THE
FINAL GENERATION SYMPOSIUM
Part 17/32 – Dennis
Priebe
FIVE YEARS TO THE GATE OF HEAVEN
https://www.youtube.com/watch?v=TvSdcmimgus&list=PLIWJyuxBfZ7i2O8wOtdyuCvOndkH4jq9L&index=17
Dibuka dengan doa
Tonight's study is not a biblical study. It is a historical study. We are
going to look at the most important five years in the entire history of the
Seventh-Day Adventist church. During those five years we were closer to the
gates of heaven than at any time before or since. We were closer to a national
Sunday Law than we are today. The image of the Beast was forming piece by
piece, as Christian reform groups were forming in our country. The United
States was in a national depression recession, banks were closing, and this was
spreading throughout the world. Those years were 1888 to 1893, over 120 years
ago now, a different era.
Pelajaran malam ini bukan sebuah pelajaran Alkitab. Ini
sebuah pelajaran sejarah. Kita akan menyimak ke lima tahun yang paling penting
dalam seluruh sejarah gereja MAHK. Selama lima tahun itulah kita paling dekat
kepada gerbang surga dibandingkan waktu mana pun sebelum atau sesudahnya. Saat
itu kita lebih dekat kepada Undang-undang hari Minggu nasional daripada hari
ini. Patung Binatang sedang terbentuk keping demi keping ketika
kelompok-kelompok reformasi Kristen bermunculan di negara kita. Amerika Serikat
saat itu dalam kondisi depresi nasional akibat resesi, bank-bank berjatuhan,
dan ini menyebar luas ke seluruh dunia. Itu adalah tahun-tahun 1888 hingga
1893, lebih dari 120 tahun yang lalu sekarang, di suatu era yang berbeda.
Here is inspired confirmation of how important those years were, and this
was written in 1898 in the Australasian record.
“Had the purpose of God been carried out by
His people in giving the message of mercy to the world, Christ would have come
to the earth, and the saints would ere this, have received their welcome into
the city of God.” (October 15, 1898). Had the purpose
of God been carried out, we would not be doing this today. And so for the next
hour we are going to try to break down this five-year period. It is my hope
that if we can learn the lessons of what went wrong during that time, the gates
of heaven may open to us today.
Di sini ada konfirmasi yang
terinspirasi tentang betapa pentingnya tahun-tahun tersebut, dan ini ditulis di
catatan Australasian
Record 1898. “…Sekiranya tujuan Allah dilaksanakan oleh umatNya dengan
menyampaikan pekabaran rahmat kepada dunia, Kristus sudah lama datang ke dunia,
dan orang-orang kudus sebelum ini akan sudah menerima sambutan mereka masuk ke
dalam kota Allah.” (15 Oktober 1898). Sekiranya tujuan Allah
dilaksanakan, hari ini kita tidak akan melakukan seminar ini. Maka selama satu jam berikutnya kita akan mencoba menguraikan periode
lima tahun ini. Harapan saya, jika kita bisa belajar dari kesalahan yang
terjadi di waktu itu, gerbang surga mungkin akan terbuka bagi kita sekarang.
I’m going to be very specific and very direct in this presentation and I will
name the individuals who played a part in this most important five years in the
history of the Adventist church.
Saya akan sangat spesifik dan sangat blak-blakan dalam
presentasi ini, dan saya akan menyebut nama orang-orang yang memainkan peranan
dalam lima tahun yang terpenting dalam sejarah gereja Advent.
In 1893 at the General Conference W.W. Prescott identified the beginning
point of this crucial period. He said, “How long has it been since God in a special
manner began to send this light and this instruction and this reproof for you
and me, reckon it up, four years…” it is the
fourth year since Minneapolis and going on the fifth, “…God has waited and sent reproof, and
waited and sent reproof four years.”
Di 1893 di General Conference, W.W. Prescott mengidentifikasi titik awal dari periode yang krusial ini. Katanya, “…Sudah berapa lama sejak Allah dengan cara yang istimewa mulai mengirimkan terang ini, dan instruksi ini, dan teguran ini kepada kalian dan saya; hitunglah, empat tahun…” saat itu adalah tahun keempat sejak Minneapolis, dan jalan tahun kelima, “…Allah telah menunggu dan mengirimkan teguran, dan menuggu dan mengirimkan teguran, empat tahun.”
A.T. Jones tied this time to the beginning of the Latter Rain. Here's what
he said, “Well, then the Latter
Rain, the Loud Cry is the teaching of righteousness. Now, brethren when did
that message of the righteousness of Christ begin with us as a people? Yes,
four years. Where was it? What then did the brethren reject at Minneapolis? The
Loud Cry, the Latter Rain is what was rejected. I know…” he said, “…that some there accepted it; others rejected
it entirely; others tried to stand halfway between and get it that way, they
thought to take a middle course. And although they did not exactly receive it
or exactly commit themselves to it, yet they were willing to go whichever way
the tide turned at the last, whichever way the body turned they were willing to
go, instead of standing nobly…” he said, “…in
the fear of God and declaring in the face of that attack it is the truth of
God, and I believe it in my soul they would begin to yield, and in an
apologetic way offer excuses for those who are preaching it. Brethren, the
truth of God needs no apology. All that the truth of God needs is that you and
I shall believe it, and stand by it, in the face of all the attacks that can be
made upon it. And let it be known that you do stand by the messengers whom God
sends to preach, because God sends them with a message.”
And I have found that today it's very similar. Some are trying to take that
safe middle course, apologizing for the mistakes of the ones who are putting
their necks on the line for the truth. And brothers and sisters, I’m just going
to say that fence-sitting is a very dangerous place to be, because Satan owns
the fence.
A.T. Jones mengaitkan waktu ini kepada awal Hujan Akhir. Inilah yang
dikatakannya, “…Nah,
kalau begitu, Hujan Akhir, Seruan Nyaring, adalah pelajaran kebenaran. Nah, Saudara-saudara,
kapan pekabaran kebenaran Kristus mulai dengan kita sebagai umat? Ya, empat
tahun. Di mana itu? Apa yang ditolak Saudara-saudara di Minneapolis? Seruan
Nyaring, Hujan Akhir, itulah yang ditolak. Saya tahu…” dia berkata, “…bahwa beberapa orang menerimanya; yang
lain menolaknya sama sekali; yang lain berusaha berdiri di tengah dan
mendapatkannya dengan cara itu, mereka pikir untuk mengambil jalan tengah. Dan
walaupun mereka tidak sungguh-sungguh menerimanya, atau benar-benar berkomitmen
untuk menerimanya, namun mereka bersedia mengikuti ke mana arah gelombang
pasang itu akhirnya, ke arah mana tubuh berputar, mereka bersedia ikut,
gantinya berdiri tegak dengan wibawa…” dia berkata, “…dalam
takut akan Allah, dan menyatakan di hadapan serangan tersebut, bahwa itu adalah
kebenaran Allah. Dan aku percaya dalam lubuk hatiku, mereka akan mulai
menyerah, dan secara apologetik memberikan alasan-alasan bagi orang-orang yang
mengkhotbahkannya. Saudara-saudara, kebenaran Allah tidak butuh alasan-alasan
pembelaan. Apa yang diperlukan kebenaran Allah ialah supaya kalian dan aku akan
mempercayainya, dan berdiri di pihaknya di hadapan semua serangan yang dibuat
terhadapnya. Dan agar semua tahu bahwa kalian benar-benar berdiri di pihak
utusan-utusan yang dikirim Allah untuk menyampaikannya, karena Allah mengutus
mereka dengan suatu pekabaran…”
Dan saya lihat hari ini itu sangat mirip. Ada yang mencoba mengambil jalan
tengah yang aman, memberikan alasan-alasan bagi kesalahan-kesalahan mereka yang
mempertaruhkan leher mereka demi kebenaran. Dan Saudara-saudara, saya hanya mau
berkata bahwa duduk di pagar (= plin plan) adalah tempat yang berbahaya, karena
Setan yang empunya pagar itu.
We need to keep in mind the attitudes that were prevalent in 1888. Meade
MacGuire relates G.B. Starr's remembrance of these events in a letter and here
is what they remembered.
The basement under a large building was
rented and a number of delegates roomed there at night. A large curtain was
hung across the room. And Elder Starr and wife slept in one end, while four or
five ministers occupied the other end. One night Elder Jones had given a
powerful discourse which Elder Starr and wife appreciated very much. They came
to their room deeply impressed, and after prayer went to bed. After a while the
men came to their apartment talking and laughing, and rather ridiculing Elder
Jones’ statements. One of the men, Elder
C. called Elder Jones by some unfavorable name, but it shocked the Starrs. The
next morning Sister White spoke, she said an angel took her from room to room.
She finally pointed her finger directly at Elder C. and said, “Elder C, I am
ashamed of you to call one who is giving a message from the Lord by such a
name.” And it was the very name that Elder Starr had heard the man used the
night before.
Kita perlu mengingat sikap yang umum ada di 1888. Meade MacGuire menceritakan apa yang diingat G.B. Starr tentang peristiwa-peristiwa ini dalam sepucuk surat, dan inilah menurut ingatan mereka.
Sebuah
ruangan di bawah sebuah bangunan yang besar telah disewa dan di
malam hari sejumlah delegasi menginap di sana. Sebuah tirai besar digantung untuk
menyekat ruangan itu. Dan Ketua Starr dan istrinya tidur di satu ujung,
sementara empat atau lima orang pendeta menempati ujung lain ruang tersebut.
Suatu malam Ketua Jones memberikan ceramah yang berbobot yang sangat dihargai
oleh Ketua Starr dan istrinya. Mereka kembali ke kamar mereka, sangat
terkesan, dan setelah berdoa mereka pergi tidur. Setelah beberapa lama
orang-orang lain masuk ke bagian kamar mereka sendiri, berbicara sambil
tertawa, dan mencemooh pernyataan-pernyataan Ketua Jones. Salah satu dari
mereka, Ketua C, menyebut Ketua Jones dengan beberapa nama yang tidak layak,
itu membuat terkejut suami-istri Starr. Keesokan paginya Sister White bicara,
dia mengatakan ada malaikat yang membawanya dari kamar ke kamar. Dia akhirnya
menuding langsung Ketua C dan berkata, “Ketua C, saya malu dengan perbuatanmu
menyebut orang yang menyampaikan pekabaran dari Tuhan dengan sebutan seperti
itu.” Dan itu adalah sebutan yang persis sama yang didengar Ketua Starr
dikatakan Ketua C pada malam sebelumnya.
In a letter that Ellen White wrote in the year 1893 she said, “I was led from room to
room occupied by our brethren at that meeting, and heard that of which everyone
will one day be terribly ashamed; if it is not until the judgment, when every
work will appear in its true light… In the rooms… there was a Witness to every
remark made, the ungodly jest, the satire, the sarcasm, the wit. The Lord God
of heaven was displeased with you and with everyone who shared in the merriment
and in the hard unimpressible spirit. An influence was exerted that was
Satanic. Some souls will be lost in consequence.” (from the 1888 Materials pages 1138 and 1139).
Obviously there was a very serious problem in 1888, and perhaps with all
the theological discussions that was the most important issue is the attitudes
and the spirit that was conveyed during these meetings. There's a lesson we
need to learn here. Ridicule accomplishes nothing. Even when we disagree, we
need to listen with a Christ-like Spirit.
Dalam sepucuk surat yang
ditulis Ellen White di tahun 1893, dia berkata, “…Aku dibawa
dari kamar ke kamar yang ditempati oleh saudara-suadara kita yang hadir di
pertemuan itu, dan mendengar apa yang suatu hari akan sangat membuat malu semua
orang jika itu tidak hingga saat
penghakiman ketika setiap perbuatan akan ditampilkan dalam kenyataannya yang
asli… Di kamar-kamar … ada Saksi kepada setiap komentar yang dibuat, olok-olok
yang tidak Kristiani, satire-satire, sarkasme-sarkasme, gurauan-gurauan. Tuhan
Allah surgawi tidak berkenan pada kalian dan pada semua yang berpartisipasi
dalam senda gurau itu dan pada hati yang keras yang tidak peka. Suatu pengaruh
yang Satanik dilepaskan. Akibatnya beberapa jiwa akan tidak selamat.” (dari 1888
Materials pages 1138 and 1139).
Jelas ada masalah yang sangat serius di 1888, dan mungkin isu yang paling
penting dari semua diskusi theologi ini adalah sikap dan roh yang ditunjukkan
selama pertemuan-pertemuan ini. Ada pelajaran yang perlu kita pelajari di sini.
Cemooh tidak menghasilkan apa-apa. Bahkan bila kita tidak sepaham pun, kita
perlu mendengar dengan roh yang menyerupai Roh Kristus.
Now this spirit unfortunately didn't die out in the 1890s. In 1945 a book
was written by Norval Pease who said about A.T. Jones in 1893, he was pointed,
vehement, almost vitriolic, in his utterances.
Just a few months after the General Conference session, Jones received a
letter from Mrs. White warning him in the danger of extreme statements.
Nah, roh ini jelas tidak padam di 1890an. Di 1945 sebuah buku yang ditulis oleh Norval Pease, mengatakan bahwa A.T. Jones di 1893 itu blak-blakan, ngotot, nyaris pedas dalam ucapan-ucapannya.
Hanya beberapa bulan setelah sesi General Conference,
Jones menerima sepucuk surat dari Ny. White memperingatkan dia tentang bahaya
pernyataan-pernyataan yang ekstrem.
In 1926 A.G. Daniells looked back 38 Years
to Minneapolis here's what he said, “How
sad, how deeply regrettable it is, that this message of righteousness in Christ
should at the time of its coming have met with opposition on the part of
earnest well-meaning men in the cause of God. The message…” listen carefully “…has never been received, nor proclaimed,
nor given free course as it should have been in order to convey to the church
the measureless blessings that were wrapped within it.”
And this analysis by Elder Daniells repudiates the idea that some have
given, that by 1900 most everyone had accepted the 1888 message, and the
problem had been fixed.
Di 1926 A.G. Daniells melihat ke belakang 38 Years to Minneapolis, ini yang dikatakannya, “…Betapa menyedihkannya, betapa sangat disayangkan ialah bahwa pekabaran tentang kebenaran dalam Kristus ini pada waktu munculnya harus bertemu dengan perlawanan dari pihak orang-orang tulus yang bermaksud baik dalam pekerjaan Allah. Pekabaran itu…” dengarkan baik-baik, “…tidak pernah diterima, maupun diproklamasikan, maupun diberi kebebasan bergerak seperti yang seharusnya, untuk menyampaikan kepada gereja berkat-berkat yang tidak terhitung yang terkandung di dalamnya. …”
Dan analisa oleh Ketua Daniells ini menangkal konsep yang diberikan
beberapa orang bahwa sejak 1900 hampir semua telah menerima pekabaran 1888, dan
masalah itu sudah dibereskan.
In 1937 Elder Taylor Bunch wrote
this, “Just before the end,
the Advent people will review their past history and see it in a new light. We
must acknowledge and confess the mistakes of our fathers, and see to it that we
do not repeat them, and thus further delay the final triumph of the Advent
movement. The history of the past must be reviewed and studied in the light of
these mistakes, and their consequence in a long delay of the coming of Christ.”
Now in spite of this appeal our leading men have made official efforts to
deny that there really was a rejection of the 1888 message.
Di 1937 Ketua Taylor Bunch menulis ini, “…Tepat sebelum akhir masa, umat Advent akan memeriksa kembali sejarah masa lampau mereka dan melihatnya dengan pandangan yang berbeda. Kita harus menerima dan mengakui kesalahan-kesalahan nenek moyang kita dan memastikan kita tidak mengulangi mereka, dengan demikian memperpanjang kelambatan kemenangan akhir dari gerakan Advent. Sejarah masa lampau harus diperiksa lagi dan dipelajari sehubungan dengan kesalahan-kesalahan itu, dan konsekuensi mereka menunda lebih lama lagi kedatangan Kristus. …”
Nah, kendati pun ada permohonan ini, para pemimpin kita telah berusaha
secara resmi untuk menyangkal bahwa memang ada penolakan kepada pekabaran 1888.
I’m going to give you some samples of authors who have denied the rejection
of the 1888 message was a continual rejection, for instance:
ü A.T. Robinson
“Did the
Seventh-Day Adventist Denomination Reject the Doctrine of Righteousness By
Faith?” that was written in 1931.
ü C. McReynolds
“Experiences
while at the General Conference in Minneapolis Minnesota in 1888”, also in 1931.
All of these authors denying that there was
a continued rejection of the message.
ü Norval Pease
“Justification
and Righteousness by Faith in the Seventh-Day Adventist Church before 1900”
written in 1945.
ü L.H. Christian
“The Fruitage of
Spiritual Gifts” written in 1947
ü A.W. Spalding
“Captains of the
Host” written in 1949.
ü General Conference
“The story of Our
Church” written in 1956.
ü A.V. Olsen
“Through Crisis
to Victory 1888 to 1901” written in 1966.
ü Leroy Froome
“Movement of Destiny”
1971.
ü Desmond Ford
“The Doctrinal
Decline of E.J. Wagoner” in the 1970s.
ü Bert Haloviak
“Ellen White and
A.T. Jones” also written in 1981.
ü even Arthur White
in “Ellen G. White
the Lonely Years” 1984.
ü George Knight
“From 1888 to Apostasy:
the Case of A.T. Jones” written in 1987.
All examples of books and presentations made, to say we got it right, we
had our troubles but we all sorted it out, and now we're on the right track. And
those who have suggested an ongoing rejection of the 1888 message are portrayed
as negative and critical, trying to derail the marvelous progress of the
Seventh-Day Adventist church in the 20th century.
ü A.T. Robinson
“Did the Seventh-Day Adventist
Denomination Reject the Doctrine of Righteousness by Faith?” (Apakah Denominasi MAHK Menolak Doktrin
Pembenaran oleh Iman?) yang ditulis di tahun 1931.
ü C. McReynolds
“Experiences while at the
General Conference in Minneapolis Minnesota in 1888” (Pengalaman-pengalaman ketika di General Conference di Minneapolis Minnesota di 1888), juga di
tahun 1931.
Semua
penulis ini menyangkal bahwa ada penolakan yang terus-menerus dari
pekabaran itu.
ü Norval Pease
“Justification and
Righteousness by Faith in the Seventh-Day Adventist Church before 1900” (Pembenaran dan Kebenaran oleh Iman dalam
gereja MAHK sebelum 1900) ditulis tahun 1945.
ü L.H. Christian
“The Fruitage of Spiritual Gifts” (Hasil Karunia-karunia Roh) ditulis di 1947.
ü A.W. Spalding
“Captains of the Host” (Komandan-komandan Balatentara) ditulis di
1949.
ü General Conference
“The story of Our Church” (Kisah Gereja Kita) ditulis di 1956.
ü A.V. Olsen
“Through Crisis to Victory
1888 to 1901” (Melalui Krisis Menuju
Kemenangan 1888 hingga 1901) ditulis di 1966.
ü Leroy Froome
“Movement of Destiny” (Gerakan Takdir) 1971.
ü Desmond Ford
“The Doctrinal Decline of E.J.
Wagoner” (Kemerosotan Doktrin E.J.
Waggoner) di 1970an.
ü Bert Haloviak
“Ellen White and A.T. Jones” juga ditulis di 1981.
ü bahkan Arthur White
di “Ellen G. White the Lonely Years” (Ellen G. White,
Tahun-tahun yang Sepi) 1984.
ü George Knight
“From 1888 to Apostasy: the Case of A.T. Jones” (Dari
1888 ke Kemurtadan: Kasus A.T. Jones) ditulis di 1987.
Semua contoh buku-buku dan presentasi yang dibuat,
mengatakan bahwa kita sudah menangkapnya dengan benar, bahwa tadinya memang ada
masalah-masalah, tetapi kita sudah membereskan semuanya, dan sekarang kita
sudah ada di jalur yang benar. Dan mereka yang berpendapat bahwa masih ada
penolakan terhadap pekabaran 1888 digambarkan sebagai bersikap negatif dan
kritikal, berusaha menggulingkan kemajuan hebat gereja MAHK di abad ke-20.
Maybe the confusion about whether we accepted or rejected that message is
explained in a letter Elder Waggoner wrote in the year 1903, “While after much opposition, the
denomination had officially accepted the advanced truth of the message, they
had not taken it in practically. They took it in as one of the things that [quote]
‘we as a people believe’ but not as a thing by which to conduct business, and
teach the sciences, etc. They did not see in the light that the Lord sent a
principle that was to solve every problem and reorganize or rather organize,
put life into it, the entire work…” in other words
lip service “…but not heart change.”
Mungkin kebingungan tentang apakah kita menerima atau menolak pekabaran itu
dijelaskan dalam sebuah surat yang ditulis Ketua Waggoner di tahun 1903. “…Sementara setelah banyak pertentangan, akhirnya
denominasi menerima secara resmi kebenaran yang lebih mendalam dari pekabaran
tersebut, namun mereka tidak menerimanya dalam praktek. Mereka menerimanya
sebagai salah satu hal yang ‘kami yakini sebagai umat’ tetapi bukan sebagai
sesuatu dengan mana kita bekerja, dan mengajarkan sains, dll. Mereka tidak
melihat dalam terang yang telah dikirimkan Tuhan suatu prinsip untuk
menyelesaikan setiap masalah dan mengorganisasikan kembali atau mengorganisasikan,
menghidupkannya kembali, seluruh pekerjaan…”
dengan kata lain hanya di bibir saja, “…tetapi bukan
perubahan hati.”
At the 1901 General Conference W.W. Prescott said, “Where do we stand now in reference to this
message? How far has that truth been received, not simply assented to, but actually received?
Not far, I tell you. How far has the ministry of this denomination been baptized
into that Spirit? Not far I tell you. For the past 13 years this light has been
rejected and turned against by many and they are rejecting it and turning from
it today.”
Today we accept the doctrine of righteousness by faith as a doctrine of the
church that we are saved by grace through faith, but how much has it really
changed our practical lives? Are we more compassionate today because of it? Are
we less judgmental because of it? Are we more courteous? Are we more faithful
to God's Word because we have been changed by this message? We have officially
said, “Yes, we believe it”, but as we will see, we continue to deny the
message, and denigrate the messengers.
Di General
Conference tahun 1901, W.W. Prescott
berkata,
“…Di mana posisi kita sekarang sehubungan dengan pekabaran ini? Seberapa
jauh kebenaran itu telah diterima dan bukan semata-mata diiyakan tetapi
sungguh-sungguh diterima? Saya katakan kepada kalian, tidak terlalu jauh.
Seberapa jauh ministri denominasi ini telah dibaptiskan ke dalam Roh itu? Saya
katakan kepada kalian, tidak terlalu jauh. Selama 13 tahun yang terakhir,
terang ini telah ditolak dan tidak diindahkan oleh banyak orang dan mereka
masih menolaknya dan tidak mengindahkannya hari ini. …”
Hari ini kita menerima doktrin pembenaran oleh iman sebagai sebuah doktrin
gereja bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman, tetapi seberapa
banyak itu sungguh-sungguh telah mengubah hidup kita dalam prakteknya? Apakah
hari ini kita lebih berbelaskasihan karenanya? Apakah kita berkurang
menghakiminya karena itu? Apakah kita lebih ramah? Apakah kita lebih setia
kepada Firman Allah karena kita telah diubahkan oleh pekabaran ini? Kita telah
berkata secara resmi, “Ya, kita meyakininya”, tetapi seperti yang akan kita
lihat, kita masih terus menyangkal pekabaran itu dan menjelek-jelekkan
pembawa-pembawa pekabaran itu.
In 1901 the General Conference was considering some major organizational
changes and Prescott continued. He said, “The
change that is needed is a complete change of heart. When a complete change of
heart comes to God's ministry, the power that is in that, will sweep away all
these extraneous things. It is not in this outward form and plan of operation,
that is all right, it ought to be changed, but if our minds are resting upon
that, the work will not be accomplished that way.” And I believe Prescott's concern about outward organizational changes
being made without a heart change, should be carefully noted. Although such
chanes outwardly would be beneficial to the church for years to come, they did
not answer the underlying conditions which were holding back the promises of
God during that time. And I think we have always found it easier to substitute
organizational changes for heart surrender that has been very typical among us.
Di 1901 General Conference sedang mempertimbangkan beberapa perubahan
besar dalam organisasi dan Prescott melanjutkan, dia berkata, “…Perubahan yang
dibutuhkan adalah perubahan hati yang menyeluruh. Bilamana perubahan hati yang
menyeluruh datang pada ministri Allah, kuasa yang ada di dalamnya akan menyapu
habis semua hal yang tidak relevan ini. Bukan dalam bentuk lahiriah dan rencana
operasional, itu oke, itu perlu diubah, tetapi bila pikiran kita berhenti di
sana, pekerjaan tidak akan diselesaikan dengan cara tersebut…” Dan saya meyakini kekhawatiran
Prescott tentang perubahan lahiriah organisatoris yang dibuat tanpa perubahan
hati, itu perlu diperhatikan baik-baik. Walaupun perubahan-perubahan demikian
secara lahiriah mungkin bermanfaat bagi gereja di tahun-tahun mendatang, itu
tidak merupakan jawaban dari kondisi yang berlaku, yang menahan dicurahkannya
janji-janji Allah pada waktu itu. Dan saya pikir, kita selalu merasa lebih
mudah untuk mensubstitusi penyerahan hati dengan perubahan-perubahan
organisatoris, yang selama ini sudah tipikal di antara kita.
Although Ellen White ~ yes, she fully supported these organizational
changes made in 1901 ~ notice what she said in December of that very year, in
what had to be one of the most heartbreaking predictions she ever had to make
during her entire life, remember after the organizational changes of 1901. “We
may have to remain here in this world because of insubordination many more
years as did the children of Israel. But for Christ's sake His people should
not add sin to sin by charging God with the consequence of their own wrong
course of action.”
Notice why we're here. Not because we have not made good changes in our
organization but because of insubordination. That reference is Manuscript Releases Vol. 10 pg 277 and 278. And we've got to remember here that Ellen
White was planning to be translated before the year 1900. She understood that
this was God's final message, and now she realized she would have to die, and
it would pass to another generation, and many more generations before those
fulfill the fulfillment of those prophecies. And I think it is fair to say that
we are discussing these very issues today as a direct fulfillment of this
prediction she made during that year. And instead of confessing our
responsibility for the delay, we are charging God for the delay whenever we say
that Jesus will come at His own predetermined time. We are saying it's His
fault.
Walaupun Ellen White ~ ya, dia mendukung sepenuhnya perubahan-perubahan
organisatoris yang dibuat di 1901 ~ simak apa yang dikatakannya di bulan
Desember tahun itu, salah satu prediksi yang paling menyedihkan yang pernah
dibuatnya seumur hidupnya, ingat ini adalah setelah perubahan-perubahan
organisatoris tahun 1901. “…Mungkin kita masih harus tinggal di dunia ini banyak-banyak tahun lagi
karena ketidakpatuhan, sebagaimana bangsa Israel. Tetapi demi Kristus, umatNya
jangan menambahkan dosa kepada dosa dengan menyalahkan Allah atas konsekuensi tindakan mereka sendiri yang salah.”
Simak mengapa kita ada di sini. Bukan karena kita tidak
membuat perubahan-perubahan yang baik dalam organisasi kita, melainkan karena ketidakpatuhan.
Referensinya adalah dari Manuscript Releases Vol. 10 hal.
277-278. Dan kita harus
mengingat di sini bahwa Ellen White punya rencana untuk dimuliakan sebelum
tahun 1900. Dia memahami bahwa ini adalah pesan Allah yang terakhir, dan
sekarang dia menyadari dia bakal harus mati, dan itu akan dialihkan ke generasi
yang lain, dan banyak generasi lagi sebelum mereka menggenapi penggenapan dari
nubuatan-nubuatan itu. Dan menurut saya, layaklah untuk mengatakan bahwa kita
membicarakan isu-isu ini hari ini sebagai penggenapan langsung dari prediksi
yang dibuat Ellen White tahun itu. Dan kita bukannya mengakui tanggungjawab
kita untuk penundaan tersebut, kita malah menyalahkan Allah untuk penundaan itu
setiap kali kita berkata bahwa Yesus akan datang pada waktuNya yang telah
ditetapkanNya sendiri. Kita mengatakan itu salah Dia.
In 1902 Ellen White
wrote a letter to the General Conference Committee. “But the work that all
heaven was waiting to do as soon as men prepared the way was not done, for the
leaders in the work…” and this is an awesome statement, “…for the leaders in the work closed and
bolted the door against the Spirit's entrance, there was a stopping short of
full entire surrender to God, hearts
that might have been purified from error were strengthened in wrongdoing, the
doors were barred against the heavenly current that would have swept away all
evil, men left their sins unconfessed, they built themselves up in their own
wrongdoing and said to the Spirit of God, ‘Go
Thy way for this time, when I have a more convenient season, I will call for
Thee.’ The Lord calls…” and by the way, and she's continuing now,
“…The Lord calls for the close self-examination to be made now that was not
made at the last General Conference.” Remember many changes were made but not the
one change that was essential. That's (the Crest Collection page 95).
Di 1902 Ellen White menulis sepucuk surat kepada Komite General Conference, “…Tetapi pekerjaan yang ditunggu seluruh
Surga untuk dilaksanakan begitu manusia menyiapkan jalannya, tidak dilakukan
karena para pemimpin pekerjaan itu…” dan ini adalah pernyataan yang mengagumkan, “…karena para pemimpin pekerjaan itu menutup dan
mengunci pintu menghalangi masuknya Roh. Niat dihentikan sebelum ada penyerahan
sepenuhnya kepada Allah, hati-hati yang seharusnya bisa dimurnikan dari
kesalahan, diteguhkan dalam perbuatan yang salah, pintu-pintu dibarikade
terhadap masuknya arus surgawi yang akan menyapu lenyap semua kejahatan,
manusia-manusia membiarkan dosa-dosa mereka tanpa diakui, mereka membesarkan
diri mereka dalam perbuatan salah mereka sendiri dan berkata kepada Roh Allah, ‘Kali ini
pergilah, apabila aku punya waktu yang lebih
sesuai aku akan memanggil Engkau datang.’ (Kisah 24:25). Tuhan
minta,…” dan ketahuilah, Ellen White
melanjutkan sekarang, “…Tuhan
minta untuk mengadakan introspeksi diri yang ketat sekarang yang tidak
dilakukan di General Conference yang
lalu…” Ingat, banyak perubahan telah
dibuat tetapi satu perubahan yang esensial justru tidak. Ini (the Crest Collection hal 95).
In 1903 Ellen White wrote to a friend. “The
result of the last General Conference has been the greatest, the most terrible
sorrow of my life. No change was made. The Spirit that should have been brought
into the whole work as the result of that meeting, was not brought in.” Again Manuscript Releases Vol. 13 pg. 122 and 123.
Clearly now those organizational changes which are still a blessing for us
today was not really what God was looking for, and what would have allowed
Jesus to come to that generation. And for us today all that matters is a heart
surrender, total surrender, hearts purified, sins confessed, and close
self-examination, if we have any hope of seeing Jesus return in our lifetime.
Di 1903 Ellen White menulis
kepada seorang teman, “…Hasil General
Conference yang terakhir adalah kesedihanku yang paling besar dan paling
buruk. Tidak ada perubahan yang dibuat. Roh yang seharusnya dibawa masuk ke
dalam seluruh pekerjaan sebagai akibat pertemuan itu, tidak dibawa
masuk.…” Kembali dari Manuscript Releases Vol. 13 hal. 122-123.
Jelaslah sekarang perubahan-perubahan organisatoris yang
masih merupakan berkat bagi kita hari ini bukanlah apa yang sesungguhnya
dikehendaki Allah, dan yang bisa mengizinkan Yesus datang di generasi itu. Dan bagi kita hari ini, yang penting
adalah penyerahan hati, penyerahan total, hati-hati yang dimurnikan, dosa-dosa
diakui, dan introspeksi diri yang ketat, kalau kita masih berharap
melihat Yesus kembali di masa hidup kita.
In 1902 the Review and Herald office burned to the ground. In a short time
after the fire had destroyed the Review and Herald office, an article by Ellen
White was printed in the Adventist Review
in which it was plainly stated that the destruction of the sanitarium and the Review
office by fire was a visitation from God on account of their persistent
departure from His ways and the failure to act upon the warning and instruction
which had been given for many years through the Spirit of Prophecy. And Ellen
White pled with those in Battle Creek who had [quote] “resisted light and
evidence, refusing to listen to God's warnings” that they would see in the
destruction of the Review and Herald office, an appeal to God from them to turn
to Him with full purpose of heart.
And yet a short time after the 1903 General Conference session, at a
meeting of the stockholders of the Review and Herald, an individual stated
before a public audience that these fires were not the judgments of God at all,
they were just fires. My friends, the
leaders were in denial back then, just as we continue to be in denial today.
Di 1902 kantor Review and Herald terbakar rata dengan tanah. Dalam waktu
yang singkat setelah api memusnahkan kantor Review and Herald, sebuah artikel dari Ellen White dicetak di Adventist Review di mana dinyatakan dengan jelas bahwa penghancuran sanitarium dan
kantor Review oleh api adalah
penghakiman dari Allah karena pembangkangan terus-menerus dari jalanNya, dan
kegagalan untuk merespons peringatan dan petunjuk yang telah diberika selama
banyak tahun melalui Roh Nubuat. Dan Ellen White memohon dengan mereka yang di Battle
Creek, yang telah “menolak terang dan
bukti, menolak mendengarkan peringatan-peringatan Allah” bahwa mereka akan
melihat dalam penghancuran kantor Review and Herald suatu permintaan dari Allah kepada mereka untuk berbalik kepadaNya
dengan sepenuh hati.
Namun tidak lama setelah sesi General
Conference 1903, di pertemuan para
pemegang saham Review and Herald,
seseorang menyatakan di hadapan audiensi publik bahwa api itu sama sekali
bukanlah penghakiman Allah, itu hanya api. Teman-temanku, para pemimpin waktu
itu dalam sikap penyangkalan, sama seperti kita hari ini juga berlanjut dalam
penyangkalan.
I think God was doing everything He could to shock God's remnant church
into an awareness of heaven's view of things, so that Christ's coming would not
have to be delayed for another hundred years, much longer than Israel was
delayed in the wilderness. How many warnings, how many warnings will it take
for us to get serious about God's will and God's plan? And of course all the
warnings and all of the judgments are for the purpose of bringing us to
repentance. That's why God allows them to come, not to curse us, but to bring
us to repentance.
Menurut saya Allah sedang melakukan apa saja yang bisa
untuk membuat syok gereja umat Allah yang sisa supaya menyadari pandangan
surgawi tentang kondisinya, agar kedatangan Kristus tidak harus ditunda seratus
tahun lagi, lebih lama daripada Israel tertahan di padang gurun. Berapa banyak peringatan yang
dibutuhkan sampai kita bersikap serius tentang kehendak Allah dan rencana
Allah? Dan tentu saja semua peringatan dan semua penghakiman tujuannya ialah
untuk membawa kita kepada pertobatan. Itulah sebabnya Allah mengizinkan mereka
datang, bukan untuk mengutuk kita melainkan untuk membawa kita kepada
pertobatan.
A.T. Jones made this point at the 1893 General Conference. “The Latter Rain
and the Loud Cry would only be given when they were of one heart and mind.” Therefore Jones instructed “…if there are
any differences at all between you and any of the people on this earth, whether
they are at this institute or not, it is time for you and me to get them out of
the way.” And I say that's good counsel for us
today. If there are differences we need to get them out of the way.
A.T. Jones membuat poin ini di General Conference
tahun 1893, “…Hujan Akhir dan Seruan Nyaring hanya akan
diberikan bilamana mereka sudah sehati dan sepikir…” Karena itu Jones memberikan
instruksi, “…Jika ada perselisihan apa pun antara kamu
dan orang-orang di bumi ini, apakah mereka ada di dalam institusi ini atau bukan,
sudah waktunya kamu dan aku menyingkirkan mereka jauh-jauh…” Dan saya katakan itu nasihat
yang bagus bagi kita hari ini. Jika ada perselisihan, kita perlu menyingkirkan
mereka jauh-jauh.
O.A. Olsen was the General Conference president who spoke at the same
conference. He said, “It is sin that is in the way of God's
blessings. The sin must be removed before God's Spirit can come in. I don't
care where it is, nor who it is, whether you have been a minister for a score
of years, or whether you are the sinner just being awakened to the first sense
of guilt, sin is sin everywhere. And it is sin that must be taken away before
God can come in. But if we fail at one time, the Lord will take us over the
ground again; and if we fail a second time He will take us over the ground
again; and if we fail a third time the Lord will take us over the same ground
again. Why is He thus taking us over the ground again and again? It is that we
may lay hold of His grace and overcome.” [end quote]
Is there any doubt that God is taking us over the same ground again even
today? Hoping that some generation will surrender in genuine lasting
repentance, and the delay can be ended.
O.A. Olsen adalah presiden General Conference yang berbicara di konferensi yang sama. Dia berkata, “…Dosalah yang menghalangi berkat-berkat Allah. Dosa itu harus disingkirkan sebelum Roh Allah bisa masuk. Saya tidak perduli di mana itu, atau siapa itu, apakah kamu sudah pernah menjadi pendeta selama puluhan tahun, atau kamu hanya seorang pendosa yang baru bangun dari perasaan bersalah yang pertama, dosa adalah dosa di mana pun. Dan dosalah yang harus disingkirkan sebelum Allah bisa masuk. Tetapi jika suatu saat kita gagal, Tuhan akan membawa kita mengulangi keadaan itu lagi; dan jika kita gagal kedua kalinya, Tuhan akan membawa kita mengulangi keadaan itu lagi; dan jika kita masih gagal ketiga kalinya, Tuhan akan membawa kita mengulangi keadaan yang sama lagi. Mengapa Tuhan membawa kita mengulangi kondisi itu berulang-ulang? Itu supaya kita boleh mengklaim kasih karuniaNya dan menjadi pemenang.”
Apakah ada keraguan Allah membawa kita mengulangi kondisi yang sama lagi
bahkan hari ini? Berharap suatu generasi mau berserah dalam pertobatan yang
sejati dan permanen, dan penundaan pun boleh diakhiri.
W.W. Prescott spoke to the same Conference. He said, “Now I am perfectly aware that I am
speaking with great plainness, and I do not speak this without thought and
prayer. I say that it is time for us to be zealous and repent, that God's
special outpouring of His Spirit may come upon us without destroying us. If we
don't make this matter a matter of earnest prayer, I say it simply means death
to you and me. We cannot come to this assembly, this institute and Conference,
and go day after day in an easy-going manner. It is time for everyone to be
trembling in earnest for his own soul salvation. I tell you we might come and
go here week in and week out, year in and year out, and yet not meet the mind
of God concerning this time.”
W.W. Prescott bicara kepada Konferensi yang sama, dia berkata, “…Nah, saya
sungguh menyadari bahwa saya sedang bicara dengan sangat blak-blakan, dan saya
tidak mengatakan ini tanpa dipikir dan doa. Saya katakan bahwa sekarang sudah
waktunya bagi kita untuk menjadi tekun dan bertobat, supaya curahan istimewa
dari Allah, RohNya, boleh datang pada kita tanpa membinasakan kita. Jika kita
tidak menjadikan hal ini doa kita yang sungguh-sungguh, saya katakan itu
semata-mata berarti kematian bagi kalian dan saya. Kita tidak bisa datang ke
pertemuan ini, ke institusi ini, dan
Konferensi ini, dan dari hari ke hari bersikap santai. Sudah waktunya bagi
semua orang untuk bergetar dalam keseriusan bagi keselamatannya sendiri. Saya
katakan kepada kalian, kita bisa datang dan pergi di sini dari minggu ke minggu
dari tahun ke tahun namun tidak sesuai dengan pikiran Allah mengenai waktu
ini.”
In 1895 Ellen White wrote this. “How long? How long will
you hate and despise the messengers of God's righteousness? God has given them
His message, they bear the Word of the Lord, but there are those who despise
the men and the message they bore. They have taunted them with being fanatics,
extremists, and enthusiasts. Let me prophesy unto you, unless you speedily
humble your hearts before God and confess your sins, which are many, you will
when it is too late see that you have been fighting against God, you will see
that these men whom you have spoken against, have been as signs in the world,
as witnesses for God; then you would give the whole world if you could redeem
the past. Go on a little longer as you have gone in rejection of the light from
heaven, and you are lost. If you reject Christ's delegated messengers, you reject
Christ. Despise this glorious offer of justification through the blood of
Christ and sanctification through the cleansing power of the Holy Spirit, and
there ‘remaineth no more sacrifice for
sins, but a certain fearful looking for of judgment and fiery indignation’…”
(1888 Materials 1341 and 1342).
I don't think any stronger warning could ever have been given from the
Lord. There is no clearer statement possible that Jones and Waggoner were sent by God to give a translation fitting-up
message. And we are facing
the same opposition to that message today, my friends, as was faced
back then.
Di tahun 1895 Ellen White menulis ini, “…Berapa lama
lagi? Berapa lama lagi kalian mau membenci dan merendahkan kebenaran para
utusan Allah? Allah telah memberi mereka pekabaranNya, mereka yang membawa
Firman Tuhan, tetapi ada orang-orang yang membenci mereka dan pekabaran yang
mereka bawa. Orang-orang itu mengolok-olok mereka sebagai para fanatik, ekstremis, dan yang agamanya
berlebihan. Saya akan bernubuat kepada kalian, kecuali kalian segera
merendahkan hati kalian di hadapan Allah dan mengakui dosa-dosa kalian yang
banyak, kalian akan melihat bila saatnya sudah terlambat bahwa kalian telah
berperang melawan Allah, kalian akan melihat bahwa mereka yang kalian lawan itu,
menjadi seperti tanda-tanda di dunia, sebagai saksi-saksi Allah, lalu saat itu kalian
akan bersedia menyerahkan seluruh dunia andaikan bisa, sekiranya kalian bisa
menebus waktu yang telah lewat. Lanjutkan sedikit lebih lama lagi seperti yang
kalian lakukan dalam menolak terang dari Surga, dan kalian akan kehilangan
keselamatan. Jika kalian menolak utusan-utusan yang dipilih Kristus, kalian
menolak Kristus. Membenci tawaran yang mulia ini dari pembenaran melalui darah
Kristus dan pengudusan melalui kuasa pembersihan Roh Kudus, ’26 …maka tidak ada lagi kurban
untuk dosa. 27 melainkan suatu
penantian yang menakutkan akan datangnya penghakiman
dan murka yang menyala-nyala…’ (Ibrani
10:26-27).” (1888 Materials hal. 1341-1342).
Menurut saya tidak ada peringatan yang lebih keras yang
pernah bisa diberikan dari Tuhan. Tidak ada pernyataan yang lebih jelas bahwa Jones dan Waggoner diutus oleh Allah untuk menyampaikan
pekabaran bagi perubahan agar dilayakkan [bagi Surga]. Dan hari
ini kita sedang menghadapi oposisi yang sama
kepada pekabaran itu, teman-temanku, sebagaimana yang dihadapi di masa lampau
itu.
As a result of Ellen White's strong reproofs of the leaders of the church,
it was inevitable that the arrows of criticism would be leveled against her as
well. In the year 1896 M.L. Andreasen was a new convert to the Seventh-Day
Adventist church, and he was invited to sit in on some discussions of the
leading men at Union College and here is what he wrote. “It was only a matter of eight years since
the famous 1888 Conference in Minneapolis and the Conference was frequently the
subject of discussion. I was astonished at the freedom with which they
discussed personalities. A few of the leaders were waiting for the day when
there would be a change in the way the church was run. They did not consider
the message of Jones and Waggoner to be the real issue. The real issue was with
whether Sister White was to be permitted to overrule the men who carried the
responsibility of the work. It was an attempt to overthrow the position of the
Spirit of Prophecy, and it seemed the men in opposition carried the day ~ as
interpreted by some ~ the Minneapolis Conference was a revolt against Sister
White…”
Dan sebagai akibat teguran-teguran keras Ellen White kepada para pemimpin gereja, tidak dapat dihindari anak-anak panah kritikan diarahkan terhadap Ellen White juga. Di tahun 1896, M.L. Andreasen adalah anggota baru gereja MAHK, dan dia diundang untuk menghadiri beberapa diskusi para pemimpin di Union College, dan inilah yang ditulisnya, “…Hanya lewat delapan tahun sejak Konferensi 1888 yang terkenal di Minneapolis itu, dan Konferensi itu sering menjadi topik diskusi. Saya terheran-heran melihat kebebasan dengan mana mereka membahas pribadi-pribadi secara personal. Beberapa dari pemimpin itu tidak sabaran menunggu saatnya ketika akan ada perubahan bagaimana gereja itu dioperasikan. Mereka tidak menganggap pekabaran Jones dan Waggoner adalah isu yang sebenarnya. Isu sebenarnya adalah apakah Sister White diizinkan lebih berkuasa daripada orang-orang yang bertanggungjawab atas pekerjaan itu. Ini adalah suatu upaya untuk menggulingkan posisi Roh Nubuat, dan sepertinya orang-orang yang menentangnya yang menang ~ seperti yang diinterpretasikan oleh beberapa orang ~ Konferensi Minneapolis adalah pemberontakan terhadap Sister White.”
As you know this became the real issue:
ü would Ellen White be allowed to overrule the leading man in the church?
ü did she have prophetic authority or were her reproofs just her opinions?
I think this was identical to the way the Jews treated Jeremiah and John
the Baptist.
Seperti yang kalian tahu inilah yang menjadi isu yang
sebenarnya:
ü apakah Ellen White diizinkan
mengalahkan pemimpin di gereja?
ü apakah dia punya autoritas
kenabian atau teguran-tegurannya hanyalah pendapatnya sendiri?
Menurut saya ini sama dengan cara orang-orang Yahudi
memperlakukan Yeremia dan Yohanes Pembaptis.
Ellen White recognized what was happening, she wrote in 1902, “I shall not appear before you again in our
general gatherings, unless I am impressed by the Spirit of God that I should. The
last General Conference that I attended…” that was in 1901 “…gave you all the
evidence that you will ever have in any meeting that shall be convened. If that
meeting did not convince you that God is working by His Spirit through His
humble servant, it is because the candlestick has been removed out of its place.”
(Manuscript Releases Vol. 18 195 and 196). That is as serious an indictment as can
ever be made.
Ellen White
mengenali apa yang terjadi, dia menulis di 1902, “…Aku tidak
akan hadir di hadapan kalian lagi dalam pertemuan-pertemuan umum kita, kecuali
kalau aku mendapat kesan dari Roh Allah bahwa aku harus. General Conference yang terakhir yang aku hadiri…” itu di 1901 “…sudah
memberikan kalian semua bukti yang kalian perlukan dalam pertemuan apa pun yang
akan pernah diadakan. Jika pertemuan itu tidak meyakinkan kalian bahwa Allah
sedang bekerja oleh RohNya melalui hambaNya yang rendah hati, itu dikarenakan
kakidian telah dipindahkan keluar dari tempatnya.” (Manuscript Releases Vol. 18 hal. 195-196). Ini adalah tuduhan yang seserius-seriusnya yang pernah
dibuat.
In 1903 she wrote this poignant appeal, “Physically
I have always been as a broken vessel and yet in my old age the Lord continues
to move upon me by His Holy Spirit, to write the most important books that have
ever come before the churches and the world. The life that He spares I will use
to His glory. And when He may see fit to let me rest, His messages shall be of
even more vital force than when the frail instrumentality through whom they
were delivered was living.” (Manuscript
Releases Vol. 8 page 428). And today the
same issue is our issue today, do we really have a prophetic voice speaking to
our consciences or just an outdated strong-headed woman who wanted the church
to go her way? Our decision is the same as theirs.
Di 1903 Ellen White menulis permohonan yang menyedihkan ini, “…Secara fisik
aku selalu adalah bejana yang rusak, namun di usia lanjutku, Tuhan terus
menggerakkan aku oleh Roh KudusNya, untuk menulis buku-buku yang sangat penting
yang pernah disampaikan kepada gereja-gereja dan dunia. Hidup yang telah
diselamatkanNya ini mau aku pakai untuk kemuliaanNya. Dan bilamana baik
menurutNya untuk mengizinkan aku beristirahat, pesan-pesanNya akan menjadi
kekuatan yang bahkan lebih vital daripada ketika alat lemah ini yang
menyampaikannya, masih hidup.” (Manuscript Releases Vol. 8 hal. 428)…” Dan hari ini isu yang sama adalah isu kita, apakah kita sungguh-sungguh
memiliki suara kenabian yang bicara kepada hati nurani kita atau hanya seorang
perempuan yang keras kepala yang sudah ketinggalan zaman yang ingin gereja itu
berjalan menurut kemauannya? Keputusan kita sama dengan keputusan mereka.
As mentioned earlier the attacks against Jones and Waggoner and their
message are as strong today or stronger than during the 1890s. In late November
1892 a two-part article from Ellen White was published in the Review. She said, “The
Loud Cry of the third angel has already begun in the revelation of the
righteousness of Christ. This is the beginning of the light of the angel, whose
glory shall fill the whole earth.” She wrote that
in 1892 in Review and Herald November 22.
Sebagaimana sudah dikatakan tadi, serangan-serangan terhadap Jones dan
Waggoner dan pekabaran mereka itu sama kuatnya atau malah lebih kuat daripada
selama 1890an. Di akhir November 1892, sebuah artikel yang terdiri atas dua
bagian dari Ellen White diterbitkan di Review, Ellen White berkata, “…Seruan Nyaring malaikat ketiga sudah mulai dalam
pengungkapan kebenaran Kristus. Inilah awal dari terang malaikat, yang
kemuliaannya akan memenuhi seluruh bumi…”
Ellen White menulis ini di 1892 di Review and Herald
November 22.
Writing in response to Ellen White's declaration O.A. Tate reported this, “The message is rising, brethren and
sisters, and the last week's Review informs
us in no uncertain language that the Loud Cry is already begun. We are told
also in recent testimonies that the Holy Spirit awaits our demand and reception.
Who cannot see that the Latter Rain is about to be poured out upon us in great
measure? Are we ready to receive it?...” and you know that's a very logical deduction here. There is no way, no way
that the Loud Cry can be taken to the world without the power of the Latter
Rain. Both function together, they cannot function separately at all.
Menulis sebagai respons kepada
deklarasi Ellen White, O.A. Tate melaporkan ini, “…Pekabaran itu
sedang bangkit, Saudara-saudara, dan Review
minggu lalu memberitahu kita dengan kata-kata yang pasti bahwa Seruan Nyaring
sudah dimulai. Kita juga sudah diberitahu dalam kesaksian-kesaksian terbaru
bahwa Roh Kudus menantikan permohonan dan penerimaan kita. Siapa yang tidak
bisa melihat bahwa Hujan Akhir akan dicurahkan ke atas kita dalam takaran yang
besar? Apakah kita siap menerimanya? …” dan kalian tahu itu adalah deduksi yang logis di sini. Tidak mungkin, tidak
mungkin Seruan Nyaring bisa disampaikan kepada dunia tanpa kuasa Hujan
Akhir. Kedua bekerja bersama-sama, mereka sama sekali tidak bisa bekerja secara terpisah.
However, listen to this attempt to discredit this conclusion. George Knight
asks the question, “is there in Ellen White's
writings a strong connection between righteousness by faith and final events? No!
Some of Ellen White's interpreters…” he said “…with an interest in the 1888 message, influenced
by the presentations of the misled Jones and Prescott, have developed emphases
not present in her writings but quite in harmony with their own agenda. It is
true…” he said, “…that
A.T. Jones did read a great deal into the Loud Cry statement, but that does not
mean that he was correct. Ellen White did not say that the Latter Rain had
begun with the preaching of Christ's righteousness at Minneapolis. She plainly
said it was the Loud Cry. Such men as
Jones, Prescott and G.B. Starr drew the Latter Rain conclusion….” And I’m going to say once again it's the
only conclusion possible. No Latter Rain, no Loud Cry, they are one
unit. He continued by saying, “…Several preachers
including A.T. Jones, G.B. Starr and
W.W. Prescott transformed her claim in November 1892 that the Loud Cry had
begun into the idea that the Latter Rain had begun. Neither Jones nor
Prescott…”, brother Knight says, “…were entirely reliable guides in matters
of the Holy Spirit by
the time of the 1893 meeting.”
Namun begitu, dengarkan upaya
ini untuk mendiskredit kesimpulan ini. George Knight mengajukan pertanyaan, “…Apakah ada dalam tulisan-tulisan Ellen White hubungan
yang kuat antara pembenaran oleh iman dan peristiwa-peristiwa terakhir? Tidak!
Beberapa dari penafsir-penafsir Ellen White…” katanya, “…yang tertarik pada pekabaran 1888, terpengaruh oleh
presentasi-presentasi Jones dan Prescott yang tersesat, telah mengembangkan
sendiri penekanan-penekanan yang tidak ada dalam tulisan-tulisan Ellen White,
tetapi yang cukup selaras dengan agenda mereka sendiri. Memang benar…” katanya, “…bahwa A.T. Jones telah menambahkan banyak pemahaman
yang sesungguhnya tidak ada kepada pernyataan Seruan Nyaring tetapi itu tidak
berarti dia benar. Ellen White tidak mengatakan bahwa Hujan Akhir telah dimulai
dengan dikhotbahkannya kebenaran Kristus di Minneapolis. Ellen White jelas
mengatakan itu adalah Seruan Nyaring. Orang-orang seperti Jones, Prescott dan
G.B. Starr yang mengambil kesimpulan itu
Hujan Akhir…” Dan saya akan berkata sekali lagi, itu adalah satu-satunya konklusi yang
masuk akal. Tidak ada Hujan Akhir, ya tidak ada Seruan Nyaring,
mereka itu satu paket. Knight melanjutkan berkata, “…Beberapa
pengkhotbah termasuk A.T. Jones, G.B. Starr, dan W.W. Prescott mengubah klaim
Ellen White di November 1892 bahwa Seruan Nyaring telah mulai, menjadi konsep
bahwa Hujan Akhir telah mulai. Baik Jones maupun Prescott…” kata Sdr. Knight, “…sama sekali bukanlah pembimbing-pembimbing
yang bisa dipercaya dalam hal Roh Kudus pada waktu pertemuan-petemuan 1893.”
Another attack on A.T. Jones was based on a mistake he made by endorsing
the supposed visions by Anna Rice; but when Ellen White reproved him and told
him that he was wrong, he actually read her reproof in church, and he said, “I am
wrong.” What more could he have done than that? And yet this mistake is
portrayed by George Knight as evidence that Jones remained untrustworthy in his
statements. Scattered throughout his many books on the 1888 message, are many
allusions to this Anna Rice incident, but with few or distorted details. And of
course the purpose of using this evidence is to deny the reliability of A.T.
Jones. Knight put it this way, “Adventist can be
thankful that Jones did not receive a free hand at the 1893 session, since by
that time he was not a totally reliable guide. His Latter Rain revival might
have led Adventism down strange paths indeed, and it could have changed the
nature of the Seventh-Day Adventist church by moving it closer to the then
developing Pentecostalism…” In other words,
if we would have followed his teachings, we would have changed our whole
theological direction.
Serangan lain pada A.T. Jones
itu dikarenakan suatu kesalahan yang dibuatnya dengan mengendors yang diakui
Anna Rice sebagai penglihatan-penglihatannya. Tetapi ketika Ellen White
menegurnya dan mengatakan kepadanya bahwa dia salah, Jones benar-benar
membacakan teguran Ellen White di gereja dan dia berkata, “Saya salah.” Apa
lagi yang bisa diperbuatnya selain itu? Namun kesalahan ini digambarkan oleh
George Knight sebagai bukti bahwa Jones tetap tidak bisa dipercaya
pernyataan-pernyataannya. Tersebar dalam banyak bukunya mengenai pekabaran
1888, ada banyak sindirin kepada insiden Anna Rice ini, tetapi dengan hanya
sedikit atau detail yang terdistorsi. Dan tentu saja tujuan memakai alasan ini
adalah untuk menyangkal keandalan A.T. Jones. Knight menyatakannya demikian, “…Advent boleh berterimakasih bahwa Jones tidak
mendapatkan kebebasan untuk bertindak di sesi 1893, karena pada waktu itu dia
sama sekali bukanlah pembimbing yang betul-betul bisa
dipercaya. Kebangunan rohaninya tentang Hujan Akhir bisa membawa Adventisme
turun ke jalur-jalur yang aneh, dan itu bisa saja mengubah sifat gereja MAHK
dengan menggesernya lebih dekat kepada Pentakostalisme yang saat itu sedang
berkembang…” Dengan kata lain andaikan kita mengikuti ajarannya, kita sudah akan
mengubah seluruh arah theologi kita.
Often when A.T. Jones is mentioned in modern times it's only with a passing
derogatory comment of one kind or another, thanks to years of depicting him
negatively by some Adventist historians. George Knight has made this charge for
more than 25 years, claiming that the 1892-1893 revival movement was based on
fanatical excitement. He says, “It was Jones and
Prescott, rather than Mrs. White who built the 1893 excitement into grand
proportions. The ever-excitable Jones was not altogether a safe leader in 1893.
We should never forget that he had the perennial problem of extremism.”
Sering ketika A.T. Jones
disebutkan di zaman modern ini, itu hanyalah dalam komentar sekilas ini-itu dengan
nada menghina, gara-gara selama bertahun-tahun beberapa sejarahwan Advent
menggambarkan dia secara negatif. George Knight telah membuat tuduhan itu
selama 25 tahun, mengklaim bahwa gerakan kebangunan rohani 1892-1893 itu
berdasarkan semangat kefanatikan. Dia berkata, “…Jones dan Prescott-lah, bukan Ny. White yang
membangkitkan semangat 1893 menjadi proporsi akbar. Jones yang selalu
bersemangat tinggi sama sekali bukanlah seorang pemimpin yang aman di tahun
1893. Kita jangan pernah lupa bahwa dia punya masalah ekstremisme selama
bertahun-tahun.”
Just a little bit of information about this modern book writer, George Knight,
this is the person who believes that Eve sinned before she ate the forbidden
fruit. He has been described by his supporters as a revisionist historian, he
has described our origins of the Seventh-Day Adventist church in fanatical Adventism,
he has even said in a meeting in Soquel, “I
don't like Adventists I like Christians.”
Ini sedikit informasi tentang penulis buku modern ini,
George Knight, dia adalah seorang yang meyakini bahwa Hawa sudah berdosa
sebelum dia makan buah terlarang itu. Oleh para pendukungnya, dia digambarkan
sebagai seorang sejarahwan revisionis (yang menafsirkan sejarah berbeda dari faktanya),
dia telah menggambarkan asal usul gereja MAHK dalam Adventisme
fanatik, dia bahkan mengatakan di sebuah pertemuan di Soquel, “Saya tidak suka orang Advent. Saya suka
orang Kristen.”
Of all the tactics that Satan has used to derail the beginning of the
Latter Rain and the Loud Cry, his inciting of those in responsible positions to
identify the 1892 week of prayer and the 1893 General Conference session as
merely the results of fanatical excitement of extremism and fanaticism, has
brought Satan's devilish plans the most success. Identifying the work of the
Holy Spirit with fanaticism at Minneapolis in 1888 had brought four years of
struggle and conflict, rebellion and delay, and now the call for Laodicean
repentance had been visited with manifestations of the Holy Spirit during 1892
and 1893, and to respond to such manifestations with the same accusations of
excitement, extremism, and fanaticism, would prove very detrimental to God's
remnant movement. Among those who did say this were Uriah Smith, J.H. Kellogg,
and others who leveled such charges against the revivals.
Dari semua taktik yang dipakai Setan untuk menggulingkan mulainya Hujan Akhir dan Seruan Nyaring, hasutannya kepada mereka yang ada di kedudukan yang bertanggungjawab untuk mengidentifikasi minggu doa 1892 dan sesi General Conference 1893 sebagai hanyalah hasil dari semangat fanatik ekstremisme dan fanatisme, telah membawa sukses besar bagi rencana jahat Setan. Mengidentifikasikan pekerjaan Roh Kudus dengan fanatikisme di Minneapolis di 1888 telah mengakibatkan empat tahun pergumulan dan konflik, pemberontakan dan penundaan, dan sekarang seruan bagi Laodekia untuk bertobat telah dibarengi oleh manifestasi Roh Kudus selama 1892 dan 1893, dan untuk merespons kepada manifestasi-manifestasi seperti ini dengan tuduhan-tuduhan yang sama yaitu semangat tinggi, ekstremisme, dan fanatisme akan berakibat sangat merugikan bagi gerakan umat Allah yang sisa. Di antara mereka yang mengatakan ini ialah Uriah Smith, J.H. Kellogg, dan yang lain-lain, yang melontarkan tuduhan-tuduhan demikian terhadap kebangunan-kebangunan rohani.
So let's go back to Ellen White again. In 1894 Ellen White gave a strong
warning to those who were doing just what we have reviewed. She said, “Let not those who have neglected to receive
light and truth, take advantage of the mistake of their brethren, and put forth
their finger and speak words of vanity, because the chosen of God have been too
ardent in their ideas, and have carried certain matters in too strong a manner.
We have need of these ardent elements, for our work is not a passive work. Our
work is aggressive. The chosen agents of God would have been rejoiced to link
up with the men who held aloof from them, questioning, criticizing, and
opposing. But if the men who should have used their experience in furthering
the work, have labored to hinder it, and mistakes have occurred that would not
have occurred if they had stood in their allotted place, whom will God hold
accountable for these late errors? He will hold the very men accountable, who
should have been gathering light and united with the faithful watchmen in these
days of peril, but where were they? They were holding themselves in the
position of those who were non-receivers of the light for themselves, and
intercepting the light that God would send to others.” (1888 Materials 1246-1248).
Thus the blame was being laid at the feet of those who had been fighting
the truth for so long, who otherwise would have been able to benefit Jones and
Prescott with their past experience. And please notice the phrases that she
used about Jones and Waggoner “chosen of God, faithful watchmen”. The only
ones opposing Jones and Waggoner back in the early 1890s were the same ones who
today consistently have opposed the 1888 message.
Jadi mari kita kembali ke Ellen White lagi. Di 1894 Ellen White memberikan
peringatan keras kepada mereka yang melakukan apa yang baru kita simak. Ellen
White berkata, “…Janganlah mereka yang telah mengabaikan
menerima terang dan kebenaran, memanfaatkan kesalahan saudara-saudara mereka,
dan mengangkat jari mereka menuding dan mengucapkan kata-kata sombong karena
orang-orang yang dipilih oleh Allah terlalu bersemangat dalam konsep-konsep
mereka dan telah menyampaikan masalah-masalah itu dengan cara yang terlalu
keras. Kita membutuhkan unsur-unsur yang bersemangat ini, karena pekerjaan kita
bukanlah pekerjaan yang pasif. Pekerjaan kita itu agresif. Orang-orang yang
dipilih oleh Allah akan bersukacita sekiranya bergabung dengan mereka yang
justru telah meninggikan diri, mempertanyakan, mengeritik, dan menentang mereka.
Tetapi orang-orang yang seharusnya menggunakan pengalaman mereka dalam
memajukan pekerjaan malah telah bekerja untuk menghalanginya, sehingga terjadi
kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak terjadi sekiranya mereka berdiri di tempat yang
telah ditentukan bagi mereka, siapa yang akan dipersalahkan Allah atas kesalahan-kesalahan
belakangan ini? Allah akan minta pertanggungjawaban dari orang-orang yang sama
yang seharusnya mengumpulkan terang dan bersatu dengan penjaga-penjaga setia di
hari-hari yang berbahaya ini, tetapi di manakah mereka? Mereka sedang bertahan
di posisi para penolak terang bagi diri mereka sendiri, dan mencegat terang
yang mau Allah kirimkan kepada orang-orang lain.”
(1888 Materials 1246-1248)
Dengan demikian tanggungjawab
kesalahan diletakkan di kaki mereka yang sudah begitu lama memerangi kebenaran,
yang seharusnya bisa memberi manfaat
Jones dan Prescott dengan pengalaman-pengalaman mereka. Dan coba perhatikan
ungkapan-ungkapan yang dipakai Ellen White tentang Jones dan Waggoner: “yang dipilih oleh Allah,
penjaga-penjaga yang setia”.
Mereka yang menentang Jones dan Waggoner di awal 1890an itu adalah
mereka yang sama yang hari ini secara konsisten menentang pekabaran 1888.
Now we must examine the 1893 General Conference very carefully, and I’ll
admit that I have always had a negative impression of this Conference because
of the allegations made by our historians about what happened that year. And I think
it's very important here to take a second look when prejudice rears its head. The
report in the Review following the second
Sabbath meetings in 1893 said this, “As the climax was reached and the blessed
results of Christ's work for us were pictured before us, the sermons by Jones
ceased and the vast congregation crowding every available space in the
tabernacle involuntarily resolved itself into a praise meeting. The ministers
scattered throughout the congregation to the number of 30 or 40. They rose up
and took charge of groups in their respective localities, and hundreds of
testimonies of praise to God for His goodness and salvation were born all over
the house. It was such a meeting that has never been seen before in Battle
Creek.”
Sekarang kita harus memeriksa General
Conferece tahun 1893 dengan seksama, dan
harus saya akui bahwa saya selalu punya kesan yang negatif tentang Konferensi
ini karena tuduhan-tuduhan yang dilancarkan para sejarahwan kita mengenai apa
yang terjadi di tahun itu. Dan saya pikir sangat penting di sini untuk mengkaji
kembali ketika prasangka buruk muncul. Laporan di Review setelah pertemuan Sabat
kedua di 1893 mengatakan ini, “…Ketika
klimaksnya dicapai dan hasil penuh berkat dari pekerjaan Kristus bagi kami
digambarkan di hadapan kami, khotbah-khotbah Jones berhenti dan kongregasi
besar yang memenuhi setiap ruang yang ada di rumah Allah itu secara tidak sadar
mengurai sendiri menjadi pertemuan puji-pujian. Para pendeta menyebar di antara
kongregasi sejumlah 30 atau 40 orang . Mereka bangkit dan memimpin
kelompok-kelompok di tempat mereka sendiri, dan ratusan kesaksian puji-pujian
kepada Allah untuk kebaikanNya dan keselamatan lahir dalam seluruh rumah itu.
Pertemuan yang seperti ini tidak pernah terlihat sebelumnya di Battle Creek.”
In a letter by O.A. Olsen again the General Conference president he said
this, “The Spirit of the Lord
wrought marvelously and the convicting and converting power of God was
manifested in a wonderful measure.”
For Olsen the most interesting and most remarkable case of all was the
confession of J.H. Morrison. Morrison was one of the most vocal opponents at
the 1888 General Conference. And this is what Elder Olsen said about him, “I have listened to many confessions, but
this I must say, that I never listened to one like his. While it was cool and
deliberate as is the nature of his temperament, it was a most thorough going
and most deep in its work that I have ever witnessed, and I never saw any
congregation so affected by a confession as on this occasion…” He continued, “…The institute and the
Conference from first to last was a most remarkable season. I never before
attended a meeting anywhere like it. The Lord's presence seemed to be realized
in a very large measure, and at different times the power of God rested down
upon the people in a very marked manner. Everything passed off with remarkable
harmony and unity. I think I never attended a Conference where there seemed to
be such perfect freedom, no human restraint, yet I never saw any meaning where
every speaker seemed to have such regard for the feelings and sentiments of
others. On leaving, the brethren all felt greatly encouraged, and never have
delegates left any of our conferences with the same feeling and Spirit with
which they left the one just past.”
Dalam sebuah surat O.A. Olsen
presiden General Conference,
lagi-lagi dia berkata demikian, “…Roh Tuhan bekerja dengan mengagumkan, dan
kuasa Allah yang meyakinkan dan menobatkan terwujud dalam takaran yang luar
biasa.”
Bagi Olsen kasus yang paling menarik dan paling mengagumkan dari semuanya
adalah pengakuan J.H. Morrison. Tadinya Morrison adalah penentang paling vokal di General Conference 1888. Dan inilah yang dikatakan Ketua Olsen
tentangnya, “…Saya sudah pernah mendengarkan banyak
pengakuan, tetapi harus saya katakan, saya belum pernah mendengar yang seperti
ini. Sementara pengakuan itu tenang dan penuh perhitungan sebagaimana tabiat
pembicaranya, itu adalah pekerjaan yang sangat rinci dan sangat mendalam yang
pernah saya saksikan, dan saya belum pernah melihat kongregasi begitu
terpengaruh oleh sebuah pengakuan seperti pada saat itu…” Olsen melanjutkan, “…Institusi dan Konferensi dari awal hingga
akhir adalah musim yang sangat mengagumkan. Sebelumnya saya tidak pernah
menghadiri pertemuan di mana pun seperti ini. Kehadiran Tuhan sepertinya terasa
dalam takaran yang besar, dan pada saat-saat yang berbeda kuasa Allah turun
pada umat dengan cara yang sangat jelas. Segala sesuatu berjalan dengan
keharmonisan dan persatuan yang luar biasa. Saya rasa saya belum pernah
menghadiri Konferensi di mana tampaknya ada kebebasan penuh seperti itu, tidak
ada pengekangan manusia, namun saya belum pernah melihat di mana setiap
pembincara sepertinya memiliki begitu banyak rasa hormat bagi perasaan dan
sentimen orang lain. Pada saat bubaran, saudara-saudara semuanya merasa sangat
mendapatkan dorongan, tidak pernah ada delegasi yang meninggalkan
Konferensi-konferensi kita dengan perasaan seperti itu, dan dengan Roh Kudus seperti ketika mereka pulang dari Konferensi
yang baru berakhir.”
W.W. Prescott wrote a letter. “The Lord came very near
by His Spirit during our conference and we feel that great good was
accomplished for all whose hearts were open to receive the light and blessing from
God…” and he went on to state that he had never
known the laborers to go forth with such a degree of hope in the Lord.
I’ll tell you that doesn't sound like fanaticism to me, that doesn't sound
like extremism, that sounds like a genuine outpouring of the Spirit of God.
W.W. Prescott menulis sepucuk
surat.
“…Tuhan datang sangat dekat melalui RohNya selama Konferensi kami dan
kami merasa bahwa banyak kebaikan telah dicapai bagi semua yang hatinya terbuka
menerima terang dan berkat dari Allah…” dan dia lanjut menyatakan bahwa dia belum pernah melihat para pekerja maju
dengan pengharapan sebesar itu dalam Tuhan.
Saya katakan, itu bukan fanatisme bagi saya, itu bukan ekstremisme, itu
bagi saya adalah pencurahan Roh Allah yang sebenarnya.
O.A. Olsen again, “it had been the best meeting” over which he had ever presided.
O.A. Olsen lagi, “…itu adalah
pertemuan yang terbaik…” yang pernah dia ketuai.
W.A. Spicer, “It was the greatest
meeting that has been held.”
W.A. Spicer, “…Itu adalah pertemuan paling hebat yang pernah diadakan.”
C.H. Jones, a different individual, “The
Conference was the best meeting I ever attended without any exception. As we
studied the Bible rays of light shone in upon the sacred page and many souls
were made to rejoice in the Lord.”
C.H. Jones, orang yang berbeda (maksudnya bukan A.T. Jones), “…Tanpa kecuali Konferensi itu adalah pertemuan yang paling baik yang pernah saya hadiri. Selagi kami mempelajari Alkitab, sinar terang menyinari halaman-halaman yang kudus dan banyak jiwa dibuat bersukacita dalam Tuhan.”
Now Ellen White was not there as she was in Australia, but she declared
that she had found a rich feast in reading the daily sermons. Years later she
was instructed to use those discourses specifically of A.T. Jones to be printed
in the General Conference bulletins of 1893 and 1897.
And so again I’m going to say, does this sound like A.T. Jones was vehement,
vitriolic, and extreme? I don't think so.
Nah, Ellen White saat itu tidak hadir karena dia ada di
Australia, tetapi dia menyatakan bahwa dia mendapatkan jamuan yang kaya dengan
membaca khotbah-khotbah hariannya. Banyak tahun kemudian dia mendapat instruksi
untuk menggunakan ceramah-ceramah itu terutama yang dari A.T. Jones supaya
dicetak di buletin General Conference tahun 1893 dan 1897.
Jadi sekali lagi saya mau mengatakan, apakah iya A.T.
Jones itu ngotot, pedas dan ekstrem? Menurut saya tidak.
Ellen White in a letter in 1893 addressing the genuineness of the
outpouring of the Holy Spirit at the 1893 General Conference said this, “All the revelations of God at the Conference
I acknowledge as from Him. I dare not say that that work was excitement and
unwarranted enthusiasm. No, no! God drew near to you and His Holy Spirit
revealed to you that He had a heaven full of blessings, even light to lighten
the world. Yet in the minds of many there was left a feeling of contempt, an
impression that they might have been deceived, that they were too ardent. It is
even questioned whether it was the work of God or a wave of fanaticism. And oh
how Satan exults.” (Manuscript Releases Vol. 10 page 346).
Ellen White dalam sebuah suratnya di 1893 bicara tentang keaslian
pencurahan Roh Kudus di General Conference 1893, mengatakan
ini, “…Semua pernyataan dari Allah di Konferensi
itu aku akui sebagai berasal dari Dia. Aku tidak berani mengatakan bahwa
pekerjaan itu adalah gairah dan antusiasme yang tidak pada tempatnya. Tidak,
tidak! Allah datang dekat kepada kalian, dan Roh KudusNya menyatakan kepada
kalian bahwa Dia punya berkat-berkat yang memenuhi surga, yaitu terang untuk
menerangi dunia. Namun dalam pikiran banyak orang tersisa perasaan tidak
menghargai, suatu kesan bahwa mereka mungkin telah disesatkan, bahwa mereka itu
terlalu menggebu-gebu. Bahkan dipertanyakan apakah itu adalah pekerjaan Allah
atau sebuah gelombang fanatisme. Dan betapa bergembiranya Setan.” (Manuscript
Releases Vol. 10 page 346). (3/67)
Writing to Uriah Smith a short time later who himself had been instrumental
in laying the charge of fanaticism against those revivals in 1892 and 1893,
Ellen White strictly warned him from taking such a stance. “That which was light from heaven has been
called excitement. I have been made sad to have this matter viewed in this
light. We must be very careful not to grieve the Holy Spirit of God in
pronouncing the ministration of His Holy Spirit a species of fanaticism. God
had wrought in a marked manner no one should venture to say that this is not the
Spirit of God.”
Menulis kepada Uriah Smith tidak lama setelah itu, yang berperan dalam melontarkan tuduhan fanatisme terhadap kebangunan-kebangunan rohani di 1892 dan 1893, Ellen White dengan tegas memperingatkan Uriah Smith untuk tidak mengambil posisi demikian. “Apa yang adalah terang dari Surga, telah disebut sebagai kegairahan. Saya sedih harus memandang masalah ini seperti ini. Kita harus sangat berhati-hati untuk tidak menyedihkan Roh Kudus Allah dengan menyatakan pelayanan Roh KudusNya sebagai sejenis fanatisme. Allah telah bekerja dengan cara yang jelas, tidak seorang pun boleh mencoba mengatakan bahwa ini bukanlah Roh Allah.”
And Ellen White explained to Smith “that
Satan had led many to fall to temptation, that he could make his suggestions to
many minds that the light sent from heaven was only fanaticism and excitement.
They will call light darkness, and darkness will be chosen rather than
light. I have been afraid, terribly
afraid that those who felt the bright beams of the sun of righteousness, for I
have not one doubt but they did receive the Holy Spirit, but they will come to
the conclusion that God's heaven-sent blessings are a delusion.” (1888 Materials 1210 to 1213).
Dan Ellen White menjelaskan
kepada Smith,
“…bahwa Setan telah membawa banyak orang jatuh dalam pencobaan, bahwa
dia bisa menanamkan usul-usulnya ke dalam banyak pikiran bahwa terang yang
dikirim dari Surga hanyalah fanatisme dan gairah. Mereka akan menyebut terang
itu kegelapan, dan kegelapan yang akan dipilih daripada terang. Aku sudah
takut, sangat takut bahwa mereka yang merasakan pancaran terang matahari
kebenaran ~ karena tidak sedikit pun aku meragukan mereka sungguh-sungguh
menerima Roh Kudus ~ mereka akan tiba pada kesimpulan bahwa berkat-berkat Tuhan
yang dikirim dari Surga adalah kepercayaan yang salah.” (1888
Materials 1210-1213). (3/67)
In 1884 she wrote this, “He who charges the work
of God to undue excitement and calls it fanaticism, is certainly standing on
dangerous ground. They are sinning against the Holy Ghost, and as a result of
their resistance they place themselves where they cannot recognize the Spirit
of God.” (Review and Herald February 13, 1894).
Di 1884 Ellen White menulis ini, “…Dia yang menuduh pekerjaan Allah sebagai
gairah yang tidak selayaknya dan menyebutnya fanatisme, sedang berdiri di atas tempat
yang berbahaya. Mereka sedang berdosa terhadap Roh Kudus, dan sebagai akibat
penolakan mereka, mereka menempatkan diri sendiri di mana mereka tidak bisa
mengenali Roh Allah.” (Review and Herald February 13, 1894). (3/67)
Ellen White warned those who might question the good work of the Holy
Spirit in Battle Creek over the past year and attribute it to fanaticism. “I know…” she said, “…the Lord has wrought by
His own power in Battle Creek, let no one attempt to deny this, for in so doing
they will sin against the Holy Ghost.” (1888 Materials
1254 and 1255).
Ellen White memperingatkan mereka yang mungkin mempertanyakan pekerjaan
baik Roh Kudus di Battle Creek selama tahun yang lampau dan mengatribusikannya
kepada fanatisme. “…Aku
tahu…” kata Ellen White, “…Tuhan telah bekerja dengan kuasaNya
sendiri di Battle Creek, janganlah ada yang mencoba menyangkal ini, karena
dengan berbuat demikian mereka akan berdosa terhadap Roh Kudus.” (1888
Materials 1254 -1255).
So it is crystal clear that Ellen White supported the genuine revival of
the Holy Spirit during 1893, five years after 1888, in decided contrast to the
prejudice of critics both then and now, in saying that this was all just a
matter of excitement.
Jadi sangat jelas Ellen White mendukung kebangunan rohani
sejati oleh Roh Kudus selama 1893, lima tahun setelah 1888, sebagai kontras
kepada prasangka para kritiktus baik di masa itu maupun sekarang, dengan
mengatakan semua ini hanyalah soal gairah.
During the ministerial meetings before 1893 General Conference S.N. Haskell
made the obvious connection between the Loud Cry and the Latter Rain. He said, “This is
the outpouring of the Spirit of God, it is the Loud Cry of the third
angel's message.”
Selama pertemuan-pertemuan ministerial sebelum General Conference 1893, S.N. Haskell membuat koneksi yang jelas antara Seruan Nyaring dengan Hujan Akhir. Dia berkata, “…Ini adalah pencurahan Roh Allah, inilah Seruan Nyaring dari malaikat yang ketiga.”
A.T. Jones added this, “Prayers are ascending
daily. Are yours among them? Are mine amongst them? Now the day is going to
come when the last prayer that will be necessary to bring that blessing will
have ascended, then what? It will come. The flood will burst and out will pour
the Holy Spirit like the day of Pentecost.”
A.T. Jones menambahkan ini, “…Doa-doa dinaikkan setiap hari. Apakah
doamu ada di antaranya? Apakah doaku ada di antaranya? Nah, harinya akan datang
ketika doa yang terakhir yang diperlukan untuk mendatangkan berkat itu akan
sudah dinaikkan, lalu apa? Ia akan datang. Air bahnya akan pecah dan Roh Kudus
akan dicurahkan seperti pada hari Pentakosta.”
So my friends, as best I can tell, 1893 was an all-out attempt by those who
came to this General Conference to see the fulfillment of the latter-day
promises, to propel the Loud Cry to all the world.
Jadi, teman-teman, menurut pikiran saya, 1893 adalah
usaha mati-matian oleh mereka yang datang ke General
Conference ini untuk melihat penggenapan
janji-janji hari-hari akhir, untuk melontarkan Seruan Nyaring ke seluruh
dunia.
G.C. Tenney reported to those in Australia and New Zealand that it was the
wonderful manifestation of God's blessing manifested from the first and
increasing in power to the close. “Never has it been our
privilege to attend such meetings as these. The Comforter came to convince of
sin, of righteousness, and of judgment.” Tenney reported that the Bible studies
by Haskell, Jones, and Prescott, brought out [quote]
“much light on the sacred Word and the reception of that light increased the
joy in the hearts of those uniting in the study. With deep humility wrong
feelings were confessed and hearts that had been somewhat estranged were drawn
together and united in the closest of bonds…” and Tenney could now unapologetically state, “…we
have reached the time of the Latter Rain and the time when the Lord says to His
people, ‘Arise! Shine! For thy Light has
come and the glory of the Lord is risen upon thee.’ …”
G.C. Tenney melaporkan kepada mereka yang di Australia dan New Zealand,
bahwa itu adalah manifestasi mengagumkan dari berkat Allah dari yang pertama
dan terus semakin kuat hingga penutupannya. “…Belum pernah
kita mendapat kesempatan istmewa untuk menghadiri pertemuan-pertemuan seperti
ini. Sang Penghibur datang untuk meyakinkan tentang dosa, tentang kebenaran,
dan tentang penghakiman…” Tenney melaporkan bahwa pendalaman Alkitab oleh Haskell, Jones, dan
Prescott menghasilkan “…banyak terang dari Firman yang kudus, dan
diterimanya terang tersebut meningkatkan sukacita dalam hati mereka yang
bersatu dalam pendalaman itu. Dengan kerendahhatian yang dalam,
perasaan-perasaan yang salah diakui dan hati-hati yang tadinya agak jauh
ditarik mendekat menjadi satu dan dipersatukan dalam ikatan yang paling akrab…”
Dan Tenney sekarang bisa menyatakan tanpa permohonan
maaf,
“…kita sudah mencapai waktunya Hujan Akhir dan saatnya ketika Tuhan
berkata kepada umatNya, ‘Bangkitlah,
bersinarlah, sebab terangmu telah datang. Dan kemuliaan TUHAN telah terbit atasmu’ (Yesaya 60:1).”
And so I’m going to say again, none of this sounds like extremism or fanaticism,
but like the beginning of the fulfillment of the final prophetic predictions, if
allowed to continue.
Maka saya akan mengatakannya lagi, tidak ada satu pun
dari ini yang kedengarannya seperti ekstremisme atau fanatisme, tetapi seperti
awal dari penggenapan prediksi-prediksi nubuatan yang terakhir, jika diizinkan untuk berlanjut.
With this in mind let us review one more time Ellen White's clear 1898
statement in Desire of Ages 633 and 634, “Had the church of Christ
done her appointed work as the Lord ordained, the whole world would, before
this, have been warned, and the Lord Jesus would have come to our earth in
power and great glory.”
Sambil mengingat ini, marikah kita mengulangi sekai lagi pernyataan 1898
Ellen White yang jelas di Desie of Ages hal.
633-634, “…Andaikan gereja Kristus melakukan
pekerjaan yang ditentukan baginya seperti yang ditetapkan oleh Tuhan, seluruh
dunia sebelum ini sudah mendapatkan peringatan, dan Tuhan Yesus sudah akan
datang ke dunia kita dalam kuasa dan kemuliaan besar.”
So my conclusion is quite simple. The five-year period between 1888 and 1893 marked
the highest point in the 150-year history of the Seventh-Day Adventist church.
We were closer to the gates of heaven, at that time than at any time before or since.
The Latter Rain, Loud Cry experience almost happened with the inevitable
fulfillment of the predictions of the Sunday Laws, and the close of probation,
and the seven last plagues. So what happened? Why are we still here holding
this seminar?
ü 1893 was followed by opposition, by criticism, by disunity, and very
quickly slipping right back into
Laodicean apathy,
ü doing the best we could, which will never be good enough.
ü And the following century brought compromise and outright disobedience,
v in our medical
work,
v in our
educational institutions,
v and in our
publishing work.
ü And halfway through the century we reached out to evangelical Christians,
v to gain some
respectability
v and we
compromised the most basic foundation of Christian faith, the gospel of Jesus
Christ.
ü And a few years later
v we were
questioning the sanctuary truth,
v and our
understanding of how end time events would vindicate God in the great
controversy struggle.
Maka kesimpulan saya itu cukup sederhana. Periode lima tahun antara 1888 sampai 1893
menandai titik tertinggi dalam 150 tahun sejarah gereja MAHK. Kita pada waktu itu lebih
dekat pada gerbang Surga daripada kapan pun sebelum maupun sesudahnya.
Pengalaman Hujan Akhir, Seruan Nyaring nyaris terjadi dengan penggenapan yang
tak terelakkan dari prediksi-prediksi Undang-undang Hari Minggu, tutupnya pintu
kasihan, dan ketujuh malapetaka terakhir. Jadi, apa yang terjadi? Mengapa kita
masih di sini sekarang mengadakan seminar ini?
ü 1893 diikuti oleh pertentangan,
oleh kritikan-kritikan, oleh perpecahan, dan dengan sangat cepat kita merosot
kembali ke sifat apati Laodekia,
ü melakukan sebaiknya yang kita
bisa, yang tidak pernah cukup baik.
ü Dan abad berikutnya membawa
masuk kompromi dan ketidakpatuhan secara blak-blakan,
v dalam pekerjaan medis kita,
v dalam institusi-institusi pendidikan kita,
v dan dalam pekerjaan penerbitan kita.
ü Dan separo jalan di abad itu
kita mengulurkan tangan ke Kristen evangelis,
v supaya dihargai,
v dan kita mengkompromikan fondasi iman Kekristenan yang
paling mendasar, Injil Yesus Kristus.
ü Dan beberapa tahun kemudian
v kita mempertanyakan kebenaran Bait Suci,
v dan pemahaman kita tentang bagaimana peristiwa-peristiwa
akhir zaman bisa membersihkan nama baik Allah dalam pergumulan pertentangan
besar.
When some began to recognize what had really happened between 1888 and 1893,
and urged a careful restudy of those translation, preparation messages, during
those years, full-blown opposition and character assassination of the men of
that time came from our leading historians and theologians in our time, in
books, in camp meetings, in presentations, and seminars, putting us right back
into the Laodicean sleep-mode. And now we are reduced to proclaiming loudly our
growth in the southern hemisphere, we are praying for revival, we're watching
what the Pope is doing, while doing our best to ignore the messages that were
to prepare us to receive the Latter Rain in 1893.
Ketika ada yang mulai menyadari apa yang sesungguhnya
telah terjadi antara 1888 hingga 1893, dan mendesak suatu penelitian kembali
yang seksama dari perubahan itu, pekabaran-pekabaran persiapan selama
tahun-tahun itu, oposisi besar dan pembunuhan karakter orang-orang di zaman itu
muncul dari sejarahwan-sejarahwan dan theolog-theolog utama kita di zaman kita,
di buku-buku, di kamp-kamp pertemuan, di presentasi-presentasi, dan
seminar-seminar, menempatkan kita kembali lagi ke pola-tidur Laodekia. Dan
sekarang kita terkikis hanya kepada memproklamasikan keras-keras pertumbuhan
kita di belahan bumi selatan, kita berdoa untuk kebangunan rohani, kita
mengamati apa yang dilakukan Paus, sementara berbuat sebisanya untuk
mengabaikan pekabaran-pekabaran yang seharusnya mempersiapkan kita untuk
menerima Hujan Akhir di 1893.
And, my friends, if we have any hope of seeing the gates of heaven open to
us anytime soon, we must humble our hearts, we must receive these messages into
our hearts, no matter what ridicule and rejection we might face. We must do the
confessions that need to be made, we must do the heart changes. If you are
interested in digging deeper into this very brief presentation, I would
recommend that you get a book by Ron Duffield called Wounded In The House of His Friends, a very significant title. Wounded In The House of His Friends,
May God give us the courage to be the last generation to live under Satan's
plan to ruin this planet and our lives.
Dan teman-teman, jika kita punya harapan sekecil apa pun
untuk bisa melihat gerbang Surga terbuka bagi kita di waktu dekat, kita harus
merendahkan hati kita, kita harus menerima pekabaran-pekabaran ini ke dalam
hati kita, tidak perduli apa pun cemooh dan penolakan yang mungkin akan kita
hadapi. Kita harus melakukan pengakuan yang perlu kita lakukan, kita harus
melakukan perubahan hati. Jika kalian tertarik untuk menggali lebih dalam ke
presentasi yang sangat singkat ini, saya rekomendasikan agar kalian mendapatkan
buku tulisan Ron Duffield berjudul Wounded in
the House of His Friends (Terluka Dalam Rumah Teman-temanNya), sebuah judul
yang sangat signifikan. Wounded in the House of
His Friends.
Semoga Tuhan memberi kita keberanian untuk menjadi
generasi terakhir yang hidup di bawah rencana Setan untuk merusak planet ini
dan hidup kita.
12 01 24
No comments:
Post a Comment