_____REVELATION’S
SEVEN CHURCHES_____
Part 02/13 - Stephen Bohr
THE CHRIST OF REVELATION
https://www.youtube.com/watch?v=mt1qSrq44zQ
Dibuka
dengan doa.
I'd like to invite you to turn with me in your Bibles to
Revelation 1:4-5. In Revelation chapter 1
we have a picture of the glorified Christ, the Christ that went to Heaven. And
in verses 4-5 we have one particular detail that I want to focus on as we begin
our study.
It reads in the following way. “4 John, to
the seven churches which are in Asia: Grace to you and peace from Him who
is and who was and who is to come, and from the seven Spirits who are
before His throne, 5 and
from Jesus Christ, the faithful witness, the firstborn from the
dead, and the ruler over the kings of the earth….”
Now what I want to especially focus on in our study is
the expression “firstborn
from the dead.” If
you read the introduction to the book of Revelation you're going to find that
at the beginning of chapter 1 there's a
reference to the death and resurrection of Christ, and at the end of the
chapter once again John comes back to
the theme of the death and the resurrection of Christ.
Saya ingin
mengundang kalian membuka Alkitab kalian ke Wahyu 1:4-5. Di Wahyu pasal 1 ada
gambaran Kristus yang dimuliakan, Kristus yang sudah naik ke Surga. Dan di ayat
4-5 ada satu detail khusus yang saya mau kita fokus ke sana pada awal pelajaran
kita.
Bunyinya demikian, “4 Dari
Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia kepadamu dan damai sejahtera dari Dia, yang sekarang ada dan yang dulu ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh Roh yang ada di
hadapan takhta-Nya 5 dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang sulung bangkit dari antara orang mati dan penguasa atas raja-raja bumi…”
Nah, yang terutama mau
saya fokuskan dalam pelajaran kita ialah ungkapan “yang sulung bangkit dari antara orang mati”. Jika kita
baca pengantar Kitab Wahyu, kita akan melihat bahwa di bagian awal pasal 1
ada referensi kepada kematian dan kebangkitan Kristus, dan di bagian akhir bab
itu sekali lagi Yohanes kembali ke tema kematian dan kebangkitan Kristus.
Why would there be a focus on the resurrection of Christ
at the very beginning of the book? The reason is very simple. We're going to
find that in
order for the lamps of the Sanctuary to continue burning, to have
sufficient oil to give light, it is necessary for Jesus Christ to be alive,
because a dead Jesus Christ could never fill the lamps with oil. And so the
resurrection of Christ is dwelt upon profusely in chapter 1, and you'll notice that He's called “the firstborn from the dead”.
Now what does that mean? That does not mean that Jesus
was the first to resurrect, because in the Old Testament we have at least three
individuals who resurrected: we have Moses, we have the son of the widow of
Zarephath, and we have that man who was thrown into a pit where Elisha's dead
body was, and when he touched the body of Elisha, he revived. So we have three
resurrections at least in the Old Testament. And in the New Testament before
the death of Christ we also have three: we have the daughter of Jairus, we have
the son of the widow of Nain, and of course the resurrection of Lazarus. So “firstborn from the dead” cannot mean that Jesus was the first to
resurrect. In fact, the word “firstborn” doesn't have to do with being
the first in time, it has to do with being the first in preeminence or importance.
The expression “firstborn
from the dead” means that the resurrection of Jesus
determines the possibility of all of us resurrected if we should die.
Jesus said, “because I live you shall live also”.
So “firstborn
from the dead” does not mean He was the
first to be born, it means that He is first in the sense that His resurrection
determines the possibility of our resurrection. You know, it's similar to the
expression “the firstborn of all creation”. You
know, there is one church that says, that means
that Jesus was literally first born, the first born creature in the universe.
That is not what “firstborn
of all creation”
means. It
means that Jesus is the preeminent above all creation. He is the
preeminent One, He is the important one, He is the
ruler, if you please.
So the text begins by telling us that Jesus
resurrected from the dead and His resurrection determines the possibility of
ours.
Mengapa fokus ke kebangkitan Kristus di bagian awal kitab
itu? Alasannya sangat sederhhana. Kita akan melihat, supaya pelita-pelita di dalam Bait Suci terus menyala,
supaya ada cukup minyak untuk memberikan terang, Yesus Kristus haruslah hidup, karena Yesus
Kristus yang mati tidak akan pernah bisa mengisi pelita-pelita dengan minyak.
Maka kebangkitan Kristus dibicarakan panjang lebar di pasal 1, dan kalian akan
melihat bahwa Dia disebut “yang sulung bangkit dari antara orang mati”.
Nah, apa artinya itu? Itu tidak berarti
bahwa Yesus adalah yang pertama bangkit karena di kitab Perjanjian Lama
sedikitnya ada tiga individu yang dibangkitkan: ada Musa, ada anak janda
Sarfat, dan ada mayat yang dilemparkan ke dalam lubang di mana jasad Elisa
berada dan ketika mayat itu menyentuh tulang Elisa, dia hidup kembali (2 Raja
13:21). Jadi sedikitnya ada tiga kebangkitan di Perjanjian Lama. Dan di kitab
Perjanjian Baru sebelum kematian Kristus juga ada tiga kebangkitan: ada anak
perempuan Yairus, ada anak laki-laki janda Nain, dan tentu saja kebangkitan
Lazarus. Maka “yang sulung
bangkit dari antara orang mati” tidak mungkin berarti bahwa Yesus adalah yang
pertama bangkit. Bahkan kata “sulung”
tidak berkaitan dengan yang pertama menurut waktu, itu berkaitan dengan yang pertama dalam keutamaan atau
kedudukan. Ungkapan “yang sulung bangkit dari antara orang mati” berarti kebangkitan Yesus menentukan
kemungkinan kita semua dibangkitkan bila kita mati. Yesus
berkata, “karena Aku hidup, kamu pun akan hidup”. (Yoh. 14:19).
Maka “yang sulung bangkit dari antara orang mati” tidak berarti Dialah yang pertama dilahirkan,
itu berarti Dialah yang pertama dalam arti kebangkitanNya menentukan
kemungkinan kebangkitan kita. Kalian tahu, itu mirip dengan ungkapan “yang
sulung, di atas semua ciptaan” (Kol. 1:15). Ada satu gereja yang mengatakan bahwa itu berarti
Yesus secara literal adalah yang sulung dalam kelahiran, makhluk yang
pertama dilahirkan di alam semesta. Itu bukan makna “yang
sulung, di atas semua ciptaan”. Itu berarti bahwa Yesus itu yang
paling utama di atas semua ciptaan, Dialah Yang Terutama, Dialah
yang paling penting, Dialah penguasanya, katakanlah demikian.
Maka ayat itu mulai dengan mengatakan kepada kita bahwa Yesus sudah bangkit
dari kematian dan kebangkitanNya menentukan kemungkinan kita dibangkitkan.
Now how important is the resurrection of Jesus Christ?
You know there are people who say, well when Jesus died on the cross He forgave
everyone’s sins, that is not technically true. When Jesus died on the cross He did not
forgive everyone’s sins. Sin is forgiven when we repent of it, and when we
confess it. Forgiveness is an individual thing.
Nah, seberapa pentingnyakah kebangkitan Yesus Kristus?
Kalian tahu, ada orang yang berkata, nah, ketika Yesus mati di salib Dia sudah
mengampuni dosa semua orang. Itu secara teknis tidak benar. Ketika Yesus mati
di salib Dia tidak mengampuni dosa semua orang. Dosa itu diampuni ketika kita bertobat darinya, dan
ketika kita mengakuinya. Pengampunan itu bersifat pribadi.
Now I'm going to read a couple of verses, actually three
verses from 1 Corinthians chapter 15, I
invite you to go there, 1 Corinthians 15:16-19.
This will show you that really when Jesus died on the cross He did not
forgive everyone’s sins. What He did was make provision so that sins could be
forgiven. In other words, He provided the benefit available for those who
claim the benefit of His life and His death.
Notice 1 Corinthians 15:16-19. “16 For if the dead do not rise, then
Christ is not risen. 17 And
if Christ is not risen, your faith is futile; you
are still in your sins!...” so the death of Christ did not get rid of everyone’s sins
because if Jesus didn't resurrect we would still be in our sins. Verse 18, “…18 Then also those who have fallen asleep in
Christ have perished…” if
Jesus did not resurrect. If Jesus did not resurrect there is no hope for
the dead ever to rise.
Sekarang aku akan membacakan dua ayat, sebenarnya tiga
ayat dari 1 Korintus 15, mari kita ke sana 1 Korintus 15:16-19. Ini akan
menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya ketika
Yesus mati di salib Dia tidak mengampuni dosa semua orang. Apa
yang dilakukanNya ialah membuat provisi (persediaan) supaya dosa-dosa bisa diampuni. Dengan kata lain, Dia menyediakan fasilitas bagi
mereka yang mengklaim jasa dari kehidupanNya dan kematianNya.
Simak 1 Korintus
15:16-19, “16 Sebab andai orang mati tidak dibangkitkan, maka
Kristus tidak dibangkitkan. 17 Dan andai
Kristus tidak bangkit, imanmu sia-sia, kamu
masih dalam dosamu…” jadi kematian Kristus tidak menghapus dosa semua orang,
karena andaikan Kristus tidak bangkit, kita masih ada dalam dosa kita. Ayat 18, “…18 Andai begitu, orang-orang yang sudah mati dalam Kristus, telah binasa…” andai Kristus tidak bangkit. Andai Kristus tidak bangkit maka tidak ada harapan bagi
yang mati bisa bangkit.
Now when Jesus resurrected from the dead He spent 40 days
on this earth and then the Bible tells us that after the 40 days Jesus ascended
to Heaven. Now the question is, where did Jesus go when He ascended to Heaven?
You know there are some scholars in our church and virtually all Protestant scholars
that say that Jesus went directly into the Most Holy place of the Heavenly
Sanctuary. That cannot be true, because:
· Jesus lived His perfect life in our midst,
in our camp
so to speak,
· then He went to the altar of sacrifice, and died on
the cross.
· At the laver He washes Himself of every
vestige of sin, of death, because He bore our sins
· and then the next place in the Sanctuary is
the Holy
place.
Jesus does not jump from the laver to the Most Holy place. The Sanctuary tells us that Jesus had a role to
fulfill in the Holy place.
Nah, ketika Yesus bangkit dari orang mati Dia melewatkan
40 hari di bumi ini kemudian Alkitab mengatakan kepada kita bahwa setelah 40
hari itu Yesus naik ke Surga. Nah, pertanyaannya ialah, ke mana Yesus pergi
ketika Dia naik ke Surga? Kalian tahu ada beberapa pakar di gereja kita dan
nyaris semua pakar Protestan mengatakan bahwa Yesus langsung masuk ke Bilik
Mahakudus Bait Suci surgawi. Ini tidak mungkin benar, karena:
· Yesus menjalani
kehidupanNya yang sempurna di tengah-tengah kita, di perkemahan kita, katakanlah demikian.
· Lalu Dia ke mezbah kurban,
dan mati di salib.
· Di bejana pembasuh
Dia membersihkan DiriNya dari setiap bekas dosa, dan kematian; karena Dia telah
menanggung dosa-dosa kita.
· Kemudian tempat
berikutnya di Bait Suci ialah Bilik
Kudus.
Yesus tidak meloncat dari bejana pembasuh ke Bilik Mahakudus. Bait Suci
menunjukkan kepada kita bahwa Yesus punya peranan yang harus digenapiNya di
Bilik Kudus.
Now I want to read a passage from the writings of Ellen
White, this is in the devotional book The Faith
I Live By where Ellen White describes the place where Jesus went when He
resurrected from the dead after spending 40 days on this earth. “The
Holy places of the
Sanctuary in Heaven are represented by the two apartments in the Sanctuary
on earth….” So
in the Sanctuary on earth there were two apartments and in the Heavenly
Sanctuary there are also two apartments. She continues, “…As in vision the apostle John was granted a view of the
temple of God in Heaven, he beheld there ‘seven lamps of fire
burning before the throne.’…” That is Revelation chapter 1. And then she continues,
“…He saw an angel ‘having a golden censer…”
this is chapter 5, He is still the Holy place, “…‘having a golden censer
and there was given unto Him much incense, that He should offer it with the prayers of all saints upon the golden altar which was before
the throne.’ (Revelation 8:3)….” Then she makes this comment. Where was the altar of
incense? In the Holy place. Where was the seven-branch candlestick? In the Holy
place. So in the series on The Churches and
in the series that deal with The Seals Jesus is in the Holy place. She ends by saying this, “…Here the prophet was permitted
to behold the first
apartment of the Sanctuary in
Heaven; and he saw there
the ‘seven lamps of fire’ and the ‘golden altar,’ represented by the golden candlestick and the altar of incense in
the Sanctuary on earth…”
So Jesus went to perform a work in the Holy place of the
Heavenly Sanctuary.
Sekarang saya mau membacakan dari tulisan Ellen White,
ini ada di buku devosi The Faith I Live By di mana Ellen White menggambarkan tempat ke mana Yesus
pergi ketika Dia bangkit dari kematian setelah menghabiskan 40 hari di bumi
ini.
“…Bilik-bilik kudus Bait Suci
Surgawi diwakili oleh dua bilik di Bait
Suci di bumi. …” Jadi di Bait
Suci di bumi ada dua bilik dan di Bait Suci di Surga juga ada dua bilik. Ellen White
melanjutkan, “…Selagi dalam
penglihatan rasul Yohanes dikaruniai suatu penglihatan tentang Bait Suci Allah
di Surga. Dia melihat di sana ‘Tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta
itu’ (Wahyu 4:5)…” Itu Wahyu pasal 1. Lalu Ellen White melanjutkan,
“…Dia melihat seorang Malaikat, ‘membawa sebuah pedupaan emas…” ini pasal 5, Dia masih di bilik Kudus. “…‘membawa sebuah pedupaan emas dan kepadaNya
diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua
orang kudus di atas mezbah emas yang ada di
hadapan takhta itu.’ (Wahyu 8:3)…” Lalu Ellen White membuat komentar ini. Di mana
mezbah ukupan? Di bilik Kudus. Di mana ketujuh kaki dian? Di bilik Kudus. Maka di seri Jemaat dan di seri
yang bicara tentang Meterai, Yesus
berada di bilik Kudus. Ellen White mengakhirinya dengan berkata, “…Di sini nabi itu diizinkan
melihat bilik pertama Bait Suci Surgawi
dan dia melihat di sana ‘ketujuh obor
yang menyala’ dan ‘mezbah emas’
yang diwakili oleh ketujuh kaki dian dari emas dan mezbah ukupan di Bait Suci
di bumi…” ( The Faith I Live By, hal. 202)
Jadi Yesus
pergi untuk melaksanakan suatu pekerjaan di bilik Kudus di Bait Suci surgawi.
Now what function was Jesus going to fulfill in the
Heavenly Sanctuary? Well, let's go to Revelation 1:12-16. Revelation 1:12-16
describe what Jesus was going to do in Heaven in the Holy place. It says there,
and John is seeing this in vision, “ 12 Then I
turned to see the voice that spoke with me. And having turned I saw seven
golden lampstands, 13 and
in the midst of the seven lampstands One like the Son of Man, clothed with a garment down
to the feet and girded about the chest with a golden band…” Now if you look at other places in
Scripture, you're going to find that this is a description of the attire of the
High Priest. The golden band and the robe, which is the ποδήρης [podērēs] robe, represents the robe that is worn by
the High Priest in the earthly Sanctuary. So what function is Jesus fulfilling
in Heaven? He is fulfilling the function of High Priest. Then continues the
description. “…14 His head
and hair were white
like wool...” and of course the color white represents
purity, but the white hair represents wisdom according to Scripture, because an
individual who was aged is an individual who is wise. So it says once again, “…14 His head
and hair were white
like wool, as white as snow…” and we'll come back to this in a moment “…and His eyes like a flame of fire; 15 His feet were like
fine brass, as if refined in a furnace, and His voice as the sound of many
waters; 16 He
had in His right hand seven stars…” we'll come back to that, “…out of His mouth went a sharp
two-edged sword…” which
we’re going to dwell on as well, “…and His
countenance was like
the sun shining in its strength…” which is the same phrase that is used when Jesus was
transfigured on the Mount of Transfiguration.
Nah fungsi apa
yang harus digenapi Yesus di Bait Suci surgawi? Nah, mari kita ke Wahyu
1:12-16, yang menggambarkan apa yang dilakukan Yesus di Surga di bilik Kudus.
Dikatakan di sana, dan Yohanes yang mendapat penglihatan ini, “12 Lalu aku berpaling untuk melihat
suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku
tujuh kaki dian dari emas, 13 dan di tengah-tengah ketujuh kaki dian itu ada Satu yang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya
sampai ke kaki, dan dadanya berlilitkan ikat
pinggang dari emas…” Nah, jika kita melihat di tempat-tempat lain di Kitab
Suci, kita akan melihat bahwa ini adalah deskripsi pakaian Imam
Besar. Lilit pinggang emas dan jubahnya yaitu jubah ποδήρης [podērēs] melambangkan
jubah yang dipakai Imam Besar di Bait Suci di dunia. Jadi apakah fungsi yang
digenapi Yesus di Surga? Dia menggenapi
fungsi Imam Besar. Kemudian dilanjutkan dengan deskripsinya, “…14
Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu domba…”
dan tentu saja warna putih melambangkan
kemurnian, tetapi rambut putih melambangkan hikmat menurut Alkitab, karena
orang yang sudah tua adalah orang yang punya hikmat. Jadi dikatakan sekali
lagi, “…14 Kepala dan rambut-Nya putih
bagaikan bulu domba yang putih bagaikan salju,…” nanti kita akan
kembali kemari, “…dan mata-Nya bagaikan
nyala api. 15 Dan kaki-Nya bagaikan tembaga halus, seolah-olah sudah dimurnikan di
dalam perapian; dan suara-Nya bagaikan desau
air bah. 16 Di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang…” nanti kita kembali
kemari, “…dari mulut-Nya keluar
sebilah pedang tajam bermata dua…” yang juga akan kita bahas, “…dan
wajah-Nya bagaikan matahari yang bersinar dengan
kekuatannya…” yang adalah ungkapan yang sama yang dipakai ketika Yesus
dimuliakan di Bukit Transfigurasi.
Now there's no doubt that Jesus went to Heaven to serve
as our High Priest. Hebrews 8:1-2 tell us as much. I want to read those two
verses. The apostle Paul wrote, “1 Now this is the main point of the
things we are saying: We have such a High Priest, who is seated at the
right hand of the throne of the Majesty in the Heavens, 2 a Minister of the
Sanctuary and of the true tabernacle which the Lord erected, and not man.” So here very clearly we are told that
Jesus in Heaven performs the function of High Priest in the Holy place of the
Heavenly Sanctuary.
Nah, tidak
diragukan bahwa Yesus ke Surga untuk melayani sebagai Imam Besar kita. Ibrani
8:1-2 mengatakan begitu. Saya mau membacakan dua ayat itu. Rasul Paulus
menulis, “1 Inilah
pokok utama yang
kita bicarakan: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah tangan kanan takhta Sang Raja di surga 2
Pelayan dari Bait
Suci dan dari Tabernakel yang
sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia…” Jadi di sini
sangat jelas kita diberitahu bahwa Yesus di Surga sedang mengerjakan fungsi
Imam Besar di bilik Kudus Bait Suci surgawi.
Now, let's go to Revelation 1:20, what is Jesus doing in Heaven as the High
Priest?
Well,
· the first three chapters give us only one
of the functions of Jesus, that is, Jesus is walking among the seven
lampstands.
· In other sections of Revelation we'll find
that He is at the table of the showbread,
· and that He's at the altar of incense
those are other functions.
But we're studying The Churches now, so we're going to
take a look at the function of the High Priest as it applies to the
seven-branch candlestick.
Revelation 1:20 reads, “ 20 The mystery of the seven stars which you saw in My right hand, and the
seven golden lampstands: The seven stars are the angels of the seven
churches, and the seven lampstands which you saw are the
seven churches.”
Now let's unpack that for a moment.
Nah, mari ke Wahyu 1:20, apa yang dilakukan Yesus di
Surga sebagai Imam Besar? Nah,
· tiga pasal pertama
memberi kita hanya satu dari fungsi-fungsi Yesus, yaitu Yesus sedang berjalan
di antara tujuh kaki dian.
· Di bagian-bagian
Wahyu yang lain kita akan melihat bahwa Dia ada di meja Roti Sajian,
· dan Dia ada di
Mezbah Ukupan.
Itulah fungsi-fungsiNya yang lain.
Tetapi sekarang kita sedang mempelajari Seri Jemaat, maka
kita akan menyimak fungsi Imam Besar sehubungan dengan ketujuh kaki dian.
Wahyu 1:20 berbunyi, “20
Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat di
tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah
malaikat-malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh
kaki dian yang kamu lihat itu ialah ketujuh
jemaat.”
Sekarang mari kita kupas ini.
In
Heaven there is a literal Sanctuary with two literal apartments. There is a literal seven-branch candlestick with literal
oil in it. And Jesus up there keeps the lamps of the
candelabrum burning, by making sure that there's a sufficient supply of oil.
But those seven branches of candlesticks in Heaven actually
represent Seven Churches in Asia Minor. In other words, the seven lamps
in the Heavenly Sanctuary represent the Seven Churches of Asia Minor.
But we need to take it a step further. The Seven
Churches in Asia Minor represent seven periods of church history from apostolic
times till the end of time.
· So you have the literal candlesticks in
Heaven, represent the Seven Churches of Asia Minor,
· and the Seven Churches of Asia Minor
represent seven stages of the history of the Christian church from the
beginning until the end of the history of the church.
Di Surga ada Bait
Suci literal dengan dua bilik
literal. Ada tujuh kaki dian literal dengan
minyak literal di dalamya. Dan Yesus ada di
atas sana memelihara pelita-pelita kaki dian itu supaya tetap menyala, dengan
memastikan selalu ada cukup minyaknya.
Tetapi ketujuh
kaki dian di Surga itu sesungguhnya melambangkan Ketujuh Jemaat di Asia Kecil.
Dengan kata lain, ketujuh pelita di Bait Suci surgawi melambangkan Ketujuh
Jemaat Asia Kecil.
Tetapi kita harus mengambil satu langkah lebih maju. Ketujuh Jemat di Asia Kecil
melambangkan tujuh periode sejarah gereja dari zaman apostolik hingga akhir
zaman.
· Jadi ada kaki dian
literal di Surga yang melambangkan Ketujuh Jemaat Asia Kecil,
· Dan Ketujuh Jemaat
Asia Kecil melambangan ketujuh tahap dalam sejarah gereja Kristen dari awal
hingga akhir sejarah gereja.
Last night I read a couple of statements to this effect
and I want to read them once again.
In the book Acts of the
Apostles page 585 Ellen White wrote, “The names of the 7 churches are symbolic
of the church in different periods of the Christian era. The number 7 indicates
completeness, and is symbolic of the fact that the messages extend to the end
of time, while the symbols used reveal the condition of the church at
differerent periods in the history of
the world.”
So you notice here she's saying that this seven-branch
candlestick represents the Seven Churches in Asia Minor, but the Seven Churches
represent the entire history of the Christian church from apostolic times till
the consummation.
Semalam saya membacakan dua pernyataan tentang ini dan
saya mau membacakan mereka sekali lagi. Di buku Acts of the Apostles
hal. 585 Ellen White menulis, “Nama
ketujuh jemaat tersebut merupakan simbol dari
gereja di zaman-zaman yang berbeda dari era Kekristenan. Angka 7 menunjukkan keseluruhan dan merupakan simbol dari fakta bahwa
pekabaran-pekabaran itu berlaku terus hingga akhir zaman. Sementara simbol-simbol yang dipakai itu mengungkapkan kondisi gereja pada masa-masa
yang berbeda dalam sejarah dunia.”
Jadi kalian
simak di sini, Ellen White mengatakan bahwa
ketujuh kaki dian itu melambangkan Ketujuh Jemaat di Asia Kecil, tetapi Ketujuh
Jemaat itu melambangkan keseluruhan sejarah gereja Kristen dari zaman apostolik
hingga ke penggenapannya.
Ellen White is not the only one that actually believes
this. If you read the commentaries on Revelation by most Protestant scholars, you're
going to find that they also believe that the Seven Churches represent seven
periods of church history.
Let me just give you one example which I read in our
presentation last evening. It's found in Hal
Lindsey's book Vanished into Thin Air page
276; and of course we disagree with most of what Hal Lindsey wrote, but
he's right on this point. This is what
he wrote, “I believe along with many scholars that these seven letters were not only
written to seven literal churches with real problems, but also that they have a
prophetic application to church history. I believe that these seven churches, were
selected and arranged by our omniscient Lord because they had problems and
characteristics that would prophesy seven stages of history through which the
Church Universal would pass…”
Ellen White bukanlah satu-satunya yang meyakini ini. Jika
kita baca komentar-komentar tentang Wahyu dari kebanyakan pakar Protestan, kita
akan melihat bahwa mereka juga meyakini Ketujuh Jemaat melambangkan tujuh
periode dalam sejarah gereja.
Saya akan memberikan satu contoh yang sudah saya bacakan
dalam presentasi kita semalam. Itu terdapat di
buku Hal Lindsey Vanished into Thin Air hal. 276; dan tentu saja kita tidak sepaham dengan kebanyakan yang
ditulis Hal Lindsey tetapi tentang poin satu ini dia benar. Inilah yang dia
tulis, “Saya yakin, bersama dengan banyak pakar
bahwa ketujuh surat ini tidak hanya ditulis kepada tujuh jemaat literal dengan
masalah-masalah yang literal, melainkan mereka punya aplikasi nubuatan untuk
sejarah gereja. Saya yakin ketujuh jemaat ini, dipilih dan diatur oleh Tuhan
kita yang Mahatahu karena mereka memiliki masalah-masalah dan karakteristik-karakteristik
yang bisa menubuatkan ketujuh tahap sejarah yang akan dilalui oleh Gereja
Universal…”
So not only Ellen White but also many other scholars
believe that the Seven Churches represent or symbolize seven periods of church
history, from the Apostolic Church which would be Ephesus, to the final church
which appears to be Laodicea, but really the faithful church at the end of time
we are going to find will be the church of Philadelphia; and we'll come back to
that.
Jadi bukan hanya Ellen White tetapi juga ada banyak pakar
yang meyakini bahwa Ketujuh
Jemaat melambangkan atau menyimbolkan tujuh periode sejarah gereja dari gereja
Apostolik yang adalah Efesus hingga gereja terakhir yang sepertinya ialah Laodekia, tetapi sesungguhnya gereja yang setia pada
akhir zaman kita lihat adalah gereja Filadelfia, dan nanti kita akan kembali
kemari.
Now go with me to Revelation chapter 1 and let's read
verses 12 and 13, it says there, “12 Then I
turned to see the voice that spoke with me. And having turned I saw seven
golden lampstands,…” and
here comes the detail I want to dwell on for a while, “…13 and in the midst of the seven lampstands One like the Son of
Man, clothed with a garment down to the feet and girded about the
chest with a golden band.”
Once again what is mentioned here is the garb of the High
Priest, but you'll notice that in the midst of the seven lampstands is standing
the Son of Man who is Jesus Christ. But we need to understand that Jesus is
not just standing there in the middle of the seven candlesticks, Jesus is
actually walking among the seven candlesticks.
And you say where do you find that?
In Revelation 2:1, the very next chapter we are told, “1To
the angel of
the church of Ephesus write…” and that will be our study this evening, “…‘These
things says He who holds the seven stars in His right hand, who walks in the midst of
the seven golden lampstands…” And so Jesus is not just standing in the
middle of the seven lampstands, Jesus is walking among the seven lampstands.
What does that mean? Well, we have to go back to the Old Testament to fully
understand it.
Sekarang marilah
ke Wahyu pasal 1 dan mari kita baca ayat
12 dan 13, dikatakan di sana, “12
Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku
berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas…” dan sekarang
muncul detail yang ingin saya bahas sejenak, “…13
dan di tengah-tengah ketujuh kaki dian itu
ada Satu yang serupa Anak Manusia,
berpakaian jubah yang panjangnya sampai ke
kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas…”
Sekali lagi yang disebutkan di sini adalah pakaian Imam
Besar, tetapi kalian akan melihat bahwa di tengah-tengah ketujuh
kaki dian itu berdiri Anak Manusia yang adalah Yesus Kristus. Tetapi harus kita
pahami bahwa Yesus bukan saja
hanya berdiri di sana di tengah-tengah ketujuh kaki dian, Yesus sesungguhnya sedang
berjalan-jalan di antara ketujuh kaki dian.
Dan kalian berkata di mana ditemukan itu?
Di Wahyu 2:1, pasal berikutnya kita mendapat tahu, “…1
Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus…” dan ini menjadi
materi pelajaran kita malam ini,
“…‘Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan
kanan-Nya, yang berjalan di antara ketujuh
kaki dian emas itu…” Maka Yesus tidak saja hanya berdiri di tengah-tengah
ketujuh kaki dian, Yesus sedang berjalan di antara ketujuh kaki dian. Apa
artinya itu? Nah, kita harus kembali ke Perjanjian Lama untuk bisa memahaminya
dengan sempurna.
Go with me to Leviticus chapter 24, and we're going to read verse 1-4, this is
speaking about one of the tasks of Aaron the high priest, one of his jobs in the
Holy place, if you please. He had many others, but this was one of them, and we're
studying the seven candlesticks so we need to dwell on that specifically. It
says there in Leviticus 24:1-4, “1 Then the Lord spoke to Moses, saying: 2 ‘Command the children of Israel that they bring to
you pure oil of pressed olives for the light, to make the lamps burn…” occasionally. OK, good you're reacting, you're reading.
So it says, “…to make the lamps
burn…” what? They were never to
go out, “…continually….” Verse 3, “…3 Outside the veil of the Testimony, in the tabernacle
of meeting, Aaron shall be in charge of it from evening until morning before
the Lord continually; it shall
be a statute forever in your generations. 4 He shall be in
charge of the….” what? “…in charge of the lamps on the pure gold lampstand before the Lord…” if you didn’t get it before,
“…continually.’…” So the lamps were never to go out. Aaron
was to make sure that the lamps always had sufficient oil and that the wicks
were trimmed, so that the seven lamps would never go out.
Now we have three things here:
1.
We
have a candlestick,
2.
and
we have the oil,
3.
and
we have the light that comes as a result.
Mari bersama saya
ke Imamat pasal 24, dan kita akan membaca ayat 1-4, ini bicara tentang salah satu tugas Imam Besar Harun, salah satu tugasnya di
bilik Kudus, katakanlah demikian. Dia punya banyak tugas yang lain, tetapi ini
salah satu darinya, dan karena kita sedang mempelajari ketujuh kaki dian, jadi
kita perlu membahas itu secara spesifik. Dikatakan di Imamat 24:1-4, “1 TUHAN
berfirman kepada Musa, mengatakan, 2 ‘Perintahkanlah
kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu perasan minyak zaitun murni untuk
lampu, untuk membuat lampu menyala…” kadang-kadang. Oke, kalian memberi reaksi, kalian sedang membaca. Jadi
dikatakan, “…untuk
membuat lampu menyala…” apa? Mereka
seharusnya tidak pernah mati, “…terus
menerus. …” Ayat 3, “…3 Di sebelah luar tabir tabut
kesaksian, di dalam kemah pertemuan, Harun harus bertanggung jawab atasnya dari petang hingga pagi terus menerus di
hadapan Tuhan. Itu harus menjadi suatu
ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun. 4 Dia harus bertanggungjawab atas…” apa? “…bertanggungjawab atas lampu-lampu pada kaki dian emas murni di
hadapan Tuhan…” dan sekiranya kalian tidak menangkapnya sebelumnya, “…terus menerus…”
Jadi lampu/pelita-pelita itu tidak boleh padam. Harun
harus memastikan bahwa pelita-pelita itu selalu punya cukup minyak, dan bahwa
sumbunya terpelihara, supaya ketujuh pelita itu tidak akan padam.
Sekarang ada tiga benda di sini:
1.
Ada kaki dian.
2.
Ada minyak.
3.
Dan ada terang
sebagai hasilnya.
What does the oil represent? The oil represents ~ you know this ~ the Holy Spirit. In the parable of the ten virgins you have an
example of this. Also in Zechariah 4:6, “…‘Not by might nor by power, but
by My Spirit,’ says the Lord of hosts.” So the
oil represents the Holy Spirit.
Minyak melambangkan
apa? Minyak melambangkan
~ kalian sudah tahu ini ~ Roh
Kudus. Di perumpamaan sepuluh anak dara ada contohnya. Juga di
Zakharia 4:6, “…‘Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan,
melainkan dengan Roh-Ku,’ firman TUHAN semua
balatentara.” Jadi minyak melambangkan Roh Kudus.
What does the candlestick represent? The candlesticks represent the church
in its different periods. We've already noticed that. Each branch of the candlestick represents
one particular church.
Kaki dian melambangkann apa? Kaki dian melambangkan gereja di periode-periode yang
berbeda. Kita sudah menyimak itu. Setiap cabang kaki
dian itu melambangkan satu gereja khusus.
And what does the light represent? The light that is given by the
candlestick because the oil is in the candlestick, represents the witness of the church,
because the Holy Spirit is present in the church. The church then sheds light.
Are you with me?
Dan terang melambangkan apa? Terang yang diberikan oleh kaki dian
karena minyak yang ada di dalam kaki dian, melambangkan
kesaksian gereja, karena Roh Kudus hadir di gereja. Lalu gereja
memancarkan terang.
Apakah kalian paham?
So Jesus as the High Priest, what is He doing in the Holy
place? He is making sure that the lights of the candlestick never go out. He was
working in the churches in Asia Minor so that the church would shed the light,
that the Holy Spirit would be present in the church all the time.
And also, in the course of church history, Jesus is
walking among the different churches throughout history, making sure that the
light of the church never goes out because there's never an absence of oil.
Now I must say that there were certain periods, when it looked like
the light was about to go out. You have for example what we call the Dark
Ages. Hello, why would you call it the Dark Ages? Because there was
very little light. The period of papal supremacy, the Bible was suppressed, and as
a result the witness of the church was impacted and yet the light of the church
never went out. You had groups like the Waldenses and the Albigenses they were in exile, they kept pieces of
parchment with Scriptures, they always shed the light. It was dimmed, but it
never went out because Jesus was walking in the midst of the church
even during the church of Thyatira.
Jadi Yesus sebagai Imam Besar, apa yang dilakukanNya di
bilik Kudus? Dia memastikan bahwa cahaya dari kaki dian tidak pernah padam. Dia
sedang bekerja di gereja-gereja di Asia Kecil supaya gereja akan memancarkan
terang, agar Roh Kudus selalu hadir di dalam gereja.
Dan juga sepanjang sejarah gereja, Yesus berjalan di
antara gereja-gereja yang berbeda sepanjang sejarah, memastikan bahwa terang
dari gereja tidak pernah padam karena tidak pernah terjadi kehabisan minyak.
Nah, harus saya katakan ada periode-periode tertentu, di mana terang sepertinya
nyaris akan padam. Misalnya masa yang kita sebut Zaman Kegelapan.
Halo, mengapa kita menyebutnya Zaman Kegelapan? Karena saat itu hanya sedikit
sekali terang. Periode kekuasaan
Kepausan, Alkitab dipendam, dan sebagai akibatnya, kesaksian
gereja pun terpengaruh, namun terang
gereja tidak pernah padam. Ada kelompok-kelompok seperti Waldenses, dan Albigenses,
mereka hidup di pengasingan, mereka menyimpan potongan-potongan tulisan Kitab Suci,
mereka selalu memancarkan terang. Terang memang meredup tetapi tidak pernah padam karena Yesus berjalan di
tengah-tengah gereja walaupun di masa gereja Tiatira.
Ellen White gives a beautiful description of what it
means that Jesus was walking in the midst of the candlesticks. In the book Acts of the Apostles page 586 Ellen White
wrote, “Christ is spoken
of
as walking in the midst of the golden candlesticks.
Thus is symbolized His
relation to the churches. He is
in constant communication with His people. He knows their true
state. He
observes their order, their piety, their
devotion. Although
He
is
high
priest and
mediator in the sanctuary above, yet He is represented as walking up and down in the midst of
His churches on the earth.
With
untiring wakefulness and unremitting vigilance, He watches to see whether
the light of any of His sentinels is
burning dim or going out. If the candlesticks were left to mere human care, the flickering flame would languish and die; but He is the true watchman in the Lord's house, the true warden of the
temple courts. His continued care and
sustaining grace are the source of life and light.”
So Jesus makes sure that
the light of the church never goes out, it might burn dim, but it never fully
goes out. The Holy Spirit is not absent from the church.
Ellen White
memberikan deskripsi yang indah tentang apa artinya Yesus berjalan di
tengah-tengah kaki-kaki dian. Di buku Acts of the Apostles
hal. 586, Ellen White menulis, “…Kristus
dikatakan sebagai berjalan di antara kaki-kaki dian emas. Dengan demikian ini
melambangkan hubunganNya dengan gereja-gereja. Dia berada dalam komunikasi
tetap dengan umatNya. Dia tahu kondisi mereka yang sebenarnya. Dia mengamati
keteraturan mereka, kesalehan mereka, dan kesetiaan mereka. Walaupun Dia Imam
Besar dan Perantara di Bait Suci surgawi, namun Dia digambarkan sebagai
berjalan hilir mudik di antara gereja-gerejaNya di bumi. Dengan mata yang
senantiasa terbuka tanpa mengenal lelah dan kewaspadaan yang tidak pernah
kendor, Dia berjaga untuk mengawasi apakah ada sinar terang dari salah satu
prajuritNya yang sedang meredup atau akan mati. Andai kaki-kaki dian itu
diserahkan kepada pemeliharaan manusia, api yang meredup akan bergetar semakin
mengecil dan mati; tetapi Dialah penjaga yang sejati dalam rumah Tuhan,
pengawas sejati dari ruang-ruang Bait Suci. PemeliharaanNya yang terus-menerus
dan rahmatNya yang menguatkan adalah sumber hidup dan terang. …”
Jadi Yesus memastikan bahwa terang gereja tidak pernah
padam, mungkin bisa meredup tetapi tidak pernah padam seluruhnya. Roh Kudus
tidak pernah absen dari gereja.
By the way when church history comes to an end, God will
withdraw His Spirit from the earth, but He will not withdraw His Spirit
from His people. His people will still have the Spirit during the period of the tribulation.
Nah, ketika
sejarah gereja tiba pada akhirnya, Allah akan menarik RohNya dari bumi, tetapi
Dia tidak akan menarik RohNya dari umatNya. UmatNya akan tetap memiliki Roh selama periode Masa
Kesukaran Besar.
Now you notice that Jesus is not only walking among the
seven candlesticks, He is not only walking the midst of the history of the
Christian church to make sure that there's always enough oil so that the light
of the church doesn't go out, so that the witness of the church never goes out;
but the Bible says that He has in His hand seven stars. Now what do the seven
stars represent?
Revelation 1:20 once again, “ 20 The mystery of the seven stars which you saw in My right hand, and the
seven golden lampstands: The seven stars are the angels of the seven
churches…” Now we need to understand what the word “angel” means, the word ἄγγελος [aggelos]. “Angel” means “messenger”, so really the angels
to the churches are the ministers or the preachers of the church Jesus
has in His hand, and we're going to notice in a minute His right hand, He has
His preachers.
Let's read this interesting statement from Acts of the Apostles page 586. “Christ is represented as
holding the seven stars in His right hand. This assures us that no church
faithful to its trust need fear coming to
nought, for not a star that
has the protection of
Omnipotence can
be
plucked out of the hand of Christ.
… ’These things
saith He that holdeth the seven stars in His right hand.’….” She is quoting Revelation 2:1, then she
comments, “…These words are
spoken to the teachers in the church…” so this is for the preachers and for me,
this message is for us. It says here, “…These words are spoken to the teachers in the church,
those entrusted by God with weighty responsibilities. The sweet influences that
are to be abundant in the church are bound up with God's ministers, who are to
reveal the love of Christ. The stars of heaven are under His control. He fills
them with light. He guides and directs their movements. If He did not do this,
they would become fallen stars.. So with His ministers. They are but
instruments in His hands, and all the good they accomplish is done through His
power.”
Sekarang kalian melihat bahwa Yesus bukan saja berjalan di
antara ketujuh kaki dian, Dia bukan saja berjalan di tengah-tengah sejarah
gereja Kristen untuk memastikan bahwa selalu ada cukup minyak sehingga terang
gereja tidak padam, supaya kesaksian gereja tidak akan padam; tetapi Alkitab
berkata bahwa Dia memegang di tanganNya tujuh bintang. Nah, tujuh bintang itu melambangkan
apa?
Wahyu 1:20 sekali
lagi, “20 Dan rahasia
ketujuh bintang yang telah kaulihat di
tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah
malaikat-malaikat ketujuh jemaat…” Nah, kita harus mengerti apa arti kata “malaikat”, kata ἄγγελος
[aggelos]. “Malaikat” berarti “utusan”, jadi sesungguhnya malaikat-malaikat jemaat adalah
hamba-hamba Allah atau para pengkhotbah di gereja yang ada di tangan Yesus. Dan segera kita
akan melihat bahwa itu di tangan kananNya, Dia memegang para pengkhotbahNya.
Mari kita baca
pernyataan yang menarik ini dari Acts of the Apostles
hal. 586. “…Kristus dilambangkan sebagai sedang
memegang ketujuh bintang di tangan kananNya. Ini memberi kita jaminan bahwa
tidak ada gereja yang setia kepada tanggung jawabnya perlu takut gagal, karena
tidak ada satu bintang pun yang ada dalam perlindungan Yang Mahakuasa bisa
dicabut keluar dari tangan Kristus…’Inilah
kata Dia yang memegang ketujuh bintang di tangan kananNya’ (Wah. 2:1)…” Ellen White mengutip Wahyu 2:1, lalu dia memberi
komentarnya, “…Kata-kata ini diucapkan kepada guru-guru di
dalam gereja…” jadi ini
adalah untuk para pengkhotbah dan untuk saya, pekabaran ini untuk kami.
Dikatakan di sini, “…Kata-kata ini diucapkan kepada guru-guru di
dalam gereja ~ mereka yang dipercayai oleh Allah dengan tanggung jawab yang
berat. Pengaruh-pengaruh manis yang akan berlimpah di dalam gereja itu terkait
pada hamba-hamba Allah yang harus
menyatakan kasih Kristus. Bintang-bintang Surga ada di bawah kendaliNya, Dia
yang memenuhi mereka dengan cahaya. Dia yang memimpin dan mengarahkan gerakan
mereka. Jika Dia tidak melakukan ini, mereka akan menjadi bintang-bintang
jatuh. Demikianlah dengan hamba-hamba Allah, mereka hanyalah alat di tanganNya,
dan semua kebaikan yang mereka hasilkan itu tercapai melalui kuasaNya.”
What a beautiful description of the seven stars, they're
the ministers. Jesus holds them in His right hand. Now why the right hand?
· In the Bible the right hand is the hand of God's
favor.
That's why in the Bible
Jesus sits at the right hand of the Father.
· Incidentally, when Jesus separates the
sheep from the goats, He places the sheep on His right hand and the goats on
the left.
· At the last supper Judas was seated on the
left side and John was seated on the right.
And you know in Spanish you have the word “siniestra”, it means the left side, it
comes from the word “sinister”, the left is the sinister side.
What comes to your mind when we talk about sinister? It's
negative, right? It's the bad side, in other words.
So where does Jesus hold His ministers or His preachers?
He holds them in the hand of His favor.
Deskripsi yang begitu indah tentang ketujuh bintang,
mereka adalah para hamba Allah.
Yesus memegang mereka di tangan kananNya. Nah, mengapa tangan yang kanan?
· Di Alkitab, tangan kanan adalah tangan yang
diperkenan Allah.
Itulah mengapa di Alkitab Yesus duduk di sebelah tangan kanan Bapa.
· Nah, ketika Yesus
memisahkan domba dari kambing, Dia menempatkan domba di sebelah tangan
kananNya, dan kambing di sebelah kiri.
· Saat Perjamuan
Terakhir Yudas duduk di sebelah kiri Yesus dan Yohanes duduk di sebelah
kananNya.
Dan kalian tahu dalam bahasa Spanyol ada kata
“siniestra”, yang berarti sebelah kiri. Itu berasal dari kata “sinister”
(jahat, menyeramkan), sebelah
kiri adalah sebelah yang jahat.
Apa yang muncul di pikiran kalian bila kita bicara
tentang kata “sinister”? Itu negatif, benar? Dengan kata lain itu sisi yang
buruk.
Jadi di mana Yesus memegang hamba-hambaNya atau para
pengkhotbahNya? Dia memegang mereka di tanganNya yang berkenan.
Now, let's notice another symbol that we find here in Revelation
chapter 1. We have the eyes of Jesus that looked like flames of fire.
Now I'm going to ask a dumb question. What do you use
your eyes for? To see, that's right. To see, to discern. By the way in the Bible
eyes represent wisdom or knowledge. In Ephesians 1:18 it speaks about
the eyes of your understanding being enlightened. See, when the Bible speaks
about eyes it's not only talking about your literal eyes, it's actually talking
about discernment, having discernment, having understanding, seeing things spiritually.
That's the reason why Satan said to Eve in
the garden, “your eyes will be opened.” Now wait a minute, they had 20/20 vision,
probably better than 20/20 vision. She was seeing the serpent, she was seeing
everything, but the Devil is saying, “your
eyes will be opened”. It
can't be the physical eyes. He is saying, “your
understanding will be opened. You will be able to know good and evil without
God telling you what good and evil is, you'll be able to have discernment for
yourself.”
So in other words, the eyes represent wisdom, knowledge,
it represents discernment, and that's the reason why at graduation time you go
to a store to buy a graduation card, and what animal appears on the graduation
card quite frequently? An owl. Why would it be an owl? Because an owl has big
eyes and the person who is graduating is very wise. So that's a contemporary
explanation of the eyes representing knowledge or wisdom.
So Jesus has eyes of fire, which means that
His eyes what? Are penetrating eyes. That is why to each church Jesus says: “I know
your works.” To each church He says, “I know, I can see, I can discern, I'm
wise, My eyes are enlightened, I can detect what the church is like.”
Nah, mari kita simak simbol yang lain yang kita temukan
di Wahyu pasal 1. Ada mata
Yesus yang seperti nyala api.
Nah, saya akan mengajukan pertanyaan konyol. Mata dipakai
untuk apa? Untuk melihat, benar. Untuk melihat, untuk memahami. Nah, di Alkitab mata melambangkan
hikmat atau pengetahuan. Di Efesus 1:18 ini bicara mengenai mata
pemahaman kita yang dicerahkan. Lihat, ketika Alkitab bicara tentang mata, itu
bukan saja bicara tentang mata literal, itu justru bicara mengenai pemahaman, memiliki pemahaman, memiliki
pengertian, melihat hal-hal secara rohani.
Itulah alasannya mengapa Setan berkata kepada Hawa di Eden, “matamu akan terbuka” (Kejadian 3:5). Nah, tunggu sebentar, mereka punya penglihatan 20/20,
bahkan mungkin lebih daripada 20/20. Hawa melihat ular itu, dia melihat segala
sesuatu, tetapi Iblis berkata “matamu
akan terbuka”. Itu tentunya tidak
bicara tentang mata fisik. Iblis mengatakan, “pemahamanmu akan terbuka. Kamu akan
tahu yang baik dan yang jahat tanpa diberitahu Allah apa yang baik dan
apa yang jahat, kamu akan memiliki pemahaman untuk dirimu sendiri.”
Jadi dengan kata lain, mata melambangkan hikmat,
pengetahuan, itu melambangkan pemahaman, dan itulah alasannya mengapa di musim kelulusan sekolah, kita ke toko membeli kartu ucapan
selamat lulus, dan hewan apa yang sering muncul di kartu ucapan untuk
kelulusan? Burung Hantu. Mengapa burung Hantu? Karena burung Hantu matanya
besar dan orang yang lulus itu sangat bijak. Jadi itulah penjelasan kontemporer
tentang mata melambangkan hikmat.
Jadi Yesus
memiliki mata yang menyala, yang berarti bahwa mataNya apa? MataNya mempenetrasi (menembus).
Itulah mengapa kepada setiap gereja Yesus berkata, “Aku tahu pekerjaanmu”.
Kepada setiap gereja Dia berkata, “Aku tahu, Aku bisa melihat, Aku bisa
mengerti, Aku bijak, mataKu dicerahkan, Aku bisa mengenali gereja itu seperti
apa.”
Now also we find another symbol of Christ in Revelation 1,
and that is ~ and we’ve read this ~ it
says that out
of the mouth of Jesus comes forth a sharp two-edged sword.
Now what does the sword represent in the Bible? We don't
have to guess, the apostle Paul tells us in Ephesians 6:17, “ 17 … the sword of the
Spirit, which is the Word of God…” and who is the Word of God? Well this (the Bible)
is the written Word of God, it gives witness to Jesus. But Jesus is
the Word of God in person. So you have this sharp two-edged sword ~ by
the way, I think the reason why it’s a two-edged sword is because you have an Old and New
Testament, represent the Bible, the Word of God, just like you have two
witnesses in Revelation 11, the
Old and New Testament ~ and it's very sharp, it's very penetrating in other
words.
Now what does this symbol mean? A sword that penetrates,
the Word of God that penetrates? Jesus not only discerns everything, He not
only know backwards and forwards what
we're doing, but He also has the solution to the problem.
Nah, kita juga menemukan simbol yang lain dari Kristus di
Wahyu 1, dan itu ialah ~ dan ini sudah pernah kita baca ~ dikatakan bahwa dari mulut Yesus keluar sebilah
pedang tajam bermata dua.
Nah, di Alkitab
pedang melambangkan apa? Kita tidak usah menebak, rasul Paulus mengatakan
kepada kita di Efesus 6:17, “17… pedang Roh, yaitu Firman Allah…” dan siapakah
Firman Allah? Nah, ini (Alkitab)
adalah Firman Allah yang tertulis, dia memberikan kesaksian
tentang Yesus. Tetapi Yesus adalah
Firman Allah dalam bentuk pribadi. Jadi ada pedang tajam bermata dua ini ~ nah, saya rasa
alasannya mengapa itu pedang bermata
dua ialah karena Alkitab diwakili oleh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,
Firman Allah, sama seperti ada dua
orang saksi di Wahyu 11, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ~
dan pedang itu sangat tajam, sangat mempenetrasi, dengan kata lain.
Nah, apakah arti simbol tersebut? Sebilah pedang yang
mempenetrasi, Firman Allah yang mempenetrasi?
Yesus bukan hanya
memahami segala sesuatu,
Dia bukan hanya tahu semua yang kita lakukan dari depan maupun dari belakang,
tetapi Dia juga mempunyai solusi untuk
problemnya.
Now let me read you an interesting statement. This was
actually written by an individual by the name of L.D. Fleming, he attended William
Miller's lectures back in the 1830s, this was in Portland, Maine, and he described
the message of William Miller as a cutting message. Have you ever heard of
somebody refer to the message as a cutting message? That is because the Word is
penetrating, it's going in, and it's performing a work of surgery if you
please. See, Jesus detects the sin, and then He says, “Do you want Me to cut it
out with My Word?”
Now notice what testimony this man gave. "Things here are moving powerfully. Last evening about two
hundred requested
prayer and the interest seems constantly increasing. The
whole city seems agitated. Brother Miller's lectures have not the
least effect to frighten people; they are far from it. The great alarm is among those who do not come near them. Many
who stay away and oppose, seem excited, and perhaps alarmed; but those who candidly hear are far from excitement or alarm. The interest awakened by his lectures is of the most deliberate and dispassionate kind.
Though this is
the
greatest revival I ever saw, yet there is the least
passionate excitement
about it…”
In other words, they weren't jumping and
rolling in the aisles and shouting, “hallelujah, praise the Lord”. He continues,
“…Though this is
the
greatest revival I ever saw, yet there is the least
passionate excitement
about it.
It
seems to take a deep hold on the main part of
the
community. What produces the effect is this,…”
now notice the reason why, “…Brother Miller simply takes the
sword of the Spirit, unsheathes,
and lays its sharp edge on the
naked heart, and it cuts; that is all. Before the edge of this mighty weapon, infidelity falls and
Universalism withers; false foundations vanish, and Babel's merchants
wonder. It
seems to me that this must be a little the nearest to apostolic revivals of anything that modern times have witnessed."
All great revivals in the history of the Christian church
have been founded on the preaching of God's Holy Word, because the Word penetrates,
the Word has power, it is quick and powerful, “quick” means living and
powerful.
Sekarang saya akan membacakan suatu pernyataan yang
menarik. Ini ditulis oleh seseorang yang bernama L.D. Fleming, dia menghadiri
ceramah William Miller dulu di tahun 1830an, ini terjadi di Portland, Maine,
dan dia menggambarkan pekabaran William Miller sebagai pekabaran yang tajam.
Pernahkah kalian mendengar orang menyebut suatu pekabaran sebagai pekabaran yang
tajam? Itu karena Firman itu mempenetrasi, itu masuk sampai ke dalam, dan itu
melakukan suatu pembedahan, katakanlah demikian. Lihat, Yesus mendeteksi
dosanya, kemudian Dia berkata, “Apa kamu mau Aku potong itu dengan FirmanKu?”
Sekarang simak kesaksian apa yang diberikan orang ini. “…Hal-hal di sini berlangsung dengan penuh kuasa. Semalam
sekitar 200 orang minta didoakan, dan minat itu sepertinya terus bertambah.
Seluruh kota sepertinya tergerak. Khotbah Saudara Miller sama sekali tidak
menimbulkan reaksi menakut-nakuti orang, jauh dari itu. Kepanikan besar justru terdapat di antara mereka yang tidak hadir. Banyak yang
tidak mau datang dan menolaknya, tampak tegang dan mungkin panik, tetapi mereka
yang mendengarkan dengan teliti jauh dari perasaan tegang atau panik. Minat
yang dibangkitkan oleh pidato-pidatonya adalah dari jenis yang paling sadar dan
tenang. Walaupun ini adalah kebangunan rohani terbesar yang pernah saya
saksikan namun di sana hanya ada kegaduhan yang paling sedikit…” Dengan kata
lain, mereka tidak melompat-lompat dan bergulung-gulung di antara bangku-bangku
dan berteriak-teriak: “halleluya,
puji Tuhan”. Fleming
melanjutkan “…Walaupun
ini adalah kebangunan rohani terbesar yang pernah saya saksikan namun di sana hanya
ada kegaduhan yang paling sedikit.
Sepertinya itu mencekam pada bagian besar komunitas. Apa yang
menciptakan efek ini ialah…” sekarang simak alasannya mengapa, “…Saudara Miller semata-mata memakai pedang Roh,
mengeluarkannya dari sarungnya, dan meletakkan bagiannya yang tajam di hati
yang telanjang, dan pedang itu memotong. Itu saja. Di hadapan mata pedang
senjata yang hebat ini, ketidakpercayaan luruh dan Universalisme melayu;
dasar-dasar yang palsu lenyap, dan pedagang-pedagang Babel heran. Tampaknya
kepada saya ini sepertinya sesuatu yang paling mirip dengan kebangunan rohani
zaman rasul-rasul yang pernah disaksikan di zaman modern.” (L.D. Fleming The Review and Herald,
November 25,
1884)
Semua
kebangunan rohani akbar dalam sejarah gereja Kristen beralaskan pada
dikhotbahkannya Firman Allah yang kudus, karena Firman itu mempenetrasi, Firman
itu hidup dan penuh
kuasa.
Now Ellen White also described the Word of God as a sharp
object to cut out the maladies in the human heart. In Signs of the Times May 17, 1883 she wrote these words, “The worldliness in the church…” the worldliness where? “…in the church
which is the great cause of spiritual death, is attributable to the
influence of selfish, ease-loving members.
The progress of this deadly malady must be checked.
The surgeon's knife cuts
deep when it is necessary to remove festering, pestilent matter; so the Word of God, sharper than any two-edged sword, must be made to cut to the heart, or
the evil
will never be removed.”
So the eyes detect the evil, and the Word cuts the
evil out, if we consent. But the sword will never cut out the evil
unless we allow the sword to come in.
Nah Ellen White juga menggambarkan Firman Allah sebagai
benda tajam yang memotong dan membuang penyakit-penyakit dalam hati manusia. Di
Signs of the Times
17 Mei 1883, Ellen White
menulis kata-kata ini, “…Kecintaan
pada dunia di dalam gereja, …” kecintaan pada dunia di mana?
“…di dalam gereja yang
merupakan penyebab besar kematian spiritual, diatributkan kepada pengaruh
keegoisan dan sifat manja para anggota. Lajunya penyakit yang mematikan ini
harus dihentikan. Pisau dokter bedah memotong hingga ke dalam bilamana perlu
untuk membuang sesuatu yang membusuk dan beracun, demikian jugalah Firman Allah
yang lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun, harus dipakai untuk memotong
hati, kalau tidak, apa yang jahat tidak akan pernah dibuang. …”
Jadi mata
mendekteksi apa yang jahat, dan Firman memotong yang jahat itu dan
menyingkirkannya, jika kita setuju. Tetapi pedang tidak akan
pernah memotong dan membuang yang jahat kecuali jika kita mengizinkan pedang
itu masuk.
Now let me give you an illustration so that we understand
how this works a little bit better.
A person goes to a medical doctor and has
some tests, sonograms, X-rays, CAT scans, MRIs, etc. After the tests results
come back, the medical doctor says to the patient, “I have bad news for you,
you have cancer.” But the doctor says, “There is good news. The cancer has not
progressed to a point where we cannot have surgery and cut the cancer out, and
so if you have surgery you're going to recuperate a hundred percent.” What did
that medical equipment do? It allowed the medical doctor to detect the cancer,
but the medical equipment cannot cure the cancer.
The eyes of Jesus are like flames of fire, they detect
sin, when we're close to Jesus,
He shows us our sinfulness and then He says, “There's only one way to solve
this, we can heal it, but I need to cut it out, there needs to be a surgery.”
Now what does a patient ask? The patient
says, “Well, is it going to hurt?” The medical doctor says, “Of course that's
going to hurt, big time.” “Oh well, then I don't want to have the surgery.” Is that what the patient says? Are you kidding? The
patient doesn't say that. The patient says, “Better a little hurt now then a
big hurt later.”
And so the Word of God penetrates and cuts out that which
the eyes of Jesus detect.
Sekarang, saya akan memberikan sebuah ilustrasi agar kita
bisa mengerti sedikit lebih baik
bagaimana kerjanya.
Seorang pergi ke dokter dan dibuatkan beberapa tes, sonogram, X-ray, CAT
scan, MRI, dll. Setelah semua hasil tes keluar, dokter berkata kepada pasien
itu, “Saya punya kabar buruk, Anda punya kanker.” Tetapi dokter itu berkata,
“Ada kabar baik. Kanker itu belum parah sampai ke tahap di mana kami tidak bisa
membedahnya dan membuangnya. Jadi jika Anda mau dibedah, Anda akan pulih 100%.”
Semua peralatan medis itu berbuat apa? Mereka memungkinkan si dokter mendeteksi
kankernya, tetapi peralatan medis itu tidak bisa menyembuhkan kankernya.
Mata Yesus seperti nyala api, mereka mendeteksi dosa, bila kita dekat Yesus, Dia menunjukkan keberdosaan kita
dan Dia berkata, “Hanya ada satu jalan untuk menyelesaikan ini, ini bisa kita
sembuhkan, tetapi Aku harus memotongnya dan membuangnya. Harus dilakukan
pembedahdan.”
Nah, pertanyaan apa yang diajukan si pasien? Pasien itu berkata,
“Sakitkah?” Dokter menjawab, “Sudah pasti sakit, sakit sekali.” “Oh, kalau
begitu saya tidak mau dibedah.” Apakah itu kata si pasien? Yang bener aja! Si
pasien tidak akan berkata begitu. Pasien itu akan berkata, “Lebih baik sakit
sedikit sekarang daripada sakit parah kelak.”
Maka Firman Allah mempenetrasi dan memotong apa yang
dideteksi oleh mata Yesus.
Now let me give you an illustration of what I mean. Let's
suppose that an individual is addicted to pornography, a very growing problem
in the world today. An individual is addicted to pornography, and that individual
one day opens the Bible and just so happens that he turns to the story of David
and his adultery that are committed with Bathsheba, that eventually leads to
the murder of Uriah the Hittite. And so he is reading the Scriptures, and
suddenly the Scriptures start reading him. The Scriptures says, “Hey, that's
you, that’s you!” See, what is the Word doing? The Word is showing the person his sin.
And then what does the Word say? “You’ve got to cut that out, it's going to
hurt, it's not going to be easy to give that up, but I am willing to cut it out
if you consent.”
And so that's why when we study Scripture we need to pray
for the Holy Spirit, because the Holy Spirit shows us our sin, and then the
Holy Spirit through the Word is willing to come in and cut that sin out from
our life.
Sekarang saya akan memberikan suatu ilustrasi apa yang
saya maksud. Misalkan seseorang kecanduan pornografi, suatu masalah yang
semakin parah di dunia sekarang ini. Seseorang kecanduan pornografi dan suatu
hari dia membuka Alkitab dan kebetulan dia melihat kisah Daud dan perzinahannya
dengan Batsyeba, yang akhirnya mengakibatkan pembunuhan Uria orang Het. Jadi
orang ini membaca Kitab Suci dan tiba-tiba Kitab Suci mulai membaca hidupnya.
Kitab Suci berkata, “Hei, itu kamu, itu kamu!” Lihat, apa yang dilakukan Firman
Allah? Firman Allah menunjukkan kepada orang itu dosanya. Kemudian apa kata Firman? “Kamu harus membuangnya,
pasti sakit rasanya, tidak mudah untuk melepaskan itu, tetapi Aku mau memotong
itu keluar jika kamu setuju.”
Itulah mengapa bila kita mempelajari Kitab Suci, kita
perlu berdoa minta bimbingan Roh Kudus, supaya Roh Kudus menunjukkan kepada kita dosa kita, kemudian Roh
Kudus melalui Firman mau masuk dan memotong dosa itu dari hidup kita.
Let me read you several statements from Scripture about this
specific point.
Psalm 139:22 and 23. You know “the
heart is deceitful above all things…” isn't it, “…and
desperately wicked” is
what the Bible says. If you go by your heart you're always going to rationalize
things, you're going to say, “This is okay”, “that's okay.” But if you allow Scripture to
show you your condition through the power of the Holy Spirit, we're going to be
able to see ourselves as we are.
Psalm 139:22-23 we find the psalmist saying, “23 Search me,
O God, and know my heart…” see there's the eyes, “…know my
heart, try me, and know
my anxieties; 24 And see
if there is any wicked
way in me, and lead
me in the way everlasting...” Notice, “…discern if there's wickedness in me, and then
lead me…” what? “…lead me in the way everlasting.”
Saya akan membacakan beberapa peryataan dari Kitab Suci
mengenai poin khusus ini.
Mazmur 139:22-23. Kalian tahu, “9 Hati itu licik di
atas segala sesuatu, dan sangat jahat…” (Yer. 17:9) itulah yang
dikatakan Alkitab. Jika kita berbuat menurut hati kita, kita selalu akan
merasionalisasikan semua, kita akan mengatakan, “Ini tidak apa-apa”, “itu tidak
apa-apa”, tetapi jika kita mengizinkan Kitab Suci melalui kuasa Roh Kudus menunjukkan kondisi kita, kita akan bisa melihat diri kita sebagaimana adanya.
Mazmur 139:22-23
kita melihat si pemazmur berkata, “23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah
hatiku…” lihat, ini mataNya, “…kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah kekhawatiran-kekhawatiranku; 24 dan lihatlah, apakah ada jalanku yang jahat, dan
tuntunlah aku di jalan yang kekal…” simak, “…selidikilah apakah ada jalanku yang jahat, dan
tuntunlah aku…” apa? “…tuntunlah aku di jalan yang kekal…”
Now there's a very interesting passage in the book of
Hebrews that puts the eyes and the sword together. Are you understanding this? The eyes
detect the sin and then the sword cuts out the sin. The Spirit is the
Word of God, the eyes are Jesus through the Holy Spirit, showing us our sinful
condition. Hebrews 4:12 and 13 put the two symbols together. It says there, “ 12 For the word of
God is living and
powerful, and sharper than any two-edged sword, piercing even to the
division of soul and spirit, and of joints and marrow…” so it's really penetrating, isn't it? If
it's penetrating here to the division of soul and spirit and joints and marrow,
it's really going deep. And now notice the eyes, “…and is a…” what? “…a discerner…”
that has to do with the eyes, “…a discerner of the thoughts and intents of
the heart…” it
even goes to the depths of the heart. “…13 And there is no creature hidden from His…” what? See, you have the sword and you have the eyes “…hidden
from His sight, but all things are naked
and open to the…” what? “…open to
the eyes of Him to whom we must
give account.” And
you know, folks, sometimes the surgery hurts. The surgery hurts as much as it
would hurt to cut off your foot. It hurts even more than poking out your eye.
It hurts even more than chopping off your right hand. And I'm speaking about
the passage of Jesus in Mark 9:43-48, He says, “If your right hand offends you
chop it off.” He's not saying that we should be cutting off our limbs. What
He's saying is that sometimes it's so difficult for us, as
difficult for us to give up our sins, as it would be to cut
off our hand and our foot, it is painful.
Nah, ada bacaan
yang sangat menarik di kitab Ibrani yang menyatukan mata dengan pedang
bersama-sama. Apakah kalian paham ini? Mata
mendeteksi dosa kemudian pedang memotong dan membuang dosa itu.
Roh adalah Firman Allah, mata itu ialah Yesus melalui Roh Kudus, menunjukkan
kita kondisi kita yang berdosa. Ibrani 4:12-13 mempersatukan kedua simbol itu
menjadi satu. Dikatakan di sana, “12 Sebab Firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun,
ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, dan sampai sendi-sendi dan sumsum…” dia benar-benar
mempenetrasi, bukan? Jika di sini dia mempenetrasi sampai memisahkan jiwa dan
roh, dan sendi-sendi dan sumsum, dia benar-benar masuk sangat dalam. Dan
sekarang simak matanya, “…dan ia…” apa? “…sanggup
membedakan pikiran dan niat hati…” dia bahkan masuk hingga ke lubuk hati. “…13 Dan tidak ada satu makhluk pun
yang tersembunyi dari…” apa? Lihat, ada pedang dan ada mata, “…pandangan-Nya,
tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka
di depan…” apa? “…mataNya,
yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungjawaban.”
Dan kalian tahu, Saudara-saudara, terkadang pembedahan
itu menyakitkan. Pembedahan itu sakitnya sama dengan kalau harus memotong kaki
kita. Bahkan lebih sakit daripada mencongkel mata. Itu bahkan lebih sakit
daripada memotong tangan kanan kita, dan saya bicara tentang pesan Yesus di
Markus 9:43-48, di mana Dia berkata, “Jika tangan kananmu membuat masalah
buatmu, potonglah.” Dia tidak mengatakan kita harus memotong anggota-anggota
tubuh kita. Apa yang dikatakanNya ialah, terkadang begitu sulit bagi kita untuk melepaskan
dosa-dosa kita, sesulit seperti memotong
tangan atau kaki kita, memang sakit.
Now at the end of Revelation we meet the eyes and the
sword again.
Now listen carefully.
· In Revelation 1 the eyes and the sword are
remedial.
In other words, they are
willing to detect the sin and the sword is willing to cut it out.
· At the end of Revelation the context is different.
The eyes are not remedial
eyes, the sword is not a remedial sword. The eyes and the sword are retributive
because people did not allow the eyes to detect the sin, and the sword to cut
out the sin. In other words the eyes and the sword destroy at the end of the
book.
Notice Revelation 19:11, 14, and then we'll
read verse 16. “11 Now I saw heaven
opened, and behold, a white horse. And He who sat
on him was called Faithful and
True, and in righteousness He judges and makes war…” that's verse 11, that's Jesus by the way. “…14 And the armies in heaven…” the angels, “…clothed in fine linen, white and
clean, followed Him on white horses...” those are the angels. Verse 16, And He who sat on this horse, “…16 And He has on His robe and on His thigh a name
written: KING OF KINGS AND LORD OF LORDS.”
Nah, di bagian akhir Wahyu kita bertemu dengan mata dan
pedang lagi.
Sekarang dengarkan baik-baik.
· Di Wahyu 1 mata dan pedang itu
menyembuhkan.
Dengan kata lain mata bersedia mendeteksi dosa dan pedang bersedia
memotongnya keluar.
· Di bagian akhir Wahyu, konteksnya berbeda.
Mata itu tidak menyembuhkan, pedang itu tidak menyembuhkan. Mata dan pedang di sini itu
retributif
(membalas/menghukum), karena manusia tidak
mengizinkan mata untuk mendeteksi dosa dan pedang untuk memotong keluar dosa.
Dengan kata lain, mata dan pedang itu memusnahkan di bagian akhir kitab itu.
Simak Wahyu 19:11, 14, kemudian kita akan membaca ayat 16. “11 Lalu aku melihat sorga terbuka dan lihatlah, ada seekor kuda putih; dan Ia
yang menungganginya bernama ‘Setia dan Benar’, dan
dalam kebenaran Ia menghakimi dan berperang…” ini ayat 11, itu
Yesus. “…14 Dan semua pasukan yang di
sorga…” para malaikat,
“…memakai lenan halus yang putih bersih, mengikutiNya menunggang kuda-kuda putih…” itu para malaikat.
Ayat 16, dan Dia yang duduk di atas kuda itu, “…16Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya
tertulis suatu nama, yaitu: RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN SEGALA TUAN.”
And now is Jesus coming here primarily as a Savior so
that people can get rid of sin? No, notice once again the eyes are spoken of in
verse 12. It says, “12 His eyes were like a flame of fire, and
on His head were many
crowns. He had a name written that no one knew except Himself.”
We meet the eyes once again of fire at the end of the
book.
What happens when people who have not had the surgery
performed, what happens with them when they see those eyes? Revelation
chapter 6 tells us. They hide in the
caves, and they cry for the mountains to fall upon them, “hide us from the eyes of the One who sits upon the throne” because they did not accept the eyes showing
the sin and the sword cutting out the sin.
Dan sekarang apakah Yesus datang kemari terutama sebagai Juruselamat supaya manusia bisa menyingkirkan
dosa? Tidak, simak sekali lagi mata disebutkan lagi di ayat 12, dikatakan, “12 Dan mata-Nya bagaikan nyala api
dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota, dan Ia mempunyai sebuah nama yang tidak diketahui
seorang pun, kecuali Ia sendiri.”
Kita bertemu
dengan mata yang menyala sekali lagi di bagian akhir kitab Wahyu.
Apa yang terjadi
pada mereka yang tidak dibedah, apa yang terjadi pada mereka ketika mereka
melihat mata itu? Wahyu pasal 6 mengatakannya kepada kita, mereka bersembunyi
di gua-gua, dan mereka berteriak kepada gunung-gunung untuk menimpa mereka, “sembunyikanlah kami dari wajah Dia, yang duduk di atas
takhta” (6:16) karena mereka
tidak menerima mata itu menunjukkan dosa dan pedang itu memotong dan membuang
dosa itu.
Once again we meet the sword at the end of the book.
Revelation 19:15 in the same context it says, “15 Now out of
His mouth goes a sharp sword…” no longer to cut out sin, folks, “…out of His mouth goes a sharp sword
that with it He should…” what? “…strike the
nations. And He Himself will rule them with a rod of iron. He Himself
treads the winepress of the fierceness and wrath of Almighty God.”
So we can either have the eyes detect the sin now and the
sword cut it out. Or else someday we will have to meet those eyes once again,
and now the sword instead of cutting out the sin, will destroy the sinner.
Sekali lagi kita
bertemu dengan pedang di bagian akhir kitab Wahyu. Wahyu 19:15 dalam konteks
yang sama, mengatakan, “15 Dan dari mulut-Nya keluarlah
sebilah pedang tajam…” bukan lagi untuk
memotong dosa, Saudara-saudara, “…dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang
tajam dan
dengan pedang itu Dia akan…” apa? “…memukul
segala bangsa. Dan Ia Sendiri akan memerintah atas mereka dengan tongkat besi. DIa
sendiri yang menginjak tempat pemerasan anggur
kegeraman dan murka Allah Yang Mahakuasa.”
Jadi kita bisa membiarkan mata itu mendeteksi dosa
sekarang dan pedang itu memotongnya dan membuangnya, atau kalau tidak, suatu hari kita harus bertemu dengan mata itu lagi dan
sekarang pedang itu bukan memotong dosa tetapi akan membinasakan si pendosa.
You know Jesus spoke something similar in Matthew 21:44.
He said, “ 44 And whoever
falls on this Stone…” He's
speaking about Himself,
“…will be broken…” In
other words, if you fall on Christ your selfishness will be broken. But now
notice,
“…but on whomever It falls, It will grind him to powder.’…” So
you can choose to fall on the Stone or else the Stone will crush you.
Kalian tahu, Yesus
mengatakan sesuatu yang mirip ini di Matius 21:44. Dia berkata, “44 Dan barangsiapa jatuh ke atas Batu ini…” Dia bicara tentang
DiriNya sendiri, “… ia akan hancur…” dengan kata lain, jika kita jatuh di atas Kristus,
keegoisan kita akan dihancurkan. Tetapi simak sekarang, “…tetapi
barangsiapa ditimpa Batu itu, Batu itu akan
menggilingnya hingga menjadi debu…” Jadi kita bisa
memilih untuk jatuh di atas Batu, atau Batu itu yang meremukkan kita.
We find the same lesson with regards to fire. Matthew 3:11,
the ministry of John the Baptist. He said, “ 11 I
indeed baptize you with water unto repentance, but He who is coming after me is
mightier than I, whose sandals I am not worthy to carry. He will baptize
you with the Holy Spirit and fire.” It's talking about the day of Pentecost saying, “You are
going to receive the Spirit into your lives and that's going to help you
overcome sin and witness for Me.” But if we don't allow the Spirit to consume the sin in
our lives now, the fire at the end will consume us.
Kita mendapatkan pelajaran yang sama sehubungan dengan
api. Matius 3:11, pelayanan Yohanes Pembaptis. Dia berkata, “11 Memang
aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang
datang kemudian dariku lebih berkuasa daripadaku dan aku tidak layak membawakan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu
dengan Roh Kudus dan dengan api.” Ini bicara tentang
hari Pentakosta yang mengatakan, “Kamu akan menerima Roh dalam hidupmu dan itu akan membantumu mengalahkan dosa dan menjadi
saksi bagiKu.” Tetapi jika
kita tidak mengizinkan Roh menghabiskan dosa dalam hidup kita sekarang, pada
akhirnya api yang akan menghabiskan kita.
Notice what we find in Desire
of Ages page 107. “To sin, wherever found, ‘…our God is a consuming fire.’
In all who submit to His
power the Spirit of God
will consume sin…”
What does the Spirit do? If we submit,
consumes sin. “…But if men cling to sin, they become identified with it.
Then the glory of God, which destroys sin, must destroy them.”
Simak apa yang kita temukan di Desire of Ages hal. 107. “…Bagi dosa, di mana itu ditemukan,
‘29 …Allah kita adalah api yang
menghanguskan.’ (Ibrani 12:29). Pada semua yang berserah
kepada kuasaNya, Roh Allah akan memusnahkan dosa…” Roh akan berbuat apa? Jika kita berserah, Dia akan
memusnahkan dosa.
“…Tetapi jika manusia berpegang erat pada dosa, mereka menjadi teridentifikasi
dengannya. Maka kemuliaan Allah yang memusnahkan dosa, harus memusnahkan
mereka.”
Are you understanding the relationship between the eyes
and the sword at the beginning and the eyes and the sword at the end? Folks, the Devil
has invented all sorts of distractions to keep us from going to the Word.
It's the Word that shows us our sinfulness, the eyes of Jesus detect our sinfulness
through a study of the Word. It shows us what we're really like. And then if we
consent, the sword will cut out the sin from our lives.
Apakah kalian paham hubungan antara mata dengan pedang di
bagian awal dan mata dan pedang di bagian akhir? Saudara-saudara, Iblis telah menciptakan segala
jenis pengalihan perhatian untuk mencegah
kita mempelajari Firman. Firmanlah yang menunjukkan kita keberdosaan kita, mata
Yesus yang mendeteksi keberdosaan kita melalui mempelajari Firman. Itu
menunjukkan kita seperti apa kita sesungguhnya. Lalu jika kita setuju, pedang
akan memotong dosa itu dari hidup kita.
Now there's one final thing that I want to deal with in
the few minutes that we still have left. Let's go to the end of chapter 1. We
noticed that at the beginning you have the death and resurrection of Christ,
and He begins His ministry in the Holy place. Now at the end of chapter 1 once
again you have a reference to the death and resurrection of Christ. It says
there in Revelation 1:17-18, “ 17 And when I saw Him,
I fell at His feet as dead. But He laid His right hand on me,
saying to me, ‘Do not be afraid; I am the First and the
Last. 18 I am He who lives, and was dead,
and behold, I am alive forevermore. Amen. And I have the keys of Hades and of Death.”
Now let's talk a little bit about Hades and death.
Go with me to Psalm 89:48, it says there, “48 What man
can live and not see death?...”
this is a synonymous
parallelism by the way. “…48 What man can live and not see death? Can
he deliver his life from the power of the grave?”
Now the word “grave” there is the Hebrew word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl],
remember that is the word שְׁאֹל
שְׁאוֹל[she'ôl] in Hebrew. So what is שְׁאֹל
שְׁאוֹל[she'ôl] identified with? The "grave" and "death".
Psalm 6:5, “5 For in death there is no remembrance of You…” and then the same thought is repeated in
different words, “…in the grave who will give You thanks?”
So death and the grave go together.
So the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] in
the Old Testament really should be translated “grave”. Unfortunately the King
James Version usually translates the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]
with the word “hell”. It's really not a good translation the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] into "hell", because the word שְׁאֹל
שְׁאוֹל[she'ôl] means the
“grave”. It's the place where dead people go.
Nah, ada satu hal terakhir yang mau saya bahas dalam
waktu singkat yang masih tersisa. Mari kita ke bagian akhir pasal 1. Kita sudah
menyimak di bagian awal ada kematian dan kebangkitan Kristus dan Dia memulai
pelayananNya di Bilik Kudus. Nah, di bagian akhir pasal 1 sekali lagi ada
referensi kepada kematian dan kebangkitan Kristus. Dikatakan di Wahyu 1:17-18, “17
Dan ketika aku melihat Dia, tersungkurlah
aku di depan kaki-Nya seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan
kanan-Nya padaku, lalu berkata kepadaku, ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal
dan Yang Akhir, 18 Akulah Dia yang hidup, yang telah mati, dan lihatlah, Aku
hidup selama-lamanya. Amin. Dan Aku memegang
kunci-kunci Hades dan maut.”
Nah, mari kita
bicara sedikit tentang Hades dan maut.
Marilah ke Mazmur 89:48 bersama saya, dikatakan di sana, “48
Siapakah orang yang boleh hidup dan
tidak mengalami kematian?…” ini adalah paralelismus sinonim. “…48 Siapakah orang yang boleh hidup dan tidak mengalami kematian? Bisakah dia menyelamatkan hidupnya dari kuasa kubur?”
Nah, kata “kubur” di sana adalah kata Ibrani שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl], ingat itu adalah
kata שְׁאֹל
שְׁאוֹל[she'ôl] dalam bahasa
Ibrani. Jadi שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] itu sama dengan
apa? "Kubur" dan "kematian".
Mazmur 6:5, “5 Sebab di dalam kematian tidak ada
ingatan akan Engkau…” kemudian konsep yang sama diulangi dengan kata-kata yang
berbeda, “…di dalam
kubur siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu?”
Jadi kematian
dan kubur berjalan bersama-sama.
Jadi kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] di Perjanjian
Lama sesungguhnya harus diterjemahkan “kubur”. Sayangnya KJV biasanya
menerjemahkan kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] dengan kata
“neraka”. Itu betul-betul bukan terjemahan yang baik, kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] diterjemahkan
“neraka”, karena kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] berarti “kubur”. Itu adalah
tempat ke mana orang mati pergi.
Now in the New Testament you have an equivalent word. See,
in the New Testament you're dealing with Greek. In the New Testament it's the word
ᾅδης [hadēs].
It's used 11 times in the New Testament, and the King James Version usually
translates the word "hell". More modern versions transliterate it,
and they simply put "Hades" where the word ᾅδης [hadēs] is.
Now the
word ᾅδης [hadēs] is
equivalent to שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl], we should not study the word ᾅδης [hadēs] in
the light of the Greek philosophers. We should not study the word ᾅδης [hadēs] in
the light of what the Jews believed in the intertestamental period. We should
allow the use of שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] in the Old Testament to determine the meaning
of the same word in Greek in the New Testament ᾅδης [hadēs].
Nah, di Perjanjian Baru ada kata yang sama. Lihat, di
Perjanjian Baru kita berhubungan dengan bahasa Greeka. Di Perjanjian Baru itu
adalah kata ᾅδης
[hadēs], itu dipakai 11 kali di Perjanjian Baru, dan KJV
biasanya menerjemahkan kata tersebut “neraka”. Versi-versi yang lebih modern
mentransliterasinya, dan mereka menulis “Hades” saja di tempat ᾅδης
[hadēs]. Nah, kata ᾅδης
[hadēs] itu ekuivalen dengan kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]. Nah, kita jangan
mempelajari kata ᾅδης
[hadēs] menurut pemahaman filsuf-fulsuf Greeka. Kita juga jangan
mempelajari kata ᾅδης
[hadēs] sesuai apa yang diyakini orang-orang Yahudi di zaman
intertestamental (masa 400 tahun antara berakhirnya
periode Perjanjian Lama dan dimulainya periode
Perjanjian Baru) Kita harus menggunakan pemakaian
שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] di Perjanjian Lama untuk menentukan makna kata
ᾅδης [hadēs] yang sama dalam bahasa Greeka di Perjanjian Baru.
So how do we know that ᾅδης [hadēs] is equivalent to שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl], or
“the grave”?
We have one verse which is a key verse, Hosea 13:14, the apostle Paul is going to allude to this
verse later on in 1 Corinthians. It says there, “14 I will
ransom them from the power of the grave,...” that is שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] by the way. God is going to rescue people
from the power of שְׁאֹל
שְׁאוֹל[she'ôl] or the grave. And then the same thought is
repeated,
“... I will
redeem them from death...” and then you have these words, “...O Death, I will be your plagues! O Grave...”
that is שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] “... I will be your
destruction!"
So can you think of a verse that is very similar to this?
1 Corinthians 15:54 and 55. Now notice the word שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] is used twice. “14 I will
ransom them from the power of the grave…” שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] “… I will
redeem them from death. O Death, I will be your plagues! O, Grave…” שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] “…I will
be your destruction!”
The Apostle Paul alludes to this in 1 Corinthians 15:54
and 55, he says: ” 54 So when this corruptible has put on incorruption,
and this mortal has put on immortality, then shall be brought to pass the
saying that is written: ‘Death is
swallowed up in victory.’ 55 O Death,
where is your sting?
O, Hades, where is your
victory?”
And by the way, interestingly enough the King James
Version translates the word “Hades” there “grave” because it wouldn't make much
sense to say that Jesus is bringing up his people from hell. And so, they
translate the word correctly there.
Jadi dari mana kita tahu bahwa ᾅδης
[hadēs] itu ekuivalen שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] atau “kubur”?
Ada satu ayat yang
adalah ayat kunci, Hosea 13:14, rasul Paulus akan merujuk ayat ini nanti di 1 Korintus. Dikatakan di sana, “14 Aku akan menebus mereka
dari kuasa kubur…” ini adalah שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]. Allah akan menyelamatkan manusia dari kuasa שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] atau “kubur”. Kemudian konsep yang sama diulangi, “…Aku akan menebus mereka dari maut…” lalu ada kata-kata
ini, “…Hai maut, Aku
akan menjadi bala samparmu; hai kubur,…”
ini שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] “…Aku akan menjadi pembinasamu.”
Jadi bisakah kalian ingat ayat yang mirip ini? 1 Korintus
15:54-55. Sekarang simak kata שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] digunakan dua
kali. “14 Aku akan menebus mereka
dari kuasa kubur…” שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl]. “…Aku akan menebus mereka dari maut. Hai maut, Aku
akan menjadi bala samparmu; hai kubur,…” ini שְׁאֹל שְׁאוֹל[she'ôl] “…Aku akan menjadi pembinasamu.”
Rasul
Paulus mengacu kepada ini di 1 Korintus 15:54-55, dia berkata, “54
Jadi ketika yang dapat binasa ini mengenakan
yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat
mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: 'Maut telah ditelan dalam
kemenangan.’ 55 Hai maut, di
manakah sengatmu? Hai Hades di
manakah kemenanganmu?”
Dan yang menarik
KJV menerjemahkan kata “Hades” di sana “kubur” karena tidak masuk akal
mengatakan Yesus membawa naik umatNya dari neraka. Maka, mereka menerjemahkan
kata tersebut dengan benar di sana.
Now let's go to Psalm 16, and pursue this a little bit
further. Psalm 16:8-10 have a messianic prophecy. David is writing about how
Jesus is going to feel when He's about to go to the grave, and when He's going
to resurrect from the dead. Psalm 16:8-10. “8 I have set
the Lord…” I'm reading from the New King James
Version, “…8 I have set
the Lord always
before Me; because He is at
My right hand I shall not be moved…” This is Jesus speaking prophetically, a thousand years
before He comes. “…9 Therefore My heart is
glad, and My glory rejoices; My flesh also will rest in hope…” And then He says, “…10 For You will not leave My soul…” the word נֶפֶשׁ [nephesh] in the Hebrew “…10 For You will not leave My soul in Sheol…” the King James translates “in hell”. So Jesus went to
hell according to this, according to King James Version. We don't believe that
Jesus went to hell when He died, do we? So it's a serious problem to read it in
that fashion. So verse 10, “…10 For You will not leave My soul in Sheol…” that is in the grave, “…nor will You allow Your Holy One
to see corruption.”
Nah, mari kita ke
Mazmur 16, dan membahas ini lebih lanjut. Mazmur 16:8-10 adalah nubuatan
mesianik. Daud menulis tentang bagaimana Yesus akan merasa pada saat Dia akan
ke kubur, dan ketika Dia akan bangkit dari kematian. Mazmur 16:8-10, “8 Aku telah menempatkan
TUHAN…” saya membaca dari NKJV, “…8 Aku telah menempatkan TUHAN senantiasa di depanKu; karena Ia di sebelah tangan kananKu, Aku tidak akan tergoyahkan…” Ini Yesus yang bicara dalam nubuatan, seribu tahun sebelum Dia datang. “…9 Sebab itu hatiKu bergembira dan kemuliaanKu
bersukacita, dagingKu juga
akan beristirahat dalam harapan,…” lalu Dia berkata, “…10 sebab Engkau tidak akan meninggalkan RohKu…” kata נֶפֶשׁ [nephesh] dalam bahasa Greeka, “…10 sebab
Engkau tidak akan meninggalkan RohKu di Sheol…” KJV menerjemahkan
ini “di neraka”, berarti menurut versi KJV Yesus masuk neraka. Kita tidak
percaya Yesus masuk ke neraka ketika Dia mati, bukan? Maka itu jadi masalah
besar jika kita membacanya demikian. Jadi ayat 10, “…10 sebab Engkau tidak akan meninggalkan RohKu di Sheol…”
yaitu di kubur, “…dan juga tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat pembusukan.”
Now I want you to notice that there's a synonymous
parallelism here.
· The first part of the verse says, “You
will not leave My soul in hell”, according to the King James.
· The second half of the verse says, “You will not allow Your Holy One to see
corruption.”
So let me ask you, what would be equivalent to “soul” in
that equation? “Holy One”. “You
will not leave My soul in Sheol” is
equivalent to “You
will not leave Your Holy One”.
And “Sheol”
would be equivalent to what? To “corruption”.
Let me ask you, where does corruption take place? It
takes place in the grave.
Nah, saya mau kalian menyimak di sini ada paralelisme
sinonim.
· Bagian pertama
ayat itu mengatakan, “Engkau tidak akan
meninggalkan RohKu di neraka” menurut KJV.
·
Bagian kedua ayat itu mengatakan, “(Engkau) juga
tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat pembusukan.”
Jadi saya mau tanya, apa ekuivalen kata
“Roh” dalam persamaan itu? “Orang
Kudus”.
“Engkau
tidak akan meninggalkan RohKu di Sheol” itu sama dengan “(Engkau) juga
tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat pembusukan.”
Dan “Sheol”
itu sama dengan “pembusukan.”
Coba saya tanya, di mana terjadi pembusukan? Itu terjadi
di dalam kubur.
Now let's go to this passage in the New Testament. The apostle Peter quoted these verses in the New
Testament, in Acts 2:25-27, and I'm going to read it from three versions: the
King James, the New King James, and the New International Version.
It
says in the King James,
“25 For David speaketh
concerning Him, ‘I foresaw the Lord always before My face, for He is on My
right hand, that I should not be moved: 26 Therefore did My heart
rejoice, and My tongue was glad; moreover also My flesh…” this Jesus speaking prophetically
“…shall rest in hope: 27 Because Thou wilt not leave My soul in hell…” this is the King James Version, “…neither wilt Thou suffer Thine Holy One to
see corruption.’…”
Now
what does the
New King James do? I will read the passage in the New King James:
“ 25 For David says
concerning Him…” that is concerning Jesus,
“…‘I foresaw the Lord always before My face, for He is
at My right hand, that I may not be shaken. 26 Therefore My heart rejoiced, and
My tongue was glad; moreover My flesh also will rest in hope. 27 For You will not leave My soul in Hades…” notice that no longer is the word “hell” used, but “Hades”, the Greek word
is transliterated. “…27 For You will not leave My soul in Hades nor will You allow Your Holy
One to see corruption.’…”
Now
let's read it in the NIV. It makes so much more sense. It says in the NIV,
“25 David said about Him: 'I
saw the Lord always before Me.
Because He is at My right hand, I will not be shaken.
26 Therefore My heart is glad and My tongue rejoices; My body also will live
in hope, 27 because You will not abandon Me to the grave,…” is that clearer? So what is “the soul”? “Me”. And what is “Sheol” or
“Hades”? “The grave”. That is a
proper translation. So the Messiah is saying, “…You will not abandon Me to the grave, nor will You
let Your Holy One see
decay.”
Nah, mari kita ke bacaan ini di kitab Perjanjian Baru.
Rasul Petrus mengutip ayat-ayat ini di Perjanjian Baru, di Kisah 2:25-27, dan
saya akan membacakannya dari tiga
versi: KJV, NKJV dan NIV.
Dikatakan di KJV:
“25
Karena Daud berkata tentang Dia, ‘Aku
senantiasa memandang Tuhan di depan wajahKu,
karena Ia ada di tangan kananKu, agar Aku tidak
goyah. 26 Itulah sebabnya hatiKu
bersukacita dan lidahKu bergembira. Selain itu, tubuhKu juga…” ini Yesus berbicara dalam nubuat, “…akan beristirahat dalam harapan, 27 karena Engkau tidak akan meninggalkan RohKu di neraka…” ini versi KJV, “…dan
juga tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu
melihat pembusukan.’…”
Sekarang apa
yang dilakukan NKJV? Saya akan membacakan ayat-ayat itu dari
NKJV:
“25
Karena Daud berkata tentang Dia…” yaitu tentang
Yesus, “…‘Aku senantiasa memandang Tuhan di depan wajahKu, karena Ia ada di tangan
kananKu, agar Aku tidak terguncang. 26 Itulah
sebabnya hatiKu bersukacita dan lidahKu bergembira.
Selain itu tubuhKu juga
akan beristirahat dalam harapan, 27 karena Engkau tidak akan meninggalkan
RohKu
di Hades, …” simak kata
“neraka” tidak dipakai lagi, melainkan “Hades”, kata Greeka itu
ditransliterasi. “…27 karena Engkau tidak akan meninggalkan
RohKu
di Hades, dan tidak akan membiarkan
Orang Kudus-Mu melihat pembusukan.’…”
Nah, mari kita membacanya dari NIV, jauh lebih bisa dimengerti. Dikatakan
di NIV:
“25
Daud berkata tentang Dia, ‘Aku senantiasa memandang Tuhan di hadapanKu, karena Ia ada di tangan kananKu, Aku tidak akan terguncang. 26 Itulah
sebabnya hatiKu bergembira dan lidahKu
bersukacita. TubuhKu juga akan hidup dalam
harapan, 27 karena Engkau
tidak akan meninggalkan Aku
di kubur, …” apakah ini lebih
jelas? Kalau begitu “RohKu” itu
apa? “Aku”. Dan apa “Sheol” dan ”Hades”?
“Kubur”. Ini
adalah terjemahan yang benar. Jadi Sang Mesias berkata,
“…Engkau tidak akan meninggalkan Aku
di kubur, dan tidak akan membiarkan
Orang Kudus-Mu melihat pembusukan.’…”
And Jesus was talking
about His resurrection. In Acts 2:31 it says:
“31 He…” that is David, “…foreseeing
this, spoke concerning the resurrection of the Christ, that His soul was not left in Hades,
nor did His flesh see corruption.”
Dan Yesus sedang bicara tentang kebangkitanNya di
Kisah 2:31, dikatakan, “31 Ia…” yaitu Daud, “…melihat ke depan, bicara tentang kebangkitan Sang Kristus, bahwa RohNya tidak ditinggalkan di Hades, dan bahwa daging-Nya
pun tidak mengalami
pembusukan.”
Now let me end by giving
an illustration. You see, Satan is the jailer, and the tomb is the jail, the
dead are the prisoners. The jailer has the keys guarding the door, and there is
Jesus to go into the tomb and get the keys. Jesus goes into the tomb, and lo
and behold He comes out of the tomb, and He says to the Devil, “Give Me those
keys!” And so Jesus now takes away the keys, and Jesus has the keys to death
and to the grave. In fact, Jesus defeated death by death.
Do you know how they used
to make anti-venom? With venom. So Jesus defeated
death by death. Interesting! Notice Hebrews 2:14 and 15, “14 Inasmuch
then as the children have partaken of flesh and blood…” that's us, “…He Himself likewise shared in the
same, that through death He might destroy him who had the power
of death, that is, the Devil, 15 and release those who through fear of death were
all their lifetime subject to bondage.”
The last enemy, folks, to
be destroyed is death. The Devil is not the last thing to be destroyed. The
last thing to be destroyed is death. Because if death was destroyed first
before the Devil died, then death would not have been destroyed. Are you with
me or not? So the last enemy to be destroyed is death.
Nah,
saya akan mengakhiri dengan memberikan sebuah ilustrasi. Kalian lihat, Setan
itulah sipir buinya, dan kubur itu penjaranya, dan orang-orang mati itu
tahanannya. Si sipir bui memegang kunci-kunci dan berjaga di pintunya. Lalu
Yesus masuk ke dalam kubur dan mengambil kunci-kunci itu. Yesus masuk ke dalam
kubur, dan lihatlah, Dia keluar dari dalam kubur dan Dia berkata kepada Iblis,
“Berikan kunci-kunci itu kepadaKu!” Maka sekarang kunci-kuncinya diambil Yesus,
dan Yesus yang memiliki kunci-kunci kematian dan kubur. Bahkan Yesus sudah mengalahkan kematian
dengan kematian.
Tahukah kalian bagaimana orang membuat anti-bisa? Dengan
bisa. Jadi Yesus mengalahkan kematian dengan kematian. Menarik! Simak Ibrani
2:14-15, “14 Oleh sebab itu sebagaimana
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging…” yaitu kita, “…maka Ia Sendiri
juga mengambil bagian dalam hal yang sama. Agar supaya oleh kematian-Nya Ia bisa memusnahkan dia yang berkuasa atas
maut, yaitu Iblis. 15 dan
membebaskan mereka yang karena takutnya kepada maut, seumur hidupnya berada di bawah perhambaan…”
Musuh yang terakhir yang harus dimusnahkan,
Saudara-saudara, ialah kematian. Iblis bukan yang terakhir yang harus
dimusnahkan. Yang terakhir harus dimusnahkan ialah kematian. Karena jika kematian dimusnahkan dulu sebelum Iblis mati, maka
kematian tidak dimusnahkan. Apakah kalian paham atau tidak? Jadi musuh terakhir
yang harus dimusnahkan ialah kematian.
In fact 1 Corinthians 15:26 tells us
exactly that, the last enemy that will be destroyed is death. And that's why we
have that glorious promise in Revelation 21:4, “ 4 And God will wipe away every tear from
their eyes; there shall be no more death, nor sorrow, nor crying.
There shall be no more pain, for the former things have passed away.”
And it's all due to the fact that Jesus lived, died, took
over the keys to the tomb, came forth saying “I
am the resurrection and the life, because I live you will live also” that there's any hope for those who died
in Jesus Christ. If we are in Christ we have no reason to fear death. If we're
outside of Christ we have every reason to fear death. Because the Bible says
that those who are not in Christ will suffer second death, and that is the
death from which there will be no resurrection.
Bahkan 1 Korintus 15:26 mengatakan kepada kita bahwa
musuh terakhir yang akan dimusnahkan ialah kematian. Dan itulah mengapa kita
melihat janji yang mulia itu di Wahyu 21:4, “4
Dan Allah akan menghapus segala air mata
dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi duka, atau ratap tangis. Tak akan ada lagi sakit, sebab segala sesuatu yang lama itu telah
berlalu.”
Dan semua itu
karena Yesus sudah hidup, mati, mengambil semua kunci kubur, muncul dan
berkata, “Akulah
kebangkitan dan hidup, (Yoh. 11:25) karena Aku
hidup, kamu pun akan hidup.” (Yoh. 14:19) maka ada harapan
bagi mereka yang mati dalam Yesus Kristus. Jika kita dalam Kristus, kita tidak
punya alasan untuk takut mati. Jika kita di luar Kristus, kita punya segala
macam alasan untuk takut mati. Karena Alkitab mengatakan bahwa mereka yang
tidak ada dalam Kristus akan mengalami kematian kedua, dan itu ialah kematian
dari mana tidak akan ada kebangkitan lagi.
27 02 22