FROM
THE CLOSE OF PROBATION TO THE NEW EARTH
Part 23/24 - Stephen Bohr
CHANGING THE ORDINANCE
https://www.youtube.com/watch?v=cBKvFEp26Mw
Dibuka
dengan doa
Alright, some Old Testament scholars have referred to
Isaiah 24 to 27 as the little book of
Revelation of the Old Testament, or the Little Apocalypse of the Old Testament,
and the reason why is, because there are many similarities in Isaiah 24 to 27
that we find with particularly the sections in Revelation that deal with
controversy and conflict. And so we are going to take a look at one particular
verse in Isaiah 24:6. But first of all we want to see what historical occasion
is being described in Isaiah chapter 24.
Baiklah, beberapa pakar Perjanjian Lama menyebut Yesaya
pasal 24-27 sebagai kitab Wahyu kecil Perjanjian Lama, atau kitab Apokalips
Kecil Perjanjian Lama, dan alasannya ialah karena ada banyak persamaan yang
bisa kita temukan di Yesaya pasal 24-27 terutama dengan kitab Wahyu di
bagian yang bicara tentang kontroversi dan konflik. Maka kita akan melihat pada
satu ayat khusus di Yesaya 24:6. Tetapi sebelumnya kita mau melihat peristiwa
sejarahnya yang digambarkan di Yesaya pasal 24.
So let's begin at the bottom of the page, where it says
Isaiah 24:17-23. We've read this before but now we want to read it again in
another context, it says, “17 Fear and
the pit and the snare are upon
you, O inhabitant of the earth. 18 And
it shall be that he who flees
from the noise of the fear shall fall into the pit, and he who comes
up from the midst of the pit shall be caught in the snare; for the windows
from on high are open, and the foundations of the earth are shaken. 19 The earth is violently
broken, the earth is split open, the earth is shaken exceedingly.20 The earth
shall reel to and fro like a drunkard, and shall totter like a hut;
its transgression shall be heavy upon it, and it will fall, and not rise
again…” at least it's not going
to rise again the way it was before. “…21 It shall come to pass in that day…” and this is what we studied last night “…21 It shall come to pass in
that day that the Lord will
punish on high the host of exalted ones, and on the earth the kings of the
earth. 22 They
will be gathered together, as prisoners
are gathered in the pit, and will be shut up in the prison; after many days
they will be punished. 23 Then
the moon will be disgraced and the sun ashamed; for the Lord of
hosts will reign on Mount Zion and in Jerusalem and before His
elders, gloriously…”
Jadi mari kita mulai di bagian bawah halaman, di mana tertulis Yesaya
24:17-23. Kita sudah pernah membaca ini sebelumnya, tetapi kita akan membacanya
lagi dalam konteks yang berbeda. Dikatakan, “17
Ketakutan dan lubang dan jerat menantikan kamu,
hai penduduk bumi. 18 Maka akan terjadi, dia yang lari karena bunyi yang menakutkan akan jatuh ke dalam lubang, dan yang naik dari tengah lubang akan terperangkap
dalam jerat. Sebab tingkap-tingkap di langit akan terbuka dan fondasi bumi goncang.
19 Bumi terpecah dengan kekerasan, bumi terbelah membuka, bumi bergetar
sangat hebat. 20 Bumi terhuyung-huyung seperti orang mabuk dan akan bergoyang seperti gubuk; dosa pemberontakannya akan sangat membebaninya, dan ia akan jatuh dan tidak akan
bangkit-bangkit lagi…” paling tidak, dia tidak akan bangkit lagi seperti kondisinya yang lama. “…21 Maka akan terjadi pada hari itu
TUHAN akan menghukum balatentara yang
ditinggikan di atas, dan di bumi raja-raja
bumi. 22 Mereka akan dikumpulkan menjadi satu, seperti tahanan yang dikumpulkan di lubang yang dalam; dan akan dikunci
dalam penjara. Setelah lewat banyak
hari, mereka akan dihukum. 23 Lalu bulan akan terhina,
dan matahari akan dipermalukan sebab TUHAN
semesta alam akan memerintah di gunung
Sion dan di Yerusalem dan di hadapan
tua-tua-Nya, dengan kemuliaanNya.”
So below this we have the summary that this passage
contains. So let's review the summary so that we are clear on the historical
context, because we're going to go to verses 5 and 6 in this context.
·
First
of all in these verses we have a global catastrophe or cataclysm, which is the
Second Coming of Christ.
·
At
this time God punishes Satan, and his angels, and the wicked kings of the
earth, by shutting them up in what? In prison. That is they are shut up in this earth. Satan and his angels alive, and
the wicked all dead.
They
remain in prison for how long? They remain in prison for “many days” which is equivalent to how many years in Revelation? To “a
thousand years”.
·
After
the thousand years there will be a second and final stage of punishment.
Is
that clear that they have two stages of punishment? After the punishment is
meted out which is, they will be thrown into the fire and consumed ~ Satan will
be reduced to ashes, as will the wicked.
·
Then
you see the New Jerusalem and mount Zion come to view, just like in the book of
Revelation.
·
In
the City, the sun and moon are ashamed.
·
And
then God will reign in Jerusalem and on Zion before His ancients
gloriously.
·
That's
when God makes the new heavens and the new earth. The capital of the kingdom
will be the New Jerusalem.
So we've gone from events before the Millennium, then to
events during the Millennium (when
they're in prison) and events after the Millennium (when the Holy City is seen
and God will reign forever and ever before His ancients or before His elders,
as some versions read.)
Jadi di bawah ini ada ringkasan isi ayat-ayat ini. Maka
mari kita ulangi ringkasannya supaya kita mengerti dengan baik konteks
historisnya, karena setelah ini kita akan ke ayat 5 dan 6 di konteks ini.
·
Pertama dalam semua ayat ini ada bencana besar yang
global atau kataklismus, itulah Kedatangan Kedua Kristus.
·
Pada waktu ini Allah menghukum Setan, dan
malaikat-malaikatnya, dan raja-raja bumi yang jahat, dengan mengunci mereka di
mana? Dalam penjara. Artinya mereka dipenjarakan di bumi. Setan dan
malaikat-malaikatnya dalam kondisi hidup, dan orang-orang jahat semuanya mati.
Mereka meringkuk di penjara berapa lamanya? Mereka berada
di dalam penjara “banyak hari” yang setara dengan berapa tahun di Wahyu? Dengan “seribu
tahun”.
·
Setelah ke-1000 tahun itu akan ada tahap kedua dan
terakhir dari penghukuman mereka.
Apakah ini jelas, bahwa mereka akan mengalami dua tahap
penghukuman? Setelah hukuman mereka dibagikan, mereka akan
dilemparkan ke dalam api dan dibakar sampai habis ~ Setan akan menjadi abu,
demikian juga mereka yang jahat.
·
Lalu kita melihat Yerusalem Baru dan Gunung Sion muncul,
sama seperti di kitab Wahyu.
·
Di dalam Kota, matahari dan bulan dipermalukan.
·
Kemudian Allah akan memerintah di Yerusalem dan di Sion
di hadapan tua-tuaNya dengan kemuliaan.
·
Itulah ketika Allah menciptakan langit baru dan bumi baru.
Ibukota kerajaan itu ialah Yerusalem Baru.
Jadi kita sudah bergulir dari perisiwa-peristiwa sebelum
Millenium, kemudian ke peristiwa-peristiwa selama Millenium (ketika mereka
meringkuk di penjara), dan peristiwa-peristiwa setelah Millenium (ketika Kota Kudus
itu tampak dan Allah memerintah selama-lamanya di hadapan tua-tuaNya).
Now the question is why was the earth destroyed in this
manner? Why did the earth split apart? Why did it shake and totter like a drunkard?
Well, Isaiah 24:5-6 explain the reason, “4 The earth
mourns and fades
away, the world languishes and fades
away; the haughty people of the earth languish. 5 The earth
is also defiled under its inhabitants…” so why was the earth defiled under its
inhabitants? Three reasons are now given. Notice, first of all “…because
they have…”
what? “…transgressed the laws…” So in other words, the reason why the earth
mourns and fades away, the world languishes and fades away, the reason why the
earth is defiled under the inhabitants is because of, first of all, they have
transgressed the Laws. Second what did
they do? They
“…changed…” that
word is very interesting, they
“…changed the ordinance…” “ordinance” in singular, it's a singular
“ordinance”. And then number three they
have “…broken the everlasting covenant…” So summarizing the three reasons why the
earth was defiled, and why the earth was destroyed, is because (1) they
transgressed the Laws, (2) they changed
the ordinance, and (3) they broke the everlasting covenant. And so what is the
consequence of this? Let's read verse 6, “…6 Therefore the curse has devoured the earth, and
those who dwell in it are desolate. Therefore the inhabitants of the earth
are burned, and few men are left…” those are the ones that are not burned according to what
we studied last night.
Sekarang
pertanyaannya ialah mengapa bumi ini dihancurkan dengan cara ini? Mengapa bumi terpecah belah? Mengapa dia goncang dan terhuyung-huyung
seperti orang mabuk? Nah, Yesaya 24:5-6 menjelaskan alasannya. “4 Bumi berkabung dan memudar, dunia merana dan memudar; orang-orang bumi yang sombong
merana.5 Bumi juga dicemarkan
karena penduduknya…” jadi mengapa bumi dicemarkan oleh penduduknya? Tiga
alasan sekarang diberikan. Simak, yang pertama “…sebab mereka telah…” apa?
“…melanggar Hukum-hukum…” jadi dengan kata
lain alasan mengapa bumi berkabung dan memudar, bumi merana dan memudar, alasan
mengapa bumi dicemarkan oleh penduduknya, ialah karena pertama mereka telah
melanggar Hukum-hukum. Yang kedua, apa yang mereka lakukan? Mereka telah “…mengganti…”
perkataan ini sangat menarik, mereka
telah “…mengganti
ordonansi (peraturan)nya…” kata “ordonansi/peraturan” dalam bentuk
tunggal, ini peraturan (ordonansi) yang tunggal. Kemudian yang ketiga mereka
telah “…mengingkari perjanjian abadi…” Maka jika kita
simpulkan ketiga alasan mengapa bumi dicemarkan dan mengapa bumi dihancurkan
ialah karena (1) mereka telah melanggar Hukum-hukum, (2) mereka telah mengganti
ketetapannya, dan (3) mereka telah mengingkari perjanjian yang abadi. Maka apa akibat dari semua ini? Mari
kita baca ayat 6, “…6 Itulah
sebabnya kutukan telah melahap bumi, dan
mereka yang diam di sana itu menyedihkan. Karena itu penduduk bumi akan terbakar
dan sedikit manusia tersisa…”
ini adalah mereka yang tidak dibakar, menurut apa yang telah kita pelajari semalam.
So notice, the consequences of:
1. transgressing the Laws
2. changing the ordinance (singular)
3. and breaking the everlasting covenant
is that the curse has devoured the earth because of these
three reasons.
Now let's take these three reasons in order.
Jadi simak, akibatnya dari:
1.
melanggar Hukum-hukum
2.
mengubah ordonansi/peraturan (tunggal) (*ordonansi = peraturan yang dibuat
oleh pemerintah/yang berkuasa)
3.
dan mengingkari perjanjian yang abadi
ialah kutukan itu telah melahap bumi karena ketiga alasan tersebut.
Nah, sekarang mari kita kupas alasan-alasan ini menurut
urutannya.
THE FIRST REASON
The first is that they have transgressed the Laws.
Now what is the meaning of that? Which Laws? Well, let's go to Nehemiah chapter 9 and we'll
read verses 13-14. This is speaking about God coming down to mount Sinai and revealing
His Law, it says, “13 You came
down also on Mount Sinai, and spoke
with them from Heaven, and gave
them just ordinances and true laws, good
statutes and commandments…” and then notice this, “…14 You made known to them
Your holy Sabbath, and
commanded them precepts, statutes and laws, by the hand
of Moses Your servant.”
ALASAN PERTAMA
Yang pertama ialah mereka
telah melanggar Hukum-hukum.
Nah, apa artinya ini? Hukum-hukum yang mana? Nah, mari kita ke Nehemia padal 9 dan kita
akan membaca ayat 13-14. Ini berbicara tentang Allah turun ke gunung Sinai dan
menyatakan HukumNya. Dikatakan,
“13 Engkau juga telah turun ke atas gunung Sinai dan
berbicara dengan mereka dari Surga dan
memberikan mereka peraturan-peraturan (ordonansi) yang adil, dan
hukum-hukum yang benar, ketetapan-ketetapan yang baik dan
perintah-perintah…” lalu simak ini, “…14 Engkau
memberitahukan kepada mereka Sabat-Mu yang kudus, dan memberikan kepada
mereka perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum, dengan
perantaraan Musa, hamba-Mu.”
So what is the meaning of true Laws? God came down, He revealed ordinances, He revealed
true Laws, good statutes, and
commandments.
Now listen carefully to what I’m going to say. The change of the ordinance cannot
refer to the Ceremonial Law. Are you understanding what I’m saying? When Isaiah says that the reason, one
of the reasons, why the earth totters like a drunkard, why the earth is destroyed,
it says because they changed the ordinance. It cannot be an ordinance from the
Ceremonial Law, why not? Because God is not going to condemn the world for
violating a Ceremonial Law that was nailed to the cross. Are you following
me or not? It has to be a perpetual ordinance. Because, if it's a part of the
Ceremonial Law, that was nailed to the cross, the Ceremonial Law because it was
fulfilled in Christ. And at the end God isn't going to punish the world
because they transgress the Ceremonial Law. Are you understanding my
point? And so this must deal with a Moral Law, not with the Ceremonial Laws.
Jadi apa artinya Hukum-hukum yang
benar? Allah turun, Dia menyatakan
ordonansi-ordonansi/peraturan-peraturan, Dia menyatakan Hukum-hukum yang benar, ketetapan-ketetapan yang baik, dan
perintah-perintah.
Sekarang dengarkan baik-baik apa yang akan saya katakan. Perubahan pada peraturan (ordonansi) itu tidak mungkin merujuk kepada
Hukum Seremonial. Apakah kalian paham apa yang saya katakan? Ketika
Yesaya berkata bahwa salah satu alasannya mengapa bumi terhuyung-huyung seperti
orang mabuk, mengapa bumi dihancurkan, dikatakan karena mereka telah mengganti ordonansinya. Itu tidak mungkin bicara tentang ordonansi dari Hukum
Seremonial. Mengapa tidak? Karena Allah
tidak akan menghukum dunia gara-gara melanggar suatu Hukum Seremonial yang
sudah dipakukan ke salib. Apakah kalian paham atau tidak? Itu
haruslah peraturan (ordonansi) yang kekal. Karena jika itu bagian dari Hukum Seremonial,
itu sudah dipakukan ke salib
karena Hukum Seremonial ini sudah
digenapi dalam Kristus. Dan pada akhir zaman Allah tidak akan
menghukum dunia kalau mereka melanggar Hukum Seremonial. Apakah kalian paham
poin saya? Maka ini tentunya bicara
tentang sebuah Hukum Moral, bukan dengan Hukum Seremonial.
Incidentally the Syriac version (which is a very ancient
version) and the Septuagint (that is the
Greek translation of the Old Testament),
as well as the Chaldee version render the word “Torah” in singular. In other words, they say “they transgress
the Law”. And I believe that that would be a better translation, because there
is one specific commandment that is mentioned in Nehemiah chapter 9. What is
that commandment that is mentioned? “…14 You made known to them
Your holy Sabbath, and
commanded them precepts, statutes and laws, by the hand
of Moses Your servant.”
So in other words, what we find here is that God is going
to condemn the world. The world is going to become corrupted and it's going to
be destroyed, for the first reason because they “transgress
the Laws”, or
perhaps the singular “they transgress the Law” and the Sabbath is
specifically mentioned.
Kebetulan versi
Syria (yang adalah versi yang sangat tua) dan Septuagin (Perjanjian Lama yang
diterjemahkan ke bahasa Greeka), dan juga versi
Kaldean (Aram) semua
memakai kata “Taurat” dalam bentuk tunggal. Dengan kata lain,
mereka mengatakan “mereka telah melanggar Hukum.” (bukan
“Hukum-hukum”). Dan saya meyakini itulah terjemahan yang lebih tepat, karena ada satu
perintah yang spesifik yang disebutkan
di Nehemia pasal 9. Perintah apa yang disebut di sana? “…14 Engkau
memberitahukan kepada mereka Sabat-Mu yang kudus, dan memberikan kepada
mereka perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum, dengan
perantaraan Musa, hamba-Mu.”
Jadi dengan kata lain, apa yang kita temukan di sini
ialah Allah akan menghukum bumi. Bumi ini akan menjadi rusak dan itu akan
dihancurkan. Alasan yang pertama ialah karena
“mereka telah melanggar Hukum-hukum”
atau mungkin bentuk tunggalnya
“mereka telah melanggar Hukum”,
dan Sabat secara jelas disebutkan di sana.
Now let me ask you, what is sin? Well, notice on the next
page. I think everybody knows this 1 John 3:4 says, “4 Whosoever committeth sin
transgresseth also the Law: for sin is…” what?
“…sin is the transgression of the Law.”
By the way “transgression of the Law” translates one
Greek word, the Greek for “Law” is νομος [nomos] and when you put an “a” next to νομος [nomos]à ἀνομία
[anomia] it means “transgression
of the Law”. So in other words, the word that is used here is properly
translated in the KJV that “…sin is the transgression of the Law.” Other modern versions translate that “sin
is lawlessness”, well that's not a
terrible translation, but I prefer “transgression of the Law”. Sin means
breaking God's Law.
Sekarang coba saya
tanya, dosa itu apa? Nah, simak di halaman berikut. Saya rasa semua sudah tahu
tentang ini, 1 Yohnes 3:4 mengatakan, “ 4 Siapa yang berbuat dosa, juga melanggar Hukum
Allah, sebab dosa ialah…” apa? “…dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.”
Nah, “pelanggaran
Hukum” diterjemahkan dari satu kata Greeka. Kata Greeka untuk “Hukum” ialah νομος [nomos] dan bila kita tambahkan huruf “a” di sisi kata νομος [nomos]à ἀνομία [anomia] itu berarti
“pelanggaran Hukum”. Maka dengan kata lain, kata yang dipakai di sini
diterjemahkan secara tepat di KJV ialah “…dosa
ialah pelanggaran Hukum
Allah.” Versi-versi terjemahan modern yang lain menulis “dosa itu ketidakadanya
Hukum”, nah itu bukan terjemahan yang sangat buruk, tetapi saya lebih menyukai “…dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.” Dosa berarti melanggar Hukum Allah.
Let me ask you, in the end time is that going to characterize the world?
Notice Matthew 24:12, I want to underline again before we read this verse that
this cannot be referring to the Ceremonial Law. In the end time God's not going
to condemn the world for disobeying an ordinance of the Ceremonial Law, because
the Ceremonial Law was nailed to the cross. If God is condemning the world for
changing an ordinance and for transgressing the Law, they must be perpetual
ordinances, and they must be perpetual what? They must be perpetual Laws.
Notice Matthew 24:12 this is speaking about the end time.
“ 12 And because lawlessness…” that word “lawlessness” is the identical
word in 1 John 3:4 where it says “sin is the
transgression of the Law”. So you could very well translate “…and because the transgression of the Law will abound, the love of many will grow cold.”
Let me ask you, can something grow cold that was not hot
before? Huh? No! So must this be referring to people who perhaps once walked in
the Lord's way? Absolutely! Because it says, “the
love of many will grow cold.”
In fact Ellen White has several statements and they’re in
your study notes in a different place, where she clearly says that this verse
applies to people who were church members and yet did not persevere in their
walk with the Lord Jesus.
Coba saya tanya, di akhir zaman apakah ini akan menjadi
karakter dunia? Simak Matius 24:12, saya mau menggarisbawahi sekali
lagi sebelum kita membaca ayat ini, bahwa ini tidak mungkin bicara tentang
Hukum Seremonial. Di akhir zaman Allah tidak akan menghukum dunia karena tidak
mematuhi suatu peraturan (ordonansi) dari Hukum Seremonial, karena Hukum
Seremonial sudah dipakukan ke salib. Jika Allah menghukum dunia gara-gara telah
mengganti suatu peraturan (ordonansi) dan gara-gara telah melanggar Hukum,
tentunya itu adalah peraturan-peraturan yang kekal, itu haruslah apa yang
kekal? Haruslah Hukum-hukum yang kekal.
Simak Matius
24:12, ini bicara tentang akhir zaman, “12 Dan
karena makin bertambahnya ketidakadanya Hukum…”
perkataan “ketidakadanya Hukum” adalah
kata yang sama dengan yang di 1 Yohanes 3:4 di mana dikataka “dosa ialah
pelanggaran Hukum”, jadi bisa saja kita terjemahkan “…12 Dan
karena makin bertambahnya pelanggaran hukum maka kasih banyak orang akan
menjadi dingin.”
Coba saya tanya, bisakah sesuatu menjadi dingin yang
sebelumnya tidak panas? Huh? Tidak! Jadi haruskah ini mengacu kepada orang-orang yang pernah berjalan di
jalan Tuhan? Tentu saja! Karena dikatakan “kasih banyak orang akan menjadi dingin.”
Bahkan Ellen White punya beberapa pernyataan dan mereka
ada di dalam diktat kalian di tempat yang lain, di mana dia dengan jelas
mengatakan bahwa ayat ini
diaplikasikan kepada mereka yang adalah anggota-anggota gereja namun tidak
setia dalam perjalanan mereka bersama Tuhan Yesus.
Now the next verse indicates the same thing. Matthew 7:23.
The previous two verses say that “…in
that day many will say, ‘Lord, Lord, did
we not cast out demons in Your name?’” did they claim to be Christians? Yes
or No? Yes! They're doing it in the name of Jesus. “Lord, Lord, did we not prophesy in Your name?” Did they profess
Jesus? “Lord, Lord, did we not perform
miracles in Your name?” Did they profess to be Christians? Yes! And what is
Jesus going to say to them? Matthew 7:23, “23 And then I will declare to
them, ‘I never knew you; depart from Me, you who
practice lawlessness!’…” This
could be translated “depart from Me, you who
transgress the Law!’…”
Nah, ayat berikutnya mengindikasikan hal yang sama.
Matius 7:23. Dua ayat sebelumnya mengatakan bahwa “22 Pada hari itu banyak orang akan berseru… ‘Tuhan, Tuhan, bukankan kami mengusir
setan dengan nama-Mu?” Apakah mereka mengklaim sebagai orang-orang Kristen? Ya
atau Tidak? Ya! Mereka melakukannya dengan nama Yesus. “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat dalam nama-Mu?” Apakah mereka
mengakui Yesus? “Tuhan,
Tuhan, bukankah kami mengadakan banyak mujizat dalam
nama-Mu?” Apakah mereka mengaku sebagai orang
Kristen? Ya! Dan apa yang akan dikatakan Yesus kepada mereka? Matius 7:23, “23 Pada
waktu itulah Aku akan menyatakan kepada
mereka: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari Aku, kamu sekalian yang mempraktekkan ketidakadanya Hukum!’…" ini bisa
diterjemahkan, “…Enyahlah dari Aku, kamu sekalian yang melanggar Hukum!’…"
Is the Law going to be a prime problem at the end of
time? Is it going to be a point of controversy? Yes!
Revelation 12:17 says, “ 17 And the dragon was enraged
with the woman, and he went to make war with
the remnant of her Seed…” and
what is it that enrages the dragon? The remnant does what? They “…who keep the
commandments of God…”
The Third Angel's Message mentions the same thing.
Apakah Hukum
akan menjadi masalah utama pada akhir zaman? Apakah itu akan menjadi poin kontroversi?
Ya!
Wahyu 12:17 mengatakan, “17 Maka marahlah naga itu kepada
perempuan itu, lalu pergi memerangi yang tersisa
dari Benihnya…” dan apakah yang membuat marah naga itu? Yang tersisa dari
Benihnya berbuat apa? Mereka “…yang memelihara
perintah-perintah Allah…”
Pekabaran Malaikat Ketiga menyebut hal yang sama.
So
transgressing the Law must refer to a transgression of what? Of the Ten Commandments. And if the word
is singular, like it is in these ancient versions, then it will be a
particular commandment in the Law of God, and the Sabbath is mentioned in Nehemiah chapter
9.
Jadi pelanggaran
Hukum tentunya merujuk kepada pelanggaran dari apa? Dari 10 Perintah Allah. Dan jika kata
itu dalam bentul tunggal seperti yang terdapat di versi-versi
Alkitab yang kuno, maka itu
berkaitan dengan satu Perintah yang spesifik dalam Hukum Allah, dan di Nehemia
pasal 9, disebutkan itu Sabat.
Notice Hebrews 1:8, the wicked end time generation will stand
in contrast to Jesus who hated lawlessness, because the Law was in His heart. Notice
Hebrews 1:8. “8 But to the
Son He says: ‘Your
throne, O God, is forever and
ever. A scepter of
righteousness is the scepter
of Your kingdom.9 You have
loved righteousness and hated lawlessness…”
once again it's the same word ἀνομία [anomia] that appears in 1 John 3:4 “…9 You have
loved righteousness and hated transgression of
the Law; therefore God, Your God, has
anointed You with the oil of gladness more than Your companions.’…”
Simak Ibrani 1:8,
generasi akhir zaman yang jahat akan tampil kontras dengan Yesus yang membenci
pelanggaran Hukum, karena Hukum ada di dalam hatiNya. Simak Ibrani 1:8, “8 Tetapi kepada Anak itu Ia
berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, itu
selama-lamanya. Tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. 9
Engkau mencintai kebenaran dan membenci ketidakadanya Hukum…” sekali lagi kata ἀνομία [anomia] yang sama yang muncul
di 1 Yohanes 3:4 “…9 Engkau mencintai kebenaran dan membenci pelanggaran Hukum; sebab itu
Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sukacita, melebihi rekan-rekanMu."
And by the way 2 Thessalonians 2:7 refers to the end time
antichrist as the man of lawlessness, and it's the same word ἀνομία [anomia] the
man who teaches people to transgress the Law. Which commandment particularly will the end
time antichrist teach people to transgress? The Sabbath commandment.
Who is this man of sin? It represents
·
the
papacy,
·
the
same as the Little Horn,
·
the
same as the Beast,
·
the
same as the Harlot,
·
the
same as the Antichrist of 1 John,
·
the
same as the king of the north.
All of those symbols point to the same system which is
the papacy, that says that we should keep Sunday in honor of the resurrection,
when the Bible tells us that the Sabbath is the day that we are supposed to
keep.
Dan 2 Tesalonika 2:7 mengacu kepada antikristus akhir
zaman sebagai manusia yang melanggar Hukum, dan itu kata ἀνομία [anomia] yang sama, yaitu sosok yang mengajar manusia
untuk melanggar Hukum. Perintah
yang mana yang terutama
diajarkan antikristus akhir zaman kepada manusia supaya dilanggar?
Perintah tentang hari Sabat.
Siapakah manusia dosa ini (Alkitab
LAI menyebutnya “manusia durhaka”)? Ini melambangkan:
·
Kepausan
·
yang sama dengan Tanduk Kecil
·
yang sama dengan Binatang
·
yang sama dengan perempuan Pelacur
·
yang sama dengan Antikristus yang disebut di 1 Yohanes
·
yang sama dengan raja negeri utara
Semua simbol ini menunjuk ke sistem yang sama yaitu
Kepausan, yang mengatakan bahwa manusia harus memelihara hari Minggu untuk
menghormati kebangkitan, padahal Alkitab mengatakan bahwa Sabat itulah hari
yang harus kita pelihara.
THE SECOND REASON
Now what about the second reason why the world is defiled,
and why God will destroy the world. The second reason is that they changed what?
They
changed the ordinance ~ singular, not “ordinances”, the “ordinance”.
Let me ask you, could that refer to the ordinances of the
Ceremonial Law? No! For the same reason that transgressing the Law or the
Laws could not be a transgression of the
Ceremonial Laws, because I repeat once
again, the Ceremonial Laws came to an
end at the cross. God would not punish the people at the end of time for
transgressing regulations that ended at the cross. Are you with me or not?
These must be Moral Commandments, in other words.
ALASAN KEDUA
Sekarang, bagaimana dengan alasan kedua mengapa bumi ini tercemar,
dan mengapa Allah akan membinasakan bumi. Alasan kedua ialah karena mereka
telah mengganti apa? Mereka
telah mengganti ordonansi (peraturan)nya ~ dalam bentuk tunggal, bukan “ordonansi-ordonansi”, tapi “ordonansi”.
Coba saya tanya, mungkinkah itu merujuk kepada
peraturan-peraturan Hukum Seremonial? Tidak! Untuk alasan yang sama pelanggaran
Hukum atau Hukum-hukum tidak mungkin suatu pelanggaran Hukum-hukum Seremonial,
karena saya ulangi lagi, Hukum-hukum Seremonial sudah berakhir di salib. Allah
tidak akan menghukum manusia akhir zaman karena telah melanggar
peraturan-peraturan yang sudah berakhir di salib. Apakah kalian paham atau
tidak? Dengan kata lain, ini tentunya mengacu kepada Hukum-hukum Moral.
Now what does the word “change” mean here? Well, it's
translated in Genesis 31:7. Do you remember what Laban did? You know Laban was
a real wicked guy, he was a conniving guy and Jacob complained
in Genesis 31:7 because Laban changed
his salary how many times? 10 times. Notice changing the salary is the
identical same word that appears in Isaiah chapter 24.
Nah, apa arti kata “mengganti” di sini? Yah, di
Kejadian 31:7 itu diterjemahkan. Apakah kalian ingat apa yang dilakukan Laban?
Kalian tahu, Laban itu orang yang sungguh jahat, dia sangat culas, dan Yakub
mengeluh di Kejadian 31:7 karena Laban mengganti upahnya berapa kali? Sepuluh
kali. Simak, mengganti upah itu kata yang sama dengan kata yang ada di Yesaya
pasal 24.
Another place where the word “change” appears is with
Joseph, when before he appeared before pharaoh, he actually changed his garments. Once again
the translation “change” is a proper translation.
By the way the Hebrew word is also translated “abolish”, and
it is also translated “alter” not like an altar in the sanctuary, “alter” means
what? To change.
And so the word “change” simply means that something was
altered, something was abolished, something was changed, in the Law of God.
Tempat lain di mana kata “mengganti” muncul ialah di kisah
Yusuf, ketika dia tampil di hadapan Firaun, sebelumnya dia mengganti
pakaiannya. Sekali lagi terjemahan kata “mengganti” adalah terjemahan yang
tepat.
Nah, dalam bahasa Ibrani kata itu juga diterjemahkan
“menghapus”, dan juga diterjemahan “mengubah”.
Maka kata “mengganti” semata-mata berarti sesuatu telah
diubah, sesuatu telah dihapus, sesuatu telah diganti dalam Hukum Allah.
Now what is the meaning, the root meaning of the word “ordinance”?
Lexicographers ~ that is those who are experts at defining biblical words ~ tell
us that the original Hebrew root of the word חֹק[chôq, khoke] means ~ listen carefully ~ “to scratch”, or “engrave”, “cutting in”, or “engraving in stone”. Did you catch that? I’ll read
it again. It means “to scratch”, or
“engrave”, “cutting in”, or “engraving in stone”. Where were the
Ten Commandments written? On tables of stone. Thus according to the Hebrew
scholars, the
original root means to engrave Laws.
This is them speaking now, “to engrave Laws upon slabs of stone or metal to set them in a
public place.” Are you starting to catch
a picture?
Nah, apakah artinya, arti akar kata “ordonansi (peraturan)”? Para
Lexicografer ~ yaitu para ahli yang mendefinisikan kata-kata Alkitab ~
mengatakan kepada kita bahwa akar kata Ibrani yang asli dari חֹק[chôq, khoke] berarti ~
dengarkan baik-baik ~ “menggores”, atau “mengukir”, “menatah”, atau “mengukir
pada batu”. Apakah kalian menangkap ini? Saya bacakan lagi. Itu berarti “menggores”, atau “mengukir”, “menatah”, atau
“mengukir pada batu”. Di mana Kesepuluh Perintah Allah itu ditulis? Di loh-loh
batu. Maka menurut pakar-pakar bahasa Ibrani, arti asli akar kata itu ialah mengukir Hukum-hukum.
Ini mereka yang berbicara sekarang, “…mengukir Hukum di atas loh-loh batu atau
logam untuk menempatkan mereka di suatu tempat umum.” (Jack P. Lewis, Theological
Wordbook of
the Old Testament, volume 1, hal. 317.)
Apakah kalian mulai menangkap gambarnya?
According to the Brown-Driver-Briggs Hebrew Lexicon which is one of the most
reputable Hebrew dictionaries of the Old Testament, the word means: “to
cut
in”, “to cut upon”, “to engrave”, “to inscribe”, “to trace and to
mark
out”.
What was it that was engraved? What was it that was
scratched in, or cut upon, on the tables of stone? It was the Ten Commandments.
So is there going to be a power that will change “the ordinance” (singular)?
Yes! What change would that be? That would be the change of what? Of the holy
Sabbath, one of the Ten Commandments.
Menurut the Brown-Driver-Briggs Hebrew Lexicon yang adalah salah satu kamus Perjanjian Lama bahasa Ibrani yang paling terkenal, kata itu
berarti, “menatah”, “menukil”, “mengukir”, “menulis”, “menggalur”, dan “menandai”.
Apa yang diukirkan? Apa yang ditatahkan atau ditukil pada
loh-loh batu? Kesepuluh Perintah Allah. Jadi apakah akan ada suatu kekuasaan
yang akan mengganti ordonansi (peraturan - bentuk tunggal)?
Ya! Perubahan apa itu kira-kira? Kira-kira apa yang akan diganti? Sabat yang
kudus, salah satu dari Kesepuluh Perintah Allah.
Now, the word חֹק[chôq, khoke] appears accompanied by other words for Law
in the Old Testament, such as the word “testimony”, “Law”, “judgment”, and “commandment”. All of these are pretty
close to being synonymous. I want to read from Vine's Expository Dictionary of
Biblical Words, what the word “ordinance” means. “The word's synonyms are ‘mitswah’ (commandment); ‘mishpat’, (judgment); ‘berit’,
(covenant); ‘torah’, (law); and ‘`edut’, (testimony).
It is not easy to distinguish between
these synonyms, as they are often found in conjunction with each other.”
Nah, kata חֹק[chôq, khoke] muncul dibarengi oleh kata-kata lain untuk Hukum di
Perjanjian Lama, seperti kata “kesaksian”, “Hukum”, “penghakiman”, dan
“perintah”. Semua ini kata-kata yang mirip-mirip dan nyaris sinonim. Saya ingin
membacakan dari Vine's
Expository Dictionary of
Biblical Words, apa arti kata “ordonansi”(peraturan). “…Sinonim kata ini ialah ‘mitswah’ (perintah), ‘mishpat’
(penghakiman), ‘berit’ (perjanjian), ‘taurat’ (hukum), dan ‘edut’ (kesaksian).
Tidak mudah untuk membedakan antara sinonim-sinonim ini, karena mereka sering
terdapat dalam hubungan satu sama lain.” ( Vine's Expository Dictionary
of Biblical Words,
Copyright (c)
1985, Thomas
Nelson Publisher)
Now the big question is what does the word חֹק[chôq, khoke] refer to. We noticed
that it has to do with engraving something, with inscribing or cutting upon something
in tables of stone or perhaps tables of metal. Now this word is very
interesting, it is used very frequently in the
Old Testament to describe ordinances that God established at Creation.
You say really?
Absolutely! Notice Proverbs 8:29. Did God establish that
the sea would not go out of its bounds, when God created, when He separated the
waters from the earth? Notice Proverbs 8:29 I’m
reading from the NIV in most of these, because the NIV is clearer in the
translation. “…29 when He gave the sea its…”
what? “… boundary…”
that's the same word “ordinance” חֹק[chôq, khoke] “…29 when He gave the sea its boundary so the waters would not overstep His
command…” See, does the word
חֹק[chôq, khoke] have to do with the divine command
established at Creation? Yes! “…and when He marked out the
foundations of the earth.”
Sekarang, pertanyaan yang penting ialah kata חֹק[chôq, khoke] mengacu kepada
apa. Kita sudah simak bahwa itu berkaitan dengan mengukir sesuatu, dengan
menuliskan atau menukil sesuatu pada loh-loh batu atau lempeng-lempeng logam.
Nah, kata ini sangat menarik. Kata ini sering
sekali dipakai di Perjanjian Lama untuk menggambarkan ordonansi-ordonansi
(peraturan-peraturan) yang ditetapkan Allah saat Penciptaan.
Kalian berkata, “Sungguh?”
Tentu saja! Simak
Amsal 8:29. Apakah Allah menetapkan bahwa laut tidak akan keluar dari batasannya, ketika Allah menciptakannya, ketika Dia
memisahkan air-air dari daratan? Simak Amsal 8:29, saya membaca kebanyakan
ayat-ayat ini dari NIV karena NIV lebih
jelas terjemahannya.“29
ketika Ia memberikan kepada laut…” apa?
“…batasnya…” itu kata yang sama dengan “ordonansi” חֹק[chôq, khoke] “…29 ketika Ia memberikan kepada laut batasnya supaya air-air
tidak akan melanggar perintah-Nya…” Lihat, apakah kata
חֹק[chôq, khoke] berkaitan dengan perintah Ilahi yang ditetapkan saat Penciptaan? Ya! “…dan
ketika Ia menandai dasar-dasar bumi.”
Another text that is similar to this one is Job 38:8-11 (NIV), “8 Who shut up the sea behind doors when it burst forth from the womb,…” in other words, at Creation the planet was covered with
water, right? There was no limit to the waters. So, “…8 Who shut up the sea behind doors when it burst forth from the womb, 9 when I made the clouds its garment and wrapped it in thick darkness, 10 when I fixed limits…” “fixed limits” is once again חֹק[chôq, khoke]. So is this a divine
command established at Creation for posterity's sake? Absolutely! And then it
says,“…for it and set its doors and bars in place, 11 when I said, ‘This far you may come and no farther; here is where your proud waves halt’…”
Ayat lain yang
mirip ini ialah yang di Ayub 38:8-11. “8
Yang membendung laut di
balik pintu-pintu, ketika ia meledak
dari rahim…” dengan kata lain, saat Penciptaan planet ini tertutup
oleh air, benar? Tidak ada batasannya bagi air-air. Jadi, “…8 Yang membendung
laut di balik pintu-pintu, ketika ia meledak dari rahim. 9 Ketika
Aku membuat awan menjadi pakaiannya dan membungkusnya
dalam kegelapan yang kelam, 10 ketika Aku menetapkan batasnya…” “menetapkan batas”
sekali lagi חֹק[chôq,
khoke]. Jadi apakah ini perintah Ilahi yang
ditetapkan saat Penciptaan untuk kepentingan turun-temurun? Tepat sekali!
Kemudian dikatakan, “…dan menempatkan pintunya dan palangnya di tempatnya; 11 ketika Aku
berfirman, ‘Sampai di sini engkau boleh datang dan tidak lebih dari ini; di sinilah gelombang-gelombangmu yang bangga, berhenti!’…”
But the word חֹק[chôq, khoke] also has to do with an ordinance that God
gave for the heavenly bodies to fulfill their functions
and to stay in their orbits. Notice what we find in Psalm 148:3-6 (NIV), “3 Praise ye Him, sun and moon:
praise Him, all ye stars of light. 4 Praise Him, ye highest (heavens of) heavens, and ye waters
that (be) above the skies (heavens). 5
Let them praise the name of the LORD: for He commanded, and they were created. 6
He set them in place (hath also stablished
them) for ever and ever: He gave (hath
made)…” what? “…a
חֹק[chôq, khoke] a
decree that (which) will never (shall not) pass away.”
So God established this command for the Heavenly bodies
at the beginning.
Tetapi kata חֹק[chôq, khoke] juga berkaitan
dengan ordonansi (peraturan) yang diberikan Allah kepada benda-benda langit
untuk melaksanakan fungsi mereka dan tinggal tetap di orbit mereka. Simak apa
yang kita temukan di Mazmur 148:3-6, “3
Pujilah Dia, hai matahari dan bulan, pujilah Dia, hai segala bintang terang! 4
Pujilah Dia, hai langit yang mengatasi segala langit, hai air yang di atas
langit! 5 Biarlah mereka memuji
nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, dan
mereka tercipta. 6 Dia menempatkan
mereka di tempatnya untuk selama-lamanya,
Dia memberi…” apa? Sebuah חֹק[chôq, khoke] “…sebuah perintah
yang tidak akan berlalu…”
Jadi Allah menetapkan perintah ini bagi benda-benda
langit pada awal mulanya.
He also after the flood established the rain cycle. Notice
Job 28:25-26 (NIV), “25 When He established
the force of the wind and
measured out the waters, 26 when He made
a decree…” once again the word חֹק[chôq, khoke] “…for the rain and a path
for the thunderstorm…”
So did God establish the seasons, when it would rain? He most
certainly did, because He's the Creator.
Setelah air bah,
Allah juga menetapkan siklus hujan. Simak Ayub 28:25-26, “25 Ketika Ia menetapkan kekuatan
angin, dan menakar air-air, 26
ketika Ia membuat suatu perintah…” sekali lagi
perkataan חֹק[chôq,
khoke], “…bagi hujan, dan sebuah jalan bagi hujan badai…” Jadi apakah Allah menentukan musim-musim kapan akan
hujan? Tentu saja iya, karena Dialah sang Pencipta.
God's decree also guarantees the regularity of the
seasons. Notice Jeremiah 5:24 (NIV), “24 They do not
say to themselves, ‘Let us
fear the Lord our
God, who gives
autumn and spring rains in season, who assures
us of the…” חֹק[chôq, khoke] weeks of harvest, “…the regular weeks of harvest.”
Did God establish the agricultural cycles? He most
certainly did. So the word חֹק[chôq, khoke] which is translated “ordinance” actually
deals with decrees that the Creator gives for nature to behave in a
certain way.
Perintah Allah juga menjamin keteraturan musim. Simak
Yeremiah 5:24, “24
Mereka tidak berkata dalam hatinya: ‘Baiklah kita takut akan TUHAN, Allah kita,
yang memberi hujan musim gugur dan hujan musim
semi pada waktunya, yang memberi
kita jaminan…” חֹק[chôq,
khoke] minggu-minggu panen, “…minggu-minggu panen yang teratur.”
Apakah Allah menetapkan siklus bercocoktanam? Tentu saja
iya. Maka kata חֹק[chôq,
khoke] yang diterjemahkan “ordonansi” (peraturan) sesungguhnya berurusan dengan
perintah-perintah yang diberikan Sang Pencipta kepada alam
supaya berperilaku menurut cara tertentu.
By the way do you know also that the covenant is חֹק[chôq, khoke] is perpetual? Notice 1 Chronicles 16:17 (NIV), “ 16 The covenant He made with Abraham, the oath He swore to Isaac,
17 He confirmed it to Jacob as a...” חֹק[chôq, khoke] that
is “…a decree…” as an ordinance, if you please,“…to Israel as…”
what kind of covenant? “…as an everlasting
covenant.”
Does God change His covenant? No!
Nah, tahukah
kalian bahwa perjanjian juga adalah חֹק[chôq, khoke] yang
terus-menerus? Simak 1 Tawarikh 16:17, “16 Perjanjian
yang dibuatNya dengan Abraham, sumpahNya yang
Dia ikrarkan kepada Ishak, 17
Dia meneguhkannya kepada Yakub sebagai suatu..." חֹק[chôq, khoke] yaitu “…suatu perintah…” sebagai suatu ordonansi (peraturan),
katakanlah demikian, “…kepada Israel sebagai
suatu perjanjian kekal…”
Apakah Allah mengubah perjanjianNya? Tidak!
Notice Psalm 89:34 God later promises to David, “ 34 My covenant
I will not
break, nor alter…” interesting word “…nor alter the word that has gone out of
My lips.”
So God engraved the Ten Commandments upon tables of stone
with His own finger to emphasize their permanence and unchangeable nature, just
like the decrees that He gave for nature.
Simak Mazmur 89:34
kemudian Allah berjanji kepada David, “34
PerjanjianKu tidak akan Aku langgar maupun
mengganti…” kata yang menarik, “…maupun
mengganti kata yang telah keluar dari
bibir-Ku…”
Jadi Allah telah mengukir Kesepuluh Perintah di atas
loh-loh batu dengan jariNya sendiri untuk menekankan sifat mereka yang kekal
dan tidak berubah, sama seperti perintah-perintah yang telah diberikanNya
kepada alam.
Notice Exodus 32:16-17 speaking about the tablets of the
Ten Commandments. “16 Now the tablets were the work of God, and the writing was the writing of God…” and now
notice what the word is used, “…engraved
on the tablets…” is that the meaning of the word חֹק[chôq, khoke] according to the experts
in the Hebrew language? Absolutely!
Simak Keluaran 32:16-17 berbicara tentang loh-loh
Kesepuluh Perintah. “16
Nah, kedua loh itu ialah pekerjaan Allah,
dan tulisan itu ialah tulisan Allah…” dan sekarang simak kata apa yang dipakai, “…ditukik pada loh-loh itu…” itukah arti kata חֹק[chôq, khoke] menurut para pakar bahasa Ibrani? Betul
sekali!
Now the next page, page 256, the change of the ordinance reminds
us of the
Little Horn in Daniel 7:25 who intended to change God's Law. Would that
be kind of like changing God's ordinance that He established at Creation?
Absolutely! We are reminded that the root meaning of the word חֹק[chôq, khoke] is to etch or to engrave. What change did the
papacy attempt to make in the Law that God engraved on tables of stone? You
know the answer to that. The divine command to what? Remember
the Sabbath day to keep it holy, which He established when? At Creation.
And here's the interesting thing. He established it at Creation as a perpetual
thing for the human race, as long as time should last, and even into eternity
because God created in Genesis, the week, and the weekly cycle has continued
perpetually week after week after week, according to the חֹק[chôq, khoke] of God at Creation. So
we find here that the papacy thought that it could change one of the
commandments, the ordinance that God placed in the Ten Commandments, that He
etched into the tablets of stone.
Sekarang, halaman berikutnya, hal. 256, perubahan ordonansi
mengingatkan kita kepada Tanduk
Kecil di Daniel 7:25 yang berniat mengganti Hukum Allah. Apakah
itu mirip mengganti ordonansi Allah yang telah ditetapkan Allah saat
Penciptaan? Tentu saja! Kita diingatkan bahwa arti
akar kata חֹק[chôq, khoke] itu ialah menukik
atau mengukir. Perubahan apa yang berusaha dilakukan Kepausan pada Hukum yang
telah diukir Allah pada loh-loh batu? Kalian sudah tahu jawabannya. Perintah Ilahi untuk
apa? Mengingat hari Sabat, dan untuk
memelihara kekudusannya, yang telah ditetapkan Allah kapan? Saat Penciptaan.
Dan ini yang menarik. Allah telah menetapkannya saat Penciptaan sebagai sesuatu
yang kekal bagi umat manusia, sepanjang waktu, dan bahkan sampai kekekalan
karena Allah di kitab Kejadian telah menciptakan siklus mingguan, dan siklus
mingguan itu telah berlangsung terus-menerus minggu demi minggu demi minggu,
sesuai חֹק[chôq,
khoke] Allah saat Penciptaan. Jadi di sini kita
melihat bahwa Kepausan berpikir dia bisa mengubah salah satu dari
Perintah-perintah, ordonansi yang telah ditempatkan Allah di Kesepuluh Perintah
yang telah diukirNya pada loh-loh batu.
By the way the papacy ~ at least the present papacy ~ has also changed
the other ordinance that God established at Creation, because He established besides
all of the weather ones, and you know, the waters not going all over their bounds,
He established
another ordinance in the garden of Eden, and that was marriage between a man
and a woman.
Do you know that pope Francis I ~ they did a documentary on
Netflix on him, and he actually came out and he says that
he believes that there should be civil unions and that homosexual
couples should be able to raise children.
So the papacy has not only meddled with the commandment
to keep the Sabbath it is also in the process of changing the other ordinance
that God established at Creation.
Nah, Kepausan ~ paling tidak Kepausan yang sekarang ini ~
juga telah mengubah ordonansi (peraturan) lain yang telah ditetapkan Allah saat
Penciptaan, karena Allah telah menetapkan selain peraturan-peraturan iklim, dan
bahwa air tidak akan melampaui batasannya, Dia
menetapkan peraturan yang lain di taman Eden, dan itu ialah perkawinan antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan.
Tahukah kalian bahwa Paus
Francis I ~ mereka membuat suatu dokumenter di Netflix tentang
dia, dan dia benar-benar berterus terang dan dia mengatakan bahwa dia meyakini perkawinan sesama jenis harus diterima dan bahwa pasangan
homoseksual harus diizinkan membesarkan anak-anak.
Maka Kepausan bukan saja mengobok-obok perintah untuk
memelihara Sabat, dia juga sedang dalam proses mengubah ordonansi yang lain
yang telah ditetapkan Allah saat Penciptaan.
Now let's read what Ellen White had to say, the little
lady. Did she understand this? She most certainly did. Let's read a series of
statements now from the writings of Ellen White.
This is Testimonies on
Sexual Behavior, Adultery, and Divorce page 159. “Marriage was from the Creation constituted by God a…” what? “…divine ordinance….”
the same word that we find in Isaiah. She
continues,
“…The marriage institution was made in Eden…” and now what other does she talk about? “…The Sabbath of the fourth
commandment was instituted in Eden, when the foundations of the world were laid, ‘when the morning stars sang together, and all the sons of God shouted for
joy.’ Then let this, God's institution of marriage, stand before you as firm as the
Sabbath of the fourth commandment.”
Does she mention two ordinances that were established at
Creation? Yes! And she uses the word “ordinance”.
Sekarang mari kita
baca apa yang dikatakan Ellen White, ibu kecil ini. Apakah dia paham
tentang hal ini? Tentu saja iya. Mari kita
baca serangkaian pernyataan dari tulisan Ellen White sekarang.
Ini dari Testimonies on Sexual Behavior, Adultery, and Divorce hal. 159.
“…Perkawinan itu sejak Penciptaan dijadikan oleh Allah sebagai suatu…” apa? “…ordonansi Ilahi…” perkataan yang sama yang kita
dapati di Yesaya. Ellen White melanjutkan, “…Lembaga
perkawinan itu dibuat di Eden…” dan sekarang apa lagi yang
dibicarakannya? “…Sabat Perintah Keempat dilembagakan di
Eden, ketika dasar-dasar bumi ini diletakkan, ‘7 Pada waktu bintang-bintang fajar menyanyi bersama-sama, dan semua anak Allah
bersorak-sorai gembira’ (Ayub
38:7). Kalau begitu biarlah lembaga Allah untuk
perkawinan ini berdiri di hadapan kalian seteguh Sabat Perintah Keempat.”
Apakah Ellen White menyebutkan dua ordonansi (peraturan) yang ditetapkan
saat Penciptaan? Ya! Dan dia memakai perkataan “ordonansi”.
Let's notice the next quotation. Desire of Ages page 281, “The Sabbath was hallowed at the Creation. As…” what?
What's the next word? “…As ordained for man, it
had
its origin when ‘the morning stars sang together, and all the sons of God shouted for joy.’..”
Mari kita simak
kutipan berikutnya. Desire of Ages hal. 281. “…Hari Sabat itu
dikuduskan saat Penciptaan. Sebagaimana…” apa? Apa kata berikutnya? “…Sebagaimana itu ditetapkan bagi manusia, maka ia
memiliki asal mulanya saat ‘7 …bintang-bintang
fajar menyanyi bersama-sama, dan semua anak
Allah bersorak-sorai gembira’ (Ayub
38:7).”
Early Writings page 217, are these commands of God that can be
altered or changed? No! They are Creation ordinances. Notice Early
Writings 217, “I
was shown that the Law of God would stand fast
forever…”
by the way do you know what the ancients
usually wrote on? They usually wrote on parchment, or on tablets of clay. You
know in the Middle East archaeologists have dug up thousands of tablets, and
the tablets have kind of fallen apart because they were written on tablets of
clay. But the Ten Commandments were not engraved on tablets of clay. They were
engraved on tables of what? Of stone, because stone is permanent, as
permanence. So notice,
“…I was shown that the
Law of God would stand fast forever and exist in the new earth to
all eternity. At the Creation, when the
foundations of the earth were
laid, the sons of God looked with admiration upon the work of the Creator, and all
the heavenly host shouted for joy. It was then that the foundation of the Sabbath was laid . . . I saw that the Sabbath never will be done away; but that the redeemed saints and all the angelic host, will observe it in honor of the great Creator to all eternity.”
Early Writings hal. 217, apakah ini perintah-perintah Allah yang bisa diubah
atau diganti? Tidak! Mereka adalah ordonansi-ordonansi Penciptaan. Simak Early Writings hal. 217, “…Kepadaku
ditunjukkan bahwa Hukum Allah akan berdiri teguh selamanya…” nah, apakah kalian tahu
orang-orang purba dulu menulis di mana? Mereka biasanya menulis di gulungan
perkamen (dari kulit) atau di loh-loh tanah liat. Kalian tahu di Timur Tengah
para arkeolog telah berhasil menggali keluar ribuan loh, dan loh-loh itu banyak
yang hancur karena mereka menulis di loh-loh tanah liat. Tetapi Kesepuluh
Perintah tidak diukir pada loh-loh tanah liat. Mereka diukir pada loh-loh apa?
Batu, karena batu itu permanen, sebagai tanda kekekalannya. Jadi simak, “…Kepadaku
ditunjukkan bahwa Hukum Allah akan berdiri teguh selamanya dan akan tetap ada di bumi yang baru hingga kekekalan. Saat
Penciptaan, ketika dasar-dasar bumi diletakkan, anak-anak Allah memandang
dengan kagum pada pekerjaan Sang Pencipta, dan semua balatentara surgawi
bersorak dengan gembira (Ayub 38:4-7) Pada saat itulah fondasi Sabat
diletakkan… Aku melihat bahwa Sabat selamanya tidak akan dihapus, tetapi
orang-orang kudus yang sudah ditebus dan
semua balatentara surgawi akan memeliharanya sebagai penghormatan kepada Sang
Pencipta Agung sepanjang masa kekekalan.”
So when was the Sabbath established? At Creation. It
was engraved on tables of stone and it will exist to all eternity. And that's where
Isaiah 66:22-23 tell us from Sabbath the Sabbath the redeemed will go to worship
before the Lord.
Jadi kapan
Sabat ditetapkan? Saat Penciptaan. Itu diukir pada loh-loh batu
dan itu akan terus ada sepanjang masa
kekekalan. Dan itulah di mana Yesaya 66:22-23 mengatakan kepada
kita, dari Sabat ke Sabat semua umat tebusan akan pergi sujud di hadapan Tuhan.
Notice the next quotation that we find at the top of page
257. Who created the week? You know, God not only created things during
Creation week, He created time measurements. Did God create the month? Yes! Did
He create the year? Absolutely! Did He create the day? Did He create the week?
Yes! God created not only material things, He also created measures of time.
Has the week ever been interrupted or has the week continued as God established
it? The ordinance that He established at
Creation has it continued all the way to our day? It has continued. Notice this
statement, “Like the Sabbath,
the week originated at Creation, and it has been preserved and brought down to us through Bible history. God Himself
measured off the
first week as a
sample for successive weeks to the close of time. Like every other, it consisted of seven literal days. Six days were employed in the work of Creation;
upon the seventh, God rested, and He then blessed this day and set it apart as a day of rest
for man.”
Simak kutipan
kedua yang kita temukan di bagian atas hal. 257. Siapa yang menciptakan siklus
satu minggu? Allah tidak hanya menciptakan benda-benda selama minggu
Penciptaan, Dia menciptakan juga ukuran waktu. Apakah Allah menciptakan lamanya satu bulan? Ya! Apakah dia menciptakan lamanya satu tahun? Tentu saja! Apakah Dia menciptakan lamanya satu hari? Apakah Dia menciptakan lamanya satu minggu? Ya! Tuhan tidak hanya menciptakan benda-benda
materi, Dia juga menciptakan hitungan waktu. Apakah siklus mingguan pernah diputuskan
atau apakah siklus mingguan itu berjalan terus sejak ditetapkan Allah? Ordonansi
yang telah ditetapkan Allah saat Penciptaan, apakah itu terus berlangsung
hingga zaman kita? Itu
terus berlangsung. Simak pernyataan ini, “…Seperti Sabat,
siklus mingguan berasal dari Penciptaan, dan itu telah dipertahankan dan
diturunkan kepada kita melalui sejarah Alkitab. Allah Sendiri yang menakar
minggu pertama sebagai contoh untuk minggu-minggu yang berikutnya hingga akhir zaman. Seperti semua yang lain, itu terdiri
atas tujuh hari literal. Enam hari dipakai untuk pekerjaan Penciptaan, pada
hari ketujuh Allah berhenti, dan kemudian Dia memberkati hari ini dan
memisahkannya sebagai satu hari perhentian bagi manusia.” ( Patriarchs and
Prophets, hal. 111)
Notice what we find in Selected
Messages Volume 3 pages 318 and 319. “All those who hold the beginning of their confidence firm
unto the end will keep
the
seventh-day Sabbath, which comes to us as marked by...” what? “…as marked by the sun.”
Now there's a controversy. You know people always ask
this question, and you know it's not rocket science to answer the question.
They say, did the sun exist on the first day? Because the
fourth day it says that God made the heavenly bodies. By the way that word is עָשָׂה [‛âśâh] which means that He formed or He
organized, it's the same word that's used for a potter who's making a vessel, he's taking
something that already exists and he's giving it form, he's forming it.
What happened on the fourth day was that God placed
the sun, moon, and stars to create seasons, and to create months, and to create
the different seasons of the year. that's what He did. But the sun
already existed the first day.
And you say, now wait a minute, how do you know that?
For this following reason. Notice this statement from Ellen White. She wrote,
this is in Selected Messages Volume 3, 318-319.
“All those who hold the beginning of their confidence firm unto the end will keep the seventh-day Sabbath, which comes to us as marked by...” what? “…by the sun.”
What did God say after each day of Creation? “It was the evening, and the morning of the
first day”. What marks the evening? What marks
the evening? The setting of the sun. What marks the
morning? The rising of the sun. So
was there a sun the first day? “It was
the evening and morning of the first day”, so there must have been the sun
there.
Simak apa yang
kita temukan di Selected Messages Vol. 3 hal. 318-319, “…Semua yang berpegang teguh pada iman mula-mula mereka
hingga akhir, akan memelihara Sabat hari ketujuh, yang datang kepada kita sebagaimana
ditandai oleh…” apa?
“…sebagaimana ditandai oleh matahari.”
Nah, ada kontroversi. Kalian tahu, orang selalu
menanyakan pertanyaan ini, dan kalian tahu untuk menjawabnya bukanlah hal yang
sulit seperti sains roket.
Mereka berkata, apakah matahari sudah ada pada hari
pertama? Karena hari keempat dikatakan bahwa Allah menciptakan benda-benda
langit. Nah, ketahuilah, kata yang dipakai ialah עָשָׂה [‛âśâh] yang
berarti Allah membentuk atau Dia mengatur, itu adalah kata yang
sama yang dipakai bagi seorang tukang periuk yang membuat sebuah bejana, tukang
periuk itu mengambil sesuatu
yang sudah ada, dan dia memberinya bentuk, dia membentuknya.
Apa yang terjadi pada
hari keempat Penciptaan ialah Allah menempatkan matahari, bulan, dan bintang-bintang
untuk menciptakan musim-musim, dan menetapkan bulan-bulan, dan menciptakan musim-musim yang berbeda dalam satu tahun, itulah yang
dilakukanNya. Tetapi matahari itu
sendiri sudah ada sejak hari pertama.
Dan kalian berkata, tunggu sebentar, dari mana Anda tahu
itu?
Karena alasan ini.
Simak pernyataan ini dari Ellen White.
Dia menulis ini di Selected Messages Vol. 3 hal.
318-319. “…Semua yang berpegang teguh pada iman
mula-mula mereka hingga akhir, akan memelihara Sabat hari ketujuh, yang datang
kepada kita sebagaimana ditandai oleh…” apa?
“…sebagaimana ditandai oleh matahari.”
Apa kata Allah setelah setiap hari Penciptaan? “Itulah
petang dan pagi dari hari
yang pertama”. Apa yang menandai malam? Apa
yang menandai malam?
Terbenamnya
matahari. Apa yang menandai pagi?
Terbitnya matahari. Jadi apakah pada hari pertama matahari sudah ada? “Itulah petang dan pagi dari hari yang pertama”. Maka tentunya matahari sudah ada di sana.
Now I’m not going
to get into the scientific explanation and work this out now, but what I want
you to notice is that God established seven days of 24 hours, He worked
six, rested on the seventh day, and then He commanded Adam and Eve to
keep the next Sabbath after six days of work, and to do it perpetually till the
end of time, and even into the new earth.
Notice Signs of the Times
September 14, 1882, “The Creator of the heavens and the earth commanded, ‘The seventh day is the Sabbath of the Lord thy God; in it thou shalt not do any work.’ This command was enforced by the example of its Author,
proclaimed with His own voice, and
placed in the very
bosom of the Decalogue. But the
papal
power…” now listen carefully, “changed”, remember the word
“change the ordinance”? She wrote, “…But the papal power has removed this divine ordinance…”
does this have anything to do with the
passages in Isaiah chapter 24, changing the ordinance, or removing the ordinance,
or altering the ordinance? Absolutely! So once again, “…But the papal
power has removed
this
divine ordinance and substituted a day that God
has not
sanctified,
and upon which He did not rest, the festival so long adored by
heathens as the ‘venerable day of the sun.’…”
Nah, saya tidak akan masuk ke penjelasan saintifik dan
mengupas ini, tetapi saya mau kalian memperhatikan bahwa Allah telah menetapkan
tujuh hari masing-masing 24 jam, Allah bekerja
enam hari dan berhenti pada hari ketujuh,
kemudian Dia memerintahkan
Adam dan Hawa untuk memelihara Sabat berikutnya setelah mereka bekerja enam
hari, dan untuk melakukannya terus-menerus hingga akhir zaman, bahkan sampai di
dunia baru.
Simak Signs of the Times 14 September 1882, “…Sang
Pencipta langit dan bumi memerintahkan,
‘Hari ketujuh adalah Sabat Tuhan Allahmu, pada hari itu engkau tidak boleh
melakukan pekerjaan apa pun’ (Keluaran 20:10). Perintah ini dikuatkan oleh teladan Sang Pencipta, yang memproklamasikan dengan suaraNya sendiri, dan menempatkannya
di tengah-tengah Kesepuluh Perintah. Tetapi kekuasaan Kepausan…” sekarang dengarkan baik-baik,
“mengganti”, ingat kata “mengganti ordonansi”? Ellen White menulis, “…Tetapi
kekuasaan Kepausan telah menyingkirkan ordonansi Ilahi ini…” apakah ini berkaitan dengan ayat-ayat di Yesaya pasal 24, mengganti
ordonansi atau menyingkirkan ordonansi, atau mengubah ordonansi itu? Tentu
saja! Maka sekali lagi, “…Tetapi
kekuasaan Kepausan telah menyingkirkan ordonansi Ilahi ini dan menggantinya
dengan satu hari yang tidak dikuduskan oleh Allah dan di mana Allah tidak
berhenti, yaitu dengan perayaan
yang begitu lama sudah menjadi pujaan para penyembah berhala sebagai ‘hari
matahari yang dihormati’…”
And then speaking about the Sabbath, notice how once again
she uses the word “ordinance”, and then she refers to the papacy and uses the
word “changed”, she says in Great Controversy 452 and 453, “The prophet thus points out
the
ordinance which has been forsaken…” what is the ordinance that has been forsaken? She's
talking about the Sabbath. She quotes Scripture, “… ‘Thou shalt raise up the foundations of
many generations; and thou shalt be called, the ‘Rrepairer of the breach’, the ‘Restorer of
paths to dwell in’.
If thou turn
away thy foot from the Sabbath, from doing thy pleasure on My holy day; and call
the
Sabbath a delight, the holy of the Lord, honorable; and
shalt honor Him, not
doing thine own ways, nor finding thine own pleasure, nor speaking thine own words: then
shalt thou delight
thyself in the Lord.’….” notice
that she calls it “the divine ordinance”. Once again notice how the statement
ends, “…This prophecy also applies in our time. The breach was made in the Law of God when the Sabbath was…”
what? Is that in Isaiah chapter 24? Yes! Is
the word “ordinance” in Isaiah 24? Yes! This she says, “…The breach was made in the Law of God when the
Sabbath
was
changed by the
Roman power. But the time has
come for that divine institution…” which is the ordinance “…to be restored. The breach is to be repaired and the
foundation of many generations to be raised up.”
Are you starting to catch the picture? Would God consider
a violation of the Sabbath and heterosexual marriage as reason to destroy the
world for its immorality? Absolutely!
Lalu bicara
tentang Sabat, simak bagaimana sekali lagi Ellen White memakai kata
“ordonansi”, kemudian dia merujuk kepada Kepausan dan memakai kata “mengganti”,
dia berkata di Great Controversy hal. 452-453, “…Maka nabi itu menunjuk ke ordonansi yang telah ditinggalkan…” apakah ordonansi yang telah
ditinggalkan? Ellen White bicara tentang Sabat. Dia mengutip Alkitab, “…12 … Kalian
akan menegakkan dasar-dasar dari banyak generasi; dan kalian akan disebut ‘Yang
memperbaiki yang terbobol’, ‘Pemulih
jalan-jalan untuk dihuni’. 13Apabila
kalian tidak menginjak-injak hari Sabat, tidak melakukan urusan kalian sendiri
pada hari kudus-Ku; dan menyebut Sabat ‘hari
yang menyenangkan’, hari kudus TUHAN, yang dihormati; dan
akan menghormati Dia, tidak menjalankan kehendak kalian sendiri atau mencari kesenangan kalian sendiri, atau mengucapkan kata-kata kalian sendiri,14
maka kalian akan bersenang-senang dalam TUHAN…’ ( Yesaya 58:12-14)…” simak Ellen White menyebutnya ordonansi Ilahi. Sekali lagi simak bagaimana
pernyataan ini berakhir. “…Nubuatan ini juga berlaku bagi masa kita.
Suatu kerusakan telah dibuat di Hukum Allah ketika Sabat…” diapakan? Apakah itu ada di
Yesaya pasal 24? Ya! Apakah kata “ordonansi” ada di Yesaya 24? Ya! Ini kata
Ellen White, “…Suatu kerusakan telah dibuat di Hukum
Allah ketika Sabat diganti oleh kekuasaan Romawi. Tetapi waktunya telah tiba
bagi lembaga Ilahi tersebut…” yaitu ordonansi itu, “…untuk dipulihkan. Kerusakan itu harus diperbaiki dan dasar-dasar banyak generasi ditinggikan.”
Apakah kalian mulai menangkap gambarnya? Apakah Allah
akan menganggap pelanggaran pada Sabat dan pada perkawinan heteroseksual sebagai alasan untuk
membinasakan bumi untuk keamoralannya? Tentu saja!.[J1]
Now here's an interesting point on page 258. Conservative
Christians today fight tooth and nail to defend marriage between a man and a
woman, right? The Bible Belt Christians they defend marriage tooth and nail. And
when you ask them why do you defend heterosexual marriage, why can't two
individuals who are of the same gender get married, they say, well because at
Creation God established marriage between a man and a woman. And then I tell
them, and what else did He establish at Creation? It's incomprehensible how they will
fight to restore marriage which was made at Creation and they do not fight to
restore the Sabbath which was equally made at Creation at the same time.
This kind of double talk must come to an end. I challenge Bible-believing
Christians to restore both Creation institutions as God originally made them.
After all both of these ~ and this is important, why does Satan hate marriage and hate the
Sabbath? Because both of these institutions are symbols of the relationship between God
and His people.
If marriage is still a symbol of that relationship, why
not the Sabbath?
·
Is
the Sabbath a sign of the intimate relationship between God and His people?
Yes!
·
Is
marriage used as a metaphor for the intimate relationship between God and His
people? Yes!
So would Satan want to destroy both because they point to
the relationship between God's faithful people and their God? Absolutely!
That's why Satan hates these two institutions. That's why
everybody today is out there playing, and shopping, and listening to and
watching sports on television, listening to secular music. The Devil has done a
pretty good job. You know, when you go out there you say, “Is it
Sabbath today?” The only way that you know that it's the Sabbath is because
you're here in church. But you go out there, it's just like any secular day.
The Devil has done his homework. You forget the Sabbath and you forget the Creator
because the reason for the Sabbath was to remind us every week that God is the
Creator.
Nah, ini ada poin yang menarik di hal. 258. Kristen yang
konservatif hari ini berjuang mati-matian untuk membela perkawinan antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan, benar? Orang-orang Kristen di Bible Belt (bagian
selatan Amerika Serikat – basis Protestan) mereka membela perkawinan itu
mati-matian. Dan bila ditanya mengapa kalian membela perkawinan heteroseksual,
mengapa dua individu sesama gender tidak boleh menikah, mereka berkata karena
saat Penciptaan Allah menetapkan perkawinan antara seorang laki-laki dengan
seorang perempuan. Lalu saya katakan kepada mereka, dan apa lagi yang
ditetapkan Allah saat Penciptaan? Sungguh tidak bisa dimengerti bagaimana mereka akan berjuang untuk
memulihkan perkawinan yang diciptakan saat Penciptaan tapi mereka tidak
berjuang untuk memulihkan Sabat yang juga sama dibuat saat Penciptaan pada
waktu yang sama. Standar ganda seperti ini harus
diakhiri. Saya menantang orang-orang Kristen untuk memulihkan kedua lembaga
yang dibuat saat Penciptaan sebagaimana aslinya dibuat oleh Allah. Toh keduanya
ini ~ dan ini penting, mengapa Setan membenci perkawinan dan membenci Sabat?
Karena kedua lembaga ini adalah lambang
hubungan antara Allah dengan umatNya. Jika perkawinan masih
lambang dari hubungan tersebut, mengapa Sabat tidak?
·
Apakah Sabat itu suatu tanda keintiman hubungan antara
Allah dengan umatNya? Ya!
·
Apakah perkawinan dipakai sebagai metafora hubungan intim
antara Allah dengan umatNya? Ya!
Maka apakah Setan ingin menghancurkan keduanya karena
mereka sama-sama menunjuk ke hubungan antara umat Allah yang setia dengan Allah
mereka? Tentu saja!
Itulah mengapa Setan membenci kedua lembaga tersebut.
Itulah mengapa semua orang hari ini
(hari Sabat) di luar sana sedang bermain, dan berbelanja, dan
mendengarkan dan menyaksikan olahraga di TV, dan mendengarkan musik sekuler. Setan sudah melakukan
pekerjaannya dengan baik, kan. Kalau kita keluar ke sana, kita berkata, “Apakah
hari ini Sabat?” Satu-satunya cara kita tahu apakah hari ini Sabat ialah karena kita ada di dalam gereja di sini.
Tetapi jika di luar sana, itu
seperti hari sekuler biasa yang lain. Iblis sudah membuat PRnya. Jika manusia melupakan Sabat,
manusia melupakan Sang Pencipta karena alasan adanya Sabat ialah untuk
mengingatkan kita setiap minggu bahwa Allah itulah Sang Pencipta.
THE
THIRD REASON
Now the third reason why God destroys the earth
and why the earth became extremely immoral, the third sin that will defile the
world and causes destruction is the breaking of the everlasting covenant.
There is only one everlasting covenant that the Father made with His Son in eternity
past, the agreement was that if man sinned, God would provide a substitute to restore
man to his original condition.
Now the word “covenant” has two aspects.
1. the first aspect is Covenant Law and
2. the second is Covenant Sacrifice
ALASAN KETIGA
Nah, alasan
ketiga mengapa Allah menghancurkan bumi dan mengapa dunia
menjadi sangat tidak bermoral, dosa ketiga yang akan
menajiskan dunia dan yang mengakibatkan kehancurannya ialah dilanggarnya perjanjian yang kekal.
Hanya ada satu perjanjian kekal yang dibuat Bapa bersama AnakNya di masa lampau
kekekalan, perjanjian bahwa jika
manusia berdosa, Allah akan menyediakan pengganti untuk memulihkan manusia ke
kondisinya yang semula.
Nah, kata “perjanjian” punya dua askpek.
1.
aspek pertama ialah Hukum Perjanjiannya, dan
2.
yang kedua adalah Kurban Perjanjiannya.
Let's read about Covenant Law in Deuteronomy 4:12-13. It
says there, “12 And the Lord spoke to you out of the midst of the fire…” here Israel is being addressed, “…you heard the sound of the words, but saw no form; you only heard a voice. 13 So He declared to you His covenant which He
commanded you to perform,…” and what is the covenant that He commanded Israel to
perform? That is, “…the Ten Commandments; and He wrote
them on two tablets of stone.”
So what is the covenant? The covenant is the Ten Commandments
written on tablets of stone.
But that's only half the truth, because God also
established the Ceremonial system which is part of the covenant. What
was the purpose of the Ceremonial system? The purpose of the Ceremonial system was when
people transgressed the Law, to provide a way in which their sin could be
forgiven. In the Old Testament it was through ceremonies and sacrifices,
shadows that pointed to Jesus Christ, the Reality.
Mari kita baca tentang Hukum Perjanjian di Ulangan 4:12-13.
Dikatakan di sana, “12 Dan
berfirmanlah TUHAN kepadamu dari tengah-tengah api…” di sini
dialamatkan kepada Israel, “…kamu
mendengar suara kata-kata, tetapi
tidak melihat suatu bentuk, kamu hanya mendengar suara. 13 Maka Ia
memberitahukan kepadamu perjanjianNya, yang diperintahkan-Nya kepadamu
untuk dilakukan…” dan apa perjanjian yang diperintahkan Allah kepada Israel
supaya dilakukan? “…yakni
Kesepuluh Perintah itu; dan Ia menuliskannya
pada dua loh batu…”
Jadi Perjanjian itu apa? Perjanjian itu ialah Kesepuluh Perintah yang ditulis di
loh-loh batu.
Tetapi ini cuma setengah benar, karena Allah juga menetapkan sistem
Seremonial yang menjadi bagian dari Perjanjian itu. Apa tujuan
sistem Seremonial itu? Tujuan
sistem Seremonial itu ialah bila ada yang melanggar Hukum, dia memberikan jalan
bagaimana dosanya bisa diampuni. Di Perjanjian Lama itu dilakukan melalui
upacara-upacara dan kurban-kurban, bayangan-bayangan yang menunjuk ke Yesus
Kristus, Realitanya.
So the
purpose of the Law is to point out our sin, and to say “I only can condemn
you, I cannot
save you. However, because you are sinful, go to Jesus, and He has shed His
blood and He will forgive your transgression of the Law.”
So you
have
· Covenant
Law that points out sin and
· you
have Covenant Sacrifice which takes care of the sin.
Maka
tujuan Hukum ialah menunjukkan kepada kita dosa
kita, dan untuk mengatakan, “aku (= Hukum) hanya bisa menghukum
kamu, aku tidak bisa menyelamatkan
kamu. Namun, karena kamu sudah berbuat dosa, pergilah ke Yesus, dan Dia telah
mencurahkan darahNya dan Dia yang akan mengampuni pelanggaranmu atas Hukum.”
Jadi
ada:
· Hukum Perjanjian yang menunjukkan dosa, dan
· Kurban Perjanjian yang membereskan dosa.
But God not only wants to justify people, God not only
wants to forgive sin, God wants to empower people to live in harmony
with the Law of God.
What is the new covenant that is perpetual? Does it have
anything to do with the Law? It most certainly does! Notice what we find in
Hebrews 8:10-12. And by the way I want you to notice here that Paul
~ whom I believe is writing the book of Hebrews ~ actually refers to the Christians as
Israelites. It says there in
verse 10, “ 10 For this is the
covenant that I will make with the house of Israel after those days, says the Lord: I will
put My laws…” where? “…in their mind and write them on their
hearts; and I will be
their God, and they shall be My people. 11 None of
them shall teach his neighbor, and none his brother, saying, ‘Know the Lord,’ for all
shall know Me, from the least of them to the greatest of them. 12 For I will
be merciful to their unrighteousness, and their
sins and their
lawless deeds I will remember no more.’…”
So what does God want to do? He not only wants to forgive
sin when we transgress the Law. The Law says, “You're guilty, you deserve to
die.” But then the Law says, “Turn to Jesus, He bore your penalty.”
Tetapi Allah tidak hanya mau membenarkan manusia, Allah
tidak hanya mau mengampuni dosa. Allah
mau memberi kemampuan kepada manusia untuk hidup harmonis dengan Hukum Allah.
Apakah perjanjian
baru yang kekal? Apakah itu ada kaitannya dengan Hukum? Tentu saja iya! Simak
apa yang kita lihat di Ibrani 8:10-12. Dan ketahuilah saya mau
kalian menyimak di sini bahwa Paulus
~ yang saya yakini yang menulis kitab Ibrani ~ menyebut orang-orang Kristen sebagai orang-orang Israel.
Dikatakan di ayat 10, “10
‘Maka inilah perjanjian yang akan Kuadakan
dengan kaum Israel sesudah waktu itu,’ firman Tuhan, ‘Aku akan menaruh
Hukum-Ku…” di mana? “…dalam akal budi mereka dan menuliskannya di hati
mereka, dan Aku akan menjadi Allah
mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. 11 Dan tidak usah lagi orang mengajar tetangganya,
dan mengajar saudaranya dengan mengatakan:
‘Kenallah TUHAN!’ Sebab mereka semua akan mengenal Aku, dari yang paling kecil hingga yang paling besar dari mereka,’ firman
TUHAN. 12 ‘Sebab Aku akan mengampuni
kesalahan mereka dan dosa mereka dan perbuatan
mereka yang melanggar Hukum tidak akan Kuingat
lagi.’ …”
Jadi apa yang mau dilakukan Allah? Dia bukan hanya mau
mengampuni dosa pada waktu kita melanggar Hukum. Hukum mengatakan, “Kamu
bersalah. Kamu layak mati.” Tetapi kemudian Hukum berkata, “Pergilah ke Yesus,
Dia telah menanggung hukumanmu.”
And so, when I repent of my sins truly, and I confess my
sins, and I trust in Jesus, Jesus takes His righteousness and He places it to
my account, and God looks at me as if I'd never sinned.
But if I truly understand the serious depths of sin
and what sin costs Jesus, through the power of God I will want to stop sinning.
Maka, ketika saya menyesali dosa-dosa saya dengan
sungguh-sungguh, dan saya mengakui dosa-dosa saya, dan saya mempercayai Yesus,
Yesus mengambil kebenaranNya dan Dia menempatkannya ke akun saya, dan Allah
memandang saya seolah-olah saya tidak pernah berbuat dosa.
Tetapi bila
saya sungguh-sungguh mengerti parahnya dosa dan dosa itu telah
membuat Yesus membayar mahal, maka
melalui kuasa Allah saya akan mau mau berhenti berbuat dosa.
You know W.D. Frazee who established Wildwood Institute
gave an illustration in his little book Ransom
and Reunion Through The Sanctuary. He said what would happen if you had
your hand on a red hot stove burner and you say, oh, it hurts, oh, it's so
painful it hurts. And your hand is still there. It must not hurt enough, right?
The same way if I say, oh, sin hurts, oh, it's so painful, but I keep on doing
it, it must not be painful enough, because I don't see what it cost Jesus. Are
you following me or not?
So the end time generation will break the everlasting
covenant. In other words, they will be transgressing the Law,
instead of receiving forgiveness as well as having the Law written where? In
our hearts.
Kalian tahu, W.D. Frazee yang mendirikan Wildwood Institute
memberikan ilustrasi dalam buku kecilnya Ransom
and Reunion through the Sanctuary.
Dia berkata apa yang akan terjadi jika tangan kita memegang kompor panas dan
kita berkata, aduh, sakit, aduh sakit banget, tapi tangannya tidak diangkat
dari sana. Itu berarti tidak cukup menyakitkan, benar? Sama seperti jika saya
berkata, aduh, dosa membuat sakit, oh, betapa sakitnya, tetapi saya terus
melakukannya, itu berarti sebenarnya tidak cukup menyakitkan karena saya tidak
melihat mahalnya harga yang harus dibayar Yesus. Apakah kalian paham atau
tidak?
Jadi generasi
akhir zaman akan melanggar Perjanjian Kekal. Dengan kata lain, mereka akan melanggar Hukumnya,
dan bukannya menerima pengampunan serta memiliki tulisan Hukum tersebut di
mana? Di hati mereka.
Now who does the works in us? It's God who does the works in us. Let's
read some verses here.
Isaiah 26:12, “12 Lord, You will
establish peace for us, for You have also done all our works in us.”
So when the Law is written in the heart, who is it that
does the works? God does! Because the Law is a reflection of God's what? Is a
reflection of God's character.
Nah, siapa yang mengerjakan pekerjaan itu dalam kita? Allah yang melakukan pekerjaan
itu dalam kita. Mari kita
baca beberapa ayat di sini.
Yesaya 26:12, “12 Ya TUHAN, Engkau akan
menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab Engkau juga yang telah melakukan semua
pekerjaan kami dalam kami…”
Maka ketika Hukum itu ditulis di hati kita, siapa yang
melakukan pekerjaan itu? Allah! Karena Hukum adalah pantulan apa
Allah? Pantulan karakter Allah.
Notice Philippians 2:12-13, “12 Therefore,
my beloved, as you have always obeyed, not as in my presence only, but now
much more in my absence, work out your own salvation with fear and
trembling;…” so
in the next verse is going to apparently say the opposite of verse 12. What
does the next verse say? “…13 for it is God who
works in you…” because the Law is written in the heart “…it is God
who works in you both to will and to do for His good pleasure.”
So when the Law is written in our hearts,
because we behold Jesus, because we behold His sacrifice for us, God works
in us. And it explains it as working out our own salvation with fear and
trembling.
Simak Filipi 2:12-13, “12 Karena
itu, saudara-saudaraku yang terkasih, sebagaimana kamu senantiasa taat, bukan saja
seperti di saat kehadiranku; tetapi terlebih
pula sekarang di saat ketidakhadiranku, kerjakanlah
keselamatanmu sendiri dengan takut dan
gentar…” maka ayat
berikutnya sepertinya mengatakan yang
berlawanan dengan ayat 12. Apa kata ayat berikutnya? “…13
karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu…” karena Hukum ditulis di dalam hati, “…13 karena Allahlah yang
mengerjakan di dalam kamu baik untuk berkemauan maupun untuk berbuat demi kesenanganNya…” Maka bila Hukum sudah tertulis di hati kita, karena kita memandang Yesus, karena kita memandang pengorbananNya bagi kita, Allah bekerja di dalam kita.
Dan ini dijelaskan sebagai mengerjakan
keselamatan kita sendiri dengan takut dan gentar.
Notice Ephesians 2:8-10, “8 For by grace you have been
saved through faith, and that not of yourselves; it is the gift of God, 9 not of works, lest
anyone should boast…” and most Christians stop right there, when
they're reading the book of Ephesians. They say, see it's not of works, so God
doesn't care what my works are. Now wait a minute, you’ve got to read verse 10
too, “…10 For we are His
workmanship…” this
is talking about Creation and Redemption, they're speaking about the creation of a new heart. Did David pray for
a new heart? He most certainly did. Notice, “…10 For we are His
workmanship created in Christ Jesus for good works…” and who prepared those good works? We did
it through our own efforts, right? No! It says, “…which God prepared beforehand that we
should walk in them.” When
the word “walk” is used figuratively in the Bible, it means “conduct” or
“behavior”.
Simak Efesus
2:8-10, “8
Karena
oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah, 9 itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan sampai ada
orang yang memegahkan dirinya…” dan kebanyakan orang Kristen berhenti di sini bila mereka
membaca kitab Efesus. Mereka berkata, lihat, itu bukan pekerjaan kita, jadi
Allah tidak peduli apa yang saya lakukan. Tunggu dulu, kita harus membaca ayat
10 juga, “…10 Karena kita ini karya Allah…”
ini bicara tentang Penciptaan dan
Penebusan, ini berbicara tentang
diciptakannya hati yang baru. Apakah Daud berdoa memohon hati yang baru? Tentu
saja. Simak, “…10 Karena kita ini karya Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus
untuk melakukan perbuatan baik…” dan siapa yang menyiapkan perbuatan-perbuatan baik itu?
Kita melalui usaha kita sendiri,
benar? Tidak! Dikatakan, “…yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya, agar
kita harus berjalan di dalamnya…” Bila kata “berjalan” dipakai secara kiasan di Alkitab, itu
berarti “perbuatan” atau “tindak tanduk”.
Notice Hebrews 13:20-21, once again works flow from a new
covenant relationship. It says,
“20 Now may the God of peace who brought up
our Lord Jesus from the dead, that great Shepherd of the
sheep, through the blood of the everlasting covenant, 21 make you…” what? What does the blood do? It makes us
“…complete in every…” what? “…good work to do His will, working
in you what is well pleasing in His sight, through Jesus Christ, to
whom be glory forever
and ever. Amen.”
What
a beautiful verse.
Simak Ibrani
13:20-21, sekali lagi perbuatan mengalir dari suatu hubungan perjanjian yang
baru. Dikatakan, “20 Maka semoga Allah damai sejahtera, yang telah membangkitkan Tuhan kita Yesus dari antara
orang mati, yaitu Gembala domba yang Agung,
melalui darah perjanjian yang kekal, 21
menjadikan kamu…” apa? Darah itu melakukan apa? Itu membuat kita “…sempurna dalam
setiap…” apa? “…perbuatan yang baik untuk melakukan
kehendak-Nya, mengerjakan di dalam kamu apa
yang berkenan di pemandangan-Nya, melalui Yesus Kristus, bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Amin…”
Alangkah indahnya ayat ini.
Now the question is, how can this be done?
Isaiah 26:1-3 have the secret in one little word. “1 In that
day this song will be sung in the land of Judah: ‘We have a strong city…” in the end time what is that City? We've studied
this morning. Jerusalem. “…‘We have a strong city. God will appoint salvation for walls and bulwarks. 2 Open the gates, that the
righteous nation…” that
what?
“…which keeps the truth may enter in…” and then notice this, “…3 You will keep him in perfect peace, whose mind is…” here's the key word, what's the key word? What does
“stayed” mean? It means “dwells”, “remains’,
“abides”, “a constant beholding”
if you please. “…3 You will keep him in perfect peace, whose mind is stayed on You, because he trusts in You.”
Sekarang pertanyaannya ialah, bagaimana ini bisa
dijadikan?
Yesaya 26:1-3
memegang rahasianya dalam satu kata kecil. “1 Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan di
tanah Yehuda: ‘Pada kita ada kota yang kuat…” pada akhir
zaman Kota itu apa? Ini sudah kita pelajari tadi pagi. Yerusalem. “…‘Pada
kita ada kota yang kuat. TUHAN akan menentukan dinding dan benteng untuk
keselamatan. 2 Bukalah pintu-pintu gerbang, supaya bangsa yang benar…” yang apa? “…yang berpegang pada kebenaran boleh masuk…” lalu simak ini, “…3
Engkau akan memeliharanya dalam damai sejahtera,
yang pikirannya…” inilah kata
kuncinya. Apa kata kuncinya? Apa artinya “tidak beranjak”? Artinya “berdiam”,
“tinggal”, “tetap”, “mengamati terus-menerus”, katakanlah begitu. “…3 Engkau
akan memeliharanya dalam damai sejahtera, yang pikirannya tidak beranjak dariMu, sebab ia mempercayai Engkau.”
Our mind must be stayed on Him. We do not become like
Jesus by merely glimpsing or glancing at Him, but by lingering and dwelling on Him
and His character.
The apostle Paul explained it this way. 2 Corinthians
3:18, “18 But we all,
with unveiled face, beholding as in a mirror the glory of the
Lord, are being…” what?
See it's a continuous tense, we
“…are being transformed into the same image from glory to glory, just
as by the Spirit of the Lord.”
The more we behold, the more we are changed.
Pikiran kita harus tidak beranjak dariNya. Kita tidak
menjadi seperti Yesus hanya dengan melihat sekelebat atau melihat sejenak
padaNya, melainkan dengan tatapan yang bertahan lama, dan tetap memandang padaNya dan pada karakterNya.
Rasul Paulus
menjelaskannya demikian, 2 Korintus 3:18, “18 Tetapi kita semua, dengan wajah yang tidak tertutup,
memandang kemuliaan Tuhan seperti di cermin, dan kita sedang…” apa? Lihat, ini adalah kata kerja waktu yang sedang berlangsung, “…kita sedang diubahkan menjadi gambar yang serupa, dari
kemuliaan ke kemuliaan, sama seperti oleh Roh Tuhan.”
Semakin kita memandang, semakin kita diubahkan.
That's why Ellen White said that we should spend a thoughtful
hour contemplating the life of Christ, particularly the closing scenes, because
there we see how much sin costs. When we visit Gethsemane and we see Jesus
shedding drops of blood, and we see the Lord Jesus crying out to His Father,
“Father, if You could take this cup of Your wrath from Me, do it. But Your will
be done not Mine.” And we hear Jesus crying out on the cross, “My God, My God, why have You forsaken Me?”
And we ask Jesus, “Why did this happen to You?” And Jesus says, “Because of
your sin.”
Are we going to look at sin differently when we see what
sin did to Jesus? Yes! And we will only know what sin did to Jesus if we dwell
and we abide in Him and we keep Him in our mind.
You remember the experience of Moses, right? He went up
to the top of mount Sinai and he was in communion with the Lord for 40 days.
What happened when Moses ~ by the way he said to the Lord, “Show me Your
glory.” You can read this in Exodus 33:18-19 and also Exodus 34:6-7. Did God
show him His glory? Was it a glorious light? No! What did He show him? He
showed him His character. And what
happened with Moses when he came down from the mountain? His face ~ you can read
this in Exodus 34:29 ~ his face was shining, his face was radiating the glory
of God, because God's glory is contagious.
Itulah mengapa Ellen White berkata kita harus memakai
waktu satu jam merenungkan hidup Kristus, terutama adegan-adegan penutupnya,
karena di sana kita bisa melihat betapa mahalnya dosa. Ketika kita ke Getsemani
dan melihat Yesus meneteskan butiran keringat darah dan kita melihat Tuhan
Yesus meratap kepada BapaNya, “Bapa, sekiranya mungkin ambillah cawan murkaMu
ini dariKu, tetapi biarlah itu kehendakMu bukan kehendakKu.” Dan kita mendengar
Yesus berseru di salib, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Dan kita bertanya kepada Yesus, “Mengapa ini terjadi padaMu?” Dan Yesus
berkata, “Karena dosamu.”
Apakah kita akan melihat dosa dengan cara yang berbeda
ketika kita melihat apa yang diakibatkan dosa kepada Yesus? Ya! Dan kita hanya
akan tahu apa yang telah diakibatkan dosa kepada Yesus jika kita tinggal dan
menetap dalam Dia, dan kita memusatkan pikiran kita padaNya.
Kalian ingat pengalaman Musa, benar? Dia naik ke atas
gunung Sinai dan dia berada dalam komunikasi dengan Tuhan selama 40 hari. Apa
yang terjadi pada Musa ~ nah, dia berkata kepada Tuhan, “Tunjukkan kemuliaanMu padaku.” Kalian bisa membaca ini di Keluaran 33:18-19 dan juga
di Keluaran 34:6-7. Apakah Allah menunjukkan kemuliaanNya kepada Musa? Apakah
itu suatu cahaya yang mulia? Tidak! Apa yang ditunjukkan Allah kepada Musa? Dia
menunjukkan karakterNya. Dan apa yang terjadi dengan Musa ketika dia turun dari
gunung? Wajahnya ~ kalian bisa membaca ini di Keluaran 34:29 ~ wajahnya
bersinar, wajahnya memancarkan kemuliaan Allah, karena kemulian Allah itu
menular.
Now notice how Ellen White expressed this. Sons and Daughters of God page 337. “By beholding Christ,
by talking of
Him,
by beholding the loveliness of
His character we become changed…”
Why is the world being changed into the
devil's image? Because they're watching too much television, because they're
watching too many Hollywood movies, because they're watching the news where you
have violence, and you have you know these demonstrations for gay rights and
gay marriage, and so on. They're becoming conformed to the world because we are
what we look at, we are what we listen to. It's a law of life. Like we are what
we eat physically, we are what we eat spiritually through our eyes, and through
our ears. And what is the condition of the world going to be at the end of
time, folks? People are going to be transgressing the covenant because they
don't have the covenant written where? They don't have the covenant written in
their hearts. So she says, “…By beholding Christ,
by talking of
Him,
by beholding the loveliness of
His character we become changed.
Changed from glory to glory…” and then she asks the question, “…And what is glory?.Character—and he becomes changed from character to character. Thus we see that there is a work of purification that goes on by…”
what? “…by beholding Jesus.”
Sekarang simak
bagaimana Ellen White mengekspresikan ini. Sons and Daughters of God hal. 337, “Dengan memandang Kristus, dengan berbicara
tentang Dia, dengan memandang keindahan karakterNya, kita diubahkan…” Mengapa dunia sedang berubah menjadi serupa dengan Iblis?
Karena mereka menonton terlalu banyak TV, karena mereka menonton terlalu banyak
film Hollywood, karena mereka menonton berita yang penuh kekerasan, dan
demo-demo menuntut hak-hak kelompok gay dan perkawinan gay, dsb.
Mereka menjadi serupa dengan dunia karena kita adalah apa yang kita pandang,
kita adalah apa yang kita dengarkan. Itu rumus kehidupan. Sama seperti kita
adalah apa yang kita makan secara fisik, kita adalah apa yang kita makan secara
spiritual melalui mata kita, telinga kita. Dan bagaimana kondisi dunia pada
akhir zaman, Saudara-saudara? Manusia akan melanggar perjanjian karena
perjanjian itu tidak tertulis di mana? Perjanjian itu tidak tertulis di hati
mereka. Jadi kata Ellen White, “…“Dengan memandang
Kristus, dengan berbicara tentang Dia, dengan memandang keindahan karakterNya,
kita diubahkan. Kita diubahkan dari kemuliaan ke kemuliaan…” lalu Ellen White mengajukan pertanyaan, “…Dan kemuliaan
itu apa? Karakter –dan dia berubah dari karakter ke karakter. Dengan demikian kita melihat adanya suatu
pekerjaan penyucian yang terjadi dengan…” apa? “…dengan memandang Yesus.”
Incidentally, do you know what word is the apostle Paul uses
when he says that we are being transformed into the same image? It is the word
in Greek μεταμορφόω [metamorphoō]. What
word do we get from μεταμορφόω [metamorphoō] in English?
“metamorphosis”. Do you know what a metamorphosis
is? You know I collected butterflies for many years, and I collected them from
the time that the mother butterfly laid eggs on the leaf till the moment that
they were in the cocoon, till the moment that they came out of the cocoon. It's
the most incredible miracle in all of Creation. A caterpillar goes into the
cocoon, and a short while later out comes a beautiful butterfly. How did that
happen? it's what scientists call a metamorphosis, a radical transformation.
That's what Paul is saying, that by beholding Jesus we are radically changed
into His image.
And the world is not going to be doing that, so the world
will be destroyed, because they transgressed God's Law, because they changed
His ordinances at Creation, and because they do not have the Law of God written
in their hearts.
May that not be our experience is my prayer
Nah, tahukah kalian apa kata yang dipakai rasul Paulus
ketika dia berkata bahwa kita diubahkan ke gambaran yang sama? Itu di bahasa
Greeka adalah kata μεταμορφόω
[metamorphoō]. Kata apa yang kita peroleh dari μεταμορφόω
[metamorphoō] dalam bahasa Inggris? “metamorphosis”. Tahukah kalian
metamorphosis itu apa? Kalian tahu, dulu saya koleksi kupu-kupu selama banyak
tahun, dan saya mengoleksinya dari saat induk kupu-kupu bertelur di atas daun hingga saat mereka ada di dalam kepompong, hingga mereka
keluar dari kepompong. Itu adalah mujizat yang sangat luar biasa dalam
Penciptaan. Seekor ulat masuk ke dalam kepompong dan tidak lama lagi keluarlah
seekor kupu-kupu cantik. Bagaimana itu terjadi? Itulah yang disebut para
ilmuwan suatu metamorfosa, suatu
transformasi radikal. Itulah yang dikatakan Paulus, bahwa dengan
memandang Yesus secara radikal kita diubahkan seperti gambarNya.
Dan dunia tidak akan mengalami itu, karena itu dunia akan
dimusnahkan karena mereka telah melanggar Hukum Allah, karena mereka telah
mengubah ordonansiNya yang dibuat saat Penciptaan, dan karena mereka tidak memiliki Hukum Allah tertulis di hati
mereka.
Semoga itu tidak menjadi pengalaman kita, itulah doa
saya.
12
02 22
No comments:
Post a Comment