WHAT
JESUS SAID
Part 18/24 - Stephen Bohr
THE END OF EVIL
https://www.youtube.com/watch?v=NuS2TkadL4k
Dibuka dengan doa.
We're going to study lesson number 17. Lesson number 17: What Jesus Said about The End of Evil. And we'll go through
the lesson just the way that we usually do. And we begin with a question, how
does the life of those who rejected Christ finally end?
There are three main possibilities of how life ends.
1. reincarnation
2. eternal soul survival in hell and
3. annihilation.
Now Christians reject the first possibility, so we will focus only on the
last two, that is the idea of an eternal soul surviving in hell, and
annihilation.
Those who believe in the eternal existence of the soul in the fires of
hell, generally use a parable of Jesus to support their view. The parable of
the rich man and Lazarus. Therefore we must carefully examine this story to
determine whether it can be taken as historical fact.
Kita akan mempelajari pelajaran # 17, Apa Kata Yesus
tentang Akhir dari Kejahatan. Dan kita akan membahas pelajarannya seperti yang
biasa kita lakukan. Kita akan mulai dengan sebuah pertanyaan, bagaimana hidup
mereka yang menolak Kristus akan berakhir?
Ada tiga kemungkingan bagaimana akhirnya hidup itu
berakhir:
1.
Reinkarnasi
2.
Nyawa yang baka terus hidup di neraka, dan
3.
Pemusnahan
Nah, orang Kristen menolak kemungkinan pertama, jadi kita
hanya akan fokus pada dua yang terakhir, yaitu konsep nyawa yang baka di neraka,
dan pemusnahan.
Mereka yang meyakini kebakaan nyawa dalam api neraka,
pada umumnya memakai sebuah perumpamaan Yesus untuk mendukung pandangan mereka.
Perumpamaan orang kaya dan Lazarus. Karena itu kita harus memeriksa kisah ini
dengan seksama untuk menentukan apakah kisah ini bisa dianggap sebagai fakta
sejarah.
We know that the story of the rich man and Lazarus is a parable because
Luke used the distinctive formula when he introduced the parables of Jesus, and
that is the phrase “there was a certain”. This was the way that Jesus began His
parables in the gospel of Luke.
Here's another example, Luke 16:1. “He also said to His disciples, ‘There was
a certain rich man who had a steward, and an accusation was
brought to him that this man was wasting his goods.” So notice once again how the parable
begins. In Luke this is the way the parables of Jesus begin: “There was a certain rich man”. So we know that this story in Luke 16 is a parable.
The Pharisees had a similar story to this one, and Jesus used it, but gave
it a surprising twist to teach a deep spiritual truth.
Kita tahu bahwa kisah orang kaya dan Lazarus adalah
sebuah perumpamaan karena Lukas menggunakan rumus yang jelas ketika dia memperkenalkan
perumpamaan-perumpamaan Yesus, dan itu adalah frase/ungkapan “Adalah seseorang
yang…”. Seperti
inilah Yesus mengawali perumpamaan-perumpamaanNya di Injil Lukas.
Ini ada contoh lain, Lukas 16:1, “1 Dan Yesus juga berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Adalah seseorang yang kaya, yang mempunyai seorang bendahara. Dan suatu tuduhan disampaikan kepadanya, bahwa
bendahara itu sedang menghabiskan barang-barangnya…’” Jadi simak sekali lagi bagaimana suatu perumpamaan itu dimulai. Di Injil Lukas beginilah cara
perumpamaan Yesus dimulai: “Adalah seseorang
yang kaya” jadi kita tahu bahwa kisah di Lukas 16 ini adalah
sebuah perumpamaan.
Orang-orang Farisi
punya cerita yang mirip kisah ini, dan Yesus memakai cerita mereka itu tetapi
dengan memberinya suatu pelintiran yang mengejutkan untuk mengajarkan kebenaran
spiritual yang mendalam.
Now certain Bible expositors claim that the story of the rich man and
Lazarus cannot be a parable because Jesus used the proper name “Lazarus”, and
Jesus never used proper names in His parables. The actors in the parables of
Jesus are always anonymous. Later in our story we will see that Jesus purposely used
the proper name Lazarus in this particular parable for a very good
reason, and we won't know that until we get to the end.
Nah, beberapa ekspositor (orang yang menjelaskan) Alkitab
mengklaim bahwa kisah orang kaya dan Lazarus tidak mungkin sebuah perumpamaan
karena Yesus menggunakan nama orang “Lazarus”, sedangkan Yesus tidak
pernah menggunakan nama orang dalam perumpamaan-perumpamaanNya. Para tokoh
dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus selalu tidak bernama. Nanti dalam
pembahasan kita akan melihat
bahwa Yesus sengaja menggunakan nama orang “Lazarus” khusus di perumpamaan ini
karena alasan yang sangat kuat, dan itu tidak akan kita ketahui hingga kita
tiba di bagian akhir pembahasan ini.
It is important to remember that Jesus addressed the parable to the Pharisees,
this is a very important detail, Jesus addressed the parable to the Pharisees.
Luke 16:14 the immediately preceding context makes this clear. It says there, “14 Now the
Pharisees, who were lovers of money, also heard all these things, and
they derided Him.” So immediately
before, the Pharisees are deriding Jesus. Now scholars agree that Luke wrote
his gospel to a Greek audience. This
fact makes it easier for us to understand why Luke is the only gospel where
this particular parable appears in his book. When Jesus originally told the
parable, the Pharisees were His target audience, as we can tell. However, it
would also have resonated with a Greek
audience. In contrast, if Jesus had addressed this parable to the Sadducees, He
would never have used it, because the Sadducees did not believe in life after
death. And so Jesus would never have told this parable to the Sadducees. He
would only tell it to the Pharisees ~ who we’re going to see ~ believed in
the immortality of the soul.
Penting untuk mengingat bahwa Yesus menujukan perumpamaan ini kepada orang-orang Farisi,
ini adalah detail yang sangat penting, Yesus mengalamatkan perumpamaan ini
kepada orang-orang Farisi. Lukas 16:14, konteks yang persis sebelumnya, membuat
ini jelas. Dikatakan di sana, “14
Nah, orang-orang Farisi yang mencintai uang, juga mendengar semua ini, dan mereka mencemooh Dia.” Jadi persis sebelumnya, orang-orang Farisi sedang
mengejek Yesus. Nah, pakar-pakar
Alkitab sepakat bahwa Lukas menulis injilnya kepada orang-orang Greeka. Fakta
ini membuat kita mudah mengerti mengapa Lukas adalah satu-satunya injil di mana
perumpamaan ini muncul. Ketika Yesus aslinya menceritakan perumpamaan ini,
targetNya adalah orang-orang Farisi seperti yang bisa kita lihat. Namun ini
juga cocok bagi para pendengar Greeka. Sebaliknya, perumpamaan ini tidak cocok
diberikan kepada orang-orang Saduki. Yesus tidak akan menyampaikan ini kepada
orang-orang Saduki karena mereka tidak percaya adanya kebangkitkan setelah
kematian. Maka Yesus tidak akan pernah memberikan perumpamaan ini kepada
orang-orang Saduki, Dia hanya menyampaikannya kepada orang-orang Farisi ~ yang akan kita lihat
nanti ~ percaya pada kebakaan nyawa.
In fact, Flavius Josephus who was a
Pharisee himself, who was born in the year 37 AD, described the anthropology of
the Pharisees, that is what the Pharisees believed about the doctrine of man. In
Wars of the Jews II page 14, we find Josephus'
description of the beliefs of the Pharisees, “they…” that is the Pharisees, “…believe that all souls are incorruptible
but that the souls of good men only are removed into other bodies, but that the
souls of bad men are subject to eternal punishment. But the Sadducees take away
the belief of the immortal duration of the soul and the punishments and rewards
in hades.”
The Bible confirms the words of Josephus regarding the beliefs of the
Pharisees and Sadducees on death and the afterlife. So in other words, the
Bible shows that what Josephus said is a true description of the anthropology
of the Pharisees. In Acts 23:8 it says, “ 8 For Sadducees say that
there is no resurrection—and no angel or spirit; but the Pharisees confess
both.”
Malah, Flavius Josephus, yang dirinya adalah seorang Farisi, yang lahir di
tahun 37 AD, menggambarkan antropologi orang-orang Farisi, yaitu apa yang
diyakini orang-orang Farisi tentang doktrin manusia. Di bukunya Wars of the Jews II hal. 14, kita mendapati deskripsi Josephus tentang keyakinan
orang-orang Farisi. “…Mereka…”
yaitu orang-orang Farisi, “…meyakini
bahwa semua nyawa itu baka, tetapi hanya nyawa orang-orang baik yang dipindahkan ke tubuh-tubuh lain, sementara
nyawa orang-orang jahat harus kena penghukuman kekal. Tetapi orang-orang Saduki
menyingkirkan keyakinan kebakaan nyawa dan penghukuman maupun pahala di hades (kubur). …”
Alkitab menguatkan kata-kata Josephus mengenai keyakinan orang-orang Farisi
dan Saduki tentang kematian dan kebangkitan. Jadi dengan kata lain, Alkitab
menunjukkan apa yang dikatakan Josephus adalah deskripsi yang benar tentang
antropologi orang-orang Farisi. Di Kisah 23:8 dikatakan, “8 Sebab orang-orang Saduki
mengatakan, tidak ada kebangkitan, dan tidak ada malaikat atau roh; tetapi
orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya ada.”
Jesus frequently used parables of His day and gave them an unexpected twist.
In fact many times He turned the stories of the Jewish rabbis upside down. Notice
the following rabbinical parable which already existed in Christ's day and
which Jesus used and gave it a surprising twist. I’m going to read this parable
now. The original source is Robert Johnston
Ministry Magazine, and the title of
the article is Twisting Their Tales, an
article written in 1985. “They parable a parable. Unto what is the matter like: It is like a king who hired many laborers. And along with them was one laborer who had worked for him many days. All the laborers went to receive their pay for the
day, and this one special laborer went also. He said to this one special
laborer: ‘I will have regard for you. The others, who have worked for me only
a little, to them I will give small pay. But you will receive a large recompense.’…”
Does this start ringing a bell of a parable
that Jesus told? But now the twist. “…Even so both
the Israelites and
peoples of the world sought their pay from
God. And God said to the Israelites, ‘My children,
I will have regard for you.
The peoples of the world have accomplished very little for Me, and I will give them but a small reward. But you will receive a large recompense.’
Therefore, it says: ‘And I will have regard for you.’…” (Robert
M. Johnston, Ministry, “Twisting
their Tales”, October, 1985)
Is there anything unusual about this parable? Da! Those who work a lot get
a lot, and those who work a little get a little. But what did Jesus
say in this parable? He says that everybody was paid the same. So
Jesus took their stories, and He turned them upside down. This parable shows a
striking similarity to one that Jesus told in Matthew 20:1 through 16. However,
Jesus turned the parable upside down because at the end of the day everyone was
paid the same amount. The Jews whom God called first, and the gentiles
whom He called last, would be rewarded not according to their works, but
according to God's grace.
Yesus sering memakai cerita-cerita di zamanNya dan memberi
perubahan yang mengejutkan mereka. Bahkan seringkali Dia memutar balikkan
cerita-cerita para rabi Yahudi. Simak perumpamaan para rabi yang sudah ada di
zaman Kristus, yang dipakai Yesus dan diubah di luar dugaan. Saya akan membacakan
perumpamaan itu. Sumbernya ialah dari Robert Johnston Ministry Magazine, dan judul artikel itu ialah Twisting Their Tales, sebuah artikel yang ditulis di tahun 1985. “…Mereka memperumpamakan sebuah perumpamaan. Seperti apa
masalah itu. Itu seperti seorang raja yang memperkerjakan banyak pekerja. Dan
bersama dengan mereka ada seorang pekerja yang telah bekerja baginya banyak
hari. Semua pekerja yang lain pergi menerima upah mereka hari itu, dan pekerja
yang satu yang istimewa ini juga datang. Raja itu berkata kepada pekerja
istimewa yang satu ini, ‘Aku akan menghargai kamu. Yang lain, yang hanya bekerja
sedikit bagiku, kepada mereka aku akan memberi upah kecil. Tetapi kamu akan
menerima imbalan yang besar…” Apakah ini mengingatkan kita
akan sebuah perumpaman yang diceritakan Yesus? Tetapi sekarang perubahannya. “…Seperti itu baik
bangsa Israel maupun bangsa-bangsa di dunia mencari upah mereka dari Allah. Dan
Allah berkata kepada bangsa Israel, ‘Anak-anakKu, Aku akan menghargai kamu.
Bangsa-bangsa di dunia hanya menyelesaikan sangat sedikit untukKu dan Aku akan
memberi mereka imbalan yang kecil. Tetapi kamu akan menerima imbalan yang
besar.’ Oleh karena itu dikatakan, ‘Dan Aku akan menghargai kamu.’ (Robert M.
Johnston, Ministry,
“Twisting
their Tales”, October, 1985).
Apakah ada yang ganjil pada perumpamaan ini? Da! Mereka yang
bekerja banyak, dan mereka yang bekerja sedikit. Tetapi apa kata Yesus dalam perumpamaan
ini? Yesus berkata bahwa semua orang
menerima upah yang sama. Jadi Yesus mengambil cerita-cerita
mereka dan Dia memutarbalikkan cerita-cerita itu. Perumpamaan ini menunjukkan
kemiripan yang mencolok dengan perumpaaan yang diberikan Yesus di Matius
20:1-16. Namun, Yesus memutarbalikkannya karena pada akhir hari, semua orang
dibayar jumlah yang sama. Orang-orang
Yahudi yang dipanggil Allah lebih dulu, dan bangsa-bangsa lain yang dipanggil
Allah terakhir, akan menerima imbalan bukan menurut
pekerjaan mereka, tetapi menurut kasih karunia Allah.
Flavius Josephus the Pharisee, wrote
a book called Discourse to the Greeks
Concerning Hades. Some scholars these days attribute
this story to the church father Hippolytus, but the fact that Jesus told a very
similar parable indicates that the story existed long before the time of
Hippolytus. In his work Josephus explained that hades was a subterraneous region that has two compartments:
Ø one compartment
or region contained a lake of unquenchable everlasting fire,
Ø and the other
was called “the bosom of Abraham”.
According to this view, when the wicked and the righteous
died, they were taken down a descent where there was a gate guarded by an
archangel, accompanied by a host of angels. At the gate the angels took the
wicked to the compartment on the left side where there was a lake of unquenchable
fire. There they were to suffer everlasting punishment.
On the other hand the angels guided the righteous to the compartment on the
right side where “the bosom of Abraham” was located. There was a great gulf
between the two regions that made it impossible for the righteous to pass to
the side of the wicked, or the wicked to pass to the side of the righteous.
Clearly Jesus was referring to the beliefs of the Pharisees because
Josephus was a Pharisee, and he had this work which I mentioned, the work is
titled Discourse to the Greeks Concerning Hades. So Jesus once again took the story and He used the story
to teach a deep spiritual truth.
Flavius Josephus seorang Farisi, menulis
sebuah buku berjudul Discourse to
the Greeks Concerning Hades. Beberapa pakar Alkitab
sekarang mengatributkan kisah ini kepada bapak gereja Hippolytus, tetapi
faktanya bahwa Yesus menceritakan perumpamaan yang sangat mirip,
mengindikasikan bahwa cerita ini sudah ada jauh sebelum zaman Hippolytus. Dalam
tulisannya, Josephus menjelaskan bahwa hades adalah sebuah wilayah di bawah permukaan
bumi yang punya dua bagian:
Ø Satu bagian atau wilayah berisikan lautan api kekal yang
tidak bisa dipadamkan.
Ø Dan yang lain disebut “dada Abraham”.
Menurut pandangan ini, ketika orang jahat dan orang benar
mati, mereka dibawa turun di mana ada sebuah pintu gerbang yang dijaga oleh satu
penghulu malaikat, didampingi oleh sepasukan malaikat. Di pintu gerbang
malaikat-malaikat itu membawa yang jahat ke bagian yang di sebelah kiri di mana
ada lautan api yang tidak bisa dipadamkan. Di sana mereka harus menderita
penghukuman kekal.
Di sisi lain, para malaikat membimbing mereka yang baik
ke bagian yang di sebelah kanan di mana terdapat “dada Abraham”.
Ada jurang pemisah yang sangat besar antara kedua wilayah
itu yang mustahil bisa dilewati mereka yang benar untuk menyeberang ke sisi
mereka yang jahat, atau yang jahat untuk menyeberang ke sisi yang benar.
Jelas, Yesus
mengacu kepada keyakinan orang-orang Farisi karena Josephus itu
seorang Farisi, dan dia punya tulisan yang sudah saya sebutkan, berjudul Discourse to the Greeks Concerning Hades. Maka sekali lagi Yesus mengambil cerita-cerita itu, dan
Dia menggunakan cerita-cerita itu untuk mengajarkan kebenaran spiritual yang
mendalam.
Jesus elsewhere made it clear that He did not believe in the theology of
the parable. According to Jesus both the righteous and the wicked remain in the tomb
until the resurrection. Jesus did not believe this idea, that you know,
the righteous go to the bosom of Abraham and the wicked go to a burning place.
Jesus did not believe that. Jesus believed that the wicked and the righteous
remain in the tomb until the resurrection. If the righteous go to heaven and
the wicked go to hell at death, why would Jesus call them forth from the grave
when He comes?
Notice John 5:28 and 29, “ 28 Do not
marvel at this; for the hour is coming in which all who are in the graves will hear His
voice 29 and come
forth…” so where are the righteous and the
wicked? In the grave. They're going to come forth from the grave “…—those who have done good, to the
resurrection of life, and those who have done evil, to the resurrection of
condemnation.” According to the
Scriptures the wicked will suffer the punishment of fire not when they die, but
at the end of the age.
The parable of
the rich man and Lazarus is the lone exception that seems to give the
impression that people go to a burning place at death, because Jesus was using
the beliefs of the Pharisees to make a point. These
were not the beliefs of Jesus, they were the beliefs of the Pharisees
to whom Jesus addressed the parable. Jesus did not contradict His own testimony
in other parables, or the rest of the New Testament.
Di ayat-ayat lain Yesus membuatnya jelas bahwa Dia tidak
meyakini theologi perumpamaan itu. Menurut
Yesus baik yang benar dan yang jahat tetap ada di dalam kubur hingga
kebangkitan. Yesus tidak mempercayai konsep bahwa yang benar
pergi ke dada Abraham, dan yang jahat pergi ke tempat yang terbakar. Yesus
tidak mempercayai itu. Yesus meyakini baik yang jahat maupun yang baik tetap
tinggal di dalam kubur hingga kebangkitan. Jika yang benar pergi ke Surga dan
yang jahat pergi ke neraka pada saat kematian, untuk apa Yesus memanggil mereka
keluar dari kubur ketika Dia datang?
Simak Yohanes 5:28-29, “28 Jangan
heran akan hal ini, sebab saatnya akan tiba,
di mana semua yang di dalam kubur akan
mendengar suaraNya, 29 dan akan bangkit…” jadi di mana yang
benar dan yang jahat? Di dalam kubur. Mereka akan keluar dari dalam kubur, “…mereka
yang telah berbuat baik, kepada kebangkitan
untuk hidup kekal; dan mereka yang telah berbuat jahat kepada kebangkitan untuk penghukuman…” Menurut Kitab
Suci, yang jahat akan menderita penghukuman api bukan pada waktu mereka mati,
tetapi pada akhir zaman.
Perumpamaan orang kaya dan
Lazarus adalah satu-satunya perkecalian yang seolah-olah memberikan kesan bahwa
manusia pergi ke tempat yang terbakar saat kematian, karena Yesus menggunakan
apa yang diyakini orang-orang Farisi untuk menekankan sebuah poin. Ini bukanlah
keyakinan Yesus, ini keyakinan orang-orang Farisi kepada siapa Yesus menujukan perumpamaanNya. Yesus tidak
mengkontradiksi kesaksianNya sendiri di ayat-ayat lain atau di seluruh kitab Perjanjian
Baru yang tersisa.
Notice the following examples of when people are cast into the fire not at death,
but at the end of the age. So Jesus did not believe the theology of the parable
that people go to a place of burning at death.
Notice first of all Matthew 13:40-43,
“ 40 As therefore
the tares are gathered and burned in the fire…” what do the tares represent? The wicked,
right?
“…so shall it be…” when people die? No! “…so shall it be…” when? “…at the end of this world. 41 The
Son of Man shall send forth His angels, and they shall gather out of His
kingdom all things that offend, and them which do iniquity; 42 And
shall cast them into a furnace of fire: there shall be wailing and gnashing of
teeth…” when are the wicked cast into the fire? At death? No! It says here at the
end of the world. And then it says in verse 43, that the righteous are going to shine in the kingdom, “…43
Then shall the righteous shine forth as the sun in the kingdom of their
Father…” (KJV) So when the wicked are cast into the
fire the righteous shine in the kingdom.
Simak
contoh-contoh berikut mengenai kapan orang dilemparkan ke dalam api, bukan pada
saat kematian, melainkan pada akhir zaman. Jadi Yesus tidak meyakini theologi perumpamaan bahwa mausia
pergi ke tempat pembakaran pada saat matinya.
Pertama simak Matius 13:40-43,
“40 Sebagaimana lalang itu dikumpulkan dan dibakar
dalam api…” lalang melambangkan apa? Orang-orang jahat, benar? “…demikianlah
yang akan terjadi…” pada waktu orang mati?
Tidak! “…demikianlah yang akan terjadi pada akhir dunia ini. 41 Anak Manusia akan mengirim malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan
dari dalam Kerajaan-Nya, semua yang melanggar, dan mereka
yang melakukan kejahatan. 42 Dan
akan mencampakkan mereka ke dalam dapur api; di sanalah akan ada ratapan dan kertakan gigi…” kapan orang jahat
dilemparkan ke dalam api? Saat kematiannya? Tidak! Di sini dikatakan pada waktu
dunia berakhir. Kemudian dikatakan di ayat 43, orang yang benar akan bercahaya
dalam kerajaan, “…Pada waktu itulah
orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka…” Jadi ketika yang jahat dilemparkan ke dalam api, yang
benar bercahaya di dalam kerajaan.
According to Josephus the angels
gather the righteous and the wicked when they die. However, Jesus says that it
happens at the end of the age. At the end of the age there will be wailing and
gnashing of teeth, not at the moment of death.
Notice Matthew 25:31 to 34, 41 and
46, “31 When the Son of Man comes in His glory, and all the holy angels with Him, then
He will sit on the throne of His glory. 32 All the nations will be gathered before Him, and He will separate them one
from another, as a shepherd divides his sheep
from the goats…” does Jesus separate the righteous and the wicked when
they die? No! When is it? At the end of the age. Let's continue verse 33, “…33 And He will
set the sheep on His right hand, but the goats on the left. 34 Then the King will say
to those on His right hand, ‘Come, you blessed of My Father, inherit the
kingdom prepared for you from the foundation of the world: 41 ‘Then He will also say to those on the left
hand, ‘Depart
from Me, you cursed, into the everlasting fire prepared for the Devil and his angels: 46 And these
will go away into everlasting punishment, but the righteous into eternal life.”
When do the righteous go into eternal
life? When they die? No! It's at the end of the age when Jesus comes on the
throne of His glory.
When is it that the righteous will
shine in the kingdom forever? It is when Jesus comes in His kingdom of glory.
Menurut
Josephus, para malaikat mengumpulkan yang baik dan yang jahat pada waktu mereka
mati. Namun, Yesus mengatakan bahwa itu terjadi pada akhir dunia. Pada akhir
dunia akan ada ratapan dan kertakan gigi, bukan pada saat kematian.
Simak Matius 25:31-34, 41, 46,
“31Ketika Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya
dan semua malaikat kudus bersama-sama dengan
Dia, lalu Ia akan duduk di atas takhta kemuliaan-Nya.32 Semua bangsa akan
dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari seorang,
sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing…” apakah Yesus
memisahkan yang benar dari yang jahat pada saat kematian mereka? Tidak. Jadi
kapan? Pada akhir dunia. Mari kita lanjut ke ayat 33, “…33 dan Ia akan menempatkan
domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. 34
Lalu Raja itu akan berkata kepada mereka
yang di sebelah kanan-Nya, ‘Mari,
hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, warisilah
Kerajaan yang telah disediakan bagimu dari
fondasi dunia. 46 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di
sebelah kiri-Nya: ‘Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, ke
dalam api yang kekal yang telah disediakan
untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. 46 Dan mereka ini akan lenyap dalam hukuman yang kekal, tetapi orang benar ke hidup yang kekal.”
Kapan yang benar pergi ke hidup kekal? Ketika
mereka mati? Tidak! Itu pada akhir dunia ini ketika Yesus datang di atas takhta
kemuliaanNya.
Kapankah yang benar akan bersinar selamanya dalam
kerajaan? Ketika Yesus datang dalam kerajaan kemuliaanNya.
Josephus contradicted the testimony
of Jesus by saying that the angels take the righteous and the wicked to the right
or the left-hand side when they die, and not at the end of the age.
The Bible contrasts with this in
Revelation 21:8, “8 But the cowardly, unbelieving,
abominable, murderers, sexually immoral, sorcerers, idolaters, and all liars
shall have their part in the lake which burns with fire and brimstone,
which is the second death.”
So they're not cast into the fire at
their first death. I mean, does that take much intelligence to figure out that
they're cast into the fire, and then they suffer second death? Clearly God
casts the wicked into the fire not when they die the first death, but when they
suffer second death, after the Millennium.
Josephus
mengkontradiksi kesaksian Yesus dengan mengatakan bahwa para malaikat membawa
yang benar dan yang jahat ke sisi kanan dan kiri pada waktu mereka mati, dan
bukan pada akhir dunia.
Alkitab
mengkontras ini di Wahyu 21:8, “8 Tetapi,
orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, para pembunuh, orang-orang amoral secara seksual, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah
berhala dan semua pendusta, akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.” Jadi mereka tidak dilemparkan ke dalam api pada waktu
mereka mengalami kematian pertama mereka. Maksud saya, apakah dibutuhkan begitu
banyak intelek untuk memahami mereka itu dilemparkan ke dalam api, kemudian
mereka menderita kematian kedua? Jelas Allah melemparkan yang jahat ke dalam
api bukan ketika mereka mati dalam kematian pertama, tetapi ketika mereka
mengalami kematian kedua setelah Millenium.
In fact, let's read Revelation 20:11
to 15. “11 Then I saw a great white throne and Him who
sat on it, from whose face the earth and the heaven fled away. And
there was found no place for them. 12 And I saw the dead, small and great,
standing before God, and books were opened. And another book was
opened, which is the Book of
Life. And the dead were judged according to their works, by the things
which were written in the books. 13 The sea gave up the dead who were in
it, and Death and Hades delivered up the dead who were in them. And
they were judged, each one according to his works. 14 Then Death and Hades were cast into
the lake of fire. This is the second death. 15 And anyone not found written in the Book of
Life was cast into the lake of fire.”
Once again when are the wicked cast
into the fire? Is it when they die, or is it at the end of the age after the
Millennium? It is after the Millennium, which means that they were not cast
into the fire when they die.
Nah, marilah kita
baca Wahyu 20:11-15, “11
Lalu aku melihat sebuah
takhta putih yang besar dan Dia yang duduk di atasnya, yang dari wajahNya bumi dan langit lari, dan tidak ditemukan lagi
tempat bagi mereka. 12 Dan aku
melihat orang-orang mati, kecil dan besar, berdiri di hadapan Allah, dan kitab-kitab dibuka. Dan sebuah kitab lain
dibuka, yaitu Kitab Kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan-perbuatan
mereka, dari hal-hal
yang tertulis di dalam kitab-kitab
itu. 13 Laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan
maut dan kubur menyerahkan orang-orang mati
yang ada di dalam mereka. Dan mereka
dihakimi masing-masing menurut perbuatan-perbuatan
mereka. 14 Lalu maut dan kubur dilemparkanlah ke dalam lautan api. Inilah kematian yang kedua. 15 Dan barangsiapa yang namanya tidak ditemukan
tertulis di dalam Kitab Kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”
Sekali lagi kapan yang jahat dilemparkan ke dalam api?
Apakah ketika mereka mati atau pada akhir dunia setelah Millenium? Setelah
Millenium, berarti mereka tidak dilemparkan ke dalam api pada waktu mereka
mati.
These verses describe the Millennial
and Post-Millennial judgments of the wicked. God judges them and then cast them
into the lake of fire. If He cast them into the fire at death, then He punished
them without due process, right? Everyone deserves his or her day in court,
like we noticed in our last study. God does not punish any of the wicked without
first judging them, and He will judge them after the Millennium not at death.
Ayat-ayat ini
menggambarkan penghakiman orang-orang jahat di masa Millenium dan Pasca
Millenium. Allah menghakimi mereka kemudian melemparkan mereka ke dalam lautan
api. Andai Dia melemparkan mereka ke dalam api saat kematian, maka Dia
menghukum mereka tanpa proses penghakiman yang seharusnya, benar? Setiap orang
berhak mendapatkan kesempatan membela dirinya di pengadilan, seperti yang sudah
kita pelajari dalam pelajaran yang lalu. Allah tidak pernah menghukum orang
jahat siapa pun tanpa lebih dulu mengadili mereka, dan Dia akan menghakimi
mereka setelah Millenium, bukan saat kematian mereka.
There are other texts as well that
describe the destruction of the wicked in the lake of fire at the end of the
age. You have them in your study notes, other passages that clearly uniformly say
that the wicked are thrown to the fire after the Millennium.
So would the story of the rich man
and Lazarus be an exceptional case? The Bible does not contradict itself.
Obviously in the parable of the rich man and Lazarus Jesus is using the concept
of the Pharisees, because in all other places it says that people do not go to
a place of burning if they were wicked at death, but they go into the fire
after the thousand years. So Jesus is speaking from the perspective of the
Pharisees.
Ada
ayat-ayat lain juga yang menggambarkan pembinasaan orang-orang jahat dalam
lautan api pada akhir dunia ini. Ada di makalah kalian. Ayat-ayat lain yang
jelas seragam mengatakan bahwa yang jahat dilemparkan ke dalam api setelah
Millenium.
Maka apakah
kisah orang kaya dan Lazarus itu kasus perkecualian? Alkitab tidak
mengkontradiksi dirinya sendiri. Jelas di perumpamaan orang kaya dan Lazarus,
Yesus memakai konsep orang-orang Farisi, karena di semua tempat yang lain (di
Alkitab) dikatakan bahwa manusia ~ jika dia jahat ~ tidak pergi ke tempat
pembakaran pada waktu kematian, tetapi mereka masuk ke dalam api setelah masa
1’000 tahun. Jadi Yesus sedang bicara dari sudut pandang orang-orang Farisi.
Now what was it that Josephus said
that the angels take people down a great incline, when they die, and the wicked
are thrown into the fire, and the righteous go to the bosom of Abraham. When
according to the Bible do the angels pick up the righteous to take them to the
kingdom? Is it when they die? Do they go to the bosom of Abraham? No! It says
in Matthew 24:31, “ 31 And He will send His angels with a great
sound of a trumpet, and they will gather together His elect from the four winds, from one end of
heaven to the other.”
The angels gather the righteous at
the second coming. They don't gather the righteous when they die, and take them
down an incline, and they go to the bosom of Abraham.
Nah, apa
yang dikatakan Josephus, bahwa malaikat-malaikat membawa manusia menuruni
tebing yang besar ketika mereka mati, dan yang jahat dilemparkan ke dalam api,
yang benar pergi ke dada Abraham.
Padahal menurut Alkitab, apakah para malaikat menjemput yang benar untuk
membawa mereka ke kerajaan? Apakah itu saat mereka mati? Apakah mereka pergi ke
dada Abraham? Tidak! Dikatakan di Matius 24:31, “31
Dan Ia akan mengutus
malaikat-malaikat-Nya dengan bunyi
sangkakala yang dahsyat, dan mereka akan
mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat mata angin, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.” Para malaikat mengumpulkan
yang benar pada kedatangan kedua. Mereka tidak mengumpulkan yang benar saat
kematian mereka dan membawa mereka menuruni tebing, lalu mereka pergi ke dada
Abraham.
There's another insurmountable
problem with the Protestant view of this parable, which many Protestants take
as being literal. In the Bible God strictly forbids the living from attempting
to communicate with the dead. Is that true? Absolutely! However, in the parable,
Abraham and the dead rich man are conversing. The rich man even pleads with
Abraham to send Lazarus to his brothers from the dead. The mosaic legislation strictly forbade
the attempt to communicate with the dead.
Notice Leviticus 20:27, “27 ‘A man or a
woman who is a medium, or who has familiar spirits, shall surely be put to
death; they shall stone them with stones. Their blood shall be upon them.’…” A drastic punishment for attempting to
communicate with the dead.
Ada masalah
yang tidak teratasi lainnya dengan pandangan Protestan mengenai perumpamaan
ini, yang oleh banyak orang Protestan dianggap literal. Di Alkitab Allah jelas-jelas
melarang orang hidup berusaha untuk berkomunikasi dengan yang mati. Benarkah
itu? Tentu saja! Namun, di perumpamaan itu Abraham dan orang kaya yang mati
sedang bercakap-cakap. Orang kaya yang mati bahkan memohon Abraham untuk
mengirim Lazarus dari antara yang mati, kepada saudara-saudaranya. Hukum yang ditulis Musa
jelas-jelas melarang usaha apa pun untuk berkomunikasi dengan yang mati.
Simak Imamat
20:27, “27 Seorang
laki-laki atau perempuan yang menjadi dukun, atau menjadi perantara roh-roh yang
dikenal, pasti harus dihukum mati; orang-orang
harus merajam mereka dengan batu; darah
mereka akan ditanggung mereka sendiri.’…” Hukuman yang drastis untuk usaha berkomunikasi dengan
yang mati.
To consult the spirits of the dead
means to not consult God. Notice Isaiah 8:19-20, “19 And when
they say to you, ‘Seek those who are mediums and wizards, who whisper
and mutter,’ should not a people seek their God? Should they seek the
dead on behalf of the living? 20 To
the Law and to the testimony! If they do not speak according to this word, it is because there is no light in them.”
So why does the rich man speak with
Abraham and Abraham with the rich man, while they were both dead? Why does the
rich man ask Abraham to send Lazarus from the dead to speak to his five
brothers? Obviously, if Jesus was speaking literally, He was contradicting what
Moses wrote by inspiration of the Holy Spirit.
Berkonsultasi
dengan roh-roh orang mati berarti tidak bertanya kepada Allah. Simak
Yesaya 8:19-20, “19
Dan apabila mereka berkata kepadamu, ‘Carilah
mereka yang dukun dan penyihir, yang berbisik-bisik dan komat-kamit,’ tidakkah suatu bangsa patut mencari Allah mereka?
Haruskah mereka bertanya kepada yang mati
bagi yang hidup? 20 Bandingkan dengan
Hukum dan dengan Kesaksian. Jika mereka tidak berbicara sesuai dengan perkataan ini, itu
karena tidak ada terang di dalam mereka.”
Jadi mengapa
orang kaya itu bicara dengan Abraham dan Abraham dengan orang kaya itu
sementara mereka keduanya sama-sama mati? Mengapa si orang kaya minta Abraham
mengirim Lazarus dari antara orang mati untuk berbicara kepada kelima
saudaranya? Jelaslah, andai Yesus sedang bicara secara literal, maka Dia
mengkontradiksi apa yang ditulis Musa di bawah ilham Roh Kudus.
Furthermore, the Bible makes it clear
that the dead don't go to the bosom of Abraham, they don't go to a burning
place at death, because the dead don't know anything.
There's no torture in the fire when a
person dies. Notice Ecclesiastes 9:5. It tells us where people go when they die.
“5 For the
living know that they will die; but the
dead know…” what? “…know nothing, and they
have no more reward, for the
memory of them is forgotten.”
Lebih jauh, Alkitab
membuatnya jelas bahwa orang mati tidak pergi ke dada Abraham, saat mereka
mati, mereka tidak pergi ke sebuah tempat yang sedang terbakar, karena orang
mati tidak tahu apa-apa. Tidak ada penyiksaan dalam api ketika seseorang mati.
Simak Pengkhotbah 9:5, ini memberitahu kita ke mana orang pergi waktu mereka
mati. “5 Karena
orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tidak…” apa? “…tidak tahu apa-apa, mereka juga tidak punya pahala lagi, karena ingatan mereka sudah dilupakan.”
So the dead are not conscious after they die
until the resurrection. So very clearly the dead are in their grave,
they're not either in the bosom of Abraham or in a burning place at the moment
of death.
By the way, the rich man died and was
buried. So notice Luke 16:22, “ 22 So it was
that the beggar died, and was carried by the angels to Abraham’s
bosom. The rich man also died and was buried.”
So where did the rich man go to? Oh
he went to hades to burn. No! It says
here that he what? He died and he was buried. So where did he go to? He went to
the grave, that's right.
Jadi orang mati tidak sadar setelah
mereka mati hingga kebangkitan. Jadi sangat jelas bahwa yang
mati ada dalam kubur masing-masing, mereka tidak di dada Abraham maupun di
tempat yang sedang terbakar pada saat mereka mati. Nah, orang kaya itu mati dan
dikuburkan. Simak Lukas 16:22, “22 Maka pengemis itu pun mati, dan
dibawa oleh malaikat-malaikat ke dada
Abraham. Orang kaya itu juga mati dan
dikuburkan.” Jadi orang kaya
itu ke mana? Oh, dia pergi ke neraka untuk dibakar. Tidak! Dikatakan di
sini
Dia apa? Dia
mati dan dikuburkan. Jadi dia ke mana? Dia ke kubur, betul sekali.
Now there's another insurmountable
problem if we take this story to be literal. Let me ask you, what happens with
people's body parts when they die? “Dust you are
and to dust you shall…” what? “…and to dust you shall return.” The body
returns to the dust, all of the body parts disintegrate. I have done
dozens of funerals and I can vouch for the fact that the body of the person is
in the casket. That being the case, what was the rich man doing in hell with
all of his body parts? Furthermore, what was Lazarus doing in the bosom of
Abraham with his body parts? Notice Luke 16:23, “ 23 And being
in torments in Hades, he lifted up his eyes…” this is the rich man, so he has eyes, “…and saw Abraham afar off, and Lazarus in
his bosom.” So he's burning
in the fires but he has eyes, he has his physical parts. Notice verse 24, “24 Then he
cried and said, ‘Father Abraham, have mercy on me, and send Lazarus that he may
dip the tip of his finger…” so Lazarus has a finger, “…in water
and cool my
tongue…” are you
understanding the problem here? The body parts go to the grave, but here it
seems to indicate that the rich man and Lazarus have body parts where they went
at the moment of death.
Nah, ada
masalah yang tidak bisa diatasi jika kita menganggap cerita ini literal. Coba
saya tanya, apa yang terjadi pada bagian-bagian tubuh manusia pada waktu mereka
mati? “19 …sebab engkau debu dan engkau akan…” apa? “…engkau akan kembali
menjadi debu.” (Kejadian 3:19). Tubuh
kembali menjadi debu, semua bagian tubuh mengurai. Saya sudah melayani lusinan
upacara kematian dan saya bisa menjamin faktanya bahwa jasad orang itu ada di
dalam peti. Dengan demikian, mana bisa orang kaya itu di neraka dengan semua
bagian tubuhnya? Lebih jauh, lagi bagaimana Lazarus bisa ada di dada Abraham
dengan bagian-bagian tubuhnya? Simak Lukas 16:23, “23 Dan sementara ia menderita
sengsara di dalam kubur, ia mengangkat matanya…” ini si orang kaya, lha dia kok punya mata? “…dan melihat Abraham dari jauh, dan Lazarus di dadanya…”
Jadi orang kaya itu sedang terbakar
dalam api, tetapi dia punya mata, dia masih punya bagian-bagian fisik dari
tubuhnya. Simak ayat 24, “…24
Lalu ia berseru dan berkata, ‘Bapak Abraham, kasihanilah aku. Kirimlah Lazarus, supaya ia boleh mencelupkan
ujung jarinya…” jadi Lazarus punya jari! “…ke dalam air dan menyejukkan lidahku…” apakah kalian
memahami masalahnya di sini? Bagian-bagian tubuh masuk kubur, tetapi di sini sepertinya
mengindikasikan si orang kaya dan Lazarus punya bagian-bagian tubuh ke mana
mereka pergi pada saat mereka mati.
By the way the Bible tells us that body parts are
only thrown into the fire at the end of the age. Notice Matthew 5:29
and 30, “ 29 If your
right eye causes you to sin, pluck it
out and cast it from
you; for it is more profitable for you that one of your members perish, than
for your whole body to be cast into hell. 30 And if your
right hand causes you to sin, cut it off and cast it from you; for it is more profitable for you that one of
your members perish, than for your whole body to be cast into hell.”
So what is it that's cast into hell?
The soul of the person? No! It's the body of the person that's cast into hell.
And so if the body goes to the grave at death, what is the body of Lazarus and
the body of the rich man doing, you know, in the bosom of Abraham and in the
burning fires of hell? The fact is that both the rich man and Lazarus had body
parts after death. If the body is not cast into the fire until the end of the
age, then this
story must be describing what will happen at the end of the age, and not
something that happened immediately after death.
Nah, Alkitab memberitahu kita bahwa bagian-bagian tubuh baru
dilemparkan ke dalam api pada akhir dunia. Simak Matius 5:29-30,
“29 Jika matamu
yang kanan mengakibatkan engkau berdosa, buanglah
itu darimu, karena lebih menguntungkan
bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada seluruh tubuhmu dicampakkan ke dalam neraka. 30 Dan jika
tanganmu yang kanan mengakibatkan engkau berdosa, penggallah dan buanglah itu darimu, karena lebih menguntungkan bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada seluruh tubuhmu dicampakkan
ke dalam neraka.”
Jadi apa
yang dilemparkan ke dalam neraka? Nyawa manusia? Tidak! Tubuh manusia yang dilemparkan ke dalam neraka.
Maka, jika tubuh itu masuk ke kubur pada saat kematian, bagaimana tubuh Lazarus
dan orang kaya itu bisa ada di dada Abraham dan dalam
api neraka yang menyala? Faktanya ialah baik orang kaya itu dan Lazarus punya
bagian-bagian tubuh setelah kematian. Jika tubuh itu tidak dilemparkan ke dalam
api hingga akhir dunia, maka kisah
ini tentunya menggambarkan apa yang akan terjadi pada akhir dunia, bukan apa yang
terjadi segera setelah kematian.
Now I want to read you an interesting
quotation from Robert Morey, he was an
associate of Walter Martin, for some of you that name might ring a bell,
for some of you. He's the individual who brought great trial
to the Seventh-Day Adventist church. I won't go into the story, but Robert
Morey wrote a book and the title of the book is Death
And The Afterlife and he admitted that this was not a literal story that
took place in real life. Notice what he wrote, “Everyone
understood that these parables and dialogues did not literally take
place. It was understood that the rabbis used imaginative stories and dialogues as
a teaching method…” They use what kind of stories? Imaginative. “…It was understood by
all
that these dialogues never took place... He [Jesus] was merely using the dialogue method to get across the concept that there is no escape from torment, no second chance, and
we must believe the
Scriptures in this life unto salvation.” (Robert Morey,
Death and the Afterlife, p. 85)
What an incredible admission, he's
saying that this is a fictional story, the only story in the Bible that appears
to teach conscious torment in the flames of hell at the very moment of death.
And according to this Protestant scholar, it actually never took place in real life.
Sekarang saya mau membacakan
kutipan yang menarik dari Robert Morey, dia adalah rekan Walter Martin, bagi
beberapa dari kalian mungkin ingat nama ini, bagi beberapa dari kalian. Dia adalah
individu yang membawa ujian besar dalam gereja MAHK. Saya tidak akan bicara
tentang kisahnya, tetapi Robert Morey menulis sebuah buku, dan judul bukunya
ialah Death and
The Afterlife, dan dia
mengakui bahwa ini bukanlah kisah yang literal yang benar-benar terjadi dalam
kehidupan nyata. Simak apa yang ditulisnya, “…Semua orang mengerti bahwa perumpamaan-perumpamaan dan dialog-dialog ini
tidak benar-benar terjadi. Sudah dipahami bahwa para rabi menggunakan
cerita-cerita dan dialog-dialog karangan sebagai metode pengajaran…” Mereka menggunakan cerita-cerita yang bagaimana? Karangan. “…Sudah dipahami oleh semua bahwa semua dialog ini tidak
pernah terjadi… Dia [Yesus] semata-mata menggunakan metode dialog untuk
menyampaikan konsep bahwa tidak ada kemungkinan lolos dari siksaan, tidak ada
kesempatan kedua, dan kita harus mempercayai Kitab Suci dalam hidup yang sekarang ini sampai kepada keselamatan.” (Robert Morey,
Death and the Afterlife, p. 85)
Pengakuan
yang luar biasa menarik, dia mengatakan bahwa ini adalah kisah fiksi,
satu-satunya cerita di Alkitab yang mengajarkan adanya kesadaran dalam siksaan
di api neraka pada saat kematian. Dan menurut pakar Protestan ini, itu sebenarnya tidak pernah terjadi
dalam kehidupan nyata.
So now let's take a look at the
characters of the parable. You know we've gone through all of the reasons why
this is not a literal story. Now let's examine the rich man and Lazarus to see
why Jesus told this story. See, the central theme of the story is not whether
persons go to the fires of hell when they die, or whether they go to the bosom
of Abraham when they die. Jesus is making a special central point in
this parable. So let's go to our next section.
Jadi
sekarang mari kita melihat ke tokoh-tokoh dalam perumpamaan itu. Kalian tahu,
kita sudah membahas semua alasan mengapa ini bukanlah kisah literal. Sekarang
mari kita periksa si orang kaya dan Lazarus untuk melihat mengapa Yesus
menceritakan kisah ini. Lihat, tema
sentral kisah ini bukanlah apakah manusia pergi ke api neraka ketika mereka
mati, atau apakah mereka pergi ke dada Abraham ketika mereka mati.
Yesus sedang membuat poin sentral yang istimewa
dalam perumpamaan ini. Jadi mari kita ke bagian berikutnya.
In the parable, both the rich man and Lazarus symbolize
groups of people. The rich man represents the Jewish nation and Lazarus represents the
gentiles. The rich man represents the Jewish nation more specifically
the Pharisees. The bosom represents what? Closeness and intimacy. You can read those
verses there (see John 13:23;
Deuteronomy
13:6). The Pharisees more than any Jewish sect
claimed a particular closeness to Abraham as their father. The intimacy of
Jesus with His Father is described as Jesus being in the bosom of the Father.
You know we hug a baby to our what? To our bosom. It represents closeness,
intimacy. Notice John 1:18, “ 18 No
one has seen God at any time. The only begotten Son, who is in the
bosom of the Father, He has declared Him.”
The rich man
representing primarily the Pharisees, claimed an intimate closeness with
Abraham. In fact all their hopes were centered on Abraham not on God.
If this story is taken literally, then the bosom of Abraham must be taken
literally as well. How big must be the bosom of Abraham for all the righteous
to fit in it. Of course we know that his bosom is figurative, it means
closeness and intimacy. Now why pick and choose then and say this is literal,
and this is symbolic? Actually the bosom of Abraham is a symbolic
expression which the Jews used to express their particular closeness to
Abraham. Later we will see that those who profess to be close to
Abraham were really not close to him at all.
Dalam perumpamaan itu, baik si orang kaya maupun Lazarus melambangkan
kelompok-kelompok manusia. Si
orang kaya mewakili bangsa Yahudi dan Lazarus mewakili bangsa-bangsa bukan Yahudi. Si
orang kaya mewakili bangsa Yahudi tetapi lebih khusus lagi kelompok Farisi. Dada melambangkan
apa? Kedekatan dan keintiman.
Kalian bisa membaca ayat-ayat di sana (lihat Yohanes 13:23;
Ulangan 13:6). Orang Farisi, lebih daripada sekte-sekte
Yahudi yang lain, mengklaim kedekatan yang khusus dengan Abraham sebagai bapak
mereka. Keintiman Yesus dengan BapaNya digambarkan sebagai Yesus berada di dada
Sang Bapa. Kalian tahu, kita memeluk seorang bayi di mana? Di dada kita. Itu
melambangkan kedekatan, keintiman. Simak Yohanes 1:18, “18 Tidak
seorang pun pernah melihat Allah kapan pun. Anak satu-satunya, yang ada di dada Bapa, Dialah yang menyatakan Dia.”
Si orang kaya yang melambangkan terutama kelompok Farisi, mengklaim kedekatan
yang intim dengan Abraham. Bahkan seluruh harapan mereka
terfokus pada Abraham, bukan pada Allah. Jika kisah ini dianggap literal, maka
dada Abraham haruslah dianggap literal juga. Harus seberapa besarnya dada
Abraham supaya semua orang benar cukup berada di sana? Tentu saja kita tahu bahwa dadanya ini kiasan, itu
berarti kedekatan dan keintiman. Nah, mengapa pilah-pilih dan mengatakan yang
ini literal, dan itu simbolis? Sesungguhnya
dada Abraham itu ungkapan yang simbolis yang dipakai orang Yahudi untuk
mengungkapkan kedekatan khusus mereka kepada Abraham. Nanti kita
akan melihat bahwa mereka yang mengaku dekat kepada Abraham sesungguhnya sama
sekali tidak dekat kepadanya.
It is clear that
Jesus is
using irony and satire when the rich man begs Abraham to send
Lazarus to dip the tip of his finger in water that he might cool his tongue in
the raging fires of hell. You’d think a drop of water is going to help? Come on,
be real. What good would a little water in the tip of a finger do in the raging
fires of hell? These brothers ~ notice ~
these brothers, the brothers of this rich man had Moses and the
prophets, so they must have been Jews. Contrary to the explicit legislation in the writings
of Moses, the rich man representing the Pharisees believed in the immortality
of the soul. The details of the parable indicate that the rich man
represents the Jewish nation generally, and the Pharisees more specifically.
Sudah jelas bahwa Yesus
menggunakan ironi dan satire ketika orang kaya itu memohon
Abraham untuk mengirimkan Lazarus untuk mencelupkan jarinya dalam air supaya
dia bisa mendinginkan lidahnya dalam kobaran api neraka. Menurut kalian apakah
setetes air bisa membantu? Ayolah, yang bener saja. Apa gunanya sedikit air
di ujung jari dalam kobaran api neraka? Saudara-saudaranya ini ~ simak ~
saudara-saudaranya, kerabat si orang kaya itu, mengenal Musa dan nabi-nabi,
berarti mereka haruslah orang-orang Yahudi. Bertentangan dengan hukum yang eksplisit dalam tulisan
Musa, si orang kaya yang mewakili orang Farisi,
meyakini kebakaan nyawa. Detail dari perumpamaan ini mengindikasikan bahwa si
orang kaya itu mewakili bangsa Yahudi pada umumnya dan kelompok Farisi
khususnya.
Let's notice the
characteristics. “24 Then he
cried and said,…” this is the rich
man,
“…‘Father Abraham, have mercy…” would a gentile say “Father Abraham”? No! “…‘Father Abraham, have mercy on me, and send
Lazarus that he may dip the tip of his finger in water and cool my
tongue; for I am
tormented in this flame.’ 25 But Abraham
said, ‘Son,…” are you catching
the picture? Who claimed to be sons of Abraham? The gentiles? No! The Jews! “…Son,
remember that in your lifetime you received your good things, and likewise
Lazarus evil things; but now he is comforted and you are tormented. 27 Then he
said, ‘I beg you therefore, father, that you would send him to my father’s
house, 28 for I have
five brothers, that he may testify to them, lest they also come to this place
of torment.’…” And now notice, the brothers of this rich man,
they are Jews because it says here in verse 29, “29 Abraham said to
him, ‘They have…” what? “…Moses and the prophets…” who had Moses and the prophets? The Jews. “…let them hear them.’ 30 And he
said,…” once again here,
“…‘No, father Abraham,…” and here comes
an important nuance “…but if one goes
to them from the dead, they will repent.’…” this is very important.
A group of Jews
once told Jesus that Abraham was their father. Notice John 8:39, “39 They answered and said to Him, ‘Abraham is
our father.’…”
Now let's go to
the next section which is really critical. What is it that the rich man said to
Abraham? “…‘No, father Abraham, but if one goes to
them from the dead, they will repent.’…” the rich man believed in the immortality of the soul because he begged
Abraham to send Lazarus from the dead to speak to his five
brothers.
Now, however, Abraham believed in the
resurrection of the dead. You say how do we know that? Listen carefully, here Jesus is
directing the minds of the people from going “from the dead” to being able to
go after the resurrection of the dead. It says there in verse 31, “…30 And
he said,‘ No, father Abraham, but if one goes to them from the dead, they will
repent.’ 31 But he…” that is Abraham, “…said to him…” to the rich man,
“…‘If they do not hear Moses and the prophets neither will they be
persuaded though one rise from the dead.’…” Are you catching the picture?
Mari kita simak
karakteristiknya. “24
Lalu ia berseru dan berkata…” ini si orang kaya,
“…‘Bapak Abraham, kasihanilah aku…”
Apakah seorang non-Yahudi akan berkata
“Bapak Abraham”? Tidak! “…‘Bapak
Abraham, kasihanilah aku. Kirimlah Lazarus,
supaya ia boleh mencelupkan ujung jarinya ke
dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku tersiksa
dalam nyala api ini. 25 Tetapi Abraham berkata, ‘Nak,…” apakah kalian menangkap gambarnya? Siapa yang mengklaim
sebagai anak-anak Abraham? Bangsa-bangsa yang bukan Yahudi? Tidak! Bangsa
Yahudi. “…’Nak, ingatlah, bahwa sewaktu hidupmu engkau telah
menerima segala yang baik, dan seperti itu Lazarus segala yang buruk; tetapi sekarang ia dihibur dan engkau disiksa. 26
Dan di samping semua itu, di antara kami dan
engkau terbentang sebuah jurang yang sangat besar, sehingga mereka yang mau menyeberang dari sini kepadamu, tidak bisa, maupun
mereka yang dari sana menyeberang ke kami. 27 Lalu
katanya, ‘Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapak, mohon engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, 28
sebab aku punya lima orang saudara, supaya
ia boleh bersaksi kepada mereka, agar mereka
jangan masuk ke tempat penyiksaan ini.’…” Dan sekarang
simak, saudara-saudara orang kaya itu, adalah orang-orang Yahudi karena dikatakan
di sini di ayat 29, “…29
Abraham berkata kepadanya, ‘Mereka memiliki…” apa? “…Musa dan para nabi…” siapa yang punya
Musa dan para nabi? Orang Yahudi. “…biarlah mereka mendengarkan mereka.’ 30 Dan dia berkata…” sekali lagi di
sini, “…‘Tidak, bapak Abraham,…” dan sekarang
muncul nuansa yang penting, “…tetapi
jika ada yang datang kepada mereka dari antara orang mati, mereka akan
bertobat.’…” Ini sangat penting.
Sekelompok orang
Yahudi pernah mengatakan kepada Yesus bahwa Abraham itu bapak mereka. Simak Yohanes 8:39, “39Jawab
mereka kepada-Nya: ‘Bapak kami ialah Abraham.’…”
Nah, mari kita ke bagian
berikutnya yang benar-benar penting. Apa yang dikatakan orang kaya itu kepada
Abraham? “30 …‘Tidak, bapak
Abraham, tetapi jika ada yang datang kepada mereka dari antara orang mati,
mereka akan bertobat.’…” Orang kaya itu
meyakini kebakaan nyawa karena dia memohon Abraham untuk mengutus Lazarus dari yang mati,
untuk berbicara kepada kelima saudaranya. Nah, namun demikian, Abraham meyakini
kebangkitan orang mati. Kalian berkata dari mana kita tahu itu? Dengarkan
baik-baik, di sini Yesus sedang
mengarahkan pikiran orang-orang dari pergi “dari antara orang mati” ke bisa
pergi setelah kebangkitan orang mati. Dikatakan di ayat 31 di
sana, “…30 Dan dia berkata, ‘Tidak, bapak Abraham, tetapi
jika ada yang datang kepada mereka dari antara orang mati, mereka akan
bertobat. 31 Tetapi Abraham berkata
kepadanya…” kepada si orang kaya, “…‘Jika
mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan
diyakinkan, sekalipun oleh orang yang
bangkit dari antara orang mati.’…” Apakah kalian
menangkap gambarnya?
Jesus is
directing their minds to the resurrection. If this is going to happen, it has
to happen with one who resurrects from the dead, not one who goes from the dead.
The expression “rise from the dead” refers to the resurrection.
The rich man
wanted Lazarus to go to Abraham? (should
be to his brothers) from the dead; but Abraham told him that Lazarus could
only go if he what? If he rose ~ remember that detail ~ if he rose from the
dead. This word “rise” is commonly used by Luke to refer to the resurrection of
Jesus. It is also used by Jesus Himself in John 11:24 and 25, to describe His
resurrection. In all these verses the verb ἀνίστημι [anistēmi] is translated “rise again”. Thus Jesus
directs the minds of His hearers from the immortality of the soul to
what? To
the resurrection of the dead. Are you catching this? It's important
nuance.
Yesus sedang mengarahkan pikiran mereka ke kebangkitan.
Jika ini harus terjadi, maka ini harus terjadi dengan orang yang bangkit dari
orang mati, bukan yang pergi dari antara orang mati. Ungkapan “bangkit dari
orang mati” mengacu kepada kebangkitan.
Si orang kaya mau Lazarus pergi dari orang mati ke saudara-saudaranya; tetapi Abraham memberitahunya
bahwa Lazarus hanya bisa pergi jika dia apa? Jika dia bangkit ~ ingat detail
ini ~ jika dia bangkit dari kematian. Kata “bangkit” biasa di pakai Lukas untuk
mengacu kepada kebangkitan Yesus. Ini juga dipakai Yesus sendiri di Yohanes
11:24-25 untuk menggambarkan kebangkitanNya. Di semua ayat ini kata kerja ἀνίστημι
[anistēmi] diterjemahkan “bangkit kembali”. Dengan demikian Yesus mengarahkan pikiran para
pendengarNya dari kebakaan nyawa ke apa? Ke kebangkitan orang mati. Apakah kalian
menangkap ini? Ini nuansa yang sangat penting.
Now whom does
Lazarus represent? Lazarus represents the gentiles. You remember in the story how
the rich man lived. Oh, he lived sumptuously, he had all of the blessings. Where
was Lazarus? Poor Lazarus at the foot of the table eating the crumbs. Let's
read about it here in Luke 16:19-21, “19 There was a
certain rich man who was clothed in purple and fine linen and fared
sumptuously every day. 20 But there
was a certain beggar named Lazarus, full of sores, who was laid at his gate,…” and now notice some characteristics, three
of them, “…21 desiring to
be fed with the…” what? “…the crumbs which fell from the rich man’s
table. Moreover the dogs came and licked his sores.”
Nah, siapa yang disimbolkan
Lazarus? Lazarus menyimbolkan
bangsa-bangsa non Yahudi. Kalian ingat kisahnya bagaimana si orang
kaya ini hidup? O, dia hidup mewah, dia mendapat semua berkat. Di mana Lazarus?
Lazarus yang malang ada di kaki meja, makan remah-remah. Mari
kita baca tentang ini di Lukas 16:19-21,
“19 Adalah
seseorang yang kaya, yang berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan hidup mewah setiap hari. 20 Tetapi adalah seorang pengemis bernama Lazarus,
penuh dengan borok, yang tergeletak di pintu
gerbang orang kaya itu…” sekarang simak ada
beberapa karakteristik, tiga semuanya, “…21 yang ingin mendapatkan makanan dari remah-remah yang jatuh dari meja
orang kaya itu. Selain itu anjing-anjing
datang dan menjilat borok-boroknya.…”
On a certain
occasion, a Canaanite woman, a gentile, begged Jesus to heal her daughter who was
gravely ill. The key words of the parable of the rich man and Lazarus reappear
in the woman's response to Jesus. It's found in Matthew 15:26 and 27, “26 But He
answered and said, ‘It is not
good to take the children’s bread and throw it to the little dogs.’…” Apparently, He's calling her a dog. The
Jews felt that the gentiles were dogs, but Jesus is making a point. Jesus did
not believe this of her, but He was reflecting what the people in that region believed. “…26 But He
answered and said, ‘It is not
good to take the children’s bread and throw it to the little dogs.’ 27 And she
said, ‘Yes, Lord, yet even the little dogs eat…” what? “…the crumbs which fall from their masters’
table.’…”
So what does
Lazarus represent? Lazarus represents the gentiles.
Pada suatu ketika, seorang perempuan Kana’an, seorang
non-Yahudi, memohon Yesus untuk menyembuhkan anak perempuannya yang sakit
keras. Kata-kata kunci di perumpamaan orang kaya dan Lazarus muncul lagi di
jawaban perempuan ini kepada Yesus. Ini ada di Matius 15:26-27, “…26 Tetapi Yesus menjawab dan berkata, ‘Tidak patut mengambil rotinya anak-anak dan melemparkannya kepada anjing-anjing kecil.’…” Ternyata Yesus
menyebut perempuan itu anjing. Orang Yahudi menganggap orang-orang bukan Yahudi
itu anjing, tetapi di sini Yesus sedang menekankan sesuatu. Yesus tidak
menganggap perempuan itu anjing, tetapi Dia sedang merefleksikan anggapan
orang-orang di daerah itu. “…26
Tetapi Yesus menjawab dan berkata, ‘Tidak
patut mengambil rotinya anak-anak dan melemparkannya kepada anjing-anjing kecil.’ 27 Dan perempuan itu berkata, ‘Benar Tuhan, namun bahkan
anjing-anjing kecil itu makan…” apa? “…remah-remah yang jatuh dari meja tuan mereka.’…”
Jadi Lazarus mewakili siapa? Lazarus mewakili
bangsa-bangsa non-Yahudi.
Now we have the danger
of adding to the text.
Notice that
Ø Jesus did not
say, “and immediately after he died”,
Ø neither does He
say “his body was buried”,
Ø neither does He
say “his soul being in everlasting torments”,
Ø neither does He
say “send the soul of Lazarus”,
Ø neither does He
say “being in everlasting torments in hades”,
Ø neither does He
use the expression “in this eternal fire”,
Ø He doesn't say “his
soul is comforted”, in fact not once is the word “soul” or the words “everlasting”
or “immortal” used in the parable.
These words are simply assumed by
those who believe in the immortality of the soul.
Nah, kita
dalam bahaya suka menambahi ayat. Simak bahwa:
Ø Yesus tidak mengatakan, “dan segera setelah dia mati”,
Ø Yesus juga tidak mengatakan “tubuhnya dikuburkan”,
Ø Dia juga tidak mengatakan, “nyawanya berada dalam siksaan
kekal”,
Ø Dia juga tidak mengatakan, “kirimlah nyawa Lazarus”,
Ø Dia juga tidak mengatakan, “sedang berada dalam siksaan
kekal di hades”,
Ø Dia juga tidak memakai ungkapan “dalam api kekal ini”,
Ø Dia juga tidak mengatakan, “nyawanya dihibur”, bahkan
tidak satu kali pun kata “nyawa” atau “kekal” atau “baka” dipakai di
perumpamaan ini.
Kata-kata tersebut
semata-mata diasumsikan oleh mereka yang meyakini kebakaan nyawa.
Now what is the
purpose of the parable? Here we reach the most important part of our study. We
are now ready to explain why Jesus used the proper name in just this one
parable. Jesus
never used proper names in His parables except this one. And there's a
reason why.
Jesus said that
the rich man's brothers would not be persuaded even if one rose from the dead. Remember,
we read that? They will not be persuaded even though one rise from the dead. The
question is, persuaded of what?
Nah, apakah tujuan perumpamaan itu? Di sini kita tiba
pada bagian terpenting dari pelajaran kita. Kita sekarang siap menjelaskan mengapa Yesus
menggunakan nama orang dalam perumpamaan satu ini saja. Yesus tidak pernah memakai nama orang dalam
perumpamaan-perumpamaanNya kecuali dalam yang satu ini. Dan ada alasannya mengapa.
Yesus berkata bahwa saudara-saudara si orang kaya itu
tidak akan diyakinkan walaupun ada yang bangkit dari kematian. Ingat, kita
sudah membaca itu? Mereka tidak akan diyakinkan walaupun ada yang bangkit dari
kematian. Pertanyaannya ialah: diyakinkan mengenai apa?
A short while later Jesus resurrected
a man named Lazarus from the dead. Now we know
why He used the proper name. This was the greatest miracle of Jesus and
the one which
proved beyond a shadow of doubt that He was the Messiah sent of God, God in the
flesh. Yet the Jewish leaders were not persuaded that Jesus was the
Messiah, God in the flesh. They did not ever believe that. They did not believe
because they did not believe what? Moses and the prophets that pointed forward
to Jesus. Jesus had said if they do not hear Moses and the prophets, neither
will they be persuaded though one what? Rise from the dead. Did one rise from the dead whose name was
Lazarus? Absolutely! Less than a month later Jesus resurrected a man named
Lazarus.
Let's read about
it in John 11:43-44, “ 43 Now when He had said these things, He cried with a
loud voice, ‘Lazarus, come forth!’ 44 And he who had died came
out bound hand and foot with grave clothes, and his face was wrapped
with a cloth. Jesus said to them, ‘Loose him,
and let him go.’”
Tidak lama setelah
itu Yesus membangkitkan seseorang bernama Lazarus dari kematian. Sekarang kita tahu mengapa
Yesus memakai nama orang di perumpamaan itu. Ini adalah mujizat terbesar oleh Yesus dan yang
membuktikan tanpa sedikit keraguan pun bahwa Dia itulah Sang Messias yang
diutus Allah, Allah yang menjadi manusia. Namun para pemimpin
Yahudi tidak bisa diyakinkan bahwa Yesus itulah Sang Messias, Allah yang
menjadi manusia. Mereka tidak mempercayai itu. Mereka tidak percaya karena
mereka tidak mempercayai apa? Tulisan-tulisan Musa dan para nabi yang menunjuk
ke Yesus di masa depan. Yesus telah mengatakan, jika mereka tidak mendengarkan
Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan diyakinkan walaupun ada yang apa?
Bangkit dari kematian. Apakah ada yang bangkit dari kematian yang namanya
Lazarus? Betul sekali! Kurang dari satu bulan kemudian Yesus membangkitkan
seorang yang bernama Lazarus.
Mari kita baca tentang ini di Yohanes 11:43-44, “43 Dan ketika Dia sudah berkata demikian, Dia berseru dengan suara keras,
‘Lazarus, keluarlah!’ 44 Dan dia
yang tadinya mati itu keluar, terikat kaki
dan tangannya dengan kain kafan dan mukanya dibungkus
dengan kain. Yesus berkata kepada mereka, ‘Lepaskan
ikatannya dan biarkan ia pergi.’…”
Now here's the
question, how did the Pharisees react when they heard that a man named Lazarus
had resurrected from the dead? Jesus said they will not believe though one what?
Rise from the dead whose name is what? Lazarus. Did they believe in Jesus? The
answer is that they refused to believe that Jesus was the Messiah, and even
pronounced a death decree against Him. It is of particular significance that
the Pharisees were the ones who particularly refused to believe in Jesus and
sought to kill Him after Lazarus resurrected. Notice John 11:46-50, “ 46 But some of them…” those that witnessed the resurrection of
Lazarus
“…some of them went away to…” whom? “…to the Pharisees and told them the
things Jesus did. 47 Then
the chief priests and the Pharisees…” noted the emphasis on the Pharisees “…gathered
a council and said, ‘What shall we do? For this Man works many signs. 48 If we let Him alone like
this, everyone will believe in Him, and the Romans will come and take away both
our place and nation.’ 49 And
one of them, Caiaphas, being high priest that year, said to them, ‘You know
nothing at all, 50 nor
do you consider that it is expedient for us that one man should die for
the people, and not that the whole nation should perish.’…”
Nah, ini pertanyaannya: bagaimana reaksi orang Farisi
ketika mereka mendengar bahwa seseorang bernama Lazarus telah bangkit dari
kematian? Yesus berkata mereka tidak mau percaya walaupun ada yang apa? Bangkit
dari kematian, siapa namanya? Lazarus. Apakah mereka percaya dalam Yesus?
Jawabannya ialah mereka menolak mempercayai bahwa Yesus itulah Sang Messias,
dan bahkan mengeluarkan perintah untuk membunuhNya. Sangat signifikan bahwa
orang Farisi adalah mereka yang khususnya menolak mempercayai Yesus dan
berusaha membunuhNya setelah kebangkitan Lazarus.
Simak Yohanes 11:46-50, “46 Tetapi beberapa dari mereka…” mereka yang menyaksikan kebangkitan Lazarus, “…beberapa dari
mereka pergi…” ke mana?
“…kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah
dibuat Yesus. 47 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi…” simak,
penekanannya ada pada orang Farisi, “…memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul
dan mereka berkata, ‘Apakah yang harus kita buat? Sebab Orang itu membuat
banyak mujizat. 48 Jika kita
biarkan Dia, semua orang akan mempercayaiNya
dan orang-orang Roma akan datang dan akan mengambil
baik kedudukan kita maupun bangsa kita.’
49 Dan seorang di antara mereka,
yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ‘Kamu tidak
tahu apa-apa, 50 maupun kamu
tidak mempertimbangkan bahwa lebih berguna
bagi kita jika satu orang harus mati untuk bangsa
ini, dan bukan seluruh bangsa kita ini yang harus binasa.’ …”
A man named
Lazarus resurrected, and they did not believe. They did not believe the one
rise from the dead. See, the rich man wanted Lazarus to go from the dead, and
Jesus shifts the thing to the resurrection. He says “one resurrects
from the dead”, so Jesus believed in the
resurrection, and Abraham believed in the resurrection. The rich man believed
in the immortality of the soul, and he represents the Pharisees. And Josephus
confirms that the Pharisees believed in the immortality of the soul.
Seorang bernama Lazarus bangkit, dan mereka tidak
percaya. Mereka tidak percaya orang yang bangkit dari kematian. Lihat, si orang
kaya ingin Lazarus yang pergi dari antara orang mati,
dan Yesus menggeser konsep itu ke kebangkitan. Dia berkata, “orang yang bangkit dari antara orang mati.” Maka Yesus percaya pada kebangkitan, dan Abraham percaya
pada kebangkitan. Si orang kaya percaya pada kebakaan nyawa, dan dia mewakili
orang Farisi. Dan Josephus menguatkan bahwa orang Farisi percaya pada kebakaan
nyawa.
By the way, do
you know that they not only wanted to kill Jesus, but they wanted to kill
Lazarus too. Notice John 12:9 through 11, “9 Now a great
many of the Jews knew that He was there; and they came, not for Jesus’ sake
only, but that they might also see Lazarus, whom He had raised from the
dead. 10 But
the chief priests plotted to put Lazarus to death also, 11 because on account of
him many of the Jews went away and believed in Jesus.”
Were there many
Jews that believed in Jesus as a result of the resurrection of Lazarus?
Absolutely. And do you know what the concern of the Pharisees was? It's
expressed in John 12:19. “19 The
Pharisees therefore said among themselves, ‘You see that you are
accomplishing nothing. Look, the world has gone after Him!’…”
Nah, tahukah kalian bahwa mereka bukan saja mau membunuh
Yesus tetapi mereka mau membunuh Lazarus juga. Simak Yohanes 12:9-11, “9 Nah,
sejumlah besar orang Yahudi tahu bahwa
Yesus ada di sana dan mereka datang, bukan hanya karena Yesus, melainkan agar mereka juga boleh
melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. 10
Tetapi imam-imam kepala bersekongkol untuk membunuh Lazarus juga, 11sebab gara-gara dia, banyak orang Yahudi meninggalkan
mereka dan percaya dalam Yesus.”
Apakah banyak
orang Yahudi mempercayai Yesus sebagai akibat kebangkitan Lazarus? Tentu saja!
Dan tahukah kalian apa kekhawatiran orang Farisi? Itu dinyatakan di Yohanes
12:19, “19 Maka kata
orang-orang Farisi di antara mereka sendiri,
‘Kamu lihat sendiri, bahwa kamu tidak menghasilkan
apa-apa. Lihatlah, seluruh dunia sudah
mengikuti Dia.’…”
Isn't this a sad
story? Is this really talking about going to heaven or to hell when you die, to
the bosom of Abraham when you die, and to go you know to a burning place when
you die? That's not the central point of the parable. The central point of the parable is
disbelief in Jesus as the Messiah even after He resurrected a man called Lazarus who then goes to the five brothers in his
resurrected state, not when he's dead, and they reject Jesus, and they want to
kill Lazarus.
Bukankah ini kisah yang sedih? Apakah ini sebenarnya
bicara tentang pergi ke Surga atau ke neraka pada waktu manusia mati, ke dada
Abraham pada waktu orang mati atau ke suatu tempat yang terbakar pada waktu
mati? Itu bukan poin sentral dari perumpamaan itu. Poin sentral perumpamaan itu ialah ketidakpercayaan dalam
Yesus sebagai Sang Messias walaupun setelah Dia membangkitkan seseorang yang
bernama Lazarus yang kemudian pergi mendatangi kelima orang saudara
dalam kondisinya setelah bangkit dari kematian, bukan ketika dia masih mati;
dan mereka menolak Yesus dan mereka ingin membunuh Lazarus.
Now do you
remember that Jesus once said to the religious leaders, the scribes and the Pharisees in His woes
on them, in Matthew 23:33, “ 33 Serpents, brood of vipers!
How can you escape the condemnation of hell?” Now wait a minute, who deserved the
condemnation of hell? Lazarus, in the mind of the of the rich man. But what
happens with Lazarus? He ends up in the bosom of Abraham, and the rich man ends
up in the fires of hell. So Jesus says to the scribes and the Pharisees, “How will you escape the condemnation of
hell?” Who are the ones according to Jesus who are going to end up in the
burning place? It was going to be the ones represented by the rich man.
Nah, apakah kalian ingat bahwa Yesus pernah mengatakan
kepada para pemimpin rohani, para ahli Taurat dan orang Farisi dalam
“celaka-celaka”Nya kepada mereka, di Matius 23:33, “33
Ular-ular! Anak-anak ular beludak! Mana kamu bisa
lolos dari hukuman neraka?” Nah, tunggu dulu,
siapa yang layak menerima hukuman neraka? Menurut si orang kaya, Lazarus.
Tetapi apa yang terjadi pada Lazarus? Dia berakhir di dada Abraham, dan si
orang kaya berakhir di api neraka. Jadi Yesus berkata kepada para ahli Taurat
dan orang Farisi, “Mana kamu bisa
lolos dari hukuman neraka?” Menurut Yesus
siapakah yang akan berakhir di tempat pembakaran? Itu adalah mereka yang
dilambangkan oleh si orang kaya.
Now notice, the wailing
and gnashing of teeth was fulfilled literally when Jerusalem was destroyed in the year 70. Jerusalem was what? Jerusalem was burned. That's Matthew 22:7.
And what did the
people do in Jerusalem? They wailed and
they gnashed their teeth. In fact, let's read their affliction in the gospel of
Luke 19:41 to 44, speaking about Jesus coming to Jerusalem to the temple. “41 Now as He
drew near, He saw the city and wept over it, 42 saying, ‘If you had
known, even you, especially in this your day,
the things that make for
your peace! But
now they are hidden from your eyes. 43 For days
will come upon you when your enemies will build an
embankment around you, surround you and close you in on every side, 44 and level
you, and your children within you, to the ground; and they will
not leave in you one stone upon another, because you
did not know the time of your visitation.”
And when the
women were crying as Jesus was being led to Calvary, Jesus said, “Don't cry for Me, cry for Jerusalem, cry,
wail for Jerusalem”, because Jesus in with prophetic vision could see what
was going to happen to Jerusalem in the
year 70 AD.
As the populace
wailed and gnashed their teeth, this affliction is described in the passage
that we just read, the tree that John the Baptist spoke of, was what? Cut down
and thrown where? Into the fire. That's the destruction of Jerusalem. The
kingdom was taken from the Jews and given to a nation, that's the gentiles,
that produce the fruits thereof.
Sekarang simak, ratapan
dan kertak gigi digenapi secara literal ketika Yerusalem dihancurkan di tahun
70. Yerusalem diapakan? Yerusalem dibakar. Itu di Matius 22:7.
Dan apa yang dilakukan penduduk Yerusalem? Mereka meratap
dan mereka mengertakkan gigi mereka. Sebaiknya mari kita baca penderitaan mereka di Injil Lukas
19:41-44, bicara tentang Yesus datang ke Yerusalem ke Bait Suci. “41 Dan ketika Yesus telah dekat, Dia melihat
kota itu dan menangisinya, 42 kata-Nya, ‘Wahai, seandainya saja engkau tahu, yaitu engkau, terutama pada saatmu sekarang
ini, akan hal-hal yang mendatangkan damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal-hal itu tersembunyi dari matamu.
43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan membangun tembok mengelilingi engkau, lalu
mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan 44 dan
mereka akan meratakan engkau dan anak-anakmu di dalam kotamu, hingga rata
dengan tanah, dan mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tertinggal padamu yang terletak di atas batu yang lain
karena engkau tidak mengetahui saat bilamana Allah memberimu
kesempatan.’…”
Dan ketika orang-orang perempuan menangis saat Yesus
dibawa ke Kalvari, Yesus berkata, “Jangan menangisi Aku, menangislah untuk
Yerusalem, menangis, meratap untuk Yerusalem.” (“28
… ‘Hai, puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan
tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” Lukas 23:28), karena Yesus dalam penglihatanNya ke depan bisa melihat
apa yang akan terjadi pada Yerusalem di tahun 70AD.
Ketika penduduk
meratap dan mengertakkan gigi mereka, penderitaan ini digambarkan di ayat-ayat
yang baru kita baca, pohon yang dibicarakan Yohanes Pembaptis diapakan?
Ditebang dan dilemparkan ke mana? Ke dalam api. Itulah penghancuran Yerusalem.
Kerajaan itu diambil dari bangsa Yahudi dan diberikan kepada suatu bangsa,
yaitu bangsa-bangsa non Yahudi, yang menghasilkan buah darinya.
In fact in
Matthew 22:7 we are told, “ 7 But when the king heard about
it…” that they
rejected the Son, “…he was furious. And he
sent out his armies, destroyed those murderers, and burned up their city.” However, the parable is going to have a
greater fulfillment.
Jesus predicted
that at the end of the age, the sons of the kingdom would be cast into outer
darkness where there is wailing and gnashing of teeth. Notice Matthew 8:11 and
12, “11 ‘ And I say to you, that many will come from east
and west, and sit down with Abraham, Isaac, and Jacob in the kingdom of
heaven…” those are the
ones represented by whom? By Lazarus. But what's going to happen with the sons
of the kingdom represented by the rich man? “…12 But the sons of the kingdom will be cast out into
outer darkness. There will be weeping and gnashing of teeth.’…” That's the final fulfillment of the
parable.
Luke 13:28 adds,
“28 There will be weeping and gnashing of teeth, when you see Abraham and
Isaac and Jacob and all the prophets in the kingdom of God, and yourselves…” what? “…thrust out.”
It not only has
to do with the Jewish nation, it has a lesson for us as well.
Malah di Matius 22:7 kita
diberitahu, “7 Tetapi ketika raja itu mendengar tentang
hal itu…” bahwa mereka
menolak AnakNya, “…murkalah dia. Dan dikirimnya pasukannya,
membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka…” Namun perumpamaan
ini akan punya penggenapan yang lebih besar.
Yesus memprediksi bahwa pada akhir dunia, anak-anak
kerajaan akan dilemparkan keluar ke kegelapan pekat di mana akan ada ratapan
dan kertakan gigi. Simak Matius 8:11-12, “…11 Dan
Aku berkata kepadamu, ‘Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan
duduk bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan
Sorga…” mereka ini adalah
yang dilambangkan oleh siapa? Oleh Lazarus. Tetapi apa yang akan terjadi pada
anak-anak kerajaan yang dilambangkan oleh si orang kaya? “…12
tetapi anak-anak Kerajaan itu akan
dicampakkan ke kegelapan di luar. Di sanalah
akan ada ratap dan kertak gigi.’ …” Inilah penggenapan
terakhir dari perumpamaan itu.
Lukas 13:28 menambahkan, “28 Di sanalah akan ada ratapan dan kertak gigi, bila kamu melihat
Abraham, dan Ishak, dan Yakub, dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, dan kamu sendiri…” apa?
“…dicampakkan ke luar…”
Ini bukan hanya terkait bangsa Yahudi, tetapi ini
pelajaran bagi kita juga.
So the central lesson of this parable
is clear. The Jews claim to be the children
of Abraham, they were full of the riches of God's blessing, and they looked
upon the gentiles as outcasts from the
grace of God. Jesus explained that the roles were going to be reversed, God would
adopt the gentiles as His chosen people, and He would reject the Jewish nation
as a nation, not individual Jews, the Jewish theocracy. This theme is
fully developed in John 8:37 to 44. Let's just go there quickly.
Jadi inti pelajaran dari perumpamaan ini jelas. Bangsa Yahudi
mengklaim sebagai anak-anak Abraham, mereka dipenuhi oleh kekayaan berkat
Allah, dan mereka memandang bangsa-bangsa lain sebagai yang terbuang dari kasih
karunia Allah. Yesus menjelaskan
bahwa perannya akan ditukar. Allah
akan mengangkat bangsa-bangsa lain sebagai umat pilihanNya, dan Dia akan
menolak bangsa Yahudi sebagai bangsa, bukan sebagai individu,
theokrasi Yahudinya. Tema ini dikembangkan secara menyeluruh di Yohanes
8:37-44. Mari kita ke sana cepat-cepat.
John 8:37-44. It's
a long passage but it is a powerful passage, John 8:37 through 44. Jesus says, “37 ‘I know that you are Abraham’s descendants,
but you seek to kill Me, because My word has no
place in you…” were they really
children of Abraham? No! Let's continue reading, “…38 I speak what I have seen with My Father,
and you do what you have seen with your father.’ 39 They answered and said to Him, ‘Abraham is
our father.’ Jesus said to them, ‘If you were Abraham’s children, you would
do the works of Abraham…” what would
Abraham have done to Lazarus? Would he have just let people eat the little
crumbs that fell from his table? Absolutely not! He was a very charitable
person. Let's continue reading, verse 40, Jesus says, “…40 But now you seek to kill Me, a Man who has
told you the truth which
I heard from God. Abraham did not do this. 41 You do the deeds of your father.’ Then they said to Him, ‘We were not born of
fornication; we have one Father—God.’ 42 Jesus said to them, ‘If God were your Father, you would love Me,
for I proceeded forth and came from God; nor have I come of Myself, but He sent Me. 43 Why do you not understand My speech?
Because you are not able to listen to My word. 44 You are of your father the Devil, and the desires of your father you want to do. He was a murderer from the beginning,
and does not stand in the truth, because there
is no truth in him. When he speaks a lie, he speaks from his own resources, for he is a liar and
the father of it.’…” Were they
children of Abraham? Were they really children of Abraham? Yeah, Jesus said, “I know you're children of Abraham”, but
they weren't. The gentiles on the other hand when they accepted Jesus Christ,
were they
the children of Abraham? Absolutely! The roles are reversed.
Yohanes 8:37-44, ini kutipan
yang panjang tetapi sangat kuat. Yohanes 8:37-44, Yesus berkata, “37 Aku
tahu, bahwa kamu keturunan Abraham, tetapi
kamu berusaha membunuh Aku, karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam
kamu…” apakah mereka sungguh anak-anak
Abraham? Tidak! Mari kita lanjutkan membaca, “…38
Aku mengatakan apa yang telah Aku lihat dari
BapaKu, dan kamu melakukan apa yang kamu lihat dari
bapakmu.’ 39Jawab mereka kepada-Nya: ‘Bapak kami ialah Abraham.’
Kata Yesus kepada mereka: ‘Andaikan kamu
anak-anak Abraham, tentulah kamu akan mengerjakan
pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham…”
Abraham akan berbuat apa kepada
Lazarus? Apakah dia akan membiarkan orang hanya makan dari remah-remah yang
jatuh dari mejanya? Tentu saja tidak. Abraham adalah orang yang murah hati.
Mari kita lanjut membaca ayat 40, Yesus berkata, “…40
Tetapi sekarang kamu berusaha membunuh Aku; seorang Manusia yang telah mengatakan kebenaran kepadamu, yang Kudengar dari Allah;
Abraham tidak pernah berbuat demikian.41
Kamu mengerjakan pekerjaan bapakmu.’ Lalu
mereka berkata kepadaNya, ‘Kami tidak
dilahirkan dari zinah, kami punya satu Bapa,
yaitu Allah.’ 42 Kata Yesus
kepada mereka, ‘Andaikan Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku,
sebab Aku berasal dan datang dari Allah. Dan
Aku juga tidak datang atas kehendak-Ku
sendiri, melainkan Dialah yang telah mengutus
Aku. 43 Mengapa kamu tidak
mengerti kata-kata-Ku? Sebab kamu tidak
dapat menangkap firman-Ku. 44 Kamu berasal dari bapakmu, si Iblis, dan
keinginan bapakmulah yang mau kamu lakukan. Ia adalah pembunuh manusia
sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada
kebenaran. Apabila ia mengucapkan dusta, dia bicara dari sumbernya sendiri, sebab ia
adalah pendusta dan bapak segala dusta.”
Apakah mereka anak-anak Abraham? Apakah mereka
benar-benar anak-anak Abraham? Iya, kata Yesus, “Aku
tahu, bahwa kamu keturunan Abraham”, tetapi mereka bukan. Di pihak lain ketika bangsa-bangsa lain menerima Yesus Kristus,
apakah mereka menjadi anak-anak Abraham?
Tentu saja! Perannya telah dibalik.
Now let's
continue here, we are told here in John 8 that Abraham looked forward to Christ's
day and he rejoiced, that is to say if Abraham had been alive in Christ's day
he would have gladly what? Received Him. But the Jews who claimed to be
children of Abraham wanted to
kill Jesus. How could they claim to have a closeness to Abraham and yet want to
do what Abraham would never have even thought of doing? By despising Jesus they showed that they
were really not the children of Abraham, but rather the children of the Devil.
Jesus therefore called them children of hell, they were to end up in the
everlasting fire prepared for the Devil and his angels; while the gentiles will
end up eating at the table with Abraham, Isaac, and Jacob.
Nah, mari kita lanjutkan di sini. Kita diberitahu di
sini, di Yohanes 8 bahwa Abraham menantikan hari Kristus, dan dia bersukacita,
artinya andaikan Abraham hidup di zaman Kristus, dia akan senang apa?
MenerimaNya. Tetapi orang-orang Yahudi yang mengklaim sebagai anak-anak Abraham
mau membunuh Yesus. Bagaimana mereka bisa mengklaim punya kedekatan dengan
Abraham namun mau melakukan apa yang tidak terpikirkan oleh Abraham untuk
melakukannya? Dengan membenci
Yesus mereka menunjukkan bahwa sesungguhnya mereka bukan anak-anak Abraham
melainkan anak-anak Iblis. Karena itu Yesus menyebut mereka
anak-anak neraka, mereka akan berakhir dalam api yang kekal yang disediakan
bagi Iblis dan malaikat-malaikatnya; sementara bangsa-bangsa bukan Yahudi akan
berakhir makan bersama semeja dengan Abraham, Ishak, dan Yakub.
Incidentally as
we've already seen the Jewish nation was burned, Matthew 22:7 when their city
was burned with fire, they wailed and gnashed their teeth. This affliction is
described in Luke 19:41-44 which we read. The tree that John the Baptist spoke
of was cut down cast into the fire, the kingdom was taken from the Jews and
given to a nation which produced the fruits thereof.
Nah, kita sudah melihat bahwa bangsa Yahudi dibakar,
Matius 22:7, ketika kota mereka dibakar api, mereka meratap dan mengertakkan
gigi. Penderitaan ini digambarkan di Lukas 19:41-44 yang sudah kita baca. Pohon
yang dibicarakan Yohanes Pembaptis ditebang dan dilemparkan ke api, kerajaan
diambil dari bangsa Yahudi dan diberikan kepada bangsa yang akan menghasilkan
buah darinya.
So is the
parable clear? Do we understand the purpose of the parable? Is the purpose of
the parable to teach the state of the dead? NO! It's for us to understand that
in order to be children of Abraham and to inherit the promises that God gave to
Abraham, we have to have the spirit of Abraham, we have to be generous with
other individuals, we have to have a passion to win them for Jesus Christ.
Jadi apakah perumpamaan ini jelas? Apakah kita paham
tujuan perumpamaan ini? Apakah tujuan perumpamaan ini untuk
mengajarkan status orang mati? TIDAK! Ini supaya kita paham bahwa untuk menjadi
anak-anak Abraham dan mewarisi janji-janji yang Allah berikan Abraham, kita
harus memiliki roh Abraham, kita harus bermurah hati kepada orang-orang lain,
kita harus punya semangat untuk memenangkan mereka bagi Yesus Kristus.
And so in the
church you have two kinds of people, as we've already studied. You have those
who claim to be God's people, like most of the Jews in Christ's day. But the
Bible tells us that they really are not on God's side. And then you have those
who perhaps many times we say, well, there's not much hope for them, but really
the Holy Spirit is wooing them, is working for them, and they're closer to
Jesus than we are.
Maka di dalam gereja ada dua jenis manusia, seperti yang
telah kita pelajari. Ada mereka yang mengklaim sebagai umat Allah seperti
kebanyakan orang Yahudi di zaman Kristus, tetapi Alkitab memberitahu kita bahwa
sesungguhnya mereka tidak di pihak Allah. Kemudian ada mereka yang mungkin
sering kita katakan, “tidak banyak yang bisa diharapkan dari mereka”, tetapi
sesungguhnya Roh Kudus sedang merayu mereka, sedang bekerja untuk mereka, dan
mereka malah lebih dekat kepada Yesus daripada kita.
Now the last
part of this study we don't have time to cover because we only have like three
minutes left. It deals with the end of evil, what it does is it takes other
passages from Scripture and study those passages from Scripture about the final end of the wicked. You know,
there's some expressions in the Bible
that appear to be difficult, for example “they shall be cast into everlasting
fire”. The Bible says they will be cast into everlasting fire. Notice that the
everlasting fire is really the glory of God. I’ve done an entire
lecture on this. You know, God is a consuming fire, right? So how long has God
been a consuming fire? Forever. God is a consuming fire forever. So are
the wicked cast into the fire, are they consumed by the everlasting fire? Yeah,
because Ellen White tells us that the glory of God which is the fire, destroys
them. So it is the fire that is everlasting, not what the fire consumes. The
fire is everlasting, which is God's glory. But what the fire consumes is not
everlasting. That's the reason why the Bible says that God destroyed Sodom and
Gomorrah with eternal fire. They're not
burning now. In fact it says in 2 Peter 2:6 that the cities were reduced to
ashes. Have any of you ever tried to build a fire with ashes? The ashes are the
result of total consumption. Once the matter has been consumed there's nothing
more to consume. So what is everlasting fire? Everlasting fire is the glory of
God.
Nah, bagian akhir dari pelajaran ini kita tidak punya
waktu untuk meliputnya karena kita hanya punya sekitar 3 menit. Ini bicara
tentang akhir dari kejahatan. Apa yang dilakukan ialah mengambil dari ayat-ayat
lain di Kitab Suci dan mempelajari ayat-ayat dari Kitab Suci tentang akhir
orang-orang jahat. Kalian tahu, ada beberapa ungkapan di Alkitab yang
sepertinya sulit, misalnya “mereka akan dilemparkan ke dalam api yang kekal”.
Alkitab mengatakan mereka akan dilemparkan ke dalam api yang kekal. Simak bahwa
api yang kekal sesungguhnya
adalah kemuliaan Allah. Saya telah membuat satu ceramah lengkap
mengenai ini. Kalian tahu, Allah adalah api yang menghanguskan, benar? Jadi
sudah berapa lama Allah itu api yang menghanguskan? Selamanya. Allah adalah api yang menghanguskan
selamanya. Jadi, apakah orang jahat dilemparkan ke dalam api,
apakah mereka habis dilalap oleh api yang kekal? Iya, karena Ellen White
memberitahu kita bahwa kemuliaan Allah yaitu api itu, memusnahkan mereka. Jadi yang kekal itu apinya, bukan apa
yang dibakar. Apinya yang kekal, yang adalah kemuliaan Allah.
Tetapi apa yang dilalap api itu tidak kekal. Itulah alasannya mengapa Alkitab
mengatakan bahwa Allah telah memusnahkan Sodom dan Gomora dengan api kekal.
Kedua kota itu tidak terbakar sekarang. Bahkan dikatakan di 2 Petrus 2:6 bahwa
kota-kota itu dijadikan abu. Adakah di antara kalian yang pernah mencoba
membuat api dengan abu? Abu adalah hasil dari total pembakaran. Sekali benda
itu dilalap habis, tidak ada lagi yang dibakar. Jadi api kekal itu apa? Api
kekal itu kemuliaan Allah.
And by the way
who's going to live in the everlasting fire? You know the Protestants say “You
know, the wicked are going to live in the everlasting fire.” Wrong! Isaiah 33:12-16
says that it
is the righteous who are going to live in the everlasting fire, in the
everlasting burnings, because they have a fireproof character.
Do you remember
the story of the three young men that were thrown into the fiery furnace? This
was just a human fire, but they were faithful to God, they had a character that
was sterling, and therefore the fire did not consume them. Well, that's a
little symbol of the end of time, the righteous will be able to inhabit in the
midst of the everlasting fire, in the presence of the glory of God, and not be
consumed. The wicked however, will be consumed by the everlasting fire, they
will be consumed by the glory of God. And then after they go out, after they’re
reduced ashes, then God will make a new heavens and a new earth where
righteousness dwells and God's people will be able to dwell in the presence of
a holy God forever and ever.
That's our
glorious hope. But we need to be like Abraham, generous, loving Jesus, having
an intimate relationship with Him, and then we can have the assurance of being there
forever with the Lord.
Nah, siapa yang akah hidup di api yang kekal? Kalian tahu
kelompok Protestan berkata, “Kalian tahu, orang-orang jahat yang akan hidup di
api yang kekal.” Salah! Yesaya 33:2-16 mengatakan bahwa yang benar yang akan hidup di api yang kekal, dalam
pembakaran yang kekal, karena mereka punya karakter yang tahan
api.
Ingatkah kalian kisah ketiga pemuda yang dilemparkan ke
dalam tungku api? Itu hanya api buatan manusia, tetapi mereka setia kepada
Allah, mereka punya karakter yang cemerlang, dan oleh karenanya api itu tidak
membakar mereka. Nah, itu sebuah simbol kecil dari akhir dunia, orang-orang
benar akan sanggup hidup di tengah-tengah api kekal, di hadirat kemuliaan
Allah, dan tidak terbakar. Namun yang jahat akan dibakar oleh api kekal, mereka
akan dilalap oleh kemuliaan Allah. Lalu setelah mereka padam, setelah mereka
menjadi abu, maka Allah akan membuat langit baru dan bumi baru di mana
kebenaran tinggal dan umat Allah akan sanggup hidup di hadirat Allah yang kudus
selama-lamanya.
Itulah harapan mulia kita. Tetapi kita harus menjadi
seperti Abraham, murah hati, mengasihi Yesus, memiliki hubungan yang intim
denganNya, kemudian kita bisa punya jaminan akan berada di sana selamanya
bersama Tuhan.
10 12 24
No comments:
Post a Comment