WHAT
JESUS SAID
Part 05/24 - Stephen Bohr
WHO HE IS PART 2
https://www.youtube.com/watch?v=ClVBeH9kMUU
Dibuka dengan doa
Just reviewing what we studied yesterday. We studied the first five characteristics of who Jesus is. In other words, we talked about His different functions, and we noticed:
1. first of all that Jesus pre-existed before He came to this
world in
eternity past.
2. secondly we noticed that Jesus was the protagonist of creation.
In other words,
He implemented the will of the Father in creation. Everything was made through
Him.
3. then we noticed the next step was that Jesus took upon Himself humanity.
In other words,
we're dealing here with the incarnation. He who was God became also man, two
natures in one person.
4. the fourth point that we covered yesterday is that Jesus lived a perfect life, a sinless
life.
He wove a
perfect robe of righteousness that He can give to us if we claim it.
5. and finally the last point that we dealt with was that Jesus revealed God.
God's character in its fullness. In the Old Testament you had word pictures
of what God is like, but in the New Testament you have Jesus in person,
revealing the character of God.
Sekadar mengulang apa yang telah kita pelajari kemarin.
Kita sudah mempelajari lima karakteristik pertama siapa Yesus. Dengan kata
lain, kita sudah membahas tentang fungsi-fungsiNya yang berbeda, dan kita
menyimak:
1.
pertama, Yesus
sudah eksis di masa kekekalan lampau sebelum Dia datang ke dunia
ini,
2.
kedua kita menyimak bahwa Yesus adalah tokoh utama dari Penciptaan.
Dengan kata lain Yesus yang mengimplementasikan kehendak
Bapa dalam Penciptaan. Segala dibuat melalui Dia.
3.
Lalu kita menyimak langkah berikutnya ialah Yesus mengambil bagi DiriNya
Sendiri kemanusiaan.
Dengan kata lain, di sini kita berurusan dengan
inkarnasi. Dia yang adalah Allah menjadi manusia juga, dua kodrat dalam satu
Pribadi.
4.
Poin ke empat yang kita liput kemarin ialah Yesus menghidupkan suatu hidup yang
sempurna, hidup yang tanpa dosa.
Dia merajut sebuah jubah kebenaran yang sempurna yang
bisa diberikanNya kepada kita jika kita mengklaimnya.
5.
Dan akhirnya, poin terakhir yang kita bahas ialah Yesus menyatakan
Allah, karakter Allah
sepenuhnya.
Di Perjanjian Lama ada gambaran melalui kata-kata tentang
bagaimana Allah itu, tetapi di Perjanjian Baru ada Yesus yang menyatakan
karakter Allah secara pribadi.
The Sixth Fact
Now the next point that we want to deal with is on page 57 of our study notes,
page 57. Fact
# 6: is that Jesus came to this earth to die a vicarious death.
See we not only have problems with our life, we have a sinful life, but we have
another problem and it is that we must die because of our sins.
Ø So Jesus had to
first of all live a perfect life, that He could credit to us,
Ø and then Jesus
needed to die to pay for our sins, so that we don't have to die. So Jesus died
a vicarious death.
Fakta yang Keenam
Nah, poin berikut yang mau kita bahas ada di hal. 57 dari
makalah kita, hal. 57. Fakta
# 6 yaitu: Yesus
datang ke dunia ini untuk menjalani kematian pengganti. Lihat,
kita bukan saja punya masalah dengan hidup kita, kita punya hidup yang berdosa;
tetapi kita punya masalah yang lain dan itu ialah kita harus mati karena
dosa-dosa kita.
Ø Jadi Yesus pertama harus menghidupkan hidup yang
sempurna, yang bisa dikreditkanNya kepada kita,
Ø Kemudian Yesus perlu mati untuk membayarkan dosa-dosa
kita, supaya kita tidak usah mati. Jadi Yesus mati untuk menggantikan kita.
In the beginning God warned Adam and Eve that if they ate from the
forbidden tree, that would be sin; and if they sinned, they would certainly die.
Now when Adam and Eve sinned, Satan seemed to have God between a rock and a hard
place, and this is what Satan argued, “If You don't execute the death sentence,
You are a liar and You are not just, because justice demands that sin be
punished with death. That's what You said. However, if You punish man with death,
how can You say that You are a God of mercy and love?” So it seemed to present a conflict
between the love and mercy of God and the justice of God. Well, by
sending Jesus, God solved the dilemma because Jesus paid the price for sin. He
was just, but by dying for us He also showed that God is merciful and loving,
because we don't have to pay, because He paid. So justice and love met together in what
Jesus did.
Pada mulanya Allah telah memperingatkan Adam dan Hawa
bahwa jika mereka makan dari pohon terlarang, itu adalah dosa; dan jika mereka
berdosa, mereka pasti akan mati. Nah, ketika Adam dan Hawa berbuat dosa, Setan
sepertinya menyaksikan Allah terpojok, dan inilah
argumentasi Setan, “Jika Engkau tidak menjalankan vonnis kematian, Engkau seorang
pembohong dan Engkau tidak adil karena keadilan menuntut bahwa dosa harus
dihukum dengan kematian. Itu yang Engkau katakan. Namun, jika Engkau menghukum
manusia dengan kematian, bagaimana Engkau bisa berkata Engkau adalah Allah yang
penuh rahmat dan mengasihi?” Jadi sepertinya ada konflik antara kasih dan rahmat Allah
dengan keadilan Allah. Nah, dengan mengutus Yesus, Allah menyelesaikan dilema itu karena Yesus yang
membayarkan hukuman untuk dosa. Allah itu adil,
tetapi dengan mati bagi kita, Dia juga menunjukkan bahwa Allah itu penuh rahmat dan mengasihi, karena kita tidak usah membayar sendiri,
Dia yang membayarkan. Maka keadilan
dan kasih bertemu dalam apa yang dilakukan Yesus.
God cannot die. Ellen White emphasizes that the divine nature of Christ did not die
on the cross, because divinity cannot die. God is immortal. That's why Jesus
had to assume humanity, so that in His human nature He could die to pay
for sin.
Allah tidak bisa mati. Ellen White menekankan bahwa kodrat Ilahi Kristus tidak mati
di salib karena keilahian tidak bisa mati. Allah itu baka.
Itulah mengapa Yesus harus mengambil kemanusiaan supaya dalam kodrat kemanusiaanNya Dia
bisa mati untuk membayarkan dosa
kita.
Let's read several verses now that deal with the vicarious death of Christ.
“vicarious” means “in our place”. The New Testament is replete with examples of
the fact that Jesus took our penalty upon Himself.
The first is Matthew 20:28, notice what it says, Matthew 20:28 it says
there, “ 28 just as the Son of Man
did not come to be served, but to
serve, and to…” what? “…give His life a ransom for many.”
You're going to find that that little word “for” appears in several texts that we're going
to read now. It's a key word. So Jesus died “a ransom for many”. That word “ransom” means “to buy back by paying a price”. We sold ourselves to sin, and Jesus dies on the cross to buy us back.
Mari kita baca beberapa ayat sekarang yang bicara tentang
kematian pengganti Kristus. “pengganti” berarti “di tempat kita”. Perjanjian
Baru penuh dengan contoh-contoh faktanya bahwa Yesus telah mengambil hukuman
kita pada DiriNya Sendiri.
Yang pertama ialah Matius
20:28, simak apa katanya, Matius 20:28,
dikatakan di sana, “28 sama
seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk…” apa? “…memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang…”
Kalian akan melihat bahwa kata kecil “untuk/bagi”
muncul di beberapa ayat yang akan
kita baca. Itu kata kunci. Jadi Yesus
mati “…menjadi tebusan bagi banyak orang…”. Kata “tebusan” berarti “membeli kembali sesuatu
dengan membayar sejumlah harga”. Kita telah
menjual diri kita kepada dosa, dan Yesus mati di salib untuk membeli kita
kembali.
Notice also John 15:13, “13 Greater love has no one than this, than to lay down one’s life…” here's the word again, “…for his friends.”
Jesus laid down His life for His friends.
Simak juga Yohanes 15:13, “13
Tidak ada orang yang punya kasih yang lebih besar
daripada ini, yang menyerahkan nyawanya…” kata yang sama itu lagi, “…bagi teman-temannya.”
Yesus menyerahkan hidupNya bagi teman-temanNya.
Notice Matthew 26:27-28.
This is when Jesus instituted communion. “27 Then He took the cup, and gave
thanks, and gave it to
them…” that is to the disciples, “…saying, ‘Drink from it, all of you. 28 For this is My blood of the new covenant, which is shed…” here's the key word
again: “…which is shed for many for the remission of sins.’…”
So everything that Jesus
did was for
us. His death was for us. He took our place, in other words.
Simak Matius 26:27-28. Ini
ketika Yesus melembagakan perjamuan kudus. “27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, dan mengucap syukur, dan memberikannya kepada mereka…”
yaitu kepada murid-muridNya, “…dengan
berkata, ‘Minumlah dari cawan ini, kamu semua,
28 sebab inilah darah-Ku
dari perjanjian yang baru, yang ditumpahkan…” nah, ini kata kunci itu lagi, “…yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.’…” Jadi segala yang dilakukan Yesus itu untuk kita. KematianNya untuk kita. Dengan
kata lain, Dia mengambil tempat kita.
Then we have this beautiful passage in Isaiah 53:4 through 6, notice the
key word “our”, “4 Surely He
has borne our griefs and carried our sorrows; yet we esteemed
Him stricken, smitten by God, and afflicted. 5 But He was wounded for our
transgressions, He was bruised
for our iniquities; the chastisement for our peace was upon Him, and by His stripes we are healed. 6 All we like
sheep have gone astray; we have turned, every one, to his own way; and
the Lord has
laid on Him the iniquity of us all.” Did Jesus
take our place? Who was it that laid upon Jesus the iniquity of us all?
It was the Father. That's why Jesus mentioned in John 18:11 that He had to
drink the cup of wrath that the Father had given Him. In other words, He suffered
death in our place.
Lalu ada bacaan yang indah ini di Yesaya 53:4-6, simak
kata kuncinya: “kita”, “4 Sesungguhnya, Dia
yang telah menanggung duka kita dan memikul
kesedihan kita; namun kita menganggap Dia kena pukul, dipukul oleh Allah, dan tersiksa. 5Tetapi Dia dilukai karena pelanggaran-pelanggaran
kita, Dia dipukuli hingga memar karena kejahatan-kejahatan kita; hukuman demi pendamaian kita ditanggung olehNya, dan oleh
bilur-bilurnya kita disembuhkan. 6
Kita sekalian seperti domba yang tersesat,
kita telah berbalik masing-masing mengambil
jalannya sendiri, dan TUHAN telah menimpakan
kepadaNya kejahatan kita semua.” Apakah Yesus mengambil tempat kita? Siapa yang
meletakkan pada Yesus kejahatan-kejahatan kita semua? Allah Bapa. Itulah
mengapa Yesus mengatakan di Yohanes 18:11 Dia harus minum cawan murka yang
telah diberikan Bapa kepadaNya. Dengan kata lain, Dia menderita kematian di tempat kita.
Now the next verse, 2 Corinthians 5:21 is one of my favorite verses in the
Bible. It says, “21 For He…” that is God the Father,
“…made Him…” that is Jesus, “…who knew no sin…” there's His perfect life, right? The Father
made Jesus who knew no sin to be what? “…to be sin…” here's the word again “…sin for us,…” in other words, Jesus bore our sins,
“…that we might become the righteousness of God in Him.”
Isn't that a beautiful verse? Jesus knew no sin but the Father laid on Him
our sin that we could be looked upon as righteous in Him. It's His
righteousness not ours.
Nah, ayat berikutnya 2 Korintus 5:21 adalah salah satu ayat favorit saya di
Alkitab. Dikatakan, “21 Karena
Dia…” yaitu Allah Bapa, “…telah menjadikan Dia…” yaitu Yesus, “…yang
tidak mengenal dosa…” di sini hidupNya yang sempurna, kan? Allah Bapa
menjadikan Yesus yang tidak mengenal dosa untuk menjadi apa? “…menjadi dosa…” ini kata yang sama itu lagi, “…dosa bagi kita,…” dengan kata lain,
Yesus menanggung dosa-dosa kita, “…supaya
kita boleh menjadi kebenaran Allah di dalam Dia. …”
Bukankah ini ayat yang indah? Yesus tidak mengenal dosa,
tetapi Bapa menanggungkan padaNya dosa-dosa kita supaya kita boleh terlihat
benar di dalam Dia. Jadi itu kebenaran Yesus, bukan kebenaran kita.
Let's go now to
the next page, page 58. This is a very famous verse, actually a couple of
verses. Here Nicodemus is the person that is being spoken to by Jesus, “ 14 And as Moses lifted up the
serpent in the wilderness, even so must the Son of Man be lifted
up, 15 that whoever believes in Him should not perish but have eternal life. 16 For God so loved…” how many? “…the world, that He gave His only
begotten Son,…” for how many did the Father give His only
begotten Son? For the world. So everybody's going to be saved because Jesus
was given for the world, right? No, No! There's a condition. John 3:16
is all embracing, but it also is exclusive, because it says, “…16 For God so loved the world that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him should not perish but have everlasting
life.”
Must there be a
response on the part of the sinner? Absolutely, very clearly.
Mari kita sekarang ke halaman berikut, hal. 58. Ini adalah ayat yang sangat
dikenal, sesungguhnya dua ayat. Di sini kepada Nikodemus-lah Yesus sedang
berbicara, “14 Dan sama
seperti Musa mengangkat ular di padang
gurun, demikian juga Anak Manusia harus diangkat.15
supaya barangsiapa yang percaya dalam Dia, jangan binasa tapi beroleh hidup
yang kekal. 16 Karena begitu besar kasih Allah…” untuk berapa banyak orang? “…untuk dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang satu-satunya…” untuk berapa
banyak orang Bapa mengaruniakan AnakNya yang satu-satunya? Untuk dunia. Berarti semua orang akan
diselamatkan karena Yesus dikaruniakan kepada dunia, benar? Tidak, tidak! Ada
syaratnya. Yohanes 3:16 itu
untuk semua, tetapi itu juga eksklusif, karena dikatakan, “…16 Karena begitu besar kasih Allah untuk dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang satu-satunya, supaya barangsiapa
yang percaya dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. …”
Haruskah ada respons di pihak orang yang berdosa? Tentu
saja, jelas sekali.
Galatians 3:13-14 once again the vicarious death of Jesus Christ. “13 Christ has redeemed us from the curse of
the Law…” so the Law is
bad, because it curses us, right? If you come to a stoplight and the light is
red and you go through the light, are you under the curse of the Law? Yes. So
the Law is to blame? It's the stoplight. So get rid of the stoplight? No! The problem
is not with the Law! The problem is with the sinner. It curses the sinner, because of the sin;
not because the Law is bad. So notice, “…13 Christ has redeemed us from the curse of
the Law…” and how did He
do this? “…having become a curse for us…” He took our curse, in other words, “…(for it is written, ‘Cursed is everyone who hangs on a tree’),…” and notice what comes as a result? “…14 that the
blessing of Abraham might come upon the Gentiles in Christ Jesus, that we
might receive the promise of the Spirit through faith.”
Galatia 3:13-14 sekali lagi,
kematian pengganti Yesus Kristus. “13
Kristus telah menebus kita dari kutuk Hukum…” berarti Hukum itu
buruk, karena dia mengutuk kita, benar? Jika kita tiba di stopan lampu dan
lampunya merah dan kita jalan terus, apakah kita ada di bawah kutuk hukum? Ya.
Jadi hukumnya yang salah? Lampu merahnya yang salah. Jadi singkirkan lampu
merahnya? Tidak! Masalahnya bukan pada hukumnya! Masalahnya ada pada orang yang
berdosa. Hukum itu mengutuk si pendosa
karena dosanya; bukan karena Hukumnya buruk. Jadi perhatikan, “…13 Kristus telah menebus kita
dari kutuk Hukum…” dan bagaimana Dia
melakukannya? “…dengan menjadi kutuk bagi kita,…”
dengan kata lain Dia mengambil kutuk
kita, “…sebab ada tertulis:
‘Terkutuklah orang yang tergantung pada batang
kayu!…” dan simak apa akibatnya? “…14 agar
berkat Abraham boleh sampai kepada
bangsa-bangsa bukan Yahudi di dalam Kristus
Yesus, supaya kita boleh menerima Roh yang
dijanjikan itu melalui iman.”
Notice Hebrews 2:9, there's so many verses on this particular point. Hebrews
2:9, “ 9 But we see Jesus, who was made a little lower
than the angels, for the suffering of death crowned with glory and honor,
that He, by the grace of God, might taste death…” for those who are going to be saved? No! “…for everyone.”
His death was
for all, but not all are going to be saved, because there has to be a response, we're going to notice that in a
little while.
Simak Ibrani 2:9, ada begitu
banyak ayat tentang poin khusus ini. Ibrani 2:9, “9Tetapi kita melihat Yesus,
yang dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat untuk
menjalani penderitaan kematian, dimahkotai
dengan kemuliaan dan kehormatan, supaya Ia oleh kasih karunia Allah bisa merasakan kematian…” bagi mereka yang akan diselamatkan? Tidak! “…bagi semua
manusia…”
KematianNya itu bagi semua
manusai, tetapi bukan semua manusia akan diselamatkan karena harus ada respons, nanti sebentar kita akan
menyimak itu.
Notice what we find in 1 John 2:1-2, “1My
little children, these things write I unto you, that ye sin not. And if any man
sin, we have an Advocate with the Father, Jesus Christ the righteous…” so can Jesus present Himself before the
Father? Can He present His righteousness in our place? Yeah, see our Advocate
is righteous, and so it says, we have Jesus Christ the righteous. When we
receive Him the Father receives His righteousness in our place. And then it
continues saying, “…2
And He is the propitiation for our sins…” He satisfies our sins by His death,
“…and not for ours only, but also for…” how many? “…for the sins of the whole world.”(KJV)
Nah, simak apa yang kita
temukan di 1 Yohanes 2:1-2, “1‘Anak-anakku,
hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Dan jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai
seorang Pembela pada Bapa yaitu Yesus
Kristus, yang benar…” jadi bisakah Yesus mempresentasikan DiriNya di hadapan
Bapa? Bisakah Dia mempresentasikan kebenaranNya di tempat kita? Iya, lihat,
Pembela kita itu benar, maka dikatakan kita punya Yesus Kristus yang benar.
Ketika kita menerima Dia, Bapa menerima kebenaranNya di tempat kita. Kemudian
dikatakan selanjutnya, “…2 Dan Ia adalah
pendamai bagi dosa-dosa kita,…” Dia membayar dosa kita dengan kematianNya, “…dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi
juga untuk…” berapa banyak? “…untuk dosa-dosa seluruh dunia.”
Satan did his utmost to do four things:
1. first he tried to kill Jesus before Jesus voluntarily offered His life on
the cross.
2. secondly he tried to infect Jesus with the virus of sin.
3. third he tried to deviate Jesus from going to the cross, multiple ways.
4. and finally he tried to discourage Jesus when He was in Gethsemane.
He was saying, “Listen,
You're going to be separated from Your Father forever. All of Your followers
have forsaken You. What's the use? Give up, leave.”
In other words, Satan did his utmost to keep Jesus from going to the cross and dying for
human beings.
Setan berbuat sebisa-bisanya untuk melakukan empat hal:
1.
pertama dia berusaha membunuh Yesus sebelum Yesus secara
sukarela mempersembahkan nyawaNya di salib.
2.
kedua dia berusaha menjangkiti Yesus dengan virus dosa.
3.
ketiga, dia berusaha mengalihkan Yesus dari tujuanNya ke
salib, dengan pelbagai cara.
4.
dan akhirnya dia berusaha mematahkan semangat Yesus
ketika Dia berada di Getsemani.
Setan berkata, “Dengar, Engkau akan dipisahkan dari
BapaMu selamanya. Semua pengikutMu telah meninggalkanMu. Apa gunanya? Batalkan,
pergilah.”
Dengan kata lain, Setan
berbuat sekuat tenaganya untuk mencegah Yesus pergi ke salib dan mati bagi
manusia.
When Jesus cried out, “My God, My God,
why have You forsaken Me?” the sins of the
whole world crushed His life. He died long before He should have. You know
there's a movie called The Passion of the Christ. I watched it finally. I wasn't
really excited about it. But you know, the emphasis in that movie is on the merciless
beatings that Jesus Christ received. It's a very violent movie. But you know
what? Jesus
did not die of His wounds. In fact, do you know that we are told in the
Spirit of Prophecy that before anyone laid a finger on Him, He would
have died in Gethsemane unless the Father had sent an angel to
strengthen Him. Jesus did not die of His wounds. Jesus died because of the load of sin
that was upon Him, the sins of the whole world. You know, people commit
suicide because of their own sins, the guilt of their own sins; imagine someone
bearing the sins of the whole world, the punishment of the whole world upon
himself, folks; that's what Jesus did. No human being could have ever done
that.
Ketika Yesus berseru, “Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46), dosa-dosa seluruh dunia meremukkan nyawaNya. Dia mati
lama sebelum waktunya. Kalian tahu ada sebuah film berjudul The Passion of the
Christ, yang akhirnya saya tonton. Saya
tidak terlalu gemar dengan itu. Tetapi kalian tahu, penekanan dalam film itu
ada pada pemukulan-pemukulan yang tidak mengenal iba yang diterima Yesus
Kristus. Itu film yang sangat penuh kekerasan. Tetapi kalian tahu, Yesus tidak mati karena
luka-lukaNya. Bahkan tahukah kalian kita mendapat tahu dari Roh
Nubuat bahwa sebelum siapa pun menyentuh Dia, Dia bisa mati di Getsemani andaikan Bapa
tidak mengutus seorang malaikat untuk menguatkan Dia. Yesus tidak mati karena
luka-lukaNya. Yesus mati karena
beratnya beban dosa yang dipikulNya, dosa-dosa seluruh dunia.
Kalian tahu, orang-orang yang bunuh
diri itu memikul dosa-dosa mereka sendiri, rasa bersalah dari dosa-dosa mereka
sendiri; bayangkan orang yang memikul dosa-dosa seluruh dunia, hukuman seluruh
dunia dipikulnya sendiri, Saudara-saudara; itulah yang dilakukan Yesus. Tidak
ada manusia yang mungkin bisa melakukan itu.
The Seventh Fact
Now let's notice Fact # 7: the resurrection of Jesus made it
possible for Him to go to heaven to be our Intercessor or Mediator. If Jesus
had died but not resurrected, we would have no hope of eternal life, because a
dead Savior cannot save us. Is the resurrection as important as His death? Is
it as important as His perfect life? Is His ministry in the heavenly sanctuary
as important as all of the aspects of His ministry? Absolutely.
Fakta yang Ketujuh
Nah, mari kita simak Fakta
# 7: kebangkitan Yesus
memungkinkan Dia ke Surga untuk menjadi Perantara atau Mediator kita.
Andai Yesus mati tetapi tidak bangkit, kita tidak akan punya harapan hidup
kekal, karena Juruselamat yang mati tidak bisa menyelamatkan kita. Apakah
kebangkitanNya sama pentingnya seperti
kematianNya? Apakah itu sama pentingnya seperti hidupNya yang sempurna? Apakah
ministriNya di Bait Suci surgawi sama pentingnya seperti semua aspek
ministriNya? Tentu saja.
Matthew 28:1 through 7 records the literal, physical resurrection of Jesus,
and the beloved disciple describes Him ~ this is really interesting ~ describes
Jesus as
having the keys of “hades” and death.
Do you know what “hades” is? ᾅδης [hadēs] should be translated “the grave”. The word “hades” is used 11 times in the New
Testament, and with one exception in the story of the rich man and Lazarus
where it says that the rich man went to hades
~ with that one exception ~ it should be translated “grave”. In the parable is
not translated “grave” because Jesus is using the concept that the Pharisees
had, which they believe that “hades” was a place of burning.
Matius 28:1-7 mencatat kebangkitan Yesus yang literal dan
fisikal, dan murid yang dikasihi menggambarkan Yesus ~ ini sungguh menarik ~
menggambarkan Yesus sebagai
memegang anak kunci “hades” dan maut. Tahukah kalian “hades” itu apa”? ᾅδης
[hadēs] harus diterjemahkan “kubur”. Kata “hades” dipakai 11
kali di Perjanjian Baru, dan dengan satu perkecualian di cerita orang kaya dan
Lazarus di mana dikatakan bahwa si orang kaya pergi ke “hades”, dengan satu perkecualian itu ~ “hades” harus diterjemahkan “kubur”. Di perumpamaan
orang kaya dan Lazarus, “hades” tidak
diterjemahkan “kubur” karena Yesus menggunakan konsep orang-orang Farisi yaitu
mereka meyakini “hades” itu tempat
pembakaran.
And so notice on the next page, page 59, the Bible compares שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] which is the
equivalent Hebrew word, and ᾅδης [hadēs] to a prison house with bars and gates. And
you should read those verses, Psalm 9:13 and Isaiah 38:10. The grave is compared to a prison house
with bars and gates, like you know, like prisons have. The first
reference to “hades” in the book of
Revelation uses the prison analogy. Notice what Revelation 1:18 says, Jesus is
speaking, “18 I am He who lives, and was dead, and behold, I am alive forevermore.
Amen…” And now notice what Jesus says “…And I have the keys of Hades and of Death.” I have the keys of the grave and of death.
Maka simak di halaman berikut, hal. 59, Alkitab
membandingkan שְׁאֹל שְׁאוֹל [she'ôl] yang adalah kata Ibrani dengan
arti yang sama, dan ᾅδης
[hadēs] kepada sebuah penjara dengan jeruji-jeruji besi dan
pintu besi. Kalian harus membaca ayat-ayat itu, Mazmur 9:13 dan Yesaya 38:10.
“13 Kasihanilah
aku, ya TUHAN; lihatlah sengsaraku yang datang
dari mereka yang membenci aku,
Engkau yang mengangkat aku keluar
dari pintu gerbang maut.” (Mazmur 9:13)
“10 Aku berkata: ‘Ketika hari-hariku dipotong, aku harus pergi ke
pintu gerbang kubur, aku kehilangan sisa
umurku.” (Yesaya
38:10)
Kubur itu
dibandingkan dengan penjara dengan jeruji-jeruji besinya dan pintu-pintu besi seperti yang ada di penjara.
Referensi pertama tentang “hades” di kitab
Wahyu menggunakan analogi penjara. Simak apa kata Wahyu 1:18, Yesus sedang
bicara, “18
Akulah Dia yang
hidup, dan telah mati, dan lihatlah, Aku hidup selama-lamanya. Amin…” dan sekarang simak apa kata Yesus, “…Dan
Aku memegang kunci-kunci hades dan
maut…” Aku memegang kunci-kunci kubur dan
maut.
Let's reflect on that for a few moments. The grave is the prison, the dead are
the prisoners, and Satan is the jailer with the keys in his hand, and he does
not let his prisoners go free according to Isaiah 14:17, as long as he has the
keys, the ones who are dead are doomed. Ah but here's the good news! Jesus died,
went into the grave, took away the keys from the jailer, and brought them out
in his hand. Because He lives we will live also, according to John 14:19.
When the venomous serpents in the wilderness bit the Israelites, God
neutralized the venom by raising His own serpent, a symbol of Jesus bearing the
sins and dying because of those sins. Scientists make anti-venom from venom.
Likewise Jesus
defeated the venom of death by His death. Death destroyed death. He
went into the grave, took away the keys from Satan, and came out alive. The
book of Hebrews explains that by His death Jesus destroyed Satan and the power
of death.
Mari kita renungkan itu sejenak. Kubur itu penjaranya,
yang mati adalah tawanannya, dan Setan itu sipirnya yang memegang anak kuncinya
di tangannya, dan dia tidak mengizinkan tawanan-tawanannya bebas menurut Yesaya
14:17. Selama dia punya anak kuncinya, mereka yang mati, takdirnya mati. Ah,
tetapi ini kabar baiknya! Yesus mati, pergi ke kubur, mengambil anak kunci dari
si sipir, dan membebaskan para tawanan
dari tangan Setan. Karena
Yesus hidup, kita akan hidup juga, menurut Yohanes 14:19. Ketika
ular-ular berbisa di padang gurun mematuk bangsa Israel, Allah menetralisasikan
bisa itu dengan mengangkat UlarNya sendiri, sebuah simbol Yesus yang sedang
memikul dosa-dosa dan mati karena dosa-dosa tersebut. Para ilmuwan membuat
antibIsa dari bisa. Begitu juga Yesus
mengalahkan bisa maut oleh kematianNya sendiri. Maut
membinasakan maut. Yesus pergi ke dalam kubur, mengambil anak kuncinya dari
Setan, dan keluar hidup-hidup. Kitab Ibrani menjelaskan bahwa dengan kematianNya Yesus membinasakan Setan
dan kuasa maut.
Notice Hebrews 2:14-15,
“14 Inasmuch then as the children
have partaken of flesh and blood…” that's us,
“…He Himself likewise shared in the same…” now listen
carefully “…that through death He might destroy him who
had the power of death, that is, the devil…” so Jesus by His
death destroys the one who has the power of death; but not only the one who has
the power of death, but death itself, because it continues saying
“…15 and
release those who through fear of death were all their lifetime subject to
bondage.” As we stated previously in Matthew 16:18 Jesus said that
the gates of the grave would not prevail against this church. It's translated “the gates of hell”, but “hades” the
gates of the grave will not prevail against the church. Do you know why the
gates of the grave will not prevail against the church? Because they did not
prevail against Jesus, because Jesus came forth from the grave His people will
come forth from the grave as well.
Simak Ibrani 2:14-15, “14 Oleh sebab itu sebagaimana
anak-anak itu telah mengambil bagian daging dan darah…” maksudnya kita, “…Ia Sendiri juga berbagi
yang sama;…” sekarang dengarkan
baik-baik, “…agar melalui kematian-Nya Ia bisa
memusnahkan dia yang berkuasa atas maut, yaitu Iblis…” Maka Yesus melalui kematianNya, membinasakan dia yang
punya kuasa kematian; tetapi bukan saja yang punya kuasa atas maut, melainkan
maut itu sendiri, karena selanjutnya dikatakan, “…15
Dan membebaskan mereka yang karena takutnya kepada maut, seumur hidupnya
berada di bawah belenggu…” Seperti yang
tadinya kita katakan di Matius 16:18 Yesus berkata bahwa pintu kubur tidak akan
menang atas gereja ini. Itu diterjemahkan “gerbang neraka” tetapi “hades”, gerbang kubur tidak akan menang atas
gereja. Tahukah kalian mengapa gerbang kubur tidak akan menang atas gereja?
Karena mereka tidak menang atas Yesus, karena Yesus keluar dari dalam kubur,
maka umatNya akan keluar juga dari dalam kubur.
Jesus is referred to as “the first born from
the dead” in Revelation 1:5, not because He was the
first to resurrect ~ because there were many that resurrected before Jesus ~ “first born from the dead” does not mean He was the first to
resurrect, but what it means is that His resurrection guarantees the resurrection of
all of His followers. It refers to the preeminence of the resurrection
of Jesus Christ. His resurrection makes all other resurrections possible for
those who are in Christ. You see, if we die in Christ, Jesus will unlock the
prison house of death, and at His coming He will take us to heaven.
Yesus dirujuk sebagai ”yang sulung bangkit dari antara orang mati” di Wahyu 1:5, bukan
karena Dia yang pertama bangkit ~ karena ada banyak yang dibangkitkan sebelum
Yesus. ”yang sulung bangkit dari antara orang mati” tidak berarti
Yesus yang pertama bangkit, tetapi itu berarti kebangkitanNya menjamin
kebangkitan semua pengikutNya. Ini merujuk kepada keunggulan
kebangkitan Yesus Kristus. KebangkitanNya memungkinkan semua kebangkitan mereka
yang ada dalam Kristus. Kalian lihat, jika kita mati dalam Kristus, Yesus akan
membuka kunci rumah penjara maut, dan pada saat kedatanganNya, Dia akan membawa
kita ke Surga.
Paul wrote that the dead in Christ ~ notice the dead in Christ ~ will rise first, and then He will transform
this corruptible mortal body into the likeness of His glorious body.
(Philippians 3:21). And finally death and hades
according to Revelation will be thrown into the lake of fire and be destroyed
forevermore.
Paulus menulis bahwa yang mati dalam Kristus ~ simak,
yang mati dalam Kristus ~ akan lebih dulu bangkit (1 Tesalonika 4:16-17), kemudian Dia akan
mengubah tubuh fana ini menjadi serupa dengan tubuhNya yang mulia (Filipi
3:21). Dan akhirnya menurut Wahyu, maut dan hades akan dilemparkan ke dalam
lautan api dan dimusnahkan untuk selamanya. (Wahyu 20:14)
You know people ask me because I fly a lot, people ask me, “Aren't you
afraid of flying?”
I say, “Not really, why should I be?”
“Well, because the plane might fall out of the sky.”
I say, “Yeah and what's the problem?”
“You’ll die.”
“And what's the problem?” If we're in Christ death means nothing, folks,
death is a conquered foe. When Jesus died and resurrected, we can be sure that
if we're in Christ, if we die, we will resurrect. Death is simply a longer
sleep than usual. That's so comforting.
Kalian tahu, orang-orang bertanya kepada saya karena saya
sering terbang, orang-orang bertanya pada saya, “Tidakkah Anda takut terbang?”
Saya katakan, “Tidak sih, mengapa harus takut?”
“Yah, karena pesawatnya bisa jatuh dari langit.”
Kata saya, “Iya, lalu apa masalahnya?”
“Anda akan mati.”
“Dan apa masalahnya?” Jika kita berada dalam Kristus,
kematian tidak berarti apa-apa, Saudara-saudara, kematian adalah musuh yang
sudah ditaklukkan. Ketika Yesus mati dan bangkit, kita boleh merasa pasti bahwa
jika kita di dalam Kristus, kita mati, kita akan dibangkitkan. Kematian
hanyalah tidur yang lebih lama daripada biasanya. Ini begitu menenteramkan.
Now Christians usually think that the death of Jesus forgave our sins. Now Jesus
died for everyone, right? And so Christians say, “Oh yeah, Jesus when He died
on the cross He forgave everyone's sins.” False.
You say, “What are you talking about?”
Jesus did not
forgive everyone's sins on the cross. Jesus made provision to forgive the sins
of everyone.
Nah, orang Kristen biasanya berpikir bahwa kematian Yesus
mengampuni dosa-dosa kita. Nah, Yesus mati bagi semua orang, benar? Maka orang
Kristen berkata, “Oh, iya, ketika Yesus mati di salib, Dia menampuni dosa semua
orang.” Salah!
Kalian berkata “Apa maksudnya?”
Yesus tidak
mengampuni dosa semua orang di salib. Yesus membuat persediaan untuk mengampuni
dosa semua orang.
Now let's notice 1 Corinthians 15 we’ll read verses 3-8 and 17-19 here is
the important point about the resurrection of Christ. Listen, if Jesus
had not resurrected we would still be in our sins. So if that's true
that we would still be in our sins if He didn't resurrect, then He did not
forgive our sins on the cross. Notice what it says here, “3 For I
delivered to you first of all that which I also received: that Christ died
for our sins according to the Scriptures, 4 and that He was buried,
and that He rose again the third day according to the Scriptures, 5 and that He was seen
by Cephas, then by the twelve. 6 After that He was seen by over five hundred brethren
at once, of whom the greater part remain to the present, but some
have fallen asleep. 7 After
that He was seen by James, then by all the apostles…” I think there's plenty of evidence that
Jesus resurrected. I think that's what Paul is trying to make a point here. “… 8 Then last of all He was seen by me also, as by one
born out of due time…” in other words
he wasn't able to experience the three and a half years of Christ here on earth.
“…17 And if
Christ…” now notice we go
to verse 17, “…17 And if Christ is not
risen, your faith is…” what? “…futile…” empty, worthless, “…you are
still in your sins...” if Jesus did not
resurrect, we are what? We are still in our sins. So were all sins forgiven
when Jesus died on the cross? No! Because if He didn't resurrect, we would still be in our sins. Verse 18, “…18 Then also those who have fallen asleep in
Christ have perished…” was the
resurrection of Jesus absolutely indispensable for His people to have assurance
of eternal life? Absolutely! And then in verse 19, “…19 If in this life only we
have hope in Christ, we are of all men the most pitiable.”
Sekarang mari kita simak 1
Korintus 15, kita akan membaca ayat-ayat 3-8, dan 17-19, di sini ada beberapa
poin penting tentang kebangkitan Kristus. Dengarkan, andai Yesus tidak bangkit, kita masih akan berada dalam
dosa-dosa kita. Jadi, jika itu benar bahwa kita masih ada dalam
dosa-dosa kita jika Yesus tidak bangkit, maka Dia tidak mengampuni dosa-dosa kita di salib.
Simak apa yang dikatakan di sini, “3
Sebab kusampaikan kepadamu pertama-tama apa yang juga telah
kuterima: bahwa Kristus telah mati untuk
dosa-dosa kita menurut Kitab Suci, 4 dan bahwa Ia telah dikuburkan dan bahwa Ia
telah bangkit lagi hari yang ketiga, menurut Kitab Suci, 5
dan bahwa Ia telah dilihat oleh Kefas, kemudian oleh
kedua belas murid-Nya. 6 Sesudah itu Ia dilihat oleh lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari
mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa telah meninggal. 7
Setelah itu Ia dilihat oleh Yakobus, kemudian oleh
semua rasul…” ada cukup banyak bukti bahwa Yesus sudah bangkit, saya
rasa Paulus igin membuat poin tersebut di sini. “…8 Dan yang paling akhir dari
semuanya Ia dilihat juga olehku sebagaimana
oleh seseorang yang lahir di luar waktunya…” dengan kata lain Paulus tidak bisa mengalami yang tiga
setengah tahun pelayanan Kristus di atas bumi. “…17
Dan jika Kristus…” sekarang simak, kita ke ayat 17, “…17
Dan jika Kristus tidak bangkit, imanmu…”
apa? “…sia-sia…”
kosong, tidak ada nilainya, “…kamu masih hidup dalam dosamu…” Jika Yesus tidak bangkit, kita apa? Kita masih dalam
dosa-dosa kita. Maka apakah semua dosa diampuni ketika Yesus mati di salib?
Tidak! Karena jika Yesus tidak bangkit, kita masih dalam dosa-dosa kita. Ayat
18, “…18 Kalau begitu juga orang-orang yang mati dalam Kristus telah binasa…” apakah kebangkitan Yesus sangat diperlukan agar umatNya
mempunyai jaminan hidup
kekal? Tentu saja! Lalu di ayat 19, “…19
Jika hanya dalam hidup ini saja kita memiliki
harapan dalam Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling menyedihkan dari semua
manusia.”
Let's notice Romans 4:23-25 you're going to notice here that our
justification depends on the resurrection of Christ. You know what Justification
is? Justification
and forgiveness are the same thing. Justification is the fancy
theological word. Notice Romans 4:23, “23 Now…” and this is
speaking of the story of Abraham's justification when he believed God. “…23 Now it was not written for his sake alone that it was imputed to
him…” in other words, the righteousness of God
was credited to his account, “… 24 but also for us. It
shall be imputed to us…” in other words, His righteousness will be credited to our
account “…who believe in Him…” not to everyone, those who believe in Him, “…who raised up Jesus our Lord from the dead,…” now listen carefully “…25 who was delivered up because of our offenses,
and was raised because of…” was raised for “…our justification.” Jesus was raised for our forgiveness, for
our justification, according to
this.
Mari kita simak Roma 4:23-25,
kita akan melihat di sini bahwa pembenaran
kita bergantung pada kebangkitan Kristus. Kalian tahu pembenaran
itu apa? Pembenaran dan pengampunan adalah
hal yang sama. Pembenaran itu kata theologi yang aksi. Simak
Roma 4:23, “23 Nah, ini tidak ditulis demi dia (Abraham) saja bahwa itu sudah diperhitungkan
padanya,…” dengan kata lain, kebenaran Allah dikreditkan ke Abraham, “…24 tetapi juga demi kita. Itu
akan diperhitungkan pada kita…” dengan kata lain
kebenaranNya akan dikreditkan ke kita “…yang
percaya dalam Dia,…” bukan kepada semua
orang, hanya mereka yang percaya dalam Dia, “…yang
telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,…” sekarang dengarkan
baik-baik, “…25 yang telah
diserahkan karena pelanggaran-pelanggaran
kita dan dibangkitkan karena (untuk)…” dibangkitkan untuk “…pembenaran
kita…” Yesus dibangkitkan
untuk pengampunan kita, untuk pembenaran kita, menurut ayat-ayat ini.
Now there's this question. Who resurrected Jesus? You know most people say,
“Well, Jesus resurrected Himself.” And that's true, He had life within Himself.
But there's more to the story. Let's notice John 5:26 it says there, “ 26 For as the
Father has life in Himself, so He has granted the Son to have life in
Himself.”
Nah, ada pertanyaan
ini, siapa yang membangkitkan Yesus? Kebanyakan orang berkata, “Nah, Yesus
membangkitkan DiriNya sendiri.” Dan itu benar, Dia punya hidup dalam DiriNya
sendiri. Tetapi masih ada lagi. Mari kita simak Yohanes 5:26, dikatakan di sana, “26
Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam Diri-Nya Sendiri, demikian
juga Dia telah
memberikan Sang Anak untuk mempunyai
hidup dalam Diri-Nya Sendiri.”
Now let's go to our next text which adds to this, John 10:17-18. Have you ever read in the Spirit of Prophecy
where Ellen White states that on resurrection morning two angels descended from
heaven, one rolled away the stone and sat on the stone, the other stood before
the two of them, and said, “Oh, Thou Son of God, Thy Father calls Thee!” Have
you ever read that in Early Writings and
also in The Desire of Ages? Where is that
in the Bible? We’ll see. We have to search the Scriptures. Notice John
10:17-18, “17 ‘Therefore My Father loves Me, because I lay down My life
that I may take it again. 18 No one takes it from Me, but I lay it down of Myself. I have power…” by the way, this is not a good translation: “power”. There is a word for “power” in
the New Testament, it's the word δύναμις [dunamis] where we get the word “dynamite” from.
That's not the word here. The word here is ἐξουσία [exousia], it should be translated “authority”.
So Jesus says here “…I have the power authority to lay it
down, and I have the power authority to take it again...” Where did Jesus get the authority from? Many people skipped the last part
of the verse. It says, “…This command I have
received from My Father.’…”
So what happened in resurrection morning? When Jesus died on the cross, the
last thing He said was, “Father, into Your hands I command My spirit. You're
going to have to call Me from the grave, Father.” And so on resurrection
morning the angel says, “Your Father calls You.” And now Jesus comes forth from the tomb by the
life that was in Himself, but by an authorization from His Father.
That's the biblical basis for what Ellen White has to say. The little lady had
it right. See, the reason why people reach wrong conclusions is because they
don't think beyond, they expect to find a Bible verse that says, the angel said
“Oh, Thou, Son of God, Your Father calls You.” Well,
it's not that simple. You have to look and search for the basis of what Ellen
White has to say.
Sekarang mari kita ke ayat
berikutnya yang memperluas ini, Yohanes 10:17-18. Pernahkah kalian membaca di Roh Nubuat
di mana Ellen White menyatakan bahwa pada pagi kebangkitan dua malaikat turun
dari Surga, yang satu menggulingkan batu besar lalu duduk di atasnya, yang lain
berdiri di depan keduanya dan berkata, “Oh, Engkau Anak Allah, BapaMu
memanggilMu!” Pernahkah kalian membaca ini di Early Writings dan juga di The Desire of Ages? Di mana di Alkitab ada itu? Mari kita lihat. Kita harus
mencari di Kitab Suci. Simak Yohanes 10:17-18, “17
Itulah sebabnya BapaKu mengasihi Aku, karena Aku menyerahkan
hidupKu agar
Aku bisa mengambilnya kembali. 18 Tidak seorang pun mengambilnya
dariKu, melainkan Aku menyerahkannya
sendiri. Aku punya kuasa…” nah, ini bukan terjemahan yang baik: “kuasa”. Ada kata
untuk “kuasa” di Perjanjian Baru, itu adalah kata δύναμις
[dunamis] dari mana kita peroleh kata “dinamit”. Bukan kata itu
yang ada di sini. Kata yang di sini adalah ἐξουσία [exousia] yang harus diterjemahkan
“autoritas”. Maka di sini
Yesus berkata, “…Aku punya kuasa autoritas untuk menyerahkannya dan Aku punya kuasa autoritas untuk mengambilnya kembali…” Dari mana Yesus
mendapatkan autoritas itu? Banyak orang tidak membaca bagian akhir dari ayat ini.
Dikatakan, “…Perintah ini telah Aku terima dari Bapa-Ku…”
Jadi apa yang terjadi pada pagi kebangkitan? Ketika Yesus
mati di salib, hal terakhir yang dikatakanNya ialah, “Bapa, ke dalam tanganMu
Aku serahkan RohKu. Engkau yang harus memanggil Aku keluar dari kubur, Bapa.”
Maka pada pagi kebangkitan, malaikat itu berkata, “BapaMu memanggilMu.” Dan
sekarang Yesus keluar dari dalam kubur,
oleh hidup yang ada pada Diriya sendiri, tetapi dengan autorisasi dari BapaNya.
Inilah dasar alkitabiahnya untuk apa yang dikatakan Ellen White. Ibu kecil ini
memahaminya dengan benar. Lihat, mengapa orang mencapai konklusi yang salah
ialah karena mereka tidak berpikir melampaui batasannya, mereka berharap
menemukan ayat di Alkitab yang berkata, malaikat itu berkata, “Oh, Engkau Anak
Allah, BapaMu memanggilMu.” Nah, tidak sesederhana itu. Kita harus mencari dan
menyelidiki dasar dari apa yang dikatakan Ellen White.
Now the following texts prove that Jesus possesses inherent eternal life in
Himself. Notice the following verse. John 11:25 and 26, “25 Jesus said
to her, ‘I am the
resurrection and the life. He who
believes in Me…” notice, “…He who believes in Me though he may die, he
shall live. 26 And whoever
lives and believes in Me shall never die. Do you believe this?’…” Do people die? So how is it that Jesus
says they will never die? Well, He's saying they will never die in eternal
death, in context, because He just said “…‘I am the
resurrection and the life. He who
believes in Me though he may die, he
shall live…” and then He says “…26 And whoever
lives and believes in Me shall never die…” that is eternal death.
Nah, ayat berikut membuktikan bahwa Yesus memiliki
hidup kekal yang permanen dalam DiriNya. Simak ayat berikutnya. Yohanes
11:25-26, “25 Kata Yesus kepadanya,
‘Akulah kebangkitan dan hidup; dia yang percaya dalam
AKu…” simak, “…dia yang percaya dalam
AKu walaupun ia mungkin mati, ia akan hidup 26
Dan siapa yang hidup dan percaya dalam
Aku, tidak akan pernah mati. Percayakah
engkau akan hal ini?” Apakah manusia
mati? Kalau begitu bagaimana Yesus bisa berkata mereka tidak akan pernah mati?
Nah, Dia berkata mereka tidak akan pernah mati dalam kematian yang kekal,
sesuai konteksnya, karena Dia baru saja berkata, “25Kata
Yesus kepadanya, ‘Akulah kebangkitan dan
hidup; dia yang percaya dalam Aku walaupun ia mungkin
mati, ia akan hidup…” kemudian Dia berkta, “…26
Dan siapa yang hidup dan percaya dalam
Aku, tidak akan pernah mati…” yaitu kematian yang kekal.
Notice John 6:47, “ 47 Most assuredly, I say to you, he who believes in Me has everlasting
life.”
John 14:6, “6 Jesus said
to him, ‘I am the way, the truth, and the life. No one
comes to the Father except through Me.’..”
Simak Yohanes 6:47,
“47 Sesungguhnya
Aku berkata kepadamu, dia yang mempercayai Aku, mempunyai
hidup yang kekal.”
Yohanes 14:6, “6 Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah
jalan, dan kebenaran, dan hidup. Tidak
seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui Aku.’…”
And that beautiful promise in 1 John 5:11-12, “ 11 And this is the
testimony: that God has given us eternal life, and this life is in His
Son. 12 He
who has the Son has life; he who does not have the Son of God does not
have life.”
So what is the key in all of this? The key in all of this is to have Christ,
to be in Christ every moment of every day.
Dan janji yang
indah itu di 1 Yohanes 5:11-12, 11 Dan inilah kesaksian itu: bahwa Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan
hidup itu ada di dalam Anak-Nya. 12 Dia
yang memiliki Anak, memiliki hidup; dia yang
tidak memiliki Anak Allah, tidak memiliki
hidup…”
Jadi apa kuncinya dalam semua ini? Kunci dari semua ini
ialah memiliki Kristus, untuk selalu berada dalam Kristus setiap saat setiap
hari.
You know we talk a lot about the close of probation, what I call the
corporate close of probation for the world, which is when Michael stands up and all cases
are decided. You say you know, we need to be ready for the close of
probation. But if we should die today, that's our close of probation. So we
need to make sure that every moment of every day we are in Christ, we are
walking with Christ, we have a relationship with Jesus Christ, because if we
don't get to the corporate close of probation for the world, and we should die,
the Bible says “it is appointed
for men to die once and after this the judgment”, after that their cases will be decided for life or for death.
Kita banyak bicara tentang tutupnya pintu kasihan, apa
yang saya sebut penutupan pintu
kasihan untuk semua yang di dunia, yaitu ketika Mikhael berdiri dan semua kasus
sudah diputuskan. Kalian berkata, kita perlu bersiap untuk
tutupnya pintu kasihan. Tetapi, jika
kita mati hari ini, itulah tutupnya pintu kasihan kita. Jadi
kita harus memastikan bahwa setiap saat setiap hari kita ada dalam Kristus,
kita berjalan bersama Kristus, kita punya hubungan baik dengan Yesus Kristus,
karena jika kita tidak mencapai tutupnya pintu kasihan bagi semua di dunia, dan
kita mati sebelumnya, Alkitab berkata, “27 Dan sebagaimana telah ditetapkan bagi manusia untuk mati satu kali, dan sesudah itu penghakiman.”
(Ibrani 9:27), setelah itu kasus mereka akan sudah diputuskan untuk
hidup (kekal) atau untuk mati (kekal).
So do we understand the resurrection of Christ? Is His resurrection
important? Absolutely, vitally, vitally, important. Is His death important? Yes.
Is His perfect life important? Is it important that He was the creator of all
things? See all of this is a package deal, it's everything or it's nothing,
because it's a building pattern, where Jesus does everything for us.
Jadi apakah kita paham kebangkitan Kristus? Apakah
kebangkitanNya penting? Tentu saja, vital sekali pentingnya. Apakah kematianNya
penting? Ya. Apakah hidupNya yang sempurna penting? Apakah penting Dialah
Pencipta segala sesuatu? Lihat, semua ini adalah satu paket, harus semuanya
atau tidak sama sekali, karena ini adalah pola bangunan, di mana Yesus
melakukan segala sesuatu untuk kita.
The Eighth Fact
Now let's go to Fact # 8, this is a little below the middle of page 61. If Jesus
had died we would not have a Mediator to apply the benefits of His work on
earth. Jesus
ascended to the right hand of God, of His Father, to intercede ~ listen
carefully now ~ to intercede for those who come to God through Him. Jesus can
intercede before the Father because He is what? Because He's righteous.
Can I go and say to the Father, “Father, here I am, accept me.”?
The Father is going to say, “On what basis? You're a sinner and the wages
of sin is death.”
But when I come to the Father through Jesus, the Father looks at Jesus, He
looks at the righteousness of Christ. Notice this beautiful verse, 1 John 2:1, “1My
little children, these things write I unto you, that ye sin not. And if any man
sin, we have an…” what? “…an advocate with the Father, Jesus Christ
the righteous.” (KJV) See, the
Advocate who presents Himself before the Father. He's righteous, and He presents
His own righteousness in our place. We could never do that ourselves.
Fakta yang Kedelapan
Sekarang mari kita ke Fakta # 8, ini sedikit di bawah bagian
tengah hal. 61. Jika Yesus mati, kita tidak akan punya seorang Perantara untuk
mengaplikasikan manfaat pekerjaanNya di bumi. Yesus naik ke tangan kanan Allah, BapaNya, untuk menjadi
perantara ~ dengarkan baik-baik sekarang ~ untuk menjadi perantara bagi mereka yang
datang kepada Allah melalui Dia. Yesus bisa menjadi perantara di
hadapan Bapa karena Dia apa? Karena Dia benar.
Bisakah saya pergi dan berkata kepada Bapa, “Bapa, ini
aku, terimalah aku.”?
Bapa akan berkata, “Atas dasar apa? Kamu seorang pendosa,
dan upah dosa itu maut.”
Tetapi jika saya datang kepada Bapa melalui Yesus, Bapa
memandang Yesus, Dia memandang kebenaran Yesus. Simak ayat yang indah ini, 1
Yohanes 2:1, “1 ‘Anak-anakku,
hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Dan jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai
seorang…” apa? “…pembela pada Bapa yaitu Yesus Kristus, yang benar.” Lihat, Sang Pembela yang mempresentasikan DiriNya di
hadapan Bapa, Dia benar, dan Dia mempresentasikan kebenaranNya sendiri di
tempat kita. Kita sendiri tidak akan pernah bisa berbuat itu.
1 Timothy 2:5, “5 For there is one God and one Mediator between God and men, the Man Christ Jesus.” Is it important that the mediator be a man? Yes. Is it important that the
mediator be God? Absolutely, He's the ladder that connects heaven and earth. The
top of the ladder is His divine nature, and the bottom of the ladder is His human
nature.
1 Timotius 2:5, “5 Karena
ada satu Allah dan satu Perantara antara Allah dan manusia, yaitu Manusia Kristus Yesus,…” Apakah penting perantaranya
seorang manusia? Ya. Apakah
penting mediatornya Allah? Tentu saja, Dialah anak tangga yang menghubungkan
langit dan bumi. Bagian atas dari anak tangga itu adalah kodrat IlahiNya, dan
bagian bawah dari anak tangga itu adalah kodrat kemanusiaanNya.
Jesus is able to be merciful and faithful, because He is our Brother. Notice
what Hebrews 2:17 says, “17 Therefore, in all things
He had to be made like His…”
what? “…His brethren…” now here's the
beautiful thing: Jesus is the only One who deserves to be called Son of God;
but when we receive Jesus as our Savior and Lord, we become brothers and sisters
of Jesus. Now if we're brothers and sisters of Jesus, then we have the same
Father. The only thing is, Jesus is the Father's natural Son, we are adopted
according to Galatians chapter 4, but we are still members of the family. So
when we receive Jesus, we're brothers and sisters of Jesus, and the Father
says, “Well, if they're brothers and sisters of Yours, they're My kids too.” So
the only
way that we can belong to the family of God is through Jesus Christ. So
it says, “…17 Therefore, in all things
He had to be made like His brethren…”
for what reason? “…that He might be a…” what? “…a merciful and faithful High Priest in things pertaining to God, to make
propitiation for the sins of the people.”
Yesus sanggup bermurah hati
dan setia, karena Dia adalah Saudara kita. Simak apa kata Ibrani 2:17, “17 Itulah
sebabnya dalam
segala hal Ia harus dijadikan sama seperti…” apa? “…saudara-saudara-Nya…” Nah, ini luar biasanya: Yesus adalah Satu-satunya yang
layak disebut Anak Allah; tetapi ketika kita menerima Yesus sebagai Juruselamat
dan Tuhan kita, kita menjadi saudara laki-laki dan perempuan Yesus. Nah, jika
kita ini saudara-saudara Yesus, maka kita punya Bapa yang sama. Bedanya hanya
Yesus adalah anak alami Bapa, kita diadopsi menurut Galatia pasal 4, tetapi
kita tetap anggota keluarga. Jadi ketika kita menerima Yesus, kita adalah
saudara-saudara Yesus dan Bapa berkata, “Nah, jika mereka itu
saudara-saudaraMu, mereka anak-anakKu juga.” Maka satu-satunya jalan kita bisa termasuk keluarga Allah
ialah melalui Yesus Kristus. Jadi dikatakan, “…17 Itulah sebabnya dalam
segala hal Ia harus dijadikan sama seperti saudara-saudara-Nya…” supaya apa? “…supaya Ia
bisa…” apa? “…menjadi
Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia dalam segala hal yang berkaitan dengan Allah, untuk membuat pendamaian bagi dosa-dosa
umat.”
Jesus does not intercede for everyone on planet earth. He intercedes only
for those who claim Him. You say, where do you get that from? From the Bible. Notice
what it says in Hebrews 7:25, “25 Therefore He…” that is Jesus, “…is also able to save to the
uttermost those who come to God through Him, since He always lives to make
intercession for them.” For whom does Jesus make
intercession? For those who come to God through Him, those who claim Him.
Yesus tidak menjadi Perantara
untuk semua orang di planet bumi. Dia menjadi Perantara hanya bagi mereka yang
mengklaim DiriNya. Kalian berkata, darimana Anda mendapat konsep ini? Dari
Alkitab. Simak apa yang dikatakan di Ibrani 7:25, “25 Karena itu Ia…” maksudnya Yesus,
“…sanggup juga menyelamatkan sepenuhnya
mereka yang datang kepada Allah melalui Dia, sebab Ia hidup senantiasa untuk membuat perantaraan untuk mereka…” Untuk siapa Yesus membuat perantaraan? Untuk
mereka yang datang ke Allah melalui DiriNya, mereka yang mengklaim DiriNya.
Notice Hebrews 4:15-16,“ 15 For we do not have a High Priest who cannot
sympathize…” see that's why Jesus had to become a man,
because He had to be able to sympathize with us. “…15 For we do not have
a High Priest who cannot sympathize with our weaknesses, but was in
all points tempted
as we are, yet without sin…” And notice the result, “…16 Let us therefore come boldly to the throne of grace,
that we may obtain mercy and find grace to help in time of need.” So we have a sympathetic Advocate before
the Father.
No one can approach the Father but through Jesus. John 14:6, “6 Jesus said to him, ‘I am the
way, the truth, and the life. No one comes to the
Father except through Me.’…”
The Bible does
not teach that the death of Jesus on the cross forgave everyone's sins. At the cross provision to forgive sins of
those who repent of their sins, confess them, and trust in Jesus, and are
baptized, are forgiven.
Simak Ibrani 4:15-16, “15 Sebab kita bukan punya seorang Imam Besar yang tidak dapat turut
merasakan…” lihat, itulah mengapa Yesus harus menjadi manusia, karena
Dia harus bisa bersimpati dengan kita “…15 Sebab kita bukan punya seorang Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, melainkan yang dalam segala hal dicobai
sebagaimana kita dicobai, namun tidak berbuat dosa…” Dan simak akibatnya, “…16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian
menghampiri takhta kasih karunia supaya
kita boleh menerima rahmat dan menemukan
kasih karunia untuk menolong kita pada waktu
dibutuhkan.” Jadi kita punya Pembela yang bersimpati dengan kita di hadapan Bapa.
Tidak ada yang bisa
menghampiri Bapa selain melalui Yesus. Yohanes 14:6, “6 Kata
Yesus kepadanya, ‘Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Tidak seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui
Aku.’…”
Alkitab tidak
mengajarkan bahwa kematian Yesus di salib mengampuni dosa semua orang. Di salib, sarana untuk mengampuni dosa mereka yang
bertobat dari dosa-dosa mereka, mengakui mereka, dan menaruh percaya mereka
dalam Yesus, dan dibaptis, mereka itulah yang diampuni.
What are the conditions for receiving forgiveness? Notice Acts 2:38, “ 38 Then Peter said to them, ‘Repent,…” this is 50 days after the resurrection of Christ “…’Repent
and let every one of you…” see it’s individual
“…let every one of you be baptized in the name of Jesus Christ for
the remission of sins;…” the word “remission” don't get hung up on that, it's the same word
“forgiveness” in the New Testament. So when are people forgiven? At the cross?
No, they are
forgiven when they what? When they repent, and they are what? Baptized for the forgiveness of sins.
Apakah syaratnya untuk
menerima pengampunan? Simak Kisah 2:38, “38 Lalu kata Petrus kepada mereka, ‘Bertobatlah…” ini terjadi 50
hari setelah kebangkitan Kristus,
“…‘Bertobatlah dan hendaknya
setiap orang dari kamu…” lihat, ini
bersifat pribadi, “…hendaknya setiap orang dari kamu dibaptiskan dalam nama Yesus Kristus untuk remisi (pengampunan) dosa, …” Jangan bingung
dengan kata “remisi”, di Perjanjian Baru itu kata yang sama dengan
“pengampunan”. Jadi kapan manusia
diampuni? Di salibkah?
Tidak, mereka diampuni ketika mereka apa? Ketika
mereka bertobat, dan mereka bagaimana? Dibaptis untuk pengampunan dosa.
You know why Jesus went to heaven? He went to heaven to give people repentance and
the forgiveness of sins, He went to heaven to forgive sins.
Notice what we find in Acts 5:31, “31 Him God has
exalted to His right hand to be Prince
and Savior…” and now notice,
Jesus went to heaven for what reason? “…to give repentance to Israel and…” what?
“…forgiveness of sins.”
Tahukah kalian mengapa Yesus naik ke Surga? Dia pergi ke Surga untuk memberi
orang pertobatan dan pengampunan dosa, Dia pergi ke Surga untuk
mengampuni dosa.
Simak apa yang kita temukan di Kisah 5:31, “31 Dia telah ditinggikan oleh Allah
ke tangan kanan-Nya, menjadi Pangeran dan Juruselamat…” dan sekarang
simak, Yesus pergi ke Surga untuk alasan apa? “…untuk
memberikan pertobatan kepada Israel
dan…” apa? “…
pengampunan dosa.”
Notice what we find in Acts 10:43 you have to believe to receive
forgiveness of sins, you have to accept what Jesus did. Notice Acts 10:43, “ 43 To Him…” that is to Jesus “…all the prophets witness that, through His
name, whoever believes in Him will receive remission of sins.” Is it necessary to believe in Jesus to receive
forgiveness? Is it necessary to repent, to receive forgiveness? Is it
necessary to
be baptized to receive forgiveness? Absolutely. By the way, is it
necessary to
confess sin in order to receive forgiveness? So this is the way it is,
folks. It's not rocket science. Jesus on the cross earned enough capital to
forgive everyone's sins, but I have to come and I have to claim the capital. He
deposited ~ so to speak ~ in the bank of heaven enough merit to save everyone
on planet earth, but you have to go to
the bank, and you have to make the withdrawal, individually.
Simak apa yang kita temukan di Kisah 10:43, kita harus
percaya untuk menerima pengampunan dosa, kita harus menerima apa yang dilakukan
Yesus. Simak Kisah 10:43, “43 Tentang Dia…” tentang Yesus, “…semua
nabi bersaksi, bahwa melalui namaNya,
barangsiapa yang percaya di dalam Dia, akan menerima pengampunan dosa…” Apakah harus percaya dalam Yesus
untuk menerima pengampunan? Apakah harus
bertobat untuk menerima pengampunan? Apakah harus dibaptis untuk menerima pengampunan?
Tentu saja. Nah, apakah harus
mengakui dosa untuk menerima pengampunan? Jadi beginilah
caranya, Saudara-saudara. Ini bukan sains roket. Yesus di salib mendapatkan
cukup modal untuk mengampuni dosa semua orang, tetapi saya harus datang dan
saya harus mengklaim modal tersebut. Yesus mendepositokan ~ katakanlah demikian
~ di bank surga cukup jasa untuk menyelamatkan semua orang di planet bumi,
tetapi kita harus datang ke bank itu dan secara individu kita harus membuat
penarikan.
Notice what it says in 1 John 1:9, “ 9 If we confess our
sins, He is faithful and just to forgive us our sins and to cleanse us from all
unrighteousness.”
Must we confess to receive forgiveness? Absolutely. When we repent, when we
confess, when we believe in Jesus, when we are baptized, at that moment we receive
forgiveness for sins.
Simak apa yang dikatakan di 1 Yohanes 1:9, “9 Jika kita mengakui dosa
kita, Ia setia dan adil untuk mengampuni dosa-dosa kita dan menyucikan
kita dari segala kejahatan.” Haruskah kita
mengakui dosa kita untuk menerima pengampunan?
Tentu saja. Ketika kita bertobat, ketika kita mengakui dosa kita, ketika
kita menaruh percaya dalam
Yesus, ketika kita dibaptis, pada saat itulah kita menerima pengampunan
dosa-dosa.
Notice also what we find in Proverbs 28:13,
“13 He who
covers his sins will not prosper…” now notice this,“…but whoever…”
what “…confesses
and forsakes them will
have mercy.”
Simak juga apa yang ada di Amsal 28:13, “13
Dia yang
menyembunyikan dosa-dosanya tidak akan makmur…” sekarang simak
ini, “…tetapi barangsiapa…” apa? “…mengakuinya dan meninggalkan mereka akan menerima
pengampunan.”
Jesus died for the whole world, but we must individually claim His payment
if we are to be saved. So John 3:16 is inclusive of all, and exclusive of
some. “16 For God so loved the world that He gave His… Son,…” but those who believe are the ones who
benefit from what Christ did. When we come to the Father in prayer, in the
name of Jesus, the Father accepts the righteousness of Jesus in our place, and
looks upon us as if we had never sinned. In other words, Jesus is now applying
the benefits of His life and His sacrifice to individuals who come to Him.
Yesus mati bagi seluruh dunia, tetapi kita harus secara
individu mengklaim pembayaranNya jika kita mau diselamatkan. Jadi Yohanes 3:16 itu inklusif bagi
semua dan eksklusif bagi beberapa. “16 Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya…” tetapi mereka yang percaya adalah mereka yang menerima manfaat
dari apa yang telah Kristus lakukan. Ketika kita datang kepada
Bapa dalam doa, dalam nama Yesus, Bapa menerima kebenaran Yesus di tempat kita,
dan memandang kita seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa. Dengan kata
lain, Yesus sekarang mengaplikasikan manfaat dari hidupNya dan kurbanNya kepada
individu-individu yang datang kepadaNya.
Now here's an important point. It's different to watch others suffer than
to suffer ourselves, do you agree with that? I remember several years ago ~ and
you might remember this if you're my age ~ when millions were dying of hunger in Ethiopia.
The television images of people who were nothing but skin and bones covered
with flies was grotesque. I must say, that in a certain manner I felt sorry for
those people. But could I really understand what they were going through? Of
course not. Intellectually, yes; but not experientially. You see I have never
been in their shoes. Jesus could have remained in heaven and watched our
suffering from afar. He could have felt sorry for us. But only by becoming
one of us could He fully comprehend our pain, our sorrow, our suffering, and our
grief. When He represents us in heaven, we can have absolute certainty that He
understands us, because He has walked in our shoes. We do not need a
mother figure to represent us in heaven, Mary or the saints, because we have an
elder Brother who has gone through all the experiences, He is loving, and kind,
and He will represent us fairly before God. He is the bridge between heaven and
earth.
Nah, ini poin yang penting. Tidak sama melihat orang lain
menderita dengan merasakan penderitaan itu sendiri, kalian setuju? Saya ingat
banyak tahun yang lalu ~ dan jika kalian sebaya saya, kalian mungkin ingat juga
~ ketika jutaan manusia mati kelaparan di Etiopia. Gambar-gambar yang
ditayangkan televisi dari manusia-manusia yang tidak lebih dari kulit dan
tulang yang dikerumuni lalat sangat mengerikan. Harus saya katakan dalam cara
tertentu saya merasa iba untuk orang-orang itu. Tetapi bisakah saya benar-benar
paham apa yang mereka alami? Tentu saja tidak. Secara intelektual, iya; tetapi
tidak secara pengalaman. Kalian lihat, saya belum pernah berada di posisi
mereka. Yesus bisa tetap tinggal di Surga dan menonton penderitaan kita dari
jauh. Dia bisa merasa iba untuk kita. Tetapi hanya dengan menjadi salah seorang dari kita Dia bisa memahami
sepenuhnya sakit kita, kesedihan kita, penderitaan kita, dan kesusahan kita.
Ketika Dia mewakili kita di Surga, kita boleh merasa sangat pasti bahwa Dia
memahami kita karena Dia sudah pernah berjalan di tempat
kita. Kita tidak
butuh figure seorang ibu untuk mewakili kita di Surga, Maria, dan orang-orang
kudus, karena kita punya satu Saudara Tua yang telah melalui semua pengalaman
kita, Dia yang penuh kasih, dan baik hati, dan Dia akan mewakili kita dengan
adil di hadapan Allah. Dialah jembatan antara Surga dan bumi.
The Ninth Fact
Now let's go to Fact # 9: Jesus serves as the judge to separate the
righteous from the wicked.
You say, “Really?”
Well, according to the Bible, the Father judges no one, He's committed all
judgment to the Son. Let's read it, it's in John 5:22 and 27, here Jesus
states, “22 For the
Father judges no one, but has
committed…” most judgment?
some judgment? No!
“…has committed all judgment to the Son. 27 and has given
Him authority to execute judgment also, because He
is the Son of Man.” Why can Jesus
serve as our judge? Because He's a man. Would it be correct for us to have a
judge that is from Mars? No! I'm not saying that there are people there, hehehe, I'm not a conspiracy theorist that
believes that there are inhabitants on Mars. I'm just making a point. It has to
be someone that is one of us, right? To be a fair judge.
Fakta yang Kesembilan
Sekarang mari ke Fakta
# 9: Yesus berperan
menjadi Hakim untuk memisahkan yang benar dari yang jahat.
Kalian berkata, “Masa?”
Nah, menurut Alkitab, Bapa
tidak menghakimi siapa pun, Dia telah menyerahkan semua penghakiman kepada
Anak. Mari kita baca, ada di Yohanes
5:22 dan 27, di sini Yesus menyatakan, “22 Karena Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan
telah menyerahkan…” kebanyakan
penghakiman? sebagian penghakiman? Tidak! “…telah
menyerahkan semua penghakiman kepada Anak, 27
Dan telah memberikan autoritas
kepada-Nya untuk mengeksekusi penghakiman juga, karena Ia adalah Anak Manusia.”
Mengapa Yesus bisa menjadi Hakim kita? Karena Dia seorang
manusia. Apakah tepat bagi kita memiliki seorang hakim dari Mars? Tidak, saya
tidak mengatakan di sana ada manusia, hehehe, saya bukan seorang theoris
konspirasi yang meyakini ada penghuni di Mars, saya hanya membuat penjelasan.
Hakim itu haruslah salah satu dari antara kita, benar? Supaya bisa menjadi
hakim yang adil.
Notice what the apostle Paul wrote in Acts 17:31, “ 31 because He…” that is God the Father, “…has appointed a day on which He will
judge the world…” so you say, it's
the Father it's not Jesus. Now, let's finish reading the text, it says, “…He
has appointed a day on which He will judge the world in righteousness by
the Man whom He has ordained,…” how did creation
take place? Who did the creation, the Father or the Son? We have division in
the camp, see? And so it was intentional, the question was intentional. The
answer is Yes, hehehe. The Father devices the plan, but the Son does the work.
And so the Father it says here is going to judge the world, but He's going to
do it by the Man whom He has appointed. Who is that man? Jesus Christ. “…He has given assurance of this to all
by raising Him from the dead.”
Simak apa yang ditulis rasul
Paulus di Kisah 17:31, “31
Karena Ia…” yaitu Allah Bapa, “…telah menetapkan satu hari, pada waktu
mana Ia akan menghakimi dunia…” jadi kalian
berkata, berarti Allah Bapa, bukan Yesus. Sekarang mari kita selesaikan membaca
ayat ini, dikatakan, “…Ia
telah menetapkan satu hari, pada waktu mana Ia akan menghakimi dunia dengan
adil oleh Orang yang telah ditentukan-Nya…”
Bagaimana Penciptaan terjadi? Siapa
yang mencipta, Bapa atau Anak? Nah, ada perpecahhan dalam kemah, lihat? Jadi
ini disengaja, pertanyaan ini disengaja. Jawabannya Ya,
hehehe. Bapa yang membuat rancangannya, tetapi Anak yang melakukan
pekerjaannya. Maka di sini dikatakan
Bapa akan menghakimi dunia, tetapi Dia akan melakukannya melalui Manusia yang
telah ditetapkanNya. Siapakah Manusia itu? Yesus Kristus. “…Dia telah memberi jaminan akan
hal ini kepada semua orang dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.”
How many people must appear before the judgment seat of Christ? By the way 2
Corinthians 5:10 is not speaking about all believers and unbelievers that will
appear before the judgment seat of Christ. All of that is true, because after
the Millennium the wicked will appear before the judgment seat of Christ. But
this verse specifically deals with those who are judged before the second
coming of Christ, those who claim Jesus Christ the Savior and Lord, because
Paul is writing to the Corinthians, he's writing to believers. Notice what he
wrote in 2 Corinthians 5:10, “10 For we must all appear
before the judgment seat of…” whom? “…of Christ, that each one may
receive the things done in
the body, according to what he has done, whether good or bad.” So the question is:
is Paul writing here to the Corinthians?
Yes.
Did they all claim to be Christians? Yes.
Must all who have claimed the name of Jesus appear
before the judgment seat of Christ?
Absolutely. And of course the wicked after the thousand years.
Berapa banyak orang harus
menghadap takhta pengadilan Kristus? Nah, 2 Korintus 5:10 tidak bicara tentang
semua orang percaya dan semua orang tidak percaya yang akan
menghadap takhta pengadilan Kristus. Memang itu benar, karena setelah
Millenium, orang-orang jahat akan menghadap takhta pengadilan Kristus. Tetapi
ayat ini secara spesifik bicara tentang mereka yang dihakimi sebelum kedatangan
kedua Kristus, mereka yang mengklaim Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan
Tuhan, karena Paulus sedang menulis ke jemaat Korintus, dia menulis kepada
orang-orang percaya. Simak apa yang ditulisnya di 2 Korintus 5:10, “10 Sebab
kita semua harus menghadap takhta pengadilan…” siapa? “…Kristus,
supaya setiap orang boleh menerima hal-hal yang dilakukan
dalam hidupnya, sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, baik atau pun jahat…” Jadi pertanyaannya ialah:
Apakah Paulus di
sini menulis kepada jemaat Korintus? Ya.
Apakah mereka
semuanya mengklaim sebagai orang Kristen? Ya.
Haruskah semua yang telah mengklaim nama
Yesus menghadap di depan takhta pengadilan Kristus? Tentu saja.
Dan tentu saja orang-orang jahat setelah masa seribu tahun.
Now the good news is that in the judgment, the Judge is also our Defense
Attorney. See, in biblical times the purpose of the judge was to exonerate the innocent,
you know, they didn't have a jury system like we have today, or you know, the
type of jurisprudence that we have today. In Bible times the judge was to
absolve the innocent, and he was to accuse the guilty.
So notice 1 John 2:1, “1 My
little children, these things write I unto you, that ye sin not. And if any man
sin, we have an advocate with the Father, Jesus Christ the righteous.” (KJV)
Nah, kabar baiknya ialah, di pengadilan, Hakimnya juga
Pembela kita. Lihat, di zaman Alkitab tugas hakim itu untuk membebaskan yang
tidak bersalah. Kalian tahu di zaman itu mereka tidak punya sistem juri seperti
yang kita miliki sekarang, atau tipe jurisprudensi kita hari ini. Di zaman
Alkitab, hakim itu harus membebaskan yang tidak bersalah, dan dia harus mendakwa
yang bersalah.
Jadi simak 1 Yohanes 2:1,“1 ‘Anak-anakku,
hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Dan jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai satu pembela pada Bapa yaitu Yesus Kristus, yang benar.”
Now there are two reasons why Jesus had to become one of us in order to
serve as our judge. There's two reasons why Jesus had to become a human being,
and walk in our shoes to prepare Him to be our judge.
1. First we can be certain that we have a Judge who what?
Who understands
us because He walked in our shoes, He knows human nature, and will be able to
represent us fairly, One who sympathizes with us. Jesus is the Judge but He's
also the Advocate. If we are in Him, He will defend us from the accusations of
Satan, and credit His righteousness to our account. In other words, He will do
like Zechariah chapter 3 says where you know Michael the archangel says to
Satan, “2 The
LORD rebuke you, … Is this not a brand plucked from
the fire?”
2. the second reason why Jesus had to become fully man was that there will be
no excuses in the judgment.
No one will be
able to say that the temptations and trials were too powerful to resist. Suppose
a person said, “Oh, Lord, You just didn't understand how powerful drugs are.” And
Jesus is going to say, “When I was on the cross, they offered Me a drug, and I was
suffering intensely, and I refused it because I had to have a clear mind.” No excuses
in the judgment because no one has experienced anything worse than what Jesus
experienced. How many of us have
ever been to a Gethsemane, and a Calvary? You see, no excuses in the judgment. We can know that He sympathizes
with us in the judgment because He's a
human being. But there will be no excuses because as a human being He suffered
more intensely in every sphere than any of us do.
Nah ada dua alasan mengapa Yesus harus menjadi seperti
kita untuk bisa melayani sebagai hakim kita. Ada dua alasan mengapa Yesus harus
menjadi manusia dan berjalan dengan sepatu kita untuk mempersiapkan Dia menjadi
Hakim kita.
1.
Pertama, kita boleh merasa pasti kita mempunyai Hakim
yang apa?
Yang mengerti kita karena Dia telah berjalan dengan
sepatu kita, Dia tahu kodrat manusia, dan akan sanggup mewakili kita dengan
adil, Dia yang bersimpati pada kita. Yesus adalah Hakimnya, tetapi Dia juga
Pembelanya. Jika kita di dalam Dia, Dia akan membela kita dari dakwaan Setan,
dan mengkreditkan kebenaranNya kepada kita. Dengan kata lain, Dia akan berbuat
seperti yang dikatakan di Zakharia pasal 3, di mana Mikhael Penghulu malaikat
berkata kepada Setan, “2 …
‘TUHAN menghardik engkau, … Bukankah ini sebatang
ranting yang telah dicabut dari api?’…”
2.
Alasan kedua mengapa Yesus harus menjadi manusia
sepenuhnya ialah supaya tidak ada alasan dalam penghakiman.
Tidak akan ada orang yang bisa berkata bahwa
godaan dan ujiannya terlalu berat untuk diabaikan. Misalkan seorang berkata,
“Oh, Tuhan, Engkau tidak mengerti betapa kuatnya narkoba itu.” Dan Yesus akan berkata, “Ketika Aku ada di
atas salib, mereka menawari Aku narkoba, dan waktu itu Aku sedang sangat
menderita, dan Aku menolaknya karena Aku harus punya pikiran yang terang.” Tidak ada alasan di penghakiman
karena tidak ada yang pernah mengalami apa pun yang lebih parah daripada yang
dialami Yesus. Berapa banyak dari kita pernah mengalami
Getsemani dan Kalvari? Jadi, tidak ada alasan dalam penghakiman. Kita bisa tahu
bahwa Dia bersimpati pada kita dalam penghakiman karena Dia pernah menjadi
manusia. Tetapi tidak akan ada alasan, karena sebagai Manusia Dia telah
menderita lebih parah dalam setiap tahap daripada siapa pun di antara kita.
The Tenth Fact
Let's go to our
final fact, Fact # 10: Jesus will certainly soon return as King of kings
and Lord of lords. In the upper room Jesus promised His disciples that
He would return to take them to heaven. And sometimes we forget the verses that
come immediately before this, you know if you read the end of chapter 13, Jesus
says to the disciples, “I'm leaving.” And Peter says, “Where are You going?”
Jesus said, “Well, where I'm going now you can't go with Me, but you’ll follow
Me later.” Peter says, “I don't want to go later, I want to go now.” And so after this
happens, Jesus knows that their hearts are troubled, they've been with Him
three and a half years, they couldn't conceive of an instant not being with
Jesus. They love the Lord. So Jesus knows that they're troubled. So now you
have these famous words, “1Let not your heart be troubled;…” because they were troubled
“…you believe in God, believe also in Me. 2 In My Father’s house are many mansions;…” or rooms. You know some people say Jesus
went to heaven to build mansions for us. That's not what the text says. Jesus
said “… 2 In My Father’s house are many mansions;…” they were already there
“…if it were not so, I would have told you. I go to prepare a place for
you…” and you know, usually we think of Jesus
going to heaven as a heavenly contractor to build houses for us, and to plant
beautiful gardens. Jesus doesn't need 2’000 years to do that when He did it in
seven days. There's more here. Now I believe that Jesus is preparing a nice
place for us, don't get me wrong, but when it says “I go to prepare a place for you” He's referring to His work in the heavenly
sanctuary, He prepares the place through His work in the heavenly sanctuary,
through His intercession and His work of judgment. And then He says, “…3 And if I go and prepare a place
for you, I will come again and receive
you to Myself;…” Notice how
tender this is, “…and receive you to Myself that where I am, there you may be also…”
Fakta yang Kesepuluh
Mari ke fakta yang terakhir, Fakta # 10: Yesus akan segera kembali
sebagai Raja segala raja dan Tuhan segala tuan. Di ruang atas,
Yesus berjanji pada murid-muridNya bahwa Dia akan kembali untuk membawa mereka
ke Surga. Dan terkadang kita lupa ayat-ayat yang ada sebelumnya, kalian tahu,
jika kita baca bagian akhir pasal 13,
Yesus berkata kepada murid-muridNya, “Aku akan pergi.” Dan Petrus berkata,
“Pergi ke mana?” Yesus berkata, “Nah, ke mana Aku pergi kalian sekarang tidak
bisa ikut, tetapi kalian akan mengikuti Aku nanti.” Petrus berkata, “Aku tidak
mau ikut nanti, aku mau pergi sekarang.” Maka setelah kejadian ini, Yesus tahu
bahwa hati mereka kacau. Mereka telah bersama denganNya 3½ tahun, mereka tidak
bisa membayangkan sedetik pun tidak bersama Yesus. Mereka mengasihi Tuhan. Jadi
Yesus tahu hati mereka kacau. Maka sekarang ada ayat-ayat yang terkenal ini, “1 Janganlah
biarkan hatimu kacau…” karena mereka sedang kacau, “…kamu percaya kepada Allah,
percayalah juga kepada-Ku.2 Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal…” atau kamar. Kalian
tahu, ada orang yang berkata Yesus ke Surga untuk membangunkan rumah bagi kita.
Bukan itu yang dikatakan ayat ini. Yesus berkata, “…2 Di rumah
Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal…” tempat tinggalnya sudah ada di sana. “…Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya
kepadamu. Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu…” Dan kalian tahu, biasanya kita berpikir Yesus pergi ke
Surga sebagai kontraktor di Surga untuk membangunkan rumah-rumah kita dan
menanam kebun-kebun yang indah. Yesus tidak butuh 2’000 tahun untuk berbuat
itu, Dia sudah pernah melakukannya dalam 7 hari. Ada makna yang lebih dalam di
sini. Nah, saya percaya bahwa Yesus sedang mempersiapkan tempat yang bagus
untuk kita, jangan salah. Tetapi ketika dikatakan “…Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu…” Dia bicara tentang pekerjaanNya di Bait Suci surgawi, Dia
mempersiapkan tempat melalui pekerjaanNya di Bait Suci surgawi, melalui
pekerjaan perantaraanNya dan pekerjaan penghakimanNya. Kemudian Dia berkata, “…3 Dan
apabila Aku pergi dan menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan menerima kamu kepada Diriku Sendiri…” Simak betapa menyentuhnya ini, “…dan menerima kamu kepada Diriku Sendiri, supaya di
mana Aku berada, kamu pun boleh berada.” (Yohanes 14)
You see He lived His perfect life to weave a robe of righteousness. He suffered
in Gethsemane and died on the cross to bear the penalty of our sins.
v When we come to
Him in repentance, and confession, and trust in His merits, He saves us from
the guilt of sin. This is the process.
v But through the Holy
Spirit He also saves us now from the power of sin.
v And when He comes,
He will save us from the presence of sin.
He's a past Savior, He's a present Savior, and he's a Future Savior. Don't
get all stuck only on one stage of the work of Christ. Look at the big picture.
Most of the Christian world they look only at one little place, and it's an
important place, the cross, is central, it's in the middle, but it's not the
only thing. There are several stages in the work of Christ.
Kalian lihat, Dia menghidupkan hidup yang sempurna untuk
merajut sebuah jubah kebenaran. Dia menderita di Getsemani dan mati di salib
untuk memikul hukuman dosa-dosa kita.
v Ketika kita datang kepadaNya dalam pertobatan, dan
pengakuan, dan mempercayai jasa-jasaNya, Dia menyelamatkan kita dari kesalahan
dosa. Inilah prosesnya.
v Tetapi melalui Roh Kudus, Dia juga menyelamatkan kita
sekarang dari kuasa dosa.
v Dan bila Dia datang, Dia akan menyelamatkan kita dari
eksistensi dosa.
Dia Juruselamat masa lampau, Juruselamat masa sekarang,
dan Juruselamat masa depan. Jangan terpaku hanya di satu tahap dari pekerjaan
Kristus. Lihatlah gambar besarnya. Kebanyakan dunia Kristen hanya melihat ke
satu tempat kecil, dan memang itu tempat yang penting, salib, itu sentral, itu
ada di tengah-tengah, tetapi itu bukan satu-satunya. Ada beberapa tahap dalam
pekerjaan Kristus.
Just before Jesus ascended to heaven He assured us that He will come back
personally, literally, and visibly. Acts 1:9 through 11, “9 Now when He had
spoken these things, while they watched, He was taken up, and a cloud
received Him out of their sight. 10 And while they looked steadfastly toward heaven as
He went up, behold, two men stood by them in white apparel,…” see, here angels are called what? “men”,
don't get all hung up on that. They look like men, so it says two men were
there “…in white
apparel,11 who
also said, ‘Men of Galilee, why do you stand gazing up into heaven? This same Jesus, who was taken up
from you into heaven, will so come in like manner as you saw Him go into
heaven.’…”
This is the culmination of the promises that Jesus made to His people. He
will come again. If He didn't come again, what would the use be? What would His
work accomplish? You see, all of His steps:
ü weaving the
robe,
ü taking the guilt
of sin upon Himself,
ü interceding for
us,
ü performing a
work of judgment,
is moving towards the moment when He can take us home. Notice Revelation
22:12. Jesus here says, “12 And behold, I am coming quickly, and My reward is with Me, to give to every one according to his
work.”
Tepat sebelum Yesus naik ke
Surga, Dia memastikan bahwa Dia akan datang kembali, secara pribadi, literal,
dan kasat mata. Kisah 1:9-11, “9 Dan sesudah Ia mengucapkan
hal-hal ini, sementara mereka menyaksikan, Ia terangkat ke atas, dan suatu
awan menerimaNya lepas dari pandangan
mereka. 10 Dan sementara mereka menatap
terus-menerus ke langit, waktu Ia
naik itu, lihat, dua orang laki-laki berdiri dekat mereka dalam pakaian putih…” lihat, di sini
malaikat-malaikat disebut apa? “orang”, jangan bingung dengan itu. Mereka
tampak seperti manusia, maka dikatakan dua orang laki-laki ada di sana, “…dalam pakaian
putih, 11 yang
juga berkata,
‘Hai kamu orang-orang Galilea, mengapa kamu
berdiri memandang ke langit? Yesus yang sama ini, yang terangkat ke sorga dari kamu, akan datang kembali dengan cara yang
sama seperti yang kamu lihat Dia pergi ke sorga.’…”
Ini adalah kulminasi dari janji-janji yang dibuat Yesus
kepada umatNya. Dia akan datang lagi. Jika Dia tidak datang lagi, apa gunanya
semua ini? Apa yang akan dicapai pekerjaanNya? Kalian lihat,
semua langkahNya:
ü merajut jubah,
ü mengambil kesalahan dosa pada DiriNya sendiri,
ü menjadi Perantara untuk kita,
ü melakukan pekerjaan penghakiman,
semuanya menuju ke momen
ketika Dia bisa membawa kita pulang. Simak Wahyu 22:12, di sini Yesus berkata, “12
Dan lihatlah, Aku
datang segera dan Aku membawa hadiah-Ku untuk memberikan
kepada setiap orang menurut perbuatannya.”
Jesus will return to gather His saints from the four winds of heaven. You
know, there's a text in Matthew 24 that has confused many people, and that is,
it says, that Satan during the great tribulation will “deceive if possible the very elect” So some people conclude, they say, “Well,
some of the elect are probably going to be deceived because of Satan's
deceptions, they're so strong if possible he will deceive the elect.”
You know, that's hypothetical because
he's not
going to be able to deceive the elect. You say how do you know that?
Because a little bit later ~ that by the
way that's verse 24 of Matthew 24 ~ a little bit later in verse 31 it
says, He will send His angels to gather
His elect. Well, if He's going to gather His elect, they didn't fall. Are you
following me or not? So “if possible” is hypothetical, “if possible” it's not possible.
Yesus akan kembali untuk mengumpulkan orang-orang
kudusNya dari keempat penjuru angin surgawi. Kalian tahu ada ayat di Matius 24
yang membuat bingung banyak orang, dan itu ialah, dikatakan bahwa Setan selama
Masa Kesukaran Besar akan “…menyesatkan,
sekiranya mungkin, bahkan orang-orang
pilihan” (Matius 24:24). Maka beberapa orang menyimpulkan, “Nah, berarti beberapa
orang pilihan akan disesatkan, karena penipuan
Setan begitu kuat sehingga kalau mungkin dia akan menyesatkan
orang-orang pilihan.” Kalian tahu, itu hipotetis karena Setan tidak akan bisa menyesatkan orang-orang pilihan.
Kalian berkata, dari mana kita tahu itu? Karena sedikit ke depan ~ nah, tadi
itu ayat 24 Matius 24 ~ sedikit ke depan di ayat 31 dikatakan, Dia akan
mengutus malaikat-malaikatNya untuk mengumpulkan orang-orang pilihanNya. Nah,
jika Dia akan mengumpulkan orang-orang pilihan, berarti mereka tidak jatuh.
Apakah kalian mengikuti saya atau tidak? Jadi “sekiranya mungkin” itu hipotetis
(pengandaian), “sekiranya mungkin” itu berarti tidak mungkin.
And by the way there's this idea going around that Satan is going to
counterfeit the second coming of Christ before the close of probation. Don't buy
it, it's not true. Satan is going to counterfeit the second coming of Christ after the
close of probation, during the time of trouble.
Ellen White puts it in the chapter on The Time of Trouble in The Great Conroversy, and Matthew 24 is in chronological
order, every event follows the previous event in chronological order. So the
great tribulation begins in verse 21, and then you have Satan counterfeiting
the second coming in verses 23 and 24. And some people say, “Well, Pastor Bohr,
but what use would it be for Satan to counterfeit the second coming if he knows
that he's not going to be able to deceive the elect? What will be the purpose? The purpose is that the
Devil is the Devil and he always harbors the hopes that he will be able to
counteract what God says. He says, “I know that God says that I'm not going to
be able to deceive the elect, but maybe I will.”
Dan ketahuilah ada sebuah gagasan yang beredar bahwa
Setan akan memalsukan kedatangan kedua Kristus sebelum tutupnya pintu kasihan. Jangan
percaya, itu tidak benar. Setan
akan memalsukan kedatangan kedua Kristus setelah tutupnya pintu kasihan, di
Masa Kesukaran Besar.
Ellen White menempatkannya di bab The Time of Trouble
(Masa Kesukaran Besar) di The Great Controversy; dan Matius 24 itu dalam
urutan kronologis, setiap peristiwa mengikuti peristiwa sebelumnya dalam urutan
kronologis. Maka Masa Kesukaran Besar dimulai di ayat 21, kemudian Setan
memalsukan kedatangan kedua di ayat 23-24. Dan ada orang yang berkata, “Nah,
Pastor Bohr, apa gunanya bagi Setan untuk memalsukan kedatangan kedua jika dia
tahu bahwa dia tidak akan bisa menyesatkan orang-orang pilihan? Apa tujuannya?
Tujuannya ialah karena Iblis itu Iblis, dia selalu menyimpan harapan dia akan
bisa mengkontra apa yang dikatakan Allah. Dia berkata, “Aku tahu Allah berkata
aku tidak akan bisa menyesatkan orang-orang pilihan, tapi siapa tahu aku bisa.”
Let me give you another example so you’ll understand what I'm saying. Do
you think Satan knows that after the Millennium when the wicked resurrect and he
prepares to attack the City, do you think he knows that he's not going to be
able to prevail against the City? Do you think he knows that fire is going to
fall from heaven and consume him before he can attack the City? If he doesn't
know that, he's not very smart, because Revelation chapter 20 says so. So when
the wicked resurrect, why does Satan try and rally them to attack the
City, when he knows what Revelation 20 says? Because the Devil is the
Devil and he says, “I know that God says that, you know, we're not going to be
able to prevail, we're going to be consumed in the fire. I know that, but maybe
this once I can counteract what God says.” That's the Devil's nature, he's
wicked, he never gives up, and of course he is going to be destroyed.
Saya akan memberikan contoh lain supaya kalian mengerti apa
yang saya katakan. Menurut kalian apakah Setan tahu bahwa setelah Millenium
ketika orang jahat dibangkitkan dan dia membuat persiapan untuk menyerang Kota
Suci, kalian pikir apakah dia tahu dia tidak akan bisa mengalahkan Kota Suci?
Menurut kalian apakah Setan tahu bahwa api akan turun dari langit dan
menghanguskan dia sebelum dia bisa menyerang Kota Suci? Jika Setan
tidak tahu itu, maka dia bodoh, karena Wahyu pasal 20 sudah berkata begitu.
Jadi ketika orang-orang jahat dibangkitkan, mengapa Setan berusaha menggalang mereka untuk
menyerang Kota Suci padahal dia tahu apa
kata Wahyu pasal 20? Karena Iblis itu Iblis dan dia berkata,
“Aku tahu Allah berkata kami tidak akan bisa menang, kami akan dihanguskan api.
Aku tahu itu, tetapi barangkali sekali ini aku bisa mengkontra apa kata Allah.”
Itulah sifat alamiah Iblis, dia jahat, dia tidak pernah menyerah, dan tentu
saja dia akan dimusnahkan.
And so and Ellen White tells us exactly when Satan is going to counterfeit
the second coming. She says ~ and this is a remarkable statement. I didn't
think about mentioning this but I think it's important, because there's a very
influential person around that is saying that when the Sunday Law comes, that's
when Satan is going to counterfeit the second coming of Christ. Ellen White in
a remarkable statement that I can share with you after the class, she says that
God's people are crying out day and night for God to deliver them from their
enemies. And at that moment when they're crying out to God, “Deliver us, Lord,
from our enemies” ~ this is during the time of trouble that the crying
out like Jacob when he struggled with the Angel, he cried out for God to
deliver him from the wrath of his brother~ at that very moment Satan counterfeits the second
coming, and he says to them, “I have come to answer your prayers.”
That's why Ellen White calls it “the almost overmastering
delusion”, and
only those who are close to Jesus will be able to see the counterfeit, and be
faithful to the Lord.
Dan Ellen White mengatakan kepada kita persisnya kapan
Setan akan memalsukan kedatangan kedua. Ellen berkata ~ dan ini adalah
pernyataan yang mengagumkan, tidak terpikirkan sebelumnya oleh saya
untuk menyampaikan ini, tetapi menurut saya ini penting, karena ada orang yang
berpengaruh di sekitar kita yang mengatakan bahwa ketika Undang Undang Hari
Minggu muncul, itulah saatnya Setan akan memalsukan kedatangan kedua Kristus.
Ellen White membuat pernyataan yang mengagumkan yang bisa saya bagikan kalian
setelah kelas ini, dia berkata bahwa umat Allah berseru siang dan malam minta
Allah menyelamatkan mereka dari musuh-musuh mereka. Dan pada saat itulah ketika mereka
berseru kepada Allah, “Selamatkan kami, Tuhan, dari musuh-musuh kami” ~ ini
terjadi di Masa Kesukaran Besar
sama seperti seruan Yakub ketika dia bergumul dengan Malaikat Allah, dia
berseru memanggil Allah untuk menyelamatkannya dari murka saudaranya ~ di saat itulah Setan memalsukan
kedatangan kedua, dan Setan berkata kepada mereka, “Aku telah
datang sebagai jawaban doamu.” Itulah mengapa Ellen White menyebutnya “penipuan yang nyaris menyesatkan semua” (Greart Controversy hal. 624) dan hanya mereka yang dekat
kepada Yesus yang akan bisa melihat pemalsuan ini, dan bersyukur kepada Tuhan.
Well, let's read 1 Thessalonians 4:15-18 to end, “15 For this we say to you by the Word of the Lord, that we who are
alive and remain
until the coming of the Lord will by no means precede those who
are asleep. 16 For the
Lord Himself will descend from heaven with a shout, with the voice of an Archangel,
and with the trumpet of God. And the dead in Christ will rise
first. 17 Then
we who are alive and remain
shall be caught up together with them in the clouds to meet the Lord in
the air…” in other words, the righteous dead who
resurrect and the living who are transformed are caught up together in the
clouds to meet Jesus in the air. And then notice how Paul ends this passage “…And
thus we shall always be with the Lord…” that's what it's all about being with the
Lord
“…And thus we shall always be with the Lord…” and then He says to the Thessalonians, “…18 Therefore comfort one another with these words.”
Nah, untuk mengakhiri, mari kita baca 1 Tesalonika 4:15-18, “15 Karena inilah
kami katakan kepadamu dari firman Tuhan, bahwa kita yang hidup, yang tersisa hingga
kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang sedang tidur. 16 Sebab TUHAN
sendiri akan turun dari surga, dengan satu seruan, dengan suara Penghulu
Malaikat, dan dengan sangkakala Allah dan
mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit. 17Sesudah
itu, kita yang hidup, yang tersisa, akan diangkat
bersama-sama dengan mereka dalam awan-awan untuk
bertemu Tuhan di angkasa…” dengan kata lain orang-orang benar yang mati yang
dibangkitkan dan orang-orang yang hidup yang diubahkan, diangkat bersama-sama
di awan-awan untuk bertemu Yesus di langit. Kemudian simak bagaimana Paulus
mengakhiri pesan ini, “…Demikianlah
kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan…” inilah intinya,
bersama dengan Tuhan, “…Demikianlah kita akan selama-lamanya
bersama-sama dengan Tuhan…” lalu katanya
kepada jemaat di Tesalonika, “…18
Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.”
And then of course we don't have time to read these verses, you have them
in the study notes, Revelation 21:1 through 4, God will make a new heavens and a
new earth, and that famous verse 4, “ 4 And God will wipe away every tear from
their eyes; there shall be no more death, nor sorrow, nor crying.
There shall be no more pain, for the former things have passed away.’
I hope that that blessed hope will burn in our hearts that we will long for
the coming of Jesus
Kemudian tentu saja kita tidak punya waktu untuk membaca
semua ayat di sini yang ada di makalah, Wahyu 21:1-4, Allah akan membuat langit
baru dan bumi baru, dan ayat 4 yang terkenal itu, “4 Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan tidak akan
ada kematian lagi; maupun duka, maupun ratap tangis. Tak akan ada lagi rasa sakit, sebab segala
sesuatu yang lama itu telah berlalu.”
Semoga harapan
mulia ini akan terus menyala dalam hati kita sehingga kita akan merindukan
kedatangan Yesus.
21 07 24
No comments:
Post a Comment