THE
FINAL GENERATION SYMPOSIUM
Part 18/32 – Akeem James
THE CLEANSING OF THE TWO TEMPLES
https://www.youtube.com/watch?v=1gKEGya5aeg&list=PLIWJyuxBfZ7i2O8wOtdyuCvOndkH4jq9L&index=18
Dibuka dengan doa
So today we're going to be talking about the cleansing of the two temples.
As we look at the subject of the Sanctuary in relation to God's people on earth,
some say that there is no connection between the two, especially as it relates
to the Sanctuary's cleansing. What we are going to see today is that there is a
major connection between Jesus's work in His final work in the heavenly
Sanctuary; and the cleansing of sin from the lives of His people here on earth.
As we look at the history of the Seventh-Day Adventist movement we see that one
of its unique contributions to Christianity is the doctrine of the Sanctuary.
Jadi hari ini kita akan bicara tentang pembersihan kedua
bait suci. Selagi kita melihat ke topik Bait Suci sehubungan dengan umat Allah
di bumi, ada yang mengatakan bahwa tidak ada kaitan antara keduanya, terutama
kaitannya dengan pembersihan Bait Suci. Apa yang akan kita simak hari ini ialah
bahwa ada hubungan yang besar antara
pekerjaan Yesus pada pekerjaanNya yang terakhir di Bait Suci surgawi dengan
pembersihan dosa dari kehidupan umatNya di dunia sini. Saat kita
melihat sejarah pergerakan MAHK, kita melihat bahwa salah satu kontribusinya
yang unik kepada Kekristenan adalah doktrin tentang Bait Suci.
The Bible tells us of the love of God toward Israel of old when He instructed
Moses to have Israel make Him a Sanctuary that He could dwell among them. The
Bible tells us concerning this in Exodus 25:8, “8
and let them make Me a Sanctuary that I may dwell among them”. An interesting point to note is that Moses
was to make this replica of a Sanctuary after the heavenly reality, for in
verse 9 He tells Moses to build the earthly Sanctuary, get this “9
According to all that I shew thee, after the pattern of the tabernacle, and the
pattern of all the instruments thereof, even so shall ye make it.” This reveals that there was a Sanctuary in heaven.
Alkitab memberitahu kita
tentang kasih Allah kepada Israel di zaman dahulu ketika Dia menginstruksikan
Musa agar Israel membuatkan untukNya sebuah Bait Suci supaya Dia bisa tinggal
di antara mereka. Alkitab memberitahu kita mengenai hal ini di Keluaran 25:8, “8 Dan hendaknya mereka membuat bagi-Ku sebuah
Bait Suci, supaya Aku boleh diam di
tengah-tengah mereka…”
Poin yang menarik untuk disimak ialah bahwa Musa harus
membuat replika dari sebuah Bait Suci menurut realitanya yang di Surga, karena
di ayat 9 Allah memberitahu Musa untuk membangun Bait Suci di dunia, dengarkan, “…9 Menurut segala yang Kutunjukkan
kepadamu, sesuai pola dari Tabernakel, dan pola segala perabotannya, demikianlah harus
kamu membuatnya…” Ini mengungkapkan bahwa di Surga ada Bait Suci.
As the priests were to officiate in the earthly Sanctuary, so Christ later
on in history would begin officiating in the heavenly. Hence we are told by
Paul concerning the location of Christ in Hebrews 8:1-2. “1
Now of the things which we have spoken this is the sum…” meaning as we take into consideration
chapter 1 of Hebrews all the way to chapter 8 this is the summation of what
Paul is saying,
“…We have such an high priest, who is set on the right hand of the
throne of the Majesty in the heavens; 2 A minister of the sanctuary,
and of the true tabernacle, which the Lord pitched, and not man.”
Jesus during the period when Paul wrote this statement, was in the Holy
Place of the heavenly Sanctuary. He was there ~ get this ~ from the time of His
ascension around AD 31 all the way to the year 1844. Can you imagine that,
friends, the Son of God was doing a grand work there for just about 1813 years.
But exactly what He was doing there, is a sermon for another time.
Sebagaimana para imam yang harus
melayani di Bait Suci di dunia, begitulah Kristus di bagian akhir dalam sejarah
akan mulai melayani di Bait Suci di Surga. Oleh karena itu, di Ibrani 8:1-2
Paulus memberitahu kita mengenai lokasi Kristus, “1 Nah, dari segala yang kita bicarakan, inilah kesimpulannya…” artinya jika kita mempertimbangkan mulai pasal 1 kitab
Ibrani hingga pasal 8, inilah kesimpulan dari apa yang dikatakan Paulus, “…kita
mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah tangan kanan takhta Raja di sorga,
2 seorang Pelayan di Bait Suci dan dari tabernakel yang sejati, yang
didirikan oleh Tuhan dan bukan manusia.”
Selama periode
Paulus menulis pernyataan ini, Yesus ada di Bilik Kudus dari Bait Suci yang di
Surga. Dia ada di sana ~ perhatikan ini ~ dari waktu Yesus kembali ke Surga
sekitar 31 AD, terus hingga tahun 1844. Bisakah kalian membayangkan itu,
teman-teman, Anak Allah sedang melakukan pekerjaan besar di sana sudah selama
sekitar 1813 tahun. Tetapi tepatnya apa yang sedang dilakukanNya di sana adalah
khotbah untuk waktu yang lain.
As we look at this subject now we're going to look at and take into
consideration Jesus' final work in the heavenly Sanctuary. There was a
transition that took place after those 1813 years transpired, and this is what
we're going to look at from the context and perspective of Revelation chapter
10 and 11.
As we look through our history as a movement we understand the year
1844 to be a time of transition for Christ from the Holy to the Most Holy Place.
In the minds of God's people, October 22nd, 1844, became the year
when Jesus transitioned into the final phase of His mediatorial ministry.
But October 22nd, while it should have been a day of joy, was a
time of sadness and disappointment. This disappointment led to a few things. It
led to division, fragmentation, apostasy; but it also led to the formation of a
movement of destiny. And so in the light of this, that movement understood
exactly what happened as they continued to study after 1844. Revelation 10
depicts the experience of the Millerites and a small group of people within
that movement, who went through this disappointment, but still pressed on. It depicts
their experience through the person of John the revelator by saying, “10
And I took the little book out of the Angel's hand…” this is taken from Revelation 10:10. “…10
And I took the little book out of the Angel's hand and ate it up; and it was in
my mouth sweet as honey: and as soon as I had eaten it, my belly was bitter.”
Sementara kita menyimak topik ini sekarang, kita akan
menyimak dan mempertimbangkan pekerjaan terakhir Yesus di Bait Suci di Surga.
Ada suatu peralihan yang terjadi setelah 1813 tahun itu lewat, dan inilah yang
akan kita simak dalam konteks dan perspektif Wahyu pasal 10 dan 11.
Bila kita melihat ke sejarah kita sebagai sebuah pergerakan,
kita memahami tahun 1844 adalah
masa peralihan Kristus dari Bilik Kudus ke Bilik Mahakudus.
Dalam benak umat Allah, 22 Oktober 1844 menjadi tahun ketika Yesus beralih ke
tahap terakhir dari ministri perantaraanNya.
Tetapi 22 Oktober, yang
seharusnya menjadi hari sukacita, menjadi waktu duka dan kekecewaan. Kekecewaan
ini membawa kepada beberapa hal. Membawa kepada perpecahan, fragmentasi,
kemurtadan; tetapi juga membawa kepada terbentuknya suatu pergerakan takdir.
Maka sehubungan dengan ini, ketika mereka melanjutkan belajar setelah 1844, pergerakan
itu memahami dengan tepat apa yang telah terjadi. Wahyu 10 menggambarkan
pengalaman kelompok Miller dan satu grup kecil di dalam pergerakan itu yang
melalui kekecewaan ini namun tetap tidak putus asa. Ini menggambarkan
pengalaman mereka melalui pribadi Yohanes penulis kitab Wahyu dengan mengatakan,
“10
Dan aku mengambil gulungan kitab
kecil itu dari tangan Malaikat itu,…”
ini dari Wahyu 10:10 “…10 Dan aku mengambil gulungan kitab
kecil itu dari tangan Malaikat itu, dan memakannya sampai habis; dan itu di mulutku terasa manis seperti madu, dan begitu aku memakannya, perutku jadi pahit.”
In other words, the message of what they thought would be the soon return
of Christ was sweet when they ingested it; but bitter when the day came and
they finally digested the reality that Jesus was not coming. Their calculation
of the date October 22nd, 1844, was right but the prediction of the
event was misplaced or wrong. God, knowing this discouragement would follow,
comforted His people by giving them more light. Those who chose to go back and
search sincerely the Bible again, saw the missing link. This is why the Angel
stated in Revelation 10:11, “11 …
‘Thou must prophesy again before many peoples, and nations, and tongues, and
kings.’…”
Why? Why were they to prophesy again? It was due to the fact that more
light was to be revealed, specifically, friends, the light of the heavenly
Sanctuary or the temple of God in heaven. This is why Revelation 11:1 is
actually a continuation of Revelation chapter 10 for it tells us the message
the people of God were to bear by saying, “1 And there was given me a reed
like unto a rod: and the Angel stood, saying, ‘Rise, and measure the temple of
God, and the altar, and them that worship therein.’…”
Remember, if the experience of John in these verses concerning the
disappointment is actually the experience of the church, then the call of
the Angel is for the church, following 1844, contextually to take a reed and measure
the temple of God.
Dengan kata lain, pekabaran yang mereka sangka adalah
kedatangan kedua Kristus yang akan segera terjadi, itu manis
ketika mereka mengunyahnya; tetapi pahit ketika harinya tiba dan mereka
akhirnya tahu kenyataannya bahwa Yesus tidak datang. Kalkulasi mereka tentang tanggal
22 Oktober 1844 itu benar, tetapi prediksi tentang peristiwanya itu salah
tempat atau keliru. Allah, mengetahui bahwa kekecewaan ini akan terjadi,
menghibur umatNya dengan memberi mereka lebih banyak terang. Mereka yang
memilih untuk kembali dan mencari lagi dengan tulus di Alkitab, menemukan mata
rantai yang hilang. Itulah mengapa Malaikat itu menyatakan di Wahyu 10:11,“11 … ‘Engkau harus bernubuat lagi di hadapan banyak kaum, dan
bangsa, dan bahasa dan raja.’…”
Mengapa? Mengapa mereka harus bernubut lagi? Karena
faktanya ada lebih banyak terang yang dinyatakan, terutama, teman-teman, terang
mengenai Bait Suci atau tempat kudus Allah di Surga. Inilah mengapa Wahyu 11:1
sebenarnya adalah kelanjutan Wahyu pasal 10 karena dia memberitahu kita
pekabaran yang diberikan kepada umat Allah dengan mengatakan, “1 Dan
di sana diberikanlah kepadaku
sebatang buluh, seperti tongkat pengukur; dan
Malaikat itu berdiri, mengatakan, ‘Bangunlah dan ukurlah Bilik Baitsuci
Allah, dan mezbahnya, dan mereka yang
beribadah di dalamnya.’ …”
Ingat, jika pengalaman Yohanes di ayat-ayat ini mengenai
kekecewaan sesungguhnya adalah pengalaman gereja, maka seruan Malaikat itu ditujukan kepada gereja setelah 1844,
secara kontekstual untuk mengambil sebatang buluh dan mengukur Bait Suci Allah.
This, the specifications as to which part of the
temple should be measured, is contextually revealed at the end of chapter 11,
where it states plainly what compartment we are in by saying, and this is Revelation 11:19, it states there,
“19
And the temple of God was opened in heaven, and there was seen in His temple…” get this
“…the Ark of His Testament…” that is to say the Ark of the Covenant, “…and
there were lightnings, and voices, and thunderings, and an earthquake, and
great hail.”
By the very mention of the Ark of the Covenant we realize that we are
talking here about the Most Holy Place of the Sanctuary, for this is where the
Ark of the Covenant resided in the Old Testament in the earthly Sanctuary. It
was into this final compartment that Jesus our great High Priest entered on
October 22nd, 1844, to do His final work of intercession.
Ini, spesifikasi tentang bagian Bait Suci yang mana yang
harus diukur, secara kontekstual dinyatakan di akhir pasal 11, di mana
dinyatakan dengan jelas di bagian mana kita berada dengan mengatakan ~ dan ini
di Wahyu 11:19, dikatakan di sana, “…19 Dan Bilik
Mahakudus Allah terbuka di sorga, dan kelihatanlah di dalam Bilik MahakudusNya…” perhatikan ini, “…Tabut Kesaksian-Nya,…” yaitu Tabut
Perjanjian “…dan ada kilat, dan
bunyi-bunyi, dan guruh-guruh, dan gempa bumi, dan hujan batu
es besar.”
Dengan disebutkannya
Tabut Perjanjian, kita menyadari bahwa di sini kita sedang bicara tentang Bilik
Mahakudus dari Bait Suci, karena di sinilah Tabut Perjanjian itu berada dalam
Bait Suci di dunia di zaman Perjanjian Lama. Ke dalam bagian yang terakhir
inilah Yesus, Imam Besar kita masuk pada 22 Oktober 1844, untuk melakukan
pekerjaan perantaraanNya yang terakhir.
Speaking of the reed that was given to measure this part of the heavenly
Sanctuary the Hebrew translation of this word is קָנֶה [qâneh] from which we get the English word “canon”.
A “canon” is a rule of Law, or a
standard by which something is judged or examined.
Now the question is what is the rule of Law or standard for the Christian?
It is
none other than the Law of God, and the extrapolation of that Law, the laying out of that Law, even
the Word
of God.
Ecclesiastes 12:13-14 tells us, “13 Let
us hear the conclusion of the whole matter: Fear God, and keep His
commandments…” why?
“…for this is the whole duty of man. 14 For God shall bring
every work into judgment, with every secret thing, whether it be good, or
whether it be evil.”
And Isaiah when summarizing the Old Testament states in Isaiah 8:20, “20 To
the Law…” that is to the first five books of
Moses “…and to the Testimony…” meaning the testimony of the prophets, the
rest of the Old Testament, and to us the entire Bible “…if they speak not according to this Word,
it is because there is no light in them…” in other words everything must be examined, judged, and tested, by the קָנֶה [qâneh] a.k.a the canon of the
Bible.
Bicara tentang buluh yang diberikan untuk mengukur bagian
Bait Suci surgawi itu, kata bahasa Ibrani yang
diterjemahkan adalah קָנֶה [qâneh] dari mana kita memperoleh kata bahasa Inggris “canon”. Sebuah “canon”(kanon) adalah peraturan Hukum, atau sebuah
standar dengan apa sesuatu itu diukur atau dibandingkan.
Nah, pertanyaannya ialah
apakah peraturan Hukum atau standarnya
bagi orang Kristen? Tidak lain kecuali Hukum Allah dan penjabaran dari Hukum itu,
penguraian Hukum tersebut, yaitu
Firman Allah.
Pengkhotbah 12:13-14
mengatakan kepada kita “12 Mari
kita dengarkan kesimpulan dari semua ini: takutlah akan Allah dan peliharalah
perintah-perintah-Nya,…” mengapa? “…karena
ini adalah kewajiban setiap orang. 14 Karena Allah akan membawa
setiap perbuatan ke penghakiman, termasuk setiap hal yang
rahasia, entah itu baik, entah itu jahat…”
Dan Yesaya ketika menyimpulkan Perjanjian Lama menyatakan
di Yesaya 8:20 “…20 Bandingkan dengan Hukum…” ini ialah kelima kitab pertama tulisan Musa, “…dan dengan
Kesaksian…” artinya kesaksian para nabi, sisa dari seluruh Kitab
Perjanjian Lama, dan bagi kita artinya seluruh Alkitab. “…Jika mereka tidak berbicara sesuai dengan Firman ini, itu
karena tidak ada terang di dalam mereka…” dengan kata lain
segala harus diperiksa, dihakimi, dan diuji oleh קָנֶה [qâneh] a.k.a. kanon
Alkitab.
Now how are we to examine or investigate the Most Holy Place of the
heavenly Sanctuary through the lens of God's Word. It is by studying the types
and services of the earthly Sanctuary which is but a replica of the heavenly. When through the Old Testament we study the
portions of Scripture relating to the Most Holy Place we realize that the high priest
entered that compartment of the earthly Sanctuary but once a year, on what was
known as the day of Atonement. His work of intercession in that specific
location of the Sanctuary was connected to a work, the people were to be doing
outside of the Sanctuary, for the high priest was making intercession for the
people. Hence the Bible tells us in Leviticus 23:27, 29, “27
Also on the tenth day of this seventh month there shall be a day of atonement:
it shall be an holy convocation unto you; and ye shall afflict your souls ……29
For whatsoever soul…” now get this, if
someone chose not to afflict their souls, what was the penalty? This is how
serious this thing is. “…29
For whatsoever soul it be that shall not be afflicted in that same day, he
shall be cut off from among his people.” That's intense, friends.
And then it states in Leviticus 16:30, “30 For on that day shall the
priest make an atonement for you, to cleanse you, that ye may be clean from all
your sins before the LORD.”
Nah, bagaimana kita harus
memeriksa atau menyelidiki Bilik Mahakudus dari Bait Suci yang di Surga melalui
lensa Firman Allah? Yaitu dengan mempelajari tipe-tipe dan pelayanan-pelayanan
dari Bait Suci yang di dunia yang hanyalah sebuah replika dari yang ada di
Surga. Ketika melalui Perjanjian Lama kita mempelajari bagian-bagian Kitab Suci
yang berhubungan dengan Bilik Mahakudus, kita menyadari bahwa imam besar masuk
ke bilik tersebut di Bait Suci yang di dunia hanya sekali setahun, pada hari
yang kita kenal sebagai hari Pendamaian/hari Grafirat. Pekerjaan perantaraan
imam besar itu dalam lokasi khusus di Bait Suci tersebut dikaitkan kepada suatu
perbuatan yang harus dilakukan umat pada waktu itu di luar Bait Suci, karena
imam besar sedang melakukan perantaraan bagi umat. Maka, Alkitab mengatakan
kepada kita di Imamat 23:27-29, “27
‘Juga hari kesepuluh dari bulan yang
ketujuh ini akan
menjadi hari Pendamaian. Hari itu akan
menjadi hari pertemuan kudus bagimu, kamu
harus menyelidiki hati, …’29 Karena siapa pun…” sekarang dengarkan
baik-baik, jika ada yang memilih untuk tidak menyelidiki hati mereka, apa
hukumanya? Seperti itulah seriusnya hal ini, “…’29
Karena siapa pun yang
tidak sungguh-sungguh menyelidiki hatinya pada
hari yang sama akan disingkirkan dari antara bangsanya…” Ini keras,
teman-teman.
Kemudian dikatakan di Imamat 16:30, “…30
Karena pada hari itu imam harus membuat pendamaian bagimu, untuk mentahirkan
kamu, supaya kamu boleh ditahirkan dari segala dosamu di hadapan TUHAN.”
So we are noticing a few things here:
1. the work of the high priest on the day of atonement,
was seen as an
atoning work. His intercessory work in the Most Holy Place was seen as making
atonement for the church in the wilderness at that time.
2. while the high priest was doing this work of final atonement in the Jewish
year,
the people of
God on the outside of the Sanctuary were to afflict their souls. They were to
make sure that their lives were right with God.
Jadi kita simak beberapa hal di sini:
1.
pekerjaan imam besar pada hari Pendamaian/Grafirat
dilihat sebagai pekerjaan mendamaikan. Pekerjaannya
sebagai perantara di Bilik Mahakudus dianggap sebagai membuat pendamaian bagi
gereja di padang gurun pada waktu itu.
2.
sementara imam besar sedang melakukan pekerjaan
pendamaian yang terakhir untuk tahun Yahudi itu,
umat Allah di luar Bait Suci harus menyelidiki hati
mereka. Mereka harus memastikan hidup mereka sudah benar dengan Allah.
What does this mean for us? Since 1844 Jesus has been in the Most Holy
Place of the heavenly Sanctuary, doing that which according to the Old
Testament is atonement. It is no wonder then that we say that we are
living in the anti-typical day of atonement. The abolition of the
earthly Sanctuary and its services opened the way into the heavenly Sanctuary
where Christ is now doing His final work of intercession for us. The major
thing to remember is that while the high priest was interceding in light of the
sins of Israel, the people themselves were to turn away from sin. The work of
the high priest and the work of the people therefore were connected. The work
of the high priest was to cleanse the Sanctuary from sin, but this
could only be done ~ get this ~ if the
people ceased from sin.
Apa artinya ini bagi kita? Sejak 1844 Yesus sudah berada
di Bilik Mahakudus dari Bait Suci surgawi, melakukan yang menurut Perjanjian Lama ialah
pendamaian. Jadi tidak heran jika kita mengatakan kita sekarang hidup di antitipe
hari Pendamaian. Penghapusan Bait Suci di dunia dan pelayanannya membuka
jalan masuk ke Bait Suci surgawi di mana Kristus sekarang sedang melakukan
pekerjaan perantaraanNya yang terakhir bagi kita. Hal yang terpenting untuk
diingat ialah sementara imam besar sedang menjadi perantara untuk dosa-dosa
bangsa Israel, bangsa Israel sendiri harus berhenti berbuat dosa. Dengan
demikian pekerjaan imam besar dan
pekerjaan umat itu berkaitan. Pekerjaan imam besar ialah membersihkan Bait Suci
dari dosa. Tetapi ini hanya bisa dilakukan ~ perhatikan ini ~
jika umat berhenti berbuat dosa.
The reason that Daniel 8:14 states, “Unto two thousand and three hundred days…” which brings us to 1844, October 22nd “…then shall the sanctuary be cleansed.” is due to the reality that the confessed
sins of Israel had been accumulating in the Sanctuary throughout the Jewish
year, it needed cleansing. As it was in type so it is in the antitype. Our
Savior is now seeking to cleanse the confessed sins of His people from the
heavenly Sanctuary. This is why we are told in Great
Controversy page 425, “While the investigative judgment is
going forward in Heaven…” that's in 1844 “…while the sins of penitent
believers are being removed from the sanctuary, there is to be a special work
of purification, of putting away of sin, among God's people upon earth.”
Alasan yang dinyatakan di Daniel 8:14, “14 …‘Sampai dua ribu tiga ratus
petang dan pagi…” yang membawa kita
ke 22 Oktober 1844, “…lalu Bait Suci itu akan dibersihkan.’…” adalah karena
kenyataan bahwa dosa-dosa Israel yang telah diakui, sudah menumpuk di Bait Suci
sepanjang tahun Yahudi, dan Bait Suci itu peru dibersihkan. Sebagaimana pada
tipenya, demikian juga pada antitipenya. Juruselamat kita sekarang sedang
membersihkan dosa-dosa yang sudah diakui umatNya dari Bait Suci yang di Surga.
Inilah mengapa di Great Controversy hal. 425 kita diberitahu, “…Selama penghakiman investigasi
berlangsung di Surga,…” yaitu sejak 1844 “…sementara dosa-dosa orang-orang percaya yang bertobat
dihapuskan dari Bait Suci, akan ada suatu pekerjaan pemurnian yang istimewa,
yaitu menyingkirkan dosa dari antara umat Allah di bumi.
Another statement from Review and Herald January
21st, 1890 states, “We are in the day of atonement,
and we are to work in harmony with Christ's work of
cleansing the sanctuary from the sins of the people.
Let no man who desires to be found with the wedding garment on,
resist our Lord in His office work. As He is, so will His followers be in this
world. We must now set before the people the work which by
faith we see our great High-Priest accomplishing
in the heavenly sanctuary. Those who do not sympathize…” you remember in the Old Testament those who
didn't sympathize with that work were cut off? Listen to what is said here. “…Those who do
not sympathize with Jesus in His work in the heavenly courts, who do
not cleanse the soul temple of every defilement, but who engage in
some enterprise not in harmony with this work, are joining
with the enemy of God and man, in leading minds away
from the truth and work for this time.”
Suatu pernyataan lain dari Review and Herald 21 Januari 1890 (par. 4) mengatakan, “…Kita sekarang berada di hari Pendamaian,
dan kita harus bekerja selaras dengan pekerjaan Kristus membersihkan Bait Suci
dari dosa-dosa umat. Janganlah ada orang yang ingin didapati mengenakan pakaian
pesta perkawinan, yang menolak Tuhan kita dalam pekerjaan jabatanNya (sebagai imam besar). Sebagaimana Dia berbuat, begitu
pula pengikut-pengikutNya di dunia ini akan berbuat. Kita sekarang harus
menunjukkan di hadapan manusia, pekerjaan Imam Besar kita yang kita lihat melalui iman, apa yang sedang Dia lakukan di Bait Suci surgawi.
Mereka yang tidak bersimpati…” kalian ingat di zaman Perjanjian Lama mereka yang tidak bersimpati dengan
pekerjaan imam besar disingkirkan (dibunuh)? Dengarkan apa katanya di sini, “…Mereka yang
tidak bersimpati dengan Yesus dalam pekerjaanNya di pengadilan surgawi, yang
tidak membersihkan Bait Suci hati dari setiap pencemaran melainkan yang
melakukan pekerjaan apa pun yang tidak selaras dengan pekerjaan ini, mereka
sedang bergabung dengan musuh Allah dan manusia, dengan membawa pikiran menjauh dari kebenaran
dan pekerjaan untuk zaman ini.”
Maranatha page 249, “Christ and angels work in the hearts of the children of men. The church above…” here it is “…united with the church below is warring the good warfare upon the earth. There
must be a purifying of the soul here upon the earth, in harmony with Christ’s cleansing
of the sanctuary in heaven.”
Through these statements we see that the work of Christ in the Sanctuary
above is connected with the work of purification in the lives of His people
here below.
Maranatha hal. 249, “Kristus dan
para malaikat bekerja di hati anak-anak manusia. Gereja yang di atas…” ini dia, “…bersatu dengan gereja yang di bawah,
sedang melancarkan peperangan demi kebaikan di atas bumi. Harus ada pemurnian hati
di sini di bumi, selaras dengan pembersihan Kristus di Bait Suci di Surga.”
Melalui pernyataan-pernyataan ini kita melihat bahwa pekerjaan Kristus di
Bait Suci yang di atas itu terkait dengan pekerjaan pemurnian dalam kehidupan
umatNya di bawah sini.
Now in light of this we're going to then compare. We've begun seeing the
comparisons between the heavenly Sanctuary and God's people on earth; but do
you know God's
people on earth are also referred to as His temple? So there is a
connection between the cleansing of the heavenly Sanctuary: the heavenly temple;
and the temple of God on earth: His people. And so we're going to continue
studying to see this.
Nah, dengan mengingat ini, kita akan membandingkan. Kita
sudah mulai melihat perbandingan antara Bait Suci di Surga dengan umat Allah di
bumi; tetapi tahukah kalian umat
Allah di bumi juga disebut sebagai Bait SuciNya? Jadi ada kaitan
antara pembersihan Bait Suci di Surga: Bait Suci surgawi; dengan Bait Suci Allah di bumi: umatNya. Maka kita akan melanjutkan menyimak
untuk melihat ini.
Do you remember what we saw concerning the revelation of the Most Holy
Place of Christ as it concerns Revelation chapter 11? We saw that the temple in
heaven especially as it concerns the Most Holy Place, was to be measured by the
reed or measuring rod of God's Law or His Word. However, it was not only the
temple of God in heaven that was to be measured. Let us look at the passage
again in light of all that we have seen.
Apakah kalian ingat apa yang sudah kita lihat tentang
diungkapkannya Bilik Mahakudus Kristus sehubungan dengan Wahyu pasal 11? Kita
melihat bahwa Bait Suci di Surga, terutama Bilik Mahakudusnya, itu harus diukur
dengan buluh atau tongkat pengukur Hukum Allah atau FirmanNya. Namun begitu,
itu bukan satu-satunya Bilik Mahakudus Allah di Surga yang harus diukur. Mari
kita lihat ayat itu lagi sambil mengingat semua yang sudah kita simak.
Revelation 11:1, “1 And there was given me a
reed…” that is the Word of God “…like unto a rod: and the Angel stood,
saying, ‘Rise, and…” with that Word “…measure the temple of God, and the altar,
and them that worship therein.’…” Notice that those who
worship in that temple were also to be measured by the standard of God's Word.
That is speaking of the church. How can this be, however,
seeing that the church is on earth, right? Because in this scene we're entering
into the Most Holy Place in the heavens. So how then can God's people be there
and measured? We're going to see this. The Bible states that by faith
Christ's church follows Him wherever He goes. Now if Christ now dwells
~ get this ~ in heavenly places, moving
from one place in the heavenly Sanctuary to another, then that is where His
church will be by faith, for it is written Ephesians 2:4-6, many of you know
this text, “4
But God, who is rich in mercy, for His great love wherewith He loved us, 5
Even when we were dead in sins, hath quickened us…” meaning made us alive “…together with Christ, (by grace ye are saved;) 6
And hath raised us up together, and made us sit together…” where?
“…in heavenly places in Christ Jesus.”
Wahyu 11:1, “…1
Dan di sana diberikanlah kepadaku
sebatang buluh…” yaitu Firman Allah, “…seperti tongkat pengukur; dan Malaikat itu berdiri, mengatakan,
‘Bangunlah dan…” dengan Firman itu “…ukurlah Bilik Baitsuci Allah, dan mezbahnya, dan mereka yang beribadah di dalamnya.’ Simak bahwa mereka yang beribadah di dalam
Bait Suci itu juga harus diukur dengan standar Firman Allah. Ini
bicara tentang gereja.
Namun, bagaimana ini bisa, karena gereja ada di bumi, benar? Karena di adegan
ini kita sedang masuk ke Bilik Mahakudus di Surga. Jadi bagaimana bisa umat
Allah ada di sana dan diukur? Kita akan menyimak ini. Alkitab berkata bahwa melalui iman gereja Kristus
mengikuti Dia ke mana pun Dia pergi. Nah, jika Kristus sekarang
berada ~ simak ini ~ di Surga, bergerak dari satu tempat di Bait Suci di Surga
ke bagian yang lain, maka di sanalah gerejaNya akan mengikuti melalui iman,
karena ada tertulis di Efesus 2:4-6, banyak dari kalian kenal ayat ini, “4 Tetapi Allah yang kaya dengan
rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, dengan
mana Dia mengasihi kita, 5 yaitu
ketika kita sedang mati dalam dosa-dosa, telah menghidupkan kita
bersama-sama dengan Kristus, --oleh kasih karunia kamu diselamatkan-- 6
dan telah membangkitkan kita bersama-sama, dan
membuat kita duduk bersama…” di mana? “…di Surga dalam
Kristus Yesus.”
This idea of being with Christ where He is by faith is further delineated
in Early Writings, friends. This statement
that we're about to see is so powerful, speaking of the transition of Christ
from the Holy Place to the Most Holy Place, Early
Writings points out that there was a
group who followed Christ as far as they could, while He was making this transition,
They did not enter the fullness of the Holy of Holies but they eagerly awaited
the Savior just outside of that compartment, fully cognizant of what Jesus was
doing in there. The statement reads as follows, this is very powerful, friends,
and this is found in Early Writings page 55
paragraph one, it says, “.I saw the Father…” now at this moment Jesus and the Father are
in the Holy Place, all right? So this is prior, this is just around the time of
1844 prior to October 22nd, “…I saw the Father rise
from the throne and in a flaming chariot go into the Holy of Holies within the
veil, and sit down. Then Jesus rose up…” so the Father rose up, He made His transition around the time of October
22, 1844, at that same time who also rose up? “…Jesus rose up from the throne, and the most
of those who were bowed down arose with Him….” So what were they doing? They were following the Son of God where He was
going.
“…I did not see one ray of light…” however,
“…pass from Jesus to the careless multitude after He arose, and they
were left…” sadly “…in perfect darkness. Those who arose when Jesus did, kept their
eyes fixed on Him as He left the throne and led them out a little way…” so they followed
Him right up to that point where He entered the Most Holy Place. And then what happened? “…Then He raised His right arm, and we heard His lovely voice saying,
‘Wait here; I am going to My Father to receive the kingdom, keep your
garments…” here's what our work is “…keep your garments spotless, and in a
little while I will return from the wedding and receive you to Myself.’ Then a
cloudy chariot, with wheels like flaming fire, surrounded by angels, came to
where Jesus was. He stepped into the chariot and was borne to the holiest,
where the Father sat. There I beheld…” now “…Jesus, a great High Priest,
standing before the Father. On the hem of His garment was a bell and a
pomegranate, a bell and a pomegranate. Those who rose up with Jesus would send up their faith to Him in the
holiest, and pray, ‘My Father, give us Thy Spirit.’ Then Jesus would breathe
upon them…” the Holy Spirit “…the Holy Ghost. In that breath…” oh my friends
this is what we want, “…In that breath was light, power, and
much love, joy, and…” in a world that is mentally suffering so
much mentally, He gave them “…peace…”
in that breath. (Early Writings page 55 paragraph 1.)
Konsep beserta dengan Yesus di
mana Dia berada melalui iman ini dijelaskan lebih lanjut di Early Writings, teman-teman. Pernyataan ini yang akan segera kita
simak, begitu penuh kuasa, bicara tentang peralihan Kristus dari Bilik Kudus ke
Bilik Mahakudus, Early
Writings menunjukkan
bahwa ada satu kelompok yang mengikuti Kristus sejauh mungkin, sementara
Kristus membuat peralihan ini. Mereka tidak masuk ke dalam Bilik Mahakudus,
tetapi mereka menunggu Sang Juruselamat dengan tidak sabar persis di luar bilik
itu, sepenuhnya sadar apa yang dilakukan Yesus di dalam sana. Pernyataan itu
bunyinya sbb. Ini sangat berbobot, teman-teman, dan ini ada di Early Writings
hal. 5 para 1. Dikatakan, “Aku melihat
Bapa…” nah, pada saat ini Yesus dan Bapa ada di Bilik Kudus, oke? Jadi ini
sebelumnya, sekitar waktu tahun 1844 sebelum 22 Oktober, “…Aku melihat Bapa bangkit dari takhta dan di dalam
suatu kereta yang menyala, Dia pergi ke bilik Mahakudus di balik tirai, lalu
duduk. Kemudian Yesus bangkit…” Jadi Bapa bangkit, Dia beralih
sekitar 22 Oktober 1844, dan pada waktu itu siapa yang juga bangkit? “…Yesus bangkit dari takhta, dan kebanyakan mereka yang sujud, bangkit bersama Yesus…” Jadi apa yang mereka lakukan?
Mereka mengikuti Anak Allah ke mana Dia pergi. Namun, “…aku tidak
melihat seberkas cahaya pun dari Yesus ke arah kumpulan orang banyak yang tak
acuh itu setelah Yesus bangkit, dan kelompok itu ditinggalkan…” sangat menyedihkan “…dalam kegelapan.
Mereka yang bangkit ketika Yesus bangkit, memusatkan pandangan mata mereka kepada Yesus,
saat Yesus meninggalkan takhta dan membawa mereka berjalan sebentar…” jadi mereka mengikutiNya
hingga ke titik ketika Yesus memasuki Bilik Mahakudus. Kemudian apa yang
terjadi? “…Lalu Dia mengangkat tangan kananNya, dan kami mendengar suaraNya yang
merdu berkata, ‘Tunggu di sini; Aku akan pergi kepada BapaKu untuk menerima
kerajaan itu. Pertahankan pakaianmu…” inilah tugas kita, “…pertahankan
pakaianmu tidak bernoda, dan sebentar lagi Aku akan
kembali dari perkawinan itu dan menerima
kalian pada DiriKu.’ Lalu suatu kereta yang berawan dengan roda-roda seperti
api yang menyala-nyala, dikelilingi malaikat, menghampiri tempat Yesus. Yesus
naik ke dalam kereta itu dan dibawa ke bilik Mahakudus, di mana Bapa sudah
duduk. Di sana aku melihat…” sekarang “…Yesus, Imam Besar yang agung, berdiri di hadapan Bapa. Pada ujung
jubahNya ada satu lonceng dan buah delima, satu lonceng dan buah delima. Mereka
yang bangkit bersama Yesus mengirimkan iman mereka kepadaNya di bilik
Mahakudus, dan berdoa, ‘Bapa, karuniakan RohMu kepada kami.’ Kemudian Yesus
meniupkan kepada mereka Roh Kudus. Di dalam nafas itu…” oh, teman-teman, inilah yang kita mau, “…Di dalam nafas
itu ada
cahaya, kuasa, dan banyak cinta, sukacita dan…” di dunia di mana ada begitu banyak penderitaan mental, Dia memberi mereka “…damai…” dalam nafas itu. (Early Writings page 55 paragraph 1.)
Do you see what happens if we study this subject of the transition of
Christ into the Most Holy Place and the work that He is doing there? It will
give us love, joy, light, power, and much peace. Oh, my friends, may we study
this reality, to be with Jesus where He is. Therefore, it means to be fully
aware of His placement and work in the Sanctuary above. It is to have full
faith, that not only is He doing a work, but He is doing His final work. So
deep must be our faith in
that final work that it impacts how we live. We allow Jesus to bring us into a
deeper union with Him. We turn from that which separates us from Him, even sin.
We are daily
measuring our lives by the reading of His Word, even our time in prayer
is measured by that Word, do you know that?
Apakah kalian melihat apa yang terjadi jika kita
mempelajari topik beralihnya Kristus ke dalam Bilik Mahakudus dan pekerjaan yang Dia
lakukan di sana? Itu akan memberi kita cinta, sukacita, terang, kuasa, dan
banyak damai. Oh, teman-teman, semoga kita mempelajari realita ini, bersama
Yesus di mana Dia berada. Jadi, itu berarti sadar penuh tentang tempatNya dan
pekerjaanNya di Bait Suci di atas. Harus memiliki iman penuh, bahwa Dia bukan
saja sedang melakukan suatu pekerjaan, tetapi Dia sedang melakukan pekerjaanNya
yang terakhir. Sedalam itulah iman kita seharusnya dalam pekerjaan terakhir itu
sehingga itu mempengaruhi cara hidup kita. Kita mengizinkan Yesus
untuk membawa kita ke persekutuan denganNya yang lebih mendalam. Kita berbalik
dari apa yang memisahkan kita dari Dia, yaitu dosa. Setiap hari kita mengukur hidup kita dengan membaca
FirmanNya, bahkan waktu kita dalam doa juga diukur oleh Firman
itu, tahukah kalian?
For Revelation 11:1 states that the
altar that is to say the altar of incense, the altar that is
just before the Holy of Holies, was also measured. What does the altar of incense
represent then? Revelation 8:3 gives us the answer by saying, “3 And
another Angel came and stood at the altar, having a golden censer; and there
was given unto Him much incense, that He should offer it with the prayers of
all saints upon the golden altar which was before the throne.” The altar of incense represents or
symbolizes the prayers of God's people touched and mingled with the incense of
Christ's righteousness, that it might
be acceptable to God. This means if the altar of incense is being measured it
is a symbol revealing the reality that our prayer lives are also being examined.
Karena Wahyu 11:1 mengatakan
bahwa mezbah, maksudnya mezbah
ukupan, mezbah yang ada tepat di depan Bilik Mahakudus, juga diukur.
Mezbah ukupan itu melambangkan apa? Wahyu 8:3 memberi kita jawabannya dengan
mengatakan, “3 Dan seorang
Malaikat lain datang dan berdiri di depan mezbah
membawa sebuah pedupaan emas. Dan kepadaNya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkanNya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
yang ada di hadapan takhta itu…” Mezbah ukupan melambangkan atau menyimbolkan doa-doa umat
Allah yang dibubuhi dan dicampuri dupa kebenaran Kristus, supaya itu boleh diperkenan Allah. Ini berarti jika mezbah ukupan itu diukur,
itu adalah simbol yang menyatakan realita bahwa kehidupan berdoa kita juga diteliti.
Do we spend time not only measuring our lives in light of the Scriptures,
but do we also spend daily time with God in prayer as the patriarchs and
prophets of old did? Are we calling out
to Jesus by faith to give us the victory over every besetment, over every sin? The
grand judgment is taking place and has been going on for some time. “…’Now’, the Lord says…”, this is in Manuscript
4, 1888, “…’Now’, the Lord says,
‘Measure the temple and the worshipers thereof…” and here are
these solemn powerful statements “…Remember, when you are
walking the streets about your business, God is measuring you; when you are
attending your household duties, when you engage in conversation, that God is
measuring you… When we are doing our work, remember, there is One that is
watching the spirit in which we are doing it. Shall we not bring the Savior
into our everyday lives, into our…” remember this
“…secular work, and domestic duties?
Then in the name of God we want to leave behind everything that is not
necessary, all gossiping or unprofitable visiting and present ourselves as
servants of the Living God.”
Apakah kita melewatkan waktu
bukan hanya mengukur hidup kita sesuai Kitab Suci, melainkan apakah kita juga
melewatkan waktu bersama Allah dalam doa sebagaimana para bapak dan nabi dulu
berbuat? Apakah kita berseru kepada Yesus dalam iman untuk memberi kita
kemenangan atas setiap serangan, atas setiap dosa? Penghakiman besar sedang
berlangsung dan sudah berlangsung selama beberapa waktu lamanya. “…‘Sekarang’, kata Tuhan, …” ini ada di Manuscript 4, 1888, “…’Sekarang’ kata
Tuhan, ‘ukurlah
bilik bait sucinya dan mereka yang beribadah di sana’…” dan di sini ada
pernyataan-pernyataan berbobot yang serius, “…Ingat, bila kamu sedang sibuk melakukan urusanmu,
Allah sedang mengukur kamu. Bila kamu sedang mengerjakan tugas-tugas rumah
tanggamu, bila kamu sedang terlibat dalam percakapan, Allah sedang mengukurmu…
Pada waktu kita sedang melakukan pekerjaan kita, ingat, ada Satu Sosok yang
sedang mengamati, dengan roh apa kita sedang melakukannya. Tidakkah kita
seharusnya membawa Sang Juruselamat ke dalam kehidupan sehari-hari kita, ke
dalam…” ingat ini, “…pekerjaan
sekuler kita, dan ke tugas-tugas rumah tangga kita? Maka dalam nama Allah kita
mau meninggalkan segala yang tidak penting, semua gossip atau kunjungan yang
tidak bermanfaat, dan mempersembahkan diri kita sendiri sebagai hamba-hamba
dari Allah yang hidup.” (7 Bible Commentary pg. 972, 2 Sermons and Talks 53.2)
Now I wanted to stop and touch on
something here friends, because this is so powerful, it's so potent, the
statement states, “Shall we not bring the Savior into our
everyday lives, into our secular work, and domestic duties?” I’ve heard even
some among God's people say that you know, “I’m one person as it concerns my
religious life, but when it comes to my secular job you know, anything dealing
with the religious aspect of my life I don't bring there.” But my friends, I
want to tell you the truth. Jesus has come to reveal to us that the
religious sphere of our lives must permeate every sphere of our lives.
God wants us to be witnesses where we are, in our secular jobs, to be a saver
of life unto life. God wants to inspire others to follow Him through the
instrumentality of those who claim to serve Him, that's you and I, friends. May
we take
our religious life even into the workplace. I’m not saying, “Go in
there and try to turn over everything”, right? But what I am saying is to be a
witness like Daniel, working in a secular atmosphere, but at the same time
being a powerful witness, so powerful we are told was his witness along with
the witness of his three friends that when Nebuchadnezzar saw that Angel stand
with Sadrach, Meshach, and Abednego (Hananiah, Mishael, and Azariah) in the
fire, Nebuchadnezzar was able to recognize the Son of God. Why? Because those
who were in the fire had represented Him well. May we do the same work. May we
do the same work.
Sekarang
saya mau berhenti dan menyinggung sesuatu di sini, teman-teman, karena ini
begitu hebat, begitu ampuh, pernyataan itu mengatakan, “Tidakkah kita seharusnya membawa Sang
Juruselamat ke dalam kehidupan sehari-hari kita, ke dalam pekerjaan sekuler kita,
dan ke tugas-tugas rumah tangga kita?” Saya pernah mendengar bahkan di antara umat Allah ada
yang berkata, “Saya itu satu pribadi tersendiri jika itu mengenai kehidupan relijius
saya, tetapi kalau di pekerjaan sekuler saya, apa pun yang berkaitan dengan
aspek relijius hidup saya, tidak saya bawa ke sana.” Tetapi teman-teman, saya
mau katakan yang sebenarnya, Yesus telah datang untuk menyatakan kepada kita
bahwa dunia relijius kehidupan kita
harus meresap ke dalam semua aspek hidup kita. Allah mau kita
menjadi saksi-saksi di mana pun kita berada, di pekerjaan sekuler kita, untuk
menjadi penyelamat hidup kepada kehidupan kekal. Allah mau kita menginspirasi
yang lain untuk mengikuti Dia melalui mereka yang menjadi alat-alat yang telah mengklaim melayani Allah, itu adalah kalian dan
saya, teman-teman. Semoga kita membawa
kehidupan relijius kita bahkan sampai ke tempat kerja. Saya
tidak mengatakan, “Pergilah ke sana dan usahakan untuk mengubah semuanya”, kan?
Apa yang saya katakan ialah jadilah saksi seperti Daniel, yang bekerja di
lingkungan sekuler tetapi pada waktu yang sama menjadi saksi yang hebat, begitu
hebatnya kesaksiannya bersama dengan kesaksian tiga orang temannya, sehingga
kita mendapat tahu bahwa ketika Nebukadnezar melihat Malaikat itu bersama
Sadrakh, Mesakh, Abednego (Hanaya, Misael, Azarya) di dalam tungku api,
Nebukadnezar bisa megenali itu adalah Anak
Allah. Mengapa? Karena mereka yang ada di dalam api telah merepresentasikan Dia
dengan baik. Semoga kita melakukan yang sama.
What we are seeing here is that while
Jesus is in the temple in heaven, His work is connected to the temple on
earth; no, not the physical structure of the Old Testament but rather the temple
of the church. The apostle Paul puts it this way in 1 Corinthians
3:16-17, “16
Know ye not that ye are the temple of God, and that the Spirit of God dwelleth
in you? 17 If any man defile the temple of God, him shall God
destroy; for the temple of God is holy, which temple ye are.”
This is powerful because the
consummation of Christ's work of interceding for sin in the Holy of Holies is
inextricably tied to the eradication of sin in His holy temple, even His church
on earth. Hence we read these two jaw-dropping statements as we are
seeking for His fullness ever pressing toward the marks set before
us. And what is that mark? The perfection of His character.
Apa yang
kita simak di sini ialah sementara Yesus ada di dalam Bilik Mahakudus di Surga,
pekerjaanNya terkait kepada
Bait Suci yang di bumi; bukan, bukan bangungan fisik Bait Suci Perjanjian Lama,
melainkan Bait Suci jemaat.
Rasul Paulus mengatakannya demikian di 1 Korintus 3:16-17, “16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait
Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? 17 Jika ada orang yang
menajiskan bait Allah, Allah akan
membinasakan dia. Sebab bait Allah itu kudus
dan bait Allah itu ialah kamu.”
Ini sangat
berbobot karena penyelesaian
pekerjaan Kristus sebagai perantara dosa di Bilik Mahakudus itu tidak dapat
dipisahkan dan terikat kepada penghapusan dosa dalam Bilik MahakudusNya, yaitu
gerejanya yang di dunia. Oleh karena itu, kita membaca dua
pernyataan yang mengagumkan ini saat kita mencari kepenuhan Yesus yang terus mendorong kita ke
sasaran yang telah ditentukan di hadapan kita. Dan sasaran itu
apa? Kesempurnaan tabiatNya.
“When the Lord’s people
reach this mark, they will be sealed in their foreheads. Filled with the Spirit,
they will be complete
in Christ…” and when that completion comes look at what
happens, “… and the recording angel will declare,
“It is finished” (SDA
Bible Commentary Vol. 6 page 1118,)
“…Ketika
umat Allah mencapai sasaran ini, mereka akan dimeteraikan di dahi mereka.
Dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka akan menjadi sempurna dalam Kristus…” dan bilamana kesempurnaan itu
tiba, lihat apa yang terjadi, “…dan
malaikat yang mencatat akan mendeklarasikan, ‘Sudah selesai.’…”(The Review and Herald, June 10, 1902, SDA Bible Commentary Vol.
6 page 1118,)
What is finished, however, is the
question we want to ask. Now look at this, the next statement gives us our
answer, and this is taken from Great Controversy
page 613, “When the third angel’s message closes,
mercy no longer pleads for
the guilty inhabitants of the earth… Then Jesus ceases His intercession in the sanctuary
above. He lifts His hands and with a loud voice says, ‘It
is done’; and all the angelic host lay off their crowns as He makes the
solemn announcement:…” And so friends
what we're seeing here before we finish this text, is that when does Jesus say
“It is done”? When God's people are sealed in their foreheads, and that work
finishes. It is at that same time Jesus said “It is done” as it
concerns His heavenly intercession. So what are we seeing here? We're seeing a
serious point that we need to keep in mind.
Jesus Christ when He says “It is
done” two things happen synonymously:
v the people of
God are sealed.
The world has made its decision to either
follow the Lamb or to follow the enemy of the Lamb, and the enemy of man which
is Satan. And so as the world is polarized into these two groups, a sealing
happens in both cases. One receives the seal of the living God, the other
receives the seal or the mark of the Beast. And so as that sealing takes place,
the polarization happens, men make their decision for or against God, sealing
themselves in that habit.
v What happens in
heaven?
Christ responds by saying “It is done”. And
He finishes His intercession. So never should we have in mind that Christ just
one day He just says, “You know what, I’m tired,” and He just closes the door
of the heavenly Sanctuary. No, friends. When Christ ~ this is the love of God ~
when
Christ closes His work in the heavenly Sanctuary it is in response to the
decisions of men in this world, it is when mankind says, “I will be
sealed in this place” and “I will be sealed on this side” that then Jesus
respects that decision, and closes His intercessory work. Because what has
happened?
The world has sealed themselves
either in righteousness or in wickedness, and Christ respects that decision. Once men are sealed, this is what the
statement continues by saying, “…He lifts His hands and with a loud voice says, ’It
is done’; and all the angelic host lay off their crowns as He makes the
solemn announcement…” now here it is,
here's how we know it “…‘He that is unjust,
let him be unjust still:…” do you see it, the aspect of choice as men
decide Christ respects that decision, “…and he which is filthy, let him be filthy still:…” but the antithesis of this is also true, “… and he that is righteous, let him be righteous still:
and he that is holy, let him be holy still.” (Revelation 22:11).
Namun apa yang selesai? Itulah pertanyaan yang mau kita tanyakan. Sekarang
simak, pernyataan berikutnya ini memberikan jawabannya kepada kita, dan ini
diambil dari Great Controversy hal. 613. “…Ketika
pekabaran malaikat ketiga berakhir, kemurahan tidak lagi memohon bagi penduduk
bumi yang berdosa… Lalu Yesus menghentikan perantaraanNya di Bait Suci yang di
atas. Dia mengangkat tanganNya dan dengan suara yang nyaring berkata, ‘Sudah selesai’; dan semua balatentara surgawi mencopot mahkota
mereka ketika Dia membuat pengumuman yang khidmad…” Jadi, teman-teman, sebelum
kita menyelesaikan teks ini, apa yang kita lihat di sini ialah kapan Yesus berkata “Sudah selesai”?
Ketika umat Allah dimeteraikan di dahi mereka, dan pekerjaan itu selesai.
Pada waktu yang sama itulah Yesus berkata, “Sudah selesai” sehubungan dengan pekerjaan
perantaraanNya di Surga. Jadi apa yang kita lihat di sini? Kita melihat poin
yang serius di sini yang perlu kita ingat.
Yesus Kristus ketika Dia berkata, “Sudah selesai”, dua hal terjadi secara
berbarengan:
v umat Allah dimeteraikan.
Dunia telah mengambil
keputusannya untuk mengikuti Sang Domba atau mengikuti musuh Sang Domba; dan
musuh manusia yaitu Setan. Maka saat dunia terpolarisasi ke dalam kedua
kelompok ini, pemeteraian terjadi dalam kedua kelompok. Yang satu menerima
meterai Allah yang hidup, yang lain menerima meterai atau tanda Binatang. Maka
sementara pemeteraian berlangsung, polarisasi terjadi, manusia
membuat keputusan untuk berada di pihak Allah atau memusuhi Allah, dan memeteraikan
mereka sendiri dalam tanda itu.
v Apa yang terjadi di Surga?
Kristus merespons dengan
berkata, “Sudah selesai”. Dan Dia menyelesaikan pekerjaan perantaraanNya. Jadi jangan pernah kita berpikir bahwa pada suatu hari Kristus berkata begitu
saja, “Tahu enggak, Aku capek” lalu Dia menutup pintu Bait Suci Surgawi. Tidak,
teman-teman. Ketika Kristus ~ inilah kasih Allah ~ ketika Kristus mengakhiri pekerjaanNya di Bait Suci
surgawi, itu adalah sebagai respons kepada keputusan-keputusan manusia di
dunia, itulah ketika manusia berkata, “Saya mau dimeteraikan di
sini” dan “saya mau dimeteraikan di pihak ini” dan Yesus menghormati keputusan
itu dan mengakhiri pekerjaan perantaraanNya. Karena apa yang telah terjadi?
Dunia telah
memeteraikan dirinya sendiri entah dalam kebenaran atau dalam kejahatan dan
Kristus menghormati keputusan itu. Begitu manusia dimeteraikan, inilah kelanjutan
pernyataan itu, “…Dia mengangkat
tanganNya dan dengan suara yang nyaring berkata, ‘Sudah selesai’; dan semua balatentara surgawi mencopot mahkota
mereka ketika Dia membuat pengumuman yang khidmad…” ini dia, dari sinilah kita
tahu, “…11 ‘Dia yang tidak
benar, biarlah ia tetap tidak benar,…” apakah kalian
melihatnya? Aspek dari pilihan ketika manusia membuat keputusan, Kristus
menghormati keputusan itu, “… dan dia yang cemar, biarlah ia tetap cemar;…”
namun antithesisnya juga sama benar, “…dan
dia yang benar, biarlah ia tetap benar;
dan dia yang kudus, biarlah ia tetap kudus!’
(Wahyu
22:11).
Jesus's mediatorial work ceases, He declares
“It is done” when by the grace of that same Jesus, His church reaches the mark
of perfection, which is something only He will know. That mark according to the
previous statements is the perfection of His character in us, a character that
reaches the point of taking ~ here it is
~ an eternal fast from sin itself.
And this just makes sense, for if we
continually need to ask for the forgiveness of sins, then that sin is
continually being transferred to the Sanctuary
above, polluting it; hence the intercession of Christ, friends,
continues to this day. It is when sin ceases in us the temple below that
Christ can bring an end to His intercessory work in the temple above.
This is not to say that once Jesus
consummates His work that we stand on our own, rather the same Savior who brought us to that
point of perfection, will continue to sustain us in that perfectly
sealed state by His Holy Spirit, while the enabling and restraining power of
the Spirit is withdrawn from the world, it will not be withdrawn from the saints,
we will continue to live sealed lives until the Savior comes.
Pekerjaan
perantaraan Yesus berakhir, Dia mendeklarasikan “Sudah selesai” ketika oleh
rahmat Yesus yang sama, gerejanya mencapai tanda kesempurnaan, yang adalah
sesuatu yang hanya diketahui oleh DiriNya. Tanda itu menurut
pernyataan-pernyataan sebelumnya, adalah kesempurnaan tabiatNya dalam kita,
suatu tabiat yang mencapai titik ~ ini dia ~ puasa abadi dari dosa itu sendiri.
Dan ini
masuk akal, karena jika kita terus-menerus perlu minta pengampunan dosa, maka
dosa masih terus-menerus dipindahkan ke dalam Bait Suci di atas, menajiskannya;
maka pekerjaan perantaraan Kristus, teman-teman, berlanjut hingga hari ini. Hanya bila dosa berhenti di
kita, Bait Suci yang di bawah, maka Kristus bisa mengakhiri pekerjaan
perantaraanNya di Bait Suci di atas.
Ini bukan
mengatakan bahwa begitu Yesus menyelesaikan pekerjaanNya, lalu kita harus
berdiri sendiri; melainkan Juruselamat
yang sama yang membawa kita ke titik kesempurnaan, akan terus menopang kita dalam kondisi termeterai yang
sempurna oleh Roh KudusNya, sementara kuasa Roh yang memampukan dan
mengendalikan ditarik dari dunia, itu tidak
akan ditarik dari orang-orang kudus, kita akan terus
menghidupkan hidup yang termeterai hingga kedatangan Sang Juruselamat.
The conclusion that we are now
arriving at is, is where we will see a few points:
1. The earthly Sanctuary was a replica, patterned after the heavenly Sanctuary
which was activated at Christ's ascension.
2. While the Sanctuary truth was known in Paul's day, as it concerns Jesus
being in the Holy Place, it was lost sight of.
It was raised up again, however, during the
years that followed the great disappointment. Hence we find the messages of
Revelation 11:1 “measure the
temple of God” in reference to the Most Holy Place.
3. Not only was the Sanctuary message revealed in October 22, 1844,
but the transition of Christ into His final
phase of ministry in the Most Holy Place was also revealed; and
4. In light of this, God's people, like the Hebrews of old, were to now put
away the sins in their lives.
That as sin ceased with them, it would
cease to pollute the Sanctuary above, thus ending Christ's final atoning work.
Kesimpulan
yang kita peroleh sekarang adalah beberapa poin yang akan kita lihat:
1.
Bait Suci yang di dunia adalah sebuah replika, yang
dibuat menurut Bait Suci yang di Surga, yang diaktivasi saat kenaikan Kristus.
2.
Kendati kebenaran tentang Bait Suci sudah diketahui di
zaman Paulus tentang keberadaan Yesus di Bilik Kudus, itu kemudian terlupakan.
Itu dibangkitkan kembali selama
tahun-tahun setelah kekecewaan besar. Karena itu kita mendapatkan
pekabaran-pekabaran Wahyu 11:1 “ukurlah Bilik Baitsuci Allah” mengacu kepada Bilik Mahakudus.
3.
Bukan saja pekabaran tentang Bait Suci dinyatakan pada 22
Oktober 1844,
tetapi peralihan Kristus ke
tahap terakhir ministriNya di Bilik Mahakudus juga dinyatakan. Dan
4.
Sehubungan dengan ini, umat Allah seperti orang Israel di
zaman lampau, sekarang harus menyingkirkan dosa yang ada di hidup mereka.
Supaya dengan berakhirnya dosa
pada mereka, itu akan menghentikan penajisan Bait Suci yang di atas, dengan
demikian mengakhiri pekerjaan pendamaian Kristus yang terakhir.
May we choose, friends, to therefore come
close to Jesus. May we spend time with Him in the Word and prayer, and may we
demonstrate that we have been with Him in how we treat others.
Our church has been given the
responsibility to proclaim the reality, that we have an Advocate with the
Father, a great High Priest whose priestly ministry upholds the world in mercy
and gives people the opportunity to be transformed eternally, the same Jesus
who died for us now intercedes for us, and will one day soon come again for us.
Teman-teman,
semoga kita memilih untuk datang menghampiri Yesus. Semoga kita melewatkan
waktu bersamaNya dalam Firman dan doa, dan semoga kita mendemonstrasikan bahwa
kita sudah bersamaNya dalam bagaimana kita memperlakukan orang-orang lain.
Gereja kita telah diberikan
tanggung jawab untuk memproklamasikan kenyataan bahwa kita punya seorang
Pembela pada Bapa, Imam Besar yang ministri imamatNya menopang dunia dalam
kemurahan dan memberikan kepada manusia kesempatan untuk diubahkan untuk
selamanya, Yesus yang sama yang mati bagi kita sekarang menjadi
perantara kita, dan suatu hari tidak lama lagi akan datang menjemput kita.
Now I wanted to share a story in
light of this, in light of showing that if we copy that perfect pattern,
friends, what will happen is, that as we live our lives in harmony with that Pattern it will bring an end to the work in heaven
in the sense of intercession.
I remember one day I woke up in the morning and I was studying Desire of Ages ~ to give you an illustration
of this point ~ I was studying Desire of Ages
the chapter entitled “The Days of Conflict”.
As I was studying Jesus's life as a child and as a teenager, I saw some powerful points concerning His
life, potent points, significant realities, that show us how we must live in
our world today if sin will cease in our lives. Jesus Christ was one who while loving
God, revealed His love for God in how He
treated His fellow man, and this is something crucial for us in our
lives today. So I got up and I read that chapter and as I was reading that
chapter I saw that Jesus did something amazing. Every time when His brothers
were hungry and they took a break from their work, and they would go away from
their work to get something to eat, as they came back from getting that meal,
they would then actually at times see people on the streets, people that were
poor and hungry. And while His brothers would brush them off, Christ would see
that soul as one whom He would die for, and so what did He do? He would take
His meal, inspiration says, even at the point of His own starvation, He would
take that meal and He would give it to the individual that was starving. Now friends,
I want you to think about this.
That day I finished reading the story, and there's
another point of the story that I’ll bring out at the end. But as I went forth
on that day, I was so inspired and I said, “Lord, I want to be like Jesus. I want to live like
Him. That is so amazing what He did, He was so selfless, in ministry towards
others, aggressive ministry by the way.”
Sekarang
saya mau membagikan sebuah cerita sehubungan dengan ini, sehubungan dengan
menunjukkan bahwa jika kita meniru Pola yang sempurna itu,
teman-teman, apa yang akan terjadi ialah, ketika kita menghidupkan hidup kita
selaras dengan Pola itu, itu akan mengakhiri pekerjaan di Surga dalam hal
pekerjaan perantaraan.
Saya ingat
satu hari saya bangun pagi-pagi dan saya sedang mempelajari Desire of Ages ~ untuk memberikan sebuah ilustrasi poin ini kepada
kalian ~ saya sedang mempelajari Desire of Ages, pasal yang berjudul “The Days of
Conflict” (Hari-hari Konflik). Selagi
saya mempelajari hidup Yesus sebagai anak-anak dan sebagai remaja, saya melihat
poin-poin yang hebat mengenai hidupNya, poin-poin yang potensial,
kenyataan-kenyataan yang signifikan, yang menunjukkan kepada kita bagaimana
kita harus hidup di dunia hari ini jika kita mau berhenti berbuat dosa dalam
hidup kita. Yesus Kristus,
sementara Dia mengasihi Allah, menyatakan kasihNya bagi Allah dalam bagaimana
Dia memperlakukan sesama manusia, dan ini adalah sesuatu yang
krusial bagi kita dalam hidup kita hari ini. Maka saya bangkit dan saya baca
pasal itu, dan selagi saya membaca pasal itu saya melihat Yesus melakukan
sesuatu yang mengagumkan. Setiap kali ketika saudara-saudaraNya lapar dan
mereka beristirahat dari pekerjaan mereka dan mereka pergi untuk mendapatkan
makanan, saat mereka kembali dari makan, mereka terkadang melihat orang-orang
di jalan, orang-orang yang miskin dan lapar. Dan sementara saudara-saudaraNya
mengabaikan mereka, Kristus melihat orang itu sebagai seseorang untuk siapa Dia
akan mati, maka apa yang dilakukanNya? Dia akan mengambil makanannya ~ kata inspirasi
~ kalaupun itu berati Dia harus kelaparan, Dia akan mengambil makanan itu dan
Dia akan memberikannya kepada orang yang sedang kelaparan itu. Nah,
teman-teman, saya mau kalian merenungkan ini.
Hari itu
saya selesai membaca kisah ini, dan ada poin yang lain dari cerita itu yang
akan saya kemukakan di bagian akhir. Tetapi selagi saya melakukan pekerjaan
saya hari itu, saya begitu terinspirasi dan saya berkata, “Tuhan, aku mau
seperti Yesus. Aku mau hidup seperti Dia. Ini begitu mengagumkan apa yang dikatakanNya,
Dia begitu tidak mementingkan diri, melayani yang lain, pelayanan yang agresif
pula.”
And so as I went forth I was looking
for someone and I had some tracks that I wanted to hand out to people. I said
I’m going to go out and hand out tracks, which already shows you I started missing
the point of the story. Not that tracks are bad, we must spread them as far and
wide as we can, but you'll see the context as I explained the story. So I went around
doing my errands, looking for someone to minister to, as Christ ministered to
people. And so I came across this gentleman, as I was walking around the
streets of Silver Spring Maryland, and I saw this gentleman, and before I even
came close to him I could smell him.
I smelled the alcohol on his very
person and he was sitting there, and you could tell that he was half drunk. And
so friends, I looked at this man and I said, “Lord, I want to witness to this
man.” And so you know what I did? I took out the tract and I gave it to him. I
extended out my hand to give it to him and that man he took his hand and he
waved it in anger against the tract, and against my hand. Now friends, when I
saw that, I was shocked. I was like how could this guy reject this piece of
literature that I’m trying to give him? I’m trying to give him the truth. And so as he did that, he yelled out at me,
he says, “Man, that's not what I need.”
And so I pulled my hand back in, and
I was so frustrated. And so as he became more and more angry, I finally says,
“Okay, sir, I respect that.” And I walked away, and I went back to my vehicle,
I sat down in the vehicle, and as I was there, you know what I was thinking?
Rather than thinking, Lord what went wrong? I said in my own mind, the audacity
of this man, to reject the truth that I was trying to give him. And friends,
you know what the Spirit of God convicted me of? He said, “Akeem, do you
remember what I told you this morning in devotion, the example that I gave you?
What this man needs at this very present moment may not be a track. It might be
food.”
And so I said, “Oh, Lord, forgive me.
I was so interested in giving him the spiritual theory of the truth by the way
that I missed out on meeting his practical needs.” And friends, this is the
beauty of Jesus Christ. Because the way that Christ found a way to give men the
spiritual truth of the Word was that He first met their needs, and it opened
the way. It was an entering wedge to give them the spiritual truth that He
wanted to communicate.
Jadi ketika saya
keluar, saya mencari seseorang dan saya membawa beberapa pamflet yang mau saya
bagikan kepada orang. Saya berkata saya akan keluar dan membagikan pamflet, itu
saja sudah menunjukkan kepada kalian bahwa saya sudah salah tangkap poin dari
kisah itu. Bukannya pamflet itu buruk ~ kita memang harus menyebarkan pamflet
sejauh dan sebanyak yang kita bisa, tapi kalian akan melihat konteksnya saat
saya jelaskan kisah ini. Jadi saya keliling melakukan pekerjaan saya, mencari
orang untuk saya layani seperti Kristus melayani. Dan saya bertemu bapak ini,
selagi saya berjalan di Silver Spring Maryland, dan saya melihat bapak ini, dan
sebelum saya datang mendekat, saya sudah bisa mencium baunya. Saya mencium bau
alkohol pada dirinya, dan dia sedang duduk di situ dan
terlihat bahwa dia setengah mabuk. Maka, teman-teman, saya memandang orang itu
dan berkata, “Tuhan, aku mau bersaksi kepada orang ini.” Jadi, kalian tahu apa
yang saya lakukan? Saya keluarkan pamfletnya dan saya berikan itu kepadanya.
Saya ulurkan tangan saya untuk memberikan pamflet itu kepadanya, dan orang itu,
dia mengangkat tangannya dan dia menggerak-gerakkannya kepada pamflet itu dan
kepada tangan saya dengan marah. Nah, ketika saya melihat itu, saya syok. Saya
pikir kok bisa orang ini menolak literatur yang mau saya berikan kepadanya?
Saya kan mencoba memberikan kebenaran kepadanya. Dan sambil berbuat itu, orang
ini meneriaki saya dan dia berkata, “Bukan itu yang saya butuhkan.”
Jadi saya
tarik kembali tangan saya, dan saya begitu frustrasi. Dan ketika orang itu
menjadi bertambah marah, akhirnya saya berkata, “Baik, Pak, saya hormati itu.”
Dan saya berjalan pergi, dan saya kembali ke mobil saya, saya duduk di
kendaraan saya dan sementara saya ada di sana, tahukah kalian apa yang saya
pikir? Bukannya berpikir, “Tuhan, apa yang salah?” Saya berkata dalam hati,
“Kurangajarnya orang itu, menolak kebenaran yang mau saya berikan kepadanya.”
Dan
teman-teman, kalian tahu Roh Allah meyakinkan saya tentang apa? Dia berkata,
“Akeem, ingatkah kamu apa yang Aku katakan tadi pagi dalam devosi? Contoh yang
Aku berikan padamu? Apa yang dibutuhkan orang itu pada saat ini mungkin bukan
pamflet, mungkin itu makanan.”
Dan saya
berkata, “Oh, Tuhan, ampuni aku. Aku begitu fokus untuk memberikan kepadanya
theori spiritual kebenaran sampai aku lalai memenuhi kebutuhannya yang
praktis.” Dan teman-teman, inilah indahnya Yesus Kristus. Karena cara Kristus
menemukan jalan untuk memberi manusia kebenaran spiritual dari Firman Allah adalah
pertama-tama Dia memenuhi kebutuhan mereka, dan itu yang membuka jalannya. Itu
adalah pembuka celah untuk memberi mereka kebenaran spiritual yang mau Dia
sampaikan.
And so you know what it says at the
end of that story? It actually says in Desire
of Ages what Jesus would do, He was brilliant. We have an infinitely
brilliant Savior, friends. He would take the food even at His own starvation,
He would take the food and as He's giving it to the individual ~ you can read this in “Days of Conflict” ~ as He's
giving it to the individual, you know what He
would do? While doing this He would quote Scripture, and as He quote a
Scripture of encouragement to the individual, it says, because the truth of the
Word was connected with an act of love, it forever riveted in that person's
mind, the Word of truth.
And so I said, “Wow, Lord, this is
what You're trying to show me.”
And so I went back to the man, and I
said to him, “Sir, would you like
something to eat?”
And he looked at me, friends, with longing in his eyes, and he says, “Yes,
please.”
And so I went and I got him something
to eat. And so I said, “I am going, Lord, to copy the perfect pattern, the Son of God. I’m going to put Your Word
and inspire writings to the test.” And so I got the food.
And, friends, as I’m giving it to the
man, I test it, I’m giving it to him and I quote to him at that very moment
Jeremiah 29:11. I said, “Friend, the Lord has a Word for you today.”
As he's extending his hand to get the
bag of food, and I say to him, “11 For I know the thoughts
that I think toward you, saith the LORD, thoughts of peace…” of good “…and
not of evil, to give you …” hope and a
future “…an expected end.” And friends, as I quoted that text while giving that man that food, he began
to weep bitterly, because you see, friends, there are many within this world
who have no hope.
Maka kalian
tahu apa yang dikatakan pada akhir kisah itu? Dikatakan di Desire of Ages apa yang akan dilakukan Yesus. Yesus itu brilyan. Kita
memiliki Juruselamat yang brilyan tanpa batas, teman-teman. Dia akan membawa
makanan walaupun DiriNya sendiri kelaparan, Dia akan membawa makanan itu dan
semetara Dia memberikannya kepada
manusia ~ kalian bisa membaca ini di “Days of
Conflict” ~ selagi Dia memberikannya
kepada seseorang, tahukah kalian apa yang akan dilakukanNya? Selagi berbuat
itu, Yesus akan mengutip Kitab Suci. Dan sementara Dia mengutip
suatu ayat untuk memberikan dorongan kepada orang tersebut, dikatakan, karena
kebenaran Firman dikaitkan dengan suatu tindakan kasih, selamanya itu akan
terpaku di pikiran orang tersebut, Firman kebenaran itu.
Maka saya
berkata, “Wow, Tuhan! Inilah yang Engkau mau tunjukkan aku.”
Maka saya
kembali kepada bapak itu dan berkata kepadanya, “Pak, maukah makan sesuatu?”
Dan dia
memandang saya, teman-teman, dengan kerinduan di matanya dan dia berkata, “Ya,
terima kasih.”
Maka saya
pergi dan saya belikan makanan. Dan saya berkata, “Tuhan, aku akan meniru
teladan Pola yang sempurna, Anak Allah. Aku akan menguji
FirmanMu dan tulisan-tulisan inspirasi.” Maka saya pergi membelikan makanan.
Dan ketika
saya memberikan makanan itu kepada orang ini, saya mengujinya. Saya memberikan
itu kepadanya dan pada saat itu saya kutip baginya Yeremia 29:11. Saya
katakan, “Teman, Tuhan punya sepatah kata untukmu hari ini.”
Sementara orang itu
mengulurkan tangannya untuk menerima kantong makanan itu saya berkata
kepadanya, “11 Sebab Aku mengetahui rancangan-rancangan
yang Aku rancang untukmu, firman TUHAN,
yaitu rancangan damai sejahtera…” yang baik “…dan bukan rancangan jahat, untuk
memberikan kepadamu…” harapan dan masa
depan “…akhir yang engkau harapkan…” Dan, teman-teman, saat saya mengutip ayat ini selagi
memberikan makanan kepada orang ini, dia mulai menangis dengan pedih, karena
kalian lihat, ada banyak orang di dunia ini yang tidak punya harapan.
And so as I did this, friends, his heart
opened up so much that then I was able to leave him with the tract and a
message of hope of the second coming. I sat down right beside him and began to delineate to him that soon Jesus
would come, and burst the sky with glory to save His people. Friends, that man
looked at the heavens as though he was in a dream as though he can see it.
Maka ketika
saya melakukan ini, teman-teman, hatinya terbuka sebegitu lebarnya sehingga
saya bisa memberikan pamflet itu kepadanya dengan suatu pekabaran pengharapan
kepada kedatangan kedua. Saya duduk di sebelahnya dan mulai menjelaskan
kepadanya bahwa Yesus akan segera datang, dan muncul di langit dengan kemuliaan
untuk menyelamatkan umatNya. Teman-teman, bapak itu memandang ke langit seakan-akan
dia sedang bermimpi, seakan-akan dia bisa melihatnya.
Friends, what I realized that day is,
as we do aggressive service, we are told in inspiration that this is one of the
greatest ways, along with studying the Word of God, to overcome.
You see, when we are busy living the life of
Jesus, immersed in that life consumed with becoming more like Him, what ends up
happening is that we have no time for sin. We have no time for playing
around, because we are busy emulating the life of our Savior. And so friends,
as we emulate that life continually, I wondered as I left that man, “Lord, what
if I live like this every moment?” Then, friends, I would have no time for sin.
And if sin ceases in us, then what happens in the heavenly temple? It ceases
there as well. That's what we want. As we copy the perfect Pattern, it will
bring such perfect success, that sin will then cease in the life of the individual
following the Son of God.
Teman-teman,
apa yang saya sadari hari itu ialah, ketika kita sedang melakukan pelayanan
yang agresif, kita diberitahu oleh tulisan inspirasi bahwa ini adalah salah
satu cara yang paling hebat, bersama dengan mempelajari Firman Allah, untuk
bisa menang. Kalian lihat, bila
kita sedang sibuk menghidupkan kehidupan Yesus, terbenam dalam hidup itu, fokus
dengan menjadi lebih menyerupai Dia, apa yang akan terjadi ialah kita tidak
punya waktu untuk berbuat dosa. Kita tidak punya waktu untuk
main-main, karena kita sedang sibuk meniru kehidupan Juruselamat kita. Maka,
teman-teman, selagi kita meniru hidup itu secara terus-menerus, saya berpikir
ketika saya meninggalkan bapak itu, “Tuhan, bagaimana kalau aku hidup seperti
ini setiap saat?” Maka, teman-teman, saya tidak akan punya waktu untuk dosa.
Dan jika dosa berhenti di kita, maka apa yang terjadi di Bait Suci yang di
Surga? Berhenti di sana juga. Itulah yang kita inginkan. Sementara kita meniru
Pola yang semprna, itu akan membawa keberhasilan yang begitu sempurna, bahwa dosa akan berhenti dalam hidup
manusia yang mengikuti Anak Allah.
Our religion is not one only of
theory of the truth, or intellectual assent to the truth, but also the
practical demonstration of that same truth. It is a demonstration of the love
of God that the world needs at this time.
Agama kita
bukanlah agama yang hanya tentang teori kebenaran, atau sekadar persetujuan
intelektual kepada kebenaran, melainkan juga suatu demonstrasi praktis dari
kebenaran yang sama. Itu adalah sebuah demonstrasi cinta Allah yang dibutuhkan
dunia pada waktu ini.
And so as we as we close in this
study, of the cleansing of the two temples, I want us to remember that, that
friends, God is seeking to cleanse our soul temple, and as He can cleanse this
soul temple, He can finish His work in cleansing the Sanctuary above, the heavenly
temple. One temple in heaven is connected to your temple on earth. Christ
wants to finish the work in you that He can finish the work on high. If
this made sense to you and you desire that that work might end in you, that
Christ can perfect His will concerning you and perfect His character within
you, that He might finish the work on earth and in the heavens, if that is your
desire, then I ask you to bow your heads with me as we close.
Maka
sementara kita akhiri pelajaran ini mengenai pembersihan kedua Bait Suci, saya
mau kita mengingat, bahwa Allah sedang berusaha untuk membersihkan Bait Suci
hati kita, dan ketika Dia bisa membersihkan Bait Suci hati ini, Dia bisa
menyelesaikan pekerjaanNya membersihkan Bait Suci di atas, Bait Suci surgawi.
Satu Bait Suci di Surga itu terkait kepada Bait Suci hati kita di bumi. Kristus mau menyelesaikan
pekerjaan di dalam kita supaya Dia bisa menyelesaikan pekerjaanNya di atas.
Jika ini masuk akal bagi kita dan kita ingin agar pekerjaan itu boleh berakhir
dalam kita, agar Kristus bisa menyempurnakan kehendakNya dalam kita dan
menyempurnakan karakterNya dalam kita, agar Dia boleh mengakhiri pekerjaan di
bumi dan di Surga, jika itu adalah keinginan
kalian, maka saya minta kalian tunduk kepala bersama saya saat kita mengakhiri
ini.
18 01 24
No comments:
Post a Comment