Friday, August 30, 2024

EPISODE 09/24 ~ WHAT JESUS SAID ~ HOW TO PRAY ~ STEPHEN BOHR

 

WHAT JESUS SAID

 09/24 - Stephen Bohr

HOW TO PRAY

https://www.youtube.com/watch?v=UOC8gU9twd4

 

Dibuka dengan doa

 

 

What Jesus said about how to pray. I begin with certain definitions that have been given of prayer.

Ø    Prayer is the key in the hand of faith that opens the treasure house of heaven.  That's a beautiful definition.

Ø    Another one is Prayer is to open the heart to God as to a friend.

Ø    Still a third definition is that Prayer is the breath of the soul.

Ø    And finally it is when the weak arm of man lays hold of the omnipotent arm of God.

 

Apa kata Yesus tentang bagaimana caranya berdoa. Saya mulai dengan beberapa definisi tertentu yang telah diberikan untuk doa.

Ø    Doa adalah kunci di tangan iman yang membuka harta perbendaharaan Surga.  Ini adalah definisi yang indah.

Ø    Lainnya, Doa itu untuk membuka hati kepada Allah sebagaimana kepada seorang teman.

Ø    Masih definisi ketiga ialah Doa adalah nafas jiwa.

Ø    Dan akhirnya, itulah ketika lengan manusia yang lemah memegang lengan Allah yang Mahakuasa.

 

 

So the question is,

Ø    what did Jesus say about prayer?

Ø    What were His prayer habits like?

Ø    What conditions did Jesus lay out for our prayers to be answered?

So those are the questions that we're going to delve into as we study this lesson today.

 

Maka pertanyaannya ialah,

Ø    Apa kata Yesus tentang doa?

Ø    Bagaimanakah kebiasaanNya berdoa?

Ø    Kondisi bagaimana yang diberikan Yesus untuk doa-doa kita supaya mereka dijawab?

Jadi itulah pertanyaan-pertanyaan yang akan kita dalami saat kita membahas pelajaran kita hari ini.

 

 

Let's begin first by asking what is the best place and the best time to pray.

Now the apostle Paul says that we're supposed to pray always “without ceasing” so that would mean that there's no specific time where we say, “Well, we set aside this time for prayer”.

But there is a time and there is a place that is best for prayer, for deep intimate communion with God. And let's begin by going to Matthew 6:6 where we find that the best time to pray is when there is no hustle and bustle, early morning, late in the evening; and the best place to pray is in a place where there is absolute tranquility.

Matthew 6:6,But you, when you pray, go into your room, and when you have shut your door, pray to your Father who is in the secret place; and your Father who sees in secret will reward you openly.” 

 

Mari kita mulai dengan lebih dulu bertanya di manakah tempat terbaik dan waktu terbaik untuk berdoa.

Nah, rasul Paulus berkata bahwa kita harus selalu “Berdoalah tanpa henti.(1 Tesalonika 5:17) maka itu berarti tidak ada waktu khusus di mana kita berkata,  “Nah, kita tentukan saat ini untuk berdoa.”

Tetapi ada waktu dan ada tempat yang paling baik untuk berdoa, untuk komunikasi yang mendalam dengan Allah. Marilah kita ke Matius 6:6 di mana kita temukan waktu yang terbaik untuk berdoa ialah bila tidak ada hiruk pikuk kesibukan, dini hari, jauh malam; dan tempat yang terbaik untuk berdoa adalah tempat di mana ada ketenangan yang mutlak.

Matius 6:6, 6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, dan ketika kamu menutup pintumu, berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat rahasia. Maka Bapamu yang melihat secara rahasia akan memberi hadiah kepadamu secara terbuka.”

 

 

So very clearly Jesus lays out that the best prayer is:

1.   when we do it in secret

2.   in a tranquil place.

Whenever a critical event was about to take place in the ministry of Christ, He spent the night in prayer. For example, when He was going to begin His ministry in Galilee we're told that He prayed by Himself in a solitary place.

Mark 1:35 reads, 35 Now in the morning, having risen a long while before daylight, He went out and departed to a solitary place; and there He prayed.”

So you notice here the place and the best time.

 

Jadi sangat jelas Yesus membeberkan bahwa doa yang terbaik ialah:

1.   bila kita melakukannya secara rahasia

2.   di tempat yang sunyi.

Bilamana akan ada peristiwa yang penting terjadi dalam ministri Kristus, Dia melewatkan  malamnya dalam doa. Misalnya, ketika Dia akan mengawali ministriNya di Galilea, kita  mendapat tahu bahwa Dia berdoa seorang Diri di tempat yang sunyi.

Markus 1:35 bunyinya, 35 Pagi-pagi benar, setelah bangun lama sebelum fajar, Dia ke luar dan pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”

Jadi kita simak di sini, mana tempat dan waktu yang terbaik.

 

 

The night before Jesus ordained the 12 disciples that were going to accompany Him, they were going to help spread the gospel, Jesus spent the night in prayer.

Notice Luke 6:12 and 13. 12 Now it came to pass in those days that He went out to the mountain to pray…” that's very common Jesus going to the mountain to pray “…and continued all night in prayer to God. 13 And when it was day, He called His disciples to Himself; and from them He chose twelve whom He also named apostles.”

So when He was going to ordain the 12, He prayed to His Father for enlightenment.

 

Malam sebelum Yesus menentukan ke 12 murid yang akan menemani Dia, mereka nanti akan membantu menyebarkan Injil, Yesus menghabiskan malam itu dalam doa.

Simak Lukas 6:12-13, 12 Terjadilah di hari-hari itu Dia keluar ke bukit untuk berdoa…”  sudah kebiasaan Yesus pergi ke bukit untuk berdoa,  “…dan bertekun sepanjang malam dalam doa kepada Allah. 13 Dan ketika datang pagi, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, dan dari antara mereka Ia memilih dua belas orang, yang juga disebut-Nya rasul. …” 

Jadi ketika Dia akan menetapkan ke12 murid, Dia berdoa kepada BapaNya untuk mendapatkan pencerahan.

 

 

At the transfiguration, before this event occurred, Jesus prayed that the faith of His disciples would not be weak, and that when He was transfigured they would be convinced that He was the Messiah, because He was going to go to Jerusalem and die, and that would shake their faith.

Notice Luke 9:28, this is immediately before the transfiguration, 28 Now it came to pass, about eight days after these sayings, that He took Peter, John, and James and went up on the mountain to pray.” So whenever a critical event was going to take place in the ministry of Christ, Jesus dedicated the time to prayer.

 

Di peristiwa transfigurasi, sebelum itu terjadi, Yesus berdoa agar iman murid-muridNya tidak menjadi lemah, agar ketika melihat Dia ditransfigur mereka akan yakin bahwa Dia memang Sang Messias, kerena Dia akan ke Yerusalem dan mati, dan itu akan menggoncang iman mereka.

Simak Lukas 9:28, ini segera sebelum terjadinya transfigurasi, 28 Dan terjadilah kira-kira delapan hari sesudah pembicaraan-pembicaraan ini, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa…” 

Jadi bilamana ada peristiwa penting yang akan terjadi dalam ministri Kristus, Yesus mendedikasikan waktu untuk berdoa.

 

 

Notice also that in the final events of the ministry of Christ, He dedicated time to prayer when He was about to experience the crisis.

Matthew 26:39, 39 He went a little farther and fell on His face, and prayed, saying, ‘O My Father…” you can hear the passion in the voice  “…O My Father, if it is possible let this cup pass from Me; nevertheless, not as I will, but as You will.’…”

 

Simak juga di peristiwa-peristiwa terakhir dari ministri Kristus, Dia mendedikasikan waktu untuk berdoa ketika Dia akan segera mengalami krisis tersebut.

Matius 26:39, 39 Dan Ia berjalan sedikit lebih jauh, lalu sujud dengan wajahNya sampai ke tanah dan berdoa, kata-Nya, ‘Ya Bapa-Ku…” kita bisa menangkap nada kesengsaraanNya dalam suaraNya, “…‘Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lewat dari Aku, namun demikian janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’…”

 

 

And then after He fed the five thousand, you know, they tried to take Him to make Him a king, and so now after feeding the five thousand, Jesus once again goes apart ~ He was among the multitude, they wanted to take Him by force, to make Him a king ~ And now Jesus immediately after goes out to the mountain to pray.

Notice Matthew 14:22-23, 22 Immediately Jesus made His disciples get into the boat and go before Him to the other side, while He sent the multitudes away. 23 And when He had sent the multitudes away…” see, this is now He is going to be by Himself   “…He went up on the mountain by Himself to pray. Now when evening came, He was alone there.” Private prayer in a solitary place, when there's not a lot of hustle and bustle.

 

Kemudian setelah Dia memberi makan ke-5’000 orang, mereka berusaha membawaNya dan menjadikanNya raja, maka setelah memberi makan ke-5’000 orang, Yesus sekali lagi pergi menyendiri ~ tadinya Dia berada di antara orang banyak dan mereka mau membawaNya secara paksa, untuk menjadikanNya raja ~ dan segera setelah itu sekarang Yesus pergi ke gunung untuk berdoa.

Simak Matius 14:22-23, 22 Yesus segera membuat murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara Ia menyuruh orang banyak pulang. 23 Dan setelah Dia menyuruh orang banyak itu pulang,…” lihat, beginilah Yesus mau menyendiri,   “…Dia naik ke atas bukit seorang diri untuk berdoa. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ…”  Doa pribadi di tempat yang sunyi ketika di sana tidak ada banyak kesibukan.

 

 

Now let's notice a few characteristics about the conditions that we must meet in order for our prayers to be answered.

 

1. Pray to the Father.

According to Jesus we must always address our prayers to the Father in His name, because no one comes to the Father except by Him. You know I’m somewhat aggravated when people begin the prayer “our Father who art in heaven” and then they say “please, Jesus do this, and do that”. You know, we address the prayer to the Father, and we do it in the name of Jesus. We're not praying to Jesus. We're praying to the Father through the intercession of Jesus. There's no Bible evidence that we are to pray to Jesus or to the Holy Spirit. Jesus is our Brother, and we approach the Father through our Brother. He instructed us to address the Father in His name.

So let's read Luke 11:9-13, So I say to you, ask, and it will be given to you; seek, and you will find; knock, and it will be opened to you. 10 For everyone who asks receives, and he who seeks finds, and to him who knocks it will be opened…” now notice,  “…11 If a son asks for bread from…” whom?  “…from any father among you, will he give him a stone? Or if he asks for a fish, will he give him a serpent instead of a fish? 12 Or if he asks for an egg, will he offer him a scorpion? 13 If you then, being evil, know how to give good gifts to your children, how much more will your…” whom?  “…will your heavenly Father give the Holy Spirit to those who ask Him!’…” who ask whom? The Father!

 

Sekarang mari kita simak beberapa karakteristik tentang syarat-syarat yang harus kita penuhi supaya doa-doa kita dijawab.

 

1. Berdoa kepada Bapa.

Menurut Yesus, kita harus selalu menyampaikan doa-doa kita kepada Bapa dalam namaNya (nama Yesus), karena tidak ada yang bisa datang kepada Bapa kecuali melalui Yesus. Kalian tahu, saya merasa agak terusik bila orang memulai doa dengan “Bapa kami yang di Surga” lalu mereka berkata, “tolong, Yesus, lakukan ini, dan lakukan itu. Kalian tahu, kita menyampaikan doa kita kepada Bapa, dan kita melakukannya dalam nama Yesus. Kita tidak berdoa kepada Yesus. Kita berdoa kepada Bapa melalui perantaraan Yesus. Tidak ada bukti alkitabiah bahwa kita harus berdoa kepada Yesus atau kepada Roh Kudus. Yesus itu Saudara kita, dan kita mendatangi Bapa melalui Saudara kita. Dia telah menginstruksikan kita untuk menyampaikannya kepada Bapa dalam namaNya (nama Yesus).

Jadi mari kita baca Lukas 11:9-13, 9 Maka Aku katakan kepadamu,  ‘Mintalah, dan itu akan diberikan kepadamu; carilah, dan kamu akan menemukan; ketuklah, dan itu akan dibukakan bagimu. 10 Karena setiap orang yang meminta, menerima; dan setiap orang yang mencari, menemukan; dan bagi yang mengetuk, itu akan dibukakan…”  sekarang simak, “…11 Jika seorang anak minta roti dari…”  siapa?   “…dari bapak yang mana pun dari antara kamu, apakah dia akan memberi anaknya sebuah batu? Atau jika anaknya minta seekor ikan, apakah dia akan memberinya seekor ular gantinya ikan? 12 Atau, jika anaknya minta sebutir telur, apakah dia akan memberinya seekor kalajengking? 13 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi…” apamu? “…Bapamu yang di sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya…”  yang minta kepada siapa? Kepada Bapa!

 

 

Notice also Matthew 6:6, 8-9 and verses 14 and 15. Jesus here tells His disciples, But you, when you pray, go into your room, and when you have shut your door…”  see? This is the idea of private prayer again; “…pray…” to whom? “…to your Father who is in the secret place; and your Father who sees in secret will reward you openly. Therefore do not be like them. For your Father knows the things you have need of  before you ask Him. In this manner, therefore, pray: Our…” what? “…our Father in heaven, hallowed be Your name…” Verse 14.  “… 14 For if you forgive men their trespasses, your heavenly Father will also forgive you. 15 But if you do not forgive men their trespasses, neither will your Father forgive your trespasses.”

So the question is, who do we pray to? You know people say we need to pray to the Holy Spirit. There's no evidence in the Bible we're supposed to pray to the Holy Spirit. There's no evidence that we're supposed to pray to Jesus. We pray to the Father in the name of Jesus.

 

Simak juga Matius 6:6, 8-9, dan 14-15. Di sini Yesus memberitahu murid-muridNya, “…6 Tetapi engkau, jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, dan ketika kamu sudah menutup pintumu,…” lihat? Inilah konsepnya doa pribadi lagi; “…berdoalah…”  kepada siapa?   “…kepada Bapamu yang ada di tempat rahasia. Dan Bapamu yang melihat secara rahasia akan memberi hadiah kepadamu secara terbuka. 8 Jadi janganlah seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepada-Nya. 9 Karena itu berdoalah demikian…” Siapa kami? “…Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu…”  Ayat 14,   “…14 Karena jika engkau mengampuni orang-orang pelanggaran-pelanggaran mereka, Bapamu yang di sorga akan mengampuni engkau juga. 15 Tetapi jika engkau tidak mengampuni orang-orang pelanggaran-pelanggaran mereka, Bapamu juga tidak akan mengampuni pelanggaran-pelanggaranmu.”

Jadi pertanyaannya ialah, kepada siapa kita berdoa? Kalian tahu, ada yang berkata kita harus berdoa kepada Roh Kudus. Tidak ada bukti di Alkitab kita harus berdoa kepada Roh Kudus. Tidak ada bukti kita harus berdoa kepada Yesus. Kita berdoa kepada Bapa dalam nama Yesus.

 

 

Also the evening after the resurrection, Jesus told His disciples that He was going to return to His Father, and their Father. Jesus addressed God in prayer on the way to Gethsemane as Father. He's given us an example of praying to the Father. Let's read John 17:11, 20-21, 25. Jesus says, 11 … Holy Father, keep through Your name those whom You have given Me, that they may be one as We are. 20 ‘I do not pray for these alone, but also for those who will believe in Me through their word;  21 that they all may be one, as You, Father, are in Me, and I in You; that they also may be one in Us, that the world may believe that You sent Me. 25 O righteous Father!...” notice, it's constantly to the Father,  “…25 O righteous Father! The world has not known You, but I have known You; and these have known that You sent Me.”

 

Juga pada malam setelah kebangkitan, Yesus memberitahu murid-muridNya bahwa Dia akan kembali ke BapaNya dan Bapa mereka. Yesus menyebut Allah di doaNya dalam perjalananNya ke Getsemani, sebagai Bapa. Dia telah memberi kita teladan berdoa kepada Bapa. Mari kita baca Yohanes 17:11, 20-21, 25. Yesus berkata, 11 Ya Bapa Suci, peliharalah melalui nama-Mu, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku supaya mereka boleh menjadi satu sama seperti Kita [adalah satu]. 20 Aku tidak hanya berdoakan bagi mereka ini saja, melainkan juga untuk mereka yang akan percaya kepada-Ku melalui perkataan mereka. 21 supaya mereka semua boleh menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga boleh menjadi satu di dalam Kita, supaya dunia boleh percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 25 Ya Bapa yang benar…” simak, selalu kepada Bapa, “…25 Ya Bapa yang benar, dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini sudah tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

 

 

And then Hebrews 7:25 makes it absolutely clear that we come to the Father in the name of Jesus, it says there, 25 Therefore He is also able to save to the uttermost those who come…” how do we come?  “…those who come to God…” that's the Father,  “…through…” whom?   “…through Him…” through Jesus,  “…since He always lives to make intercession for them.”

 

Kemudian Ibrani 7:25 membuatnya benar-benar jelas bahwa kita datang kepada Bapa dalam nama Yesus, dikatakan di sana, 25 Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna mereka yang datang…” bagaimana kita datang? “…mereka yang datang kepada Allah…” ini Bapa, “… melalui Dia…”  melalui Yesus  “…Sebab Ia hidup senantiasa untuk melakukan perantaraan bagi  mereka.”

 

 

So when we begin our prayer we always address whom? We address the Father. Jesus in the model prayer, the Lord's prayer, begins, this is the way you pray, 9 Our Father which art in heaven…”

 

Maka bila kita memulai doa kita, kita selalu menyampaikannya kepada siapa? Kita menyampaikannya kepada Bapa. Dalam pola doa, Doa Bapa Kami, Yesus memulai, beginilah caramu berdoa, 9 …. Bapa kami yang di sorga…”

 

 

Now the other, the second point that I want us to notice is that,

2. Pray with humility.

We must pray with a humble and teachable spirit, we must pray with humility, sensing our deep and great need. When our heart is filled with pride, we pray as the Pharisee did. Who did the Pharisee pray to? It says that he prayed to himself. So if we come with pride, you know, we're holy, we're okay, then we're really not praying to the Father, we really are praying to ourselves. And we read this parable before, I’m not going to take the time to read the parable, but you see the contrast here. In Luke 18:9 through 14 the contrast between the Pharisee who comes and says you know, “I thank you God that I’m not like other men”, pretty proud of himself, right? What does the publican do when he prays to God? Oh you know, he doesn't even dare look up. He beats his breast, you know, he doesn't even come near because he realizes his need. Who went home justified? It was the publican who went home justified. The Pharisee didn't need justification because he had self-justification, he justified himself.

 

Nah, yang lain, poin kedua yang saya mau kita simak ialah:

2. Berdoa dengan rendah hati.

Kita harus berdoa dengan roh rendah hati dan roh yang mau diajar, kita harus berdoa dengan kerendahan hati, menyadari kekurangan kita yang mendalam dan besar. Ketika hati kita dipenuhi oleh kesombongan, kita berdoa seperti orang Farisi. Kepada siapa orang Farisi itu berdoa? Dikatakan bahwa diaberdoa dengan dirinya sendiri(Luke 18:11). Jadi jika kita datang dengan kesombongan, bahwa kita ini kudus, kita ini oke, maka kita tidak benar-benar berdoa kepada Bapa, sesungguhnya kita bedoa dengan diri kita sendiri. Dan kita sudah membaca perumpamaan ini, saya tidak akan mengambil waktu membacanya lagi, tetapi kalian melihat kontrasnya di sini. Di Lukas 18:9-14 kontras antara orang Farisi yang datang dan berkata, “…‘Ya Allah, aku bersyukur aku tidak seperti orang lain…” menyombongkan dirinya sendiri, bukan? Apa yang dilakukan si pemungut cukai ketika dia berdoa kepada Allah? Kalian tahu, dia bahkan tidak berani mengangkat matanya. Dia memukuli dadanya, dia bahkan tidak berani mendekat karena dia menyadari kekurangannya. Siapa yang pulang dibenarkan? Si pemungut cukai yang pulang dibenarkan. Orang Farisi itu tidak butuh pembenaran karena dia punya pembenaran diri, dia sudah membenarkan dirinya sendiri.   

 

 

Notice Psalm 139:1-4 it tells us that God also knows everything about us. Does God know everything about us? Yes! Yes, so notice what this says, 1 Lord, You have searched me and known me. You know my sitting down and my rising up; You understand my thought afar off. You comprehend my path and my lying down, and are acquainted with all my ways. For there is not a word on my tongue, but behold, O Lord, You know it altogether.”

So God knows everything. He knows the end from the beginning. Jesus described the Father's foreknowledge. Notice Matthew 6:8, 8For your Father knows the things you have need of  before you ask Him.” 

 

Simak Mazmur 139:1-4 yang memberitahu kita bahwa Allah juga tahu segala sesuatu tentang kita. Apakah Allah tahu segala sesuatu tentang kita? Ya!  Ya, jadi simak apa yang dikatakan, 1 Ya, TUHAN, Engkau telah menyelidiki dan mengenal aku; 2 Engkau mengetahui dudukku dan berdiriku, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. 3 Engkau memahami jalanku dan berbaringku, dan mengenal semua perilakuku.  4 Sebab tak ada sepatah kata pun di lidahku, tetapi lihat, ya TUHAN, Engkau mengetahui semuanya.”

Jadi Allah tahu segala sesuatu. Dia tahu akhirnya dari awal. Yesus menggambarkan kemahatahuan Bapa tentang apa yang belum terjadi. Simak Matius 6:8, 8 … karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.”

 

 

Now why do I bring this into our discussion today? It's very simple. The question is, if God knows everything about us, He knows the end from the beginning, why then do we need to pray? Are you understanding the question? Why do we need to pray? The answer is that prayer is the way we manifest our absolute dependence and trust in our Father. Sometimes He does not immediately answer our prayers because He knows that we would not grow in our trust of Him and therefore prayer is not for God's benefit because God already knows everything. Prayer is for our benefit to help our dependence upon God grow.

 

Nah, mengapa saya membawa ini ke dalam diskusi kita hari ini? Sederhana. Pertanyaannya ialah, jika Allah tahu segala sesuatu tentang kita, Dia tahu akhirnya dari awal, mengapa kalau begitu kita perlu berdoa? Apakah kalian paham pertanyaannya? Mengapa kita perlu berdoa? Jawabannya ialah doa adalah cara kita memanifestaskan ketergantungan dan kepercayaan kita yang mutlak dalam Bapa kita.

Terkadang Bapa tidak segera menjawab doa-doa kita karena Dia tahu bahwa kepercayaan kita kepadaNya tidak akan bertumbuh dan oleh karenanya doa itu bukan demi kepentingan Allah karena Allah sudah tahu segala sesuatu. Doa itu untuk kepentingan kita, untuk membantu bertumbuhnya ketergantungan kita pada Allah.

 

 

Now let's notice another characteristic about prayer.

3. Avoid vain repetition and recited prayers.

You know, like when congress begins, you know you have a prayer that is read. You know that's a ceremonial prayer. But prayer should be spontaneous, it should not be prefabricated, if you please.

Notice what Jesus had to say in Matthew 6:5, 7 and 8. 5 ‘And when you pray, you shall not be like the hypocrites. For they love to pray standing in the synagogues and on the corners of the streets…” nothing private about that, right? And what do they do? It says,  “…that they may be…” what?  “…seen by men. Assuredly, I say to you, they have their reward.  And when you pray, do not use vain repetitions as the heathen do. For they think that they will be heard for their many words. Therefore do not be like them. For your Father knows the things you have need of  before you ask Him.”

 

Sekarang mari kita simak karakteristik lain dari doa.

3. Hindari pengulangan dan doa-doa yang dibaca.

Kalian tahu bilamana Kongres mulai, ada doa yang dibacakan. Itu adalah doa seremonial. Tetapi doa seharusnya spontan, bukan yang sudah dibuat lebih dulu, katakanlah begitu.

Simak apa kata Yesus di Matius 6:5, 7-8. 5 Dan apabila kamu berdoa, janganlah seperti orang-orang munafik, karena mereka suka berdoa sambil berdiri di rumah-rumah ibadah dan di pojok-pojok jalan,…” sama sekali tidak pribadi, bukan? Dan apa yang mereka lakukan? Dikatakan, “…supaya mereka boleh…” apa? “…dilihat orang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, mereka sudah mendapat balasannya. 7 Dan bila kamu berdoa, jangan memakai pengulangan yang tidak berarti, seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak mengenal Allah, karena  mereka menyangka bahwa mereka akan didengar karena banyaknya kata-kata mereka.  8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa-apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.

 

 

The purpose of prayer is not to show off our oratorical skills. Some people who pray incessantly use the word “Lord” or “God” and they repeat, and they repeat, the word “Lord” and “Lord this and “Lord that. You know that is a vain repetition. We need to respect the name of God. We need to use it sparingly, according to what we find also in the Spirit of Prophecy. We should avoid using God's name unnecessarily, lest we take His name in in vain.

 

Tujuan doa bukanlah untuk memamerkan keterampilan kita berorasi. Ada orang yang  berdoa tidak henti-hentinya memakai kata “Tuhan” atau “Allah”, dan mereka mengulang, dan mengulang kata “Tuhan”, “Tuhan ini” dan “Tuhan itu”. Kalian tahu itu namanya pengulangan yang sia-sia. Kita harus menghormati nama Allah. Kita memakainya secara hemat, menurut apa yang kita temukan juga di Roh Nubuat. Kita harus menghindari menggunakan nama Allah dengan tidak perlu, supaya jangan kita memakai namaNya secara sembarangan.

 

 

Nor is prayer a means of showing off our piety or consecration. Prayer should express the deepest thoughts of the heart. For this reason private and secret prayer is to be preferred.

 

Doa juga bukan sarana untuk memamerkan kesalehan atau konsekrasi kita. Doa harus mengungkapkan isi hati yang terdalam. Inilah mengapa doa yang pribadi dan rahasia itu yang lebih dipilih.

 

 

Now another very important characteristic of prayer according to Jesus is that,

4. God’s will be done.

We must always pray that God's will be done not our will be done.

You know, the saying “Father knows best” is definitely true in the case of God. Sometimes we think we know what's best, but God is the only One who knows what is best for us.

In the Lord's prayer, Matthew 6:10, Jesus said “Thy will be done”. And you know, when He was in the garden of Gethsemane, when He neared the end of His life, His human nature shook at the ordeal that was ahead, and as you know Jesus prayed three times, and what did He say to His Father those three times? He says, “Father if this cup can pass from Me let it be so, nevertheless not My will be done, but Your will.”

 

Nah, karakteristik lain yang sangat penting dari doa menurut Yesus ialah

4. Kehendak Allah yang jadi.

Kita harus selalu berdoa bahwa kehendak Allah yang akan terjadi, bukan kehendak kita yang akan jadi. Kalian tahu, ucapan, “Bapak yang paling tahu” benar-benar tepat dalam hal Allah. Terkadang kita pikir kita tahu apa yang terbaik, tetapi Allah adalah Satu-satunya yang tahu apa yang terbaik bagi kita.

Di Doa Bapa Kami, Matius 6:10 Yesus berkata, “Jadilah kehendakMu”. Dan kalian tahu, ketika Dia ada di taman Getsemani, ketika Dia mendekati akhir dari hidupNya, kodrat manusiawinya bergetar menghadapi siksaaan berat di depanNya, dan seperti yang kalian tahu Yesus berdoa tiga kali, dan apa kataNya kepada BapaNya tiga kali itu? Dia berkata, 39 …‘Ya Bapa-Ku, jika cawan ini boleh lewat dari Aku, biarlah begitu, namun demikian bukan kehendakKu, melainkan kehendakMu.’…” (Matius 26:39)

 

 

John the disciple that Jesus loved,  expressed it this way, 1 John 5:14. 14 Now this is the confidence that we have in Him, that if we ask anything according to…” what? “…according to His will, He hears us.” God knows the end from the beginning, for this reason God knows what is best for us. In fact we wouldn't choose any other way than the way that God chooses for us if we could see the end from the beginning.

 

Yohanes, murid yang dikasihi Yesus, menyatakannya dengan cara demikian, 1 Yohanes 5:14, 14 Dan inilah kepercayaan yang kita miliki dalam Dia, yaitu jikalau kita meminta apa pun menurut…”  apa?   “…menurut kehendak-Nya, Ia mendengar kita.”  Allah tahu akhirnya dari awal, karena alasan inilah Allah tahu apa yang terbaik bagi kita. Bahkan kita tidak akan memilih jalan yang lain dari yang dipilihkan Allah bagi kita andaikan kita bisa melihat akhirnya dari awal.

 

 

James the half-brother of Jesus warned us never to say “I will do this” or “I will do that”, we should always say “if God wills”, and among Hispanics it's very common to hear them when I say you know, I’m going to go to such and such a place, they say “si dios quiere” (if God wills),  if it's God's will. I think that's a nice way of putting it.

James 4:13-15, 13 Come now, you who say, Today or tomorrow we will go to such and such a city, spend a year there, buy and sell, and make a profit14 whereas you do not know what will happen tomorrow. For what is your life? It is even a vapor that appears for a little time and then vanishes away. 15 Instead you ought to say, If the Lord wills we shall live and do this or that.…” 

Very, very good counsel.

 

Yakobus, saudara tiri Yesus, memperingatkan kita jangan pernah mengatakan “saya akan berbuat ini” atau “saya akan melakukan itu”. Kita harus selalu berkata “Jika Allah berkenan”, dan di antara orang-orang Hispanik bila saya berkata saya akan ke tempat ini dan itu, adalah kebiasaan mendengar mereka berkata “si dios quiere” (jika Allah berkenan), jika itu kehendak Allah. Menurut saya itu cara mengekspresikan yang baik.

Yakobus 4:13-15,  13 Nah, kamu yang berkata, ‘Hari ini atau besok kami akan ke kota anu, tinggal setahun di sana, berdagang dan menghasilkan keuntungan; 14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apalah hidupmu? Itu sama seperti uap yang muncul sebentar kemudian lenyap. 15 Malah kamu harus berkata, ‘Jika Tuhan berkenan kami akan hidup dan berbuat ini atau itu.’

Nasihat yang amat sangat baik.

 

 

Though we find many multiple stories in the Bible that illustrate the importance of abiding by His will, let's notice just two of those examples of the importance of abiding by God's will.

The story of Joseph is a living illustration of a life that could be better understood from the back side than from the front side. This is one of my favorite stories in the Bible. God's providence is working all the way through.

Joseph was sold into Egypt, undeservedly and unjustly by his brothers. He could have complained about his plight because he was a good boy in contrast to his brothers. His brothers were nasty, they were not converted, Joseph was a nice kid. And yet Joseph decided that God had a plan. He didn't know what the plan was, but he said, “I’m going to walk along with God. I’m going to follow the plan that God has for me.”

And as we know God providentially led Joseph step by step, as he went to Egypt, ended up in Potiphar's house, he needed to learn to be a good administrator because he was going to administrate all the food in Egypt. Then he ended up in prison because he had to meet the cup bearer of Pharaoh, and then the cup bearer providentially forgot about Joseph for two years, because it wasn't time. And then Joseph is called to interpret the dreams of Pharaoh, and he becomes prime minister of Egypt. He never knew that when he was being taken by the Ishmaelites to Egypt.

Hindsight is 20/20, but meanwhile we walk with the Lord and we follow His steps, even though we don't know where they're leading.

 

Walaupun kita bisa menemukan banyak kisah serupa di Alkitab yang menggambarkan pentingnya tetap setia menurut kehendakNya, mari kita simak dua contoh saja dari pentingnya tinggal menurut kehendak Allah.

Kisah Yusuf adalah ilustrasi hidup dari suatu kehidupan yang bisa dipahami secara lebih baik dari belakang daripada dari depan. Ini adalah salah satu kisah Alkitab favorit saya. Rencana Allah dapat dilihat terus bekerja di sini.

Yusuf secara tidak layak dan tidak adil dijual ke Mesir oleh saudara-saudaranya. Dia bisa saja komplain tentang nasibnya karena dia adalah anak baik, dibandingkan saudara-saudaranya. Saudara-saudaranya itu tidak baik, mereka belum bertobat. Yusuf adalah anak baik. Namun Yusuf memutuskan bahwa Allah pasti punya rencana. Dia tidak tahu apa rencananya, tetapi dia berkata, “Aku akan mengikuti kehendak Allah. Aku akan mengikuti rencana yang Allah punya untukku.” Dan seperti yang kita ketahui, Allah menurut rencanaNya menuntun Yusuf langkah demi langkah, saat dia ke Mesir, berakhir di rumah Potifar karena dia perlu belajar menjadi seorang pengurus yang baik berhubung kelak dia akan mengurusi semua pangan di Mesir. Lalu dia berakhir dalam penjara karena dia harus bertemu dengan orang yang menyediakan minuman Firaun, dan si penyedia minuman Firaun ini sesuai rencana, lupa pada Yusuf selama dua tahun, karena waktunya belum tiba. Lalu Yusuf dipanggil untuk menginterpretasikan mimpi-mimpi Firaun, dan dia menjadi perdana menteri Mesir. Yusuf tidak pernah tahu ini ketika dia sedang dibawa suku Ismail pergi ke Mesir.

Penglihatan dari belakang itu 20/20, tetapi sementara ini kita berjalan saja bersama Tuhan dan kita mengikuti langkahNya,  walaupun kita tidak tahu ke mana arahnya.

 

 

Now let's read Genesis 45:5-7, you know when finally Joseph identifies himself to his brothers, his brothers begin sobbing and crying. They say, “Oh Joseph, we're so sorry for what we did.” Notice what Joseph had to say. Genesis 45:5-7, “ But now, do not therefore be grieved or angry with yourselves because you sold me here; for God sent me before you to preserve life…” Did Joseph know that when he went to Egypt? No, but he's looking back now. “…For these two years the famine has been in the land, and there are still five years in which there will be neither plowing nor harvesting. And God sent me before you to preserve a posterity for you in the earth, and to save your lives by a great deliverance.” There's more than meets the eye here. By his willingness to cooperate with God's providence, Joseph not only saved his family, but he preserved the Seed that would be born from the holy line. God certainly works in mysterious and sometimes incomprehensible ways. However, if we abide by His will, in the end we will see that His way is the best way.

 

Sekarang mari kita  baca Kejadian 45:5-7. Kalian tahu ketika akhirnya Yusuf memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya, saudara-saudaranya mulai menangis dan terisak. Mereka berkata, “Oh, Yusuf, kami sangat menyesali perbuatan kami.” Simak apa kata Yusuf. Kejadian 45:5-7,  5 Tetapi sekarang, oleh karena itu, janganlah bersusah hati atau menyesali diri bahwa kamu telah menjual aku kemari, sebab Allah yang telah mengutus aku untuk mendahului kamu agar memelihara hidup…”  apakah Yusuf tahu tentang hal ini ketika dia ke Mesir? Tidak, tetapi sekarang dia mengingatnya kembali.   “…6 Karena selama dua tahun ini sudah kelaparan ada di negeri ini dan masih ada lima tahun lagi di mana orang tidak akan membajak atau menuai. 7 Dan Allah telah mengutus aku mendahului kamu untuk mempertahan kelanjutan keturunanmu di bumi  dan untuk menyelamatkan hidupmu, melalui penyelamatan yang besar.” Ternyata ada lebih banyak daripada yang tampak di permukaannya. Melalui keikhlasannya untuk bekerjasama dengan rencana Allah, Yusuf tidak saja menyelamatkan keluarganya, tetapi dia mempertahankan Benih yang akan lahir dari garis keturunan yang kudus. Allah benar-benar bekerja dengan cara yang misterius dan terkadang tidak bisa dipahami. Namun, jika kita tetap tinggal dalam kehendakNya, pada akhirnya kita akan melihat bahwa caraNya adalah cara yang terbaik.

 

 

We also have the experience of Hezekiah. This shows the danger of requesting favors from the Lord that are not in harmony with God's will. The king as we know was on his sick bed and was at the point of death, but Hezekiah didn't want to die. Maybe he felt that his work on earth was not finished yet, or was simply afraid to die. So Hezekiah begged the Lord to spare his life a little while longer. Let's read 2 Kings 20:2-3, Then he turned his face toward the wall, and prayed to the Lord, saying, 3 ‘Remember now, O Lord, I pray, how I have walked before You in truth and with a loyal heart, and have done what was good in Your sight.’ And Hezekiah wept bitterly.” So what is Hezekiah saying to the Lord? “Lord, I don't want to die, extend my life, please, Lord.” Was it God's will that his life be extended? No, it was time for him to die, but sometimes God grants what we want to teach us a lesson. Although it was not God's plan A, God answered Hezekiah's prayer, giving him an additional 15 years of life. However, during those years Hezekiah's foolishness in showing the Babylonian delegation all the riches of Israel, would put God's people in serious jeopardy in the future. It would have been better for Hezekiah to leave well enough alone.

So when we pray, we have to pray that God's will will be done, not our will. We think we know what's best, but God knows what is best, and we need to walk step by step with Him, allowing Him to guide our life.

 

Juga ada pengalaman Hizkia. Ini menunjukkan bahayanya mengajukan permohonan kepada Tuhan yang tidak selaras dengan kehendak Allah. Raja Hizkia seperti yang kita ketahui, sedang terbaring di ranjangnya, sekarat, tetapi Hizkia tidak mau mati. Mungkin dia merasa pekerjaannya di bumi belum selesai, atau dia semata-mata takut mati. Jadi Hizkia memohon Tuhan untuk memberinya kelonggaran sedikit waktu lagi. Mari kita  baca 2 Raja 20:2-3, 2 Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke dinding, dan berdoa kepada TUHAN, katanya,3 Aku mohon, ingatlah sekarang, O TUHAN, bagaimana aku telah hidup di hadapan-Mu dalam kebenaran dan dengan hati yang setia, dan telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.’ Dan Hizkia menangis dengan sangat.” Jadi apa kata Hizkia kepada Tuhan? “Tuhan, aku tidak mau mati, perpanjanglah hidupku, tolong, Tuhan.” Apakah itu kehendak Allah hidupnya diperpanjang? Tidak, itu waktunya untuk mati. Tetapi terkadang Allah mengabulkan apa yang kita minta untuk memberi kita pelajaran. Walaupun ini bukan rencana A Allah, Allah menjawab doa Hizkia, dan memberinya tambahan 15 tahun lagi. Namun selama tahun-tahun itu kesemberonoan Hizkia menunjukkan semua kekayaan Israel kepada delegasi Babilon, menempatkan umat Allah di tempat yang sangat berbahaya di masa depan. Lebih baik bagi Hizkia untuk tidak berusaha mengubah apa yang sudah baik.

Jadi bila kita berdoa, kita harus berdoa agar kehendak Allah yang jadi, bukan kehendak kita. Kita sangka kita tahu apa yang terbaik, tetapi Allah tahu apa yang terbaik, dan kita harus berjalan langkah demi langkah bersamaNya, mengizinkan Dia menuntun hidup kita.

 

 

5. Pray with perseverance.

The next characteristic is that we are to pray with perseverance. In the parable of the persistent widow, which is also known as the parable of the unjust judge, I’ve never liked that title for that parable because the parable is about the persistence of the widow, it's all about the widow. Jesus underlined in this parable which is in Luke 18:1 through 8, the importance of perseverant, unyielding, prayer. The central lesson of the parable tells us ~ and this is the parable, the way it begins ~ We should pray always, and never give up. Although this parable is encouraging all Christians at all times, it has a special application to the elect of God that go through the final Time of Trouble.  And you say, how do we know that?  Because immediately before the parable Jesus has been talking about the second coming, as it was in the days of Noah, as it was in the days of Lot. And then comes the parable where we should always pray and never give up. And the parable ends also with the reference to the second coming, when the Son of Man comes will He find faith in the earth?” And so it's sandwiched between two references to the second coming. This applies especially to the elect that will go through the Time of Trouble at the end of time.

 

5. Berdoa dengan tekun.

Karakteristik berikutnya ialah kita harus berdoa dengan tekun. Dalam perumpamaan janda yang ngotot, yang juga dikenal sebagai perumpamaan hakim yang tidak adil ~ saya tidak pernah suka judul itu untuk perumpamaan ini karena perumpamaan itu adalah tentang ketekunan si janda, semuanya adalah tentang si janda. Yesus menggarisbawahi di perumpamaan ini, yang ada di Lukas 18:1-18, pentingnya doa yang tekun yang tidak putus asa. Pelajaran inti dari perumpamaan ini memberitahu kita ~ dan inilah perumpamaannya, beginilah mulainya  ~ kita harus selalu berdoa, dan jangan pernah putus asa. Walaupun perumpamaan ini merupakan dorongan bagi semua orang Kristen di segala zaman, tetapi dia punya aplikasi istimewa bagi orang-orang pilihan Allah yang harus melalui Masa Kesukaran Besar yang terakhir. Dan kalian berkata, dari mana kita tahu itu? Karena segera sebelum perumpamaan itu, Yesus bicara tentang kedatanganNya yang kedua, sebagamana di zaman Nuh, sebagaimana di zaman Lot. Kemudian perumpamaan di mana kita harus selalu berdoa dan tidak pernah putus asa. Dan perumpamaan itu berakhir juga dengan rujukan ke kedatangan kedua, ketika Anak Manusia itu datang, akankah Ia benar-benar menemui iman di bumi?” (Luke 18:8). Maka ia terjepit di antara dua rujukan ke kedatangan kedua. Ini berlaku terutama kepada orang-orang pilihan yang akan melewati Masa Kesukaran Besar pada akhir masa.

 

 

Jesus experienced an anguishing delay when He prayed to His Father in the garden and on the cross. In Gethsemane as we know, He prayed three times that the cup of the Father's wrath would pass from Him, but He said that the Father's will needed to predominate.  

 

Yesus mengalami penundaan yang menyedihkan ketika Dia berdoa kepada BapaNya di taman Getsemani dan di salib. Seperti yang kita tahu, di Getsemani, Yesus berdoa tiga kali agar cawan murka Bapa boleh berlalu dariNya, tetapi Dia berkata bahwa kehendak Bapalah yang lebih mendominasi.

 

 

The writer of the book of Hebrews ~ this is interesting you know ~ in Hebrews we find how Jesus felt during His passion in the garden ~ the book of Hebrews described the anguish with which Jesus prayed in Gethsemane. We're told there that Jesus 7 had offered up prayers and supplications, with vehement cries and tears to Him who was able to save Him from death, and was heard because of His godly fear.”

You say, “Now wait a minute, He prayed to God to save Him from death. Did the Father save Him from death immediately in the garden?” No! When did the Father save Jesus from death? When He resurrected. There was a delay, but Jesus did not let loose the hand of His Father.

 

Penulis kitab Ibrani ~ ini menarik ~ kalian tahu di kitab Ibrani kita melihat apa yang dirasakan Yesus selama masa kesengsaraanNya di taman ~ kitab Ibrani menggambarkan  bagaimana Yesus berdoa dengan kesedihan besar di Getsemani. Kita mendapat tahu di sana bahwa Yesus,  7  mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan air mata kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.” (Ibrani 5:7)

Kalian berkata, “Tunggu dulu, Dia berdoa kepada Allah untuk menyelamatkanNya dari kematian. Apakah Bapa segera menyelamatkan Dia dari kematian di Getsemani?” Tidak! Kapan Bapa menyelamatkan Yesus dari kematian? Ketika Dia bangkit. Ada penundaan, tetapi Yesus tidak melepaskan tangan BapaNya.

 

 

Our prayer life needs to be like the prayer life of Jacob, we should not let go until we have received the assurance of God's blessing.  The story of Jacob will be repeated in the final remnant; the Time of Trouble of Daniel 12:1 also Jeremiah 30:4 through 9 describe this severe Time of Trouble.  The story of Job also illustrates in vivid color the importance of perseverant prayer.  Job prayed to God for understanding on why he was going through his trials, and did not receive an immediate answer.  In fact you know after chapters 1 and 2 which are in prose, where we have the story of the two councils that were held in heaven, and everything falls apart for Job, from chapter 3 all the way to chapter 38 Job is crying out to God, and God's answer is absolute silence. And yet Job doesn't give up. He says “15 Though He slay me, yet will I trust Him” 25 For I know that my Redeemer lives…” Even though he's going through these severe trials, only at the end in chapter 42 does Job look back, he says, you know, God was right in what He did. And he says, “I repent about asking the Lord questions and saying why are You doing this to me.”

 

Kehidupan doa kita harus seperti kehidupan doa Yakub, kita tidak boleh melepaskan sampai kita menerima jaminan berkat Allah. Kisah Yakub akan diulangi pada umat sisa yang terakhir. Masa Kesukaran Besar Daniel 12:1, juga Yeremia 30:4-9 menggambarkan Masa Kesukaran Besar yang hebat ini. Kisah Ayub juga menggambarkan dalam warna-warna yang hidup, pentingnya doa yang tekun. Ayub berdoa kepada Allah minta hikmat mengapa dia harus melalui ujian-ujian ini, dan dia tidak mendapatkan jawaban langsung. Bahkan, kalian tahu setelah pasal 1 dan 2 yang dalam bentuk prosa, di mana ada cerita tentang kedua rapat dewan yang diadakan di Surga, lalu hidup Ayub jatuh berantakan, dari pasal 3 hingga pasal 38 Ayub berteriak kepada Allah, dan jawaban Allah adalah kebisuan total. Namun Ayub tidak putus asa. Dia berkata, 15 Walaupun Dia membunuhku, namun aku akan tetap berserah padaNya.” (Ayub 13:15) 25 Tetapi aku tahu Penebusku hidup…” (Ayub 19:25)

Walaupun dia melalui ujian yang berat ini, barulah di bagian akhir, di pasal 42 Ayub yang memandang ke belakang, berkata, Allah benar dalam segala perbuatanNya. Dan dia berkata, “Aku menyesal telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan dan berkata mengapa Engkau melakukan ini kepadaku.”

 

 

The apostle Paul admonished us to pray without ceasing and I quote from 1 Thessalonians actually Colossians 4:2, Continue earnestly in prayer, being vigilant in it with thanksgiving.”

He also said “ 12 rejoicing in hope, patient in tribulation, continuing steadfastly in prayer.” Romans 12:12.

 

Rasul Paulus menegur kita supaya berdoa tanpa henti, dan saya mengutip dari Kolose 4:2, 2 Terus bersungguh-sungguh dalam doa sambil berjaga-jaga dengan mengucap syukur.”

Dia juga berkata, 12 Bersukacita dalam pengharapan, bersabar dalam kesukaran besar, terus bertekun dalam doa.” Roma 12:12.

 

 

In beautiful words the psalmist wrote, 17 Evening and morning and at noon I will pray, and cry aloud, and He shall hear my voice.”

 

Dengan kata-kata yang indah pemazmur menulis, 17   Di waktu petang, dan pagi, dan tengah hari aku akan berdoa dan berseru keras-keras,  dan Ia akan mendengar suaraku.” (Mazmur 55:17)

 

 

6. Confess sin.

Another characteristic of persevering prayer where God answers our prayers is that when we pray, we are to confess, and then God will give us forgiveness, and then we must be willing to forgive others as well. We should repent of our sins and confess them, pleading with God for forgiveness. Repentance is something that happens  where? It happens in the heart, by the working of the Holy Spirit. The prodigal son repented, where first? He repented in his heart. He was saying to himself, he was far from home, and when he arrives home, he reveals his repentance because he confesses his sin. He says, “I have sinned against heaven and against you, and I’m not worthy to be called your son.” Confession is to verbally pray to God, saying that we are sorry, that we have sinned and pleading for forgiveness.

 

6. Mengakui dosa.

Karakteristik yang lain dari doa yang tekun di mana Allah menjawab doa-doa kita ialah ketika kita berdoa, kita harus mengakui dosa kita, lalu Allah akan memberi kita pengampunan, lalu kita harus rela mengampuni orang-orang lain juga. Kita harus bertobat dari dosa-dosa kita dan mengakui mereka, memohon pada Allah untuk pengampunan. Pertobatan itu sesuatu yang terjadi di mana? Terjadi di hati melalui pekerjaan Roh Kudus. Anak yang berfoya-foya itu pertama bertobat di mana? Dia bertobat dalam hatinya. Dia berkata kepada dirinya sendiri, dia sedang jauh dari rumah, dan ketika dia tiba di rumah, dia menyatakan pertobatannya karena dia mengakui dosanya. Dia berkata, 21 … ‘Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan di pemandanganmu, dan tidak layak lagi disebut anak bapa.’…” (Lukas 15:21). Pengakuan ialah berdoa kepada Allah secara verbal, mengatakan bahwa kita menyesal, bahwa kita telah berbuat dosa dan memohon pengampunan.

 

 

As I mentioned before there is a difference between admitting that we have sinned and repenting of the sin, as we can see in the case of Peter and Judas. Did Judas repent? Of course, he repented. You’ll find the references here in parentheses. (Matthew 27:3; Luke 22:61, 62; John 21:15-19). He repented but what did he repent of? He repented that his plan had backfired, because he hoped to pressure Jesus into retaliating against His enemies and making Himself King. And when it backfired, he repented, but it was the repentance of the consequences, not repentance of his sin.

On the other hand, Peter ~ we're told ~ that he repented when Jesus looked at him, when he denied Jesus the third time, Peter repented, we're told, but his repentance was not because of the consequences, but because he had actually broken the relationship with his beloved Friend, Jesus. It says in 1 John 1:9, “ If we confess our sins, He is faithful and just to forgive us our sins and to cleanse us from all unrighteousness.”

 

Seperti yang saya katakan sebelumnya, ada perbedaan antara mengakui bahwa kita telah berbuat dosa dan bertobat dari dosa itu, seperti yang bisa kita lihat di kasus Petrus dan Yudas. Apakah Yudas menyesal? Tentu saja, dia menyesal. Kalian akan menemuan referensi-referensinya di sini dalam kurung. (Matius 27:3; Lukas 22:61, 62; Yohanes 21:15-19).  Dia menyesal, tapi dia menyesali apa? Dia menyesal karena rencananya menjadi bumerang, karena tadinya dia berharap untuk menekan Yesus supaya Ia mau  melawan musuh-musuhNya dan menjadikan diriNya Raja. Dan ketika rencana itu berbalik, Yudas menyesal, tetapi dia menyesali konsekuensinya, bukan menyesali dosanya.

Di pihak lain, Petrus ~ kita diberitahu bahwa ~ Petrus menyesal ketika Yesus memandangnya saat dia menyangkal Yesus ketiga kalinya, Petrus menyesal, kita tahu, tetapi penyesalannya bukan karena konsekuensinya, melainkan karena dia telah memutuskan hubungannya dengan Sahabatnya yang tercinta, Yesus. Dikatakan di 1 Yohanes 1:9, 9Jika kita mengakui dosa kita,  Ia setia dan adil untuk mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

 

 

David is a living illustration of the relationship between repentance, confession, and forgiveness, after he committed his grave sins of adultery and murder, David repented and confessed his sin, as we can see from Psalm 32 and Psalm 51.

 

Daud adalah ilustrasi hidup dari hubungan antara penyesalan, pengakuan, dan pengampunan, setelah dia melakukan dosa-dosanya yang berat yaitu berzinah dan membunuh, Daud menyesali dan mengakui dosanya, seperti yang bisa kita lihat di Mazmur 32 dan Mazmur 51.

 

 

7. Willing to forgive others.

However, there's another important point. Yes, we are supposed to repent and God is the One who gives us repentance. Yes, we are supposed to confess our sins, to receive forgiveness. But there's another element, and that is that we must be willing to forgive because if we don't forgive, God will not forgive.

Notice what we find in Matthew 6:12, 12 And forgive us our debts, as we forgive our debtors.”

And then in Matthew 6:14 and 15, 14 For if you forgive men their trespasses, your heavenly Father will also forgive you. 15 But if you do not forgive men their trespasses, neither will your Father forgive your trespasses.” Pretty clear, right?

 

7. Rela mengampuni orang lain.

Namun, ada poin lain yang penting. Ya, kita harus bertobat dan Allahlah yang memberi kita pertobatan. Ya, kita harus mengakui dosa-dosa kita supaya menerima pengampunan. Tetapi ada unsur yang lain, dan itu adalah kita harus rela mengampuni karena jika kita tidak mengampuni, Allah tidak akan mengampuni kita.

Simak apa yang kita temukan di Matius 6:12, 12 dan ampunilah kami kesalahan-kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kami.”

Lalu di Matius 6:14-15, 14 Karena jika engkau mengampuni orang-orang pelanggaran-pelanggaran mereka, Bapamu yang di sorga akan mengampuni engkau juga. 15 Tetapi jika engkau tidak mengampuni orang-orang pelanggaran-pelanggaran mereka, Bapamu juga tidak akan mengampuni pelanggaran-pelanggaranmu.” Sangat jelas, bukan?

 

 

We find a vivid illustration of this principle in the story of the man who had this huge debt, you know the story is in Matthew 18:21-35, and he cried out to his master, he says, “Yeah, give me time, I’ll pay.” And the master says, “Are you kidding? You can’t pay me in a million years” because that was a debt that he could not pay. So he cried out, to the individual that he was employed by. And you know when his boss sees his crying out, the boss says, “I’ll tell you what, your debt is forgiven.”

He says, “I don't have to pay?”

He said, “No, because you cried out to me. Your debt is gone.”

“Oh,” he says, “this is great!” And he goes out the door, and he finds someone that owes him a hundred denarii the equivalent of 100 days of work. He says, “Pay me what you owe me.”

And this guy says, you know, “Please give me time, I’ll pay you.”

Nothing! No time. And he has him thrown into prison.

Well the servants of his boss were looking at what was happening. By the way those are the recording angels, they went and they told the boss, they said, “Do you know what that guy did that you forgave that great debt? He went out and he didn't forgive a guy that just owed him a little bit.”

And what did the  ~ Can forgiveness be revoked? Forgiveness can be revoked. The Lord's prayer says “forgive us our debts as we forgive our debtors”. Quite frequently we carry around our grudges which weigh down our spiritual experience and poison our life. It is important to remember that God does not ~ this is an important point ~ God does not forgive us because we forgive others, but as we forgive others. In other words, God's forgiveness flows through us to others.

By the way there's an entire study in an addendum at the end of these study notes, on this particular characteristic of prayer.

 

Kita temukan ilustrasi yang hidup dari prinsip ini di kisah orang yang punya utang yang besar, kisahnya ada di Matius 18:21-35, dan orang ini berseru kepada majikannya, dia berkata, “Beri saya waktu, saya akan membayarnya.” Dan majikannya berkata, “Yang bener aja! Kamu tidak akan bisa membayarnya dalam satu juta tahun”, saking besarnya utangnya sehingga dia tidak bisa membayarnya. Maka orang itu berseru memohon pengampunan kepada majikan yang mempekerjakannya. Dan kalian tahu, ketika majikannya melihat permohonannya itu, majikannya berkata, “Saya beritahu, utangmu dihapuskan.”

Orang itu berkata, “Saya tidak usah membayarnya?”

Majikannya berkata, “Tidak, karena kamu memohon kepadaku, utangmu dihapuskan.”

“Oh,” kata orang itu, “ini luar biasa!” Dan dia pergi, dan dia mencari seseorang yang berutang padanya 100 dinar, setara upah kerja 100 hari. Dia berkata, “Bayar kepada saya utangmu.”

Dan orang ini berkata, “Tolong beri saya waktu, saya akan membayar.”

Tidak digubris. Tidak diberikan waktu. Malah dia membuat orang itu dimasukkan penjara.

Nah, hamba-hamba si majikan menyaksikan apa yang terjadi. Nah, mereka itu adalah malaikat-malaikat pencatat. Mereka pergi dan memberitahu majikan itu, mereka berkata, “Tahukah Bapak apa yang dilakukan orang yang Bapak ampuni dari utangnya yang besar? Dia pergi dan dia tidak mengampuni seseorang yang hanya berutang sedikit padanya.”

Bisakah pengampunan dicabut? Pengampunan bisa dicabut. Doa Bapa Kami berkata,  6 …ampunilah kami kesalahan-kesalahan kami, seperti (“as” juga berartipada waktu yang sama”) kami mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kami.” (Matius 6:12). Kita sering memendam rasa sakit hati kita yang membebani pengalaman kerohanian kita dan meracuni hidup kita. Adalah penting untuk mengingat bahwa Allah tidak ~ ini poin penting ~ Allah tidak mengampuni kita karena kita mengampuni orang lain, melainkan ketika kita mengampuni orang lain. Dengan kata lain, pengampunan Allah mengalir melalui kita kepada orang lain.

Nah, ada sebuah studi lengkap di addendum pada akhir makalah ini mengenai karakteristik doa ini.

 

 

8. Pray in faith.

We're in the middle of page 113. We must pray how? In faith, believing that God will do what He has promised to do. Jesus is a prime example of this. In John 11:41 and 42, Jesus thanked His Father that He had heard Him even before He resurrected Lazarus.

Notice James 1:5 through 8, on this characteristic of prayer. “ If any of you lacks wisdom, let him ask of God, who gives to all liberally and without reproach, and it will be given to him…” But we need to ask how.  “…But let him ask in faith, with no doubting, for he who doubts is like a wave of the sea driven and tossed by the wind. For let not that man suppose that he will receive anything from the Lord; he is a double-minded man, unstable in all his ways.”

So when we ask, we need to ask that the Lord's will be done. But we must also ask in faith, not doubting that God will answer our prayers, even though sometimes we know that He delays for our own good.

 

8. Berdoa dalam iman.

Kita di bagian tengah hal. 113. Bagaimana kita harus berdoa? Dalam iman, meyakini bahwa Allah akan melakukan apa yang telah Dia janjikan akan Dia  lakukan. Yesus adalah teladan utama dari ini. Di Yohanes 11:41-42 Yesus mengucapkan terima kasih kepada BapaNya bahwa Dia telah mendengarNya bahkan sebelum Dia membangkitkan Lazarus.

Simak Yakobus 1:5-8 tentang karakteristik doa ini.5 Jika ada di antara kamu yang kekurangan hikmat, hendaklah ia meminta dari Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan limpah dan tanpa menegurnya, -- dan itu akan diberikan kepadanya…” Tetapi kita perlu bertanya bagaimana. “…6 Tetapi hendaklah ia memintanya dalam iman, tanpa keraguan, sebab orang yang ragu itu seperti gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. 7 Karena itu janganlah orang tersebut mengira ia akan menerima apa pun dari Tuhan; 8 dia adalah orang yang mendua hati, tidak stabil dalam segala lakunya.”

Jadi ketika kita minta, kita harus minta agar kehendak Tuhan yang akan jadi. Tetapi kita juga harus minta dalam iman, tidak meragukan bahwa Allah akan menjawab doa-doa kita, walaupun terkadang kita tahu bahwa Dia menundanya demi kebaikan kita sendiri.

 

 

Even before James wrote these words that we just read, Jesus had given assurance that God will answer when we come to Him in faith. Notice Matthew 7:7 through 11, Ask, and it will be given to you; seek, and you will find; knock, and it will be opened to you. For everyone who asks, receives; and he who seeks, finds; and to him who knocks, it will be opened. Or what man is there among you who, if his son asks for bread, will give him a stone?  10 Or if he asks for a fish, will he give him a serpent? 11 If you then, being evil, know how to give good gifts to your children, how much more will your Father who is in heaven give good things to those who…” what?  “…to those who ask Him.” Ask and you will receive.

 

Bahkan sebelum Yakobus menulis kata-kata yang baru kita  baca ini, Yesus sudah memberikan jaminan bahwa Allah akan menjawab bila kita datang kepadaNya dalam iman. Simak Matius 7:7-11, 7 Mintalah, dan itu akan diberikan kepadamu; carilah, dan kamu akan menemukan; ketuklah, dan itu akan dibukakan bagimu. 8          Karena setiap orang yang meminta, menerima; dan dia yang mencari, menemukan; dan kepada dia yang mengetuk, akan dibukakan. 9 Atau orang macam apakah di antara kamu, yang jika anaknya meminta roti, akan memberinya batu? 10 atau jika ia meminta ikan, akan memberinya ular? 11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga akan memberikan hal-hal yang baik kepada mereka yang…” apa? “…kepada mereka yang meminta kepada-Nya…” 

Mintalah, dan kamu akan menerima.

 

 

In Mark 11:24 we find these words, Jesus is speaking, “ 24 Therefore I say to you, whatever things you ask when you pray, believe that you receive them, and you will…” what?  “…and you will have them.” It's a divine promise.

Some people sometimes say to me, “Pastor, I have confessed my sin time and again, and I do not feel that God has forgiven me.” Well, folks, feelings have nothing to do with it. We must take God at His word, if He promises to forgive, then if we meet the conditions, we must accept that fact, not because we feel it, but because  God says so.

 

Di Markus 11:24 kita temukan kata-kata ini, Yesus sedang bicara, 24 Karena itu Aku berkata kepadamu,  ‘Apa saja yang kamu minta ketika kamu berdoa,  yakinlah kamu menerima mereka, dan kamu akan…”  apa?   “…dan kamu akan  menerima mereka.” Ini janji Tuhan.

Terkadang ada orang berkata kepada saya, “Pastor, saya sudah mengakui dosa saya berulang-ulang, saya tidak merasa Allah telah mengampuni saya.” Nah, Saudara-saudara, perasaan tidak ada hubungannya dengan ini. Kita harus mempercayai kata-kata Allah. Jika Dia berjanji untuk mengampuni, maka, bila kita memenuhi persyaratannya, kita harus menerima fakta tersebut, bukan karena kita merasakannya, tetapi karena Allah yang berkata begitu.

 

 

The experience of Jacob is an illustration of someone who had been forgiven, but for 20 years Jacob could not forgive himself. Imagine, working for Laban 20 years. God had forgiven him when He gave him the dream of the ladder, He said there's still communion between Me and you. And Jacob for 20 years could not forgive himself. Sometimes we make it harder to forgive ourselves than for God to forgive us. If God was willing to give His Son, what makes us think that He's not willing to give us all things? In fact Romans 8:32 which I mentioned yesterday, “ 32 He who did not spare His own Son, but delivered Him up for us all, how shall He not with Him also freely give us all things?” 

So if God gave up His Son, His precious Son, the most precious thing that’s in the universe, what makes us think that He is not going to give us, in Jesus, all things?

 

Pengalaman Yakub dalah ilustrasi dari seseorang yang telah diampuni, tetapi selama 20 tahun Yakub tidak bisa mengampuni dirinya sendiri. Bayangkan, bekerja untuk Laban 20 tahun. Allah telah mengampuninya ketika Dia memberinya mimpi anak tangga itu, Allah mengatakan masih ada komunikasi antara Aku dan kamu. Dan selama 20 tahun, Yakub tidak bisa mengampuni dirinya sendiri. Terkadang kita membuatnya lebih berat mengampuni diri sendiri daripada Allah mengampuni kita. Jika Allah bersedia mengaruniakan AnakNya, apa yang membuat kita berpikir Dia tidak bersedia memberi kita segala hal? Bahkan di Roma 8:32 yang saya singgung kemarin, 32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya Sendiri, tetapi yang telah menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia (Bapa) bersama-sama dengan Dia (Yesus) juga tidak mengaruniakan segala sesuatu dengan cuma-cuma kepada kita?”

Maka jika Allah telah menyerahkan AnakNya, AnakNya yang tersayang, milikNya yang paling berharga di alam semesta, apa yang membuat kita berpikir Allah tidak akan memberi kita segala hal dalam Yesus?

 

 

9. Don’t be presumptious.

Now another important point is that we must beware of presumption. We must beware of presumption when we pray. Presumption is the counterfeit of faith. The track of faith and the track of presumption lie close together. You know, you look at the tracks of a train, you know, you can tell the distinction when they're close, but when you look in the distance it looks like they become one track, right? And so faith and presumption are two different things. Presumption is the counterfeit of faith.

v   Faith claims God's promises in obedience

v   Presumption claims God's promises in disobedience

 

9. Jangan lancang.

Nah, poin lain yang penting ialah kita harus waspada terhadap kelancangan. Kita harus waspada terhadap kelancangan ketika kita berdoa. Kelancangan itu iman yang palsu. Jalur iman dan jalur kelancangan itu berjajar dekat satu sama lain. Kalian tahu, bila kita melihat jalur kereta api, kita bisa melihat perbedaannya ketika sudah dekat, tetapi bila kita melihatnya dari jauh, sepertinya keduanya adalah satu jalur, benar? Jadi iman dan kelancangan itu dua hal. Kelancangan adalah iman yang palsu.

v   Iman mengklaim janji-janji Allah dalam kepatuhan,

v   Kelancangan mengklaim janji-janji Allah dalam ketidakpatuhan.

 

 

Satan tempted Jesus to be presumptuous in the second temptation. Let's examine the second temptation of Jesus. Notice it's found in Matthew 4:5 through 7, Then the Devil took Him up into the holy city, set Him on the pinnacle of the temple. and said to Him, ‘If You are the Son of God…” now comes the key word  “…throw Yourself…”  Does God told Jesus to throw Himself? No! “…throw Yourself down. For it is written…” and now the Devil's going to quote a promise,  “… ‘He shall give His angels charge over you,’ and, ‘In their hands they shall bear You up, lest You dash Your foot against a stone.’…” in other words, throw Yourself off and claim the promise that God is going to protect You. “…Jesus said to him, ‘It is written again, ‘You shall not tempt the Lord your God.’…”

Don't tempt God to do something that He's not promised to do. The Father had not instructed Jesus to jump from the temple tower. The word “yourself” indicates that Satan was tempting Jesus to act independently of His Father, on His own.  Satan tempted Jesus to claim God's promise of protection in disobedience, and Satan even quoted the promise of Psalm 91. But Satan left out a phrase from Psalm 91, He shall “keep you in all your ways”.  See, the Devil can quote scripture out of context. He can add to it, he can take away from it, and he can give it a little twist to make it sound like it's kosher, but it really isn't.

Psalm 91:11 and 12 says, and this is what Satan quoted, but what's in bold and underlined here is what the Devil left out. 11 For He shall give His angels charge over you, to keep you in all your ways…” “to keep you in all your ways” is the part that he left out  “…12 In their hands they shall bear you up, lest you dash your foot against a stone.”

 

Setan mencobai Yesus supaya bertindak lancang di pencobaan yang kedua. Mari kita periksa pencobaan kedua Yesus. Simak, ini ada di Matius 4:5-7, 5 Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, 6 dan berkata kepada-Nya, ‘Jika Engkau benar Anak Allah…”  sekarang kata kuncinya,  “…jatuhkanlah diri-Mu…” apakah Allah menyuruh Yesus untuk menjatuhkan DiriNya? Tidak!   “…jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis…”  dan sekarang Iblis akan mengutip sebuah janji, “…’Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya tugas menjaga engkau’; dan ‘di tangan mereka, mereka akan menatang engkau, supaya kakimu jangan terantuk batu.’…”  dengan kata lain, lemparkan Dirimu ke bawah dan klaim janji bahwa Allah akan melindungiMu.  “…7 Yesus berkata kepadanya, ‘Ada pula tertulis lagi: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!’…”

Jangan mencobai Allah untuk melakukan sesuatu yang tidak dijanjikanNya akan Dia lakukan. Bapa tidak menyuruh Yesus untuk melompat dari menara Bait Suci. Kata  “diri-Mu” mengindikasikan bahwa Setan mencobai Yesus untuk bertindak mandiri dari BapaNya, menurut DiriNya sendiri. Setan mencobai Yesus untuk mengklaim janji perlindungan Allah dalam ketidakpatuhan, dan Setan malah mengutip janji di Mazmur 91. Tetapi Setan tidak menyertakan sepotong ungkapan dari Mazmur 91, bahwa Allah akan  “memelihara engkau di segala jalanmu”. Lihat, Iblis bisa mengutip Firman di luar konteksnya. Dia bisa menambahinya, dia bisa menguranginya, dan dia bisa memberinya sedikit plintiran untuk membuatnya terdengar kosher (=halal), namun sebenarnya tidak.

Mazmur 91:11-12 berkata, dan inilah yang dikutip Setan, tetapi apa yang digarisbawahi di sini adalah bagian yang tidak disertakan. 11 sebab Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk menjaga engkau, untuk memelihara engkau di segala jalanmu.”  “untuk memelihara engkau di segala jalanmu” adalah bagian yang dihilangkan Setan. “…12 Dalam lengan mereka, mereka akan memondong engkau, supaya jangan engkau membenturkan kakimu pada batu.”

 

 

We run the same risk of claiming God's promises without meeting the conditions. For example to refuse medical treatment, to handle snakes, and to drink poison, is not a show of faith. By the way, this is what it says in Mark 16:18. It says that believers will drink poison, it won't do anything to them; they'll have snakes and the venom will not kill them; but what it's not saying, that you should drink poison, it says if somebody gives you poison and you don't know it. You don't pick up a snake. If the snake bites you like happened with Paul, you know, when he had that shipwreck, well, the Lord is going to protect you. But it's not when you purposely present yourself in a dangerous situation.

 

Kita menghadapi resiko yang sama mengklaim janji-janji Allah tanpa memenuhi persyaratannya. Misalnya menolak penanganan medis, memegang ular, minum racun, itu bukanlah membuktikan iman. Nah, inilah yang dikatakan di Markus 16:1, dikatakan bahwa orang-orang percaya akan minum racun, itu tidak akan mencelakai mereka; mereka akan menghadapi ular, dan bisa ular itu tidak akan membunuh mereka. Tapi tidak dikatakan kita minum racun sendiri, dikatakan jika orang lain tanpa setahu kita, memberi kita minum racun. Kita bukan sengaja pergi memegang ular. Jika ada ular yang menggigit kita seperti yang terjadi pada Paulus ketika dia mengalami kapal karam, nah, Tuhan akan melindungi kita. Tetapi bukan bila kita sengaja menempatkan diri sendiri di situasi yang berbahaya.

 

 

You know another show of presumption is for example when you ask the Lord to bless you when you have to take a test and you haven't studied.

Another example of presumption is when you're going to take a trip, and you ask the Lord to protect you, and then you drive 100 miles an hour. That's presumption.

We have to meet the conditions. It is presumptuous to ask God for the wrong things expecting Him to provide them.

 

Demonstrasi kelancangan lainnya ialah misalnya ketika kita minta Tuhan memberkati kita saat kita akan menghadapi ujian, tapi kita tidak belajar.

Contoh kelancangan yang lain ialah bila kita harus menempuh perjalanan dan kita minta Tuhan melindungi kita, kemudian kita memacu kendaraan kita 100 mil per jam. Itu kelancangan.

Kita harus memenuhi persyaratannya. Minta dari Tuhan hal-hal yang tidak benar dan berharap Dia akan menyediakan mereka, itu namanya lancang.

 

 

James the brother of Jesus had this to say in James 4:3, “ You ask and do not receive, because you ask…” what?  “…you ask amiss…” in other words, you ask for  selfish purposes  “…that you may spend it on your pleasures.”

 

Yakobus, saudara Yesus mengatakan ini di Yakobus 4:3, 3 Kamu minta, dan tidak menerima, karena kamu …”  apa?   “…kamu salah meminta, …”  dengan kata lain, kamu minta untuk tujuan-tujuan kepentingan sendiri, “…yaitu agar kamu boleh menghabiskannya untuk memuaskan hawa nafsumu.”

 

 

When Jesus was agonizing in Gethsemane, and the temple guard came to arrest Him, Peter took out his sword to defend Jesus, didn't he? What did Jesus say? “Well done, Peter, defend My kingdom”? No, that's what the Jews wanted. And so Jesus told Peter put away that sword, and then He told him that He could ask His Father for 12 legions of angels to deliver Him. He says, “Don't you know that I could pray to My Father for 12 legions of angels?” However, Jesus did not make the request. Why? Because it would have been contrary to the Father's will. Notice what we find here in Matthew 26:52-54, 52 But Jesus said to him, Put your sword in its place, for all who take the sword will perish by the sword. 53 Or do you think that I cannot now pray to My Father, and He will provide Me with more than twelve legions of angels? 54 How then could the Scriptures be fulfilled, that it must happen thus?’…”

So the scriptures had said that Jesus was going to go through this experience. Jesus says, “How can I ask for 12 legions of angels and go against what God's plan is for Me?”

 

Ketika Yesus sedang menjalani kesengsaraanNya di Getsemani, dan pengawal Bait Suci datang untuk menangkapNya, Petrus menghunus pedangnya untuk membela Yesus, bukan? Apa kata Yesus? “Bagus, Petrus, belalah kerajaanKu”? Tidak, itu yang dikehendaki orang-orang Yahudi. Maka Yesus menyuruh Petrus menyarungkan pedangnya, kemudian Dia memberitahu Petrus bahwa kalau mau Dia bisa minta dari BapaNya 12 legiun malaikat untuk menyelamatkanNya. Dia berkata, “Tidak tahukah kamu bahwa Aku bisa minta kepada BapaKu 12 legiun malaikat?” Namun Yesus tidak membuat permintaan itu. Mengapa? Karena itu bertentangan dengan kehendak Bapa. Simak apa yang ada di Matius 26:52-54, 52 Tetapi kata Yesus kepadanya, ‘Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab semua  yang menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. 53 Atau kausangka, bahwa sekarang Aku tidak dapat berdoa kepada Bapa-Ku, dan Ia akan menyediakan lebih dari dua belas pasukan malaikat untuk Aku?  54 Jika begitu, bagaimana Kitab Suci bisa digenapi, bahwa itu harus terjadi demikian?’…"

Jadi Kitab Suci telah mengatakan bahwa Yesus akan mengalami pengalaman ini. Yesus berkata, “Bagaimana Aku bisa minta 12 pasukan malaikat dan berbuat melawan rencana Allah untukku?” 

 

 

10. Pray with thanksgiving.

The next characteristic is that we must pray with thanksgiving. It is common for selfish human beings to ask, and ask, and ask, and not to thank. Jesus not only made requests to the Father, Jesus also frequently thanked the Father. When He was about to resurrect Lazarus, you can find it here John 11:41 He says, “ 41  … ‘Father, I thank You that You have heard Me.’….” 

 

10. Berdoa dengan ucapan syukur.

Karakteristik berikutnya ialah kita harus berdoa dengan ucapan syukur. Manusia yang egois terbiasa minta, dan minta, dan minta, dan tidak berterima kasih. Yesus bukan hanya mengajukan permintaan kepada Bapa, Yesus juga sering berterima kasih kepada Bapa. Ketika Dia akan membangkitkan Lazarus, kita bisa melihatnya di Yohanes 11:41, Dia berkata, 41 …‘Bapa, Aku berterima kasih kepada-Mu, karena Engkau telah mendengar Aku.’…”

 

 

Notice also what we find in Luke 10:21, 21 In that hour Jesus rejoiced in the Spirit and said, I thank You, Father, Lord of heaven and earth, that You have hidden these things from the wise and prudent and revealed them to babes. Even so, Father, for so it seemed good in Your sight.’…”

 

Simak juga apa yang kita dapati di Lukas 10:21, 21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh dan berkata, ‘Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, bahwa Engkau telah menyembunyikan hal-hal ini dari yang bijak dan orang pandai, dan mengungkapkannya kepada bayi-bayi. Begitu pun baik, Ya Bapa, karena demikianlah yang baik di pemandanganMu.”

 

 

When Jesus fed the four thousand and He prayed, it says in Matthew 15:36, “ 36 And He took the seven loaves and the fish and…” what did He do? “…and gave thanks, broke them and gave them to His disciples; and the disciples gave to the multitude.” 

 

Ketika Yesus memberi makan 4’000 orang dan Dia berdoa, dikatakan di Matius 15:36, 36 Dan Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu dan…”  apa yang dilakukanNya?   “…dan mengucap syukur, memecah-mecah mereka dan memberikan mereka kepada murid-murid-Nya; dan murid-murid-Nya memberikan kepada orang banyak.”

 

 

When He instituted communion, once again, 17 Then He took the cup, and gave thanks, and said, ‘Take this and divide it among yourselves; 18 for I say to you, I will not drink of the fruit of the vine until the kingdom of God comes.’ 19 And He took bread, gave thanks and broke it, and gave it to them, saying, ‘This is My body which is given for you; do this in remembrance of Me.’…”

 

Ketika Yesus melembagakan perjamuan kudus, sekali lagi, 17 Kemudian Ia mengambil cawan itu dan mengucap syukur, dan berkata, ‘Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu sendiri. 18 Sebab Aku berkata kepada kamu, Aku tidak akan minum dari buah pokok anggur sampai Kerajaan Allah datang.’ 19 Dan Ia mengambil roti, mengucap syukur, dan memecah-mecahnya dan memberikannya kepada mereka, dengan berkata, ‘Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.’…” (Lukas 22:17-19)

 

 

So in our prayers we should not only ask, and ask, and ask the Lord to do this, and do that, we should begin our prayer by thanking the Lord for everything good that He does, and we should thank Him also for the things that don't look good, because God has a plan. Pray with thanksgiving in your heart of God's marvelous blessings.

 

Maka dalam doa-doa kita, janganlah hanya minta, dan minta, dan minta Tuhan untuk melakukan ini, dan melakukan itu, kita harus mengawali doa kita dengan mengucap syukur kepada Tuhan untuk segala kebaikan yang telah dilakukanNya, dan kita juga harus berterimakasih kepadaNya untuk hal-hal yang tampaknya tidak baik menurut kita, karena Allah punya rencana. Berdoalah dengan ucapan syukur di hati untuk berkat-berkat Allah yang luar biasa.

 

 

11. Obey God.

We must seek God with an obedient heart, in other words, to pray to God and disobey, God is not going to answer the prayers. Notice Jeremiah 29:13, “ 13 And you will seek Me and find Me, when you search for Me…” how?   “…with all your heart.” 

But we have to be willing to obey, when we pray to God and when God speaks. 1 John 3:22 says, “ 22 And whatever we ask we receive from Him…” why?  “…because we keep His commandments and do those things that are pleasing in His sight.” 

 

11. Mematuhi Allah.

Kita harus mencari Allah dengan hati yang patuh, dengan kata lain, berdoa kepada Allah tapi tidak patuh, maka Allah tidak akan menjawab doa-doa itu.

Simak Yeremia 29:13, 13 Dan kamu akan mencari Aku dan menemukan Aku apabila kamu mencari Aku…”  bagaimana?   “…dengan segenap hatimu.”

Tetapi kita harus mau patuh bila kita berdoa kepada Allah dan bila Allah berbicara. 1 Yohanes 3:22 berkata, 22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari Dia…”  mengapa?   “…karena kita menuruti segala perintah-Nya dan melakukan hal-hal yang berkenan di pemandanganNya.”

 

 

12. Connected to Jesus.

You know also according to John 15:16, Whatever we ask of the Father in the name of Jesus, Jesus will give as long as we are connected with Him.  It says, “ 16 You did not choose Me, but I chose you and appointed you that you should go and bear fruit, and that your fruit should remain…” so there it is, that we should be connected to Jesus and bear fruit. And then it says at the end of the verse,   “…that whatever you ask the Father in My name He may give you.”

 

12. Terhubung dengan Yesus.

Kalian tahu, juga menurut Yohanes 15:16, apa pun yang kita minta dari Bapa dalam nama Yesus, akan Yesus beri selama kita terhubung denganNya. Dikatakan, 16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu, dan menetapkan kamu bahwa kamu harus pergi dan menghasilkan buah,  dan bahwa buahmu harus tetap ada,…”  jadi inilah dia, bahwa kita harus terhubung kepada Yesus dan menghasilkan buah. Kemudian dikatakan di bagian akhir ayat ini, “…supaya apa pun yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, Dia boleh memberikannya kepadamu.”

 

 

13. Do not harbor iniquity.

If we harbor iniquity, or we have cherished sins in our lives, God is not going to hear our prayer. It says there in Psalm 66:18 and 19, 18 If I regard iniquity in my heart, the Lord will not…” what?  “…will not hear. 19 But certainly God has heard me; He has attended to the voice of my prayer.”

 

13. Jangan menyembunyikan dosa.

Jika kita menyembunyikan dosa, atau kita pertahankan dosa-dosa yang kita sayangi dalam hidup kita, Allah tidak akan mendengar doa kita. Dikatakan di Mazmur 66:18-19, 18 Jika aku mengindahkan dosa dalam hatiku, Tuhan tidak mau…” apa? “…tidak mau mendengar. 19 Tetapi Allah sungguh telah mendengar aku, Ia telah melayani suara doaku.”

 

 

14. Keep the Law.

And Proverbs 28:9 very famous verse, “One who turns away his ear from hearing the Law, even his prayer is…” what?  “…his prayer is an abomination.”

When we are sincere and are praying for light, God will reveal His truth to us, like we find in the experience of Cornelius. You can find that in Acts 10:1-4. He was searching for the truth. He was searching for God. And God answered his prayer.

 

14. Memelihara Hukum.

Dan Amsal 28:9 ayat yang sangat terkenal, 9 Dia yang memalingkan telinganya dari mendengarkan Hukum, bahkan doanya adalah…”  apa?   “…doanya adalah kekejian.”

Ketika kita tulus dan berdoa untuk pencerahan, Allah akan mengungkapkan kebenaranNya kepada kita, seperti yang dialami oleh Kornelius. Kalian bisa menemukan itu di Kisah 10:1-4. Dia mencari kebenaran, dia mencari Allah. Dan Allah menjawab doanya.

 

 

15. In the name of Jesus.

Now the final point that I want to deal with is, come to God in the powerful name of Jesus. When we approach the Father, we must do so in the name of Jesus, and you have several references there in parentheses. (cf. John 14:6; 14:13,14; 16:23, 24, 27, 28) and we need to do this in the name of Jesus, because of our sinful condition which will not permit us to approach the Father directly without a mediator. We need Jesus, the righteous Advocate to represent us before God. And this is illustrated in the text that you have here in parentheses, Luke 1, and Revelation chapter 8, and Psalm 141. Our prayers are mingled with what? They're mingled with incense. Do you know what the incense represents? The incense represents the fragrant merits of Jesus Christ, His obedience, and His bearing our sins. If our prayers go without our prayers being mingled with the incense of Christ's merits, our prayers would not be accepted before the Father.  And when we come to God through the merits of Jesus, we are accepted in the Beloved. The name of Jesus is powerful, over 30 times in the book of Acts the importance of the power of the name of Jesus is underlined.

 

15. Dalam nama Yesus.

Sekarang poin terakhir yang ingin saya bahas ialah, datang kepada Allah dalam nama Yesus yang penuh kuasa. Ketika kita menghampiri Bapa, kita harus berbuat itu dalam nama Yesus, dan ada beberapa referensi dalam kurung di sini (Yohanes 14:6; 14:13,14; 16:23, 24, 27, 28) dan kita perlu melakukannya dalam nama Yesus, karena kondisi keberdosaan kita yang tidak mengizinkan kita menghampiri Bapa langsung tanpa Perantara. Kita perlu Yesus, Pembela yang benar untuk mewakili kita di hadapan Allah. Dan ini diilustrasikan di ayat-ayat yang ada dalam kurung di sini, (Lukas 1:10-11, Wahyu 8:3-4, dan Mazmur 141:2). Doa-doa kita dicampur dengan apa? Mereka dicampur dengan kemenyan. Tahukah kalian kemenyan melambangkan apa? Kemenyan melambangkan jasa-jasa Yesus Kristus yang harum, kepatuhanNya, dan bahwa Dia telah memikul dosa-dosa kita. Jika doa-doa kita disampaikan tanpa dicampur dengan kemenyan jasa-jasa Kristus, doa-doa kita tidak akan diterima di hadapan Bapa. Dan ketika kita datang kepada Allah melalui jasa-jasa Yesus, kita diterima dalam Sang Kekasih. Nama Yesus itu penuh kuasa, lebih dari 30 kali di kitab Kisah, pentingnya kuasa nama Yesus ditekankan.

 

 

The following texts describe the awesome power of the name of Jesus. Coming in the name of Jesus means to share His authority and His power. Let's notice a few examples here as we draw this to a close.

Acts 3:6 and 7, “ Then Peter said, ‘Silver and gold I do not have…” he's saying this to the paralytic  “…but what I do have I give you: In the name of Jesus Christ of Nazareth, rise up and walk.’…” did Peter have authority? Yes. Where was the authority? In the name of Jesus  “…And he took him by the right hand and lifted him up, and immediately his feet and ankle bones received strength…”

 

Ayat-ayat berikut menggambarkan kuasa yang mengagumkan dari nama Yesus. Datang dengan nama Yesus berarti berbagi autoritas dan kuasaNya. Mari kita simak beberapa contoh di sini untuk mengakhiri ini.

Kisah 3:6-7, 6 Lalu Petrus berkata, ‘Emas dan perak tidak ada padaku…” dia mengatakan ini kepada orang yang lumpuh itu, “…tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus dari Nazaret, bangkit dan berjalanlah!’…”  apakah Petrus punya kuasa? Ya. Di mana kuasanya? Dalam nama Yesus. “…7 Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan mengangkatnya bangun, dan  seketika itu juga tulang kaki dan mata kakinya, menerima kekuatan.”

 

 

And then of course  Peter and John got in trouble because they were doing things in the name of Jesus. Notice this following passage. 5 And it came to pass, on the next day, that their rulers, elders, and scribes, 6 as well as Annas the high priest, Caiaphas, John, and Alexander, and as many as were of the family of the high priest, were gathered together at Jerusalem. 7  And when they had set them in the midst, they asked,…” there’s John, John, and Peter are there, in their presence of these individuals that are mentioned here  “…‘By  what power or by what name have you done this?’…” See, that power and name are interchangeable here.  “…‘By  what power or by  what name have you done this?’…” have you healed this man, this paralytic? “…8 Then Peter, filled with the Holy Spirit, said to them, Rulers of the people and elders of Israel: 9 If we this day are judged for a good deed done to a helpless man, by what means he has been made well, 10 let it be known to you all, and to all the people of Israel, that by  the name of Jesus Christ of Nazareth, whom you crucified, whom God raised from the dead, by Him this man stands here before you whole…”  

Is there power in the name? Oh, there's power in the name, folks. When we are in a right relationship with the Lord, and Satan wants to cause us damage, and we say, “the Lord rebuke you in the name of Jesus”, Satan has to respect that, because when we use the name we actually have access to the power of Christ.

 

Kemudian tentu saja Petrus dan Yohanes kena masalah karena mereka melakukan hal-hal dalam nama Yesus. Simak bacaan berikut ini. 5 Dan terjadlah pada keesokan harinya pemimpin-pemimpin mereka, tua-tua dan ahli-ahli Taurat, 6 juga Imam Besar Hanas, dan Kayafas, Yohanes dan Aleksander, dan seberapa banyak yang termasuk keluarga Imam Besar, berkumpul bersama-sama di Yerusalem. 7 Dan ketika mereka telah menempatkan mereka (Petrus dan Yohanes) di tengah, mereka bertanya,…”  di sana ada Yohanes, dan Petrus di hadapan orang-orang itu yang disebutkan di sini. “…‘Dengan kuasa apa atau dalam nama siapa kamu telah melakukan ini? …”  Lihat, kuasa dan nama maknanya bisa ditukar di sini.  “…‘Dengan kuasa apa atau dalam nama siapa kamu telah melakukan ini?…” apakah kalian telah menyembuhkan orang lumpuh ini? “…8 Lalu Petrus, yang dipenuhi Roh Kudus, berkata kepada mereka,Para pemimpin umat dan tua-tua Israel, 9 jika kami hari ini dihakimi untuk suatu perbuatan baik yang dilakukan kepada seorang yang tidak berdaya, melalui perbuatan mana dia telah disembuhkan, 10 hendaknya diketahui oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus dari Nazaret, yang telah kamu salibkan, yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati-, melalui Dialah, orang ini berdiri di sini di hadapanmu, sembuh.” (Kisah 4:5-10).

Apakah ada kuasa dalam nama itu? Oh, ada kuasa dalam nama itu, Saudara-saudara. Ketika kita dalam hubungan yang benar dengan Tuhan, dan Setan mau mencelakakan kita, kita berkata, “Tuhan yang menegur kamu, dalam nama Yesus”, dan Setan harus menghormati itu, karena ketika kita memakai nama itu, sesungguhnya kita punya akses kepada kuasa Kristus.

 

 

Notice Acts 16:16-18, 16 Now it happened, as we went to prayer, that a certain slave girl possessed with a spirit of divination met us, who brought her masters much profit by fortune-telling. 17 This girl followed Paul and us, and cried out, saying, ‘These men are the servants of the Most High God, who proclaim to us the way of salvation.’…” Well, she was saying the right things, but she was a pest. And so now notice, Paul eventually says that enough is enough, “…18 And this she did for many days. But Paul, greatly annoyed, turned and said to the spirit, ‘I command you in the name of Jesus Christ to come out of her.’ And he came out that very hour….” Power in the name.

 

Simak Kisah 16:16-18. 16 Suatu kali terjadi, ketika kami pergi untuk berdoa ada seorang budak perempuan yang dikuasai oleh roh tenung, bertemu dengan kami; dia telah memberikan majikannya banyak keuntungan dengan tenungan-tenungannya. 17 Gadis in mengikuti Paulus dan kami, dan berseru, katanya, ‘Orang-orang ini adalah hamba-hamba Allah Yang Mahatinggi, yang memberitakan kepada kami jalan keselamatan.’…”  Nah, gadis itu mengatakan kata-kata yang benar, tapi dia sangat mengganggu. Maka sekarang simak, Paulus akhirnya berkata, cukup sudah. “…18 Dan ini dilakukan gadis itu selama beberapa hari. Tetapi Paulus, yang merasa sangat terganggu, berpaling dan berkata kepada roh itu: ‘Dalam nama Yesus Kristus aku perintahkan engkau keluar dari perempuan ini.’ Seketika itu juga keluarlah roh itu…”  Kuasa dalam nama Yesus.

 

 

By the powerful name of the Lord of hosts, David slew Goliath. He says, “You come to me with sword and spear, I come to you in the name of the Lord of hosts, whom you have defied.”

 

Dengan nama Tuhan semesta alam yang penuh kuasa, Daud membunuh Goliat. Dia berkata, 45 … ‘Engkau mendatangi aku dengan sebuah pedang dan dengan sebatang tombak dan dengan sebuah perisai; tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, … yang telah engkau tantang.” (1 Samuel 17:45)

 

 

And then of course you have the story of Elisha. You know these 42 children they said, “Go up, thou bald head! Go up, thou bald head!”, they were actually mistreating the prophetic voice of the Lord. And so the Bible says that he turned and he cursed them in the name of the Lord. There's power in the name, not only positively, but also negatively for people.

 

Kemudian tentu saja ada kisah Elisa. Kalian tahu ke42 anak-anak yang berkata, “Naiklah,  gundul! Naiklah, gundul!” (2 Raja 2:23-25).  Mereka sesungguhnya berbuat tidak layak  kepada suara nubuatan Tuhan. Maka Alkitab berkata bahwa Elisa berpaling dan dia mengutuk mereka dalam nama Tuhan. Ada kuasa dalam nama itu, bukan hanya secara positif, melainkan juga negatif bagi manusia.

 

 

Jesus is our older brother. When Satan bullies us around, we must contend, not with us, we are not the ones that are contending with him. It is Jesus who contends with him, when we use His name. We have power of attorney in the name of Christ, to accomplish His biddings. But we must be careful to be in harmony with Jesus Christ.

 

Yesus adalah saudara tua kita. Ketika Setan merundung kita, kita harus melawan, bukan kita sendiri, kita bukanlah yang melawan Setan. Yesus-lah yang melawan dia, ketika kita menggunakan nama Yesus. Kita punya surat kuasa dalam nama Kristus, untuk melakukan perintahNya. Tetapi kita harus hati-hati untuk selalu serasi dengan Yesus Kristus.

 

 

Final point. When I was a student, I used to sell religious books. I was a colporteur.  The first thing I did when I arrived in a town was to visit, I was to actually visit the mayor, the chief of police, the education superintendent, and other important functionaries, in the town. I sold them the books, explained the value of the books, and asked them to put their seal and name on the prospectus that I used to present the books. When I later presented the books to the general public, and they saw the signatures and the seals of the political leaders of the town, they said, “Oh these books are kosher,” and so we sold lots of books because of the endorsement of the great leaders of the cities. There was power in their names, in order to sell the books. And by the way I made enough, the three summers that I went out to  colporteur, sell books, I made three scholarships, I paid for enough for three years of studies, each of those years. And one of the reasons of course besides the Lord empowering me in the sale of the books, was to have the names of the political leaders, because people say, “Well, you know if they're endorsing the books they must be good books.”

So let's remember, folks, that there is power in the name of Jesus. That's why we need to come to Him in prayer, in His name.

 

Poin terakhir. Ketika saya masih seorang mahasiswa, saya menjual buku-buku rohani, saya seorang kolportur. Hal pertama yang saya lakukan ketika saya tiba di sebuah kota ialah  mengunjungi walikotanya, kepala polisinya, kepala bagian pendidikan, dan pejabat-pejabat penting lainnya di kota tersebut. Saya menjual buku-buku kepada mereka, menjelaskan nilai buku-buku tersebut, dan minta mereka mencantumkan stempel dan nama mereka pada prospectus yang saya pakai untuk mempresentasikan buku-buku.  Ketika kemudian saya mempresentasikan buku-buku itu kepada publik, dan mereka melihat tandatangan dan stempel para pemimpin politik kota itu, mereka berkata, “Oh, buku-buku ini bener,” sehingga kami menjual banyak buku karena adanya endorsemen para pemimpin besar kota tersebut. Ada kuasa dalam nama-nama itu, untuk menjual buku-buku. Dan ketahuilah, saya mendapatkan cukup dana,  selama tiga musim panas saya keliling sebagai kolportur, menjual buku, saya mendapatkan tiga beasiswa, saya mendapat bayaran cukup untuk studi tiga tahun, setiap tahunnya itu. Dan salah satu alasannya tentu saja, selain Tuhan menyanggupkan saya dalam penjualan buku, ialah untuk mendapatkan nama-nama para pemimpin politik, karena orang-orang berkata, “Nah, jika mereka telah mengendorse buku-buku ini, tentunya buku-buku ini bagus.”

Jadi mari kita ingat, Saudara-saudara, bahwa ada kuasa dalam nama Yesus. Itulah mengapa kita perlu datang padaNya dalam doa, dalam namaNya.

 

 

I trust that what we've studied about prayer, you know there's a lot of characteristics here, you know when we're going to pray, we don't have to go through the study notes and say, now am I doing this, am I doing that. You know it becomes second nature once we get into the habit of praying. All of these things become natural to us. But prayer is the  hand of man taking the hand of God, the omnipotent hand of God, and making that which is impossible ~ humanly speaking ~ not only possible, but actually implemented in our lives. And I trust that that will be our experience of prayer is my hope and my prayer.

 

Saya percaya bahwa apa yang telah kita pelajari mengenai doa ~ kalian tahu ada banyak karakteristik di sini ~ ketika kita mau berdoa, kita tidak usah membaca dari makalah ini dan berkata, sekarang apakah saya melakukan ini, apakah saya melakukan itu. Kalian tahu, itu akan menjadi alami sekali kita punya kebiasaan berdoa. Semua hal ini akan menjadi alami bagi kita. Tetapi doa adalah tangan manusia memegang tangan Allah yang mahakuasa, dan membuat apa yang mustahil ~ bicara sebagai manusia ~ bukan hanya mungkin, tetapi benar-benar diimplementasikan dalam hidup kita. Dan saya percaya bahwa itu akan menjadi pengalaman doa kita, itulah harapan dan doa saya.

 

 

30 08 24