Wednesday, July 10, 2024

EPISODE 04/24 ~ WHAT JESUS SAID ~ WHO HE IS PART 1 ~ STEPHEN BOHR

 

WHAT JESUS SAID

Part 04/24 - Stephen Bohr

WHO HE IS PART 1

https://www.youtube.com/watch?v=H7Uh_NNNtNg

 

Dibuka dengan doa.

 

  

Jesus once asked His disciples the greatest question that was ever asked, “Who do you say that I am?” This is found in Matthew 16:13-17. Peter who always seemed to put his tongue in fourth gear before putting his brain in first gear, had an immediate answer, and he answered correctly, “You are the Christ…” or the Messiah,  “…the Son of the living God.” And Jesus said, “Blessed art thou, Peter, your confession is correct and true.”

So in this lesson we're going to study about the self identity of Jesus, what did Jesus have to say about Himself, and we're going to do it in 10 parts, and some of them we will dedicate more time than in others, but we want to cover 10 points regarding the self identity of Jesus.

 

Suatu kali kepada murid-muridNya Yesus pernah memberikan pertanyaan yang terbesar yang pernah ditanyakan, “Tetapi katamu, siapakah Aku?” Ini ada di Matius 16:13-17. Petrus yang selalu lebih cepat membuka mulutnya daripada berpikir, langsung punya jawaban, dan dia menjawab dengan tepat, “Engkau adalah Sang Kristus…” atau Mesias, “…Anak Allah yang hidup!” Dan Yesus berkata, Diberkatilah engkau”, Petrus, pengakuanmu itu betul dan benar.”

Maka di pelajaran ini kita akan belajar tentang identitas diri Yesus, apa kata Yesus tentang DiriNya sendiri. Dan kita akan membaginya dalam 10 bagian, dan ada yang akan kita bahas lebih lama daripada yang lain, tetapi kita mau meliput 10 poin mengenai identitas diri Yesus.  

 

 

The First Fact

This is the middle of page 47, is that Jesus pre-existed before He came to this earth. He existed before He came to this earth. There are two significant Old Testament prophecies that indicate that.

ü   In Isaiah 9:6 He is referred to as “the Everlasting Father”,

ü   and in Micah 5:2 we are told that His “goings forth are from old, from everlasting”.

 

Fakta yang Pertama

Ini di bagian tengah hal. 47, yaitu bahwa Yesus sudah ada sebelum Dia datang ke bumi ini. Dia sudah ada sebelum Dia datang ke bumi ini. Ada dua nubuatan yang signifikan di Perjanjian Lama yang mengindikasikan itu.

ü   Di Yesaya 9:6 Dia disebut sebagai “Bapa yang kekal”,

ü   Dan di Mikha 5:2 kita mendapat tahu bahwakeluarNya sudah sejak purbakala, sejak kekekalan”.

 

 

Now Jesus was sent by the Father and came down from heaven, so He must have existed in heaven before He came. Pretty obvious isn't it? So notice John 6:38 Jesus says, “ 38 For I have come down from heaven…” notice  “…I have come down from heaven not to do My own will, but the will of Him who sent Me.”  So He was in heaven and the Father sent Him before He was here.

 

Nah, Yesus diutus oleh Allah Bapa dan turun dari Surga, maka Dia haruslah sudah eksis di Surga sebelum Dia datang. Jelas begitu, bukan? Jadi simak Yohanes 6:38, Yesus berkata, 38 Sebab Aku telah turun dari sorga…”  simak, “…38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku Sendiri, melainkan kehendak Dia yang telah mengutus Aku…”  Jadi Yesus tadinya ada di Surga, dan Allah Bapa mengutus Dia sebelum Dia ada di bumi di sini.

 

 

Jesus prayed on the way to the garden of Gethsemane that the Father would glorify Him with the glory that He had with the Father before this world existed. Notice John 17:5. Here Jesus is praying to His Father on the way to Gethsemane. “ And now, O Father, glorify Me together with Yourself, with the glory which I had with You before the world was.”  Did Jesus exist in heaven before this world was even created? Absolutely He did, Jesus existed in heaven in the form of God before He took the form of a servant.

 

Dalam perjalanan ke Getsemani, Yesus berdoa agar BapaNya memuliakan Dia dengan kemuliaan yang dimilikiNya bersama Bapa sebelum dunia ini ada. Simak Yohanes 17:5. Di sini Yesus sedang berdoa kepada BapaNya dalam perjalanan ke Getsemani. 5 Dan sekarang, ya Bapa, muliakanlah Aku bersama dengan DiriMu Sendiri dengan kemuliaan yang telah Kumiliki bersamaMu sebelum dunia ada…”  Apakah Yesus sudah eksis di Surga bahkan sebelum dunia ini diciptakan? Tentu saja iya, Yesus sudah ada di Surga dalam bentuk Allah sebelum Dia mengambi bentuk seorang hamba.

 

 

Now don't let that word “form” confuse you, it's the word where we get the word “morphology” from. It refers in the Greek to the very substance of God, the form of God is the substance of God. Let's read Philippians 2:5-8. Here the apostle Paul is calling upon us to imitate Christ. He says, Let this mind be in you which was also in Christ Jesus, who, being in the μορφή [morphē] of God...”  that is being the very substance of God, “...did not consider it robbery to be equal with God...” a better translation is “...did not consider equality with God to be something to be hung on to...”  It continues saying, “...but made Himself...” this is His decision ,“...of no reputation, taking the form of a bondservant, and coming in the likeness of men. And being found in appearance as a man, He humbled Himself and became obedient to the point of death, even the death of the cross.”

So did Jesus pre-exist in the very substance or form of God in heaven before He took the likeness of a servant, the likeness of men? Absolutely. Very clearly

 

Nah, jangan biarkan kata “bentuk” itu membuat kalian bingung. Itu adalah kata μορφή [morphē] dari mana kita mendapatkan kata “morfologi”. Dalam bahasa Greeka ini mengacu kepada substansi Allah, bentuk Allah adalah substansi Allah. Mari kita  baca Filipi 2:5-8. Di sini rasul Paulus memanggil kita untuk meniru teladan Kristus. Dia berkata, 5 Hendaklah pikiran ini ada di dalam dirimu, yang terdapat juga di dalam Kristus Yesus,  6 yang dalam μορφή [morphē]  bentuk Allah…”  yaitu yang dalam substansi Allah  “…tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu harus diperebutkan…” terjemahan yang lebih baik ialah,   “…tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sesuatu yang harus dipegang erat-erat…”  selanjutnya dikatakan, “…7 melainkan telah menjadikan Diri-Nya Sendiri…”  ini keputusanNya, “…bukan apa-apa, dan mengambil bentuk seorang hamba, dan datang dalam keserupaan manusia. 8 Dan ditemukan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan Diri-Nya, dan menjadi taat hingga kematian, bahkan kematian di kayu salib…” 

Jadi apakah Yesus sudah eksis dalam substansi atau bentuk Allah di Surga sebelum Dia mengambil keserupaan seorang hamba, keserupaan manusia? Tentu saja. Sangat jelas.

 

 

John referred to Jesus explicitly as God and it says that He was in the beginning with God, notice John 1:1-2, 1In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God. He was in the beginning with God.”

Notice it doesn't say “In the beginning the Word became”, it says 1In the beginning… the Word was with God”, so in other words, you have “the beginning”, and before “the beginning”, He was with God, with the Father.

 

Yohanes mengacu kepada Yesus secara eksplisit sebagai Allah, dan dikatakan bahwa Dia pada awal mulanya bersama Allah. Simak Yohanes 1:1-2, 1 Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah…” 

Simak tidak dikatakan “Pada mulanya Firman itu menjadi”, dikatakan   “…1 Pada mulanya … Firman itu bersama-sama dengan Allah…”  jadi dengan kata lain, ada mulanya, dan saat sebelum mulanya, Dia sudah bersama Allah, bersama Allah Bapa.

 

 

One of the two names that was given to Jesus when He came to this world was the name “Immanuel”, notice Matthew 1:23 it says there, “ 23 ‘Behold, the virgin shall be with child, and bear a Son, and they shall call His name Immanuel’, which is translated, ‘God with us.’…”

ü   Is Jesus fully God? Yes.

ü   Did He exist before He was born into this world according to this text? Yes. The Bible speaks of the eternal pre-existence of Christ.

ü   Did Jesus claim to have the power to forgive sins? Yes.

ü   Who only can forgive sin? God.

 

Salah satu dari dua nama yang diberikan Yesus ketika Dia datang ke dunia ini adalah nama “Imanuel”, simak Matius 1:23, dikatakan di sana, 23 Lihatlah, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang Anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ --yang diterjemahkan berarti: Allah bersama kita.’…”

ü   Apakah Yesus sepenuhnya Allah? Ya.

ü   Apakah Dia sudah eksis sebelum Dia dilahirkan di dunia ini menurut ayat ini? Ya. Alkitab bicara tentang pra-eksistensi Kristus yang kekal.

ü   Apakah Yesus mengklaim punya kuasa untuk mengampuni dosa? Ya.

ü   Hanya siapa yang bisa mengampuni dosa? Allah.

 

 

Notice what we find in Mark 2:5-7. This is when they brought this paralytic to Jesus for Jesus to heal him. “When Jesus saw their faith…” the faith of those who brought the paralytic  “…He said to the paralytic, ‘Son, your sins are forgiven you.And some of the scribes were sitting there and reasoning in their hearts, 7 ‘Why does this Man speak blasphemies like this? Who can forgive sins but God alone?’…”

And so Jesus is fully and completely God, eternally pre-existent before His coming to this world.

 

Simak apa yang ada di Markus 2:5-7. Ini adalah ketika mereka membawa orang yang lumpuh kepada Yesus untuk disembuhkan. 5 Ketika Yesus melihat iman mereka…”  iman orang-orang yang membawa orang lumpuh itu,   “…berkatalah Ia kepada yang sakit lumpuh itu, ‘Anak-Ku, dosamu diampuni.’ 6   Dan ada beberapa ahli Taurat sedang duduk di sana, dan berpikir dalam hati mereka, 7  ‘Mengapa orang ini menghujat Allah seperti ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa kecuali hanya Allah?’…” 

Jadi Yesus itu sepenuhnya dan seluruhnya Allah, pra-eksis secara kekal sebelum kedatanganNya ke dunia ini.

 

 

By the way Jesus, claimed the divine name YaHWeH, “the I am”.

Notice what we find in John 8:58, Jesus said to them, 58 Jesus said to them, ‘Most assuredly, I say to you, before Abraham was,…”  I was. Is that what it reads? No! Now, didn't Jesus know grammar? The normal way is, “before Abraham was I was”, but He doesn't say “before Abraham was I was,” He says   “…before Abraham was, I AM.’…” They know what He was claiming to be. It says in  verse 59, “…59 Then they took up stones to throw at Him; but Jesus hid Himself and went out of the temple, going through the midst of them, and so passed by.”

 

Nah, Yesus mengklaim nama ilahi YaHWeH, “Sang Aku yang selalu ada”.

Simak apa yang kita temukan di Yohanes 8:58, Yesus berkata kepada mereka, 58 Kata Yesus kepada mereka: "Sungguh-sungguh Aku berkata kepadamu, sebelum Abraham ada…”  Aku sudah ada saat itu. Begitukah yang kita baca? Tidak! Nah, apa Yesus tidak tahu tatabahasa? Kaidah bahasa yang normal ialah, “sebelum Abraham ada (masa lampau), saat itu Aku sudah ada” (masa lampau), tetapi Dia tidak berkata demikian, Dia berkata,  “…sebelum Abraham ada (masa lampau), Aku selalu ada (lampau-kini-akan datang)…”  Mereka paham apa yang diklaim Yesus. Dikatakan di ayat 59, “…59 Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menyembunyikan DiriNya dan meninggalkan Bait Allah, lewat di tengah-tengah mereka, dan dengan demikian Dia berlalu.”

 

 

Thomas even confessed that Jesus was his God when he finally met Christ the following week after Jesus resurrected, and He said to Thomas, “Here, put your hand here in My hand, the wounds, and in My side and see that it is I.” Notice what Thomas had to say in John 20:28, 28 And Thomas answered and said to Him, ‘My Lord and my God!’…”

Can we be certain that Jesus is God in every sense of the word? Yes.

Can we be certain that He existed before He came to this world in eternity past? Yes.

 

Tomas bahkan membuat pengakuan bahwa Yesus adalah AllahNya ketika akhirnya dia bertemu Kristus minggu berikutnya setelah kebangkitan Yesus, dan Yesus berkata kepada Tomas, “Ini, letakkan tanganmu di sini di tanganKu, di bekas lukanya, dan di sisi badanKu, dan pastikan inilah Aku.” (Yohanes 20:27). Simak apa kata Tomas di Yohanes 20:28, 28 Dan Tomas menjawab dan berkata kepadaNya, ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’ …” 

Bisakah kita yakin bahwa Yesus itu Allah dalam setiap pengertian kata tersebut? Ya.

Bisakah kita yakin bahwa Dia sudah eksis sebelum Dia datang ke dunia ini di kekekalan lampau? Ya.

 

 

The apostle Paul referred to Jesus as God over all, notice what he wrote in Romans 9:5 and I’m reading in this case from the NIV which is clearer. Theirs are the patriarchs…”  speaking about the Jews “…and from them is traced the human ancestry of the Messiah, who is…” what?  “…God over all, forever praised! Amen.” So Jesus is God over all.

 

Rasul Paulus mengacu Yesus sebagai Allah atas semua, simak apa yang ditulisnya di Roma 9:5, dan saya membaca dari NIV yang lebih jelas. 5 Merekalah bapa-bapa bangsa…”  bicara tentang orang Yahudi, “…dan dari merekalah silsilah kemanusiaan Sang Messias bisa ditelusuri yang…” apa? “…adalah Allah di atas semua, terpujilah selamanya. Amin!…”  Jadi Yesus itu Allah atas semua.

 

 

And in the book of Titus 2:11-12 we find the apostle Paul speaking of Jesus as “the great God and Savior, Jesus Christ.”

 

Dan di kitab Titus 2:11-12 kita mendapatkan rasul Paulus bicara tentang Yesus sebagai “Allah yang Mahabesar, dan Juruselamat … Yesus Kristus.”

 

 

So this is the vitally important point that we begin with, fact # 1: Jesus is fully and completely God and He pre-existed before His coming to this world in eternity past. Is that point clear? It's biblically clear, and we could add many statements from Ellen White. I was tempted but this is what the New Testament says about what Jesus said.

 

Jadi inilah poin yang sangat penting dengan mana kita mulai, fakta # 1: Yesus sepenuhnya dan seluruhnya Allah, dan Dia sudah eksis di kekekalan lampau sebelum kedatanganNya ke dunia ini. Apakah poin ini jelas? Secara alkitabiah ini jelas, dan kita bisa menambahkan banyak pernyataan dari Ellen White. Saya tergoda tetapi ini tentang apa yang dikatakan Yesus di Perjanjian Baru.

 

 

The Second Fact

Now let's go to Fact # 2: Jesus was the Father's Master Builder in Creation of all the heavenly hosts and of this world.

Now you say, how do we know that He created the heavenly hosts? Well, the answer is very simple. I want you to notice Revelation 4:11. Let me give you a little bit of context so that we can understand this. In Revelation 4, God the Father is sitting on His heavenly throne, Jesus has not yet ascended to the Father's presence in heaven. And as the Father is sitting there on His throne, the four living creatures (that are the cherubim and the seraphim), and the 24 elders  (the representatives of the worlds), are singing this anthem of praise to God the Father who is sitting on the throne. And these are the words that we find in Revelation 4:11. Let's read it carefully. They sing,11 ‘You are worthy, O Lord,…” remember they sing to the Father,  “…11 ‘You are worthy, O Lord, to receive glory and honor and power; for You created all things…” so we get the impression that who was the Creator? The Father. But now let's continue reading,“…and by Your will they exist…” are you catching the picture? He created all things because all things were created by what? By His will. And it continues saying,“...they exist and were created.’…” it doesn't say “I created them”, it says, “they were created by Your will”.

 

Fakta yang Kedua

Sekarang mari kita ke Fakta # 2: Yesus adalah Pembangun Utama Sang Bapa dalam Penciptaan semua bala tentara surgawi dan dunia ini.

Nah, kalian berkata, dari mana kita tahu bahwa Dia yang menciptakan bala tentara surgawi? Nah, jawabannya sangat mudah. Saya mau kalian menyimak Wahyu 4:11. Saya akan memberikan sedikit konteks supaya kita bisa memahami ini. Di Wahyu 4, Allah Bapa sedang duduk di takhta surgawiNya, Yesus belum naik ke hadirat Bapa di Surga. Dan sementara Bapa sedang duduk di atas takhtaNya di sana, ke empat makhluk hidup (yaitu  kerubim dan serafin), dan ke-24 tua-tua (wakil-wakil dunia-dunia) sedang menyanyikan lagu pujian kepada Allah Bapa yang sedang duduk di atas takhta. Dan inilah kata-kata yang kita temukan di Wahyu 4:11, mari kita  baca baik-baik. Mereka menyanyi, 11 ‘Engkau layak, ya Tuhan,…”  ingat, mereka menyanyi kepada Sang Bapa, “…11 ‘Engkau layak, ya Tuhan,  untuk menerima kemuliaan dan kehormatan dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu;…” jadi ada kesan bahwa siapakah Sang Pencipta? Allah Bapa. Tetapi sekarang mari kita lanjutkan membaca, “…dan oleh  kehendakMu mereka ada…”  apakah kalian menangkap gambarnya? Bapa menciptakan segala sesuatu karena segala sesuatu diciptakan oleh apa? Oleh kehendakNya. Dan selanjutnya dikatakan,    “…mereka ada dan telah diciptakan.’…” Tidak dikatakan “Aku yang menciptakan mereka”, dikatakan “mereka diciptakan oleh kehendakMu.”

 

 

So  Ellen White is correct when in the first chapter of Patriarchs and Prophets Jesus implemented the Father's plan in the creation of all the heavenly hosts of heaven. Jesus created all of the angels, and all of the beings that live in other worlds. Jesus is the Word. Notably in Genesis chapter 1 we find the formula. “God said”, “God said”, “God said”, it appears 11 times in Genesis chapter 1. In other words, the Father devised the plan, and Jesus spoke the plan into existence. In other words, the Father created it through the Son.

 

Jadi Ellen White benar ketika di bab pertama Patriarchs and Prophets Yesus mengimplementasikan rencana Bapa dalam menciptakan seluruh bala tentara surgawi. Yesus yang menciptakan semua malaikat, dan semua makhluk hidup di dunia-dunia lain. Yesus itulah Sang Firman. Perlu di disimak di Kejadian pasal 1, kita dapatkan rumusnya, “Allah berfirman”, “Allah berfirman”, “Allah berfirman”, muncul 11 kali di Kejadian pasal 1. Dengan kata lain Allah Bapa yang membuat rancangannya, dan Yesus yang berfirman menjadikan rencana tersebut. Dengan kata lain, Allah Bapa mencipta melalui AnakNya.

 

 

Notice what we find in John 1:1 to 3. 1In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God. He was in the beginning with God. All things were made through Him…” you know the KJV reads “all things were made by Him”, but that is not reflected in the meaning of the preposition διά [dia], in Greek the preposition here is διά [dia], it means through someone, is doing something through someone else. So really  “… All things were made through Him...” that is through Jesus “...and without Him nothing was made that was made.”

 

Simak apa yang kita temukan di Yohanes 1:1-3, 1 Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan melalui Dia,…”  kalian tahu KJV menulis “segala sesuatu dijadikan oleh Dia” tetapi itu tidak merefleksikan makna kata depan διά [dia]. Dalam bahasa Greeka, kata depannya di sini adalah διά [dia], artinya melalui seseorang, melakukan sesuatu melalui orang lain. Jadi sebenarnya, “…3 Segala sesuatu dijadikan melalui Dia,…”  yaitu melalui Yesus, “…dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi, dijadikan.”

 

 

Paul wrote that creation was of the Father through the Son. Notice this very important verse in 1 Corinthians 8:6. Here Paul wrote, “ yet for us there is one God, the Father, of whom are all things, and we for Him; and one Lord Jesus Christ…” what does it say next? “…one Lord Jesus Christ through whom are all things, and through whom we live.” So it's the Father, of the Father through the Son.

 

Paulus menulis bahwa Penciptaan itu berasal dari Allah Bapa melalui AnakNya. Simak ayat yang sangat penting ini di 1 Korintus 8:6. Di sini Paulus menulis, 6 namun bagi kita ada satu Allah, yaitu Bapa, yang dari-Nya asal segala sesuatu, dan kita ada bagi Dia; dan satu Tuhan Yesus Kristus,…”  apa katanya berikutnya?   “…satu Tuhan Yesus Kristus, yang melalui Dia segala sesuatu ada, dan yang melalui Dia kita hidup…”  Jadi Bapa-lah, berasal dari Bapa melalui AnakNya.

 

 

Colossians 1:15-17 adds some very enlightening details. Notice what it says there, speaking about Jesus, 15 He is the image of the invisible God, the firstborn over all creation. 16 For by Him all things were created, that are in heaven, and that are on earth, visible and invisible, whether thrones or dominions or principalities or powers…” referring to all of the heavenly rulers.  “…All things were created…”  notice what preposition “…were created…” what?  “…through Him and for Him. 17 And He is…” what?  “…before all things…” Well, of course. If He's before all things, He created all things. And then it says,  “…and in Him all things consist.” That word “consist” means that He holds the universe together that He created.

In other words, creation is by the Father through the Son. The Father was the architect. What does the architect do? The architect draws up the plans. And what does the master builder do? Like Ben, the master builder implements the plan that the architect devises. Is that correct?

So was the Father involved in creation? Yes.

Was the Son the active agent of creation? Absolutely. The answer is Yes.

 

Kolose 1:15-17 menambahkan beberapa detail yang sangat mencerahkan. Simak apa katanya di sana, bicara tentang Yesus, 15 Dia adalah gambar dari Allah yang tidak kelihatan, yang sulung di atas semua ciptaan.16 Karena oleh Dialah segala sesuatu telah diciptakan, yang ada di Sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, apakah itu singgasana atau daerah kekuasaan, atau pemerintah, atau kekuasaan;…”  mengacu kepada semua penguasa langit, “…segala sesuatu diciptakan…”  perhatikan kata depannya,  “…diciptakan…”  apa?  “…melalui Dia dan untuk Dia. 17 Dan Ia…” apa? “…yang mendahului segala sesuatu,…” nah, tentu saja jika Dia yang mendahului segala sesuatu, Dia yang menciptakan segala sesuatu. Lalu dikatakan, “…dan di dalam Dia segala sesuatu terkandung.…” Kata “terkandung” itu berarti seluruh alam semesta yang telah diciptakanNya dipegang dalam tanganNya.

Dengan kata lain, Penciptaan itu oleh Allah Bapa melalui AnakNya. Allah Bapa itu arsiteknya. Apa yang dibuat arsitek? Arsitek yang membuat gambar dan rancangannya. Dan apa yang dibuat si pembangun utama? Seperti Ben, seorang pembangun utama mengimplementasikan rancangan yang dibuat oleh arsitek. Betul demikian?

Jadi apakah Bapa terlibat dalam Penciptaan? Iya.

Apakah Anak pelaksana aktif Penciptaan? Tentu saja. Jawabannya adalah iya.

 

 

So let's read one more verse. Hebrews 1:1-2. It says there ~ we studied the book of Hebrews this quarter in our Sabbath School classes, 1 God, who at various times and in various ways spoke in time past to the fathers by the prophets, has in these last days spoken to us by His Son, whom He has appointed Heir of all things, through whom also He…” that is the Father  “…made the worlds.”

So how did the Father make the worlds? Through Jesus. In other words, Jesus took orders from the Father. In one of our lessons you're going to find something very interesting. From eternity past Jesus has been subject to the will of His Father. But these days “subjection” is a bad word, you know, when it says, “wives be subject to your husbands”, whoo, bad word! “Children be subject to your parents”, oh blasphemy! But in the Bible subjection is divine, rebellion is Satanic. There's a whole lesson where we're going to deal with this an amazing idea. From eternity past to eternity future Jesus voluntarily subjects Himself to the will of His Father and He did so at Creation.

 

Jadi mari kita baca satu ayat lagi, Ibrani 1:1-2, di katakan di sana ~ selama satu kuartal kita telah mempelajari kitab Ibrani di kelas Sekolah Sabat kita, 1 Allah, yang di waktu-waktu yang berbeda dan dalam pelbagai cara, di waktu lampau berbicara kepada nenek moyang kita melalui nabi-nabi, 2 pada hari-hari akhir ini telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai Ahliwaris dari semuanya, yang melalui Dia juga Dia…”  yaitu Allah Bapa   “…telah menjadikan dunia-dunia.”

Jadi bagaimana Bapa menciptakan dunia-dunia? Melalui Yesus. Dengan kata lain, Yesus melaksanakan perintah-perintah dari Allah Bapa. Di salah satu pelajaran kita, kalian akan melihat sesuatu yang sangat menarik. Dari kekekalan lampau Yesus sudah patuh kepada kehendak BapaNya. Tetapi zaman sekarang “kepatuhan” itu kata yang jelek. Kalian tahu, jika dikatakan, “istri-istri, patuhlah pada suami-suami kalian”, whooo, kata yang jelek! “Anak-anak, patuhlah pada orangtua kalian”, oooh, itu hujatan! Tetapi di Alkitab kepatuhan itu bersifat ilahi, pemberontakan itu yang setaniah.  Ada satu pelajaran di mana kita akan membahas konsep yang mengagumkan ini. Dari kekekalan lampau hingga kekekalan masa datang, Yesus secara sukarela menempatkan DiriNya patuh kepada kehendak BapaNya dan Dia berbuat demikian juga pada saat Penciptaan.

 

 

Now let's go to Fact # 3. And actually let's notice the little paragraph right before Fact # 3.  Only the One who created all human beings could offer Himself to take the place of all human beings. Does that make sense? However, in order to become our substitute He had to become a member of our family. And so the reason for the incarnation is so that Jesus could become a member of our family and He could take the place of every single human being. So the Creator is also the Redeemer.

 

Nah, mari ke Fakta # 3, sesungguhnya mari kita simak dulu paragraf kecil tepat sebelum Fakta # 3. Hanya Dia yang menciptakan semua manusia yang bisa mempersembahkan DiriNya menggantikan tempat semua manusia. Apakah itu masuk akal? Namun, untuk menjadi pengganti kita, Dia harus menjadi anggota keluarga kita. Maka alasan untuk inkarnasi ialah agar Yesus bisa menjadi anggota keluarga manusia dan Dia bisa menggantikan tempat setiap manusia. Jadi Sang Pencipta juga adalah Sang Penebus.

 

 

The Third Fact

Now let's go to Fact # 3: Some 2’000 years ago the Holy Spirit implanted the divine Word into the womb of Mary. It's called the incarnation. And in this way God assumed human nature. And now there's a very important point. The divine nature of Christ was mysteriously blended with His human nature in one Person. Jesus was not two persons. He was not a human person and a divine person. He was human and divine, two natures in a single Person. Don't ask me to explain it, I can't. I accept it by faith, that He was fully man and He was fully God in one single Person. Jesus was both the Father of Abraham and the Son of Abraham. Yes, the Bible says in Galatians 3:16 that He descended from Abraham, but He also said, “before Abraham was, I am”. Jesus was the offspring of David, but He is also the individual who is David's root, according to Revelation 22:16. He was before David, and He was after David, because before David He is God, after David He is man according to the lineage of David. The Divine Word who created all things became flesh.

Let's read John 1:14, 14 And the Word became flesh and dwelt among us, and we beheld His glory, the glory as of the only begotten of the Father, full of grace and truth.” The Word became flesh, the divine nature and the human nature were joined together.

 

Fakta yang Ketiga

Sekarang mari ke Fakta # 3: Sekitar 2’000 tahun yang lalu, Roh Kudus menanamkan Firman yang Ilahi ke dalam rahim Maria. Ini disebut inkarnasi. Dan dengan cara ini Allah mengambil kodrat manusia. Dan sekarang ini ada poin yang sangat penting. Kodrat keilahian Kristus dicampur secara misterius dengan kodrat kemanusiaanNya dalam satu Pribadi. Yesus bukanlah dua pribadi. Dia bukan satu manusia dan satu Pribadi Allah. Dia manusia dan Ilahi, dua kodrat dalam satu Pribadi. Jangan minta saya menjelaskannya, saya tidak bisa. Saya menerima itu dengan iman bahwa Dia itu sepenuhnya manusia dan Dia sepenuhnya Allah dalam satu Pribadi tunggal. Yesus itu Bapak dari Abraham dan juga Anak dari Abraham. Ya, Alkitab mengatakan di Galatia 3:16 bahwa Dia keturunan Abraham, tetapi Yesus juga mengatakan “sebelum Abraham ada, Aku selalu ada” (Yohanes 8:58). Yesus adalah keturunan Daud, tetapi Dia juga adalah Akar Daud, menurut Wahyu 22:16. Dia sebelum Daud dan dia setelah Daud, karena sebelum Daud Dia Allah, setelah Daud Dia manusia menurut garis keturunan Daud. Firman Ilahi yang menciptakan segala sesuatu menjadi daging (manusia), mari kita  baca Yohanes 1:14, 14 Firman itu telah menjadi daging dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai satu-satunya Anak dari  Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran…”  Sang Firman menjadi daging (manusia), kodrat keilahian dan kodrat kemanusiaan dipersatukan.

 

 

In 1 Timothy 3:16 the apostle Paul also emphasizes that Jesus, besides being God, is also man. This is what he wrote, “ 16 And without controversy great is the mystery of godliness: God was manifested…” how?  “…God was manifested in the flesh, justified in the Spirit, seen by angels, preached among the Gentiles, believed on in the world, received up in glory.”

 

Di 1 Timotius 3:16 rasul Paulus juga menekankan bahwa Yesus, selain adalah Allah, juga adalah manusia. Inilah yang ditulisnya, 16 Dan tanpa pertentangan, memang sangat besarlah misteri Keallahan itu: Allah dimanifestasikan…” bagaimana? “…Allah dimanifestasikan  dalam daging, dibenarkan dalam Roh, dilihat oleh  malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, dipercayai di dunia, diterima di atas dalam kemuliaan.”

 

 

Jesus was born of a woman, just like human beings are born from a woman. In Galatians chapter 4 it says, “ But when the fullness of the time had come, God sent forth His Son, born of a woman, born under the Law…” So did Jesus come into the world like we came into the world? Yes, only He had two natures in a single person.

 

Yesus dilahirkan dari seorang perempuan, sama seperti manusia-manusia lain lahir dari perempuan. Di Galatia 4:4 dikatakan, 4 Tetapi ketika kegenapan waktunya tiba, Allah mengutus Anak-Nya, dilahirkan dari seorang perempuan yang lahir di bawah Hukum…”  Jadi apakah Yesus datang ke dalam dunia seperti kita datang ke dunia? Ya, hanya Dia punya dua kodrat dalam satu Pribadi.

 

 

Now also we find in Matthew 1:18-23, a description of the virgin birth of Christ. All during the ministry of Christ Jesus had to put up with the religious leaders saying that He was an illegitimate child. They said, “we were not born of fornication” in John chapter 8 because they say, we know who your mother is, but we don't have any idea who your Father was. So Jesus had to put up with that all during His ministry. But we know that the Father of Jesus was God the Father, His mother was a human mother. Let's read about the description of the birth of Christ in Matthew 1:18, 22-23, 18 Now the birth of Jesus Christ was as follows: After His mother Mary was betrothed to Joseph, before they came together…”  this is why we call it “the virgin birth” “…before they came together she was found with child of the Holy Spirit…” don't ask me to explain that, we can't. How the Holy Spirit implanted the divine Christ with the human body in the womb of Mary is called the mystery of the incarnation. We're going to be studying it throughout eternity, and we're never going to be able to fully understand it, because it's one of those mysteries that belong to God. Verse 22,  “…22 So all this was done that it might be fulfilled which was spoken by the Lord through the prophet, saying: 23 ‘Behold, the virgin shall be with child, and bear a Son, and they shall call His name Immanuel’, which is translated, ‘God with us.’…”

 

Nah, kita juga temukan di Matius 1:18-23 suatu deskripsi tentang kelahiran Kristus dari seorang perawan. Sepanjang ministri Kristus, Yesus harus menerima olok-olok para pemimpin rohani yang mengatakan bahwa Dia adalah anak haram. Mereka berkata, 41 ‘Kami tidak dilahirkan dari zinah’…” di Yohanes 8:41 karena mereka berkata, kami tahu siapa ibuMu, tetapi kami tidak tahu siapa BapaMu.” Jadi Yesus harus menelan itu sepanjang ministriNya. Tetapi kita tahu bahwa Bapa Yesus adalah Allah Bapa, ibuNya seorang ibu manusia. Mari kita  baca tentang deskripsi kelahiran Kristus di Matius 1:18, 22-23, “…18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Setelah Maria, ibu-Nya, ditunangkan kepada Yusuf, sebelum mereka menjadi satu,…”  inilah mengapa kita menyebutnya “kelahiran perawan”, “…sebelum mereka menjadi satu, ia didapati mengandung dari Roh Kudus…”  Jangan minta saya menjelaskan itu, kita tidak bisa. Bagaimana Roh Kudus menanamkan Kristus yang Ilahi dengan tubuh manusia ke dalam rahim Maria itu disebut misteri inkarnasi. Kita akan mempelajari itu sepanjang masa kekekalan dan kita tidak pernah akan bisa memahami sepenuhnya, karena itu adalah salah satu misteri Allah. Ayat 22, “…22 Maka semua ini dilakukan supaya genaplah apa yang difirmankan oleh Tuhan melalui nabi: 23Lihatlah, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang Anak laki-laki, dan mereka akan memanggil namaNya Imanuel’ --yang diterjemahkan berarti: Allah bersama kita.’…”

 

 

According to Matthew 1:1-17 Jesus was born from a long line of human ancestors, some of them quite wicked, I might mention. You know, there was the liar Abraham, and the adulterer David among those ancestors of Jesus Christ, and yet the genealogy of Luke chapter 3 tells us that Jesus not only came from Abraham and David, the lineage of Jesus goes all the way back to Adam according to chapter 3 of Luke, thus Jesus is genetically and physically the last Adam not only spiritually.

In Hebrews 2:14-17 we find a clear description of the full humanity of Jesus Christ. Let's read those verses, Hebrews 2:14-17.  14 Inasmuch then as the children…” that's us  “…have partaken of flesh and blood, He Himself likewise shared in the same, that through death He might destroy him who had the power of death, that is, the Devil,  15 and release those who through fear of death were all their lifetime subject to bondage. 16 For indeed He does not give aid to angels, but He does give aid to the seed of Abraham…”  because He comes from Abraham “…17 Therefore…” notice this  “…in all things He had to be made like His brethren…”

 

Menurut Matius 1:1-17 Yesus lahir dari daftar yang panjang nenek moyang manusia, beberapa darinya perlu saya sebutkan, cukup jahat. Kalian tahu, ada si pembohong Abraham, dan si pezinah Daud di antara leluhur Yesus Kristus, namun begitu silsilah di Lukas pasal 3 mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak hanya datang dari Abraham dan Daud, garis keturunan Yesus mundur terus hingga ke Adam, menurut Lukas pasal 3, dengan demikian secara genetik dan fisik, Yesus adalah Adam yang terakhir, bukan hanya secara spiritual.

Di Ibrani 2:14-17 kita mendapatkan deskripsi jelas dari kemanusiaan lengkap Yesus Kristus. Mari kita  baca ayat-ayat itu, Ibrani 2:14-17, 14 Oleh sebab itu sebagaimana anak-anak itu…”  yaitu kita,  “…telah mengambil bagian daging dan darah,  Ia Sendiri juga berbagi yang sama; agar melalui kematian-Nya Ia bisa memusnahkan dia yang berkuasa atas maut,  yaitu Iblis. 15 Dan membebaskan mereka yang karena takutnya kepada maut, seumur hidupnya berada di bawah belenggu. 16 Sebab sesungguhnya, Dia tidak memberi bantuan kepada malaikat-malaikat,  tetapi Dia memang memberikan bantuan kepada benih Abraham…”  karena Dia datang dari Abraham.  “…17 Itulah sebabnya…”  simak ini, “…dalam segala hal Ia harus dijadikan sama seperti saudara-saudara-Nya…”

 

 

Is every human being a brother or sister of Christ? No, I see some smiles going. Do you know who is the brother and sister of Jesus? Those who do the will of God, according to Mark 13, those who are converted to Jesus. Jesus did not, listen carefully, Jesus did not assume the fallen nature of Adam immediately after his fall, because that would mean that if Jesus inherited that sinful nature of Adam before Adam was born again, Jesus could never have overcome temptation. Jesus assumed the nature of Adam after Adam was converted to Jesus Christ. Was Adam converted to Jesus Christ right after he sinned? No! Do you know what the greatest sign of a person who has not been converted? A person who is not truly sorry, blaming others. Yeah, I did it, but…, you know. I got angry at my wife but…, justifying what the person did. What did Adam say after he sinned? “The woman that You gave me, she led me to sin.” What did Eve say? “The serpent that you made.”  They're passing the buck. Do you know when Adam was truly converted? When he had to offer the first sacrifice and he realized that his sin was going to cause the Son of God, His Creator, to come to the earth and suffer and die, just like that animal he sacrificed. At that time he was born again, and he had a sinful nature that was under the control of the higher nature. Are you with me or not?

 

Apakah setiap manusia itu saudara laki-laki atau saudara perempuan Kristus? Tidak. Saya melihat ada beberapa senyuman. Tahukah kalian siapa yang adalah saudara laki-laki atau saudara perempuan Yesus? Mereka yang melakukan kehendak Allah, menurut Markus 13, mereka yang telah diubahkan mengikut Yesus. Dengarkan baik-baik, Yesus tidak mengambil kodrat Adam yang jatuh dalam dosa segera setelah kejatuhannya, karena andai demikian itu berarti Yesus mewarisi kodrat Adam yang berdosa sebelum Adam dilahirkan baru, maka Yesus tidak akan pernah mengalahkan godaan. Yesus mengambil kodrat Adam setelah Adam bertobat dan diubahkan. Apakah Adam diubahkan mengikuti Yesus segera setelah dia berbuat dosa? Tidak! Tahukah kalian apa tanda yang paling jelas seseorang yang belum bertobat? Seseorang yang tidak benar-benar menyesal, menyalahkan orang lain. Iya, betul saya lakukan itu, tetapi… kalian tahu. Saya marah pada istri saya, tetapi…., membenarkan perbuatan yang dilakukannya. Apa kata Adam setelah dia berbuat dosa? 12 ‘Perempuan yang Kauberikan kepadaku untuk mendampingi aku, dialah’…” (Kejadian 3:12).  Apa kata Hawa?13 …‘Ular itu yang …’” (Kejadian 3:12). Mereka melemparkan tanggung jawab. Tahukah kalian kapan Adam sungguh-sungguh bertobat? Ketika dia harus mempersembahkan kurban yang pertama, dan dia menyadari bahwa dosanya akan mengakibatkan Anak Allah, Penciptanya, harus datang ke bumi, menderita, dan mati, sama seperti hewan yang dikurbankannya. Pada saat itulah dia lahir baru, dan dia memiliki kodrat berdosa yang berada di bawah kendali kodrat yang lebih tinggi. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?

 

 

Now let's not get a lot into the nature of Christ. You know that's a conflicting doctrine although it shouldn't really be, because I believe the Bible and the Spirit of Prophecy are very clear on this.

 

Nah, kita tidak usah membahas terlalu banyak tentang kodrat Kristus. Kalian tahu itu adalah doktrin yang penuh konflik walaupun seharusnya tidak begitu, karena saya meyakini Alkitab dan Roh Nubuat sangat jelas mengenai hal ini.

 

 

Now let's notice Luke 24:38-39. Did Jesus have a human body after His resurrection, or did He discard the body? No, He had a body. What kind of body? Was it immortal and incorruptible? It was actually incorruptible while He was in the grave as well. His body never saw corruption but obviously His body was mortal because He died. Now let's notice well John 20 actually Luke 24:38-39 says He's meeting the disciples in the upper room, 38 And He said to them, ‘Why are you troubled? And why do doubts arise in your hearts?...” because He surprised them, He suddenly appears to them, they didn't

believe that He had resurrected. And Jesus said,  “…39 Behold My hands and My feet, that it is I Myself. Handle Me and see, for a spirit does not have flesh and bones as you see I have.”

Did Jesus still have flesh and bones when He resurrected? Yes.

Are we going to have flesh and bones when we resurrect? Yes. It will be immortal and incorruptable flesh and bones.

 

Sekarang mari kita simak Lukas 24:38-39. Apakah Yesus memiliki tubuh manusia setelah kebangkitanNya atau apakah Dia meninggalkan tubuhNya? Tidak, Dia punya tubuh. Tubuh macam apa? Apakah yang baka dan tidak bisa rusak? Sesungguhnya tubuhNya juga tidak bisa rusak selagi Dia masih di dalam kubur, tubuhNya tidak pernah mengalami pembusukan, tapi jelas tubuhNya itu fana karena Dia mati.

Sekarang mari kita simak Lukas 24:38-39 mengatakan, Yesus bertemu dengan para murid di ruang atas. 38 Dan Ia berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu gelisah? Dan mengapa timbul keragu-raguan di dalam hatimu?…” karena Dia mengejutkan mereka, Dia tiba-tiba muncul di depan mereka, sementara mereka tidak percaya bahwa Dia telah bangkit. Dan Yesus berkata,  “… 39 Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku, ini Aku sendiri; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak punya daging dan tulang, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.’ …” 

Apakah Yesus  masih punya daging dan tulang ketika Dia bangkit? Iya.

Apakah kita nanti akan punya daging dan tulang ketika kita bangkit? Ya. Itu bakal daging dan tulang yang baka dan tidak bisa rusak.

 

 

Jesus claimed to be the ladder that Jacob saw in a dream as he fled from the wrath of his brother. And you can read this in John 1:51. Notice what Jesus said, 51 And He said to him, ‘Most assuredly…” He's saying to Nathanael, “…Most assuredly I say to you, hereafter you shall see heaven open, and the angels of God ascending and descending upon the Son of Man.’…”

ü   the top of the ladder represents the divinity of Christ, the fact that He's God. He can connect us with God.

ü   the bottom of the ladder that is planted on earth represents the humanity of Christ. He's rooted with us on earth.

In other words, Jesus is the connecting bridge between heaven and earth, the mediator, listen carefully, the mediator has to be God to connect us with God, and man to connect God with us. And furthermore He has to be sinless, that's the reason why we don't believe like the Roman Catholic church that a priest can intercede with God for us, because the priest, yes he's human, he meets that condition, but he is not God, and he is not sinless.

 

Yesus mengklaim menjadi anak tangga yang dilihat Yakub dalam mimpinya saat dia melarikan dari dari murka saudaranya. Dan kalian bisa membaca ini di Yohanes 1:51. Simak apa kata Yesus, 51 Lalu kata Yesus kepadanya, ‘Sesungguhnya…”  Dia bicara kepada Natanael, “…Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sesudah ini engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik pada Anak Manusia.”

ü   Bagian atas anak tangga mewakili keilahian Kristus.

Faktanya bahwa Dia Allah, Dia bisa menghubungkan kita dengan Allah.

ü   Bagian bawah anak tangga itu yang tertancap di bumi mewakili kemanusiaan Kristus. Dia berakar bersama kita di bumi.

Dengan kata lain, Yesus adalah jembatan yang menghubungkan antara Surga dan bumi. Sang Perantara, dengarkan baik-baik, Sang Perantara haruslah Allah untuk menghubungkan kita dengan Allah; dan manusia untuk menghubungkan Allah dengan kita. Dan lebih dari itu, Dia haruslah tidak berdosa. Itulah alasan mengapa kami tidak percaya seperti gereja Roma Katolik, bahwa seorang romo bisa menjadi perantara Allah bagi kita, karena romo itu ~ betul dia seorang manusia, dia memenuhi persyaratan itu, tetapi dia bukan Allah, dan dia tidak kudus.

 

 

In order for someone to represent us before God, the person has to have three characteristics:

1.   the person has to be man, to connect with man

2.   has to be God to connect with God,

3.   and has to be sinless because He has to present His righteousness before God. If he was a sinner, he could not do that.

 

Supaya seseorang bisa mewakli kita di hadapan Allah, orang itu harus punya tiga karakteristik:

1.   Orang itu harus seorang manusia untuk menghubungkan dengan manusia.

2.   Dia harus Allah untuk menghubungkan dengan Allah.

3.   Dan dia harus tidak punya dosa karena dia harus mempresentasikan kebenarannya di hadapan Allah. Andai dia seorang pendosa, dia tidak bisa berbuat itu.

 

 

The Fourth Fact

Now let's go to point number four, Fact # 4: as a human being Jesus lived a perfect sinless life, in the likeness of sinful flesh. Did Jesus inherit our sinful nature? It's a big debate in the Adventist church. No, they say He had the nature like Adam before the fall. That's the general idea that exists these days, because the idea is that, that it's sin to have a sinful nature. It's not sin to have a sinful nature, folks, it's sin when the sinful nature manifests itself in sinful acts and words and feelings and emotions.

It's when you allow your sinful nature to express itself. Sin is not having a sinful nature. Sin is when you transgress God's Law, the Bible is clear on that point. People say, well, if He had a sinful nature He's a sinner. No! No! He's a sinner if He chooses to sin, and Jesus never even once actually was even inclined to sin. He had no sinful tendencies. What does that mean? It means that the instant the temptation arrived, He shut it off. He was never inclined to sin, He never had sinful tendencies, He never said shall I do it or shall I not. The instant that the temptation to sin came, Jesus recoiled from the sin.

And by the way, Ellen White tells us that we need not retain any sinful propensity.  So what happened to Jesus can also happen to us, if we meet the same conditions that Jesus met. 

 

Fakta yang Keempat

Sekarang mari kita ke poin no. 4, Fakta # 4: sebagai manusia Yesus menghidupkan kehidupan yang sempurna yang tidak berdosa, dalam keserupaan dengan manusia yang punya kodrat berdosa. Apakah Yesus mewarisi kodrat keberdosaan kita? Ini adalah perdebatan besar di gereja Advent. Tidak, mereka berkata Dia punya kodrat seperti kodrat Adam sebelum kejatuhannya dalam dosa. Itulah pendapat yang umum yang ada hari ini, karena konsepnya ialah, memiliki kodrat yang berdosa itu dosa. Memiliki kodrat berdosa bukan dosa, Saudara-saudara, dosa itu ialah ketika kodrat yang berdosa memanifestasikan diriya dalam perbuatan, perkataan, perasaan, emosi yang berdosa. Itu bila kita mengizinkan kodrat berdosa kita untuk menyatakan dirinya. Memiliki kodrat berdosa bukan dosa. Dosa ialah ketika kita melanggar Hukum Allah, Alkitab jelas tentang poin ini. Orang-orang berkata, nah, jika Yesus punya kodrat berdosa maka Dia seorang pendosa. Tidak! Tidak! Dia seorang pendosa jika Dia memilih untuk berbuat dosa, dan Yesus tidak pernah sekali pun bahkan condong untuk berbuat dosa. Dia tidak punya kecenderungan berdosa. Apa artinya itu? Itu berarti begitu godaan muncul, Yesus mematikannya. Dia tidak pernah punya kecenderungan untuk berbuat dosa, Dia tidak pernah punya kecederunngan berdosa, Dia tidak pernah berkata, akan Aku lakukan atau tidak? Begitu godaan untuk berbuat dosa datang, Yesus segera mundur dari godaan itu.

Dan Ellen White memberitahu kita bahwa kita tidak perlu mempertahankan kecenderungan berdosa, sehingga apa yang terjadi pada Yesus juga bisa terjadi pada kita jika kita memenuhi kondisi yang sama seperti yang dilakukan Yesus.

 

 

Jesus Himself testified that He did not sin. He challenged the crowd,  “Which of you convicts Me of sin?” And when He affirmed to His disciples,“ 30 I will no longer talk much with you, for the ruler of this world is coming, and he has nothing in Me.” Jesus Himself said the Devil has no point of contact with Me because I do not allow the sinful nature to express itself in acts, thoughts, words of sin.

 

Yesus sendiri memberi kesaksian bahwa Dia tidak pernah berbuat dosa. Dia menantang kerumunan orang banyak, 46 Siapakah di antaramu yang memastikan Aku berbuat dosa?” (Yohanes 8:46). Dan ketika Dia mengkonfirmasinya kepada murid-muridNya, 30 Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak punya pegangan apa pun atas diri-Ku.” (Yohanes 14:30). Yesus sendiri berkata bahwa Iblis tidak punya titik kontak denganNya karena Dia tidak mengizinkan kodrat berdosa untuk menyatakan dirinya dalam perbuatan, pikiran, perkataan dosa.

 

 

John the Baptist introduced Jesus as “the Lamb of God who takes away the sin of the world”. Isaiah predicted that Jesus would be taken “as a lamb to the slaughter”. And here's a very important point in order for the sacrificial lamb to be accepted, the lamb could have no blemish. If Jesus had sinned, Jesus could not represent us before the Father. The Father would not have accepted His sacrifice. And you know, sometimes I ask Christians you know, what is the most important thing about the Christian religion? Oh, the cross of Jesus. You know, Christians speak about the cross, the cross, the cross. Good, but it's only one element in the plan of salvation. And I ask many times. I say what's more important the perfect life of Jesus, the death of Jesus, the resurrection of Jesus, the intercession of Jesus, the judgment by Jesus, or the return of Jesus? What's more important of all those things? And they say, the cross, they say. Now wait a minute,

ü   He died as the Lamb, right?

ü   But He had to live a perfect life for His sacrifice to be accepted.

Oh, oh! His life is just as important as His death.

ü   Is His resurrection is just as important as His life and His death?

Yeah, because if He didn't resurrect, He wouldn't be able to save us, because a dead Savior can't save us.

ü   And if He doesn't intercede for us, and apply the benefits of His atonement, we're still in our sins.

ü   And if He doesn't come back for us, what's the use?

It's all connected. The cross is central, but it's not the only thing, it's the central thing, but it's not the only thing.

 

Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus sebagai “Domba Allah, yang membawa pergi dosa dunia” (Yohanes 1:29). Yesaya memprediksi Yesus akan dibawa “seperti domba yang dibawa ke pembantaian” (Yesaya 53:7). Dan di sini ada poin yang sangat penting, supaya domba kurban itu bisa diterima, domba itu harus tidak ada cacatnya. Andaikan Yesus pernah berbuat dosa, Yesus tidak bisa mewakili kita di hadapan Bapa. Bapa tidak akan menerima kurbanNya. Dan kalian tahu, terkadang saya bertanya kepada orang-orang Kristen, apakah yang paling penting tentang agama Kristen? Oh, salib Yesus! Kalian tahu, orang Kristen bicara tentang salib, salib, salib. Bagus, tapi itu hanya satu unsur dalam rancangan keselamatan. Dan saya bertanya banyak kali, saya bilang, mana yang lebih penting, hidup Yesus yang sempurna, kematian Yesus, kebangkitan Yesus, perantaraan Yesus, penghakiman Yesus, atau kembalinya Yesus? Apa yang lebih penting dari semua hal itu? Dan mereka berkata, salib. Nah, tunggu dulu,

ü   Dia mati sebagai Sang Domba, benar?

ü   Tetapi Dia harus menghidupkan hidup yang sempurna agar kurbanNya bisa diterima.

Oh-oh! HidupNya sama pentingnya dengan kematianNya.

ü   Apakah kebangkitanNya sama pentingnya seperti hidupNya dan matiNya?

Iya, karena andai Dia tidak bangkit, Dia tidak akan bisa menyelamatkan kita, karena Juruselamat yang mati tidak bisa menyelamatkan kita.

ü   Dan andai Dia tidak menjadi perantara kita dan mengaplikasikan manfaat dari pendamaianNya, kita masih ada dalam dosa kita.

ü   Dan andai Dia tidak kembali untuk menjemput kita, apa gunanya?

Semuanya terkait. Salib memang sentral, tetapi itu bukan satu-satunya, itu hal yang sentral, tetapi bukan hanya itu.

 

 

By the way not only did the victim have to be absolutely without blemish, the priest had to be without blemish as well. You’ll find the references here that you're going to study when you get to your rooms, Leviticus 20:20-22, Leviticus 21:17-21.

And because Jesus ~ see, in the Old Testament system you needed two symbols:

1.   you needed first of all the priest who offered the sacrifice,

2.   and the sacrifice,

But Jesus joins both of them in Himself, because He sacrificed Himself, He is the priest that officiates His own sacrifice. And He had to be a Lamb without blemish and He had to be a priest without blemish as well.

 

Nah, bukan hanya kurbannya yang harus sepenuhnya tanpa cacat-cela, imamnya juga harus tanpa cacat-cela. Kalian akan menemukan referensinya yang nanti akan kalian pelajari saat kalian tiba di kamar kalian, Imamat 20:20-22, Imamat 21:17-21.

Dan karena Yesus ~ lihat, di sistem Perjanjian Lama dibutuhkan dua simbol:

1.   Pertama dibutuhkan seorang imam yang mempersembahkan kurban,

2.   Dan kurban itu sendiri,

Tetapi Yesus menggabungkan keduanya menjadi satu dalam DiriNya, karena Dia mengurbankan Dirinya, Dia adalah imam yang mempersembahkan DiriNya Sendiri sebagai kurban. Dia harus menjadi Domba yang tanpa cacat-cela, dan Dia harus menjadi imam yang tanpa cacat-cela juga.

 

 

Matthew 4 describes the temptations of Jesus in the wilderness, where He defeated the Devil or back to the study notes, He was tempted in all things and yet His sanctified sinful nature ~ you catch that, what that means? ~ His sanctified sinful nature never manifested itself in sinful thoughts, words, or actions.

Notice Hebrews 4:15 and 16,“ 15 For we do not have a High Priest who cannot sympathize with our weaknesses, but was in…” most points?  “…in all points tempted as…” Adam was? No!  “…in all points tempted as we are,…”  but then there's a difference “…yet without sin….” And then Paul says,  “…16 Let us therefore come boldly to the throne of grace, that we may obtain mercy and find grace to help in time of need.”

 

Matius 4 menggambarkan pencobaan Yesus di padang gurun di mana Dia mengalahkan Iblis. Kembali ke makalah kita, Dia dicobai dalam segala hal, namun kodrat berdosaNya yang telah dikuduskan ~ kalian menangkap itu, apa maksudnya? ~ kodrat berdosanya yang telah dikuduskan, tidak pernah memanifestasikan dirinya dalam pikiran, perkataan, atau tindakan dosa.

Simak Ibrani 4:15-16, 15 Sebab kita bukan punya seorang Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, melainkan yang dalam…”  kebanyakan hal?  “…segala hal dicobai sebagaimana…”Adam? Tidak! “…dalam segala hal dicobai sebagaimana  kita dicobai,…”  tetapi ada bedanya, “…namun  tidak berbuat dosa…”  Lalu kata Paulus,  “…16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita boleh menerima rahmat dan menemukan kasih karunia yang dapat menolong kita pada waktu dibutuhkan.”

 

 

What kind of high priest did we need? Hebrews 7:26, 26 For such a High Priest was fitting for us, who is holy, harmless, undefiled, separate from sinners, and has become higher than the heavens…” 

By the way, Jesus was tempted far and beyond the way that we are tempted, because His human nature was constantly tempted to use divine power for His own good.

When was the last time that you were attempted to change stones into bread? Is that a temptation for us? No! Was it a temptation for Jesus? Could His humanity have used the divine nature to make bread? Absolutely!

How many of us have borne the sins of the whole world in Gethsemane? We have enough trouble bearing our own.

And so Jesus was tempted far beyond us, therefore He's able to sympathize with us. There is nothing that we go through that He did not go through first. There is no excuse, in other words.

 

Imam Besar macam apa yang kita butuhkan? Ibrani 7:26, 26 Sebab Imam Besar yang demikianlah yang tepat bagi kita: yaitu yang kudus, tidak berniat jahat, tidak tercemar, yang terpisah dari orang-orang berdosa, dan telah menjadi lebih tinggi daripada segala langit…”

Nah, Yesus dicobai jauh melebihi cara kita dicobai, karena kodrat kemanusiaanNya senantiasa dicobai untuk memakai kuasa ilahiNya bagi keuntunganNya sendiri.

Kapan terakhir kalinya kalian dicobai untuk mengubah batu menjadi roti? Apakah itu godaan bagi kita? Tidak! Apakah itu godaan bagi Yesus? Bisakah kemanusiaanNya menggunakan kodrat ilahiNya untuk menjadikannya roti? Tentu saja.

Berapa banyak dari kita telah memikul dosa seluruh dunia di Getsemani? Memikul dosa kita sendiri saja kita sudah punya banyak problem.

Maka Yesus dicobai jauh melampaui kita, oleh karena itu Dia sanggup bersimpati pada kita. Tidak ada apa pun yang pernah kita jalani yang tidak sudah lebih dulu Dia jalani. Jadi dengan kata lain, kita tidak punya alasan.

 

 

Top of page 53, Jesus gave us an example of a holy life for us to follow. So He's our example. He did not overcome as God because God cannot be tempted. So could the divine nature of Jesus be tempted? The divine nature of Jesus could not be tempted because James 1:13 says God cannot be tempted. In fact if Jesus had gained the victory over temptation by using His divine nature, Satan would have said, no fair, that's cheating, because You expect human beings to overcome, but they don't have a divine nature.

Jesus lived a holy life not only to give us an example of how to overcome, but in order to empower us to overcome. That's important. He not only exemplifies how to overcome, He actually empowers us to overcome, when we're connected to the vine. The secret of victory is to abide in Him, which means to abide in His word. This is the same as eating His flesh and drinking His blood, which means to eat His what? His Word, that's what we were talking about earlier this morning. When the Word is in us, we will be able to answer Satan's temptation with “it is written” and gain the victory over sin.

 

Bagian atas hal. 53, Yesus memberi kita teladan suatu hidup yang kudus, untuk kita ikuti. Jadi Dia adalah teladan kita. Dia tidak mengalahkan dosa sebagai Allah, karena Allah tidak bisa dicobai. Maka bisakah kodrat keilahian Yesus bisa dicobai? Kodrat keilahian Yesus tidak bisa dicobai karena di Yakobus 1:13 dikatakan Allah tidak bisa dicobai. Bahkan seandainya Yesus mendapatkan kemenangan atas pencobaan dengan menggunakan kodrat keilahianNya, Setan akan berkata, tidak adil, itu nakalan, karena Engkau mengharapkan manusia menang tetapi mereka tidak punya kodrat keilahian.

Yesus menghidupkan hidup yang suci bukan hanya untuk memberi kita teladan bagaimana mengalahkan pencobaan, tetapi agar memberi kita kemampuan untuk menang. Ini penting. Dia tidak hanya memberikan teladan bagaimana caranya mengalahkan, Dia benar-benar memberi kita kemampuan untuk mengalahkan, bila kita terhubung kepada Sang Pokok Anggur.  Rahasia kemenangan ialah tinggal di dalam Dia, yang berarti tinggal dalam FirmanNya. Ini sama dengan makan dagingNya dan minum darahNya, yang berarti makan apaNya? FirmanNya. Itulah yang kita bicarakan tadi pagi. Ketika FirmanNya ada dalam kita, kita akan bisa menjawab godaan Setan dengan “Ada tertulis” dan mendapatkan kemenangan atas dosa.

 

 

We are victorious in His name. The secret to success over temptation has two steps. James 4:7, Therefore submit to God…” that's a difficult thing, isn't it  “…submit to God…” submit to God's will.  “…Resist the Devil and he will…” what?  “…he will flee from you.”

If Jesus had won even one victory over Satan by using His own divine power, Satan would have argued, “No fair, You conquered me because You employed Your God powers. And God cannot be tempted.” If Jesus overcame any temptation by using His own omniscience or omnipotence, then His victory would have been a fiasco. He gained the victory over temptation as a man with no advantages over us.

 

Kita menang dalam namaNya. Rahasia sukses mengalahkan godaan itu dua langkah. Yakobus 4:7, 7 Karena itu tunduklah kepada Allah. …”  ini hal yang sulit, bukan?   “…tunduklah kepada Allah…”  tunduk kepada kehendak Allah,   “…Tolak Iblis, maka ia akan…”  apa?   “…ia akan lari darimu!…”  Andai Yesus pernah menang satu kali saja atas Setan dengan menggunakan kuasa ilahiNya sendiri, Setan akan mendebat, “Itu tidak adil, Engkau mengalahkan aku karena Engkau memakai kekuatan AllahMu, dan Allah tidak bisa dicobai.” Andai Yesus menang atas pencobaan apa pun dengan menggunakan kemahatahuanNya atau kemahakuasaanNya, maka kemenanganNya itu suatu kegagalan yang memalukan. Dia memperoleh kemenangan atas pencobaan sebagai seorang manusia yang tidak punya kelebihan dari kita.  

 

 

We are like pebbles next to the seaside moved to and fro by the winds of temptation, but Jesus was like those huge boulders on the edge of the sea, like on the Pacific Coast. I love to drive down there, they have these huge boulders, and the waves come crashing into the boulders. And when the waves recede the boulder is still there. The waves of temptation crashed against Jesus with all their force, but when the waves receded Jesus stood firm. He could not be moved.

 

Kita ibarat kerikil-kerikil di tepi pantai yang terdorong ke sana kemari oleh angin pencobaan. Tetapi Yesus ibarat batu-batu karang yang besar di tepi laut, seperti yang ada di Pacific Coast. Saya suka ke sana, di sana ada batu-batu besar itu, dan ombak datang menghantam batu-batu besar itu, dan bila ombaknya surut, batunya masih berdiri di sana. Ombak pencobaan menghantam Yesus dengan sekuat tenaganya, tetapi ketika ombak itu surut, Yesus masih berdiri teguh, Dia bergeming.

 

 

Some think that Jesus can't really understand us because He never sinned. You know once somebody said to me when I said, “You know, you should quit smoking.”

He says, “Well, can you really understand me? Have you ever smoked?”

I said, “No, I haven't smoked.” So I didn't know exactly what to say until I came up with the illustration that you find at the bottom of the page. If you are sinking in quicksand would you rather have someone in the quicksand sympathizing with you or would you rather have someone on solid ground with a rope to pull you out?

You see, if Jesus was in the quicksand with us, He would be lost too. He would not be able to pull us out. We would be lost. Jesus is the pioneer of our salvation. He has scouted the trail to make it easier for us. He knows all of Satan's tricks, all the tricks that Satan has in his bag. There is nothing that we experience that He has not experienced before. He faced all the dangers, trials, temptations, weaknesses, that we experience, but He won the victory each and every time. And therefore He is able to help us in each and every trial. Do you believe that? The reason why we don't overcome is because we don't depend on Him. We always want to follow our will.

Jesus never gained any victory over temptation by using His own divine power. He conquered by depending on the power of His Father. How could Jesus be a perfect example for us if He had access to a source of power that is not available to us?

 

Ada yang mengira Yesus tidak benar-benar bisa memahami kita karena Dia tidak pernah berbuat dosa. Kalian tahu suatu kali seseorang berkata kepada saya ketika saya mengatakan, “Anda sebaiknya berhenti merokok.”

Orang itu berkata, “Nah, bisakah Anda benar-benar memahami saya? Pernahkah Anda merokok?”

Saya bilang, “Tidak, saya tidak pernah merokok.” Maka saya tidak tahu harus berkata apa hingga akhirnya saya punya ilustrasi yang kalian lihat di bagian bawah halaman. Jika kita sedang tenggelam dalam pasir hanyut, apakah kita lebih suka ada orang lain yang juga di dalam pasir hanyut itu bersimpati kepada kita atau lebih baik ada orang yang berada di atas tanah yang padat dengan tali untuk menarik kita keluar?

Kalian lihat, jika Yesus berada di dalam pasir hanyut itu bersama kita, Dia juga akan hanyut. Dia tidak akan bisa menarik kita keluar, kita tidak akan selamat. Yesus adalah pionir keselamatan kita. Dia telah memeriksa jalannya untuk memudahkan kita. Dia tahu segala tipu daya Setan, segala akal penipuan yang dimiliki Setan. Tidak ada apa pun yang kita alami yang belum Dia alami lebih dulu. Dia telah menghadapi semua bahaya, semua ujian, semua pencobaan, kelemahan yang kita alami. Tetapi Dia telah menang setiap kali. Oleh karena itu Dia sanggup membantu kita dalam setiap ujian. Kalian percaya itu? Alasannya mengapa kita tidak bisa menang ialah karena kita tidak bergantung padaNya. Kita selalu mau mengikuti kemauan kita sendiri.

Yesus tidak pernah mendapatkan kemenangan atas pencobaan dengan menggunakan kuasa IlahiNya sendiri. Dia menang dengan mengandalkan kuasa BapaNya. Bagaimana Yesus bisa menjadi teladan yang sempurna bagi kita andaikan Dia punya akses ke sumber kekuasaan yang tidak bisa kita akses?

 

 

And then you find this illustration. Some people criticize me for comparing, you know, Jesus to Superman, but I think it's a good illustration. Let's suppose that Superman really existed ~ of course we know that he doesn't ~ and that a certain day he comes through that door and he invites us and he says, “Let's fly off into the sky.” Would it be fair for Superman to encourage us to follow his example? Would it? Of course not! Why? Because Superman has powers that we don't have if he existed. Would it be fair for Jesus to say, “Follow Me!” if we didn't have the same power that Jesus had? Of course not!

 

Kemudian kita temukan ilustrasi ini. Beberapa orang mengkritik saya karena membandingkan Yesus dengan Superman, tetapi menurut saya itu ilustrasi yang bagus. Mari kita anggap Superman benar-benar ada ~ tentu saja kita tahu bahwa dia tidak ada ~ dan pada suatu hari dia masuk dari pintu itu dan dia mengajak kita dan dia berkata, “Ayo kita terbang ke langit.” Apakah adil bagi Superman untuk mendorong kita mengikuti teladannya? Adilkah? Tentu saja tidak! Mengapa? Karena Superman, andai dia ada, punya kekuatan yang tidak kita punyai. Apakah adil bagi Yesus untuk berkata, “Ikutlah Aku!” jika kita tidak punya kuasa yang sama yang dimiliki Yesus? Tentu saja tidak!

 

 

Jesus gave us an example of holy living. Notice 1 John 2:6, He who says he abides in Him ought himself also to walk just as He walked.”  Jesus says you must walk as I walk.

And by the way when the Bible metaphorically uses the word “walk” it's speaking about conduct or behavior. So in other words, we must walk, our behavior must follow the example of the behavior of Christ.

Notice what we find in 1 Peter 2:21, once again Jesus is our example. If we could not have the power that He had, He would never ask us to follow His example, because it would be impossible. It says in 1 Peter 2:21, “ 21 For to this you were called, because Christ also suffered for us, leaving us…” what?  “…an example, that you should follow His steps…” The sheep follow the voice of Jesus and they follow Him. Notice John 10:27, “ 27 My sheep hear My voice, and I know them, and they…” what? They hear. The sheep hear the voice of Jesus  “…and they follow Me.”

 

Yesus memberi kita sebuah teladan hidup suci. Simak 1 Yohanes 2:6, 6 Dia yang mengatakan bahwa ia tinggal di dalam Dia, ia sendiri wajib juga berjalan sebagaimana Dia telah berjalan.” Yesus berkata, kita harus berjalan seperti Aku berjalan. Dan ketahuilah, bila Alkitab secara metafor memakai kata “berjalan” itu bicara tentang tingkah laku atau sikap. Jadi dengan kata lain, kita harus berjalan, sikap kita harus mengikuti teladan tingkah laku Kristus.

Simak apa yang kita temukan di 1 Petrus 2:21, sekali lagi Yesus adalah teladan kita. Jika kita tidak bisa  memiliki kuasa yang dimiliki Kristus, Dia tidak akan pernah minta kita untuk mengikuti teladanNya, karena itu mustahil. Dikatakan di 1 Petrus 2:21, 21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kita, dan telah meninggalkan…” apa? “…teladan bagi kita, supaya kamu mengikuti jejak-Nya…”  Domba-domba mendengar suara Yesus dan mereka mengikutiNya. Simak Yohanes 10:27, “…27 Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, dan Aku mengenal mereka, dan mereka…”  apa? Mereka mendengar. Domba-domba mendengar suara Yesus, “…dan mereka  mengikuti Aku.”

 

 

And by the way, He promises that He is able to keep us from falling. Is it possible to totally overcome sin in this life? You’d better believe it's possible. God never asks us to do the impossible, see? But how can, we have this sinful nature? The power of God is greater than our sinful nature. And do you know what people are really saying when they say, “Well, you know, I have a sinful nature, so I can't totally overcome sin.” What they're really saying, they're not saying that man is weak, they're saying that God is not strong. They're saying that their sinful nature is more powerful than God, because God can't give you the victory over your sinful nature. Are you understanding this? It's limiting the power of God.

It says in Jude 24 and 25,24 Now to Him who is able to keep you from stumbling…” some versions say “from falling,  and to present you faultless before the presence of His glory with exceeding joy. 25 To God our Savior, Who alone is wise, be glory and majesty, dominion and power, both now and forever. Amen.

To Him who is able to keep you from what? To keep you from falling.

 

Nah, Dia berjanji bahwa Dia sanggup menjaga agar kita tidak jatuh. Apakah mungkin untuk sepenuhnya menang atas dosa dalam hidup ini? Percayalah, itu mungkin. Allah tidak pernah minta kita melakukan yang mustahil, lihat? Tetapi bagaimana bisa, kita kan punya kodrat yang berdosa? Kuasa Allah itu lebih besar daripada kodrat keberdosaan kita. Dan tahukah kalian apa yang sesungguhnya dikatakan orang ketika mereka berkata, “Yah, saya punya kodrat berdosa, jadi saya tidak bisa sepenuhnya menang atas dosa.” Apa yang sesungguhnya mereka katakan ialah, mereka tidak berkata bahwa manusia itu lemah, mereka berkata bahwa Allah itu yang tidak kuat. Mereka mengatakan bahwa kodrat keberdosaan mereka itu lebih kuat daripada Allah, karena Allah tidak bisa memberi kita kemenangan atas kodrat keberdosaan kita. Apakah kalian paham ini? Itu membatasi kuasa Allah.

Dikatakan di Yudas 24 dan 25, 24 Nah, kepada Dia yang mampu menjaga kamu dari tersandung…”  beberapa versi mengatakan   “…dari jatuh, dan untuk mempresentasikan kamu tak bernoda di hadapan hadirat kemuliaan-Nya, dengan penuh sukacita. 25 Kepada Allah Juruselamat kita, hanya Dialah yang bijaksana, bagi Dia-lah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa, baik sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.” Kepada Dia yang sanggup menjaga kamu dari apa? Menjaga kamu dari jatuh.

 

 

And now comes a very important point in this fourth fact that we're studying. Jesus developed a perfect life which could stand in place of our sinful lives. This is vitally important. When in repentance, confession and trust, we receive Jesus; the Father accepts His perfect life in place of our sinful lives. That's why Jesus had to live a perfect life so that He could take the perfect life He lived and He could impute it or accredit it to us, so that according to this His righteousness is credited to our account, and we are covered with the spotless robe of His life. Then we are reckoned as if we had never sinned, as if we had never sinned because the Father looks at Him, the Father does not look at us. As Paul said in Ephesians 1:6, we are “ 6accepted in the Beloved.…”  and we are seated in heavenly places with Jesus. What a magnificent promise God gives us. Let's not be defeatists; oh you know, I tried and tried it's impossible. Maybe you're trying and you're not depending on divine power, asking the Lord, “Please give me Your divine power because we cannot do it on our own.” It's impossible on our own, but “we can do most things through Christ who strengthens us” Yeah, sometimes I say it wrong, because I want you to react.  “We can do some things through Christ's strength”; No, I can do “all things of course, except overcoming sin through Christ who strengthens us”; No, I can do “all things…” not I but ”…through Christ, who strengthens me.”  That's the power of the gospel, folks.

 

Dan sekarang poin yang sangat penting di fakta keempat yang sedang kita pelajari ini. Yesus telah menghidupkan suatu hidup yang sempurna yang bisa menggantikan hidup kita yang berdosa. Ini sangat penting. Bilamana dalam pertobatan, pengakuan, dan percaya kita menerima Yesus, Allah Bapa menerima hidup Yesus yang sempurna di tempat hidup kita yang berdosa. Itulah mengapa Yesus harus menghidupkan hidup yang sempurna supaya Dia bisa mengambil hidup yang sempurna yang dihidupkannya dan Dia bisa memperhitungkannya atau mengkreditkannya kepada kita, sehingga menurut ini kebenaranNya dikreditkan ke rekening kita, dan kita tertutup jubah kehidupanNya yang tidak bernoda. Maka kita diperhitungkan seakan-akan kita tidak pernah berdosa, seakan-akan kita tidak pernah berbuat dosa karena Bapa melihat pada Yesus, Bapa tidak melihat kita. Seperti kata Paulus di Efesus 1:6, “…kita diterima di dalam Yang Terkasih…” dan kita didudukkan di tempat-tempat di surga bersama Yesus. Betapa luar biasanya janji yang diberikan Allah kepada kita. Marilah jangan kita menjadi orang yang putus asa; oh, saya sudah berusaha dan berusaha, itu mustahil. Boleh jadi kita sudah berusaha dan kita tidak bersandar pada kuasa ilahi, minta kepada Tuhan, “Tolong berilah aku kuasa IlahiMu karena aku tidak bisa melakukannya sendiri.” Memang mustahil kalau kita lakukan sediri, tetapi, kita bisa melakukan kebanyakan hal melalui Kristus yang menguatkan” kita. Iya terkadang sengaja saya ucapkan salah karena saya mau kalian bereaksi. Kita bisa melakukan beberapa hal melalui kekuatan Kristus; Tidak! Saya bisa melakukan segala hal tentunya kecuali mengalahkan dosa melalui Kristus yang menguatkan aku”; Tidak. Saya bisa melakukan segala hal…” bukan saya melainkan “…melalui Kristus yang menguatkan aku.” (Filipi 4:13). Inilah kuasa Injil, Saudara-saudara.

 

 

The Fifth Fact

Let's go to # 5: which is probably the last one that we're going to be able to come to. Jesus came to this world to reveal what God is really like. Satan had distorted the character of God and Jesus came to set the record straight. As we discern in Jesus what God is really like, we come to admire and love Him. He who has seen Jesus has seen what? The Father. In the life of Jesus the character of Satan and the character of God were seen in stark contrast. Is that true? All you have to do is visit Gethsemane and what they did to Jesus. And the heavenly universe saw what Satan was like, and what God was like. In the garden of Eden man had face to face communion with God. However, when man sinned God had to conceal Himself or else man would have been destroyed by His glory. So God concealing Himself was actually a blessing. God and sin cannot coexist. God dwells “…in  unapproachable light, whom no man has seen or can see” 1 Timothy chapter 6. God told Moses that he could not see His face and what? And live.  And you have all of the verses here in the study notes. For those who are watching online, you know, get the study notes, the study notes will give you much more information than what we're able to study in class.

 

Fakta yang Kelima

Mari ke # 5: kira-kira ini yang terakhir yang bisa kita capai. Yesus datang ke dunia ini untuk menyatakan bagaimana Allah itu sesungguhnya. Setan telah mendistorsi karakter Allah dan Yesus datang untuk memperbaiki kesannya. Ketika kita melihat dalam Yesus bagaimana Allah itu sesungguhnya, kita jadi mengagumi dan mengasihi Dia. Dia yang telah melihat Yesus, telah melihat apa? Bapa. Dalam hidup Yesus karakter Setan dan karakter Allah terlihat dalam kontras yang besar. Benarkah itu? Kita hanya perlu mengunjungi Getsemani dan melihat apa yang mereka lakukan pada Yesus. Dan alam semesta di langit melihat bagaimana Setan itu, dan bagaimana Allah itu. Di taman Eden manusia bisa berkomunikasi dengan Allah berhadapan muka. Namun, ketika manusia berbuat dosa, Allah harus menyembunyikan DiriNya, kalau tidak manusia akan binasa oleh kemuliaanNya. Jadi Allah menyembunyikan DiriNya sesungguhnya adalah suatu karunia. Allah dan dosa tidak bisa eksis bersama-sama. Allah 16…bersemayam dalam terang yang tak terhampiri, yang tak seorang pun pernah melihat Dia atau bisa melihatNya…(1 Timotius 6:16). Allah memberitahu Musa bahwa dia tidak bisa memandang wajahNya dan apa? Dan hidup. (Keluaran 33:20).  Dan semua ayatnya ada di makalah ini. Bagi mereka yang menonton online, dapatkan makalahnya, makalah ini akan memberi kalian lebih banyak informasi daripada apa yang bisa kita pelajari dalam kelas.

 

 

Now notice Exodus 33:20, 20 But He said…” God says,  “…‘You cannot see My face; for no man shall see Me, and live.’…” God's glory is a consuming fire.

Notice Deuteronomy 4:23 and 24, 23 Take heed to yourselves, lest you forget the covenant of the Lord your God which He made with you, and make for yourselves a carved image in the form of anything which the Lord your God has forbidden you. 24 For the Lord your God is a consuming fire, a jealous God.”

 

Sekarang simak Keluaran 33:20, 20 Tetapi Dia berkata…”  Allah berkata, “…‘Engkau tidak bisa memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku akan hidup.’…”  Kemuliaan Allah adalah api yang menghanguskan.

Simak Ulangan 4:23-24, “…23 Perhatikan baik-baik, supaya jangan kamu melupakan perjanjian TUHAN Allahmu, yang telah dibuatNya dengan kamu, dan membuat bagi dirimu patung pahatan dalam bentuk apa pun, yang telah dilarang oleh TUHAN Allahmu, 24         Sebab TUHAN Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu.’

 

 

Now here's the problem. We must know God in order to have eternal life, but how can we know Him if He dwells in unapproachable light? John 17:3 says as much, And this is eternal life, that they may know You, the only true God, and Jesus Christ whom You have sent.” 

In the Old Testament God revealed Himself in shadows and pictures, through symbols, and words. God revealed Himself in many and various ways, like we find in the book of Hebrews, through prophets, visions, dreams, the urim and the thumin, but all of these revelations in words and pictures was only partial and incomplete. Because God cannot reveal Himself to man in His divine nature, Jesus veiled His divine glory by taking on human flesh. In this way Jesus revealed in person what God is like without destroying sinners. Whereas in the Old Testament God revealed Himself in many and various ways, in these last days He has revealed Himself to us, how? By His Son. Hebrews 1:1 and 2.

 

Nah, ini masalahnya. Kita harus kenal Allah untuk mendapatkan hidup kekal, tetapi bagaimana kita bisa mengenal Dia jika Dia bersemayam dalam terang yang tak terhampiri? Yohanes 17:3 mengatakan yang sama, 3 Dan inilah hidup kekal, yaitu mereka boleh mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”

Di Perjanjian Lama Allah menyatakan DiriNya dalam bayangan-bayangan dan gambar-gambar, melalui simbol-simbol dan kata-kata. Allah menyatakan DiriNya dalam banyak dan bermacam-macam cara, seperti yang kita dapati di kitab Ibrani, melalui nabi-nabi, penglihatan-penglihatan, mimpi-mimpi, urim dan thumin, tetapi semua pernyataan ini dalam kata-kata dan gambar-gambar hanyalah parsial dan tidak lengkap. Karena Allah tidak bisa menyatakan DiriNya kepada manusia dalam kodrat IlahiNya, Yesus menyelubungi kemuliaan ilahiNya dengan menggunakan daging manusia. Dengan cara ini Yesus menyatakan secara pribadi Allah itu seperti apa tanpa membinasakan orang-orang berdosa. Sementara di Perjanjian Lama Allah menyatakan DiriNya dengan banyak dan bermacam-macam cara, di hari-hari akhir ini Dia telah menyatakan DiriNya kepada kita, bagaimana? Melalui AnakNya. Ibrani 1:1-2.

 

 

Can Jesus reveal what the Father is really like? Yeah, because He is in the bosom of the Father, which indicates closeness, intimacy. He's the only one who can fully reveal the Father, because He is in the bosom of the Father.  Notice John 1:18, “ 18 No one has seen God at any time. The only begotten Son, who is in the bosom of the Father, He has declared Him.”

 

Bisakah Yesus menyatakan Bapa sesungguhnya seperti apa? Ya, karena Dia ada di dada Bapa, yang mengindikasikan kedekatan, keintiman. Dialah satu-satunya yang bisa sepenuhnya menyatakan Bapa, karena Dia ada di dada Bapa. Simak Yohanes 1:18, 18 Tidak seorang pun pernah melihat Allah kapan pun. Anak satu-satunya, yang ada di dada Bapa, Dialah yang menyatakan Dia.”

 

 

One time Philip said to Jesus, show us the Father. We find the record in John 14:8-9, Philip said to Him, ‘Lord, show us the Father, and it is sufficient for us.’ Jesus said to him, ‘Have I been with you so long, and yet you have not known Me, Philip? He who has seen Me has seen the Father; so how can you say, ‘Show us the Father’?...”

Are you clear on this point? Jesus came to this world to reveal what God is really like. You know that the religious leaders in Christ’s day, they believed that disease came upon people because they were terrible sinners. You know, when you have this blind man that Jesus healed, the disciples asked whose sin, was it this man’s or was it his parents’ that he was born blind? Jesus says neither one, but so that the glory of God should be revealed. In fact we have the impression that this blind man was born for that very moment to be healed and reveal the glory of God.

 

Suatu kali Filipus berkata kepada Yesus, tunjukkan Bapa kepada kami. Kita mendapatkan catatan ini di Yohanes 14:8-9, 8 Kata Filipus kepada-Nya, ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa kepada kami, dan  itu sudah cukup bagi kami.’ 9 Kata Yesus kepadanya, ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, namun engkau tidak mengenal Aku, Filipus? Dia yang telah melihat Aku, telah melihat Bapa; jadi bagaimana engkau bisa berkata, Tunjukkanlah Bapa kepada kami’?...”

Apakah kalian jelas tentang poin ini? Yesus datang ke dunia ini untuk menyatakan seperti apa Allah itu sesungguhnya. Kalian tahu para pemimpin rohani di zaman Kristus, mereka meyakini bahwa penyakit itu mengenai orang karena mereka adalah pendosa-pendosa besar. Kalian tahu, ada kisah orang buta yang disembuhkan Yesus, para murid bertanya dosa siapa itu, apakah dosa orang itu atau dosa orangtuanya sehingga dia terlahir buta? Yesus menjawab keduanya bukan, melainkan supaya kemuliaan Allah dinyatakan. Faktanya kita mendapat kesan bahwa orang buta ini lahir khusus untuk saat itu, supaya disembuhkan dan menyatakan kemuliaan Allah.

 

 

They believed that leprosy was the finger of God because people were terrible sinners, so they said, you know, God enjoys affecting people with disease and with suffering. But Jesus came to this world and He was nice to people. He took children and put them on His knees and hugged them. I don't know whether He kissed them or not, but children felt comfortable in His presence. The diseased loved to come to Him for healing. The publicans and sinners enjoyed being ~ as we studied ~ in the presence of Jesus. Instead of saying that it was a God that afflicted the disease, Jesus healed the disease.

Instead of being legalistic concerning Sabbath observance, Jesus said, 7 …. ‘I desire mercy and not sacrifice,’…”    Are you catching the picture?

 

Mereka menganggap kusta adalah jari Allah karena manusianya pendosa-pendosa berat, maka mereka berkata, Allah senang mendatangkan penyakit dan penderitaan kepada manusia. Tetapi Yesus datang ke dunia ini dan Dia bersikap baik kepada manusia. Dia mengambil anak-anak dan meletakkan mereka di lututNya dan memeluk mereka. Saya tidak tahu apakah Dia menciumi mereka atau tidak, tetapi anak-anak merasa nyaman di dekatNya. Orang-orang sakit suka datang kepadaNya untuk disembuhkan. Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa suka berada di hadirat Yesus, seperti yang telah kita pelajari. Gantinya mengatakan  Allah yang mendatangkan penyakit, Yesus menyembuhkan penyakitnya. Gantinya bersikap legalis mengenai pemeliharaan Sabat, Yesus berkata, 7 …‘Aku mendambakan belas kasihan dan bukan kurban…” (Matius 12:7) Apakah kalian menangkap gambarnya?

 

 

And so the whole heavenly universe is saying, you know, we've heard that God causes all these evil things, but it's not God, it's the Devil. So when we read the New Testament, the gospels, we should catch a picture of what God is really like, a revelation of His character. And as we do that, we shall come to love God. As we behold Him, we are changed.

You know, how do we overcome sin? Many times young people come and say, “Pastor, you know I have this sin that I commit over and over again. What's the secret for overcoming sin?”

And so I throw a question back to them, and I say, “What are you watching and listening to?”

“Well, what does that have to do with my question?”

I said,  “It has a lot to do with your question. What are you watching and what are you listening to?”

“Well, you know,” some of them will admit, they say, “Well, you know I do play video games and I waste my time texting on my cell phone, and I dedicate my time to watch television and movies, and everything; and listen to worldly music.”

And I said, “Well, you’ve just answered your own question, how can you overcome sin? I can tell you how you can become confirmed in sin, and that is by what you allow to come in through your eyes, and through your ears.”

You know, there's even some ministers that say, “I don't see anything wrong with taking the young people to the movie theater to watch a movie.” There's nothing good to watch in a movie these days. And you know, when you tell me I don't see anything wrong with going to the theater to watch the music, to watch this particular movie, I say to them, “You don't see anything wrong with it?” 

“No.”

“Well I’m going to pray that the Lord will fix your eyes.” And then I say, “If Jesus was on this earth could you invite Jesus to sit right next to you in the movie theater to watch adultery, immorality, spiritualism, violence? Do you suppose Jesus would be willing to sit next to you and relish and enjoy what He's watching when He came to save the world?”
If they answer Yes, they've got serious problems.

But they say, “I kind of catch the point.”

Now, the battle over evil is won or lost by what we allow to enter our brain. That's why  Ellen White said we should dedicate a thoughtful hour to the contemplation of the life of Christ, particularly the closing scenes. We should vividly you know meditate, not only read but meditate, we should hear what happened to Jesus in the judgment hall, we should enter the experience of Jesus to the point of saying, “Wow! Lord, you did that! Why did you do that?” Jesus says, “Because of your sins.” Do you know what's going to happen at that moment? I’m going to hate sin, because of what it did to Jesus. And I’m going to love Jesus because He took my place so that I could be saved. By beholding we become changed. You know, what we eat makes us what we are physically; and what we eat spiritually through our eyes and through our ears, determines what our spiritual health would be like. And so God gives us the secret of how to follow the example of Jesus and He empowers us to overcome.

 

Maka seluruh alam semesta berkata, kalian tahu, kami sudah mendengar bahwa Allah yang menyebabkan segala hal yang buruk, tetapi itu bukan Allah, itu si Iblis. Jadi ketika kita membaca Perjanjian Baru, Injil, kita seharusnya menangkap gambaran bagaimana Allah sesungguhnya, suatu pernyataan dari karakterNya. Dan ketika kita berbuat itu, kita akan mengasihi Allah. Saat kita memandangNya, kita diubahkan.

Kalian tahu, bagaimana kita mengalahkan dosa? Banyak kali orang-orang muda datang dan berkata, “Pastor, saya punya dosa ini yang saya lakukan berulang-ulang. Apa rahasianya untuk mengalahkan dosa?”

Maka saya lemparkan kembali pertanyaan kepada mereka dan saya berkata, “Apa yang kalian tonton dan dengarkan?”

“Apa hubungannya itu dengan pertanyaan saya?”

Saya berkata, “Banyak hubungannya dengan pertanyaan kalian. Apa yang kalian tonton dan apa yang kalian dengar?”

“Nah,” beberapa dari mereka akan mengakui dan berkata, “Nah, saya main video games, dan menghabiskan waktu mengirim pesan di gawai saya, dan saya mendedikasikan waktu saya untuk nonton televisi dan film, dan segala itu, dan mendengarkan musik duniawi.”

Dan saya berkata, “Nah, kalian baru saja menjawab pertanyaan kalian sendiri, bagaimana kalian bisa mengalahkan dosa? Saya bisa memberitahu kalian bagaimana kalian bisa menjadi kokoh dalam dosa, dan itu ialah dengan mengizinkan apa yang masuk melalui mata dan telinga kalian.”

Tahukah kalian, bahkan ada beberapa pendeta yang mengatakan, “Saya tidak melihat ada yang salah membawa orang-orang muda ke bioskop untuk nonton film.” Hari ini tidak ada film yang bagus untuk ditonton. Dan kalian tahu, bila ada yang bilang pada saya, “saya tidak melihat ada yang salah pergi ke teater untuk menonton musiknya, untuk menonton film ini,” saya berkata kepada mereka, “Kalian tidak melihat salahnya?”

“Tidak.”

“Kalau begitu akan saya doakan agar Tuhan memperbaiki mata kalian.” Lalu saya katakan, “Jika Yesus ada di sini, bisakah kalian mengundang Yesus duduk di sebelah kalian di gedung bioskop untuk menonton perzinahan, hal-hal yang tidak bermoral, roh-roh kegelapan, kekerasan? Kalian pikir Yesus akan mau duduk di sebelah kalian dan menikmati apa yang ditontonNya padahal Dia datang untuk menyelamatkan dunia?” Jika jawabannya Ya, mereka punya masalah yang serius.

Tetapi mereka berkata, “Saya menangkap poinnya.”

Nah, peperangan terhadap kejahatan dimenangkan atau kalah oleh apa yang kita izinkan masuk ke otak kita. Itulah mengapa Ellen White berkata kita harus mendedikasikan satu jam untuk merenungkan kehidupan Kristus, terutama adegan-adegan penutupnya. Kita harus merenungkannya dengan sungguh-sungguh, bukan hanya membacanya tetapi merenungkannya, kita harus mendengar apa yang terjadi pada Yesus di ruang pengadilan, kita harus masuk ke pengalaman Yesus hingga kita bisa berkata, “Wow! Tuhan, Engkau telah berbuat itu! Menapa Engkau berbuat itu?” Yesus berkata, “Karena dosa-dosamu.” Tahukah kalian apa yang akan terjadi pada saat itu? Saya akan membenci dosa karena apa yang telah dilakukannya pada Yesus. Dan saya akan mengasihi Yesus karena Dia telah menggantikan tempat saya sehingga saya bisa diselamatkan. Dengan memandang kita diubahkan. Kalian tahu, apa yang kita makan membentuk kita secara fisik; dan apa yang kita makan secara rohani melalui mata kita dan telinga kita, menentukan kesehatan rohani kita seperti apa.

Maka Allah memberi kita rahasianya bagaimana mengikuti teladan Yesus dan Dia memampukan kita untuk menang.

 

 

 

10 07 24

No comments:

Post a Comment