_____REVELATION’S SEVEN SEALS_____
Part 13/24 - Stephen Bohr
SESSION 13 ~ THE Fifth Seal
https://www.youtube.com/watch?v=8QloobXbTXo
Dibuka
dengan doa.
Alright,
we're going to begin on page 205, and let me give you a little bit of historical
context. We've studied the First
Seal, what period does the First Seal represent? The apostolic period, the church is
going out conquering and to conquer. Thousands are coming into the church.
So what does Satan do now? He awakens against the church persecution saying,
“We've got to stop this.” But when Satan
persecutes, what happens? Oh, the church grows all the more, that's the Red
Horse. The church is growing phenomenally more than before. So Satan
says, “I have to change my strategy.” So there you have the Black Horse. He introduces apostasy
into the church. He infiltrates the church with the world, and as a
result the church becomes defiled. And
then of course because there is famine and because there is a sword under the Fourth
Seal, many people die of starvation, spiritual starvation. They
don't have bread, the bread is very
expensive, and furthermore the light has become darkness under the Third Seal.
So during the Fourth Seal there's spiritual death and there's also the
martyrs who are killed. And that brings us to the Fifth Seal which is the cry of the
martyrs who have been killed during the Second Seal, and those who have
been killed during the period of the Fourth Seal.
Baiklah,
kita akan mulai di halaman 205. Saya akan memberikan sedikit konteks sejarah.
Kita sudah mempelajari Meterai
Pertama. Periode mana yang diwakilinya? Periode apostolik, gereja keluar untuk mendapatkan kemenangan
dan untuk menaklukkan. Beribu-ribu jiwa dibawa masuk ke dalam
gereja. Jadi apa yang dilakukan Setan? Dia membangkitkan persekusi terhadap
gereja. Setan berkata, “Kami harus menghentikan ini.” Tetapi ketika Setan mempersekusi,
apa yang terjadi? Oh, gereja malah semakin bertumbuh, itu Kuda Merah. Gereja bertumbuh secara luar
biasa lebih daripada sebelumnya. Maka Setan berkata, “Aku harus mengganti
strategiku.” Jadi muncul Kuda
Hitam. Setan memperkenalkan kemurtadan ke dalam gereja. Dia
menginfiltrasi gereja dengan dunia, dan akibatnya gereja menjadi terpolusi.
Kemudian tentu saja karena ada kelaparan dan karena ada pedang di bawah Meterai Keempat, banyak orang
mati kelaparan, kelaparan
rohani. Mereka tidak punya roti, rotinya sangat mahal, dan lebih
daripada itu, terang telah menjadi kegelapan di bawah Meterai Ketiga. Maka
selama Meterai Keempat terjadi kematian rohani, dan juga ada para martir yang dibunuh. Dan itu
membawa kita ke Meterai Kelima,
yaitu seruan para martir yang telah dibunuh selama Meterai Kedua dan
mereka yang dibunuh selama periode Meterai
Keempat.
So
let's read Revelation 6:9-11 on page 205 and we’ll then interpret this rather
long passage, it's longer than the first
four seals. It says, “When He opened the Fifth Seal I saw under the
altar the souls of those who had been slain for the Word of God and for the
testimony which they held, and they cried with a loud voice saying, ‘How long,
O Lord, holy and true, until You judge
and avenge our blood on those who dwell on the earth?’ Then a white robe was
given to each of them and it was said to them that they should rest a little
while longer until both the number of their fellow servants and their brethren
who would be killed as they were, was completed…” So
that is the passage that deals with the Fifth Seal.
Mari
kita baca Wahyu 6:9-11 di hal. 205, lalu kita akan menafsirkan kutipan yang
agak panjang ini, ini lebih panjang daripada keempat meterai yang pertama.
Dikatakan, “9 Dan ketika Anak Domba itu membuka
Meterai yang Kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah
dibunuh oleh karena Firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. 10
Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Sampai berapa lamakah lagi, ya, Tuhan, yang kudus dan benar, hingga Engkau
menghakimi dan membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di
bumi?’ 11 Lalu kepada mereka
masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa
mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga jumlah kawan-kawan pelayan
dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka, digenapi...” Jadi inilah ayat-ayat yang berkaitan
dengan Meterai Kelima.
Now
let's ask some questions and then we'll try to answer the questions.
1.
What does the word “souls”
mean? The souls that are crying out, what does the word “soul” mean?
2.
Second in what sense did
the souls cry out?
3.
Next where is the altar
under which these souls cry out?
4.
Next what does the word
“martyr” mean?
5.
Next what period of church
history is this scene describing?
6.
Then why did the papal
power kill the martyrs? What was the
reason why the papacy killed these martyrs?
7.
Next what do the white
robes that are given to the martyrs represent?
8.
Then why did God tell the
martyrs to rest for a season? During what period are they resting for a season?
9.
And then we have two more
questions. Is there more than one group of martyrs?
10.
Finally when and how did
or does or will God answer their plea?
So
we have our homework cut out for us.
Sekarang
mari kita ajukan beberapa pertanyaan kemudian kita akan mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu.
1. Apa arti kata “jiwa”? Jiwa-jiwa yang
berseru, apa arti kata “jiwa”?
2. Kedua, dalam pemahaman apa jiwa-jiwa ini
berseru?
3. Berikut, di manakah mezbah yang di
bawahnya jiwa-jiwa itu berseru?
4. Berikut, apa arti kata “martir”?
5. Berikut, periode sejarah gereja yang
mana yang digambarkan adegan ini?
6. Kemudian mengapa
kekuasaan Kepausan membunuh para martir? Apa alasannya Kepausan membunuh
martir-martir ini?
7. Berikut, jubah putih yang diberikan
kepada para martir melambangkan apa?
8. Lalu mengapa Allah menyuruh para martir
untuk beristirahat sejenak? Selama periode apa mereka beristirahat sejenak?
9. Kemudian ada dua pertanyaan lagi. Apakah
ada lebih dari satu kelompok martir?
10. Akhirnya, kapan dan bagaimana Tuhan
telah, sedang, atau akan, menjawab permohonan mereka?
Jadi
PR kita sudah diberikan di sini.
Now
how can dead
souls cry out? Because these are martyrs, they're dead, so how can
souls cry out? Virtually all non-Adventist scholars believe that
this text or this passage proves that the soul can live independently of the
body after death. Every non-Adventist commentary that I consulted as I was studying this passage, reached
the conclusion that the souls under the altar are the disembodied souls of martyrs who died
and their souls are literally crying out independently from the body.
But the question is, is this really what
the passage is saying? We need to take a look at other passages of Scripture to
understand what it means that the souls are crying out from under the altar.
Nah,
bagaimana jiwa orang-orang
mati bisa berseru? Karena
para martir ini mereka semuanya sudah mati, jadi bagaimana orang mati bisa
berseru? Nyaris semua pakar
Non-Advent meyakini ayat ini, atau kutipan ini membuktikan bahwa
jiwa bisa hidup di luar tubuhnya setelah kematian. Setiap komentar Non-Advent
yang saya periksa saat mempelajari ayat-ayat ini, mengambil kesimpulan bahwa jiwa-jiwa di bawah mezbah adalah
arwah-arwah para martir
yang sudah mati, dan arwah-arwah mereka ini, tanpa tubuh secara literal berseru. Tapi
pertanyaannya ialah, apakah benar inilah yang dikatakan ayat-ayat itu? Kita
perlu memeriksa ayat-ayat lain dari Kitab Suci untuk memahami apa artinya
jiwa-jiwa berseru dari bawah mezbah.
So
there are two Old Testament backgrounds that help us understand the crying out
of the souls under the altar.
1.First
Old Testament Background
The
first background is the story of Cain and Abel. Let's go to Genesis 4:3-4, the Scriptures interpret
themselves, so if you want to know what the souls are crying out under the
altar about, go to other passages of Scripture that have similar terminology. So it says in Genesis
4:3-4, “…And in the process of
time it came to pass that Cain brought of the fruit of the ground an offering unto the Lord, and Abel he also brought
of the firstlings of his flock, and of the fat thereof. And the Lord had
respect unto Abel and to his offering…” So God tells Cain and Abel to bring an
offering. Actually God had asked them to bring a grain offering as well as a
sacrificial offering. Cain brings a grain offering but he doesn't bring
a sacrificial offering, in other words Abel obeyed God to the letter
and worshiped God the way that God had commanded them to worship. So the issue
here is obedience and worship in the story of Cain and Abel. Abel worships God the way God says and he
obeys strictly God's command.
Jadi ada
dua latar belakang Perjanjian Lama yang bisa membantu kita memahami jiwa-jiwa
yang berseru dari bawah mezbah.
1.Latar
Belakang Perjanjian Lama yang pertama
Latar belakang yang pertama ialah kisah Kain dan Habel.
Mari ke Kejadian 4:3-4, Kitab Suci
menafsirkan dirinya sendiri, jadi jika kalian mau tahu jiwa-jiwa yang berseru
di bawah mezbah itu apa, pergilah ke ayat-ayat lain dalam Kitab Suci yang
memakai terminologi yang sama. Jadi dikatakan di Kejadian 4:3-4, “3 Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain membawa dari hasil tanah suatu persembahan kepada TUHAN 4 dan Habel juga membawa dari anak sulung kambing dombanya, dan dari lemak-lemaknya. Dan TUHAN mengindahkan Habel dan persembahannya itu…” Jadi Allah memberitahu Kain dan Habel
untuk membawa persembahan. Sesungguhnya Allah minta mereka membawa persembahan
biji-bijian dan juga persembahan kurban. Kain
membawa persembahan biji-bijian tetapi dia tidak membawa persembahan kurban,
dengan kata lain Habel mematuhi Allah tepat tanpa melenceng, dan menyembah
Allah dengan cara yang telah diperintahkan Allah kepada mereka untuk menyembah.
Maka isunya di sini,
dalam kisah Kain dan Habel, ialah
kepatuhan dan penyembahan. Habel menyembah Allah, menurut cara
yang dikatakan Allah, dan dia mematuhi dengan tepat perintah Allah.
Now
in Hebrews 11:4 it says, “…by faith Abel offered to God a more excellent sacrifice than
Cain, through which he obtained witness…”
that word “witness” is μαρτυρέω [martureō] where we get the word ”martyr” from, “…through which he obtained
witness …” or he gave witness, “…that he was…” what? “…that he was righteous. God testifying…” once again the word μαρτυρέω [martureō] “…God testifying of his gifts, and through it, he being dead,
still…” what? “…still speaks…” So is Abel still speaking in spite of the fact that Abel is
dead? Yes. In what sense is Abel speaking? He's giving what? Witness or
testimony that he was obedient, he worshipped God the way God said, and so that is a witness,
that's why his sacrifice was more acceptable than the sacrifice of Cain. Do you remember that we have another text
that says that obedience is better than sacrifice? Yes. So if you offer God
sacrifice but you're not obedient, God cannot accept that sacrifice.
Nah di Ibrani 11:4 dikatakan, “4 Karena iman, Habel telah mempersembahkan kepada Allah kurban yang lebih baik
daripada kurban Kain, yang melaluinya ia
memperoleh kesaksian…” kata
“kesaksian” ialah μαρτυρέω [martureō] dari mana kita peroleh kata “martir”, “…yang melaluinya ia memperoleh kesaksian…” atau
dia memberikan kesaksian “…bahwa ia…”
apa? “…bahwa ia benar. Allah memberi kesaksian…” sekali
lagi kata μαρτυρέω [martureō] “…Allah memberi
kesaksian atas persembahannya itu, dan
melalui itu, walaupun dia mati, masih…”
apa? “…masih berbicara…”
Jadi apakah Habel masih berbicara walaupun faktanya dia
mati? Ya. Dalam pemahaman apa Habel
berbicara? Dia memberikan
apa? Kesaksian atau bukti
bahwa dia patuh, bahwa dia menyembah Allah sesuai kata Allah,
maka itu merupakan suatu kesaksian, itulah mengapa kurbannya lebih berkenan daripada kurban Kain.
Ingatkah kalian ada ayat lain yang berkata, kepatuhan itu lebih baik daripada kurban? (1 Samuel 15:22) Ya. Jadi jika kita mempersembahkan
kurban kepada Allah, tapi kita tidak patuh, Allah tidak akan menerima
persembahan kurban itu.
So
let's read the note. Abel's sacrifice gave witness, in other words,
it STILL
gives witness that he was faithful, he worshiped God the way God said. Remarkably the word witness used twice in this
verse is μαρτυρέω [martureō] from where we get the word “martyr”. Even after his death Abel's sacrifice gives
witness or testimony of his faithfulness to God. Now because Abel was
faithful to God, he worshiped God the
way God said and he obeyed God, that caused Cain to be filled with anger against him.
So
does this give us a picture of what happened during the 1260 years? What's going to happen at the end time?
Why the martyrs were persecuted? Absolutely.
It says in Genesis 4:8, “…now Cain talked with Abel his brother and it came to pass when
they were in the field that Cain rose up against Abel his brother and killed
him…” Was this a travesty in justice? It was a travesty in justice,
because the righteous person was Abel and the wicked person was Cain. The wicked win and the righteous lose,
there's no justice in that.
So
in 4:10 we find something very interesting very similar to the Fifth Seal. It
says, “…And He said…” God is speaking to Cain, “…what have you done? The voice of your
brother's…” what? “…of your brother’s
blood cries out to Me from the ground…”
What is Abel's blood doing? It's crying out. What is it crying out for? It's
crying out for justice, for vindication
because a great injustice has been done. Abel was righteous and obedient. He
worshiped God the way God said and yet he gets killed and Cain lives, what
justice is there in that? So the blood of Abel is crying out so that justice
will be done.
Mari
kita baca catatannya. Kurban
Habel memberi kesaksian, dengan kata lain, kurban itu MASIH memberi kesaksian bahwa
Habel setia, bahwa dia menyembah Allah menurut perintah Allah.
Yang menarik kata “kesaksian” yang dipakai dua kali di ayat ini ialah μαρτυρέω [martureō] dari
mana kita memperoleh kata “martir”. Walaupun
setelah kematiannya, kurban Habel TETAP memberikan kesaksian atau bukti tentang
kesetiaannya kepada Allah.
Nah, karena Habel setia kepada Allah,
dia menyembah Allah menurut cara yang diperintahkan Allah, dan dia patuh kepada
Allah, itu menyebabkan Kain dipenuhi amarah terhadapnya. Apakah ini memberi
kita gambaran tentang apa yang terjadi selama 1260 tahun? Apa yang akan terjadi
pada akhir masa? Mengapa para martir dipersekusi? Tentu saja. Dikatakan di
Kejadian 4:8, “8
Kain berbicara kepada Habel, adiknya, dan terjadilah ketika mereka ada di padang,
Kain bangkit melawan
Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia…” apakah
ini distorsi hukum? Ini distorsi hukum, karena orang yang benar adalah Habel,
dan yang jahat itu Kain. Yang jahat menang, dan yang benar kalah. Tidak ada
keadilan di sana.
Maka
di pasal 4:10 kita mendapatkan sesuatu yang sangat menarik, sangat mirip
Meterai Kelima. Dikatakan, “10 Dan
Dia berkata…” Allah
sedang berbicara kepada Kain, “…‘Apa yang telah kauperbuat? Suara…” apa? “…Suara darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah…” apa yang dilakukan darah Habel?
Berteriak. Berteriak untuk apa? Berteriak minta keadilan, minta pembalasan,
karena suatu ketidakadilan yang hebat telah terjadi. Habel orang benar dan
patuh, dia menyembah Allah menurut kata Allah, namun demikian dia terbunuh
sementara Kain yang hidup. Keadilan apa yang ada di sana? Maka darah Habel
berteriak supaya keadilan ditegakkan.
Let's
read the note because it has some very important points. Satan was the
ringleader in Abel's death. We find in 1 John 3:12 these words, “…Not as Cain who was of
the wicked one and murdered his brother.
And why did he murder him?...”
in other words, why was Abel a martyr? “…because…” now listen to this, not because
his faith but because his what? “…his works were evil and
his brother’s works were…” what? “were righteous…” In other words, Abel was obedient and
worshipped God the way God had commanded. The death of Abel was a travesty in
justice. Abel was the righteous one and he died; and Cain was the unrighteous
one and he lived. Wicked Cain ~ this is a significant point ~ shed his
brother's blood at the foot of the altar of sacrifice. They raised an altar and
made the sacrifice there, remember that? Because we're going to come back to
that. And Abel’s blood cried out for vindication and justice from where it was
shed, below the altar, or under the altar, if you please. And Abel's blood
cries out for vindication and for justice. To all appearances, the unrighteous
won and the righteous lost. At some point, the record needed to be rectified.
The blood of Abel symbolically cried out for reparation. Does this background
help us to understand the Fifth Seal? It's crucially important.
Mari kita baca catatannya karena ada
beberapa poin yang penting. Setan adalah biang keladinya dalam kematian Habel.
Kita temukan di 1 Yohanes 3:12 kata-kata ini, “12 bukan seperti
Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya
ia membunuhnya?…” dengan kata lain, mengapa Habel jadi
martir? “…Sebab…” sekarang
dengarkan ini, bukan karena imannya melainkan karena apa? “…Perbuatan-perbuatannya jahat dan perbuatan-perbuatan adiknya…” apa? “…benar…”
Dengan kata lain kematian Habel adalah distorsi hukum. Habel
adalah yang benar, dan dia mati, sedangkan Kain yang tidak benar dan dia hidup.
Kain yang jahat ~ ini adalah poin yang signifikan ~ mencurahkan darah
saudaranya di kaki mezbah kurban. Mereka membangun mezbah dan membuat
persembahan kurban di sana, ingat? Karena kita akan kembali ke sana nanti. Dan
darah Habel berteriak minta pembalasan dan keadilan dari tempatnya tercurah, di
bawah mezbah. Dan darah Habel berteriak
minta pembalasan dan keadilan. Kelihatannya yang tidak benar menang dan yang
benar kalah. Suatu saat catatan ini perlu dikoreksi. Darah Habel secara
simbolis berteriak minta ganti rugi. Apakah latar belakang ini membantu kita
memahami Meterai Kelima? Itu sangat penting.
So
you can't just stay in Revelation 6:9-11 and say, “Well you know these are disembodied spirit, you
know, separate from the body they're crying out to the Lord.” No, no, it's the blood
that is crying out for vindication, for justice.
Jadi
kita tidak bisa tetap kokoh di Wahyu 6:9-11 dan berkata, “Nah, kalian tahu, ini
adalah arwah-arwah yang sudah terpisah dari tubuhnya, dan mereka berteriak kepada Tuhan.”
Tidak, tidak, darahnya yang
berteriak minta pembalasan, minta keadilan.
Notice Hebrews 12:24 does the blood of Jesus also speak? Does
it speak better things than the blood of Abel? Absolutely. Notice, “…to Jesus the mediator of
the New Covenant and to the blood of sprinkling that speaks better things than
that of Abel…” why? because Abel's blood cries out
for justice and the blood of Christ provides the justice, that's why the blood
of Christ speaks better things, because
the blood of Christ is going to vindicate
Abel in the judgment.
Simak
Ibrani 12:24, apakah darah
Yesus juga berbicara? Apakah dia membicarakan hal-hal yang lebih
baik daripada darah Habel? Tentu saja. Simak, “24 dan pada Yesus, Pengantara perjanjian yang baru, dan pada
darah yang dipercikkan, yang berbicara tentang hal yang lebih baik daripada darah Habel.…” mengapa?
Karena darah Habel berteriak minta keadilan dan darah Kristus yang menyediakan keadilan itu,
itulah mengapa darah Kristus berbicara tentang hal-hal yang lebih baik, karena
darah Kristus akan membalaskan Habel dalam penghakiman.
We
can better understand the cries of the righteous martyrs by reading imprecatory
psalms. “Imprecatory” means that the
individuals who are wronged are crying out for a judgement in their favor,
they're crying out for justice. I put one imprecatory Psalm here, there are
several where David is saying, “Lord, You know the wicked are doing
this to me, what are You going to do about it?” Those are the imprecatory
psalms.
Notice
Psalm 79:9-10, “Help us, oh, God of our salvation, for the
glory of Your name. And deliver us and provide atonement for our sins for Your
name's sake. Why should the nations say, ‘Where is their God?’ Let there be
known among the nations in our sight the avenging of the blood of Your servants
which has been shed…”
Are
you catching the picture? The martyrs that have shed the blood they're crying
out, they’re saying, “Until when are You going to allow us to be mowed down, if
we worshiped the way You say, and we obeyed Your commandments, how is it that
You allow this to happen? Please perform a righteous judgment.”
Kita
bisa memahami teriakan para martir yang benar dengan membaca Mazmur-mazmur yang
minta keadilan. “Imprecatory” berarti orang-orang
yang dizholimi berteriak minta penghakiman untuk
membenarkan mereka, mereka berteriak minta keadilan. Saya masukkan satu Mazmur yang
minta keadilan di sini, ada beberapa di mana Daud
berkata, “Tuhan, Engkau tahu orang-orang jahat berbuat demikian kepadaku, apa
yang akan Engkau lakukan?” Itulah Mazmur-mazmur yang minta keadilan.
Simak
Mazmur 79:9-10, “9 Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu!
Lepaskanlah kami dan berikanlah penebusan bagi
dosa-dosa kami, demi nama-Mu! 10
Mengapa bangsa-bangsa lain boleh berkata: ‘Di mana Allah mereka?’ Biarlah di
hadapan kami bangsa-bangsa lain mengetahui pembalasan atas darah hamba-hamba-Mu
yang tertumpah…”
Apakah kalian menangkap gambarnya? Para
martir telah mencurahkan darah mereka,
mereka berteriak, mereka berkata, “Sampai kapan Engkau mengizinkan kami
dibantai, jika kami sudah menyembah menurut kehendakMu, dan kami sudah mematuhi
Perintah-perintahMu, mengapa Engkau mengizinkan ini terjadi? Tolong laksanakan
penghakiman yang adil.”
2.Old Testament Background
Now
there's a further Old Testament background to this idea of the souls that are
crying out from under the altar and that background is found in Leviticus 4:7.
There
were two altars in the sanctuary:
1.
the altar of sacrifice
which was in the court,
2. and the altar of incense which was in the Holy Place.
To which altar is Revelation 6:9-11 referring?
Well, the answer is found in Leviticus 4:7 let's read that verse, “…And the priest shall
put some of the blood upon the horns of the altar of sweet incense, before the
Lord, which is in the tabernacle of the congregation…” and here's a key word, very key word, don't forget it, “…and he shall…” what? “…pour…” that's a vital word, “…shall pour all the remaining blood of the Bull…” where? “…at the bottom of the
altar of burnt-offering which is…”
now we know which altar it is, “…which is at the door of the tabernacle of
the congregation…”
So
which altar are we talking about? We're talking about the altar of sacrifice.
2. Latar Belakang Kedua Perjanjian Lama
Nah, ada latar belakang Perjanjian Lama
yang lain tentang konsep jiwa-jiwa yang berteriak dari bawah mezbah, dan latar
belakang itu terdapat di Imamat 4:7.
Ada dua mezbah dalam Bait Suci:
1. mezbah kurban yang ada di pelataran,
2. dan mezbah dupa yang ada di dalam Bilik
Kudus.
Wahyu
6:9-11 merujuk kepada mezbah yang mana? Nah, jawabannya terdapat di Imamat 4:7,
mari kita baca ayatnya, “7 Kemudian imam
itu harus membubuh sedikit dari darah itu pada tanduk-tanduk mezbah pembakaran
ukupan wangi-wangian, yang ada di hadapan TUHAN di dalam Kemah Pertemuan…” dan ini kata kuncinya, kata kunci yang
penting, jangan lupa, “…dan dia
akan…” apa? “…mencurahkan…” ini
kata yang vital, “…akan
mencurahkan semua sisa darah sapi itu…”
ke mana? “…ke bagian bawah mezbah kurban bakaran yang…” sekarang kita tahu mezbah yang mana, “…yang di depan pintu Kemah Pertemuan…” Jadi mezbah mana yang kita bicarakan?
Kita sedang berbicara tentang mezbah kurban.
Now
let's notice the several points that emerge from this particular verse. The priest
poured out the blood ~ “poured”
is very important ~ poured out the blood of the victim at the base of the altar of
sacrifice. The priest did not offer blood on the altar of incense. He only
placed incense there, so it can't be the the altar of incense that is being spoken
about here. The expression “pour out” or “shed” describes what the wicked do
with the blood of the righteous in Revelation 16:6, we'll come back to that a
little bit later. The word “slain” is identical to the one that is used in
Revelation 5:6, “a lamb as though it had
been slain”. And the altar of sacrifice represents
Christ's sacrifice on earth. So these souls must be crying out on earth not in
heaven. Are you catching this point? Very important point because, what
Non-Adventists say is, these souls are crying out from under the altar in
heaven. No, the altar isn't in heaven the altar is on earth, because the
court represents the earth.
The court of the sanctuary represents the earthly work of Christ. Where did Christ live? On earth. Where did Christ die? On
earth. Where did Christ resurrect? On earth. And so the camp represents the
life of Christ.
The altar of sacrifice, the death of Christ.
And the laver the resurrection of Christ.
So
the work of the court takes place on earth, which means that the souls under
the altar they're not in heaven. Why
would they be crying out if they are in heaven? Why would they say, “Lord!
Avenge us!” They should be praising the
Lord and being real happy up there. Doesn't make sense.
Sekarang
mari kita perhatikan beberapa poin yang muncul dari ayat ini. Imam mencurahkan darah
~ “mencurahkan” itu sangat penting ~ mencurahkan darah kurban di bagian dasar mezbah kurban. Imam
tidak mempersembahkan darah di mezbah dupa. Dia hanya menempatkan dupa di sana,
jadi tidak mungkin itu mezbah dupa yang dibicarakan di sini. Ungkapan
“mencurahkan” atau “mengucurkan” menggambarkan apa yang dilakukan orang-orang
jahat dengan darah orang-orang benar di Wahyu 16:6, nanti kita akan kembali ke
sana. Kata “tersembelih” itu sama dengan yang dipakai di Wahyu 5:6, “seekor Anak Domba seperti telah disembelih”. Dan mezbah kurban bakaran
melambangkan kurban Kristus di dunia. Jadi jiwa-jiwa ini tentunya berseru di
bumi bukan di Surga. Apakah kalian menangkap poin ini? Poin yang
sangat penting. Karena orang-orang Non-Advent berkata, jiwa-jiwa ini berseru
dari bawah mezbah di Surga. Tidak, mezbah
itu tidak di Surga. Mezbah itu ada di bumi karena pelataran
melambangkan bumi.
Pelataran Bait
Suci melambangkan pekerjaan Kristus di dunia. Di mana Kristus hidup? Di
dunia. Di mana Kristus mati? Di dunia. Di mana Kristus bangkit? Di dunia. Maka
perkemahan melambangkan hidup Kristus.
Mezbah bakaran melambangkan
kematian Kristus.
Dan bejana pembasuh
melambangkan kebangkitan Kristus.
Maka pekerjaan di pelataran terjadi di dunia, berarti
jiwa-jiwa di bawa mezbah tidak di Surga. Untuk apa mereka berteriak jika mereka
sudah di Surga? Untuk apa mereka berkata, “Tuhan, balaskan kami!”, seharusnya mereka
sedang memuji Tuhan dan bergembira di sana. Jadi tidak masuk akal.
Now
in the Old Testament there's a close connection between the word “soul” and “blood”.
When innocent blood, that is the life, is shed, it symbolically
cries out for justice. What is the life of a person? When a person dies what happens with the blood
that circulates through the body? It stops circulating and the result is what? Death.
Let's
read a couple of verses because “soul” is very closely intertwined with “blood”.
“The blood is crying out” which means
that “the soul is crying out” because
the soul or the blood of man is what's crying out.
· Now notice Leviticus 17:11,
“…For the life…” that's the
identical word “soul” the word נֶפֶשׁ [nephesh] but it's translated here “life”, “…For the life of the
flesh is…” where? “…in the blood and
I have given it to you upon the altar to make atonement for your souls. For it
is the blood that maketh an atonement for the soul.”
· Notice Deuteronomy 12:23, “…Only be sure that
thou eat not the blood, for the blood is the נֶפֶשׁ [nephesh]…” it's the identical word
“living soul” that we find in Genesis when God created man, “…for the blood is the soul…”
you could translate, “the blood is the soul” or “…the life and thou
mayest not eat the…” what? “…the life” or the soul “…with the flesh…”. Obviously you could not eat a disembodied soul.
So
what is the
soul? It's the blood, it's the life
of the person, because the blood is the life or the blood is the soul.
So
what is it that's crying out under the altar in Revelation chapter 6? It's the
blood or the life of the person that is crying out.
Sekarang,
di Perjanjian Lama kata “nyawa” dan “darah” itu punya hubungan yang sangat
erat. Bilamana darah
orang tidak bersalah, yaitu
nyawanya, dicurahkan, secara simbolis itu berteriak minta
keadilan. Nyawa seseorang itu apa? Bila seorang manusia mati, apa yang terjadi
dengan darah yang beredar di dalam tubuhnya? Darah itu berhenti beredar dan
akibatnya ialah apa? Kematian.
Mari
kita baca beberapa ayat karena “nyawa”
terkait sangat dekat dengan “darah”. “Darahnya berteriak”
berarti “nyawanya berteriak”, karena nyawa atau darah manusia itu yang
berteriak.
·
Sekarang
simak Imamat 17:11, “11 Karena nyawa(hidup)…” itu
kata yang sama dengan “jiwa”, kata נֶפֶשׁ [nephesh] tetapi di sini diterjemahkan “nyawa (hidup)”, “…Karena nyawa(hidup) makhluk ada di…” mana? “… dalam darahnya dan Aku
telah memberikannya kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi jiwamu, karena darahlah yang mengadakan pendamaian bagi
jiwa.”
·
Simak Ulangan 12:23, “23 Hanya pastikan
engkau tidak memakan darahnya, sebab darah
ialah נֶפֶשׁ [nephesh] …” ini
adalah kata yang sama dengan “makhluk yang hidup” yang kita lihat di kitab
Kejadian ketika Allah menciptakan manusia, “…sebab darah ialah nyawa
(hidup)…” bisa
diterjemahkan “darah ialah jiwa” atau “…nyawa (hidup) maka janganlah engkau memakan…”
apa? “…nyawanya (hidupnya)…” atau
jiwanya “…bersama-sama
dengan dagingnya.” Sudah jelas kita
tidak bisa makan arwah yang
tidak bertubuh.
Jadi jiwa itu apa? Itu darah, itu nyawa/hidup seseorang, karena darah adalah hidup, atau darah
itu nyawa.
Jadi yang berteriak di bawah mezbah di
Wahyu pasal 6 itu apa? Itu darah atau nyawa (hidup)
dari orang yang berteriak.
Now
let's go to the next page and read the note. The Bible describes the death
of the righteous at the hands of the wicked as an oblation or offering.
That's interesting, isn't it?
“pour
out”: in John 16:2 Jesus
explained that those who would slay His followers would actually believe that they were
offering God an act of worship. The word “service” that you find there
in John 16:2 that they would be offering “service” by slaying God's faithful
people, is the Greek word λατρεία [latreia] where we get the
word “idolatry” from. In other words,
they believe that by killing the righteous, by pouring out their blood,
they are offering God an act of worship.
The word “service” in this text is λατρεία [latreia] where we get the
word “idolatry” from, which is generally
translated “service” in the King James Version, but actually means what? Actually
means “worship”.
Revelation
16:6 explains that the wicked ~ listen carefully ~ poured out the blood of
God's people. They believe that they're offering God
an act of worship, they believe they're offering God a sacrifice by killing the
righteous. Revelation 16:6 explains that the wicked poured out the
blood of God's people. Once again this is sacrificial terminology where the
word “shed” is used of sacrifices in all of these verses that I mention here,
Leviticus 8:15 etc.
Sekarang
marilah kita ke halaman berikutnya dan membaca catatannya. Alkitab
menggambarkan kematian
orang-orang benar di tangan orang-orang jahat sebagai suatu persembahan kurban. Itu menarik, bukan?
“mencurahkan”: di Yohanes 16:2 Yesus menjelaskan bahwa
mereka yang membunuh
pengikut-pengikutNya meyakini bahwa mereka mempersembahkan kepada Allah suatu
tindakan penyembahan. Kata “bakti” yang terdapat di Yohanes 16:2
bahwa mereka menganggap mereka berbuat “bakti” dengan membunuh umat Allah yang
setia, ialah kata Greeka λατρεία [latreia] dari mana kita mendapat kata “idolatry”
(= penyembahan berhala). Dengan kata lain, mereka yakin bahwa dengan membunuh
orang-orang yang benar, dengan mencurahkan darah mereka, mereka mempersembahkan
kepada Allah suatu tindakan penyembahan. Kata “bakti” dalam ayat ini ialah λατρεία [latreia] dari mana kita mendapat kata “idolatry”(= penyembahan berhala), yang di KJV diterjemahkan sebagai
“bakti” tetapi sesungguhnya berarti apa? Sesungguhnya
berarti “penyembahan”.
Wahyu 16:6 menjelaskan bahwa orang-orang jahat ~
dengarkan baik-baik ~ mencurahkan darah umat Allah. Mereka meyakini bahwa mereka mempersembahkan kepada Allah
suatu tindakan penyembahan, mereka meyakini bahwa mereka mempersembahkan suatu
kurban kepada Allah dengan membunuh orang-orang benar. Wahyu
16:6 menjelaskan bahwa orang-orang jahat mencurahkan darah umat Allah. Sekali
lagi ini adalah terminologi kurban di mana kata “dicurahkan” dipakai pada
kurban dalam semua ayat yang saya sebutkan di sini, Imamat 8:15 dll.
Here's
another interesting detail, significantly Paul refers to his martyr’s death as
a pouring out of sacrifice. Interesting. Paul was going to be martyred and he speaks
about his life being poured out in sacrifice as a martyr. So let's continue here. The death of the righteous at the hands
of the wicked was a sweet savour unto God, because it revealed the faithfulness
of His people and won many souls to the kingdom. In the minds of the
observers if Jesus was worth dying for, then He must be worth living for.
So
does this background help us?
Ini
ada detail lain yang menarik. Secara signifikan Paulus merujuk ke kematiannya
sendiri sebagai martir sebagai kurban yang dicurahkan. Menarik. Paulus akan
mati sebagai martir dan dia berbicara tentang nyawanya (hidupnya) yang akan dicurahkan dalam suatu persembahan kurban sebagai martir. Jadi
mari kita lanjutkan di sini. Kematian
orang-orang benar di tangan orang-orang jahat adalah suatu bau-bauan yang harum
bagi Allah, karena itu menyatakan kesetiaan umatNya dan memenangkan banyak jiwa
masuk ke KerajaanNya. Dalam pemikiran mereka yang menyaksikan,
jika orang-orang itu mau mati demi Yesus, tentunya hidup bagi Yesus itu layak
dilakukan. Nah, apakah latar belakang ini membantu kita?
So
what is
it that is crying out? Are these disembodied spirits that are conscious
up there in heaven and they're crying out, you know, do justice? Why would they
cry out do justice if they're up there already, enjoying the bliss of heaven? Makes
no sense. This
is figurative. In Revelation
we're dealing with figures, we're dealing with symbols. Symbolically their blood, their life is
crying out, because their life has been taken from them. Just like the
blood of Abel is crying out, or the life of Abel is crying out, that God will
do justice because the wicked felt that by pouring out the blood of the martyrs
they were doing God an act of worship. And when things will be seen in the
future and in the judgment they'll see that they were offering Satan really an
act of worship.
Jadi
yang berteriak itu apa?
Apakah itu arwah-arwah yang punya kesadaran di Surga di atas sana dan mereka
berteriak minta keadilan? Untuk apa mereka berteriak minta keadilan jika mereka
sudah ada di atas sana, menikmati keindahan Surga? Tidak masuk akal. Ini kiasan. Di Wahyu kita berurusan dengan
lambang-lambang, dengan simbol-simbol. Secara
simbolis darah mereka, nyawa(hidup) mereka
berteriak, karena
nyawa mereka telah dirampas dari mereka. Sama seperti darah Habel yang
berteriak, atau hidup Habel yang
berteriak agar Allah memberikan keadilan. Karena orang-orang jahat mengira
dengan mencurahkan darah para martir mereka melakukan suatu tindakan
penyembahan kepada Allah. Tetapi kelak ketika semuanya nyata dalam penghakiman
mereka akan melihat bahwa sesungguhnya mereka mempersembahkan tindakan
penyembahan kepada Setan.
Now
what was the reason for the martyrdom of these beings during the period of
papal supremacy, during the period of the Fourth Horse? Well the martyrs died
according to what we read, for the Word of God and the Testimony which they
held. The Word of God refers to their teachings and the Testimony which they
held describes their practical life witness that revealed the character of
Jesus. So one is the teachings, and the other is the life. And we're going to
unpack that now.
Nah,
apakah alasannya bagi kematian para martir selama periode kejayaan Kepausan,
selama periode Kuda Keempat? Nah, para martir mati ~ menurut apa yang sudah kita
baca ~ karena Firman Allah dan Kesaksian yang mereka pegang. Firman Allah merujuk
kepada ajaran-ajaran mereka, dan Kesaksian yang mereka pegang menggambarkan
kehidupan sehari-hari mereka yang menjadi saksi yang menyatakan karakter Yesus.
Jadi, yang satu adalah ajaran-ajarannya, dan yang lain ialah kehidupannya. Kita
akan menguraikannya sekarang.
The word “martyr”
literally means “one who gives witness” or “one who gives testimony”. Revelation 12:11
helps us understand the meaning of this word. This text tells us that the
faithful of God overcame the Devil, how? By the word of their testimony, and
they did not love their lives even unto the death. So why were they martyred? For
the Word of God and for the Testimony that they gave.
The word “testimony” is
translated “martyr” in three places in the New Testament.
· First of all Steven is called ~ actually Paul later on after his
conversion calls Steven ~ “God's martyr” that means that he was God’s what? He
was God's witness.
By the way was it a very, very good witness? Did
Saul of Tarsus know that Steven was right and he was wrong? You better believe
he did. He knew it. Stevens’ witness
actually brought about the conversion of Saul, so was it worth it? Did the death
of Steven produce fruit? It most certainly did. Wouldn’t it be wonderful to see
the encounter of Saul and Stephen in the kingdom? Yeah, because Steven didn't
know that Saul was converted so imagine, you know, when they get to heaven and
here comes Steven walking in one direction and Saul or Paul is walking the
other direction and Steven has to rub his eyes,
“What!” I'm just dramatizing for
effect. “Saul, you're kidding me! What
are you doing here? “Well thank you, Steven, for your witness.” Are you
catching the picture? So Steven preached a powerful sermon, but he also gave
witness, he was willing to die for what he believed.
· So it's also used in Revelation 2:13 for a martyr called Antipas
who gave his life.
· And finally it is used in Revelation 17:6 where the judgment
falls upon the great harlot because she martyred those who gave witness to
Jesus.
Kata “martir” secara harafiah berarti
“orang yang memberi kesaksian” atau “orang yang memberi bukti”. Wahyu 12:11 membantu kita memahami
makna kata ini. Ayat ini memberitahu kita bahwa umat Allah yang setia
mengalahkan Iblis dengan cara apa? Dengan kata-kata kesaksian mereka, dan
mereka tidak menyayangkan hidup mereka bahkan sampai mati. Jadi mengapa mereka
dimartir? Demi Firman Allah dan kesaksian yang mereka berikan.
Kata “kesaksian” diterjemahkan “martir”
dalam tiga tempat di Perjanjian Baru.
· Pertama Stefanus disebut ~ sebetulnya
Paulus yang setelah pertobatannya menyebut Stefanus ~ “martir Allah” artinya
dia adalah apa? Dia adalah saksi Allah.
Apakah
itu kesaksian yang amat sangat bagus? Apakah Saulus dari Tarsus tahu bahwa
Stefanus benar dan dia yang salah? Yakinlah dia tahu. Dia tahu. Kesaksian
Stefanus sesungguhnya mengakibatkan pertobatan Saulus. Jadi apakah itu setimpal?
Apakah kematian Stefanus menghasilkan buah? Jelas iya. Tidakkah menyenangkan
bisa melihat perjumpaan Saulus dan Stefanus di dalam Kerajaan kelak? Iya,
karena Stefanus tidak tahu Saulus bertobat, jadi bayangkan, ketika mereka tiba
di Surga dan Stefanus berjalan dari satu arah dan Saulus atau Paulus berjalan
dari arah yang berlawanan, dan Stefanus harus mengucek matanya. “Apa!” Saya
hanya mendramatisasikan efeknya. “Saul! Yang bener aja! Ngapain kamu ada di
sini?” “Ah, terima kasih, Stefan, untuk kesaksianmu.” Apakah kalian menangkap
gambarannya? Jadi Stefanus menyampaikan suatu khotbah yang hebat, tetapi dia
juga memberikan kesaksian, dia rela mati untuk apa yang diyakininya.
· Dan ini juga dipakai di Wahyu 2:13 bagi
seorang martir bernama Antipas yang memberikan nyawanya.
·
Dan
akhirnya juga dipakai di Wahyu 17:6 di mana penghakiman jatuh ke atas perempuan
pelacur itu karena dia membunuh mereka yang bersaksi tentang Yesus.
Now
we can understand a little bit better what the Word of God and the witness for
Jesus means, why did these martyrs were
killed. We can notice that a little bit better by looking at a couple of
examples.
First
of all Paul. We have this rather large statement from Review and Herald, September
8, 1885 where Ellen White
describes Paul's encounter with the political leaders of his day.
I
read, “…When
before kings and dignitaries of the earth who held his life in their hands, he
quailed not, for he had given his life to God, and it was hid in Christ. He
softened by his courtesy the hearts of these men in power, men of fierce
temper, wicked and corrupt though they were in heart and life. He did not forget his position or the
importance of the occasion. He was zealous for the truth…” that would be the Word of God, right? “…bold in advocating Christ, but propriety of deportment, the grace of
true politeness marked all his conduct. When he stretched out his hand as was
his custom in
speaking, the clanking chains caused him no shame and embarrassment. He looked
upon them as tokens of honor and rejoiced that he could suffer for the Word of
God and the Testimony of Jesus Christ …” See now we understand a little better, a
little better by that expression, “…Surrounded
by philosophers, kings, and critics, he was God's ambassador, his
reasoning was so clear and convincing that it made the profligate King tremble
as Paul dwelt upon his experience…” see there's this
testimony, “…his experience showing what had wrought the
change in his religious views that aroused the malice of the Jews. He exalted Jesus Christ as the world's
Redeemer…” there's his witness, “…grace like an angel of mercy makes his
voice heard sweet and clear repeating the story of the cross, the matchless
love of Jesus…” what a beautiful description of what
the Word of God and the Testimony of Jesus Christ or the Testimony for Jesus Christ is.
Sekarang
kita bisa memahami sedikit lebih baik Firman Allah dan Kesaksian untuk Yesus
itu apa, mengapa martir-martir itu dibunuh. Kita bisa menyimak itu sedikit
lebih baik dengan melihat beberapa contoh.
Yang
pertama, Paulus. Ada pernyataan yang rada panjang ini di Review and Herald,
8 September, 1885, di
mana Ellen White menggambarkan perjumpaan Paulus dengan para pemimpin politik
di zamannya. Saya baca, “…Ketika di
hadapan raja-raja dan petinggi-petinggi dunia yang berhak menentukan hidup-matinya, dia (Paulus) tidak takut karena dia telah menyerahkan
hidupnya kepada Allah, dan itu sudah terlindung di dalam Kristus. Dengan kesopanannya dia melembutkan hati orang-orang yang berkuasa ini,
orang-orang yang berperangai garang; walaupun dalam hati dan kehidupan mereka,
mereka itu jahat dan rusak. Dia tidak melupakan kedudukan atau pentingnya acara
tersebut. Dia sangat bersemangat demi kebenaran…” itu kan Firman Allah, benar? “…berani
dalam mengetengahkan Kristus, namun kesantunan dalam sikap,
keindahan tata krama yang tulus, menandai seluruh tindakannya. Ketika dia
mengulurkan tangannya sebagaimana kebiasaannya saat berbicara, bunyi dentingan
rantainya tidak menimbulkan rasa malu mapun rasa jengah padanya. Dia
memandang mereka sebagai tanda kehormatan dan bersukacita karena dia boleh
menderita demi Firman Allah dan Kesaksian Yesus Kristus…”
Lihat,
sekarang kita memahami sedikit lebih baik, dengan ungkapan itu. “…Dikelilingi oleh
para filsuf, raja, dan kritikus, dia adalah duta besar Allah, penuturannya
sedemikian jelas dan meyakinkan, sehingga membuat raja yang lalim itu gemetar
saat Paulus menceritakan pengalamannya…” lihat, ini kesaksiannya, “…pengalamannya,
menunjukkan apa yang telah mendatangkan perubahan dalam pandangan relijiusnya
yang membangkitkan kebencian orang Yahudi. Dia meninggikan Yesus Kristus
sebagai Penebus dunia…” ini pembuktiannya, “…kehalusan sikap seperti malaikat yang welas asih, membuat suaranya terdengar manis dan jelas,
mengulang kembali kisah salib, kasih Yesus yang tidak tertandingi…” betapa indahnya deskripsi tentang Firman Allah, dan Kesaksian Yesus
Kristus, atau Kesaksian untuk Yesus Kristus itu.
Now
we can also notice what this expression means, why the martyrs were killed, by
looking at the example of John, the Apostle John. At the bottom of page 211, we find John appearing before
the emperor Domitian who was the one who exiled him to Patmos. Let's read this
statement. It comes from Acts of the Apostles
page 569. “…John answered for himself in a clear and
convincing manner and with such simplicity and candor that his words had a
powerful effect. His hearers were astonished at his wisdom and eloquence.
However, the more convincing his testimony, the deeper was the hatred of his
opposers. The emperor Domitian was filled with rage. He could neither dispute
the reasoning of Christ's faithful advocate nor match the power that attended
his utterance of truth, yet he determined that he would silence his voice…”
So
are you catching a picture of what the martyrs were like? They were nice, but
they shared the Word clearly, directly, so that it could be understood. So what did Domitian do with John? Well Domitian
said, “If you can't kill him, exile
him.” And so Domitian first of all he tried to boil, he tried to fry would be a
better term, he tried to fry in oil the Apostle John, he was thrown into a
cauldron in burning oil, and nothing happened. It was like Sadrach, Meshach and
Abednego. So Domitian said, “Well, if I can't fry him, I'll exile him to the
island of Patmos.” And of course there is where John wrote the book of
Revelation.
Kita
juga bisa menyimak apa makna ungkapan ini, mengapa para martir dibunuh, dengan
melihat contoh Yohanes, rasul Yohanes. Di bagian bawah hal. 211, kita dapati
Yohanes tampil di hadapan kaisar Domitian, kaisar yang membuangnya ke pulau
Patmos. Mari kita baca pernyataan ini.
Ini ada di Acts of the
Apostles hal. 569. “…Yohanes memberikan
pembelaan dengan sikap yang jelas dan meyakinkan, dan dengan kesederhanaan dan
kejujuran sehingga kata-katanya mendatangkan dampak yang kuat.
Pendengar-pendengarnya terkesima oleh hikmat dan kelancaran bicaranya. Namun,
semakin meyakinkan kesaksiannya, semakin mendalam kebencian lawan-lawannya.
Kaisar Domitian dipenuhi murka. Dia tidak bisa membantah penjelasan wakil
Kristus yang setia ini maupun menandingi kuasa yang menyertai penyampaian
kebenarannya, namun begitu dia bertekad untuk membungkam suaranya…”
Jadi apakah kalian menangkap
gambaran martir-martir ini seperti apa? Sikap mereka baik, tetapi mereka
membagikan Firman dengan jelas, terus terang, supaya bisa dimengerti. Jadi apa yang dibuat Domitian terhadap
Yohanes? Nah, Domitian berkata, “Jika dia tidak bisa dibunuh, diasingkan saja.”
Maka Domitian pertama-tama mencoba merebus, menggoreng adalah kata yang lebih
tepat, dia mencoba menggoreng rasul Yohanes dalam minyak. Dia dilemparkan ke
dalam kuali besar dengan minyak mendidih, dan tidak terjadi apa-apa. Seperti
Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Maka Domitian berkata, “Nah, kalau aku tidak bisa
menggoreng dia, aku buang dia ke pulau Patmos.” Dan tentu saja di sanalah
Yohanes menulis kitab Wahyu.
Now
let's notice the Fifth Seal and the book of Revelation 5. “…The martyrs that the
Inquisition slew during the period of the Fourth Seal, cried out for justice
under the fifth…” Notice how Ellen White linked the Fourth
and Fifth Seals, this is an important statement here because we're going to see
that those who died during the Fourth Seal are going to cry out for justice
under the Fifth Seal. This is found in Great
Controversy 59 and 60, “…In the 13th century was established that
most terrible of all the engines of the papacy, the Inquisition. The prince of darkness wrought with the
leaders of the papal hierarchy. In their secret counsels…” see Satan has councils too, “…in their secret
counsels Satan and his angels controlled the minds of evil men, while unseen in
the midst…” listen carefully, “…stood an angel of God taking the fearful
record of their iniquitous decrees and writing the history of deeds too
horrible to appear to human eyes…”
Sekarang
mari kita simak Meterai Kelima dan gulungan kitab di Wahyu pasal 5. “…Para martir yang
dibantai selama periode Meterai Keempat berteriak minta keadilan di Meterai
Kelima…” Simak bagaimana Ellen White menghubungkan Meterai Keempat dan Meterai
Kelima, ini adalah pernyataan yang penting di sini karena kita akan melihat
bahwa mereka yang mati selama Meterai Keempat akan berteriak minta keadilan di
Meterai Kelima. Ini ada di Great Controversy hal. 59-60. “…Di abad ke-13
terciptalah alat yang paling mengerikan milik Kepausan: Inkuisisi. Pangeran
kegelapan bekerjasama dengan para pemimpin Kepausan. Dalam perundingan rahasia mereka…” lihat Setan juga membuat
perundingan-perundingan, “…dalam perundingan rahasia mereka, Setan dan malaikat-malaikatnya mengendalikan
pikiran orang-orang jahat, sementara di tengah-tengah mereka seorang malaikat
Allah yang tidak tampak…” dengarkan baik-baik, “…sedang membuat
catatan tentang keputusan-keputusan mereka yang jahat dan menulis sejarah
perbuatan-perbuatan yang terlalu mengerikan bagi mata manusia…”
So
what is happening as these in the Inquisition is killing the saints of God? You're
going to find in a moment that the papacy try to eradicate all those records so that
people would not remember the cruelty that they exercised in killing the
martyrs. But it's all written in
the heavenly books, and it will come out before them after the Millennium, as
we've seen. That's the unfurling of the scroll. She continues, “…Babylon the great was drunken
with the blood of the saints. The mangled forms of millions of martyrs…” now you have the Fifth Seal here, “…millions
of martyrs cried to God for…” what? “…for vengeance upon that
apostate power…” is that the crying out of the
martyrs? Yes. Which martyrs? The ones that were killed during the period of
papal dominion when the Inquisition existed.
So
now we have a clear reference to the Fourth and Fifth Seals although Ellen
White does not quote the verses.
So
you say, “Well she'd never had anything to say about seal number four and seal
number five.” She did, she just doesn't
mention the verses. See we have to be perceptive, first of all we have to read
the biblical passage several times, have it clear in our minds, and then go to
the Spirit of Prophesy to see where Ellen White uses similar terminology,
because she's probably commenting on those verses, on those particular verses.
Jadi
apa yang terjadi sementara mereka di
Inkuisisi membantai orang-orang kudus Allah? Kita akan melihat sebentar lagi
bahwa Kepausan berusaha menghapus
semua catatan itu supaya orang tidak akan ingat kekejaman yang mereka lakukan
dalam membunuh para martir. Tetapi semua itu sudah tertulis dalam catatan surgawi, dan
itu akan muncul di hadapan mereka setelah Millenium, seperti yang telah kita
pelajari. Itulah pembukaan gulungan kitab. Ellen White melanjutkan, “…Babilon yang Besar sudah mabuk dengan darah orang-orang
kudus. Tubuh-tubuh jutaan martir yang tercabik-cabik…” sekarang di sini ini Meterai Kelima, “…berseru kepada
Allah minta…” apa? “…
pembalasan atas kekuasaan yang murtad itu…” apakah ini seruan para martir? Ya. Martir yang mana? Yang terbunuh selama masa kekuasaan
Kepausan ketika ada Inkuisisi.
Jadi sekarang kita punya referensi
yang jelas untuk Meterai Keempat dan Kelima walaupun Ellen White tidak mengutip
ayat-ayatnya.
Kalian berkata, “Dia tidak pernah
berkata apa-apa tentang meterai keempat dan meterai kelima.” Dia berkata, hanya
saja dia tidak menyebut ayat-ayatnya. Lihat, kita harus perseptif, pertama kita
harus membaca ayat-ayat Alkitab itu beberapa kali, supaya tertanam jelas dalam
pikiran kita, kemudian kita ke Roh Nubuat untuk melihat di mana Ellen White
memakai terminologi yang sama, karena boleh jadi dia mengomentari ayat-ayat
itu, khusus ayat-ayat itu.
It
is noteworthy that in this statement Ellen White affirms that the angels kept a
careful record of the wrongful decisions of earthly courts against God's people.
Notice two other statements where Ellen White writes about the heavenly record-keeping,
this is where she speaks about the papacy trying to eradicate all the records
about the cruelties that they exercised towards the martyrs. “…The history of God's people during the ages of darkness
that followed upon Rome supremacy is written in heaven but they have little
place in human records. We can find few traces of their existence except in the
accusations of their persecutors. It was the policy of Rome to obliterate every
trace of dissent from her doctrines or decrees, everything heretical, whether
persons or writings she sought to destroy. Expressions of doubt or questions as
to the authority of papal dogmas were enough to forfeit the life of rich or
poor, high or low. Rome endeavored also to destroy every record of her cruelty
toward dissenters. Papal councils decreed that books and writings containing
such records should be committed to the flames. Before the invention of
printing books were very few in number and in a form not favourable for preservation,
therefore there was little to prevent the Romanists from carrying out their
purpose…” (GC 61-62) Not
only were injustices committed in human
courts, but the court records were eradicated. But God has an indelible record
in the heavenly books, and He will bring them for us when He judges and avenges
the blood of His people.
Penting
disimak, dalam pernyataannya ini Ellen White menegaskan bahwa malaikat-malaikat
membuat catatan yang teliti tentang semua keputusan-keputusan yang salah yang
diambil pengadilan duniawi terhadap umat Allah. Simak dua pernyataan lain di
mana Ellen White menulis tentang pencatatan surgawi ini, di sinilah dia
berbicara tentang Kepausan berusaha menghapus semua catatan tentang
kekejaman-kekejaman yang mereka lakukan terhadap para martir. “…Sejarah umat Allah
selama masa kegelapan yang mengikuti masa kejayaan Roma tercatat di Surga,
tetapi hanya sedikit yang ada dalam pencatatan manusia. Kita hanya bisa
meemukan sedikit sekali jejak peristiwa itu, selain dalam tuduhan-tuduhan
terhadap para penganiaya. Sudah menjadi kebijakan Roma untuk melenyapkan setiap
jejak perbedaan dari doktrin-doktrinnya atau dekrit-dekritnya, segala sesuatu
yang bertentangan dengannya, apakah itu manusia maupun tulisan, Roma berusaha
memusnahkannya. Ungkapan keraguan atau pertanyaan tentang kewenangan
dogma-dogma Kepausan sudah cukup untuk mengakibatkan lenyapnya nyawa mereka
yang kaya atau miskin, yang tinggi atau yang rendah. Roma juga berusaha
memusnahkan setiap catatan kekejamannya terhadap mereka yang tidak sependapat
dengannya. Konsili-konsili Kepausan menetapkan bahwa buku-buku dan tulisan-tulisan
yang berisikan catatan-catatan seperti itu harus dibakar. Sebelum terciptanya
mesin cetak, buku-buku hanya sedikit jumahnya dan dalam bentuk yang sulit
bertahan lama, karena itu hanya sedikit sekali yang bisa mencegah Roma
melakukan tujuan mereka…” (GC 61-62).
Bukan saja ketidakadilan terjadi
dalam pengadilan duniawi, tetapi catatan pengadilan pun dihapus. Namun Allah
memiliki catatan yang tidak bisa dihapus di catatan surgawi, dan Dia akan
menunjukkannya kepada kita ketika Dia menghakimi dan membalaskan darah umatNya.
The
second statement Great Controversy page 77,
“When Rome at one time determined to exterminate
the hated sect…” that's the Waldensens, “…a
bull…” that's a papal letter, “…was issued by the Pope condemning
them as heretics and delivering them to slaughter. They were not accused as
idlers, or dishonest, or disorderly, but it was declared that they had an
appearance of piety and sanctity that seduced the sheep of the true fold.
Therefore the pope ordered that that malicious and abominable sect of
malignants ~ if they refuse to abjure ~ to be crushed like venomous snakes…” and that's a quote from the historian Wylie. “…Did this haughty potentate
expect to meet those words again?...” now did that Pope realize that he's going to
meet those words again? “…Did he know that they were
registered in the books of heaven to confront him at the judgement?...”
Pernyataan kedua dari Great
Controversy hal. 77.
“…Ketika pada suatu kali Roma bertekad
melenyapkan sekte yang dibencinya itu…” yaitu golongan Waldensen, “…suatu
surat keputusan…” itu surat Kepausan “…dikeluarkan oleh Paus untuk menghukum mereka sebagai
bidat, dan menyerahkan mereka untuk dibantai. Mereka tidak dituduh sebagai gelandangan, atau penipu, atau pengacau, tetapi dinyatakan bahwa mereka
memiliki penampilan yang saleh dan kudus yang menyesatkan domba-domba dari
kandang yang benar. Oleh karena itu Paus
memerintahkan agar sekte ganas yang jahat dan keji itu ~ jika mereka menolak
untuk meninggalkan imannya ~ ditumpas
seperti ular-ular berbisa…” dan ini adalah kutipan dari
sejarahwan Wylie. “…Apakah penguasa angkuh ini mengira dia
akan bertemu dengan kata-kata itu lagi?…” nah, apakah Paus itu sadar dia akan bertemu dengan kata-kata itu lagi? “…Apakah dia tahu bahwa kata-kata itu telah
tercatat dalam catatan surgawi untuk mengkonfrontasinya pada saat penghakiman?”
So
what is the cry of the martyrs? “How
long until You judge and avenge us?” God says, “Rest, because some day…” by the way “judge”
and “avenge” are not the same thing.
Judge takes place before Second Coming, the avenging takes place at the Second Coming. First of all the records
have to be examined in heaven, and then a sentence is reversed, a sentence in
favor of the saints and against the Little Horn. And then when Jesus comes He
will avenge His people, but we'll come to that later.
Jadi
yang diserukan para martir itu apa? “Sampai berapa lama Engkau menghakimi dan
membalaskan kami?” Allah berkata, “Istirahatlah, karena suatu hari…” nah,
ketahuilah, “menghakimi” dan “membalaskan” itu bukan hal yang sama.
Menghakimi
terjadi sebelum Kedatangan Kedua, pembalasan terjadi saat Kedatangan Kedua. Pertama semua catatan harus lebih dulu
diperiksa di Surga, kemudian vonisnya harus dibalik, vonis yang memenangkan
orang-orang kudus dan yang menyalahkan Tanduk Kecil. Lalu ketika Yesus datang,
Dia akan membalaskan umatNya, itu akan kita bahas nanti.
The
question is when will these church leaders have to face the records that the angels
wrote during the period of papal supremacy? The answer is in this following
statement. When is it that those who martyred God's people are going to have to
face the records of what they did? It's going to be when the scroll in the
right hand of the Father sitting on the throne is unfurled after the Millennium
before them.
Notice
this very interesting statement. “…There…” that is outside the New Jerusalem after the Millennium, “…are
papist priests and prelates who claim to be Christ's ambassadors yet employed
the rack, the dungeon, and the stake, to control the consciousness of the
people. There are the proud pontiffs who
exalted themselves above God and presumed to change the law of the Most High.
Those pretended fathers of the church have an account to render to God from
which they would fain be excused. Too
late they are made to see that the Omniscient One is jealous of His law, and that
He will in no wise clear the guilty. They learn now that Christ identifies His
interests with that of His suffering people, and they feel the force of His own
words, ‘In as much as ye have done it unto one of the
least of these My brethren, ye have done it unto Me.’…” (GC 668). The angels wrote in the books of heaven all the iniquitous acts
of the papal system performed against God's people during the dark ages.
Pertanyaannya
ialah, kapan para pemimpin gereja ini harus menghadapi catatan yang dibuat para
malaikat selama periode kejayaan Kepausan? Jawabannya ada pada pernyataan yang
berikut. Kapankah mereka yang membunuh umat Allah harus berhadapan dengan catataan
perbuatan mereka? Itu akan terjadi ketika gulungan kitab yang di tangan kanan
Bapa yang duduk di atas takhta, dibuka setelah Millenium di hadapan mereka.
Simak
pernyataan yang sangat menarik ini. “…Ada…” ini di luar Yerusalem
Baru setelah Millenium, “…imam-imam dan
petinggi-petinggi Kepausan yang mengklaim sebagai duta Kristus namun
menggunakan papan penyiksa, penjara bawah tanah, tiang pembakaran untuk
mengendalikan manusia. Ada paus-paus yang angkuh yang meninggikan diri di atas
Allah dan dengan berani mengubah Hukum Yang Mahatinggi. Bapak-bapak gereja yang
palsu itu harus bertanggungjawab kepada Allah dari mana mereka tidak ada
harapan untuk lolos. Terlambat, mereka terpaksa melihat bahwa Yang Mahatahu itu cemburu
dengan HukumNya, dan bahwa Dia sama sekali tidak akan membebaskan yang
bersalah. Mereka sekarang sadar bahwa Kristus mengidentifikasi kepentinganNya
dengan kepentingan umatNya yang menderita, dan mereka merasakan akibat
perkataanNya, ‘…seberapa
banyak yang telah kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling
hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.’ …” (GC 668)
Para malaikat menulis di
kitab-kitab surgawi semua tindakan jahat sistem Kepausan yang telah mereka
perbuat terhadap umat Allah selama Masa Kegelapan.
One
day soon the Lion of the tribe of Judah will open the records before the
universe and God will judge and avenge the blood of those who died unjustly. That is to say God will rectify the erroneous
verdicts of earthly courts against God's people. The divine Supreme Court of the universe will
overturn the decisions of the lower human courts on earth. The wicked priests, prelates, and popes will see the sealed book opened and
they will remember everything they did to God's people. They will then confess before the universe
that they were wrong and that God's people were right. “Just and true are Your
ways, O Lord.” Daniel 7 vividly
describes the judgment where the verdicts of human courts will be overturned
Daniel 7:21, 25 describes the papal Little Horn that persecuted the saints of the Most High
for a time, times, and the dividing of time. During this period the papacy
mowed down God's people without mercy, the righteous died, and the wicked
lived. The human Court of the Inquisition found God's people guilty and
executed them. This was during the period of the Fourth Horse. The unjust
verdicts of human courts had to be rectified and the proper verdict given. This
is the reason why the martyrs whom the papacy condemned and slew cried out to
God for Him to judge and avenge them.
Are you catching the picture here?
Suatu
hari Singa dari suku Yehuda akan membuka catatan itu di hadapan seluruh alam
semesta dan Allah akan menghakimi dan membalaskan darah mereka yang mati secara
tidak adil. Maksudnya Allah akan mengoreksi vonis
yang salah dari pengadilan dunia atas umat Allah. Pengadilan Tinggi Ilahi di
alam semesta akan membalikkan keputusan-keputusan pengadilan manusia yang lebih
rendah di dunia. Imam-imam yang jahat, petinggi-petinggi gereja, paus-paus,
akan melihat kitab yang termeterai itu dibuka dan mereka akan mengingat segala
perbuatan mereka pada umat Allah. Saat itu mereka akan mengakui di hadapan alam
semesta bahwa mereka salah, dan umat Allah yang benar. “Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Tuhan” (Wah. 15:3) Daniel 7 melukiskan adegan penghakiman
dengan sangat hidup, di mana vonis pengadilan manusia akan dibalikkan. Daniel
7:21, 25, menggambarkan Tanduk Kecil Kepausan yang mempersekusi orang-orang
kudus Yang Mahatinggi selama satu masa, dua masa, dan setengah masa. Selama
periode ini Kepausan memberondong habis umat Allah tanpa belas kasihan,
orang-orang benar mati, orang-orang jahat hidup. Pengadilan manusia zaman
Inkuisisi memvonis umat Allah bersalah dan membunuh mereka. Ini terjadi selama
periode Kuda Keempat. Vonis-vonis yang tidak adil yang dibuat pengadilan
manusia harus dikoreksi dan vonis yang benar diberikan. Inilah alasannya
mengapa para martir yang dihukum dan dibunuh oleh Kepausan, berteriak kepada
Allah, supaya Allah menghakimi dan membalaskan mereka. Apakah kalian menangkap
gambarnya di sini?
So
in other words there is a flow here to the seals, a sequence. They're not independent
one from the other. Ellen White once
again in Christ’s Object Lessons page 179 and
180 wrote this, “…Millions have gone down to the
grave loaded with infamy because they refused to yield to the deceptive claims
of Satan. By human tried tribunals, the children of God have been adjudged the
vilest criminals…” so who has judged God's people as
vile criminals? Human tribunals. She
continues, “…But the day is near when God is judge Himself, then the
decisions of earth shall be…” what? “…reversed. The rebuke of His people shall be taken away.
White robes will be given to every one of them…”
she's actually discussing once again the Fifth Seal.
Jadi
dengan kata lain, ada semacam alur di sini ke meterai-meterai, suatu
urut-urutan. Mereka bukan insiden yang terlepas satu dari yang lain. Ellen
White sekali lagi menulis ini di Christ’s
Object Lessons hal. 179-180, “…Berjuta-juta orang sudah berakhir dalam kubur tertimbun di bawah tuduhan-tuduhan buruk karena mereka menolak
menyerah kepada tuntutan-tuntutan yang menipu dari Setan. Oleh pengadilan
manusia, anak-anak Allah telah diputuskan sebagai kriminal yang paling keji…” jadi siapa yang telah menghakimi umat Allah sebagai kriminal yang keji?
Pengadilan manusia. Ellen White melanjutkan, “…Tetapi harinya
sudah dekat ketika Allah menjadi Hakim Sendiri, maka keputusan-keputusan dunia
akan…” diapakan? “…dibalik. Penghinaan kepada umatNya akan
disingkirkan. Jubah putih akan diberikan kepada setiap orang dari mereka…” Ellen White sekali lagi berbicara tentang Meterai Kelima.
The purpose of the
heavenly judgment in Daniel 7 is to vindicate the cases of those whom the Little
Horn unjustly condemned and slew during the 1260 years. Thus Daniel 7:26-27 ~ are you understanding it a little bit
better Daniel 7 now? ~ What is the
purpose of the judgment in Daniel 7? Is that only condemning the Little Horn? No!
The works of the Little Horn are brought to view but with the purpose of
showing that God's people were right, to change the verdict that was given in
the human court. So in other words, the
purpose is to vindicate the saints of the Most High. The saints are mainly in
view not the Little Horn. Only that the Little Horn persecuted God's people.
Are you following me or not?
Tujuan penghakiman di Surga di Daniel
pasal 7 ialah membalaskan kasus-kasus mereka yang telah dihukum dan dibunuh
oleh Tanduk Kecil secara tidak adil, selama 1260 tahun. Dengan demikian Daniel 7:26-27 ~ apakah
kalian bisa memahami Daniel 7 sedikit lebih baik sekarang? ~ Apa tujuan penghakiman di Daniel 7?
Apakah itu hanya menghukum Tanduk Kecil? Tidak! Perbuatan Tanduk Kecil
diketengahkan dengan tujuan menunjukkan bahwa umat Allah itu benar, untuk
mengubah vonis yang telah diberikan oleh pengadilan manusia. Jadi dengan kata
lain, tujuannya ialah membalaskan orang-orang kudus Yang Mahatinggi.
Orang-orang kudus yang diketengahkan, bukan Tanduk Kecil. Hanya bahwa Tanduk
Kecil itu mempersekusi umat Allah. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?
And by the way people like
Desmond Ford said Daniel 7 only deals with the judgment of the Little Horn and
the saints who lived during the 1260 years. No. What simply happening is that the central
focus of Daniel 7 is the judgment of those whom the Little Horn persecuted.
That doesn't mean that God isn't going
to judge everybody else in that judgment as well. It's kind of like an analogous case to this
is Revelation 20:4, very interesting verse where it says that those who were
beheaded because they didn't worship the Beast or his image, they will reign
and they will judge the wicked during the thousand years. So let me ask you, are they the only ones
that are going to participate in judging the wicked? No. That's just the focus
of the verse. It doesn't mean that there's not a broader application. Are you
following me or not?
Dan
ketahuilah orang-orang seperti Desmond Ford berkata Daniel 7 hanya berurusan
dengan penghakiman Tanduk Kecil dan orang-orang kudus yang hidup selama 1260
tahun. Tidak. Yang terjadi ialah, fokus
inti Daniel 7 adalah penghakiman mereka yang dipersekusi Tanduk Kecil.
Itu tidak berarti Allah tidak akan menghakimi orang-orang lain dalam
penghakiman tersebut. Itu seperti kasus analog demikian di Wahyu 20:4, ayat
yang sangat menarik di mana dikatakan mereka yang dipenggal kepalanya karena
tidak menyembah Binatang itu atau patungnya, mereka akan memerintah (bersama
Kristus) dan akan menghakimi orang-orang jahat selama masa 1000 tahun. Jadi
saya mau tanya, apakah hanya mereka satu-satunya yang akan ambil bagian dalam
menghakimi orang-orang jahat? Tidak. Hanya saja, ayat tersebut fokusnya itu.
Tidak berarti bahwa tidak ada aplikasi yang lebih luas. Apakah kalian paham
atau tidak?
You
know if some people take for example Exodus chapter 31 where God is speaking
about the Sabbath, verses 16 and 17, God says, “It is a sign between Me
and Israel”, so “See, it's only for Israel.” It doesn't say
only
for Israel. God says, “It is a sign between Me and Israel” because Israel was His people at that moment, doesn't mean it's
not a sign for everybody else. Doesn't
say it's exclusively for Israel. In fact the New Testament shows that it's also
for the church. Paul and Peter and the Apostles observed the Sabbath. So
just because this particular passage in Daniel 7 is dealing with the
persecutions of the Little Horn against God's people during the 1260 years,
does not mean that it applies exclusively to that group. Are you with me?
Kalian
tahu kalau orang mengambil contoh Keluaran 31 di mana Allah berbicara tentang
Sabat, ayat 16 dan 17, dan Allah berkata, “Itulah tanda antara Aku dan orang Israel”, lalu orang berkata, “Lihat itu hanya untuk
Israel.” Tidak, ini tidak berkata hanya
untuk Israel. Allah berkata “Itulah tanda antara Aku dan orang Israel” karena pada
waktu itu Israel adalah umat Allah.
Jadi tidak berarti itu tidak berlaku
buat semua orang lain, tidak dikatakan bahwa itu ekslusif hanya berlaku untuk
orang Israel. Sesungguhnya Perjanjian Baru justru menunjukkan
bahwa itu juga berlaku bagi gereja. Paulus dan Petrus dan para rasul memelihara
Sabat. Jadi, hanya karena ayat satu di Daniel 7 ini berbicara tentang persekusi
Tanduk Kecil terhadap umat Allah selama 1260
tahun, tidak berarti itu secara eksklusif hanya berlaku bagi kelompok
tersebut. Apakah kalian bisa mengikuti?
Now,
let's go back here to our notes, and we're reading Daniel 7:26 and 27, “…but the courts shall be
seated and they shall take away his dominion…”
this happens in the judgment, this is the judge part, “…to consume and destroy
it forever. Then the kingdom and dominion and the greatness of the kingdoms
under the whole heaven shall be given to the people, the saints of the Most High. His
kingdom is an everlasting Kingdom and all dominions shall serve and obey Him…” Do you see what's
happening here? From whom is dominion taken away? From the persecutor, from the
Little Horn. To whom is it given? To the saints of the Most High, and to Jesus.
So Daniel chapter 7 is saying that God is going to rectify what happened on
earth in earthly tribunals.
Sekarang mari kita kembali ke catatan
kita, dan kita sedang membaca Daniel 7:26-27, “26 Tetapi Majelis Pengadilan akan duduk, dan mereka akan mencabut kekuasaan darinya…” ini
terjadi dalam penghakiman, ini bagian penghakimannya, “…untuk dimusnahkan dan dihancurkan selama-lamanya.
27 Lalu kerajaan dan kekuasaan
dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan
kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi. KerajaanNya
adalah kerajaan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan mematuhi Dia. …” apakah kalian melihat apa yang terjadi
di sini? Dari siapa kekuasaan itu diambil? Dari si penganiaya, dari Tanduk
Kecil. Kepada siapa kekuasaan itu diberikan? Kepada orang-orang kudus Yang
Mahatinggi dan kepada Yesus. Jadi Daniel pasal 7 berkata bahwa Allah akan
mengoreksi apa yang terjadi di dunia, di pengadilan-pengadilan dunia.
Now
let's continue. The book of Revelation 5:1-2 contains the indelible record of
the deeds that the angels recorded during the period of papal supremacy. After
the Millennium Jesus the Lion of the tribe of Judah will open this book, and
the wicked oppressors of God's people will remember their evil deeds toward the
righteous. This book not only contains
the baleful record of the papal history although that's the point of
focus in the Fifth Seal ~ do you understand the Fifth Seal has a specific
focus? ~ but it can also have a broader case. You know, why aren't all of the
other cases brought into view, that all of the rest are also going to be
judged? For the simple reason that that's not the focus at the moment. The
focus is the 1260 years, the history of the Christian Church. Are you with me
or not?
Sekarang
mari kita lanjut. Kitab Wahyu 5:1-2 berisikan catatan perbuatan-perbuatan yang
tidak bisa dihapus, yang ditulis para malaikat selama periode kejayaan
Kepausan. Setelah Millenium, Yesus, Singa dari suku Yehuda akan membuka kitab
ini, dan para penindas kejam umat Allah akan ingat perbuatan-perbuatan jahat
mereka terhadap orang-orang benar. Kitab ini tidak saja berisikan catatan yang
mengancam selama sejarah Kepausan walaupun itulah fokusnya di Meterai Kelima ~
apakah kalian paham bahwa Meterai Kelima punya fokus spesifik? ~ tetapi juga
tentang kasus yang lebih luas. Nah, mengapa tidak semua kasusnya ditampilkan,
sehingga semua yang lainnya juga dihakimi? Karena alasan yang sederhana, itu bukanlah
fokusnya pada saat itu. Fokusnya waktu itu ialah tentang 1260 tahun, sejarah
gereja Kristen. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?
So
the book not only contains the baleful record of the papal history it contains
the entire history of the human race, including the acts of the religious leaders
against Jesus, when the Jewish leadership chose Barabbas over Jesus, Ellen
White tells us and I already read this statement, “…The
Jewish leaders made their choice, their decision was registered in the book
which John saw in the hand of Him that sat upon the throne, the book that no
man could open…” and now notice this. Are only the popes going to see that their judgment
was reversed after the Millennium? Are the popes the only ones? No. Is Cain
going to see it, what he did to Abel? Absolutely. Are the religious leaders of
Christ’s day going to see what they did to Jesus? See the focus ~ I want us to understand this
~ the focus of Revelation chapter 6 is upon a particular period but it does not
exclude the fact that everyone after the Millennium from all ages is
going to see the reversal of wrong judgments that were done in the earthly
courts.
So
it says, “…Thus the Jewish leaders made their choice, their decision was registered in
the book which John saw in the hand of Him that sat upon the throne, the book
that no man could open. In all its vindictiveness this decision will appear
before them in the day when this book is unsealed by the Lion of the tribe of
Judah…”(COL 294.1),
and when is that? After the Millennium, folks, that's when the panoramic
view is going to be seen above the Holy City. The decision will appear before
the Jewish leaders after the Millennium when they are outside the Holy City.
Jadi
gulungan kitab itu tidak saja berisikan catatan yang mengancam sepanjang
sejarah Kepausan, tapi juga seluruh sejarah manusia, termasuk tindakan-tindakan
para pemimpin rohani terhadap Yesus ketika pemimpin-pemimpin Yahudi memilih
Barabbas di atas Yesus. Ellen White mengatakan kepada kita, dan saya sudah
membacakan pernyataan ini, “…para pemimpin
Yahudi membuat pilihan mereka, keputusan mereka tercatat dalam kitab yang
dilihat Yohanes di tangan Dia yang duduk di atas takhta, kitab yang tidak bisa
dibuka oleh manusia siapa pun…” dan sekarang simak ini. Apakah
hanya para paus yang akan melihat
penghakiman yang dibalik setelah Millenium? Apakah para paus saja?
Tidak. Apa Kain akan melihat apa yang dilakukannya terhadap Habel? Tentu saja.
Apakah para pemimpin rohani di zaman Kristus akan melihat apa yang mereka
lakukan pada Yesus? Lihat, fokusnya ~ saya mau kita semua memahami ini ~ fokus Wahyu 6 adalah pada satu periode
tertentu, tetapi itu tidak menutup faktanya bahwa semua orang dari segala zaman setelah Millenium akan
melihat pembalikan keputusan-keputusan yang salah yang dibuat oleh pengadilan
duniawi. Maka dikatakan, “…Dengan demikian para pemimpin bangsa Yahudi membuat
pilihan mereka. Keputusan mereka tercatat di dalam kitab yang dilihat Yohanes
berada di tangan Dia yang duduk di atas takhta, kitab yang tidak bisa dibuka
oleh manusia siapa pun. Dengan segala bobot pembalasannya, keputusan ini akan
muncul di hadapan mereka pada hari ketika kitab ini dibuka meterainya oleh
Singa dari suku Yehuda…” (COL 294.1) Dan kapan ini terjadi? Setelah
Millenium, Saudara-saudara, saat itu layar panoramik ini akan terlihat di atas Kota
Suci. Keputusan itu akan tampil di hadapan para pemimpin Yahudi setelah
Millenium ketika mereka berada di luar Kota Suci.
Notice
Great Controversy page 667, this is
speaking about the panoramic view, that's the unfurling of the scroll,
folks, not in high definition but
ultra-high definition. What kind of technology must God have to have recorded
without missing a single detail the whole history of the human race? And we
think we're so great because we're able to store lots of information in a
computer. What kind of technology is necessary to have recorded I mean in
infinite detail every thing that has ever happened the entire life of every
person who's ever lived on planet Earth. We don't know that kind of technology.
We just kind of have done a little itsy-bitsy copying of the technology that
God has.
Here
it is, they're speaking about Christ,
“…The awful spectacle appears just as it was. Satan, his angels and his
subjects have no power to turn from the picture of their own work. Each actor
recalls the part that he performed. Herod, who slew the innocent children of
Bethlehem that he might destroy the King of Israel. The base Herodias upon
whose guilty soul rests the blood of John the Baptist. The weak and time-serving Pilate. The mocking
soldiers. The priests and rulers. And
the madden throng who cried, ‘His blood be on us and on our children!’ All
behold the enormity of their guilt. They vainly seek to hide from the divine majesty of His
countenance, outshining the glory of the sun, while the redeemed cast their
crowns at the Savior's feet, exclaiming, ‘He died for me!’…”
Simak Great
Controversy hal. 667, ini berbicara tentang layar panoramik, yaitu dibukanya gulungan kitab
itu, Saudara-saudara, bukan hanya dengan HD (HiDef) tetapi dengan UHD (Ultra HiDef). Teknologi macam apa yang dimiliki Allah bisa merekam seluruh sejarah
bangsa manusia tanpa kelewatan satu detail pun? Dan kita merasa sudah begitu
hebat karena kita bisa menyimpan banyak informasi dalam komputer. Teknologi
macam apa yang dibutuhkan untuk bisa merekam dalam detail yang tidak terbatas
segala sesuatu yang pernah terjadi dalam seluruh kehidupan setiap manusia yang
pernah hidup di planet Bumi. Kita ini hanya mengcopy secuil teknologi yang
dimiliki Allah.
Ini dia, mereka berbicara tentang
Kristus, “…“…Pemandangan yang mengerikan itu
tampil persis sebagaimana adanya. Setan dan malaikat-malaikatnya dan
pengikut-pengikutnya tidak berkuasa berpaling dari gambar perbuatan mereka
sendiri. Setiap aktor ingat peran yang dimainkannya. Herodes yang membunuh
balita-balita Betlehem yang tidak berdosa supaya dia bisa membinasakan Raja
Israel; Herodias yang amoral yang di atas dirinya tertanggung darah Yohanes
Pembaptis; Pilatus yang lemah dan mencari selamat sendiri; tentara-tentara yang
mencemooh; para imam dan pemimpin dan massa yang menggila, yang berteriak,
‘DarahNya tertanggung ke atas kami
dan anak-anak kami!’, semua melihat besarnya kesalahan mereka sendiri. Secara
sia-sia mereka berusaha untuk bersembunyi dari keagungan ilahi yang wajahNya
bersinar melebihi kecemerlangan matahari, sementara orang-orang tebusan
meletakkan mahkota mereka di kaki Sang Juruselamat, sambil berseru, ‘Dia mati
bagiku!’ …”
Aren't
the seals spectacular? And when you really understand all of the implications
of the seals, it's magnificent. No human mind could have devised this. No human
mind could have written down the seals. And then when you compare history, it
fits perfectly with what you find in the description of the seals in Revelation
chapter 6. It's too intricate for any human being to have created this.
Tidakkah
meterai-meterai ini luar biasa? Dan bila kita benar-benar mengerti semua
implikasi meterai-meterai itu, itu sangat mengagumkan. Tidak ada pikiran
manusia yang bisa menciptakan ini. Tidak ada pikiran manusia yang bisa menulis
tentang meterai-meterai itu. Kemudian bila kita bandingkan dengan sejarah, dia
klop secara sempurna dengan apa yang kita lihat dengan deskripsi
meterai-meterai di Wahyu pasal 6. Itu terlalu rumit bagi manusia siapa pun
untuk bisa menciptakan ini.
Now, there's one point
that we want to cover before we bring this first session on the Fifth Seal to a
close, and that is that the Fifth Seal has two stages: a past stage and a
future stage.
The
Fifth Seal makes it clear that the crying out of the martyrs has two distinct historical
stages:
·
the martyrs of the
past ~ that is those that the papacy
killed during the Fourth Seal,
· and the martyrs of the future ~ those whom the papacy will kill
when it resurrects from its deadly wound.
And we're going to notice
in our study that the Sixth Seal also has two stages.
Nah ada
satu poin yang perlu kita bahas sebelum kita akhiri sesi pertama tentang
Meterai Kelima ini, dan itu ialah Meterai
Kelima punya dua tahap: tahap lampau dan tahap akan datang.
Meterai
Kelima membuatnya jelas bahwa seruan para martir mempunyai dua tahap sejarah
yang berbeda:
·
Martir
masa lampau – yaitu yang dibunuh Kepausan selama masa Meterai Keempat,
· Dan martir masa depan ~ yaitu mereka
yang akan dibunuh Kepausan ketika dia bangkit dari lukanya yang mematikan.
Dan kita
akan melihat dalam pelajaran kita nanti bahwa Meterai Keenam juga ada dua tahap.
The
Fifth Seal says, “Until when are You going to judge and avenge our blood?” Well,
the martyrs are told, “Hang on, rest for
a while, until the future martyrs are killed, and then I will avenge.”
Let's
notice two translations of Revelation 6:11 that help us understand these two
stages. You know in the New King James also you kind of get the idea that there
are two stages but these two versions that I've included here make it even
clearer.
The
first is Revelation 6:11 in the New Century Version. “Then each one of them…” that is of the martyrs who were slain during the first
period, “…was given a white
robe…” and by the way that's the judgment in heaven, they're judged in
heaven, they're given a white robe, “…and was told to…” what? “…to wait a short time
longer. There were still …” listen carefully, “…there were still some
of their fellow servants and brothers and sisters in the service of Christ who
must be killed as they were. They had to wait until all this was finished…” Isn’t that a nice
translation? Makes it super crystal clear.
And
then the Contemporary English Version, obviously these are paraphrases, but whenever I use a paraphrase it's because
it squares with what actually is said in more reputable translations, so
there's nothing wrong with using paraphrases as long as the paraphrases don't
go beyond what the text is actually saying. So Revelation 6:11 in the
Contemporary English Version says, “…Then each of those who had been killed…” that's past tense, “…was given a white robe and told to rest for
a little while. They had to wait until the complete number of the Lord's other
servants and followers would be killed…”
Meterai
Kelima berkata, “Sampai kapan Engkau akan
menghakimi dan membalaskan darah kami?” Nah, para martir itu diberitahu,
“Sabar, istirahatlah sejenak, hingga para martir yang akan datang, dibunuh, kemudian Aku akan membalas.”
Mari
kita simak dua terjemahan Wahyu 6:11 yang menolong kita memahami kedua tahap
ini. Dari NKJV kita juga mendapat ide bahwa ada dua tahap, tetapi kedua versi
yang saya masukkan di sini membuatnya semakin jelas.
Yang
pertama ialah Wahyu 6:11 menurut New Century Version (NCV), “…Lalu kepada masing-masing
dari mereka…” maksudnya
kepada para martir yang dibunuh selama periode pertama, “…diberikan sebuah jubah putih…”
dan ketahuilah itulah penghakiman di Surga, mereka dihakimi
di Surga dan mereka diberi jubah putih, “…dan diberitahu supaya…” apa? “…supaya menunggu sebentar lagi. Masih
ada…” dengarkan baik-baik, “…masih ada beberapa dari
rekan mereka sesama pelayan, dan saudara-saudara laki-laki dan saudara-saudara
perempuan dalam pelayanan Kristus yang harus dibunuh seperti mereka. Mereka
harus menunggu hingga semua ini selesai…”
Bukankah ini terjemahan yang baik? Ini super jelas sekali.
Kemudian
dari Contemporary English Version (CEV), yang pasti ini terjemahan bebas,
tetapi bila saya memakai terjemahan bebas itu karena terjemahannya sesuai
dengan apa yang dikatakan dalam terjemahan-terjemahan
yang lebih terkenal, jadi tidak ada masalah memakai terjemahan bebas asalkan
terjemahan itu tidak melenceng dari apa yang dikatakan teks itu. “…Lalu setiap mereka yang telah dibunuh…” ini sudah lewat, “…diberi sebuah jubah dan
diberitahu agar beristirahat sejenak lamanya. Mereka harus menunggu hingga
lengkap jumlah pelayan-pelayan dan pengikut-pengikut Tuhan yang lainnya, yang
akan dibunuh…”
So
is there going to be a future group of martyrs? Yes. And who's going to be
behind the martyrdom of those people? The same system that did it the first
time, because Revelation 13 says that that system received a deadly wound, and
at a certain period it was out of action, it was out of commission, it was
convalescing, if you please. But it says in Revelation 13:3 that its deadly
wound will be healed, and the entire world will wonder after that system,
except for a small remnant, and that small remnant in spite of the fact that
there will be a death decree against those who don't worship the Beast and
receive his mark, they will remain faithful to God, and many of them during the
little time of trouble are going to be killed.
Jadi
apakah di masa depan akan ada sekelompok
martir yang lain? Ya. Dan siapa yang ada di balik kematian orang-orang itu?
Sistem yang sama yang melakukannya pertama kali, karena Wahyu 13 berkata bahwa
sistem itu menerima luka yang mematikan, dan selama waktu yang tertentu dia
tidak beraksi, dia tidak berfungsi, katakanlah dia dalam pemulihan. Tetapi di Wahyu 13:3 dikatakan
bahwa lukanya yang mematikan akan disembuhkan, dan seluruh dunia akan kagum
pada sistem itu, kecuali sejumlah kecil umat yang sisa. Dan umat yang sisa yang
sedikit itu ~ walaupun nanti akan ada perintah untuk membunuh mereka yang tidak
mau menyembah Binatang itu dan menerima tandanya ~ mereka tetap setia kepada
Allah, dan banyak dari mereka saat masa kesusahan kecil akan terbunuh.
So
there are going to be martyrs, not after probation closes. After probation closes there's not
going to be any martyrs because what is the purpose, why God allows a
person to to die? It's a witness. We’ve
already noticed this, a witness. Would the death of God's people after the
close of probation be a witness? No because all of the lost are lost. There's no
possibility of anybody being saved by their witness, so what would be the purpose?
There would be no purpose. That's why Ellen White states that after the close
of probation there will be no martyrs.
Jadi,
nanti akan ada martir, bukan setelah berakhirnya masa kemurahan Allah. Setelah berakhir masa kemurahan
Allah (pintu kasihan ditutup), tidak akan ada martir lagi karena
untuk apa? Mengapa Allah mengizinkan seorang martir mati? Sebagai kesaksian.
Kita sudah menyimak ini, sebagai kesaksian. Apakah kematian umat Allah setelah
berakhirnya masa kemurahan Allah, suatu kesaksian? Tidak, karena semua yang
tidak selamat, sudah tidak selamat. Tidak ada kemungkinan bagi siapa pun untuk
diselamatkan oleh kesaksian mereka, jadi untuk apa? Tidak ada gunanya. Itulah
sebabnya Ellen White menyatakan bahwa setelah berakhirnya masa kemurahan Allah
(setelah pintu kasihan tutup), tidak akan ada martir lagi.
If
you want to study an interesting story about what the time of trouble is going
to be like, and what God's people are going to go through, read the book of
Job, that’s the best illustration in the whole Bible about what’s going to
happen to God’s people. God’s people are going to lose everything, like
Job lost everything. He lost the support of his friends, lost the
support of his wife, lost his health, lost all his possessions, lost his
children, and for a long time he felt like he had lost God too. He cries out,
“Why have You forsaken me? Why don’t You answer me?” But at the very end God vindicated Job and God gave Job twice as much
as what he had before his great trial. The book of
Job is a description of God's people as they will live during the time of
trouble. And so we need to have
~ like it says in James 5 ~ we need to have the patience of Job, the
perseverance of Job, we need to have a strong unbreakable relationship with
Jesus Christ because if we are alive during that little time of trouble we will
have to give witness at the risk of losing our own lives for the sake of Christ
and for the sake of the gospel.
Jika
kalian mau mempelajari kisah yang menarik seperti apa masa kesusahan itu nanti,
dan apa yang harus dijalani umat Allah, bacalah kitab Ayub, itu ilustrasi yang paling bagus di
seluruh Alkitab tentang apa yang akan terjadi kepada umat Allah. Umat Allah akan kehilangan
segalanya, seperti Ayub kehilangan segalanya. Ayub kehilangan
dukungan sahabat-sahabatnya, kehilangan dukungan istrinya, kehilangan
kesehatannya, kehilangan semua miliknya, kehilangan anak-anaknya, dan untuk
masa yang lama dia merasa sepertinya dia juga sudah kehilangan Allah. Dia
berseru, “Mengapa Engkau meninggalkan aku? Mengapa Engkau tidak menjawabku?”
Tetapi akhirnya Allah membalaskan Ayub dan Allah memberi Ayub dua kali lebih
banyak dari apa yang dimilikinya sebelum pencobaannya yang berat itu. Kitab
Ayub adalah deskripsi umat Allah ketika mereka harus
hidup selama masa kesusahan itu.
Maka kita perlu memilki ~ seperti kata Yakobus 5 ~ kita perlu memilki kesabaran
Ayub, keuletan Ayub, kita perlu memiliki hubungan yang kuat dan tidak terpatahkan dengan Yesus
Kristus, karena jika kita masih hidup di masa kesusahan kecil itu, kita harus
memberikan kesaksian di bawah ancaman kehilangan nyawa kita sendiri demi
Kristus dan demi Injil.
23 08 20