Wednesday, March 13, 2019

EPISODE 16/25 ~ THE WINE OF GOD'S WRATH ~ STEPHEN BOHR


_____THREE ANGELS’ MESSAGES_____
Part 16/25 - Stephen Bohr
THE WINE OF GOD’S WRATH


Dibuka dengan doa


Once in awhile when I travel, and preach on Bible prophecy,  I'll have somebody come up to me and say,
Pastor, is it really  that important to know all this stuff?  Isn't it enough to just love Jesus, and leave the study of  the prophecies to the experts?  Well, we're going to notice this evening, that the third angel's  message contains one of the most dire warnings  in all of the Bible.  It's a warning so strong that it appears to be very different  than what we find in the gospels, for example.  In fact, the third angel's message tells us that whoever worships the beast, or his image, or receives his mark,  or the number of his name, will suffer the unmitigated,  and unmixed wrath of God.  And for that reason it's vitally important for us to know:
·       who  the beast is,
·       and what the image is,
·       and what his mark is, 
·       and what the number of his name is. 
Because if we don't know who the beast is, or who the image  is, how are we ever going to protect ourselves from this power?  In other words, it is vitally important for us to understand  these things, so that we don't end up worshipping the beast,  and his image, and receiving the mark of the beast,  and the number of his name. 

Terkadang saat saya bepergian dan berkhotbah tentang nubuatan Alkitab, ada orang yang maju dan berkata, “Pastor, apakah memang begitu penting untuk mengetahui semua hal itu? Apa tidak cukup hanya mencintai Yesus dan membiarkan para ahli yang mempelajari nubuatan?” Nah, malam ini kita akan menyimak bahwa pekabaran malaikat yang ketiga berisikan salah satu peringatan yang paling mengerikan di seluruh Alkitab. Peringatan yang sedemikian kerasnya sehingga tampaknya sangat berbeda dibandingkan apa yang kita dapati di Injil, misalnya. Bahkan, pekabaran malaikat ketiga ini mengatakan siapa yang menyembah Binatang atau patungnya, atau menerima tandanya, atau bilangan namanya akan kena murka Allah sepenuhnya yang tidak bercampur. Dan karena itulah sangat penting bagi kita untuk tahu:
·       siapa Binatang itu,
·       dan apa patungnya,
·       dan apa tandanya,
·       dan apa bilangan namanya.
Karena kalau kita tidak tahu siapa Binatang itu dan apa patungnya bagaimana kita bisa melindungi diri kita dari kekuasaan ini? Dengan kata lain, sangatlah penting bagi kita untuk memahami hal-hal ini supaya kita tidak berakhir sebagai penyembah Binatang itu dan   patungnya, dan menerima tanda binatang itu dan bilangan namanya.


I'd like to read the third angel's message as we find it  in Revelation 14:9-11, Revelation 14:9-11. And in our study today we are going to only look at the first  half of the third angel's message.  And then in our next lecture we're going to discuss the issue  of the fire and the brimstone.  We'll touch upon it in our lecture today,  but we'll do a full study of it in our next lecture.

Saya ingin membacakan pekabaran malaikat ketiga ini seperti yang terdapat di Wahyu 14:9-11. Dan pelajaran kita hari ini hanya akan membahas bagian pertama dari pekabaran malaikat yang ketiga. Lalu dalam ceramah kita berikutnya kita akan membahas isu tentang api dan belereng. Hari ini kita akan menyinggungnya, tetapi dalam ceramah berikutnya kita akan mempelajarinya dengan lengkap. 


The third angel's message says this: Then a third angel  followed them... that is the first two angels, “…saying with a loud voice, if anyone worships the beast and his image   and receives his mark on his forehead, or on his hand, he himself shall also drink of the wine of the wrath of God, which is poured out full strength into the cup of His indignation…  Now this is the portion that we're going to study today. 

Pekabaran malaikat yang ketiga berkata demikian: 9 Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, mengikuti mereka…” yaitu kedua malaikat yang pertama, “…dan berkata dengan suara nyaring: ‘Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, 10         maka ia sendiri akan minum dari anggur murka Allah, yang dicurahkan dengan seluruh kekuatannya ke dalam cawan murka-Nya’…” Nah, inilah bagian yang akan kita pelajari hari ini.


The rest of the verse we're going to take a look at  in our next lecture. 
I'm going to read it.  “…He shall be tormented with fire and brimstone in the presence of the holy angels, and in the presence of the Lamb.  And the smoke of their torment ascends forever and ever.  And they have no rest day or night who worship the beast  and his image, and whoever receives the mark of his name. 

Sisa ayatnya akan kita pelajari dalam ceramah kita berikutnya.
Saya bacakan, “…dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. 11       Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak memperoleh istirahat, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.


You tell me, is it important for us to know who the beast is?  Absolutely! Is it vital for us to know what the image  to the beast is? Absolutely, because if we don't know  we probably will end up worshipping these powers. 

Coba menurut kalian, apakah penting bagi kita untuk tahu siapa Binatang itu? Tentu saja! Apakah sangat penting bagi kita untuk tahu apa patung Binatang itu? Tentu saja! Karena jika kita tidak tahu, jangan-jangan kita akan berakhir sebagai penyembah kekuasaan-kekuasaan itu.

Now I'd like to take you, just for a moment, to an event that is going to take place after the millennium.  And a little later on in this lecture we're going to come  back to this point.  But I want to introduce our subject by referring to an event  that will take place after the millennium.  You see, folks, after the thousand years there will  only be two groups: 
·       One group will be the saved.  They are in the holy city. 
·       Outside the holy city are the lost. 
Not three groups, but two groups.  The saved in the city, and the lost outside the city. 

Sekarang, saya ingin membawa kalian sejenak ke suatu peristiwa yang akan terjadi setelah milenium. Dan nanti dalam ceramah ini kita akan kembali ke poin ini. Tetapi saya ingin memperkenalkan subjek kita dengan menyinggung suatu peristiwa yang akan terjadi setelah milenium. Lihat, Saudara-saudara, setelah masa seribu tahun, hanya akan ada dua kelompok:
·       Satu kelompok yang akan selamat, mereka berada di dalam Kota Suci.
·       Dan di luar Kota Suci, kelompok yang tidak selamat.
Bukan tiga kelompok, tetapi dua kelompok. Yang selamat di dalam kota, dan yang tidak selamat di luar kota,


Now let me ask you this question, those people who are in the city, were they sinners?  Of course they were sinners. Those outside the city; were they sinners? Sure.  In other words, you have sinners outside,  and you have sinners inside.  And so the question is, what made the difference between the sinners inside, and the sinners outside?  Does God show partiality towards some,  while He doesn't favor others?  Why are the saved in the city, and why are the  wicked outside the city? 

Sekarang, coba saya tanya, mereka yang berada di dalam kota, apakah mereka itu orang-orang berdosa? Jelas mereka dulunya orang-orang berdosa. Mereka yang ada di luar kota, apakah mereka orang-orang berdosa? Tentu. Dengan kata lain, ada orang-orang berdosa di luar, dan ada orang-orang berdosa di dalam. Maka pertanyaannya ialah apa bedanya antara orang-orang berdosa di dalam dan orang-orang berdosa di luar? Apakah Allah pilih kasih terhadap beberapa sementara Dia tidak bermurahhati pada yang lain? Mengapa orang-orang yang selamat ada di dalam kota, dan mengapa orang-orang jahat ada di luar kota?


I'd like to read this verse: Revelation 22, actually two verses, Revelation 22:14-15, where these two  groups are spoken of. It says there ~ and I'm reading from the New King James
Version,
which is the version that we've been  using in our seminar~  14 Blessed are those who do His commandments, that they may have the right to the tree of life, and may enter through the gates into the city. So there you have one group that do the commandments;  other the versions say, wash their robes.  They are inside the holy city, and they have the right  to eat from the tree of life. 
But then you have another group: verse 15. 15But outside are dogs and sorcerers and sexually immoral and murderers and idolaters, and whoever loves and practices a lie.

Saya ingin membacakan ayat ini, Wahyu 22, sebenarnya dua ayat, Wahyu 22:14-15, di mana kedua kelompok ini dibicarakan. Dikatakan di sana ~ dan aya membaca dari NKJV yaitu versi yang kita pakai dalam seminar kita ~, 14 Berbahagialah mereka yang memelihara perintah-perintah Tuhan sehingga mereka boleh memperoleh hak atas pohon kehidupan, dan mereka boleh masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.Jadi ada satu kelompok yang melakukan perintah-perintah Allah ~ versi lain mengatakan “yang membasuh jubah mereka”. Mereka ini ada di dalam kota, dan mereka berhak makan dari pohon kehidupan.
Tetapi ada kelompok yang lain, ayat 15, 15 Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang yang tidak bermoral secara seksual, pembunuh-pembunuh, dan penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.”


And so you have two groups: one inside the city,  and the other outside the city.  Inside are those who keep God's commandments, or washed their robes; outside the city you have those who  disobey God's holy commandments, because the list of things in verse 15 are things that violate  principles that we find in the ten commandments. 

Jadi ada dua kelompok: satu di dalam kota, dan yang lain di luar kota. Yang di dalam ialah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah atau yang telah membasuh jubah mereka; yang di luar kota mereka yang tidak mematuhi perintah-perintah kudus Allah, karena daftar hal-hal di ayat 15 adalah hal-hal yang melanggar prinsip-prinsip yang kita temukan di Sepuluh Perintah Allah.


Now today we're going to talk about the wrath of God that will  fall upon the wicked that will eventually be  outside the holy city.  And I'd like to invite you to turn in your Bibles with me to  Revelation 15:1, and you're going to see why I started this lecture by referring to the two groups: two groups of sinners,  one saved group of sinners, and one lost group of sinners. What made the difference?  Well, we just read that:
·       those inside keep the commandments,  or they washed their robes. 
·       Those outside practiced these evil deeds in violation  of God's commandments. 
But there's more to the story than this, because we're not saved by keeping God's commandments.  Keeping God's commandments, we'll see,  is a fruit of something else; of a relationship  with Jesus Christ. 

Sekarang, hari ini kita akan berbicara tentang murka Allah yang akan jatuh ke atas orang-orang jahat yang akan berakhir di luar Kota Suci. Dan saya mengundang kalian membuka Alkitab bersama saya ke Wahyu 15:1, dan kalian akan melihat mengapa saya mengawali ceramah ini dengan menyinggung dua kelompok: dua kelompok orang-orang berdosa, satu kelompok orang berdosa yang selamat, dan satu kelompok orang berdosa yang tidak selamat. Apa bedanya? Nah, kita baru saja membaca bahwa:
·       mereka yang ada di dalam adalah mereka yang mematuhi perintah-perintah Allah, atau mereka yang telah membasuh jubah mereka.
·       Mereka yang di luar mempraktekkan perbuatan-perbuatan keji yang melanggar perintah-perintah Allah.
Tetapi ceritanya tidak hanya sampai di sini, karena kita tidak diselamatkan karena mematuhi perintah-perintah Allah. Kita akan menyimak bahwa mematuhi perintah-perintah Allah adalah buah dari hal lain; yaitu buah dari suatu hubungan dengan Yesus Kristus.


Revelation 15:1. Here we find a description of the wrath of  God that is going to be poured out upon the world shortly  before the second coming of Jesus. It says there:
15 Then I saw another sign in heaven, great and marvelous: seven angels having the seven last plagues, for in them the wrath of God is complete.
The word complete in the Greek is full.  In other words, the seven last plagues are the fullness of the  revelation of God's wrath. 
And we're going to notice in the third angel's message that it  says that the wrath of God is poured out without mixture.  You see, at this point there's no blending of mercy in.  It's pure justice when God's wrath is revealed. 
So what I want you to notice here in Revelation 15:1  is that the plagues contain the wrath of God,  which is poured out without mixture,  or totally and completely. 

Wahyu 15:1. Di sini ada deskripsi tentang murka Allah yang akan dicurahkan ke atas duia tidak lama sebelum kedatangan Yesus yang kedua. Dikatakan di sana, 1 Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan mengagumkan: tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu murka Allah tuntas.”
Kata “tuntas” dalam bahasa Greeka ialah “sempurna”. Dengan kata lain, ketujuh malapetaka terakhir adalah keseluruhan pernyataan murka Allah.
Dan kita akan menyimak dalam pekabaran malaikat ketiga dikatakan bahwa murka Allah dicurahkan tanpa campuran. Kalian lihat, pada poin ini tidak ada lagi campuran belas kasihan di dalamnya. Melulu keadilan yang murni ketika murka Allah dinyatakan.
Jadi yang saya ingin kalian simak di sini, di Wahyu 15:1 ialah, malapetaka-malapetaka itu berisikan murka Allah, yang dicurahkan tanpa campuran, atau sepenuhnya dan seluruhnya.


Now let's go to Revelation 16:1, Revelation 16:1.  The question is, where is this wrath of God contained?  What is the container of the wrath of God?  Well, notice Revelation 16:1.  16 Then I heard a loud voice from the temple saying to the seven angels, Go and pour out…” that's important,  “…and pour out the…” what?  “…the bowls…” by the way, it's the word cups.  It's the same word that's used in the gospels that translate  cup. That's important. And so it says: Go and pour out the cups of…”  what?   “…of the wrath of God on the earth.”

Sekarang, ayo ke Wahyu 16:1. Pertanyaannya ialah, di manakah terdapat murka Allah itu? Apa wadah murka Allah ini? Nah, simak Wahyu 16:1, 1 Dan aku mendengar suara yang nyaring dari dalam Bait Suci berkata kepada ketujuh malaikat itu: ‘Pergilah dan tumpahkanlah…”  ini penting, “…dan tumpahkanlah…”  apa?   “…mangkuk-mangkuk…”  supaya kalian tahu, itu adalah kata “cawan”, kata yang sama yang diterjemahkan “cawan” dalam Injil. Itu penting. Maka dikatakan, “… ‘Pergilah dan tumpahkanlah cawan-cawan…”  apa?   “…cawan-cawan murka Allah itu ke atas bumi.’"

What is it that contains the wrath of God? Cups. 
You say, that's a strange place to have  the wrath of God in cups, in seven bowls.  By the way, the number seven represents  totality and completeness.  This is the total manifestation of the wrath of God. 

Apa tempat murka Allah? Cawan-cawan.
Kalian berkata, itu tempat yang aneh untuk menempatkan murka Allah dalam cawan-cawan, dalam tujuh mangkuk. Supaya tahu, angka tujuh mewakili keseluruhan dan selengkapnya. Ini adalah keseluruhan manifestasi murka Allah.


But now I want you to notice the third angel's message once again  with which we began our lecture.  Revelation 14:9
-10.  We've noticed that the seven last plagues are the  outpouring of God's wrath, and this wrath is found in cups.  And it's the totality of God's wrath.
But now I want you to notice that the wicked have to do  something with that wine that's in the cups.  It says there in Revelation 14:9
, Then a third angel followed them saying with a loud voice,  If anyone worships the beast and his image, and receives his mark on his forehead, or on his hand, he himself shall also…” now notice an added idea here, “…he himself shall also…” what?  “…drink of the wine of the wrath of God.”  So the cup contains what? It contains wine. And the wine is God's what? is God's wrath.  And the wicked must drink it, according to this. 
Remember these concepts, because we're going to come back to them. Verse 10. 10 he himself shall also drink of the wine of the wrath of God, which is poured out full strength…” without mixture, in other words “…full strength into the cup of His indignation…So are you catching the picture here?  What does the cup contain? the wrath of God.  And the wrath of God has to be what by the wicked?  The wicked have to drink the wrath of God. 

Tetapi sekarang saya mau kalian menyimak sekali lagi pekabaran malaikat ketiga yang kita bicarakan pada awal pelajaran kita ini. Wahyu 14:9-10. Kita sudah melihat bahwa ketujuh malapetaka terakhir adalah pencurahan murka Allah, dan murka ini ada dalam cawan-cawan. Dan itu adalah keseluruhan murka Allah.
Tetapi saya mau kalian menyimak bahwa orang-orang jahat harus melakukan sesuatu dengan anggur yang ada di dalam cawan-cawan itu. Dikatakan di Wahyu 14:9, 9 Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, mengikuti mereka, dan berkata dengan suara nyaring: ‘Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, 10 maka ia sendiri akan…”  sekarang perhatikan ada konsep yang ditambahkan di sini, “…ia sendiri akan…”  apa?   “…minum dari anggur murka Allah…” Jadi cawan-cawan itu berisi apa? Anggur. Dan anggur adalah apanya Allah? Murka Allah. Dan orang-orang jahat harus meminumnya, menurut ayat ini. Ingat konsep ini, karena nanti kita akan kembali kemari. Ayat 10, 10 maka ia sendiri akan minum dari anggur murka Allah, yang dicurahkan dengan seluruh kekuatannya …”  dengan kata lain tanpa campuran, “…dengan seluruh kekuatannya ke dalam cawan murka-Nya…”
Jadi, apakah kalian menangkap gambarannya di sini? Apa isi cawan-cawan itu? Murka Allah. Dan murka Allah ini harus diapakan oleh orang-orang jahat? Orang-orang jahat harus minum murka Allah.


Now I must tell you that the wrath of God does not come  to an end until the wicked are destroyed after the millennium.  In other words, the seven bowls, the seven plagues,  are the fullness of the manifestation of the wrath  of God, but that wrath is finally terminated with the  destruction of the wicked after the millennium. 
And you say, how do we know that?
Because in the third angel's message it speaks about fire  and brimstone falling from God out of heaven,  and that is the final manifestation  of the wrath of God.  So the plagues, we might say, are the first installment of the  fullness of the wrath of God, and it culminates eventually  in the destruction of the wicked by fire after the millennium. 
Because the third angel's message, as we read,  speaks about fire and brimstone falling  from heaven upon the wicked. 

Sekarang saya harus memberitahu kalian bahwa murka Allah tidak akan berakhir hingga orang-orang jahat dibinasakan setelah milenium. Dengan kata lain, ketujuh cawan, ketujuh malapetaka adalah keseluruhan manifestasi murka Allah, tetapi murka itu akhirnya berhenti dengan dimusnahkannya orang-orang jahat setelah milenium.
Dan kalian berkata, dari mana kita tahu?
Karena pekabaran malaikat ketiga berbicara tentang api dan belerang yang jatuh dari Allah dari langit, dan itulah manifestasi terakhir murka Allah. Maka kita bisa berkata bahwa malapetaka-malapetaka itu adalah cicilan pertama dari keseluruhan murka Allah, dan itu akhirnya mencapai puncaknya dengan dibinasakannya orang-orang jahat oleh api setelah milenium. Karena, seperti yang kita baca, pekabaran malaikat yang ketiga berbicara tentang api dan belerang yang jatuh dari langit ke atas orang-orang jahat.


Now let's go to Psalm 11:6, Psalm 11:6. I want to show you that there's a connection between the cup  and the pouring out of fire.  And, by the way, we're going to discuss this more fully in our next lecture.  We're going to talk about the fire and brimstone,  and burning forever and ever, etc. which has been greatly  misunderstood by the Christian world. 
Psalm 11:6, notice this: Upon the wicked He will…”  what?  “…rain coals; fire and…”  what?  “…and brimstone and a burning wind shall be the portion of their cup.”

Sekarang marilah kita ke Mazmur 11:6. Saya mau menunjukkan kepada kalian bahwa ada kaitan antara cawan dan pencurahan api. Dan ketahuilah kita akan membahas ini secara lebih luas dalam ceramah kita berikutnya. Kita akan berbicara tentang api dan belerang, dan dibakar selama-lamanya, dll. yang telah sangat disalahartikan oleh dunia Kristen.
Mazmur 11:6, perhatikan ini, 6 Ia menghujani orang-orang fasik dengan…”  apa?   “…dengan batu bara, api dan…”  apa?   “…belerang; dan angin yang menghanguskan, itulah bagian cawan mereka.”


So let me ask you, does the cup contain fire and brimstone?  It most certainly does.  Now, we must understand then that the seven last plagues are the fullness of the manifestation of the wrath  of God, which means without any mixture of mercy.  But the last stage of the outpouring of the wrath of God  takes place after the thousand years, when fire and brimstone  destroys the wicked. That is the final manifestation of the wrath of God. 

Jadi, coba saya tanya, apakah cawan itu berisi api dan belerang? Tentu saja. Sekarang, kita harus memahami bahwa ketujuh malapetaka terakhir adalah keseluruhan manifestasi murka Allah, artinya tanpa campuran belas kasihan. Tetapi tahap terakhir pencurahan murka Allah terjadi setelah masa seribu tahun, ketika api dan belerang membinasakan orang-orang jahat. Itulah manifestasi final murka Allah.


Notice Deuteronomy 32:22, Deuteronomy 32:22. In scripture the wrath of God is linked with fire.  And
you know even today we use metaphors.  We use expressions that connect wrath with warmth,  or with something that's hot.  For example we say, That guy's got a hot temper”, or we say his temper flared up”, or we say he's hot headed”, or when we get angry we say, “that burns me up!  In other words, the wrath of God is linked with the idea of fire. But let me explain something.  The wrath of God is not like our anger or our wrath.  You know, we get angry over things because our precious  little self is offended. But with God the wrath of God is the fact that God,  and His holiness cannot co-exist with sin.  Righteousness and holiness cannot be in the  same room with sin. And, therefore, the wrath of God is the outpouring of  the punishment of God upon those who reject Jesus Christ as their  Savior and Lord, because they chose to hang onto sin.  And God and sin cannot co-exist, because God is a Holy God. 

Perhatikan Ulangan 32:22. Di kitab suci, murka Allah dikaitkan dengan api. Dan kalian tahu bahkan sekarang ini kita memakai metafora, kita memakai ungkapan yang menghubungkan murka dengan rasa hangat, atau sesuatu yang panas. Misalnya kita berkata, “orang itu berhati panas”, atau kita berkata, “emosinya menyala”, atau kita berkata, “dia kepalanya panas”, atau bila kita lagi marah kita berkata, “hati saya panas!” Dengan kata lain, murka Allah dikaitkan dengan konsep api. Tetapi saya mau menjelaskan sesuatu. Murka Allah itu tidak seperti murka kita. Kalian tahu, kita marah karena ego kesayangan kita, tersinggung. Tetapi Allah murkaNya ialah karena Dia dan kekudusanNya tidak bisa hidup berbarengan dengan dosa. Kebenaran dan kesucian tidak bisa berada dalam satu ruangan dengan dosa. Dan, oleh karena itu, murka Allah adalah pencurahan hukuman dari Allah kepada mereka yang telah menolak Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena mereka memilih untuk mempertahankan dosa. Dan Allah tidak bisa hidup bersama-sama dengan dosa karena Allah adalah Allah yang kudus.


It's kind of like Jesus; do you remember He was in the temple  one time, and there were some people that were accusing Him of Sabbath breaking, because He healed a man  with a withered hand?  You might remember that. It's Mark 3:1-6. The only time in the New Testament where we  find the word anger connected with Jesus is in that story.  When He saw the hardness of their hearts, the Bible says  that He was angry. 
Now is that the same kind of anger that we have?  Absolutely not! It's what we call righteous indignation. 
In other words, when somebody's doing something that is totally contrary to what we know is right, and true, and good, we're filled with righteous indignation.  That is the sense in which the wrath of God  is to be understood. 

Seperti Yesus. Apakah kalian ingat suatu kali Dia berada di Bait Allah dan ada beberapa orang yang menuduhNya melanggar Sabat karena Dia menyembuhkan seseorang yang tangannya lumpuh? Mungkin kalian ingat, itu ada di Markus 3:1-6. Satu-satunya kali di Perjanjian Baru di mana kita menemukan kata “marah” dikaitkan dengan Yesus ada di kisah ini. Ketika Yesus melihat kekerasan hati mereka, Alkitab berkata, Yesus marah. Apakah itu jenis amarah yang sama yang kita miliki? Sama sekali tidak! Itulah yang kita sebut marah demi kebenaran.
Dengan kata lain, bila ada orang melakukan sesuatu yang sama sekali bertentangan dengan apa yang kita tahu adalah betul, dan benar, dan baik, kita dipenuhi oleh marah demi kebenaran. Jadi murka Allah harus dipahami dalam konteks ini.


Now notice Deuteronomy 32:22. 22 For a fire is kindled in My anger…”  sounds kind of strange for God, doesn't it?   “…a fire is kindled in My anger…”  so God's wrath has to do with fire, once again,  “…and shall burn to the lowest hell;  it shall consume the earth with her increase, and set on fire the foundations of the mountains.”

Sekarang simak Ulangan 32:22, 22 Sebab api telah dinyalakan oleh murka-Ku…”  kedengarannya aneh bagi Allah, kan? “…api telah dinyalakan oleh murkaKu…” jadi sekali lagi murka Allah berkaitan dengan api, “…dan akan membakar hingga kubur yang paling bawah; api itu melalap bumi dengan hasilnya, dan membakar dasar gunung-gunung.”


Once again, Is the wrath of God connected with fire? It most certainly is.  That is the final stage of the manifestation  of the wrath of God.  And, by the way, do you know that the final thing that has to  do with the wrath of God, is what the Bible calls the second death?

Sekali lagi, apakah murka Allah berkaitan dengan api? Betul sekali. Itulah tahap terakhir manifestasi murka Allah. Dan apakah kalian tahu bahwa hal terakhir yang berkaitan dengan murka Allah di Alkitab disebut sebagai kematian kedua?


Go with me to Revelation 20:14-15, Revelation 20:14-15. The lake of fire where there is brimstone and fire is the final  manifestation and fulfillment of the third angel's message.  Notice what it says there.  This is after the millennium. 
14 Then Death and Hades were cast into the lake of fire. This is the…”  what? “…this is the second death…”  So what is the final manifestation of the wrath of God?  It is called what? the second death in the lake of fire.  “…15 And anyone not found written in the Book of Life was cast…”  where?   “…was cast into the lake of fire.

Marilah bersama saya ke Wahyu 20:14-15. Lautan api di mana terdapat belerang dan api adalah manifestasi final dan penggenapan pekabaran malaikat ketiga. Perhatikan apa yang dikatakan di sana. Ini terjadi setelah milenium. 14 Lalu maut dan kubur dilemparkanlah ke dalam lautan api. Inilah…”  apa?   “…kematian yang kedua…”  Jadi apa manifestasi terakhir murka Allah? Disebut apa? Kematian kedua dalam lautan api.   “…15 Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke…”  mana?   “…ke dalam lautan api itu.”


Now we need to ask ourselves the question, why will the  wicked suffer such a terrible manifestation  of the wrath of God?  For how many people did Jesus die?  Did Jesus die only for those who are found finally inside the Holy City? Absolutely not!  Jesus died for the sins of the whole world.  For God so loved the world, that He gave His only begotten Son. He's the propitiation not only for our sins, but for the sins of the whole world.  So did Jesus die to save all of the people that are also outside  the Holy City? Absolutely!  The question is, why weren't they saved?  Why were those inside saved, whereas those  outside were not saved? 
In order to understand this, we have to go back and analyze  the experience of Jesus in the garden of Gethsemane.  Because much of the terminology that we've noticed  at the beginning of our study today is used in connection  with the passion of Christ. 

Sekarang kita perlu bertanya pada diri sendiri, mengapa orang-orang jahat harus mengalami manifestasi murka Allah yang sedemikian mengerikan? Yesus mati buat berapa orang? Apakah Yesus mati hanya bagi mereka yang akhirnya terdapat di dalam Kota Suci? Sama sekali bukan! Yesus mati untuk dosa-dosa seluruh dunia. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu…” Dialah perdamaian bukan hanya untuk dosa-dosa kita, tetapi untuk dosa-dosa seluruh dunia. Jadi apakah Yesus mati juga untuk menyelamatkan semua orang yang ada di luar Kota Suci? Tentu saja! Pertanyaannya, mengapa mereka tidak selamat? Mengapa yang ada di dalam selamat, sedangkan yang di luar tidak selamat?
Untuk memahami ini, kita harus kembali dan menganalisa pengalaman Yesus di taman Getsemani. Karena banyak istilah yang kita lihat di bagian awal pelajaran kita hari ini, dipakai berkaitan dengan penderitaan Kristus.


A few years ago, probably all of you will remember,  Mel Gibson came out with his movie,  The Passion of the Christ.  You know, it brought in hundreds of millions of dollars.  And those who saw it say that the movie majored in the brutal  physical punishment that was meted out upon Jesus Christ.  I mean savagely beaten, time, after time, after time,  until the blood was just, was in pools on the ground.  In other words, that movie emphasized the tremendous  physical sufferings of Jesus, the physical agony.  But do you know what? It was not the physical agony of Jesus  that caused Him the greatest pain.  In fact, I believe that Jesus Christ could hardly feel the physical pain, because of the spiritual anguish  that He was suffering.  And you say, what do you mean by the spiritual anguish?  Well, let's study about it in the gospels. 

Beberapa tahun yang lalu, mungkin kalian semua ingat, Mel Gibson muncul dengan filmnya “The Passion of the Christ”. Kalian tahu, itu membawa masuk ratusan juta dollar. Dan mereka yang menontonnya berkata bahwa film itu menekankan pada penghukuman fisik yang brutal yang dikenakan kepada Yesus Kristus. Maksudnya, dipukuli secara biadab berulang-ulang terus menerus, hingga darahNya menggenang di tanah. Dengan kata lain film itu menekankan pada penderitaan fisik Yesus yang luar biasa, kesengsaraan fisik. Tetapi tahukah kalian, bukan penderitaan fisik Yesus yang paling menyakitkanNya. Malah saya yakin Yesus nyaris tidak merasakan sakit fisikNya karena penderitaan batin spirituallah yang dirasakanNya.
Dan kalian bertanya, penderitaan batin spiritual apa?
Marilah kita mempelajarinya dari Injil.


Matthew 26:38, Matthew 26:38.  Here Jesus is with His disciples, they are in the  garden of Gethsemane, and Jesus says to His disciples  the following words: 38 Then He said to them, ‘My soul is exceedingly sorrowful…”  notice, not only sorrowful is His soul,  but exceedingly sorrowful. He says,  “…even to…”  what?   “…to death…   In other words, He had so much sorrow that apparently it was  going to cause His what? His death.  And so He says to the disciples, “…Stay here and watch with Me’.” And what do they do? They go to sleep.  And later on what do they do?  They all forsake Him.  And so Jesus is by Himself. 

Matius 26:38, di sini Yesus bersama dengan murid-muridNya, mereka berada di taman Getsemani, dan Yesus berkata kepada murid-muridNya kata-kata berikut, 38 Lalu kataNya kepada mereka, Hati-Ku sangat sedih…”  simak, hatiNya bukan hanya sedih, tetapi sangat sedih. Dia berkata, “…seperti mau…”  apa?   “…mati rasanya…”  dengan kata lain ada begitu banyak kesedihan yang rupanya itu akan menyebabkan apaNya? KematianNya. Maka Dia berkata kepada murid-muridNya, “…Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Dan apa yang mereka lakukan? Mereka pergi tidur. Kemudian apa yang mereka lakukan? Mereka semua meninggalkanNya. Maka Yesus hanya sendirian.


Now there's a book that I love.  Some of you probably have heard about it, if not most of you.  It's the book, The Desire of Ages.  There are two chapters in this book that I  would like to recommend.  You know, there's no way that you can read these chapters  and not have your eyes tear up.  One of those chapters is titled Gethsemane, and the other one  is titled Calvary.  You know, this book is the most loved biography of Christ in the Library of Congress.  They did a survey a few years ago.  They discovered that over and above, The Desire of Ages,  was the favorite book on the life of Jesus Christ.  On Page 685 we find this remarkable statement about  Jesus and this intense sorrow that He felt. 
“When in conflict with men who were inspired by the very spirit of Satan, He…” that is Jesus, “…could say, ‘He that sent Me is with Me, the Father hath not left Me alone, for I do always those things that please Him.” (John 8:29)
Why hadn't the Father left Him alone? because Jesus always did what? What pleased the Father.  And then she remarks:  “But now He seemed to be shut out from the light of God’s sustaining presence. Now He was numbered with the transgressors. The guilt of fallen humanity He must bear. Upon Him who knew no sin must be laid the iniquity of us all. So dreadful does sin appear to Him, so great is the weight of guilt which He must bear, that He is tempted to fear it will shut Him out forever from His Father’s love. Feeling how terrible…” now notice this, “…Feeling how terrible is the wrath of God against transgressions, He exclaims, ‘My soul is exceeding sorrowful even unto death.’”
Why was Jesus sorrowful?  Because He sensed the wrath of God falling upon Him. 

Nah, ada sebuah buku yang saya cintai. Beberapa dari kalian mungkin pernah mendengarnya, kalau bukan hampir semua dari kalian. Buku itu, The Desire of Ages. Ada dua bab dalam buku ini yang saya rekomendasikan. Kalian tahu, mustahil kalian bisa membaca bab-bab ini tanpa mencucurkan air mata. Salah satu babnya berjudul Getsemani, dan yang lain berjudul Kalvari. Kalian tahu, buku ini adalah biografi Kristus yang paling dicintai di Perpustakaan Kongres. Mereka membuat survei beberapa tahun lalu. Mereka menemukan bahwa The Desire of Ages adalah buku tentang hidup Yesus Kristus yang paling favorit di atas segala yang lain.
Di hal. 685 kita mendapatkan pernyataan yang mengagumkan tentang Yesus dan kesedihan berat yang dirasakanNya.
“Saat dalam konflik dengan manusia-manusia yang digerakkan oleh roh Setan, Dia…” yaitu Yesus, “…bisa berkata, Ia yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Bapa tidak meninggalkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” (Yoh. 8:29) Mengapa Bapa tidak meninggalkanNya sendiri? Karena Yesus selalu melakukan apa? Melakukan yang berkenan kepada Bapa. Lalu Ellen White berkomentar, “Tetapi sekarang Dia seakan terputus dari cahaya kehadiran Allah yang menopangNya. Sekarang Dia terbilang bersama para pendosa. Dia harus menanggung rasa bersalah manusia yang telah jatuh dalam dosa. KepadaNya yang tidak pernah berdosa, harus dibebankan dosa kita semua. Begitu mengerikannya dosa itu bagiNya, begitu beratnya rasa bersalah yang harus dipikulNya, sehingga Dia tergoda untuk khawatir itu akan selamanya memisahkan Dia dari kasih BapaNya. Merasakan betapa mengerikannya…”  sekarang perhatikan ini, “…Merasakan betapa mengerikannya murka Allah terhadap para pendosa, Yesus berseru, ‘Hatiku sangat sedih seperti mau mati rasanya.’”
Mengapa Yesus sangat sedih? Karena dia merasakan murka Allah jatuh ke atasNya.


Notice Matthew 26:44, we'll read verses 39, 42, and 44.  Jesus is in the garden, and He's kneeling,  and He's praying to His Father.  He's pleading with His Father.  By the way, this is before anybody even  laid one finger on Him.  Notice Matthew 26:39. 39 He went a little farther and fell on His face, and prayed, saying, ‘O My Father, if it is possible…”  now don't miss this point   “…if it is possible, let this…”  what?   “…this cup   pass   from Me; nevertheless, not as I will, but as You will.
Notice what we find in verse 42. 42 Again, a second time, He went away and prayed, saying, ‘O My Father…”  now you're going to have an added element   “… O, My Father, if this cup cannot pass away from Me unless I…”  what?   “…drink it, …”  do you have the same elements that we found  in the third angel's message? Absolutely.  And in the outpouring of the seven last plagues? Yes.  So He says, “…a second time, He went away and prayed, saying, ‘O My Father, if this cup cannot pass away from Me unless I drink it, Your will be done.’…” 
And verse 44 says: 44 So He left them, went away again, and prayed the third time, saying the same words.”

Simak Matius 26:44, kita akan membaca ayat 39, 42, dan 44. Yesus ada di taman, Dia sedang bertelut, dan Dia berdoa kepada BapaNya. Dia memohon kepada BapaNya. Nah, ini sebelum siapa pun menyentuhNya. Simak Matius 26:39, 39…Maka Ia berjalan sedikit lagi, lalu sujud dengan wajahNya sampai ke tanah dan berdoa,  kata-Nya: ‘Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin…” sekarang jangan melewatkan poin ini, “…jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari Aku, namun demikian janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’
Perhatikan apa yang kita temukan di ayat 42, “…Lalu kedua kalinya Dia pergi dan berdoa, kataNya: ‘Ya Bapa-Ku…”  sekarang ada unsur yang ditambahkan, “…‘Ya, BapaKu,  jikalau cawan ini tidak mungkin berlalu, kecuali  Aku…”  apa? “… meminumnya…”  apakah kita mendapatkan unsur yang sama yang ada di pekabaran malaikat ketiga? Betul sekali. Dan saat dicurahkan ketujuh malapetaka terakhir? Ya. Maka Yesus berkata, “…kedua kalinya Dia pergi dan berdoa, kataNya: ‘Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin berlalu, kecuali Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!’
Dan ayat 44 berkata, 44 Maka Ia meninggalkan mereka lalu pergi lagi dan berdoa untuk ketiga kalinya, mengucapkan kata-kata yang sama.”


Let me ask you, who gave Jesus that cup to drink?  In Revelation it says that the cup contains the wrath of whom?  The wrath of God. The question is, who gave that cup  that Jesus needed to drink? 
Notice John 18:11, John 18:11. This is when Peter took out his sword and cut off  the servant's ear. 11 So Jesus said to Peter, ‘Put your sword into the sheath. Shall I not drink the cup which My Father has given Me?’”

Coba saya tanya, siapa yang memberi Yesus cawan itu untuk diminum? Di Wahyu dikatakan bahwa cawan itu berisikan murka siapa? Murka Allah. Pertanyaannya ialah, siapa yang memberikan cawan itu yang harus diminum oleh Yesus?
Simak Yohanes 18:11. Ini adalah ketika Petrus mengeluarkan pedangnya dan memotong telinga si hamba. 11 Kata Yesus kepada Petrus: ‘Masukkan pedangmu itu ke dalam sarungnya.  Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?’…”


Who gave Jesus the cup? His Father gave Him the cup. 
You say, That's impossible, Pastor Bohr.  Do you mean to say that the cup that contained the wine of God's wrath; Jesus had to drink that cup, and it was given  to Him by His very own Father?  That's what Scripture says.  No wonder when Jesus was in the garden of Gethsemane an angel  had to come and strengthen Jesus or else He probably would have died because He said, My soul is sorrowful, even unto death. 
Let's read about it in Luke 22: 43-44, Luke 22:43-44.  It says there: 43Then an angel appeared to Him from heaven, strengthening Him. 44 And being in agony, He prayed more earnestly…”  notice,   “…Then His sweat became like great drops of blood falling down to the ground.

Siapa yang memberi Yesus cawan itu? BapaNya yang memberiNya cawan itu.
Kalian berkata, itu mustahil, Pastor Bohr. Maksud Anda cawan yang berisikan anggur murka Allah yang harus diminum Yesus itu diberikan kepadaNya oleh BapaNya sendiri?
Itulah kata Firman Tuhan. Tidak heran ketika Yesus berada di taman Getsemani, seorang malaikat harus datang untuk menguatkanNya, kalau tidak kira-kira Dia sudah mati karena Dia berkata, hatiNya sangat sedih sampai mau mati rasanya.
Marilah kita baca tentang hal ini di Lukas 22:43-44. Dikatakan di sana, 43 Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. 44 Dan sementara sangat menderita Ia makin bersungguh-sungguh berdoa…”  perhatikan, “…Saat itu, peluh-Nya seperti tetesan-tetesan darah yang besar, jatuh ke tanah.


How many of you have ever seen anybody sweat blood?  How much agony must you have?  How much suffering must you have in order to sweat blood instead of water?  And listen, folks, this is before one single person  laid a finger on Jesus Christ.  He's already sweating blood. He's already suffering agony long before anybody came  and started beating Him. In other words, His agony was not agony of body; His agony was  primarily agony of soul. 

Berapa dari antara kalian pernah melihat orang mengeluarkan keringat darah? Harus seberapa sengsaranya orang itu? Berapa banyak penderitaan yang harus dialaminya untuk mengeluarkan keringat darah bukan keringat air? Dengarkan, Saudara-saudara, ini terjadi sebelum ada satu manusia pun yang menyentuh Yesus Kristus. Dia sudah mengeluarkan keringat darah. Dia sudah sangat menderita jauh sebelum ada orang yang datang dan mulai memukuliNya. Dengan kata lain, penderitaanNya bukanlah penderitaan jasmani; penderitaanNya terutama adalah penderitaan batin.


In the book, God's Amazing Grace,
page 168,  we find this statement: “Human nature would then and there have died under the horror of the sense of sin, had not an angel from heaven strengthened Him to bear the agony.”
He would have died in the garden without anyone laying  one finger upon Him.  In other words, the agony of Jesus did not have to do  with the crown of thorns, and with the beating on His back,  and with all of His physical suffering.  It had to do with extreme spiritual anguish  because His Father had given Him the cup of His wrath,  and Jesus had to drink this cup. 

Di buku God’s Amazing Grace, hal. 168, kita menemukan pernyataan ini: “Semua manusia pasti sudah akan mati saat itu oleh karena ngerinya rasa keberdosaan, seandainya seorang malaikat dari surga tidak menguatkan Dia (Yesus) untuk menanggung penderitaan itu.”
Yesus bisa mati di taman (Getsemani) itu tanpa seorang pun menyentuhNya. Dengan kata lain, penderitaan Yesus tidak ada kaitannya dengan mahkota duri dan dengan punggungNya yang dipukul, dan dengan semua penderitaan jasmaniNya. Tapi itu berkaitan dengan penderitaan batin yang luar biasa karena BapaNya telah memberiNya cawan murkaNya dan Yesus harus minum dari cawan ini.


You know, we catch a glimpse into the feelings of Jesus  in a prophecy that was given about a thousand years before  Jesus was even born.  Psalm 22:1-2. In fact we have the very words that Jesus  spoke on the cross.  1 My God, My God, why have You forsaken Me? Why are You so far from helping Me, and from the words of My groaning? O My God, I cry in the daytime, but You do not hear; and in the night season, and am not silent.”
He says, I cry out and You don't listen.  Why, Father, have You forsaken Me? Do you know why? because Jesus was drinking the cup of the wrath of God. Because Jesus, as we'll notice, was bearing the sins of the whole world upon Himself. 

Kalian tahu, kita sempat melihat sekilas perasaan Yesus dari sebuah nubuatan yang diberikan sekitar seribu tahun sebelum Yesus dilahirkan. Mazmur 22:1-2. Bahkan di sini ada kata-kata yang sama yang diucapkan Yesus di atas salib. 1 Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mengapa Engkau begitu jauh dari menolong Aku, dan dari kata-kata eranganKu? 2 Allahku, Aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak mendengar, dan pada waktu malam Aku tidak diam.”
Dia berkata, “Aku berseru dan Engkau tidak mendengar. Mengapa, Bapa, Engkau telah meninggalkan Aku?” Tahukah kalian mengapa? Karena Yesus sedang minum cawan murka Allah. Karena Yesus, seperti yang telah kita simak, sedang menanggung dosa-dosa seluruh dunia pada diriNya sendiri.


I'd like to read another couple of statements from this  magnificent book, The Desire of Ages,  from the chapter on Gethsemane. Notice this statement. This is found on page 686.  On page 686, the same page, it says:  “He felt that by sin He is being separated from His Father. The gulf was so broad, so black, so deep that His spirit shuddered before it. This agony He must not exert His divine power to escape. As man He must suffer the consequences of man’s sin. As man He must endure the…” what?  “…the wrath of God against transgression.”

Saya ingin membacakan dua pernyataan lagi dari buku yang mengagumkan ini, The Desire of Ages, dari bab Getsemani. Perhatikan pernyataan ini. Ini ada di hal. 686. Di hal. 686 halaman yang sama, dikatakan, “Dia merasa, dosa telah memisahkanNya dari BapaNya. Jurangnya begitu lebar, begitu kelam, begitu dalam, sehingga rohNya bergetar di hadapannya. Dia tidak boleh memakai kekuasaan ilahiNya untuk meloloskan diriNya dari penderitaan ini. Sebagai manusia Dia harus menjalani penderitaan akibat dosa manusia. Sebagai manusia Dia harus merasakan…”  apa? “…murka Allah atas dosa.”


On page 686 the same page it says, “As the substitute and surety for sinful man, Christ was suffering under divine justice. He saw what justice meant. Hitherto He had been as an intercessor for others…” you know, Jesus interceded for other people all during His ministry.  But now the author says:   “…now He longed to have an intercessor for Himself.”
Nobody to intercede before the Father for Him, because He was  bearing the sin of the world. 

Di hal. 686 halaman yang sama dikatakan, “Sebagai pengganti dan jaminan bagi manusia berdosa, Kristus menderita di bawah penghakiman ilahi. Dia melihat apa artinya keadilan. Sampai saat ini Dia yang menjadi perantara bagi orang-orang lain…” kalian tahu, Yesus menjadi perantara bagi orang lain sepanjang pelayananNya. Tetapi sekarang si penulis berkata, “…sekarang Dia rindu memilki seorang perantara bagi DiriNya sendiri.” Tidak ada yang menjadi perantara bagiNya di hadapan Bapa, karena Dia sedang memikul dosa-dosa dunia.


I want to read just one final statement.  This is found on page, ah, let me just find it here, 693 of The Desire of Ages. It says:  “In this awful crisis when everything was at stake, when the mysterious cup trembled in the hand of the sufferer…”  notice,  “…when the mysterious cup trembled in the hand of the sufferer, the heavens opened, a light shone forth amid the stormy darkness of the crisis hour and the mighty angel who stands in God’s presence occupying the position from which Satan fell, came to the side of Christ. The angel came not to take the cup…”  see the reference to the cup?  “…came not to take the cup from Christ’s hand but to strengthen Him to…”  what?  “…drink it, with the assurance of the Father’s love.”

Saya mau membacakan satu pernyataan terahkir. Ini ada di halaman, ah, coba saya cari, halaman 693 dari The Desire of Ages. Dikatakan, “Di saat krisis yang mengerikan ini, ketika semuanya dipertaruhkan, ketika cawan yang misterius bergetar di tangan Dia yang menderita…” simak, “…ketika cawan yang misterius bergetar di tangan Dia yang menderita, langit terbuka, suatu cahaya bersinar di tengah kegelapan badai jam yang kritis ini dan seorang malaikat perkasa yang berdiri di hadapan Allah, yang mengisi kedudukan dari mana Setan telah jatuh, datang ke sisi Kristus. Malaikat itu tidak datang untuk mengangkat cawannya…” lihat acuan kepada cawan itu?   “…tidak datang untuk mengangkat cawannya dari tangan Kristus, melainkan untuk menguatkan Dia untuk…” apa? “…meminumnya, dengan jaminan kasih Bapa.”


Many years later the apostle Paul wrote in the book of Hebrews about the anguish of Jesus  in the garden of Gethsemane.  It's found in Hebrews 5:7, Hebrews 5:7. It says: who, in the days of His flesh, when He had offered up prayers and supplications, with vehement cries and tears to Him who was able to save Him from death, and was heard because of His godly fear.”
Notice the expressions: prayers, supplications,  vehement cries, tears.  It speaks about the anguish that Jesus felt  in the garden of Gethsemane as He was drinking the cup  of the wrath of His own Father. 

Bertahun-tahun kemudian Paulus menulis di kitab Ibrani tentang penderitaan Yesus saat di taman Getsemani. Ada di Ibrani 5:7, dikatakan, 7 yang semasa hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan air mata kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.”
Perhatikan ungkapan: doa, permohonan, ratap tangis, air mata. Ini berbicara tentang penderitaan batin yang dirasakan Yesus di taman Getsemani ketika Dia harus minum cawan murka BapaNya sendiri.


You know what made it especially difficult for Jesus is the fact that all during His ministry He had felt an intimate  closeness with His Father.  As it says in John 8:29, Jesus spoke these  words during His ministry. He said:  29 And He who sent Me is with Me. The Father has not left Me alone, for I always do those things that please Him.”
He says, I'm not alone. My Father is always with Me because I do what pleases Him.  But now, in the agony of Gethsemane, Jesus is saying,  My Father has left Me alone.  My God, My God, Why has Thou forsaken Me? 

Kalian tahu apa yang menjadikannya sangat sulit bagi Yesus ialah faktanya bahwa sepanjang pelayananNya di dunia Dia telah merasakan kedekatan yang intim dengan BapaNya. Seperti yang dikatakan di Yohanes 8:29, Yesus mengucapkan kata-kata ini saat pelayananNya. Dia berkata, 29 Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Bapa tidak meninggalkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.Yesus berkata, Aku tidak sendirian. BapaKu selalu menyertaiKu karena Aku melakukan apa yang berkenan padaNya.
Tetapi sekarang dalam penderitaan batin di Getsemani, Yesus berkata, “BapaKu telah meninggalkan Aku sendirian. AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau telah meninggalkan Aku?”


And, of course, the question comes, Why was Jesus drinking the cup of the wrath of God?  Folks, it was because Jesus was suffering the just punishment  that all of us deserve. 
I want to read several statements from Scripture  where this fact is brought out, that the cup that Jesus drank,  the cup of the wrath of God, of His Father,  the justice of His Father actually means that Jesus  was bearing the sins of the whole world upon His shoulders. 

Tentu saja pertanyaannya muncul, mengapa Yesus minum cawan murka Allah? Saudara-saudara, itu karena Yesus sedang menjalani hukuman yang adil, yang kita semua layak menerimanya
Saya mau membacakan beberapa pernyataan dari Firman Tuhan di mana fakta ini dikemukakan, bahwa cawan yang diminum Yesus, cawan murka Allah, BapaNya, penghukuman BapaNya, sesungguhnya berarti Yesus sedang memikul dosa-dosa seluruh dunia di atas bahuNya.


Notice Galatians 3:13, Galatians 3:13. 13 Christ has redeemed us from the curse of the law…”  Let me ask you, Is the law bad?  Many Christians think that the law is bad, even though the  apostle Paul said that the law is holy, and just, and what?  holy, and just, and good.  Who's bad? we are. Why does the law curse us? because we're sinners.  The law says, If you live in harmony  with my principles, I bless you.  If you violate my principles, the curse will fall upon you. The law is not bad; it's sin that is bad.  And so it says,   “…Christ has redeemed us from the curse of the law…”  How did Jesus do this?  How did He redeem the world from the curse of the law?  It says, “…having become a curse for us (for it is written, ‘Cursed is everyone who hangs on a tree’).”

Simak Galatia 3:13. 13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat…”    Coba saya tanya, apakah Hukum itu buruk? Banyak orang Kristen menganggap Hukum itu buruk, walaupun rasul Paulus berkata bahwa Hukum itu kudus, dan adil, dan apa? kudus, dan adil, dan baik. Siapa yang buruk? Kita. Mengapa Hukum mengutuk kita? Karena kita orang-orang berdosa. Hukum berkata, jika kamu hidup selaras dengan prinsip-prinsipku, aku memberkatimu. Jika kamu melanggar prinsip-prinsipku, kutuk akan jatuh ke atasmu. Hukum tidak buruk, dosalah yang buruk. Jadi dikatakan, 13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat…” bagaimana Yesus melakukan ini? Bagaimana Yesus menebus dunia dari kutukan Hukum? Dikatakan, “…dengan jalan menjadi kutuk bagi kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada batang kayu!"


Do you know where that expression,  that phrase comes from? cursed is everyone who hangs on a tree?  It actually comes from Deuteronomy 21:22
-23.  And I'm just going to mention this.  It's not in your list of texts.  You know, the enemies of Israel, when they were captured,  they were slain, and they were hung on trees outside  the encampment of Israel.  And they were considered cursed and forsaken by God.  And after they were dead, actually they were taken down  from the ~ they weren't crosses,  they were actually stakes of wood ~   they were taken down at sundown, and they were placed in a cave,  and stones were placed at the entrance to the cave.  Now does that sound familiar? Let me ask you, Jesus Christ, was He looked  upon as cursed by God?  Absolutely He was.  When was His body removed from the cross?  Right around when the sun was going to what? to set.  And He was hung where?  He was hung on a tree.  And where was He buried?  He was placed in a cave.  And what was placed in front of the entrance to the cave?  A stone was placed by the entrance.  In other words, this punishment was the punishment  for the worst sinners against Israel.  And Jesus suffered the worst kind of humiliation,  and punishment for the human race, because He bore the sin  of the whole world. 

Tahukah kalian dari mana istilah, ungkapan itu berasal: terkutuklah semua orang yang tergantung di batang pohon? Sesungguhnya itu berasal dari Ulangan 21:22-23. Dan saya ingin menyinggung ini. Ini tidak ada di daftar kalian. Kalian tahu, musuh-musuh Israel kalau mereka tertangkap, mereka dibunuh, dan digantung di batang-batang pohon di luar perkemahan Israel. Dan mereka dianggap terkutuk dan ditinggalkan oleh Allah. Dan setelah mereka mati, mereka diturunkan dari ~ bukan kayu salib, tapi sebenarnya tiang-tiang dari kayu ~ mereka diturunkan saat matahari terbenam, dan mereka dimasukkan ke dalam gua, dan batu-batu ditempatkan di mulut gua itu. Nah, apakah ini kedengarannya familier? Coba saya tanya, Yesus Kristus apakah Dia dianggap terkutuk oleh Allah? Benar sekali. Kapan jasadNya dipindahkan dari kayu salib? Sekitar waktu matahari akan apa? Akan terbenam. Dan di mana Dia digantung? Dia digantung di batang pohon. Dan di mana Dia dikuburkan? Dia dimasukkan ke dalam gua. Dan apa yang ditempatkan di mulut gua? Sebuah batu ditempatkan di mulut gua. Dengan kata lain, hukuman itu ialah hukuman untuk pendosa paling berat terhadap Israel. Dan Yesus menderita penghinaan yang terburuk, dan hukuman bagi bangsa manusia, karena Dia memikul dosa seluruh dunia.


You know, there are people in the world today who have  committed ~ actually they don't live today, but they lived in the world ~ and they committed suicide because they had such a guilty conscience.  Now can you imagine what it would be like to bear upon yourself the guilt of every sin that has been committed, is being committed, or will be committed in human history?  Actually, that is what crushed out the life of Jesus.  That's what broke His heart.  Jesus did not die of the wounds that He received.  Even the soldier was surprised when he came, the centurion came and found Him dead,  and he thrust a spear through His side.  He was surprised that He was dead,  because the thieves were still alive.  Because Jesus did not die from His physical wounds,  Jesus died of a broken heart, because His Father,  at least He felt, had forsaken Him.  He could not see the reconciling face of His Father,  because He was bearing the guilt of the whole human race. 

Kalian tahu, ada orang-orang di dunia sekarang yang telah ~ tepatnya mereka sudah tidak hidup di dunia lagi sekarang, tetapi mereka pernah hidup ~ dan mereka melakukan bunuh diri karena mereka dihantui perasaan berdosa. Nah, kalian bisa membayangkan bagaimana rasanya menanggung sendirian perasaan bersalah dari setiap dosa yang telah dilakukan, yang sedang dilakukan, atau yang akan dilakukan sepanjang sejarah manusia? Sebenarnya itulah yang memusnahkan hidup Yesus, itulah yang meremukkan hatiNya. Yesus tidak mati karena luka-luka yang diterimaNya. Bahkan tentara itu heran ketika dia datang, tentara Roma itu datang dan mendapatkanNya sudah mati, dan dia menusukkan lembing menembus pinggangNya. Tentara itu heran Yesus sudah mati karena pencuri-pencurinya masih hidup. Yesus tidak mati karena luka-luka jasmaninya, Yesus mati karena hatiNya hancur, karena BapaNya telah meninggalkanNya, setidaknya begitulah yang dirasakanNya. Dia tidak bisa memandang wajah BapaNya yang memperdamaikan, karena Dia sedang memikul perasaan berdosa seluruh umat manusia.


Notice 2 Corinthians 5:21, 2 Corinthians 5:21 says: 21 For He…”  that is talking about God the Father,   “…For He made Him…” that is God the Father made Jesus  “…who knew no sin to be…”  what? “…to be sin for us, that we might become the righteousness of God in Him.
Who made Jesus sin?  God the Father made Jesus sin that we might be found what?  that we might be found the righteousness of God in Him. 

Simak 2 Korintus 5:21, dikatakan, 21 Karena Dia…”  ini berbicara tentang Allah Bapa, “…21 Karena Dia telah menjadikan Dia…”  maksudnya Allah Bapa telah menjadikan Yesus, “…yang tidak mengenal dosa menjadi…”  apa?   “…menjadi dosa demi kita, supaya kita boleh memiliki kebenaran Allah di dalam Dia.”
Siapa yang menjadikan Yesus dosa? Allah Bapa menjadikan Yesus dosa, supaya kita boleh didapati apa? Supaya kita boleh didapati memiliki kebenaran Allah dalam Yesus.


I want you also to notice the following statement that we find in Isaiah 53:4-6.  You know, it describes vividly why Jesus was suffering  this intense agony; what it meant that He was drinking  the cup of God's wrath.  It says there: 4 Surely He has borne our grief's,  and carried our sorrows: yet we esteemed Him stricken,  smitten by…” whom? “…by God…  Who smote Jesus? His own Father. 
You say, why is that?  Why did He get the cup of His Father's wrath?  He was holy, and righteous.  He always did what pleased His Father.  Why did that happen to Jesus?  Because Jesus was taking our place.
Notice: Surely He has borne our grief's,  and carried our sorrows: yet we esteemed Him stricken,  smitten by God, and afflicted. But He was wounded for our transgressions, He was bruised for our iniquities; the chastisement for our peace was upon Him, and by His stripes we are healed. All we like sheep have gone astray; we have turned, every one, to his own way…” and now notice the last part of verse 6:   “…and the Lord has laid on Him the iniquity of us all.

Saya juga mau kalian menyimak pernyataan berikut yang ada di Yesaya 53:4-6. Kalian tahu, ini menggambarkan dengan sangat jelas mengapa Yesus menderita kesengsaraan yang sedemikian intensnya; apa artinya Dia minum cawan murka Allah. Dikatakan di sana, 4 Tetapi sesungguhnya, duka kitalah yang ditanggungNya, dan kesedihan kita yang dipikulNya, namun kita mengira Dia kena tulah, dipukul oleh…”  siapa?   “…oleh Allah…” Siapa yang memukul Yesus?  BapaNya sendiri.
Kalian bertanya, kok bisa? Mengapa Yesus mendapat cawan murka BapaNya? Yesus kan suci, dan benar. Dia selalu melakukan apa yang menyenangkan BapaNya. Mengapa hal itu terjadi pada Yesus? Karena Yesus menggantikan tempat kita.
Simak, 4 Tetapi sesungguhnya, duka kitalah yang ditanggungNya, dan kesedihan kita yang dipikulNya, namun kita mengira Dia kena tulah, dipukul oleh Allah dan tersiksa. 5 Tetapi Dia dilukai karena pelanggaran-pelanggaran kita, Dia dipukuli hingga memar karena kejahatan-kejahatan kita; hukuman demi pendamaian kita ditanggung olehNya, dan oleh bilur-bilurNya kita disembuhkan. 6  Kita sekalian seperti domba yang tersesat, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri…”  dan sekarang simak bagian terakhir ayat 6, “…dan Tuhan telah menimpakan kepadaNya kejahatan kita semua.”


Who put on Jesus the iniquity? the Father did.  Who gave Him the cup? the Father did. Can you imagine what that must have been like?  Do you think the Father suffered as well as Jesus? Folks, you know, sometimes we talk about the sufferings of Jesus, but sometimes I wonder if the suffering of God the Father was not even greater than the suffering of Jesus Christ.  Because both of them were separated from one another, because Jesus was bearing the sin of the world. 

Siapa yang menempatkan kejahatan pada Yesus? Bapa. Siapa yang memberiNya cawan itu? Bapa. Bisakah kalian bayangkan bagaimana rasanya itu? Menurut kalian apakah Bapa juga sama menderitanya seperti Yesus? Saudara-saudara, kalian tahu, terkadang kita berbicara tentang kesengsaraan Yesus, tetapi terkadang saya bertanya-tanya apakah penderitaan Allah Bapa tidak lebih besar daripada penderitaan Yesus Kristus? Karena Mereka berdua telah dipisahkan satu sama lain, karena Yesus sedang memikul dosa dunia.


Romans 8:32, Romans 8:32, is a beautiful verse. It says: 32 He who did not spare His own Son…”  God did what? He did not spare His own Son,   “…but delivered Him up…”  who delivered Him up? the Father  “…but delivered Him up for us all, how shall He not with Him also freely give us all things?
Let me ask you, does God the Father love us  as much as He loves Jesus?  That's what this verse is saying.  He did not spare His own Son because He loved us  as much as He loves Jesus, or else He would not have been willing to give up Jesus, His Son.  And so this is comforting to know that He was willing to go through this intense agony and suffering, because He wanted  us to be saved in His kingdom.  He loves us as much as He loves His Son, Jesus Christ. 

Roma 8:32 adalah ayat yang indah, dikatakan, 32Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri…”  Allah berbuat apa? Dia tidak menyayangkan AnakNya sendiri, “…tetapi yang menyerahkan-Nya…” siapa yang menyerahkan? Bapa, “…tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”
Coba saya tanya, apakah Allah Bapa mencintai kita sebanyak Dia mencintai Yesus? Itulah yang dikatakan ayat ini. Bapa tidak menyayangkan anakNya sendiri karena Dia mencintai kita sebanyak Dia mencintai Yesus, kalau tidak, Dia tidak akan mau menjalani kesedihan dan penderitaan yang luar biasa gara-gara Dia mau kita selamat berada dalam kerajaanNya. Dia mencintai kita sebanyak Dia mencintai AnakNya, Yesus Kristus.


Let me illustrate this point.  I just arrived in Fresno about going on 13½  years ago, and one evening, one Wednesday night, we had prayer meeting,  and we sang, and we studied Scripture,  and we gave testimonies of fantastic experience.  And after the prayer meeting I was all pumped up and excited.  And so I got in the car and I went up here to Clinton,  and I turned right on Clinton, and then I turned left on  First Street, and I was just, I was walking in the clouds.  I was so excited about what had happened at prayer meeting.  And I didn't notice that my speedometer marked 50 mpr,  actually 55 mpr, and it's a 40 mph zone. And I was very, very elevated until I saw that blue and red  light behind my car.  And, by the way, this is the only time that I've been stopped  here in Fresno in 13½  years.  And the policeman got out of his car.  He came to the window.  He said, Can I have your license, please?” So I took out my wallet and my license wasn't in there.  I'd taken it out for some reason.  So he says, Well, could I have your registration?
I said, Yeah, I'll give you the registration. So I looked in the glove compartment above the visor,  and couldn't find my registration. 
So he says, Well, do you have proof of insurance?”
I said, Well, let me look.  And so I looked, and I couldn't find proof of insurance either. 
And so he says, What's your name? 
I said, My name is Stephen Bohr.
And he said, What is your profession? 
And, you know what, I was kind
of embarrassed.  I actually said, Well, you know, I'm pastor of the church right around the corner, Fresno Central Church. 
And he said, Well, let me go back to my car, and you know,  look in the computer and check things out. So he was there for a few minutes and then he came back  to the window and he said, Pastor Bohr,  everything checks out.  I know you have a license, and I know that you're registered,  and I know that you have insurance,  because it's all in the computer.
And I was feeling pretty good.  I said, Well, but the ticket is coming.
And so he looked at me and he said, You know, you as a pastor  of all people should obey the laws of Caesar. 
And I said, You know, I really know that. But I explained to him I was in prayer meeting,  we had testimonies, we sang, and we studied Scripture.  I was just pumped up.  I just got carried away!  I didn't even notice. 
And so he looked at me and he said, You know, I can tell that this isn't a thing that you regularly do.  I'll tell you what I'm going to do.  I'm going to let you go, but be more careful next time.”
Now let me ask you, did that policeman do the right thing?  No, he did not do the right thing. You say, Well, you got off the hook. Yes, I got off the hook, but he didn't do the right thing.  Because I had violated the law, and the justice of the law  demanded that I pay the fine.  I'm thankful I didn't have to. But if he had done his job, he would have given me the ticket. 
Do you know what would have been even better?  If he'd come to the window and said, Pastor Bohr, you know, the law says that if you go 15 miles an hour over the speed limit,  you have to pay such and such a fine.  And, you know, so you're liable.  But he says, I'll tell you what I'm going to do.  I'm going to go down to the police station.  I'm going to go to the judge, and I'm going to pay  this ticket myself. 
You say, Fat chance!”
Of course, that wouldn't happen in real life.  But let me ask you, If he went to court to the judge,  and he paid my ticket, would the justice of the law be sustained?  Yes, because the fine is what? paid.  But at the same time would mercy be shown?  Yes, because he paid the fine so that I did not have to what? So that I did not have to pay it.  That's exactly what happened with Jesus.  You see, we all should die.  We all should be punished with the sentence of death.  But Jesus paid the death that we should suffer. And because He paid the death that we should suffer,  justice is satisfied, the demands of the law are satisfied, but at the same time, His mercy is shown because  He suffered the penalty so that I don't have to suffer. 

Coba saya mengilustrasikan poin ini. Saya baru tiba di Fresno sekitar 13½ tahun yang lalu dan suatu malam, Rabu malam, kami mengadakan kebaktian doa, dan kami menyanyi, dan kami belajar Firman, dan kami memberikan kesaksian-kesaksian pengalaman-pengalaman yang luar biasa. Dan setelah kebaktian doa, saya penuh semangat dan gembira. Lalu saya masuk ke mobil dan saya pergi ke Clinton, dan di Clinton saya belok kiri lalu belok kanan di First Street, dan saya serasa di awan-awan. Saya begitu gembira dengan apa yang baru saja terjadi di kebaktian doa. Dan saya tidak sadar speedometer saya mencapai 50 mil per jam, tepatnya 55 mil per jam, dan itu adalah daerah 40 mil per jam. Dan saya sangat, sangat bersemangat, hingga saya melihat lampu biru dan merah di belakang mobil saya. Dan ketahuilah, inilah satu-satunya kali saya dihentikan di Fresno sini dalam 13½ tahun. Dan si polisi keluar dari mobilnya, dia menuju ke jendela mobil saya. Dia berkata, “Tolong lihat SIM Anda?”
Maka saya keluarkan dompet saya, tapi SIM saya tidak ada. Rupanya saya telah mengeluarkannya entah kenapa.
Lalu polisi itu berkata, “Nah, kalau begitu bolehkah saya minta STNKnya.”
Saya berkata, “Ya, saya berikan STNK saya.” Maka saya mencari di laci kecil di atas kaca spion dan saya tidak menemukan STNK saya.
Lalu polisi itu berkata, “Nah, Anda punya bukti asuransi?”
Saya berkata, “Coba saya lihat.” Dan saya mencarinya dan saya tidak bisa menemukan bukti asuransinya juga.
Maka polisi itu berkata, “Siapa nama Anda?”
Saya jawab, “Nama saya Stephen Bohr.”
Dan polisi itu berkata, “Apa profesi Anda?”
Dan tahukah kalian, saya merasa rada malu. Saya berkata, “Yah, Anda tahu, saya pendeta gereja yang di sudut itu, Fresno Central Church.”
Dan polisi itu berkata, “Nah, saya akan kembali ke mobil saya dan Anda tahu, saya akan melihat di komputer dan saya akan memeriksanya.” Maka selama beberapa menit dia ada di sana, lalu dia kembali ke jendela dan dia berkata, “Pastor Bohr, semuanya cocok. Saya tahu Anda punya SIM, dan saya tahu ada STNK, dan saya tahu Anda punya asuransi karena semuanya muncul di komputer.”
Dan saya merasa gembira. Saya berkata, “Nah, tetapi surat tilangnya menyusul.”
Maka polisi itu memandang saya dan dia berkata, “Anda tahu, sebagai seorang pendeta dari antara semua orang lain, Anda seharusnya mematuhi hukum kaisar.”
Dan saya berkata, “Anda tahu, saya sudah tahu itu.” Tetapi lalu saya jelaskan padanya saya dari kebaktian doa, di mana ada kesaksian-kesaksian, dan kami menyanyi, dan kami belajar Firman, dan saya begitu bersemangat, saya terbawa, dan saya bahkan tidak sadar.
Maka dia memandang saya dan berkata, “Anda tahu, saya bisa melihat bahwa Anda tidak sering melakukan hal ini. Saya katakan apa yang akan saya lakukan. Saya akan membebaskan Anda, tetapi lain kali Anda harus lebih berhati-hati.”
Sekarang, coba saya tanya, apakah polisi itu melakukan hal yang benar? Tidak, dia tidak melakukan hal yang benar. Kalian berkata, “Lho, kan Anda bebas?” Ya, saya bebas, tetapi polisi itu tidak melakukan hal yang benar. Karena saya telah melanggar hukum, dan keadilan hukum itu menuntut saya untuk membayar denda. Saya bersyukur saya tidak harus membayarnya, tetapi seandainya polisi itu melakukan tugasnya, dia seharusnya memberi saya surat tilang.
Tahukah kalian apa yang lebih baik? Seandainya polisi itu datang ke jendela mobil saya dan berkata, “Pastor Bohr, Anda tahu bahwa ketentuan hukum ialah jika Anda berkendaraan 15 mil per jam di atas batas kecepatan, Anda harus membayar denda sebesar ini. Dan, Anda tahu, jadi Anda harus mempertanggungjawabkannya.” Tetapi dia berkata, “Saya beritahu apa yang akan saya lakukan. Saya akan pergi ke kantor polisi, dan saya akan pergi ke hakim, dan saya akan membayarkan denda tilang ini sendiri.”
Kalian berkata, “Mimpi!”
Tentu saja ini tidak akan terjadi dalam kehidupan sesungguhnya. Tetapi coba saya tanya, seandainya polisi itu pergi ke pengadilan, ke hakimnya, dan dia membayarkan tilang saya, apakah keadilan hukum telah dipertahankan? Ya, karena tilangnya apa? Telah dibayar. Tetapi pada waktu yang sama, apakah belas kasihan telah ditunjukkan? Ya, karena polisi itu yang membayarkan denda itu sehingga saya tidak harus apa? Saya tidak harus membayarnya. Persis itulah yang terjadi dengan Yesus.
Kalian lihat, kita semua seharusnya mati. Kita semua seharusnya dihukum dengan vonis kematian. Tetapi Yesus yang membayarkan kematian yang seharusnya kita jalani. Dan karena Yesus telah membayarkan kematian yang seharusnya kita jalani, maka keadilan pun terpenuhi, tuntutan hukum sudah dipuaskan, namun pada waktu yang sama, belas kasihanNya ditunjukkan karena Dia yang menjalani hukuman itu supaya saya tidak perlu menderita.


You all know the verse that we have, the most famous verse  in the Bible, John 3:16 where it says, For God so loved the world that He gave His only begotten Son…  that includes everyone, right?  For God so loved the world, that He gave His only begotten Son…  But there's a second half of the verse.  Sometimes people forget what that second half  of the verse says. For God so loved the world, that He gave His only begotten Son, that whosoever…” what?  “…that whosoever believes in Him should not perish, but have everlasting life.
So let me ask you, did He die to save everyone?  Did He pay everyone's debt?  Well, He didn't pay everyone's debt, but He made provision  to pay everyone's debt. 

Kalian semua kenal ayat yang sangat terkenal di Alkitab, Yohanes 3:16 di mana dikatakan, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu…”  berarti semua orang termasuk, bukan?   “…Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu…”  tetapi ayat ini ada bagian keduanya. Terkadang orang suka lupa dengan bagian kedua dari ayat ini yang berkata, “…Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu supaya setiap orang yang…”  apa?   “…setiap orang yang percaya dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Jadi coba saya tanya, apakah Yesus mati untuk menyelamatkan semua orang? Apakah Dia telah membayar utang semua orang? Nah, Dia tidak membayarkan utang semua orang, tetapi Dia membuat persediaan untuk membayarkan utang semua orang.


Now I go back to the original question that we  began our lecture with. 
Why do you have  group in the holy city who are sinners,  but they're saved?  And you have another group of sinners outside the holy city  that eventually will be destroyed by fire and brimstone?  What made the difference? 

Sekarang saya kembali ke pertanyaan yang asli yang mengawali ceramah kita ini. Mengapa ada satu kelompok di dalam Kota Suci yang adalah orang-orang berdosa tapi mereka selamat? Dan ada kelompok orang-orang berdosa lainnya di luar Kota Suci yang akhirnya akan dibinasakan oleh api dan belerang? Di mana bedanya?


Folks, what made the difference is simply that the group  who are in the holy city received, or accepted,  the gift that Jesus purchased at the price of His own blood.  You see, Jesus, by shedding His blood, paid an infinite price.  He paid enough to save every single person on Planet Earth.  But I have to receive or accept that gift.  And if I don't accept that gift, then I am still in my sins,  and I must suffer death.  So we get back to those individuals who are outside  the holy city, who are going to finally suffer the ultimate  punishment of the wrath of God.  Why are they going to suffer this punishment?  Did Jesus suffer this punishment in their place?  He most certainly did.  He suffered the wrath of God.  He paid the penalty of their sin.  But what did they do? They refused to accept the payment that Jesus made. 

Saudara-saudara, perbedaannya semata-mata ialah kelompok yang ada di dalam Kota Suci telah menerima pemberian yang dibeli Yesus dengan darahNya sendiri. Kalian lihat, Yesus, dengan mencurahkan darahNya, telah membayar harga yang tidak terbatas. Dia telah membayar cukup untuk menyelamatkan setiap manusia di planet bumi. Tetapi, saya harus menerima pemberian itu. Dan jika saya tidak menerima pemberian itu, maka saya masih tetap berada dalam dosa-dosa saya, dan saya harus menjalani kematian.
Jadi kita kembali ke orang-orang yang berada di luar Kota Suci, yang akhirnya akan kena hukuman tertinggi murka Allah. Mengapa mereka harus menjalani hukuman ini? Apakah Yesus sudah menjalani hukuman ini sebagai ganti mereka? Betul sekali. Yesus telah menderita murka Allah, Dia telah membayar hukuman untuk dosa-dosa mereka. Tetapi mereka berbuat apa? Mereka menolak menerima pembayaran yang telah dibuat Yesus.


I want to go to Revelation 20:7-9, Revelation 20:7-9.  This is speaking about after the millennium, when the wicked are  gathered around the holy city in the New Jerusalem;  those who rejected the payment that Jesus Christ offered.  It says in verse 7: Now when the thousand years have expired, Satan will be released from his prison  and will go out to deceive the nations which are in the four corners of the earth, Gog and Magog, to gather them together to battle, whose number is as the sand of the sea. They went up on the breadth of the earth and surrounded the camp of the saints and the beloved city. …”  and now notice, “…And fire came down from God out of heaven and devoured them.  
Is that what we find in the third angel's message?  fire falling from heaven, fire and brimstone  devouring the wicked? Absolutely.  This is the final manifestation of the wrath of God  in the third angel's message. 

Saya mau ke Wahyu 20:7-9, ini berbicara tentang setelah milenium, ketika orang-orang jahat berkumpul mengepung Kota Suci di Yerusalem Baru, mereka yang menolak pembayaran yang telah ditawarkan Yesus Kristus. Dikatakan di ayat 7, 7 Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, 8 dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut. 9Maka naiklah mereka ke seluruh dataran bumi, lalu mengepung perkemahan orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu…” dan sekarang perhatikan, “…Tetapi dari langit turunlah api dan melahap mereka.”
Itukah yang kita temukan dalam pekabaran malaikat ketiga ~ api turun dari langit, api dan belerang melahap orang-orang jahat? Betul sekali. Inilah manifestasi akhir murka Allah dalam pekabaran malaikat ketiga.


Now where does this language come from where you have the  nations of all of the world coming from the four corners of the earth, Gog and Magog.  Where does this come from? It actually comes from Ezekiel chapter 39.  So let's go back to Ezekiel 39:17-19, Ezekiel 39:17-19.  And there's a very important point that I  want to underline here.  Do you remember that in the Sanctuary there was  a sacrificial service, right? bulls, and goats, and lambs.  Different kinds of animals were sacrificed.  Why were they sacrificed?  They pointed forward to the death of Jesus  Christ for sin, right? the fact that He was going to suffer  the punishment of sinners.  Now I want you to notice carefully what it says here. 17  ‘And as for you, son of man,’ thus says the Lord God, ‘Speak to every sort of bird and to every beast of the field: Assemble yourselves and come; gather together from all sides to My sacrificial meal…”  what is God going to do here? A what? A “…sacrificial meal, which I am sacrificing for you…”  Is this a sacrifice? By the way, this is the same word that is used  in the book of Leviticus for the sacrifices of the Sanctuary.  “…a great sacrificial meal…”  again it says: “…on the mountains of Israel, that you may eat flesh and drink blood.18 You shall eat the flesh of the mighty, drink the blood of the princes of the earth…” and now notice the animals that are mentioned   “…of rams and lambs, of goats and bulls…” what kinds of animals were these? sacrificial animals,  “…all of them fatlings of Bashan.19 You shall eat fat till you are full, and drink blood till you are drunk, at My sacrificial meal which I am…”  what?   “…which I am sacrificing for you.
Is the death of the wicked portrayed as a sacrifice?  as a sanctuary sacrifice?  It most certainly is. 

Sekarang, dari manakah istilah ini berasal di mana dikatakan tentang bangsa-bangsa seluruh dunia dari keempat penjuru bumi, Gog dan Magog? Dari mana ini? Sesungguhnya ini berasal dari Yehezkiel pasal 39. Jadi marilah kembali ke Yehezkiel 39:17-19, dan di sini ada poin yang sangat penting yang ingin saya garisbawahi. Ingatkah kalian bahwa di dalam Bait Suci ada pelayanan kurban, betul? Lembu, dan kambing dan domba. Jenis-jenis hewan yang berbeda yang dikurbankan. Mengapa mereka dikurbankan? Mereka menunjuk kepada kematian Yesus Kristus yang akan datang demi dosa, benar? Faktanya bahwa Yesus akan menderita hukuman bagi orang-orang berdosa. Sekarang, saya mau kalian menyimak dengan seksama apa yang dikatakan di sini. 17 Dan engkau, anak manusia, beginilah firman Tuhan ALLAH: ‘Katakanlah kepada segala jenis burung dan segala binatang buas: Berkumpullah kamu dan datanglah, berhimpunlah kamu dari segala penjuru ke perjamuan kurban…”  apa yang akan dilakukan Allah di sini? Suatu apa?   “…perjamuan kurban yang Kuadakan bagimu…”  apakah ini suatu kurban? Ketahuilah, ini adalah kata yang sama yang dipakai di kitab Imamat untuk kurban-kurban Bait Suci.   “…yaitu suatu perjamuan kurban yang besar…”  lagi-lagi dikatakan, “…di atas gunung-gunung Israel; agar kamu boleh makan daging dan minum darah. 18 Daging para pahlawan akan kamu makan dan darah para pemimpin dunia akan kamu minum…”  sekarang simak hewan-hewan yang disebutkan, “…dari domba jantan, anak domba, kambing jantan dan lembu jantan…”  hewan-hewan apa semuanya ini? Hewan-hewan kurban, “…semuanya ternak gemukan dari Basan. 19 Kamu akan makan lemak sampai kamu kenyang dan minum darah sampai kamu menjadi mabuk pada perjamuan korban yang…”  apa?   “…yang akan Kuadakan bagimu.”
Apakah kematian orang-orang jahat digambarkan sebagai suatu kurban? Suatu kurban Bait Suci? Benar sekali.


And you say, Why is it portrayed as sacrificial animals?  Let me tell you.
There's actually two ways that your  sins can be taken care of.  The first way is if you accept Jesus Christ as your Savior  and Lord, and therefore accept the payment that He made for your sins.  Let me ask you, If you received Jesus, are your sins paid for?  They most certainly are paid for, but you didn't  have to pay for them.  He was sacrificed instead of you. 
But I ask you, Is there another way of paying  the penalty of sin?  Of course there is. What is the other way? that I suffer death.  Are you understanding why sacrificial  animals are used here?  It's because the wicked did not accept the sacrifice of Christ,  therefore they have to pay the debt for their own sins.  You see when Jesus died he deposited enough currency,  if you please, in the bank of the universe, to save every  single human being.  But we have to come, and we have to make the withdrawal.  And if we don't make the withdrawal, then His payment  will do us no good.  And, therefore, we must pay for our sins with our own death.  Are you understanding what I am saying? 
And Ezekiel 39 is talking about this group of people outside  the holy city, because Ezekiel 38 and 39 are talking about  Gog and Magog; the same context of Revelation 20:7-9. 

Dan kalian berkata, mengapa digambarkan sebagai hewan-hewan kurban? Saya beritahu. Sebenarnya ada dua cara untuk menangani dosa kita. Pertama ialah jika kita menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita, dan dengan demikian menerima pembayaran yang telah dilakukan Yesus untuk dosa-dosa kita. Coba saya tanya, jika kita menerima Yesus, apakah dosa-dosa kita sudah dibayar? Jelas mereka sudah dibayar, tetapi kita tidak perlu membayarnya. Yesus yang telah dikurbankan sebagai pengganti kita.
Tetapi saya tanya, adakah cara lain untuk membayar hukuman dosa? Tentu saja ada. Apa cara yang lain ini? Kita menjalani kematian. Apakah kalian paham mengapa hewan-hewan kurban dipakai di sini? Karena orang-orang jahat tidak menerima kurban Kristus, dengan demikian mereka harus membayar utang dosa mereka sendiri. Kalian lihat, ketika Yesus mati, Dia telah mendepositokan cukup uang ~ katakanlah demikian ~ di bank alam semesta untuk menyelamatkan setiap manusia. Tetapi kita harus datang sendiri, dan kita harus menarik uang itu. Jika kita tidak menarik uang itu, maka pembayaran Kristus tidak bermanfaat apa-apa bagi kita, sehingga kita harus membayar dosa-dosa kita dengan kematian kita sendiri. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?
Dan Yehezkiel 39 berbicara tentang kelompok orang-orang di luar Kota Suci, karena Yehezkiel 38 dan 39 berbicara tentang Gog dan Magog, konteks yang sama dengan Wahyu 20:7-9.


So my question is, why were those outside the city lost?  Because they rejected Jesus Christ as Savior and Lord,  and they chose rather to worship whom? the beast, his image,  and to receive the mark of the beast,  and the number of his name. 
So is receiving Jesus Christ a matter of life and death?  It most certainly is.  You see, either Jesus suffered the wrath of God in my place,  or I will have to suffer the wrath of God myself. 

Maka pertanyaan saya ialah, mengapa mereka yang berada di luar Kota Suci itu tidak selamat? Karena mereka telah menolak Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, dan mereka memilih untuk menyembah siapa? Binatang itu, patungnya, dan menerima tanda Binatang itu dan bilangan namanya.
Jadi apakah menerima Yesus Kristus adalah urusan hidup atau mati? Jelas iya. Kalian lihat, kecuali Yesus yang menderita murka Allah menggantikan saya, maka saya harus menjalani murka Allah sendiri.


Notice once again Revelation 20:14-15,  the final manifestation of the wrath of God. It says: 14 Then Death and Hades were cast into the lake of fire. This is…”  what?   “… the second death…Do you know what the second death is?  The second death is that death from which there  is no resurrection. 
Did Jesus suffer the second death?  Don't miss the next exciting episode,  because we're going to address that issue.  Did Jesus suffer second death?  If He did suffer second death, why is He not  separated from God today?  Why did He see His Father's face again?  A very important question, which we'll address in our next lecture.  But I want you to notice: 14 Then Death and Hades were cast into the lake of fire. This is the second death 15 And anyone not found…”  where? “… written in the Book of Life was cast into the lake of fire.

Simak sekali lagi Wahyu 20:14-15, manifestasi terakhir murka Allah. Dikatakan, 14 Lalu maut dan kubur dilemparkanlah ke dalam lautan api. Inilah…”  apa?   “…kematian yang kedua…”  tahukah apa itu kematian kedua? Kematian kedua ialah kematian dari mana tidak ada lagi kebangkitan.
Apakah Yesus mengalami kematian kedua? Jangan melewatkan episode berikutnya yang menarik, karena kita akan membahas isu ini: apakah Yesus mengalami kematian kedua? Jika Yesus pernah mengalami kematian kedua, mengapa sekarang Dia tidak tepisah dari Allah? Mengapa Dia bisa melihat wajah BapaNya lagi? Suatu pertanyaan yang penting yang akan kita bahas dalam ceramah kita berikutnya. Tetapi saya mau kalian simak,14 Lalu maut dan kubur dilemparkanlah ke dalam lautan api. Inilah…”  apa?   “…kematian yang kedua.  15 Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis…”  di mana?   “…tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”


Whose book is this, the book of life?  Notice Revelation 13:8. It says: All who dwell on the earth will worship him…”  that is worship the beast   “…whose names have not been written in the Book of Life of…”  whom?   “…of the Lamb slain from the foundation of the world.
Who is written in the book of the Lamb? the saved.  And when was that Lamb slain?  It says here from the foundation of the world.  The plan was laid in eternity, but it was implemented  when Jesus Christ came to this earth. 

Buku siapa ini, buku kehidupan? Simak Wahyu 13:8, dikatakan, 8 Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya…” yaitu menyembah si Binatang, “…yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis di dalam kitab kehidupan…”  siapa?   “…Anak Domba, yang telah disembelih sejak dunia dijadikan.
Siapa yang tertulis di buku Anak Domba? Mereka yang selamat. Dan kapan Anak Domba itu tersembelih? Dikatakan di sini sejak dunia dijadikan. Rencananya telah dibuat di masa kekekalan, tetapi diimplimentasikan ketika Yesus Kristus datang ke bumi ini.


And so who is it folks, who is going to drink the cup of wine  of the wrath of God?  What a waste! Nobody in this world really has to drink  the cup of the wrath of God, of the wine of the wrath of God,  because Jesus already drank it.  What a waste that someone would have to drink that  cup of wrath themselves when Jesus already drank it.  The Bible tells us that in the last days those who worship  the beast and his image, and receive his mark,  and the number of his name, will drink the cup of the  unmitigated wrath of God.  And after the millennium their destruction  will be sure and final. 

Maka, Saudara-saudara, siapakah yang akan minum dari cawan anggur murka Allah? Alangkah sia-sianya. Tidak ada manusia di dunia ini yang sebenarnya harus minum cawan murka Allah, dari anggur murka Allah, karena Yesus sudah meminumnya. Betapa sayangnya ada orang yang harus minum dari cawan murka itu sendiri padahal Yesus sudah meminumnya. Alkitab berkata bahwa pada akhir zaman mereka yang menyembah Binatang itu dan patungnya, dan yang menerima tandanya, dan bilangan namanya, akan minum cawan murka Allah yang murni. Dan setelah milenium, kebinasaan mereka adalah pasti dan tidak bisa diubah.


So the big question is, Have we repented of sin,  and confessed our sin?  Have we chosen Jesus Christ as our Savior and Lord  instead of the beast?  Have we committed our lives without any reservation  to Jesus Christ, and only to Him?  You see, the issue at the end of time will be  Christ or the beast?  And the question is, Who of these two will we worship.

Jadi pertanyaan pentingnya ialah, apakah kita sudah bertobat dari dosa dan mengakui dosa kita? Sudahkah kita memilih Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita, bukan si Binatang? Sudahkah kita mendedikasikan hidup kita tanpa reserve kepada Yesus Kristus dan hanya kepadaNya? Kalian lihat, isunya pada akhir zaman adalah Kristus atau si Binatang, dan pertanyaannya ialah siapa dari keduanya ini yang akan kita sembah.





12.03.19




No comments:

Post a Comment