Wednesday, December 25, 2024

EPISODE 19/24 ~ WHAT JESUS SAID ~ LIVING A LIFE OF SERVICE ~ STEPHEN BOHR

 

WHAT JESUS SAID

Part 19/24 - Stephen Bohr

LIVING A LIFE OF SERVICE

https://www.youtube.com/watch?v=x51mYjkowkY

 

Dibuka dengan doa

 

 

We are on page 249 of our study notes. As I mentioned before lesson number 18, the Bible describes two great mysteries: the mystery of godliness and the mystery of iniquity...  the mystery of iniquity or of godliness rather,

v   Let's begin with iniquity first, is characterized by self-love, greed, selfishness, self-centeredness, covetousness, and self-service.

v   On the other hand the mystery of godliness is characterized by love for others, altruism, other-centeredness, self-sacrifice, and service to others.

 

Kita di hal. 249 dari makalah kita. Seperti yang tadi saya sebutkan, ini pelajaran #18. Alkitab menggambarkan dua misteri besar: misteri kesalehan dan misteri kejahatan, ... atau lebih tepatnya, misteri kejahatan dan misteri kesalehan.

v   Mari kita mulai dulu dengan misteri kejahatan, yang dikarakterisasi oleh cinta-diri, keserakahan, egoisme, memusatkan segala pada diri sendiri, mengingini milik orang lain, dan melayani diri sendiri.

v   Di pihak lain, misteri kesalehan dikarakterisasi oleh kasih bagi orang lain, mementingkan orang lain, memusatkan pada orang lain, rela berkorban, dan melayani orang lain.

 

 

Lucifer  was the first being in the universe who manifested the spirit of the mystery of iniquity. He committed the four sins of pride (see Ezekiel 28:12-17),  what I call the four sins of pride.

He was filled with self-satisfaction because of:

ü   his beauty,

ü   his wisdom,

ü   his power,

ü   and the last word should actually not be “position”, but rather “riches”.

You see, God created him beautiful. God created him wise. God gave him a position of power, he was the covering cherub. And God covered him with riches according to Ezekiel chapter 28. But he perverted those gifts, he perverted his beauty, his wisdom, his power, and his riches, according to 2 Thessalonians 2:3 and 4, the mystery of iniquity is characterized by a desire to ascend above the position which God has allotted us, to lord it over others, to be number one, in other words. Those who live according to the principle of the mystery of iniquity, reflect the character of Satan who according to 2 Thessalonians 2:4, “ 4 … opposes and exalts himself above all that is called God or that is worshiped, so that he sits as God in the temple of God, showing himself that he is God.” However, the end result of this desire, in attempt to ascend and to serve self, is to descend into the pit of destruction. (Ezekiel 28:17-19; Isaiah 14:15)

 

Lucifer adalah makhluk pertama di alam semesta yang memanifestasikan roh misteri kejahatan. Dia melakukan keempat dosa kesombongan  (lihat Ezekiel 28:12-17), apa yang saya sebut sebagai keempat dosa kesombongan.

Dia dipenuhi oleh rasa puas diri karena:

ü    keindahannya,

ü    hikmatnya,

ü    kekuasaannya,

ü    dan kata yang terakhir di sana bukan “posisi” melainkan seharusnya “kekayaan”.

Kalian lihat, Allah menciptakan dia indah. Allah menciptakan dia punya hikmat. Allah memberinya kedudukan yang berkuasa, dialah kerub yang menudungi. Dan Allah mencurahkan kekayaan kepadanya menurut Yehezkiel 28, tetapi dia menyelewengkan karunia-karunia yang baik itu menjadi jahat. Dia menyalahgunakan keindahannya, himatnya, kekuasaannya, dan kekayaannya menurut 2 Tesalonika 2:3-4, misteri kejahatan dikarakterisasi oleh suatu keinginan untuk naik di atas posisi yang telah dibagikan Allah kepada kita, untuk menggagahi orang lain, dengan kata lain untuk menjadi yang nomor satu. Mereka yang hidup menurut prinsip misteri kejahatan memantulkan karakter Setan yang menurut 2 Tesalonika 2:4, 4  melawan dan  meninggikan dirinya di atas segala yang disebut Allah atau yang disembah, sehingga ia sebagai Allah duduk di Bait Allah dan menyatakan dirinya bahwa dia adalah Allah…”  Namun begitu, hasil akhir dari keinginan tersebut ~ dalam upaya untuk naik ke atas dan mementingkan diri, ialah turun ke dalam lubang kebinasaan.  (Yehezkiel 28:17-19; Yesaya 14:15).

 

 

The mystery of iniquity leads to death, as Jesus expressed it on multiple occasions, “…he who exalts himself will be humbled…”

On the other hand, the mystery of godliness characterizes the Godhead. The Father gives His Son, the Son gives the Holy Spirit, the Holy Spirit commands and gives to the angels, and the angels in turn give and minister to the needs of the human race. The mystery of godliness finds its delight in descending to serve others.

 

Misteri kejahatan membawa kepada maut, seperti yang seringkali dinyatakan Yesus,  12 … barangsiapa yang akan meninggikan diri, akan direndahkan…” (Matius 23:12).

Di pihak lain, misteri kesalehan adalah karakter Keilahian. Sang Bapa memberikan AnakNya. AnakNya memberikan Roh Kudus. Roh Kudus memerintahkan dan memberi kepada para malaikat. Dan pada gilirannya para malaikat memberi dan melayani kebutuhan umat manusia. Misteri kesalehan mendapatkan kesukaan dalam turun ke bawah untuk melayani yang lain.

 

 

There are several New Testament texts which teach giving as the fundamental Law of the abundant life. Let's read some of those texts.

The first is in Matthew 20:27-28, “ 27 And whoever desires to be first among you, let him be your slave...” And now comes our example, “… 28 just as the Son of Man did not come to be served, but to serve, and to give His life a ransom for many.”

 

Ada beberapa ayat di Perjanjian Baru yang mengajarkan memberi sebagai Hukum fundamental kehidupan yang berlimpah. Mari kita  baca beberapa ayat tersebut.

Yang pertama ada di Matius 20:27-28, 27 dan barangsiapa ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu…”  Dan sekarang, ini teladan kita,   “…28 sama seperti Anak Manusia tidak datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. …” 

 

 

John 3:16 the most famous verse in the Bible which you find between the goal posts, even at football games, it says, 16 For God so loved the world…” and how did He show His love?  “…that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him should not perish but have everlasting life.”

 

Yohanes 3:16, ayat yang paling terkenal di Alkitab, yang bahkan bisa kita temukan pada gawang gol pertandingan sepak bola, mengatakan, “…16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,…”  dan bagaimana Dia menyatakan kasihNya? “…sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang satu-satunya supaya barangsiapa yang percaya  dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

 

 

The apostle Paul encourages us with the words of Jesus, 35 …. ‘It is more blessed to…” what?  “…to give than to receive.’…” 

 

Rasul Paulus mendorong kita dengan kata-kata Yesus, 35 … lebih diberkati…”  apa?   “…memberi daripada menerima.” (Kisah 20:35)

 

 

Jesus admonished us,  8 … freely you have received, freely give”

 

Yesus mengingatkan kita, 8 … dengan cuma-cuma kamu telah memperolehnya, berikanlah pula dengan cuma-cuma.” (Matius 10:8).

 

 

On another occasion, Jesus taught that the measure we used to give is the same measure that we will receive.

 

Pada kesempatan yang lain Yesus mengajarkan bahwa takaran yang kita pakai untuk memberi adalah takaran yang sama yang akan kita terima. 2 … dan dengan takaran yang kamu pakai, itu akan ditakarkan kembali kepadamu.” (Matius 7:2)

 

 

In Luke 6:38 Jesus said, 38 Give, and it will be given to you: good measure, pressed down, shaken together, and running over will be put into your bosom. For with the same measure that you use, it will be measured back to you.” Give and it shall be given unto you.

 

Di Lukas 6:38 Yesus berkata, 38 Berilah, dan itu akan diberikan padamu: takaran yang baik, yang dipadatkan, yang dikocok jadi satu, dan yang melimpah ke luar, akan dimasukkan ke dalam dadamu. Sebab dengan takaran yang sama yang kamu pakai, itu akan ditakarkan kembali kepadamu.” Berilah, dan itu akan diberikan kepadamu.

 

 

In 2 Corinthians 9:6 and 7 the apostle Paul wrote,  But this I say: He who sows sparingly will also reap sparingly, and he who sows bountifully will also reap bountifully. So let each one give as he purposes in his heart, not grudgingly or of necessity; for God loves a cheerful giver.”

Do you see all of these texts, the key word is the word what? “give”,  “give”.

 

Di 2 Korintus 9:6-7, rasul Paulus menulis, 6 Tetapi inilah kataku:  Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.7 Maka  hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, bukan dengan berat hati atau karena kewajiban; sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”

Apakah kalian melihat semua ayat ini, kata kuncinya ialah kata apa? “Memberi”, “memberi”.

 

 

As we saw in the lesson on the Holy Spirit, Jesus expressed the same basic principle (John 14:13-14; 7:37-39). We receive the Holy Spirit, we drink of the Holy Spirit, we drink of the water and then we impart the water, or we impart the blessing to others. We drink the water and we become fountains of water to others. We receive in order to give. When we empty a glass, the glass then has the capacity to receive. When the glass is full, it has no capacity to receive. The Holy Spirit flows through us to others, thus we are channels of God’s blessings. The receiver becomes the giver.

 

Seperti yang kita lihat dalam pelajaran tentang Roh Kudus, Yesus menyatakan prinsip dasar yang sama (Yohanes 14:13-14; 7:37-39). Kita menerima Roh Kudus, kita minum dari Roh Kudus, kita minum air kemudian kita membagikan air, atau kita membagikan berkat kepada orang lain. Kita minum airnya dan kita menjadi sumber air bagi orang lain. Kita menerima untuk memberi. Ketika kita mengosongkan sebuah gelas, gelas itu punya kemampuan untuk menerima. Kalau gelasnya penuh, dia tidak punya kemampuan menerima. Roh Kudus mengalir melalui kita kepada orang lain, dengan demikian kita adalah saluran berkat Allah. Si penerima menjadi si pemberi.

 

 

There are many illustrations of the principle of service or the principle of giving in nature. The sun literally consumes itself to give us light, to the tone of 1.5 million tons a second that it consumes of its mass. The moon receives the light of the sun and then imparts it to the earth. The cycle of water is a perfect illustration of the Law of service in nature. The clouds give their snow to the mountains, in the spring the snow melts and the mountains give their water to the brooks. The brooks to the streams, the streams to the rivers, and the rivers to the ocean. The ocean then gives its water back to the clouds. And the cycle begins all over again. If at any point the process is interrupted, life would cease to exist. The Law of giving perpetuates life. By giving, nature safeguards its own existence.

 

Ada banyak ilustrasi tentang prinsip pelayanan atau prinsip memberi di alam. Matahari secara literal membakar dirinya untuk memberi kita terang, sebanyak 1.5 juta ton per sekon dia menghabiskan massanya. Bulan menerima terang dari matahari kemudian membagikannya kepada bumi. Siklus air adalah ilustrasi yang pas tentang Hukum Pelayanan di alam. Awan memberikan saljunya kepada gunung-gunung, di musim semi salju mencair dan gunung-gunung memberi air mereka ke sungai-sungai kecil. Sungai-sungai kecil meneruskan ke sungai-sungai yang lebih besar, sungai-sungai yang lebih besar ke sungai-sungai yang lebih besar lagi, dan sungai-sungai paling besar ke laut. Laut kemudian memberikan airnya kembali kepada awan. Dan siklusnya kembali seperti semula. Jika prosesnya macet di salah satu titik, kehidupan akan terhenti. Hukum Memberi melestarikan kehidupan. Dengan memberi, alam melindungi eksistensinya sendiri.

 

 

Trees are another illustration of the Law of service. The trees beautify the landscape. The sun beats down on trees to give us shade. The tree gives fruit so that we can eat it. Trees remove carbon dioxide from the atmosphere to reduce the greenhouse gas, all while at the same time giving us free air, a clean air to breathe. Trees give us wood, so that we can build houses. Trees give us a place in their branches for birds to build nests. Trees exist to give.

 

Pohon-pohon adalah ilustrasi lain tentang Hukum Pelayanan. Pohon-pohon memperindah lanskap. Matahari menyinari pohon-pohon untuk memberi kita naungan yang teduh. Pohon memberi kita buah supaya bisa kita makan. Pohon menyingkirkan CO2 dari udara untuk mengurangi pengaruh gas rumah-kaca, sementara pada waktu yang sama memberi kita udara gratis, udara bersih untuk pernafasan kita. Pohon memberi kita kayu sehingga kita bisa membangun rumah. Pohon memberi kita cabang-cabangnya untuk tempat burung-burung membangun sarang. Pohon eksis untuk memberi.

 

 

Honeybees also provide a vivid illustration of the Law of service. They work incessantly so that we can enjoy the honey that they produce. They help the plants to pollinate so that they can produce fruit. Their work is vital for agriculture. Without bees what would we eat?

 

Lebah juga memberikan ilustrasi yang hidup tentang Hukum Pelayanan. Mereka bekerja tanpa henti supaya kita bisa menikmati madu yang mereka hasilkan. Mereka membantu tanaman berpolinasi supaya tanaman itu bisa menghasilkan buah. Pekerjaan mereka sangat vital untuk pertanian. Tanpa lebah apa yang akan kita makan?

 

 

In that classic work on the life of Christ, The Desire of Ages, the writer describes a great principle which is the Law of life and happiness. It's on page 21 of Desire of Ages, “All things Christ received from God, but He took to…”  what? “…to give.  So in the heavenly courts, in His ministry for all created beings: through the beloved Son, the Fathers life flows out to all; through the Son it returns, in praise and joyous service, a tide of love, to the great Source of all. And thus through Christ the circuit of beneficence is complete, representing the character of the great Giver, the Law of life.”

 

Di karya klasik tentang kehidupan Kristus, The Desire of Ages, penulisnya menggambarkan sebuah prinsip besar yaitu Hukum Kehidupan dan Kebahagiaan. Itu ada di hal. 21 Desire of Ages, “…Kristus menerima segala sesuatu dari Allah, tetapi Dia menerima untuk…”  apa?    “…untuk memberi. Maka di istana surgawi dalam pelayananNya bagi semua makhluk ciptaan: melalui Anak yang dikasihi, hidup dari Bapa mengalir keluar kepada semua; melalui Sang Anak itu kembali dalam pujian dan pelayanan penuh sukacita, suatu gelombang kasih, kepada Sumber Agung dari semuanya. Dengan demikian, melalui Kristus, siklus rahmat itu lengkap, mewakili karakter dari Sang Pemberi Agung, yaitu Hukum Kehidupan.”  

 

 

We could provide countless illustrations of this principle, but one more will suffice. In Israel there are two seas, one is the sea of Galilee and the other is the Dead sea. The sea of Galilee is surrounded by lush vegetation, birds make glad the air with their songs, fish flourish in the waters. Why is the sea of Galilee teeming with life? Because it receives its water from the Jordan river in the north and then gives its water in the south. It receives to give. The water is constantly flowing, and so life is also continually flowing. But south of the sea of Galilee, we find the Dead sea. This body of water receives but it does not give. The result is an area which is arid dry and lifeless, no lush greenery adorns its banks, no fish flourish in its waters, no birds fill the air with their songs. The sea is well named, Dead.

 

Kita bisa menyajikan ilustrasi yang tidak terhitung, tetapi satu lagi cukuplah. Di Israel ada dua laut, satu adalah laut Galilea, yang lain ialah laut Mati. Laut Galilea dikelilingi oleh vegetasi subur, burung-burung menyemarakkan udara dengan nyanyian mereka, ikan-ikan memenuhi airnya. Mengapa laut Galilea padat dengan kehidupan? Karena dia menerima airnya dari sungai Yordan di sebelah utara, kemudian dia memberikan airnya ke sebelah selatan. Dia menerima untuk memberi. Air senantiasa mengalir sehingga kehidupan juga senantiasa mengalir. Tetapi di sebelah selatan laut Galilea, itu laut Mati. Kumpulan air di sini menerima tetapi tidak menyalurkan. Hasilnya adalah daerah yang kering gersang dan tidak berkehidupan, tidak ada hijau-hijauan yang subur menghiasi tepiannya, tidak ada ikan yang memenuhi airnya, tidak ada burung yang memenuhi udara dengan nyanyiannya. Nama laut itu tepat, Mati.

 

 

The area of life where people have the most difficulty to apply the principle of giving, the Law of service and selflessness, is money. And so now we're going to talk a little bit about money, because it's one of the big problems that people have in the world today. The apostle Paul perceptively stated, Now godliness…” notice the mystery of godliness,  “…godliness with contentment is great gain. For we brought nothing into this world…” because we came in naked,  “…we brought nothing into this world and it is certain we can carry nothing out.  And having food and clothing…” that is the basics  “…with these we shall be…” what?   “…content.  But those who desire to be rich fall into temptation and a snare, and into many foolish and harmful lusts which drown men in destruction and perdition. 10 For the love of money is a root of all kinds of evil, for which some have strayed from the faith in their greediness, and pierced themselves through with many sorrows.”

 

Bagian kehidupan di mana manusia paling sulit mengaplikasikan prinsip memberi, Hukum Pelayanan dan penyangkalan diri, adalah uang. Maka sekarang kita akan bicara sedikit tentang uang karena itu salah satu masalah besar yang dipunyai manusia di dunia sekarang ini. Rasul Paulus menyatakan dengan hikmat, 6 Nah, kesalehan…” simak misteri kesalehan, “…kesalehan disertai rasa cukup, adalah keuntungan besar.  7 Sebab kita tidak membawa apa pun ke dalam dunia ini…”  karena kita dilahirkan telanjang,  “…kita tidak membawa apa pun ke dalam dunia ini dan pasti kita tidak dapat membawa apa-apa ke luar. 8 Dan ada makanan dan pakaian…” itu kebutuhan dasarnya,   “…kita harus…”  apa?   “…puas dengan itu. 9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan dan jerat, dan ke dalam banyak nafsu yang bodoh dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam kehancuran dan kebinasaan. 10 Sebab cinta uang adalah akar segala jenis kejahatan, yang karenanya beberapa orang telah menyimpang dari iman dalam keserakahan mereka, dan menikam diri sendiri  dengan banyak duka.” (1 Timotius 6:6-10)

 

 

I have pretty much reached the conclusion that this world has two kinds of people:

ü    the rich

ü    and those who envy the rich.

It is so difficult for us to realize that God gives us all of the necessary resources to make money. Deuteronomy 8:18 God said, “Israel, remember, that I’m the one who gives you the power to get rich.”

God gives us life, He gives us time, He gives us health, He gives us talents, and He gives us intelligence, with which we can make money.  Sadly, most people hoard the money for selfish purposes.

 

Saya telah mencapai kesimpulan bahwa di dunia ini ada dua jenis manusia:

ü    yang kaya,

ü    dan mereka yang iri hati pada orang kaya.

Begitu sulitnya bagi kita untuk menyadari bahwa Allah memberi kita semua sarana yang dibutuhkan untuk menghasilkan uang. Ulangan 8:18 Allah berkata, “Israel, ingatlah Akulah yang memberi kamu kuasa untuk menjadi kaya.”

18 Dan haruslah engkau ingat TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, supaya Ia boleh meneguhkan perjanjianNya, yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”

Allah memberi kita hidup, Dia memberi kita waktu, Dia memberi kita kesehatan, Dia memberi kita talenta, dan Dia memberi kita intelijensia dengan mana kita bisa menghasilkan uang. Sayang, banyak orang menimbun uang untuk tujuan yang egois.

 

 

Jesus had more to say about money than any other subject because He knew that money has the potential to be a great blessing or an incredible curse.  The masses today are living out the parable of Jesus about the man who built ever larger barns, to house what he called “his” grain.  Like the rich man in the parable of the rich man and Lazarus, this man lived sumptuously while the needy suffered want.

 

Yesus banyak bicara tentang uang lebih daripada subjek yang lain karena Dia tahu bahwa uang punya potensi untuk menjadi berkat yang besar atau kutukan yang luar biasa. Masyarakat hari ini sedang menghidupkan perumpamaan yang dikisahkan Yesus tentang orang yang terus membangun lumbung-lumbung yang semakin besar untuk menyimpan apa yang disebutnya gandum “miliknya”. Seperti orang kaya di perumpamaan orang kaya dan Lazarus, orang ini juga hidup dengan mewah sementara yang miskin menderita kekurangan.

 

 

Let's read the passage, it's found in Luke 12:15-21, 15 And He said to them, ‘Take heed and beware of covetousness, for one’s life does not consist in the abundance of the things he possesses.’…” What would it be like if the world lived according to that? You know, you look for example at Jeff Bezos of Amazon, huge mega corporation. You know people consider he's very successful. But Jesus said that one's life does not consist in the abundance of what you possess. “…16 Then He spoke a parable to them, saying,…” ~ now He's going to illustrate this principle, “…‘The ground of a certain rich man yielded plentifully. 17 And he thought within himself, saying, ‘What shall I do, since I have no room to store my crops?’ 18 So he said, ‘I will do this: I will pull down my barns and build greater, and there I will store all my crops and my goods…”  the pronoun tells us pretty much what his perspective of money was. “…19 And I will say to my soul, ‘Soul, you have many goods laid up for many years; take your ease; eat, drink, and be merry.’…” that's his perspective eat, drink, and be merry. But what was God’s perspective?  “…20 But God said to him, ‘Fool! This night your soul will be required of you; then whose will those things be which you have provided?’…”  then who will own what you had in life? “…21 So is he who lays up treasure for himself, and is not rich toward God.”

Today the barn is the stock market, the bank, or the mattress. The future plans of this man were dashed when he lost his soul.

 

Mari kita  baca kutipannya yang terdapat di Lukas 12:15-21, 15 Dan Dia berkata kepada mereka, ‘Hati-hati dan waspadalah terhadap ketamakan, sebab hidup seseorang tidak terdiri atas kelimpahan benda-benda yang dimilikinya.’…”  Seperti apa dunia ini jika seluruh dunia hidup seperti itu? Kalian tahu, misalnya kalian lihat Jeff Bezosnya Amazon, korporasi yang mahamega. Orang-orang menganggap dia sangat sukses. Tetapi Yesus berkata kehidupan seseorang tidak terdiri atas kelimpahan yang dimilikinya. “…16 Kemudian Ia mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka, kata-Nya,…”  Sekarang Yesus akan mengilustrasikan prinsip ini, “…‘Tanah seseorang yang kaya menghasilkan berlimpah-limpah. 17 Dan ia berpikir dalam hatinya, mengatakan, ‘Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan hasil bumiku?’ 18 Lalu katanya, ‘Aku akan melakukan ini: aku akan membongkar lumbung-lumbungku dan membangun yang lebih besar; dan di sana aku akan menyimpan semua hasil bumiku dan barang-barangku…” kata ganti orangnya menunjukkan kepada kita dengan jelas bagaimana perspektifnya terhadap uang. “…19 Dan aku akan berkata kepada nyawaku, ‘Nyawaku, kamu punya banyak barang yang tertimbun untuk banyak tahun; bersantailah, makan, minum, dan bersenang-senanglah!’…”  itu perspektifnya, makan, minum, bersenang-senang. Tapi perspektif Allah apa? “…20 Tetapi Allah berkata kepadanya, ‘Bodoh! Malam ini juga nyawamu akan diambil darimu, lalu menjadi milik siapa barang-barang yang telah kausediakan?…”  lalu siapa yang akan memiliki apa yang kaupunya saat hidup?  “…21 Demikianlah orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, dan yang tidak kaya bagi Allah.’…”

Hari ini lumbung adalah bursa saham, bank, atau uang tunai yang disimpan di rumah. Rencana masa depan orang ini hancur ketika dia kehilangan nyawanya.

 

 

Jesus rightly said,  19 Do not lay up for yourselves treasures on earth, where moth and rust destroy and where thieves break in and steal; 20 but lay up for yourselves treasures in heaven, where neither moth nor rust destroys and where thieves do not break in and steal. 21 For where your treasure is, there your heart will be also.” So this is a matter of the heart, it's not a matter of money, it's a matter of how your heart considers money.

 

Yesus mengatakan dengan tepat, 19 Janganlah mengumpulkan bagimu sendiri harta di bumi; di mana ngengat dan karat menghancurkan dan di mana pencuri masuk dan mencurinya. 20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di mana ngengat dan karat tidak menghancurkan dan pencuri tidak masuk dan mencurinya. 21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu.” (Matius 6:19-21) Jadi ini adalah masa hati, ini bukan masalah uang, ini masalah bagaimana hati kita memandang uang.

 

 

Now the question is, how do we lay up treasures in heaven? How can we send our money up there if presently we live on earth? I think you already know the answer. We can invest in His cause here on earth, which will pay dividends in souls that will shine as the stars throughout eternity. We send our money to heaven in advance, by investing our money in God’s cause and winning souls that will shine forever as the stars of heaven. Jesus reaffirmed the Law of the Tithe in the New Testament, and not only tithes, but offerings we’re going to see.

 

Nah, pertanyaannya ialah bagaimana kita bisa menabung harta di Surga? Bagaimana kita bisa mengirim uang kita ke atas sana jika saat ini kita hidup di dunia? Saya pikir kalian sudah tahu jawabannya. Kita bisa berinvestasi dalam pekerjaanNya di dunia sini. Kita kirimkan uang kita ke Surga lebih dulu dengan menginvestasikan uang kita dalam pekerjaan Allah, dan memenangkan jiwa yang akan selamanya bercahaya seperti bintang-bintang di langit. Yesus meneguhkan Hukum Persepuluhan dalam Perjanjian Baru, dan bukan hanya persepuluhan, tetapi persembahan juga seperti yang akan kita lihat.

 

 

Jesus assailed the scribes and Pharisees for their external and ostentatious religion. Everything they did had the purpose of exalting themselves and serving themselves, and earning salvation. There is nothing wrong with proper external behavior as long as it comes from the heart. Jesus told the Pharisees regarding the tithe because they were strict tithe returners, if you please, but they returned it with the wrong motivation. Jesus said to them, 23 Woe to you, scribes and Pharisees, hypocrites! For you pay tithe of mint and anise and cummin, and have neglected the weightier matters of the Law: justice and mercy and faith…” and then Jesus says, you need both. “…These…” that is justice, mercy, and faith “…you ought to have done, without leaving the others…”  which is tithing the mint, the dill, and the cumin “…undone…”

So we are to return the tithe, but the tithe is to be returned with the heart of justice, mercy, and faith.

 

Yesus menyerang para ahli Taurat dan orang Farisi tentang keagamaan mereka yang dipamerkan secara lahiriah (Matius 23:23-28). Segala yang mereka lakukan tujuannya untuk meninggikan mereka sendiri demi kepentingan mereka dan untuk mendapatkan keselamatan. Tidak ada yang salah dengan sikap lahiriah yang benar asalkan itu datang dari hati. Yesus memberitahu orang-orang Farisi mengenai persepuluhan karena mereka adalah pengembali persepuluhan yang ketat, tetapi mereka mengembalikannya dengan motivasi yang salah. Yesus berkata kepada mereka, 23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, orang-orang munafik! Sebab kamu mengembalikan persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan, tetapi telah mengabaikan yang lebih penting dalam Hukum Taurat: keadilan, dan belas kasihan, dan iman…” Lalu Yesus berkata, kalian butuh keduanya, “…Ini…” yaitu keadilan, belas kasihan dan iman,   “…harus kamu lakukan, tanpa membiarkan yang lain…” yaitu mengembalikan persepuluhan atas selasih, adas manis dan jintan “…tidak dilakukan…” (Matius 23:23).

Jadi kita harus mengembalikan persepuluhan, tetapi persepuluhan itu dikembalikan dengan hati yang berkeadilan, berbelas kasihan, dan beriman.

 

 

During His ministry, Jesus did not give explicit commands to keep the Sabbath or to tithe. Nowhere do you find in the New Testament Jesus says, “Remember to tithe. Remember to keep the Sabbath.” No, He didn't say that. Does this mean that we are no longer to keep the Sabbath and return the tithe? Of course not. The reason why Jesus did not give an explicit command is that all the Jews claim to be keeping the Sabbath, and they claim to be tithing. No need to beat a dead horse, to use the expression. All the Jews claimed to be keeping the Sabbath and tithing, however, they were doing it with the wrong spirit.

 

Selama ministriNya Yesus tidak memberikan perintah eksplisit untuk memelihara Sabat atau mengembalikan persepuluhan. Kita tidak menemukan di Perjanjian Baru Yesus berkata, “Jangan lupa mengembalikan persepuluhan. Jangan lupa memelihara Sabat.” Tidak, Yesus tidak berkata begitu. Apakah itu berarti kita tidak lagi perlu memelihara Sabat dan mengembalikan persepuluhan? Tentu saja tidak. Alasannya mengapa Yesus tidak memberikan perintah eksplisit tersebut ialah karena semua orang Yahudi mengklaim sebagai pemelihara Sabat dan mereka mengklaim mengembalikan persepuluhan. Tidak ada gunanya mencambuki kuda yang sudah mati, ibaratnya ungkapan itu. Semua orang Yahudi mengklaim memelihara Sabat dan mengembalikan persepuluhan, namun mereka melakukannya dengan semangat yang salah.

 

 

Jesus attempted to restore the Sabbath and the tithe to their original meaning. The New Testament explicitly repeats the Law of the Tithe in other passages as well.

You know I’ve always met people who say, “Pastor Bohr, I simply cannot make ends meet if I tithe.”

And you know what I tell them? I say, “I can give you a way in which you can tithe and make all ends meet.”

And they say, “Well, what can I do?”

I say, “Return your tithe first, and then God promises what? God promises that He will provide for your needs, as long as we are good administrators.” It doesn't mean that we spend on this, we spend on that, we don't have enough money to tithe, we say, “Well, the Lord said that if I tithed, that I was going to get everything in return.” But we're getting in debt. We also have to be responsible.

 

Yesus berusaha mengembalikan Sabat dan persepuluhan ke makna mereka yang semula. Perjanjian Baru secara eksplisit mengulangi Hukum Persepuluhan di ayat-ayat yang lain.

Kalian tahu, saya selalu bertemu orang-orang yang berkata, “Pastor Bohr, saya benar-benar tidak bisa mencukupkan uang saya jika saya mengembalikan persepuluhan.”

Kalian tahu apa yang saya katakan kepada mereka? Saya katakan, “Saya bisa memberi kalian cara untuk bisa mengembalikan persepuluhan dan mencukupkan semua kebutuhan.”

Dan mereka berkata, “Nah, apa yang bisa saya lakukan?”

Kata saya, “Kembalikan persepuluhanmu dulu, lalu Allah berjanji apa? Allah berjanji Dia akan menyediakan keperluanmu, asalkan kita adalah pengelola yang baik.” Tidak berarti kita lalu belanja ini, belanja itu. Kita tidak punya cukup uang untuk persepuluhan, kita berkata, “Nah, kan Tuhan bilang jika saya mengembalikan persepuluhan kita akan mendapat semuanya sebagai gantinya.” Kita malah terjebak utang. Kita sendiri juga harus bertanggungjawab.

 

 

Now Jesus also spoke about what our attitude should be when we give offerings. Notice this passage that we find in Mark 12:41 to 44.  41 Now Jesus sat opposite the treasury and saw how the people put money into the treasury. And many who were rich put in much…” this is something that could be observed, right? Because Jesus was watching, the disciples were seeing it too. So the rich people were coming by and they were putting in great sums of money and probably those who are present says, “Wow! That person really gave a lot of money.” Verse 42,  “…42 Then one poor widow came and threw in two mites, which make a quadrans…” an insignificant amount  “…43 So He called His disciples to Himself and said to them, ‘Assuredly, I say to you that this poor widow has put in more than all those who have given to the treasury; 44 for they all put in out of their abundance, but she out of her poverty put in all that she had, her whole livelihood.’…”

Listen carefully now, sacrifice is not measured by how much we give, but by how much we have left after we have given. God considers the quality of the gift more important than the quantity. Proportionately this widow gave more than all the rest because they gave a part of what they had, whereas she gave what? Everything. She gave all.

 

Nah, Yesus juga bicara tentang bagaimana sikap kita seharusnya saat kita memberikan persembahan. Simak kutipan ini yang ada di Markus 12:41-44. 41Suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang-orang memasukkan uang ke dalam peti itu. Dan banyak orang kaya memasukkan jumlah yang besar…” Ini sesuatu yang bisa diamati, benar? Karena Yesus melihatnya, murid-murid melihatnya juga. Jadi orang-orang kaya datang dan lewat dan mereka memasukkan banyak uang, dan kira-kira orang-orang yang ada di sana berkata, “Wow! Orang itu benar-benar memberikan banyak uang.” Ayat 42, “…42 Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit…”  jumlah yang sangat tidak berarti. “…43 Maka Dia memanggil murid-murid-Nya mendekatiNya dan berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, janda miskin ini telah memberi lebih banyak daripada semua orang yang memberi ke dalam peti persembahan. 44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahan mereka, tetapi janda ini dari kekurangannya, telah memasukan semua yang ada padanya, seluruh penghasilannya. …” 

Dengarkan baik-baik, pengorbanan tidak diukur dari berapa banyak yang kita beri, melainkan dari berapa banyak yang tersisa yang ada pada kita setelah kita berikan. Allah menganggap kualitas pemberian itu lebih penting daripada kuantitasnya. Secara proporsional si janda memberikan lebih banyak daripada semua orang lain karena orang-orang lain memberikan sebagian dari milik mereka sementara si janda memberikan apa? Segalanya. Semua yang dimilikinya.

 

 

In Luke 4:25-26 Jesus spoke approvingly of another widow. As she was preparing her last meal, the widow gave a small portion first to God’s prophet, now that appeared to be pretty selfish, didn't it? Elijah says to the widow, you know she's picking up a few sticks and she's going to make her last meal for her and for her son; and the prophet comes, he says to the woman, “Prepare what you're going to prepare your last meal, but you give me a small loaf of bread first.” Boy, what a selfish guy!

Who is the tithe supposed to pay? It's supposed to remunerate those who work in the preaching of gospel.  Elijah was God’s prophet, and so he says, “Give me the small portion first.” And listen to what I say. Whenever God makes a requirement, He also gives a promise in connection with the requirement. He said to the widow, “If you do what I say, you give me the small portion first, I assure you that the oil and the flour will not disappear from you until it rains again on the earth.”

Now the widow had to make a decision: bird in hand or two in the bush? Do I try? You know it doesn't sound reasonable that the oil and the flour is going to last until it rains on the earth again. Should I do it or should I not? She did, and the oil and the flour did not disappear from the barrels until it rained on the earth. God always with His biddings He gives us the enablings, and He promises a blessing.

Notice that Jesus referred to this widow in the New Testament. Let's read Luke 4:25 and 26, “ 25 But I tell you truly, many widows were in Israel in the days of Elijah, when the heaven was shut up three years and six months, and there was a great famine throughout all the land; 26 but to none of them was Elijah sent except to Zarephath, in the region of Sidon, to a woman who was a widow.” Jesus noticed the spirit of this widow.

 

Di Lukas 4:25-26 Yesus bicara memuji seorang janda yang lain. Selagi si janda ini mau mempersiapkan makanannya yang terakhir (masa itu bencana kelaparan karena kekeringan), janda ini memberikan sepotong roti kecil lebih dulu kepada nabi Allah. Nah, itu tampaknya permintaan yang sangat egois dari Elia, bukan? Elia berkata kepada si janda yang sedang mengumpulkan ranting-ranting untuk mempersiapkan makanan yang terakhir bagi dirinya dan anak lelakinya; dan si nabi datang dan berkata kepada janda itu, “Siapkan apa yang akan kamu siapkan, makananmu yang terakhir, tetapi berikan lebih dulu sepotong roti itu kepadaku.” Astaga! Egois banget, bukan?

Persepuluhan itu untuk membiayai siapa? Itu untuk memberi imbalan kepada mereka yang bekerja dalam menyampaikan Injil. Elia adalah nabi Allah, maka dia berkata, “Berikan padaku lebih dulu rotinya.” Nah, dengarkan kata-kata saya. Setiap kali Allah membuat permintaan, Dia juga memberikan janji yang berkaitan dengan permintaan tersebut. Elia berkata kepada si janda, “Jika kamu melakukan apa kataku, kamu berikan lebih dulu rotinya kepadaku, aku jamin minyak dan tepungmu tidak akan habis hingga hujan turun lagi ke atas bumi.”

Sekarang si janda harus membuat keputusan: satu burung di tangan atau dua di semak-semak? Apa sebaiknya aku berikan? Kalian tahu, rasanya tidak masuk akal minyak dan tepung tidak akan habis hingga hujan turun ke bumi lagi. Haruskah aku atau tidak? Dia melakukannya, dan minyak dan tepungnya benar tidak habis dari tempayannya hingga hujan membasahi bumi lagi. Bersama dengan perintahNya, Allah selalu memberi kita kemampuan untuk melakukannya, dan Dia menjanjikan berkatNya.

Simak Yesus menyinggung tentang janda ini di Perjanjian Baru. Mari kita  baca Lukas 4:25-26, 25 Tetapi  Aku berkata sungguh-sungguh kepadamu, pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit ditutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika itu ada bencana kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26 Tetapi Elia tidak diutus kepada satu pun dari mereka, kecuali ke Sarfat, di tanah Sidon kepada seorang perempuan yang adalah janda.” Yesus melihat roh perempuan janda ini.

 

 

This same principle of giving and receiving is expressed in Malachi 3:10. You know why I tithe? I tithe simply because God says we're supposed to tithe. It's a matter of honesty, pure and simple. When we return the tithe, we're not being generous. “Oh I’m going to be generous with the Lord, I’m going to return 10% of my income.” No! No! You're not being generous when you tithe, you are being honest, because it belongs to Him.

Notice what it says here in Malachi 3:10, bring some of the tithes, oh thank you, okay, you're still awake. 10 Bring all the tithes into the storehouse, that there may be food in My house…”  that is in the temple “...and try Me now in this,’ says the Lord of hosts,…” so does God say bring all the tithes? Yes. Does He give a promise with it? Absolutely! He says, “…If I will not open for you the windows of heaven and pour out for you such blessing that there will not be room enough to receive it.” What a fantastic promise Jesus makes to those who are faithful in returning the tithe, and not only the tithes but also their offerings, because it says bring all the tithes and offerings into the storehouse, in the same passage. When we are faithful in giving or returning our tithes and offerings, we receive blessings so great that we have no room to receive them.

 

Prinsip yang sama memberi dan menerima dinyatakan di Maleakhi 3:10. Kalian tahu mengapa saya mengembalikan persepuluhan? Saya mengembalikan persepuluhan semata-mata karena Allah berkata kita harus mengembalikan persepuluhan. Itu masalah kejujuran, murni dan sederhana. Bila kita mengembalikan persepuluhan, kita bukannya bersikap murah hati. “Oh, saya akan bermurah hati kepada Tuhan, saya akan mengembalikan 10% dari penghasilan saya.” Tidak! Tidak! Kita bukan bersikap murah hati saat kita mengembalikan persepuluhan, kita bertindak jujur, karena itu milik Tuhan.

Simak apa kata Maleakhi 3:10, bawalah sebagian persepuluhan, oh, terima kasih, oke, kalian tidak tidur. 10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku…” maksudnya di Bait Allah,  “…dan ujilah Aku sekarang dalam hal ini,’ firman TUHAN semesta alam,…”  Jadi apakah Allah berkata supaya membawa semua persepuluhan? Ya. Apakah Dia memberikan sebuah janji bersamanya? Tentu saja! Dia berkata, “…‘kalau Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan suatu berkat kepadamu sedemikian besarnya hingga tak ada lagi tempat untuk menerimanya.Janji yang fantastis yang dibuat Yesus kepada mereka yang setia mengembalikan persepuluhan. Dan bukan hanya persepuluhan, tetapi persembahan juga karena dikatakan untuk membawa semua persepuluhan dan persembahan ke perbendaharaan di bacaan yang sama. Bila kita setia dalam memberi persembahan dan mengembalikan persepuluhan, kita akan menerima berkat yang sedemikian besarnya sampai kita tidak punya tempat untuk menaruh mereka.

 

 

Jesus said it was extremely difficult for a rich man to enter the kingdom of heaven not because it is sinful to be rich, but because the rich fall in love with their riches and neglect the needs of their fellow human beings who are less fortunate than them.

 

Kata Yesus amat sulit buat seorang yang kaya untuk masuk kerajaan Surga, bukan karena kaya itu dosa, tetapi karena orang yang kaya jatuh cinta pada kekayaan mereka dan mengabaikan kebutuhan sesama manusia yang kurang beruntung seperti mereka.

 

 

In your leisure, please study prayerfully and carefully Mark 10:17-31, the central lesson we are studying in this particular class is found repeatedly in this passage, that I hope that you will take time to read.

17 Now as He was going out on the road, one came running, knelt before Him, and asked Him, ‘Good Teacher, what shall I do that I may inherit eternal life?’

18 So Jesus said to him, ‘Why do you call Me good? No one is good but One, that is, God. 19 You know the commandments: Do not commit adultery, Do not murder, Do not steal, Do not bear false witness, Do not defraud, Honor your father and your mother.’ 

20 And he answered and said to Him, ‘Teacher, all these things I have kept from my youth.’

21 Then Jesus, looking at him, loved him, and said to him, ‘One thing you lack: Go your way, sell whatever you have and give to the poor, and you will have treasure in heaven; and come, take up the cross, and follow Me.’

22 But he was sad at this word, and went away sorrowful, for he had great possessions.

23 Then Jesus looked around and said to His disciples, ‘How hard it is for those who have riches to enter the kingdom of God!’ 24 And the disciples were astonished at His words. But Jesus answered again and said to them, ‘Children, how hard it is for those who trust in riches to enter the kingdom of God! 25 It is easier for a camel to go through the eye of a needle than for a rich man to enter the kingdom of God.’

26 And they were greatly astonished, saying among themselves, ‘Who then can be saved?’

27 But Jesus looked at them and said, ‘With men it is impossible, but not with God; for with God all things are possible.’

28 Then Peter began to say to Him, ‘See, we have left all and followed You.’

29 So Jesus answered and said, ‘Assuredly, I say to you, there is no one who has left house or brothers or sisters or father or mother or wife or children or lands, for My sake and the gospel’s, 30 who shall not receive a hundredfold now in this time—houses and brothers and sisters and mothers and children and lands, with persecutions—and in the age to come, eternal life. 31 But many who are first will be last, and the last first.’…”

 

Di waktu senggang kalian, pelajarilah dengan seksama disertai doa Markus 10:17-31, inti pelajaran yang sedang kita pelajari di kelas ini terdapat berulang-ulang di kutipan ini, yang saya berharap kalian akan meluangkan waktu untuk membacanya.

17          Nah, waktu Yesus berangkat meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seseorang berlari-lari, bertelut di hadapan-Nya, dan bertanya kepadanya, ‘Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat supaya aku boleh mewarisi hidup yang kekal?’

18          Maka Yesus berkata kepadanya, ‘Mengapa kau menyebut Aku baik? Tak seorang pun yang baik kecuali Satu, yaitu Allah.

19          Engkau tahu Perintah-perintah Allah: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan memberikan saksi dusta, jangan menipu, hormatilah ayahmu dan ibumu.’

20          Dan orang itu menjawab dan berkata kepada-Nya, ‘Guru, semuanya itu telah kuturuti dari mudaku.’

21          Lalu Yesus memandang padanya, mengasihinya, dan berkata kepadanya, Engkau masih kurang satu hal: pergilah menjual apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan memiliki harta di sorga; dan datanglah, angkatlah salib, dan ikutlah Aku."

22          Tetapi orang itu menjadi sedih mendengar kata-kata itu, lalu pergi dengan berduka, sebab ia punya banyak harta.

23          Lalu Yesus memandang sekeliling dan berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Alangkah sukarnya bagi mereka yang berharta untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.’

24          Dan murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya bagi mereka yang mengandalkan kekayaan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.

25          Lebih mudah bagi seekor unta melewati lubang jarum daripada bagi seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.

26          Dan mereka sangat tercengang, dan berkata di antara mereka sendiri, ‘Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?’

27          Tetapi Yesus memandang mereka dan berkata, ‘Bagi manusia itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab bagi Allah segala hal itu mungkin.’

28          Kemudian Petrus mulai berkata kepada Yesus, ‘Lihat, kami telah meninggalkan semua dan mengikut Engkau.’

29          Maka Yesus menjawab dan berkata, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, tidak ada satu orang pun yang telah meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapanya atau ibunya, atau anak-anaknya atau ladangnya, demi Aku dan Injil

30          yang tidak akan menerima kembali seratus kali lipat sekarang pada masa ini ~ rumah, dan saudara laki-laki, dan saudara perempuan, dan ibu, dan anak-anak dan ladang, dengan persekusi ~ dan di zaman yang akan datang, hidup yang kekal.

31          Tetapi banyak  yang pertama akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang pertama.’…”

               

 

Will you not plan to invest in the universal bank of heaven by being faithful to God in your time, talents,, material possessions and physical strengths? May God give us each such a heart.


Tidakkah kalian mau punya rencana untuk investasi di bank universal di Surga dengan setia kepada Allah dengan waktu, talenta, harta materi, dan kekuatan fisik kalian? Semoga Allah memberi kita masing-masing hati yang seperti itu.

 

 

So one of the fundamental beliefs of the Adventist church has to do with tithe and offerings, and so that's why we're dealing with that in this class.

 

Jadi salah satu keyakinan fundamental gereja Advent berkaitan dengan persepuluhan dan persembahan, itulah mengapa kita membahasnya di kelas ini.

 

 

But now we want to notice something that is related to this, you know, we are individuals who do not like to subject ourselves to other people. We don't like to take second place, we don't like another individual to rule over us. Who gives us the greatest example of being willing to subject himself to the will of another? Jesus Christ. Who gives us the greatest example of service to others and not to self? Jesus. In the next few minutes now we are going to take a look at the relationship between the Father and the Son.

 

Tetapi sekarang kita mau menyimak sesuatu yang terkait dengan ini. Kalian tahu, kita sebagai individu tidak suka tunduk kepada orang lain. Kita tidak suka menjadi yang nomor 2, kita tidak suka orang lain memerintah kita. Siapa yang memberikan teladan terbesar rela merendahkan dirinya untuk mematuhi kehendak yang lain? Yesus Kristus. Siapa yang memberi kita teladan terbesar dalam hal melayani orang lain dan bukan diri sendiri? Yesus. Sebentar lagi kita akan menyimak hubungan antara Bapa dengan Anak.

 

 

Let me ask you, are the Father and the Son equally God? Yes. Are They both omniscient? Are They both omnipotent? Are They on a level of equality? And yet here's the thing. The Son, even though the Son is equal to the Father in every aspect from eternity past, He has subjected Himself to the will of His Father. He has served the biddings of His Father even though He is equal to His Father. And there lies the greatness of Christ. You see, people think the greatness is really you know, occupying first place and lord it over people. But Jesus says, No! The greatest in the kingdom is the one who serves others, not the one who lords, but the one who serves. And He not only tells us that He exemplifies that.

 

Coba saya tanya, apakah Bapa dan Anak sama-sama Allah? Ya. Apakah Mereka sama-sama mahatahu? Apakah Mereka sama-sama mahakuasa? Apakah Mereka setara? Namun begitu, ini persoalannya. Sang Anak, walaupun Dia setara Bapa dalam segala aspek sejak kekekalan lampau, Dia telah menempatkan DiriNya di bawah kehendak BapaNya. Dia melayani perintah-perintah BapaNya walaupun Dia sederajat BapaNya. Dan di sanalah letak kebesaran Kristus. Kalian lihat, manusia menganggap kebesaran itu adalah menduduki tempat pertama dan memerintah orang-orang lain. Tetapi Yesus berkata, Tidak! Yang terbesar dalam kerajaan adalah dia yang melayani yang lain, bukan dia yang memerintah, melainkan dia yang melayani. Dan Dia tidak saja memberitahu kita tentang hal itu, Dia memberikan teladanNya seperti apa.  

 

 

Let's go first of all to creation.

Jesus Christ created, but whose will did He implement in creation? The will of the Father, the plan of the Father. In other words, the Son takes orders from the Father in the creation of this world, and also of all the heavenly hosts. Notice Revelation 4:11, we've read this before. It's when Jesus is ascending to heaven and He hasn't arrived yet. The Father is sitting on His throne, the heavenly creatures are singing a song of praise to the Father, and this is the song: “11 ‘You are worthy, O Lord, to receive glory and honor and power…”  now is the reason: “…for You created all things…” they're saying to God the Father, but now notice,  “…and by Your will they exist and were created.” So creation was by the will of whom? Of the Father. And who implemented the Father's will? Jesus.

 

Mari kita ke Penciptaan dulu.

Yesus Kristus yang mencipta, tetapi kehendak siapa yang diimplementasikanNya di Penciptaan? Kehendak Bapa, rancangan Bapa. Dengan kata lain Sang Anak menerima perintah Bapa dalam penciptaan dunia in, dan juga dalam penciptaan balatentara surgawi. Simak Wahyu 4:11 kita sudah pernah membaca ini. Ini bicara tentang ketika Yesus sedang naik kembali ke Surga dan Dia masih belum tiba. Bapa sedang duduk di takhtaNya, para makhluk surgawi sedang menyanyikan sebuah lagu pujian kepada Bapa, dan inilah nyanyian itu, 11 ‘Engkau layak, ya Tuhan, untuk menerima kemuliaan dan kehormatan dan kuasa;…”  sekarang ini alasannya, “…sebab Engkau yang telah menciptakan segala sesuatu;…”  mereka mengatakan kepada Allah Bapa, tetapi sekarang simak,  “…dan oleh  kehendakMu mereka ada dan telah diciptakan.’…” Jadi penciptaan itu oleh kehendak siapa? Kehendak Bapa. Dan siapa yang mengimplementasikan kehendak Bapa? Yesus.

 

 

Notice other texts that say the same thing. John 1:1-3, “1In the beginning was the Word…” that's Jesus  “…and the Word was with God, and the Word was God…”  They're both equally God. “… He was in the beginning with God. All things were made…” how? “…through Him, and without Him nothing was made that was made.”

 

Simak ayat-ayat lain yang mengatakan hal yang sama. Yohanes 1:1-3, 1 Pada mulanya adalah Firman…”  yaitu Yesus, “…dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah…”  Mereka sama-sama Allah.  “…2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan…”  bagaimana?  “…melalui Dia, dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi, dijadikan.”

 

 

Notice 1 Corinthians 8:6, “ yet for us there is one God, the Father, of whom are all things, and we for Him; and one Lord Jesus Christ, through whom are all things, and through whom we live.” So creation is of the Father through the Son.

 

Simak 1 Korintus 8:6, 6 namun bagi kita ada satu Allah, yaitu Bapa, yang dari-Nya asal segala sesuatu, dan kita ada bagi Dia; dan satu Tuhan Yesus Kristus, yang melalui Dia segala sesuatu ada, dan yang melalui Dia kita hidup…”  Jadi penciptaan itu dari Bapa melalui Anak.

 

 

Notice Colossians 1:15-17 not only the creation of this world was the work of Jesus implementing the plan of the Father, but also the creation of everything in the universe. It says there in Colossians 1:15-17 speaking about Jesus, “15 He is the image of the invisible God, the firstborn over all creation. 16 For by Him all things were created that are in heaven and that are on earth…” so who created the things in heaven? Jesus. All things it says, all things were created that are in heaven and that are on earth, “…visible and invisible, whether thrones or dominions or principalities or powers. All things were created…” notice this,  “…through Him and for Him. 17 And He is before all things, and in Him all things consist.” Jesus holds all things together in obedience to His Father's will.

 

Simak Kolose 1:15-17, bukan hanya penciptaan dunia ini karya Yesus yang mengimplementasikan rancangan Bapa, tetapi juga penciptaan segala sesuatu di alam semesta. Dikatakan di Kolose 1:15-17, bicara tentang Yesus, 15 Dia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, di atas semua ciptaan. 16 Karena oleh Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di Sorga dan yang ada di bumi…”  jadi siapa yang menciptakan segalanya di Surga? Yesus. “Segala sesuatu” dikatakan, segala sesuatu diciptakan yang ada di Surga dan yang ada di bumi, “…yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, apakah itu singgasana atau daerah kekuasaan, atau pemerintah, atau kekuasaan; segala sesuatu telah diciptakan…”  perhatikan ini,   “…melalui Dia dan untuk Dia. 17 Dan Ia yang mendahului segala sesuatu, dan di dalam Dia segala sesuatu terkandung…”  Yesus yang memegang segala menjadi satu demi mematuhi kehendak BapaNya.

 

 

Notice Hebrews 1:1-2, “1 God…” this is the Father, “…who at various times and in various ways spoke in time past to the fathers by the prophets, has in these last days spoken to us by His Son, whom…” notice this,  “…whom He has appointed…” who appointed who? The Father appointed Jesus, “…whom He has appointed heir of all things, through whom also He…” that is the Father  “…made the worlds.” 

 

Simak Ibrani 1:1-2, 1 Allah…”  ini adalah Bapa,   “…yang berbagai kali dan dalam pelbagai cara, di waktu lampau berbicara kepada nenek moyang kita melalui nabi-nabi, 2 pada hari-hari akhir ini telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya, yang…” simak ini, “…yang telah Ia tetapkan…” siapa yang menetapkan siapa? Bapa menetapkan Yesus, “…yang telah Ia tetapkan sebagai ahliwaris dari semuanya, yang melalui Dia juga Allah…”  yaitu Bapa, “…telah menjadikan dunia-dunia.”

 

 

So who would be the head honcho here? The Father. Probably we shouldn't express it that way.

Does Jesus have any problems saying, “Yeah, I’m equally God as You, why should I have to do Your dirty work? Why should I have to do creation?” No!  Jesus delights in doing the will of His Father. He delights in taking orders from His Father, He delights in the fact that His Father is His head, although that They are equal.  

 

Jadi siapa yang menjadi Big Boss di sini? Bapa. Mungkin kita tidak seharusnya memakai istilah ini.

Apakah Yesus merasa keberatan dan mengatakan, “Iya, Aku sama Allahnya dengan Engkau, mengapa Aku yang harus mengerjakan pekerjaanMu? Mengapa Aku yang harus mengerjakan penciptaan?” Tidak! Yesus bergemar melakukan kehendak BapaNya. Dia gemar melaksanakan perintah dari BapaNya. Dia senang akan fakta bahwa BapaNya menjadi kepalaNya walaupun Mereka setara.

 

 

By the way, who sent who to this world? Did the Father consent? Did the Son consent to the Father? Notice what we find in John 3:16, 16 For God so loved the world that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him should not perish but have everlasting life.” Jesus didn't say, “You want Me to go and die? Why don't You go?” No! It was delight for Jesus to follow the will of His Father, to do what His Father asked Him to do.

 

Nah, siapa yang mengutus siapa ke dunia ini? Apakah Bapa setuju? Apakah Anak setuju dengan Bapa? Simak apa yang kita lihat di Yohanes 3:16, 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang satu-satunya supaya barangsiapa yang percaya  dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal…” Yesus tidak berkata, “Engkau mau Aku yang pergi dan mati? Mengapa Engkau tidak pergi sendiri?” Tidak! Adalah sukacita bagi Yesus untuk mengikuti kehendak BapaNya, untuk melakukan apa yang diminta BapaNya kepadaNya untuk dilakukan.

 

 

By the way who prepared the body of Jesus? Notice Hebrews 10:5 through 7, Therefore, when He came into the world, He said,…” He's speaking to His Father now,  “…‘Sacrifice and offering You did not desire, but a body You have prepared for Me…” Who prepared the body of Jesus at the incarnation? The Father. “…In burnt offerings and sacrifices for sin You had no pleasure.’ Then I said, ‘Behold, I have come— In the volume of the book it is written of Me…”  and now notice “…To do Your will, O God.’…” Who incarnated who? The Father incarnated Christ. Was Christ okay with that? He came to do whose will? It says,  “To do Your will, O God”.

 

Nah, siapa yang menyiapkan tubuh Yesus? Simak Ibrani 10:5-7, 5 Karena itu ketika Ia datang ke dunia, Ia berkata…”  Dia sedang bicara kepada BapaNya sekarang,   “…‘Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki, tetapi Engkau telah menyediakan sebuah tubuh bagiKu…” siapa yang menyediakan tubuh Yesus untuk inkarnasiNya? Bapa. “…6 Dengan kurban bakaran dan kurban untuk dosa Engkau tidak berkenan.’ 7 Lalu Aku berkata, ‘Lihat, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku,…”  sekarang simak, “…untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah.’…” Siapa yang menginkarnasikan siapa? Bapa menginkarnasikan Kristus. Apakah Kristus setuju dengan itu? Dia datang untuk melaksanakan kehendak siapa? Dikatakan di sini, “…untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah.’”

 

 

Whom did Jesus exalt during His ministry? Let's read several verses.

John 14:28,   28 You have heard Me say to you, ‘I am going away and coming back to you.’ If you loved Me, you would rejoice because I said, ‘I am going to the Father,’ for My Father is greater than I.” Wow! What did Jesus say?  “My Father is greater than I”.

 

Yohanes 14:28, 28 Kamu telah mendengar Aku berkata kepadamu, ‘Aku akan pergi, dan akan datang kembali kepadamu.’ Jika  kamu mengasihi Aku, kamu akan bersukacita karena Aku katakan, ‘Aku akan pergi kepada Bapa-Ku’, sebab BapaKu lebih besar daripada Aku…”  Wow! Apa kata Yesus?   “…BapaKu lebih besar daripada Aku…”

 

  

Notice John 5:30, “ 30 I can of Myself do nothing. As I hear, I judge; and My judgment is righteous, because I do not seek My own will but the will of the Father who sent Me.

 

Simak Yohanes 5:30, 30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari DiriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil sebab Aku tidak menurut kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Bapa yang mengutus Aku.”

 

 

Notice John 6:38, “ 38 For I have come down from heaven, not to do My own will, but the will of Him who sent Me.” From whom did Jesus receive His orders? From the Father. Did He subject Himself to His Father? Yes. Did He serve rather than expect to be served? Absolutely!

 

Simak Yohanes 6:38, 38 Sebab Aku telah turun dari Sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku sendiri, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku…”  Dari siapa Yesus menerima perintahNya? Dari Bapa. Apakah Yesus menaklukkan DiriNya kepada BapaNya? Iya. Apakah Dia melayani dan bukan berharap untuk dilayani? Tentu saja!

 

 

What about when Jesus was in the garden, do you think that it would have been humanly speaking, desirable to escape from having to drink the cup of God’s wrath? Why didn't Jesus attempt to escape the cup of wrath that He was drinking? Well, because He had come to do whose will? He had come to do His Father's will.

Notice Matthew 26:39, 42 and 44. 39 He went a little farther and fell on His face, and prayed, saying, ‘O My Father, if it is possible, let this cup pass from Me; nevertheless, not as I will, but as You will.’…” Verse 42,”…42 Again, a second time, He went away and prayed, saying, ‘O My Father, if this cup cannot pass away from Me unless I drink it, Your will be done.’…” third time notice verse 44,  “…44 So He left them, went away again, and prayed the third time, saying the same words.”

Whose will did Jesus come to do? In Gethsemane, folks, He subjects Himself to His Father even to the point of drinking the cup of the Father's wrath because He was carrying upon Himself the sins of the whole world.

 

Bagaimana dengan ketika Yesus di taman Getsemani, menurut kalian apakah itu manusiawi untuk ingin lolos dari keharusan minum cawan murka Allah? Mengapa Yesus tidak berusaha meloloskan Diri dari cawan murka yang sedang diminumNya? Nah, karena Dia telah datang untuk melakukan kehendak siapa? Dia telah datang untuk melakukan kehendak BapaNya.

Simak Matius 26:39, 42, 44. 39 Dan Ia berjalan sedikit lebih jauh, lalu sujud dengan wajahNya sampai ke tanah dan berdoa, kata-Nya: ‘Ya Bapa-Ku, jika cawan ini boleh lewat dari Aku, biarlah begitu, namun demikian bukan kehendakKu, melainkan kehendakMu.’…”  Ayat 42,  “…42 Dia pergi lagi kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya, ‘Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lewat dariKu, kecuali  Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu.’…” Ketiga kalinya, simak ayat 44, “…44 Dan Ia meninggalkan mereka lalu pergi lagi dan berdoa untuk ketiga kalinya,  mengucapkan kata-kata yang sama…”  Yesus datang untuk melakukan kehendak siapa? Saudara-saudara, di Getsemani, Dia menundukkan DiriNya kepada BapaNya, bahkan hingga ke titik minum cawan murka Bapa karena  Dia sedang memikul Sendiri dosa-dosa seluruh dunia.

 

 

When Jesus prayed on the way to Gethsemane I want you to notice that He prayed that the Father glorify Him. He said, this is John 17:4 and 5, “ I have glorified You on the earth. I have finished the work which You have given Me to do. And now, O Father, glorify Me together with Yourself, with the glory which I had with You before the world was.” What is Jesus saying to the Father?  “glorify Me”. But Jesus was God, why would He have to have the Father glorify Him? Because Jesus decided to occupy the position of a servant, folks. He decided to serve even though He was equal to God, He did not consider equality with God as something to be grasped.

 

Ketika Yesus berdoa dalam perjalanan ke Getsemani, saya mau kalian perhatikan bahwa Dia berdoa agar Bapa memuliakan Dia. Dia berkata, ini di Yohanes 17:4-5, 4 Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi. Aku telah menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk Kulakukan. 5 Dan sekarang, ya Bapa, muliakanlah Aku bersama Diri-Mu dengan kemuliaan yang Kumiliki bersama-Mu sebelum dunia ada.”

Apa yang dikatakan Yesus kepada Bapa?  muliakanlah Aku”. Tetapi Yesus itu Allah, mengapa Dia minta Bapa memuliakan Dia? Karena Yesus telah memutuskan menempati posisi hamba, Saudara-saudara. Dia memutuskan untuk melayani walaupun Dia setara dengan Allah, Dia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sesuatu yang harus dipegangi erat-erat. (Filipi 2:6)

 

 

Who resurrected Jesus? we already took a look at this. Let's consider it again. It says in Luke 23:46, “ 46 And when Jesus had cried out with a loud voice, He said, ‘Father, into Your hands I commit My spirit.’  Having said this, He…” what?  “…He breathed His last.” To whom did Jesus command His spirit? He commended His spirit to His Father because who was going to resurrect Him? Who was going to call Him from the grave? The Father was going to call Him from the grave, as we notice in John 10:17 and 18. The New Testament tells us that God resurrected Jesus.

Notice Acts 13:30, “ 30 But God raised Him from the dead.”

Acts 13:37, “ 37 but He whom God raised up saw no corruption.”

Acts 17:31, 31 because He…” that is the Father  “…has appointed a day on which He will judge the world in righteousness by the Man whom He has ordained. He has given assurance of this…”  that is the Father has given us assurance of this “… to all by raising Him from the dead.”

 

Siapa yang membangkitkan Yesus? Kita sudah menyimak ini. Mari kita renungkan kembali. Di Lukas 23:46 dikatakan, 46 Dan ketika Yesus sudah berseru dengan suara nyaring, Dia berkata, ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku.’ Sesudah berkata demikian, Ia…”  apa?   “…mengembuskan napasNya yang terakhir…” 

Kepada siapa Yesus menyerahkan RohNya? Dia menyerahkan RohNya kepada BapaNya karena siapa yang akan membangkitkan Dia? Siapa yang akan memanggilNya keluar dari kubur? Bapa yang akan memanggil Dia dari kubur, seperti yang kita lihat di Yohanes 10:17-18. Perjanjian Baru memberitahu kita bahwa Allah Bapa yang membangkitkan Yesus.

Simak Kisah 13:30, “…30 Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati.”

Kisah 13:37, 37 Tetapi Dia (Yesus), yang dibangkitkan Allah, tidak melihat pembusukan.”

Kisah 17:31, 31 karena Ia…” yaitu Bapa “…telah menetapkan satu hari, pada waktu mana Ia akan menghakimi dunia dengan adil oleh Orang itu yang telah Dia tentukan. Dia telah memberi  jaminan akan hal ini…”  maksudnya Bapa telah memberi jaminan ini kepada kita, “…kepada semua orang dengan membangkitkan Dia (Yesus) dari antara orang mati.”

 

 

Now you understand that John 10:17 and 18 Jesus says, 18 …. I have the authority (power) to lay it down…” My life, “…and I have the authority (power) to take it again…” but in verse 18 He says, “…This authority (command) I have received from…” whom?  “…I have received from My Father.’…” Did the Father have to call Jesus from the tomb so that Jesus could take up the life that was within Himself? Absolutely! The Father is the One who is orchestrating all of this.

 

Sekarang kalian mengerti Yohanes 10:17-18 di mana Yesus berkata, 18 … Aku punya autoritas (wewenang) untuk menyerahkan…” hidupKu,…dan Aku punya autoritas untuk mengambilnya kembali…” Tetapi di ayat 18 Dia berkata, “…Autoritas ini telah Aku terima dari…”  siapa?  “…telah Aku terima dari Bapa-Ku.’ …” 

Apakah Bapa harus memanggil Yesus dari kubur supaya Yesus bisa mengambil kembali hidup yang dimilikiNya sendiri? Tentu saja! Bapalah yang mengatur semua ini.

 

 

Notice 1 Corinthians 15:15,  15 Yes, and we are found false witnesses of God…” that is, if Jesus didn't resurrect  “…because we have testified of God that He raised up Christ, whom He…” if He  “…did not raise up—if in fact the dead do not rise…” 

And then we have John 10:17 and 18, which is the text that I mentioned before.

 

Simak 1 Korintus 15:15, 15 Ya, dan kami didapati menjadi saksi palsu tentang Allah, …”  yaitu andai Yesus tidak bangkit,   “…karena kami telah bersaksi tentang Allah bahwa Ia telah membangkitkan Kristus, yang  tidak Dia bangkitkan, jika memang benar orang mati tidak bangkit…” 

Kemudian ada ayat-ayat Yohanes 10:17-18 yang sudah saya sebutkan tadi.

 

 

Now let me ask you when Jesus ascended to heaven, who exalted Him to heaven? The Father. Notice Philippians 2:5-11 this majestic passage of scripture, notice the movement in the passage,   Let this mind be in you which was also in Christ Jesus, who, being in the form of God…” that is having the very substance of God, the word μορφή [morphē] in Greek means the very substance of God, “…did not consider it robbery to be equal with God...” a better translation is, “did not consider equality with God as something to be hung on to, as something to be grasped,  but made Himself of no reputation, taking the form of a bondservant, and coming in the likeness of men. And being found in appearance as a man, He humbled Himself and became obedient to the point of death, even the death of the cross...” Who humbled Jesus? The Father didn't humble Jesus. He who humbles himself will be exalted. Somebody else is going to do the exalting but the humbling is your decision. So it says here, what do we have as a result of Jesus humbling Himself? It says here, “...but made Himself of no reputation... 8 ... He humbled Himself and became obedient...” obedient to whom? To the Father “...to the point of death, even the death of the cross...” Now what is the result? He who humbles himself will be exalted. So we've read about the humbling of Jesus. Now notice verse 9, “...Therefore…” Jesus went there and He says, “Father, I did it. Now give Me My position!”  No!  “…Therefore God also has highly exalted Him…”  Who exalted Him? The Father. “…and given Him the name…” who gave Him the name? The Father,   “…which is above every name, 10 that at the name of Jesus every knee should bow, of those in heaven, and of those on earth, and of those under the earth, 11 and that every tongue should confess that Jesus Christ is Lord, to the glory of God the Father.”

 

Sekarang coba saya tanya, ketika Yesus naik ke Surga, siapa yang mengangkatNya ke Surga? Bapa. Simak Filipi 2:5-11, ayat-ayat Kitab Suci yang luar biasa, simak gerakannya di ayat-ayat ini. 5 Hendaklah pikiran ini ada di dalam dirimu, yang juga ada di dalam Kristus Yesus,  6  yang dalam bentuk Allah…” artinya memiliki substansi Allah yang sama, kata μορφή [morphē] dalam bahasa Greeka berarti “substansi” Allah “…tidak menganggapnya merampok untuk menjadi setara dengan Allah…” terjemahan yang lebih baik ialah, “…tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sesuatu untuk dipertahankan, sesuatu untuk dipegangi erat-erat, 7 melainkan telah menjadikan Diri-Nya bukan apa-apa, mengambil bentuk seorang hamba, dan datang dalam keserupaan manusia.8 Dan didapati dalam keserupaan dengan manusia, Ia telah merendahkan Diri-Nya dan menjadi  taat sampai mati, bahkan kematian di kayu salib…”  Siapa yang merendahkan Yesus? Bapa tidak merendahkan Yesus. Orang yang merendahkan dirinya akan ditinggikan. Orang lain yang akan meninggikan, tetapi merendahkan diri itu keputusan kita sendiri. Jadi dikatakan di sini, apa hasilnya Yesus merendahkan DiriNya? Dikatakan di sini, “…7 melainkan telah menjadikan Diri-Nya bukan apa-apa,… 8… Ia telah merendahkan Diri-Nya dan menjadi  taat…” taat kepada siapa? Kepada Bapa, “…sampai mati, bahkan kematian di kayu salib…” Nah, apa akibatnya? Dia yang merendahkan dirinya akan ditinggikan. Jadi kita sudah membaca tentang Yesus merendahkan DiriNya. Sekarang simak ayat 9, “…9 Itulah sebabnya…” Yesus datang dan berkata, “Bapa, Aku sudah melakukannya. Sekarang berikan padaKu kedudukanKu!” Tidak! “…Itulah sebabnya  Allah juga telah sangat meninggikan Dia…” siapa yang meninggikan Dia? Bapa, “…dan mengaruniakan kepada-Nya nama…”  siapa yang memberiNya nama? Bapa,  “…yang di atas segala nama. 10 supaya pada nama Yesus, setiap lutut akan sujud, dari mereka yang ada di langit, dan dari mereka  yang ada di atas bumi, dan mereka yang ada di bawah bumi, 11 dan setiap lidah akan mengakui ‘Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa’.”

 

 

Are you starting to catch the picture of what the mystery of godliness is all about? In Acts 5:31 once again we're told that God exalted Jesus, “ 31 Him God has exalted to His right hand to be Prince and Savior, to give repentance to Israel and forgiveness of sins.”

 

Apakah kalian mulai menangkap gambaran misteri kesalehan itu tentang apa? Di Kisah 5:31 sekali lagi kita mendapat tahu bahwa Allah meninggikan Yesus, 31 Dia telah ditinggikan oleh Allah ke tangan kanan-Nya menjadi Pangeran dan Juruselamat untuk memberikan pertobatan kepada Israel dan pengampunan dosa.”

 

 

And then we have that verse in 1 Timothy 3:16. By the way this shows a sequence. First of all, we have descent, and then we have ascent.

 16 And without controversy great is the mystery of godliness: God was manifested in the flesh, justified in the Spirit, seen by angels, preached among the Gentiles, believed on in the world, received up in glory.”

1.    First of all “God was manifested in the flesh”, in other words, He was up there in the form of God, and now He takes human flesh,

2.    “justified in the Spirit”, that refers to His resurrection,

3.    “seen by angels”, that is His ascension,

4.    “preached among the gentiles”, that's the mission to the gentiles,

5.    “believed on in the world”, the result of the message,

6.    and when it says, “received up in glory”, it's referring to the time when He returns to heaven with the redeemed, and He's received in heaven in glory.

 

Lalu ada ayat di 1 Timotius 3:16, nah ini menunjukkan urut-urutannya. Pertama ada gerakan ke bawah, kemudian gerakan ke atas.

16 Dan tanpa pertentangan, memang sangat besarlah misteri kesalehan itu: Allah dimanifestasikan dalam daging, dibenarkan dalam Roh, dilihat oleh  malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, dipercayai di dunia, diterima di atas dalam kemuliaan.”

1.    Pertama  Allah dimanifestasikan dalam daging”, dengan kata lain Dia ada di atas sana dalam bentuk Allah dan sekarang Dia mengambil bentuk daging manusia,

2.    “dibenarkan dalam Roh” ini mengacu kepada kebangkitanNya,

3.    “dilihat oleh  malaikat-malaikat” ini kenaikanNya ke Surga,

4.    “diberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudiitu misi kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi,

5.    “dipercayai di dunia” akibat dari pekabarannya,

6.    dan ketika dikatakan diterima di atas dalam kemuliaan” ini mengacu kepada waktu ketika Dia kembali ke Surga bersama umat tebusan dan Dia diterima di Surga dalam kemuliaan.

 

 

Now let me ask you, is Jesus subject to the Father now? Or does Jesus go to heaven and say, “Well, Father, I did it. Now I want My position next to You back, and We'll be Co-Rulers.” No! Notice 1 Corinthians 11:3 this verse kept on coming up all the time when it came to the issue of women's ordination. You know that the word “headship” was a dirty word. Those who favored women's ordination did not like the word “headship” because if you have somebody that's your head, you're inferior. Now notice what it says, “ But I want you to know that the head of every man is Christ…” is that a bad thing? Would anybody ~ those who favor and those who are against women's ordination ~ would anyone disagree with that? No, that Christ is the head of every man, and “…the head of woman is man…”Aaah, that's not good! And now notice, “…and the head of Christ is God.” Now. Is that a bad thing? That's not a bad thing! The Son is subject to the Father even now. The Father is the head of Christ, so why it is a bad thing for the man to be the head of the woman?

 

Nah, coba saya tanya, apakah Yesus tunduk kepada Bapa sekarang? Atau apakah Yesus pergi ke Surga dan berkata, “Nah, Bapa, Aku sudah menyelesaikannya. Sekarang Aku minta kembali kedudukanKu di sebelahMu, dan Kita akan memerintah bersama-sama.” Tidak! Simak 1 Korintus 11:3, ayat ini selalu muncul bila ada pembahasan pentahbisan perempuan. Kalian tahu, kata “kepemimpinan” itu dianggap kata yang merendahkan. Mereka yang berpihak pada pentahbisan perempuan tidak suka dengan kata “kepemimpinan” karena jika ada yang menjadi kepala kita, berarti kita lebih rendah. Sekarang simak apa katanya, 3 Tetapi aku mau kamu tahu bahwa  Kepala dari setiap laki-laki ialah Kristus…”  apakah ini sesuatu yang buruk? Apakah ada orang, baik yang pro maupun yang anti pentahbisan perempuan, apakah ada yang tidak setuju dengan itu? Tidak, bahwa Kristus adalah Kepala setiap orang laki-laki dan “…kepala dari perempuan ialah laki-laki…”  Aaah, ini tidak bagus! Dan sekarang simak, “…dan Kepala dari Kristus ialah Allah…”  Sekarang. Apakah itu hal yang buruk? Itu bukan hal yang buruk! Anak tunduk kepada Bapa bahkan sekarang ini. Bapa adalah Kepala Kristus, jadi mengapa laki-laki kepala perempuan itu hal yang buruk?

 

 

By the way, the Father appointed Jesus as judge too. Jesus didn't say, “I’ll be the judge!” No! The Father did it. Notice. Two texts:

Acts 17:31, 31 because He…” the Father  “…has appointed a day on which He will judge the world in righteousness by the Man whom…” who has ordained? “…He has ordained. He has given assurance of this to all by raising Him from the dead.”

And John 5:26 and 27,   26 For as the Father has life in Himself, so He has granted the Son to have life in Himself, 27 and has given Him authority to execute judgment also, because He is the Son of Man.” 

Who gave Jesus the authority to execute judgment? The Father.

So who is leading in all of this? The Father.

That makes Jesus inferior, right? No!

Is He equal to the Father? Yes, but He is voluntarily subjected to His Father. He has chosen to minister, He has chosen to serve the will of His Father. Should we learn from this? Folks, we need to learn from this. The greatest person in the world is the person who descends to serve the needs of other people.

 

Nah, Bapa menetapkan Yesus sebagai Hakim juga. Yesus tidak berkata, “Aku yang akan menjadi hakim!” Tidak! Bapa yang melakukannya. Simak. Dua ayat:

Kisah 17:31, 31 karena Ia…”  Bapa   “…telah menetapkan satu hari, pada waktu mana Ia akan menghakimi dunia dengan adil oleh Orang itu yang…”  ditentukan oleh siapa?   “…telah Dia tentukan. Dia (Bapa) telah memberi  jaminan akan hal ini kepada semua orang dengan membangkitkan Dia (Yesus) dari antara orang mati.”

Dan Yohanes 5:26-27, 26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam Diri-Nya Sendiri, demikian juga Dia telah mengaruniakan Anak untuk mempunyai hidup dalam Diri-Nya Sendiri, 27 dan telah memberikan kepada-Nya autoritas untuk mengeksekusi penghakiman juga, karena Ia adalah Anak Manusia.” Siapa yang memberi Yesus autoritas untuk mengeksekusi penghakiman? Bapa.

Jadi siapa yang memimpin dalam semua hal ini? Bapa.

Itu membuat Yesus lebih rendah, benar? Tidak!

Apakah Dia sederajat Bapa? Ya, tetapi Dia secara sukarela tunduk kepada BapaNya. Dia telah memilih untuk melayani, Dia telah memilih untuk menuruti kehendak BapaNya. Haruskah kita belajar dari ini? Saudara-saudara, kita harus belajar dari ini. Orang yang paling besar di dunia adalah orang yang turun untuk melayani kebutuhan orang lain.

 

 

By the way, do you know that Jesus is going to subject Himself to His Father throughout eternity in the future? Really? Notice what we find. Yeah, we're going to the bottom of, oh! Let's not go there first, we have another couple of things before that.

 

Nah, tahukah kalian bahwa Yesus akan tunduk kepada BapaNya sepanjang masa kekekalan yang akan datang? Benarkah? Simak apa yang kita dapati. Ya, kita akan ke bagian bawah… Oh! Jangan ke sana dulu, masih ada dua hal sebelum itu.

 

 

Jesus will receive the kingdom from whom? Who gives the kingdom to Jesus? The Father. Let's read it. 13 I was watching in the night visions…” Daniel 7:13-14, “…and behold, One like the Son of Man, coming with the clouds of heaven! He came to the Ancient of Days, and they brought Him near before Him…” that is before the Father, “…14 Then to Him was given…” who would be giving it to Him? The angels? No! The Father. “…14 Then to Him was given dominion and glory and a kingdom, that all peoples, nations, and languages should serve Him. His dominion is an everlasting dominion, which shall not pass away, and His kingdom the one which shall not be destroyed.”  Who gives Jesus the kingdom in the investigative judgment? The Father.

 

Yesus akan menerima kerajaan dari siapa? Siapa yang memberikan kerajaan kepada Yesus? Bapa. Mari kita baca, 13 Sedang aku melihat dalam penglihatan malam itu…”  Daniel 7:13-14, “…dan lihat, Satu seperti Anak Manusia datang dengan awan-awan surgawi. Ia datang kepada Yang Lanjut Usia dan mereka membawaNya  dekat ke hadapan-Nya. …”  yaitu ke hadapan Bapa, “…14 Lalu kepadaNya diberikan…”  siapa yang memberikan kepadaNya? Para malaikat? Tidak! Bapa. “…14 Lalu kepadaNya diberikan kekuasaan dan kemuliaan dan sebuah kerajaan supaya semua suku, bangsa, dan bahasa harus mengabdi kepadaNya. KekuasaanNya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaanNya ialah kerajaan yang tidak akan dihancurkan…”  Siapa yang memberi Yesus kerajaanNya di penghakiman investigasi? Bapa.

 

 

When Jesus returns, in whose glory is Jesus going to return? Notice John 1:14, when He came to this world, 14 And the Word became flesh and dwelt among us, and we beheld His glory…” but whose glory is it? “….the glory as of the only begotten of the Father, full of grace and truth.”

 

Ketika Yesus datang kembali, dalam kemuliaan siapa Yesus akan datang? Simak Yohanes 1:14, ketika Dia datang ke dunia ini, 14 Firman itu telah menjadi daging dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya,…” tetapi kemuliaan siapa itu?   “…yaitu kemuliaan sebagai satu-satunya Anak dari  Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”

 

 

In Mark 8:38 it’s talking about the glory that He comes in, “ 38 For whoever is ashamed of Me and My words in this adulterous and sinful generation, of him the Son of Man also will be ashamed when He comes in…” whose glory?  “…in the glory of His Father with the holy angels.”

 

Di Markus 8:38 itu bicara tentang kemuliaan waktu Dia datang, 38 Karena itu, barangsiapa yang malu akan Aku dan akan perkataan-Ku di generasi yang tidak setia dan berdosa ini; Anak Manusia pun kelak malu akan orang itu apabila Ia datang dalam…”  kemuliaan siapa?  “…dalam kemuliaan Bapa-Nya, bersama malaikat-malaikat kudus.”

 

 

Notice Hebrews 1:1-3, “ 1 God, who at various times and in various ways spoke in time past to the fathers by the prophets, has in these last days spoken to us by His Son, whom He has appointed heir of all things, through whom also He made the worlds; who being the brightness of His glory…” The brightness of whose glory? Of the Father's glory  “…and the express image of His person, and upholding all things by the word of His power, when He had by Himself purged our sins, sat down at the right hand of the Majesty on high…”

 

Simak Ibrani 1:1-3, 1 Allah yang berbagai kali dan dalam pelbagai cara, di waktu lampau berbicara kepada nenek moyang kita melalui nabi-nabi, 2 pada hari-hari akhir ini telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai ahliwaris dari semuanya, yang melalui Dia juga Allah telah menjadikan dunia-dunia,  3 yang adalah terang kemuliaan Allah…” Terang kemuliaan siapa? Kemuliaan Bapa,  “…dan gambar yang persis dari pribadiNya, dan yang memelihara segala sesuatu dengan kuasa Firman-Nya, ketika oleh DiriNya sendiri Ia telah menghapuskan dosa kita,  duduk di sebelah tangan kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi…” 

 

 

And Jesus said in John 17:5 in that beautiful prayer on the way to Gethsemane,   And now, O Father, glorify Me together with Yourself, with the glory which I had with You before the world was.”

 

Dan Yesus berkata di Yohanes 17:5 di doaNya yang indah dalam perjalanan ke Getsemani,

5 Dan sekarang, ya Bapa, muliakanlah Aku bersama Diri-Mu dengan kemuliaan yang Kumiliki bersama-Mu sebelum dunia ada.”

 

 

And now we have the eternal submission in the future of the Son to the Father. 1 Corinthians 15:26-28, 26 The last enemy that will be destroyed is death. 27 For ‘He…”  and I put in brackets, you know, the syntax is somewhat complex, so I put in brackets who it's talking about. ”… 27 For ‘He…” that is the Father, “…has put all things under His…” that is Jesus' “…feet.’ But when He…” the Father  “…says ‘all things are put under Him,’…” that is under Jesus “…it is evident that He…” the Father
“…who put all things under Him…”
that is under Jesus  “…is excepted…” So is the Father under Jesus? No!  “…28 Now when all things are made subject to Him…” that is to Jesus,  “…then the Son Himself will also be subject to Him…” that is to the Father  “…who put all things under Him, that God…” the Father “…may be all in all.”  That's why Jesus is never going to take people into heaven that want to be first because God will have another  Lucifer  problem. He's only going to take people to heaven who are willing to serve and are willing to do what God tells them to do without complaining, to occupy the position of a servant.

 

Dan sekarang tentang kepatuhan abadi Anak kepada Bapa di masa depan. 1 Korintus 15:26-28, 26 Musuh yang terakhir, yang akan dibinasakan ialah maut. 27 Sebab ‘Dia…”  dan saya tulis dalam kurung, kalian tahu sintaksnya rada rumit, jadi saya tulis dalam kurung itu bicara tentang siapa. “…Sebab ‘Dia…” yaitu Bapa   “…telah meletakkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya’…”  kaki Yesus.   “…Tetapi ketika Dia…”  Bapa  “…mengatakan, bahwa ‘segala sesuatu telah diletakkan di bawahNya’…” yaitu di bawah Yesus, “…maka jelas bahwa Ia…” Bapa “…yang meletakkan segala sesuatu di bawahNya…”  yaitu di bawah Yesus, “…itu adalah pengecualian.…” Jadi apakah Bapa di bawah Yesus? Tidak! “…28 Nah, ketika segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Dia…”  di bawah Yesus,  “…maka Anak itu sendiri juga akan tunduk kepada Dia…”  yaitu kepada Bapa, “…yang telah meletakkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah…” Bapa “…boleh menjadi segala dalam semua…”  Itulah mengapa Yesus tidak akan pernah membawa ke Surga orang-orang yang mau menjadi nomor satu, karena Allah nanti akan punya problem Lucifer lagi. Dia hanya akan membawa ke Surga orang-orang yang rela melayani dan rela melakukan apa yang Allah perintahkan untuk melakukan tanpa mengeluh, untuk menempati kedudukan seorang hamba.

 

 

So we return to that statement of Jesus. 12 …. he who humbles himself…” ~ did Jesus humble Himself? “…will be exalted.” See? The person humbles himself, but then somebody else exalts him. So Jesus humbled Himself and the Father exalted Him. But what happens when a person exalts himself? See, you can also exalt yourself then somebody else is going to what? Somebody else, God is going to humble you.

 

Jadi kita kembali ke pernyataan Yesus,  12 dia yang merendahkan diri…”  apakah Yesus merendahkan DiriNya?   “…akan ditinggikan.(Matius 23:12)  Lihat? Orang itu sendiri yang merendahkan dirinya, tetapi kemudian orang lain yang meninggikannya. Jadi Yesus merendahkan DiriNya dan Bapa meninggikanNya. Tetapi apa yang terjadi bila seorang meninggikan dirinya? Lihat, kita juga bisa meninggikan diri kita, lalu orang lain yang akan apa? Orang lain, Allah, yang akan merendahkan kita.

 

 

Notice what it says here in Mark 9:33-35, 33 Then He came to Capernaum. And when He was in the house He asked them, ‘What was it you disputed among yourselves on the road?’…” the disciples were arguing along the road  “…34 But they kept silent, for on the road they had disputed among themselves who would be the greatest.  35 And He sat down, called the twelve, and said to them, ‘If anyone desires to be first, he shall be last of all and servant of all.’…”  Being a servant is greatness, lording it is diabolical. 

 

Simak apa katanya di sini di Markus 9:33-35, 33 Kemudian Dia datang ke Kapernaum. Dan ketika Yesus berada di dalam rumah, Ia bertanya kepada mereka, ‘Apa yang kamu perdebatkan di antara kamu di jalan?’…”  para murid sedang berdebat sepanjang jalan.   “…34 Tetapi mereka diam, sebab di jalan tadi mereka berdebat tentang siapa yang akan menjadi terbesar di antara mereka. 35 Lalu Yesus duduk, memanggil keduabelas murid itu, dan berkata kepada mereka, ‘Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, ia harus menjadi yang terakhir dari semuanya, dan pelayan dari semuanya.’ …”  Menjadi pelayan itu hal yang besar, bersikap menguasai itu jahat.

 

 

Now notice another text, Luke 14:7-11, So He told a parable to those who were invited, when He noted how they chose the best places, saying to them: 8 ‘When you are invited by anyone to a wedding feast, do not sit down in the best place, lest one more honorable than you be invited by him; and he who invited you and him come and say to you, ‘Give place to this man,’ and then you begin with shame to take the lowest place...” So you occupy the first place, the person comes, says, “Please go down to the lowest place.” Whoever exalts himself will be what?  Humbled. And then verse 10,  “…10 But when you are invited, go and sit down in the lowest place, so that when he who invited you comes, he may say to you, ‘Friend, go up higher.’…” Are you catching the picture?  “…Then you will have glory in the presence of those who sit at the table with you. 11 For whoever exalts himself will be humbled, and he who humbles himself will be exalted.”

 

Sekarang simak ayat yang lain. Lukas 14:7-11, 7 Maka Yesus menceritakan sebuah perumpamaan kepada mereka yang diundang, ketika Dia memperhatikan bagaimana mereka memilih tempat-tempat yang paling baik, dan berkata kepada mereka, 8 Kalau engkau diundang siapa pun ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat yang terbaik, sekiranya ada  orang yang lebih terhormat daripada kamu yang diundang olehnya, 9 dan dia yang mengundang engkau bersama dengan orang itu, datang dan berkata kepadamu, Berikan tempat ini kepada orang ini. Lalu engkau mulai dengan malu-malu mengambil tempat yang paling rendah…” Jadi kamu menempati tempat pertama, lalu orangnya datang dan berkata, “Tolong turun ke tempat yang paling bawah.” Siapa yang meninggikan diri akan diapakan? Direndahkan. Lalu ayat 10, “…10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah, supaya bila dia yang mengundangmu datang, mungkin dia berkata kepadamu,  ‘Sahabat, silakan naik lebih tinggi.’…” apa kalian menangkap gambarnya? “…Dengan demikian engkau akan dimuliakan di depan mata semua yang duduk di meja bersamamu. 11Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan; dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

 

 

What was the problem with the religious leaders in Christ's day? Oh they love to sit in Moses’ seat. They bound heavy burdens on the populace. They showed off their piety by the phylacteries, those little parchments with verses on them. They liked to take the best places in the synagogue. They loved to be greeted in the marketplaces. And they loved to be called “rabbi, rabbi”. That's the spirit of Satan. In Matthew 23:11-12 in that same context Jesus said,  11 But he who is greatest among you shall be your servant. 12 And whoever exalts himself will be humbled, and he who humbles himself will be exalted.”

 

Apa masalahnya dengan para pemimpin relijius di zaman Kristus? Oh, mereka suka duduk di kursi Musa. Mereka mengenakan beban-beban berat kepada masyarakat. Mereka memamerkan kesalehan mereka dengan filakteri mereka, catatan-catatan kecil yang berisikan ayat-ayat. Mereka suka mengambil tempat-tempat terbaik di sinagog. Mereka suka disapa di pasar-pasar. Dan mereka suka dipanggil “rabi, rabi”. Itu roh Setan. Di Matius 23:11-12 di konteks yang sama, Yesus berkata, 11 Tetapi dia yang terbesar di antara kamu, akan menjadi  pelayanmu. 12 Dan barangsiapa yang meninggikan diri, akan direndahkan; dan dia yang merendahkan diri, akan ditinggikan.”

 

 

People today tend to rank persons by their looks, the cars they drive, the house they live in, their educational degrees, their rank in society, their social status, the haves and the have-nots, their political party association, their gender, their nationality, their race, their caste, and whatever else. That's the way these days that people have the tendency of characterizing other individuals. But we should not do that. We should consider everyone in need of being served, not expecting to be served by them.

 

Manusia sekarang cenderung untuk menentukan kelas orang berdasarkan penampilan mereka, mobil yang mereka kendarai, rumah di mana mereka tinggal, gelar pendidikan mereka, tingkatan mereka dalam masyarakat, status sosial mereka, yang tajir dan yang tidak, asosiasi partai politik mereka, gender mereka, kebangsaan mereka, ras mereka, kasta mereka, dan segala apa yang lain. Beginilah keadaannya sekarang, manusia punya kecenderungan mengkarakterisasi orang lain Tetapi kita tidak seharusnya berbuat begitu. Kita harus beranggapan semua orang butuh diselamatkan, tidak berharap dilayani oleh mereka.

 

 

The central lesson was also expressed by James and by Peter.

In James 4:10, James wrote,  10 Humble yourselves…” who does the humbling? We do.  “…10 Humble yourselves in the sight of the Lord, and He will lift you up.”

1 Peter 5:6, Therefore humble yourselves under the mighty hand of God, that He may exalt you in due time…”

 

Inti pelajaran juga dinyatakan untuk Yakobus dan oleh Petrus.

Di Yakobus 4:10, Yakobus menulis, 10 Rendahkanlah dirimu…”  siapa yang merendahkan diri? Kita. “…10 Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan dan Ia akan meninggikan kamu.”

1 Petrus 5:6, 6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya Dia boleh meninggikan kamu pada waktunya.”

 

 

As I mentioned at the beginning of this lesson there is another mystery besides the mystery of godliness, it's the mystery of iniquity. We can clearly identify the characteristics of this mystery: self-love, greed, selfishness, self-centeredness, covetousness, and self-service. And its fruit is death. You'll notice in Isaiah 14:12 through 15, we have a description of the mystery of iniquity. 12 ‘How you are fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! How you are cut down to the ground, you who weakened the nations!...” and why?  “…13 For...” that means because  “…you have said in your heart: ‘I will ascend…” See, exalts himself, “…I will ascend into heaven, I will exalt my throne above the stars of God; I will also sit on the mount of the congregation on the farthest sides of the north;  14 I will ascend above the heights of the clouds, I will be like the Most High.’…” that's what you call upward mobility. But when you manifest upward mobility, God will take care to give you downward mobility, because the passage ends in verse 15, “…15 Yet you shall be brought…” what?  “…down to Sheol, to the lowest depths of the Pit.”

 

Seperti yang saya katakan pada awal pelajaran ini, ada misteri yang lain di samping misteri kesalehan, yaitu misteri kejahatan. Kita bisa dengan jelas mengidentifikasi karakteristik dari misteri ini: cinta diri, keserakahan, egoism, berpusat pada diri, mengingini milik orang lain, dan melayani kepentingan diri sendiri. Dan buahnya ialah kematian. Kalian simak di Yesaya 14:12-15, di mana ada deskripsi misteri kejahatan. 12 Betapa engkau sudah jatuh dari Surga, hai Lucifer (Bintang Fajar), putera fajar! Betapa engkau ditebang ke tanah, engkau yang telah melemahkan bangsa-bangsa!…” dan mengapa?   “…13 Oleh sebab…”  artinya karena “…engkau telah berkata dalam hatimu: ‘Aku akan naik…”  lihat, meninggikan dirinya,  “…’Aku akan naik  ke Surga, aku akan meninggikan takhtaku di atas bintang-bintang Allah, dan aku juga akan duduk di bukit pertemuan, di sisi yang paling jauh di sebelah utara. 14 Aku akan naik melampaui ketinggian awan-awan, aku akan menjadi seperti Yang Mahatinggi!’…”  ini yang disebut gerakan naik. Tetapi bila kita memanifestasikan gerakan ke atas, Allah akan mengaturnya untuk memberi kita gerakan ke bawah, karena ayat-ayat ini berakhir di ayat 15, “…15 Namun engkau akan dibawa…” apa?  “…turun ke Sheol (kubur), ke tempat yang paling dalam di liang kubur.”

 

 

Did we learn the lesson? So how about we go out and we serve? I pray that that is what we'll do.

 

Sudahkah kita belajar dari pelajaran ini? Jadi bagaimana kalau kita keluar dan kita melayani? Semoga itu adalah apa yang akan kita lakukan.

 

 

 

 

 

 

 24 12 24