THE
FINAL GENERATION SYMPOSIUM
Part 26/32 – Gerzon Gomez
THE 144’000
https://www.youtube.com/watch?v=cTcO9vEJojE&list=PLIWJyuxBfZ7i2O8wOtdyuCvOndkH4jq9L&index=26
Dibuka dengan doa.
Now when it comes to the last
generation, that final generation that will be on earth, and that will see
Jesus come in the clouds of heaven, that generation that the Bible
identifies as the 144’000, much needs to be said about that group. But what do we know about this group?
Well, on the surface, we know that
this group of living saints are those that will never taste death, they will
never be resurrected because they never died. But also just on the surface we
see that this group is indeed a special group, and why is that? Well, to begin
with, they are the ones that go through The Time of Trouble such as never was since there was a nation, even to that same time, that
time of trouble mentioned in Daniel 12:1, it is they that go through that time.
So they go through an experience that no other group has ever gone through
since Adam. But not only that. If we go to Revelation chapter 14, Revelation
chapter 14 discusses the 144’000, in verse 4 we read, “4
These are:
Ø they which were not defiled with women; for
they are virgins.
Ø These are they which follow the Lamb
whithersoever He goeth.
Ø These were redeemed from among men,
Ø being the firstfruits unto God and to the
Lamb.”
Nah, bila kita bicara tentang
generasi terakhir, generasi pamungkas yang akan ada di dunia, yang akan menyaksikan Yesus datang
dalam awan-awan di langit, generasi itu yang oleh Alkitab
diperkenalkan sebagai ke-144’000, banyak yang perlu kita bicarakan tentang
kelompok itu. Tetapi, apa yang kita ketahui tentang kelompok ini?
Nah, di permukaannya kita tahu
bahwa kelompok orang-orang kudus
yang hidup ini adalah mereka yang tidak pernah
merasakan kematian, mereka tidak akan dibangkitkan karena mereka
tidak pernah mati. Tetapi juga hanya di permukaannya, mereka adalah kelompok yang melalui Masa Kesukaran
Besar yang tidak pernah ada sejak adanya suatu bangsa, yaitu
masa yang sama, masa kesukaran yang disebutkan di Daniel 12:1,
mereka itulah yang melalui masa tersebut. Jadi mereka melalui suatu pengalaman
yang tidak pernah dialami kelompok yang lain sejak Adam. Tetapi bukan hanya
itu. Jika kita ke Wahyu pasal 14, Wahyu pasal 14 bicara tentang ke-144’000, di
ayat 4 kita baca, “ 4 Ini adalah:
Ø mereka yang tidak tercemar
dengan perempuan-perempuan, karena mereka adalah
perawan-perawan.
Ø Inilah mereka yang mengikuti Sang Domba itu ke mana saja Ia pergi.
Ø Mereka ini
ditebus dari antara manusia,
Ø sebagai persembahan
buah-buah sulung bagi Allah dan bagi Sang
Domba itu.”
So this group, the 144’000 they will
also have special privileges in heaven that no one else will have. They are the only
ones who will be able to go with Jesus wherever it is that He goes in
the entire universe. Now can you just imagine that privilege? Imagine that,
being that select group that has the right and the privilege of going with
Jesus wherever He goes. But not only that, if we go to Revelation chapter 7, in
Revelation 7 where it also mentions this group the 144’000, in verse 15, we
read, “15
Therefore are they…” the 144’000
“…Therefore are they before the throne of God, and serve Him day and night in
His temple…” so the 144’000 are the only ones who will be allowed in the temple of
God.
Jadi kelompok ini, ke-144’000
mereka juga akan punya hak-hak istimewa di Surga yang tidak akan dimiliki orang
lain. Mereka adalah satu-satunya yang
bisa pergi bersama Yesus ke mana pun Dia pergi di seluruh alam
semesta. Nah, bisakah kalian bayangkan hak istimewa itu? Bayangkan itu, menjadi
kelompok terpilih tersebut yang punya hak dan kesempatan istimewa pergi bersama
Yesus ke mana pun Dia pergi. Tetapi bukan hanya itu, jika kita ke Wahyu pasal 7,
di Wahyu 7 disebutkan juga kelompok ke-144’000, di ayat 15 kita baca, “15
Karena itu mereka…” ke-144’000 “…15 Karena itu mereka ada di
hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang dan malam
di Bait Suci-Nya…” Jadi ke-144’000 adalah satu-satunya yang akan diizinkan di dalam Bait Suci
Allah.
So not only will they be able to go
with Jesus wherever He goes in the universe, but they will also be the only
ones with the amazing privilege of going inside the temple. Ellen White always in harmony with the Bible,
in Early Writings in describing her first
vision she writes, and I quote Early Writings
page 18, “…And as we were about to enter the holy temple Jesus
raised His lovely voice and said, ‘Only the 144’000 enter this place’ and we
shouted ‘Alleluia’…”
So this group they have privileges
that no other group will have. But the question is why? What makes this group
so special? Well, we'll get into that.
Jadi bukan saja mereka akan
bisa pergi bersama Yesus ke mana pun Dia pergi di seluruh alam semesta, tetapi
mereka juga akan menjadi satu-satunya yang punya hak istimewa masuk ke dalam
Bait Suci. Ellen White yang selalu serasi dengan Alkitab, di Early Writings menggambarkan penglihatannya
yang pertama, dia menulis, dan saya kutip Early
Writings hal 18, “…Dan sementara kami akan masuk ke Bait Suci, Yesus mengangkat suaraNya
yang merdu dan berkata, ‘Hanya ke-144’000
yang masuk ke tempat ini’ dan kami semuanya berseru ‘Haleluya’…”
Jadi kelompok ini, mereka
punya hak-hak istimewa yang tidak dimiliki kelompok lain. Tetapi pertanyaannya
ialah, mengapa? Apa yang membuat kelompok ini begitu istimewa? Nah, nanti kita
akan membahasnya.
But the Bible also makes it quite
clear that there's something else that is special about this group. If we go
back to Revelation 14:1 the Bible says, “1 And I looked, and, lo, a Lamb
stood on the mount Sion, and with Him an hundred forty and four thousand,
having his Father's name written…” where? “…in their foreheads.”
Now we know in the Bible, names stand
for character. So this group, yes, they will have the character of Christ in their
life, but they'll also have the character of the Father. Wow! And we
know Jesus said, “if you have seen Me
you've seen the Father”. But look at verse 5, “5 And in their mouth was found
no guile: for they are without fault before the throne of God.”
Tetapi Alkitab juga membuatnya sangat jelas bahwa ada hal lain yang
istimewa tentang kelompok ini. Jika kita kembali ke Wahyu 14:1 Alkitab mengatakan,
“1 Dan aku memandang, dan melihat, seekor
Domba berdiri di bukit Sion, dan bersama dengan Dia ke seratus empat puluh empat ribu, yang punya nama Bapa-Nya tertulis …” di mana? “…di
dahi mereka…”
Nah, kita tahu bahwa di Alkitab nama-nama itu mewakili
karakter. Jadi kelompok ini, ya, mereka
akan memiliki karakter Kristus dalam hidup mereka, tetapi mereka juga akan
memiliki karakter Bapa. Wow! Dan kita tahu Yesus berkata, “Jika kamu sudah
melihat Aku, kamu sudah melihat Bapa.” (Yohanes 14:9) Tetapi lihat ayat 5, “…5 Dan di mulut mereka tidak ditemukan adanya penyesatan karena mereka
tidak bercela di hadapan takhta Allah.” (Wahyu 14:5).
Now it's amazing because when the
apostle Peter summarizes the life and character of Christ, he uses the same
exact words that John does in Revelation. Let's go to 1 Peter chapter 2, and
let's go to verse 21. 1 Peter 2:21 the Bible says, “21 For even hereunto were ye
called: because Christ also suffered for us, leaving us an example, that ye
should follow His steps...” Now watch this, verse 22, “…22 Who did no sin, neither was
guile found in His mouth…” The same exact thing we find of the 144’000 in Revelation
14:5.
Nah, mengagumkan karena ketika rasul Petrus menyimpulkan hidup dan karakter
Kristus, dia menggunakan kata-kata yang persis sama yang dipakai Yohanes di
Wahyu. Mari ke 1 Petrus pasal 2, dan mari ke ayat 21. 1 Petrus 2:21 Alkitab berkata,
“21 Sebab
untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kita, dan telah meninggalkan teladan bagi kita, supaya kamu mengikuti jejak-Nya…” Sekarang simak
ini, ayat 22, “…22 yang tidak berbuat dosa, maupun penyesatan tidak ditemukan di
mulut-Nya…” Kata-kata yang sama yang kita lihat tentang ke-144’000 di
Wahyu 14:5.
And in describing God's last day
generation notice how the prophet Zephaniah describes this group. In Zephaniah
3:13 the Bible says, “13 The remnant of Israel shall
not do iniquity, nor speak lies; neither shall a deceitful tongue be found in
their mouth…”.
So in describing the 144’000 and
describing the remnant of Israel in the last days, the Bible writers use the
same exact words to describe the character of Christ “did no sin, neither was
guile found in their mouth”. So clearly this group, the 144’000 is special in the
sense that they will possess in the darkest hour of earth's history the character of
Christ in their life fully revealed, and that, my friends, is an
amazing promise.
Dan dalam menggambarkan
generasi umat Allah akhir zaman, simak bagaimana nabi Zefanya menggambarkan
kelompok ini. Di Zefanya 3:13 Alkitab berkata,
“13
Yang tersisa dari Israel
tidak boleh melakukan kejahatan, maupun bicara dusta; juga
jangan ada lidah penyesat ditemukan dalam mulut mereka…”
Jadi dalam menggambarkan
ke-144’000 dan menggambarkan umat sisa Israel di akhir zaman, penulis-penulis
Alkitab menggunakan kata-kata yang persis sama untuk melukiskan karakter
Kristus, “tidak melakukan kejahatan, juga tidak ditemukan penyesatan di mulut
mereka”. Maka jelaslah kelompok
144’000 ini istimewa dalam pengertian di saat yang paling gelap dari sejarah dunia
mereka akan memiliki karakter Kristus
dalam hidup mereka yang dinyatakan secara utuh. Dan itu, teman-teman, adalah janji yang mengagumkan.
But I would like for us to take a
look at the following statement that we find in Great
Controversy page 613 because here we find many other features of this group,
and I quote Great Controversy 613. “When the third angel’s message
closes, mercy no
longer pleads for the guilty
inhabitants of the earth. The people of God have accomplished their work. They have received ‘the latter
rain’, ‘the refreshing from the presence
of the Lord’, and they are prepared
for the trying hour before them. Angels
are hastening to and fro in heaven. An angel returning
from the earth announces that his work is done; the final test has been brought
upon the world, and all who have proved themselves loyal to the divine precepts
have received
‘the seal of the living God.’. Then Jesus ceases His intercession in the Sanctuary
above. He lifts His hands and with a loud voice says, ‘It
is done’; and all the angelic host lay off their crowns as He makes the
solemn announcement: ‘He that is unjust, let him be unjust still: and he which is filthy, let him be filthy still: and he that is righteous, let him be righteous still:
and he that is holy, let him be holy still.” (Revelation 22:11). Every case has been decided for life or
death. Christ has made the atonement for His people and blotted out their sins. The number of His subjects
is made up…”
Tetapi saya ingi kita menyimak pernyataan berikut yang ada di Great
Controversy hal. 613 karena di sini kita temukan banyak fitur lain dari kelompok ini, dan saya
kutip, Great Controversy hal. 613, “…Ketika
pekabaran malaikat ketiga berakhir, kemurahan tidak lagi memohon bagi penduduk
bumi yang berdosa. Umat Allah telah menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka
telah menerima ‘hujan akhir’ (Yakobus 5:7), ‘waktu penyegeran akan
datang dari kehadiran Tuhan (Kisah
3:19), dan mereka sudah siap untuk jam yang sulit di hadapan mereka. Para
malaikat bergegas ke sana kemari di Surga. Satu malaikat yang kembali dari bumi mengumumkan bahwa pekerjaannya
sudah selesai; ujian terakhir telah dibawa kepada dunia dan semua yang telah
membuktikan diri mereka setia kepada ketentuan ilahi telah menerima ‘meterai Allah yang hidup’ (Wahyu 7:2). Lalu
Yesus menghentikan perantaraanNya di Bait Suci yang di atas. Dia mengangkat
tanganNya dan dengan suara yang nyaring berkata, ‘Sudah selesai’; dan semua
balatentara surgawi mencopot mahkota mereka ketika Dia membuat pengumuman yang
khidmad: 11 ‘Dia yang tidak
benar, biarlah ia tetap tidak benar, dan
dia yang cemar, biarlah ia tetap cemar;
dan dia yang benar, biarlah ia tetap benar;
dan dia yang kudus, biarlah ia tetap kudus.’ (Wahyu
22:11). Setiap kasus telah diputuskan untuk hidup
atau mati. Kristus telah membuat perdamaian bagi umatNya dan menghapus
dosa-dosa mereka. Jumlah rakyatNya sudah genap…”
So we find that there's clear evidence in the Bible and
the Spirit of Prophecy that this is a unique and special group, different from
all previous generations. So let's take a look here what we’ve just read.
1. this group, they live in the time
when mercy no longer pleads for the guilty.
2. they received the latter rain.
3. this group lives during the trying
hour, or in other words, the time of trouble, the time of Jacob's Trouble.
4. this group receives the seal of the
living God.
5. they live with no Mediator in the
heavenly Sanctuary, and
6. their sins have been blotted out. And
I’m going to trust and assume that we know the difference between having our
sins forgiven and our sins blotted out. There's a big difference.
Jadi kita lihat ada bukti yang
jelas di Alkitab dan Roh Nubuat bahwa ini adalah kelompok yang unik dan
istimewa, berbeda dari semua generasi sebelumnya. Jadi mari kita simak di sini
apa yang baru saja kita baca.
1. Kelompok ini, mereka hidup di
zaman ketika kemurahan tidak lagi memohon bagi orang yang berdosa.
2. Mereka telah menerima hujan
akhir.
3. Kelompok ini hidup di masa
yang sulit, atau dengan kata lain di Masa Kesukaran Besar, di Masa Kepicikan
Yakub.
4. Kelompok ini menerima meterai
Allah yang hidup.
5. Mereka hidup tanpa Perantara
di Bait Suci surgawi, dan
6. Dosa mereka telah dihapuskan.
Dan saya percaya dan berasumsi kita tahu bedanya antara dosa kita diampuni
dengan dosa kita dihapuskan. Ada perbedaan yang sangat besar.
So these are characteristics that no previous
generation has ever had, but the last two characteristics here I believe should
put the issue to rest, and what is that issue? Does this last generation live a life of
complete and total victory over sin? Well, based on this statement and
others and also what the Bible plainly teaches, the answer is most definitely Yes.
And my friends, I believe it is actually quite simple. I mean it's not rocket
science. When Jesus steps out of the Sanctuary and finishes His high priestly
work and no longer intercedes between God and man, probation then closes, and
then the pronouncement is made “…he which is filthy, let him be filthy still: …and he that is
holy, let him be holy
still.” (Revelation 22:11).
Jadi ada
karakteristik-karakteristik yang tidak pernah dimiliki oleh generasi-generasi
sebelumnya, tetapi dua karakteristk yang terakhir di sini, menurut saya sudah
menyelesaikan isunya. Isu apa? Apakah generasi
yang terakhir ini menghidupkan hidup yang telah menang secara menyeluruh atas
dosa? Nah, berdasarkan pernyataan ini dan pernyataan-pernyataan
yang lain, dan apa yang diajarkan Alkitab dengan gamblang, jawabannya pasti Ya.
Dan teman-teman, saya meyakini itu mudah sekali. Maksud saya ini bukan ilmu yang sulit. Ketika Yesus melangkah keluar dari Bait Suci dan menyelesaikan
pekerjaanNya sebagai Imam Besar dan tidak lagi menjadi Perantara antara Allah
dengan manusia, pintu kasihan menutup, dan kemudian pengumumannya dibuat, “dia yang cemar, biarlah ia tetap cemar; … dan dia yang kudus, biarlah ia tetap kudus.’ (Wahyu
22:11).
Now we're not told exactly how long it'll
be from
the time of the close of probation to the actual second coming of Christ.
It won't be one or two days, that we know for sure, but be it one week, one
month, or one year, the point is, if any one of God's people sin during that time,
and are still saved, then that means that people will be taken to heaven with
unconfessed and unforgiven sin; because when Jesus finishes His ministry in the
heavenly Sanctuary, forgiveness is no longer possible, salvation is no longer
possible. But if we believe that we cannot overcome sin, and that we're going
to keep on sinning up until the day that Christ comes ~ as many are saying ~
and still be saved, then that means that many will be saved with unforgiven,
unconfessed sins. And my friends, that destroys everything that Jesus did for
us on Calvary. To believe this, or to
claim that what is called Last Generation Theology ~ which is basically real Adventism
~ is to basically
change so much of the heart of Seventh-Day Adventism. We're not dealing here
with little minor issues, because if someone can be taken to heaven with
unforgiven sin, why can’t we all be taken to heaven without
forgiveness of sin?
Nah, kita tidak diberitahu
tepatnya berapa lama dari
saat tutupnya pintu kasihan hingga kekedatangan kedua Kristus yang aktual.
Itu tidak bakal dalam satu atau dua hari, itu pasti. Tetapi apakah itu dalam
waktu satu minggu, satu bulan, satu tahun, intinya adalah, jika ada umat Allah yang berbuat dosa selama waktu itu
dan dia masih selamat, maka itu berarti orang-orang akan dibawa ke Surga
bersama dengan dosa yang tidak diakui dan tidak diampuni; karena ketika Yesus
menyelesaikan pelayananNya di Bait Suci surgawi, pengampunan tidak mungkin
diberikan lagi, keselamatan tidak mungkin diberikan lagi. Tetapi jika kita
meyakini bahwa kita tidak bisa mengalahkan dosa, dan kita akan tetap berbuat
dosa hingga hari kedatangan Kristus ~ seperti yang dikatakan banyak orang ~ dan
tetap selamat, maka itu berarti banyak orang akan diselamatkan dengan dosa-dosa
yang tidak diakui dan tidak diampuni. Dan teman-teman, itu merusak semua yang
telah Yesus lakukan bagi kita di Kalvari. Meyakini itu, atau mengklaim bahwa apa yang disebut Theologi Generasi Terakhir ~ yang pada dasarnya adalah
Adventisme sejati ~ itu mengubah begitu banyak inti dari MAHKisme secara mendasar. Di sini kita tidak berurusan dengan isu-isu
kecil karena jika orang bisa dibawa ke Surga dengan dosa yang tidak diampuni,
mengapa kita semua tidak dibawa ke Surga tanpa pengampunan dosa?
But I would like for us all to notice
the following statement as we get more into it here this morning, because not only
will this group overcome sin, they will not even commit sins of ignorance
because all will have heard and worked in the fullness of the saving truths of
the gospel ~ because sins of ignorance must also be atoned for.
Notice Early
Writings page 254 I quote, “The minds of all who embrace this message
are directed to the Most Holy Place, where Jesus stands before the Ark, making His
final intercession for all those for whom mercy still lingers and for those who have ignorantly broken the Law of God. This
atonement is made for the righteous
dead as well as for the
righteous living. It includes
all who died trusting
in Christ, but who, not having received the light upon God’s commandments, had sinned ignorantly in transgressing its precepts.”
That's clear.
Tetapi saya mau kita semua
menyimak pernyataan berikut saat kita menggali lebih dalam tentang hal ini pagi
ini, karena kelompok ini bukan
saja akan mengalahkan dosa, mereka bahkan tidak akan melakukan dosa yang tidak
mereka ketahui, karena semua sudah pernah mendengar dan bekerja
dalam seluruh kebenaran injil yang menyelamatkan ~ karena dosa-dosa ketidaktahuan itu juga harus didamaikan.
Simak Early Writings
hal. 254, saya kutip, “…Pikiran semua yang menerima pekabaran ini diarahkan ke
Bilik Mahakudus di mana Yesus sedang berdiri di depan Tabut Perjanjian, membuat
perantaraanNya yang terakhir bagi semua yang masih ditunggu oleh kemurahan dan
bagi mereka yang karena ketidaktahuan telah melanggar Hukum Allah. Pendamaian
ini dibuat bagi orang-orang benar yang sudah mati maupun bagi orang-orang benar
yang masih hidup. Termasuk di dalamnya semua yang telah mati dengan percaya
dalam Kristus, tetapi yang karena tidak pernah menerima terang mengenai
Perintah-perintah Allah, telah berbuat dosa tanpa mengetahuinya dengan
melanggar ketentuan-ketentuannya.”
Ini jelas.
So we find that when probation closes, Jesus
ends His ministry in the Sanctuary on our behalf, and this final generation will live
without an Intercessor in the heavenly Sanctuary during post-probationary time,
and they will commit no sins not even the sins
of ignorance; because if they did so, then one of two things will
happen: either
1. they must be
eternally lost even though they received the seal of God or
2. they'll be saved
with unconfessed and unforgiven sins.
And neither of those two options
works.
Maka kita mendapatkan ketika pintu kasihan tutup,
Yesus mengakhiri pelayananNya di Bait Suci demi kepentingan kita, dan generasi terakhir
ini akan hidup tanpa adanya Perantara di Bait Suci surgawi selama masa
pasca-tutupnya pintu kasihan, dan mereka tidak
akan berbuat dosa, bahkan tidak juga dosa-dosa karena ketidaktahuan;
karena andaikan mereka berbuat dosa, salah satu dari dua hal ini yang akan terjadi:
1. mereka selamanya tidak selamat
walaupun mereka telah menerima meterai Allah, atau
2. mereka akan diselamatkan bersama dosa-dosa yang
belum diakui dan belum diampuni.
Dan kedua opsi ini tidak ada
yang mungkin.
Now it seems today though that many
doubt the words of Revelation 22:11 when that pronouncement is made, “…he which is filthy, let him be filthy still; and he that is
holy, let him be holy
still.” We can’t be holy and sin at the same
time, it doesn't work that way.
Nah, walaupun begitu, sepertinya hari ini banyak yang meragukan kata-kata Wahyu 22:11 ketika
pengumuman itu dibuat “dia yang
cemar, biarlah ia tetap cemar; … dan dia yang kudus, biarlah ia tetap kudus.” (Wahyu
22:11) Kita tidak
bisa menjadi kudus dan berdosa pada waktu yang sama, tidak jalan seperti itu.
But I would like for us to notice Great Controversy 615. I quote, “When God’s presence
was finally withdrawn from the
Jewish
nation, priests and people knew it not.
Though under the control of Satan, and swayed by the most horrible
and malignant passions, they still regarded themselves as
the chosen of God…” skipping down So when the irrevocable
decision of the
Sanctuary has been pronounced and the destiny of the world has been forever fixed, the inhabitants of the earth will know it not.
The forms of religion will be continued
by a people from whom the Spirit of God has been finally withdrawn…”
But the point is my friends, when
that decision in the Sanctuary is made, when that is pronounced, “he which is filthy, let him be filthy still;
and he that is holy, let him be holy still” it is fixed. But if we sin during
that time, again, we're either taken to heaven with unforgiven sin, which is
blasphemy, or we're eternally lost even we have the seal of God. This is not
rocket science, my friends, but when this irrevocable decision is made and that
pronouncement is declared, it is then that this end time generation will enter
into another unique experience, they will enter into the greatest trial ever
faced by any previous generation since Adam, they will enter into what is known
as The Time of Jacob's Trouble. And my friends, fearful are the trials that
this last generation, the 144’000 will endure.
Tetapi saya mau kita menyimak Great Controversy hal. 615, saya kutip, “…Ketika kehadiran
Allah akhirnya ditarik dari bangsa Yahudi, para imam dan umat tidak
menyadarinya. Walaupun di bawah kendali Setan dan diombang-ambingkan oleh nafsu
yang paling mengerikan dan jahat, mereka masih menganggap diri mereka sebagai
umat pilihan Allah…” melompat ke bawah, “…Maka ketika
keputusan Bait Suci yang tidak bisa dibatalkan, diumumkan, dan takdir dunia
telah dipastikan untuk selamanya, penduduk dunia tidak akan mengetahuinya.
Bentuk-bentuk lahiriah beragama akan
dilanjutkan oleh suatu umat yang darinya Roh Allah telah ditarik…”
Tetapi poinnya, teman-teman, ialah ketika keputusan itu dibuat di Bait
Suci, ketika keputusan itu diumumkan, “dia yang
cemar, biarlah ia tetap cemar; … dan dia yang kudus, biarlah ia tetap kudus.” (Wahyu
22:11) itu sudah
tidak bisa berubah. Jika selama waktu itu, kita berbuat dosa, kita akan dibawa ke Surga dengan dosa yang belum diampuni yang mana adalah hujatan terhadap Allah, atau kita selamanya tidak selamat walaupun
kita memiliki meterai Allah. Ini bukan hal yang sulit, teman-teman, tetapi
ketika keputusan yang tidak bisa diubah ini dibuat dan pengumuman itu
dinyatakan, pada saat itulah generasi akhir zaman ini akan masuk ke dalam
pengalaman lain yang unik. Mereka akan masuk ke dalam ujian yang terbesar yang
pernah dihadapi oleh generasi-generasi yang lampau mana pun sejak Adam, mereka akan masuk
ke apa yang dikenal sebagai Masa Kepicikan Yakub. Dan teman-teman, ujian-ujian
yang akan dirasakan generasi terakhir ini, ke-144’000 ini, sangat mengerikan.
I’d like to take our time to look at
this statement here, Great Controversy 618,
I quote, “As
Satan influenced Esau to march against Jacob, so he will stir up the wicked to destroy God’s people
in the time of trouble.
And as he accused Jacob, he
will urge his accusations against the people of God. He numbers the world as
his subjects; but the little company who keep the commandments of God are resisting his supremacy. If he could blot them from the earth, his triumph
would be complete. He sees that holy angels are guarding them, and he infers
that their sins have been pardoned; but he does
not know that their cases have been decided in the Sanctuary above. He has
an accurate knowledge of the sins which he has tempted them to commit, and he presents these before
God in the most exaggerated light, representing this people
to be just as deserving as himself of exclusion
from the favor of God. He declares
that the Lord cannot in justice forgive
their sins and yet destroy him and his angels. He claims them as
his prey and demands
that they be given into his hands to destroy….” Now watch this, “As Satan accuses the people of God on account of their sins, the Lord permits him to try them to the uttermost. Their confidence in God, their
faith and firmness, will be severely tested. As they review the past, their hopes sink; for in their whole lives they can see little good.
They are fully conscious
of their weakness and unworthiness.
Satan endeavors to terrify them with the thought that their cases are hopeless,
that the stain of their defilement
will never be washed away. He hopes so to
destroy their faith that they will yield to his temptations and turn from their allegiance to God.”
So we find here Satan ~ probation is
closed now ~ and he's throwing our sins, our past sins into God's face, telling
God, “You can't forgive them and yet destroy me. Look at their sins! Look at
what they've done.” And then he comes after them by tempting them with the
thoughts that their cases are hopeless. Now notice, he doesn't tempt them to sin, but he
tempts them with the thoughts that they cannot possibly be forgiven, that they
cannot possibly be accepted by God.
Saya ingin membawa kita untuk menyimak pernyataan ini, Great
Controversy hal. 618, saya kutip, “…Sebagaimana Setan
mempengaruhi Esau untuk maju melawan Yakub, demikianlah dia akan membangkitkan orang-orang jahat untuk membinasakan umat Allah di
Masa Kesukaran Besar. Dan sebagaimana dia menuduh Yakub, dia akan mendesakkan tuduhan-tuduhannya terhadap umat Allah. Dia
menghitung dunia sebagai rakyatnya; tetapi kelompok kecil yang memelihara Perintah-perintah Allah sedang menolak tunduk kepadanya. Kalau dia bisa melenyapkan mereka dari bumi, kemenangannnya
lengkap. Dia melihat bahwa malaikat-malaikat kudus sedang menjaga mereka, dan
dia menarik kesimpulan bahwa
dosa-dosa mereka sudah diampuni, tetapi dia tidak tahu bahwa kasus-kasus mereka
telah diputuskan di Bait Suci surgawi. Dia memiliki pengetahuan yang akurat
tentang dosa-dosa yang telah mereka buat atas bujukannya kepada mereka, dan dia
menyampaikan ini di hadapan Allah, dalam presentasi yang dibesar-besarkannya,
bahwa orang-orang ini sama layaknya seperti dirinya untuk disisihkan dari kebaikan Allah. Dia menyatakan bahwa
Tuhan dalam keadilanNya tidak bisa mengampuni dosa-dosa mereka tetapi
membinasakan dia dan malaikat-malaikatnya.. Dia mengklaim mereka sebagai
mangsanya dan menuntut mereka diserahkan ke dalam tangannya untuk dibinasakan.
…” Sekarang simak ini, “…Saat Setan
menuduh umat Allah tentang dosa-dosa mereka, Tuhan mengizinkan dia untuk
mencobai mereka seberat-beratnya. Kepercayaan mereka dalam Allah, iman mereka,
dan keteguhan mereka akan diuji sampai ke puncaknya. Sementara mereka mengingat masa lampau, harapan mereka
jatuh, karena dalam seluruh hidup mereka, mereka hanya bisa melihat sedikit yang baik. Mereka
sepenuhnya sadar akan kelemahan dan ketidaklayakan mereka. Setan berusaha
meneror mereka dengan pikiran bahwa kasus-kasus mereka tidak ada harapan, bahwa
noda kecemaran mereka tidak pernah akan dibasuh hilang. Dia berharap dengan
demikian akan menghancurkan iman mereka sehingga mereka akan menyerah kepada
pencobaan-pencobaannya dan mengalihkan mereka dari kesetian mereka kepada
Allah. …”
Jadi kita dapatkan di sini Setan ~ pintu kasihan sekarang sudah tutup ~ dan
dia sedang melemparkan dosa-dosa kita, dosa-dosa masa lampau kita ke depan
Allah, mengatakan kepada Allah, “Engkau tidak bisa mengampuni mereka tetapi
membinasakan aku. Lihat dosa-dosa mereka! Lihat apa yang telah mereka lakukan!”
Kemudian Setan mengejar mereka dengan mencobai mereka dengan pikiran-pikiran
bahwa kasus mereka itu tidak ada harapan. Setan
tidak mencobai mereka untuk bikin dosa, tetapi dia mencobai mereka dengan
pikiran-pikiran bahwa mustahil mereka bisa diampuni, bahwa mereka tidak mungkin
bisa diterima Allah.
Now why does he tempt them with this?
Because these saints have already overcome all sins, and there's nothing that Satan
could throw at them to cause them to sin. And therefore because they're now reflecting
the character Christ, he must come at them at a different angle, to get them to
cast off their faith, destroy their faith, cause them to believe that they
cannot be accepted by God, and then hopefully he can get them to sin. But this
generation, my friends, they're holding on to God for dear life,
and even though they are persecuted, surrounded by enemies, what is their main
fear? What's their main fear? Is it death? No! I can assure you.
Nah, mengapa Setan mencobai
mereka dengan ini? Karena orang-orang kudus ini sudah mengalahkan semua dosa,
tidak ada lagi yang bisa dilemparkan Setan kepada mereka yang bisa membuat
mereka berbuat dosa. Dan oleh karena itu, karena sekarang mereka memantulkan
karakter Kristus, Setan harus datang pada mereka dari sudut yang lain, untuk
membuat mereka membuang iman mereka, menghancurkan iman mereka, membuat mereka
meyakini bahwa mereka tidak bisa diterima Allah, lalu berharap dia bisa membuat
mereka berbuat dosa. Tetapi
generasi ini, teman-teman, mereka memegang Allah dengan sekuat tenaga mereka,
dan walaupun mereka dipersekusi, dikepung oleh musuh, apakah ketakutan terbesar
mereka? Apa yang paling mereka takuti? Apakah kematian? Tidak! Saya
pastikan itu.
I quote Great Controversy 619, “Though God’s people will be
surrounded by enemies who are bent upon their destruction, yet the anguish
which they suffer is
not a dread of persecution for the truth’s sake; they fear that every sin has not been repented of, and that through some fault in
themselves
they will fail to realize
the fulfillment of the Saviour’s promise: I ‘will keep thee from the hour of
temptation, which shall come upon all the world.’ (Revelation 3:10). If they could have the assurance
of pardon they would not shrink from torture or death;
but should they prove unworthy, and lose their lives because of their
own defects of character, then God’s holy name would be reproached.”
What is their main fear? Their main
fear is, is there still something in me
that is an offense to God? Is there something in me that will bring
dishonor to God's name? Their main worry is not themselves, but their main
worry is, “Lord, please let me not dishonor You. Let me not give You a bad name.” But these
people, they will not dishonor God, and why is that? Because just like
the three Hebrews, they were so settled into the truth, they were so in love
with their God, they would rather die than sin against their God,
they'd rather die than bring reproach against God's name.
Saya kutip, Great Controversy hal. 619, “…Walaupun umat Allah akan dikepung oleh musuh-musuh
yang bertekad untuk menghancurkan mereka, namun kesedihan yang mereka derita
bukanlah takut dipersekusi demi kebenaran; mereka takut kalau setiap dosa belum
ditobati, dan entah melalui kesalahan apa pada mereka sendiri, mereka akan
gagal merealisasikan penggenapan janji Sang Juruselamat bahwa ‘Aku pun akan memelihara engkau dari saat pencobaan
yang akan datang ke atas seluruh dunia’ (Wahyu
3:10). Jika
mereka bisa memiliki jaminan pengampunan, mereka tidak akan takut dari siksa
atau kematian; tetapi sekiranya mereka terbukti tidak layak, dan kehilangan
nyawa mereka karena cacat karakter mereka sendiri, maka nama Allah yang kudus
akan dipermalukan. …”
Apa ketakutan utama mereka? Ketakutan
utama mereka adalah, apakah masih ada sesuatu di dalam diriku yang menyakiti
hati Allah? Apakah ada sesuatu dalam diriku yang akan
mempermalukan nama Allah? Kekhawatiran utama mereka bukanlah tentang diri
mereka sendiri. Tetapi kekhawatiran utama mereka ialah, “Tuhan, mohon supaya
aku tidak mempermalukan Engkau. Jangan sampai aku memberiMu nama yang buruk.”
Tetapi orang-orang ini,
mereka tidak akan mempermalukan Allah, dan mengapa begitu? Karena sama seperti
ketiga orang pemuda Ibrani, mereka begitu
mantap dalam kebenaran, mereka begitu mengasihi Allah mereka, mereka
lebih baik memilih mati daripada berbuat dosa melawan Allah mereka, mereka
lebih baik memilih mati daripada mendatangkan aib pada nama Allah.
And just like Jesus, who on the cross
could not see the Father, could not hear the Father, could not feel the Father,
so too will this group feel totally cut off from God. And just like Jesus
who could only look back and recall the experience that He has had with the
Father, that relationship that He has had, and based on that relationship Jesus
could say, “Though I can't hear You, I can't feel You, I don't see You, but
based on My past experience I know I can trust You.” So with the 144’000
point to their past repentance, and even though in this darkest hour of earth's history,
when all of earth and hell are united to destroy God's people, they will not
sin. So settled in the truth, so in love with the Lord, and even though they
cannot feel God, even though they’re cut off, based on their past experience
with the Lord, “Lord, we don't hear You, we don't see You, we don't feel You,
but Lord, we know we can trust You, and therefore nothing will cause us to
bring dishonor to Your name.”
Dan sama seperti Yesus yang di atas salib tidak bisa melihat Bapa, tidak
bisa mendengar Bapa, tidak bisa merasakan kehadiran Bapa, demikian juga kelompok ini, akan merasa sama
sekali terpisah dari Allah. Dan sama seperti Yesus yang hanya
bisa melihat ke belakang dan mengingat pengalaman yang dimilikiNya bersama
Bapa, hubungan yang sudah dimilikiNya, dan atas dasar hubungan tersebut Yesus
bisa berkata, “Walaupun Aku tidak bisa mendengarMu, Aku tidak bisa merasakan
kehadiranMu, Aku tidak bisa melihatMu, tetapi berdasarkan pengalamanKu yang
lalu, Aku tahu Aku bisa mengandalkan Engkau.” Demikian pula dengan ke-144’000 yang menunjuk ke
pengalaman masa lalu mereka, dan walaupun di saat yang paling kelam dari sejarah dunia,
ketika seluruh dunia dan neraka bersatu untuk membinasakan umat Allah, mereka
tidak akan berbuat dosa. Mereka begitu mantap dalam kebenaran, begitu mengasihi
Tuhan, dan walaupun mereka tidak bisa merasakan kehadiran Allah, walaupun
mereka dipisahkan, tetapi berdasarkan pengalaman masa lampau mereka bersama
Tuhan, “Tuhan, kami tidak mendengar Engkau, kami tidak melihat Engkau, kami
tidak merasa kehadiranMu, tetapi Tuhan, kami tahu kami bisa mengandalkan
Engkau, dan oleh sebab itu tidak ada apa pun yang akan membuat kami
mempermalukan namaMu.”
To human sight this last generation
will appear to be a hopeless state, doomed to be exterminated, and in fact if
God does not intervene, they will be exterminated.
Great Controversy
622 Ellen White says, “It is often the case
that trouble is greater in anticipation than in reality, but this is
not true of the crisis before us. The
most vivid presentation…”
today we could
say the most vivid movie
“…cannot reach the
magnitude of the ordeal. In that time
of trial every soul must stand for himself before God.”
But though it appears that it is
inevitable that they will be destroyed, this end time generation will claim the
promises of God and they will hold on to God's promises, and they will not let
go.
Bagi penglihatan manusia, generasi terakhir ini akan tampak berada dalam
kondisi yang tidak punya harapan, ditakdirkan untuk dilenyapkan, dan
sesungguhnya jika Allah tidak mengintervensi, mereka akan dilenyapkan.
Great
Controversy hal. 622, Ellen White berkata,
“…Seringkali kesukaran yang kita bayangkan itu lebih besar daripada
kenyataannya, tetapi dalam hal krisis yang ada di hadapan kita, itu tidak demikian. Presentasi yang paling hidup…” hari ini kita bisa mengatakan
film yang paling hidup, “…tidak bisa menyamai keparahan kesukaran itu.
Di masa pencobaan itu, setiap orang harus
berdiri sendiri di hadapan Allah…”
Tetapi walaupun tampaknya tidak terelakkan mereka akan dibinasakan,
generasi akhir zaman ini akan mengklaim janji-janji Allah dan mereka akan
memegang erat-erat janji-janji Allah, dan mereka tidak akan melepaskan pegangan
mereka.
But why is it that God allows this final generation to
endure such a time of trial, of trouble? What is God trying to prove? What's
the point to all this? Well, when we take a look at the plan of salvation, we
find that there are two groups of unfallen beings:
1.
You have the unfallen angels and then
2.
you have the unfallen inhabitants of
the millions and perhaps billions of worlds that God has created.
And they are different from us in the fact that unlike us they
have not sinned. And these unfallen beings require perfect assurance, that in
the ceaseless ages of eternity sin will never rise again. And for them
God provides this assurance. they become witnesses to the unparalleled
tests and trials that God's final generation, the 144’000 in the darkest hour
of human history had to endure.
Tetapi mengapa Allah
mengizinkan generasi terakhir ini mengalami suatu masa pencobaan, masa
kesukaran seperti ini? Apa yang mau dibuktikan Allah? Apa tujuan
semua ini? Nah, bila kita simak rancangan keselamatan, kita mendapatkan ada dua
kelompok makhluk-makhluk yang tidak berdosa:
1. Ada malaikat-malaikat yang
tidak jatuh dalam dosa, kemudian
2. Ada penghuni-penghuni yang tidak jatuh dalam dosa dari jutaan mungkin milyaran dunia yang telah
diciptakan Allah.
Dan mereka berbeda dari kita dalam hal mereka tidak seperti kita, mereka
tidak pernah berbuat dosa. Dan makhluk-makhluk yang tidak pernah berdosa ini
minta jaminan yang pasti bahwa nanti di masa kekekalan yang tak ada ujungnya, dosa tidak akan pernah muncul lagi. Dan bagi merekalah Allah memberikan jaminan ini,
mereka menjadi saksi-saksi dari ujian-ujian dan kesulitan-kesulitan yang tidak ada tandingannya,
yang harus ditanggung oleh generasi terakhir Allah, ke-144’000 di saat sejarah
kemanusiaan yang paling kelam.
And then it will be seen that two completely different and
distinct classes of people have been formed and developed here on earth:
1. On the one hand are the lost,
those
who have demonstrated that even if they were provided with the loving pleading
of the Holy Spirit for eternity they will never respond to the call of
salvation.
2. On the other hand, are those who have
demonstrated that even if Satan were permitted to tempt them for eternity, they
will never sin against their God.
And that my friends, is an amazing contrast. And in this
demonstration the universe is secure, never will an unfallen created being be
left in the least doubt that sin will never rise again. Never will there be in the universe the least fear that the
redeemeds from earth will rebel and once again infect the universe with sin.
Kemudian akan terlihat akan
ada dua golongan manusia yang sama sekali berbeda, yang terbentuk dan
berkembang di bumi ini:
1. Di satu sisi mereka yang tidak
selamat,
mereka yang telah
mendemonstrasikan bahwa seandainya mereka disediakan permohonan
penuh kasih dari Roh Kudus untuk selama-lamanya pun, mereka tidak akan pernah menanggapi panggilan keselamatan.
2. Di sisi yang lain, ialah
mereka yang telah mendemonstrasikan bahwa walaupun Setan diizinkan mencobai
mereka untuk selama-lamanya, mereka tidak akan pernah berbuat dosa melawan
Allah.
Dan ini, teman-teman, adalah
kontras yang mengagumkan. Dan dalam demonstrasi ini, alam semesta mendapat
kepastian, bahwa tidak akan pernah lagi ada makhluk ciptaan yang tidak pernah jatuh
dalam dosa, dibiarkan
dalam keraguan sekecil apa pun, bahwa dosa tidak akan muncul
lagi. Di alam semesta tidak akan
pernah ada lagi kekhawatiran sedikit pun bahwa mereka yang ditebus dari bumi
akan memberontak dan sekali lagi menjangkiti alam semesta dengan dosa.
So what's the difference between this group and all other
generations? Well, again:
1. this is the only generation of
redeemed people who will never taste death.
2. they'll be the only generation who
will be sealed with the seal of the living God mentioned in Revelation 7.
3. they're the only generation to be
completely without fault,
unlike
previous generations of saints, the 144’000 commit no sin, not even the sin of ignorance.
4. they unlike any other generation,
they
live in the darkest hour of human history without a Mediator in the Sanctuary.
5. they go through the time of trouble
such as never was since there was a nation.
6. their sins have been blotted out.
Jadi apa perbedaan antara
kelompok ini dan semua generasi yang lain? Nah, kembali lagi:
1. Inilah satu-satunya generasi
umat tebusan yang tidak merasakan kematian.
2. Mereka akan menjadi
satu-satunya generasi yang akan dimeteraikan dengan meterai Allah yang hidup
yang disebutkan di Wahyu pasal 7.
3. Mereka inilah satu-satunya
generasi yang tidak bercela,
tidak seperti
generasi-generasi orang-orang kudus sebelumnya; ke-144’000 tidak berbuat dosa,
bahkan dosa ketidaktahuan pun tidak.
4. Berbeda dari generasi-generasi
yang lain,
mereka hidup di masa paling
kelam sejarah kemanusiaan tanpa Perantara di Bait Suci.
5. Mereka mengalami Masa
Kesukaran Besar yang seperti itu tidak pernah ada sejak adanya suatu bangsa.
6. Dosa mereka telah dihapuskan.
That's why Ellen White in Great
Controversy page 648 she writes, “…None but the 144’000 can learn that song…” the song of
Moses “…for it is the
song of their experience, an experience
such as no other company have ever had…”
Itulah mengapa Ellen White di Great
Controversy hal. 648 menulis, “…Hanya ke-144’000 yang bisa belajar nyanyian itu…” nyanyian Musa,
“…karena inilah nyanyian pengalaman mereka, suatu pengalaman yang tidak
pernah dimiliki kelompok yang lain…”
But we must now ask an even more
specific question that directly involves this group. We know that Jesus in His
life and death vindicated the character of God. Jesus answered saints
accusations. But when Jesus died, the great controversy did not end, even
though Jesus proved that God's Law was fair and just, and that it could be
obeyed, the controversy did not end. Because if it did, why would God allow
2’000 years of suffering and horrific human history to continue? I mean what's
the point?
Tetapi sekarang kita harus
menanyakan pertanyaan yang lebih spesifik yang langsung melibatkan kelompok
ini. Kita tahu bahwa Yesus melalui hidup dan matiNya telah membuktikan kebenaran karakter Allah. Yesus sudah menjawab tuduhan-tuduhan kepada orang-orang kudus. Tetapi ketika Yesus mati, pertentangan besar itu tidak
berakhir walaupun Yesus sudah membuktikan bahwa Hukum Allah itu adil dan benar,
dan bahwa itu bisa dipatuhi, tapi pertentangannya tidak berakhir. Karena
andaikan itu berakhir, mengapa Allah mengizinkan 2’000 tahun lagi penderitaan
dan sejarah kemanusiaan yang mengerikan untuk berlanjut? Untuk apa?
I bring your attention to Desire of Ages page 761 and here the context
is Jesus died on the cross, here's what happened, I quote, “Satan saw that his
disguise was torn away. His administration was laid open before the unfallen angels and before the heavenly universe. He had revealed himself as a murderer. By shedding the blood
of the Son of God, he had uprooted himself from the sympathies of the
heavenly beings…” up to the cross Lucifer still had
sympathizers in heaven, it's amazing. “…Henceforth his work was restricted. Whatever attitude he might assume,
he could no longer await the angels
as they came from the heavenly courts, and before them accuse Christ’s
brethren of being clothed with the garments
of blackness and the defilement of sin.
The last link of sympathy between Satan and the heavenly world was broken….” Wow! Just blows your mind that even
to the point of the cross he still had sympathizers in heaven, but at the cross
he was unmasked, it was broken. But now watch this, “…Yet Satan
was not then destroyed. The angels did not even then understand
all that was involved in the great controversy. The principles at stake were to be more fully revealed.
And for the sake of man, Satan’s existence must be
continued. Man as well as angels must
see the contrast between the Prince of light
and the prince of darkness. He must choose whom he will serve....”
So even at the cross the great controversy was not yet fully completed.
Saya mengarahkan perhatian kalian ke Desire of Ages hal. 761 dan di sini konteksnya ialah
kematian Yesus di salib, inilah yang terjadi, saya kutip, “…Setan melihat
penyamarannya telah terbongkar, pemerintahannya terbuka di depan para malaikat
yang tidak berdosa dan di depan seluruh alam semesta. Dia telah menyatakan
dirinya sebagai pembunuh. Dengan menumpahkan darah Anak Allah, dia telah
mencabut dirinya dari simpati makhluk-makhluk surgawi…” sebelum peristiwa salib, Lucifer masih punya simpatisan di Surga,
mengagumkan. “…Mulai saat itu pekerjaannya terbatas.
Sikap apa pun yang dipakainya, dia tidak bisa lagi menunggu para malaikat yang datang dari pengadilan
surgawi, dan di hadapan mereka mendakwa bahwa saudara-saudara Kristus itu
berjubahkan kegelapan dan kenajisan dosa. Mata rantai simpati yang terakhir antara Setan dengan
dunia surgawi pun putus…” Wow! Menakjubkan, bahwa hingga
sampai di salib pun Setan masih punya simpatisan di Surga, tetapi di salib
kedoknya terbuka, rantai simpati itu pun putus. Tetapi sekarang simak ini, “…Namun demikian Setan tidak dibinasakan pada waktu itu.
Para malaikat bahkan pada saat itu tidak paham semua yang terlibat dalam
pertentangan besar. Prinsip-prinsip yang dipertaruhkan akan diungkapkan lebih
menyeluruh. Dan demi manusia, eksistensi Setan harus dilanjutkan. Manusia maupun para malaikat harus
melihat kontras antara Pangeran Terang dan pangeran kegelapan. Dia harus
memilih siapa yang mau dilayaninya…” Jadi bahkan saat di salib, pertentangan besar itu masih belum seluruhnya
selesai.
But the question is, what more was
needed? I mean what principles at stake still needed to be more fully revealed?
What else? Well, in simple words, God was looking down to judgment day and on that day
all created beings in the universe, fallen and unfallen, will take one long
final look at how God vindicated His character in the face of Satan's charges. You
see, God knew that Satan would charge that in reality Jesus proved nothing,
because Jesus had proven only what God could do under human conditions, not
what created beings could do without the advantage of being God. And God knew
that such questions had to be answered. He would have to prove that sinful human beings
could also by the power of the same Holy Spirit that enabled Jesus, that we
could be kept from sinning. And such a demonstration would forever
settle all questions regarding the fairness of God. So the final settling of
the great controversy that still must take place, and the Lord will not return until
everything is settled, and that, my friends is why since 1844 there has
been a special urgency upon those who believe and understand that God is
waiting for a generation who will respond to the call of heaven and
will actually pray to hold back the winds until all of God's servants are
sealed in their foreheads, because those who help settle the great controversy and
vindicate the character of God are called those who keep the Commandments of God and have the faith of Jesus.
Tetapi pertanyaannya ialah,
apa lagi yang diperlukan? Maksud saya, apa prinsip-prinsip yang
dipertaruhkan yang masih perlu dinyatakan lebih lengkap? Apa lagi? Nah, dengan
kata-kata yang sederhana, Allah menantikan hari penghakiman, dan pada hari itu semua makhluk
ciptaan di alam semesta, yang berdosa maupun yang tidak, akan melihat dengan
seksama untuk terakhir kalinya bagaimana Allah telah membuktikan
kebenaran karakterNya di hadapan tuduhan-tuduhan Setan. Kalian lihat, Allah sudah tahu Setan akan mendakwa bahwa sesungguhnya
Yesus tidak membuktikan apa-apa, karena Yesus hanya membuktikan apa yang bisa
dilakukan Allah dalam kondisi manusia, bukan apa yang bisa dilakukan
makhluk-makhluk ciptaan tanpa keunggulan sebagai Allah. Dan Allah tahu bahwa
pertanyaan-pertanyaan seperti ini harus dijawab. Allah akan harus membuktikan bahwa manusia yang berdosa
dengan kuasa Roh Kudus yang sama yang memampukan Yesus, kita juga bisa
dipelihara dari berbuat dosa. Dan demonstrasi seperti ini akan
selamanya menyelesaikan semua pertanyaan tentang keadilan Allah. Jadi
penyelesaian terakhir pertentangan besar masih harus terjadi, dan Tuhan tidak akan kembali hingga
segalanya diselesaikan, dan itu, teman-teman, ialah mengapa
sejak 1844 ada urgensi yang istimewa bagi mereka yang meyakini dan memahami
bahwa Allah sedang menantikan satu generasi yang akan merespon
panggilan Surga dan yang benar-benar berdoa
agar angin-angin terus ditahan hingga semua hamba Allah dimeteraikan di dahi
mereka, karena mereka yang
membantu menyelesaikan pertentangan besar dan membuktikan
kebenaran karakter Allah, mereka itu disebut yang memelihara Perintah-perintah Allah dan memiliki
iman Yesus.
Now we know when we heard earlier
this week that there's a direct relationship between the work of Jesus in the Most Holy
Place and His work in the lives of His followers on earth. And one of
the most urgent messages of the Sanctuary doctrine is that something special is
required of God's followers in terms of character development that may not have
been so crucial to the development of the church in ages past, God's people
attaining the quality of faithfulness that He waits for, and which He's willing
to give the power to achieve. It significantly affects how soon Jesus can
finish His work in the Most Holy Place. And the urgency that should be seen
among us, rests upon the fact that in entering the Most Holy Place in 1844, our
High Priest began the last phase of His mediatorial work which involves the
character of the last generation.
Nah, kita tahu ketika kita
mendengarnya di awal minggu ini bahwa ada
hubungan langsung antara pekerjaan Yesus di Bilik Mahakudus dan pekerjaanNa
dalam hidup para pengikutNya di bumi. Dan salah satu pekabaran
yang paling urgen dari doktrin Bait Suci ialah ada yang istimewa yang dituntut
dari pengikut-pengikut Allah dalam hal perkembangan karakter mereka ~ yang mungkin tidak begitu krusial di perkembangan gereja di abad-abad yang
lalu ~ yaitu umat Allah mencapai mutu kesetiaan yang ditunggu
Allah, dan untuk mana Dia bersedia memberi kuasa untuk mencapainya. Itu secara
signifikan mempengaruhi betapa cepatnya Yesus bisa menyelesaikan pekerjaanNya
di Bilik Mahakudus. Dan keurgenan yang harus tampak di antara kita bersandar
pada fakta bahwa dengan masuknya Imam Besar kita ke Bilik Mahakudus di tahun
1844, Dia memulai fase terakhir dari pekerjaan perantaraanNya, yang melibatkan
karakter dari umat generasi terakhir.
And it was actually God's plan to
complete this work over years ago, but the delay has definitely not been His
fault. My friends, He longs for His people to be so settled into the truth, so
at home with His way of life, that He can seal them with His seal of
approval, and then point them without
failure and without embarrassment to the onlooking universe, “Look, here they are, here are those that
keep My Commandments and have the faith of Jesus.” He longs to announce the
end of the great controversy.
Dan sebenarnya adalah rencana
Allah untuk mengakhiri pekerjaan ini bertahun-tahun yang lalu, tetapi penundaan
itu jelas bukan salahNya. Teman-teman, Allah merindukan umatNya akan begitu
mantap dalam kebenaran, akan begitu alami dengan cara hidupNya, sehingga Dia
bisa memeteraikan mereka dengan meterai perkenanNya, kemudian menunjukkan mereka tanpa rasa gagal dan tanpa rasa malu kepada alam semesta yang
sedang menyaksikan, “Lihat, ini mereka, inilah mereka yang memeihara Perintah-perintahKu dan
memiliki iman Yesus.” Allah rindu
mengumumkan berakhirnya pertentangan besar itu.
But this brings us back to the main question, is sin
inevitable? Can we overcome sin? In other words, the ministry of Christ in the Sanctuary
to not only forgive but to empower the work that He does for us, and in us,
does it work? I mean will it ever work? The ministry of Jesus in the Most Holy
Place, does it work? This is the question facing not only earth but the
universe. And this is the question that Satan throws in God's face, because
when you look at the world today, my friends, I mean come on, century after
century of sin, it adds to the hurt of the cross, and the heart of Jesus who
promised that His grace is sufficient to save His people not in their sins, but
from their sins, is it? I mean is it
sufficient enough?
Tetapi ini membawa kita kembali ke pertanyaan utamanya, apakah dosa tidak bisa dihindari?
Bisakah kita mengalahkan dosa? Dengan kata lain, ministri Kristus di Bait Suci yang tidak saja untuk mengampuni
melainkan juga untuk memampukan pekerjaan yang Dia lakukan bagi kita dan dalam
kita, apakah itu ada hasilnya? Maksud saya, apakah itu akan pernah
ada hasilnya? Ministri Yesus di Bilik Maha Kudus, apakah itu ada hasilnya?
Inilah pertanyaan yang dihadapi bukan saja oleh dunia melainkan seluruh alam
semesta. Dan inilah pertanyaan yang dilemparkan Setan ke depan Allah, karena
bila kita melihat dunia hari ini, teman-teman, ayolah jujur, berabad-abad dosa,
itu menambah kepada derita salib, dan hati Yesus, yang telah berjanji bahwa
rahmatNya cukup untuk menyelamatkan umatNya bukan bersama dosa-dosa mereka,
tetapi dari dosa-dosa mereka, iya kan? Maksud saya, apakah memang cukup?
Well, we today, we've the privilege
of entering the heavenly Sanctuary by the blood of Jesus, amen? And when we truly
enter the Sanctuary, and enter into fellowship
with our High Priest, there is then a sincere desire to condemn sin in the flesh,
we'll develop a hatred towards sin, because claiming the name of Jesus but not
His power to overcome, that my friends is a false gospel. Let me say that
again, claiming
the name of Jesus, His forgiveness, His grace, but not the power to overcome as
He overcame, that is a false gospel.
Nah, hari ini, kita punya hak
istimewa masuk ke Bait Suci surgawi melalui darah Yesus, amin? Dan ketika kita
benar-benar masuk ke Bait Suci dan masuk
untuk bersekutu dengan Imam Besar kita, maka ada keinginan yang tulus untuk
menghukum dosa dalam daging, kita akan menjadi benci terhadap dosa,
karena mengklaim nama Yesus saja tapi tanpa kuasaNya untuk mengalahkan dosa,
itu teman-teman, adalah injil yang palsu. Saya akan mengatakan itu lagi, mengklaim nama Yesus,
pengampunanNya, rahmatNya, tetapi bukan kuasaNya untuk mengalahkan dosa
sebagaimana Dia mengalahkan, itu adalah injil palsu.
Satan doesn't mind if you focus on
God's forgiveness, if you ignore the
power. He doesn't care. And that is why, my friends, today all we hear about
today is the cross, we
hear very little about the work of Jesus in the Sanctuary, hardly any at all. That is a Satanic strategy.
So the continuing sinning of God's people becomes a very important element in
whether there is anything effective about what is going on in the heavenly
Sanctuary. I mean, does it work? Who's right? Satan or God? When we look at the
world around us, it seems that Satan is right.
And so the issue focuses then on
whether Jesus is able or not, I mean is He truly an all-powerful Mediator,
because if He cannot cleanse a sinner from his sins, if His grace is not
sufficient to keep His followers from falling into sin, if His high priestly
intercession is not able to keep us from falling, then Satan is ultimately
right and God is unfair, God is asking the impossible. But, my friends, praise
God, because that is not the case. We can overcome. And how do we know?
Because we have the man Christ Jesus
who has proved Satan to be a liar. And for this reason, Jesus had to be “made like unto
His brethren” in every respect, “tempted in all ways like we are, and yet without sin”. And in proving
Satan a liar, Jesus vindicated the justice of God. He is the living witness
that human beings this side of the fall, this side of eternity, can resist and
overcome sin; and that God has not asked the impossible.
Setan tidak keberatan jika
kita fokus pada pengampunan Allah, asalkan kita mengabaikan kuasaNya. Dia tidak
perduli. Dan itulah mengapa, teman-teman, hari ini yang kita dengar ialah
salib, kita sangat sedikit mendengar tentang pekerjaan Yesus di Bait Suci,
nyaris tidak ada sama sekali. Ini adalah strategi Setan.
Jadi berlanjutnya umat Allah
terus berbuat dosa menjadi unsur yang sangat penting dalam apakah ada
yang efektif tentang apa yang sedang terjadi di dalam Bait Suci surgawi. Maksud
saya, apakah itu ada hasilnya? Siapa yang benar? Setan atau Allah? Kalau kita
melihat dunia di sekitar kita, sepertinya yang benar Setan.
Maka isunya berfokus pada
apakah Yesus sanggup atau tidak, maksud saya, apakah Yesus sungguh-sungguh
Perantara yang mahakuasa, karena jika Dia tidak bisa mentahirkan seorang
pendosa dari dosa-dosanya, jika rahmatNya tidak cukup menjaga para pengikutNya
dari jatuh dalam dosa, jika perantaraanNya sebagai Imam Besar tidak mampu
mencegah kita dari berbuat dosa, maka pada akhirnya yang benar Setan dan Allah
itu tidak adil, Allah minta yang mustahil. Namun, teman-teman, puji Allah,
karena tidak begitu halnya. Kita
bisa mengalahkan. Dan bagaimana kita tahu itu?
Karena kita punya Manusia
Kristus Yesus yang telah membuktikan Setan itu seorang pendusta. Dan demi
alasan ini Yesus “harus dijadikan sama seperti
saudara-saudara-Nya” (Ibrani 2:17) “dalam segala hal telah dicobai sama dengan kita, namun tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15). Dan dengan membuktikan Setan
pendusta, Yesus membuktikan kebenaran keadilan Allah. Dia adalah
saksi hidup bahwa manusia setelah kejatuhan Adam, di dunia yang fana ini, bisa
menolak dan mengalahkan dosa; dan bahwa Allah tidak minta yang mustahil.
But the sinless life of Jesus was
only one phase of this vindication, because the work of grace in the lives of
overcoming Christians will be further evidence of the power and glory of God.
You see, God allowed time to continue so
that there will never be a question again regarding His fairness and His
ability to empower weak and sinful humanity, who do not have the advantage of
Jesus in terms of His divine lineage and special birth. And that's why Ellen White writes in Desire of Ages page 671, I quote, “The honor of God, the honor of Christ, is involved in the perfection of the character
of His people.”
Tetapi kehidupan Yesus yang bebas dosa hanyalah satu fase dari pembersihan
nama baik
Allah, karena pekerjaan
rahmat dalam hidup orang-orang Kristen yang menang, akan menjadi bukti lebih
jauh dari kuasa dan kemuliaan Allah. Kalian lihat, Allah
mengizinkan waktu untuk mengalir supaya kelak tidak akan pernah ada pertanyaan
lagi mengenai keadilanNya dan kemampuanNya untuk memampukan kemanusiaan yang
lemah dan berdosa yang tidak memiliki keunggulan Yesus dalam hal garis
keilahianNya dan kelahiranNya yang istimewa. Dan itulah mengapa Ellen White
menulis dalam Desire of Ages
hal. 671, saya kutip, “…Kehormatan Allah, kehormatan Kristus, terkait dengan kesempurnaan karakter umatNya.”
So even though Christ did vindicate
God's justice and government, the issue was not then totally settled, we just
read that. Even angels still did not fully understand all that was at stake. Ellen white writes in Signs of the Times November 25, 1897, “The honor of Christ must stand complete in
the perfection of the character of His chosen people. He desires that they
shall represent His character to the world.” So in other words, if our character is not perfected
by the indwelling power of the Holy Spirit then Christ is not honored, He's
dishonored. Why? Because it has been proven that His intercession, His
mediatory work on our behalf is not effective. It doesn't work. But my friends,
praise God, it does work. So the characters of God's last generation, the 144’000, those who keep the Commandments
of God and have the faith of Jesus, their faith, their life is symbolized,
illustrated in Enoch, Daniel, and all others who in times past have become
sanctified overcomers. And in doing so they vindicate the wisdom and the power
of God, and then the controversy is fully settled.
Jadi walaupun Kristus sudah membuktikan benarnya keadilan dan pemerintahan Allah, isunya saat itu belum seluruhnya beres,
kita baru saja membaca itu. Bahkan para malaikat masih belum sepenuhnya paham
apa yang dipertaruhkan.
Ellen White menulis di Signs of the Times, 25 November 1897,
“…Kehormatan Kristus harus tegak sepenuhnya dalam kesempurnaan karakter
umat pilihanNya. Dia menginginkan mereka untuk mewakili karakterNya kepada
dunia…” Jadi dengan kata lain, jika
karakter kita tidak menjadi sempurna oleh kuasa Roh Kudus yang diam di dalam
kita, maka Kristus tidak dihormati, Dia dipermalukan. Mengapa? Karena terbukti
bahwa perantaraanNya, pekerjaan mediasiNya bagi kita itu tidak efektif, itu
tidak berhasil. Namun, teman-teman, puji Allah, itu efektif. Maka karakter dari
umat Allah generasi terakhir, ke-144’000, mereka yang memelihara
Perintah-perintah Allah dan memiliki iman Yesus, iman mereka, hidup mereka
dilambangkan, digambarkan dalam diri Henokh, Daniel, dan banyak tokoh lain yang
di masa lampau telah menjadi pemenang yang dikuduskan. Dan dengan berbuat itu,
mereka membuktikan
benarnya hikmat dan kuasa Allah, lalu pada saat itu
pertentangan baru sepenuhnya diselesaikan.
The experience of Job is also representative
of that, of the 144’000.
Ellen White writes in Education 156, she writes, I quote, “According
to his faith, so was it unto Job. ‘When He hath tried me,’ he said, ‘I shall come forth as gold.’ (Job
23:10.) So it came to pass. By
his patient endurance he…” Job
“…vindicated his own character, and thus the character of Him whose representative he was. And ‘the Lord turned the captivity of Job:
... also the Lord gave Job twice as much as he had before’.... ‘So the Lord blessed the latter end of
Job more than his beginning.’ (Job
42:10-12)...”
Pengalaman Ayub juga merupakan lambang dari ke-144’000.
Ellen White menulis di Education hal. 156, dia menulis dan saya kutip, “…Menurut imannya, demikianlah terjadi pada Ayub. ‘setelah Ia menguji aku’ katanya, ‘aku akan keluar
seperti emas.’ (Ayub 23:10). Demikianlah
yang terjadi. Melalui kesabarannya bertahan, dia…” Ayub “…membuktikan kebenaran karakternya sendiri, dan dengan
demikian juga karakter Dia yang diwakili olehnya. Dan ‘TUHAN membalikkan
penawanan Ayub… juga TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat sebanyak yang dimilikinya dahulu’ (Ayub 42:10). ‘Maka TUHAN
memberkati bagian akhir hidup Ayub lebih
daripada awalnya’ (Ayub 2:12).”
So yes, this end time generation will
overcome. They will settle the issues in the great controversy. They will
vindicate their own characters, and in doing so, they'll vindicate the
character, the government, the Law and the justice of God, whom they represent.
And that is why this group, this amazing
group, they learn a song that no one else can learn, why? They have privileges
in heaven that no one else has, why?
I love music, my family is
ridiculously musical, it stopped with me, unfortunately. My wife's family are
ridiculously musical: instruments, singing, writing music, I’m surrounded by
music in my family, I don't know why the Lord said, “Not you.” My dad's cursed, my dad cannot sing to save
his life. But when they're done right, I love the negro spirituals, when
they're done right. And I can only imagine how it was when the actual runaway
slaves sung it. Now I could sit back and enjoy it, I’ve sung in choirs, I could
join in there and sing it with them, but I cannot sing it like them. Why? I
don't know what it's like to be a slave, I’ve not had that experience and
that's why this end time group, the 144’000 they're the only ones because they
went through something, they did something that no other group has ever had to
go through. They would have, I mean, in the darkest hour of human history they
are going to shine the brightest.
Jadi ya, generasi akhir zaman
ini akan menang. Mereka akan menyelesaikan isu pertentangan besar. Mereka akan
membuktikan kebenaran karakter mereka sendiri, dan dengan berbuat itu mereka
akan membuktikan kebenaran karakter, pemerintahan, Hukum, dan keadilan Allah,
yang mereka wakili. Dan itulah mengapa kelompok ini, kelompok yang mengagumkkan
ini, mereka mempelajari sebuah lagu yang tidak bisa dipelajari orang lain,
mengapa? Mereka punya hak-hak istimewa di Surga yang tidak dimiliki orang lain,
mengapa?
Saya suka musik, keluarga saya
keterlaluan musikal, sayangnya itu berhenti di saya. Keluarga istri saya
luar biasa musikal: memainkan macam-macam instrumen, menyanyi, menciptakan
musik, saya dikepung oleh musik dalam keluarga saya, saya tidak tahu mengapa
Tuhan berkata, “Engkau tidak.” Ayah saya parah, ayah saya sama sekali tidak bisa
menyanyi. Saya suka lagu-lagu rohani negro bila mereka dibuat dengan benar. Dan
saya hanya bisa membayangkan bagaimana itu ketika budak-budak aktual yang
melarikan diri yang menyanyikannya. Nah, saya bisa duduk dan menikmatinya, saya
pernah nyanyi dalam paduan suara jadi saya bisa ikut dan menyanyi bersama
mereka, tetapi saya tidak bisa menyanyi seperti mereka. Mengapa? Saya tidak
tahu bagaimana rasanya jadi seorang budak, saya tidak punya pengalaman itu. Dan itulah mengapa kelompok akhir zaman ini, ke-144’000 mereka adalah
satu-satunya karena mereka telah mengalami sesuatu, mereka telah melakukan apa
yang kelompok lain tidak pernah harus mengalaminya. Maksud saya, di saat yang
paling kelam dalam sejarah manusia, mereka akan bersinar yang paling
terang.
And that's why Ellen White says, “Let us strive to be among the 144’000.” But my friends,
the challenge is, are we going to be that generation
to finish it? That's the challenge, and for me that hits home.
And I’m not the only one. I have a three-year-old, I have a ten-month-old, and
look at the world how it is now. Do I really want my ten-month-old, three-year-
old, to be here in the year 2070 if 2020 is like this? I don't want my children
to have to go through that. So the challenge is, my friends, are we going to die to
self, die to sin, die to this world, that Christ can live in us, and empower us
to finish the work? That's the challenge and honor too, my friends. But
I want to go home, I want to go home, we should have been home a long time ago.
And the fault it is not God's fault. Let's not lay the blame at His feet.
Dan itulah mengapa Ellen White berkata, “…Marilah kita
berupaya keras untuk bisa berada di antara ke-144’000” (Review and Herald, 9 Maret 1905, Counsel Regarding the Question of
144’000 1.4) …” Tetapi teman-teman, tantangannya ialah, apakah kita akan menjadi generasi itu yang
menyelesaikannya? Itulah tantangannya, dan bagi saya itu kenyataan yang sangat benar. Dan saya bukan satu-satunya.
Saya punya anak berusia 3 tahun, saya punya bayi yang 10 bulan, dan lihatlah
bagaimana dunia hari ini. Apakah saya sungguh-sungguh mau anak saya yang 10
bulan dan 3 tahun ada di sini di tahun 2070 jika tahun 2020 sudah seperti ini?
Saya tidak mau anak-anak saya harus melalui kondisi seperti itu. Maka
tantangannya ialah, teman-teman, apakah kita akan mati kepada diri, mati kepada dosa, mati kepada dunia
ini, supaya Kristus bisa hidup dalam kita, dan memampukan kita untuk
menyelesaikan pekerjaan itu? Itulah tantangannya, dan
kehormatannya juga, teman-teman. Tetapi saya ingin pulang, saya mau pulang,
kita seharusnya sudah lama pulang. Dan salahnya bukan pada Allah. Marilah kita
tidak meletakkan kesalahannya di kakiNya.
So yes, this end time generation will
overcome, they will settle the issue of the great controversy. They will
vindicate their characters and thereby vindicate the character and government
of God. And I pray that all of us will be part of that number.
Jadi iya, generasi akhir zaman
ini akan menang, mereka akan menyelesaikan isu pertentangan besar. Mereka akan
membuktikan kebenaran karakter mereka dan dengan demikian membuktikan juga
kebenaran karakter dan pemerintahan Allah. Dan saya berharap kita semua akan
menjadi bagian dari jumlah tersebut.
12 03 24
No comments:
Post a Comment