Monday, July 22, 2024

EPISODE 05/24 ~ WHAT JESUS SAID ~ WHO HE IS PART 2 ~ STEPHEN BOHR

 

WHAT JESUS SAID

Part 05/24 - Stephen Bohr

WHO HE IS PART 2

https://www.youtube.com/watch?v=ClVBeH9kMUU

 

Dibuka dengan doa

 

Just reviewing what we studied yesterday. We studied the first five characteristics of who Jesus is. In other words, we talked about His different functions, and we noticed:

1.    first of all that Jesus pre-existed before He came to this world in eternity past.

2.    secondly we noticed that Jesus was the protagonist of creation.

In other words, He implemented the will of the Father in creation. Everything was made through Him.

3.    then we noticed the next step was that Jesus took upon Himself humanity.

In other words, we're dealing here with the incarnation. He who was God became also man, two natures in one person.

4.    the fourth point that we covered yesterday is that Jesus lived a perfect life, a sinless life.

He wove a perfect robe of righteousness that He can give to us if we claim it.

5.    and finally the last point that we dealt with was that Jesus revealed God.

God's character in its fullness. In the Old Testament you had word pictures of what God is like, but in the New Testament you have Jesus in person, revealing the character of God.

 

Sekadar mengulang apa yang telah kita pelajari kemarin. Kita sudah mempelajari lima karakteristik pertama siapa Yesus. Dengan kata lain, kita sudah membahas tentang fungsi-fungsiNya yang berbeda, dan kita menyimak:

1.    pertama, Yesus sudah eksis di masa kekekalan lampau sebelum Dia datang ke dunia ini,

2.    kedua kita menyimak bahwa Yesus adalah tokoh utama dari Penciptaan.

Dengan kata lain Yesus yang mengimplementasikan kehendak Bapa dalam Penciptaan. Segala dibuat melalui Dia.

3.    Lalu kita menyimak langkah berikutnya ialah Yesus mengambil bagi DiriNya Sendiri kemanusiaan.

Dengan kata lain, di sini kita berurusan dengan inkarnasi. Dia yang adalah Allah menjadi manusia juga, dua kodrat dalam satu Pribadi.

4.    Poin ke empat yang kita liput kemarin ialah Yesus menghidupkan suatu hidup yang sempurna, hidup yang tanpa dosa.

Dia merajut sebuah jubah kebenaran yang sempurna yang bisa diberikanNya kepada kita jika kita mengklaimnya.

5.    Dan akhirnya, poin terakhir yang kita bahas ialah Yesus menyatakan Allah, karakter Allah sepenuhnya.

Di Perjanjian Lama ada gambaran melalui kata-kata tentang bagaimana Allah itu, tetapi di Perjanjian Baru ada Yesus yang menyatakan karakter Allah secara pribadi.

 

 

The Sixth Fact

Now the next point that we want to deal with is on page 57 of our study notes, page 57. Fact # 6: is that Jesus came to this earth to die a vicarious death. See we not only have problems with our life, we have a sinful life, but we have another problem and it is that we must die because of our sins.

Ø    So Jesus had to first of all live a perfect life, that He could credit to us,

Ø    and then Jesus needed to die to pay for our sins, so that we don't have to die. So Jesus died a vicarious death.

 

Fakta yang Keenam

Nah, poin berikut yang mau kita bahas ada di hal. 57 dari makalah kita, hal. 57. Fakta # 6 yaitu: Yesus datang ke dunia ini untuk menjalani kematian pengganti. Lihat, kita bukan saja punya masalah dengan hidup kita, kita punya hidup yang berdosa; tetapi kita punya masalah yang lain dan itu ialah kita harus mati karena dosa-dosa kita.

Ø    Jadi Yesus pertama harus menghidupkan hidup yang sempurna, yang bisa dikreditkanNya kepada kita,

Ø    Kemudian Yesus perlu mati untuk membayarkan dosa-dosa kita, supaya kita tidak usah mati. Jadi Yesus mati untuk menggantikan kita.

 

 

In the beginning God warned Adam and Eve that if they ate from the forbidden tree, that would be sin; and if they sinned, they would certainly die. Now when Adam and Eve sinned, Satan seemed to have God between a rock and a hard place, and this is what Satan argued, “If You don't execute the death sentence, You are a liar and You are not just, because justice demands that sin be punished with death. That's what You said. However, if You punish man with death, how can You say that You are a God of mercy and love?” So it seemed to present a conflict between the love and mercy of God and the justice of God. Well, by sending Jesus, God solved the dilemma because Jesus paid the price for sin. He was just, but by dying for us He also showed that God is merciful and loving, because we don't have to pay, because He paid. So justice and love met together in what Jesus did.

 

Pada mulanya Allah telah memperingatkan Adam dan Hawa bahwa jika mereka makan dari pohon terlarang, itu adalah dosa; dan jika mereka berdosa, mereka pasti akan mati. Nah, ketika Adam dan Hawa berbuat dosa, Setan sepertinya menyaksikan Allah terpojok, dan inilah argumentasi Setan, “Jika Engkau tidak menjalankan vonnis kematian, Engkau seorang pembohong dan Engkau tidak adil karena keadilan menuntut bahwa dosa harus dihukum dengan kematian. Itu yang Engkau katakan. Namun, jika Engkau menghukum manusia dengan kematian, bagaimana Engkau bisa berkata Engkau adalah Allah yang penuh rahmat dan mengasihi?” Jadi sepertinya ada konflik antara kasih dan rahmat Allah dengan keadilan Allah. Nah, dengan mengutus Yesus, Allah menyelesaikan dilema itu karena Yesus yang membayarkan hukuman untuk dosa. Allah itu adil, tetapi dengan mati bagi kita, Dia juga menunjukkan bahwa Allah itu penuh rahmat dan mengasihi, karena kita tidak usah membayar sendiri, Dia yang membayarkan. Maka keadilan dan kasih bertemu dalam apa yang dilakukan Yesus.

 

 

God cannot die. Ellen White emphasizes that the divine nature of Christ did not die on the cross, because divinity cannot die. God is immortal. That's why Jesus had to assume humanity, so that in His human nature He could die to pay for sin.

 

Allah tidak bisa mati. Ellen White menekankan bahwa kodrat Ilahi Kristus tidak mati di salib karena keilahian tidak bisa mati. Allah itu baka. Itulah mengapa Yesus harus mengambil kemanusiaan supaya dalam kodrat kemanusiaanNya Dia bisa mati untuk membayarkan dosa kita.

 

 

Let's read several verses now that deal with the vicarious death of Christ. “vicarious” means “in our place”. The New Testament is replete with examples of the fact that Jesus took our penalty upon Himself.

The first is Matthew 20:28, notice what it says, Matthew 20:28 it says there, “ 28 just as the Son of Man did not come to be served, but to serve, and to…” what?  “…give His life a ransom for many.”

You're going to find that that little word “for” appears in several texts that we're going to read now. It's a key word. So Jesus died “a ransom for many”. That word “ransom” means to buy back by paying a price. We sold ourselves to sin, and Jesus dies on the cross to buy us back.

 

Mari kita baca beberapa ayat sekarang yang bicara tentang kematian pengganti Kristus. “pengganti” berarti “di tempat kita”. Perjanjian Baru penuh dengan contoh-contoh faktanya bahwa Yesus telah mengambil hukuman kita pada DiriNya Sendiri.

Yang pertama ialah Matius 20:28,  simak apa katanya, Matius 20:28, dikatakan di sana, 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk…”  apa? “…memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang…” 

Kalian akan melihat bahwa kata kecil “untuk/bagi”  muncul di beberapa ayat yang akan kita  baca. Itu kata kunci. Jadi Yesus mati  “…menjadi tebusan bagi banyak orang…”. Kata “tebusan” berarti membeli kembali sesuatu dengan membayar sejumlah harga. Kita telah menjual diri kita kepada dosa, dan Yesus mati di salib untuk membeli kita kembali.

 

 

Notice also John 15:13, 13 Greater love has no one than this, than to lay down one’s life…” here's the word again, “…for his friends.” 

Jesus laid down His life for His friends.

 

Simak juga Yohanes 15:13, 13 Tidak ada orang yang punya kasih yang lebih besar daripada ini, yang menyerahkan nyawanya…” kata yang sama itu lagi, “…bagi teman-temannya.”

Yesus menyerahkan hidupNya bagi teman-temanNya.

 

 

Notice Matthew 26:27-28. This is when Jesus instituted communion. 27 Then He took the cup, and gave thanks, and gave it to them…” that is to the disciples, “…saying, ‘Drink from it, all of you. 28 For this is My blood of the new covenant, which is shed…” here's the key word again:  “…which is shed for many for the remission of sins.’…”

So everything that Jesus did was for us. His death was for us. He took our place, in other words.

 

Simak Matius 26:27-28. Ini ketika Yesus melembagakan perjamuan kudus. 27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, dan mengucap syukur, dan memberikannya kepada mereka…”  yaitu kepada murid-muridNya, “…dengan berkata, ‘Minumlah dari cawan ini, kamu semua,  28 sebab inilah  darah-Ku dari perjanjian yang baru, yang ditumpahkan…”  nah, ini kata kunci itu lagi, “…yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.’…” Jadi segala yang dilakukan Yesus itu untuk kita. KematianNya untuk kita. Dengan kata lain, Dia mengambil tempat kita.

 

 

Then we have this beautiful passage in Isaiah 53:4 through 6, notice the key word “our”, Surely He has borne our griefs and carried our sorrows; yet we esteemed Him stricken, smitten by God, and afflicted. But He was wounded for our transgressions, He was bruised for our iniquities; the chastisement for our peace was upon Him, and by His stripes we are healed. All we like sheep have gone astray; we have turned, every one, to his own way; and the Lord has laid on Him the iniquity of us all.” Did Jesus take our place? Who was it that laid upon Jesus the iniquity of us all? It was the Father. That's why Jesus mentioned in John 18:11 that He had to drink the cup of wrath that the Father had given Him. In other words, He suffered death in our place.

 

Lalu ada bacaan yang indah ini di Yesaya 53:4-6, simak kata kuncinya: “kita”, 4 Sesungguhnya, Dia  yang telah menanggung duka kita dan memikul kesedihan kita; namun kita menganggap Dia kena pukul, dipukul oleh Allah, dan tersiksa. 5Tetapi Dia dilukai karena pelanggaran-pelanggaran kita, Dia dipukuli hingga memar karena kejahatan-kejahatan kita; hukuman demi pendamaian kita ditanggung olehNya, dan oleh bilur-bilurnya kita disembuhkan. 6 Kita sekalian seperti domba yang tersesat, kita telah berbalik masing-masing mengambil jalannya sendiri, dan TUHAN telah menimpakan kepadaNya kejahatan kita semua.” Apakah Yesus mengambil tempat kita? Siapa yang meletakkan pada Yesus kejahatan-kejahatan kita semua? Allah Bapa. Itulah mengapa Yesus mengatakan di Yohanes 18:11 Dia harus minum cawan murka yang telah diberikan Bapa kepadaNya. Dengan kata lain, Dia menderita kematian di tempat kita.

 

 

Now the next verse, 2 Corinthians 5:21 is one of my favorite verses in the Bible. It says, 21 For He…” that is God the Father,  “…made Him…” that is Jesus, “…who knew no sin…” there's His perfect life, right? The Father made Jesus who knew no sin to be what?  “…to be sin…” here's the word again “…sin for us,…” in other words, Jesus bore our sins,
“…that we might become the righteousness of God in Him.”

Isn't that a beautiful verse? Jesus knew no sin but the Father laid on Him our sin that we could be looked upon as righteous in Him. It's His righteousness not ours.

 

Nah, ayat berikutnya 2 Korintus 5:21 adalah salah satu ayat favorit saya di Alkitab. Dikatakan, 21 Karena Dia…” yaitu Allah Bapa, “…telah menjadikan Dia…” yaitu Yesus,   “…yang tidak mengenal dosa…” di sini hidupNya yang sempurna, kan? Allah Bapa menjadikan Yesus yang tidak mengenal dosa untuk menjadi apa?  “…menjadi dosa…” ini kata yang sama itu lagi, “…dosa  bagi kita,…”  dengan kata lain, Yesus menanggung dosa-dosa kita, “…supaya kita boleh menjadi kebenaran Allah di dalam Dia. …” 

Bukankah ini ayat yang indah? Yesus tidak mengenal dosa, tetapi Bapa menanggungkan padaNya dosa-dosa kita supaya kita boleh terlihat benar di dalam Dia. Jadi itu kebenaran Yesus, bukan kebenaran kita.

 

 

Let's go now to the next page, page 58. This is a very famous verse, actually a couple of verses. Here Nicodemus is the person that is being spoken to by Jesus, “ 14 And as Moses lifted up the serpent in the wilderness, even so must the Son of Man be lifted up, 15 that whoever believes in Him should not perish but have eternal life. 16 For God so loved…” how many?  “…the world, that He gave His only begotten Son,…” for how many did the Father give His only begotten Son? For the world. So everybody's going to be saved because Jesus was given for the world, right? No, No! There's a condition. John 3:16 is all embracing, but it also is exclusive, because it says, “…16 For God so loved the world that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him should not perish but have everlasting life.”

Must there be a response on the part of the sinner? Absolutely, very clearly.

 

Mari kita sekarang ke halaman berikut, hal. 58. Ini adalah ayat yang sangat dikenal, sesungguhnya dua ayat. Di sini kepada Nikodemus-lah Yesus sedang berbicara, 14 Dan sama seperti Musa mengangkat ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus diangkat.15 supaya barangsiapa yang percaya dalam Dia, jangan binasa tapi beroleh hidup yang kekal. 16 Karena begitu besar kasih Allah…”  untuk berapa banyak orang?   “…untuk dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang satu-satunya…”  untuk berapa banyak orang Bapa mengaruniakan AnakNya yang satu-satunya? Untuk dunia. Berarti semua orang akan diselamatkan karena Yesus dikaruniakan kepada dunia, benar? Tidak, tidak! Ada syaratnya. Yohanes 3:16 itu untuk semua, tetapi itu juga eksklusif, karena dikatakan, “…16 Karena begitu besar kasih Allah untuk dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang satu-satunya, supaya barangsiapa yang percaya  dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. …” 

Haruskah ada respons di pihak orang yang berdosa? Tentu saja, jelas sekali.

 

 

Galatians 3:13-14 once again the vicarious death of Jesus Christ. 13 Christ has redeemed us from the curse of the Law…” so the Law is bad, because it curses us, right? If you come to a stoplight and the light is red and you go through the light, are you under the curse of the Law? Yes. So the Law is to blame? It's the stoplight. So get rid of the stoplight? No! The problem is not with the Law! The problem is with the sinner. It curses the sinner, because of the sin; not because the Law is bad. So notice, “…13 Christ has redeemed us from the curse of the Law…” and how did He do this?  “…having become a curse for us…” He took our curse, in other words, “…(for it is written, ‘Cursed is everyone who hangs on a tree’),…” and notice what comes as a result? “…14 that the blessing of Abraham might come upon the Gentiles in Christ Jesus, that we might receive the promise of the Spirit through faith.”

 

Galatia 3:13-14 sekali lagi, kematian pengganti Yesus Kristus. 13 Kristus telah menebus kita dari kutuk Hukum…”  berarti Hukum itu buruk, karena dia mengutuk kita, benar? Jika kita tiba di stopan lampu dan lampunya merah dan kita jalan terus, apakah kita ada di bawah kutuk hukum? Ya. Jadi hukumnya yang salah? Lampu merahnya yang salah. Jadi singkirkan lampu merahnya? Tidak! Masalahnya bukan pada hukumnya! Masalahnya ada pada orang yang berdosa. Hukum itu mengutuk si pendosa karena dosanya; bukan karena Hukumnya buruk. Jadi perhatikan, “…13 Kristus telah menebus kita dari kutuk Hukum…” dan bagaimana Dia melakukannya? “…dengan menjadi kutuk bagi kita,…”  dengan kata lain Dia mengambil kutuk kita, “…sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tergantung pada batang kayu!…” dan simak apa akibatnya? “…14 agar berkat Abraham boleh sampai kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi di dalam Kristus Yesus, supaya kita boleh menerima Roh yang dijanjikan itu melalui iman.”

 

 

Notice Hebrews 2:9, there's so many verses on this particular point. Hebrews 2:9, “ But we see Jesus, who was made a little lower than the angels, for the suffering of death crowned with glory and honor, that He, by the grace of God, might taste death…” for those who are going to be saved? No!  “…for everyone.”

His death was for all, but not all are going to be saved, because there has to be a response, we're going to notice that in a little while.

 

Simak Ibrani 2:9, ada begitu banyak ayat tentang poin khusus ini. Ibrani 2:9, 9Tetapi kita melihat Yesus, yang dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat untuk menjalani penderitaan kematian, dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan, supaya Ia oleh kasih karunia Allah bisa merasakan kematian…”  bagi mereka yang akan diselamatkan? Tidak!   “…bagi  semua manusia…” 

KematianNya itu bagi semua manusai, tetapi bukan semua manusia akan diselamatkan karena harus ada respons, nanti sebentar kita akan menyimak itu.

 

 

Notice what we find in 1 John 2:1-2, 1My little children, these things write I unto you, that ye sin not. And if any man sin, we have an Advocate with the Father, Jesus Christ the righteous…” so can Jesus present Himself before the Father? Can He present His righteousness in our place? Yeah, see our Advocate is righteous, and so it says, we have Jesus Christ the righteous. When we receive Him the Father receives His righteousness in our place. And then it continues saying,  “…2 And He is the propitiation for our sins…” He satisfies our sins by His death,  “…and not for ours only, but also for…” how many?  “…for the sins of the whole world.”(KJV)

 

Nah, simak apa yang kita temukan di 1 Yohanes 2:1-2, 1Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Dan jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang Pembela pada Bapa yaitu Yesus Kristus, yang benar…”  jadi bisakah Yesus mempresentasikan DiriNya di hadapan Bapa? Bisakah Dia mempresentasikan kebenaranNya di tempat kita? Iya, lihat, Pembela kita itu benar, maka dikatakan kita punya Yesus Kristus yang benar. Ketika kita menerima Dia, Bapa menerima kebenaranNya di tempat kita. Kemudian dikatakan selanjutnya, “…2 Dan Ia adalah pendamai  bagi dosa-dosa kita,…”  Dia membayar dosa kita dengan kematianNya, “…dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga  untuk…”  berapa banyak?  “…untuk dosa-dosa seluruh dunia.”

 

 

Satan did his utmost to do four things:

1.    first he tried to kill Jesus before Jesus voluntarily offered His life on the cross.

2.    secondly he tried to infect Jesus with the virus of sin.

3.    third he tried to deviate Jesus from going to the cross, multiple ways.

4.    and finally he tried to discourage Jesus when He was in Gethsemane.

He was saying, “Listen, You're going to be separated from Your Father forever. All of Your followers have forsaken You. What's the use? Give up, leave.”

In other words, Satan did his utmost to keep Jesus from going to the cross and dying for human beings.

 

Setan berbuat sebisa-bisanya untuk melakukan empat hal:

1.    pertama dia berusaha membunuh Yesus sebelum Yesus secara sukarela mempersembahkan nyawaNya di salib.

2.    kedua dia berusaha menjangkiti Yesus dengan virus dosa.

3.    ketiga, dia berusaha mengalihkan Yesus dari tujuanNya ke salib, dengan pelbagai cara.

4.    dan akhirnya dia berusaha mematahkan semangat Yesus ketika Dia berada di Getsemani.

Setan berkata, “Dengar, Engkau akan dipisahkan dari BapaMu selamanya. Semua pengikutMu telah meninggalkanMu. Apa gunanya? Batalkan, pergilah.”

Dengan kata lain, Setan berbuat sekuat tenaganya untuk mencegah Yesus pergi ke salib dan mati bagi manusia.

 

 

When Jesus cried out, “My God, My God, why have You forsaken Me?” the sins of the whole world crushed His life. He died long before He should have. You know there's a movie called The Passion of the Christ. I watched it finally. I wasn't really excited about it. But you know, the emphasis in that movie is on the merciless beatings that Jesus Christ received. It's a very violent movie. But you know what? Jesus did not die of His wounds. In fact, do you know that we are told in the Spirit of Prophecy that before anyone laid a finger on Him, He would have died in Gethsemane unless the Father had sent an angel to strengthen Him. Jesus did not die of His wounds. Jesus died because of the load of sin that was upon Him, the sins of the whole world. You know, people commit suicide because of their own sins, the guilt of their own sins; imagine someone bearing the sins of the whole world, the punishment of the whole world upon himself, folks; that's what Jesus did. No human being could have ever done that.

 

Ketika Yesus berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46), dosa-dosa seluruh dunia meremukkan nyawaNya. Dia mati lama sebelum waktunya. Kalian tahu ada sebuah film berjudul The Passion of the Christ, yang akhirnya saya tonton. Saya tidak terlalu gemar dengan itu. Tetapi kalian tahu, penekanan dalam film itu ada pada pemukulan-pemukulan yang tidak mengenal iba yang diterima Yesus Kristus. Itu film yang sangat penuh kekerasan. Tetapi kalian tahu, Yesus tidak mati karena luka-lukaNya. Bahkan tahukah kalian kita mendapat tahu dari Roh Nubuat bahwa sebelum siapa pun menyentuh Dia, Dia bisa mati di Getsemani andaikan Bapa tidak mengutus seorang malaikat untuk menguatkan Dia. Yesus tidak mati karena luka-lukaNya. Yesus mati karena beratnya beban dosa yang dipikulNya, dosa-dosa seluruh dunia. Kalian tahu, orang-orang yang bunuh diri itu memikul dosa-dosa mereka sendiri, rasa bersalah dari dosa-dosa mereka sendiri; bayangkan orang yang memikul dosa-dosa seluruh dunia, hukuman seluruh dunia dipikulnya sendiri, Saudara-saudara; itulah yang dilakukan Yesus. Tidak ada manusia yang mungkin bisa melakukan itu.

 

 

The Seventh Fact

Now let's notice Fact # 7: the resurrection of Jesus made it possible for Him to go to heaven to be our Intercessor or Mediator. If Jesus had died but not resurrected, we would have no hope of eternal life, because a dead Savior cannot save us. Is the resurrection as important as His death? Is it as important as His perfect life? Is His ministry in the heavenly sanctuary as important as all of the aspects of His ministry? Absolutely.

 

Fakta yang Ketujuh

Nah, mari kita simak Fakta # 7: kebangkitan Yesus memungkinkan Dia ke Surga untuk menjadi Perantara atau Mediator kita. Andai Yesus mati tetapi tidak bangkit, kita tidak akan punya harapan hidup kekal, karena Juruselamat yang mati tidak bisa menyelamatkan kita. Apakah kebangkitanNya sama pentingnya seperti kematianNya? Apakah itu sama pentingnya seperti hidupNya yang sempurna? Apakah ministriNya di Bait Suci surgawi sama pentingnya seperti semua aspek ministriNya? Tentu saja.

 

 

Matthew 28:1 through 7 records the literal, physical resurrection of Jesus, and the beloved disciple describes Him ~ this is really interesting ~ describes Jesus as having the keys of “hades” and death. Do you know what “hades” is? ᾅδης [hadēs] should be translated “the grave”. The word “hades” is used 11 times in the New Testament, and with one exception in the story of the rich man and Lazarus where it says that the rich man went to hades ~ with that one exception ~ it should be translated “grave”. In the parable is not translated “grave” because Jesus is using the concept that the Pharisees had,  which they believe that “hades” was a place of burning.

 

Matius 28:1-7 mencatat kebangkitan Yesus yang literal dan fisikal, dan murid yang dikasihi menggambarkan Yesus ~ ini sungguh menarik ~ menggambarkan Yesus sebagai memegang anak kunci “hades” dan maut. Tahukah kalian “hades” itu apa”? ᾅδης [hadēs] harus diterjemahkan “kubur”. Kata “hades” dipakai 11 kali di Perjanjian Baru, dan dengan satu perkecualian di cerita orang kaya dan Lazarus di mana dikatakan bahwa si orang kaya pergi ke “hades”, dengan satu perkecualian itu ~ “hades” harus diterjemahkan “kubur”. Di perumpamaan orang kaya dan Lazarus, “hades” tidak diterjemahkan “kubur” karena Yesus menggunakan konsep orang-orang Farisi yaitu mereka meyakini “hades” itu tempat pembakaran.

 

 

And so notice on the next page, page 59, the Bible compares שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] which is the equivalent Hebrew word, and ᾅδης [hadēs] to a prison house with bars and gates. And you should read those verses, Psalm 9:13 and Isaiah 38:10. The grave is compared to a prison house with bars and gates, like you know, like prisons have. The first reference to “hades” in the book of Revelation uses the prison analogy. Notice what Revelation 1:18 says, Jesus is speaking, 18 I am He who lives, and was dead, and behold, I am alive forevermore. Amen…” And now notice what Jesus says  “…And I have the keys of Hades and of Death.” I have the keys of the grave and of death.

 

Maka simak di halaman berikut, hal. 59, Alkitab membandingkan שְׁאֹל שְׁאוֹל [she'ôl] yang adalah kata Ibrani dengan arti yang sama, dan ᾅδης [hadēs] kepada sebuah penjara dengan jeruji-jeruji besi dan pintu besi. Kalian harus membaca ayat-ayat itu, Mazmur 9:13 dan Yesaya 38:10.

13 Kasihanilah aku, ya TUHAN; lihatlah sengsaraku yang datang dari mereka yang membenci aku,  Engkau yang mengangkat aku keluar dari pintu gerbang maut.” (Mazmur 9:13)

10 Aku berkata: ‘Ketika hari-hariku dipotong, aku harus pergi ke pintu gerbang kubur, aku kehilangan sisa umurku.” (Yesaya 38:10)

Kubur itu dibandingkan dengan penjara dengan jeruji-jeruji besinya dan pintu-pintu besi seperti yang ada di penjara.

Referensi pertama tentang “hades” di kitab Wahyu menggunakan analogi penjara. Simak apa kata Wahyu 1:18, Yesus sedang bicara, 18 Akulah Dia yang hidup, dan telah mati, dan lihatlah, Aku hidup selama-lamanya. Amin…”  dan sekarang simak apa kata Yesus,   “…Dan Aku memegang kunci-kunci hades dan maut…” Aku memegang kunci-kunci kubur dan maut.

 

 

Let's reflect on that for a few moments. The grave is the prison, the dead are the prisoners, and Satan is the jailer with the keys in his hand, and he does not let his prisoners go free according to Isaiah 14:17, as long as he has the keys, the ones who are dead are doomed. Ah but here's the good news! Jesus died, went into the grave, took away the keys from the jailer, and brought them out in his hand. Because He lives we will live also, according to John 14:19. When the venomous serpents in the wilderness bit the Israelites, God neutralized the venom by raising His own serpent, a symbol of Jesus bearing the sins and dying because of those sins. Scientists make anti-venom from venom. Likewise Jesus defeated the venom of death by His death. Death destroyed death. He went into the grave, took away the keys from Satan, and came out alive. The book of Hebrews explains that by His death Jesus destroyed Satan and the power of death.

 

Mari kita renungkan itu sejenak. Kubur itu penjaranya, yang mati adalah tawanannya, dan Setan itu sipirnya yang memegang anak kuncinya di tangannya, dan dia tidak mengizinkan tawanan-tawanannya bebas menurut Yesaya 14:17. Selama dia punya anak kuncinya, mereka yang mati, takdirnya mati. Ah, tetapi ini kabar baiknya! Yesus mati, pergi ke kubur, mengambil anak kunci dari si sipir, dan membebaskan para tawanan  dari tangan Setan. Karena Yesus hidup, kita akan hidup juga, menurut Yohanes 14:19. Ketika ular-ular berbisa di padang gurun mematuk bangsa Israel, Allah menetralisasikan bisa itu dengan mengangkat UlarNya sendiri, sebuah simbol Yesus yang sedang memikul dosa-dosa dan mati karena dosa-dosa tersebut. Para ilmuwan membuat antibIsa dari bisa. Begitu juga Yesus mengalahkan bisa maut oleh kematianNya sendiri. Maut membinasakan maut. Yesus pergi ke dalam kubur, mengambil anak kuncinya dari Setan, dan keluar hidup-hidup. Kitab Ibrani menjelaskan bahwa dengan kematianNya Yesus membinasakan Setan dan kuasa maut.

 

 

Notice Hebrews 2:14-15, 14 Inasmuch then as the children have partaken of flesh and blood…” that's us,  “…He Himself likewise shared in the same…” now listen carefully  “…that through death He might destroy him who had the power of death, that is, the devil…” so Jesus by His death destroys the one who has the power of death; but not only the one who has the power of death, but death itself, because it continues saying  “…15 and release those who through fear of death were all their lifetime subject to bondage.” As we stated previously in Matthew 16:18 Jesus said that the gates of the grave would not prevail against this church. It's translated “the gates of hell”, but “hades” the gates of the grave will not prevail against the church. Do you know why the gates of the grave will not prevail against the church? Because they did not prevail against Jesus, because Jesus came forth from the grave His people will come forth from the grave as well.

 

Simak Ibrani 2:14-15, 14 Oleh sebab itu sebagaimana anak-anak itu telah mengambil bagian daging dan darah…” maksudnya kita, “…Ia Sendiri juga berbagi yang sama;…”  sekarang dengarkan baik-baik, “…agar melalui kematian-Nya Ia bisa memusnahkan dia yang berkuasa atas maut, yaitu Iblis…”  Maka Yesus melalui kematianNya, membinasakan dia yang punya kuasa kematian; tetapi bukan saja yang punya kuasa atas maut, melainkan maut itu sendiri, karena selanjutnya dikatakan, “…15 Dan membebaskan mereka yang karena takutnya kepada maut, seumur hidupnya berada di bawah belenggu…”  Seperti yang tadinya kita katakan di Matius 16:18 Yesus berkata bahwa pintu kubur tidak akan menang atas gereja ini. Itu diterjemahkangerbang neraka” tetapi “hades”, gerbang kubur tidak akan menang atas gereja. Tahukah kalian mengapa gerbang kubur tidak akan menang atas gereja? Karena mereka tidak menang atas Yesus, karena Yesus keluar dari dalam kubur, maka umatNya akan keluar juga dari dalam kubur.

 

 

Jesus is referred to as “the first born from the dead” in Revelation 1:5, not because He was the first to resurrect ~ because there were many that resurrected before Jesus ~ “first born from the dead” does not mean He was the first to resurrect, but what it means is that His resurrection guarantees the resurrection of all of His followers. It refers to the preeminence of the resurrection of Jesus Christ. His resurrection makes all other resurrections possible for those who are in Christ. You see, if we die in Christ, Jesus will unlock the prison house of death, and at His coming He will take us to heaven.

 

Yesus dirujuk sebagai ”yang sulung bangkit dari antara orang mati” di Wahyu 1:5, bukan karena Dia yang pertama bangkit ~ karena ada banyak yang dibangkitkan sebelum Yesus. ”yang sulung bangkit dari antara orang mati” tidak berarti Yesus yang pertama bangkit, tetapi itu berarti  kebangkitanNya menjamin kebangkitan semua pengikutNya. Ini merujuk kepada keunggulan kebangkitan Yesus Kristus. KebangkitanNya memungkinkan semua kebangkitan mereka yang ada dalam Kristus. Kalian lihat, jika kita mati dalam Kristus, Yesus akan membuka kunci rumah penjara maut, dan pada saat kedatanganNya, Dia akan membawa kita ke Surga.

 

 

Paul wrote that the dead in Christ ~ notice the dead in Christ  ~ will rise first, and then He will transform this corruptible mortal body into the likeness of His glorious body. (Philippians 3:21). And finally death and hades according to Revelation will be thrown into the lake of fire and be destroyed forevermore.

 

Paulus menulis bahwa yang mati dalam Kristus ~ simak, yang mati dalam Kristus ~ akan lebih dulu bangkit (1 Tesalonika 4:16-17), kemudian Dia akan mengubah tubuh fana ini menjadi serupa dengan tubuhNya yang mulia (Filipi 3:21). Dan akhirnya menurut Wahyu, maut dan hades akan dilemparkan ke dalam lautan api dan dimusnahkan untuk selamanya. (Wahyu 20:14)

 

 

You know people ask me because I fly a lot, people ask me, “Aren't you afraid of flying?”

I say, “Not really, why should I be?”

“Well, because the plane might fall out of the sky.”

I say, “Yeah and what's the problem?”

“You’ll die.” 

“And what's the problem?” If we're in Christ death means nothing, folks, death is a conquered foe. When Jesus died and resurrected, we can be sure that if we're in Christ, if we die, we will resurrect. Death is simply a longer sleep than usual. That's so comforting.

 

Kalian tahu, orang-orang bertanya kepada saya karena saya sering terbang, orang-orang bertanya pada saya, “Tidakkah Anda takut terbang?”

Saya katakan, “Tidak sih, mengapa harus takut?”

“Yah, karena pesawatnya bisa jatuh dari langit.”

Kata saya, “Iya, lalu apa masalahnya?”

“Anda akan mati.”

“Dan apa masalahnya?” Jika kita berada dalam Kristus, kematian tidak berarti apa-apa, Saudara-saudara, kematian adalah musuh yang sudah ditaklukkan. Ketika Yesus mati dan bangkit, kita boleh merasa pasti bahwa jika kita di dalam Kristus, kita mati, kita akan dibangkitkan. Kematian hanyalah tidur yang lebih lama daripada biasanya. Ini begitu menenteramkan.

 

 

Now Christians usually think that the death of Jesus forgave our sins. Now Jesus died for everyone, right? And so Christians say, “Oh yeah, Jesus when He died on the cross He forgave everyone's sins.” False.

You say, “What are you talking about?”

Jesus did not forgive everyone's sins on the cross. Jesus made provision to forgive the sins of everyone.

 

Nah, orang Kristen biasanya berpikir bahwa kematian Yesus mengampuni dosa-dosa kita. Nah, Yesus mati bagi semua orang, benar? Maka orang Kristen berkata, “Oh, iya, ketika Yesus mati di salib, Dia menampuni dosa semua orang.” Salah!

Kalian berkata “Apa maksudnya?”

Yesus tidak mengampuni dosa semua orang di salib. Yesus membuat persediaan untuk mengampuni dosa semua orang.

 

 

Now let's notice 1 Corinthians 15 we’ll read verses 3-8 and 17-19 here is the important point about the resurrection of Christ. Listen, if Jesus had not resurrected we would still be in our sins. So if that's true that we would still be in our sins if He didn't resurrect, then He did not forgive our sins on the cross. Notice what it says here,For I delivered to you first of all that which I also received: that Christ died for our sins according to the Scriptures, and that He was buried, and that He rose again the third day according to the Scriptures, and that He was seen by Cephas, then by the twelve. After that He was seen by over five hundred brethren at once, of whom the greater part remain to the present, but some have fallen asleep. After that He was seen by James, then by all the apostles…” I think there's plenty of evidence that Jesus resurrected. I think that's what Paul is trying to make a point here.  “… Then last of all He was seen by me also, as by one born out of due time…” in other words he wasn't able to experience the three and a half years of Christ here on earth. “…17 And if Christ…” now notice we go to verse 17,  “…17 And if Christ is not risen, your faith is…” what?  “…futile…” empty, worthless, “…you are still in your sins...” if Jesus did not resurrect, we are what? We are still in our sins. So were all sins forgiven when Jesus died on the cross? No! Because if He didn't resurrect, we would still be in our sins. Verse 18,  “…18 Then also those who have fallen asleep in Christ have perished…” was the resurrection of Jesus absolutely indispensable for His people to have assurance of eternal life? Absolutely! And then in verse 19, “…19 If in this life only we have hope in Christ, we are of all men the most pitiable.”

 

Sekarang mari kita simak 1 Korintus 15, kita akan membaca ayat-ayat 3-8, dan 17-19, di sini ada beberapa poin penting tentang kebangkitan Kristus. Dengarkan, andai Yesus tidak bangkit, kita masih akan berada dalam dosa-dosa kita. Jadi, jika itu benar bahwa kita masih ada dalam dosa-dosa kita jika Yesus tidak bangkit, maka Dia tidak mengampuni dosa-dosa kita di salib. Simak apa yang dikatakan di sini, 3 Sebab kusampaikan kepadamu pertama-tama apa yang juga telah kuterima: bahwa Kristus telah mati untuk dosa-dosa kita menurut Kitab Suci, 4 dan bahwa Ia telah dikuburkan dan bahwa Ia telah bangkit lagi  hari yang ketiga, menurut Kitab Suci,  5 dan bahwa Ia telah dilihat oleh Kefas, kemudian oleh kedua belas murid-Nya. 6 Sesudah itu Ia dilihat oleh lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa telah meninggal. 7 Setelah itu Ia dilihat oleh Yakobus, kemudian oleh semua rasul…”  ada cukup banyak bukti bahwa Yesus sudah bangkit, saya rasa Paulus igin membuat poin tersebut di sini.  “…8 Dan yang paling akhir dari semuanya Ia dilihat juga olehku sebagaimana oleh seseorang yang lahir di luar waktunya…” dengan kata lain Paulus tidak bisa mengalami yang tiga setengah tahun pelayanan Kristus di atas bumi. “…17 Dan jika Kristus…”  sekarang simak, kita ke ayat 17,   “…17 Dan jika Kristus  tidak bangkit, imanmu…”  apa? “…sia-sia…” kosong, tidak ada nilainya, “…kamu masih hidup dalam dosamu…” Jika Yesus tidak bangkit, kita apa? Kita masih dalam dosa-dosa kita. Maka apakah semua dosa diampuni ketika Yesus mati di salib? Tidak! Karena jika Yesus tidak bangkit, kita masih dalam dosa-dosa kita. Ayat 18, “…18 Kalau begitu juga orang-orang yang mati dalam Kristus telah binasa…” apakah kebangkitan Yesus sangat diperlukan agar umatNya mempunyai jaminan hidup kekal? Tentu saja! Lalu di ayat 19, “…19 Jika hanya dalam hidup ini saja kita memiliki harapan dalam Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling menyedihkan dari semua manusia.”

 

 

Let's notice Romans 4:23-25 you're going to notice here that our justification depends on the resurrection of Christ. You know what Justification is? Justification and forgiveness are the same thing. Justification is the fancy theological word. Notice Romans 4:23, 23 Now…” and this is speaking of the story of Abraham's justification when he believed God. “…23 Now it was not written for his sake alone that it was imputed to him…”  in other words, the righteousness of God was credited to his account, “… 24 but also for us. It shall be imputed to us…” in other words, His righteousness will be credited to our account  “…who believe in Him…” not to everyone, those who believe in Him, “…who raised up Jesus our Lord from the dead,…” now listen carefully  “…25 who was delivered up because of our offenses, and was raised because of…” was raised for “…our justification.” Jesus was raised for our forgiveness, for our justification, according to this.

 

Mari kita simak Roma 4:23-25, kita akan melihat di sini bahwa pembenaran kita bergantung pada kebangkitan Kristus. Kalian tahu pembenaran itu apa? Pembenaran dan pengampunan adalah hal yang sama. Pembenaran itu kata theologi yang aksi. Simak Roma 4:23, 23 Nah, ini tidak ditulis demi dia (Abraham) saja bahwa itu sudah diperhitungkan padanya,…”  dengan kata lain, kebenaran Allah dikreditkan ke Abraham, “…24 tetapi juga demi kita. Itu akan diperhitungkan pada kita…” dengan kata lain kebenaranNya akan dikreditkan ke kita  “…yang percaya dalam Dia,…”  bukan kepada semua orang, hanya mereka yang percaya dalam Dia, “…yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,…”  sekarang dengarkan baik-baik, “…25 yang telah diserahkan karena pelanggaran-pelanggaran kita dan dibangkitkan karena (untuk)…” dibangkitkan untuk “…pembenaran kita…” Yesus dibangkitkan untuk pengampunan kita, untuk pembenaran kita, menurut ayat-ayat ini.

 

 

Now there's this question. Who resurrected Jesus? You know most people say, “Well, Jesus resurrected Himself.” And that's true, He had life within Himself. But there's more to the story. Let's notice John 5:26 it says there, “ 26 For as the Father has life in Himself, so He has granted the Son to have life in Himself.”

 

Nah, ada pertanyaan ini, siapa yang membangkitkan Yesus? Kebanyakan orang berkata, “Nah, Yesus membangkitkan DiriNya sendiri.” Dan itu benar, Dia punya hidup dalam DiriNya sendiri. Tetapi masih ada lagi. Mari kita simak Yohanes 5:26, dikatakan di sana, 26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam Diri-Nya Sendiri, demikian juga Dia telah memberikan Sang Anak untuk mempunyai hidup dalam Diri-Nya Sendiri.”

 

 

Now let's go to our next text which adds to this, John 10:17-18. Have you ever read in the Spirit of Prophecy where Ellen White states that on resurrection morning two angels descended from heaven, one rolled away the stone and sat on the stone, the other stood before the two of them, and said, “Oh, Thou Son of God, Thy Father calls Thee!” Have you ever read that in Early Writings and also in The Desire of Ages? Where is that in the Bible? We’ll see. We have to search the Scriptures. Notice John 10:17-18,17 ‘Therefore My Father loves Me, because I lay down My life that I may take it again. 18 No one takes it from Me, but I lay it down of Myself. I have power…” by the way, this is not a good translation: “power”. There is a word for “power” in the New Testament, it's the word δύναμις [dunamis] where we get the word “dynamite” from. That's not the word here. The word here is ἐξουσία [exousia], it should be translated “authority”. So Jesus says here  “…I have the power authority to lay it down, and I have the power authority to take it again...”  Where did Jesus get the authority from? Many people skipped the last part of the verse. It says, “…This command I have received from My Father.’…”

So what happened in resurrection morning? When Jesus died on the cross, the last thing He said was, “Father, into Your hands I command My spirit. You're going to have to call Me from the grave, Father.” And so on resurrection morning the angel says, “Your Father calls You.” And now Jesus comes forth from the tomb by the life that was in Himself, but by an authorization from His Father. That's the biblical basis for what Ellen White has to say. The little lady had it right. See, the reason why people reach wrong conclusions is because they don't think beyond, they expect to find a Bible verse that says, the angel said “Oh, Thou, Son of God, Your Father calls You.” Well, it's not that simple. You have to look and search for the basis of what Ellen White has to say.

 

Sekarang mari kita ke ayat berikutnya yang memperluas ini, Yohanes 10:17-18. Pernahkah kalian membaca di Roh Nubuat di mana Ellen White menyatakan bahwa pada pagi kebangkitan dua malaikat turun dari Surga, yang satu menggulingkan batu besar lalu duduk di atasnya, yang lain berdiri di depan keduanya dan berkata, “Oh, Engkau Anak Allah, BapaMu memanggilMu!” Pernahkah kalian membaca ini di Early Writings dan juga di The Desire of Ages? Di mana di Alkitab ada itu? Mari kita lihat. Kita harus mencari di Kitab Suci. Simak Yohanes 10:17-18, 17 Itulah sebabnya BapaKu mengasihi Aku, karena Aku menyerahkan hidupKu agar Aku bisa mengambilnya kembali. 18 Tidak seorang pun mengambilnya dariKu, melainkan Aku menyerahkannya sendiri. Aku punya kuasa…”  nah, ini bukan terjemahan yang baik: “kuasa”. Ada kata untuk “kuasa” di Perjanjian Baru, itu adalah kata δύναμις [dunamis] dari mana kita peroleh kata “dinamit”. Bukan kata itu yang ada di sini. Kata yang di sini adalah ἐξουσία [exousia] yang harus diterjemahkan “autoritas”. Maka di sini Yesus berkata, “…Aku punya kuasa autoritas untuk menyerahkannya dan Aku punya kuasa autoritas untuk mengambilnya kembali…”  Dari mana Yesus mendapatkan autoritas itu? Banyak orang tidak membaca bagian akhir dari ayat ini. Dikatakan, “…Perintah ini telah Aku terima dari Bapa-Ku…” 

Jadi apa yang terjadi pada pagi kebangkitan? Ketika Yesus mati di salib, hal terakhir yang dikatakanNya ialah, “Bapa, ke dalam tanganMu Aku serahkan RohKu. Engkau yang harus memanggil Aku keluar dari kubur, Bapa.” Maka pada pagi kebangkitan, malaikat itu berkata, “BapaMu memanggilMu.” Dan sekarang Yesus keluar dari dalam kubur, oleh hidup yang ada pada Diriya sendiri, tetapi dengan autorisasi dari BapaNya. Inilah dasar alkitabiahnya untuk apa yang dikatakan Ellen White. Ibu kecil ini memahaminya dengan benar. Lihat, mengapa orang mencapai konklusi yang salah ialah karena mereka tidak berpikir melampaui batasannya, mereka berharap menemukan ayat di Alkitab yang berkata, malaikat itu berkata, “Oh, Engkau Anak Allah, BapaMu memanggilMu.” Nah, tidak sesederhana itu. Kita harus mencari dan menyelidiki dasar dari apa yang dikatakan Ellen White.

  

 

Now the following texts prove that Jesus possesses inherent eternal life in Himself. Notice the following verse. John 11:25 and 26, 25 Jesus said to her, I am the resurrection and the life. He who believes in Me…” notice,  “…He who believes in Me though he may die, he shall live. 26 And whoever lives and believes in Me shall never die. Do you believe this?’… Do people die? So how is it that Jesus says they will never die? Well, He's saying they will never die in eternal death, in context, because He just said “…I am the resurrection and the life. He who believes in Me though he may die, he shall live…” and then He says  “…26 And whoever lives and believes in Me shall never die…” that is eternal death.

 

Nah,  ayat berikut membuktikan bahwa Yesus memiliki hidup kekal yang permanen dalam DiriNya. Simak ayat berikutnya. Yohanes 11:25-26, 25 Kata Yesus kepadanya,  ‘Akulah kebangkitan dan hidup; dia yang percaya dalam AKu…” simak, “…dia yang percaya dalam AKu walaupun ia mungkin mati, ia akan hidup 26 Dan siapa yang hidup dan  percaya dalam Aku, tidak akan pernah mati. Percayakah engkau akan hal ini?” Apakah manusia mati? Kalau begitu bagaimana Yesus bisa berkata mereka tidak akan pernah mati? Nah, Dia berkata mereka tidak akan pernah mati dalam kematian yang kekal, sesuai konteksnya, karena Dia baru saja berkata, 25Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah kebangkitan dan hidup; dia yang percaya dalam Aku walaupun ia mungkin mati, ia akan hidup…”  kemudian Dia berkta, “…26 Dan siapa yang hidup dan  percaya dalam Aku, tidak akan pernah mati…” yaitu kematian yang kekal.

 

 

Notice John 6:47, “ 47 Most assuredly, I say to you, he who believes in Me has everlasting life.”

John 14:6, Jesus said to him, ‘I am the way, the truth, and the life. No one comes to the Father except through Me.’..”

 

Simak Yohanes 6:47, 47 Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, dia yang mempercayai Aku, mempunyai hidup yang kekal.”

Yohanes 14:6, 6 Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Tidak  seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui Aku.’…”

 

 

And that beautiful promise in 1 John 5:11-12, “ 11 And this is the testimony: that God has given us eternal life, and this life is in His Son. 12 He who has the Son has life; he who does not have the Son of God does not have life.”  

So what is the key in all of this? The key in all of this is to have Christ, to be in Christ every moment of every day.

 

Dan janji yang indah itu di 1 Yohanes 5:11-12, 11 Dan inilah kesaksian itu: bahwa Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. 12 Dia yang memiliki Anak, memiliki hidup; dia yang tidak memiliki Anak Allah, tidak memiliki hidup…” 

Jadi apa kuncinya dalam semua ini? Kunci dari semua ini ialah memiliki Kristus, untuk selalu berada dalam Kristus setiap saat setiap hari.

 

 

You know we talk a lot about the close of probation, what I call the corporate close of probation for the world, which is when Michael stands up and all cases are decided. You say you know, we need to be ready for the close of probation. But if we should die today, that's our close of probation. So we need to make sure that every moment of every day we are in Christ, we are walking with Christ, we have a relationship with Jesus Christ, because if we don't get to the corporate close of probation for the world, and we should die, the Bible says “it is appointed for men to die once and after this the judgment”, after that their cases will be decided for life or for death.

 

Kita banyak bicara tentang tutupnya pintu kasihan, apa yang saya sebut penutupan pintu kasihan untuk semua yang di dunia, yaitu ketika Mikhael berdiri dan semua kasus sudah diputuskan. Kalian berkata, kita perlu bersiap untuk tutupnya pintu kasihan. Tetapi, jika kita mati hari ini, itulah tutupnya pintu kasihan kita. Jadi kita harus memastikan bahwa setiap saat setiap hari kita ada dalam Kristus, kita berjalan bersama Kristus, kita punya hubungan baik dengan Yesus Kristus, karena jika kita tidak mencapai tutupnya pintu kasihan bagi semua di dunia, dan kita mati sebelumnya, Alkitab berkata, 27 Dan sebagaimana telah ditetapkan bagi manusia untuk mati satu kali, dan sesudah itu penghakiman.” (Ibrani 9:27), setelah itu kasus mereka akan sudah diputuskan untuk hidup (kekal) atau untuk mati (kekal).

 

 

So do we understand the resurrection of Christ? Is His resurrection important? Absolutely, vitally, vitally, important. Is His death important? Yes. Is His perfect life important? Is it important that He was the creator of all things? See all of this is a package deal, it's everything or it's nothing, because it's a building pattern, where Jesus does everything for us.

 

Jadi apakah kita paham kebangkitan Kristus? Apakah kebangkitanNya penting? Tentu saja, vital sekali pentingnya. Apakah kematianNya penting? Ya. Apakah hidupNya yang sempurna penting? Apakah penting Dialah Pencipta segala sesuatu? Lihat, semua ini adalah satu paket, harus semuanya atau tidak sama sekali, karena ini adalah pola bangunan, di mana Yesus melakukan segala sesuatu untuk kita.

 

 

The Eighth Fact

Now let's go to Fact # 8, this is a little below the middle of page 61. If Jesus had died we would not have a Mediator to apply the benefits of His work on earth. Jesus ascended to the right hand of God, of His Father, to intercede ~ listen carefully now ~ to intercede for those who come to God through Him. Jesus can intercede before the Father because He is what? Because He's righteous.

Can I go and say to the Father, “Father, here I am, accept me.”?

The Father is going to say, “On what basis? You're a sinner and the wages of sin is death.”

But when I come to the Father through Jesus, the Father looks at Jesus, He looks at the righteousness of Christ. Notice this beautiful verse, 1 John 2:1, 1My little children, these things write I unto you, that ye sin not. And if any man sin, we have an…” what?  “…an advocate with the Father, Jesus Christ the righteous.” (KJV) See, the Advocate who presents Himself before the Father. He's righteous, and He presents His own righteousness in our place. We could never do that ourselves.

 

Fakta yang Kedelapan

Sekarang mari kita ke Fakta # 8, ini sedikit di bawah bagian tengah hal. 61. Jika Yesus mati, kita tidak akan punya seorang Perantara untuk mengaplikasikan manfaat pekerjaanNya di bumi. Yesus naik ke tangan kanan Allah, BapaNya, untuk menjadi perantara ~ dengarkan baik-baik sekarang ~ untuk menjadi perantara bagi mereka yang datang kepada Allah melalui Dia. Yesus bisa menjadi perantara di hadapan Bapa karena Dia apa? Karena Dia benar.

Bisakah saya pergi dan berkata kepada Bapa, “Bapa, ini aku, terimalah aku.”?

Bapa akan berkata, “Atas dasar apa? Kamu seorang pendosa, dan upah dosa itu maut.”

Tetapi jika saya datang kepada Bapa melalui Yesus, Bapa memandang Yesus, Dia memandang kebenaran Yesus. Simak ayat yang indah ini, 1 Yohanes 2:1, 1 Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Dan jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang…” apa? “…pembela pada Bapa yaitu Yesus Kristus, yang benar.” Lihat, Sang Pembela yang mempresentasikan DiriNya di hadapan Bapa, Dia benar, dan Dia mempresentasikan kebenaranNya sendiri di tempat kita. Kita sendiri tidak akan pernah bisa berbuat itu.

 

 

1 Timothy 2:5, 5 For there is one God and one Mediator between God and men, the Man Christ Jesus.” Is it important that the mediator be a man? Yes. Is it important that the mediator be God? Absolutely, He's the ladder that connects heaven and earth. The top of the ladder is His divine nature, and the bottom of the ladder is His human nature.

 

1 Timotius 2:5, 5 Karena ada satu Allah dan satu Perantara antara Allah dan manusia, yaitu Manusia Kristus Yesus,…”  Apakah penting perantaranya seorang manusia? Ya. Apakah penting mediatornya Allah? Tentu saja, Dialah anak tangga yang menghubungkan langit dan bumi. Bagian atas dari anak tangga itu adalah kodrat IlahiNya, dan bagian bawah dari anak tangga itu adalah kodrat kemanusiaanNya.  

 

 

Jesus is able to be merciful and faithful, because He is our Brother. Notice what Hebrews 2:17 says, “17 Therefore, in all things He had to be made like His…” what? “…His brethren…” now here's the beautiful thing: Jesus is the only One who deserves to be called Son of God; but when we receive Jesus as our Savior and Lord, we become brothers and sisters of Jesus. Now if we're brothers and sisters of Jesus, then we have the same Father. The only thing is, Jesus is the Father's natural Son, we are adopted according to Galatians chapter 4, but we are still members of the family. So when we receive Jesus, we're brothers and sisters of Jesus, and the Father says, “Well, if they're brothers and sisters of Yours, they're My kids too.” So the only way that we can belong to the family of God is through Jesus Christ. So it says, “…17 Therefore, in all things He had to be made like His brethren…” for what reason?  “…that He might be a…” what? “…a merciful and faithful High Priest in things pertaining to God, to make propitiation for the sins of the people.” 

 

Yesus sanggup bermurah hati dan setia, karena Dia adalah Saudara kita. Simak apa kata Ibrani 2:17, 17 Itulah sebabnya dalam segala hal Ia harus dijadikan sama seperti…”  apa?   “…saudara-saudara-Nya…”  Nah, ini luar biasanya: Yesus adalah Satu-satunya yang layak disebut Anak Allah; tetapi ketika kita menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita, kita menjadi saudara laki-laki dan perempuan Yesus. Nah, jika kita ini saudara-saudara Yesus, maka kita punya Bapa yang sama. Bedanya hanya Yesus adalah anak alami Bapa, kita diadopsi menurut Galatia pasal 4, tetapi kita tetap anggota keluarga. Jadi ketika kita menerima Yesus, kita adalah saudara-saudara Yesus dan Bapa berkata, “Nah, jika mereka itu saudara-saudaraMu, mereka anak-anakKu juga.” Maka satu-satunya jalan kita bisa termasuk keluarga Allah ialah melalui Yesus Kristus. Jadi dikatakan, “…17 Itulah sebabnya dalam segala hal Ia harus dijadikan sama seperti saudara-saudara-Nya…” supaya apa? “…supaya Ia  bisa…” apa? “…menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia dalam segala hal yang berkaitan dengan Allah, untuk membuat pendamaian bagi dosa-dosa umat.”

 

 

Jesus does not intercede for everyone on planet earth. He intercedes only for those who claim Him. You say, where do you get that from? From the Bible. Notice what it says in Hebrews 7:25, 25 Therefore He…” that is Jesus,  “…is also able to save to the uttermost those who come to God through Him, since He always lives to make intercession for them.” For whom does Jesus make intercession? For those who come to God through Him, those who claim Him.

 

Yesus tidak menjadi Perantara untuk semua orang di planet bumi. Dia menjadi Perantara hanya bagi mereka yang mengklaim DiriNya. Kalian berkata, darimana Anda mendapat konsep ini? Dari Alkitab. Simak apa yang dikatakan di Ibrani 7:25, 25 Karena itu Ia…”  maksudnya Yesus,   “…sanggup juga menyelamatkan sepenuhnya mereka yang datang kepada Allah melalui Dia, sebab Ia hidup senantiasa untuk membuat perantaraan untuk mereka…”  Untuk siapa Yesus membuat perantaraan? Untuk mereka yang datang ke Allah melalui DiriNya, mereka yang mengklaim DiriNya.

 

 

Notice Hebrews 4:15-16,“ 15 For we do not have a High Priest who cannot sympathize…”  see that's why Jesus had to become a man, because He had to be able to sympathize with us. “…15 For we do not have a High Priest who cannot sympathize with our weaknesses, but was in all points tempted as we are, yet without sin…” And notice the result,  “…16 Let us therefore come boldly to the throne of grace, that we may obtain mercy and find grace to help in time of need.” So we have a sympathetic Advocate before the Father.

No one can approach the Father but through Jesus. John 14:6, “Jesus said to him, ‘I am the way, the truth, and the life. No one comes to the Father except through Me.’…”

The Bible does not teach that the death of Jesus on the cross forgave everyone's sins. At the cross provision to forgive sins of those who repent of their sins, confess them, and trust in Jesus, and are baptized, are forgiven.

 

Simak Ibrani 4:15-16, 15 Sebab kita bukan punya seorang Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan…”  lihat, itulah mengapa Yesus harus menjadi manusia, karena Dia harus bisa bersimpati dengan kita   “…15 Sebab kita bukan punya seorang Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, melainkan yang dalam segala hal dicobai sebagaimana kita dicobai, namun tidak berbuat dosa…” Dan simak akibatnya,   “…16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia  supaya kita boleh menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk menolong kita pada waktu dibutuhkan.” Jadi kita punya Pembela yang bersimpati dengan kita di hadapan Bapa.

Tidak ada yang bisa menghampiri Bapa selain melalui Yesus. Yohanes 14:6, 6 Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Tidak  seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui Aku.’…”

Alkitab tidak mengajarkan bahwa kematian Yesus di salib mengampuni dosa semua orang. Di salib, sarana untuk mengampuni dosa mereka yang bertobat dari dosa-dosa mereka, mengakui mereka, dan menaruh percaya mereka dalam Yesus, dan dibaptis, mereka itulah yang diampuni.

 

 

What are the conditions for receiving forgiveness? Notice Acts 2:38,  38 Then Peter said to them, ‘Repent,…”  this is 50 days after the resurrection of Christ “…’Repent and let every one of you…” see it’s individual  “…let every one of you be baptized in the name of Jesus Christ for the remission of sins;…” the word “remission” don't get hung up on that, it's the same word “forgiveness” in the New Testament. So when are people forgiven? At the cross? No, they are forgiven when they what? When they repent, and they are what? Baptized for the forgiveness of sins.

 

Apakah syaratnya untuk menerima pengampunan? Simak Kisah 2:38, 38 Lalu kata Petrus kepada mereka, ‘Bertobatlah…” ini terjadi 50 hari setelah kebangkitan Kristus, “…‘Bertobatlah dan hendaknya setiap orang dari kamu…”  lihat, ini bersifat pribadi,   “…hendaknya setiap orang dari kamu dibaptiskan dalam nama Yesus Kristus untuk remisi (pengampunan) dosa, …”  Jangan bingung dengan kata “remisi”, di Perjanjian Baru itu kata yang sama dengan “pengampunan”. Jadi kapan manusia diampuni?  Di salibkah? Tidak, mereka diampuni ketika mereka apa? Ketika mereka bertobat, dan mereka bagaimana? Dibaptis untuk pengampunan dosa.

  

 

You know why Jesus went to heaven? He went to heaven to give people repentance and the forgiveness of sins, He went to heaven to forgive sins.

Notice what we find in Acts 5:31, “31 Him God has exalted to His right hand to be Prince and Savior…” and now notice, Jesus went to heaven for what reason?  “…to give repentance to Israel and…”  what?  “…forgiveness of sins.”

 

Tahukah kalian mengapa Yesus naik ke Surga? Dia pergi ke Surga untuk memberi orang pertobatan dan pengampunan dosa, Dia pergi ke Surga untuk mengampuni dosa.

Simak apa yang kita temukan di Kisah 5:31, 31 Dia telah ditinggikan oleh Allah ke tangan kanan-Nya, menjadi Pangeran dan Juruselamat…”  dan sekarang simak, Yesus pergi ke Surga untuk alasan apa?   “…untuk memberikan pertobatan kepada Israel dan…”  apa?   “… pengampunan dosa.”

 

 

Notice what we find in Acts 10:43 you have to believe to receive forgiveness of sins, you have to accept what Jesus did. Notice Acts 10:43, “ 43 To Him…” that is to Jesus  “…all the prophets witness that, through His name, whoever believes in Him will receive remission of sins.” Is it necessary to believe in Jesus to receive forgiveness? Is it necessary to repent, to receive forgiveness? Is it necessary to be baptized to receive forgiveness? Absolutely. By the way, is it necessary to confess sin in order to receive forgiveness? So this is the way it is, folks. It's not rocket science. Jesus on the cross earned enough capital to forgive everyone's sins, but I have to come and I have to claim the capital. He deposited ~ so to speak ~ in the bank of heaven enough merit to save everyone on planet earth,  but you have to go to the bank, and you have to make the withdrawal, individually.

 

Simak apa yang kita temukan di Kisah 10:43, kita harus percaya untuk menerima pengampunan dosa, kita harus menerima apa yang dilakukan Yesus. Simak Kisah 10:43, 43 Tentang Dia…” tentang Yesus, “…semua nabi bersaksi, bahwa melalui namaNya, barangsiapa yang percaya di dalam Dia, akan menerima pengampunan dosa…”  Apakah harus percaya dalam Yesus untuk menerima pengampunan? Apakah harus bertobat untuk menerima pengampunan? Apakah harus dibaptis untuk menerima pengampunan? Tentu saja. Nah, apakah harus mengakui dosa untuk menerima pengampunan? Jadi beginilah caranya, Saudara-saudara. Ini bukan sains roket. Yesus di salib mendapatkan cukup modal untuk mengampuni dosa semua orang, tetapi saya harus datang dan saya harus mengklaim modal tersebut. Yesus mendepositokan ~ katakanlah demikian ~ di bank surga cukup jasa untuk menyelamatkan semua orang di planet bumi, tetapi kita harus datang ke bank itu dan secara individu kita harus membuat penarikan.   

 

 

Notice what it says in 1 John 1:9, “ If we confess our sins, He is faithful and just to forgive us our sins and to cleanse us from all unrighteousness.” 

Must we confess to receive forgiveness? Absolutely. When we repent, when we confess, when we believe in Jesus, when we are baptized, at that moment we receive forgiveness for sins.

 

Simak apa yang dikatakan di 1 Yohanes 1:9, 9 Jika kita mengakui dosa kita,  Ia setia dan adil untuk mengampuni dosa-dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Haruskah kita mengakui dosa kita untuk menerima pengampunan?  Tentu saja. Ketika kita bertobat, ketika kita mengakui dosa kita, ketika kita menaruh percaya dalam Yesus, ketika kita dibaptis, pada saat itulah kita menerima pengampunan dosa-dosa.

 

 

Notice also what we find in Proverbs 28:13,  13 He who covers his sins will not prosper…” now notice this,“…but whoever…” what “…confesses and forsakes them will have mercy.”

 

Simak juga apa yang ada di Amsal 28:13, 13 Dia yang menyembunyikan dosa-dosanya tidak akan makmur…” sekarang simak ini, “…tetapi barangsiapa…” apa?  “…mengakuinya dan meninggalkan mereka akan menerima pengampunan.”  

 

 

Jesus died for the whole world, but we must individually claim His payment if we are to be saved. So John 3:16 is inclusive of all, and exclusive of some. 16 For God so loved the world that He gave His… Son,…” but those who believe are the ones who benefit from what Christ did.  When we come to the Father in prayer, in the name of Jesus, the Father accepts the righteousness of Jesus in our place, and looks upon us as if we had never sinned. In other words, Jesus is now applying the benefits of His life and His sacrifice to individuals who come to Him.

 

Yesus mati bagi seluruh dunia, tetapi kita harus secara individu mengklaim pembayaranNya jika kita mau diselamatkan. Jadi Yohanes 3:16 itu inklusif bagi semua dan eksklusif bagi beberapa. 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya…” tetapi mereka yang percaya adalah mereka yang menerima manfaat dari apa yang telah Kristus lakukan. Ketika kita datang kepada Bapa dalam doa, dalam nama Yesus, Bapa menerima kebenaran Yesus di tempat kita, dan memandang kita seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa. Dengan kata lain, Yesus sekarang mengaplikasikan manfaat dari hidupNya dan kurbanNya kepada individu-individu yang datang kepadaNya. 

 

 

Now here's an important point. It's different to watch others suffer than to suffer ourselves, do you agree with that? I remember several years ago ~ and you might remember this if you're my age ~  when millions were dying of hunger in Ethiopia. The television images of people who were nothing but skin and bones covered with flies was grotesque. I must say, that in a certain manner I felt sorry for those people. But could I really understand what they were going through? Of course not. Intellectually, yes; but not experientially. You see I have never been in their shoes. Jesus could have remained in heaven and watched our suffering from afar. He could have felt sorry for us. But only by becoming one of us could He fully comprehend our pain, our sorrow, our suffering, and our grief. When He represents us in heaven, we can have absolute certainty that He understands us, because He has walked in our shoes. We do not need a mother figure to represent us in heaven, Mary or the saints, because we have an elder Brother who has gone through all the experiences, He is loving, and kind, and He will represent us fairly before God. He is the bridge between heaven and earth.

 

Nah, ini poin yang penting. Tidak sama melihat orang lain menderita dengan merasakan penderitaan itu sendiri, kalian setuju? Saya ingat banyak tahun yang lalu ~ dan jika kalian sebaya saya, kalian mungkin ingat juga ~ ketika jutaan manusia mati kelaparan di Etiopia. Gambar-gambar yang ditayangkan televisi dari manusia-manusia yang tidak lebih dari kulit dan tulang yang dikerumuni lalat sangat mengerikan. Harus saya katakan dalam cara tertentu saya merasa iba untuk orang-orang itu. Tetapi bisakah saya benar-benar paham apa yang mereka alami? Tentu saja tidak. Secara intelektual, iya; tetapi tidak secara pengalaman. Kalian lihat, saya belum pernah berada di posisi mereka. Yesus bisa tetap tinggal di Surga dan menonton penderitaan kita dari jauh. Dia bisa merasa iba untuk kita. Tetapi hanya dengan menjadi salah seorang dari kita Dia bisa memahami sepenuhnya sakit kita, kesedihan kita, penderitaan kita, dan kesusahan kita. Ketika Dia mewakili kita di Surga, kita boleh merasa sangat pasti bahwa Dia memahami kita karena Dia sudah pernah berjalan di tempat kita. Kita tidak butuh figure seorang ibu untuk mewakili kita di Surga, Maria, dan orang-orang kudus, karena kita punya satu Saudara Tua yang telah melalui semua pengalaman kita, Dia yang penuh kasih, dan baik hati, dan Dia akan mewakili kita dengan adil di hadapan Allah. Dialah jembatan antara Surga dan bumi.

 

 

The Ninth Fact

Now let's go to Fact # 9: Jesus serves as the judge to separate the righteous from the wicked.

You say, “Really?”

Well, according to the Bible, the Father judges no one, He's committed all judgment to the Son. Let's read it, it's in John 5:22 and 27, here Jesus states, “22 For the Father judges no one, but has committed…” most judgment? some judgment? No!  “…has committed all judgment to the Son. 27 and has given Him authority to execute judgment also, because He is the Son of Man.” Why can Jesus serve as our judge? Because He's a man. Would it be correct for us to have a judge that is from Mars? No! I'm not saying that there are people there, hehehe, I'm not a conspiracy theorist that believes that there are inhabitants on Mars. I'm just making a point. It has to be someone that is one of us, right? To be a fair judge.

 

Fakta yang Kesembilan

Sekarang mari ke Fakta # 9: Yesus berperan menjadi Hakim untuk memisahkan yang benar dari yang jahat.

Kalian berkata, “Masa?”

Nah, menurut Alkitab, Bapa tidak menghakimi siapa pun, Dia telah menyerahkan semua penghakiman kepada Anak. Mari kita  baca, ada di Yohanes 5:22 dan 27, di sini Yesus menyatakan, 22 Karena Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan…” kebanyakan penghakiman? sebagian penghakiman? Tidak! “…telah menyerahkan semua penghakiman kepada Anak, 27 Dan telah memberikan autoritas kepada-Nya untuk mengeksekusi penghakiman juga, karena Ia adalah Anak Manusia.”

Mengapa Yesus bisa menjadi Hakim kita? Karena Dia seorang manusia. Apakah tepat bagi kita memiliki seorang hakim dari Mars? Tidak, saya tidak mengatakan di sana ada manusia, hehehe, saya bukan seorang theoris konspirasi yang meyakini ada penghuni di Mars, saya hanya membuat penjelasan. Hakim itu haruslah salah satu dari antara kita, benar? Supaya bisa menjadi hakim yang adil.

 

 

Notice what the apostle Paul wrote in Acts 17:31,  31 because He…” that is God the Father,  “…has appointed a day on which He will judge the world…” so you say, it's the Father it's not Jesus. Now, let's finish reading the text, it says,  “…He has appointed a day on which He will judge the world in righteousness by the Man whom He has ordained,…” how did creation take place? Who did the creation, the Father or the Son? We have division in the camp, see? And so it was intentional, the question was intentional. The answer is Yes, hehehe. The Father devices the plan, but the Son does the work. And so the Father it says here is going to judge the world, but He's going to do it by the Man whom He has appointed. Who is that man? Jesus Christ.   “…He has given assurance of this to all by raising Him from the dead.”

 

Simak apa yang ditulis rasul Paulus di Kisah 17:31, 31 Karena Ia…”  yaitu Allah Bapa,   “…telah menetapkan satu hari, pada waktu mana Ia akan menghakimi dunia…” jadi kalian berkata, berarti Allah Bapa, bukan Yesus. Sekarang mari kita selesaikan membaca ayat ini, dikatakan, “…Ia telah menetapkan satu hari, pada waktu mana Ia akan menghakimi dunia dengan adil oleh Orang yang telah ditentukan-Nya…”  Bagaimana Penciptaan terjadi? Siapa yang mencipta, Bapa atau Anak? Nah, ada perpecahhan dalam kemah, lihat? Jadi ini disengaja, pertanyaan ini disengaja. Jawabannya Ya, hehehe. Bapa yang membuat rancangannya, tetapi Anak yang melakukan pekerjaannya. Maka di sini  dikatakan Bapa akan menghakimi dunia, tetapi Dia akan melakukannya melalui Manusia yang telah ditetapkanNya. Siapakah Manusia itu? Yesus Kristus. “…Dia telah memberi  jaminan akan hal ini kepada semua orang dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.”

 

 

How many people must appear before the judgment seat of Christ? By the way 2 Corinthians 5:10 is not speaking about all believers and unbelievers that will appear before the judgment seat of Christ. All of that is true, because after the Millennium the wicked will appear before the judgment seat of Christ. But this verse specifically deals with those who are judged before the second coming of Christ, those who claim Jesus Christ the Savior and Lord, because Paul is writing to the Corinthians, he's writing to believers. Notice what he wrote in 2 Corinthians 5:10, “10 For we must all appear before the judgment seat of…” whom?  “…of Christ, that each one may receive the things done in the body, according to what he has done, whether good or bad.” So the question is: 

is Paul writing here to the Corinthians? Yes.

Did they all claim to be Christians? Yes.

Must all who have claimed the name of Jesus appear before the judgment seat of Christ?  Absolutely. And of course the wicked after the thousand years.

 

Berapa banyak orang harus menghadap takhta pengadilan Kristus? Nah, 2 Korintus 5:10 tidak bicara tentang semua orang percaya dan semua orang tidak percaya yang akan menghadap takhta pengadilan Kristus. Memang itu benar, karena setelah Millenium, orang-orang jahat akan menghadap takhta pengadilan Kristus. Tetapi ayat ini secara spesifik bicara tentang mereka yang dihakimi sebelum kedatangan kedua Kristus, mereka yang mengklaim Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena Paulus sedang menulis ke jemaat Korintus, dia menulis kepada orang-orang percaya. Simak apa yang ditulisnya di 2 Korintus 5:10, 10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan…” siapa? “…Kristus, supaya setiap orang boleh menerima hal-hal yang dilakukan dalam hidupnya, sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, baik atau pun jahat…”  Jadi pertanyaannya ialah:

Apakah Paulus di sini menulis kepada jemaat Korintus? Ya.

Apakah mereka semuanya mengklaim sebagai orang Kristen? Ya.

Haruskah semua yang telah mengklaim nama Yesus menghadap di depan takhta pengadilan Kristus? Tentu saja. Dan tentu saja orang-orang jahat setelah masa seribu tahun.

 

 

Now the good news is that in the judgment, the Judge is also our Defense Attorney. See, in biblical times the purpose of the judge was to exonerate the innocent, you know, they didn't have a jury system like we have today, or you know, the type of jurisprudence that we have today. In Bible times the judge was to absolve the innocent, and he was to accuse the guilty.

So notice 1 John 2:1, 1 My little children, these things write I unto you, that ye sin not. And if any man sin, we have an advocate with the Father, Jesus Christ the righteous.” (KJV)

 

Nah, kabar baiknya ialah, di pengadilan, Hakimnya juga Pembela kita. Lihat, di zaman Alkitab tugas hakim itu untuk membebaskan yang tidak bersalah. Kalian tahu di zaman itu mereka tidak punya sistem juri seperti yang kita miliki sekarang, atau tipe jurisprudensi kita hari ini. Di zaman Alkitab, hakim itu harus membebaskan yang tidak bersalah, dan dia harus mendakwa yang bersalah.

Jadi simak 1 Yohanes 2:1,1 Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Dan jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai satu pembela pada Bapa yaitu Yesus Kristus, yang benar.”

 

 

Now there are two reasons why Jesus had to become one of us in order to serve as our judge. There's two reasons why Jesus had to become a human being, and walk in our shoes to prepare Him to be our judge.

1.    First we can be certain that we have a Judge who what?

Who understands us because He walked in our shoes, He knows human nature, and will be able to represent us fairly, One who sympathizes with us. Jesus is the Judge but He's also the Advocate. If we are in Him, He will defend us from the accusations of Satan, and credit His righteousness to our account. In other words, He will do like Zechariah chapter 3 says where you know Michael the archangel says to Satan, 2 The LORD rebuke you, …  Is this not a brand plucked from the fire?” 

2.    the second reason why Jesus had to become fully man was that there will be no excuses in the judgment.

No one will be able to say that the temptations and trials were too powerful to resist. Suppose a person said, “Oh, Lord, You just didn't understand how powerful drugs are.” And Jesus is going to say, “When I was on the cross, they offered Me a drug, and I was suffering intensely, and I refused it because I had to have a clear mind.” No excuses in the judgment because no one has experienced anything worse than what Jesus experienced.  How many of us have ever been to a Gethsemane, and a Calvary? You see, no excuses in the judgment. We can know that He sympathizes with us in the judgment  because He's a human being. But there will be no excuses because as a human being He suffered more intensely in every sphere than any of us do.

 

Nah ada dua alasan mengapa Yesus harus menjadi seperti kita untuk bisa melayani sebagai hakim kita. Ada dua alasan mengapa Yesus harus menjadi manusia dan berjalan dengan sepatu kita untuk mempersiapkan Dia menjadi Hakim kita.

1.    Pertama, kita boleh merasa pasti kita mempunyai Hakim yang apa?

Yang mengerti kita karena Dia telah berjalan dengan sepatu kita, Dia tahu kodrat manusia, dan akan sanggup mewakili kita dengan adil, Dia yang bersimpati pada kita. Yesus adalah Hakimnya, tetapi Dia juga Pembelanya. Jika kita di dalam Dia, Dia akan membela kita dari dakwaan Setan, dan mengkreditkan kebenaranNya kepada kita. Dengan kata lain, Dia akan berbuat seperti yang dikatakan di Zakharia pasal 3, di mana Mikhael Penghulu malaikat berkata kepada Setan, 2 … ‘TUHAN menghardik engkau, … Bukankah ini sebatang ranting yang telah dicabut dari api?’…” 

2.    Alasan kedua mengapa Yesus harus menjadi manusia sepenuhnya ialah supaya tidak ada alasan dalam penghakiman.

Tidak akan ada orang yang bisa berkata bahwa godaan dan ujiannya terlalu berat untuk diabaikan. Misalkan seorang berkata, “Oh, Tuhan, Engkau tidak mengerti betapa kuatnya narkoba itu.”  Dan Yesus akan berkata, “Ketika Aku ada di atas salib, mereka menawari Aku narkoba, dan waktu itu Aku sedang sangat menderita, dan Aku menolaknya karena Aku harus punya pikiran yang terang.” Tidak ada alasan di penghakiman karena tidak ada yang pernah mengalami apa pun yang lebih parah daripada yang dialami Yesus. Berapa banyak dari kita pernah mengalami Getsemani dan Kalvari? Jadi, tidak ada alasan dalam penghakiman. Kita bisa tahu bahwa Dia bersimpati pada kita dalam penghakiman karena Dia pernah menjadi manusia. Tetapi tidak akan ada alasan, karena sebagai Manusia Dia telah menderita lebih parah dalam setiap tahap daripada siapa pun di antara kita.

 

 

The Tenth Fact

Let's go to our final fact, Fact # 10: Jesus will certainly soon return as King of kings and Lord of lords. In the upper room Jesus promised His disciples that He would return to take them to heaven. And sometimes we forget the verses that come immediately before this, you know if you read the end of chapter 13, Jesus says to the disciples, “I'm leaving.” And Peter says, “Where are You going?” Jesus said, “Well, where I'm going now you can't go with Me, but you’ll follow Me later.” Peter says, “I don't want to go later, I want to go now.” And so after this happens, Jesus knows that their hearts are troubled, they've been with Him three and a half years, they couldn't conceive of an instant not being with Jesus. They love the Lord. So Jesus knows that they're troubled. So now you have these famous words,1Let not your heart be troubled;…” because they were troubled  “…you believe in God, believe also in Me. In My Father’s house are many mansions;…”  or rooms. You know some people say Jesus went to heaven to build mansions for us. That's not what the text says. Jesus said “… In My Father’s house are many mansions;…” they were already there  “…if it were not so, I would have told you. I go to prepare a place for you…”  and you know, usually we think of Jesus going to heaven as a heavenly contractor to build houses for us, and to plant beautiful gardens. Jesus doesn't need 2’000 years to do that when He did it in seven days. There's more here. Now I believe that Jesus is preparing a nice place for us, don't get me wrong, but when it says “I go to prepare a place for you” He's referring to His work in the heavenly sanctuary, He prepares the place through His work in the heavenly sanctuary, through His intercession and His work of judgment. And then He says,  “…And if I go and prepare a place for you, I will come again and receive you to Myself;…” Notice how tender this is,  “…and receive you to Myself that where I am, there you may be also…”

 

Fakta yang Kesepuluh

Mari ke fakta yang terakhir, Fakta # 10: Yesus akan segera kembali sebagai Raja segala raja dan Tuhan segala tuan. Di ruang atas, Yesus berjanji pada murid-muridNya bahwa Dia akan kembali untuk membawa mereka ke Surga. Dan terkadang kita lupa ayat-ayat yang ada sebelumnya, kalian tahu, jika kita  baca bagian akhir pasal 13, Yesus berkata kepada murid-muridNya, “Aku akan pergi.” Dan Petrus berkata, “Pergi ke mana?” Yesus berkata, “Nah, ke mana Aku pergi kalian sekarang tidak bisa ikut, tetapi kalian akan mengikuti Aku nanti.” Petrus berkata, “Aku tidak mau ikut nanti, aku mau pergi sekarang.” Maka setelah kejadian ini, Yesus tahu bahwa hati mereka kacau. Mereka telah bersama denganNya 3½ tahun, mereka tidak bisa membayangkan sedetik pun tidak bersama Yesus. Mereka mengasihi Tuhan. Jadi Yesus tahu hati mereka kacau. Maka sekarang ada ayat-ayat yang terkenal ini, 1 Janganlah biarkan hatimu kacau…” karena mereka sedang kacau, “…kamu percaya kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.2 Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal…”  atau kamar. Kalian tahu, ada orang yang berkata Yesus ke Surga untuk membangunkan rumah bagi kita. Bukan itu yang dikatakan ayat ini. Yesus berkata,  “…2 Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal…”  tempat tinggalnya sudah ada di sana. “…Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu…”  Dan kalian tahu, biasanya kita berpikir Yesus pergi ke Surga sebagai kontraktor di Surga untuk membangunkan rumah-rumah kita dan menanam kebun-kebun yang indah. Yesus tidak butuh 2’000 tahun untuk berbuat itu, Dia sudah pernah melakukannya dalam 7 hari. Ada makna yang lebih dalam di sini. Nah, saya percaya bahwa Yesus sedang mempersiapkan tempat yang bagus untuk kita, jangan salah. Tetapi ketika dikatakan “…Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu…” Dia bicara tentang pekerjaanNya di Bait Suci surgawi, Dia mempersiapkan tempat melalui pekerjaanNya di Bait Suci surgawi, melalui pekerjaan perantaraanNya dan pekerjaan penghakimanNya. Kemudian Dia berkata,   “…3 Dan apabila Aku pergi dan menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan menerima kamu kepada Diriku Sendiri…” Simak betapa menyentuhnya ini, “…dan menerima kamu kepada Diriku Sendiri, supaya di mana Aku berada, kamu pun boleh berada.” (Yohanes 14)

 

 

You see He lived His perfect life to weave a robe of righteousness. He suffered in Gethsemane and died on the cross to bear the penalty of our sins.

v   When we come to Him in repentance, and confession, and trust in His merits, He saves us from the guilt of sin. This is the process.

v   But through the Holy Spirit He also saves us now from the power of sin.

v   And when He comes, He will save us from the presence of sin.

He's a past Savior, He's a present Savior, and he's a Future Savior. Don't get all stuck only on one stage of the work of Christ. Look at the big picture. Most of the Christian world they look only at one little place, and it's an important place, the cross, is central, it's in the middle, but it's not the only thing. There are several stages in the work of Christ.

 

Kalian lihat, Dia menghidupkan hidup yang sempurna untuk merajut sebuah jubah kebenaran. Dia menderita di Getsemani dan mati di salib untuk memikul hukuman dosa-dosa kita.

v   Ketika kita datang kepadaNya dalam pertobatan, dan pengakuan, dan mempercayai jasa-jasaNya, Dia menyelamatkan kita dari kesalahan dosa. Inilah prosesnya.  

v   Tetapi melalui Roh Kudus, Dia juga menyelamatkan kita sekarang dari kuasa dosa. 

v   Dan bila Dia datang, Dia akan menyelamatkan kita dari eksistensi dosa.

Dia Juruselamat masa lampau, Juruselamat masa sekarang, dan Juruselamat masa depan. Jangan terpaku hanya di satu tahap dari pekerjaan Kristus. Lihatlah gambar besarnya. Kebanyakan dunia Kristen hanya melihat ke satu tempat kecil, dan memang itu tempat yang penting, salib, itu sentral, itu ada di tengah-tengah, tetapi itu bukan satu-satunya. Ada beberapa tahap dalam pekerjaan Kristus.

 

 

Just before Jesus ascended to heaven He assured us that He will come back personally, literally, and visibly. Acts 1:9 through 11,  Now when He had spoken these things, while they watched, He was taken up, and a cloud received Him out of their sight. 10 And while they looked steadfastly toward heaven as He went up, behold, two men stood by them in white apparel,…” see, here angels are called what? “men”, don't get all hung up on that. They look like men, so it says two men were there  “…in white apparel,11 who also said, ‘Men of Galilee, why do you stand gazing up into heaven? This same Jesus, who was taken up from you into heaven, will so come in like manner as you saw Him go into heaven.’…”

This is the culmination of the promises that Jesus made to His people. He will come again. If He didn't come again, what would the use be? What would His work accomplish? You see, all of His steps:

ü    weaving the robe,

ü    taking the guilt of sin upon Himself,

ü    interceding for us,

ü    performing a work of judgment,

is moving towards the moment when He can take us home. Notice Revelation 22:12. Jesus here says,  12 And behold, I am coming quickly, and My reward is with Me, to give to every one according to his work.” 

 

Tepat sebelum Yesus naik ke Surga, Dia memastikan bahwa Dia akan datang kembali, secara pribadi, literal, dan kasat mata. Kisah 1:9-11, 9 Dan sesudah Ia mengucapkan hal-hal ini, sementara mereka menyaksikan, Ia terangkat ke atas, dan suatu awan menerimaNya lepas dari pandangan mereka. 10 Dan sementara mereka menatap terus-menerus ke langit,  waktu Ia naik itu, lihat, dua orang laki-laki   berdiri dekat mereka dalam pakaian putih…” lihat, di sini malaikat-malaikat disebut apa? “orang”, jangan bingung dengan itu. Mereka tampak seperti manusia, maka dikatakan dua orang laki-laki ada di sana, “…dalam pakaian putih, 11 yang juga berkata, ‘Hai kamu orang-orang Galilea, mengapa kamu berdiri memandang ke langit? Yesus yang sama ini, yang terangkat ke sorga dari kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti yang kamu lihat Dia pergi ke sorga.’…” 

Ini adalah kulminasi dari janji-janji yang dibuat Yesus kepada umatNya. Dia akan datang lagi. Jika Dia tidak datang lagi, apa gunanya semua ini? Apa yang akan dicapai pekerjaanNya? Kalian lihat, semua langkahNya:

ü    merajut jubah,

ü    mengambil kesalahan dosa pada DiriNya sendiri,

ü    menjadi Perantara untuk kita,

ü    melakukan pekerjaan penghakiman,

semuanya menuju ke momen ketika Dia bisa membawa kita pulang. Simak Wahyu 22:12, di sini Yesus berkata, 12 Dan lihatlah, Aku datang segera dan Aku membawa hadiah-Ku  untuk memberikan kepada setiap orang menurut perbuatannya.”

 

 

Jesus will return to gather His saints from the four winds of heaven. You know, there's a text in Matthew 24 that has confused many people, and that is, it says, that Satan during the great tribulation will “deceive if possible the very elect” So some people conclude, they say, “Well, some of the elect are probably going to be deceived because of Satan's deceptions, they're so strong if possible he will deceive the elect.” You know, that's  hypothetical because he's not going to be able to deceive the elect. You say how do you know that? Because a little bit later ~  that by the way that's verse 24 of Matthew 24 ~ a little bit later in verse 31 it says,  He will send His angels to gather His elect. Well, if He's going to gather His elect, they didn't fall. Are you following me or not? So “if possible” is hypothetical,  “if possible” it's not possible.

 

Yesus akan kembali untuk mengumpulkan orang-orang kudusNya dari keempat penjuru angin surgawi. Kalian tahu ada ayat di Matius 24 yang membuat bingung banyak orang, dan itu ialah, dikatakan bahwa Setan selama Masa Kesukaran Besar akan “…menyesatkan, sekiranya mungkin, bahkan orang-orang pilihan” (Matius 24:24). Maka beberapa orang menyimpulkan, “Nah, berarti beberapa orang pilihan akan disesatkan, karena penipuan Setan begitu kuat sehingga kalau mungkin dia akan menyesatkan orang-orang pilihan.” Kalian tahu, itu hipotetis karena Setan tidak akan bisa menyesatkan orang-orang pilihan. Kalian berkata, dari mana kita tahu itu? Karena sedikit ke depan ~ nah, tadi itu ayat 24 Matius 24 ~ sedikit ke depan di ayat 31 dikatakan, Dia akan mengutus malaikat-malaikatNya untuk mengumpulkan orang-orang pilihanNya. Nah, jika Dia akan mengumpulkan orang-orang pilihan, berarti mereka tidak jatuh. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak? Jadi  “sekiranya mungkin”  itu hipotetis (pengandaian), “sekiranya mungkin” itu berarti tidak mungkin.

  

 

And by the way there's this idea going around that Satan is going to counterfeit the second coming of Christ before the close of probation. Don't buy it, it's not true. Satan is going to counterfeit the second coming of Christ after the close of probation, during the time of trouble.

Ellen White puts it in the chapter on The Time of Trouble in The Great Conroversy, and Matthew 24 is in chronological order, every event follows the previous event in chronological order. So the great tribulation begins in verse 21, and then you have Satan counterfeiting the second coming in verses 23 and 24. And some people say, “Well, Pastor Bohr, but what use would it be for Satan to counterfeit the second coming if he knows that he's not going to be able to deceive the elect? What will be the purpose? The purpose is that the Devil is the Devil and he always harbors the hopes that he will be able to counteract what God says. He says, “I know that God says that I'm not going to be able to deceive the elect, but maybe I will.”

 

Dan ketahuilah ada sebuah gagasan yang beredar bahwa Setan akan memalsukan kedatangan kedua Kristus sebelum tutupnya pintu kasihan. Jangan percaya, itu tidak benar. Setan akan memalsukan kedatangan kedua Kristus setelah tutupnya pintu kasihan, di Masa Kesukaran Besar.

Ellen White menempatkannya di bab The Time of Trouble (Masa Kesukaran Besar) di The Great Controversy; dan Matius 24 itu dalam urutan kronologis, setiap peristiwa mengikuti peristiwa sebelumnya dalam urutan kronologis. Maka Masa Kesukaran Besar dimulai di ayat 21, kemudian Setan memalsukan kedatangan kedua di ayat 23-24. Dan ada orang yang berkata, “Nah, Pastor Bohr, apa gunanya bagi Setan untuk memalsukan kedatangan kedua jika dia tahu bahwa dia tidak akan bisa menyesatkan orang-orang pilihan? Apa tujuannya? Tujuannya ialah karena Iblis itu Iblis, dia selalu menyimpan harapan dia akan bisa mengkontra apa yang dikatakan Allah. Dia berkata, “Aku tahu Allah berkata aku tidak akan bisa menyesatkan orang-orang pilihan, tapi siapa tahu aku bisa.”

 

 

Let me give you another example so you’ll understand what I'm saying. Do you think Satan knows that after the Millennium when the wicked resurrect and he prepares to attack the City, do you think he knows that he's not going to be able to prevail against the City? Do you think he knows that fire is going to fall from heaven and consume him before he can attack the City? If he doesn't know that, he's not very smart, because Revelation chapter 20 says so. So when the wicked resurrect, why does Satan try and rally them to attack the City, when he knows what Revelation 20 says? Because the Devil is the Devil and he says, “I know that God says that, you know, we're not going to be able to prevail, we're going to be consumed in the fire. I know that, but maybe this once I can counteract what God says.” That's the Devil's nature, he's wicked, he never gives up, and of course he is going to be destroyed.

 

Saya akan memberikan contoh lain supaya kalian mengerti apa yang saya katakan. Menurut kalian apakah Setan tahu bahwa setelah Millenium ketika orang jahat dibangkitkan dan dia membuat persiapan untuk menyerang Kota Suci, kalian pikir apakah dia tahu dia tidak akan bisa mengalahkan Kota Suci? Menurut kalian apakah Setan tahu bahwa api akan turun dari langit dan menghanguskan dia sebelum dia bisa menyerang Kota Suci? Jika Setan tidak tahu itu, maka dia bodoh, karena Wahyu pasal 20 sudah berkata begitu. Jadi ketika orang-orang jahat dibangkitkan, mengapa Setan berusaha menggalang mereka untuk menyerang  Kota Suci padahal dia tahu apa kata Wahyu pasal 20? Karena Iblis itu Iblis dan dia berkata, “Aku tahu Allah berkata kami tidak akan bisa menang, kami akan dihanguskan api. Aku tahu itu, tetapi barangkali sekali ini aku bisa mengkontra apa kata Allah.” Itulah sifat alamiah Iblis, dia jahat, dia tidak pernah menyerah, dan tentu saja dia akan dimusnahkan.

 

 

And so and Ellen White tells us exactly when Satan is going to counterfeit the second coming. She says ~ and this is a remarkable statement. I didn't think about mentioning this but I think it's important, because there's a very influential person around that is saying that when the Sunday Law comes, that's when Satan is going to counterfeit the second coming of Christ. Ellen White in a remarkable statement that I can share with you after the class, she says that God's people are crying out day and night for God to deliver them from their enemies. And at that moment when they're crying out to God, “Deliver us, Lord, from our enemies” ~ this is during the time of trouble that the crying out like Jacob when he struggled with the Angel, he cried out for God to deliver him from the wrath of his brother~ at that very moment Satan counterfeits the second coming, and he says to them, “I have come to answer your prayers.” That's why Ellen White calls it “the almost overmastering delusion”,  and only those who are close to Jesus will be able to see the counterfeit, and be faithful to the Lord.

 

Dan Ellen White mengatakan kepada kita persisnya kapan Setan akan memalsukan kedatangan kedua. Ellen berkata ~ dan ini adalah pernyataan yang mengagumkan, tidak terpikirkan sebelumnya oleh saya untuk menyampaikan ini, tetapi menurut saya ini penting, karena ada orang yang berpengaruh di sekitar kita yang mengatakan bahwa ketika Undang Undang Hari Minggu muncul, itulah saatnya Setan akan memalsukan kedatangan kedua Kristus. Ellen White membuat pernyataan yang mengagumkan yang bisa saya bagikan kalian setelah kelas ini, dia berkata bahwa umat Allah berseru siang dan malam minta Allah menyelamatkan mereka dari musuh-musuh mereka. Dan pada saat itulah ketika mereka berseru kepada Allah, “Selamatkan kami, Tuhan, dari musuh-musuh kami” ~ ini terjadi di Masa Kesukaran Besar sama seperti seruan Yakub ketika dia bergumul dengan Malaikat Allah, dia berseru memanggil Allah untuk menyelamatkannya dari murka saudaranya ~ di saat itulah Setan memalsukan kedatangan kedua, dan Setan berkata kepada mereka, “Aku telah datang sebagai jawaban doamu.” Itulah mengapa Ellen White menyebutnya  penipuan yang nyaris menyesatkan semua” (Greart Controversy hal. 624) dan hanya mereka yang dekat kepada Yesus yang akan bisa melihat pemalsuan ini, dan bersyukur kepada Tuhan.

 

 

Well, let's read 1 Thessalonians 4:15-18 to end, 15 For this we say to you by the Word of the Lord, that we who are alive and remain until the coming of the Lord will by no means precede those who are asleep. 16 For the Lord Himself will descend from heaven with a shout, with the voice of an Archangel, and with the trumpet of God. And the dead in Christ will rise first. 17 Then we who are alive and remain shall be caught up together with them in the clouds to meet the Lord in the air…”  in other words, the righteous dead who resurrect and the living who are transformed are caught up together in the clouds to meet Jesus in the air. And then notice how Paul ends this passage “…And thus we shall always be with the Lord…” that's what it's all about being with the Lord  “…And thus we shall always be with the Lord…”  and then He says to the Thessalonians, “…18 Therefore comfort one another with these words.”

 

Nah, untuk mengakhiri, mari kita  baca 1 Tesalonika 4:15-18, 15  Karena inilah kami katakan kepadamu dari firman Tuhan, bahwa kita yang hidup, yang tersisa hingga kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang sedang tidur. 16 Sebab TUHAN sendiri akan turun dari surga, dengan satu seruan, dengan suara Penghulu Malaikat, dan dengan sangkakala Allah dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit. 17Sesudah itu, kita yang hidup, yang tersisa, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan-awan untuk bertemu Tuhan di angkasa…”  dengan kata lain orang-orang benar yang mati yang dibangkitkan dan orang-orang yang hidup yang diubahkan, diangkat bersama-sama di awan-awan untuk bertemu Yesus di langit. Kemudian simak bagaimana Paulus mengakhiri pesan ini, “…Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan…” inilah intinya, bersama dengan Tuhan,   “…Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan…”  lalu katanya kepada jemaat di Tesalonika, “…18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.”

 

 

And then of course we don't have time to read these verses, you have them in the study notes, Revelation 21:1 through 4, God will make a new heavens and a new earth, and that famous verse 4, “ And God will wipe away every tear from their eyes; there shall be no more death, nor sorrow, nor crying. There shall be no more pain, for the former things have passed away.’

I hope that that blessed hope will burn in our hearts that we will long for the coming of Jesus

 

Kemudian tentu saja kita tidak punya waktu untuk membaca semua ayat di sini yang ada di makalah, Wahyu 21:1-4, Allah akan membuat langit baru dan bumi baru, dan ayat 4 yang terkenal itu, 4 Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan tidak akan ada kematian lagi; maupun duka, maupun ratap tangis. Tak akan ada lagi rasa sakit, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”

Semoga harapan mulia ini akan terus menyala dalam hati kita sehingga kita akan merindukan kedatangan Yesus.

 

 

21 07 24

No comments:

Post a Comment