_____REVELATION’S SEVEN SEALS_____
Part 23/24 - Stephen Bohr
SESSION 23
~ THE IDOL SABBATH
https://www.youtube.com/watch?v=f0lpDc0qAaA
Dibuka
dengan doa.
So we left off at
page 389 at the top of the page. We were talking about the genuine and the
counterfeit. Let me just give you an illustration of this so that we can
understand how the genuine or the counterfeit relate to each other.
I had the privilege of teaching
theology in Colombia for six years in our University there. One day I went
downtown to a department store to purchase some things and when I went to the
cash register the cashier took the ten thousand peso bill that I gave her and
she wrinkled it in her hand, and she lifted it up to look at it in the light,
and she had a black light there she put it under there, and she immediately
pointed to a policeman that was there, and asked the policeman to come over
because it was a counterfeit bill. And
so, you know, down there you're guilty
until proven innocent, and here it's innocent until proven guilty, supposedly.
But anyway that policeman came, and other policemen joined him, and they took
me to a back room and they started interrogating me, asking me where I had the
equipment to counterfeit bills. And I told him, “Hey, I'm not a counterfeiter.”
I said, “I don't look at every bill that I pay with.” And it was getting kind
of serious, and one of the policemen then asked me, he says, “Who are you?
Where do you work?” I said, “Well you know,
I am a teacher of theology at the Instituto Colombo Venezolano,” the
name of the university. And immediately the expression on the face of that
policeman changed to the better. He says, “Oh, you teach at that school? That's
a good school. The people there are good.” And I said, “Oh, praise the Lord,”
that he likes us, that he likes our school, you know. And so then he says, “There's no one who would be a counterfeit
from that school.” So he says, “I'm going to show you how to distinguish a counterfeit
bill from a genuine one.” So I went to the Cash register. He got the
counterfeit ten thousand peso bill, and then he took a genuine ten thousand
peso bill. And first of all he took the genuine bill and he put it in the
light, he said, “Do you see a brown line running through the bill?” And I said,
“Yeah, yeah.” He says, “Do you see the face that is visible only in the light,
the face of the hero of the country?” And I looked and I said, “Yeah, it's nice
and clear, the face is nice and clear.”
Then he took the bill and he wrinkled it and it was made kind of a paper
that would kind of open like a flower after he wrinkled it. Then he put it
under the black light and the two circles that were on the bill shown in neon
colors. So he says, “That proves that that's a genuine bill. Now,” he says,
“I'm going to show you what the counterfeit is like. It looked pretty much like
the genuine,” he took the counterfeit bill and he put it in the light. He says,
“Do you see any brown line?” I say, “No, there's no brown line.” He says, “Do
you see the circle? The face is kind of blurry.” “Yeah, it is blurry.” And so,
then he took the bill and he wrinkled it and it stayed wrinkled. He said, “See,
it's made of a different kind of paper.” And he put it under the black light,
and there was no neon shine. So he says, “Now you know how to distinguish a
genuine ten thousand peso bill from a counterfeit one.”
Jadi terakhir kita
berhenti di hal. 389, bagian atas halaman. Kita sudah membahas tentang yang
asli dan yang palsu. Saya akan memberikan sebuah ilustrasi tentang hal ini agar
kita bisa memahami bagaimana yang asli dan yang palsu berkaitan satu sama lain.
Saya mendapat kehormatan mengajar
theologia di Columbia selama enam tahun di universitas kita di sana. Suatu hari
saya ke kota, ke sebuah toserba untuk membeli beberapa barang dan ketika saya
pergi ke tempat pembayaran, kasirnya mengambil lembaran sepuluh ribu peso yang
saya berikan padanya, dan dia meremasnya dalam tangannya, dan dia mengangkatnya
untuk menerawangnya, dan dia punya sebuah lampu hitam di sana, dia letakkan
lembaran itu di bawahnya, dan dia segera menunjuk ke seorang polisi yang ada di
sana, dan minta polisi itu datang karena itu adalah uang palsu. Dan kalian
tahu, di sana orang dianggap bersalah sampai terbukti tidak bersalah, sementara
di sini orang dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah, seharusnya.
Nah, tetapi polisi itu datang, dan polisi-polisi lain ikut datang, dan mereka
membawa saya ke sebuah kamar di belakang dan mereka mulai menginterogasi saya,
menanyai saya di mana peralatan saya untuk membuat uang palsu. Dan saya
berkata, “Hei, saya bukan pembuat uang palsu.” Saya katakan, “Saya tidak
memelototi setiap lembaran uang yang saya bayarkan.” Dan kondisi menjadi rada
serius, dan salah satu polisi itu lalu bertanya, “Anda siapa? Bekerja di mana?”
Saya jawab, “Nah, saya seorang dosen theologi di Instituto Colombo Venezolano,”
nama universitas itu. Dan segera ekspresi wajah polisi itu berubah menjadi
lebih ramah. Dia berkata, “Oh, Anda mengajar di sekolah itu? Itu sekolah yang
baik. Orang-orangnya baik-baik.” Dan saya berkata, “Puji Tuhan,” dia menyukai
kita, dia menyukai sekolah kita. Lalu dia berkata, “Tidak ada yang dari sekolah
itu akan menjadi pemalsu uang.” Lalu katanya, “Saya akan menunjukkan bagaimana
membedakan uang palsu dari uang asli.” Maka saya pergi ke tempat pembayaran.
Polisi itu mengambil uang sepuluh ribu peso yang palsu lalu di mengambil uang
sepuluh ribu peso yang asli. Dan pertama-tama dia mengambil uang yang asli dan
dia letakkan di bawah lampu, dan dia berkata, “Apakah Anda melihat ada garis
coklat yang melintasi uang itu?” Dan saya berkata, “Ya, ya.” Dia berkata,
“Apakah Anda melihat wajah yang hanya tampak di bawah sinar, wajah seorang pahlawan
negara ini?” Dan saya melihat dan saya berkata, “Ya, terang dan jelas, wajahnya
terang dan jelas.” Lalu dia mengambil uang itu dan diremasnya, dan uang itu
terbuat dari sejenis kertas yang akan kembali ke bentuknya semula setelah
diremas. Lalu dia meletakkannya di bawah lampu yang hitam dan kedua lingkaran
pada lembaran uang itu bersinar dalam warna neon. Maka dia berkata, “Ini
membuktikan bahwa lembaran ini asli. Sekarang,” katanya, “saya akan menunjukkan
yang palsu seperti apa. Kelihatannya sangat mirip yang asli.” Dia mengambil
uang yang palsu dan diletakkannya di bawah sinar. Dia berkata, “Apakah Anda
melihat ada garis coklat?” Saya berkata, “Tidak, tidak ada garis coklat.” Dia
berkata, “Lihat lingkarannya? Wajahnya rada kabur.” “Ya, memang kabur.” Lalu dia ambil uang itu
dan diremasnya dan uang itu tetap kusut. Dia berkata, “Lihat, ini terbuat dari
jenis kertas yang berbeda.” Dan dia meletakkannya di bawah lampu yang hitam dan
tidak ada sinar neon. Maka dia berkata, “Sekarang Anda tahu bagaimana membedakan
lembaran sepuluh ribu peso yang asli dari yang palsu.”
Let me ask you, how
can we detect a counterfeit? By knowing the genuine. So what is God's genuine
day of worship? The Sabbath. So are we able to detect what the counterfeit
would be? Well, there's only one other day of worship that Christians claim to
keep, and what day is that? The Sunday.
And you know after that when I paid with a ten thousand peso
bill and the cashier would return a large bill to me, I would take it, I would
look at it, you know, and one day the lady at the cash register said, “What? Don't you trust me?” I said, “Yes, I trust you as much
as you trust me.” In other words she had a right to look in the light, so I
have a right to look in the light as well.
Coba saya
tanya, bagaimana kita bisa mengenali yang palsu? Dengan mengetahui yang asli.
Jadi apakah hari untuk menyembah Allah yang tulen? Sabat. Jadi, apakah kita
bisa mengenali yang palsu seperti apa? Nah, hanya ada satu hari lain untuk
menyembah Allah yang diakui dipelihara orang Kristen, dan itu hari apa? Hari
Minggu.
Dan kalian tahu, setelah itu,
ketika saya membyar dengan uang sepuluh ribu peso dan Kasir akan memberi
kembalian sehelai lembaran uang yang nilainya besar, saya akan mengambilnya,
saya akan memelototinya, dan suatu hari petugas kasir itu berkata, “Hah? Anda
tidak percaya pada saya?” Saya berkata, “Ya, saya mempercayai Anda sebanyak
yang Anda mempercayai saya.” Dengan kata lain, dia punya hak untuk menerawang
uang itu, jadi saya juga punya hak untuk menerawangnya di bawah sinar.
I was very
captivated by your illustration about the courting. You know I was going to tell
a story about that, and I think I'll just go ahead and tell it. My wife and I met in Colombia, when I was
going to school, and at that time the school was very segregated, not in terms
of race but in terms of gender. The girls had one side of the campus and the boys
had the other side of the campus, like in the 3rd world, you know countries
outside the US. Very conservative. When we came to church the boys were on one
side and the girls were on the other side, and there was one side of campus
that belonged to the boys and one side of the campus that belonged to the
girls. And woe to the boy that crossed
the line, or the girl that crossed the line.
But for those who officialized their relationship, in other words they were going steady, and
with the permission of course of the parents of both, there was a special
privilege. It was known as the Curtain, la Cortina in Spanish, because you
could go to the home of a faculty member, and for a couple of hours you could
spend two hours with your boyfriend or your girlfriend there, behind the
curtain, you know. But of course I'm sure that they were checking now and then.
But you know, you could spend two whole hours every couple of weeks, where at
other times you know you couldn't cross the line. And we had the privilege not
only of participating in that curtain practice, but we also ~ I taught there ~
so we had students come to our house. So we saw both sides of the fence.
Now I can assure
you something very clearly, and that is, that we were always on time. In fact we were not always on time, we always
got there early, we guarded the edges, in other words. And during the time that we were together,
you know, I wasn't thinking about, man I could be playing soccer right now, I
could be paying softball, or baseball, I could be doing something else. No! The
focus was on one another, you know. Sometimes I would take a gift, like we bring
gifts to church on the Lord Sabbath. And when the period was coming to an end,
we all said, “Oh, good, are we glad that this is all over”. No! Just kidding.
We said, “Oh, too bad, time is up.” And we would kind of stand there at the
door, you know, with the faculty there, and kind of talking to see we could
steal a few extra moments. There was no looking at the church bulletin to see
what hour is sundown so we could get about our business.
Saya
sangat tertarik dengan ilustrasi tentang pacaran. Kalian tahu, saya berpikir
mau menceritakannya, dan saya rasa saya akan ceritakan saja. Istri saya dan
saya bertemu di Colombia ketika saya masih sekolah. Dan pada waktu itu
sekolah itu sangat terbagi, bukan terbagi berdasarkan ras, tetapi berdasarkan
jenis kelamin. Yang putri ada di satu sisi kampus dan yang putra di sisi yang
lain, seperti di dunia ketiga, kalian tahu, di negara-negara di luar Amerika,
sangat konservatif. Bila kami datang ke gereja, yang putra duduk di satu sisi,
dan yang putri di sisi yang lain. Dan di kampus juga ada satu sisi tempat putra
dan satu sisi lagi tempat putri. Dan celakalah anak laki-laki yang menyeberangi
perbatasan itu, atau anak perempuan yang menyeberangi perbatasan itu. Namun
bagi mereka yang sudah meresmikan hubungan mereka, dengan kata lain mereka
resmi pacaran dengan persetujuan orangtua kedua belah pihak, ada hak yang
istimewa. Itu dikenal sebagai Tabir, la Cortina
dalam bahasa Spanyol, karena kami boleh datang ke rumah salah seorang dosen,
dan selama dua jam kami boleh menghabiskan waktu bersama pacar laki-laki atau
pacar perempuan kami di sana, di balik tabir. Tetapi saya yakin tentu saja
mereka mengecek dari waktu ke waktu. Nah, kalian tahu, kami boleh menghabiskan
dua jam penuh setiap dua minggu, semetara pada saat-saat lain dilarang melewati
perbatasan. Dan kami mendapat kehormatan bukan saja untuk
berpartisipasi dalam praktek Tabir itu, namun kami juga ~
karena saya menjadi dosen di sana ~ menerima para mahasiswa datang ke rumah
kami, sehingga kami pernah mengalami berada di kedua
belah sisinya.
Nah, saya
jamin dengan sangat jelas, bahwa kami selalu tepat waktu. Bahkan kami bukan
hanya selalu tepat waktu, kami malah tiba di sana lebih pagi, dengan kata lain,
kami sangat menjaga tepi-tepi waktu itu. Dan selama waktu kami bersama-sama
itu, saya tidak berpikir, wah, semestinya saya bisa bermain bola sekarang, saya
bisa bermain softball, atau baseball, saya bisa melakukan hal-hal lain. Tidak! Fokusnya ada pada satu sama
lain. Terkadang saya akan membawa suatu pemberian, seperti kita membawa
persembahan ke gereja pada hari Sabat. Dan ketika waktu itu habis, kami semua
berkata, “Bagus, kita senang ini sudah berakhir.” Tidak! Cuma berkelakar. Kami
berkata, “Wah, sayang waktunya habis.” Dan kami akan berdiri-berdiri di pintu,
dengan dosennya hadir di sana, dan masih berbicara mencoba mencuri sedikit waktu
tambahan. Tidak ada yang melihat ke bulletin gereja (seperti pada hari Sabat)
untuk melihat kapan waktunya matahari terbenam supaya kami bisa
mengerjakan bisnis kami.
While I was
teaching, there was one student, a couple that would come to our house and the
girl one day ~ it was the date when they
were supposed to meet ~ she came and she was crying I mean she had tears
rolling down her face. I said, “What's wrong?” She says, “Pastor, today was the
day that my boyfriend and I were supposed to meet together here for our date,
and he preferred to go play soccer. What should I do?” I said,
“Get rid of him, because if he does that now, it's going to be a lot
worse if you get married.”
So let me ask you,
do you suppose that I consider it a huge sacrifice you know, every two weeks oh
I’ve got to go to this appointment with my girlfriend, what a bummer, oh I just
wish that the time would just come to an end, this is torture? No! We enjoyed the time together, why?
Because there was love.
Saat saya
masih mengajar, ada seorang mahasiswi, sepasang mahasiswa-siswi yang datang ke
rumah kami, dan suatu hari ~ pada hari di mana mereka seharusnya bertemu ~
mahasiswi itu datang dan dia sedang menangis, air matanya membasahi wajahnya.
Saya berkata, “Kenapa?” Mahasiswi itu berkata, “Pastor, hari ini adalah waktunya
pacar saya dan saya seharusnya bertemu di sini, dan dia memilih untuk pergi
bermain soccer. Apa yang harus saya lakukan?” Kata saya,
“Singkirkan dia. Karena kalau dia melakukan itu sekarang, kalau kalian menikah
itu akan menjadi semakin buruk.”
Jadi mari
saya tanya, menurut kalian apakah saya merasa saya berkorban besar setiap dua
minggu, aduh, saya harus pergi ke pertemuan itu dengan pacar saya, sungguh
mengesalkan, duh, seandainya waktu ini akan cepat berakhir, ini siksaan? Tidak!
Kami menikmati waktu bersama-sama itu, mengapa? Karena
ada cinta.
And so it is with the
Sabbath. You know, we want to start the Sabbath early to see if we can steal a
few extra moments and at the end we don't want the Sabbath to end. And our
conversation has to do not with all the things that we would rather do, our
conversation has to do with our relationship with Christ. So the Sabbath
is about our relationship with Christ that's what it's about. It's not
about rules and regulations. The reason why we suspend all of our
things is so that we can concentrate
on our love relationship with Jesus Christ.
Demikian
jugalah dengan Sabat. Kalian tahu, kita mau memulai Sabat lebih pagi untuk
mencoba mencuri beberapa waktu tambahan, dan pada saat akhirnya kita tidak
ingin Sabat itu berakhir. Dan percakapan kita bukan berkaitan dengan segala apa
yang lebih suka kita lakukan, percakapan kita berkaitan dengan hubungan kita
dengan Kristus. Jadi Sabat
ialah tentang hubungan kita dengan Kristus, itulah intinya. Bukan tentang peraturan dan regulasi.
Alasan mengapa kita menangguhkan semua urusan kita yang lain ialah supaya kita
bisa berkonsentrasi dengan hubungan
cinta kita dengan Yesus Kristus.
Now, let's go to
the bottom of page 389, “The Penalty”. What was the penalty for violating the Sabbath?
Well, Exodus 31:15 says, “…Work shall be done for six days but the
seventh day is the Sabbath of rest, holy
to the Lord. Whoever does any work on the Sabbath he shall surely be put to
death.” Wow!
Is that true of Adam and Eve if they ate from the tree? Let's go
to the note. At the beginning Satan seemed to say to Eve, “Do
you really think that God would pronounce the death penalty just for eating a
piece of fruit? Come on! Be real.”
If God threatened
to kill Moses for not circumcising his son, how serious would He consider
breaking the Sabbath? Would God be any less particular if people considered the
observance of the Sabbath optional? Some people argue that because we do not
execute those who break the Sabbath today, the Sabbath is no longer binding
upon Christians. However, this logic ignores the fact that adulterers in the
Old Testament suffered execution as well. Is adultery all right today because
we do not execute people for it? The fact is that knowingly trampling upon the Sabbath
does not presently lead to death but wilfully trampling upon it will eventually
lead to second death at the end of time.
Nah, mari kita ke bagian bawah hal. 389, “Hukuman”.
Apa hukuman untuk melanggar Sabat? Nah, Keluaran
31:15 berkata, “15 Pekerjaan
harus dilakukan selama enam hari lamanya, tetapi hari yang ketujuh adalah Sabat perhentian, yang kudus bagi
TUHAN: siapa pun yang melakukan pekerjaan
pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati.” Wow!
Apakah
itu benar pada Adam dan Hawa jika mereka makan dari pohon itu? Mari kita ke
catatannya. Pada mulanya Setan seolah-olah berkata kepada Hawa, “Kamu pikir
masa Allah benar-benar akan menjatuhkan hukuman mati hanya karena makan sepotong
buah? Yang bener aja!”
Jika
Allah mengancam membunuh Musa karena tidak menyunat anaknya, berapa seriuskah
anggapan Allah tentang pelanggaran Sabat? Apakah tuntutan Allah lebih longgar
terhadap manusia yang menganggap pemeliharaan Sabat itu opsional? Ada orang
yang mendebat karena saat ini kita tidak menghukum mati mereka yang melanggar
Sabat, maka Sabat sudah tidak mengikat orang Kristen lagi. Namun, logika ini
mengesampingkan fakta bahwa para pezinah di zaman Perjanjian Lama juga dikenai
hukuman mati. Apakah berzinah sekarang ini diperbolehkan karena kita tidak lagi
menghukum mati orang untuk itu? Faktanya, menginjak-injak
Sabat sekarang ini tidak lagi mendatangkan hukuman mati, tetapi dengan sengaja
menginjak-injaknya,
akhirnya akan mengakibatkan kematian kedua pada akhir zaman.
Now you're probably
wondering, you know where did Pastor Bohr get this idea of comparing what happened with Adam and
Eve and the tree, that they being able to eat from all the trees except for one,
and that we're able to use all six days for ourselves except for one, where did
I come up with this idea? Well, it's in the Spirit of Prophecy. Notice this
next statement, Our High Calling 343, “As
the tree of knowledge was placed in the midst of the Garden of Eden…” and this you can find this, another evidence from the Spirit of Prophecy.
“…As the tree of knowledge was placed in the midst of the Garden of
Eden, so the Sabbath command is placed in the midst of the Decalogue. In regard
to the fruit of the tree of knowledge, the restriction was made, ‘Ye shall not eat of it, ... lest ye die.’
(Genesis 3:3). Of the Sabbath God said, Ye shall not defile it, but keep it
holy. ‘Remember the sabbath day, to keep
it holy.’ (Exodus 20:8). As the tree of knowledge was the test of Adam’s obedience, so the
fourth command is the test that God has given to prove the loyalty of all His
people….” So there you have a
parallel. Ellen White draws the parallel between the two.
Sekarang
kalian mungkin bertanya-tanya, dari mana Pastor Bohr mendapat ide membandingkan
apa yang terjadi pada Adam dan Hawa dan pohon itu, bahwa mereka bisa makan dari
semua pohon kecuali yang satu itu, dan bahwa kita boleh memakai semua enam hari
untuk kepentingan kita sendiri, kecuali satu hari itu ~ dari mana saya bisa
punya ide ini? Nah, itu ada di Roh Nubuat. Simak pernyataan yang berikut, Our High Calling hal. 343, “…Sebagaimana pohon pengetahuan itu
ditempatkan di tengah-tengah taman Eden…” dan ini kalian bisa menemukan ini dari bukti yang lain di Roh Nubuat. “…Sebagaimana pohon
pengetahuan itu ditempatkan di tengah-tengah taman Eden, begitu pula Perintah
Sabat ditempatkan di tengah-tengah Sepuluh Perintah. Sehubungan dengan buah
pohon pengetahuan, diberikan pembatasan ini, ‘Jangan kamu makan… nanti
kamu mati.’ (Kejadian 3:3). Tentang Sabat, Allah berkata, ‘Jangan kamu najiskan, tetapi
peliharalah kekudusannya. ‘Ingatlah hari Sabat, peliharalah agar tetap kudus’ (Keluaran 20:8). Sebagaimana pohon pengetahuan itu adalah ujian kepatuhan Adam, maka Perintah
Keempat adalah ujian yang diberikan Allah untuk membuktikan kesetiaan semua
umatNya…” Jadi di sini ada paralel. Ellen White menarik paralelnya antara keduanya.
Now some people say
the Sabbath is for the Jews. Well, that's
not totally false. Is the Sabbath for us? Are we Jews or spiritual Jews? So for spiritual Jews is the Sabbath for us? Yes!
Galatians 3:29 says, “…And if you are Christ's then you
are Abraham's seed and heirs according to the promise…” But for
spiritual Israel we will keep the Sabbath that God gave to Israel.
Nah, ada yang berkata, Sabat itu untuk
orang Yahudi. Itu tidak seluruhnya salah. Apakah Sabat itu buat kita? Apakah kita Yahudi, Yahudi
rohani? Jadi buat Yahudi rohani, apakah Sabat itu untuk kita?
Ya! Galatia 3:29 berkata, “29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah benih Abraham dan menurut janji Allah, adalah ahliwarisnya…” Sebagai
Israel rohani kita akan memelihara Sabat yang diberikan Allah kepada Israel.
Now let's talk
about the final test. What were the two issues in the story of Daniel 3? And
you have a hint that is as subtle as a freight train. Notice the number of
times the word “worship” appears in this chapter. Is God's Law also involved in
this story? And which of the two tables of the Law do you think was especially
at stake? Let's dwell on it for a moment. What is the issue in Daniel 3? Worship.
By the way the book
of Revelation draws on the story of Daniel 3, because in Daniel 3 you have
Nebuchadnezzar who for a while lived as a Beast, he raises up an image, commands everyone to worship
the image, and if they don't, they're going to
be killed.
Does that sound familiar? And the
kingdom is Babylon.
In Revelation do we
also have an end time Babylon? Yes! Is the Beast going to raise up an image?
Yes! Is the Beast going to command everyone to worship the image? Yes! And
whoever does not worship the image will be killed. Only in Revelation were dealing
with symbols, in the story in Daniel we're dealing with the literal.
Literal
Babylon, spiritual Babilon.
Literal image,
spiritual image.
Literal
Nebuchadnezzar behaved as a Beast for a while, spiritual Beast or symbolic
Beast. So basically Daniel chapter 3 is
about worship. Will you worship the true
God or will you worship the image that Nebuchadnezzar has raised up?
Sekarang
mari kita bicara tentang ujian yang terakhir. Apakah kedua isu yang ada di
kisah Daniel pasal 3? Dan tandanya begitu jelas. Simak berapa kali kata
“menyembah” muncul dalam pasal itu. Apakah Hukum Allah juga terlibat di dalam
kisah itu? Dan kedua loh batu Hukum yang mana yang terutama dipertaruhkan? Mari
kita pikirkan sejenak. Apakah isu
yang ada di Daniel 3? Penyembahan.
Nah,
kitab Wahyu mengambil dari kisah di Daniel pasal 3, karena di Daniel pasal 3
ada Nebukadnezar yang selama beberapa waktu lamanya hidup sebagai Binatang, dia
mendirikan sebuah patung,
memerintahkan semua untuk menyembah
patung itu, dan jika mereka menolak, mereka akan dibunuh. Apakah itu terdengar familier?
Dan kerajaannya bernama Babilon.
Di Wahyu,
apakah juga ada Babilon
akhir zaman? Ya! Apakah Binatang
itu akan mendirikan patung? Ya! Apakah Binatang itu akan memerintahkan
semua orang menyembah
patung itu? Ya! Dan siapa yang tidak mau menyembah patung itu akan dibunuh. Hanya
saja di Wahyu kita berurusan dengan simbol-simbol, sedangkan di kisah Daniel
kita berurusan dengan yang literal.
Ada
Babilon literal, ada Babilon simbolis.
Ada
patung literal, ada patung simbolis.
Ada
Nebukadnezar literal yang menjadi seperti Binatang beberapa waktu lamanya, ada Binatang
spiritual atau Binatang simbolis.
Jadi pada
dasarnya Daniel pasal 3 itu tentang penyembahan. Apakah orang akan menyembah
Allah yang sejati atau apakah orang akan menyembah patung yang didirikan
Nebukadnezar.
Now, does it also
have to do with keeping God's commandments? Of course. Which Commandments
particularly? The first four.
ĂĽ You shall have no other gods before Me.
ĂĽ Don't bow before idols, right?
ĂĽ The fourth commandment, respect the
Creator. There's only one true Creator and the Sabbath is His sign.
So in other words,
·
the issue is
worship and
·
the issue is
also the observance of God's commandments.
Now what will be
the great issue in the final conflict on earth? Revelation 13:15, “15 He was granted power to
give breath to the image of the Beast, that the image of the Beast should both
speak and cause as many as would not…” what? “…worship the image of the Beast to be…” what? “…to be killed.”
So what is the issue
in the end time conflict? Worship.
Nah,
apakah itu juga berkaitan dengan memelihara Perintah-perintah Allah? Tentu
saja. Khususnya Perintah yang mana? Empat Perintah yang pertama.
ĂĽ Jangan kamu punya allah lain
di hadapanKu.
ĂĽ Jangan sujud kepada berhala,
benar?
ĂĽ Perintah Keempat, hormati Sang
Pencipta. Hanya ada satu Pencipta yang sejati, dan tandaNya ialah Sabat.
Jadi
dengan kata lain,
·
Isunya adalah penyembahan, dan
·
Isunya juga adalah kepatuhan kepada Perintah-perintah
Allah.
Nah, apakah isu besar dalam konflik terakhir di
bumi? Wahyu 13:15, “15 Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung
binatang itu, sehingga patung binatang itu bisa berbicara
dan menyebabkan semua orang, yang tidak mau menyembah patung binatang itu…” apa? “…dibunuh. …”
Jadi
apakah isunya pada konflik akhir zaman?
Penyembahan.
Are the
commandments also involved? Notice Revelation
14:12, “12 Here
is the patience of the saints; here are those…” that what? “…who keep the commandments of God and the
faith of Jesus.”
Is Satan going to
be enraged against God's people who keep the commandments, just like Nebuchadnezzar
was enraged that these young men would not disobey the commandments of God, and
would not practice false worship?
Absolutely. Revelation 12:17, “17 And the dragon was enraged with the woman, and
he went to make war with the rest of her offspring, who keep the commandments
of God and have the testimony of Jesus Christ.”
Apakah
Perintah-perintah Allah juga terlibat? Simak Wahyu 14:12, “12 Di sinilah keuletan orang-orang kudus, inilah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah
dan iman Yesus.”
Apakah
Setan akan marah terhadap umat Allah yang memelihara Perintah-perintah Allah,
sama seperti Nebukadnezar marah ketika ketiga orang pemuda tidak mau melanggar
Perintah-perintah Allah dan tidak mau melakukan penyembahan yang salah? Tentu
saja. Wahyu 12:17, “17 Maka marahlah naga itu kepada
perempuan itu, lalu pergi memerangi yang tersisa
dari benihnya, yang memelihara
perintah-perintah Allah dan memiliki kesaksian Yesus Kristus.”
Now, the Seal of
God is received only where? The Seal of God is received only in the forehead or
on the forehead, which means that if it's on the forehead or in the forehead it means that you serve God out of conviction.
In the Bible the hand represents
what? Work,
represents work according to the book of Ecclesiastes.
At the end of time
there's going to be two kinds of people that receive the mark of the Beast, but only one kind of person that receives the
Seal of God. Notice Revelation 13:16 speaking about those who are lost, “ 16 He causes all, both small and great, rich and poor, free and
slave, to receive a mark on their right hand or on their foreheads.”
So the wicked
they're willing to receive the mark on the forehead or where? On the right
hand.
Now, what was
placed on the foreheads and hands of Israel in the Old Testament? Deuteronomy
6:6-9, “6 And these
words which I command you today shall be in your heart. 7 You shall teach them
diligently to your children, and shall talk of them when you sit in your house,
when you walk by the way, when you lie down, and when you rise up. 8 You shall bind them as a
sign on your hand, and they shall be as frontlets between your eyes. 9 You shall write them on the
doorposts of your house and on your gates.”
What does it mean
to have the Ten Commandments written on our forehead? That's where your frontal
lobe is. It means that we serve God with all of our mind, we serve Him by
conviction, if you please.
Does that also
affect what we do, our actions? See, the hand has to do with the actions that
we perform. Yes, it also affects our actions.
Nah,
Meterai Allah diterima di mana? Meterai
Allah diterima hanya di dahi atau pada dahi, yang artinya jika
dia berada di dahi atau pada dahi, kita
menyembah Allah karena keyakinan.
Di
Alkitab tangan melambangkan
apa? Perbuatan.
Menurut kitab Pengkhotbah, tangan melambangkan perbuatan.
Pada
akhir zaman akan ada dua jenis manusia yang menerima tanda Binatang, tetapi
hanya satu jenis manusia yang menerima Meterai Allah. Simak Wahyu 13:16
berbicara tentang mereka yang tidak selamat, “16 Dan ia
menyebabkan, semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau
hamba, untuk menerima suatu tanda pada tangan kanan atau
pada dahi mereka.”
Jadi
orang-orang jahat, mereka rela menerima tanda Binatang di dahi mereka atau di mana?
Di tangan kanan mereka.
Nah, apa
yang ditempatkan di dahi dan tangan orang Israel di zaman Perjanjian Lama?
Ulangan 6:6-9, “6 Dan
kata kata ini yang kuperintahkan kepadamu pada
hari ini, haruslah ada di dalam hatimu, 7 haruslah engkau
mengajarkannya dengan rajin kepada
anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau
sedang berjalan, apabila engkau berbaring
dan apabila engkau bangun. 8 Haruslah engkau mengikatkannya sebagai tanda pada
tanganmu, dan haruslah itu menjadi kotak
pengingat di antara matamu. 9
dan haruslah engkau menuliskannya pada
tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”
Apa
artinya memiliki Kesepuluh Perintah tertulis di dahi kita? Itu tempatnya di
mana frontal lobe kita berada. Artinya kita menyembah Allah dengan seluruh pikiran kita,
dengan kata lain, kita melayaniNya dengan keyakinan.
Apakah
itu juga mempengaruhi apa yang kita lakukan, perbuatan kita? Lihat, tangan
berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang kita lakukan. Ya, itu juga
mempengaruhi perbuatan-perbuatan kita.
Now where did God
promise to write His Law? Hebrews 8:10, “…’For this is the covenant that I will make with the house of
israel after those days,’ says the Lord, ‘I will put My Laws in their…” what? “…in their mind and write them on
their hearts, and I will be their God and they shall be My people.’…”
What would God's
people receive in contrast to the mark
of the Beast? The Seal of God. And where will the Seal of God be placed? On the
forehead. And what is it that is written in the mind or on the forehead? God's what? God's Law.
So we find that the Seal of God is related to His Law,
specifically.
Nah, di mana Allah berjanji untuk menuliskan
HukumNya? Ibrani 8:10, “10 ‘Maka inilah
perjanjian yang akan Kuadakan dengan kaum
Israel sesudah waktu itu,’ demikianlah firman Tuhan, ‘Aku akan menaruh hukum-Ku
dalam…” apa? “…dalam akal budi mereka dan menuliskannya di hati
mereka, dan Aku akan menjadi Allah
mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.’…”
Apa
yang akan diterima umat Allah sebagai kontras dengan tanda Binatang? Meterai
Allah. Dan di mana Meterai Allah ditempatkan? Di dahi. Dan apa yang tertulis di
pikiran atau dahi? Apanya Allah? Hukum Allah. Jadi kita dapati bahwa Meterai Allah khusus berkaitan
dengan HukumNya.
Which commandment
does the First Angel’s Message draw our attention to? We're not going to read
the verses Revelation 14:6-7. It draws our attention to the what? To the
Creator. Is the First Angel’s Message a message to the whole world, every
nation, kindred, tongue, and people? Absolutely. The whole world is invited not
only invited, but commanded, to worship the Creator.
Pekabaran
Malaikat Pertama mengarahkan perhatian kita ke Perintah yang mana? Kita tidak
akan membaca
ayat-ayat Wahyu 14:6-7. Mengarahkan
perhatian kita ke mana? Kepada Sang Pencipta. Apakah Pekabaran Malaikat Pertama
ditujukan kepada seluruh dunia, setiap bangsa, suku, bahasa dan kaum? Tentu
saja. Seluruh dunia diundang, dan bukan hanya diundang tetapi diperintahkan
untuk menyembah Sang Pencipta.
What does the Third
Message warn people not to do? It warns people not to worship the Beast or
receive his mark. They are opposites, in other words. The Seal of God is the
exact opposite of the mark of the Beast.
Pekabaran
Malaikat Ketiga memberi peringatan kepada manusia untuk tidak melakukan apa?
Memberi peringatan supaya manusia tidak menyembah Binatang atau menerima
tandanya. Jadi bertolak belakang. Dengan kata lain Meterai Allah itu bertolak
belakang dengan tanda Binatang.
Now does the Sabbath
commandment have anything to do with worship and with Creation? Absolutely.
Isaiah 66:22-23, “…‘For as the new heavens and the new earth which I will make
shall remain before Me’, says the Lord, ‘so
shall your seed and your name remain. And it shall come to pass that from one
new moon to another…” that is from one month to
another, “…and from one Sabbath to
another, all the Jews…” that's not what it
says, “…all flesh shall…” what? “…come to worship before Me’, saith the Lord.” Why do we worship
God? Because He's the Creator.
What is the sign of
the Creator? The Sabbath.
Nah, apakah Perintah
Sabat berkaitan dengan penyembahan dan dengan penciptaan? Tentu
saja. Yesaya 66:22-23, “22 ‘Sebab sama seperti langit
yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu, tinggal tetap di
hadapan-Ku,’ demikianlah firman TUHAN, ‘demikianlah keturunanmu dan namamu akan
tinggal tetap. 23 Dan
yang akan terjadi, dari satu bulan baru ke bulan baru
yang lain…” yaitu
dari satu bulan ke bulan yang lain, “…dan dari
satu Sabat ke Sabat yang lain, maka semua
orang
Yahudi…” bukan
itu yang dikatakan, “…semua manusia…” apa? “…akan datang untuk sujud
menyembah di hadapan-Ku,’ firman TUHAN.”
Mengapa
kita menyembah Allah? Karena Dia Sang Pencipta.
Apakah
tanda Sang Pencipta? Sabat.
Most of the world at the end is going to worship whom? The Beast, because he claims to occupy the
position of who? Of God.
Does he also have a sign? Sunday.
It's that simple.
And you say, you mean to say God is going to test people over a day? Well, He tested Adam and Eve over a tree, so what's the issue? God uses external things to test His people. Did He test Israel when He told them not to take anything from Jericho? Did He test Ananias and Sapphira with money that they had in their pockets? Yes. Because when we are faithful in the external, it's a sign that we internally are loyal to the Lord, and that's what we were studying in our last presentation last evening.
It’s a fact that Sabbath observance, external Sabbath observance, is a sign of an internal experience that the Holy Spirit has placed in our hearts. So if we have the Holy Spirit and we love the Lord, it will be a
pleasure to observe His holy Sabbath.
Mayoritas dunia pada akhirnya akan menyembah siapa?
Binatang itu, karena dia mengklaim menduduki posisi siapa? Allah.
Apakah dia juga memiliki sebuah tanda? Hari Minggu.
Sesederhana itu.
Dan kalian berkata, maksudnya Allah akan menguji
manusia dengan sebuah hari? Nah, Allah menguji Adam dan Hawa dengan sebuah
pohon, jadi apa isunya? Allah memakai benda-benda eksternal untuk menguji
umatNya. Apakah Dia menguji Israel ketika Dia mengatakan kepada mereka jangan
mengambil apa-apa dari Yeriko? Apakah
Dia menguji Ananias dan Safira dengan uang yang ada di kantong mereka? Ya.
Karena ketika kita setia dengan yang
eksternal, itu adalah tanda bahwa secara internal kita juga setia kepada Allah.
Dan itulah yang telah kita pelajari dalam presentasi
kita semalam.
Memelihara Sabat adalah suatu fakta, memelihara Sabat yang eksternal
adalah suatu tanda dari suatu pengalaman internal yang telah ditempatkan Roh
Kudus di dalam hati kita. Jadi bila kita punya Roh Kudus dan
kita mengasihi Tuhan, memelihara SabatNya yang kudus merupakan suatu yang
menyenangkan.
Let's read now some
statements on pages 394 and 395 on the importance of this issue.
And now we're going
to talk about our church, Seventh-Day Adventist. There's a tendency these days
to want to change the names of some of our churches, Adventist Community Church,
Adventist Fellowship, and some even take
away the word “Adventist”. Did Ellen White foresee this and does she have
something to say about it?
Mari
kita baca beberapa pernyataan di hal.
394 dan 395 tentang pentingnya isu ini. Dan sekarang kita akan berbicara
tentang gereja kita, MAHK. Ada kecenderungan sekarang ini untuk mengganti nama
beberapa gereja kita menjadi Adventist Community Church ( Gereja Komunitas Advent), Adventist Fellowship (Paguyuban Advent), dan beberapa bahkan
menghilangkan kata “Advent”. Apakah Ellen White sudah melihat ini dan apakah
dia punya komentar tentang hal itu?
Evangelism 233, “Instead of the people
of God becoming less and less definitely distinguished from those who do not
keep the seventh-day Sabbath, they are to make the observance of the Sabbath so
prominent that the world cannot fail to recognize them as Seventh-Day Adventists.”
Evangelism hal. 233, “…Gantinya umat Allah
menjadi semakin lama semakin tidak tampak berbeda dari mereka yang tidak
memelihara Sabat hari ketujuh, mereka seharusnya menjadikan pemeliharaan Sabat
sedemikian mencoloknya sehingga dunia tidak bisa tidak mengenali mereka sebagai
MAHK.”
Volume 2 Selected Messages 385, “There is to be no compromise with those who are worshiping an
idol sabbath…” we'll come to that in a few moments again, “…We are not to spend our
time in controversy with those who know the truth, and upon whom the light of
truth has been shining, when they turn away their ears from the truth to turn
to fables…” that's why I don't think that we should debate with people who
don't want to accept and obey the
Sabbath, it's a waste of time and all it does is give fodder to others
to take sides and to be critical. “…I was told that men will employ every
policy…” well, this is amazing, “…I was told that men will employ every policy to make less
prominent the difference between the faith of Seventh-Day Adventists and those
who observe the first day of the week…” Is that happening
as I speak? You’d better believe it. “…The whole world will be involved in this controversy and the
time is short. This is no time to haul down our colors.”
Vol. 2
Selected Messages hal. 385, “…Tidak boleh ada kompromi dengan mereka yang menyembah sabat berhala…” sebentar lagi kita akan membahas ini, “…Kita tidak boleh
memakai waktu kita untuk bertentangan dengan mereka yang sudah tahu kebenaran,
yang telah mendapat terang kebenaran, tetapi mereka menutup telinga mereka dari
kebenaran dan beralih ke cerita-cerita dongeng…” itulah mengapa menurut saya kita seharusnya tidak berdebat dengan
orang-orang yang tidak mau menerima dan mematuhi Sabat, itu cuma buang-buang
waktu dan semata-mata itu hanya memberi umpan kepada yang lain untuk memilih
pihak dan menjadi pengeritik. “…Saya diberitahu bahwa manusia akan memakai
setiap cara…” nah, ini sangat menarik! “…Saya diberitahu bahwa manusia akan memakai
segala cara untuk memperkecil perbedaan antara iman MAHK dari
mereka yang memelihara hari yang pertama setiap minggu…” apa ini yang sedang terjadi sementara saya berbicara? Percayalah. “…Seluruh dunia akan
terlibat dalam pertentangan ini, dan waktunya singkat. Ini bukan waktunya untuk
menyerah dan mengaku kalah.”
Selected Messages Volume 2 page 385, we find this
remarkable statement, ”A
company was presented before me under the name of Seventh-Day Adventists…” these are Adventists,
folks, Seventh-Day Adventist “…who were advising that
the banner or sign which makes us a distinctive people should not be held out
so strikingly; for they claimed it was not the best policy in securing success
to our institutions. This distinctive banner is to be borne through the world
to the close of probation. In describing the remnant people of God, John says, ‘Here is the patience of the saints: here
are they that keep the commandments of God, and the faith of Jesus’ (Revelation 14:12).
This is the Law and the gospel. The world and the churches are uniting in
harmony in transgressing the Law of God, in tearing away God's memorial, and in
exalting a sabbath that bears the signature of the man of sin. However, the
Sabbath of the Lord thy God is to be a sign to show the difference between the
obedient and the disobedient. I saw some reaching out their hands to remove the
banner, and to obscure its significance....”
that's within the
church.
Selected
Messages Vol. 2 hal. 385, kita temukan pernyataan yang mengagumkan ini, “…Saya ditunjukkan suatu kelompok di bawah nama Masehi
Advent Hari Ketujuh…” mereka ini orang Advent,
Saudara-saudara, Masehi Advent Hari Ketujuh, “…yang memberi nasihat agar panji atau tanda yang menjadikan kita umat yang
berbeda, jangan diangkat sedemikian mencolok, karena mereka mengklaim bahwa itu
bukan kebijakan yang terbaik untuk mencapai sukses bagi institusi-institusi kita. Panji yang
khas ini harus dibawa ke seluruh dunia hingga ditutupnya pintu kasihan. Saat
melukiskan umat Allah yang sisa, Yohanes berkata, ‘Di sinilah keuletan orang-orang
kudus, inilah mereka yang memelihara perintah-perintah
Allah dan iman Yesus.’ (Wahyu 14:12). Inilah Hukum dan Injilnya.
Dunia dan gereja-gereja sedang bersatu dalam kesepakatan untuk melanggar
Hukum Allah, untuk menyingkirkan hari peringatan akan Allah dan meninggikan suatu sabat yang
bermuatan tanda pengenal si manusia durhaka. Tetapi Sabat Tuhan Allahmu
haruslah menjadi tanda untuk menunjukkan perbedaan antara yang patuh dari yang
tidak patuh. Saya melihat beberapa mengulurkan tangan mereka untuk
menyingkirkan panji itu dan membuat kabur maknanya…” ini terjadi di dalam gereja.
One final statement
Vol 2 Selected Messages page 386 “Our people have been regarded as too
insignificant to be worthy of notice, but a change will come, the movements are
now being made. The Christian world is now making movements which will
necessarily bring the commandment keeping people to notice. There is a daily
suppression of God's truth for the theories and false doctrines of human
origin. There are plans and movements
being set on foot to enslave the consciences of those who would be loyal to
God. The law-making powers will be against
God's people. Every soul will be tested. O, that we would as a people be
wise for ourselves and by precept and example impart that wisdom to our
children! Every position of our faith will be searched into and if we are not
thorough Bible students, established, strengthened, settled, the wisdom of the
world's great men will be too much for us…”
Now is the time that we need to be intensely studying the Bible
and discovering all of the reasons for our faith because someday, Ellen White
explains that we will have to appear before rulers, governors, presidents, to
give a reason for our faith. And so we must know our faith well, we must be
able to argue why our positions are correct, and true, and Biblical, or else as
Ellen White says here, the wisdoms of the world's great men will be too much
for us, we will not be able to persuade them.
Satu pernyataan terakhir, Vol. 2 Selected
Messages hal. 386,
“…Orang kita dianggap tidak terlalu berarti untuk diperhatikan, tetapi
akan datang suatu perubahan. Pergerakan-pergerakan itu sekarang sedang
diadakan. Dunia Kristen sekarang sedang membuat pergerakan yang akan membawa
orang-orang yang memelihara Hukum menjadi sorotan. Setiap hari kebenaran Allah
semakin ditekan demi teori-teori dan doktrin-doktrin palsu tentang asal mula
manusia. Ada rencana-rencana dan pergerakan-pergerakan yang dilancarkan untuk
memperbudak hati nurani mereka yang mau tetap setia kepada Allah. Kekuasaan
pembuat undang-undang akan melawan umat Allah. Setiap orang akan diuji. O,
seandainya sebagai umat kita bisa bijaksana demi diri kita sendiri, dan melalui
pengajaran dan contoh membagikan hikmat tersebut kepada anak-anak kita! Setiap
posisi iman kita akan diselidiki dan jika kita bukan pelajar Alkitab yang
teliti, kokoh, dikuatkan, mantap, maka hikmat orang-orang besar dunia akan
menjadi terlalu kuat bagi kita…” Sekarang inilah saatnya kita perlu
mempelajari Alkitab secara intensif, dan menggali semua alasan bagi iman kita, karena
suatu hari, Ellen White menjelaskan, kita akan harus tampil di hadapan para
penguasa, para gubernur, para presiden, untuk memberikan alasan bagi iman kita.
Oleh sebab itu kita harus kenal iman kita dengan baik, kita harus bisa mendebat
mengapa posisi kita itu tidak salah, dan benar, dan alkitabiah, kalau tidak ~
sebagaimana yang dikatakan Ellen White di sini ~ hikmat orang-orang besar dunia
akan menjadi terlalu kuat bagi kita dan kita tidak akan bisa meyakinkan mereka.
And by the way, you
know, since the Seventh-Day Adventist Church publishes the journal “Liberty”, some people say, “Why do we publish “Liberty”, why do we even fight for religious liberty? Let the end come. You
know, let's not try to stop it. Let's not try to slow it down.”
Why do we have “Liberty” magazine? Why do we emphasize
religious liberty? Because we believe that many of the individuals that are
in government eventually will come over to the Lord’s side, because we share
the message of religious liberty with them. So it's a method of
reaching the thinkers out there, so that they will see the issues and they'll
come over to the right side. And by the way, we might be thankful someday that
some of these individuals read the articles in “Liberty”
magazine, because they will favor us when we come before kings and rulers. So
it is a blessing to have the Seventh-Day Adventist Church struggle for
religious liberty, and take up religious liberty issues.
Dan
ketahuilah, sejak gereja MAHK menerbitkan sebuah majalah “Liberty”, ada yang berkata, “Mengapa
kita menerbitkan “Liberty”? Mengapa kita bahkan berjuang untuk kebebasan
beragama? Biar saja kesudahan datang. Kita jangan mencoba
menghentikannya. Kita jangan
mencoba memperlambatnya.”
Mengapa
kita punya majalah “Liberty”? Mengapa kita menekankan pada kebebasan beragama?
Karena kita meyakini banyak dari orang-orang yang duduk di
pemerintahan akan menyeberang ke sisi Tuhan karena kita membagikan pekabaran
kebebasan beragama kepada mereka. Jadi ini adalah suatu cara
untuk menjangkau para pemikir di luar sana agar mereka bisa melihat isunya dan
mereka akan datang ke kubu yang benar. Dan ketahuilah, suatu hari kita mungkin
bersyukur ada beberapa dari orang-orang yang membaca
artikel-artikel di majalah “Liberty”, karena mereka akan menolong kita ketika kita
tampil di hadapan raja-raja dan para penguasa. Jadi adalah suatu berkat gereja
MAHK berjuang untuk kebebasan beragama dan mengangkat isu-isu kebebasan
beragama.
Okay, let's go to
page 397 we have just a little less than
half an hour to deal with the idol Sabbath. Ellen White repeatedly referred to
Sunday as the “idol sabbath.” It's a very
interesting way of referring to the counterfeit day of worship. Now, let's read
the verses that we have here at the beginning of this chapter, first of all,
Deuteronomy chapter 7 and we'll read verses 25 through 27, Deuteronomy 7:25-27,
God is telling Israel what they need to do when they enter the promised land,
actually it's only verses 25 and 26, “ 25 You shall burn the
carved images of their gods with fire; you shall not covet the silver
or gold that is on
them, nor take it for
yourselves, lest you be snared by it; for it is…” now we will come to a key word, that we're going to come to in a
few moments “…it is…” what? “…an abomination
to the Lord your
God. 26 Nor
shall you bring an abomination into your house…” that's speaking about idols, “…lest you be doomed to destruction like it.
You shall utterly detest it and utterly abhor it, for it is an accursed thing.”
What a way to
describe idols!
Oke, marilah ke hal. 397, kita cuma punya waktu
kurang dari setengah jam untuk membahas sabat
berhala. Ellen White berulang-ulang
menyebut hari Minggu sebagai “sabat berhala”. Itu adalah cara yang sangat menarik menyebut hari
ibadah yang palsu. Nah, mari kita baca ayat-ayat yang ada di bagian awal bab
ini, pertama Ulangan pasal 7 dan kita akan membaca ayat 25 sampai 27, Ulangan
7:25-27, Allah sedang memberitahu Israel apa yang harus mereka lakukan ketika
mereka masuk ke tanah perjanjian, sebenarnya hanya ayat 25-26, “25 Patung-patung dewa-dewa
mereka haruslah kamu bakar dengan api; janganlah
kamu mengingini perak dan emas yang ada pada mereka maupun kauambil bagi dirimu sendiri, supaya jangan engkau terjerat
karenanya, sebab hal itu adalah…” sekarang
kita tiba pada suatu kata kunci, yang akan kita lihat sebentar lagi, “…itu adalah …” apa? “…kekejian bagi TUHAN, Allahmu. 26
Dan janganlah engkau membawa sesuatu kekejian
masuk ke dalam rumahmu…” ini berbicara tentang berhala, “…supaya jangan engkau pun dihukum
binasa seperti itu; engkau harus benar-benar
membencinya
dan merasa jijik terhadapnya,
sebab itu adalah barang yang terkutuk.
…” Luar
biasa cara mendeskripsikan berhala!
Notice also 1 Kings
chapter 15, chapter 11, excuse
me, verses 5 through 7, 1 Kings 11:5-7,
once again we find the idea that idols are an abomination to the Lord. Here we
find the following words, 11:5-7 it’s
talking about Solomon. “5 For Solomon
went after Ashtoreth the goddess of the Sidonians, and after
Milcom the abomination of the Ammonites. 6 Solomon did evil in the
sight of the Lord, and did not
fully follow the Lord, as did his father David. 7 Then Solomon built
a high place for Chemosh the abomination of Moab, on the hill
that is east of
Jerusalem, and for Molech the abomination of the people of Ammon.”
So what is idolatry
called? It is called an abomination.
Simak
juga 1 Raja-raja 11:5-7, sekali lagi kita menemukan ide bahwa berhala adalah
kekejian bagi Tuhan. Di sini kita melihat kata-kata berikut, 11:5-7, ini
berbicara tentang Salomo, “5 Demikianlah
Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, kekejian sembahan orang Amon, 6 dan
Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati
mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya. 7 Lalu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, kekejian sembahan orang Moab, di gunung di
sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, kekejian
sembahan bani Amon.”
Jadi
penyembahan berhala
disebut apa? Disebut kekejian.
Now why is that
important? We need to go to Ezekiel chapter 8 to understand the reason why.
Ezekiel chapter 8, Ezekiel is that big book right before the book of Daniel, so
let's go to Ezekiel chapter 8 which is known as the abominations chapter,
because in this chapter God shows Ezekiel an abomination that's being committed
among those who profess to be God's people. This is not the Philistines, or the
Egyptians, or the Babylonians, or the Assyrians, that are doing this. These are
God's professed people, and the leaders of God's people, the ones that are
practicing these things.
It's called the
abominations chapter because God shows Ezekiel an abomination that God's
professed people are committing.
And Ezekiel thinks,
wow, that's pretty bad.
And God says, “You
haven't seen anything yet, I'm going to show you a worse abomination than
this.” And so then God shows Ezekiel another abomination.
And Ezekiel thinks,
this is terrible.
And God says, “You
haven't seen anything yet. I'll show you a greater abomination than this.” The
final and greatest abomination on the list is found in Ezekiel 8:16-17, Ezekiel 8:16-17, and actually we’ll read all the way through verse
18. Notice it says in verse 16, “16 So He brought me into the inner
court of the Lord’s house…” so this is talking about something that's happening where? In
the temple, that's right, “…and there, at the door
of the temple of the Lord, between the porch and the
altar, were about
twenty-five men with their backs toward the temple of the Lord…” how was Israel supposed to pray? Toward the temple. Where was
the door to the sanctuary? It was on the east side, which means that if you're
worshipping towards the sanctuary, what is to your back? The sun is to your
back. God did that purposely because all of the ancient nations worshipped with their faces to the east, but God said, “No! You're going
to worship with your face to the west, so that the sun is at your back.” So it
says here,
“…and their faces toward the east, and they were
worshiping the sun toward the east..” in God's own
temple. The religious leaders! Verse 17,
“…17 And
He said to me, ‘Have you seen this, O
son of man? Is it a trivial thing to the house of Judah to commit the…” what was this
called? “…the abominations which they commit here? For they
have filled the land with violence; then they have returned to provoke Me
to anger. Indeed they put the branch to their nose.…” And now God is
going to say what the result is going to be. “…18 Therefore I also will act in fury. My eye
will not spare nor will I have pity; and though they cry in My ears with a
loud voice, I will not hear them.’…” Wow!
Nah,
mengapa ini penting? Kita perlu ke Yehezkiel pasal 8 untuk memahami alasannya
mengapa. Yehezkiel pasal 8. Yehezkiel adalah kitab yang tebal tepat sebelum
kitab Daiel, jadi mari kita ke Yehezkiel pasal 8 yang dikenal sebagai pasal
kekejian, karena di pasal ini Allah menunjukkan kepada Yehezkiel kekejian yang
dilakukan di antara mereka yang mengaku sebagai umat Allah. Ini bukan pada
bangsa Filistin, atau bangsa Mesir, atau bangsa Babilon, atau bangsa Asyur yang
melakukannya. Ini adalah yang mengaku umat Allah. Dan para pemimpin umat
Allah-lah yang sedang mempraktekkan hal-hal itu.
Ini
disebut pasal kekejian karena Allah menunjukkan kepada Yehezkiel suatu kekejian
yang sedang dilakukan oleh yang mengaku sebagai umat Allah.
Dan
Yehezkiel berpikir, Wow, itu parah.
Dan Allah
berkata, “Kamu belum tahu, Aku akan menunjukkan kekejian yang lebih parah daripada
ini.” Maka Allah menunjukkan Yehezkiel kekejian yang lain.
Dan
Yehezkiel berpikir, wah ini mengerikan.
Dan Allah berkata, “Kamu belum melihat semuanya.
Aku akan tunjukkan kekejian yang lebih besar daripada ini.” Dan kekejian yang
terakhir dan terbesar di daftar itu ada di Yehezkiel 8:16-17, dan sesungguhnya
kita akan membaca hingga ayat 18. Simak apa yang dikatakan di ayat 16, “16
Kemudian dibawa-Nya aku ke pelataran dalam rumah
TUHAN…” jadi ini berbicara tentang sesuatu yang
terjadi di mana? Di Bait Suci, benar, “…dan di sana,
di pintu masuk ke bait TUHAN, di antara pelataran
dan mezbah ada kira-kira dua puluh lima orang laki-laki, yang membelakangi bait
TUHAN…” bagaimana seharusnya bangsa Israel
berdoa? Menghadap ke Bait Suci. Di mana pintu Bait Suci? Ada di sebelah timur,
yang artinya jika orang beribadah menghadap Bait Suci, apa yang ada di
belakangnya? Matahari yang ada di belakangnya. Allah sengaja menentukan
demikian karena semua bangsa purba menyembah dengan wajah mereka menghadap ke timur. Tetapi Allah berkata, “Tidak! Kamu harus menyembah
dengan wajahmu menghadap ke barat, sehingga matahari ada di punggungmu.” Maka
dikatakan di sini, “…dan wajah
mereka menghadap ke sebelah timur, dan mereka sedang menyembah kepada matahari di
sebelah timur…” Di
Bait Suci Allah sendiri. Oleh para pemimpin agama! Ayat 17, “…17 Lalu firman-Nya kepadaku: ‘Kaulihatkah itu, hai anak manusia?
Perkara kecilkah itu bagi kaum Yehuda untuk melakukan…” disebut apa? “…kekejian-kekejian yang mereka
lakukan di sini? Karena mereka telah memenuhi negeri
ini dengan kekerasan, lalu mereka berbalik
untuk menyulut murkaKu. Sungguh, mereka meletakkan
ranting ke hidung mereka (menimbulkan
amarah Tuhan)…” dan sekarang Allah akan mengatakan apa
akibatnya, “…18 Oleh karena itu Aku akan membalas di dalam kemurkaan-Ku. Aku tidak
akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Dan kalaupun mereka
berseru-seru kepada-Ku dengan suara yang nyaring, Aku tidak akan mendengarkan
mereka.’…” Wow!
Was everybody in the
city committing these abominations? Was every person in the city committing
these abominations? No, not everybody was. So God is saying, “Because of these
abominations ~ the greatest of which is worshiping the sun ~ I am going to
punish Israel, I'm not going to have pity, they can cry out and I'm not going
to hear.” But in the city there are some
people that are not participating in the abominations, a small remnant. So is
it necessary to separate them from those who are committing the abominations,
so that when destruction comes they survive? Absolutely. Chapter 9, “1Then He called out
in my hearing with a loud voice, saying, ‘Let those who have charge over the
city draw near, each with a deadly
weapon in his hand.’ 2 And
suddenly six men came from the direction of the upper gate, which faces north,
each with his battle-ax in his hand. One Man among them was clothed with linen…” this is Jesus by the way,
“…and had a writer’s inkhorn at His side. They went in and stood
beside the bronze altar…” this is in the court of the sanctuary. “…3 Now the glory of the God of
Israel had gone up from the cherub, where it had been, to the threshold of
the temple. And He called to the Man clothed with linen, who had the writer’s inkhorn at His
side;…” now there's going to be a cry, “…4 and the Lord said to Him, ‘Go through
the midst of the city…” which city? Jerusalem. Is that the capital of God's people? Yes.
This happened among God's people, “…‘Go through the midst
of the city, through the midst of Jerusalem, and put a mark…” where?
“…on the foreheads…” is this similar to Revelation? Very similar to Revelation. Is this a sign of
protection? Yes, it is. Is a time of trouble coming to Jerusalem here? Oh,
yeah. Is destruction coming? Is
everybody going to be destroyed? No, a group is going to be what? Sealed. So it
continues saying here, “…‘Go through the midst
of the city, through the midst of Jerusalem, and put a mark on the
foreheads of the men who sigh and cry over all the abominations that are
done within it.’…” does
that mean that they would sigh and cry about the abomination of worshipping the
sun, the greatest of all abominations, because it is at the at the very top of
the list? Absolutely. So what happens after the sealing takes place, after the
sealing is done, what happens? Verse 5,
“…5 To
the others He said in my hearing, ‘Go after Him through the city
and kill; do not let your eye spare, nor have any pity. 6 Utterly slay
old and young men,
maidens and little children and women; but do not come near anyone on
whom is the mark;…” and where do they begin the work of
destruction? “…and begin at My
sanctuary.’ So they began with the elders who were before the temple…”
So not everybody
was practicing the abominations, not everyone was worshipping the sun. There
was a faithful group that was sighing and crying because of the idolatry that
was taking place, and primarily the issue of worshiping the sun. And so then
after the sealing takes place, Nebuchadnezzar comes to Jerusalem in the year
586 BC and he does exactly what it says in verse 6. Those in the city who were apostate, were destroyed, but those
who had the sign on their foreheads were spared.
Jadi
tidak semua orang mempraktekkan kekejian-kekejian itu, tidak semua orang
menyembah matahari. Ada satu kelompok yang setia yang berkeluh kesah dan
meratap karena berhala yang sedang terjadi, dan terutama isunya ialah
penyembahan matahari. Maka setelah pemeteraian terjadi, Nebukadnezar datang ke
Yerusalem tahun 586 BC dan dia melakukan persis seperti yang dikatakan di ayat
6. Mereka yang ada di kota itu yang murtad, binasa. Tetapi mereka yang punya
tanda di dahi mereka, lolos.
Now did the destruction
of Jerusalem have anything to do with keeping the Sabbath or not? Go with me to
Jeremiah chapter 17, let's notice something very interesting here. Why Jerusalem was destroyed? Well, it's
because they were worshipping the sun, but it was far more serious than that. Notice
chapter 17 and we will begin reading at verse 24. Did the desecration of the Sabbath have
anything to
do with the destruction of Jerusalem? Absolutely. Now if they were
worshiping the sun, were they keeping the Sabbath? Of course not! Notice verse
24, actually verse yeah verse 24, “24 ‘And it shall be, if you heed Me
carefully,’ says the Lord, ‘to bring no burden through
the gates of this city on the Sabbath day, but hallow the Sabbath day,…” that is sanctify it, “…to do no work in it, 25 then shall enter the
gates of this city kings and princes sitting on the throne of David, riding in
chariots and on horses, they and their princes, accompanied by the men of Judah
and the inhabitants of Jerusalem; and this city shall…” what?
“…remain forever.’…” But you have the other side of the coin.
Notice verse 26, “…26 ‘And
they shall come from the cities of Judah and from the places around
Jerusalem, from the land of Benjamin and from the lowland, from the
mountains and from the South, bringing burnt offerings and sacrifices,
grain offerings and incense, bringing sacrifices of praise to the house of
the Lord.’...” that's what's going to happen if the
Sabbath is kept. The city is going to remain forever. But now verse 27 tells us
what's going to happen if they break the Sabbath, “…27 ‘But if you will not heed Me to hallow the Sabbath day, such as
not carrying a burden when entering the gates of Jerusalem on the Sabbath day,
then I will kindle a fire in its gates, and it shall devour the
palaces of Jerusalem, and it shall not be quenched.’…”
Did Sabbath observance have anything
to do with the destruction of Jerusalem? Absolutely. And you'll notice here
that Jeremiah lived immediately before the Babylonian captivity. Interestingly
enough.
Nah, apakah
pembinasaan Yerusalem terkait atau tidak dengan pemeliharaan Sabat? Marilah
bersama saya ke Yeremia pasal 17, mari kita simak sesuatu yang menarik di sini.
Mengapa Yerusalem dimusnahkan? Nah, karena mereka menyembah matahari, tetapi
ada alasan yang jauh lebih parah daripada itu. Simak pasal 17 dan kita akan mulai membaca dari ayat 24.
Apakah penajisan Sabat berkaitan dengan
pemusnahan Yerusalem? Tentu saja. Nah, jika mereka menyembah
matahari, apakah mereka memelihara Sabat? Tentu saja tidak! Simak ayat 24, “24
‘Dan
akan terjadi, apabila kamu sungguh-sungguh mendengarkan Aku,’ demikianlah firman
TUHAN, ‘dan tidak membawa masuk barang-barang
muatan melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari
Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat …” yaitu memelihara kekudusannya, “…dan tidak melakukan sesuatu
pekerjaan pada hari itu, 25 maka melalui pintu-pintu gerbang kota
ini raja-raja dan pangeran-pangeran, yang
akan duduk di atas takhta Daud, akan berarak masuk dengan mengendarai kereta
dan kuda: mereka dan pangeran-pangeran
mereka, didampingi oleh orang-orang Yehuda
dan penduduk Yerusalem. Dan kota ini akan…” apa? “… ada untuk selama-lamanya…” Tetapi
ada sisi lain dari mata uangnya, simak ayat 26, “…26 Orang akan
datang dari kota-kota Yehuda dan dari tempat-tempat sekitar Yerusalem, dari
tanah Benyamin dan dari dataran rendah, dari
pegunungan dan dari tanah Selatan, dengan
membawa korban bakaran, korban sembelihan, korban sajian dan kemenyan, membawa
korban syukur ke dalam rumah TUHAN…” itu
yang akan terjadi jika Sabat dipelihara, kota itu akan ada selamanya. Tetapi
sekarang ayat 27 memberitahu kita apa yang akan terjadi jika mereka melanggar
Sabat, “…27 Tetapi apabila kamu tidak
mendengarkan perintah-Ku untuk menguduskan hari Sabat, seperti tidak mengangkut barang-barang muatan
saat memasuki pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di
pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis
puri-puri Yerusalem, dan api itu tidak akan
terpadamkan.’…”
Apakah
pemeliharaan Sabat ada kaitannya dengan pemusnahan Yerusalem? Tentu saja. Dan
kalian akan melihat di sini bahwa Yeremia hidup persis sebelum penawanan
Babilon. Cukup menarik.
Now in the light of
what we’ve noticed, let's go to the statements from Ellen White that we find on
page 397. We’ve set the stage now by studying the passage in Ezekiel. We've
noticed they were worshipping the sun, and they were trampling upon the Sabbath.
Is it just possible at the end of time that's the type of idolatry that's going
to be committed by the Christian world?
Listen to the
terminology that Ellen White used. “The Sabbath question is one
that will demand great care and wisdom in its presentation. Much of the grace
and power of God will be needed to cast down the idol that has been erected in
the shape of a false sabbath….” (23LtMs Ms103 1908 par.27)
So what is Sunday? An
idol. And what shape does it have? Well, it has the shape of the
Sabbath, but it's a false Sabbath.
Nah,
berdasarkan apa yang sudah kita simak, mari kita ke pernyataan Ellen White yang
kita temukan di hal. 397. Kita sudah punya latar belakangnya dengan mempelajari
bacaan dari Yehezkiel. Kita sudah menyimak mereka sedang menyembah matahari,
dan mereka menginjak-injak Sabat. Mungkinkah pada akhir zaman itulah jenis
berhala yang akan dilakukan oleh dunia Kristen?
Dengarkan
terminologi yang dipakai Ellen White,
“…Masalah Sabat itu membutuhkan kehati-hatian dan hikmat yang besar dalam
presentasinya. Dibutuhkan banyak karunia dan kuasa Allah untuk mencampakkan
berhala yang telah didirikan dalam bentuk suatu sabat yang
palsu…” (23LtMs
Ms103 1908 par.27)
Jadi hari Minggu itu
apa? Sebuah berhala.
Dan bentuk apa yang dimilikinya? Nah, dia memiliki bentuk Sabat, tapi Sabat
yang palsu.
Notice the next
statement Review and Herald March 8, 1898, “Satan
has taken the world captive. He has introduced…” what kind of Sabbath? “…an idol sabbath…” is it just as much idolatry and an abomination to keep Sunday as
it is to worship the sun? You say, “Well, it's not the same.” We'll come back
to that at the end. “…He has introduced an
idol sabbath, apparently giving to it great importance…” Is that true he's given it great importance? Oh, yeah, “…He has stolen the homage of the Christian
world away from the Sabbath of the Lord for this idol sabbath…” and now notice the comparison. “…The world bows down to a tradition, a man-made
commandment. As Nebuchadnezzar set up his golden image on the plain of Dura,
and so exalted himself, so Satan exalts himself in this false sabbath, for
which he has stolen the livery of heaven.”
Interesting that
she compares it with the image that Nebuchadnezzar raised up, which by the way
that image was in honor of the sun god Marduke. What was the image made of?
Gold. Do you know what the ancients called gold? The dew of the sun, because
they felt that gold had dripped down from the sun at one point.
By the way they
also worshiped gods of silver. Silver was the moon goddess, because the moon is
silver. So idols of gold and silver represented that the fact that they
worshiped the sun and they worshiped the moon.
Simak
pernyataan berikut Review and Herald, 8 Maret 1898, “…Setan telah
memenjarakan dunia. Dia telah memperkenalkan…” sabat macam apa? “…suatu sabat
berhala…” apakah sama berhalanya dan sama kejinya antara memelihara hari Minggu dan
menyembah matahari? Kalian berkata, “Nah, itu tidak sama.” Nanti di bagian
akhir kita akan kembali kemari. “…Dia telah memperkenalkan suatu sabat
berhala, jelas menaruh kepentingan besar padanya…” apakah benar dia telah menaruh kepentingan besar padanya? O, iya. “…Dia telah mencuri
penghormatan dunia Kristen dari Sabat Tuhan bagi sabat berhala ini…” dan sekarang simak perbandingannya. “…Dunia sujud kepada
suatu tradisi, suatu perintah buatan manusia. Sebagaimana Nebukadnezar
mendirikan sebuah patung emas di lembah Dura, dan dengan demikian meninggikan
dirinya, maka Setan juga meninggikan dirinya di sabat palsu ini, untuk mana dia
telah mencuri tanda kebesaran Surga. …”
Menarik Ellen White membandingkannya
dengan patung yang didirikan Nebukadnezar, yang ketahuilah patung itu dibuat
sebagai penghormatan kepada dewa matahari Marduke. Patung itu terbuat dari apa?
Emas. Tahukah kalian orang purba menyebut emas itu apa? Embun matahari, karena
mereka merasa bahwa emas telah menetes turun dari matahari pada suatu saat.
Mereka juga menyembah berhala-berhala dari perak. Perak
adalah dewi bulan karena bulan warnanya perak. Jadi berhala emas dan perak
melambangkan fakta bahwa mereka menyembah matahari dan mereka menyembah bulan.
Notice the next
statement, “Like
Cain, men are today violating a plain ‘Thus saith the Lord.’…” so she's compared
it with Nebuchadnezzar, now she's going to compare it with Cain.
“…God has sanctified and blessed the seventh day, requiring all men to keep it
sacred as His memorial of creation. But, inspired by the arch-deceiver, man has
set up a rival rest day, which God regards as He did the offering of Cain…” Why? Because Cain offered God what he wanted to offer, not what
God commanded. The Christian world offers God the day that they want to offer,
not the day that God has commanded. She continues, “…Like Cain, those who worship this idol are
offended because God's chosen people will not reject the day specified in His
law as holy, to keep a rest day of man's creation. They try to force their
fellow-men to worship this idol. Thus did Nebuchadnezzar, when he set up a
golden image in the plains of Dura, and in his pride and self-exaltation sought
to compel all to bow down to it…” Is the Christian
world going to compel God's people to bow down and keep Sunday as a day of
rest, man made? Yes. “…As Cain set aside God's
holy command, and offered a sacrifice of his own choice, so men have set aside
God's holy Sabbath, and have exalted one of their own creation…” Is Sunday a day of worship created by man? Yes, it is. “…And as Cain was filled with bitterness
against Abel, so they are filled with bitterness against those who by keeping
God's Sabbath, cast reflections upon the worship of a day which bears no divine
sanction or appointment. Thus it has been, thus it will be till the end
of time. Sin is Satan's attribute, and
it is always leagued against good. The spirit
of Cain is manifested in all false religions. Satan's work is to condemn
and destroy, to take away man's liberty and destroy his life. Transgression
always leads men to act as Satan's agents, to carry out his purposes against
God and righteousness.” (Signs of the Times
March 21, 1900)
Simak
pernyataan berikut, “…Sebagaimana Kain, hari ini manusia melanggar
‘Demikianlah sabda Tuhan’ yang jelas…” jadi Ellen White sudah
membandingkannya dengan Nebukadnezar, sekarang dia akan membandingkannya dengan
Kain. “…Allah
telah menguduskan dan memberkati hari yang ketujuh, mengharuskan semua manusia
memeliharanya sebagai hari yang kudus, sebagai hari peringatanNya atas
penciptaan. Tetapi, diilhami oleh si penipu ulung, manusia telah membuat hari
perhentian tandingan, yang oleh Allah itu dianggap sama seperti persembahan
Kain…” mengapa? Karena Kain mempersembahkan kepada
Allah apa yang dia mau persembahkan, bukan apa yang diperintahkan Allah. Dunia
Kristen sekarang mempersembahkan kepada Allah hari yang mau mereka
persembahkan, bukan hari yang diperintahkan Allah. Ellen White melanjutkan, “…Seperti Kain,
orang-orang yang menyembah berhala ini marah karena umat pilihan Allah tidak
mau menolak hari yang ditentukan dalam HukumNya sebagai hari yang kudus, dan
memelihara suatu hari perhentian ciptaan manusia. Mereka berusaha memaksa
sesama manusia untuk menyembah berhala ini. Demikianlah yang dilakukan
Nebukadnezar ketika dia mendirikan sebuah patung emas di lembah Dura, dengan
kesombongannya dan keinginannya untuk meninggikan dirinya, berusaha memaksa
semua sujud kepada patung itu…” apakah dunia Kristen akan memaksa
umat Allah sujud dan memelihara hari Minggu sebagai hari perhentian yang dibuat
manusia? Ya. “…Dan sebagaimana Kain menyingkirkan perintah
Allah yang kudus dan mempersembahkan kurban pilihannya sendiri, demikian pulalah
manusia telah menyingkirkan Sabat Allah yang kudus dan meninggikan hasil
ciptaan mereka sendiri.…” apakah hari Minggu hari ibadah
yang diciptakan manusia? Ya, betul. “…Dan sebagaimana Kain dipenuhi rasa getir
terhadap Habel, demikian pula mereka juga dipenuhi rasa getir terhadap
orang-orang yang dengan memelihara Sabat Allah, melemparkan suatu bayangan ke
atas penyembahan satu hari yang tidak memiliki persetujuan atau penetapan Ilahi.
Demikianlah yang terjadi pada waktu itu, demikian pulalah yang akan terjadi
pada akhir masa. Dosa adalah karakter Setan, dan itu selalu bersatu dalam melawan kebaikan. Roh Kain
terwujud dalam semua agama yang palsu. Pekerjaan Setan ialah merusak dan
membinasakan, merampas kebebasan manusia dan menghancurkan hidupnya. Pelanggaran selalu menuntun manusia bertindak
sebagai agen-agen Setan, melaksanakan tujuannya melawan Allah dan kebenaran.” (Signs
of the Times 21 Maret, 1900)
And then she's
going to compare the sin of the Christian world to Nadab and Abihu, lo surprise!
Surprise! We've already talked about that. Notice this, Review and Herald December
20, 1898,
“But this day so universally
exalted…” that’s Sunday “…is a spurious sabbath, a common
working-day. It is accepted in the place of the day that the Lord has blessed
and sanctified; but the sure result of this course may be seen in the
punishment which fell upon Nadab and Abihu, the sons of Aaron...” Is it the same
principle, offering God the secular as if it was holy, and in the case of
Nebuchadnezzar leading people to worship a man-made idol representing the sun
god?
Kemudian
Ellen White akan membandingkan dosa dunia Kristen dengan Nadab dan Abihu, lo,
heran? Kita sudah membahas ini. Simak Review
and Herald 20 Desember 1898, “…Tetapi hari ini, begitu ditinggikan secara
universal…” maksudnya hari Minggu, “…adalah suatu sabat palsu, hari kerja
biasa. Dia diterima menggantikan hari yang telah diberkati dan dikuduskan
Tuhan. Tetapi akibat yang pasti dari cara ini bisa dilihat pada hukuman yang
jatuh pada Nadab dan Abihu, anak-anak Harun…”
Apakah ini prinsip yang sama,
mempersembahkan kepada Allah sesuatu yang sekuler seakan-akan itu kudus? Dan
dalam kasus Nebukadnezar memaksa orang menyembah suatu patung buatan manusia
yang melambangkan dewa matahari?
Here's another
statement, Letter 90, 1897, “The Protestant world have set up an idol sabbath in the place where God's Sabbath should
be, and they are treading in the footsteps of the papacy…” whether they want to recognize it or not.
Ini ada
pernyataan yang lain, Letter 90, 1897, “…Dunia Protestan
telah mendirikan suatu sabat berhala di tempat di mana seharusnya Sabat Allah
berada, dan mereka meniti di atas jejak kaki Kepausan…” baik mereka mau mengakuinya
ataupun tidak.
The Faith I Live By page 286, “Sunday-keeping is not
yet the mark of the Beast and will not be
until the decree goes forth causing men to worship this idol sabbath.” Has that command come yet to worship the idol sabbath? No, not
yet. So no one yet has the mark of the
Beast. By the way no one has the Seal of God either, the endtime eschatological Seal of God, because
they're given at the same time.
The
Faith I Live By, hal. 286, “…Memelihara hari
Minggu sekarang itu masih belum tanda Binatang dan belum akan menjadi tanda
Binatang hingga keluar perintah yang mengharuskan manusia menyembah sabat
berhala ini…” Apakah perintah untuk menyembah sabat berhala sudah datang? Tidak,
belum. Jadi belum ada yang memiliki tanda Binatang. Nah, ketahuilah, belum ada
yang punya Meterai Allah juga, meterai eskatologi akhir zaman Allah, karena
mereka diberikan pada waktu yang sama.
Signs of the Times May 26, 1898, “Those who live during
the last days of this earth’s history will know what it means to be persecuted
for the truth’s sake. In the courts injustice will prevail. The judges will
refuse to listen to the reasons of those who are loyal to the Commandments of
God, because they know that arguments in favor of the Fourth Commandment are
unanswerable. They will say, ‘We have a law, and by our law he ought to die.’
God's Law is nothing to them. ‘Our law’ with them is supreme. Those who respect
this human law will be favored, but those who will not bow to the idol sabbath
have no favors shown to them.”
In other words, the time will come when we will not be able to depend
upon the First Amendment to the Constitution.
No such thing as free speech anymore because the judges and magistrates will refuse to listen
to the arguments because they know that the arguments are too powerful.
Signs of the Times 26 Mei, 1898, “…Mereka
yang hidup selama hari-hari terakhir dari sejarah bumi ini akan tahu bagaimana
rasanya dipersekusi demi kebenaran. Di pengadilan-pengadilan, ketidakadilan
akan menang. Para hakim akan menolak mendengarkan alasan mereka yang setia
kepada Perintah Allah, karena mereka tahu bahwa perdebatan yang membenarkan
Perintah Keempat, tidak bisa dibantah. Mereka akan berkata, ‘Kami punya hukum,
dan menurut hukum kami dia harus mati.’ Hukum Allah tidak berarti apa-apa bagi
mereka. ‘Hukum kami’ bagi mereka-lah yang tertinggi. Mereka yang berpihak
kepada hukum manusia ini akan diperlakukan dengan baik, sedangkan mereka yang
tidak mau tunduk kepada sabat berhala, tidak akan mendapatkan perlakuan yang baik.…” Dengan kata lain waktunya akan tiba ketika kita tidak akan bisa
mengandalkan Amendemen Pertama Konstitusi. Kebebasan berbicara tidak akan ada
lagi karena para hakim pengadilan tinggi dan hakim pengadilan rendah akan
menolak untuk mendengarkan argumentasinya karena mereka tahu argumentasinya
terlalu kuat.
Here's another one.
Review and Herald April 15, 1890, “Not a move has been made in exalting the idol
sabbath, in bringing
around Sunday observance through legislation but Satan has been behind it, and
has been the chief worker. But the conscience should not be compelled even for
the observance of the genuine Sabbath, for God will accept only willing service…” Would it be wrong for
the government to enact a Sabbath-keeping-law, seventh-day Sabbath-keeping
law? Yes, because the state has no
jurisdiction over the Sabbath. The Sabbath is God's day, it belongs to Him,
doesn't belong to Caesar.
Ini yang lain. Review
and Herald, 15 April 1890, “…Belum ada satu pun gerakan yang dibuat
untuk meninggikan sabat berhala, dalam menjadikan pemeliharaan hari Minggu sah
lewat undang-undang, tetapi Setan sudah berada di baliknya, dan dialah pekerja
utamanya. Namun hati nurani tidak seharusnya dipaksa bahkan untuk pemeliharaan
Sabat yang asli, karena Allah hanya akan menerima pelayanan yang sukarela…” Apakah salah jika pemerintah membuat suatu hukum untuk memelihara hari
Sabat, hukum untuk memelihara Sabat hari ketujuh? Ya, karena negara tidak punya
jurisdiksi atas Sabat. Sabat adalah hari Allah, milik Allah, bukan milik
Kaisar.
Vol. 19 Manuscript
Releases page 244, “Among professed Christians there
are idolaters, men and women who are not sealed by God. Many have subverted the
Christian faith into idolatry, giving to a man-made institution the glory and
honor that God requires for His Sabbath day, and compelling others to worship
this idol…” notice the number of times Ellen White refers to Sunday as the
idol. “…Such ones will surely be visited with God’s
retributive judgments, which are to be poured out without mixture of mercy…” this is seven last plagues by the way “…upon the unrepentant
despisers of God’s law.”
Manuscript
Releases Vol. 19 hal. 244, “…Di antara mereka yang mengaku Kristen, ada
penyembah-penyembah berhala, laki-laki dan perempuan yang tidak dimeteraikan
oleh Allah. Banyak yang telah mengganti iman Kristen menjadi berhala,
memberikan kepada suatu institusi buatan manusia, kemuliaan dan
hormat yang diminta Allah bagi hari SabatNya, dan memaksa orang lain untuk
menyembah berhala ini…” simak berapa kali Ellen White
menyebut hari Minggu sebagai berhala. “…Orang-orang seperti ini pasti akan
menerima penghakiman pembalasan Allah, yang akan dicurahkan tanpa campuran
belas kasihan…” nah, ini ialah ketujuh malapetaka yang terakhir “…ke atas para
penghina Hukum Allah yang tidak mau bertobat.”
Let's read this one
more, and then I'm going to show you that observing Sunday as the day of
worship is the same as worshiping the sun in principle. Notice this statement the
Spalding Magan Collection page 22, “In preaching the truth, it is
not always best to present those strong points of truth that will arouse
prejudice, especially where such strong feelings exist as are felt in the
Southern States…” those are the red states as we call
them today “…The Sabbath must be taught in a decided
manner, but be cautious how you deal with the idol, Sunday. ‘A word to the wise
is sufficient.’…”
Mari kita
baca satu lagi, kemudian saya akan menunjukkan kepada kalian bahwa memelihara
hari Minggu sebagai hari ibadah itu secara prinsip sama dengan menyembah
matahari. Simak pernyataan dari The Spalding
Magan Collection hal. 22, “…Dalam menyampaikan kebenaran, tidak selalu
paling baik menyampaikan poin-poin kebenaran yang kuat yang akan menimbulkan
prasangka, terutama di mana ada sentimen yang kuat seperti yang terasa di
negara-negara bagian selatan…” sekarang ini mereka kita sebut negara bagian merah (yang mayoritas Republikan). “…Sabat harus
diajarkan dengan cara yang tegas, tetapi berhati-hatilah bagaimana kamu
menangani berhalanya, hari Minggu. ‘Orang bijak cukup diberi sedikit
peringatan’…”
Now someone might object.
It's not the same to worship the sun as it is to worship on Sunday, is it? A
closer look will indicate that in principle worshiping the sun and worshiping
on Sunday is based on the same principle. So let's do it in question-and-answer
format.
Who created the sun?
God.
Did He create it
for worship? No.
So if we make the
sun an object of worship, what do we call that? We call that idolatry, because
anything that we make for worship that God has not created for worship, is
idolatry.
Now let's ask three
follow-up questions.
Who created Sunday,
the first day of the week? Did God create the first day of the week? Yes.
Did He create the
day of the sun for worship? No, it's a secular work day, isn't it? So did He
create it for worship? No.
So what happens if
human beings make it a day of worship?
It’s idolatry, because anything that man makes for worship in place of
what God has established for worship, is idolatry.
It does not really
matter whether we worship God through a man-made idolatrous object such as the
sun, or we worship a man-made idolatrous day because that also was made by man.
So we can
understand why Ellen White explained that Sunday is the idol sabbath because it
has been erected by man as a day of worship, not by God.
Nah,
mungkin ada yang berkeberatan. Tidak sama menyembah matahari dengan beribadah
pada hari Minggu, bukan? Suatu penelitian yang lebih seksama akan
mengindiksikan bahwa secara prinsip menyembah matahari dan beribadah pada hari
Minggu itu dasarnya sama. Jadi mari kita buat dalam format tanya jawab.
Siapa
yang menciptakan matahari? Allah.
Apakah
Dia menciptakannya untuk disembah? Tidak.
Jadi jika
kita menjadikan matahari sebagai objek yang disembah, apa namanya itu? Itu kita
sebut memuja berhala, karena apa pun yang kita buat untuk disembah, yang tidak
dibuat Allah untuk disembah, adalah berhala.
Sekarang
mari kita tanyakan tiga pertanyaan
lanjutan.
Siapa
yang menciptakan hari Minggu, hari pertama dalam seminggu? Apakah Allah
menciptakan hari pertama setiap minggu?
Ya.
Apakah
Dia menciptakan hari matahari untuk ibadah? Tidak, itu hari kerja sekuler,
bukan?
Jadi
apakah Allah menciptakannya untuk ibadah? Tidak.
Jadi apa
yang terjadi jika manusia menjadikannya hari ibadah? Itu berhala, karena segala
sesuatu yang dibuat manusia untuk ibadah menggantikan apa yang telah ditentukan
Allah untuk ibadah, itu berhala.
Tidak
jadi soal apakah kita menyembah Alah melalui objek berhala ciptaan manusia
seperti matahari, atau kita menyembah hari berhala ciptaan manusia karena itu
juga dibuat oleh manusia.
Jadi kita
bisa paham mengapa Ellen White menjelaskan bahwa hari Minggu adalah sabat
berhala karena itu dibuat oleh manusia sebagai hari ibadah, bukan oleh Allah.
So as we've studied
these lessons, we studied last evening about
the relationship between the internal seal and the external seal. We did a
comparison also in our first study together between the tree in the Garden of
Eden and the observance of the Sabbath at the end of time. We've now talked about
the idol sabbath, the sabbath that has been created by man for worship. Everything
that we've been doing is actually amplifying the issue of the Seal of God, that
is spoken of in the Interlude of Revelation chapter 7. Revelation chapter 7
speaks about the Seal of God that is given to the very end time generation,
it's given on their foreheads to protect them in the time of trouble. And the
issue of controversy is going to be what? The day of worship.
Jadi kita
sudah mempelajari pelajaran-pelajaran ini, semalam kita sudah mempelajari
tentang hubungan antara meterai internal dengan meterai eksternal. Kita juga
sudah membandingkan dalam pembahasan kita yang pertama antara pohon di taman
Eden dengan pemeliharaan Sabat pada akhir masa. Sekarang kita sudah berbicara
tentang sabat berhala, sabat yang diciptakan manusia untuk ibadah. Semua yang
telah kita lakukan ialah menjelaskan lebih luas isu Meterai Allah yang dibahas
di Interlude (Sisipan) Wahyu pasal 7. Wahyu pasal 7
berbicara tentang Meterai Allah yang diberikan kepada generasi yang paling
akhir, diberikan di dahi mereka untuk melindungi mereka pada waktu kesukaran.
Dan apa yang akan menjadi isu pertentangan? Hari ibadah.
Now in our next
lesson together, in our last session this afternoon, we are going to study
about the Seal of the Living God. This is another lesson where we're going to
take a look at different avenues that we can pursue, to prove that the Sabbath is
the Seal of God, and to also prove that the
mark of the Beast has to do with keeping a counterfeit day of worship. As
we examine two verses in closing, we examine Revelation 14:9-11 there it
says, whoever worships the Beast, his
image, or receives his mark, will receive the wrath of God. Immediately after
the Third Angel’s Message, we find that verse that distinguishes Adventist from
all other denominations. And what does that verse say? In contrast to those who
worship the Beast, his image, and receive the mark, “Here are they who…” what? “…who have the patience of the saints…” they do what else? They keep the commandments of God in
contrast to those who worship the Beast, his image, and his mark in the Third
Angel's Message, “…they keep the commandments of God and the faith of Jesus.”
So that is what
we're going to unpack a little bit more in our last session together.
Nah,
dalam sesi kita berikutnya, sesi kita terakhir sore ini, kita akan mempelajari
tentang Meterai Allah yang Hidup. Ini adalah pelajaran yang lain di mana kita
akan melihat jalur-jalur yang berbeda yang bisa kita ikuti untuk membuktikan
bahwa Sabat adalah Meterai Allah, dan juga untuk membuktikan bahwa tanda
Binatang berkaitan dengan memelihara hari ibadah yang palsu.
Sebagai penutup kita akan melihat dua ayat, kita
simak Wahyu 14:9-11 dikatakan di sana, barangsiapa menyembah Binatang itu,
patungnya, atau menerima tandanya, akan menerima murka Allah. Segera setelah
Pekabaran Malaikat Ketiga kita dapati ayat yang membedakan orang Advent dari
semua denominasi yang lain. Dan apa kata ayat itu? Sebagai kontras dengan mereka
yang menyembah Binatang itu, patungnya, dan menerima tandanya, “12 Di sinilah…” apa? “…keuletan orang-orang kudus…” mereka melakukan apa lagi? Mereka
memelihara Hukum Allah sebagai kontras dengan mereka yang menyembah Binatang,
patungnya, atau menerima tandanya di Pekabaran Malaikat Ketiga, “…inilah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah dan iman Yesus.”
Jadi itulah yang akan kita kupas
sedikit lagi dalam sesi terakhir kita bersama.
27 10 20
No comments:
Post a Comment