THE GREAT PROPHECIES OF THE OLD TESTAMENT 1
Part 03/25 - Stephen Bohr
THE
CERTAINTY OF GOD’S PROMISES
https://www.youtube.com/watch?v=qKfRNPtN9j8
Dibuka
dengan doa.
Okay, let's go to
page 27 in our study notes, and let me just review briefly where we left off
last time. We were talking about the difference in God's understanding of time
and our understanding of time. You see, God lives in the eternal present. God is the I AM.
The past, the present, and the future are the same for Him, that's why
we noticed that Jesus is the Lamb of God slain from the foundation of the world.
From God's perspective it's a done deal way back there. For us, we know that it happened at a certain point in time.
Baiklah,
mari kita ke hal. 27 di makalah kita, dan izinkan saya mengulang
secara singkat di mana kita berhenti di sesi yang lalu. Terakhir kita bicara
tentang perbedaan pengertian Allah mengenai waktu dan pengertian kita mengenai
waktu. Kalian lihat, Allah
hidup di kekekalan masa kini. Allah itu Sang AKU ADA. Masa lampau, masa
sekarang, dan masa depan bagiNya itu sama. Itulah mengapa kita
melihat bahwa Yesus adalah Domba Allah yang disembelih dari fondasi dunia. Dari
perspektif Allah, itu sudah terlaksana jauh di masa kekekalan lampau, bagi
kita, kita tahu itu terjadi pada suatu waktu yang tertentu dalam sejarah.
Now we can also use
this concept of God's time and our time by answering the question when are our
names written in the Book of Life, and when are the names of the lost written
in the Book of Death, so to speak, or not written in the Book of Life. Well,
let's go to Revelation 17:8, we're in the middle of page 27, Revelation 17:8
it's speaking about those who worship the Beast. “ 8 The Beast that you saw
was, and is not, and will ascend out of the bottomless pit and go
to perdition. And those who dwell on the earth will
marvel, whose names are not written…” actually it's a
perfect tense in Greek, a better translation would be “whose names have not been written” because it's a perfect tense, it's not a strict past tense, “…whose names have not been written in the Book of Life from…” when? “…from the foundation of
the world, when they see the Beast that was, and is not, and yet is.”
Nah, kita juga bisa
memakai konsep waktu Allah ini dan waktu kita untuk menjawab pertanyaan
kapankah nama kita ditulis di Kitab Kehidupan, dan kapan nama mereka yang tidak
selamat ditulis katakanlah, di Kitab Kematian, atau tidak ditulis di Kitab
Kehidupan. Nah, mari kita ke Wahyu 17:8, kita di tengah-tengah hal 27, Wahyu
17:8, ini bicara tentang mereka yang menyembah Binatang itu, “8 Binatang yang telah kaulihat itu, pernah ada, dan sekarang tidak ada, dan akan muncul keluar dari lubang
yang tidak ada dasarnya, dan menuju kepada kebinasaan. Dan mereka yang diam
di bumi akan kagum, yang namanya tidak tertulis…” sebenarnya dalam bahasa Greekanya ini
dalam Perfect Tense, jadi terjemahan yang lebih tepat ialah, “…yang namanya tidak pernah ditulis di dalam kitab kehidupan” karena ini dalam Perfect Tense, bukan Past Tense. Jadi, “…yang namanya tidak pernah ditulis di dalam kitab kehidupan dari…” kapan? “…dari fondasi
dunia, ketika
mereka melihat Binatang yang pernah ada, dan sekarang tidak ada, namun ada.”
So when is it that the names
of the wicked are not in the book of life? From when? From the
foundation of the world, which would mean that the names of the faithful are
written in the Book of Life from the foundation of the world.
Jadi kapan nama orang-orang jahat tidak berada di Kitab Kehidupan? Sejak kapan? Dari fondasi dunia, yang berarti nama-nama mereka yang
setia ada tertulis di Kitab Kehidupan dari fondasi dunia.
But now we have a
problem. Ellen
White wrote that our names are written when we are baptized. So Ellen
White contradicts the Bible, right? Wrong! When we understand the difference of
God's perspective of time and ours. Let's read her statement, God's Amazing Grace the devotional book page 143, “Let those
who
received
the imprint
of God by baptism…”
so she's talking about baptism, right?
“…heed these words,…” and the words are
when the Father spoke, “This is my beloved Son, in whom I
am well pleased”. So “…Let those who received the
imprint of
God by
baptism
heed these words, remembering that upon them the Lord has
placed His signature, declaring them
to
be His sons and daughters. The Father, the Son, and the Holy Ghost,…”
this is one of the many statements of Ellen White where she
clearly indicates that there are three Persons in the Godhead: the Father, the
Son, and the Holy Ghost, “…powers infinite and omniscient, receive those who truly enter into covenant relation with God. They are present at every…”
what? “…baptism, to receive the candidates who have
renounced the world and have
received Christ into the soul temple. These candidates…” once again speaking about baptism “…These candidates have entered into the family of God, and their
names are inscribed in the Lamb's
book of life.”
So when are the
names of the saved written in the Book of Life? Is it before the foundation of
the world or is it when they are baptized? The answer is Yes!
Tetapi
sekarang kita punya problem. Ellen
White menulis bahwa nama kita ditulis ketika kita dibaptis. Jadi
Ellen White bertentangan dengan Alkitab, benar? Salah! Bila kita mengerti
perbedaan antara perspektif Allah mengenai waktu dan perspektif kita. Mari kita
baca pernyataan di buku devosi God’s
Amazing Grace hal. 143, “…Hendaknya
mereka yang menerima stempel Allah melalui baptisan…” jadi Ellen White bicara tentang baptisan, bukan? “…memperhatikan
kata-kata ini…” dan kata-kata itu ialah ketika Bapa mengatakan “Iniah AnakKu yang Kukasihi, padaNya Aku sangat berkenan” (Matius 3:17). Jadi, “…Hendaknya mereka yang menerima stempel
Allah melalui baptisan memperhatikan kata-kata ini, mengingat bahwa Tuhan telah
menempatkan tandatanganNya pada mereka, menyatakan mereka sebagai putra dan
putriNya. Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus…” ini adalah satu dari banyak
pernyataan Ellen White di mana dia dengan jelas mengindikasikan bahwa ada tiga
Pribadi dalam Keallahan: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. “…kekuasaan yang tanpa batas dan mahatahu, menerima mereka yang
sungguh-sungguh masuk ke dalam hubungan perjanjian dengan Allah. Mereka hadir
di setiap…” apa? “…baptisan,
untuk menerima calon-calon yang sudah menolak dunia dan menerima Kristus ke
dalam Bait Suci jiwa. Calon-calon ini…” sekali lagi bicara tentang
baptisan,
“…Calon-calon ini sudah masuk ke dalam keluarga Allah, dan nama-nama
mereka ditulis di Kitab Kehidupan Sang Domba.”
Jadi kapan nama-nama mereka yang
selamat ditulis di Kitab Kehidupan? Sebelum fondasi dunia atau pada saat mereka
dibaptis? Jawabannya ialah Ya!
Let's pursue this
on the next page. This seeming contradiction between Revelation 13:8 and Ellen
White's statement is resolved when we recognize that:
v Revelation 13:8 refers to what? God's
foreknowledge about who would be saved.
v And Ellen White’s
statement refers to the moment when the saved chose to act out what was
eternally in the mind of God.
Are you with me or
not?
Mari kita
kupas ini di halaman berikutnya. Kontradiksi yang sepertinya ada antara Wahyu
13:8 dan pernyataan Ellen White itu terselesaikan saat
kita menyadari bahwa:
v Wahyu 13:8 mengacu kepada apa? Kemahatahuan Allah
yang tahu semua sebelum terjadi, tentang siapa yang akan diselamatkan.
v Dan pernyataan Ellen White mengacu kepada momen
ketika yang selamat memilih untuk bertindak seperti apa yang
sejak masa kekekalan sudah ada dalam pikiran Allah.
Apakah
kalian mengikuti saya atau tidak?
Throughout eternity
God foreknew who would choose to accept the atonement, and those who would not.
In other words, God from eternity past knew the
choices that people would make, but He did not make the choices for them.
Is this clear? Did God know the choices that people would make? Yes! Did He make those choices for them? Absolutely
not! There
is a difference between predestination and predetermination.
Sepanjang
masa kekekalan, Allah sudah tahu sebelumnya
siapa-siapa yang akan memilih untuk menerima penebusan dan
mereka yang tidak mau. Dengan kata lain, dari
masa kekekalan lampau, Allah sudah tahu pilihan-pilihan yang akan dibuat manusia,
tetapi Dia tidak membuatkan pilihan itu untuk mereka. Apakah ini
jelas? Apakah Allah tahu apa pilihan yang akan dibuat manusia? Ya! Apakah Allah
yang membuatkan pilihan itu untuk mereka? Sama sekali tidak! Ada perbedaan antara
predestinasi dan predeterminasi.
God predestined us to salvation
because He foreknew the choice that we would make. God predestined us
based on our choice, not His. The apostle Peter wrote that God elected
individuals on the basis of His foreknowledge of the choices that they would make.
The word πρόγνωσις [prognōsis] “foreknowledge" appears two times in the New Testament, and a related word appears five times. What is
the meaning of these words?
v One is πρόγνωσις [prognōsis],
v and the other one
is προγινώσκω [proginóskó]. So
one is actually the verb, προγινώσκω [proginóskó] is the verb.
Allah menentukan kita untuk selamat
karena Dia sudah tahu sebelumnya pilihan-pilihan yang akan kita ambil. Allah menentukan kita berdasarkan pilihan yang
kita buat, bukan pilihanNya. Rasul Petrus menulis bahwa Allah memilih
individu-individu berdasarkan kemahatahuan Allah tentang pilihan-pilihan yang
akan mereka buat. Kata πρόγνωσις [prognōsis] “pengetahuan akan yang belum terjadi” muncul dua kali di Perjanjian Baru, dan sebuah kata
yang terkait muncul lima kali. Apa arti dari kata-kata ini?
v Yang satu πρόγνωσις [prognōsis].
v Dan yang lain προγινώσκω [proginóskó], jadi
yang ini adalah kata kerjanya, προγινώσκω [proginóskó] itu kata
kerjanya.
Now let's pursue this.
The word “foreknowledge” appears two times, and it means in Greek “knowing something
in advance”. In English the word means a “forecast of the likely outcome of a situation”. I would eliminate the word “likely” when it
comes to God.
Nah mari
kita lanjutkan. Kata “pengetahuan
tentang yang belum terjadi” muncul
dua kali, dan dalam bahasa Greeka itu berarti “mengetahui sesuatu sebelumnya”.
Dalam bahasa Inggris kata tersebut berarti “suatu ramalan
tentang akibat yang mungkin dihasilkan sebuah situasi”. Saya akan
menghilangkan kata “mungkin” bila itu berkaitan dengan Allah.
The apostle Peter
explained, and this is an important verse, that God elected the saved according to the
foreknowledge of the Father. In other words, the Father elected those
whom He foreknew would choose salvation. Let's read this these verses, 1 Peter
1:1 and 2,
“1 Peter, an apostle of Jesus
Christ, to the pilgrims of the dispersion in Pontus,
Galatia, Cappadocia, Asia, and Bithynia,…” now notice, “…2 elect…” on the basis of what?
“…elect according to the foreknowledge of God the Father…” who does God elect? Those that He foreknew what their choice would
be. So once again, “…elect according to the foreknowledge…” the word is πρόγνωσις [prognōsis] where we get the word “prognosis”
from in English, “…of God the Father in sanctification of the Spirit,
for obedience and sprinkling of the blood of Jesus Christ: Grace to
you and peace be multiplied.”
So the word πρόγνωσις [prognōsis] is used here to translate the word
“foreknowledge”. So God elects people on the basis of His what? Of His
foreknowledge about the choice that they're going to make. He does not
arbitrarily say, “These are in the Book
of Life, and these are in the Book of Death, and don't ask Me why.” That's not the way that God operates.
Rasul Petrus menjelaskan ~ dan ini adalah ayat yang
penting ~ bahwa Allah memilih yang
diselamatkan menurut pengetahuan Bapa tentang hal-hal yang belum terjadi.
Dengan kata lain, Bapa memilih mereka yang sudah diketahuiNya sebelumnya bahwa
mereka itu akan memilih keselamatan. Mari kita
baca ayat-ayat ini, 1 Petrus 1:1-2, “1 Dari Petrus, seorang rasul Yesus Kristus, kepada para peziarah dari penyebaran di Pontus,
Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia…”
sekarang simak, “…2 yang
dipilih…” berdasarkan apa? “…2 yang dipilih sesuai dengan pengetahuan Allah Bapa akan hal-hal yang belum terjadi…”
siapa yang dipilih Allah? Mereka yang sudah diketahui Allah
sebelumnya apa yang akan mereka pilih. Jadi sekali lagi, “…2 yang dipilih sesuai dengan pengetahuan Allah Bapa akan hal-hal
yang belum terjadi…” katanya ialah πρόγνωσις [prognōsis] dari mana kita mendapat kata
“prognosis” dalam bahasa Inggris, “…dalam pengudusan oleh Roh, untuk
ketaatan dan percikan darah Yesus Kristus. Rahmat
dan damai sejahtera bagimu dilipatgandakan.”
Maka kata
πρόγνωσις [prognōsis] di sini
dipakai untuk menerjemahkan kata “pengetahuan
sebelumnya”. Jadi Allah memilih orang berdasarkan apaNya? Berdasarkan
pengetahuanNya sebelumnya akan pilihan yang bakal diambil
orang-orang itu. Allah tidak berkata dengan sewenang-wenang,
“Orang-orang
ini masuk Kitab Kehidupan, dan yang itu masuk Kitab Kematian, dan jangan tanya
Aku alasannya.” Allah tidak bekerja
seperti itu.
Let's notice also Acts
2:22 and 23 where the same word πρόγνωσις [prognōsis] is. “22 ‘Men of Israel, hear these words:
Jesus of Nazareth, a Man attested by God to you by miracles, wonders, and
signs which God did through Him in your midst, as you yourselves also
know— 23 Him, being
delivered by the determined purpose and foreknowledge of God…” did God know that Jesus was going to be crucified in eternity
past? Yes or No? Yeah! So it says here, “…being delivered by the
determined purpose and foreknowledge of God…” God knew that this was going to happen
“…you have taken by lawless hands, have crucified, and put to
death;…”
Mari kita juga simak Kisah 2:22-23 di mana kata
yang sama πρόγνωσις [prognōsis] juga
ada. “22 Hai orang-orang Israel, dengarlah kata-kata ini: Yesus dari Nazaret, satu Manusia yang telah dibuktikan oleh Allah kepadamu melalui mujizat-mujizat, keajaiban-keajaiban, dan
tanda-tanda yang dilakukan Allah melalui Dia
di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu sendiri
pun tahu. 23 Dia, yang diserahkan demi
tujuan yang telah ditentukan dan pengetahuan Allah akan hal-hal yang belum terjadi,…”
apakah di masa kekekalan lampau Allah sudah tahu bahwa Yesus
akan disalibkan? Ya atau Tidak? Iya! Jadi dikatakan di sini, “…yang diserahkan demi tujuan yang
telah ditentukan dan pengetahuan Allah akan
hal-hal yang belum terjadi…” Allah
sudah tahu ini akan terjadi, “…telah kamu tangkap dengan tangan-tangan yang melanggar Hukum,
dan. telah disalibkan dan dibunuh.”
Now another word προγινώσκω [proginóskó] which is the
verbal form, means “foreknow”, it's used
five times in the New Testament. Let's
notice all five times.
Acts 26:5, here the
apostle Paul is talking about individuals that knew him in his early days. It
says there, “They…” that is the Jews “… knew me from the first…” that's προγινώσκω [proginóskó],
in other words, in the
past they knew him, “…if
they were willing to
testify, that according to the strictest
sect of our
religion I lived a Pharisee.” So “they knew that I lived as a Pharisee.”
Nah, kata lain
προγινώσκω [proginóskó] yang
adalah kata kerjanya, berarti “tahu lebih dulu”, ini dipakai lima kali di
Perjanjian Lama. Mari kita simak semua lima kalinya.
Kisah 26:5, di sini rasul Paulus bicara
tentang orang-orang yang mengenalnya di masa sebelum dia bertobat. Dikatakan di
sana, “5 Mereka…” yaitu
orang-orang Yahudi, “…sudah mengenal
aku dari semula…” itu προγινώσκω [proginóskó], dengan kata lain, di masa lalu mereka
sudah mengenalnya, “…jika mereka mau memberi kesaksian, menurut mazhab yang paling ketat dalam agama kita, aku dulu hidup sebagai seorang Farisi…” “Jadi mereka dulu sudah tahu bahwa dulu aku hidup sebagai
orang Farisi.”
Romans 11:2
speaking about the election of Israel, “ 2 God has not cast away His
people whom He…” what?
“…whom He foreknew…” Did God know all
about Israel's experience, Israel's history, beforehand? Of course He did. It's
talking about His foreknowledge of what would happen with Israel. He's not
determining what happened with Israel, He foreknew what was going to happen
with Israel. So it says, “… 2 God has not cast away His
people whom He foreknew…” once again it's the
word προγινώσκω [proginóskó].
Roma 11:2 bicara tentang dipilihnya Israel, “2 Allah tidak membuang
umat-Nya yang telah Dia…” apa? “…telah Dia ketahui
sebelumnya…” apakah
Allah tahu semua pengalaman Israel, sejarah Israel sebelumnya? Tentu
saja iya. Ini bicara tentang kemahatahuan Allah tentang apa yang akan terjadi
pada Israel. Allah tidak menentukan apa yang terjadi pada Israel, Dia sudah
tahu lebih dulu apa yang akan terjadi pada Israel. Jadi dikatakan, “…2 Allah tidak membuang
umat-Nya yang telah Dia ketahui
sebelumnya…” sekali lagi itu kata προγινώσκω [proginóskó].
And then Romans
8:29, is really, really, an important verse. It says, “29 For whom He foreknew, He also predestined…” how does God predestine people? On the basis of His
foreknowledge, correct? Why does God predestine someone? Because He foreknew
what the decision of the person would be. So, “…29 For whom He foreknew, He also predestined to be
conformed to the image of His Son, that He might be the firstborn among many
brethren. 30 Moreover whom He
predestined…” and listen carefully now, He predestined based on His what?
Previously in the verse, His foreknowledge.
So it says, “…30 Moreover
whom He predestined…” and it's understood that it's because
He foreknew “…these He also…” what? “…called; whom He
called, these He also justified; and whom He justified, these He
also glorified.”
Lalu Roma 8:29 benar-benar sebuah ayat yang
penting, dikatakan, “29 Sebab siapa yang sudah
Dia ketahui dari semula, Dia juga menentukan dari semula…” bagaimana Allah menentukan dari semula? Berdasarkan kemahatahuanNya, Dia sudah tahu dari awal, benar? Mengapa Allah menentukan
seseorang? Karena Dia sudah tahu dari awal keputusan apa yang akan dibuat orang
tersebut. Jadi, “…29 Sebab siapa yang sudah Dia ketahui dari
semula, Dia juga menentukan dari semula untuk dijadikan serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Ia (= AnakNya) boleh menjadi yang
sulung di antara banyak saudara. 30 Selain
itu, siapa yang Dia tentukan dari semula…” dengarkan baik-baik sekarang, Allah
menentukan dulu berdasarkan apaNya? Tadi di ayat ini dikatakan kemahatahuanNya.
Jadi dikatakan, “…30 Selain
itu, siapa yang Dia tentukan dari semula…”
dan ini dimengerti karena Dia sudah tahu dari awal, “…mereka ini juga Dia…” apa? “…panggil; siapa yang Dia
panggil, mereka ini juga Dia benarkan; dan siapa yang Dia benarkan, mereka ini juga Dia
muliakan.”
Are you with me or
not? Are you understanding this point? Do we believe in predestination? Of
course we
believe in predestination, but the predestination is based on
what? On the
foreknowledge of God, on the πρόγνωσις [prognōsis] or the προγινώσκω [proginóskó], because He knows, He predestines.
Why didn't He
predestine the wicked? Because He knew that they were going to reject the
atonement.
Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?
Apakah kalian paham poin ini? Apakah
kita percaya ada predestinasi? Tentu saja kita
percaya ada predestinasi, tetapi predestinasi yang berdasarkan
apa? Yang berdasarkan pada kemahatahuan
Allah dari awal, pada πρόγνωσις [prognōsis]
atau προγινώσκω [proginóskó], karena
Allah tahu, karena itu Allah menentukan.
Mengapa Allah tidak mempredestinasi
orang-orang jahat? Karena Dia tahu mereka akan menolak penebusan.
Now let's notice 1 Peter
1:20, “ 20 He
indeed was foreordained…” that's the same word προγινώσκω [proginóskó] the verbal form. I
like the way it's translated in other versions, it's translated “He indeed was foreknown”, it appears that way in the American
Standard Bible, the English Standard Version, the New English Translation, the
New American Standard Bible, translate “He indeed was foreordained or foreknown” since when?
“…before the foundation of the world, but was…” what? “…manifest in these last times for you.” Our perspective.
Sekarang mari kita simak 1 Petrus 1:20, “20 Dia sungguh-sungguh sudah ditentukan…” ini
kata yang sama προγινώσκω [proginóskó], kata kerjanya. Saya suka caranya
versi-versi lain menerjemahkannya, ini diterjemahkan, “…Dia sungguh-sungguh sudah
diketahui sebelumnya…” ini
muncul di American Standard Bible, English
Standard Version, New English Translation, New American Standard Bible, yang menerjemahkan, “…Dia sungguh-sungguh sudah diketahui sebelumnya,…” sejak kapan? “…sebelum dunia dijadikan, namun…” apa? “…dinyatakan pada akhir masa ini untuk kamu…” Perspektif kita.
And then the last
time that the word προγινώσκω [proginóskó] appears in the New Testament is 2
Peter 3:17, “17
You therefore, beloved, since you
know this beforehand προγινώσκω [proginóskó] …” it means to know something beforehand, “…beware lest you also fall from your own steadfastness, being led away with the error of the wicked.”
Kemudian terakhir kalinya kata προγινώσκω [proginóskó]
muncul di Perjanjian Baru ialah di 2 Petrus 3:17, “17 Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang terkasih, oleh sebab kamu telah mengetahui hal-hal ini
sebelumnya…” προγινώσκω [proginóskó] artinya mengetahui sesuatu sebelumnya, “…waspadalah, supaya kamu jangan jatuh
dari keteguhanmu sendiri, karena disesatkan oleh kesalahan orang-orang yang
jahat.”
Now let's provide a
couple of biblical illustrations of this concept that God elects or God predestines those
whom He foreknew. Let's take the case of Jacob and Esau. Some are
puzzled by the verse where God says, before Jacob and Esau were born, that the
older would serve the younger. It almost sounds deterministic.
However, God did not arbitrarily choose Jacob and reject Esau, but rather
foreknew what choices they would make. Raise your hand if you understand what
I'm saying. Is predestination such a difficult thing to understand? Not really
when you look at it from this perspective.
Nah, mari
kita siapkan dua ilustrasi dari Alkitab mengenai konsep ini, bahwa Allah memilih atau Allah
mempredestinasi mereka yang sudah Dia ketahui dari awal. Mari kita lihat kasus Yakub dan Esau. Ada yang
bingung oleh ayat di mana Allah berkata sebelum Yakub dan Esau lahir, bahwa
anak yang sulung akan melayani yang bungsu (Kejadian 25:23). Kedengarannya nyaris seperti Allah yang
menentukan. Namun, Allah tidak secara sewenang-wenang/sepihak memilih Yakub dan
menolak Esau, melainkan Allah sudah tahu dari awal pilihan apa yang akan mereka
buat. Silakan angkat tangan kalian jika kalian paham apa kata saya. Apakah
predestinasi itu suatu hal yang begitu sulit untuk dimengerti? Sebenarnya tidak, bila
kita memandangnya dari perspektif ini.
Notice Romans 9:10-13,
“10
And not only this, but when Rebecca also
had
conceived by one man, even by our
father Isaac 11 (for the children
not yet being born, nor having done any good or evil, that the purpose of God according to election might stand,…” why did God elect
Jacob? Because He foreknew the character of Jacob. Why did He reject Esau?
Because He foreknew what Esau would choose. So once again, “…11
(for the children not yet being born, nor having done any good or
evil, that the purpose of God according to
election might stand, not of works but of Him who calls), 12
it was said to her, ‘The older shall serve the younger.’ 13 As it is written, ‘Jacob I have
loved, but Esau I have
hated.’…”
By the way when it says “Esau I have hated”, it's a simple way of saying “I
rejected him”, because God is not a
God of hate, okay? It's a way of saying that He accepted Jacob and He rejected
Esau.
Simak Roma 9:10-13, “10 Dan bukan hanya ini,
tetapi ketika Ribka juga telah
mengandung dari satu laki-laki, yaitu dari
Ishak, leluhur kita. 11 (sebab waktu itu anak-anak itu belum
dilahirkan, maupun belum melakukan apa pun yang baik atau yang jahat, -- supaya
rencana Allah menurut pemilihan-Nya boleh
berdiri,…” mengapa
Allah memilih Yakub? Karena Allah sudah tahu dari awal karakter Yakub. Mengapa
Dia menolak Esau? Karena Dia sudah tahu dari awal apa yang akan dipilih Esau.
Jadi sekali lagi, “…11 (sebab waktu
itu anak-anak itu belum dilahirkan, maupun belum
melakukan apa pun yang baik atau yang jahat,
-- supaya rencana Allah menurut pemilihan-Nya boleh
berdiri, bukan berdasarkan
perbuatan, tetapi berdasarkan Dia yang
memanggil) 12 dikatakan kepada Ribka, ‘Anak yang lebih tua akan menjadi hamba yang lebih muda,’ 13 seperti ada tertulis: ‘Yakub telah Aku kasihi,
tetapi Esau telah Aku benci.’ …” Nah,
ketika dikatakan “Esau telah
Aku benci” itu semata-mata mengatakan “Aku menolak dia”
karena Allah bukanlah Allah yang membenci, oke? Ini caranya mengatakan Dia
menerima Yakub dan Dia menolak Esau.
Let's take another
example. Judas Iscariot. God said to Judas,
“Tough luck, you're going to betray the Messiah, and you have no choice in the
matter.” True or False? False of course. In fact a thousand years before
Judas betrayed Jesus, it had already been predicted that he was going to betray
Him, so that sounds pretty deterministic, right? No! The Psalms are revealing
God's what? God's foreknowledge. The fact that God knew the choice that Judas
was going to make. In Acts 1:20, “20 ‘For it is written in the book of Psalms: ‘Let his dwelling place be desolate…” in other words, he wasn't going to return home because he was
going to commit suicide, “…and let no one
live in it’; and, ‘Let another take his office.’…” which is referring to the election of
Matthias to take the place of Judas.
So did God
determine that Judas would betray Jesus and he had no choice in the matter? No!
Did God foreknow that Judas was going to make this choice? Of course He did! So
did He reject Judas based on His foreknowledge? Yes!
Mari kita lihat contoh yang lain, Yudas Iskariot.
Allah berkata kepada Yudas, “Kamu sial, kamu yang akan mengkhianati Sang
Mesias, dan kamu tidak punya pilihan dalam hal itu.” Benar atau salah? Tentu saja salah. Malah seribu tahun sebelum Yudas
mengkhianati Yesus, sudah diramalkan bahwa dia akan mengkhianatiNya. Berarti
ini sepertinya sudah ditentukan, benar? Tidak! Kitab Mazmur menyatakan apa
Allah? Kemahatahuan Allah akan semua yang belum terjadi. Fakta bahwa Allah tahu
pilihan yang akan dibuat Yudas. Di Kisah 1:20, “20Sebab ada
tertulis dalam kitab Mazmur, ‘Biarlah tempat
tinggalnya menjadi terlantar…” dengan kata lain dia tidak akan pulang
ke rumahnya karena dia akan bunuh diri, “…dan biarlah tidak ada yang menghuninya’ dan ‘Biarlah orang lain mengambil jabatannya’…” yang
mengacu kepada dipilihnya Matias untuk menggantikan Yudas.
Jadi,
apakah Allah yang menentukan Yudas yang akan mengkhianati Yesus dan Yudas tidak
punya pilihan dalam hal itu? Tidak! Apakah Allah dari awal sudah tahu bahwa
Yudas akan membuat keputusan tersebut? Tentu saja Allah tahu! Jadi apakah Dia
menolak Yudas berdasarkan kemahatahuanNya? Ya!
Now let me give you
an example, might not be a perfect example, but I think it'll help us
understand a little better. The example of a train. Here is how predestination works.
Imagine that you are the conductor of a train, and you come to a place where
the tracks divide into a right track and a left track. There are two ways that
the train can turn to one track, or to the other track. The tracks can be
switched by someone in a booth outside the train. In that case, the conductor
has no choice as to which track the train will go. On the other hand, the
switch can be made by the conductor of the train from inside the train. In that
case the conductor does have a choice. So to speak, God knows beforehand
whether we will choose the salvation or perdition track, but He does not choose
for us by doing it in a booth, so to speak, outside of us.
Sekarang
saya akan memberikan sebuah contoh, mungkin bukan contoh yang sempurna tetapi
menurut saya ini bisa membantu kita mengerti sedikit lebih baik. Contoh dari
sebuah kereta api. Beginilah cara kerja predestinasi. Bayangkan kalian adalah
seorang kondektur kereta api, dan kalian tiba di sebuah persimpangan di mana
relnya bercabang ke kanan dan ke kiri. Ada dua cara bagi kereta
itu bisa membelok ke rel yang satu atau yang lainnya. Rel-rel itu bisa dialihkan oleh
seseorang yang berada di sebuah gardu di luar kereta. Dalam hal ini si
kondektur tidak punya pilihan ke rel mana kereta itu akan membelok. Di
pihak lain, peralihan itu bisa dibuat oleh si kondektur dari dalam kereta.
Dalam hal ini si kondektur punya pilihan. Katakanlah Allah sudah tahu
sebelumnya apakah kita akan memilih rel keselamatan atau rel kebinasaan, tetapi
Dia tidak membuat pilihan tersebut bagi kita dari dalam sebuah gardu di luar
kita.
The apostle Paul
wrote that God chose us from the foundation of the world, and predestined us to
adoption, according to the good pleasure of His will. Ephesians 1:4 and 5 says, “ 4 just
as He chose us in Him…” since when did He
choose us? Oh, “…before the foundation
of the world,…” so did He determine it that way, or
did in His foreknowledge He know that we were going to accept the provisions of
the atonement? He knew. So, “… 4 just as He chose us
in Him…” that is in Jesus
“…before the foundation of the world, that we should be holy and
without blame before Him in love, 5 having predestined us to adoption as sons by
Jesus Christ to Himself, according to the good pleasure of His
will, 6 to
the praise of the glory of His grace, by which He made us accepted
in the Beloved.”
Rasul Paulus menulis bahwa Allah telah memilih kita
dari fondasi dunia dan menetapkan untuk mengadopsi kita, menurut kemurahan
kehendakNya. Efesus 1:4-5 mengatakan, “4 Sebagaimana seperti Dia (Allah Bapa) telah
memilih kita dalam Dia (Yesus)…” sejak
kapan Dia memilih kita? Oh, “…sebelum dunia dijadikan,…”
jadi apakah Dia yang menentukannya demikian, atau karena
kemahatahuanNya Dia sudah tahu sebelumnya bahwa kita akan menerima penebusan
yang disediakan? Dia sudah tahu sebelumnya. Jadi, “…4 Sebagaimana seperti
Dia (Allah Bapa) telah memilih kita dalam
Dia (Yesus) sebelum dunia dijadikan,
supaya kita harus kudus dan tanpa cela di hadapan-Nya dalam kasih, 5 setelah
menentukan kita untuk diangkat menjadi
anak-anakNya melalui Yesus Kristus kepada
DiriNya, sesuai dengan kemurahan
kehendak-Nya, 6 untuk kepujian
kemuliaan kasih karunia-Nya, melalui mana
Dia telah membuat kita diterima di dalam Dia yang dikasihi.”
And now here we find
an interesting statement, this is in Ellen White's A Diary Entry for Sunday March 15, 1891, she wrote, listen carefully,
“In the mind of God, the ministry of men and women
existed before the world was created.” (Diary Entry for Sunday,
March 15, 1891, also found in: Manuscript Releases, volume 18,
p. 380). Notice that she doesn't say “in
the mind of God the ministry of men and women would
exist”, she uses the past tense.
v Since when has the
ministry of men and women existed from the perspective of God? Before the
foundation of the world.
v Since when has it
existed for us? Since now.
Because we're
dealing with two different perspectives of time.
Dan
di sini kita temukan pernyataan yang menarik, ini ada di A Diary Entry Minggu, 15 Maret, 1891, Ellen White menulis, dengarkan baik-baik, “…Di pikiran Allah, pelayanan laki-laki
dan perempuan sudah ada sebelum dunia diciptakan.” (Diary Entry for Sunday,
March 15, 1891, juga
ada di Manuscript
Releases, volume 18, hal. 380). Simak Ellen White tidak
berkata “Di pikiran Allah pelayanan laki-laki dan perempuan akan ada”,
dia memakai past tense “sudah ada”.
v Sejak kapan pelayanan laki-laki dan
perempuan ada menurut perspektif Allah? Sebelum fondasi dunia.
v Sejak kapan itu ada bagi kita? Sejak
sekarang.
Karena kita berurusan dengan dua
perspektif waktu yang berbeda.
Now we go back to
what we started with: the Sadducees and the resurrection. How certain can we be
of the resurrection? How certain can we be that if we die we will resurrect
from the dead? Well, let's answer this question from the book of Job.
You all know the
story of Job. He suffered intensely, physically, mentally, spiritually. He lost
all of his possessions, all of his servants, all of his children, his health,
the support of his wife, the support of his best friends, and it appeared that he
had also lost his best Friend who was God, because from chapter 3 to chapter 38
he's crying out to God, “Why do I cry out
and You don't answer?” He feels forsaken of God. But you know Job not only
had moments of depression and anxiety, Job also had some very high mountaintop
experiences throughout his ordeal, and one of those is in Job 14:7-12. Now in
these verses Job presents four metaphors.
1.
The first metaphor is the metaphor of
the cutting down of a tree, and then the tree sprouting up again.
2.
He uses the metaphor of the receding
waters of the sea, in a moment we're going to read this.
3.
He uses the metaphor of the drying up
of a river.
4.
And he uses the metaphor of going to
sleep and waking up.
Sekarang
kita kembali ke topik yang kita mulai tadi: orang-orang Saduki dan kebangkitan.
Seberapa pastikah kita tentang adanya kebangkitan? Seberapa pastikah kita bahwa
jika kita mati, kita akan bangkit dari kematian? Nah, mari kita jawab
pertanyaan ini dari kitab Ayub.
Kalian
semua tahu kisah Ayub. Dia telah menderita sangat hebat, secara fisik, mental,
dan spiritual. Dia kehilangan semua miliknya, semua hambanya, semua anaknya,
kesehatannya, dukungan istrinya, dukungan sahabat-sahabatnya, dan sepertinya
dia juga telah kehilangan Sahabatnya, yaitu Allah, karena dari pasal 3 hingga
pasal 38 dia berseru kepada Allah, “Mengapa aku berseru dan Engkau tidak menjawab?” Dia merasa diabaikan oleh Allah. Tetapi kalian
tahu, Ayub bukan hanya mengalami saat-saat depresi dan rasa takut, Ayub juga
mengalami perasaan yang melambung tinggi selama
penderitaannya, dan salah satunya itu ada di Ayub 14:7-12. Nah, di ayat-ayat
ini Ayub mengetengahkan empat metafora.
1. Metafora
pertama ialah metafora ditebangnya sebatang pohon, kemudian pohon itu bertunas
lagi.
2. Dia
memakai metafora air di laut yang surut, sebentar kita akan membaca ini.
3. Dia
memakai metafora sungai yang mengering.
4. Dan dia
menggunakan metafora pergi tidur dan bangun lagi.
Now let's read the
verses and find these four metaphors. “7 For there is hope for a tree, …”
the tree represents a person by the way, it's a metaphor of a person
“…if it is cut down…” that refers to
what? To death, “…there is hope for a tree, if it is cut down, that it will…” what? “…sprout again…” that's the
resurrection, right? Are you following me or not, the metaphor?
“…and that its tender shoots will not…” what? “…will not cease. 8 Though its root may grow
old in the earth…” like you're buried in the earth
“…and its stump may die in the ground, 9 Yet at
the scent of water…” this is God calling from the tomb
“…9 Yet at the scent of water it
will bud and bring forth branches like a plant…” and then he makes the application. “…10 But man dies and is laid away; indeed
he breathes his last and where is he?...” now comes two additional metaphors. “…11 As water
disappears from the sea, and a river becomes parched and dries up, 12 So…” this is the
comparison or in a similar way “…12 So
man lies down…” that's the metaphor of sleeping,
“…and does not…” what?
“…and does not rise…” praise the Lord
that the passage does not end there. What is the very next word? “Till”. “…12 So
man lies down and does not rise…” so is he going to
rise again? Yeah, because there's a “till”,
“…Till the Heavens are no
more…” when is it that the Heavens will be no more? At the second
coming. You say, “Well, what do you mean at the second coming?” Do you know
what's going to happen at the second coming?
Early Writings page 41 the sun, moon, and stars will be moved out of their
places, and the planet for a thousand years will be what? Dark. The Heavens are
no more. Of course after the Millennium God will make a new Heaven and a new earth and He's going to place the sun, moon, and stars where
they're supposed to be. So this is talking about the second coming. “…Till the Heavens are no more…” that's the second coming
“…they will not…” what? Aah,
“…awake…” that's a metaphor of going to sleep
and waking up, “… nor be roused from
their sleep…” And then Job because he's suffering
so intensely, he says, “…13 Oh, that You would hide me in
the grave, that You would conceal me until Your wrath is past, that You would
appoint me a set time, and remember me!...” Can we understand why Job
would say that? He wanted to rest in the grave. Now you know the word “grave”
here is the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] which many times is translated in
the King James version “hell”. So why would Job want to be hid in hell? The proper translation
of שְׁאוֹל[she'ôl] is “grave”, like it's translated
here in the New King James version. “…13 Oh, that You would hide me in
the grave, that You would conceal me until Your wrath is past, that You would
appoint me a set time, and remember me! 14 If a man dies…” that's "sleeps”, “…shall he live again?...” in other words, “wake up”. “…All the days of my hard
service I will wait, till my change comes. 15 You shall call…” to him who's sleeping,
“…You shall call, and I will answer You; You shall desire the work of
Your hands.”
Nah, mari kita baca ayat-ayat itu dan menyimak keempat
metafora ini. “7 Karena masih ada harapan bagi sebatang pohon…” pohon melambangkan seorang manusia, itu
adalah metafora seorang manusia, “…apabila ia ditebang…”
ini mengacu kepada apa? Kepada kematian, “…7 Karena masih ada harapan bagi sebatang pohon, apabila ia ditebang,
ia akan…” apa? “…bertunas kembali…” ini kebangkitannya, benar? Apakah
kalian mengikuti saya atau tidak, metaforanya? “…dan tunasnya yang muda tidak akan…” apa? “…tidak akan berhenti tumbuh. 8 Walaupun akarnya akan
menjadi tua di dalam tanah…” seperti
orang yang dikuburkan di dalam tanah, “…dan tunggulnya mungkin mati di dalam tanah, 9
namun ketika tercium air…” ini
Allah memanggil untuk keluar dari kubur, “…9 namun ketika tercium air, ia akan bersemi, dan menumbuhkan cabang-cabang seperti tanaman…”
lalu ia membuat aplikasinya. “…10 Tetapi
manusia mati dan dikuburkan; sesungguhnya ia
menarik nafasnya yang terakhir, dan di
manakah ia?…” sekarang muncul dua metafora tambahan. “…11 Seperti air menguap dari tasik, dan sungai menjadi retak-retak dan kering, 12 maka…” ini
adalah perbandingan atau persamaannya, “…maka seperti itulah manusia
berbaring…” ini
metaforanya “tidur”, “…dan tidak…” apa? “…dan tidak bangkit,…” puji Tuhan ayat ini tidak berhenti di
sini. Apa kata berikutnya? “Sampai”. “…12 maka seperti itulah manusia berbaring dan tidak
bangkit,…” jadi
apakah dia akan bangkit lagi? Iya, karena ada kata “sampai”, “…sampai langit tidak lagi ada…” kapan langit tidak ada lagi? Saat
Kedatangan Kedua. Kalian berkata, “Apa
maksudnya Kedatangan Kedua?” Tahukah
kalian apa yang akan terjadi saat Kedatangan Kedua? Early Writings hal. 41, matahari, bulan, bintang-bintang akan
bergerak keluar dari orbitnya, dan planet Bumi selama 1’000 tahun akan bagaimana? Gelap. Langit tidak akan ada lagi.
Tentu saja setelah Millenium Allah akan membuat langit baru dan bumi baru dan
Dia akan menempatkan matahari, bulan, dan bintang-bintang di mana mereka seharusnya berada. Jadi ini bicara tentang
Kedatangan Kedua. “…sampai langit tidak lagi ada…” ini
Kedatangan Kedua. “…Mereka tidak akan…” apa?
Aaah, “…bangun…” ini metafora “pergi tidur dan bangun lagi”, “…maupun dibangunkan dari tidur mereka…” Lalu Ayub, karena penderitaannya begitu
berat, dia berkata, “…13Ah, sekiranya Engkau mau menyembunyikan aku dalam kubur, sekiranya
Engkau mau menyembunyikan aku hingga
murka-Mu berlalu; sekiranya Engkau mau menetapkan satu
waktu bagiku, dan mengingat aku…” Bisakah
kita memahami mengapa Ayub berkata demikian? Dia ingin beristirahat di dalam
kubur. Sekarang kalian tahu kata “kubur” di sini adalah kata שְׁאוֹל[she'ôl] yang
seringkali di KJV diterjemahkan “neraka”. Untuk apa Ayub mau disembunyikan di
neraka? Terjemahan yang tepat dari שְׁאוֹל[she'ôl] adalah
“kubur”, seperti yang diterjemahkan di sini di NKJV. “…13 Ah, sekiranya Engkau mau
menyembunyikan aku dalam kubur, sekiranya Engkau mau menyembunyikan aku hingga murka-Mu berlalu;
sekiranya Engkau mau menetapkan satu waktu bagiku, dan mengingat aku. 14
Kalau
manusia mati,…” ini "tidur", “…akankah ia hidup lagi?…” dengan kata lain “bangun”. “…Selama semua hari pelayananku yang berat,
aku akan menunggu, hingga perubahanku tiba 15 Engkau akan memanggil,…” dia
yang sedang tidur, “…15 Engkau akan
memanggil, dan
aku akan menjawabMu; Engkau akan sangat merindukan buatan tangan-Mu.”
Now there's two
points that we need to pursue here. One point is the word “change”
because Job says here, “14…All the days of my hard
service I will wait, till my change comes…” Now that's an interesting
word in the Old Testament. It appears 12 times in the Old Testament, and in
nine of the 12 references it refers to a change of garments, or clothing.
Now what could Job mean by saying “till my change of garments comes”? The
answer is in 1 Corinthians 15. Let's go to 1 Corinthians 15:51-55, “51 Behold, I tell you
a mystery: We shall not all sleep…” is this dealing with the same theme as Job 14, “sleeping and waking up”? Yes! “…We shall not all sleep
but we shall all be changed— 52 in
a moment, in the twinkling of an eye, at the last trumpet…” when is the last trumpet? When Jesus comes, He comes with the
trump of God. “…For the trumpet will sound, and the dead will be raised
incorruptible, and we shall be changed. 53 For this corruptible must…” What? I like the Spanish version: “Vestir”. Anybody here
speaks Spanish? What does “Vestir”
mean? “to be clothed”. That's right. And in the Greek it's the word ἐνδύω [enduō] which is used in the New Testament to refer to a change of
garments. So it says, “…53 For this corruptible
must put on incorruption, and this mortal must put on immortality. 54 So when this corruptible has put on incorruption,
and this mortal has put on immortality, then shall be brought to pass the
saying that is written: ‘Death is swallowed up in victory. 55 O Death, where is your sting? O Hades, where is your victory?’..”
Nah, ada dua poin yang perlu kita bahas di sini.
Satu ialah kata “perubahan”
karena Ayub di sini berkata, ? “14 …Selama semua hari pelayananku
yang berat, aku akan menunggu, hingga perubahanku tiba…” Nah
ini kata yang menarik di Perjanjian Lama. Dia muncul 12 kali di Perjanjian
Lama, dan 9 dari 12 kali itu mengacu
kepada pergantian pakaian atau baju. Nah, apa yang dimaksud Ayub
dengan mengatakan “…hingga perubahan pakaianku tiba”? Jawabannya ada
di 1 Korintus 15. Mari kita ke 1 Korintus 15:51-55, “51 Lihat, aku beritahukan
kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan semua
tidur…” apakah
ini bicara tentang tema yang sama seperti Ayub 14, “tidur dan bangun”?
Ya. “…kita
tidak akan semua tidur, tetapi kita semuanya
akan diubahkan, 52 Dalam sesaat, dalam
sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir…” Kapan
nafiri yang terakhir? Saat Yesus datang, Dia datang dengan sangkakala Allah, “…sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan
dalam keadaan yang tidak akan binasa dan
kita semua akan diubah.53 Karena yang bisa
binasa ini harus…” apa? Saya suka versi Spanyolnya: “Vestir”. Adakah di sini yang berbahasa Spanyol? Apa artinya “vestir”? “mengenakan pakaian”, benar. Dan dalam
bahasa Greeka, katanya ialah ἐνδύω [enduō] yang di Perjanjian Baru dipakai
mengacu ke pergantian pakaian. Jadi dikatakan, “…53 Karena yang bisa binasa ini harus mengenakan yang tidak akan binasa, dan yang bisa mati ini
harus mengenakan yang tidak bisa mati. 54
Jadi ketika yang akan binasa ini telah mengenakan
yang tidak bisa binasa, dan yang bisa mati ini mengenakan yang tidak bisa mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang
tertulis: 'Maut telah ditelan dalam kemenangan. 55 Hai maut, di
manakah sengatmu? Hai kubur ᾅδης [hadēs] di manakah kemenanganmu?’"
How certain can we
be of this? For God it's already a done deal. Remember Luke chapter 20, “all live to Him”, Abraham, Isaac, and Jacob live to Him. Our loved ones, many who
died in the pandemic, live to Him. We don't have to wait till that time to say, “Oh, I hope that I'm
resurrected.” No! For us it's a hope, for Him it's a done deal. Glorious hope.
Sepasti apa kita tentang ini? Bagi Allah
ini sudah terlaksana. Ingat Lukas 20:38, “semua hidup bagiNya”, Abraham,
Ishak, dan Yakub, bagi Allah mereka itu hidup. Orang-orang yang kita kasihi,
banyak yang meninggal waktu pandemi, mereka itu
hidup bagiNya. Kita tidak usah menunggu hingga saat itu untuk berkata, “Oh, moga-moga aku dibangkitkan”. Tidak! Bagi kita itu sebuah pengharapan,
bagi Dia itu sudah terlaksana. Pengharapan mulia.
Now let's dwell for
a moment on the word “desire” כָּסַף [kâsaph], because Job says, “15 You shall call, and I will
answer You; You shall desire כָּסַף [kâsaph] the work of Your hands.” What is the work of God's hands? Us!
Notice Isaiah 64:8,
“8 But now, O Lord, You are our Father; we are the clay, and You
our potter; and all we are the
work of Your hand.”
That word “desire” כָּסַף [kâsaph] there is a very intense word in the
Hebrew language. It appears only five times in the Old Testament, and I want to
give you two of the texts so you see how intensely God wants us with Him.
It says in Genesis
31:30, this is Laban speaking to Jacob because he is on his way home, he's
dying to get home. Laban says to him, “30 …thou…” and this is King James “…sore longedst for home”. I like that, “thou sore longedst for home”. That's the word, the
word that is used here in Job 14 “desire”.
And then there's
Psalm 84:2, once again from the King James, and three words are used to
describe God's intense desire for us to be with Him, “2 My soul (1) longeth, yea, even (2) fainteth for the courts
of the LORD: my heart and my flesh (3) crieth out for the living God.”
How much does God
want to be with us? He’s כָּסַף [kâsaph]
“sore longedst” to be with us, the work of His hands.
Sekarang mari kita simak sebentar kata “rindu”
כָּסַף [kâsaph] karena Ayub berkata, “15 Engkau akan
memanggil, dan aku akan menjawabMu; Engkau
akan sangat merindukan כָּסַף [kâsaph] buatan tangan-Mu.” (Ayub 14:15). Buatan
tangan Allah itu apa? Kita!
Simak Yesaya 64:8, “8 Tetapi
sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami; kami adalah tanah liat dan Engkaulah penjunan kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu."
Kata “rindu” כָּסַף [kâsaph] itu menggambarkan perasaan yang sangat kuat
(intens) dalam bahasa Ibrani. Kata ini hanya muncul lima kali di Perjanjian
Lama, dan saya akan memberikan dua dari ayat-ayat tersebut supaya kalian bisa
melihat betapa kuatnya kerinduan Allah agar kita boleh bersamaNya.
Dikatakan di Kejadian 31:30, ini Laban
yang bicara kepada Yakub karena dia mau pulang, dia sangat rindu untuk pulang.
Laban berkata kepadanya, “30 …engkau…” ini dari KJV “…merindukan setengah mati rumah ayahmu…” Saya
suka ini, “engkau merindukan
setengah mati rumah ayahmu…” Itulah katanya, kata yang dipakai di
Ayub 14:15 “sangat merindukan”.
Lalu
ada Mazmur 84:2, sekali lagi dari KJV, dan tiga perkataan dipakai di sini untuk
menggambarkan kerinduan luar biasa Allah agar kita bisa bersama denganNya. “2 Jiwaku (1) sangat merindukan, ya, bahkan (2) seperti mau
mati, akan pelataran-pelataran TUHAN;
hatiku dan dagingku (3) berteriak memanggil Allah
yang hidup…”
Seberapa
intenskah Allah ingin bersama kita? Dia כָּסַף [kâsaph] “merindukan setengah
mati” untuk
bersama dengan kita, buatan tanganNya.
So I read once
again the two statements that we read before. “I AM means an eternal presence; the past, present, and future are alike to
God. He sees the most remote events of past history and the
far distant future with as clear a vision as we do those things that
are transpiring daily.” (Manuscript Releases,
volume 14, pp. 22, 23)
So for God the resurrection has already taken place because He
lives in an eternal present.
Jadi saya bacakan sekali lagi kedua
pernyataan yang sudah kita baca tadi. “…’AKU ADA’ berarti
suatu kehadiran yang kekal; masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang semuanya sama bagi Allah. Dia melihat
peristiwa-peristiwa yang paling lama dari sejarah masa lampau dan masa depan
yang paling jauh, sejelas penglihatan kita akan
hal-hal yang terjadi setiap hari.” (Manuscript Releases, volume 14, hal. 22, 23)
Jadi bagi Allah, kebangkitan sudah
terjadi karena Dia hidup di kekekalan masa kini.
And then we have
the statement from Desire of Ages 606, “God counts the things that are not as though they were. He sees the end from
the beginning,
and beholds the result
of
His
work as
though it were now
accomplished…”
so He sees the resurrection as already done, that's how sure we
can be, folks. She continues, “…The precious dead, from
Adam
down to the last saint who dies, will hear the voice
of the Son of God, and will come forth from the grave to
immortal life. God will be their God,
and
they shall be
His
people. There will be
a close and tender
relationship…” see this is the desire for the work
of His hands “…There will be
a close and tender
relationship between God and the risen saints. This condition,
which is anticipated in His purpose, He beholds as if it were already existing. The dead
live
unto Him.”
Kemudian ada
pernyataan dari Desire of Ages hal. 606, “…Allah memperhitungkan hal-hal yang belum ada seolah-olah
mereka sudah ada. Dia melihat akhirnya dari awal, dan melihat hasil kerjaNya
seolah-olah itu sekarang sudah selesai…” jadi Allah melihat kebangkitan
sebagai sudah terjadi, sepasti itulah kita bisa menerimanya, Saudara-saudra.
Ellen White melanjutkan, “…Orang-orang
mati yang terkasih mulai Adam terus hingga orang saleh terakhir yang mati, akan
mendengar suara Anak Allah, dan akan keluar dari kubur kepada hidup kekal.
Allah menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatNya. Akan ada hubungan
yang akrab dan lemah lembut…” lihat, inilah kerinduan untuk
buatan tanganNya “…Akan ada hubungan yang akrab dan lemah
lembut antara Allah dengan orang-orang saleh yang dibangkitkan. Kondisi ini,
yang sudah diantisipasi dalam tujuanNya, Dia melihatnya seolah-olah itu sudah
ada. BagiNya orang-orang yang mati, itu hidup.…”
Are you afraid of
dying? You know the thing that many people fear is death, and maybe the main
reason we fear death is because we're quite not ready for death, perhaps. Now I
travel a lot by aircraft, I've traveled
since 1991 going on 5 million miles, just on one airline, and I'm not going to
mention the name I don't want to give it any free promotion, they would have to
pay me for a promotion, they'd have to send a donation to Secrets Unsealed,
hehehe. But you know, I've traveled going on five million miles just on this
one airline.
And people ask me,
they say, “Pastor Bohr, aren't you afraid of getting on a plane?”
And I look and I
say, “No, why should I?”
“Because the plane
might fall out of the sky.”
And I say, “Well,
what's the problem?”
“You'll die.”
I say, “What's the
problem?”
Let's go to 1
Thessalonians chapter 4 which will be our last verse, 1 Thessalonians 4:15-17.
See, I tell him it's not a problem because I'm in Christ. It says there in 1
Thessalonians chapter 4, and let's read, actually not all of the verses from 15
to 17, it says, “16 For the
Lord Himself will descend from Heaven with a shout, with the voice of an
archangel, and with the trumpet of God…” and now notice, “…And
the dead in Christ will rise first…”
What is the key? To
be in Christ.
Apakah
kalian takut mati? Kalian tahu, yang ditakuti banyak orang ialah kematian, dan
barangkali alasan utamanya kita takut mati ialah karena kita tidak siap untuk
mati, mungkin. Nah, saya banyak bepergian dengan pesawat terbang. Sejak 1991
saya sudah bepergian hampir 5 juta mil, hanya dengan satu airline ~ dan saya
tidak akan menyebutkan namanya, saya tidak mau memberi mereka promosi gratis,
mereka harus membayar saya untuk promosinya, mereka harus mengirimkan donasi ke
Secrets
Unsealed, hehehe. Tetapi, saya sudah
banyak bepergian hampir 5 juta mil hanya dengan satu airline. Dan orang-orang
menanyai saya, “Pastor Bohr, Anda tidak takut naik pesawat?”
Dan saya
memandangnya dan berkata, “Tidak, memangnya mengapa?”
“Karena
pesawatnya bisa jatuh dari langit.”
Dan saya
berkata, “Lalu apa masalahnya?”
“Anda
bisa mati.”
Saya
katakan, “Apa masalahnya?”
Mari kita ke 1 Tesalonika pasal 4 yang akan menjadi
ayat kita yang terakhir. 1 Tesalonika 4:15-17. Lihat, saya katakan kepadanya
itu bukan masalah karena saya ada dalam Kristus. Dikatakan di 1 Tesalonika
pasal 4, dan sesungguhnya tidak perlu membaca semua ayatnya dari
15 ke 17, dikatakan, “16 Sebab TUHAN sendiri akan turun dari surga, dengan satu seruan, dengan suara Penghulu
Malaikat, dan dengan sangkakala Allah…” sekarang
simak, “…dan mereka yang mati dalam
Kristus akan lebih dahulu bangkit…”
Apa
kuncinya? Ada dalam Kristus.
Now the question is
how are we in Christ? How do we become in Christ? The way that we become
in Christ is the moment that we get baptized.
I made this call ~
I was in Ecuador recently in the city of Quito, we had about 1,200 people there ~ on Sabbath morning and Sabbath afternoon, and I mentioned this
that I'm mentioning to you now, that the moment that you're in Christ
officially, in the sight of God is when you're baptized, because at baptism you
become sons and daughters of God, you become members of the Heavenly family. We
had a phenomenal response when I made the call for baptism. We had probably
between 30 and 40 people that came forward and expressed their desire to be
baptized. And so the way that we become in Christ is through the incorporation ceremony
of baptism, and at that moment we're in Christ. And if we should die in
an accident, or an airplane falls, or whatever way, death means nothing to the Christian. because
if you're in Christ it's already a done deal. So I hope that we're comforted
with this, and that we will commit our life to Jesus Christ as our Savior and
as our Lord, and in this way we can have this glorious blessed hope, the hope
of the coming of the Lord, which for us is a hope, but for Him is a done deal,
it already took place. Are you with me?
Sekarang
pertanyaannya ialah, bagaimana kita bisa berada dalam Kristus? Bagaimana kita
menjadi ada dalam Kristus? Caranya kita
menjadi berada dalam Kristus ialah ketika kita dibaptis.
Saya
membuat panggilan (ajakan
untuk menerima Kristus) ~ waktu saya di Ekuador baru-baru ini, di kota
Quito, penduduknya sekitar 1’200 orang di sana ~ pada Sabat pagi dan Sabat
sore. Dan saya katakan apa yang saya katakan kepada kalian sekarang, yaitu
bahwa momen kita secara resmi berada dalam Kristus, di pemandangan Allah, ialah
ketika kita dibaptis. Karena pada saat dibaptis, kita menjadi putra dan putri
Allah, kita menjadi anggota keluarga surgawi. Kami mendapat respons yang
fenomenal ketika saya membuat panggilan untuk dibaptis. Kira-kira ada antara 30
sampai 40 orang yang maju dan menyatakan keinginan mereka untuk dibaptis.
Jadi caranya kita menjadi berada di dalam
Kristus ialah melalui upacara dimasukkannya kita ke dalam keluarga surgawi
dengan baptisan, dan pada saat itulah kita ada dalam Kristus.
Dan sekiranya kita mati dalam kecelakaan, atau pesawatnya jatuh,
atau dengan cara apa saja, kematian tidak berarti apa-apa bagi orang-orang
Kristen, karena kita ada dalam Kristus, itu sudah jaminan dibangkitkan. Jadi
saya harap kita terhibur dengan fakta ini, dan kita akan mau menyerahkan hidup
kita kepada Yesus Kristus, Juruselamat dan Tuhan kita, dan dengan cara ini kita
bisa memiliki harapan mulia, harapan kepada kedatangan Tuhan, yang bagi kita
itu suatu harapan, tetapi bagi Tuhan itu sudah kepastian, itu sudah terjadi.
Apakah kalian mengikuti saya?
So do you
understand a little bit better the issue of predestination, and election, and all
that? It's not rocket science, folks. You know, we don't believe in double predestination like Calvin. You know, that God chooses some to
be saved and some to be lost. And you say, “But
that's not just.” They say, “Who are
you to question God?” Folks, God cannot be more unrighteous than us, God
would be a monster if He chooses some to be saved and some to be lost, and they
have no choice in the matter.
Jadi
apakah kalian sudah paham sedikit lebih baik isu tentang predestinasi, dan
pemilihan, dan semua hal itu? Itu bukan sains roket, Saudara-saudara. Kalian
tahu, kita tidak meyakini predestinasi ganda seperti kelompok Calvin, bahwa
Allah memilih beberapa untuk diselamatkan dan
beberapa untuk tidak diselamatkan. Dan kita berkata, “Tapi itu tidak adil.” Maka mereka berkata, “Kamu siapa
mempertanyakan Allah?”
Saudara-saudara,
Allah tidak bisa lebih buruk daripada kita. Allah kan menjadi momok andai Dia
memilih beberapa untuk diselamatkan dan beberapa untuk tidak diselamatkan,
sementara manusia-manusianya sendiri tidak punya pilihan dalam hal itu.
Now let's go to
page 35 and begin our next study, “The Vision of Orderly Confusion”. You say, “No! That's a misnomer.” I mean it's an
oxymoron, how can you have orderly confusion? Well, let's pay close attention to
this lesson because it's related to Habakkuk as what I was mentioning before.
In 1968 secular
author Erik Von Daniken ~ and some of us around my age will
remember this ~ caused quite a stir when he
published his book Chariots of the Gods -
Unsolved Mysteries of The Past, in which he attempted to explain that the
exotic vision of Ezekiel chapter 1 was describing a UFO, an unidentified flying
object. His work at the time created a tremendous excitement and sensation. In
fact, to-date over 25 million copies of his book have been printed and
purchased.
Sekarang
mari kita ke hal. 35 dan memulai pelajaran kita berikutnya, “The
Vision of Orderly Confusion” (Penglihatan
tentang Kekacauan yang Teratur). Kalian berkata, “Tidak! Itu salah
istilah.” Maksud saya ini sesuatu yang
bertolak-belakang, bagaimana bisa ada kekacauan yang
teratur? Nah, mari kita simak baik-baik pelajaran ini karena ini terkait dengan
Habakuk seperti yang sudah pernah saya katakan.
Di tahun
1968, seorang penulis sekuler, Erik Von Daniken ~ dan beberapa dari kita yang
seusia saya akan ingat ~ telah menimbulkan kehebohan yang cukup besar ketika dia
menerbitkan bukunya Chariots of the Gods ~ Unsolved
Mysteries of the Past, di mana
dia berusaha menjelaskan bahwa penglihatan yang eksotis di Yehezkiel pasal 1
itu menggambarkan sebuah UFO (objek terbang yang tidak teridentifikasi).
Bukunya pada waktu itu menimbulkan geger dan sensasi besar. Malah, hingga hari
ini lebih dari 25 juta kopi dari bukunya itu telah dicetak dan dijual.
Ezekiel 1 is saturated
with a complex series of symbols that appear impossible to decipher. Why did
the Holy Spirit include this chapter in the Bible? What possible practical
purpose could this chapter have? Who can understand it? Why even bother to
preach about Ezekiel chapter 1? Why not dwell on the simpler portraits of Jesus
in the gospels? The reason is simple. Paul wrote that “16 All Scripture is given by inspiration of
God, and is profitable
for doctrine, for reproof, for correction, for instruction in
righteousness…” (2 Timothy 3:16). So God must have
included this chapter in the biblical Canon for a profitable purpose. In fact
Ellen White wrote that we need to carefully study the prophecies of Isaiah 6.
And by the way, on Sabbath morning they asked me to preach about Isaiah 6, the
title of the ASI meetings are, “Here Am
I, Send Me” which is Isaiah 6.
Yehezkiel
1 penuh dengan serangkaian simbol-simbol rumit yang tampaknya mustahil bisa
dipahami. Mengapa Roh Kudus memasukkan pasal ini dalam Alkitab? Tujuan praktis
apakah yang mungkin dimiliki pasal ini? Siapa yang bisa memahaminya? Untuk apa
repot-repot mengkhotbahkan Yehezkiel pasal 1? Mengapa tidak tetap saja pada
gambaran-gambaran Yesus yang lebih sederhana di kitab-kitab Injil? Alasannya
sederhana. Paulus menulis bahwa, “16 Segala tulisan Kitab
Suci itu diberikan oleh ilham dari
Allah, dan bermanfaat sebagai doktrin, untuk menegur
kesalahan, untuk memperbaiki yang salah, dan
sebagai petunjuk dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16) Jadi
tentunya Allah memasukkan pasal ini dalam kanon Alkitab untuk tujuan yang
menguntungkan. Bahkan Ellen White menulis bahwa kita harus mempelajari
nubuatan-nubuatan Yesaya pasal 6. Dan pas Sabat pagi mereka minta saya
berkhotbah tentang Yesaya pasal 6, judul dari pertemuan ASI adalah “Aku di
sini, utuslah aku” yang adalah Yesaya 6.
So Ellen White
tells us we should study the prophecies of Isaiah 6 and Ezekiel 1 and 2. I want to read that statement, it's found
as you can see in Christian Leadership page 26,
“The sixth chapter of Isaiah has a deep and important lesson for every one of
God's
workmen. Study it with humility and earnest prayer. The first and second chapters of Ezekiel should also be carefully studied.
The wheels within wheels represented in this
symbol was confusion to…”
whose eye? “…to the finite eye…” whose eyes are
those? Ours. “…But a hand of infinite
wisdom was revealed amid the wheels. Perfect order is brought
out of the confusion…” that's why I call this The Vision of Orderly Confusion “…Every wheel works in its
right place, in
perfect harmony with every
other part of
the machinery.”
Maka
Ellen White memberitahu kita bahwa kita harus mempelajari nubuatan-nubuatan
Yesaya 6 dan Yehezkiel 1 dan 2. Saya mau membacakan pernyataan tersebut, ini
ada di Christian Leadership hal. 26, “…Pasal keenam Yesaya mengandung pelajaran yang mendalam dan
penting bagi setiap pekerja Allah. Pelajari itu dengan kerendahan hati dan doa
yang tulus. Pasal yang pertama dan kedua dari Yehezkiel juga harus dipelajari
dengan hati-hati. Roda-roda di dalam roda-roda yang dilambangkan simbol itu
adalah kekacauan bagi…” mata siapa? “…mata yang fana…” mata siapa itu? Mata kita. “…Tetapi sebuah tangan hikmat yang infinit (tidak terbatas) dinyatakan di tengah-tengah
roda-roda itu. Keteraturan yang sempurna dihasilkan dari kekacauan itu…” itulah mengapa saya menyebut pelajaran ini Penglihatan dari Kekacauan
yang Teratur
“…Setiap roda bekerja di tempatnya yang tepat, dalam keserasian yang
sempurna dengan setiap bagian lain dari mesin tersebut.”
Now in order to
understand or decipher the meaning of these chapters we must learn to dig deep
into God's Word, allowing the totality of Scripture to explain its symbols,
because chapters 1 and 2 do not explain the symbols. So you have to go to other
places in Scripture that deal with the same symbol, it's the principle of Sola Scriptura. Deciphering the meaning
of the chapter takes prayer, time, effort, and a good Bible Concordance. As we
begin our study, we must remember that this is a symbolic portrayal that describes how
God administrates the universe. Each symbol has a profound meaning, and
when we decipher the meaning of each individual symbol, and we put all those
individual meanings together, we have a beautiful mosaic or end product.
Nah,
untuk bisa mengerti atau menerjemahkan arti dari pasal-pasal ini kita harus
belajar untuk menggali sampai dalam di Firman
Allah, mengizinkan keseluruhan Alkitab untuk menjelaskan simbol-simbolnya,
karena pasal-pasal 1 dan 2 tidak memberikan penjelasan tentang simbol-simbol
itu. Jadi kita harus ke tempat-tempat lain di Kitab Suci yang bicara tentang
simbol-simbol yang sama, inilah prinsip dari Sola Scriptura. Menerjemahkan makna dari pasal-pasal itu
membutuhkan doa, waktu, usaha, dan sebuah Konkordans Alkitab yang bagus. Saat
kita memulai pelajaran kita, kita harus ingat, bahwa gambaran simbol ini mendeskripsikan bagaimana Allah
mengatur alam semesta. Setiap simbol punya arti yang mendalam,
dan ketika kita mengupas makna setiap simbol dan kita persatukan semua maknanya
menjadi satu, kita akan mendapatkan sebuah mosaik atau hasil akhir yang cantik.
Now we need to take
into account the historical context of Ezekiel 1 and Ezekiel 2. Ezekiel 1-20, the
first 20 chapters describe events that took place in the year 592 BC, at this
point Jerusalem had experienced two captivities, one in 605 BC and the other in
597 BC, when Ezekiel was taken captive.
By the way, in the first captivity Daniel and his friends were taken in 605.
Ezekiel in the year 597. Now Jerusalem could see the handwriting on the wall.
God seemed to have forsaken the land. In Jerusalem all appeared to be in disarray,
everything appeared to be spinning out of control. It's in this context of the chaos in
Jerusalem and in Judah that God gave Ezekiel the vision in chapter 1,
actually it's chapters 1 through 11; but the introductory chapter is the one
that we're going to especially dwell on.
Nah, kita
perlu mempertimbangkan konteks historis Yehezkiel 1 dan Yehezkiel 2. Yehezkiel
1-20, 20 pasal yang pertama, menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di
tahun 592 BC, pada saat mana Yerusalem telah mengalami dua kali penawanan, satu
di tahun 605 BC dan yang lain di tahun 597 BC ketika Yehezkiel ikut kena tawan.
Nah, di penawanan yang pertama, Daniel dan teman-temannya ditawan di tahun 605
BC, Yehezkiel di tahun 597 BC. Nah Yerusalem seharusnya bisa melihat bagaimana
nasibnya. Allah sepertinya telah meninggalkan negeri itu. Di Yerusalem semuanya
kacau balau, semuanya seperti berputar keluar kendali. Jadi dalam konteks kekacauan di
Yerusalem dan Yudea inilah Allah memberi Yehezkiel penglihatan
di pasal 1, sebenarnya pasal 1 hingga 11; tetapi yang akan kita khusus simak
adalah pasal pengantarnya.
Now the chapter
begins with God coming to the Jerusalem Temple in a whirlwind from the north,
in a cloud enfolded in fire. Let's read Ezekiel 1:4, “4 Then I looked, and
behold, a whirlwind was coming out of the north, a great cloud…” so notice here there's a
great cloud, there's a whirlwind, and now notice what else there is
“…with…” what?
“…raging fire engulfing itself; and brightness was all around it and radiating
out of its midst like the color of amber, out of the midst of the fire.” Now when it says that this chariot, wind, fire, comes from the north,
where is it actually coming from? It's coming from Heaven, because Heaven is
north in the Bible.
Nah,
pasal itu mulai dengan Allah datang ke Bait Suci Yerusalem dalam angin puyuh
dari utara, dalam sebuah awan yang terbungkus api. Mari kita baca Yehezkiel
1:4, “4 Lalu aku melihat, dan terlihat, angin puyuh sedang datang dari utara, sebuah awan yang besar…” jadi
simak di sini ada awan besar, angin puyuh, dan sekarang simak apa lagi yang ada, “…dengan…” apa? “…api yang berkobar-kobar membungkus dirinya dan terang ada mengelilingi keseluruhannya; dan memancarkan sinar keluar dari tengah-tengahnya
seperti warna jingga, dari tengah-tengah api itu…” Nah, ketika dikatakan bahwa kereta ini, angin, api, datang
dari utara, sesungguhnya datang dari mana? Datang dari Surga,
karena Surga itu di Alkitab ialah utara.
By the way God's
directions of the compass are north and east; the devil's points of the compass
are west and south.
You say, “Why?”
Because it has to
do with the sun, light begins in the east, it reaches its highest intensity in
the north, and darkness begins in the west, and it has its deepest intensity in
the south in the Underworld. That's the reason why north is the place of God.
What evidence do we
have of that?
Well, Isaiah
14:12-14 says that Satan wanted to usurp God's throne. And where is God's
throne? It says there in Isaiah 14:12, “12 ‘How you are fallen
from…” where? “…from Heaven, O Lucifer, son of the morning! How you are cut down to the
ground, You who weakened the nations! 13 For you have said in your heart: ‘I will ascend…” where? “…into Heaven, I will
exalt my throne above the stars of God; I will also sit on the mount of
the congregation on the farthest sides of the…”
what? “…of the north; 14 I
will ascend above the heights of the clouds, I will be like the Most High.’…” And by the way, in the book of Psalms 48:1-2, it says that
Jerusalem is in the sides of the north.
And so this chariot with wheels that appear to be confused is coming
from Heaven.
Nah, arah
tempat Allah di kompas adalah utara dan timur; arah Iblis di kompas ialah barat
dan selatan.
Kalian
berkata, “Mengapa?”
Karena
itu berkaitan dengan matahari. Terang mulai di timur, dan mencapai intensitas
tertingginya di utara. Dan gelap mulai di barat, dan mencapai intensitas
terendahnya di selatan, di bumi bagian bawah. Itulah mengapa utara itu tempat
Allah.
Bukti apa yang kita miliki untuk hal itu? Nah,
Yesaya 14:12-14 mengatakan bahwa Setan mau merebut takhta Allah. Dan di mana
takhta Allah? Dikatakan di Yesaya 14:12, “12 Betapa engkau sudah jatuh dari…” mana? “…Surga,
hai Lucifer (Bintang Fajar), putera fajar! Betapa
engkau ditebang ke tanah, engkau yang telah melemahkan bangsa-bangsa!
13 Oleh sebab engkau telah berkata dalam hatimu: ‘Aku akan naik…” ke mana? “…ke Surga, aku akan meninggikan
takhtaku di atas bintang-bintang Allah, dan
aku juga akan duduk di bukit pertemuan, di sisi yang paling jauh di sebelah…” apa? “…utara. 14 Aku akan naik melampaui
ketinggian awan-awan, aku akan menjadi seperti
Yang Mahatinggi!’…”
Dan
ketahuilah di kitab Mazmur 48:1-2, dikatakan bahwa Yerusalem ada di sebelah
utara. Maka kereta yang beroda ini yang tampaknya membingungkan, itu datang
dari Surga.
Incidentally where
does the
sealing angel come from in Revelation 7? He comes from where the sun rises.
And where does the Loud Cry come from? An angel that descends from where? From Heaven,
from the north. And by the way, you have to connect this with Daniel 11
where it says that the King of the North
will be alarmed when news comes from the north and from the east: the Loud Cry
and the Sealing.
Nah, dari
mana datangnya malaikat yang
memeteraikan di Wahyu 7? Dia datang dari arah matahari terbit.
Dan dari mana Seruan Nyaring
datang? Seorang malaikat yang turun dari mana? Dari Surga, dari utara.
Nah, kita harus mengaitkan ini dengan Daniel 11:44 di mana dikatakan Raja
Negeri Utara akan panik ketika berita muncul dari sebelah utara dan timur:
Seruan Nyaring dan Pemeteraian.
So this scene is
depicting God's throne coming to Jerusalem from Heaven. And of course He's
accompanied by certain phenomena. Notice Psalm 104:3-4, wind and fire come with
this chariot. It says there in Psalm 104:3 “3 He lays the beams of His upper
chambers in the waters, Who makes the clouds…” what do clouds represent? Angels. He makes the clouds His what? Also the chariot of the angels, according to
this, He makes the clouds “…His chariot, Who walks on the wings of the…” what? “…of the wind, 4 Who makes…” and this is not a good translation,
“…Who makes His angels spirits,…” see, the problem
is that both in the Old and New Testament the word רוּחַ [rûach] in the Old Testament Hebrew, and the
word πνεῦμα [pneuma] in the New Testament are translated both “wind” and “spirit”.
You remember Nicodemus? Jesus said, “You
know? You see the wind that blows? You see the effects of the wind, but you
don't see the wind.” Well, it's the word πνεῦμα [pneuma], the very word that's used in the New Testament because this
passage is quoted in the New Testament. So it says, “…Who walks on the wings of the
wind, 4 Who
makes His angels spirits winds…” that's the way it
should be translated “…4 Who makes His angels spirits
winds, His ministers…” this is a
synonymous parallelism, He makes the
angels also what? “…a flame of fire.” So the angels are described as clouds, they're described as
winds, they're described as what? As fire.
Jadi adegan ini menggambarkan takhta Allah datang
ke Yerusalem dari Surga. Dan tentu saja Dia disertai oleh fenomena-fenomena
tertentu. Simak Mazmur 104:3-4, angin dan api datang bersama kereta ini.
Dikatakan di Mazmur 104:3, “3 Dia menempatkan tiang-tiang dari kamar-kamar
loteng-Nya di air-air, Yang menjadikan awan-awan…” awan-awan
melambangkan apa? Malaikat-malaikat. Dia membuat awan-awan menjadi apaNya? Juga
kereta-kereta dari malaikat, menurut ini. Dia membuat awan-awan menjadi “…kereta-Nya, Yang berjalan di atas sayap…”
apa? “…angin, 4 Yang menjadikan…”
dan ini bukan terjemahan yang tepat, “…4 Yang menjadikan malaikat-malaikatNya
roh,…” lihat, masalahnya ialah baik di Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru kata רוּחַ [rûach] di bahasa Ibrani
Perjanjian Lama dan kata πνεῦμα [pneuma] di Perjanjian Baru itu sama-sama diterjemahkan
“angin” dan “roh”. Kalian ingat Nikodemus? Yesus berkata, “Kau tahu? Engkau melihat angin yang
bertiup? Engkau melihat dampak angin itu, tetapi engkau tidak melihat
anginnya.” (Yohanes 3:8). Nah di
sini kata itu ialah πνεῦμα [pneuma] kata yang sama yang dipakai di Perjanjian Baru
karena tulisan ini dikutip di Perjanjian Baru. Maka dikatakan, “…Yang berjalan di atas sayap
angin, 4 Yang menjadikan
malaikat-malaikatNya roh angin,…”
seharusnya terjemahannya begini. “…4 Yang menjadikan
malaikat-malaikatNya roh angin, pelayan-pelayanNya…” ini
adalah paralelisme sinonim, Dia juga menjadikan malaikat-malaikat apa? “…suatu nyala api…” Jadi malaikat-malaikat digambarkan
sebagai awan-awan, mereka digambarkan
sebagai angin, mereka digambarkan sebagai apa? Api.
By the way these
verses from Psalm 104 are quoted in the book of Hebrews. Hebrews 1:7, “7 And of the angels He says,…” now we know this is talking about the angels
“…7 And
of the angels He says, ‘Who makes His angels…” and it says “spirits”, but a better translation is “…makes His angels spirits winds and
His ministers…” what?
“…a flame of fire.’…” So the wind and the fire is related to whom? To the angelic hosts.
Nah,
ketahuilah ayat-ayat dari Mazmur 104 ini dikutip di kitab Ibrani. Ibrani 1:7, “7 Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata,…” nah, sekarang kita tahu ini bicara
tentang malaikat-malaikat. “…7 Dan tentang
malaikat-malaikat Ia berkata, ‘Yang membuat
malaikat-malaikat-Nya…” dikatakan
di sini “roh”, tetapi terjemahan yang lebih baik
ialah “…‘Yang
membuat malaikat-malaikat-Nya roh angin dan pelayan-pelayan-Nya…” apa? “…nyala api.’…” Jadi angin dan api itu terkait siapa? Terkait para
balatentara malaikat.
Aah, but the
chariots are also. God's chariot is identified also in the context of the angels.
Notice Psalm 68:17, we're interpreting symbols right now, we're interpreting
symbols, and then we're going to put all the symbols together.
You say, “Wow! This makes all the sense in the world.”
“17The
chariots of God are twenty thousand, even thousands of thousands; the Lord is among them as in Sinai,
in
the Holy Place.” So notice the chariots of God are 20,000 even thousands of
thousands. Who are those 20,000 and thousands of thousands? Angels.
You say, “How do we
know that?”
Well, let's go to Daniel 7:9-10 where God's chariot is described. It
says there in Daniel 7:9-10, this is where God is sitting on His throne to
begin the investigative judgment. “9 I watched till thrones
were put in place, and the Ancient of Days was seated; His
garment was white as
snow, and the hair of His head was like
pure wool. His throne was a…” what? “…a fiery flame, its wheels a burning fire;…” any relationship with Ezekiel 1? Absolutely.
“…10 a
fiery stream issued and came forth from before Him. A thousand thousands
ministered to Him; ten thousand times ten thousand stood before Him.
The court was seated, and the books were opened.”
Aaah, tetapi kereta-keretanya
juga. Kereta-kereta Allah diidentifikasi juga dalam konteks para malaikat.
Simak Mazmur 68:17, kita sekarang sedang menginterpretasi simbol-simbol,
kemudian kita akan mempersatukan semua simbol ini menjadi satu.
Kalian berkata, “Wow! Ini masuk
akal.”
“17
Kereta-kereta Allah ada dua puluh
ribu, bahkan beribu-ribu banyaknya; Tuhan ada di
antara mereka sebagaimana di Sinai, di
Tempat Kudus!” Jadi simak, kereta-kereta Allah
ada 20’000 bahkan beribu-ribu. Siapakah ke 20’000 dan beribu-ribu itu?
Malaikat-malaikat.
Kalian berkata, “Dari mana kita
tahu itu?”
Nah, mari ke Daniel 7:9-10 di mana digambarkan
tentang kereta Allah. Dikatakan di Daniel 7:9-10, ini adalah di mana Allah
sedang duduk di takhtaNya untuk memulai penghakiman investigasi. “9 Aku melihat hingga takhta-takhta
diletakkan di tempatnya dan Yang Lanjut Usia pun duduklah,
pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut di
kepalaNya seperti bulu domba murni. Takhta-Nya dari…” apa? “…nyala api, roda-rodanya api
yang berkobar-kobar…” apakah
ada kaitannya dengan Yehezkiel 1? Tentu saja. “…10 Suatu sungai
api keluar dan mengalir dari hadapan-Nya;
seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri
di hadapan-Nya. Majelis Pengadilan duduk dan kitab-kitab dibuka.”
So the question is,
with whom are the wheels, and the flame, and the wind, and the chariots,
related to? It's the angels. Verse 13 speaks of the same wheeled chariot that
brings Jesus on the clouds of angels to where the Ancient of Days had gone. It
says, “13 I was watching in the night
visions, and behold, One like
the Son of Man, coming with the clouds of Heaven...” It is not the second coming, the Millerites made that mistake.
It's referring to the coming of the Father and then Jesus to the Father to
begin the investigative judgment in Heaven. So it says,“…13 I was watching in the night visions, and
behold, One like the
Son of Man, coming with the clouds of Heaven. He came to the Ancient of
Days,…”
Ellen White
described this movement from the Holy to the Most Holy Place. Early Writings page 44, “And I saw a
cloudy chariot, with wheels like
flaming fire, and angels were all
around it as it came where Jesus was. He stepped into…” the what?
“…He stepped into the chariot…” and then what? “…He stepped into the chariot and was borne to
the
Holiest where the Father sat.”
Maka pertanyaannya ialah, roda-roda, dan nyala api,
dan angin, dan kereta-kereta, semua itu terkait apa? Itulah para malaikat. Ayat
13 bicara tentang kereta beroda yang sama yang membawa Yesus di atas awan-awan
malaikat ke mana Yang Lanjut Usia telah pergi. Dikatakan, “13 Sedang aku melihat dalam penglihatan malam itu dan melihat, Satu seperti Anak Manusia datang
dengan awan-awan surgawi…” Ini bukan Kedatangan Kedua. Golongan Miller sudah membuat
kesalahan itu. Ini mengacu kepada datangnya Allah Bapa dan kemudian Yesus datang
kepada Bapa untuk memulai penghakiman investigasi di Surga. Jadi dikatakan, “…13 Sedang aku melihat dalam penglihatan malam itu dan melihat, Satu seperti Anak Manusia datang
dengan awan-awan surgawi Ia datang kepada Yang Lanjut Usia…”
Ellen
White menggambarkan perpindahan ini dari bilik Kudus ke bilik Mahakudus. Early Writings hal. 44, “…Dan saya
melihat sebuah kereta awan, dengan roda-roda seperti api yang menyala, dan
malaikat-malaikat mengelilinginya saat itu datang ke tempat di mana Yesus ada.
Dia melangkah masuk…” ke mana? “…Dia melangkah masuk
ke dalam kereta…” lalu apa? “…Dia melangkah
masuk ke dalam kereta dan dibawa ke bilik Mahakudus di mana Bapa sudah duduk.”
We also can refer
to the text in 2 Kings 2:11 where it describes the fiery chariot that Elisha
saw above the walls of Jerusalem. It
says, “11 Then
it happened, as they continued on and talked,…” this is talking actually about the ascension of Elijah to
Heaven, but we're going to see the other text in a moment.
“…11 Then
it happened, as they continued on and talked, that suddenly a chariot of
fire appeared with
horses of fire, and separated the two of them; and Elijah went up by a
whirlwind into heaven.”
So notice, a
chariot of what? Of fire. What is that chariot?
Kita juga
bisa mengacu ke ayat di 2 Raja 2:11 di mana digambarkan kereta yang menyala
yang dilihat Elisa di atas tembok Yerusalem. Dikatakan, “11 Maka terjadilah, sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata…” ini sebetulnya bicara tentang diangkatnya Elia ke Surga, tetapi sebentar
kita akan melihat ayat yang lain. “…11 Maka terjadilah, sedang mereka berjalan terus
sambil berkata-kata, tiba-tiba muncullah sebuah kereta
dari api dengan kuda-kuda api, dan memisahkan
keduanya, dan naiklah Elia ke langit oleh
angin puyuh.”
Jadi
simak, sebuah kereta apa? Kereta dari api. Kereta itu apa?
Well Ellen White
has this very interesting comment in The Great
Controversy page 645. She's talking about the chariot that is going to take
God's people to Heaven. “On each side of the cloudy chariot are wings, and beneath it are living wheels;
and
as the chariot rolls upward, the
wheels cry,..”
see, the wheels are not just common
ordinary wheels. They are wheels that sing because you're dealing with angels
here. So it says “…On each side of the
cloudy chariot are wings, and beneath it are living wheels;
and
as the chariot rolls upward, the
wheels cry, ‘Holy,’ and the wings, as they
move, cry, ‘Holy,’…” and then she explains what this means, “…and the retinue of angels cry, ‘Holy, holy, holy, Lord God Almighty.’ And the redeemed shout, ‘Alleluia!’
as the chariot moves onward
toward the New
Jerusalem.”
Swing Low Sweet chariot
coming for to carry me home
That's this is
where the Negro spiritual comes from.
Nah,
Ellen White punya komentar yang sangat menarik ini di The Great Controversy hal. 645. Dia bicara mengenai kereta yang akan membawa umat
Allah ke Surga. “…Pada setiap sisi kereta awan itu ada
sayap-sayap, dan di bawahnya ada roda-roda yang hidup; dan selagi kereta-kereta
itu meluncur ke atas, roda-roda itu berseru…” lihat, roda-roda itu bukan sekadar roda biasa. Mereka roda-roda yang
bisa menyanyi karena di sini berurusan dengan malaikat-malaikat. Jadi
dikatakan, “…Pada
setiap sisi kereta awan itu ada sayap-sayap, dan di bawahnya ada roda-roda yang
hidup; dan selagi kereta-kereta itu meluncur ke atas, roda-roda itu berseru, ‘Suci’, dan sayap-sayap itu saat mereka bergerak, berseru,
‘Suci’,…” kemudian Ellen White menjelaskan apa artinya, “…dan
rombongan malaikat berseru, ‘Suci, suci, suci, Tuhan Allah yang Mahakuasa.’ Dan
orang-orang tebusan berteriak, ‘Haleluya!’ sementara kereta-kereta itu bergerak
terus menuju Yerusalem Baru…”
Turunlah rendah, kereta yang manis
Datang untuk membawaku pulang
Dari
sinilah asal lagu spiritual Negro ini.
Now there are four
living creatures in this scene in Ezekiel 1 and 2. The four living creatures
have four faces, four wings, and they are impelling the wheels of God's throne.
Let notice Ezekiel 1:5 and 6, “ 5 Also
from within it came the
likeness of four living creatures…” from within this
chariot. “…And this was their
appearance: they had the likeness of a man. 6 Each one had four faces,
and each one had four wings.” Now who are these
creatures that have four wings and according to this four faces?
Psalm 99:1 and 2
tells us (KJV), “1The Lord reigneth;…” so He's sitting on the throne, He's the king, right? “1 The LORD
reigneth; let the people tremble: He sitteth between the cherubim; let the
earth be moved. 2 The LORD is great in Zion; and He is high above
all the people.”
Nah, ada
empat makhluk hidup di adegan di Yehezkiel 1 dan 2. Keempat makhluk hidup itu
punya empat wajah, empat sayap, dan mereka yang menggerakkan roda-roda takhta
Allah. Mari kita simak Yehezkiel 1:5-6, “5 Juga dari dalamnya muncul keserupaan empat makhluk hidup…” dari dalam kereta ini. “…Dan beginilah kelihatannya mereka: mereka mempunyai keserupaan dengan seorang manusia, 6
masing-masing mempunyai empat muka, dan masing-masing mempunyai empat sayap…” Nah,
siapakah makhluk-makhluk ini yang punya empat sayap dan menurut ayat ini empat
wajah?
Mazmur
99:1-2 (KJV) memberitahu kita, “…1 TUHAN memerintah…” jadi Dia duduk di atas takhta, Dialah
Rajanya, benar? “…1 TUHAN memerintah; biarlah bangsa-bangsa
gemetar. Ia duduk di antara kerub-kerub; biarlah bumi goncang! 2 TUHAN itu maha besar di Sion,
dan Ia tinggi jauh di atas segala bangsa.”
The Holman Bible Commentary explains, “Consistent with the idea of a cherub throne are the texts which envision God
dwelling between, enthroned upon, or
riding upon the cherubim (1 Samuel 4:4; 2
Samuel 6:2; 22:11; 2 Kings 19:15;
1 Chronicles 13:6;
28:18; Psalms 18:10;
80:1; 99:1; Isaiah 37:16.)…”
so all of those are synonymous expressions. God dwells between, He's
enthroned upon, and He's riding upon the cherubim.
Holman
Bible Commentary menjelaskan, “…Konsisten dengan
konsep sebuah takhta kerub adalah ayat-ayat yang menggambarkan Allah hidup di
antara, bertakhta di atas, atau menunggang di atas kerubim. (1 Samuel 4:4; 2
Samuel 6:2; 22:11; 2
Raja 19:15; 1 Tawarikh
13:6; 28:18; Mazmur 18:10;
80:1; 99:1; Yesaya 37:16.)…” Jadi semua ini
adalah ungkapan-ungkapan yang sinomim. Allah hidup di antara, Dia bertakhta di
atas, dan Dia menunggang di atas kerubim.
A little known
detail, folks, is that the Ark of the Covenant representing the throne of God
had wheels, because it's God's chariot. Notice 1 Chronicles 28:18, speaking
about the Ark of the Covenant, “ 18 and
refined gold by weight for the altar of incense, and for the construction
of the chariot, that is, the gold cherubim that spread their wings and overshadowed the
ark of the covenant of the Lord.”
Suatu detail yang kurang diketahui,
Saudara-saudara, ialah Tabut Perjanjian yang
melambangkan takhta Allah, itu punya
roda-roda, karena itu adalah kereta Allah. Simak 1 Tawarikh 28:18, bicara
tentang Tabut Perjanjian, “18 juga emas yang
diperhalus sesuai beratnya untuk mezbah
pembakaran ukupan, dan untuk konstruksi
keretanya, yaitu kerubim emas yang mengembangkan sayap mereka
dan menudungi Tabut Perjanjian TUHAN.
Now let's notice
our last point here, the temple built by Solomon had four cherubim surrounding
the ark, two on the ark, and two standing, so these are the four cherubim that
bear God's chariot.
Sekarang
mari kita simak poin terakhir kita di sini, Bait Suci yang dibangun Salomo
punya empat kerubim mengelilingi Tabut, dua di atas Tabut, dan dua berdiri,
jadi inilah keempat kerubim yang mengangkat kereta Allah.
Our time is up,
but we'll pick up there on page 39, and
hopefully we'll finish this chapter in our next session together. So remember
we left off where we were talking about the cherubim, the four cherubim in the Most
Holy Place.
Waktu
kita habis, tetapi kita akan melanjutkan di hal. 39, dan mudah-mudahan kita
akan menyelesaikan pasal ini di sesi kita berikutnya. Jadi ingat, kita berhenti
di mana kita sedang bicara tentang kerubim, keempat kerubim di bilik Mahakudus.
07 04
25
No comments:
Post a Comment