Thursday, February 17, 2022

EPISODE 24/24 ~ REVELATION 15-22 ~ THE THERAPEUTIC TREE OF LIFE ~ STEPHEN BOHR

 

FROM THE CLOSE OF PROBATION TO THE NEW EARTH

Part 24/24 - Stephen Bohr

THE THERAPEUTIC TREE OF LIFE

https://www.youtube.com/watch?v=jXw3LvdgrKw

 

Dibuka dengan doa

 

Page 347 in your study notes. The title is The Therapeutic Tree of Life.

The first thing that we want to notice is that before the intrusion of sin into the universe, Jesus was already subject to His Father, even before the Creation of this world, before the creation of the angels, Jesus was subject to the will of His Father.

Notice the statement that we find in the book  Patriarchs and Prophets  page 36. It's loaded with valuable information. And then we're going to see the Bible teaches the same thing. “The Father wrought by His Son in the creation of all heavenly beings…” who created all Heavenly beings? The Father wrought through whom? Through the Son  “…in the creation of all heavenly beings. The King of the universe…” referring to the Father,   “…summoned the heavenly hosts before Him, that in their presence He might set forth the true position  of His Son and show the relation He sustained to all created beings…” Lucifer has already rebelled,  he's saying that Jesus received special privileges, and so the Father calls a council of all of the Heavenly hosts to come to His presence to explain the position of Jesus. She continues,  “…The Son of God shared the Father's throne, and the glory of the eternal, self-existent One encircled Both. About the throne gathered the holy angels, a vast, unnumbered throng‘ten thousand times ten thousand, and thousands of thousands’, the most exalted angels, as ministers and subjects, rejoicing in the light that fell upon them from the presence of the Deity. Before the assembled inhabitants of heaven,  the King…” who is that? Who's the King? The Father, okay.  “…Before the assembled inhabitants of heaven,  the King declared that none but Christ, the Only Begotten of God, could fully enter into His purposes, and to Him it was committed to execute the mighty counsels of His will…”  so Jesus was going to execute the counsels of whose will? Of the Father's will.  “…The Son…” now listen carefully,  “…The Son of God had wrought the  Father's will in the creation of  all the hosts of heaven…” so when Jesus created the host of Heaven, whose will was Jesus fulfilling? His Father's will,  “…and to Him, as well as to God, their homage and allegiance were due. Christ was still to exercise divine power in the creation of the earth and its inhabitants. But in all this He would not seek power or exaltation for Himself contrary to God's plan, but would exalt…”  whose glory? “…the Father's glory and execute His purposes of beneficence and love.

 

Hal. 347 di diktat kalian. Judulnya ialah Pohon Kehidupan yang Menyembuhkan.

Hal pertama yang saya mau kalian perhatikan ialah sebelum masuknya dosa ke alam semesta, Yesus sudah tunduk kepada BapaNya, bahkan sebelum penciptaan dunia, ini, sebelum penciptaan para malaikat, Yesus tunduk kepada kehendak BapaNya.

Simak pernyataan yang kita temukan di buku Patriarchs and Prophets hal. 36. Ini sarat dengan informasi yang berharga. Kemudian kita akan melihat bahwa Alkitab mengajarkan hal yang sama. “…Bapa bekerja melalui AnakNya dalam penciptaan semua makhluk surgawi…”  siapa yang menciptakan semua makhluk surgawi? Bapa bekerja melalui siapa? Melalui Anak    “…dalam penciptaan semua makhluk surgawi. Raja alam semesta…”  mengacu kepada Bapa,    “…memanggil semua balatentara surgawi menghadapNya, supaya di hadapan mereka Dia bisa menempatkan kedudukan yang benar dari AnakNya dan menunjukkan hubungan yang dimilikiNya dengan semua makhluk ciptaan…”  Lucifer sudah memberontak, dia mengatakan bahwa Yesus menerima hak-hak istimewa. Maka Bapa memanggil pertemuan semua makhluk surgawi supaya datang ke hadapanNya untuk mendapatkan penjelasan tentang kedudukan Yesus. Ellen White melanjutkan, “…Bapa berbagi takhtaNya dengan Anak Allah, dan kemuliaan Dia yang kekal yang selalu ada, menyelubungi Mereka berdua. Di sekitar takhta berkumpul para malaikat kudus, suatu kumpulan yang besar yang tidak terhitung jumlahnya ~ ‘berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa’ (Wah. 5:11), malaikat-malaikat yang paling tinggi, sebagai yang melayani dan warga surgawi, bersukacita dalam terang yang terpancar ke mereka dari hadirat Ilahi. Di hadapan penghuni surgawi yang sedang berkumpul, Sang Raja…”  siapa itu? Siapa Sang Raja? Allah Bapa, oke. “…Di hadapan penghuni surgawi yang sedang berkumpul, Sang Raja mengumumkan bahwa tidak ada yang lain kecuali Kristus, Satu-satunya yang berasal dari Allah, yang bisa sepenuhnya masuk ke dalam tujuan-tujuanNya, dan kepadaNya telah diserahkan untuk menjalankan rencana-rencana besar dari kehendakNya…”  Jadi Yesus akan melaksanakan rencana-rencana besar kehendak siapa? Kehendak Allah Bapa.  “…Anak Allah…”  sekarang dengarkan baik-baik, “…Anak Allah telah mengerjakan kehendak Bapa pada penciptaan semua balatentara surgawi…” jadi ketika Yesus menciptakan balatentara surgawi, kehendak siapa yang dilaksanakan Yesus? Kehendak BapaNya,  “…dan kepadaNya dan juga kepada Allah, harus mereka berikan penghormatan dan kesetiaan mereka.  Kristus masih harus menjalankan kekuasaan ilahi dalam menciptakan bumi dan isinya, tetapi dalam semua hal ini Dia tidak mencari kuasa atau meninggikan DiriNya sendiri bertentangan dengan rencana Allah, melainkan akan meninggikan…”  kemuliaan siapa?  “…kemuliaan Bapa dan menjalankan tujuan-tujuan kemurahanNya dan kasihNya…” 

 

 

Was Jesus already subject to the Father when He created the Heavenly hosts? Was He subject to the Father when He created human beings on this earth? Yes! The Bible confirms that the Father created through the instrumentality of the Son. The Son implemented the will of the Father in Creation.

Notice John 1:1-3, verses very well known. 1In the beginning was the Word…” who's the Word? Jesus.  “…1In the beginning was the Word and the Word was with God, and the Word was God. He was in the beginning with God. All things were made through Him…” through whom? Through Jesus,  “…and without Him nothing was made that was made.” So everything was made through Jesus.

Now the King James I think, says “by Him” but the Greek preposition really should be “through Him”.

 

Apakah Yesus sudah tunduk kepada Bapa ketika Dia menciptakan makhluk-makhluk surgawi? Apakah Dia tunduk kepada Bapa ketika Dia menciptakan manusia di bumi? Ya! Alkitab membenarkan bahwa Bapa mencipta melalui perantaraan Anak. Anak yang mengimplementasikan kehendak Bapa di Penciptaan.

Simak Yohanes 1:1-3, ayat-ayat yang sangat dikenal. 1 Pada mulanya adalah Firman…”  siapa Firman? Yesus.  “…1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan melalui Dia…”  melalui siapa? Melalui Yesus,   “…dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi, dijadikan…”  Jadi semua dijadikan melalui Yesus.

Nah di KJV dikatakan “oleh Dia” tetapi kata depan bahasa Greekanya seharusnya adalah “melalui Dia”.

 

 

Notice 1 Corinthians 8:6, “ yet for us there is one God, the Father, of whom are all things, and we for Him; and one Lord Jesus Christ, through whom are all things, and through whom we live.”

So Creation is of the Father, through the Son, very clearly.

 

Simak 1 Korintus 8:6, 6 namun bagi kita hanya ada satu Allah, yaitu Bapa, yang dari-Nya asal segala sesuatu, dan kita ada bagi Dia; dan satu Tuhan Yesus Kristus, yang melalui Dia segala sesuatu ada, dan yang melalui Dia kita hidup.”

Jadi Penciptaan itu berasal dari Bapa melalui Anak, sangat jelas.

 

 

Notice Colossians 1:15-17 speaking about Jesus, 15 He is the image of the invisible God, the firstborn over all creation….”  “firstborn” here means the first, not in being born, but the first in rank, the first in category, so notice what it continues saying,  “…16 For by Him…” that is by Jesus,  “…all things were created that are in heaven and that are on earth, visible and invisible, whether thrones or dominions or principalities or powers. All things were created through Him and for Him. 17 And He is before all things, and in Him all things consist…” that means all things hold together. He's not only the Creator, He is also the Sustainer.

 

Simak Kolose 1:15-17 berbicara tentang Yesus, 15 Dia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, di atas semua ciptaan…”  “sulung” di sini berarti yang pertama, bukan dalam kelahiran, melainkan dalam kedudukan, yang pertama dalam kategori. Jadi simak apa yang dikatakan selanjutnya, “…16 Karena oleh Dialah…”  yaitu oleh Yesus,   “…telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di Sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, apakah itu singgasana atau daerah kekuasaan, atau pemerintah, atau penguasa; segala sesuatu diciptakan melalui Dia dan untuk Dia. 17 Dan Ia yang terkemuka dari segala sesuatu dan di dalam Dia segala sesuatu terkandung…”  artinya segala sesuatu dipertahankan bersama. Dia bukan hanya Sang Pencipta, Dia juga Sang Pemelihara.

 

 

Notice also Hebrews 1:1-2. There are multiple texts that say that the Father performed His work of Creation through the Son. We might say that the Father was the architect of Creation, like He was the architect of the plan of salvation, and Jesus was the master builder, Jesus did the nitty-gritty work, if you please.

Hebrews 1:1-2 say, 1God, who at various times and in various ways spoke in time past to the fathers by the prophets, has in these last days spoken to us by His Son, whom He has appointed heir of all things, through whom also He…” who is the “He” there? The Father, “…through whom also He made the worlds.” So the Father implemented His plan of Creation through Christ, as the active agent, the One who actually did the work.

 

Simak juga Ibrani 1:1-2. Ada banyak ayat yang mengatakan bahwa Bapa mengerjakan pekerjaan PenciptaanNya melalui Anak. Bisa kita katakan bahwa Bapa itu arsitek Penciptaan, sebagaimana Dia adalah arsitek rencana keselamatan; dan Yesus itu pelaksana pembangunnya, Yesus yang melakukan segala pekerjaannya yang rumit, katakanlah begitu.

Ibrani 1:1-2 mengatakan, 1 Allah, yang berbagai kali dan dalam pelbagai cara, di waktu lampau berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, 2 pada hari-hari akhir ini telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai ahliwaris semuanya, yang melalui Dia juga, Dia…”  siapa “Dia” di sini? Allah Bapa,   “…melalui Dia juga Dia (Allah) telah menjadikan dunia-dunia.” Jadi Bapa mengimplementasikan rencana PenciptaanNya melalui Kristus, sebagai pelaku yang aktif, Yang betul-betul melakukan semua pekerjaannya.

 

 

Now here's a question. How tall was Jesus before His incarnation, when He was in Heaven? You're going to see why we're pursuing this.

In Spiritual Gifts Vol. 4a page 115, we find a description of the height of Jesus. “Before Christ left Heaven, and came into the world to die, He was taller than any of the angels. He was majestic and lovely.

 

Nah, sekarang ada pertanyaan. Berapa tinggikah Yesus sebelum inkarnasiNya, ketika Dia masih di Surga? Kalian akan melihat mengapa kita membahas ini.

Di Spiritual Gifts Vol. 4a hal. 115, kita mendapatkan suatu deskripsi tentang tinggi Yesus.  “…Sebelum Kristus meninggalkan Surga dan datang ke dunia untuk mati, Dia lebih tinggi daripada malaikat yang mana pun. Dia agung berwibawa seperti raja dan indah.”

 

 

Now the question is how tall are the angels? We'll save that for later, but what I want you to see now is, that before Jesus came to this world He was taller than any of the angels. How much was taller “than taller”?

Well, let's go to Story of Redemption page 20 where Ellen White compares Jesus and Adam. “As Adam came forth from the hand of his Creator he was of  noble height and of beautiful symmetry. He was more than twice as tall  as men now living upon the earth…”   now men upon the earth at that time were probably between 5’10” and 6 feet (1.78-1.80m) so Jesus was more than twice as tall as the human beings that were in this world when Jesus became incarnate. “…and was well proportioned…” now this is talking about Adam, but we're going to see also about Jesus a little bit later on.  “…His features were perfect and beautiful. His complexion was neither white nor sallow, but ruddy, glowing with the rich tint of health.”

We're going to find a little bit later that Adam was more than twice as tall as men living upon the earth now, but Jesus was a little taller than Adam, which means that Jesus was taller than the angels as well. We'll come back to that later.

 

Sekarang pertanyaannya ialah, seberapa tingginyakah para malaikat? Kita simpan ini untuk nanti, tetapi yang saya mau kalian lihat sekarang ialah, sebelum Yesus datang ke bumi ini Dia lebih tinggi daripada malaikat yang mana pun. Berapa tinggikah “lebih tinggi” itu?

Nah, mari kita ke Story of Redemption hal. 20 di mana Ellen White membandingkan Yesus dengan Adam.

“…Ketika Adam muncul dari tangan Penciptanya, dia tinggi dan anggun, dan memiliki kesimetrisan yang indah. Dia tingginya lebih dari dua kali ukuran manusia sekarang yang hidup di bumi…”  nah manusia yang hidup sekarang di bumi kira-kira antara 5’10” dan 6 kaki (1.78-1.80 meter), maka Yesus itu lebih dari dua kali lebih tinggi daripada manusia yang ada di dunia ini ketika Yesus datang sebagai manusia,  “…dan dalam proporsi yang bagus…”  nah, ini bicara tentang Adam, tetapi sebentar lagi kita juga akan melihat tentang Yesus.    “…Raut wajahnya sempurna dan indah. Warna kulitnya tidak putih maupun pucat, melainkan merona, bersinar dengan warna kesehatan yang kaya.

Kita akan melihat nanti bahwa Adam itu tingginya lebih dari dua kali ukuran manusia yang hidup di dunia sekarang, tetapi Yesus masih sedikit lebih tinggi daripada Adam, artinya Yesus lebih tinggi dari semua malaikat juga. Nanti kita kembali kemari.

 

 

Now when the plan of salvation was going to be implemented there was a meeting between the Father and the Son, and Ellen White describes it in very interesting terminology. Let's read about this in the book Early Writings page 126. Adam and Eve have just sinned,  and it says this, “The whole family of Adam  must die. I then saw the lovely Jesus and beheld an expression of sympathy and sorrow upon His countenance. Soon I saw Him approach  the  exceeding  bright  light  which  enshrouded  the  Father.  Said  my accompanying angel,He is in close converse with His Father.’ The anxiety of the angels seemed to be intense while Jesus was communing with His Father. Three times He was shut in by the glorious light about the Father, and the  third time He came from the Father we could see His person. His countenance was  free from all  perplexity  and  trouble,  and  shone  with  a  loveliness  which  words  cannot describe…”  and now Jesus is going to explain what the conversation with His Father was all about.  “…He then made known to the angelic choir that a way of escape had been made  for  lost  man;…” now here comes the key portion  “…that  He  had  been…”  what? “…  pleading  with  His  Father,  and  had obtained permission…” excuse me, who is the head here? Who is performing whose will? The Son is subject to the Father, Yes or No?  Because it says,  “…He  had  been  pleading  with  His  Father,  and  had obtained permission to give His own life as a ransom for the race, to bear their sins, and take the sentence of death upon Himself, thus opening a way whereby they might, through the merits of His blood, find pardon for past transgressions, and by obedience be brought back to the garden from which they were driven. Then they could again have access to the glorious, immortal fruit of the tree of life to which they had now forfeited all right.

 

Nah ketika rencana keselamatan akan diimplementasikan, ada pertemuan antara Bapa dengan Anak, dan Ellen White menggambarkannya dengan terminologi yang sangat menarik. Mari kita  baca tentang ini dari buku Early Writings hal. 126. Adam dan Hawa baru saja berbuat dosa, dan dikatakan demikian,  “…Seluruh keluarga Adam harus mati. Lalu aku melihat Yesus yang indah dan bagaimana ekspresi simpati dan kesedihan muncul di wajahNya. Tak lama kemudian aku melihat Dia mendatangi cahaya yang luar biasa terangnya yang menyelubungi Bapa. Kata malaikat yang mendampingiku, ‘Dia sedang dalam pembicaraan tertutup dengan BapaNya.’ Kegelisahan para malaikat tampak intens selagi Yesus sedang berkomunikasi dengan BapaNya. Tiga kali Dia tertutup dalam cahaya kemuliaan yang mengelilingi Bapa, dan ketiga kalinya Dia keluar dari hadirat Bapa, kami bisa melihat sosokNya. Raut wajahNya bebas dari semua kekhawatiran dan masalah, dan bersinar dengan suatu keindahan yang tidak bisa dilukiskan kata-kata…” dan sekarang Yesus akan menjelaskan apa yang dibicarakanNya dengan BapaNya. “…Lalu Dia memberitahu paduan suara malaikat bahwa suatu jalan kelepasan telah dibuat untuk manusia yang celaka…”  nah, sekarang ini bagian kuncinya, “…bahwa Dia tadi sedang…”  apa? “…memohon kepada BapaNya, dan sudah mendapatkan izin…”  maafkan saya, siapa yang jadi kepala di sini? Siapa yang melakukan kehendak siapa? Anak itu tunduk kepada Bapa, Ya atau Tidak? Karena dikatakan,  “…Dia tadi sedang memohon kepada BapaNya, dan sudah mendapatkan izin untuk menyerahkan hidupNya Sendiri sebagai tebusan bagi bangsa manusia, untuk menanggung dosa-dosa mereka, dan menanggung hukuman kematian itu Sendiri, dengan demikian membuka suatu jalan dengan mana mereka bisa, melalui jasa darahNya, mendapatkan pengampunan untuk pelanggaran-pelanggaran yang telah lewat, dan melalui kepatuhan dibawa kembali ke taman dari mana mereka telah diusir. Maka mereka akan bisa lagi mengakses buah baka yang mulia dari pohon kehidupan, dari mana mereka sekarang telah kehilangan hak mereka.”

 

 

So whose will did Jesus perform when the angels were created? The Father's will.

Whose will did Jesus perform when He created human beings? The Father's will.

When this meeting took place after sin who is asking permission from whom? The Son is asking permission from the Father, which means that He is subject to the Father, right?

 

Jadi kehendak siapa yang dilakukan Yesus ketika para malaikat diciptakan? Kehendak Bapa.

Kehendak siapa yang dilakukan Yesus ketika Dia menciptakan manusia? Kehendak Bapa.

Ketika pertemuan ini terjadi setelah adanya dosa, siapa yang minta izin dari siapa? Anak minta izin dari Bapa, yang berarti Dia tunduk kepada Bapa, benar?

 

 

Now let's continue with the incarnation of Christ. Who took the initiative in sending Jesus for the incarnation? John 3:16 explains it, 16 For God so loved the world that He gave His only begotten Son…” who gave who? The Father gave the Son  “…that whoever believes in Him should not perish but have everlasting life.”

 

Nah mari kita lanjut dengan inkarnasi Kristus. Siapa yang berinisiatif mengirim Yesus sebagai manusia? Yohanes 3:16 menjelaskannya, 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu…”  siapa yang mengaruniakan siapa? Bapa mengaruniakan Anak   “…supaya setiap orang yang percaya  dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

 

 

In fact who prepared the body of Christ? The Father prepared the incarnate body of Christ.

Notice Hebrews 10:5-7, Therefore, when He came into the world…” this is the incarnation,  “…He said: ‘Sacrifice and offering You did not desire, but a body You have prepared for Me…” who prepared the incarnate body of Jesus? It was the Father.  “…In burnt offerings and sacrifices for sin You had no pleasure.’ Then I said, ‘Behold, I have come— In the volume of the book it is written of Me— To do Your will, O God.’…”

So whose will was Jesus going to perform while He became incarnate? The Father's will. He was subject to His Father, clearly according to Hebrews 10:5-7. In fact we are told that the body of Christ, the incarnate body was prepared by His Father.

 

Bahkan siapa yang menyiapkan tubuh Kristus? Bapa yang menyiapkan tubuh manusia Kristus.

Simak Ibrani 10:5-7, 5 Karena itu ketika Ia datang ke dalam dunia…”  ini inkarnasiNya,   “…Ia berkata: ‘Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan sebuah tubuh bagiKu…”  siapa yang menyediakan tubuh manusia Yesus? Bapa. “… 6 Dengan korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. 7 Lalu Aku berkata,  ‘Lihat, Aku datang ~ dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku ~ untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah.’…” 

Jadi kehendak siapa yang dilakukan Yesus sementara Dia hidup sebagai manusia? Kehendak Bapa. Dia tunduk kepada BapaNya, jelas dikatakan di Ibrani 10:5-7. Malah kita diberitahu bahwa tubuh Kristus, tubuh manusia Kristus disediakan oleh BapaNya.

 

 

Now how tall was Jesus when He came to this earth. Let's read Spiritual Gifts Vol. 4a page 115. “When His ministry commenced, He was but little taller than the common size of men then living upon the earth…” perhaps 5’10” to 6’ ~ I went to Google and they disagree as to whether it was 5’10” or 6 feet ~ but right around that realm, just a little taller than the common size of men then, when He became incarnate living upon the earth. Why did He come the same size? The body was prepared by whom? By the Father.  “…Had He come among men with His noble, heavenly form, His outward appearance would have attracted the minds of the people  to Himself, and He would have been received without the  exercise of faith.

Imagine Jesus appearing twice as tall as the men of His day and age, it would be like everybody follow Shaquille O'Neal and he's only 7 feet.  But this would be someone who had 12 feet plus, more than twice the size of men as they exist in the world today.

 



 

Nah seberapa tinggikah Yesus ketika Dia hidup di bumi ini. Mari kita  baca Spiritual Gifts Vol. 4a hal. 115. “…Ketika Dia mulai melayani, Dia hanya sedikit lebih tinggi dari ukuran biasa manusia yang saat itu hidup di bumi…”  mungkin 5’10 – 6’ (178-180cm) ~ saya ke Google dan mereka tidak sependapat apakah itu 5’10” atau 6’ ~ tetapi sekitar ukuran itulah, hanya sedikit lebih tinggi daripada ukuran manusia zaman itu ketika Dia hidup sebagai manusia di bumi. Mengapa Dia datang dalam ukuran yang sama? Siapa yang menyediakan tubuhNya? Bapa.    “…Seandainya Dia datang di tengah-tengah manusia dengan bentuk surgawiNya yang anggun, penampilan lahiriahNya akan menarik perhatian banyak orang kepada DiriNya, dan Dia akan diterima tanpa adanya iman.”

Bayangkan Yesus andaikan Dia tampil dua kali lebih tinggi daripada manusia di zamanNya, itu akan seperti semua orang yang mengikuti Shaquille O’Neal (pebasket) dan dia hanya 7 kaki (210cm). Tetapi ini bicara tentang Seseorang yang 12 kaki lebih, lebih daripada dua kali ukuran manusia yang ada di dunia sekarang.

 

 

Now you're going to see why I’m emphasizing the height part. So before He was more than twice as tall as the men today, in fact He was a little taller than Adam. In the incarnation He was a little taller than the common size of men upon the earth, and we find a description of the humiliation of Christ. Must that have been a great act of humbling to take a body like that?

Notice Desire of Ages page 49.  It would have been an  almost infinite humiliation for the Son of God to take man's  nature,  even  when  Adam  stood   in  his  innocence  in  Eden…”  in other words, if Jesus had taken the nature of Adam and Eve in Eden, it would have been almost an infinite what? Humiliation. Oh, but the humiliation was far greater because it says, “… But  Jesus accepted humanity when the race had been  weakened by four thousand years of sin. Like every child of Adam He accepted the results of the working of the  great law of heredity. What these results were is shown in the history of His  earthly ancestors. He came with such a heredity to share our sorrows and temptations, and to give us the example of a sinless life.”

 

Nah, sekarang kalian akan melihat mengapa saya menekankan ukuran tingginya. Jadi sebelumnya Yesus itu lebih dari dua kali tinggi manusia hari ini, bahkan Dia sedikit lebih tinggi daripada Adam. Sebagai manusia, Dia sedikit lebih tinggi daripada ukuran manusia biasa di bumi, dan di situ kita melihat kerendahan hati Kristus. Tidakkah itu suatu kerendahan hati yang luar biasa mau menerima tubuh seperti itu?

Simak Desire of Ages hal. 49, “…Itu adalah suatu penghinaan yang tidak terbilang bagi Anak Allah untuk mengambil tubuh seorang manusia, walaupun itu setara saat Adam berdiri di Eden dalam kemurniannya…”  dengan kata lain, andaikan Yesus mengambil kondisi manusiawi Adam dan Hawa di Eden, itu saja sudah suatu apa yang tidak terkira?  Penghinaan. Oh, tetapi penghinaannya jauh lebih besar daripada itu karena dikatakan, “…Tetapi Yesus menerima kemanusiaan ketika dosa sudah melemahkan bangsa manusia selama 4’000 tahun. Seperti setiap anak Adam, Yesus menerima akibat dari bekerjanya hukum keturunan (mewarisi kelemahan nenek moyang). Apa akibatnya itu, tampak dalam sejarah nenek moyang manusiaNya. Yesus datang dengan warisan ikut merasakan kesedihan dan pencobaan kita, dan untuk memberikan suatu teladan dari hidup yang tidak berdosa.”

 

 

So who's in charge at the incarnation? The Father is in charge. Jesus is subject to His Father.

·       He's subject to His Father when He creates the angels,

·       He's subject to the Father when He creates the beings and other worlds,

·       He’s subject to the Father when He creates Adam and Eve,

·       He's subject to the Father when They have the meeting to decide whether to implement the plan of salvation,

·       He's subject to the Father at the incarnation of Christ.

·       How about during His ministry? This is on page 351. John 14:28, “You have heard…” Jesus is speaking,   “…You have heard Me say to you, 'I am going away and coming back to you.' If you loved Me, you would rejoice because I said, 'I am going to the Father,' for My Father is greater than I…”

 

Jadi siapa yang berkuasa dalam inkarnasi? Bapa yang berkuasa dalam inkarnasi. Yesus tunduk pada BapaNya.

·       Yesus tunduk kepada BapaNya ketika Dia menciptakan para malaikat

·       Yesus tunduk kepada Bapa ketika Dia menciptakan mahkluk-mahkluk dan dunia-dunia lain

·       Yesus tunduk kepada Bapa ketika Dia menciptakan Adam dan Hawa

·       Yesus tunduk kepada Bapa ketika Mereka bertemu dalam rapat untuk menentukan apakah akan mengimplementasikan  rencana penyelamatan

·       Yesus tunduk kepada Bapa dalam hal inkarnasi Kristus.

·       Bagaimana selama ministriNya? Ini di hal. 351. Yohanes 14:28, 28 Kamu telah mendengar…”  Yesus sedang berbicara,   “…Aku berkata kepadamu, ‘Aku akan pergi, dan akan datang kembali kepadamu.’ Jika  kamu mengasihi Aku, kamu akan bersukacita karena Aku katakan, ‘Aku akan pergi kepada Bapa-Ku’, sebab BapaKu lebih besar daripada Aku…”

 

 

Who is greater than whom?  The Father is greater than Christ. Let's read John 5:30 and John 6:38. Here Jesus says,“ 30 I can of Myself do nothing. As I hear, I judge; and My judgment is righteous, because I do not seek My own will but the will of the Father who sent Me.” Was Jesus subject to His Father during His incarnation and ministry? Yes! Notice John 6:38 Jesus says,  “38 For I have come down from Heaven, not to do My own will, but the will of Him who sent Me.”

 

Siapa yang lebih besar? Bapa lebih besar daripada Kristus. Mari kita  baca Yohanes 5:30 dan Yohanes 6:38. Di sini Yesus berkata, 30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari DiriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil sebab Aku tidak menurut kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Bapa yang mengutus Aku…” apakah Yesus tunduk kepada BapaNya selama inkarnasiNya dan ministriNya? Ya! Simak Yohanes 6:38, Yesus berkata,  “…38 Sebab Aku telah turun dari Sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku sendiri, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.”

 

 

Ellen White expressed it this way in the book Desire of Ages page 208. “So utterly was Christ  emptied of self that He made no plans for Himself. He accepted  God's plans for Him, and day by day the  Father unfolded His plans.”

So whose plans did Jesus implement during His ministry? The plans of the Father. Whose will did He perform? The will of His Father. Was He subject to His Father during His incarnation? Yes, He was.

 

Ellen White menggambarkannya demikian dalam buku Desire of Ages hal. 208.   “…Sedemikian menyeluruhnya Kristus mengosongkan Diri sehingga Dia tidak membuat rencana untuk Dirinya Sendiri. Dia menerima rencana-rencana Allah bagiNya, dan dari hari ke hari Bapa mengungkapkan rencana-rencanaNya.”

Jadi rencana-rencana siapa yang diimplementasikan Yesus selama ministriNya? Rencana-rencana Bapa. Kehendak siapa yang dikerjakan Yesus? Kehendak Bapa. Apakah Dia tunduk kepada BapaNya selama inkarnasiNya? Ya, benar.

 

 

Now let's go to the end of His ministry, is He still subject to His Father at the end of His earthly ministry? Well, let's notice Jesus in the garden of Gethsemane. This is page 352 of your study notes.  Matthew 26:39, 42, 44, three times Jesus raises up this prayer it says there, 39 He went a little farther and fell on His face, and prayed, saying, ‘O My Father, if it is possible, let this cup pass from Me; nevertheless, not as I will, but as You will.’…” who is subject to who? Jesus is subject to the will of His  Father. Again in verse 42, “…42 Again, a second time, He went away and prayed, saying, ‘O My Father, if this cup cannot pass away from Me unless I drink it, Your will be done.’…” and then verse 44,  “…44 So He left them, went away again, and prayed the third time, saying the same words.”

 

Sekarang mari kita ke akhir ministri Yesus, apakah Dia masih tunduk kepada BapaNya pada akhir ministriNya di dunia? Nah, mari kita simak Yesus di taman Getsemani. Ini hal. 352 di diktat kalian. Matius 26:39, 42, 44, tiga kali Yesus menaikkan doa ini, dikatakan di sana, 39   Maka Ia berjalan sedikit lagi, lalu sujud dengan wajahNya sampai ke tanah dan berdoa, kata-Nya: ‘Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lewat dari Aku, namun demikian janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’…” siapa yang tunduk kepada siapa? Yesus tunduk kepada kehendak BapaNya. Lagi di ayat 42,   “…42 Lalu kedua kalinya Dia pergi dan berdoa, kata-Nya: ‘Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lewat dariKu kecuali Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!’…” kemudian ayat 44, “…44 Maka Ia meninggalkan mereka lalu pergi lagi dan berdoa untuk ketiga kalinya,  mengucapkan kata-kata yang sama.

 

 

Who was in charge during the death of Christ? See we're going chronologically here, see this is a chronological study. Who was in charge when Jesus rested in the tomb? Let's notice Luke 23:46, Jesus is on the cross, and He's going to make His last declaration on the cross, and what does He say? Let's read it, “ 46 And when Jesus had cried out with a loud voice, He said, ‘Father, ‘into Your hands I commit My spirit.’…” what is Jesus saying here? Then it says of course,  “…Having said this, He breathed His last….”  What was Jesus saying here? Jesus is saying,  “Father, You promised that if I was faithful You were to call Me from the grave. I’m commanding My Spirit into Your hands. I’m commanding My life into Your hands. And if I have fulfilled Your will, do what You promised to do, the third day, call Me from the grave.”

You say, really?

 

Siapakah yang berkuasa saat kematian Kristus? Lihat, di sini kita mengikuti kronologinya, ini adalah suatu pelajaran kronologis. Siapa yang berkuasa ketika Yesus beristirahat di dalam kubur? Mari kita simak Lukas 23:46, Yesus di atas salib, dan Dia akan membuat deklarasiNya yang terakhir di salib, dan apa yang dikatakanNya? Mari kita  baca, 46 Dan ketika Yesus sudah berseru dengan suara nyaring, Dia berkata, ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku.’…”  apa kata Yesus di sini? Kemudian tentu saja dikatakan, “…Sesudah berkata demikian, Ia  mengembuskan napasNya yang terakhir…”  apa kata Yesus di sini? Yesus berkata, “Bapa, Engkau berjanji jika Aku setia, Engkau akan memanggil Aku dari kubur. Aku serahkan RohKu ke dalam tanganMu, Aku serahkan hidupKu ke dalam tanganMu. Maka jika Aku telah menggenapi kehendakMu, lakukanlah yang telah Engkau janjikan akan Engkau lakukan, pada hari ketiga panggillah Aku keluar dari kubur.”

Kalian berkata, “Sungguh?”

 

 

Let's go to John 10:17-18 because people misinterpret these two verses, John 10:17-18. Jesus is speaking here, and He says, 17 ‘Therefore My Father loves Me, because I lay down My life that I may take it again…” So you say, “Pastor, you're wrong, because Jesus says, ‘I’m going to lay down My life and I’m going to take it again.’” Well, but we have to continue reading.  “…18 No one takes it from Me, but I lay it down of Myself. I have power…” that's a mistranslation, the word “power” is δύναμις [dunamis], that's not the word here. The word here is ἐξουσία [exousia], the correct translation is  “…I have authority to lay it down, and I have authority to take it again...” where did Jesus get His authority to lay down His life and to take it up again? People don't read the last part of the verse, of verse 18. He says, “.…This command I have received from My Father..."

So did the Father give Him permission to resurrect if He called Him from the grave? Absolutely!

 

Mari ke Yohanes 10:17-18 karena orang suka salah menginterpretasikan dua ayat ini. Yohanes 10:17-18. Yesus sedang bicara di sini dan Dia berkata, 17 Itulah sebabnya BapaKu mengasihi Aku, oleh karena Aku menyerahkan hidupKu agar Aku bisa mengambilnya kembali…” Maka kalian berkata, “Pastor, Anda salah karena Yesus berkata, ‘Aku menyerahkan hidupku dan Aku akan mengambilnya kembali.’” Tapi, kita harus melanjutkan membaca.  “…18 Tidak seorang pun mengambilnya dariKu, melainkan Aku menyerahkannya sendiri. Aku punya kuasa…” ini adalah terjemahan yang tidak tepat. Kata “kuasa” itu δύναμις [dunamis], di sini bukan itu katanya. Di sini kata yang dipakai ialah ἐξουσία [exousia], terjemahan yang tepat ialah “…Aku punya autoritas (wewenang) untuk menyerahkannya dan Aku punya autoritas untuk mengambilnya kembali…” dari mana Yesus memperoleh autoritas/wewenang untuk menyerahkan hidupNya dan untuk mengambilnya lagi? Banyak orang tidak membaca bagian terakhir ayat ini, ayat 18. Yesus berkata,  “…Perintah ini telah Aku terima dari Bapa-Ku…”  Jadi apakah Bapa memberi Yesus wewenang untuk bangkit saat Dia memanggil Yesus keluar dari kubur? Tentu saja!

 

 

Now notice this remarkable statement in the Youth's Instructor May 2, 1901, it says, “He who died for the sins of the world was to remain in the tomb for the allotted time. He was in that stony prison house as a  prisoner of divine justice, and He was responsible…”   to whom? “…to the  Judge of the universe…” who was the Judge of the universe? God the Father. So it says,  “…He was responsible to the  Judge of the universe, He was bearing the sins of the world,  and  His  Father  only  could  release  Him.

What if the Father didn't call Him? He would still be in the tomb.

 

Sekarang simak pernyataan yang luar biasa ini di Youth’s Instructor 2 Mei, 1901, dikatakan, “…Dia yang mati bagi dosa-dosa dunia harus tinggal di dalam kubur selama waktu yang ditentukan. Dia berada di dalam penjara batu itu sebagai tahanan keadilan Ilahi, dan Dia harus bertanggung jawab…” kepada siapa? “…kepada Hakim alam semesta…”  siapa Hakim alam semesta? Allah Bapa. Jadi dikatakan, “…Dia harus bertanggungjawab kepada Hakim alam semesta, Dia sedang menanggung dosa-dosa dunia, dan hanya BapaNya yang bisa melepaskanNya…” 

Bagaimana kalau Bapa tidak memanggilNya? Dia masih akan berada di dalam kubur.

 

 

Now let's go to a quotation from the writings of Ellen White, Sons and Daughters of God page 237. Let's talk about His resurrection. Who resurrected Jesus? Did Jesus resurrect Himself or did the Father resurrect Him? Let's read this statement. “The light of heaven encircled the tomb, and the whole heaven was lighted by the glory of the angel. The angel approached the grave, and rolling away the stone as if it had been a pebble, he sat upon it. Then his voice was heard, ‘Son of God, come forth! Thy  Father calls Thee!’…” what? Who called whom? The Father called.  That's why He  said, “Into Your hands, I…” what?  “…I command My Spirit.”  So the angel says, “Thy Father calls Thee!”  “…And Jesus came forth from the grave with the step of a mighty conqueror. There was a burst of triumph, for the heavenly family were waiting to receive Him; and the mighty angel, followed by the army of heaven, bowed in adoration before Him as He, the Monarch of heaven, proclaimed over the rent tomb of Joseph, I am the resurrection, and the life.’…”

Now let me explain how this happened.

·       The Father called Jesus from the grave.

·       And then Jesus came from the grave with the life that was within Himself.

In other words, the Father gave Jesus permission to take the life that was within Himself. He did resurrect by the life that was within Himself, but it was because His Father gave Him what? His Father gave Him permission, His Father gave Him authorization.

So is Jesus subject to the Father even in His death and His resurrection? Absolutely!

 

Sekarang mari kita ke sebuah kutipan dari tulisan Ellen White, Sons and Daughters of God hal. 237. Mari kita  bicara tentang kebangkitanNya. Siapa yang membangkitkan Yesus? Apakah Yesus bangkit sendiri atau apakah Bapa yang membangkitkanNya? Mari kita  baca pernyataan ini. “…Cahaya Surga mengelilingi kubur itu dan seluruh langit diterangi oleh kemuliaan malaikat itu. Malaikat itu menghampiri kubur itu, dan menggulingkan batu itu seolah-olah itu hanya sebuah kerikil, dia duduk di atasnya. Kemudian terdengar suaranya, ‘Anak Allah, keluarlah! BapaMu memanggilMu!’…”  apa? Siapa yang memanggil siapa? Bapa yang memanggil. Itulah mengapa Yesus berkata, “Ke dalam tanganMu Aku…” apa? “…Aku serahkan RohKu.” Jadi malaikat itu berkata, “BapaMu memanggilMu!”     “…Dan Yesus keluar dari kubur dengan langkah seorang penakluk yang perkasa. Ada suatu ledakan kemenangan karena keluarga surgawi sudah menunggu untuk menerima Dia; dan malaikat perkasa itu diikuti oleh balatentara surgawi sujud memuja di hadapanNya, sementara Dia, Raja Surga, memproklamasikan di atas kubur Yusuf (Arimatea) yang terbuka, ‘Akulah kebangkitan dan hidup’ (Yoh. 11:25)…” 

Sekarang saya akan menjelaskan bagaimana ini terjadi.

·       Bapa memanggil Yesus dari kubur.

·       Kemudian Yesus keluar dari kubur dengan hidup yang ada padaNya Sendiri.

Dengan kata lain, Bapa memberi Yesus izin untuk mengambil hidup yang ada padaNya Sendiri. Yesus memang bangkit dengan hidup yang ada padaNya Sendiri, tetapi itu karena BapaNya memberi Dia apa? BapaNya memberi Dia izin, BapaNya memberinya autorisasi.

Jadi apakah Yesus tunduk kepada BapaNya bahkan dalam kematianNya dan kebangkitanNya? Tentu saja!

 

 

Now how tall was Jesus when He resurrected? Now things are going to really get interesting.

Spiritual Gifts Vol. 4a page 119 “When the Life-giver rose from the dead, a triumphant conqueror, and made Himself known unto His disciples, He was of the same size as before His crucifixion..” how tall would that be? Approximately 5’10”- 6’. So when He resurrected, He was the same size, He wasn't the size that He was in Heaven more than twice as tall as the men of this time. So He was the same size as before His crucifixion.  “…There were no special marks which would at once cause the men of Emmaus to know that He was the Son of God…” you know if He had been  twice as tall as the men of His age, when He walked to Emmaus, the disciples would have recognized Him immediately. “Wow! Look at this guy!” You know, they would be looking at His belly button, they would be half the size that Jesus was. But did they show any surprise? No!  They walked with Jesus just like a common human being and there was no  indication that Jesus was taller than anyone who lived at that time. So Ellen White said,  “…There were no special marks which would at once cause the men of Emmaus to know that He was the Son of God. They did not know Him until He told them who He was.”

So Jesus resurrected the same size that He was when He ministered on this earth.

 

Nah, seberapa tingginya Yesus ketika Dia bangkit? Sekarang ini akan menjadi sunguh-sungguh menarik.

Spiritual Gifts Vol. 4a hal. 119. “…Ketika Sang Pemberi-hidup bangkit dari kematian, sebagai penakluk yang sudah menang, dan menyatakan DiriNya kepada murid-muridNya, Dia berukuran sama seperti pada saat penyalibanNya…”  nah seberapa tinggikah itu? Kira-kira 5’10” hingga 6’. Jadi ketika Dia bangkit, Dia tetap sama ukurannya, Dia tidak berukuran seperti ketika Dia berada di Surga yang lebih dari dua kali ukuran manusia zaman itu. Maka ukuranNya sama seperti sebelum penyalibanNya. “…Tidak ada tanda istimewa yang akan segera membuat orang-orang Emaus mengenali bahwa Dialah Anak Allah…”  Kalian tahu, seandainya ukuran Yesus dua kali ukuran manusia zamanNya ketika Dia berjalan ke Emaus, maka murid-muridNya pasti akan segera mengenaliNya. “Wow! Lihat orang ini!” Kalian tahu, mereka hanya akan memandang pusarNya, mereka kira-kira setengah ukuran Yesus. Tetapi apakah murid-murid ini menunjukkan rasa heran? Tidak! Mereka berjalan bersama Yesus seperti dengan manusia biasa, dan tidak ada indikasi bahwa Yesus itu lebih tinggi dari siapa pun yang hidup di zaman itu. Maka kata Ellen White,   Tidak ada tanda istimewa yang akan segera membuat orang-orang Emaus untuk mengenali bahwa Dialah Anak Allah. Mereka tidak mengenaliNya hingga Dia memberitahu mereka siapa Dia…”

Jadi Yesus bangkit dengan ukuran yang sama saat Dia melayani di bumi ini.

 

 

But now let's notice something very interesting. When Jesus ascended to Heaven His Father performed a miracle, and grew Him to the size that He was before His incarnation. Who is calling the shots here? The Father is calling the shots. Is Jesus inferior to the Father? Is Jesus less God than the Father? No!  But is He subject to the Father? Yes! So does subjection mean not being equal? No!  Subjection of one to another does not mean that the one who is subject is inferior to the one that he's subject to. Are you with me or not? Because both the Father and the Son are what? They are fully God.

 

Tetapi sekarang mari kita simak sesuatu yang sangat menarik. Ketika Yesus naik kembali Surga, BapaNya membuat suatu mujizat dan mengembalikan Dia ke ukuran yang dimilikiNya sebelum inkarnasiNya. Siapa yang berkuasa di sini? BapaNya yang berkuasa. Apakah Yesus lebih inferior dari Bapa? Apa keAllahan Yesus kalah dari keAllahan Bapa? Tidak! Tetapi apa Yesus tunduk kepada Bapa? Ya! Jadi apakah kepatuhan berarti tidak sederajat? Tidak! Kepatuhan yang satu kepada yang lain tidak berarti bahwa dia yang patuh itu lebih inferior daripada dia yang dipatuhinya. Apakah kalian paham atau tidak? Karena baik Bapa maupun Anak itu apa? Mereka sepenuhnya Allah.

 

 

Now let's read this remarkable statement from Spiritual Gifts Vol. 4a page 119, “But when He  ascended up on high, and led a multitude of captives, escorted by the heavenly host, and was received in through the gates of the City, with angelic songs of triumph and rejoicing, I beheld with admiration and wonder, that He possessed the same exalted stature that He had before He came into the world to die for man…” now how did that happen? He resurrected the same size, we read, but now when He ascends to Heaven, He has the size that He had before His incarnation. Let's continue reading. Now the angel is going to explain, “…Said the angel,  ‘’     God…” that's the Father,  “…who wrought so great a miracle as to make Christ flesh to dwell among men, and will with His almighty power lift up fallen, degenerate, and dwarfed man, and after they are redeemed from the earth, make them ‘grow up as calves of the stall,’ could in His infinite power  return to His dear Son His own exalted stature, which was His  before He left Heaven, and humbled Himself as a man, and submitted to the death of the cross…”

Who restored Him to His height? Did Jesus do it Himself? No! Who did it? The Father did it.

 

Sekarang mari kita  baca pernyataan yang luar biasa ini dari Spiritual Gifts Vol. 4a hal. 119.  “…Tetapi ketika Dia naik ke atas dan membawa sekelompok tawanan, diiringi oleh balatentara surgawi, dan diterima masuk melalui pintu-pintu gerbang Kota dengan nyanyian kemenangan dan sukacita para malaikat, aku melihat dengan penuh rasa kagum dan terpesona, bagaimana Dia memilkiki ukuran yang agung yang sama yang dimilikiNya sebelum Dia datang ke dunia untuk mati bagi manusia…”  Nah, bagaimana itu bisa terjadi? Dia bangkit ukuranNya masih sama, sudah kita  baca, tetapi sekarang ketika Dia naik ke Surga, ukuranNya adalah ukuran sebelum inkarnasiNya. Mari kita lanjutkan membaca. Sekarang malaikat itu akan menjelaskan, “…Kata malaikat itu, ‘Allah…” yaitu Bapa,    “…yang telah membuat mujizat yang sedemikian besar menjadikan Kristus manusia untuk hidup di antara manusia, dan yang dengan kemahakuasaanNya akan mengangkat manusia yang sudah jatuh dan sudah merosot dan kerdil, dan setelah mereka ditebus dari dunia, akan membuat mereka tumbuh ‘seperti anak lembu di kandang’ (Mal. 4:2) bisa dengan kuasaNya yang tidak terbatas mengembalikan kepada AnakNya yang terkasih ukuranNya Sendiri yang agung, yang adalah milikNya sebelum Dia meninggalkan Surga, dan merendahkan Dirinya sebagai manusia, dan tunduk kepada kematian di salib…” 

Siapa yang memulihkan Yesus ke ukuranNya?  Apakah Yesus melakukannya sendiri? Tidak! Siapa yang melakukannya? Bapa.  

 

 

How about when Jesus got to Heaven? Did Jesus say up there, He said, “Okay, folks, I made the sacrifice, now worship me!”? No!  Who is still subject to who? Let's read Philippians 2:5-11. Let this mind be in you which was also in Christ Jesus, who, being in the form of God, did not consider it robbery to be equal with God…” a better translation is did not consider equality with God as something to be hung on to”, but made Himself of no reputation, taking the form of a bondservant, and coming in the likeness of men. And being found in appearance as a man, He humbled Himself and became obedient to the point of death, even the death of the cross…” and now notice what we find at His ascension and His installment as High Priest in Heaven.  “…Therefore God also has highly exalted Him…” who exalted Jesus? The Father. And notice what else,  “… and given Him the name…”  who exalted Him? The Father. Who gave Him the name? The Father gave Him the name “…which is above every name, 10 that at the name of Jesus every knee should bow, of those in heaven, and of those on earth, and of those under the earth, 11 and that every tongue should confess that Jesus Christ is Lord, to the glory of God the Father.”

Who is subject to who? The Son is subject to the Father.

 

Bagaimana dengan ketika Yesus tiba di Surga? Apakah Yesus mengatakan di atas sana, Dia berkata, “Oke, Aku sudah membuat pengorbanannya, sekarang ayo sembah Aku!”? Tidak! Siapa yang tunduk kepada siapa? Mari kita  baca Filipi 2:5-11, 5 Hendaklah pikiran ini ada di dalam dirimu, yang terdapat juga di dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggapnya perlu merebut kesetaraanNya dengan Allah…”  terjemahan yang lebih baik ialah   “…tidak menganggap kesetaraanNya dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dipertahankan,  7 melainkan telah menjadikan Diri-Nya Sendiri bukan apa-apa, mengambil bentuk seorang hamba, dan datang dalam keserupaan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan Diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan kematian di kayu salib…”  dan sekarang simak apa yang kita lihat saat KenaikanNya dan penetapanNya sebagai Imam Besar di Surga, “…9 Itulah sebabnya Allah juga telah sangat meninggikan Dia…”  siapa yang meninggikan Yesus? Bapa. Dan simak, apa lagi,   “…dan mengaruniakan kepada-Nya nama…”  siapa yang meninggikan Dia? Bapa. Siapa yang memberiNya nama? Bapa yang memberiNya nama yang  “…di atas segala nama. 10 supaya pada nama Yesus, setiap lutut akan sujud, dari mereka yang ada di langit, dan dari mereka  yang ada di atas bumi, dan mereka yang ada di bawah bumi, 11 dan setiap lidah akan mengakui ‘Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!’…” 

Siapa yang tunduk kepada siapa? Anak tunduk kepada Bapa.

 

 

You say, “I don't like that. If He's equal He needs to demand His rights.”

Yeah, and then He would have been just like Lucifer.

This subject that we're studying is crucially important, as we conclude this Anchor class because it's the gist of everything that we've studied.

 

Kalian berkata, “Saya tidak suka itu. Jika Dia sederajat, Dia harus menuntut hakNya.”

Iya, kalau begitu Dia sama seperti Lucifer.

Topik ini yang kita pelajari adalah sangat penting, saat kita mengakhir kelas Anchor kita ini, karena inilah inti dari segala yang telah kita pelajari.

 

 

Notice Acts 5:31 as well,  “31 Him God has exalted to His right hand…” who exalted Jesus? The Father.“…31 Him God has exalted to His right hand to be Prince and Savior, to give repentance to Israel and forgiveness of sins.” 

 

Simak Kisah 5:31 juga, 31 Dia telah ditinggikan oleh Allah ke tangan kanan-Nya…”  siapa yang meninggikan Yesus? Bapa. “…31 Dia telah ditinggikan oleh Allah ke tangan kanan-Nya menjadi Pangeran dan Juruselamat, untuk memberikan pertobatan kepada Israel dan pengampunan dosa.”

 

 

Now let's notice 1 Timothy 3:16. Here there's a movement, first of all there's a movement downward, and there's a movement upward. See, if your movement is upward first, God is going to make sure that you go downward. If your movement is downward first, God is going to make sure that your movement is upward.

Now notice what 1 Timothy 3:16 has as a sequence of events. “ 16 God was manifested in the…” what?  “…in the flesh…” that's the incarnation,“…justified in the Spirit…” that is the resurrection of Christ. There are several texts that I could mention but we don't have the time.  He was “…seen by angels…” was He seen by angels when He ascended to Heaven? Yes!  “… preached among the Gentiles…” was He preached among the gentiles after He ascended to Heaven? Yes!  “…believed on in the world…” was He believed on in the world? Yes!“…received up in glory...” is describing His exaltation and particularly the Second Coming of Christ.

So because Jesus came down what happened? He moved up. “He who humbles himself will be…” what? “…will be exalted. And whoever exalts himself will be humbled.” (Mat. 23:12)

And so we see this sequence. Jesus first comes downward, and because He was  faithful then He has a movement upward, ending with being received in glory in Heaven.

 

Nah, mari kita simak 1 Timotius 3:16. Di sini ada gerakan, pertama ada gerakan ke bawah, kemudian gerakan ke atas. Lihat, jika kita bergerak lebih dulu ke atas, Allah akan memastikan kita turun ke bawah. Jika gerakan kita itu pertama turun dulu, Allah akan memastikan kita bergerak ke atas.

Sekarang simak apa urutan peristiwanya di 1 Timotius 3:16. 16 Allah dinyatakan dalam…”  apa? “…dalam daging,…”  itulah inkarnasinya, “…dibenarkan dalam Roh,…”  itulah kebangkitan Kristus. Ada beberapa ayat yang bisa saya sebutkan tetapi kita tidak punya waktu. Dia “…dilihat oleh  malaikat-malaikat,…”  apakah Dia dilihat oleh malaikat-malaikat ketika Dia naik ke Surga? Ya!  “…diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,…”  apakah Dia dikabarkan di antara bangsa-bangsa non-Yahudi setelah Dia naik ke Surga? Ya! “…dipercayai di dunia,…”  apakah Dia dipercayai di dunia? Ya! “…diterima di atas dalam kemuliaan…”  menggambarkan dipermuliakanNya Dia dan terutama Kedatangan Kedua Kristus. 

Jadi karena Yesus turun apa yang terjadi? Dia naik ke atas. 12 Dan barangsiapa yang akan meninggikan diri, akan direndahkan; dan barangsiapa yang akan merendahkan diri, akan…”  apa? Akan   “…ditinggikan.” (Mat. 23:12)

Maka kita melihat urut-urutan ini. Yesus pertama turun, dan karena Dia setia, maka Dia bergerak ke atas, berakhir dengan diterimaNya dalam kemuliaan di Surga.

 

 

So let me ask you, in Heaven now is the Son still subject to the Father?

Notice 1 Corinthians 11:3. Here the apostle Paul writes, “ But I want you to know that the Head of every man is Christ, the head of woman is man, and the Head of Christ is God.” 

Does Christ have a Head? Who is the Head of Christ? God.

Do you like that? You’d better like it, because that's what Paul says, “the Head of Christ is God”. But if you like the idea that the Head of Christ is God, you're also going to like the idea that the head of the woman is the man, and you're also going to like the idea that the Head of every man is Christ. Because you can't pick and choose and say, “Oh, I like the idea that Jesus is subject to the Father, but when it comes to the woman to the man, that's going too far.” It's all or nothing. Are you with me or not?

 

Jadi coba saya tanya, di Surga sekarang apakah Anak masih tunduk kepada Bapa?

Simak 1 Korintus 11:3. Di sini rasul Paulus menulis, 3 Tetapi aku mau kamu tahu bahwa  Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki, dan Kepala dari Kristus ialah Allah.”

Apakah Kristus punya Kepala? Siapa Kepala Kristus? Allah.

Apakah kalian setuju dengan itu? Sebaiknya kalian setuju, karena itu yang dikatakan Paulus,   “Kepala dari Kristus ialah Allah”  Tetapi jika kalian setuju dengan konsep bahwa Kepala Kristus itu Allah, kalian juga akan setuju bahwa kepala perempuan itu laki-laki, dan kalian juga akan setuju dengan konsep bahwa Kepala setiap laki-laki itu Kristus. Karena kita tidak bisa pilih-pilih dan berkata, “Oh, saya suka konsep bahwa Yesus itu tunduk kepada Bapa, tetapi kalau itu tentang perempuan tunduk kepada laki-laki itu, itu sudah terlalu jauh.” Itu harus diterima utuh atau tidak sama sekali.  Apakah kalian paham atau tidak?

 

 

So is the Father still the Head of Christ?

Does that make Christ inferior? No!  Subjection is divine. Subjection is really the spirit of the mystery of godliness. We have our head screwed on wrong. We think that people that are up here they're important, and people that are down here, they're not as important. No! No! No! No! Jesus says that the humblest is the greatest in the kingdom of Heaven.

 

Jadi apakah Bapa masih Kepala Kristus?

Apakah itu menjadikan Kristus inferior? Tidak! Kepatuhan itu sifat Ilahi. Kepatuhan sesungguhnya adalah roh rahasia kesalehan. Kepala kita sudah salah pasang. Kita anggap orang yang ada di atas itu yang penting, dan orang yang di bawah itu tidak penting. Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Yesus berkata bahwa yang paling rendah hati adalah yang paling besar di kerajaan Surga. (Matius 18:4)

 

 

Now is Jesus going to be subject to the Father for eternity? Yes!

Notice 1 Corinthians 15:27-28, here the apostle Paul is describing events after the Millennium, the last enemy that will be destroyed is death. Notice, the Devil isn't the last  enemy to be destroyed, because as long as the Devil is alive he's still there. The last enemy is death, after Lucifer, and his angels, and the wicked, are destroyed and then it says, and I put in brackets here an explanation because the syntax is a little tricky. “ 27 For ‘He…” that is the Father  “…has put all things under His feet.’…” that is Jesus’ feet. So who put things under the feet of Jesus? The Father. “…But when He…” that is the Father, “…says ‘all things are put under Him,’…” that is under Jesus,  “…it is evident that He…” the Father,“…who put all things under Him…” Jesus, “…is excepted…” so is the Father under Jesus? Is the Father under the authority of Jesus? No!  No! No!  No! No! Verse 28,  “…28 Now when all things are made subject to Him…” that is to Jesus,  “…then the Son Himself will also be subject to Him who put all things under Him, that God…” which is the Father  “…may be…” what?  “…all in all.”

 

Nah, apakah Yesus akan tunduk kepada Bapa sepanjang masa kekekalan? Ya!

Simak 1 Korintus 15:27-28, di sini rasul Paulus menggambarkan peristiwa-peristiwa setelah Millenium, musuh yang terakhir yang akan dimusnahkan ialah maut. Simak, Iblis bukanlah musuh yang terakhir yang dimusnahkan, karena selama Iblis masih hidup, dia masih ada. Musuh terakhir itu maut, setelah Lucifer, dan malaikat-malaikatnya, dan orang-orang jahat dimusnahkan, kemudian dikatakan, dan saya memberi tanda kurung di penjelasan (di diktat) karena sintaksnya agak rumit. 27 Sebab ‘Dia…”  yaitu Bapa, “…telah meletakkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya’…”  yaitu kaki Yesus. Jadi siapa yang meletakkan segala sesuatu di bawah kaki Yesus? Bapa. “…Tetapi ketika Dia…” yaitu Bapa, “…mengatakan bahwa ‘segala sesuatu telah diletakkan di bawahNya’…”  yaitu di bawah Yesus, “…maka jelas bahwa Ia…”  Bapa “…yang meletakkan segala sesuatu di bawahNya…” di bawah Yesus, “…itu adalah pengecualian…” Jadi apakah Bapa ada di bawah Yesus? Apakah Bapa ada di bawah autoritas Yesus? Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Ayat 28, “…28 Nah, ketika segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Dia…”  yaitu di bawah Yesus, “…maka Anak itu sendiri juga akan takluk kepada Dia yang telah meletakkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah…”  yaitu Bapa   “…menjadi…”  apa?   “…segalanya di dalam semua.”

 

 

Has Jesus subjected Himself to His Father from eternity past? Is He going to be subject to His Father in eternity future?

You know the whole Women's Ordination thing would be resolved if people understood this principle. Because people say, you know, if you believe that Eve was subject to Adam, then you believe that Eve was inferior to Adam. False argument, totally false argument. There's a difference in roles. One is subject to the other,  but it doesn't mean that the one who is subject is inferior to the one that that person is subject to.

 

Apakah Yesus sudah tunduk kepada BapaNya sejak masa kekekalan yang lampau? Apakah Dia akan tunduk kepada BapaNya di masa kekekalan yang akan datang?

Kalian tahu, seluruh persoalan Women’s Ordination (Pengurapan Perempuan) akan selesai jika orang memahami prinsip ini. Karena orang-orang berkata, jika kamu percaya Hawa tunduk kepada Adam, maka kamu percaya Hawa itu lebih inferior daripada Adam. Argumentasi yang salah, sama sekali argumentasi yang salah. Ada perbedaan peranan. Yang satu tunduk kepada yang lain, itu tidak berarti yang tunduk itu lebih inferior daripada orang kepada siapa dia tunduk.

 

 

Now what size will we resurrect? Is is going to get pretty interesting. What size are we going to resurrect? Well, Ellen White tells us what size we're going to resurrect in Great Controversy. I don't have the page here unfortunately, I miss putting the page, the individual, the brother who's making the corrections needs to put here include reference, but this is in the chapter “God's People Delivered” or perhaps “The Desolation of the Earth”.  But notice, “All come forth from their graves the  same in stature as when they entered the tomb...” so Pastor Gouveia is going to resurrect real tall, he's imposing, there he is back there, see?  And how are the rest of us going to resurrect? Shorter, and some even shorter, so she says,  “…All come forth from their graves the  same in stature as when they entered the tomb.  Adam, who stands among the risen throng, is of lofty height and majestic form, in stature but  little below the Son of God…” interesting!  “…He presents a  marked contrast to the people of later generations; in this one respect is shown the great degeneracy of the race. But all arise with the freshness and vigor of eternal youth.” ( Great Controversy, p. 644)

 

Nah, waktu kita bangkit, bagaimana ukuran kita? Ini menjadi semakin menarik. Dengan ukuran apa kita akan bangkit? Nah, Ellen White mengatakan kepada kita, dengan ukuran apa kita akan bangkit di Great Controversy hal. 644. Simak, “…Semua keluar dari kubur mereka dengan ukuran yang sama seperti ketika mereka masuk ke dalam kubur…”  jadi Pastor Gouveia akan bangkit sangat tinggi, dia sangat menyolok, itu dia ada di belakang, lihat? Dan bagaimana kita yang lain akan bangkit? Lebih pendek, dan ada yang malah lebih pendek lagi. Jadi kata Ellen White,  “…Semua keluar dari kubur mereka dengan ukuran yang sama seperti ketika mereka masuk ke dalam kubur. Adam, yang berdiri di antara orang banyak yang bangkit, sangat tinggi ukurannya dan bentuknya sangat anggun, ukurannya hanya sedikit di bawah Anak Allah…”  menarik!   “…Adam menampilkan suatu kontras yang mencolok dengan orang-orang dari generasi yang kemudian; dalam satu hal ini tampaklah kemerosotan besar bangsa manusia. Tetapi semua bangkit dengan kesegaran dan kebugaran usia muda yang kekal.”

 

 

Now you say, “But, Pastor Bohr, are we all always going to stay the same size?”

Well, let's go to Revelation 22:2. The title of this presentation is the therapeutic tree of life. Notice Revelation 22:2, “ In the middle of its street…” that’s the New Jerusalem  “…and on either side of the river, was the tree of life, which bore twelve fruits, each tree yielding its fruit every month. The leaves of the tree were for the healing of the nations.”

The word in Greek is θεραπεία [therapeia] where we get our word “therapy” that's why I gave this lesson the title, “the therapy” because the tree has something that is therapy for the nations. What is it?

 

Sekarang kalian berkata, “Tetapi, Pastor Bohr, apakah kita akan tetap berukuran sama?”

Nah, mari kita ke Wahyu 22:2. Judul presentasi ini ialah Pohon Kehidupan yang Menyembuhkan. Simak Wahyu 22:2, 2 Di tengah-tengah alun-alun kota…”  itu Yerusalem Baru   “…dan di kedua sisi  sungai itu, ada pohon kehidupan  yang berbuah dua belas macam buah,  dan mengeluarkan buahnya setiap bulan. Daun pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.”

Perkataan itu dalam bahasa Greeka ialah  θεραπεία [therapeia] dari mana kita mendapat kata “terapi”, itulah mengapa saya memberi judul pelajaran ini “Terapi” karena pohon kehidupan itu punya sesuatu yang menjadi terapi bagi bangsa-bangsa. Apa itu?

 

 

Well, let's read Great Controversy 644. “He will change our vile bodies and fashion them like unto His glorious body. The mortal, corruptible form, devoid of comeliness, once polluted with sin, becomes perfect, beautiful, and immortal. All blemishes and deformities are left in the grave. Restored to the  tree of life in the long-lost Eden, the redeemed will grow up’  to the  full stature of the race in its  primeval glory…” so take heart, we will not always be short, and I refer to everyone, even Shaquille O'Neal and the basketball players that are seven feet, what is seven feet compared to 12? What is it that's going to allow God's people to grow? The tree of life, specifically, though it doesn't state it. It's the leaves of the tree. She continues,  “…The last lingering traces of the curse of sin will be removed, and Christ's faithful ones will appear in ‘the beauty of the Lord our God, in mind and soul and body reflecting the  perfect image of their Lord. Oh, wonderful redemption! long talked of, long hoped for, contemplated with eager anticipation, but never fully understood.”

 

Nah, mari kita  baca Great Controversi hal. 644. “…Dia akan mengubah tubuh kita yang rusak dan membentuk mereka seperti tubuhNya yang mulia. Bentuk yang fana, bisa rusak, yang tanpa keindahan, yang pernah tercemar oleh dosa, menjadi sempurna, indah, dan baka. Semua noda dan cacat ditinggalkan di dalam kubur. Dipulihkan kepada pohon kehidupan di Eden yang sudah lama hilang, umat tebusan akan ‘tumbuh’ (Maleakhi 4:2) ke ukuran bangsa itu dalam kemuliaannya yang mula-mula…”  jadi jangan berkecil hati, kita tidak akan selamanya pendek, dan saya mengacu kepada semua orang, bahkan Shaquille O’Neal dan para pebasket yang tingginya 7 kaki. Apalah 7 kaki dibandingkan dengan 12 kaki? Apa yang akan membuat umat Allah tumbuh? Pohon kehidupan, terutama, walaupun tidak ditulis. Daun-daun pohon itu. Ellen White melanjutkan, “…Tanda-tanda terakhir kutuk dosa yang tersisa akan dilenyapkan, dan umat Kristus yang setia akan tampil dalam ‘keindahan Tuhan Allah kita’ (Mazmur 90:17) dalam pikiran dan roh dan tubuh, memantulkan gambar yang sempurna dari  Tuhan mereka. Penebusan yang luar biasa, yang lama dibicarakan, lama diharapkan, direnungkan dengan antisipasi besar, namun tidak pernah dimengerti dengan sempurna.”

 

 

Now some might be wondering, why the redeemed will resurrect the same physical stature they had when they died, after all will not the redeemed receive bodies without any defects when they resurrect from the grave?  

Ellen White says they resurrect the same size.

If they resurrect the same size and not like those who lived in the primeval glory, aren't they resurrecting with a defect? Well, let's continue. Is a reduced size, a defect? Not necessarily. The bodies of all the redeemed will be immortal and incorruptible, such as the glorified body of Jesus. However, Jesus will bear the marks of the crucifixion on His body for eternity. Would this not be a defect on the glorified body of Jesus? Are you catching the picture?  Zechariah 13:6 tells us that He will have the wounds, 6And one will say to Him, 'What are these wounds between Your arms?' Then He will answer, 'Those with which  I was wounded in the house of My friends’….”

So Jesus has a perfect body, immortal body, however, it has the marks of the crucifixion on it.

And so if we resurrect the same stature, we will be immortal and incorruptible, although we'll be the same size. But the good news is that using the tree of life as therapy we will grow to the height of the original race.

 

Nah, mungkin ada yang bertanya-tanya, mengapa umat tebusan akan bangkit dengan ukuran fisik yang sama dengan saat ketika mereka mati, bukankah umat tebusan akan menerima tubuh tanpa cacat ketika mereka bangkit dari kubur?

Ellen White mengatakan, mereka  bangkit dengan ukuran yang sama.

Jika mereka bangkit dengan ukuran yang sama dan bukan seperti ukuran mereka yang hidup di kemuliaan mula-mula, apakah mereka bangkit dengan cacat?

Nah, mari kita lanjut. Apakah ukuran yang lebih kecil itu suatu cacat? Tidak harus begitu. Tubuh umat tebusan itu akan baka dan tidak akan rusak, seperti tubuh Yesus yang dimuliakan. Namun, Yesus akan tetap memiliki tanda-tanda penyaliban pada tubuhNya untuk selama-lamanya. Apakah ini bukan berarti ada cacat pada tubuh Yesus yang dimuliakan? Apakah kalian menangkap gambarnya?

Zakharia 13:6 mengatakan kepada kita bahwa Yesus akan memiliki bekas-bekas luka tersebut, 6 Dan akan ada yang berkata kepadaNya, ‘Bekas luka apakah yang ada di antara lenganMu?’ Lalu Ia akan menjawab: ‘Dengan itulah Aku terluka di rumah sahabat-sahabatKu!’…"

Jadi Yesus memiliki tubuh yang sempurna, tubuh yang baka, namun tubuh itu memiliki bekas-bekas penyaliban padanya.

Maka jika kita bangkit dengan ukuran yang sama, kita akan menjadi baka dan tidak akan rusak, walaupun ukuran kita tetap sama. Tetapi kabar baiknya ialah, dengan menggunakan pohon kehidupan sebagai penyembuh, kita akan tumbuh ke ukuran asli dari bangsa itu.

 

 

Ellen White wrote in Great Controversy 676, “One reminder alone remains: Our Redeemer will  ever bear the marks of His crucifixion. Upon His wounded  head, upon His  side, His  hands and  feet, are the only traces of the cruel work that sin has wrought. Says the prophet, beholding Christ in His glory: He had bright beams coming out of  His side: and there was the hiding of His power.’ That pierced side whence flowed the crimson stream that reconciled man to Godthere is the Savior's glory, there ‘the hiding of His power’, ‘mighty to save,through the sacrifice of redemption, He was therefore strong to execute justice upon them that despised God's mercy. And the  tokens of His humiliation are  His highest honor; through the  eternal ages the wounds of Calvary will show forth  His praise and declare  His power.”

Self-sacrifice is power according to this.

 

Ellen White menulis di Great Controversy hal. 676. “…Ada satu kenangan yang tersisa: Penebus kita akan selamanya memiliki bekas-bekas penyalibanNya. Di atas kepalaNya yang terluka, di sisi tubuhNya, di tangan dan kakiNya, adalah satu-satunya bekas kekejaman yang dikerjakan dosa. Kata nabi, yang memandang Kristus dalam kemuliaanNya,  4 Dia punya lonjor-lonjor cahaya, yang keluar dari sisi tubuhNya, dan di situlah kekuatan-Nya yang tersembunyi(Habakuk 3:4). SisiNya yang tertusuk dari mana mengalir cucuran berwarna merah yang mendamaikan manusia kepada Allah ~ di situlah kemuliaan Sang Juruselamat, di situlah kekuatan-Nya yang tersembunyi’, ‘perkasa untuk menyelamatkan’  (Yesaya 63:1) melalui kurban penebusan. Oleh karena itu Dia kuat untuk mengeksekusi keadilan kepada mereka yang menghina kemurahan Allah. Dan tanda-tanda penghinaanNya adalah kehormatanNya yang tertinggi, sepanjang masa kekekalan luka-luka Kalvari akan menunjukkan pujian bagiNya dan menyatakan kuasaNya.”

Mengorbankan diri sendiri adalah kuasa, menurut ini.

 

 

Now Jesus repeated the lesson that we've studied many many times during His ministry. Let's read Mark 9:35. Were the disciples always struggling for the first position and the highest position? Yes! Every one of them wanted to be the greatest. They wanted to ascend. Was that the Lucifer syndrome? That was the Lucifer syndrome. They wanted to ascend, they wanted the highest positions.

Notice Mark 9:33-34-35. 33 Then He came to Capernaum. And when He was in the house He asked them, ‘What was it you disputed among yourselves on the road?’…” that is on the way to Jerusalem.  “…34 But they kept silent, for on the road they had disputed among themselves who would be the greatest. 35 And He sat down, called the twelve, and said to them, ‘If anyone desires to be first, he shall be last of all and servant of all.’ The world is just totally oblivious to who is the greatest. The greatest according to Jesus is the servant of all, that's why Jesus is great, because of His humility, because He invested all for the salvation of His people.

 

Nah, Yesus sering mengulangi pelajaran yang sudah kita pelajari berkali-kali selama ministriNya. Mari kita  baca Markus 9:35. Apakah para murid selalu berebutan posisi yang pertama dan poisisi yang tertinggi? Ya! Setiap orang dari mereka mau menjadi yang paling besar. Mereka mau naik ke atas. Apakah itu sindrom Lucifer? Itu sindrom Lucifer. Mereka ingin naik, mereka ingin mendapatkan posisi-posisi tertinggi.

Simak Markus 9:33-35. 33 Kemudian Dia datang ke Kapernaum. Dan ketika Yesus berada di dalam rumah, Ia bertanya kepada mereka, ‘Apa yang kamu perbantahkan di antara kamu di jalan?’…”  yaitu dalam perjalanan ke Yerusalem. “…34 Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang akan menjadi terbesar di antara mereka. 35 Lalu Yesus duduk, memanggil keduabelas murid itu, dan berkata kepada mereka, ‘Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, ia harus menjadi yang terakhir dari semuanya, dan pelayan dari semuanya.’…”  Dunia sama sekali tidak paham tentang siapa yang paling besar. Menurut Yesus yang paling besar adalah pelayan bagi semua. Itulah sebabnya Yesus itu besar, karena kerendahan hatiNya, karena Dia memberikan segalaNya demi keselamatan umatNya.

 

 

Jesus taught an important lesson to those who aspired to occupy the highest places. Notice Luke 14:7-11. So He told a parable to those who were invited, when He noted how they chose the best places, saying to them: 8 ‘When you are invited by anyone to a wedding feast, do not sit down in the best place, lest one more honorable than you be invited by him; and he who invited you and him come and say to you, ‘Give place to this man,’ and then you begin with shame to take the lowest place…” but of course taking the lowest place by force not voluntarily. So Jesus says, if you take the lowest place voluntarily, what's going to happen? Let's continue reading verse 10,  “…10 But when you are invited, go and sit down in the lowest place, so that when he who invited you comes he may say to you, ‘Friend, go up higher.’ Then you will have glory in the presence of those who sit at the table with you…” and then comes the central lesson,  “…11 For whoever…” what?  “…exalts himself will be humbled…” so notice, the exalting is by the person, but the humbling somebody else does. He who exalts himself will be humbled, somebody else does the humbling. Now notice Matthew 23:11-12, and by the way  “… and he who humbles himself will be exalted.”

 

Yesus mengajarkan suatu pelajaran yang penting kepada mereka yang beraspirasi  menduduki tempat-tempat tertinggi. Simak Lukas 14:7-11. 7Maka Yesus menceritakan sebuah perumpamaan kepada para udangan. 8 Kalau engkau diundang siapa pun ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat yang terbaik, sekiranya ada  orang yang lebih terhormat daripada kamu yang diundang olehnya, 9 dan dia yang mengundang engkau bersama dengan orang itu, datang dan berkata kepadamu: Berikan tempat ini kepada orang ini. Lalu engkau mulai malu mengambil tempat yang paling rendah…”  tetapi tentu saja itu terpaksa mengambil tempat yang paling rendah, bukan dengan sukarela. Jadi Yesus berkata, jika kamu mengambil tempat yang paling rendah secara sukarela, apa yang akan terjadi? Mari kita lanjut baca ayat 10, “…10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah, supaya bila dia yang mengundangmu datang, mungkin dia berkata kepadamu,  ‘Sahabat, silakan naik lebih tinggi.’ Dengan demikian engkau akan dimuliakan di depan mata semua yang duduk di meja bersamamu…” lalu inilah pelajaran intinya, “…11Sebab barangsiapa…” apa?  “…meninggikan diri, ia akan direndahkan…” Jadi simak, meninggikan diri itu dilakukan oleh yang bersangkutan sendiri, tetapi direndahkan itu dilakukan orang lain, dan ketahuilah, “…dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

 

 

In Matthew 23 you have the woes on the Scribes and on the Pharisees. You have a list of things that characterize the Pharisees and the Scribes in Matthew 23:11-12.

·       They sat on Moses’ seat

that means that they were the scholars, and of course the scholars they're the ones that are supposed to tell us what we believe. Now I have nothing against scholars, but we have to check out everything that scholars say in the light of Scripture, because, just because people have education and have degrees doesn't necessarily mean that they're on the right track. So we are responsible like the Bereans to check out everything, both from the scholars and from those who are not scholars.

But they love to sit in Moses’ seat.

·       They bound heavy burdens on the populace.

·       They showed off their piety by wearing their phylacteries (those were little tiny boxes with parchments with Bible verses and they put them on their forehead and on their right hand) and they marched, they said, “We are the interpreters of Scripture.”

·       They took the best places in the feasts and in the synagogues.

·       They loved to be greeted in the marketplaces.

·       They love to hear people say “rabbi, rabbi”, today it would be “doctor, doctor”.

Then Jesus instructed His disciples to have a servant mentality. He said this, 11 But he who is greatest among you shall be your servant. 12 And whoever exalts himself will be humbled, and he who humbles himself will be exalted.”

 



 

 

Di Matius 23 kita melihat “celaka-celaka” yang ditujukan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ada satu daftar hal-hal yang menjadi karakter orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat di Matius 23:11-12

·       Mereka duduk di kursi Musa

Artinya mereka adalah sarjana-sarjana agama yang berpendidikan tinggi, dan tentu saja sebagai sarjana-sarjana agama merekalah yang seharusnya memberitahu kita apa yang kita yakini. Nah, saya tidak anti sarjana, tetapi kita harus memeriksa semua yang dikatakan para sarjana menurut isi Alkitab, sebab, hanya karena orang punya pendidikan tinggi dan punya ijazah tidak selalu berarti mereka berada di jalur yang benar. Maka kita punya tanggung jawab seperti orang-orang di Berean untuk memeriksa segalanya, baik dari para sarjana maupun dari yang bukan sarjana.

Tetapi mereka senang duduk di kursi Musa.

·       Mereka mengenakan beban yang berat pada publik.

·       Mereka pamer kesalehan mereka dengan mengenakan filakteri (kotak-kotak kecil dengan tulisan ayat-ayat Alkitab yang mereka tempelkan di kepala mereka dan di tangan kanan mereka) dan mereka berjalan dan mereka berkata, “Kami adalah penafsir Kitab Suci.”

·       Mereka mengambil tempat-tempat yang paling baik di pesta-pesta dan di dalam rumah-rumah ibadah.

·       Mereka suka disapa di pasar-pasar.

·       Mereka suka mendengar dipanggil orang “rabi, rabi”, zaman sekarang itu “doktor, doktor”.

Lalu Yesus memberi instruksi kepada murid-muridNya untuk mempunyai mental seorang hamba. Dia berkata demikian, 11 Tetapi dia yang terbesar di antara kamu, dialah pelayanmu.12 Dan barangsiapa yang akan meninggikan diri, akan direndahkan; dan dia yang merendahkan diri, akan ditinggikan.”

 

 

Sadly in this world people tend to rank other people according to their looks, according to the car they drive, according to the house they live in, according to the education that they have earned, according to their rank in society, according to their social status, according to their political party affiliation, according to their gender, according to their nationality, according to their race, or according to their caste, that's the way fallen man evaluates whether a person is great or not.

But Ellen White wrote in Christ’s Object Lessons page 386, No distinction on account of nationality, race, or caste, is recognized by God. He is the Maker of all mankind. All men are of  one family by  creation, and all are one through  redemption. Christ came to  demolish every wall of partition, to throw open every compartment of the temple, that every soul may have free access to God.”

Isn't that a magnificent statement? No  respecter of persons is God, it doesn't matter what nation you're from, what color is your skin, it doesn't matter what function or job that you have, none of that matters. All have equal status in the sight of God.

 

Yang menyedihkan di dunia ini manusia cenderung mengukur orang lain menurut penampilan mereka, menurut mobil yang mereka kemudikan, menurut rumah yang mereka tinggali, menurut pendidikan yang telah mereka tempuh, menurut kelas mereka di masyarakat, menurut satus sosial mereka, menurut afiliasi partai politik mereka, menurut jenis kelamin mereka, menurut kebangsaan mereka, menurut suku mereka, atau menurut kasta mereka, itulah cara manusia berdosa menilai apakah seseorang itu besar atau tidak.

Tetapi Ellen White menulis di Christ’s Object Lessons hal. 386, “…Tidak ada perbedaan berdasarkan bangsa, suku, atau kasta, yang diakui oleh Allah. Dialah Pencipta semua manusia. Semua manusia berasal dari satu keluarga melalui Penciptaan, dan semuanya adalah satu melalui Penebusan. Kristus datang untuk menghancurkan setiap dinding pemisah, untuk membuka lebar-lebar setiap bagian dalam Bait Suci, agar setiap orang boleh bebas mempunyai akses kepada Allah.”

Bukankah ini suatu pernyataan yang luar biasa? Allah sama sekali tidak memandang orang. Tidak jadi soal kita datang dari bangsa apa, berwarna kulit apa, tidak jadi soal apa fungsi atau pekerjaan kita, semua itu tidak menjadi soal. Semua memiliki status sederajat dalam pemandangan Allah.

 

 

Now let's notice James 4:10. “ 10 Humble yourselves in the sight of the Lord…”  what happens if we humble ourselves in the sight of the Lord? “…and He will lift you up.”

So who does the humbling? We do. Who does the lifting up? He does.

 

Sekarang mari kita simak Yakobus 4:10, 10 Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan…”  apa yang terjadi bila kita merendahkan diri di hadapan Tuhan? “…dan Ia akan meninggikan kamu…”  Jadi siapa yang merendahkan diri? Kita. Siapa yang mengangkat tinggi? Tuhan.

 

 

1 Peter 5:6, “Therefore humble yourselves…”  there it is again, “…humble yourselves under the mighty hand of God, that He may exalt you in due time.”

 

1 Petrus 5:6, 6 Karena itu rendahkanlah dirimu…”  ini lagi,   “…rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya Dia boleh meninggikan kamu pada waktunya.”

 

 

And then we have this statement in Desire of Ages 523 which expresses the substance of the teachings of Jesus,  the central point that Jesus tried to teach in His ministry. Self-surrender is the substance of the teachings of Christ. Often it is presented and enjoined in language that seems authoritative, because there is no other way to save man than to cut away those things which, if entertained, will demoralize the whole being.

Self-surrender, the core teaching in the ministry of Jesus Christ.

 

Lalu ada pernyataan ini di Desire of Ages hal. 523 yang menggambarkan substansi ajaran Yesus, titik inti yang berusaha Yesus ajarkan dalam ministriNya. “…Penyerahan diri adalah substansi ajaran-ajaran Kristus. Sering itu disampaikan dan dikaitkan dalam bahasa yang sepertinya autoritatif (keras), karena tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia selain dengan menyingkirkan semua hal yang jika dibiarkan, akan merusak moral seluruh manusia itu. …” 

Penyerahkan diri, inti ajaran dalam ministri Yesus Kristus.

 

 

Now we go back to the origin of sin in Heaven, with Lucifer. You know the mystery of godliness, we read? What is the mystery of godliness? It’s movement from upward down, right? “ 16 …God was manifested in the flesh…” that is God came down,   “…justified in the Spirit…” resurrected  “…seen by angels…” when He ascends  “…preached among the Gentiles, believed on in the world, received up in glory….” when Jesus ascends with the redeemed to Heaven at the Second Coming.

So  Jesus moves downward, and then as a result His Father moves Him upward.

But the Bible speaks of another mystery. This is the mystery of godliness. It says in 1 Timothy 3:16. 

 

Sekarang kita kembali ke asal mula dosa di Surga, dengan Lucifer. Kalian tahu, rahasia kesalehan yang sudah kita baca? Apakah rahasia kesalehan? Itu adalah bergerak dari atas ke bawah, benar? 16 Allah dinyatakan dalam daging,…”  berarti Allah turun ke bawah, “…dibenarkan dalam Roh…” bangkit, “…dilihat oleh  malaikat-malaikat…”  ketika Dia naik ke Surga, “…diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dipercayai di dunia, diterima di atas dalam kemuliaan (1 Tim 3:16)…” ketika Yesus naik bersama umat tebusan ke Surga saat KedatanganNya yang Kedua.

Jadi Yesus bergerak turun, dan sebagai akibatnya BapaNya mengangkatNya ke atas. Ini adalah misteri kesalehan, dikatakan di 1 Timotius 3:16.

 

 

But there's another mystery, which is called the mystery of what? The mystery of iniquity. Where did the mystery of iniquity begin? It began with a being in Heaven called Lucifer, and I want you to notice the movements of Lucifer.

Lucifer said I’m going up, and God said, “No, you're not. You're going down.”

Let's read this passage in Isaiah 14:12-15. 12 ‘How you are fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! How you are cut down to the ground, you who weakened the nations!...” so “to fall” is to fall down, right? It's a downward motion.  “…12 ‘How you are fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! How you are cut down to the ground, you who weakened the nations!...” now why did he fall from Heaven, and why was he cast down to the ground? Here comes the reason.  “…13 For you have said in your heart, …” and he had ~ as I mentioned before ~ he had spiritual myopia, he could see only himself. Notice,  “…‘I will ascend into heaven, I will exalt my throne above the stars of God; I will also sit on the mount of the congregation on the farthest sides of the north;  14 I will ascend above the heights of the clouds, I will be like the Most High.’…”  he had an “I” (eye) problem, it's used repeatedly in this passage. So because he said “I’m going to go up, I’m going to ascend” notice how verse 15 ends this passage, “…15 Yet you shall be…” what?  “…brought down to Sheol, to the lowest depths of the pit.”

So he who moves upward ~ which is Lucifer ~ what does God do? God casts him down. And Jesus who comes down voluntarily, what does the Father do? The Father exalts Him and gives Him a name that is above every name.

 

Tetapi ada rahasia yang lain, yang disebut rahasia apa? Rahasia Dosa. Di manakah rahasia dosa itu dimulai? Itu dimulai oleh satu sosok di Surga yang bernama Lucifer, dan saya mau kalian menyimak gerakan-gerakan Lucifer.

Lucifer berkata, saya naik ke atas, dan Allah berkata, “Tidak, kamu tidak. Kamu turun ke bawah.”

Mari kita  baca ayat-ayat di Yesaya 14:12-15, 12 Betapa engkau sudah jatuh dari Surga, hai Lucifer (Bintang Fajar), putera fajar! Engkau sudah ditebang dan jatuh ke tanah, engkau yang melemahkan bangsa-bangsa!…”  jadi “jatuh” berarti jatuh ke bawah, benar? Itu adalah gerakan turun. “…12 Betapa engkau sudah jatuh dari Surga, hai Lucifer (Bintang Fajar), putera fajar! Engkau sudah ditebang dan jatuh ke tanah, engkau yang melemahkan bangsa-bangsa!…” nah, sekarang mengapa dia jatuh dari Surga? Dan mengapa dia dicampakkan ke tanah? Inilah alasannya,   “…13 Karena  engkau telah berkata dalam hatimu…” dan seperti yang sudah pernah saya singgung, dia menderita rabun spiritual, dia hanya bisa melihat dirinya sendiri. Simak,   “…‘Aku akan naik ke Surga, aku akan meninggikan takhtaku di atas bintang-bintang Allah, dan aku juga akan duduk di bukit pertemuan, di sebelah utara yang paling jauh. 14 Aku akan naik mengatasi ketinggian awan-awan, aku akan menjadi seperti Yang Mahatinggi!’…”  dia menderita penyakit “I” (aku = mata: eye). Perkataan itu disebut berulang-ulang di ayat-ayat ini. Maka karena dia berkata, “Aku mau ke atas, aku mau naik” simak bagaimana ayat 15 mengakhiri bacaan ini,   “…15 Sebaliknya engkau akan…”  apa?   “…dibawa turun ke Sheol (kubur) ke tempat yang paling dalam di liang kubur.”

Jadi dia bergerak ke atas ~ yaitu Lucifer ~ apa yang dilakukan Allah? Allah mencampakkannya ke bawah.

Dan Yesus yang turun secara sukarela, diapakan oleh Bapa? Bapa meninggikanNya dan memberiNya sebuah nama di atas segala nama yang ada.

 

 

Those are the two mysteries the mystery of godliness and the mystery of iniquity.

And what's going on in the church right now is a manifestation of this struggle,

·       the desire to occupy positions for which God has not qualified a person to occupy, the desire to ascend rather than

·       the willingness to descend and occupy the position that God has given each individual in the church

 

Itulah kedua rahasia, rahasia kesalehan dan rahasia dosa.

Dan apa yang sedang terjadi di dalam gereja sekarang ini adalah suatu manifestasi dari pergumulan ini,

·       keingingan untuk menduduki posisi di mana Allah tidak memberi kemampuan seseorang untuk mengisinya, keinginan untuk naik ke atas daripada

·       bersedia turun dan mengisi posisi yang telah diberikan Allah kepada setiap individu di dalam gereja.

 

 

And so now we come to the end of Anchor for this year.

I felt that it would be a good idea to present this particular topic because basically it synthesizes the reason why the wicked are outside the City and why the righteous are inside, it's because those who were inside they humbled themselves, they served others, therefore they will be exalted. Whereas the wicked, they exalted themselves, they wanted to have the most money, they wanted to have the best houses, they wanted to have the best cars, they wanted to have the best positions, but instead of being inside the City they're outside the holy City.

Ultimately everything boils down to selfishness. Either we allow the Spirit to destroy our selfishness; or if we don't, selfishness will grow until it controls our entire behavior and then we will be beyond hope.

So I trust that as we leave this Anchor School of Theology this  year that we will take what we've studied to heart, and that we will make sure that we will be inside the City having the spirit of Jesus Christ, being willing to humble ourselves that in due time God will exalt us.

May that be our experience is my prayer as we  conclude our class for this year.

 

Maka sekarang kita sudah tiba di akhir kelas Anchor kita untuk tahun ini.

Saya merasa ini ide yang baik menyampaikan topik khusus ini karena pada dasarnya ini mensintesiskan alasan mengapa orang-orang jahat ada di luar Kota dan mengapa yang benar ada di dalam, ialah karena mereka yang ada di dalam merendahkan diri mereka, mereka melayani orang lain, oleh karena itu mereka ditinggikan. Sementara orang-orang jahat meninggikan diri mereka sediri, mereka mau mendapatkan uang terbanyak, mereka mau punya rumah paling bagus, mereka mau punya mobil paling baik, mereka mau punya kedudukan paling baik, tetapi bukannya mereka berada di dalam Kota, malahan mereka berada di luar Kota suci.

Pada akhirnya dasar dari semuanya adalah keegoisan. Apakah kita mengizinkan Roh Kudus untuk menghancurkan keegoisan kita, atau jika tidak, keegoisan kita akan tumbuh subur hingga itu mengendalikan seluruh sikap kita dan kita akan sudah tidak bisa ditolong lagi.

Jadi saya yakin saat kita meninggalkan Anchor School of Theology tahun ini kita akan mengingat apa yang sudah kita pelajari, dan kita akan memastikan bahwa kita akan berada di dalam Kota, memiliki Roh Yesus Kristus, bersedia merendahkan hati kita supaya pada waktunya Allah akan meninggikan kita.

Doa saya semoga itulah yang akan menjadi pengalaman kita, saat kita mengakhiri kelas kita untuk tahun ini.

 

 

16 02 22

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment