THREE ANGELS MESSAGES_____
Part 04/25
- Stephen Bohr
HOW TO GLORIFY GOD
Dibuka
dengan doa
I'd like to begin by reading the verses that we've been
studying during our last sessions together: Revelation 14:6-7. As
you remember, we've studied ten great facts about the three angel's
messages. We also studied about the everlasting gospel. And in our
last session we discussed what it means to fear God. Now in our
session today we're going to talk about what it means to give glory to
God. Let's read, once again, Revelation 14:6-7:
“6 And I saw another angel flying in the midst of heaven, having
the everlasting gospel to preach to those who dwell on the earth, to every nation, tribe, tongue, and people, 7
saying with a loud voice, ‘Fear God, and give glory to Him; for the hour of His
judgment has come, and worship Him who made heaven, and earth, the sea, and springs of waters.’”
Saya ingin mulai dengan membacakan
ayat-ayat yang telah kita pelajari bersama dalam pelajaran-pelajaran yang lalu:
Wahyu 14:6-7. Seperti yang kalian ingat, kita telah mempelajari 10 fakta besar
tentang pekabaran tiga malaikat. Kita juga telah mempelajari tentang Injil yang
kekal. Dan dalam pelajaran kita yang terakhir kita telah membicarakan apa
artinya takut akan Allah. Sekarang dalam sesi kita hari ini, kita akan
berbicara tentang apa artinya memuliakan Allah. Marilah kita baca sekali lagi
Wahyu 14:6-7:
“6Dan aku melihat seorang
malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal
untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi, kepada semua bangsa
dan suku dan bahasa dan kaum, 7 dan ia berseru dengan suara nyaring:
‘Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba jam penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang
telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.’"
In our
session today we're going to study the second imperative of the first
angel's message. In other words we have three commands in the first
angel's message.
·
The first command is to
fear God.
· The second command is to give glory to God.
·
And the third command is
to worship God.
Now
it's kind of strange, as we examine Scripture, to find that we should give
glory to God, because the Bible explains to us that we really don't
have any glory to give. In fact, go with me to Romans 3, and we're
going to read verse 23, Romans 3:23. The question is, How can we
give glory to God if we don't have any glory in the first place?
How can I give what I don't have?
Notice
Romans 3:23. It says: “For all have
sinned, and fall short of the glory of God.”
That expression, “fall short”, really means “to lack”. In other words, what it's really
saying is “all have sinned, and lack the glory of God”, or “don't have
the glory of God.”
So the
question is, how can I give God glory if I don't have glory in the first place,
because sin has made me lacking of the glory of God? Well,
in order to answer this question, we need to ask another question, and
dwell upon it for a period of time.
The
other question is, what is God's glory?
Dalam
sesi kita hari ini kita akan mempelajari perintah kedua dari pekabaran malaikat
pertama. Dengan kata lain, ada tiga perintah dalam pekabaran malaikat pertama:
·
Perintah
pertama ialah supaya takut akan Allah.
· Perintah kedua ialah memberikan
kemuliaan kepada Allah.
·
Dan
perintah ketiga ialah sembahlah Allah.
Nah,
agak aneh kita disuruh memuliakan Allah, karena jika kita memeriksa Kitab
Suci, Alkitab menjelaskan kepada kita
bahwa sesungguhnya kita tidak punya kemuliaan apa pun yang bisa kita berikan.
Jadi, marilah kita ke Roma pasal 3 dan kita akan membaca ayat 23, Roma 3:23.
Pertanyaannya ialah, bagaimana kita bisa memberikan kemuliaan kepada Allah jika
kita sendiri tidak punya kemuliaan? Bagaimana kita bisa memberikan sesuatu yang
tidak kita miliki?
Perhatikan Roma 3:23, dikatakan, “Karena semua orang telah
berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah.” Ungkapan “gagal mencapai” itu
sesungguhnya berarti “tidak memiliki”. Dengan kata lain, apa yang dikatakan
sebenarnya ialah, “semua orang telah berbuat dosa, dan tidak memiliki kemuliaan
Allah” atau “tidak mempunyai kemuliaan Allah.”
Maka
pertanyaannya ialah, bagaimana saya
bisa memberi Allah kemuliaan jika saya sendiri tidak memiliki kemuliaan,
karena dosa telah membuat saya tidak memiliki kemuliaan Allah? Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu
menanyakan pertanyaan yang lain dan membahasnya beberapa waktu lamanya.
Pertanyaan
itu ialah kemuliaan Allah itu apa?
In
order to know how we can glorify God we must understand, first of all,
what God's glory is. Now in the Bible God's glory is presented from
two different perspectives:
The
first aspect of the glory of God is that brilliant, overwhelming light that leads
people to drop like they're dead upon the earth.
For
example, you remember when Jesus resurrected from the dead, the Bible
says that there was a great earthquake. Two angels descended from
heaven. Mind you, these were angels; this wasn't God. But two
angels descended from heaven, and the Bible says that the glory led the
people at the tomb to fall upon the ground as if they were dead. In
other words, this is the first aspect of the glory of God: His light,
unapproachable light, as the Bible describes it in the book of
James. Now I'd like to read a passage where this aspect of the
glory of God is described: His external glory. In other words, His
radiant light. Exodus 24:15-17. It's speaking about the experience at
the foot of mount Sinai, and it says this: “15 Then Moses went up into the mountain, and a cloud covered the
mountain. 16 Now the glory of the Lord…” notice the expression: “…the
glory of the LORD rested on Mount
Sinai, and the cloud covered it six days….” Thankfully, it covered it for six days, because if God had
taken away the cloud, nobody would have been left alive. It continues
saying, once again verse 16: “…Now the
glory of the LORD rested on Mount
Sinai, and the cloud covered it six days. And on the seventh day He called to
Moses out of the midst of the cloud. 17 The sight of the glory of the Lord was like
a consuming fire on the top of the mountain in the eyes of the children of
Israel.”
This is God's glory
that's like a raging, or a consuming fire. It's His external, glorious
light before which no human being can stand and live. But this is NOT
the glory that the first angel's message is describing.
Really, the type of glory that the first angel's message is describing is
something else that has to do with the internal glory of God; if I can
call it that. It's not talking about His radiant, external light, it's
talking about His internal glory. You see, God's external glory
is simply an announcement of another glory that He has deep within; a
spiritual glory that He has deep within. It's kind of like Adam and
Eve. You know, they were covered with a glorious robe of light. But
that glorious robe of light represented their character, their holiness,
their innocence, their obedience to the law of God. And so God's
radiant glory is really an external manifestation of His inward character:
His mercy, His love, His truth, His faithfulness, His goodness.
Supaya
tahu bagaimana kita bisa memuliakan Allah, kita harus paham dulu apa itu
kemuliaan Allah. Nah, dalam Alkitab, kemuliaan Allah
dinyatakan lewat dua perspektif yang berbeda:
Aspek
pertama, kemuliaan Allah adalah cahaya
yang terang benderang, yang sangat dahsyat yang membuat manusia tersungkur ke
bumi seolah-olah mereka mati.
Misalnya,
kalian ingat ketika Yesus bangkit dari kematian, Alkitab berkata bahwa terjadi
gempa bumi besar, dua malaikat turun dari Surga. Perhatikan, ini baru malaikat,
bukan Allah. Tetapi dua malaikat turun dari Surga, dan Alkitab berkata bahwa
kemuliaan mereka membuat orang-orang di kubur tersungkur ke bumi seolah-olah
mereka mati. Dengan kata lain, ini adalah aspek pertama dari kemuliaan Allah:
terangNya, cahaya yang tak dapat dihampiri, seperti yang digambarkan Alkitab
dalam kitab Yakobus.
Nah,
saya ingin membacakan ayat di mana aspek kemuliaan Allah ini digambarkan: kemuliaan eksternalNya.
Dengan kata lain, sinar kemuliaanNya. Keluaran 24:15-17, berbicara tentang pengalaman
di kaki gunung Sinai, dan dikatakan demikian,
“15 Maka Musa mendaki gunung dan
sebuah awan menutupi gunung itu. 16 Saat itu, kemuliaan TUHAN…” perhatikan ungkapannya, “…kemuliaan TUHAN berhenti di atas gunung Sinai, dan awan itu
menutupinya enam hari lamanya…” bersyukurlah
awan itu menutupinya selama enam hari, karena seandainya Allah menyingkirkan
awan itu maka tidak akan ada yang tersisa hidup-hidup. Selanjutnya dikatakan,
sekali lagi ayat 16, “…16 Saat itu,
kemuliaan TUHAN berhenti di atas gunung
Sinai, dan awan itu menutupinya enam hari lamanya. Dan pada hari ketujuh dipanggil-Nyalah Musa dari tengah-tengah awan
itu. 17 Kemuliaan TUHAN tampak
sebagai api yang menghanguskan di puncak gunung itu pada pemandangan orang
Israel.”
Inilah kemuliaan Allah yang seperti api
yang berkobar-kobar, atau yang menghanguskan. Ini adalah cahaya kemuliaan Allah
yang eksternal,
yang di hadapannya tak ada seorang manusia pun bisa bertahan dan hidup. Tetapi ini BUKAN kemuliaan yang
digambarkan oleh pekabaran malaikat yang pertama. Sesungguhnya, jenis
kemuliaan yang digambarkan oleh pekabaran
malaikat pertama adalah sesuatu yang lain, yang berkaitan dengan kemuliaan Allah yang internal,
izinkan saya menyebutnya demikian. Itu tidak berbicara tentang cahayaNya yang
terang benderang, sinar yang eksternal, tetapi itu berbicara tentang
kemuliaanNya yang internal. Kalian lihat, kemuliaan
Allah yang eksternal adalah suatu pernyataan dari kemuliaan yang lain yang
dimiliki Allah yang lebih mendalam, kemuliaan spiritual yang
mendalam yang dimilikiNya. Seperti pada Adam dan Hawa, kalian tahu, mereka
diselubungi oleh jubah cahaya yang mulia, tetapi jubah cahaya yang mulia itu
melambangkan karakter mereka, kekudusan mereka, kemurnian mereka, kepatuhan
mereka kepada Hukum Allah. Maka kemuliaan
Allah yang terang benderang sesungguhnya adalah manifestasi eksternal dari
karakter internalNya: belas kasihanNya, kasihNya, kebenaranNya, kesetiaanNya,
kebaikanNya.
Now in order to understand what the glory of God is, and how we can give glory to God, we want to study a little bit about Moses. Did you know that Moses is a type, or an illustration of Jesus? Notice the book of Deuteronomy 18:18. By the way, these verses are all on the sheet, so you can follow along very easily. It says there in Deuteronomy 18:18, 18 I will raise up for them…” God is speaking, “…a Prophet like you…” that is like Moses, “…from among their brethren, and will put My words in His mouth, and He shall speak to them all that I command Him.” Notice that God is promising that He's going to raise up for Israel a prophet like Moses. We're going to find a little bit later on that that prophet like Moses actually is none less than Jesus Christ.
Nah,
supaya bisa memahami apa kemuliaan Allah itu, dan bagaimana kita bisa
memuliakan Allah, kita perlu mempelajari sedikit tentang Musa. Tahukah kalian
bahwa Musa adalah suatu tipe, atau
suatu ilustrasi dari Yesus? Simak kitab Ulangan 18:18. Nah,
ayat-ayat ini semua ada di kertas yang diberikan kalian, jadi kalian bisa
mengikutinya dengan mudah. Dikatakan di Ulangan 18:18, “18 seorang Nabi akan
Kubangkitkan…” Allah sedang berbicara ini, “…bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku
akan menaruh firman-Ku dalam mulutNya, dan Ia akan mengatakan kepada mereka
segala yang Kuperintahkan kepadaNya.” Perhatikan,
Allah menjanjikan bahwa Da akan membangkitkan untuk Israel seorang nabi seperti
Musa. Kita akan tahu nanti bahwa Nabi seperti Musa itu sebenarnya tak lain
daripada Yesus Kristus.
Now let's study a few things about Moses, who
foreshadows, or illustrates, or symbolizes Jesus Christ who would
come later in history. Moses was at the top of mount Sinai, and actually
he has spent quite a long period there. Now I want you to notice
Exodus 33:18 the request that Moses made to God. Exodus 33:18. “18 And
he said, ‘Please…” he's speaking to God, “…’please show
me Your glory.’”
What did Moses want to see? He wanted to
see God's glory. So you would think that what God would do is take away
the veil, and show him His radiant, unapproachable light. But
that's not what God showed Moses. You see, what God showed Moses was not
His external, glorious, radiant light, His robe of light. What He
showed him was His character. Notice Exodus 33:19, the very next verse
says, 19 Then He said…” God is
speaking, “…‘I
will make all My goodness pass before you, and I will proclaim the name of
the Lord before
you. I will be gracious to whom I will be gracious, and I will have compassion
on whom I will have compassion.’…”
So Moses said, “Show me Your glory”, and God
speaks to him about His goodness, and about His graciousness, and
about His compassion. In other words God is revealing to Moses His internal character.
His radiant light is the external manifestation of His character; the
different aspects of His character.
Sekarang
marilah kita pelajari beberapa hal tentang Musa, yang merupakan bayangan pendahulu,
atau ilustrasi, atau simbol Yesus Kristus yang akan muncul kemudian dalam
sejarah. Musa sedang berada di atas gunung Sinai dan dia melewatkan waktu yang
cukup lama di sana. Sekarang saya mau kalian menyimak Keluaran 33:18, permohonan Musa kepada Allah. Keluaran
33:18, “18 Tetapi jawabnya: ‘Mohon…’” Musa sedang berbicara kepada Allah, “…‘mohon perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku."
Musa ingin melihat apa? Dia ingin
melihat kemuliaan Allah.
Jadi, kalian pikir Allah akan membuka
tabirNya dan menunjukkan kepadanya sinar kemuliaanNya yang tidak bisa
dihampiri? Tetapi bukan itu yang ditunjukkan Allah kepada Musa. Lihat, apa yang
ditunjukkan Allah kepada Musa bukanlah sinar eksternal kemuliaanNya yang terang
benderang, jubah cahayaNya. Apa yang ditunjukkan Allah kepada Musa adalah
karakterNya. Simak Keluaran 33:19, ayat berikutnya berkata, “19 Tetapi firman-Nya…” Allah yang berbicara, “…‘Aku akan membuat segenap kebaikanKu
lewat di depanmu dan Aku akan mengumumkan nama TUHAN di depanmu: Aku akan
memberi kasih karunia kepada siapa yang akan Kuberi kasih karunia dan Aku akan mengasihani siapa yang akan Kukasihani.’…"
Jadi Musa berkata, “Tunjukkanlah
kepadaku kemuliaanMu”, dan Allah berbicara kepadanya tentang kebaikanNya dan kasih karuniaNya dan belas kasihanNya. Dengan kata
lain, Allah sedang menyatakan kepada
Musa karakterNya yang internal. Sinar kemuliaanNya adalah
manifestasi eksternal dari karakterNya, aspek yang berbeda dari karakterNya.
Notice
Exodus 34:5-7; the same idea comes through once again. Exodus 34:5-7. It
says: “5 Now the Lord descended in the cloud and stood with him
there…” that is with Moses, “…and
proclaimed the name of the Lord...” Did you
notice in Exodus 33:19 that God said
also that He was going to proclaim His name? This is an
amplification of the verse that we read in Exodus 33:19. Notice verse
6. “…6 And the Lord passed before him…” the same thing we found in Exodus 33:19, “…And the LORD passed before him, and
proclaimed, ‘The Lord, the Lord God, merciful and gracious, longsuffering, and
abounding in goodness and truth, 7 keeping mercy for thousands, forgiving iniquity
and transgression and sin,…” but,“…by no means clearing the guilty, visiting the
iniquity of the fathers upon the children and the children’s children to the
third and the fourth generation.’…”
Do you
notice here that God is showing Moses His character? He's talking to him
about being merciful, gracious, long-suffering, abounding in goodness and
truth, merciful, forgiving of iniquity, and by no means clearing
the guilty, which means He's also a God of justice, according to
Scripture, which is one of the aspects of His character.
So in
other words when Moses said, “Lord, show me Your glory.”
God
showed Moses His what? His character; the manifestations of His
character.
Simak
Keluaran 34:5-7, konsep yang sama muncul sekali lagi. Keluaran 34:5-7, “5 Turunlah TUHAN dalam awan,
lalu berdiri di sana bersamanya…” yaitu
bersama Musa, “…serta mengumumkan
nama TUHAN…” apakah kalian
memperhatikan di Keluaran 33:19 Allah berkata Dia akan mengumumkan namaNya? Ini
merupakan penjelasan lebih banyak dari ayat yang kita baca di Keluaran 33:19.
Simak ayat 6, “…6
Dan TUHAN lewat di depannya dan mengumumkan: ‘TUHAN,
TUHAN Allah, penuh belas kasihan dan penuh rahmat, panjang sabar, berlimpah dalam kebaikan dan kebenaran, 7 yang
mempertahankan belas kasih-Nya bagi beribu-ribu
orang, yang mengampuni kejahatan,
pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang
bersalah dari hukuman, yang membebankan
kejahatan bapak kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya,
sampai keturunan yang ketiga dan keempat.’…”
Apakah kalian melihat di sini bahwa
Allah sedang menunjukkan karakternya kepada Musa? Allah sedang berbicara kepada
Musa tentang belas kasihan, rahmat, panjang sabar, kelimpahan dalam kebaikan
dan kebenaran, mengasihani, mengampuni kejahatan dan sekali-kali tidak
membebaskan orang yang bersalah, yang menurut Kitab Suci berarti Dia juga Allah
yang adil, yang merupakan salah satu aspek dari karakterNya.
Jadi dengan kata lain ketika Musa
berkata, “Tuhan, tunjukkan kepadaku kemuliaanMu.” Allah menunjukkan kepada Musa
apaNya? KarakterNya, manifestasi dari karakterNya.
Now the glory
of God, in the Bible, is manifested in His goodness in creation, and in
redemption. It's God's glory to create, and to save, and to
redeem. Notice Psalm 19:1 so that you can see that God's
handiwork, God's work of creation is His glory, because it manifests God's
generosity, God's goodness, and God's mercy. Psalm 19:1. This is a very well
known verse. It says: “1 The heavens declare the glory of God;
and the firmament shows His handiwork.”
and the firmament shows His handiwork.”
So
notice that the glory of God is seen in His creation.
Nah,
kemuliaan Allah dalam Alkitab
dimanifestasikan dalam kebaikanNya dalam Penciptaan, dan dalam Penebusan.
Kemuliaan Allah-lah yang mencipta dan yang menyelamatkan, dan yang menebus.
Perhatikan Mazmur 19:1 supaya kita bisa melihat hasil karya Allah, pekerjaan
Penciptaan adalah kemuliaanNya karena itu memanifestasikan kemurahan Allah,
kebaikan Allah, dan belas kasihan Allah.
Mazmur
19:1 ini adalah ayat yang sangat terkenal, dikatakan, “ 1 Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala menunjukkan pekerjaan tangan-Nya.”
Jadi perhatikan bahwa kemuliaan Allah
tampak dalam ciptaanNya.
But
according to the Bible, God's character is also seen in His works of
redemption or salvation. Notice Psalm 79:9, here Israel is
praying to the Lord. “9
Help us, O God of our salvation, for the glory of Your name; and deliver us,
and provide atonement for our sins, for Your name’s sake!”
In
other words, God's glory is revealed, according to this, in salvation;
it's revealed in atonement for sin, and in delivering His people.
God is a God who loves to deliver and save His people, and atone for their
sins.
Tetapi
menurut Alkitab, karakter Allah juga
tampak dalam pekerjaan Penebusan atau Penyelamatan. Simak Mazmur
79:9, di sini Israel sedang berdoa kepada Tuhan, “9 Tolonglah kami, ya Allah
penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan berikanlah penebusan bagi dosa-dosa kami, demi nama-Mu!”
Dengan kata lain menurut ayat ini,
kemuliaan Allah dinyatakan dalam penyelamatan, dalam penebusan dosa, dan dalam
melepaskan umatNya dan menebus dosa mereka.
Notice
Psalm 85:9. Once again the idea that salvation is God's
glory, because salvation is a manifestation of God's
character. God loves to save people. It says there in Psalm 85:9, ”Surely His salvation is near to those who fear Him, that glory
may dwell in our land.”
Notice
that when God saves, the glory of God is found in the land.
Perhatikan
Mazmur 85:9, sekali lagi konsep bahwa
penyelamatan adalah kemuliaan Allah karena penyelamatan adalah manifestasi dari
karakter Allah. Allah suka menyelamatkan manusia. Dikatakan di Mazmur 85:9, “9 Sesungguhnya keselamatan dari-Nya dekat orang-orang yang takut akan Dia, supaya kemuliaan diam di negeri kita.” Perhatikan, ketika Allah menyelamatkan,
kemuliaan Allah ada di negeri itu.
So what
God showed Moses, when Moses requested to see God's glory, was God's
character. God showed Moses who He was; the traits of His very
being.
Jadi
apa yang ditunjukkan Allah kepada Musa ketika Musa mohon boleh melihat
kemuliaan Allah, ialah karakter Allah. Allah menunjukkan kepada Musa siapa Dia;
ciri-ciri pribadiNya.
Now
it's interesting to notice what happened when Moses came down from mount
Sinai. Notice Exodus 34:29, something very peculiar happened with Moses
when he came down from the mountain, from being in the presence of
God, and from hearing about the character of God. It says there: “29 Now
it was so, when Moses came down from Mount Sinai (and the two tablets of the
Testimony were in
Moses’ hand when he came down from the mountain), that Moses did not know that
the skin of his face shone while he talked with Him.”
What
happened with Moses when he came down from the mountain after he had been
with the Lord, and the Lord had proclaimed His name, and God has shown him
His character? The Bible says that Moses, when he came down, his face
shone. Let me ask you, who's glory was shining in the face of
Moses? It was actually the glory of the Lord. You see, the glory of
the Lord is contagious. When God shows His character, the character is
reflected, according to Scripture. Notice Exodus 33:11, it
says: “11 So the Lord spoke to Moses…” how? “…face to face, as a man speaks to his
friend…”
Nah,
yang menarik itu melihat apa yang terjadi ketika Musa turun dari gunung Sinai.
Perhatikan Keluaran 34:29, sesuatu yang sangat aneh terjadi pada Musa saat dia
turun dari gunung, dari berada di hadirat Allah, dan dari mendengar tentang
karakter Allah. Dikatakan, “ 29 Jadi
demikianlah, ketika Musa turun dari
gunung Sinai (dan kedua loh hukum Allah ada
di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu), Musa tidak
tahu bahwa kulit mukanya bercahaya setelah
ia berbicara dengan TUHAN.”
Apa yang terjadi pada Musa ketika dia
turun dari gunung setelah dia bersama dengan Tuhan dan Tuhan menyatakan
namaNya, dan Tuhan menunjukkan karakterNya kepadanya? Alkitab berkata bahwa
ketika Musa turun, wajahnya bersinar.
Coba saya tanya, kemuliaan siapa yang
bersinar dari wajah Musa? Sesungguhnya itu kemuliaan Tuhan. Lihat, kemuliaan
Tuhan itu menular. Ketika Allah menunjukkan karakterNya, menurut Kitab Suci
karakter itu memantul. Simak Keluaran 33:11. “11 Dan TUHAN berbicara kepada Musa…” bagaimana? “…dengan berhadapan muka
seperti seorang berbicara kepada temannya…”
And, by
the way, this was not the only time that Moses was in the presence of the
Lord. You remember that he was in the land of Midian for forty years,
and he communed with God there on the mountain where later the ten
commandments were going to be revealed? So Moses didn't spend only just a
few days at the top of the mountain, he spent years with God. And
the Bible says that when he spent this time with God the
glory of God was reflected in him. In other words, the character of God is contagious.
Nah,
ini bukan pertama kalinya Musa berada di hadirat Tuhan. Kalian ingat bahwa
ketika Musa berada di tanah Midian
selama 40 tahun dia bergaul dengan Allah di gunung di mana
kemudian ke-10 Perintah Allah itu dinyatakan? Jadi Musa tidak hanya melewatkan beberapa
hari di atas puncak gunung itu, dia
sudah pernah melewatkan bertahun-tahun dengan Allah. Dan Alkitab berkata bahwa
ketika Musa melewatkan waktu itu
bersama Allah, kemuliaan Allah memantul padanya. Dengan kata
lain, karakter Allah itu menular.
Do you
know that the glory that was on the face of Moses was only an external
manifestation of the fact that the character of God had come into the
life of Moses as he spent time with God?
You
say, “How is that?”
Well,
notice what we find in Numbers 12:3. The Bible has something to say very
interesting about Moses. Numbers 12:3. “3 (Now
the man Moses was very…” what? “…humble,…”
you know, the King James Version says he was very what?
very “meek”, “…more than all men who were on the face of the earth.)” Now do you know what the word “meek” means? Let me
give you a definition from the World Book Dictionary: “not easily angered, mild, patient, forebearing, gentle, docile,
submissive, courteous, compassionate, humble, merciful…” and then finally it gives the definition: “…The divine grace of
self-restraint in the face of malicious criticism.”
Tahukah
kalian bahwa kemuliaan yang memantul dari wajah Musa hanyalah manifestasi
eksternal dari fakta bahwa karakter Allah telah memasuki hidup Musa pada saat
dia melewatkan waktu bersama Allah?
Kalian
berkata, “Kok isa?”
Nah,
simak apa yang kita dapati di Bilangan 12:3. Ada sesuatu yang sangat penting
yang dikatakan Alkitab tentang Musa. Bilangan 12:3, “3 Adapun Musa ialah seorang
yang sangat…” apa? “…rendah hatinya,…” kalian tahu, KJV menyebut dia sangat
apa? Sangat “meek” lebih dari semua
manusia yang di atas muka bumi.” Sekarang
tahukah kalian apa maknanya kata “meek”?
Saya akan memberikan definisinya dari Kamus World Book Dictionary: “tidak
mudah marah, halus, sabar, bisa menahan diri, lemah lembut, penurut,
merendahkan diri, sopan, berbelas kasihan, rendah hati, berbelas kasihan…”
kemudian akhirnya definisi yang diberikan ialah, “…rahmat
ilahi untuk bisa menahan diri di hadapan kritikan yang menjatuhkan.”
Let me
ask you, was Moses all of those things? He most certainly was. But
I want to ask you this, was he that way during the first forty years of
his life in Egypt? He was definitely not that. In fact, let's notice
what we find in Exodus 2:11-12 before he spent those forty years in Median
with the Lord, and before he was with Israel out in the wilderness.
He was a violent man. He had a hot temper. Because he had not spent
the time with the Lord. Notice Exodus 2:11-12. “11 Now it came to pass in those days, when Moses
was grown, that he went out to his brethren and looked at their burdens. And he
saw an Egyptian beating a Hebrew, one of his brethren. 12 So he looked this way and that way, and when he
saw no one, he killed the Egyptian and hid him in the sand.”
Let me
ask you, did Moses have a violent temper? He most certainly did. He
arose and he killed this Egyptian which was beating up one of his kin; in
other words, one the people that belonged to his nation. You see,
Moses, in Egypt, being surrounded by the glory, and by the power, and by
the fame of Egypt, had assimilated the ideas and attitudes of
Egypt.
Coba
saya tanya, apakah Musa memiliki semua sifat itu? Jelas begitu. Tetapi saya mau
tanya, apakah Musa sudah seperti ini 40 tahun yang pertama dari hidupnya di
Mesir? Jelas tidak. Bahkan, marilah kita perhatikan apa yang kita lihat di
Keluaran 2:11-12 sebelum dia melewatkan 40 tahun di Midian bersama Tuhan, dan
sebelum dia berada di padang gurun bersama bangsa Israel. Musa dulunya adalah
orang yang garang. Dia mudah sekali marah, karena dia belum melewatkan waktu
bersama Tuhan. Perhatikan Keluaran 2:11-12, “11 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia pergi mendapatkan saudara-saudaranya dan
melihat beban tanggungan mereka; dan dia melihat seorang Mesir memukul seorang
Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. 12 Maka ia menoleh ke sana kemari dan ketika dilihatnya tidak ada orang,
dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.”
Coba saya tanya, apakah Musa memiliki
watak yang kasar? Jelas demikian. Dia bangkit dan dia membunuh orang Mesir ini
yang sedang memukuli salah satu kaumnya; dengan kata lain, salah seorang yang
adalah bangsanya. Kalian lihat, di Mesir Musa yang dikelilingi oleh kemuliaan
dan kekuasaan dan oleh kekayaan Mesir, telah mengasimilasikan konsep-konsep dan
sikap-sikap Mesir.
And the
life of Moses can be divided into three equal forty year segments.
·
The first forty years
when he assimilated the culture of Egypt, and he reflected Egypt.
· The second forty years where he spent with the Lord in
Median taking care of Jethro's sheep. And there he spent time with
God in the mountain, and he became the meekest man on earth.
·
And then forty years in
the wilderness tending God's spiritual sheep, Israel, where he manifested
that experience that he had with God. He manifested God's character
in his life.
Hidup
Musa bisa dibagi menjadi tiga segmen 40 tahun yang sama.
·
40
tahun yang pertama ketika dia mengasimilasi kebudayaan Mesir, dia memantulkan
sifat Mesir.
· 40 tahun yang kedua dia lewatkan
bersama Tuhan di Midian sambil menggembalakan domba-domba Jitro, dan di sana
dia bergaul dengan Tuhan di gunung, dan dia menjadi manusia yang paling rendah
hati di bumi.
·
Kemudian
40 tahun di padang gurun menggembalakan domba-domba Allah, Israel, di mana dia
menghidupkan pengalaman yang telah dimilikinya bersama Allah. Dia memantulkan
karakter Allah dalam hidupnya.
Let me
ask you, was Moses patient during those forty years in the
wilderness? You know, one of the most marvelous stories that I find
in the whole Bible is the story of Moses as he led the children of Israel
through the desert to the promised land. I mean these people were whining
and complaining all the time. I probably would have lost my temper in the
first day, but Moses didn't. For forty years whenever Israel
complained he said, “Oh okay, well let me consult with the Lord.”
Listen, he was even willing to give up his life in order to save Israel
the Bible says, on mount Sinai. So Moses had had a transformation in his
life. It's because he had spent time with God those forty years on
mount Horeb, because he had assimilated the character of God.
In other words the character of God had rubbed off on Moses, if you
please.
Coba
saya tanya, apakah Musa sabar selama 40 tahun di padang gurun? Kalian tahu,
salah satu kisah yang sangat indah yang saya temui di Alkitab ialah kisah Musa
saat dia memimpin bangsa Israel melewati padang gurun ke tanah perjanjian.
Maksud saya, orang-orang ini mengeluh dan mengeritik terus-menerus. Andaikan
saya, saya pasti sudah marah besar pada hari pertama, tetapi Musa tidak. Selama
40 tahun setiap kali Israel mengeluh, Musa berkata, “Baiklah, saya akan
bertanya kepada Tuhan.” Dengar, menurut Alkitab, Musa bahkan bersedia mati
untuk menyelamatkan bangsa Israel di gunung Sinai. Jadi Musa telah mengalami suatu transformasi dalam hidupnya
karena dia telah melewatkan waktu bersama Allah selama 40 tahun di gunung Horeb,
karena dia telah mengasimilasikan
karakter Allah. Dengan kata lain, karakter Allah telah melekat
ke Musa, katakanlah demikian.
But do
you know, as I mentioned, Moses was actually a foreshadowing of One
greater than Moses. In other words, Moses actually represented someone
who is far greater who would come in the future, and that person is
none other than Jesus Christ. Notice John 1:14, here we find the One greater than Moses.
“And the Word became flesh, and dwelt among us, and we
beheld His…” what? “…we beheld His
glory, the glory as of the only begotten of the Father, full of
grace and truth.”
What
was the glory of Jesus? it was His what? His grace and His truth.
Are those character traits of God? They most certainly are.
So what
did Jesus come to reflect to the world? Jesus came to reflect to the world His
what? His
glory, which is His grace and His truth.
You know,
what's interesting is that Jesus did not reflect to the world His own
glory. He reflected to the world the glory of His Father.
You
say, how do we know that?
Go with
me to John 1:18. “18 No one has seen God at any time. The only begotten Son, who
is in the bosom of the Father…” that's
an expression that means extreme closeness. You know, you draw a baby
close to your bosom. And so it says: “…The only begotten Son, who is in the bosom of the
Father, He has…” what? “…declared Him.”
Is there
anyone in the Universe that could have declared what God the Father is
like other than Jesus? Absolutely not, because Jesus had this intimate
relationship with His Father, and when Jesus came to this world He came
to reflect to this world the glory of His Father that people, as
they saw His glory, would give honor and glory to His Father.
Tetapi
tahukah kalian bahwa Musa sebenarnya menggambarkan Seseorang yang jauh lebih
besar daripadanya, seperti yang telah saya singgung tadi? Dengan kata lain,
sesungguhnya Musa melambangkan Seseorang yang jauh lebih besar, yang akan
datang di masa depan, dan Sosok itu tak lain adalah Yesus Kristus. Simak
Yohanes 1:14, di sini kita mendapati Seseorang yang jauh lebih besar daripada
Musa. “14 Firman itu telah menjadi daging
dan diam di antara kita, dan kita telah melihat…” apanya? “…kita telah melihat kemuliaan-Nya,
yaitu kemuliaan sebagai satu-satunya yang
berasal dari Bapa, penuh kasih
karunia dan kebenaran.”
Kemuliaan
Yesus itu apa? Itu apaNya? Kasih karuniaNya dan kebenaranNya. Apakah karakter
itu karakter Allah? Jelas sekali iya.
Jadi
Yesus datang untuk memantulkan apa kepada dunia? Yesus datang untuk memantulkan apaNya kepada dunia? KemuliaanNya,
yaitu kasih karuniaNya dan kebenaranNya.
Kalian
tahu, yang menarik itu, Yesus
tidak memantulkan kemuliaanNya sendiri kepada dunia. Dia memantulkan kepada
dunia kemuliaan BapaNya.
Kalian
berkata, “Dari mana kita tahu?”
Marilah bersama saya
ke Yohanes 1:18. “18
Tidak
seorang pun yang pernah melihat Allah tetapi satu-satunya
Anak, yang ada di dada Bapa…” ungkapan ini berarti kedekatan yang
luar biasa. Kalian tahu, seorang bayi didekap dekat di dada kita. Jadi
dikatakan, “…satu-satunya
Anak, yang ada di dada Bapa, Dialah yang…” apa? “…menyatakan-Nya.”
Adakah
orang lain di alam semesta ini yang bisa menyatakan bagaimana Allah Bapa itu
kecuali Yesus? Sama sekali tidak ada, karena Yesus sudah memiliki hubungan yang
intim ini dengan BapaNya, maka ketika Yesus datang ke dunia, Dia datang untuk
memantulkan kepada dunia ini kemuliaan BapaNya, supaya manusia yang melihat
kemuliaan itu, akan memberikan hormat dan kemuliaan kepada BapaNya.
In fact, notice John 7:18. Jesus came to reflect the Father's glory. In other words, when people saw Jesus they were to say, “Glory be to God!” They were to give honor and glory to the Father. Notice John 7:18. Jesus says, “18 He who speaks from himself seeks his own glory; but He who seeks the glory of the One who sent Him…” Who is the One who sent Him? God the Father. Whose glory did Jesus seek? “…the glory of the One who sent Him is true, and no unrighteousness is in Him.”
Let me
ask you, Did Jesus reveal in a perfect way, and reflect the glorious and
wonderful character of His Father when Jesus was in this world? He
most certainly did.
Now why
did Jesus do this? Because as Moses, the Lord Jesus spent time with His
Father.
Bahkan,
simak Yohanes 7:18. Yesus datang untuk memantulkan kemuliaan Bapa. Dengan kata
lain ketika orang-orang melihat Yesus, mereka seharusnya berkata, “Kemuliaan
bagi Allah!” Mereka seharusnya memberikan hormat dan kemuliaan kepada Allah
Bapa. Simak Yohanes 7:18, Yesus berkata, “18 Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, itu mencari kemuliaannya sendiri,
tetapi barangsiapa mencari kemuliaan Dia
yang mengutusNya,…” Siapa “Dia yang mengutusNya”? Allah Bapa.
Kemuliaan siapa yang dicari Yesus? “…kemuliaan Dia yang mengutusNya, adalah benar dan tidak ada ketidakbenaran
padaNya.”
Coba
saya tanya, apakah Yesus menyatakan dengan sempurna, dan memantulkan karakter
BapaNya yang mulia dan indah ketika Dia berada di dunia? Benar sekali.
Nah,
mengapa Yesus melakukan ini? Karena, sebagaimana Musa, Tuhan Yesus telah
melewatkan waktu bersama dengan BapaNya.
You
see, Moses
came to reflect the glory of Jesus, actually on mount Sinai,
because the glory of Jesus rubbed off on Moses, and now Moses
reflected the character of Jesus.
But Jesus, the One greater than Moses, comes to this earth and He reflects
the glory of His Father in His character to those He comes in
contact with; not to bring glory and honor to Himself, but to bring honor
and glory to His Father. And it's because Jesus spent tine with His
Father that the character of His Father was reflected in His life.
Notice Matthew 14:23-24. You see, as Moses spent time with God on a
mountain, Jesus spent time with His Father on a mountain, too. It
says there, “23 And when He had sent the multitudes away, He went up on the
mountain by Himself to…” what? “…to pray. Now when evening came, He was alone there...” You see, He was in communion with His Father through
prayer.
Kalian
lihat, Musa datang untuk memantulkan
kemuliaan Yesus di gunung Sinai karena kemuliaan Yesus telah
menempel ke Musa, dan sekarang Musa memantulkan karakter Yesus. Tetapi Yesus,
Yang lebih besar daripada Musa, datang ke dunia ini dan Dia memantulkan karater BapaNya
dalam karakterNya sendiri kepada mereka yang dekat denganNya;
bukan untuk membawa kemuliaan dan hormat bagi diriNya, melainkan untuk membawa
hormat dan kemuliaan bagi BapaNya. Dan
itu dikarenakan Yesus telah melewatkan waktu bersama BapaNya sehingga karakter
BapaNya terpantul dalam hidupNya.
Simak
Matius 14:23-24. Kalian lihat, sebagaimana Musa melewatkan waktu bersama Allah
di gunung, Yesus melewatkan waktu dengan BapaNya juga di gunung. Dikatakan di
sana, “ 23 Dan setelah orang banyak itu
disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit seorang diri untuk…” apa? “…untuk berdoa. Ketika hari
sudah malam, Ia sendirian di situ…” Kalian lihat, Dia berkomunikasi dengan BapaNya
melalui doa.
Notice
Mark 1:35. Once again it speaks about the prayer habits of Jesus;
the communion, the close, the intimacy that Jesus had with His Father.
Mark 1:35 says: “35 Now in the morning, having risen a long while
before daylight…” notice that “…a long while before daylight, He went out
and departed to a solitary place; and there He…” what? “…and there He prayed.”
And
that's the reason why when Jesus went out in the morning, after He had
prayed all night, He came out and He had the radiance of His Father on His
face. And as He performed His miracles the people said, “God is
definitely with this man”, because He was reflecting the glory of His
Father. And by reflecting the glory of His Father, He was actually
bringing glory and honor to Him. He was giving glory to His Father by
reflecting the glory of His Father.
Perhatikan
Markus 1:35, sekali lagi ini berbicara tentang kebiasaan berdoa Yesus;
persatuanNya, keakraban yang intim yang dimiliki Yesus dengan BapaNya. Markus
1:35 berkata, “ 35
Pagi-pagi benar, setelah bangun jauh sebelum fajar,…”
apa? “…dan pergi ke luar. Ia
pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”
Dan
itulah alasannya mengapa saat Yesus keluar di pagi hari, setelah Dia berdoa
sepanjang malam, Dia tampil dan Dia memiliki kemuliaan BapaNya pada wajahNya.
Dan sementara Dia membuat mujizat orang-orang berkata, “Pasti Allah menyertai
orang ini”, karena Dia memantulkan kemuliaan BapaNya. Dan dengan memantulkan
kemuliaan BapaNya, Dia sebenarnya membawa kemuliaan dan hormat kepada BapaNya. Dia memuliakan BapaNya dengan
memantulkan kemuliaan BapaNya.
In
fact, notice 2 Corinthians 4: 6, where we're told that the glory that
Jesus had on His face was the glory of His Father. It says: “6 For
it is the God who commanded light to shine out of darkness, who has shone in
our hearts, to give the
light of the knowledge of the glory of God…” notice, God wants to give His glory where? “…in the face of Jesus Christ.”
Why
did Jesus reflect the glory of His Father? Why did Jesus bring glory to
His Father? Why did He give glory to His Father? Because He received
the glory from His Father, and He gave it to human beings in the form of
God's character. Therefore when people saw His character
they gave glory to whom? They gave glory to God.
Bahkan perhatikan 2 Korintus 4:6 di mana kita mendapat tahu bahwa kemuliaan yang ada pada wajah Yesus adalah kemuliaan BapaNya. Dikatakan, “6 Sebab Allah yang telah memerintahkan terang untuk bersinar dari kegelapan, yang juga telah bersinar dalam hati kita, untuk memberikan terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah…” perhatikan, Allah mau memberikan kemuliaanNya di mana? “…di wajah Yesus Kristus.”
Mengapa
Yesus memantulkan kemuliaan BapaNya? Mengapa Yesus memuliakan BapaNya? Mengapa
Dia memberi kemuliaan kepada BapaNya? Karena Dia telah menerima kemuliaan dari BapaNya, dan Dia
memberikannya kepada manusia dalam bentuk karakter Allah. Dengan
demikian ketika manusia melihat karakterNya, mereka memuliakan siapa? Mereka
memuliakan Allah.
Now
it's interesting to notice, if you go with me to John 14:8-11, what Jesus
had to say to one of His disciples. This is to His disciple Phillip, because
Phillip said, “We want to see the Father. Show us the Father.”
And you know this passage: John 14:8. “8 Philip said to Him, ‘Lord, show us the Father, and it is
sufficient for us.’ 9 Jesus said to him, ‘Have I been with you so long, and yet you have not known Me,
Philip? He who has seen Me has seen the Father; so how can you say, ‘Show us
the Father’? 10 Do you not believe that I am in the Father, and the Father in
Me? The words that I speak to you I do not speak on My own authority; but the Father who
dwells in Me does the works…” And
when people saw the works that Jesus performed, who did they
glorify? They said, “Oh this is a great man!” Well, some people
did! But what God wanted is that people as they saw Jesus revealing
the character of the Father to the world, that they would say, “What a
wonderful God He is representing to the world.”
You
know, it kind of reminds me; my favorite national park in the United
States is Grand Teton National Park. It's in North Western Wyoming.
And, you know, there's this place that I like to go to when I go
there. I haven't been there for several years. Ah, where you have a
beautiful lake, and then behind the lake you have a beautiful snow capped
rugged mountain, and you have beautiful pine trees in the back
ground. I've been there in the morning when there is just
absolutely not one little bit of wind, and the sun is out, and it's
just beautiful. And, you know, I've taken pictures of that place. And when
the picture is developed, or when the picture was developed, you know, I
didn't know which side was up, and which side was down, because the
reflection in the lake was so perfect. The lake was absolutely so calm,
mirror like, that you didn't know which was up and which was down.
That's
the way in which Jesus revealed the glory of His Father. In fact, Jesus
revealed the glory of the Father in the actions that He
performed, revealing the character of God. For example, do
you know that people in those days actually believed that God made people
sick to get even with them because of their sin? Do you remember
the disciples once asked, “Who sinned, this man or his parents that he
was born blind?” They thought that lepers were cursed by God. In
fact they called leprosy the finger of God. See God wants to get even
with people who sin. Well Jesus came to contest that, and to show that
it's just the opposite; that God loves the human being, and He
wants them to be well.
Nah,
menarik jika kita simak apa yang dikatakan Yesus kepada salah satu muridNya.
Mari bersama saya ke Yohanes 14:8-11. Ini adalah kepada muridNya Filipus,
karena Filipus berkata, “Kami ingin melihat Bapa. Tunjukkan Bapa kepada kami.”
Dan kalian sudah tahu ayat ini, Yohanes 14:8, “8 Kata Filipus kepada-Nya: ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa kepada kami, itu
sudah cukup bagi kami.’ 9 Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama
Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa
telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah
Bapa itu kepada kami? 10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa
dan Bapa di dalam Aku? Kata-kata yang Aku ucapkan kepadamu, tidak Aku katakan dari
diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan
pekerjaan-Nya…”
Dan ketika orang-orang melihat
perbuatan-perbuatan Yesus, siapa yang mereka muliakan? Apakah mereka berkata, “Wah, Orang ini hebat!”? Nah, memang ada yang berkata demikian. Tetapi apa yang
dikehendaki Allah ialah, ketika orang-orang melihat Yesus menyatakan karakter
Bapa kepada dunia, mereka akan berkata, “Alangkah hebatnya Allah yang
dinyatakanNya kepada dunia!”
Kalian tahu, ini mengingatkan saya,
taman nasional kesukaan saya di Amerika Serikat ialah Grand Teton National
Park, yang ada di Barat Laut Wyoming. Dan kalian tahu, di sana ada suatu tempat
yang suka saya datangi. Sudah beberapa tahun saya tidak ke sana lagi. Di sana
ada sebuah danau yang indah, kemudian di belakang danau itu ada sebuah gunung
yang puncaknya tertutup salju yang indah, dan ada pohon-pohon pinus yang indah
di latar belakang. Saya pernah berada di sana pada pagi hari saat sama sekali
tidak ada hembusan angin sedikit pun dan matahari sedang bersinar, dan
pemandangannya sungguh indah. Dan tahukah kalian, saya telah mengambil
foto-foto dari tempat itu, dan ketika foto-foto itu dicetak, kalian tahu, saya
tidak tahu mana yang bagian atas dan mana yang bagian bawah karena pantulan
yang ada di atas danau itu begitu sempurna. Danau itu seluruhnya tenang seperti
cermin, sehingga kita tidak tahu mana yang asli dan mana yang pantulan.
Itulah cara Yesus menyatakan kemuliaan
BapaNya. Bahkan Yesus menyatakan
kemuliaan Bapa dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukannya, yang menyatakan
karakter Allah. Misalnya, tahukah kalian orang-orang di masa itu
benar-benar percaya bahwa Allah membuat orang sakit untuk membalas dosa mereka?
Ingatkah para murid pernah bertanya, “Siapa yang telah berdosa, orang ini atau
orangtuanya sehingga dia lahir buta?” Mereka juga menganggap orang-orang kusta
itu dikutuk oleh Allah. Bahkan mereka menyebut sakit kusta itu “jari Allah”. Mereka menganggap Allah mau membalas
manusia karena dosa mereka. Nah, Yesus datang untuk menentang itu dan untuk
menunjukkan kebalikannya, bahwa Allah mengasihi manusia dan Allah menginginkan
yang baik untuk mereka.
In
fact, do you know that the miracles of Jesus in favor of the sick are
called His glory in the Bible? Notice John 2:11, “11 This
beginning of signs Jesus did in Cana of Galilee…” This is
when He turned the water into wine. And what did He do? “…and
manifested…” what?
“…His glory; and His disciples believed in Him”.
When
Jesus performed this miracle what did He reveal? He revealed His glory,
which was whose glory? the glory of His Father.
Nah,
apakah kalian tahu mujizat-mujizat yang Yesus
buat bagi orang-orang yang sakit di Alkitab dinamakan “kemuliaanNya”? Simak
Yohanes 2:11, “11 Awal dari tanda-tanda itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea,…” ini saat Dia mengubah air menjadi
anggur. Dan apa yag dilakukanNya? “…dan dengan itu Ia telah menyatakan…” apa? “…kemuliaan-Nya, dan
murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.”
Ketika Yesus membuat mujizat ini apa yang
dinyatakanNya? Dia menyatakan kemuliaanNya, yang adalah kemuliaan siapa?
Kemuliaan BapaNya.
Do you remember when Jesus resurrected Lazarus? Notice John 11:4, and then we're going to jump down to verse 40. John 11:4, “4 When Jesus heard that, He said…” when He heard that Lazarus was sick He says, “…‘This sickness is not unto death, but for…” what? “…for the glory of God…” God's going to manifest His glory in this event. Notice verse 40: “40 Jesus said to her, ‘Did I not say to you that if you would believe you would see…” what? “…you would see the glory of God?’…”
Let me
ask you, is it the glory of God to heal the sick and to help the
needy? Yes, because God is revealing His character through the
Lord Jesus Christ. In fact, if you read with me in Acts 10:38,
it speaks about the marvelous works of Jesus. It says there: “38 how God anointed Jesus of
Nazareth with the Holy Spirit and with power, who went about doing good and
healing all who were oppressed by the devil, for God was with Him.”
Why did
Jesus perform all these works? because God was what? God was with Him. He
was revealing the character of God. He was revealing the glory of
God. And as people saw the glory of God, they understood better
what God was like, and therefore they gave glory to God.
Ingatkah
kalian ketika Yesus membangkitkan Lazarus? Simak Yohanes 11:4, kemudian kita
akan melompat ke ayat 40. Yohanes 11:4, “4 Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata…” ketika Dia mendengar Lazarus sakit, Dia
berkata, “…’Penyakit ini
tidak akan membawa kematian, tetapi untuk…” apa? “…untuk menyatakan kemuliaan Allah…”
Allah akan
memanifestasikan kemuliaanNya dalam peristiwa ini. Simak ayat 40 “…40 Jawab Yesus kepadanya: ‘Bukankah sudah Kukatakan kepadamu,
jikalau engkau mau percaya engkau akan
melihat…” apa? “…engkau akan melihat kemuliaan Allah?’…"
Coba
saya tanya, apakah menyembuhkan yang sakit dan membantu yang kekurangan
itu kemuliaan Allah? Iya, karena Allah
menyatakan karakterNya melalui Tuhan Yesus Kristus. Bahkan jika kalian membaca
Kisah 10:38 bersama saya, ini berbicara tentang perbuatan Yesus yang
mengagumkan. Dikatakan di sana, “ 38 bagaimana
Allah mengurapi Yesus dari Nazaret dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, yang keliling berbuat baik dan menyembuhkan semua
orang yang ditindas oleh Iblis, sebab Allah
menyertai Dia.”
Mengapa
Yesus melakukan semua perbuatan baik ini? Karena Allah apa? Karena Allah
menyertai Dia. Dia sedang menyatakan karakter Allah. Dia sedang menyatakan
kemuliaan Allah. Dan saat orang-orang melihat kemuliaan Allah, mereka lebih
mengerti bagaimana Allah itu, dan oleh sebab itu mereka memuliakan Allah.
In fact
you'll notice on your list of texts that I have Luke 13:13. There you
have a woman who had bent over for eighteen years. She couldn't
straighten out. And the Bible says that when Jesus manifested His
glory, and healed her, we're told that the people gave glory to God.
Because Jesus had revealed the glory of God.
Malah,
kalian akan melihat pada daftar ayat-ayat yang di tangan kalian, ada Lukas
13:13. Di situ ada seorang perempuan yang sudah bongkok selama 18 tahun. Dia
tidak bisa berdiri tegak. Dan Alkitab berkata bahwa ketika Yesus
memanifestasikan kemuliaanNya dan menyembuhkan perempuan itu, kita membaca
bahwa orang-orang memuliakan Allah, karena Yesus telah menyatakan kemuliaan
Allah.
In Luke
17:15, when Jesus healed the ten lepers, one man came back and he gave
glory to God for his healing. Because God had revealed His glory
through this marvelous miracle.
Di
Lukas 17:15, ketika Yesus menyembuhkan 10 orang kusta, satu orang kembali dan
dia memuliakan Allah untuk kesembuhannya, karena Allah telah menyatakan
kemuliaanNya melalui mujizat yang luar biasa ini.
In Luke
18:43 we find a blind man that was healed. And once again the people gave
glory to God because God had manifested His glory in healing this
man.
Di
Lukas 18:43 kita lihat seorang buta yang disembuhkan. Dan sekali lagi
orang-orang memberikan kemuliaan kepada Allah karena Allah telah
memanifestasikan kemuliaanNya dengan menyembuhkan orang ini.
And
even when Jesus resurrected the son of the widow of Nain, the Bible says
that the people gave glory to God, because Jesus had manifested the glory
of God.
Dan
ketika Yesus membangkitkan anak laki-laki janda dari Nain, Alkitab berkata
bahwa orang-orang memberikan kemuliaan kepada Allah karena Yesus telah
memanifestasikan kemuliaan Allah.
In
fact, when Jesus got to the end of His life, He raised that beautiful
prayer to His Father that we find in John 17. And I'm going to read verse
4, and then I'm going to read verses 22 and 23. John 17:4, notice what
Jesus says, “4 I have…” what? “…
glorified You…” in other words, I have
given You glory, is what Jesus is saying. How did Jesus give glory to the
Father? by revealing His glory, right? By revealing His character of
glory, He's giving glory to His Father, so He says: “…I have
glorified You on the earth. I have finished the work which You have given Me to
do…” verse 22: “…22 And the glory which You gave Me I have given
them…” Are you understanding this? The glory
that the Father gave to Jesus, Jesus gave to them, “…that they may be one just as We are one: 23 I in them, and You in Me; that they may be made
perfect in one, and that the world may know that You have sent Me, and have
loved them as You have loved Me.”
Bahkan
ketika menjelang akhir hidupNya, Yesus memanjatkan
doa yang indah kepada BapaNya yang kita temukan di Yohanes 17. Saya akan
membacakan ayat 4, lalu saya akan membacakan ayat 22 dan 23. Yohanes 17:4,
perhatikan apa kata Yesus, “4 Aku telah…” apa? “…mempermuliakan Engkau…” dengan
kata lain, Aku telah memberikan kemuliaan
kepadaMu, itulah yang dikatakan Yesus. Bagaimana Yesus memberikan kemuliaan
kepada Allah Bapa? Dengan menyatakan kemuliaanNya, benar? Dengan menyatakan
karakterNya yang mulia, Dia mempermuliakan BapaNya. Jadi Yesus berkata, “…Aku telah mempermuliakan
Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan
kepada-Ku untuk Kulakukan.…” ayat 22, “…22 Dan Aku
telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku,…” apakah
kalian paham ini? Kemuliaan yang telah diberikan Bapa kepada Yesus, Yesus
berikan kepada mereka, “… supaya mereka menjadi
satu, sama seperti Kita adalah satu: 23 Aku di dalam mereka dan
Engkau di dalam Aku supaya mereka dijadikan
sempurna dalam kesatuan, dan agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah
mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi
Aku.”
In
fact, do you know that the Bible tells us that Jesus called His death the
ultimate manifestation of the glory of God? Why? Because in the
death of Jesus you have the most marvelous revelation of God's
character. Because He's showing His love by Jesus dying in our
place, and He's also showing His justice, because sin is being
punished. In other words, on the cross the character of God is
revealed such as never before.
Notice John 12:23-24. “23 But Jesus answered them, saying, ‘The hour has come that the Son of Man should be glorified. 24 Most assuredly, I say to you, unless a grain of wheat falls into the ground and dies, it remains alone; but if it dies, it produces much grain.’…” or it produces much fruit.
Notice John 12:23-24. “23 But Jesus answered them, saying, ‘The hour has come that the Son of Man should be glorified. 24 Most assuredly, I say to you, unless a grain of wheat falls into the ground and dies, it remains alone; but if it dies, it produces much grain.’…” or it produces much fruit.
Bahkan,
tahukah kalian bahwa Alkitab mengatakan Yesus
menyebut kematianNya sebagai manifestasi tertinggi kemuliaan Allah?
Mengapa? Karena dalam kematian
Yesus kita mendapatkan pernyataan yang luar biasa dari karakter Allah, karena
Allah menunjukkan kasihNya dengan Yesus mati menggantikan kita; dan Allah juga
menunjukkan keadilanNya karena dosa tetap mendapat hukuman.
Dengan kata lain, di salib karakter Allah dinyatakan sedemikian jelas lebih
dari sebelumnya.
Simak
Yohanes 12:23-24, “23 Tetapi Yesus
menjawab mereka, kata-Nya: ‘Telah tiba saatnya bagi
Anak Manusia untuk dimuliakan. 24
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam
tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak gandum.’…” atau menghasilkan banyak buah.
Now
we've talked about Moses. You see, Moses spent time in communion with
God. He reflected the glory of God to the people in manifesting the
same character of the God that he knew on the mount. Jesus came to this
world, and by revealing the character of His Father, He showed people
what the character of God is really like. But, of course, the question
is, what about us? Because the first angel's message says that we
are supposed to give glory to God. Now how do we give glory to God?
Well,
notice John 8:12. The Bible calls Jesus the Sun of Righteousness.
And the reason why Jesus is called light is because He is the sun; not
literally speaking, but symbolically speaking. John 8:12, “12 Then
Jesus spoke to them again, saying, ‘I am the light of the
world. He who follows Me shall not walk in darkness, but have the light of
life.”
Who is
the light of the world? Jesus is. But what happens when we receive Jesus Christ? It
says that we have the light of life. Now interestingly enough,
the Bible not only says that Jesus is the light of the world, the Bible
also says that we are supposed to be the light of the world.
Well
now you say, “Wait a minute! We don't have any light to give, do
we? We
only have the light that we receive from God; that we received from Jesus
Christ.”
In
fact, notice Matthew 5:14-16, it says, Jesus is speaking to us, He said, “I am
the light of the world,” but now He says, “14 You are the light of the world…” Now how can He be the light of the world and us the light
of the world? Well, let me give you an illustration before I finish
reading this passage.
You
know, you go out in the daytime and you see the sun, right? Usually you
can't see the moon. Once in a while you can, but you can't see the
moon. At night you go out and you see the moon. And we say, “Ah,
look at that moon! Beautiful full moon! How beautiful the moon is
tonight.” But let me tell you something, the moon would not be
beautiful unless it received the light from the sun. The moon is
beautiful because its light comes from the sun. In other words, because
the moon is in contact with the sun, the moon reflects the light to the
world. That should be our relationship with Jesus. You see,
Jesus is the original
light. He has the pattern character. And as we spend time with Him,
He shines in our lives, and then we shine His light to the world, but we
don't have original light, we have reflected light. Now let's finish reading this passage. Jesus
says, “…14 You are the light of the world. A city that is
set on a hill cannot be hidden. 15 Nor do they light a lamp and put it under a
basket, but on a lampstand, and it gives light to all who are in the house. 16 Let your light so shine before men…” notice, He's talking about us, “…16 Let your light so shine before men that they
may see your…” what? What is the
light? The light is our good works. And then they're going to say,
“Oh, look at Pastor Bohr. He's such a great guy. He's got such a
wonderful character, doesn't he?” Is that what they're going to say?
Notice what the verse finishes saying, verse 16: “…Let your light so shine before men that they
may see your good works and glorify your Father in heaven.”
Where
do the good works come from? The good works come from God, and that's
why people glorify God. They don't glorify us, because they see that
we are merely reflecting the character of God in our lives.
Nah,
kita sudah berbicara tentang Musa. Kalian lihat, Musa melewatkan waktunya
bergaul dengan Allah. Dia memantulkan kemuliaan Allah kepada orang-orang dengan
memanifestasikan karakter yang sama dari Allah yang dikenalnya di gunung.
Yesus
datang ke dunia ini dan dengan menyatakan karakter BapaNya, Dia menunjukkan
kepada manusia bagaimana karakter Allah itu sesungguhnya.
Tetapi,
tentu saja pertanyaannya ialah, bagaimana dengan kita? Karena pekabaran
malaikat yang pertama mengatakan kita harus memuliakan Allah. Nah, bagaimana kita memuliakan Allah?
Nah,
simak Yohanes 8:12. Alkitab menyebut Yesus sebagai Surya Kebenaran. Dan alasan
mengapa Yesus disebut Terang ialah karena Dia adalah Sang Surya, bukan secara
harafiah tetapi berbicara secara simbolis. Yohanes 8:12, “12 Maka Yesus berkata kepada mereka
lagi, kata-Nya: ‘Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak
akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Siapa
terang dunia? Yesus. Tetapi apa yang terjadi ketika kita menerima Yesus Kristus? Dikatakan bahwa kita
memiliki terang hidup. Nah, yang cukup menarik, Alkitab tidak
hanya berkata bahwa Yesus adalah terang dunia, Alkitab juga berkata bahwa kita
seharusnya menjadi terang dunia.
Nah,
sekarang kalian berkata, “Tunggu dulu! Kita
tidak memiliki terang yang bisa kita berikan, bukan? Kita hanya memiliki terang yang
kita terima dari Allah, yang kita terima dari Yesus Kristus.”
Nah,
perhatikan Matius 5:14-16, dikatakan ~ Yesus sedang berbicara kepada kita, Dia
sudah berkata, “Akulah terang dunia” tetapi sekarang Dia berkata, “Kamu adalah terang dunia…”
Nah, kok bisa Dia adalah terang dunia dan kita juga terang dunia?
Izinkan saya memberikan ilustrasi sebelum saya selesaikan membaca ayat ini.
Kalian tahu, jika kita keluar siang hari kita melihat matahari, bukan? Biasanya
kita tidak bisa melihat bulan. Sekali waktu bisa, tetapi umumnya kita tidak
bisa melihat bulan. Pada malam hari kita keluar dan kita melihat bulan, dan
kita berkata, “Ah, lihatlah bulan, bulan purnama yang indah. Betapa indahnya
bulan malam ini.” Tetapi saya beritahu, bulan tidak akan tampak indah kecuali
dia menerima terang dari matahari. Bulan itu indah karena terangnya diperoleh
dari matahari. Dengan kata lain, karena bulan itu berhubungan dengan matahari,
bulan memantulkan cahayanya ke bumi. Begitulah seharusnya hubungan kita dengan
Yesus. Kalian lihat, Yesus
itulah terang yang asli. Dia yang memiliki pola karakter. Dan saat kita
melewatkan waktu denganNya, Dia bersinar dalam hidup kita, kemudian kita
memancarkan sinarNya kepada dunia. Tetapi kita tidak memiliki terang yang asli,
kita memiliki terang yang dipantulkan.
Sekarang
mari kita tuntaskan membaca ayat ini. Yesus berkata, “14 Kamu adalah terang dunia.
Kota yang terletak di atas bukit tidak
mungkin tersembunyi. 15 Demikian pula orang tidak menyalakan pelita
lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, dan itu memberi terang
kepada semua orang di dalam rumah itu. 16 Demikianlah hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang,…” simak,
Yesus berbicara tentang kita, “…Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di
depan orang, supaya mereka melihat…” apa?
Terang itu apa? Terang itu perbuatan baik kita. Lalu mereka akan berkata, “Oh,
lihatlah Pastor Bohr, dia orang yang sangat baik, dia punya karakter yang
begitu indah, bukan?” Itukah yang akan dikatakan orang? Perhatikan bagaimana
bunyi ayat ini akhirnya, “…Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya
mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
Dari
mana datangnya perbuatan baik? Perbuatan
baik berasal dari Allah, dan itulah sebabnya orang-orang
memuliakan Allah. Mereka tidak memuliakan kita karena mereka melihat kita hanya
memantulkan karakter Allah dalam hidup kita.
Notice
1 Peter 2:11-12, it says there: “11
Beloved, I beg you as sojourners and pilgrims, abstain from fleshly lusts which
war against the soul, 12 having
your conduct…” notice it's talking about behavior, “…having
your conduct honorable among the Gentiles, that when they speak against you as
evildoers, they may, by your…” what? “…good works which they observe…” see, the good works is referring to our character, “…by your good works which they observe glorify…”
whom? “…God in the day of visitation.”
So as
we reflect the glory of God to the world, the world sees us and they say,
“Wow, what a wonderful God that pastor serves,” because we are reflecting
the character of God. We're giving glory to God because we're
reflecting His glory. Are you understanding what I'm saying?
Simak
1 Petrus 2:11-12, dikatakan di sana, “11
Saudara-saudaraku yang terkasih, aku
menasihati kamu, sebagai pendatang dan perantau, agar
menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berperang melawan jiwa. 12 Milikilah sikap…” perhatikan
ini berbicara tentang tingkah laku, “…milikilah sikap yang terhormat
di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu
sebagai pelaku-pelaku kejahatan, mereka
dapat melihatnya dari…” apa? “…perbuatan-perbuatanmu yang baik…” lihat,
perbuatan-perbuatan baik merujuk kepada karakter kita, “…melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik, dan memuliakan
Allah pada hari Ia melawat mereka.”
Jadi,
saat kita memantulkan kemuliaan Allah kepada dunia, dunia melihat kita dan
berkata, “Wow, betapa hebatnya Allah yang disembah pendeta itu”, karena kita
memantulkan karakter Allah. Kita memberikan kemuliaan kepada Allah karena kita memantulkan
kemuliaanNya. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?
Now notice John 15:8, here Jesus is speaking about the vine and its branches, and He says, “8 By this My Father is glorified…” Do you want to know how we glorify God, how we glorify the Father, how we give glory to Him: the first angel's message? Jesus says, “…By this My Father is glorified that you bear much…” what? “…much fruit; so you will be My disciples.”
Let me
ask you, what is that fruit that we reflect in our lives? Jesus
says, “My Father is glorified if you bear much fruit.” what is that
fruit? The fruit is the character, folks.
Sekarang
simak Yohanes 15:8, di sini Yesus sedang berbicara tentang pokok anggur dan
cabang-cabangnya, dan Dia berkata, “8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan,…” Maukah kalian tahu bagaimana kita
memuliakan Allah, bagaimana kita memuliakan Bapa, bagaimana kita memberiNya
kemuliaan menurut pekabaran malaikat yang pertama? Yesus berkata, “…Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu…” apa? “… berbuah banyak; maka kamu akan menjadi murid-murid-Ku."
Coba
saya tanya, buah apa yang kita pantulkan dalam hidup kita? Yesus berkata,
“BapaKu dimuliakan jika kamu berbuah banyak”, nah, buahnya itu apa? Buahnya ialah karakter,
Saudara-saudara.
Notice
Galatians 5:22-24, you tell me if these are characteristics of a person's
being, or a person's character when the Holy Spirit has entered the life,
and we reflect the glory of Jesus. It says there: “ 22 But the fruit of the
Spirit...” notice “fruit”. Jesus says that glorify God by producing fruit.
Now the apostle Paul says, “...But
the fruit of the Spirit is love…” Is that
a character trait? Yes, it is. “…joy…” is that
a character trait? Absolutely.
“…peace, long-suffering (patience), kindness, goodness, faithfulness, 23gentleness,
self-control; against such things there is no law…” In other words, when we're producing the fruit of the Holy
Spirit in our lives, people see our life and they say, “Wow! Look at the
God that that person serves! Look at what a sweet character he has;
what a sweet character she has.”
Perhatikan
Galatia 5:22-24, coba saya tanya apakah ini merupakan karakter pribadi
seseorang atau tabiat seseorang saat Roh Kudus telah masuk ke dalam hidupnya,
dan kita memantulkan kemuliaan Yesus. Dikatakan di sana, “22 Tetapi buah Roh…” perhatikan
“buah”. Yesus berkata bahwa kita
memuliakan Allah dengan menghasilkan buah. Sekarang, rasul
Paulus berkata, “…Tetapi buah Roh ialah: kasih,…” apakah ini suatu tabiat? Benar, “…sukacita,…” apakah ini suatu tabiat? Betul sekali, “…damai sejahtera, panjang sabar,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri.
Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu…”
Dengan kata lain pada
waktu kita menghasilkan buah Roh Kudus dalam hidup kita, orang-orang lain
melihat hidup kita dan mereka berkata, “Wow! Lihatlah Allah yang disembah orang
itu! Lihatlah, betapa manisnya tabiat yang dimilikinya, betapa manisnya
karakter yang dimilikinya.
In
fact, do you know that the Bible says that when Peter died as a martyr, he
brought honor and glory to God? Because he revealed God's faithfulness in
his life. He said, I'm going to be faithful unto death. Notice that
in John 21:18-19, here Jesus is speaking to Peter and He says this: “18 Most assuredly, I say to you, when you were
younger, you girded yourself and walked where you wished; but when you are old,
you will stretch out your hands…” Jesus
is saying that Peter is going to be crucified, “…you
will stretch out your hands and another will gird you and carry you where you do not wish.” 19 This He spoke, signifying by what death he
would…” what? “…he would glorify God….”
Nah,
tahukah kalian Alkitab berkata bahwa saat Petrus mati sebagai martir, dia
membawa kehormatan dan kemuliaan bagi Allah? Karena dia menyatakan kesetiaan
Allah dalam hidupnya. Petrus berkata,
aku akan tetap setia sampai mati. Perhatikan ini di Yohanes 21:18-19, di sini
Yesus sedang berbicara kepada Petrus dan Dia berkata demikian, “18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau
masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja
kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan merentangkan tanganmu…” Yesus sedang berkata, Petrus nanti akan
disalibkan, “…engkau akan merentangkan
tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang
tidak kaukehendaki. 19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan dengan kematian seperti apa Petrus akan…” apa? “…Petrus akan memuliakan
Allah…”
Let me
ask you, if we're faithful to God and we die as martyrs, does that bring
honor and glory to God? It most certainly does, because it shows absolute
and complete commitment to God. And so the ultimate sacrifice, giving up the
life, is a revelation of God's character. In fact, do you
know many of the martyrs who died, they brought many other people to the
feet of Jesus? Because when the people saw them die they said, “Hey, if
this cause is worth dying for, it must be worth living for.” And so
they accepted the gospel of Jesus Christ. In this way much fruit was
produced.
Coba
saya tanya, jika kita setia pada Allah dan kita mati sebagai martir, apakah itu
membawa kehormatan dan kemuliaan bagi Allah? Tentu saja, karena itu menunjukkan
suatu komitmen yang mutlak dan sempurna kepada Allah. Maka pengorbanan yang tertinggi, menyerahkan hidup, adalah
pernyataan karakter Allah. Nah, tahukah kalian banyak dari para martir
dengan kematian mereka telah membawa banyak orang lain ke kaki Yesus? Karena ketika orang-orang melihat mereka mati,
mereka berkata, “Hei, jika perjuangan ini dibela sampai mati, tentunya
perjuangan ini layak diterima selama hidup.” Maka mereka menerima Injil Yesus
Kristus. Dengan cara demikian, banyak buah yang dihasilkan.
Now do
you know that the Bible says that there's going to be a final worldwide
revelation of God's glory?
Notice
Revelation 18:1. Now we go to Revelation where it talks about giving
glory to God. Notice Revelation 18:1. “ 1
After these things…” and we're going to study this more carefully in our last
lecture in this series “…After these things I saw another angel
coming down from heaven, having great authority, and the earth was illuminated
with his…” what? “…with his glory.”
Are we
to expect to see an angel streak across the sky, you know, with glorious
light that everybody can see? Is that what this is talking about?
No. We've already noticed that angels represent people. In other
words, God's
people are going to reflect in the world; they're going to fill the world
with the glory of God, which is the glory of His what? The
glory of His
character. In fact, notice Isaiah 58 where this glory is spoken
about. Isaiah 58:6-8. It describes what this glory is in the end time; the
glory that God is going to fill the world with. There's going to be the
greatest manifestation of God's character in the history of the
world. People are going to be impressed. They're not going to say,
“Oh look at those people; they're so great. Look at those Adventists;
they're so wonderful.” No, they're going to say, “Wow! Look at the
God that they serve! Look at their character! They must have some
connection with God.” Notice Isaiah 58:6. God says: “ 6 Is this not the fast that I have chosen: to loose the bonds
of wickedness, to undo the heavy burdens, to let the oppressed go free, and
that you break every yoke? 7 Is it not to share your bread with the hungry,
and that you bring to your house the poor who are cast out; When you see the
naked, that you cover him, and not hide yourself from your own flesh?...” Now let me ask you, what is being revealed here according
to these verses? What is being revealed is the love, and the
kindness of God to the world. Isn't that right? And now notice what
happens as a result of revealing all of these character traits.
Verse 8, “…8 Then your light…” your what? When we feed the hungry; when we bring into our house
the poor; when we break every yoke; when we loosen the heavy
burdens; when we let the oppressed go free. It says “…Then
your light shall break forth like the morning, your healing shall spring forth
speedily, and your righteousness shall go before you; the glory of the Lord shall be your rear guard.”
Nah,
tahukah kalian bahwa Alkitab berkata akan terjadi suatu pernyataan terakhir
yang mendunia dari kemuliaan Allah? Simak Wahyu 18:1. Sekarang kita beralih ke
kitab Wahyu di mana dikatakan tentang memberi kemuliaan kepada Allah.
Perhatikan Wahyu 18:1, “1 Kemudian setelah hal-hal itu, aku
melihat seorang malaikat lain turun dari sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar
dan bumi menjadi terang oleh…” apa? “…oleh kemuliaannya.”
Apakah
kita sangka kita akan melihat seorang malaikat melesat di langit, dengan cahaya
yang mulia yang bisa disaksikan semua orang? Apakah ayat ini berbicara tentang
hal itu? Tidak. Kita sudah tahu bahwa malaikat mewakili manusia. Dengan kata
lain, umat Allah yang akan memantulkan
kepada dunia, mereka akan memenuhi dunia dengan kemuliaan Allah, yaitu
kemuliaan apaNya? Kemuliaan karakterNya.
Nah,
simak Yesaya 58 di mana kemuliaan ini
disinggung. Yesaya 58:6-8, menggambarkan bagaimana kemuliaan ini pada akhir zaman,
kemuliaan yang akan diberikan Allah untuk memenuhi dunia. Akan ada suatu
manifestasi yang paling besar dari karakter Allah sepanjang sejarah dunia.
Manusia akan terpesona. Mereka tidak akan berkata, “Oh, lihatlah orang-orang
itu, mereka begitu hebat. Lihatlah orang-orang Advent, mereka begitu luar
biasa.” Tidak. Mereka akan berkata, “Wow! Lihatlah Allah yang mereka sembah.
Lihatlah karakter mereka, mereka pasti punya hubungan dengan Allah.”
Simak
Yesaya 58:6, Allah berkata, “6 Bukankah inilah puasa yang Kukehendaki: untuk membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan
melepaskan beban-beban yang berat, untuk memerdekakan orang yang tertindas, dan mematahkan setiap kuk? 7 Bukankah untuk berbagi rotimu dengan orang yang lapar dan membawa ke rumahmu
orang miskin yang terusir, dan apabila engkau melihat orang telanjang
supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap
saudaramu sendiri? …” Sekarang
coba saya tanya, menurut ayat-ayat ini apa yang sedang dinyatakan di sini? Yang
sedang dinyatakan di sini adalah kasih dan kebaikan Allah kepada dunia. Betul
tidak? Dan sekarang perhatikan apa yang
terjadi akibat menyatakan semua ciri-ciri karakter ini. Ayat 8, “…8 Pada waktu
itulah terangmu…” apamu?
Bila kita memberi makan orang yang lapar, bila kita menampung orang-orang yang
miskin, bila kita mematahkan semua kuk, bila kita melepaskan beban-beban yang
berat, bila kita membebaskan yang tertindas, dikatakan, “…Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar, penyembuhanmu akan segera terjadi; dan kebenaranmu akan berada di depanmu, kemuliaan TUHAN akan menjadi penjaga belakangmu.”
What
does it mean then to give glory to God? To give glory to God simply means to
reflect His what? To reflect His character to the world so that others can
see Jesus in us, and give honor and glory to His name.
Kalau
begitu apa maksud memberi kemuliaan kepada Allah? Memberi kemuliaan kepada Allah jelas berarti
merefleksikan apaNya? Merefleksikan karakterNya kepada dunia sehingga orang lain bisa melihat
Yesus dalam diri kita dan memberi hormat dan kemuliaan kepada namaNya.
So this
expression: “Give glory to Him”, is
telling us, very explicitly, that the end time generation, who accept the first
angel's message, are going to reveal to the world what? all of the
aspects of the character of God, because they are in intimate
communion with Jesus.
Jadi
ungkapan ini, “Muliakanlah
Dia” memberitahu kita
dengan sangat ekspilisit bahwa generasi
akhir zaman yang menerima pekabaran malaikat pertama akan menyatakan kepada
dunia apa? Semua
aspek karakter Allah, karena mereka bergaul intim dengan Yesus.
But now
let's look at another dimension, very quickly, to this issue of giving
glory.
Notice
1 Corinthians 6:19-20. There's another aspect that we need to take a look
at when we talk about giving glory to God. It's speaking there
about caring for our bodies and for our minds. “19 Or do you not know that your body is the temple
of the Holy Spirit who is in
you, whom you have from God, and you are not your own? 20 For you were bought at a price; therefore
glorify God…” in other words, give
glory to God in your what? “…in your body and in your spirit…” which is another way of saying your thinking, or your mind “… glorify God in your body and in your spirit
which are God’s.”
Tetapi
sekarang marilah dengan cepat kita melihat ke dimensi yang lain tentang isu
memberi kemuliaan ini. Simak 1 Korintus 6:19-20. Ada aspek yang lain yang perlu kita perhatikan
bila kita berbicara tentang memberi
kemuliaan kepada Allah. Ini berbicara tentang merawat tubuh kita dan pikiran
kita. “19 Atau tidak
tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh
Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? 20
Sebab kamu telah dibeli dengan harga yang telah lunas dibayar: Karena itu
muliakanlah Allah…” dengan
kata lain, berilah kemuliaan kepada Allah dengan apamu? “…dengan tubuhmu dan dengan jiwamu!...”
yang merupakan cara lain untuk mengatakan dengan pikiran
kita, atau benak kita, “…muliakanlah Allah dengan
tubuhmu dan dengan jiwamu yang adalah milik
Allah.”
Let me
ask you, Does giving glory to God have anything to do with caring for our
bodies? Yes. Does it have anything to do with caring for our minds?
Absolutely! Notice 1 Corinthians 10:31, “31 Therefore, whether you eat or
drink, or whatever you do, do all to…” what? “…do all to the glory of God.”
Coba
saya tanya, apakah memberikan kemuliaan kepada Allah ada hubungannya dengan
memelihara tubuh kita? Iya! Apakah ada hubungannya dengan memelihara pikiran
kita? Betul sekali! Simak 1 Korintus 10:31, “31 Oleh karena itu, jika engkau makan atau jika
engkau minum, atau apa pun yang engkau lakukan,
lakukanlah semuanya itu untuk…” apa? “…lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”
Let me ask you, does our health have anything to do with how we treat people? You know, some people, some Christians, many Christians I might say, for example, are addicts to coffee. What happens when you don't drink coffee? You become cranky. Does it effect the way you treat people? Yes.
Let me
ask you, when you drink, when you get drunk, does that effect what you
say to people, and the way you treat people? Absolutely!
The way
you eat; does that effect your thinking? Does that effect your behavior,
the way you treat people? Drugs, eating forbidding foods?
Absolutely!
In
other words, if we don't care for our body, we will not be able to reflect the
character of Jesus in its fullness. You know, we need to have a
healthy body and a healthy mind. Do
you
know that the brain is a physical organ, and the mind operates through
the brain? So the condition of your body effects the condition of
your brain, and the condition of your brain effects your
ability to reflect the character of God to others, and your ability
to communicate more clearly with God. Because when we have
a blurred mind, our communion with God is not full, and our treatment of
our fellow human beings is not as God would have it.
And so the first
angel's message also calls us to glorify God in our body, and in our
spirit, which belong to God.
Coba
saya tanya, apakah kesehatan kita ada kaitannya dengan cara kita memperlakukan
orang lain? Kalian tahu, ada orang, beberapa orang Kristen, atau bahkan harus
saya katakan banyak orang Kristen, misalnya, yang menyandu kopi. Apa yang
terjadi jika mereka tidak minum kopi? Mereka menjadi uring-uringan. Apakah itu
mempengaruhi cara kita memperlakukan orang? Ya.
Coba
saya tanya, jika kita minum minuman keras, jika kita mabuk, apakah itu
mempengaruhi apa yang kita katakan kepada orang lain? Dan cara kita memperlakukan
orang lain? Jelas!
Cara
kita makan, apakah itu mempengaruhi cara kita berpikir? Apakah itu mempengaruhi
sikap kita, cara kita memperlakukan orang? Narkotik, makan apa-apa yang
dilarang? Tentu saja! Dengan kata lain, jika
kita tidak memelihara tubuh kita, kita tidak akan bisa memantulkan karakter Yesus
secara seutuhnya. Kalian tahu, kita perlu memiliki tubuh yang
sehat, dan pikiran yang sehat.
Tahukah
kalian otak itu adalah organ fisik, dan pikiran beroperasi melalui otak? Jadi
kondisi tubuh kita mempengaruhi kondisi otak kita, dan kondisi otak kita mempengaruhi kemampuan kita untuk
memantulkan karakter Allah kepada orang lain, dan kemampuan kita untuk
berkomunikasi yang lebih jelas dengan Allah. Karena, bila kita
memiliki otak yang kabur, komunikasi kita dengan Allah tidak penuh, dan
perlakuan kita kepada sesama manusia tidak seperti yang diinginkan Allah.
Jadi
pekabaran malaikat pertama juga
memanggil kita untuk memuliakan Allah dengan tubuh kita, dan dengan jiwa kita
yang adalah milik Allah.
Now I'd
like to read one verse in closing our study for today: 2 Corinthians
3:18. We couldn't finish without this one, because this verse
is reminiscing about what happened to Moses on mount Sinai. And so
we have to end where we began. We began with Moses being in contact with
God, and him being changed and transformed, and revealing God's
glory to Israel in the character of God.
Now
notice 2 Corinthians 3:18. “18 But we all, with unveiled face…” See
Israel asked Moses to put a veil over his face, so they didn't reflect
the glory of God. They were always complaining and whining. They
didn't reveal God's character, because they didn't see the
glory. They said, “Put a veil over your face.” The glory did not
spill from Moses to the people. Are you understanding what I'm
saying? God wanted the glory to spill from God, from Jesus, to
Moses, and then Moses with unveiled face to bring it to the
people. But the people said, “Cover your face.” Now notice: “…But we all, with unveiled face beholding as
in a mirror the glory of the Lord…” What do
we need to behold? The same thing that Moses beheld. It says:
“…beholding as in a mirror the glory of the Lord are being…” what? “…
transformed…” It doesn't happen overnight. The more time we spend with
God, the more we behold Him, the more we are changed into His
image. And the more television, and violence, and sex, and profanity
that we watch on television, the more we reflect television. It's a law
of our mind that we are what we eat spiritually. You see, physically we
eat through our mouth; spiritually we eat through our ears and through
our eyes. And we are what we eat, whether it be physically, or whether it
be spiritually. Don't think that if you spend most of your time with
the television you're going to reflect the character of Jesus. It
doesn't work that way. If we're going to reflect the character of Jesus
we have to spend time with whom? We have to spend time with
Jesus. And so it says: “… But we all, with unveiled face beholding as in
a mirror the glory of the Lord…” What do we behold? the
glory of the Lord. We “…are being transformed into…” what? “…into
the same image from glory to glory…” In
other words, the more we're with Him the more we reflect His glory.
And notice who does it: “…just as by the Spirit of the Lord.”
Nah,
sekarang saya ingin membacakan satu ayat untuk menutup pelajaran kita hari ini.
2 Korintus 3:18. Kita tidak bisa mengakhiri tanpa ayat ini karena ayat ini
mengingatkan tentang apa yang terjadi pada Musa di gunung Sinai. Maka kita
harus mengakhiri di mana kita tadi mulai. Kita tadi mulai dengan Musa yang
mempunyai hubungan dengan Allah, dan bagaimana dia diubahkan dan
ditransformasikan, dan menyatakan kemuliaan Allah kepada Israel dalam karakter
Allah.
Sekarang
simak 2 Korintus 3:18, “18 Tetapi kita
semua, dengan wajah yang tidak tertutup…” Lihat, Israel minta Musa menutupi
wajahnya supaya mereka tidak usah menerima pantulan kemuliaan Allah. Mereka
selalu mengeluh dan mengritik. Mereka tidak memantulkan kemuliaan Allah karena
mereka tidak melihat kemuliaan itu. Mereka berkata, “Tutupilah wajahmu.” Kemuliaan tidak
tercurah dari Musa kepada umat. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?
Allah mau agar kemuliaan itu tercurah dari Allah, dari Yesus, ke Musa, kemudian
Musa dengan wajah yang tidak tertutup, memantulkannya kepada umat. Tetapi umat
berkata, “Tutupi wajahmu.” Sekarang simak,
“…Tetapi kita semua, dengan
wajah yang tidak tertutup seakan melihat ke cermin memandang kemuliaan Tuhan,…” apa yang harus kita
pandang? Hal yang sama yang Musa pandang. Dikatakan, “…seakan melihat ke cermin
memandang kemuliaan Tuhan, dan kita…” diapakan? “… diubahkan…” ini tidak terjadi
hanya dalam semalam. Semakin banyak waktu yang kita lewatkan bersama Allah,
semakin kita memandangNya, semakin kita diubahkan menyerupaiNya. Semakin banyak
televisi dan kekerasan dan seks dan makian yang kita tonton di televisi,
semakin kita memantulkan televisi. Itulah hukum yang berlaku pada pikiran kita,
bahwa kita adalah apa yang kita makan secara rohani. Kalian lihat, secara jasmani kita makan
melalui mulut kita, secara rohani kita makan melalui mata dan telinga kita.
Dan kita adalah apa yang kita makan, apakah itu secara jasmani maupun secara
rohani. Jangan dikira jika kita melewatkan sebagian besar waktu kita dengan
televisi kita akan memantulkan karakter Yesus. Tidak bisa seperti itu. Jika
kita akan memantulkan karakter Yesus kita harus melewatkan waktu dengan siapa?
Kita harus melewatkan waktu dengan Yesus. Jadi dikatakan, “…Tetapi kita semua, dengan
wajah yang tidak tertutup seakan melihat ke cermin, memandang kemuliaan Tuhan…” apa yang kita lihat?
Kemuliaan Allah, “…dan kita diubahkan menjadi…” apa? “…menjadi gambar yang sama, dari kemuliaan hingga
kemuliaan,…” dengan
kata lain, semakin sering kita bersama Allah, semakin kita memantulkan
kemuliaanNya. Dan simak siapa yang berkarya, “…sebagaimana diubahkan oleh Roh Tuhan.”
It kind
of reminds me of an experience that I had a few years ago when I was
preaching in a certain city. And a lady came up to me and she says, “Pastor
Bohr, do you know so and so?” I'm not going to mention the name.
She says, “Do you know so and so?” I said, “Oh, absolutely. He was
one of my star students for three years. I mean he aced every class that
he took. He was a fantastic student.” She says, “Well, I want you
to know you've preached just like he does.” And I kind of
smiled. Let me ask you ~ by the way, this individual's coming to our family camp
this year ~ so why do you suppose that he preaches similar to the way that
I preach? Well, you know, he spent three years in the classroom with
me, so something is bound to rub off. You see, it's contagious.
The time that we spend with someone, we reflect to a greater or lesser
degree the character of that person. Are you understanding what I'm
saying? The more time we spend with Jesus the more we look like Him.
And then people will say, like they said of the apostles, you know, when
they beheld the boldness of the disciples, and their constancy. Do
you know what they said? They said, “These guys were with Jesus.”
In other words, the glory and the honor wasn't for them. The glory and
honor was for Jesus, the Lord whom they served.
Ini
mengingatkan saya kepada pengalaman saya beberapa tahun lalu ketika saya
berkhotbah di sebuah kota. Dan seorang ibu datang menghampiri saya dan berkata,
“Pastor Bohr, apakah Anda mengenal si ini?” Saya tidak akan menyebutkan
namanya. Ibu itu berkata, “Apakah Anda mengenal si ini?” Saya bilang, “Oh,
tentu. Dia salah satu murid terbaik saya selama tiga tahun. Maksud saya dia
ngetop di setiap kelas yang diikutinya. Dia adalah murid yang luar biasa.” Ibu
itu berkata, “Nah, saya mau Anda tahu, Anda kalau khotbah persis seperti dia.”
Dan saya tersenyum. Coba saya tanya ~ omong-omong, orang ini akan datang ke
perkemahan kita tahun ini ~ jadi menurut kalian mengapa dia berkhotbah dengan
cara yang sama seperti saya? Nah, kalian tahu, dia telah melewatkan tiga tahun
dalam kelas bersama saya, jadi pasti ada yang menempel, kalian lihat, itu
menular. Waktu yang kita lewatkan bersama seseorang, membuat kita sedikit atau
banyak memantulkan karakter orang tersebut. Apakah kalian paham apa yang saya katakan? Semakin banyak waktu yang kita
lewatkan bersama Yesus, semakin kita menyerupai Dia. Lalu orang-orang akan berkata seperti yang
mereka katakan kepada para rasul saat mereka melihat keberanian mereka dan
kesetiaan mereka. Tahukah kalian apa kata mereka? Mereka berkata, “Orang-orang
ini pernah bersama Yesus” dengan kata lain kemuliaan dan kehormatan bukanlah
bagi mereka, kemuliaan dan kehormatan itu bagi Yesus, Tuhan yang mereka sembah.
I'd
like to read one statement in closing. This is found in the magnificent
and beautiful devotional book that was written several years ago
called, Sons and Daughters of God,
page 337. I love this statement. It says this: “By beholding Christ…” by what? “…by beholding Christ,
by talking of Him, by beholding the loveliness of His character…” how do we behold the loveliness of Christ's character?
Where do we see it? in the Word of God. How do we have communion with
Him? through prayer, “…by
beholding Christ, by talking of Him, by beholding the loveliness of His
character we become changed. Changed from glory to glory. And what is
glory?...” she
asks,
“…Character ~ and he becomes changed from character to character. Thus
we see that there is a work of purification that goes on by beholding Jesus.” There's a work of what that goes on while we behold
Jesus? a work of purification. You see, the more we see Jesus, the
more time we spend with Jesus and behold Him, the more we become like
Him.
Saya
ingin membacakan satu pernyataan sebagai penutup. Ini terdapat di buku devosi
yang luar biasa dan indah yang ditulis beberapa tahun yang lalu berjudul Sons and Daughters of God, hal. 337. Saya
menyukai pernyataan ini. Dikatakan demikian, “Dengan memandang Kristus…” dengan apa? “…dengan memandang Kristus, dengan berbicara
tentang Dia, dengan memandang keindahan karakterNya…” bagaimana kita memandang keindahan
karakter Kristus? Di mana kita bisa mendapatkannya? Dalam Firman Allah.
Bagaimana kita bergaul denganNya? Melalui doa, “…dengan memandang Kristus , dengan berbicara
tentang Dia, dengan memandang keindahan karakterNya, kita berubah. Berubah dari
kemuliaan ke kemuliaan. Dan apakah kemuliaan itu?...” tanyanya, “…Karakter ~ dan dia diubahkan dari karakter ke
karakter. Dengan demikian kita melihat ada pekerjaan pemurnian yang terjadi
dengan memandang Yesus.” Ada
pekerjaan apa yang berlangsung sementara kita memandang Yesus? Pekerjaan
pemurnian. Kalian lihat semakin banyak kita memandang Yesus, semakin banyak waktu
yang kita lewatkan bersama Yesus dan memandangNya, semakin kita menyerupai Dia.
And do
you know, in this text, 2 Corinthians 3:18, the word that is used for “changed” is the word “metamorphosis”.
Do you know what “metamorphosis” is? Let me ask you, In what is a
caterpillar similar to a butterfly? In what way is a tadpole
similar to a frog? They're totally different. I mean a tadpole; we
used to call them pollywogs. Have you ever heard that? You know, a
pollywog looks like a little fish. And then, lo and behold, through a
process known as metamorphosis the tadpole isn't a tadpole anymore, it's
a frog. The same is true with a caterpillar. A caterpillar, you
know, he buries himself inside the crislilias. And after awhile the
crislilias moves; it breaks. And lo and behold a caterpillar doesn't come
out. What comes out is a beautiful what? is a beautiful butterfly.
Because the process that has taken place is known as a
metamorphosis. And so the same is true in our relationship with
Jesus. You see, God wants to have a people in the world who will
reflect His glory to the world; the glory of every aspect of His
character in these last days. People who will accept the first angel's
message that says give glory to Him. But we can't give what we have
not received; and we receive by having communion with Him. God is
going to have a people that will fill the earth with His glory; with the
glory of His character. And people are not going to say, “Oh, wow, look
at those people! Aren't they wonderful? Aren't they
marvelous?” They're going to start asking, “What God is the God
that these people serve? They're so kind, they're so loving,
they're so just, they're so honest, they're so truthful. Where do
they get it from?” And so they're going to want to come to see the
secret of our glory; just like the Queen of Sheba. And then we'll be able
to direct them to the source of the glory, which is the glory of Jesus
Christ.
Dan
tahukah kalian dalam ayat 2 Korintus 3:18 ini, kata yang diterjemahkan “diubahkan”
adalah kata “metamorfosis”? Tahukah kalian apa itu “metamorfosis”? Coba saya
tanya, dalam hal apa seekor ulat menyerupai kupu-kupu? Dalam hal apa seekor
kecebong menyerupai katak? Mereka sama sekali berbeda. Maksud saya seekor
kecebong yang biasanya kita sebut “pollywog”, pernahkah kalian mendengar itu?
Kalian tahu seekor kecebong itu mirip ikan kecil. Lalu tiba-tiba melalu suatu
proses yang disebut metamorfosis kecebong
itu bukan kecebong lagi, dia menjadi katak. Hal yang sama terjadi pada ulat.
Seekor ulat kalian tahu dia menyembunyikan dirinya di dalam kepompong dan
setelah sekian lamanya, kepompong itu retak dan pecah, dan lihatlah, bukan ulat
yang keluar, apa yang keluar adalah apa yang cantik? Kupu-kupu yang cantik.
Karena proses yang terjadi yang dikenal dengan nama metamorfosis.
Dan
hal yang sama terjadi dalam hubungan kita dengan Yesus. Kalian lihat, Allah mau memiliki suatu umat di
dunia yang memantulkan kemuliaanNya kepada dunia, kemuliaan dari setiap aspek
karakterNya di hari-hari akhir ini. Umat yang mau menerima
pekabaran malaikat pertama yang pesannya adalah memberikan kemuliaan kepada
Allah. Tetapi kita tidak bisa memberikan apa yang tidak kita miliki; dan kita
menerimanya dengan bergaul dengan Allah. Allah akan memiliki umat yang akan
memenuhi bumi dengan kemuliaanNya; dengan kemuliaan karakterNya. Dan
orang-orang tidak akan berkata, “Oh, lihatlah orang-orang itu, betapa baiknya
mereka, betapa hebatnya!” Mereka akan mulai bertanya, “Allah yang mana yang
disembah orang-orang itu? Mereka begitu baik, begitu mengasihi, begitu adil, begitu jujur, begitu benar. Dari mana
mereka mendapatkannya?” Maka orang-orang ini akan mau datang melihat rahasia
kemuliaan kita, sama seperti Ratu Sheiba. Kemudian kita bisa mengarahkan mereka
ke sumber kemuliaan itu, yaitu kemuliaan Yesus Kristus.
Let me
ask you, do you understand now what the first angel is saying when it
declares, and it commands, “Give glory to Him?” You see, the first angel is saying:
·
Keep His
commandments, obey Him.
·
And it's saying, reflect
His character to the world.
and I
pray to God that all of us will reflect that character
Coba
saya tanya apakah kalian paham sekarang apa yang dikatakan malaikat yang
pertama ketika dia mengumumkan dan memerintahkan, “Muliakanlah Dia”? Kalian lihat, malaikat yang pertama
berkata:
·
Lakukanlah
perintah-perintahNya, patuhi Dia.
·
Dan juga
dikatakan, pantulkan karakterNya kepada dunia
Dan
saya memohon kepada Allah, kita semua akan memantulkan karakter tersebut.
03 08 17
No comments:
Post a Comment