Monday, July 12, 2021

EPISODE 10/24 THE HEBREW RELIGIOUS CALENDAR ~ THREE DAYS THREE NIGHTS & THE PENTECOST ~ STEPHEN BOHR

 

_____THE HEBREW RELIGIOUS CALENDAR_____

Part 10/24 - Stephen Bohr

THREE DAYS THREE NIGHTS & THE PENTECOST

https://www.youtube.com/watch?v=G9WohBIw8oY&t=2s

 

Dibuka dengan doa

 

 

Welcome back! Have you been enjoying our study together? Isn't it amazing the way God choreographed everything long before it occurred? You know it proves to Me that the Scriptures were certainly inspired by the Holy Spirit? No human mind could have devised something like we've been studying here.

 

Selamat datang kembali! Apakah kalian menikmati pelajaran kita bersama? Bukankah mengagumkan cara Allah mengkoreografikan segalanya lama sebelum itu terjadi? Kalian tahu, bagi saya itu membuktikan bahwa Kitab Suci benar-benar diilhami oleh Roh Kudus. Tidak ada pikiran manusia yang bisa mengarang sesuatu seperti yang sedang kita pelajari di sini.

 

 

We want to continue our study on page 85,  I believe that we were dealing with verse 4, were talking about the psalm that is found in Jonah chapter 2, and we've noticed that the Three Days and Three Nights that Jonah spends in the belly of the fish are not referring to a period that he's dead, because much of what's happening in the belly of the fish he's alive and well, isn't he? He's crying out. So would part of the experience of Jesus include while He was alive and not only when He was buried? Absolutely!

 

Kita akan melanjutkan pelajaran kita di hal. 85, kalau tidak salah kita sedang membahas ayat 4, kita sedang berbicara tentang puisi yang terdapat di Junus pasal 2, dan kita sudah melihat bahwa Tiga Hari dan Tiga Malam yang dilewatkan Yunus di dalam perut ikan itu tidak merujuk ke suatu periode saat dia mati, karena banyak peristiwa di dalam perut ikan itu terjadi saat Yunus dalam keadaan hidup dan sehat, bukan? Dia bisa berteriak. Maka, apakah sebagian dari pengalaman Yesus juga termasuk waktu ketika Dia masih hidup dan bukan hanya ketika Dia sudah dikubur? Tentu saja!

 

 

So let's go to verse 4, this is Jonah 2:4, Then I said, ‘I have been cast out…” the NIV says “banished”  “…of Your sight…” did Jesus feel that way? Despair? Absolutely!  “…yet I will look again toward Your holy temple.’…”  You know it's interesting on the cross Jesus says, “My God, My God, why have You forsaken Me?” But then He says, “Father,  into Your hands I commend My spirit.” So He has kind of mixed feelings, He feels forsaken, but at the same time He has hope. You catch that here in verse 4,  He says, “I've been cast out from Your sight, I've been banished,” He says, “yet I will look again toward Your Holy Temple’…” 

 

Jadi mari kita ke ayat 4, ini Yunus 2:4, 4 Lalu Aku berkata, ’Aku telah tersingkir…”  NIV mengatakan “dibuang” “…dari pandangan mata-Mu…”  apakah Yesus merasa begitu? Putus asa? Tentu saja! “…namun Aku akan memandang lagi bait-Mu yang kudus.’…”  Yang menarik, di salib Yesus berkata, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Tetapi kemudian Dia berkata, “Ke dalam tanganMu Kuserahkan RohKu.” (Luk. 23:46) Jadi sepertinya perasaanNya campur aduk, Dia merasa ditinggalkan, tetapi di waktu yang sama Dia punya harapan. Kalian bisa menangkapnya di ayat 4. Dia berkata, “…’Aku telah tersingkir dari pandangan mata-Mu…”  Aku dibuang, kataNya, “…namun Aku akan memandang lagi bait-Mu yang kudus.’ …”

 

 

Verse 5, The waters surrounded me…”  what are the waters? The multitudes of enemies, right? “…even to my soul; the deep…” the word  תְּהֹם [tehôm]        the same word that is used in Genesis chapter 1:2 "the deep"  “…the deep closed around me; weeds were wrapped around my head....”

Notice Psalm 22:1-2 which is a comparable verse to this one in Jonah 2:5, 1 My God, My God, why have You forsaken Me?...” do those words sound familiar somehow? Psalm 22 is a psalm that refers to Jesus, it's a messianic psalm.   “…My God, My God, why have You forsaken  Me? Why are You so far from helping Me, and from the words of My groaning? O My God, I cry in the daytime, but You do not hear; and in the night season. And am not silent…” So can you see the similarity between the experience of Jesus and the experience of Jonah in the belly of the fish?

 

Ayat 5,5 Segala air mengepung aku…”  Air-air itu apa? Orang banyak yang adalah musuh-musuh, benar?  “…bahkan sampai ke nyawaku; air yang dalam…”  kata תְּהֹם [tehôm], kata yang sama yang dipakai di Kejadian 1:2, “air yang dalam”  “…air yang dalam mengepung aku; lumut lautan membelit kepalaku…” 

Simak Mazmur 22:1-2 yang merupakan ayat-ayat perbandingan dengan yang di Yunus 2:5,    “…1Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?…” apakah kata-kata ini terdengar familier? Mazmur 22 adalah mazmur yang mengacu ke Yesus, ini adalah mazmur messianik.  “…1 Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?  Mengapa Engkau begitu jauh dari menolong Aku, dan dari kata-kata eranganKu? 2 Allahku, Aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak mendengar, dan pada waktu malam. Aku tidak diam…”  Jadi bisakah kalian melihat persamaannya antara pengalaman Yesus dengan pengalaman Yunus dalam perut ikan?

 

 

Notice verse 6, here Jonah explains, I went down to the moorings of the mountains…” “the moorings” means roots. Did Jonah literally go to the roots of the mountains? Of course he didn't. So he says,  “…I went down to the moorings of the mountains, the earth with its bars closed behind me…” for how long? “…forever…” was Jonah shut in by bars literally? No! But would that give the impression that he's really shut in and that he's not going to be able to get out? Of course. And then it continued saying, “…yet You have brought up my life from the pit, O Lord, my God.”

 

Simak ayat 6, di sini Yunus menjelaskan, 6 Aku turun ke tambatan gunung-gunung…”  ”tambatan” artinya akar. Apakah Yunus secara literal pergi ke akar-akar gunung? Tentu saja tidak. Jadi dia berkata,  “…6 Aku turun ke tambatan gunung-gunung, bumi dengan jerujinya menutup di belakangku…”  untuk berapa lama?   “…untuk selama-lamanya…”  Apakah Yunus terkunci di belakang jeruji secara literal? Tidak! Tetapi apakah terkesan dia benar-benar terkunci di dalam dan dia tidak akan bisa keluar? Tentu saja. Kemudian dikatakan selanjutnya,   “…namun Engkau telah mengangkat hidupku dari dalam lubang yang dalam, ya TUHAN, Allahku.”

 

 

We're going to skip all of these following verses because I do want to begin with Pentecost. Let's go to verse 7. I hope that you'll read these verses because they use many of the same terms that are used in Jonah 2. See, that's the reason why I include these verses here, they use the word “pit”, the word “bars”, the word “moorings”, etc. so you catch a broader picture of these symbolic expressions.

 

Kita akan melompati semua ayat berikut  (I Samuel 23:7: Mazmur 16:10; Ayub 17:14; Mazmur 30:9; Yehezkiel 28:8) karena saya benar-benar ingin mulai dengan Pentakosta. Mari kita ke ayat 7. Saya harap kalian akan membaca ayat-ayat ini karena mereka memakai banyak istilah yang sama yang dipakai di Yunus pasal 2. Lihat, alasan mengapa saya memasukkan ayat-ayat itu di sini karena mereka memakai kata “lubang yang dalam”, kata “jeruji”, kata “tambatan”, dll. sehingga kalian bisa mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang ungkapan-ungkapan simbolis ini.

 

 

Verse 7, 7 ‘When my soul fainted within me…” I like the NIV, “when my life was ebbing away”, “…I remembered the Lord; and my prayer went up to You, into Your holy temple…” did Jesus utter a prayer when He was beginning His passion in the Garden of Gethsemane? Actually He prayed before He got to Gethsemane but then He prayed even more intensely in Gethsemane. 

 

Ayat 7, 7 Ketika jiwaku tak sadar dalam diriku…”  saya suka versi NIV, “ketika hidupku menyusut habis”,  “…aku ingat kepada TUHAN, dan doaku naik kepada-Mu, ke dalam Bait-Mu yang kudus…” apakah Yesus mengucapkan suatu doa ketika Dia memulai kesengsaraanNya di taman Getsemani? Sebenarnya Dia sudah berdoa sebelum Dia tiba di Getsemani, tetapi kemudian Dia berdoa semakin intens di Getsemani.

 

 

Notice verse 8, 8 ‘Those who regard worthless idols forsake their own mercy.”

Verse 9, But I will sacrifice to You with the voice of thanksgiving…” so is He saying I'm going to offer a sacrifice? Yes! I'm going to offer a sacrifice. 

And then notice, this is a very interesting statement, 10 So the Lord spoke to the fish,    and it vomited Jonah onto dry land.” So who commanded the fish to vomit Jonah? God commanded the fish to vomit Jonah. And Jonah of course came forth from the tomb, so to speak.

 

Simak ayat 8, 8 Mereka yang menghormati berhala-berhala yang tidak berguna, meninggalkan pengampunan mereka sendiri.”

Ayat 9, 9 Tetapi aku akan mempersembahkan korban kepada-Mu dengan ucapan syukur…”  jadi apakah Dia berkata Aku akan mempersembahkan sebuah kurban? Ya! Aku akan mempersembahkan sebuah kurban.

Kemudian simak, ini adalah pernyataan yang sangat menarik, “…10 Maka TUHAN berfirman kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke daratan kering.”  Jadi siapa yang memerintahkan ikan itu untuk memuntahkan Yunus? Allah memerintahkan ikan itu untuk memuntahkan Yunus. Dan Yunus tentu saja keluar dari dalam kubur, katakanlah demikian.

 

 

Now let's draw a parallel with Jesus. The language of this psalm seems to suggest that after Jonah prayed his prayer, he died in the belly of the fish, and on the third day he was spewed out. In a similar way Jesus prayed to His Father in Gethsemane and on the cross, then He died and was spewed out of  the grave on the third day. This parallel is not based on idle speculation but rather on the death terminology in the psalm as well as on the parallel in Luke 11:29-32. 

So let's go to Luke 11:29-32. It says there,29 And while the crowds were thickly gathered together, He began to say, ‘This is an evil generation. It seeks a sign, and no sign will be given to it except the sign of Jonah the prophet. 30 For as Jonah became a sign to the Ninevites…” what did Jonah become? A sign to the Ninevites  “…so also the Son of Man will be to this generation…”

Now here we see that Jonah became a sign to the Ninevites.

A few years ago and I've been there once after that, I had the privilege of visiting the British Museum. If you really want to visit a place that is very interesting, that would be the place to go. You know, you need at least a week to go through the British Museum in the light of history and biblical studies. But one of the exhibits that really caught my attention was the Assyrian exhibit. Of course the capital of Assyria was Nineveh. And it was interesting to see, and that you know the exhibit is huge, that you have these great big stone slabs with illustrations carved on them, and there is so much of a proliferation of rivers and fish, and fish, and fish, and fish, everywhere you look, because the patron god of the Ninevites was the fish god. So would that be significant when it comes to the experience of Jonah? I think it definitely would be very significant for the pagan Ninevites to have heard that Jonah had been swallowed by the fish and then suddenly Jonah appears alive to witness to the city of Nineveh. Do you think that would have been an impressive experience? Absolutely!

 


Sekarang mari kita tarik paralelnya dengan Yesus. Bahasa dalam puisi ini memberikan kesan bahwa setelah Yunus mengucapkan doanya, dia mati dalam perut ikan itu, dan pada hari ketika dia dimuntahkan keluar. Dengan cara yang mirip, Yesus berdoa kepada BapaNya di Getsemani dan di salib, kemudian Dia mati dan dikeluarkan dari kubur pada hari ketiga. Paralel ini tidak berdasarkan spekulasi kosong melainkan pada istilah-istilah kematian dalam puisi itu dan juga pada persamaan yang ada di Lukas 11:29-32.

Jadi mari ke Lukas 11:29-32. Dikatakan di sana, 29 Dan ketika semakin banyak orang berkekrumum, mulailah Yesus berkatalah, ‘Ini adalah angkatan yang jahat. Yang mencari suatu tanda, tetapi tidak akan diberikan tanda kepadanya selain tanda nabi Yunus. 30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda bagi orang-orang Niniwe…”  Yunus menjadi apa? Suatu tanda bagi orang-orang Niniwe, “…demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda bagi angkatan ini…” 

Nah, di sini kita melihat bahwa Yunus menjadi suatu tanda bagi orang-orang Niniwe.

Beberapa tahun lalu,  dan setelah itu saya pernah ke sana lagi satu kali, saya mendapat kesempatan mengunjungki Museum British ~ jika kalian benar-benar ingin mengunjungi suatu tempat yang sangat menarik, inilah tempat yang patut didatangi. Kalian tahu, kalian perlu waktu sedikitnya satu minggu untuk melihat semua yang ada di Museum British ini sehubungan dengan sejarah dan penelitian alkitabiah. Tetapi salah satu yang dipamerkan di sana yang benar-benar menarik perhatian saya ialah pameran negara Asyur. Tentu saja ibukota Asyur adalah Niniwe. Dan yang menarik untuk dilihat ialah, pameran itu sangat luas, dan ada lempeng-lempeng batu yang besar-besar di mana terukir di atasnya gambar-gambar, dan ada begitu banyak gambar sungai dan ikan, dan ikan, dan ikan, dan ikan di mana saja kita lihat, karena dewa pelindung orang Niniwe adalah dewa ikan. Maka, apakah sehubungan dengan itu pengalaman Yunus menjadi signifikan? Menurut saya pasti itu sangat signifikan bagi bangsa Niniwe yang pagan mendengar bahwa Yunus pernah ditelan seekor ikan dan kemudian tiba-tiba Yunus muncul dalam keadaan hidup untuk memberikan kesaksian kepada kota Niniwe. Menurut kalian apakah itu pengalaman yang mengesankan? Tentu saja!

 

 

So the question is, how did Jonah become a sign to the Ninevites? The sign had something to do with him being in the belly of the fish for three days and three nights, right? And then the people accepting His message as a result of seeing the sign. Jonah cried out in anguish, died, resurrected on the third day, and as a result the people were persuaded when he preached. Are you seeing the parallel?

Now, in a similar way Jesus cried out to His Father, died, was buried, resurrected on the third day, but in contrast to the Ninevites the people what? Did not believe in Jesus. You can continue reading there in Luke 11:29-32. Jesus says the Ninevites will arise to condemn this generation, because they repented when they saw the sign, but this generation did not. Are you following me or not?

 


Jadi pertanyaannya ialah, bagaimana Yunus menjadi tanda bagi bangsa Niniwe? Tanda itu berkaitan dengan beradanya dia di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, benar? Kemudian orang-orang Niniwe menerima pekabarannya sebagai akibat melihat tanda tersebut. Yunus berseru dalam sengsaranya, mati, bangkit pada hari ketiga, dan sebagai akibatnya orang-orang Niniwe diyakinkan ketika dia berkhotbah. Apakah kalian melihat paralelnya?

Sekarang, dengan cara yang sama, Yesus berseru kepada BapaNya, mati, dikuburkan, bangkit pada hari ketiga, namun berbeda dengan orang-orang Niniwe, orang Yahudi bagaimana? Tidak percaya pada Yesus. Kalian bisa melanjutkan membaca di Lukas 11:29-32. Yesus berkata bangsa Niniwe akan bangkit untuk menghukum generasi ini, karena mereka (orang Niniwe) bertobat ketika mereka melihat tandanya, tetapi generasi ini tidak. Apakah kalian paham atau tidak?

 


 

Now the reason why so many misunderstand the meaning of the Three Days and Three Nights is because they get all caught up in the time period instead of going to the Old Testament, the Old Testament background to analyze Jonah's experience during that same period.

·       Neither Jonah nor Jesus went literally to the heart of the earth.

·       neither did they literally go to the roots of the mountains.

What does the expression “heart of the earth” mean? It refers to the darkest loneliest, furthest place in the universe from the Father. The heart of the earth would refer to the place where the forces of darkness, both human and demonic, shut him in.

Did Jesus feel shut in? Oh yes, He did. Let's read about it.

 


Nah, alasan mengapa ada begitu banyak kesalahpahaman tentang Tiga Hari Tiga Malam ialah karena banyak orang yang terikat pada periode waktu, dan bukan pergi ke Perjanjian Lama, ke latar belakang Perjanjian Lama untuk menganalisa pengalaman Yunus selama masa periode yang sama.

·       Baik Yunus maupun Yesus secara literal tidak pergi ke jantung bumi.

·       Baik Yunus maupun Yesus secara literal tidak pergi ke akar-akar gunung.

Apa artinya ungkapan “jantung bumi”? Itu mengacu kepada tempat di alam semesta yang paling gelap, paling sepi, paling jauh dari Allah Bapa. Jantung bumi mengacu kepada tempat di mana kekuatan kegelapan, baik manusiawi maupun setaniah, menguncinya.

Apakah Yesus merasa terkunci di dalamnya? Oh, ya, betul. Mari kita  baca tentang itu.

 

 


Oh by the way, were the sins placed on the animal while the animal was alive or after the animal was dead? Hmm, interesting. So would we expect the sins to be placed on Jesus while He was alive or when He died? It would be when He was alive, that's right. And where were the sins placed? On the head. Why were the sins placed on the head of the victim? Because that's where the brain is, and that's where anguish is felt.

 


Nah, sebelumnya, apakah dosa-dosa ditempatkan pada binatang kurban itu selagi binatang itu masih hidup atau setelah dia mati? Hmmm, menarik. Jadi apakah kita berharap dosa-dosa ditempatkan pada Yesus selagi Dia masih hidup atau saat Dia mati? Haruslah itu ketika Dia masih hidup, benar. Dan di mana dosa-dosa itu ditempatkan? Di atas kepala. Mengapa dosa-dosa ditempatkan di kepala kurban? Karena di situlah tempat otak, dan di situlah penderitaan bisa dirasakan.

 

 


Now let's read Matthew 26 beginning with verse 38 the reference isn't there but it's Matthew 26:38-47, “38 Then He said to them, ‘My soul is exceedingly sorrowful, even to death...” so is that similar to the anguish that Jonah was feeling? Absolutely! So He says to His disciples,  “…Stay here and watch with Me’. 39 He went a little farther and fell on His face, and prayed, saying, ‘O My Father, if it is possible, let this cup pass from Me; nevertheless, not as I will, but as You will.’…42 Again, a second time, He went away and prayed, saying, ‘O My Father, if this cup cannot pass away from Me unless I drink it, Your will be done.’ 44 So He left them, went away again, and prayed the third time, saying the same words…47 And while He was still speaking, behold, Judas, one of the twelve, with a great multitude with swords and clubs, came from the chief priests and elders of the people.”

So is He now going to be surrounded by His enemies? Yes! Is He drinking the cup of God's wrath? He most certainly is.

 

Sekarang mari kita baca Matius 26 mulai dengan ayat 38, referensinya tidak ada di silabus tetapi itu Matius 26:38-47, 38 Lalu kataNya kepada mereka, Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya…”  apakah ini mirip penderitaan yang dirasakan Yunus? Tentu saja! Maka Dia berkata kepada murid-muridNya, “…’Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’ 39 Maka Ia berjalan sedikit lagi, lalu sujud dengan wajahNya sampai ke tanah dan berdoa, kata-Nya: ‘Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari Aku, namun demikian janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’ 42…Lalu kedua kalinya Dia pergi dan berdoa, kata-Nya: ‘Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin berlalu, kecuali  Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!’  44 Maka Ia meninggalkan mereka, lalu pergi lagi dan berdoa untuk ketiga kalinya,  mengucapkan kata-kata yang sama. 47 Dan sementara Dia masih berbicara, lihat, Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, bersama-sama dengan serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung, datang dari imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi…”  Jadi apakah sekarang Dia akan dikepung oleh musuh-musuhNya? Ya! Apakah Dia sedang minum cawan murka Allah? Tepat sekali.  

 

 

And by the way who gave Him that cup? John 18:11 Jesus says, 11Shall I not drink the cup which My Father has given Me?’… ” He was drinking the cup of the Father's wrath because He was being punished for our sins, for the sins of the whole world.

His agony was so great according to Luke 22:44, that He sweated as it were great drops of blood. It says, “44 And being in agony, He prayed more earnestly. Then His sweat became like great drops of blood falling down to the ground.”

Hebrews 5:7 describes His anguish, it says, who, in the days of His flesh, when He had offered up prayers and supplications, with vehement cries and tears to Him who was able to save Him from death…” does that kind of sound like Jonah in the belly of the fish? Absolutely!  And then it says in chapter 5:7-8, “and was heard because of His godly fear…” was He heard  immediately? No! He wasn't heard immediately.

 


Dan siapa yang memberiNya cawan itu? Yohanes 18:11 Yesus berkata, 11 …Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?’…” Dia sedang minum cawan murka BapaNya karena Dia sedang dihukum demi dosa-dosa kita, demi dosa-dosa seluruh dunia.

PenderitaanNya sedemikian besar menurut Lukas 22:44 sehingga Dia mengeluarkan keringat seperti tetesan-tetesan darah yang besar. Dikatakan, 44 Dan sementara sangat menderita Ia makin bersungguh-sungguh berdoa. Saat itu, peluh-Nya seperti tetesan darah yang besar, jatuh ke tanah…” 

Ibrani 5:7 melukiskan penderitaanNya, dikatakan, “…7 yang semasa hidup-Nya sebagai manusia, setelah Ia mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan air mata kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut…”  apakah itu terdengar mirip Yunus di perut ikan? Tepat sekali. Kemudian dikatakan di pasal 5:7-8, “…dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan…” apakah Ia segera didengar? Tidak! Dia tidak segera didengar.

  

 

What did He cry out on the cross?  “My God, My God, why have You…”  what?  “…forsaken Me?”  Now when I say that He wasn't heard, the Father  did hear Him, but did He feel like the Father  had heard Him? No! He didn't feel like the Father  heard Him, but He was heard by His Father,  He just didn't feel it.  And so it's interesting that Jesus would cry out,  “My God, My God, why have You forsaken Me?” And then almost in the next breath He says, “Father,  into Your hands I commend My spirit.” In other words, “I'm going to see You again. You promised that if I was faithful that I would resurrect from the dead.”

 

Apa yang diserukanNya dari salib?  “Allahku, Allahku, mengapa Engkau…” apa?   “…meninggalkan Aku?…”  Nah, ketika saya berkata Yesus tidak didengar, BapaNya mendengarNya, tetapi apakah Dia merasa BapaNya mendengarNya? Tidak. Dia merasa BapakNya tidak mendengarNya, tetapi sebenarnya BapaNya mendengar, hanya saja Yesus tidak merasa begitu. Maka yang menarik ialah Yesus berteriak, “…Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?…”  Kemudian segera dengan nafas berikutnya Dia berkata, “…Bapa, ke dalam tanganMu Aku serahkan RohKu…”  dengan kata lain, “Aku akan melihatMu lagi. Engkau berjanji bahwa jika Aku setia, Aku akan bangkit dari yang mati.” 

 

 

By the way who called Jesus forth from the grave? Who commanded the grave to give Him up?  The Father. Who commanded the fish to vomit Jonah? The Lord told the fish to vomit Jonah. So Jesus was called by the Father  from the grave.

And some people  say, “Well, wait a minute, didn't Jesus come forth from the grave with the life that was within Him?”

Yes! But we need to understand that Jesus was in the grave ~ according to the Spirit of Prophecy ~ a Prisoner of Divine justice, and only His Father could authorize Him to take up His life again. And so what happens on Resurrection morning is ~ you know, Ellen White describes this in luxury  of detail ~  two angels descend from heaven, one rolls away the stone and sits on it, and the other one stands in front of the tomb, and he says, “Oh, Thou Son of God, Thy Father  calls Thee!”  And then of course the grave spews Jesus out. But Jesus comes out with the life that was within Himself, but He waited for authorization from His Father  to take up the life that was within Himself. He said, “I lay it down and I take it up again. I have authority,” He says,  “to lay it down and I have authority to take it up again.” But then the last part of John 10:18 says,  “…’This command I have received from My Father.’…” so His Father  gave Him authorization to take up His life, the life that was within Himself.

 

Nah, siapa yang memanggil Yesus keluar dari kubur? Siapa yang memerintahkan kubur untuk menyerahkanNya? Bapa. Siapa yang memerintahkan ikan itu memuntahkan Yunus? Tuhan menyuruh ikan itu memuntahkan Yunus. Maka Yesus dipanggil oleh Bapa untuk keluar dari kubur.

Dan ada yang berkata, “Tunggu dulu, bukankah Yesus keluar dari kubur dengan hidup yang ada padaNya?”

Betul! Tetapi kita perlu paham bahwa Yesus berada di dalam kubur ~ menurut Roh Nubuat ~ sebagai Tawanan keadilan Ilahi, dan hanya BapaNya yang bisa memberiNya izin untuk mengambil hidupNya lagi. Jadi apa yang terjadi pada pagi kebangkitan ialah ~ kalian tahu, Ellen White menggambarkan ini dengan detail yang mewah ~ dua malaikat turun dari Surga. Yang satu menggulingkan batu besar itu dan duduk di atasnya, yang lain berdiri di depan kubur dan berkata, “O, Dikau Anak Allah, BapaMu memanggilMu!” Dan kemudian kubur itu memuntahkan Yesus keluar. Tetapi Yesus keluar dengan hidup yang ada padaNya sendiri, namun Dia menunggu izin dari BapaNya untuk mengambil kembali hidup yang ada pada DiriNya sendiri. Katanya, 17… Aku menyerahkan nyawa-Ku agar Aku bisa mengambilnya kembali. 18. Aku punya autoritas…” kataNya,untuk menyerahkannya dan Aku punya autoritas untuk mengambilnya kembali…” tapi kemudian bagian yang terakhir dari Yohanes 10:18 mengatakan,  “…Perintah ini telah Aku terima dari Bapa-Ku…” jadi BapaNya yang memberiNya izin untuk mengambil kembali hidupNya, hidup yang memang ada pada DiriNya sendiri.

 

 

So the Bible says that Jesus went to Hades. It says in Romans 10:7 that He  went to the abyss. And in Ephesians 4:9 it says that at His death He went to the lower parts of the earth. Is that literally true? Did Jesus go to the abyss when He died? Of course not! Did He go to the lower parts of the earth? No! These are figurative expressions of being alienated from God, feeling alienated from God.

 

Jadi Alkitab berkata bahwa Yesus pergi ke Hades (=kubur). Di Roma 10:7 dikatakan bahwa Dia pergi ke lubang yang dalam (LAI: jurang maut). Dan di Efesus 4:9 dikatakan bahwa saat kematianNya Dia pergi ke bagian bawah bumi. Apakah ini benar secara literal? Apakah Yesus pergi ke lubang yang dalam ketika Dia mati? Tentu saja tidak! Apakah Dia pergi ke bagian bawah bumi? Tidak! Ini adalah istilah-istilah simbolis yng berarti dipisahkan dari Allah, merasa dipisahkan dari Allah.

 

 

Now here comes another very important point before we notice some quotations from the Spirit of Prophecy. A careful reading of the Gospels reveals that Three Days and Three Nights include:

ü  His anguish in Gethsemane,

ü  it includes His arrest,

ü  His trial,

ü  His conviction,

ü  His crucifixion,

ü  His burial,

ü  and His resurrection.

How do we know that? You notice a whole series of  verses that I have here that show that the Three Days and Three Nights include also His experience in Gethesemane,  His arrest and His trial, and so on. Let's read just some of these quotations.

 

Sekarang, ada poin lain yang sangat penting sebelum kita menyimak beberapa kutipan dari Roh Nubuat. Jika kita dengan seksama membaca Injil maka akan terlihat bahwa Tiga Hari Tiga Malam itu termasuk:

ü  penderitaanNya di Getsemani,

ü  penangkapanNya,

ü  pengadilanNya,

ü  vonisNya,

ü  penyalibanNya,

ü  pemakamanNya,

ü  dan kebangkitanNya.

Dari mana kita tahu itu? Kalian lihat serangkaian ayat yang ada di sini yang menunjukkan Tiga Hari Tiga Malam termasuk juga di dalamnya pengalamanNya di Getsemani, penangkapanNya dan pengadilanNya, dan seterusnya. Mari kita  baca beberapa kutipan itu.

 

 

Matthew 16:21, 21 From that time Jesus began to show to His disciples that He must go to Jerusalem, and…” what?  “…suffer many things from the elders and chief priests and scribes, and be killed, and be raised the third day…” so is this suffering included? Yes!

 

Matius 16:21, 21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan…”  apa?   “…menderita banyak hal dari tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan dibunuh dan dibangkitkan hari yang ketiga…”  jadi apakah penderitaan ini termasuk? Ya.

 

 

Notice Matthew 20:18-19, “ 18 ‘Behold, we are going up to Jerusalem, and the Son of Man will be betrayed to the chief priests and to the scribes; and they will condemn Him to death…” is that included in the time period? Yes!   “…they will condemn Him to death 19 and deliver Him to the Gentiles to mock and to scourge and to crucify. And the third day He will rise again…..” So when do the three days begin?  They begin when He's condemned, when He's delivered to the Gentiles, when He's scourged, when He's crucified, when He dies, when He's buried and He resurrects the third day. The whole Passion of Jesus is included in the three days.

 

Simak Matius 20:18-19, “…18 Lihat, kita pergi ke Yerusalem, dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati…”  apakah ini termasuk dalam kurun waktu tersebut? Ya!   “…mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati,  19 dan akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, untuk diolok-olok dan disesah dan disalibkan. Dan hari yang ketiga Ia akan bangkit lagi.’…" Jadi Tiga Hari itu mulai kapan? Mereka mulai saat Dia divonis, saat Dia diserahkan kepada Pemerintah Roma, saat Dia disesah, saat Dia disalibkan, saat Dia mati, saat Dia dikuburkan dan saat Dia bangkit hari yang ketiga. Seluruh periode kesengsaraan Yesus termasuk di dalam Tiga Hari tersebut.

 

 

Matthew 17:23, 22 Now while they were staying in Galilee, Jesus said to them, ‘The Son of Man is about to be betrayed into the hands of men…” there you have the betrayal,  “…23 and they will kill Him, and the third day He will be…” what?  “…He will be raised up.’…” again.

 

Matius 17:23, 22 Nah, ketika mereka sedang tinggal di Galilea, Yesus berkata kepada mereka, ‘Anak Manusia akan segera dikianati  ke tangan manusia…” di sini ada pengkhianatannya, “…23 dan mereka akan membunuh Dia dan hari yang ketiga Ia akan…”  apa?   “…Ia akan dibangkitkan…" lagi.

 

 

Let's go to the following page.

Mark 10:33-34,  “33 ‘Behold, we are going up to Jerusalem, and the Son of Man will be betrayed to the chief priests and to the scribes; and they will condemn Him to death and deliver Him to the Gentiles; 34 and they will mock Him, and scourge Him, and spit on Him, and kill Him. And the third day He will rise again.’…” Notice all of these  events are within the three-day period.

 


Mari ke halaman berikutnya.

Markus 10:33-34, 33Lihat, kita pergi ke Yerusalem, dan Anak Manusia akan dikhianati  kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati, dan akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, 34 dan mereka akan mengolok-olok Dia, dan menyesahNya, dan meludahiNya, dan membunuhNya. Dan hari ketiga  Ia akan bangkit lagi…”  Simak semua kejadian ini ada dalam kurun waktu tiga hari.

 

 

And then chapter 9 of Luke 21 and 22, 21 And He strictly warned and commanded them to tell this to no one, 22 saying, ‘The Son of Man must suffer many things, and be rejected by the elders and chief priests and scribes, and be killed, and be raised the third day.’…”

 

Kemudian Lukas 9:21-22, 21 Lalu Yesus memperingatkan dan memerintahkan mereka dengan tegas, supaya jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun,  22 dengan  berkata, ‘Anak Manusia harus menderita banyak hal, dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.’…”

 

 


So are you seeing the broader picture? That you have much more than just the burial and Jesus being in the tomb for Three Days and Three Nights. The Three Days inclusively speaking include the entire period of His passion in Gethsemane, and His suffering on the cross, His burial up to the moment of His resurrection.

 

Jadi apakah kalian melihat gambarnya yang lebih luas? Bahwa Tiga Hari Tiga Malam itu lebih daripada hanya pemakaman dan saat Yesus di dalam kubur. Bicara secara inklusif, ketiga hari itu termasuk seluruh periode kesengsaraanNya di Getsemani, dan penderitaanNya di salib, pemakamanNya hingga saat kebangkitanNya.

 

 


I want to read this statement towards the bottom of page 89. This is the one that I was referring to or alluding to before.

Ellen White writes in Youth Instructor May 2, 1901, He who died for the sins of the world was to remain in the tomb for  the allotted time…” what was the allotted time He had to remain in the tomb? He had to remain there Sabbath, right?  “…He was in that stony prison house as a prisoner of divine justice, and He was responsible to the Judge of the universe. He was bearing the sins of the world, and His Father only could release Him.” 

So who was the only One that could release Jesus? He was a prisoner, notice He was a prisoner of divine justice. You remember the bars that shut Jonah in? Was Jesus shut in by bars figuratively speaking? Oh, yes! He was a prisoner of divine justice. However, it says that only the Father  could release Him. Was He released by His Father?  He most certainly was.

 


Saya mau membacakan pernyataan ini di bagian bawah hal. 89. Inilah yang tadi saya rujuk sebelumnya.

Ellen White menulis di Youth Instructor 2 Mei, 1901,  “…Dia yang mati bagi dosa-dosa dunia harus tinggal di dalam kubur selama waktu yang telah ditentukan…”  apakah waktu yang telah ditentukan di mana Dia harus tinggal di dalam kubur? Dia harus tinggal di sana hari Sabat, benar?  “…Dia berada di dalam penjara batu itu sebagai tawanan keadilan Ilahi, dan Dia bertanggung jawab kepada  Hakim alam semesta. Dia sedang menanggung dosa-dosa dunia  dan hanya BapaNya yang bisa melepaskanNya…”  

Jadi siapakah Yang bisa melepaskan Yesus? Dia adalah seorang tawanan, simak Dia adalah seorang tawanan keadilan Ilahi. Kalian ingat jeruji-jeruji besi yang menahan Yunus? Apakah Yesus juga tertahan oleh jeruji-jeruji besi, bicara secara kiasan? Oh, iya! Dia adalah tawanan keadilan Ilahi. Namun, dikatakan hanya Bapa yang bisa melepaskanNya. Apakah Dia dilepaskan BapaNya? Tepat sekali.

 


 

And of course we know that Jesus died on Friday, folks, we know He died on Friday and He rested in the tomb on Sabbath, and resurrected on Sunday. So if anybody comes and says the contrary, you know you simply say, “I'll pray for you, my brother” or “my sister” and “I love you very much, but the fact is that the Spirit of Prophecy is correct on this and when you look at all of the biblical evidence it becomes very, very clear.”

 


Dan tentu saja kita tahu bahwa Yesus mati hari Jumat, Saudara-saudara, kita tahu Dia mati hari Jumat dan Dia beristirahat di dalam kubur hari Sabat, dan bangkit hari Minggu. Jadi kalau ada yang datang dan berkata yang bertentangan, kalian jawab saja, “Saya akan berdoa untukmu, Saudara,” dan “saya sangat mengasihimu, tetapi faktanya ialah Roh Nubuat itu benar tentang hal ini dan jika kita melihat semua bukti-bukti alkitabiah, itu menjadi amat sangat jelas.”

 

 


We read the statement at the bottom of page 89 yesterday, so we won't read that again. Let me just go through some Ellen White quotations. See, Ellen White understood that the Three Days and Three Nights began in Gethsemane, they began with the anguish of Jesus because He was going to drink the cup of God's wrath. It includes His trial, His arrest, His trial, His scourging, His crucifixion, His burial, and then His resurrection. These quotations are from two chapters in the Desire of Ages, one chapter is “Gethsemane”. If you want to know how terrible sin is, just read that chapter. You know, the reason why we love sin is because we're not focusing on what sin cost Jesus. See, when we have our eyes upon Jesus we know how bad sin is, because it did all that to Jesus. So that's why Ellen White says we should spend that thoughtful hour a day, meditating upon the life of Christ particularly the closing scenes, she says. Because when we hear the hammer hammering the nails, and we hear Jesus crying out in anguish for the Father  to take away the cup of His wrath, we hear Him saying, “My God, My God, why have You forsaken Me?”, and we see Him sweating drops of blood in the garden, we say, “My Lord, why did this happen to You?” He says, “Because of sin.” Sin hurt Jesus and when we see that, we will want to overcome sin. There's power that flows from observing Jesus on the cross, from focusing on Jesus on the cross. There's power that flows from the cross.

So I want to read several statements that we find in Desire of Ages. We're not going to read them all, there are many of them, and you're going to see, that really the sins of the world began to be placed on Jesus in the Garden of Gethsemane, and that's where the alienation from His Father  began, that's where He prays in anguish to His Father  like Jonah did from the belly of the fish.

 


Kita sudah membaca pernyataan di bagian bawah hal. 89 kemarin, jadi kita tidak akan membacanya lagi. Saya akan membahas beberapa kutipan Ellen White. Lihat, Ellen White memahami bahwa Tiga Hari Tiga Malam dimulai di taman Getsemani, mereka dimulai dengan kesengsaraan Yesus karena Dia akan minum cawan murka Allah. Termasuk di dalamnya: pengadilanNya, penangkapanNya, penyesahanNya, penyalibanNya, pemakamanNya, dan kemudian kebangkitanNya. Kutipan-kutipan ini berasal dari dua bab Desire of Ages, salah satu bab itu judulnya “Getsemani”. Jika kalian mau tahu betapa mengerikannya dosa itu, baca saja bab ini. Kalian tahu, alasan mengapa kita mencintai dosa ialah karena kita tidak fokus pada apa yang harus dibayar Yesus untuk dosa. Lihat, bila mata kita memandang Yesus, kita tahu betapa buruknya dosa itu karena itu melakukan segala yang menyakiti Yesus. Jadi, itulah mengapa Ellen White berkata kita harus memakai satu jam setiap hari untuk merenungkan hidup Yesus, terutama adegan-adegan penutupnya, kata Ellen White. Karena ketika kita mendengar palu itu memalu paku-paku, dan kita mendengar Yesus berseru dalam penderitaan memohon agar Bapa mau mengangkat cawan murkaNya, kita mendengar Dia berkata, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”, dan kita melihat Dia mengeluarkan tetesan keringat darah di taman, kita berkata, “TuhanKu, mengapa ini terjadi padaMu?” Dia berkata, “Karena dosa.” Dosa menyakiti Yesus dan ketika kita melihat itu, kita mau mengalahkan dosa. Ada kuasa yang mengalir dari memperhatikan Yesus di salib, dari fokus kepada Yesus di salib. Ada kuasa yang mengalir dari salib.

Jadi saya mau membacakan beberapa pernyataan yang terdapat di Desire of Ages. Kita tidak akan membaca semuanya, terlalu banyak jumlahnya, dan kalian akan melihat bahwa sesungguhnya dosa dunia mulai dibebankan pada Yesus di Taman Getsemani, dan di sanalah pemisahan dengan BapaNya dimulai, di sanalah Yesus berdoa dengan kepiluan kepada BapaNya seperti Yunus dari perut ikan.

 

 


Here's one quotation Desire of Ages 686, He went a little distance from them…” that is from the disciples,  “…not so far but that they could both see and hear Him--and fell prostrate upon the ground. He felt that by sin  He was being separated from His Father…”   when did Jesus feel separation from His Father?  Was it only when He was in the tomb dead for seventy-two hours? No, no, no, no!   “…He felt that by sin  He was being separated from His Father. The  gulf was so broad, so black, so deep…” so this would be the heart of the earth, right? Figuratively speaking.  “…The  gulf was so broad, so black, so deep that His spirit shuddered before it. This agony He must not exert His divine power to escape. As man, He must suffer the consequences of man's sin. As man He must endure the wrath of God against transgression.” When did Jesus begins suffering the wrath of God against transgression? The sins were placed upon His head in Gethsemane.

 

Ini ada kutipan Desire of Ages hal. 686,   “…Dia menjauh sedikit dari mereka…”  maksudnya dari para murid, “…tidak terlalu jauh sehingga mereka tidak bisa melihat maupun mendengarNya ~ dan jatuh tersungkur ke tanah. Dia merasa dosa telah memisahkanNya dari BapaNya…”  kapan Yesus merasa perpisahan dari BapaNya? Apakah hanya ketika Dia berada di dalam kubur, mati, selama 72 jam? Tidak, tidak, tidak, tidak!  “…Dia merasa, dosa telah memisahkanNya dari BapaNya. Jurangnya begitu lebar, begitu kelam, begitu dalam…”  jadi inilah jantung bumi itu, benar? Secara kiasan.  “…Jurangnya begitu lebar, begitu kelam, begitu dalam, sehingga RohNya bergetar di hadapanNya. Dia  tidak boleh memakai kekuasaan ilahiNya untuk meloloskan diriNya dari penderitaan ini. Sebagai manusia Dia harus menjalani penderitaan akibat dosa manusia. Sebagai manusia Dia harus merasakan murka Allah atas dosa…”  kapan Yesus mulai merasakan murka Allah terhadap dosa? Doa-dosa diletakkan di kepalaNya di Getsemani.

 

 

Notice Desire of Ages 686,  this is in the chapter Gethsemane. This is before, even before His trial, it’s before He’s even arrested, folks. As the substitute and surety for sinful man, Christ was suffering under divine justice. He saw what justice meant. Hitherto He had been as an intercessor for others; now He  longed to have an intercessor for Himself.”  

 

Simak Desire of Ages hal. 686, ini ada di bab Getsemani. Ini terjadi sebelum, bahkan sebelum pengadilanNya, sebelum Dia ditangkap, saudara-saudara. “Sebagai pengganti dan jaminan bagi manusia berdosa, Kristus menderita di bawah keadilan ilahi. Dia melihat apa artinya keadilan. Sampai saat ini Dia yang menjadi perantara bagi orang-orang lain, sekarang Dia rindu memilki seorang perantara bagi DiriNya sendiri.”

 

 


Desire of Ages 686 It’s hard to choose which ones to read.  “With the issues of the conflict before Him, Christ's soul was filled with  dread of separation from God…” did He only feel separated from God on the cross when He said, “Why have You forsaken Me?” No! No! No!  “…Satan told Him…”  was He under the power of darkness during this period? Oh yeah. So let me ask you, will the heart of the earth be the furthest, darkest, most silent place, that you could find away from God? Absolutely! It's a figurative expression because Jesus did not go to the heart of the earth, folks, He was buried above the earth in a cave. So it says, “…With the issues of the conflict before Him, Christ's soul was filled with  dread of separation from God. Satan told Him that if He became the surety for a sinful world, the separation would be…”  what? “…eternal. He would be identified with Satan's kingdom, and would  nevermore be one with God.”  When did Jesus feel that way? On the cross only? No! In Gethsemane.

 

Desire of Ages hal. 686, susah memilih yang mana yang harus dibaca.   “…Dengan isu konflik di hadapanNya, jiwa Kristus dipenuhi ketakutan dipisahkan dari Allah…”  apakah Dia hanya merasa terpisah dari Allah di salib ketika Dia berkata, “Mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Tidak, tidak, tidak! “…Satan mengatakan kepadaNya…”  apakah Kristus ada di bawah kekuatan kegelapan selama periode ini? Oh, iya. Jadi coba saya tanya, apakah jantung bumi itu tempat yang paling jauh, paling kelam, paling sunyi, yang jauh dari Allah? Tentu saja! Itu adalah ungkapan kiasan karena Yesus tidak pergi ke jantung bumi, saudara-saudara. Dia dikuburkan di atas bumi, di dalam gua. Maka dikatakan,  “…Dengan isu konflik di hadapanNya, jiwa Kristus dipenuhi ketakutan dipisahkan dari Allah. Satan mengatakan kepadaNya bahwa jika Dia menjadi jaminan bagi dunia yang berdosa, maka perpisahan itu akan menjadi…” apa? “…kekal. Dia akan diidentifikasi bersama kerajaan Setan dan selamanya tidak akan menjadi satu dengan Allah lagi…”  Kapan Yesus merasa demikian? Hanya di salib? Tidak! Di Getsemani.

 

 

Page 687, The sins of men  weighed heavily upon Christ, and the sense of God's wrath against sin was crushing out His life.”  In Gethsemane.

 

Desire of Ages hal. 687,  “…Dosa manusia membebani Kristus dengan sangat berat, dan merasakan murka Allah terhadap dosa meremukkan hidup dari dalam Kristus…”  Di Getsemani.

 

 

Let's go to some quotations from the chapter “Calvary”, this is on the following page, page 91.

Page 753 of Desire of Ages  Ellen White wrote, Upon Christ as our substitute and surety was laid the iniquity of us all. He was counted a transgressor, that He might redeem us from the condemnation of the law. The  guilt of every descendant of Adam was pressing upon His heart…” we can't understand how, you know, He died before His time. The soldier was surprised when he saw that Jesus had died, he didn't have to break His legs. How could this guy die so fast? Because Jesus did not die from His wounds, Jesus died from the anguish of bearing the sins of the whole world, every sin that has been committed, that is being committed, that will be committed, was weighing upon Christ. You know people commit suicide because they're depressed over their own sins. Now imagine bearing the sins that have ever been committed. Folks, you know we need to come to Gethsemane, we need to meditate upon Jesus.  “…The  guilt of every descendant of Adam was pressing upon His heart. The wrath of God against sin, the terrible manifestation of His displeasure because of iniquity, filled the soul of His Son with consternation. All His life Christ had been publishing to a fallen world the good news of the Father's mercy and pardoning love. Salvation for the chief of sinners was His theme. But now with the terrible weight of guilt He bears,  He cannot see the Father's reconciling face…” so does He feel forsaken? Was that the way Jonah felt? Yes!  “…The withdrawal of the divine countenance from the  Savior in this hour of supreme anguish pierced His heart with a sorrow that can never be fully understood by man. So great was this agony that His physical pain was hardly feltwhich is very different than the portrayal that is given in the movie The Passion of the Christ. There it's the merciless beatings that is emphasized, not this, the mental anguish that He's  going through because He's bearing the sins of the whole world.

 


Mari kita ke beberapa kutipan dari bab “Kalvaiy”, ini ada di halaman berikutnya, hal. 91.

Desire of Ages hal. 753, Ellen White menulis, “…Kepada Kristus, pengganti dan penjamin kita, dibebankan dosa kita semua. Dia diperhitungkan sebagai seorang pendosa, supaya Dia bisa menebus kita dari hukuman Hukum. Perasaan berdosa setiap keturunan Adam menekan di hatiNya…”  kita tidak bisa mengerti bagaimana Dia mati sebelum waktunya. Prajurit itu heran ketika dia melihat Yesus sudah mati, dan dia tidak perlu mematahkan kakiNya. Bagaimana orang ini bisa mati secepat itu? Karena Yesus bukan mati dari luka-lukaNya, Yesus mati karena kesedihan hebat menanggung dosa-dosa seluruh dunia, setiap dosa yang telah dibuat, yang sedang dibuat dan yang akan dibuat, dibebankan kepada Kristus. Kalian tahu, orang bunuh diri karena mereka merasa depresi akibat dosa-dosa mereka sendiri. Sekarang bayangkan menanggung semua dosa yang pernah dilakukan. Saudara-saudara, kalian tahu, kita perlu datang ke Getsemani, kita perlu merenungkan Yesus. “…Perasaan berdosa setiap keturunan Adam menekan di hatiNya. Murka Allah terhadap dosa, manifestasi yang mengerikan dari ketidaksenanganNya terhadap dosa, memenuhi jiwa AnakNya dengan rasa khawatir. Seumur hidupNya Kristus selalu menyebarkan kepada dunia yang berdosa, kabar baik kemurahan kasih pengampunan BapaNya. Temanya ialah keselamatan bagi pendosa yang terbesar. Tetapi sekarang sementara memikul beban perasaan berdosa yang sangat berat, Dia tidak bisa melihat wajah BapaNya yang mendamaikan…”  jadi apakah Dia merasa ditinggalkan? Apakah itu perasaan Yunus? Ya! “…Dipalingkannya wajah Ilahi dari Sang Juruselamat di saat puncak ketakutanNya, menikam hatiNya dengan kesedihan yang tidak bisa dipahami seluruhnya oleh manusia. Begitu besar kesengsaraanNya sehingga sakit fisikNya nyaris tidak terasa…”  yang sangat berbeda dari bagaimana dilukiskan dalam film The Passion of the Christ.  Di sana pemukulan kejam yang ditekankan, bukan ini, penderitaan mental yang dialami Yesus karena Dia sedang menanggung dosa-dosa seluruh dunia.

 

 

Desire of Ages 753, “Satan with his fierce temptations wrung the heart of Jesus. The Savior  could not see through the portals of the tomb…”  Some people say, “Well Jesus knew that He was going to resurrect the third day.” He knew because the Father  promised it, but it's different to know it from reading prophecy and then to be going through it.

 

Desire of Ages hal. 753, “…Dengan pencobaan-pencobaannya yang sengit, Setan meremas-remas hati Yesus. Sang Juruselamat tidak bisa melihat melampaui gerbang kubur…”  Ada orang yang berkata, “Nah, Yesus kan sudah tahu bahwa Dia akan bangkit hari ketiga.” Yesus tahu karena BapaNya telah menjanjikan itu, tetapi tahu dari membaca nubuatan dengan menjalaninya itu beda.

 

 

 

Ellen White describes it, after man sinned three times Jesus went into the presence of the Father  to ask the  Father's permission to come and redeem man. So Jesus had to ask for permission because He was the Son. That went over your heads. He was subject to the Father  before  He came, right? And so He says, “Father,  let's implement the plan of salvation.” Ellen White says that it was a struggle for the King of the universe to give up His Son, but He gave Him up because God is love. You don't think that, why do you suppose that God gave us the story  of Abraham and Isaac? To illustrate the anguish that the Father  felt in giving up His son. Terrible anguish. And so you know the Father  is willing to give up Jesus and Ellen White in several statements says He does it at the risk of eternal loss. So Jesus three times says, “Father,  let's implement the plan.” So finally the third time Jesus comes out from the midst of the glorious light, and the angels are gathered in silence, and Jesus reveals to them what He's going to do. “I have to go to that world, and I have to become one of them. I will become their representative, because I created all I can represent all. And I want to take their place. I'm going to bear the sins of the whole world. I'm going to be beaten, I'm going to be crucified, I'm going to die, and I'm going to resurrect the third day, and I'm going to save all of the sinners that will come from Adam and Eve.”

And then Ellen White describes how the angels say, “I'll go!”, I'll go!”, I'll go!” They didn't want their Commander to go.  See, there's no selfishness in heaven. But an angel could not atone for sinners. It had to be the Creator who created all,  assuming the position of His creatures. So three times Jesus begs the Father, “I want to go!”

In the Garden of Gethsemane He prays three times to His Father,  “If it's possible let Me get off the hook,” because it's different looking at it from there than to be going through it here. The experience is different.

Sometimes we think of God as the philosophers call Him, the Unmoved Mover, where God has no emotions, no feelings, He sits on His throne, He might move His eyes, rigid. No! God has feelings, He has emotions, it was a sacrifice for Him to give up His son, a real sacrifice to give up His son. Just because God is omniscient doesn't mean that when He went through the experience He’d really didn't suffer with His Son.

Who do you suppose suffered more, the Father  of the Son? Well, actually probably Both suffered the same. But how much, listen how much did Jesus love us? He loved us so much that He was willing to be separated eternally from His Father  to save us. That's how much He loves us. So the question is, are we going to let Him down?

See, all the things that we'd been discussing, we've dealt with a lot of academic matters, but really it comes down to our practical spiritual life. Because if we have all of the knowledge, yes, Jesus, you know, He  died, Passover; He rested on the Sabbath in the tomb, His body saw no corruption, there was no leaven of sin in Him like the manna didn't corrupt on Sabbath; and He resurrected on the first day of the week and He took this down payment to heaven to the Father.  If we know all of that, and we're not finally there, what's the use? The whole purpose of this is for us to form a more intimate relationship with Jesus, a relationship of thankfulness and gratefulness for everything that He has done, and for everything that He is.

 

Ellen White melukiskan, setelah manusia berdosa, Yesus datang ke hadirat Bapa tiga kali untuk minta izin Bapa agar boleh datang dan menebus manusia. Jadi Yesus harus minta izin karena Dia adalah Anak. Itu di luar pemahaman kalian, hehehe. Dia sudah tunduk kepada Bapa sebelum Dia datang, benar? Maka Dia berkata, “Bapa, mari Kita jalankan rancangan keselamatan.” Ellen White mengatakan bahwa Raja Alam Semesta harus bergumul hebat melepas AnakNya, tetapi kemudian Dia melepaskanNya karena Allah itu kasih. Kalian tidak berpikir, mengapa Allah memberi kita kisah Abraham dan Ishak? Untuk menggambarkan kesedihan yang dirasakan Bapa dalam menyerahkan AnakNya. Kesedihan yang luar biasa. Maka, Bapa itu rela menyerahkan Yesus. Dan Ellen White dalam beberapa pernyataannya berkata Bapa melakukannya dengan menanggung resiko kehilangan kekal. Jadi Yesus tiga kali berkata, “Bapa, mari Kita laksanakan rencana itu.” Dan akhirnya ketiga kalinya Yesus keluar dari tengah-tengah cahaya yang mulia, para malaikat berkumpul dalam kebisuan, dan Yesus menyatakan kepada mereka apa yang akan dilakukanNya. “Aku harus pergi ke dunia itu, dan Aku harus menjadi salah satu dari mereka, Aku akan menjadi wakil mereka karena Aku yang telah menciptakan semua Aku bisa mewakili semua. Dan Aku mau menggantikan mereka. Aku akan menanggung dosa-dosa seluruh dunia. Aku akan dipukuli, Aku akan disalibkan, Aku akan mati, dan Aku akan bangkit hari yang ketiga, dan Aku akan menyelamatkan semua orang yang berdosa yang akan lahir dari Adam dan Hawa.”

Lalu Ellen White menggambarkan bagaimana para malaikat berkata, “Aku yang pergi!” Aku yang pergi!” Aku yang pergi!” Mereka tidak mau Pemimpin mereka yang pergi. Lihat, di Surga tidak ada egoisme. Tetapi malaikat tidak bisa mendamaikan orang berdosa. Harus Sang Pencipta yang menciptakan semua, yang menggantikan posisi makhluk-makhluk ciptaanNya. Maka tiga kali Yesus datang memohon kepada Bapa, “Aku mau pergi!”

Di taman Getsemani tiga kali Dia berdoa kepada BapaNya, “Sekiranya mungkin, lepaskan Aku dari ini”, karena melihatnya dari sana dengan menjalaninya di sini itu beda. Pengalamannya beda.

Terkadang kita berpikir bahwa Allah itu seperti para filsuf menyebutNya: Penggerak yang Tidak Tergugah, di mana Allah tidak punya emosi, tidak punya perasaan, Dia duduk di takhtaNya, mungkin Dia cuma mengedipkan mataNya, kaku. Tidak! Allah punya perasaan, Dia punya emosi, adalah suatu pengorbanan besar bagiNya untuk menyerahkan AnakNya, suatu pengorbanan yang sungguh-sungguh untuk merelakan AnakNya. Hanya karena Allah itu mahatahu tidak berarti ketika Dia mengalami pengalaman tersebut Dia tidak sungguh-sungguh menderita bersama AnakNya. Menurut kalian siapa yang lebih menderita, Bapa atau Anak? Nah, sesungguhnya Keduanya sama-sama menderita. Tetapi seberapa besarnya, dengarkan, seberapa besarnyakah kasih Yesus pada kita? Dia mengasihi kita semua sedemikian besarnya Dia rela dipisahkan secara kekal dari BapaNya demi menyelamatkan kita. Sebesar itulah Dia mengasihi kita. Jadi pertanyaannya ialah, apakah kita akan mengecewakan Dia?

Lihat, semua hal yang kita diskusikan, kita telah membahas banyak hal yang akademis, tetapi sesungguhnya yang penting itu hidup praktis spiritual kita. Karena jika punya semua pengetahuan, iya Yesus Dia mati, Passah; Dia beristirahat pada hari Sabat dalam kubur, tubuhNya tidak membusuk, tidak ada ragi dosa dalamNya seperti manna tidak membusuk pada hari Sabat; dan Dia bangkit pada hari pertama minggu itu dan Dia membawa panjar ke Surga ke Bapa. Jika kita tahu semua itu, dan akhirnya kita tidak tiba di sana, apa gunanya? Tujuan semua ini ialah supaya kita membentuk hubungan yang lebih akrab dengan Yesus, suatu hubungan penuh syukur dan terima kasih untuk segala yang telah dilakukanNya bagi kita, dan untuk DiriNya bagi kita.

 

 

So once again, “Satan with his fierce temptations wrung the heart of Jesus. The Savior  could not see through the portals of the tomb. Hope did not present to Him His coming forth from the grave a conqueror, or tell Him of the Father's acceptance of the sacrifice. He feared that sin was so offensive to God that Their  separation was to be…”  what? “…eternal. Christ felt the anguish, which the sinner will feel when mercy shall no longer plead for the guilty race. It was the sense of sin, bringing the  Father's wrath upon Him as man's substitute, which made the  cup He drank so bitter, and broke the heart of the Son of God.”

 

Jadi sekali lagi, “…Dengan pencobaan-pencobaannya yang sengit, Setan meremas-remas hati Yesus.  Sang Juruselamat tidak bisa melihat melampaui gerbang kubur. Harapan tidak menampakkan kepadaNya kebangkitanNya dari kubur sebagai seorang pemenang, atau menyampaikan kepadaNya bahwa BapaNya berkenan menerima kurban itu. Dia takut dosa begitu menjijikkan bagi Allah sehingga perpisahan Mereka bersifat…”  apa?   “…kekal. Kristus merasakan penderitaan yang akan dirasakan orang berdosa ketika tidak ada lagi belas kasihan yang memohon bagi umat yang berdosa. Keberadaan dosalah yang mendatangkan murka Bapa ke atas DiriNya sebagai pengganti manusia, yang membuat cawan yang diminumnya begitu pahit dan menghancurkan hati Anak Allah…” 

 

 


So those are some of the quotations that we find in the chapters “Gethsemane” and “Calvary”. Does it give you a greater appreciation of what Jesus means to us? I would certainly hope so, and of course it also helps us understand that the Seventh-Day Adventist’s view of a Friday crucifixion along with a Thursday evening suffering in Gethsemane and a resurrection on the first day of the week is in perfect harmony with the Scriptures, when you use inclusive reckoning.

 


Jadi itu adalah beberapa kutipan yang kita dapati di bab “Getsemani” dan “Kalvari”. Apakah itu membuat kalian jauh lebih menghargai apa makna Yesus bagi kita? Saya berharap demikian, dan juga ini membantu kita memahami bahwa pandangan MAHK tentang penyaliban hari Jumat bersama penderitaan Kamis malam di Getsemani, dan kebangkitan pada hari pertama minggu itu benar-benar serasi dengan Kitab Suci, bila kita memakai cara penghitungan inklusif.

 


 

Alright so we have studied the first three Hebrew Feasts. We are on a roll. We've studied the Passover, we've studied the Feast of Unleavened Bread and we've studied the Feast of First Fruits. All three of these are fulfilled in succession in the experience of Christ.  Passover the 14th  of Nisan, Unleavened Bread begins the 15th  of Nisan and the First Fruits the 16th  of Nisan.  

 


Baiklah, jadi kita sudah mempelajari tiga Perayaan Ibrani yang pertama. Bagus apa yang sudah kita capai. Kita sudah mempelajari Passah, kita sudah mempelajari Roti Tidak Beragi, dan kita sudah mempelajari Perayaan Buah Sulung. Ketiganya sudah digenapi berurutan dalam pengalaman Kristus. Passah pada hari ke-14 Nisan, Roti Tidak Beragi dimulai pada hari ke-15 Nisan, dan Buah Sulung hari ke-16 Nisan.

 

 


But now we need to move on to the Feast of Pentecost. the Feasts that we've studied so far are early spring Feasts, they have  to do with the barley harvest. Whereas the Feast that we're going to study now, Pentecost, takes place in the late spring in the month of May on the 6th day of the 3rd month, the month of Sivan, that is the third month of the Jewish religious calendar, not our calendar.

So let's go in our syllabus to page 93 and take a look at Israel's first four Feasts:

·       Passover is described in Exodus 12.

It has to do with the death of the lamb.

·       Unleavened Bread, Exodus 14.

This is the burial of Israel in the Red Sea. See, the experience of Israel parallels the Feasts.

·       The First Fruits would be Exodus 15.

The resurrection of Israel from the Red Sea

·       And then Pentecost.

Would be the Sinai event.

Are you following me or not?

 

Tetapi sekarang kita perlu lanjut ke Perayaan Pentakosta. Perayaan-perayaan yang sudah kita pelajari sampai di sini adalah Perayaan-perayaan awal musim semi yang berkaitan dengan panen jelai. Sedangkan Perayaan yang akan kita pelajari sekarang, Pentakosta, terjadi di akhir musim semi di bulan Mei, pada hari ke-6 bulan ke-3, bulan Sivan, itulah bulan ketiga dalam kalender relijius Ibrani, bukan kalender kita.

Jadi marilah kita ke silabus kita hal. 93 dan kita simak keempat Perayaan pertama Israel:

·       Passah, digambarkan di Keluaran 12.

Ini berkaitan dengan kematian domba.

·       Roti Tidak Beragi, Keluaran 14.

Ini adalah dikuburkannya Israel di Laut Merah. Lihat, pengalaman Israel itu sejajar dengan Perayaan-perayaan ini.

·       Buah Sulung ada di Keluaran 15.

Kebangkitan Israel dari Laut Merah.

·       Kemudian Pentakosta

Adalah pengalaman di Sinai.

Apakah kalian paham atau tidak?

 

 


So the corporate experience of Israel also follows the order of the Feasts, because Passover is their deliverance; then they are buried in the waters of the Red Sea, the Bible  refers to it as a baptism; they come forth as the First Fruits to newness of life, all of their old taskmasters are buried, if you please; and then 50 days later in the third month, the Bible says, they are at Mount Sinai. So what would be in the history of Israel equivalent to the day of Pentecost? It would be their arrival where? Their arrival at Mount Sinai. I don't know if you're following me or not.

 


Jadi pengalaman Israel sebagai suatu bangsa juga mengikuti urut-urutan Perayaan-perayaan, karena Passah adalah pembebasan mereka; kemudian mereka dikuburkan dalam air-air Laut Merah, Alkitab mengacu hal itu sebagai baptisan; lalu mereka keluar sebagai Buah Sulung kepada hidup yang baru, semua pengawas di masa perbudakan mereka sudah terkubur, katakanlah demikian; lalu 50 hari kemudian, di bulan ketiga, Alkitab berkata mereka berada di gunung Sinai. Jadi kira-kira apa di sejarah Israel yang sejajar dengan hari Pentakosta? Itulah kedatangan mereka di mana? Kedatangan mereka di gunung Sinai. Entah, apa kalian paham atau tidak?

 

 


So we need to take a look at the Sinai event. It's very, very important.

Now let's go to ~  and by the way you notice there that I have there below that line with an arrow, I have Romans 6:3-4 because this is our experience too, isn't it? Isn't it our experience that, you know, that when we're baptized we die and we’re buried, and we resurrect, and by the way, are we accepted into church membership after that, officially recognized as a member of God’s family?

Well, when was Israel officially recognized as God's people? At Mount Sinai. So here we have an illustration of death at baptism, burial at baptism, resurrection at baptism, and incorporation as a member of God's people which is illustrated at Mount Sinai. We're going to deal with all of these things.

 


Jadi kita perlu melihat peristiwa Sinai. Ini amat sangat penting.

Sekarang, mari kita pergi ke ~ nah, apakah kalian melihat di sana, ada di bawah garis dengan anak panah, tertulis Roma 6:3-4 karena ini juga pengalaman kita, bukan? Bukankah itu juga pengalaman kita, bahwa ketika kita dibaptis kita mati, kita dikuburkan, dan kita bangkit, dan setelah itu kita diterima dalam keanggotaan gereja, secara resmi diakui sebagai anggota keluarga Allah?

Nah, kapan Israel secara resmi diakui sebagai umat Allah? Di gunung Sinai. Jadi di sini ada ilustrasi kematian di pembaptisan, penguburan di pembaptisan, kebangkitan di pembaptisan, dan dimasukkannya sebagai anggota umat Allah yang digambarkan di gunung Sinai. Kita akan membahas semua hal ini.

 

 


Let's go to the next paragraph. Most Christians are only able to grasp the work of Jesus in the Court: the cross and the resurrection. Many do not have the slightest idea what Jesus has been doing in heaven for the last 2,000 years. Yet the chronology is simple.

·       Jesus died, that's the Passover,

·       was buried, that's Unleavened Bread,

·       resurrected from the dead, that's the First Fruits, 

·       and after His resurrection He remained on earth for 40 days to teach His followers the things concerning the kingdom of God, that's Acts 1:3, and then of course you have the other texts from Luke and also from the Gospel of John.

However, the question is, what happened after the 40 days that He spent on earth? That's an important question.

 


Mari ke paragraf berikut. Kebanyakan orang Kristen hanya bisa menangkap pekerjaan Yesus di Pelataran: salib dan kebangkitan. Banyak yang sama sekali tidak tahu apa yang sedang dilakukan Yesus di Surga selama 2’000 tahun terakhir. Padahal kronologinya sederhana:

·       Yesus mati, itu Passah,

·       dikuburkan, itu Roti Tidak Beragi,

·       bangkit dari yang mati, itu Buah Sulung,

·       dan setelah kebangkitanNya, Dia masih tinggal di bumi selama 40 hari untuk mengajar pengikut-pengikutNya hal-hal mengenai kerajaan Allah, itu Kisah 1:3, lalu tentu saja ada ayat-ayat lain dari Lukas dan juga dari Injil Yohanes.

Nah, pertanyaannya ialah, apa yang terjadi setelah 40 hari itu yang Dia lewatkan di bumi? Itulah pertanyaan yang penting.

 

 


The next step in the Hebrew sanctuary was which apartment? The Holy Place of the apartment. And the next Feast was what? Pentecost. So where would you expect Pentecost to be fulfilled, in which apartment of the sanctuary? It would have to be the Holy Place. You know it's common among even Adventist scholars today to say that, you know Jesus when He ascended to heaven He went directly into the Most Holy Place, liked He bypassed the Holy Place ministry. But the next apartment is the Holy Place. Pentecost is about the Holy Place. The Most Holy Place has to do with the fall Feasts.  Pentecost has to do with the spring Feasts. So don't take something that happened during the spring Feasts and say, “No, Jesus did it in the fall Feasts”, because Jesus follows a certain order. There's a chronology to the Messiah's calendar, and He follows it strictly. So the next step would be the Holy Place in His house, and the next Feast would be the Feast of Pentecost.

 


Langkah berikutnya di Bait Suci Ibrani adalah bilik yang mana? Bilik Kudus. Dan Perayaan yang berikutnya apa? Pentakosta. Jadi di mana kita berharap Pentakosta akan digenapi, di bilik mana dari Bait Suci? Tentunya di Bilik Kudus.

Kalian tahu, umumnya bahkan diantara pakar-pakar Advent sekarang ini ada yang berkata bahwa Yesus ketika Dia naik ke Surga, Dia langsung pergi ke Bilik Mahakudus, seakan-akan Dia melompati pelayanan di Bilik Kudus. Tetapi bilik yang berikut ialah Bilik Kudus. Pentakosta ialah Bilik Kudus. Bilik Mahakudus berkaitan dengan Perayaan-perayaan musim gugur. Pentakosta berkaitan dengan Perayaan-perayaan musim semi. Jadi jangan mengambil sesuatu yang terjadi selama Perayaan-perayaan musim semi dan berkata, “Tidak, Yesus melakukannya di Perayaan-perayaan musim gugur”, karena Yesus mengikuti susunan yang tertentu. Ada kronologi pada kalender Sang Messias, dan Dia mengikutinya dengan tepat. Maka langkah berikutnya ialah Bilik Kudus di rumahNya (Bait Suci) dan Perayaan berikutnya ialah Perayaan Pentakosta.

 

 


Therefore Jesus must have gone to the Holy Place in heaven to fulfill the meaning of the Feast of Pentecost. The next step in the sanctuary administration of Jesus involves the following steps. This is a summary of what we're going to be taking a look at mainly in the two sessions this afternoon. First ~ and this is just a summary we're going to unpack all of this information as we study in the next two sessions.

 


Itulah mengapa Yesus tentunya telah pergi ke Bilik Kudus di Surga untuk memenuhi makna Perayaan Pentakosta. Langkah berikutnya dalam administrasi Bait Suci Yesus melibatkan langkah-langkah berikut. Ini adalah ringkasan dari apa yang akan kita pelajari terutama dalam dua sesi sore ini. Dan ini hanya ringkasannya, kita akan mengupas semua informasinya saat kita mempelajarinya dalam dua sesi berikut.

 

 


Number one, what happened during those 10 days?

1.   As I was mentioning yesterday, I believe that the Ascension of Jesus took a period of seven days.

You say, “Well, where do you get that idea from?”

I don't have a “thus sayeth the Lord”,  but Ellen White makes it clear that our journey to heaven will take seven days. And we know that the ascension of Jesus was a procession, it was not, Jesus didn't disappear from Earth and suddenly appear in the Holy Place where the Father  was. Psalm 24 describes the process. The angels came to pick Him up, and He was caught up into the cloud ~ and by the way the disciples, Ellen White says, they observe the cloud as it slowly ascended and disappeared from their sight.  So it's not that Jesus is caught up, zoom, He's in the Holy Place all of a sudden. No! You know this is a victorious military procession because the Psalm says,  “Who is this King of glory? The Lord of Hosts, mighty in battle…”  is He coming from the battle field? You’d better believe He's coming from the battle field, He has the wounds to prove  it. But He's alive, see? And so now He comes with the wounds in His hands, He's been in a life-and-death battle with the Devil and now He's coming back and He's got the booty with Him, because He's ransacked the graves, He's bringing back the captives, and the Devil knows, oh-oh, the first fruits, so there's going to be last fruits too!  So He's coming back, the General, victorious in battle, and Psalm 24 is the Psalm of the Ascension of Jesus.

See, Psalm 22, 23, and 24 have to be studied together. Psalm 22 is the Psalm of the crucifixion. “My God, My God, why have You forsaken Me?” Psalm 22:1 begins. But Psalm 23 is the rest of Jesus in the tomb,  “Yea, though I walk through the valley of the shadow of death I will fear no evil for You are with Me.” And Psalm 24 is the psalm of the Ascension of Christ, the resurrection and ascension of Christ.

So He's ascending and Psalm 24 is being sung in an antiphonal way, in a responsive way by the angels that remain, the sentinels that remain inside the city, and the angel hosts that is bringing Jesus back. This is a procession that lasts a long period of time.  And of course Jesus is proclaiming His victory over the principalities and powers, that's Ephesians 2, we'll come to that later on in our study. Isn't this exciting?  So I believe that the heavenly Ascension of Christ took a period of seven days, the same period that God's people will take in ascending to heaven.

2.   And then it took three days for all of these events that we are describing here:

So first of all the Father  garbed Jesus with the garments of the high priest, then the Father  anointed Jesus with oil. Who did the Father  give the  promise of the Spirit to?  Did He give it to us or did He give it to Jesus, to then give to us? It says in Acts 2 that Jesus received the promise of the Father.  

v So He first is anointed - as the high priest over His people,

v and then He pours out the oil so to speak upon us.

So He's garbed by the Father as high priest, the Father  then anoints Jesus with oil,

v the sanctuary then is anointed with the blood of Jesus,

v then an earthly ministry is installed.

Is there an earthly ministry that's going to announce all of these things now that are also anointed with the Spirit? Absolutely!

v And then you have the establishment of a covenant people to proclaim Christ's heavenly work.

v And finally you have the beginning of Christ's ministry to forgive sins and to write the Law upon the heart.

Those are the events that are highlighted at the Feast of Pentecost.

Is that clear, the summary of the events?

 


Pertama-tama, apa yang terjadi selama 10 hari itu?

1.   Seperti yang saya singgung kemarin, saya meyakini Kenaikan Yesus ke Surga makan waktu tujuh hari.

Kalian berkata, “Nah, dari mana kita mendapat konsep itu?”

Nah, saya tidak punya “demikianlah kata Allah” (tidak ada ayat Alkitabnya), tetapi Ellen White menjelaskan bahwa perjalanan kita ke Surga nanti akan makan waktu tujuh hari. Dan kita tahu bahwa kenaikan Yesus ke Surga itu suatu prosesi, Yesus bukan tiba-tiba gaib dari bumi dan muncul di Bilik Kudus di mana Bapa berada. Mazmur 24 menggambarkan proses tersebut. Para malaikat datang menjemputNya, dan Dia diangkat dalam awan ~ dan Ellen White berkata bahwa para murid memandang awan itu sementara awan itu naik perlahan-lahan hingga lenyap dari pandangan mereka. Jadi Yesus bukan diangkat, zoom, tiba-tiba Dia sudah muncul di Bilik Kudus. Tidak! Kalian tahu ini adalah suatu prosesi kemenangan militer karena Mazmur (24:8) berkata, 8 Siapakah Raja Kemuliaan ini? Tuhan yang kuat dan hebat, Tuhan yang hebat dalam peperangan…” Apakah Yesus datang dari medan perang? Percayalah, Dia datang dari medan perang, Dia punya luka-luka untuk membuktikannya. Tetapi Dia hidup, kan? Maka sekarang Dia datang dengan luka-luka di tangan-tanganNya, Dia telah menjalani suatu perang mati-matian dengan Iblis, dan sekarang dia kembali dan Dia membawa pampasan perang bersamaNya karena Dia telah merampok kubur-kubur, Dia membawa kembali para tawanan, dan Iblis tahu, oh-oh ada buah sulung, berarti nanti akan ada buah akhir juga! Maka Dia datang kembali, sang Jenderal yang sudah menang perang, dan Mazmur 24 adalah Mazmur kenaikan Yesus.

Lihat, Mazmur 22, 23, dan 24 harus dipelajari bersama-sama. Mazmur 22 adalah Mazmur penyaliban, 1 Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Mazmur 22:1 mulainya demikian. Tetapi Mazmur 23 adalah beristirahatnya Yesus di dalam kubur, 4 Sekalipun aku berjalan melalui lembah bayang-bayang maut, aku tidak akan takut bahaya, sebab Engkau besertaku…” Dan Mazmur 24 adalah Mazmur kenaikan Kristus, kebangkitan dan kenaikan Kristus.

Jadi Kristus sedang naik dan Mazmur 24 dinyanyikan bersahut-sahutan antara malaikat-malaikat yang tersisa di Surga, para penjaga yang tetap ada di dalam Kota, dengan balatentara surgawi yang membawa Yesus kembali. Prosesi ini berlangsung lama. Dan tentu saja Yesus memproklamasikan kemenanganNya atas para pemimpin dan penguasa, itu Efesus 2, kita nanti akan kembali ke sana dalam pelajaran kita. Bukankah ini menegangkan? Jadi saya meyakini bahwa kenaikan Kristus berlangsung selama tujuh hari, waktu yang sama yang dibutuhkan umat Allah untuk naik ke Surga.

2.   Kemudian makan waktu tiga hari untuk semua peristiwa berikut yang kita gambarkan:

Jadi pertama, Bapa mengenakan pada Yesus pakaian imam besar, kemudian Bapa mengurapi Yesus dengan minyak. Kepada siapa Bapa memberikan janji Roh, apakah Bapa memberikanNya kepada kita atau Dia memberikanNya kepada Yesus untuk diberikan kepada kita? Di Kisah 2 dikatakan Yesus menerima janji Bapa itu.

v Jadi pertama-tama Yesus diurapi sebagai imam besar umatNya,

v Kemudian Dia menuangkan, katakanlah, minyak itu ke atas kita.

Jadi Dia diberi pakaian imam besar oleh Bapa, lalu Bapa mengurapi Yesus dengan minyak,

v kemudian Bait Suci diurapi dengan darah Yesus

v lalu suatu ministri duniawi ditetapkan.

Apakah ada ministri duniawi yang akan mengumumkan semua hal ini sekarang, yang juga diurapi oleh Roh? Tentu saja!

v Kemudian ditetapkanlah satu umat perjanjian, untuk mengumumkan pekerjaan surgawi Kristus.

v Dan akhirnya dimulailah ministri Kristus untuk pengampunan dosa dan menuliskan Hukum Allah dalam hati.

Itulah peristiwa-peristiwa yang ditekankan pada Perayaan Pentakosta.

Apakah ini jelas, ringkasan peristiwa-perisitiwa?

 


Now the way that I've organized this particular lesson is, we're going to take a look at the type – antitype,  type -  antitype one event after another. We are on page 94.

Let's take a look first of all at the historical type. The events at Mount Sinai ~ remember Sinai is the historical event that points forward to the day of Pentecost ~ the events at Mount Sinai took place 50 days after the deliverance of Israel from Egypt, on the 6th day of the month of Sivan, the 3rd month of the Hebrew religious year. We know that because it says in Exodus 19:1, 1 In the third month after the children of Israel had gone out of the land of Egypt, on the same day, they came to the Wilderness of Sinai.”

So Pentecost took place in the 3rd  month, Israel arrives at Mount Sinai when? In the third month.

Now Leviticus 23:15-16 speaking about the Feast of Pentecost says, 15 ‘And you shall count for yourselves from the day after the Sabbath, from the day that you brought the sheaf of the wave offering: seven Sabbaths shall be completed. 16 Count fifty days to the day after the seventh Sabbath; then you shall offer a new grain offering to the Lord.” So Pentecost took place 50 days after the wave sheaf had been waved before the Lord.

 


Nah, cara saya mengatur pelajaran ini ialah kita akan melihat tipe – antitipe, tipe – antitipe setiap peristiwa satu per satu. Kita ada di hal. 94.

Mari kita lihat pertama-tama tipe historisnya, yaitu peristiwa-peristiwa di gunung Sinai ~ ingat, Sinai adalah peristiwa sejarahnya yang menunjuk ke depan ke hari Pentakosta ~ peristiwa-peristiwa di gunung Sinai terjadi 50 hari setelah orang Israel dilepaskan dari Mesir, pada hari ke-6 bulan Sivan, bulan ke-3 tahun relijius Ibrani. Kita tahu itu karena di Keluaran 19:1 dikatakan, 1 Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga…”  Jadi Pentakosta terjadi pada bulan ketiga. Kapan orang Israel tiba di gunung Sinai? Di bulan ketiga.

Sekarang Imamat 23:15-16 bicara tentang Perayaan Pentakosta, berkata, “…15 Dan kamu harus menghitung sendiri mulai dari hari setelah Sabat, dari hari kamu membawa berkas persembahan unjukan;  harus genap tujuh Sabat. 16 Hitunglah hari sesudah Sabat yang ketujuh itu hari ke-50, lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian yang baru kepada TUHAN…”  Jadi Pentakosta terjadi 50 hari setelah berkas unjukkan itu sudah diunjukkan di hadapan Tuhan.

 

 

Now what is the prophetic anti-type of this? According to Acts 2:1 and verse 15 Jesus presented Himself at Pentecost before the Father,  how many  days after the waving of First Fruits? Exactly 50 days after the waving of the sheaf, to the very hour. Is that true? Let's notice Acts 2:1 and then verse 15, 1 When the Day of Pentecost had…” what?  “…fully come…” what does “fully come” mean? They're talking about precision, chronological precision? Yes!  “…1 When the Day of Pentecost had fully come, they were all with one accord in one place. .. and then verse 15 tells us the hour when Pentecost took place. Peter says to those naysayers who are saying that those who are speaking in tongues, they're drunk. He says here, “...15 For these are not drunk, as you suppose, since it is only the third hour of the day…” what is the third hour of the day? Nine o'clock in  the morning.

So what time did Jesus present Himself before His Father  to wave the sheaf, so to speak? Must have been 9  o'clock in the morning, because Pentecost was exactly 50 days later. So we know when Jesus appeared before the Father,  and we know what hour the Holy Spirit was poured out.

So the parallel here is that the Sinai event took place in the 3rd month, and Pentecost took place what? In the 3rd month. So Sinai is the fulfillment of Pentecost in the history of Israel.

So we need to look at what happened at Sinai because that's what prefigures or illustrates what happens with the fulfillment of the Feast of Pentecost.

 

Sekarang, apa anti-tipe nubuatannya dari ini? Menurut Kisah 2:1 dan ayat 15, Yesus mempersembahkan DiriNya saat Pentakosta di hadapan Bapa, berapa  hari setelah Buah Sulung diunjukkan? Tepat 50 hari setelah berkas unjukan diunjukkan, tepat sampai ke jamnya. Apakah benar begitu? Mari kita simak Kisah 2:1 kemudian ayat 15, 1 Ketika hari Pentakosta…”  apa?  “…benar-benar telah tiba…”  apa yang dimaksud dengan “benar-benar tiba”? Apa mereka bicara tentang presisi, kronologi yang presisi? Ya! “…Ketika hari Pentakosta benar-benar tiba, mereka semuanya dengan sehati berkumpul di satu tempat…” kemudian ayat 15 memberi kita jamnya kapan Pentakosta terjadi. Petrus berkata kepada mereka yang nyinyir yang menuduh orang-orang yang berbicara dalam bahasa-bahasa lain bahwa orang-orang itu mabuk, Petrus berkata di sini, “…15 Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena sekarang baru jam ketiga…”  Jam ketiga itu apa? Pukul Sembilan pagi.

Jadi kapan Yesus mempersembahkan DiriNya di hadapan BapaNya mengunjukkan berkas unjukannya, katakanlah demikian? Tentunya pukul 9 pagi, karena Pentakosta tepat 50 hari kemudian. Jadi kita tahu kapan Yesus tampil di hadapan Bapa, dan kita tahu pukul berapa Roh Kudus dicurahkan.

Maka paralelnya di sini ialah peristiwa Sinai terjadi di bulan ketiga, dan Pentakosta terjadi kapan? Di bulan ketiga. Jadi Sinai adalah penggenapan Pentakosta dalam sejarah Israel.

Jadi kita perlu melihat pada apa yang terjadi di Sinai karena itulah yang mendahului atau menggambarkan apa yang terjadi dengan penggenapan Perayaan Pentakosta.

 

 

Now let's notice the next historical type.

The people were to gather at the door of the tabernacle for the anointing of Aaron, his sons, and the sanctuary. Notice Leviticus 8:4-5, the people were to gather at the entrance. It says, So Moses did as the Lord commanded him. And the congregation was gathered together at the door of the tabernacle of meeting. And Moses said to the congregation, ‘This is what the Lord commanded to be done.’…” Where did they gather? They gathered at the door of the tabernacle, right? They all gathered together because now something very significant was going to take place there in the Holy Place. Aaron was going to be clothed as a high priest, he was going to be anointed, his sons were going to be anointed, the sanctuary was going to be anointed, the people had to be gathered there to focus on what was going to happen in the Holy  Place of the sanctuary. 

 


Sekarang mari kita simak tipe historis berikutnya.

Orang-orang harus berkumpul di pintu tabernakel untuk upacara pengurapan Harun, anak-anaknya, dan Kemah Suci. Simak Imamat 8:4-5, orang-orang harus berkumpul di pintu masuk. Dikatakan, 4 Maka Musa melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya. Dan jemaat dikumpulkan bersama-sama di depan pintu Kemah Pertemuan.

5 Dan Musa berkata kepada jemaat itu: ‘Inilah yang diperintahkan TUHAN untuk dilakukan.’…” di mana mereka berkumpul? Mereka berkumpul di pintu tabernakel, benar? Mereka semua berkumpul bersama-sama karena sekarang sesuatu yang sangat signifikan akan terjadi di Bilik Kudus di sana. Harun akan dikenakan jubah imam besar, dia akan diurapi, anak-anaknya akan diurapi, kemah suci akan diurapi, maka jemaat harus berkumpul di sana untuk fokus pada apa yang akan terjadi di Bilik Kudus Kemah Suci.





Where is the fulfillment to this? Where all of God's people are gathered together to follow the work that Jesus is going to fulfill in the Holy Place? Well, let's read Acts 2:1,
“…1 When the Day of Pentecost had fully come, they were all…” what?  “…with one accord…” where?  “…in one place….” So were all God's people gathered together on the day of Pentecost like Israel gathered together? Where was Israel gathered? They were gathered at the door of the tent. And what was beyond the door to the tent? The Holy Place. So where were God's people gathered on the day of Pentecost? They were in the Upper Room, but where did they need to have their focus? Where was Jesus going to be clothed as a high priest, where was He going to be anointed, where was the sanctuary going to be anointed? It was going to happen where? In the Holy Place of the heavenly sanctuary. And by faith those who were gathered in the upper room needed to be present there. They were in the Court, but what was going to happen was going to take place in the Holy Place of the sanctuary.

 

Apa penggenapannya? Di mana semua umat Allah dikumpulkan bersama untuk mengikuti pekerjaan yang akan digenapi Yesus di Bilik Kudus? Nah, mari kita  baca Kisah 2:1, 1 Ketika hari Pentakosta benar-benar telah tiba, mereka semuanya…”  apa?   “…dengan  sehati berkumpul…”  di mana?   “…di satu tempat…”  Jadi apakah semua umat Allah berkumpul bersama pada hari Pentakosta seperti bangsa Israel berkumpul bersama? Di mana bangsa Israel berkumpul? Mereka berkumpul di pintu tenda. Dan apa yang ada di belakang pintu tenda? Bilik Kudus. Jadi di mana umat Allah berkumpul pada hari Pentakosta? Mereka berada di loteng, di ruang atas, tetapi ke mana mereka harus memusatkan perhatian mereka? Di mana Yesus akan dikenakan jubah imam besar, di mana Dia akan diurapi, di manakah Bait Suci yang akan diurapi? Akan terjadi di mana? Di Bilik Kudus Bait Suci surgawi. Dan dengan iman mereka yang berkumpul di ruang atas itu harus hadir di sana. Mereka sedang berada di Pelataran, tetapi apa yang akan terjadi, akan terjadi di Bilik Kudus Bait Suci surgawi.

 

 

Here's another historical type. There was a special preparation in cleansing of Israel at Mount Sinai before God came down to dwell in their midst. Is that true? Did the people have to prepare before this? Oh, absolutely! It says in Exodus 19:10-11 and verse 14, 10 Then the Lord said to Moses, ‘Go to the people and consecrate them today and tomorrow, and let them…” what?  “…wash their clothes. 11 And let them be ready for the third day. For on the third day the Lord will come down upon Mount Sinai in the sight of all the people….”  

What is the prophetic anti-type? Was there a special preparation needed by those who would receive the Holy Spirit on the day of Pentecost? Absolutely! Acts 1:14, “ 13 And when they had entered, they went up into the upper room where they were staying: Peter, James, John, and Andrew; Philip and Thomas; Bartholomew and Matthew; James the son of Alphaeus and Simon the Zealot; and Judas the son of James. 14 These all continued with one accord in prayer and supplication…” so what were they doing? They were praying, they were supplicating, they were making things right, it says,  “…with the women and Mary the mother of Jesus, and with His brothers….”

 

Ini ada tipe historis yang lain. Ada persiapan khusus terkait pembersihan bangsa Israel di gunung Sinai sebelum Allah turun untuk hidup di tengah-tengah mereka. Apakah itu benar? Apakah bangsa Israel harus membuat persiapan ini?  O, tentu saja! Dikatakan di Keluaran 19:10-11 dan ayat 14, 10 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Pergilah kepada bangsa itu dan kuduskanlah mereka hari ini dan besok, dan mereka harus…”  apa?  “…mencuci pakaian mereka. 11 Hendaknya mereka  bersiap untuk hari yang ketiga. Sebab pada hari ketiga TUHAN akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di atas gunung Sinai…” 

Apa antitipe nubuatannya? Apakah ada persiapan khusus untuk dilakukan mereka yang akan menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta? Tentu saja! Kisah 1:14, “…13 Setelah mereka masuk, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang: Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. 14 Mereka semua bertekun  dengan sehati dalam doa dan permohonan,…”  jadi mereka sedang berbuat apa? Mereka berdoa, mereka memohon, mereka menyelesaikan semua perbedaan mereka. Dikatakan,  “…bersama-sama dengan beberapa perempuan, serta Maria ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.”

 

 


Ellen White amplifies what took place there in Acts of the Apostles page 37, “These days of preparation were days of…” what?  “…deep heart searching. The disciples felt their spiritual need and cried to the Lord for the holy unction  that was to fit them for the work of soul saving. They did not ask for a blessing for themselves merely. They were weighted with the burden of the salvation of souls. They realized that the gospel was to be carried to the world, and they claimed the power that Christ had promised.”

So they're gathered there, they know that they're going to be instruments to take the gospel to  the world.

 

Ellen White menjelaskan apa yang terjadi di sana di Acts of the Apostles hal. 37,    “…Hari-hari persiapan itu adalah hari-hari…”  apa?    “…menyelidiki hati yang mendalam. Para murid merasakan kebutuhan rohani mereka dan berseru kepada Tuhan memohon pengurapan kudus yang akan melayakkan mereka untuk pekerjaan menyelamatkan jiwa. Mereka tidak hanya meminta berkat bagi diri mereka sendiri. Mereka diberati oleh beban keselamatan jiwa-jiwa. Mereka menyadari bahwa injil harus disampaikan kepada dunia, dan mereka mengklaim kuasa yang telah dijanjikan Kristus. …” 

Jadi mereka berkumpul di sana, mereka tahu mereka akan menjadi alat yang membawa injil ke seluruh dunia.

 

 

Let me get a head of myself just for a moment here.  When God called Israel at Mount Sinai and He made them His people, did He have the intention that they would become witnesses to the whole world? We'll find that in a few moments, actually in our next session. God made them a kingdom of priests that God's salvation would reach to the ends of the earth,  the Old Testament says that. That's why they were incorporated as  His chosen people at Sinai, just as at Pentecost those who were present there become the nucleus of God's people to announce the message to the world.

So this was a time of deep preparation like Israel prepared at Mount Sinai for God coming down, the the apostles prepared for the reception of the Holy Spirit, for God coming down as the Holy Spirit in the day of Pentecost.

 


Izinkan saya  mendahului diri saya sejenak di sini. Ketika Allah memanggil Israel di gunung Sinai dan Dia menjadikan mereka umatNya, apakah Allah punya tujuan mereka akan menjadi saksi-saksi ke seluruh dunia? Sebentar nanti kita akan melihat itu, tepatnya di sesi berikut kita. Allah menjadikan mereka suatu kerajaan imam agar keselamatan dari Allah bisa mencapai sampai ke ujung bumi, kitab Perjanjian Lama berkata begitu. Itulah mengapa mereka dikumpulkan menjadi satu kesatuan di Sinai, sebagai umat pilihanNya, sama seperti saat Pentakosta mereka yang hadir di sana menjadi bagian inti dari umat Allah untuk menyampaikan pekabaran itu kepada seluruh dunia.

Maka ini adalah saat penyelidikan hati yang mendalam sebagaimana bangsa Israel yang bersiap-siap di gunung Sinai untuk kedatangan Allah, maka para rasul membuat persiapan menyambut Roh Kudus, menyambut Allah turun sebagai Roh Kudus pada hari Pentakosta.

 

 


Historical type: Israel offered multiple sacrifices on the day of Pentecost.  What did Jesus do in fulfillment of this on the day of Pentecost? You can read this in Revelation chapter 5. He presented Himself before the Father as what? As the slain lamb and as the resurrected lamb, and began ministering His blood in favor of His people. You know, Jesus did not die again at Pentecost. Sacrifices were offered at Pentecost but they represented the sacrifice that He had offered.

And so the blood that is offered on the Day of Atonement doesn't mean that the Day of Atonement was at the cross. It means that the blood that was shed at the cross is now applied on the Day of Atonement.  Are you with me or not? So just because on the Day of Atonement, you know a sacrifice is made, it doesn't mean that the sacrifice of Jesus on the cross was the Day of Atonement. It's a false assumption. Yes, the blood that is used on the Day of Atonement is the blood that was shed on the cross, but that doesn't mean that everything connected with the Day of Atonement took place at the cross.

 


Tipe historis: Israel mempersembahkan banyak kurban pada hari Pentakosta. Apa yang dilakukan Yesus sebagai penggenapan ini pada hari Pentakosta? Kalian bisa membaca ini di Wahyu pasal 5. Yesus mempersembahkan DiriNya di hadapan Bapa sebagai apa? Sebagai domba yang telah disembelih dan domba yang telah bangkit, dan mulai membuat mengaplikasikan darahNya demi manfaat umatNya. Kalian tahu, Yesus tidak mati lagi di Pentakosta. Kurban-kurban memang dipersembahkan di Pentakosta tetapi mereka melambangkan korban yang sudah dipersembahkanNya. Maka darah yang dipersembahkan pada Hari Pendamaian tidak berarti bahwa Hari Pendamaian itu penyaliban. Itu berarti bahwa darah yang ditumpahkan di salib sekarang diaplikasikan pada Hari Pendamaian. Apakah kalian paham atau tidak? Jadi hanya karena pada Hari Pendamaian ada persembahan kurban, itu tidak berarti kurban Yesus di salib adalah Hari Pendamaian. Itu asumsi yang salah. Betul, darah yang dipakai di Hari Pendamaian adalah darah yang dicurahkan di salib, tetapi ini tidak berarti bahwa semua yang terkait Hari Pendamaian terjadi di salib.

 

 


Now we’ve got 58 seconds left, so let me just introduce the next point which is, that there were spectacular phenomena in nature at Mount Sinai. Do you suppose that on the day of Pentecost there might be some supernatural phenomena taking place as well? Absolutely! Are you seeing the parallels between Mount Sinai and what happened at Pentecost? So do we have to understand what happened at Sinai to understand Pentecost? Of course, it's the foundation for Pentecost in the history of Israel. See, we're following Israel's festivals. Sinai is the next step in the festivals and so the day of Pentecost is also the next step after Passover, Unleavened Bread and First Fruits. It's amazing the way the Bible has all this in perfect chronological order.

 


Sekarang kita hanya punya waktu 58 sekon, jadi saya akan memperkenalkan poin berikut yaitu bahwa ada fenomena-fenomena yang luar biasa di alam di gunung Sinai. Apakah menurut kalian pada hari Pentakosta mungkin terjadi fenomena-fenomena supranatural juga? Tentu saja! Apakah kalian melihat keparalelan antara gunung Sinai dan apa yang terjadi di Pentakosta? Jadi apakah kita harus mengerti apa yang terjadi di Sinai untuk bisa memahami Pentakosta? Tentu, itulah fondasinya untuk Pentakosta, dalam sejarah bangsa Israel. Lihat, kita mengikuti festival-festival Israel. Sinai adalah langkah berikutnya dalam festival-festival itu maka hari Pentakosta juga adalah langkah berikutnya setelah Passah, Roti Tidak Beragi, dan Buah Sulung. Mengagumkan cara Alkitab menyodorkan semua ini dalam urut-urutan kronologi yang sempurna.

 

 

 

 

 

12 06 21

No comments:

Post a Comment