Saturday, December 16, 2023

EPISODE 12/32 ~ THE FINAL GENERATION ~ JUSTIFICATION AND SANCTIFICATION ~ FRED DANA

 

THE FINAL GENERATION SYMPOSIUM

Part 12/32 – Fred Dana

JUSTIFICATION AND SANCTIFICATION

https://www.youtube.com/watch?v=Vu3UfYXk97s&list=PLIWJyuxBfZ7i2O8wOtdyuCvOndkH4jq9L&index=12

 

Dibuka dengan doa

 

 

I want to welcome you to Secrets Unsealed Symposium on Last Generation Theology. We just had two speakers do the eh, they really get into detail in the nature of Christ, they shared some really powerful things to consider. And I have a huge topic today because I have both Justification and Sanctification to do in one presentation. Now the good news about that is maybe the nature of Christ can be pretty complicated, but Justification and Sanctification really are not that complicated. Like I said, there's not time to cover everything, so please send in questions so that we can address anything that might need some attention. Would you do that?

 

Saya ucapkan selamat datang ke Simposium Secrets Unsealed, tentang Theologi Generasi Terakhir. Baru saja dua orang pembicara benar-benar telah membawakan pembahasan secara mendetail mengenai kodrat Kristus, mereka telah berbagi beberapa hal yang benar-benar hebat untuk kita renungkan. Dan hari ini saya punya topik besar karena saya harus menyampaikan baik tentang Pembenaran (Justification) maupun tentang Pengudusan (Sanctification) dalam satu presentasi. Nah, kabar baiknya ialah, mungkin kodrat Kristus itu lumayan rumitnya, tetapi Pembenaran dan Pengudusan sesungguhnya tidak begitu rumit. Seperti kata saya, tidak ada cukup waktu untuk meliput semua, jadi silakan mengirim pertanyaan-pertanyaan supaya kami bisa membahas apa-apa yang mungkin perlu diberi sedikit perhatian. Maukah kalian melakukan itu?

 

 

Now question: does what we believe about the nature of sin and guilt, does that influence what we believe about the nature of Christ? Sure it does.

Does what we believe about the nature of sin and the nature of Christ affect what we believe about Justification and Sanctification? Surely they're all connected. There is an undeniable logical flow that comes to a conclusion with what we believe about the final generation.

 

Nah, pertanyaannya: apakah yang kita yakini tentang kodrat dosa dan kesalahan, apakah itu mempengaruhi apa yang kita yakini tentang kodrat Kristus? Tentu saja.

Apakah yang kita yakini tentang kodrat dosa dan kodrat Kristus mempengaruhi apa yang kita yakini tentang Pembenaran dan Pengudusan? Tentu saja, mereka semuanya berkaitan. Ada suatu alur logika yang tidak terbantahkan yang tiba pada suatu kesimpulan dengan apa yang kita yakini mengenai generasi terakhir.

 

 

The big question is, does the idea of a last generation of complete overcomers, people with complete character development, does this fit with the gospel?

What exactly is the gospel? Well, simply put, we would say, well the gospel is the story of Jesus coming and dying on the cross, paying the penalty for our sins, so that we can be forgiven and be saved, right? It's John 3:16, “God so loved the world that He gave His only begotten Son that whosoever believeth in Him should not perish but have everlasting life.” Every line of Christian thought  I think agrees with that simple view of the gospel. That's the good news, right? The New Testament writers they use a lot of different words to describe how the gospel works out in real life, concepts such as conviction, repentance, confession, they all have some connection to a person experiencing the gospel. The Bible writers also use words such as conversion, Justification, Sanctification. Are these concepts the same as the gospel? Or at least, are they part of the gospel?

 

Pertanyaan besarnya ialah, apakah konsep dari suatu generasi terakhir yang terdiri atas para pemenang, orang-orang yang karakternya sudah berkembang sepenuhnya, apakah ini sesuai dengan Injil?

Apa sih sebenarnya Injil itu? Nah, secara sederhana kita bisa mengatakan, Injil adalah kisah Yesus, datang dan mati di salib, membayarkan hukuman bagi dosa-dosa kita, supaya kita bisa diampuni dan diselamatkan, benar? Itu Yohanes 3:16, 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang satu-satunya supaya barangsiapa yang percaya  dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”  Setiap jalur doktrin Kristen saya rasa setuju dengan pandangan sederhana tentang Injil ini. Itu kabar baiknya, benar? Para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru, menggunakan banyak kata yang berbeda untuk melukiskan bagaimana Injil beroperasi dalam kehidupan nyata, konsep-konsep seperti keyakinan, pertobatan, pengakuan, mereka semua punya hubungan dengan seseorang yang sedang mengalami Injil. Para penulis Alkitab juga menggunakan kata-kata seperti perubahan, Pembenaran, Pengudusan. Apakah konsep-konsep ini sama dengan Injil? Atau paling sedikit, apakah mereka itu bagian dari Injil?  

 

 

So the question is, what is Justification? Now I think all lines of Christian thought agree that Justification means that a lost sinner is accounted righteous before God by accepting Jesus’ death on the cross for forgiveness of sin, and that this is a free gift from God that we can only receive by faith in Jesus.  

 

Jadi pertanyaannya adalah, Pembenaran itu apa?  Nah, saya pikir semua aliran doktrin Kristen setuju bahwa Pembenaran berarti seorang pendosa yang tersesat dengan menerima kematian Yesus di salib sebagai pengampunan dosa, diperhitungkan benar di hadapan Allah, dan bahwa ini semata-mata adalah suatu pemberian yang gratis dari Allah, yang hanya bisa kita terima melalui iman dalam Yesus.

 

 

The question that Christians have difficulty with is, well what about sin that continues or may continue in the life of the person that has just been forgiven and justified? Is continuing sin to be expected with continuing forgiveness? Is a person who has experienced Justification, forgiveness of sin, is that person expected to overcome sin or to continue in sin?

Now some people believe that a justified person will continue to sin, although maybe not willfully, until Jesus comes when “this mortal puts on immortality”. They'll say,  “Well you know, it can't be helped because of the sinful nature, we must rely on God's grace for forgiveness of sin and that's all there is to it.

Others believe that Justification changes the believer, so that he or she can live a sanctified life overcoming sin.

 

Orang-orang Kristen punya masalah dengan pertanyaan bagaimana dengan dosa yang berlanjut atau mungkin akan berlanjut dalam kehidupan seseorang yang sudah diampuni dan dibenarkan? Apakah adanya dosa yang berlanjut bisa diharapkan disertai pengampunan yang berlanjut? Apakah seseorang yang sudah mengalami Pembenaran, pengampunan dosa, apakah orang ini seharusnya bisa mengalahkan dosa atau akan berlanjut dalam dosa?

Nah, ada orang-orang yang meyakini bahwa seorang yang telah dibenarkan masih akan berbuat dosa walaupun mungkin tidak dengan sengaja, hingga Yesus datang ketika yang akan mati ini harus mengenakan yang tidak akan mati” (1 Korintus 15:53). Mereka berkata, Nah, kalian tahu, itu tidak bisa dihindari karena kodratnya berdosa, jadi kita harus mengandalkan kemurahan Allah mengampuni dosa kita, cuma itu saja.

Orang-orang lain meyakini bahwa Pembenaran mengubah orang yang beriman sehingga dia bisa menghidupkan kehidupan yang kudus, mengalahkan dosa.

 

 

So what is Justification? What is it supposed to accomplish? Now everyone agrees it is forgiveness, but is there more to it? What about being born again? Is that part of Justification? We're going to look at John 3:3 in just a second.

But some say that being born again is an essential feature of Justification; but others say that it's completely separate from Justification. Which is correct? 

Let's see what Jesus says about it. “Jesus answered and said unto him, ‘Verily, verily, I say unto thee, except a man be born again, he cannot see the kingdom of God.” Now if one must be born again to be saved, can it be separated from forgiveness? If Justification is forgiveness only, without being born again, how can one enter the kingdom of God? Jesus said that one can't enter without the new birth. Now it doesn't make sense to have a theory of Justification that doesn't save a person, does it? Without the new birth, Justification at best is not complete, not finished. There is no salvation without being born again, according to Jesus. Only with a powerful change ~ and we're going to go to Romans 1:16 in a second ~ but only with a powerful change in the heart, a new heart actually that comes with a new birth.  Is it possible to have Sanctification really be something in a person's life? So in Romans 1:16 we have Paul speaking here, or he wrote, yeah he says,For I am not ashamed of the gospel of Christ: for it is the power of God unto salvation to every one that believeth; to the Jew first, and also to the Greek.”  So Paul says the gospel is power, not merely a theory, it's not just an intellectual construct for theologians to debate. For Paul, the gospel is power.

Jesus said it's the new birth that brings this power through the Holy Spirit.

 

Jadi Pembenaran itu apa? Apa yang seharusnya dicapai dengan Pembenaran? Nah, setiap orang setuju, itu pengampunan, tetapi apakah masih ada yang lain? Bagaimana dengan kelahiran baru? Apakah itu bagian dari Pembenaran? Kita akan segera menyimak Yohanes 3:3.

Ada yang berkata bahwa dilahirkan baru adalah fitur yang esensial dari Pembenaran; tetapi orang-orang lain berkata bahwa itu sama sekali terpisah dari Pembenaran. Yang mana yang benar?

Mari kita lihat apa kata Yesus tentang ini. 3 Yesus menjawab dan berkata kepadanya, ‘Sungguh-sungguh Aku berkata kepadamu, kecuali seorang manusia dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah’.” Nah, jika seseorang harus dilahirkan kembali untuk diselamatkan, bisakah itu terpisah dari pengampunan? Andai Pembenaran itu hanya pengampunan tanpa kelahiran baru, bagaimana orang bisa masuk ke kerajaan Allah? Yesus berkata bahwa orang tidak bisa masuk tanpa kelahiran baru. Nah, tidak masuk akal kalau ada teori Pembenaran yang tidak menyelamatkan manusia, bukan? Tanpa kelahiran baru sebaik-baiknya Pembenaran itu tidak lengkap, tidak tuntas. Menurut Yesus, tidak ada keselamatan tanpa dilahirkan baru. Hanya dengan suatu perubahan yang sangat kuat ~ dan kita akan ke Roma 1:16 sebentar lagi ~ tetapi hanya dengan suatu perubahan besar di hati, sebuah hati yang baru sesungguhnya, yang diperoleh melalui kelahiran baru. Apakah mungkin Pengudusan menjadi sesuatu yang benar-benar bermakna dalam kehidupan seseorang? Jadi di Roma 1:16 Paulus sedang bicara di sini, atau dia menulis, iya, katanya,

16 Karena aku tidak malu dengan injil Kristus; karena Injil adalah kekuatan Allah yang membawa kepada keselamatan bagi setiap orang yang percaya, pertama-tama bagi orang Yahudi, dan juga bagi orang Yunani.” Jadi Paulus berkata, Inil adalah kekuatan, bukan hanya sebuah teori, bukan hanya sebuah gagasan intelektual untuk diperdebatkan para theolog. Bagi Paulus, Injil adalah kekuatan.

Kata Yesus, kelahiran barulah yang mendatangkan kekuatan ini melalui Roh Kudus.

 

 

Now, as a youngster I had the privilege of going to a large Seventh-Day Adventist church school next to Atlantic Union College, and that school along with going to Sabbath school and church ~ you know Sabbath school for children ~ in both places I learned that Jesus took the wages of my sins, and He died for me, so that I could be forgiven and have His righteous life in the place of my own. Now I understood it was a free gift, but I also understood that I needed to obey God's Ten Commandments so that I would be ready for Jesus to come again ~ and I did want to be ready for Jesus to come again.

 

Nah, sebagai anak kecil, saya punya kesempatan pergi ke sebuah sekolah MAHK yang besar di samping Atlantic Union College, dan di sekolah itu, ditambah dengan  menghadiri Sekolah Sabat dan gereja ~ kalian tahu, Sekolah Sabat untuk anak-anak ~ di tempat-tempat ini saya belajar bahwa Yesus telah menanggung upah dosa saya, dan Dia mati bagi saya supaya saya boleh diampuni dan mendapatkan hidupNya yang benar sebagai pengganti hidup saya sendiri. Nah, saya paham bahwa itu adalah pemberian yang gratis, tetapi saya juga paham bahwa saya harus mematuhi Sepuluh Perintah Allah supaya saya siap bagi kedatangan Yesus kembali ~ dan saya memang ingin siap untuk kedatangan Yesus kembali.

 

 

However, my parents were not doing so well with their Christian life. I grew up in a home where my parents lost their tempers, where they both swore sometimes, and they both in different ways were Sabbath-breakers sometimes, not all the time. But our family of nine, we filled the pew at church looking like good little soldiers, but it was definitely different at home. Along with that bad influence toward bad temper, I had some early exposure to pornography, and so by the time I was an early teen I already had a strong tendency for lust, as well as a bad temper.

 

Namun, orangtua saya kurang berhasil dengan kehidupan Kristen mereka. Saya besar dalam rumah tangga di mana orangtua saya adalah pemarah, di mana mereka terkadang suka menyumpah-nyumpah, dan mereka sama-sama ~ terkadang, tidak selalu ~ melanggar Sabat dengan cara-cara yang berbeda. Tetapi keluarga kami ber-9, memenuhi bangku di gereja, seperti prajurit-prajurit Tuhan yang baik, tetapi di rumah sama sekali berbeda. Di samping pengaruh jelek sifat pemarah itu, kecil-kecil saya sudah terpapar pornografi, sehingga ketika di awal usia remaja saya sudah punya kecenderungan kuat kepada nafsu seksual dan juga pemarah.

 

 

When I was 14 years old, I decided to get baptized. Now I had resisted baptism when most of my schoolmates went ahead with it. I had viewed it as a kind of herd mentality, and I wanted to know I was making my own decision for the right reasons. So I kept putting it off. But here I was at 14 years of age, thinking I’d better not put this off any longer because after all I believed in Jesus, and I wanted forgiveness for my sins, and I knew that following Jesus was the right way to go, and I was also starting to have a sense that I needed something better in my life, and I hoped that getting baptized would do something, you know, maybe it would do something from the Holy Spirit. Now, I wasn't looking to understand big words like Justification and Sanctification, I just wanted to be a better person, I just wanted to be a happy person, I wanted to show God though, I really wanted to show Him I was on His side. 

 

Ketika saya berusia 14 tahun, saya memutuskan untuk dibaptis. Nah, sebelumnya saya terus menolak dibaptis padahal kebanyakan teman-teman sekolah seangkatan saya sudah melakukannya. Saya menganggap itu semacam mentalitas ternak yang digiring, dan saya mau memastikan saya membuat keputusan sendiri demi alasan-alasan yang benar. Maka saya terus menunda-nundanya. Tetapi pada usia 14 tahun, saya berpikir sebaiknya saya tidak menundanya lebih lama lagi karena toh saya beriman dalam Yesus, dan saya mau pengampunan untuk dosa-dosa saya, dan saya tahu bahwa mengikuti Yesus adalah jalan yang benar, dan saya juga mulai punya pikiran bahwa saya membutuhkan sesuatu yang lebih baik dalam hidup saya, dan saya berharap dengan dibaptis itu bisa mencapai sesuatu, kalian tahu, mungkin Roh Kudus akan berbuat sesuatu. Nah, saya tidak mencari pemahaman untuk kata-kata besar seperti Pembenaran dan Pengudusan, saya hanya ingin menjadi manusia yang lebih baik, saya hanya ingin menjadi manusia yang bahagia, saya ingin menunjukkan kepada Allah, saya sungguh-sungguh ingin menunjukkan kepadaNya bahwa saya ada di pihakNya.

 

 

So at that point, was I justified before God? Was I born again? Did I even have repentance?

Well, the proof as I say is in the pudding. Right after my baptism we had our Conference Camp Meeting and I skipped most of the Youth Meetings, hanging out with the kids that were just too cool to go into the meetings. And of course I felt guilty, and had no peace; which I should have if the Holy Spirit's doing His job. The Holy Spirit wasn't letting me be happy with that.

 

Jadi di tahap itu, apakah saya sudah dibenarkan di hadapan Allah? Apakah saya sudah lahir baru? Apakah saya bahkan sudah bertobat? Nah, enak tidaknya podeng harus dibuktikan dengan dimakan. Langsung setelah baptisan saya, ada Camp Meeting yang diselenggarakan Conference, dan saya absen dari kebanyakan Youth Meetings, berkumpul dengan anak-anak lain yang terlalu “cool” untuk masuk ke ruang-ruang pertemuan. Dan tentu saja saya merasa berdosa, dan tidak merasa damai, yang seharusnya saya rasakan andaikan Roh Kudus melakukan pekerjaanNya. Roh Kudus tidak membiarkan saya bisa merasa senang dengan hal itu.

 

 

Well, in high school for the next couple of years I wasn't really focused on Christianity. I mean I paid attention in church, I tried to get something out of a sermon, I paid attention to Bible classes, but I was way more into sports, and girls, and friends, and doing reasonably well in school. Does that sound kind of like a normal 15-16 year old boy? Well, sometimes I prayed in my dorm room, but not very often. Sometimes I got into fights in the dorm, you know, I still had that bad temper. And I had a tendency to push the boundaries with the girls. Well, my attitude was, well, you know, nobody's perfect. But my self-justifications always left me feeling kind of guilty.  Occasionally I would ask for forgiveness of sin, but that didn't usually give me full peace, maybe a little. Was I justified? Was I born again?

 

Nah di sekolah Menengah selama dua tahunan, saya tidak terlalu fokus pada Kekristenan. Maksud saya, saya memperhatikan di gereja, saya berusaha untuk mendapatkan sesuatu dari khotbah, saya memperhatikan di kelas-kelas Alkitab, tetapi saya lebih tertarik pada olahraga, dan gadis-gadis, dan teman-teman, dan untuk mencapai hasil yang lumayan bagus di sekolah. Apakah itu kedengaran seperti seorang remaja 15-16 yang normal? Nah, terkadang saya berdoa di kamar asrama saya, tetapi tidak terlalu sering. Terkadang saya terlibat perkelahian di asrama, kalian tahu, saya masih punya sifat pemarah. Dan saya punya kecenderungan untuk kelewat batas dengan gadis-gadis. Nah, sikap saya ialah, kalian tahu, tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi alasan membenarkan diri saya selalu membuat saya merasa berdosa. Dari waktu ke waktu saya minta pengampunan dosa, tetapi biasanya itu tidak memberi saya damai penuh, mungkin hanya sedikit. Apakah saya sudah dibenarkan? Apakah saya sudah lahir baru?

 

 

As I approached my senior year in high school at Pioneer Valley Academy I gave more thought to life issues ~ and this often happens when kids are becoming seniors ~ I gave more thought to life issues: how I should live, what kind of person I wanted to be. And I had a great senior year, and I felt like I had really grown up, and I had my act together, and I believed I was a Christian on the cusp  of a great life. I would go to college and make something of myself. But still I had never had a devotional life, and I only prayed a little bit. Was I born again? Was I justified?

 

Ketika saya memasuki tahun terakhir dari Sekolah Lanjutan di Pioneer Valley Academy, saya berpikir lebih banyak tentang isu-isu kehidupan ~ dan ini sering terjadi ketika anak-anak menjadi lebih dewasa ~ dan saya berpikir lebih banyak tentang isu-isu kehidupan: bagaimana saya harus hidup, saya ingin menjadi manusia macam apa. Dan tahun terakhir saya di Sekolah Lanjutan itu menyenangkan, dan saya merasa saya benar-benar sudah dewasa, dan saya sudah mengatur hidup saya dengan baik, dan saya meyakini saya adalah seorang Kristen di puncak sebuah hidup yang hebat. Saya akan ke perguruan tinggi dan menjadikan diri saya berhasil. Tetapi saya masih belum punya kehidupan devosi (membaca Firman dan berdoa secara teratur setiap hari), dan saya hanya berdoa sedikit. Apakah saya sudah lahir baru? Apakah saya sudah dibenarkan?

 

 

As a graduation present someone gave me a little book by Morris Venden. Now this book challenged me to think theologically for the first time, and it gave me a better sense of God's love, which is really important. Now, I did get the connection Venden makes between a saving relationship with God, and a devotional life.  So since I saw myself as one of God's followers, I figured I needed to get a devotional life. And so I began to read Patriarchs and Prophets first time I ever read a Spirit of Prophecy book, I grew up an Adventist and I was graduate from academy. And I found the book sometimes boring as ever and other times it was quite interesting. I just assumed I was in a saving relationship after all I was doing devotions.

 

Sebagai hadiah lulus, seseorang memberi saya sebuah buku kecil tulisan Morris Venden. Nah, buku ini menantang saya untuk berpikir secara theologis untuk pertama kalinya, dan itu memberi saya pengertian yang lebih baik tentang kasih Allah, yang sangat penting. Nah, saya bisa menangkap koneksi yang dibuat Venden antara suatu hubungan yang menyelamatkan dengan Allah, dan suatu kehidupan devosi. Maka karena saya menganggap diri saya salah satu pengikut Allah, saya pikir saya perlu memiliki kehidupan devosi. Maka saya mulai membaca Patriarchs and Prophets, pertama kalinya saya membaca sebuah buku Roh Nubuat, padahal saya dibesarkan sebagai orang Advent, dan saya sudah lulus dari sekolah Advent. Dan saya mendapatkan buku itu terkadang sangat membosankan dan terkadang sangat menarik. Saya anggap saja bahwa saya berada dalam suatu hubungan yang menyelamatkan, karena saya kan sudah melakukan devosi.

 

 

In college my major was religion. I liked the intellectual challenge and the historical context especially of the Old Testament ~ I love Old Testament history ~ but meanwhile I was living at home ( I was a village student in college),  I was living at home again, finding my mother sometimes very difficult to get along with, and I wasn't consistent with that devotional life. But my theology classes were stimulating and sometimes a sermon or a Bible class or even a devotional reading on rare occasions would move my heart. So I figured I must be okay. I just assumed I really was a Christian, and if things were you know a little less than what they should be ~ I was thinking of my mother ~ things would get better. After all Sanctification is a work of a lifetime. But had I ever been born again? Was I even justified?

 

Di perguruan tinggi, mata pelajaran pokok saya adalah agama. Saya menyukai tantangan intelektualnya dan sejarahnya terutama Perjanjian Lama ~ saya suka sejarah Perjanjian Lama ~ tetapi sementara itu saya kembali tinggal di rumah (di perguruan tinggi saya seorang mahasiswa desa), saya kembali tinggal di rumah, mendapati terkadang sangat sulit hidup bersama ibu saya, dan saya tidak konsisten dengan kehidupan devosi. Tetapi kelas theologi itu memberi semangat dan terkadang sebuah khotbah atau kelas Alkitab atau bahkan secara langka suatu bacaan devosi akan menyentuh hati saya. Maka saya pikir, tentunya saya sudah oke. Saya anggap saja saya benar-benar seorang Kristen, dan jika ada yang kurang sedikit daripada yang seharusnya ~ saya berpikir tentang ibu saya ~ hal-hal itu akan membaik. Bukankah Pengudusan itu suatu pekerjaan seumur hidup. Tetapi pernahkah saya dilahirkan baru? Apakah saya sudah dibenarkan?  

 

 

And things got worse instead of better. It seemed my temper which had appeared to be vanquished when I was a senior in academy, would make surprise attack reappearances and I had a really, really, bad episode with my mother, and my father too. I actually threatened to kill my father, and I meant it at the time. I was in  such a rage.

 

Dan kondisi menjadi lebih parah bukannya membaik. Sepertinya sifat pemarah saya yang tadinya kelihatannya sudah dikalahkan ketika saya di tahun terakhir Sekolah Lanjutan, membuat pemunculan-pemunculan ulang yang mendadak dan saya sempat punya episode yang buruk dengan ibu saya, dan dengan ayah saya juga. Saya benar-benar pernah mengancam mau membunuh ayah saya, dan saya tidak main-main pada waktu itu, saya benar-benar mata gelap.

 

 

And then in my senior year in college, a religion major, I had a very public blow up in a floor hockey game, and I was expelled from that game, and embarrassed. I was sitting on a campus bench in the dark, and for the first time in my life I wondered if I really was a saved person after all. Had I just been fooling myself?

 

Kemudian di tahun terakhir saya di perguruan tinggi, yang mata pelajaran pokoknya agama, saya terlibat dalam perkelahian besar di lapangan pertandingan hockey, dan saya dikeluarkan dari pertandingan itu, dan dipermalukan. Saya duduk di bangku kampus dalam kegelapan, dan untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya bertanya-tanya apakah saya benar-benar seorang yang sudah diselamatkan. Apakah selama ini saya hanya menipu diri sendiri?

 

 

The challenge with lust was becoming more difficult, not less; and I wondered why I wasn't more successful in the Christian life. I looked at some other students that seemed to be really looked up to, they seemed to have it together.  Why didn't I? I was getting good grades in my theology courses, I could talk a lot of Bible talk impressively, so I thought; but I couldn't keep my temper and my lustful desires under control.

 

Tantangan dengan masalah nafsu menjadi semakin sulit, bukan berkurang; dan saya bertanya-tanya mengapa saya tidak bisa lebih berhasil dalam kehidupan Kristen. Saya melihat beberapa mahasiswa yang lain yang sepertinya benar-benar dihormati, mereka sepertinya bisa mengendalikan semuanya, mengapa saya tidak? Saya mendapat nilai-nilai bagus dalam pelajaran-pelajaran theologi saya, saya bisa bicara banyak tentang Alkitab secara mengagumkan, begitulah pikir saya, tetapi saya tidak bisa mengendalikan sifat pemarah saya dan dorongan-dorongan nafsu saya

 

 

Well, I graduated from college. I took a teaching job in another state. I got my own apartment. And the challenges in my life became even more intense especially with lust. Now this isn't a Fred Dana's conversion story, so I’m just going to sum up, that the guilt I was living under was becoming so heavy and oppressive, that it drove me to Jesus like I’d never gone to Him before. And something changed inside of me. I didn't even understand what it was at first. It took two days for me to realize that I was a new creation, that I had a new heart. It took two days to dawn on me, I think I’ve been born again! This! I had a new power to control my temper, and I had complete victory over lustful desires.

 

Nah, saya lulus dari perguruan tinggi. Saya mengambil pekerjaan mengajar di negara bagian yang lain. Saya punya apartemen sendiri. Dan tantangan-tantangan dalam hidup saya menjadi semakin intens, terutama masalah nafsu. Nah, ini bukan kisah pertobatan Fred Dana, jadi saya hanya akan menyimpulkan, bahwa perasaan berdosa yang saya rasakan menjadi sedemikian berat dan menekan, sehingga itu membuat saya lari ke Yesus seperti yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Dan sesuatu dalam diri saya berubah. Pada awalnya saya bahkan tidak mengerti apa itu. Saya butuh dua hari untuk menyadari bahwa saya adalah ciptaan yang baru, bahwa saya punya hati yang baru. Saya butuh dua hari sampai saya sadar, saya pikr saya telah lahir baru! Ini! Saya mendapat kekuatan baru untuk mengendalikan sifat pemarah saya, dan saya punya kemenangan total atas dorongan-dorongan nafsu.

 

 

And I began reading Desire of Ages for devotions, and now devotions was completely different, because nearly every chapter brought me to tears, as I was really seeing and loving Jesus, and realizing who this Man Jesus is for me. I read the New Testament epistles and the presence of God speaking personally to my heart every day. I understood Romans all the way through as the Holy Spirit spoke to me. I was understanding every verse and every phrase, fitting it into the contextual flow. Everything was different. I had patience I’d never known before. In fact it was the patience that made me realize I was born again because I was in a situation where somebody was really giving me a hard time, and all my life if anyone gave me a hard time I always gave it right back to him. And this time I was praying for the person instead, and I’m thinking what happened to me? I think God changed my heart. So was I born again? Was I justified at that point?  I could say Yes.

 

Dan saya mulai membaca Desire of Ages untuk bacaan devosi, dan sekarang devosi menjadi sama sekali berbeda, karena nyaris setiap halaman membuat saya mengalirkan air mata, saat saya benar-benar melihat dan mengasihi Yesus, dan menyadari siapakah Manusia Yesus ini bagi saya. Saya membaca surat-surat Perjanjian Baru dan hadirat Allah berbicara secara pribadi kepada hati saya setiap hari. Saya memahami kitab Roma seluruhnya saat Roh Kudus berbicara kepada saya. Saya mengerti setiap ayat dan setiap ungkapan, menempatkannya ke dalam aliran kontekstualnya. Semuanya berbeda. Saya punya kesabaran yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya. Bahkan, kesabaran inilah yang membuat saya menyadari saya telah lahir baru karena waktu itu saya berada dalam suatu situasi di mana seseorang sedang benar-benar menyulitkan hidup saya. Dan seumur hidup saya jika ada orang yang membuat masalah bagi saya, saya selalu membalasnya kembali. Dan kali ini saya sebaliknya mendoakan orang itu, dan saya berpikir apa yang telah terjadi pada saya? Saya pikir Allah telah mengubah hati saya. Jadi apakah saya sudah lahir baru? Apakah pada titik ini saya sudah dibenarkan? Sekarang saya bisa menjawab Ya.

 

 

Now here's a reason why I shared just a little bit of my own testimony here, is because you can see a great contrast between a powerless understanding of the gospel while I was in academy, in college, where I just got weaker, and weaker, and struggled more, and more, and contrast that with a changed life through being born again.

 

Nah, inilah alasannya mengapa saya berbagi sedikit dari kesaksian saya sendiri di sini, ialah karena kalian bisa melihat suatu kontras yang besar antara pemahaman Injil yang tanpa kuasa selagi saya di sekolah, di perguruan tinggi, di mana saya menjadi semakin lemah, dan semakin lemah, dan semakin banyak bergumulnya, dan semakin banyak, dan bandingkan itu dengan suatu hidup yang berbeda melalui kelahiran baru.

 

 

Now a couple years later, very sad to say, that to some extent I lost some of that powerful experience. I didn't lose it all, but I lost some of it. But I know personally what a born-again experience is, and can be. And I’m going to say something really solemn here, because you remember, I had a degree in religion before I was born again. And I am convinced that nobody really understands the born-again experience until they have it. It doesn't matter how much theological training a person has had, they really won't comprehend it. But like Nicodemus, a teacher in Israel, without the knowledge of the new birth how can you teach others what you don't know personally? Like I said, I had a degree in religion before I had a conversion experience; and I’m going to say something here, in some ways I’m thankful that my family was rough, and that I had cultivated, inherited, tendencies that were so strong, because I couldn't fool myself. My temper was getting worse, my lust was getting worse, I had to go to God. But I’m afraid that some people out there ~ look, what if I had had a model home? I would have just kept assuming I was saved and I would have been studying my theology, I would have probably eventually become a minister that had never had a born-again experience, and sometimes I fear that that's kind of common. I don't know because I can't speak for any individual person, but Romans 1:16 said,  the gospel is the power of God unto salvation”, the same power that God used to create the world is used to create a new heart. We're going to look at this in John 3:5.

 

Nah, dua tahun kemudian, sangat disayangkan, saya kehilangan sebagian dari pengalaman yang kuat itu. Saya tidak kehilangan semuanya, tetapi saya kehilangan sebagian darinya. Tetapi saya tahu secara pribadi apa itu pengalaman lahir baru, dan bisa seperti apa. Dan saya akan mengatakan sesuatu yang sungguh-sungguh serius di sini, karena kalian ingat, saya sudah memiliki ijazah dalam agama sebelum saya lahir baru. Dan saya yakin tidak ada orang yang bisa benar-benar mengerti pengalaman lahir baru ini hingga mereka memilikinya. Tidak jadi soal seberapa banyak pendidikan theologis yang dimiliki seseorang, mereka tidak akan memahaminya. Tetapi seperti Nicodemus seorang guru di Israel, tanpa pengetahuan tentang kelahiran baru, bagaimana orang bisa mengajar orang lain apa yang tidak dimilikinya secara pribadi? Seperti kata saya, saya sudah punya ijazah dalam agama sebelum saya memiliki pengalaman berubah. Dan saya akan mengatakan sesuatu di sini, dalam beberapa hal saya bersyukur keluarga saya kasar, dan bahwa saya memilki kecenderungan-kecenderungan yang saya warisi dan yang saya kembangkan, yang begitu kuat. Karena saya tidak bisa menipu diri saya sendiri. Sifat pemarah saya menjadi semakin buruk. Nafsu saya menjadi semakin parah hingga saya harus datang kepada Allah. Tetapi saya khawatir, ada orang-orang di luar sana ~ lihat, bagaimana seandainya saya memiliki rumah tangga ideal? Maka saya akan terus berlanjut menganggap saya sudah selamat, dan saya akan mempelajari theologi, dan kira-kira pada akhirnya saya akan menjadi pendeta yang tidak pernah memiliki pengalaman lahir baru, dan terkadang saya khawatir bahwa ini adalah hal yang umum terjadi.  Entahlah, karena saya tidak bisa bicara tentang pribadi lain mana pun. Tetapi Roma 1:16 mengatakan, Injil adalah kekuatan Allah yang membawa kepada keselamatan”, kekuatan yang sama yang dipakai Allah untuk menciptakan dunia ini, digunakan untuk menciptakan hati yang baru. Kita akan menyimak ini di Yohanes 3:5. 

 

 

We're going to look more at the Bible about a changed heart, a new birth, being included in Justification.    

So John 3:5, 5 Jesus answered, ‘Verily, verily, I say unto thee, Except a man be born of water and of the Spirit, he cannot enter into the kingdom of God.” So Jesus is real clear. There has to be a new birth through the Spirit for salvation. It's not optional. And for a complete view of Justification, that has to be part of it, otherwise you have a view of Justification that doesn't save anybody. We need forgiveness of sin of course, to be free from the penalty of sin. Why do we need to be born again in the Spirit? Romans 8:9 is going to help us on this, you know, because sin will dominate a person's life if they don't have the power of the Holy Spirit.

Let's look at Romans 8:9, it says, 9 But ye are not in the flesh, but in the Spirit, if so be that the Spirit of God dwell in you. Now if any man have not the Spirit of Christ, he is none of His.”

Pretty powerful isn't it? We'll also go to 2 Corinthians 5:17 in a minute. But think about this, according to Romans 8 :9 if we don't have the Spirit, we're not His, we can't be a Christian. You can't live a Christian life without the Holy Spirit.

 

Kita akan menyimak lebih banyak di Alkitab mengenai hati yang diubahkan, kelahiran baru, dimasukkan dalam Pembenaran.

Jadi Yohanes 3:5, 5 Jawab Yesus,  Sungguh-sungguh Aku berkata kepadamu, kecuali seorang manusia dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk Kerajaan Allah.” Jadi Yesus benar-benar jelas. Harus ada kelahiran baru melalui Roh supaya selamat. Itu bukan opsional. Dan untuk konsep Pembenaran yang lengkap, itu harus menjadi bagiannya, kalau tidak, kita punya konsep Pembenaran yang tidak bisa menyelamatkan siapa pun. Tentu saja kita memerlukan pengampunan dosa, menjadi terbebas dari hukuman dosa. Mengapa kita perlu dilahirkan baru dalam Roh? Roma 8:9 akan menolong kita untuk ini, kalian tahu, karena dosa akan mendominasi hidup seseorang jika dia tidak memiliki kuasa Roh Kudus.

Mari kita simak Roma 8:9, dikatakan, 9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang demikian,  Roh Allah diam di dalam kamu. Nah, siapa pun yang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.”

Kata-kata yang cukup keras, bukan? Kita juga akan segera ke 2 Korintus 5:17. Tetapi pikirkan ini, menurut Roma 8:9 jika kita tidak punya Roh, kita bukan milikNya, kita tidak bisa menjadi orang Kristen. Kita tidak bisa menghidupkan hidup Kekristenan tanpa Roh Kudus.  

 

 

2 Corinthians 5:17. This is also a new birth statement, just worded differently, it says, 17 Therefore if any man be in Christ, he is a new creature: old things are passed away; behold, all things are become new.”

After my born-again experience when I came across that verse in my devotionals, I got so excited, you know, but as I mentioned earlier, some people say that Justification or even the gospel is limited to forgiveness of sin, that the new birth or renewal of the Holy Spirit is a separate event that comes later. But these verses show that one can't be saved without being born again of the Holy Spirit, and that one can't even be His without the Holy Spirit.

Now we see in this verse 2 Corinthians 5:17 that the way to be in Christ is to be a new creature or a new creation which is of course done by the Holy Spirit.

 

2 Korintus 5:17. Ini juga suatu pernyataan kelahiran baru, hanya dengan kata-kata yang berbeda. Dikatakan, 17 Jadi jika seseorang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu; lihatlah, semuanya telah menjadi baru.”

Setelah pengalaman lahir baru saya, ketika saya bertemu ayat itu dalam devosi saya, saya menjadi sangat senang, kalian tahu. Tetapi seperti yang saya katakan sebelumnya, ada orang-orang yang berkata bahwa Pembenaran atau bahkan Injil itu terbatas hanya pada pengampunan dosa, bahwa kelahiran baru atau pembaharuan Roh Kudus itu peristiwa yang terpisah yang datang kemudian. Tetapi ayat-ayat ini menunjukkan seseorang tidak bisa diselamatkan tanpa dilahirkan baru oleh Roh Kudus, dan bahwa seseorang bahkan tidak bisa menjadi milikNya tanpa Roh Kudus.

Sekarang kita melihat di ayat ini, 2 Korintus 5:17 bahwa cara untuk berada dalam Kristus ialah menjadi makhluk baru atau ciptaan baru, yang tentu saja dilakukan oleh Roh Kudus.

 

 

Now when king David repented and prayed for forgiveness, you know, he asked for a clean heart, and he asked for the Holy Spirit to renew him. You see, David saw forgiveness and a new heart, as two parts of one package. In Psalm 51 he prays for forgiveness and cleansing of sin, and then in verse 10, he wrote, 10 Create in me a clean heart, O God; and renew a right spirit within me.”

 

Nah, ketika raja Daud bertobat dan berdoa minta pengampunan, kalian tahu, dia mohon diberi hati yang bersih, dan dia mohon agar Roh Kudus memperbarui dia. Kalian lihat, Daud melihat pengampunan dan hati yang baru sebagai dua bagian dalam satu paket. Di Mazmur 51 dia mohon pengampunan dan pembersihan dari dosa, kemudian di ayat 10 dia menulis, 10 Ciptakanlah hati yang bersih dalam diriku, ya Allah, dan perbaharuilah roh yang benar dalam aku.”

 

 

And we're going to go to Mount Blessing 114, that's going to help here because Ellen White notes that this is the correct way to understand forgiveness of sin. She agreed with David that forgiveness includes transformation of the heart.

Let's look at this, it says, Mount of Blessing 114, God's forgiveness is not merely a judicial act by which He sets us free from condemnation. It is not only forgiveness for sin, but reclaiming from sin. It is the outflow of redeeming love that transforms the heart. David had the true conception of forgiveness when he prayed, ‘Create in me a clean heart, O God; and renew a right spirit within me.’ (Psalm 51:10).

So when you pray for forgiveness are you consciously also praying for a new heart? She says that's the right way to understand forgiveness.

 

Dan kita akan ke Mount of Blessing hal. 114, itu akan membantu di sini karena Ellen White mencatat bahwa inilah cara yag benar untuk memahami pengampunan dosa. Ellen White setuju dengan Daud bahwa pengampunan termasuk perubahan hati.

Mari kita simak ini, dikatakan, Thoughts from the Mount of Blessing hal. 114,  “…Pengampunan Allah bukan hanya tindakan judisial dengan mana Dia membebaskan kita dari hukuman. Bukan hanya pengampunan untuk dosa, tetapi mengklaim kembali dari dosa. Pancaran kasih yang menyelamatkan-lah yang mengubah hati. Daud memiliki konsep yang benar tentang pengampunan ketika dia berdoa, ‘10 Ciptakanlah hati yang bersih dalam diriku, ya Allah, dan perbaharuilah roh yang benar dalam aku.’ (Mazmur 51:10).”

Jadi bila kita berdoa mohon pengampunan, apakah kita dengan sadar juga berdoa mohon hati yang baru? Ellen White berkata itulah cara yang benar untuk memahami pengampunan.

 

 

Now in Christ's Object Lessons 113, it says,  “…but without regeneration through  faith in His blood, there is no remission of sins…”  without regeneration there's no remission.

 

Sekarang di Christ’s Object Lessons hal.113, dikatakan,  “…tetapi tanpa regenerasi melalui iman dalam darahNya, tidak ada pengampunan dosa…”  tanpa regenerasi tidak ada pengampunan.

 

 

Now perhaps Ellen White's most powerful statement is found in Christ’s Object Lessons 163, this is a passage that shows that being born again of the Holy Spirit, becoming a new creation in Christ Jesus, is included in Justification. So let's look at this carefully, it says,

As the sinner, drawn by the power of Christ, approaches the uplifted cross, and prostrates himself before it…” that's repentance, right? He  “…approaches the uplifted cross, and prostrates himself before it…”  it says then “…there is a new creation.  A new heart is given him. He becomes a new creature in Christ Jesus. Holiness finds that it has nothing more to require. God Himself is the justifier of him which believeth in Jesus.’ (Romans 3:26)....”

Now I want to keep that quote up there. But you see right in this passage the same thing those Bible verses said, when you come to Christ, you're made into a new creation, all right?

 

Nah, mungkin pernyataan Ellen White yang paling kuat ditemukan di Christ’s Object Lessons hal. 163. Ini adalah bacaan yang menunjukkan bahwa dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, menjadi ciptaan baru dalam Kristus Yesus, itu termasuk dalam Pembenaran. Jadi mari kita simak ini dengan seksama, dikatakan,    “…Sementara orang berdosa yang ditarik oleh kuasa Kristus, menghampiri salib yang ditinggikan, dan sujud di hadapannya…”  itu pertobatan, kan? Dia “…menghampiri salib yang ditinggikan, dan sujud di hadapannya…”  lalu dikatakan,  “…di sana ada ciptaan baru. Sebuah hati yang baru diberikan kepadanya. Dia menjadi ciptaan baru dalam Kristus Yesus. Kekudusan mendapatkan bahwa dia tidak perlu minta apa-apa lagi. Allah Sendiri ‘adalah Pembenar dari orang yang percaya dalam Yesus.’ (Roma 3:26).”

Nah, saya mau kutipan itu tetap di layar. Tetapi kalian lihat, di bacaan ini, hal yang sama dikatakan ayat-ayat Alkitab, bila kita datang kepada Kristus, kita dijadikan ciptaan baru, benar?

 

 

But what about that phrase “holiness finds that it has nothing more to require”? That's interesting, because right after it, she's referring to Romans 3:26 and anybody that knows anything about Romans, knows that Romans 3:26 is in the passage about Justification. She's talking about Justification here. So what does she mean when she says “holiness finds it has nothing more to require”? This is a powerful thought, but when you are made holy, when you are born again, that's a holiness that can never ever be improved upon. Did you hear what I said? “holiness finds that has nothing more to require” when you were born again. At that moment you were as holy as you could ever be, because it's the holiness of the Holy Spirit. 

So how is that part of Justification?

 

Tetapi bagaimana tentang ungkapan  “Kekudusan mendapatkan bahwa dia tidak perlu minta apa-apa lagi?  Itu menarik. Karena tepat setelah itu Ellen White merujuk ke Roma 3:26, dan siapa pun yang tahu tentang kitab Roma, tahu bahwa Roma 3:26 ada dalam perikop tentang Pembenaran. Ellen White di sini bicara tentang Pembenaran. Jadi apa maksudnya ketika dia berkata  Kekudusan mendapatkan bahwa dia tidak perlu minta apa-apa lagi?   Ini adalah pikiran yang hebat. Ketika kita dijadikan kudus, ketika kita lahir baru, maka itu adalah kekudusan yang tidak akan pernah bisa ditingkatkan. Apakah kalian mendengar apa kata saya?  Kekudusan mendapatkan bahwa dia tidak perlu minta apa-apa lagi  ketika kita sudah dilahirkan baru. Pada saat itu kita sudah sesuci-sucinya yang kita bisa jadi, karena itulah kesucian Roh Kudus.

Jadi bagaimana itu adalah bagian dari Pembenaran?

 

 

Well, we're going to go to Desire of Ages 388 and as I define Justification and define Sanctification, you will see clearly that holiness finds there's nothing more to require because what Sanctification actually is, is keeping it, learning how to keep it.  

 

Nah, kita akan ke Desire of Ages hal. 388, dan seperti yang saya definisikan Pembenaran dan Pengudusan, kalian akan melihat dengan jelas bahwa Kekudusan mendapatkan bahwa dia tidak perlu minta apa-apa lagi karena Pengudusan itu sebenarnya ialah mempertahankannya, belajar bagaimana mempertahankannya.

 

 

Fine, Desire of Ages 388, “It is through the Spirit that Christ dwells in us; and the Spirit of God, received into the heart by faith, is the beginning of the life eternal.”

Now think about that, that's when eternal life begins.

 

Baik, Desire of Ages hal. 388, “…Melalui Roh-lah Kristus diam dalam kita; dan Roh Allah yang diterima ke dalam hati melalui iman, itulah awal dari hidup kekal. …”   

Sekarang pikirkan itu, itulah ketika hidup kekal dimulai.

 

 

Now a person can ask for forgiveness of sin without even having repentance, right? One can ask for forgiveness of sin without real godly sorrow, you know, just going through the motions. In this case they're not truly ready to receive the born-again experience through the Holy Spirit, they will not truly have the peace of full surrender and forgiveness of sin. Have you ever asked for forgiveness of sin and still felt no peace? Well, there's a reason. Therefore, you know, if there isn't really true repentance and true godly sorrow, eternal life will not have begun, because they have not been justified.

 

Nah, seseorang bisa minta pengampunan dosa tanpa pernah bertobat, benar? Orang bisa minta pengampunan dosa tanpa disertai kesedihan mendalam untuk itu, kalian tahu, sekadar minta ampun saja. Dalam hal ini mereka belum benar-benar siap menerima pengalaman lahir baru melalui Roh Kudus, mereka tidak akan benar-benar mendapatkan rasa damainya penyerahan penuh dan pengampunan dosa. Pernahkah kalian minta pengampunan dosa dan masih belum merasakan damai? Nah, ada alasannya. Karena itu, kalian tahu, jika tidak ada pertobatan yang sejati dan kesedihan yang mendalam untuk itu, hidup kekal belum dimulai, karena mereka belum dibenarkan.

 

 

Now we're going to look at Our High Calling here in a just a minute, but when a person has a shallow asking for forgiveness without deep repentance, there will be no sense of assurance at all, because Our High Calling  says, Sins not repented of are sins not forgiven.Now that's solemn, because people assume that asking to be forgiven is repentance, but we really need to do a study on repentance, because repentance is way more than just the intellectual asking for forgiveness, it has something to do with the heart. The heart being broken before God, all right?

 

Nah, kita akan segera menyimak di Our High Calling, tetapi ketika seseorang sekadar minta ampun tanpa adanya pertobatan yang mendalam, tidak akan ada perasaan kepastian sama sekali, karena Our High Calling hal. 82 mengatakan, “…Dosa-dosa yang tidak ditobati, adalah dosa-dosa yang tidak diampuni…”  Nah, ini serius, karena manusia menganggap minta diampuni itu sudah pertobatan, tetapi kita perlu benar-benar mempelajari apa itu pertobatan, karena pertobatan itu jauh lebih daripada sekadar minta ampun secara intelektual. Itu ada hubungannya dengan hati. Hati harus hancur di hadapan Allah, oke?

 

 

So I want to read a quote from the 7th Vol. of the Bible Commentary page 931 says, “Christ is able to save to the uttermost  all who come to Him in faith.  He will cleanse them from all defilement if they will let Him. But if they cling to their sins, they cannot possibly be saved; for Christs righteousness  covers no sin unrepented  of.”

So you can see that a person could ask for forgiveness of sin without really at heart being willing to stop that sin. And they will find no peace with God because Christ’s righteousness will not cover any sin in which there isn't deep repentance.

 

Jadi saya mau membacakan sebuah kutipan dari Bible Commentary Vol. 7 hal. 931 yang mengatakan, “…Kristus sanggup menyelamatkan sepenuhnya semua yang datang kepadaNya dalam iman. Dia akan membasuh mereka dari segala kecemaran jika mereka mengizinkan Dia. Tetapi jika mereka memegang erat-erat dosa-dosa mereka, mereka tidak mungkin diselamatkan; karena kebenaran Kristus tidak menutupi dosa yang tidak ditobati.…”

Jadi kalian lihat, manusia bisa minta pengampunan dosa tanpa benar-benar rela berhenti dari dosa tersebut. Dan mereka tidak akan mendapatkan kedamaian dengan Allah karena kebenaran Kristus tidak akan menutupi dosa apa pun di mana tidak ada pertobatan yang mendalam.

 

 

Now I want us to think. Consider 1 John 1:9, 1 John 1:9 says, 9 If we confess our sins, He is faithful and just to forgive us our sins, and to cleanse us from all unrighteousness.”

Now one of the reasons why I want to address this is because every time I talk to somebody about not feeling like I had peace with God, they said, just claim Romans 1:9 and don't worry about your feelings. Well, I mean John, 1 John 1:9. Here's the truth: true confession 1 John 1:9 says 9 If we confess our sins,…”  true confession can only come from genuine repentance. But on the other hand when one has true repentance and comes seeking forgiveness of sin, that one becomes a new creation in Christ Jesus through the Holy Spirit. God has justified this person and he or she is forgiven and cleansed and renewed. They're now made right with God.

 

Sekarang saya mau kita berpikir. Pertimbangkan 1 Yohanes 1:9 yang mengatakan,  9Jika kita mengaku dosa kita, Ia setia dan adil untuk mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.…”  Nah, salah satu alasan mengapa saya mau membahas ini ialah karena setiap kali saya bicara kepada seseorang tentang perasaan saya seakan-akan saya tidak punya rasa damai dengan Allah, mereka berkata, “Klaim saja 1 Yohanes 1:9 dan jangan khawatirkan perasaanmu. Ini kebenarannya: pengakuan dosa yang sejati ~ 1 Yohanes 1:9 mengatakan, “…9 Jika kita mengaku dosa kita…”  pengakuan dosa yang sejati hanya bisa datang dari pertobatan yang sejati. Di pihak lain ketika orang benar-benar bertobat dan datang mencari pengampunan dosa, orang itu menjadi ciptaan baru dalam Kristus Yesus melalui Roh Kudus. Allah telah membenarkan orang ini dan dia diampuni dan dibasuh bersih dan diperbarui. Orang itu sekarang sudah punya hubungan yang benar dengan Allah.

 

 

All right, we're going to go to The Faith I Live By 249. This is my favorite Spirit of Prophecy statement of all of them, because you have to understand, when a person is forgiven, and cleansed, and renewed, they really are now made right with God. And The Faith I Live By  says, “If you are right with God today, you are ready if Christ should come today.”

You understand why that's my favorite one? Because that tells me the only thing I can worry about: today. I can't worry about how I’m going to do tomorrow, I just need to make sure I’m right with God today, and if I’m right with Him today, I’m ready if He comes. All right?

 

Baiklah, kita akan ke The Faith I Live By hal. 249. Dari semuanya, ini  adalah pernyataan Roh Nubuat yang paling favorit buat saya, karena kalian harus mengerti, bila seorang sudah diampuni, dan dibasuh, dan diperbarui, dia sungguh sudah didamaikan dengan Allah. Dan The Faith I Live By mengatakan,   “…Jika hari ini kita sudah punya hubungan yang benar dengan Allah, kita siap jika Kristus datang hari ini…” 

Kalian paham mengapa itu favorit saya? Karena ini memberitahu saya satu-satunya hal yang bisa saya khawatirkan ialah: hari ini. Saya tidak bisa mengkhawatirkan bagaimana saya besok, saya hanya perlu memastikan hari ini saya sudah oke dengan Allah, dan jika saya oke dengan Allah hari ini, saya sudah siap jika Dia datang. Oke?

 

 

So you know salvation is not complicated, and it's not complicated at all. It's simple. The  tough thing is, it's hard to surrender all, the battle itself is what makes it hard. The whole thing about what it takes to be right with God requires a complete surrender, and that's what the humans, you know what, we don't want to do. Our nature doesn't want to do it.

So we're going to look at Christ's Object Lessons because Justification makes a person right with God, bringing in the power of the Holy Spirit. Let's look at this, As many as received Him, to them gave He power to become the sons of God’ (John 1:12)…” right there in the Bible   “…even to them that believe on His name.” This power is not in the human agent. It is the power of God. When a soul receives Christ, he receives power to live the life of Christ.”  That's great news, isn't it?

 

Jadi, kalian tahu, keselamatan itu tidak rumit, itu sama sekali tidak rumit. Itu sederhana. Hal yang sukar ialah, untuk berserah total itu sulit, pergumulannya sendiri itu yang membuatnya sulit. Persyaratan yang dibutuhkan supaya bisa punya hubungan yang benar dengan Allah ialah penyerahan total, dan itulah yang bagi manusia, kalian tahu, itulah yang kita tidak mau lakukan. Kodrat kita tidak mau melakukannya.

Jadi kita akan menyimak Christ’s Object Lessons hal. 314 karena Pembenaran membuat seseorang punya hubungan benar dengan Allah, mendatangkan kuasa Roh Kudus. Mari kita simak ini,  “…seberapa banyak orang yang menerima-Nya, kepada mereka diberi-Nya kuasa untuk menjadi  anak-anak Allah’ (Yohanes 1:12)…”  ada di Alkitab. “…Kuasa ini tidak terdapat pada manusianya, ini adalah kuasa Allah. Ketika seseorang menerima Kristus, dia menerima kuasa untuk meghidupkan kehidupan Kristus.”   Ini kabar hebat, bukan?

 

 

All right, so now I have a slide to sum up Justification, let's sum up what we've covered here.

Justification is being made right with God. You're made right with Him, you're justified. And there are three parts of Justification:

ü  the pardon of sin, of course is Justification

ü  the cleansing of sin, is Justification

ü  and being born again of the Holy Spirit.

Justification is getting right with God.

 

Baiklah, jadi sekarang saya punya slide tayangan untuk menyimpulkan Pembenaran. Mari kita simpulkan apa yang telah kita liput sampai di sini.

Pembenaran artinya dijadikan punya hubungan yang benar dengan Allah. Kita telah dijadikan benar oleh Dia, kita sudah dibenarkan. Dan ada tiga bagian dalam Pembenaran:

ü  Pengampunan dosa, tentu saja adalah Pembenaran

ü  Pembasuhan dosa, adalah Pembenaran

ü  Dan dilahirkan baru oleh Roh Kudus.

Pembenaran adalah punya hubungan yang benar dengan Allah.

 

 

And now we go to Sanctification,  I’ve got a slide for that. Sanctification is staying right with God, that's all it is. You know, Sanctification is holiness. Sanctification is growth. A lot of things we say Sanctification are, but when God makes you right, when God implants His Spirit in you, your job, in living a sanctified life, is to keep it. We need to stay right with God every day.

 

Dan sekarang kita ke Pengudusan, saya punya slide untuk itu. Pengudusan adalah tetap tinggal dalam hubungan yang benar dengan Allah, itu saja. Kalian tahu, Pengudusan itu kesucian. Pengudusan itu pertumbuhan. Banyak definisi kita tentang Pengudusan, tetapi ketika Allah sudah membenarkan kita, ketika Allah sudah menanamkan RohNya di dalam kita, adalah tugas kita dalam menghidupkan kehidupan yang kudus, untuk tetap mempertahankannya. Kita harus tetap tinggal dalam hubungan yang benar dengan Allah setiap hari.

 

 

So how do we stay right with God? There are many Bible expressions that mean the same thing as Sanctification, and some of these will give us ideas on how to stay right with God. So here on the slide I put three of them.

Sanctification is called:

Ø    “abiding in Christ”.

That's what Jesus chose to call it: “abiding in Christ” (John 15:4),  with the vine and the branch thing, He talked about.

Ø    Paul talked about it as “walking in the Spirit” in Galatians 5:16, 25,

Ø    or “being led of the Spirit” in Galatians 5:18.

And then I got more from  other passages of Scripture and I think they're all from Paul.

Ø    Let's go to the next slide, yeah, he referred to it as “Christ living in me” Galatians 2:20.

Ø    Colossians 1:27 “Christ in you the hope of glory”,

Ø    in Ephesians 3:17 “that Christ may dwell in your hearts by faith”.

See, all these things are Paul talking about the sanctified life. These are all about the sanctified life. I don't think that Paul viewed it as an optional part of the plan of salvation, do you?

 

Jadi bagaimana kita bisa tetap tinggal dalam hubungan yang benar dengan Allah? Ada banya ungkapan di Alkitab yang artinya sama dengan Pengudusan, dan beberapa darinya bisa memberi kita gambaran bagaimana kita bisa tetap berada dalam hubungan yang benar dengan Allah. Jadi di sini di slide ini saya masukkan tiga dari mereka.

Pengudusan disebut:

Ø    “tinggal di dalam Kristus”

itulah yang disebut Kristus “tinggal di dalam Kristus” (Yohanes 15:4), tentang pokok dan cabang yang dikatakanNya.

Ø    Paulus berbicara mengenai itu sebagai “hidup dalam Roh” di Galatia 5:16, 25.

Ø    Atau sebagai “dipimpin oleh Roh” di Galatia 5:18.

Lalu saya punya lebih banyak dari ayat-ayat lain di Kitab Suci dan saya rasa semuanya dari Paulus.

Ø    Mari kita ke slide berikut, ya, Paulus menyebutnya “Kristus yang hidup di dalam aku” (Galatia 2:20)

Ø    Kolose 1:27 Kristus dalam  kamu, harapan akan kemuliaan.”

Ø    Efesus 3:17  Kristus boleh diam di dalam hatimu oleh iman”.

Lihat, semua ini adalah Paulus bicara tentang hidup yang kudus. Semua ini tentang kehidupan kudus. Saya pikir Paulus tidak menganggapnya sebagai bagian yang opsional dari rencana keselamatan. Menurut kalian?

 

 

Let's go to 2 Thessalonians 2:13 we're just going to look at the second part of this verse. Paul said, “…13 God hath from the beginning chosen you to salvation through sanctification of the Spirit and belief of the truth.”

Do you see this?  He's chosen you to salvation through Sanctification. So Paul clearly is talking about Sanctification as part of salvation in this verse, because remember Sanctification is staying right with God. Isaiah 59:2 is going to help us here in a minute. But if Sanctification is staying right with God, then it is knowingly choosing sin that breaks Sanctification because sin separates us from God, and that's what it says in Isaiah 59:2, 2 But your iniquities have separated between you and your God, and your sins have hid His face from you, that He will not hear.”

 

Mari ke 2 Tesalonika 2:13, kita hanya akan menyimak bagian akhir dari ayat ini. Paulus berkata,13…Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan melalui pengudusan oleh Roh dan iman dalam kebenaran…” 

Apakah kalian melihat ini? Allah telah memilih kita untuk diselamatkan melalui Pengudusan. Jadi Paulus jelas berbicara tentang Pengudusan sebagai bagian dari keselamatan di ayat ini, karena ingat, Pengudusan adalah tetap tinggal dalam hubungan yang benar dengan Allah. Yesaya 59:2 akan membantu kita di sini, sebentar lagi. Tetapi jika Pengudusan itu tetap tinggal dalam hubungan yang benar dengan Allah, berarti sengaja memilih untuk berdosa yang memutuskan Pengudusan, karena dosa memisahkan kita dari Allah, dan itulah yang dikatakan di Yesaya 59:2. “…tetapi kejahatan-kejahatanmu telah memisahkan antara kamu dan Allahmu dan dosa-dosamu membuat Dia menyembunyikan wajahNya dari kamu, sehingga Ia tidak mau mendengar.”

 

 

And Romans 8 is going to help us, so let's go there Romans 8:8 says, 8 So then they that are in the flesh cannot please God.” And then verse 13 says, 13 For if ye live after the flesh, ye shall die: but if ye through the Spirit do mortify the deeds of the body, ye shall live.”

So Paul draws a sharp contrast between living in the flesh, living in sin, being separated from God, death is what's going to come; and then he said, but if you live in the Spirit you will have life. Remember Romans 6:23 says, “the wages of sin is death”.

 

Dan Roma 8 akan menolong kita, jadi mari kita ke sana, Roma 8:8 mengatakan, 8 Maka mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah…”  Kemudian ayat 13 berkata,   “…13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika melalui Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup…” 

Jadi Paulus menarik kontras yang tajam antara hidup dalam daging, hidup dalam dosa, terpisah dari Allah, di mana maut adalah akibat yang akan muncul; dan kemudian dia berkata, tetapi jika kamu hidup dalam Roh kamu akan mendapat hidup kekal. Ingat Roma 6:23 berkata   “…23 upah dosa ialah maut.”

 

 

Listen, folks, sin is always the enemy, we should never defend it, we should never excuse it, we should never allow for it; because any known sin separates us from God.

We're going to look at The Faith I Live By 138 and we're going to see something really clear there. See, the truth of the matter is, we can't stay right with God while we are knowingly choosing sin, that's choosing another master, and Jesus said, “no man can serve two masters.” (Matthew 6:24).

So let's go to The Faith I Live By 138 says, “The helpless sinner must cling to Christ as his only hope…” isn't that true? He's our only hope.  “…If he lets go his hold for a moment, he imperils his own soul and the souls of others. Only in the exercise of living faith are we safe. But the commission of any known sin, the neglect of known duties, at home or abroad, will destroy faith, and disconnect the soul from God.”

This is specifically dealing with known sin, and we'll clarify that a little bit in a minute. But think about how logical this is. If you were right with God, just think about this, if you're right with God and then the Devil will tempt you to do something that you know you shouldn't, and then the Holy Spirit, you know, your conscience, speaks to you and says, “Don't do this! Flee to Christ.” If you listened and obeyed the Devil, how can you claim that you're staying right with God? You chose to follow a different master.

 

Dengar, Saudara-saudara, dosa itu selalu musuhnya, kita tidak pernah boleh membelanya, kita tidak pernah boleh mencari alasan untuk membenarkannya, kita tidak pernah boleh mengizinkannya; karena apa pun yang kita tahu itu dosa, itu memisahkan kita dari Allah.

Kita akan menyimak The Faith I Live By hal. 13, dan kita akan melihat sesuatu dengan jelas sekali di sana. Lihat, inti masalahnya ialah, kita tidak bisa tetap berada dalam hubungan yang benar dengan Allah selagi kita dengan sengaja memilih untuk berbuat dosa, itu berarti memilih majikan yang lain, dan Yesus berkata, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan…” (Matius 6:24).

Jadi mari pergi ke The Faith I Live By hal. 138 yang mengatakan,   “…Pendosa yang tidak berdaya harus bergantung pada Kristus sebagai satu-satunya harapannya…”  tidakkah itu benar? Kristus adalah satu-satunya harapan kita. “…Jika dia melepaskan pegangannya untuk sejenak saja, dia membahayakan nyawanya sendiri dan nyawa-nyawa orang-orang lain. Kita hanya aman jika kita mempraktekkan iman yang hidup. Tetapi perbuatan dosa apa pun yang disengaja, mengabaikan kewajiban apa pun dengan sengaja, di rumah maupun di luar, akan menghancurkan iman dan memutuskan hubungan jiwa dari Allah.” 

Ini khusus bicara tentang dosa yang disengaja, dan sebentar akan kita jelaskan sedikit. Tetapi pikirkan betapa logisnya ini. Jika kita dalam hubungan yang benar dengan Allah ~ pikirkan saja ~ jika kita dalam hubungan yang benar dengan Allah, kemudian Iblis menggoda kita untuk melakukan sesuatu yang kita tahu kita tidak boleh, lalu Roh Kudus, hati nurani kita, berbicara kepada kita dan berkata, “Jangan lakukan itu! Larilah ke Kristus!” Jika kita mendengarkan dan mematuhi Iblis, bagaimana kita bisa mengklaim bahwa kita tetap tinggal dalam hubungan yang benar dengan Allah? Kita sudah memilih untuk mengikuti tuan yang lain.

 

 

Now that quotation as I said, is limited to things you know are wrong. Now if you don't know something is wrong when you do it, then it's not a choice of another master. That would not be viewed by God as a sinful choice, but rather as ignorance. You know, God's fair and He knows that when people are born again, it's going to take them time to learn some things, and that's why we could bring James 4:17 back up there, that's why James 4:17 is so clear, it says, 17 Therefore to him that knoweth to do good, and doeth it not, to him it is sin.” So if you don't know, you're not making a sinful choice, not knowingly.

 

Nah, kutipan di atas, seperti yang saya katakan, terbatas pada hal-hal yang kita tahu adalah salah. Nah, jika kita tidak tahu itu salah ketika kita melakukannya, maka itu bukan memilih majikan yang lain. Itu tidak akan dianggap Allah sebagai pilihan yang berdosa, melainkan sebagai ketidaktahuan. Kalian tahu, Allah itu adil dan Dia tahu manusia yang lahir baru akan butuh waktu untuk mempelajari beberapa hal, dan itulah mengapa kita bisa mengemukakan Yakobus 4:17 di sana, itulah mengapa Yakobus 4:17 itu begitu jelas, itu mengatakan, 17 Jadi, bagi dia yang tahu bagaimana berbuat baik, dan tidak melakukannya, baginya itu dosa…”  Maka jika kita tidak tahu, kita tidak membuat pilihan yang berdosa, tidak dengan sengaja.

 

 

Let's go to the 5th Vol. of Bible Commentary page 1145, there's a real clear statement here, it says, “We shall not be held accountable for the light that has not reached our perception, but for that which we have resisted and refused. A man could not apprehend the truth which had never been presented to him, and therefore could not be condemned for light he had never had…” none will be condemned for not heeding like knowledge that they never had. See, that's important. 

 

Mari ke Bible Commentary Vol. 5 hal. 1145, ada pernyataan yang sangat jelas di sini. Dikatakan,   “…Kita tidak akan diperhitungkan bertanggung jawab atas terang yang belum mencapai persepsi kita, tetapi hanya untuk terang yang telah kita bendung dan tolak. Seseorang tidak bisa memahami kebenaran yang belum pernah disampaikan kepadanya, dan oleh karena itu tidak bisa disalahkan untuk terang yang dia tidak pernah punya…”  tidak ada orang yang disalahkan karena tidak mematuhi pengetahuan yang tidak pernah mereka miliki. Lihat, itu penting.

 

 

And now we'll go to one more, and the 1st Vol. of The Testimonies 116 is similar, it says, “If light come, and that light is set aside or rejected…”  so now it's dealing. The first one says if you don't know, and you honestly don't know, and you're honestly doing what you as far as you know is right, then it's fine. But here it says,   “…If light come, and that light is set aside or rejected then comes condemnation and the frown of God; but before the light comes, there is no sin, for there is no light for them to reject.

 

Dan sekarang kita ke satu lagi, Testimonies Vol. 1 hal. 116, itu mirip, itu mengatakan     “…Jika terang datang, dan terang itu dikesampingkan atau ditolak, …”  Jadi sekarang ada kondisi. Yang pertama mengatakan jika kita tidak tahu, dan kita sungguh-sungguh tidak tahu, dan kita melakukan apa sejauh yang sungguh-sungguh kita tahu adalah benar, maka itu oke. Tetapi di sini dikatakan, “…Jika terang datang, dan terang itu dikesampingkan atau ditolak,  maka akan datang penghukuman dan ketidakperkenanan Allah; tetapi sebelum terang datang, tidak ada dosa, karena tidak ada terang untuk ditolak mereka.”

 

 

So now we see, that there are two separate and true factors in Sanctification. It always means staying right with God, abiding with Christ ~ and we're going to see this in 1 John 3:6 ~ it always means staying right with God, abiding in Christ, walking in the Spirit, and not willfully or knowingly choosing sin.

So 1 John 3:6 says, 6 Whosoever abideth in him sinneth not…” you see, if you're abiding in Christ, you don't willfully choose sin because that's choosing another master. And if you're abiding in Christ, you're getting the power of the Holy Spirit to refuse sin. So, but we also, while we look at Sanctification, and say, that's not willingly sinning, we also recognize that people don't understand things, and could do things that a second person would see as sin, but it's merely a blind spot for that first person. Therefore it's not held to their account, so to speak.

 

Jadi sekarang kita lihat, ada dua faktor yang benar dan terpisah di Pengudusan. Pengudusaan selalu berarti mempertahankan hubungan yang benar dengan Allah, hidup di dalam Kristus ~ dan kita akan melihat ini di 1 Yohanes 3:6 ~ itu selalu berarti mempertahankan hubungan yang benar dengan Allah, hidup di dalam Kristus, hidup menurut Roh, dan tidak dengan niat atau sengaja memilih berbuat dosa.

Jadi 1 Yohanes 3:6 berkata, 6 Barangsiapa yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa;…”  kalian lihat, jika kita hidup dalam Kristus, kita tidak akan sengaja memilih dosa karena itu sama dengan memilih majikan yang lain. Dan jika kita hidup dalam Kristus, kita mendapat kuasa Roh Kudus untuk menolak dosa.

Tetapi kita juga, sementara kita menyimak Pengudusan dan berkata, itu bukan berbuat dosa dengan sengaja, kita juga mengakui bahwa ada orang-orang yang tidak mengerti dan mungkin saja berbuat apa  yang dianggap orang lain berdosa, tapi itu sekadar sesuatu yang di luar sudut pandangnya. Oleh sebab itu, hal tersebut tidak diperhitungkan sebagai kesalahan mereka, katakanlah demikian.

 

 

For instance, a person could have a born-again experience and be abiding in Christ, but be completely clueless on the true Sabbath, never have heard it before. We would see that as a violation of the fourth Commandment but God would not condemn him for it. We know what is the truth, so if we break the Sabbath is clearly a willful sin, and not staying right with God in Sanctification.

 

Misalnya seseorang bisa memiliki pengalaman lahir baru dan hidup dalam Kristus, tetapi dia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Sabat yang benar, dia tidak pernah mendengar hal itu sebelumnya. Kita akan melihat itu sebagai pelanggaran Perintah keempat, tetapi Allah tidak akan menghukumnya untuk itu. Kita tahu apa yang benar, maka jika kita melanggar Sabat itu jelas dosa yang disengaja dan tidak mempertahankan hubungan yang benar dengan Allah.

 

 

So the second factor in Sanctification is growth. People need to grow. When they have the opportunity to learn something, they will then become accountable. Only God fully understands each person's accountability, because only He knows what they have seen and what they've been convicted of.

 

Jadi faktor kedua dalam Pengudusan ialah pertumbuhan. Manusia perlu bertumbuh. Bila mereka punya kesempatan untuk mempelajari sesuatu, mereka akan menjadi wajib bertanggung jawab. Hanya Allah yang paham sepenuhnya akuntabilitas setiap manusia, karena hanya Dia yang tahu apa yang telah mereka lihat dan apa yang telah mereka yakini.

 

 

We're going to look at a great quote from Education 257 in just a minute. You see, if we understand Sanctification as God working in us every day through the Holy Spirit, you see that's why holiness finds that nothing more required, because you're either in walking in holiness, or you're not. It's not like holiness improves, because God's holiness can't be improved, so if you are understanding Sanctification as God working in you every day through the Holy Spirit, I think we can really be happy about this. I mean who knows what amazing things God will do in your life.

So here in Education 257 it says,  “Through faith in Christ, every deficiency of character may be supplied,  every defilement cleansed,  every fault corrected,  every excellence developed.” And I mean everything's possible.

 

Kita akan segera menyimak sebuah kutipan yang bagus dari Education hal. 257. Kalian lihat, jika kita memahami Pengudusan sebagai Allah bekerja dalam diri kita setiap hari melalui Roh Kudus, kita akan melihat mengapa  “Kekudusan mendapatkan bahwa dia tidak perlu minta apa-apa lagi.” (COL 163) karena kita ini sedang hidup apakah dalam kekudusan atau kita tidak. Itu tidak seperti kekudusan meningkat, karena kekudusan Allah tidak bisa ditingkatkan. Maka jika kita memahami Pengudusan sebagai Allah bekerja di dalam kita setiap hari melalui Roh Kudus, saya pikir kita bisa benar-benar gembira tentang ini. Maksud saya, siapa tahu hal-hal menakjubkan apa saja yang akan dilakukan Allah dalam hidup kita?

Jadi di Education hal. 257 dikatakan, “…Melalui iman dalam Kristus, setiap kekurangan dalam karakter bisa ditambahkan, setiap noda dibersihkan, setiap kesalahan dikoreksi, setiap keunggulan dikembangkan…”  Maksud saya segala itu mungkin.

 

 

Now let's go to Ephesians 3:16-20. This is a long passage, but I’m going to go through it slowly and comment here and there. It says,  16 That He would grant you, according to the riches of His glory, to be strengthened with might by His Spirit in the inner man…”  that's what it is, the born-again experience, is to be strengthened, and Sanctification is to keep being strengthened.  “…17 That Christ may dwell in your hearts by faith; that ye, being rooted and grounded in love, 18 may be able to comprehend with all saints what is the breadth, and length, and depth, and height; 19 and to know the love of Christ, which passeth knowledge, that ye might be filled with all the fulness of God. 20 Now unto Him that is able to do exceeding abundantly above all that we ask or think, according to the power that worketh in us,…”

Now I don't know about you, I have a pretty powerful imagination. I can think of amazing things, and this verse is telling me that I’m not even scratching the surface. I think that's awesome, don't you?

 

Nah, mari kita ke Efesus 3:16-20. Ini adalah bacaan yang panjang, tetapi saya akan membacanya perlahan-lahan dan mengomentari d sana sini. Dikatakan, 16 supaya Ia akan mengaruniakan kepadamu menurut kekayaan kemuliaan-Nya, untuk diteguhkan dengan kekuatan oleh Roh-Nya dalam batinmu,…”  inilah dia, pengalaman lahir baru ialah diteguhkan, dan Pengudusan adalah tetap terus diteguhkan. “…17 supaya Kristus boleh diam di dalam hatimu oleh iman;  sehingga kamu berakar dan  berdasar  dalam kasih, 18 bisa memahami bersama-sama dengan segala orang kudus, seberapa lebarnya dan panjangnya dan dalamnya, dan tingginya, 19 dan untuk mengenal kasih Kristus, yang melampaui segala pengetahuan, agar kamu boleh dipenuhi dengan seluruh kepenuhan Allah. 20 Sekarang bagi Dia yang dapat melakukan amat sangat banyak di atas apa yang kita mohon  atau pikirkan, menurut kuasa yang bekerja di dalam kita…”  Nah, saya tidak tahu tentang kalian, tapi saya punya imajinasi yang lumayan kuat. Saya bisa membayangkan hal-hal yang menakjubkan, dan ayat ini mengatakan kepada saya bahwa saya bahkan belum menyentuh permukaannya. Menurut saya itu luar biasa, bukan?

 

 

We're going to go to 1 Thessalonians 5:23-24 and this is my last verse on Sanctification. It says, 23 And the very God of peace sanctify you wholly; and I pray God your whole spirit and soul and body be preserved blameless unto the coming of our Lord Jesus Christ…” is that because of how great you are, or how hard you work? Is there any credit or human merit involved? No! The next verse says,   “…24 Faithful is He that calleth you, who also will do it.” It's all the power of God, all. But I love this verse because we see in this verse a connection between Sanctification:  being “preserved blameless for the coming of Christ” this is certainly a last generation text, it includes the final generation for sure.

 

Kita akan ke 1 Tesalonika 5:23-24 dan inilah ayat terakhir saya tentang Pengudusan. Dikatakan, 23 Dan Allah damai Sendiri-lah yang menguduskan kamu seluruhnya, dan semoga seluruh roh, jiwa dan tubuhmu dipertahankan Allah tidak bercacat hingga kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita…”  apakah ini karena kita yang hebat, atau kita yang bekerja keras? Apakah jasa manusia terlibat di dalamnya? Tidak! Ayat berikutnya berkata, “…24 Ia yang memanggil kamu itu setia, yang  juga akan melakukannya…”  Semuanya kuasa Allah, semuanya. Tetapi saya suka ayat ini karena kita melihat di ayat ini suatu hubungan antara Pengudusan, yaitu  “…dipertahankan Allah tidak bercacat hingga kedatangan Yesus Kristus…” ini pasti ayat generasi terakhir,  jelas generasi terakhir temasuk di sini. 

 

 

So what do you think, is Sanctification optional, or is it an essential part of the gospel? To believe that Sanctification is not essential in the plan of salvation is to think that one can break the relationship with God, to no longer be right with God, to choose a different master, and somehow be justified and saved anyway.

You know, it's Christ in and sin out, or it's sin in and Christ out.

 

Jadi bagaimana menurut kalian, apakah Pengudusan itu opsional, atau itu bagian yang esensial dari Injil? Mempercayai bahwa Pengudusan itu tidak esensial dalam rencana keselamatan, adalah berpikir bahwa seseorang bisa memutuskan hubungan dengan Allah, untuk tidak lagi mempunyai hubungan yang benar dengan Allah, untuk memilih majikan yang lain, kendati begitu masih tetap dibenarkan dan diselamatkan.

Kalian tahu, Kristus masuk dan dosa keluar, atau dosa masuk dan Kristus keluar.

 

 

It's important to underscore the truth that all the accomplishments, all the victories over temptation, all the obedience to God's law, Sabbath-keeping, all the healthy living, all the self-control with temper, patience, and lust, every good thing, is enabled in the believer by the power of God's grace.  This power makes it possible to love those who don't treat us well, to love those who try to make us look like a fool. The Holy Spirit gives power over indulgence of appetite, it's the Holy Spirit giving light, the life of Christ to the believer. The power never has its source in the believer, and they know it, and they know it's absolutely true that what Jesus said “without Me you can do nothing” (John 15:5). They know that there is nothing of which they can boast in themselves. In fact, those truly living the sanctified life, are of all people on the earth the most dependent upon the power of God, because they know they're nothing without Him, and they're willing to be nothing so that God can be everything in their lives.

 

Adalah penting untuk menggarisbawahi faktanya bahwa semua pencapaian, semua kemenangan atas godaan, semua kepatuhan kepada Hukum Allah, pemeliharaan Sabat, semua hidup sehat, semua pengendalian diri atas amarah, kesabaran, dan nafsu, setiap hal yang baik, dimampukan pada orang yang beriman oleh kuasa rahmat Allah. Kuasa itu menjadikannya mungkin untuk mengasihi mereka yang tidak memperlakukan kita dengan baik, untuk mengasihi mereka yang berusaha merendahkan kita. Roh Kudus memberi kuasa mengatasi pemanjaan selera makan, Roh Kuduslah yang memberi terang, hidup Kristus, kepada orang beriman. Kuasa tersebut tidak pernah bersumber pada orang beriman, dan mereka mengetahui itu, dan mereka tahu bahwa mutlak benar apa yang dikatakan Yesus, tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:5). Mereka tahu bahwa tidak ada apa pun di dalam diri mereka yang bisa mereka banggakan. Malah, mereka yang benar-benar menghidupkan kehidupan yang kudus, dari antara semua orang di dunia, adalah yang paling bergantung pada kuasa Allah, karena mereka tahu mereka bukan apa-apa tanpa Dia, dan mereka rela menjadi bukan apa-apa, supaya Allah bisa menjadi segalanya dalam hidup mereka.

 

 

Now at the beginning of this message I asked this question, does what we believe about the nature of sin affect what we believe about Justification and Sanctification? And I think we truly know it does.

But let's look at the flip side for a minute. If one believes that we are born sinful and guilty by the nature, which, you know, just by being born we're already sinful, lost, and guilty, then it's pretty hard to believe that anything much good could be lived out in our lives; and Jesus’ life wouldn't be an example to us, He would only be our Substitute; therefore Justification could not be more than forgiveness of sin. If that's true, our nature will cause us to sin until Jesus comes. That's the view they have, and with this view there could never be a final generation overcoming sin. Well, unless they receive holy flesh before the Second Coming, which I think we all know is not the case. Now if that view is true, all the Bible verses and all the Spirit of Prophecy quotations you saw and heard in this presentation are just a mockery to us, holding out a hope that's impossible.

 

Nah, di bagian awal pesan ini saya mengajukan pertanyaan, apakah yang kita yakini mengenai kodrat dosa mempengaruhi apa yang kita yakini tentang Pembenaran dan Pengudusan? Dan saya pikir, kita benar-benar tahu memang demikian.

Tetapi mari kita lihat sisi baliknya sejenak. Jika ada yang meyakini secara alami kita dilahirkan sudah berdosa dan bersalah, yang hanya dengan dilahirkan saja kita sudah punya dosa, tidak selamat, dan bersalah, maka sangat sulit untuk percaya bahwa ada yang baik yang bisa dihidupkan dari hidup kita; dan hidup Yesus tidak akan menjadi teladan bagi kita, Dia hanya akan menjadi Pengganti kita; maka Pembenaran tidak bisa lebih dari pengampunan dosa. Andai itu benar, kodrat kita akan membuat kita berdosa hingga kedatangan kedua Yesus.

Iniah pandangan yang mereka miliki, dan dengan pandangan ini tidak pernah akan ada generasi terakhir yang menang atas dosa. Nah, kecuali mereka menerima daging kudus sebelum Kedatangan Kedua, yang saya pikir kita semua tahu tidak begitu kejadiannya. Nah, jika pandangan ini benar, maka semua ayat Alkitab dan semua kutipan Roh Nubuat yang kita lihat dan dengar di presentasi ini, hanyalah suatu cemooh bagi kita, memberikan suatu harapan yang mustahil.

 

 

On the other hand, while it's true that we are born with a fallen nature that won't be changed until Jesus comes, we are not condemned until we make our own choices for sin, and we've all done it. However, Jesus, in this view, could take a damaged nature and not make any sinful choices because of His total dependence on the Father, and on the Holy Spirit, because He came as a helpless human being when He was born. When He came out of the womb He was a helpless baby that depended on His mother. But as He grew He depended totally on His Father and on the Holy Spirit. And He showed us what to do, because we can depend on God the same way as He. So He left an example as well as is our Substitute. He never sinned but He took upon Himself our sins, so that we can be forgiven. And then the same Holy Spirit that aided Jesus as a human being will come into our lives, and transform us, and we can continue in that transformation our whole lives. That's all Sanctification is.

 

Di pihak lain, sementara memang benar kita lahir dengan kodrat berdosa yang tidak akan berubah hingga Kedatangan Kedua Yesus, kita tidak dihukum hingga kita membuat pilihan kita sendiri untuk berdosa, dan kita semua telah melakukannya. Namun, Yesus, dalam pandangan ini, bisa mengambil kodrat yang cacat dan tidak membuat pilihan berdosa apa pun karena ketergantunganNya yang penuh pada Allah Bapa dan pada Roh Kudus, karena Dia datang sebagai manusia yang tidak berdaya ketika Dia dilahirkan. Ketika Dia keluar dari rahim, Dia adalah bayi yang tidak berdaya yang bergantung pada ibuNya. Tetapi ketika Dia bertumbuh, Dia bergantung seluruhnya pada BapaNya dan pada Roh Kudus. Dan Dia menunjukkan kepada kita apa yang harus dilakukan, karena kita bisa bergantung pada Allah dengan cara yang sama seperti Dia. Jadi Dia meninggalkan suatu teladan dan juga sebagai Pengganti kita. Dia tidak pernah berdosa, tetapi Dia mengambil untuk DiriNya sendiri dosa-dosa kita, supaya kita bisa diampuni. Lalu Roh Kudus yang sama yang telah membantu  Yesus sebagai manusia, akan masuk ke dalam hidup kita dan mengubah kita, dan kita bisa berlanjut dalam perubahan itu selama hidup kita. Itulah Pengudusan.

 

 

There will be lessons to learn, there will be growing to do. But Justification and Sanctification will work for us every day that we are willing to remain surrendered to God. And He will give us the abundant life. We will be overcomers by His enabling grace and ready for Jesus to come, at last.

 

Ada pelajaran-pelajaran yang harus dipelajari, ada pertumbuhan yang harus dijalani. Tetapi Pembenaran dan Pengudusan akan bekerja bagi kita setiap hari kita rela tetap berserah kepada Allah. Dan Dia akan memberi kita hidup berlimpah. Kita akan menjadi pemenang oleh rahmatNya yang memampukan dan kita akan siap untuk kedatangan Yesus, akhirnya.

 

 

Now, as I said at the beginning, this is a huge topic. I covered Justification, I covered Sanctification, and there wasn't time to cover everything you know I can think of some awesome quotations that I wish I could have included, but please send in questions so that we can address anything that may need some attention, if you know I was short in some area.

And so we thank you for listening, and you have a wonderful day, we hope you'll be with us in our next session.

 

Nah, seperti kata saya di bagian awal, ini adalah topik yang besar. Saya telah meliput Pembenaran, saya telah meliput Pengudusan, dan tidak cukup waktu untuk meliput segalanya. Kalian tahu, ada beberapa kutipan yang mengagumkan seandainya saja bisa saya masukkan, tetapi silakan mengirim pertanyaan-pertanyaan supaya kami bisa membahas apa-apa yang memerlukan perhatian, jika saya kurang dalam beberapa hal.

Maka kami mengucapkan terima kasih kepada kalian yang telah mendengarkan, dan semoga kalian menikmati hari yang indah, dan berharap kalian hadir bersama kami dalam sesi berikutnya.

 

 

 

 

17 12 23

No comments:

Post a Comment