Saturday, January 13, 2024

EPISODE 17/32 ~ THE FINAL GENERATION SYMPOSIUM ~ FIVE YEARS TO THE GATE OF HEAVEN ~ DENNIS PRIEBE

 

THE FINAL GENERATION SYMPOSIUM

Part 17/32 – Dennis Priebe

FIVE YEARS TO THE GATE OF HEAVEN

https://www.youtube.com/watch?v=TvSdcmimgus&list=PLIWJyuxBfZ7i2O8wOtdyuCvOndkH4jq9L&index=17

 

 

Dibuka dengan doa

 

Tonight's study is not a biblical study. It is a historical study. We are going to look at the most important five years in the entire history of the Seventh-Day Adventist church. During those five years we were closer to the gates of heaven than at any time before or since. We were closer to a national Sunday Law than we are today. The image of the Beast was forming piece by piece, as Christian reform groups were forming in our country. The United States was in a national depression recession, banks were closing, and this was spreading throughout the world. Those years were 1888 to 1893, over 120 years ago now, a different era.

 

Pelajaran malam ini bukan sebuah pelajaran Alkitab. Ini sebuah pelajaran sejarah. Kita akan menyimak ke lima tahun yang paling penting dalam seluruh sejarah gereja MAHK. Selama lima tahun itulah kita paling dekat kepada gerbang surga dibandingkan waktu mana pun sebelum atau sesudahnya. Saat itu kita lebih dekat kepada Undang-undang hari Minggu nasional daripada hari ini. Patung Binatang sedang terbentuk keping demi keping ketika kelompok-kelompok reformasi Kristen bermunculan di negara kita. Amerika Serikat saat itu dalam kondisi depresi nasional akibat resesi, bank-bank berjatuhan, dan ini menyebar luas ke seluruh dunia. Itu adalah tahun-tahun 1888 hingga 1893, lebih dari 120 tahun yang lalu sekarang, di suatu era yang berbeda.

 

 

Here is inspired confirmation of how important those years were, and this was written in 1898 in the Australasian record. “Had the purpose of God been carried out by His people in giving the message of mercy to the world, Christ would have come to the earth, and the saints would ere this, have received their welcome into the city of God.” (October 15, 1898). Had the purpose of God been carried out, we would not be doing this today. And so for the next hour we are going to try to break down this five-year period. It is my hope that if we can learn the lessons of what went wrong during that time, the gates of heaven may open to us today. 

 

Di sini ada konfirmasi yang terinspirasi tentang betapa pentingnya tahun-tahun tersebut, dan ini ditulis di catatan Australasian Record 1898. “…Sekiranya tujuan Allah dilaksanakan oleh umatNya dengan menyampaikan pekabaran rahmat kepada dunia, Kristus sudah lama datang ke dunia, dan orang-orang kudus sebelum ini akan sudah menerima sambutan mereka masuk ke dalam kota Allah.” (15 Oktober 1898). Sekiranya tujuan Allah dilaksanakan, hari ini kita tidak akan melakukan seminar ini. Maka selama satu jam berikutnya kita akan mencoba menguraikan periode lima tahun ini. Harapan saya, jika kita bisa belajar dari kesalahan yang terjadi di waktu itu, gerbang surga mungkin akan terbuka bagi kita sekarang.

 

 

I’m going to be very specific and very direct in this presentation and I will name the individuals who played a part in this most important five years in the history of the Adventist church.

 

Saya akan sangat spesifik dan sangat blak-blakan dalam presentasi ini, dan saya akan menyebut nama orang-orang yang memainkan peranan dalam lima tahun yang terpenting dalam sejarah gereja Advent.

 

 

In 1893 at the General Conference W.W. Prescott identified the beginning point of this crucial period. He said,  “How long has it been since God in a special manner began to send this light and this instruction and this reproof for you and me, reckon it up, four years…” it is the fourth year since Minneapolis and going on the fifth, “…God has waited and sent reproof, and waited and sent reproof four years.” 

 


Di 1893 di General Conference, W.W. Prescott mengidentifikasi titik awal dari periode yang krusial ini. Katanya,  “…Sudah berapa lama sejak Allah dengan cara yang istimewa mulai mengirimkan terang ini, dan instruksi ini, dan teguran ini kepada kalian dan saya; hitunglah, empat tahun…” saat itu adalah tahun keempat sejak Minneapolis, dan jalan tahun kelima, “…Allah telah menunggu dan mengirimkan teguran, dan menuggu dan mengirimkan teguran, empat tahun.” 

 

 

A.T. Jones tied this time to the beginning of the Latter Rain. Here's what he said, “Well, then the Latter Rain, the Loud Cry is the teaching of righteousness. Now, brethren when did that message of the righteousness of Christ begin with us as a people? Yes, four years. Where was it? What then did the brethren reject at Minneapolis? The Loud Cry, the Latter Rain is what was rejected. I know…” he said,  “…that some there accepted it; others rejected it entirely; others tried to stand halfway between and get it that way, they thought to take a middle course. And although they did not exactly receive it or exactly commit themselves to it, yet they were willing to go whichever way the tide turned at the last, whichever way the body turned they were willing to go, instead of standing nobly…” he said,  “…in the fear of God and declaring in the face of that attack it is the truth of God, and I believe it in my soul they would begin to yield, and in an apologetic way offer excuses for those who are preaching it. Brethren, the truth of God needs no apology. All that the truth of God needs is that you and I shall believe it, and stand by it, in the face of all the attacks that can be made upon it. And let it be known that you do stand by the messengers whom God sends to preach, because God sends them with a message.”

And I have found that today it's very similar. Some are trying to take that safe middle course, apologizing for the mistakes of the ones who are putting their necks on the line for the truth. And brothers and sisters, I’m just going to say that fence-sitting is a very dangerous place to be, because Satan owns the fence.

 

A.T. Jones mengaitkan waktu ini kepada awal Hujan Akhir. Inilah yang dikatakannya,   “…Nah, kalau begitu, Hujan Akhir, Seruan Nyaring, adalah pelajaran kebenaran. Nah, Saudara-saudara, kapan pekabaran kebenaran Kristus mulai dengan kita sebagai umat? Ya, empat tahun. Di mana itu? Apa yang ditolak Saudara-saudara di Minneapolis? Seruan Nyaring, Hujan Akhir, itulah yang ditolak. Saya tahu…” dia berkata,  “…bahwa beberapa orang menerimanya; yang lain menolaknya sama sekali; yang lain berusaha berdiri di tengah dan mendapatkannya dengan cara itu, mereka pikir untuk mengambil jalan tengah. Dan walaupun mereka tidak sungguh-sungguh menerimanya, atau benar-benar berkomitmen untuk menerimanya, namun mereka bersedia mengikuti ke mana arah gelombang pasang itu akhirnya, ke arah mana tubuh berputar, mereka bersedia ikut, gantinya berdiri tegak dengan wibawa…” dia berkata, “…dalam takut akan Allah, dan menyatakan di hadapan serangan tersebut, bahwa itu adalah kebenaran Allah. Dan aku percaya dalam lubuk hatiku, mereka akan mulai menyerah, dan secara apologetik memberikan alasan-alasan bagi orang-orang yang mengkhotbahkannya. Saudara-saudara, kebenaran Allah tidak butuh alasan-alasan pembelaan. Apa yang diperlukan kebenaran Allah ialah supaya kalian dan aku akan mempercayainya, dan berdiri di pihaknya di hadapan semua serangan yang dibuat terhadapnya. Dan agar semua tahu bahwa kalian benar-benar berdiri di pihak utusan-utusan yang dikirim Allah untuk menyampaikannya, karena Allah mengutus mereka dengan suatu pekabaran…” 

Dan saya lihat hari ini itu sangat mirip. Ada yang mencoba mengambil jalan tengah yang aman, memberikan alasan-alasan bagi kesalahan-kesalahan mereka yang mempertaruhkan leher mereka demi kebenaran. Dan Saudara-saudara, saya hanya mau berkata bahwa duduk di pagar (= plin plan) adalah tempat yang berbahaya, karena Setan yang empunya pagar itu.

 

 

We need to keep in mind the attitudes that were prevalent in 1888. Meade MacGuire relates G.B. Starr's remembrance of these events in a letter and here is what they remembered.

The basement under a large building was rented and a number of delegates roomed there at night. A large curtain was hung across the room. And Elder Starr and wife slept in one end, while four or five ministers occupied the other end. One night Elder Jones had given a powerful discourse which Elder Starr and wife appreciated very much. They came to their room deeply impressed, and after prayer went to bed. After a while the men came to their apartment talking and laughing, and rather ridiculing Elder Jones’ statements. One of the men,  Elder C. called Elder Jones by some unfavorable name, but it shocked the Starrs. The next morning Sister White spoke, she said an angel took her from room to room. She finally pointed her finger directly at Elder C. and said, “Elder C, I am ashamed of you to call one who is giving a message from the Lord by such a name.” And it was the very name that Elder Starr had heard the man used the night before.

Kita perlu mengingat sikap yang umum ada di 1888. Meade MacGuire menceritakan apa yang diingat G.B. Starr tentang peristiwa-peristiwa ini dalam sepucuk surat, dan inilah menurut ingatan mereka.

Sebuah ruangan di bawah sebuah bangunan yang besar telah disewa dan di malam hari sejumlah delegasi menginap di sana. Sebuah tirai besar digantung untuk menyekat ruangan itu. Dan Ketua Starr dan istrinya tidur di satu ujung, sementara empat atau lima orang pendeta menempati ujung lain ruang tersebut. Suatu malam Ketua Jones memberikan ceramah yang berbobot yang sangat dihargai oleh Ketua Starr dan istrinya. Mereka kembali ke kamar mereka, sangat terkesan, dan setelah berdoa mereka pergi tidur. Setelah beberapa lama orang-orang lain masuk ke bagian kamar mereka sendiri, berbicara sambil tertawa, dan mencemooh pernyataan-pernyataan Ketua Jones. Salah satu dari mereka, Ketua C, menyebut Ketua Jones dengan beberapa nama yang tidak layak, itu membuat terkejut suami-istri Starr. Keesokan paginya Sister White bicara, dia mengatakan ada malaikat yang membawanya dari kamar ke kamar. Dia akhirnya menuding langsung Ketua C dan berkata, “Ketua C, saya malu dengan perbuatanmu menyebut orang yang menyampaikan pekabaran dari Tuhan dengan sebutan seperti itu.” Dan itu adalah sebutan yang persis sama yang didengar Ketua Starr dikatakan Ketua C pada malam sebelumnya.

 

 

In a letter that Ellen White wrote in the year 1893  she said,  “I was led from room to room occupied by our brethren at that meeting, and heard that of which everyone will one day be terribly ashamed; if it is not until the judgment, when every work will appear in its true light… In the rooms… there was a Witness to every remark made, the ungodly jest, the satire, the sarcasm, the wit. The Lord God of heaven was displeased with you and with everyone who shared in the merriment and in the hard unimpressible spirit. An influence was exerted that was Satanic. Some souls will be lost in consequence.” (from the 1888 Materials pages 1138 and 1139).

Obviously there was a very serious problem in 1888, and perhaps with all the theological discussions that was the most important issue is the attitudes and the spirit that was conveyed during these meetings. There's a lesson we need to learn here. Ridicule accomplishes nothing. Even when we disagree, we need to listen with a Christ-like Spirit.

 

Dalam sepucuk surat yang ditulis Ellen White di tahun 1893, dia berkata,    “…Aku dibawa dari kamar ke kamar yang ditempati oleh saudara-suadara kita yang hadir di pertemuan itu, dan mendengar apa yang suatu hari akan sangat membuat malu semua orang jika itu  tidak hingga saat penghakiman ketika setiap perbuatan akan ditampilkan dalam kenyataannya yang asli… Di kamar-kamar … ada Saksi kepada setiap komentar yang dibuat, olok-olok yang tidak Kristiani, satire-satire, sarkasme-sarkasme, gurauan-gurauan. Tuhan Allah surgawi tidak berkenan pada kalian dan pada semua yang berpartisipasi dalam senda gurau itu dan pada hati yang keras yang tidak peka. Suatu pengaruh yang Satanik dilepaskan. Akibatnya beberapa jiwa akan tidak selamat.” (dari 1888 Materials pages 1138 and 1139).  

Jelas ada masalah yang sangat serius di 1888, dan mungkin isu yang paling penting dari semua diskusi theologi ini adalah sikap dan roh yang ditunjukkan selama pertemuan-pertemuan ini. Ada pelajaran yang perlu kita pelajari di sini. Cemooh tidak menghasilkan apa-apa. Bahkan bila kita tidak sepaham pun, kita perlu mendengar dengan roh yang menyerupai Roh Kristus. 

 

 

Now this spirit unfortunately didn't die out in the 1890s. In 1945 a book was written by Norval Pease who said about A.T. Jones in 1893, he was pointed, vehement, almost vitriolic, in his utterances.

Just a few months after the General Conference session, Jones received a letter from Mrs. White warning him in the danger of extreme statements.

Nah, roh ini jelas tidak padam di 1890an. Di 1945 sebuah buku yang ditulis oleh Norval Pease, mengatakan bahwa A.T. Jones di 1893 itu blak-blakan, ngotot, nyaris pedas dalam ucapan-ucapannya.

Hanya beberapa bulan setelah sesi General Conference, Jones menerima sepucuk surat dari Ny. White memperingatkan dia tentang bahaya pernyataan-pernyataan yang ekstrem.

 

 

In 1926 A.G. Daniells looked back 38 Years to Minneapolis here's what he said, “How sad, how deeply regrettable it is, that this message of righteousness in Christ should at the time of its coming have met with opposition on the part of earnest well-meaning men in the cause of God. The message…” listen carefully “…has never been received, nor proclaimed, nor given free course as it should have been in order to convey to the church the measureless blessings that were wrapped within it.”

And this analysis by Elder Daniells repudiates the idea that some have given, that by 1900 most everyone had accepted the 1888 message, and the problem had been fixed.


Di 1926 A.G. Daniells melihat ke belakang 38 Years to Minneapolis, ini yang dikatakannya, “…Betapa menyedihkannya, betapa sangat disayangkan ialah bahwa pekabaran tentang kebenaran dalam Kristus ini pada waktu munculnya harus bertemu dengan perlawanan dari pihak orang-orang tulus yang bermaksud baik dalam pekerjaan Allah. Pekabaran itu…”  dengarkan baik-baik,  “…tidak pernah diterima, maupun diproklamasikan, maupun diberi kebebasan bergerak seperti yang seharusnya, untuk menyampaikan kepada gereja berkat-berkat yang tidak terhitung yang terkandung di dalamnya. …” 

Dan analisa oleh Ketua Daniells ini menangkal konsep yang diberikan beberapa orang bahwa sejak 1900 hampir semua telah menerima pekabaran 1888, dan masalah itu sudah dibereskan.

 

 

In 1937 Elder Taylor Bunch  wrote this, “Just before the end, the Advent people will review their past history and see it in a new light. We must acknowledge and confess the mistakes of our fathers, and see to it that we do not repeat them, and thus further delay the final triumph of the Advent movement. The history of the past must be reviewed and studied in the light of these mistakes, and their consequence in a long delay of the coming of Christ.”

Now in spite of this appeal our leading men have made official efforts to deny that there really was a rejection of the 1888 message.


Di 1937 Ketua Taylor Bunch menulis ini,    “…Tepat sebelum akhir masa, umat Advent akan memeriksa kembali sejarah masa lampau mereka dan melihatnya dengan pandangan yang berbeda. Kita harus menerima dan mengakui kesalahan-kesalahan nenek moyang kita dan memastikan kita tidak mengulangi mereka, dengan demikian memperpanjang kelambatan kemenangan akhir dari gerakan Advent. Sejarah masa lampau harus diperiksa lagi dan dipelajari sehubungan dengan kesalahan-kesalahan itu, dan konsekuensi mereka menunda lebih lama lagi kedatangan Kristus. …” 

Nah, kendati pun ada permohonan ini, para pemimpin kita telah berusaha secara resmi untuk menyangkal bahwa memang ada penolakan kepada pekabaran 1888.

 

 

I’m going to give you some samples of authors who have denied the rejection of the 1888 message was a continual rejection, for instance:

ü   A.T. Robinson  

“Did the Seventh-Day Adventist Denomination Reject the Doctrine of Righteousness By Faith?” that was written in 1931.

ü   C. McReynolds  

“Experiences while at the General Conference in Minneapolis Minnesota in 1888”, also in 1931.

All of these authors denying that there was a continued rejection of the message.

ü   Norval Pease  

“Justification and Righteousness by Faith in the Seventh-Day Adventist Church before 1900” written in 1945.

ü   L.H. Christian  

“The Fruitage of Spiritual Gifts” written in 1947

ü   A.W. Spalding  

“Captains of the Host” written in 1949.

ü   General Conference  

“The story of Our Church” written in 1956.

ü   A.V. Olsen  

“Through Crisis to Victory 1888 to 1901” written in 1966.

ü   Leroy Froome  

“Movement of Destiny” 1971.

ü   Desmond Ford   

“The Doctrinal Decline of E.J. Wagoner” in the 1970s.

ü   Bert Haloviak  

“Ellen White and A.T. Jones”  also written in 1981.

ü   even Arthur White

in “Ellen G. White the Lonely Years” 1984.

ü   George Knight  

“From 1888 to Apostasy: the Case of A.T. Jones” written in 1987.

All examples of books and presentations made, to say we got it right, we had our troubles but we all sorted it out, and now we're on the right track. And those who have suggested an ongoing rejection of the 1888 message are portrayed as negative and critical, trying to derail the marvelous progress of the Seventh-Day Adventist church in the 20th century.





Saya akan memberikan beberapa contoh penulis-penulis yang telah menyangkal bahwa penolakan pekabaran 1888 adalah penolakan yang terus-menerus, misalnya:

ü    A.T. Robinson  

“Did the Seventh-Day Adventist Denomination Reject the Doctrine of Righteousness by Faith?” (Apakah Denominasi MAHK Menolak Doktrin Pembenaran oleh Iman?) yang ditulis di tahun 1931.

ü    C. McReynolds

“Experiences while at the General Conference in Minneapolis Minnesota in 1888” (Pengalaman-pengalaman ketika di General Conference di Minneapolis Minnesota di 1888), juga di tahun 1931.

Semua penulis ini menyangkal bahwa ada penolakan yang terus-menerus dari pekabaran itu.

ü    Norval Pease  

“Justification and Righteousness by Faith in the Seventh-Day Adventist Church before 1900” (Pembenaran dan Kebenaran oleh Iman dalam gereja MAHK sebelum 1900) ditulis tahun 1945.

ü    L.H. Christian  

“The Fruitage of Spiritual Gifts” (Hasil Karunia-karunia Roh) ditulis di 1947.

ü    A.W. Spalding  

“Captains of the Host” (Komandan-komandan Balatentara) ditulis di 1949.

ü    General Conference  

“The story of Our Church” (Kisah Gereja Kita) ditulis di 1956.

ü    A.V. Olsen  

“Through Crisis to Victory 1888 to 1901” (Melalui Krisis Menuju Kemenangan 1888 hingga 1901) ditulis di 1966.

ü    Leroy Froome  

“Movement of Destiny” (Gerakan Takdir) 1971.

ü    Desmond Ford   

“The Doctrinal Decline of E.J. Wagoner” (Kemerosotan Doktrin E.J. Waggoner) di 1970an.

ü    Bert Haloviak  

“Ellen White and A.T. Jones” juga ditulis di 1981.

ü     bahkan Arthur White

di “Ellen G. White the Lonely Years” (Ellen G. White, Tahun-tahun yang Sepi) 1984.

ü    George Knight  

“From 1888 to Apostasy: the Case of A.T. Jones” (Dari 1888 ke Kemurtadan: Kasus A.T. Jones) ditulis di 1987.

Semua contoh buku-buku dan presentasi yang dibuat, mengatakan bahwa kita sudah menangkapnya dengan benar, bahwa tadinya memang ada masalah-masalah, tetapi kita sudah membereskan semuanya, dan sekarang kita sudah ada di jalur yang benar. Dan mereka yang berpendapat bahwa masih ada penolakan terhadap pekabaran 1888 digambarkan sebagai bersikap negatif dan kritikal, berusaha menggulingkan kemajuan hebat gereja MAHK di abad ke-20.

 

 

Maybe the confusion about whether we accepted or rejected that message is explained in a letter Elder Waggoner wrote in the year 1903, “While after much opposition, the denomination had officially accepted the advanced truth of the message, they had not taken it in practically. They took it in as one of the things that [quote] ‘we as a people believe’ but not as a thing by which to conduct business, and teach the sciences, etc. They did not see in the light that the Lord sent a principle that was to solve every problem and reorganize or rather organize, put life into it, the entire work…” in other words lip service “…but not heart change.”

 


Mungkin kebingungan tentang apakah kita menerima atau menolak pekabaran itu dijelaskan dalam sebuah surat yang ditulis Ketua Waggoner di tahun 1903. “…Sementara setelah banyak pertentangan, akhirnya denominasi menerima secara resmi kebenaran yang lebih mendalam dari pekabaran tersebut, namun mereka tidak menerimanya dalam praktek. Mereka menerimanya sebagai salah satu hal yang ‘kami yakini sebagai umat’ tetapi bukan sebagai sesuatu dengan mana kita bekerja, dan mengajarkan sains, dll. Mereka tidak melihat dalam terang yang telah dikirimkan Tuhan suatu prinsip untuk menyelesaikan setiap masalah dan mengorganisasikan kembali atau mengorganisasikan, menghidupkannya kembali, seluruh pekerjaan…”  dengan kata lain hanya di bibir saja,    “…tetapi bukan perubahan hati.”

 

 

At the 1901 General Conference W.W. Prescott said, “Where do we stand now in reference to this message? How far has that truth been received, not simply assented to, but actually received? Not far, I tell you. How far has the ministry of this denomination been baptized into that Spirit? Not far I tell you. For the past 13 years this light has been rejected and turned against by many and they are rejecting it and turning from it today.”

Today we accept the doctrine of righteousness by faith as a doctrine of the church that we are saved by grace through faith, but how much has it really changed our practical lives? Are we more compassionate today because of it? Are we less judgmental because of it? Are we more courteous? Are we more faithful to God's Word because we have been changed by this message? We have officially said, “Yes, we believe it”, but as we will see, we continue to deny the message, and denigrate the messengers.

 

Di General Conference tahun 1901, W.W. Prescott berkata,  “…Di mana posisi kita sekarang sehubungan dengan pekabaran ini? Seberapa jauh kebenaran itu telah diterima dan bukan semata-mata diiyakan tetapi sungguh-sungguh diterima? Saya katakan kepada kalian, tidak terlalu jauh. Seberapa jauh ministri denominasi ini telah dibaptiskan ke dalam Roh itu? Saya katakan kepada kalian, tidak terlalu jauh. Selama 13 tahun yang terakhir, terang ini telah ditolak dan tidak diindahkan oleh banyak orang dan mereka masih menolaknya dan tidak mengindahkannya hari ini. …” 

Hari ini kita menerima doktrin pembenaran oleh iman sebagai sebuah doktrin gereja bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman, tetapi seberapa banyak itu sungguh-sungguh telah mengubah hidup kita dalam prakteknya? Apakah hari ini kita lebih berbelaskasihan karenanya? Apakah kita berkurang menghakiminya karena itu? Apakah kita lebih ramah? Apakah kita lebih setia kepada Firman Allah karena kita telah diubahkan oleh pekabaran ini? Kita telah berkata secara resmi, “Ya, kita meyakininya”, tetapi seperti yang akan kita lihat, kita masih terus menyangkal pekabaran itu dan menjelek-jelekkan pembawa-pembawa pekabaran itu. 

 

 

In 1901 the General Conference was considering some major organizational changes and Prescott continued. He said, “The change that is needed is a complete change of heart. When a complete change of heart comes to God's ministry, the power that is in that, will sweep away all these extraneous things. It is not in this outward form and plan of operation, that is all right, it ought to be changed, but if our minds are resting upon that, the work will not be accomplished that way.” And I believe Prescott's concern about outward organizational changes being made without a heart change, should be carefully noted. Although such chanes outwardly would be beneficial to the church for years to come, they did not answer the underlying conditions which were holding back the promises of God during that time. And I think we have always found it easier to substitute organizational changes for heart surrender that has been very typical among us.

 

Di 1901 General Conference sedang mempertimbangkan beberapa perubahan besar dalam organisasi dan Prescott melanjutkan, dia berkata,   “…Perubahan yang dibutuhkan adalah perubahan hati yang menyeluruh. Bilamana perubahan hati yang menyeluruh datang pada ministri Allah, kuasa yang ada di dalamnya akan menyapu habis semua hal yang tidak relevan ini. Bukan dalam bentuk lahiriah dan rencana operasional, itu oke, itu perlu diubah, tetapi bila pikiran kita berhenti di sana, pekerjaan tidak akan diselesaikan dengan cara tersebut…”  Dan saya meyakini kekhawatiran Prescott tentang perubahan lahiriah organisatoris yang dibuat tanpa perubahan hati, itu perlu diperhatikan baik-baik. Walaupun perubahan-perubahan demikian secara lahiriah mungkin bermanfaat bagi gereja di tahun-tahun mendatang, itu tidak merupakan jawaban dari kondisi yang berlaku, yang menahan dicurahkannya janji-janji Allah pada waktu itu. Dan saya pikir, kita selalu merasa lebih mudah untuk mensubstitusi penyerahan hati dengan perubahan-perubahan organisatoris, yang selama ini sudah tipikal di antara kita.

 

 

Although Ellen White ~ yes, she fully supported these organizational changes made in 1901 ~ notice what she said in December of that very year, in what had to be one of the most heartbreaking predictions she ever had to make during her entire life, remember after the organizational changes of 1901.  “We may have to remain here in this world because of insubordination many more years as did the children of Israel. But for Christ's sake His people should not add sin to sin by charging God with the consequence of their own wrong course of action.”

Notice why we're here. Not because we have not made good changes in our organization but because of insubordination. That reference is Manuscript Releases Vol. 10 pg 277 and 278. And we've got to remember here that Ellen White was planning to be translated before the year 1900. She understood that this was God's final message, and now she realized she would have to die, and it would pass to another generation, and many more generations before those fulfill the fulfillment of those prophecies. And I think it is fair to say that we are discussing these very issues today as a direct fulfillment of this prediction she made during that year. And instead of confessing our responsibility for the delay, we are charging God for the delay whenever we say that Jesus will come at His own predetermined time. We are saying it's His fault.

 

Walaupun Ellen White ~ ya, dia mendukung sepenuhnya perubahan-perubahan organisatoris yang dibuat di 1901 ~ simak apa yang dikatakannya di bulan Desember tahun itu, salah satu prediksi yang paling menyedihkan yang pernah dibuatnya seumur hidupnya, ingat ini adalah setelah perubahan-perubahan organisatoris tahun 1901.  “…Mungkin kita masih harus tinggal di dunia ini banyak-banyak tahun lagi karena ketidakpatuhan, sebagaimana bangsa Israel. Tetapi demi Kristus, umatNya jangan menambahkan dosa kepada dosa dengan menyalahkan Allah atas konsekuensi tindakan mereka sendiri yang salah.”

Simak mengapa kita ada di sini. Bukan karena kita tidak membuat perubahan-perubahan yang baik dalam organisasi kita, melainkan karena ketidakpatuhan. Referensinya adalah dari Manuscript Releases Vol. 10 hal. 277-278.   Dan kita harus mengingat di sini bahwa Ellen White punya rencana untuk dimuliakan sebelum tahun 1900. Dia memahami bahwa ini adalah pesan Allah yang terakhir, dan sekarang dia menyadari dia bakal harus mati, dan itu akan dialihkan ke generasi yang lain, dan banyak generasi lagi sebelum mereka menggenapi penggenapan dari nubuatan-nubuatan itu. Dan menurut saya, layaklah untuk mengatakan bahwa kita membicarakan isu-isu ini hari ini sebagai penggenapan langsung dari prediksi yang dibuat Ellen White tahun itu. Dan kita bukannya mengakui tanggungjawab kita untuk penundaan tersebut, kita malah menyalahkan Allah untuk penundaan itu setiap kali kita berkata bahwa Yesus akan datang pada waktuNya yang telah ditetapkanNya sendiri. Kita mengatakan itu salah Dia.

 

 

In 1902 Ellen White wrote a letter to the General Conference Committee. “But the work that all heaven was waiting to do as soon as men prepared the way was not done, for the leaders in the work…” and this is an awesome statement,  “…for the leaders in the work closed and bolted the door against the Spirit's entrance, there was a stopping short of full  entire surrender to God, hearts that might have been purified from error were strengthened in wrongdoing, the doors were barred against the heavenly current that would have swept away all evil, men left their sins unconfessed, they built themselves up in their own wrongdoing and said to the Spirit of God, ‘Go Thy way for this time, when I have a more convenient season, I will call for Thee.’ The Lord calls…” and by the way, and she's continuing now, “…The Lord calls for the close self-examination to be made now that was not made at the last General Conference.”   Remember many changes were made but not the one change that was essential. That's (the Crest Collection page 95).

 

Di 1902 Ellen White menulis sepucuk surat kepada Komite General Conference,  “…Tetapi pekerjaan yang ditunggu seluruh Surga untuk dilaksanakan begitu manusia menyiapkan jalannya, tidak dilakukan karena para pemimpin pekerjaan itu…”  dan ini adalah pernyataan yang mengagumkan, “…karena para pemimpin pekerjaan itu menutup dan mengunci pintu menghalangi masuknya Roh. Niat dihentikan sebelum ada penyerahan sepenuhnya kepada Allah, hati-hati yang seharusnya bisa dimurnikan dari kesalahan, diteguhkan dalam perbuatan yang salah, pintu-pintu dibarikade terhadap masuknya arus surgawi yang akan menyapu lenyap semua kejahatan, manusia-manusia membiarkan dosa-dosa mereka tanpa diakui, mereka membesarkan diri mereka dalam perbuatan salah mereka sendiri dan berkata kepada Roh Allah, Kali ini pergilah, apabila aku punya waktu yang lebih sesuai aku akan memanggil Engkau datang.’ (Kisah 24:25). Tuhan minta,…” dan ketahuilah, Ellen White melanjutkan sekarang, “…Tuhan minta untuk mengadakan introspeksi diri yang ketat sekarang yang tidak dilakukan di General Conference yang lalu…”  Ingat, banyak perubahan telah dibuat tetapi satu perubahan yang esensial justru tidak. Ini (the Crest Collection hal 95).

 

 

In 1903 Ellen White wrote to a friend. “The result of the last General Conference has been the greatest, the most terrible sorrow of my life. No change was made. The Spirit that should have been brought into the whole work as the result of that meeting, was not brought in.” Again Manuscript Releases Vol. 13 pg. 122 and 123.

Clearly now those organizational changes which are still a blessing for us today was not really what God was looking for, and what would have allowed Jesus to come to that generation. And for us today all that matters is a heart surrender, total surrender, hearts purified, sins confessed, and close self-examination, if we have any hope of seeing Jesus return in our lifetime.

 

Di 1903 Ellen White menulis kepada seorang teman,  “…Hasil General Conference yang terakhir adalah kesedihanku yang paling besar dan paling buruk. Tidak ada perubahan yang dibuat. Roh yang seharusnya dibawa masuk ke dalam seluruh pekerjaan sebagai akibat pertemuan itu, tidak dibawa masuk.…”  Kembali dari    Manuscript Releases Vol. 13 hal. 122-123. 

Jelaslah sekarang perubahan-perubahan organisatoris yang masih merupakan berkat bagi kita hari ini bukanlah apa yang sesungguhnya dikehendaki Allah, dan yang bisa mengizinkan Yesus datang di generasi itu. Dan bagi kita hari ini, yang penting adalah penyerahan hati, penyerahan total, hati-hati yang dimurnikan, dosa-dosa diakui, dan introspeksi diri yang ketat, kalau kita masih berharap melihat Yesus kembali di masa hidup kita.

 

 

In 1902 the Review and Herald office burned to the ground. In a short time after the fire had destroyed the Review and Herald office, an article by Ellen White was printed in the Adventist Review in which it was plainly stated that the destruction of the sanitarium and the Review office by fire was a visitation from God on account of their persistent departure from His ways and the failure to act upon the warning and instruction which had been given for many years through the Spirit of Prophecy. And Ellen White pled with those in Battle Creek who had [quote] “resisted light and evidence, refusing to listen to God's warnings” that they would see in the destruction of the Review and Herald office, an appeal to God from them to turn to Him with full purpose of heart.

And yet a short time after the 1903 General Conference session, at a meeting of the stockholders of the Review and Herald, an individual stated before a public audience that these fires were not the judgments of God at all, they were just fires.  My friends, the leaders were in denial back then, just as we continue to be in denial today.

 

Di 1902 kantor Review and Herald terbakar rata dengan tanah. Dalam waktu yang singkat setelah api memusnahkan kantor Review and Herald, sebuah artikel dari Ellen White dicetak di Adventist Review di mana dinyatakan dengan jelas bahwa penghancuran sanitarium dan kantor Review oleh api adalah penghakiman dari Allah karena pembangkangan terus-menerus dari jalanNya, dan kegagalan untuk merespons peringatan dan petunjuk yang telah diberika selama banyak tahun melalui Roh Nubuat. Dan Ellen White memohon dengan mereka yang di Battle Creek, yang telah “menolak terang dan bukti, menolak mendengarkan peringatan-peringatan Allah” bahwa mereka akan melihat dalam penghancuran kantor Review and Herald suatu permintaan dari Allah kepada mereka untuk berbalik kepadaNya dengan sepenuh hati.

Namun tidak lama setelah sesi General Conference 1903, di pertemuan para pemegang saham Review and Herald, seseorang menyatakan di hadapan audiensi publik bahwa api itu sama sekali bukanlah penghakiman Allah, itu hanya api. Teman-temanku, para pemimpin waktu itu dalam sikap penyangkalan, sama seperti kita hari ini juga berlanjut dalam penyangkalan.

 

 

I think God was doing everything He could to shock God's remnant church into an awareness of heaven's view of things, so that Christ's coming would not have to be delayed for another hundred years, much longer than Israel was delayed in the wilderness. How many warnings, how many warnings will it take for us to get serious about God's will and God's plan? And of course all the warnings and all of the judgments are for the purpose of bringing us to repentance. That's why God allows them to come, not to curse us, but to bring us to repentance.

 

Menurut saya Allah sedang melakukan apa saja yang bisa untuk membuat syok gereja umat Allah yang sisa supaya menyadari pandangan surgawi tentang kondisinya, agar kedatangan Kristus tidak harus ditunda seratus tahun lagi, lebih lama daripada Israel tertahan di  padang gurun. Berapa banyak peringatan yang dibutuhkan sampai kita bersikap serius tentang kehendak Allah dan rencana Allah? Dan tentu saja semua peringatan dan semua penghakiman tujuannya ialah untuk membawa kita kepada pertobatan. Itulah sebabnya Allah mengizinkan mereka datang, bukan untuk mengutuk kita melainkan untuk membawa kita kepada pertobatan.

 

 

A.T. Jones made this point at the 1893 General Conference. “The Latter Rain and the Loud Cry would only be given when they were of one heart and mind.” Therefore Jones instructed “…if there are any differences at all between you and any of the people on this earth, whether they are at this institute or not, it is time for you and me to get them out of the way.” And I say that's good counsel for us today. If there are differences we need to get them out of the way.

 

A.T. Jones membuat poin ini di General Conference tahun 1893, “…Hujan Akhir dan Seruan Nyaring hanya akan diberikan bilamana mereka sudah sehati dan sepikir…”  Karena itu Jones memberikan instruksi, “…Jika ada perselisihan apa pun antara kamu dan orang-orang di bumi ini, apakah mereka ada di dalam institusi ini atau bukan, sudah waktunya kamu dan aku menyingkirkan mereka jauh-jauh…”   Dan saya katakan itu nasihat yang bagus bagi kita hari ini. Jika ada perselisihan, kita perlu menyingkirkan mereka jauh-jauh.  

 

 

O.A. Olsen was the General Conference president who spoke at the same conference. He said,  “It is sin that is in the way of God's blessings. The sin must be removed before God's Spirit can come in. I don't care where it is, nor who it is, whether you have been a minister for a score of years, or whether you are the sinner just being awakened to the first sense of guilt, sin is sin everywhere. And it is sin that must be taken away before God can come in. But if we fail at one time, the Lord will take us over the ground again; and if we fail a second time He will take us over the ground again; and if we fail a third time the Lord will take us over the same ground again. Why is He thus taking us over the ground again and again? It is that we may lay hold of His grace and overcome.” [end quote]

Is there any doubt that God is taking us over the same ground again even today? Hoping that some generation will surrender in genuine lasting repentance, and the delay can be ended.


O.A. Olsen adalah presiden General Conference yang berbicara di konferensi yang sama. Dia berkata, “…Dosalah yang menghalangi berkat-berkat Allah. Dosa itu harus disingkirkan sebelum Roh Allah bisa masuk. Saya tidak perduli di mana itu, atau siapa itu, apakah kamu sudah pernah menjadi pendeta selama puluhan tahun, atau kamu hanya seorang pendosa yang baru bangun dari perasaan bersalah yang pertama, dosa adalah dosa di mana pun. Dan dosalah yang harus disingkirkan sebelum Allah bisa masuk. Tetapi jika suatu saat kita gagal, Tuhan akan membawa kita mengulangi keadaan itu lagi; dan jika kita gagal kedua kalinya, Tuhan akan membawa kita mengulangi keadaan itu lagi; dan jika kita masih gagal ketiga kalinya, Tuhan akan membawa kita mengulangi keadaan yang sama lagi. Mengapa Tuhan membawa kita mengulangi kondisi itu berulang-ulang? Itu supaya kita boleh mengklaim kasih karuniaNya dan menjadi pemenang.” 

Apakah ada keraguan Allah membawa kita mengulangi kondisi yang sama lagi bahkan hari ini? Berharap suatu generasi mau berserah dalam pertobatan yang sejati dan permanen, dan penundaan pun boleh diakhiri.

 

 

W.W. Prescott spoke to the same Conference. He said, “Now I am perfectly aware that I am speaking with great plainness, and I do not speak this without thought and prayer. I say that it is time for us to be zealous and repent, that God's special outpouring of His Spirit may come upon us without destroying us. If we don't make this matter a matter of earnest prayer, I say it simply means death to you and me. We cannot come to this assembly, this institute and Conference, and go day after day in an easy-going manner. It is time for everyone to be trembling in earnest for his own soul salvation. I tell you we might come and go here week in and week out, year in and year out, and yet not meet the mind of God concerning this time.”

 

W.W. Prescott bicara kepada Konferensi yang sama, dia berkata,   “…Nah, saya sungguh menyadari bahwa saya sedang bicara dengan sangat blak-blakan, dan saya tidak mengatakan ini tanpa dipikir dan doa. Saya katakan bahwa sekarang sudah waktunya bagi kita untuk menjadi tekun dan bertobat, supaya curahan istimewa dari Allah, RohNya, boleh datang pada kita tanpa membinasakan kita. Jika kita tidak menjadikan hal ini doa kita yang sungguh-sungguh, saya katakan itu semata-mata berarti kematian bagi kalian dan saya. Kita tidak bisa datang ke pertemuan ini, ke institusi ini, dan Konferensi ini, dan dari hari ke hari bersikap santai. Sudah waktunya bagi semua orang untuk bergetar dalam keseriusan bagi keselamatannya sendiri. Saya katakan kepada kalian, kita bisa datang dan pergi di sini dari minggu ke minggu dari tahun ke tahun namun tidak sesuai dengan pikiran Allah mengenai waktu ini.”

 

 

In 1895 Ellen White wrote this. “How long? How long will you hate and despise the messengers of God's righteousness? God has given them His message, they bear the Word of the Lord, but there are those who despise the men and the message they bore. They have taunted them with being fanatics, extremists, and enthusiasts. Let me prophesy unto you, unless you speedily humble your hearts before God and confess your sins, which are many, you will when it is too late see that you have been fighting against God, you will see that these men whom you have spoken against, have been as signs in the world, as witnesses for God; then you would give the whole world if you could redeem the past. Go on a little longer as you have gone in rejection of the light from heaven, and you are lost. If you reject Christ's delegated messengers, you reject Christ. Despise this glorious offer of justification through the blood of Christ and sanctification through the cleansing power of the Holy Spirit, and there ‘remaineth no more sacrifice for sins, but a certain fearful looking for of judgment and fiery indignation’…” (1888 Materials 1341 and 1342).

I don't think any stronger warning could ever have been given from the Lord. There is no clearer statement possible that Jones and Waggoner were sent by God to give a translation fitting-up message. And we are facing the same opposition to that message today, my friends, as was faced back then.

 

Di tahun 1895 Ellen White menulis ini,   “…Berapa lama lagi? Berapa lama lagi kalian mau membenci dan merendahkan kebenaran para utusan Allah? Allah telah memberi mereka pekabaranNya, mereka yang membawa Firman Tuhan, tetapi ada orang-orang yang membenci mereka dan pekabaran yang mereka bawa. Orang-orang itu mengolok-olok mereka sebagai  para fanatik, ekstremis, dan yang agamanya berlebihan. Saya akan bernubuat kepada kalian, kecuali kalian segera merendahkan hati kalian di hadapan Allah dan mengakui dosa-dosa kalian yang banyak, kalian akan melihat bila saatnya sudah terlambat bahwa kalian telah berperang melawan Allah, kalian akan melihat bahwa mereka yang kalian lawan itu, menjadi seperti tanda-tanda di dunia, sebagai saksi-saksi Allah, lalu saat itu kalian akan bersedia menyerahkan seluruh dunia andaikan bisa, sekiranya kalian bisa menebus waktu yang telah lewat. Lanjutkan sedikit lebih lama lagi seperti yang kalian lakukan dalam menolak terang dari Surga, dan kalian akan kehilangan keselamatan. Jika kalian menolak utusan-utusan yang dipilih Kristus, kalian menolak Kristus. Membenci tawaran yang mulia ini dari pembenaran melalui darah Kristus dan pengudusan melalui kuasa pembersihan Roh Kudus, 26 …maka tidak ada lagi kurban untuk dosa. 27 melainkan suatu penantian yang menakutkan akan datangnya penghakiman dan murka yang menyala-nyala…’ (Ibrani 10:26-27).” (1888 Materials hal. 1341-1342). 

Menurut saya tidak ada peringatan yang lebih keras yang pernah bisa diberikan dari Tuhan. Tidak ada pernyataan yang lebih jelas bahwa Jones dan Waggoner diutus oleh Allah untuk menyampaikan pekabaran bagi perubahan agar dilayakkan [bagi Surga]. Dan hari ini kita sedang menghadapi oposisi yang sama kepada pekabaran itu, teman-temanku, sebagaimana yang dihadapi di masa lampau itu.

 

 

As a result of Ellen White's strong reproofs of the leaders of the church, it was inevitable that the arrows of criticism would be leveled against her as well. In the year 1896 M.L. Andreasen was a new convert to the Seventh-Day Adventist church, and he was invited to sit in on some discussions of the leading men at Union College and here is what he wrote. “It was only a matter of eight years since the famous 1888 Conference in Minneapolis and the Conference was frequently the subject of discussion. I was astonished at the freedom with which they discussed personalities. A few of the leaders were waiting for the day when there would be a change in the way the church was run. They did not consider the message of Jones and Waggoner to be the real issue. The real issue was with whether Sister White was to be permitted to overrule the men who carried the responsibility of the work. It was an attempt to overthrow the position of the Spirit of Prophecy, and it seemed the men in opposition carried the day ~ as interpreted by some ~ the Minneapolis Conference was a revolt against Sister White…”


Dan sebagai akibat teguran-teguran keras Ellen White kepada para pemimpin gereja, tidak dapat dihindari anak-anak panah kritikan diarahkan terhadap Ellen White juga. Di tahun 1896, M.L. Andreasen adalah anggota baru gereja MAHK, dan dia diundang untuk menghadiri beberapa diskusi para pemimpin di Union College, dan inilah yang ditulisnya, “…Hanya lewat delapan tahun sejak Konferensi 1888 yang terkenal di Minneapolis itu, dan Konferensi itu sering menjadi topik diskusi. Saya terheran-heran melihat kebebasan dengan mana mereka membahas pribadi-pribadi secara personal. Beberapa dari pemimpin itu tidak sabaran menunggu saatnya ketika akan ada perubahan bagaimana gereja itu dioperasikan. Mereka tidak menganggap pekabaran Jones dan Waggoner adalah isu yang sebenarnya. Isu sebenarnya adalah apakah Sister White diizinkan lebih berkuasa daripada orang-orang yang bertanggungjawab atas pekerjaan itu. Ini adalah suatu upaya untuk menggulingkan posisi Roh Nubuat, dan sepertinya orang-orang yang menentangnya yang menang ~ seperti yang diinterpretasikan oleh beberapa orang ~ Konferensi Minneapolis adalah pemberontakan terhadap Sister White.” 

 

 

As you know this became the real issue:

ü    would Ellen White be allowed to overrule the leading man in the church?

ü    did she have prophetic authority or were her reproofs just her opinions?

I think this was identical to the way the Jews treated Jeremiah and John the Baptist.

 

Seperti yang kalian tahu inilah yang menjadi isu yang sebenarnya:

ü    apakah Ellen White diizinkan mengalahkan pemimpin di gereja?

ü    apakah dia punya autoritas kenabian atau teguran-tegurannya hanyalah pendapatnya sendiri?

Menurut saya ini sama dengan cara orang-orang Yahudi memperlakukan Yeremia dan Yohanes Pembaptis.

 

 

Ellen White recognized what was happening, she wrote in 1902, “I shall not appear before you again in our general gatherings, unless I am impressed by the Spirit of God that I should. The last General Conference that I attended…” that was in 1901 “…gave you all the evidence that you will ever have in any meeting that shall be convened. If that meeting did not convince you that God is working by His Spirit through His humble servant, it is because the candlestick has been removed out of its place.” (Manuscript Releases Vol. 18 195 and 196). That is as serious an indictment as can ever be made.

 

Ellen White mengenali apa yang terjadi, dia menulis di 1902,    “…Aku tidak akan hadir di hadapan kalian lagi dalam pertemuan-pertemuan umum kita, kecuali kalau aku mendapat kesan dari Roh Allah bahwa aku harus. General Conference yang terakhir yang aku hadiri…”  itu di 1901   “…sudah memberikan kalian semua bukti yang kalian perlukan dalam pertemuan apa pun yang akan pernah diadakan. Jika pertemuan itu tidak meyakinkan kalian bahwa Allah sedang bekerja oleh RohNya melalui hambaNya yang rendah hati, itu dikarenakan kakidian telah dipindahkan keluar dari tempatnya.” (Manuscript Releases Vol. 18 hal. 195-196). Ini adalah tuduhan yang seserius-seriusnya yang pernah dibuat. 

 

 

In 1903 she wrote this poignant appeal, “Physically I have always been as a broken vessel and yet in my old age the Lord continues to move upon me by His Holy Spirit, to write the most important books that have ever come before the churches and the world. The life that He spares I will use to His glory. And when He may see fit to let me rest, His messages shall be of even more vital force than when the frail instrumentality through whom they were delivered was living.” (Manuscript Releases Vol. 8 page 428). And today the same issue is our issue today, do we really have a prophetic voice speaking to our consciences or just an outdated strong-headed woman who wanted the church to go her way? Our decision is the same as theirs.

 

Di 1903 Ellen White menulis permohonan yang menyedihkan ini,   “…Secara fisik aku selalu adalah bejana yang rusak, namun di usia lanjutku, Tuhan terus menggerakkan aku oleh Roh KudusNya, untuk menulis buku-buku yang sangat penting yang pernah disampaikan kepada gereja-gereja dan dunia. Hidup yang telah diselamatkanNya ini mau aku pakai untuk kemuliaanNya. Dan bilamana baik menurutNya untuk mengizinkan aku beristirahat, pesan-pesanNya akan menjadi kekuatan yang bahkan lebih vital daripada ketika alat lemah ini yang menyampaikannya, masih hidup.” (Manuscript Releases Vol. 8 hal. 428)…”  Dan hari ini isu yang sama adalah isu kita, apakah kita sungguh-sungguh memiliki suara kenabian yang bicara kepada hati nurani kita atau hanya seorang perempuan yang keras kepala yang sudah ketinggalan zaman yang ingin gereja itu berjalan menurut kemauannya? Keputusan kita sama dengan keputusan mereka.   

 

 

As mentioned earlier the attacks against Jones and Waggoner and their message are as strong today or stronger than during the 1890s. In late November 1892 a two-part article from Ellen White was published in the Review. She said, “The Loud Cry of the third angel has already begun in the revelation of the righteousness of Christ. This is the beginning of the light of the angel, whose glory shall fill the whole earth.” She wrote that in 1892 in  Review and Herald November 22.

 

Sebagaimana sudah dikatakan tadi, serangan-serangan terhadap Jones dan Waggoner dan pekabaran mereka itu sama kuatnya atau malah lebih kuat daripada selama 1890an. Di akhir November 1892, sebuah artikel yang terdiri atas dua bagian dari Ellen White diterbitkan di Review, Ellen White berkata,  “…Seruan Nyaring malaikat ketiga sudah mulai dalam pengungkapan kebenaran Kristus. Inilah awal dari terang malaikat, yang kemuliaannya akan memenuhi seluruh bumi…”  Ellen White menulis ini di 1892 di Review and Herald November 22.

 

 

Writing in response to Ellen White's declaration O.A. Tate reported this, “The message is rising, brethren and sisters, and the last week's Review informs us in no uncertain language that the Loud Cry is already begun. We are told also in recent testimonies that the Holy Spirit awaits our demand and reception. Who cannot see that the Latter Rain is about to be poured out upon us in great measure? Are we ready to receive it?...” and you know that's a very logical deduction here. There is no way, no way that the Loud Cry can be taken to the world without the power of the Latter Rain. Both function together, they cannot function separately at all.

 

Menulis sebagai respons kepada deklarasi Ellen White, O.A. Tate melaporkan ini,   “…Pekabaran itu sedang bangkit, Saudara-saudara, dan Review minggu lalu memberitahu kita dengan kata-kata yang pasti bahwa Seruan Nyaring sudah dimulai. Kita juga sudah diberitahu dalam kesaksian-kesaksian terbaru bahwa Roh Kudus menantikan permohonan dan penerimaan kita. Siapa yang tidak bisa melihat bahwa Hujan Akhir akan dicurahkan ke atas kita dalam takaran yang besar? Apakah kita siap menerimanya? …”  dan kalian tahu itu adalah deduksi yang logis di sini. Tidak mungkin, tidak mungkin Seruan Nyaring bisa disampaikan kepada dunia tanpa kuasa Hujan Akhir. Kedua bekerja bersama-sama, mereka sama sekali tidak bisa bekerja secara terpisah.  

 

 

However, listen to this attempt to discredit this conclusion. George Knight asks the question, “is there in Ellen White's writings a strong connection between righteousness by faith and final events? No! Some of Ellen White's interpreters…” he said “…with an interest in the 1888 message, influenced by the presentations of the misled Jones and Prescott, have developed emphases not present in her writings but quite in harmony with their own agenda. It is true…” he said, “…that A.T. Jones did read a great deal into the Loud Cry statement, but that does not mean that he was correct. Ellen White did not say that the Latter Rain had begun with the preaching of Christ's righteousness at Minneapolis. She plainly said it was the Loud Cry.  Such men as Jones, Prescott and G.B. Starr drew the Latter Rain conclusion….” And I’m going to say once again it's the only conclusion possible. No Latter Rain, no Loud Cry, they are one unit. He continued by saying, “…Several preachers including A.T. Jones,  G.B. Starr and W.W. Prescott transformed her claim in November 1892 that the Loud Cry had begun into the idea that the Latter Rain had begun. Neither Jones nor Prescott…”, brother Knight says, “…were entirely reliable guides in matters of the Holy Spirit by the time of the 1893 meeting.

 


Namun begitu, dengarkan upaya ini untuk mendiskredit kesimpulan ini. George Knight mengajukan pertanyaan, “…Apakah ada dalam tulisan-tulisan Ellen White hubungan yang kuat antara pembenaran oleh iman dan peristiwa-peristiwa terakhir? Tidak! Beberapa dari penafsir-penafsir Ellen White…” katanya, “…yang tertarik pada pekabaran 1888, terpengaruh oleh presentasi-presentasi Jones dan Prescott yang tersesat, telah mengembangkan sendiri penekanan-penekanan yang tidak ada dalam tulisan-tulisan Ellen White, tetapi yang cukup selaras dengan agenda mereka sendiri. Memang benar…”  katanya, “…bahwa A.T. Jones telah menambahkan banyak pemahaman yang sesungguhnya tidak ada kepada pernyataan Seruan Nyaring tetapi itu tidak berarti dia benar. Ellen White tidak mengatakan bahwa Hujan Akhir telah dimulai dengan dikhotbahkannya kebenaran Kristus di Minneapolis. Ellen White jelas mengatakan itu adalah Seruan Nyaring. Orang-orang seperti Jones, Prescott dan G.B. Starr yang mengambil kesimpulan  itu Hujan Akhir…”  Dan saya akan berkata sekali lagi, itu adalah satu-satunya konklusi yang masuk akal. Tidak ada Hujan Akhir, ya tidak ada Seruan Nyaring, mereka itu satu paket. Knight melanjutkan berkata,   “…Beberapa pengkhotbah termasuk A.T. Jones, G.B. Starr, dan W.W. Prescott mengubah klaim Ellen White di November 1892 bahwa Seruan Nyaring telah mulai, menjadi konsep bahwa Hujan Akhir telah mulai. Baik Jones maupun Prescott…” kata Sdr. Knight,  “…sama sekali bukanlah pembimbing-pembimbing yang bisa dipercaya dalam hal Roh Kudus pada waktu pertemuan-petemuan 1893.”

 

 

Another attack on A.T. Jones was based on a mistake he made by endorsing the supposed visions by Anna Rice; but when Ellen White reproved him and told him that he was wrong, he actually read her reproof in church, and he said, “I am wrong.” What more could he have done than that? And yet this mistake is portrayed by George Knight as evidence that Jones remained untrustworthy in his statements. Scattered throughout his many books on the 1888 message, are many allusions to this Anna Rice incident, but with few or distorted details. And of course the purpose of using this evidence is to deny the reliability of A.T. Jones. Knight put it this way, “Adventist can be thankful that Jones did not receive a free hand at the 1893 session, since by that time he was not a totally reliable guide. His Latter Rain revival might have led Adventism down strange paths indeed, and it could have changed the nature of the Seventh-Day Adventist church by moving it closer to the then developing Pentecostalism…” In other words, if we would have followed his teachings, we would have changed our whole theological direction.

 

Serangan lain pada A.T. Jones itu dikarenakan suatu kesalahan yang dibuatnya dengan mengendors yang diakui Anna Rice sebagai penglihatan-penglihatannya. Tetapi ketika Ellen White menegurnya dan mengatakan kepadanya bahwa dia salah, Jones benar-benar membacakan teguran Ellen White di gereja dan dia berkata, “Saya salah.” Apa lagi yang bisa diperbuatnya selain itu? Namun kesalahan ini digambarkan oleh George Knight sebagai bukti bahwa Jones tetap tidak bisa dipercaya pernyataan-pernyataannya. Tersebar dalam banyak bukunya mengenai pekabaran 1888, ada banyak sindirin kepada insiden Anna Rice ini, tetapi dengan hanya sedikit atau detail yang terdistorsi. Dan tentu saja tujuan memakai alasan ini adalah untuk menyangkal keandalan A.T. Jones. Knight menyatakannya demikian, “…Advent boleh berterimakasih bahwa Jones tidak mendapatkan kebebasan untuk bertindak di sesi 1893, karena pada waktu itu dia sama sekali bukanlah pembimbing yang betul-betul bisa dipercaya. Kebangunan rohaninya tentang Hujan Akhir bisa membawa Adventisme turun ke jalur-jalur yang aneh, dan itu bisa saja mengubah sifat gereja MAHK dengan menggesernya lebih dekat kepada Pentakostalisme yang saat itu sedang berkembang…”   Dengan kata lain andaikan kita mengikuti ajarannya, kita sudah akan mengubah seluruh arah theologi kita.

 

 

Often when A.T. Jones is mentioned in modern times it's only with a passing derogatory comment of one kind or another, thanks to years of depicting him negatively by some Adventist historians. George Knight has made this charge for more than 25 years, claiming that the 1892-1893 revival movement was based on fanatical excitement. He says, “It was Jones and Prescott, rather than Mrs. White who built the 1893 excitement into grand proportions. The ever-excitable Jones was not altogether a safe leader in 1893. We should never forget that he had the perennial problem of extremism.”

 

Sering ketika A.T. Jones disebutkan di zaman modern ini, itu hanyalah dalam komentar sekilas ini-itu dengan nada menghina, gara-gara selama bertahun-tahun beberapa sejarahwan Advent menggambarkan dia secara negatif. George Knight telah membuat tuduhan itu selama 25 tahun, mengklaim bahwa gerakan kebangunan rohani 1892-1893 itu berdasarkan semangat kefanatikan. Dia berkata, “…Jones dan Prescott-lah, bukan Ny. White yang membangkitkan semangat 1893 menjadi proporsi akbar. Jones yang selalu bersemangat tinggi sama sekali bukanlah seorang pemimpin yang aman di tahun 1893. Kita jangan pernah lupa bahwa dia punya masalah ekstremisme selama bertahun-tahun.” 

 

 

Just a little bit of information about this modern book writer, George Knight, this is the person who believes that Eve sinned before she ate the forbidden fruit. He has been described by his supporters as a revisionist historian, he has described our origins of the Seventh-Day Adventist church in fanatical Adventism, he has even said in a meeting in Soquel, “I don't like Adventists I like Christians.”

 

Ini sedikit informasi tentang penulis buku modern ini, George Knight, dia adalah seorang yang meyakini bahwa Hawa sudah berdosa sebelum dia makan buah terlarang itu. Oleh para pendukungnya, dia digambarkan sebagai seorang sejarahwan revisionis (yang menafsirkan sejarah berbeda dari faktanya), dia telah menggambarkan asal usul gereja MAHK dalam Adventisme fanatik, dia bahkan mengatakan di sebuah pertemuan di Soquel, “Saya tidak suka orang Advent. Saya suka orang Kristen.”

 

 

Of all the tactics that Satan has used to derail the beginning of the Latter Rain and the Loud Cry, his inciting of those in responsible positions to identify the 1892 week of prayer and the 1893 General Conference session as merely the results of fanatical excitement of extremism and fanaticism, has brought Satan's devilish plans the most success. Identifying the work of the Holy Spirit with fanaticism at Minneapolis in 1888 had brought four years of struggle and conflict, rebellion and delay, and now the call for Laodicean repentance had been visited with manifestations of the Holy Spirit during 1892 and 1893, and to respond to such manifestations with the same accusations of excitement, extremism, and fanaticism, would prove very detrimental to God's remnant movement. Among those who did say this were Uriah Smith, J.H. Kellogg, and others who leveled such charges against the revivals.

 


Dari semua taktik yang dipakai Setan untuk menggulingkan mulainya Hujan Akhir dan Seruan Nyaring, hasutannya kepada mereka yang ada di kedudukan yang bertanggungjawab untuk mengidentifikasi minggu doa 1892 dan sesi General Conference 1893 sebagai hanyalah hasil dari semangat fanatik ekstremisme dan fanatisme, telah membawa sukses besar bagi rencana jahat Setan. Mengidentifikasikan pekerjaan Roh Kudus dengan fanatikisme di Minneapolis di 1888 telah mengakibatkan empat tahun pergumulan dan konflik, pemberontakan dan penundaan, dan sekarang seruan bagi Laodekia untuk bertobat telah dibarengi oleh manifestasi Roh Kudus selama 1892 dan 1893, dan untuk merespons kepada manifestasi-manifestasi seperti ini dengan tuduhan-tuduhan yang sama yaitu semangat tinggi, ekstremisme, dan fanatisme  akan berakibat sangat merugikan bagi gerakan umat Allah yang sisa. Di antara mereka yang mengatakan ini ialah Uriah Smith, J.H. Kellogg, dan yang lain-lain, yang melontarkan tuduhan-tuduhan demikian terhadap kebangunan-kebangunan rohani.

 

 

So let's go back to Ellen White again. In 1894 Ellen White gave a strong warning to those who were doing just what we have reviewed. She said, “Let not those who have neglected to receive light and truth, take advantage of the mistake of their brethren, and put forth their finger and speak words of vanity, because the chosen of God have been too ardent in their ideas, and have carried certain matters in too strong a manner. We have need of these ardent elements, for our work is not a passive work. Our work is aggressive. The chosen agents of God would have been rejoiced to link up with the men who held aloof from them, questioning, criticizing, and opposing. But if the men who should have used their experience in furthering the work, have labored to hinder it, and mistakes have occurred that would not have occurred if they had stood in their allotted place, whom will God hold accountable for these late errors? He will hold the very men accountable, who should have been gathering light and united with the faithful watchmen in these days of peril, but where were they? They were holding themselves in the position of those who were non-receivers of the light for themselves, and intercepting the light that God would send to others.” (1888 Materials 1246-1248).

Thus the blame was being laid at the feet of those who had been fighting the truth for so long, who otherwise would have been able to benefit Jones and Prescott with their past experience. And please notice the phrases that she used about Jones and Waggoner “chosen of God, faithful watchmen”. The only ones opposing Jones and Waggoner back in the early 1890s were the same ones who today consistently have opposed the 1888 message.

 

Jadi mari kita kembali ke Ellen White lagi. Di 1894 Ellen White memberikan peringatan keras kepada mereka yang melakukan apa yang baru kita simak. Ellen White berkata,    “…Janganlah mereka yang telah mengabaikan menerima terang dan kebenaran, memanfaatkan kesalahan saudara-saudara mereka, dan mengangkat jari mereka menuding dan mengucapkan kata-kata sombong karena orang-orang yang dipilih oleh Allah terlalu bersemangat dalam konsep-konsep mereka dan telah menyampaikan masalah-masalah itu dengan cara yang terlalu keras. Kita membutuhkan unsur-unsur yang bersemangat ini, karena pekerjaan kita bukanlah pekerjaan yang pasif. Pekerjaan kita itu agresif. Orang-orang yang dipilih oleh Allah akan bersukacita sekiranya bergabung dengan mereka yang justru telah meninggikan diri, mempertanyakan, mengeritik, dan menentang mereka. Tetapi orang-orang yang seharusnya menggunakan pengalaman mereka dalam memajukan pekerjaan malah telah bekerja untuk menghalanginya, sehingga terjadi kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak terjadi sekiranya mereka berdiri di tempat yang telah ditentukan bagi mereka, siapa yang akan dipersalahkan Allah atas kesalahan-kesalahan belakangan ini? Allah akan minta pertanggungjawaban dari orang-orang yang sama yang seharusnya mengumpulkan terang dan bersatu dengan penjaga-penjaga setia di hari-hari yang berbahaya ini, tetapi di manakah mereka? Mereka sedang bertahan di posisi para penolak terang bagi diri mereka sendiri, dan mencegat terang yang mau Allah kirimkan kepada orang-orang lain.” (1888 Materials 1246-1248) 

Dengan demikian tanggungjawab kesalahan diletakkan di kaki mereka yang sudah begitu lama memerangi kebenaran, yang seharusnya  bisa memberi manfaat Jones dan Prescott dengan pengalaman-pengalaman mereka. Dan coba perhatikan ungkapan-ungkapan yang dipakai Ellen White tentang Jones dan Waggoner: “yang dipilih oleh Allah, penjaga-penjaga yang setia”.  Mereka yang menentang Jones dan Waggoner di awal 1890an itu adalah mereka yang sama yang hari ini secara konsisten menentang pekabaran 1888.

 

 

Now we must examine the 1893 General Conference very carefully, and I’ll admit that I have always had a negative impression of this Conference because of the allegations made by our historians about what happened that year. And I think it's very important here to take a second look when prejudice rears its head. The report in the Review following the second Sabbath meetings in 1893 said this,  “As the climax was reached and the blessed results of Christ's work for us were pictured before us, the sermons by Jones ceased and the vast congregation crowding every available space in the tabernacle involuntarily resolved itself into a praise meeting. The ministers scattered throughout the congregation to the number of 30 or 40. They rose up and took charge of groups in their respective localities, and hundreds of testimonies of praise to God for His goodness and salvation were born all over the house. It was such a meeting that has never been seen before in Battle Creek.”

 

Sekarang kita harus memeriksa General Conferece tahun 1893 dengan seksama, dan harus saya akui bahwa saya selalu punya kesan yang negatif tentang Konferensi ini karena tuduhan-tuduhan yang dilancarkan para sejarahwan kita mengenai apa yang terjadi di tahun itu. Dan saya pikir sangat penting di sini untuk mengkaji kembali ketika prasangka buruk muncul. Laporan di Review setelah pertemuan Sabat kedua di 1893 mengatakan ini, “…Ketika klimaksnya dicapai dan hasil penuh berkat dari pekerjaan Kristus bagi kami digambarkan di hadapan kami, khotbah-khotbah Jones berhenti dan kongregasi besar yang memenuhi setiap ruang yang ada di rumah Allah itu secara tidak sadar mengurai sendiri menjadi pertemuan puji-pujian. Para pendeta menyebar di antara kongregasi sejumlah 30 atau 40 orang . Mereka bangkit dan memimpin kelompok-kelompok di tempat mereka sendiri, dan ratusan kesaksian puji-pujian kepada Allah untuk kebaikanNya dan keselamatan lahir dalam seluruh rumah itu. Pertemuan yang seperti ini tidak pernah terlihat sebelumnya di Battle Creek.” 

 

 

In a letter by O.A. Olsen again the General Conference president he said this, “The Spirit of the Lord wrought marvelously and the convicting and converting power of God was manifested in a wonderful measure.”

For Olsen the most interesting and most remarkable case of all was the confession of J.H. Morrison. Morrison was one of the most vocal opponents at the 1888 General Conference. And this is what Elder Olsen said about him, “I have listened to many confessions, but this I must say, that I never listened to one like his. While it was cool and deliberate as is the nature of his temperament, it was a most thorough going and most deep in its work that I have ever witnessed, and I never saw any congregation so affected by a confession as on this occasion…” He continued,  “…The institute and the Conference from first to last was a most remarkable season. I never before attended a meeting anywhere like it. The Lord's presence seemed to be realized in a very large measure, and at different times the power of God rested down upon the people in a very marked manner. Everything passed off with remarkable harmony and unity. I think I never attended a Conference where there seemed to be such perfect freedom, no human restraint, yet I never saw any meaning where every speaker seemed to have such regard for the feelings and sentiments of others. On leaving, the brethren all felt greatly encouraged, and never have delegates left any of our conferences with the same feeling and Spirit with which they left the one just past.”



Dalam sebuah surat O.A. Olsen presiden General Conference, lagi-lagi dia berkata demikian,  “…Roh Tuhan bekerja dengan mengagumkan, dan kuasa Allah yang meyakinkan dan menobatkan terwujud dalam takaran yang luar biasa.” 

Bagi Olsen kasus yang paling menarik dan paling mengagumkan dari semuanya adalah pengakuan J.H. Morrison. Tadinya Morrison adalah penentang paling vokal di General Conference 1888. Dan inilah yang dikatakan Ketua Olsen tentangnya, “…Saya sudah pernah mendengarkan banyak pengakuan, tetapi harus saya katakan, saya belum pernah mendengar yang seperti ini. Sementara pengakuan itu tenang dan penuh perhitungan sebagaimana tabiat pembicaranya, itu adalah pekerjaan yang sangat rinci dan sangat mendalam yang pernah saya saksikan, dan saya belum pernah melihat kongregasi begitu terpengaruh oleh sebuah pengakuan seperti pada saat itu…” Olsen melanjutkan,    “…Institusi dan Konferensi dari awal hingga akhir adalah musim yang sangat mengagumkan. Sebelumnya saya tidak pernah menghadiri pertemuan di mana pun seperti ini. Kehadiran Tuhan sepertinya terasa dalam takaran yang besar, dan pada saat-saat yang berbeda kuasa Allah turun pada umat dengan cara yang sangat jelas. Segala sesuatu berjalan dengan keharmonisan dan persatuan yang luar biasa. Saya rasa saya belum pernah menghadiri Konferensi di mana tampaknya ada kebebasan penuh seperti itu, tidak ada pengekangan manusia, namun saya belum pernah melihat di mana setiap pembincara sepertinya memiliki begitu banyak rasa hormat bagi perasaan dan sentimen orang lain. Pada saat bubaran, saudara-saudara semuanya merasa sangat mendapatkan dorongan, tidak pernah ada delegasi yang meninggalkan Konferensi-konferensi kita dengan perasaan seperti itu, dan dengan Roh Kudus  seperti ketika mereka pulang dari Konferensi yang baru berakhir.”

 

 

W.W. Prescott wrote a letter. “The Lord came very near by His Spirit during our conference and we feel that great good was accomplished for all whose hearts were open to receive the light and blessing from God…” and he went on to state that he had never known the laborers to go forth with such a degree of hope in the Lord.

I’ll tell you that doesn't sound like fanaticism to me, that doesn't sound like extremism, that sounds like a genuine outpouring of the Spirit of God.

 

W.W. Prescott menulis sepucuk surat.  “…Tuhan datang sangat dekat melalui RohNya selama Konferensi kami dan kami merasa bahwa banyak kebaikan telah dicapai bagi semua yang hatinya terbuka menerima terang dan berkat dari Allah…”  dan dia lanjut menyatakan bahwa dia belum pernah melihat para pekerja maju dengan pengharapan sebesar itu dalam Tuhan. 

Saya katakan, itu bukan fanatisme bagi saya, itu bukan ekstremisme, itu bagi saya adalah pencurahan Roh Allah yang sebenarnya.

 

 

O.A. Olsen again, “it had been the best meeting” over which he had ever presided.

 

O.A. Olsen lagi,   “…itu adalah pertemuan yang terbaik…”  yang pernah dia ketuai.

 

 

W.A. Spicer, “It was the greatest meeting that has been held.”


W.A. Spicer,    “…Itu adalah pertemuan paling hebat yang pernah diadakan.”

 

  

C.H. Jones, a different individual, “The Conference was the best meeting I ever attended without any exception. As we studied the Bible rays of light shone in upon the sacred page and many souls were made to rejoice in the Lord.”

 


C.H. Jones, orang yang berbeda (maksudnya bukan A.T. Jones),    “…Tanpa kecuali Konferensi itu adalah pertemuan yang paling baik yang pernah saya hadiri. Selagi kami mempelajari Alkitab, sinar  terang menyinari halaman-halaman yang kudus dan banyak jiwa dibuat bersukacita dalam Tuhan.” 

 

 

Now Ellen White was not there as she was in Australia, but she declared that she had found a rich feast in reading the daily sermons. Years later she was instructed to use those discourses specifically of A.T. Jones to be printed in the General Conference bulletins of 1893 and 1897.

And so again I’m going to say, does this sound like A.T. Jones was vehement, vitriolic, and extreme? I don't think so.

 

Nah, Ellen White saat itu tidak hadir karena dia ada di Australia, tetapi dia menyatakan bahwa dia mendapatkan jamuan yang kaya dengan membaca khotbah-khotbah hariannya. Banyak tahun kemudian dia mendapat instruksi untuk menggunakan ceramah-ceramah itu terutama yang dari A.T. Jones supaya dicetak di buletin General Conference tahun 1893 dan 1897.

Jadi sekali lagi saya mau mengatakan, apakah iya A.T. Jones itu ngotot, pedas dan ekstrem? Menurut saya tidak.

 

 

Ellen White in a letter in 1893 addressing the genuineness of the outpouring of the Holy Spirit at the 1893 General Conference said this, “All the revelations of God at the Conference I acknowledge as from Him. I dare not say that that work was excitement and unwarranted enthusiasm. No, no! God drew near to you and His Holy Spirit revealed to you that He had a heaven full of blessings, even light to lighten the world. Yet in the minds of many there was left a feeling of contempt, an impression that they might have been deceived, that they were too ardent. It is even questioned whether it was the work of God or a wave of fanaticism. And oh how Satan exults.”  (Manuscript Releases Vol. 10 page 346).

 

Ellen White dalam sebuah suratnya di 1893 bicara tentang keaslian pencurahan Roh Kudus di General Conference 1893, mengatakan ini,  “…Semua pernyataan dari Allah di Konferensi itu aku akui sebagai berasal dari Dia. Aku tidak berani mengatakan bahwa pekerjaan itu adalah gairah dan antusiasme yang tidak pada tempatnya. Tidak, tidak! Allah datang dekat kepada kalian, dan Roh KudusNya menyatakan kepada kalian bahwa Dia punya berkat-berkat yang memenuhi surga, yaitu terang untuk menerangi dunia. Namun dalam pikiran banyak orang tersisa perasaan tidak menghargai, suatu kesan bahwa mereka mungkin telah disesatkan, bahwa mereka itu terlalu menggebu-gebu. Bahkan dipertanyakan apakah itu adalah pekerjaan Allah atau sebuah gelombang fanatisme. Dan betapa bergembiranya Setan.” (Manuscript Releases Vol. 10 page 346). (3/67)

 

 

Writing to Uriah Smith a short time later who himself had been instrumental in laying the charge of fanaticism against those revivals in 1892 and 1893, Ellen White strictly warned him from taking such a stance. “That which was light from heaven has been called excitement. I have been made sad to have this matter viewed in this light. We must be very careful not to grieve the Holy Spirit of God in pronouncing the ministration of His Holy Spirit a species of fanaticism. God had wrought in a marked manner no one should venture to say that this is not the Spirit of God.”


Menulis kepada Uriah Smith tidak lama setelah itu, yang berperan dalam melontarkan tuduhan fanatisme terhadap kebangunan-kebangunan rohani di 1892 dan 1893, Ellen White dengan tegas memperingatkan Uriah Smith untuk tidak mengambil posisi demikian.   “Apa yang adalah terang dari Surga, telah disebut sebagai kegairahan. Saya sedih harus memandang masalah ini seperti ini. Kita harus sangat berhati-hati untuk tidak menyedihkan Roh Kudus Allah dengan menyatakan pelayanan Roh KudusNya sebagai sejenis fanatisme. Allah telah bekerja dengan cara yang jelas, tidak seorang pun boleh mencoba mengatakan bahwa ini bukanlah Roh Allah.”

 

 

And Ellen White explained to Smith “that Satan had led many to fall to temptation, that he could make his suggestions to many minds that the light sent from heaven was only fanaticism and excitement. They will call light darkness, and darkness will be chosen rather than light.  I have been afraid, terribly afraid that those who felt the bright beams of the sun of righteousness, for I have not one doubt but they did receive the Holy Spirit, but they will come to the conclusion that God's heaven-sent blessings are a delusion.” (1888 Materials 1210 to 1213).

 

Dan Ellen White menjelaskan kepada Smith,  “…bahwa Setan telah membawa banyak orang jatuh dalam pencobaan, bahwa dia bisa menanamkan usul-usulnya ke dalam banyak pikiran bahwa terang yang dikirim dari Surga hanyalah fanatisme dan gairah. Mereka akan menyebut terang itu kegelapan, dan kegelapan yang akan dipilih daripada terang. Aku sudah takut, sangat takut bahwa mereka yang merasakan pancaran terang matahari kebenaran ~ karena tidak sedikit pun aku meragukan mereka sungguh-sungguh menerima Roh Kudus ~ mereka akan tiba pada kesimpulan bahwa berkat-berkat Tuhan yang dikirim dari Surga adalah kepercayaan yang salah.” (1888 Materials 1210-1213).  (3/67)

 

 

In 1884 she wrote this, “He who charges the work of God to undue excitement and calls it fanaticism, is certainly standing on dangerous ground. They are sinning against the Holy Ghost, and as a result of their resistance they place themselves where they cannot recognize the Spirit of God.” (Review and Herald February 13, 1894).

 

Di 1884 Ellen White menulis ini,   “…Dia yang menuduh pekerjaan Allah sebagai gairah yang tidak selayaknya dan menyebutnya fanatisme, sedang berdiri di atas tempat yang berbahaya. Mereka sedang berdosa terhadap Roh Kudus, dan sebagai akibat penolakan mereka, mereka menempatkan diri sendiri di mana mereka tidak bisa mengenali Roh Allah.” (Review and Herald February 13, 1894).  (3/67)

 

 

Ellen White warned those who might question the good work of the Holy Spirit in Battle Creek over the past year and attribute it to fanaticism. “I know…” she said, “…the Lord has wrought by His own power in Battle Creek, let no one attempt to deny this, for in so doing they will sin against the Holy Ghost.” (1888 Materials 1254 and 1255).

 

Ellen White memperingatkan mereka yang mungkin mempertanyakan pekerjaan baik Roh Kudus di Battle Creek selama tahun yang lampau dan mengatribusikannya kepada fanatisme.    “…Aku  tahu…”  kata Ellen White,    “…Tuhan telah bekerja dengan kuasaNya sendiri di Battle Creek, janganlah ada yang mencoba menyangkal ini, karena dengan berbuat demikian mereka akan berdosa terhadap Roh Kudus.” (1888 Materials 1254 -1255).

 

 

So it is crystal clear that Ellen White supported the genuine revival of the Holy Spirit during 1893, five years after 1888, in decided contrast to the prejudice of critics both then and now, in saying that this was all just a matter of excitement.

 

Jadi sangat jelas Ellen White mendukung kebangunan rohani sejati oleh Roh Kudus selama 1893, lima tahun setelah 1888, sebagai kontras kepada prasangka para kritiktus baik di masa itu maupun sekarang, dengan mengatakan semua ini hanyalah soal gairah.  

 

 

During the ministerial meetings before 1893 General Conference S.N. Haskell made the obvious connection between the Loud Cry and the Latter Rain. He said, “This is  the outpouring of the Spirit of God, it is the Loud Cry of the third angel's message.”


Selama pertemuan-pertemuan ministerial sebelum General Conference 1893, S.N. Haskell membuat koneksi yang jelas antara Seruan Nyaring dengan Hujan Akhir. Dia berkata,   “…Ini adalah pencurahan Roh Allah, inilah Seruan Nyaring dari malaikat yang ketiga.”

 

 

A.T. Jones added this, “Prayers are ascending daily. Are yours among them? Are mine amongst them? Now the day is going to come when the last prayer that will be necessary to bring that blessing will have ascended, then what? It will come. The flood will burst and out will pour the Holy Spirit like the day of Pentecost.”

 

A.T. Jones menambahkan ini,   “…Doa-doa dinaikkan setiap hari. Apakah doamu ada di antaranya? Apakah doaku ada di antaranya? Nah, harinya akan datang ketika doa yang terakhir yang diperlukan untuk mendatangkan berkat itu akan sudah dinaikkan, lalu apa? Ia akan datang. Air bahnya akan pecah dan Roh Kudus akan dicurahkan seperti pada hari Pentakosta.”

 

 

So my friends, as best I can tell, 1893 was an all-out attempt by those who came to this General Conference to see the fulfillment of the latter-day promises, to propel the Loud Cry to all the world.

 

Jadi, teman-teman, menurut pikiran saya, 1893 adalah usaha mati-matian oleh mereka yang datang ke General Conference ini untuk melihat penggenapan janji-janji hari-hari akhir, untuk melontarkan Seruan Nyaring ke seluruh dunia. 

 

 

G.C. Tenney reported to those in Australia and New Zealand that it was the wonderful manifestation of God's blessing manifested from the first and increasing in power to the close. “Never has it been our privilege to attend such meetings as these. The Comforter came to convince of sin, of righteousness, and of judgment.”   Tenney reported that the Bible studies by Haskell, Jones, and Prescott, brought out [quote] “much light on the sacred Word and the reception of that light increased the joy in the hearts of those uniting in the study. With deep humility wrong feelings were confessed and hearts that had been somewhat estranged were drawn together and united in the closest of bonds…” and Tenney could now unapologetically state, “…we have reached the time of the Latter Rain and the time when the Lord says to His people, ‘Arise! Shine! For thy Light has come and the glory of the Lord is risen upon thee.’ …”

 


G.C. Tenney melaporkan kepada mereka yang di Australia dan New Zealand, bahwa itu adalah manifestasi mengagumkan dari berkat Allah dari yang pertama dan terus semakin kuat hingga penutupannya.  “…Belum pernah kita mendapat kesempatan istmewa untuk menghadiri pertemuan-pertemuan seperti ini. Sang Penghibur datang untuk meyakinkan tentang dosa, tentang kebenaran, dan tentang penghakiman…”  Tenney melaporkan bahwa pendalaman Alkitab oleh Haskell, Jones, dan Prescott menghasilkan   “…banyak terang dari Firman yang kudus, dan diterimanya terang tersebut meningkatkan sukacita dalam hati mereka yang bersatu dalam pendalaman itu. Dengan kerendahhatian yang dalam, perasaan-perasaan yang salah diakui dan hati-hati yang tadinya agak jauh ditarik mendekat menjadi satu dan dipersatukan dalam ikatan yang paling akrab…” Dan Tenney sekarang bisa menyatakan tanpa permohonan maaf,  “…kita sudah mencapai waktunya Hujan Akhir dan saatnya ketika Tuhan berkata kepada umatNya, ‘Bangkitlah, bersinarlah, sebab terangmu telah datang. Dan kemuliaan TUHAN telah terbit atasmu’ (Yesaya 60:1).”

 

 

And so I’m going to say again, none of this sounds like extremism or fanaticism, but like the beginning of the fulfillment of the final prophetic predictions, if allowed to continue.

 

Maka saya akan mengatakannya lagi, tidak ada satu pun dari ini yang kedengarannya seperti ekstremisme atau fanatisme, tetapi seperti awal dari penggenapan prediksi-prediksi nubuatan yang terakhir,  jika diizinkan untuk berlanjut.

 

 

With this in mind let us review one more time Ellen White's clear 1898 statement in Desire of Ages 633 and 634,  “Had the church of Christ done her appointed work as the Lord ordained, the whole world would, before this, have been warned, and the Lord Jesus would have come to our earth in power and great glory.”

Sambil mengingat ini, marikah kita mengulangi sekai lagi pernyataan 1898 Ellen White yang jelas di Desie of Ages hal. 633-634, “…Andaikan gereja Kristus melakukan pekerjaan yang ditentukan baginya seperti yang ditetapkan oleh Tuhan, seluruh dunia sebelum ini sudah mendapatkan peringatan, dan Tuhan Yesus sudah akan datang ke dunia kita dalam kuasa dan kemuliaan besar.”

 

 

So my conclusion is quite simple. The five-year period between 1888 and 1893 marked the highest point in the 150-year history of the Seventh-Day Adventist church. We were closer to the gates of heaven,  at that time than at any time before or since. The Latter Rain, Loud Cry experience almost happened with the inevitable fulfillment of the predictions of the Sunday Laws, and the close of probation, and the seven last plagues. So what happened? Why are we still here holding this seminar?

ü   1893 was followed by opposition, by criticism, by disunity, and very quickly slipping  right back into Laodicean apathy,

ü   doing the best we could, which will never be good enough.

ü   And the following century brought compromise and outright disobedience,

v   in our medical work,

v   in our educational institutions,

v   and in our publishing work.

ü   And halfway through the century we reached out to evangelical Christians,

v   to gain some respectability

v   and we compromised the most basic foundation of Christian faith, the gospel of Jesus Christ.

ü   And a few years later

v   we were questioning the sanctuary truth,

v   and our understanding of how end time events would vindicate God in the great controversy struggle.

 

Maka kesimpulan saya itu cukup sederhana. Periode lima tahun antara 1888 sampai 1893 menandai titik tertinggi dalam 150 tahun sejarah gereja MAHK. Kita pada waktu itu lebih dekat pada gerbang Surga daripada kapan pun sebelum maupun sesudahnya. Pengalaman Hujan Akhir, Seruan Nyaring nyaris terjadi dengan penggenapan yang tak terelakkan dari prediksi-prediksi Undang-undang Hari Minggu, tutupnya pintu kasihan, dan ketujuh malapetaka terakhir. Jadi, apa yang terjadi? Mengapa kita masih di sini sekarang mengadakan seminar ini?

ü   1893 diikuti oleh pertentangan, oleh kritikan-kritikan, oleh perpecahan, dan dengan sangat cepat kita merosot kembali ke sifat apati Laodekia,

ü   melakukan sebaiknya yang kita bisa, yang tidak pernah cukup baik.

ü   Dan abad berikutnya membawa masuk kompromi dan ketidakpatuhan secara blak-blakan,

v   dalam pekerjaan medis kita,

v   dalam institusi-institusi pendidikan kita,

v   dan dalam pekerjaan penerbitan kita.

ü   Dan separo jalan di abad itu kita mengulurkan tangan ke Kristen evangelis,

v   supaya dihargai,

v   dan kita mengkompromikan fondasi iman Kekristenan yang paling mendasar, Injil Yesus Kristus.

ü   Dan beberapa tahun kemudian

v   kita mempertanyakan kebenaran Bait Suci,

v   dan pemahaman kita tentang bagaimana peristiwa-peristiwa akhir zaman bisa membersihkan nama baik Allah dalam pergumulan pertentangan besar.

 

 

When some began to recognize what had really happened between 1888 and 1893, and urged a careful restudy of those translation, preparation messages, during those years, full-blown opposition and character assassination of the men of that time came from our leading historians and theologians in our time, in books, in camp meetings, in presentations, and seminars, putting us right back into the Laodicean sleep-mode. And now we are reduced to proclaiming loudly our growth in the southern hemisphere, we are praying for revival, we're watching what the Pope is doing, while doing our best to ignore the messages that were to prepare us to receive the Latter Rain in 1893.

 

Ketika ada yang mulai menyadari apa yang sesungguhnya telah terjadi antara 1888 hingga 1893, dan mendesak suatu penelitian kembali yang seksama dari perubahan itu, pekabaran-pekabaran persiapan selama tahun-tahun itu, oposisi besar dan pembunuhan karakter orang-orang di zaman itu muncul dari sejarahwan-sejarahwan dan theolog-theolog utama kita di zaman kita, di buku-buku, di kamp-kamp pertemuan, di presentasi-presentasi, dan seminar-seminar, menempatkan kita kembali lagi ke pola-tidur Laodekia. Dan sekarang kita terkikis hanya kepada memproklamasikan keras-keras pertumbuhan kita di belahan bumi selatan, kita berdoa untuk kebangunan rohani, kita mengamati apa yang dilakukan Paus, sementara berbuat sebisanya untuk mengabaikan pekabaran-pekabaran yang seharusnya mempersiapkan kita untuk menerima Hujan Akhir di 1893.  

 

 

And, my friends, if we have any hope of seeing the gates of heaven open to us anytime soon, we must humble our hearts, we must receive these messages into our hearts, no matter what ridicule and rejection we might face. We must do the confessions that need to be made, we must do the heart changes. If you are interested in digging deeper into this very brief presentation, I would recommend that you get a book by Ron Duffield called Wounded In The House of His Friends, a very significant title. Wounded In The House of His Friends,

May God give us the courage to be the last generation to live under Satan's plan to ruin this planet and our lives.


 

Dan teman-teman, jika kita punya harapan sekecil apa pun untuk bisa melihat gerbang Surga terbuka bagi kita di waktu dekat, kita harus merendahkan hati kita, kita harus menerima pekabaran-pekabaran ini ke dalam hati kita, tidak perduli apa pun cemooh dan penolakan yang mungkin akan kita hadapi. Kita harus melakukan pengakuan yang perlu kita lakukan, kita harus melakukan perubahan hati. Jika kalian tertarik untuk menggali lebih dalam ke presentasi yang sangat singkat ini, saya rekomendasikan agar kalian mendapatkan buku tulisan Ron Duffield berjudul Wounded in the House of His Friends (Terluka Dalam Rumah Teman-temanNya), sebuah judul yang sangat signifikan. Wounded in the House of His Friends.

Semoga Tuhan memberi kita keberanian untuk menjadi generasi terakhir yang hidup di bawah rencana Setan untuk merusak planet ini dan hidup kita.

 

 

 

 

12 01 24

 

 

No comments:

Post a Comment