_____REVELATION’S
SEVEN SEALS_____
Part 22/24 - Stephen Bohr
SESSION 22 ~ THE SEAL OF GOD
AND THE MARK OF THE BEAST
https://www.youtube.com/watch?v=6Ehwkc-vuTs
Dibuka dengan doa.
Well good morning
and happy Sabbath, it's a real pleasure to be here on the true Lord's Day, the
holy Sabbath the seventh day of the week. In our last study together we were dealing a little bit with the Sabbath as the
Seal of God, basically in this class we've studied the Seven Seals, and in the
last presentation last evening as well as the presentations today we are going
to take a look at the Seal of God and the Mark of the Beast which is spoken of
in the Interlude to the Seals.
So basically we're
amplifying the interlude where you have the sealing, the four winds, etc.
Nah, selamat pagi dan selamat Sabat. Sungguh
menyenangkan berada di sini pada Hari Tuhan yang benar, Sabat yang kudus, hari
yang ketujuh. Dalam pelajaran kita yang terakhir, kita telah membahas sedikit
bahwa Sabat adalah Meterai Allah. Pada dasarnya di kelas ini kita telah
mempelajari Ketujuh Meterai, dan dalam presentasi terakhir semalam, juga
presentasi hari ini kita akan melihat pada Meterai Allah dan Tanda Binatang
yang dibicarakan di bagian Interlude
(Sisipan) Meterai-meterai.
Jadi pada dasarnya kita memperluas bagian Sisipan
di mana terdapat pemeteraian, keempat
angin, dll.
Today in our study
we are going to begin on page 373 of your syllabi, I got it right that time, didn't I? And what
we're going to do, we're not going to be able to finish this lesson in one
session, so what we're going to do is, do the first part and then we're going
to finish this lesson and also the following lesson which is basically three
pages and a little bit. So we're going
to study lessons from a forbidden tree and the idol Sabbath in both sessions
this morning, then this afternoon we're going to deal with the last chapter
that we find in the syllabus.
Hari ini dalam pelajaran kita, kita akan mulai di
hal. 373 dari silabi kalian ~ nah, kali ini saya tidak salah ucap, kan? ~ Dan
apa yang akan kita lakukan ialah, kita tidak akan bisa menyelesaikan pelajaran
ini dalam satu sesi, jadi apa yang akan kita lakukan ialah, menangani bagian
yang pertama kemudian kita akan menyelesaikan pelajaran ini dan juga pelajaran
berikutnya yang sekitar tiga halaman lebih sedikit. Jadi kita akan melihat
pelajaran dari sebuah pohon larangan dan Sabat berhala di dua sesi pagi ini,
kemudian sore ini kita akan membahas bab terakhir yang ada di silabus.
So let's begin at
the top of page 373. In this study we will look at the subject of the Seal of
God and the Mark of the Beast from a different perspective than usual. As we
examine the creation story we notice that Adam and Eve did not actually see God
create anything. Obviously, Adam did not see God create anything during the
first six days, and Adam did not see his own creation, and when God created
Eve, He put Adam to sleep. So they did not see God create absolutely anything,
therefore they
had no absolute, rational, empirical, scientific, or historical proof that God
was telling them the truth when He told them that He was their Creator. Belief in Jesus as the Creator was a matter
of faith in His Word. Belief in Jesus, in other words, was not
based on proof, but we’ll see that it was based on evidence.
Jadi mari kita mulai di bagian atas hal. 373. Dalam
pelajaran ini kita akan melihat topik Meterai Allah dan Tanda Binatang dari sudut
pandang yang berbeda daripada biasanya. Bila kita menyimak kisah penciptaan,
kita melihat bahwa Adam dan Hawa tidak benar-benar melihat Allah menciptakan
apa pun. Jelas, Adam tidak melihat Allah menciptakan apa pun selama lima hari
yang pertama, dan Adam tidak melihat penciptaan dirinya sendiri, dan ketika
Allah menciptakan Hawa, Dia membuat Adam tidur. Jadi Adam dan Hawa sama sekali tidak
melihat Allah menciptakan apa-apa, karena itu mereka tidak memiliki bukti sah
(proof) yang mutlak, rasional, empiris, ilmiah maupun historis bahwa Allah
mengatakan yang sebenarnya ketika Dia memberitahu mereka bahwa Dia adalah Pencipta mereka.
Kepercayaan dalam Yesus sebagai Sang Pencipta adalah soal iman dalam FirmanNya. Kepercayaan dalam Yesus,
dengan kata lain, tidaklah
berdasarkan bukti sah (proof), tetapi kita akan melihat bahwa
itu berdasarkan alasan-alasan yang
kuat (evidence).
Proof = bukti yang sah,
yang sudah diterima secara hukum dalam pengadilan.
Evidence =
alasan-alasan kuat yang baru bisa menjadi bukti setelah dibenarkan pengadilan.
However, God does
not expect us to have blind faith. In matters of belief, there is no such thing
as blind faith, because faith is always sustained by evidence. So
you'll notice that there was no absolute proof or demonstration that God was
the Creator. Adam and Eve did not see God create anything. There was no
demonstration that Jesus was the Creator. And yet did Adam and Eve have evidence that God was
their Creator? Absolutely. Eve existed in a beautiful world, God gave
her a wonderful husband, Jesus talked with Adam and Eve face-to-face, they had
fullness of happiness and joy. In other words, Adam and Eve and particularly
Eve at this point, because we are going to talk about the temptation that Eve
faced, she had plenty of evidence that God was her Creator. In other words, her
faith was not based on blind faith. It was based on evidence.
Namun demikian, Allah tidak ingin kita percaya
buta. Dalam hal iman, tidak ada yang namanya iman buta, karena iman selalu didukung oleh
alasan-alasan yang kuat (evidence). Jadi kalian akan melihat
bahwa tidak ada bukti mutlak atau demonstrasi bahwa Allah adalah Sang Pencipta.
Adam dan Hawa tidak melihat Allah menciptakan apa-apa. Tidak ada demonstrasi
bahwa Yesus adalah Sang Pencipta. Namun, apakah Adam dan Hawa punya alasan-alasan kuat (evidence) bahwa
Allah adalah Pencipta mereka? Betul sekali. Hawa hidup di dunia
yang indah. Allah telah memberinya seorang suami yang sangat baik. Yesus
berbicara dengan Adam dan Hawa berhadapan muka, mereka sangat bahagia dan penuh
sukacita. Dengan kata lain, Adam dan Hawa ~ dan terutama Hawa yang menjadi
fokus kita, karena kita akan membahas pencobaan yang dihadapi Hawa ~ dia
memiliki banyak alasan kuat (evidence) bahwa Allah adalah Penciptanya. Dengan
kata lain, iman Hawa bukan iman buta, tapi berlandaskan alasan-alasan kuat
(evidence).
Ellen White has
correctly stated the following, “God never asks us to believe without giving
sufficient evidence upon which to base our faith. His existence, His character,
the truthfulness of His Word are all established by testimony that appeals to
our reason. And this testimony is…” what? “…abundant. Yet God has never removed the possibility of doubt. Our
faith must rest upon evidence, not
demonstration. Those who wish to doubt
will have opportunity, while those who really desire to know the truth will find plenty of evidence on which to rest
their faith.” (Steps to Christ 105.2)
Ellen White secara tepat menyatakan yang berikut, “…Allah tidak pernah
minta kita percaya tanpa memberikan cukup alasan yang kuat (evidence) di mana kita bisa melandaskan iman kita.
EksistensiNya, karakterNya, kebenaran FirmanNya, semuanya ditegakkan oleh
kesaksian yang bisa diterima oleh logika kita. Dan kesaksian ini…” apa?
“…berlimpah. Namun Allah tidak pernah menyingkirkan kemungkinan adanya
keraguan. Iman kita harus berlandaskan pada alasan-alasan kuat (evidence),
bukan demonstrasi. Mereka yang mau meragukan, akan punya kesempatan untuk itu,
semetara mereka yang sungguh-sungguh rindu mengetahui kebenarannya, akan
menemukan banyak alasan kuat (evidence) di atas mana mereka bisa melandaskan
iman mereka.” (Steps to Christ 105.2)
In another statement that we find in Testimonies for the Church Volume 5 page 69 we find these words, “If you refuse to believe until every shadow
of uncertainty and every possibility of doubt is removed, you will never
believe. The doubt that demands perfect knowledge will never yield to faith. Faith
rests on evidence, not…” what? “…not demonstration…” because if God
demonstrated to Adam and Eve that He was a Creator they would not need to have
faith, because they saw it.
That's why the Apostle Paul in Romans 8:24 says why would
we believe in something, have faith in something that hasn't taken place yet,
if we actually have already seen it.
Dalam
suatu pernyataan yang ada di Testimonies
for the Church Vol.5 hal. 69, kita lihat kata-kata ini, “…Jika kamu menolak untuk percaya hingga setiap bayang-bayang
ketidakpastian dan setiap kemungkinan keraguan lenyap, kamu tidak akan pernah
percaya. Keraguan yang menuntut pengetahuan yang sempurna tidak akan pernah
tunduk kepada iman. Iman bersandar pada alasan-alasan yang kuat, bukan…” apa?
“…bukan pada demonstrasi…” Karena jika Allah
mendemonstrasikan kepada Adam dan Hawa bahwa Dialah Sang Pencipta, mereka tidak
perlu lagi punya iman, karena mereka sudah melihatnya.
Itulah sebabnya rasul Paulus di
Roma 8:24 berkata, bagaimana kita bisa mempercayai sesuatu, mengimani sesuatu
yang belum terjadi, kalau kita sudah melihatnya?
Now let's notice the next section, we're going to deal with
a question-and-answer sequence here in this lesson. According to the Bible, who was the active agent in the creation of the
world? We could read several verses but we want to read one passage particularly
John 1:1-3, “ In the beginning was the Word and the Word was with God and
the Word was God. He was in the beginning with God. All things were made
through Him and without Him, nothing was
made that was made.” So if Jesus created all
things, He also created what? He also
created the Sabbath. This is why He
later explained in Mark 2:28 “…that the Son of Man is Lord of…” what? “…the Son of Man is the Lord of the Sabbath…” Because He created all things the first six days and on the
seventh day He created holy time. So there's no doubt the Bible tells us that
Jesus was the Creator, and we have plenty of evidence to base our faith on, but
we weren't there seeing it, so we have no absolute demonstration to prove that
God was the Creator. We have evidence that we can rest our faith on.
Sekarang mari kita simak bagian berikut, kita akan memasuki
bagian Pertanyaan dan Jawaban di pelajaran ini. Menurut Alkitab, siapakah tokoh
yang aktif dalam penciptaan dunia? Kita bisa membaca beberapa ayat tetapi kita
akan membaca satu bacaan khususnya, Yohanes 1:1-3, “1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah 2 Ia pada
mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan melalui Dia, dan tanpa Dia tidak ada suatu pun
yang telah jadi, dijadikan…” Jadi,
jika Yesus menciptakan segala sesuatu, Dia juga menciptakan apa? Dia juga yang
menciptakan Sabat. Itulah mengapa kemudian Dia menjelaskan di Markus 2:28, “…Anak Manusia adalah juga
Tuhan atas…” apa? “…Anak Manusia adalah juga
Tuhan atas hari Sabat…” Karena Dia yang menciptakan segala sesuatu
enam hari yang pertama, dan pada hari ketujuh Dia menciptakan waktu kudus. Jadi
tidak ada keraguan, Alkitab mengatakan kepada kita bahwa
Yesus adalah Sang Pencipta, dan kita punya banyak alasan kuat (evidence) untuk
menjadi dasar iman kita, tetapi kita tidak ada di sana melihatnya, maka kita
tidak punya demonstrasi yang absolut untuk membuktikan Allah adalah Sang
Pencipta. Kita memiliki alasan-alasan kuat (evidence) untuk melandasi iman
kita.
Now what positive
command did Jesus give Adam and Eve when He created ~ I put Adam here but it's
Adam and Eve, Eve through Adam ~ when He created him or them? Genesis 2:15-16 tells us, “…Then the Lord God took
the man and put him in the Garden of Eden to tend and keep it. And the Lord God
commanded the man…” of course first Adam and then
through Adam the command reaches Eve, “…and the Lord God commanded the man saying, ‘Of every tree of the garden you may freely
eat’…” So first of all we have
a positive command. Before God tells them what they can't do, God tells them
what they can do. God tells them, “You can eat from all of the trees of the
garden. All of the trees are for your personal enjoyment.” But then we have a
negative command. Genesis 2:17 we find these words, “…But of the tree of the knowledge of
good and evil you shall not eat. For in the day that you eat of it, you shall
surely die.” So you'll notice
that in the first command that God gives to Adam and Eve, He tells them, “You
can eat of all of the trees of the garden, they’re for your personal use and
consumption. But there's one tree that I forbid you to eat from.” Now we're going to see as we go along, why
this is important.
Nah, perintah yang positif apa yang diberikan Yesus
kepada Adam dan Hawa ketika Yesus menciptakan dia atau mereka? Di silabus saya
menyebutkan Adam tetapi seharusnya Adam dan Hawa, Hawa melalui Adam. Kejadian
2:15-16 mengatakan, “15 Lalu TUHAN Allah
mengambil manusia laki-laki itu dan
menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. 16
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia laki-laki itu…” tentu
saja pertama Adam dan kemudian melalui Adam perintah itu diterima Hawa, “…Lalu TUHAN Allah memberi
perintah ini kepada manusia laki-laki itu, ‘Semua
pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas’…” Jadi pertama-tama ada perintah yang
positif. Sebelum Allah memberitahu mereka apa yang tidak boleh mereka lakukan,
Allah memberitahu mereka apa yang boleh mereka lakukan. Allah memberitahu
mereka, “Kalian boleh makan dari semua pohon di dalam taman, semua pohon di
sini adalah untuk kalian nikmati sendiri.” Tetapi kemudian kita melihat
perintah yang negatif. Kejadian 2:17, kita temukan kata-kata ini, “…17 ‘tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’…” Jadi kalian lihat di perintah yang
pertama yang diberikan Allah kepada Adam dan Hawa, Dia berkata kepada mereka,
“Kalian boleh makan dari semua pohon yang di taman, mereka itu untuk keperluan
pribadi dan konsumsi kalian. Tetapi ada satu pohon yang Aku larang kalian makan darinya.” Sekarang kita mulai melihat
sambil kita berjalan, mengapa hal ini penting.
Now the question is,
what was the location of the tree from which they were forbidden to eat? Well,
Genesis 3:2-3 and I'm reading from the NIV because it's clearer, we find where the
tree was located. The tree that tested
Adam and Eve's faith that God was their Creator and He was the true God. “The woman said to the serpent, ‘We
may eat fruit from the trees in the garden, but God did say ‘you must not eat
from the tree that is’…” where? “…‘in the middle of the garden, and you must
not touch it or you will die’…” So where was the tree that tested the faith
of Adam and Eve that God was a true God and He was the Creator? It was in the middle of the garden, the tree
that tested the loyalty of Adam and Eve was located in the very middle. The tree was the external way in which God could
test Adam and Eve and their internal commitment to Him.
Sekarang, pertanyaannya ialah, di manakah lokasi
pohon yang darinya mereka dilarang makan? Nah, Kejadian 3:2-3, dan saya
membacakan dari NIV karena lebih jelas, kita akan melihat di mana lokasi pohon
itu, pohon yang menguji iman Adam dan Hawa bahwa Allah adalah Pencipta mereka
dan Dialah Allah yang sejati. “2 Perempuan itu
berkata kepada ular itu: ‘Kami boleh makan buah pohon-pohonan dalam taman ini, 3
tetapi Allah memang berfirman, ‘kamu tidak boleh makan dari pohon yang ada
di…” mana? “…di tengah-tengah taman, dan kamu tidak
boleh merabanya, atau kamu akan mati.’…”
Jadi di mana pohon yang menguji iman Adam dan Hawa bahwa Allah adalah Allah yang sejati dan bahwa Dialah Sang Pencipta? Ada di tengah-tengah taman,
pohon yang menguji kesetiaan
Adam dan Hawa terdapat di tengah-tengah. Pohon itu adalah cara eksternal (yang kelihatan)
dengan mana Allah bisa menguji Adam dan Hawa dan komitmen internal (yang tidak kelihatan) mereka kepadaNya.
So do we have an external
test in the Garden of Eden like we were studying in our last subject together? Yes.
The evidence that they actually trusted God was in not eating from a tree, but their trust was really what? Their trust
was inside, and they showed it by respecting God's tree.
Jadi apakah ada ujian eksternal di taman Eden
seperti yang telah kita pelajari dalam pelajaran terakhir kita? Ya. Bukti bahwa
mereka sungguh-sungguh mempercayai Allah ialah dengan tidak makan dari pohon
itu, namun sesungguhnya percaya mereka itu apa? Percaya mereka itu internal,
dan mereka menunjukkannya dengan menghormati pohon Allah.
Now who chose the
tree from which Adam and Eve were not to eat? Well Genesis 2:17 tells us that
God was the One who chose the tree and pointed out the tree, “…but of the tree of the
knowledge of good and evil you shall not eat, for in the day that you eat of it
you shall surely die…” by the way when it
says “you shall surely die” in the Hebrew it says “you will die by death”, I don't think there's any other way of dying. What
God is saying you're going to really die,
truly die, you can take it to the bank that you're going to die.
Now let's read the
note. God did not give Adam and Eve the option of choosing the tree from which
they could not eat. God chose the specific tree, pointed it out, and expected Adam
and Eve to abstain from eating its fruit.
Nah, siapa yang memilih dari pohon mana
Adam dan Hawa dilarang makan? Kejadian 2:17 mengatakan kepada kita bahwa
Allah-lah yang memilih pohonnya dan yang menetapkan pohonnya. “17 ‘tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang
jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya,
pastilah engkau mati.’…” nah,
“pastilah engkau mati” itu dalam bahasa Ibraninya “engkau akan mati oleh
kematian”, menurut saya tidak ada cara
lain untuk mati. Apa yang dikatakan Allah ialah, engkau benar-benar akan mati,
betul-betul mati, dijamin engkau akan mati.
Nah mari kita
baca catatannya. Allah tidak memberi Adam dan Hawa hak untuk memilih
dari pohon mana mereka tidak boleh makan. Allah
yang menentukan pohon yang khusus, menunjukkannya, dan
menghendaki Adam dan Hawa tidak makan buahnya.
Now what was the
appearance of the tree like? Genesis 2:15-17 tells us about this tree. Is there
any evidence in the text that the tree of the knowledge of good and evil was
any different than any other trees in the garden? No.
Let's read the note.
There is no evidence that the tree of the knowledge of good and evil was any
different from the other trees of the garden. It was not taller or brighter, neither
did it have a different type of fruit than the other trees. What made
it different was not its external appearance, but the fact that God had set it apart.
God identified the tree by location, not by appearance.
Nah, bagaimana bentuk pohon tersebut? Kejadian
2:15-17 memberitahu kita tentang pohon ini. Apakah di ayat-ayat itu ada alasan
untuk menganggap pohon pengetahuan baik dan jahat itu berbeda dari pohon-pohon
yang lain di dalam taman itu? Tidak.
Mari kita baca
catatannya. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa pohon pengetahuan baik dan
jahat itu berbeda sedikit pun dari pohon-pohon lainnya di dalam taman. Pohon
itu tidak lebih tinggi, atau lebih bersinar, juga dia tidak mempunyai jenis
buah yang berbeda dari pohon-pohon lain. Yang
menjadikan berbeda bukanlah penampilan luarnya, melainkan fakta bahwa Allah yang telah
memisahkannya. Allah mengidentifikasi pohon tersebut berdasarkan
lokasinya, bukan berdasarkan penampilannya.
Notice this
interesting statement from Ellen White, the book Confrontation
page 12, “Adam and Eve were permitted to partake of
every tree in the garden save one. There
was a single prohibition. The forbidden tree was as attractive and lovely as
any of the trees in the garden. It was called the tree of the knowledge because
in partaking of that tree of which God had said, ‘Thou shalt not eat of it’,
they would have a knowledge of sin, an experience in disobedience.”
So Ellen White
tells us that this tree was as attractive and lovely as any of the other trees
in the garden. In other words it wasn't taller, it didn't have a halo of light
around it, it didn't have a bigger and juicier fruit, it looked just like the
other trees of the garden.
Simak pernyataan yang menarik ini dari Ellen White,
dari buku Confrontation hal. 12, “…Adam dan Hawa diizinkan makan dari setiap pohon di taman
itu kecuali satu. Ada satu larangan. Pohon larangan itu sama menariknya dan
sama indahnya seperti pohon-pohon yang lain di dalam taman itu. Pohon ini
disebut pohon pengetahuan karena dengan makan dari pohon yang sudah Allah
katakan, ‘Jangan kaumakan buahnya’,
mereka akan memperoleh pengetahuan tentang dosa, suatu pengalaman dalam
ketidakpatuhan.”
Jadi Ellen White mengatakan kepada kita bahwa pohon ini sama menariknya,
sama indahnya seperti pohon-pohon yang mana pun di dalam taman itu. Dengan kata
lain, pohon itu tidak lebih tinggi, tidak punya pancaran sinar di sekitarnya,
tidak punya buah yang lebih besar dan lebih banyak airnya. Pohon itu sama
seperti pohon-pohon lainnya di dalam taman itu.
Now to whom did all
the trees of the garden belong? All the trees of the garden belong to God,
right? Even the ones that Adam and Eve could partake of and use for their own
personal consumption. Notice Psalm 24:1-2 - this is where we find that all of the trees were
the property of God as well as everything else that God made, that Jesus made. “1The earth
is the Lord's and all its fullness…” that means
everything in it “…the world and those who dwell
therein…” And now we have the
reason “…2 for He has founded it upon the seas and
established it upon the waters…”
So to whom did all
of the trees belong? The trees that they could partake of and the tree that
they could not partake of, all of them belonged to God.
Nah semua pohon yang di taman itu milik siapa?
Semua pohon di taman itu milik Allah, benar? Bahkan pohon-pohon yang boleh
dimakan oleh Adam dan Hawa dan yang dipakai untuk konsumsi pribadi mereka.
Simak Mazmur 24:1-2 ~ di sinilah kita temukan bahwa semua pohon itu milik
Allah sebagaimana segala sesuatu yang diciptakan Allah, yang diciptakan Yesus. “1 Tuhanlah yang empunya bumi dan semua kepenuhannya,…” itu
artinya segala sesuatu di dalamnya, “…dunia serta yang diam di dalamnya…” Dan sekarang kita lihat alasannya, “…2 Sebab Dialah
yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas air-air…”
Jadi
semua pohon itu milik siapa? Pohon-pohon yang boleh mereka makan buahnya dan
pohon yang tidak boleh mereka makan buahnya, semuanya milik Allah.
Now you're probably
wondering why we're going through this, if you haven't heard this presentation
before, there's an intention and a purpose why we're going through this, and
you'll see it as we go along.
Let's read the notes. All of the trees of the garden were
God's property because He had created them. However, the tree of knowledge was
in a special category. It belonged to God what? Exclusively, in a special
sense. Even though the other trees of
the garden also belonged to God, He permitted man to use them for his own
personal pleasure. However, this particular tree was not for man's use, it was
off-limits. Now how much of the tree belonged to God? Could man eat just a
little piece of the fruit? What would the answer be to that? Not even a little
piece of the skin of the fruit of the tree. The tree in its entirety belonged to
God and man could not partake of any itsy-bitsy piece of it.
Nah, kira-kira kalian bertanya-tanya mengapa kita
membahas ini, jika kalian belum pernah mendengar presentasi ini sebelumnya. Ada
maksud dan tujuan mengapa kita membahas ini, dan kalian akan mengerti sambil
kita jalan.
Mari kita
baca catatannya. Semua
pohon di taman itu adalah milik Allah karena Dia yang telah menciptakan mereka.
Namun pohon pengetahuan ini masuk dalam kategori istimewa, itu milik Allah bagaimana? Secara
eksklusif, dalam pengertian yang khusus. Walaupun pohon-pohon yang lain di
taman itu milik Allah, Dia mengizinkan manusia memakai mereka untuk
kesenangannya sendiri. Namun, pohon khusus ini bukan untuk dipakai manusia,
manusia sama sekali tidak berhak atasnya. Nah, seberapa banyak dari pohon tersebut
yang milik Allah? Bolehkah manusia makan hanya sedikit saja dari buahnya?
Apakah jawabannya untuk pertanyaan itu? Bahkan secuil kulit buahnya pun tidak
boleh. Pohon itu secara keseluruhan
adalah milik Allah, dan manusia tidak boleh mengambil potongan sekecil apa pun
darinya.
Now let's go to the
subtitle “Rejecting God as Creator”. What
did Satan tell Eve, that she and her husband
would become if they ate from the tree? Genesis 3:4-5, “4 Then the serpent said to the woman, ‘You will
not surely die. 5 For God knows that in the day you eat of it
your eyes will be opened, and you will be like God, knowing good and evil.’” So what did Satan
tell Eve that she could be if she actually ate from the tree and partook of the
tree that belonged only to God? “Ah, Eve
you will be like God.” Satan was giving
her an alternative explanation to her existence.
And here we have
the sequence. Eve strayed from her husband's side. Eve asked herself, “Why God forbade eating from this one tree?”
You can read this in Patriarchs and Prophets.
When she comes to tree she says, “I wonder why God told us that we couldn't eat
from this particular tree? It's not taller, it doesn't have a halo light around
it, the fruit looks pretty much like the fruit of the other trees. I wonder
what this tree has that would lead God to forbid us from eating it? Perhaps,”
she asked herself, “is it really true that Jesus was the One who created us as
He told us? After all, did we actually see Him create anything?” She asked
herself if there might be an alternative explanation of their existence.
So Satan now takes
advantage because Satan can read body language. If you read Patriarchs and Prophets Ellen White
explains, that as she saw this tree she
asked herself, why God would tell them not to eat from the tree and Satan is
able to read body language. And furthermore Ellen White explains that Eve when
she came to the foot of the tree, she actually expressed her thoughts audibly,
she was talking to herself but she didn't even realize it. And so Satan now he
says, “I know what she's thinking about, why God told them not to eat from this
tree.”
Nah, mari kita ke subtitel “Rejecting
God as Creator” (Menolak Allah sebagai
Pencipta). Apa kata Setan kepada Hawa, bahwa dia dan suaminya akan menjadi apa
jika mereka makan dari pohon itu? “4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Sekali-kali kamu
tidak akan mati. 5 Karena Allah mengetahui bahwa pada hari
kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu
tentang yang baik dan yang jahat.’…" Jadi apa kata Setan kepada Hawa
jika dia benar-benar makan dari pohon itu dan mengambil bagian dari pohon yang
hanya milik Allah, dia bisa menjadi apa? “Aaah, Hawa, kamu akan menjadi seperti
Allah.” Setan memberinya suatu penjelasan alternatif tentang eksistensinya.
Dan di sini kita melihat urut-urutannya. Hawa berkeliaran meninggalkan
suaminya. Hawa bertanya pada dirinya sendiri, “Mengapa Allah melarang kami makan dari pohon satu ini?”
Kalian bisa membaca dari Patriarchs and Prophets. Ketika Hawa datang ke pohon itu dia berkata, “Kenapa ya Allah
mengatakan kepada kami, kami tidak boleh makan dari pohon yang satu ini?
Pohonnya tidak lebih tinggi, dia tidak punya pancaran sinar yang
mengelilinginya, buahnya juga sangat mirip buah pohon-pohon yang lain.
Memangnya apa yang dimiliki pohon ini sehingga Allah melarang kami makan
darinya? Mungkin,” dia bertanya pada dirinya sendiri, “apa memang benar Yesus
yang telah menciptakan kami seperti yang dikatakanNya? Sesungguhnya apakah kami melihat Dia menciptakan apa-apa?”
Hawa bertanya pada dirinya sendiri apakah ada penjelasan lain tentang
eksistensi mereka.
Jadi sekarang Setan memanfaatkan kesempatan, karena Setan bisa membaca
bahasa tubuh. Jika kalian membaca Patriarchs and Prophets, Ellen White menjelaskan, saat Hawa melihat pohon ini, dia bertanya
pada dirinya sendiri, mengapa Allah memberitahu mereka tidak boleh makan dari
pohon tersebut, dan Setan bisa membaca bahasa tubuh. Lagi pula Ellen White
menjelaskan bahwa ketika Hawa tiba di kaki pohon itu, dia menyatakan pikirannya
dengan suara, dia berbicara pada dirinya sendiri tetapi dia tidak menyadarinya.
Maka sekarang Setan berkata, “Aku tahu apa yang dipikirkannya, mengapa Allah
memberitahu mereka jangan makan dari pohon ini.”
So Satan now is
going to use four methods to deceive Eve.
1.
he is going to
perform a
counterfeit miracle. And these methods he's going to use all over again at
the end of time. What was the counterfeit miracle? How many of you have
ever seen a talking snake? Would it be a miracle for a snake to talk to you?
You’d better believe it. But the snake wasn't talking, it was the Devil but he
made it appear like the serpent was speaking. So he performed a counterfeit
miracle.
2. He also distorted the Word of God. “So
God has told you that you can't eat of any tree of the garden,” and Eve has to correct him, she said, “No, no, no, that's not what God said. God
said that we can eat from every tree except this one.”
3. In the third place Satan led Eve to
follow the testimony of her senses. It says in Genesis 3:6 that she saw
that the fruit of the tree was good, and she was listening that it was going to
make her wise, she touched the fruit and she didn’t die, and so all of her
senses are involved. She's following the testimony of her senses.
4.
and the last
method of Satan was the most deceptive of all. And that was to tempt
Eve to follow her unaided reason instead of following the Word of God. In
other words, Satan now offers Eve an alternative explanation of why God told
them not to eat from the tree. He's going to tell Eve, “It's not because you're
going to die if you eat from the tree, God knows that if you eat from this tree
you are going to be just like Him.” What he's hinting at is that God at some
point in the past ate from the tree and that made Him God, and after that He
intimidated everybody by saying if you eat from this tree you're going to die,
but it's really because God didn't want any rivals.
Jadi
Setan sekarang akan memakai empat cara untuk menipu Hawa.
1.
Dia akan membuat suatu mujizat palsu. Dan cara-cara ini akan dipakainya lagi pada akhir masa.
Apa mujizat palsunya? Berapa dari antara kalian yang pernah melihat ular yang berbicara?
Apakah itu bukan mujizat kalau seekor ular bisa berbicara kepada kita? Pasti.
Tetapi bukan ularnya yang berbicara, melainkan Iblis, tetapi dia membuatnya
seolah-olah ular itu yang berbicara. Jadi dia membuat suatu mujizat.
2.
Dia juga memutarbalikkan
Firman Allah. “Jadi Allah memberitahu kamu, kamu tidak boleh
makan dari pohon mana pun di taman ini,” dan Hawa harus mengoreksinya, dia
berkata, “Tidak, tidak, tidak, Allah tidak berkata begitu. Allah berkata kami
boleh makan dari semua pohon kecuali yang satu ini.”
3.
Ketiga, Setan menuntun
Hawa untuk mengikuti kesaksian pancaindranya. Dikatakan di
Kejadian 3:6 bahwa dia melihat buah pohon itu bagus, dan dia mendengar bahwa
buah itu akan membuatnya bijaksana, dia menyentuh buah itu dan dia tidak mati,
jadi semua pancaindranya terlibat. Dia mengikuti kesaksian pancaindranya.
4.
Dan cara terakhir Setan adalah yang paling menipu dari
semua. Dan itu ialah mencobai
Hawa untuk mengikuti nalarnya sendiri, bukan mengikuti Firman
Allah. Dengan kata lain, Setan sekarang memberi Hawa penjelasan yang lain
mengapa Allah melarang mereka makan dari pohon itu. Setan akan berkata kepada
Hawa, “Itu bukan karena kamu akan mati kalau kamu makan dari pohon ini, tapi
Allah tahu jika kamu makan dari pohon ini kamu akan menjadi sama seperti Dia.”
Apa yang disiratnya ialah bahwa Allah di masa lampau sudah makan dari
pohon itu, dan itulah yang membuatnya menjadi Allah. Dan setelah itu Allah
mengintimidasi semua orang dengan mengatakan jika kamu makan dari pohon ini
kamu akan mati, tetapi sesungguhnya karena Allah tidak mau punya saingan.
Are you understanding
what's happening here? So what is the Devil leading Eve to do? To question
God's story about her existence.
Now let's read the
note. Eve's only safety was to have what? Settled faith and trust in the Word
of God, period. God said it, I believe
it. And that settles it for me. She was not to pay any attention to the miracle,
she was not to pay attention to the word of the serpent, she was not to pay
attention to her senses, or to the logical, seemingly logical explanation that
the serpent or Satan was offering her.
The purpose of the tree was to test Adam and Eve's faith in the
Lord to see if they were willing to recognize Him as their Creator and the only
true God. That was the test.
Apakah kalian paham apa yang terjadi di sini? Jadi
Iblis menuntun Hawa untuk berbuat apa? Untuk meragukan kisah Allah tentang
eksistensinya.
Sekarang, mari kita
baca catatannya. Satu-satunya keamanan Hawa ialah dengan memiliki apa?
Iman dan percaya yang mantap dalam Firman Allah, titik. Allah berkata begitu,
aku percaya, dan itu cukup bagiku. Dia tidak seharusnya memberikan perhatian
kepada mujizat, dia tidak seharusnya memberikan perhatian kepada kata-kata
ular, dia tidak seharusnya memberikan
perhatian kepada pancaindranya, atau pun kepada penjelasan yang tampaknya logis
yang disodorkan ular atau Setan kepadanya.
Tujuan pohon itu ialah menguji
iman Adam dan Hawa pada Tuhan untuk melihat apakah mereka
bersedia mengakui Dia sebagai Pencipta mereka dan satu-satunya Allah yang
sejati. Itulah ujiannya.
In his temptation
Satan was not telling Eve that she and Adam would be little gods if they ate
from the tree. He was actually insinuating that at some time in the past God
had eaten from the tree and had become God, and he assured Eve if she ate from
the tree she would be God as well. The Hebrew word for “gods” in Genesis 3:5
and that's the way that it's translated in the King James Version, is אֱלֹהִים ['ĕlôhı̂ym], it's the same identical word that appears in
Genesis 1:1 where it says, “In the beginning God
created the heavens and the earth.” Satan unabashedly
attacked God as the Creator and His only right to be God. He was not telling
Eve that she would be a little god, but rather that she would be on a level of
equality with God.
Satan knew that the
only way he could get Adam and Eve to dishonor their Creator was by getting
them to partake of the one tree that God had reserved for Himself. Are you
catching the picture? So it's an attack on the Creator, it's an attack on the
true God. If Satan can lead Eve to partake of the one tree that God reserved
for Himself, that would be actually slapping the Creator in the face, and her
want to make herself God.
Ketika mencobai Hawa, Setan tidak mengatakan kepadanya bahwa
Hawa dan Adam akan menjadi allah-allah kecil jika mereka makan dari pohon itu.
Dia malah menyiratkan bahwa di masa lampau Allah telah makan dari pohon itu dan
menjadi Allah, dan dia meyakinkan Hawa jika dia makan dari pohon itu, Hawa juga
akan menjadi Allah. Kata Ibrani untuk “allah-allah” di Kejadian 3:5 ~ dan
demikianlah KJV menerjemahkannya ~ ialah אֱלֹהִים ['ĕlôhı̂ym], itu
adalah kata yang persis sama yang muncul di Kejadian 1:1 di mana dikatakan, “1 Pada mulanya Allah (jamak) menciptakan langit dan bumi.” Setan tanpa malu menyerang Allah sebagai Sang
Pencipta dan hak yang hanya dimiliki
Allah Sendiri sebagai Allah. Setan tidak mengatakan kepada Hawa bahwa Hawa akan menjadi allah
kecil, melainkan dia akan menjadi sederajat dengan Allah.
Setan tahu bahwa jalan satu-satunya dia bisa
membuat Adam dan Hawa tidak menghormati Pencipta mereka ialah dengan membuat
mereka makan dari pohon satu-satunya yang telah dipisahkan Allah bagi diriNya
sendiri. Apakah kalian menangkap gambarnya? Jadi itu merupakan serangan pada
Sang Pencipta, itu adalah serangan pada Allah yang sejati. Jika Setan bisa
menuntun Hawa sampai makan dari satu-satunya pohon yang telah dipisahkan Allah
bagi diriNya sendiri, itu benar-benar akan menjadi suatu tempelengan di wajah
Sang Pencipta, dan keinginan Hawa untuk menjadikan dirinya Allah.
Now let's go to the
next section. Satan deceived Eve. What excuse did Eve give to God for eating
from the tree of knowledge? Genesis 3:13, “13 And the Lord God said to the woman, ‘What is this
you have done?’ The woman said, ‘The serpent deceived me, and I ate.’…”
I like the way the King James says it, “the serpent beguiled me” that's an oldie English word, we don't use it very much, but it
sounds a lot more sinister, I think. “The serpent beguiled me” it means that
the serpent deceived me. Now what do we
need to do in order to deceive someone? We have to offer a counterfeit.
Nah, mari kita ke bagian berikut. Setan menipu
Hawa. Apa alasan yang diberikan Hawa kepada Allah karena makan dari pohon
pengetahuan? Kejadian 3:13, “13 Kemudian berfirmanlah TUHAN
Allah kepada perempuan itu, ‘Apakah yang telah kauperbuat ini?’ Jawab perempuan
itu, ‘Ular itu yang memperdayai aku, dan
kumakan.’…” saya
suka cara KJV mengatakannya, “the serpent beguiled me”
itu adalah kata Inggris yang sudah kuno, kita sudah sangat jarang
memakainya tetapi kesannya jauh lebih jahat, saya rasa. “the serpent beguiled me” artinya ular itu memperdayai aku. Nah, apa
yang harus kita lakukan supaya bisa mempedayai seseorang? Kita harus
menyodorkan yang palsu.
And there are three
aspects to a counterfeit:
1.
First, in order
for a counterfeit to be deceptive the counterfeit must be as close as possible to
the what? To the genuine. You have fool's
gold, well you have to make it look as close as possible to real gold, right?
2.
Secondly, the
counterfeit comes after the genuine in time. In other words, the
purpose of the counterfeit is to counterfeit that which is already genuine.
3.
And three, the
only way to
detect the counterfeit is to what? To compare with the genuine. So in
order to detect the counterfeit, do you have to know what the genuine is?
Absolutely.
I want you to keep those three ideas in mind because they're very
important. First of all in order for a counterfeit to be deceptive, it must
appear as close as possible to the genuine. Secondly, it comes after the
genuine in time. And three, in order to
detect it you must clearly know what the genuine is.
Dan
sesuatu yang palsu punya tiga aspek:
1. Pertama, supaya
yang palsu bisa mengelabui, yang
palsu harus semirip mungkin dengan apa? Dengan yang asli. Emas sepuhan, nah, itu
harus dibuat semirip mungkin emas tulen, benar?
2. Yang kedua, yang palsu itu muncul setelah
yang asli dalam urutan waktu. Dengan kata lain, tujuan yang
palsu ialah memalsukan yang asli yang sudah ada.
3. Dan ketiga,
satu-satunya cara untuk mengenali yang palsu ialah dengan apa? Dengan membandingkannya dengan yang
asli. Maka agar kita bisa mendetek yang palsu, apakah kita harus tahu yang asli itu apa? Tentu
saja.
Saya mau kalian mengingat ketiga ide ini karena mereka
sangat penting. Pertama, supaya yang palsu bisa mengelabui, dia harus tampil
semirip mungkin dengan yang asli. Kedua, munculnya setelah yang asli dalam
urutan waktu. Dan ketiga, untuk bisa mendeteknya, kita harus tahu jelas yang
asli itu apa.
Now what was the
penalty for eating from the tree? God told him explicitly. Notice Genesis 2:17,
“But of the tree of the
knowledge of good and evil you shall not eat, for in the day that you eat of it,
you shall surely die.” So the sentence for partaking of God's tree that He had
reserved for Himself was death.
So we've studied
the original temptation in Eden. There was this external tree that tested the
internal commitment of Adam and Eve to God.
Now why have we gone through this? Because there's a striking parallel with the
final test. Only the final test is not going to be over a tree. The
final test is going to be over a day.
Nah,
apakah hukuman untuk makan dari pohon itu? Allah sudah memberitahunya secara
eksplisit. Simak Kejadian 2:17, “17 ‘tetapi pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’…” Jadi hukuman
untuk makan dari pohon Allah yang dipisahkanNya bagi diriNya sendiri ialah
kematian.
Jadi kita
sudah mempelajari pencobaan yang asli di Eden. Ada pohon eksternal (yang
kelihatan) yang menguji komitmen internal (yang tidak kelihatan) Adam dan Hawa
kepada Allah. Nah, mengapa kita melakukan ini? Karena ada paralel yang sangat mencolok dengan ujian yang
terakhir. Hanya saja ujian terakhir bukanlah tentang sebatang
pohon. Ujian terakhir bakal tentang satu hari.
Now let's notice
the parallel.
· What positive command did God give in the
Fourth Commandment? Exodus 20:8-9, “Remember the Sabbath day to keep it holy.
Six days you shall labor and do all your work…”
So let's read the note. God specified that all the trees of the
garden were for man's personal use. Similarly
He has specified that the first six days of the week are for our own personal
use as well.
·
Now what
negative command did God give in the Fourth Commandment? After giving the
positive command saying all six days are for your own personal use, yet in the
Fourth Commandment God gives a negative command. Exodus 20:10, “…but the
seventh day is the Sabbath of the Lord your God. In it you shall do no work,
you, nor your son, nor your daughter, nor your male servant, nor your female
servant, nor your cattle, nor your stranger who is within your gates.”
“Six days are for your personal use. The other day, the seventh day is off-limits,
it belongs to Me”, as God reserved one tree exclusively for Himself.
Nah, mari
kita simak paralelnya.
·
Perintah yang positif mana yang diberikan Allah di
Perintah Keempat? Keluaran 20:8-9, “8 Ingatlah
hari Sabat, peliharalah agar tetap kudus, 9 enam
hari lamanya engkau harus bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu…”
Mari
kita baca catatannya. Allah menjelaskan bahwa semua pohon di taman Eden adalah untuk dipakai manusia.
Dengan cara yang sama Allah juga telah menjelaskan enam hari kerja yang pertama
adalah untuk dipakai kita secara pribadi.
·
Nah, perintah
negatif mana yang diberikan Allah di Perintah Keempat? Setelah memberikan
perintah yang positif yang mengatakan bahwa semua enam hari itu dipakai untuk
kepentingan pribadi kita, di Perintah Keempat Allah memberikan perintah yang
negatif. Keluaran 20:10, “10
tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu
laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu
perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. …” “Enam hari untuk
kamu pakai sendiri. Hari yang satu, hari
ketujuh, bukan hakmu, itu milikKu”, sebagaimana Allah hanya menahan satu pohon secara
ekslusif bagi diriNya sendiri.
The Fourth Commandment underlines the fact that God has reserved the
seventh day of the week for Himself. The Bible tells us that the Sabbath was
God's rest day before it became a rest day for man. This is why God calls the
Sabbath “My holy day” and that's the reason why it is called “the Sabbath of
the Lord your God” because it
belongs exclusively to Him, it is off-limits to man just like the tree of the
knowledge of good and evil was off-limits to man.
Perintah Keempat
menggarisbawahi faktanya bahwa Allah telah memisahkan hari yang ketujuh dari
setiap minggu bagi DiriNya sendiri. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Sabat
adalah hari perhentian Allah sebelum itu menjadi hari perhentian manusia.
Itulah sebabnya Allah menyebut Sabat itu “Hari kudusKu” dan itulah alasannya mengapa itu disebut “Sabat Tuhan Allahmu” karena itu milik Tuhan secara
eksklusif, manusia tidak berhak atasnya, sama seperti pohon pengetahuan baik
dan jahat, manusia tidak berhak atasnya.
Where do you think the Fourth
Commandment is located in the Law of God? It's in the very center of the Law of God.
The Tree
of Knowledge that tested the faith of Adam
and Eve was
located in the middle of the garden, likewise the Sabbath commandment
is in the very center of God's Law. And now we're going to cover something very
interesting. And I didn't place the
illustrations in the syllabus but what I'll do is, I'll make sure I’ll get
copies of those so that you’ll have them. But anyway, let's go back here to the
beginning of the note. The tree of knowledge, the test of the faith of Adam and
Eve was located in the middle of the garden, likewise the Sabbath commandment
is in the very center of God's Law.
Archaeological discoveries at Ugarit which is in what is Syria, unmistakably revealed
that ancient
law codes had the seal in the middle of the tablet. The seal always
contained three elements:
#1: the name of
the lawgiver,
#2: the official
function or office of the lawgiver, and
#3: the
jurisdictional territory over which the official governs.
Even in ancient seals in the middle of a
tablet you had these three elements to make the seal authentic.
Of all of the
Ten Commandments only the fourth contains these three elements:
ü His name is: the Lord your God
ü His title or office is: Creator
ü His jurisdictional territory in the fourth
commandment is: heaven, earth, the seas and the fountains of waters.
Menurut kalian di mana Perintah
Keempat terdapat dalam Hukum Allah? Dia ada tepat di tengah-tengah Hukum Allah. Pohon pengetahuan
yang menguji iman Adam dan Hawa juga
terdapat di tengah-tengah taman Eden, sama seperti Perintah
Sabat ada di tengah-tengah Hukum Allah. Dan sekarang kita akan membahas sesuatu
yang sangat menarik, dan saya tidak memasukkan ilustrasinya dalam silabus,
tetapi apa yang akan saya lakukan ialah saya akan memastikan saya akan mengambil copy-copy itu
supaya kalian bisa memilikinya. Tetapi, marilah kita kembali di sini ke awal
catatan. Pohon pengetahuan, ujian iman Adam dan Hawa, terdapat di tengah-tengah
taman, sama seperti Perintah Sabat ada di tengah-tengah Hukum Allah.
Penemuan-penemuan
arkeologi di Ugarit, yaitu di Syria,
dengan tepat mengungkapkan bahwa meterai
suatu hukum purba terdapat di tengah-tengah prasastinya. Meterai
itu selalu mengandung tiga unsur:
#1: nama si pembuat hukum,
#2: fungsi atau jabatan resmi si pembuat hukum, dan
#3: teritori kekuasaan yang diperintah oleh pejabat
tersebut.
Bahkan di meterai-meterai
purba yang di tengah-tengah prasasti ada ketiga unsur ini untuk
menyatakan bahwa meterai itu asli.
Dari semua Sepuluh Perintah, hanya Perintah Keempat yang mengandung
ketiga unsur ini:
ü NamaNya ialah: Tuhan Allahmu
ü Pangkat atau jabatanNya ialah:
Sang Pencipta
ü Daerah kekuasaanNya yang sah
di Perintah Keempat ialah: langit, bumi, laut dan semua sumber air.
Now according to
God Himself what is His covenant? Deuteronomy 4:13, “13 So He declared to you His covenant which He commanded you
to perform, the Ten Commandments; and He wrote them on two tablets of
stone.”
So, the Ten Commandments
are God's what? They are God's covenant.
Sekarang menurut Allah sendiri,
PerjanjianNya itu apa? Ulangan 4:13, “13 Maka Ia memberitahukan
kepadamu perjanjianNya,
yang diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukan, yakni Kesepuluh Perintah itu; dan Ia menuliskannya pada dua loh batu. …” Jadi Kesepuluh Perintah adalah apa Allah?
Mereka adalah janji Allah.
On how many sides of the tablets did God write the Ten Commandments? You know
some people are surprised about this,
but they are written on both sides of the
tablets. Notice Exodus 32:15-16, “15 And Moses turned and went down from
the mountain, and the two tablets of the Testimony were in his hand. The tablets were written on…” what? We're going to see there's an archaeological reason for this. God
gave the Law in the time when there were covenants such as the Ten Commandments
in the surrounding nations. “…The tablets were written on both sides; on
the one side and on
the other they were written. 16 Now the tablets were the work of God, and the
writing was the
writing of God engraved on the tablets.”
Now the note is
very significant.
Clay tablets
have been unearthed in the city of Ugarit and this is the land of Canaan,
actually Syria, just north of the land of Canaan. These tablets contain
covenants between greater and lesser kings. The tablets contain writings on
both sides. And the interesting thing
is, the same material that's written on the front site, is written again on the
backside of these tablets.
You say, “Well, why would they write
the same information on the front of the clay tablets as on the back of the
clay tablets?”
You're going to see that in a moment.
So the tablets contain writing on both sides and in the middle of one side is the
authentic seal of the lawgiver, and you can find this huge seal that is
impressed in the middle of the clay tablet when the clay is soft. So what happens when they impress the seal in
the middle of the tablet on one side? It obliterates much of the writing.
And so
they would write the same thing on the backside so that you could read
the entire covenant, because the seal was on the front side. I have bunches of
pictures of this.
At one time I
was presenting a series of meetings at Andrews University Seminary during their
week of prayer, and during the day I
went to this library to do research and you know I liked to just go from
bookcase to bookcase looking at the different books to see what I’d find
interesting. And I noticed these great big green books, and the title of them
is Ugarit or Ugaritica -- and I don't know why I was curious
about taking one of those down, they're huge volumes and there were several of
them. So I decided I would take one off the shelf and I went to the table there
and I started leaving through them, and then suddenly I saw these tablets.
Many, many different tablets that were unearthed in Ugarit and these tablets
were written on both sides, and in the center of the tablet always was a
dynastic seal of the king that is making the covenant. And on one side, the seal is impressed on the
clay, it obliterates the writing on the front side so they write the same information
on the backside. Very significant. And
the seal was in the center of the tablet.
I'm going to give you, I'll take some photocopies that you'll be able to
take with you.
Di berapa sisi dari loh batu itu Allah menuliskan Kesepuluh Perintah?
Kalian tahu, ada orang yang heran dengan ini, tetapi loh batu itu tertulis pada kedua sisinya.
Simak Keluaran 32:15-16, “15 Setelah itu
berpalinglah Musa, lalu turun dari gunung, dan
kedua loh Kesaksian ada di tangannya. Loh-loh itu tertulis pada…” apa?
Kita akan melihat ada alasan arkeologis untuk ini. Allah memberikan HukumNya di
zaman ketika bangsa-bangsa yang mengelilingi Israel memiliki
perjanjian-perjanjian seperti Kesepuluh Perintah ini. “…Loh-loh itu tertulis pada kedua sisinya; mereka
tertulis pada sisi yang satu dan pada sisi yang lain. 16 Kedua
loh itu ialah pekerjaan Allah dan tulisan itu ialah tulisan Allah, ditukik pada
loh-loh itu.”
Nah, catatannya sangat
penting.
Loh-loh dari tanah liat telah digali keluar di kota
Ugarit, ini adalah tanah Kana’an, sebenarnya
ini Syria, di utara tanah Kana’an. Loh-loh ini berisi perjanjian-perjanjian
antara raja-raja yang lebih kuat dengan raja-raja yang lebih lemah. Loh-loh ini
berisikan tulisan pada kedua sisinya. Dan yang menarik ialah, bahan yang sama
yang tertulis di bagian depan, ditulis lagi di bagian belakang dari loh-loh
itu.
Kalian berkata, “Nah, mengapa
informasi yang di bagian depan loh-loh tanah liat itu ditulis lagi di bagian
belakang loh-loh itu?”
Kalian akan melihatnya
sebentar lagi. Jadi loh-loh itu berisikan tulisan pada kedua sisinya, dan di bagian tengah salah satu
sisinya, terpasang meterai sah si pembuat hukum, dan meterai
yang besar ini diterakan di tengah-tengah loh tanah liat itu ketika tanah liat
itu masih lunak. Apa yang terjadi ketika meterai
itu diterakan di tengah-tengah
loh itu pada satu sisinya? Meterai itu menutupi banyak tulisan. Karena itu mereka menulis isi
yang sama di bagian belakang loh itu agar orang bisa membaca
seluruh perjanjian tersebut, sebab meterainya ada di bagian depan. Saya punya
banyak gambar tentang hal ini.
Suatu waktu ketika saya sedang mempersembahkan
serangkaian ceramah di Andrews University Seminary selama minggu berdoa, pagi harinya saya
pergi ke perpustakaan untuk melakukan riset dan kalian tahu, saya suka keliling
dari satu rak buku ke rak buku yang lain, melihat buku yang bermacam-macam
untuk mencari apa yang menarik bagi saya. Dan saya melihat buku-buku hijau yang
besar sekali dan judul buku-buku itu ialah Ugarit atau Ugaritic ~ dan saya
tidak tahu mengapa saya tertarik untuk menurunkan satu dari raknya. Buku-buku
itu tebal-tebal dan ada beberapa. Jadi saya putuskan untuk mengambil satu dari
rak itu dan saya pergi duduk di meja dan di sana saya mulai membalikkan
halaman-halaman buku itu. Tiba-tiba saya melihat loh-loh ini. Banyak
sekali loh yang bermacam-macam yang telah ditemukan di Ugarit, dan loh-loh ini
tertulis pada kedua sisinya. Dan di bagian tengah loh-loh itu selalu ada
meterai dinasti dari raja yang membuat perjanjian
itu. Dan pada sisi di mana meterai itu tertera pada loh tanah liat itu, meterai
itu menutupi tulisan di bagian depan sehingga mereka menulis informasi yang
sama lagi di bagian belakangnya. Sangat
signifikan. Dan meterainya ada di tengah-tengah loh itu. Saya akan memberikan
kalian, saya akan mengambil beberapa fotocopy supaya kalian bisa membawanya
pulang.
Let's continue
here. The Seal of authenticity in the middle of the tablet contains the name,
the title, and jurisdictional territory, of the law-giving king. One is reminded of the Ten Commandments.
They are a covenant between God and His people and the tablets were written on
both sides. One would therefore expect God's seal to be in the very center of
the Ten Commandments, and it is! The Fourth Commandment is the only one that
identifies the name of the Lawgiver, His function or office and His
jurisdictional territory.
So we asked the
question, according to God Himself what is His covenant? The Ten Commandments. Where
would we expect to find God's seal in the Ten Commandments? In the middle
of the tablet. Where was the tree in the Garden of Eden that tested Adam and
Eve? In the middle of the garden, as we noticed.
Mari kita lanjut. Meterai yang
menyatakan keaslian dokumen itu yang terletak di bagian tengah loh, mengandung
nama, jabatan, dan teritori kekuasaan dari raja yang
membuat hukum tersebut. Kita teringat Kesepuluh Perintah. Itu adalah perjanjian
antara Allah dengan umatNya, dan loh-loh batu itu tertulis pada kedua sisinya.
Karena itu kita berharap menemukan meterai Allah tepat di tengah-tengah
Kesepuluh Perintah itu, dan memang benar! Perintah Keempat ialah satu-satunya
yang mengidentifikasi nama Sang Pembuat Hukum, fungsiNya atau jabatanNya, dan
teritori kekuasaanNya.
Maka kita bertanya, menurut Allah sendiri, perjanjianNya itu
apa? Kesepuluh Perintah.
Di mana kita berharap menemukan Meterai
Allah pada Kesepuluh Perintah? Di tengah-tengah loh batu itu.
Di manakah pohon di taman Eden yang menguji Adam dan
Hawa? Di tengah-tengah taman, seperti yang kita simak.
Now, who chose
the Seventh-Day Sabbath as the specific day of rest? Exodus 16:29, “29 See! For the Lord has given you the
Sabbath…” who did? “…the Lord has
given you the Sabbath; therefore He gives you on the sixth day bread for two
days. Let every man remain in his place; let no man go out of his place on the
seventh day.”
God chose the
tree from which Adam and Eve were not to eat, in like manner God established
the seventh day of creation as His day of rest. God has not given men the option of
choosing on which day he will abstain from work. The Fourth Commandment does not say “Remember
to keep one day in seven” or “Remember to keep every seven day” or “Remember to
rest or take time to rest”. God said “the seventh day is the Sabbath of the Lord
your God”. God did not give man the option. God chose
the day. Who chose the tree? God chose the tree.
Nah, siapa yang memilih Sabat Hari
Ketujuh sebagai hari perhentian yang khusus? Keluaran 16:29, “29 Lihat! Karena TUHAN
telah memberi kepadamu Sabat itu…” siapa yang memilih? “…TUHAN telah memberi
kepadamu Sabat itu; itulah sebabnya Ia memberikan kepadamu pada hari keenam,
roti untuk dua hari. Hendaknya setiap orang diam di tempatnya, hendaknya
tidak seorang pun keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu…”
Allah yang memilih pohon dari mana Adam
dan Hawa tidak boleh makan. Dengan cara yang sama Allah yang menentukan hari
yang ketujuh dari penciptaan sebagai hari perhentianNya. Allah tidak memberi manusia opsi untuk memilih hari mana
dia akan tidak bekerja. Perintah
Keempat tidak berkata, “Ingatlah memelihara salah satu
dari tujuh hari” atau “Ingatlah untuk memelihara setiap tujuh hari” atau
“Ingatlah untuk beristirahat atau ambillah waktu untuk beristirahat”. Allah
berkata, “…hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN,
Allahmu” Allah tidak memberi manusia opsi. Allah yang menentukan harinya.
Siapa yang memilih pohon? Allah memilih pohonnya.
Now here we come
to a very important point. How many days belong to God? All days belong to God because He made
them but the Sabbath belongs to God how? In a special way, it is God's exclusive property, it is holy
and we are not to use it for ourselves.
And you'll
always meet people that'll say, “Oh, I believe that all days are God's.”
Now, how you
going to answer that? “All days are God's, yeah, I agree with you, but not all days are holy.”
That's the answer that we have to give. All days are God's but not all days are
holy. All
trees were God's, but one tree was exclusively His that He reserved for
Himself.
Sekarang kita tiba ke poin yang sangat penting. Berapa
hari yang milik Allah? Semua
hari milik Allah karena Dia yang menciptakan mereka, tetapi Sabat menjadi milik
Allah bagaimana? Dengan
cara yang istimewa, itu adalah hak eksklusif Allah, itu kudus, dan
kita tidak boleh menggunakannya untuk diri kita sendiri.
Dan kita akan selalu bertemu dengan orang-orang yang
berkata, “Oh, saya percaya semua hari itu milik Allah.”
Nah, bagaimana kita bisa menjawab itu? “Semua hari itu
milik Allah, iya, saya setuju dengan kamu, tapi tidak semua hari itu kudus.”
Itulah jawaban yang harus kita berikan. Semua hari itu milik Allah tetapi tidak
semua hari itu kudus. Semua
pohon milik Allah, tapi satu pohon adalah milikNya eksklusif
yang Dia sisihkan untuk DiriNya sendiri.
Let's continue
here the
same principle applies to the Sabbath as applies to the tithe. Some
people affirm “I believe that all days are God's days”. And they are right, but
this does not mean that all days are holy.
How much of our
money belongs to God? All our money belongs to God, because God
says “Mine is the silver and Mine is the gold.” Haggai 2:8. However this does not mean
that all our money is what? Holy. God
did not say that all days are holy, there's only one day that God identified as
holy: the Sabbath.
Mari kita lanjut. Di sini prinsip yang sama yang berlaku pada Sabat, berlaku juga
pada Persepuluhan. Beberapa orang mengakui, “Saya
percaya semua hari itu milik Allah”. Dan mereka benar. Tetapi ini tidak berarti
semua hari itu kudus.
Berapa
dari uang kita yang milik Allah? Semua
uang kita milik Allah, karena Allah berkata, “8 Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas…” Haggai 2:8 Namun,
ini tidak berarti bahwa semua uang kita itu apa? Kudus. Allah tidak mengatakan
semua hari itu kudus, hanya ada satu hari yang diidentifikasi Allah sebagai
kudus: hari Sabat.
And then we have
the stories that I mentioned yesterday, the story of Nadab and Abihu, and the
story of Belshazzar, they illustrate two serious sins against God.
The story of Nadab
and Abihu, God said, “I want when you mingle incense with fire, I want you to
take the fire from the altar of sacrifice, because that's the fire that I rained
from Heaven”, that's holy fire. But Nadab and Abihu under the influence of
wine, ~ is Babylon going to be under the influence of wine at the end of time?
Absolutely. Wine is involved, but it's spiritual wine, it's false doctrine ~
under the influence of wine they took common ordinary fire and they
offered it to God as if it were holy.
And what did God
say? God said, “No problem, fire is fire”? No!
Let me ask you,
do you think the chemical properties of the fire that they took was the same as
the fire from the altar? Sure! Do you think that if they put their fingers in
both fires their fingers would be burnt? Of course. Did the fire look the same?
Sure! What distinguished the fire that they were supposed to take? The fact
that God had said it was holy. It has
nothing to do with appearance.
What happened
with them as
a result of taking something that was common and presenting it as if it was
holy? The Bible says, fire came up from the Most Holy place and consumed
them in the sanctuary.
Kemudian ada kisah yang sudah saya sebut kemarin, kisah
Nadab dan Abihu, dan kisah Belsyazar. Kisah-kisah ini mengilustrasikan dua dosa
yang serius terhadap Allah.
Di kisah Nadab dan Abihu, Allah berkata, “Aku mau, ketika
kamu mencampur dupa dengan api, Aku mau kamu mengambil api dari mezbah kurban,
karena itu api yang Aku turunkan dari Surga.” Itu api kudus. Tetapi Nadab
dan Abihu, yang sedang terpengaruh anggur ~ apakah Babilon akan ada di bawah
pengaruh anggur pada akhir zaman? Betul sekali. Anggur terlibat, tetapi anggur
rohani, yaitu doktrin yang palsu ~ di bawah pengaruh anggur, Nadab dan Abihu
mengambil api biasa dan mereka mempersembahkannya kepada Allah seolah-olah itu
kudus.
Dan Allah bilang apa? Allah bilang, “Oh, tidak masalah,
api ya api”? Tidak!
Coba saya tanya menurut kalian, apakah kandungan kimiawi
api yang mereka ambil itu sama dengan api yang dari mezbah? Tentu! Menurut
kalian jika mereka memasukkan jari mereka ke kedua api itu, apakah jari mereka
akan terbakar? Tentu. Apakah api itu tampak sama? Pasti! Apa yang membedakan
api yang seharusnya mereka pakai? Faktanya bahwa Allah telah berkata api itu
kudus. Tidak ada kaitannya dengan penampilan.
Apa yang terjadi dengan mereka sebagai akibat mengambil sesuatu yang
biasa dan mempersembahkannya seolah-olah itu kudus? Alkitab
berkata, api datang dari bilik Maha Suci
dan menghanguskan mereka di Bait Suci.
Then we had the
story of Belshazzar, also under the influence of wine, and he's by the way the
last king of Babylon. And in Revelation we have Babylon the Great and it was
drinking wine. And so he says, “Let's bring the holy vessels and make a common
use of them, and put wine in them.” So he's doing the opposite. He's taking
something that's holy and he's treating it as if it was common.
What happened
with Belshazzar? That very night he was slain and the kingdom was taken
from him.
Lalu ada
kisah Belsyazar, juga berada di bawah pengaruh anggur, dan ketahuilah dia
adalah raja terakhir Babilon. Dan di kitab Wahyu, ada Babilon yang Besar, dan
dia juga sedang minum anggur. Maka kata Belsyazar, “Ayo keluarkan bejana-bejana
yang kudus dan pakai mereka sebagai benda-benda biasa, dan tuangkan anggur ke
dalamnya.” Jadi dia melakukan yang sebaliknya. Dia mengambil sesuatu yang kudus dan dia perlakukan seakan-akan itu
barang biasa.
Apa yang
terjadi pada Belsyazar? Malam itu juga dia
terbunuh dan kerajaannya diambil darinya.
If God allows people to take a common day like Sunday
which is a working day and to present it to Him as if it were holy, that would
be the same as the sin of Nadab and Abihu. And if God allows people to take a
holy day like the Sabbath and treat it like it's common that would be like the
sin of Belshazzar. God is going to have
to apologize to those people from the Old Testament.
Andai
Allah mengizinkan manusia mengambil suatu hari yang biasa seperti hari Minggu,
yang adalah sebuah hari kerja, dan mempersembahkan kepadaNya seolah-olah itu
hari yang kudus, itu sama dengan dosa Nadab dan Abihu.
Dan andai
Allah mengizinkan manusia mengambil suatu hari yang kudus seperti hari Sabat
dan memperlakukannya seolah-olah itu hari biasa, itu sama seperti dosa
Belsyazar.
Maka
Allah harus minta maaf kepada orang-orang dari zaman Perjanjian Lama itu.
But you might say, “Well, but God back then, God was all justice
and now He's all mercy.”
God's character doesn't change. When God says the seventh day is the Sabbath, He means the seventh day. He doesn't mean the first
day. The first day is a secular day, “Six days are for you, the seventh day,”
God says, “is Mine.” Just like in the
garden, God said, “All of the trees are
for your personal consumption, but this one tree is off-limits to you.”
Tetapi
mungkin kalian berkata, “Nah, tetapi di zaman dulu itu Allah sepenuhnya
pembalasan, dan sekarang Dia sepenuhnya mengampuni.”
Karakter Allah tidak berubah. Ketika Allah berkata hari yang ketujuh adalah
Sabat, yang dimaksudNya hari ketujuh, bukan hari pertama. Hari pertama adalah
hari sekuler. “Enam hari untukmu, hari yang ketujuh,” kata Allah, “itu
milikKu.” Sama seperti di taman Eden, Allah berkata, “Semua pohon untuk
konsumsi pribadimu, tetapi satu pohon ini bukan hakmu.”
Notice this statement that we find in Spiritual Gifts Vol. 4a pages 14-15, “When God says keep the seventh day, He does
not mean the sixth, nor the first, but the very day He has specified…” Is that true of the tree in the garden also? Yes. “…If men substitute a
common day for the sacred, and say that will do just as well, they insult the Maker
of the heavens and the earth…” Did Eve insult the Maker of Heaven
and earth by eating from God's tree? You catching the parallels here? So once
again, “If men substitute a
common day for the sacred and say that will do just as well, they insult the
Maker of the heavens and the earth, who made the Sabbath to commemorate His
resting upon the seventh day, after creating the world in six days. It is dangerous business in the service of God to
deviate from His institutions. Those
who have to do with God, who is infinite, who explicitly directs in regard to
His own worship, should follow the exact course He has prescribed and not feel
at liberty to deviate in the smallest respect, because they think it will
answer just as well. God will teach all His creatures that He means just what
He says…” that's a powerful
statement, isn't it?
Simak
pernyataan yang kita dapati di Spiritual
Gifts Vol. 4a hal. 14-15, “…Ketika Allah berkata, peliharalah hari
ketujuh, yang dimaksudNya bukan hari keenam, maupun hari pertama, melainkan
persis hari yang telah Dia tentukan…” apakah ini juga yang terjadi
dengan pohon di taman Eden? Ya. “…Jika manusia mengganti hari yang kudus
dengan hari yang biasa dan berkata hari itu sama berlakunya, maka mereka
menghina Sang Pencipta langit dan bumi…” apakah Hawa menghina Pencipta
langit dan bumi dengan makan dari pohon Allah? Apakah kalian menangkap
keparalelannya di sini? Jadi sekali lagi, “…Jika manusia
mengganti hari yang kudus dengan hari yang biasa dan berkata hari itu sama
berlakunya, maka mereka menghina Sang Pencipta langit dan bumi, yang
menciptakan Sabat untuk memperingati perhentianNya pada hari ketujuh setelah
menciptakan dunia dalam enam hari. Sangatlah
berbahaya dalam pelayanan kepada Allah untuk menyimpang dari
lembaga-lembagaNya. Mereka yang punya urusan dengan Sosok Allah yang tidak terbatas, yang telah memberikan petunjuk
yang tepat tentang bagaimana cara penyembahan kepadaNya, mereka harus mengikuti
dengan tepat jalur yang telah ditentukan olehNya, dan tidak merasa punya
kebebasan untuk menyimpang dalam aspek yang sekecil apa pun karena mereka menganggapnya sama berlakunya. Allah akan
mengajarkan kepada semua makhluk ciptaanNya bahwa yang dimaksudNya itu persis
apa yang dikatakanNya…” ini pernyataan yang keras, bukan?
Now let's talk
about the Sabbath and astronomy. Thought question: is there any astronomical
reason for a seven-day week? No astronomical reason. Let's read the note.
·
There is an
astronomical reason or explanation for the year. It takes our planet 365
actually 365 and a ¼ days to make one complete turn around the sun.
· There is an astronomical explanation for
the month. It is the interval between one new moon and the other.
· There is an astronomical explanation for
the day. It is the amount of time that it takes our planet to make one complete
turn around its axis.
However, there is
no astronomical explanation for a seven-day week. The only reason we have a seven-day
week is that God made it so at creation.
Notice Signs of the Times March 20, 1879, “The
first week, in which God performed the work of creation in six days and rested
on the seventh day, was just like every other
week. The great God, in His days of creation and day of rest, measured off
the first cycle as a sample for successive weeks till the close of time… The
weekly cycle of seven literal days, six for labor and the seventh for rest,
which has been preserved and brought down through Bible history, originated in
the great facts of the first seven days.”
Nah, mari kita bicara tentang Sabat dan
astronomi (ilmu bintang). Pertanyaan untuk dipikirkan: apakah ada alasan
astronomi untuk mingguan tujuh hari? Tidak ada alasan astronomi. Mari kita baca
cacatannya.
· Ada
alasan astronomi atau penjelasan untuk waktu 1 tahun. Planet kita butuh waktu
365, tepatnya 365 ¼ hari untuk menyelesaikan satu putaran mengelilingi
matahari.
·
Ada alasan
astronomi untuk waktu 1 bulan. Itu ialah jarak antara bulan baru yang satu
hingga yang berikutnya.
· Ada penjelasan astronomi untuk 1 hari, itu
ialah waktu yang dibutuhkan planet kita untuk membuat satu putaran penuh pada
porosnya.
Namun, tidak ada penjelasan astronomi
untuk satu minggu tujuh hari. Satu-satunya
alasan yang ada bagi mingguan tujuh hari ialah karena Allah yang menetapkannya
demikian saat penciptaan.
Simak Signs
of the Times, 20 Maret, 1879, “…Minggu yang pertama saat Allah melakukan
pekerjaan penciptaan dalam enam hari dan berhenti pada hari ketujuh, adalah sama seperti minggu-minggu yang lain. Allah
yang mahabesar pada hari-hari penciptaanNya dan hari perhentianNya, mengukur
siklus yang pertama sebagai contoh untuk minggu-minggu berikutnya hingga akhir
masa.…Siklus mingguan tujuh hari: enam hari bekerja dan satu hari perhentian,
yang telah dipertahankan dan diturunkan melalui sejarah Alkitab, berasal dari
fakta-fakta hebat tujuh hari yang pertama.”
Let me ask you, do all the days of the week look alike? Yes
or no? Does the sun rise and set on the Sabbath as well as the other days? Yeah.
Do each of them have 24 hours? Do we go to bed and get up on every day? Sure. So
the Sabbath by its external appearance looks like every other day. Just like
that tree, it looked like every other tree. What made the tree distinct, not
its appearance but the fact that God had set it apart. What makes the Sabbath
unique? It's like every other day, except for the fact that God set it apart as
His day of rest.
Now what great fact does the Bible Sabbath memorialize?
Exodus 20:11. Let me ask you if Adam and Eve respected the tree would that show
that they believed that God was the only true God and the Creator? If they
respected the tree, the external tree, they would be showing that they had
faith in God. Their external act of obedience showed their faith. Is that true also
with regard to the Sabbath? Notice Exodus 20:11, “For in six days the Lord made the heaven
and the earth, the sea, and all that in them is, and rested on the seventh day,
therefore the Lord blessed the Sabbath day and…” what? “…and sanctified it…” or made it holy.
Coba saya
tanya, apakah semua hari dalam satu minggu penampilannya sama? Ya atau tidak?
Apakah matahari terbit dan terbenam pada hari Sabat sama seperti pada hari-hari
yang lain? Ya. Apakah setiap hari punya 24 jam? Apakah kita tidur dan bangun
setiap hari? Tentu. Jadi dari penampilan eksternalnya Sabat itu sama seperti
hari-hari yang lain. Begitu juga dengan pohon itu, tampaknya sama seperti semua
pohon yang lain. Apa yang membuat pohon itu berbeda? Bukan penampilannya
melainkan fakta bahwa Allah yang telah memisahkannya. Apa yang membuat Sabat itu unik? Penampilannya
sama seperti hari-hari yang lain, kecuali faktanya Allah telah memisahkannya sebagai hari perhentianNya.
Nah,
fakta hebat apa yang diperingati oleh Sabat Alkitab? Keluaran 20:11. Coba saya
tanya andai Adam dan Hawa menghormati pohon itu, apakah itu menunjukkan mereka
mempercayai bahwa Allah adalah satu-satunya Allah yang sejati dan Sang
Pencipta? Andai mereka menghormati pohon itu, pohon yang eksternal, mereka akan
menunjukkan bahwa mereka mempercayai Allah. Perbuatan kepatuhan eksternal mereka akan membuktikan iman
mereka. Apakah itu juga benar sehubungan dengan Sabat? Simak
Keluaran 20:11, “11 Sebab enam
hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia
berhenti bekerja pada hari ketujuh; itulah
sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan…”
apa? “…dan
menguduskannya…” atau
menjdikannya suci.
The Sabbath is a memorial of the Creator and by observing
it we are recognizing the fact that He alone is God, and that we are His what? That
we are His creatures. If we remember, the tree of knowledge in the garden also
tested man's willingness to accept God's sovereignty as the only true Creator
God. When we keep the Sabbath whom are we recognizing as the only true God?
Well, notice Ezekiel 20:20, “Hallow My Sabbaths and they will be
a sign between Me and you, that you may know…”
what? “…that I am the Lord your
God.” As abstaining from the tree of knowledge was an external sign
of loyalty so abstaining from our own secular affairs on Sabbath is an external sign
of loyalty to the true God.
Sabat
adalah peringatan tentang Sang Pencipta, dan dengan memeliharanya kita mengakui
faktanya bahwa hanya Dia saja yang Allah, dan bahwa kita adalah apaNya? Kita
adalah makhluk-makhluk ciptaanNya. Jika kita ingat, pohon pengetahuan di taman
Eden juga menguji kerelaan manusia untuk menerima kepemimpinan Allah sebagai
satu-satunya Allah Pencipta yang sejati. Bilamana kita memelihara Sabat,
siapakah yang kita akui sebagai satu-satunya Allah yang sejati? Nah, simak
Yehezkiel 20:20, “20 Kuduskanlah hari-hari
Sabat-Ku, dan itu menjadi tanda di antara Aku dan kamu, supaya kamu boleh tahu, …” apa? “…bahwa Akulah TUHAN, Allahmu…” Sebagaimana tidak makan dari pohon
pengetahuan merupakan tanda eksternal loyalitas, maka tidak melakukan urusan sekuler kita sendiri pada hari
Sabat adalah tanda eksternal loyalitas kita kepada Allah yang sejati.
How many hours of the Sabbath belong to God? Can we use
just a little itsy-bitsy piece of skin? Leviticus 23:32, “It shall be to you a
sabbath of solemn rest, and you shall afflict your souls…” this is talking about the day of atonement, but the principle
is when the Sabbath begins and ends. It says,
“…on the ninth day of the month, at evening, from evening to evening you shall celebrate your Sabbath…” Now, when is the
evening? Mark 1:32 tells us when the evening is, “…at evening when the sun had set they brought Him all who were sick and those
who were demon-possessed…”
Berapa
jam dari hari Sabat yang milik Allah? Bolehkah kita memakai hanya secuil kecil
saja dari kulitnya? Imamat 23:32, “32 Itu harus
menjadi bagimu suatu sabat perhentian yang khidmat, dan kamu harus menyelidiki hatimu…” ini bicara tentang hari Pendamaian,
namun prinsipnya ialah kapan Sabat mulai dan berakhir. Dikatakan, “…pada tanggal sembilan
bulan itu, pada petang hari, dari petang hingga petang, kamu harus merayakan Sabatmu…”
Nah, “petang” itu kapan? Markus 1:32 memberitahu kita
“petang” itu kapan. “…32 Saat petang ketika matahari sudah
terbenam, mereka membawa kepada Yesus
semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan…”
How much of the
time of the Sabbath belongs to God? 23 hours 59 minutes and 59 seconds? No. From
sundown to sundown the Sabbath belongs to God, just like the entire
tree and all the fruit belonged exclusively to God.
Some people might say well all that fruit went to waste huh?
No, because in the Garden of Eden probably that the fruit on
that tree didn't actually fall. But anyway we don't know that for sure.
Let's read the
note. We must keep the Sabbath from evening to evening that is from sundown to
sundown, the evening and morning marked each day of creation, the entire
24-hour period belongs to God.
Not one little itsy bitsy second can be used for our own secular
affairs. The commandment forbids going
out to eat in a restaurant, playing ball ~ I've enumerated some things here ~
sleeping all afternoon, watching certain kinds of television (not all telly,
you know you can watch 3ABN, and of course SumTV), shopping at the mall, etc.
Those are all secular activities. If we love Jesus it will be our great
pleasure to leave aside our common endeavors to concentrate only on Him on the Sabbath.
It will be a delight, and we will not desire to do anything else other than enhance our
relationship with Him, because strong relationships are based on
spending time. We will not do as Israel was doing in the days of Hosea, when
they were longing for the Sabbath to be over, so that they could carry on their
own secular business. You can read that in Amos 8:5.
Berapa banyak dari jam-jam Sabat itu yang milik
Allah? 23 jam, 59 menit, dan 59 detik? Tidak! Dari matahari terbenam hingga matahari terbenam, Sabat
itu milik Allah, sama seperti seluruh pohon dan semua buahnya
milik Allah secara eksklusif.
Ada orang mungkin berkata, nah, semua buahnya
terbuang percuma ya?
Tidak, karena di taman Eden mestinya buah pohon itu
tidak jatuh, namun kita tidak tahu pastinya bagaimana.
Mari kita
baca catatannya. Kita harus memelihara Sabat dari petang hingga petang,
yaitu dari matahari terbenam hingga matahari terbenam, petang dan pagi yang
ditandai setiap hari penciptaan, keseluruhan
24 jam adalah milik Allah. Tidak secuil kecil detik pun boleh
dipakai untuk urusan sekuler kita sendiri. Perintah itu melarang keluar makan
di restoran, main bola ~ saya mendaftarkan beberapa hal di sini ~ tidur
sepanjang sore, nonton program televisi tertentu (tidak semuanya dilarang,
kalian bisa nonton 3ABN dan tentunya SumTV), belanja di mall, dll. Semua itu adalah
aktivitas sekuler. Jika kita mencintai Yesus, mengesampingkan semua usaha
sehari-hari untuk memusatkan
perhatian kita hanya padaNya pada hari Sabat akan menjadi
sukacita besar kita. Itu akan menjadi kegemaran, dan kita tidak akan punya
keinginan untuk melakukan hal-hal lain kecuali yang bisa meningkatkan hubungan kita dengan Dia,
karena hubungan yang kuat itu diperoleh dari melewatkan waktu bersama-sama. Kita
jangan berbuat seperti yang dilakukan bangsa Israel di zaman Hosea, ketika
mereka tidak sabar menunggu berlalunya Sabat supaya mereka bisa melanjutkan
urusan sekuler mereka. Kalian bisa membaca itu di Amos 8:5.
Ellen White well remarks, and I'm going to read three or
three or four statements now from her writings.
“A partial observance of the Sabbath is not accepted
by the Lord and has a worst effect upon the minds of sinners than if you made
no profession of being a Sabbathkeeper. They perceive that your life
contradicts your belief, and lose faith in Christianity. The Lord means what He
says.” That's 4 Testimonies 248.
On page 249 she
wrote, “…It is as ruthless a
violation of the Law to occasionally use the Sabbath for secular business as to
entirely reject it, for it is making the Lord's commandment a matter of
convenience.”
And page 250 we find
this statement, “Many
excuse themselves for violating the Sabbath by referring to your example…” she's writing to a certain individual. “…they argue that if so good a man who believes the seventh day is the Sabbath, can engage in worldly employments on that day
when circumstances seemed to require it….” We were talking about this yesterday,
right? “…surely they can do the same without
condemnation. Many souls will face you in the judgement…” she's writing to a specific individual, “…making your influence an excuse for their
disobedience of God's law, although this will be no apology for their sin, yet
it will tell fearfully against you…”
Ellen
White mengometari dengan bagus, dan saya akan membacakan 3 atau 4 pernyataan
sekarang dari tulisannya.
“…Pemeliharaan Sabat sebagian tidak diterima
oleh Tuhan, dan mendatangkan pengaruh yang lebih buruk pada pikiran orang-orang
berdosa daripada jika kamu tidak mengaku sebagai pemelihara Sabat. Mereka
melihat hidupmu bertolakbelakang dengan imanmu, dan mereka tidak percaya lagi
pada Kekristenan. Tuhan tidak main-main dengan apa yang dikatakanNya. …” ini 4 Testimonies
hal. 248.
Di halaman
249, Ellen White menulis, “…Memakai Sabat dari waktu ke waktu untuk
urusan sekuler adalah pelanggaran yang egois atas Hukum, sama seperti
menolaknya sama sekali, karena itu membuat pemeliharaan Perintah Allah sesuai kemudahan. …”
Dan di hal. 250 kita dapati pernyataan ini, “…Banyak yang
membenarkan diri melanggar Sabat dengan merujuk kepada teladanmu…” Ellen White menulis kepada orang tertentu, “…mereka mendebat, jika orang yang sebaik ini, yang percaya hari ketujuh
itu Sabat, boleh melakukan pekerjaan
duniawi pada hari itu ketika kondisi sepertinya membutuhkan…” Kemarin kita sudah membicarakan ini, kan? “…tentunya mereka juga boleh melakukan yang sama tanpa dipersalahkan. Banyak
orang akan berhadapan dengan kamu di saat penghakiman…” dia menulis kepada seseorang, “…menjadikan pengaruhmu sebagai alasan bagi pelanggaran mereka atas Hukum Allah. Walaupun ini
tidak memaafkan dosa mereka, namun itu akan menjadi pengaduan yang mengerikan terhadap
dirimu.”
Then she also wrote about guarding the edges of the
Sabbath.
6 Testimonies 356, “…We should jealously guard the edges of the Sabbath. Remember
that every moment is consecrated…” how much? “…every moment is consecrated
holy time. Whenever it is possible, employers should give their workers the
hours from Friday noon until the beginning of the Sabbath…” we do that at Secrets Unsealed, we give everybody off at noon.
We don't work on Friday afternoon because it's preparation day, “…Give them time for preparation
that they may welcome the Lord's Day with quietness of mind. By such a course
you will suffer no loss even in temporal things…” Powerful
statements, aren't they?
Kemudian
Ellen White juga menulis tentang menjaga tepi-tepi jam Sabat.
6 Testimonies hal. 356, “…Kita harus menjaga tepi-tepi Sabat dengan hati-hati. Ingat
bahwa setiap saat itu…” berapa saat? “…setiap saat itu
waktu kudus yang didedikasikan. Bilamana mungkin, majikan harus memberi para
pekerja mereka libur mulai Jumat tengah hari hingga dimulainya Sabat…” kita melakukannya di Secrets Unsealed, kita memulangkan
semua pukul 12 tengah hari. Kita tidak bekerja pada Jumat siang karena itu
waktu persiapan. “…Berilah mereka waktu untuk bersiap-siap
agar mereka bisa menyambut Hari Tuhan dengan pikiran yang tenang. Dengan
melakukan ini, kalian (para majikan) tidak akan merugi bahkan dalam materi duniawi. …” Pernyataan yang keras, bukan?
Did Satan hate the Sabbath? Why would he hate the Sabbath?
Well, let's go to Isaiah 14:14 this is
when he was in heaven. What great aspirations did Lucifer have in heaven that
led to his downfall? He said what? “I will ascend above the heights of
the clouds. I will be like the Most High…” what did Satan
want to be? He wanted to be God. So could he keep the Sabbath and still claim
to be God? No, because the Sabbath points out the true God. So if Satan kept
the Sabbath, then Satan would be saying that the Lord is the true God. So Satan had
to adopt what? His own day, so that he could claim to be God.
Notice, let's read the note. There can be no doubt that
Satan hates the Sabbath, because it reveals what? The absolute distinction
between the Creator and the creature. At the beginning, Lucifer, later called Satan, wanted to be God, which is a
preposterous idea for a mere creature. Satan's hatred for the Sabbath stems
from the fact that it identifies the true Creator whose position he wanted to
usurp. We can discern Satan's hatred for the Sabbath by the way he led Israel
to persistently violate it in the Old Testament, by the way in which the religious leaders of Christ’s
day distorted its meaning, and by the way Christians disdain and attack it
today. All you have to do to see how much Satan hates the Sabbath is look at
the history of the Sabbath, and how Satan has led people either to distort the
Sabbath, or to idolize the Sabbath.
Apakah
Setan membenci Sabat? Mengapa dia membenci Sabat? Nah, marilah ke Yesaya 14:14,
ini ketika dia masih di Surga. Aspirasi besar apa yang dimiliki Lucifer di
Surga yang menyebabkan kejatuhannya? Dia bilang apa? “14 Aku akan naik
mengatasi ketinggian awan-awan, aku akan menjadi
seperti Yang Mahatinggi! …” Setan
mau menjadi apa? Dia mau menjadi Allah. Jadi mungkinkah dia memelihara Sabat
dan tetap mengklaim sebagai Allah? Tidak, karena Sabat menunjukkan siapa Allah
yang sejati. Maka andai Setan memelihara Sabat, berarti Setan berkata Tuhan-lah
Allah yang sejati. Jadi Setan
harus menentukan apa? Menentukan harinya sendiri supaya dia bisa mengklaim sebagai Allah.
Mari kita baca catatannya. Tidak
diragukan lagi Setan membenci Sabat karena itu mengungkapkan apa? Perbedaan
yang mutlak antara Sang Pencipta dengan makhluk ciptaan. Pada mulanya, Lucifer ~ kemudian
disebut Setan, ingin menjadi Allah ~ ini adalah ide yang tidak masuk akal bagi
sekedar makhluk ciptaan. Kebencian Setan kepada Sabat berasal dari fakta bahwa
Sabat mengidentifikasi Sang Pencipta yang sejati yang posisinya mau direbutnya.
Kita bisa melihat kebencian Setan terhadap Sabat dari cara dia menuntun Israel
terus-menerus melanggarnya di zaman Perjanjian Lama, dari cara bagaimana para
pemimpin rohani di zaman Kristus merusak maknanya, dan dari cara bagaimana
orang Kristen tidak menghormatinya dan menyerangnya sekarang. Yang perlu kita
lakukan untuk melihat betapa besarnya kebencian Setan terhadap Sabat ialah
dengan melihat sejarah Sabat dan bagaimana Setan
telah menuntun manusia entah untuk merusak Sabat atau menyembahnya sebagai
berhala.
Now let's talk about the genuine and the counterfeit.
Which genuine day of worship did God create at the
beginning? Well, let's read the text that we already know, we've read many,
many times, we can probably repeat from memory. “…Then God blessed the seventh day
and sanctified it because in it He rested from all His work which God had
created and made…”
Now do you suppose that if God has the Sabbath as His sign
as the true God and as the Creator, if Satan wants to occupy the position of
God, can he keep the same day? No, because the Sabbath points to the true God.
So must the
Devil adopt another day which is his creation to exalt him as god?
Absolutely.
Let's read the note. Satan has a counterfeit for each one
of God's truths. It is important to remember that the counterfeit ~ in most
cases ~
Not always, because Satan sometimes preempts when he knows what's
going to happen, he preempts it. For example does Satan know that there's going
to be a great revival right around the corner among God's people? Yeah.
Ellen White says, that before that happens Satan is going to introduce a
counterfeit. But the counterfeit always has
reference to the genuine.
But generally the counterfeit comes after the genuine,
to counterfeit the genuine.
Nah, mari
kita bicara tentang yang asli dan yang palsu.
Hari
ibadah asli yang mana yang diciptakan Allah pada awal mula? Nah, mari kita baca ayat yang sudah kita kenal, sudah kita
baca banyak-banyak kali, bahkan mungkin kita sudah menghafalnya. “3 Lalu Allah
memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia
berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. …” Nah,
menurut kalian jika Allah punya Sabat sebagai tandaNya sebagai Allah yang
sejati dan Sang Pencipta, maka kalau Setan mau menduduki posisi Allah, bisakah
dia memakai hari yang sama? Tidak, karena Sabat menunjuk kepada Allah yang
sejati. Maka haruskah Iblis
mengambil hari yang lain yang adalah ciptaannya untuk meninggikan dia sebagai
allah? Jelas.
Mari kita baca catatannya. Setan memalsukan setiap
kebenaran Allah. Penting diingat bahwa yang palsu ~ dalam banyak hal ~
tidak selalu, karena terkadang Setan mendahului ketika dia
tahu apa yang akan terjadi, dia mendahuluinya. Misalnya apakah Setan tahu akan
ada kebangunan rohani besar tak lama lagi di antara umat Allah? Ya. Ellen White
berkata, bahwa sebelum itu terjadi, Setan akan menyodorkan yang palsu. Tetapi
yang palsu selalu merujuk kepada yang asli.
Namun umumnya yang palsu muncul setelah yang asli,
untuk memalsukan yang asli.
So now notice, it is important to remember that the counterfeit
in most cases comes after the genuine in time. And the counterfeit deceives
because it is so what? So similar to the
genuine.
Is Sunday a day? Does it have 24 hours? Do you get up and go
to sleep on that day? Does the sun rise and set on that day? Yeah. Do people
purport that keeping that day honors God? Yeah. Perfect counterfeit.
God's genuine day of worship at the very beginning was the
seventh day Sabbath. Wouldn't we then expect a counterfeit day of worship later
on in history? Would it be a day that purportedly honors God? Yes to both
questions. However, in order to be deceptive it would have to be a day that
supposedly honors God. Which day of worship has the Christian world embraced
that seemingly honors God but really does not? The answer is unmistakable:
Sunday.
Jadi
sekarang perhatikan, sangatlah penting mengingat bahwa yang palsu dalam banyak
kasus muncul setelah yang asli dalam urutan waktu. Dan yang palsu mengelabui karena dia
bagaimana? Sangat mirip dengan yang asli.
Apakah
hari Minggu sebuah hari? Apakah dia punya 24 jam? Apakah kita bangun dan tidur
pada hari itu? Apakah matahari terbit dan terbenam pada hari itu? Ya. Apakah
manusia meyakini bahwa memelihara hari itu menghormati Allah? Ya. Pemalsuan
yang sempurna.
Hari
ibadah Allah yang asli sejak awal mula ialah Sabat hari ketujuh. Tidakkah kita memperkirakan
akan muncul hari ibadah yang palsu kemudian dalam sejarah? Akankah itu suatu
hari yang konon menghormati Allah? Ya, kepada kedua pertanyaan. Namun, agar
bisa mengelabui, itu haruslah suatu hari yang dianggap menghormati Allah. Hari
ibadah mana yang dianut dunia Kristen yang seolah-olah menghormati Allah tetapi
sebenarnya tidak? Jawabannya tidak salah lagi: hari Minggu.
Thought question: this is our last point in this first
session. Is the Sabbath really better than any other day? What is the true
issue involved in keeping the exact day that God has specified? Let's read the note.
The Sabbath is not better than any other day per se, the central issue in the Sabbath
>< Sunday controversy
is not whether one day is better than the other. The central issue is whose authority do
we obey. By keeping the Sabbath, we are recognising the authority of
the One who established it. On the other hand by keeping Sunday, we are recognizing ~ many people perhaps inadvertently ~ we are
recognizing the authority of the power that made it a day of worship. And what power is that, that made Sunday the
day of worship? The Roman Catholic papacy, the Little Horn, or the Beast. Daniel
7:25 speaking about this Little Horn that spoke blasphemies against the Most
High, and that persecuted the saints of the Most High, and ruled for time,
times, and a dividing of time. We're also told that this Little Horn thought
that it could change God's law. Which day does the papacy say that we're
supposed to keep? We're supposed to keep Sunday. But when we keep Sunday we are
honoring the power that claims to have changed the day.
Let me ask you, what would the papacy have to be, in order to change God's law? It would have to be God because only God
can change His Law. That's why 2
Thessalonians chapter 2 says that “the man of sin” ~ which is another way of describing the
Little Horn or the Beast or the Harlot ~
“the man of sin” sits in the temple of God, claiming to be what?
Claiming to be God. Only God could
change His Law, and of course God isn't going to change His Law. So when the papacy says, “We change the Sabbath to
Sunday,” it is claiming to exercise the power and prerogative of God, it is
usurping the position of God.
And who is behind it all? The one who said “I will be like
the Most High”
Pertanyaan
renungan: ini adalah poin terakhir kita dalam sesi ini. Apakah Sabat memang
lebih baik daripada hari-hari yang lain? Apakah isu yang sebenarnya yang
terlibat dalam memelihara hari yang ditunjuk secara khusus oleh Allah? Mari
kita baca catatannya.
Sabat
dari harinya sendiri (per se) bukan lebih baik daripada hari-hari yang lain. Isu inti kontroversi
Sabat >< Minggu ini bukanlah apakah satu hari itu lebih baik
daripada hari yang lain. Isu
intinya ialah autoritas siapa yang kita patuhi. Dengan
memelihara Sabat, kita mengakui autoritas Dia yang menetapkannya. Di pihak lain
dengan memelihara hari Minggu,
kita mengakui ~ banyak orang barangkali tanpa menyadarinya ~ kita mengakui autoritas
kekuasaan yang menjadikan itu hari ibadah. Dan kekuasaan siapa
yang menjadikan hari Minggu hari ibadah? Kepausan
Roma Katolik, si Tanduk Kecil, atau Binatang itu. Daniel 7:25
berbicara tentang Tanduk Kecil ini yang mengucapkan kata-kata hujat terhadap
Yang Mahatinggi, dan yang menganiaya orang-orang kudus yang Mahatinggi, dan
yang berkuasa selama satu masa, dua masa, dan setengah masa. Kita juga
diberitahu bahwa Tanduk Kecil ini berpikir dia bisa mengubah Hukum Allah. Hari
apa yang dikatakan Kepausan yang harus kita pelihara? Kita diharuskan
memelihara hari Minggu. Tetapi bilamana kita memelihara hari Minggu kita sedang
menghormati kekuasaan yang mengklaim telah mengganti hari itu.
Coba saya
tanya, Kepausan itu haruslah apa untuk bisa mengubah Hukum Allah? Dia haruslah
Allah, karena hanya Allah yang
bisa mengubah HukumNya. Itulah mengapa 2 Tesalonika pasal 2
berkata bahwa “manusia durhaka” ~ itu
yang adalah istilah lain yang menggambarkan Tanduk Kecil atau Binatang atau Perempuan
Pelacur ~ “manusia durhaka” itu duduk di
Bait Allah, mengaku sebagai apa? Mengaku sebagai Allah. Hanya Allah yang bisa
mengubah HukumNya, dan tentu saja Allah tidak akan mengubah HukumNya. Maka ketika Kepausan berkata, “Kami
telah mengubah Sabat ke hari Minggu” dia sedang mengklaim menjalankan kekuasaan
dan hak prerogatif Allah, dia sedang merebut posisi Allah.
Dan siapakah di belakang ini semua?
Dia yang berkata, “aku akan menjadi seperti Yang Mahatinggi!”
So, folks, the issue of Sabbath and Sunday is an issue of
authority. If Adam and Eve respected
God's tree they would be respecting His authority. Human beings at the end of
time who respect God's day are respecting God's authority. We cannot substitute
anything in place of what God has said that we should do. We need to strictly
obey what He has told us to do, and we’ll always come out well if we do what
God instructs us and commands us to do.
Jadi, Saudara-saudara, isu tentang Sabat dan Minggu
adalah isu tentang autoritas. Andai Adam dan Hawa menghormati pohon Allah,
berarti mereka menghormati autoritasNya. Manusia pada akhir zaman yang
menghormati hari Allah, menghormati autoritas Allah. Kita tidak bisa
menggantikan apa pun yang telah dikatakan Allah harus kita lakukan.
Kita harus mematuhi dengan tepat apa yang telah Allah suruh kita lakukan, dan kita
akan selalu berakhir baik jika kita melakukan apa yang diinstruksikan Allah
kepada kita dan yang diperintahkan Allah untuk kita lakukan.
21 10 20
No comments:
Post a Comment