntut agar si pelarian itu diserahkan kepadanya.   

 

 

In case a person claimed the protection and refuge of the city was lying, and was presumptuously claiming the right to protection, he was handed over to the avenger to be destroyed. The city and the High Priest could provide no security for such a person. The blood of the sacrifice on the altar could no not atone for such a person who was taking advantage of the city while he had committed high-handed knowing sin against known light.

Let's read Numbers 35:16-21 where we find the details that we just described.

16 But if he strikes him with an iron implement, so that he dies, he is a murderer; the murderer shall surely be put to death. 17 And if he strikes him with a stone in the hand, by which one could die, and he does die, he is a murderer; the murderer shall surely be put to death. 18 Or if he strikes him with a wooden hand weapon, by which one could die, and he does die, he is a murderer; the murderer shall surely be put to death. 19 The avenger of blood himself shall put the murderer to death;…” this is a solemn thought, folks. In other words, if the person presumptuously claimed the protection of the city when that person had committed known sin with a high hand, he was delivered to the avenger to be destroyed. Verse 19 says, “… 19 The avenger of blood himself shall put the murderer to death; when he meets him, he shall put him to death. 20 If he pushes him out of hatred or, while lying in wait, hurls something at him so that he dies, 21 or in enmity he strikes him with his hand so that he dies, the one who struck him shall surely be put to death. He is a murderer. The avenger of blood shall put the murderer to death when he meets him.”

 

Dalam hal seseorang yang mengklaim perlindungan dan suaka kota itu ternyata berbohong, dan sudah secara lancang mengklaim hak untuk dilindungi, dia diserahkan kepada si penuntut balas untuk dibinasakan. Kota itu dan Imam Besar tidak bisa memberi perlindungan bagi orang yang demikian. Darah kurban di mezbah kurban tidak bisa mendamaikan bagi orang yang demikian, yang salah menggunakan kota itu padahal dia telah melakukan dosa yang disengaja terhadap terang yang sudah diketahuinya.

Mari kita  baca Bilangan 35:16-21 di mana kita temukan detail-detail yang baru digambarkan. 16 Tetapi jika ia memukul orang dengan alat dari besi, sehingga orang itu mati, ia adalah seorang pembunuh; pembunuh itu harus dibunuh. 17 Dan jika ia memukul orang dengan batu di tangannya dengan mana orang itu bisa mati, dan dia mati, ia adalah seorang pembunuh; pembunuh itu harus dibunuh. 18 Atau jika ia memukul orang dengan senjata tangan dari kayu dengan mana dia bisa mati dan dia mati, ia seorang pembunuh; pembunuh itu harus dibunuh. 19 Si penuntut balas darah sendiri yang harus membunuh si pembunuh itu;…” ini adalah renungan yang serius, Saudara-saudara. Dengan kata lain, jika orang itu secara lancang mengklaim perlindungan kota itu padahal orang itu telah melakukan dosa yang diketahuinya dengan niat, dia diserahkan kepada si penuntut balas untuk dibinasakan. Ayat 19 berkata, “…19 Si penuntut balas darah sendiri yang harus membunuh si pembunuh itu  pada waktu ia bertemu dengan dia, ia harus membunuh dia. 20 Jika ia mendorongnya karena benci, selagi menantikan kesempatannya, melempari dia dengan sesuatu sehingga orang itu mati, 21 atau dalam permusuhan dia memukulnya dengan tangannya sehingga orang itu mati, dia yang memukul harus dibunuh, ia seorang pembunuh; si penuntut balas darah harus membunuh si pembunuh itu, pada waktu bertemu dengan dia.”

 

 

Now what would happen if a witness lied about the individual who was accused? Notice Deuteronomy 19:18-19. It says there, “ 18 And the judges shall make careful inquiry, and indeed, if the witness is a false witness, who has testified falsely against his brother, 19 then you shall do to him as he thought to have done to his brother; so you shall put away the evil from among you.” This is really something! In other words, if a false witness testified against the individual who was in the City of Refuge, that person was to suffer the penalty that the slayer supposedly was going to suffer.

 

Nah, apa yang akan terjadi jika seorang saksi berbohong mengenai individu yang dituntut? Simak Ulangan 19:1-19, dikatakan di sana, 18 Dan hakim-hakim itu akan membuat pemeriksaan yang teliti, dan sesungguhnya apabila saksi itu seorang saksi palsu, yang telah memberi kesaksian palsu terhadap saudaranya, 19 maka kamu harus memperlakukannya sebagaimana ia bermaksud memperlakukan saudaranya. Demikianlah engkau akan menyingkirkan yang jahat itu dari tengah-tengahmu…”  Ini luar biasa! Dengan kata lain, jika seorang saksi palsu memberi kesaksian terhadap individu yang berada di dalam Kota Perlindungan, orang itu harus menanggung hukuman yang sama yang seharusnya diderita yang dituduh membunuh.

 

 

Now if the court of law pronounced the refugee not guilty, was the refugee secure forever? Was he once secure always secure? If innocent, he could remain rightfully in the city and be safe. However, only by abiding or remaining within the confines of the City of Refuge under the protection of the High Priest, could he be secure and in full peace.

Now, you say, “So he had to stay in the City of Refuge forever and ever and ever?”

No! Not necessarily. We're going to notice that there was a certain point when the individual could leave the City of Refuge and go home.

 

Nah, jika pengadilan memvonis si pelarian itu tidak bersalah, apakah si pelarian itu selamanya aman? Apakah dia sekali aman selalu aman? Jika dia tidak bersalah, dia bisa tinggal secara sah di dalam Kota Perlindungan dan dia aman. Namun, hanya dengan berada di dalam atau tetap tinggal di dalam batasan Kota Perlindungan di bawah proteksi Imam Besar, dia bisa aman dan dalam damai sejahtera.

Nah, kalian berkata, “Jadi dia harus tinggal d dalam Kota Perlindungan selama-lama-lamanya?”

Tidak! Tidak harus. Kita akan melihat bahwa ada saat tertentu ketika individu itu boleh meninggalkan Kota Perlindungan dan pulang.

 

 

If at any time the refugee decided to abandon the prescribed limits of the city, and the avenger found him, he might have to pay for his negligence with his life. He could not leave the city even for an instant. Nostalgia for his family, his friends, his work, his possessions, and the comforts of home might entice him, yet he must abide within the city. It was a case of once secure always secure as long as he chose to remain within the City of Refuge.

Notice Numbers 35:26-28 where we find the details that I just described, “ 26 But if the manslayer at any time goes outside the limits of the city of refuge where he fled, 27 and the avenger of blood finds him outside the limits of his City of Refuge, and the avenger of blood kills the manslayer, he shall not be guilty of blood, 28 because…”   notice this “…because he should have remained in his City of Refuge…” until a certain point, this is a key point,  “…until the death of the high priest. But after the death of the high priest the manslayer may return to the land of his possession.”  In other words, because the High Priest died, he could return to his home, his lost home.

 

Kapan saja jika si pelarian memutuskan untuk meninggalkan batasan yang ditetapkan Kota itu, dan si penuntut balas menemukan dia, dia mungkin harus membayar kealpaanya dengan nyawanya. Dia tidak boleh meninggalkan Kota itu walaupun untuk sejenak. Kerinduan bagi keluarganya, teman-temannya, pekerjaannya, harta miliknya, dan kenyamanan rumahnya, mungkin menggodanya, namun dia harus tetap berada di dalam Kota. Ini adalah masalah sekali aman selalu aman asalkan dia memilih untuk tetap tinggal di dalam Kota Perlindungan.

Simak Bilangan 35:26-28 di mana kita temukan detail-detail yang baru saya gambarkan, 26 Tetapi kapan saja jika si pembunuh keluar dari batas Kota Perlindungan, ke mana ia telah melarikan diri, 27 dan si penuntut balas darah menemukan dia di luar batas Kota Perlindungannya, dan si penuntut balas darah membunuh si pembunuh, ia tidak akan  bersalah akan pembunuhan, 28 karena…” simak ini “…28 karena ia seharusnya tetap tinggal di Kota Perlindungannya…”  hingga saat tertentu, ini titik kunci, “…sampai matinya imam besar. Tetapi sesudah matinya imam besar, si pembunuh boleh kembali ke tanah miliknya…”  Dengan kata lain, karena Imam Besarnya mati, dia boleh pulang ke rumahnya, ke rumahnya yang sudah hilang darinya.



Notice Joshua 20:6 where we find described the return home, it says, “ And he shall dwell in that city until he stands before the congregation for judgment, and until the death of the one who is high priest in those days. Then the slayer may return and come to his own city and his own house, to the city from which he fled...”  And then because the High Priest had died, then he could return to his long lost home.

 

Simak Yosua 20:6 di mana kita temukan deskripsi kepulangannya, dikatakan, 6 Dan Ia akan diam di Kota itu sampai ia dihadapkan kepada jemaat untuk diadili, dan hingga kematian dia yang adalah imam besar pada waktu itu; lalu si pembunuh itu boleh pulang, dan pergi ke kotanya sendiri dan rumahnya sendiri, ke kota dari mana ia telah melarikan diri…”  Lalu karena Imam Besar mati, maka dia boleh pulang ke rumahnya yang sudah lama hilang darinya.

 

 

Now why did God give all of this information that we just took a look at. Well, the reason is, that the Cities of Refuge were a type, a type of Christ, and our relationship to Jesus Christ.

 

Nah, mengapa Allah memberikan semua informasi ini yang baru kita simak? Alasannya ialah,  Kota-kota Perlindungan itu adalah suatu lambang, suatu tipe dari Kristus, dan hubungan kita dengan Yesus Kristus.

 

 

I want to read another passage that we find in the Gospel of Luke, we're going to read chapter 24, Luke chapter 24 and we'll read verses 25 through 27, this is as Jesus is walking to Emmaus with His two followers and they said, “We thought He was the one who was going to redeem Israel.” And notice what Jesus said to them. Verse 25, 25 Then He said to them, ‘O foolish ones, and slow of heart to believe in all that the prophets have spoken! 26 Ought not the Christ to have suffered these things and to enter into His glory?’ 27 And beginning at (1) Moses…” which is where we're studying from  “…and (2) all the Prophets, He expounded to them in (3) all the Scriptures the things concerning Himself.”

 

Saya mau membaca ayat-ayat lain yang ada di Injil Lukas, kita akan membaca pasal 24, Lukas pasal 24, dan kita akan membaca ayat 25-27, ini adalah ketika Yesus berjalan ke Emaus bersama dua pengikutNya, dan mereka berkata, “Kami sangka Dialah yag akan menebus Israel.” Simak apa kata Yesus kepada mereka, ayat 25, 25 Lalu Ia berkata kepada mereka, ‘Hai kalian yang bodoh dan lamban hati untuk mempercayai semua yang telah dikatakan para nabi! 26 Bukankah Mesias harus menderita semua hal itu dan masuk ke dalam kemuliaan-Nya?’  27 Dan mulai dari (1) Musa…”  yaitu dari mana kita mempelajari ini,   “…dan semua (2) Kitab Nabi-nabi, Dia menjelaskan kepada mereka semua hal dalam (3) Kitab Suci tentang DiriNya Sendiri.”

 

 

By the way in this verse is mentioned three divisions of the Old Testament for the Jews in Christ's day.

1.   In the writings of Moses are the  תּוֹרָה[tôrâh], (the Law)

2.   the prophets are the נְבִיאִים [nâbı̂y'im]  and

3.   the scriptures are the כְּתוּבִים‎ [Kăṯūḇīm].

So Jesus is basically saying, “the whole Old Testament speaks about Me”.


Nah, di ayat ini disebutkan tiga bagian Perjanjian Lama bagi orang Yahudi di zaman Kristus.

1.   Di tulisan-tulisan Musa itu Hukumnya, תּוֹרָה[tôrâh],

2.   Kitab nabi-nabi itu נְבִיאִים [nâbı̂y'im] 

3.   Tulisan-tulisan lain itu כְּתוּבִים‎ [Kăṯūḇīm].

Jadi pada dasarnya Yesus berkata, “Seluruh Perjanjian Lama itu bicara tentang Aku.’

 

 

Then a little bit later on Jesus met the disciples in the upper room, it's in the same chapter, chapter 24 and let's begin at verse 44.  44 Then He said to them, ‘These are the words which I spoke to you while I was still with you, that all things must be fulfilled which were written in the Law of Moses and the Prophets and the Psalms concerning Me.’…”  Notice who is at the center of the writings of Moses, the writings of the prophets, and the Psalms? Verse 45, “…45 And He opened their understanding, that they might comprehend the Scriptures. 46 Then He said to them, ‘Thus it is written, and thus it was necessary for the Christ to suffer and to rise from the dead the third day’…”

So all of the Old Testament is centered in Jesus Christ.

 

Lalu sedikit lebih jauh Yesus bertemu dengan murid-murid di ruang atas, itu ada di pasal yang sama, pasal 24, mari kita mulai dari ayat 44. 44 Lalu Ia  berkata kepada mereka, ‘Inilah perkataan yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu,  bahwa semuanya harus digenapi, yang tertulis dalam kitab Hukum Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur tentang Aku.’…”  simak, siapa yang ada di pusat tulisan-tulisan Musa, tulisan-tulisan para nabi dan Mazmur? Ayat 45, “…45 Lalu Ia membuka pemahaman mereka, supaya mereka bisa mengerti Kitab Suci. 46 Lalu kata-Nya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian, bahwa demikianlah perlu bagi  Mesias untuk menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga…” 

Jadi seluruh Perjanjian Lama itu berpusat dalam Yesus Kristus.

 

 

The Cities of Refuge are an illustration of the refuge that we can find in Jesus.

So let's now apply the typology that we find in the Cities of Refuge in the Old Testament. We have several symbols in the City of Refuge. We have:

1.   first of all the road that leads to the cities

2.   secondly we have the city itself

3.   and third we have the High Priest within the city.

 

Kota-kota Perlindungan adalah suatu ilustrasi tentang perlidungan yang bisa kita peroleh dalam Yesus. Jadi sekarang marilah kita aplikasikan tipologi yang kita lihat pada Kota-kota Perlindungan di Perjanjian Lama. Ada beberapa simbol yang kita lihat di  Kota-kota Perlindungan.

1.   Pertama jalan-jalan yang menuju ke  Kota-kota tersebut,

2.   Kedua, Kotanya sendiri,

3.   Dan ketiga, Imam Besarnya yang di dalam Kota.

 

 

Now as we know we wouldn't be here if this wasn't true. Man lost his Eden home due to sin. And now we flee for our lives from Satan the avenger, Satan who wants to destroy us. We're tired of running, tired of fleeing, we long for peace, safety, security, and we can only find that security in Jesus Christ, the City of Refuge. He is not far from us, as the cities were not far from the Israelites wherever they lived.  In Acts 17:27 I'm reading from the NIV it says,  27 God did this so that they would seek him and perhaps reach out for Him and find Him, though He is not far from any one of us.”

You see, Jesus the City of Refuge is not far from each of us.

Notice also Hebrews 3:15, “ 15 Today, if you will hear His voice, do not harden your hearts…”

 

Nah, seperti yang kita tahu, kita tidak akan ada di sini jika ini tidak benar. Manusia telah kehilangan rumahnya di Eden karena dosa. Dan sekarang kita lari menyelamatkan nyawa kita dari Setan si penuntut balas, Setan yang ingin membinasakan kita. Kita sudah capek berlari, capek menjadi buron, kita mendambakan kedamaian, keselamatan, keamanan, dan kita hanya bisa menemukan keamanan dalam Yesus Kristus, Kota Perlidungan. Dia tidak jauh dari kita sebagaimana  Kota-kota tersebut juga tidak jauh dari bangsa Yahudi di mana pun mereka tinggal. Di Kisah 17:27 ~ saya membaca dari NIV ~ dikatakan, 27 Allah berbuat begini supaya mereka mencariNya, dan mungkin menjangkauNya, dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari setiap masing-Masing Kita.”

Kalian Lihat, Yesus Kota Perlindungan Itu tidak jauh dari setiap masing-masing kita.

Simak juga Ibrani 3:15, 15…‘Hari Ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya, janganlah mengeraskan hatimu…”

 

 

Now the cities had an abundant supply for the refugees who arrived there as we studied. In Christ we not only find an abundance, but we find a super abundance of spiritual resources for feeding our soul and lodging our soul.

Notice Ephesians 3:20-21. 20 Now to Him who is able to do exceedingly abundantly above all that we ask or think, according to the power that works in us, 21 to Him be glory in the church by Christ Jesus to all generations, forever and ever. Amen.”

So in Jesus there are exceedingly, abundantly, resources for those who come and flee to Him.

 

Nah,  Kota-kota tersebut punya cukup persediaan bagi para pelarian yang tiba di sana sebagaimana yang sudah kita pelajari. Dalam Kristus kita bukan hanya menemukan suatu kelimpahan, tetapi kita menemukan kelimpahan besar sumber-sumber spiritual untuk memberi makan dan tempat tinggal bagi jiwa kita.

Simak Efesus 3:20-21, 20 Sekarang bagi Dia yang dapat melakukan amat sangat banyak di atas apa yang kita mohon  atau pikirkan, menurut kuasa yang bekerja di dalam kita, 21 bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat melalui Kristus Yesus kepada semua generasi selama-lamanya. Amin. …” 

Maka dalam Yesus ada sangat banyak kelimpahan sumber-sumber bagi mereka yang datang dan lari kepadaNya.

 

 

Now what about the urgency of flight to the cities? We must cast aside anything that stands in the way in our flight to Jesus Christ, because the avenger Satan is on our track. We cannot allow our jobs, our family ties, our friends, our possessions, and worldly pleasures, to engross our attention. We must flee to Jesus the City of Refuge immediately in order to escape the wrath of the avenger.

We read in Luke 14:26, words very well known, I'm sure. “ 26 If anyone comes to Me…”   Jesus says, “…and does not hate his father and mother, wife and children, brothers and sisters, yes, and his own life also, he cannot be My disciple.”

 

Nah, bagaimana dengan seberapa mendesaknya lari ke Kota-kota itu? Kita harus menyingkirkan segala yang menghalangi pelarian kita ke Yesus Kristus, karena Setan si penuntut balas sedang mengejar kita. Kita tidak bisa mengizinkan pekerjaan kita, hubungan keluarga kita, teman-teman kita, harta milik kita, dan kesenangan dunia untuk memenuhi perhatian kita. Kita harus segera lari ke Yesus, Kota Perlindungan itu untuk meloloskan diri dari murka si penuntut balas.

Kita  baca di Lukas 14:26, kata-kata yang sangat kita kenal, 26 Jikalau siapa pun datang kepada-Ku…”  kata Yesus,   “…dan ia tidak membenci bapanya dan ibunya, isterinya dan anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki dan perempuan, ya, dan nyawanya sendiri juga, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”

 

 

Now is Jesus telling us that we're supposed to hate our father, and our mother, our wife, and our children, our brothers, and our sisters, and our own life? That's not exactly what He's saying. What He's saying is that none of these things can take first place, none of these things can take the place of Jesus. We must flee to Jesus and not allow any distractions to keep us from going immediately to Him. Luke 18:29-30 also tells us about the urgency of fleeing to Jesus now, not tomorrow, not next week, not next month, now. Because the avenger is on our track.

Luke 18:29-30 says,29 So He said to them, Assuredly, I say to you, there is no one who has left house or parents or brothers or wife or children, for the sake of the kingdom of God, 30 who shall not receive many times more in this present time, and in the age to come eternal life.’…”

Detours, stops, and delays in coming to Jesus the City of Refuge are dangerous. One minute from now may be too late, because the avenger is constantly on our track to destroy us. We must come immediately to Jesus the City of Refuge.

In Psalm 9:9 we find these beautiful words. The Lord also will be a refuge for the oppressed, a refuge in times of trouble.”

 

Nah, apakah Yesus menyuruh kita untuk membenci ayah kita dan ibu kita, istri kita dan anak-anak kita, saudara-saudara laki-laki dan perempuan kita, dan nyawa kita sendiri? Bukan itu yang dimaksudNya. Yang Dia katakan ialah tak satu pun dari semua itu boleh menempati tempat pertama, tak satu pun dari hal itu boleh mengambil tempat Yesus. Kita harus lari ke Yesus dan tidak mengizinkan pengalihan perhatian apa pun yang menghalangi kita dari segera datang kepadaNya. Lukas 18:29-30 juga memberitahu kita tentang mendesaknya lari ke Yesus sekarang, bukan besok, bukan minggu depan, bukan bulan depan, tapi sekarang. Karena si penuntut balas sedang mengejar kita.

Lukas 18:29-30 mengatakan, 29 Maka kata Yesus kepada mereka, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, tidak ada satu orang pun yang telah meninggalkan rumahnya, atau orangtuanya, atau saudara-saudaranya, atau isterinya, atau anak-anaknya, demi Kerajaan Allah 30 yang tidak akan menerima kembali berlipat ganda di kehidupan sekarang, dan di  zaman yang akan datang, hidup kekal.’…” 

Penyimpangan, perhentian, dan penundaan untuk datang kepada Yesus, Kota Perlindungan, itu berbahaya. Satu menit dari sekarang mungki sudah terlambat karena si penuntut balas itu senantiasa mengejar kita untuk membinasakan kita. Kita harus segera datang ke Yesus, Kota Perlindungan.

Di Mazmur 9:9 kita menemukan kata-kata yang indah ini, “…9 TUHAN juga akan menjadi tempat Perlindungan bagi orang yang tertindas, tempat Perlindungan di waktu kesesakan.

 

 

What about the road that leads to Jesus? Well, the fact is the road is Jesus. Jesus is the City, Jesus is the High Priest, and Jesus is the road, interestingly enough. Now Jesus is the road that leads to the City of Refuge, and the road is clear and easy to find. The Bible is the unerring guide that tells us what the road is that leads to the city. We must carry a road map, and not only pay attention to the signs along the road, we must verify with Scripture that the road signs are pointing in the right direction. If there is any contradiction between the map to the cities ~ which is the Bible ~ the map to Jesus, and other signs that seem to lead to Jesus, we must allow the Bible to point us in the right direction.

 

Bagaimana dengan jalan yang menuju ke Yesus? Nah, faktanya ialah jalan itu sendiri adalah Yesus. Yesus adalah Kotanya, Yesus adalah Imam Besarnya, dan Yesus adalah jalannya, cukup menarik. Nah, Yesus adalah jalan yang membawa ke Kota Perlindungan dan jalan itu jelas dan mudah dicari. Alkitab adalah pedoman yang tidak salah yang memberitahu kita jalan mana yang membawa kita ke Kota itu. Kita harus membawa peta jalan, dan tidak hanya memperhatikan rambu-rambu di sepanjang jalan, kita harus memastikan dengan Kitab Suci bahwa rambu-rambu itu betul-betul menunjuk ke arah yang benar. Jika ada kotradiksi antara peta ke  Kota-kota tersebut ~ yaitu Alkitab ~ peta ke Yesus, dan rambu-rambu lain yang sepertinya menuntun kepada Yesus, kita harus mengizinkan Alkitab menunjukkan kepada kita ke  arah yang tepat.

 

 

Ellen White wrote these very interesting words, “A signpost was erected by God for those journeying through this world…”  so what has God placed? A signpost “…for those journeying through this world.  One arm of this signpost pointed out willing obedience to the Creator as the road to felicity and life, while the other arm indicated disobedience as the path to misery and death. The way to happiness was as clearly defined as was the way to the City of Refuge under the Jewish dispensation…”   she's referring to the Cities of Refuge. And then she says this, “…But in an evil hour for our race, the great enemy of all good turned the signpost around, and multitudes have mistaken the way.” (Lift Him Up pg. 140)

 

Ellen White menulis kata-kata yang sangat menarik ini, “…Sebuah rambu  jalan dipasang Allah bagi mereka yang menempuh perjalanan di dunia ini…”  jadi apa yang telah dipasang Allah? Sebuah rambu jalan   “…bagi mereka yang menempuh perjalanan di dunia ini. Satu panah dari rambu ini menujuk kepada kerelaan untuk mematuhi Sang Pencipta sebagai jalan menuju kebahagiaan dan hidup; sementara panah yang lain menunjuk ke ketidakpatuhan sebagai jalan ke kesengsaraan dan maut. Jalan ke kebahagiaan didefinisikan dengan jelas sebagai jalan menuju ke Kota Perlindungan di masa dispensasi Yahudi…”  Ellen White merujuk kepada  Kota-kota Perlindungan. Lalu dia berkata ini,   “…Tetapi di saat yang jahat bagi bangsa manusia, musuh besar dari segala yang baik, memutar rambu-rambu jalan itu, dan banyak orang telah mengambil jalan yang salah.” (Lift Him Up hal. 140) 

 

 

Because they look at what seems to appear, what someone else says, or what they read somewhere. But the Bible is the only sure guide to Jesus Christ. We all know that verse in John 14:6 where Jesus says, “I am the way”. By the way, the word “way” is really the word “Road” in Greek,  it's ὁδός [hodos]. I am the way…” Jesus says, and “…the truth and the life. No man comes to the Father except through Me.”

 

Karena mereka melihat kepada apa yang tampak, apa yang dikatakan orang lain, atau apa yang mereka pernah baca entah di mana. Tetapi Alkitab adalah satu-satunya pedoman yang pasti ke Yesus Kristus. Kita semua tahu bahwa ayat di Yohanes 14:6 di mana Yesus mengatakan, “Akulah jalan”, nah ketahuilah, kata “jalan” sesungguhnya adalah kata “cara” dalam bahasa Greeka, itu ὁδός [hodos], “Akulah jalan…”  kata Yesus,  “…dan kebenaran dan hidup. Tidak  seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui Aku.’…” 

 

 

By the way Jesus is accessible to all, it doesn't matter what their race is, it doesn't matter what their nationality is, there is not a certain group that has a monopoly on coming to Christ, a monopoly on salvation. Everyone is welcome.

In Colossians  3:11 we find these beautiful words, 11 there is neither Greek nor Jew, circumcised nor uncircumcised, barbarian, Scythian, slave nor free, but Christ is all and in all.” So Jesus is of easy access to every person that lives on earth. It doesn't matter what their race is, their nationality is, there's not one group that has a monopoly over Jesus, so to speak.

 

Nah, Yesus bisa dijangkau semua, tidak jadi soal apa suku mereka, tidak jadi soal apa bangsa mereka, tidak ada satu kelompok tertentu yang memiliki monopoli dalam hal datang kepada Kristus, monopoli dalam keselamatan. Semua orang akan diterima.

Di Kolose 3:11 kita temui kata-kata indah ini, “…11 tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, bersunat atau tak bersunat, orang Barbar, orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semuanya dan dalam semua…”  Jadi Yesus itu mudah diakses oleh setiap manusia yang hidup di bumi. Tidak jadi soal apa suku mereka, kebangsaan mereka, tidak ada satu kelompok yang punya monopoli atas Yesus, katakanlah demikian.

 

 

Now Jesus is not only the road, Jesus is also the High Priest. The Bible tells us in Hebrews 4:14-15 that Jesus gives us refuge against the enemy, and we can come boldly to Him in faith, to receive mercy and grace. It says in Hebrews 4:14-15, 14 Seeing then that we have a great High Priest who has passed through the heavens, Jesus the Son of God, let us hold fast our confession. 15 For we do not have a High Priest who cannot sympathize with our weaknesses, but was in all points tempted as we are, yet without sin…” and now comes the counsel, “… 16 Let us therefore come boldly to the throne of grace…”  and who is at the throne of grace? The High Priest Jesus Christ “… 16 Let us therefore come boldly to the throne of grace that we may obtain mercy and find grace to help in time of need.”

 

Nah, Yesus bukan saja jalannya, Yesus juga Imam Besarnya. Alkitab memberitahu kita di Ibrani 4:14-15 bahwa Yesus memberi kita perlindungan terhadap musuh, dan kita bisa datang dengan berani kepadaNya dalam iman, untuk menerima pengampunan dan kasih karunia. Dikatakan di Ibrani 4:14-15, 14 Melihat bahwa kita sekarang mempunyai satu Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.  15 Sebab kita bukan punya seorang Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, melainkan yang dalam segala hal dicobai sebagaimana kita dicobai, namun tidak berbuat dosa…”  dan sekarang nasihatnya, “…16 Sebab itu marilah kita menghampiri dengan penuh keberanian takhta kasih karunia…”  dan siapa yang ada di takhta kasih karunia? Imam Besar Yesus Kristus. “…16 Sebab itu marilah kita menghampiri dengan penuh keberanian takhta kasih karunia  supaya kita boleh menerima rahmat dan menemukan kasih karunia yang dapat menolong kita pada waktu dibutuhkan.”

 

 

So when we come to Jesus, Jesus receives us, and He provides for us refuge. However, in our case there will also be an investigative judgment. Everyone who has come to Jesus the City of Refuge claims protection of Jesus as their Representative, and as their Intercessor, but the judgment will examine whether we were truly repentant, whether we truly confessed our sins, whether we truly had faith and trust in Jesus. In other words, we can claim to find refuge in Jesus, but the judgment will reveal whether we really had a right to seek that refuge.

Notice Ecclesiastes 12:13-14. Here the wise man Solomon who for a period was kind of foolish, wrote this, 13 Let us hear the conclusion of the whole matter: Fear God and keep His commandments, for this is man’s all. 14 For God will bring every work into judgment, Including every secret thing, whether good or evil.”

Like those who came to the City of Refuge, we must stand before the judge for our actions to be examined, to see if we have sinned with a high hand, and we haven't come with repentance and with a confession and true faith in Jesus Christ.

 

Jadi ketika kita datang kepada Yesus, Yesus menerima kita, dan Dia menyediakan tempat perlindungan bagi kita. Namun, dalam kasus kita, juga harus ada penghakiman investigasi Semua orang yang telah datang kepada Yesus, Kota Perlindungan, mengklaim proteksi Yesus sebagai Wakil mereka dan Perantara mereka; tetapi penghakiman akan menyelidiki apakah mereka sungguh-sungguh menyesal, apakah mereka sungguh-sungguh mengakui dosa-dosa mereka, apakah mereka sungguh-sungguh punya iman dan mempercayai Yesus. Dengan kata lain, kita bisa mengklaim mendapatkan perlindungan dalam Yesus, tetapi penghakiman akan menyatakan apakah kita benar-benar punya hak mencari perlindungan tersebut.

Simak Pengkhotbah 12:13-14. Di sini Salomo yang bijak yang untuk suatu masa pernah menjadi pandir, menulis ini, 13 Mari kita dengarkan kesimpulan dari semua ini: takutlah akan Allah dan  peliharalah perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.  14Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke  penghakiman, termasuk setiap hal yang rahasia, entah itu baik, entah itu jahat.”

Seperti mereka yang datang ke Kota Perlindungan, kita harus berdiri di hadapan Sang Hakim yang memeriksa perbuatan-perbuatan kita, untuk melihat apakah kita telah berbuat dosa dengan sengaja, dan kita belum datang dengan penyesalan dan dengan pengakuan dan iman yang benar dalam Yesus Kristus.

 

 

The apostle Paul wrote in 2 Corinthians 5:10, 10 For we must all appear before the judgment seat of Christ, that each one may receive the things done in the body, according to what he has done, whether good or bad.” So Jesus is the High Priest, we can find protection and refuge in Him, in the city, but we must stand before the Judgment  of Christ to see if our sins were sins due to accident, due to human weakness, or whether they are sins with a high hand knowingly going against light that God has provided for us. There is no provision for open and presumptuous sin, against known light.

Notice Hebrews 10:26-31, 26 For if we sin willfully after we have received the knowledge of the truth, there no longer remains a sacrifice for sins, 27 but a certain fearful expectation of judgment, and fiery indignation which will devour the adversaries. 28 Anyone who has rejected Moses’ law dies without mercy on the testimony of two or three witnesses. 29 Of how much worse punishment, do you suppose, will he be thought worthy who has trampled the Son of God underfoot, counted the blood of the covenant by which he was sanctified a common thing, and insulted the Spirit of grace? 30 For we know Him who said, Vengeance is Mine, I will repay, says the Lord. And again, The Lord will judge His people. 31 It is a fearful thing to fall into the hands of the living God.”

So be very careful not to claim Jesus as Refuge while we are hanging on to known sin, sin that is against known light, let's be very careful about presumptuously claiming Jesus, while we have not truly come to Him in repentance, in confession, and in faith.

 

Rasul Paulus menulis di 2 Korintus 5:10, 10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang boleh menerima hal-hal yang dilakukan dalam hidupnya, sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, baik atau pun jahat…”  Jadi Yesus adalah Imam Besarnya. Kita bisa mencari proteksi dan perlindungan dalam Dia, di dalam Kota, tetapi kita harus menghadap ke pengadilan Kristus untuk diperiksa apakah dosa-dosa kita adalah dosa-dosa yang tidak disengaja, yang karena kelemahan insani, atau apakah mereka adalah dosa-dosa yang disengaja dengan sadar menentang terang yang telah disediakan Allah bagi kita. Tidak ada pengampunan untuk dosa yang lancang dan terang-teragan melawan terang yang diketahui.

Simak Ibrani 10:26-31, 26 Sebab, jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban yang dapat menghapus dosa itu, 27     melainkan suatu penantian akan penghakiman yang mengerikan,  dan api kemurkaan Allah yang berkobar-kobar yang akan menghanguskan penentang-penentangNya. 28   Siapa pun yang menolak hukum Musa, mati tanpa pengampunan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. 29 Betapa lebih beratnya hukuman, menurut kalian, yang dianggap layak bagi dia, yang telah menginjak-injak Anak Allah di bawah kakinya, dan yang telah menganggap darah perjanjian yang menguduskannya sesuatu yang biasa, dan yang telah menghina Roh kasih karunia? 30 Sebab kita mengenal Dia yang telah berkata, ‘Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan memberi balasan,’ kata Tuhan. Dan lagi, ‘Tuhan akan menghakimi umat-Nya.’ 31 Adalah hal yang mengerikan kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup…” 

Jadi, harus sangat berhati-hati jangan sampai mengklaim Yesus sebagai tempat perlindungan selagi kita masih erat berpegang kepada apa yang kita ketahui adalah dosa, dosa yang menentang terang yang sudah diketahui. Marilah kita sangat berhati-hati jangan lancang mengklaim Yesus selagi kita belum sungguh-sungguh datang kepadaNya dalam pertobatan, dalam pengakuan, dan dalam iman.

 

 

Now the investigative judgment is a confirmatory judgment. The judgment does not change the person's status before God, it only shows if the person's claim is right, and the person deserved the protection within the City of Refuge.

Now the Bible tells us that one witness cannot lead to a person's demise, well, the Bible tells us that there will be a great jury in heaven when each individual is judged before the High Priest. All judgment has been committed to the Son by the Father. By the way notice Daniel 7:9-10. Here Daniel is describing the beginning of the Judgment in 1844,I watched till thrones were put in place, and the Ancient of Days was seated; His garment was white as snow, and the hair of His head was like pure wool. His throne was a fiery flame, its wheels a burning fire; 10  a fiery stream issued and came forth from before Him. A thousand thousands ministered to Him; ten thousand times ten thousand stood before Him. The court was seated, and the books were opened.”

By the way notice, it doesn't say that only one throne was placed, it says  “thrones were put in place”, this is the Heavenly jury, these are the seats of the jurors. And God will occupy the seat as judge. Who are the witnesses in this judgment? Well, angels, loyal angels, beings from other worlds, probably Moses, Elijah, and Enoch are present there. Meanwhile Satan stands outside, accusing those who have found refuge in Jesus.

 

Nah, penghakiman investigasi adalah penghakiman yang mengkonfirmasi. Penghakiman itu tidak akan mengubah status seseorang di hadapan Allah, itu hanya akan menunjukkan bahwa klaim orang tersebut benar dan orang itu layak mendapatkan proteksi di dalam Kota Perlindungan. Nah, Alkitab mengatakan kepada kita bahwa satu orang saksi tidak bisa mengakibatkan kematian seseorang. Nah, Alkitab memberitahu kita bahwa akan ada dewan juri yang besar di Surga ketika setiap individu dihakimi di hadapan Imam Besar. Semua penghakiman telah diserahkan kepada Anak oleh Bapa. Nah, simak Daniel 7:9-10. Di sini Daniel menggambarkan awal penghakiman di 1844, 9 Aku melihat hingga takhta-takhta diletakkan di tempatnya dan Yang Lanjut Usia pun duduklah, pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut di kepalaNya seperti bulu domba murni. Takhta-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar. 10 Suatu sungai api ada dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Majelis Pengadilan duduk dan Kitab-kitab dibuka. …” 

Ketahuilah, tidak dikatakan hanya satu takhta yang ditempatkan, dikatakan    “…takhta-takhta diletakkan di tempatnya…”  ini adalah dewan juri surgawi, ini adalah tahta-takhta para juri, dan Allah akan menempati kursi Hakim. Siapa para saksi dalam pengadilan ini? Nah, para malaikat, malaikat-malaikat yang setia, makhluk-makhluk hidup dari dunia-dunia lain, kemungkinan Musa, Elia, dan Henokh hadir di sana. Sementara Setan berdiri di luar, mengugat mereka yang telah menemukan perlindungan dalam Yesus.

 

 

Notice Zechariah 3:1-2,  and here it speaks about Joshua the High Priest; that's not the same Joshua of the conquest of the promised land, this is a different Joshua. But Joshua represents God's people, and Satan is accusing Joshua. And in that way he's really accusing the people that Joshua is standing in favor of.  So notice Zechariah 3:1-2, 1 Then he showed me Joshua the high priest standing before the Angel of the Lord…”   by the way the Angel of the Lord is Christ, “…and Satan standing at His right hand to oppose Him. And the Lord said to Satan, The Lord rebuke you, Satan! The Lord who has chosen Jerusalem rebuke you! Is this not a brand plucked from the fire?’…”

 

Simak Zakharia 3:1-2 dan di sini itu bicara tentang Yosua Imam Besar, ini bukan Yosua yang menaklukkan tanah perjanjian, ini Yosua yang berbeda. Tetapi Yosua melambangkan umat Allah, dan Setan sedang mengugat Yosua. Dengan cara itu dia sesungguhnya menggugat umat yang dilambangkan oleh Yosua. Jadi simak Zakharia 3:1-2. 1 Lalu ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua, berdiri di hadapan Malaikat TUHAN…”  nah, Malaikat Tuhan itu Kristus,   “…dan Setan berdiri di sebelah tangan kananNya untuk menentangNya. 2 Dan TUHAN berkata kepada Setan, ‘TUHAN menghardik engkau, hai Setan; TUHAN, yang memilih Yerusalem, menghardik engkau. Bukankah ini sebatang ranting yang telah dicabut dari api?’…”

 

 

Now what happens if an individual has claimed Jesus Christ as Savior, has claimed the right to be in the City of Refuge, but the judgment shows that that person was not truly converted and only sought refuge to escape from the wrath of the avenger? Well, the Bible tells us that the time will come when the door of probation will close. Revelation 22:11 tells us that at the conclusion of the Judgment all cases have been decided, and by the way at that point the tares have been separated from the wheat. The tares are not the worldly people, the tares are individuals who claim to be believers. You see, in the church there are good fish and bad fish, there are wise virgins and foolish virgins, there is wheat and there are also tares in the church. So in other words, this is referring to people who claimed to be believers, but their works in the Judgment show that they were not true believers, they had not committed their lives fully and completely to the Lord.

Notice Revelation 22:11,11 He who is unjust, let him be unjust still; he who is filthy, let him be filthy still; he who is righteous, let him be righteous still; he who is holy, let him be holy still.”

And then those who have claimed to be followers of Jesus, but the Judgment proved that they were not genuine believers, they will be handed over to the avenger, to the wicked one.

 

Nah, apa yang terjadi jika seorang individu telah mengklaim Yesus Krisus sebagai Juruselamat, telah mengklaim hak untuk berada di dalam Kota Perlindungan, tetapi pengadilan membuktikan bahwa orang tersebut tidak sungguh-sungguh bertobat dan hanya mencari perlindungan untuk meloloskan diri dari murka si penunut balas? Nah, Alkitab mengatakan kepada kita bahwa saatnya akan tiba ketika pintu kasihan akan ditutup. Wahyu 22:11 mengatakan kepada kita bahwa dengan berakhirnya penghakiman, semua kasus akan sudah diputuskan, dan pada waktu itu lalang telah dipisahkan dari gandum. Lalang bukan orang-orang dunia, lalang adalah individu-individu yang mengklaim sebagai orang-orang percaya. Kalian lihat, di gereja ada ikan yang baik dan ikan yang busuk, ada anak-anak dara yang bijak dan anak-anak dara yang bodoh, ada gandum dan ada juga lalang di dalam gereja. Maka dengan kata lain, ini merujuk ke orang-orang yang mengklaim sebagai orang-orang percaya tetapi perbuatan mereka dalam pengadilan dbuktikan bahwa mereka bukanlah orang-orang percaya yang sejati, mereka belum menyerahkan hidup mereka sepenuhnya dan seluruhnya kepada Tuhan.

Simak Wahyu 22:11, 11 Dia yang tidak benar, biarlah ia tetap tidak benar,  dia yang cemar, biarlah ia tetap cemar; dia yang benar, biarlah ia tetap benar; dia yang kudus, biarlah ia tetap kudus.”

Kemudian mereka yang telah mengklaim sebagai pengikut Yesus tetapi oleh pengadilan dibuktikan bahwa mereka bukan orang-orang beriman yang sejati, mereka akan diserahkan kepada si penuntut balas, kepada si jahat.

 

 

In Great Controversy page 614 Ellen White described what happens after the close of probation. “The wicked have passed the boundary of their probation, the Spirit of God, persistently resisted has been at last withdrawn. Unsheltered by Divine grace they have no protection from the wicked one…”  Now we know that Satan is a liar from the beginning, and he's a single witness that accuses God's people.

 

Di Great Controversy hal. 614, Ellen White menggambarkan apa yang terjadi setelah tutupnya pintu kasihan. “…Orang-orang jahat telah melampaui batas masa percobaan mereka, Roh Tuhan yang terus-menerus ditolak, akhirnya ditarik kembali. Terlepas dari naungan rahmat Ilahi, mereka tidak mempunyai perlindungan dari si jahat.…”  Nah, kita tahu bahwa Setan itu pembohong dari mula dan dia adalah satu-satunya saksi yang menggugat umat Allah.

 

 

Notice John 8:44, here Jesus said to the Jews that He was speaking to, “ 44 You are of your father the devil, and the desires of your father you want to do. He was a murderer from the beginning, and does not stand in the truth, because there is no truth in him. When he speaks a lie, he speaks from his own resources, for he is a liar and the father of it.”

As the Judgment goes forward, Satan accuses God's faithful people who have come to Jesus, the Refuge. He says, “They're mine because they were sinners.” And Jesus the High Priest will defend their right to be, so to speak, in the City of Refuge.

 

Simak Yohanes 8:44, di sini Yesus berkata kepada orang-orang Yahud kepada siapa Dia sedang berbicara, 44 Kamu berasal dari bapakmu, si Iblis, dan keinginan bapakmulah yang kamu mau lakukan.  Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, itu bersumber dari dirinya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapak segala dusta…”  Sementara pengadilan berlanjut, Setan menggugat umat Allah yang setia yang telah datang ke Yesus, Sang Pelindung. Dia berkata, “Mereka milikku karena mereka itu orang-orang berdosa.” Dan Yesus Imam Besar akan membela hak mereka berada di sana, di Kota Perlindungan.

 

 

By the way the judgment is not going to change anything. Let me just explain by using a couple of illustrations.

You know in sports there is what you call the “instant replay”. What is the purpose of the “instant replay”?  Well, you know, the World Cup was recent, and sometimes when it seems like the referee has made the wrong call, then the referee goes to a box, and he sees the replay. Now let me ask you, what is the purpose of the replay, is it to change the play? No, it's simply to show if the referee got the call right, in other words, the instant replay does not change the play, it's to see if the referee got the play correctly called. 

And so the investigative judgment is not going to change anyone's cases. In the investigative judgment, it's simply going to show who truly believed in Jesus and who didn't. It is a judgment review, in other words an investigation to see if the provision was claimed truly by the believer.

 

Nah, penghakiman itu tidak akan mengubah apa pun. Saya akan menjelaskan dengan memakai dua ilustrasi.

Kalian tahu, dalam olahraga ada apa yang kita sebut “instant replay”. Apa tujuan “instant replay”? Nah, kalian tahu, di Piala Dunia yang baru lewat, dan terkadang bila sepertinya wasit telah membuat keputusan yang salah, maka wasit akan pergi ke sebuah kotak dan dia akan menonton putar ulangnya. Nah, saya mau tanya, apa gunanya putar ulang ini, apakah untuk mengubah pertandingannya? Tidak, itu semata-mata untuk menunjukkan apakah wasit sudah membuat keputusan yang benar. Dengan kata lain, “instant replay” itu tidak mengubah pertandingannya, itu untuk melihat apakah wasit telah membuat keputusan yang benar.

Maka penghakiman investigasi bukan untuk mengubah kasus siapa pun. Di penghakiman investigasi itu semata-mata untuk menunjukkan siapa yang sungguh-sungguh mempercayai Yesus dan siapa tidak. Itu adalah suatu review penghakiman, dengan kata lain suatu pemeriksaan untuk melihat apakah fasilitas itu diklaim oleh orang percaya yang benar-benar.

 

 

Now.  So if we have come to Jesus and we are secure in the City of Refuge spiritually speaking today, are we once secure always secure? And the answer is yes, as long as we abide in Him, the City of Refuge, we are safe. Jesus said in John 15:1-10,  Abide in Me, and I in you.”  “abide” means to stay in the City of Refuge. Coming to the City of Refuge is not a visit, it is an abiding within the City of Refuge.  It is an abiding in Jesus Christ. It is remaining in Him.

 

Sekarang. Jadi jika kita sudah datang kepada Yesus dan kita aman dalam Kota Perlindungan ~ bicara secara spiritual ~ apakah kita sekali aman selalu aman? Dan jawabannya ialah Iya, selama kita tinggal di dalam Dia, Kota Perlindungan, kita aman. Yesus berkata di Yohanes 15:1-10, 4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu…”,  “tinggal” berarti diam di dalam Kota Perlindungan. Datang ke Kota Perlindungan itu bukan suatu kunjungan, itu tinggal di dalam Kota Perlindungan, itu tinggal di dalam Yesus Kristus. Itu berarti hidup di dalamNya.

 

 

I might give you an illustration that I've used in previous presentations, so if you heard it it'll just be a review.

When I was a kid I used to collect butterflies. I lived in the country of Venezuela where they have beautiful tropical butterflies, and I would go to this National Park and they had just spectacular these blue butterflies that kind of shone when they flew through the air. They had butterflies that had numbers on the back of their wings, believe it or not. They had  butterflies that always sit on the tree trunk upside down, they have two eyes like an owl, because that way they protect themselves from the birds. So I collected butterflies at that time and you know I would go to this national park with my jar that had carbon tetrachloride, and with my net, and I would catch the butterflies and I put the butterflies in the jar. By the way I don't do it anymore. Whenever I  teach the Pathfinder honor I have them color butterflies because I don't think that we should really be killing the creatures of God, that was in my very youngest years. But anyway I would put the butterfly inside the jar where the carbon tetrachloride was, and the butterfly would die almost instantly. And then I would take the butterfly I would put a pin through its body and I would mount it on wood until it dried, and then I would add it to my collection. Well several years after, I went back to the national park, because it wasn't in the city of Caracas where we lived we had to travel probably about three hours to get to this place where the national park was. Several years passed we didn't go there, but then we returned once. And when we returned I had my net, and I had my jar, and I had all, everything I needed for catching butterflies and mounting them.

And as I was entering into the national park, the ranger who was there said, “Where are you going with that net?”

I said, “Well, I'm going to catch butterflies.”

He said, “No, you're not going to catch butterflies.”

I said, “But I used to come here to catch butterflies all the time.”

He said, “No. But since then this park has been declared by the government a national refuge, and you cannot catch anything, you cannot kill anything, you  can't pick anything off a tree, you can't take any plants, everything is protected in this National Park.”

Now it's interesting the first time that I went to that park there was this beautiful blue butterflies, large, they're called morphos, they would fly through the air, they didn't fly straight, they would go up and down, up and down. And you know the first time that I tried to catch one of those butterflies I had my net and I was running through the jungle because it's a jungle-like area, tropical rainforest, and I would swing at the butterfly, he would go down, I would swing and he would go up, and I just  about killed myself going after the butterfly, and I wasn't able to catch him.

And I noticed that the individual who took care of the park kind of was smiling, and I said you know, “Why are you smiling?”

He says, “Why are you killing yourself, trying to catch those butterflies?”

I said, “Well, you know because I'm a butterfly collector. They're beautiful. I want to add them to my collection.”

He says, “Yeah, but you don't have to run after them and bump into trees and stumble over rocks. There's a very easy way in which you can catch those butterflies.”

I said, “Oh, really? Give me the secret.”

He said, “All you have to do is go to the store and buy a super ripe banana, and take the banana and throw it on the ground and leave it there for about half an hour, and then come back in half an hour and see what happens.”

I said, “Does that really work?”

He said, “You’d better believe it.”

So we went to the store, probably about 10 minutes away, bought some bananas, brought the bananas, put a banana on the ground, left for half an hour, and when I came back there were five of those blue butterflies sitting on the banana. I took my net, put my net over them and I added them to my collection. You see, I was the avenger.

But when I came back to the National Park and they would not allow me to catch butterflies, the ranger said, “No way! It's a national refuge now.”

So I thought to myself, this is a piece of cake, all I have to do is go outside the fence of the national park and I'll throw my banana on the ground and if any butterfly risks coming over the fence and sitting on the banana I will catch that butterfly put it into the carbon tetrachloride and add it to my collection. And that's exactly what I did. I put a banana in the ground, came back, and there were several of those butterflies there and I caught them and added them to my collection.

 

Saya akan memberikan sebuah ilustrasi yang sudah pernah saya gunakan dalam presentasi sebelumnya, jadi jika kalian sudah pernah mendengarnya, ini hanya sebuah review.

Ketika saya masih kecil, saya suka mengoleksi kupu-kupu. Saya tinggal di pedesaan Venezuela di mana ada kupu-kupu tropis yang cantik-cantik, dan saya akan ke National Park dan di sana ada kupu-kupu biru yang luar biasa, jenis yang bersinar saat mereka terbang. Ada kupu-kupu yang ada nomornya di bagian belakang sayap mereka, percaya atau tidak. Ada kupu-kupu yang selalu duduk di batang pohon secara terbalik, ada kupu-kupu yang kedua matanya seperti mata burung hantu karena dengan demikian mereka melindungi diri mereka dari burung-burung. Jadi waktu itu saya mengoleksi kupu-kupu, dan kalian tahu saya akan datang ke National Park ini dengan toples yang berisikan karbon tetraklorida, dan dengan jaring saya, dan saya akan menangkap kupu-kupu dan memasukkan mereka di dalam toples. Nah, saya tidak melakukan itu lagi. Setiap kali saya mengajar kehormatan Pathfinder saya menyuruh mereka mewarnai kupu-kupu karena saya pikir kita tidak seharusnya membunuh makhluk-makhluk ciptaan Allah. Waktu itu saya masih sangat kecil. Tetapi, nah, saya akan memasukkan kupu-kupu itu ke dalam toples yang ada karbo tetrakloridanya, dan kupu-kupu itu akan langsung mati. Kemudian saya akan mengambil kupu-kupu itu, saya akan memasukkan sebuah jarum ke tubuhnya dan saya akan menancapkannya pada kayu hingga dia mengering, kemudian saya akan menambahkannya ke koleksi saya.

Nah beberapa tahun kemudian saya kembali ke National Park itu, karena letaknya tidak di kota Caracas di mana kami waktu itu tinggal dan kami harus menempuh perjalanan sekitar 3 jam untuk tiba di tempat ini, di mana National Park berada. Beberapa tahun telah lewat dan kami tidak ke sana, tetapi setelah itu kami kembali ke sana satu kali. Dan ketika kami kembali saya membawa jaring saya, dan toples saya, dan saya membawa semua yang saya butuhkan  untuk menangkap dan memigura kupu-kupu.

Dan selagi saya memasuki National Park, penjaga taman yang ada di sana berkata, “Mau ke mana dengan jaring itu?”

Saya berkata, “Nah, saya akan menangkap kupu-kupu.”

Dia berkata, “Tidak, kamu tidak akan menangkap kupu-kupu.”

Kata saya, “Tetapi saya suka kemari untuk menangkap kupu-kupu.”

Dia berkata, “Tidak boleh. Sejak waktu itu taman ini sudah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai taman lindung nasional, dan kamu tidak boleh menangkap apa pun, kamu tidak boleh membunuh apa pun, kamu tidak boleh memetik apa pun dari pohon, kamu tidak boleh mengambil tanaman apa pun, semuanya yang ada di National Park ini dilidungi.”

Nah, yang menarik, pertama kalinya saya ke taman itu ada kupu-kupu biru yang indah itu, yang besar, mereka disebut morphos, dan mereka terbang-terbang di udara, mereka tidak terbang luurs, mereka terbangnya naik turun, naik turun. Dan kalian tahu, pertama kalinya saya mencoba menangkap salah satu kupu-kupu ini, saya memakai jaring saya dan saya berlari-lari sekeliling hutan itu karena areanya seperti hutan, hutan hujan tropis, dan saya mengayunkan jaring saya ke kupu-kupu itu dan dia turun, saya ayun, dan dia naik, dan saya hampir mati kelelahan mengejar kupu-kupu itu, dan saya tidak bisa menangkapnya.

Dan saya melihat bahwa orang yang memelihara taman itu tersenyum kecil, dan saya berkata, “Mengapa Anda tersenyum?”

Dia berkata, “Mengapa kamu membunuh dirimu berusaha menangkap kupu-kupu itu?”

Kata saya, “Nah, karena saya seorang kolektor kupu-kupu. Mereka cantik-cantik, saya mau menambahkan mereka ke koleksi saya.”

Dia berkata, “Ya, tetapi kamu tidak usah mengejar mereka dan menabrak pohon dan tersandung batu. Ada cara yang sangat mudah dengan mana kamu bisa menangkap kupu-kupu.”

Kata saya, “Oh, masa? Kasi tahu dong rahasianya.”

Dia berkata, “Kamu hanya perlu ke toko dan membeli sebuah pisang yang sangat ranum dan membawa pisang itu dan melemparnya ke tanah dan meninggalkannya di sana sekitar setengah jam, dan lihat apa yang terjadi.”

Saya berkata, “Apa itu manjur?”

Dia berkata, “Percayalah.”

Maka kami pergi ke toko kira-kira 10 menit perjalanan, membeli beberapa pisang, membawa pisang-pisang itu, meletakkan sebuah pisang di tanah, meninggalkannya setengah jam, dan ketika saya kembali ada lima kupu-kupu biru itu duduk di atas pisang. Saya ambil jaring saya, meletakkan jaring itu di atas mereka, dan saya menambahkan mereka kepada koleksi saya. Kalian lihat, sayalah si penuntut balas.

Tetapi ketika saya kembali ke National Park dan mereka tidak mengizinkan saya menangkap kupu-kupu itu, si penjaga taman berkata, “Tidak boleh! Sekarang ini taman lindung.”

Jadi saya berpikir sendiri, ini mudah sekali. Saya cuma perlu keluar dari pagar pembatas taman nasional ini, saya lemparkan pisang saya di tanah dan jika ada kupu-kupu yang mengambil resiko untuk terbang keluar melewati pagar dan duduk di atas pisang itu, saya akan menangkap kupu-kupu itu, memasukkannya ke dalam karbo tetraklorida, dan menambahkannya ke koleksi saya. Dan persis itulah yang saya lakukan. Saya letakkan sebuah pisang di tanah, saya kembali, dan ada beberapa dari kupu-kupu itu di sana dan saya menangkap mereka dan menambahkan mereka kepada koleksi saya.

 

 

You see, when we come to Jesus, the City of Refuge, and remain in Him, abide in Him, inside the city, we are absolutely safe. But if at any point we decide to abandon our connection with Jesus, our City of Refuge, so to speak, we are in dangerous ground because the hunter is after us, to destroy us. The Bible tells us in 1 Peter 5:8, Be sober, be vigilant; because your adversary the devil walks about like a roaring lion, seeking whom he may devour.”

 

Kalian lihat, ketika kita datang kepada Yesus, Kota Perlindungan, dan tinggal dalamNya, diam dalam Dia, di salam Kota, kita mutlak aman. Tetapi kapan pun jika kita memutuskan untuk meninggalkan hubungan kita dengan Yesus, Kota Perlindungan kita, katakanlah begitu, kita berada di posisi bahaya karena si pemburu sedang mengejar kita, untuk membinasakan kita. Alkitab mengatakan kepada kita di 1 Petrus 5:8, 8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Karena musuhmu si Iblis, berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum,  mencari siapa yang dapat ditelannya.”

 

 

Now is there any time, folks, when we can be eternally secure from the power of the avenger and go back to our home? Yes, the Bible tells us that it is when the High Priest dies. Now this doesn't mean that when Jesus dies in heaven then we're going to go to heaven and we're going to live there for a thousand years, and then come back to the Earth, and live forever here while Jesus is dead. I think the point that Moses is making here inspired by the Holy Spirit is that, it was the death of the High Priest that guarantees that someday we will return to our everlasting home. Jesus said “the meek will inherit the earth”, the death of Jesus sealed the final destruction of the avenger or the accuser for being a false witness. Our eternal security we owe to the shed blood of Jesus, our High Priest, which guarantees the destruction of the avenger as a false witness and us returning to our long-lost Eden home.

 

Nah, apakah pernah ada saat, Saudara-saudara, ketika kita bisa untuk selamanya aman dari kuasa si penuntut balas dan pulang ke rumah kita? Ya, Alkitab mengatakan kepada kita bahwa itu adalah ketika Imam Besarnya mati. Nah, ini tidak berarti bahwa ketika Yesus mati di Surga lalu kita bisa pergi ke Surga dan kita akan hidup di sana selama 1000 tahun, lalu kita kembali ke Bumi dan hidup selamanya di sini selama Yesus mati. Saya rasa poin yang dibuat Musa di sini di bawah inspirasi Roh Kudus ialah,  kematian Imam Besarlah yang menjamin suatu hari kita akan pulang ke rumah kita yang kekal. Yesus berkata, “yang ikhlas menerima apa pun, yang akan mewarisi bumi” (Matius 5:5), kematian Yesus yang memeteraikan kebinasaan terakhir si penuntut balas atau si pendakwa sebagai saksi palsu. Kita berutang kepada pencurahan darah Yesus, Imam Besar kita untuk keamanan kita yang kekal, yang menjamin kebinasaan si penuntut balas sebagai saksi palsu, dan pulangnya kita ke Eden, rumah kita yang lama hilang.

 

 

Isn't this a beautiful illustration of Jesus as we find it in the Old Testament? Many Christians say, “We're New Testament Christians, you Adventists, you are Old Testament Christians.”  Listen, folks, you cannot in any way understand the New Testament without the Old, or the Old without the New. Saint Augustine once said,  “The New is in the Old concealed and the Old is in the New revealed”. They both work together, they both point to Jesus Christ, they teach us lessons concerning salvation and perdition. So the question is, as we come to an end today, have you found refuge in Jesus? Are you abiding in Jesus Christ day in and day out? Or have you not come to Jesus? Or have you gone outside the City of Refuge where Satan might have access to you? That's a decision that we have to make. And I call upon you and upon everyone who is watching, if you're not in the City of Refuge, come, Jesus is waiting with open arms; and if you  have left the City of Refuge, please come back to Jesus, and abide in Him so that when Jesus comes we will live forevermore in our long-lost home. God bless you.

 

Bukankah ini suatu ilustrasi yang indah tentang Yesus yang kita temukan di Perjanjian Lama? Banyak orang Kristen berkata, “Kami adalah Kristen Perjanjian Baru, kalian orang Advent itu Kristen Perjanjian Lama.” Dengarkan, Saudara-saudara, kita tidak akan pernah bisa memahami Perjanjian Baru tanpa yang Lama, atau yang Lama tanpa yang Baru. St. Augustine pernah berkata, “Yang Baru tersembunyi dalam yang Lama dan yang Lama terungkap dalam yang Baru”. Keduanya bekerja bersama-sama, keduanya menunjuk ke Yesus Kristus, mereka mengajar kita pelajaran-pelajaran tentang keselamataan dan kebinasaan. Jadi pertanyaannya ialah, saat kita mengakhiri pelajaran hari ini, sudahkah kita menemukan perlindungan dalam Yesus? Apakah kita tinggal dalam Yesus Kristus dari hari ke hari? Atau kita belum datang ke Yesus? Atau apakah kita sudah keluar dari Kota Perlindungan di mana Setan bisa punya akses kepada kita? Itu suatu keputusan yang harus kita buat. Dan saya menghimbau kalian dan setiap orang yang menonton ini, jika kalian tidak berada di dalam Kota Perlidungan, datanglah, Yesus sedang menunggu dengan tangan terbuka; dan jika kalian sudah meninggalkan Kota Perlindunan, kembalilah kepada Yesus dan tinggallah dalam Dia supaya ketika Yesus datang kita akan hidup selamanya di rumah kita yang sudah lama hilang. Allah memberkati kalian.

 

 

 

07 07 23

No comments:

Post a Comment